IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN MAJALENGKA IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN MAJALENGKA 4.1. Kondisi Fisik...
-
Upload
vuongxuyen -
Category
Documents
-
view
381 -
download
10
Transcript of IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN MAJALENGKA IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN MAJALENGKA 4.1. Kondisi Fisik...
59
IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN MAJALENGKA
4.1. Kondisi Fisik Wilayah
Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Majalengka yang
merupakan wilayah studi adalah kondisi geografi, topografi, tanah dan lahan,
iklim, dan penggunaan lahan. Masing-masing bahasan tersebut diuraikan
tersendiri pada bagian di bawah ini.
4.1.1. Kondisi Geografi
Kabupaten Majalengka merupakan bagian dari wilayah administrasi
Provinsi Jawa Barat dengan Luas wilayah 120.424 Hektar atau sekitar 2,71% luas
wilayah Provinsi Jawa Barat. Jarak dari Ibukota Kabupaten Majalengka ke
Ibukota Provinsi Jawa Barat adalah ± 91 Kilometer. Secara geografis Kabupaten
Majalengka terletak diantara 60 36’ sampai dengan 7
0 03’ Lintang Selatan dan
1080 03’ sampai dengan 108
0 25’ Bujur Timur. Adapun batas wilayah
administrasinya adalah sebagai berikut : sebelah utara berbatasan dengan
Kabupaten Indramayu, sebelah selatan dengan Kabupaten Ciamis dan Kabupaten
Tasikmalaya, sebelah barat dengan Kabupaten Sumedang, dan Sebelah timur
berbatasan dengan Kabupaten Kuningan dan Kabupaten Cirebon.
Wilayah Kabupaten Majalengka secara administratif terdiri dari 26
kecamatan,13 kelurahan dan 334 desa. Pemekaran wilayah di Kabupaten
Majalengka terjadi pada tahun 2007 yaitu pemekaran kecamatan dan pemekaran
desa. Jumlah kecamatan semula 23 menjadi 26 kecamatan sedangkan jumlah desa
yang semula 318 menjadi 334 desa. Kecamatan yang baru hasil pemekaran yaitu
Kecamatan Kasokandel yang merupakam pemekaran dari Kecamatan Dawuan,
Kecamatan Sindang pemekaran dari Kecamatan Sukahaji dan Kecamatan
Malausma yang merupakan pemekaran dari Kecamatan Bantarujeg. Secara spasial
batas administrasi masing-masing Kecamatan di Majalengka dapat dilihat pada
Gambar 7.
60
Gambar 7. Peta administrasi Kabupaten Majalengka
Distribusi luas wilayah tiap kecamatan di Kabupaten Majalengka
disajikan pada Gambar 8. Berdasarkan gambar tersebut dapat dilihat bahwa luas
wilayah per Kecamatan di Kabupaten Majalengka cenderung merata. Kecamatan
61
yang memiliki luas wilayah paling luas adalah Kecamatan Kertajati sedangkan
kecamatan yang memiliki luas wilayah terkecil adalah Kecamatan Kadipaten.
Gambar 8. Distribusi luas wilayah per kecamatan (Km2)
4.1.2. Kondisi Topografi
Kondisi topografi Kabupaten Majalengka sangat bervariasi yaitu ada
daerah dengan topografi landai (dataran rendah), berbukit bergelombang, serta
perbukitan terjal. Kondisi bentang alamnya melandai ke daerah Barat Laut,
menyebabkan aliran sungai dan mata air mengalir ke arah Utara. Sehingga pada
wilayah bagian Utara Kabupaten Majalengka terdapat banyak persawahan.
Perbukitan dengan lereng yang curam terdapat di lereng Gunung Ciremai.
62
Kemiringan lahan di Kabupaten Majalengka di klasifikasikan kedalam 3
kelas yaitu 0 – 15 %, 15 – 40 % dan > 40 %. Berdasarkan klasifikasi kelas
kemiringan lahan, 13.21 % dari luas wilayah Kabupaten Majalengka mernpunyai
kemiringan lahan di atas 40%, sedangkan kontribusi kelas kemiringan lahan
mayoritas adalah pada kelas kemiringan lahan 0 - 15%, yaitu 82.207 Ha atau
68.26% luas wilayah Kabupaten Majalengka, dan daerah ini merupakan daerah
yang relatif datar (Bappeda Majalengka, 2005). Kondisi topografis ini sangat
berpengaruh pada pemanfaatan ruang dan potensi pengembangan wilayah. Selain
itu juga mengakibatkan terdapatnya daerah yang rawan terhadap gerakan tanah
yaitu daerah yang mempunyai kelerengan curam. Distribusi ketiga bagian
topografi yang ada di Kabupaten Majalengka sebagaimana disebutkan di atas,
adalah sebagai berikut :
1. Dataran rendah, mempunyai kemiringan tanah antara 0 - 15%, yaitu meliputi
kecamatan Cigasong, Jatitujuh, Jatiwangi, Kadipaten, Kertajati, Ligung dan
Palasah.
2. Berbukit Gelombang, kemiringan tanahnya berkisar antara 15% - 40%, yaitu
metiputi Kecamatan Argapura, Banjaran, Bantarujeg, Cikijing, Cingambul,
Dawuan, Lemahsugih, Maja, Majalengka, Rajagaluh, Sindangwangi,
Sukahaji dan Talaga.
3. Perbukitan Terjal, kemiringan tanahnya lebih dari 40%, sebagian besar
merupakan daerah-daerah di sekitar Gunung Ciremai yaitu meliputi
Kecamatan Agapura, Banjaran, Bantarujeg, Cikijing, Cingambul,
Lemahsugih, Leuwimunding, Maja, Majalengka, Panyingkiran, Rajagaluh,
Sindangwangi, Sukahaji, Sumberjaya dan Talaga.
Berdasarkan ketinggian tempatnya, wilayah Kabupaten Majalengka yang
mempunyai ketinggian di atas 2000 mdpl terletak di sekitar kawasan kaki Gunung
Ciremai. Adapun wilayah yang mempunyai ketinggian 25-100 m dpl
mendominasi pada bagian Utara Kabupaten Majalengka, yang dimanfaatkan
untuk pertanian lahan basah. Sebaran ketinggian wilayah yang lebih rinci
disajikan secara spasial pada Gambar 9.
63
Gambar 9. Peta kelas ketinggian Kabupaten Majalengka
4.1.3. Kondisi Tanah dan Lahan
Tanah merupakan sumber daya alam yang sangat penting bagi kehidupan
manusia, hewan dan tumbuhan. Jenis tanah memegang peranan penting dalam
menentukan sifat dan tingkat kesuburan tanah dalam menunjang kegiatan
64
pertanian di suatu daerah. Kemampuan tanah berdasarkan kedalaman efektif tanah
merupakan kondisi dimana tanaman dapat tumbuh karena perakaran tanaman
dapat menembusnya secara vertikal. Kedalaman efektif tanah dipengaruhi oleh
tingkat erosi yang dapat mengakibatkan lapisan atas tanah (top soil) terkikis air ke
tempat yang lebih rendah (Hardjowigeno, 2007).
Gambar 10. Peta kedalaman efektif tanah Kabupaten Majalengka
65
Kedalam efektif tanah di Kabupaten Majalengka dapat dikelompokkan
menjadi empat kelompok. Adapun sebaran kedalaman efektif tanah secara rinci
dapat dilihat pada Gambar 10.
4.1.4. Iklim
Kondisi iklim di wilayah Kabupaten Majalengka termasuk kedalam iklim
tropis dengan suhu udara rata-rata berdasarkan data Tahun 2009 berkisar antara
25,9oC sampai dengan 29,3
oC. Suhu udara maksimum terjadi pada bulan Oktober
yaitu 35,9oC, sedangkan suhu udara minimum terjadi pada bulan Agustus dengan
suhu sebesar 22,2oC.
Variasi curah hujan bulanan pada Tahun 2009 antara 60 mm sampai 419
mm dengan jumlah hari hujan antara 2 sampai 26 hari setiap bulan. Dengan
menggunakan pembagian tipe hujan dari Oldeman, maka Kabupaten Majalengka
termasuk tipe iklim C yaitu daerah yang memiliki bulan basah 5-6 bulan. Curah
hujan tertinggi di Kabupaten Majalengka terjadi pada bulan Februari 2009 yang
mencapai 419 mm dengan jumlah hari hujan 26 hari, sedangkan kemarau terjadi
pada bulan Agustus dan September. Adapun data iklim di Kabupaten Majalengka
selama Tahun 2009 disajikan pada Tabel 8.
Tabel 8. Fluktuasi Iklim di Kabupaten Majalengka Tahun 2009
No. Bulan
Suhu Udara (oC) Hujan Penyinaran
Matahari
(%) Maks. Min. Rata-rata Curah Hujan
(mm)
Hari
Hujan
1 Januari 31,1 23,7 26,6 234 22 35
2 Februari 30,6 23,4 25,9 419 26 27
3 Maret 33,3 23,6 26,7 293 23 66
4 April 33,1 24,1 27,5 217 14 61
5 Mei 32,7 24,1 27,3 90 14 78
6 Juni 32,7 22,5 27,2 60 6 81
7 Juli 33,1 22,3 26,9 ttu*)
2 85
8 Agustus 34,2 22,2 27,5 0 0 89
9 September 35,9 23,6 29,2 0 0 86
10 Oktober 35,2 24,8 29,3 69 8 72
11 Nopember 33,9 24,9 28,4 364 18 53
12 Desember 32,9 24,4 27,6 219 23 56
Jumlah 398,7 283,6 330,1 1965 156 789
Rata-rata 33,2 23,6 27,5 178,64 13 65,8
Sumber : Majalengka dalam Angka Tahun 2010 *)ttu=tidak terukur
66
4.1.5. Penggunaan Lahan
Pada dasarnya penggunaan lahan suatu wilayah merupakan perwujudan
fisik dari semua kegiatan sosial ekonomi penduduk. Pengenalan pola penggunaan
lahan ini sangat diperlukan baik untuk memperoleh gambaran mengenai
organisasi tata ruang maupun untuk mengetahui pola distribusi kegiatan sosial
ekonomi serta intensitas penggunaan lahan dan berbagai kegiatan yang ada.
Sebagai daerah agraris, penggunaan lahan di Kabupaten Majalengka masih
didominasi oleh kegiatan pertanian baik pertanian lahan basah maupun kering.
Penggunaan lahan di Kabupaten Majalengka disajikan pada Tabel 9.
Tabel 9. Penggunaan Lahan di Kabupaten Majalengka Tahun 2009
No Penggunaan Lahan Luas (Ha) Proporsi (%)
1 LAHAN PERTANIAN
1.1 Lahan Sawah
1. Irigasi teknis 17.982 14,93
2. Irigasi ½ teknis 7.970 6,62
3. Irigasi sederhana 5.534 4,60
4. Irigasi Desa / Non PU 7.901 6,56
5. Tadah hujan 12.512 10,39
Jumlah Lahan Sawah 51.899 43,10
1.2 Lahan Bukan Sawah -
1. Tegal (kebun) 27.275 22,65
2. Ladang (huma) - -
3. Perkebunan 370 0,31
4. Ditanami pohon/hutan rakyat 4.739 3,94
5. Tambak - -
6. Kolam/tebat/empang 543 0,45
7. Padang penggembalaan/rumput 693 0,58
8. Sementara tidak diusahakan 28 0,02
9. Lainnya (pekarangan yang ditanami tanaman
pertanian, dll)
2.584 2,15
Jumlah Lahan Bukan Sawah 36.232 30,09
2 LAHAN BUKAN PERTANIAN -
1. Rumah, bangunan dan halaman sekitar 12.025 9,99
2. Hutan Negara 17.217 14,30
3. Rawa-rawa (tidak ditanami) 99 0,08
4. Lainnya (Jalan, sungai, danau, lahan tandus) 2.952 2,45
Jumlah Lahan Bukan Pertanian 32.293 26,82
Luas Lahan Keseluruhan 120.424 100,00 Sumber : Majalengka dalam Angka Tahun 2010
67
4.2. Sosial Kependudukan
Pada bagian sosial kependudukan ini dikemukakan gambaran mengenai
penduduk dan ketenagakerjaan yang ada di Kabupaten Majalengka. Masing-
masing bahasan tersebut diuraikan tersendiri pada bagian di bawah ini.
4.2.1. Kependudukan
Kesejahteraan penduduk merupakan sasaran utama dari pembangunan.
Sasaran ini tidak mungkin tercapai bila pemerintah tidak dapat memecahkan
permasalahannya. Permasalahan tersebut diantaranya besarnya jumlah penduduk
dan tidak meratanya penyebaran penduduk.
Jumlah penduduk Kabupaten Majalengka pada tahun 2009 berdasarkan
hasil Susenas 2009 adalah 1.206.702 jiwa terdiri dari 600.396 jiwa laki-laki dan
606.306 jiwa perempuan atau meningkat 0,83% bila dibandingkan jumlah
penduduk tahun sebelumnya. Dari data tersebut terlihat bahwa jumlah penduduk
perempuan masih lebih tinggi dibandingkan jumlah penduduk laki-laki dengan
sex ratio 99.02%. Jumlah penduduk, Laju Pertumbuhan Penduduk dan kepadatan
penduduk di Kabupaten Majalengka selama kurun 2005-2009 dapat dilihat pada
Tabel 10.
Tabel 10. Jumlah, Laju Pertumbuhan dan Kepadatan Penduduk di Kabupaten
Majalengka Tahun 2005 - 2009
PENDUDUK 2005 2006 2007 2008 2009
Jumlah (Jiwa) 1.169.337 1.179.136 1.188.189 1.196.811 1.206.702
Laki-laki (Jiwa) 577.633 582.474 588.321 594.981 600.396
Perempuan (Jiwa) 591.704 596.662 599.868 601.830 606.306
Laju Pertumbuhan
Penduduk (persen)
0,82 0,84 0,76 0,73
0,83
Kepadatan (Jiwa/
Km2)
971 979 987 994 1002
Sumber : Majalengka dalam Angka Tahun 2010
Persebaran penduduk di Kabupaten Majalengka belum merata di tiap
kecamatan. Kecamatan Jatiwangi, Majalengka dan Cikijing adalah tiga
kecamatan yang memiliki jumlah penduduk terbanyak. Di lain pihak, Kecamatan
Sindang merupakan kecamatan dengan jumlah penduduk yang paling sedikit.
68
Adapun distribusi jumlah penduduk per kecamatan menurut jenis kelamin
disajikan pada Gambar 11.
Gambar 11. Distribusi penduduk Kabupaten Majalengka per Kecamatan Tahun 2009
Kepadatan penduduk di Kabupaten Majalengka bervariasi antara satu
kecamatan dengan kecamatan lainnya. Secara keseluruhan rata-rata kepadatan
penduduk Kabupaten Majalengka pada tahun 2009 adalah 1.002 Jiwa/Km2,
kepadatan penduduk tertinggi berada di Kecamatan Jatiwangi dengan kepadatan
2.096 Jiwa/Km2 dan kepadatan terendah berada di Kecamatan Kertajati dengan
kepadatan 333 Jiwa/Km2.
4.2.2. Ketenagakerjaan
Tenaga kerja adalah modal bagi geraknya roda pembangunan. Jumlah dan
komposisi tenaga kerja akan terus mengalami perubahan seiring dengan
berlangsungnya proses demografi. Peningkatan jumlah penduduk umumnya
diikuti pula dengan penambahan jumlah angkatan kerja yang tentunya menuntut
peningkatan penyediaan lapangan kerja.
Pencari kerja terdaftar selama tahun 2009 di Kabupaten Majalengka
sebanyak 13.417 orang, yang terdiri dari 6.897 orang perempuan dan 6.520 orang
laki-laki. Rincian tentang pencari kerja terdaftar dan yang telah ditempatkan
selama tahun 2009 di Kabupaten Majalengka berdasarkan tingkat pendidikannya
dapat dilihat pada Tabel 11.
69
Tabel 11. Jumlah Pencari Kerja Terdaftar di Kabupaten Majalengka Tahun 2009
Tingkat Pendidikan Pencari Kerja
(Orang)
Persentase
(%)
Belum
Ditempatkan
(Orang)
Telah
Ditempatkan
(Orang)
SD 1.158 8,63 847 311
SLTP 1.550 11,53 1.361 189
SLTA 6.305 46,99 6.252 53
D1, D2, D3 1.523 11,35 1.523 -
Sarjana 2.881 21,47 2.881 -
Pasca Sarjana - - - -
J u m l a h 13.417
12.864 553 Sumber : Majalengka dalam Angka Tahun 2010
Perkembangan angka statistik ketenagakerjaan yang meliputi tingkat
partisipasi angkatan kerja, persentase penduduk usia kerja, tingkat pengangguran,
upah minimum regional dan persentase penduduk yang bekerja berdasarkan
kelompok sektor di Kabupaten Majalengka dari Tahun 2007 sampai Tahun 2009
dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Perkembangan Angka Statistik Ketenagakerjaan Uraian 2007 2008 2009
Tingkat Partisipasi Angkatan
Kerja
69,06 62,23 66,48
Tingkat Pengangguran 7,46 7,98 6,74
Bekerja (%) 92,54 92,02 93,26
UMR (Rp) 555.000 605.000 680.000
Bekerja di Sektor Primer (%) 37,96 31,05 30,94
Bekerja di Sektor Sekunder (%) 19,53 23,38 18,96
Bekerja di Sektor Tersier (%) 42,51 45,57 50,10 Sumber : Statistik Daerah Kab. Majalengka Tahun 2010
Berdasarkan kelompok sektornya, angkatan kerja yang bekerja di sektor
primer selama periode Tahun 2007 – 2009 cenderung menurun yaitu dari 37,96
persen pada Tahun 2007 menjadi 30,94% pada Tahun 2009. Sebaliknya untuk
kelompok sektor tersier cenderung meningkat yaitu dari 42,51% pada Tahun 2007
menjadi 50,10% pada Tahun 2009.
4.2.3. Sosial Budaya
Pembangunan kualitas hidup penduduk Kabupaten Majalengka menjadi
prioritas pembangunan daerah. Perkembangan kualitas sumber daya manusia
(SDM) Kabupaten Majalengka menunjukkan perkembangan yang semakin
70
membaik, hal tersebut antara lain ditunjukkan dengan pencapaian Indeks
Pembangunan Manusia (IPM). IPM dihitung berdasarkan tiga indikator yaitu
Indeks Pendidikan, Indeks Kesehatan, dan Indeks Daya Beli.
IPM Kabupaten Majalengka pada tahun 2007 mencapai 69,25 kemudian
meningkat kemudian meningkat sebesar 0,15 poin menjadi 69,40 di Tahun 2008.
Peningkatan cukup besar terjadi pada Tahun 2009 yaitu meningkat sebesar 0,5
poin menjadi sebesar 69,94. Tetapi di lain pihak dari sisi peringkatnya, diantara
26 Kabupaten/Kota di Jawa Barat, Kabupaten Majalengka menduduki peringkat
ke-22 pada Tahun 2009. Hal ini menunjukkan bahwa IPM Kabupaten Majalengka
masih berada pada kelompok bawah. Untuk mendongkrak IPM tersebut
diperlukan upaya-upaya nyata sehingga pembangunan yang dilaksanakan dapat
benar-benar mengangkat kualitas hidup masyarakat Kabupaten Majalengka.
Dalam bidang seni dan budaya, pembangunan ditujukan untuk
melestarikan dan mengembangkan kebudayaan daerah serta mempertahankan jati
diri dan nilai-nilai budaya daerah di tengah-tengah semakin derasnya arus
informasi dan pengaruh negatif budaya global. Selain itu kesenian dan
kebudayaan merupakan cerminan dari seberapa tinggi peradaban manusia yang
dimiliki. Adapun budaya yang masih dapat dijumpai dalam kehidupan masyarakat
di Kabupaten Majalengka yaitu diantaranya upacara sambut pengantin, upacara
guar bumi, upacara mapag sri, dan beberapa tradisi budaya yang masih
dilestarikan oleh perorangan yang merupakan tradisi budaya dalam kehidupannya.
4.3. Perekonomian Daerah
Gambaran mengenai perekonomian daerah yang menjadi fokus dalam
bahasan ini adalah meliputi produk domestik regional bruto (PDRB) dan potensi
sektor-sektor ekonomi.
4.3.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan dasar pengukuran
atas nilai tambah yang mampu diciptakan karena adanya berbagai aktivitas
ekonomi dalam suatu wilayah. Selain itu, data PDRB merupakan gambaran atas
kemampuan suatu wilayah dalam mengelola sumber daya alam dan sumber daya
71
manusia yang dimilikinya. Oleh karena itu besarnya nilai PDRB dari suatu
wilayah akan sangat tergantung pada kedua faktor tersebut, sehingga dengan
beragamnya kondisi dan keterbatasan dari kedua faktor di atas menyebabkan nilai
PDRB bervariasi antar daerah. PDRB merupakan ukuran produktivitas wilayah
yang paling umum dan paling dapat diterima secara luas sebagai standar ukuran
pembangunan suatu wilayah, sehingga walaupun dianggap memiliki berbagai
kelemahan tetapi PDRB ini merupakan tolak ukur yang paling operasional karena
tidak ada satu wilayah pun yang tidak melakukan pengukuran nilai PDRB.
Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Majalengka dapat dilihat dari
laju PDRB atas dasar harga konstan yang mengalami peningkatan, nilai ini
menunjukan terjadinya peningkatan produk yang dihasilkan dibandingkan
tahun sebelumnya. Stuktur perekonomian Kabupaten Majalengka yang
digambarkan oleh distribusi PDRB atas dasar harga berlaku menunjukan
bahwa sektor pertanian merupakan sektor yang masih dominan dan menjadi
andalan dalam memberikan nilai tambah PDRB Kabupaten Majalengka,
dimana kontribusi yang diberikan sektor ini cukup besar.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Majalengka atas
dasar harga konstan tahun 2000 pada kurun waktu tahun 2006-2009 mengalami
kenaikan setiap tahunnya. Hal ini didukung oleh kenaikan hampir semua sektor
lapangan usaha dengan dominasi sektor pertanian diikuti sektor perdagangan,
hotel dan restoran serta sektor industri pengolahan. Pada tahun 2006 PDRB atas
dasar harga konstan tahun 2000 mencapai Rp. 3.686.235.930.000, tahun 2007
sebesar Rp.3.865.690.520.000, dan pada tahun 2008 sebesar Rp.
4.041.007.620.000 serta pada tahun 2009 sebesar Rp. 4.225.926.070.000.
Selanjutnya Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per kapita
Kabupaten Majalengka atas dasar harga konstan tahun 2000 setiap tahun
mengalami kenaikan dari Rp. 3.126.217,78 pada tahun 2006 menjadi Rp.
3.502.046,13 pada tahun 2009. Kenaikan PDRB per kapita menunjukkan bahwa
kondisi perekonomian Kabupaten Majalengka meningkat, sejalan dengan jumlah
penduduk dan keadaan penduduk pada tahun berjalan. Gambaran mengenai
perkembangan kontribusi sektoral dan nilai PDRB per kapita Kabupaten
Majalengka atas dasar harga konstan dapat dilihat pada Tabel 13.
72
Tabel 13. Perkembangan Nilai PDRB Kabupaten Majalengka Atas Dasar Harga
Konstan Tahun 2000 dari Tahun 2006-2009 (Dalam Jutaan Rupiah)
No. LAPANGAN USAHA SATUAN TAHUN
2006 2007 2008 2009
1 PDRB atas dasar harga
konstan thn 2000 (Jutaan
Rupiah)
3.686.235,93 3.865.690,52 4.042.240,29 4.225.926,07
Pertanian Rp.000.000,00 1.046.430,59 1.093.907,26 1.133.648,71 1.184.973,86
% (28,39) (28,30) (28,05) (28,04)
Pertambangan dan
Galian
Rp.000.000,00 150.590,75 159.586,22 166.138,45 162.266,80
% (4,09) (4,13) (4,11) (3,84)
Industri Pengolahan Rp.000.000,00 624.229,78 657.996,42 691.093,64 724.330,61
% (16,93) (17,02) (17,10) (17,14)
Listrik, Gas, Air Bersih Rp.000.000,00 24.480,32 26.149,82 27.540,86 28.810,27
% (0,66) (0,68) (0,68) (0.68)
Bangunan Rp.000.000,00 165.831,17 175.415,37 185.168,46 195.870,28
% (4,50) (4,54) (4,58) (4,63)
Perdagangan, Hotel dan
Restoran
Rp.000.000,00 724.540,91 756.470,52 797.726,94 838.517,68
% (19,66) (19,57) (19,73) (19,84)
Pengangkutan dan
Komunikasi
Rp.000.000,00 238.842,61 250.435,89 260.476,07 271.937,70
% (6,48) (6,48) (6,44) (6,43)
Keuangan Rp.000.000,00 205.604,05 219.085,84 229.950,10 240.097,63
% (5,58) (5,67) (5,69) (5,68)
Jasa Rp.000.000,00 505.685,75 526.643,19 550.497,06 579.121,25
% (13,72) (13,62) (13,62) (13,70)
2 PDRB per Kapita (Rp) 3.126.217.78 3.253.430,66 3.377.492,37 3.502.046,13
Sumber : BPS Kabupaten Majalengka Tahun 2010
Nilai tambah terbesar bagi PDRB Kabupaten Majalengka pada Tahun
2009 berasal dari sektor pertanian yaitu sebesar 1,184 trilyun rupiah atau sebesar
28,04 % dimana sebagian besar penduduk berusaha di sektor pertanian. Sektor
perdagangan hotel dan restoran memberikan kontribusi terbesar kedua yaitu
sebesar 838 milyar atau sebesar 19,84%. Sektor industri pengolahan memberikan
kontribusi terbesar ketiga yaitu sebesar 724 milyar atau sebesar 17,14%.
4.3.2. Potensi Sektor-Sektor Ekonomi
Potensi sektor-sektor ekonomi yang dijelaskan dalam bahasan ini adalah
potensi sektor-sektor ekonomi yang memiliki sumbangan terbesar terhadap PDRB
di Kabupaten Majalengka yaitu sektor pertanian, sektor perdagangan, hotel dan
restoran serta sektor industri pengolahan.
4.3.2.1. Pertanian
Pertanian di Kabupaten Majalengka secara umum memiliki potensi yang
besar dan variatif, serta didukung oleh kondisi agroekosistem yang cocok untuk
73
pengembangan komoditas pertanian. Potensi ini dapat dilihat dari besarnya
sumbangan sektor pertanian terhadap PDRB. Dominasi sektor pertanian dalam
perekonomian Kabupaten Majalengka sangat dimungkinkan dengan besarnya luas
lahan yang digunakan untuk kegiatan-kegiatan pertanian. Hal ini dapat dilihat dari
rincian penggunaan lahan di Kabupaten Majalengka yaitu dari luas wilayah
Kabupaten Majalengka sebesar 120.424 hektar tersebut terdiri atas lahan sawah
51.370 hektar, lahan bukan sawah 33.362 hektar dan lahan bukan pertanian 35.692
hektar. Berdasarkan data tersebut maka 73,18% luas lahan di Kabupaten Majalengka
digunakan sebagai lahan pertanian.
Kontribusi terbesar sektor pertanian adalah berasal dari sub sektor tanaman
bahan makanan yang rata-rata mencapai 23,80% dari nilai PDRB Kabupaten
Majalengka, hal ini berarti produksi terbesar di Kabupaten Majalengka berasal
dari usaha budi daya tanaman bahan makanan. Tanaman bahan makanan terdiri
dari tiga jenis komoditas yaitu padi dan palawija, sayuran serta buah-buah.
Kinerja dari sub sektor tanaman bahan makanan ini dapat dilihat dari
perkembangan angka produksi beberapa komoditasnya.
Tabel 14 menggambarkan besarnya luas panen, hasil per hektar dan
produksi padi sawah di Kabupaten Majalengka. Dari tabel ini tergambar bahwa
pada Tahun 2009 produksi padi telah mencapai 567.796 ton. Bila dibandingkan
dengan tahun sebelumnya, ternyata produksi padi mengalami peningkatan sebesar
10,77%. Peningkatan produksi ini karena bertambahnya luas panen dari 88.503 ha
menjadi 93.517 ha atau meningkat sebesar 5,67% serta juga disebabkan oleh
meningkatnya produktivitas atau hasil per hektar sebesar 4,83 %.
Tabel 14. Perkembangan Luas Panen, Hasil per Hektar dan Produksi Padi Sawah
di Kab. Majalengka Tahun Luas Panen
(Ha)
Hasil per Hektar
(Kuintal)
Produksi
(Ton)
2008 88.503 57,92 512.596
2009 93.517 60,72 567.796
Laju 5,67 4,83 10,77
Sumber : Majalengka dalam Angka Tahun 2010
Perkembangan produksi tanaman palawija pada Tahun 2009 ditunjukkan
dalam Tabel 15. Berdasarkan tabel tersebut terlihat bahwa pada umumnya
74
tanaman palawija mengalami pertumbuhan yang positif, bahkan komoditas jagung
dan ubi jalar pada Tahun 2009 mengalami peningkatan yang cukup pesat dari
tahun sebelumnya yaitu masing-masing sebesar 59,29 % dan 53,95%.
Tabel 15. Perkembangan Produksi Palawija di Kabupaten Majalengka (dalam ton) Komoditas 2008 2009 Laju
Jagung 69.479 110.674 59,29
Ubi Kayu 42.575 46.461 9,13
Ubi Jalar 11.409 17.564 53,95
Kacang Tanah 1.769 1.531 13,45
Kedelai 2.825 3.378 19,57
Sumber : Majalengka dalam Angka Tahun 2010
Seperti yang telah disebutkan diatas, selain padi dan palawija, tanaman
lain yang termasuk dalam sub sektor tanaman bahan makanan adalah sayuran dan
buah-buahan. Perkembangan produksi sayuran dan buah-buahan pada Tahun 2009
disajikan pada Tabel 16 dan Tabel 17.
Tabel 16. Perkembangan Produksi Sayuran di Kabupaten Majalengka
(dalam kuintal) Komoditas 2008 2009 Laju
Bawang merah 330.150 316.790 -4,05
Bawang daun 864.640 419.600 -51,47
Cabe 128.330 97.740 -23,84
Tomat 67.560 103.440 53,11
Sumber : Majalengka dalam Angka Tahun 2010
Dari Tabel 16 terlihat bahwa sebagian besar komoditas sayuran
mengalami penurunan produksi, yang mengalami peningkatan produksi hanya
komoditas tomat yaitu meningkat sebesar 53,11%. Bawang merah menurun
sebesar 4,05 %, kemudian komoditas bawang daun juga menurun sebesar sebesar
51,47 % dan cabe menurun sebesar 23,84 %.
Selanjutnya Tabel 17 menunjukkan perkembangan produksi buah-buahan
di Kabupaten Majalengka. Seperti halnya sayuran, komoditas buah-buahan pun
sebagian besar menunjukkan penurunan, yang mengalami peningkatan dantaranya
adalah mangga dan pisang. Komoditas mangga meningkat sebesar 3,07 % dan
pisang meningkat cukup pesat yaitu mencapai 125,10 %.
75
Tabel 17. Perkembangan Produksi Buah-buahan di Kab. Majalengka (dalam
kuintal) Komoditas 2008 2009 Laju
Alpukat 62.193 46.156 -25,78
Jambu biji 30.374 26.568 -12,53
Mangga 452.235 466.103 3,07
Nangka 61.215 33.587 -45,13
Pisang 122.094 274.838 125,10
Jeruk besar 1.456 482 -66,89
Sumber : Majalengka dalam Angka Tahun 2010
4.3.2.2. Perdagangan, Hotel dan Restoran
Sektor perdagangan di Kabupaten Majalengka pengembangannya
difokuskan pada sistem distribusi barang dan peningkatan akses pasar, baik pasar
daerah maupun pasar luar daerah. Pengembangan sistem distribusi diarahkan
untuk memperlancar arus barang dan jasa, memperkecil kesenjangan antar daerah,
mengurangi fluktuasi harga dan menjamin ketersediaan barang yang terjangkau
oleh masyarakat.
Berdasarkan data yang tercatat di BPS (2010), beberapa fasilitas
perdagangan yang terdapat di Kabupaten Majalengka meliputi pasar desa
sebanyak 33 buah yang tersebar di beberapa Kecamatan dengan frekuensi hari
pasar sebanyak 2 kali seminggu sampai dengan harian, pasar milik Pemerintah
Daerah sebanyak 4 buah yang terdapat di Kecamatan Cigasong, Sumberjaya,
Talaga dan Kadipaten, jumlah kelompok pertokoan sebanyak 3.440 buah,
Supermarket (Pasar Swalayan, Toserba, Minimarket) sebanyak 27 buah, Restoran
(Rumah Makan, Kedai Makanan) sebanyak 21 buah, sedangkan sarana akomodasi
meliputi penginapan sebanyak 9 buah yang terdiri atas 192 kamar, sementara
jumlah restoran sebanyak 21 buah.
4.3.2.3. Industri Pengolahan
Sektor industri pengolahan memegang peranan yang sangat penting dalam
peningkatan pembangunan ekonomi suatu daerah, karena sektor ini selain cepat
meningkatkan nilai tambah juga sangat diharapkan perkembangannya dalam
menunjang perekonomian, terutama dalam upaya mengatasi pengangguran. Selain
itu, sektor ini pun merangsang kegiatan ekonomi sektor lainnya seperti sektor
76
jasa, angkutan dan perdagangan. Sebagai gambaran pada PDRB Kabupaten
Majalengka Tahun 2009 sektor industri memberikan kontribusi sebesar 17,14 %.
Sektor industri pengolahan yang berkembang di Kabupaten Majalengka
saat ini mayoritas berupa industri berskala mikro, kecil dan menengah, antara lain
industri kerajinan dan industri olahan makanan. Sementara industri besar
perkembangannya relatif lebih lambat. Banyaknya perusahaan industri besar dan
sedang berdasarkan produksi utamanya yang ada di Kabupaten Majalengka dapat
dilihat pada Tabel 18.
Tabel 18. Banyaknya Industri Besar dan Sedang di Kabupaten Majalengka
Tahun
Produksi Utama (unit)
Pakaian Makanan Genteng Kerajinan
Rotan
Bola
Sepak Lainnya
2005 3 4 318 25 1 18
2006 3 6 324 50 1 18
2007 11 8 401 50 1 17
2008 23 8 450 64 2 23
2009 15 8 395 22 1 13
Sumber : Majalengka dalam Angka Tahun 2010
Apabila dilihat dari produksi utamanya, industri pengolahan di Kabupaten
Majalengka didominasi oleh industri genteng. Pada tahun 2009, industri genteng
ini mencapai 395 unit atau sebesar 87% dari industri yang ada. Keberadaan
industri genteng ini terpusat di Kecamatan Jatiwangi.