Iuw 7v beda tinggi

37
Pengukuran Beda Tinggi Bagian 2 Mata Kuliah Ilmu Ukur Wilayah Pertemuan ke 7

Transcript of Iuw 7v beda tinggi

  • 1. Pengukuran Beda Tinggi Bagian 2 Mata Kuliah Ilmu Ukur Wilayah Pertemuan ke 7

2. Jenis jenis Pengukuran Sipat Datar Sipat datar memanjang Sipat datar resiprokal Sipat datar Profil Sipat datar Profil memanjang Sipat datar Profil melintang Sipat datar luas 3. Sipat datar memanjang Sipat datar ini digunakan apabila jarak antar dua titik sangat berjauhan atau diluar jangkauan pandangan. Maka jarak antara kedua titik / stasiun tersebut dibagi kedalam slag / seksi. Jumlah beda tinggi tiap slag merupakan beda tinggi antara kedua stasiun tersebut. Tujuan dari pengukuran ini adalah mengetahui ketinggian dari titik-titik dan biasanya digunakan sebagai kerangka vertikal bagi suatu daerah pemetaan. 4. Sipat datar memanjang 5. Sipat datar resiprokal Berbeda dengan sipat datar yang lain, pada sipat datar ini digunakan waterpass yang memiliki pengungkit, nivo dilengkapi dengna skala pembaca bagi pengungkitan. Sehingga dapat diukur beda tinggi antar dua titik yang tidak dapat dicapai oleh pengukur. Hasil akhir dari pengukuran adalah data ketinggian dari kedua titik tersebut. 6. Sipat datar resiprokal Perbedaan tinggi antara A ke B adalah hAB = {(a - b) + (a - b)}.Titik-titk C, A, B, dan D tidak harus berada pada satu garis lurus. Sumber: Muda, 2008 7. Sipat datar Profil Pengukuran sipat datar profil bertujuan mengetahui profil dari suatu jalur baik jalan atau saluran. Dari hasil pengukuran dapat diperhitungkan kemiringan jalur / proyek banyaknya galian / cut dan timbunan fill yang perlu dilakukan.Dibedakan atas Profil memanjang searah dengan jalur / sumbu proyek dan Profil melintang dengan arah memotong tegak lurus sumbu proyek pada interval jarak tertentu 8. Sipat datar Profil Prinsip perhitungan profil memanjang dan melintang sama dengan sipat datar memanjang. Hanya saja : Pada pengukuran detil-detil profil dipilih sehingga mewakili bentuk permukaan lahan Pada pengukuran profil memanjang, kadang interval ditentukan sebelumnya, misal 10, 25 dan 50 meter tergantung proyekJarak titik detil dapat diukur dengan pita ukur dan titik-titik stasiun diberi identitas berupa patok kayu beserta nomor-nomor 9. Sipat datar Profil memanjang Profil memanjang diukur dengan sipat datar memanjang 10. Sipat datar Profil memanjang Jarak biasanya lebih besar dari beda tinggi maka penggambaran skala jarak lebih kecil dari skala tinggi 11. Sipat datar Profil memanjang Penggambaran Posisi mendatar (Sb X) untuk jarak horisontal antar titik dengan skala yang telah ditentukan. Misal 1:1000 Posisi tegak (Sb Y) untuk ketinggian dengan skala 10x skala horisontal. Misal 1:100 Kemudian dari gambar ketinggian, hubungkan titik-titik tersebut secara berurutan sehingga membentuk profil memanjang Pada bagian bawah tersedia kolom yang disesuaikan dengan kebutuhan perhitungan selanjutnya. Misalnya perhitungan ketinggian, kemiringan, sehingga dapat dihitung untuk cut/fill Kolom nama titik Kolom jarak Kolom elevasi 12. Sipat datar Profil memanjang Gambar 9.22 13. Contoh formulir pengukuran sipat datar profil memanjang Contoh formulir 14. Sipat datar Profil melintang Profil melintang dibuat untuk menentukan tinggi titik-titik detil dengan pertolongan tinggi garis bidik 15. Sipat datar Profil melintang Sipat datar ini melanjutkan dari profil memanjang Arah profil melintang diambil tegak lurus terhadap sumbu proyek. Dasar ketinggian setiap profil adalah titik-titik stasiun yang telah diukur dari profil memanjang Lebar profil tergantung dari kebutuhan, misal 25 m arah kanan kiri dari sumbu proyek Pengukuran detil dilakukan pada saat pengukuran profil memanjang, detil menggambarkan bentuk permukaan lahan 16. Sipat datar Profil melintang Penggambaran Sama dengan profil memanjang Skala X dan Y sama / tidak jauh berbeda 17. Gambar memperlihatkan irisan dari rencana proyek dan luasan antara tanah asli dengan tampang proyek, sehingga terlihat luas tampang cut/fill Gabungan antara tampang melintang dan memanjang maka volume dari tubuh tanah yang ditimbun/digali dapat dihitung 18. Contoh formulir sipat datar melintang Gambar 19. Profil memanjang dan rencana proyek Gambar 9.25 20. Profil melintang dan rencana jalan & saluran 21. Sipat datar luas Pada perencanaan bangunan di suatu lahan, biasanya dibutuhkan informasi mengenai keadaan tinggi rendahnya permukaan tanah. Pengukuran sipat datar luas mengukur sebanyak mungkin titik detil di lahan tersebut. Adapun kerapatan dan letak titik detail diatur sesuai dengan kebutuhan. Semakin rapat titik detail maka semakin baik gambaran permukaan tanah Sumber: Iskandar Muda, 2008 22. Sipat datar luasSutomo Wongsotjitro, 1980 23. Sipat datar luas 24. Sipat datar luas@ 25. Sipat datar luas< 26. Ketelitian Pengukuran Sipat datar Kesalahan pada pengukuran sipat datar pada umumnya akibat Systematic error (sistematis), karena alat ukur : kesalahan garis bidik, kesalahan garis nol pada skala rambu, faktor alam ( refraksi udara atau kelengkungan bumi) Accidental error (kebetulan) tidak dpt dihindarkan dan pengaruhnya tidak dapat ditentukan : menaksir bacaan skala rambu, letak gelembung nivo tidak ditengah 27. Ketelitian Pengukuran Sipat datar Menghindari kesalahan sistematis (bersifat akumulasi ) dan harus dihilangkan Misalnya, untuk menghilangkan pengaruh kesalahan garis bidik, titik nol rambu, refraksi udara dan kelengkungan bumi, Alat sipat datar harus ditempatkan tepat di tengah antara dua rambu (jarak ke rambu belakang dan ke rambu muka harus dibuat sama besar). Jumlah jarak antara bacaan rambu belakang = Jumlah jarak antara muka. Hal ini dapat dilakukan dengan mengatur penempatan alat kembali pada akhir pengukuran Membagi jarak antara dua titik ujung dalam seksi yang genap, agar kesalahan beda tinggi akibat kesalahan garis nol menjadi terbebas dari pengaruh kesalahan Periksa selalu nivo kotak pada waterpass sehingga benar2 tegak lurus 28. Ketelitian Pengukuran Sipat datar Baik buruknya pengukuran menyipat datar sehingga pengukuran harus diulangi atau tidak maka ditentukan batas harga kesalahan / toleransi Pengukuran pulang pergi maka selisih hasil pengukuran pulang pergi dibatasi oleh Tingkat pertama Tingkat dua Tingkat tiga( ) k = (3 S ) mm k = (6 S ) mm k1 = 2 Skm mm 23kmkmSkm = jarak pengukuran (km) 29. Ketelitian Pengukuran Sipat datar Bila pengukuran diikat oleh dua titik yang telah diketahui tingginya pada titik-titik ujung pengukuran Tingkat pertama Tingkat dua Tingkat tiga( k ' = (2 3 k ' = (2 6) ) mm ) mmk1 ' = 2 2 Skm mm 2Skm3Skm 30. Pengukuran Beda Tinggi Trigonometris Suatu proses penentuan beda tinggi dari titik-titik pengamatan dengan cara mengukur sudut miring atau vertikal dengan jarak yang diketahui, baik jarak dalam bidang datar maupun jarak geodetik. Sudut miring/vertikal dapat diukur dengan teodolit, sehingga cara penentuan beda tinggi menjadi dua lingkup, ukur tanah dan geodesi Ukur tanah memiliki asumsi prinsip bidang datar, jarak tidak terlalu jauh sehingga kelengkungan bumi diabaikan Geodesi, jarak relatif jauh sehingga sudut vertikal perlu dikoreksi dengan kelengkungan dan refraksi Keterbatasan penggunaan waterpass yaitu jangkauan bidikan dibatasi oleh tinggi alat dan ketinggian rambu ukur. 31. Pengukuran Beda Tinggi Tachimetri Pada pengukuran dengan metoda tachimetri, teropong dapat dimiringkan sehingga keterbatasan jangkauan dapat dikurangi. Hasil pengukuran dengan metoda ini akan diperoleh pengukuran jarak miring, jarak mendatar, dan jarak vertikal. 32. Pengukuran Beda Tinggi Tachimetri Pengukuran beda tinggi dengan metoda tachimetriBT dm mVHiE2 dh E1hDimana : E1 = Elevasi titik 1 E2 = Elevasi titik 2 h = Beda tinggi antara titik 1 dan titik 2 = E2 E1 V = Jarak vertikal bacaan teodolit C = Konstanta alat BA = Bacaan benang atas BB = Bacaan benang bawah BT = Bacaan benang tengah Hi = Tinggi Alat m = bacaan sudut vertikal = sudut miring bidikan / alat (90o m) 33. Perhitungan Beda tinggi diukur di lapangan dengan memperhitungkan tinggi bidikan. 1. Tinggi bidikan (BT) = tinggi Alat (Hi) BT = Hi maka h = V 1 h = c(BA - BB) sin 2 2 2. Tinggi bidikan (BT) tinggi Alat (Hi) BT Hi maka h + BT = Hi + V 1 h = c(BA - BB) sin 2 + (Hi - BT ) 2 34. atau dh = 100 (BA-BB) cos 2 V = dh x tan Bila yang diketahui jarak miring (alat EDM) V = dm x sin Maka beda tinggi titik A dan B h = V + Hi BT Dimana hi = tinggi alat Kustarto dan Hartanto, 2011 35. Pengukuran Beda Tinggi Barometris Pada dasarnya merupakan penentuan pengukuran tekanan udara pada lapisan atmosfer Pengukuran beda tinggi secara tidak langsung karena yang diukur tekanan udara dan menggunakan rumus-rumus fisika (Hk. Boyle dan Hk Gay-Lussac) Dengan Altimeter tekanan udara dan tinggi/beda tinggi dapat langsung dibaca pada lingkaran skala alat altimeter @ 36. Pengukuran Beda Tinggi Barometris Accuracy to sea level is +/-1 to 5 feet, but the on-site accuracy from point a to point b on site is much less than that. Model MDM-5 (Range -100 to +2,500 meters; 1/2 meter intervals) Model MM-1 (Range 0 to +5,000 meters; 1 meter intervals) http://www.thealtimeterstore.com/survey.html 37. Pustaka Basuki, Slamet, 2011, Ilmu Ukur Tanah (Edisi Revisi), Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Hendro Kustarto dan Andy Hartanto, 2011, Ilmu Ukur Tanah Metode dan Aplikasi Bagian Pertama, Penerbit DIOMA, Malang. Muda, Iskandar, 2008, Teknik Survei dan Pemetaan Jilid 1, Jakarta : Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Dirjen Manajemen Pendidikan, Departemen Pendidikan Nasional Subki F. Mulkan, Edy Sumaryonto, 1981, Ilmu Ukur Wilayah, Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Dirjen Pendidikan Menengah dan Kejuruan, Wongsotjitro, Soetomo, 1980, Ilmu Ukur Tanah, Kanisius Yogyakarta.