ITS Undergraduate 15870 4206100086 Paper

13
Pengaruh Jumlah dan Posisi Rudder Terhadap Kemampuan Manoeuvring Kapal Rapelman Saragih, Surjo Widodo Adji, Amiadji Department of Marine Engineering, Sepuluh Nopember Institute of Technology, Surabaya [email protected] Abstract Increasing ship population has led to increased activity of ships, especially ships in the harbor. Therefore, if the motion needed a good ship to be able to manoeuvring. One way to improve the navigation of the ship is to optimize the rudder. Rudder is a mechanical device inside a vessel that serves to determine and set the direction of the bow or manoeuvring of ship. Rudder is good will give a good response to the ship, so that ships can position theirself very well. This research will simulated the effect of rudder number and position to improve the ability of ship manoeuvring , in order to obtain a suitable rudder configuration and provides a high response. In this research the movement of fluid flow will be simulated using CFD (Computational Fluid Dynamics) method to analyze the pressure distribution, lift force, drag force and velocity on the rudder. So in the end can found a suitable rudder configuration. Keywords : Manoeuvring, rudder, lift force, drag force , CFD I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan penggunaan transportasi laut telah mengakibatkan pertumbuhan populasi kapal. Pertumbuhan populasi kapal ini telah mengakibatkan meningkatnya aktifitas kapal di pelabuhan. Salah satunya yaitu pelabuhan Tanjung Perak yang terletak tidak jauh dari pelabuhan Ujung – Kamal Surabaya. Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya merupakan pelabuhan kelas satu di Indonesia, dimana lalu lintas kapal yang keluar masuk pelabuhan tinggi. Pelabuhan ini adalah salah satu pelabuhan pintu gerbang di Indonesia. Di sebelah timur dari pelabuhan Tanjung Perak terdapat penyeberangan kapal ferry Ujung - Kamal yang juga memiliki tingkat arus lalu lintas yang cukup padat dan terdapatnya pangkalan Angkatan Laut armada timur menambah arus lalu lintas di sisi timur pelabuhan semakin padat. Dengan kepadatan arus lalu lintas kapal ini, maka perlu upaya untuk meningkatkan keselamatan kapal khususnya kapal Ferry jenis Ro-Ro. Kapal Ferry jenis Ro- Ro ini menjadi penting karena menyangkut keselamatan banyak jiwa dan juga barang. Upaya peningkatan keselamatan kapal ini dapat dilakukan dengan meningkatkan kemampuan olah gerak kapal agar kapal dapat mengikuti jalur ketika memasuki ataupun ketika keluar dari pelabuhan, sehingga terhindar dari bahaya tubrukan. Salah satu cara untuk meningkatkan kemampuan olah gerak kapal (manoeuverability) adalah dengan mengoptimalkan kerja rudder. Berbagai cara telah dilakukan untuk meningkatkan kerja rudder salah satunya yaitu dengan memindahkan rudder tidak segaris dengan poros propeller dengan single screw (Nur Komeidi, 2007). Pada skripsi ini penulis menganalisa pengaruh jumlah dan posisi rudder untuk mendapatkan konfigurasi rudder yang tepat. Jumlah rudder yang akan divariasikan ada dua yaitu single dan double rudder. Sedangkan untuk posisinya khusus untuk double rudder, yakni akan digeser dari centerline sejauh 80% hingga 120%. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan respon rudder yang paling optimal. Dalam penelitian ini aliran fluida dianalisa dengan menggunakan metode CFD (Computational Fluid Dynamics) dan software yang digunakan adalah ANSYS CFX. Gambar 1.1 Peta Laut Alur Pelayaran Surabaya 1.2 Perumusan Masalah Dari uraian di atas maka permasalahan yang utama yang dibahas yaitu : a. Bagaimana pengaruh jumlah rudder dan peletakannya terhadap kemampuan manoeuvring kapal? b. Bagaimana gaya-gaya yang terjadi pada rudder dengan konfigurasi single rudder dan kapal dengan konfigurasi double rudder? c. Apabila konfigurasi double rudder digunakan maka berapa luas dari masing-masing rudder dan dimana letaknya yang menunjukkan performance tertinggi. 1.3 Batasan Masalah Agar pengerjaan tugas akhir ini tidak terlalu meluas maka diperlukan batasan-batasan masalah, agar proses penulisan lebih terarah. Adapun batasan masalah tersebut sebagai berikut : a. Penelitian yang dilakukan menggunakan simulasi computer yaitu menggunakan metode CFD dan sofware yang digunakan adalah ANSYS CFX. b. Objek yang dikaji yaitu kapal jenis ferry Ro-Ro dengan 571 GT. c. Penelitian yang dilakukan mengabaikan factor gelombang dan kecepatan angin. d. Penelitian yang dilakukan tidak untuk meningkatkan efisiensi propulsif kapal

description

Pendidikan

Transcript of ITS Undergraduate 15870 4206100086 Paper

  • Pengaruh Jumlah dan Posisi Rudder Terhadap Kemampuan Manoeuvring

    Kapal

    Rapelman Saragih, Surjo Widodo Adji, Amiadji

    Department of Marine Engineering, Sepuluh Nopember Institute of Technology, Surabaya

    [email protected]

    Abstract Increasing ship population has led to increased activity of ships, especially ships in the harbor. Therefore, if the

    motion needed a good ship to be able to manoeuvring. One way to improve the navigation of the ship is to optimize the

    rudder. Rudder is a mechanical device inside a vessel that serves to determine and set the direction of the bow or

    manoeuvring of ship. Rudder is good will give a good response to the ship, so that ships can position theirself very well. This

    research will simulated the effect of rudder number and position to improve the ability of ship manoeuvring , in order to

    obtain a suitable rudder configuration and provides a high response. In this research the movement of fluid flow will be

    simulated using CFD (Computational Fluid Dynamics) method to analyze the pressure distribution, lift force, drag force and

    velocity on the rudder. So in the end can found a suitable rudder configuration.

    Keywords : Manoeuvring, rudder, lift force, drag force , CFD

    I. PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang Peningkatan penggunaan transportasi laut telah

    mengakibatkan pertumbuhan populasi kapal. Pertumbuhan

    populasi kapal ini telah mengakibatkan meningkatnya

    aktifitas kapal di pelabuhan. Salah satunya yaitu pelabuhan

    Tanjung Perak yang terletak tidak jauh dari pelabuhan

    Ujung Kamal Surabaya. Pelabuhan Tanjung Perak

    Surabaya merupakan pelabuhan kelas satu di Indonesia,

    dimana lalu lintas kapal yang keluar masuk pelabuhan

    tinggi. Pelabuhan ini adalah salah satu pelabuhan pintu

    gerbang di Indonesia. Di sebelah timur dari pelabuhan

    Tanjung Perak terdapat penyeberangan kapal ferry Ujung -

    Kamal yang juga memiliki tingkat arus lalu lintas yang

    cukup padat dan terdapatnya pangkalan Angkatan Laut

    armada timur menambah arus lalu lintas di sisi timur

    pelabuhan semakin padat.

    Dengan kepadatan arus lalu lintas kapal ini,

    maka perlu upaya untuk meningkatkan keselamatan kapal

    khususnya kapal Ferry jenis Ro-Ro. Kapal Ferry jenis Ro-

    Ro ini menjadi penting karena menyangkut keselamatan

    banyak jiwa dan juga barang. Upaya peningkatan

    keselamatan kapal ini dapat dilakukan dengan meningkatkan kemampuan olah gerak kapal agar kapal

    dapat mengikuti jalur ketika memasuki ataupun ketika

    keluar dari pelabuhan, sehingga terhindar dari bahaya

    tubrukan. Salah satu cara untuk meningkatkan kemampuan

    olah gerak kapal (manoeuverability) adalah dengan

    mengoptimalkan kerja rudder.

    Berbagai cara telah dilakukan untuk

    meningkatkan kerja rudder salah satunya yaitu dengan

    memindahkan rudder tidak segaris dengan poros propeller

    dengan single screw (Nur Komeidi, 2007). Pada skripsi ini

    penulis menganalisa pengaruh jumlah dan posisi rudder

    untuk mendapatkan konfigurasi rudder yang tepat. Jumlah

    rudder yang akan divariasikan ada dua yaitu single dan

    double rudder. Sedangkan untuk posisinya khusus untuk

    double rudder, yakni akan digeser dari centerline sejauh

    80% hingga 120%. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan

    respon rudder yang paling optimal. Dalam penelitian ini

    aliran fluida dianalisa dengan menggunakan metode CFD

    (Computational Fluid Dynamics) dan software yang

    digunakan adalah ANSYS CFX.

    Gambar 1.1 Peta Laut Alur Pelayaran Surabaya

    1.2 Perumusan Masalah Dari uraian di atas maka permasalahan yang

    utama yang dibahas yaitu :

    a. Bagaimana pengaruh jumlah rudder dan

    peletakannya terhadap kemampuan

    manoeuvring kapal?

    b. Bagaimana gaya-gaya yang terjadi pada

    rudder dengan konfigurasi single rudder dan

    kapal dengan konfigurasi double rudder?

    c. Apabila konfigurasi double rudder digunakan

    maka berapa luas dari masing-masing rudder dan dimana letaknya yang menunjukkan

    performance tertinggi.

    1.3 Batasan Masalah Agar pengerjaan tugas akhir ini tidak terlalu

    meluas maka diperlukan batasan-batasan masalah, agar

    proses penulisan lebih terarah. Adapun batasan masalah

    tersebut sebagai berikut :

    a. Penelitian yang dilakukan menggunakan

    simulasi computer yaitu menggunakan metode

    CFD dan sofware yang digunakan adalah

    ANSYS CFX.

    b. Objek yang dikaji yaitu kapal jenis ferry Ro-Ro

    dengan 571 GT.

    c. Penelitian yang dilakukan mengabaikan factor

    gelombang dan kecepatan angin.

    d. Penelitian yang dilakukan tidak untuk

    meningkatkan efisiensi propulsif kapal

  • melainkan untuk membandingkan antara

    penggunaan single rudder dengan double rudder

    dan juga peletakan untuk double rudder.

    1.4 Tujuan Adapun tujuan penulisan tugas akhir ini

    berdasarkan uraian di atas adalah mengetahui pengaruh

    jumlah dan posisi rudder terhadap kemampuan

    manoeuvring kapal, sehingga diperoleh konfigurasi rudder

    yang sesuai.

    1.5 Manfaat Penulisan Manfaat yang akan diperoleh dari pengerjaan

    skripsi ini antara lain :

    a. Memberikan rekomendasi kepada pemilik

    kapal tentang posisi rudder yang menunjukkan

    performance tertinggi.

    b. Mengetahui pengaruh peletakan rudder dengan

    single rudder maupun double rudder.

    c. Mengetahui pengaruh jumlah dan peletakan

    rudder terhadap perubahan kecepatan dan gaya

    lift yang terjadi pada rudder

    II. METODOLOGI Dalam skripsi ini, analisa yang dilakukan adalah

    tentang pengaruh jumlah rudder dan peletakannya terhadap

    kemampuan maneouvring kapal, sehingga diperoleh

    konfigurasi rudder yang cocok dan memberikan respon

    yang tinggi. Dengan demikian dapat meningkatkan

    performansi kapal pada saat bermaneouver. Analisa yang

    dilakukan adalah pada Kapal Wicitra Dharma dengan type

    Ferry Ro-Ro. Analisa yang dilakukan adalah dengan

    menggunakan simulasi komputer dengan metode

    Computational Fluid Dynamics (CFD) dengan sofware

    CFX bukan membuat model secara nyata di lapangan.

    2.1 Peralatan dan bahan a) Peralatan

    Proses analisa menggunakan simulasi

    dengan bantuan komputer, sehingga memerlukan

    spesifikasi komputer yang memadai agar dapat

    menghasilkan data yang akurat atau mendekati

    kondisi riil. Berbagai spesifikasi computer yang

    dapat digunakan yaitu :

    - Sistem Operasi Windows 2000,

    Windows XP Professional, Windows

    XP 64 dan berbagai platform untuk

    sistem operasi Linux yang cocok

    - Procesor Intel Pentium 4 Dual Core

    atau lebih tinggi

    - Memori (RAM) minimal 512 MB (atau

    lebih tinggi lebih baik)

    - VGA minimal 512 MB (atau 1 GB)

    - Layar dengan resolusi minimal 1024 x

    768 pixel

    b) Bahan

    Bahan yang digunakan dalam analisa ini

    adalah data dan spesifikasi teknis kapal Wicitra

    Dharma dengan type ferry Ro-Ro, yang meliputi

    principle dimension kapal. Untuk hal-hal lain

    yang akan dianalisa selanjutnya adalah

    berdasarkan analisa umum serta pertimbangan-

    pertimbangan yang terkait dengan masalah

    seperti temperatur udara tropis di Indonesia

    diambil nilainya sebesar 25 oC.

    2.2 Prosedur pelaksanaan a. Telaah Pustaka

    Berbagai literatur yang mendukung

    proses pengerjaan skripsi ini dapat diperoleh dari

    berbagai sumber, misalnya Perpustakaan Pusat

    Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya,

    Ruang Baca FTK-ITS dan Ruang Baca Jurusan

    Teknik Sistem Perkapalan. Selain itu berbagai

    website yang mendukung juga telah dikunjungi

    untuk mendapatkan tambahan ilmu yang

    dibutuhkan seperti tutorial software Maxsurf

    dan CFX.

    b. Pengumpulan data

    Data yang digunakan yakni spesifikasi

    teknis kapal Wicitra Dharma milik PT Dharma

    Lautan Utama.

    c. Pengolahan data untuk pemodelan

    Pemodelan yang dilakukan adalah pada

    bagian rudder kapal, propeller dan body buritan

    kapal. Pemodelan menggunakan software-

    software terkait, yakni:

    - Maxsurf Professional dan Hullspeed Program maxsurf ini digunakan

    untuk memodelkan bentuk lambung kapal baik

    yang tercelup maupun yang berada di atas

    permukaan air, sehingga diperoleh desain

    kapal secara tiga dimensi. Program hullspeed

    digunakan untuk menganalisa bentuk kapal

    yang telah didesain oleh maxsurf, sehingga

    diperoleh data-data yang berhubungan dengan

    badan kapal seperti volume displacement,

    coefficient prismatic, dll.

    - Ansys CFX

    Pada software ini akan dimodelkan

    rudder dan peletakannya, kemudian dibuat

    body untuk menentukan domain dari fluida.

    Dalam kasus ini yang akan dianalisa yaitu

    fluida air. Setelah itu langkah selanjutnya

    adalah melakukan meshing terhadap objek

    tersebut. Meshing dilakukan dengan tujuan

    untuk memecah-mecah bagian utuh dari suatu

    objek menjadi grid kecil untuk kemudian

    dilakukan running atas tujuan tertentu.

    Semakin banyak grid yang digunakan maka

    running yang dilakukan akan memberikan

    hasil makin akurat karena apa yang terjadi

    pada tiap luasan objek dapat diketahui

    semakin detail. Program ini akan menganalisa

    badan kapal serta propeller yang telah

    dimeshing; dengan cara mengalirkan fluida

    dan mengamati hasilnya.

    - Program lain yang diperlukan Program lain yang membantu antara

    lain: autocad (untuk membantu pada saat

    menggambar propeller), microsoft excel

    (untuk perhitungan), microsoft word (untuk

    pembuatan laporan).

    d. Validasi dan analisa hasil pemodelan

    Hasil running dari pemodelan

    memberikan berbagai data baru untuk dianalisa

    selanjutnya menjadi nilai-nilai yang menjadi

    tujuan analisa ini. Yaitu akan didapatkan data-

    data seperti kecepatan fluida, gaya lift, gaya drag

  • dan arah aliran fluida. Yang tidak kalah

    pentingnya adalah proses visualisasi dari hasil

    running tersebut untuk mengetahui distribusi

    kecepatan dan tekanan pada dinding rudder yang

    dianalisa.

    e. Kesimpulan dan Saran

    Setelah proses pengerjaan analisa data

    dan pembahasan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan dan rekomendasi bagi pengerjaan

    dimasa yang akan datang. Berikut adalah

    diagram alir pengerjaan skripsi ini :

    Gambar 2.1 Flowchart Penulisan Skripsi

    III. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

    3.1 Umum Pada tahap ini akan diuraikan langkah-langkah

    pembuatan model dan dilanjutkan dengan langkah

    simulasi pada variasi model yang telah dibuat dengan

    menggunakan bantuan perangkat lunak Computational

    Fluid Dinamic (CFD). Perancangan model didasarkan pada

    batasan-batasan yang telah dijelaskan pada bab awal

    tulisan ini. Ada beberapa tahapan yang harus dilalui untuk

    bisa mendapatkan data-data hasil simulasi yang selanjutnya

    akan diolah untuk dianalisa lebih lanjut. Antara satu tahap

    dengan tahap yang lain saling terkait dan tidak bisa

    dipisahkan.

    Kapal yang akan dijadikan objek penelitian

    dalam skripsi ini adalah kapal jenis Ferry Ro-Ro KMP.

    Wicitra Dharma 571 GT. Data-data kapal tersebut adalah

    sebagai berikut :

    LOA = 53,25 m

    LWL = 49 m

    LPP = 47.04 m

    B = 12,60 m

    H = 3,60 m

    Cb = 0.67

    T = 2,60 m

    Vs = 10 knot = 5.14 m/s

    Engine = 2 x 1000 HP

    3.2 Model lambung Kapal Kapal ini dimodelkan dengan menggunakan

    program maxsurf sehingga diperoleh desain kapal secara

    tiga dimensi. Untuk dapat dibuka pada software ANSYS

    CFX maka hasil file dari maxsurf diexport ke program

    Hydrolink, dari program hydrolink ini file di save as

    menjadi bentuk *igs.

    Gambar 4.1 Model kapal

    Gambar 3.2 Model lambung kapal

    3.3 Model Rudder Dari principle dimention kapal tersebut dapat

    dihitung luasan rudder yakni masing-masing single rudder

    dan double rudder. Setelah diperoleh parameter

    penggambaran rudder, maka dapat digambarkan pada

    software ANSYS CFX. Perencanaan rudder tersebut

    sebagai berikut :

    Bentuk rudder = Spade rudder

    Profil rudder = NACA 0015

    Type Kemudi = balancir

    Rasio = 1.8

    Single rudder Single rudder ini menggunakan type balance dengan

    NACA 0015 dengan ukuran sebagai berikut :

    Luas (A) = 2.14 m2

    lebar (chord) = 1.09 m

  • tinggi (span) = 1.962 m

    Double rudder

    Double rudder ini menggunakan type balance

    dengan NACA 0015 dengan ukuran sebagai berikut :

    Luas (A) = 1.712 m2

    lebar (chord) = 0.975 m

    tinggi (span) = 1.755 m

    Gambar 3.3 Model rudder

    3.4 Model Propeler Propeller yang digunakan untuk proses simulasi

    menggunakan propeller type B-series. Diameter propeller

    yang digunakan adalah sebesar 1.550 meter dengan

    jumlah blade 4 buah.

    Gambar 3.4 Model Propeller

    Setelah pembuatan masing-masing model selesai maka

    ketiga model tersebut digabungkan pada Ansys Icem CFD.

    Setelah itu model akan divariasikan berdasarkan jumlah

    dan jarak rudder dari centreline seperti pada tabel berikut

    ini :

    3.5 Variasi Posisi Rudder Posisi rudder divariasikan dengan memindahkan

    jaraknya dari centerline kapal. Jarak dari centre line diberi

    variable l dan L, dimana l adalah jarak rudder yang

    direncanakan dari centre line dan L adalah jarak rudder

    sebenarnya (original) dari centerline. Kemudian untuk

    mengetahui perbedaan gaya-gaya pada rudder, maka

    dilakukan variasi sudut pada masing-masing model, yaitu

    150, 250 dan 350. Variasi posisi rudder ini dilakukan untuk

    menganalisa pengaruh perpindahan rudder, sehingga

    diperoleh trendline dari gaya lift yang bekerja pada rudder.

    Selain itu juga akan diperoleh data kecepatan, dimana data

    ini akan diolah untuk mendapatkan waktu manoeuvring.

    Untuk mendapatkan jarak yang direncanakan dari variasi

    posisi rudder maka digunakan persamaan berikut :

    Gambar 3.5 Variasi posisi rudder

    Sedangkan untuk yang single rudder posisinya

    berada tepat di centerline. Untuk lebih jelasnya variasi

    rudder ini dapat dilihat pada table berikut :

    Tabel 3.1 Variasi Posisi Rudder

    No Variasi Jarak rudder

    dari centreline Variasi sudut (0)

    1

    1.88 m (80 %)

    15

    25

    35

    2

    2.115 m (90%)

    15

    25

    35

    3

    2.35 m (100%)

    15

    25

    35

    4

    2.585 m (110%)

    15

    25

    35

    5

    2.82 m (120 %)

    15

    25

    35

    6

    Single rudder

    15

    25

    35

  • 3.6 Simulasi Model Setelah masing-masing variasi model selesai

    dimeshing maka langkah selanjutnya yaitu disimulasikan

    dengan tahap tahap sebagai berikut :

    Domain

    Domain merupakan daerah batas atau ruang

    lingkup fluida dimana fluida tersebut berada dan bekerja.

    Pada simulasi ini akan dibuat dua domain yaitu domain

    rotating dan domain stationer dimana fluida yang bekerja

    pada kedua domain tersebut adalah air. Pada domain

    rotating, fluida kerja yang melewati suatu model akan

    berputar pada putaran tertentu. Dimana model yang

    termasuk ke dalam domain rotating ini yaitu propeller.

    Pada simulasi ini direncanakan pada putaran propeller

    sebesar 400 Rpm. Sedangkan pada domain stationer, area

    yang meliputi ke dalam domain ini yaitu rudder. Aliran

    fluida yang bekerja pada saat melewati domain ini

    bergerak translasi.

    Untuk menghubungkan sebuah domain dengan

    domain lainnya diperlukan domain interface. Pada

    simulasi ini digunakan domain interface untuk

    menghubungkan domain diam dan berputar. Parameter-

    parameter yang digunakan :

    Tipe interface : fluid-fluid Model interface : General connection

    Frame change : Frozen rotor

    Boundary

    Boundary merupakan batasan atau area dimana

    fluida dan benda yang akan dianalisa berada. Bentuk

    boundary biasanya bervariasi tergantung objek yang

    dianalisa. Dalam hal ini boundary yang digunakan

    berbentuk persegi. Boundary dibuat untuk mengetahui

    karakteristik benda dan fluida agar mendekati dengan

    kondisi yang sebenarnya.

    Kondisi batas yang dibentuk diantaranya berupa

    inlet yaitu sebagai saluran masuknya fluida, outlet sebagai

    saluran keluarnya fluida dan wall (dinding pembatas) yang

    digunakan sebagai boundary pada model (propeller dan

    rudder) serta silinder pembatas aliran fluida.

    Gambar 3.6 Boundary condition untuk simulasi

    Keterangan : 1. Outlet

    2. Wall

    3. Hull

    4. Rudder

    5. Inlet besar untuk domain stasioner

    6. Inlet kecil untuk domain rotating

    7. Propeler

    Pada simulasi ini digunakan dua inlet untuk dua

    jenis domain yang telah dibuat sebelumnya, yang pertama

    yaitu inlet untuk domain stationer dengan parameter input

    berupa Va (kecepatan advance) yaitu 3.485 m/s.

    Sedangkan untuk inlet kedua adalah bagian domain

    rotating, input parameter yang digunakan adalah massflow

    rate dengan ketentuan berikut.

    Q = VA. A (4)

    = VA. D2 m3/s

    = VA. D2. air laut

    VA(advance velocity) merupakan kecepatan fluida dibagian

    buritan kapal.

    VA = Vs(1-w)

    Dimana, w = wave fraction untuk twin screw, yang dapat dicari dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :

    dimana :

    a = Jarak antara 2 poros [m] = 4.7 m

    B = Lebar Kapal [m] = 12.6 m

    Cp = koefisien prismatik

    = Cbpp / Cm Cm = koefisien midship

    = Am / ( Bm x T )

    Am = luasan midship

    = (B x T) 2(R2-{1/4 x x R2})

    R = jari jari bilga

    = 0,16 x T

    = 0,16 x 2.6

    = 0.416 m

    Jadi,

    Am = (12.60 x 2.60)2(0.4162 {1/4 x 3.14 x 0.4162})

    = 32.76 - 0.0745

    = 32.685 m2 Cm = 32.685 / (12.60 x 2.60)

    = 0.997

    Cp = 0,75 / 0,997

    = 0,752

    w = 0,7 x 0.752 - 0.3 + 0.3 (0.4 4.7/12.6)

    = 0.7 x 0.452 + 0.008

    = 0.322

    VA = Vs.(1 - w)

    = 5.14 x (1- 0.322)

    = 3.485 m/s

    Sedangkan A adalah luasan area inlet domain

    rotating sebagai tempat propeller. Dengan harga A sebesar

    2.27 m2 dan air laut sebesar 1025,9 kg/m3, diperoleh nilai Q

    sebesar 7.906 kg/s

    Outlet

    Outlet merupakan bagian dari domain stationer

    dengan parameter yang dipakai adalah tekanan statis rata-rata

    sebesar 1 atm yang bersifat relative terhadap tekanan fluida

    pada domain.

    Wall

    Wall merupakan dinding pembatas fluida kerja yang

    dikondisikan pada model percobaan. Dalam simulasi ini

    digunakan bentuk kotak untuk meletakkan model lambung

    kapal dan rudder ditetapkan sebagai wall dengan parameter

    opening, dimana aliran fluida yang bekerja pada percobaan

    dianggap tidak akan memantul kembali ke dalam kotak jika

    mengenai kotak pembatas tersebut. Sedangkan model

    propeller dan rudder yang digunakan juga bertipe wall tetapi

    dengan parameter no slip yang artinya terdapat gesekan pada kedua model tersebut apabila dilewati fluida kerja.

    Solver

    Program solver CFD ini bertujuan untuk

    melakukan proses pengolahan data dengan perhitungan

  • numerik komputer dari semua parameter-parameter yang

    telah ditentukan pada domain dan boundary condition di

    atas. Pada tahap ini, parameter yang digunakan adalah :

    Maximum iteration = 25

    Timescale control = Automatic time scale

    Convergence criteria (residual target) = 1 x 10-4

    Iterasi di atas digunakan untuk memperoleh

    konvergensi, yaitu kesesuaian (matching) antara input

    simulasi (boundary condition dan parameter lain) atau tebakan yang diberikan dengan hasil perhitungan yang

    diperoleh (kriteria output). Semakin kecil selisih

    konvergensi maka hasil yang diperoleh semakin akurat.

    Post

    Tahap post ini bertujuan untuk menampilkan

    hasil pengolahan data yang telah dilakukan pada proses

    solver. Hasil yang diperolah dapat berupa data numerik

    maupun data visual. Data yang diperoleh akan digunakan

    sesuai dengan tujuan dari percobaan yang dilakukan dan

    sebagai validasi. Untuk proses validasi, data yang

    digunakan adalah Gaya lift yang diambil dari function

    calculator pada tahap post.

    Berikut ini adalah contoh data visual yang diambil

    dari tahap post berdasarkan proses simulasi.

    Gambar 3.7 Kontur kecepatan fluida dan streamline

    aliran fluida

    Gambar 3.8 Kontur tekanan yang terjadi pada rudder

    3.7 Data yang diperoleh dari proses simulasi Pada tahap analisa ini, data yang diperoleh dari

    proses simulasi diambil untuk menentukan proses

    selanjutnya yaitu perhitungan waktu untuk manoeuvring

    kapal. Dimana data yang diperoleh dari proses simulasi

    yaitu gaya lift, gaya drag, dan kecepatan. Data tersebut

    diperoleh pada simulasi CFD diambil pada proses post

    dengan menggunakan function calculator seperti berikut

    ini :

    Gambar 3.9 Harga gaya lift pada rudder

    Adapun data-data yang diperoleh dari proses

    simulasi pada seluruh model yakni sebagai berikut :

  • Tabel 3.2 Data dari proses simulasi

    No Jarak Rudder

    (m)

    Sudut rudder

    ()0

    Gaya lift (N) Gaya Drag (N)

    Portside Starboard Portside Starboard

    1 1.88 (80%)

    15 257185 -346104 29618 -105108

    25 198638 -352207 40059.4 -169601

    35 130568 -340322 23961.4 -237729

    2 2.115 (90%)

    15 259557 -413163 16782.8 -124701

    25 164976 -426750 6306.36 -204751

    35 86474.4 -398044 -25359.8 -276355

    3 2.35 (100%)

    15 184043 -407867 -23450.4 -142530

    25 69960.7 -460848 -56272.7 -232043

    35 -44319.5 -443663 -128826 -313404

    4 2.585 (110%)

    15 178383 -362532 32977.9 -85398.8

    25 -191964 -383273 -181351 -219269

    35 -267816 -409684 -268426 -312223

    5 2.82 (120%)

    15 -367427 -42852.2 -175573 -98466.9

    25 -449076 -173677 -264098 -170776

    35 -484768 -245744 -369435 -233765

    6 Single rudder

    15 -20714.9 -19609.6

    25 -19520 -21172

    35 -39823.9 -39922.9

    Harga (-) menunjukkan arah gaya lift ke sumbu z negatif dan harga (-) pada gaya drag menunjukkan arahnya ke sumbu x

    negatif.

  • 3.8 Pembahasan Dari data tersebut diperoleh total gaya lift dan

    gaya drag dengan menggunakan rumus penjumlahan

    vector. Setelah diperoleh total gaya lift dan gaya drag,

    maka kecepatan fluida pada rudder dapat dicari yaitu

    dengan menggunakan rumus gaya lift sebagai berikut :

    L = 0,5 x CL x x V2 x A

    dimana :

    L = gaya lift dari proses simulasi

    CL = coefficient of lift

    = 2 x x (/180)

    = angle of attack (sudut belokan

    kemudi) yaitu (150, 250, dan 350)

    = massa jenis fluida

    = 1025,9 kg/m3

    V = kecepatan fluida

    A = luasan foil (rudder) keseluruhan.

    Untuk luasan rudder secara keseluruhan, agar lebih valid

    nilainya diambil dari proses post pada tahap simulasi

    dengan menggunakan function calculator. Setelah

    diperoleh nilai kecepatan fluida, maka akan dapat dicari

    waktu manoeuvringnya dengan menggunakan rumus :

    V = S / t (5)

    dimana :

    V = kecepatan (m/s)

    S = Jarak (m)

    t = Waktu tempuh (s)

    Jarak dalam hal ini yaitu tactical diameter kapal yang

    merupakan keliling lingkaran. Sehingga dapat dicari

    dengan menggunakan rumus :

    S = 2r = D (6)

    Sedangkan tactical diameter untuk kapal

    penumpang menurut buku (Introduction To Naval

    Architecture hal 257 ) dirumuskan dengan :

    TD/L = 4.5 (7)

    dimana :

    TD = D = Tactical diameter (m)

    L = Panjang kapal (m)

    Dari rumus tactical diameter tersebut akan diperoleh nilai

    TD, sehingga nilai jarak (S) akan dapat dihitung yaitu

    dengan menggunakan rumus 6 di atas.

    Untuk memperoleh nilai kecepatan konstan pada

    saat turning dapat dicari dengan menggunakan rumus :

    (8)

    Dimana :

    Vg = kecepatan konstan pada saat berbelok (m/s)

    V = kecepatan kapal sebelum berbelok (m/s)

    A = luasan rudder (ft2)

    S = luasan dari centerline plane (ft2)

    = sudut rudder

    Ks = koefisien yang divariasikan dari V/SL, seperti

    pada tabel 4.5

    V = volume displacement (ft3)

    L = LWL kapal (ft)

    1 ft = 0.3048 m

    Table 3.3 Nilai Ks

    V/SL Ks V/SL Ks

    0,04 4,25 0,10 2,27

    0,05 3,77 0,11 2,13

    0,06 3,33 0,12 2,02

    0,07 2,97 0,13 1,94

    0,08 2,68 0,14 1,88

    0,09 2,45 0,15 1,83

    3.9 Perhitungan Seperti dijelaskan sebelumnya yakni jarak

    manoeuvring yang merupakan keliling lingkaran dapat

    dicari sebagai berikut :

    TD/L = 4.5

    TD = 4.5 x L

    TD = 4.5 x 47.04

    TD = 211.68 m

    setelah diperoleh diameternya maka jarak (S) dapat dicari

    dengan menggunakan rumus (6) di atas yaitu :

    S = 2r = D

    S = 3.14 x 211.68 m

    S = 664.675 m

    Selanjutnya yaitu menghitung kecepatan konstan

    kapal saat bermanoeuver, tapi sebelumnya akan dihitung

    terlebih dahulu parameter berikut ini :

    Ldisp = (Lpp + Lwl)

    = 48.02 m

    Volume displacement (V) = L x B x T x Cb

    = 48.02 x 12.6 x 2.6 x 0.67

    = 1054 m3

    = 3458 ft3

    Luasan centerline plane (S) = L x T

    = 49 m x 2.6 m

    = 127.4 m2

    = 417.97 ft2

    V/SL = 3458 ft3 / (417.97 ft2 x 160.76 ft)

    = 0.05

    Sehingga dapat diperoleh nilai Ks dari table 4.5 di atas

    yaitu untuk V/SL = 0.05 maka nilai Ks = 3.77.

    Setelah semua parameter tersebut diperoleh, maka langkah selanjutnya yaitu perhitungan kecepatan

    konstan kapal saat bermanoeuvring dan waktu

    manoeuvring kapal. Untuk perhitungan kecepatan konstan

    kapal saat bermanoeuvring dapat menggunakan rumus (8)

    di atas. Dan untuk memperoleh waktu manoeuvringnya

    dapat menggunakan rumus (5) di atas. Hasil dari

    perhitungan ini dapat dilihat pada tabel berikut ini :

  • Tabel 3.4 Perhitungan

    Gaya Lift Gaya

    Drag

    Luasan

    Rudder

    Coefisien

    Gaya Lift Gaya Lift

    Va

    (m/s) w 1-w

    Vs Koefisien

    Ks

    Luas

    Centreline

    Plane S

    (m2)

    Vg / Vs =

    Kecepata

    n Saat

    Turning

    Tactical

    Diameter Waktu

    Tempuh

    t (s) L (N) D (N) A (m2) CL

    0.5 x C L x

    x V^2 x A Va/(1-w)

    (1-(*A/Ks

    *S)) Vg (m/s) S (m)

    88919 75490 7.39 0.52 88919 6.70 0.322 0.678 9.88 3.77 127.4 0.77 7.60 664.675 87.47

    153569 129542 7.39 0.87 153569 6.82 0.322 0.678 10.06 3.77 127.4 0.62 6.19 664.675 107.41

    209754 213768 7.39 1.22 209754 6.73 0.322 0.678 9.93 3.77 127.4 0.46 4.58 664.675 145.00

    153606 107918 7.39 0.52 153606 8.80 0.322 0.678 12.98 3.77 127.4 0.77 9.99 664.675 66.55

    261774 198445 7.39 0.87 261774 8.90 0.322 0.678 13.13 3.77 127.4 0.62 8.08 664.675 82.27

    311570 301715 7.39 1.22 311570 8.21 0.322 0.678 12.11 3.77 127.4 0.46 5.59 664.675 118.97

    223824 165980 7.39 0.52 223824 10.63 0.322 0.678 15.67 3.77 127.4 0.77 12.06 664.675 55.13

    390887 288316 7.39 0.87 390887 10.88 0.322 0.678 16.04 3.77 127.4 0.62 9.87 664.675 67.33

    487983 442230 7.39 1.22 487983 10.27 0.322 0.678 15.15 3.77 127.4 0.46 6.99 664.675 95.07

    184149 52421 7.39 0.52 184149 9.64 0.322 0.678 14.22 3.77 127.4 0.77 10.94 664.675 60.78

    575237 400620 7.39 0.87 575237 13.20 0.322 0.678 19.46 3.77 127.4 0.62 11.98 664.675 55.50

    677500 580649 7.39 1.22 677500 12.10 0.322 0.678 17.85 3.77 127.4 0.46 8.24 664.675 80.68

    410279 274040 7.39 0.52 410279 14.39 0.322 0.678 21.22 3.77 127.4 0.77 16.32 664.675 40.72

    622753 434874 7.39 0.87 622753 13.73 0.322 0.678 20.25 3.77 127.4 0.62 12.46 664.675 53.34

    730512 603200 7.39 1.22 730512 12.57 0.322 0.678 18.54 3.77 127.4 0.46 8.55 664.675 77.70

    20715 19610 4.59 0.52 20715 4.10 0.322 0.678 6.05 3.77 127.4 0.86 5.18 665.675 128.44

    19520 21172 4.59 0.87 19520 3.08 0.322 0.678 4.55 3.77 127.4 0.76 3.46 666.675 192.55

    39824 39923 4.59 1.22 39824 3.72 0.322 0.678 5.49 3.77 127.4 0.67 3.65 667.675 182.68

  • 3.10 Analisa Grafik Data- data yang ditabulasikan dalam bentuk tabel

    pada subbab sebelumnya, kemudian akan di plot ke dalam

    bentuk grafik untuk mengetahui karakteristik dari masing

    masing model variasi yang telah dibuat.

    3.10.1 Hubungan antara kecepatan, sudut

    rudder terhadap jarak rudder dari centerline

    Gambar 3.8 Grafik keseluruhan hubungan kecepatan

    dengan sudut rudder

    Dari grafik tersebut di atas dapat kita amati

    karakteristik kecepatan fluida terhadap sudut rudder, jika

    rudder dipindahkan posisinya dari centerline kapal sejauh

    l/L . Dimana hubungan kecepatan dan sudut rudder adalah

    berbanding terbalik. Semakin besar sudut rudder, maka

    kecepatan kapal akan berkurang. Hal ini diakibatkan

    tahanan pada rudder meningkat seiring dengan

    meningkatnya sudut serangan pada rudder (angle of

    attack), sehingga kapal akan berbelok ke kanan apabila

    rudder dieksekusi ke bagian starboard kapal. Akibat

    eksekusi rudder pada sudut tertentu, maka akan muncul

    gaya - gaya yang bekerja pada rudder, yaitu berupa gaya

    lift yang tegak lurus dengan arah aliran dan gaya drag yang

    searah dengan aliran. Gaya-gaya yang bekerja pada rudder

    tersebut akan mengakibatkan kapal berbelok.

    Dari grafik tersebut di atas, maka dapat dianalisis

    bahwa semakin jauh jarak rudder dari centerline maka

    kecepatan kapal saat berbelok akan meningkat. Seperti

    pada grafik di atas dimana pada rasio l/L= 120% (2.82 m)

    merupakan jarak terbaik. Sedangkan rasio l/L = 100%

    (2.35 m) yang merupakan jarak original masih berada di

    bawah rasio l/L= 120%. Namun jika dilihat dari jumlah

    ruddernya, double rudder jauh lebih baik dibandingkan

    dengan single rudder. Hal ini dapat diamati pada grafik.

    Dimana untuk single rudder, kecepatan kapal pada saat

    berbelok jauh lebih rendah dibandingkan dengan double

    rudder. Hal ini dikarenakan semakin dekat jarak rudder ke

    centerline maka terjadi penurunan gaya dorong dari

    propeller.

    Gambar 3.9 - Grafik hubungan kecepatan dengan sudut

    rudder pada jarak 1.88 m dari centerline (80%).

    Gambar 3.10 - Grafik hubungan kecepatan dengan sudut

    rudder pada jarak 2.115 m dari centerline (90%)

    Gambar 3.11 - Grafik hubungan kecepatan dengan sudut

    rudder pada jarak 2.35 m dari centerline (100%)

    Gambar 3.12 - Grafik hubungan kecepatan dengan sudut

    rudder pada jarak 2.585 m dari centerline (110%)

  • Gambar 3.13 - Grafik hubungan kecepatan dengan sudut

    rudder pada jarak 2.82 m dari centerline (120%)

    Gambar 3.14 - Grafik hubungan kecepatan dengan sudut

    rudder pada single rudder

    3.10.2 Hubungan antara kecepatan dan waktu

    terhadap jarak rudder dari centerline

    Gambar 3.15 Grafik keseluruhan hubungan kecepatan

    dengan waktu tempuh

    Pada grafik di atas, dapat dianalisa bahwa

    semakin meningkat kecepatan kapal saat berbelok, maka

    waktu yang dibutuhkan akan semakin kecil. Peningkatan

    kecepatan ini seiring dengan meningkatnya jarak rudder

    dari centerline. Rasio l/L =120% (2.82 m) merupakan jarak

    terjauh dari centerline dan memiliki kecepatan tertinggi

    dari yang lainnya. Jadi dapat disimpulkan bahwa semakin

    jauh jarak rudder dari centerline kapal akan semakin baik.

    Dan sebaliknya semakin dekat jarak rudder ke centerline

    maka kecepatan kapal saat berbelok akan semakin kecil.

    Hal ini diakibatkan gaya dorong dari propeller akan

    semakin kecil yang mengenai rudder. Seperti halnya pada

    single rudder yaitu kecepatan untuk single rudder jauh

    lebih kecil dibandingkan double rudder. Sehingga

    membutuhkan waktu lebih untuk melakukan satu putaran

    dibandingkan double rudder. Seperti dijelaskan

    sebelumnya, hal ini disebabkan gaya dorong dari propeller

    yang masuk ke rudder semakin kecil karena terlalu jauh

    dari propeller.

    Gambar 3.16 Grafik hubungan kecepatan dengan

    waktu pada jarak 1.88 m dari centerline (80%).

    Gambar 3.17 - Grafik hubungan kecepatan dengan

    waktu pada jarak 2.115 m dari centerline (90%).

    Gambar 3.18 - Grafik hubungan kecepatan dengan

    waktu pada jarak 2.35 m dari centerline (100%).

    Gambar 3.19 - Grafik hubungan kecepatan dengan

    waktu pada jarak 2.585 m dari centerline (110%).

  • Gambar 3.20 - Grafik hubungan kecepatan dengan

    waktu pada jarak 2.82 m dari centerline (120%).

    Gambar 3.21 - Grafik hubungan kecepatan dengan

    waktu pada single rudder

    3.10.3 Hubungan antara gaya lift, gaya drag

    dan sudut rudder terhadap jarak rudder dari

    centerline

    Gambar 3.22 - Grafik hubungan gaya lift dan sudut

    rudder terhadap jarak rudder dari centreline

    Dengan adanya kemudi yang membentuk sudut

    serangan pada kecepatan konstan V timbullah gaya daun

    kemudi P yang tidak simetri. Gaya inilah yang

    menyebabkan perubahan arah gerak kapal. Gaya P ini

    dapat diuraikan dalam sebuah gaya lift L yang tegak lurus

    terhadap aliran dan gaya drag D yang searah aliran.

    Resultan kedua gaya tersebut menghasilkan gaya P yang

    dapat diuraikan menjadi dua komponen, yaitu komponen

    Px pada centerline kapal, berarah ke belakang yang disebut

    drag dan komponen Py tegak lurus Px berarah ke

    samping disebut lift.

    Gaya lift atau gaya angkat merupakan gaya yang

    tegak lurus terhadap arah aliran fluida. Menurut Prinsip

    Bernoulli menyatakan bahwa semakin tinggi kecepatan

    fluida maka tekanannya akan mengecil. Dengan demikian

    akan terjadi perbedaan tekanan antara fluida bagian bawah

    dan atas rudder, hal inilah yang menciptakan gaya angkat

    L. Jika kita amati pada grafik di atas, gaya lift terbesar

    berada pada jarak rudder terjauh dari centerline yaitu pada

    rasio l/L = 120% (2.82 m) dan gaya lift terkecil yaitu pada

    single rudder. Seiring dengan peningkatan sudut rudder

    maka gaya lift pada rudder juga akan meningkat.

    Gambar 3.23 - Grafik hubungan gaya drag dan sudut

    rudder terhadap jarak rudder dari centreline

    Drag adalah gaya ke belakang atau searah

    dengan aliran fluida. Pada grafik tersebut dapat kita amati

    bahwa gaya drag akan meningkat seiring dengan

    meningkatnya sudut pada rudder. Gaya drag tertinggi

    berada pada rasio l/L = 120% (2.82 m) dan gaya drag

    terendah pada single rudder. Sehingga dapat disimpulkan

    bahwa semakin jauh jarak rudder dari centreline kapal

    maka gaya dragnya akan semakin tinggi dan sebaliknya

    semakin dekat jarak rudder ke centerline maka gaya

    dragnya akan semakin rendah. Dari grafik di atas dapat kita

    amati bahwa, gaya lift lebih besar dibandingkan gaya drag.

    4.1 Kesimpulan Setelah melakukan semua simulasi model yang

    direncanakan, dan berdasarkan hasil analisa serta

    pembahasan maka dapat ditarik beberapa kesimpulan

    sebagai berikut :

    1. Semakin jauh jarak rudder dari centerline kapal,

    maka waktu yang dibutuhkan untuk berbelok

    akan semakin kecil dan sebaliknya semakin

    dekat jarak rudder ke centerline maka waktu

    yang dibutuhkan semakin besar.

    2. Double rudder lebih baik digunakan

    dibandingkan single rudder, karena double

    rudder menghasilkan waktu paling kecil jika

    dibandingkan single rudder.

    3. Posisi rudder paling optimal berada pada rasio

    l/L =120% atau 2.82 m dari centerline kapal,

    karena menghasilkan waktu berbelok paling

    kecil.

    4. Gaya lift dan gaya drag terbesar berada pada

    rasio l/L =120% atu 2.82 m dari centerline dan

    gaya lift terkecil berada pada single rudder.

    5. Kecepatan aliran fluida yang melewati rudder

    juga dipengaruhi oleh variasi peletakan yang

  • dilakukan, dimana semakin jauh jaraknya dari

    centerline maka kecepatan fluida akan semakin

    besar dan sebaliknya.

    4.2 Saran Ada beberapa hal yang dirasa perlu

    dikembangkan untuk penelitian selanjutnya. Untuk itu

    saran-saran yang diberikan oleh penulis untuk penelitian

    selanjutnya adalah sebagai berikut:

    1. Memperbanyak jumlah iterasi baik pada proses

    penggambaran model (meshing) dan proses

    simulasi agar hasil yang didapatkan lebih

    maksimal.

    2. Menambah variasi peletakan rudder yaitu dengan

    memvariasikan jarak rudder dari propeller untuk

    analisis yang lebih dalam dan pengaruhnya

    terhadap gaya lift serta waktu manoeuvring

    yang dihasilkan.

    3. Selain itu perlu juga disiapkan juga pengetahuan

    yang cukup tentang metode CFD terutama yang

    berbasis Free Surface agar waktu pengerjaan

    lebih optimal.

    DAFTAR PUSTAKA

    _.2000. Spesifikasi Teknis Kapal Wicitra Dharma.

    PT.Dharma Lautan Utama

    Adji, Suryo W. 2005.Engine Propeller Matching.

    Diktat Mata Kuliah Propulsi. JTSP-FTK-ITS

    BKI section 14 - Rudder and Manoeuvring

    Arrangement.

    Modul Tutorial ANSYS-CFX Studi Kasus Foil,

    Laboratorium Perancangan dan Rekayasa

    Jurusan Teknik System Perkapalan, Surabaya.

    Rossell, Henry E. dan Chapman, Lawrence B.1962.

    Principles of Naval Architecture The

    society of Naval Architects and Marine

    Engineers 74 trinity place, New York 6,N.Y.

    Rawson K.J. 2001. Basic Ship Theory.

    Butterworth Heinemann

    Tupper, Eric C. Introduction to naval

    Architecture. Butterworth Heinemann

    Verlag, Seehafen. 1993. Manoeuvring Technical

    Manual.