ITS-paper-23646-3608100068-Paper

5
8/17/2019 ITS-paper-23646-3608100068-Paper http://slidepdf.com/reader/full/its-paper-23646-3608100068-paper 1/5 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 1 Abstrak  Keberadaan ekowisata membawa pengaruh positif bagi masyarakat sekitar, terutama di permukiman nelayan dalam hal peningkatan kesejahteraan lingkungan desa. Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan arahan pengembangan kawasan permukiman nelayan berbasis ekowisata di Pantai Timur Surabaya (Pamurbaya). Agar arah pengembangan permukiman nelayan berbasis ekowisata di kawasan Pantai Timur Surabaya dapat terintegrasi dengan baik maka, dilakukan dengan cara meningkatkan kesejahteraan masyarakat nelayan melalui potensi kelautan sekaligus melibatkan masyarakat dalam ekowisata. Metode analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif, teknik analisa skoring, dan teknik analisa triangulasi. Berdasarkan hasil penelitian, kawasan permukiman nelayan di kelurahan Wonorejo merupakan kawasan prioritas pengembangan permukiman nelayan. Sedangkan arahan pengembangan permukiman nelayan berbasis ekowisata tersebut berkaitan dengan peningkatan kesadaran masyarakat dalam memanfaatkan dan menjaga potensi alam, peningkatan kualitas pelayanan fasilitas ekowisata berupa sentra-sentra perdagangan yang menjual hasil olahan laut dan mangrove, peningkatan dan penggiatan aktivitas pengolahan ikan dan mangrove menjadi berbagai olahan oleh masyarakat nelayan, peningkatan kesejahteraan masyarakat, peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana permukiman, peningkatan kualitas SDM dalam bidang kepariwisataan, dan ekowisata, pembentukan kelembagaan formal, peningkatan kerjasama antara pemerintah dan masyarakat, perbaikan kualitas lingkungan permukiman serta diperlukan suatu regulasi yang mengatur tentang penetapan zona-zona kawasan. Kata Kunci : Ekowisata, permuk iman nelayan. I. PENDAHULUAN Pembangunan dalam konteks penataan dan pengembangan wilayah adalah berbagai jenis kegiatan, baik yang mencakup sektor pemerintah maupun masyarakat dilaksanakan dalam rangka memperbaiki tingkat kesejahteraan hidup masyarakat (Santosa, 2000). Di Indonesia, pemerataan pembangunan masih kurang maksimal, seperti halnya pembangunan yang terjadi di wilayah pesisir padahal diketahui bahwa potensi kelautan dan pesisir di Indonesia sangat besar. Permukiman nelayan di Indonesia umumnya memiliki  permasalahan rendahnya tingkat kesejahteraan rakyat pesisir dan kualitas lingkungan. Tingkat kesejahteraan masyarakat yang cukup rendah diperlihatkan dari sebaran kawasan tertinggal yang banyak terdapat wilayah pesisir. Salah satu  penyebabnya adalah minimnya prasarana dan sarana  pendukung bidang kelautan dan perikanan. Sedangkan rendahnya kualitas lingkungan pada kawasan permukiman  para nelayan disebabkan minimnya ketersediaan prasarana dan sarana dasar yang berdampak pada rendahnya  produktivitas (WALHI, 2008). Aktivitas pembangunan di  pesisir juga berimplikasi buruk terhadap kehidupan masyarakat pesisir, seperti terjadinya kasus reklamasi pantai di kota Surabaya. Dalam RTRW Surabaya 2013, diketahui bahwa kawasan  pantai timur Surabaya (Pamurbaya) ditetapkan sebagai kawasan lindung. Penetapannya sebagai kawasan lindung tidak serta-merta membatasi pengelolaannya (Suwandi, 2007). Apalagi Pantai Timur Surabaya mempunyai potensi sumber daya alam yang besar, antara lain, hutan mangrove,  pertambakan dan satwa unggas serta sarana ekowisata yang ada di Pantai Timur Surabaya juga cukup banyak. Sebagaimana adanya program pencanangan kawasan ekowisata bertujuan untuk lebih memantapkan kawasan Pantai Timur Surabaya maka permukiman nelayan kawasan pantai timur Surabaya ini harus menjadi bagian integral dan penting di dalam pembangunan kota Surabaya (Darmiwati, 2001). Pencanangan ekowisata ini diperkirakan memiliki pengaruh yang besar terhadap peningkatan potensi kawasan pesisir di sekitar pantai Timur Surabaya, termasuk permukiman nelayan. Agar arah pengembangan permukiman nelayan di kawasan Pantai Timur Surabaya dari aspek keruangan, aspek lingkungan, nilai sosial-budaya dan kegiatan ekonomi nelayan dapat terintegrasi dengan baik maka, dilakukan dengan cara meningkatkan kesejahteraan masyarakat nelayan melalui  potensi kelautan sekaligus melibatkan masyarakat dalam  pengembangan ekowisata di kawasan Pantai Timur Surabaya. II. METODE PENELITIAN Untuk menghasilkan arahan pengembangan permukiman nelayan berbasis ekowisata maka diperlukan beberapa tahapan analisis, adapun tahapan analisis tersebut adalah sebagai  berikut:  A.  Identifikasi Karakteristik Fisik, Karakteristik Social-  Budaya Dan Karakteristik Ekonomi Masyarakat Dalam melakukan identifikasi karakteristik fisik, karakteristik social-budaya dan ekonomi masyarakat dilakukan dengan menggunakan Theoretical Descriptive. Pengembangan Permukiman Nelayan Berbasis Ekowisata Di Pantai Timur Surabaya Imroatul Mufida Nugrahanti, dan Ardy Maulidy Navastara, S.T.,M.T. Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh  Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111  E-mail : [email protected]

Transcript of ITS-paper-23646-3608100068-Paper

Page 1: ITS-paper-23646-3608100068-Paper

8/17/2019 ITS-paper-23646-3608100068-Paper

http://slidepdf.com/reader/full/its-paper-23646-3608100068-paper 1/5

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 1

Abstrak  

Keberadaan ekowisata membawa pengaruh positif bagi

masyarakat sekitar, terutama di permukiman nelayan dalam hal

peningkatan kesejahteraan lingkungan desa. Penelitian ini

bertujuan untuk merumuskan arahan pengembangan kawasan

permukiman nelayan berbasis ekowisata di Pantai Timur

Surabaya (Pamurbaya). Agar arah pengembangan permukiman

nelayan berbasis ekowisata di kawasan Pantai Timur Surabaya

dapat terintegrasi dengan baik maka, dilakukan dengan cara

meningkatkan kesejahteraan masyarakat nelayan melalui

potensi kelautan sekaligus melibatkan masyarakat dalam

ekowisata. Metode analisa yang digunakan dalam penelitian ini

adalah analisis deskriptif, teknik analisa skoring, dan teknik

analisa triangulasi. Berdasarkan hasil penelitian, kawasan

permukiman nelayan di kelurahan Wonorejo merupakan

kawasan prioritas pengembangan permukiman nelayan.

Sedangkan arahan pengembangan permukiman nelayan berbasis

ekowisata tersebut berkaitan dengan peningkatan kesadaran

masyarakat dalam memanfaatkan dan menjaga potensi alam,

peningkatan kualitas pelayanan fasilitas ekowisata berupa

sentra-sentra perdagangan yang menjual hasil olahan laut dan

mangrove, peningkatan dan penggiatan aktivitas pengolahan

ikan dan mangrove menjadi berbagai olahan oleh masyarakatnelayan, peningkatan kesejahteraan masyarakat, peningkatan

kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana permukiman,

peningkatan kualitas SDM dalam bidang kepariwisataan, dan

ekowisata, pembentukan kelembagaan formal, peningkatan

kerjasama antara pemerintah dan masyarakat, perbaikan

kualitas lingkungan permukiman serta diperlukan suatu regulasi

yang mengatur tentang penetapan zona-zona kawasan.

Kata Kunci : Ekowisata, permuk iman nelayan. 

I.  PENDAHULUAN

Pembangunan dalam konteks penataan dan pengembangan

wilayah adalah berbagai jenis kegiatan, baik yang mencakup

sektor pemerintah maupun masyarakat dilaksanakan dalamrangka memperbaiki tingkat kesejahteraan hidup masyarakat

(Santosa, 2000). Di Indonesia, pemerataan pembangunan

masih kurang maksimal, seperti halnya pembangunan yang

terjadi di wilayah pesisir padahal diketahui bahwa potensi

kelautan dan pesisir di Indonesia sangat besar.

Permukiman nelayan di Indonesia umumnya memiliki

 permasalahan rendahnya tingkat kesejahteraan rakyat pesisir

dan kualitas lingkungan. Tingkat kesejahteraan masyarakat

yang cukup rendah diperlihatkan dari sebaran kawasan

tertinggal yang banyak terdapat wilayah pesisir. Salah satu

 penyebabnya adalah minimnya prasarana dan sarana

 pendukung bidang kelautan dan perikanan. Sedangkan

rendahnya kualitas lingkungan pada kawasan permukiman

 para nelayan disebabkan minimnya ketersediaan prasarana

dan sarana dasar yang berdampak pada rendahnya

 produktivitas (WALHI, 2008). Aktivitas pembangunan di

 pesisir juga berimplikasi buruk terhadap kehidupan

masyarakat pesisir, seperti terjadinya kasus reklamasi pantai dikota Surabaya.

Dalam RTRW Surabaya 2013, diketahui bahwa kawasan

 pantai timur Surabaya (Pamurbaya) ditetapkan sebagai

kawasan lindung. Penetapannya sebagai kawasan lindung

tidak serta-merta membatasi pengelolaannya (Suwandi, 2007). 

Apalagi Pantai Timur Surabaya mempunyai potensi sumber

daya alam yang besar, antara lain, hutan mangrove,

 pertambakan dan satwa unggas serta sarana ekowisata yang

ada di Pantai Timur Surabaya juga cukup banyak.

Sebagaimana adanya program pencanangan kawasan

ekowisata bertujuan untuk lebih memantapkan kawasan Pantai

Timur Surabaya maka permukiman nelayan kawasan pantai

timur Surabaya ini harus menjadi bagian integral dan pentingdi dalam pembangunan kota Surabaya (Darmiwati, 2001).

Pencanangan ekowisata ini  diperkirakan memiliki pengaruh

yang besar terhadap peningkatan potensi kawasan pesisir di

sekitar pantai Timur Surabaya, termasuk permukiman nelayan.

Agar arah pengembangan permukiman nelayan di kawasan

Pantai Timur Surabaya dari aspek keruangan, aspek

lingkungan, nilai sosial-budaya dan kegiatan ekonomi nelayan

dapat terintegrasi dengan baik maka, dilakukan dengan cara

meningkatkan kesejahteraan masyarakat nelayan melalui

 potensi kelautan sekaligus melibatkan masyarakat dalam

 pengembangan ekowisata di kawasan Pantai Timur Surabaya.

II.  METODE PENELITIAN

Untuk menghasilkan arahan pengembangan permukiman

nelayan berbasis ekowisata maka diperlukan beberapa tahapan

analisis, adapun tahapan analisis tersebut adalah sebagai

 berikut:

 A.   Identifikasi Karakteristik Fisik, Karakteristik Social-

 Budaya Dan Karakteristik Ekonomi Masyarakat

Dalam melakukan identifikasi karakteristik fisik,

karakteristik social-budaya dan ekonomi masyarakat

dilakukan dengan menggunakan Theoretical Descriptive.

Pengembangan Permukiman Nelayan Berbasis

Ekowisata Di Pantai Timur Surabaya

Imroatul Mufida Nugrahanti, dan Ardy Maulidy Navastara, S.T.,M.T.

Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)

Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111

 E-mail : [email protected]

Page 2: ITS-paper-23646-3608100068-Paper

8/17/2019 ITS-paper-23646-3608100068-Paper

http://slidepdf.com/reader/full/its-paper-23646-3608100068-paper 2/5

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 2

Analisis tersebut merupakan analisis yang akan digunakan

untuk memberikan gambaran mengenai objek studi secara

mendalam disertai dengan pembahasan-pembahasan yang

disesuaikan dengan teori-teori yang terkait. Analisa deskriptif

ini dilakukan untuk mengidentifikasi identifikasi karakteristik

fisik, karakteristik social-budaya dan ekonomi masyarakat di

kawasan permukiman nelayan di Pantai Timur Surabaya.

Dengan analisa ini akan membantu dalam mengidentifikasi

karakteristik dan potensi masing-masing kawasan permukiman yang menjadi fokus penelitian.

 B.   Menentukan Kawasan Prioritas Pengembangan

 Permukiman Nelayan

Pada tahapan analisa ini, dilakukan skoring untuk

menentukan kawasan permukiman nelayan yang menjadi

 prioritas pengembangan permukiman nelayan yang berada di

kawasan Pantai Timur Surabaya. Dari tahap analisa sasaran 1

diperoleh data karakteristik masing-masing kawasan dengan

tolak ukur variabel tersebut. Hasil tersebut kemudian dinilai

dengan menggunakan parameter dengan melihat dari besar

 potensi dan karakteristik kualitas dari masing-masing kawasan

untuk dapat dijadikan sebagai kawasan prioritas

 pengembangan permukiman nelayan. Hasil skoring ini

diakumulasikan dengan cara menjumlahkan skor masing-

masing variabel untuk masing-masing kawasan. Di mana nilai

yang paling tinggi pada kawasan akan dijadikan sebagai

kawasan prioritas pengembangan.

C.   Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Dalam

 Pengembangan Permukiman Nelayan Berbasis Ekowisata

Untuk membobotkan faktor-faktor yang mempenfaruhi

dalam pengembangan permukiman nelayan berbasis

ekowisata dilakukan dengan menggunakan teknik skoring.

Skoring dilakukan berdasarkan jawaban responden terhadap

tingkat kepentingan dari faktor pertimbangan pengembangan

 permukiman. Untuk input data yang digunakan adalah datakualitatif yang dikonversikan kedalam skala likert.

Dalam penggunaan skala likert pada analisa ini, tidak

diperlakukan pengujian validitas dan reliabilitas. Hal tersebut

disebabkan karena seluruh faktor yang ditanyakan dalam

kuesioner telah dianggap penting, berdasarkan hasil sintesa

 pustaka yang disesuaikan dengan kebutuhan penelitian, dan

stakeholder yang menjadi responden merupakan responden

yang mempunyai kapasitas untuk menjawab pertanyaan

 berdasarkan hasil analisa stakeholder. Jadi uji validitas dan

reliabilitas tidak diperlukan pada analisa ini, karena faktor-

faktor yang dipakai telah dianggap memenuhi tujuan

 penelitian.

 D.   Perumusan Arahan Pengembangan Permukiman Nelayan

 Berbasis Ekowisata

Untuk merumuskan arahan pengembangan permukiman

nelayan berbasis ekowisata di Pantai Timur Surabaya

(Pamurbaya) dilakukan dengan menggunakan analisa

triangulasi. Analisa triangulasi pada dasarnya menggunakan 3

sumber data yang nantinya akan dijadikan sebagai

 pertimbangan dalam merumuskan arahan pengembangan

 permukiman nelayan berbasis ekowisata di Pantai Timur

Surabaya (Pamurbaya) yang implementatif.

Dalam penelitian ini, sumber informasi yang akan

digunakan adalah

1.  Hasil penelitian yang berupa faktor yang pempengaruhi

 pengembangan permukiman nelayan berbasis ekowisata

2.  Tinjauan teori

3.  Kondisi eksisting kawasan

III.  HASIL DAN DISKUSI

 A. 

 Identifikasi Karakteristik Fisik, Karakteristik Social-

 Budaya Dan Karakteristik Ekonomi Masyarakat

Analisa ini ini bertujuan untuk menjabarkan potensi dan

karakteristik masing-masing kawasan yang menjadi fokus

 penelitian.

1. Ketersediaan pelayanan prasarana permukiman

Ketersediaan pelayanan prasarana permukiman ini

mencakup ketersediaan utilitas yaitu ketersediaan pelayanan

listrik, persampahan, sanitasi dan drainase, jaringan jalan,

 jaringan air bersih serta komunikasi. Pada dasarnya seluruh

kawasan yang menjadi wilayah penelitian sudah terpenuhi

dengan baik dengan kondisi yang cukup baik hanya saja

masih perlu perbaikan dan peningkatan eksisting.

2. 

Ketersediaan pelayanan sarana permukimanKondisi eksisting masing-masing kawasan menunjukkan

 bahwa kawasan-kawasan permukiman nelayan sudah terlayani

dengan baik oleh sarana permukiman, seperti sarana

 pendidikan, sarana kesehatan, sarana peribadatan dan ruang

terbuka hijau. namun untuk pelayanan terhadap beberapa

fasilitas tersebut tidak ada, tetapi tidak menjadi masalah

karena bisa terjangkau dengan mudah di sekitar permukiman

nelayan.

3. Ketersediaan fasilitas ekowisata

Fasilitas ekowisata berkaitan dengan fasilitas perdagangan

sebagai sarana pemasaran produk ekowisata, adanya

 pelayanan perahu untuk akomodasi ekowisata, fasilitas penangkapan ikan dan fasilitas pendukung ekowisata lainnya

(informasi wisata, fasilitas pengamatan burung, dan lain-lain)

sebagai upaya menarik minat masyarakat untuk ekowisata.

Pada permukiman nelayan di kelurahan Kalisari, Kejawan

Putih Tambak, Keputih, Medokan Ayu tidak mempunyai

fasilitas ekowisata dan pendukungnya. Sedangkan di kawasan

 permukiman nelayan di kelurahan Wonorejo dan Gunung

Anyar Tambak terdapat fasilitas-fasilitas yang mendukung

ekowisata seperti pelayanan perahu, sarana edukasi,

 pengamatan burung dan lain sebagainya.

4. Penggunaan lahan permukiman dan ekowisata

Penggunaan lahan permukiman dan ekowisata ini yang

dimaksudkan adalah berkaitan dengan jenis kegiatan yang

dilakukan masyarakat nelayan di permukiman nelayan yang

mendukung kegiatan ekowisata. Pada kawasan permukiman

nelayan kelurahan Kejawan Putih Tambak, dan Keputih,

tidak ada jenis kegiatan signifikan yang berhubungan dengan

ekowisata, sedangkan pada kelurahan Kalisari, masyarakat

nelayan hanya melakukan penjemuran hasil perikanan di

kawasan permukimannya. Untuk kawasan permukiman

nelayan di kelurahan Medokan Ayu, Wonorejo dan Gunung

Anyar Tambak, masyarakat nelayan melakukan kegiatan yang

mendukung kegiatan ekowisata, seperti kegiatan menjemur

ikan, pengolahan hasil perikanan dan mangrove.

Page 3: ITS-paper-23646-3608100068-Paper

8/17/2019 ITS-paper-23646-3608100068-Paper

http://slidepdf.com/reader/full/its-paper-23646-3608100068-paper 3/5

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 3

5. Ketersediaan daya tarik lingkungan alam

Berkaitan dengan keberadaan serta kondisi dari hutan

mangrove, luas area tambak yang digunakan untuk budidaya

 bandeng, udang dan jenis hasil tambak lain dan ketersediaan

 beragam spesies unggas yang berhabitat di hutan mangrove.

Secara umum, kondisi lingkungan alam pada seluruh kawasan

cukup baik.

6. Kualitas sumber daya manusia

Ketersedian SDM dan SDA yang memadai merupakansalah satu faktor yang penting dalam menunjang

 pertumbuhan dan perkembangan daerah karena adanya SDA

yang potensial tidak akan berkembang tanpa adanya

 pengelolaan dari SDM.

Kualitas sumber daya manusia disini berkaitan dengan

tingkat pendidikan masyarakat nelayan yang telah di tempuh,

ketersediaan pelatihan terhadap masyarakat nelayan untuk

memberikan keterampilan dan keahlian, adanya keterlibatan

masyarakat dalam kegiatan konservasi untuk memelihara

lingkungan, ketersediaan budaya masyarakat local sebagai ciri

khas yang menarik untuk dipelajari dan dilestarikan. Secara

umum, pada setiap kawasan, masyarakat nelayan turut

 berperan dan berpartisipasi dalam memelihara lingkungan danmangrove.

7. Ketersediaan kelembagaan

Ketersediaan kelembagaan ini berkaitan dengan adanya

kelompok social masyarakat nelayan dan adanya manajemen

 pengelolaan ekowisata yang dapat mendukung kegiatan

ekowisata. Pada kawasan permukiman nelayan di kelurahan

Wonorejo,terdapat lembaga yang mengatur tentang

ekowisata, sedangkan pada kawasan lainnya belum ada,

tetapi terdapat kelompok-kelompok nelayan pada setiap

kawasan.

8. Kondisi social-ekonomi masyarakat

Kondisi social-ekonomi masyarakat disini, dilihat dari

tingkat pendapatan nelayan dan adanya usaha produk olahanhasil perikanan dan mangrove yang dilakukan masyarakat

nelayan. Pada kawasan permukiman nelayan di kelurahan

Kalisari, Kejawan Putih Tambak dan Keputih, tidak terdapat

usaha produk hasil olahan ikan dan mangrove. Sedangkan di

kelurahan Medokan Ayu, Wonorejo, dan Gunung Anyar

Tambak terdapat usaha produk hasil olahan ikan dan

mangrove yang diolah menjadi sepat ikan, kerupuk ikan dan

udang, sirup mangrove, batik mangrove dan sebagainya. Hal

ini tentulah berpengaruh pada ekonomi masyarakat nelayan

sendiri.

 B.   Menentukan Kawasan Prioritas Pengembangan

 Permukiman Nelayan

Pemilihan kawasan yang paling berpotensi untuk dijadikan

sebagai kawasan wisata budaya dilakukan dengan

 pembobotan untuk masing-masing kawasan di setiap variabel

 penelitian. Tabel berikut ini merupakan hasil kumulatif

 penilaian masing-masing variabel di setiap kawasan.Tabel 3.1

Nilai Total Hasil Skoring dari Masing-masing Kawasan Permukiman

No. Kawasan Skor

1.  Kelurahan Kalisari 15

2.  Kelurahan Kejawan Putih Tambak 14

3.  Kelurahan Keputih 15

No. Kawasan Skor

4.  Kelurahan Wonorejo 23

5.  Kelurahan Medokan Ayu 16

6.  Kelurahan Gunung Anyar Tambak 21

Sumber: Hasil Analisa 2012 

Dengan melihat hasil analisa kumulasi masing-masing

kawasan di atas terdapat kawasan dengan nilai tertinggi, yaitu

kawasan permukiman nelayan kelurahan Wonorejo dengan

nilai total kawasan sebesar 23, kemudian kawasan

 permukiman nelayan Gunung Anyar Tambak sebesar 21.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa secara

kuantitaf dan kualitatif dapat disimpulkan bahwa kawasan

 permukiman nelayan kelurahan Wonorejo adalah kawasan

yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai kawasan

 prioritas pengembangan permukiman nelayan di Pantai Timur

Surabaya.

C.   Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Dalam

 Pengembangan Permukiman Nelayan Berbasis Ekowisata

Dalam menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi

 pengembangan permukiman nelayan berbasis ekowisata,

dilakukan dengan melalui tahapan dengan menggunakan

analisa skoring dengan menggunakan pembobotan skala

likert. Dalam analisa ini, kuesioner dibagikan kepada 11

responden yang sebelumnya telah ditetapkan dengan

menggunakan analisis stakeholder. Berdasarkan hasil

kuesioner, didapatkan data sebagai berikut.Tabel 3.2

Pembobotan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengembangan

Permukiman Nelayan Berbasis Ekowisata

No FaktorSkala Nilai

TotalBobot

Faktor1 2 3 4 5

1

Ketersediaan

 pelayanan

 prasarana

 permukiman

0 0 4 3 4 11

40 0 12 12 20 44

2Ketersediaan

 pelayanan sarana

 permukiman

0 0 7 4 0 113,36

0 0 21 16 0 37

3Ketersediaan

fasilitas ekowisata

0 0 2 5 4 114,18

0 0 6 16 25 46

4

Penggunaan lahan

 permukiman dan

ekowisata

0 0 2 5 4 114,18

0 0 6 20 20 46

5

Ketersediaan

 potensi

lingkungan alam

0 0 1 4 6 115

0 0 9 16 30 55

6Kualitas sumber

daya manusia

0 0 4 3 4 114

0 0 12 12 20 44

7Ketersediaan

Kelembagaan

0 0 6 4 1 113,54

0 0 18 16 5 39

8

Kondisi social -

ekonomi

masyarakat

0 0 3 4 4 114,09

0 0 9 16 20 45

Sumber: Hasil Analisa,2012

Berdasarkan tabel diatas, diketahui bobot dari masing-

masing faktor. Bobot tertinggi dimiliki oleh faktor

ketersediaan potensi lingkungan alam yaitu sebesar 5. Bobot

tertinggi kedua dimiliki oleh faktor ketersediaan fasilitas

ekowisata, dan penggunaan lahan permukiman dan ekowisata

yaitu sebesar 4,18. Faktor lain yang menjadi masukan dari

Page 4: ITS-paper-23646-3608100068-Paper

8/17/2019 ITS-paper-23646-3608100068-Paper

http://slidepdf.com/reader/full/its-paper-23646-3608100068-paper 4/5

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 4

responden adalah adanya dukungan dari pemerintah dan

kualitas lingkungan permukiman.

Langkah selanjutnya dideksriptifkan dari variabel-variabel

sebelumnya dan dikaitkan dengan kondisei eksisting kawasan

untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi pengembangan

dari permukiman nelayan.

Dari hasil analisa tersebut diperoleh faktor-faktor yang

memepengaruhi pengembangan, yaitu 1) Peningkatan

kesadaran dalam memanfaatkan dan menjaga potensi alam. 2)Peningkatan kualitas pelayanan fasilitas ekowisata berupa

sentra-sentra perdagangan yang menjual hasil olahan laut dan

mangrove. 3) Peningkatan dan penggiatan aktivitas

 pengolahan ikan dan mangrove menjadi berbagai olahan oleh

masyarakat nelayan. 4) Peningkatan kesejahteraan

masyarakat. 5) Peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan

 prasarana permukiman. 6) Peningkatan kualitas SDM dalam

 bidang kepariwisataan, dan ekowisata. 7) Pembentukan

kelembagaan formal. 8) Peningkatan kerjasama antara

 pemerintah dan masyarakat. 10) Perbaikan kualitas

lingkungan permukiman. Selain itu, terdapat faktor tambahan

yang juga perlu diperhatikan. Mengingat fungsi utama

kawasan Pantai Timur Surabaya adalah konservasi danrehabilitasi lingkungan maka 11) diperlukan suatu regulasi

yang mengatur tentang penetapan zona-zona kawasan seperti

zona konservasi dan zona pemanfaatan.

 D.   Perumusan Arahan Pengembangan Permukiman Nelayan

 Berbasis Ekowisata

Untuk merumuskan arahan pengembangan, akan dilakukan

dengan analisa triangulasi dimana sebelumnya telah diketahui

faktor yang mempengaruhi pengembangan permukiman

nelayan yang berbasis ekowisata dengan menggunakan

skoring. Pada analisis ini akan dibandingkan masing-masing

faktor-faktor yang telah didapat pada sasaran sebelumnya,

tinjauan teori, dan kondisi eksisting kawasan.Dan diperoleh arahan pengembangan permukiman nelayan

 berbasis ekowisata, yaitu:

-  Peningkatan kesadaran dalam memanfaatkan dan menjaga

 potensi alam untuk kegiatan wisata sebagai upaya

konservasi lingkungan alam.

-  Pembangunan dan penyediaan fasilitas pendukung

ekowisata harus ramah lingkungan dan memperhatikan

keberlanjutan lingkungan yang berwawasan pariwisata dan

konservasi.

-  Peningkatan kualitas pelayanan fasilitas ekowisata berupa

sentra-sentra perdagangan yang menjual hasil olahan dan

makanan khas kawasan kelurahan Wonorejo.

Peningkatan dan penggiatan aktivitas pengolahan ikan danmangrove menjadi berbagai olahan sebagai ciri khas

kegiatan masyarakat untuk menunjang ekowisata di

kawasan permukiman nelayan dan sekaligus peningkatan

ekonomi lokal

-  Peningkatan partisipasi masyarakat dalam kegiatan

ekowisata dengan memanfaatkan pengelolaan wilayah

 pesisir melalui pengolahan produk olahan laut, mangrove,

dan pengelolaan kawasan wisata.

-  Peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana

 permukiman dengan perbaikan askses jalan, prasarana

sanitasi lingkungan, perbaikan saluran drainase, perbaikan

atau penyediaan sumber-sumber air bersih dan lain-lain.

-  Peningkatan kualitas masyarakat nelayan di bidang

lingkungan dengan pemberdayaan masyarakat seperti

sosialisasi dan pelatihan.

-  Peningkatan kualitas SDM dalam bidang kepariwisataa,

dan ekowisata sehingga peran masyarakat akan secara

maksimal dalam kegiatan wisata di kawasan permukiman

nelayan kelurahan Wonorejo.-  Pembentukan kelembagaan formal untuk meminimalisir

kepentingan konflik-konflik kepentingan yang berbasis

masyarakat, yaitu berasal dari warga setempat.

-  Peningkatan kerjasama antara antara pemerintah dan

masyarakat dengan peningkatan kerjasama di bidang

 pemberdayaan ekonomi dan perbaikan lingkungan.

-  Perbaikan kualitas lingkungan permukiman nelayan yang

sehat dan estetika guna menghadirkan permukiman yang

layak secara fisik dan non fisik.

-  Regulasi zoning dapat dilakukan dengan pengendalian

terhadap cara penggunaan dan pengelolaan tanah oleh

 penduduk atau proyek pembangunan (sektoral) tertentu

yang diperbolehkan, agar tidak mengganggu fungsilindung; pembuatan buffer zona (kawasan penyangga)

untuk membatasi antara fungsi lindung dan budidaya.

Seperti kegiatan ekowisata ini, sehingga masyarakat dapat

merasakan manfaat ekonomi pengolahan lahan, namun

 juga berpartisipasi dalam pengelolaan; serta sosialisasi

terbuka kepada masyarakat mengenai batas-batas kawasan

lindung dan kawasan budidaya, serta syarat-syarat

 pelaksanaan kegiatan budidaya di dalam kawasan lindung.

IV.  KESIMPULAN 

Berdasarkan hasil penelitian, kawasan permukiman nelayan

di kelurahan Wonorejo merupakan kawasan prioritas

 pengembangan permukiman nelayan. Sedangkan arahan pengembangan permukiman nelayan berbasis ekowisata

tersebut berkaitan dengan peningkatan kesadaran masyarakat

dalam memanfaatkan dan menjaga potensi alam, peningkatan

kualitas pelayanan fasilitas ekowisata berupa sentra-sentra

 perdagangan yang menjual hasil olahan laut dan mangrove,

 peningkatan dan penggiatan aktivitas pengolahan ikan dan

mangrove menjadi berbagai olahan oleh masyarakat nelayan,

 peningkatan kesejahteraan masyarakat, peningkatan kualitas

dan kuantitas sarana dan prasarana permukiman, peningkatan

kualitas SDM dalam bidang kepariwisataan, dan ekowisata,

 pembentukan kelembagaan formal, peningkatan kerjasama

antara pemerintah dan masyarakat, perbaikan kualitas

lingkungan permukiman serta diperlukan suatu regulasi yang

mengatur tentang penetapan zona-zona kawasan.

DAFTAR  PUSTAKA

[1]  Adisasmita, Rahardjo. 2006.“ Pembangunan Pedesaan dan Perkotaan”,

Graha Ilmu, Yogyakarta.

[2]  Adisasmita, Rahardjo.2010. “ Pembangunan Kawasan dan Tata Ruang ”,

Graha Ilmu, Yogyakarta.

[3]  Agus, Erwan.2007 “ Metode Penelitian Kuantitatif ”, Gava Media,

Yogyakarta.

Page 5: ITS-paper-23646-3608100068-Paper

8/17/2019 ITS-paper-23646-3608100068-Paper

http://slidepdf.com/reader/full/its-paper-23646-3608100068-paper 5/5

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 5

[4]  Alder, Jackie and Robert Key. 1999. “Coastal Planning And

 Management”, Spon Press, London.

[5]  Arikunto, Suharsimi. 2010. “ Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan

 Praktik ”, Rineka Cipta, Yogyakarta.

[6]  Azizah dkk. 2011. “The Sustainability Of Pamurbaya Mangrove Forest

 Ecosystem At East Java Indonesia”. Universiti Putra Malaysia –

Mitsubishi Corporation

[7]  Dahuri, Rokhmin dkk. 2001. “ Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan

 Lautan Secara Terpadu”, Pradnya Paramita, Yogyakarta.

[8]  Damanik, Janianton. 2006. “Perencanaan Ekowisata Dari Teori Ke

Aplikasi”, Andi, Yogyakarta.[9]  Kusnadi.2009.“Keberadaan Nelayan dan Dinamika Ekonomi Pesisir ”,

Puslit Univ.Jember, Jember.

[10]  Kusnadi. 2000. “Nelayan Strategi Adaptasi Dan Jaringan Sosial”,  

Humaniora Utama Press, Bandung.

[11]  Kuswartojo, Tjuk. 2005. “ Perumahan dan Permukiman di Indonesia”.

Bandung. Penerbit ITB.

[12]  Marlina, Endy. 2006. “ Perencanaan Dan Pengembangan Perumahan”,

Andy, Jogjakarta.

[13]  Mubyarto. 1984. ”Nelayan dan Kemiskinan”,Yayasan Agro Ekonomika,

Jakarta.

[14]  Panudju, Dr. Ir. Bambang. 2009. “ Pengadaan Perumahan Kota Dengan

 Peran Serta Masyarakat Berpenghasilan Rendah”. PT. Alumni,

Bandung.

[15]  Pramono, Y. Setyo. 2010. Seminar Nasional Teknologi Ramah

Lingkungan Dalam Pembangunan Berkelanjutan. “ Pengembangan

 Kampung Wisata Nelayan Puger Kabupaten Jember ”. Malang. FTSP-

ITN

[16]  Sinulingga, Budi. D, 2005. “Pembangunan Kota Tinjauan Regional dan

 Lokal”. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.

[17] 

Soemarwoto, Otto. 1983. “Ekologi, Lingkungan Hidup, dan

Pembangunan”, Djambatan, Jakarta.

[18]  Subri, Mulyadi. 2007. “ Ekonomi Kelautan”, PT Raja Grafindo Persada,

Jakarta.

[19]  Tarigan, Robinson.2004. “ Perencanaan Pembangunan Daerah”, Bumi

Aksara, Jakarta.

[20]  Tuwo, Ambo. 2011. “Pengelolaan Ekowisata Pesisir dan Laut”, Brilian

Internasional, Surabaya.

[21]  Satiadella, Rizkyanti Intan. 2006. “ Penentuan Faktor-Faktor Utama

Untuk Pengembangan Ekonomi Lokal ”. Tugas Akhir Program Studi

Perencanaan Wilayah Dan Kota, ITS. Surabaya.

[22]  Zulfani, Rizfan. 2008. “Pengembangan Kawasan Nelayan Berdasarkan

 Prefrensi Masyarakat Nelayan, Lokasi Studi:Desa Puger Kulon

 Kecamatan Puger – Jember”. Tugas Akhir Program Studi PerencanaanWilayah Dan Kota, ITS, Surabaya.

[23]  Christian, Iman “ Pantai Timur Surabaya” diunduh tanggal 12 November

2011 dar i http://wikimapia.org/19357926/pamurbaya-surabaya-timur  

[24]  Konservasi Pantai Timur Surabaya” diunduh pada tanggal 13 November

2011 dari http://archispace.co/perkotaan/42-perkotaan/47-konservasi-

 pantai-timur-surabaya.html 

[25]  Diunduh tanggal 25 desember 2011 dari www.surabayapagi.com,