ITS-paper-23646-3608100068-Paper
-
Upload
david-josh -
Category
Documents
-
view
212 -
download
0
Transcript of ITS-paper-23646-3608100068-Paper
8/17/2019 ITS-paper-23646-3608100068-Paper
http://slidepdf.com/reader/full/its-paper-23646-3608100068-paper 1/5
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 1
Abstrak
Keberadaan ekowisata membawa pengaruh positif bagi
masyarakat sekitar, terutama di permukiman nelayan dalam hal
peningkatan kesejahteraan lingkungan desa. Penelitian ini
bertujuan untuk merumuskan arahan pengembangan kawasan
permukiman nelayan berbasis ekowisata di Pantai Timur
Surabaya (Pamurbaya). Agar arah pengembangan permukiman
nelayan berbasis ekowisata di kawasan Pantai Timur Surabaya
dapat terintegrasi dengan baik maka, dilakukan dengan cara
meningkatkan kesejahteraan masyarakat nelayan melalui
potensi kelautan sekaligus melibatkan masyarakat dalam
ekowisata. Metode analisa yang digunakan dalam penelitian ini
adalah analisis deskriptif, teknik analisa skoring, dan teknik
analisa triangulasi. Berdasarkan hasil penelitian, kawasan
permukiman nelayan di kelurahan Wonorejo merupakan
kawasan prioritas pengembangan permukiman nelayan.
Sedangkan arahan pengembangan permukiman nelayan berbasis
ekowisata tersebut berkaitan dengan peningkatan kesadaran
masyarakat dalam memanfaatkan dan menjaga potensi alam,
peningkatan kualitas pelayanan fasilitas ekowisata berupa
sentra-sentra perdagangan yang menjual hasil olahan laut dan
mangrove, peningkatan dan penggiatan aktivitas pengolahan
ikan dan mangrove menjadi berbagai olahan oleh masyarakatnelayan, peningkatan kesejahteraan masyarakat, peningkatan
kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana permukiman,
peningkatan kualitas SDM dalam bidang kepariwisataan, dan
ekowisata, pembentukan kelembagaan formal, peningkatan
kerjasama antara pemerintah dan masyarakat, perbaikan
kualitas lingkungan permukiman serta diperlukan suatu regulasi
yang mengatur tentang penetapan zona-zona kawasan.
Kata Kunci : Ekowisata, permuk iman nelayan.
I. PENDAHULUAN
Pembangunan dalam konteks penataan dan pengembangan
wilayah adalah berbagai jenis kegiatan, baik yang mencakup
sektor pemerintah maupun masyarakat dilaksanakan dalamrangka memperbaiki tingkat kesejahteraan hidup masyarakat
(Santosa, 2000). Di Indonesia, pemerataan pembangunan
masih kurang maksimal, seperti halnya pembangunan yang
terjadi di wilayah pesisir padahal diketahui bahwa potensi
kelautan dan pesisir di Indonesia sangat besar.
Permukiman nelayan di Indonesia umumnya memiliki
permasalahan rendahnya tingkat kesejahteraan rakyat pesisir
dan kualitas lingkungan. Tingkat kesejahteraan masyarakat
yang cukup rendah diperlihatkan dari sebaran kawasan
tertinggal yang banyak terdapat wilayah pesisir. Salah satu
penyebabnya adalah minimnya prasarana dan sarana
pendukung bidang kelautan dan perikanan. Sedangkan
rendahnya kualitas lingkungan pada kawasan permukiman
para nelayan disebabkan minimnya ketersediaan prasarana
dan sarana dasar yang berdampak pada rendahnya
produktivitas (WALHI, 2008). Aktivitas pembangunan di
pesisir juga berimplikasi buruk terhadap kehidupan
masyarakat pesisir, seperti terjadinya kasus reklamasi pantai dikota Surabaya.
Dalam RTRW Surabaya 2013, diketahui bahwa kawasan
pantai timur Surabaya (Pamurbaya) ditetapkan sebagai
kawasan lindung. Penetapannya sebagai kawasan lindung
tidak serta-merta membatasi pengelolaannya (Suwandi, 2007).
Apalagi Pantai Timur Surabaya mempunyai potensi sumber
daya alam yang besar, antara lain, hutan mangrove,
pertambakan dan satwa unggas serta sarana ekowisata yang
ada di Pantai Timur Surabaya juga cukup banyak.
Sebagaimana adanya program pencanangan kawasan
ekowisata bertujuan untuk lebih memantapkan kawasan Pantai
Timur Surabaya maka permukiman nelayan kawasan pantai
timur Surabaya ini harus menjadi bagian integral dan pentingdi dalam pembangunan kota Surabaya (Darmiwati, 2001).
Pencanangan ekowisata ini diperkirakan memiliki pengaruh
yang besar terhadap peningkatan potensi kawasan pesisir di
sekitar pantai Timur Surabaya, termasuk permukiman nelayan.
Agar arah pengembangan permukiman nelayan di kawasan
Pantai Timur Surabaya dari aspek keruangan, aspek
lingkungan, nilai sosial-budaya dan kegiatan ekonomi nelayan
dapat terintegrasi dengan baik maka, dilakukan dengan cara
meningkatkan kesejahteraan masyarakat nelayan melalui
potensi kelautan sekaligus melibatkan masyarakat dalam
pengembangan ekowisata di kawasan Pantai Timur Surabaya.
II. METODE PENELITIAN
Untuk menghasilkan arahan pengembangan permukiman
nelayan berbasis ekowisata maka diperlukan beberapa tahapan
analisis, adapun tahapan analisis tersebut adalah sebagai
berikut:
A. Identifikasi Karakteristik Fisik, Karakteristik Social-
Budaya Dan Karakteristik Ekonomi Masyarakat
Dalam melakukan identifikasi karakteristik fisik,
karakteristik social-budaya dan ekonomi masyarakat
dilakukan dengan menggunakan Theoretical Descriptive.
Pengembangan Permukiman Nelayan Berbasis
Ekowisata Di Pantai Timur Surabaya
Imroatul Mufida Nugrahanti, dan Ardy Maulidy Navastara, S.T.,M.T.
Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111
E-mail : [email protected]
8/17/2019 ITS-paper-23646-3608100068-Paper
http://slidepdf.com/reader/full/its-paper-23646-3608100068-paper 2/5
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 2
Analisis tersebut merupakan analisis yang akan digunakan
untuk memberikan gambaran mengenai objek studi secara
mendalam disertai dengan pembahasan-pembahasan yang
disesuaikan dengan teori-teori yang terkait. Analisa deskriptif
ini dilakukan untuk mengidentifikasi identifikasi karakteristik
fisik, karakteristik social-budaya dan ekonomi masyarakat di
kawasan permukiman nelayan di Pantai Timur Surabaya.
Dengan analisa ini akan membantu dalam mengidentifikasi
karakteristik dan potensi masing-masing kawasan permukiman yang menjadi fokus penelitian.
B. Menentukan Kawasan Prioritas Pengembangan
Permukiman Nelayan
Pada tahapan analisa ini, dilakukan skoring untuk
menentukan kawasan permukiman nelayan yang menjadi
prioritas pengembangan permukiman nelayan yang berada di
kawasan Pantai Timur Surabaya. Dari tahap analisa sasaran 1
diperoleh data karakteristik masing-masing kawasan dengan
tolak ukur variabel tersebut. Hasil tersebut kemudian dinilai
dengan menggunakan parameter dengan melihat dari besar
potensi dan karakteristik kualitas dari masing-masing kawasan
untuk dapat dijadikan sebagai kawasan prioritas
pengembangan permukiman nelayan. Hasil skoring ini
diakumulasikan dengan cara menjumlahkan skor masing-
masing variabel untuk masing-masing kawasan. Di mana nilai
yang paling tinggi pada kawasan akan dijadikan sebagai
kawasan prioritas pengembangan.
C. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Dalam
Pengembangan Permukiman Nelayan Berbasis Ekowisata
Untuk membobotkan faktor-faktor yang mempenfaruhi
dalam pengembangan permukiman nelayan berbasis
ekowisata dilakukan dengan menggunakan teknik skoring.
Skoring dilakukan berdasarkan jawaban responden terhadap
tingkat kepentingan dari faktor pertimbangan pengembangan
permukiman. Untuk input data yang digunakan adalah datakualitatif yang dikonversikan kedalam skala likert.
Dalam penggunaan skala likert pada analisa ini, tidak
diperlakukan pengujian validitas dan reliabilitas. Hal tersebut
disebabkan karena seluruh faktor yang ditanyakan dalam
kuesioner telah dianggap penting, berdasarkan hasil sintesa
pustaka yang disesuaikan dengan kebutuhan penelitian, dan
stakeholder yang menjadi responden merupakan responden
yang mempunyai kapasitas untuk menjawab pertanyaan
berdasarkan hasil analisa stakeholder. Jadi uji validitas dan
reliabilitas tidak diperlukan pada analisa ini, karena faktor-
faktor yang dipakai telah dianggap memenuhi tujuan
penelitian.
D. Perumusan Arahan Pengembangan Permukiman Nelayan
Berbasis Ekowisata
Untuk merumuskan arahan pengembangan permukiman
nelayan berbasis ekowisata di Pantai Timur Surabaya
(Pamurbaya) dilakukan dengan menggunakan analisa
triangulasi. Analisa triangulasi pada dasarnya menggunakan 3
sumber data yang nantinya akan dijadikan sebagai
pertimbangan dalam merumuskan arahan pengembangan
permukiman nelayan berbasis ekowisata di Pantai Timur
Surabaya (Pamurbaya) yang implementatif.
Dalam penelitian ini, sumber informasi yang akan
digunakan adalah
1. Hasil penelitian yang berupa faktor yang pempengaruhi
pengembangan permukiman nelayan berbasis ekowisata
2. Tinjauan teori
3. Kondisi eksisting kawasan
III. HASIL DAN DISKUSI
A.
Identifikasi Karakteristik Fisik, Karakteristik Social-
Budaya Dan Karakteristik Ekonomi Masyarakat
Analisa ini ini bertujuan untuk menjabarkan potensi dan
karakteristik masing-masing kawasan yang menjadi fokus
penelitian.
1. Ketersediaan pelayanan prasarana permukiman
Ketersediaan pelayanan prasarana permukiman ini
mencakup ketersediaan utilitas yaitu ketersediaan pelayanan
listrik, persampahan, sanitasi dan drainase, jaringan jalan,
jaringan air bersih serta komunikasi. Pada dasarnya seluruh
kawasan yang menjadi wilayah penelitian sudah terpenuhi
dengan baik dengan kondisi yang cukup baik hanya saja
masih perlu perbaikan dan peningkatan eksisting.
2.
Ketersediaan pelayanan sarana permukimanKondisi eksisting masing-masing kawasan menunjukkan
bahwa kawasan-kawasan permukiman nelayan sudah terlayani
dengan baik oleh sarana permukiman, seperti sarana
pendidikan, sarana kesehatan, sarana peribadatan dan ruang
terbuka hijau. namun untuk pelayanan terhadap beberapa
fasilitas tersebut tidak ada, tetapi tidak menjadi masalah
karena bisa terjangkau dengan mudah di sekitar permukiman
nelayan.
3. Ketersediaan fasilitas ekowisata
Fasilitas ekowisata berkaitan dengan fasilitas perdagangan
sebagai sarana pemasaran produk ekowisata, adanya
pelayanan perahu untuk akomodasi ekowisata, fasilitas penangkapan ikan dan fasilitas pendukung ekowisata lainnya
(informasi wisata, fasilitas pengamatan burung, dan lain-lain)
sebagai upaya menarik minat masyarakat untuk ekowisata.
Pada permukiman nelayan di kelurahan Kalisari, Kejawan
Putih Tambak, Keputih, Medokan Ayu tidak mempunyai
fasilitas ekowisata dan pendukungnya. Sedangkan di kawasan
permukiman nelayan di kelurahan Wonorejo dan Gunung
Anyar Tambak terdapat fasilitas-fasilitas yang mendukung
ekowisata seperti pelayanan perahu, sarana edukasi,
pengamatan burung dan lain sebagainya.
4. Penggunaan lahan permukiman dan ekowisata
Penggunaan lahan permukiman dan ekowisata ini yang
dimaksudkan adalah berkaitan dengan jenis kegiatan yang
dilakukan masyarakat nelayan di permukiman nelayan yang
mendukung kegiatan ekowisata. Pada kawasan permukiman
nelayan kelurahan Kejawan Putih Tambak, dan Keputih,
tidak ada jenis kegiatan signifikan yang berhubungan dengan
ekowisata, sedangkan pada kelurahan Kalisari, masyarakat
nelayan hanya melakukan penjemuran hasil perikanan di
kawasan permukimannya. Untuk kawasan permukiman
nelayan di kelurahan Medokan Ayu, Wonorejo dan Gunung
Anyar Tambak, masyarakat nelayan melakukan kegiatan yang
mendukung kegiatan ekowisata, seperti kegiatan menjemur
ikan, pengolahan hasil perikanan dan mangrove.
8/17/2019 ITS-paper-23646-3608100068-Paper
http://slidepdf.com/reader/full/its-paper-23646-3608100068-paper 3/5
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 3
5. Ketersediaan daya tarik lingkungan alam
Berkaitan dengan keberadaan serta kondisi dari hutan
mangrove, luas area tambak yang digunakan untuk budidaya
bandeng, udang dan jenis hasil tambak lain dan ketersediaan
beragam spesies unggas yang berhabitat di hutan mangrove.
Secara umum, kondisi lingkungan alam pada seluruh kawasan
cukup baik.
6. Kualitas sumber daya manusia
Ketersedian SDM dan SDA yang memadai merupakansalah satu faktor yang penting dalam menunjang
pertumbuhan dan perkembangan daerah karena adanya SDA
yang potensial tidak akan berkembang tanpa adanya
pengelolaan dari SDM.
Kualitas sumber daya manusia disini berkaitan dengan
tingkat pendidikan masyarakat nelayan yang telah di tempuh,
ketersediaan pelatihan terhadap masyarakat nelayan untuk
memberikan keterampilan dan keahlian, adanya keterlibatan
masyarakat dalam kegiatan konservasi untuk memelihara
lingkungan, ketersediaan budaya masyarakat local sebagai ciri
khas yang menarik untuk dipelajari dan dilestarikan. Secara
umum, pada setiap kawasan, masyarakat nelayan turut
berperan dan berpartisipasi dalam memelihara lingkungan danmangrove.
7. Ketersediaan kelembagaan
Ketersediaan kelembagaan ini berkaitan dengan adanya
kelompok social masyarakat nelayan dan adanya manajemen
pengelolaan ekowisata yang dapat mendukung kegiatan
ekowisata. Pada kawasan permukiman nelayan di kelurahan
Wonorejo,terdapat lembaga yang mengatur tentang
ekowisata, sedangkan pada kawasan lainnya belum ada,
tetapi terdapat kelompok-kelompok nelayan pada setiap
kawasan.
8. Kondisi social-ekonomi masyarakat
Kondisi social-ekonomi masyarakat disini, dilihat dari
tingkat pendapatan nelayan dan adanya usaha produk olahanhasil perikanan dan mangrove yang dilakukan masyarakat
nelayan. Pada kawasan permukiman nelayan di kelurahan
Kalisari, Kejawan Putih Tambak dan Keputih, tidak terdapat
usaha produk hasil olahan ikan dan mangrove. Sedangkan di
kelurahan Medokan Ayu, Wonorejo, dan Gunung Anyar
Tambak terdapat usaha produk hasil olahan ikan dan
mangrove yang diolah menjadi sepat ikan, kerupuk ikan dan
udang, sirup mangrove, batik mangrove dan sebagainya. Hal
ini tentulah berpengaruh pada ekonomi masyarakat nelayan
sendiri.
B. Menentukan Kawasan Prioritas Pengembangan
Permukiman Nelayan
Pemilihan kawasan yang paling berpotensi untuk dijadikan
sebagai kawasan wisata budaya dilakukan dengan
pembobotan untuk masing-masing kawasan di setiap variabel
penelitian. Tabel berikut ini merupakan hasil kumulatif
penilaian masing-masing variabel di setiap kawasan.Tabel 3.1
Nilai Total Hasil Skoring dari Masing-masing Kawasan Permukiman
No. Kawasan Skor
1. Kelurahan Kalisari 15
2. Kelurahan Kejawan Putih Tambak 14
3. Kelurahan Keputih 15
No. Kawasan Skor
4. Kelurahan Wonorejo 23
5. Kelurahan Medokan Ayu 16
6. Kelurahan Gunung Anyar Tambak 21
Sumber: Hasil Analisa 2012
Dengan melihat hasil analisa kumulasi masing-masing
kawasan di atas terdapat kawasan dengan nilai tertinggi, yaitu
kawasan permukiman nelayan kelurahan Wonorejo dengan
nilai total kawasan sebesar 23, kemudian kawasan
permukiman nelayan Gunung Anyar Tambak sebesar 21.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa secara
kuantitaf dan kualitatif dapat disimpulkan bahwa kawasan
permukiman nelayan kelurahan Wonorejo adalah kawasan
yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai kawasan
prioritas pengembangan permukiman nelayan di Pantai Timur
Surabaya.
C. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Dalam
Pengembangan Permukiman Nelayan Berbasis Ekowisata
Dalam menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi
pengembangan permukiman nelayan berbasis ekowisata,
dilakukan dengan melalui tahapan dengan menggunakan
analisa skoring dengan menggunakan pembobotan skala
likert. Dalam analisa ini, kuesioner dibagikan kepada 11
responden yang sebelumnya telah ditetapkan dengan
menggunakan analisis stakeholder. Berdasarkan hasil
kuesioner, didapatkan data sebagai berikut.Tabel 3.2
Pembobotan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengembangan
Permukiman Nelayan Berbasis Ekowisata
No FaktorSkala Nilai
TotalBobot
Faktor1 2 3 4 5
1
Ketersediaan
pelayanan
prasarana
permukiman
0 0 4 3 4 11
40 0 12 12 20 44
2Ketersediaan
pelayanan sarana
permukiman
0 0 7 4 0 113,36
0 0 21 16 0 37
3Ketersediaan
fasilitas ekowisata
0 0 2 5 4 114,18
0 0 6 16 25 46
4
Penggunaan lahan
permukiman dan
ekowisata
0 0 2 5 4 114,18
0 0 6 20 20 46
5
Ketersediaan
potensi
lingkungan alam
0 0 1 4 6 115
0 0 9 16 30 55
6Kualitas sumber
daya manusia
0 0 4 3 4 114
0 0 12 12 20 44
7Ketersediaan
Kelembagaan
0 0 6 4 1 113,54
0 0 18 16 5 39
8
Kondisi social -
ekonomi
masyarakat
0 0 3 4 4 114,09
0 0 9 16 20 45
Sumber: Hasil Analisa,2012
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bobot dari masing-
masing faktor. Bobot tertinggi dimiliki oleh faktor
ketersediaan potensi lingkungan alam yaitu sebesar 5. Bobot
tertinggi kedua dimiliki oleh faktor ketersediaan fasilitas
ekowisata, dan penggunaan lahan permukiman dan ekowisata
yaitu sebesar 4,18. Faktor lain yang menjadi masukan dari
8/17/2019 ITS-paper-23646-3608100068-Paper
http://slidepdf.com/reader/full/its-paper-23646-3608100068-paper 4/5
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 4
responden adalah adanya dukungan dari pemerintah dan
kualitas lingkungan permukiman.
Langkah selanjutnya dideksriptifkan dari variabel-variabel
sebelumnya dan dikaitkan dengan kondisei eksisting kawasan
untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi pengembangan
dari permukiman nelayan.
Dari hasil analisa tersebut diperoleh faktor-faktor yang
memepengaruhi pengembangan, yaitu 1) Peningkatan
kesadaran dalam memanfaatkan dan menjaga potensi alam. 2)Peningkatan kualitas pelayanan fasilitas ekowisata berupa
sentra-sentra perdagangan yang menjual hasil olahan laut dan
mangrove. 3) Peningkatan dan penggiatan aktivitas
pengolahan ikan dan mangrove menjadi berbagai olahan oleh
masyarakat nelayan. 4) Peningkatan kesejahteraan
masyarakat. 5) Peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan
prasarana permukiman. 6) Peningkatan kualitas SDM dalam
bidang kepariwisataan, dan ekowisata. 7) Pembentukan
kelembagaan formal. 8) Peningkatan kerjasama antara
pemerintah dan masyarakat. 10) Perbaikan kualitas
lingkungan permukiman. Selain itu, terdapat faktor tambahan
yang juga perlu diperhatikan. Mengingat fungsi utama
kawasan Pantai Timur Surabaya adalah konservasi danrehabilitasi lingkungan maka 11) diperlukan suatu regulasi
yang mengatur tentang penetapan zona-zona kawasan seperti
zona konservasi dan zona pemanfaatan.
D. Perumusan Arahan Pengembangan Permukiman Nelayan
Berbasis Ekowisata
Untuk merumuskan arahan pengembangan, akan dilakukan
dengan analisa triangulasi dimana sebelumnya telah diketahui
faktor yang mempengaruhi pengembangan permukiman
nelayan yang berbasis ekowisata dengan menggunakan
skoring. Pada analisis ini akan dibandingkan masing-masing
faktor-faktor yang telah didapat pada sasaran sebelumnya,
tinjauan teori, dan kondisi eksisting kawasan.Dan diperoleh arahan pengembangan permukiman nelayan
berbasis ekowisata, yaitu:
- Peningkatan kesadaran dalam memanfaatkan dan menjaga
potensi alam untuk kegiatan wisata sebagai upaya
konservasi lingkungan alam.
- Pembangunan dan penyediaan fasilitas pendukung
ekowisata harus ramah lingkungan dan memperhatikan
keberlanjutan lingkungan yang berwawasan pariwisata dan
konservasi.
- Peningkatan kualitas pelayanan fasilitas ekowisata berupa
sentra-sentra perdagangan yang menjual hasil olahan dan
makanan khas kawasan kelurahan Wonorejo.
-
Peningkatan dan penggiatan aktivitas pengolahan ikan danmangrove menjadi berbagai olahan sebagai ciri khas
kegiatan masyarakat untuk menunjang ekowisata di
kawasan permukiman nelayan dan sekaligus peningkatan
ekonomi lokal
- Peningkatan partisipasi masyarakat dalam kegiatan
ekowisata dengan memanfaatkan pengelolaan wilayah
pesisir melalui pengolahan produk olahan laut, mangrove,
dan pengelolaan kawasan wisata.
- Peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana
permukiman dengan perbaikan askses jalan, prasarana
sanitasi lingkungan, perbaikan saluran drainase, perbaikan
atau penyediaan sumber-sumber air bersih dan lain-lain.
- Peningkatan kualitas masyarakat nelayan di bidang
lingkungan dengan pemberdayaan masyarakat seperti
sosialisasi dan pelatihan.
- Peningkatan kualitas SDM dalam bidang kepariwisataa,
dan ekowisata sehingga peran masyarakat akan secara
maksimal dalam kegiatan wisata di kawasan permukiman
nelayan kelurahan Wonorejo.- Pembentukan kelembagaan formal untuk meminimalisir
kepentingan konflik-konflik kepentingan yang berbasis
masyarakat, yaitu berasal dari warga setempat.
- Peningkatan kerjasama antara antara pemerintah dan
masyarakat dengan peningkatan kerjasama di bidang
pemberdayaan ekonomi dan perbaikan lingkungan.
- Perbaikan kualitas lingkungan permukiman nelayan yang
sehat dan estetika guna menghadirkan permukiman yang
layak secara fisik dan non fisik.
- Regulasi zoning dapat dilakukan dengan pengendalian
terhadap cara penggunaan dan pengelolaan tanah oleh
penduduk atau proyek pembangunan (sektoral) tertentu
yang diperbolehkan, agar tidak mengganggu fungsilindung; pembuatan buffer zona (kawasan penyangga)
untuk membatasi antara fungsi lindung dan budidaya.
Seperti kegiatan ekowisata ini, sehingga masyarakat dapat
merasakan manfaat ekonomi pengolahan lahan, namun
juga berpartisipasi dalam pengelolaan; serta sosialisasi
terbuka kepada masyarakat mengenai batas-batas kawasan
lindung dan kawasan budidaya, serta syarat-syarat
pelaksanaan kegiatan budidaya di dalam kawasan lindung.
IV. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian, kawasan permukiman nelayan
di kelurahan Wonorejo merupakan kawasan prioritas
pengembangan permukiman nelayan. Sedangkan arahan pengembangan permukiman nelayan berbasis ekowisata
tersebut berkaitan dengan peningkatan kesadaran masyarakat
dalam memanfaatkan dan menjaga potensi alam, peningkatan
kualitas pelayanan fasilitas ekowisata berupa sentra-sentra
perdagangan yang menjual hasil olahan laut dan mangrove,
peningkatan dan penggiatan aktivitas pengolahan ikan dan
mangrove menjadi berbagai olahan oleh masyarakat nelayan,
peningkatan kesejahteraan masyarakat, peningkatan kualitas
dan kuantitas sarana dan prasarana permukiman, peningkatan
kualitas SDM dalam bidang kepariwisataan, dan ekowisata,
pembentukan kelembagaan formal, peningkatan kerjasama
antara pemerintah dan masyarakat, perbaikan kualitas
lingkungan permukiman serta diperlukan suatu regulasi yang
mengatur tentang penetapan zona-zona kawasan.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Adisasmita, Rahardjo. 2006.“ Pembangunan Pedesaan dan Perkotaan”,
Graha Ilmu, Yogyakarta.
[2] Adisasmita, Rahardjo.2010. “ Pembangunan Kawasan dan Tata Ruang ”,
Graha Ilmu, Yogyakarta.
[3] Agus, Erwan.2007 “ Metode Penelitian Kuantitatif ”, Gava Media,
Yogyakarta.
8/17/2019 ITS-paper-23646-3608100068-Paper
http://slidepdf.com/reader/full/its-paper-23646-3608100068-paper 5/5
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 5
[4] Alder, Jackie and Robert Key. 1999. “Coastal Planning And
Management”, Spon Press, London.
[5] Arikunto, Suharsimi. 2010. “ Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan
Praktik ”, Rineka Cipta, Yogyakarta.
[6] Azizah dkk. 2011. “The Sustainability Of Pamurbaya Mangrove Forest
Ecosystem At East Java Indonesia”. Universiti Putra Malaysia –
Mitsubishi Corporation
[7] Dahuri, Rokhmin dkk. 2001. “ Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan
Lautan Secara Terpadu”, Pradnya Paramita, Yogyakarta.
[8] Damanik, Janianton. 2006. “Perencanaan Ekowisata Dari Teori Ke
Aplikasi”, Andi, Yogyakarta.[9] Kusnadi.2009.“Keberadaan Nelayan dan Dinamika Ekonomi Pesisir ”,
Puslit Univ.Jember, Jember.
[10] Kusnadi. 2000. “Nelayan Strategi Adaptasi Dan Jaringan Sosial”,
Humaniora Utama Press, Bandung.
[11] Kuswartojo, Tjuk. 2005. “ Perumahan dan Permukiman di Indonesia”.
Bandung. Penerbit ITB.
[12] Marlina, Endy. 2006. “ Perencanaan Dan Pengembangan Perumahan”,
Andy, Jogjakarta.
[13] Mubyarto. 1984. ”Nelayan dan Kemiskinan”,Yayasan Agro Ekonomika,
Jakarta.
[14] Panudju, Dr. Ir. Bambang. 2009. “ Pengadaan Perumahan Kota Dengan
Peran Serta Masyarakat Berpenghasilan Rendah”. PT. Alumni,
Bandung.
[15] Pramono, Y. Setyo. 2010. Seminar Nasional Teknologi Ramah
Lingkungan Dalam Pembangunan Berkelanjutan. “ Pengembangan
Kampung Wisata Nelayan Puger Kabupaten Jember ”. Malang. FTSP-
ITN
[16] Sinulingga, Budi. D, 2005. “Pembangunan Kota Tinjauan Regional dan
Lokal”. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.
[17]
Soemarwoto, Otto. 1983. “Ekologi, Lingkungan Hidup, dan
Pembangunan”, Djambatan, Jakarta.
[18] Subri, Mulyadi. 2007. “ Ekonomi Kelautan”, PT Raja Grafindo Persada,
Jakarta.
[19] Tarigan, Robinson.2004. “ Perencanaan Pembangunan Daerah”, Bumi
Aksara, Jakarta.
[20] Tuwo, Ambo. 2011. “Pengelolaan Ekowisata Pesisir dan Laut”, Brilian
Internasional, Surabaya.
[21] Satiadella, Rizkyanti Intan. 2006. “ Penentuan Faktor-Faktor Utama
Untuk Pengembangan Ekonomi Lokal ”. Tugas Akhir Program Studi
Perencanaan Wilayah Dan Kota, ITS. Surabaya.
[22] Zulfani, Rizfan. 2008. “Pengembangan Kawasan Nelayan Berdasarkan
Prefrensi Masyarakat Nelayan, Lokasi Studi:Desa Puger Kulon
Kecamatan Puger – Jember”. Tugas Akhir Program Studi PerencanaanWilayah Dan Kota, ITS, Surabaya.
[23] Christian, Iman “ Pantai Timur Surabaya” diunduh tanggal 12 November
2011 dar i http://wikimapia.org/19357926/pamurbaya-surabaya-timur
[24] Konservasi Pantai Timur Surabaya” diunduh pada tanggal 13 November
2011 dari http://archispace.co/perkotaan/42-perkotaan/47-konservasi-
pantai-timur-surabaya.html
[25] Diunduh tanggal 25 desember 2011 dari www.surabayapagi.com,