Istighfar
-
Upload
erman-hidayat -
Category
Documents
-
view
47 -
download
6
Transcript of Istighfar
ISTIGHFAR
Kami sempat terkesima mendengar kata-kata Ustadz Armen Halim Naro, Lc. rahimahullah saat
memotivasi tentang istighfar, beliau berkata,
“Istighfar kita yang naik ke langit mencegah turunnya musibah ke bumi”.
Ini membuat kami sedikit merenung mengenai diri kami dan kami mencoba untuk membaginya.
PARA SALAF MENCURI WAKTU UNTUK BERISTIGHFAR
Jika mengingat pesan para salaf (pendahulu) kita, maka kita sangat malu menisbatkan diri kepada
mereka.
Luqman pernah berpesan kepada anaknya,
“Wahai anakku biasakan lisanmu dengan ucapan: “Allahummaghfirli (Ya Allah, ampunilah aku)”, karena
Allah memiliki waktu-waktu yang tidak ditolak permintaan hamba-Nya di waktu itu.”
Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah berkata,
”Perbanyaklah istighfar di rumah-rumah, meja-meja makan, jalan-jalan, pasar-pasar dan majelis-majelis
kalian di manapun kalian berada.
Karena kalian tidak tahu kapan turunnya pengampunan Allah”.
(Jami’ Al-ulum wal hikam hal. 535, Darul Aqidah, Kairo, cet.1, 1422 H)
Belum lagi kisah Imam Malik rahimahullah yang mencuri waktunya yang sangat mahal.
Ketika penyambung suaranya berbicara saat majelis kajian (saat itu belum ada pengeras suara, maka
ada beberapa penyambung suara berbicara setelah imam Malik berbicara).
Maka waktu longgar tersebut dimanfaatkan oleh beliau untuk beristighfar kepada Allah Ta’ala.
Subhanallah, sungguh sangat jauh dari kebiasaan kita.
TERKADANG LEBIH BAIK HP TIDAK ADA JARINGAN INTERNETNYA
Terkadang mungkin ini lebih baik jika tidak terlalu perlu misalnya untuk bisnis dan perdagangan.
HP yang mudah dibawa kemana-mana menyebabkan kita dengan mudahnya membuka jejaring sosial
seperti facebook.
Sehingga sela-sela waktu malah kita gunakan untuk buka facebook, update status dan comment.
Padahal hal itu kurang terlalu penting. Misalnya, saat pecah ban motor, update status via blackberry:
“Ban motor pecah dijalan ini, bersama @fulan, Alhamdulillah dekat ama tambal ban”.
Kemudian menunggu ada yang comment dan saling balas-balasan.
Memang ini adalah hal yang mubah.
Akan tetapi alangkah baiknya jika ketika menunggu kita gunakan untuk beristighfar dan berdzikir.
Merenungkan apa dosa kita dan kesalahan kita hari ini sampai ban motor bisa pecah sehinga
manghambat perjalanan.
Ketahuilah, semua musibah, kesusahan dan kesedihan sekecil apapun itu adalah akibat dosa kita karena
kita lalai bertaubat dan beristighfar.
Mengenai ayat,
“Barangsiapa yang mengerjakan kejelekan, niscaya akan diberi pembalasan dengannya.” (QS. An-
Nisa’:123).
Qotadah rahimahullah berkata,
“Tidaklah seseorang terkena goresan (ranting) atau tersandung melainkan akibat dosa yang ia perbuat”.
(Jami’ul Bayan fi Ta’wilil Quran 9/236 , Al-Qurthubi, Muassah Risalah, cet.1, 1420 H)
JANGAN MELALAIKAN DAN MEREMEHKAN ISTIGHFAR
Kita jangan meremehkan istighfar, karena sekedar lafaz yang terucap saja.
Karena dari istighfar inilah bermula hakikat penghambaan terhadap Allah, yaitu hati remuk -redam,
bersedih mengingat dosa-dosa yang pernah diperbuat setiap harinya.
Banyak ilmu dan amal yang belum kita ketahui, kemudian banyak ilmu yang sudah kita ketahui tidak kita
amalkan, belum lagi maksiat yang kita lakukan.
Kemudian berbelas-belas memohon ampun kepada Allah, memohon dikasihani, kemudian berjanji akan
beramal kebaikan setelahnya untuk membalas dan menghapus dosa yang kita perbuat.
Demikianlah hakikat penghambaan, apakah kita beribadah sambil tertawa? Sambil bermain-main?
Sambil bergembira ria?
Tidak, tetapi hati yang tunduk, merendah, menangis dan berlinanglah air mata karena Allah.
Setelah itu barulah hati bergembira karena teringat janji Allah subhana ta’ala melalui lisan rasul -Nya,
“Dua mata yang tidak akan disentuh oleh api Neraka: (pertama) mata yang menangis karena takut
kepada Allah Subhanahu wata’ala, (kedua) mata yang bermalam dalam keadaan berjaga di jalan Allah
Subhanahu wata’ala.”
(HR. At-Tirmidzi no. 1639, dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shahih At-Tirmidzi dan Al-Misykat no.
3829)
Dan hadist,
“Ada tujuh orang yang akan dinaungi oleh Allah Subhanahu wata’ala dalam naungan-Nya pada hari yang
tiada naungan melainkan naungan-Nya sendiri”,….Orang yang mengingat pada Allah Subhanahu
wata’ala di waktu keadaan sunyi lalu berlinanglah airmata dari kedua matanya.” (Muttafaq ‘alaih)
Menangis karena Allah tidak bisa dibuat-buat.
Kita tidak bisa menangis begitu saja tiba-tiba dalam keadaan sunyi (tanpa pengaruh musik melankolis
dan pengaruh karena menangis ramai-ramai seperti di televisi).
Tidak akan bisa menangis karena Allah tanpa proses mengakui kesalahan dan istighfar sebelumnya.
Dan tangisan karena Allah tidak bisa muncul kecuali dari hati hanif lagi menghamba.
Perlu diperhatikan juga bahwa tangisan karena Allah sebaiknya disembunyikan, jangan menampakan
kesedihan bersama manusia sebagaimana kesalahan yang sering kita lihat ditelevisi. Oleh karena itu kita
perlu memilih waktu yang tepat.
ISTIGHFAR MEMBUAT KEHIDUPAN MENJADI MUDAH
Allah Ta’ala berfirman,
“Dan hendaklah kamu meminta ampun [istighfar] kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya. (Jika
kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus)
kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan.” (QS. Hud: 3)
Syaikh Muhammad Amin As-Syinqiti berkata menafsirkan ayat ini,
“Pendapat terkuat tentang yang dimaksud dengan kenikmatan adalah rizki yang melimpah, kehidupan
yang lapang dan keselamatan d idunia dan yang dimaksud dengan waktu yang ditentukan adalah
kematian.” (Adhwa’ul Bayan 2/170, Darul Fikr, Libanon, 1415 H, Asy -Syamilah)
Kemudian istighfar juga membuat musibah tidak jadi turun, kemudian jika turun memudahkan kita
menghadapinya, dan segera bisa menghilangkan musibah tersebut.
Imam Al-Qurthubi rahimahullah menukil dari Ibnu Shubaih dalam tafsirnya , bahwasanya ia berkata,
”Ada seorang laki-laki mengadu kepadanya Hasan Al-Bashri tentang kegersangan bumi maka beliau
berkata kepadanya,”beristighfarlah kepada Allah!”, yang lain mengadu kepadanya tentang kemiskinan
maka beliau berkata kepadanya,”beristighfarlah kepada Allah!” yang lain lagi berkata
kepadanya,”Doakanlah (aku) kepada Allah, agar Ia memberiku anak!” maka beliau mengatakan
kepadanya,”beristighfarlah kepada Allah!” Dan yang lain lagi mengadu tentang kekeringan kebunnya
maka beliau mengatakan pula kepadanya,”beristighfarlah kepada Allah!” Dan kamipun menganjurkan
demikian kepada orang tersebut. Lantas Hasan Al-Bashri menjawab: ”Aku tidak mengatakan hal itu dari
diriku sendiri. Tetapi sungguh Allah telah berfirman dalam surat Nuh.” (Jami’ Liahkamil Quran 18/302,
Darul Kutub Al-Mishriyah, kairo, cet. Ke-2, 1348 H, Asy-Syamilah)
Yang dimaksudkan oleh Al Hasan Al Bashri adalah ayat berikut ini,
“Maka aku katakan kepada mereka: ‘Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, , niscaya Dia akan mengirimkan
hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu
kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.” (QS. Nuh: 10-12). Dengan
istighfar dapat menyebabkan datangnya banyak kebaikan.
JANGAN LALAI JUGA BERDZIKIR
Kita sepertinya lupa juga dengan anjuran berdzikir, padahal ini adalah perbuatan yang sangat mudah.
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,
“Dua kalimat yang ringan di lisan, namun berat ditimbangan, dan disukai Ar Rahman yaitu “Subhanallah
wa bi hamdih, subhanallahil ‘azhim”
(Maha Suci Allah dan segala puji bagi-Nya. Maha Suci Allah Yang Maha Agung).
(HR. Bukhari no. 6682 dan Muslim no. 2694)
Kemudian balasan dzikir sederhana yang dapat berbuah pahala besar dapat kita lihat pada hadits Abu
Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Barangsiapa yang mengucapkan: “Subahnallah wa bihamdihi “di dalam sehari 100 kali, dihapuskan
dosa-dosanya walaupun seperti buih dilautan”.
[HR. Bukhari, no. 5926 dan Muslim, no. 4857]
Perhatikan, hanya sekitar 3-5 menit untuk membacanya 100 kali, dosa kita terhapus semuanya.
Untuk facebook dan twiter ketika menunggu tambal ban misalnya, kita habiskan sampai 20 menit.
TERBUKTI, KUATNYA PENGARUH DZIKIR
Bagi yang sudah terbiasa berdzikir dan merasakan nikmatnya, maka ia adalah kebutuhan pokok seorang
hamba dalam kehidupan sehari-hari.
Ia adalah kekuatan yang memudahkan kita melaksanakan berbagai ketataan dan mejaga kita dari
keburukuan.
Seolah-olah ada yang kurang jika tidak berdzikir.
Dzikir pagi-petang sebagai tempat pengisiannya.
Ibnu Qayyim Al-Jauziyah rahimahullah memaparkan bagimana pengaruh dzikir terhadap hamba
berdasarkan pengamatannya langsung terhadap guru beliau Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah,
“Sesungguhnya bacaan dzikir memberikan kepada pelakunya kekuatan.sampai-sampai ia mampu
melakukan pekerjaan yang tidak mungkin dilakukan bila tanpa berdzikir.
Sungguh saya menyaksikan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam perilaku, ucapan, keberanian dan karya
tulisnya sesuatu yang menakjubkan.
Dahulu, beliau menulis dalam sehari sama dengan orang yang cuma menyalin bahkan beliau bisa
mengalahkannya lebih dari itu. Para pasukan juga telah mengakui keberanian beliau dalam peperangan
yang luar biasa.”
(Al-Wabilus Shayyib min Kalamith Thayyib hal. 77, Darul Hadist, kairo, cet. Ke-3, Asy-Syamilah)
Hanya berdzikir mengingat Allah hati kita menjadi tenang, jika masih saja tidak tenang padahal sudah
berdzikir, ketahuilah hati kita mungkin sedang sakit, sehingga perlu keseriusan dan terus menerus
berdzikir.
Allah Ta’ala berfirman,
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah,
hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’d: 28)
Hendaklah kita bijak menggunakan waktu kita yang sangat mahal, seorang ulama berkata kepada
mereka yang sedang duduk-duduk [sekedar nongkrong] bahwa ia ingin sekali membeli waktunya.
Belum lagi para ulama yang tidur sehari hanya sekitar empat jam saja.
Karena tugas kita sangat banyak dalam dakwah maka hendaknya menjual mahal terhadap waktu.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Dua kenikmatan yang sering dilalaikan oleh sebagian besar manusia yaitu nikmat sehat dan nikmat