ISSN No. 0216 -2083 - VISI DAN MISI
Transcript of ISSN No. 0216 -2083 - VISI DAN MISI
Media Farmasi Vol. XIII. No. 22, April 2015 ii
ISSN No. 0216-2083
MEDIA FARMASI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MAKASSAR
Penasehat : Direktur Politeknik Kementrian Kesehatan Makassar
Penanggung Jawab : Ketua Jurusan Farmasi Poltekkes Kementrian
Kesehatan Makassar
Dewan Redaksi
Ketua : Drs. Jumain, M.Kes, Apt.
Wakil Ketua : Ronny Horax, S.Si.,M.Sc.,PhD.
Muhammad saud, SH, S.Farm, M.Kes.
Drs. H. Tahir Ahmad, Apt.
Drs. H. Ismail Ibrahim, Apt.
Drs. Rusli, Sp.FRS.,Apt.
Redaksi Pelaksana
Ketua : Rusdiaman, S.Si.,M.Si.,Apt.
Wakil Ketua : Drs. H. Asyhari Asyikin, S.Farm., M.Kes.
Sekretaris : DR. Hj. Nurisyah, M.Si.,Apt.
Bendahara : Tajuddin Abdullah, ST.,M.Kes.
Anggota : Dra. Hiany Salim, M.MKes., Apt.
Djuniasti Karim, S.Si., M.Si., Apt.
Sultan, S.Farm., M.MKes.
Harbiah, ST., M.Si.
Humas : Mispari, SH., S.Farm., M.Kes.
Rusdiaman, S.Si., M.Si.,Apt.
Raimundus Chaliks, S.Si
Arisanty, S.Si.,Apt.
Sirkulasi : Ahmad Murad, S.Sos.
Hendra Stevani, S.Si., Apt
Alamat Redaksi : Jurusan Farmasi Politeknik Kementrian
Kesehatan RI Makassar
Jl. Baji Gau No. 10 Makassar
Telp. +62411-854021
Fax. +62411-830883
e-mail : [email protected]
Kode Pos 90134
Media Farmasi Vol. XIII. No. 22, April 2015 iv
DAFTAR ISI
MEDIA FARMASI POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MAKASSAR i
EDITORIAL ii
DAFTAR ISI Iii
1. POLA PENGGUNAAN VITAMIN DAN MINERAL PADA IBU HAMIL DI
RSIA PERTIWI MAKASSAR. Oleh Rusdiaman, Rusli ……………………..
1
2. UJI DAYA HAMBAT EKSTRAK BUAH CABAI (Capsicum frutescens L)
TERHADAP Candida albicans. Oleh Rusli, Rusdiaman, Nurul Ilmi ………...
8
3. UJI DAYA HAMBAT SARI BUAH TOMAT (Solanum lycopersicum L)
TERHADAP PERTUMBUHAN Propionibactertium acnes. Oleh Sainal Edi
Kamal, Zulfiah, AM Iin Mareo ……………………………………………….
13
4. ANALISIS LOGAM Pb PADA PERONA KELOPAK MATA (EYE
SHADOW) YANG BEREDAR DI PASARAN KOTA MAKASSAR
SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM. Oleh Tajuddin
Abdullah ………………………………………………………………………..
17
5. PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG DIET HIPERTENSI DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS KANJILO KECAMATAN
BAROMBONG KABUPATEN GOWA Oleh H. baharuddin K, Sri Rezky
Syam ……………………………………………………………………………
21
6. STUDI KUALITAS PENANGANAN VAKSIN PADA BEBERAPA
PUSKESMAS DI KOTA MAKASSAR. Oleh Asyhari Asyikin ………………
28
7. UJI EFEKTIVITAS FORMULA SIRUP ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN
SIRSAK (Annona muricata L) TERHADAP Staphylococcus aureus. Oleh
Arisanty, Dwi Rachmawaty Daswi ……………………………………………
37
8. UJI EFEKTIVITAS SEDIAAN KRIM EKSTRAK ETANOL TAUGE
KACANG HIJAU (Phaseolus radiates L) TERHADAP Staphylococcus
aureus. Oleh Muh Saud, Alfrida Monica Salasa ……………………………....
43
9. EKSTRAKSI DAN IDENTIFIKASI DAUN ARTEMISIN DALAM
EKSTRAK DAUN Artemisia annua L. DENGAN METODE
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT). Oleh Ida Adhayanti ………………
48
10. ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA KAROTENOID EKSTRAK
LOMBOK (Capsicum annum L). ASAL RANTEPANGLI KABUPATEN
TANA TORAJA. Oleh H. Ismail Ibrahim, St. Ratnah ………………………..
52
11. UJI EFEKTIVITAS SEDIAAN PASTA GIGI YANG MENGANDUNG
EKSTRAK DAUN GAMASI (Artocarpus gamansi Park) TERHADAP
Streptococcus mutans PENYEBAB KARIES GIGI. Oleh Syamsuddin Abu
Bakar, Muhammad Saleh, Jumain …………………………………………….
57
12. ANALISIS KADAR NATRIUM BENZOAT PADA MI INSTAN SECARA
SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS. Oleh Sisilia Tresia Rosmala Dewi ………
64
13. EFEK EMULGATOR NONIONIK TERHADAP KESTABILAN FISIS
KRIM LUKA BAKAR DARI PEGAGAN (Centela asiatica (L) Urban) DAN
69
Media Farmasi Vol. XIII. No. 22, April 2015 v
LIDAH BUAYA (Aloe vera (L). Burm) Oleh Santi Sinala …………………...
14. TINJAUAN ASPEK FARMASEUTIKA PADA RESEP RACIKAN PASIEN
PEDIATRIK PADA APOTIK DI KOTA MAKASSAR. Oleh Jumain,
Asmawati, Dewi Astuti ………………………………………………………..
77
15. PERBANDINGAN DAYA BEBERAPA SEDIAAN OBAT KUMUR
TERHADAP PERTUMBUHAN MIKROBA DALAM MULUT. Oleh
Djuniasti Karim, Hiany Salim …………………………………………………
85
16. PENERAPAN STRATEGI PENUGASAN INOVATIF UNTUK
MENINGKATKAN KEMAMPUAN PRAKTIS PENGGUNAAN
PROGRAM MICROSOFT EXCEL MAHASISWA. Oleh Hiany Salim,
Hasnah Ibrahim ………………………………………………………………..
90
17. PENENTUAN KONDISI OPTIMAL PADA ANALISIS KADAR
PARACETAMOL SECARA SPEKTROFOTOMETRI SINAR TAMPAK
MENGGUNAKAN PEREAKSI KALIUM BIKROMAT. Oleh Hj. Nurisyah..
98
18. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN POSTPARTUM
BLUES DI RUMAH SAKIT KHUSUS IBU DAN ANAK (RSKDIA)
PERTIWI MAKASSAR TAHUN 2014. Oleh Hidayati ………………………
103
19. KAJIAN INTERAKSI OBAT PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE
2 RAWAT INAP DI RSUD HAJI MAKASAR. Oleh Raimundus Chaliks,
Muh Saud, Hasnah Ibrahim ……………………………………………………
108
20. TINGKAT PEGGUNAAN INSULIN PADA PASIEN DIABETES MELITUS
TIPE 2 RAWAT INAP DI RSUD LABUANG BAJI MAKASAR. Oleh
Mispari, Raimundus Chaliks ………………………………………………….
113
21. UJI CEMARAN Escherichia coli dan Salmonella thypi PADA JAJANAN
AIR TAHU DI DAERAH DAYA KOTA MAKASSAR. Oleh H. Sultan, Muh
Saud, Isnaini Rahman ………………………………………………………….
117
22. PERBANDINGAN KADAR KOFEIN DALAM KOPI (Coffea Arabica)
SEDUHAN DAN DIDIHAN SECARA IODOMETRI. Oleh Ratnasari Dewi,
Tajuddin Abdullah, H. Sultan …………………………………………………
125
23. PENGARUH EKSTRAK DAUN SALAM (Syzygium polyanthum Wight)
TERHADAP PERTUMBUHAN Staphylococcus aureus dan Pseudomonas
aeruginosa. Oleh Sesilia Rante Pakadang ……………………………………..
130
24. UJI STABILITAS FISIK SEDIAAN KRIM VCO ( Virgin coconut oil)
KELAPA MERAH (Cocos rubescens) Oleh Edi Sutarmanto, Ariyani Buang,
Hendra Stevani ………………………………………………………………...
135
25. ISOLASI FUNGI ENDOFIT DARI DAUN SRIKAYA (Annona squamosal
L). DAN UJI DAYA HAMBAT TERHADAP BAKTERI Staphylococcus
aureus DARI METABOLIT SEKUNDERNYA. Oleh Andi Irdawati, Rina
Asriana, Muhammad Farid Hasyim …………………………………………...
143
Uji Stabilitas Fisik Sediaan Krim VCO (Virgin Coconut Oil)
Kelapa Merah (Cocos rubescens)
Edi sutarmanto*) Ariyani Buang*) Hendra Stevani **) *) Jurusan Farmasi Universitas Pancasakti
**) Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan Kemenkes RI Makassar
ABSTRAK
VCO merupakan minyak kelapa murni yang mengandung asam laurat cukup tinggi yang bermanfaat bagi
kesehatan khususanya pada luka bakar dan banyak digunakan sebagai bahan baku dalam industri kosmetik. Tujuan
penelitian ini untuk membuat sediaan VCO dalam formula sediaan krim tipe minyak dalam air (M/A), dengan
menggunakan emulgator tween 80 dan span 80 dengan zat aktif VCO kelapa merah (Virgin Coconut Oil). Formula
pertama (F1), formula kedua (F2) dan formula ketiga (F3) menggunakan emulgator yang sama, yaitu tween 80 dan
(span 80) dengan konsentrasi 3%, 4% dan 5%. Kemudian dilakukan pengujian organoleptik, tipe emulsi, pH,
viskositas dan kriming lalu diamati perubahan fisik krim VCO. Hasil penelitian dan analisis data secara statistika
menunjukkan bahwa sediaan krim VCO kelapa merah (Cocos rubescens) dengan konsentrasi emulgator 5% lebih
stabil secara fisik.
Kata Kunci : Stabilitas Fisik, Krim, VCO, uji dipercepat.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara
yang kaya akan jenis tanaman obat-obatan yang
diproduksi secara tradisional. Salah satu tanaman
di Indonesia yang banyak menghasilkan manfaat
yaitu tanaman kelapa merah (Cocos rubescens),
yang banyak terdapat didaerah Sulawesi dan
sekitarnya. Dimana, daerah Sulawesi dan
sekitarnya memiliki potensi areal perkebunan
yang besar, tersebar diberbagai kota. Disamping
itu, berdasarkan data yang ada, terdapat 11 jenis
tanaman perkebunan yang dibudidayakan oleh
Rakyat. Areal perkebunan yang paling dominan
adalah tanaman kelapa (dengan luasan mencapai
44.420,44 ha) diikuti oleh kemiri, kakao, cengkeh,
aren dan kopi (Heliyanto, 2010).
Tanaman kelapa ini dapat diolah menjadi
berbagai macam manfaat, salah satu diantaranya
buah kelapa dominan diolah menjadi minyak
kelapa secara tradisional. Akan tetapi, dengan
adanya mitos bahwa minyak kelapa tidak baik
untuk kesehatan maka pamakaian minyak kelapa
terpinggirkan dan diganti dengan minyak lainnya.
Tetapi dengan diadakannya penelitian, terbukti
minyak kelapa mengandung asam lemak yang
sangat baik untuk kesehatan, seperti yang
diutarakan Dr. E.V. Carandang dalam paper
“coconut uses and issues on its health and
nutraceutical benefits” menyebutkan bahwa
minyak kelapa dapat digolongkan sebagai pangan
fungsional atau nutraceutical. Maka dari itu,
minyak kelapa mulai mendapat perhatiaan
kembali, karena diketahui mempunyai banyak
manfaat diantaranya berfungsi sebagi antibakteri
(Padaga, 2006).
Disamping itu, VCO mempunyai manfaat yang
cukup banyak bagi kesehatan, berdasarkan
penelitian yang dilakukan Wijaya (2010) bahwa
kandungan asam laurat yang tinggi dalam VCO
dapat menyembuhkan luka bakar dengan
presentase kesembuhan tertinggi, maka tidak
menuntut kemungkinan dapat digunakan juga
pada bidang farmasi dalam hal membuat
formulasi minyak kelapa merah murni (VCO)
dalam bentuk sediaan krim tipe minyak dalam air
(M/A) dengan konsentrasi VCO 10 % untuk
melihat stabilitas fisik krim.
Dalam ruang lingkup kefarmasian krim
merupakan sedian yang baik untuk penggunaan
berbagai macam produk kosmetik maupun
kefarmasian. Daya tahan suatu obat maupun
kosmetik sangat berperan penting dalam proses
penyimpanan jangka panjang, oleh karena itu
dilakukan uji kestabilitas fisik karena suatu krim
dari sediaan produk obat atau kosmetik harus
mampu bertahan dalam batas spesifikasi yang
ditetapkan sepanjang periode penyimpanan dan
penggunaan untuk menjamin identitas, kekuatan,
kualitas dan kemurnian produk tersebut
Penelitian ini dilandasakan pada penelitian
sebelumnya oleh Dewi sulistiyani kadullah (2013)
dengangn judul “Perbandingan Pengaruh VCO
(Virgin Coconut Oil) Kelapa Hijau (Cocos
Viridis) Dengan VCO Kelapa Merah (Cocos
Rubescens) Terhadap Penyembuhanluka Bakar
Pada Kelinci (Oryctolagus Cuniculus), oleh
karena itu peneliti tertarik untuk membuat sediaan
krim VCO kelapa merah yang memiliki waktu
penyembuhan yang cepat terhadap luka bakar.
B. Rumusan Masalah
Bardasarkan uraian diatas, maka rumusan
masalahnya adalah :
1. Apakah sediaan krim VCO kelapa merah
(Virgin Coconut Oil) stabil dibuat dalam
formula sediaan krim tipe minyak dalam air
(M/A)?
2. Berapa konsentarasi yanag baik dalam
pengguanaan emulgator twen 80 dan span 80
untuk formula sediaan krim yang stabil
secara fisik?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Membuat sediaan krim VCO kelapa merah
(Virgin Coconut Oil) dalam formula sediaan
krim tipe minyak dalam air (M/A) yang stabil
secara fisik.
2. Menentukan konsentrasi stabilitas fisik krim
dengan penggunaan emulgator Tween 80 dan
Span 80 pada konsentrasi 3%, 4% dan 5%.
3. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan manfaat khususnya saya peneliti dan
masyarakat luar :
1. Mendapatkan formula krim M/A yang stabil
dari hasil penelitan.
2. Mendapatkan konsentrasi emulgator tween
80 dan span 80 yang sesuai dan stabil secara
fisik untuk krim VCO kelapa merah.
3. Sebagai bahan informasi bagi masyarakat
bahwa krim VCO kelapa merah dapat
dimanfaatkan untuk pengobatan khususnya
luka bakar.
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian yang dilakukan adalah
penelitian experimental menganai formulasi sedian
krim VCO kelapa merah dengan melakukan uji
stabilitas fisik.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium
Farmasetika, Jurusan Farmasi Politeknik Kementrian
Kesehatan Makasar selama kurang lebih 1 bulan dari
bulan 16 Agustus sampali bulan 18 Oktober 20014
C. Pengambilan Sampel Penelitian
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah minyak kelapa merah murni (VCO/Virgin
Coconut Oil) produksi sendri
D. Alat dan Bahan Penelitian
1. Alat Penelitian
Alat-alat yang digunakan adalah waterbath,
Ultra turrax, timbangan analitik, viskometer
(Brookfield RVDV-E), lemari pendingin (Panasonic),
oven, gelas ukur, gelas kimia, cawan porsalin, kaca
arloji, lap kasar, lap halus, tissu, kertas perkamen,
batang pengaduk, pipet tetes, sendok tanduk dan sudip.
2. Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah VCO (Virgin Coconut Oil), Asam stearat, setil
alkohol, isopropil miristat, tween 80, span 80, nipagin
(metil paraben), nipasol (propil paraben), alpha
tokoferol (vitamin E), lanolin, asam stearat, oleum
rosae dan air suling.
E. Pembuatan Sediaan
1. Rancangan Formula
Table 3 : Rancangan Formula Sediaan Krim
VCO (Virgin Coconut Oil) kelapa merah
BAHAN
Dalam 100 gram krim VCO
mengandung :
Formula 1
(gram)
Formula 2
(gram)
Formula 3
(gram)
VCO 10 10 10
Asam stearat 10 10 10
Setil Alkohol 5 5 5
Lanolin 3 3 3
Isopropil
Miristat 2 2 2
Tween 80
Span 80 3 4 5
Metil Paraben 0,18 0,18 0,18
Propil Paraben 0,02 0,02 0,02
Alpha Tokoferol 0,05 0,05 0,05
Oleum Rosae 0,01 0.01 0.01
Aquadest Ad 100 g Ad 100 g Ad 100 g
2. Pembuatan VCO
Cara pembuatan VCO menggunakan cara
fermentasi: Dibelah buah kelapa kemudian dicuci dan
tiriskan kemudian diparut potongan buah kelapa dan
ditimbang 1 kg. Dituangkan 2 L air bersih kedalam
parutan kelapa dan disaring parutan kelapa agar
santannya keluar. Ditutup santan dan diamkan 1jam
hingga terbentuk dua lapisan yaitu air dan santan
kamudian dipisahkan santan dari air kemudian diaduk
santan. Kemudian ditutup dan diamkan selama 8-12
jam sampai terbentuk tiga lapisan yaitu air, galendo,
dan minyak. Dipisahkan minyak dari lapisan air dan
galendo. Disaring minyak menggunakan corong yang
29
sudah dilapisi kapas dan tissue. Ditutup dengan plastik
bening sementara sampai proses tersaringnya seluruh
minyak sehingga didapatkan minyak kelapa murni
(Kadullah Dewi, 2013)
4. Pembuatan krim
Dalam pembuatan krim pada formula dengan
tipe emulsi minyak dalam air (M/A), metode
pembuatan secara umum meliputi proses peleburan.
Pertama-tama timbang bahan secara seksama sesuai
formula yang telah di tentukan kemudian masing-
masing bahan fase minyak (VCO, asam stearat, setil
alcohol, isopropyl miristat, span, lanolin, propel
paraben) dimasukan kedalam beker glass kemudian
dilebur dalam cawan porselin diatas penangas air
(waterbath) pada suhu 70oC dan bahan fase air
dilarutkan dalam beker glass yang diletakkan diatas
waterbath dengan suhu yang sama 70oC, setelah kedua
fase telah dilebur dan dilarutkan, dicampurkan bahan
fase minyak (fase diskontinu) kedalam bahan fase air
(fase kontinu) dalam keadaan panas dan dilakukan
pengocokkan dengan mixser atau menggunakan
lumpang dan alu setelah massa krim dingin kemudian
ditambahkan pengaroma dan vitamin E sambil diaduk
sampai membentuk massa krim yang homogeny.
Proses pembuatan sedian krim dilakukan sebayak 3
kali sesuai formula yang di buat yaitu formula 1,
formula 2 dan formula 3. (Lachman L, Lieberman AH
dan Kanig LJ, 1994)
F. Pengujian Formula
1. Penentuan Tipe Emulsi
a. Metode Pengenceran
Emulsi dimasukkan kedalam vial,
kemudian ditambahkan air secukupnya, dan
diamati perubahan yang terjadi.
b. Metode Dispersi Zat Warna
Emulsi dimasukkan kedalam vial,
kemudian ditetesi metilen biru dan diamati
perubahan yang terjadi.
2. Evaluasi Stabilitas Fisik
a. Pengamatan Organoleptis
Pengamatan organoleptis yang
dilakukan terhadap sediaan krim yag telah
dibuat meliputi pengamatan perubahan bau,
warna serta penampilan fisik. Pengamatan ini
dilakukan sebelum dan setelah diberi kondisi
penyimpanan dipercepat, yaitu masing-
masing suhu 5oC dan 35oC.
b. Pengukuran Viskositas
Sediaan krim dimasukkan kedalam
gelas piala. Diukur viskositasnya
menggunakan alat viskometer
Brookfield dengan spindel no 5 dengan
kecepatan 3 rpm. Kemudian disimpan pada
suhu 5oC dan 35oC masing-masing selama 12
jam (1 siklus) sebanyak 12 siklus. Setelah
disimpan pada kondisi tersebut diukur
kembali viskositasnya. Dicatat perubahan
yang terjadi.
c. Pengukuran pH
Pengukuran pH di lakukan sebelum,
saat dan sesudah penyimpanan dipercepat
pada emulsi krim yang di masukan dalam
botol vial dengan menggunakan indikator pH
meter, setelah itu dicatat hasilnya apakah
memenuhi pH kulit antar 4,5 – 6,5.
d. Menghitung volume kriming
Sebanyak 25 ml krim dimasuk-kan ke
dalam gelas ukur kemudian diberi kondisi
penyimpanan dipercepat yaitu penyimpanan
selang seling pada suhu 5oC dan 35oC
masing-masing selama 12 jam sebanyak 10
siklus. Pengamatan volume kriming
dilakukan setiap 1 siklus penyimpanan.
Volume kriming dihitung dengan % rumus :
Volume kriming =Hu
H0×100%
Hu = Volume emulsi yang kriming, dan H0 =
Volume total krim
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Dilakukan beberapa pengujian terhadap
krim dan diperoleh hasil sebagai berikut :
1. Penentuan Tipe Krim
Tabel 4. Hasil Pengamatan Uji Tipe Emulsi
Formula
Tipe Emulsi
Sebelum Kondisi
Penyimpanan
Dipercepat (T0)
Setelah Kondisi
Penyimpanan
Dipercepat (T akhir)
Metode
Pengenceran
Metode
Dispersi
Warna
Metode
Pengenceran
Metode
Dispersi
Warna
1 M/A M/A M/A M/A
2 M/A M/A M/A M/A
3 M/A M/A M/A M/A
Tidak ada perubahan tipe emulsi untuk
metode pengenceran maupun metode dispersi
warna saat sebelum dan sesudah penyimpanan
dipercepat selama 12 hari
Pengamatan Organoleptis
Tabel 5. Hasil Pengamatan Organoleptis
Formul
a
Hasil
Organoleptis
Sebelum Kondisi Penyimpanan
Dipercepat (T0)
Setelah Kondisi Penyimpanan
Dipercepat (Takhir)
Stabil /
Tidak
stabil
Bau Warna Fisik Bau Warna Fisik
1 Stabil Khas Putih Stabil Khas Putih Stabil
2 Stabil Khas Putih Stabil Khas Putih Stabil
3 Stabil Khas Putih Stabil Khas Putih Stabil
2. Perhitungan Viskositas
Tabel 6. Hasil Pengukuran Viskositas Krim
Formula RPM
Waktu
(detik)
Viskositas (cP)
Rata-rata
(cP)
Sebelum
Kondisi
Penyimpanan
Dipercepat (T0)
Setelah
Kondisi
Penyimpanan
Dipercepat
(Takhir)
1 3 180 116.400 99.300
117.700 102.300
117.500 101.700
Jumlah 351.600 303.300
Rata2 117.200 101,100 109.150
2 3 180 118.400 104.300
119.700 102.300
119.500 101.700
Jumlah 357.600 308.300
Rata2 119.200 102.766,67 110.983,33
3 3 180 119.400 104.300
120.700 102.300
120.500 101.700
Jumlah 360.600 308.300
Rata2 120.200 102.766,67 111.438,33
Tabel 7: Pengukuran pH
Formula Pengulangan
pengukuran
Sebelum Kondisi
Penyimpanan
Dipercepat
(T0)
Siklus ke 6 dalam
penyimpanan
dipercepat
Setelah
Kondisi
Penyimpanan
Dipercepat
(Takhir)
1 1 4,13 4,07 3,99
2 4,13 4,07 3,99
3 4,13 4,07 3,99
Rata-
rata
4,13 4,07 3,99
2 1 4,07 4,03 3,94
2 4,07 4,03 3,94
3 4,07 4,03 3,95
Rata-
rata
4,07 4,03 3,94
3 1 4,51 4,24 3,97
2 4,51 4,24 3,97
3 4,51 4,24 3,96
Rata-
rata
4,51 4,24 3,97
3. Pengukuran volume kriming
Volume kriming =Hu
H0×100%
Hu = Volume emulsi yang kriming, dan H0 = Volume total krim
Table 8 : Volume kriming
Hari H0 (cm) Hu = Volume emulsi yang kriming (cm) Volume kriming =Hu
H0×100%
F1 F2 F3 F1 F2 F3
1 2,1 0 0 0 0 0 0
2 2,1 0 0 0 0 0 0
3 2,1 0 0 0 0 0 0
4 2,1 0,3 0,3 0,1 14,29 14,29 4,76
5 2,1 0,3 0,3 0,1 14,29 14,29 4,76
6 2,1 0,4 0,4 0,2 19,05 19,05 9,52
7 2,1 0,4 0,4 0,2 19,05 19,05 9,52
8 2,1 0,5 0,4 0,2 23,81 19,05 9,52
9 2,1 0,5 0,5 0,3 23,81 23,81 14,29
10 2,1 0,6 0,5 0,4 28,57 23,81 19,05
11 2,1 0,7 0,6 0,5 33,33 28,57 23,81
12 2,1 0,8 0,7 0,5 38,1 33,33 23,81
Pembahasan
Telah dilakukan penelitian dengan tujuan
untuk memformulasikan sediaan krim dengan zat aktif
VCO dari kelapa merah menggunakan emulgator
tween 80 dan span 80. Sediaan krim dibuat dengan
basis krim tipe minyak dalam air (M/A) karena
menyenangkan, nyaman pada saat digunakan, tidak
berminyak, mudah menyebar rata dan mudah
dibersihkan. Pada penelitian ini dibuat tiga formula
yaitu formula pertama (F1), formula kedua (F2) dan
formula ketiga (F3) dengan konsentrasi tween 80 dan
span 80 masing-masing 3%, 4% dan 5%,. Jika
konsentrasi lebih dari 5% maka akan menyebabkan
terjadinya buih pada saat sediaan dikocok, terjadinya
buih tersebut telah dialami beberapa peneliti sebelunya
dan dianggp tidak stabil bila suatu sedian krim
mengeluarkan buih pada saat pengocokan pada alat
viskositas (Talib, meyke, 2013). Selain itu, konsentrasi
besar dari 5% tidak lagi berfungsi sebagai emulgator
tetapi berfungsi sebagai bahan aktif (Igirisa, 2011).
Dari hasil pengamatan organoleptis baik
sebelum (T0) maupun setelah kondisi penyimpanan
dipercepat (Takhir), krim formula pertama (F1) Stabil
dengan tidak menunjukkan perubahan fisik (sediaan
kental dan tidak berbuih). Formula ini menggunakan
emulgator nonionik, yaitu tween 80 dan span 80
sebayak 3% yang bersifat netral atau tidak bermuatan,
akan tetapi pada saat dilakukan pengocokan untuk
menetukan nilai viskositas pada kecepatan 8000 rpm
mengakibatkan timbulnya buih pada sediaan,
dikareankan sedian pada formula pertama hanya
menggunakan emulgator dengan presentasi 3%,
dimana semakin cepat pengocokan yang dilakukan
maka semakin menghasilkan buih atau gelembung
udara pada sediaan (Joshita dan Juheini, 2013).
Formula krim pada sediaan kedua (F2) yang
dihasilkan stabil karena krim tidak menunjukkan
perubahan bentuk, warna dan bau. Sediaan kental dan
tidak berbuih hal ini tidak jauh berbeda dengan sedian
krim formula pertama (F1) serta pada saat pengukuran
viskositas kecepatan pengocokan diturunkan pada
kecepatan 6000 rpm untuk menghindari terjadinya
buih pada sediaan. Formula ini menggunakan
emulgator nonionik sama seperti yang digunakan pada
F1 yaitu tween 80 dan span 80 akan tetapi memiliki
konsentrasi pada lebih tinggi dari formula pertama
yaitu 4%. Emulgator tween 80 dan span 80 yang
digunakan memilikin daya toksisitas dan iritasinya
rendah serta derajat ketercampurannya yang paling
tinggi dengan bahan lain (Igirisa, 2011). Dari
pengujian tersebut menunjukkan untuk sediaan krim
F2 stabil secara fisik begitu pula untuk sediaan krim
F3.
Tahap pengujian selanjutnya dilakukan untuk
mengujian tipe krim pada F1, F2 dan F3. Pengujian
krim tipe sebelum dilakukan penyimpanan dipercepat
(T0) dan setelah dilakukan penyimpanan dipercepat
(Takhir) dilakukan dengan metode pengenceran
menggunakan aquadest dan metode dispersi zat warna
menggunakan metilen biru. Dari metode pengenceran,
diperoleh hasil bahwa sediaan krim F1, F2 dan F3
dapat terencerkan dengan aquadest. Hal ini disebabkan
karena sediaan krim tersebut mengandung air yang
merupakan fase luar yang jumlahnya lebih banyak.
Sedangkan pada sediaan yang terjadi intesifase dari
M/A menjadi A/M tidak akan terencerkan dan terjadi
pemisahan fase. Metode pengenceran didasarkan atas
adanya kenyataan bahwa emulsi dapat diencerkan
dengan fase luarnya (Syamsuni, 2005). Dari metode
dispersi zat warna, ketiga sediaan krim menunjukkan
perubahan warna dari putih menjadi biru muda. Hal
ini disebabkan karena volume air dalam sediaan krim
cukup besar, sehingga zat warna metilen biru mudah
terlarut dalam sediaan krim dan mampu mewarnai
sediaan tersebut. Metode dispersi zat warna didasarkan
atas kenyataan bahwa zat warna akan tersebar merata
dalam emulsi jika zat warna tersebut larut dalam fase
luar emulsi (Syamsuni, 2005). Berdasarkan hasil
pengujian tipe krim VCO, maka dibuktikan bahwa
ketiga fomulasi sediaan krim mempunyai tipe emulsi
M/A dan hal ini sekaligus menunjukkan tidak terjadi
inversi fase setelah kondisi penyimpanan dipercepat.
Hasil pengujian viskositas krim
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nilai
kekentalan sediaan krim VCO. Perbedaan dikarenakan
adanya perbedaan konsentrasi emulgator tween 80 dan
span 80 dari formula pertama 3%, formula kedua 4%
dan formula ketiga 5% selain itu, viskositas juga
dipengaruhi oleh temperatur. Kenaikan dalam
temperatur akan mengurangi viskositas. Kebanyakan
emulsi menjadi lebih encer pada suhu tinggi dan
menjadi lebih kental bila dibiarkan pada suhu rendah.
Viskositas juga mengalami penurunan seiring
bertambahnya waktu penyimpanan. Hal ini dapat
dilihat dari data viskositas pada F1, T akhir mengalami
penurunan relatif lebih jauh dibawah jarak viskositas
yang ditentukan. Untuk F2 dan F3 juga mengalami
penurunan, tetapi jarak penurunan viskositasnya tidak
jauh berbeda dari viskositas awal pengukuran serta
viskositas yang didapatkan berada pada jarak
viskositas yang ditentukan.
Pengukuran viskositas krim berdasarkan
jarak viskositas skala tertinggi 133.333,33 cP yang
didapatkan perhitungan pada kecepatan 3 rpm.
Dimana, pada hasil pengukuran menunjukkan bahwa
sediaan krim F1 viskositas rata-rata T0 dan T akhir
diperoleh 109.150 cP terdapat pada jarak viskositas
yang ditentukan, antara 100.000 cP sampai 133.333,33
cP. Sedangkan pada sediaan krim F2 hasil pengukuran
viskositas rata-rata T0 dan T akhir diperoleh
110.983,33 cP terdapat dalam jarak viskositas yang
diharapkan. pada sediaan krim F3 hasil pengukuran
viskositas rata-rata T0 dan T akhir diperoleh
111.438,33 cP terdapat dalam jarak viskositas yang
diharapkan Hal ini berdasarkan dengan dilakukannya
pengujian viskositas sediaan yang baik pada
viskometer brookfield dengan spindel nomor 05 pada
kecepatan 3 rpm. Serta dalam pengujian statistika
dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan
bermakna dari rata-rata viskositas krim.
Untuk penentuan sifat aliran (rheologi) dari
sediaan krim VCO formula pertama (F1), formula
kedua (F2) dan formula ketiga (F3) didapatkan aliran
thiksotropi, hal ini disebabkan terjadinya perubahan
struktur yang tidak dapat kembali ke keadaan semula
dengan segera apabila tekanan dikurangi (Martin dkk,
1993). Terlihat pada sediaan krim, semakin lama
penyimpanan dipercepat sifat alirannya menurun dan
tidak mudah kembali ke bentuk semula ketika tekanan
atau penyimpanan dipercepat dihentikan.
Dari hasil pengujian terhadap perubahan pH
sedian krim sebelum kondisi penyimpanan dipercepat
(T0) dan setelah kondisi penyimpanan dipercepat
(Takhir) mengalami penurunan pH setelah penyimpanan
dipercepat, pada formula ketiga memiliki penurunan
yang tinggi di bandiangkan dengan formula pertama
dan kedua yang hampir memiliki penurunan yang
lebih rendah. Perubahan pH pada sediaan krim
dipengaruhi oleh suhu dan kelembapan saat
penyimpanan dipercepat selama 12 hari di dalam
climatic cember. Disamping itu bahan-bahan yang
digunakan dalam formulasi juga dapat mempengaruhi
pH pada sediaaan, pada penelitian ini bahan-bahan
yang berpengaruh pada pH yaitu Asam stearat yang
memiliki pH asam dan zat aktif berupa VCO yang
memiliki pH asam, oleh karena itu pH krim yang
dihasilkan berupa pH asam antara 3-4, di bandingkan
dengan formulasi yang dilakukan Talib, Meyke 2013
antar VCO yang bersifat asam dan paraffin cair yang
memiliki pH basa lemah yang menghasilkan sediaan
krim yang memiliki pH asam lemah antar 5-6. Dalam
pengujian statistika dapat disimpulkan bahwa tidak
terdapat perbedaan bermakna dari rata-rata pH krim.
Dari hasil pengukuran volume kriming dalam
kondisi penyimpanan dipercepat (takhir), menunjukan
bahwa formula ketiga memiliki nilai kriming yang
relatif kecil dibandingakan dengan sediaan pada
formula pertama dan kedua, akan tetapi jumlah
kenaikan presentasi volume kriming dari hari ke hari
relatif sama antara formula pertama hingga formula
ketiga, ini menunjukan bahwa lama waktu
penyimpanan suatu produk krim dapat mempengaruhi
besarnya volume kriming yang di hasilkan dan
penggunaan konsentrasi yang tepat dapat
memperlambat jumlah volume kriming yang
dihasilkan. Untuk menentukan stabilitas fisik suatu
formulasi krim dalam pengamatan volume kriming
dapat diambil kesimpulan bahwa semakin kecil nilai
kriming maka semakin stabil dan lama penyimpanan
suatu produk krim, begitu pula yang di katakana Andi
Nur Alam Syiah, semakin kecil nilai kriming maka
semakin stabil sedian tersebut. Dalam pengujian
statistika dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
perbedaan bermakna dari rata-rata kriming krim
Dari hasil pengamatan diatas adanya variasi
bahan emulgator yang digunakan dapat
mempengaruhi, viskositas, pH dan kriming pada
sediaan krim VCO. Terlihat pada sediaan krim
formula pertama (F1), formula kedua (F2) dan formula
ketiga (F3) yang diperoleh memiliki nilai yang
berbeda setiap sediaan, akan tetapi untuk sediaan krim
formula ketiga (F3) diperoleh sediaan yang lebih stabil
dari formula pertama dan kedua. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa sediaan krim formula ketiga (F3)
dengan penggunaan emugator tween 80 dan span 80
pada konsentrasi 5% dinyatakan lebih stabil secara
fisik.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis
data maka dapat dikesimpulan bahwa :
1. Sediaan VCO kelapa merah (Cocos rubescens)
stabil dibuat dalam sediaan krim tipe minyak
dalam air (M/A).
2. Sediaan krim VCO kelapa merah (Cocos
rubescens) lebih stabil secara fisik pada sedian
krim formula ketiga (F3) dengan konsentrasi
emulgator tween dan span 5% dibandingkan
dengan formula pertama (F1) maupun formula
kedua (F2).
B. Saran
Disarankan untuk dilakukan penelitian
lanjutan terhadap indikasi sediaan krim VCO untuk
pengobatan luka bakar.
DAFTAR PUSTAKA
Anief, M. 1994. Farmasetika. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
Anonim. 1979. Farmakope Indonesia. Ed. III.
Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan
Makanan. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Anonim. 1995. Farmakope Indonesia. Ed. IV.
Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan
Makanan. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Ginting, B. 2008. Pembuatan Dan Uji Aktivitas
Antibakteri Krim Minyak Kelapa Murni
(Vco/Virgin Coconut Oil) Terhadap
Staphylococcus Aureus ATCC 29737 Dan
Pseudomonas Aeruginosa Atcc 25619.
Skripsi. Medan: Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara.
Heliyanto, B. 2010. Varietas Kelapa Dalam Unggul
Spesifik Gorontalo. Manado: Balai
Penelitian Tanaman Kelapa dan Palma
Lain.
Igirisa, JE. 2011. Pengembangan Formulasi Krim
Ekstrak Ikan Gabus dan Pengujian
Kestabilan Fisik Krim. Fakultas Farmasi.
Skripsi. Makassar: Universitas
Hasanudin.
Joshita P, Juheini D, 2013. Teknologi Kosmetik.
http://staff.ui.ac.id/internal/130674809/ma
terial/TEKNOLOGIKOSMETIK.pdf.
Diakses tanggal 2013/06/17.
Kadullah S Dewi. 2013. Perbandingan Pengaruh Vco
(Virgin Coconut Oil) Kelapa Hijau (Cocos
Viridis) Dengan Vco Kelapa Merah (Cocos
Rubescens) Terhadap Penyembuhanluka
Bakar Pada Kelinci (Oryctolagus
Cuniculus)
Khomsan, A. 2009. Rahasia Sehat Dengan Makanan
Berkhasiat. Jakarta: Penerbit Buku
Kompas.
Lachman L, Lieberman AH dan Kanig LJ. 1994.
Teori dan Praktek Farmasi Industri, Ed.
III. Terjemahan oleh Siti Suyatmi. Jakarta:
Penerbit Universitas Indonesia.
Martin A, Swarbrick J, Cammarata A. 1993. Farmasi
Fisik, Ed III. Jilid kedua. Penerjemah
Yoshita. Jakarta: UI Press.
Nanikartinah. 2012. Sediaan Krim.
http://www.nanikartinah.sediaankrim.html
. Diakses tanggal 2013/05/15.
Padaga, M. 2006. “Virgin Coconut Oil” (VCO)
Manfaat Ditinjau dari Aspek Kesehatan.
Universitas Brawijaya: Fakultas
Teknologi Pertanian.
Palungkun, Rony. 2003. Aneka Produk Olahan
Kelapa. Jakarta: PT Penebar Swadaya.
Plantamor. 2012. Klasifikasi Kelapa (Cocos nucifera
L.).
http://www.plantamor.com/index.php?pla
nt=365.html. Diakses tanggal 2013/04/19.
Rindengan, B. 2005. Pembuatan dan Pemanfaatan
Minyak Kelapa Murni. Seri Agritekno.
Cetakan Keempat. Jakarta: Penebar
Swadaya.
Rowe RC, Sheskey PJ, Quinn ME. 2009. Handbook
of Pharmaceutical Excipients, Sixth
Edition: London, Chicago: Pharmaceutical
Press.
Rukmana, R. 2003. Aneka Olahan Kelapa.
Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Setiaji, B. 2006. Membuat VCO Berkualitas Tinggi.
Jakarta: Penebar Swadaya.
Soekardi, Y. 2012. Pemanfaatan dan Pengolahan
Kelapa Menjadi Berbagai Bahan
Makanan dan Obat Berbagai Penyakit.
Bandung: Yrama Widya.
Sutomo, B. 2006. Menu Sehat VCO (Virgin Coconut
Oil). Jakarta: Puspa Swara.
Syah, A. 2005. Virgin Coconut Oil. Cetakan Kedua.
Jakarta: Agromedia Pustaka.
Syamsuni, A. 2005. Ilmu Resep. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Wijaya I. 2010. Pengaruh Pemberian Berbagai
Coconut Oil Secara Topikal Terhadap
Penyembuhan Luka Bakar Kimiawi Pada
Kulit Tikus Putih (Rattus Norvegicus)
Terinduksi Asam Sulfat. Skripsi.
Yogyakarta: Fakultas Kedokteran Dan
Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah.
Wiryawan, A. 2011. Uji Organoleptik.
http://www.chem-is-
try.org/materikimia/instrumen_analisis/uji
-organoleptik/uji-organoleptik. Diakses
tanggal 2013/06/06.
Yuswiyanto, A. 2013. Industri Kelapa Kopyor.
http://www.agro.kemenperin.go.id/1566-
KELAPA-KOPYOR-PT-RPN-Target-
Jual-5.000-Bibit-Per-Tahun&docid.
Diakses tanggal 2013/05/29.