ISSN 1411 -8742 as ona - download.fa.itb.ac.iddownload.fa.itb.ac.id/filenya/Lain Lain/Informasi...

2
ISSN 1411 - 8742 Volume 1 \. >.Jomor I Juni 2013 as ona T "k d" IOpl e lSI In!: Editorial Artikel Terap i --======- 2 3 - 5 6 - 8 -1 Profilaksis Stress Ulcer Gastroesophageal Refl ux Disease ( GERD) Penotoloksonoon G astroesophageal Reflux Disease (GERD) V ol. /I No. I Penyakit Refluks Gastroesofageal (Gastroesopagheal Reflux Disease, GERD) Diperkirakan sekitar 25% orang di masyarakat pernah mengalami keluhan/ gejala rasa tidak enak/ sakit di perut bagian atas. Gejala tersebut dikeluhkan oleh 13-40% pasien yang berkonsultasi ke dokter umum dan 50 % pasien yang berkonsultasi ke dokter spesialis. Gejala tersebut merupakan bagian dari sindrom dispesia dan Gastroesophageal Reflux Disease (GERD). Gejala dispepsia dan GERD sulit dibedakan. Dulu sebelum penyebab GERD diketahui dengan jelas, GERD dimasukkan ke dalam kelompok dispepsia fungsional. Setelah penyebabnya jelas maka GERD dikeluarkan dari kelompok tersebut dan dimasukkan ke dalam dispepsia organik. Pedoman terapi yang diterbitkan American College of Gastroenterology 2005 menyebutkan dispepsia adalah nyeri atau rasa tidak enak di perut bagian atas yang kronis atau kambuhan; dipertimbangkan diagnosis GERD apabila rasa panas di dada (heartburn) dan regurgitasi asam lambung merupakan gejala utama dan sering terjadi (Iebih dari sekali per minggu). Patogenesis dan diagnosis GERD diulas dalam artikel yang berjudul Gastroesophageal Reflux DIsease (GERD), ditulis oleh Dr. Johanes Intandri Tjundawan, Sp.PD. Manajemen GERD meliputi penatalaksanaan nonfarmakologi dengan memodifikasi gaya hidup dan farmakologi, misalnya penggunaan antasida, penghambat H 2 , penghambat pompa proton, dan obat prokinetik untuk meningkatkan motilitas saluran pencernaan. Modifikasi gaya hidup meliputi pel")urunan berat badan, menaikkan posisi kepala ketika tidur, menghindari makan terlalu malam hingga menghindari Jenis makanan tertentu, seperti kopi, makanan pedas, minuman berkarbonasi dan alkohol; meskipun tidak cukup bukti yang menunjukkan bahwa penghentian konsumsi makanan-minuman tersebut dapat memperbaiki gejala GERD . Manajemen GERD selengkapnya dapat dibaca pad a bagian Terapl Buletln Raslonal. Selain digunakan . dalam manaJemen GERD , penghambat pompa proton dan penghambat H 2 juga digunakan sebagai profilaksis stress ulcer (topik Editorial Buletin Raslonal edisi kali ini) karena stress ulcer yang berdampak pendarahan saluran cerna terjadi akibat ketidakseimbangan antara proteksi mukosa dan sekresi asam lambung sedangkan penghambat pompa proton dan penghambat H2 berfungsi menghambat sekresi asam lambung. Prevalensi kondisi stress ulcer pada pasien tanpa faktor risiko kecil (hanya 0,1 %). Oleh karena itu, penggunaan penghambat pompa proton dan penghambat H2 secara bijak diperlukan agartidak meningkatkan biaya pengobatan. Untuk Medikamen edisi ini akan dipaparkan secara detail mengenai Ticagrelor sebagai antagonis P2Y 12 ' (fa) Kepustakaan 1. Simadibrata M. Dys pepsi a and gastroesophageal reflux disease (GERD): is there any correlation? Acta Med Indones. 2009;41(4):222-1. 2. Talley NJ, Vakil N. Guidelines for the management of dyspepsia. Am J GastroenteroI2005;100:2324-31. 3. Dellinger RP, Levy MM, Rh odes A, Annane D, Gerlach H, Opal SM, et a l. Surv iving sepsIs campa i gn: inte r nation al guidelines for management of severe sepsis and septic shoc k. Cr it Care Med. 2012:41(2 ):580-637. Buietin Rasion{ll

Transcript of ISSN 1411 -8742 as ona - download.fa.itb.ac.iddownload.fa.itb.ac.id/filenya/Lain Lain/Informasi...

Page 1: ISSN 1411 -8742 as ona - download.fa.itb.ac.iddownload.fa.itb.ac.id/filenya/Lain Lain/Informasi Sebelumnya... · berkonsultasi ke dokter spesialis. ... proton, dan obat prokinetik

ISSN 1411 - 8742

• Volume 1 \. >.Jomor I

Juni 2013as ona

T "k d" " - "~ IOpl e lSI In!:

Editorial

Artikel

Terapi

--======­

2

3 - 5

6 - 8

-1

Profilaksis Stress Ulcer ~

Gastroesophageal Reflux Disease (GERD)

Penotoloksonoon G astroesophageal Reflux Disease (GERD)

Vol. /I No. I

Penyakit Refluks Gastroesofageal (Gastroesopagheal Reflux Disease, GERD)

Diperkirakan sekitar 25% orang di masyarakat pernah mengalami keluhan/ gejala rasa tidak enak/ sakit di perut bagian atas. Gejala tersebut dikeluhkan oleh 13-40% pasien yang berkonsultasi ke dokter umum dan 50% pasien yang berkonsultasi ke dokter spesialis. Gejala tersebut merupakan bagian dari sindrom dispesia dan Gastroesophageal Reflux Disease (GERD). Gejala dispepsia dan GERD sulit dibedakan. Dulu sebelum penyebab GERD diketahui dengan jelas, GERD dimasukkan ke dalam kelompok dispepsia fungsional. Setelah penyebabnya jelas maka GERD dikeluarkan dari kelompok tersebut dan dimasukkan ke dalam dispepsia organik. Pedoman terapi yang diterbitkan American College of Gastroenterology 2005 menyebutkan dispepsia adalah nyeri atau rasa tidak enak di perut bagian atas yang kronis atau kambuhan; dipertimbangkan diagnosis GERD apabila rasa panas di dada (heartburn) dan regurgitasi asam lambung merupakan gejala utama dan sering terjadi (Iebih dari sekali per minggu). Patogenesis dan diagnosis GERD diulas dalam artikel yang berjudul Gastroesophageal Reflux DIsease (GERD), ditulis oleh Dr. Johanes Intandri Tjundawan, Sp.PD.

Manajemen GERD meliputi penatalaksanaan nonfarmakologi dengan memodifikasi gaya hidup dan farmakologi, misalnya penggunaan antasida, penghambat H

2 , penghambat pompa

proton, dan obat prokinetik untuk meningkatkan motilitas saluran pencernaan. Modifikasi gaya hidup meliputi pel")urunan berat badan, menaikkan posisi kepala ketika tidur, menghindari makan

terlalu malam hingga menghindari Jenis makanan tertentu, seperti kopi, makanan pedas, minuman berkarbonasi dan alkohol; meskipun tidak cukup bukti yang menunjukkan bahwa penghentian konsumsi makanan-minuman tersebut dapat memperbaiki gejala GERD . Manajemen GERD selengkapnya dapat dibaca pad a bagian Terapl Buletln Raslonal.

Selain digunakan . dalam manaJemen GERD, penghambat pompa proton dan penghambat H

2juga digunakan

sebagai profilaksis stress ulcer (topik Editorial Buletin Raslonal edisi kali ini) karena stress ulcer yang berdampak pendarahan saluran cerna terjadi akibat ketidakseimbangan antara proteksi mukosa dan sekresi asam lambung sedangkan penghambat pompa proton dan penghambat H2 berfungsi menghambat sekresi asam lambung. Prevalensi kondisi stress ulcer pada pasien tanpa faktor risiko kecil (hanya 0,1%). Oleh karena itu, penggunaan penghambat pompa proton dan penghambat H2 secara bijak diperlukan agartidak meningkatkan biaya pengobatan.

Untuk Medikamen edisi ini akan dipaparkan secara detail mengenai Ticagrelor sebagai antagonis P2Y12 ' (fa)

Kepustakaan 1. Simadibrata M. Dyspepsia and gastroesophageal

reflux disease (GERD): is there any correlation? Acta Med Indones. 2009;41(4):222-1.

2. Talley NJ, Vakil N. Guidelines for the management of dyspepsia. Am J GastroenteroI2005;100:2324-31.

3. Dellinger RP, Levy MM, Rh odes A, Annane D, Ger lach H, Opal SM, et a l. Surv iving sepsIs campa ign: inte rnational guidelines for management of severe sepsis and septic shock. Crit Care Med. 2012:41(2):580-637.

Buietin Rasion{ll

Page 2: ISSN 1411 -8742 as ona - download.fa.itb.ac.iddownload.fa.itb.ac.id/filenya/Lain Lain/Informasi Sebelumnya... · berkonsultasi ke dokter spesialis. ... proton, dan obat prokinetik

JUnl20 IJ, No. 20

IS 'N 1411 - 11750

Penyakit kardiovaskular merupakan salah satu penyebab kematian terbesar di dunia, dimana menu rut data dari World Health Organization (WHO) pada tahun 2008 diperkirakan 17 ,3 juta orang di dunia meninggal akibat penyakit kardiovaskular (7,3 juta orang akibat penyakitjantung koroner dan 6,2 juta orang akibat stroke) dan diperkirakan akan meningkat hingga 23,3 juta orang pada tahun 2030. Satu hal yang perlu diperhatikan, 80% angka kematian tersebut terjadi pada negara dengan pendapatan rendah dan sedang, termasuk Indonesia .' Penya kit jantung koroner sebagai salah satu yang banyak menyebabkan kesakitan dan kematian, dimana yang termasuk di dalamnya antara lain angina stabil, angina tidak stabil, infark miokard .2 Apabila . dilihat dari patofisiologinya, penyakit jantung koroner diawali dengan adanya aterosklerosis, dimana plak aterosklerosis tersebut dapat peca hi rupture dan terjadi proses trbmbosis ya ng melibatka n platelet. 2 ·4 Berdasa rka n patofisiologi tersebut salah satu terapi pada penyakitjantung koroner yang penting adalah penggu naa n obat golonga n a nti platelet, termasuk di daJamnya aspirin , clopidogrel, dan prasugrel.

Ticagrelor merupakan salah satu jenis antiplatelet antagonis P2Y,2 non­thienopyridine yang terbaru dengan mekanisme yang berbeda jika dibandingkan dengan pendahulunya seperti clopidogrel atau prasugrel. Ticagrelor mendapat persetujuan untuk diedarkan oleh Food and Drug Administration (FDA) pada 20 J u Ii 2011 di Amerika.5 Untuk di Eropa ticagrelor mendapat ij in eda r oleh European Medicine Agency pada 3 Desember 2010;6 di Australia disetujui oleh The Australian Therapeutic Goods Administration 9 Juni 2011;' sedangkan di Indonesia sendiri ticagrelor baru disetujui oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) pada 7 Juni 2012 .8

JI/lli 2(113, No ]0

TICAGRELOR: ANTAGONIS P2Y12

Ringkasan

.:. Golongan antagonis P2Y 12 merupakan salah satu

pilihan terapi kombinasi antiplatelet bersarna

dengan aspirin untuk pasien dengan sindrom koroner akut baik NSTEMI (non-ST elevation

myocardial infarction) maupun STEW (STeleva­

don myocardial infarction).

.:. Ticagrelor merupakan golongan antagonis P2Y 12

non-thienopyridine yang memiliki ikatan yang

bersifat reversibel terhadap reseptor P2Y 12 dengan efek antiplatelet yang lebih cepat dan stabil.

.:. Ticagrelor memiliki keunggulan efek offset yang

lebih cepat dibandingkan dengan dengan

clopidogrel dan prasugrel.

.:. Dari segi keamanan, fisiko pendarahan ticagrelor

hampir sarna dengan clopidogrel. Efek samping

lain yang banyak muncul seperti dyspnea,

asymptomatic ventricular pause.

.:. Dad segi biaya, ticagrelor memiliki harga yang

lebih mahal dibandingkan clopidogrel.

,\1edikamen