ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA METABOLIT SEKUNDER …digilib.unila.ac.id/58576/3/3. SKRIPSI FULL...
Transcript of ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA METABOLIT SEKUNDER …digilib.unila.ac.id/58576/3/3. SKRIPSI FULL...
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA METABOLIT SEKUNDERDARI KULIT BATANG TUMBUHAN TURI MERAH
(Sesbania grandiflora L. Pers.) SERTA UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN
(Skripsi)
Oleh
Hidayatul Mufidah
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
ABSTRACT
ISOLATION AND IDENTIFICATION OF SECONDARY METABOLITECOMPOUNDS FROM THE STEM BARK OF RED TURI (Sesbania
grandiflora L. Pers.) AND ANTIOXIDANT ACTIVITY ASSAY
By
Hidayatul Mufidah
Red turi (S. grandiflora) is one species of the Fabaceae’s family. This studies aimare to isolate and identify chemical compound from ethyl acetate extract of redturi (S. grandiflora) stem bark which is from Purwodadi, Central Lampung andantioxidant activity assay. Purification of obtained were followed by successiveprocess consist of vacuum liquid chromatography and column chromatographywhich was guided by thin layer chromatography and melting point assay.Identification of purified were determined based on 1H-NMR spectroscopicanalysis and compared to the references. The studies have showed a steroid groupcompound that had been successfully isolated, that is yellowish white crystal solid(m.p. 151-154oC). Based on the analysis result, it’s known that the compoundsare the mixture of β-stigmasterol and β-sitosterol as much 3.7 mg. Theantioxidant activity assay of the compounds mixture of β-stigmasterol and β-sitosterol on DPPH had a strong antioxidant activity level with IC50 values of16.13 µg/mL.
Keyword : S. grandiflora, β-stigmasterol and β-sitosterol, antioxidant, DPPH.
ABSTRAK
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA METABOLIT SEKUNDERDARI KULIT BATANG TUMBUHAN TURI MERAH (Sesbania grandiflora
L. Pers.) SERTA UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN
Oleh
Hidayatul Mufidah
Turi merah (S. grandiflora) merupakan salah satu spesies dari famili Fabaceae.Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi dan mengidentifikasi senyawa kimiadari ekstrak etil asetat kulit batang turi merah (S. grandiflora) yang berasal daridesa Purwodadi, Lampung Tengah serta uji aktivitas antioksidan. Pemurniansenyawa menggunakan metode kromatografi cair vakum dan kromatografi kolomyang dipandu dengan kromatografi lapis tipis dan pengukuran titik leleh.Identifikasi senyawa ditentukan berdasarkan analisis spektroskopi 1H-NMR sertadibandingkan dengan referensi. Hasil penelitian menunjukkan terdapat senyawagolongan steroid yang berhasil diisolasi yaitu padatan kristal berwarna putihkekuningan dengan titik leleh 151-154oC. Berdasarkan hasil analisis data,senyawa yang diperoleh merupakan campuran antara β-stigmasterol dan β-sitosterol sebanyak 3,7 mg. Uji aktivitas antioksidan senyawa campuran β-stigmasterol dan β-sitosterol terhadap DPPH memiliki tingkat aktivitasantioksidan kategori kuat dengan nilai IC50 16,13 μg/mL.
Kata kunci : S. grandiflora, β-stigmasterol dan β-sitosterol, antioksidan, DPPH.
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA METABOLIT SEKUNDER DARI KULITBATANG TUMBUHAN TURI MERAH
(Sesbania grandiflora L. Pers.) SERTA UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN
OlehHidayatul Mufidah
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelarSARJANA SAINS
padaJurusan Kimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2019
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Sukanegara, Lampung Tengah pada
tanggal 15 November 1996. Penulis merupakan anak ketiga
dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Asief Widodo dan
Ibu Rahmawati. Penulis mengawali pendidikan formal di
Taman Kanak-Kanak (TK) Darussalam Sukanegara yang
diselesaikan pada tahun 2002. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan Sekolah
Dasar (SD) di SD Negeri 1 Sukanegara yang diselesaikan pada tahun 2008.
Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Ma’arif 10 Bangurejo yang
diselesaikan pada tahun 2011, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA
Negeri 1 Bangunrejo yang diselesaikan pada tahun 2014. Penulis diterima sebagai
mahasiswa Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Lampung pada tahun 2014 melalui jalur Seleksi Bersama Masuk
Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN).
Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah aktif dalam organisasi kemahasiswaan
yaitu sebagai Kader Muda Himaki (2014-2015), dan anggota bidang
Kesekretariatan Himaki (2015-2016). Penulis juga pernah menjadi Sekretaris
Umum dalam organisasi Ikatan Mahasiswa Alumni SMA Negeri 1 Bangunrejo
(2016-2017).
Pada bulan Agustus – September 2017 penulis pernah mengikuti Kuliah Kerja
Nyata (KKN) BNP2TKI di desa Cintamulya, Kecamatan Candipuro, Kabupaten
Lampung Selatan.
MOTTO
“...And Allah is the best of planners”.
(QS. Al-Anfaal: Verse 30)
The Prophet (Peace Be Upon Him) said, “Make things easy and do not makethem difficult, cheer the people up by conveying glad tidings to them and do
not repulse (them)”.
(Muslim, Book 1, Hadith 637)
Tak perlu terlalu keras berusaha jadi berbeda. Jadi dirimu, yang palingjarang dimiliki oranglain.
(Marchella FP)
Setiap manusia diciptakanNya dengan porsi yang berbeda. Jangan pernahragu untuk terus menggali potensi dalam diri. Sebab porsimu bisa saja lebih
banyak manfaatnya. Tapi jangan mencoba membandingkannya denganmilik yang lain. Karena takkan pernah sama.
(Hidayatul Mufidah)
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahirabbil’alamiin. Puji syukur kepada Allah SWT atas limpahanberkah dan rahmatNya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
Dengan kerendahan hati dan mengharap ridho Allah SWT, kupersembahkanseluruh karya ini teruntuk:
Kedua orangtuaku, Ayah Asief Widodo dan Bunda Rahmawati tercinta yangmenjadi sumber do’a terbaik bagi ananda sehingga ananda bisa menyelesaikan
skripsi ini dengan baik. Segala dukungan, semangat dan segala energi positif yangselalu berhasil menguatkan ananda.
Saudara-saudara kandungku tercinta, Mba Eka Wulandari, Mba Nofrita Maulidiadan Adik Syawlifa Anzumi yang selalu mendo’akan, menyayangi, dan menjadi
energi positif bagi ananda.
Ibu Noviany, S.Si., M.Si., Ph.D. yang telah banyak memberikan ilmu, bimbingan,motivasi, dan do’a selama penyelesaian penelitian dan penulisan skripsi.
Sahabatku dan teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telahbanyak memberikan do’a, dukungan dan semangat bagi penulis.
Serta
Almamater tercinta, Universitas Lampung.
SANWACANA
Assalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh.
Alhamdulillahirabbil’alamin, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT atas rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul “Isolasi dan Identifikasi Senyawa Metabolit Sekunder dari
Kulit Batang Tumbuhan Turi Merah (Sesbania grandiflora L. Pers.) serta Uji
Aktivitas Antioksidan” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Sains pada Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Lampung.
Penulis menyadari bahwa penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari bimbingan dan
bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Kedua orangtua yang menjadi panutan dalam hidup, Ayah Asief Widodo dan
Bunda Rahmawati. Terimakasih atas segala pengorbanan, kasih sayang, serta
semangat yang selalu diberikan kepada penulis. Segala do’a baik yang selama
ini mengantarkan penulis menggapai satu per satu impian. You’re my best
support system, jazakumullahu khayr.
2. Ibu Noviany, S.Si., M.Si., Ph.D. selaku pembimbing pertama yang telah
banyak memberikan ilmu pengetahuan, bimbingan, gagasan, bantuan,
dukungan, semangat, kritik dan saran kepada penulis dalam proses
perencanaan dan pelaksanaan penelitian serta dalam penulisan skripsi ini.
3. Ibu Prof. Dr. Tati Suhartati, M.S. selaku pembimbing kedua yang telah
memberikan ilmu pengetahuan, bimbingan, kritik dan saran kepada penulis
sehingga penelitian dan skripsi ini terselesaikan.
4. Bapak Prof. Dr. Sutopo Hadi, S.Si., M.Sc. selaku pembahas yang telah
memberikan semangat, kritik dan saran kepada penulis.
5. Bapak Andi Setiawan, M.Sc., Ph.D. selaku pembimbing akademik atas
kesediaannya untuk memberikan bimbingan, bantuan, serta nasehat kepada
penulis.
6. Bapak Dr. Suripto Dwi Yuwono, M.T., selaku ketua Jurusan Kimia, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung.
7. Bapak Drs. Suratman, M.Sc., selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Lampung.
8. Seluruh dosen FMIPA Universitas Lampung yang dengan senang hati
memberikan ilmu pengetahuan yang sangat berguna kepada penulis selama
kuliah.
9. Kakak-kakakku tersayang, Eka Wulandari dan Nofrita Maulidia serta adikku
Syawlifa Anzumi, terimakasih atas doa dan semangat yang selalu diberikan
kepada penulis. Keponakanku: Mba Nazwa, Kakak Fayya, Mas Altair, Kakak
Ibra, Mba Rara, Adik Kahfi. Terimakasih atas segala tingkah lucu yang selalu
berhasil menghibur penulis.
10. Om Rahmad Hardiyanto dan bulek Titin Zaenuddin yang telah banyak
memberikan dukungan, doa, serta membantu penulis dengan sangat tulus.
11. Partner NRG: Ela, Dicky, Risa, Rizky, Wahyu, Tosa, Isnaini, Santi, Eva, dan
Hanif. Terimakasih atas kerjasama dan bantuannya selama proses penelitian.
12. Teman-teman Kimia 2014, terimakasih atas kebersamaan, dukungan serta
bantuannya selama masa perkuliahan.
13. Partner di dalam dan di luar Laboratorium, Nur Laelatul K. We did it so well,
coy! And see you on TOP!
14. Avengers Team: Desi Sulistyawati dan Febriana Citra. Terimakasih telah
membantu penulis di balik layar drama skripsi.
15. Laboran Lab. Kimia Organik, Mba Wit. Terimakasih atas dukungan dan
bantuannya selama masa penelitian.
16. Rekan-rekan penelitian di Laboratorium Kimia Organik, terimakasih atas
kebersamaan, dukungan serta bantuannya selama masa penelitian.
17. Almamater tercinta Universitas Lampung.
18. Semua pihak yang tidak dapat diucapkan satu per satu yang telah membantu
penulis selama kuliah, penelitian, hingga penulisan skripsi ini.
Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan yang telah diberikan kepada
penulis. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan
tetapi sedikit harapan semoga skripsi sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat
bagi penulis secara pribadi maupun pembaca. Aamiin.
Bandar Lampung, Agustus 2019Penulis
Hidayatul Mufidah
i
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL .................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ v
I. PENDAHULUAN ................................................................................................. 1
A. Latar Belakang .................................................................................................. 1
B. Tujuan Penelitian............................................................................................... 4
C. Manfaat Penelitian............................................................................................. 4
II. TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................... 5
A. Fabaceae........................ .................................................................................... 5
B. Sesbania grandiflora.................... ..................................................................... 6
C. Senyawa Kimia dan Efek Farmakologis dari S. grandiflora............................. 8
D. Kandungan Senyawa Metabolit Sekunder pada Famili Fabaceae.............. ...... 11
E. Steroid................................................................................................................ 16
F. Ekstraksi............................................................................................................. 17
G. Kromatografi........... .......................................................................................... 19
1. Kromatografi Cair Vakum (KCV) ................................................................. 192. Kromatografi Kolom (KK)........... ................................................................. 203. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)........... ........................................................ 20
H. Identifikasi Spektroskopi........... ....................................................................... 21
1. Spektroskopi UV-Vis........... ......................................................................... 212. Spektroskopi Inframerah........... .................................................................... 223. Spektroskopi Massa........... ........................................................................... 23
ii
4. Spektroskopi NMR ........... ........................................................................... 23
I. Antioksidan........... ............................................................................................... 25
1. Antioksidan Enzimatis dan Antioksidan Non Enzimatis……….. ................ 252. Antioksidan Primer, Sekunder, dan Tersier……..............................… ........ 26
2.1 Antioksidan Primer….. ........................................................................... 262.2 Antioksidan Sekunder....................................................……… ............. 262.3 Antioksidan Tersier...................................................……… .................. 26
3. Antioksidan Sintetik dan Antioksidan Alami..............................……… ..... 273.1 Antioksidan Sintetik..........................................................……….......... 273.2 Antioksidan Alami....................................................……… .................. 27
J. Mekanisme Kerja Antioksidan........... ................................................................ 27
K. Metode Pengujian Antioksidan........... ............................................................... 29
III. METODE PENELITIAN ................................................................................. 33
A. Waktu dan Tempat Penelitian.............. .......................................................... 33
B. Alat dan Bahan........... .................................................................................... 33
1. Alat-alat yang digunakan.......................... ................................................. 332. Bahan-bahan yang digunakan.................. .................................................. 34
C. Prosedur Penelitian....................... .................................................................. 34
1. Persiapan Sampel.................... ................................................................... 342. Ekstraksi dengan Berbagai Pelarut............ ................................................ 353. Kromatografi Cair Vakum (KCV)....................... ...................................... 354. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)....................... ........................................ 365. Kromatografi Kolom (KK)....................... ................................................. 366. Analisis Kemurnian.................................................................................... 377. Spektroskopi Resonansi Magnetik Inti (RMI)....................... .................... 388. Uji Antioksidan dengan Metode Transfer Elektron .................................. 38
a. Pembuatan Larutan DPPH....................... .............................................. 38b. Pembuatan Larutan Uji....................... ................................................... 39c. Pembuatan Larutan Blanko.................................................................... 39d. Pembuatan Larutan Kontrol Positif dan Negatif................... ................ 39e. Pengujian Antioksidan....................... .................................................... 39
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................................................... 41
A. Isolasi Senyawa.............. ................................................................................ 41
B. Penentuan Titik Leleh........... ......................................................................... 57
C. Identifikasi Senyawa dengan Metode 1H-NMR........... .................................. 58
D. Uji Aktivitas Antioksidan............................................................................... 62
iii
V. SIMPULAN DAN SARAN ................................................................................. 68
A. Simpulan.............. .......................................................................................... 68
B. Saran........... .................................................................................................... 69
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 70
LAMPIRAN .............................................................................................................. 76
1. Diagram Alir Penelitian.................................................................................. 76
2. Skema Tahapan Isolasi ................................................................................... 77
3. Pembuatan Larutan yang diperlukan pada Uji Antioksidan........................... 82
4. Perhitungan Nilai Persen Inhibisi ................................................................... 84
5. Perhitungan Nilai IC50 .................................................................................... 90
6. Perhitungan Tetapan Kopling 1H-NMR ......................................................... 94
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Beberapa Kromofor dan Absorbansi Maksimumnya pada Spektrum UV-Vis................................................................................................................. 22
2. Letak Pergeseran Kimia dalam Spektra 1H-NMR ....................................... 24
3. Letak Pergeseran Kimia dalam Spektra 13C NMR....................................... 24
4. Geseran Kimia Proton β-stigmasterol, β-sitosterol dan Senyawa N-21....... 60
5. Absorbansi senyawa N-21a pada panjang gelombang 517 nm........................ 63
6. Absorbansi ekstrak metanol pada panjang gelombang 517 nm.. ..................... 63
7. Absorbansi ekstrak etil asetat pada panjang gelombang 517 nm ..................... 64
8. Absorbansi ekstrak n-heksana pada panjang gelombang 517 nm .................... 64
9. Absorbansi larutan standar pada panjang gelombang 517 nm ........................ 64
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Tumbuhan Turi Merah ............................................................................... 8
2. Struktur Senyawa α-5-metil-5-pentakosanol atau grandiflorol.................. 9
3. Struktur Senyawa Galaktomanan ............................................................... 11
4. Senyawa sesbagrandiflorain A ................................................................. 12
5. Senyawa sesbagrandiflorain B ................................................................... 12
6. Struktur Senyawa Alkaloid Dienoid Tetrasiklik Baru ............................... 13
7. Senyawa 3-ß-hidroksi-28-p-hidroksifenoksiolean-12-en .......................... 13
8. Struktur Senyawa Steroid β-sitosterol........................................................ 14
9. Struktur Senyawa Anisaldehid-Asam Sulfat.............................................. 16
10. Struktur Dasar Senyawa Steroid ................................................................ 17
11. Reaksi antara DPPH dengan Antioksidan.................................................. 30
12. Mekanisme Reaksi Asam Askorbat dengan DPPH ................................... 32
13. KLT Ekstrak Kasar n-heksana, Etil Asetat, dan Metanol dengan EluenEtil Asetat/ n-heksana 2:8 .......................................................................... 43
14. Proses KCV Ekstrak Kasar Etil Asetat dengan Eluen Etil Asetat/ n-heksana(0-100%)........................................................................................ 44
15. KLT Hasil KCV Ekstrak Etil Asetat di Bawah Lampu UV 254 nm ......... 44
vi
16. Kromatogram Fraksi Utama Hasil KCV Ekstrak Etil Asetat yang dielusidengan Etil Asetat/ n-heksana (3:7) ........................................................... 45
17. KLT Fraksi B Menggunakan Eluen Etil Asetat/ n-heksana (3:7) .............. 47
18. Kromatogram Hasil KK Fraksi BB Menggunakan Eluen Aseton/ n-heksana (5:95) ............................................................................................ 48
19. Kromatogram Perbandingan Fraksi BB7 dengan Senyawa Standar........... 48
20. Kromatogram Hasil KK Fraksi BC Menggunakan Eluen Aseton/ n-heksana (5:95) ........................................................................................... 49
21. KLT Kristal BC5......................................................................................... 50
22. KLT Subfraksi BC5 dengan Eluen Diklorometana/ n-heksana(1:9) ........................................................................................................... 50
23. Kromatogram Kristal BC5O-BC5V Menggunakan Eluen Diklorometana/n-heksana (1:1) ......................................................................................... 51
24. KLT Fraksi BC5RST dan BC5UV dengan Eluen Diklorometana/ n-heksana (3:7) ............................................................................................. 52
25. Kromatogram Hasil KK Fraksi BD Menggunakan Eluen Aseton/ n-heksana (1:9) ............................................................................................. 53
26. Kromatogram Fraksi Utama Hasil KK Fraksi BD ...................................... 54
27. Kromatogram Hasil KK Fraksi BDF, BDG, BDH, BDI, dan BDB ............... 55
28. Kromatogram Kristal BDB10 dan BDB11 .................................................. 56
29. Wujud Visual Kristal N-21b ...................................................................... 57
30. Spektrum 1H-NMR Senyawa Hasil Isolasi ................................................ 58
31. Struktur Senyawa N-21 .............................................................................. 62
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman hayati yang sangat
tinggi. Keanekaragaman hayati yang ada di bumi ini tidak hanya digunakan
sebagai bahan pangan ataupun untuk dinikmati keindahannya saja, tetapi juga
dapat bermanfaat sebagai bahan untuk mengobati berbagai jenis penyakit.
Tanaman obat sudah sejak dulu digunakan oleh masyarakat Indonesia sebagai
salah satu terapi alternatif dalam menangani masalah penyakit. Walaupun industri
obat modern semakin meningkat bukan berarti penggunaan obat tradisional
kemudian ditinggalkan. Pada saat ini, dorongan kembali ke alam semakin
menguasai masyarakat. Pengobatan secara sintesis dirasakan terlalu mahal
dengan efek samping yang serius.
Berbagai spesies dari berbagai famili tumbuhan banyak ditemukan di seluruh
wilayah Indonesia dan diketahui memiliki manfaat yang baik sebagai obat
tradisional, salah satunya tumbuhan dari famili Fabaceae. Famili Fabaceae
merupakan salah satu famili tumbuhan terbesar ketiga (setelah Orchidaceae dan
Asteraceae) yang terdiri atas 730 genus dan 19.400 spesies (Danarto, 2005).
2
Tumbuhan dari famili Fabaceae dikenal memiliki potensi yang sangat baik
sebagai obat alternatif. Bagian-bagian yang banyak dimanfaatkan oleh
masyarakat diantaranya batang, akar, bunga, dan daun digunakan untuk
mengobati berbagai penyakit. Pemanfaatan tumbuhan dari famili Fabaceae ini
tidak terlepas dari senyawa kimia yang terkandung di dalamnya. Kelompok
senyawa bahan alam yang telah diisolasi dari famili Fabaceae cukup beragam,
dilihat dari golongan senyawa yang telah diisolasi terdiri dari senyawa metabolit
sekunder yaitu alkaloid, flavonoid, terpenoid, dan steroid.
Salah satu spesies dari famili tumbuhan Fabaceae adalah turi (Sesbania
grandiflora). Tumbuhan ini dapat ditemukan hampir diseluruh wilayah
Indonesia. Senyawa kimia yang telah berhasil diisolasi dari tumbuhan S.
grandiflora diantaranya yaitu tanin dan saponin dari bagian daun (Makalalag,
2010). Pada bagian bunga telah berhasil diisolasi senyawa β-stigmasterol dan β-
sitosterol (Cayme and Ragasa, 2004). Senyawa lain yang telah dilaporkan yaitu
galaktomanan dari biji kacang tumbuhan S. grandiflora (Srivastava et al., 1968).
Noviany et al (2018) menemukan dua senyawa arilbenzofuran baru, yaitu
sesbagrandiflorain A dan B dari ekstrak etil asetat kulit batang tumbuhan S.
grandiflora.
Turi adalah salah satu tumbuhan famili Fabaceae yang hampir seluruh bagiannya
bermanfaat bagi manusia khususnya dalam pengobatan. Efek farmakologis kulit
batang turi adalah mengurangi rasa sakit (analgetik), penurun panas, meredakan
disentri dan mengobati cacar air. Bagian akar secara umum juga digunakan
sebagai anti inflamasi dan penurun demam (Wagh et al., 2009). Bunga turi
3
digunakan untuk pengobatan tradisional mengatasi flu, demam, sakit perut, diare
dan kulit kusam (Powthong et al., 2013). Ramesh et al., (2006) menyatakan
bahwa suplemen daun turi menunjukkan pencegahan oksidasi yang dapat merusak
paru-paru, hati, dan ginjal. Pengujian pada mencit menunjukkan bahwa daun
tumbuhan turi memiliki potensi sebagai antioksidan. Adanya efek antioksidan ini
disebabkan karena terkandungnya senyawa flavonoid.
Antioksidan adalah senyawa yang dapat menangkal atau meredam dampak negatif
oksidan. Antioksidan bekerja dengan cara mendonorkan satu elektronnya kepada
senyawa yang bersifat oksidan sehingga aktivitas senyawa oksidan tersebut dapat
dihambat (Winarti, 2010). Senyawa antioksidan dapat berperan untuk
mengurangi kerusakan oksidatif yang berkaitan dengan penyakit penuaan,
kardiovaskular, kanker, inflamasi, penyakit kulit, dan malaria yang mendorong
beberapa pencarian senyawa obat pada tumbuhan (Ouattara et al., 2011).
Senyawa antioksidan yang bersumber dari tumbuhan diantaranya berupa senyawa
fenolik dari golongan flavonoid, kumarin, tokoferol, asam sinamat dan asam-asam
organik polifungsional (Isnindar dkk., 2011). Flavonoid memiliki kemampuan
sebagai antioksidan karena dapat mereduksi radikal bebas (Zuhra dkk., 2008).
Berdasarkan pemaparan informasi di atas, diketahui bahwa hampir seluruh bagian
jaringan tumbuhan turi memiliki manfaat yang baik dalam bidang pengobatan dan
telah diketahui senyawa-senyawa yang terkandung dalam beberapa jaringan
tumbuhan turi. Namun untuk bagian jaringan kulit batang tumbuhan turi merah
belum dikaji lebih lanjut. Oleh karena masih banyak potensi tumbuhan turi selain
sebagai antibakteri maka dalam penelitian ini akan dilakukan isolasi dan
4
identifikasi senyawa metabolit sekunder pada bagian kulit batang tumbuhan turi
merah (S. grandiflora) dan dilanjutkan dengan pengujian senyawa sebagai
antioksidan dengan Electron Transfer Methods.
B. Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengisolasi dan mengidentifikasi senyawa metabolit sekunder dari kulit
batang tumbuhan turi merah (S. grandiflora).
2. Menguji aktivitas antioksidan dari senyawa hasil isolasi dengan
menggunakan Electron Transfer Methods.
C. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang
kandungan senyawa metabolit sekunder dari kulit batang turi merah (S.
grandiflora) dan dapat digunakan sebagai data tambahan sumber alami tumbuhan
yang berpotensi sebagai antioksidan.
5
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Fabaceae
Fabaceae adalah famili tumbuhan ketiga terbesar (setelah Orchidaceae dan
Asteraceae) yang termasuk dalam devisi Angiospermae atau tumbuhan berbunga.
Famili ini terdiri atas 730 genus dan 19.400 spesies dengan genus terbesarnya
adalah Astragalus (lebih dari 2000 spesies), Acacia (lebih dari 900 spesies),
Indigofera (lebih dari 700 spesies), Crotalaria (600 spesies), Mimosa (500
spesies). Famili ini merupakan komponen mayor dari vegetasi dunia yang sering
ditemukan pada lahan marginal karena kemampuannya memfiksasi nitrogen dari
atmosfer melalui inti akar. Famili Fabaceae dikelompokkan ke dalam 3 subfamili
yang didasarkan pada morfologi bunga khususnya pada bentuk kelopaknya.
Subfamili dari famili Fabaceae tersebut yaitu Mimosoidae, Caesalpiniodeae, dan
Papilionoideae. Ciri khas yang dapat diamati dari tumbuhan famili Fabaceae
yaitu adanya buah berbentuk polong serta karakteristik pada bunganya (Lewis et
al., 2005).
Beberapa penelitian telah dilakukan dan menyatakan bahwa famili Fabaceae
memiliki kandungan senyawa metabolit sekunder seperti alkaloid, terpenoid,
6
tanin, dan senyawa fenolik. Metabolit sekunder adalah molekul organik yang
tidak terlibat dalam pertumbuhan normal dan perkembangan organisme.
Selain mengandung senyawa metabolit sekunder, famili Fabaceae memiliki
kandungan metabolit primer seperti lectin, kitin, dan inhibitor -amilase.
Metabolit primer memiliki peran utama dalam pertahanan hidup spesies,
memainkan fungsi aktif dalam fotosintesis dan respirasi, tidak adanya metabolit
sekunder tidak mengakibatkan kematian, namun menimbulkan kerugian jangka
panjang dari kelangsungan hidup organisme, yang sering memainkan peran
penting dalam pertahanan tanaman (Agostini-Costa et al., 2012).
B. S. grandiflora
Turi dengan nama latin S. grandiflora (L.) Pers. termasuk ke dalam famili
tumbuhan Fabaceae (Cronquist, 1981). Terdapat beberapa nama daerah turi yaitu,
turi atau toroy (Jawa), turi (Sumatera), tuli, turi, turing (Sulawesi), tuwi palawu,
ghunga (Nusa Tenggara) (Agromedia, 2008).
Ciri-ciri umum dari tumbuhan ini di antaranya yaitu pohon berumur pendek,
tinggi 5-12 meter dan ranting seringkali menggantung. Kulit luar berwarna
kelabu hingga kecoklatan tidak rata dengan alur membujur dan melintang tidak
beraturan dan lapisan gabus mudah terkelupas (Agromedia, 2008). Batang dari
turi (Gambar 1a) berbentuk pohon dengan percabangan jarang, cabang mendatar,
batang utama tegak, dan tajuk cenderung meninggi. Tanaman ini dapat
ditemukan di bawah 1.200 meter di atas permukaan laut (Yuniarti, 2008).
7
Bunga turi (Gambar 1b) berbentuk seperti kupu-kupu, dan bunga turi dibagi
menjadi dua jenis warna yang berbeda, yaitu bunga merah jingga dan putih.
Menurut Yuniarti (2008) bunga turi besar dalam tandan yang keluar dari ketiak
daun, letaknya menggantung dengan 2-4 bunga yang bertangkai, kuncupnya
berbentuk sabit, panjangnya 7-9 cm. Apabila mekar, bunganya berbentuk kupu-
kupu. Daun dari turi (Gambar 1c) berdaun majemuk yang letaknya tersebar,
dengan daun penumpu yang panjangnya 0,5-1 cm. Panjang daun 20-30 cm,
menyirip genap, dengan 20-40 pasang anak daun yang bertangkai pendek.
Helaian anak daun berbentuk jorong memanjang, tepi rata, panjang 3-4 cm, lebar
0,8-1,5 cm. Buah berbentuk polong (Gambar 1d) yang menggantung vertikal,
berbentuk pita dengan sekat antara, panjang 20-25 cm, lebar 7-8 mm. Biji 15-50
terletak melintang di dalam polong, berbentuk agak mengginjal dan berwarna
coklat gelap.
Klasifikasi tanaman turi merah menurut sistem Cronquist (1981):
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Bangsa : Fabales
Suku : Fabaceae
Marga : Sesbania
Jenis : S. grandiflora (L.) Pers.
8
(a) (b)
(c) (d)
Gambar 1. Tumbuhan turi merah; (a) batang, (b) bunga, (c) daun, (d) biji
C. Senyawa Kimia dan Efek Farmakologis dari S. grandiflora
Senyawa kimia yang terkandung pada setiap jaringan tumbuhan turi merah
berbeda-beda begitu pula dengan efek farmakologisnya.
Hasil isolasi pada bagian jaringan akar tumbuhan turi mengandung senyawa 5,7-
dihidroksi-6,2'-dimetoksiisoflavon-7-O-α-L-ramnopiranosida dan senyawa 3,7-
dihidroksi-8-metoksiflavon-7-O-β-D-galaktosida yang merupakan jenis lain dari
9
flavon glikosida. Akar turi memiliki efek farmakologis untuk meredakan nyeri
sehingga akar turi dapat digunakan untuk mengatasi pegal linu. Bagian akar
secara umum juga digunakan sebagai anti inflamasi dan penurun demam (Wagh et
al., 2009). Kulit akar turi mengandung zat yang dapat menyebabkan jaringan
biologis berkontraksi, mendinginkan, pahit, tonik, anthelmintik dan obat penurun
panas. Serbuk kulit akar dapat diterapkan untuk menyembuhkan kudis. Jus kulit
kayu bagus untuk dispepsia, diare, dan gastralgia (Bhoumik and Jaya, 2014). Akar
turi juga digunakan untuk pengobatan tradisional mengatasi flu, sakit perut dan
kulit kusam (Powthong et al., 2013).
Hasil isolasi pada bagian jaringan daun tumbuhan turi mengandung senyawa
alkohol sederhana α-5-metil-5-pentakosanol atau grandiflorol (Gambar 2). Daun
turi mengandung senyawa fitokimia tanin dan saponin (Makalalag, 2010). Efek
farmakologis daun turi adalah dapat mencairkan gumpalan darah, mempunyai efek
deuretik, mengatasi radang tenggorokan, menyembuhkan luka yang tidak terlalu
dalam. Selain itu daun turi juga mempunyai manfaat sebagai antioksidan,
mengatasi keputihan, memperbanyak produksi asi dan meredakan demam. Bidang
kedokteran di India telah menggunakan daun turi sebagai media penyembuhan
penyakit epilepsi (Kasture et al., 2002).
Gambar 2. Struktur senyawa α-5-metil-5-pentakosanol atau grandiflorol
10
Suplemen daun turi menunjukkan pencegahan oksidasi yang dapat merusak paru-
paru, hati, dan ginjal. Pengujian pada mencit menunjukkan bahwa daun
tumbuhan turi memiliki potensi sebagai antioksidan. Efek antioksidan dari turi
kemungkinan dikarenakan kandungan senyawa flavonoid yang mampu
menangkap radikal bebas melalui donor proton hidrogen dari gugus hidroksil
flavonoid (Ramesh et al., 2006).
Pada bagian jaringan bunga turi mengandung senyawa metabolit sekunder di
antaranya alkaloid, tanin, polifenol, flavonoid, kuinon, dan triterpenoid (Asmara,
2017). Bunga turi mengandung zat antimikrobial (Avalaskar et al., 2011). Bunga
turi digunakan untuk pengobatan tradisional mengatasi flu, demam, sakit perut,
diare dan kulit kusam (Powthong et al., 2013). Efek farmakologi bunga turi
adalah sebagai anti kanker, anti mikroba, analgesik dan anti piretik.
Hasil isolasi pada biji kacang tumbuhan turi menghasilkan senyawa galaktomanan
(Gambar 3) (Srivastava et al., 1968). Pada bagian jaringan biji turi mengandung
senyawa metabolit sekunder di antaranya alkaloid, flavonoid, steroid dan kuinon.
Biji turi kaya akan protein sehingga baik untuk kesehatan jantung, pencernaan dan
mencegah kanker usus besar. Asam lemak penyusun trigliserida biji turi yaitu
asam palmitat (14,25%), asam linoleat (39,13%), asam elaidat (31,09%), asam
stearat (13,97%), dan asam arakidat (1,55%) (Ismiyarto dan Wibawa, 2006).
11
Gambar 3. Struktur senyawa galaktomanan
Efek farmakologis pada bagian kulit batang turi dapat digunakan sebagai obat
kumur untuk sariawan karena mempunyai kandungan kimia saponin,
flavonoid, polifenol dan tanin yang diketahui dapat menghambat pertumbuhan
jamur penyebab sariawan dan berkhasiat sebagai obat (Hariana, 2006). Selain
itu dapat mengurangi rasa sakit (analgetik), penurun panas, disentri dan mengobati
cacar air. Di Filipina serbuk batang turi digunakan sebagai obat borok atau bisul
yang terdapat dalam mulut dan sistem pencernaan sedangkan di Kamboja
potongan batang turi digunakan sebagai media penyembuhan penyakit kudis
(Wagh et al., 2009). Sedangkan di daerah pulau Jawa serbuk batang turi
digunakan sebagai obat sariawan, polio, dan sakit perut.
D. Kandungan Senyawa Metabolit Sekunder pada Famili Fabaceae
Tumbuhan famili Fabaceae mengandung senyawa metabolit sekunder yang
cukup banyak dan beragam, dari susunan molekul sederhana hingga molekul yang
paling rumit sekalipun ada pada famili ini. Secara garis besar senyawa metabolit
sekunder terdiri dari flavonoid, alkaloid, terpenoid, steroid, tanin dan saponin.
Baru-baru ini Noviany et al. (2018) juga telah berhasil mengisolasi dua senyawa
baru yaitu sesbagrandiflorain A (6-metoksi-2-(2’,3’-dihidroksi-5’-metoksifenil)-1-
12
benzofuran-3-karbaldehida) (Gambar 4) dan sesbagrandiflorain B (6-hidroksi-2-
(2’,3’-dihidroksi-5’-metoksifenil)-1-benzofuran-3-karbaldehida) (Gambar 5) yang
merupakan jenis senyawa 2-aril benzofuran. Kedua senyawa ini berhasil diisolasi
dari kulit batang tumbuhan turi pada fraksi etil asetat.
Gambar 4. Senyawa sesbagrandiflorain A
Gambar 5. Senyawa sesbagrandiflorain B
Wanjala and Majinda (2000) melakukan isolasi pada biji Erythrina latissima dan
diperoleh dua jenis struktur alkaloid glikodienoid baru yaitu 16β-D-glukoerisopin
(6.1) dan 15β-D-glukoerisopin (6.2). Hasil pengukuran NOE menetapkan bahwa
senyawa (6.1) dan (6.2) adalah isomer posisi. Struktur keduanya dijelaskan
berdasarkan data spektroskopi 1D NMR dan 2D NMR homonuklear dan
heteronuklear. Berikut adalah hasil isolasi dari dua alkaloid dienoid tetrasiklik
baru (6.1 dan 6.2) dari biji E. latissima.
13
(6.1) R1 = glc, R2 = H
(6.2) R1 = H, R2 = glc
Gambar 6. Struktur senyawa alkaloid dienoid tetrasiklik baru
Senyawa terpenoid telah berhasil diisolasi dari tumbuhan turi yaitu senyawa
golongan triterpenoid, 3-ß-hidroksi-28-p-hidroksifenoksiolean-12-en
(Gambar 7) (Das and Tripathi, 1999).
Gambar 7. Senyawa 3-ß-hidroksi-28-p-hidroksifenoksiolean-12-en
Aqli (2014) menemukan senyawa steroid β-sitosterol pada tumbuhan nam-nam
(Cynometra cauliflora L.) yang merupakan salah satu spesies dari famili
Fabaceae. Tumbuhan ini dapat digunakan sebagai obat tradisional. Dalam
penelitian ini ekstraksi dilakukan dengan metode maserasi menggunakan pelarut
etil asetat, pemisahan dilakukan dengan metode kromatografi (kromatografi cair
14
vakum, kromatografi kolom gravitasi dan kromatografi lapis tipis). Hasil
pemurnian diperoleh kristal putih sebanyak 55 mg. Senyawa hasil isolasi
diidentifikasi dengan spektroskopi 1H NMR, 13C NMR dan DEPT.
Gambar 8. Struktur senyawa steroid β-sitosterol
Senyawa tanin dari daun trembesi (Samanea saman (Jacq.) Merr) berhasil
diisolasi dan diidentifikasi oleh Sari dkk (2015) serta dilakukan uji aktivitas
antibakteri terhadap Escherichia coli (E.coli). Daun trembesi diketahui
bermanfaat sebagai obat diare. Ekstraksi dilakukan dengan maserasi dan partisi,
pemisahan dengan KLT preparatif, uji aktivitas antibakteri dengan metode difusi
sumur agar, dan identifikasi dilakukan dengan spektrofotometer UV-vis dan
FTIR. Maserasi dengan etanol menghasilkan 36,80 gram ekstrak pekat etanol.
Proses partisi menghasilkan fraksi n-heksana, kloroform, aseton, dan air. Uji
fitokimia masing-masing fraksi menunjukkan bahwa fraksi air dan aseton
memberikan hasil positif mengandung senyawa tanin terhidrolisis, namun fraksi
aseton menunjukkan hasil dengan konsentrasi lebih banyak dibandingkan fraksi
air. Hasil uji aktivitas antibakteri E.coli terhadap fraksi aseton menunjukkan
aktivitas sedang. Pemisahan dengan eluen n-butanol: asam asetat: air (4:1:5)
15
(BAA) diperoleh enam isolat namun hanya dua isolat (isolat 2 dengan Rf 0.61,
dan isolat 3 dengan Rf 0.65) yang memberikan positif mengandung tanin. Hasil
uji kemurnian isolat 2 dan 3 menunjukkan relatif murni secara KLT. Isolat 2 dan
3 menunjukkan aktivitas antibakteri E. coli yang lebih lemah dibandingkan
dengan fraksi aseton.
Identifikasi menggunakan spektrofotometer UV-Vis menunjukkan isolat 2 dan 3
memberikan dua puncak yang sama dengan serapan maksimum pada panjang
gelombang 346.50 nm dan 347.00 nm karena transisi elektron nπ * dan ππ *
yang menunjukkan adanya kromofor C=O dan C=C. Sementara spektrum
inframerah isolat 2 dan 3 menunjukkan puncak yang sesuai dengan gugus fungsi
karakteristik tanin yaitu –O-H, C-H alifatik, C=O ester, C = C aromatik, C-O-H,
dan C-O-C eter.
Puspariani (2007) telah melakukan isolasi dan identifikasi saponin pada
kecambah kedelai (Glycine max L.). Berdasarkan hasil penelitian, kecambah
kedelai mengandung saponin triterpenoid. Isolasi menggunakan KLT preparatif
menghasilkan isolat murni berwarna biru-ungu hasil reaksi dengan penampak
bercak anisaldehid-asam sulfat. Hasil spektroskopi UV menunjukkan puncak
tunggal isolat saponin kecambah kedelai dengan serapan maksimum pada panjang
gelombang 280,6 nm.
16
Gambar 9. Struktur senyawa anisaldehid-asam sulfat
E. Steroid
Senyawa steroid terdapat dalam setiap makhluk hidup. Steroid yang ditemukan
Dalam jaringan tumbuhan disebut fitosterol, sedangkan yang ditemukan dalam
jaringan hewan disebut kolesterol. Beberapa senyawa ini jika terdapat dalam
tumbuhan akan dapat berperan menjadi pelindung. Senyawa ini tidak hanya
bekerja menolak beberapa serangga tetapi juga menarik beberapa serangga lain
(Robinson, 1995).
Steroid merupakan salah satu kelompok senyawa lipid yang dapat dianggap
sebagai derivat dari senyawa perhidroksiklopentano fenantrena yang terdiri dari
tiga cincin sikloheksana dan sebuah cincin siklopentana yang terikat pada ujung
salah satu cincin sikloheksana tersebut seperti ditunjukkan pada Gambar 10
(Poedjiadi, 1994).
17
Gambar 10. Struktur dasar senyawa steroid
Berdasarkan sumbernya steroid dibedakan atas steroid sintetis dan alami. Steroid
sintetis yang umum digunakan adalah glukokortikosteroid, estrogen,
metilprednisolon, kortikosteroid, androgen, squalamina, dan hidrokortison.
Senyawa ini juga digunakan untuk pengobatan penyakit akibat kelebihan atau
kekurangan hormon, penyakit berbahaya serta penyakit lainnya seperti radang
sendi dan alergi (Bhawani et al., 2011). Sterol tumbuhan yang telah lama dikenal
adalah campesterol, stigmasterol dan β-sitosterol. Sterol ini menunjukkan efek
menurunkan kolesterol dan antikarsinogenik. Efek antiangiogenik diduga
melibatkan aksi senyawa tersebut sebagai antikanker (Choi et al., 2007).
Stigmasterol dimungkinkan untuk mencegah penyakit kanker tertentu, misalnya
kanker ovarium, prostat, payudara dan kanker usus besar karena mempunyai
potensi antioksidan, hipoglikemik, dan mampu menghambat tiroid (Panda et al.,
2009).
F. Ekstraksi
Ekstraksi adalah proses pemisahan komponen-komponen terlarut dari
komponen yang tidak larut dari suatu campuran dengan pelarut yang sesuai
18
(Leniger and Beverloo, 1975). Proses ekstraksi dipengaruhi oleh lama
ekstraksi, suhu dan jenis pelarut yang digunakan. Semakin lama waktu yang
digunakan dan semakin tinggi suhu yang digunakan, semakin sempurna
proses ekstraksi. Semakin dekat tingkat kepolaran pelarut dengan komponen
yang akan diekstrak, semakin sempurna proses ekstraksi. Untuk menemukan
senyawa pengekstrak yang baik diperlukan bahan pengekstrak yang memiliki
kepolaran yang sama dengan zat yang diekstrak. Jika komponen yang
diekstrak belum diketahui tingkat kepolarannya, biasanya digunakan beberapa
pelarut dengan tingkat kepolaran yang berbeda.
Sebelum memulai ekstraksi, dilakukan persiapan bahan baku yang
mencakup pengeringan bahan sampai kadar air tertentu dan penggilingan
bahan untuk mempermudah proses ekstraksi. Selain itu, tingkat kemudahan
ekstraksi bahan kering masih ditentukan oleh ukuran partikel bahan. Bahan yang
akan diekstrak sebaiknya berukuran seragam untuk mempermudah kontak antar
bahan dengan pelarut (Purseglove et al., 1981).
Metode ekstraksi yang dilakukan tergantung pada beberapa faktor antara
lain tujuan ekstraksi, skala ekstraksi, sifat komponen yang akan diekstrak, dan
sifat pelarut yang akan digunakan. Terdapat beberapa cara ekstraksi dengan
menggunakan pelarut yaitu dengan menggunakan cara dingin dan cara panas.
Ekstraksi dengan cara dingin terbagi menjadi 2 yaitu maserasi dan perkolasi.
Sedangkan ekstraksi dengan cara panas terbagi menjadi 5 yaitu refluks, sokletasi,
digesti, infus dan dekok (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2000).
19
Prinsip ekstraksi menggunakan pelarut adalah bahan yang akan diekstrak kontak
langsung dengan pelarut selama selang waktu tertentu dan komponen yang akan
diekstrak akan terlarut dalam pelarut.
G. Kromatografi
Kromatografi merupakan suatu teknik pemisahan campuran didasarkan atas
perbedaan distribusi dari komponen-komponen campuran tersebut di antara dua
fase yaitu fase diam (padat atau cair) dan fase gerak (cair atau gas). Bila fase
diam berupa zat padat yang aktif, maka dikenal istilah kromatografi penyerapan
(adsorption chromatography). Bila fase diam berupa zat cair, maka teknik ini
disebut kromatografi pembagian (partition chromatography) (Hostettman et al.,
1986).
1. Kromatografi Cair Vakum (KCV)
Kromatografi cair vakum merupakan salah satu kromatografi vakum khusus
yang biasanya menggunakan silika gel sebagai adsorben. Kelebihan KCV jika
dibandingkan dengan kromatografi kolom biasa terletak pada kecepatan proses
(efisiensi waktu) karena proses pengelusian dipercepat dengan memvakumkan
kolom selain itu KCV juga dapat memisahkan sampel dalam jumlah banyak.
Pemilihan jenis silika gel yang tepat merupakan faktor yang sangat penting untuk
mendapatkan hasil pemisahan yang baik. Ukuran partikel silika gel yang terlalu
kecil akan menyebabkan proses elusi berjalan sangat lambat. Urutan eluen yang
digunakan dalam kromatografi cair diawali mulai dari eluen yang mempunyai
20
tingkat kepolaran rendah kemudian kepolarannya ditingkatkan secara perlahan-
lahan (Hostettman et al., 1986).
2. Kromatografi Kolom (KK)
Metode yang dapat digunakan untuk pemisahan senyawa yang diperoleh dari
isolasi adalah menggunakan kromatografi kolom. Pada kromatografi kolom fasa
diam yang digunakan dapat berupa silika gel, selulosa atau poliamida sedangkan
fase geraknya dapat dimulai dari pelarut non polar kemudian ditingkatkan
kepolarannya secara bertahap, baik dengan pelarut tunggal ataupun kombinasi dua
pelarut yang berbeda kepolarannya dengan perbandingan tertentu sesuai tingkat
kepolaran yang dibutuhkan (Stahl, 1969). Pada metode kromatografi kolom,
pelarut akan mengalir ke bawah dan menyebabkan komponen campuran
terdistribusi di antara adsorben bubuk dan pelarut yang digunakan. Pemisahan
terjadi saat pelarut membawa komponen melalui ujung bawah kolom, beberapa
komponen akan keluar lebih dahulu dan ada beberapa komponen yang keluar
akhir. Laju elusi yang terjadi dipengaruhi juga oleh gaya gravitasi, oleh karena itu
kromatografi kolom biasa disebut juga kromatografi kolom gravitasi. Sebelum
menggunakan kromatografi kolom biasanya sebagian kecil sampel dipisahkan
menggunakan KLT terlebih dahulu untuk mengetahui pelarut yang cocok
digunakan (Hajnos et al., 2011).
3. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Kromatografi lapis tipis adalah jenis kromatografi padat-cair, dengan fasa diam
21
biasanya berupa absorben polar dan fasa geraknya dapat berupa satu jenis pelarut
atau berupa campuran (Sastrohamidjojo, 2002). Sedangkan prinsip KLT yaitu
perpindahan analit pada fasa diam karena pengaruh fasa gerak, proses ini biasa
disebut elusi. Semakin kecil ukuran rata-rata partikel fasa diam dan semakin
sempit kisaran ukuran fasa diam maka semakin baik kinerja KLT dalam hal
efisien dan resolusinya (Gritter, 1991). Menurut Sastrohamidjojo (2002) untuk
menghitung secara kualitatif, KLT juga memiliki pengukuran secara kromatografi
yang dikenal sebagai nilai Rf. Nilai Rf merupakan nilai faktor retensi suatu
senyawa yang nilainya berupa angka desimal. Nilai Rf dapat dihitung dengan
cara:
Rf =
H. Identifikasi Spektroskopi
Salah satu teknik yang dapat digunakan dalam penentuan struktur dari suatu
senyawa organik adalah teknik spektroskopi. Teknik spektroskopi ini didasarkan
pada interaksi antara radiasi elektromagnetik (Fessenden and Fessenden, 1986).
Radiasi elektromagnetik tersebut dapat berupa radiasi sinar γ, sinar-X (X-ray),
ultra ungu-tampak (UV-Vis), infra merah (IR), gelombang mikro, dan gelombang
radio (Harvey, 2000).
1. Spektroskopi UV-Vis
Spektrofotometri UV-Vis merupakan salah satu teknik analisis spektroskopi yang
menggunakan sumber radiasi eleltromagnetik ultraviolet dekat (190 nm-380 nm)
22
dan sinar tampak (380 nm-780 nm) dengan memakai instrumen spektrofotometer.
Spektrofotometri UV-Vis melibatkan energi elektronik yang cukup besar pada
molekul yang dianalisis, sehingga spektrofotometri UV-Vis lebih banyak dipakai
untuk analisis kuantitatif daripada kualitatif (Mulja dan Suharman, 1995).
Spektrum UV-Vis umumnya hanya menampilkan beberapa pita absorbansi yang
melebar. Sebuah kromofor adalah kelompok molekul biasanya mengandung
ikatan π. Ketika dimasukkan ke dalam hidrokarbon jenuh, menghasilkan senyawa
dengan penyerapan antara 185 dan 1000 nm (Owen, 1996). Tabel 1 berisi
beberapa kromofor dan absorbansi panjang gelombang maksimum.
Tabel 1. Beberapa Kromofor dan Absorbansi Maksimumnya pada Spektrum UV-Vis (Owen, 1996).
Kromofor Formula Contoh λmaks
Karbonil (keton) RR’C=O Aseton 271Karbonil (aldehid) RHC=O Asetaldehid 293
Karboksil RCOOH Asam Asetat 204Amida RCONH2 Asetamida 208Etilena RCH=CHR Etilena 193
Asetilena RC=CR Asetilena 173Nitril RC=N Asetonitril < 160Nitro RNO2 Nitrometana 271
2. Spektroskopi Inframerah
Spektroskopi inframerah merupakan suatu analisis senyawa organik dan
anorganik yang berdasarkan pada interaksi antara gelombang elektromagnetik
inframerah (IR) dengan materi. Analisis secara spektroskopi inframerah
digunakan untuk menganalisis gugus fungsi yang terdapat pada zat yang diuji.
Setiap gugus fungsi akan memberikan puncak-puncak yang tetap, informasi inilah
23
yang digunakan untuk menganalisis secara kualitatif pada zat tersebut. Misalnya
gugus fungsi C=O akan memberikan puncak pada bilangan gelombang 1650 cm-1
sebagai asam karboksilat, 1700 cm-1 sebagai keton, dan 1800 cm-1 sebagai halida
asam (klorida asam) (Harvey, 2000).
3. Spektroskopi Massa
Analisis spektroskopi massa berfungsi untuk menghasilkan berkas sinar kation
dari zat, berkas kation menjadi bentuk spektrum massa (m/z), mendeteksi dan
mencatat nilai massa relatif (m/z) atau menentukan bobot molekul suatu senyawa.
Spektrum massa akan menghasilkan puncak-puncak yang tercatat dalam rekorder,
yang dipaparkan sebagai grafik batangan. Fragmen-fragmen disusun sedemikian
sehingga peak-peak ditata menurut kenaikan m/e dari kiri ke kanan dalam
spektrum. Intensitas peak sebanding dengan kelimpahan relatif fragmen-fragmen
yang bergantung pada stabilitas relatif senyawa (Larry, 1988).
4. Spektroskopi NMR
Spektroskopi NMR merupakan bentuk lain dari spektrometri serapan. Dalam
NMR senyawa menyerap energi pada daerah frekuensi radio dari spektrum
elektromagnetik di bawah pengaruh medan magnet yang kuat. Radiasi pada
daerah frekuensi radio digunakan untuk mengeksitasi atom, biasanya atom proton
atau karbon-13. Energi yang dipakai dalam pengukuran dengan metode ini berada
pada gelombang radio dengan daerah frekuensi 4-600 MHz, yang bergantung
pada jenis inti yang diukur (Silverstein et al., 2005). Tabel 2 menunjukkan letak
pergeseran kimia beberapa senyawa organik dalam spektra 1H NMR.
24
Tabel 2. Letak Pergeseran Kimia dalam Spektra 1H-NMR (Sudjadi, 1985).
Senyawa Proton 1H (δ) ppmC-CH3 (alkana) 0,5-2C≡C-H (alkuna) 2,5-3,5H3C-O- (eter) 3,5-3,8
H2C=C (alkena) 4,5-7,5Ar-OH (fenol) 4-8
R-OH (alkohol) 5-5,5Ar-H (aromatik) 6-9-CO-H (aldehid) 9,8-10,5
-CO-OH 11,5-12,5
Selain pergeseran kimia dalam spektra 1H-NMR terdapat pergeseran kimia
lainnya yaitu pada spektra 13C NMR. Melalui spektra ini maka dapat diketahui
jenis-jenis atom karbon yang terkandung dalam suatu senyawa. Letak pergeseran
kimia dalam spektra 13C NMR untuk beberapa senyawa organik dapat dilihat pada
Tabel 3.
Tabel 3. Letak Pergeseran Kimia dalam Spektra 13C NMR (Sudjadi, 1985).
Senyawa Karbon 13C (δ) ppmC=O (keton) 205-220
C=O (aldehid) 190-200C=O 170-185
C aromatik 125-150C=C (alkena) 115-140
RCH2OH 50-65RCH2Cl 40-45
RCH2NH2 37-45R3CH 25-35
CH3CO- 20-30R2CH2 16-25RCH3 10-15
25
I. Antioksidan
Senyawa antioksidan dapat didefinisikan secara kimia dan biologis. Secara kimia,
senyawa antioksidan adalah senyawa pemberi elektron (donor elektron),
sedangkan secara biologis pengertian antioksidan adalah senyawa yang dapat
menangkal atau meredam dampak negatif oksidan. Antioksidan bekerja dengan
cara mendonorkan satu elektronnya kepada senyawa yang bersifat oksidan
sehingga aktivitas senyawa oksidan tersebut dapat di hambat (Winarti, 2010).
Ada dua macam antioksidan, antioksidan internal dan eksternal. Antioksidan
internal adalah antioksidan yang diproduksi oleh tubuh sendiri. Secara alami
tubuh mampu menghasilkan antioksidan sendiri, akan tetapi kemampuan ini ada
batasnya. Kemampuan tubuh untuk memproduksi antioksidan alami akan
semakin berkurang, dengan bertambahnya usia (Sayuti dan Yenrina, 2015).
1. Antioksidan Enzimatis dan Antioksidan Non Enzimatis
Antioksidan enzimatis misalnya enzim superoksida dismutase (SOD), katalase
dan glutation peroksidase. Antioksidan non enzimatis, dibagi dalam 2 kelompok,
yaitu antioksidan larut lemak, seperti tokoferol, karotenoid, flavonoid, quinon, dan
bilirubin serta antioksidan larut air, seperti asam askorbat dan protein pengikat
logam.
26
2. Antioksidan Primer, Sekunder, dan Tersier
2.1 Antioksidan Primer
Antioksidan primer adalah antioksidan yang sifatnya sebagai pemutus reaksi
berantai (chain-breaking antioxidant) yang bisa bereaksi dengan radikal-radikal
lipid dan mengubahnya menjadi produk-produk yang lebih stabil. Antioksidan
primer bekerja untuk mencegah pembentukan senyawa radikal baru, yaitu
mengubah radikal bebas yang ada menjadi molekul yang berkurang dampak
negatifnya sebelum senyawa radikal bebas bereaksi. Antioksidan primer
mengikuti mekanisme pemutusan rantai reaksi radikal dengan mendonorkan atom
hidrogen secara cepat pada suatu lipid yang radikal, produk yang dihasilkan lebih
stabil dari produk awal.
2.2 Antioksidan Sekunder
Antioksidan sekunder bekerja dengan cara mengkelat logam yang bertindak
sebagai pro-oksidan, menangkap radikal dan mencegah terjadinya reaksi berantai.
Antioksidan sekunder berperan sebagai pengikat ion-ion logam, penangkap
oksigen, pengurai hidroperoksida menjadi senyawa non radikal, penyerap radiasi
UV atau deaktivasi singlet oksigen.
2.3 Antioksidan Tersier
Antioksidan tersier bekerja memperbaiki kerusakan biomolekul yang disebabkan
radikal bebas. Contoh antioksidan tersier adalah enzim-enzim yang memperbaiki
DNA dan metionin sulfida reduktase (Sayuti dan Yenrina, 2015).
27
3. Antioksidan Sintetik dan Antioksidan Alami
Berdasarkan sumbernya antioksidan dibagi dalam dua kelompok, yaitu
antioksidan sintetik (antioksidan yang diperoleh dari hasil sintesa reaksi kimia)
dan antioksidan alami (antioksidan hasil ekstraksi bahan alami).
3.1 Antioksidan Sintetik
Beberapa antioksidan sintetik yang lebih populer digunakan adalah senyawa
fenolik seperti butylated hydroxyl anisole (BHA), butylated hydroxyrotoluene
(BHT), propyl gallate (PG), tertiary butyl hydroquinone (TBHQ), nordihydro
guaretic acid (NDGA). Antioksidan fenolik sintetis selalu diganti oleh alkil untuk
meningkatkan kelarutannya dalam lemak dan minyak (Gordon et al., 2001).
3.2 Antioksidan Alami
Antioksidan alami umumnya bersumber dari hewan dan tumbuhan. Jenis
antioksidan ini biasanya mengandung suatu gugus hidroksi (-OH) pada struktur
senyawanya. Senyawa antioksidan yang bersumber dari tumbuhan diantaranya
berupa senyawa fenolik dari golongan flavonoid, kumarin, tokoferol, asam
sinamat dan asam-asam organik polifungsional (Isnindar dkk., 2011). Flavonoid
memiliki kemampuan sebagai antioksidan karena dapat mereduksi radikal bebas
(Zuhra dkk., 2008).
J. Mekanisme Kerja Antioksidan
Radikal bebas adalah molekul yang mengandung satu atau lebih elektron tidak
28
berpasangan pada orbital terluarnya, radikal bebas sangat reaktif dan tidak stabil,
sebagai usaha untuk mencapai kestabilannya radikal bebas akan bereaksi dengan
atom atau molekul di sekitarnya untuk memperoleh pasangan elektron. Reaksi ini
dalam tubuh dapat menimbulkan reaksi berantai yang mampu merusak struktur
sel, bila tidak dihentikan akan menimbulkan berbagai penyakit seperti kanker,
jantung, katarak, penuaan dini, serta penyakit degeneratif lainnya. Untuk
meredam aktivitas radikal bebas diperlukan antioksidan. Antioksidan adalah
senyawa yang dapat mendonorkan elektronnya (pemberi atom hidrogen) kepada
radikal bebas, sehingga menghentikan reaksi berantai, dan mengubah radikal
bebas menjadi bentuk yang stabil (Hamid et al., 2010). Reaksi berantai pada
radikal bebas (tanpa ada antioksidan) terdiri dari tiga tahap, yaitu:
1. Tahap inisiasi : RH → R* + H*
2. Tahap propagasi : R* + O2 → ROO*
ROO* + RH → ROOH + R*
3. Tahap terminasi : R* + R* → R – R
ROO* + R* → ROOR
ROO* + ROO* → ROOR + O2
Pada tahap inisiasi terjadi pembentukan radikal bebas (R*) yang sangat reaktif,
karena (RH) melepaskan satu atom hidrogen, hal ini dapat disebabkan adanya
cahaya, oksigen atau panas. Pada tahap propagasi, radikal (R*) akan bereaksi
dengan oksigen membentuk radikal peroksi ( ROO*). Radikal peroksi
selanjutnya akan menyerang RH (misalnya pada asam lemak) menghasilkan
hidroperoksida dan radikal baru. Hidrogen peroksida yang terbentuk bersifat
29
tidak stabil dan akan terdegradasi menghasilkan senyawa-senyawa karbonil rantai
pendek seperti aldehida dan keton.
Tanpa adanya antioksidan, reaksi oksidasi lemak akan berlanjut sampai tahap
terminasi, sehingga antar radikal bebas dapat saling bereaksi membentuk senyawa
yang kompleks. Antioksidan memberikan atom hidrogen atau elektron pada
radikal bebas (R*, ROO*), mengubahnya ke bentuk yang lebih stabil RH.
Sementara turunan radikal antioksidan (A*) memiliki keadaan lebih stabil
dibanding radikal semula R* (Inggrid dan Santoso, 2014).
Reaksi penghambatan antioksidan terhadap radikal lipid mengikuti persamaan
reaksi sebagai berikut:
Inisiasi : R* + AH → RH + A*
Radikal lipida
Propagasi : ROO* + AH → ROOH + A*
K. Metode Pengujian Antioksidan
Metode pengujian aktivitas antioksidan dikelompokkan menjadi 3 golongan.
Golongan pertama adalah Hydrogen Atom Transfer Methods (HAT), misalnya
Oxygen Radical Absorbance Capacity Method (ORAC) dan Lipid Peroxidation
Inhibition Capacity Assay (LPIC). Golongan kedua adalah Electron Transfer
Methods (ET), misalnya Ferric Reducing Antioxidant Power (FRAP) dan 2,2-
diphenyl-1-picrylhydrazil (DPPH). Golongan ketiga adalah metode lain seperti
Total Oxidant Scavenging Capacity (TOSC) dan Chemiluminescence.
30
Dalam penelitian ini, pengujian aktivitas antioksidan yang terdapat pada senyawa
hasil isolasi dilakukan dengan menggunakan Electron Transfer Methods (ET)
berbasis DPPH. Uji peredaman radikal bebas berdasarkan DPPH merupakan uji
untuk menentukan aktivitas antioksidan yang terdapat dalam suatu sampel dengan
cara melihat kemampuan senyawa tersebut dalam menangkal radikal bebas yang
berasal dari DPPH (Molyneux, 2004).
Electron Transfer Methods (ET) berbasis DPPH memberikan informasi reaktivitas
senyawa yang diuji dengan suatu radikal stabil. DPPH memberikan serapan kuat
pada panjang gelombang 517 nm dengan warna violet gelap. Penangkap radikal
bebas menyebabkan elektron menjadi berpasangan yang kemudian menyebabkan
penghilangan warna yang sebanding dengan jumlah elektron yang diambil.
Reaksi penghambatan radikal bebas oleh antioksidan melalui DPPH menurut
Prakash et al (2001) dapat dilihat pada Gambar 11.
DPPH (bentuk teroksidasi) Antioksidan DPPH (bentuk tereduksi)
Gambar 11. Reaksi antara DPPH dengan antioksidan
Hasil pengukuran dengan DPPH menunjukkan kemampuan antioksidan sampel
secara umum, tidak berdasarkan pada jenis radikal yang dihambat. Pada metode
31
lain selain DPPH membutuhkan reagen kimia yang cukup banyak, waktu analisis
yang lama, biaya yang mahal dan tidak selalu dapat diaplikasikan pada semua
sampel (Sayuti dan Yenrina, 2015).
Pada struktur radikal DPPH terjadi delokalisasi elektron sehingga membuat
larutan DPPH berwarna ungu. Ketika larutan DPPH dicampur dengan senyawa
yang dapat mendonorkan elektron, proses delokalisasi elektron akan terhenti dan
membuat DPPH menjadi bentuk tereduksi. Bentuk tereduksi membuat DPPH
kehilangan warna ungu. Hal tersebut yang menjadi dasar pengukuran berdasarkan
metode transfer elektron berbasis DPPH karena intensitas warna ungu berbanding
lurus dengan konsentrasi DPPH. Penurunan intensitas warna yang terjadi
disebabkan oleh adanya penangkapan satu elektron oleh senyawa radikal DPPH
dari zat antioksidan yang menyebabkan tidak adanya kesempatan elektron tersebut
untuk beresonansi (Rosahdi dkk., 2013). Mekanisme reaksi asam askorbat
dengan DPPH dapat dilihat pada Gambar 12.
32
1. Tahap Inisiasi
DPPH Hidrazin DPPH Hidrazil
2. Tahap Propagasi
Asam Askorbat DPPH Hidrazil Asam Askorbat DPP Hidrazin
3. Tahap Terminasi
Asam Askorbat DPP Hidrazin Asam Dehidroaskorbat DPP Hidrazin
Gambar 12. Mekanisme reaksi asam askorbat dengan DPPH
33
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2018 – Maret 2019 yang bertempat di
Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Lampung. Analisis spektroskopi yang
digunakan yaitu spektroskopi Resonansi Magnetik Inti (RMI) dilakukan di
Laboratorium NMR Institut Teknologi Bandung. Pengujian antioksidan
dilakukan di Laboratorium Botani Jurusan Biologi FMIPA Universitas Lampung.
B. Alat dan Bahan
1. Alat-alat yang digunakan
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi seperangkat alat gelas,
penguap putar vakum, satu set alat kromatografi cair vakum (KCV), satu set alat
kromatografi kolom (KK), pengukur titik leleh menggunakan melting point
apparatus gallenkamp, lampu UV, pipet kapiler, batang pengaduk, oven, dan
spektrofotometer NMR.
34
2. Bahan-bahan yang digunakan
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah serbuk kulit batang tumbuhan
turi merah (S. grandiflora) yang diperoleh di desa Purwodadi, Lampung Tengah
pada November 2017. Pelarut yang digunakan untuk ekstraksi dan kromatografi
berkualitas teknis yang telah didestilasi sedangkan untuk analisis spektrofotometer
dan uji antioksidan berkualitas pro-analisis (PA). Bahan-bahan kimia yang
digunakan antara lain etil asetat (CH3CO2C2H5), metanol (CH3OH), n-heksana (n-
C6H14), aseton (C3H6O), akuades (H2O), toluena, benzena (C6H6), serium sulfat
dalam asam sulfat (H2SO4) 2 N, diklorometana (CH2Cl2), silika gel Merck G60,
silika gel 60 GF254 (35-70 Mesh), plat KLT, asam askorbat dan DPPH.
C. Prosedur Penelitian
1. Persiapan Sampel
Kulit batang tumbuhan turi merah (S. grandiflora) dideterminasi di Herbarium
Bogoriensis bidang Botani Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia (LIPI) Cibinong, Jawa Barat. Kulit batang turi merah dicuci bersih
dengan air dan dipotong kecil-kecil kemudian dikeringkan dengan cara dijemur di
bawah panas sinar matahari selama satu minggu. Kulit batang yang sudah kering
kemudian digiling hingga menjadi serbuk halus, serbuk halus ini yang kemudian
digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini.
35
2. Ekstraksi dengan Berbagai Pelarut
Serbuk halus kulit batang turi merah ditimbang sebanyak 2500 gram kemudian
direndam dengan menggunakan beberapa pelarut diantaranya n-heksana, etil
asetat, dan metanol. Sampel dimaserasi selama 1x24 jam sebanyak 3 kali
pengulangan untuk 1 pelarut. Ketiga ekstrak hasil maserasi disaring dengan
kertas saring. Masing-masing filtrat dari berbagai pelarut yang didapat kemudian
dipekatkan dengan rotary evaporator. Ekstrak pekat yang diperoleh kemudian
ditimbang untuk diketahui beratnya.
3. Kromatografi Cair Vakum (KCV)
Ekstrak pekat dari masing-masing pelarut kemudian difraksinasi dengan proses
kromatografi cair vakum (KCV). Prinsip dari metode ini berupa distribusi
partikel pada fasa diam. Pada penelitian ini, fasa diam yang digunakan adalah
silika gel halus. Sampel dilarutkan dalam aseton dan diimpregnasikan dalam
silika gel kasar, kemudian dimasukkan pada bagian atas kolom yang telah berisi
fasa diam. Kolom dikemas secara kering menggunakan alat vakum. Apabila
kolom sudah padat maka dimasukkan eluen secara berurutan berdasarkan
kepolarannya yaitu dari kepolaran yang rendah, kemudian divakumkan kembali
dan dihisap sampai kering sehingga siap untuk digunakan. Setelah kolom siap
digunakan maka sampel yang sudah diimpregnasi dimasukkan ke dalam bagian
atas kolom. Selanjutnya dilakukan proses pengelusian menggunakan eluen etil
asetat:n-heksana 0% sampai etil asetat 100%. Hasil elusi dari masing-masing
pelarut ditampung dan dilakukan monitoring menggunakan metode KLT. Fraksi-
36
fraksi yang memiliki nilai Rf yang sama maka digabung dalam satu wadah
(Pratiwi dan Ersam, 2013).
4. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Uji KLT terlebih dahulu dilakukan untuk melihat pola pemisahan komponen-
komponen senyawa yang terdapat dalam ekstrak kasar. Uji KLT juga dilakukan
terhadap fraksi-fraksi yang akan difraksinasi dan juga fraksi yang diperoleh
setelah fraksinasi sebelumnya. Uji KLT dilakukan dengan menggunakan sistem
campuran eluen menggunakan pelarut yang sesuai yaitu dapat berupa kombinasi
antara pelarut n-heksana, etil asetat, diklorometana, dan aseton dengan persentase
yang sesuai. Setelah dilakukan elusi terhadap plat KLT, bercak atau noda dilihat
di bawah lampu UV pada panjang gelombang 254 nm dan 365 nm (Wulandari,
2011).
Untuk menampakkan noda hasil KLT, hasil kromatogram tersebut kemudian
disemprot dengan menggunakan larutan serium sulfat. Retention factor (Rf) dari
setiap noda yang terbentuk dihitung dan dicatat. Setiap fraksi yang menghasilkan
pola pemisahan dengan Rf yang sama pada kromatogram, disatukan dan
dipekatkan sehingga diperoleh beberapa fraksi gabungan yang akan difraksinasi
lebih lanjut.
5. Kromatografi Kolom (KK)
Setelah dihasilkan fraksi-fraksi dengan jumlah yang lebih sedikit, tahapan
fraksinasi selanjutnya dilakukan menggunakan teknik kromatografi kolom.
37
Adsorben silika gel Merck (35-70 Mesh) dilarutkan dalam pelarut yang akan
digunakan dalam proses pengelusian. Slurry dari silika gel dimasukkan terlebih
dahulu ke dalam kolom, fasa diam diatur hingga rapat (tidak berongga) dan rata.
Selanjutnya sampel yang telah diimpregnasi dimasukkan pada silika gel ke dalam
kolom yang telah berisi fasa diam. Pada saat sampel dimasukkan, kolom
diusahakan tidak kering atau kehabisan pelarut karena akan mengganggu fasa
diam yang telah dikemas rapat, sehingga proses elusi tidak akan terganggu
(Gritter et al., 1991).
6. Analisis Kemurnian
Identifikasi kemurnian dilakukan dengan metode KLT dan uji titik leleh.
Identifikasi kemurnian secara KLT menggunakan beberapa campuran eluen.
Kemudian suatu senyawa ditunjukkan dengan munculnya bercak tunggal pada
kromatogram menggunakan serium sulfat, cara pembuatannya adalah 1,5 gram
serium sulfat (Ce(SO4)2) dilarutkan dalam 10 mL akuades, lalu dimasukkan asam
sulfat (H2SO4) dengan konsentrasi 1,8 M lalu dihomogenkan (Khopkar, 2002).
Untuk identifikasi titik leleh, sebelum dilakukan pengukuran, alat pengukur titik
leleh tersebut dibersihkan terlebih dahulu dari pengotor, karena pengotor akan
menaikkan atau menurunkan temperatur titik leleh dari kristal yang diperoleh dari
perlakuan sebelumnya. Untuk kristal yang berukuran besar, kristal terlebih
dahulu digerus hingga berbentuk serbuk kemudian kristal yang akan ditentukan
titik lelehnya diletakkan pada lempeng kaca, diambil sedikit dengan menggunakan
pipet kapiler, alat dihidupkan dan titik leleh diamati dengan bantuan kaca
38
pembesar. Titik leleh dari senyawa tersebut adalah suhu pada saat kristal pertama
kali mulai meleleh sampai semua zat meleleh. Pengukuran titik leleh dilakukan
sebanyak tiga kali.
7. Spektroskopi Resonansi Magnetik Inti (RMI)
Sampel berupa kristal murni yang akan diidentifikasi dilarutkan terlebih dahulu
dalam pelarut aseton, kemudian ditambahkan sedikit senyawa acuan. Selanjutnya
larutan diletakkan dalam tabung gelas tipis dengan ketebalan 5 mm di tengah-
tengah kumparan frekuensi radio (rf) di antara dua kutub magnet yang sangat
kuat, kemudian energi dari kumparan rf ditambahkan secara terus-menerus.
Energi pada frekuensi yang terpasang dari kumparan rf yang diserap oleh
cuplikan akan direkam dan ditunjukkan sebagai spektrum NMR (Silverstein et al.,
2005).
8. Uji Antioksidan dengan Metode Transfer Elektron
Pada penelitian ini, uji antioksidan dilakukan menggunakan metode transfer
elektron berbasis DPPH yang sudah dilakukan pada penelitian sebelumnya yaitu
Mensor et al (2001). Perhitungan untuk pembuatan larutan yang dibutuhkan
dapat dilihat pada Lampiran 3.
a. Pembuatan Larutan DPPH
Larutan DPPH yang digunakan adalah larutan DPPH 0,3 mM yang disiapkan
dalam pelarut metanol.
39
b. Pembuatan Larutan Uji
Larutan sampel dibuat dengan cara mengencerkan larutan stok (1,0 mg/mL) dalam
pelarut metanol menjadi beberapa konsentrasi yaitu 250, 200, 150, 100, dan 50
µg/mL.
c. Pembuatan Larutan Blanko
Larutan blanko dibuat dengan cara mencampurkan 2 mL metanol dengan 2 mL
larutan sampel.
d. Pembuatan Larutan Kontrol Positif dan Negatif
Pada penelitian ini, kontrol positif yang digunakan adalah larutan asam askorbat
yang dibuat dalam pelarut metanol dengan beberapa konsentrasi yaitu 250, 200,
150, 100, dan 50 µg/mL. Sedangkan kontrol negatif dibuat dengan cara
mencampurkan 2 mL larutan DPPH 0,3 mM dengan 2 mL metanol.
e. Pengujian Antioksidan
Uji antioksidan dilakukan dengan cara mencampurkan 2 mL larutan DPPH 0,3
mM dengan 2 mL larutan sampel dari beberapa konsentrasi. Campuran dibiarkan
bereaksi dalam suhu ruang selama 30 menit. Setelah itu masing-masing campuran
diukur serapannya menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang
gelombang 517 nm. Pengujian yang sama juga dilakukan pada larutan blanko,
kontrol positif, dan kontrol negatif. Setelah diperoleh masing-masing serapannya,
ditentukan persentase inhibisi melalui rumus:
40
% Inhibisi = x 100 %Selanjutnya dilakukan perhitungan IC50 yang merupakan konsentrasi sampel
untuk dapat meredam 50 % aktivitas radikal DPPH. Nilai IC50 dapat dihitung
melalui persamaan regresi linear dari plot garis antara daya hambatan dan sumbu
konsentrasi.
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN
Berdasarkan pembahasan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Senyawa yang telah berhasil diisolasi pada penelitian ini yaitu senyawa N-21 yang
merupakan campuran senyawa β-stigmasterol dan β-sitosterol yang merupakan
golongan steroid.
2. Senyawa N-21 memiliki wujud visual berupa padatan kristal berwarna putih
kekuningan dengan titik leleh yang berkisar antara 151-154oC.
3. Hasil uji antioksidan dengan metode transfer elektron menunjukkan bahwa
senyawa N-21 memiliki tingkat aktivitas antioksidan kategori kuat dengan nilai
IC50 sebesar 16,13 μg/mL.
69
B. SARAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, didapatkan saran untuk penelitian
selanjutnya yaitu:
1. Perlu dilakukan pemurnian lebih lanjut terhadap campuran senyawa yang telah
diperoleh dari hasil penelitian ini dan dilakukan uji aktivitas antioksidan terhadap
masing-masing senyawa yang telah dimurnikan.
2. Penelitian lebih lanjut terhadap ekstrak kasar metanol dan n-heksana dari sampel
kulit batang tumbuhan turi merah (S. grandiflora L. Pers.) sehingga diperoleh
informasi lebih lanjut mengenai senyawa metabolit sekunder yang terkandung di
dalamnya.
3. Melakukan uji bioaktivitas lain terhadap senyawa hasil isolasi dari kulit batang
tumbuhan turi merah (S. grandiflora L. Pers).
70
DAFTAR PUSTAKA
Agostini-Costa, T. S., Vieira, R. F., Bizzo, H. R., Silveira, D., and Gimenes, M. A.2012. Secondary Metabolites. Embrapa Genetic Resources andBiotechnology. Brazil.
Agromedia. 2008. Buku Pintar Tanaman Obat: 431 Jenis Tanaman PenggempurAneka Penyakit. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Aqli, A. B. N. 2014. Isolasi dan Identifikasi Senyawa Steroid dari Ekstrak Etil AsetatDaun Nam-Nam (Cynometra cauliflora L.). (Skripsi). UIN Sunan GunungDjati. Bandung.
Asmara, A. P. 2017. Uji Fitokimia Senyawa Metabolit Sekunder dalam EkstrakMetanol Bunga Turi Merah (Sesbania grandiflora L. Pers). Universitas IslamNegeri Ar-Raniry. Aceh.
Avalaskar, A. N., Itankar, P. R., Joshi, V. S., Agrawal, M., and Vyas, J. 2011.Phytochemical and TLC Studies of Ethanolic Extract of Sesbania grandiflora(Fabaceae). Int. J. Pharm. Tech. Res. 3 (3) : 1346–1349.
Bhawani, S.A., Sulaiman, O., Hashim, R., and Ibrahim, M.N.M. 2011. ThinlayerChromatographic Analysis of Steroids. Trop. J. Pharm. Res. 9: 301-313.
Bhoumik, D. and Jaya, D. 2014. A Review on Pharmacological Activity ofSesbania grandiflora L. Columbia Journal of Pharmaceutical Sciences. 1 :40–43.
71
Cayme, J.C., and Ragasa, C. 2004. Structure Elucidation of β-stigmasteroland β-sitosterol from Sesbania grandiflora (Linn.) Pers. and β-carotene fromHeliotropium indicum Linn. by NMR Spectroscopy. Kimika. 20 : 5–12.
Choi, J.M., Lee, E.O., and Lee, H.Y. 2007. Identification of Campesterol fromChrysanthemum coronarium L. and its Antiangiogenic Activities. Phytother.Res. 21: 954-959.
Cronquist, A. 1981. An Integrated System of Clasification of Flowering Plants.Columbia University Press. New York.
Danarto, S.A. 2005. Keragaman dan Potensi Koleksi Polong-Polongan (Fabaceae)di Kebun Raya Purwodadi. Balai Konservasi Tumbuhan Kebun RayaPurwodadi. Pasuruan.
Das, K. C. and Tripathi, A. K. 1999. A New Triterpenoid of Sesbania grandiflora.Oriental J. Chem. 15 (3) : 561-562.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2000. Parameter Standar Umum EkstrakTumbuhan Obat. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. Jakarta.
Fessenden, R. J. dan Fessenden, J. S. 1986. Kimia Organik Jilid I. Erlangga. Jakarta.
Gordon, M., Porkony, J., and Yanishlieva, N. 2001. Introduction of Antioxidant.Antioxidants in Food: Practical Applications. CRC Press. New York.
Gritter, R. J., Bobbit, J. M., and Schwarting, A. E. 1991. Pengantar Kromatografi.Alih Bahasa Kosasih Padmawinata. Institut Teknologi Bandung. Bandung.Hlm 266.
Hajnos, M., Waksmundzka, and Sherma, J. 2011. High Performance LiquidChromatography in Phytochemical Analysis. CRC Press Taylor and FrancisGroup. Boca Raton. 13-15.
72
Hamid, A. A., Aiyelaagbe, O. O., Usman, L. A., Ameen, O. M., and Lawal, A. 2010.Antioxidants: Its Medicinal and Pharmacological Applications. Afr. J. PureAppl. Chem. 4 (8) : 142–151.
Harborne, J. B. 1987. Metode Fitokimia: Penuntun Cara Modern MenganalisisTumbuhan. Alih Bahasa Kosasih Padmawinata. Institut Teknologi Bandung.Bandung. Hlm 9-71.
Hariana. 2006. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya. Penebar Swadaya. Jakarta.
Harvey, D. 2000. Modern Analitical Chemistry. McGraw-Hill Companies, Inc.New York. Pp 816.
Hostettman, K., Hostettman, M. and Marston, A. 1986. Preparative ChromatographyTechniques : Applications in Natural Product Isolation. Springer-VerlagBerlin Heidelberg. New York. Pp 146.
Inggrid, H. M. dan Santoso, H. 2014. Ekstraksi Antioksidan dan Senyawa Aktif dariBuah Kiwi (Actinidia deliciosa). Universitas Katolik Parahyangan. Bandung.
Ismiyarto dan Wibawa, P. J. 2006. Identification of Fatty Acid Compotition in TuriSeed Oil (Sesbania grandiflora L. Pers ). Universitas Diponegoro. Semarang.
Isnindar., Wahyuono, S. dan Setyowati, E. P. 2011. Isolasi dan Identifikasi SenyawaAntioksidan Daun Kesemek (Diospyros kaki Thunb) dengan Metode DPPH(2,2-difenil-1-pikrilhidrazil). Majalah Obat Tradisional. 16 (3) : 161-169.
Kasture, V. S., Deshmukh,V. K. and Chopde, C. T. 2002. Anxiolytic andAnticonvulsive Activity of Sesbania grandiflora Leaves in ExperimentalAnimals. Phytotherapy Research. 16 (5) : 455–460.
Khopkar, S. M. 2002. Konsep Dasar Kimia Analitik. Universitas Indonesia. Jakarta.
Larry, H. 1988. Analytical Chemistry Principles and Technigues. Prentice HallInc. New Jersey.
73
Leniger, H.A. and Beverloo, W. A. 1975. Food Process Engineering. D. ReidelPublishing Company. Dordrecht – Holland.
Lewis, E.G., Schrire, B. and Mackinder, B. 2005. Legume of The World. KewPublishing. London.
Makalalag, A. K., Sangi, M. dan Kumaunang, M. 2010. Skrining Fitokimia dan UjiToksisitas Ekstrak Etanol dari Daun Turi (Sesbania grandiflora Pers.). JurnalKimia. Hlm 38–46.
Mensor, L. L., Menezes, F. S., Leitao, G. G., Reis, A. S., dos Santos, T. C., Coube, C.S. and Leitao, S. G. 2001. Screening of Brazilian Plant Extracts forAntioxidant Activity by the Use of DPPH Free Radical Method. PhytotherapyResearch. 15 : 127-130.
Minami, H. K. H., Kubo, M. and Fukuyama, Y. 1998. A Benzophenoneand a Xanthone from Garcinia. Phytochemistry. 49(6):1783–1785.
Molyneux, P. 2004. The Use of the Stable Free Radical Diphenylpicrylhydrazyl(DPPH) for Estimating Antioxidant Activity. Journal of Science andTechnology. 26 (2) : 211-219.
Mulja, M. dan Suharman. 1995. Analisis Instrumental. Universitas Airlangga.Surabaya. Hlm 26-34.
Noviany, N., Nurhidayat, A., Hadi, S., Suhartati, T., Azis, M., Purwitasari, N. andSubasman, I. 2018. Sesbagrandiflorain A and B : Isolation of Two New 2arylbenzofurans from the Stem Bark of Sesbania grandiflora. Nat. Prod. Res.pp. 1-7.
Nurmalasari, F., Ersam, T. dan Fatmawati, S. 2016. Isolasi Senyawa Antioksidan dariKulit Batang Sonneratia ovata Backer. Jurnal Sains dan Seni ITS. 5 (2):2337-3520.
74
Ouattara, M. B., Konate, K., Kiendrebeogo, M., Ouattara, N., Compaore, M. andMeda, R. 2011. Antibacterial Potential and Antioxidant Activity ofPolyphenols of Sesbania grandiflora. Curr. Res. J. Biol. Sci. 3(4):351–356.
Owen, T. 1996. Fundamental of UV-Visible Spectroscopy. Hewlett-PackardCompany. German. 18-19.
Panda, S., Jafri, M., Kar, A., and Meheta, B.K. 2009. Thyroid Inhibitory,Antiperoxidative and Hypoglycemic Effects of Stigmasterol Isolated fromButea monosperma. Fitoterapia. 80: 123-126.
Pateh, U. U., Haruna, A. K., Garba, M., Iliya, I., Sule, I. M., Abubakar, M. S. andAmbi, A. A. 2009. Isolation of Stigmasterol, β-sitosterol and 2-Hydroxyhexadecanoic Acid Methyl Ester from The Rhizomes of Stylochitonlancifolius Pyer and Kotchy (Araceae). Nigerian Journal of PharmaceuticalSciences. 8(1) : 19-25.
Poedjiadi, A. 1994. Dasar-dasar Biokimia. UI Press. Jakarta.
Powthong, P., Jantrapanukorn, B., Thongmee, A. and Suntornthiticharoen, P. 2013.Screening of Antimicrobial Activities of The Endophytic Fungi Isolated fromSesbania grandiflora (L.) Pers. Journal of Agricultural Science andTechnology. 15 : 1513-1522.
Prakash, A., Rigelhof, F. and Miller, E. 2001. Antioxidant Activity. Eur. Rev. Med.Pharmacol. Sci. 15 (4) : 376–378.
Pratiwi, A. dan Ersam, T. 2013. Uji Kemurnian Dua Senyawa dari Ekstrak MetanolKayu Batang Garcinia cylindrocarpa. Jurnal Sains dan Seni Pomits. 2(1):1-4.
Purseglove, J. W., Brown, E. G., Green, C. L. and Robins, S. R. J. 1981. Spice.Longman. London.
Puspariani, Y. S. 2007. Isolasi dan Identifikasi Saponin pada Kecambah Kedelai(Glycine max L.). (Skripsi). Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta.
75
Ramesh, T., Mohaideen, V. and Begum, H. 2006. Hypolipidemic Effect of Sesbaniagrandiflora on Cigarette Smoke Exposed Rats. Pharmacology. 3: 309–323.
Robinson, T. 1995. Kandungan Senyawa Organik Tumbuhan Tinggi. Alih BahasaKosasih Padmawinata. Institut Teknologi Bandung. Bandung.
Rosahdi, T. D., Kusmiyati, M. and Wijayanti, F. R. 2013. Uji Aktivitas DayaAntioksidan Buah Rambutan Rapiah dengan Metode DPPH. UIN SunanGunung Djati. Bandung. ISSN 1979-8911.
Saputra, D. E., Handayani, N. dan Wartono, M. W. 2014. Isolation and Identificationof β-Sitosterol and Stigmasterol Mixture from Root Bark of Slatri(Calophyllum soulattri Burm). ALCHEMY Jurnal Penelitian Kimia. 10(1): 87.
Sari, P. P., Rita, W. S. dan Puspawati, N. M. 2015. Identifikasi dan Uji AktivitasSenyawa Tanin dari Ekstrak Daun Trembesi (Samanea saman (Jacq.) Merr)sebagai Antibakteri Escherichia coli (E. coli). Universitas Udayana. Bali.ISSN 1907-9850. Hlm 27–34.
Sastrohamidjojo, H. 2002. Kromatografi. Liberty. Yogyakarta. Hlm 35-36.
Sayuti, K., dan Yenrina, R. 2015. Antioksidan Alami dan Sintetik. UniversitasAndalas. Padang.
Silverstein, R. M., Webster, F. X. and Kiemle, D. J. 2005. SpectrometricIdentification of Organic Compounds. John Wiley and Sons, Inc. New York.Hlm. 191-195.
Srivastava, P. H. C., Singh, P. and Subba, P. V. 1968. A Galactomannan From TheSeeds of Sesbania grandiflora Pers. Carbohyd Res. 6: 361–366.
Stahl, E. 1969. Thin-Layer Chromatography. Springer-Verlag. Berlin.
Sudjadi. 1985. Penentuan Struktur Senyawa Organik. Ghalia Indonesia. Jakarta. Hlm283.
76
Wagh, V. D., Wagh, K. V., Tandale, Y. N., Salve, S. A., Linn, A. and Poir, S. 2009.Phytochemical, Pharmacological and Phytopharmaceutics Aspects ofSesbania grandiflora (Hadga). J. Pharm. Res. 2 (5): 889–892.
Wagner, H. and Bladt, S. 1996. Plant Drug Analysis, A Thin Layer ChromatographyAtlas, 2nd Ed. Springer Verlag. Berlin. Hlm 195-197.
Wanjala, C. C. W. and Majinda, R. R. T. 2000. Two Novel Glucodienoid Alkaloidsfrom Erythrina latissima Seeds. J. Nat. Prod. 63 (6): 871–873.
Winarti, S. 2010. Makanan Fungsional. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Wulandari, L. 2011. Kromatografi Lapis Tipis. PT. Taman Kampus Presindo.Jember.
Yuniarti, T. 2008. Tanaman Obat Tradisional. Media Pressindo. Yogyakarta.
Zuhra, C. F., Tarigan, J. Br. dan Sihotang, H. 2008. Aktivitas Antioksidan SenyawaFlavonoid dari Daun Katuk (Sauropus androgunus (L.) Merr). Jurnal BiologiSumatera. 3 (1): 7-10.