Masuknya islam di Indonesia dan jaringan perdagangan di Indonesia
Islam Di Indonesia
description
Transcript of Islam Di Indonesia
MAKALAH
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
“ISLAM DI INDONESIA”
Disusun oleh kelompok 3 :
KELAS T-303-2
UNIVERSITAS MERCU BUANA
JAKARTA
2015
- Angkodo Burhanudin (41515110088)
- Anjas Dwi (41515110104)
- Faisal Abdallah (41515110082)
- M. Ilyas (41515110084)
- Abdur fauzi
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahnya, sehingga saya selaku penyusun dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini.
Saya menyadari sepenuhnya bahwa terselesaikannya Makalah ini berkat adanya peran dari
berbagai pihak. Oleh sebab itu pada kesempatan ini saya ucapkan banyak terima kasih kepada
pihak-pihak yang telah membantu. terutama kepada :
1. Bapak Dr. Saepudin, S.Ag, M.Si, selaku Dosen mata kuliah Pendidikan Agama Islam.
2. Semua pihak yang tak dapat saya sebutkan satu persatu atas segala bantuan dan dukungan
serta dorongan, sehingga Makalah Pendidikan Agama Islam ini dapat selesai sesuai
dengan waktu yang telah di tentukan.
Saya juga menyadari, bahwa makalah ini tentu saja jauh dari kesempurnaan. Baik isi maupun
tata tulisannya. Hal ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Saya. Oleh sebab itu,
keritik dan saran dari berbagai arah yang bersifat konstruktif sangat saya harapkan demi
kesempurnaan Makalah ini.
Akhir kata saya berharap, semoga makalah ini tetap ada manfaatnya khususnya bagi saya dan
tentunya bagi para pembaca pada umumnya.
Jakarta, 24 September 2015
Penyusun
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar .................................................................................................................... i
Daftar Isi ............................................................................................................................. ii
Bab I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang Prakerin .............................................................................. 1
1.2 Pokok Permasalahan ................................................................................... 1
Bab II PEMBAHASAN.................................................................................................. 2
2.1 Cara Masuknya Islam di Indonesia.............................................................. 2
2.2 Perkembangan Islam di Beberapa Wilayah Nusantara ............................... 3
2.3 Hikmah Perkembangan Islam di Indonesia ................................................ 9
Bab III PENUTUP ......................................................................................................... 12
3.1 Kesimpulan ................................................................................................. 12
3.2 Daftar Pustaka ............................................................................................. 12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.
Indonesia adalah sebuah negara sekuler demokratis dengan pengaruh Islam yang kuat. Sejak
awal berdirinya negara ini, Islam di Indonesia merupakan mayoritas terbesar ummat muslim
di dunia. Oleh karena itu, umat Islam perlu bangga akan tingginya umat Islam di indonesia.
Islam di Indonesia dapat menjadi besar dan terhormat karena tidak terlepas dari usaha para
pendahulu kita yang dengan tekun dan gigih menyebarkan dan mempertahankan Islam di
Indonesia.
Berbicara tentang islam mulai datang dan masuk ke Indonesia, Penyebaran islam
merupakan salah satu proses yang sangat penting dalam sejarah Indonesia. Menurut para ahli
sejarah, islam masuk ke Indonesia pada abad ke tujuh masehi atau abad pertama hijriyah. Namun
dari sumber lain, ada yang menyebutkan bahwa Islam sudah mulai masuk ke Indonesia saat para
pedagang dari Arab mulai singgah dan memasuki wilatyah Indonesa. Waktu itu saat masih
pemerintahan sahabat Nabi, Khulafaur Rasyidin.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan, maka penulis tertarik untuk
meneliti dan mengkaji lebih mendalam “Islam di indonesia”.
1.2 Pokok-pokok permasalahan
Untuk membicarakan menganai Islam di Indonesia mengingat materi yang sangat luas maka
perkenankan kami dalam tulisan ini hanya akan menyampaikan polol-pokok permasahannya
yang meliputi Kedatangan Islam ke Indonesia dan proses penyebarannya serta peranan islam
dalam pembangunan negara Indonesia.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Cara Masuknya Islam di Indonesia
Islam masuk ke Indonesia, bukan dengan peperangan ataupun penjajahan. Islam
berkembang dan tersebar di Indonesia justru dengan cara damai dan persuasif berkat
kegigihan para ulama.
Adapun cara masuknya Islam di Indonesia melalui beberapa cara antara lain ;
A. Perdagangan
Jalur ini dimungkinkan karena orang-orang melayu telah lama menjalin kontak dagang
dengan orang Arab. Apalagi setelah berdirinya kerajaan Islam seperti kerajaan Islam
Malaka dan kerajaan Samudra Pasai di Aceh, maka makin ramailah para ulama dan
pedagang Arab datang ke Nusantara (Indonesia). Disamping mencari keuntungan
duniawi juga mereka mencari keuntungan rohani yaitu dengan menyiarkan Islam.
Artinya mereka berdagang sambil menyiarkan agama Islam.
B. Kultural
Artinya penyebaran Islam di Indonesia juga menggunakan media-media kebudayaan,
sebagaimana yang dilakukan oleh para wali sanga di pulau jawa. Misalnya Sunan Kali
Jaga dengan pengembangan kesenian wayang. Ia mengembangkan wayang kulit,
mengisi wayang yang bertema Hindu dengan ajaran Islam. Sunan Muria dengan
pengembangan gamelannya. Kedua kesenian tersebut masih digunakan dan digemari
masyarakat Indonesia khususnya jawa sampai sekarang. Sedang Sunan Giri
menciptakan banyak sekali mainan anak-anak, seperti jalungan, jamuran, ilir-ilir dan
cublak suweng dan lain-lain.
C. Pendidikan
Pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan yang paling strategis dalam
pengembangan Islam di Indonesia. Para da’i dan muballig yang menyebarkan Islam
diseluruh pelosok Nusantara adalah keluaran pesantren tersebut. Datuk Ribandang yang
mengislamkan kerajaan Gowa-Tallo dan Kalimantan Timur adalah keluaran pesantren
Sunan Giri. Santri-santri Sunan Giri menyebar ke pulau-pulau seperti Bawean,
2
Kangean, Madura, Haruku, Ternate, hingga ke Nusa Tenggara. Dan sampai sekarang
pesantren terbukti sangat strategis dalam memerankan kendali penyebaran Islam di
seluruh Indonesia.
D. Kekuasaan politik
Artinya penyebaran Islam di Nusantara, tidak terlepas dari dukungan yang kuat dari
para Sultan. Di pulau Jawa, misalnya keSultanan Demak, merupakan pusat dakwah dan
menjadi pelindung perkembangan Islam. Begitu juga raja-raja lainnya di seluruh
Nusantara. Raja Gowa-Tallo di Sulawesi selatan melakukan hal yang sama sebagaimana
yang dilakukan oleh Demak di Jawa. Dan para Sultan di seluruh Nusantara melakukan
komunikasi, bahu membahu dan tolong menolong dalam melindungi dakwah Islam di
Nusantara. Keadaan ini menjadi cikal bakal tumbuhnya negara nasional Indonesia
dimasa mendatang.
2.2 Perkembangan Islam di Beberapa Wilayah Nusantara
A. Sumatra
Kesimpulan hasil seminar di Medan tersebut di atas, dijelaskan bahwa wilayah
Nusantara yang mula-mula dimasuki Islam adalah pantai barat pulau Sumatra dan
daerah Pasai yang terletak di Aceh utara yang kemudian di masing-masing kedua
daerah tersebut berdiri kerajaan Islam yang pertama yaitu kerajaan Islam Perlak dan
Samudra Pasai.
Menurut keterangan Prof. Ali Hasmy dalam makalah pada seminar “Sejarah Masuk
dan Berkembangnya Islam di Aceh” yang digelar tahun 1978 disebutkan bahwa
kerajaan Islam yang pertama adalah kerajaan Perlak. Namun ahli sejarah lain telah
sepakat, Samudra Pasailah kerajaan Islam yang pertama di Nusantara dengan rajanya
yang pertama adalah Sultan Malik Al-Saleh (memerintah dari tahun 1261 s.d 1297 M).
Sultan Malik Al-Saleh sendiri semula bernama Marah Silu. Setelah mengawini putri
raja Perlak kemudian masuk Islam berkat pertemuannya dengan utusan Syarif Mekkah
yang kemudian memberi gelar Sultan Malik Al-Saleh.
3
Kerajaan Pasai sempat diserang oleh Majapahit di bawah panglima Gajah Mada, tetapi
bisa dihalau. Ini menunjukkan bahwa kekuatan Pasai cukup tangguh dikala itu. Baru
pada tahun 1521 di taklukkan oleh Portugis dan mendudukinya selama tiga tahun.
Pada tahun 1524 M Pasai dianeksasi oleh raja Aceh, Ali Mughayat Syah. Selanjutnya
kerajaan Samudra Pasai berada di bawah pengaruh keSultanan Aceh yang berpusat di
Bandar Aceh Darussalam (sekarang dikenal dengan kabupaten Aceh Besar).
Munculnya kerajaan baru di Aceh yang berpusat di Bandar Aceh Darussalam, hampir
bersamaan dengan jatuhnya kerajaan Malaka karena pendudukan Portugis. Dibawah
pimpinan Sultan Ali Mughayat Syah atau Sultan Ibrahim kerajaan Aceh terus
mengalami kemajuan besar. Saudagar-saudagar muslim yang semula berdagang
dengan Malaka memindahkan kegiatannya ke Aceh. Kerajaan ini mencapai puncak
kejayaannya pada masa pemerintahan Iskandar Muda Mahkota Alam ( 1607 - 1636).
Kerajaan Aceh ini mempunyai peran penting dalam penyebaran Agama Islam ke
seluruh wilayah Nusantara. Para da’i, baik lokal maupun yang berasal dari Timur
Tengah terus berusaha menyampaikan ajaran Islam ke seluruh wilayah Nusantara.
Hubungan yang telah terjalin antara kerajaan Aceh dengan Timur Tengah terus
semakin berkembang. Tidak saja para ulama dan pedagang Arab yang datang ke
Indonesia, tapi orang-orang Indonesia sendiri banyak pula yang hendak mendalami
Islam datang langsung ke sumbernya di Mekah atau Madinah. Kapal-kapal dan
ekspedisi dari Aceh terus berlayar menuju Timur Tengah pada awal abad ke 16.
Bahkan pada tahun 974 H. atau 1566 M dilaporkan ada 5 kapal dari kerajaan Asyi
(Aceh) yang berlabuh di bandar pelabuhan Jeddah. Ukhuwah yang erat antara Aceh
dan Timur Tengah itu pula yang membuat Aceh mendapat sebutan Serambi Mekah.
B. Jawa
Benih-benih kedatangan Islam ke tanah Jawa sebenarnya sudah dimulai pada abad
pertama Hijriyah atau abad ke 7 M. Hal ini dituturkan oleh Prof. Dr. Buya Hamka
dalam bukunya Sejarah Umat Islam, bahwa pada tahun 674 M sampai tahun 675 M.
sahabat Nabi, Muawiyah bin Abi Sufyan pernah singgah di tanah Jawa (Kerajaan
4
Kalingga) menyamar sebagai pedagang. Bisa jadi Muawiyah saat itu baru penjajagan
saja, tapi proses dakwah selanjutnya dilakukan oleh para da’i yang berasal dari Malaka
atau kerajaan Pasai sendiri. Sebab saat itu lalu lintas atau jalur hubungan antara
Malaka dan Pasai disatu pihak dengan Jawa dipihak lain sudah begitu pesat.
Adapun gerakan dakwah Islam di Pulau Jawa selanjutnya dilakukan oleh para Wali
Sanga, yaitu :
1. Maulana Malik Ibrahim atau Sunan Gresik
Beliau dikenal juga dengan sebutan Syeikh Magribi. Ia dianggap pelopor
penyebaran Islam di Jawa. Beliau juga ahli pertanian, ahli tata negara dan sebagai
perintis lembaga pendidikan pesantren. Wafat tahun 1419 M.(882 H) dimakamkan
di Gapura Wetan Gresik
2. Sunan Ampel (Raden Ali Rahmatullah)
Dilahirkan di Aceh tahun 1401 M. Ayahnya orang Arab dan ibunya orang Cempa,
ia sebagai mufti dalam mengajarkan Islam tak kenal kompromi dengan budaya
lokal. Wejangan terkenalnya Mo Limo yang artinya menolak mencuri, mabuk, main
wanita, judi dan madat, yang marak dimasa Majapahit. Beliau wafat di desa Ampel
tahun 1481 M.
Jasa-jasa Sunan Ampel :
- Mendirikan pesantren di Ampel Denta, dekat Surabaya. Dari pesantren ini lahir
para mubalig kenamaan seperti : Raden Paku (Sunan Giri), Raden Fatah (Sultan
Demak pertama), Raden Makhdum (Sunan Bonang), Syarifuddin (Sunan Drajat)
dan Maulana Ishak yang pernah diutus untuk menyiarkan Islam ke daerah
Blambangan.
- Berperan aktif dalam membangun Masjid Agung Demak yang dibangun pada
tahun 1479 M.
- Mempelopori berdirinya kerajaan Islam Demak dan ikut menobatkan Raden
Patah sebagai Sultan pertama.
3. Sunan Giri (Raden Aenul Yaqin atau Raden Paku)
Dia putra Syeikh Yakub bin Maulana Ishak. Ia sebagai ahli fiqih dan menguasai
ilmu Falak. Dimasa menjelang keruntuhan Majapahit, ia dipercaya sebagai raja
5
peralihan sebelum Raden Patah naik menjadi Sultan Demak. Ketika Sunan Ampel
wafat, ia menggantikannya sebagai mufti tanah Jawa.
4. Sunan Bonang (Makhdum Ibrahim)
Putra Sunan Ampel lahir tahun 1465. Sempat menimba ilmu ke Pasai bersama-
sama Raden Paku. Beliaulah yang mendidik Raden Patah. Beliau wafat tahun 1515
M.
5. Sunan Kalijaga (Raden Syahid)
Ia tercatat paling banyak menghasilkan karya seni berfalsafah Islam. Ia membuat
wayang kulit dan cerita wayang Hindu yang diislamkan. Sunan Giri sempat
menentangnya, karena wayang Beber kala itu menggambarkan gambar manusia
utuh yang tidak sesuai dengan ajaran Islam. Kalijaga mengkreasi wayang kulit yang
bentuknya jauh dari manusia utuh. Ini adalah sebuah usaha ijtihad di bidang fiqih
yang dilakukannya dalam rangka dakwah Islam.
6. Sunan Drajat
Nama aslinya adalah Syarifudin (putra Sunan Ampel, adik Sunan Bonang). Dakwah
beliau terutama dalam bidang sosial. Beliau juga mengkader para da’i yang
berdatangan dari berbagai daerah, antara lain dari Ternate dan Hitu Ambon.
7. Syarif Hidayatullah
Nama lainnya adalah Sunan Gunung Jati yang kerap kali dirancukan dengan
Fatahillah, yang menantunya sendiri. Ia memiliki keSultanan sendiri di Cirebon
yang wilayahnya sampai ke Banten. Ia juga salah satu pembuat sokoguru masjid
Demak selain Sunan Ampel, Sunan Kalijaga dan Sunan Bonang. Keberadaan Syarif
Hidayatullah dengan kesultanannya membuktikan ada tiga kekuasaan Islam yang
hidup bersamaan kala itu, yaitu Demak, Giri dan Cirebon. Hanya saja Demak
dijadikan pusat dakwah, pusat studi Islam sekaligus kontrol politik para wali.
8. Sunan Kudus
Nama aslinya adalah Ja’far Sadiq. Lahir pada pertengahan abad ke 15 dan wafat
tahun 1550 M. (960 H). Beliau berjasa menyebarkan Islam di daerah kudus dan
sekitarnya. Ia membangun masjid menara Kudus yang sangat terkenal dan
merupakan salah satu warisan budaya Nusantara.
6
9. Sunan Muria
Nama aslinya Raden Prawoto atau Raden Umar Said putra Sunan Kalijaga. Beliau
menyebarkan Islam dengan menggunakan sarana gamelan, wayang serta kesenian
daerah lainnya. Beliau dimakamkan di Gunung Muria, disebelah utara kota Kudus.
C. Di Sulawesi
Ribuan pulau yang ada di Indonesia, sejak lama telah menjalin hubungan dari pulau ke
pulau. Baik atas motivasi ekonomi maupun motivasi politik dan kepentingan kerajaan.
Hubungan ini pula yang mengantar dakwah menembus dan merambah Celebes atau
Sulawesi. Menurut catatan company dagang Portugis pada tahun 1540 saat datang ke
Sulawesi, di tanah ini sudah ditemui pemukiman muslim di beberapa daerah. Meski
belum terlalu banyak, namun upaya dakwah terus berlanjut dilakukan oleh para da’i di
Sumatra, Malaka dan Jawa hingga menyentuh raja-raja di kerajaan Gowa dan Tallo
atau yang dikenal dengan negeri Makasar, terletak di semenanjung barat daya pulau
Sulawesi.
Kerajaan Gowa ini mengadakan hubungan baik dengan kerajaan Ternate dibawah
pimpinan Sultan Babullah yang telah menerima Islam lebih dahulu. Melalui seorang
da’i bernama Datuk Ri Bandang agama Islam masuk ke kerajaan ini dan pada tanggal
22 September 1605 Karaeng Tonigallo, raja Gowa yang pertama memeluk Islam yang
kemudian bergelar Sultan Alaudin Al Awwal (1591-1636 ) dan diikuti oleh perdana
menteri atau Wazir besarnya, Karaeng Matopa.
Setelah resmi menjadi kerajaan bercorak Islam Gowa Tallo menyampaikan pesan
Islam kepada kerajaan-kerajaan lain seperti Luwu, Wajo, Soppeng dan Bone. Raja
Luwu segera menerima pesan Islam diikuti oleh raja Wajo tanggal 10 Mei 1610 dan
raja Bone yang bergelar Sultan Adam menerima Islam tanggal 23 November 1611 M.
Dengan demikian Gowa (Makasar) menjadi kerajaan yang berpengaruh dan disegani.
Pelabuhannya sangat ramai disinggahi para pedagang dari berbagai daerah dan manca
negara. Hal ini mendatangkan keuntungan yang luar biasa bagi kerajaan Gowa
(Makasar). Puncak kejayaan kerajaan Makasar terjadi pada masa Sultan Hasanuddin
7
(1653-1669).
D. Di Kalimantan
Islam masuk ke Kalimantan atau yang lebih dikenal dengan Borneo melalui tiga jalur.
Jalur pertama melalui Malaka yang dikenal sebagai kerajaan Islam setelah Perlak dan
Pasai. Jatuhnya Malaka ke tangan Portugis kian membuat dakwah semakin menyebar
sebab para muballig dan komunitas muslim kebanyakan mendiamai pesisir barat
Kalimantan.
Jalur kedua, Islam datang disebarkan oleh para muballig dari tanah Jawa. Ekspedisi
dakwah ke Kalimantan ini mencapai puncaknya saat kerajaan Demak berdiri. Demak
mengirimkan banyak Muballig ke negeri ini. Para da’i tersebut berusaha mencetak
kader-kader yang akan melanjutkan misi dakwah ini. Maka lahirlah ulama besar, salah
satunya adalah Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari.
Jalur ketiga para da’i datang dari Sulawesi (Makasar) terutama da’i yang terkenal saat
itu adalah Datuk Ri Bandang dan Tuan Tunggang Parangan.
E. Di Maluku.
Kepulauan Maluku terkenal di dunia sebagai penghasil rempah-rempah, sehingga
menjadi daya tarik para pedagang asing, tak terkecuali para pedagang muslim baik dari
Sumatra, Jawa, Malaka atau dari manca negara. Hal ini menyebabkan cepatnya
perkembangan dakwah Islam di kepulauan ini.
Islam masuk ke Maluku sekitar pertengahan abad ke 15 atau sekitar tahun 1440
dibawa oleh para pedagang muslim dari Pasai, Malaka dan Jawa (terutama para da’i
yang dididik oleh para Wali Sanga di Jawa). Tahun 1460 M, Vongi Tidore, raja
Ternate masuk Islam. Namun menurut H.J De Graaft (sejarawan Belanda) bahwa raja
Ternate yang benar-benar muslim adalah Zaenal Abidin (1486-1500 M). Setelah itu
Islam berkembang ke kerajaan-kerajaan yang ada di Maluku. Tetapi diantara sekian
banyak kerajaan Islam yang paling menonjol adalah dua kerajaan , yaitu Ternate dan
Tidore.
Raja-raja Maluku yang masuk Islam seperti :
8
a. Raja Ternate yang bergelar Sultan Mahrum (1465-1486).
b. Setelah beliau wafat digantikan oleh Sultan Zaenal Abidin yang sangat besar
jasanya dalam menyiarkan Islam di kepulauan Maluku, Irian bahkan sampai ke
Filipina.
c. Raja Tidore yang kemudian bergelar Sultan Jamaluddin.
d. Raja Jailolo yang berganti nama dengan Sultan Hasanuddin.
e. Pada tahun 1520 Raja Bacan masuk Islam dan bergelar Zaenal Abidin.
Selain Islam masuk dan berkembang di Maluku, Islam juga masuk ke Irian yang
disiarkan oleh raja-raja Islam di Maluku, para pedagang dan para muballig yang juga
berasal dari Maluku. Daerah-daerah di Irian Jaya yang dimasuki Islam adalah : Miso,
Jalawati, Pulau Waigio dan Pulau Gebi.
2.3 Hikmah perkembangan islam di indonesia
A. Peranan Umat Islam Pada Masa Penjajahan.
Ketika kaum penjajah datang, Islam sudah mengakar dalam hati bangsa
Indonesia, bahkan saat itu sudah berdiri beberapa kerajaan Islam, seperti
Samudra Pasai, Perlak, Demak dan lain-lain. Jauh sebelum mereka datang, umat
Islam Indonesia sudah memiliki identitas bendera dan warnanya adalah merah
putih. Ini terinspirasi oleh bendera Rasulullah saw. yang juga berwarna merah
dan putih. Rasulullah saw pernah bersabda :” Allah telah menundukkan pada
dunia, timur dan barat. Aku diberi pula warna yang sangat indah, yakni Al-
Ahmar dan Al-Abyadl, merah dan putih “. Begitu juga dengan bahasa Indonesia.
Tidak akan bangsa ini mempunyai bahasa Indonesia kecuali ketika ulama
menjadikan bahasa ini bahasa pasar, lalu menjadi bahasa ilmu dan menjadi
bahasa jurnalistik.
Beberapa ajaran Islam seperti jihad, membela yang tertindas, mencintai tanah air
dan membasmi kezaliman adalah faktor terpenting dalam membangkitkan
semangat melawan penjajah. Bisa dikatakan bahwa hampir semua tokoh
pergerakan, termasuk yang berlabel nasionalis radikal sekalipun sebenarnya
terinspirasi dari ruh ajaran Islam. Sebagai bukti misalnya Ki Hajar Dewantara
9
(Suwardi Suryaningrat) tadinya berasal dari Sarekat Islam (SI); Soekarno sendiri
pernah jadi guru Muhammadiyah dan pernah nyantri dibawah bimbingan
Tjokroaminoto bersama S.M Kartosuwiryo yang kelak dicap sebagai
pemberontak DI/TII; RA Kartini juga sebenarnya bukanlah seorang yang hanya
memperjuangkan emansipasi wanita. Ia seorang pejuang Islam yang sedang
dalam perjalanan menuju Islam yang kaaffah. Ketika sedang mencetuskan ide-
idenya, ia sedang beralih dari kegelapan (jahiliyah) kepada cahaya terang (Islam)
atau minaz-zulumati ilannur (habis gelap terbitlah terang). Patimura seorang
pahlawan yang diklaim sebagai seorang Nasrani sebenarnya dia adalah seorang
Islam yang taat. Tulisan tentang Thomas Mattulessy hanyalah omong kosong.
Tokoh Thomas Mattulessy yang ada adalah Kapten Ahmad Lussy atau Mat
Lussy, seorang muslim yang memimpin perjuangan rakyat Maluku melawan
penjajah. Demikian pula Sisingamangaraja XII menurut fakta sejarah adalah
seorang muslim.
Semangat jihad yang dikumandangkan para pahlawan semakin terbakar ketika
para penjajah berusaha menyebarkan agama Nasrani kepada bangsa Indonesia
yang mayoritas sudah beragama Islam yang tentu saja dengan cara-cara yang
berbeda dengan ketika Islam datang dan diterima oleh mereka, bahwa Islam
tersebar dan dianut oleh mereka dengan jalan damai dan persuasif yakni lewat
jalur perdagangan dan pergaulan yang mulia bahkan wali sanga menyebarkannya
lewat seni dan budaya. Para da’i Islam sangat paham dan menyadari akan
kewajiban menyebarkan Islam kepada orang lain, tapi juga mereka sangat paham
bahwa tugasnya hanya sekedar menyampaikan. Hal ini sesuai dengan Q.S. Yasin
ayat 17 :”Tidak ada kewajiban bagi kami hanyalah penyampai (Islam) yang
nyata”. (Q.S. Yasin : 17)
B. Peranan organisasi Islam dalam masa Pembangunan.
1. Peranan Muhammadiah.
- Melakukan usaha-usaha agar masyarakat Indonesia berilmu pengetahuan
tinggi, berbudi luhur dan bertaqwa kepada tuhan YME
10
- Melakukan usaha-usaha dibidang kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.
2. Peranan Nahdatul Ulama.
Nahdatul Ulama yang pernah berkifrah dibidang politik dalam
perkembangan, selanjutnya NU bergerak dibidang agama, sosial dan
kemasyaraktan. Usaha-usaha NU antara lain:
- Mendirikan madrasah-madrasah
- Mendirikan, mengelola, dan mengembangkan pesantren-pesantren
- Membantu dan mengurusi anak-anak yatim dan fakir miskin
3. Majelis Ulama Indonesia
MUI adalah organisasi keilmuan yang bersifat independen tidak beraviliasi
kepada salah satu aliran politk, mazhab atau aliran keagamaan Islam yang ada
di Indonesia. Adapun peranan MUI pada masa pembangunan adalah :
- Memberikan fatwa dan nasihat keagamaan dalam masalah sosial
kemasyarakatan kepada pemerintah dan umat Islam di Indonesia pada
umumnya, sebagai amar ma’ruf nahyi munkar dalam usaha meningkatkan
ketahanan sosial.
- Memperkuat ukhuah Islamiyah dan melaksanakan kerukunan antar umat
beragama dalam mewujudkan persataun dan kesatuan nasional.
- MUI adalah penghubung antara ulama dan umara serta menjadi
penerjemah timbal balik antara pemerintah dan umat Islam Indonesi guna
menyukseskan pembangunan nasional.
Pada masa pembangunan ini terdapat pula organisasi Islam yang menampung
pada cendekia muslim yang di sebut ICMI. ICMI lahir pada Desember 1990
dan berkifrah pada hampir semua aspek kehidupan bangsa.
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Masuknya islam di Indonesia menjadi kebanggaan untuk masyarakat Indonesia karena
islam ini merupakan agama yang dapat memberikan kesejahteraan bagi umatnya.
Walaupun terdapat beberapa teori mengenai masuknya islam di Indonesia tetapi secara
garis besar masuknya islam di Indonesia melalui beberapa cara yaitu karena Perdagangan,
Budaya, Pendidikan, Kekuasaan Politik. Banyak sekali Hikmah peranan islam di
Indonesia baik dalam perjuangan kemerdekaan, pembangunan, pendidikan dsb.
Perkembangan Islam ini tetap berjalan hingga sekarang itu semua terjadi karena usaha
para pendahulu kita yang dengan tekun dan gigih menyebarkan dan mempertahankan
Islam di Indonesia.
3.2 Daftar Pustaka
- “Perkembangan islam di Indonesia”,
http://www.saefudin.info/2008/12/perkembangan-islam-di-indonesia.html
- “Perkembangan islam di indoseia” http://www.mustaqimjnet.com
12