Isi TB Paru Relaps

43
PENDAHULUAN Tuberkulosis paru adalah suatu penyakit infeksi yang sudah sangat lama dikenal manusia. Hipokrates telah memperkenalkan terminologi pthisis yang diangkat dari bahasa Yunani yang menggambarkan tampilan TB paru ini. Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya. Sumber penularan adalah pasien TB BTA positif. Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk percikan dahak (droplet nuclei). 1 Diperkirakan sekitar sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi oleh Mycobacterium tuberkulosis. Pada tahun 1995, diperkirakan ada 9 juta pasien TB baru dan 3 juta kematian akibat TB diseluruh dunia. Diperkirakan 95% kasus TB dan 98% kematian akibat TB didunia, terjadi pada negara-negara berkembang. 2 Sekitar 75% pasien TB adalah kelompok usia yang paling produktif secara ekonomis (15- 50 tahun). Diperkirakan seorang pasien TB dewasa, akan kehilangan rata-rata waktu kerjanya 3 sampai 4 bulan. Diperkirakan jumlah pasien TB di Indonesia sekitar 5,8% dari total jumlah pasien TB didunia. Diperkirakan, setiap 1

description

r

Transcript of Isi TB Paru Relaps

PENDAHULUAN

Tuberkulosis paru adalah suatu penyakit infeksi yang sudah sangat lama dikenal manusia. Hipokrates telah memperkenalkan terminologi pthisis yang diangkat dari bahasa Yunani yang menggambarkan tampilan TB paru ini. Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya. Sumber penularan adalah pasien TB BTA positif. Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk percikan dahak (droplet nuclei).1 Diperkirakan sekitar sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi oleh Mycobacterium tuberkulosis. Pada tahun 1995, diperkirakan ada 9 juta pasien TB baru dan 3 juta kematian akibat TB diseluruh dunia. Diperkirakan 95% kasus TB dan 98% kematian akibat TB didunia, terjadi pada negara-negara berkembang.2 Sekitar 75% pasien TB adalah kelompok usia yang paling produktif secara ekonomis (15-50 tahun). Diperkirakan seorang pasien TB dewasa, akan kehilangan rata-rata waktu kerjanya 3 sampai 4 bulan. Diperkirakan jumlah pasien TB di Indonesia sekitar 5,8% dari total jumlah pasien TB didunia. Diperkirakan, setiap tahun ada 429.730 kasus baru dan kematian 62.246 orang. Insidensi kasus TB BTA positif sekitar 102 per 100.000 penduduk. Pada tahun 2009, prevalensi HIV pada kelompok TB di Indonesia sekitar 2.8% . Kekebalan ganda kuman TB terhadap obat anti TB (multidrug resistance = MDR) diantara kasus TB baru sebesar 2%, sementara MDR diantara kasus penobatan ulang sebesar 20%. (WHO, 2009)2

DAFTAR ISI

PENDAHULUAN1

DAFTAR ISI2

BAB I LAPORAN KASUS3

1.1 IDENTITAS3

1.2 ANAMNESIS3

1.3 PEMERIKSAAN FISIK5

1.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG7

1.5 DIAGNOSIS KERJA91.6 PEMERIKSAAN TAMBAHAN91.7 PENATALAKSANAAN91.8 FOLLOW UP9

1.9 PROGNOSIS16

BAB II PEMBAHASAN17

2.1. ANALISIS KASUS17

BAB III TINJAUAN PUSTAKA18

BAB IV KESIMPULAN31

DAFTAR PUSTAKA32

BAB I

LAPORAN KASUS

1.1 IDENTITAS

Nama: Tn. U

Usia: 70 tahun

Jenis Kelamin: Laki-laki

Pendidikan Terakhir: -

Pekerjaan: -

Status: Menikah

Alamat: Jarong Wetan, Cilamaya, Karawang

Suku Bangsa / Agama: Sunda / Islam

No. Rekam Medis: 00574447

Tanggal Masuk: 31 Januari 2015

1.2 ANAMNESIS Anamnesis dilakukan di bangsal Cikampek pada tanggal 1 Februari 2015 secara alloanamnesis.

Keluhan UtamaSesak napas sejak 1 minggu SMRS.

Keluhan TambahanMual, nyeri ulu hati, BAB hitam kemerahan 2x, demam dan batuk berdahak warna putih.1

Riwayat Penyakit Sekarang

OS datang ke IGD RSUD Karawang dengan keluhan sesak napas sejak 1 minggu yang lalu. Sesak napas dirasakan terus menerus dan semakin memberat, sesak tidak menghilang saat istirahat. Pasien tidur menggunakan 1 bantal. Os juga mengeluh batuk berdahak warna putih kehijauan disertai demam sejak 3 minggu SMRS. Riwayat batuk darah disangkal. Nyeri dada sebelah kanan, tidak menjalar, hilang timbul, seperti tertusuk. Demam tidak tinggi dan dirasa naik turun. Os juga mengeluh sejak 1 minggu SMRS merasa mual dan nyeri pada ulu hati, namun tidak disertai muntah. Os mengalami penurunan nafsu makan dan semakin hari semakin merasa tubuhnya lemas. 2 hari SMRS os mengaku mengalami BAB berwarna hitam kemerahan sebanyak 2x, konsistensi lembek. Tidak ada gangguan dalam BAK, warna kencing kuning, tidak keruh, tidak berbau dan tidak sakit maupun anyang-anyangan. Os sudah berobat ke puskesmas dan diberi obat untuk lambung dan batuk, namun keluhan tidak berkurang.

Riwayat Penyakit Dahulu

OS mempunyai riwayat darah tinggi dan 6 tahun yang lalu Os mendapatkan pengobatan TB Paru tuntas selama 6 bulan. Riwayat kencing manis dan asma disangkal.

Riwayat Penyakit Keluarga

Anak bungsu pasien sedang dalam pengobatan TB sejak 2 bulan yang lalu.

Riwayat KebiasaanOS mengaku dulu mempunyai kebiasaan merokok sejak usia muda. Dulu merokok 1-2 bungkus per hari, namun berhenti 6 tahun yang lalu setelah didiagnosis TB paru oleh dokter. Os akhir-akhir ini sering minum jamu untuk pegal-pegal karena merasa tidak enak badan.

Riwayat Sosial EkonomiOs dulu merupakan seorang petani, namun karena sudah tidak mampu untuk bekerja, os tinggal bersama anak bungsunya, karena istrinya sudah meninggal. Biaya hidup ditanggung oleh anak-anaknya dan biaya RS ditanggung asuransi BPJS PBI.

1.3 PEMERIKSAAN FISIK Pemeriksaan fisik dilakukan di bangsal Cikampek pada tanggal 1 Februari 2015.

KU: Tampak sakit sedang disertai sesak nafas Kesadaran: Compos mentis, GCS E4 M6 V5 Status Gizi: Gizi kurang Tanda Vital- Nadi: 124 x/menit ireguler, isi dan tegangan cukup dan kuat - Pernapasan: 30 x/menit, irama teratur- Suhu : 37,9o C - TD: 140/80 mmHg Kepala : normosefali, rambut berwarna hitam, distribusi merata, tidak kering dan tidak mudah dicabut Mata : Konjungtiva anemis (-)/(-), sklera ikterik (-)/(-), sekret (-)/(-), pupil isokor dengan diameter 3 mm/3 mm, RCL (+)/(+), RCTL (+)/(+), ptosis (-)/(-), nistagmus (-)/(-), lagoftalmus (-)/(-) Telinga, Hidung,TenggorokanTelinga : Inspeksi : Preaurikuler : hiperemis (-)/(-) Postaurikuler : hiperemis (-)/(-), abses (-)/(-), massa (-)/(-) Liang telinga : lapang, serumen (+)/(+), otorhea (-)/(-)Hidung : - Inspeksi : deformitas (-), kavum nasi lapang, sekret (-)/(-), deviasi septum (-)/(-), edema (-)/(-)- Palpasi : nyeri tekan pada sinus maksilaris (-)/(-), etmoidalis(-)/(-), frontalis(-)/(-)Tenggorokan dan rongga mulut : Inspeksi : Lidah : pergerakan simetris, plak (-) Palatum mole dan uvula simetris pada keadaan diam dan bergerak, arkus faring simetris, penonjolan (-) Tonsil : T1/T1, kripta (-)/(-), detritus(-)/(-), hiperemis (-) Dinding anterior faring licin, hiperemis (-) Pursed lips breathing (-), karies gigi (+), kandidisasis oral (-) Leher Inspeksi : bentuk simetris, warna normal, penonjolan vena jugularis (-), tumor (-), retraksi suprasternal (-), tidak tampak perbesaran KGB Palpasi : pulsasi arteri carotis normal, perbesaran thyroid (-), posisi trakea di tengah, KGB tidak teraba membesar Auskultasi : bruit (-) Thoraks Paru Inspeksi : penggunaan otot bantuan nafas (+)/(+), retraksi sela iga (+/+), bentuk dada normal, pergerakan kedua paru simetris statis dan dinamis, pola pernapasan cepat Palpasi : ekspansi dada simetris, vocal fremitus melemah pada lapang paru kanan, pelebaran sela iga (+)/(+) Perkusi : Redup di lapang paru kanan, sonor pada lapang paru kiriBatas paru hati : pada garis midklavikula kanan sela iga 5,Batas paru lambung : pada garis aksilaris anterior kiri sela iga 8 Auskultasi : suara nafas vesikuler (+/+), wheezing (+/-), ronki (+/-) Jantung Inspeksi : pulsasi ictus cordis tidak terihat Palpasi : pulsasi ictus cordis teraba pada linea midklavikula sinistra ICS V, thrill (-) Perkusi : batas jantung kanan pada ICS IV linea sternalis dekstra, batas jantung kiri pada ICS V, linea midklavikula sinistra. Auskultasi : BJ I-II irreguler, murmur (-), gallop (-) Abdomen Inspeksi : massa (-) Auskultasi : BU (+) normal Palpasi : supel, datar, nyeri tekan epigastrium (+), massa (-)Hepar dan lien tidak terabaGinjal : ballotemen (-)/(-) Perkusi : timpani, shifting dullnes (-), undulasi (-), nyeri ketok CVA (-)/(-)

EkstremitasAtas : Akral teraba hangat, sianosis (-), CRT < 2 detik, edema (-)/(-), deformitas (-).Bawah : Akral teraba hangat, sianosis (-), CRT < 2 detik, edema (-)/(-), deformitas (-).

1.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan hematologi di IGDTabel 1.1. Hasil Pemeriksaan Hematologi Tn. U (70 tahun), tanggal 31 Januari 2015ParameterHasilNilai Rujukan

Hemoglobin12,7 g/dl13,0-18,0 g/dl

Leukosit13,61 x 103/L3,80-10,60 x103/L

Trombosit380 x 103/L150-440 x103/L

Hematokrit38,3 %40,0-52,0 %

Ureum46 mg/dl15,0-50,0 mg/dl

Creatinin0,92 mg/dl0,60-1,10 mg/dl

Glukosa darah sewaktu105 mg/dlS di V5, V6, dan Lead I. (normal) ST-T segment:normalKesan :Aritmia sinus takikardia

3. Pemeriksaan Rontgen thorax, tanggal 31 Januari 2015 di UGD

Foto : Thorax PADeskripsi : CTR 60% dengan pinggang jantung membesar, tampak bercak kesuraman pada kedua apex paru dengan sela iga melebar, sudut costofrenicus menumpul.Kesan: - TB Paru aktif duplex dengan efusi pleura minimal - Cardiomegali

1.5 DIAGNOSIS KERJA TB Paru relaps Melena ec gastritis

1.6 PEMERIKSAAN TAMBAHAN Pemeriksaan sputum S-P-S

1.7 PENATALAKSANAAN O2 4L/menit Kaen 3B / 24 jam Ceftriaxone 2 x 1 gr Metilprednisolon 3 x 125mg IV Ranitidin 2 x 1 amp ATP dankos 2 x1 Captopril 3 x 12,5mg Nebulizer : VentolinPulmicort per 8 jam

1.8 FOLLOW UP Hari Ke-I (Senin 2 Februari 2015)

SubyektifOs masih mengeluh sesak belum berkurang. Nyeri ulu hati dan nyeri dada sebelah kanan. Batuk berdahak warna putih kehijauan. BAB hitam (-)

Objektif Keadaan Umum :Compos mentis, tampak sakit sedang, gizi kurang Tanda Vital :BP 110/70mmHg; HR 90 x/m; RR 28x/m; T 37,2oC Kepala : Normocephali, KA -/-, SI -/- Tenggorok:T1/T1, faring hiperemis (-) Leher :Distensi vena -, KGB TTM Thorax :Pulmo simetris saat statis dan dinamis, Redup di lapang paru kanan, sonor pada lapang paru kiri, suara dasar vesikular +/+, Rhonchi +/-, Wheezing -/-.Cor BJI BJII regular, Murmur -, Gallop Abdomen :Supel, BU +, NT epigastrium (+) Extermitas :Hangat ++/++, Pitting oedema --/--

AnalisaTB Paru relaps

Planning O2 4L/menit Kaen 3B / 24 jam Ceftriaxone 2 x 1 gr Metilprednisolon 3 x 125mg IV Ranitidin 2 x 1 amp ATP dankos 2 x1 OAT

Hari Ke-II (Selasa 3 Februari 2015)

SubyektifSesak sudah berkurang. Os masih mengeluh nyeri ulu hati. Batuk berdahak warna putih kehijauan.

Objektif Keadaan Umum :Compos mentis, tampak sakit sedang, gizi kurang Tanda Vital :BP 130/90mmHg; HR 96 x/m; RR 28x/m; T 36,8oC Kepala : Normocephali, KA -/-, SI -/- Tenggorok:T1/T1, faring hiperemis (-) Leher :Distensi vena -, KGB TTM Thorax :Pulmo simetris saat statis dan dinamis, Redup di lapang paru kanan, sonor pada lapang paru kiri, suara dasar vesikular +/+, Rhonchi +/-, Wheezing -/-.Cor BJI BJII regular, Murmur -, Gallop Abdomen :Supel, BU +, NT epigastrium (+) Extermitas :Hangat ++/++, Pitting oedema --/--

AnalisaTB Paru relaps

Planning O2 4L/menit Kaen 3B / 24 jam Ceftriaxone 2 x 1 gr Metilprednisolon 3 x 125mg IV Ranitidin 2 x 1 amp ATP dankos 2 x1 OAT

Dilakukan pemeriksaan laboratorium ulang tanggal 3 Februari 2015 dengan hasil:

ParameterHasilNilai Rujukan

Hemoglobin11,9 g/dl13,0-18,0 g/dl

Leukosit11,4 x 103/L3,80-10,60 x103/L

Trombosit303 x 103/L150-440 x103/L

Hematokrit36,1 %40,0-52,0 %

Ureum81,2 mg/dl15,0-50,0 mg/dl

Creatinin1,21 mg/dl0,60-1,10 mg/dl

Glukosa darah sewaktu143 mg/dl1 bulan dan tidak meneruskan pengobatan sampai selesai.d. Kasus Gagal Therapi Pasien dengan BTA (+) yang masih tetap (+) atau kembali (+) pada akhir bulan ke V atau akhir pengobatan.e. Kasus Kronik Pasien dengan hasil pemeriksaan BTA masih (+) setelah selesai pengobatan ulang dengan pengobatan kategori 2 dengan pengawasan yang baik.f. Kasus Bekas TB Pasien riwayat OAT (+) dan saat ini dinyatakan sudah sembuh.6,8

2.9Pengobatan 5,6,9

PENGOBATAN TB PADA KEADAAN KHUSUS a. Kehamilan Pada prinsipnya pengobatan TB pada kehamilan tidak berbeda dengan pengobatan TB pada umumnya. Menurut WHO, hampir semua OAT aman untuk kehamilan, kecuali streptomisin. Streptomisin tidak dapat dipakai pada kehamilan karena bersifat permanent ototoxic dan dapat menembus barier placenta. Keadaan ini dapat mengakibatkan terjadinya gangguan pendengaran dan keseimbangan yang menetap pada bayi yang akan dilahirkan. Perlu dijelaskan kepada ibu hamil bahwa keberhasilan pengobatannya sangat penting artinya supaya proses kelahiran dapat berjalan lancar dan bayi yang akan dilahirkan terhindar dari kemungkinan tertular TB.

b. Ibu menyusui dan bayinya Pada prinsipnya pengobatan TB pada ibu menyusui tidak berbeda dengan pengobatan pada umumnya. Semua jenis OAT aman untuk ibu menyusui. Seorang ibu menyusui yang menderita TB harus mendapat paduan OAT secara adekuat. Pemberian OAT yang tepat merupakan cara terbaik untuk mencegah penularan kuman TB kepada bayinya. Ibu dan bayi tidak perlu dipisahkan dan bayi tersebut dapat terus disusui. Pengobatan pencegahan dengan INH diberikan kepada bayi tersebut sesuai dengan berat badannya.

c. Pasien TB dengan infeksi HIV/AIDSTatalaksanan pengobatan TB pada pasien dengan infeksi HIV/AIDS adalah sama seperti pasien TB lainnya. Obat TB pada pasien HIV/AIDS sama efektifnya dengan pasien TB yang tidak disertai HIV/AIDS. Prinsip pengobatan pasien TB-HIV adalah dengan mendahulukan pengobatan TB. Pengobatan ARV (antiretroviral) dimulai berdasarkan stadium klinis HIV sesuai dengan standar WHO. Penggunaan suntikan Streptomisin harus memperhatikan Prinsip-prinsip Universal Precaution (Kewaspadaan Keamanan Universal) Pengobatan pasien TB-HIV sebaiknya diberikan secara terintegrasi dalam satu UPK untuk menjaga kepatuhan pengobatan secara teratur. Pasien TB yang berisiko tinggi terhadap infeksi HIV perlu dirujuk ke pelayanan VCT (Voluntary Counceling and Testing = Konsul sukarela dengan test HIV).

d. Pleuritis TuberkulosaPermulaan penyakit ini terlihat sebagai efusi yang sero-santokrom dan bersifat eksudat. Penyakit ini kebanyakan terjadi sebagai komplikasi tuberkulosa paru melalui focus subpleura yang robek atau melalui aliran getah bening. Sebab lain dapat juga dari robeknya perkijuan ke aras saluran getah bening yang menuju saluran pleura. Pengobatan dengan obat-obat anti tuberkulosa (rimfampisin, INH, pirazinamid, etambutol, streptomisin) memakan waktu 6 12 bulan. Dan cara pemberian obat obat sama seperti pengobatan tuberkulosa paru,pengobatan ini menyebabkan cairan efusi dapat diserab kembali, tapi untuk menghilangkannya eksudat ini dengan cepat dapat dilakukan torakosentesis. Umumnya cairan diresolusi sempurna, tapi kadan-kadang dapat di berikan kortikosteroid secara sistemik. (prednisone 1 mg/kg bb selama 2 minggu kemudian dosis di turunkan secara perlahan)1,2

2.10KomplikasiPenyakit tuberkulosis paru bila tidak ditangani dengan benar akan menimbulkan komplikasi. Komplikasi dibagi atas komplikasi dini dan komplikasi lanjut. Komplikasi dini pleuritis, efusi pleura, empiema, laringitis Komplikasi lanjut Obstruksi jalan napas SOFT (Sindrom Obstruksi Pasca Tuberkulosis), kerusakan parenkim berat SOPT/fibrosis paru, kor pulmonal, amiloidosis, karsinoma paru, sindrom gagal napas dewasa (ARDS), sering terjadi pada TB milier dan kavitas TB.

2.11PrognosisDubia ad bonam

BAB IVKESIMPULANPenyakit Tuberculosis merupakan penyakit infeksi bakteri yang menular dan disebabkan oleh Mycobakterium tuberculosis yang ditandai dengan pembentukan granuloma pada jaringan yang terinfeksi. Penyakit tuberculosis ini biasanya menyerang paru tetapi dapat menyebar ke hampir seluruh bagian tubuh termasuk meningen, ginjal, tulang, nodus limfe. Infeksi awal biasanya terjadi 2-10 minggu setelah pemajanan. Individu kemudian dapat mengalami penyakit aktif karena gangguan atau ketidakefektifan respon imun. Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat Dormant, tertidur lama selama beberapa tahun.Laporan TB dunia oleh WHO yang terbaru (2006), masih menempatkan Indonesia sebagai penyumbang TB terbesar nomor 3 di dunia setelah India dan Cina dengan jumlah kasus baru sekitar 539.000 dan jumlah kematian sekitar 101.000 pertahun. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995, menempatkan TB sebagai penyebab kematian ketiga terbesar setelah penyakit kardiovaskuler dan penyakit saluran pernafasan, dan merupakan nomor satu terbesar dalam kelompok penyakit infeksi.

DAFTAR PUSTAKA

1. Aditama TY, et al. Tuberkulosis. Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia; 2006.2. Surya A, Basri C, Kamso S. Dalam: Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2011.3. Mubin, Halim. Buku Panduan Praktis : Ilmu Penyakit Dalam Diagnosis dan Terapi Edisi 2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2007.4. Price, Sylvia A. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Pross Penyakit, Edisi 4. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. 1995.5. Sudoyo AW, et al. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi IV. Jakarta : Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FKUI. 2007. 6. Wardhani DP, Uyainah A. Tuberculosis. In: Tanto C, Liwang F, Hanifati S, Pradipta EA, editors. Kapita Selekta Kedokteran Jilid II. Edisi IV. Jakarta: Media Aesculapius;2014.p.829-32.7. Intiantoro HY. Tuberculostatik. Dalam: Farmakologi dan terapi. Edisi ke-5. Jakarta: Badan Penerbit FKUI;2008. 8. TB CARE I. International standards for tuberculosis care. Edisi ke-3. TB CARE I. The Hague; 2014.9. Alsagaff, Hood dan Abdul Mukty. Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya : Airlangga University Press. 2006.