ISI psn dbd

download ISI psn dbd

of 46

description

SA

Transcript of ISI psn dbd

1

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan suatu penyakit yang timbul di negara tropis, termasuk di Indonesia yang jumlah penderitanya cenderung meningkat dan penyebarannya semakin luas. DBD adalah penyakit demam yang berlangsung akut disertai dengan perdarahan dan dapat menimbulkan syok yang dapat mengakibatkan kematian penderita. DBD menyerang baik orang dewasa maupun anak-anak akan tetapi lebih banyak menimbulkan korban pada anak-anak berusia di bawah 15 tahun. DBD disebabkan oleh virus dengue dan penularannya melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. (Kemenkes RI, 2010)Berdasarkan data dari Profil Kesehatan Indonesia, pada tahun 2009 terdapat 158.912 kasus dengan Incidence Rate (IR) sebesar 68,22 per 100.000 penduduk dan Case Fatality Rate (CFR) sebesar 0,89%. Pada tahun 2010 terdapat 156.086 kasus dengan Incidence Rate (IR) sebesar 65,7 per 100.000 penduduk dan Case Fatality Rate (CFR) sebesar 0,87%. Pada tahun 2011 terdapat 65.432 kasus dengan Incidence Rate (IR) sebesar 27,56 per 100.000 pendudukdan Case Fatality Rate (CFR) sebesar 0,91% (Depkes RI, 2009).

1Berdasarkan data Kemenkes RI 2010, Provinsi Bali merupakan daerah endemis DBD yang tersebar di seluruh kabupaten Bali dengan IR 167.471 kasus dan berada di urutan keempat setelah DKI Jakarta, Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur. Salah satu daerah endemis DBD di Bali yaitu di Gianyar dimana berdasarkan data wilayah kerja puskesmas Gianyar I tercatat kasus DBD pada awal tahun 2013 hingga Desember 2013 terdapat sebanyak 91 kasus, dari 91 kasus tersebut sebagian besar penderita adalah anak usia dibawah 15 tahun.Hingga saat ini vaksin dan obat untuk mencegah penyakit DBD belum ditemukan maka dari itu untuk menanggulangi peningkatan kasus DBD dilakukan upaya preventif dan promotif dengan menggerakkan serta memberdayakan masyarakat dalam upaya pemberantasan sarang nyamuk (PSN) melalui gerakan 3M ( Menguras-Menutup-Mengubur). Kegiatan ini telah diintensifkan sejak tahun 1992 dan pada tahun 2000 dikembangkan menjadi 3M Plus yaitu dengan cara menggunakan larvasida, memelihara ikan dan mencegah gigitan nyamuk. (Depkes RI, 2009)Dalam pelaksanaan PSN DBD perlu diketahui tanda-tanda kejadian DBD, tempat-tempat perindukan nyamuk, cara penularan DBD, waktu yang disukai nyamuk Aedes aegypti untuk menggigit dan cara pemberantasan DBD, maka dari itu pengetahuan, sikap, dan tindakan masyarakat perlu diterapkan sejak dini terutama pada anak usia sekolah sebab anak usia sekolah berpotensi sebagai agen perubahan karena mudah dimotivasi dan ditingkatkan kompetensinya.(Achadi, 2010)Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik untuk mengambil penelitian terhadap siswa SD Negeri 1 Samplangan untuk mengetahui seberapa besar tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan mereka dalam melaksanakan PSN DBD di lingkungan sekolah sebagai upaya pencegahan penyakit DBD.1.2 Rumusan MasalahBagaimana hubungan pengetahuan, sikap dan tindakan mengenai PSN DBD pada siswa SD Negeri 1 Samplangan, Kecamatan Gianyar tahun 2014.

1.3 Tujuan Penelitian1.3.1 Tujuan umumMengetahui hubungan pengetahuan, sikap dan tindakan mengenai PSN DBD pada siswa SD Negeri 1 Samplangan, Kecamatan Gianyar tahun 2014..1.3.2 Tujuan khusus1.3.2.1 Mengetahui pengetahuan siswa SD Negeri 1 Samplangan tentang pelaksanaan PSN di lingkungan sekolahnya sebagai upaya pencegahan penyakit DBD.1.3.2.2 Mengetahui sikap siswa SD Negeri 1 Samplangan tentang pelaksanaan PSN di lingkungan sekolahnya sebagai upaya pencegahan penyakit DBD.1.3.2.3 Mengetahui tindakan siswa SD Negeri 1 Samplangan tentang pelaksanaan PSN di lingkungan sekolahnya sebagai upaya pencegahan penyakit DBD.1.3.2.4 Mengetahui hubungan pengetahuan dengan sikap siswa SD Negeri 1 Samplangan tentang pelaksanaan PSN di lingkungan sekolah.1.3.2.5 Mengetahui hubungan pengetahuan dengan tindakan siswa SD Negeri 1 Samplangan tentang pelaksanaan PSN di lingkungan sekolah.1.3.2.6 Mengetahui hubungan sikap dengan tindakan siswa SD Negeri 1 Samplangan tentang pelaksanaan PSN di lingkungan sekolah.1.4 Manfaat Penelitian1.4.1 Manfaat bagi siswaMemberikan informasi tentang pentingnya kesadaran anak pelaksanaan PSN DBD di lingkungan sekolahnya sebagai salah satu upaya pencegahan DBD.1.4.2 Manfaat bagi petugas kesehatanPenelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan pertimbangan dalam melaksanakan usaha pencegahan penyakit DBD. 1.4.3 Manfaat bagi penelitiHasil penelitian ini merupakan pengalaman yang penting untuk menambah wawasan, pengetahuan, serta pengembangan diri khususnya di bidang pencegahan penyakit DBD.1.4.4 Manfaat bagi fakultas kedokteranPenelitian ini diharapkan bermanfaat untuk menambah kepustakaan Fakultas Kedokteran dalam bidang karya tulis ilmiah.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1Demam Berdarah Dengue2.1.1Definisi Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus Dengue yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk tersebut hidup dan berkembang biak disekitar rumah dan tempat kerja. Penyakit ini dapat diderita oleh anak maupun orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi, yang biasanya memburuk dua hari pertama. (Kemenkes RI, 2010)2.1.2EtiologiPenyakit Demam Berdarah Dengue disebabkan oleh virus dengue dari kelompok B Arthropod Borne Virus (Arbovirus) yang sekarang dikenal sebagai genus Flavivirus, family Flaviviridae dan mempunyai 4 jenis serotipe, yaitu : DEN 1 , DEN 2 , DEN 3, DEN 4. Di Indonesia pengamatan virus dengue yang dilakukan sejak tahun 1975 di beberapa Rumah Sakit menunjukkan keempat serotipe di temukan dan bersirkulasi sepanjang tahun. Serotipe DEN 3 merupakan serotipe yang dominan dan diasumsikan banyak yang menunjukkan manifestasi klinik yang berat (Guerdan, 2010).

52.1.3Vektor DBDAedes aegypti telah lama dikenal sebagai penyebar virus Dengue penyebab penyakit Demam Berdarah Dengue. Nyamuk ini sekarang ditemukan di Negara-negara yang terletak di antara garis lintang 450 Lintang Utara dan garis 350 Lintang Selatan, kecuali ditempat-tempat dengan ketinggian lebih dari 1.000 meter di atas permukaan laut. Masa pertumbuhan dan perkembangan nyamuk Aedes aegypti dapat dibagi menjadi 4 tahap, yaitu telur, larva, pupa, dewasa (imago), sehingga termasuk metamorphosis sempurna (holometabola). (Bagus, 2010)Gambar 2.1 Morfologi Nyamuka. TelurTelur nyamuk Aedes aegypti berbentuk elips atau oval memanjang, warna hitam, ukuran 0.5-0.8 mm, permukaan poligonal, dan diletakkan satu per satu pada benda-benda yang terapung atau pada dinding bagian dalam tempat penampung air (TPA) yang berbatasan langsung dengan permukaan air. Dilaporkan bahwa dari telur yang dilepas, sebanyak 85% melekat di dinding TPA, sedangkan 15% lainnya jatuh ke permukaan air. Telur nyamuk Aedes aegypti di dalam air dengan suhu 20-40oC akan menetas menjadi larva dalam 1-2 hari. (Bagus, 2010)b. Larvalarva nyamuk Aedes aegypti tubuhnya memanjang tanpa kaki dengan bulu-bulu sederhana yang tersusun secara bilateral simetris. Larva ini dalam pertumbuhan dan perkembangannya mengalami 4 kali pergantian kulit, dan larva yang terbentuk berturut-turut disebut larva instar I, II, III, IV. Pada bagian kepala terdapat sepasang mata majemuk. Larva ini tubuhnya langsing dan bergerak sangat lincah, bersifat fototaksis negative, dan waktu istirahat membentuk sudut hampir tegak lurus dengan bidang permukaan air. Pada kondisi optimum, larva berkembang menjadi pupa dalam waktu 4-9 hari. (Bagus, 2010)c. PupaPupa nyamuk Aedes aegypti bentuk tubuhnya bengkok, dengan bagian kepala sampai dada lebih besar bila dibandingkan dengan bagian perutnya, sehingga tampak seperti tanda baca koma. Pada bagian punggung dada terdapat alat pernafasan seperti terompet. Pada ruas perut ke-8 terdapat sepasang alat pengayuh yang berguna untuk berenang. Alat pengayuh tersebut berjumbai panjang dan bulu di nomor 7 pada ruas perut ke-8 tidak bercabang. Pupa adalah bentuk tidak makan, tampak gerakannya lebih lincah bila dibandingkan dengan larva. Waktu istirahat posisi pupa sejajar dengan bidang permukaan air. Pupa berkembang menjadi nyamuk dewasa dalam 2-3 hari. (Bagus, 2010)d. Dewasa (Imago)Nyamuk dewasa Aedes aegypti keluar dari pupa melalui celah antara kepala dan daa. Nyamuk dewasa betina yang menghisap darah manusia untuk keperluan pematangan telurnya. Nyamuk ini menyerang manusia dari bagian bawah atau belakang tubuh mangsanya. Umur Aedes aegypti di alam bebas sekitar 10 hari. Umur ini telah cukup bagi nyamuk ini mengembangkan Virus Dengue menjadi jumlah yang lebih banyak dalam tubuhnya. (Bagus, 2010)2.1.4Cara PenularanBeberapa faktor yang mempengaruhi kejadian penyakit Demam Berdarah Dengue, antara lain faktor host, lingkungan (environment) dan faktor virusnya sendiri. Faktor host yaitu kerentanan (susceptibility) dan respon imun. Faktor lingkungan (environment) yaitu kondisi geografi (ketinggian dari permukaan laut, curah hujan, angin, kelembaban, musim); Kondisi demografi (kepadatan, mobilitas, perilaku, adat istiadat, sosial ekonomi penduduk). Virus dengue ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk Aedes albopictus, Aedes polynesiensis dan beberapa spesies yang lain dapat juga menularkan virus ini, namun merupakan vektor yang kurang berperan. Nyamuk Aedes tersebut dapat mengandung virus dengue pada saat menggigit manusia yang sedang mengalami viremia. Kemudian virus yang berada di kelenjar liur berkembang biak dalam waktu 8-10 hari (extrinsic incubation period) sebelum dapat ditularkan kembali kepada manusia pada saat gigitan berikutnya. Virus dalam tubuh nyamuk betina dapat ditularkan kepada telurnya (transovanan transmission), namun perannya dalam penularan virus tidak penting. Sekali virus dapat masuk dan berkembangbiak di dalam tubuh nyamuk, nyamuk tersebut akan dapat menularkan virus selama hidupnya (infektif). Di tubuh manusia, virus memerlukan waktu masa tunas 4-7 hari (intrinsic incubation period) sebelum menimbulkan penyakit. Penularan dari manusia kepada nyamuk hanya dapat terjadi bila nyamuk menggigit manusia yang sedang mengalami viremia, yaitu 2 hari sebelum panas sampai 5 hari setelah demam timbul. (Ishartadiati,, 2009)2.1.5 Tempat Perkembangbiakan Nyamuk Aedes Aegypti Tempat perkembangbiakan utama vektor demam berdarah yaitu tempat-tempat penampungan air berupa genangan air yang tertampung di suatu tempat atau bejana di dalam atau sekitar rumah atau tempat-tempat umum, biasanya tidak melebihi jarak 500 meter dari rumah. Jenis tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti dapat dikelompokkan sebagai berikut: (Depkes RI, 2009)a) Tempat penampungan air (TPA) untuk keperluan sehari-hari, seperti drum, tangki reservoir, tempayan, bak mandi dan ember.b) Tempat penampungan air bukan untuk keperluan sehari-hari seperti tempat minum burung, vas bunga, perangkap semut dan barang-barang bekas seperti ban, kaleng, botol, plastik.c) Tempat penampungan air alamiah seperti lobang pohon, lobang batu, pelepah daun, tempurung kelapa dan potongan bambu.2.1.6 Daerah Potensial Untuk Penularan Penyakit DBD Penularan DBD dapat terjadi di semua tempat yang terdapat nyamuk penularnya. Tempat yang potensial untuk terjadinya penularan DBD (Depkes RI, 2009) adalah :1. Wilayah yang banyak terjadi kasus DBD (endemis)2. Tempat-tempat umum merupakan tempat berkumpul orang-orang yang datang dari berbagai wilayah sehingga kemungkinan terjadinya pertukaran beberapa tipe virus dengue cukup besar. Tempat-tempat umum itu antara lain:a) SekolahAnak siswa sekolah berasal dari berbagai wilayah dan merupakan kelompok umur yang paling susceptible untuk terserang penyakit DBD.b) Rumah sakit, puskesmas dan sarana pelayanan kesehatan lainnyaOrang datang dari berbagai wilayah dan kemungkinan diantaranya adalah penderita DBD atau carier virus dengue.3. Pemukiman baru di pinggir kota, karena di lokasi ini umumnya penduduk berasal dari berbagai wilayah, maka terdapat kemungkinan diantara penduduk tersebut ada yang menjadi carier virus dengue.(Depkes RI, 2009)2.1.7Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit DBDHingga saat ini vaksin untuk pencegahan penyakit DBD dan obat virusnya masih belum ditemukan maka pencegahan penyakit DBD merupakan pilihan utama untuk menurunkan angka penyakit DBD. Cara tepat untuk memberantas nyamuk Aedes aegypti adalah memberantas jentik-jentiknya di tempat perkembangbiakannya. Cara ini dikenal dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk DBD (PSN-DBD), PSN-DBD perlu dilaksanakan secara teratur sekurang-kurangnya seminggu sekali di tempat-tempat yang rawan perkembangbiakan jentik nyamuk. Beberapa metode pengendalian vektor telah banyak diketahui dan digunakan oleh program pengendalian DBD di tingkat pusat dan di daerah yaitu (Kemenkes RI, 2010) :1) InsektisidaPencegahan dengan insektisida adalah dengan cara fogging insektisida golongan Organophospate (misalnya malathion), Pyretoid sintetic (misalnya lamda sihalotrin, cypermetrin, alfamethrin), Carbamat.. Sistem ini menghasilkan fog dengan cara memecahkan tetesan racun serangga oleh dorongan atau hantaman gas panas, sehingga menjadi butiran (droplet) larutan serangga yang sangat kecil dan terkumpul merupakan fog kabut. Ukuran droplet tersebut berkisar antara 5-100 mikrometer. Insektisida yang digunakan dalam system thermal fogging adalah rumah dan halaman atau perkarangan sekitarnya. Waktu operasi pagi hari atau sore hari. Namun pemakaian insektisida tidak mungkin dilakukan terus-menerus, sebab selain mahal, dapat mencemari lingkungan dan menyebabkan munculnya generasi nyamuk yang resisten terhadap insektisida yang bersangkutan. (Kemenkes RI, 2010)2) Tanpa insektisidaCara yang paling utama dalam pengendalian vektor adalah penatalaksanaan lingkungan dengan suatu pandangan untuk mencegah atau mengurangi perkembangan vektor dan kontak manusia-vektor-patogen. PSN terhadap jentik nyamuk Aedes aegypti yang dilakukan dengan cara : (Kemenkes RI, 2010)A. KimiaPengendalian secara kimiawi masih paling populer baik bagi program pengendalian DBD dan masyarakat. Cara pemberantasan jentik Aedes aegypti dengan menggunakan insektisida pembasmi jentik (larvasida) ini dikenal dengan istilah abatisasi, larvasida yang biasa digunakan adalah temephos, dosis yang digunakan 1 ppm atau 10 gr residu 3 bulan. Selain itu dapat digunakan Bacilus thuringlensis var, israeliensis (btl) atau golongan insect growth regulator. (Kemenkes RI, 2010)B. BiologiPengendalian secara biologis merupakan upaya pemanfaatan agent biologi untuk pengendalian vektor DBD. Beberapa agen biologis yang sudah digunakan dan terbukti mampu mengendalikan populasi larva vektor DBD adalah dari kelompok bakteri, predator seperti ikan pemakan jentik. (Kemenkes RI, 2010)1) PredatorPredator larva di alam cukup banyak, namun yang bisa digunakan untuk pengendalian larva vektor DBD tidak banyak jenisnya. Cara yang biasa digunakan adalah dengan memelihara : (Kemenkes RI, 2010) Ikan Gambusia affinis dan Poicilia reticulate sebagai predator (pemakan larva nyamuk) Mesocyclop aspericonis sebagai predator larva stadium 1 Larva Toxorhynchites sp. Sebagai predator larva stadium 1, 2, 3 larva Aedes2) BakteriAgen biologis yang sudah dibuat secara komersial dan digunakan untuk larvasidasi dan efektif untuk pengendalian larva vektor adalah kelompok bakteri. Dua spesies bakteri yang sporanya mengandung endotoksin dan mampu membunuh larva adalah Bacillus thuringiensis serotype H-14 (Bt. H-14) dan B. spaericus (BS). Endotoksin merupakan racun perut bagi larva, sehingga spora harus masuk ke dalam saluran pencernaan larva. Keunggulan agent biologis ini tidak mempunyai pengaruh negatif terhadap lingkungan dan organisme bukan sasaran. Kelemahan cara ini harus dilakukan secara berulang dan sampai sekarang masih harus disediakan oleh pemerintah melalui sektor kesehatan. Karena endotoksin berada di dalam spora. (Kemenkes RI, 2010)C. FisikManajemen lingkungan adalah upaya pengelolaan lingkungan untuk mengurangi bahkan menghilangkan habitat perkembangbiakan nyamuk vektor sehingga akan mengurangi kepadatan populasi. Manajemen lingkungan hanya akan berhasil dengan baik kalau dilakukan oleh masyarakat, lintas sektor, para pemegang kebijakan dan lembaga swadaya masyarakat melalui program kemitraan. Di Indonesia metode ini lebih dikenal sebagai metode PSN-DBD atau 3M. (Kemenkes RI, 2010)Pemberantasan Sarang Nyamuk DBDPSN DBD adalah kegiatan memberantas telur, jentik dan kepompong nyamuk penular DBD (Aedes aegypti) di tempat-tempat perkembangbiakannya. Tujuan dari PSN DBD ini adalah untuk mengendalikan populasi nyamuk Aedes aegypti, sehingga penularan DBD dapat dicegah atau dikurangi. Pencegahan penyakit DBD sangat tergantung pada pengendalian vektornya, yaitu nyamuk Aedes aegypti. (Kemenkes RI, 2010)PSN DBD dilakukan dengan cara 3M, yaitu :1. Menguras dan menyikat tempat-tempat penampungan air, seperti bak mandi/WC, drum dan tempat lainnya seminggu sekali (M1)2. Menutup rapat-rapat tempat penampungan air, seperti gentong air/tempayan dan lain-lain (M2)3. Mengubur atau menyingkirkan barang-barang bekas yang dapat menampung air hujan (M3).Selain 3M, juga dapat ditambahkan dengan cara lainnya, seperti :1. Mengganti air vas bunga, tempat tirta, tempat minum burung atau tempat-tempat lainnya yang sejenis setiap seminggu sekali2. Memperbaiki saluran dan talang air yang tidak lancer3. Menutup lubang-lubang pada potongan bamboo/pohon, dan lain-lain (dengan tanah atau benda sejenis)4. Menaburkan bubuk larvasida, misalnya di tempat-tempat yang sulit dikuras5. Memelihara ikan pemakan jentik di kolam/bak-bak penampung air6. Memasang kawat kasa7. Menghindari kebiasaan menggantung pakaian dalam kamar8. Mengupayakan pencahayaan dan ventilasi ruang yang memadai9. Menggunakan kelambu10. Memakai obat yang dapat mencegah gigitan nyamukKeseluruhan cara tersebut dikenal dengan istilah3M Plus. (Kemenkes RI, 2010)2.2PerilakuPerilaku dari pandangan biologis adalah merupakan suatu kegiatan organisme yang bersangkutan. Jadi perilaku manusia pada hakikatnya adalah suatu aktivitas daripada manusia itu sendiri. Menurut Robert Kwick menyatakan bahwa perilaku adalah tindakan suatu organisme yang dapat diamati bahkan dapat dipelajari. Perilaku tidak sama dengan sikap. Sikap adalah hanya suatu kecendrungan untuk mengadakan tindakan terhadap suatu objek, dengan suatu cara yang menyatakan adanya tanda-tanda untuk menyenangi atau tidak menyenangi objek tersebut. Sikap hanyalah sebagian dari perilaku manusia. (Notoatmodjo, 2007)Becker (1979) mengajukan klasifikasi perilaku yang berhubungan dengan kesehatan sebagai berikut :1. Perilaku kesehatan, yaitu hal-hal yang berkaitan dengan tindakan atau kegiatan seseorang dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Termasuk juga tindakan untuk mencegah penyakit, kebersihan perorangan, memilih makanan, sanitasi dan sebagainya.2. Perilaku sakit, yaitu segala tindakan yang dilakukan oleh seorang individu yang merasa sakit, untuk merasakan dan mengenal keadaan kesehatannya atau rasa sakit. Termasuk disini juga kemampuan atau pengetahuan individu untuk mengidentifikasi penyakitnya, penyebab penyakit, serta usaha mencegah penyakit tersebut.3. Perilaku peran sakit, yaitu segala tindakan yang dilakukan oleh seorang individu yang sedang sakit untuk memperoleh kesembuhan. Perilaku ini disamping berpengaruh terhadap kesehatan/kesakitannya sendiri, juga berpengaruh terhadap orang lain, terutama kepada anak-anak yang belum mempunyai kesadaran dan tanggung jawab terhadap kesehatannya.Dalam perkembangan selanjutnya oleh para ahli pendidikan, dan untuk kepentingan pengukuran hasil pendidikan, ketiga domain ini diukur dari:a) Pengetahuan peserta didik terhadap materi pendidikan yang diberikan (knowledge)b) Sikap atau tanggapan peserta didik terhadap materi pendidikan yang diberikan (attitude)c) Praktek atau tindakan yang dilakukan oleh peserta didik sehubungan dengan materi pendidikan yang diberikan (practice)2.2.1.PengetahuanPengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui. Manusia memiliki rasa ingin tahu, lalu ia mencari, hasilnya ia tahu sesuatu. Sesuatu tersebut adalah pengetahuan. Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil dari tahu dan pengalaman seseorang dalam melakukan penginderaan terhadap suatu rangsangan tertentu. Kedalaman pengetahuan yang diperoleh seseorang terhadap suatu rangsangan dapat di klasifikasi berdasarkan enam tingkatan, yaitu : (Notoatmodjo, 2007)a) Tahu (know)Merupakan mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk ke dalam tingkatan ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima. Oleh karena itu, tahu merupakan tingkatan pengalaman yang paling rendah.b) Memahami (Comprehension)Merupakan suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar objek yang diketahui. Orang telah paham akan objek atau materi harus mampu menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. c) Aplikasi (application) Kemampuan dalam menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya.d) Analisis (analysis)Kemampuan dalam menjabarkan materi atau suatu objek dalam komponen-komponen, dan masuk ke dalam struktur organisasi tersebut.e) Sintesis (synthsis)Kemampuan dalam meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.f) Evaluasi (evaluation)Kemampuan dalam melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dan subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkat-tingkat tersebut diatas. (Notoatmodjo, 2007)2.2.2SikapSikap adalah kesiapan atau kesediaan seseorang untuk bertingkah laku atau merespon sesuatu baik terhadap rangsangan positif maupun negative dari suatu objek rangsangan. Sikap belum merupakan tindakan akan tetapi faktor predisposisi bagi seseorang untuk berperilaku.Menurut Allport (1954) sikap mempunyai pokok, yakni : (Notoatmodjo, 2005)a) Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objekb) Kepercayaan, ide, konsep terhadap suatu konsepc) Kecendrungan untuk bertindakSikap terdiri dari berbagai tindakan, antara lain:a) Menerima (receiving)Mau dan memperhatikan stimulus yang diberikanb) Merespon (responding)Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan.c) Menghargai (valuing)Mengajak orang lain mengerjakan atau mendiskusiskan masalahd) Bertanggung jawab (responsible)Mempunyai tanggung jawab terhadap segala sesuatu yang dipilihnya dengan segala resiko.

2.2.3TindakanUntuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan. Tindakan dibedakan atas beberapa tingkatan, yaitu : (Notoatmodjo, 2005)a) Persepsi (perception)Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama.b) Respon terpimpin (guided response)Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktek tingkat dua.c) Mekanisme (mechanism)Apabila sesorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktek tingkat tiga.d) Adopsi (adoption)Adopsi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik.

BAB IIIKERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL3.1 PENGETAHUANTINDAKANSIKAPPSN DBD3 M (Menguras, Menutup, Mengubur)Kerangka Konsep

Gambar 3.1Skema Kerangka Konsep3.2 19Variabel dan Definisi OperasionalNo.VariabelDefinisi OperasionalCara UkurHasil UkurSkala Ukur

1.PSN DBDPSN= Pemberantasan Sarang Nyamuk yang meliputi ;Menguras tempat penampungan air, menutup tempat penutupan air, mengubur barang bekas).Kuesioner

2.Pengetahuan Pengetahuan pada penelitian ini adalah segala sesuatu yang diketahui responden tentang PSN DBD.

Kuesioner 1: baik2: sedang3: kurangOrdinal

3.SikapSikap adalah tanggapan atau reaksi responden terhadap PSN DBD.Kuesioner 1: baik2: sedang3: kurangOrdinal

4.TindakanTindakan adalah segala sesuatu yang telah dilakukan responden sehubungan dengan pengetahuan dan sikap tentang PSN DBD.Kuesioner 1: baik2: sedang3: kurangOrdinal

3.3 Pengukuran3.3.1 PengetahuanPengetahuan responden diukur melalui 10 pertanyaan. Responden yang menjawab Benar diberi skor 1 sedangkan yang menjawab Salah diberi 0. Jadi, skor tertinggi yang dapat dicapai responden adalah 10.Selanjutnya dikategorikan atas baik, sedang, kurang, dengan definisi sebagai berikut : (Arikunto, 2006)a. Baik, apabila responden mengetahui sebagian besar atau seluruhnya tentang PSN DBD (skor jawaban responden >75% dari nilai tertinggi yaitu >7).b. Sedang, apabila responden mengetahui sebagian tentang 3M (skor jawaban responden 56%-75% dari nilai tertinggi yaitu 4-7).c. Kurang, apabila responden mengetahui sebagian kecil tentang 3M (Skor jawaban responden 3).b. Sedang, apabila responden mengetahui sebagian tentang 3M (skor jawaban responden 56%-75% dari nilai tertinggi yaitu 2-3).c. Kurang, apabila responden mengetahui sebagian kecil tentang 3M (Skor jawaban responden 3).b. Sedang, apabila responden mengetahui sebagian tentang 3M (skor jawaban responden 56%-75% dari nilai tertinggi yaitu 2-3).c. Kurang, apabila responden mengetahui sebagian kecil tentang 3M (Skor jawaban responden