Isi Proposal FORMULASI SEDIAAN GRANUL EFFERVESCENT EKSTRAK LIDAH BUAYA 1

38
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masyarakat Indonesia sejak dahulu sudah melakukan pengobatan secara tradisional hingga sekarang. Kekayaan tumbuhan Indonesia yang berkhasiat sebagai tanaman obat sangat berlimpah dan banyak digunakan sebagai obat tradisional, maka obat tradisional perlu dikembangkan karena banyak kandungan zat aktif yang menguntungkan. Seiring berkembangnya prinsip back to nature, masyarakat sekarang ini semakin menyukai dan menyenangi ramuan bahan alami dibandingkan obat kimia. Hal ini karena ramuan bahan alami lebih ekonomis, mudah didapat dan tidak menimbulkan efek samping yang sangat toksik. Walaupun demikian, perlu pembuktian melalui penelitian dan pengkajian ilmiah oleh pakar farmakognosi (ahli obat alam) perihal khasiat kandungan dan keamanannya pada manusia. Pengembangan di bidang kesehatan terutama sangat diperlukan peran aktif masyarakat untuk mencapai kemampuan hidup sehat. Salah satu cara agar dapat sehat adalah dengan membudayakan pemanfaatan tanaman berkhasiat obat sebagai obat alternatif yang sekarang lebih dikenal dengan istilah Obat Asli Indonesia.

description

FORMULASI SEDIAAN GRANUL EFFERVESCENT EKSTRAK LIDAH BUAYA

Transcript of Isi Proposal FORMULASI SEDIAAN GRANUL EFFERVESCENT EKSTRAK LIDAH BUAYA 1

Page 1: Isi Proposal FORMULASI SEDIAAN GRANUL EFFERVESCENT EKSTRAK LIDAH BUAYA 1

BAB IPENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Masyarakat Indonesia sejak dahulu sudah melakukan pengobatan secara

tradisional hingga sekarang. Kekayaan tumbuhan Indonesia yang berkhasiat

sebagai tanaman obat sangat berlimpah dan banyak digunakan sebagai obat

tradisional, maka obat tradisional perlu dikembangkan karena banyak kandungan

zat aktif yang menguntungkan. Seiring berkembangnya prinsip back to nature,

masyarakat sekarang ini semakin menyukai dan menyenangi ramuan bahan alami

dibandingkan obat kimia. Hal ini karena ramuan bahan alami lebih ekonomis,

mudah didapat dan tidak menimbulkan efek samping yang sangat toksik.

Walaupun demikian, perlu pembuktian melalui penelitian dan pengkajian ilmiah

oleh pakar farmakognosi (ahli obat alam) perihal khasiat kandungan dan

keamanannya pada manusia.

Pengembangan di bidang kesehatan terutama sangat diperlukan peran

aktif masyarakat untuk mencapai kemampuan hidup sehat. Salah satu cara agar

dapat sehat adalah dengan membudayakan pemanfaatan tanaman berkhasiat obat

sebagai obat alternatif yang sekarang lebih dikenal dengan istilah Obat Asli

Indonesia.

Penggunaan sediaan granul memiliki kelebihan dibandingkan bentuk

sediaan obat lain, yaitu dalam hal kepraktisan dan kemudahan dalam

penggunaannya. Sediaan granul adalah gumpalan-gumpalan partikel yang lebih

kecil, umumnya berbentuk tidak merata dan menjadi seperti partikel-partikel

tunggal yang lebih besar, ukurannya berkisar antara ayakan mesh 4 -12, namun

dari bermacam - macam ukuran lubang ayakan dapat dibuat sesuai dengan

keinginan dan tujuan pemakaian. Granulasi merupakan proses pengubahan

campuran serbuk menjadi granul yang lebih bebas mengalir dibandingkan dengan

serbuk awalnya (Ansel, 1989).

Pegagan (Centella asiatica (L) Urban) adalah salah satu dari 10 jenis

tanaman terlaris di dunia yang mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai

Page 2: Isi Proposal FORMULASI SEDIAAN GRANUL EFFERVESCENT EKSTRAK LIDAH BUAYA 1

tanaman obat. Jenis Pegagan yang banyak dijumpai adalah Pegagan Merah dan

Hijau. Pegagan Merah dikenal dengan antanan kebun atau antanan batu karena

banyak ditemukan di daerah bebatuan, kering dan terbuka. Sedangkan Pegagan

Hijau sering banyak dijumpai di daerah pesawahan dan disela-sela rumput.

Tanaman yang digunakan pada penelitian ini adalah Pegagan Hijau, karena

mempunyai kandungan zat asiatikosida yang lebih banyak dibandingkan dengan

pegagan merah (Endah dkk, 2003 dalam Haryadi, 2010).

Adanya kandungan senyawa asiatikosida, glikosida, tanin, terpen,

saponin, flavonoid, serta garam mineral seperti kalium, natrium, magnesium,

kalsium dan besi (Prasetya, 2006), membuat pegagan berkhasiat sebagai obat

untuk memperbaiki dan merevitalisasi pembuluh darah dan sel-sel yang rusak

dalam tubuh, menurunkan tekanan darah tinggi, dan penyembuhan penyakit HIV

melalui peningkatan ketahanan tubuh pasien (Mariam dan Yusron, 2005). Selain

itu juga pegagan memiliki khasiat antioksidan, antiinflamasi, antibiotik,

antidemam, antidiuretik dan keratolitik (Paimin, 2001 dalam Haryadi, 2010).

Asiatikosida merupakan triterpenoid glikosida yang didapat dari tanaman

pegagan (Centella asiatika (L.) Urban) yang biasanya digunakan untuk

pengobatan. Aktivitasnya antara lain untuk merevatilisasi pembuluh darah,

meningkatkan perbaikan dan penguatan sel-sel, stimultan pertumbuhan kuku,

rambut, jaringan ikat dan dapat melawan virus herpes simplek 1 dan 2,

Mycobacterium tuberculosis dan neuroprotectant. Asiatikosida juga mempunyai

aktivitas sebagai antioksidan yang cukup besar (Yonet, 2010). Selain itu

berdasarkan hasil penelitian Herlina (2010), pemberian total triterpen pegagan 32

mg/kg BB dapat meningkatkan fungsi kognitif belajar dan mengingat pada mencit

jantan albino.

Hasil penelitian Haryadi (2010), pegagan diekstraksi dengan etanol 30%

dan rendemen ekstrak pegagan berkorelasi dengan kapasitas antioksidan di mana

semakin tinggi kadar rendemen ekstrak maka kapasitas antioksidannya semakin

tinggi. Kapasitas antioksidan berkorelasi dengan profil spektrogram FTIR di mana

semakin tinggi kapasitas antioksidannya maka jumlah serapan pada bilangan

3450-3251 cm-1 semakin banyak.

2

Page 3: Isi Proposal FORMULASI SEDIAAN GRANUL EFFERVESCENT EKSTRAK LIDAH BUAYA 1

Penelitian-penelitian tentang isolasi asiatikosida telah banyak dilakukan.

Asiatikosida dapat diisolasi dari ekstrak air. Untuk mendapatkan senyawa murni

dilakukan partisi antara senyawa halogenik yaitu kloroform dengan senyawa yang

kandungan alkoholnya tinggi. Bagian alkohol dicuci dengan NaOH dan untuk

rekristalisasi digunakan etil asetat. Dalam penelitian tersebut penetapan kadar

kemurnian asiatikosida ditetapkan dengan HPLC dan diperoleh kadar sebesar 84

% (Barbosa et al., 2008). Penelitian yang lain menunjukkan bahwa asiatikosida

dapat diisolasi dari ekstrak metanol dengan metode kromatografi kolom dengan

menggunakan kombinasi fase gerak antara etil asetat dan metanol, sedangkan

untuk penetapan kadar asiatikosida dapat menggunakan metode kromatografi cair

kinerja tinggi atau HPLC dan diperoleh kadar sebesar 2,56 μg/ml (Zainol et al.,

2008 dalam Yonet, 2010).

Berdasarkan penelitian tersebut, maka ekstrak pegagan akan

dikembangkan ke arah bentuk sediaan yang praktis dan mudah digunakan, yaitu

sediaan granul instan. Dibuat beberapa formula granul instan kemudian dilakukan

evaluasi untuk mendapat kriteria granul instan yang terbaik. Hasil formulasi

granul instan terbaik diidentifikasi dengan HPLC (High Performance Liquid

Chromatography) untuk mengetahui kandungan asiatikosidanya.

1.2. Tujuan Penelitian

1. Membuat formulasi granul instan dari ekstrak herba pegagan sebagai

minuman kesehatan.

2. Menentukan kandungan asiatikosida dari simplisia basah, ekstrak kering

dan granul instan ekstrak herba pegagan.

1.3. Hipotesis

1. Ekstrak pegagan dapat dibuat formulasi granul instan.

2. Kandungan asiatikosida menurun selama proses pengolahan.

3. Ada perbedaan jumlah kandungan asiatikosida pada simplisia basah,

ekstrak kering dan granul instan ekstrak herba pegagan.

3

Page 4: Isi Proposal FORMULASI SEDIAAN GRANUL EFFERVESCENT EKSTRAK LIDAH BUAYA 1

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban)

2.1.1 Deskripsi dan Morfologi Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban)

Pegagan tergolong herba berbatang pendek, sehingga dianggap tidak

mempunyai batang. Pegagan merupakan tanaman herba tahunan yang tumbuh

menjalar dan berbunga sepanjang tahun. Pegagan termasuk famili Umbilliferae

(Apiaceae) merupakan tanaman herba atau terna menahun tanpa batang tetapi

dengan rimpang pendek dan stolon-stolon yang merata. Daun tunggal tersusun

dalam roset yang terdiri dari 2 sampai 10 daun, kadang-kadang agak berambut;

tungkai daun panjang sampai 50 mm, helai daun berbentuk ginjal, lebar dan

bundar dengan garis tengah 1 cm sampai 7 cm, tepi daun bergerigi. Perbungaan

berupa paying tunggal 3 atau sampai 5 bersama-sama atau ke luar dari ketiak daun

kelopak, gagang perbungaan 5 mm sampai 50 mm, lebih pendek daripada tangkai

daun. Bunga umumnya 3, daun pelindung 2 panjang 3-4 mm bentuk bundar telur

tajuk berwarna merah lembayung panjang 1-1,5 mm, lebar sampai 0,75 mm. Buah

pipih lebar kurang lebih 7 mm dan tinggi kurang lebih 3 mm berwarna kuning

kecoklatan berdinding agak tebal (DepKes RI, 1977). Gambar herba pegagan

dapat di lihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Herba Pegagan (Centelle asiatica (L.) Urban)(Sumber: Majalah Swadaya, 2003)

Jenis Pegagan yang banyak dijumpai adalah Pegagan Merah dan Pegagan

Hijau. Pegagan Merah dikenal dengan antanan kebun atau antanan batu karena

4

Page 5: Isi Proposal FORMULASI SEDIAAN GRANUL EFFERVESCENT EKSTRAK LIDAH BUAYA 1

banyak ditemukan di daerah bebatuan, kering dan terbuka. Pegagan Merah

tumbuh merambat dengan stolon dan tidak mempunyai batang. Sedangkan

Pegagan Hijau sering banyak dijumpai di daerah pesawahan dan disela-sela

rumput. Tempat yang disukai pegagan hijau yaitu tempat yang lembab dan

terbuka atau agak ternaungi. Tanaman yang digunakan pada penelitian ini adalah

Pegagan Hijau, karena mempunyai kandungan zat asiatikosida yang lebih banyak

dibandingkan dengan pegagan merah (Endah dkk, di dalam Haryadi 2010).

Tanaman pegagan dapat diperbanyak dengan menggunakan stolon dan akar

tunggang. Stolon berakar/bertunas dipotong-potong sepanjang 2,5 cm dan ditanam

langsung. Dalam waktu 14 hari tanaman sudah tumbuh (Winarto, 2007 dalam

Haryadi, 2010).

2.1.2 Ekologi dan Penyebaran

Pegagan tumbuh liar di seluruh Indonesia serta daerah beriklim tropik.

Pada umumnya dari dataran rendah hingga ketinggian 2500 m di atas permukaan

laut. Tumbuh di tempat yang terbuka atau sedikit kenaungan. Pada tanah yang

lembab dan subur seperti padang rumput, tepi parit, diantara batu-batu, di tepi

jalan dan tembok (Winarto, 2007 dalam Haryadi, 2010).

2.1.3 Kandungan dan Khasiat

Adanya kandungan senyawa asiatikosida, glikosida, tanin, terpen,

saponin, flavonoid, serta garam mineral seperti kalium, natrium, magnesium,

kalsium dan besi (Prasetya, 2006), sehingga Pegagan berkhasiat sebagai obat

untuk memperbaiki dan merevitalisasi pembuluh darah dan sel-sel yang rusak

dalam tubuh, menurunkan tekanan darah tinggi, dan penyembuhan penyakit HIV

melalui peningkatan ketahanan tubuh pasien (Mariam dan Yusron, 2005), selain

itu juga Pegagan memiliki khasiat antioksidan, antiinflamasi, antibiotik,

antidemam, antidiuretik dan keratolitik (Paimin, 2001 dalam Haryadi, 2010).

5

Page 6: Isi Proposal FORMULASI SEDIAAN GRANUL EFFERVESCENT EKSTRAK LIDAH BUAYA 1

2.2 Asiatikosida

Asiatikosida merupakan triterpenoid glikosida yang didapat dari tanaman

pegagan (Centella asiatika L. Urban) yang biasanya digunakan untuk pengobatan.

Asiatikosida ini mempunyai nama lain madecasol. Struktur molekul dari

asiatikosida C48H78O19. dan mempunyai berat molekul 959,19 (Robinson, 1998

dalam Yonet, 2010).

Gambar 2. Struktur kimia Asiaticosida(Sumber: Angga, 2010)

Asiatikosida merupakan suatu senyawa terpenoid karena mempunyai

ciri-ciri: branching yakni bercabang dengan gugus metil, itu menandakan gugus

metil berasal dari salah satu dimetil isopren, jika membentuk cincin aromatis

maka berbentuk tidak wajar, terdiri dari 2-8 x C5. Artinya jumlah atom karbonnya

5 x 2 sampai dengan 8 atau mendekati karena kehilangan 1 atom C, banyak

terdapat karbon asimetrik, yakni empat atom yang terikat atom karbon berbeda,

tidak simetris, bukan cermin. Atom O mulai dari 0 sampai multiple gugus –OH

(hidroksil) dan = O (karbonil), artinya jumlah atom oksigen tidak tentu.

Berdasarkan strukturnya (Gambar 2). Asiatikosida merupakan senyawa yang

bersifat kurang polar karena banyaknya rantai karbon dan mempunyai panjang

gelombang yang rendah karena tidak mempunyai gugus rangkap terkonjugasi

(kromofor) sehingga memerlukan energi yang tinggi untuk bereksitasi karena

lebih tingginya selisih energi antara HOMO (Orbital Molekul Terhuni Tertinggi)

dan LUMO (Orbital Molekul Kosong Terendah) dibandingkan dengan senyawa

yang mempunyai ikatan rangkap terkonjugasi. Aktivitasnya antara lain sebagai

perevitalisasi pembuluh darah sehingga peredaran darah ke otak menjadi lancar,

6

Page 7: Isi Proposal FORMULASI SEDIAAN GRANUL EFFERVESCENT EKSTRAK LIDAH BUAYA 1

meningkatkan perbaikan dan penguatan sel-sel, stimultan pertumbuhan kuku,

rambut, jaringan ikat dan dapat melawan virus herpes simplek 1 dan 2,

micobacterium tuberculosis dan neuroprotectant. Selain itu asiatikosida juga

mempunyai aktivitas sebagai antioksidan yang cukup besar (Annisa, 2006 dalam

Yonet, 2010).

2.3 Ekstraksi

Ekstraksi merupakan kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat

larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair

(DepKes RI, 2000). Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan

mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan

pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan

massa atau serbuk yang tersedia diperlukan sedemikian hingga memenuhi baku

yang telah ditentukan (DepKes RI, 1995).

Pada penelitian ini jenis ekstraksi yang digunakan adalah ekstraksi dengan

cara maserasi. Ekstraksi cara maserasi merupakan pengekstrak simplisia dengan

menggunakan pelarut dan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada

temperatur ruangan (DepKes RI, 2005). Keuntungan dari cara maserasi yaitu

peralatan yang digunakan sangat sederhana dan mudah dikerjakan sedangkan

kekuranganya yaitu waktu yang dibutuhkan untuk ekstraksi lama dan

penyariannya kurang sempurna.

2.4.Granul Instan

Granul adalah gumpalan-gumpalan dari partikel-partikel yang kecil.

Umumnya berbentuk tidak merata dan menjadi seperti partikel tunggal yang lebih

besar. Ukuran biasanya berkisar antara ayakan 4-12, walaupun demikian dari

macam-macam ukuran lubang ayakan mungkin dapat dibuat tergantung pada

tujuan pemakaiannya (Ansel, 1989). Definisi dari granulasi adalah proses

pembuatan granul yang bertujuan untuk meningkatkan aliran serbuk dengan jalan

membentuknya menjadi bulatan atau agregat dalam bentuk yang beraturan yang

disebut granul (Lachman, 1988). Sedangkan menurut Ansel (1989), proses

7

Page 8: Isi Proposal FORMULASI SEDIAAN GRANUL EFFERVESCENT EKSTRAK LIDAH BUAYA 1

pengubahan campuran dari bentuk serbuk menjadi granul akan memperbaiki daya

alir sediaan.

Bentuk granul biasanya lebih stabil secara fisik dan kimia daripada

serbuk saja. Granul biasanya lebih tahan terhadap pengaruh udara. Selama granula

lebih mudah dibasahi (wetted) oleh pelarut daripada beberapa macam serbuk yang

cenderung akan mengambang diatas permukaan pelarut, sehingga granula lebih

disukai untuk dijadikan larutan (Ansel, 1989).

Menurut Voight (1995) beberapa syarat yang harus dimiliki granul

diantaranya adalah mempunyai bentuk dan warna yang homogen, memiliki

distribusi butiran yang sempit dan tidak lebih dari 10% mengandung komponen

berbentuk serbuk, memiliki daya alir yang baik, mudah larut dalam air.

Pembuatan granul dapat dibedakan menjadi 2 cara yaitu : granulasi basah

dan kering. Granulasi basah dibuat dengan cara zat berkhasiat, dan zat pengisi

dicampur baik-baik, lalu dibasahi dengan larutan pengikat, bila perlu ditambah

bahan pewarna. Setelah itu diayak menjadi granul, dan dikeringkan pada suhu 40-

500 C. Granulasi kering khusus digunakan untuk bahan-bahan yang tidak dapat

diolah dengan metode granulasi basah, karena kepekaannya terhadap uap air. Pada

metode granulasi kering: zat aktif, zat pengisi, dan zat bahan pengikat, dicampur

dan di “slugged” atau kompresi menjadi tablet. Setelah itu tablet dipecah menjadi

granul dan kemudian diayak kembali.

2.5 Bahan Tambahan Granul Instan

Bahan tambahan yang digunakan pada pembuatan granul instan antara

lain serbuk gula pasir, laktosa, Amylum Manihot dan Corn Starch.

1. Gula Pasir (Sukrosa)

Serbuk hablur berwarna putih, tidak berbau, rasa agak manis, stabil di

udara. Larutannya netral terhadap lakmus. Sangat mudah larut dalam air, lebih

mudah larut dalam air mendidih, sukar larut dalam etanol, tidak larut dalam

kloroform dan eter (Depkes RI, 1995).

8

Page 9: Isi Proposal FORMULASI SEDIAAN GRANUL EFFERVESCENT EKSTRAK LIDAH BUAYA 1

2. Laktosa

Serbuk atau massa hablur, keras, putih atau putih krem, tidak berbau, rasa

sedikit manis, stabil di udara, tetapi mudah menyerap bau. Sangat mudah larut

dalam air, lebih mudah larut dalam air mendidih, sukar larut dalam etanol,

tidak larut alam klorofom dan dalam eter. Titik leleh 1600-1860 C. Digunakan

sebagai pengisi (Depkes RI, 1995).

3. Amylum Manihot

Amylum Manihot adalah cadangan makanan utama yang merupakan

gabungan dari 2 polisakarida yaitu amilopektin (α-amilosa) yang merupakan

polimer rantai bercabang dan amilosa (β-amilosa) yang berantai lurus.

Amylum Manihot merupakan pati dari umbi akar Manihot utillisima Pohl

(Euphorbiaceae). Amylum Manihot bersifat inert dan dapat dicampur dengan

hampir semua obat tanpa menimbulkan terjadinya reaksi.

Amylum Manihot berbentuk serbuk sangat halus berwarna putih dan

memiliki sifat higroskopik, dimana kelarutannya mudah terdispersi dalam air

membentuk larutan koloidal, tidak larut dalam etanol, dalam eter dan dalam

pelarut organik lain.

Amylum Manihot dapat digunakan sebagai bahan pengikat dalam bentuk

mucilago dengan konsentrasi larutan 5-10% larutan, memiliki pH antara 6,5

dan 8,5. Larutan Amylum Manihot harus digunakan selagi hangat, karena bila

digunakan dibawah suhu 450 C akan membentuk gel. Amylum Manihot akan

membentuk granul dan tablet yang cukup keras dengan laju desintregasi

secara perlahan (Depkes, 1995 dan American Pharmaceutical Association,

1986).

4. Corn Starch

Corn Starch adalah hidrokarbon alam yang dapat dibagi menjadi

polisakarida anionik atau nonionik yang berupa serbuk yang bearasal dari

tanaman Zea Mays (Poaceae). Corn Starch berupa serbuk sangat halus dan

berwarna putih dan praktis tidak larut dalam air dingin dan dalam etanol.

Dibidang farmaseutika digunakan sebagai bahan pengemulsi, demulsan,

9

Page 10: Isi Proposal FORMULASI SEDIAAN GRANUL EFFERVESCENT EKSTRAK LIDAH BUAYA 1

suspending agent, stabilizer, zat pengental dan bahan dalam troches, 5%

larutan memiliki pH 4,5-5,0.

Larutan Corn Starch memiliki viskositas yang rendah jika dilakukan

pemanasan larutan yang lama karena terjadi polimerisasi. Dalam bentuk

larutan digunakan sebagai bahan pengikat dengan konsentrasi larutan 10-

15%. Larutan akan membentuk tablet yang cukup keras, dengan larutan

bermuatan negatif. Dapat pula menggunakan konsentrasi 5-25% b/b. Corn

strach tidak bercampur dengan adrenalin, aminopirin, bismuth subnitrat,

boraks, garam ferri, morfin, timol, dan vanilin. Kelebihan Corn strach dari

bahan pengikat lainnya adalah relatif murah, dapat mengentalkan serta

menstabilkan granul sampai menjadi sediaan tablet (American Pharmaceitical

Association, 1986)

2.6 Kromatografi Cair Kinerja Tinggi / HPLC

HPLC secara mendasar merupakan perkembangan tingkat tinggi dari

kromatografi kolom. Selain dari pelarut yang menetes melalui kolom dibawah

gravitasi, didukung melalui tekanan tinggi sampai dengan 400 atm. Ini

membuatnya lebih cepat (Clark, 2007).

HPLC memperbolehkan penggunaan partikel yang berukuran sangat kecil

untuk material terpadatkan dalam kolom dimana akan memperluas luas

permukaan yang akan berinteraksi antara fase diam dan molekul-molekul yang

melintasinya. Hal ini memungkinkan pemisahan yang lebih baik dari komponen-

komponen dalam campuran. Pemisahan mekanisme adsorbsi yang terjadi

termasuk dalam jenis mekanisme absorbsi dan sekitar 90% menggunakan fase

diam silika. Pada silika terdapat gugus hidroksi yang akan berinteraksi dengan

solut. Gugus silanol pada silika mempunyai reaktifitas yang berbeda, sehingga

solut dapat terikat secara kuat dan dapat juga menyebabkan tailing. Pada

mekanisme adsorbsi solut-solut akan tertahan karena adanya adsorbs pada

permukaan gugus aktif silanol dan akan terelusi sesuai dengan urutan polaritasnya

(Yonet, 2010).

10

Page 11: Isi Proposal FORMULASI SEDIAAN GRANUL EFFERVESCENT EKSTRAK LIDAH BUAYA 1

Instrumentasi HPLC pada dasarnya terdiri atas delapan komponen pokok

yaitu: (1) wadah fase gerak, (2) sistem penghantaran fase gerak, (3) alat untuk

memasukkan sampel, (4) kolom, (5) detektor, (6) wadah penampung buangan fase

gerak, (7) tabung penghubung, dan (8) suatu komputer atau integrator atau

perekam (Sudjadi, 2007).

11

Page 12: Isi Proposal FORMULASI SEDIAAN GRANUL EFFERVESCENT EKSTRAK LIDAH BUAYA 1

BAB III

BAHAN DAN METODE

3.1Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan dari bulan Februari sampai April 2011 di

Laboratorium Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Pakuan, Bogor. .

3.2 Bahan dan Alat

3.2.1 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah herba pegagan

yang berasal dari koleksi Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik, NH3,

CHCl3, H2SO4 2M, H2SO4 pekat, serbuk magnesium, HCl, HCl 1%, EtOH, FeCl3

10%, CH3COOH anhidrat, etanol 30%, akuades, pereaksi (Meyer, Dragendorf,

Buchardad, wagner, Lieberman, dan FeCl3). Laktosa, aquades, Amylum Manihot,

Corn Starch, gula halus.

3.2.2 Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: grinder, buchi

syncore, evaporator Buchi Heathly Bath B-490, neraca analitik, corong, cawan

krus , hot plate, oven, tanur, moisture balance, flowmeter, freeze dryer, HPLC,

kain penyaring, gelas piala, pengaduk, gelas ukur, stopwatch, ayakan dengan

berbagai ukuran mesh serta alat-alat gelas dan alat-alat umum lainnya yang lazim

digunakan di dalam laboratorium kimia.

3.3 Metode

3.3.1 Analisis Pendahuluan

Dilakukan analisis pendahuluan terhadap sampel untuk mengetahui

identitas dan gambaran umum mengenai sampel yang diuji.

12

Page 13: Isi Proposal FORMULASI SEDIAAN GRANUL EFFERVESCENT EKSTRAK LIDAH BUAYA 1

3.3.1.1 Determinasi Tumbuhan

Determinasi tanaman dilakukan di Herbarium Bidang Botani Pusat

Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Jalan Raya

Jakarta-Bogor Km.46, Cibinong 16911.

3.3.1.2 Preparasi Sampel

Herba pegagan dibersihkan dari kotoran yang menempel, kemudian

dicuci bersih dan dikeringkan di bawah sinar matahari secara tidak langsung

(dengan ditutup kain hitam) selama 1 minggu. Setelah kering digiling dan diayak

menggunakan mesh 40 (DepKes RI, 1985).

3.3.2. Karakterisasi Simplisia

3.3.2.1 Penetapan Kadar Air Simplisia

Penetapan kadar air dilakukan dengan metode gravimetri. Sebanyak 2

gram simplisia ditimbang dan dimasukkan kedalam krus tertutup yang

sebelumnya dipanaskan pada suhu 105 0C selama 30 menit dan telah ditara,

pemanasan dilakukan sampai bobot tetap (DepKes RI, 2000). Kadar air simplisia

herba pegagan tidak lebih dari 7,6% (DepKes RI, 1977).

a – (c – b) Kadar air simplisia = x 100%

aKeterangan : a = bobot awal serbuk

b = bobot wadah

c = bobot akhir penimbangan

3.3.2.2 Penetapan Kadar Abu

Sebanyak ± 2 gram serbuk dimasukkan ke dalam krus yang sudah ditara,

kemudian pijarkan dalam tanur pada suhu 700 0C sampai terjadi abu, dinginkan

dan timbang. Kadar abu herba pegagan tidak lebih dari 19% (DepKes RI,1977).

Bobot Akhir SimplisiaKadar abu total = x 100%

Bobot Awal Simplisia

13

Page 14: Isi Proposal FORMULASI SEDIAAN GRANUL EFFERVESCENT EKSTRAK LIDAH BUAYA 1

3.3.3 Ekstraksi

3.3.3.1 Pembuatan Ekstrak

Ekstrak herba pegagan dibuat dengan cara maserasi, yaitu 1 kg serbuk

herba pegagan dimasukkan kedalam bejana, kemudian dituangi dengan 5 liter

etanol 30%, ditutup dan dibiarkan selama 3 hari kemudian dilakukan pengocokan

sekali-kali agar terdistribusi merata, sari diserkai dan ampas diperas. Ampas

ditambah etanol 30% secukupnya diaduk dan diserkai, sehingga diperoleh seluruh

sari sebanyak 10 liter. Bejana ditutup dan didiamkan selama 2 hari. Kemudian

endapan dipisahkan. Semua maserat dikumpulkan dan dilakukan penguapan

rendah suhu 500C dengan syncore dan dilanjutkan dengan vaccum dry. Sehingga

diperoleh ekstrak kental (DepKes RI, 1985). Dilanjutkan dengan freeze dry untuk

membuat ekstrak kering.

3.3.3.2 Rendemen Ekstrak

Rendemen ekstrak etanol dihitung dengan membandingkan berat awal

simplisia dan berat akhir ekstrak yang dihasilkan.

Cara perhitungannya :

Bobot ekstrak yang diperolehRendemen Ekstrak = x 100%

Bobot awal simplisia

3.3.3.3 Uji Fitokimia

Uji Fitokimia yang dilakukan terhadap simplisia dan ekstrak herba

pegagan yaitu meliputi:

a. Senyawa golongan alkaloid

Sebanyak 1000 mg sampel (simplisia/ekstrak) ditambahkan beberapa

tetes NH3 dan tambahkan 5 ml CHCl3 kemudian saring, lalu filtratnya

ditambahkan H2SO4 2 M. Lapisan asam dibagi dalam tiga tabung. Tabung

pertama diuji dengan pereaksi Dragendrof terbentuknya warna jingga, tabung

kedua ditambahkan pereaksi Mayer terbentuknya warana putih dan tabung

14

Page 15: Isi Proposal FORMULASI SEDIAAN GRANUL EFFERVESCENT EKSTRAK LIDAH BUAYA 1

ketiga ditambahkan pereaksi Wagner terbentuknya warna coklat menunjukkan

adanya senyawa alkaloid (DepKes RI, 1977).

b. Senyawa golongan flavonoid

Sebanyak 100 mg simplisia/ekstrak ditambah 100 ml air panas, kemudian

didihkan selama 5 menit, disaring sehingga diperoleh filtrat yang digunakan

sebagai larutan percobaan. Ke dalam 5 ml larutan percobaan ditambahkan

serbuk magnesium dan HCl:EtOH (1:1), selanjutnya ditambahkan amil alkohol

dikocok dengan kuat dan dibiarkan hingga memisah. Terbentuknya warna

merah, kuning, atau jingga dalam larutan amil alkohol menunjukkan adanya

senyawa golongan flavonoid (DepKes RI, 1977).

c. Senyawa golongan tanin

Sebanyak 100 mg simplisia/ekstrak diencerkan dengan air dan larutan

tersebut ditambahkan pereaksi FeCl3 10%. Terbentuknya warna biru tua atau

hijau kehitaman menunjukkan adanya golongan tanin (DepKes RI, 1977).

d. Senyawa golongan saponin

Sebanyak 100 mg simplisia/ekstrak dimasukkan ke dalam tabung lalu

diencerkan dengan air, kemudian dikocok kuat selama 10 menit. Terbentuknya

busa yang stabil dalam tabung reaksi menunjukkan adanya senyawa golongan

saponin, bila ditambahkan 1 tetes HCl 1% busa tetap stabil (DepKes RI, 1977).

e. Senyawa golongan steroid/triterpenoid

Sebanyak 1000 mg simplisia/ekstrak ditambahkan EtOH panas,

kemudian disaring filtratnya dipanaskan hingga kering kemudian ditambahkan 1

ml dietil eter kocok hingga homogen. Kemudian buat 2 tabung kepada masing-

masing tabung ditambahkan 1 tetes H2SO4 pekat dan 1 tetes CH3COOH

anhidrat. Terbentuknya warna hijau atau biru menunjukkan adanya senyawa

golongan steroid dan terbentuknya merah atau ungu triterpernoid (DepKes RI,

1977).

3.3.4 Pembuatan Granul Instan dari Ekstrak Herba Pegagan

Formulasi pembuatan granul instan dari ekstrak herba pegagan, disajikan

seperti dalam Tabel 1. Berat granul tiap Formula sebanyak 12 g.

15

Page 16: Isi Proposal FORMULASI SEDIAAN GRANUL EFFERVESCENT EKSTRAK LIDAH BUAYA 1

Tabel 1. Formulasi granul instan ekstrak herba pegagan

Bahan Formula 1 Formula 2 Formula 3

Ekstrak kering herba pegagan 1,6 g 1,7 g 1,8 g

Gula halus 6 g 6 g 6 gLaktosa 2,48 g 2,38 g 2,28 g

Amylum Manihot 0,12 g 0,12 g 0,12 gCorn Srarch 1,8 g 1,8 g 1,8 g

Sejumlah massa granul seperti ekstrak pegagan, gula halus, laktosa dan

Corn Starch ditimbang sesuai tabel diatas, lalu diayak menggunakan ayakan mesh

30 dan dicampur sampai homogen. Tambahkan larutan pengikat (Amylum

Manihot yang telah disuspensikan) diaduk sampai terbentuk massa yang kompak,

kemudian diayak dengan ayakan mesh 8, granul yang terbentuk hasil pengayakan

di keringkan dalam oven bersuhu 50° C selama 24 jam. Granul yang telah kering

diayak kembali dengan ayakan mesh 12.

3.3.5 Evaluasi Granul Instan

Evaluasi granul instan meliputi: uji aliran granul, uji sudut istirahat, uji

kadar air, uji ukuran partikel, uji kelarutan, uji derajat keasaman.

3.3.5.1 Uji Aliran Granul

Uji aliran granul dilakukan dengan sebanyak 25 g granul dilewatkan ke

dalam alat Flowmeter sampai masa granul melewati corong, kemudian dicatat

waktunya. Pengukuran dilakukan sebanyak 3 kali. Penghitungan daya aliran

granul dilakukan menggunakan rumus:

Mf =

TKeterangan: f = Daya aliran (gram/detik)

T = Waktu (detik)M = Massa Granul (gram)

16

Page 17: Isi Proposal FORMULASI SEDIAAN GRANUL EFFERVESCENT EKSTRAK LIDAH BUAYA 1

Tabel 2. Tipe Aliran Berdasarkan Harga Daya Alir Harga daya alir (f) Keterangan

>10 Bebas mengalir4 - 10 Mudah mengalir1,4 - 4 Kohesif<1,4 Sangat kohesif

(Aulton, 1988).

3.3.5.2 Uji Sudut Istirahat

Penentuan sudut istirahat dilakukan dengan memasukkan sejumlah massa

granul kedalam corong. Massa yang jatuh akan membentuk kerucut, lalu diukur

tinggi dan diameter kerucut. Percobaan ini dilakukan sebanyak 3 kali. Tipe aliran

berdasarkan sudut istirahat dapat dilihat pada Tabel 3.

Rumus yang digunakan untuk menentukan sudut diam.

Tan-1 α = h

r

h

r α

Tabel 3. Tipe Aliran berdasarkan Sudut Diam. Sudut Istirahat (α) Keterangan

< 250 Sangat Mudah Mengalir250<α<400 Mudah Mengalir

>400 Sukar Mengalir(Aulton,1988).

3.3.5.3 Uji Kadar Air Granul

Pemeriksaan kadar air granul dilakukan dengan menggunakan Moisture

Balance. Setiap formula dimasukkan 1 g granul instan ekstrak herba pegagan ke

dalam alat yang telah disiapkan, pada suhu 1050C selama 10 menit. Kemudian

catat kadar yang tertera pada Moisture Balance.

17

Page 18: Isi Proposal FORMULASI SEDIAAN GRANUL EFFERVESCENT EKSTRAK LIDAH BUAYA 1

3.3.5.4 Uji Distribusi Ukuran Partikel

Granul yang sudah terbentuk diayak menggunakan mesh 8 hingga mesh

100 untuk mengetahui persentase ukuran partikel pada setiap Formula.

Ukuran Patikel % = Jumlah lolos diayak X 100% Jumlah keseluruhan

3.3.5.5 Uji Kelarutan

Sebanyak 10 g granul instan dimasukkan kedalam air 120 ml, kemudian

dihitung dengan stopwatch, sampai keseluruhan granul instan larut dan catat

waktu yang tertera dalam stopwatch.

3.3.5.6 Uji Derajat Keasaman (pH)

Pengukuran derajat keasaman (pH) diukur dengan menggunakan pH

meter. Sebelum pH meter digunakan dilakukan standarisasi terlebih dahulu

menggunakan larutan buffer pH 4 dan 7. Granul sebanyak 10 g dilarutkan ke

dalam 120 ml air. Elektroda pH meter dicelupkan ke dalam larutan sampel,

kemudian dilakukan pembacaan pH sampel setelah dicapai nilai yang tetap.

3.3.5.7 Uji Kesukaan (Hedonic test).

Uji kesukaan dilakukan terhadap 30 orang panelis dengan usia 17 tahun

keatas dan sebelumnya para panelis tidak mengkonsumsi makanan atau minuman

yang dapat mempengaruhi penilaian. Para panelis diminta mencicipi dan menilai

rasa, bau dari sampel granul instan sebanyak 10 g yang telah dilarutkan dengan air

120 ml. Para panelis diharapkan untuk mengisi kertas kuisioner yang telah

disediakan.

Waktu selang untuk mencicipi formula 1 dengan yang lain kurang lebih 1

menit dan setelah mencicipi granul instan diharapkan panelis minum air putih atau

berkumur sebelum mencicipi formula lainnya.

3.3.5.8 Rancangan Percobaan.

Dalam percobaan ini data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan

Rancangan Acak Lengkap (RAL). Rumus :

18

Page 19: Isi Proposal FORMULASI SEDIAAN GRANUL EFFERVESCENT EKSTRAK LIDAH BUAYA 1

Yij = µ + Ti + Eij

Keterangan : Yij = respon terhadap perlakuan ke I pada plot ke- j

µ = rata-rata (nilai tengah) respon

Ti = pengaruh perlakuan ke I yang akan kita uji

Eij = pengaruh faktor sendom yang menapat perlakuan ke I dengan

ulangan ke j

(Mattjik dan Sumertajaya, 2000)

Tabel 4. Daftar Analisis Ragam untuk RAL

Sumber ragam DB JK KT F hitung

Antar Perlakuan

t -1 ∑Xi.2/r-(X..)2/rt JK2/Db2KT 2/KT3

Galat t (r -1)∑(Xij 2 -Xi 2 )

rJK3/Db3

Total rt-1 ∑Xij2-(X..)2/rt(Sumber: Mattjik dan Sumertajaya, 2000)

Keterangan :

DB :Derajat Bebas

JK : Jumlah Kuadrat

KT : Kuadrat Tengah

Tabel 5. Kaidah KeputusanHasil analisis Kesimpulan analisis Kesimpulan penelitian

1. Fh < F.05Tidak nyata

(non significant)

Terima Ho (tidak ada perbedaan pengaruh antar

perlakuan

2. F.05 < Fh < F.01Nyata

(significant)Tolak Ho (ada perbedaan pengaruh antar perlakuan)

3. Fh > F.01Sangat nyata

(Higly significant)Tolak Ho (ada perbedaan

sangat nyata antar perlakuan)(Sumber: Mattjik dan Sumertajaya, 2000)

19

Page 20: Isi Proposal FORMULASI SEDIAAN GRANUL EFFERVESCENT EKSTRAK LIDAH BUAYA 1

3.3.6 Analisis asiatikosida dengan menggunakan HPLC (High Performance

Liquid Chromatography)

Uji HPLC dilakukan untuk mengetahui kadar asiatikosida dalam

simplisia basah, ekstrak kering dan granul instan herba pegagan. Komposisi

gradien (eluen) metanol-asetonitril kolom fase terbalik (reversed phase) C-18

(RP-18) dan detektor Photo Dioda Array untuk merunut keberadaan senyawa

utama. Kemudian dilakukan isolasi senyawa utama dengan HPLC preparatif, Pada

penggunaan HPLC preparatif, dibuat gradien seoptimal dan sesingkat mungkin

dengan cara mengubah atau mengganti konsentrasi eluen.(Yonet, 2010)

20

Page 21: Isi Proposal FORMULASI SEDIAAN GRANUL EFFERVESCENT EKSTRAK LIDAH BUAYA 1

21

DAFTAR PUSTAKA

American Pharmaceitical Association, 1986. Handbook of Pharmaceutical Excipient. Washington.

Ansel. H.C. 1989. Pengantar Bentuk Sedian Farmasi. Edisi IV Jakarta: UI Press. Hal. 605-607

Aulton, M. E. 1988. The Science of Dosage from Design. Churvil livingstone. Edinburgh.

Dalimartha, S. 2000. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia, Jilid 2. Jakarta : Trubus Agriwidya. halm 71-77

Departemen Kesehatan RI. 1979. Farmakope Indonesia, Edisi III. Direktorat Pengawasan Obat dan Makanan. Jakarta.

______. 1985. Cara Pembuatan Simplisia. Direktorat Pengawasan Obat dan Makanan. Jakarta.

______. 1995. Farmakope Indonesia, Edisi IV. Direktorat Pengawasan Obat dan Makanan. Jakarta.

_______. 2000. Acuan Sediaan Herbal. Direktorat Pengawasan Obat dan Makanan. Jakarta.

_______. 2000. Parameter standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Direktorat Pengawasan Obat dan Makanan. Jakarta.

Endah, L. 2003. Pegagan. Penebar Swadaya. Jakarta. Hal: 3-23

Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia: Penentuan Cara Modern Menganalisis Tumbuhan (Padmawinata K, penerjemah). ITB. Bandung. hal.84-94.

Haryadi, Dida. 2010. Korelasi Rendemen, Kadar Abu, Dan Kapasitas Antioksidan Dengan Profil Spektrogram FTIR Ekstrak Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban.). Universitas Pakuan. Bogor

Herlina. 2010. Pengaruh Triterpen Total Pegagan (Centella asiatica(L)Urban) Terhadap Fungsi Kognitif Belajar dan Mengingat pada Mencit Jantan Albino(Mus musculus). Universitas Sriwijaya. Sumatera Selatan (http://jpsmipaunsri.files.wordpress.com diakses 9 Januari 2011)

Page 22: Isi Proposal FORMULASI SEDIAAN GRANUL EFFERVESCENT EKSTRAK LIDAH BUAYA 1

22

Howard, A. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi keempat. Jakarta : UI Press.

Hutapea, J.R. 1991. Inventaris Tanaman Obat Indonesia, Jilid II. Departemen Kesehatan RI, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Jakarta.

Lachman, 1989. Teori dan Praktek Farmasi Industri. Jilid II dan III. Terjemahan Suyatmi. Universitas Indonesia. Jakarta.

Lemmens. 1995. Plant Resources of South-East Asia No.5(2). Timber Trees: Minor Commercial Timbers. Blackhuys Publisher. Leiden. 152-161.

Mulja, M. 1995. Analisis Instrumen. Universitas Airlangga. Surabaya. hal. 236-256

Prasetya, Prita. 2006. Analisis Mutu dan Kandungan Kimia Pegagan. Laporan Kerja Praktik BALITRO. Bogor.

Rohman, A. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. hal.323-417.

Salfiani, Seli. 2008. Penentuan Fraksi Ekstrak Etanol Herba Pegagan (Centelle aciatica (L) Urban) yang Mengandung Asiatikosida dan Aktivitasnya sebagai Anti Bakteri. Universitas Pakuan. Bogor.

Soerbito, S. 1991. Analisis Senyawa Obat. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayati. ITB. Bandung.

Sutarno. H dan T. Atmowidjojo. 2001. Tantangan Pengembangan dan Fakta Jenis Tanaman Rempah. Prosea Indo-Yayasan Prosea. Jakarta.

Sutrisno, B. 1974. Farmakognosi Edisi IV. Pharmascience Pacific. Jakarta. hal. 108-119.

Underwood, AL. 2002. Analisis Kimia kuantitatif. Edisi Keenam Jakarta: Erlangga. hlm 382-404

Wallis, T.E. 1960. Text Book Of Pharmacognocy Fourth Edition. J.A. CHURCHILL LTD. London..

Yonet T I, Dhimas. 2010. Isolasi Asiaticosida dari Herba Pegagan (Centella asiatica. L. Urban) dan Pnetapan Kadarnya Menggunakan HPLC. Universitas Muhamadiyah, Surakarta (http://etd.eprints.ums.ac.id/9011 diakses 15 Januaru 2011)

Page 23: Isi Proposal FORMULASI SEDIAAN GRANUL EFFERVESCENT EKSTRAK LIDAH BUAYA 1

23

Page 24: Isi Proposal FORMULASI SEDIAAN GRANUL EFFERVESCENT EKSTRAK LIDAH BUAYA 1

24

Lampiran 1. Alur Penelitian

Pengumpulan bahan baku

Pegagan

Pembuatan

simplisia

Pembuatan serbuk

Ekstraksi ( Metode maserasi dengan pelarut etanol 30% )

Ekstrak kental

Ekstrak Kering

Karakterisasi ekstrak pegagan ( secara organoleptis,

pemeriksaan kadar air )

Ekstrak Cair

Bahan tambahan ( laktosa, gula halus, Corn Starch,

Amylum Manihot)

Formulasi granul instan ( Formula 12 g)

Granulasi

Evaluasi Granul (Uji aliran, uji sudut istirahat, kadar air granul, distribusi

ukuran partikel, kelarutan, derajat keasaman (pH), Uji kesukaan)

Pemeriksaan bahan baku

Penentuan kadar asiatikosida menggunakan HPLC

Page 25: Isi Proposal FORMULASI SEDIAAN GRANUL EFFERVESCENT EKSTRAK LIDAH BUAYA 1

25

Lampiran 2. Preparasi Sampel

Simplisia herba pegagan

Penyerbukan (menggunakan saringan mesh 40)

1 kg serbuk simplisia herba

Maserasi dengan etanol 30 %

Filtrat

Dikentalkan dengan sincore rotavapor dan dikeringkan dengan freeze dry

Ekstrak kering herba pegagan

disaring

Page 26: Isi Proposal FORMULASI SEDIAAN GRANUL EFFERVESCENT EKSTRAK LIDAH BUAYA 1

Simplisia/Ekstrak Herba Pegagan

Uji Fitokimia

Alkaloid Flavonoid Saponin Steroid/Triterpenoi

d

Tanin

Pereaksi Dragendorf

(+) Terbentuk Endapan Jingga

Pereaksi Mayer (+) Terbentuk Endapan

Putih

Pereaksi Wagner (+) Terbentuk Endapan Coklat

(+) Terbentuknya Warna merah

Jingga

Penambahan 1 ml HCl 2N

(+) Terbentuk

Buih

(+) Steroid Terbentuk

Warna Hijau/biru

(+) Triterpenoid Terbentuk

Warna Merah/Ungu

(+) Terbentuk

Warna Hijau kehijauan

26

Lampiran 3. Skema Fitokimia