Isi Makalah Scl2

21
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Maksud dan Tujuan 1. Mengetahui pengertian spermatogenesis. 2. Mengetahui tahap – tahapan dari pembentukan spermatogenesis. 3. Mengetahui hormon yang berperan dalam proses pembentukan spermatozoa. 4. Mengetahui bentuk sperma. 5. Mengetahui komponen-komponen dari semen ternak. 6. Mengetahui kualitas semen yang baik dan faktor- faktor yang mempengaruhinya. 1

description

gatau

Transcript of Isi Makalah Scl2

Page 1: Isi Makalah Scl2

I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Maksud dan Tujuan

1. Mengetahui pengertian spermatogenesis.2. Mengetahui tahap – tahapan dari pembentukan spermatogenesis.3. Mengetahui hormon yang berperan dalam proses pembentukan

spermatozoa.4. Mengetahui bentuk  sperma.5. Mengetahui komponen-komponen dari semen ternak.6. Mengetahui kualitas semen yang baik dan faktor-faktor yang

mempengaruhinya.

1

Page 2: Isi Makalah Scl2

IIPEMBAHASAN

2.1. Pengertian Spermatogenesis

Spermatogenesis adalah proses pembentukan sel sperma yang terjadi di

epitelum (tubuli) seminefri dibawah kontrol hormon gonadothropin dan hipofisis

(pituitaria bagian depan). Tubuli seminefri ini terdiri atas sel setroli dan sel

germinalis. Spermatogenesis terjadi dalam tiga fase, yaitu fase spermatogonial,

fase meiosis, dan fase spermiogenesis yang membutuhkan waktu 13-14 hari

(Yuwanta, 2004). Spermatogenesis adalah proses pembentukan sel spermatozoa

(tunggal : spermatozoon) yang terjadi di organ kelamin (gonad) jantan, yaitu testis

tepatnya di tubulus seminiferus. Sel spermatozoa, disingkat sperma yang bersifat

haploid (n) dibentuk di dalam testis melewati sebuah proses

kompleks. Spermatogenesis mencakup pematangan sel epitel germinal dengan

melalui proses pembelahan dan diferensiasi sel. Pematangan sel terjadi di tubulus

seminiferus yang kemudian disimpan dalam epididimis. Tubulus seminiferus

terdiri dari sejumlah besar sel germinal yang disebut spermatogonia (jamak).

Spermatogonia terletak di dua sampai tiga lapis luar sel-sel epitel tubulus

seminiferus. Spermatogonia berdiferensiasi melalui tahap – tahap perkembangan

tertentu untuk membentuk sperma.

2.1. Tahapan-tahapan dari Pembentukan Spermatogenesis

Proses ini dimulai dengan sel benih primitif, yaitu spermatogonium. Pada

saat terjadinya perkembangan sel kelamin, sel ini mulai mengalami mitosis, dan

menghasilkan generasi sel-sel yang baru. Sel-sel yang baru dibentuk dapat

mengikuti satu dari dua jalur. Sel-sel ini dapat terus membelah sebagai sel induk,

yang disebut spermatogonium tipe A, atau dapat berdeferensiasi selama siklus

mitosis yang progresif menjadi spermatogonium B. Spermatogonium B

merupakan sel progenitor yang akan berdeferensiasi menjadi spermatosit primer.

Segera setelah terbentuk, sel-sel ini memasuki tahap profase dari pembelahan

meiosis pertama. Spermatosit primer merupakan sel terbesar dalam garis

2

Page 3: Isi Makalah Scl2

keturunan spermatogenik ini dan ditandai dengan adanya kromosom dalam

berbagai tahap proses penggelungan di dalam intinya (Fawcett, 2002). 

Gambar 1. Tahapan pembentukan spermatogenesis

Dari pembelahan meiosis pertama ini timbul sel berukuran lebih kecil

yang disebut spermatosit sekunder. Spermatosit sekunder sulit diamati dalam

sediaan testis karena merupakan sel berumur pendek dan berada dalam tahap

interfase yang sangat singkat dan dengan cepat memasuki pembelahan meiosis

kedua. Pembelahan spermatosit sekunder menghasilkan spermatid. Karena tidak

ada fase-S (sintesis DNA) yang terjadi antara pembelahan meiosis pertama dan

kedua pada spermatosit, jumlah DNA per sel berkurang setengah selama

pembelahan kedua ini, yang menghasilkan sel haploid (n). Oleh karena itu, proses

meiosis menghasilkan sel dengan jumlah kromosom haploid. Dengan adanya

pembuahan, sel memperoleh kembali jumlah diploid yang normal (Junqueira et

al., 2007).

Pada proses spermatogenesis terjadi proses - proses dalam istilah sebagai

berikut :   

a. Spermatositogenesis (spermatocytogenesis) adalah tahap awal dari

spermatogenesis, yaitu peristiwa pembelahan spermatogonium menjadi

spermatosit primer (mitosis), selanjutnya spermatosit melanjutkan pembelahan

3

Page 4: Isi Makalah Scl2

secara meiosis menjadi spermatosit sekunder dan spermatid. Istilah ini biasa

disingkat proses pembelahan sel dari spermatogonium menjadi spermatid.

b. Spermiogenesis (spermiogensis) adalah peristiwa perubahan spermatid menjadi

sperma yang dewasa. Spermiogenesis terjadi di dalam epididimis dan

membutuhkan waktu selama 2 hari. Terbagi menjadi tahap 1) Pembentukan golgi,

axon ema dan kondensasi DNA, 2) Pembentukan cap akrosom, 3) pembentukan

bagian ekor, 4) Maturasi, reduksi sitoplasma difagosit oleh sel Sertoli.

c. Spermiasi (Spermiation) adalah peristiwa pelepasan sperma matur dari sel sertoli

ke lumen tubulus seminiferus selanjutnya ke epididimidis. Sperma belum

memiliki kemampuan bergerak sendiri (non-motil). Sperma non motil ini

ditranspor dalam cairan testicular hasil sekresi sel Sertoli dan bergerak menuju

epididimis karena kontraksi otot peritubuler. Sperma baru mampu bergerak dalam

saluran epidimis namun pergerakan sperma dalam saluran reproduksi pria bukan

karena motilitas sperma sendiri melainkan karena kontraksi peristaltik otot

saluran. 

Ada dua fase atau tahap spermatogenesis :

1) Fase spermatocytogenesis, yaitu fase pertumbuhan jaringan spermatogenik

dengan pembelahan sederhana.

2) Fase spermiogenesis, yaitu fase terjadinya peristiwa metamorfosis atau

perubahan bentuk dari spermatid menjadi spermatozoa muda dan sempurnaa.

Spermatogenesis atau proses pembentukan sperma terjadi di dalam testis,

tepatnya pada tubulus seminiferus. Spermatogenesis mencakup pematangan sel

epitel germinal dengan melalui proses pembelahan dan diferensiasi sel. Hal ini

bertujuan untuk membentuk sperma fungsional. Pematangan sel terjadi di tubulus

seminiferus yang kemudian disimpan dalam epididimis. Tubulus seminiferus

terdiri dari sejumlah besar sel epitel germinal atau sel epitel benih yang disebut

spermatogonia. Spermatogonia terletak di dua sampai tiga lapisan luar sel-sel

epitel tubulus seminiferus. Spermatogonia terus-menerus membelah untuk

memperbanyak diri. Sebagian dari spermatogonia berdiferensiasi melalui tahap-

tahap perkembangan tertentu untuk membentuk sperma.

4

Page 5: Isi Makalah Scl2

Pada tahap pertama spermatogenesis, spermatogonia yang bersifat diploid

berkumpul di tepi membran epitel germinal yang disebut spermatogonia tipe A.

Spermatogonia tipe A membelah secara mitosis menjadi spermatogonia tipe B.

Kemudian, setelah beberapa kali membelah, sel-sel ini akhirnya menjadi

spermatosit primer yang masih bersifat diploid. Setelah beberapa minggu, setiap

spermatosit primer membalah secara meiosis membentuk dua buah spermatosit

sekunder yang bersifat haploid. Spermatosit sekunder kemudian membelah lagi

secara meiosis membentuk empat buah spermatid. Spermatid merupakan calon

sperma yang belum memiliki ekor dan bersifat haploid. Setiap spermatid akan

berdiferensiasi menjadi spermatozoa atau sperma. Proses perubahan spermatid

menjadi sperma disebut spermiasi.

Spermatogonium berubah menjadi spermatosit primer melalui pembelahan

mitosis. Selanjutnya, spermatosit primer membelah diri secara miosis menjadi dua

spermatosit sekunder yang haploid dan berukuran sama. Spermatosit sekunder

mengalami pembelahan meiosis dua menghasilkan empat spermatid. Spermatid

adalah calon sperma yang belum berekor. Spermatid yang telah mempunyai ekor

disebut sperma. Pada manusia spermatogenesis berlangsung lebih kurang 16 hari.

Selama spermatogenesis, sperma menerima bahan makanan dari sel-sel sertoli. Sel

sertoli merupakan tipe sel lainnya di dalam tubulus seminiferus.

2.3. Hormon-Hormon yang Berpengaruh terhadap Proses Spermatogenesis

Proses pembentukan spermatozoa dipengaruhi oleh kerja beberapa

hormon, diantaranya

a. Kelenjar hipofisis menghasilkan hormon peransang folikel (Folicle Stimulating

Hormon/ FSH) dan hormon lutein (Luteinizing Hormon/ LH).

b. LH merangsang sel leydig untuk menghasilkan hormon testosteron. Pada masa

pubertas, androgen/ testosteron memacu tumbuhnya sifat kelamin sekunder.

c. FSH merangsang sel Sertoli untuk menghasilkan ABP (Androgen Binding

Protein) yang akan memacu spermatogonium untuk memulai spermatogenesis.   

d. Hormon pertumbuhan, secara khusus meningkatkan pembelahan awal pada

spermatogenesis.

5

Page 6: Isi Makalah Scl2

Semua proses spermatogenesis dikontrol oleh sistem endokrin, yaitu oleh

hormon gonadothropin seperti hormon FSH, ICGSH dan androgen. Rangkaian

kejadian pengendalian hormon terhadap spermatogenesis pada sapi jantan adalah

a. Sapi jantan pada waktu pubertas dicapai hormon FSH mempengaruhi sel Leydig

untuk menghasilkan hormon androgen (hormon jantan).

b. Androgen membuat epitel germinalis dari tubulus seminifrus bereaksi terhadap

FSH.

c. FSH menyebabkan dimulainya spermatogenesis dengan adanya pembelahan sel di

spermatogonia.

d. Spermatogenesis diatur oleh FSH, LH dan androgen serta estrogen.

e. Androgen terhadap seluruh organ kelamin jantan membantu mempertahankan

kondisi yang optimum terhadap spermatogenesis, transportasi spermatozoa dan

penempatannya di daerah yang terjadi pembuahan.

2.4. Bagian-Bagian Sperma

Sperma merupakan suatu sel kecil, kompak, dan sangat khas, yang tidak

bertumbuh atau membagi diri. Secara esensial ia terdiri dari kepala yang

membawa materi herediter paternal, dan ekor yang mengandung sarana

penggerak. Sperma tidak memiliki sitoplasma yang khas bagi kebanyakan sel;

volume sperma sapi, misalnya, hanyalah kurang lebih satu per duapuluh ribu dari

volume satu ovum, namun keduanya mempunyai nilai herediter yang sama. Di

lain pihak, sperma dihasilkan dalam jumah yang jauh lebih banyak dan satu

ejakulat sapi yang baik mengandung 10.000 juta spermatozoa yang ckup untuk

diinseminasikan kepada 1000 ekor sapi betina (White, 1974 dalam Toelihere,

1979).

Walaupun ukuran dan bentuk spermatozoa berbeda pada berbagai jenis

hewan namun struktur morfologisnya sama. Panjang dan lebar kepala kira-kira 8,0

sampai 10,0 mikron kali 4,0 sampai 4,5 mikron pada sperma sapi, domba, dan

babi, dan 7,0 mikron kali 2,7 sampai 4,0 mikron pada sperma kuda. Tebal kepala

lebih kurang 0,5 sampai 1,5 mikron atau kurang pada semua species. Badan atau

6

Page 7: Isi Makalah Scl2

bagian tengah sperma mempunyai panjang satu setengah sampai dua kali panjang

kepala, 10,0 sampai 15,0 mikron dan diameter sekitar 1,0 mikron pada semua

species. Ekor spermatozoa adalah 35,0 sampai 45,0 mikron panjang dan 0,4

sampai 0,8 mikron diameter. Panjang keseluruhan spermatozoa pada hewan

peliharaan mencapai 50 sampai 70 mikron.

Permukaan sperma dibungkus oleh suatu membran lipoprotein. Apabilaa

sel tersebut mati, permeabilitas membrannya meninggi, terutama di daerah

pangkal kepala, dan hal ini merupakan dasar pewarnaan semen yang membedakan

sperma hidup dari yang mati. Zat warna yang umum dipakai adalah eosin atau

merah Kongo terhadap latar belakang hitam dari negrosin.

Kepala Sperma

Kepala spermatozoa berbentuk oval memanjang, lebar, dan datar pada satu

pandangan dan sempit pada pandangan lain dengan bagian paling tebal pada

pangkal kepala yang melangsing ke apex yang tipis. Kepala sperma terisi

sepenuhnya dngan materi inti, kromosom, terdiri dari DNA yang bersenyawa

dengan protein. Informasi genetic yang dibawa oleh spermatozoa diterjemahkan

dan disimpan di dalam molekul DNA.

Bagian anterior selubung inti atau selubung dalam akrosom dimodifisier

untuk membentuk perforatorium yang kurang berkembang pada sperma hewan-

hewan peliharaan dibandingkan dengan pada sel-sel sperma tikus. 60% bagian

anterior nukleus dan perforatorium ditutup oleh selubung akrosom yang

mempunyai struktur seperti kantong berdinding rangkap setebal kira-kira 0,1

mikron dan mengandung suatu bahan akrosomal. 40% nukleus di posterior zona

ekuatorial dibungkus oleh selubung inti posterior atau post nuclear cap. Perbedaan

struktur selubung akrosom dan selubung inti posterior mengungkapkan perbedaan

afinitas zat warna pada kedua selubung tersebut. Lapisan luar selubung akrosom

atau galea capitis dapat tanggal secara spontan di dalam caput epididymis karena

istirahat kelamin yang lama, secara buatan in vitro, atau selama pembuahan,

mungkin sebagai suatu langkah kea rah kapasitasi sperma. Penanggalan terjadi

7

Page 8: Isi Makalah Scl2

karena pemecahan selubung sel dan selubung luar akrosom pada daerah ekuatorial

yang mengekspos bahan akrosomal yaitu enzim-enzim seperti hyaluronidase

dan/atau zona lysin di antara kedua selubung akrosom yang bersama peroratorium

penting untuk penerobosan dinding ovum.

Ekor Sperma

Ekor sperma yang panjang (40-50 mikron) dapat dibagi atas 3 bagian,

bagian tengah, bagian utama, dan bagian ujung, dan berasal dari sentriol

spermatid selama spermiogenesis. Ia memberi gerak maju kepada spermatozoa

dengan gelimbang-gelombang yang dimulai di daerah implantasi ekor-kepala dan

berjalan kea rah distal sepanjang ekor bagaikan pukulan cemeti.

Ujung anteruir bagian tengah yang berhubungan dengan kepala dikenal

sebagai daerah implantasi. Pemisah kepala dari ekor dapat terjadi di daerah ini,

satu keadaan yang ditemukan pada sapi dengan defek-defek herediter spesifik atau

apabila testes dipanasi atau jika hewan tersebut menderita demam. Di bawah

mikroskop elektron terlihat bahwa daerah implantasi mengandung centriol

proksimal. Bagian tengah ekor merupakan bagian yang memberikan energi untuk

kehidupan dan pergerakan spermatozoa oleh proses-proses metabolic yang

berlangsung di dalam helix mitokondria. Bagian ini kaya akan phospholipid,

lescithin, dan plasmalogen.

Inti ekor atau axial core terdiri atas dua serabut sentral dikelilingi oleh

suatu cintin konsentrik terdiri atas 9 ibril rangkap yang berjalan dari daerah

imlantasi sampai bagian ujung ekor, suatu pola yang umum ditemukan pada cilia

dan flagella. Di bagian tengah ekor, kesebelas fibril tersebut di atas dikelilingi lagi

oleh 9 fibril yang lebih kasar. Pada bagian utama ekor, kesembilan fibril terluar

yang kasar makin menipis dan akhirnya menghilang, meninggalkan kesebelas

serabut inti ekor. Bagian utama ekor mengandung sebagian besar mekanisasi daya

gerak spermatozoa. Pada bagian ujung ekor yang pendek inti ekor tidak

mempunyai selubung dan fibril luar yang sembilan tidak ada.

8

Page 9: Isi Makalah Scl2

Kelainan-kelainan morfologis sperma

Abnormalitas sperma dapat berupa abnormalitas primer dan abnormalitas

sekunder. Abnormalitas primer terjadi karena kelainan-kelainan spermatogenesis

di dalam tubuli seminiferi atau epithel kecambah, sedangkan abnormalitas

sekunder terjadi sesudah sperma meninggalkan tubuli seminiferi. Abnormalitas

primer meliputi kepala yang terlampau besar, kepala terlampau kecil, kepala

pendek melebar, pipih memanjang, dan piriformis; kepala rangkap, ekor berganda,

membengkok, membesar, filiformis; bertaut abaxial pada pangkal kepala; dan

ekor yang melingkar, putus atau terbelah. Abnormalitas sekunder meliputi ekor

yang terputus, kepala tanpa ekor, bagian tengah yang melipat, adanya butiran-

butiran protoplasma proksimal atau distal dan akrosom yang terlepas.

2.5. Komponen-Komponen Semen Ternak

Semen terdiri dari spermatozoa dan plasma semen.

A. Sperma

1. Deoxyribonucleoprotein, terdapat pada nucleus yang merupakan kepala dari sperma. Terbentuk oleh RNA yang terikat oeh protein.

2. Muco-polysakarida, senyawa ini terikat pada molekul-molekul protein yang terdapat di acrosome. Polysakarida yang terdapt pada acrosome ini mengandung 4 macam gula, yaitu fucose, galactose, mannose, hexosaminase. Keempat gula terikat dalam protein sehingga memberi reaksi pada zat warna asam yaitu Periodic Acid Schiff (PAS). Fungsi untuk maetabolisme sperma tidak diketahui (Partodihardjo, 1987).

3. Plasmalogen, nama lainnya adalah lemak aldehydrogen yang terdapat pada bagian leher, badan, dan ekor sperma. Merupakan bahan yang dipakai sperma untuk respirasi endogen, jadi plasmalogen merupakn sumber energy endogen, yang akan dipergunakan apabila semua zat lain habis terpakai (Toelihere, 1977)

4. Protein yang menyerupai kreatine, merupakan selubung tipis yang meiputi seluruh badan, kepala, dan ekor sperma. Protein ini banyak mempunyai ikatan dengan unsur zat tanduk yaitu S (Sulfur). Protein ii banyak terdapat di membrane sel dan fibril-fibrilnya serta bertanggung jawab terhadap sifat elastisitas permukaan sel sperma itu.

5. Enzim dan Co-Enzim, ynag berguna untuk proses oksidasi, misalnya glikolisis. Sel sperma juga mengandung Hyluronidase yang

9

Page 10: Isi Makalah Scl2

letaknya dekat sekali dengan permukaan sel, sehingga setiap saat dapat dilepaskan ke medium sekitarnya (Partodhardjo, 1985).

B. Plasma Semen

Plasma seminal merupakan campuran sekresi dai epididimis , vasdeferns, vesica seminalis, dan kelenjar cowper. Jika dilihat satu persatu dari masing-masing organ yang mensekresikan cairan masing-masing maka dapat dilihat sebagai berikut.

1. Epididimis : mensekresikan Glyceylphosphorylholine (GPC).2. Ampula : mensekresikan substansi tereduksi diantaranya adalah fruktosa

dan asam sitrat.

3. Vesikula seminalis : Sekresi dari kelenjar ini merupakan sekresi terbesar, sekitar 80 % dari keseluraham air mani. Dan merupakan sumber utama fruktosa dan sukrosa pengeluaran dikendalikan oleh hormone jantan. Fruktosa berasal dari gula darah. Dan sekresi tersebut normal bila banyak asam sitrat, karena hewan yang dikastrasi prosuksi asam sitrat akan menurun.

4. Prostate : Merupakan sumber antaglutin. Prostate juga mengeluarkan alkalin sebagai sumber dari bau semen (Vandemark, 1985)

Plasma seminal banyak sekali menandung bahan organic, inorganic, dan air. Zat organic relative lebih banyak dibandingkan dengan lainnya. Unsur-unsur itu antara lain :

1. Phosphorylcholine dan glyserylphosphorylcholine

Phosphorylcholine terdapat terutama pada semen manusia, sedangkan glyserylphosphorylcholine terdapat terutama pada hewan. Phosphorylcholine pada domba sifatnya sangat labil, apabila meninggalkan tubuh cepat peca dan berubah menjadi asam phosphate dan choline. Apabila glyserylphosphorylcholine (GPC) berbeda lagi, zat organic ini sangat stabil, GPC dipecahkan oleh enzim-enzim yang terdapat pada saluran reproduksi betina, dari pemecahan tersebut diperoleh energy yang dipergunakan untuk mengarungi saluran reproduksi betina dan fertilisasi.

1. Asam Sitrat, asam ini terutama disekresikan oleh glandula vesika seminalis, asam sitrat merupakan komponen dari suatu buffer.

2. Inositol, terdapat banyak pada babi, namun inositol ini buka merupakan sumber energy.

3. Sorbitol, Sorbitol merupakan gula alcohol, dapat masuk kedalam proses pembakaran dan akan pecah menjadi fruktosa, dan selanjutnya fruktosa akan berubah menjadi energy.

10

Page 11: Isi Makalah Scl2

4. Fruktosa, fruktosa ini berasl dari glukosa darah dan disekresikan dari vesika seminalis. Pada kuda konsentrasi fruktosa dalam semen sangat sedikit, sedangkan pada anjing hamper tidak ada, tetapi pada domba, sapi, dan kambinng konsentrasi fruktosa dalam semennya sangat tinggi.

5. Ergothioneine, merupakan nitrogen basa yang mengandun unsur S. Terdapat dalam konsentrasi kecil pada kuda dan babi. Proses pembentukan pada kuda di ampula, sedangkan pada babi di vesika seminalis, untuk fungsinya belum diketahui.

Selain zat organic, plasma semen juga mengandung zat non-organik, diantaranya adalah K, Ca dan bikarbonat yang relative tinggi kadarnya dibandingkan yang ada diseluruh tubuh (Partodihardjo, 1985).

2.6. Kualitas Semen yang Baik dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya

Kualitas semen dapat dilihat dari beberapa hal dari cara makroskopis maupun cara mikroskopis.

1. Makroskopis

Volume dan konsentrasi. Volume semen yang baik adalah pada domba dan sapi adalah sedikit tetapi mempunyai konsentrasi sperma yang banyak. Sedangkan volume pada pejantan kuda dan babi biasanya mempunyai volume yang banyak, tetapi konsentrasi spermanya sedikit.

sapi                  = 1200 juta/ml (vol. 4-6 ml)

kuda                = 150 juta/ml (vol. 75-150 ml)

babi                 = 200 juta/ml (vol.125 ml)

domba             = 2000 juta/ml (vol. 1,5 ml)

Konsentrasi secara mikroskopik juga bisa dilihat dari jarak antara sperma yang satu dengan sperma yang lain

Densum : Jarak antara dua kepala sperma kurang dari panjang satu kepala, jumalh spermanya rata-rata 1000-2000 juta/ml.

Semi Densum : Jaraknya 1-1,5 kepala sperma, jumlah 500-1000 juta sel/ml

Rarum : Jaraknya lebih dari satu kepala atau satu sperma, jumlah 200-500 juta/ml

11

Page 12: Isi Makalah Scl2

Oligospermia : sedikit sperma, jaraknya adalah lebih dari satu sperma, jumlahnya kurang dari 200 juta sel/ml

Aspermia ; tidak ada sperma.

Warna, warna semen pada sapi adalah putih krem, jika semen berwarna kuning maka semen tersebut mengandung pigmen riboflavin, sedangkan jika semen berwarna hijau kekuningan maka semen tersebut mengandung bakteri pseudomonas aeruginosa. Sedangakan jika semen mengandung gumpalan maka semen tersebut mengandung nanah, dan jika semen tersebut terdapat warna merah maka semen tersebut terdapt darah dari ureter, dan jika semn tersebut berwarna kecoklatan maka semen tersebut terkontaminasi dengn kotoran.

Konsistensi

Jika semen berwarna krem, maka konsentrasi spermanya adalah 1000 juta-2000jt sel/ml

Jika semen seperti susu encer maka konsentrasi sperma adalah 500-600 jt sl/ml

Dan jika semen tersebut cair berawan dan keruh, maka semen tersebut berkonsentrasi 100 jt sel/ml.

pH pada sapi dan domba rata-rata 6,8. Sedangkan pada kuda dan babi rata-rat 7,4.

2. Mikroskopik

Jika dilihat dari segi motilitas (persentase sperma yang bergerak lurus kedepan dalam satu bidang pandangan) sperma yang baik adalah bergerak progesif, klasifikasi untuk hewannya adalah sebgai berikut

sapi umumnya :           50-80%

kuda umumnya :         48-75%

babi umumnya :           80-90%

domba umumnya :      60-70%

Dan jika dilihat dari gerakan individual maka ada yang progesif, regresif, sirkuler, fibrasi dan amotil (tidak bergerak). Dan yang bagu adalah progesif yaitu bergerak kedepan.

Gerakan masa dapat dilihat dari grakan keseluruhan dari sperma dalam semen. keseluruhan sperma yang baik adalah bergerak berpusar dan diberi nilai (+++). Sedangkan untuk (++) semen cukup baik, karena menandakan gerakan gelombang

12

Page 13: Isi Makalah Scl2

cepat dan membentuk pusaran. Jika (+) sama seperti (++) namun gerakan gelombangnya lambat. Dan jika 0 maka tidak ada gerakan sama sekali.

Apabila dilihat dari morfologinya, semen dengan kualitas tinggi adalah yang mempunyai sisi abnormal 5-15 %, sedangkan kualitas sedang 10-20 % dan kualitas rendah lebih dari 30 %.  Jika dilihat dari sisi hewannya, abnormalitas sperma sapi harus kurang 20 %, domba 14 %, sedangkan babi 17 %.

Selain itu semua, juga bisa dilihat viabilitas atau persentase jumlah spermatozoa yang hidup atau mati dalam 100 spermatozoa. Dalam percobaan dengan pewarnaan corbolfushin eosin atau eosin negrosin atau formol saline, sperma yang mati akan menunjukkan warna (biasanya ungu), sedangkan sperma yang hidup tidak akan menunjukkan warna.

13

Page 14: Isi Makalah Scl2

III

KESIMPULAN

14

Page 15: Isi Makalah Scl2

DAFTAR PUSTAKA

Fawcett, Don W. 2002. Buku Ajar Histologi. Jakarta: EGC 423-501.

Junqueira, L. C., Jose Carneiro, Robert O. K. 2007. Histologi Dasar edisi ke-8. Jakarta: EGC. Hal 419-432.

Partodiharjo, Soebadi. 1980. Pemulia Biakkan Ternak Sapi. PT Gramedia, Jakarta.

Toelihere, Mozes R. 1977. Fisiologi Reproduksi Hewan Ternak. Bandung :Penerbit Angkasa.

Toelihere, Mozes R. 1977. Inseminasi Buatan Pada Ternak. Bandung :Penerbit Angkasa.

Yuwanta, Tri. 2004. Dasar Ternak Unggas. Yogyakarta: Kanisius

15