isi makalah b
-
Upload
ornela-izzawati -
Category
Documents
-
view
639 -
download
12
Transcript of isi makalah b
BAB I
P E N D A H U L U A N
1.1 Latar Belakang
Pengukuran adalah tindakan dari proses dari mengukur. Mengukur
adalah membandingkan antara dua hal, biasanya salah satunya adalah
suatu standar yang menjadi alat ukur. Dalam percobaan untuk memahami
fenomena yang terjadi di sekitar kita, para ilmuwan mencari hubungan
berbagai besaran fisika yang mereka teliti dan ukur dan menuangkannya
dalam informasi kuantitatif. Untuk menentukan hubungan tersebut,
dibutuhkan pengukuran yang teliti dan akurat agar hanya menghasilkan
kesalahan sekecil mungkin.
Cara melakukan perhitungan panjang dapat dilakukan dengan
menggunakan beberapa alat ukur panjang. Alat untuk mengukur panjang
ada bermacam-macam tergantung pada ukuran benda yang akan diukur.
Alat-alat itu diantaranya adalah penggaris, mistar, meteran, jangka
sorong, dan micrometer skrup. Kita sudah biasa melihat penggaris, mistar,
dan meteran dalm kehidupan sehari-hari.
Cara melakukan perhitungan massa dapat dilakukan dengan
menggunakan beberapa alat ukur massa. Pengukuran massa dapat
dilakukan dengan menggunakan alat yang dinamakan timbangan atau
dacin. Timbangan yang biasa dipakai dalam dunia pendidikan adalah
neraca O’hauss. Neraca O’Hauss memiliki ciri dan spesifikasi tertentu.
1
Pengukuran waktu adalah hal yang paling sering kita lakukan
dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pengukuran waktu, digunakan
beberapa alat yaitu jam analog, stop watch, jam atom, jam digital, jam
matahari ataupun jam pasir. Semua alat itu dapat kita manfaatkan untuk
mengukur waktu. Kita dapat memilih untuk menggunakan sesuai dengan
kebutuhan kita.
Dalam pengukuran sering terjadi ketidakakuratan. Hubungan
ketidakakuratan pada pengukuran disebabkan adanya kesalahan baik si
pengukur maupun alat ukur panjang, massa dan waktu. Ketidakakuratan
(error) adalah penyimpangan nilai yang diukur dari nilai sebenarnya. Ada
3 macam ketidakakuratan dalam pengukuran, yaitu ketidakakuratan
umum, ketidakakuratan acak, ketidakakuratan sistematis.
1.2. Perumusan Masalah
Masalah yang dibahas dalam makalah ini adalah :
1. Apa pengertian dari pengukuran ?
2. Bagaimana cara melakukan perhitungan panjang ?
3. Bagaimana cara melakukan perhitungan massa ?
4. Bagaimana cara melakukan perhitungan waktu ?
5. Bagaimana hubungan keakuratan pengukuran terhadap perhitungan
panjang, massa dan waktu?
2
BAB II
P E M B A H A S A N
2.1. Pengukuran
Peranan pengukuran dalam kehidupan sehari-hari sangat penting.
Seorang tukang jahit pakaian mengukur panjang kain untuk dipotong
sesuai dengan pola pakaian yang akan dibuat dengan menggunakan
meteran pita. Penjual daging menimbang massa daging sesuai kebutuhan
pembelinya dengan menggunakan timbangan duduk. Seorang petani
tradisional mungkin melakukan pengukuran panjang dan lebar sawahnya
menggunakan satuan bata, dan tentunya alat ukur yang digunakan adalah
sebuah batu bata.
Pengukuran adalah suatu teknik untuk mengkaitkan suatu bilangan pada suatu sifat fisis dengan membandingkannya dengan suatu besaran standar yang telah diterima sebagai suatu satuan (Alonso,1980:12)
Mengukur adalah membandingkan antara dua hal, salah satunya
adalah suatu standar yang menjadi alat ukur. Ketika kita mengukur jarak
antara dua titik, kita membandingkan jarak dua titik tersebut dengan jarak
suatu standar panjang, misalnya penggaris. Ketika kita mengukur berat
suatu benda, kita membandingkan berat benda tadi dengan berat benda
standar. Jadi dalam mengukur kita membutuhkan standar sebagai
pembanding besar sesuatu yang akan diukur. Standar tadi kemudian
3
biasanya dinyatakan memiliki nilai satu dan dijadikan sebagai acuan
satuan tertentu.
Walau kita dapat menentukan standar ukur, tetapi tidak ada artinya
bila tidak sama di seluruh dunia. Oleh sebab itu, perlu diadakan suatu
standar internasional. Selain itu standar tersebut haruslah praktis dan
mudah diproduksi ulang di manapun di dunia ini. sistem standar
internasional ini sudah ada, dan sekarang dikenal dengan Sistem
Internasional (SI). Terkait dengan SI, terdapat satuan SI. Satuan SI untuk
panjang adalah meter, satuan untuk waktu adalah sekon, dan satuan
untuk massa adalah kilogram (Halliday, 1992: 4)
Pengukuran yang akurat sangat penting dalam fisika. Namun,
pengukuran sedikit banyak dipengaruhi oleh kesalahan. Kesalahan
eksperimen dalam ketelitian mengukur, keterbatasan alat indera dan
kesalahan pada alat ukur itu sendiri. Oleh karena itu, banyak ilmuwan
mulai merancang teknik-teknik pengukuran dan alat-alat ukur dengan
kesalahan sekecil mungkin. Yang paling diperlukan dalam pengukuran
adalah ketelitian, sehingga semakin kecil kesalahan yang kita lakukan
dalam pengukuran.
Pada umumnya pola ini selalu mungkin dalam mengukur besaran-besaran dalam batasan makroskopis (yaitu benda yang terdiri dari sejumlah besar molekul), karena orang hanya perlu menggunakan alat ukur yang menghasilkan gangguan yang beberapa orde lebih kecil daripada besaran yang diukur (Alonso,1980:12)
4
Alat-alat ukur diciptakan dengan ketelitian yang berbeda-beda.
Contohnya jika kita ingin mengukur panjang kertas, cukup memakai
sebuah penggaris, hasilnya dapat dipastikan akurat hingga 0,1 cm yang
merupakan bagian terkecil dari penggaris tersebut. Berbeda jika kita ingin
mengukur ketebalan kertas, kita tidak bisa memakai penggaris karena
tebal kertas kurang dari 0,1 cm, maka kita menggunakan mikrometer
sekrup yang keakuratannya 0,01 mm. Sehingga pengukuran yang kita
lakukan semakin mendekati sempurna.
Hasil pengukuran harus dinyatakan ketelitiannya atau
ketidakpastiannya. Dengan demikian kita mendefinisikan jumlah angka
yang akan diinformasikan. Contohnya, hasil pengukuran lebar daun pintu
adalah 5,432 ± 0,1 cm. ± 0,1 cm menyatakan angka ketidakpastian,
sehingga lebar daun pintu dimungkinkan antara 5,4 cm dan 5,5 cm. Jika
hasil pengukuran 543,2333 ± 1%, berarti ketidakpastiannya sekitar 5,4.
Dalam hal ini bilangan yang harus diambi adalah 543,2 ± 5 (Alonso, 1980:
12)
Ketika melakukan pengukuran, sebaiknya hindari penulisan hasil
pengukuran dengan banyak angka. Jumlah angka yang dapat dituliskan
disebut angka penting atau angka signifikan. Jumlah angka penting
mungkin tidak terlalu jelas atau teratur, biasanya dilakukan pembulatan
bilangan. Pengukuran dalam fisika terbentang mulai dari ukuran partikel
yang sangat kecil, seperti massa elektron, sampai dengan ukuran yang
sangat besar, seperti massa bumi. Penulisan hasil pengukuran benda 5
sangat besar, misalnya massa bumi kira-kira 6.000.000.000
000.000.000.000.000 kg atau hasil pengukuran partikel sangat kecil,
misalnya massa sebuah elektron kira-kira
0,000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.911 kg memerlukan tempat
yang lebar dan sering salah dalam penulisannya.
Menurut Martin (2007) dalam notasi ilmiah, hasil pengukuran
dinyatakan sebagai :
di mana :
a, adalah bilangan asli mulai dari 1 – 9 (angka penting)
n, disebut eksponen dan merupakan bilangan bulat dalam persamaan
tersebut,
10n, disebut orde besar
Contoh :
Massa bumi = 5,98 x1024
Massa elektron = 9,1 x 10-31
0,00000435 = 4,35 x 10-6
345000000 = 3,45×108
Penulisan notasi angka bisa berbeda-beda, bergantung pada jenis
konversinya. Sebagai contoh: untuk menuliskan empat ribu lima ratus
koma satu,
Menurut notasi standar desimal US : 4,500.1
Menurut notasi standar desimal Eropa : 4.500,1
6
a, . . . . x 10n
Selain menggunakan notasi ilmiah dalam penulisan perhitungan
dalam pengukuran, kita juga mengenal istilah angka penting atau angka
signifikan. Angka penting adalah semua angka yang diperoleh dari hasil
pengukuran, yang terdiri dari angka eksak dan satu angka terakhir yang
ditaksir (atau diragukan). Bila kita mengukur panjang suatu benda dengan
mistar berskala mm dan melaporkan hasilnya dalam 4 angka penting,
yaitu 114,5 mm. Jika panjang benda tersebut kita ukur dengan jangka
sorong maka hasilnya dilaporkan dalam 5 angka penting, misalnya 114,40
mm, dan jika diukur dengan mikrometer sekrup maka hasilnya dilaporkan
dalam 6 angka penting, misalnya 113,390 mm.
Ini menunjukkan bahwa banyak angka penting yang dilaporkan
sebagai hasil pengukuran mencerminkan ketelitian suatu pengukuran.
Makin banyak angka penting yang dapat dilaporkan, makin teliti
pengukuran tersebut. Tentu saja pengukuran panjang dengan mikrometer
sekrup lebih teliti dari jangka sorong dan mistar. Hal ini dikarenakan
mikrometer sekrup memiliki ketelitian yang lebih kecil.
Menurut Martin (2007) pada hasil pengukuran mistar tadi
dinyatakan dalam bilangan penting yang mengandung 4 angka penting :
114,5 mm. Tiga angka pertama, yaitu: 1, 1, dan 4 adalah angka eksak
karena dapat dibaca pada skala. Sedangkan satu angka terakhir, yaitu 5
adalah angka taksiran karena angka ini tidak bisa dibaca pada skala,
tetapi hanya ditaksir. Angka penting memilki beberapa peraturan yang
7
terkait.
Aturan-aturan angka penting:
a. Semua angka bukan nol adalah angka penting.
b. Angka nol yang terletak di antara dua angka bukan nol termasuk angka
penting.
c. Semua angka nol yang terletak pada deretan akhir dari angka-angka
yang ditulis di belakang koma desimal termasuk angka penting.
d. Angka-angka nol yang digunakan hanya untuk tempat titik desimal
adalah bukan angka penting.
Bilangan-bilangan puluhan, ratusan, ribuan, dan seterusnya yang
memiliki angka-angka nol pada deretan akhir harus dituliskan dalam
notasi ilmiah agar jelas apakah angka-angka nol tersebut adalah angka
penting atau bukan. Bilangan penting diperoleh dari kegiatan mengukur,
sedangkan bilangan eksak diperoleh dari kegiatan membilang. Hasil
perkalian atau pembagian antara bilangan penting dengan bilangan eksak
hanya boleh memiliki angka penting sebanyak bilangan pentingnya.
Angka lebih kecil dari sama dengan 4 ditiadakan dalam pembulatan,
sehingga angka sebelumnya tidak berubah.
Menurut (Giancoli, 2001:9) “sebagai aturan umum, hasil akhir dari
perkalian atau pembagian harus memiliki digit hanya sebanyak digit pada
angka dengan jumlah angka penting terkecil yang digunakan pada
perhitungan tersebut.”
8
Menurut Martin (2007) banyak angka penting dalam hasil perkalian
atau pembagian bilangan-bilangan penting sama dengan banyak angka
penting dari bilangan penting yang memiliki angka penting paling sedikit.
Hasil penjumlahan atau pengurangan bilangan-bilangan penting hanya
boleh mengandung satu angka taksiran. Hasil memangkatkan atau
menarik akar suatu bilangan penting hanya boleh memiliki angka penting
sebanyak angka penting dari bilangan penting yang dipangkatkan atau
ditarik akarnya. Berikut ini beberapa contoh mengenai angka penting.
Contoh:
0,00345 3 angka penting
182,320 6 angka penting
3,33 x 107 3 angka penting
2.2.Perhitungan panjang
Menurut (Frauenfelder,1965:2) “The measurement of space is
based on a unit of length. A definition of the standard of length determines
the units of area and volume as well as the unit of length”
Pada tahun 1960 standar atomic untuk meter telah ditetapkan, dengan menggunakan panjang gelombang dari cahaya jingga-merah yang diemisikan oleh atom-atom krypton (86Kr) di dalam suatu tabung lucutan cahaya. Pada November 1983 standar panjang berubah lagi, secara lebih radikal. Laju rambat cahaya dalam ruang hampa didefinisikan dengan tepat sebagai 299.792.458 m/s. Meter didefinisikan ulang supaya konsisten dengan bilangan ini dan dengan definisi sekon di atas. Karena itu, definisi baru dari meter adalah jarak yang ditempuh oleh cahaya di ruang hampa dalam 1/299.792.458 sekon. Cara ini memberikan
9
standard panjang yang jauh lebih teliti daripada standard yang didasarkan pada panjang gelombang cahaya (Young, 2002:4).
Pada pertengahan abad kedua puluh prototipe bar meteran tidak
lagi cukup baik sebagai sebuah standar panjang. standar sekunder bisa
dibandingkan dengan hanya untuk akurasi kira-kira satu bagian dalam
sepuluh juta. Sementara itu persyaratan untuk teknologi industri modern
menyerukan toleransi urutan 10-7. Patut diperhatikan bahwa definisi meter
sebagai satuan dasar panjang adalah bergantung dari definisi detik,
seperti yang ditunjukan oleh persamaan di atas. Awalan yang sering
digunakan untuk kelipatan meter adalah sebagai berikut.
10-12 meter
10-9 meter
10-6 meter
10-3 meter
10-2 meter
10-1 meter
101 meter
102 meter
103 meter
106 meter
pikometer (pm)
nanometer (nm)
mikrometer (μm)
milimeter(mm)
sentimeter (cm)
desimeter (dm)
dekameter (dam)
hektometer (hm)
kilometer (km)
megameter (Mm)
10
Satuan Nama Satuan
109 meter
1012 meter
gigameter (Gm)
terameter (Tm)
(Young, 2002: 5)
Batangan standard Prototipe Meter Internasional terbuat dari
platinum-iridium. Batangan ini digunakan sebagai standard sampai tahun
1960, dimana sistem SI yang baru menggunakan pengukuran spektrum
krypton sebagai dasarnya. Pada tahun 1983, satuan meter yang berlaku
didefinisikan dengan hubungannya terhadap kecepatan cahaya di ruang
hampa. Alat untuk mengukur panjang ada bermacam-macam tergantung
pada ukuran benda yang akan diukur ( Halliday, 1992: 7-9 )
Alat-alat itu diantaranya adalah penggaris, mistar, meteran, jangka
sorong, dan micrometer skrup. Kita sudah biasa melihat penggaris, mistar,
dan meteran dalam kehidupan sehari-hari. Maka kita membahas lebih
lanjut mengenai jangka sorong dan micrometer skrup. Jangka sorong dan
micrometer skrup butuh ketelitian khusus dalam penggunaannya, berikut
ini spesifikasi dari kedua alat tersebut :
A. Micrometer skrup
Micrometer skrup dapat digunakan untuk mengukur benda yang
mempunyai ukuran kecil dan tipis, seperti tebal kertas, diameter kawat
dan lain-lain. Micrometer skrup memiliki ketelitian 0,01 mm.
B. Jangka sorong
11
Jangka sorong digunakan untuk mengukur diameter suatu benda
kecil, diameter dalam pipa kecil dan kedalaman air yang dangkal. Jangka
sorong memiliki ketelitian 0,1 mm.
2.3. Perhitungan massa
Standar massa, kilogram, didefinisikan sebagai massa suatu tabung yang terbuat dari paduan (alloy) platinum-iridium. Tabung tersebut disimpan di Internasional Bureau of Weights and Measures di Sevres, dekat Paris. Suatu standar atomic dari massa akan membuatnya lebih mendasar lagi, tetapi hingga sekarang kita belum dapat mengukur massa dalam skala atomik dengan akurasi seperti dalam skala makroskopik. Gram adalah 0,001 kilogram (Young, 2002:4)
Material diklasifikasikan ke dalam beberapa bentuk, seperti :
a. Unsur, merupakan bentuk materi terkecil setelah atom. Unsur tidak
dapat lagi diurai secara kimia.
b. Senyawa adalah bentuk materi yang tersusun dari beberapa
molekul
c. Campuran adalah bentuk-bentuk materi yang terdiri dari kombinasi
kimiawi terikat unsur atau senyawa (Frauenfelder,1965: 3)
Satuan massa dalam Sistem International adalah "kilogram"
(disingkat kg). Definisi adalah massa sebuah kilogram standar, silinder
platinum-iridium yang disimpan di lembaga Timbangan dan Ukuran
Internasional (CGPM ke-1, 1899). Dalam skala atomik, kita memiliki
standar massa kedua, bukan satuan SI yaitu massa dari atom C12 yang
12
berdasarkan perjanjian internasional diberi harga, tepat, dan perdefinisi,
sebesar 12 satuan massa atom terpadu ( Halliday, 2002: 10)
Satuan massa dapat diturunkan dari satu kilogram standar yang
telah ditentukan sebagai berikut :
a. 1 ton = 1.000 kg = 103 kg
b. 1 kuintal = 100 kg = 102 kg
c. 1 hektogram (hg) = 1 ons = 0,1 kg = 10-1 kg
d. 1 dekagram (dag) = 0,01 kg = 10-2 kg
e. 1 gram (g) = 0,001 kg = 10-3 kg
f. 1 miligram (mg) = 0,000001 kg = 10-6 kg
g. 1 mikrogram (mg) = 0,000000001kg = 10-9 kg ( Young, 2002: 5 )
Agar memudahkan dalam melakukan konversi satu satuan SI
besaran massa ke satuan SI lainnya dapat kita gunakan tangga satuan
besaran massa di bawah ini
13
Pengukuran massa dapat dilakukan dengan menggunakan alat yang
dinamakan timbangan atau dacin. Timbangan yang biasa dipakai dalam
dunia pendidikan adalah neraca O’hauss.
2.4.Perhitungan waktu
Pada tahun 1889 sampai 1967, satuan waktu didefinisikan sebagai satu fraksi tertentu dari rata-rata lamanya siang hari (yaitu saat matahari bersinar), waktu rata-rata antara kedatangan berturut-turut matahari pada titik tertingginya di langit. Standar yang sekarang digunakan, dibuat tahun 1967, jauh lebih teliti. Standard itu berdasarkan pada jam atomic, yang menggunakan beda energy antara dua tingkat energy terendah dari atom cesium. Ketika ditembaki dengan gelombang mikro pada frekuensi yang tepat, atom cesium mengalami transisi dari salah satu dari kedua tingkat energy ini ke tingkat energy satunya. Satu sekon didefinisikan sebagai waktu yang diperlukan untuk melakukan 9.192.631.770 siklus dari radiasi ini. (Young, 2002:4)
Detik atau sekon adalah satuan waktu dalam SI (Sistem
Internasional) yang didefinisikan sebagai durasi selama 9.192.631.770 kali
periode radiasi yang berkaitan dengan transisi dari dua tingkat hyperfine
14
dalam keadaan ground state dari atom cesium-133 pada suhu nol kelvin.
Dalam penggunaan yang paling umum, satu detik adalah 1/60 dari satu
menit, dan 1/3600 dari satu jam. Pada awalnya, istilah second dalam
bahasa Inggris dikenal sebagai "second minute" (menit kedua), yang
berarti bagian kecil dari satu jam. Bagian yang pertama dikenal sebagai
"prime minute" (menit perdana) yang sama dengan menit seperti yang
dikenal sekarang.
Besarnya pembagian ini terpaku pada 1/60, yaitu, ada 60 menit di
dalam satu jam dan ada 60 detik di dalam satu menit. Ini mungkin
disebabkan oleh pengaruh orang-orang Babylonia, yang menggunakan
hitungan sistem berdasarkan sexagesimal (basis 60). Istilah jam sendiri
sudah ditemukan oleh orang-orang Mesir dalam putaran bumi sebagai
1/24 dari mean hari matahari. Ini membuat detik sebagai 1/86.400 dari
mean hari matahari. Di tahun 1956, International Committee for Weights
and Measures (CIPM), dibawah mandat yang diberikan oleh General
Conference on Weights and Measures (CGPM) ke sepuluh di tahun 1954,
menjabarkan detik dalam periode putaran bumi di sekeliling matahari di
saat epoch, karena pada saat itu telah disadari bahwa putaran bumi di
sumbunya tidak cukup seragam untuk digunakan sebagai standar waktu
(Halliday, 2002: 12-15)
Gerakan bumi itu digambarkan di Newcomb's Tables of the Sun
(Daftar matahari Newcomb), yang mana memberikan rumusan untuk
gerakan matahari pada epoch di tahun 1900 berdasarkan observasi
15
astronomi dibuat selama abad ke delapanbelas dan sembilanbelas.
Dengan demikian detik didefinisikan sebagai 1/31.556.925,9747 bagian
dari tahun matahari di tanggal 0 Januari 1900 jam 12 waktu ephemeris.
Definisi ini diratifikasi oleh General Conference on Weights and Measures
ke sebelas di tahun 1960. Referensi ke tahun 1900 bukan berarti ini
adalah epoch dari mean hari matahari yang berisikan 86.400 detik
(Halliday, 2002: 12-15)
Melainkan ini adalah epoch dari tahun tropis yang berisi
31.556.925,9747 detik dari Waktu Ephemeris. Waktu Ephemeris
(Ephemeris Time - ET) telah didefinisikan sebagai ukuran waktu yang
memberikan posisi obyek angkasa yang terlihat sesuai dengan teori
gerakan dinamis Newton. Dengan dibuatnya jam atom, maka
ditentukanlah penggunaan jam atom sebagai dasar pendefinisian dari
detik, bukan lagi dengan putaran bumi. Dari hasil kerja beberapa tahun,
dua astronomer di United States Naval Observatory (USNO) dan dua
astronomer di National Physical Laboratory (Teddington, England)
menentukan hubungan dari hyperfine transition frequency atom caesium
dan detik ephemeris (Halliday, 2002: 12-15)
Dengan menggunakan metode pengukuran common-view
berdasarkan sinyal yang diterima dari stasiun radio WWV, mereka
menentukan bahwa gerakan orbital bulan disekeliling bumi, yang dari
mana gerakan jelas matahari bisa diterka, di dalam satuan waktu jam
atom. Sebagai hasilnya, di tahun 1967, General Conference on Weights
16
and Measures mendefinisikan detik dari waktu atom dalam International
System of Units (SI) sebagai durasi sepanjang 9.192.631.770 periode dari
radiasi sehubungan dengan transisi antara dua hyperfine level dari ground
state dari atom caesium-133. Ground state didefinisikan di ketidak-adaan
(nol) medan magnet. Detik yang didefinisikan tersebut adalah sama
dengan detik ephemeris (Halliday, 2002: 12-15)
Definisi detik yang selanjutnya adalah disempurnakan di pertemuan
BIPM untuk menyertakan kalimat “definisi ini mengacu pada atom
caesium yang diam pada temperatur 0 K”. Dalam prakteknya, ini berarti
bahwa realisasi detik dengan ketepatan tinggi harus mengkompensasi
efek dari radiasi sekelilingnya untuk mencoba mengextrapolasikan ke
harga detik seperti yang disebutkan di atas. Dalam pengukuran waktu,
digunakan beberapa alat yaitu jam analog, stop watch, jam atom, jam
digital, jam matahari ataupun jam pasir. Semua alat itu dapat kita
manfaatkan untuk mengukur waktu, kita dapat memilih untuk
menggunakan sesuai dengan kebutuhan kita.
2.5.Hubungan keakuratan pengukuran terhadap perhitungan
panjang, massa, dan waktu.
Hubungan ketidak akuratan pada pengukuran disebabkan adanya
kesalahan baik si pengukur maupun alat ukur panjang, massa dan waktu.
Ketidak akuratan merupakan penyimpangan nilai yang diukur dari nilai
sebenarnya. Ketidak akuratan dalam pengukuran terjadi karena kurang
17
terampilnya kita dalam menggunakan alat ukur, kurang teliti dalam
pembacaan alat ukur, kesalahan pada alat ukur, alat ukur tidak dari titik
nol, kesalahan cara pandang alat ukur, dan kesalahan juga dapat terjadi
karena faktor eksternal seperti pada zat kimia yang mudah menguap
hingga ukuran volumenya mudah berubah.
Oleh karena itu, kita harus benar – benar terlatih dalam menggunakan
alat ukur dengan tepat agar kesalahan dalam pengukuran dapat
diminimalisir. Kita juga harus tepat menggunakan alat ukur sesuai
kebutuhannya, misalnya saat kita ingin mengukur diameter sehelai rambut
kita tidak bisa menggunakan penggaris sebagai alat ukur, kita harus
menggunakan mikrometer skrup karena memiliki ketelitian lebih tinggi.
Cara pandang kita harus lurus terhadap batas ukur agar tidak terjadi
kesalahan baca pada alat ukur. Selain itu, kesalahan pengukuran akibat
faktor eksternal dapat diatasi dengan mengambil rata-rata pengukuran.
Dalam perhitungan panjang, massa dan waktu kita harus benar-benar
melakukan pengukuran seakurat mungkin agar tidak terjadi kesalahan
dalam menginformasikan secara kuantitatif perhitungan yang sudah
dilakukan.
18
BAB III
P E N U T U P
3.1.Kesimpulan
1. Pengukuran adalah tindakan dari proses dari mengukur. Mengukur
adalah membandingkan antara dua hal, biasanya salah satunya
adalah suatu standar yang menjadi alat ukur.
2. Cara melakukan perhitungan panjang adalah dengan menggunakan
alat ukur panjang, misalnya penggaris, mistar, meteran, jangka sorong,
dan micrometer sekrup.
3. Cara melakukan perhitungan massa adalah dengan menggunakan alat
ukur massa, misalnya timbangan atau dacin dan neraca O’Hauss.
4. Cara melakukan perhitungan waktu adalah dengan menggunakan alat
ukur waktu, misalnya jam analog, stop watch, jam atom, jam digital, jam
matahari ataupun jam pasir.
5. Ketidakakuratan dalam pengukuran dapat terjadi akibat dari kesalahan
dari pengukur maupun kesalahan dari alat ukur. Ada 3 macam
ketidakakuratan dalam pengukuran ,yaitu ketidakakuratan umum,
ketidakakuratan acak, dan ketidakakuratan sistematis
19
3.2.Saran
Dalam kehidupan sehari-hari kita harus membiasakan diri untuk
melakukan perhitungan dengan akurat dan teliti. Kesalahan yang kita buat
menjadi semakin kecil. Karena pengukuran tidak lengkap tanpa bilangan.
20
DAFTAR PUSTAKA
Alonso, Marcelo dan Edward J. Finn. Dasar-dasar Fisika Universitas edisi ke 2. Jakarta: Erlangga, 1980
Browne, Michael E. Schaum Outline of Theory and Problems of Physics for Engineering and Science. United State of America: McGraw-hill book company, 2004
Frauenfelder, P dan P. Huber, Introduction To Physics. Basel: Pergamon Press, 1966
Giancoli, Douglas C. Fisika edisi ke 5 jilid 1. Jakarta: Erlangga, 2001.
Halliday, David dan Robert Resnick. Fisika edisi ke-3. Jakarta: Erlangga, 1992
Kertiasa, Nyoman. Fisika 1 Petunjuk Guru. Jakarta: Balai Pustaka, 1996.
Marion, Jerry B. Physics and Physical Universe Third Edition. United State of America: John Wiley & Sons, Inc, 1980
Sirait, Martin TH. “Besaran Pokok dan Angka Penting”. http://mharteens.wordpress.com/2007/11/08, diakses 5 Maret 2010
____________. “Notasi dan Angka Penting”. http://kontek-martin07.blogspot.com/, diakses 5 Maret 2010
Smith, Alpheus W dan John N. Cooper. Element of Physics. United State of America: McGraw-hill book company, 1964
Tipler, Paul A. Fisika untuk Sains dan Teknik. Jakarta: Erlangga,1998
Young, Hugh D dan Roger A. Freedman. Fisika Universitas edisi 10 jilid 1. Jakarta: Erlangga, 2002
21