ISI CAMPAK

51
BAB I PENDAHULUAN Telah diketahui bahwa akhir-akhir ini penyakit morbili merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara kita, yakni dengan dilaporkannya kejadian wabah penyakit morbili di beberapa daerah dengan angka kesakitan dan kematian yang cukup tinggi. Di Indonesia menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), morbili menduduki urutan ke-5 dari 10 macam penyakit utama pada bayi (0,7%) dan urutan ke-5 dari 10 macam penyakit utama pada anak umur 1-4 tahun (0,77%). Di dunia secara global 10% dari semua penyebab kematian balita disebabkan oleh campak (kira-kira 800.000 kematian setiap tahun) (Rampengan, T.H,2008). Morbili adalah penyakit sangat menular dengan gejala prodromal seperti demam, batuk, coryza/pilek, dan konjungtivitis, kemudian diikuti dengan munculnya ruam makulopapuler yang menyeluruh diseluruh tubuh. Morbili dapat menimbulkan imunitas dalam periode waktu panjang, tetapi dapat menyebabkan terjadinya penekanan sistem imun disertai peningkatan kerentanan terhadap infeksi lain, dan kadang- kadang terjadi infeksi persisten pada sistem saraf (Setiawan, M. 2008) Di dalam literatur Eropa penyakit ini disebut morbilli, istilah ini berasal dari bahasa itali yang berarti penyakit kecil untuk membedakannya dengan wabah il morbo, tetapi pada morbili ditemukan adanya eksantema. Pada tahun 1763 Sanvages menyebut morbili sebagi penyakit measles, tetapi kemudian 1

Transcript of ISI CAMPAK

Page 1: ISI CAMPAK

BAB I

PENDAHULUAN

Telah diketahui bahwa akhir-akhir ini penyakit morbili merupakan masalah kesehatan

masyarakat di negara kita, yakni dengan dilaporkannya kejadian wabah penyakit morbili di

beberapa daerah dengan angka kesakitan dan kematian yang cukup tinggi. Di Indonesia

menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), morbili menduduki urutan ke-5 dari 10

macam penyakit utama pada bayi (0,7%) dan urutan ke-5 dari 10 macam penyakit utama

pada anak umur 1-4 tahun (0,77%). Di dunia secara global 10% dari semua penyebab

kematian balita disebabkan oleh campak (kira-kira 800.000 kematian setiap tahun)

(Rampengan, T.H,2008).

Morbili adalah penyakit sangat menular dengan gejala prodromal seperti demam,

batuk, coryza/pilek, dan konjungtivitis, kemudian diikuti dengan munculnya ruam

makulopapuler yang menyeluruh diseluruh tubuh. Morbili dapat menimbulkan imunitas

dalam periode waktu panjang, tetapi dapat menyebabkan terjadinya penekanan sistem imun

disertai peningkatan kerentanan terhadap infeksi lain, dan kadang-kadang terjadi infeksi

persisten pada sistem saraf (Setiawan, M. 2008)

Di dalam literatur Eropa penyakit ini disebut morbilli, istilah ini berasal dari bahasa

itali yang berarti penyakit kecil untuk membedakannya dengan wabah il morbo, tetapi pada

morbili ditemukan adanya eksantema. Pada tahun 1763 Sanvages menyebut morbili sebagi

penyakit measles, tetapi kemudian penyakit ini disebut rubeola (berasal dari bahasa spanyol).

Karena banyak istilah yang diberikan kepada penyakit ini, mengakibatkan sampai sekarang

terjadi kebingungan dalam terminologi.

Masuknya morbili ke dalam penduduk yang sebelumnya tidak pernah terserang,

mengakibatkan terjadi wabah yang disertai dengan angka kesakitan dan kematian yang sangat

tinggi. Epidemi penyakit dengan ruam pada kulit ini sering disertai dengan berkurangnya

jumlah penduduk sebagai akibat angka kematian yang tinggi.

1

Page 2: ISI CAMPAK

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

MORBILI dan GIZI KURANG

MORBILI

1. SINONIM

Campak, Measles, Rubeola.

2. DEFINISI

Campak adalah penyakit infeksi virus akut, sangat menular yang ditandai

dengan 3 stadium, yaitu stadium prodromal, stadium erupsi dan stadium konvalesen.

3. EPIDEMIOLOGI

Pengalaman menunjukkan bahwa epidemi campak di Indonesia timbul secara

tidak teratur. Di daerah perkotaan, epidemi campak terjadi setiap 4 tahun. Wabah

terjadi pada kelompok anak yang rentan, yaitu gizi buruk dan daya tahan yang

menurun.

Pada tahun 1989 WHA (World Health Assembly) telah mendeklarasikan

komitmen WHO dalam penanggulangan campak secara global untuk menurunkan

campak sebanyak 90% dan dilanjutkan dengan deklarasi oleh The World Summit

tahun 1990 yang mengharapkan penurunan kematian campak sekitar 95%.

Biasanya penyakit ini timbul pada masa kanak-kanak dan kemudian

menyebabkan kekebalan seumur hidup. Penyakit ini terutama menyerang golongan

umur 5-9 tahun, tetapi di negara yang belum berkembang insiden tertinggi pada umur

di bawah 2 tahun.

Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang telah menderita campak akan mendapat

kekebalan secara pasif (melalui plasenta) sampai umur 4-6 bulan dan setelah umur

tersebut kekebalan akan mengurang sehingga si bayi dapat menderita campak.

Bila si ibu belum pernah menderita campak, bayi yang dilahirkannya tidak

mempunyai kekebalan terhadap campak dan dapat menderita penyakit ini setelah ia

dilahirkan. Bila ibunya menderita campak pada usia kehamilan 1-2 bulan, 50%

kemungkinan akan mengalami abortus, bila si ibu menderita campak pada trimester

pertama, kedua dan ketiga, dia mungkin akan melahirkan seorang anak dengan

2

Page 3: ISI CAMPAK

kelainan bawaan, berat badan lahir rendah, lahir mati atau anak yang kemudian

meninggal sebelum usia 1 tahun.

Tidak ada perbedaan jenis kelamin, tetapi beberapa peneliti mengemukakan

bahwa komplikasi lebih banyak pada anak laki-laki dibandingkan anak perempuan.

4. ETIOLOGI

Virus campak termasuk famili Paramyxovirus, genus morbilivirus, merupakan

virus RNA serat negatif yang berselubung (berenvelope), berbentuk bulat dengan tepi

yang kasar, dibungkus oleh selubung luar yang terdiri dari lemak dan protein. Di

dalamnya terdapat nukleokapsid yang berbentuk bulat lonjong, terdiri dari bagian

protein yang mengelilingi assam nukleat (RNA) – yang merupakan struktur heliks

nukleoprotein dari myxovirus. Pada selubung luar seringkali terdapat tonjolan pendek.

Salah satu protein yang berada di selubung luar berfungsi sebagai hemaglutinin.

Gambar 1. Struktur virus campak

Sumber : http://www.stanford.edu/group/virus/retro/2000/measlespic.jpg

3

Page 4: ISI CAMPAK

5. PATOGENESIS

Penularannya sangat efektif, dengan sedikit virus yang infeksius sudah dapat

menimbulkan infeksi pada seseorang. Penularan campak terjadi secara droplet melalui

udara, sejak 1-2 hari sebelum timbul gejala klinis sampai 4 hari setelah timbul ruam.

Di tempat awal infeksi, penggandaan virus sangat minimal dan jarang dapat

ditemukan virusnya. Virus masuk ke dalam limfatik lokal, bebas maupun

berhubungan dengan sel mononuklear, kemudian mencapai kelanjar getah bening

regional. Di sini virus memperbanyak diri dengan sangat perlahan (viremia primer)

dan dimulailah penyebaran ke jaringan limforetikular dan organ-organ limpoid

(thymus, lien, dan nodus limfatikus). Pada organ-organ ini virus bereplikasi pada sel

endothelial, epithelial, dan monosit/makrofag. Karena sel yang diinfeksi virus campak

mempunyai kemampuan untuk mengadakan fusi maka terbentuk sel raksasa berinti

banyak (multinucleated giant cell atau sel Warthin-Finkeldey), sedangkan limfosit-T

(termasuk T-supressor dan T-helper) yang rentan terhadap infeksi, turut aktif

membelah.

Gambar 2. Sel Warthin Finkeldey

Sumber : http://www.google.co.id/imglanding?q=warthin%20finkeldey&imgurl

Gambaran kejadian awal di jaringan limfoid masih belum diketahui secara

lengkap, tetapi 5-6 hari setelah infeksi awal, terbentuklah fokus infeksi yaitu ketika

virus masuk ke dalam pembuluh darah dan menyebar ke permukaan epitel orofaring,

konjungtiva, saluran nafas, kulit, kandung kemih dan usus.

Pada hari ke 9-10, fokus infeksi yang berada di epitel saluran nafas dan

konjungtiva, akan menyebabkan timbulnya nekrosis pada satu sampai dua lapis sel.

Pada saat itu virus dalam jumlah banyak masuk kembali ke pembuluh darah dan

4

Page 5: ISI CAMPAK

menimbulkan manifestasi klinis dari sistem saluran nafas diawali dengan keluhan

batuk pilek disertai selaput konjungtiva yang tampak merah. Respon imun yang

terjadi ialah proses peradangan epitel pada sistem saluran penafasan diikuti dengan

manifestasi klinis berupa demam tinggi, anak tampak sakit berat dan tampak suatu

ulsera kecil pada mukosa pipi yang disebut bercak Koplik, yang dapat tanda pasti

untuk menegakkan diagnosis.

Selanjutnya daya tahan tubuh menurun. Sebagai akibat respon delayed

hypersensitivity terhadap antigen virus muncul ruam makulopapular pada hari ke-14

sesudah awal infeksi dan pada saat itu antibodi humoral dapat dideteksi pada kulit.

Kejadian ini tidak tampak pada kasus yang mengalami defisit sel T.

Daerah epitel yang nekrotik di nasofaring dan saluran pernafasan memberikan

kesempatan infeksi bakteri sekunder berupa bronkopneumonia, otitis media dan lain-

lain. Dalam keadaan tertentu pneumonia juga dapat terjadi, selain itu campak dapat

menyebabkan gizi kurang.

5

Page 6: ISI CAMPAK

6. PATOFISIOLOGI

Virus campak

Droplet Infection

Proliferasi sel mononukleus, polimorfonukleus

Reaksi inflamasi : Demam, metabolisme naik, IWL naik

Penyebaran ke berbagai organ melalui hematogen

Saluran cerna Saluran nafas Konjungtiva radang Kulit menonjol

6

Terdapat bercak koplik berwarna kelabu dikelilingi eritema pada mukosa bukalis, berhadapan pada molar, palatum mole dan palatum durum

Inflamasi saluran nafas atas; bercak Koplik pada mukosa bukalis meluas ke jaringan trakeobronkial

Konjungtivitis Sekitar kelenjar sebasea dan folikel rambut

Mulut pahit, timbul anorexia

Batuk, pilek

Sekitar kelenjar sebasea dan folikel rambut

Gangguan kebutuhan nutrisi

Hygiene tidak dijaga dan imunitas kurang; akan meluas pada saluran cerna bagian bawah (usus)

Bronkopneumonia

Gangguan pola nafas

Eritema membentuk makulo papular di kulit normal

Rash / ruam pada daerah balik telinga, leher, pipi, muka, seluruh tubuh, ada deskuamasi dan rasa gatal

Gangguan istirahat

Gangguan integritas

kulitAbsorpsi turunDiare

Kurang volume cairan dan elektrolit

(BAB terus-menerus)Iritasi

Page 7: ISI CAMPAK

7. MANIFESTASI KLINIS

Penyakit campak mempunyai masa inkubasi 10-14 hari, merupakan jangka

waktu dari mulai mendapat paparan sampai munculnya gejala klinik penyakit. Jika

ada, hanya sedikit gejala yang muncul pada periode ini.

Penyakit ini dibagi dalam 3 stadium :

1. Stadium Kataral (Prodromal)

Gejala prodromal pertama penyakit adalah demam ringan sampai sedang,

lemas, disertai batuk, coryza, dan konjungtivitis. Gejala prodromal berakhir 3-

5 hari. Selama periode ini, pada mukosa pipi muncul lesi punctat kecil

berwarna putih, yang merupakan tanda diagnostik dini penyakit campak yang

disebut Koplik’s spots. Bercak Koplik merupakan bintik putih keabu-abuan,

biasanya sebesar butir pasir dengan tepi merah mengkilat. Bercak Koplik

pertama muncul pada mukosa pipi yang berhadapan dengan molar bawah

tetapi dapat menyebar secara tidak teratur pada mukosa bukal yang lain.

Bercak ini muncul dan menghilang dengan cepat, biasanya dalam 12-18 jam.

Ketika menghilang, bintik-bintik perubahan warna merah mukosa mungkin

tetap.

Gambar 3. Koplik’s Spot

Sumber :

http://medicastore.com/images/campak_koplik_spot.jpg&imgrefurl=http://

medicastore.com/penyakit/269/Kelainan_Pada_Bibir_Mulut_%26_Lidah.html

7

Page 8: ISI CAMPAK

Konjungtivitis dan fotofobia dapat mengesankan campak sebelum muncul

bercak koplik. Kadang-kadang fase prodromal dapat berat, ditunjukkan oleh

demam tinggi mendadak, kadang-kadang dengan kejang-kejang dan bahkan

pneumonia. Biasanya coryza, demam dan batuk semakin bertambah berat

sampai waktu ruam telah merata diseluruh tubuh.

2. Stadium Erupsi

Gejala prodromal berakhir pada saat munculnya ruam pada kulit. Suhu naik

mendadak ketika ruam muncul dan sering mencapai 40-40,5oC. Ruam

biasanya mulai sebagai makula tidak jelas pada bagian atas lateral leher,

dibelakang telinga, sepanjang garis pertumbuhan rambut dan pada bagian

posterior pipi. Lesi sendiri-sendiri menjadi semakin makulopapular, sebagai

ruam yang menyebar dengan cepat pada seluruh muka, leher, lengan atas dan

bagian atas dada pada sekitar 24 jam pertama. Dapat terjadi pendarahan

ringan, rasa gatal dan muka bengkak.

Gambar 4. Ruam makulopapuler

Sumber : http://www.klikdokter.com/userfiles/campak.JPG&imgrefurl

Selama 24 jam berikutnya ruam menyebar keseluruh punggung, abdomen,

seluruh lengan, dan paha. Ketika ruam akhirnya mencapai kaki pada hari ke 5-

6, ruam mulai menghilang sesuai urutan terjadinya. Dapat terjadi pembesaran

kelenjar getah bening mandibula dan pada daerah leher bagian belakang, dan

splenomegali ringan dapat dicatat. Otitis media, bronkopneumonia, dan gejala-

gejala saluran cerna, seperti diare dan muntah lebih sering pada bayi dan anak

kecil (terutama anak malnutrisi) daripada anak yang lebih tua. Pada penyakit

8

Page 9: ISI CAMPAK

yang tanpa komplikasi, penyembuhan secara klinis segera mulai setelah

munculnya ruam pada kulit.

3. Stadium Konvalesens

Erupsi berkurang dan meninggalkan bekas yang berwarna lebih tua

(hiperpigmentasi) yang lama-kelamaan akan hilang dalam 1-2 minggu.

Selain hiperpigmentasi pada anak Indonesia sering ditemukan kulit yang

bersisik. Hiperpigmentasi ini merupakan gejala patognomonik untuk campak.

Pada penyakit-penyakit lain dengan eritema atau eksantema ruam kulit

menghilang tanpa hiperpigmentasi. Pada stadium ini suhu menurun sampai

menjadi normal kecuali bila ada komplikasi.

8. DIAGNOSIS

Untuk menegakkan diagnosis penyakit campak terutama pada penderita dengan

gejala klinis yang klasik adalah sangat mudah. Dengan menemukan gejala klinis yang

khas kita sudah dapat menegakkan diagnosis. Tetapi sebagian besar penderita campak

menunjukkan gejala subklinis tanpa gejala yang khas, sehingga menegakkan

diagnosis penderita hanya berdasarkan gejala klinis sangat sulit.

Gejala klinik yang sangat khas dari penyakit campak klasik adalah demam,

ruam makulopapuler pada kulit, coryza/pilek, batuk, konjungtivitis, dan adanya

enantem di mukosa pipi yang merupakan tanda patognomonik campak (Bercak

Koplik). Umumnya dengan menemukan gejala-gejala ini sudah cukup untuk

menegakkan diagnosis, terutama pada saat terjadinya wabah di masyarakat. Meskipun

demikian menentukan diagnosis perlu ditunjang data epidemiologi. Tidak semua

kasus manifestasinya sama dan jelas. Jadi, dapat disimpulkan bahwa diagnosis

campak dapat ditegakkan secara klinis, sedangkan pemeriksaan penunjang sekedar

membantu.

9

Page 10: ISI CAMPAK

9. PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Pemeriksaan labaroratorium yang dilakukan pada penderita campak adalah :

a. Darah tepi

Pada pemeriksaan darah tepi dapat ditemukan leukopenia selama fase

prodromal dan stadium awal dari ruam. Biasanya terdapat peningkatan yang

mencolok dari jumlah leukosit apabila terjadi komplikasi. Apabila tidak terjadi

komplikasi, jumlah leukosit perlahan-lahan meningkat sampai normal saat

ruam menghilang.

b. Isolasi dan identifikasi virus

Usap nasofaring dan contoh darah yang diambil dari seorang pasien 2-3 hari

sebelum mula timbul gejala hingga 1 hari setelah timbulnya ruam merupakan

sumber yang cocok untuk isolasi virus.

c. Serologi

Sampel serologis sebaiknya diambil pada fase akut (1-7 hari setelah muncul

ruam pada kulit) dan fase konvalensens. Bila terjadi peningkatan titer antibodi

empat kali antara sampel pertama dan sampel kedua, maka penderita

dinyatakan positif menderita campak. Antibodi IgM muncul bersamaan

dengan munculnya ruam pada kulit, dan pada sebagian besar penderita dapat

dideteksi 3 hari sesudah munculnya ruam pada kulit. Kadar IgG spesifik virus

campak tertinggi ditemukan hampir dua minggu berikutnya.

d. Pemeriksaan untuk komplikasi

Pada penderita campak yang disertai dengan komplikasi dapat dilakukan

pemeriksaan laboratorium sebagai berikut :

1) Ensefalitis, dilakukan pemeriksaan cairan serebrospinalis dengan kadar

protein 48–240 mg/dL dan jumlah limfosit antara 5-99 sel, kadar

elektolit darah dan analisa gas darah.

2) Enteritis, dilakukan pemeriksaan feses lengkap.

3) Bronkopneumonia, dilakukan pemeriksaan foto thorax.

10

Page 11: ISI CAMPAK

10. DIAGNOSIS BANDING

Diagnosis banding penyakit campak yang perlu dipertimbangkan adalah campak

jerman, infeksi enterovirus, eksantema subitum, meningokoksemia, demam

skarlantina, penyakit riketsia dan ruam kulit akibat obat, dapat dibedakan dengan

ruam kulit pada penyakit campak.

1) Campak Jerman atau Rubella atau Campak Tiga Hari. Gejala lebih ringan dari

campak, terdiri dari gejala infeksi saluran napas bagian atas, demem ringan,

tanda yang paling khas adalah adenopati retroaurikuler, servical posterior, dan

di belakang oksipital. Ruam lebih halus, yang mula-mula pada wajah lalu

menyebar ke batang tubuh dan menghilang dalam waktu 3 hari.

2) Eksantema Subitum. Penyakit ini juga disebabkan oleh virus, biasanya timbul

pada bayi berumur 6-36 bulan. Perlangsungan penyakit ini mirip campak,

bedanya ruam timbul pada saat panas turun.

3) Ruam kulit akibat obat. Lebih bersifat urtikaria, sehingga ruam lebih besar,

luas, menonjol dan umumnya tidak disertai panas dan batuk. Umumnya ruam

kulit timbul setelah ada riwayat penyuntikan atau menelan obat.

4) Penyakit Ricketsia. Disertai batuk tetapi ruam kulit yang timbul biasanya tidak

mengenai wajah yang secara khas terlihat pada penyakit campak.

5) Infeksi enterovirus, Ruam kulit cenderung kurang jelas dibandingkan dengan

campak dan tidak adanya adenopati retroaurikuler.

6) Demam Skarlet. Kelainan kulit biasa timbul dalam 12 jam pertama sesudah

demam. Ruam kulit difus dan makulopapuler halus, eritema yang menyatu

dengan susunan seperti “daging angsa” diatas dasar eritematosa secara jelas

terdapat didaerah abdomen yang relatif mudah dibedakan dengan campak.

7) Penyakit Kawasaki. Demam tidak spesifik disertai nyeri tenggorok

mendahului penyakit ini selama 2-5 hari. Biasanya ditemukan adanya

eksantem yang bersifat generalisata dan makulopapuler. Telapak tangan dan

kaki membengkak merah dan menghilang dalam beberapa hari sampai

beberapa minggu. Gejala klinik lain yang dapat ditemukan : adanya bibir,

mulut dan lidah mengering dan merah (strawberry tounge) serta adanya

konjungtivitis non purulen.

11

Page 12: ISI CAMPAK

11. KOMPLIKASI

Pada penyakit campak terdapat resistensi imun yang menurun sehingga dapat

terjadi anergi. Keadaan ini menyebabkan mudahnya terjadi komplikasi sekunder

seperti:

Laringitis akut

Laringitis timbul karena adanya edema hebat pada mukosa saluran napas,

yang bertambah parah pada saat demam mencapai puncaknya. Ditandai

dengan distres pernafasan, sesak, sianosis, dan stridor. Ketika demam turun

keadaan akan membaik dan gejala akan menghilang.

Pneumonia

Dapat disebabkan oleh virus campak maupun akibat invasi bakteri. Ditandai

dengan batuk, menigkatnya frekuensi nafas, dan adanya ronki basah halus.

Pada saat suhu turun apabila disebabkan oleh virus, gejala pneumonia akan

menghilang, kecuali batuk masih dapat berlanjut beberapa hari lagi. Apabila

suhu tidak juga turun pada saat yang diharapkan dan gejala saluran nafas

masih terus berlangsung, dapat diduga adanya penumonia karena bakteri yang

telah mengadakan invasi pada sel epitel yang telah dirusak oleh virus.

Gambaran infiltrat pada foto thoraks dan adanya lekositosis dapat

mempertegas diagnosis. Di negara yang sedang berkembang dimana

malnutrisi masih menjadi masalah, penyulit pneumonia bakteria biasa terjadi

dan dapat menjadi fatal bila tidak diberikan antibiotik.

Ensefalitis

Merupakan komplikasi neurologis yang berat dan lebih sering pada campak

daripada eksantem yang lain. Insiden komplikasi ini berkisar antara 0,1-2%

dan biasanya timbul pada hari ke2-6 setelah timbulnya ruam. Patogenesis

komplikasi ini belum diketahui secara pasti, beberapa dugaan seperti melalui

mekanisme imunologik maupun melalui invasi langsung virus campak ke

dalam otak. Gejala ensefalitis dapat berupa panas, sakit kepala, muntah,

lemah, kejang, koma atau kelemahan umum. Perjalanan penyakit ini bervariasi

dari yang ringan sampai berat dan berakhir dengan kematian dalam waktu 24

jam. Pemeriksaan cairan cerebrospinal menunjukkan pleositosis ringan,

dengan predominan sel mononuklear, peningkatan protein ringan, sedangkan

kadar glukosa dalam batas normal.

12

Page 13: ISI CAMPAK

Otitis Media

Invasi virus ke dalam telinga tengah umumnya terjadi pada campak. Gendang

telinga biasanya hiperemis pada fase prodromal dan stadium erupsi. Jika

terjadi invasi bakteri pada lapisan sel mukosa yang rusak karena invasi virus

akan terjadi otitis media purulenta. Dapat pula terjadi mastoiditis.

Konjungtivitis

Pada hampir semua kasus campak terjadi konjungtivitis yang ditandai dengan

mata merah, pembengkakan kelopak mata, lakrimasi dan fotofobia. Kadang-

kadang terjadi infeksi sekunder oleh bakteri. Virus campak atau antigennya

dapat terdeteksi pada lesi konjungtiva pada hari pertama sakit. Konjungtivitis

dapat memburuk dengan terjadinya hipopion dan pan-oftalmitis sehingga

menyebabkan kebutaan. Dapat pula timbul ulkus kornea

Enteritis

Beberapa anak yang menderita campak mengalami muntah dan mencret pada

fase prodromal. Keadaan ini akibat invasi virus ke dalam sel mukosa usus.

Subacute Sclerosing Panencephalitis (SSPE)

Subacute sclerosing panencephalitis merupakan kelainan degeneratif susunan

saraf pusat yang jarang disebabkan oleh infeksi virus campak yang persisten.

Kemungkinan untuk menderita SSPE pada anak sebelumnya pernah

menderita campak adalah 0,6-2,2 per 100.000 infeksi campak. Resiko terjadi

SSPE lebih besar pada usia yang lebih muda, dengan masa inkubasi rata-rata 7

tahun. Gejala SSPE didahuui dengan gangguan tingkah laku dan intelektual

yang progresif, diikuti oleh inkoordinasi motorik, kejang. Umumnya bersifat

mioklonik. Laboratorium menunjukkan peningkatan globulin dalam cairan

cerebrospinal, antibodi terhadap campak dalam serum (CF dan HAI) menigkat

1 : 1280). Tidak ada terapi untuk SSPE. Rata-rata jangka panjang waktu

timbulnya gejala sampai meninggal antara 6 – 9 bulan.

13

Page 14: ISI CAMPAK

12. PENATALAKSANAAN

Campak merupakan suatu penyakit self limiting sehingga pengobatannya hanya

bersifat simptomatis, yaitu :

o Memperbaiki keadaan umum; beri anak cukup cairan dan kalori

o Antipiretik bila suhu tinggi

o Obat batuk

o Vitamin A : < 6 bulan : 50.000 IU diberikan satu kali

6-11 bulan : 100.000 IU diberikan satu kali

> 11 bulan : 200.000 IU diberikan satu kali

o Antibiotik bila terdapat infeksi sekunder

o Kortikosteroid dosis tinggi

Pada campak yang mengalami ensefalitis, diberikan :

- Hidrokortison 100-200 mg/hari selama 3-4 hari

- Prednisone 2 mg/kgBB/hari untuk jangka waktu 1 minggu

o Indikasi Masuk Rumah Sakit yang dianjurkan :

- Campak disertai komplikasi berat

- Campak dengan kemongkinan terjadinya komplikasi, yaitu bila

ditemukan:

Bercak/eksantem merah kehitaman yang menimbulkan deskuamasi

dengan skuama yang lebar dan tebal.

Suara parau, terutama disertai tanda penyumbatan seperti

laryngitis dan pneumonia.

Dehidrasi berat.

Kejang dengan kesadaran menurun

MEP yang berat

14

Page 15: ISI CAMPAK

13. PENCEGAHAN

Imunisasi Aktif

Pencegahan campak dilakukan dengan pemberian imunisasi aktif pada bayi

berumur 9 bulan atau lebih. Program imunisasi campak secara luas baru

dikembangkan pelaksanaannya pada tahun 1982.

Pada tahun 1963 telah dibuat dua macam vaksin campak, yaitu :

1) Vaksin yang berasal dari virus campak yang hidup dan dilemahkan-“Live

Attenuated Measles Vaccine” (tipe Edmonstone B).

2) Vaksin yang berasal dari virus campak yang dimatikan (virus campak yang

berada dalam larutan formalin yang dicampur dengan garam aluminium).

Sejak tahun 1967 vaksin yang berasal dari virus campak yang telah dimatikan

tidak digunakan lagi oleh karena efek proteksinya hanya bersifat sementara dan dapat

menimbulkan gejala atypical measles yang hebat. Sebaliknya, vaksin campak yang

berasal dari virus hidup yang dilemahkan, dikembangkan dari Edmonstone strain

menjadi strain Schwarz (1965) dan kemudian menjadi strain Moraten (1968).

Dosis baku minimal untuk pemberian vaksin campak yang dilemahkan dalah

1000 TCID50 atau sebanyak 0,5 ml. Untuk vaksin hidup, pemberian dengan 20 TCID50

saja mungkin sudah memberikan hasil yang baik. Pemberian secara subkutan,

walaupun demikian dapat diberikan secara intramuskular.

Pada saat ini di negara yang berkembang, angka kejadian campak masih tinggi

dan seringkali dijumpai penyulit, maka WHO menganjurkan pemberian imunisasi

campak pada bayi berumur 9 bulan. Untuk negara maju imunisasi campak (MMR)

dianjurkan pada anak berumur 12-15 bulan dan kemudian imunisasi kedua (booster)

juga dengan MMR dilakukan secara rutin pada umur 4-6 tahun, tetapi dapat juga

diberikan setiap waktu semasa periode anak dengan tenggang waktu paling sedikit 4

minggu dari imunisasi pertama.

15

Page 16: ISI CAMPAK

Gambar 5. Vaksin MMR

Sumber : http://www.stanford.edu/group/virus/retro/2000/measles.html&usg_

Imunisasi campak tidak dianjurkan pada ibu hamil, anak dengan

imnunodefisiensi primer, pasien TB yang tidak diobati, pasien kanker atau

transplantasi organ, mereka yang mendapat pengobatan supresif jangka panjang atau

anak imunocompromised yang terinfeksi HIV. Anak yang terinfeksi HIV tanpa

imunosupresi berat dan tanpa bukti kekebalan terhadap campak, bisa mendapat

imunisasi campak.

Reaksi Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) campak yang banyak dijumpai pada

imunisasi ulang pada seseorang yang telah memiliki imunitas sebagian akibat

imunisasi dengan vaksin campak dari virus yang dimatikan. Kejadian KIPI imunisasi

campak telah menurun dengan digunakannya vaksin campak yang dilemahkan. Gejala

KIPI berupa demam yang lebih dari 39,50C yang terjadi pada 5-15% kasus, dan mulai

dijumpai pada hari ke 5-6 sesudah imunisasi dan berlangsung selama 2 hari.

Imunisasi Pasif

Imunisasi pasif dengan kumpulan serum orang dewasa, kumpulan serum

konvalesen, globulin plasenta, atau gamma globulin kumpulan plasma adalah efektif

untuk pencegahan dan pelemahan campak. Campak dapat dicegah dengan

menggunakan imunoglobulin serum (gamma globulin) dengan dosis 0,25 ml/kg

diberikan secara intramuskuler dalam 5 hari sesudah pemajanan tetapi lebih baik

sesegera mungkin. Proteksi sempurna terindikasi untuk bayi, untuk anak dengan sakit

kronis, dan untuk kontak di bangsal rumah sakit dan lembaga-lembaga anak.

16

Page 17: ISI CAMPAK

Pelemahan mungkin disempurnakan dengan penggunaan gamma globulin dengan

dosis 0,05 ml/kg. Gamma globulin adalah sekitar 25 kali lebih kuat dalam titer

antibodi dari pada kumpulan serum dewasa.

14. PROGNOSIS

Campak merupakan penyakit self-limiting dan berlangsung antara 7-10 hari

sehingga bila tidak disertai komplikasi, prognosis baik.

Morbiditas dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti :

Diagnosis dini, pengobatan yang adekuat terhadap komplikasi yang timbul

Kesadaran dan pengetahuan yang rendah dari orang tua penderita

Penggunaan fasilitas kesehatan yang kurang

17

Page 18: ISI CAMPAK

GIZI

1) PERANAN GIZI

Gizi merupakan faktor penting bagi kesehatan dan kecerdasan anak. Gizi

penting bagi anak tidak hanya dimulai semenjak anak lahir, tetapi semenjak dalam

kandungan. Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan keguguran, cacat

bawaan, dan melahirkan bayi dengan berat badan rendah yang dapat menyebabkan

kelainan di masa mendatang. Penelitian menunjukkan bahwa anak yang dikandung

oleh ibu yang kurang gizi banyak mengalami petumbuhan otak dan tubuh yang buruk.

Sel-sel otak dapat berkurang secara permanen.

Kekurangan gizi pada anak dan menyebabkan berat badan kurang, mudah

terserang penyakit, badan letih, penyakit defisiensi gizi, malas, terhambatnya

pertumbuhan dan perkembangan fisik maupun psikomotor dan mental.

Tubuh membutuhkan gizi dalam jumlah dan ragam yang sesuai untuk dapat

tumbuh optimal. Ukuran umum kebutuhan gizi dikenal dengan istilah Angka

Kecukupan Gizi (AKG), yang berbeda-beda pada setiap orang karena perbedaan umur

dan berat badan. Pemenuhan gizi yang tepat adalah gizi seimbang, yaitu terpenuhinya

bermacam-macam zat gizi sesuai jumlah yang dibutuhkan.

2) GIZI DAN MAKANAN

Gizi merupakan zat yang diperlukan oleh tubuh untuk melakukan fungsinya,

yakni menghasilkan energi, membangun dan memelihara jaringan, serta mengatur

proses-proses kehidupan. Makanan adalah bahan selain obat yang mengandung zat-zat

gizi dan atau unsur-unsur yang dapat diubah menjadi zat gizi oleh tubuh, yang

bergunan bila dimasukkan ke dalam tubuh.

Tubuh manusia terdiri atas sel, jaringan, organ-organ, darah, otot dan tersusun

atas air, karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral. Oleh karena itu, ilmu gizi

mensyaratkan bahwa makanan yang dibutuhkan oleh tubuh harus mengandung lima

komponen (kelompok) penting, yaitu meliputi hal-hal berikut ini.

1. Karbohidrat atau hidrat arang, sebagai sumber energi

2. Protein, sebagai pembangun (sel, jaringan otot atau organ), berperan dalam

mengatur proses tubuh, dan juga dapat memasok energi.

3. Lemak, sebagai pembangun jaringan dan juga sumber energi.

18

Page 19: ISI CAMPAK

4. Vitamin dan mineral, sebagai pengatur proses-proses tubuh, serta membantu

pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan tubuh.

5. Serat gizi, untuk memudahkan kerja pencernaan.

Umumnya makanan mengandung berbagai macam zat gizi. Buah misalnya,

meskipun terkenal sebagai sumber vitamin dan serat, buah juga mengandung

karbohidrat, protein dan lemak. Selain itu, telur yang terkenal sebagai sumber protein,

juga mengandung karbohidrat, vitamin, dan zat gizi lainnya. Hal penting yang harus

diperhatikan adalah jumlah gizi untuk masing-masing zat gizi yang dikandungnya

sehingga dapat digunakan dalam merencanakan menu makanan dengan gizi yang

seimbang. Jadi, tidak benar bila kita hanya memberikan satu atau sedikit jenis

makanan tertentu saja.

3) PERMASALAHAN GIZI PADA ANAK

Untuk mengetahui seorang anak bermasalah dengan gizinya, ada beberapa hal penting

yangg perlu mendapatkan evaluasi, yaitu sebagai berikut.

1. Tinggi badan anak sudah sesuai atau belum dengan tinggi badan yang diharapkan

untuk seusianya.

2. Berat badan anak sudah sesuai atau belum dengan berat badan yang diharapkan

untuk seusianya.

3. Tanda-tanda fisik anak yang menunjukkan ketidakseimbangan gizi, seperti yang

terlihat pada rambut, kepala, leher, mata, mulut, kulit, kuku, jantung, perut, otot

rangka, dan saraf.

Untuk membantu pada pembaca dalam evaluasi pemenuhan gizi, lihat lampiran B.

Selain itu, juga terdapat panduan yang dapat digunakan untuk mengetahui tinggi dan

berat badan yang dianggap normal untuk usia tertentu (lampiran C). Panduan ini

menghubungkan usia, berat badan, dan tinggi badan. Meskipun demikian, hal tersebut

hanya panduan umum, ada faktor lain yang memungkinkan perbedaan dengan

panduan tersebut seperti faktor genetik yang turut menentukan tinggi dan

keperawakan seseorang.

Gangguan akibat kekurangan gizi bergantung pada zat gizi yang mengalami

kekurangan, tetapi secara umum gangguan tersebut meliputi hal berikut.

1. Badan lemah, kurang energi untuk melakukan aktivitas.

19

Page 20: ISI CAMPAK

2. Penurunan ketahanan tubuh terhadap serangan penyakit infeksi, misalnya mudah

terserang flu, diare, dan penyakit kulit. Pada penderita penyakit infeksi tertentu,

penyakit tersebut menjadi tidak sembuh atau bahkan bertambah parah.

3. Pertumbuhan badan terhambat, terutama pada anak-anak tampak pada

pertambahan berat badan, otot lembek, dan rambut mudah rontok.

4. Kemampuan berpikir dan perkembangan mental terhambat sehingga seseorang

tampak bodoh dan mental yang kurang ajar, seperti mudah panik, tidak peduli,

gampang tersinggung, mudah marah, dan cepat putus asa.

4) PENYEBAB KEKURANGAN GIZI

Pada umumnya, kekurangan gizi sering di identikkan dengan konsumsi makan yang

tidak mencukup kebutuhan atau anak sulit untuk makan. Sebenarnya ada berbagai

penyebab yang menjadikan seorang anak dapat mengalami kekurangan gizi. Berikut

ini penyebab dan contoh kekurangan gizi yang bisa terjadi.

1. Konsumsi makanan yang tidak mencukupi. Hal ini mungkin disebabkan oleh

masalah daya beli, ketersediaan makanan, diet, ketidaksukaan, dan alergi.

Contohnya :

a) Menghindari makan buah-buahan dan sayuran (defisiensi vitaminA,C)

b) Menghindari makan roti dan sereal (defisiensi vitamin B1, B2, serat)

c) Menghindari makan daging, telur, dan susu (defisiensi vitamin B12,

protein, Fe, Zn)

d) Menghindari minum susu (defisiensi Ca, vitamin B2)

2. Peningkatan pengeluaran gizi dari dalam tubuh. Contohnya :

a) Terjadi perdarahan (defisiensi Fe)

b) Mengalami diare, fistula/abnormalitas kelenjar tubuh (defisiensi protein,

Zn, cairan, elektrolit)

c) Adanya pengeringan abses atau luka (defisiensi protein, Zn)

d) Mengalami sindrom nefrotik/gangguan ginjal (defisiensi protein, Zn)

e) Muntah (defisiensi cairan, elektrolit, kalori, zat gizi lainnya)

3. Kebutuhan gizi yang meningkat pada kondisi tertentu. Contohnya :

a) Menderita demam (defisiensi kalori, vitamin B1)

b) Hipertiroidisme (defisiensi kalori)

c) Bayi, remaja, hamil, dan menyusui (defisiensi Fe, Ca, zat gizi lainnya)

20

Page 21: ISI CAMPAK

d) Kondisi sehabis operasi, menderita trauma, luka bakar, dan infeksi

(defisiensi kalori, protein, vitamin C, Zn)

e) Menderita kanker (defisiensi kalori, protein, zat gizi lainnya)

4. Penyerapan makanan dalam sistem pencernaan yang mengalami gangguan.

Contohnya :

a) Penggunaan obat-obatan tertentu, misalnya : obat maag/antasid,

antikejang, dan pencahar (defisiensi berbagai zat gizi)

b) Malabsorpsi (kegagalan penyerapan) (defisiensi kalori, vitamin A, D, E, K,

protein, Ca, Mg, dan Zn)

c) Adanya parasit/kuman (defisiensi Fe)

d) Sehabis menjalani operasi, misalnya gastrektomi/pengangkatan lambung

(defisiensi vitamin B12, Fe, asam folat), reseksi intestinum/pemotongan

usus (defisiensi kalori, vitamin A, D, E, K, Ca, Mg, Zn dan vitamin B12)

5. Gangguan penggunaan gizi setelah diserap. Contohnya :

a) Penggunaan obat tertentu sepeerti antikanker, isoniazid, kortikosteroid

(defisiensi berbagai zat gizi)

b) Adanya kelainan metabolisme dari bawaan (faktor keturunan). Hal ini

bergantung pada gangguannnya.

5) POLA PEMBERIAN MAKANAN PADA ANAK

Pola pemberian makan anak perlu dilakukan secara tepat karena kondisi anak berbeda

dengan orang dewasa. Anak-anak merupakan sosok manusia yang sedang mengalami

perubahan dan perkembangan yang paling pesat dalam kehidupannya, yaitu

perkembangan kematangan sistem pencernaan, kematangan organ-organ tubuh, otak,

dan jiwa. Hal-hal yang perlu diperhatikan tidak hanya menyangkut pemenuhan jumlah

gizi yang tepat, tetapi juga bentuk fisik (tekstur), makanan dan cara pemberiannya.

21

Page 22: ISI CAMPAK

6) MENU MAKANAN ANAK BERUSIA 1-2 TAHUN

Komposisi yang baik untuk penyediaan energi bagi anak balita terdiri atas karbohidrat

(60-70%), protein (10-15%), dan lemak (20-25%). Selanjutnya, para orang tua juga

harus memperhatikan kebutuhan akan vitamin dan mineral. Dibawah ini diberikan

komposisi pemberian makan bagi anak usia 1-2 tahun per hari, dalam satuan gram

atau penukar.

Bahan makanan 1 tahun

(1000 kkal)

2 tahun

(1200 kkal)

Satuan makanan

Nasi 1,5 2 Satuan penukar

Lauk hewani 1,5 1,5 Satuan penukar

Lauk nabati 0,5 1 Satuan penukar

Sayur 75 75 Gram

Buah 1 1 Satuan penukar

Susu bubuk 30 30 Gram

Gula pasir 30 30 Gram

Biskuit 2 2 Buah

Minyak/santan 2 3 Satuan penukar

Satuan penukar adalah istilah yang menyatakan bahwa pada golongan tersebut

memiliki nilai yang sama.

BAB III

22

Page 23: ISI CAMPAK

LAPORAN KASUS

Anamnesis

Diambil pada tanggal 25 April 2010-05-20

Dilakukan secara Alloanamnesis (ibu pasien)

1. IDENTITAS PASIEN

Nama Pasien : An. DL

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 2 tahun 4 bulan

Alamat : Jl. Tanjung Lengkong RT 14/06, Otista

2. ORANG TUA PASIEN

2.1 IBU 2.2 AYAH

Nama :Ny. L Nama : Tn. H

Umur : 29 tahun Umur : 41 tahun

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Pekerjaan : Karyawan Swasta

Pendidikan : SMEA Pendidikan : S1

Perkawinan : Pertama Perkawinan : Pertama

Penyakit : Disangkal Penyakit : Disangkal

Penghasilan : - Penghasilan : Rp. 1.500.000

3. RIWAYAT KELAHIRAN

Persalinan : Biasa

Cara : Spontan Pervaginam

Usia Kelahiran : Cukup Bulan

Berat Badan : 3000 gram

Panjang Badan : 45 cm

4. KELAINAN BAWAAN

Hidrosefalus : Disangkal

23

Page 24: ISI CAMPAK

Rahang Terbelah : Disangkal

Bibir Terbelah : Disangkal

Langit-langit Terbelah : Disangkal

Lain-lain : Disangkal

5. RIWAYAT MAKAN

Kualitas : Kurang

Kuantitas : Cukup

6. SAUDARA-SAUDARA

Anak pertama : Laki-laki, 11 tahun, lahir pervaginam, BB 2800 gr, PB 48 cm

Anak kedua : Perempuan, 8 tahun, lahir pervaginam, BB 2800 gr, PB 47 cm

Anak ketiga : PASIEN

7. RIWAYAT PENYAKIT PADA KELUARGA LAIN : Disangkal

8. KONTAK PENYAKIT : Tetangga campak

9. RIWAYAT IMUNISASI

Imunisasi I II III Ulangan

BCG 0 Bulan

DPT 2 Bulan 4 Bulan 6 Bulan 18 Bulan

Polio 0 Bulan 2 Bulan 4 Bulan 6 Bulan, 18 Bulan

Hep-B 0 Bulan 1 Bulan 3 Bulan

Campak -

Lain-lain

Kesan : Imunisasi dasar PPI wajib tidak lengkap

10. PERKEMBANGAN FISIK DAN MOTORIK

24

Page 25: ISI CAMPAK

Gigi Pertama : 1 Tahun

Duduk : 7 Bulan

Jalan Sendiri : 10 Bulan

Berbicara : 1 Tahun

Membaca : Belum dapat dilakukan

Kesan : Perkembangan fisik dan motorik sesuai dengan usia

11. PENYAKIT YANG PERNAH DIDERITA : Disangkal

12. RIWAYAT PENYAKIT PENDERITA

Keluhan Utama : Panas

Keluhan Tambahan : Batuk, pilek, mencret, keluar cairan dari telinga kanan

Riwayat Penyakit Sekarang :

± 4 hari SMRS, ibu pasien mengatakan bahwa pasien panas, timbul perlahan,

seluruh tubuh. Suhu naik perlahan-lahan terutama pada malam hari, suhu diukur 390C,

mengigil (-), kejang (-). Pasien juga batuk kering, tidak sesak dan pilek. Ibu pasien

juga mengatakan bahwa keluar cairan dari telinga kanan pasien. Pasien diberikan obat

penurun panas (inzana) oleh ibunya. Setelah minum obat, panas hanya turun sesaat

namun kemudian panas kembali. Oleh karena itu pasien dibawa ke puskesmas dan

diberikan obat puyer penurun panas. Setelah minum obat puyer penurun panas dari

puskesmas, panas tidak turun. BAB dan BAK normal, tidak ada keluhan. Nafsu

makan pasien menurun. Mual (-), muntah (-).

± 3 hari SMRS, ibu pasien mengatakan bahwa pasien masih panas, timbul

perlahan, seluruh tubuh. Suhu naik perlahan-lahan terutama pada malam hari, suhu

diukur 380C. Pasien masih batuk kering dan pilek. Pasien tetap minum obat dari

puskesmas namun tidak menurunkan panasnya. Telinga kanan pasien masih keluar

cairan, oleh ibu pasien, cairan yang keluar hanya di lap saja. BAB dan BAK normal,

tidak ada keluhan. Nafsu makan pasien menurun. Mual (-), muntah (-).

± 2 hari SMRS, ibu pasien mengatakan bahwa muncul bintik merah yang

bermula dari dahi kemudian menjalar ke wajah, leher dan dada. Pasien juga masih

panas, suhu diukur 390C, panas dirasakan di seluruh tubuh. Oleh orang tua pasien,

pasien tetap diberi obat penurun panas dari puskesmas, namun panas tidak turun.

Batuk kering (+), pilek (+), sesak (-). BAB dan BAK normal, tidak ada keluhan.

Nafsu makan pasien menurun. Mual (-), muntah (-).

25

Page 26: ISI CAMPAK

± 1 hari SMRS pasien masih panas, suhu terukur 390C, ibu pasien tetap

melanjutkan memberi obat penurun panas dari puskesmas, namun keluhan panas

pasien tetap. Telinga kanan pasien juga masih mengeluarkan cairan dan pasien masih

mengeluh batuk tapi dahak sulit untuk dikeluarkan pasien. Pasien mulai mencret

sebanyak 3 kali, konsistensi cair, ampas sedikit, tanpa darah, mengandung lendir,

tidak berbau dan keluar sedikit-sedikit. BAK normal, tidak ada keluhan. Mual (-),

muntah (-).

± 8 jam SMRS karena pasien masih panas, keluhan batuk dan pilek pasien juga

tidak berkurang, dan telinga kanan pasien masih mengeluarkan cairan dan pasien

masih mencret sehingga ibu pasien membawa pasien ke RSU UKI.

Dalam keluarga pasien tidak ada yang menderita penyakit yang sama tetapi di

lingkungan sekitar pasien (tetangga) ada yang terkena penyakit campak. Menurut ibu

pasien, pasien kurus karena pasien tidak mau makan nasi. Pasien makan 3 kali sehari

dengan kuantitas lauk pauk yang kurang.

13. PEMERIKSAAN FISIK

Berat Badan : 8 kg

Panjang Badan : 78 cm

Keadaan Umum : Tampak sakit sedang (lemas, aktivitas berkurang)

Kesadaran : Composmentis (ada kontak mata, komunikatif)

Tekanan Darah : 80/60 mmHg

Frekuensi Nadi : 110 x/menit (reguler, isi cukup, kuat angkat)

Frekuensi Napas : 40 x/menit (reguler, adekuat)

Suhu (axilla) : 390C

Kepala : Normosefali, rambut tipis jarang, warna jagung, tidak mudah dicabut

Mata : Konjungtiva hiperemis +/+, sekret +/+, kelopak mata tidak cekung, sklera

ikterik -/-

Hidung : Bentuk biasa, cavum nasi lapang/lapang, septum ditengah, sekret +/+,

pernapasan cuping hidung (-)

Mulut : Mukosa bibir lembab, sianosis sirkumoral (-), tonsil T1-T1 hiperemis,

dinding faring hiperemis, anentema +, lidah tidak kotor.

Telinga : Normotia, liang telinga dextra perforasi/sinistra intact, sekret +/-, eritem

26

Page 27: ISI CAMPAK

makulopapuler di belakang telinga

Leher : Kelenjar submandibular dextra teraba membesar

Thoraks

Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris, retraksi (-), eritema makulopapular (+)

Palpasi : Stem fremitus kanan=kiri

Perkusi : Sonor kanan=kiri

Auskultasi : Bunyi Nafas Dasar bronkovesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-, Bunyi

Jantung I dan II normal

Abdomen

Inspeksi : Perut tampak datar, eritema makulopapular (+)

Auskultasi : Bising usus + 4x/menit

Palpasi : Supel, hepar dan lien tidak teraba membesar, turgor cukup

Perkusi : Timpani

Ekstremitas : Akral hangat, capillary refill < 2 detik

Kulit : Eritema makulopapular di daerah muka, leher, punggung, dada, tangan

14. PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Hematologis

Hb : 11,1 gr/dl

Ht : 34,7 %

Trombosit : 326.000/μL

Leukosit : 6.700/μL

Eritrosit : 4.65 juta/μL

Laju Endap Darah : 43 mm/jam

MCV : 75 fL

MCH : 23,9 pg

MCHC : 32 %

Hitung Jenis

Basofil : 0 %

Eosinofil : 0 %

Neutrofil Batang : 6 %

Neutrofil Segmen : 63%

Limfosit : 30 %

Monosit : 1 %

27

Page 28: ISI CAMPAK

15. DIAGNOSA KERJA : Morbili Stadium Erupsi + Gizi Kurang

16. DIAGNOSA BANDING : German Measles, Erupsi obat

17. PENATALAKSANAAN :

Diet : Lunak

IVFD : Ringer Laktat 8 tetes/menit (makro)

MM/ - Sanmol syrup 3 x 1 cth (p.o)

- CTM 0,8 mg

- Prednison 1 mg

- Ambroxol 4 mg

- The

Lihat lembaran Follow Up

BAB IV

ANALISA KASUS

Dari data antropometri didapatkan :

BB : 8 kg

PB : 78 cm

BB ideal = BB/BBP50 x 100 %

= 8/13,4 x 100 %

= 59,7 %

28

3x1 pulv (p.o)

Page 29: ISI CAMPAK

PB ideal = PB/PBP50 x 100 %

= 78/91 x 100 %

= 85,7 %

Z Score = BB/BBPBP50 x 100 %

= 8/10,6 x 100 %

= 75,4 %

Kesan : Gizi Kurang

Dari anamnesis didapatkan

Keluhan Utama : panas

Keluhan Tambahan : batuk, pilek, mencret, keluar cairan dari telinga kanan

Riwayat penyakit Sekarang :

Pasien mengalami panas di seluruh tubuh sejak 4 hari SMRS, timbul perlahan, seluruh

tubuh. Suhu naik perlahan-lahan terutama pada malam hari, tidak berkurang dengan

pemberian obat, batuk kering (+), pilek (+), keluar cairan dari telinga kanan. ± 2 hari

SMRS muncul bintik merah yang bermula dari dahi kemudian menjalar ke wajah,

leher dan dada. ± 1 hari SMRS pasien mencret sebanyak 3 kali, konsistensi cair,

29

Page 30: ISI CAMPAK

ampas sedikit, tanpa darah, mengandung lendir, tidak berbau dan keluar sedikit-

sedikit. Dalam keluarga pasien tidak ada yang menderita penyakit yang sama tetapi di

lingkungan sekitar pasien (tetangga) ada yang terkena penyakit campak. Menurut ibu

pasien, pasien kurus karena pasien tidak mau makan nasi. Pasien makan 3 kali sehari

dengan kuantitas lauk pauk yang kurang.

Dari pemeriksaan fisik didapatkan :

Keadaan Umum : Tampak sakit sedang (lemas, aktivitas berkurang)

Kesadaran : Composmentis (ada kontak mata, komunikatif)

Tekanan Darah : 80/60 mmHg

Frekuensi Nadi : 110 x/menit (reguler, isi cukup, kuat angkat)

Frekuensi Napas : 40 x/menit (reguler, adekuat)

Suhu (axilla) : 390C

Pasien dengan konjungtiva hiperemis +/+, sekret mata +/+, sekret hidung +/+,

membran timpani dextra perforasi, kelenjar getah bening submandibular teraba

membesar, terdapat anentem pada mulut, terdapat eritema makulopapular di daerah

wajah, leher, punggung, dada dan tangan.

Dari hasil laboratorium didapatkan :

Hematologis

Hb : 11,1 gr/dl ( N )

Ht : 34,7 % ( N )

Trombosit : 326.000/μL ( N )

Leukosit : 6.700/μL ( ↓ )

Eritrosit : 4.65 juta/μL ( N )

Laju Endap Darah : 43 mm/jam ( ↑ )

MCV : 75 fL ( ↓ )

30

Page 31: ISI CAMPAK

MCH : 23,9 pg ( ↓ )

MCHC : 32 % ( ↓ )

Hitung Jenis

Basofil : 0 % ( N )

Eosinofil : 0 % ( ↓ )

Neutrofil Batang : 6 % ( ↑ )

Neutrofil Segmen : 63% ( N )

Limfosit : 30 % ( N )

Monosit : 1 % ( ↓ )

Dari data-data diatas bisa dibuat suatu diagnosis kerja berupa :

MORBILI std. Erupsi

Pasien mengalami demam sejak 4 hari SMRS, batuk kering, pilek, konjungtiva hiperemis.

Terdapat anentem pada mulut, muncul eritema mekulopapular yang bermula dari dahi

kemudian menjalar ke muka dan dada.

GIZI KURANG

Pasien berumur 2 tahun 4 bulan dengan BB 8 kg. Pasien tidak mau makan nasi.

Untuk pemeriksaan lebih lanjut dianjurkan untuk dilakukan pemeriksaan anjuran

Feces Lengkap

Untuk mencari etiologi menemukan ada tidaknya malabsorbsi, infeksi parasit

(cacing), infeksi bakteri

Pada pasien ini tidak dilakukan pemeriksaan darah lengkap

Urine lengkap

Untuk mencari etiologi ada tidaknya gangguan saluran kemih

Pada pasien ini tidak dilakukan pemeriksaan urine lengkap

31

Page 32: ISI CAMPAK

Foto thorax

Untuk mencari etiologi ada tidaknya gangguan saluran pernapasan

Foto thorak pasien (26 April 2010)

Terapi yang diberikan :

Diet : Lunak

Untuk mempermudah kerja sistem pencernaan

IVFD : RL 8 tts/rnenit (makro)

RL indikasi

BB pasien 8 kg

Kebutuhan cairan tiap hari

8 x 100 cc = 800 cc

32

Page 33: ISI CAMPAK

Tetesan makro

800 x 15/1440 = 8 tts/ menit

Kesan : pemberian cairan sesuai dengan kebutuhan cairan harian pasien.

Dari Data Follow Up

Selama dalam perawatan, pasien ditempatkan diruang isolasi untuk menghindari

penularan infeksi virus ke pasien yang lain. Munculnya eritema makulopapular yang dimulai

dari belakang telinga dan adanya enantem pada awal perawatan sudah menunjukkan tanda

patognomik penyakit campak. Pada akhir perawatan juga terjadi hiperpigmentasi pada kulit

sebagai tanda-tanda menuju ke arah penyembuhan.

Pada pasien juga diketahui mengalami masalah gizi, terlihat dari BB pasien yang

hanya 8 kg saat berumur 2 tahun 4 bulan. Seharusnya pasien dengan umur 2 tahun 4 bulan

mempunyai BB 12 kg.

Dari perhitungan Z-score juga didapatkan hasil 75,4 % kriteria gizi kurang.

Dari anamnesis, pemeriksaan fisik, hasil laboratorium dan pemeriksaan penunjang,

diagnosis kerja mengarah ke Morbili stadium erupsi dengan gizi kurang.

BAB V

PENUTUP

Campak adalah penyakit sangat menular dengan gejala prodromal seperti demam,

batuk, coryza/pilek, dan konjungtivitis, kemudian diikuti dengan munculnya ruam

makulopapuler yang menyeluruh diseluruh tubuh. Campak dapat menimbulkan imunitas

dalam periode waktu panjang, tetapi dapat menyebabkan terjadinya penekanan sistem imun

disertai peningkatan kerentanan terhadap infeksi lain, dan kadang-kadang terjadi infeksi

persisten pada sistem saraf.

33

Page 34: ISI CAMPAK

Secara teoritis, campak adalah penyakit yang sangat ideal untuk dieradikasi melalui

imunisasi. Program pembasmian penyakit campak bertujuan untuk menghentikan penularan

secara menyeluruh dengan membentuk kelompok imun yang tahan terhadap penyakit. Sangat

jelas bahwa, untuk mencegah terjadinya wabah penyakit virus yang sangat menular, maka

cakupan imunisasi perlu dijaga agar tetap tinggi secara terus-menerus.

Untuk menghindari terjadinya komplikasi maka perlu edukasi pada keluarga tentang

asupan gizi yang cukup dan pentingnya melakukan imunisasi bagi bayi/anak.

34