Isi Askep Plasenta Previa Revisi
-
Upload
ekka-dhesii-p -
Category
Documents
-
view
210 -
download
12
Transcript of Isi Askep Plasenta Previa Revisi
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perdarahan antepartum (perdarahan pada kehamilan tua) akibat plasenta
previa terjadi sejak usia kehamilan 20 minggu saat segmen bawah uterus telah
terbentuk dan mulai melebar serta menipis. Perdarahan anterpartum biasanya
berbatas pada perdarahan jalan lahir setelah kehamilan 22 minggu tapi tidak
jarang terjadi pula pada usia kandungan kurang dari 22 minggu dengan patologis
yang sama. Perdarahan saat kehamilan setelah 22 minggu biasanya lebih
berbahaya dan lebih banyak dari pada kehamilan sebelum 22 minggu. Oleh karena
itu perlu penanganan yang cukup berbeda. Perdarahan antepartum yang berbahaya
umumnya bersumber pada kelainan plasenta, sedangkan perdarahan yang tidak
bersumber pada kelainan plasenta, sebagai contoh kelainan serviks biasanya tidak
seberapa berbahaya. Pada setiap perdarahan anterpartum pertama-tama harus
selalu dipikirkan bahwa hal itu bersumber pada kelainan plasenta. Pada umumnya
perdarahan terjadi pada trimester tida dimana segmen bawah uterus mengalami
banyak perubahan. Pelebaran segmen bawah uterus dan pembukaan serviks
menyebabkan sinus uterus robek karena lepasnya plasenta dari dinding uterus atau
karena robekan sinus marginalis dari plasenta. Perdarahantak dapat dihindarkan
karena ketidakmampuan serabut otot segmen bawah uterus untuk berkontraksi
seperti pada letak plasenta normal. Perdarahan anterpartum membutuhkan
penanganan yang adekuat dan cepat dari aspek medis maupun dari aspek
keperawatan dalam rangka mendukung penyelamatan ibu dan janinnya.
1.2 Rumusan Masalah
Pada makalah ini, kelompok mengangkat beberapa rumusan masalah
yang akan dibahas pada bab-bab selanjutnya, yaitu sebagai berikut :
a. Konsep teori anatomi dan fisiologi plasenta
b. Definisi plasenta previa
1
c. Epidemiologi plasenta previa
d. Etiologi plasenta previa
e. Patofisiologi plasenta previa
f. Manifestasi klinis plasenta previa
g. Pemeriksaan penunjang plasenta previa
h. Komplikasi dan prognosis plasenta previa
i. Klasifikasi plasenta previa
j. Penatalaksanaan plasenta previa
k. Asuhan keperawatan pada klien dengan plasenta previa
1.3 Tujuan
Pembaca khususnya mahasiswa keperawatan mengerti dan memahami
konsep teori serta asuhan keperawatan pada klien dengan plasenta previa.
2
BAB 2. TINJAUAN TEORI
2.1 Anatomi Fisologi
Menurut Kamus Saku Kedokteran Dorland (1998), plasenta adalah tanda
khas pada mamalia ketika hamil. Plasenta menghubungkan ibu dengan janin yang
dikandungnya. Plasenta berfungsi megadakan sekresi endokrin dan pertukaran
selektif substansi yang dapat larut serta terbawa darah melalui lapisan rahim dan
bagian trofoblas yang mengandung pembulu darah.
Plasenta sebenarnya adalah bagian dari janin. Di tempat-tempat tertentu
pada implantasi plasenta terdapat vena-vena yang lebar untuk menampung darah.
Pada bagian samping plasenta di beberapa tempat terdapat suatu ruang vena untuk
menampung darah yang berasal ruang interviller.
Fungsi plasenta yaitu untuk melindungi janin agar dapat tumbuh dengan
baik. Zat penyalur, asam amino, vitamin dan mineral dari ibu kejanin dan
pembuangan CO2 sangat diperlukan dalam pertumbuhan janin.
2.2 Definisi Plasenta Previa
Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada
segmen bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan
jalan lahir (Mansjoer et all, 2001).
Menurut Achadiat (2004), plasenta Previa adalah suatu kelainan dimana
plasenta berimplantasi abnormal pada segmen bawah rahim (SBR), menutupi
ataupun tidak menutupi ostium uteri internum (OUI), sedangkan kehamilan itu
sudah viable atau mampu hidup di luar rahim ( usia kehamilan > 20 minggu dan /
atau berat janin > 500 gram).
3
Gambar 1. Plasenta Previa
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa plasenta previa adalah
plasenta yang letaknya abnormal dan berimplantasi pada segmen bawah rahim
sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir.
2.3 Epidemiologi
Angka kematian ibu di Indonesia masih tinggi, pada tahun 1997
mencapai 334/100.000 kelahiran hidup. Kematian ibu 28% disebabkan oleh
perdarahan salah satunya Plasenta previa ( Sihaloho, 2004).
Menurut Sastrawinata et all (2005), insiden Plesenta previa bervariasi
antara 0,3-0,5% dari seluruh kelahiran. Dari seluruh perdarahan antepartum,
plasenta previa merupakan penyebab terbanyak.
Angka kematian perinatal yang berhubungan dengan plasenta previa
berkisar antara 2-3%. Usia berhubungan dengan kejadian yang bervariasi dari
plasenta previa. Resiko terjadinya plasenta previa yang berhubungan dengan usia
adalah sebagai berikut:
a. Usia 12-19 tahun = 1%
b. Usia 20-29 tahun = 0.33%
c. Usia 30-39 tahun = 1%
d. Lebih dari 40 tahun = 2%
4
2.4 Etiologi
Penyabab plasenta previa secara pasti sulit ditentukan, frekuensi plasenta
previa meningkat pada grande multipara, primigravida tua, bekas SC ( seksio
sesarea), bekas aborsi, kelainan janian, dan leiomioma uteri (Mansjoer et all,
2001).
Menurut Sastrawinata et all (2005), Plasenta previa meningkat
kejadiannya pada keadaan-keadaan yang endometriumnya kurang baik, misalnya
karena atrofi endometrium atau kurang baiknya vaskularisasi desidua. Keadaan ini
bisa ditemukan pada :
a. Multipara, terutama jika jarak antara kehamilannya pendek
b. Mioma uteri
c. Kuretasi yang berulang
d. Umur lanjut
e. Bekas SC
f. Perubahan imflamasi atau atrofi, missal pada wanita perokok atau pemakai
kokain. Hipoksemi yang terjadi akibat karbon monoksida akan
dikompensasi dengan hipertrofi plasenta. Hal ini terjadi terutama pada
perokok berat ( lebih dari 20 batang sehari).
Sumber lain menyebutkan ada beberapa faktor yang meningkatkan resiko
terjadinya plasenta previa, misalnya bekas operasi rahim (bekas sesar atau operasi
mioma), sering mengalami infeksi rahim (radang panggul), kehamilan ganda,
pernah plasenta previa, atau kelaianan bawaan rahim.
2.5 Patofisiologi
Menurut Sastrawinata et all (2005), Plasenta previa meningkat
kejadiannya pada keadaan-keadaan yang endometriumnya kurang baik, misalnya
karena atrofi endometrium atau kurang baiknya vaskularisasi desidua. Perdarahan
antepartum akibat plasenta previa terjadi sejak kehamilan 20 minggu saat segmen
uterus telah terbentuk dan mulai melebar dan menipis. Umumnya terjadi pada
5
trimester ke tiga karena segmen bawah uterus lebih banyak mengalami
perubahan. Pelebaran segmen bawah uterus dan pembukaan
servik menyababkan sinus uterus robek karena lepasnya plasenta dari dinding
uterus atau karena robekan sinus marginalis dari plasenta. Perdarahan tak dapat
dihindarkan karena adanya ketidakmampuan selaput otot segmen bawah uterus
untuk berkontraksi seperti pada plasenta letak normal (Mansjoer et all, 2001).
Tabel 1. Gambaran perdarahan antepartum
Tabel 2. Penggantian hilangnya darah
6
2.6 Manifestasi Klinis
Pada anamnesis, adanya perdarahan jalan lahir berwarna merah segar
tanpa rasa nyeri, tanpa sebab, terutama pada multigravida pada kehamilan setelah
20 minggu.
Pada pemeriksaan fisik, ketika dilakukan pemeriksaan luar didapati
bagian terbawah janin belum masuk pintu atas panggul dan ada kelainan letak
janian. Sedangkan pada pemeriksaan inspekulo terdapat perdarahan yang berasal
dari ortium uteri eksternum.
Pada penentuan letak plasenta secara langsung ( hanya dikerjakan bila
fasilitas lain tidak adadan dilakukan dalam keadaan siap operasi) disebut
pemesiksaan dalam diatas meja operasi (PDMO).
2.7 Pemeriksaan Penunjang
a. USG (dilakukan untuk diagnosis pasti) : biometri janin, indeks cairan
amnion, kelainan congenital, letak dan derajat maturasi plasenta. Lokasi
plasenta sangat penting karena hal ini berkaitan dengan teknik operasi
yang akan dilakukan.
Gambar 2. Hasil USG klien dengan Plasenta previa
7
b. Laboratorium: darah perifer lengkap. Bila akan dilakukan PDMO atau
operasi, perlu diperiksa faktor waktu pembekuan darah, waktu perdarahan
dan gula darah sewaktu. Pemeriksaan lainnya dilakukan atas indikasi
medis.
2.8 Komplikasi dan Prognosis
Pada Ibu dapat terjadi perdarahan hingga syok akibat perdarahan, anemia
karena perdrahan, plasentitis, dan endometritis (radang endometrium) pasca
persalinan. Pada janin biasanya terjadi persalinan premature dan komplikasinya
seperti asfiksisa berat. Bila penanggulangannya baik, kematian ibu akibat plasenta
previa rendah atau tidak ada sama sekali.
Penyulit dari penanganan Plasenta previa adalah sebagai berikut
( Achadiat, 2004) :
a. anemia
b. syok akibat perdarahan hebat
c. lost coaggulopathy juga karena kehilangan banyak darah
2.9 Klasifikasi Plasenta Previa
Menurut Manuaba, et all.2007, klasifikasi plasenta previa adalah sebagai
berikut.
Tabel 3. Klasifikasi plasenta previa
8
Penentuan macamnya plasenta previa bergantung pada berarnya
pembukaan yang terjadi, misalnya plasenta previa marginalis pada pembukaan 2
cm dapat menjadi plasenta previa lateralis pada pembukaan 5 cm. begitu pula
plasenta previa total pad pembukaan 3 cm, dapat menjadilateralis pada
pembukaan 5 cm. oleh karena itu, penentuan macamnya plasenta previaharus
disertai dengan keterangan mengenai besarnya pembukaan. Terdapat satu
kelompok jenis plasenta previa yang tidak dimasukkan lagi ke dalam klasifikasi
plasenta previ, yaitu plasenta letak rendah karena plasenta yang implantasinya
rendah tetapi tidak sampai ke ostium uteri internum. Adanya kemajuan diagnostik
membuat plasenta previa dapat dibedakan jelas dengan plasenta letak rendah
(Sastrawinata, et all,2005).
Gambar 3. Plasenta previa
9
2.10 Penatalaksanaan
10
Penanganan Plasenta Previa
Syok Tidak Syok
1. Infus cairan2. Oksigen ( jika ada)
Infus cairan
Rujuk ke rumah sakit
Aterm Belum aterm
PDMO 1. Konservatif2. Rawat3. Kortikosteroid utnutk
pematanganparu-paru jann4. Bila perdarahan ulang
banyakdilakukan PDMO
Plasenta previa Plasenta letak rendah
SC Partus pervaginam
BAB 3. PATHWAYS
keadaan-keadaan yang endometriumnya kurang baik, misalnya karena atrofi
endometrium atau kurang baiknya vaskularisasi desidua
Plasnta previa (Kelainan letak plasenta)
Perdarahan antepartum
Kelainan letak plasenta
Resiko syok hipovolemik
Resiko ketidakefektifan proses
kehamilan-melahirkan
Kurangnya Informasi
Hb Kurangnya pengetahuan
Kurangnya pengetahuan
O2 turun
Metabolisme anaerob
Ansietas Fatigue
O2 di jaringan turun
Hipoksia jaringan
Resiko gangguan hubungan ibu-janin
11
BAB 4. ASUHAN KEPERAWATAN
4.1 Pengkajian
a. Identitas klien
Data diri klien meliputi: nama, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat,
medical record, dll.
b. Keluhan utama : Gejala pertama; perdarahan pada kehamilan setelah 28
minggu/trimester III
1) Sifat perdarahan; tanpa sebab, tanpa nyeri, berulang
2) Sebab perdarahan; placenta dan pembuluh darah yang robek;
terbentuknya SBR, terbukanyaosteum/manspulasi intravaginal/rectal.
3) Sedikit banyaknya perdarahan; tergantung besar atau kecilnya robekan
pembuluh darah dan plasenta.
c. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat kesehatan dahulu yaitu keluhan sampai saat klien pergi ke
Rumah Sakit atau pada saat pengkajian seperti perdarahan pervaginam
di luar siklus haid, pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.
2) Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan yang dirasakan saat ini yaitu perdarahan jalan lahir berwarna
merah segar tanpa rasa nyeri.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Adanya riwayat keluarga yeng pernah atau sedang menderita kelainan.
4) Riwayat Obstetri
Memberikan informasi yang penting mengenai kehamilan
sebelumnya agar perawat dapat menentukan kemungkinan masalah
pada kehamilan sekarang. Riwayat obstetri meliputi :
a) Gravida, para abortus, dan anak hidup (GPAH)
b) Berat badan bayi waktu lahir dan usia gestasi
c) Pengalaman persalinan, jenis persalinan, tempat persalinan,
dan penolong persalinan
12
d) Jenis anetesi dan kesulitan persalinan.
e) komplikasi maternal seperti diabetes, hipertensi, infeksi,
dan perdarahan.
f)komplikasi pada bayi
g) rencana menyusui bayi
5) Riwayat menstruasi
6) Riwayat yang lengkap di perlukan untuk menetukan taksiran
persalinan(TP). TP ditentukan berdasarkan hari pertama haid terakhir
(HPHT). Untuk menentukan TP berdasarkan HPHt dapat digunakan
rumus naegle, yaitu hari ditambah tujuh, bulan dikurangi tiga, tahun
disesuaikan.
7) Riwayat Kontrasepsi
8) Beberapa bentuk kontrasepsi dapat berakibat buruk pada janin,
ibu, ataukeduanya. Riwayat kontrasepsi yang lengkap harus
didapatkan pada saat kunjungan pertama. Penggunaan kontrasepsi oral
sebelum kelahiran dan berlanjut pada kehamilan yang tidak diketahui
dapat berakibat buruk pada pembentukan organ seksual pada janin.
9) Riwayat penyakit dan operasi:
Kondisi kronis seperti dibetes melitus, hipertensi, dan penyakit ginjal
bisa berefek buruk pada kehamilan. Oleh karena itu, adanya riwayat
infeksi, prosedur operasi, dan trauma pada persalinan sebelumnya
harus di dokumentasikan.
d. Pemeriksaan fisik
1) Umum
Pemeriksaan fisik umum meliputi pemeriksaan pada ibu hamil:
a) Rambut dan kulit
Terjadi peningkatan pigmentasi pada areola, putting susu dan
linea nigra.
Striae atau tanda guratan bisa terjadi di daerah abdomen dan
paha.
Laju pertumbuhan rambut berkurang.Wajah
13
b) Mata : pucat, anemis
c) Hidung
d) Gigi dan mulut
e) Leher
f)Buah dada / payudara
Peningkatan pigmentasi areola putting susu
Bertambahnya ukuran dan noduler
g) Jantung dan paru
Volume darah meningkat
Peningkatan frekuensi nadi
Penurunan resistensi pembuluh darah sistemik dan pembulu
darah pulmonal.
Terjadi hiperventilasi selama kehamilan.
Peningkatan volume tidal, penurunan resistensi jalan nafas.
Diafragma meningga.
Perubahan pernapasan abdomen menjadi pernapasan dada.
h) Abdomen
Menentukan letak janin
Menentukan tinggi fundus uteri
i) Vagina
Peningkatan vaskularisasi yang menimbulkan warna kebiruan
(tanda Chandwick)
Hipertropi epithelium
j) Sistem muskuloskeletal
Persendian tulang pinggul yang mengendur
Gaya berjalan yang canggung
Terjadi pemisahan otot rectum abdominalis dinamakan dengan
diastasis rectal
2) Khusus
a) Tinggi fundus uteri
14
b) Posisi dan persentasi janin
c) Panggul dan janin lahir
d) Denyut jantung janin (Roeshadi, 2004).
4.2 Diagnosa Keperawatan
a. Fatigue berhubungan dengan penurunan kadar Hb dan oksigen sehingga
berlangsung metabolism anaerob
b. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
c. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
d. Resiko ketidakefektifan proses kehamilan-melahirkan berhubungan dengan
letak plasenta yang abnormal
e. Resiko syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan antepartum
f. Resiko gangguan hubungan bayi-janin berhubungan dengan hipoksia jaringan
15
4.3 Intervensi
No Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional
1 Dx 1 Tujuan :
Ibu hamil tidak tampak fatigue
Kriteria hasil:
Dapat beradaptasi dan aktivitas
sesuai dengan kondisi
1. Kaji tanda dan gejala
kegelisahann fatigue, iritabel,
takikardia, takipnea.
2. Hindari seringnya melakukan
intervensi yang tidak penting
yang dapat membuat lelah,
berikan istirahat yang cukup.
3. Berikan kenyamanan fisik;
support dengan bantal dan
pengaturan posisi.
4. Berikan oksigen humidifikasi
sesuai program.Bula terjadi
perdarahan masif, kolaborasi
pemberian tranfusi darah
5. Kolaborasi pemberian
1. Untuk mendeteksi awal
terjadinya fatigue
2. Aktivitas yang banyak
membutuhkan banyak
energy sehingga akan
membuat klien semakin
lemah
3. Meningkatkan rasa
nyaman pada klien
4. Peningkatan O2 mampu
meningkatkan saturasi
oksigen dalam darah
5. Jika terjadi perdarahan
16
tranfusi darah bila perlu masif maka perlu diberi
tranfusi darah
2 Dx 2 Tujuan :
Ibu hamil tidak lagi ansietas
Kriteria hasil :
-TTV normal
-Klien mengungkapkan tidak lagi
cemas
1. Berikan posisi seyaman
mungkin
2. Kaji tingkat ansietas
3. Jelaskan kepada klien
mengenai apa yang terjadi
bila memungkinkan
4. Kaji TTV
5. Berikan terapi relasasi
progresif
6. Kaji ulang TTV
1. Untuk menurunkan
kecemasan
2. Mengetahui tikatan cemas
klien
3. Agar klien mengetahui
apa yang terjadi dan
tindakan apa yang
dilakukan perawat dan
tim untuk mengatasinya
4. Saat klien cemas, RR,
nasi dan TD biasanya
meningkat
5. Untuk menurunkan
kecemasan klien
6. Untuk mengetahui
seberapa efektif terapi
yang telah diberikan
17
7. Tanayakan bagaimana
perasaan klien setelah
diberikan terapi dan
penjelasan
7. Untuk mengetahui respon
subyektif klien tentang
kondisinya setelah
diberikan terapi
3 Dx 3 Tujuan :
Klien mengetahui tentang
kondisinya dan penyakit yang
dideritanya
Kriteria hasil :
Klien mengerti mengenai
penyakitnya dan tindakan yag
akan diberikan oleh tim kesehatan
untuk membuat kondisinya lebih
baik
1. Jelaskan kosep dasar
penyakit Plasenta previa
2. Jelankan tindakan kesehatan
yang akan dilakukan tim
kesehatan utnuk menangani
kondisi klien
1. Agar klien mengetahui
informasi tentang
penyakitnya
2. Agar klien mampu lebih
percaya akan tindakan
yang diberikan oleh tim
kesehatan
4 Dx 4 Tujuan :
Meminimalkan atau meniadakan
resiko ketidakefektifan proses
kehamilan-melahirkan
berhubungan dengan letak
3. Observasi kondisi ibu dan
janin secara rutin
4. Kaji keluhan yang
dirasakan ibu
5. Kolaborasi dengan tim
3. Untu memantau status
kesehatan ibu dan janin
4. Mengetahui masalah
dari respon subyektif
5. Mencegah kondisi
18
plasenta yang abnormal
Kriteria hasil :
konsisi ibu normal dan janinnya
juga normal dari hasil
pemeriksaan
kesehatan lain jika ada
kondisi yang abnormal
seperti perdarahan
yang mengancam ibu
dan janinnya
5 Dx 5 Tujuan :
Meminimalkan atau meniadakan
resiko syok hipovolemik
berhubungan dengan perdarahan
antepartum
Kriteria Hasil :
Tidak ada tanda-tanda syok
( kesadaran menurun, akral
dingin, kulit pucat)
1. Kaji seberapa banyak
perkiraan darah yang
keluar. Jika perdarahan
masif, maka berikancairan
infuse yang sesuai dan bila
perlu kolaborasi
pemberian tranfusi darah
2. Pantau TTV
1. Untuk memperbaiki
kondisi klien
2. Sebagai acuan awal
kondisi klien untuk
mengetahui tindakan
apa yang selanjutnya
dilakukan bila kondisi
klien tidak membaik
6 Dx 6 Tujuan : 1. Pantau tanda hipoksia 1. Untuk mengetahui
19
Meminimalkan atau meniadakan
resiko gangguan hubungan bayi-
janin berhubungan dengan
hipoksia jaringan
Kriteria hasil :
Tidak ada tanda hipoksia jaringan
jaringan
2. Pantau TTV
3. Tanayakan keluhan yang
dirasakan klien
kemungkinan ada
hipoksia
2. Untuk mengetahui
TTV dalambatas
normal atau tidak
3. Mengetahui masalah
baru yang mungkin
muncul yang bisa
diketahui dari respon
subyektif
20
4.4 Implemantasi
Implementasi keperawatan adalah tindakan yang dilakukan perawat dalam
melakukan asuhan keperawatan pada pasien sesuai intervensi yang telah dibuat.
Jiak masalah keperawatan belum teratasi, maka di evaluasi dibuat perencanaan
baru atau modifikasi dari perencanaan sebelumya. Jika masalah keperawatan
sudah teratasi, maka tindakan dihentikan.
4.5 Evaaluasi
Evaluasi dilakukan pada setiap diagnosa dengan menggunakan metode
SOAP, yaitu:
S: kondisi pasien secara subyektif setelah dilakukan tindakan asuhan
keperawatan, data dapat didapatkan melalui kata-kata dari respon pasien
O: kondisi pasien secara obyektif setelah dilakukan tindakan asuhan
keperawatan, data dapat didapatkan melalui kondisi fisik pasien
A: analisis data, apakah tindakan asuhan keperawatan yang diberikan sudah
berhasil secara keseluruhan, hanya sebagaian, atau gagal total
P: rencana yang akan dilakuakn selanjutnya
21
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal dan berimplantasi
pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan
jalan lahir. Perdarahan antepartum (perdarahan pada kehamilan tua) akibat
plasenta previa terjadi sejak usia kehamilan 20 minggu saat segmen bawah uterus
telah terbentuk dan mulai melebar serta menipis.
5.2 Saran
a. Bagi Mahasiswa
Diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan mahasiswa dalam
memberikan pelayanan keperawatan dan dapat menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari.
b. Bagi petugas-petugas Kesehatan
Diharapkan dengan makalah ini dapat meningkatkan pelayanan kesehatan
khususnya dalam bidang keperawatan sehingga dapat memaksimalkan kita
untuk memberikan health education dalam perawatan luka perineum untuk
mencegah infeksi.
22
DAFTAR PUSTAKA
Achadiat, Chrisdiono M..2004. Prosedur Tetap Obstetri dan Ginekologi. Jakarta :
EGC
Herdman, T. Heather.2012. Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi
2012-1014. Jakarta : EGC
Mansjoer, Arif et all. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Ketiga. Jakarta:
Media Aesculapius FKUI.
Manuaba, et all.2007.Pengantar Kuliah Obstetri.Jakarta : EGC
Marilynn E. Doenges & Mary Frances Moorhouse. 2001. Rencana Perawatan
Maternal/Bayi. Edisi Kedua. Jakarta: EGC.
Murah, Manoe, dkk. 1999. Pedoman Diagnosis Dan Terapi Obstetri Dan
Ginekologi. Ujung Pandang: Bagian/SMF obstetri dan ginekologi FK
Unhas.
NN.1998. Kamus Saku Kedokteran Dorland.Edisi 25. Jakarta : EGC
Sastrawinata, et all.2005.Obstetri Patologi : Ilmu Kesehatan Reproduksi.Jakarta :
EGC
Sihaloho, Elly Novalina.2004. Karakteristik Penderita Plasenta Previa Di RS. St.
Elisabeth Medan Tahun 1998-2002. Medan : USU
Stright, Barbara R..2005. Panduan Belajar : Keperawatan Ibu-Bayi Baru Lahir.
Edisi 3. Jakarta : EGC
23