Isi Askep Plasenta Previa Revisi

32
BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdarahan antepartum (perdarahan pada kehamilan tua) akibat plasenta previa terjadi sejak usia kehamilan 20 minggu saat segmen bawah uterus telah terbentuk dan mulai melebar serta menipis. Perdarahan anterpartum biasanya berbatas pada perdarahan jalan lahir setelah kehamilan 22 minggu tapi tidak jarang terjadi pula pada usia kandungan kurang dari 22 minggu dengan patologis yang sama. Perdarahan saat kehamilan setelah 22 minggu biasanya lebih berbahaya dan lebih banyak dari pada kehamilan sebelum 22 minggu. Oleh karena itu perlu penanganan yang cukup berbeda. Perdarahan antepartum yang berbahaya umumnya bersumber pada kelainan plasenta, sedangkan perdarahan yang tidak bersumber pada kelainan plasenta, sebagai contoh kelainan serviks biasanya tidak seberapa berbahaya. Pada setiap perdarahan anterpartum pertama-tama harus selalu dipikirkan bahwa hal itu bersumber pada kelainan plasenta. Pada umumnya perdarahan terjadi pada trimester tida dimana segmen bawah uterus mengalami banyak perubahan. Pelebaran segmen bawah uterus dan pembukaan serviks menyebabkan sinus uterus robek karena lepasnya plasenta dari dinding uterus atau karena 1

Transcript of Isi Askep Plasenta Previa Revisi

Page 1: Isi Askep Plasenta Previa Revisi

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perdarahan antepartum (perdarahan pada kehamilan tua) akibat plasenta

previa terjadi sejak usia kehamilan 20 minggu saat segmen bawah uterus telah

terbentuk dan mulai melebar serta menipis. Perdarahan anterpartum biasanya

berbatas pada perdarahan jalan lahir setelah kehamilan 22 minggu tapi tidak

jarang terjadi pula pada usia kandungan kurang dari 22 minggu dengan patologis

yang sama. Perdarahan saat kehamilan setelah 22 minggu biasanya lebih

berbahaya dan lebih banyak dari pada kehamilan sebelum 22 minggu. Oleh karena

itu perlu penanganan yang cukup berbeda. Perdarahan antepartum yang berbahaya

umumnya bersumber pada kelainan plasenta, sedangkan perdarahan yang tidak

bersumber pada kelainan plasenta, sebagai contoh kelainan serviks biasanya tidak

seberapa berbahaya. Pada setiap perdarahan anterpartum pertama-tama harus

selalu dipikirkan bahwa hal itu bersumber pada kelainan plasenta. Pada umumnya

perdarahan terjadi pada trimester tida dimana segmen bawah uterus mengalami

banyak perubahan. Pelebaran segmen bawah uterus dan pembukaan serviks

menyebabkan sinus uterus robek karena lepasnya plasenta dari dinding uterus atau

karena robekan sinus marginalis dari plasenta. Perdarahantak dapat dihindarkan

karena ketidakmampuan serabut otot segmen bawah uterus untuk berkontraksi

seperti pada letak plasenta normal. Perdarahan anterpartum membutuhkan

penanganan yang adekuat dan cepat dari aspek medis maupun dari aspek

keperawatan dalam rangka mendukung penyelamatan ibu dan janinnya.

1.2 Rumusan Masalah

Pada makalah ini, kelompok mengangkat beberapa rumusan masalah

yang akan dibahas pada bab-bab selanjutnya, yaitu sebagai berikut :

a. Konsep teori anatomi dan fisiologi plasenta

b. Definisi plasenta previa

1

Page 2: Isi Askep Plasenta Previa Revisi

c. Epidemiologi plasenta previa

d. Etiologi plasenta previa

e. Patofisiologi plasenta previa

f. Manifestasi klinis plasenta previa

g. Pemeriksaan penunjang plasenta previa

h. Komplikasi dan prognosis plasenta previa

i. Klasifikasi plasenta previa

j. Penatalaksanaan plasenta previa

k. Asuhan keperawatan pada klien dengan plasenta previa

1.3 Tujuan

Pembaca khususnya mahasiswa keperawatan mengerti dan memahami

konsep teori serta asuhan keperawatan pada klien dengan plasenta previa.

2

Page 3: Isi Askep Plasenta Previa Revisi

BAB 2. TINJAUAN TEORI

2.1 Anatomi Fisologi

Menurut Kamus Saku Kedokteran Dorland (1998), plasenta adalah tanda

khas pada mamalia ketika hamil. Plasenta menghubungkan ibu dengan janin yang

dikandungnya. Plasenta berfungsi megadakan sekresi endokrin dan pertukaran

selektif substansi yang dapat larut serta terbawa darah melalui lapisan rahim dan

bagian trofoblas yang mengandung pembulu darah.

Plasenta sebenarnya adalah bagian dari janin. Di tempat-tempat tertentu

pada implantasi plasenta terdapat vena-vena yang lebar untuk menampung darah.

Pada bagian samping plasenta di beberapa tempat terdapat suatu ruang vena untuk

menampung darah yang berasal ruang interviller.

Fungsi plasenta yaitu untuk melindungi janin agar dapat tumbuh dengan

baik. Zat penyalur, asam amino, vitamin dan mineral dari ibu kejanin dan

pembuangan CO2 sangat diperlukan dalam pertumbuhan janin.

2.2 Definisi Plasenta Previa

Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada

segmen bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan

jalan lahir (Mansjoer et all, 2001).

Menurut Achadiat (2004), plasenta Previa adalah suatu kelainan dimana

plasenta berimplantasi abnormal pada segmen bawah rahim (SBR), menutupi

ataupun tidak menutupi ostium uteri internum (OUI), sedangkan kehamilan itu

sudah viable atau mampu hidup di luar rahim ( usia kehamilan > 20 minggu dan /

atau berat janin > 500 gram).

3

Page 4: Isi Askep Plasenta Previa Revisi

Gambar 1. Plasenta Previa

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa plasenta previa adalah

plasenta yang letaknya abnormal dan berimplantasi pada segmen bawah rahim

sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir.

2.3 Epidemiologi

Angka kematian ibu di Indonesia masih tinggi, pada tahun 1997

mencapai 334/100.000 kelahiran hidup. Kematian ibu 28% disebabkan oleh

perdarahan salah satunya Plasenta previa ( Sihaloho, 2004).

Menurut Sastrawinata et all (2005), insiden Plesenta previa bervariasi

antara 0,3-0,5% dari seluruh kelahiran. Dari seluruh perdarahan antepartum,

plasenta previa merupakan penyebab terbanyak.

Angka kematian perinatal yang berhubungan dengan plasenta previa

berkisar antara 2-3%. Usia berhubungan dengan kejadian yang bervariasi dari

plasenta previa. Resiko terjadinya plasenta previa yang berhubungan dengan usia

adalah sebagai berikut:

a. Usia 12-19 tahun = 1%

b. Usia 20-29 tahun = 0.33%

c. Usia 30-39 tahun = 1%

d. Lebih dari 40 tahun = 2%

4

Page 5: Isi Askep Plasenta Previa Revisi

2.4 Etiologi

Penyabab plasenta previa secara pasti sulit ditentukan, frekuensi plasenta

previa meningkat pada grande multipara, primigravida tua, bekas SC ( seksio

sesarea), bekas aborsi, kelainan janian, dan leiomioma uteri (Mansjoer et all,

2001).

Menurut Sastrawinata et all (2005), Plasenta previa meningkat

kejadiannya pada keadaan-keadaan yang endometriumnya kurang baik, misalnya

karena atrofi endometrium atau kurang baiknya vaskularisasi desidua. Keadaan ini

bisa ditemukan pada :

a. Multipara, terutama jika jarak antara kehamilannya pendek

b. Mioma uteri

c. Kuretasi yang berulang

d. Umur lanjut

e. Bekas SC

f. Perubahan imflamasi atau atrofi, missal pada wanita perokok atau pemakai

kokain. Hipoksemi yang terjadi akibat karbon monoksida akan

dikompensasi dengan hipertrofi plasenta. Hal ini terjadi terutama pada

perokok berat ( lebih dari 20 batang sehari).

Sumber lain menyebutkan ada beberapa faktor yang meningkatkan resiko

terjadinya plasenta previa, misalnya bekas operasi rahim (bekas sesar atau operasi

mioma), sering mengalami infeksi rahim (radang panggul), kehamilan ganda,

pernah plasenta previa, atau kelaianan bawaan rahim.

2.5 Patofisiologi

Menurut Sastrawinata et all (2005), Plasenta previa meningkat

kejadiannya pada keadaan-keadaan yang endometriumnya kurang baik, misalnya

karena atrofi endometrium atau kurang baiknya vaskularisasi desidua. Perdarahan

antepartum akibat plasenta previa terjadi sejak kehamilan 20 minggu saat segmen

uterus telah terbentuk dan mulai melebar dan menipis. Umumnya terjadi pada

5

Page 6: Isi Askep Plasenta Previa Revisi

trimester ke tiga karena segmen bawah uterus lebih banyak mengalami

perubahan. Pelebaran segmen bawah uterus dan pembukaan

servik menyababkan sinus uterus robek karena lepasnya plasenta dari dinding

uterus atau karena robekan sinus marginalis dari plasenta. Perdarahan tak dapat

dihindarkan karena adanya ketidakmampuan selaput otot segmen bawah uterus

untuk  berkontraksi seperti pada plasenta letak normal (Mansjoer et all, 2001).

Tabel 1. Gambaran perdarahan antepartum

Tabel 2. Penggantian hilangnya darah

6

Page 7: Isi Askep Plasenta Previa Revisi

2.6 Manifestasi Klinis

Pada anamnesis, adanya perdarahan jalan lahir berwarna merah segar

tanpa rasa nyeri, tanpa sebab, terutama pada multigravida pada kehamilan setelah

20 minggu.

Pada pemeriksaan fisik, ketika dilakukan pemeriksaan luar didapati

bagian terbawah janin belum masuk pintu atas panggul dan ada kelainan letak

janian. Sedangkan pada pemeriksaan inspekulo terdapat perdarahan yang berasal

dari ortium uteri eksternum.

Pada penentuan letak plasenta secara langsung ( hanya dikerjakan bila

fasilitas lain tidak adadan dilakukan dalam keadaan siap operasi) disebut

pemesiksaan dalam diatas meja operasi (PDMO).

2.7 Pemeriksaan Penunjang

a. USG (dilakukan untuk diagnosis pasti) : biometri janin, indeks cairan

amnion, kelainan congenital, letak dan derajat maturasi plasenta. Lokasi

plasenta sangat penting karena hal ini berkaitan dengan teknik operasi

yang akan dilakukan.

Gambar 2. Hasil USG klien dengan Plasenta previa

7

Page 8: Isi Askep Plasenta Previa Revisi

b. Laboratorium: darah perifer lengkap. Bila akan dilakukan PDMO atau

operasi, perlu diperiksa faktor waktu pembekuan darah, waktu perdarahan

dan gula darah sewaktu. Pemeriksaan lainnya dilakukan atas indikasi

medis.

2.8 Komplikasi dan Prognosis

Pada Ibu dapat terjadi perdarahan hingga syok akibat perdarahan, anemia

karena perdrahan, plasentitis, dan endometritis (radang endometrium) pasca

persalinan. Pada janin biasanya terjadi persalinan premature dan komplikasinya

seperti asfiksisa berat. Bila penanggulangannya baik, kematian ibu akibat plasenta

previa rendah atau tidak ada sama sekali.

Penyulit dari penanganan Plasenta previa adalah sebagai berikut

( Achadiat, 2004) :

a. anemia

b. syok akibat perdarahan hebat

c. lost coaggulopathy juga karena kehilangan banyak darah

2.9 Klasifikasi Plasenta Previa

Menurut Manuaba, et all.2007, klasifikasi plasenta previa adalah sebagai

berikut.

Tabel 3. Klasifikasi plasenta previa

8

Page 9: Isi Askep Plasenta Previa Revisi

Penentuan macamnya plasenta previa bergantung pada berarnya

pembukaan yang terjadi, misalnya plasenta previa marginalis pada pembukaan 2

cm dapat menjadi plasenta previa lateralis pada pembukaan 5 cm. begitu pula

plasenta previa total pad pembukaan 3 cm, dapat menjadilateralis pada

pembukaan 5 cm. oleh karena itu, penentuan macamnya plasenta previaharus

disertai dengan keterangan mengenai besarnya pembukaan. Terdapat satu

kelompok jenis plasenta previa yang tidak dimasukkan lagi ke dalam klasifikasi

plasenta previ, yaitu plasenta letak rendah karena plasenta yang implantasinya

rendah tetapi tidak sampai ke ostium uteri internum. Adanya kemajuan diagnostik

membuat plasenta previa dapat dibedakan jelas dengan plasenta letak rendah

(Sastrawinata, et all,2005).

Gambar 3. Plasenta previa

9

Page 10: Isi Askep Plasenta Previa Revisi

2.10 Penatalaksanaan

10

Penanganan Plasenta Previa

Syok Tidak Syok

1. Infus cairan2. Oksigen ( jika ada)

Infus cairan

Rujuk ke rumah sakit

Aterm Belum aterm

PDMO 1. Konservatif2. Rawat3. Kortikosteroid utnutk

pematanganparu-paru jann4. Bila perdarahan ulang

banyakdilakukan PDMO

Plasenta previa Plasenta letak rendah

SC Partus pervaginam

Page 11: Isi Askep Plasenta Previa Revisi

BAB 3. PATHWAYS

keadaan-keadaan yang endometriumnya kurang baik, misalnya karena atrofi

endometrium atau kurang baiknya vaskularisasi desidua

Plasnta previa (Kelainan letak plasenta)

Perdarahan antepartum

Kelainan letak plasenta

Resiko syok hipovolemik

Resiko ketidakefektifan proses

kehamilan-melahirkan

Kurangnya Informasi

Hb Kurangnya pengetahuan

Kurangnya pengetahuan

O2 turun

Metabolisme anaerob

Ansietas Fatigue

O2 di jaringan turun

Hipoksia jaringan

Resiko gangguan hubungan ibu-janin

11

Page 12: Isi Askep Plasenta Previa Revisi

BAB 4. ASUHAN KEPERAWATAN

4.1 Pengkajian

a. Identitas klien

Data diri klien meliputi: nama, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat,

medical record, dll.

b. Keluhan utama : Gejala pertama; perdarahan pada kehamilan setelah 28

minggu/trimester III

1) Sifat perdarahan; tanpa sebab, tanpa nyeri, berulang

2) Sebab perdarahan; placenta dan pembuluh darah yang robek;

terbentuknya SBR, terbukanyaosteum/manspulasi intravaginal/rectal.

3) Sedikit banyaknya perdarahan; tergantung besar atau kecilnya robekan

pembuluh darah dan plasenta.

c. Riwayat kesehatan

1) Riwayat kesehatan dahulu

Riwayat kesehatan dahulu yaitu keluhan sampai saat klien pergi ke

Rumah Sakit atau pada saat pengkajian seperti perdarahan pervaginam

di luar siklus haid, pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.

2) Riwayat kesehatan sekarang

Keluhan yang dirasakan saat ini yaitu perdarahan jalan lahir berwarna

merah segar tanpa rasa nyeri.

3) Riwayat kesehatan keluarga

Adanya riwayat keluarga yeng pernah atau sedang menderita kelainan.

4) Riwayat Obstetri

Memberikan informasi yang penting mengenai kehamilan

sebelumnya agar  perawat dapat menentukan kemungkinan masalah

pada kehamilan sekarang. Riwayat obstetri meliputi :

a) Gravida, para abortus, dan anak hidup (GPAH)

b) Berat badan bayi waktu lahir dan usia gestasi

c) Pengalaman persalinan, jenis persalinan, tempat persalinan,

dan penolong persalinan

12

Page 13: Isi Askep Plasenta Previa Revisi

d) Jenis anetesi dan kesulitan persalinan.

e) komplikasi maternal seperti diabetes, hipertensi, infeksi,

dan perdarahan.

f)komplikasi pada bayi

g) rencana menyusui bayi

5) Riwayat menstruasi

6) Riwayat yang lengkap di perlukan untuk menetukan taksiran

persalinan(TP). TP ditentukan berdasarkan hari pertama haid terakhir

(HPHT). Untuk menentukan TP berdasarkan HPHt dapat digunakan

rumus naegle, yaitu hari ditambah tujuh, bulan dikurangi tiga, tahun

disesuaikan.

7) Riwayat Kontrasepsi

8) Beberapa bentuk kontrasepsi dapat berakibat buruk pada janin,

ibu, ataukeduanya. Riwayat kontrasepsi yang lengkap harus

didapatkan pada saat kunjungan pertama. Penggunaan kontrasepsi oral

sebelum kelahiran dan berlanjut pada kehamilan yang tidak diketahui

dapat berakibat buruk pada pembentukan organ seksual pada janin.

9) Riwayat penyakit dan operasi:

Kondisi kronis seperti dibetes melitus, hipertensi, dan penyakit ginjal

bisa berefek buruk pada kehamilan. Oleh karena itu, adanya riwayat

infeksi, prosedur operasi, dan trauma pada persalinan sebelumnya

harus di dokumentasikan.

d. Pemeriksaan fisik

1) Umum

Pemeriksaan fisik umum meliputi pemeriksaan pada ibu hamil:

a) Rambut dan kulit

Terjadi peningkatan pigmentasi pada areola, putting susu dan

linea nigra.

Striae atau tanda guratan bisa terjadi di daerah abdomen dan

paha.

Laju pertumbuhan rambut berkurang.Wajah

13

Page 14: Isi Askep Plasenta Previa Revisi

b) Mata : pucat, anemis

c) Hidung

d) Gigi dan mulut

e) Leher

f)Buah dada / payudara

Peningkatan pigmentasi areola putting susu

Bertambahnya ukuran dan noduler

g) Jantung dan paru

Volume darah meningkat

Peningkatan frekuensi nadi

Penurunan resistensi pembuluh darah sistemik dan pembulu

darah pulmonal.

Terjadi hiperventilasi selama kehamilan.

Peningkatan volume tidal, penurunan resistensi jalan nafas.

Diafragma meningga.

Perubahan pernapasan abdomen menjadi pernapasan dada.

h) Abdomen

Menentukan letak janin

Menentukan tinggi fundus uteri

i) Vagina

Peningkatan vaskularisasi yang menimbulkan warna kebiruan

(tanda Chandwick)

Hipertropi epithelium

j) Sistem muskuloskeletal

Persendian tulang pinggul yang mengendur

Gaya berjalan yang canggung

Terjadi pemisahan otot rectum abdominalis dinamakan dengan

diastasis rectal

2) Khusus

a) Tinggi fundus uteri

14

Page 15: Isi Askep Plasenta Previa Revisi

b) Posisi dan persentasi janin

c) Panggul dan janin lahir

d) Denyut jantung janin (Roeshadi, 2004).

4.2 Diagnosa Keperawatan

a. Fatigue berhubungan dengan penurunan kadar Hb dan oksigen sehingga

berlangsung metabolism anaerob

b. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan

c. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi

d. Resiko ketidakefektifan proses kehamilan-melahirkan berhubungan dengan

letak plasenta yang abnormal

e. Resiko syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan antepartum

f. Resiko gangguan hubungan bayi-janin berhubungan dengan hipoksia jaringan

15

Page 16: Isi Askep Plasenta Previa Revisi

4.3 Intervensi

No Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional

1 Dx 1 Tujuan :

Ibu hamil tidak tampak fatigue

Kriteria hasil:

Dapat beradaptasi dan aktivitas

sesuai dengan kondisi

1. Kaji tanda dan gejala

kegelisahann fatigue, iritabel,

takikardia, takipnea.

2. Hindari seringnya melakukan

intervensi yang tidak penting

yang dapat membuat lelah,

berikan istirahat yang cukup.

3. Berikan kenyamanan fisik;

support dengan bantal dan

pengaturan posisi.

4. Berikan oksigen humidifikasi

sesuai program.Bula terjadi

perdarahan masif, kolaborasi

pemberian tranfusi darah

5. Kolaborasi pemberian

1. Untuk mendeteksi awal

terjadinya fatigue

2. Aktivitas yang banyak

membutuhkan banyak

energy sehingga akan

membuat klien semakin

lemah

3. Meningkatkan rasa

nyaman pada klien

4. Peningkatan O2 mampu

meningkatkan saturasi

oksigen dalam darah

5. Jika terjadi perdarahan

16

Page 17: Isi Askep Plasenta Previa Revisi

tranfusi darah bila perlu masif maka perlu diberi

tranfusi darah

2 Dx 2 Tujuan :

Ibu hamil tidak lagi ansietas

Kriteria hasil :

-TTV normal

-Klien mengungkapkan tidak lagi

cemas

1. Berikan posisi seyaman

mungkin

2. Kaji tingkat ansietas

3. Jelaskan kepada klien

mengenai apa yang terjadi

bila memungkinkan

4. Kaji TTV

5. Berikan terapi relasasi

progresif

6. Kaji ulang TTV

1. Untuk menurunkan

kecemasan

2. Mengetahui tikatan cemas

klien

3. Agar klien mengetahui

apa yang terjadi dan

tindakan apa yang

dilakukan perawat dan

tim untuk mengatasinya

4. Saat klien cemas, RR,

nasi dan TD biasanya

meningkat

5. Untuk menurunkan

kecemasan klien

6. Untuk mengetahui

seberapa efektif terapi

yang telah diberikan

17

Page 18: Isi Askep Plasenta Previa Revisi

7. Tanayakan bagaimana

perasaan klien setelah

diberikan terapi dan

penjelasan

7. Untuk mengetahui respon

subyektif klien tentang

kondisinya setelah

diberikan terapi

3 Dx 3 Tujuan :

Klien mengetahui tentang

kondisinya dan penyakit yang

dideritanya

Kriteria hasil :

Klien mengerti mengenai

penyakitnya dan tindakan yag

akan diberikan oleh tim kesehatan

untuk membuat kondisinya lebih

baik

1. Jelaskan kosep dasar

penyakit Plasenta previa

2. Jelankan tindakan kesehatan

yang akan dilakukan tim

kesehatan utnuk menangani

kondisi klien

1. Agar klien mengetahui

informasi tentang

penyakitnya

2. Agar klien mampu lebih

percaya akan tindakan

yang diberikan oleh tim

kesehatan

4 Dx 4 Tujuan :

Meminimalkan atau meniadakan

resiko ketidakefektifan proses

kehamilan-melahirkan

berhubungan dengan letak

3. Observasi kondisi ibu dan

janin secara rutin

4. Kaji keluhan yang

dirasakan ibu

5. Kolaborasi dengan tim

3. Untu memantau status

kesehatan ibu dan janin

4. Mengetahui masalah

dari respon subyektif

5. Mencegah kondisi

18

Page 19: Isi Askep Plasenta Previa Revisi

plasenta yang abnormal

Kriteria hasil :

konsisi ibu normal dan janinnya

juga normal dari hasil

pemeriksaan

kesehatan lain jika ada

kondisi yang abnormal

seperti perdarahan

yang mengancam ibu

dan janinnya

5 Dx 5 Tujuan :

Meminimalkan atau meniadakan

resiko syok hipovolemik

berhubungan dengan perdarahan

antepartum

Kriteria Hasil :

Tidak ada tanda-tanda syok

( kesadaran menurun, akral

dingin, kulit pucat)

1. Kaji seberapa banyak

perkiraan darah yang

keluar. Jika perdarahan

masif, maka berikancairan

infuse yang sesuai dan bila

perlu kolaborasi

pemberian tranfusi darah

2. Pantau TTV

1. Untuk memperbaiki

kondisi klien

2. Sebagai acuan awal

kondisi klien untuk

mengetahui tindakan

apa yang selanjutnya

dilakukan bila kondisi

klien tidak membaik

6 Dx 6 Tujuan : 1. Pantau tanda hipoksia 1. Untuk mengetahui

19

Page 20: Isi Askep Plasenta Previa Revisi

Meminimalkan atau meniadakan

resiko gangguan hubungan bayi-

janin berhubungan dengan

hipoksia jaringan

Kriteria hasil :

Tidak ada tanda hipoksia jaringan

jaringan

2. Pantau TTV

3. Tanayakan keluhan yang

dirasakan klien

kemungkinan ada

hipoksia

2. Untuk mengetahui

TTV dalambatas

normal atau tidak

3. Mengetahui masalah

baru yang mungkin

muncul yang bisa

diketahui dari respon

subyektif

20

Page 21: Isi Askep Plasenta Previa Revisi

4.4 Implemantasi

Implementasi keperawatan adalah tindakan yang dilakukan perawat dalam

melakukan asuhan keperawatan pada pasien sesuai intervensi yang telah dibuat.

Jiak masalah keperawatan belum teratasi, maka di evaluasi dibuat perencanaan

baru atau modifikasi dari perencanaan sebelumya. Jika masalah keperawatan

sudah teratasi, maka tindakan dihentikan.

4.5 Evaaluasi

Evaluasi dilakukan pada setiap diagnosa dengan menggunakan metode

SOAP, yaitu:

S: kondisi pasien secara subyektif setelah dilakukan tindakan asuhan

keperawatan, data dapat didapatkan melalui kata-kata dari respon pasien

O: kondisi pasien secara obyektif setelah dilakukan tindakan asuhan

keperawatan, data dapat didapatkan melalui kondisi fisik pasien

A: analisis data, apakah tindakan asuhan keperawatan yang diberikan sudah

berhasil secara keseluruhan, hanya sebagaian, atau gagal total

P: rencana yang akan dilakuakn selanjutnya

21

Page 22: Isi Askep Plasenta Previa Revisi

BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal dan berimplantasi

pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan

jalan lahir. Perdarahan antepartum (perdarahan pada kehamilan tua) akibat

plasenta previa terjadi sejak usia kehamilan 20 minggu saat segmen bawah uterus

telah terbentuk dan mulai melebar serta menipis.

5.2 Saran

a. Bagi Mahasiswa

Diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan mahasiswa dalam

memberikan pelayanan keperawatan dan dapat menerapkannya dalam

kehidupan sehari-hari.

b. Bagi petugas-petugas Kesehatan

Diharapkan dengan makalah ini dapat meningkatkan pelayanan kesehatan

khususnya dalam bidang keperawatan sehingga dapat memaksimalkan kita

untuk memberikan health education dalam perawatan luka perineum untuk

mencegah infeksi.

22

Page 23: Isi Askep Plasenta Previa Revisi

DAFTAR PUSTAKA

Achadiat, Chrisdiono M..2004. Prosedur Tetap Obstetri dan Ginekologi. Jakarta :

EGC

Herdman, T. Heather.2012. Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi

2012-1014. Jakarta : EGC

Mansjoer, Arif et all. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Ketiga. Jakarta:

Media Aesculapius FKUI.

Manuaba, et all.2007.Pengantar Kuliah Obstetri.Jakarta : EGC

Marilynn E. Doenges & Mary Frances Moorhouse. 2001. Rencana Perawatan

Maternal/Bayi. Edisi Kedua. Jakarta: EGC.

Murah, Manoe, dkk. 1999. Pedoman Diagnosis Dan Terapi Obstetri Dan

Ginekologi. Ujung Pandang: Bagian/SMF obstetri dan ginekologi FK

Unhas.

NN.1998. Kamus Saku Kedokteran Dorland.Edisi 25. Jakarta : EGC

Sastrawinata, et all.2005.Obstetri Patologi : Ilmu Kesehatan Reproduksi.Jakarta :

EGC

Sihaloho, Elly Novalina.2004. Karakteristik Penderita Plasenta Previa Di RS. St.

Elisabeth Medan Tahun 1998-2002. Medan : USU

Stright, Barbara R..2005. Panduan Belajar : Keperawatan Ibu-Bayi Baru Lahir.

Edisi 3. Jakarta : EGC

23