ISBN - jabar.litbang.pertanian.go.id 2013/Rekomendasi_Tek.pdfDisisi lain tingkat pertumbuhan...
Transcript of ISBN - jabar.litbang.pertanian.go.id 2013/Rekomendasi_Tek.pdfDisisi lain tingkat pertumbuhan...
ISBN ............................
REKOMENDASI TEKNOLOGI
Penanggung JawabDr. Ir. Nandang Sunandar, MP
Kepala BPTP Jawa Barat
Penyusun:Nana Sutrisna
Agus GunawanNadimin
Disain Layout:Nadimin
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN (BPTP) JAWA BARAT
BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN
KEMENTERIAN PERTANIAN
2012
Rekomendasi Teknologi
BPTP JABARBalai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Barat
i
KATA PENGANTAR
Tantangan penyediaan pangan di Indonesia semakin berat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk. Jumlah penduduk Indonesia diperkirakan pada tahun 2020 akan mencapai 280 juta ribu. Disisi lain tingkat pertumbuhan produksi pertanian di Indonesia dari tahun 1995 hingga 2010 diperkirakan sekitar 1,5% setiap tahunnya. Hal tersebut secara langsung memacu para pelaku usaha pertanian untuk meningkatkan produksi dan produktivitasnya.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) merupakan unit pelaksana teknis yang berperan menyiapkan paket teknologi hasil pengkajian dan perakitan untuk bahan operasional materi penyuluhan pertanian. Berdasarkan Permentan No. 45/2011, tugas BPTP dalam mendukung peningkatan produksi pangan khususnya beras di daerah antara lain adalah menyediakan rekomendasi teknologi spesifi k lokasi sesuai usulan Dinas teknis yang membidangi tanaman pangan dengan cara: 1) identifi kasi kebutuhan teknologi spesifi k lokasi, 2) Inventarisasi ketersediaan teknologi adaptasi spesifi k lokasi, 3) Menyusun rekomendasi teknologi spesifi k lokasi.
Atas dasar itu, telah disusun rekomendasi teknologi peningkatan produksi pertanian yang meliputi beberapa komoditas: (1) tanaman pangan (padi, kedelai, dan jagung), (2) tanaman sayuran dan hias, (3) tanaman perkebunan, dan (4) peternakan. Buku rekomendasi teknologi ini juga berisi tentang perbenihan tanaman sayuran dan hias.
Lembang, November 2012Kepala BPTP Jawa Barat,
Dr. Ir. Nandang Sunandar, MP
Rekomendasi Teknologi
BPTP JABARBalai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Barat
iii
DAFTAR ISI
HalamanKATA PENGANTAR .............................................................................................................iDAFTAR ISI ......................................................................................................................... iii1. KAJIAN PENGGUNAAN VARIETAS UNGGUL DAN PAKET TEKNOLOI
KEDELEI DI KABUPATEN CIAMIS, JAWA BARAT (Agus Nurawan, Dedi Sugandi, Dian Histifarina, dan Susi Mindarti)......................................................1
2. TEKNOLOGI BUDIDAYA JAGUNG MELALUI PENDEKATAN
PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU (PTT
JAGUNG) DI LAHAN SAWAH MUSIM KEMARAU (Karsidi Permadi, Sonjaya Putra, Indah Nuhati, Yati Haryati, Dian Histi Farinah, Ery Iriawan, Solihin) ...........................................................................................................................3
3. PENGEMBANGAN IRIGASI HEMAT AIR UNTUK PENINGKATAN
EFISIENSI PENGGUNAAN AIR PADA TANAMAN JAGUNG DI JAWA
BARAT (Enjang Sujitno, Teami Pahmi, Soemarno Tedy) .................................64. PENGGUNAAN GUNTING PETIK PADA TANAMAN TEH (Agus Nurawan,
Heny Herawaty, dan Euis Rokayah) ..................................................................... 105. PENGGUNAAN PESTISIDA NABATI UNTUK ULAT JENGKAL (Hyposidra
Talaca) (Agus Nurawan dan Yati Haryati) ......................................................... 136. PENGGUNAAN PERANGKAP BERFEROMON UNTUK MENGEN-
DALIKAN HAMA ULAT BAWANG MERAH (SPODOPTERA EXIGUA) DI
KABUPATEN CIREBON (Agus Nurawan dan Yati Haryati) ......................... 157. PTT CABAI MERAH (Enjang Sudjitno) ............................................................. 188. TEKNOLOGI PERBENIHAN CABAI (Endjang Sujitno) ................................ 259. TEKNOLOGI PERBENIHAN KRISAN (Sri Olyndriana Dewi, Ratna Sari dan
Alan Budi Kusumah) ................................................................................................. 2910. PEMBERIAN UREA MOLASES SERBUK UNTUK PENGGEMUKAN
TERNAK DOMBA (Eriawan Bekti dan Sumarno Tedy) ......................... 34
11. JERAMI FERMENTASI SEBAGAI SUMBER PAKAN SERAT UNTUK SAPI
(Budy Haryanto) ........................................................................................................ 38
Rekomendasi Teknologi
BPTP JABARBalai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Barat
1
1TEKNOLOGI : KAJIAN PENGGUNAAN VARIETAS UNGGUL DAN
PAKET TEKNOLOI KEDELEI DI KABUPATEN CIAMIS,
JAWA BARAT.
BIDANG : Tanaman Pangan
A. INFORMASI UMUM
1. Tujuan: Untuk meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani2. Sasaran Pengguna: Petani tanaman pangan di lahan sawah (sentra kedelei)3. Skala usaha yang didukung Teknologi ini dapat diaplikasikan untuk kawasan 5 ha4. Sasaran Agroekosistem Lahan sawah dan merupakan sentra kedelei.5. Prasyarat teknis Penggunaan model ini dapat dilaksanakan :
• Di sentra kedelei di Jawa Barat• Penggunaan varietas unggul Mahameru• Penggunaan Bio-P 2000 Z untuk pertumbuhan dan Rhizo-
Plus untuk memfi ksasi N seoptimal mungkin dari udara.• Ditanam pada MK.II awal Juli 2004• Tanpa olah tanah (TOT)• Pengendalian OPT menggunakan konsep PHT
B DESKRIPSI TEKNOLOGI
1. Bahan dan alat Bahan yang disediakan : Air, benih kedelei, Bio-P 2000 Z, Rhizo-plus Alat yang disediakan : sprayer, drum kecil, ember, penga- duk, baskom, dll.2. Prosedur kerja
• Siapkan Rhizo-plus bentuk tepung dengan dosis 25 gr/kg benih kemudian diaduk hingga merata.
BPTP JABARBalai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Barat
2
Rekomendasi Teknologi
• Benih yang sudah dicampur dengan rhizo-plus langsung ditanam di lapangan.
• Penggunaan pupuk hayati Bio-P 2000 Z.• Tanpa menggunakan pupuk anorganik/kimiawi tambahan,
memanfaatkan sisa pupuk setelah tanaman padi.• Jumlah benih 50 kg/ha.• Pengendalian OPT sesuai dengan konsep PHT.
C. KEMAMPUAN/KEUNGGULAN DAN KEMUNGKINAN DAMPAK
NEGATIF
1. Kemampuan/keunggulan• Dapat meningkatkan produksi• Bekerja bekerja sebagai pupuk hayati dan penambat N• Meningkatkan kadar P tersedia dalam tanah• Ramah lingkungan.
2. Kemungkinan dampak negatif/kelemahan• Varietas unggul terkadang agak sulit didapatkan dalam
jumlah banyak, harus melalui mekanisme pemesanan.• Bila dengan penyimpanan biasa benih kedelei tidak tahan
disimpan.• Daya kerja pupuk hayati dan penambat N tidak langsung
terlihat, tidak seperti pupuk kimiawi.
D. ANALISIS USAHATANI
Kebiasaan petani, dengan menggunakan varietas ORBA produktivitasnya 1.200 kg/ha dan perlakuan introduksi varietas Mahameru produktivitasnya 2.400 kg/ha, jadi selisih produksi 1.200 kg. Saat itu harga kedelei Rp.3.500,- hasil tambahan yang diperoleh Rp.4.200.000.- Introduksi teknologi membutuhkan biaya produksi untuk membeli pupuk hayati dan pestisida sebesar Rp. 1.200.000. Kelebihan pendapatan yang diperoleh adalah bila dibandingkan dengan eksisting petani adalah Rp.3.000.000,-
Pengkaji : Agus Nurawan, Dedi Sugandi, Dian Histifarina, dan Susi Mindarti
Rekomendasi Teknologi
BPTP JABARBalai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Barat
3
2TEKNOLOGI : TEKNOLOGI BUDIDAYA JAGUNG MELALUI
PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN DAN
SUMBERDAYA TERPADU (PTT JAGUNG) DI LAHAN
SAWAH MUSIM KEMARAU
BIDANG : Tanaman Pangan
A. INFORMASI UMUM
1. Tujuan: Meningkatkan produktivitas jagung melalui pengelolaan
tanaman dan sumberdaya terpadu (PTT jagung) di lahan sawah pada musim kemarau.
2. Sasaran pengguna : petani palawija, (jagung) dilaksanakan setelah panen padi MKI (padi-padi-jagung) di kawasan sawah berpengairan teknis.
3. Skala usaha yang didukung : ukuran yang dapat diterapkan teknologi ini minimal satu hektar akan lebih baik bila lebih dari 1 ha. Karena dapat dilakukan lebih mudah dalam penerapan teknologi dan memberikan keutungangan yang memadai
4. Sasaran agroekosistem : Teknologi budidaya jagung ini hanya ditujukan khusus pada lahan sawah beririgasi teknis untuk musim tanam ke tiga (MK II) yaitu pola tanam padi-padi-jagung.
5. Prasyarat teknis : Jagung varietas unggul baru (VUB) baik jagung hibrida maupun non hibrida, benih bermutu dan berlabel, benih telah diberi fungisida, Jagung baik hibrida maupun non hibrida berumur genjah sekitar 70 – 85 hari, produktivitas tinggi baik jenis hibrida maupun non hibrida, tahan pada penyakit bulai dan tahan kekurangan air, dan tidak membutuhkan pemberian pupuk yang banyak.
B. DESKRIPSI TEKNOLOGI
1. Bahan dan alat : Benih jagung 20 kg/ha, pupuk NPK 200 kg/ha, pupuk urea 200 kg/ha, pupuk KCl 50 kg/ha, pupuk kandang
BPTP JABARBalai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Barat
4
Rekomendasi Teknologi
1,5 t/ha, karung, tambang palstik, rapia.. Alat yang digunakan yaitu tugal, parang , cangkul, timbangan.
2. Prosedur kerja : Lahan sawah yang telah dipanen padinya pada musim kedua dilakukan pengolahan lahan tanpa olah tanah (TOT), setiap 6 baris tanaman jagung dibuatkan drainase yang berfungsi untuk mengairi dan pembuangan air bila terdapat hujan, tunggul jerami dibabat, satu hari sebelum tanam diairi hingga tanah lembab, kemudian ditanami biji jagung dengan cara ditugal, setiap lubang tugal diberi satu butir jagung kemudian ditutup dengan pupuk kandang sebanyak 40-50 g/lubang, jarak tanam jagung yaitu 75 cm x 25 cm. selesai tanam jerami padi disebarkan merata sebagai mulsa. Pada umur 7 hari setelah tanam (HST) diberikan pupuk NPK 200 kg/ha, pada umur 25 HST diberi pupuk Urea 150 kg/ha + pupuk KCl 50 kg/ha, pada umur 45 HST diberi pupuk urea 50 kg/ha.Pemberian pupuk secara ditugal kemudian ditutup, Pemberian Insektisida sistemik (Furadan) yang diberikan pada pupuk sebanyak 2-3 butir perpucuk untuk mencegah hama penggerek jagung biasa dilakukan pada jagung sebelum keluar bunga. Penyiangan I termasuk pengguludan pada umur 15 HST dan penyiangan II pada umur 30 HST. Pengairan diberikan dua minggu sekali agar tanah lembab, selama tanam jagung diari sebanyak 6 kali. Panen jagung bila bijinya sudah keras dan klobotnya putih, hasil penen jagung dijemur setelah klobotnya dibuang, bila sudah kering dipipil dengan alat pemipil jagung Balitser dengan tingkat kerontokannya 98%.
C. KEMAMPUAN/KEUNGULAN DAN KEMUNGKINAN DAMPAK
NEGATIF
1. Kemampuan/keunggulan : Kebutuhan benih jagung lebih sedikit (20 kg/ha), pemberian pupuk lebih efi sien (ditugal dan ditutup), mulsa jerami padi menekan pertumbuhan gulma selain sebagai bahan organik.
2. Kemungkinan dampak negatif/kelemahan : -
Rekomendasi Teknologi
BPTP JABARBalai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Barat
5
D. ANALISIS USAHATANI
Tabel 1. Analisis Usahatani Penerapan PTT pada Tanaman Jagung.Uraian PTT NON PTT
Produksi jagung pipil (t/ha) 7,665 6,130Nilai produksi (Rp/ha) 9.734.550 7.785.100Biaya produksi (Rp/ha) 3.408.400 4.083.800Keuntungan (Rp/ha) 6.326.150 3.701.300B/C ratio 1,86 0,91BEP harga (Rp/kg) 445 666
Keterangan : BEP = Biaya produksi : Produksi
Pengkaji : Karsidi Permadi, Sonjaya Putra, Indah Nuhati, Yati Haryati, Dian Histi Farinah, Ery Iriawan, Solihin.
BPTP JABARBalai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Barat
6
Rekomendasi Teknologi
3TEKNOLOGI : PENGEMBANGAN IRIGASI HEMAT AIR UNTUK
PENINGKATAN EFISIENSI PENGGUNAAN AIR PADA
TANAMAN JAGUNG DI JAWA BARAT
BIDANG : Tanaman Pangan
A. INFORMASI UMUM
1. Tujuan: Mengetahui teknologi irigasi hemat air spesifi k lokasi sebagai
usaha untuk meningkatkan produksi, produktivitas dan perluasan areal tanam jagung di Lahan Kering di Jawa Barat.
2. Sasaran pengguna: petani palawija khususnya tanaman jagung pada lahan kering karena usahatani di lahan kering sangat mengandalkan curah hujan untuk mengairi lahan usahataninya, pada bulan-bulan tidak ada hujan atau musim kemarau lahan pertanian seringkali diberakan, akibatnya indeks pertanaman lahan kering relatif rendah, baru mencapai 0,5 – 1
3. Skala usaha yang didukung: ukuran yang dapat diterapkan teknologi ini minimal satu hektar akan lebih baik bila lebih dari 1 ha. Karena dapat dilakukan lebih mudah dalam penerapan teknologi dan memberikan keutungangan yang memadai
4. Sasaran agroekosistem: Teknologi ini ditujukan khusus pada lahan kering
5. Prasyarat teknis : Jagung varietas unggul baru (VUB) baik jagung hibrida maupun non hibrida, benih bermutu dan berlabel, benih telah diberi fungisida, Jagung baik hibrida maupun non hibrida berumur genjah sekitar 70 – 85 hari, produktivitas tinggi baik jenis hibrida maupun non hibrida, tahan pada penyakit bulai dan tahan kekurangan air, dan tidak membutuhkan pemberian pupuk yang banyak serta Pemanfaatan air hujan di lahan kering belum optimum.
Rekomendasi Teknologi
BPTP JABARBalai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Barat
7
B. DESKRIPSI TEKNOLOGI
Penelitian dilaksanakan di Desa Citaman, Kecamatan Nagreg, Kabupaten Bandung, pada musim kemarau tahun 2009. Tahapan pelaksanaan penelitian sebagai berikut :
Survey Potensi Sumberdaya Air
Survei dilaksanakan untuk mengetahui potensi sumberdaya air yang terdapat di lokasi kegiatan, metode survei yang digunakan adalah survei singkat (quick assesment) meliputi survei sumberdaya air. Survei singkat dilaksanakan dengan mengamati potensi sumberdaya air permukaan (sungai, mata air, dam, waduk, dll) kemudian untuk mendapatkan data dan informasi potensi sumberdaya air juga dihimpun dari data sekunder .
Implementasi Teknologi Irigasi Hemat air
Upaya konservasi air harus disertai dengan pemanfaatan air secara efi sien, pemanfaatan air secara efi sien perlu dikaitkan dengan kebutuhan air tanaman dan dinamika perubahan kelengasan tanah. Jumlah hari kering berturut-turut selama musim tanam merupakan indikator yang berguna dalam menentukan apakah tanaman akan mengalami cekaman air atau tidak. Jumlah air irigasi yang diberikan ditetapkan berdasarkan kebutuhan tanaman, dinamika kelengasan tanah dimana kemampuan tanah memegang air berperan sangat penting, serta sarana irigasi yang tersedia. Kemampuan tanah memegang air perlu diperhitungkan, karena pemberian air yang berlebihan hingga melebihi kemampuan tanah memegang air, menyebabkan air akan dialirkan sebagai aliran permukaan atau mengalir ke lapisan tanah yang lebih dalam melalui perkolasi. Tanah yang bertekstur halus dan berstruktur remah akan lebih mampu menahan air sesudah pori aerasinya kosong dari air, dan tanah liat berat menyimpan lebih banyak air, namun sulit melepaskannya untuk tanaman. Dari ketiga tekstur tersebut, tanah berpasir akan memerlukan air irigasi yang lebih banyak, karena kemampuan memegang airnya rendah.Ada tiga aspek penting dalam pemanfaatan air secara efi sienmelalui irigasi yaitu (1) jumlah air yang diberikan, (2) waktu pemberian, dan (3) cara pemberian. Jumlah air
BPTP JABARBalai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Barat
8
Rekomendasi Teknologi
yang diberikan dapat didasarkan pada beberapa skenario.
Dalam aplikasi sistem irigasi hemat air, digunakan metode rancangan acak kelompok dengan 4 perlakuan dan masing-masing diulang sebanyak 5 kali, perlakuan yang digunakan adalah interval penyiraman pada tanaman jagung, penyiraman tanaman dilaksanakan dengan interval 1 hari sekali (A), 3 hari sekali (B), 5 hari sekali (C) dan kebiasaan petani (D) sebagai kontrol. Selain interval penyiraman, volume air untuk penyiraman ditentukan berdasarkan fase pertumbuhan, karakteristik tanaman dan tanah. Perhitungan jumlah volume penyiraman menggunakan rumus sebagai berikut : NID (Need Irrigation Density) = 2/3 x pF 2,54 – pF 4,2 x Bulk Density x Kedalaman akar.akan disesuaikan dengan keadaan di lapangan.
C. KEMAMPUAN UNGGULAN DAN KEMUNGKINAN DAMPAK
NEGATIF
Lahan kering memiliki potensi cukup baik untuk pengembangan berbagai komoditas tanaman pangan terutama komoditas jagung yang biasa diusahakan petani setiap tahun, namun terkendala dengan ketersediaan air terutama pada saat musim kemarau. Dengan demikian melalui teknologi pengembangan irigasi hemat air penggunaan air bisa lebih efi sien, sehingga dapat memperluas areal tanam dengan menggunakan air yang tersedia.Model teknologi irigasi hemat air lebih efi sien dibanding dengan sistem pengairan atau penyiraman yang biasa dilakukan petani, dengan nilai efi siensi penggunaan air berkisar 67% - 80%.Kemungkinan dampak negatif yang ditimbulkan diantaranya pola tanam yang tidak terputus selama satu tahun, yang bisa mengakibatkan siklus organisme pengganggu tumbuhan (OPT) tidak terputus serta pengolahan tanah lebih intensif.Persediaan air untuk kebutuhan rumah tangga pada saat musim kemarau bisa berkurang, akibat digunakan untuk usahatani jagung.
Rekomendasi Teknologi
BPTP JABARBalai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Barat
9
D. ANALISIS USAHATANI
Tabel 2. Analisis Usahatani Tanaman Jagung dengan Teknologi Irigasi Hemat Air.
Uraian Teknologi Irigasi Hemat AirProduksi jagung pipil (t/ha) 4.900Nilai produksi (Rp/ha) 12.250.000Biaya produksi (Rp/ha) 8.305.500Keuntungan (Rp/ha) 3.944.500BC Ratio 0,47RC Ratio 1,47
Keterangan: Harga Jagung = Rp. 2.500/kg
Pengkaji: Enjang Sujitno, Teami Pahmi, Soemarno Tedy
BPTP JABARBalai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Barat
10
Rekomendasi Teknologi
TEKNOLOGI : PENGGUNAAN GUNTING PETIK PADA TANAMAN
TEH
BIDANG : Tanaman Perkebunan
A. INFORMASI UMUM
1. Tujuan pengembangan teknologi:• Untuk mengatasi kesulitan tenaga kerja pemetik di
perkebunan dan efi siensi.• Meningkatkan produktivitas pucuk
2. Sasaran PenggunaPetani teh perkebunan rakyat dan PTPN dan perkebunan Besar Swasta (PBS)
3. Skala usaha yang didukungKawasan luas lebih dari 100 ha
4. Sasaran Agroekosistem Lahan kering dataran menengah dan tinggi
5. Prasyarat teknis Penggunaan model ini dapat dilaksanakan :• Tanaman teh dalam keadaan subur dan sehat.• Penggunaan gunting petik ini harus terlebih dahulu
dilatihkan.• Spesifi kasi gunting petik : gunting menggunakan bantalan,
panjang 48 cm, panjang pisau 18 cm, tinggi bantalan 2 cm, penampung pucuk wadah ½ lingkaran, tinggi 10 cm, lebar 20 cm, bahan dari seng, pemukul pucuk sudut 60o, bera 0,8 kg, kapasitas 3-4 patok (80 kg/HOK)
• Pemetikan rata dengan bidang petik.
4
Rekomendasi Teknologi
BPTP JABARBalai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Barat
11
B. DESKRIPSI TEKNOLOGI
1. Bahan dan AlatBahan yang disediakan : Gunting petik teh, pemetik,
keranjang penampung Alat yang disediakan : Gunting petik. Keranjang penam-
pung2. Prosedur Kerja
Pemakaian gunting, dengan cara menggerakan hanya dengan satu tangan dan tangan lainnya diam.Pemetikan rata dengan bidang petik, sehingga diperoleh pemetikan rata sejajar lereng.Hasil petikan dengan kualitas pucuk yang halus.Hasil petikan dibandingkan dengan manual.
Tabel 3. Luas Plot,Jumlah Perdu, Interval dan Frekuensi Petik Perplot.
No. UraianPerlakuan
Manual Gunting petik1. Waktu petik (jam) 7,09 6,572. Produktivitas (kg/plot) 113,41 118.57
3. Prestasi petik (kg/jam) 16 18,054. Biaya pemetikan (Rp/kg) 200 2005. Harga pucuk (Rp/kg) 750 757,146. Interval petik (hari) 12 20,577. Daun (%) 75,77 76,258. Ranting (%) 24.23 23,75
C. KEMAMPUAN/KEUNGGULAN DAN KEMUNGKINAN DAMPAK
NEGATIF
1. Kemampuan/keunggulan• Dapat meningkatkan dan merangsang pertumbuhan pucuk
lebih cepat bila pupuk mencukupi• Meningkatkan prestasi petik dan mutupucuk yang
dihasilkan
BPTP JABARBalai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Barat
12
Rekomendasi Teknologi
• Interval pemetikan lebih jarang menghemat tenaga kerja• Ranting yang terbawa lebih sedikit.
2. Kemungkinan dampak negatif/kelemahan• Bila tanaman teh kurang terpelihara (kurang subur/ kurang
pupuk), kemungkinan tanaman teh akan mati.• Untuk mencegah kematian tanaman dengan penggunaan
unting petik, maka tanaman perlu disehatkan dengan menggunakan pupuk Urea : 8,33 g ( 3 kali per musim/pohon), SP-36 : 3,33 g/musim (2 kali per musim/pohon), KCL : 2,50 g/musim/pohon (3 kali)
D. ANALISIS USAHATANI
Waktu petik dengan gunting 6,57 jam dan manual 7,09 jam jadi dapat menghemat waktu 0,52 jam dan selisih produksi (0,52 x 18,05 kg) 9,386 kg. Upah pemetikan adalah Rp.250,-/kg. Jadi perhitungan/analisis ekonomi penggunaan gunting petik dapat dapat menghemat upah petik sebesar 9,386 x Rp.250,- = Rp.2.346,50 per orang.
PENGKAJI: Agus Nurawan, Heny Herawaty, dan Euis Rokayah
Rekomendasi Teknologi
BPTP JABARBalai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Barat
13
TEKNOLOGI : PENGGUNAAN PESTISIDA NABATI UNTUK ULAT
JENGKAL (HYPOSIDRA TALACA)BIDANG : Tanaman Perkebunan
A. INFORMASI UMUM
1. Tujuan pengembangan teknologi:• Untuk untuk mengendalikan serangan hama ulat jengkal• Untuk mengurangi residu pestisida pada produk teh, ke
depan mengarah pada teh organik.• Pengendalian Opt yang ramah lingkungan.
2. Sasaran Pengguna
Petani perkebunan rakyat (PR), Perkebunan Besar Swasta (PBS) dan PTP.
3. Skala usaha yang didukungTeknologi ini apabila diterapkan dalam areal minimal 5 ha, semakin luas semakin efi sien dan lebih baik hasilnya bila penyemprotan dilakukan secara serentak.
4. Sasaran AgroekosistemJenis agroekosistem dataran tinggi( > 1000 m dpl) dan menengah (900 m dpl)
5. Prasyarat teknis
Aplikasi pestisida nabati akan lebih baik hasilnya :• Waktu aplikasi dari pagi sampai dengan pukul 10.00, karena
ulat jengkal keluar dari persembunyiannya.• Penyemprotan lebih merata ke bagian bawah dan
permukaan atas daun teh• Akan lebih baik hasilnya bila cairan semprotnya diberi
perata dan perekat
B. DESKRIPSI TEKNOLOGI
1. Bahan dan alat
5
BPTP JABARBalai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Barat
14
Rekomendasi Teknologi
Bahan yang disediakan : Air, Pestisida nabati, dan perekat/pencampur
Alat yang disediakan : sprayer, drum, ember, pengaduk, dll.
2. Prosedur kerja• Siapkan air sebanyak 400 liter untuk 1 ha• Pestisida nabati dicampur dengan dosis 4-5 ml/liter dicampur
dengan perata/perekat diaduk hingga homogen.• Cairan semprot dimasukan ke dalam sprayer, kemudian
disemprotkan secara merata ke permukaan bawah dan atas daun.
• Agar lebih efektif aplikasi dilakukan dari pagi sampai dengan pukul 10.00
C. KEMAMPUAN/KEUNGGULAN DAN KEMUNGKINAN DAMPAK
NEGATIF
1. Kemampuan/keunggulan• Dapat mengendalikan ulat jengkal• Bekerja sebagai penghambat aktifi tas makan (antifeedant)• Teknologi pengendalian OPT yang ramah lingkungan
2. Kemungkinan dampak negatif/kelemahan• Mudah terurai sehingga aplikasinya harus pagi hari.• Membunuh ulat jengkal dengan waktu yang realtih
lambat.
D. ANALISIS USAHATANI
Tabel 4. Analisis Usahatani Penggunaan Ppestisida nabati.Uraian A. Suren (Rp.) B. Insektisida *) (Rp.) Kontrol
Produksi jagung pipil (t/ha) 5.250 5.460 1.463Nilai produksi (Rp/ha) 6.300.000 6.552.000 1.755.600Biaya produksi (Rp/ha) 1.984.613 2.544.613 1.379.613Keuntungan (Rp/ha) 4.315.387 4.007.387 375.987B/C ratio 2,17 1,57 0,27
Keterangan : BEP = Biaya produksi : Produksi *) = (Akodan/biasa digunakan petani)
Pengkaji : Agus Nurawan dan Yati Haryati
Rekomendasi Teknologi
BPTP JABARBalai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Barat
15
6TEKNOLOGI : PENGGUNAAN PERANGKAP BERFEROMON UNTUK
MENGENDALIKAN HAMA ULAT BAWANG MERAH
(SPODOPTERA EXIGUA) DI KABUPATEN CIREBON
BIDANG : Tanaman Sayuran
A. INFORMASI UMUM
1. Tujuan pengembangan teknologi mengendalikan hama ulat bawang merah (S. exigua) dan
mengurangi biaya penggunaan insektisida sintetis2. Sasaran Pengguna Kelompok tani bawang merah hamparan 3. Skala usaha yang didukung Teknologi ini dalam areal yang luas semakin efi sien, jumlah
perangkap yang digunakan lebih sedikit. Batas minimal areal satu hamparan 5-10 ha.
4. Sasaran Agroekosistem Lahan sawah dataran rendah sentra produksi bawang merah.5. Prasyarat teknis
• Perangkap berferomon dipasang 1 - 2 hari sebelum tanam, ketinggian 60-75 cm.
• pemasangan karet berferomon jangan sampai tersentuh oleh tangan.
• Karet berferomon tidak terkena sinar matahari langsung, toples bagian atas di beri cat warna gelap.
• Serangga jantan yang tertangkap dalam 3-5 hari dibuang dan diganti dengan air sabun yang baru.
• Penempatan perangkap harus menyebar mewakili luasan areal pertanaman, sehingga hasil tangkapan serangga relatif merata.
B DESKRIPSI TEKNOLOGI
1. Bahan dan alatBahan yangdisediakan : formula sex feromon dan air.
BPTP JABARBalai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Barat
16
Rekomendasi Teknologi
Alat yang disediakan : toples, karet tempat feromon, peniti, ajir bambu, sabun dan kawat
2. Prosedur kerja• Sediakan formula sex feromon yang sudah jadi lengkap
dengan karetnya (produksi BB Biogen, Bogor)• Tempatkan formula sex feromon di bagian toples atas
dengan bantuan peniti, tiap toples 1 karet.• Toples diberi ventilasi disekelilingnya untuk tempat
masuknya serangga jantan.• Bagian dasar toples diisi dengan air sabun, untuk
mempercepat kematian serangga jantan.• Toples sebagai perangkap yang sudah lengkap, dengan
bantuan ajir bambu digantungkan di areal pertanaman bawang merah dengan ketinggian 60-75 cm.
• Jumlah perangkap bila tidak dalam satu hamparan luas 20 per ha, dan bila dalam hamparan 15 ha ke atas cukup hanya 12 per ha.
• Serangga dewasa jantan yang tertangkap bila jumlahnya sudah banyak segera dibuang dan diganti air sabunnya.
• Pemasangan perangkap berferomon ini cukup sekali dalam satu musim tanam ( 55-59 hari).
B. KEMAMPUAN/KEUNGGULAN DAN KEMUNGKINAN DAMPAK
NEGATIF
1. Kemampuan/keunggulan• Kemampuan daya tangkap perangkap ini berkisar antara
200-300 ekor serangga perhari• Selektif dalam menangkap serangga, predator dan musuh
alami tidak akan tertangkap.• Tidak mempunyai dampak negatif dan meninggalkan residu
terhadap linggkungan.• Harga lebih murah bila dibandingkan dengan menggunakan
insektisida.
Rekomendasi Teknologi
BPTP JABARBalai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Barat
17
2. Kemungkinan dampak negatif/kelemahan• Ketersediaan formula sex feromon ini belum disemua toko
sarana tani.• Sex feromon produk BB Biogen saat ini lisensinya sudah
diambil alih oleh salah satu perusahaan.
C. ANALISIS USAHATANI
Tabel 5. Analisis Usahatani Bawang Merah Yang Menerapkan Inovasi Teknologi Perangkap Berferomon untuk 1 ha
Uraian Teknologi Perangkap Berferomon
Teknologi Cara Petani
Produksi bawang (kg/ha) 19.000 15.000Nilai produksi (Rp/ha) 57.000.000 45.000.000Biaya produksi (Rp/ha) 32.365.000 36.665.000Keuntungan (Rp/ha) 24.635,000 8.335.000BC Ratio 0,76 0,23RC Ratio 1,76 1,23
Keterangan: Harga Bawang Merah = Rp. 3.000/kg
Pengkaji : Agus Nurawan dan Yati Haryati.
BPTP JABARBalai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Barat
18
Rekomendasi Teknologi
TEKNOLOGI : PTT CABAI MERAH
BIDANG : Tanaman Sayuran
A. INFORMASI UMUM
Usahatani cabai merah ramah lingkungan harus memenuhi: a) penggunaan benih yang bersertifi kat, b) pemilihan dan pengolahan lahan yang tepat, c) penggunaan dosis dan aplikasi pupuk yang tepat, d) teknik pemeliharaan tanaman cabai merah yang intensif, e) pengendalian hama dan penyakit yang efektif dan terpad, f ) penanganan panen dan pasca panen
B. DESKRIPSI TEKNOLOGI
Syarat Tumbuh Cabai Merah
Pertananaman cabai cocok pada tanah gembur, remah, cukup mengandung bahan organik minimal 1,5%, unsur hara dan air, bebas gulma, nematoda, bakteri layu serta bukan bekas tanaman solanaceae (terung-terungan). Nilai keasaman (pH) tanah 5,5-6,8,. Suhu udara 25-30o C siang hari dan 18-25o C pada malam hari. Tanah lembab tetapi tidak becek, dengan temperatur 24-30oC
Pemilihan Benih
Pemilihan benih yang berkualitas meliputi: 1) daya kecambah tinggi di atas 80%, 2) mempunyai ketegaran tumbuh (vigor) baik), 3) murni4) bersih (tidak tercampur biji rumput/tanaman lain atau kotoran), 5) sehat, bebas organisme pengganggu tumbuhan Benih cabai didapat dari seleksi tanaman yang akan diambil buahnya untuk benih. Tanaman harus sehat, berbuah lebat, bentuk buah seragam, tidak cacat, serta bebas hama dan penyakit. Setelah panen buah cabai dibelah membujur, diambil biji-bijinya kemudian dijemur. Setelah kering biji dimasukkan kedalam botol dan ditutup dengan abu, disimpan di tempat yang kering bersuhu rendah. Untuk mendapatkan 1 kg benih diperlukan sekitar 50 kg buah cabai matang.
7
Rekomendasi Teknologi
BPTP JABARBalai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Barat
19
Varietas yang dianjurkan untuk dataran tinggi dan medium (Keriting, Hot Beauty, Hot Chilli, Lembang 1), sedangkan dataran rendah (Keriting, Hot Chilli, Tit Super, Jatilaba, Prembun, Tanjung 1, Tanjung 2). Kebutuhan benih untuk setiap hektar sekitar 300-400 gr.
Penyemaian Benih
Sebelum penyemaian, benih direndam dalam air hangat (50oC) atau larutan Previcur N (1cc/l air) selama 1 jam untuk menghilangkan hama dan penyakit yang menempel pada benih dan mempercepat perkecambahan. Benih ditanam di plastik semai yang sudah dilubangi bagian ujungnya dan telah diisi media semai setinggi ¾ bagian. Media semai berupa campuran tanah halus dan pupuk kandang (1:1) yang telah disterilkan dengan uap air panas selama 6 jam. Selanjutnya ditempatkan di tempat persemaian yang telah disiapkan berupa bedengan berukuran lebar 1 m dan panjang sesuai kebutuhan. Bedengan persemaian diberi naungan plastik transparan untuk melindungi bibit muda dari terpaan air hujan dan terik matahari. Sebaiknya atap naungan menghadap ke arah timur agar bibit mendapat cukup sinar matahari.Penyiraman benih dilakukan setiap pagi secukupnya, jangan terlalu lembab sebab benih menjadi lemah dan peka terhadap jamur “damping off ”. Temperatur optimum untuk pertumbuhan bibit sampai dipindahkan ke pertanaman adalah 22-25oC. Penyiangan dilakukan dengan cara mencabut agar tidak mengganggu perakaran. Sebelum ditanam, sebaiknya melakukan penguatan benih dengan cara membuka atap persemaian supaya benih menerima langsung sinar matahari dan mengurangi penyiraman secara bertahap. Penguatan benih dilakukan selama ± 7 hari.Pemindahan bibit yang sehat umur 3-4 minggu setelah semai. Pada umur tersebut bibit telah membentuk 4-5 helai daun dengan ketinggian antara 5-10 cm.
BPTP JABARBalai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Barat
20
Rekomendasi Teknologi
Waktu Tanam
Penanaman pada lahan kering sebaiknya awal musim hujan, lahan sawah akhir musim hujan, sedang pada lahan irigasi teknis akhir musim hujan (Maret-April) dan awal musim kemarau Mei-Juni).
Penggunaan Mulsa
Pemasangan mulsa dilakukan sebelum penanaman dan kebutuhan mulsa plastik ± 150 kg/ha.
Penanaman
Bibit cabai yang sehat dan telah berumur 3-4 minggu dalam plastik semai dipindahkan ke lapangan. Selanjutnya plastik semai dilepas dan bibit ditanam pada lubang yang telah disiapkan, satu bibit per lubang tanaman. Jarak tanam cabai 60 cm x 50 cm, ditanam sore hari pada saat teduh.
Sistem Tanam
Pada lahan sawah bertekstur berat (liat): sistem tanam 2-4 baris tanaman tiap bedeng, sedangkan pada lahan kering bertekstur sedang ring(double row) yang biasa dilakukan di dataran tinggi/medium.an cocok pola tanam barisan tunggal dalam guludan atau 2 baris tanaman tiap bedengan.
Pemupukan
Pupuk dasar terdiri dari pupuk organik ( pupuk kandang domba 10 ton/ha dan pupuk kandang ayam sebanyak 10 ton/ha, diberikan dua minggu sebelum tanam. Pupuk an organik Urea, ZA, dan KCl sebagai pupuk dasar diberikan sebanyak 1/3 dari total pupuk yaitu Urea 75 kg/ha, ZA 150 kg/ha, KCl 75 kg/ha. Khusus untuk pupuk SP-36 diberikan sekaligus sebagai pupuk dasar sebanyak 200 kg/ha. Pupuk an organik sebagai pupuk dasar diaplikasikan seminggu sebelum tanam. Pupuk susulan diberikan 2/3 bagian dari total kebutuhan pupuk, dibagi menjadi 10 bagian dan diaplikasikan setiap 1 minggu
Rekomendasi Teknologi
BPTP JABARBalai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Barat
21
sekali. Dosis pupuk Urea 150 kg/ha, ZA 250 kg/ha dan KCl 150 kg/ha. Aplikasi pertama dilakukan pada umur 1 bulan setelah tanam. Penggunaan pupuk majemuk NPK 15-15-15 dengan dosis 1-1,5 ton/ha, sejumlah 1000 kg/ha diberikan sebagai pupuk dasar dan diaplikasikan 1 minggu sebelum tanam. Sisanya (300-500 kg/ha) diberikan sebagai pupuk susulan dengan cara dibagi 10 bagian, dan setiap bagian diaplikasikan dengan interval waktu 1 minggu. Aplikasi pertama dilakukan pada saat tanaman berumur 1 bulan setelah tanam. Dosis Pemberian pupuk susulan dilakukan dengan cara dilarutkan dalam air 2 g/l, selanjutnya disiramkan pada lubang tanam/sekitar tanaman sebanyak 100-200 ml per tanaman. Di sawah dataran rendah, pemupukan cabai dianjurkan 150-200 kg/ha Urea, 400-500 kg/ha ZA, 150-200 kg/ha SP-36 dan 100-150 kg/ha KCl. Pupuk SP-36 diberikan seminggu sebelum tanam, sedangkan Urea, ZA, KCl diberikan 3 kali, yaitu 0, 1 dan 2 bulan setelah tanam masing-masing 1/3 dosis. Apabila menggunakan pupuk majemuk NPK 15-15-15 dengan dosis 1 ton/ha, diberikan 3 kali pada umur 0,1 dan 2 bulan sesudah tanam.
Pupuk Pelengkap
Bio-Fertilizer merupakan jenis pupuk pelengkap. Penggunaan Bio-Fertilizer tanah/akar B-F tanah/akar mengandung : Bacillus Cohan yang memenuhi kategori sebagai Rhizobacteria pendorong pertumbuhan tanaman.Cara penggunaan : 10 gr + 30 – 50 l air bersih (100 gr/ha) dan disiram/disemprot secara merata pada tanah disekitar akar tanaman. Bio-Fertilizer akar diberikan setelah tanaman bertunas atau dipersemaian, pemberian selanjutnya 15 hst dan umur 45 hst atau 10 gr + 5 –10 l air bersih dan campurkan pada 30 – 50 kg pupuk organik/pupuk kandang, diberikan pada tanah secara merata disekitar akar tanaman. • Penggunaan Bio-Fertilizer daun
Untuk merendam benih sebelum disebar atau merendam akar tanaman sebelum disemai menggunakan dosis 10 gr + 10 l air
BPTP JABARBalai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Barat
22
Rekomendasi Teknologi
bersih. Untuk tanaman 10 gr + 30 l air bersih, pemberian dengan cara disemprotkan pada daun batang, bunga dan buah sebanyak 5 kali selama periode pertumbuhan tanaman dengan interval 7 sampai dengan 15 hari tergantung jenis tanamannya.
Kebutuhan : 40 – 60 gram/ha setiap aplikasi .
Pengairan
Kebutuhan air setiap tanaman cabai selama fase pertumbuhan vegetatif sekitar 250 ml per 2 hari dan meningkat 450 ml per 2 hari pada fase pembungaan dan pembuahan. Pengairan yang biasa dilakukan adalah dengan sistem “leb” selama 15-30 menit, kemudian air dikeluarkan dari petakan. Masa kritis tanaman cabai adalah saat pertumbuhan vegetatif cepat, pembentukan bunga dan buah.
Pengendalian Gulma
Pengendalian gulma dapat dilakukan dengan cara penyiangan, penggunaan mulsa dan herbisida.
Panen
Cara panen cabai yaitu dengan dipetik dengan menyertakan tangkai buahnya. Cabai yang dipanen tanpa menyertakan tangkainya akan lebih cepat busuk bila disimpan dan mengurangi bobot hasil panen. Pemanenan biasanya dilakukan sekaligus antara cabai yang masak penuh dengan cabai yang 80-90% masak dalam satu wadah. Cabai yang terserang penyakit harus ditempatkan dalam wadah tersendiri sehingga pada saat panen diperlukan dua wadah. Buah yang rusak/sakit harus segera dipanen sebab akan menular ke cabai yang lain. Waktu panen yang baik pada pagi hari karena bobot buah dalam keadaan optimal sebagai hasil penimbunan zat-zat makanan pada malam harinya dan belum banyak mengalami penguapan.
Cabai dipanen setiap 2-3 hari sekali, tergantung kondisi pasar dan luas penanaman. Pemanenan dalam skala luas lebih dari 7 ha
Rekomendasi Teknologi
BPTP JABARBalai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Barat
23
dapat dilakukan setiap hari kalau memang pasar mengehendaki. Pada kondisi harga cabai jatuh, panen dapat ditunda sampai 5 hari sekali. Masa panen cabai berkisar antara 2-3 bulan setelah pemanenan pertama. Apabila pemanenan dilakukan dengan interval 3 hari sekali maka dalam 3 bulan akan terdapat 30 kali panen. Biasanya masa panen sampai 3 bulan termasuk juga pemanenan dari pembungaan II. Pembungaan II biasanya terjadi pada saat tanaman memasuki umur 120-130 HST. Puncak produksi biasanya terdapat pada panen ke-7 sampai ke-10, yaitu pada percabangan ke-6 sampai ke-8. Pada pemanenan ini dapat dihasilkan cabai 1,5-2,0 ton/ha. Setelah itu hasil panen mulai menunjukkan grafi k menurun.Jumlah produksi cabai ditentukan oleh populasi tanaman, pertumbuhan tanaman, dan persentase kegagalan. Dari hasil pengkajian oleh BPTP Jawa Barat yang dilaksanakan di Desa Kawali Mukti Kecamatan Kawali Kabupaten Ciamis pada tahun 2004 dapat dilihat pada Tabel 6 sebagai berikut:
Tabel 6. Rata-rata Jumlah Buah/Pohon, Berat Buah/Pohon dan Produksi Cabai Merah per Hektar di desa Kawali Mukti Kecamatan Kawali Kabupaten Ciamis Tahun 2004
VarietasJumlah buah/pohon (buah)
Berat panen/pohon(gr)
Produksi(ton/ha)
Hot Chili 77,60 a 1337 c 20,01 cTanjung-2 66,20 a 859 b 12,89 bLembang-1 149,37 b 553 a 8,30 a
Keterangan : Nilai rata-rata yang diikuti huruf sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% uji DMRT
C. KEMAMPUAN UNGGULAN DAN KEMUNGKINAN DAMPAK
NEGATIF
Teknologi PTT cabe merah mempunyai keunggulan diantaranya teknologi ini bisa diterapkan untuk skala usaha yang luas, yaitu di atas 50 hektar.
BPTP JABARBalai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Barat
24
Rekomendasi Teknologi
D. ANALISIS USAHATANI
Tabel 7. Analisis Usahatani Penerapan PTT pada Beberapa Varietas Cabai Merah
Uraian Hot Chili Tanjung-2 Lembang-1Produksi Cabai Merah (t/ha)
20,01 12,89 8,30
Nilai produksi (Rp/ha) 110.055.000 96.675.000 66.400.000Biaya produksi (Rp/ha) 38.699.000 37.919.000 37.919.000Keuntungan (Rp/ha) 71.356.000 58.756.000 28.481.000BC Ratio 1,84 1,54 0,75RC Ratio 2,84 2,54 1,75
Keterangan: Harga Cabai MerahHot Chili = Rp. 5.500 / kgTanjung 2 = Rp. 7.500 / kgLembang-1 = Rp. 8.000 / kg
Pengkaji : E. Sudjitno
Rekomendasi Teknologi
BPTP JABARBalai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Barat
25
TEKNOLOGI : TEKNOLOGI PERBENIHAN CABAI
BIDANG : Tanaman Sayuran
A. INFORMASI UMUM
Petani dapat melaksanakan penyediaan benih sendiri dengan melaksanakan penangkaran cabai merah untuk kebutuhan sendiri maupun untuk dijual ke petani lainnya. Benih sumber produksi Balai Penelitian Tanaman Sayuran (Balitsa) Lembang telah teruji dan dapat beradaptasi dengan baik adalah varietas “Tanjung 2” untuk cabai besar dan varietas “Lembang 1” untuk cabai keriting.
B. DESKRIPSI TEKNOLOGI
Persemaian dan Penanaman Tanaman Sumber Benih Benih sumber disemai di tempat persemaian beratap plastik dan menghadap ke Timur. Media persemaian berupa campuran pupuk kandang matang dan tanah dengan perbandingan 1 : 1. Sebelum disemai, benih cabai direndam dahulu selama 1 jam dengan fungisida Propamocarb konsentrasi 0,1% atau dengan air panas ± 50
0C selama semalam. Benih ditanam dengan cara
disebar pada media yang sudah diratakan, kemudian ditutup dengan tanah halus ketebalan ± 0,5 cm., media persemaian cabai ditutup dengan daun pisang atau lainnya agar tanah tetap lembab. Setelah benih berkecambah, tutup persemaian dibuka. Setelah 6-7 hari biji berkecambah, bibit dipindahkan ke bumbungan/pot-pot kecil plastik atau daun pisang, untuk meningkatkan daya adaptasi dan daya tumbuh bibit pada saat dipindahkan. Benih siap ditanam setelah berumur 7-8 minggu atau setelah bibit mempunyai 4-5 helai daun.
Penanaman a. Pengolahan dan pembersihan lahan
Lahan dicangkul sedalam 30 cm sampai gembur, kemudian tanah diratakan dan dibersihkan dari gulma dan sisa-sisa tanaman.
8
BPTP JABARBalai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Barat
26
Rekomendasi Teknologi
b. Pembuatan guludan
Pembuatan guludan di lahanLahan kering/tegalan : • Lahan dicangkul sampai gembur, buat bedengan lebar 1-1,2
m, tinggi 30 cm, dan jarak antar bedeng 50 cm, lubang tanam ukuran (50-60 cm) x (40-50 cm). Pada tiap bedengan terdapat 2 baris tanaman.
Lahan sawah : • Dibuat bedengan dengan lebar 1,5 m, parit sedalam 50 cm
dan lebar 50 cm. Tanah di atas bedengan dicangkul sampai gembur, lubang tanaman jarak tanam 50 cm x 40 cm. Pada tiap bedengan terdapat 2 baris tanaman.
Pemupukan • Pupuk dasar terdiri atas pupuk kandang 20-30 ton/ ha dan TSP
100-150 kg / ha diberikan seminggu sebelum tanam. Pupuk susulan Urea 100-150 kg / ha, ZA 300-400 kg/ha, dan KCl 150-200 kg / ha diberikan 3,6 dan 9 minggu setelah tanam.
Cara Bertanam
Penanaman sebaiknya dilakukan pada sore hari. dan waktu tanam yang tepat adalah pada akhir musim hujan atau awal musim kemarau.
Pengendalian gulma
Pengendalian gulma dapat dilakukan secara manual yaitu dengan cara penyiangan, atau dengan penyemprotan herbisida.
Panen
Tanaman cabai yang ditanam dipanen 60-80 hari setelah tanam dengan interval 3-7 hari. Di dataran tinggi biasanya waktu panen lebih lambat yaitu sekitar 4 bulan setelah tanam. Untuk memperoleh mutu benih yang baik, sebaiknya pemanenan dilakukan ketika buah sudah berwarna merah penuh.
Rekomendasi Teknologi
BPTP JABARBalai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Barat
27
Prosesing Benih
Perontokan benih dapat dilakukan secara manual untuk buah yang jumlahnya sedikit, sedang untuk jumlahnya banyak dapat digunakan alat bantu seperti penggiling daging yang telah dimodifi kasi, yaitu ujung pisau ditumpulkan untuk mengekstrak benih cabai. Benih perlu dibersihkan dengan air yang mengalir atau direndaman dalam tong/ember yang berisi air bersih, selama semalam. Kemudian dicuci dengan air yang bersih. Prosesing benih cabai dengan cara manual diperoleh benih dengan kualitas yang lebih baik, warna kuning jerami, kerusakan tidak ada dan daya kecambah lebih tinggi. Kelemahannya adalah waktu prosesing lebih lama dibandingkan dengan prosesing benih dengan menggunakan bantuan alat. Setelah prosesing, benih dikeringkan dengan cara diangin-anginkan tidak di bawah sinar matahari langsung, atau dengan cara dikeringkan di ruang pengering suhu 34
0C selama kurang
lebih 5-6 hari. Sortasi atau pemilihan benih yang berukuran normal dan bernas. Untuk menghindari adanya penyakit atau hama yang terbawa dari lapangan atau selama penyimpanan, benih dapat diberi perlakukan pestisida bahan aktif Metalaxyl 0,2%. Penyimpanan jangka panjang, sebaiknya benih dikeringkan sampai kadar airnya 7-8 %. Benih disimpan dalam kantung almunium foil atau dalam wadah yang terbuat dari kaca atau metal. Tempat penyimpanan benih harus tertutup rapat agar udara tidak masuk ke dalam wadah tersebut.
BPTP JABARBalai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Barat
28
Rekomendasi Teknologi
C. ANALISIS USAHATANI
Tabel 8. Analisis Usahatani Perbenihan Cabai.Uraian Teknologi Perbenihan (Tanjung-2)
Produksi benih (kg/ha) 50Nilai produksi (Rp/ha) 150.000.000Biaya produksi (Rp/ha) 48.240.000Keuntungan (Rp/ha) 101.760.000BC Ratio 2,12RC Ratio 3,12
Keterangan: Harga Cabe = Rp. 30.000/kg
Pengkaji : Endjang Sujitno
Rekomendasi Teknologi
BPTP JABARBalai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Barat
29
TEKNOLOGI : TEKNOLOGI PERBENIHAN KRISAN BIDANG : Tanaman Hias
A. INFORMASI UMUM
1. Tujuan pengembangan teknologi:• Meningkatkan produksi dan kualitas benih krisan
2. Sasaran pengguna:• Penangkar/petani benih krisan
3. Skala usaha yang didukung:• 500 m2
4. Sasaran agroekosistem:• Lahan Dataran Tinggi
5. Prasyarat teknis:• Harus ada rumah lindung• Lokasi perbenihan krisan dekat dengan sumber air bersih
dan tersedia listrik. • Ketinggian tempat berkisar antara 400-1.200 m dpl dengan
kemiringan < 10% dan suhu rata-rata 15-28 oC serta kelembaban udara antara 60-85 %.
• Lokasi perbenihan krisan terpisah dengan lokasi produksi
B. DESKRIPSI TEKNOLOGI
1. Bahan dan alat:
• Stek pucuk berakar• Pupuk organic (pupuk kandang / kompos) dan Pupuk
anorganik (NPK, Pupuk daun)• ZPT / Zat Perangsang Akar• Kapur Pertanian (Kaptan)• Pestisida, fungisida, dan bakterisida• Alkohol 70%• Yellow trap
9
BPTP JABARBalai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Barat
30
Rekomendasi Teknologi
• Paranet 50-60 % cahaya• Arang sekam • Sarana listrik (kabel, bola lampu, stop kontak, timer,
gantungan lampu)• Sarana irigasi (pompa air, bak penampungan, paralon,
emrat, sarana irigasi lainnya)• Alat pengolahan tanah (cangkul, garpu tanah)• Tugal• Hand sprayer• Alat panen (Pisau cutter dan gunting stek)• Wadah • Bak pengakaran• Kantong plastic bening berlubang• Kardus berlubang
2. Prosedur kerja:
Seluruh kegiatan perbenihan krisan dilakukan didalam rumah lindung dengan tahapan kegiatan yang dilakukan adalah:a. Penyiapan lahan dan Penanaman Tanaman Induk
• Lahan dibersihkan dari gulma dan sisa-sisa tanaman sebelumnya, kemudian diolah sedalam 30 cm untuk memperbaiki aerasi tanah.
• Pemberian kapur pertanian sesuai dengan dosis anjuran
• Bersamaan dengan pengolahan tanah, berikan pupuk organic dan anorganik sesuai dengan dosis anjuran
b. Pemeliharaan Tanaman Induk• Penanaman tanaman induk dilakukan 7 hari setelah
pupuk dasar dengan menggunakan tugal kedalaman 2-3 cm, jarak tanam 20 x 20 cm, penanaman dilakukan sore hari.
Rekomendasi Teknologi
BPTP JABARBalai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Barat
31
• Pemberian cahaya tambahan 4 jam setiap hari sejak ditanam hingga tanaman induk tidak berproduksi. Penyinaran bisa diberikan pukul 22:00-02:00 atau pukul 23:00-03:00. Metoda pemberian cahaya bisa secara terus-menerus atau siklik (10 menit hidup dan 20 menit mati atau 15 menit hidup dan 15 menit mati)
• Penyiraman minimal 2-3 hari sekali dengan menggunakan emrat. Usahakan agar air siraman tidak mengotori daun.
• Pemupukan dasar diberikan sebelum tanam: pupuk kandang 3 ton/hektar, Urea 200 kg/ha, KCl 350 kg/ha, SP36 300 kg/ha; sedangkan pemupukan susulan setelah tanaman berumur 2 minggu dan dilakukan sebulan sekali dengan menggunakan KNO3 50 kg/ha. Pupuk cair diberikan 1 kali seminggu sampai tanaman tidak berproduksi dengan pengenceran 1-2 cc/liter air.
• Pada saat tanaman masih muda penyiangan dilakukan sesering mungkin, namun bila tajuk tanaman sudah lebat, penyiangan dilakukan 3 minggu sekali.
• Pengendalian OPT dengan pestisida sebaiknya selektif dengan konsentrasi dan dosis sesuai anjuran yang tercantum dalam label kemasan produk.
c. Panen Stek Pucuk Krisan• Kurang lebih 15 HST, Stek pucuk pertama diambil ketika
tanaman induk telah mempunyai 6-7 daun sempurna. Penyetekan dengan menggunakan pisau atau gunting stek yang tajam dan steril.
• Cara panen setek dengan memotong pucuk tanaman di atas daun ke 4 dari pangkal bawah dan setek telah mempunyai 2-3 daun sempurna.
• Pisau atau gunting setek setiap melakukan pemotongan dicelupkan kedalam alcohol 70%.
• Memanen setek dilakukan setelah tunas lateral
BPTP JABARBalai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Barat
32
Rekomendasi Teknologi
mempunyai 5-6 daun sempurna, tunas tersebut disetek dengan memotong batang tunas diatas daun ke 4 dari pangkal tunas.
• Setek yang telah dipanen diseragamkan panjangnya dengan ukuran 6-7 cm dan mempunyai 2-3 daun sempurna.
d. Pengakaran Setek• Untuk pengakaran setek disiapkan terlebih dahulu bak
pengakaran dan rak penyangga setinggi 0,8-1 meter. Memasang paranet yang dapat menyaring 50-60% cahaya pada bagian atas bak pengakaran.
• Media pengakaran berupa arang sekam, dihamparkan didalam bak sampai penuh dengan ketebalan 5-10 cm, sebelum melakukan penanaman stek, media dibasahi dengan menggunakan air bersih.
• Ujung pangkal setek dicelupkan pada pasta ZPT (zat perangsang akar) kemudian ditanam dengan kedalaman 1-1,5 cm dengan jarak tanam 2 x 2 cm
• Dilakukan penyiraman 2-3 hari sekali hingga setek siap ditanam. Pengakaran setek berlangsung 14-21 hari.
• Setek berakar disortasi kelayakannya dengan criteria: perakaran lebat dan sehat, tidak ada inisiasi pembungaan awal, tidak ada gejala klorosis, tidak kerdil dan berbatang kuat, tidak terdapat serangan hama dan penyakit.
C. KEMAMPUAN/KEUNGGULAN DAN KEMUNGKINAN DAMPAK
NEGATIF
1. Kemampuan/keunggulan:• Kwalitas benih krisan lebih bagus • Masa produksi tanaman induk bisa lebih lama (diatas 4
bulan)• Tanaman induk mampu memproduksi 50 setek / tanaman
Rekomendasi Teknologi
BPTP JABARBalai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Barat
33
2. Kemungkinan dampak negatif/kelemahan:• Apabila lampu mati maka akan menghasilkan benih dengan
kualitas yang jelek• Karena umur benih sangat singkat maka keterlambatan
pemasaran benih (setek berakar) akan kedaluwarsa.
D. ANALISIS USAHA TANI
Tabel 9. Analisis Usahatani Perbenihan Krisan.Uraian Dengan Perlakuan Tanpa Perlakuan
Produksi Bibit (batang) 320.000 200.000Nilai produksi (Rp/ha) 32.000.000 20.000.000Biaya produksi (Rp/ha) 8.104.000 10.742.200Keuntungan (Rp/ha) 11.896.000 21.257.800RC Ratio 2,57 2,98MBCR 2,76
Keterangan: Harga bibit Krisan = Rp. 100/btg
Pengkaji: Sri Olyndriana Dewi, Ratna Sari dan Alan Budi Kusumah
BPTP JABARBalai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Barat
34
Rekomendasi Teknologi
TEKNOLOGI : PEMBERIAN UREA MOLASES SERBUK UNTUK
PENGGEMUKAN TERNAK DOMBA
BIDANG : Peternakan
A. Informasi Umum
1. Tujuan pengembangan Teknologi
Pakan tambahan (suplemen)”Urea molases” harganya relatif murah, bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan protein, mineral dan vitamin. Pemberian urea dalam pakan harus diimbangi pemberian karbohidrat seperti dedakdaan diberikan bersama-sama dengan mineral dan vitamin yang dibutuhkan domba dalam bentuk urea molasses.
2. Sasaran PenggunaPeternakan tradisional dengan skala usaha yang dianjurkan skala ekonomis pemilikan minimal 8 ekor.
B. Deskripsi Teknologi
1. Komposisi Bahan-bahan pembuatan “Urea Molases”
Tabel 9. Komposisi Bahan Urea MolasesNo. Bahan Komposisi (%)
1 Molases (tetes) 302 Dedak halus 163 Bungkil kelapa 154 Onggok (ampas singkong) kering 115 Kapur pertanian (Kaptan) 86 Garam 77 Tepung tulang 78 Urea 59 Mineral mix (Premix) 1
Jumlah 100
1010
Rekomendasi Teknologi
BPTP JABARBalai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Barat
35
2. Peralatan dan Kegunaannya :
• Timbangan, • Kompor • Wajan dan pengaduk (susuk), • Ember “jolang” • Tampah (nyiru) • Kantong plastik
3. Cara Pembuatan
• Timbang bahan bahan sesuai dengan jumlah yang dikehendaki sesuai takaran di atas.
• Campur hingga merata bahan-bahan seperti : molases, dedak, bungkil kelapa, onggok, kapur, garam, tepung tulang.
• Panaskan bahan-bahan tersebut sambil terus diaduk agar merata panasnya selama 10-15 menit (suhu 800C). Bahan harus sering diaduk agar tidak gosong. Untuk menghidari, rasa pahit urea molases
• Dinginkan bahan-bahan tersebut beberapa saat agar suhu turun sampai suhu 30 0C (hangat).
• Campurkan urea dan mineral mix ke dalam bahan-bahan tersebut.
• Dinginkan urea molasses.• Urea molases siap digunakan, atau dikemas dan disimpan.
4. Pengemasan dan Penyimpanan
Bahan pengemas yang biasa digunakan adalah kantong plastik transparan berwarna bening. Pakan urea molases dimasukan ke dalam kantong plastik dan ikat rapat.
BPTP JABARBalai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Barat
36
Rekomendasi Teknologi
5. Cara Membedakan Mutu Urea Molases
No Uraian Bermutu Tidak Bermutu1. Warna Coklat matang Belang, berbintik putih2. Bau Aroma khas molases Busuk, tengik3. Rasa Asam, manis, gurih Sangat asam4. Bentuk (tekstur) Remah Bergumpal, basah/
berlendir
Urea molases diberikan sebanyak 2 sdm (50 gram) ekor/hari. Bahan “urea molasses” meningkatkan berat badan domba antara 2-5 kg/ekor/bulan.
C. Kemampuan/Keunggulan dan Kemungkinan Dampak
Negatif
1. Kemampuan/Keunggulan
• Palatabilitas (nafsu makan) ternak dan pertambahan berat badan meningkat
2. Kemungkinan dampak negatif/kelemahan• Pada,Efek pemberian UMB tidak nampak, bila ternak diberi
ransum kaya proteinTabel 10. Analisis Usaha Tani Pembuatan Urea Molases Serbuk
No. Bahan Satuan(kg)
Harga (Rp.)
Jumlah (Rp.)
1. Molases (tetes) 30 4.000 120.000
2. Dedak halus 16 2.000 32.0003. Bungkil kelapa 15 5.000 75.0004. Onggok (ampas singkong) kering 11 1.000 11.0005. Kapur pertanian (Kaptan) 8 3.000 24.0006. Garam 7 2.500 17.5007. Tepung tulang 7 10.000 70.000
8. Urea 5 2.000 10.000
9. Mineral mix (Premix) 1 9.000 9.000
Jumlah 100 368.500
Rekomendasi Teknologi
BPTP JABARBalai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Barat
37
Tabel 11. Analisis Usaha Penggemukan Domba Jantan selama 3 Bulan per Ekor
No. Uraian Kontrol tanpa pemberian UMS
Perlakuan dengan UMM
50 gr/ekor/hari 1. Biaya Produksi Bakalan per ekor 600.000 600.000 Hijauan 72000 72000 Pakan tambahan 0 16.000 Tenaga kerja 36.000 36.000 Jumlah 708.000 724.0002. Pendapatan/penerimaan per
ekor (Rp) Harga Jual Domba 850.000 950.000
Keuntungan selama 2 bulan per ekor 142.000 226.000
R/C 1,20 1,31B/C 0,20 0,31
Penulis : - Eriawan Bekti dan Sumarno Tedy
BPTP JABARBalai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Barat
38
Rekomendasi Teknologi
1111TEKNOLOGI : JERAMI FERMENTASI SEBAGAI SUMBER PAKAN
SERAT UNTUK SAPI
BIDANG : Peternakan
A. INFORMASI UMUM
1. Tujuan Pengembangan Teknologi:• Pemanfaatan dan menyediakan pakan hijauan dan limbah
pertanian berserat• Efi siensi waktu dalam penyediaan pakan
2. Sasaran pengguna:Peternak sapi (perah/potong) skala kecil dan menengah
3. Skala usaha yang didukung:Skala kecil, menengah (1-20 ekor)
4. Prasyarat teknis• Bangunan sederhana untuk gudang penyimpanan jerami
fermentasi• Pakan penguat diberikan sesuai kebutuhan
B. DESKRIPSI TEKNOLOGI
1. Bahan dan alat:Bahan :• Jerami kering• Bahan untuk memebantu proses fermentasi pakan (Probion/
Trychoderma)• UreaAlat :
Bangunan beratap, tidak kena air hujan dan alas panggung dari bambu/kayu
2. Prosedur kerja:jerami kering dikumpulkan pada tempat yang disediakan
Rekomendasi Teknologi
BPTP JABARBalai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Barat
39
• Setiap 1 ton bahan memerlukan 2,5 kg probion dan 2,5 kg urea (dicampurkan, diaduk)
• tumpuk jerami secara berlapis setebal 20 cm, kemudian teburi campuran Probion urea
• kemudian buat lapisan kedua dan taburi lagi bahan yang sama
• tumpukan dapat mencapai 2 meter atau lebih sesuai kebutuhan
• Proses pengolahan pakan fermentasi sampai matang berlangsung selama 21 hari
• Penyajian yang baik : jerami dipotong-potong (dichopper) 2-3 cm, campur dengan konsentrat
• dan diberi sedikit air agar lembab (Total Mix Ration).
C. KEMAMPUAN/KEUNGGULAN DAN DAMPAK NEGATIF
1. Kemampuan/Keunggulan:• Menyediakan cadangan (stock) pakan serat sepanjang
tahun• Efi siensi waktu dalam penyediaan pakan
2. Kemungkinan dampak negative/kelemahan• Tidak ada • Adaptasikan ternak dengan jenis pakan baru 14-30 hari
D. ANALISIS BIAYA PEMBUATAN JERAMI FERMENTASI
Tabel 12. Analisis Biaya Pembuatan Jerami Fermentasi
Biaya Harga /satuan Jumlah
Jerami kering 1 mobil bak (900 kg) 350.000Probion 25.000 62.500Urea 5.000 5.000Tenaga kerja 50.000Penyusutan 50.000
517.500Catatan : Harga per kg jerami Fermentasi : Rp.517.500/900 = Rp. 575/kg
BPTP JABARBalai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Barat
40
Rekomendasi Teknologi
Tabel 13. Analisis Ekonomis Uji Coba Penggunaan Jerami Fermentasi pada Sapi Perah
Uraian Jerami Segar Jerami fermentasiProduksi Susu (kg) setiap hari
10,3 11,2
Nilai produksi (Rp/ha) 29.870 32.480Biaya produksi (Rp/ha) 23.000 22.775Keuntungan (Rp/ha) 6.870 9.633RC Ratio 1,29 1,42
Keterangan: Harga susu Rp 2.900/kg
Pengkaji : Dr. Budy Haryanto,