Iron (Fe) Deficiency Anemia

28
IRON (FE) DEFICIENCY ANEMIA Presented by Listyono Wahid Rhomadani / 0808015009 Ery Irawan / 0708015017 Consultant dr. William S. Tjeng, Sp. A March 20 th , 2013

description

hbvhvbvvhj

Transcript of Iron (Fe) Deficiency Anemia

IRON (FE) DEFICIENCY ANEMIA

Presented by

Listyono Wahid Rhomadani / 0808015009

Ery Irawan / 0708015017

Consultant dr. William S. Tjeng, Sp. A

March 20th, 2013

PENDAHULUAN

► Anemia defisiensi besi (ADB) adalah anemia yang timbul akibat kosongnya cadangan besi tubuh (depleted iron store) sehingga penyediaan besi untuk eritropoesis berkurang, yang pada akhirnya pembentukan hemoglobin (Hb) berkurang.

► Beberapa zat gizi yang diperlukan dalam pembentukan sel darah merah adalah zat besi, vitamin B12 dan asam folat, sejumlah kecil vitamin C, keseimbangan hormone, eritroprotein.

► Tanpa zat gizi dan hormone tersebut, pembentukan sel darah merah akan berjalan lambat dan tidak mencukupi, dan selnya bisa memiliki kelainan bentuk dan tidak mampu mengangkut oksigen sebagaimana mestinya.

EPIDEMIOLOGI

► Diperkirakan 30% penduduk dunia menderita anemia dan lebih dari 50% penderita ini adalah ADB dan terutama mengenai bayi, anak sekolah, ibu hamil dan menyusui.

► Di Indonesia masih merupakan masalah gizi utama selain kekurangan kalori protein, vitamin A dan yodium. Penelitian di Indonesia mendapatkan prevalensi ADB pada anak balita sekitar 30 - 40%, pada anak sekolah 25 - 35%.

► ADB mempunyai dampak yang merugikan bagi kesehatan anak berupa gangguan tumbuh kembang, penurunan daya tahan tubuh dan daya konsentrasi serta kemampuan belajar sehingga menurunkan prestasi belajar di sekolah.

METABOLISME ZAT BESI

METABOLISME ZAT BESI

METABOLISME ZAT BESI

PATOFISIOLOGI

► Tahap I : Jika cadangan besi menurun, keadaan ini disebut keseimbangan zat besi yang negatif, yaitu tahap deplesi besi (iron depleted state). Keadaan ini ditandai oleh penurunan kadar feritin serum, peningkatan absorbsi besi dalam usus, serta pengecatan besi dalam sumsum tulang negatif.

PATOFISIOLOGI

► Tahap II : Apabila kekurangan besi berlanjut terus maka cadangan besi menjadi kosong sama sekali, penyediaan besi untuk eritropoesis berkurang sehingga menimbulkan gangguan pada bentuk eritrosit tetapi anemia secara klinis belum terjadi. Keadaan ini disebut sebagai iron deficient erythropoiesis. Pada fase ini kelainan pertama yang dijumpai adalah peningkatan kadar free protophorphyrin atau zinc protophorphyrin dalam eritrosit. Saturasi transferin menurun dan kapasitas ikat besi total (total iron binding capacity = TIBC) meningkat, serta peningkatan reseptor transferin dalam serum.

PATOFISIOLOGI

► Tahap III : Apabila penurunan jumlah besi terus terjadi maka eritropoesis semakin terganggu sehingga kadar hemoglobin mulai menurun. Akibatnya timbul anemia hipokromik mikrositik, disebut sebagai anemia defisiensi besi (iron deficiency anemia).

ETIOLOGI

► Anemia defisiensi besi dapat disebabkan oleh rendahnya masukan besi, gangguan absorpsi, serta kehilangan besi akibat perdarahan menahun.

ETIOLOGI

► Faktor nutrisi akibat kurangnya jumlah besi total dalam makanan, atau kualitas besi (bioavaibilitas) besi yang tidak baik (makanan banyak serat, rendah vitamin C, dan rendah daging. Kebutuhan besi meningkat seperti pada prematuritas, anak dalam masa pertumbuhan dan kehamilan.

ETIOLOGI

► Gangguan absorpsi besi gastrektomi, tropical sprue atau kolitis kronik. Pada orang dewasa, anemia defisiensi besi yang dijumpai di klinik hampir identik dengan perdarahan menahun. Faktor nutrisi atau peningkatan kebutuhan besi jarang sebagai penyebab utama.

► Penyebab perdarahan paling sering pada laki-laki ialah perdarahan gastrointestinal, di negara tropik paling sering karena infeksi cacing tambang.

MANIFESTASI KLINIS

► Gejala umum anemia disebut juga sebagai sindrom anemia (anemic syndrome) dijumpai pada anemia defisiensi besi apabila kadar hemoglobin kurang dari 7-8 g/dl.

► Gejala ini berupa badan lemah, lesu, cepat lelah, mata berkunang-kunang.

► Pada pemeriksaan fisik dijumpai pasien yang pucat, terutama pada konjungtiva dan jaringan di bawah kuku.

► Pada umumnya sudah disepakati bahwa bila kadar hemoglobin < 7 gr/dl maka gejala-gejala dan tanda-tanda anemia akan jelas.

MANIFESTASI KLINIS

► Gejala yang khas dijumpai pada defisiensi besi, tetapi tidak dijumpai pada anemia jenis lain adalah koilonychia, yaitu kuku sendok (spoon nail), kuku menjadi rapuh, bergaris-garis vertikal dan menjadi cekung sehingga mirip sendok.

► Atrofi papil lidah, yaitu permukaan lidah menjadi licin dan mengkilap karena papil lidah menghilang.

► Stomatitis angularis, yaitu adanya keradangan pada sudut mulut sehingga tampak sebagai bercak berwarna pucat keputihan.

PEMERIKSAAN LABORATORIUM

► Hemoglobin (Hb)

► Indeks Eritrosit

► Hapusan Darah Perifer

► Red Distribution Wide

► Eritrosit Protoporfirin

► Serum Iron

► Serum Transferin

► Transferin Saturation

► Serum Feritin

INDEKS ERITROSIT

► Mean Corpusculer Volume (MCV) adalah volume rata-rata eritrosit, MCV akan menurun apabila kekurangan zat besi semakin parah, dan pada saat anemia mulai berkembang. MCV merupakan indikator kekurangan zat besi yang spesiflk setelah thalasemia dan anemia penyakit kronis disingkirkan. Dihitung dengan membagi hematokrit dengan angka sel darah merah. Nilai normal 70-100 fl, mikrositik < 70 fl dan makrositik > 100 fl.

► Mean Corpuscle Haemoglobin (MCH) adalah berat hemoglobin rata-rata dalam satu sel darah merah. Dihitung dengan membagi hemoglobin dengan angka sel darah merah. Nilai normal 27-31 pg, mikrositik hipokrom < 27 pg dan makrositik > 31 pg.

► Mean Corpuscular Haemoglobin Concentration (MCHC) adalah konsentrasi hemoglobin eritrosit rata-rata. Dihitung dengan membagi hemoglobin dengan hematokrit. Nilai normal 30-35% dan hipokrom < 30%.

RED DISTRIBUTION WIDE

► Kenaikan nilai RDW merupakan manifestasi hematologi paling awal dari kekurangan zat besi, serta lebih peka dari besi serum, jenuh transferin, ataupun serum feritin. MCV rendah bersama dengan naiknya RDW adalah pertanda meyakinkan dari kekurangan zat besi, dan apabila disertai dengan eritrosit protoporphirin dianggap menjadi diagnostik. Nilai normal 15 %.

SERUM IRON

► Besi serum peka terhadap kekurangan zat besi ringan, serta menurun setelah cadangan besi habis sebelum tingkat hemoglobin jatuh.

SERUM TRANSFERIN

► Transferin adalah protein tranport besi dan diukur bersama -sama dengan besi serum. Serum transferin dapat meningkat pada kekurangan besi dan dapat menurun secara keliru pada peradangan akut, infeksi kronis, penyakit ginjal dan keganasan.

SERUM FERITIN

► Serum feritin adalah suatu parameter yang terpercaya dan sensitif untuk menentukan cadangan besi orang sehat.

► Serum feritin secara luas dipakai dalam praktek klinik dan pengamatan populasi.

► Serum feritin < 12 ug/l sangat spesifik untuk kekurangan zat besi, yang berarti kehabisan semua cadangan besi, sehingga dapat dianggap sebagai diagnostik untuk kekurangan zat besi.

► Rendahnya serum feritin menunjukan serangan awal kekurangan zat besi, tetapi tidak menunjukkan beratnya kekurangan zat besi karena variabilitasnya sangat tinggi.

DIAGNOSIS

Penegakkan diagnosis anemia defisiensi besi dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang diteliti disertai pemeriksaan laboratorium yang tepat. Secara laboratorik untuk menegakkan diagnosis anemia defisiensi besi dapat dipakai kriteria diagnosis anemia defisiensi besi sebagai berikut :

► Adanya riwayat perdarahan kronis atau terbukti adanya sumber perdarahan.

► Laboratorium menurut WHO : Hb kurang dari normal, MCHC < 31 %, Fe serum < 50 Ug/dL, saturasi transferin < 15 %.

► Tidak terdapat Fe dalam sumsum tulang (sideroblast).

► Adanya respons yang baik terhadap pemberian Fe.

DIAGNOSIS BANDING

Anemia defisiensi besi perlu dibedakan dengan anemia hipokromik lainnya, seperti :

► Thalasemia (khususnya thallasemia minor) : Hb A2 meningkat, Feritin serum dan timbunan Fe tidak turun.

► Anemia karena infeksi menahun : Biasanya anemia normokromik normositik. Kadang-kadang terjadi anemia hipokromik mikrositik. Feritin serum dan timbunan Fe tidak turun.

► Keracunan timah hitam (Pb) : terdapat gejala lain keracunan Pb.

► Anemia sideroblastik : terdapat ring sideroblastik pada pemeriksaan sumsum tulang.

PENATALAKSANAAN

► Terapi kausal: tergantung penyebabnya,misalnya : pengobatan cacing tambang, pengobatan hemoroid. Terapi kausal harus dilakukan, kalau tidak maka anemia akan kambuh kembali.

► Pemberian preparat besi untuk mengganti kekurangan besi dalam tubuh :

► Besi per oral merupakan obat pilihan pertama karena efektif, murah, dan aman.

► Dosis: 4-6 mg besi elemental / kgBB / hari dibagi 3 dosis diberikan diantara waktu makan selama 2-3 bulan hingga kadar Hb kembali normal. Dosis dihitung berdasarkan kandungan besi elemental yang ada dalam garam ferous,yaitu sebanyak 20 %.

PENATALAKSANAAN

► Besi parenteral : dengan preparat dekstran besi yang mengandung 50 mg / mL. Dihitung dengan rumus :

Dosis besi (mg) = BB (kg) x kadar Hb yang diinginkan (g/dL) x 2,5

Efek samping lebih berbahaya, serta harganya lebih mahal. Indikasi, yaitu Intoleransi oral berat, kepatuhan berobat kurang, kolitis ulserativa, perlu peningkatan Hb secara cepat (misal preoperasi, hamil trimester akhir).

PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan yang juga dapat dilakukan : ► Kausatif : Mengatasi penyebab perdarahan kronik, misalnya pada

ankilostomiasis diberikan antelmintik yang sesuai.

► Bedah : Untuk penyebab yang memerlukan intervensi bedah seperti perdarahan karena diverticulum Meckel.

► Suportif : Makanan gizi seimbang terutama yang megandung kadar besi tinggi yang bersumber dari hewani (limfa, hati, daging) dan nabati (bayam, kacang-kacangan).

PENCEGAHAN

► Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang gizi dan jenis makanan yang mengandung kadar besi yang tinggi dan absorpsi yang lebih baik misalnya ikan, hati dan daging.

► Kandungan besi dalam ASI lebih rendah dibandingkan dengan susu sapi tetapi penyerapan/bioavailabilitasnya lebih tinggi (50%). Oleh karena itu pemberian ASI ekslusif perlu digalakkan dengan pemberian suplementasi besi dan makanan tambahan sesuai usia.

► Penyuluhan mengenai kebersihan lingkungan untuk mengurangi kemungkinan terjadinya infeksi bakteri/infestasi parasit sebagai salah satu penyebab defisiensi besi.

► Upaya umum untuk pencegahan kekurangan besi adalah dengan cara meningkatkan konsumsi Fe, fortifikasi bahan makanan, dan suplementasi untuk menanggulangi di daerah dengan prevalensi tinggi.

PROGNOSIS

► Prognosis baik jika penyebab anemia hanya karena kekurangan besi saja dan diketahui penyebabnya serta kemudian dilakukan penanganan yang adekuat. Gejala anemia dan manifestasi lainnya akan membaik dengan pemberian preparat besi.

TERIMAKASIH

► Presented by

► Listyono Wahid Rhomadani / 0808015009

► Ery Irawan / 0708015017

March 20th, 2013