Ira Skripsi
-
Upload
christopher-mcdonald -
Category
Documents
-
view
50 -
download
0
Transcript of Ira Skripsi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Dewasa ini banyak penyakit yang terjadi pada wanita salah satunya
adalah kanker serviks. Penyakit kanker serviks atau kanker pada leher rahim
adalah penyakit dengan prevalensi angka kejadian yang cukup besar yang di
temukan pada kaum perempuan, pada usia lanjut dapat menyebabkan kematian
dalam jangka waktu yang cepat (Suyogo, 2006).
Kematian tersebut diakibatkan karena kebanyakan pasien yang
berobat berusia 40 – 50 tahun. Namun ada pula penderita kanker serviks yang
usianya 20 – 30 tahun, hanya saja pasien tersebut sudah di diagnosa menderita
kanker serviks karena menikah di usia dini yaitu pada usia 14 tahun yaitu pada
usia dimana kondisi serviks masih belum matur (matang). Tingginya angka
penderita kanker serviks di sebabkan masih sedikitnya wanita yang mau
menjalankan pemeriksaan Pap Smear karena di sebabkan ketidaktahuan fungsi
dan manfaat pemeriksaan tersebut, hanya 5% wanita yang mau melakukan
pemeriksaan Pap Smear dari wanita yang seharusnya wajib memeriksakan diri
(Purbadi, 2005).
Pada dasarnya Pap Smear dapat mendeteksi sampai 90% kasus kanker
serviks secara akurat dan dengan biaya yang tidak terlalu mahal sehingga
angka kematian perempuan akibat kanker serviks pun akan
2
bisa menurun sampai lebih dari 50% (Suyogo,2006). Di beberapa negara maju,
skrining kanker leher rahim dengan tes Pap Smear secara luas terbukti mampu
menurunkan angka kejadian kanker leher rahim sehingga 90% dan menurunkan
angka kematian hingga 70-80%. Keberhasilan ini diraih berkat kemampuan
pemeriksaan skrining Pap Smear yang mengenali adaya lesi prakanker pada
leher rahim. Setiap tahunnya 10.000.000 orang di dunia di diagnosis mengidap
kanker. Di perkirakan angka ini akan meningkat menjadi 15 juta orang di tahun
2020 (Depkes RI, 2009).
Sedangkan di Indonesia penyakit kanker serviks merupakan penyakit
jenis kanker yang sering terjadi pada perempuan selain kanker payudara. Data
menunjukkan saat ini 53,33% dari 15 ribu pasien baru kanker serviks di
Indonesia mengalami kematian. Sehingga di perkirakan setiap jam ada 1 orang
perempuan Indonesia yang meninggal karena kanker serviks (Depkes RI,2009).
Menurut Yatim (2005) menyatakan Insidensi kanker serviks, perkiraan
Departemen Kesehatan 1% penduduk/tahun, sedangkan dari data laboratorium
patologi anatomi seluruh Indonesia maupun di Rumah sakit Umum Nasional
Dr Cipto Mangunkusumo (RSCM) diketahui bahwa persentase penderita
kanker serviks yang datang pada stadium awal (IA-IIA) hanya 28,6%
selebihnya datang pada stadium lanjut yaitu pada stadium IIB-IVB 66,4% dan
stadium IIIB 37,3%.
Lain halnya yang terjadi di Nanggroe Aceh Darusalam, jumlah
penderita kanker serviks pada tahun 2009 tercatat 475 kasus, tahun 2010
3
sebanyak 548 kasus dan tahun 2011 sebanyak 861 kasus. Dari data ini
menunjukkan ada peningkatan kasus dari tahun ke tahun (Irmayanti, 2011).
Data yang diperoleh dari Poli Kebidanan Rumah Sakit Umum Dr.
Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2013 dari bulan Januari sampai bulan Maret
terdapat 284 ibu yang berkunjung ke Poli Kebidanan Rumah Sakit Umum Dr.
Zainoel Abidin Banda Aceh sebesar 59 (21%) ibu yang melakukan
pemeriksaan Pap Smear. Rendahnya minat ibu untuk melakukan pemeriksaan
Pap Smear, 20 ibu (34%) dikarenakan kurangnya pengetahuan ibu tentang
keuntungan melakukan pemeriksaan Pap Smear, 17 (29%) pendidikan ibu
menengah ke bawah, dan 22 ibu (37%) dikarenakan umur ibu yang masih
muda (RSUZA, 2013)
Berdasarkan survey awal yang dilakukan di Rumah Sakit Umum
Daerah Dr. Zainoel Abidin Di Poli Kebidanan pada bula Mei Tahun 2013.
Terdapat 10 orang ibu yang telah melakukan pemeriksaan Pap Smear, 6 (60%)
diantaranya tidak melakukan kunjungan ulang setelah pemeriksaan Pap Smear
dikarenakan kurangnya pengetahuan, salah satu faktor kurangnya pengetahuan
tersebut adalah pendidikan ibu tamatan SMP. Selain kurangnya pengetahuan
dan rendahnya pendidikan, faktor lain yang mempengaruhi ibu dikarenakan
kurangnya informasi yang di dapat ibu baik dari media cetak maupun media
elektronik. 4 (40%) ibu lainnya melakukan kunjungan ulang setelah
pemeriksaan pap smear dikarenakan pengetahuan ibu-ibu tersebut sudah baik,
di mana pendidikan ibu tersebut tamatan SMA dan ibu banyak mendapatkan
informasi baik dari tenaga kesehatan maupun dari media lain.
4
Berdasarkan fenomena diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai Hubungan Karakteristik Sikap Ibu Usia Reproduktif
Terhadap Pemeriksaan Papanicolau Smear (Pap Smear) Di Rumah Sakit
Umum Daerah Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2013.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat di rumuskan
masalah penelitian yaitu “Apakah ada hubungan karakteristik ibu usia
reproduktif tentang pemeriksaan papanicolau smear (Pap Smear) di
Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun
2013?”
C. Tujuan penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan karakteristik ibu usia reproduktif terhadap
pemeriksaan papanicolau smear (Pap Smear) di Rumah Sakit Umum
Daerah Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2013.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui hubungan pengetahuan ibu dengan pemeriksaan papanicolau
smear (Pap Smear) di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Zainoel Abidin
Banda Aceh Tahun 2013
b. Mengetahui hubungan pendidikan ibu dengan pemeriksaan papanicolau
smear (pap smear) di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Zainoel Abidin
Banda Aceh Tahun 2013
5
c. Mengetahui hubungan umur ibu dengan pemeriksaan papanicolau smear
(Pap Smear) di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Zainoel Abidin Banda
Aceh Tahun 2013
d. Mengetahui hubungan sumber informasi ibu dengan pemeriksaan
papanicolau smear (Pap Smear) di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.
Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2013
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti
Menambah pengetahuan, pengalaman dan wawasan tentang
hubungan sumber informasi ibu dengan pemeriksaan papanicolau smear
(Pap Smear) di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh
Tahun 2013
2. Bagi Tempat Penelitian
Dapat menambah informasi, pengetahuan dan pemahaman tentang
hubungan sumber informasi ibu dengan pemeriksaan papanicolau smear
(Pap Smear) di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh
3. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat menambah literatur atau bacaan sebagai bahan kajian dalam
meningkatkan pengetahuan mahasiswi tentang hubungan sumber informasi
ibu dengan pemeriksaan papanicolau smear (Pap Smear) di Rumah Sakit
Umum Daerah Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.
6
E. Keaslian Penelitian
Penelitian ini sebelumnya pernah di teliti oleh Amalia Riswandari
dengan judul faktor-faktor yang mempengaruhi pemeriksaan Pap Smear pada
tenaga kesehatan di Rumah Sakit Umum Mangunredjo tahun 2009. Populasi
yang digunakan yaitu tenaga kesehatan yang telah melakukan pemeriksaan Pap
Smear, sampel yang digunakan sebanyak 69 responden. Sampel yang
digunakan menggunakan teknik accidental sampling. Perbedaan antara
penelitian Amalia dengan penelitian ini adalah jumlah sampel yang digunakan,
tempat dan waktu penelitian dan variabel yang diteliti.
7
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Dasar Pap Smear
Pap Smear atau test Pap adalah prosedur medis sederhana untuk
membedakan sel normal dari leher rahim, rahin dan vagina. Pap Smear adalah
pengamatan sel-sel yang di eksfoliasi dari genetelia wanita. Uji Pap telah
terbukti dapat menurunkan kejadian karsinoma serviks yang ditemukan
stadium prakanker, ceoplasia, intraepitel seriks. Kanker leher rahim adalah
tumor ganas yang tumbuh di daerah leher rahim (serviks) suatu daerah pada
organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke dalam arah rahim
yang terletak antara rahim (uterus) dan (vagina) liang senggama (Bustan,
2005).
Kanker leher rahim (kanker serviks) adalah tumor ganas yang tumbuh
dalam leher rahim/ serviks (bagian yang terendah dari rahim yang menempel
pada puncak vagina) (Medicastore, 2010).
Tes ini hanya memerlukan waktu beberapa menit saja. Dalam keadaan
berbaring terlenteng sebuah alat yang dinamakan spekulum akan dimasukan ke
dalam liangsenggama. Alat ini berfungsi untuk membuka dan menahan dinding
vagina supaya dapat terbuka, sehingga memungkinkan pandangan yang bebas
dan leher rahim terlihat dengan jelas. Sel-sel leher rahim kemudian diambil
dengan
8
cara mengusap leher rahim dengan sebuah alat yang dinamakan spatula, suatu
alat yang menyerupai tangkai es krim, dan usapan tersebut dioleskan pada
obyek-glass dan kemudian dikirim ke laboratorium Patologi untuk pemeriksaan
lebih teliti (Medicastore, 2010).
Prosedur pemeriksaan Pap Smear tes mengkin sangat tidak
menyenangkan tetapi tidak akan menimbulkan rasa sakit. Mungkin masyarakat
memilih dokter wanita untuk prosedur ini, tetapi pada umunya para dokter
umum dan klinik keluarga berencana, termasuk bidan dapat dimintai bantuan
untuk pemeriksan Pap Smear tes (Medicastore, 2010).
1. Manfaat
a. Mendiagnosis pemeriksaan Pap Smear
Peradangan pada vagina dan serviks dapat di diagnosis dengan
pemeriksaan sitologi apusan Pap Smear baik peradangan akut maupun
kronis
b. Mendignosa kelainan pra kanker (dysplasia) serviks dan kanker serviks
dini atau lanjut (karsinoma insitu/infasit).
Dengan kemajuan penelitian dibidang sitologi apusan pap,
sitologi ginekologik yang semula dinyatakan hanya sebagai alat
screening deteksi kanker mulut rahim, kini telah diakui sebagai alat
diagnostik prakanker dan kanker serviks yang ampun dengan ketepatan
diagnostik yang tinggi
9
c. Memantau hasil terapi
Memantau hasil terapi radiasi pada kasus kanker serviks yang
telah diobati dengan radiasi, memantau hasil terapi lesi pra kanker
serviks yang telah diobati dengan elektrikauter dan konisasi (Benson,
2009).
2. Subjek yang memerlukan Pap Smear
Menurut Lia (2010) dan beberapa sumber lainnya, yang perlu
memeriksakan diri dengan pap smear diantaranya adalah :
a. Wanita yang menikah dalam usia kurang dari 20 tahun
b. Wanita yang berusia 30 tahun atau lebih
c. Wanita yang telah melahirkan lebih dari 3 kali
d. Peserta KB yang sudah lebih dari 5 tahun (terutama dengan kontrasepsi
hormonal IUD)
e. Wanita yang mengalami perdarahan setiap kali senggama
f. Wanita dengan keputihan kronis
g. Wanita yang sudah menopause dan mengeluarkan darah pervaginam
h. Wanita yang sering berganti-ganti pasangan seks
3. Interval Pemeriksaan Pap Smear
Ada beberapa versi tentang interval pemeriksaan ini (Ahmadi, 2011)
a. Menurut Di British Colombia (Canada) melakukan tes setiap tahun pada
wanita yang termasuk resiko tinggi yaitu yang melakukan hubungan
seksual sebelum usia 20 tahun, mempunyai mitra seks lebih dari 2
sepanjang hidupnya.
10
b. American Cancer society menyarankan hal yang sama, tetapi untuk
kelompok yang tidak mempunyai resiko tinggi cukup 3 tahun sekali.
c. Menurut WHO (2007), umur juga merupakan pertimbangan dalam
menentukan saat skrining dimulai di Negara-negara maju dan
berkembang insiden kanker invasive meningkat sampai umur 35 tahun
dan menetap sampai 60 tahun dan sesudah itu menurun. Atas dasar hal
tersebut diatas dengan pertimbangan Cost Effective maka disarankan
sebagai berikut :
1) Skrining pada setiap wanita sekali pada wanita berumur 35 sampai 45
tahun
2) Kalau fasilitas tersedia lakukan setiap 10 tahun pada wanita berumur
35 sampai 55 tahun
3) Kalau fasilitas tersedia lebih maka dilakukan setiap 5 tahun sekali
pada wanita berumur 35 sampai 55 tahun
4) Ideal atau jadwal yang optimal setiap 3 tahun pada wanita berumur 25
sampai 60 tahun
Departemen kesehatan menganjurkan bahwa semua wanita yang
berusia 20-60 tahun harus melakukan Pap Smear paling tidak setiap 5 tahun.
Sedangkan menurut Evennest (2004) menyebutkan bahwa The British
Medical Association Family Health Encyclopedi menganjurkan bahwa
seorang wanita harus melakukan Pap Smear dalam 6 bulan setelah pertama
kali berhubungan seksual, dengan test pap smear kedua 6-12 bulan setelah
Pap Smear pertama karena suatu perubahan kecil dapat menghilangkan
11
suatu abnormalisasi dalam Pap Smear dan hasil yang diberikan adalah
normal pada selang waktu (interval) 3 tahun selama masa hidupnya.
Adapun faktor-faktor yang berhubungan dengan pemeriksaan Pap
Smear adalah sebagai berikut :
B. Konsep Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia di peroleh
melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting
untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2003).
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia (2002), Pengetahuan (knowledge)
adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui
panca indra manusia yakni : indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa
dan raba. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting
untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behavior).
Suatu perbuatan yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng
daripada perbuatan yang tidak didasari oleh pengetahuan, dan orang yang
mengadopsi perbuatan dalam diri seseorang tersebut akan terjadi proses
sebagai berikut :
a. Kesadaran (Awareness) di mana orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui terlebih dahulu terhadap obyek (stimulus).
12
b. Merasa tertarik (Interest) terhadap stimulus atau obyek tertentu. Di sini
sikap subyek sudah mulai timbul.
c. Menimbang-nimbang (evaluation) terhadap baik dan tidaknya terhadap
stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah tidak
baik lagi.
d. Trial, di mana subyek mulai melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang
dikehendaki oleh stimulus.
e. Adopsi (adoption), dimana subyek telah berprilaku baru sesuai dengan
pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus (Notoatmodjo,
2007).
1. Tingkatan Pengetahuan
Menurut Azwar (2005), pengetahuan yang dicakup di dalam domain
kognitif mempunyai 6 tingkat, yaitu:
a. Tahu (Know)
Tahu di artikan sebagai mengingat suatu materi yang telah di
pelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh
bahan yang di pelajari atau rangsangan yang telah di terima. Oleh sebab
itu, “tahu” ini adalah merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.
Apabila ibu usia reproduktif tahu pentingnya pemeriksaan pap smear,
maka ia akan memeriksakan pap smear dengan sendirinya tanpa perlu
ada paksaan dari siapapun.
13
b. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan
secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat
menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Apabila ibu usia
reproduktif memahami pentingnya pemeriksaan pap smear, maka ia akan
memeriksakan pap smear dengan sendirinya tanpa perlu ada paksaan dari
siapapun.
c. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi rill (sebenarnya).
Aplikasi di sini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum,
rumus, metode, adanya prinsip terhadap obyek yang dipelajari.
Berdasarkan hasil tahu dan memahami maka ibu usia reproduktif tersebut
akan mengaplikasikan hasil tahunya, dengan kata lain ibu tersebut akan
melakukan pemeriksaan pap smear sebagaimana yang ia ketahui.
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu
struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lainnya.
Setelah diketahui, dipahami dan diaplikasikan maka akan timbul analisis
pengetahuan mengenai pemeriksaan pap smear.
14
e. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan
atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru. Dalam kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk
menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Tahap
sintesis merupakan tahap kedua terakhir dari proses pengetahuan, setelah
disintesis maka pengetahuan haruslah di evaluasi.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan suatu
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Evaluasi
adalah tahap terakhir dari proses pengetahuan. Setelah proses panjang
dari mulai tahap mengetahui, memahami, mengaplikasikan,
menganalisis, dan mensintesis maka timbullah evaluasi sebagai hasil
akhir pengetahuan.
Penentuan kategori penelitian menurut Arikunto (2004) sebagai
berikut :
1) 76-100%, jika pertanyaan yang benar dijawab oleh responden adalah
kategori baik.
2) 61-75%, pertanyaan yang dijawab benar oleh responden adalah
Kategori Cukup.
3) < 60%, jika pertanyaan yang dijawab benar oleh responden adalah
kategori kurang.
15
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Masbied (2008), pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh
beberapa faktor, diantaranya meliputi :
a. Umur
Bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada
pertambahan pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi pada umur-
umur tertentu atau menjelang usia lanjut kemampuan menerima atau
mengingat suatu pengetahuan akan berkurang.
b. Intelegensi
Intelegensi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk belajar dan
berfikir abstrak guna menyesuaikan diri secara mental dalam situasi baru.
Intelegensi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil dari
proses belajar. Intelegensi bagi seseorang merupakan salah satu modal
untuk berfikir dan mengolah berbagai informasi secara terarah sehingga
ia mampu menguasai lingkungan. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa perbedaan intelegensi dari seseorang akan berpengaruh pula
terhadap tingkat pengetahuan.
c. Lingkungan
Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mem- pengaruhi
pengetahuan seseorang. Lingkungan memberikan pengaruh pertama bagi
seseorang, dimana seseorang dapat mempelajari hal-hal yang baik dan
juga hal-hal buruk tergantung pada sifat kelompoknya. Dalam
16
lingkungan seseorang akan memperoleh pengalaman yang akan
berpengaruh pada cara berfikir seseorang.
d. Sosial Budaya
Sosial mempunyai pengaruh pada pengetahuan seseorang.
Seseorang memperoleh suatu kebudayaan dalam berhubungan dengan
orang lain. Karena hubungan ini seseorang mengalami suatu proses
belajar dan memperoleh suatu pengetahuan.
e. Pendidikan
Menurut Notoatmodjo (2003), pendidikan adalah suatu kegiatan
atau proses pembelajaran untuk mengembangkan atau meningkatkan
kemampuan tertentu sehingga sasaran pendidikan itu dapat berdiri
sendiri. Menurut Harry (2006), menyebutkan bahwa tingkatan
pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap
dan memahami pengetahuan yang mereka peroleh, pada umumnya
semakin tinggi pendidikan seseorang semakin baik pula pengetahuannya.
f. Informasi
Menurut Harry (2006), informasi akan memberikan pengaruh
pada pengetahuan seseorang. Meskipun seseorang memiliki pendidikan
yang rendah tetapi jika ia mendapatkan informasi yang baik dari berbagai
media misalnya TV, radio atau surat kabar maka hal itu akan dapat
meningkatkan pengetahuan seseorang.
17
g. Pengalaman
Pengalaman merupakan guru terbaik. Pepatah tersebut dapat di
artikan bahwa pengalaman merupakan sumber pengetahuan, atau
pengalaman itu suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan.
Oleh karena itu pengalaman pribadi pun dapat di gunakan sebagai upaya
untuk memperoleh pengetahuan. Hal ini di lakukan dengan cara
mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan
permasalahan yang dihadapi masa lalu (Notoatmodjo, 2007).
C. Pendidikan
1. Pendidikan
Pendidikan adalah proses pertumbuhan seluruh kemampuan dan
perilaku manusia melalui pengajaran, sehingga dalam pendidikan perlu di
pertimbangkan umur (proses perkembangan) dan hubungannya dengan
proses belajar. Tingkat pendidikan juga merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi persepsi seseorang untuk lebih menerima ide-ide dan
teknologi yang baru (Arikunto, 2004).
Hurlock (2004), bahwa tingkat pendidikan seseorang akan
menentukan pola pikir dan wawasan, selain itu tingkat pendidikan juga
merupakan bagian dari pengalaman kerja. Semakin tinggi pendidikan
seseorang maka diharapkan stok modal manusianya (pengetahuan dan
keterampilan) akan semakin meningkat. Pendidikan memiliki peranan
penting dalam menentukan kualitas manusia. Lewat pendidikan, manusia
18
dianggap akan memperoleh pengetahuan dan semakin tinggi pendidikan
akan semakin berkualitas.
Notoatmodjo (2007), lewat pendidikan manusia akan dianggap
memperoleh pengetahuan dan dengan pengetahuannya manusia di harapkan
dapat membangun keberadaan hidupnya dengan lebih baik. Semakin tinggi
pendidikan hidup manusia akan semakin berkualitas. Jika wanita
berpendidikan, mereka akan membuat keputusan yang benar dalam
memperhatikan kesehatannya.
Jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, non formal, dan in
formal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya. Jenjang pendidikan
formal terdiri atas jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan
pendidikan tinggi. Sebagai persiapan untuk memasuki pendidikan dasar di
selenggarakan kelompok belajar yang disebut pendidikan pra sekolah.
Pendidikan pra sekolah belum termasuk jenjang pendidikan formal, tetapi
baru merupakan kelompok sepermainan yang menjembatani anak antara
kehidupannya dalam keluarga dengan sekolah (Masbied, 2011).
Pendidikan dasar diselenggarakan untuk memberikan bekal dasar
yang diperlukan untuk hidup dalam masyarakat berupa pengembangan
sikap, pengetahuan, dan keterampilan menengah. Oleh karena itu
pendidikan dasar menyediakan kesempatan bagi seluruh warga negara untuk
memperoleh pendidikan yang bersifat dasar yang berbentuk Sekolah Dasar
(SD) atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama
(SMP) atau bentuk lain yang sederajat. UU RI No. 20 Tahun 2003
19
menyatakan dasar dan wajib belajar pada Pasal 6 Ayat 1 bahwa, “Setiap
warga negara yang berusia 7 sampai dengan 15 tahun wajib mengikuti
pendidikan dasar (Masbied, 2011).
Pendidikan menengah yang lamanya tiga tahun sesudah pendidikan
dasar, di selenggarakan di SMA (Sekolah Menengah Atas) atau satuan
pendidikan yang sederajat. Pendidikan menengah dalam hubungan ke
bawah berfungsi sebagai lanjutan dan perluasan pendidikan dasar, dalam
hubungan ke atas mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan
tinggi ataupun memasuki lapangan kerja (Masbied, 2011).
Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah umum,
pendidikan menengah kejuruan, dan pendidikan menengah luar biasa,
pendidikan menengah kedinasan dan pendidikan menengah keagamaan (UU
No. 20 Tahun 2003 Bab VI Pasal 18 Ayat 1-3) (Masbied, 2011).
Pendidikan tinggi merupakan kelanjutan pendidikan menengah,
yang diselenggarakan untuk menyiapkan peserta didik untuk menjadi
anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan/atau
profesional yang yang dapat menerapkan, mengembangkan dan/atau
menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi dan/atau kesenian (Masbied,
2011).
Pendidikan tinggi juga berfungsi sebagai jembatan antara
pengembangan bangsa dan kebudayaan nasional dengan perkembangan
internasional. Untuk itu dengan tujuan kepentingan nasional, pendidikan
tinggi secara terbuka dan selektif mengikuti perkembangan kebudayaan
20
yang terjadi di luar Indonesia untuk di ambil manfaatnya bagi
pengembangan bangsa dan kebudayaan nasional. Untuk dapat mencapai dan
kebebasan akademik, melaksanakan misinya, pada lembaga pendidikan
tinggi berlaku kebebasan mimbar akademik serta otonomi keilmuan dan
otonomi dalam pengolaan lembaganya (Masbied, 2011).
Satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan tinggi di
sebut perguruan tinggi yang dapat berbentuk akademi, politeknik, sekolah
tinggi, institut, dan universitas. Akademi merupakan perguruan tinggi yang
menyelenggaran pendidikan terapan dalam suatu cabang atau sebagian
cabang ilmu pengetahuan teknologi dan kesenian tertentu. Politeknik
merupakan perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan terapan
dalam sejumlah bidang pengetahuan khusus. Sekolah tinggi ialah perguruan
tinggi yang menyelenggarakan pendidikan akademik dan/atau profesional
dalam satu disiplin ilmu atau bidang tertentu. Institut ialah perguruan tinggi
terdiri atas sejumlah fakultas yang menyelenggarakan pendidikan akademik
dan/atau profesional dalam sekelompok disiplin ilmu yang sejenis.
Universitas ialah perguruan tinggi yang terdiri atas sejumlah fakultas yang
menyelenggarakan pendidikan akademik dan/atau profesional dalan
sejumlah disiplin ilmu tertentu (Masbied, 2011).
Pendidikan yang bersifat akademik dan pendidikan profesional
memusatkan perhatian terutama pada usaha penerusan, pelestarian, dan
pengembangan peradaban, ilmu, dan teknologi, sedangkan pendidikan yang
bersifat profesional memusatkan perhatian pada usaha peradaban serta
21
penerapan ilmu dan teknologi. Dalam rangka pengembangan diri, bangsa,
dan Negara (Masbied, 2011).
Output pendidikan tinggi diharapkan dapat mengisi kebutuhan
yang beraneka ragam dalam masyarakat. Dari segi peserta didik kenyataan
menunjukkan bahwa minat dan bakat mereka beraneka ragam. Berdasarkan
faktor-faktor tersebut, maka perguruan tinggi di susun dalam multistrata.
Suatu perguruan tinggi dapat menyelenggarakan gerakan satu strata atau
lebih. Strata dimaksud terdiri dari S0 (non strata) atau program diploma,
lama belajarnya 2 tahun (D2) atau tiga tahun (D3), juga program non gelar.
S1 (program strata satu), lama belajarnya empat tahun, dengan gelar sarjana,
S2 (Program strata dua) atau program pasca sarjana, lama belajarnya dua
tahun sesudah S1, dengan gelar magister, S3 (program strata tiga atau
program doctor), lama belajarnya tiga tahun sesudah S2, dengan gelar
doktor (Masbied, 2011).
Pendidikan berhubungan dengan pengetahuan dan pemahaman
seseorang termasuk pemahaman tentang kesehatan. Menurut Notoatmodjo
(2007) pendidikan dapat meningkatkan pemahaman seseorang dalam hal ini
adalah pemahaman tentang kanker serviks dan pemeriksaan Pap Smear. Ibu
yang mempunyai pendidikan tinggi cenderung mampu memahami dengan
baik tentang pemeriksaan Pap Smear dan dapat dengan cepat menangkap
informasi tentang kanker serviks dan pemeriksaan Pap Smear begitu juga
sebaliknya.
22
D. Umur
Umur adalah lama waktu hidup atau ada (sejak dilahirkan atau sejak
diadakan). Umur adalah lamanya hidup sejak dilahirkan hingga saat ini. Umur
merupakan periode penyesuaian terhadap pola-pola kehidupan baru. Pada masa
ini merupakan usia reproduktif, masa bermasalah, masa ketegangan emosi,
masa keterasingan sosial, masa komitmen, masa ketergantungan, masa
perubahan nilai, masa penyesuaian dengan cara hidup baru, masa kreatif. Pada
masa dewasa ditandai oleh perubahan jasmani dan mental. Kemahiran dan
keterampilan dan professional yang dapat menerapkan dan mengambangkan
ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesenian (Hurlock, 2004).
Para ahli juga menyatakan ada rekomendasi baru untuk Pap Smear,
yang dibedakan menurut kelompok usia dan riwayat kesehatan. Di antaranya:
1. Perempuan antara usia 21-65 tahun dapat memperpanjang skrining kanker
serviks-nya setiap 5 tahun jika menjalani tes human papilloma virus (HPV)
pada saat yang sama seperti pap smear. Infeksi HPV adalah salah satu
penyebab utama kanker serviks.
2. Perempuan yang usianya melebihi 65 tahun dan pernah melakukan skrining
sebelumnya dan dinyatakan tidak berisiko tinggi dan tidak perlu lagi
melakukan Pap Smear.
3. Perempuan di bawah usia 30 tahun tidak boleh menjalani tes HPV. Karena
infeksi sangat lazim pada perempuan usia muda tapi bisa sembuh tanpa
harus diobati.
23
4. Perempuan yang telah menjalani histerektomi dengan pengangkatan leher
rahim dan yang tidak memiliki riwayat kantker serviks atau prakanker tidak
perlu diskrining, karena risiko yang terkait dengan skrining lebih besar
daripada manfaatnya (Kompas, 2013).
Jika dihubungkan umur dengan pengetahuan ibu usia reproduktif
tentang pentingnya pemeriksaan pap smear, maka semakin bertambahnya umur
semakin banyak pengalaman yang dimiliki oleh ibu usia reproduktif dan
semakin memahami kegunaan pemeriksaan pap smear untuk kesehatan dalam
upaya pencegahan dini atas terjadinya kanker serviks (Lia, 2010).
E. Informasi
1. Definisi Informasi dan Sumber Informasi
a. Informasi adalah Suatu sistem tanpa informasi akan tidak berguna,
karena suatu sistem yang kurang mendapatkan informasi akan
mengalami kemacetan dan akhirnya berhenti. Dengan demikian
informasi sangat penting bagi suatu sistem. Informasi sendiri berasal dari
data yang diolah menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti
bagi yang menerimanya. Informasi sebagai data yang telah diproses
sehingga mempunyai arti dan dapat meningkatkan pengetahuan
seseorang yang menggunakan data tersebut (Nurcahyo, 2009).
Data berupa catatan historis yang dicatat dan diarsipkan tanpa
maksud dan segera diambil kembali untuk pengambilan keputusan. Data
yang telah diletakkan dalam konteks yang lebih berarti dan berguna yang
24
dikomunikasikan kepada penerima untuk digunakan di dalam pembuatan
keputusan disebut informasi (Nurcahyo, 2009).
Menurut Davis dalam Abdul Kadir (2003) Informasi adalah data
yang telah diolah menjadi sebuah bentuk yang berarti bagi penerimanya
dan bermanfaat bagi pengambilan keputusan saat ini atau saat
mendatang. Informasi merupakan kumpulan data yang di olah menjadi
bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi yang menerima.
Informasi adalah data yang di olah menjadi bentuk yang lebih berguna
dan lebih berarti bagi yang menerimanya.
b. Sumber Informasi
Jadi sumber informasi adalah data yang merupakan kenyataan
yang menggambarkan suatu kejadian-kejadian dan kesatuan nyata.
Kejadian-kejadian (event) adalah sesuatu yang terjadi pada saat terentu,
kesatuan nyata (fact and entity) berupa objek nyata seperti tempat, benda,
dan orang yang betul-betul ada dan terjadi (Nurcahyo, 2009).
2. Tenaga Kesehatan
Kesehatan merupakan hak dan kebutuhan dasar manusia. Dengan
demikian Pemerintah mempunyai kewajiban untuk mengadakan dan
mengatur upaya pelayanan kesehatan yang dapat dijangkau rakyatnya.
Masyarakat, dari semua lapisan, memiliki hak dan kesempatan yang sama
untuk mendapat pelayanan kesehatan (Hilman, 2001).
Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri
dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan
25
melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu
memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan (Hilman,
2001).
Tenaga kesehatan berperan sebagai perencana, penggerak dan
sekaligus pelaksana pembangunan kesehatan sehingga tanpa tersedianya
tenaga dalam jumlah dan jenis yang sesuai, maka pembangunan kesehatan
tidak akan dapat berjalan secara optimal (Hilman, 2001).
3. Media Cetak
Buku pelajaran sering disebut buku teks adalah suatu penyajian
dalam bentuk bahan cetakan secara logis dan sistematis tentang suatu
cabang ilmu pengetahuan atau bidang studi tertentu (Ibrahim, 2007)
Surat kabar dan majalah adalah media komunikasi massa dalam
bentuk cetak dan tidak perlu diragukan lagi peranan dan pengaruhnya
terhadap masyarakat pembaca pada umumnya. Fungsi surat kabar dan
majalah adalah: mengandung bahan bacaan yang hangat dan aktual, memuat
tentang data terakhir yang menarik perhatian, memperkaya pembendaharaan
pengetahuan, meningkatkan membaca kritis dan keterampilan berdiskusi
(Ibrahim, 2007).
4. Media Elektronik
Menurut Ibrahim (2007), bentuk-bentuk media komunikasi
elektronik antara lain:
26
a. Radio
Radio merupakan media massa elektronik yang bersifat audio
(didengar). Di salah satu siaran radio di Banda Aceh ada yang
menginformasikan tentang kanker serviks dan pemeriksaan Pap Smear.
b. Televisi
Media ini merupakan bentuk komunikasi massa yang paling
populer. Televisi memiliki kelebihan dari media massa lainnya, yaitu
bersifat audio visual (didengar dan dilihat), sehingga pengaruh yang
disebarkan makin besar pula serta lebih efektif.
Media televisi adalah media yang terbanyak memberikan info
untuk ibu-ibu yang sering menghabiskan waktunya di depan Televisi,
akan tetapi informasi tentang kanker serviks dan pemeriksaan Pap Smear
jarang di liput di Televisi.
c. Internet
Internet merupakan media baru di mana khalayak dapat memilih
sesuka hati informasi yang mereka sukai. Internet merupakan media
massa, meskipun bersifat interaktif.
Bagi ibu-ibu yang sibuk bekerja bisa juga mendapatkan
informasi tentang kanker serviks dan pemeriksaan Pap Smear dari
internet dikarenakan wanita pada zaman modern saat ini sudah banyak
wanita karir maka informasi yang didapat bisa juga dari berbagai sumber
salah satunya dari internet.
27
F. Kerangka Konsep
Karakteristik adalah ciri-ciri khusus yang mempunyai sifat yang khas
sesuai dengan perwatakan yang dimiliki. Banyak faktor yang dapat
menyebabkan masyarakat kita belum mengadopsi ini sebagian sebuah perilaku
kesehatan. Bisa karena pengetahuan yang kurang tentang hal tersebut dan
dampaknya, budaya.akses kesehatan yang sulit, sosial ekonomi yang rendah
ataupun faktor lainnya (Notoatmodjo, 2003)
Katakteristik dan perilaku masyarakat meliputi umur, pendidikan,
pekerjaan, sosial ekonomi, pengetahuan, sikap dan tindakan (Bustam, 2004).
Oleh karena keterbatasan waktu dan tenaga, maka peneliti hanya meneliti 3
Variabel saja, yaitu :
Variabel Independen Varibel Dependen
Gambar 3.1 Kerangka Konsep
Pengetahuan
Pendidikan
Sumber
Informasi
Pemeriksaan Pap
Smear pada ibu usia
reproduktif
Umur
28
G. Hipotesa
Dari kerangka konsep di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini
adalah :
a. Ha : Ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan pemeriksaan
papanicolau smear (Pap Smear) di Rumah Sakit Umum Daerah
Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2013.
b. Ha : Ada hubungan antara pendidikan ibu dengan pemeriksaan
papanicolau smear (Pap Smear) di Rumah Sakit Umum Daerah
Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2013.
c. Ha : Ada hubungan antara Umur ibu dengan pemeriksaan
papanicolau smear (Pap Smear) di Rumah Sakit Umum Daerah
Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2013.
d. Ha : Ada hubungan antara sumber informasi ibu dengan
pemeriksaan papanicolau smear (Pap Smear) di Rumah Sakit
Umum Daerah Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2013.
29
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat Analitik
dengan pendekatan Cross Sectional yang bertujuan untuk mengetahui
hubungan pkarakteristik ibu usia reproduktif dengan pemeriksaan papanicolau
smear (Pap Smear) di Poli Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Zainoel
Abidin Banda Aceh.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang di
teliti. Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah pasangan usia
subur yang berkunjung ke poli kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Dr.
Zainoel Abidin Banda Aceh periode bulan Januari – Mei Tahun 2013
sebanyak 59 orang.
2. Sampel
Menurut Notoatmodjo (2010), Sampel adalah sebagian yang
diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh
populasi.
Sampel yang digunakan adalah total sampling dan teknik pengambilan
sampel yang dilakukan adalah accidental sampling yaitu ibu usia reproduktif
30
yang sedang berkunjung ke Poli Kebidanan pada bulan Juli 2013 sebanyak 59
responden.
Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah :
1. Semua pasangan usia subur yang berkunjung ke poli Kebidanan Rumah
Sakit Umum Daerah Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh
2. Bersedia menjadi responden
3. Pasangan usia subur yang telah aktif melakukan hubungan seksual
4. Pasangan usia subur yang dapat membaca dan menulis.
C. Tempat dan Waktu
1. Tempat
Penelitian ini telah dilakukan di Poli Kebidanan Rumah Sakit
Umum Daerah Dr. Zaineol Abidin Banda Aceh
2. Waktu
Penelitian ini telah dilakukan pada tanggal 28 - 30 Oktober 2013.
D. Pengumpulan Data dan Analisa Data
1. Data Primer
Data primer diperoleh dengan cara memberikan kuisioner kepada
responden.
2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari Dinas Kesehatan dan Instansi terkait
lainnya yang berhubungan dengan penelitian.
31
E. Definisi Operasional
Tabel 1. Definisi Operasional No
Variabel Definisi
Operasional
Cara ukur Alat
Ukur
Hasil
Ukur
Skala
Ukur
1 2 3 4 5 6
Variabel Dependen
1. Pemeriksaan
papanicolau
smear (Pap
Smear)
Pemeriksaan
yang di
lakukan untuk
mendeteksi
adanya kanker
serviks.
Membagikan
kuisioner
yang terdiri
dari 1
pertanyaan
Kuisioner Ikut, jika
jawaban
pernah
Tidak
Ikut, jika
jawaban
tidak
pernah
Ordinal
Variabel Independen
1. Pengetahuan Sesuatu yang
diketahui ibu
tentang pap
smear
Membagikan
kuisioner
yang terdiri
dari 10
pertanyaan
Baik jika ≥ 76
– 100%
pertanyaan
yang dijawab
benar oleh
responden,
Cukup jika 61
– 75%
pertanyaan
yang dijawab
benar oleh
responden,
Kurang jika <
60%
pertanyaan
yang dijawab
benar oleh
responden
Kuisioner Baik
Cukup
Kurang
Ordinal
32
2. Pendidikan Jenjang
pendidikan
terakhir yang
di tempuh
oleh ibu
ditandai
dengan ijazah
terakhir
Membagikan
kuisioner
yang terdiri
dari 1
pertanyaan
Tinggi jika
pendidikan
terakhir ibu
D3, D4, S1,
S2 dst
Menengah
jika
pendidikan
terakhir ibu
SMA
Dasar jika
pendidikan
terakhir ibu
SD dan SMP
Kuisioner Tinggi
Menengah
Dasar
Ordinal
3. Umur Usia ibu saat
melakukan
pemeriksaan
Pap Smear
Membagikan
kuisioner
yang terdiri
dari 1
pertanyaan
dengan
kriteria
< 30 tahun
jika umur ibu
kurang dari 30
tahun
> 30 tahun
jika umur ibu
lebih 30 tahun
Kuisioner < 30
tahun
> 30
tahun
Ordinal
4. Sumber
Informasi
Sumber
informasi
yang ibu
dapatkan
mengenai Pap
Smear
Membagikan
kuisioner
yang terdiri
dari 3
pertanyaan
Sering jika
jawaban
benar x ≥ 2,6
Tidak sering
jika jika
jawaban benar
x < 2,6
Kuisioner Sering
Tidak
sering
Ordinal
33
F. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang
berisikan 15 pertanyaan yang sudah di susun secara terstruktur mulai dari
variabel pemeriksaan Pap Smear terdiri dari 1 pertanyaan, variabel
pengetahuan yang terdiri dari 10 pertanyaan, variabel pendidikan terdiri dari 1
pertanyaan dan sumber informasi terdiri dari 3 pertanyaan dengan jawaban
pilihan terpimpin. Nilai 1 untuk jawaban benar dan nilai 0 untuk jawaban yang
salah.
G. Pengolahan dan Analisa Data
1. Pengolahan Data
Setelah data terkumpul melalui kuisioner, maka di lakukan
pengolahan data yang melalui berupa tahapan sebagai berikut:
a. Seleksi data (Editing)
Di mana peneliti akan melakukan penelitian terhadap data yang di
peroleh dan di teliti apakah terdapat kekeliruan atau tidak dalam
penelitian.
b. Pemberian kode (Coding)
Setelah dilakukan editing, selanjutnya peneliti memberikan kode
tertentu pada tiap-tiap data sehingga memudahkan dalam melakukan
analisis data.
34
c. Pengelompokkan data (Tabulating)
Tahap ini, jawaban-jawaban responden yang sama
dikelompokkan dengan teliti dan teratur lalu dihitung dan dijumlahkan,
kemudian dituliskan dalam bentuk tabel-tabel (Budiarto, 2002).
2. Analisa Data
a. Analisa Univariat
Analisa univariat dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil
penelitian. Pada umumnya dalam analisa hanya menghasilkan distribusi
dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2005).
Selanjutnya data dimasukkan dalam tabel data frekuensi (Sudjana,
2005), analisis ini menggunakan rumus sebagai berikut:
%100xn
fiP
Keterangan :
P = Persentase
fi = frekuensi yang diamati
n = jumlah responden yang menjadi sampel (Notoatmodjo, 2010).
b. Analisa Bivariat
Analisa bivariat merupakan analisa hasil dari variabel-variabel
bebas yang diduga mempunyai hubungan dengan variabel terkait.
Analisa data yang digunakan adalah tabel silang. Untuk menguji hipotesa
dilakukan analisa statistik dengan menggunakan uji Khi Kuadrat (Chi-
Square) pada tingkat kemaknaan 95% (p < 0,05) sehingga dapat
diketahui ada tidaknya hubungan yang bermakna secara statistik
35
menggunakan program SPSS for windows very 16.00. Melalui
perhitungan Khi Kuadrat (Chi-square) tes selanjutnya ditarik kesimpulan
bila p lebih kecil dari alpha (p < 0,05), maka Ho ditolak dan Ha diterima,
yang menunjukkan adanya hubungan bermakna antara variable dependen
dan independen dan jika p lebih besar dari alpha (p > 0.05) maka Ho
diterima dan Ha ditolak yang menunjukkan tidak adanya hubungan
bermakna antara variable dependen dan independen.
Aturan yang berlaku untuk uji Khi Kuadrat (Chi-square), untuk
program komputerisasi seperti SPSS adalah sebagai berikut :
1) Bila pada tabel contingency 2x2 di jumpai nilai e (harapan) kurang
dari 5, maka hasil yang digunakan adalah Fisher Exact Test.
2) Bia pada tabel Contingency 2x2 tidak dijumpai nilai e (harapan)
kurang dari 5, maka hasil yang digunakan adalah Continuity
Correction.
3) Bila tabel Contingency yang lebih dari 2x2 misalnya 3x2, 3x3 dan
lain-lain, maka hasil yang digunakan adalah Pearson Chi-Square.
4) Bila pada tabel Contingency 3x2 ada sel dengan nilai frekuensi
harapan (e) kurang dari 5, maka akan dilakukan meger sehingga
menjadi table Contingency 2x (Notoatmodjo, 2010).
36
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Letak Geografis
Rumah Sakit Umum Zainoel Abidin Banda Aceh menempati areal
seluas 215.193 m2. Yang terletak di jalan Tgk. Daud Beureueh Kelurahan
Bandar Baru Kecamatan Kuta Alam yang berbatasan dengan :
a. Bagian Utara berbatasan dengan jalan Tgk. Daud Beureueh
b. Bagian Selatan berbatasan dengan Rumah Sakit Jiwa
c. Bagian Timur berbatasan dengan Jurusan Keperawatan Politeknik Aceh
d. Bagian Barat berbatasan dengan jalan Prof. Dr. T. Syarief Thayeb
2. Sejarah Rumah Sakit
RSUD Dr zainoel Abidin beralamat di jalan Tgk Daud Breureueh
No 118 Banda Aceh, memiliki luas area 196.480 m2 dengan luas bangunan
25.760 m2. Rumah sakit ini berdiri pada tanggal 22 Februari 1979 yaitu atas
dasar keputusan Menteri kesehatan no.551/Menkes/SK/2F/1979 yang
menetapkan RSU Dr Zainoel Abidin sebagai Rumah Sakit Kelas C.
Selanjutnya dengan SK gubernur Daerah Istimewa Aceh No.445/173/1979
tanggal 7 mei 1979 Rumah Sakit Umum Dr. Zainoel Abidin ditetapkan
sebagai Rumah Sakit Umum Daerah.
Kemudian dengan adanya fakultas kedokteran Unsyiah, maka
dengan SK Menkes RI No.233/Menkes/SK/IV/1983 tanggal 1 Juni 1983,
37
RSUD Dr Zainoel abidin ditingkatkan kelasnya menjadi rumah sakit kelas
B Pendidikan dan rumah sakit rujukan untuk Provinsi Daerah Istimewa
Aceh.
Dalam rangka menjamin peningkatan mutu dan jangkauan
pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan masyarakat serta optimalisasi fungsi
rumah sakit rujukan dan juga sebagai rumah sakit pendidikan, maka dengan
peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Aceh Nomor 8 tahun 1997
tanggal 17 November 1997 dilakukan penyempurnaan Susunan Organisasi
dan Tatakerja RSUD Dr. Zainoel Abidin. Selanjutnya berdasarkan SK
Menkes RI No.153/Menkes/SK/II/1998 tentang Persetujuan Rumah Sakit
Umum Daerah digunakan sebagai tempat pendidikan calon dokter dan
dokter spesialis, telah dikukuhkan kembali RSUD Dr. Zainoel Abidin
sebagai Rumah Sakit kelas B Pendidikan.
Pada tanggal 27 Agustus 2001 melalui Perda No.41 tahun 2001
RSUD Dr. Zainoel Abidin ditetapkan perubahan dari UPTD (Unit
Pelayanan Teknis Daerah) menjadi LTD (Lembaga Teknis Daerah) dalam
bentuk “Badan Pelayanan Kesehatan (BPK)” yang berada dibawah dan
bertanggung jawab kepada Gubernur Provinsi Nanggroe Aceh Darusalam.
Susunan organisasi dan tatakerja BPK RSU Dr. Zainoel abiding
disempurnakan kembali dengan Qanun No.10 Tahun 2003. Dengan Qanun
ini, dibentuk 2 (dua) wakil direktur, yaitu Wakit Direktur Pelayanan,
Penunjang, dan Pelatihan serta Wakil Direktur Administrasi dan Keuangan.
Qanun Provinsi Nanggroe Aceh Darusalam No. 10 Tahun 2003 juga
38
menjelaskan bahwa RSUD Dr. Zainoel Abidin mempunyai tugas dan fungsi
memberikan pelayanan kesehatan yang paripurna dan terjangkau oleh
seluruh lapisan masyarakat Provinsi NAD, memberikan pelayanan
kesehatan yang prima dan bermutu kepada masyarakat di Provinsi Nanggroe
Aceh Darusalam, memberikan pelayanan rujukan dari Puskesmas, rumah
Sakit Daerah, mendidik tenaga kesehatan yang professional, memberikan
penyuluhan kesehatan masyarakat, memberikan pelayanan pemulihan
kesehatan secara terpadu dan menyeluruh.
Selanjutnya dengan ditetapkan Undang-undang Nomor 32 Tahun
2004. Peraturan Pemerintahan Nomor 41 tahun 2007 dan Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 57 tahun 2007 tentang petunjuk Teknis Penataan
organisasi Perangkat Daerah, maka susunan organisasi dan tatakerja RSUD
Dr. Zainoel Abidin disempurnakan lagi dengan Qanun Provinsi NAD
Nomor 5 tahun 2007. Dalam Qanun ini terjadi perubahan nomenlatur dan
jumlah Wakil Direktur, dari 2 menjadi 4 terdiri dari Wakil Direktur
Administrasi dan Umum, Wakil Direktur Pengambangan SDM, Wakil
Direktur Pelayanan dan Wakil Direktur Penunjang.
3. Visi Dan Misi Rumah Sakit
a. Visi RSUD dr. Zainoel Abidin terkemuka sebagai Pusat Rujukan
Pelayanan kesehatan dan Rumah Sakit pendidikan bertaraf Nasional
dalam Rangka meningkatkan derajat Kesehatan Masyarakat aceh.
39
b. Misi RSUD dr. Zainoel Abidin
1) Meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat aceh melalui pelayanan
kesehatan paripurna dan bermutu
2) Meningkatkan kualitas sumber daya kesehatan melalui pendidikan,
penelitian dan pengembangan ilmu kedokteran, keperawatan, dan ilmu
kesehatan lainnya serta pengembangan sistem dan prosedur pelayanan
administratif.
4. Tujuan Rumah Sakit
a. Meningkatkan akses dan mutu pelayanan medis spesialis, pelayanan
penunjang serta pelayanan konsultasi dan penyuluhan kesehatan guna
menurunkan angka kesakitan dan kematian pasien serta meningkatkan
pemahaman pola hidup sehat masyarakat rumah sakit.
b. Meningkatkan kualitas pelayanan/penyelenggaraan pendidikan dan
pelatihan guna memenuhi kebutuhan SDM kesehatan
c. Meningkatkan kualitas pelayanan/penyelenggaraan penelitian dan
pengembangan ilmu kedokteran, keperawatan dan ilmu kesehatan lainnya
dalam rangka menunjang pelayanan kesehatan paripurna dan bermutu.
d. Meningkatkan efektifitas dan efesiensi pelayanan administratif dalam
rangka menunjang pelayanan kesehatan paripurna dan bermutu.
5. Motto Rumah Sakit
P = Profesional
R = Ramah
I = Ikhlas
40
M = Memuaskan
A = amanah
B. Hasil Penelitian
Penelitian dilakukan pada tanggal 28 - 30 Oktober 2013. Dari data
yang dikumpulkan terdapat 96 responden yang dijadikan sampel dari seluruh
populasi ibu hamil di Poli Kebidanan Rumah Sakit Umum Dr. Zainoel Abidin
Banda Aceh Tahun 2013. Data dikumpulkan melaui kuesioner, data dari hasil
penelitian ini akan disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi sebagai berikut :
1. Analisa Univariat
a. Pemeriksaan Pap Smear
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Pemeriksaan Pap Smear Ibu Usia
Reproduktif di Poli Kebidanan Rumah Sakit Umum
Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh
No Pemeriksaan Pap Smear Frekuensi (%)
1. Ikut 36 61,0
2. Tidak Ikut 23 39,0
Jumlah 59 100,0
Sumber : Data Primer diolah Tahun 2013
Berdasarkan Tabel 4.1 diatas maka dapat dilihat dari 59
responden yang diteliti ditemukan mayoritas ibu mengikuti pemeriksaan
Pap Smear yaitu sebanyak 36 responden (61,0%).
41
b. Pengetahuan
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Usia Reproduktif
di Poli Kebidanan Rumah Sakit Umum Dr. Zainoel
Abidin Banda Aceh
No Pengetahuan Frekuensi (%)
1. Baik 10 16,9
2. Sedang 27 45,8
3. Kurang 22 37,3
Jumlah 59 100,0
Sumber : Data Primer diolah Tahun 2013
Berdasarkan Tabel 4.2 diatas maka dapat dilihat dari 59
responden yang diteliti ditemukan mayoritas ibu memiliki pengetahuan
sedang yaitu sebanyak 27 responden (45,8%).
c. Pendidikan
Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Pendidikan Ibu Usia Reproduktif
di Poli Kebidanan Rumah Sakit Umum
Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh
No Pendidikan Frekuensi (%)
1. Tinggi 10 16,9
2. Menengah 26 44,1
3. Dasar 23 39,0
Jumlah 59 100,0
Sumber : Data Primer diolah Tahun 2013
Berdasarkan Tabel 4.3 diatas maka dapat dilihat dari 59
responden yang diteliti ditemukan mayoritas ibu berpendidikan
Menengah yaitu sebanyak 26 responden (44,1%).
42
d. Umur
Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Umur Ibu Usia Reproduktif Ibu
di Poli Kebidanan Rumah Sakit Umum Dr. Zainoel
Abidin Banda Aceh
No Umur Frekuensi (%)
1. < 30 tahun 21 35,6
2. > 30 tahun 38 64,4
Jumlah 59 100,0
Sumber : Data Primer diolah Tahun 2013
Berdasarkan Tabel 4.4 diatas maka dapat dilihat dari 59
responden yang diteliti ditemukan mayoritas ibu berumur > 30 tahun
yaitu sebanyak 38 responden (64,4%).
e. Sumber Informasi
Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi Sumber Informasi Ibu Usia Reproduktif
di Poli Kebidanan Rumah Sakit Umum Dr. Zainoel
Abidin Banda Aceh
No Sumber Informasi Frekuensi (%)
1. Sering 30 50,8
2. Tidak Sering 29 49,2
Jumlah 59 100,0
Sumber : Data Primer diolah Tahun 2013
Berdasarkan Tabel 4.5 diatas maka dapat dilihat dari 59
responden yang diteliti ditemukan mayoritas ibu sering mendapatkan
informasi yaitu sebanyak 30 responden (50,8%).
43
2. Analisa Bivariat
a. Hubungan pengetahuan dengan pemeriksaan Pap Smear pada ibu usia
reproduktif
Tabel 4.6
Hubungan Pengetahuan Ibu Usia Reproduktif dengan
Pemeriksaan Pap Smear di Poli Kebidanan
Rumah Sakit Umum Dr. Zainoel
Abidin Banda Aceh
N
o
Pemeriksaan
Pap Smear
Pengetahuan Jumlah Uji
Statistik Baik Cukup Kurang
f % f % f % f % p
1 Ikut 8 22,2 19 52,8 9 25,0 36 100,0
P = 0,044 2 Tidak Ikut 2 8,7 8 34,8 13 56,5 34 100,0
Jumlah 10 27 22 59 100,0
Signifikasi : P > 0, 05
Berdasarkan tabel 4.6 diatas, dari 36 responden yang mengikuti
pemeriksaan Pap Smear sebagian besar ibu memiliki pengetahuan cukup
yaitu sebanyak 19 responden (52,8%). Dari 34 responden yang tidak
mengikuti pemeriksaan Pap Smear sebagian besar ibu memiliki
pengetahuan kurang yaitu sebanyak 13 responden (56,5%).
Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chi-
square dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai p-value 0,0044
yang berarti lebih kecil dari α-value (0,05). Dengan demikian dapat
ditarik kesimpulan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan
pemeriksaan Pap Smear pada ibu usia reproduktif di Rumah Sakit Umum
Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.
44
b. Hubungan Pendidikan dengan Pemeriksaan Pap Smear
Tabel 4.7
Hubungan Pendidikan Ibu Usia Reproduktif dengan
Pemeriksaan Pap di Poli Kebidanan Rumah
Sakit Umum Dr. Zainoel Abidin
Banda Aceh
No Pemeriksaan
Pap Smear
Pendidikan Jumlah Uji
Statistik Tinggi Menengah Dasar
f % f % f % f % p
1. Ikut 8 22,2 19 52,8 9 25,0 36 100,0
P = 0,021 2. Tidak Ikut 2 8,7 7 30,4 14 60,9 23 100,0
Jumlah 10 26 23 96 100,0
Signifikasi : P < 0,05
Berdasarkan tabel 4.7 diatas, dari 36 responden yang mengikuti
pemeriksaan Pap Smear terdapat 19 responden (52,8%) yang memiliki
pendidikan menengah. Dari 23 responden yang tidak mengikuti
pemeriksaan Pap Smear terdapat 14 responden (60,9%) yang memiliki
pendidikan dasar.
Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chi-
square dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai p-value 0,021
yang berarti lebih kecil dari α-value (0,05). Dengan demikian dapat
ditarik kesimpulan bahwa ada hubungan antara pendidikan ibu usia
reproduktif dengan pemeriksaan Pap Smear di Poli Kebidanan Rumah
Sakit Umum Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.
45
c. Hubungan Umur Ibu Usia Reproduktif dengan Pemeriksaan Pap Smear
Tabel 4.8
Hubungan Umur Ibu Usia Reproduktif dengan Pemeriksaan Pap
Smear Pada di Poli Kebidanan Rumah Sakit Umum
Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh
No Pemeriksaan
Pap Smear
Umur Jumlah Uji Statistik
< 30 Tahun >30 Tahun
f % f % f % p
1. Ikut 8 22,2 28 77,8 36 100,0
P = 0,016 2. Tidak Ikut 13 56,5 10 43,5 23 100,0
Jumlah 21 38 59 100,0
Signifikasi : P > 0, 05
Berdasarkan tabel 4.8 diatas, dari 46 responden yang mengikuti
pemeriksaan Pap Smear terdapat 28 responden (77,8%) yang berumur >
30 Tahun. Dari 23 responden yang tidak mengikuti pemeriksaan Pap
Smear terdapat 13 responden (56,5%) yang berumur < 30 Tahun.
Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chi-
square dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai p-value 0,0016
yang berarti lebih kecil dari α-value (0,05). Dengan demikian dapat
ditarik kesimpulan bahwa ada hubungan antara umur dengan
pemeriksaan Pap Smear pada ibu usia reproduktif di Rumah Sakit Umum
Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.
46
d. Hubungan Sumber Informasi dengan Pengetahuan Pemeriksaan Pap
Smear pada Ibu Usia Reproduktif
Tabel 4.9
Hubungan Sumber Informasi Ibu Usia Reproduktif dengan
Pemeriksaan Pap Smear di Poli Kebidanan Rumah Sakit
Umum Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh
No Pemeriksaan
Pap Smear
Sumber Informasi Jumlah Uji Statistik
Sering Tidak Sering
f % f % f % p
1. Ikut 25 69,4 11 30,6 36 100,0
P = 0,019 2. Tidak Ikut 5 21,7 18 78,3 23 100,0
Jumlah 30 29 59 100,0
Signifikasi : P > 0, 05
Berdasarkan tabel 4.9 diatas, dari 36 responden yang mengikuti
pemeriksaan Pap Smear terdapat 25 responden (69,4%) ibu sering
mendapatkan informasi. Dari 23 responden yang tidak mengikuti
pemeriksaan Pap Smear terdapat 18 responden (78,3%) yang tidak sering
mendapatkan informasi.
Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chi-
square dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai p-value 0,002
yang berarti lebih kecil dari α-value (0,05). Dengan demikian dapat
ditarik kesimpulan bahwa ada hubungan antara Jumlah anak dengan
pengetahuan pemeriksaan Pap Smear di Rumah Sakit Umum Dr. Zainoel
Abidin Banda Aceh.
47
C. Pembahasan
1. Hubungan Pengetahuan Ibu Usia Reproduktif dengan Pemeriksaan
Pap Smear di Poli Kebidanan Rumah Sakit Umum Dr. Zainoel Abidin
Banda Aceh
Berdasarkan penelitian diatas dapat diketahui bahwa pengetahuan
ibu usia respoduktif berhubungan dengan pemeriksaan Pap Smear di Poli
Kebidanan Rumah Sakit Umum Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. Hal ini
dapat dilihat pada tabel 4.6 dari 36 responden yang mengikuti pemeriksaan
Pap Smear sebagian besar ibu memiliki pengetahuan cukup yaitu sebanyak
19 responden (52,8%). Dari 34 responden yang tidak mengikuti
pemeriksaan Pap Smear sebagian besar ibu memiliki pengetahuan kurang
yaitu sebanyak 13 responden (56,5%).
Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chi-square
dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai p-value 0,0044 yang
berarti lebih kecil dari α-value (0,05). Dengan demikian dapat ditarik
kesimpulan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan pemeriksaan
Pap Smear pada ibu usia reproduktif di Rumah Sakit Umum Dr. Zainoel
Abidin Banda Aceh.
Pengetahuan adalah hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan
terjadi melalui panca indera manusia yakni indera penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan
manusia diperoleh dari indera mata dan telinga pengetahuan atau kognitif
48
merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan
seseorang atau dengan arti lain bahwa pengetahuan mempunyai pengaruh
sebagai motivasi awal bagi seseorang dalam berperilaku. (Notoatmodjo,
2003).
Suatu perbuatan yang didasari oleh pengetahuan akan lebih
langgeng daripada perbuatan yang tidak didasari oleh pengetahuan, dan
orang yang mengadopsi perbuatan dalam diri seseorang tersebut akan
terjadi proses sebagai kesadaran (Awareness) di mana orang tersebut
menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap obyek
(stimulus). Merasa tertarik (Interest) terhadap stimulus atau obyek tertentu.
Di sini sikap subyek sudah mulai timbul. Menimbang-nimbang
(evaluation) terhadap baik dan tidaknya terhadap stimulus tersebut bagi
dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah tidak baik lagi. Trial, di
mana subyek mulai melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang
dikehendaki oleh stimulus. Adopsi (adoption), dimana subyek telah
berprilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya
terhadap stimulus (Notoatmodjo, 2007).
Penelitian yang dilakukan oleh M. Aji Bayu Nugroho (2008)
tentang hubungan pengetahuan, pendidikan dan sikap terhadap
pemeriksaan Pap Smear. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Nilai p-
value 0,003 (p < 0,01).
Berdasarkan literatur dan hasil penelitian yang ditemui, peneliti
berasumsi bahwa pengetahuan berhubungan langsung dengan pemeriksaan
49
pap smear karena pengetahuan seseorang mengenai kanker serviks akan
mendorong ibu tersebut melakukan pemeriksaan Pap Smear. Pada
penelitian ini ditemukan masalah yaitu masih banyaknya ibu yang belum
menyadari pentingnya pemeriksaan Pap Smear karena pengetahuan
mengenai kanker serviks belum menyeluruh ke perkampungan di wilayah
Aceh jadi hanya orang yang tinggal di kota dan dekat dengan kota saja
yang memiliki pengetahuan yang baik dan cukup tentang pemeriksaan Pap
Smear.
2. Hubungan Pendidikan Ibu Usia Reproduktif dengan Pemeriksaan
Pap Smear di Poli Kebidanan Rumah Sakit Umum Dr. Zainoel Abidin
Banda Aceh
Berdasarkan penelitian diatas dapat diketahui bahwa pendidikan
berhubungan dengan pengetahuan pemeriksaan Pap Smear di Poli
Kebidanan Rumah Sakit Umum Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. Hal ini
dapat dilihat pada tabel 4.7, dari 36 responden yang mengikuti
pemeriksaan Pap Smear terdapat 19 responden (52,8%) yang memiliki
pendidikan menengah. Dari 23 responden yang tidak mengikuti
pemeriksaan Pap Smear terdapat 14 responden (60,9%) yang memiliki
pendidikan dasar.
Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chi-
square dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai p-value 0,021
yang berarti lebih kecil dari α-value (0,05). Dengan demikian dapat
ditarik kesimpulan bahwa ada hubungan antara pendidikan ibu usia
50
reproduktif dengan pemeriksaan Pap Smear di Poli Kebidanan Rumah
Sakit Umum Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.
Pendidikan adalah proses pertumbuhan seluruh kemampuan dan
perilaku manusia melalui pengajaran, sehingga dalam pendidikan perlu
dipertimbangkan umur (proses perkembangan) dan hubungannya dengan
proses belajar. Tingkat pendidikan juga merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi persepsi seseorang untuk lebih menerima ide-ide dan
teknologi yang baru (Arikunto, 2004).
Pendidikan berhubungan dengan pengetahuan dan pemahaman
seseorang termasuk pemahaman tentang kesehatan. Menurut Notoatmodjo
(2007) pendidikan dapat meningkatkan pemahaman seseorang dalam hal
ini adalah pemahaman tentang kanker serviks dan pemeriksaan Pap Smear.
Ibu yang mempunyai pendidikan tinggi cenderung mampu memahami
dengan baik tentang pemeriksaan Pap Smear dan dapat dengan cepat
menangkap informasi tentang kanker serviks dan pemeriksaan Pap Smear
begitu juga sebaliknya.
Penelitian yang dilakukan oleh M. Aji Bayu Nugroho (2008)
tentang hubungan pengetahuan, pendidikan dan sikap terhadap
pemeriksaan Pap Smear. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Nilai p-
value 0,003 (p < 0,01).
Berdasarkan literatur dan hasil penelitian yang ditemui, peneliti
berasumsi bahwa pendidikan seseorang akan mempengaruhi ibu untuk
melakukan pemeriksaan Pap Smear. Hal ini disebabkan karena pada
51
proses pendidikan ia akan menerima banyak informasi dan pengetahuan
terntang banyak hal termasuk pengetahuan tentang pemeriksaan Pap
Smear. Maka dari itu ibu-ibu yang melakukan pemeriksaan Pap Smear
sebagaian besar berpendidikan menengah dan tinggi.
3. Hubungan Umur Ibu Usia Reproduktif dengan Pemeriksaan Pap
Smear di Poli Kebidanan Rumah Sakit Umum Dr. Zainoel Abidin
Banda Aceh
Berdasarkan penelitian diatas dapat diketahui bahwa umur
berhubungan dengan pengetahuan pemeriksaan Pap Smear di Poli
Kebidanan Rumah Sakit Umum Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. Hal ini
dapat dilihat pada tabel 4.8, dari 46 responden yang mengikuti
pemeriksaan Pap Smear terdapat 28 responden (77,8%) yang berumur > 30
Tahun. Dari 23 responden yang tidak mengikuti pemeriksaan Pap Smear
terdapat 13 responden (56,5%) yang berumur < 30 Tahun.
Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chi-square
dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai p-value 0,0016 yang
berarti lebih kecil dari α-value (0,05). Dengan demikian dapat ditarik
kesimpulan bahwa ada hubungan antara umur dengan pemeriksaan Pap
Smear pada ibu usia reproduktif di Rumah Sakit Umum Dr. Zainoel
Abidin Banda Aceh.
Umur adalah lama waktu hidup atau ada (sejak dilahirkan atau
sejak diadakan). Umur adalah lamanya hidup sejak dilahirkan hingga saat
ini. Umur merupakan periode penyesuaian terhadap pola-pola kehidupan
52
baru. Pada masa ini merupakan usia reproduktif, masa bermasalah, masa
ketegangan emosi, masa keterasingan sosial, masa komitmen, masa
ketergantungan, masa perubahan nilai, masa penyesuaian dengan cara
hidup baru, masa kreatif. Pada masa dewasa ditandai oleh perubahan
jasmani dan mental. Kemahiran dan keterampilan dan professional yang
dapat menerapkan dan mengambangkan ilmu pengetahuan dan teknologi
serta kesenian (Hurlock, 2004).
Jika dihubungkan umur dengan pengetahuan ibu usia reproduktif
tentang pentingnya pemeriksaan Pap Smear, maka semakin bertambahnya
umur semakin banyak pengalaman yang dimiliki oleh ibu usia reproduktif
dan semakin memahami kegunaan pemeriksaan Pap Smear untuk
kesehatan dalam upaya pencegahan dini atas terjadinya kanker serviks
(Lia, 2009).
Penelitian yang dilakukan oleh Nadia Azzuhra (2011) tentang
pengaruh pengetahuan, pendidikan, umur dan paritas terhadap
pemeriksaan pap smear. Penelitian ini menunjukkan bahwa pengetahuan
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kecemasan ibu hamil.
Nilai p-value 0,000 (p < 0,01).
Dari literatur dan hasil penelitian yang ditemui, peneliti berasumsi
bahwa umur mempengaruhi ibu untuk melakukan pemeriksaan Pap Smear,
dikarenakan semakin bertambahnya umur maka ibu semakin beresiko
terkena kanker serviks dan semakin banyak pula ibu yang melakukan
pemeriksaan Pap Smear.
53
4. Hubungan Sumber Informasi Usia Reproduktif dengan Pemeriksaan
Pap Smear di Poli Kebidanan Rumah Sakit Umum Dr. Zainoel Abidin
Banda Aceh
Berdasarkan penelitian diatas dapat diketahui bahwa keterpaparan
informasi berhubungan dengan pengetahuan pemeriksaan Pap Smear di
Poli Kebidanan Rumah Sakit Umum Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. Hal
ini dapat dilihat pada tabel 4.9, dari 36 responden yang mengikuti
pemeriksaan Pap Smear terdapat 25 responden (69,4%) ibu sering
mendapatkan informasi. Dari 23 responden yang tidak mengikuti
pemeriksaan Pap Smear terdapat 18 responden (78,3%) yang tidak sering
mendapatkan informasi.
Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chi-square
dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai p-value 0,002 yang
berarti lebih kecil dari α-value (0,05). Dengan demikian dapat ditarik
kesimpulan bahwa ada hubungan antara Jumlah anak dengan pengetahuan
pemeriksaan Pap Smear di Rumah Sakit Umum Dr. Zainoel Abidin Banda
Aceh.
Suatu sistem tanpa informasi akan tidak berguna, karena suatu
sistem yang kurang mendapatkan informasi akan mengalami kemacetan
dan akhirnya berhenti. Dengan demikian informasi sangat penting bagi
suatu sistem. Informasi sendiri berasal dari data yang diolah menjadi
bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi yang menerimanya.
Informasi sebagai data yang telah diproses sehingga mempunyai arti dan
54
dapat meningkatkan pengetahuan seseorang yang menggunakan data
tersebut (Nurcahyo, 2009).
Sumber informasi adalah data yang merupakan kenyataan yang
menggambarkan suatu kejadian-kejadian dan kesatuan nyata. Kejadian-
kejadian (event) adalah sesuatu yang terjadi pada saat terentu, kesatuan
nyata (fact and entity) berupa objek nyata seperti tempat, benda, dan orang
yang betul-betul ada dan terjadi (Nurcahyo, 2009).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Tasya Amanda (2010),
tentang faktor yang mempengaruhi pengetahuan pemeriksaan Pap Smear.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dukungan keluarga, jumlah anak dan
keterpaparan informasi mempengaruhi pengetahuan seseorang mengenai
pemeriksaan pap smear. Nilai p-value yang diperoleh adalah p=0,002 (p <
0,01).
Dari literatur dan hasil penelitian yang ditemui, peneliti berasumsi
bahwa sumber informasi berhubungan dengan pemeriksaan Pap Smear.
Karena semakin sering ibu mendapatkan informasi mengenai pemeriksaan
Pap Smear maka semakin besar pula persentase ibu yang akan melakukan
pemeriksaan Pap Smear.
55
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan data dan hasil penelitian pada BAB sebelumnya, peneliti
membuat beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Ada hubungan antara pengetahuan ibu usia reproduktif dengan
pemeriksaan Pap Smear di Poli Kebidanan Rumah Sakit Umum Dr.
Zainoel Abidin Banda Aceh, ditandai dengan nilai p-value (0,044) < α-
value (0,05)
2. Ada hubungan antara pendidikan ibu usia reproduktif dengan pemeriksaan
Pap Smear di Poli Kebidanan Rumah Sakit Umum Dr. Zainoel Abidin
Banda Aceh, ditandai dengan nilai p-value (0,021) < α-value (0,05)
3. Ada hubungan antara umur ibu usia reproduktif dengan pemeriksaan Pap
Smear di Poli Kebidanan Rumah Sakit Umum Dr. Zainoel Abidin Banda
Aceh, ditandai dengan nilai p-value (0,044) < α-value (0,05)
4. Ada hubungan antara sumber informasi ibu usia reproduktif dengan
pemeriksaan Pap Smear di Poli Kebidanan Rumah Sakit Umum Dr.
Zainoel Abidin Banda Aceh, ditandai dengan nilai p-value (0,012) < α-
value (0,05)
56
B. Saran
1. Bagi peneliti
Agar dapat menambah pengetahuan, pengalaman dan wawasan
tentang hubungan sumber informasi ibu dengan pemeriksaan papanicolau
smear (Pap Smear) di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Zainoel Abidin
Banda Aceh Tahun 2013
2. Bagi Tempat Penelitian
Agar dapat menambah informasi, pengetahuan dan pemahaman
tentang hubungan sumber informasi ibu dengan pemeriksaan papanicolau
smear (Pap Smear) di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Zainoel Abidin
Banda Aceh
3. Bagi Institusi Pendidikan
Agar dapat menambah literatur atau bacaan sebagai bahan kajian
dalam meningkatkan pengetahuan mahasiswi tentang hubungan sumber
informasi ibu dengan pemeriksaan papanicolau smear (Pap Smear) di
Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.