INTOKSIKASI KIMIA

download INTOKSIKASI KIMIA

of 15

description

L

Transcript of INTOKSIKASI KIMIA

KEGAWADARURATAN SYSTEM IASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN KEGAWADARURATAN: INTOKSIKASI KIMIA(Dibuat untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah kegawadaruratan system I)

OLEH: NAMA: HERMALINA UKATNIM : 01.10.00337

KELAS/ SEMESTER: KEPERAWATAN B/V

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATANCITRA HUSADA MANDIRI KUPANG2012

BAB IPENDAHULUANA. Latar Belakang Keracunan bukanlah sesuatu yang diharapkan. Namun, hal ini bukan tidak mungkin terjadi pada diri kita, orang yang dekat dengan kita, atau masyarakat luas. Yang umumnya terjadi di masyarakat adalah keracunan makanan, gigitan binatang, zat-zat kimia, dan obat-obatan. Kejadian keracunan ini ternyata kelazimannya masih terlalu tinggi. Dalam pengertian sederhana keracunan adalah kejadian masuknya racun kedalam tubuh manusia. Racun merupakan zat yang jika masuk kedalam tubuh dalam jumlah tertentu mengakibatkan organ tubuh terganggu, baik yang besifat sementara maupun permanen. Racun yang masuk ke dalam tubuh dapat disebabkan oleh unsur ketidaksengajaan maupun kesengajaan. B. Tujuan Penulisan Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah 1. Untuk mengetahui apa itu keracunan2. Untuk mengetahui macam-macam dari keracunan3. Untuk mengetahui asuhan keperawatan gadar pada keracunanC. Metode PenelitianMetode penulisan Dalam pembuatan makalah ini menggunakan metode pustaka

BAB IIIKONSEP DASAR PENYAKIT1. Pengertian Intoksikasi bahan kimia adalah suatu kondisi keracunan akibat masuknya bahan kimia tertentu ke dalam tubuh yang menyebabkan timbulnya kelainan pada tubuh. (Akatsuki, 2010).Kontak dengan zat berbahaya melalui inhalasi, ingesti, injeksi, atau kotak kulit. Prognosis bervariasi, bergantung pada jumlah racun ang di absorbsi, toksisitas zat, dan waktu antara keracunan dan terapi. Widiarti Dwi,2011:554)Intoksikasi obat dapat timbul akut atau kronis. Dapat terjadi akibat bunuh dini ( tentamen suicide ) atau pembunuhan ( homicide ), maupun kecelakaan tidak sengaja ( accidental ).Pada orang dewasa keracunan obat umumnya akibat usaha bunuh diri, kebanyakan dilakukan oleh wanita muda ( usia 10 30 tahun ). Sedang pada anak-anak kebanyakan karena kecelakaanRacun adalah zat yang ketika tertelan, terisap, diabsorbsi, menempel pada kulit atau dihasilkan di dalam tubuh dalam jumlah yang relative kecil menyebabkan cedera dari tubuh dengan adanya reaksi kimia.Intoksikasi atau keracunan adalah masuknya zat atau senyawa kimia dalam tubuh manusia yang menimbulkan efek merugikan pada yang menggunakannya. Keracunan melalui inhalasi dan menelan materi toksik, baik kecelakaan dan karena kesengajaan, merupakan kondisi bahaya kesehatan. Sekitar 7% dari semua pengunjung departemen kedaruratan dating karena masalah toksik. (Brunner and Suddarth.2002)

2. Epidemiologi 1) Terjadi pada 1 juta orang per tahun;fatal pada sekitar 800 kasus.2) Pada semua umur tetapi lebih sering pada anak- anak. Wanita dan laki-laki sama.(Widiarti Dwi,2011:554)3. Etiologi 1. Keracunan dapat disebabkan oleh beberapa hal, berdasarkan wujudnya, zat yang dapat menyebabkan keracunan antara lain : zat padat (obat-obatan, makanan), zat gas (CO2), dan zat cair (alkohol, bensin, minyak tanah, zat kimia, pestisida, bisa/ racun hewan).2. Igesti obat yang tidak disengaja.4. Tanda dan Gejala Yang paling menonjol adalah kelainan visus,hiperaktifitas kelenjar ludah,keringat dan ganguan saluran pencernaan,serta kesukaran bernafas. Gejala ringan meliputi : Anoreksia, nyeri kepala, rasa lemah,rasa takut, tremor pada lidah,kelopak mata,pupil miosis. Keracunan sedang : Nausea, muntah-muntah, kejang atau kram perut, hipersaliva, hiperhidrosis,fasikulasi otot dan bradikardi. Keracunan berat : diare, pupil pi- poin, reaksi cahaya negatif ,sesak nafas, sianosis, edema paru .inkontenesia urine dan feces, kovulsi,koma, blokade jantung akhirnya meninggal.Penilaian keadaan klinis yang paling awal adalah status kesadaran. Alat ukur yang paling sering digunakan adalah GCS (Glasgow Coma Scale). Apabila pasien tidak sadar dan tidak ada keterangan apapun, maka diagnosis keracunan dapat dilakukan pereksklusionam dan semua penyebab penurunan kesdaran seperti meningoensefalitis, trauma, perdarahan subaraknoid/ intrakranial, subdural/ ekstradural haematom, hipoglikemia, diabetik ketoasidosis, uremia, ensefalopati.Penemuan klinis seperti ukuran pupil mata, frekuensi napas dan denyut nadi mungkin dapat membantu penegakan diagnosis pada pasien dengan penurunan kesadaran. (Brunner and Suddarth.2002)5. Klasifikasi Keracunan zat- zat kimiaKasus keracunan semacam ini terjadi karena seseorang tanpa sengaja atau tanpa sepengetahuannya mengonsumsi zat kimia beracun yang ada dalam makanan. Contoh zat kimia beracun tersebut antara lain racun tikus, insektisida, natrium klorida yang disangka susu atau barium bikarbonat yang disangka tepung. Beberapa peralatan makanan yang dilapisi dengan bahan tertentu (mis. antimon atau zinkum) tidak boleh digunakan untuk mewadahi makanan yang mengandung zat tertentu (mis. asam) karena bahan pelapis itu akan bereaksi dengan asam dan menghasilkan racun. Contoh kasus lainnya adalah keracunan karena mengonsumsi makanan berupa ikan atau hasil laut lain yang mengandung logam berat seperti mercury (Hg), penyebab penyakit minamata atau mengandung kadmium (Cd), penyebab penyakit itaiitai di Jepang. Mencerna (menelan) racunTindakan yang dilakukan adalah menghilangkan atau menginaktifkan racun sebelum diabsorbsi, untuk memberikan perawatan pendukung, untuk memelihara system organ vital, menggunakan antidote spesifik untuk menetralkan racun, dan memberikan tindakan untuk mempercepat eliminasi racun terabsorbsi. Keracunan melalui inhalasi Keracunan makananKeracunan makanan adalah penyakit yang tiba-tiba dan mengejutkan yang dapat terjadi setelah menelan makanan atau minuman yang terkontaminasi.

Gigitan ularBisa (racun) ular terdiri dari terutama protein yang mempunyai efek fisiologik yang luas atau bervariasi. Sisitem multiorgan, terutama neurologic, kardiovaskuler, sisitem pernapasan mungkin terpengaruh. Sengatan seranggaManifestasi klinis bervariasi dari urtikaria umum, gatal, malaise, ansietas, sampai edema laring, bronkhospasme berat, syok dan kematian. Umumnya waktu yang lebih pendek diantara sengatan dan kejadian dari gejala yang berat merupakan prognosis yang paling buruk.6. Patofisiologi IFO bekerja dengan cara menghabat (inaktivasi) enzim asetikolinesterase tubuh (KhE).Dalam keadaan normal enzim KhE bekerja untuk menghidrolisis arakhnoid (AKH) dengan jalan mengikat Akh KhE yang bersifat inaktif.Bila konsentrasi racun lebih tinggi dengan ikatan IFO- KhE lebih banyak terjadi. Akibatnya akan terjadi penumpukan Akh ditempat-tempat tertentu, sehingga timbul gejala gejal;a ransangan Akh yang berlebihan ,yang akan menimbulkan efek muscarinik, nikotinik dan SSP (menimbulkan stimulasi kemudian depresi SSP).Pada keracunan IFO ,ikatan Ikatan IFO KhE bersifat menetap (ireversibel) ,sedangkan keracunan carbamate ikatan ini bersifat sementara (reversible).Secara farmakologis efek Akh dapat dibagi 3 golongan :1. Muskarini,terutama pada saluran pencernaan,kelenjar ludah dan keringat,pupil,bronkus dan jantung.2. Nikotinik,terutama pada otot-otot skeletal,bola mata,lidah,kelopak mata dan otot pernafasan.3. SSP, menimbulkan nyeri kepala,perubahan emosi,kejang-kejang (Konvulsi) sampai koma.7. Komplikasi a) Syok Neurogenikb) CHFc) Gagal ginjal8. Pemeriksaan Diagnostik dan Hasil Pemeriksaan laboratorium dengan pemeriksaan lengkap ( urin, gula darah, cairan lambung, analisa gas darah, darah lengkap, osmolalitas serum, elektrolit, urea N, kreatinin, glukosa, transaminase hati ), EKG, Foto toraks/ abdomen, Skrining toksikologi untuk kelebihan dosis obat, Tes toksikologi kuantitatif. (Widiarti Dwi,2011:554)a) LaboratoriumPengukuran kadar KhE dengan sel darah merah dan plasma, penting untuk memastikan diagnosis keracunan IFO akut maupun kronik (Menurun sekian % dari harga normal ).Kercunan akut : Ringan : 40 - 70 %Sedang : 20 - 40 %Berat : < 20 %Keracunan kronik bila kadar KhE menurun sampai 25 - 50 % setiap individu yang berhubungan dengan insektisida ini harus segara disingkirkan dan baru diizinkan bekerja kemballi kadar KhE telah meningkat > 75 % Nb) Patologi Anatomi ( PA ).Pada keracunan acut,hasil pemeriksaan patologi biasanya tidak khas.sering hanya ditemukan edema paru,dilatsi kapiler,hiperemi paru,otak dan organ-oragan lainnya.

9. Pencegahan 1. Baca semua label sebelum mengkonsumsi obat atau menggunakan zat kimia.2. Jauhkan obat atau zat kimia dari jangkauan anak- anak dan hewan piaraan.3. Jangan minum obat yang diprogramkan untuk orang lain.4. Jangan pindahkan obat atau zat kimia dari wadah aslinya.Widiarti Dwi,2011:554)10. Penatalaksanaan1. Umum: Resutasi darurat Pemberian O2 Pemeliharaan jalan napas dan ventilasi Rekomendasi puast pengendalian Racun setempat2. Pengobatan: Antidote khusus, jika tersedia Karbon aktif jika perlu.Widiarti Dwi,2011:555)1. Tindakan emergensiAirway : Bebaskan jalan nafas, kalau perlu lakukan intubasi.Breathing : Berikan pernafasan buatan bila penderita tidak bernafas spontan atau pernapasan tidak adekuat.Circulation : Pasang infus bila keadaan penderita gawat dan perbaiki perfusi jaringan.1) ResusitasiSetelah jalan napas dibebaskan dan dibersihkan, periksa pernapasan dan nadi. Infus dextrose 5 % kecepatan 15 20 tts/mnt, napas buatan + oksigen, hisap lendir dalam saluran napas, hindari obat obat depresan saluran napas, kalau perlu respirator pada kegagalan napas berat. Hindar pernapasan buatan dari mulut ke mulut sebab racun organofosfat akan meracuni lewat mulut penolong. Pernapasan buatan hanya dilakukan dengan meniup face mask atau menggunakan alat bag valve mask.2) Eliminasi Emesis, merangsang penderita supaya muntah pada penderita yang sadar atau dengan pemberian sirup ipecac 15 30 ml. Dapat diulan setelah 20 menit bila tidak berhasil. Katarsis (intestinal lavage), dengan pemberian laksans bila diduga racun telah sampai di usus halus dan tebal. Kumbah lambung (KL atau gastric lavage), pada penderita yang kesadaran yang menurun, atau pada mereka yang tidak kooperatif. Hasil paling efektif bila KL dikerjakan dalam 4 jam setelah keracunan. Keramas rambut dan mandikan seluruh tubuh dengan sabun. Emesis, katarsis dan KL sebaiknya hanya dilakukan bila keracunan terjadi kurang daari 4 6 jam. Pada koma derajat sedang hingga berat tindakan KL sebaiknya dikerjakan dengan bantuan pemasangan pipa endotrakeal berbalon, untuk mencegah aspirasi pneumonia. 3) AntidotumAtropin sulfat (SA) bekerja dengan menghambat efek akumulasi AKh pada tempat penumpukan. Mula mula diberikan bolus iv 1 2,5 mg Dilanjutkan dengan 0,5 1 mg setiap 5 10 15 menit sampai timbul gejala gejala atropinisasi (muka merah, mulut kering, takikardi, midriasis, febris, dan psikosis). Kemudian interval diperpanjang setiap 15 30 60 menit, selanjutnya setiap 2 4 6 8 dan 12 jam Pemberian SA dihentikan minimal setelah 2 X 24 jam. Penghentian yang mendadak dapat menimbulkan rebound effect berupa edema paru dan kegagalan pernapasan akut yang sering fatal. BAB IIIKONSEP DASAR KEPERAWATAN1. Pengkajian Pengkajian difokusakan pada masalah yang mendesak seperti jalan nafas dan sirkulasi yang mengancam jiwa,adanya gangguan asam basa,keadaan status jantung,status kesadran. Riwayat kesadaran : riwayat keracunan,bahan racun yang digunakan,berapa lama diketahui setelah keracunan,ada masalah lain sebagi pencetus keracunan dan sindroma toksis yang ditimbulkan dan kapan terjadinya. Pertolongan kepada pasien gawat darurat dilakukan dengan terlebih dahulu melakukan survei primer untuk mengidentifikasi masalah-masalah yang mengancam hidup pasien, barulah selanjutnya dilakukan survei sekunder.A. Anamnese:Identitas:Nama:Umur/ jenis kelamin: Pada semua umur tetapi lebih sering pada anak- anak. Wanita dan laki-laki sama.Keluhan Utama:, mengeluh nyeri kepala, rasa lemah,rasa takut, tremor pada lidah,kelopak mata,pupil miosis, Kejang atau kram perut.RPS: Nausea, muntah-muntah, kejang atau kram perut, Anoreksia, hipersaliva,hiperhidrosis,fasikulasi otot dan bradikardi.RPD: Tidak pernah mengalami racun seperti ini.

B. Pemeriksaan FisikTahapan kegiatan penfis meliputi :a) A=Airway, mengecek jalan nafas dengan tujuan menjaga jalan nafas disertai control servikal. Data yang berhubungan dengan status jalan nafas adalah : Retraksi interkota (menandakan peningkatan upaya nafas) Pernafasan cuping hidung Bunyi nafas abnormal (menandakan ada sumbatan jalan nafas) Tidak adanya hembusan udara (menandakan obstuksi total jalan nafas atau henti nafas).b) B: Breathing, mengecek pernafasan dengan tujuan mengelola pernafasan agar oksigenasi adekwat.Kebersihan jalan nafas tidak menjamin bahwa pasien dapat bernafas secara adekwat. Inspirasi dan eksprasi penting untuk terjadinya pertukaran gas, terutama masuknya oksigen yang diperlukan untuk metabolisme tubuh. Inspirasi dan ekspirasi merupakan tahap ventilasi pada proses respirasi. Fungsi ventilasi mencerminkan fungsi paru, dinding dada dan diafragma. Pengkajian pernafasan dilakukan dengan mengidentifikasi : Pergerakan dada tidak simetris Adanya bunyi nafas Adanya hembusan/aliran udarac) C: Circulation, mengecek sistem sirkulasi disertai kontrol perdarahan.Sirkulasi yang adekwat menjamin distribusi oksigen ke jaringan dan pembuangan karbondioksida sebagai sisa metabolisme. Sirkulasi tergantung dari fungsi sistem kardiovaskuler.Status hemodinamik dapat dilihat dari : Tingkat kesadaran(Penurunan kesadaran) Nadi (Pemeriksaan nadi dilakukan pada arteri besar seperti pada arteri karotis dan arteri femoral). (Nadi aritmia) Warna kulit ( Pucat, sianosis, CRT < 3)d) D: Disability, mengecek status neurologis(Kejang, miosis, vasikulasi, Mata mengecil/membesar, pupil miosisB5: Mual muntah.B6: Berkeringat, kelemahan. Perubahan EKG yang mencerminkan aritmia

C. Pemeriksaan Penunjang dan Hasil (Widiarti Dwi,2011:554)1. Laboratorium Kadar laktat meningkat atau menurun Kadar kalsium serum meningkat Kadar magnesium serum meningkat Pemeriksaan toksikologi menunjukan kadar racun pada mulut, muntahan urine, feses, atau darah pasien. Nilai gas arteri menunjukan adanya Hipoksemia atau gangguan metabolic. Ketidakseimbangan kadar elektrolit serum, seperti Hipokalemia dapat menunjukan asidosis metabolic.2. Pencitraan Foto toraks dapat menunjukan infiltrate paru atau edema pada keracunan inhalasi dapat menunjkan pneumonia aspirasi pada inhalasi distilat petroleum. Ronsend pada abdomen dapat menunjukan adanya pil zat besi atau zat radiopak lain.3. Prosedur diagnostic EKG dapat menunjukan aritmia atau pemajangan interval QRS dan Interval QT.2. Diagnosa keperatawatan. Airway:Ketidakefektifan Bersihan jalan napas b.d obstruksi akibat benda asing, jatuhnya lidah ke belakang. Di tandai dengan ketidak mampuan megeluarkan sekresi jalan napas, bunyi napas abnormal, frekuensi, irama, kedalaman pernapasan abnormal. Breathing: Ketidakefektifan pola pernapasan b.d obstruksi trakheobronkeal di tandai dengan Perubahan dalam Frekuensi atau pola pernapasan, perubahan nadi( Frekuensi, Irama, Kualitas), Ortopnea, Hipernea, pernapasan sukar, Hiperventilasi Sianosis, Sulit bersuara, Penurunan bunyi napas, Gelisah. Circulation:Ketidak efektifan perfusi jaringan perifer b.d Kekurangan suplai O2 ke jaringan di tandai dengan penurunan atau tidak adanya denyut nadi, perubahan warna kulit( Pucat, Cianosis, CRT < 3, perubahan dalam fungsi sensori dan Motorik. B3: Resiko cedera b.d Penurunan kesadaran, Kejang-kejang B5: Resiko kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan Tubuh b.d Mual,muntah didukung oleh Nafsu makan menurun, tidak menghabiskan porsi makan. B6: Intoleransi Aktivitas b.d Kelemahan umum/ ketidak seimbangan suplai dan kebutuhan O2 di tandai dengan Perubahan EKG yang mencerminkan aritmia atau perubahan iskemia,Melaporkan kelemahan dan keletihan secara verbal, dispnea3. Perencanaan keperawatan

4. Implementasi keperawatanSesuaikan dengan Intervensi diatasPelaksanaan keperawatan/implementasi harus sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya dan pelaksanaan ini disesuaikan dengan masalah yang terjadi. Dalam pelaksanaan keperawatan ada 3 tindakan yang dilakukan yaitu :a. Tindakan kolaborasib. Tindakan mandiric. Tindakan observasi5. Evaluasi keperawatan Evaluasi keperawatan dilakukan untuk menilai apakah masalah keperawatan telah teratasi, tidak tertasi atau teratasi sebagian dengan mengacu pada criteria hasil.

Daftar PustakaCarpenito,L.J. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 10. Jakarta : EGC.Nanda InternasionalTaylor, Cynthia M. 2010. Diagnosis Keperawatan: dengan Rencana Asuhan. Ed. 10. Jakarta. EGC.Widiarti Dwi. 2011.Kapita Selekta Penyakit: Dengan Implikasi Keperawatan. Ed 2. Jakarta: EGC.