Intisari Skripsi Ayu Tifani

28
PENYESUAIAN PERNIKAHAN PADA PASANGAN BEKERJA INTISARI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Islam Riau Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Guna Mencapai Derajat Sarjana Strata Satu Psikologi DISUSUN OLEH: Diajukan Oleh : AYU TIFANI 098110067 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM RIAU PEKANBARU 2013

Transcript of Intisari Skripsi Ayu Tifani

Page 1: Intisari Skripsi Ayu Tifani

PENYESUAIAN PERNIKAHAN PADA PASANGAN BEKERJA

INTISARI

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Islam Riau

Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Guna Mencapai Derajat Sarjana

Strata Satu Psikologi

DISUSUN OLEH:

Diajukan Oleh :

AYU TIFANI 098110067

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM RIAU PEKANBARU

2013

Page 2: Intisari Skripsi Ayu Tifani

MARITAL ADJUSTMENT BETWEEN WORKING COUPLE

AYU TIFANI

FACULTY OF PSYCHOLOGY

ISLAMIC UNIVERSITY OF RIAU

ABSTRACT

To work and to love are two things that remark the maturity of any individuals. In this stage of life they will involve actively in career, marriage, and family life. Marriage demands adaptation on the roles and new responsibilities of each spouse. The research was aimed to let couples know that any problems and obstacles have the solution and way out and to lead them to the thought of not giving up to divorce. The subjects in this research were two, a couple of working-married spouses. It was a qualitative-descriptive research which to figure out the behavior of adjustment between them by interviewing, observation, and psychology test as the technique of data collecting. Through this research, it was found that the both spouses could adjust themselves in their marriage by adapting themselves into the happiness of each, get satisfaction in sexual adjustment, economy issue, and each other’s family and relatives.

Keywords : Marriage, Adjustment, Couple

xvi

Page 3: Intisari Skripsi Ayu Tifani

LATAR BELAKANG

Masa dewasa biasanya dimulai sejak usia 18 tahun hingga kira-kira

usia 40 tahun, biasanya ditandai dengan selesainya pertumbuhan puberitas,

organ kelamin anak telah berkembang dan mampu berproduksi. Pada masa ini,

individu akan mengalami perubahan fisik dan psikologis tertentu, bersama

dengan masalah-masalah penyesuaian diri dan harapan-harapan terhadap

perubahan (Jahja, 2011). Masa dewasa merupakan periode penyesuaian diri

terhadap pola kehidupan baru dan harapan-harapan sosial baru. Harapan

masyarakat untuk orang-orang dewasa muda cukup jelas digariskan dan telah

diketahui oleh mereka sebelum mereka mencapai kedewasaan secara hukum

(Hurlock, 1980).

Diantara sekian banyak tugas perkembangan orang dewasa dini,

tugas-tugas yang berkaitan dengan pekerjaan dan hidup keluarga merupakan

tugas yang sangat banyak, sangat penting dan sangat sulit diatasi (Hurlock,

1980). Menurut pakar psikologi termasyhur, Sigmund Freud, ada dua hal yang

menandai kedewasaan seseorang, yaitu bekerja dan mencintai (Hadi, 2005).

Bekerja merupakan sarana untuk menuju ke arah terpenuhinya

kepuasan pribadi dengan jalan memperoleh kekuasaan dan menggunakan

kekuasaan itu pada orang lain. Pada pokoknya, kerja itu merupakan aktivitas

yang memungkinkan terwujudnya kehidupan sosial dan persahabatan

(Anoraga, 2006).

1

Page 4: Intisari Skripsi Ayu Tifani

Masa dewasa ini individu memasuki peran kehidupan yang lebih luas.

Selama periode ini orang melibatkan diri secara khusus dalam karir,

pernikahan dan hidup berkeluarga (Desmita, 2010).

Pernikahan adalah suatu ikatan janji setia antara suami dan istri yang

didalamnya terdapat suatu tanggung jawab dari kedua belah pihak. Pernikahan

yang dilandasi rasa saling cinta, kasih sayang, menghormati, pengorbanan

merupakan suatu anugerah bagi setiap insan didunia ini (Karetamuda, 2009).

Secara tradisi, perkawinan menuntut perubahan gaya hidup yang lebih

besar bagi perempuan dibanding dengan laki-laki. Perubahan gaya hidup ini

ternyata tidak jarang menjadi pemicu timbulnya problema dalam perkawinan

(Desmita,2010). Penyesuaian diri pada suatu gaya hidup yang baru memang

selalu sulit (Hurlock, 1980).

Menurut Hurlock (1980), dalam pernikahan terdapat empat hal

penting masalah penyesuaian diri yang harus dihadapi oleh pasangan suami

istri, yaitu: Penyesuaian dengan pasangan, Penyesuaian seksual, Penyesuaian

keuangan, Penyesuaian dengan pihak keluarga pasangan. Penyesuaian

perkawinan yang baik adalah kesanggupan dan kemampuan sang suami dan

istri untuk berhubungan dengan mesra dan saling memberi dan menerima cinta.

Penyesuaian diri pada pasangan pernikahan peran ganda memiliki sisi-

sisi keuntungan dan kerugian bagi individu. Salah satu keuntungan utama tentu

saja dari segi keuangan, pernikahan dengan peran ganda juga dapat

memberikan kontribusi pada hubungan yang lebih setara antara suami dan istri,

serta meningkatkan harga diri bagi wanita. Sebaliknya, kerugian yang mungkin

2

Page 5: Intisari Skripsi Ayu Tifani

terjadi pada peran ganda adalah tuntutan adanya waktu dan tenaga ekstra,

konflik antara peran pekerjaan dan peran keluarga, adanya persaingan antara

suami dan istri, dan jika keluarga itu memiliki anak perhatian terhadap mereka

menjadi berkurang (Desmita, 2010).

Hampir semua orang mengharapkan kebahagiaan dan ikatan

pernikahan yang langgeng. Perkawinan menuntut adanya menyesuaikan diri

terhadap tuntutan peran dan tanggung jawab baru dari kedua pasangan, pada

sebagian orang harapan-harapan tersebut sering kandas ditengah jalan dan

tidak menjadi kenyataan (Desmita,2010).

Berdasarkan data yang didapatkan dari Pengadilan Agama Kelas 1A

Pekanbaru, diketahui jumlah perceraian pada tahun 2012 berjumlah 1421

kasus. Gagalnya penyesuaian diri dalam pernikahan yang berujung pada

perceraian, juga dialami oleh pasangan yang bekerja. Berikut disajikan data

perceraian pasangan bekerja pada bulan Juni - Desember 2012 adalah:

Tabel 1.1 Data Perceraian Pasangan Bekerja Pada Bulan Juni-Desember 2012

Bulan Pasangan Bekerja Pasangan yang Istrinya Tidak

Bekerja Jumlah

Juni Juli

Agustus September Oktober

November Desember

69 50 34 66 70 51 36

63 45 39 74 59 57 60

132 95 73

140 129 108 96

3

Page 6: Intisari Skripsi Ayu Tifani

Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk menggali lebih dalam

“Penyesuaian Pernikahan Pada Pasangan Bekerja”.

FOKUS PENELITIAN

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa fokus penelitian yaitu:

1. Bagaimana penyesuaian perkawinan pada periode tertentu akan lebih

mudah selama hidup perkawinan daripada masa-masa lainnya?

2. Bagaimana cara menyesuaian diri terhadap pasangan yang bekerja?

Bekerja diluar rumah, dan mempunyai pasangan bekerja yang bekerja

diluar rumah terikat dalam suatu Instansi tertentu.

3. Bagaimana penyesuaian diri yang baik dalam wujudkan keberhasilan

dalam perkawinan

TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan karena aktifitas orang dewasa yang semakin

banyak ingin berkarir, setelah itu mereka akan menikah. Dalam pernikahan

tentu mereka terlibat konfik pernikahan. Setiap permasalahan tentu ada jalan

keluar, dengan harapan pasangan dapat menyesuaikan diri dimasa pernikahan

sehingga terhidarlah keputusan untuk bercerai.

4

Page 7: Intisari Skripsi Ayu Tifani

MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat memberikan beberapa

manfaat, antara lain:

Manfaat Teoritik

Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi positif pada

pengembangan ilmu psikologi, utamanya pada teori-teori di bidang

psikologi keluarga dan perkawinan, psikologi perkembangan dan sosial.

Manfaat praktis

Bagi informan sendiri

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujukan untuk lebih

mengenal diri mereka sendiri. Selain itu, dari hasil penelitian ini

diharapkan informan dapat mempelajari diri masing-masing dan

memahami pasangan dengan kaitan penikahan, karir dan sosial lainnya.

Bagi Pemerintah dan pihak lain yang terkait

Dari pihak organisasi tempat pasangan bekerja sampai keluarga

masing-masing pasangan, dan pada pasangan-pasangan bekerja lainnya

yang akan menikah, semoga menjadi referensi untuk mereka sebelum

memasuki dunia pernikahan.

5

Page 8: Intisari Skripsi Ayu Tifani

TINJAUAN PUSTAKA

PENYESUAIAN DIRI

Pengertian Penyesuaian Diri

Penyesuaian dapat diartikan atau dideskripsikan sebagai berikut

(dalam Hartono & Sunarto, 2008), Adaptasi, Konformitas, Penguasaan, dan

Kematangan Emosional:

Pertama, penyesuaian berarti adaptasi, dapat mempertahankan

eksistensinya, atau bisa “survive” dan memperoleh kesejahteraan jasmaniah

dan rohaniah, dan dapat mengadakan relasi yang memuaskan dengan

tuntutan sosial.

Kedua, penyesuaian dapat juga diartikan sebagai konformitas, yang

berarti menyesuaiakan sesuatu dengan standar atau prinsip.

Ketiga, penyesuaian dapat diartikan sebagai penguasaan, yaitu

memiliki kemampuan untuk membuat rencana dan mengorganisasikan

respon-respon sedemikian rupa, sehingga bisa mengatasi segala macam

konflik, kesulitan dan frustasi-frustasi secara efisien. Individu memiliki

kemampuan menghadapi realitas hidup dengan cara yang adekuat atau

memenuhi syarat.

Keempat, penyesuaian dapat diartikan penguasaan dan kematangan

emosional. Kematangan emosional maksudnya ialah secara positif memiliki

respon emosional yang tepat pada setiap situasi.

6

Page 9: Intisari Skripsi Ayu Tifani

Aspek-Aspek Penyesuaian Diri

Aspek-aspek dalam proses penyesuaian menurut Sunarto dan

Hartono 2008 terdiri :

1. Adaptasi. Senang bergaul, bisa menghadapi situasi apapun dengan baik.

2. Kesejateraan jasmani dan rohaniah. Dapat mensejahterahkan diri.

3. Relasi yang memuaskan dengan tuntutan sosial. Dapat menerima

keputusan dari orang lain, menerima pendapat orang lain.

4. Konformitas. Dapat menerima prinsip atau aturan yang berlaku.

5. Realitas hidup memenuhi syarat. Dapat menerima keadaan.

6. Kematangan emosional. Dapat mengatur amarah, dapat menempatkan

atau tidak berlebihan dalam menyampaikan perasaan atau emosi.

Faktor-Faktor Penyesuaian Diri

Menurut Sunarto dan Hartono (2008) faktor-faktor penyesuaian diri :

1. Kondisi-kondisi fisik, termasuk di dalamnya keturunan, konstitusi fisik,

susunan saraf, kelenjar, dan sistem otot, kesehatan, penyaki.

2. Perkembangan dan kematangan, khususnya kematangan intelektual,

sosial, moral, dan emosional.

3. Penentu psikologis, termasuk di dalamnya pengalaman, belajarnya,

pengkondisian, penentuan diri (self determination), frustasi dan konflik.

4. Kondisi lingkungan, khususnya keluarga dan sekolah.

5. Penentu kultural, termasuk agama.

7

Page 10: Intisari Skripsi Ayu Tifani

PENYESUAIAN PERKAWINAN

Perkawinan merupakan ikatan lahir batin dan persatuan antara dua

pribadi yang berasal dari keluarga, sifat, kebiasaan dan budaya yang berbeda.

Perkawinan juga memerlukan penyesuaian secara terus menerus. Setiap

perkawinan, selain cinta juga diperlukan saling pengertian yang mendalam,

kesediaan untuk saling menerima pasangan masing-masing dengan latar

belakang yang merupakan bagian dari kepribadiannya. Hal ini berarti mereka

juga harus bersedia menerima dan memasuki lingkungan sosial budaya

pasangannya dan karenanya diperlukan keterbukaan dan toleransi yang sangat

tinggi, serta saling penyesuaian diri yang harmonis (Suryanto dan Anjani,

2006).

Penyesuaian diri merupakan masalah penting bagi setiap pasangan

suami istri, karena keberhasilan atau kegagalan penyesuaian diri ini dapat

mempengaruhi keharmonisan dalam keluarga (Handayani dan Anissa, 2012)

PASANGAN BEKERJA

Bekerja dapat dikatakan sebagai bentuk pemenuhan kebutuhan

individu dalam beraktualisasi. Seiring dengan munculnya tuntutan dari

pekerjaan yang ditekuni, misalnya harus meluangkan waktu lebih banyak di

tempat kerja daripada di rumah, memungkinkan timbulnya konflik dengan

pasangan perkawinan (Sriningsih dan Yanuarti, 2012).

8

Page 11: Intisari Skripsi Ayu Tifani

TEORI PENYESUAIAN DIRI DALAM PERKAWINAN

Menurut Hurlock (1980) penyasuaian diri dalam perkawinan, ada

empat pokok yang paling umum dan paling penting bagi kebahagiaan

perkawinan dalam penyesuaian diri pasangan adalah Penyesuaian dengan

pasangan, Penyesuaian seksual, Penyesuaian keuangan dan Penyesuaian

dengan keluarga dari pihak masing-masing pasangan.

Pertama, Penyesuaian dengan Pasangan. Masalah penyesuaian yang

paling pokok yang pertama kali dihadapi oleh keluarga baru adalah

penyesuaian terhadap pasangan atau istri-suami. Hubungan interpersonal

memainkan peran yang penting dalam perkawinan yang pentingnya sama

dengan hubungan persahabatan dan hubungan bisnis. Bagaimana juga dalam

kasus perkawinan, hubungan interpersonal jauh lebih sulit untuk disesuaikan

daripada dalam kehidupan bisnis, sebab dalam perkawinan terdapat keruwetan

oleh berbagai faktor yang tidak biasa timbul dalam bidang kehidupan

individual.

Kedua, Penyesuaian Seksual. Masalah penyesuaian utama yang kedua

dalam perkawinan adalah penyesuaian seksual. Masalah ini merupakan salah

satu masalah yang paling sulit dalam perkawinan dan salah satu penyebab yang

mengakibatkan pertengkaran dan ketidakbahagiaan perkawinan apabila

kesepakatan ini tidak dapat dicapai dengan memuaskan. Biasanya pasangan

tersebuat belum mempunyai cukup pengalaman awal, yang berhubungan

dengan penyesuaian ini dari pada orang-orang lain dan mereka mungkin tidak

mampu mengendalikan emosi mereka.

9

Page 12: Intisari Skripsi Ayu Tifani

Ketiga, Penyesuaian Keuangan. Penyesuaian yang ketiga adalah

keuangan. Uang dan kurangnya uang mempunyai pengaruh yang kuat terhadap

penyesuaian diri orang dewasa dengan perkawinan.

Pertama, percekcokan mungkin berkembang apabila sang istri berharap

suaminya dapat menangani sebagian dari tugasnya. Ancaman kedua, dari

penggabungan pendapatan yang diakibatkan situasi keuangan kedua pasangan

pada suami istri adalah penyesuaian perkawinan yang baik berasal dari

keinginan untuk memiliki harta benda, sebagai batu loncotan meningkatkan

mobilitas sosial dan simbol keberhasilan keluarga.

Keempat, Penyesuaian dengan Keluarga dari Pihak Masing-masing

Pasangan. Masalah penyesuaian penting yang keempat dalam hidup

perkawinan adalah penyesuaian diri dengan keluarga dan anggota keluarga

pasangan. Suami istri tersebut harus mempelajarinya dan menyesuaikan diri

dengannya bila dia atau ia tidak menginginkan hubungan yang tegang dengan

sanak saudara mereka.

10

Page 13: Intisari Skripsi Ayu Tifani

METODE PENELITIAN

Tipe Analisis

Metode penelitian yang digunakan yaitu metode penelitian kualitatif,

dengan pendekatan deskriptif kualitatif biasa disebut dengan kuasi kualitatif

atau desain kualitatif semu.

Unit Analisis

Individu akan berinteraksi dengan lingkungannya dengan cara tertentu

secara refleksif melalui proses belajar. Penyesuaian diri melalui proses belajar

berakibat pada adanya perubahan perilaku yang bersifat aktual dan potensial

(Radhiani, 2008).

Subjek Penelitian

Dengan menggunakan purposive sampling kita bisa mengambil

sampel berdasarkan kriteria tertentu. Adapun sampel dalam penelitian ini

adalah pasangan bekerja, usia pernikahan 1-5 tahun. Jumlah sampel yang

diambil 2 orang (pasang suami istri).

Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data menggunakan teknik wawancara semi terstruktur,

observasi partisipatif dan tes psikologi (BAUM, DAP, HTP, WARTEGG, dan

SSCT).

11

Page 14: Intisari Skripsi Ayu Tifani

Teknik Analisis Data

Menurut Ghony dan Almanshur, (2012) analisis data adalah proses

mengatur urutan data, mengorganisasikan dalam suatu pola, kategori, dan suatu

uraian dasar. Pada bagian ini akan dibahas beberapa prinsip pokok, yaitu :

1. Konsep dasar. Pekerjaan analisis data dalam hal ini adalah

mengelompokkan, memberikan kode, dan mengkategorikannya.

2. Menemukan tema dan merumuskan hipotesis. Teliti hasil catatan lapangan

anda, susunlah menurut tipologi.

3. Bekerja dengan hipotesis. Mencari dan menemukan apakah hipotesis kerja

itu didukung atau ditunjang oleh data, dan apakah hal itu benar.

Pengujian Kredibilitas Data

Menurut Ghony dan Almanshur, (2012) ada lima teknik utama untuk

mengecek kredibilitas data hasil penelitian kualitatif, yakni:

1. Memperpanjang keterlibatan pengamatan dan trianguasi.

2. Pengecekan eksternal pada proses inkuiri

3. Suatu kegiatan yang mendekati perbaikan hipotesis kerja karena semakin

banyak informasi yang tersedia.

4. Mengecek temuan dan interpretasi awal terhadap data-data mentah.

5. Memberikan pengujian temuan dan interpretasi langsung dengan sumber

manusia sebagai asal dan temuan tersebut-pembuat realitas ganda yang

dikaji (pengecekan anggota).

12

Page 15: Intisari Skripsi Ayu Tifani

Hasil Analisis Data

Informan 1 (Istri)

Hasil wawancara dengan informan tentang penyesuaian diri

terhadap pernikahan pada pasangan bekerja, informan dapat menyesuaikan

diri dengan pasangannya terlihat informan melakukan komunikasi dengan

suaminya baik ketika bertemu dirumah maupun melalui media komukasi

(telpon), membicarakan kegiatan mereka dikantor, keadaan rumah dan anak-

anak. Pasangan ini memahami apa yang disukai dan tidak disukai satu sama

lain, baik itu sifat, makanan dan hobi. Seperti, informan menyukai sifat

suaminya yang penyabar dan dapat menempatkan diri jika berada dirumah

dan dikantor. Informan tidak menyukai hobi suaminya yang memelihara

binatang yaitu anjing luar namun informan berusaha menerima hobi

suaminya dikarenakan hobi tersebut tidaklah menyimpang, sementara

subjek tahu lingkungan teman-teman kantor suaminya memiliki hobi yang

kurang baik, selain itu informan tidak suka sifat suaminya yang kasar, galak

dan sombong jika berada diluar rumah.

Informan dan suami memiliki kerja sama yang baik dalam

mengatur kegiatan rumah tangga dan mengurus anak. Suami Informan mau

membantunya dalam hal membersihkan rumah dan mengurus anak dirumah.

Jika mereka bekerja, mereka sepakat bahwa anak-anak akan diasuh oleh ibu

informan dan ibu informan merasa senang dan tidak keberatan. Meskipun

mereka memiliki kesibukan masing-masing, informan dan suami tetap

menunjukkan rasa kasih sayang mereka berdua dengan menyempatkan

16

Page 16: Intisari Skripsi Ayu Tifani

makan berdua disela-sela pulang kantor dan menunjukkan kasih sayang

secara lisan lewat pesan singkat.

Penyesuaian seksual informan mengetahuai cara melakukan

hubungan suami istri baik segi agama, seperti apa yang yang dilakukan, doa,

mandi sesuai dengan tatanan Islam. Informasi tersebut informan ketahui dari

Orang Tua, Buku dan Organisasi (KUA) saat subjek mengikuti penataran di

Kua. Selama ini subjek tidak ada masalah dengan hubungan tersebut.

Informan dan suami memiliki pengertian yang cukup dalam mengenai

hubungan ini, terkadang informan sudah tertidur dan suami pengertian tidak

menggangu informan.

Informan dan suami pernah mengalami perbedaan pendapat atau

opini tentang selera masing-masing, namun demikian mereka memiliki jalan

keluar untuk hal itu salah satunya dengan menghargai dan memikirkan

pendapat pasangannnya. Dalam menghadapi konflik Informan cenderung

emosian biasanya pemicu dari konflik adalah keadaan yang tidak sesuai

dengan informan inginkan antara lain ketika rencana yang telah dibuat

gagal, terkadang hal spele seperti menunda pekerjaan (angkat galon)

informan merasa kesal dengan suami. Akibat dari hal tidak sesuai tadi

informan menunjukkan rasa marah dengan merajuk sehingga sifat itu

membuat suami merasa tidak nyaman. Meskipun demikian suami informan

berusaha mengontrol egonya untuk menghadapi informan dengan lembut

dan akhirnya informan sadar apa yang dilakukannya itu salah. Selain itu

17

Page 17: Intisari Skripsi Ayu Tifani

ketika suami informan menceritakan ada wanita cantik dikantornya,

informan merasa cemburu namun hanya dibawa bercanda.

Pengaturan keuangan diserahkan suami kepada informan, dalam

bentuk ATM, kemudian informan mengaturnya untuk memenuhi kebutuhan

anak dan rumah tangga. Dalam penggabungan pendapatan rumah tangga,

penghasilan informan digunakan untuk menutupi kebutuhan rumah tangga

dan anak, sementara penghasilan suami informan untuk membangun rumah.

Sebelumnya penghasilan informan digunakan untuk memenuhi kebutuhan

pribadinya sendiri. Dan ini semua telah mereka sepakati, termasuk

menerima keadaan pengeluaran yang kini tambah membesar dikarenakan

sedang membangun. Dari itu pengertian merupakan konsep dasar dalam

pengolahan keuangan mereka.

Sebelum menikah informan sudah mengenal keluarga dari

suaminya, orang tua suaminya tahu bahwa informan adalah teman dekat

anaknya. Semasa pacaran informan merasa grogi dan takut salah tingkah

bertemu dengan orang tua suaminya. Setelah menikah informan menjalin

hubungan yang baik dengan orang tua suaminya, dengan ibu mertua

informan menjalin komunikasi yang baik, seperti membicarakan

perkembangan anak. Ayah mertua memiliki sifat humoris, baik bertukar

cerita tentang dunia kerja, nasehat seperti meminta informan untuk

mengingatkan anaknya dan sewajarnya. Kedua orang tua suaminya tidak

memasuki area rumah tangga anaknya dengan informan.

18

Page 18: Intisari Skripsi Ayu Tifani

Informan juga menjalin hubungan yang baik dengan saudara-

saudara suaminya, mereka sudah menganggap informan sebagai kakak

sendiri meskipun adik ipar informan bermasalah dengan adik kandungnya,

namun informan dan suami tidak mau ikut campur dalam urusan tersebut.

Dan juga informan menjalin hubungan baik dengan saudara lain suaminya,

seperti bersilaturahmi saat lebaran dan acara keluarga. Saat informan dan

suami libur mereka selalu menyempatkan main kerumah orang tua

suaminya untuk bersilatuhrahmi melihat keadaan orang tua, nenek uyut dan

juga mengajak anak-anaknya.

Informan 2 (Suami)

Hasil wawancara dengan informan tentang penyesuaian diri terhadap

pernikahan pada pasangan bekerja, informan dapat menyesuaikan diri

dengan pasangannya terlihat memanfaatkan media komunikasi untuk

membicarakan kegiatan mereka dikantor, keadaan rumah, anak-anak dan

juga istri mengabari informan jika sudah sampai ditempat kerja. Selain itu

informan juga membicarakan masalah-masalah yang terjadi di kantor

kepada istrinya seperti pekerjaan yang tidak siap, kesal dengan teman

kantor, namun hanya bercerita saja karena informan dapat mengontol

emosinya sehingga orang rumah tidak terkena imbasnya. Jika terjadi

perbedaan pendapat informan akan merayu istrinya untuk menyatukan

pendapatnya.

Pasangan ini memahami apa yang disukai dan tidak disukai oleh

pasangannya. Seperti informan mengetahui istrinya tidak menyukai

19

Page 19: Intisari Skripsi Ayu Tifani

makanan berbau rempah-rempah dan informan menyukai sifat super

pengertian istrinya, selain itu ada sifat yang tidak disukai informan yaitu

sifat perajuk istrinya.

Dalam hal mengerjakan pekerjaan rumah tangga informan memiliki

kesepakatan kerja sama seperti jika istri mencuci informan yang

mengangkat kain serta kesepakatan mengurus anak, informan jarang dalam

mengasuh anaknya karena istri yang kurang percaya kalau informan

mengurus anak takut tidak teliti, serta informan tidak keberatan jika anak-

anaknya dititipkan kepada Ibu mertua.

Menunjukkan rasa kasih sayang informan menyempatkan untuk

makan berdua disela kesibukan mereka pulang dari kantor dan dirumah

nonton tv berdua serta informan tidak menyangka bahwa istrinya

memperhatikan keperluaan informan serinci itu seperti menjahitkan baju

dinas, membelikan dompet dan memperhatikan kerapihan pakaian informan.

Penyesuaian seksual, informan mengetahui bagaimana cara

melakukan hubungan suami-istri yaitu sesuai dengan tatanan Islam, yang

didapatnya dari lingkungan, pergaulan, internet dan media sosial. Selama ini

tidak ada masalah dalam hubungan tersebut dikarenakan informan dan istri

masi muda dan kuat sehingga tidak ada permasalahan serius dalam hal

tersebut.

Informan cemburu jika melihat istrinya berinteraksi dengan lawan

jenis dikantor, tetapi jika tidak melihat informan tidak cemburu namun

akhirnya informan memberikan kepercayaan kepada istrinya. Dalam

20

Page 20: Intisari Skripsi Ayu Tifani

mengendalikan emosi jika informan marah dan mengakibatkan perkelahian

informan akan diam dan memikirkan bagaimana cara menyelesaikannya

karena jika dibawa berdebatpun istri informan akan merajuk. Hal-hal yang

menyebabkan informan marah karena keadaan yang tidak sesuai ditambah

dengan keadaan fisk yang kurang istrirahat. Disini informan dapat

mengontrol egonya untuk tidak memperpanjang perkelahian dengan

menegur istrinya, menanyakan permasalahan dengan lembut dan akhirnya

kondisi kembali membaik.

Meskipun informan dan istri sama-sama bekerja, informan tetap

melakukan kewajibannya memberi nafkah yaitu menyerahkan semua

penghasilannya kepada istri dan mengatur ekonomi berdua. Informan

memiliki prinsip tidak mau tahu soal penghasilan istrinya. Dalam

penggabungan pendapatan informan dan istri fleksibel menggunakan uang

siap yang ada untuk menutupi kebutuhan membangun rumah. Dan ini semua

telah mereka sepakati, termasuk menerima istri yang bekerja, karena

pengertian merupakan konsep dasar dalam pengolahan keuangan mereka.

Informan memiliki hubungan yang baik dengan keluarga istrinya,

semasa pacaran informan sering bermain kerumah istrinya dan ibu istrinya

mengetahui informan adalah teman dekat anaknya. Setelah menikah

informan menjalin komunikasi yang baik dengan ibu dan ayah mertua,

orang tua istrinya ini memiliki sifat yang sama dalam memandang perikahan

anak-anaknya yaitu tidak ikut campur diarea pernikahan anak-anaknya

sebatas nasehat yang masih wajar. Dengan adik ipar informan menjalin

21

Page 21: Intisari Skripsi Ayu Tifani

komunikasi yang baik dan menjalin hubungan yang baik dengan saudara

lain istrinya. Informan melakukan kegiatan bersama dengan keluarga

istrinya seperti makan malam bersama dan main kerumah orang tua istrinya.

Pembahasan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk-bentuk perilaku

penyesuaian diri pernikahan, penyesuaian diri terhapad pernikahan pada

pasangan bekerja dan penyesuaian diri yang baik dalam wujudkan keberhasilan

dalam perkawinan. Dari hasil penelitian yang didapat peneliti dilapangan

informan telah menjalankan proses penyesuaian diri perkawinan dengan

pasangan bekerjanya.

Peneliti menemukan bahwa informan dengan karakteristik kepribadian

yang tampak (Bagan Gambaran Kepribadian 1 dan 2) ternyata mampu

melakukan penyesuaian dalam pernikahan.

Perkawinan merupakan ikatan lahir batin dan persatuan antara dua

pribadi yang berasal dari keluarga, sifat, kebiasaan dan budaya yang berbeda.

Perkawinan juga memerlukan penyesuaian secara terus menerus. Setiap

perkawinan, selain cinta juga diperlukan saling pengertian yang mendalam,

kesediaan untuk saling menerima pasangan masing-masing dengan latar

belakang yang merupakan bagian dari kepribadiannya. Hal ini berarti mereka

juga harus bersedia menerima dan memasuki lingkungan sosial budaya

pasangannya dan karenanya diperlukan keterbukaan dan toleransi yang sangat

tinggi, serta saling penyesuaian diri yang harmonis (Suryanto dan Anjani,

2006).

22

Page 22: Intisari Skripsi Ayu Tifani

Pasangan yang menyesuaikan diri didalam perkawinan adalah

pasangan saling berkomunikasi satu sama lain, saling sepakat terhadap

berbagai persoalan keluarga dan pernikahan dan menyelesaikan masalah secara

konstruktif. Perkawinan sebagai penyatuan yang diakui secara hukum dan

sosial, idealnya sepanjang hayat, yang membawa hak dan kewajiban seksual,

ekonomi, dan sosial bagi pasangan. Menjalani kehidupan perkawinan sama

halnya dengan belajar berjalan, yang akan tersandung dan terjatuh. Jika

masing-masing pasangan bertahan untuk berusaha, maka pasangannya akan

terus mengalami pertumbuhan secara emosional maupun sosial (Elfinda, 2011).

Hubungan yang baik antara anak dengan orang tuanya mencerminkan

keberhasilan penyesuaian perkawinan terhadap masalah tersebut. Jika

hubungan antara anak dengan orang tuanya buruk, maka suasana rumah tangga

akan diwarnai oleh perselisihan yang menyebabkan penyesuaian perkawinan

menjadi sulit (Hurlock, 1980).

Pasangan yang menyesuaiakan diri dengan baik mempuyai nilai yang

lebih serupa daripada mereka yang penyesuaian dirinya buruk. Barangkali latar

belakang yang sama menghasilkan nilai yang sama pula (Hurlock, 1980).

Informan juga mengatahkan bahwa inti dari pernikahan yang mereka

jalani yaitu sebagai pasangan bekerja adalah pengertian. Berusaha menerima

kondisi sebagai pasangan bekerja baik istri dan suami dan ketika berada

dirumah.

23

Page 23: Intisari Skripsi Ayu Tifani

14

Gambaran Kepribadian (Informan 1) (Bagan1)

S1 Wawancara

History

Keluarga

Konsep diri

Subjek memiliki Ayah(akupuntur) dan Ibu(dulunya guru sekarang ibu rumah tangga. Keduanya asli suku Minang namun Ibu ada keturunan India. Subjek dua besaudara dan semuanya perempuan. Subjek beberapa kali pindah Padang-Pekanbaru dan akhirnya menetap di kota Pekanbaru

Subjek sejak SD sudah memiliki penyakit Maag, dan berinjak SMP-SMA mulai tidak kambuh. Sejak kecil subjek sudah ikut khursus musik keybourd. Subjek minat sekali dengan musik. Sejak SMU subjek sudah ngeband dan mencari uang sendiri. Setelah subjek kuliah kegiatan subjek ngeband, mengajar dan kuliah. Subjek menikah tahun 2008, memiliki cita-cita menjadi ibu muda terinspirasi oleh adik ibunya. Subjek memilih suaminya karena bisa menjadi teman, abang dan suami, dan merasa sikap suaminya cukup terhadap dirinya. Berharap lebih baik lagi dalam berumah tangga, untuk anak-anak menjadi pintar dan cepat besar.

SSCT

BAUM+DAP+HTP

WARTEGG

Hubungan dengan keluarga: keluarganya saling membantu dan mengayomi, memiliki ibu yang hebat dan bertanggung jawab namun ingin ayah lebih dekat dengan Tuhan dan menjadi yang terbaik buat keluarga.

Masalah seksual: ingin dapat membina rumah tangga yang harmonis dan bahagia lahir batin, memiliki hubungan yang memuaskan dan menyenangkan dan ingin menjadi yang terbaik buat suami.

Hubungan interpersonal: cocok dengan teman-teman yang biasa bermain musik, senang dengan orang yang menghargai waktu dan orang bekerja dengannya betah. Subjek tidak suka dengan orang yang buruk sangka dan membicarakan orang lain, menyukai orang yang ramah dan tidak sombong. Kepada atasan, selaalu sopan dan menganggap ownernya.

Konsep diri: subjek orang yang penyayang,menurutnya teman sejati tidak ada, dan bila ketakutan ia ingin menangis. Subjek ingin membahagiakan orang tuanya, ingin menyelesaikan kuliah. Subjek memiliki kemampuan untuk lebih sukses, dan bekerja dengan baik untuk mencapai kehidupan yang lebih baik lagi.

Kognitif: kecenderungan berpikir objektif, menerima hal-hal riil, kekanak-kanakan, tidak konsisten,fleksibel, adanya kesadaarn individual, ketergantungan pada orang lain, motivasi berprestasi.

Emosi: orang yang emosian, tidak sabaran, mudah nervous, jiwa yang semangat, penyayang dan penakut, perasaan impulsif, mudah tersentuh perasaanya.

Sosial: cenderung menutup diri, memiliki perasaan tidak mampu pada kontak sosial, pendiam, orientasi pada diei sendiri, namum memiliki suasana hati yang hidup.

Intelektual: menggunakan akal sehat, lebih dominan fungsi intelektualnya, kemauan kuat, tertarik pada realita, tekun (kompulsif), dapat memusatkan perhatian dan berbakat, namun kurang dinamis.

Emosional: defisiensi emosi ringan, cepat marah dan kompulsif, emosi yang dominan, sensitif, penolakan terhadap konflik, lembut, hangat dan berperasaan.

Imajinasi: memiliki sifat alamia dan rileks, fleksibel, dan mempu untuk mengorganisasikan dan membangun.

Aktifitas: aktif dan penuh kegembiraan, hati-hati dan tenang, tidak suka berlagak dan pendiam, kaku, sikap asing pada kehidupa atau ada hambatan, kaku, dan selalu mengaitkan dengan kehidupannya.

TES PSIKOLOGI

14

Page 24: Intisari Skripsi Ayu Tifani

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Setting Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kota Pekanbaru. Kedua subjek merupakan

pasangan suami-istri yang bekerja di Pekanbaru-Riau. Pemilihan lokasi

penelitian ini berdasarkan permintaan subjek pertama dan kedua untuk

penelitian ini. Peneliti juga ingin membangun rapport yang baik kepada subjek

agar subjek tidak canggung untuk menjawab pertanyaan wawancara yang

dilontarkan oleh peneliti sehingga jawaban-jawaban yang diinginkan bisa

tercapai.

Tabel 4.1 Karakteristik Subjek Penelitian

Kategori Informan 1 Informan 2 Nama FHA/T RDP/D Tanggal lahir 22 Juni 1985 6 Juli1983 Pekerjaan Guru Musik Polri Suku Bangsa Minang Minang Agama Islam Islam Urutan Kelahiran 1 dari 2 bersaudara 1 dari 5 bersaudara Pendidikan SMA SMA Pernikahan ke Pertama Pertama Jumlah anak 2 orang 2 orang

Hasil Penelitian

Deskripsi Penemuan

Karakteristik Informan

Informan 1 (Bagan 1)

Informan 2 (Bagan 2)

13

Page 25: Intisari Skripsi Ayu Tifani

15

Gambaran Kepribadian (Informan 2)(Bagan 2)

S2 Wawancara

HISTORY

Keluarga

Konsep diri

Subjek memiliki Ayah(PNS) dan Ibu ( ibu rumah tangga. Keduanya asli suku Minang. Subjek lima besaudara, empat laki-laki dan satu perempuan. Orang tua subjek merantau ke Pekanbaru dan akhirnya menetap.

Subjek lahir di Pekanbaru. Waktu kecil subjek diasuh oleh orang tua dan nenek. Subjek tidak suka dengan hujan karena risih basah-basah dan takut sakit. Waktu masi sekolah subjek tidak pernah mengikuti ekstrakulikuler.setelah menamatkan SMA subjek ingin kuliah pertamanya namun subjek berminat bekerja. subjek mempersiapkan dirinya untuk bekerja yaitu mendaftar sebagai anggota Polri, dan kegiatan subjek masi lajang menjalankan aktifitas kerjanya. SMA kelas 3 subjek mengenal istrinya, saat pacaran subjek pergi jalan dan makan. Setelah 6 tahun pacaran, 2008 subjek memutuskan menikah dengan istrinya, menurutnya sudah mapan, usia sudah cukup dan juga sudah waktunya.subjek mempunyai harapan bahwa nantikeluarganya susah-senang, gembira-sedih ingin hidup sama-sama dengan keluarga.

SSCT

BAUM+DAP+HTP

WARTEGG

Hubungan dengan keluarga: Memperlakukan sebagai bagian keluarga dan anak. Subjek dan ibunya saling menyayangi, baik, pengertian dan subjek tidak mau menyakitinya. Ayah subjek jarang marah, mau memaafkannya dan ingin ayahnya bahagia dan menjadi contoh.

Masalah seksual: Pernikahan menyatukan suami dan istri, memiliki hubungan yang berkualitas dan pribadi. Wanita yang sempurna baik dan dapat melengkapi kekurangan pasangannya, dan kebanyakan perempuan cengeng, tidak percaya diri dan perajuk.

Hubungan interpersonal: Cocok dengan teman-teman ditempat kerja dan membantunya, tidak senang dengan orang yang memusuhinya. Orang-orang yang diatas adalah sama, menganggapnya pimpinan. Subjek senang dengan orang yang bekerja untuknya. Subjek ingin hidup bahagia, manfaat dan paling suka dengan orang yang bersyukur dalam keadaan susah.

Konsep diri: Kesalahan terbesar subjek tidak mendengarkan nasehat orang tua, merasa berdosa dengan sikapnya kepada orang tua dan pernah berbohong dengan orang tua, subjek yakin dapat melakukan hal bermanfaat untuk orang tuanya. Teman sejati itu saling mengerti dan jika tidak menguntungkannya subjek akan lari dan berbuat apa saja melupakan saat subjek marah. Memiliki kelemahan tidak bisa memimpin diri sendiri dan bisa bersyukur menghadapi nasip malang. Masa depan sangat penting dan menantikan masa depan yang bahagia, suatu hari nanti menjadi seorang ayah dan bila sudah tua ingin menjadi contoh yang baik.

Kognitif: subjek orang yang normatif, memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dan suka mengkritik, banyak humor, mudah terpengaruh, memiliki kesadaran yang berlebihan secara individu, banyak fantasi, kurang dapat menentukan sikap, dan penuh dengan dunia ide.

Emosi: pemalu, hangat, lembut, ringan hati, kurang jujur, memiliki keseimbangan jiwa tapi kurang luas, memiliki ketidak seimbangan emosi, cenderung cemas.

Sosial: cukup dapat bergaul namun menutup diri, dapat beradaptasi, cenderung sombong,, kontak dengan realita baik.

Intelektual: mengutamakan akal sehat, berpijak pada fakta-fakta, suka berkompetisi, teliti, dapat memusatkan perhatian.

Emosional: defisiensi emosi ringan, rumit, sensitif, tidak merasa aman, berperasaan (sensibel), lembut, menyenangkan dan dapat menunjukkan afeksi.

Imajinasi: kemampuan untuk mengorganisasikan dan membangun, spontan, dorongan yang kuat dan fleksibel.

Aktifitas: bersikap asing terhadap kehidupan, mengalami hambatan, santai, mudah beradaptasi, ulet, pengertian yang tajam.

TES PSIKOLOGI

Page 26: Intisari Skripsi Ayu Tifani

BAGAN 3.DINAMIKA PENYESUAIAN DIRI TERHADAP PERNIKAHAN PADA PASANGANBEKERJA

Pernikahan Pasangan Bekerja

Penyesuaian pasangan: 1. Melakukan komunikasi dalam

kegiatan rumah tangga dan pekerjaan.

2. Memikirkan kembali pendapat / masukan dari pasangan.

3. Memahami kesukaan dan ketidaksukaan pasangan (makanan, hobi, benda, sifat)

4. Menerima kekurangan dan kelebihan pasangan.

5. Kerjasama dalam mengurus anak dan rumah tangga dan memiliki kesepakatan dalam hal ini.

6. Saling memberi cinta dan kasih sayang dalam perbuatan dan lisan

Penyesuaian seksual: 1. Mengetahui cara berhubungan

suami-istri layaknya agama (mandi, doa, dalam tatanan islam)

2. Mencapai kepuasan masing-masing individu dan pengertian dalam hubungan ini.

3. Mengendalikan rasa cemburu. 4. Mengontrol rasa ego dalam

perkelahian. 5. Dapat menempatkan diri

ketika dirumah dan dikantor.

Penyesuaian keuangan: 1. Suami menafkahi kebutuhan

anak dan keluarga. 2. Istri mengatur kebutuhan anak

dan keluarga. 3. Suami tidak ikut campur dalam

penghasilan istri. 4. Pengertian pasangan terhadap

keuangan. 5. Kesepakatan penggabungan

pendapatan dalam pengumpulan harta benda.

6. Penerimaan diri pasangan dalam mobilitas sosial

Penyesuaian dengan keluaraga pasangan:

1. Mengenal keluarga pasangan sebelum menikah.

2. Memiliki komunikasi yang baik dengan orang tua pasangan.

3. Memiliki komunikasi yang baik dengan saudara pasangan.

4. Memiliki komunikasi yang baik dengan saudara lain pasangan.

5. Mengunjungi keluarga pasangan, memiliki kegiatan sosial dengan keluarga pasangan sehingga terjalin hubungan kekeluargaan yang harmonis.

Penyesuaian diri terhadap pernikahan pada pasangan bekerja yang baik saling berkomunikasi satu sama lain, menerima kekurangan dan

kelebihan dari pasangan, memiliki kesepakat terhadap berbagai persoalan pernikahan dan rumah tangga dan saling memberi kasih sayang.

Dalam hal penyesuaian seksual pasangan mencapai kepuasan serta pengertian yang mendalam dalam hal ini, dan dapat mengontrol rasa ego

dalam menghadapi perkelahian serta dapat memposisikan diri dirumah dan dikantor. Sebagai suami tetap menjalankan kewajiban memberi

nafkah dan istri dapat mengatur kebutuhan keluarga serta memiliki kesepakatan yang sama dalam hal mengatur keuangan rumah tangga. Dan

hal penting lagi memiliki komunikasi yang baik dengan keluarga pasanagn sehingga terjalin hubungan kekeluargaan yang harmonis.

GAMBARA KEPRIBADIAN SUAMI (BAGAN 2 )

GAMBARA KEPRIBADIAN ISTRI (BAGAN 1 )

24

Page 27: Intisari Skripsi Ayu Tifani

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian, dapat ditarik kesimpulan :

1. Penyesuaian diri terhadap pasangan yang bekerja yaitu, baik dalam

berkomunikasi dalam pekerjaan dan rumah tangga, saling bekerja sama

dalam rumah tangga dan mengurus anak, memberikan sikap toleransi

kepada pasangan dan keterbukaan, dapat menempatkan diri sebagai

pekerja dan sebagai suami atau istri dirumah, dapat mengontrol ego dan

mengendalikan emosi ketika menghadapi konflik dengan pasangan dan

menyelesaikan persoalan secara produktif mewujudkan kebahagian

bersama.

2. Keluarga yang bahagia saling pengertian dalam hal keuangan dan

pengertian dalam hubungan seksual, menyayangi, menerima kelebihan dan

kekurangan, memperioritaskan kebahagian keluarga.

SARAN

1. Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik pada persoalan yang sama, peneliti

menyarankan memakai metode kuantitatif (menggunakan angket)

sebagai perbandingan, sehingga hasilnya dapat memberikan masukan

yang semakin lengkap.

2. Bagi subjek penelitian yaitu Istri diharapkan dapat memperbaiki sifat-

sifat yang tidak disukai suami dan merubah diri menjadi lebih baik lagi.

Pasangan Suami-Istri harus dapat mengendalikan atau mengkontrol

emosi dengan lebih baik lagi serta harus lebih banyak mendekatkan diri

dengan Tuhan Yang Maha Esa.

25

Page 28: Intisari Skripsi Ayu Tifani

DAFTAR PUSTAKA Anissa, N & Handayani, A. (2012). Hubungan antara konsep diri dan Kematangan

emosi dengan penyesuaian diri istri yang tinggal bersama keluarga suami. Jurna Psikologi Pitutur Vol.1 No. 1. Semarang: Fakultas Psikologi Universitas Islam Sultan Agung Semarang.

Anjani, C & Suryanto. (2006). Pola penyesuaian perkawinan pada periode awal.

Jurnal Insan Vol. 8 No. 3. Surabaya: Fakultas Psikologi Universitas airlangga.

Anoraga, P. (2006). Psikologi kerja. Jakarta: PT Rineka Cipta. Desmita. (2010). Psikologi perkembangan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Elfida, D. 2011. Penyesuaian perkawinan ditinjau dari beberapa faktor demografi.

Jurnal Psikologi Vol.7 No.2. Pekanbaru: Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim.

Ghoni, D & Almanshur, F. (2012). Metode penelitian kualitatif. Jogyakarta: Ar-

Ruzz Media. Hadi, S. (2005). 7 Langkah mudah meraih pekerjaan. Yogyakarta: Cinta Pena. Hurlock, E. B. (1980). Psikologi perkembangan suatu pendekatan sepanjang

rentang kehidupan edisi lima. Jakarta: Erlangga. Kertamuda, F E.2009. Konseling pernikahan untuk keluarga indonesia. Jakarta:

Salemba Humanika. Radhiani, A. (2008). Penyesuaian diri dan orientasi nilai pada remaja yang

bertempat tinggal di ruko (rumah toko) pekanbaru. Jurnal Psikologi Vol.4 No. 2. Pekanbaru: Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

Sunarto, H & Hartono, A. B. (2008). Perkembangan peserta didik. Jakarta:

Rineka Cipta. Yunarti, D & Sriningsih. 2012. Penyesuaian diri terhadap konflik perkawinan

pada suami atau istri bekerja (abstrak). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Mercu Buana Yogyakarta.

26