Integration Patterns Animal And Plant On Simantri 116 In the Katung ...
Transcript of Integration Patterns Animal And Plant On Simantri 116 In the Katung ...
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara agraris yang beriklim tropis. Masyarakat
Indonesia mayoritas mempunyai mata pencaharian di bidang pertanian, terutama
bagi masyarakat yang tinggal di wilayah pedesaan. Pekerjaan utama masyarakat
adalah petani sehingga seluruh kegiatan sangat tergantung pada alam, dan setiap
daerah mempunyai komoditi yang berbeda, tergantung pada kondisi alam meliputi
kelembaban, curah hujan, iklim, keadaan tanah maupun volume air. Petani
memperoleh pendapatan dari mengolah lahan agar dapat melangsungkan
kehidupan. Serta dapat meningkatkan kesejahteraan melalui mata pencaharian
sebagai petani.
Salah satu komoditi pertanian yang dikembangkan petani yaitu
hortikultura. Hortikultura tumbuh dengan baik pada lahan dataran tinggi, meliputi
sayur-sayuran dan buah - buahan. Hortikultura merupakan komoditi yang dapat
tumbuh dengan baik pada suhu lebih rendah atau pada daerah dataran tinggi.
Petani berupaya meningkatkan pendapatan dengan mengusahakan komoditi ini
sehingga dapat memenuhi kebutuhan pokoknya. Namun masih ada petani yang
belum mampu mencukupi kebutuhan sehingga dapat digolongkan kedalam tingkat
pendapatan petani rendah. Hal tersebut terjadi di beberapa daerah di indonesia
termasuk Bali.
Bali yang terkenal dengan daerah tujuan wisata juga masih terdapat petani
dengan pendapatan rendah, terutama petani di daerah pedesaan. Berdasarkan data
BPS Bali (2012) tercatat 168. 800 orang penduduk miskin di Bali, dengan
1
2
sebaran 91.400 orang bermukim di perkotaan dan 77.400 orang di kawasan
perdesaan. Mereka yang tergolong masyarakat berpendapatan rendah umumnya
menggeluti kegiatan non formal seperti petani, nelayan, pedagang acung,
pedagang asongan dan lain-lain. Pemerintah, pihak swasta, termasuk lembaga
masyarakat harus melaksanakan berbagai program untuk membantu masyarakat
kurang mampu tersebut. Program-program tersebut dapat bersifat perbaikan fisik
pemukiman/bangunan ataupun bantuan jangka pendek seperti bantuan langsung
tunai atau pembagian sembako sehingga kegiatan tersebut belum memberi
dampak jangka panjang untuk membantu masyarakat berpendapatan rendah
keluar dari lingkaran setan kemiskinan.
Kondisi dan permasalahan dalam pembangunan usaha pertanian di
perdesaan secara umum dapat digambarkan antara lain (1) belum tergarapnya
potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia secara optimal; (2) belum
berkembangnya diversifikasi usaha, baik intern sektor pertanian maupun antar
sektor pertanian dan sektor lainnya sesuai dengan potensi setiap wilayah; (3)
belum terfokus dan terpadunya kegiatan, baik antar subsektor pertanian maupun
dengan sektor pendukungnya dan; (4) masih rendahnya insentif berusahatani
karena belum diterapkannya rekomendasi teknologi dan sistem usahatani yang
terintegrasi, efektif, dan efisien (Wisnuardhana, 2009).
Pemerintah berupaya membantu masyarakat berpendapatan rendah
keluar dari lingkaran kemiskinan.Upaya pemberdayaan masyarakat menjadi
mutlak dilakukan, salah satunya melalui Simtem Pertanian Terintregrasi
(SIMANTRI). SIMANTRI dicanangkan sejak tahun 2009 sebagai salah satu
3
program prioritas pemerintah Provinsi Bali dalam mewujudkan Bali organik dan
visi Bali Mandara (maju, aman, damai, dan sejahtera) (Wisnuardhana, 2009).
Program SIMANTRI diluncurkan pemerintah daerah sebagai koreksi atas
kelemahan kebijakan pembangunan pertanian selama ini yang lebih
mengedepankan pendekatan sektoral. Dalam artian, program pertanian tanaman
pangan tidak terkoordinasi dengan program peternakan atau perikanan sehingga
pengelolaan sumber daya alam dan juga sumber daya manusia cendrung tidak
efisien. Ketidakefisienan tersebut, akibat limbah dari kegiatan yang satu tidak
dimanfaatkan untuk kegiatan lain. Misalnya, air kencing sapi terbuang begitu saja,
padahal dengan teknologi tepat guna bisa dimanfaatkan sebagai bio urine bagi
tanaman hortikultura atau yang lainnya. SIMANTRI merupakan usaha
mengintegrasikan seluruh komponen usaha pertanian baik secara horisontal
maupun secara vertikal, sehingga tidak ada limbah yang terbuang. Sistem ini
sangat ramah lingkungan, mampu memperluas sumber pendapatan petani, dan
pengelola usahatani.
Pengembangan SIMANTRI dilaksanakan untuk mengembangkan
pertanian organik yang merupakan sistem produksi pertanian yang
menghindarkan penggunaan senyawa sintetik baik pupuk kimia zat tumbuh,
maupun pestisida. Pertanian organik diterapkan dengan pendekatan pembangunan
pertanian berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. SIMANTRI merupakan
upaya pemberdayaan masyarakat yang menggunakan pendekatan usaha kelompok
yang mendukung usaha budidaya pertanian tanaman pangan, peternakan,
hortikultura.
4
Sejak tahun 2009 sampai dengan 2014 Pemerintah Provinsi Bali telah
melaksanakan sebanyak 506 gapoktan) SIMANTRI yang tersebar di sembilan
kabupaten/kota se-Bali. Adapun sasaran SIMANTRI adalah kelompok masyarakat
perdesaan yang mengusahakan lahan pertanian (dalam arti luas) dan perikanan
khususnya perikanan darat.
Sistem usahatani terintegrasi (integrated farming system atau crop-
livestock system/CLS) merekomendasikan intensifikasi sistem produksi tanaman-
ternak secara terintegrasi (crop-livestock system), melalui pendaur ulangan hara
tanaman dalam bentuk pupuk kandang untuk memelihara kesuburan tanah
(Budiasa, 2011).
Program SIMANTRI dimaksudkan untuk meningkatkan pola integrasi dan
kemitraan, baik internal sektor pertanian, maupun antara sektor pertanian dan
sektor non pertanian; memfokuskan kegiatan pada satu kawasan secara terpadu,
mewujudkan pembangunan yang ramah lingkungan dalam mendukung Bali
organik, adanya aktifitas petani belajar hal baru. Dengan adanya SIMANTRI ini
petani dapat memanfaatkan limbah ternak sebagai pupuk sehingga pembelian
pupuk kimia bisa dikurangi, sehingga dapat meningkatkan pendapatan petani.
Untuk mempertahankan keberlanjutan usahatani campuran antara tanaman ternak
dalam kaitan dengan sistem integrasi dalam pertanian perlu diketahui kondisi
optimal pelaksanaan integrasi antara tanaman dan ternak.
Salah satu kelompok yang menerapkan sistem pertanian terintegrasi antara
tanaman hortikultura dengan ternak sapi yaitu gapoktan Budi Luhur. Petani dalam
usahanya menerapkan SIMANTRI, maka perlu dilakukan evaluasi apakah petani
telah memperoleh pendapatan secara optimal dari integrasi tanaman hortikultura
5
dengan ternak sapi yang telah dilaksakan selama kurang lebih dua tahun terhitung
sejak dimulainya program SIMANTRI tahun 2011.
1.2 Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut.
1. Bagaimanakah pola integrasi usahatani, ternak dan tanaman pada Simantri
116 di Desa Katung, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli ?
2. Bagaimanakah pendapatan usahatani pada SIMANTRI 116 di Desa
Katung, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli ?
3. Bagaimankah pengaruh faktor resiko terhadap keuntungan kotor usahatani
pada Simantri 116 di Desa Katung, Kecamatan Kintamani, Kabupaten
Bangli ?
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :
1. Pola integrasi tanaman ternak pada Simantri 116 di Desa Katung, Kecamatan
Kintamani, Kabupaten Bangli
2. Pendapatan usahatani pada SIMANTRI 116 di Desa Katung, Kecamatan
Kintamani, Kabupaten Bangli.
3. Besarnya faktor resiko usahatani pada Simantri 116 di Desa Katung, Kecamatan
Kintamani, Kabupaten Bangli.
6
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi:
1. Pemerintah Daerah Bali penelitian ini memberikan gambaran pendapatan
usahatani lahan kering dalam pengelolaan SIMANTRI untuk menjamin
keberlanjutan pertanian agar dapat direkomendasikan kepada petani sebagai
arahan untuk melakukan proses produksi tanaman dan ternak secara efisien
sehingga komoditas yang dihasilkan mampu bersaing global.
2. Petani dapat meningkatkan ketahanan pangan terutama di level rumah tangga
petani karena adanya peningkatan produktifitas tanaman-ternak.
3. Secara akademis dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan khususnya
tentang pola usahatani campuran dengan program Simatri.
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pola Sistem Pertanian Terintegrasi (SIMANTRI)
SIMANTRI adalah upaya terobosan dalam mempercepat adopsi alih
teknologi pertanian kepada masyarakat perdesaan. SIMANTRI mengintegrasikan
kegiatan sektor pertanian dengan sektor pendukungnya, baik secara vertikal
maupun horizontal, sesuai dengan potensi setiap wilayah dengan mengoptimalkan
pemanfaatan sumber daya lokal yang ada. Inovasi teknologi yang diintroduksikan
berorientasi untuk menghasilkan produk pertanian organik dengan pendekatan
”pertanian tekno ekologis”. Kegiatan integrasi yang dilaksanakan juga
berorientasi pada pengembangan usaha pertanian tanpa limbah (zero waste) dan
menghasilkan empat F (food = pangan, feed = pakan, fertilizer = pupuk, dan
fuel = bahan bakar). Kegiatan utama adalah mengintegrasikan usaha budi daya
tanaman dan ternak, yaitu limbah tanaman diolah untuk pakan bermutu (makanan
ternak) dan cadangan pakan pada musim kemarau dan limbah ternak (faeces,
urine) diolah menjadi biogas, pupuk organik, dan biopestisida (Wisnuardhana,
2009).
2.2 Usahatani
Usahatani adalah kegiatan usaha manusia untuk mengusahakan tanahnya
dengan maksud untuk memperoleh hasil tanaman atau hewan tanpa
mengakibatkan berkurangnya kemampuan tanah yang bersangkutan untuk
memperoleh hasil selanjutnya (Adiwilaga, 1992). Menurut Mubyarto (1986) dan
Soekartawi (1986), biaya usahatani dibedakan menjadi: Biaya tetap (fixed cost):
7
8
biaya yang relatif tetap jumlahnya, dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang
diperoleh banyak atau sedikit. Yang termasuk biaya tetap adalah sewa tanah,
pajak, alat pertanian, dan iuran irigasi; Biaya tidak tetap (variable cost): biaya
yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh, seperti biaya
saprodi (tenaga kerja, pupuk, pestisida, dan bibit).
Pendapatan kotor usahatani atau penerimaan usahatani sebagai nilai
produksi total usahatani dalam jangka waktu tertentu baik yang dijual maupun
yang tidak dijual. Untuk menaksir komoditi atau produk yang tidak dijual,
digunakan nilai berdasarkan harga pasar yaitu dengan cara mengalikan produksi
dengan harga pasar (Soekartawi,dkk,1986). Soeharjo dan Patong (1973) dan
Hernanto (1989) menyatakan penerimaan usahatani dapat berupa: (1) hasil
penjualan tanaman, ternak, ikan, atau produk yang akan dijual; (2) produk yang
dikonsumsi pengusaha dan keluarganya selama melakukan kegiatan; dan 3)
kenaikan nilai investasi. Mubyarto (1986) mengatakan bahwa berusahatani
sebagai suatu kegiatan untuk memperoleh produksi di lapangan akan dinilai dari
penerimaan yang diperoleh dan biaya yang dikeluarkan. Selisih antara penerimaan
yang diperoleh dan biaya yang dikeluarkan merupakan pendapatan usahatani.
2.2.1 Unsur-unsur usahatani
Soekartawi (1986) menjelaskan bahwa tersedianya sarana atau faktor
produksi (input) belum berarti produktifitas yang diperoleh petani akan tinggi.
Namun bagaimana petani melakukan Usahanya secara efisien adalah upaya yang
sangat penting. Efisiensi teknis akan tercapai bila petani mampu mengalokasikan
faktor produksi sedemikian rupa sehingga produksi tinggi dapat tercapai. Bila
petani mendapat keuntungan besar dalam sahataninya dikatakan bahwa alokasi
9
faktor produksi efisien secara alokatif. Cara ini dapat ditempuh dengan membeli
faktor produksi pada harga murah dan menjual hasil pada harga relatif tinggi.
Bila petani mampu meningkatkan produksinya dengan harga sarana produksi
dapat ditekan tetapi harga jual tinggi, maka petani tersebut melakukan efisiensi
teknis dan efisiensi harga atau melakukan efisiensi ekonomi (Agustina,2011).
2.2.2 Biaya usahatani
Biaya merupakan nilai korbanan yang dikeluarkan untuk memperoleh
hasil. Biaya yang dikeluarkan dalam usahatani terdiri dari dua jenis biaya yaitu
biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan. Biaya dapat dibedakan menjadi biaya
jangka pendek dan biaya jangka panjang. Biaya jangka pendek terdiri dari biaya
tetap (fixed cost) dan biaya jangka panjang meliputi biaya variabel (Variable cost)
Menurut Raharjo, 2006 definisi biaya yaitu :
1.Biaya tetap (Fixed cost) merupakan biaya secara total tidak mengalami
perubahan, meskipun ada perubahan volume produksi atau penjualan. Biaya ini
tidak tergantung pada besar kecilnya kuantitas produksi yang dihasilkan.yang
termasuk biaya tetap gaji yang dibayar tetap, sewa tanah, pajak tanah, alat,
mesin, bangunan.
2.Biaya variabel (variable cost) merupakan biaya yang bisa berubah-ubah sesuai
dengan perubahan volume produksi. Biaya variabel bisa berubah menurut
tingggi rendahnya produksi yang dihasilkan. Meliputi biaya bibit, biaya pupuk,
biaya obat-obatan, ongkos tenaga kerja yang harus dibayar berdasarkan volume
produksi.
10
2.2.3 Penerimaan usahatani
Menurut Rahim dan Diah (2008), penerimaan usahatani adalah perkalian
antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Sedangkan menurut Hernanto
(1988), menyatakan bahwa penerimaan usahatani adalah penerimaan dari semua
usahatani meliputi jumlah penambahan inventaris, nilai penjualan hasil, dan nilai
yang dikonsumsi.
Penerimaan usahatani merupakan total penerimaan dari kegiatan usahatani yang
diterima pada akhir proses produksi.
Penerimaan usahatani dapat pula diartikan sebagai keuntungan material
yang diperoleh seorang petani atau bentuk imbalan jasa petani maupun
keluarganya sebagai pengelola usahatani maupun akibat pemakaian barang modal
yang dimilikinya. Penerimaan usahatani dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
penerimaan bersih usahatani dan penerimaan kotor usahatani (gross income).
Penerimaan bersih usahatani merupakan selisih antara penerimaan kotor
usahatani dengan pengeluaran total usahatani. Pengeluaran total usahatani adalah
nilai semua masukan yang habis terpakai dalam proses produksi, tidak termasuk
tenaga kerja dalam keluarga petani. Sedangkan penerimaan kotor usahatani adalah
nilai total produksi usahatani dalam jangka waktu tertentu baik yang dijual
maupun tidak dijual (Soekartawi,1986)
Penerimaan usahatani dipengaruhi oleh produksi fisik yang dihasilkan,
dimana produksi fisik adalah hasil fisik yang diperoleh dalam suatu proses
produksi dalam kegiatan usahatani selama satu musim tanam. Penerimaan
usahatani akan meningkat jika produksi yang dihasilkan bertambah dan
sebaliknya akan menurun bila produksi yang dihasilkan berkurang. Disamping itu,
11
bertambah atau berkurangnya produksi juga dipengaruhi oleh tingkat penggunaan
input pertanian.
2.2.4 Pendapatan usahatani
Pendapatan usahatani adalah total pendapatan bersih yang diperoleh dari
seluruh aktivitas usahatani yang merupakan selisih antara total penerimaan dengan
total biaya yang dikeluarkan (Hadisapoetra,1979). Menurut Soekartawi (1986)
menguraikan dan membagi pendapatan usahatani menjadi dua, yaitu : pendapatan
kotor usahatani (gross farm income) dan pendapatan bersih usahatani (net farm
income). Pendapatan kotor usahatani yaitu nilai produk total usahatani dalam
jangka waktu tertentu yang meliputi seluruh produk yang dihasilkan baik yang (1)
dijual, (2) dikonsumsi rumah tangga petani, (3) digunakan dalam usahatani seperti
untuk bibit atau makanan ternak, (4) digunakan untuk pembayaran, dan (5) untuk
disimpan. Untuk menghitung nilai produk tersebut, harus dikalikan dengan harga
pasar yang berlaku, yaitu harga jual bersih ditingkat petani. Sementara pendapatan
bersih usahatani adalah selisih antara pendapatan kotor usahatani dengan
pengeluaran total usahatani. Pendapatan usahatani dipengaruhi oleh penerimaan
usahatani dan biaya produksi. Pendapatan usahatani ditentukan oleh harga jual
produk yang diterima ditingkat petani maupun harga-harga faktor produksi yang
dikeluarkan petani sebagai biaya produksi. Jika harga produk atau harga faktor
produksi berubah, maka pendapatan usahatani juga akan mengalami perubahan.
2.3 Analisis Gross Margin
Sebagai pendekatan untuk mencari pendapatan usahatani di tingkat rumah
tangga dalam penelitian ini digunakan analisis gross margin. Analisis gross
12
margin merupakan selisih antara total nilai output/total income usahatani dengan
total biaya variabel (Ringwood, 1988). Semakin besar nilai gross margin, maka
usahatani tersebut dikatakan semakin menguntungkan. Apabila tambahan biaya
(marginal cost) lebih kecil dari tambahan nilai produksi (marginal revenue), maka
gross margin yang diperoleh petani dari usahataninya dapat meningkat. Jika petani
dapat meningkatkan gross margin pada usahataninya secara otomatis profit dari
usahatani akan meningkat juga. Besar kecilnya keuntungan yang diterima petani
dari usahataninya akan dipengaruhi oleh nilai penerimaan dan biaya usahataninya
dalam suatu periode produksi dan jumlah cabang usaha yang dikelola.Untuk
analisis pendapatan aktual, digunakan metode analisis gross margin. Analisis
pendapatan dihitung dengan rumus:
GM = TR – VC
Keterangan:
GM = Gross margin (Rp)TR = Total Penerimaan (Rp)VC = Variable Cost (Rp)
2.4 Teori Risiko Usahatani
Menurut Siregar dalam Soekartawi (1993), risiko dalam pertanian
mencakup kemungkinan kerugian dan keuntungan dimana tingkat risiko tersebut
ditentukan sebelum suatu tindakan diambil berdasarkan ekspektasi atau perkiraan
petani sebagai pengambil keputusan. Risiko dapat menunjukkan kerapatan
distribusi probabilitas. Salah satu ukurannya adalah dengan menggunakan deviasi
standar yang diberi simbol σ (sigma). Semakin kecil deviasi standar, semakin
rapat distribusi probabilitas dengan demikian semakin rendah risikonya. Namun
dalam penggunaannya terdapat beberapa masalah ketika deviasi standar
13
digunakan sebagai ukuran risiko. Misalnya jika suatu usahatani memiliki biaya
lebih besar, usahatani tersebut dapat secara normal memiliki standar deviasi yang
lebih besar tanpa perlu menjadi lebih berisiko. Untuk mengatasi masalah tersebut
adalah dengan menghitung ukuran risiko relative dengan membagi deviasi standar
dengan nilai rata-ratanya :
CV = σ / Y
Keterangan :
CV = Koefisien variasi
σ = Standar deviasiÿ = Rata- rata pendapatan
Kegiatan pada sektor pertanian yang menyangkut proses produksi selalu
dihadapkan dengan situasi risiko (risk) dan ketidakpastian (uncertainty). Risiko
adalah peluang terjadinya kemungkinan merugi dapat diketahui terlebih dahulu.
Ketidakpastian adalah sesuatu yang tidak bisa diramalkan sebelumnya, dan
karenanya peluang terjadinya merugi belum diketahui sebelumnya
( Soekartawi,1986).
Sumber ketidakpastian yang penting di sektor pertanian adalah fluktuasi
hasil pertanian dan fluktuasi harga. Ketidakpastian hasil pertanian disebabkan
oleh faktor alam seperti iklim, hama dan penyakit serta kekeringan. Jadi produksi
menjadi gagal dan berpengaruh terhadap keputusan petani untuk berusahatani
berikutnya. Selain itu, ketidakpastian harga meyebabkan fluktuasi harga dimana
keinginan pedagang memperoleh keuntungan besar dan rantai pemasaran yang
panjang sehingga terjadi turun naiknya harga (Soekartawi, 1993).
14
Soekartawi, 1993, menyatakan bahwa sumber penyebab risiko dapat
diklasifikasikan sebagai berikut : (1) Risiko Sosial; (2) Risiko Fisik; (3) Risiko
Ekonomi. Sedangkan menurut Kadarsan (1993) sumber penyebab risiko adalah :
(1) Risiko Produksi; (2) Risiko Harga; (3) Risiko Teknologi; (4) Risiko karena
tindakan pihak lain; (5) Risiko Sakit.
Menurut Darmawi (1997) risiko dihubungkan dengan kemungkinan
terjadinya akibat buruk (kerugian) yang tidak diinginkan atau tidak terduga yang
mengacu pada ketidakpastian. Ketidakpastian merupakan kondisi yang
menyebabkan tumbuhnya risiko.
Pengukuran risiko secara statistik dilakukan dengan menggunakan ukuran
ragam (variance) atau simpangan baku (standard deviation). Kedua cara ini
menjelaskan risiko dalam arti kemungkinan penyimpangan pengamatan
sebenarnya disekitar nilai rata-rata yang diharapkan. Besarnya keuntungan yang
diharapkan (E) menggambarkan jumlah rata-rata keuntungan yang diperoleh
petani, sedangkan simpangan baku (V) merupakan besarnya fluktuasi keuntungan
yang mungkin diperoleh atau merupakan risiko yang ditanggung petani. Selain
itu penentuan batas bawah sangat penting dalam pengambilan keputusan petani
untuk mengetahui jumlah hasil terbawah di bawah tingkat hasil yang diharapkan.
Batas bawah keuntungan (L) menunjukkan nilai nominal keuntungan terendah
yang mungkin diterima oleh petani (Kadarsan, 1993).
2.5 Sistem Usahatani Campuran
Sistem usahatani campuran merupakan sistem produksi tanaman dan
hewan yang terintegrasi. Budiasa, 2011 mendefinisikan sistem usahatani terpadu
sebagai sebuah sistem yang terintegrasi berdasar pendekatan holistik terhadap
15
penggunaan tanah untuk produksi pertanian, yang bertujuan untuk mengurangi
penggunaan input luar agribisnis (energi dan input kimia) dan sepenuhnya
didasarkan pada penggunaan sumberdaya alam dan memaksimalkan proses
pengendalian alam. Teknologi ini disamping secara teknis dapat memperkecil laju
erosi tanah, diharapkan juga secara ekonomis bermanfaat dalam meningkatkan
produktivitas dan pendapatan petani.
Dalam sistem usahatani terintegrasi (Gambar 1), hewan dipelihara untuk
dipekerjakan, menghasilkan pupuk kandang, menghasilkan daging, dan produk
lainnya; sedangkan proses produksi tanaman untuk menghasilkan bahan makanan
dan serat serta limbahnya (by-products) digunakan untuk bahan pakan ternak dan
pupuk kompos. Pupuk kandang dan kompos dari limbah tanaman digunakan
dalam proses produksi tanaman. Sistem rotasi tanaman memberikan manfaat
dalam pengelolaan struktur, kesuburan, dan erosi tanah sekaligus meningkatkan
pengendalian terhadap hama melalui pemutusan siklus hidup hama (Budiasa,
2011).
ProduksiTanaman
PupukKandang
Tanaman PakanTernak dalamSistem Rotasi
ProduksiTernak
Crops
by- product
Gambar 1. Integrasi produksi tanaman dan ternak (Budiasa, 2011),
16
2.6 Tanaman Hortikultura
Hortikultura meliputi pembenihan, pembibitan, kultur jaringan, produksi
tanaman, hama dan penyakit, panen, pengemasan dan distribusi. Hortikultura
merupakan salah satu metode budidaya pertanian modern (Suracman, 2006).
Hortikultura merupakan cabang dari agronomi. Berbeda dengan agronomi,
hortikultura memfokuskan pada budidaya tanaman buah (pomologi/frutikultur),
tanaman bunga (florikultura), tanaman sayuran (olerikultura), tanaman obat-
obatan (biofarmaka), dan taman (lanscape). Salah satu ciri khas produk
hortikultura adalah perisabel atau mudah rusak karena segar (Surachman, 2006).
Ditinjau dari fungsinya, tanaman hortikultura dapat memenuhi kebutuhan
jasmani sebagai sumber vitamin, mineral dan protein (dari buah dan sayur) serta
memenuhi kebutuhan rohani, karena dapat memberikan rasa tenteram, ketenangan
hidup dan estetika (dari tanaman hias/bunga). Peranan hortikultura adalah : a).
Memperbaiki gizi masyarakat, b) memperbesar devisa negara, c) memperluas
kesempatan kerja, d) meningkatkan pendapatan petani, dan e) pemenuhan
kebutuhan keindahan dan kelestarian lingkungan. Dalam membahas masalah
hortikultura perlu diperhatikan pula mengenai sifat khas dari hasil hortikultura,
yaitu : a). Tidak dapat disimpan lama, b) perlu tempat lapang (voluminous), c)
mudah rusak (perishable) dalam pengangkutan, d) melimpah/meruah pada suatu
musim dan langka pada musim yang lain dan e) fluktuasi harganya tajam
(Notodimedjo, 1997).
Hortikultura adalah komoditas yang masih memiliki masa depan relatif
cerah ditilik dari keunggulan komparatif dan kompetitif yang dimilikinya dalam
pemulihan perekonomian Indonesia pada waktu mendatang, perlu mulai
17
mengembangkannya sejak saat ini, sebagaimana negara-negara lain yang
mengandalkan devisanya dari hasil hortikultura, antara lain : Thailand dengan
berbagai komoditas hortikultura yang serba Bangkok, Belanda dengan bunga
Tulipnya, Nikaragua dengan pisangnya, bahkan Israel dari gurun pasirnya kini
telah mengekspor Apel, Jeruk dan Anggur (Surachman, 2006).
Pengembangan hortikultura di Indonesia pada umumnya masih dalam skala
perkebunan rakyat yang tumbuh dan dipelihara secara alami dan tradisional,
sedangkan jenis komoditas hortikultura yang diusahakan masih terbatas. Petani
hortikultura merupakan petani yang responsif terhadap inovasi teknologi berupa :
penerapan teknologi budidaya, penggunaan sarana produksi dan pemakaian
benih/bibit yang bermutu. Komoditas hortikultura memiliki potensi untuk menjadi
salah satu pertumbuhan baru di sektor pertanian. Oleh karena itu pada masa yang
akan datang perlu ditingkatkan lagi penanganannya terutama dalam era pasar
bebas abad 21 ( Semangun, 2000).
2.6.1 Komoditas Hortikultura
Indonesia yang terletak di tropis membuat Indonesia menjadi surga
biodiversitas komoditas hortikultura.
1. Pomologi / Frutikultur : Manggis, Mangga, Apel, Durian, Salak, dll
2. Florikultura : Melati, Mawar, Krisan, Anyelir, Begonia, Bugenvil, dll
3. Olerikultura : Tomat, Selada, Bayam, Wortel, Kentang, (Melon & Semangka:
termasuk kelompok tanaman sayuran yang di panen buahnya) dll
4. Biofarmaka : Purwoceng, Rosela, Kunyit, dll
5. Landscape : Taman Bali, Taman Jawa, dll (Semangun, 2000).
Komoditas utama hortikultura dibagi menjadi 3 (tiga) aspek komoditas :
18
1. Komoditas prioritas : jeruk,pisang,mangga,manggis,durian,anggrek,cabai
merah,bawang merah,dan kentang
2. Komoditas unggulan : pepaya,salak,nenas,apel,anggur,tomat,kubis,kacang
panjang,buncis,mawar,anyelir,lili,krisan,sedap malam,dan dracaena.
3. Komoditas prosfektif tanaman ini meliputi semangka, melon, markisa,
jambu, rambutan, kesemek, apokat, lengkeng, sayuran asli Indosesia dan
tanaman hias tropik (Semangun, 2000).
2.6.2. Undang-Undang Hortikultura
Pada hari selasa 26 oktober 2010 di Rapat Paripurna DPR RI ditetapkan
Undang - Undang No. 13 tahun 2010 tentang Hortikultura. Undang-undang
Hortikultura ditujukan untuk memuat norma strategis dan kedalaman teknis yang
memadai agar mendorong penciptaan iklim yang kondusif bagi penyelenggaraan
dan pengembangan usaha hortikultura ke depan. Aplikasi Undang-Undang
Hortikultura melalui peraturan pelaksanaan dan perangkat manajerial yang tepat,
diharapkan dapat mendorong perubahan paradigma, menciptakan dukungan
kebijakan, serta mendorong terobosan dan percepatan dalam pembangunan
hortikultura. Sasaran Stategis Penelitian dan Pengembangan Hortikultura antara
lain (Deptan, 2010) :
1. Tersediannya varietas unggul baru hortikultura
2. Tersediannya benih sumber hortikultura
3. Tersediannya teknologi budidaya produksi hortikultura ramah lingkungan
4. Tersediannya sumberdaya genetik hortikultura
5. Terselenggaranya diseminasi inovasi hortikultura
6. Tersediannya rumusan kebijakan penelitian dan pengembangan hortikultura
19
7. Terwujudnya kerjasama bidang hortikultura
8. Meningkatnya pemanfaatan teknologi hortikultura
2.6.3 Komoditas usahatani hortikultura Desa Katung.
Hortikultura merupakan usahatani pokok yang dibudidayakan di Desa
Katung, karena daerah di lokasi itu adalah jenis lahan kering dan jenis tanah
berpasir sehingga sangat cocok dengan jeruk siem sebagai komoditas andalan
Desa Katung. Komoditas lain yang banyak di budidayakan antara lai pisang kubis
dan lain- lain, hanya saja komoditas ini hanya di tanam sebagai tanaman sela yang
di budidayakan di ruang kosong sekitar jeruk atau pinggiran lahan jeruk.
Pengembangan komoditas hortikultura sebagai berikut:
a. Jeruk Siem
Jeruk siem memiliki ciri khas yang tidak dimiliki jeruk keprok lainnya.
Dilihat sekilas memang tidak jauh berbeda. Perbedaannya terletak pada kulitnya
ada yang tipis licin tetapi pada jenis jeruk siem yang ada di Desa Katung
mempunyai jenis kulit yang lebih tebal dengan pori-pori kulit yang jelas, jika
dibuka terdapat ruang pemisah yang lebih jelas antara daging dan kulitnya
(Setiawan, 1992).
Jeruk siem hanya merupakan sebagain kecil dari sekian banyak spesies
dan varietas jeruk yang sudah di budidayakan. Jeruk tergolong dalam rumpun
citriae dan subtribe citriae, dari subtribe inilah berbagai tanaman jeruk berasal,
termasuk di dalamnya jeruk siem ( Djoemaijah,1984). Secara sistematis klasifikasi
jeruk siem sebagai berikut.
Famili : Rutaceae
Sub Famili : Aurantioidae
20
Subtribe : Citriae
Genus : Citrus
Spesies : Citrus nobilis
Mulanya jeruk siem mempunyai batang yang agak tinggi. Selanjutnya
tanaman ini berubah menjadi lebih pendek karena perkembangan sistem budidaya.
Hal ini memberikan keuntungan memudahkan pemeliharaan dan pemanenannya.
Batang pohon jeruk siem mempunyai tinggi 2,5 – 3 m. Pohon tersebut biasanya
berasal dari cangkokan atau okulasi. Ukuran daun sekitar 7,5cm x 3,9 cm. Antara
batang dengan daun dihubungkan oleh tangkai daun dengan panjang sekitar 1,3cm
( Djoemaijah, 1984).
Jeruk siem mempunyai pertumbuhan yang baik pada ketinggian 900m dpl,
jenis tanah yang cocok untuk jeruk siem yaitu tanah yang gembur mengandung
pasir, banyak mengandung oksigen dan bahan prganik. Jeruk siem membutuhkan
pH tanah antara 5-7,5. iklim yang cocok pada iklim curah hujan optimal
1500mm/tahun. Jeruk siem memerlukan banyak sinar matahari ( Setiawan, 1992)
Pemilihan bibit yang baik ditandai dengan daun-daun yanh hijau segar dan
tampak rimbun, batangnya kuat dan kokoh serta pertumbuhan cabangnya
seimbang. Bibit cukup umur untuk ditanam berumur tiga sampai empat bulan
setelah dipotong dari dahan untuk bibit cangkokan, satu tahun untuk bibit yang
berasal dari biji (Larasati, 1987).
Jarak tanam tanaman jeruk siem beragam ada 6x6m, 7x7m, 8x8m. Pola
barisa tanam segi empat atau sesuai selera. Setelah ditentunkan jarak tanam
selanjutnya penanaman pada lobang tanam yang telah dibuat. Dilanjutkan dengan
pemeliharaan meliputi pelebaran terumbuk, pembuatan drainase, penyiraman,
21
penyiangan, pemupukan serta pemangkasan. Pemangkasan bertujuan
mendapatkan bentuk tanaman yang diinginkan (Setiawan, 1992).
Pada tanaman jeruk siem mulai berproduksi umur tiga sampai empat
tahun. Buah pertama tersebut sebaiknya dibuang. Jika ingin memeliharanya
sebaiknya cukup 40% saja. Pembuangan buah pertama adalah mempersiapkan
pohan agar benar-benar kuat pada musim berikutnya. Tanaman muda yang
dibiarkan berbuah lebat akan menjadi lemah sehingga mudah terserang hama dan
penyakit ( Larasati, 1987).
Jeruk siem dapat dipanen pada umur enam sapai delapan bulan setelah
bunganya mekar. Ciri-ciri buah dapat dipanen yaitu kulit buah kekuning-
kuningan, buah tidak keras jika dipegang, bagian bawah buah empuk. Untuk
mendapat kualitas buah yang baik pemanenan jeruk siem dilakukan secara
berhati-hati. Beberapa hal yang diperhatikan dalam memanen jeruk siem yaitu
waktu pemetikan buah hendaknya dilakukan pada saat matahari sudah bersinar,
tangkai buah dikerat dengan gunting aekitar 1-2 cm (Setiawan,1992).
b. Pisang
Menurut ahli sejarah pisang buah secara botani umumnya berasal dari
kawasan Asia Tenggara ( termasuk Indonesia). Selanjutnya menyebar ke berbagai
negara baik tropis maupun negara sub tropis. Terutama pisang raja termasuk nama
asli Indonesia dan banyak ditemukan di pulai Jawa (Zuhairini, 1997).
Pisang raja merukan salah satu tanaman sela yang banyak dibudidayakan
oleh petani di Desa Katung karena pisang raja mempunyai pertumbuhan dan buah
yang baik. Dan pisang raja jarang diserang penyakit. Pisang raja dalam satu
tandan terdapat mencapai 13 sisir, buahnya lurus dan panjang 7,8 cm berat 80
22
gram. Umur tanaman hingga berbungan sekitar tujuh belas bukan sejak anakan
dan buahnya akan masak lima bulan sejak bunga keluar ( Zuhairini, 1997).
Tanaman pisang pada umumnya mempunyai ekonomis yang cukup tinggi
karena tanaman pisang tidak mengenal musim. Maksudnya dapat berproduksi
sepanjang tahun, pertumbuhannya cepat, dapat berkembang biak. Sehingga bila
induknya telah berbuah akan segera disusul anaknya. Harga pisang stabil di
pasaran sehingga pisang mempunyai propek yang cerah (Zuhairini, 1997).
Tanaman pisang idel tumbuh pada tanah yang banyak humus. Pisang raja
banyak ditanam secara tradisional dilakukan dengan perbanyakan vegetatif yaitu
memisahkan anakan dari induknya (Zuhairini, 1997). Penanaman pisang dapat
dilakukan pada jarak tanam 6 x 6 m atau 5 x 5 meter. Penanaman yang baik
dilakukan pada saat mulai turun hujan. Pada saat penanaman lubang tanaman
sedalam kurang lebih 25cm atau disesuaikan dengan bonggol bibit yang ditanam.
Selanjutnya tanah disekitar tanaman dipadatkan (Zuharini, 1997).
c. Kubis
Kubis termasuk species Brassica oleracea, famili Cruciferae. Batang kubis
kadang-kadang bercabang dan panjang batang dapat mencapai satu meter atau
lebih, warna daun hijau biru, yang sering membentuk reset. Daun besar, panjang
dapat mencapai lebih dari 50 cm tebal dan berdaging. Macam-macam kubis yang
telah dibudidayakan cukup banyak, sehingga perlu diadakan penggolongan.
Dalam mengadakan penggolongan orang sering mengalami kesulitan. Beberapa
ahli botani ada yang menggolongkan kubis savoy dan kubis tunas Brussels dalam
satu varietas Brassica oleracea var, sehingga ada dugaan kubis tunas Brussels
aslinya dari kubis savoy. Pada waktu ini kubis savoy digolongkan dalam varietas
23
Brassica oleracea var. sabauda L. Ada kubis savoy yang kuning warnanya, yang
hanya berbeda sedikit dengan kubis putih, sehingga dianggap sebagai golongan
kubis putih (Pracaya, 1999).
Kubis dapat ditanam hampir di semua jenis tanah. Tanah yang ideal yaitu
liat berpasir yang cukup bahan organis. Memerlukan cukup air tetapi tidak
berlebihan. Di tanah ringan dapat ditanam pada waktu musim hujan karena tanah
tersebut dapat meresap dan melewatkan air sedang untuk tanah yang sedikit berat
pada waktu musim kemarau karena tanah tersebut dapat menahan lebih banyak.
Untuk tanaman musim hujan drainase harus cukup baik karena karena berlebihan
air, tanaman mudah terkena penyakit dan mati. Sedang untuk tanam musim
kemarau harus dipikirkan soal pemberian air karena kalau sampai kekurangan air,
tanaman menjadi kerdil atau mati (Pracaya, 1999).
Kubis tidak dapat tumbuh baik di tanah yang sangat asam. Pada pH antara
5,5 dan 6,5, kubis tumbuh dengan baik. Umumnya ketahanan kubis terhadap
garam adalah sedang. Untuk ukuran kandungan garam disebut index—C, yang
menunjukkan jumlah gram per liter cairan tanah. Untuk kubis putih dan savoy
batasnya sekitar C6. Sedang kubis merah lebih sensitif dengan batas normal C4,
apabila batas menjadi C8 hasil akan berkurang empat puluh persen. Tanaman
yang tumbuh di tanah bergaram, sering daunnya berwama tua dan tepi daun dapat
kering. Juga tanaman lebih mudah terserang penyakit kaki hitam (blackleg)
daripada tanaman yang tumbuh di tanah yang tak bergaram. Penanaman pada
tanah yang bergaram C8-C10 lebih baik ditanam lang- sung dari biji, karena kalau
dipindah dari pesemaian akar tidak segera tumbuh. Apabila menanam kubis pada
waktu musim kemarau di tanah yang bergaram, hasil panenan tidak baik karena
24
kandungan garam akan bertambah pada waktu mengalami kekeringan dan
temperatur tinggi. Pencangkulan pada tanah bergaram tidak perlu dalam
(Pracaya, 1999).
Semai kubis mempunyai akar tunggang dengan akar serabut. Makin tua
percabangan akar makin banyak, sehingga akar tunggang sukar dibedakan dengan
akar lainnya. Garis tengah akar umumnya kurang dari 0,5 mm. tetapi ada
beberapa akar yang lebih dari satu centimeter. Akar serabut panjangnya dapat
mencapai 1 meter dari tanaman. Sesudah umur satu sampai tiga bulan akar
serabut menuju ke bawah, apabila tanah gembur, beberapa akar dapat mencapai
sedalam 1,5 sampai 2 meter. Pada umumnya 70 sampai 80 persen akar tumbuh di
bagian lapisan atas tanah sedalam 20 sampai 30 cm. Di lapisan paling atas
sedalam kurang lebih 5 cm banyak tumbuh perakaran, tetapi pada waktu musim
kemarau akan terjadi kekeringan dan mati, kecuali di bagian yang dekat pokok
tanaman kubis yang terlindung daun kubis, karena di bagian yang terlindung
kelembaban air masih cukup banyak, sehingga pertumbuhan akar masih tetap
kelihatan baik di bagian permukaan tanah. Dari keterangan di atas dapat diambil
kesimpulan bahwa untuk mendapat kubis yang subur perlu pencangkulan yang
cukup dalam ( Pracaya, 1999).
Pertumbuhan kubis paling baik didaerah yang hawanya dingin.
Temperatur
optimum pertumbuhan terletak antara 15°C, sedang di atas temperatur 25°C
pertumbuhan kubis terhambat. Temperatur minimum pertumbuhan mungkin di
atas 0° C. Bila temperatur turun sampai di bawah -10° C dan tetap bertahan untuk
waktu yang lama akibatnya tanaman menjadi sangat rusak. Kubis dapat bertahan
25
pada temperatur rendah apabila penurunan berlangsung dengan perlahan-lahan
dan tanaman dalam keadaan setengah tumbuh ( Pracaya, 1999).
2.7. Sistem Pertanian Terintegrasi (SIMANTRI)
SIMANTRI adalah upaya terobosan dalam mempercepat adopsi alih
teknologi pertanian kepada masyarakat perdesaan. SIMANTRI mengintegrasikan
kegiatan sektor pertanian dengan sektor pendukungnya, baik secara vertikal
maupun horizontal sesuai dengan potensi setiap wilayah dengan mengoptimalkan
pemanfaatan sumber daya lokal yang ada. Inovasi teknologi yang diintroduksikan
berorientasi untuk menghasilkan produk pertanian organik dengan pendekatan
”pertanian tekno ekologis”. Kegiatan integrasi yang dilaksanakan juga
berorientasi pada pengembangan usaha pertanian tanpa limbah (zero waste) dan
menghasilkan empat F (food = pangan, feed = pakan, fertilizer = pupuk, dan
fuel = bahan bakar). Kegiatan utama adalah mengintegrasikan usaha budidaya
tanaman dan ternak, yaitu limbah tanaman diolah untuk pakan bermutu (makanan
ternak) dan cadangan pakan pada musim kemarau dan limbah ternak (faeces,
urine) diolah menjadi biogas, pupuk organik dan biopestisida (Wisnuardhana,
2009).
Usaha tani yang diterapkan dalam SIMANTRI yaitu adalah tanaman,
ternak (sapi, kambing) dan ikan sesuai dengan potensi wilayah penerima paket.
Dengan beternak sapi diharapkan populasi sapi bibit betina meningkat,
terbangunnya fasilitas seperti kandang sapi, instalasi biogas, tempat pengolah
pakan, tempat pengolah kompos, serta termanfaatkan, terawat dan terkelolanya
seluruh ternak dengan baik, limbah ternak bisa dimanfaatkan bagi tanaman.
Pelaksanaan program SIMANTRI ini merupakan pembiayaan dari dana bantuan
26
sosial (Bansos) APBD Provinsi Bali dan pembinaan serta pendampingan petugas
teknis di lapangan.
Dalam hal ini petani yang bersedia tergabung di dalamnya telah diberikan
modal serta selama pelaksanaannya petani didampingi oleh pihak terkait sehingga
teknologi dan informasi yang diperlukan petani dapat diperoleh secara optimal.
Dilihat secara teknis hal tersebut merupakan keunggulan dari program
SIMANTRI sehingga dalam penerapannya, baik pihak petani maupun petugas,
bisa saling bertukar pengetahuan.
2.8 Indikator Keberhasilan SIMANTRI
Beberapa indikator keberhasilan SIMANTRI yang diharapkan dapat
terwujud dalam jangka pendek antara tiga sampai empat tahun antara lain (1)
berkembangnya kelembagaan dan SDM, baik petugas pertanian maupun
petani; (2) terciptanya lapangan kerja melalui pengembangan diversifikasi usaha
pertanian dan industri rumah tangga; (3) berkembangnya intensifikasi dan
ekstensifikasi usahatani; (4) meningkatnya insentif berusahatani melalui
peningkatan produksi dan efisiensi usahatani (pupuk, pakan, biogas, biourine, bio
pestisida diproduksi sendiri = in situ); (5) tercipta dan berkembangnya pertanian
organik (green economic); (6) berkembangnya lembaga usaha ekonomi
perdesaan; (7) peningkatan pendapatan petani (minimal dua kali lipat).
Indikator keberhasilan SIMANTRI diharapkan terjadinya penambahan
populasi sapi bibit betina yang siap dikawinkan minimal sebanyak 840 ekor,
terbangunnya fasilitas seperti kandang sapi bibit betina dan pejantan, instalasi
biogas, tempat untuk mengolah pakan ternak, tempat pengolah kompos maupun
tempat pengolah bio urine, sehingga termanfaatkan terawat dan terkelolanya
27
dengan baik seluruh ternak dan fasilitas yang diadakan untuk kepentingan
kegiatan pertanian terintegrasi bagi seluruh anggota kelompok tani pelaksana.
2.9 Paket Kegiatan Utama SIMANTRI
Paket kegiatan utama SIMANTRI pada tahap awal meliputi hal-
hal berikut.
(1) Pengembangan komoditas tanaman pangan, peternakan, perikanan, dan
intensifikasi perkebunan sesuai dengan potensi wilayah.
(2) Pengembangan ternak sapi atau kambing dan kandang koloni (20 ekor).
(3) Bangunan instalasi biogas sebanyak dua unit ; kapasitas 11 m3 sebanyak satu
unit dan kapasitas 5 m3 masing-masing satu unit dilengkapi dengan kompor
gas khusus sebanyak lima unit.
(4) Bangunan instalasi bio urine sebanyak satu unit.
(5) Bangunan pengolah kompos dan pengolah pakan masing-masing sebanyak
satu unit
(6) Pengembangan tanaman kehutanan sesuai dengan kondisi dan potensi setiap
wilayah. (Wisnuardhana, 2009).
Paket utama SIMANTRI dibiayai dari dana Bantuan Sosial (Bansos)
APBD provinsi. Untuk kegiatan penunjang termasuk dalam pengembangan
infrastruktur perdesaan dibiayai dari kegiatan Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD) terkait sesuai dengan ketersediaan dana dan kegiatan masing-masing.
Dalam jangka panjang juga diharapkan peran swasta dalam bentuk Coorperate
Social Responsibility (CSR). Dukungan pembinaan teknis dan pembiayaan juga
dilaksanakan oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bali
(Wisnuardhana, 2009).
28
2.10 Sasaran SIMANTRI
Sasaran SIMANTRI yang diharapkan dapat terwujud diantaranya adalah :
(1) Peningkatan luas tanam, peningkatan kuantitas dan kualitas hasil pertanian
dan perikanan,
(2) Peningkatan populasi ternak,
(3) Tersedianya pakan ternak yang berkualitas sepanjang tahun,
(4) Tersedianya pupuk dan pestisida organik,
(5) Berkembangnya kelembagaan petani dan meningkatnya kualitas SDM,
(6) Berkembangnya diversifikasi usaha dan terciptanya lapangan kerja,
(7) Berkembangnya pemanfaatan biogas (mengurangi emisi gas metan = CH4
penyebab efek rumah kaca dan mengurangi ketergantungan terhadap minyak
tanah dan PLN),
(8) Terlaksananya konservasi lahan (pengelolaan Daerah Aliran Sungai = DAS),
(9) Berkembangnya lembaga usaha ekonomi di perdesaan, dan
(10) Berkembangnya infrastruktur perdesaan, (Wisnuardhana, 2009).
2.11 Penelitian Terdahulu
Dalam penelitian ini terdapat beberapa hal yang terkait dengan penelitian
sebelumnya. Hasil-hasil penelitian terdahulu tentu sangat relevan sebagai referensi
ataupun pembanding, karena terdapat kesamaan prinsip, meskipun dalam
beberapa hal terdapat perbedaan seperti pendapatan, lokasi penelitian, dan
responden. Penelitian sebelumnya dimaksudkan untuk memberikan gambaran
yang lebih jelas dalam kerangka dan kajian penelitian ini.
29
Penelitian Yanti, 2010 menunjukkan bahwa sistem pemeliharaan usaha
ternak sapi potong di daerah penelitian masih tergolong sederhana atau
tradisional. Kontribusi pendapatan usaha ternak sapi potong terhadap pendapatan
keluarga adalah sebesar 69,3 %. Masalah-masalah yang dihadapi oleh peternak
sapi potong di daerah penelitian pada umumnya adalah kurangnya pengetahuan
masyarakat tentang sistem pemeliharaan ternak sapi potong yang lebih baik.
Hasil penelitian Antarini, 2006 menunjukan bahwa penerapan sistem
integrasi termasuk pola integrasi sederhana tradisional. Artinya telah terjadi siklus
pemanfaatan sumber daya lokal di dalam lahan tanam kopi secara optimal
sehingga tidak ada limbah yang terbuang. Telah terjadi pola integrasi antara
tanaman kopi dengan ternak kambing dan ternak sapi yang telah dikelola petani.
Astawan, 2012 menunjukan bahwa pembiakan sapi Bali di Desa Kelating
dilakukan dengan memanfaatkan lahan milik warga yang ada, pendapatan usaha
Poktan Nandini Asri setiap poktan sebesar 155.000 unit untuk satu siklus
pembibitan, sedangkan peternakan usaha rakyat dengan pendapatan 150.396
untuk satu siklus pembibitan.
Sumarini, 2012 dalam tesis berjudul “Optimalisasi Sistem Pertanian
Terdiversifikasi untuk memaksimalkan pendapatan usahatani di Kota Denpasar”
menyebutkan bahwa pendapatan usahatani maksimum yang diperoleh petani
sampel sebesar Rp 29.567.970, meningkat dibanding pendapatan sebelumnya Rp
22.545.468 dengan mengkombinasikan usahatani padi, sayur hijau, bunga teratai.
untuk meningkatkan pendapatan usahataninya, petani disarankan menambah batas
lahan usaha lele untuk memperoleh pendapatan maksimum sebesar Rp 40.916.290
per tahun.
30
Sukanteri, 2013, pendapatan usahatani terintegrasi yang optimal
menunjukkan nilai lebih tinggi dari pada pendapatan riil usahatani yang diperoleh
petani. Selisih pendapatan optimal dengan pendapatan riil sebesar Rp
3.535.458,45 atau selisih pendapatan ini sebesar 1,07% dibandingkan dengan
pendapatan riil. Hal ini disebabkan oleh petani yang seharusnya mengeluarkan
biaya sewa tenaga kerja luar keluarga dalam mengelola usahataninya tidak perlu
karena sudah cukup dengan memaksimalkan penggunaan tenaga kerja yang
diperoleh dari anggota keluarga petani.
Putrana 2010, pemilihan investasi usahatani rumput laut melalui analisis
investasi, maka usaha rumput laut sistem long line modifikasi lebih
menguntungkan dari pada usahatani rumput laut dengan sistem long line generik
pada usahatani rumput laut di Desa Sumberkima, Kecamatan Gerokgak,
Kabupaten Buleleng.
31
BAB III
KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN
Melalui kegiatan usahatani terintegrasi SIMANTRI diharapkan dapat
merangsang terjadinya pertumbuhan ekonomi yang menyebabkan peningkatan
pendapatan masyarakat setempat. Pendapatan yang meningkat akan menciptakan
masyarakat tani yang sejahtera secara ekonomi yang dimulai dari skala keluarga.
Sehingga peran sektor pertanian sangat strategis untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat pertanian dalam kapasitas yang lebih luas.
Sektor pertanian mampu menyerap tenaga kerja yang banyak. Untuk
menjamin kesinambungan sektor pertanian dibutuhkan adanya perubahan
pertanian dari pertanian yang konvensional menuju sistem pertanian yang lebih
maju. Untuk hal itu, petani melaksanakan program pertanian terintegrasi (tani–
ternak). Di antara sekian sistem pertanian yang ada di Indonesia saat ini, salah
satu sistem yang banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia adalah sistem
usahatani campuran di mana sistem tersebut mengintegrasikan antara tanaman
usahatani dengan hewan ternak petani.
Program pertanian terintegrasi (tani–ternak) adalah suatu upaya untuk
memberdayakan petani melalui sistem yang dapat mengadopsi, mencoba dan
memodifikasi, menerima tanaman dan hewan atau teknologi produksi baru
Input menunjukkan sumberdaya fisik dan lingkungan yang secara relatif
tetap keadaanya bila penggunaannya tidak menimbulkan degradasi. input juga
menunjukan sumberdaya yang dimiliki keluarga tani yang secara individu atau
kelompok menempati lahan tersebut, input menunjukkan peranan kebijakan dan
31
32
kelembagaan untuk mempengaruhi, mendorong melalui pemberian insentif atau
mengarahkan dan mengatur antara input untuk menghasilkan output berupa
meningkatkan produksi, pendapatan petani, mencegah degradasi sumberdaya alam
dan lingkungan (Budiasa, 2011).
Kelompok tani di Bali yang masih aktif dalam menerapkan sistem
usahatani campuran yaitu kelompok tani Ternak Budi Luhur Desa Katung,
Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli. Kelompok ini mengusahakan Jeruk
Siem dan usahatani pembibitan sapi. Adapun tujuan dari penelitian menghitung
pendapatan usahatani, untuk menganalisis besarnya faktor resiko usahatani dan
menganalisis pola integrasi tanaman ternak pada Simantri 116 di Desa Katung,
Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli
Gambar 3.1. Kerangka konsep/optimalisasi sistem integrasi tanaman-ternak
SIMANTRI
X1 Ternak SapiX2 Hortikultura
Analisis UsahataniAnggaran yang Berisiko
KESIMPULAN
REKOMENDASI
X1.1 BiayaX1.1.1 Biaya PakanX1.1.2 Biaya BakalanX1.1.3 B.Tenaga KerjaX1.1.4 B.Obat-obatanX1.1.5 Biaya Kawin
X1.2 PenerimaanX1.2.1 Penjualan PedetX1.2.2 Penjualan PupukX1.2.3 Penjualan Urine
X2.1 BiayaX2.1.1 Biaya bibitX2.1.2 B.Tenaga kerjaX2.1.3 B.pupukX2.1.4 B.Obat-obatanX2.1.5 Biaya panenX2.1.5 B.PengangkutanX2.1.7 B Pemasaran
X2.1 PenerimaanX2.2.1 Penjualan JerukX2.2.2 Penjualan KoolX2.2.3 Penjualan Pisang
1. Pola integrasi usahatani,2. pendapatan usahatani,3. faktor resiko terhadap keuntungan
33
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Rancangan Penelitian
Penelitian dirancang (design) dengan deskriptif kuantitatif, menggunakan
metode survei. Sampel penelitian diambil berdasarkan teknik sensus sampling
yaitu seluruh populasi digunakan sebagai sampel. Penelitian ini termasuk
penelitian deskriptif kuantitatif, yaitu menguraikan dan menginterpretasikan hasil
analisis kuantitatif berdasarkan survey usahatani pada sistem pertanian
terintegrasi.
4.2 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah pada Simantri 116 pada gapoktan Budi Luhur di
Desa Katung, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli yang dipilih secara
purposive sampling dengan pertimbangan :
1. Lokasi penelitian termasuk wilayah dataran tinggi lahan kering dengan suhu
yang rendah sangat cocok budidaya jeruk siem dan jenis hortikultura yang tidak
memerlukan air sepanjang hari.
2. Limbah hortikultura berlimpah sepanjang tahun, sehingga sangat tepat bila
dimanfaatan untuk pakan ternak sapi.
3. Produksi holtikultura yang dihasilkan tidak menggunakan pestisida sangat aman
bagi kesehatan
4. SIMANTRI 116 merupakan salah satu SIMANTRI yang telah berhasil dengan
baik dalam pelaksanaan integrasi tanaman jeruk dengan ternak sapi.
33
34
5. Simantri 116 telah berjalan dari tahun 2011 dan belum ada penelitian sejenis di
daerah lokasi penelitian.
4.3 Jenis Data dan Sumber Data
4.3.1 Jenis data
Penelitian ini menggunakan data kualitatif dan data kuantitatif. Menurut
Kuncoro (2003:124) data kuantitatif dan data kualitatif sebagai berikut.
1. Data kuantitatif adalah daya yang dapat diukur dalam suatu skala numerik.
Penelitian ini menggunakan data kuantitatif meliputi data usahatani tanaman
dan ternak terdiri atas: karakteristik petani, rata-rata luas usahatani lahan
kering, rata-rata produktifitas dan nilai produksi, rata-rata jumlah dan nilai
input (benih, pupuk anorganik dan pupuk organik, serta pestisida organik dan
anorganik, rata-rata suplai tenaga kerja dalam sistem usahatani terintegrasi
antara tanaman dan ternak sapi.
2. Data kualitatif dalam penelitian ini, yaitu data yang mempresentasikan realitas
secara deskriptif melalui kata- kata, kalimat uraian.
4.3.2 Sumber data
Penelitian ini menggunakan sumber data sebagai berikut :
1. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber aslinya dan
dikumpulkan secara khusus untuk menjawab pertanyaan dalam suatu penelitian
(Antara, 2011).
35
Penelitian ini menggunakan metode wawancara secara langsung meliputi data
usahatani tanaman dan ternak meliputi karakteristik petani, rata-rata luas
usahatani lahan basah, rata-rata produktivitas dan nilai produksi, rata-rata
jumlah dan nilai input (benih, pupuk anorganik dan pupuk organik, serta
pestisida organik dan anorganik, rata-rata suplai tenaga kerja dalam sistem
usahatani terintegrasi antara tanaman dan ternak sapi.
2. Data skunder adalah data yang diperoleh dalam bentuk sudah jadi yang
diperoleh dari sumber pustaka, dan catatan dari pustaka ilmiah dan dokumen-
dokumen yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan. Penelitian ini
menggunakan data skunder meliputi : (a) data lokasi pelaksanaan SIMANTRI
116 tahun 2011 dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Bali, (b) Data
potensi desa dari Kantor Kepala Desa, Kantor Kepala Desa lokasi SIMANTRI
yang terpilih dalam penelitian ini.
4.4 Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data seperti :
1.Wawancara langsung dengan menggunakan daftar pertanyaan terstruktur yang
telah disiapkan sebelumnya untuk petani yang bergabung dalam program
SIMANTRI 116.
2. Observasi, yaitu melihat langsung kegiatan petani ke lokasi SIMANTRI 116
untuk mengetahui hasil produksi usahatani terintegrasi yang dilakukan oleh
petani.
3. Dokumentasi dengan cara mendokumentasikan kegiatan yang berhubungan
dengan petani yang bergabung dengan program SIMANTRI 116 yang terkait
dengan penelitian.
36
4.5 Populasi dan Sampel
Penelitian ini menggunakan populasi seluruh petani yang bergabung dalam
program SIMANTRI 116 di Desa Katung, Kecamatan Kintamani, Kabupaten
Bangli.
Pengambilan sampel penelitian menggunakan teknik sensus sampling
yaitu semua anggota kelompok tani diambil sebagai sampel. Sampel berjumlah 23
orang dari SIMATRI 116, Gapoktan Budi Luhur di di Desa Katung, Kecamatan
Kintamani, Kabupaten Bangli
4.6 Instrumen Penelitian
Menurut Suharsimi (2000), instrumen pengumpulan data adalah alat bantu
yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatan mengumpulkan data
menyangkut informasi kuantitatif tentang variabel yang sedang diteliti.
Jenis instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu angket atau
kuesioner. Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari petani mengenai optimasi sistem usahatani terintegrasi
untuk memaksimalkan pendapatan petani.
4.7 Metode Analisis Data
Data dalam kuisioner yang dikumpulkan melalui survei usahatani
kemudian ditabulasi dalam worksheet excel 2003. Tujuannya adalah untuk
mendapatkan nilai rata-rata survei yang akan digunakan untuk menentukan
matriks koefisien teknis dan nilai yang diperlukan dalam analisis data.
37
1. Analisis gross margin
Analisis gross margin merupakan selisih antara total nilai output/total
income usahatani dengan total biaya variabel (Ringwood, 1988). Semakin besar
nilai gross margin, maka usahatani tersebut dikatakan semakin menguntungkan.
Besar kecilnya keuntungan yang diterima petani dari usahataninya akan
dipengaruhi oleh nilai penerimaan dan biaya usahataninya dalam suatu periode
produksi dan jumlah cabang usaha yang dikelola. Analisis gross margin, untuk
analisis pendapatan aktual, digunakan metode analisis gross margin. Analisis
pendapatan dihitung dengan rumus:
GM = TR – VCKeterangan:
GM = Gross margin (Rp)TR = Total Penerimaan (Rp)VC = Variable Cost (Rp)
2. Analisis anggaran usahatani yang beresiko
Analisis ini merupakan bentuk analisis anggaran parametrik dengan
memperhatikan faktor yang tidak dapat diramal secara pasti sebelumnya misalnya
produksi, harga produk pertanian (Soekartawi, 1986). Analisis anggaran usahatani
yang berisiko ini dapat dirumuskan :
G = y (p) –U –V
Keterangan:G = Keuntungan kotor per tahun (Rp/th)y = produksi /ha (ton/ha)p = harga produk ( Rp/ton)U = biaya sarana produksi (Rp/ton)V = biaya lain-lain yang digunakan dalam proses produksi (max 10%
dari biaya total)
38
Untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan menghitung ukuran
risiko relative dengan membagi standar deviasi dengan nilai rata-ratanya :
CV = σ / y
Keterangan :
CV = koefisien variasi
σ = standar deviasi
Y = rata- rata pendapatan
4.8. Variabel Penelitian
Jenis variabel yang diamati dalam penelitian tergantung jenis analisis yang
digunakan, Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah kriteria kelayakan
ekonomi dilihat dari pendapatan maksimal dari hasil optimasi SIMANTRI dari
setiap aktivitas dan kendala usahatani terintegrasi petani sampel.Variabel dalam
penelitian ini pada Tabel 4.1.
39
Tabel 4.1 Variabel Penelitian
Variabel Indikator Perameter PengukuranY Pendapatan Petani Rata-rata harga output Rp/unitX1 Ternak SapiX1.1 Biaya Rata-rata harga output Rp/unit
X1.1.1 Biaya Pakan Rata-rata biaya pakan Rp/unitX1.1.2 Biaya Bakalan Rata-rata biaya bakalan Rp/unit
X1.1.3 Biaya Tenaga KerjaRata-rata biaya tenagakerja Rp/unit
X1.1.4 Biaya Obat-obatan Rata-rata biaya obat Rp/unitX1.1.5 Biaya Kawin Rata-rata biaya kawin Rp/unit
X1.2 Penerimaan Rata-rata harga output Rp/unitX1.2.1 Penjualan Pedet Rata-rata jumlah output Rp/unitX1.2.2 Penjualan Pupuk Rata-rata jumlah output Rp/unitX1.2.3 Penjualan Urine Rata-rata jumlah output Rp/unit
X2 HortikulturaX2.1 Biaya
X2.1.1 Biaya Bibit Rata-rata biaya bibit Rp/unit
X2.1.2 Biaya Tenaga KerjaRata-rata biaya tenagakerja Rp/unit
X2.1.3 Biaya Pupuk Rata-rata biaya pupuk Rp/unitX2.1.4 Biaya Obat-obatan Rata-rata biaya obat-obata Rp/unitX2.1.5 Biaya Panen Rata-rata biaya panen Rp/unit
X2.1.6 Biaya PengangkutanRata-rata biayapengangkutan Rp/unit
X2.1.7 Biaya Pemasaran Rata-rata biaya pemasaran Rp/unit
X2.2 Penerimaan Rata-rata harga output Rp/unitX2.2.1 Pejualan Jeruk Siem Rata-rata jumlah output Rp/unitX2.2.2 Penjualan Kool Rata-rata jumlah output Rp/unitX2.2.3 Penjualan Pisang Rata-rata jumlah output Rp/unit
40
4.9 Batasan Operasional Variabel
Beberapa batasan operasional variabel dalam penelitian ini adalah
(1) Pendapatan adalah pendapatan kotor (gross margin) maksimal yang diperoleh
yang dihitung dalam rupiah per tahun. Pendapatan kotor ini dihitung dengan
menggunakan semua biaya variable dari nilai penerimaan total.
(2) Biaya variabel adalah biaya yang nilainya tergantung pada besar kecilnya
skala usaha dalam SIMANTRI.
(3) Penerimaan total adalah akumulasi penerimaan yang diperoleh dari semua
aktivitas on-farm dalam SIMANTRI.
(4) Pertanian dalam penelitian ini adalah SIMANTRI 116 di lahan perkebunan
yang dipandang holistik dan memenuhi kriteria-kriteria : menguntungkan
secara ekonomi, ramah lingkungan, dapat diterima oleh masyarakat dan
berkeadilan, menggunakan teknologi yang sepadan serta selaras dengan
budaya setempat.
(5) Petani adalah orang yang berusaha dalam bidang hortikultura dan ternak sapi
yang mendapat bantuan dari Program SIMANTRI.
(6) Produksi hortikulturan adalah seluruh hasil hortikultura yang dihasilkan dari
luas lahan tertentu yang diukur dengan satuan kilogram.
(7) Produksi ternak sapi adalah seluruh anak sapi yang dihasilkan dari awal
terbentuknya SIMANTRI 116 dengan satuan ekor.
41
(8) Harga produk adalah harga jual hortikultura maupun anak sapi yang diukur
dengan satuan rupiah per kilogram.
(9) Penerimaan usahatani adalah hasil perkalian antara produksi dan harga
produk, dalam satuan rupiah.
(10)Biaya tunai adalah pengeluaran yang dibayar dengan uang dalam satuan
rupiah.
(11)Pendapatan tunai adalah penerimaan usahatani dikurangi biaya tunai,
dinyatakan dalam satuan rupiah.
42
43
4.3 Jenis Data dan Sumber Data
4.3.1 Jenis data
Data utama yang dibutuhkan adalah data usahatani yang berupaya
mengintegrasikan antara tanaman dan ternak dalam periode waktu satu tahun.
Data pendukung yang dibutuhkan berupa data potensi pertanian dan karakteristik
petani sampel pelaksana simantri. Data utama dan sekunder tersebut bersifat
primer dan/atau sekunder.
44
4.3.2 Sumber data
1. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber aslinya dan
dikumpulkan secara khusus untuk menjawab pertanyaan dalam suatu penelitian
(Antara, 2011).
Biasanya data primer dikumpulkan dengan menggunakan metode wawancara
aecara langsung meliputi data usahatani tanaman dan ternak meliputi karakteristik
petani, rata-rata luas usahatani lahan basah, rata-rata produktifitas dan nilai
produksi, rata-rata jumlah dan nilai input (benih, pupuk anorganik dan pupuk
organik, serta pestisida organik dan anorganik, rata-rata suplai tenaga kerja dalam
sistem usahatani terintegrasi antara tanaman dan ternak sapi.
2. Data skunder adalah data yang diperoleh dalam bentuk sudah jadi yang
diperoleh dari sumber pustaka, dan catatan dari pustaka ilmiah maupun dokumen-
dokumen yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan.
Adapun data skunder dalam penelitian ini misalnya (a) data lokasi
pelaksanaan SIMANTRI tahun 2011 dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan
Provinsi Bali, (b) Data potensi desa dari kantor Kepala Desa dari Kantor Kepala
Desa lokasi SIMANTRI yang terpilih dalam penelitian ini.
4.4 Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data seperti di bawah
ini.
4.Wawancara langsung dengan menggunakan daftar pertanyaan terstruktur yang
telah disiapkan sebelumnya untuk petani yang bergabung dalam program
SIMANTRI 116
5. Observasi, yaitu melihat langsung kegiatan petani ke lokasi SIMANTRI 116
45
untuk mengetahui hasil produksi usahatani terintegrasi yang dilakukan oleh
petani.
6. Dokumentasi dengan cara mendokumentasikan kegiatan yang berhubungan
dengan petani yang bergabung dengan SIMANTRI 116 yang terkait dengan
penelitian ini.
4.6 Populasi dan Sampel
4.6.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek dan subjek yang
menjadi kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik suatu kesimpulan (Sugiyono, 2010).
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi penelitian adalah seluruh petani
yang bergabung dalam program SIMANTRI 116 di Desa Katung, Kecamatan
Kintamani, Kabupaten Bangli.
4.6.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang diambil atau ditentukan mewakili
populasi untuk di amati dan dikaji (Sugiono, 2010). Dalam penelitian ini
menggunakan metode sensus sampling yaitu apabila semua anggota kelompok
tani diambil sebagai sampel pada petani yang bergabung dalam program
SIMANTRI 116 Sampel berjumlah 20 orang dari SIMATRI 116, Gapoktan Budi
Luhur di Desa Katung, Kecamatan, Kintamani, Kabupaten Bangli.
4.6. Instrumen Penelitian
Menurut Suharsimi Arikunto (2000:134), instrumen pengumpulan data
adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya
46
mengumpulkan data menyangkut informasi kuantitatif tentang variabel yang
sedang diteliti. Jenis instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu angket
atau kuesioner. Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan
untuk memperoleh informasi dari petani mengenai optimasi sistem usahatani
terintegrasi untuk memaksimalkan pendapatan petani.
4. 7. Metode Analisis Data
Data-data dalam kuisioner yang dikumpulkan melalui survei usahatani
kemudian ditabulasi dalam worksheet exel 2003 untuk mendapatkan nilai rata-rata
survei yang akan digunakan untuk menentukan matriks koefisien teknis dan nilai
yang diperlukan dalam analisis data.
Analisis gross margin merupakan selisih antara total nilai output/total
income usahatani dengan total biaya variabel (Ringwood, 1988). Semakin besar
nilai gross margin, maka usahatani tersebut dikatakan semakin menguntungkan.
Besar kecilnya keuntungan yang diterima petani dari usahataninya akan
dipengaruhi oleh nilai penerimaan dan biaya usahataninya dalam suatu periode
produksi dan jumlah cabang usaha yang dikelola. Analisis gross margin dapat
dirumuskan sebagai berikut.
GM = O –Iv
dimana:
GM = Gross Margin(keuntungan kotor)O = Total output (total income)Iv = Total biaya variabel
Untuk analisis pendapatan aktual, digunakan metode analisis gross
margin. Analisis pendapatan dihitung dengan rumus:
GM = TR – VC (1)
Keterangan:
47
GM = Gross margin (Rp)TR = Total Penerimaan (Rp)VC = Variable Cost (Rp)
Analisis data dalam penelitian ini berupan Analisis Linier Programing
(LP) yang diselesaikan dengan bantuan software BPLX88. Analisis ini
menggunakan dasar pertimbangan atas pendapat Hartono (Antara, 2011) bahwa
petani dengan modal yang terbatas sering dihadapkan dengan fungsi produksi
linier (Budiasa,2012)
Penelitian ini dipergunakan untuk mengetahui tingkat optimal
pemanfaatan lahan sawah dan input lainnya di desa Penarukan dan memperoleh
pendapatan maksimal usahatani dalam kondisi keterbatasan sumberdaya yang
tersedia.
Pendekatan LP merupakan sebuah teknik matematik formal yang
menyeleksi kombinasi dan tingkat aktivitas, dari semua aktivitas yang layak,
untuk mencapai fungsi tujuan tanpa mengabaikan ketersediaan sumberdaya dan
kendala lainnya yang dispesifikasi (Barlow et al., 1977; Gonzales, 1983).
mendefinsikan programasi linier sebagai sebuah prosedur berbasis computer yang
dapat mengarahkan seleksi kombinasi aktivitas untuk mencapai fungsi tujuan
dengan kendala yang ada.
Adapun Spesifikasi dalam program linier ini adalah :
1.Fungsi tujuan : untuk memaksimalkan pendapatan usahatani campuran anatara
tanaman padi, tanaman jagung dan ternak sapi
2.Kendala : luas lahan, stok input, stok output, maksimum tenaga kerja yang
disewa, kas masuk, kas keluar.
48
3.Untuk memaksimalkan pendapatan usahatani melalui pelaksanaan berbagai
aktifitas usahatani antara lain produksi tanaman (padi, jagung) dan ternak sapi
dalam satu tahun, pembelian input, sewa tenaga kerja, penjualan output, alokasi
dan transfer.
Secara matematis, masalah programasi linier umumnya dinyatakan sebagai
berikut (Cohen dan Cyert, 1976):
maksimal : j
n
jj xcz
1
……………………………………………………….. (1)
dengan kendala: ij
n
jij bxa
1
; i = 1, 2, …, m ….…………………………….
(2)
0jx ; j = 1, 2, …, n. ………….……………………………
(3)
dimana z pada persamaan (1) adalah fungsi tujuan; xj’s adalah aktivitas atau
variabel keputusan; cj’s adalah kontribusi dari aktivitas jth terhadap nilai fungsi
tujuan; aj’s adalah unit sumberdaya ke-i yang digunakan atau unit output ke-i
yang diproduksi per unit aktivitas jth; dan bi’s adalah tingkat sumberdaya yang
tersedia atau kebutuhan minimal untuk setiap kendala. Persamaan (2) dan (3)
masing-masing adalah set kendala dan kondisi non-negatif yang harus dipenuhi
dalam proses optimasi.
4.8. Variabel Penelitian
Jenis variabel yang diamati dalam penelitian tergantung jenis analisis yang
digunakan, Variabel yang diamati dalam penelitian ini kriteria kelayakan ekonomi
dilihat dari pendapatan maksimal dari hasil optimasi SIMANTRI dari setiap
49
aktivitas dan kendala usahatani terintegrasi petani sampel. Adapun variabel dalam
penelitian ini pada Tabel 2.
Tabel 2.Variabel penelitian
Variabel Indikator Perameter PengukuranPendapatan a. Penerimaan
Harga output Rata-rata harga output Rp/unitJumlah Output Rata-rata jumlah output Rp/unit
b. Biaya VariabelBibit Rata-rata biaya bibit Rp/unitPupuk Rata-rata biaya pupuk Rp/unitObat-obatab Rata-rata obat-obatan Rp/unitPakan Rata-rata biaya pakan Rp/unit
Tenaga KerjaRata-rata biaya tenagakerja Rp/unit
4.9 Batasan Operasional Variabel
Beberapa batasan operasional variable dalam penelitian ini adalah
(a) Pertanian dalam penelitian ini adalah SIMANTRI 116 di lahan perkebunan
yang dipandang holistik dan memenuhi kriteria-kriteria : menguntungkan secara
ekonomi, ramah lingkungan, dapat diterima oleh masyarakat dan berkeadilan,
menggunakan teknologi yang sepadan serta selaras dengan budaya setempat.
(b) Pendapatan adalah pendapatan kotor (gross margin) maksimal yang diperoleh
dari hasil optimasi SIMANTRI yang dihitung dalam rupiah per tahun. Pendapatan
kotor ini dihitung dengan menggunakan semua biaya variable dari nilai
penerimaan total.
50
(c) Biaya variable adalah biaya yang nilainya tergantung pada besar kecilnya
skala usaha dalam SIMANTRI.
(d) Penerimaan total adalah akumulasi penerimaan yang diperoleh dari semua
aktivitas on-farm dalam SIMANTRI.
(d) Petani adalah petani yang berusaha dalam bidang hortikultura dan ternak sapi
yang mendapat bantuan dari Program SIMANTRI.
(e) Produksi hortikulturan adalah seluruh hasil hortikultura yang dihasilkan dari
luas lahan tertentu yang diukur dengan satuan kilogram. Produksi ternak sapi
adalah seluruh anak sapi yang dihasilkan dari awal terbentuknya SIMANTRI 116
dengan satuan ekor.
(f) Harga produk adalah harga jual hortikultura maupun anak sapi yang diukur
dengan satuan rupiah per kilogram.
(g) Penerimaan usahatani adalah hasil perkalian antara produksi dan harga
produk, dalam satuan rupiah.
(h) Biaya tunai adalah pengeluaran yang dibayar dengan uang dalam satuan
rupiah.
(i) Pendapatan tunai adalah penerimaan usahatani dikurangi biaya tunai,
dinyatakan dalam satuan rupiah.
(j) Biaya diperhitungkan adalah pengeluaran untuk pemakaian input milik sendiri
dan tenaga kerja keluarga berdasarkan tingkat upah yang berlaku.
51
DAFTAR PUSTAKA
Bali dalam angka.2008-2012. Badan pusat statistik provinsi Bali.
Budiasa, I Wayan. 2011. Pertanian Berkelanjutan: Teori dan Pemodelan. Udayana
University Press, Denpasar
Gunawan dan M. Soejono. 1992. Analisi Ekonomi Suplementasi Konsentrat.Penebar Swadaya. Jakarta.
Guntoro. 2002. Membudi dayakan Sapi Bali. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Hermanto, F. 1989. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta
Jaya, U. 1976. Sapi Potong Menjanjikan Keuntungan. Cetakan ketiga. PenebarSwadaya. Jakarta.
Kuncoro, M. 2003. Metode Riset untuk bisnis dan ekonomi. Bagaimana Menelitidan Menulis Tesis. PT. Gelora Aksara Pratama. Penerbit Erlangga.
Milles dan Huberman. (1992) Analisis Data Kualitatif (tentang metode-metodebaru), Jakarta: UI-Press.
Moleong, J. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Rosdakarya
52
Nasution. (2003). Metode Research. Penelitian Ilmiah. Thesis. Bandung,
Jemmars.
Rangkuti. 1976. Pengaruh Pengebirian dan Pemberian Konsentrat padaPertumbuhan Sapi. Buletin LPP No. 15. Bogor.
Riduwan, 2004. Metode &Teknik Menyusun Tesis.Alfabeta. Bandung
Riduwan. (2006). Dasar-dasar Statistika. Bandung: Penerbit Alfabeta
Sariubang, M. 1992. Sistem Penggemukan Sapi. Balai Penelitian Ternak. Grati.
Siregar, S.S. 1996. Penggemukan Sapi. Penebar Swadaya. Jakarta.
Siregar,S. B. Dan Tambing. 1995. Analisis Penggemukan Sapi Potong di DesaGebang. Kabupaten Wonogiri. Jawa Tengah. Pusat PengembanganPenelitian. Bogor.
Soekartawi, 1995. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian. Teori dan Aplikasinya. CVRajawali Jakarta
Soekartawi , A. 1986. Ilmu Usahatani dan Penelitian untuk Pengembangan PetaniKecil. Jakarta: Universitas Indonesia.
Sugeng, B. 1992. Sapi Potong. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sugiyono. 2008 Metode Penelitian pendidikan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.Alfabeta. Bandung.
Sutarminingsih, L. 2004. Peluang Usaha Penggemukan Sapi. Kanisius.Yogyakarta
Tjakrawiralaksana, A.1986. Ilmu Usahatani. Institut Pertanian Bogor, Bogor
Tawaf R. 1993. Strategi Pengembangan Industri Peternakan Sapi Potong BerskalaKecil dan Menengah. Makalah Seminar. Jakarta: CIDES
Wiyono, DB. 2007. Petunjuk Teknis Sistem Perbibitan Sapi Potong. Bogor. PusatPenelitian dan Pengembangan Peternakan
53
Kuisioner PenelitianNamaResponden/Tlp/HP
:
Gapoktan/Poktan : ……………………………….. (SIMANTRI ……)Alamat : Desa ……………., Kec. ……………..,
Kab.………………
I. KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA PETANI DAN PENGUASAANASSET PRODUKTIF
1.1 Anggota rumah tangga (termasuk kepala keluarga)No N a m a Status †) Jenis
Kelamin(L/ P)
Umur(tahun)
Pendidikan terakhir
Jenjang/Tingkat
††)
Keterangan
1 =Tamat2 = tidak
tamat1 12345
Keterangan :†) Di kolom status, tulis 1 = Kepala Keluarga; 2 = Istri; 3 = Anak; 4 = Cucu;
5 = Orangtua; 6 = Mertua; 9 = hubungan keluarga lainnya (sebutkan)††) Di kolom Jenjang/tingkat : tulis 0 = tidak pernah sekolah ; 1 = TK; 2 =
SD; 3 = SMP; 4 = SMA; 5 = Diploma ; 6 = Sarjana ;
1.2 Penguasaan Lahan dan Status Lahan GarapanJenis lahan Tahun Status lahan †)
2010 2011(setelah
menerimaSimantri)
Lahan kering(tegalan/ladang)—haLahan sawah—ha
54
†) Status lahan: 1=milik; 2=menyewa; 3=bagi hasil dengan perbandingan(Hasil: ......%.:......%.; biaya:.....%:......%); 4=gadai
1.3 Penguasaan Ternak dan Status ternak yang Dipelihara
Jenis Ternak
Tahun Statusternak
†)Sendiri 2010 2011
(saat menerimaSimantri)
Total 2012(setahun setelah
menerimaSimantri)
Jumlah(ekor)
EstimasiNilai(Rp)
Jumlah(ekor)
EstimasiNilai(Rp)
Jumlah(ekor)
EstimasiNilai(Rp)
SAPI BALIa. Anak sapib. Sapi
Dewasac. Induk Sapid. Pejantan
†) Status lahan: 1=milik; 2=bagi hasil dengan perbandingan (Hasil:......%.:......%.; biaya:.....%:......%)
II. PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETANI (ON-FARM)
A. TANAMAN DI LAHAN SAWAH
1. PADI 2012a. Pola tanam, produksi, dan penjualan
Uraian Musim tanamterakhir
Waktu tanam Bulan………tahun ……….
Umur panen (hari)Luas lahan yang ditanami (are)Cara penanaman (1=disebar; 2=jaraktanam m x n )Jumlah bibit (kg), varietas..................................
Rata-rata upahtenaga kerja/hari
(8 jam kerja):
Pria :Rp…………../orgWanita:
Rp…………../org
Catatan:
1 HOK = 8 jam kerjasetara pria per hari
55
Jumlah produksi (kg)/1 kali panenFrekuensi panen padi (berapa kali dalamsetahun)dengan pola tanam: .....................-......................-...................Harga produksi di lahan biladitebaskan (Rp/are)Harga/nilai produksi (Rp/kg) biladipanen/dikonsumsi sendirib. Penggunaan dan biaya tenaga kerja usahatani
Uraian BulanTK Keluarga TK UpahanPria(HOK)
Wanita
(HOK)
Pria(HOK)
Wanita(HOK)
Pengolahan lahanPenanamanPenyianganPemupukanPengairan/irigasiPenyemprotanPenyulamanPanenPengangkutanPasca panen(pengeringan/jemur danpenyimpanan)c. Penggunaan input dan besarnya biaya usahatani lainnya
Uraian Jumlah Harga satuan(Rp)
Bulan
Benih (kg)Sumber benih yangdigunakan (1=hasil sendiri;2=beli dari kios pertanian)Pupuk (kg): 1. Urea
2. KCL3. NPK4. Pupuk kandangsapi5. Kompos6. …………..
1………….2………….3………….4………….5………….6................
1………….2………….3………….4………….5………….6................
1………….2………….3………….4………….5………….6................
56
Pestisida: Cair (ml) jenisnya……………………
Powder (kg)jenisnya ……………….Bi-ourine (liter)Biaya angkut: * Lahan –ke rumah (Rp/kwt)
* Rumah –ke pasar (Rp/kwt)
* Lahan –ke pasar (Rp/kwt)Alat (unit):* Sabit
* Cangkul
* KeranjangPBB per ha/tahun
1. PALAWIJA 2012, Jenis: ...............................................
a. Pola tanam, produksi, dan penjualanUraian Musim tanam
terakhirWaktu tanam Bulan………
tahun ……….Umur panen (hari)Luas lahan yang ditanami (are)Cara penanaman (1=disebar; 2=jaraktanam m x n )Jumlah bibit (kg), varietas..................................Jumlah produksi (kg)/1 kali panenFrekuensi panen palawija (berapa kalidalam setahun)dengan pola tanam: .....................-......................-...................Harga produksi di lahan biladitebaskan (Rp/are)Harga/nilai produksi (Rp/kg) biladipanen/dikonsumsi sendirib. Penggunaan dan biaya tenaga kerja usahatani
Rata-rata upahtenaga kerja/hari
(8 jam kerja):
Pria :Rp…………../orgWanita:
Rp…………../org
Catatan:
1 HOK = 8 jam kerjasetara pria per hari
57
Uraian BulanTK Keluarga TK UpahanPria(HOK)
Wanita
(HOK)
Pria(HOK)
Wanita(HOK)
Pengolahan lahanPenanamanPenyianganPemupukanPengairan/irigasiPenyemprotanPenyulamanPanenPengangkutanPasca panen(pengeringan/jemur danpenyimpanan)c. Penggunaan input dan besarnya biaya usahatani lainnya
Uraian Jumlah Harga satuan(Rp)
Bulan
Benih (kg)Sumber benih yangdigunakan (1=hasil sendiri;2=beli dari kios pertanian)Pupuk (kg): 1. Urea
2. KCL3. NPK4. Pupuk kandangsapi5. Kompos6. …………..
1………….2………….3………….4………….5………….6................
1………….2………….3………….4………….5………….6................
1………….2………….3………….4………….5………….6................
Pestisida: Cair (ml) jenisnya……………………
Powder (kg)jenisnya ……………….Bi-ourine (liter)Biaya angkut: * Lahan –ke rumah (Rp/kwt)
* Rumah –ke pasar (Rp/kwt)
* Lahan –
58
ke pasar (Rp/kwt)Alat (unit):* Sabit
* Cangkul
* KeranjangPBB per ha/tahun
1. RUMPUT GAJAH 2012, Jenis: ...............................................
a. Pola tanam, produksi, dan penjualanUraian Musim tanam
terakhirWaktu tanam Bulan………
tahun ……….Umur panen (hari)Luas lahan yang ditanami (are)Cara penanaman (1=disebar; 2=jaraktanam m x n )Jumlah bibit (stek), varietas..................................Jumlah produksi (ikat/are atau kgbasah/are)Frekuensi panen rumput pad rumpunyang sama (berapa kali dalam setahun)Harga/nilai produksi (Rp/ikat atau Rp/kg)bila dipanen/dikonsumsi untuk pakanternak sendiri sendiri
b. Penggunaan dan biaya tenaga kerja usahatani
Uraian BulanTK Keluarga TK UpahanPria(HOK)
Wanita
(HOK)
Pria(HOK)
Wanita(HOK)
Pengolahan lahanPenanamanPemupukanPengairan/irigasi
Rata-rata upahtenaga kerja/hari
(8 jam kerja):
Pria :Rp…………../orgWanita:
Rp…………../org
Catatan:
1 HOK = 8 jam kerjasetara pria per hari
59
PenyemprotanPanen
c. Penggunaan input dan besarnya biaya usahatani lainnyaUraian Jumlah Harga satuan
(Rp)Bulan
Benih (stek)Sumber benih yangdigunakan (1=hasil sendiri;2=minta pada tetangga)Pupuk (kg): 1. Urea
2. KCL3. NPK4. Pupuk kandangsapi5. Kompos6. …………..
1………….2………….3………….4………….5………….6................
1………….2………….3………….4………….5………….6................
1………….2………….3………….4………….5………….6................
Pestisida: Cair (ml) jenisnya……………………
Powder (kg)jenisnya ……………….Bi-ourine (liter)Alat (unit):* Sabit
* Cangkul
* KeranjangPBB per ha/tahun
B. PETERNAKAN1. Jenis ternak : SAPI2. Luas lahan untuk kandang koloni (...........are)
60
3. Status lahan untuk kandang koloni: (1). Sewa Rp............../th; (2). Bagi hasil..........% dari hasil penjualan sapi, pupuk, dan biourine4. Pmeliharaan ternak sapi SIMANTRI oleh seorang petani (ekor)
Jenis Ternak
Tahun2011
(saat menerimaSimantri)
2012(setahun setelah
menerimaSimantri)
Mei 2013
Jumlah(ekor)
EstimasiNilai(Rp)
Jumlah(ekor)
EstimasiNilai(Rp)
Jumlah(ekor)
EstimasiNilai(Rp)
SAPI BALIa. Anak
sapib. Sapi
Dewasac. Induk
Sapid. Sapi
PejantanSistem pembagian hasil penjualan:
(a) Anak sapi I: .........% pemelihara; .........% poktan; ......% gapoktan; .......%pemilik tanah untuk kandang koloni
(b) Anak sapi II: .........% pemelihara; .........% poktan; ......% gapoktan; .......%pemilik tanah untuk kandang koloni
(c) Anak sapi II: .........% pemelihara; .........% poktan; ......% gapoktan; .......%pemilik tanah untuk kandang koloni
(d) Dst.......5. Manajemen pakan
Jenis pakan Pemberianpakan (kg/hari)atau ikat per hari
Harga pakan(Rp/kg)
Rumput gajahLimbah pertanian(jerami padi/palawija) Difermentasi Non-fermentasi
Dedak padi
6. Jenis penyakit ternak yang sedang diderita ternak sapi SIMANTRIJenis penyakit Ternak yang diserang Jumlah kematian tahun
2011-Mei 2013Dewasa Muda Anak Dewasa Muda Anak
61
Biaya vaksinasi (Rp)
7. Penggunaan dan biaya tenaga kerja usaha ternak per hariUraian TK.Keluarga TK.Upahan
Pria(jam
)
Wanita
(jam)
Pria(jam
)
Wanita
(jam)MengumpulkanpakanMemberi pakanMemandikanternakMembersihkankandangCatatan: curahan TK untuk usaha ternak direkam dalam satuan jam/hari.