instrumentasi dan pengendalian proses
-
Upload
muhammad-jibril -
Category
Documents
-
view
200 -
download
3
description
Transcript of instrumentasi dan pengendalian proses
TATA TULIS LAPORAN
PENGENDALIAN LAJU ALIR
D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
ARIF RAHMANUL HIJJAILYANI HARIYAZI
MUHAMMAD JIBRILT.INDIRWAN
PROGRAM STUDI MIGAS
JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI LHOKSEUMAWE
2013
BAB I
Pendahuluan
1.1 Judul Praktikum : Pengendalian Laju Alir
1.2 Tujuan Percobaan
1) Untuk melihat karakteristik dari masing-masing pengendali di (On-Off, P, PI, PID) yang terjadi pada system
2) Dapat memahami prinsip kerja suatu alat ukur laju alir
1.3 Alat dan Bahan
1.3.1 Alat yang digunakan :
1) Seperangkat alat pengendali CRF
2) Gelas ukur
3) Beaker gelas
4) Stopwatch
1.3.1 Bahan yang digunakan :
1) Air
2) Udara
1.4 Prosedur Kerja
1) Sambungkan arus listrik
2) Hidupkan dengan menekan tombol start
3) Kemudian hidupkan (tekan tombol pomp) pada posisi “ON”
4) Buka keran
5) Atur skala voltmeter berdasarkan skala yang ditentukan
6) Alirkan air sebanyak batasan yang digunakan dalam waktu tertentu
7) Catat jumlah air yang keluar dalam waktu yang telah ditentukan.
1.5 Rangkaian Pelalatan
Rangkaian alat pengendalian CRF
Keterangan :
1. Tanki Air2. Pompa Sentrifugal3. Katup Udara Sebanding4. Tranduser5. Udara Masuk Bertekanan6. Kompresor Udara Masuk Bertekanan7. Kompresor Udara8. Penggerak Elektronik9. Perlengkapan Elektrik10. Seperangkat Komputer11. Valve Manual12. Katup Selenoid untuk Mengatasi Gangguan13. Flowmeter14. Valve Manual15. Pengatur Flow16. Sensor Flow
BAB II
Tinjauan Pustaka
2.1 Pengertian Pengendalian Proses
Gambar 2.1 Sistem Pengendalian proses adalah pengaturan kondisi
operasi proses agar selalu berada dalam kondisi yang diinginkan atau
dikendalikan. Tujuannya adalah :
1) Mengatasi terjadinya gangguan
2) Menstabilkan proses
3) Optimalisasi kondisi operasi
Laju alir merupakan ketetapan untuk menghitung perpindahan fluida,
pengendalian laju alir fluida merupakan hal yang sangat penting dalam industry
kimia maupun perminyakan. Selain untuk kepentingan proses, pengendalian laju
alir pada aliran bahan baku dan prorduk akan berkaitan langsung dengan dana
yang harus dikeluarkan atau diterima oleh perusahaan.
Dalam melakukan studi proses penting untuk diketahui bahwa proses yang
berlangsung di Industri Kimia sesungguhnya (real world) berjalan secara dinamik,
yakni variabel- variabel yang menentukan terjadinya proses itu berubah-ubah
terhadap waktu. Agar proses itu berjalan sesuai dengan target-target yang
ditentukan, maka proses itu harus dikontrol secara automatis.
Target-target proses yang tersebut antara lain adalah :
1. Terjaminnya keselamatan (safety) baik bagi buruh maupun peralatan yang ada.
2. Terjaganya kualitas produk, misalnya komposisi produk, warna, dll. Pada
keadaan yang kontinyu dan dengan biaya minimum.
3. Proses berlangsung sesuai dengan batasan lingkungan, maksudnya limbah
yang dihasilkan oleh proses tersebut tidak melebihi ambang batas lingkungan.
4. Proses berlangsung sesuai dengan batasan-batasan operasinya. Berbagai jenis
peralatan yang digunakan dalam sebuah pabrik kimia memiliki batasan
(constraint) yang inherent untuk operasi peralatan tersebut. Batasan-batasan
itu seharusnya terpenuhi di seluruh operasi sebuah pabrik.
5. Ekonomis, operasi sebuah pabrik harus sesuai dengan kondisi pasar, yakni
ketersediaan bahan baku dan permintaan produk akhirnya. Oleh karena itu,
harus seekonomis mungkin dalam konsumsi bahan baku, energi, modal, dan
tenaga kerja. Hal ini membutuhkan pengontrolan kondisi operasi pada tingkat
yang optimum, sehingga terjadi biaya operasi yang minimum, keuntungan
yang maksimum, dan sebagainya.
2.2 Pengontrol CRF dan Unit Studi Peraturan/Regulasi
Unit yang memungkinkan untuk analisa suatu regulasi pengulangan
dimana solusi suatu laju alir adalah kuantitas pengendaliannya jika dibandingkan
dengan jumlah lain seperti tinggi cairan atau temperature laju alir bukanlah suatu
kuantitas regulasi fungsi linier. Dalam kaitan ini memiliki pengendalian parameter
yang sangat bagus. Siswa dapat meneliti efek dari regulasi parameter yang
berbeda pada efesiensi peraturan rantai dan stabilitas system dan juga
mendapatkan suatu pemahaman yang baik tentang komponen yang digunakan
pada pengamplikasian di industri, seperti system yang terdiri dari penggunaan
peralatan industri.
2.2.1 Jenis-Jenis variabel yang berperan dalam system pengendalian :
1) Proses Variable (PV) adalah besaran fisika atau kimia yang menunjukkan
keadaan system proses yang dikendalikan tetap dikehendaki.
2) Manipulated Variabel (MV) adalah variable yang digunakan untuk melakukan
koreksi atau pengendalian PV.
3) Set Point (SP) adalah variable yang diinginkan (nilai acuan).
4) Gabungan (W) adalah variable masukkan yang mampu mempengaruhi nilai
PV tetapi tidak digunakan untuk mengendalikan.
5) Variabel keluar tidak dikendalikan adalah variable yang menunjukkan
keadaan system proses tetapi tidak dikendalikan secara langsung.
2.2.2 Klasifikasi Kebutuhan Sistem Pengendalian
Ada 3 klasifikasi kebutuhan sistem pengendalian secara umum:
1. Menekan pengaruh gangguan (disteurbance/upset) eksternal.
2. Memastikan kestabilan suatu proses kimia.
3. Optimisasi performansi suatu proses kimia.
2.2.3 Aspek-aspek Desain Sistem Kontrol
Variabel (laju alir, suhu, tekanan, konsentrasi, dll) dalam proses dibagi menjadi 2
kelompok:
1. Variabel masukan (input):
a) manipulated (adjustable) variable
b) disturbance:
2. Variabel keluaran (output):
a) dapat dikur (measured): suhu produk, laju alir produk, dll.
b) tak dapat diukur (unmeasured): suhu di tray
Adapun elemen-elemen disain sistem control :
1. Mendefinisikan obyektif pengontrolan
2. Menyeleksi pengukuran
3. Menyeleksi variabel yang dimanipulasikan
4. Menyeleksi konfigurasi kontrol
5. Mendisain kontroler
2.3 Macam-Macam Tipe Pengendalian
Sistem Pengendalian (Control System) adalah rangkaian operasi yang
dilakukan konversi material secara fisika dan kimia sehingga material yang
dihasilkan memiliki keadaan yang lebih bermanfaat. Peranan pengendalian proses
pada dasarnya adalah suatu usaha untuk mencapai tujuan proses agar berjalan
sesuai dengan apa yang diinginkan. Seluruh komponen yang terlihat dalam
pengendalian proses disebut sistem pengendalian atau control system. Tipe-tipe
pengendalian antara lain:
2.3.1 Pengendalian On-Off
Sistem pengendalian dua posisi ialah sistem pengendalian yang
mempunyai element koreksi (error detector) memiliki dua tempat kedudukan,
maksudnya element kendali akhir mempunyai kedudukan pada kondisi ON dan
OFF (buka atau tutup). Pada pengendalian ini, sinyal keluaran dari kendali akan
tetap pada harga maksimum atau minimum.
2.3.2 Pengendalian Proporsional (P)
Cara mudah untuk mengimplimentasikan continue adalah dengan
mempertunjukkan sinyal x(t) menjadi proporsional perpindahan e(t), sehingga :
x(t) = Kp . e(t)
2.3.3 Pengendalian Proporsional Integral (PI)
Pengendalian proporsional integral e(t) tadak pernah nol. jika kita tidak
pernah mengharapkan x(t) tidak sama dengan nol, pengendalian dapat dirancang
menjadi bentuk 10. Sinyal akan menjadi proporsional ko the dis crepancy dan
nilai differensial.
x(t) . Kp . e(t) + Ki . ln + Co, t, e, (x), Ti = 1/Kg
2.3.4 Pengendalian Proporsional Integral Differensial (PID)
Aksi control yang ketiga dapat ditambahkan untuk mempercepat control
respon yaitu derivative action. Meskiun respon cepat, namun system menjadi peka
terhadap noise/bissing/turbulent karena derivative perubahan error. Persamaana
yang ada di dalam PID, adalah komponen simpul umpan balik yang umum dalam
sistem kontrol industri. Tidak seperti pengkontrol sederhana, pengkontrol PID
bisa mengatur keluaran proses didasarkan pada penyebab dan laju perubahan
deviasi, sehingga kontrol menjadi stabil dan lebih akurat.
x(t) = Kp . e (t) + Ki . ln + [o, t, e, (v)] + Kd, d (ect)/dp
2.4 Macam-Macam Sistem Control
2.4.1 Sistem Control Manual (Open Load Control)
Proses pengaturan dilakukan secara manual oleh operator dengan
mengalami keluaran secara visual, kemuudian koreksi mengalami keluaran secara
visual, kemudian dilakukan koreksi variable. Variable controlnya untuk
mempertahankan hasil keluuarannya. Perubahan ini dilakukan secara manual oleh
operator setelah mengalami hasil keluaran, melalui alat ukur atau indicator.
2.4.2 Sistem Control Otomatis (Closs Feed Control)
Sistem dapat melakukan koreksi variable-variabel contohnya secara
otomatis dikarenakan adalah rangkaian tertutup sebagai umpan baik hasil keluaran
menuju ke masukkan setelah dikurangkan dengan SP nya.
2.4.3 Sistem Pengendalian Digital
Dalam sistem pengendalian otomatis terdapat komponen -komponen
utama seperti elemen proses, elemen pengukuran (sensing element dan
transmitter), elemen controller (control unit), dan final control element (control
value ).
Gambar 2.2 Pengendalian Digital
2.4.4 Sistem Pengendalian Kontinyu
Sistem pengendalian yang ber jalan secara kontinyu, pada setiap saat
respon sistem selalu ada. Pada gambar 2.7. Sinyal e(t) yang masuk ke kontroler
dan sinyal m(t) yang keluar dari kontroler adalah sinyal kontinyu.
Gambar 2.3 Pengendalian Kontinyu
2.3.5 Sistem Pengendalian Adaptive
Sistem pengendalian yang mempunyai kemampuan untuk beradaptasi
dengan perubahan lingkungan disekitarnya.
2.3.6 Sistem Pengendalian Diskrit ( digital)
Sistem pengendalian yang berjalan secara diskrit, proses pengendalian
tidak berjalan setiap saat, hanya pada waktu -waktu tertentu saja (pada saat terjadi
pencuplikan pada waktu cupliknya). Pada gambar 2.2 sinyal e*(t) yang masuk ke
kontroler dan sinyal m*(t) yang keluar dari kontroler adalah sinyal digital.
Sampler pada gambar 2.2 dipergunakan untuk mengubah dari sinyal kontinyu e(t)
menjadi sinyal digital e*(t). Rangkaian holding device dipakai untuk mengubah
sinyal digital ke sinyal kontinyu.
Gambar 2.4 Pengendalian Disktrit
2.5 Konfigurasi Sistem Pengendali
Konfigurasi system pengendali dapat didefinisikan sebagai struktur
perubahan kendali masukkan (input). Ada 3 jenis system konfigurasi pengendali :
1) Pengendalian Umpan Maju
Logika kerjanya, alat pengendalian melakukan tindakan sebelum
gangguan memberikan akibat pada proses. Umumnya mempergunakan pengatur
(controller) serta aktuator kendali (control actuator) yang berguna untuk
memperoleh respon sistem yang baik. Sistem kendali ini keluarannya tidak
diperhitungkan ulang oleh kontroler. Suatu keadaan apakah plant benar-benar
telah mencapai target seperti yang dikehendaki masukan atau referensi, tidak
dapat mempengaruhi kinerja kontroler.
Gambar 2.5 Sistem pengendalian umpan maju
2) Pengendalian Umpan Balik
Logika kerjanya, alat pengendalian baru melakukan tindakan setelah
gangguan memberikan akibat pada proses.
Gambar 2.6 Sistem pengendalian umpan balik
3) Pengendalian Differensial
Pengendalian dofferensial yaitu pengendalian yang menggunakan hasil
pengukuran silinder untuk mengukur perubahan kendalinya. misalnya untuk kasus
pengaturan level. Hasil pengukuran yang dikontrol adalah aliran masuk dan keluar
BAB III
Data Pengamatan dan Pengolahan Data
3.1 Data Pengamatan
3.1.1 Pengendalian On-Off
Tabel 3.1.1. Data Pengamatan Pengendalian On-Off dengan gangguan
Waktu
(menit)
Laju alir (L/h) Control Variabel
(%)
Actual Signal (%)
3 53.6 46.4 44.6
6 53.8 35.5 27.8
9 54.2 45.2 43.6
12 54.4 45.9 43.8
15 62.7 52.3 22.5
18 58.2 37.3 56
21 52.2 43.7 58
24 52.8 45 43.6
27 58.4 45.3 43.9
30 59.3 49.9 62.6
Keterangan :
Set Point : 50%
Hysterisis : 2 %
Open Time : 2 menit
Gain : 1
Proportional Band : 100%
P in : 2 bar
3.1.2 Pengendalian Proporsional (P)
Tabel 3.1.2 Data Pengamatan Pengendalian Prorporsional (P) tanpa gangguan
Waktu
(menit)
Laju alir (L/h) Control Variabel
(%)
Actual Signal (%)
3 47.6 30.7 64.7
6 47.7 39.7 64.7
9 47.9 39.6 64.8
12 48 40.5 63.9
15 48.3 39.6 64.8
18 47.8 39.9 64.5
21 47.5 39.6 64.8
24 47.6 39.7 64.7
27 47.4 39.5 64.9
30 47.6 38.8 65.5
Keterangan :
Set Point : 50%
Hysterisis : 2 %
Open Time : 2 menit
Gain : 1
Proportional Band : 100%
P in : 2 bar
3.1.3 Pengendalian Proporsional Integral (PI)
Tabel 3.1.3 Data Pengamatan PI tanpa gangguan
Waktu
(menit)
Laju alir (L/h) Control Variabel
(%)
Actual Signal (%)
3 48.6 40.5 66.6
6 48.2 39.8 69.6
9 48.9 40.8 70.8
12 49.6 41.3 72.3
15 51.6 43.1 72.5
18 51.1 42.6 72.8
21 52 53.3 75.7
24 51.6 43 77.6
27 52.8 44 78.1
30 51.9 43.2 80.4
Keterangan :
Set Point : 50%
Hysterisis : 2 %
Open Time : 2 menit
Gain : 1
Proportional Band : 100%
P in : 2 bar
3.1.4 Pengendalian Proporsional Integral Differential (PID)
Tabel 3.1.4 Data Pengamatan PID Tanpa Gangguan
Waktu
(menit)
Laju alir (L/h) Control Variabel
(%)
Actual Signal (%)
3 32.6 27.1 49.7
6 32.6 27.1 50.8
9 33.5 27.9 53.2
12 35.6 29.6 54.8
15 37.1 30.9 57.8
18 40.1 33.4 58
21 41.5 34.6 60.8
24 43 36.1 62.2
27 45.5 37.5 63.7
30 46.3 38.6 65.3
Keterangan :
Set Point : 50%
Hysterisis : 2 %
Open Time : 2 menit
Gain : 1
Proportional Band : 100%
P in : 2 bar
Tabel 3.1.4.2 Data Pengamatan PID dengan Gangguan
Waktu
(menit)
Laju alir (L/h) Control Variabel
(%)
Actual Signal (%)
3 40.8 55.7 29.2
6 41.8 39.8 70.7
9 46.7 38.9 72.1
12 61 50.9 38.9
15 58.7 48.9 39.6
18 75.1 62.6 17.10
21 76.6 63.8 17
24 63.8 53.2 35
27 44.3 21.7 78.7
30 38.3 31.9 59.5
Keterangan :
Set Point : 50%
Hysterisis : 2 %
Open Time : 2 menit
Gain : 1
Proportional Band : 100%
P in : 2 bar
3.2 Pengolahan Data
3.2.1 Pengendalian On-Off dengan gangguan
0 5 10 15 20 25 30 3540
45
50
55
60
65
70
Kurva Pengendali On-Off Dengan Gangguan (20%)
Laju Alir (L/h)Set Point (50%)
Waktu (menit)
Laju
Alir
(L/h
)
Grafik 3.2.1 Grafik Waktu VS Laju Alir pada Pengendalian On-Off
3.2.2 Pengendalian Proporsional (P)
0 5 10 15 20 25 30 3540
45
50
55
60
65
70
Kurva Pengendali Proporsional Tanpa Gangguan
Laju Alir (L/h)Set Point (50%)
Waktu (Menit)
Laju
Alir
(L/h
)
Grafik 3.2.2 Grafik Waktu VS Laju Alir pada Pengendalian Proporsional
3.2.3 Pengendalian Proporsional Integral (PI)
0 5 10 15 20 25 30 3540
45
50
55
60
65
70
Kurva Pengendali PI Tanpa Gangguan
Laju Alir (L/h)Set Point (50%)
Waktu (Menit)
Laju
Alir
(L/h
)
Grafik 3.2.3 Grafik Waktu VS Laju Alir pada PI
3.2.4 Pengendalian Proporsional Integral Differential (PID)
0 5 10 15 20 25 30 3530
35
40
45
50
55
60
Kurva Pengendali PID Tanpa Gangguan
Laju Alir (L/h)Set Point (50%)
Waktu (Menit)
Laju
Alir
(L/h
)
Grafik 3.2.4 Grafik Waktu VS Laju Alir pada PID
Tabel 3.1.4.2 Data Pengamatan PID dengan Gangguan
0 5 10 15 20 25 30 3530
40
50
60
70
80
Kurva Pengendali PID Dengan Gangguan (25%)
Laju Alir (L/h)Set Point (50%)
Waktu (Menit)
Laju
Alir
(L/h
)
Grafik 3.2.4.2 Grafik Waktu VS Laju Alir pada PID
BAB IV
Pembahasan dan Kesimpulan
4.1 Pembahasan
Pada praktikum pengendalian laju alir ini, kami menggunakan alat yang
bernama Control Regulation Flow (CRF). Alat ini berfungsi untuk menganalisa
kondisi dan sifat-sifat proses laju alir secara luas yang terjadi dengan memperkecil
lingkup operasi dan menggunakan metode sampel atau model dari kejadian yang
sesungguhnya terjadi di pabrik atau kilang-kilang secara umum. Pengendalian laju
alir ini sendiri bertujuan untuk mengontrol kecepatan laju alir dengan atau tanpa
gangguan, baik secara automatic maupun manual, disini terjadi konfigurasi
feedback (umpan balik).
Ada 5 tahap percobaan pada praktikum kali ini, yaitu :
1) Pengendalian On-Off
2) Pengendalian Proporsional (P)
3) Pengendalian Proporsional Integral (PI)
4) Pengendalian Proporsional Integral Differensial (PID) tanpa gangguan
5) Pengendalian Proporsional Integral Differensial (PID) dengan gangguan
Pada masing-masing tahap percobaan, gangguan yang diberikan selalu
mengganggu proses pengendalian, hal ini dapat kita lihat pada masing-masing
grafik antara tanpa gangguan dengan grafik pengendalian dengan gangguan,
dimana dengan adanya gangguan garis lebih naik turun (menjauhi titik set point).
Pada data yang kami peroleh untuk pengendalian ON-OFF, dapat dilihat
hasilnya pada grafik. Dimana pada grafik ditunjukkan bahwa pengendalian ON-
OFF tidak stabil (naik turun), hal ini jelas terjadi karena pada dasarnya memang
pengendali ON-OFF memiliki kondisi minimum dibawah set point dan
maksimum di atas set pont.
Pada pengendalian Proporsional, data yang kami peroleh lebih baik
dibandingkan dengan pada pengendalian ON-OFF. Hal ini dapat dilihat pada garis
pada grafik pengendalian proporsional yang lebih kontstan dalam mendekati titik
set point
Pada pengendalian Proporsional Integral, data yang kami peroleh lebih
baik lagi dibandingkan pengendalian Proporsional, kemungkinan hal ini terjadi
karena menurut teori dan pengaturannya respon pada Proporsional Integral lebih
baik dibandingkan dengan pengendali Proporsional, lebih jelasnya dapat kita lihat
pada grafik Pengendalian Proporsional Integral yang lebih cepat dalam mendekati
titik set point.
Pengendalian yang terakhir kami gunakan adalah pengendalian
Proporsional Integral Differensial (PID), dimana seharusnya hasil yang kami
peroleh harus paling baik diantara seluruh pengendalian yang kami gunakan,
karena perancangan pengendali PID dilakukan atas dasar peningkatan perbaikan
bagi pengendali yang lain. Pada hasil yang kami peroleh Pengen dali PID, dalam
waktu 30menit yang kami gunakan belum sampai pada titik set point yang kami
atur, namun laju alirnya tetap menuju pada set point yang kami atur, kemungkinan
hal ini terjadi karena pada pengendalia PID kami lakukan paling terakhir,
sehingga kemungkinan masih ada pengaruh gangguan-gangguan pada proses
sebelumnya, sehingga pengendali lebih lama dalam mencapai set point, namun
grafiknya menuju titik Set Point yang diatur.
Semua gangguan merupakan faktor utama yang harus dikendalikan
sehingga dapat diperoleh kualitas produk yang sesuai (set point) dalam hal ini
dapat dikendalikan dengan dua jenis konfigurasi pengendalian yaitu feedback dan
feed forward. Dalam praktikum ini konfigurasi yang terjadi adalah feedback. Hal
ini terlihat jelas karena pengendalian terjadi setelah adanya gangguan yang terjadi
pada proses.
4.2 Kesimpulan
Setelah melakukan praktikum, dapat disimpulkan bahwa :
- Sistem kendali yang digunakan adalah sistem kendali umpan balik, dimana alat
pengendali melakukan tindakan setelah gangguan memberikan akibat pada
proses.
- Gangguan yang diberikan pada sistem pengendalian selalu memberikan hasil
pengendalian yang tidak baik, pada laju alir yang diperoleh atau ketidakstabilan
dalam mencapai set point.
- Pengendalian tanpa gangguan memperoleh hasil yang lebih stabil dalam
mencapai set point.
- Semakin cepat waktu yang diperlukan suatu pengendali dalam mencapai set
point, maka semakin baik kinerja dari pengendali.
Lampiran