Market Insight... · 3 MEGA 10.0% 1.5 3 BBRI -10.2% -34.3 4 SUPR ... Sektor perbankan mulai...
Transcript of Market Insight... · 3 MEGA 10.0% 1.5 3 BBRI -10.2% -34.3 4 SUPR ... Sektor perbankan mulai...
Investment Insight
Resetting Expectations
Market Insight Monday, May 4th 2015
Sumber : Bloomberg, PT. CPAM
IHSG turun 6.4% dalam empat hari, dengan
foreign outflow sebesar Rp7.1T. Di lain pihak,
koreksi ini telah mengembalikan valuasi pasar
menjadi lebih rasional. Hal ini terjadi setelah
pertumbuhan laba dari LapKeu 1Q beberapa
emiten melemah akibat perlambatan
ekonomi. Salah satu penyebabnya adalah
pengetatan kebijakan moneter.
Selain itu, ekspektasi pasar terhadap eksekusi
pemerintahan baru terlalu tinggi. Namun,
persepsi bahwa eksekusi dari pemerintahan
baru tidak cukup baik tidak sepenuhnya
benar. Penyerapan anggaran belanja modal di
1Q memang selalu yang terkecil (<10%).
Penyerapan tertinggi pada 4Q (50%+).
Di luar pasar saham, obligasi pemerintah juga
terkena dampak yang serupa dalam skala
yang lebih kecil. Yield FR 10Y dan INDON 10Y
tidak bergerak signifikan. Tidak banyak
perubahan yang terjadi pada kepemilikan
asing terhadap SUN. Secara YTD, asing masih
mencatat net inflow Rp48T.
Kami berpendapat bahwa koreksi ini akibat
dari ekspektasi tinggi Investor pada reformasi
pemerintahan yang baru. Minimnya dampak
yang terlihat di luar pasar saham menandakan
para investor yang masih percaya terhadap
potensi fundamental Indonesia secara
makro.
Kami memberikan rekomendasi untuk dapat
memanfaatkan penurunan yang terjadi
dengan melakukan pembelian secara
bertahap dan berfokus pada Reksa Dana yang
sesuai dengan kondisi pasar, seperti CIMB-
Principal SMART Equity Fund dan IDX30
Funds to Watch
Sumber : Infovesta, PT. CPAM per 29 April 2015
RD CIMB-P SMART Equity Fund memiliki porsi saham sebesar 82.6% dengan performa YTD sebesar -3.9% vs IHSG -2.3%.
83%
99%
RD CIMB-P IDX30 memiliki porsi saham sebesar 98.8% dengan performa satu tahun sebesar -1.0% vs IHSG -2.3%.
Grafik 1.0 Pergerakan IHSG dan P/E Band
2,500
3,000
3,500
4,000
4,500
5,000
5,500
6,000
6,500
Dec-09 Dec-10 Dec-11 Dec-12 Dec-13 Dec-14 Dec-15
+1 SD @ 15.6x
Avg @ 13.1x
-1 SD @ 10.6x
-2 SD @ 8.0x
+2 SD @ 18.1x
Penurunan IHSG telah mengembalikan valuasi ke tingkat yang lebih rasional.
2011 2012 2013 2015
Koreksi Awal Akhir Δ Awal Akhir Δ Awal Akhir Δ Awal Per 30-Apr Δ
Periode Koreksi 1-Aug 26-Sep 36 hari 3-May 4-Jun 20 hari 20-May 27-Aug 65 hari 10-Apr 30-Apr 14 hari
IHSG 4,193 3,316 -20.9% 4,224 3,655 -13.5% 5,215 3,968 -23.9% 5,491 5,086 -7.4%
PE (x) IHSG* 16.5 12.8 -22.4% 13.6 11.5 -15.4% 16.1 11.7 -26.9% 15.6 14.3 -8.4%
PBV (x) IHSG 3.4 2.6 -23.1% 2.8 2.4 -15.1% 3.2 2.2 -29.1% 2.7 2.4 -9.1%
HSBC Bond Index 587.3 595.2 1.3% 670.2 652.6 -2.6% 734.5 616.7 -16.0% 769.3 748.9 -2.6%
Yield SUN 10Y 6.96 7.2 3.8% 6.03 6.53 8.2% 5.61 8.43 50.4% 7.25 7.71 6.3%
USD to IDR 8,464 9,125 7.8% 9,231 9,427 2.1% 9,758 11,337 16.2% 12,927 12,963 0.3%
Foreign Outflow Rp 14.48 tr Rp 8.85 tr Rp 32.64 tr Rp 9.70 tr
Rebound 1 bln 3 bln 6 bln 1 bln 3 bln 6 bln 1 bln 3 bln 6 bln 1 bln 3 bln 6 bln
Persentase 12.7% 14.2% 23.0% 11.5% 12.3% 16.8% 11.5% 7.2% 15.2% N/A N/A N/A
Sumber : Bloomberg, PT. CPAM
Tabel 2.2 Data Statistik Koreksi tahun 2011, 2012, 2013 & 2015 Lama periode koreksi rata-rata antara 20-36 hari dengan rebound enam bulan setelah periode tersebut mencapai +23%.
*12-month forward P/E
No Ticker % Chg Points No Ticker % Chg Points
1 BKSW 66.7% 2.7 1 ASII -13.0% -44.0
2 IMAS 14.1% 1.5 2 BBCA -9.6% -36.9
3 MEGA 10.0% 1.5 3 BBRI -10.2% -34.3
4 SUPR 10.0% 1.2 4 TLKM -10.0% -31.0
5 MPPA 4.1% 0.9 5 BMRI -9.7% -28.2
6 INKP 14.9% 0.8 6 PGAS -11.6% -13.9
7 MDIA 5.3% 0.8 7 BBNI -7.6% -10.3
8 INCO 2.6% 0.7 8 CPIN -17.2% -10.3
9 SRTG 4.2% 0.6 9 GGRM -8.3% -9.2
10 PLIN 4.4% 0.6 10 INTP -10.0% -6.6
JCI Leaders JCI Laggards
Tabel 2.1 Performa Emiten Periode 27-30 April 2015 Nama-nama big-caps mendominasi daftar emiten yang menurunkan IHSG secara signifikan.
Sumber : Bloomberg, PT. CPAM per 30 April 2015
Tabel 3.0 Perbandingan Performa Pasar Saham
IHSG secara YTD mencatat penurunan sebesar 2.7%.
No Country YTD 1M 3M 6M 1Y 2015 P/E 2015 P/BV 2015 ROE
Global Market
1 Dow Jones (US) 1.2% 0.3% 4.9% 6.1% 9.1% 16.2 3.0 19.2
2 S&P 500 (US) 2.3% 1.0% 5.2% 6.1% 12.2% 17.9 2.7 15.5
3 London (UK) 6.0% 1.0% 1.9% 8.7% 2.8% 16.7 1.9 7.8
4 DAX (GR) 16.8% -5.2% 6.9% 26.3% 19.5% 14.8 1.8 11.3
5 CAC (FR) 17.8% -1.0% 9.1% 22.4% 11.9% 16.5 1.6 8.6
Asia Market
1 Nikkei (JP) 11.9% 0.6% 9.7% 27.3% 36.6% 18.6 1.7 10.2
2 Hang Seng (HK) 19.2% 13.2% 13.2% 19.6% 25.3% 13.5 1.5 15.1
3 Shanghai (CN) 37.3% 17.3% 34.4% 90.0% 119.8% 18.1 2.2 14.6
4 Shenzhen (CN) 60.2% 16.4% 47.4% 70.1% 122.4% 33.3 4.3 13.4
5 NFT (IN) -1.8% -3.4% -8.6% 0.5% 20.2% 15.2 2.4 16.3
6 Kospi (KR) 11.0% 4.8% 8.4% 10.5% 8.3% 11.8 1.1 10.8
ASEAN Market
1 Singapore (SG) 3.6% 1.0% 2.0% 8.6% 7.7% 14.3 1.3 10.2
2 Kuala Lumpur (MK) 3.2% -0.2% 1.2% -0.4% -2.2% 16.6 2.0 12.1
3 Thailand (TH) 1.9% 2.0% -4.1% -1.9% 8.1% 15.2 1.4 12.5
4 Philipines (PH) 6.7% -2.3% 0.7% 9.2% 16.2% 19.5 2.7 12.4
5 Vietnam (VN) 3.1% 3.2% -3.7% -3.6% -2.7% 12.4 2.0 14.6
Indonesia Market
1 JCI (ID) -2.7% -6.5% -3.5% 1.7% 5.5% 15.1 2.5 19.1
2 JII (ID) -3.8% -7.7% -5.8% 1.9% 3.0% 16.9 3.1 20.0
3 IDX30 (ID) -2.7% -8.3% -4.2% 3.6% 8.0% 15.3 3.0 20.8
Sumber : Bloomberg, PT. CPAM
Grafik 4.1 Data Industri untuk Penjualan Mobil
Angka penjualan mobil turun 12.1% YoY.
Investment Insight Grafik 4.3 Indeks Penjualan Ritel Angka volume penjualan ritel relatif flat. Grup Astra, yang biasanya mencatatkan pertumbuhan yang lebih stabil,
juga terkena dampak dari perlambatan ekonomi. Data industri terakhir
untuk penjualan mobil turun 12.1% YoY dan net profit ASII turun sekitar
15% YoY.
Sektor perbankan mulai menunjukkan tren peningkatan NPL dan NIM
yang mulai tergerus. Hal ini dapat disebabkan oleh deposito yang tumbuh
lebih cepat daripada pertumbuhan kredit.
Dari sektor konsumsi, net profit terlihat masih resilient tetapi bukan karena
pertumbuhan volume yang tinggi, melainkan margin expansion karena
efisiensi biaya. Efisiensi ini didapatkan dari turunnya harga minyak dunia,
yang menyebabkan turunnya packaging cost (ca. 20-30% dari total COGS).
Perlambatan ekonomi juga tetap berdampak pada sektor ini.
Grafik 4.2 Data Industri Perbankan Likuiditas membaik, tetapi NPL meningkat.
-30
-20
-10
0
10
20
30
70
80
90
100
110
120
130
Apr-14 Jun-14 Aug-14 Oct-14 Dec-14 Feb-15
Car Sales (LHS) YoY Chg (RHS)
140
150
160
170
180
190
Mar-14 May-14 Jul-14 Sep-14 Nov-14 Jan-15 Mar-15
84.0
86.0
88.0
90.0
92.0
94.0
1.5
1.7
1.9
2.1
2.3
2.5
Mar-13 Jun-13 Sep-13 Dec-13 Mar-14 Jun-14 Sep-14 Dec-14
NPL Gross LDR Ratio (RHS)(ribu) (%) (%) (%)
Sumber : Bloomberg, PT. CPAM
Grafik 5.1 Pertumbuhan PDB Indonesia
PDB Indonesia sebenarnya sudah melambat sejak 2010.
Investment Insight
Grafik 5.2 Suku Bunga BI dan Inflasi Kebijakan moneter ketat di tengah inflasi yang cenderung menurun.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia sedang dalam tren penurunan sejak
2010. Salah satu penyebab perlambatan ekonomi yang terjadi saat ini
adalah pengetatan kebijakan moneter. BI rate sudah berada di atas level
7.50% dalam jangka waktu yang cukup lama, sejak 3Q13 (7.75% pada 3Q-
4Q14). Efek dari pengetatan tersebut baru mulai terefleksikan di laporan
keuangan emiten dan mulai bedampak terhadap pasar saham.
Dari segi fundamental makro, untuk jangka menengah Indonesia sedang
menuju ke arah perbaikan. Pemotongan subsidi BBM akan mengurangi
fluktuasi inflasi ke depannya. Kebijakan moneter yang memperketat impor
mendorong trade balance menjadi surplus dalam empat bulan terakhir
dengan total sebesar $2.73 bn. Ini akan membantu penyempitan CAD.
Untuk 1Q15, CAD diperkirakan dapat berada di bawah angka 1.8%
terhadap PDB.
3.0
4.0
5.0
6.0
7.0
8.0
9.0
Jan-10 Oct-10 Jul-11 Apr-12 Jan-13 Oct-13 Jul-14
CPI YoY BI Rate
-3,000
-2,000
-1,000
0
1,000
2,000
Jan-12 Jul-12 Jan-13 Jul-13 Jan-14 Jul-14 Jan-15
Grafik 5.3 Data Trade Balance Indonesia Trade balance membukukan angka surplus beberapa bulan terakhir.
4.0
4.5
5.0
5.5
6.0
6.5
7.0
Dec-10 Dec-11 Dec-12 Dec-13 Dec-14
($ mio)
(%)
(%)
Sumber : CIMB, World Bank, Mandiri, PT. CPAM
Grafik 6.1 Seasonality pada Capital Expenditure Expenditure di Q1 selalu yang paling rendah
Persepsi bahwa eksekusi dari pemerintahan baru tidak cukup baik dan kekhawatiran bahwa pembangunan infrastruktur tidak berjalan, adalah
anggapan yang tidak sepenuhnya benar. Kami melihat tahun 2015 ini tetap jauh lebih baik dari kondisi tahun 2014.
1. Data tahun 2009-2014 menunjukkan penyerapan anggaran belanja modal di 1Q memang selalu yang terkecil (<10% dari total target
pembelanjaan). Penyerapan kemudian naik ke sekitar 20% masing-masing di 2Q & 3Q, dan yang tertinggi di 4Q (50%+). Lambatnya belanja modal ini
menjadi salah satu penyebab lambatnya pertumbuhan ekonomi di 1Q. Saat ini, sudah 90% dari kementerian menyelesaikan pengisian Daftar Isian
Pengguna Anggaran (DIPA), sehingga di awal Mei ini penyerapan anggaran seharusnya akan lebih baik.
2. Walaupun dengan asumsi pemotongan anggaran (akibat dari tidak tercapainya pendapatan pajak), kami memperkirakan belanja modal tetap dapat
tumbuh 34% YoY, Rp182T) di 2015, 2x lipat lebih tinggi dari rata-rata pertumbuhan belanja modal selama 2007-2014. Dengan asumsi pendapatan
pajak hanya tumbuh 8% (dibandingkan target Pemerintah +30% YoY), ada shortfall sekitar Rp254T. Namun, shortfall ini bisa dikurangi dari realisasi
anggaran Pengeluaran Rutin yang tidak terserap (90% dari target) dan dari tambahan bond issuance.
Investment Insight
(dalam Rp triliun) APBN 2015 Note
Pendapatan pajak aktual di 2014 1,143
Target pendapatan pajak 2015 1,489 Asumsi awal, naik
+30% YoY
Target pendapatan pajak 2015 (skenario 1) 1,234 Asumsi hanya naik
8% YoY
Potensi tambahan defisit/potongan anggaran (254)
(+) Anggaran Pengeluaran Rutin Pemerintah yang tidak terserap (biasanya hanya 90% dari target)
90 Dari rata-rata tren 10
tahun (2005-14)
(+) Tambahan bond issuance (budget deficit menjadi 2.5%, dari sebelumnya 1.9%)
70
Jumlah anggaran Infra yang berpotensi dipotong (94)
Total anggaran belanja modal (setelah pemotongan) 182 Masih tumbuh 35%
YoY
Tabel 6.2 Target Pendapatan Pajak dan Anggaran Belanja Modal Anggaran belanja modal tetap tumbuh 34%, sudah dengan asumsi pemotongan.
0%
20%
40%
60%
80%
100%
2009 2010 2011 2012 2013 2014
1Q 2Q 3Q 4Q
Di luar pasar saham, obligasi pemerintah juga terkena dampak yang serupa namun dalam skala yang lebih kecil. Yield FR 10Y +15 bps menjadi 7.67%
sedangkan INDON 10Y +11 bps menjadi 3.83%. Dibandingkan dengan negara-negara Asia lainnya, Indonesia masih menjadi salah satu negara yang
menawarkan imbal hasil cukup menarik, yaitu di atas 7% (India: 7.7%, Filipina: 4.0%, Thailand: 2.5%). Pergerakan dari pasar sekunder juga menunjukkan
volume transaksi masih di bawah rata-rata volume transaksi harian dalam satu bulan terakhir. Untuk kepemilikan asing terhadap SUN, tidak banyak
perubahan yang terjadi. Secara YTD, kepemilikan asing masih mencatat net inflow Rp48T.
Kami tidak melihat sebuah perubahan struktural pada kondisi fundamental emiten di IHSG. Koreksi ini akibat dari ekspektasi tinggi Investor pada
reformasi pemerintahan yang baru. Setelah melihat hasil LapKeu 1Q kemarin, investor harus merevisi ulang ekspektasi mereka. Hal ini juga dapat terlihat
dari pasar obligasi yang lebih mengamati dari sisi fundamental secara makro. Minimnya dampak terhadap imbal hasil obligasi 10Y dan stabilnya
kepemilikan asing terhadap SUN dapat menandakan para investor yang masih percaya terhadap potensi fundamental Indonesia secara makro.
450
470
490
510
530
Jan-15 Feb-15 Mar-15 Apr-15
Daily change Foreign Holding
Sumber : Bloomberg, PT. CPAM
Grafik 7.2 Kepemilikan Asing terhadap SUN Kepemilikan asing pada obligasi pemerintah masih tetap tinggi.
6.0
6.5
7.0
7.5
8.0
Jan-15 Feb-15 Mar-15 Apr-15
FR 70 INDON 24(%) (%) (Rp T) (Rp T)
Dampak untuk pasar obligasi tidak sebesar dalam pasar saham.
Grafik 7.1 Imbal Hasil Seri Benchmarks
Investment Insight
8
Important Notice This presentation has been prepared by CIMB Group exclusively for the benefit and internal use of the recipient in order to indicate, on a preliminary basis, the feasibility of possible transactions. Terms contained in this presentation are intended for discussion purposes only and are subject to a definitive agreement. All information contained in this presentation belongs to CIMB Group and may not be copied, distributed or otherwise disseminated in whole or in part without the written consent of CIMB Group.
This presentation has been prepared on the basis of information that is believed to be correct at the time the presentation was prepared, but that may not have been independently verified. CIMB Group makes no express or implied warranty as to the accuracy or completeness of any such information.
Neither CIMB Group nor any of its their directors, employees or representatives are to have any liability (including liability to any person by reason of negligence or negligent misstatement) from any statement, opinion, information or matter (express or implied) arising out of, contained in or derived from or any omission from the presentation, except liability under statute that cannot be excluded.
PT. CIMB-Principal Asset Management Wisma GKBI, Suite 2201A
Jl. Jend. Sudirman Kav. 28
Jakarta 10210, Indonesia
Telephone (62 21) 5790 1581
Facsimile (62 21) 5790 1582
Disclaimer INVESTASI MELALUI REKSA DANA MENGANDUNG RISIKO. CALON PEMODAL WAJIB MEMBACA DAN MEMAHAMI PROSPEKTUS SEBELUM MEMUTUSKAN UNTUK BERINVESTASI MELALUI REKSA DANA. KINERJA MASA LALU TIDAK MENCERMINKAN KINERJA MASA DATANG. PROYEKSI KINERJA YANG DISAJIKAN TIDAK DIJAMIN PASTI AKAN TERCAPAI. PT CIMB-PRINCIPAL ASSET MANAGEMENT TERDAFTAR DAN DIAWASI OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN. SETIAP PENAWARAN PRODUK DILAKUKAN OLEH PETUGAS YG TERDAFTAR DAN DIAWASI OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN.