INOVASI PROGRAM BANTUAN PANGAN NON TUNAI ...repository.ub.ac.id/8844/1/Amanda Vitha...
Transcript of INOVASI PROGRAM BANTUAN PANGAN NON TUNAI ...repository.ub.ac.id/8844/1/Amanda Vitha...
INOVASI PROGRAM BANTUAN PANGAN NON TUNAI (BPNT) SEBAGAI UPAYA PENGENTASAN
KEMISKINAN (Studi pada Kelurahan Tunjungsekar Kecamatan Lowokwaru
Kota Malang)
SKRIPSI
Amanda Vitha Kurnia Fetiningrum NIM. 135030107114004
UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
JURUSAN ILMU ADMINISTRASI PUBLIK MALANG
2017
ii
Perjuangkan hingga benar-benar tidak dapat diperjuangkan lagi.
Jika sudah tidak dapat diperjuangkan, cari jalan terbaik
- Ike Arni Noventi -
RINGKASAN
Fetiningrum, Amanda Vitha Kurnia, 2017. Inovasi Program Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) Sebagai Upaya Pengentasan Kemiskinan (Studi pada Kelurahan Tunjungsekar Kecamatan Lowokwaru Kota Malang. Komisi Pembimbing : Drs. Heru Ribawanto, MS, Moch. Chazienul Ulum, S.Sos, MPA
Program Bantuan Pangan Non Tunai merupakan bentuk inovasi dari program raskin. Inovasi pada program raskin tersebut dilakukan berdasarkan dengan melihat berbagai kekurangan pada pelaksanaan program. Bentuk Inovasi yang dilakukan pada program raskin menjadi program bantuan pangan non tunai ialah dengan memberikan terobosan pada produk bantuan, proses, metode pelayanan, strategi dan sistem pelayanan. Inovasi pada program bantuan pangan non tunai ini termasuk dalam kategori sustaining innovation atau inovasi terusan dimana inovasi dilakukan berdasarkan dengan keadaan pada program sebelumnya. Inovasi yang dilakukan termasuk kedalam level inovasi incremental hal tersebut dikarenakan inovasi yang dilakukan pada program raskin menjadi bantuan pangan non tunai tidak membawa perubahan yang besar hanya membawa perubahan pada sebagian kecil pada program. Dalam Implementasinya program bantuan pangan non tunai dilihat dari organisasi, interpretasi dan aplikasi
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif dan dibatasi oleh 2 (dua) fokus penelitian yaitu (1) Bentuk inovasi program bantuan pangan non tunai (2) Pelaksanaan program bantuan pangan non tunai di Kelurahan Tunjungsekar Kota Malang. Analisis data yang digunakanadalah analisis data model interaktif Miles, Huberman dan Saldana dengan tahap pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.
Berdasarkan hasil penelitian diapangan menunjukkan bahwa inovasi yang dilakukan pada program bantuan pangan non tunai dalam bentuk voucher tersebut lebih efektif dan efisien serta memiliki nilai yang lebih. Inovasi program bantuan pangan non tunai tersebut berdasarkan dengan berbagai kekurangan pada program sebelumnya. Selain itu inovasi tersebut termasuk kedalam inovasi terusan. Implementasi program bantuan pangan terdapat perubahan pada struktur pelaksana program yaitu adanya keterlibatan Bank BNI dan Pengelola Rumah Pangan Kita. Pelaksanaan program bantuan pangan non tunai dilaksanakan berdasarkan buku pedoman pelaksanaan bantuan pangan non tunai 2017. Pelaksanaan program secara teknis dilakukan dengan menyesuaikan keadaan pada lokasi penyaluran.
Kata Kunci: Inovasi, Program Bantuan Pangan non tunai, Pengentasan Kemiskinan
SUMMARY Fetiningrum, Amanda Vitha Kurnia, 2017.Innovation of Non Cash Food Assistance Program as an Effort to Poverty Alleviation ( Study at Tunjungsekar Lowokwaru Subistric Malang City) Advisor : Drs. Heru Ribawanto, MS, Moch. Chazienul Ulum, S.Sos, MPA
Non Cash Food assistance program is a form of innovation raskin .Innovation on raskin is that it is based on to see a shortage of the program .The innovation done in raskin be non cash food assistance programs was to give a breakthrough to the aid , the process , a method of service , strategy and service system .Innovation on non cash food assistance programs this category in a sustaining innovation or innovation the in which innovation is based on with the situation in previous programs .Innovation done including into the level of innovation incremental this because innovation done in raskin be food assistance non cash not carrying a major change only bring change in a small part in the program .In its implementation non cash food assistance programs seen from the organisation , interpretation and application
This research is research descriptive with a qualitative approach and limited by 2 (two) research focus which are 1.) the form of innovation of non cash food assistance programs 2.) the implementation non cash food assistance programs in Tunjungsekar Malang City. Analysis of the data used is data analysis interactive model of Miles, Huberman and Saldana with the data collection phase, data reduction, data presentation and conclusion.
Based on the research done shows that innovation in non cash food
assistance programs in the form of vouchers more effectively and efficiently as well as having value that more .Innovation of non-cash food assistance programs that is based on with various shortage of previous programs in addition innovation than those in the canal into innovation .The implementation of food assistance programs was a change in on the structure of the program implementers of the involvement of the management of the bank BNI and our food .The implementation of the program food aid should be conducted based on non-cash implementation guidelines for the food aid with books non-cash 2017 .The implementation of the program technically done by adjusting the state of on the site of the distribution of .
Keywords: innovation, non cash food assistance program, Poverty Alleviation
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul Inovasi Program Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) Sebagai
Upaya Pengentasan Kemiskinan (Studi pada Kelurahan Tunjungsekar Kecamatan
Lowokwaru Kota Malang) yang di ajukan untuk memenuhi syarat dalam
memperoleh gelar Sarjana Administrasi Publik di Fakultas Ilmu Administrasi
Universitas Brawijaya.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa
adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan
ini penulis menyatakan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:
1. Bapak Prof. Dr. Bambang Supriyono, MS selaku Dekan Fakultas Ilmu
Administrasi Universitas Brawijaya.
2. Bapak Choirul Saleh, M.Si selaku Ketua Jurusan Administrasi Publik Fakultas
Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya.
3. Bapak Drs. Heru Ribawanto, MS selaku komisi ketua pembimbing yang telah
memberikan segala ilmu, motivasi yang telah diberikan serta pengarahan dari
awal penyusunan proposal hingga penyelesaian penulisan skripsi ini.
4. Bapak Moch. Chazienul Ulum, S.Sos, MPA selaku komisi anggota pembimbing
yang telah memberikan segala ilmu, motivasi, nasehat dan bantuan yang telah
ix
diberikan, sabar dalam memberikan bimbingan serta pengarahan dari awal
penyusunan proposal hingga penyelesaian penulisan skripsi ini.
5. Ucapan terima kasih yang tiada tara untuk kedua orang tua penulis yang selalu
menjadi motivasi serta telah memberikan cinta dan kasih sayangnya, yang telah
mendoakan dan mendukung yang tidak pernah ada ujungnya.
6. Bapak Ali Maskur, S.Ap, M.Ap, M.A dan Ibu Ike Arni Noventi S.Ap, M.Ap,
M.A yang selalu memberikan nasehat, motivasi, semangat serta berbagai
pelajaran dalam berbagai hal kepada penulis
7. Bapak Imam Hanafi, M.Si, MS yang telah memberikan bantuannya, motivasinya
dan arahan kepada penulis
8. Semua Bapak/Ibu Dosen dan Karyawan/Karyawati Universitas Brawijaya yang
telah bersedia memberikan pembelajaran moral bagi penulis.
9. Seluruh keluarga besar saya yang telah mendukung dan mendoakan.
10. Kakak Ipar penulis Mas Husin yang selalu memberikan bantuan dan
perhatiannya kepada penulis
11. Bapak Ummas selaku Staff Divisi Komersial dan Pengembangan Bisnis Perum
BULOG Subdivre Malang yang membantu dalam mendapatkan informasi
12. Bapak Abdul Aziz dan Bapak Andi Iwan selaku Pengelola Rumah Pangan Kita
yang telah membantu penelitian
13. Ibu Andi Aisyah Muhsin , S.STP., M.Si selaku Lurah Kelurahan Tunjungsekar
14. Irma), tari, Lailis),
ka) untuk semangatnya dan doanya
x
15. Teman-Teman UB 3 Kediri
16. Teman-Teman EKM yang selalu memberi semangat, motivasi untuk penulis
17. Teman- menyemangati saling berbagi
informasi saling membantu dari awal hingga akhir.
18. Teman yang selalu membantu Feristiana Putri, Novia Indirani, Dimas Angga,
Ambarwati, Mbak Mairisa yang tidak bosan mendengar keluh kesah penulis,
yang selalu menyemangati yang sama-sama mlai skripsi dari awal hingga akhir.
19. Publik angkatan 2013 lainnya yang menjadi penyemangat selama perkuliahan
hingga penyusunan skripsi, serta kakak perempuanku tersayang terima kasih atas
Akhir kata penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh
dari kesempurnaan. Karena itu penulis mohon atas kritik dan saran yang sifatnya
membangun, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan pihak yang
memerlukan.
Malang, Oktober 2017
Penulis
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................................. i MOTTO ..................................................................................................................... ii TANDA PERSETUJUAN ......................................................................................... iii TANDA PENGESAHAN .......................................................................................... iv PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI ............................................................ v RINGKASAN ............................................................................................................ vi SUMMARY ............................................................................................................... vii KATA PENGANTAR ............................................................................................... viii DAFTAR ISI .............................................................................................................. xi DAFTAR TABEL ...................................................................................................... xiii DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. xiv BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1 B. Rumusan Masalah ................................................................................... 9 C. Tujuan Penelitian..................................................................................... 9 D. Kontribusi Penelitian............................................................................... 10 E. Sistematika Penulisan .............................................................................. 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pelayanan Publik ..................................................................................... 13
1. Definisi Pelayanan Publik .................................................................. 14 2. Perinsip Pelayanan Publik .................................................................. 15 3. Asas Pelayanan Publik ....................................................................... 16 4. Standar Pelayanan Publik ................................................................... 17 5. Kualitas Pelayanan Publik .................................................................. 19
B. Inovasi Pelayanan .................................................................................... 19 1. Definisi Inovasi .................................................................................. 14 2. Inovasi Sektor Publik ......................................................................... 15 3. Tipologi Inovasi.................................................................................. 16 4. Level Inovasi ...................................................................................... 17 5. Kategori Inovasi ................................................................................. 19
C. Implementasi Program ............................................................................ 26 D. Kemiskinan.............................................................................................. 30
1. Definisi Kemiskinan ........................................................................... 30 2. Faktor Penyebab Kemiskinan ............................................................. 31 3. Ciri Ciri Kemiskinan .......................................................................... 32 4. Rentan Miskin .................................................................................... 33 5. Program Bantuan Pangan Non Tunai ................................................. 34
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ........................................................................................ 36 B. Fokus Penelitian ...................................................................................... 37
xii
C. Lokasi dan Situs Penelitian ..................................................................... 38 D. Jenis dan Sumber Data ............................................................................ 39 E. Teknik Pengumpulan............................................................................... 41 F. Instrumen Penelitian ................................................................................ 42 G. Analisis Data ........................................................................................... 44 H. Keabsahan Data ....................................................................................... 46
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum ......................................................................................... 48 1. Gambaran Umum Kota Malang .............................................................. 48 2. Gambaran Umum Perum BULOG Subdivre Malang ............................. 53 3. Gambaran Umum Kecamatan Lowokwaru ............................................ 56 4. Gambaran Umum Kelurahan Tunjungsekar ........................................... 57
B. Penyajian Data .............................................................................................. 60 1. Tipologi Inovasi Program Bantuan Pangan Non Tunai .......................... 60
a. Inovasi Produk .................................................................................. 60 b. Inovasi Proses ................................................................................... 63 c. Inovasi Dalam Metode Pelayanan..................................................... 65 d. Inovasi Dalam Strategi ...................................................................... 74 e. Inovasi Sistem ................................................................................... 75
2. Level Inovasi Program Bantuan Pangan Non Tunai ............................... 76 3. Kategori Inovasi Program Bantuan Pangan Non Tunai .......................... 78 4. Implementasi Program Bantuan Pangan Non Tunai ............................... 80
a. Organisasi ......................................................................................... 80 b. Interpretasi ........................................................................................ 81 c. Aplikasi ............................................................................................. 83
C. Pembahasan ................................................................................................... 85 1. Tipologi Inovasi Program Bantuan Pangan Non Tunai .......................... 85
a. Inovasi Produk .................................................................................. 85 b. Inovasi Proses ................................................................................... 87 c. Inovasi Dalam Metode Pelayanan..................................................... 90 d. Inovasi Dalam Strategi ...................................................................... 94 e. Inovasi Sistem ................................................................................... 96
2. Level Inovasi Program Bantuan Pangan Non Tunai ............................... 98 3. Kategori Inovasi Program Bantuan Pangan Non Tunai .......................... 100 4. Implementasi Program Bantuan Pangan Non Tunai ............................... 104
a. Organisasi ......................................................................................... 104 b. Interpretasi ........................................................................................ 106 c. Aplikasi ............................................................................................. 107
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................................... 108 B. Saran ............................................................................................................... 111
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 113 LAMPIRAN ........................................................................................................................
xiii
DAFTAR TABEL
No Judul Halaman
1. Jumlah Penerima Manfaat Bantuan Pangan Non Tunai 2017 Provinsi Jawa Timur ............................................................................ 8
2. Jumlah Penerima Bantuan Pangan Non Tunai Kota Malang ............... 9 3. 50 4. 5. 101
xiv
DAFTAR GAMBAR
No Judul Halaman 1. Gambar Tipologi Inovasi Sektor Publik ............................................... 24 2. Gambar Kesesuaian Model ................................................................... 26 3. Gambar Komponen Analisa Data Model Interaktif ............................. 45 4. Gambar Peta Administratif Kota Malang ............................................. 49 5. Gambar Voucher Kartu Pangan ............................................................ 62 6. Gambar Alur Penyaluran Raskin .......................................................... 64 7. Gambar Alur Penyaluran BPNT ........................................................... 65 8. Gambar Bukti Fisik Program Bantuan Pangan Non Tunai .................. 67
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemiskinan merupakan fenomena kehidupan masyarakat yang terjadi
secara global baik di negara maju atau negara berkembang. Kemiskinan menjadi
suatu permasalahan yang kompleks disuatu negara karena berhubungan dengan
pengangguran, kesenjangan dan gagalnya pembangunan di suatu negara
khususnya ialah pembangunan manusia yang dapat dilihat dari kemampuan
pemenuhan kebutuhan hidup, standart gizi, tingkat pendidikan dan tingkat
kesehatan. Tantoro (2014:14) berpendapat bahwa bahwa orang miskin adalah
orang yang mempunyai standar kehidupan yang rendah bila dibandingkan dengan
standar kehidupan orang lain yang ada dalam masyarakat yang bersangkutan.
Dalam upaya menanggulangi permasalahan kemiskinan organisasi internasional
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melakukan kesepakatan dengan negara-negara
yang menjadi anggota PBB untuk membuat kesepaktan yang berorientasi pada
tujuan pembangunan kesepakatan tersebut ialah Milenium Development Goals
(MDG’s).
Milenium Development Goals (MDG’s) merupakan kesepakatan negara
dan komunitas internasional untuk mencapai kehidupan dunia yang sejahtera, adil,
dan damai. MDG’s memiliki delapan buah tujuan pembangunan. Delapan tujuan
pembangunan ini antara lain, 1) menanggulangi kemiskinan dan kelaparan; 2)
mencapai pendidikan dasar untuk semua; 3) mendorong kesetaraan gender; 4)
2
menurunkan angka kematian anak; 5) meningkatkan kesehatan ibu; 6) memerangi
HIV/AIDS, malaria dan penyakit menular lainnya; 7) memastikan kelestarian
lingkungan hidup; 8) membangun kemitraan global untuk pembangunan. Adanya
kedelapan tujuan tersebut dapat diketahui bahwa penanganan kemiskinan
merupakan poin yang utama dalam upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat.
Indonesia merupakan salah satu dari 189 negara yang ikut serta berkomitmen
dalam kesepakatan MDG’s. (http://www.sdgsindonesia.or.id/ di akses pada 24
Februari 2017 pukul 14:35)
Indonesia telah menjadikan pencapaian MDG’s sebagai acuan penting
terhadap penyusunan dokumen perencanaan pembangunan nasional. Pada tahun
2013 kesepakatan MDG’s telah diubah menjadi SDG’s (Sustainable Development
Goals). SDG’s merupakan kesepakatan baru yang mendorong adanya perubahan-
perubahan kearah pembangunan berkelanjutan yang berdasarkan hak asasi
manusia dan kesetaraan untuk mendorong pembangunan sosial, ekonomi dan
lingkungan hidup. (http://www.sdgsindonesia.or.id/ di akses pada 24 Februari
2017 pukul 14:35)
Permasalahan kemiskinan bukanlah permasalahan baru di Indonesia.
Upaya penanganannya diperlukan langkah-langkah penanganan yang sistematik,
terpadu dan menyeluruh. Dalam hal ini pemerintah memiliki peranan yang besar
dalam upaya pengentasan kemiskinan. Berdasarkan amanat Undang-Undang
Dasar Republik Indonesia tahun 1945 yang berbunyi “melindungi segenap
Bangsa Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
3
perdamaian abadi dan keadilan sosial” didalam pembukaan Undang-Undang
Dasar Republik Indonesia tahun 1945 tersebut menjelaskan bahwa pemerintah
mempunyai tugas dan peranan yang besar dalam memajukan kesejahteraan
umum. Salah satunya adalah upaya untuk melakukan tindakan pengentasan
kemiskinan di Indonesia. Sebagaimana telah diatur dalam Peraturan Prsiden
Nomor 15 tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan. Hal
tersebut merupakan bentuk upaya dan komitmen pemerintah untuk
menanggulangi masalah kemiskinan dengan melakukan langkah-langkah
koordinasi secara terpadu lintas pelaku dalam penyiapan perumusan dan
penyelenggaraan kebijakan penanggulangan kemiskinan.
Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan program untuk mengatasi
permasalahan terkait dengan kemiskinan. Program tersebut bertujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin di Indonesia. Program pemerintah
yang berorientasi pada upaya pengentasan kemiskinan dan dapat memberikan
dampak langsung kepada masyarakat adalah Beras untuk Keluarga Miskin
(Raskin). Program Raskin dimulai sejak terjadinya krisis moneter di Indonesia
pada Tahun 1998 dimana program tersebut merupakan kebijakan yang diambil
oleh pemerintah untuk menangani krisis pangan dan krisis sosial dengan
memberikan bantuan subsidi pangan melalui operasi pasar.
Seiring dengan berjalannya program subsidi pangan yang dikeluarkan
oleh pemerintah tersebut, untuk dapat memberikan bantuan subsidi pangan yang
merata pada tahun 2002 pemerintah melakukan modifikasi Program Raskin
dengan menerapkan system targeting, yaitu membatasi sasaran penerima beras
4
hanya untuk rumah tangga miskin (RTM). Hal tersebut dikarenakan sedikitnya
anggaran pada pemerintah dan banyaknya masyarakat yang membutuhkan subsidi
pangan tersebut sehingga Program Raskin dibuat lebih selektif. Pada tahun 2008
Program Raskin kembali mengalami modifikasi yaitu Program Raskin berganti
nama menjadi Program Subsidi Beras Bagi Masyarakat Berpendapatan Rendah.
Dimana modifikasi program tersebut terletak pada penerima beras subsidi dengan
mengalami perubahan dimana tidak hanya diterima oleh rumah tangga miskin saja
tetapi rumah tangga yang rentan atau hampir miskin. (Abassidiq:2016:52)
Pelaksanaan Program Raskin dilaksanakan oleh pemerintah dan Perum
BULOG sebagai pengelola Program Raskin. Perum BULOG merupakan Badan
Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak dibidang logistik pangan. Tugas dan
fungsi Perum BULOG diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 48 Tahun 2016
Tentang Penugasan kepada Perusahaan Umum (Perum) BULOG dalam Rangka
Ketahanan Pangan Nasional. Perum BULOG sebagai pengelola bertanggung
jawab terhadap jalannya Program Raskin mulai dari pengadaan bahan pangan
hingga penyaluran bantuan subsidi pangan ke titik distribusi.
Pelaksanaan Program Raskin tersebut masih terdapat beberapa kendala.
Menurut hasil penelitian terdahulu kendala-kendala yang dihadapi ialah bahwa
tidak efektifnya program raskin disebabkan oleh tidak tepatnya sasaran program,
harga tebus beras yang tidak sesuai serta kurang efektifnya peran organisasi
pelaksana (Ramadhayani, 2011). Aisyah (2013) mengemukakan tentang hasil
penelitiannya bahwa penghambat program Raskin disebabkan oleh kualitas beras,
sasaran rumah tangga penerima manfaat serta faktor sikap masyarakat. Sedangkan
5
Menurut Saputro (2015) dalam pelaksanaan Program Raskin faktor yang menjadi
penghambat penyaluran Raskin secara Interen adalah belum maksimalnya
anggaran yang dialokasikan oleh pemerintah untuk pelaksanaan Program Raskin,
basis data dalam penentuan Rumah Tangga Sasaran Penerima Manfaat (RTS-PM)
belum diperbarui sehingga menyebabkan tidak tepatnya sasaran, pengawasan
yang dilakukan masih sampai pada lingkup kerja masing-masing pelaksana belum
mencapai pengawasan tingkat bawah. Berdasarkan dengan hasil penelitian
terdahulu, permasalahan yang timbul dalam Program Raskin pada umumnya
terletak pada proses penyaluran Raskin. Dengan Adanya permasalahan tersebut
pemerintah dituntut untuk dapat memperbaiki proses penyaluran Raskin menjadi
lebih baik.
Upaya pemerintah untuk dapat memberikan pelayanan yang lebih baik
kepada masyarakat miskin diperlukan adanya sebuah inovasi program yang dapat
memperbaiki kinerja program raskin yang telah berjalan selama ini menjadi lebih
efektif dan efisien. Perlunya melakukan sebuah inovasi pada program raskin
tersebut agar program raskin dapat terealisasikan dengan tepat sasaran serta
tercipta keadilan dan kesejahteraan yang merata bagi masyarakat miskin yang
tergolong menjadi penerima manfaat program raskin. Dengan hal tersebut
pemerintah berinisiatif melakukan perbaikan Program Raskin dengan
memodifikasi program tersebut menjadi lebih efektif di tahun 2017.
Presiden Republik Indonesia pada Rapat Kabinet Terbatas (Ratas) tahun
2016 telah memberikan arahan untuk memberikan bantuan sosial dan subsidi
diberikan secara non tunai termasuk pemberian bantuan manfaat raskin. (Pedum
6
BPNT, 2:2017). Pemerintah melalui Kementrian Sosial dan Perum BULOG telah
berencana untuk memodifikasi Program Raskin pada tahun 2016 menjadi Bantuan
Pangan Non Tunai (BPNT). Inovasi Program Raskin menjadi Bantuan Pangan
Non Tunai ini di latar belakangi oleh permasalahan penyaluran bantuan pangan
kepada warga miskin yang sering kali belum tepat sasaran. Modifikasi program
yang dilakukan oleh pemerintah ialah dengan memberikan inovasi pada
penyaluran Program Raskin yang telah berjalan yaitu dengan menyalurkan
bantuan pangan secara manual kepada keluarga penerima manfaat di titik
distribusi diubah menjadi voucher kartu pangan. Voucher kartu pangan
merupakan bentuk inovasi pelayanan pemerintah untuk memperbaiki pelayanan
dalam pemberian bantuan kepasa masyarakat miskin dengan tujuan penyaluran
bantuan subsidi pangan dapat berjalan lebih efektif dan efisien.
Adanya inovasi program Bantuan Pangan Non Tunai tersebut pemerintah
berharap dapat memberikan pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat
khususnya keluarga penerima manfaat. Untuk mendukung program tersebut
pemerintah menyiapkan distribusion center dan rumah rumah pangan kita (RPK)
di setiap daerah sebagai sarana penunjang terlaksananya program. Perum BULOG
secara berkelanjutan akan terus melakukan penambahan jumlah rumah pangan
kita di disetiap wilayah untuk memaksimalkan pelayanan.
Jawa Timur merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang telah
menerapkan Program Bantuan Pangan Non Tunai. Kementrian Sosial meresmikan
Bantuan Pangan Non Tunai pada 12 Februari 2017 lalu. Bantuan Pangan Non
Tunai di Jawa Timur direalisasikan di sembilan kota yaitu Surabaya, Mojokerto,
7
Kediri, Malang, Batu, Pasuruan, Probolinggo, Blitar. Menurut Keputusan
Kemensos RI No.03/MS/B101/2017 keluarga penerima manfaat di Sembilan kota
tersebut akan menerima Bantuan pangan non Tunai yang berupa voucher kartu
pangan.
Tabel 1. Jumlah Penerima Manfaat untuk Bantuan Pangan Non Tunai 2017
Provinsi Jawa Timur
No Kota Keluarga Penerima Manfaat
(KPM)
1 Kota Surabaya 72,590
2 Kota Mojokerto 4,685
3 Kota Madiun 5,370
4 Kota Kediri 12,863
5 Kota Malang 18,689
6 Kota Batu 5,649
7 Kota Pasuruan 8,493
8 Kota Probolinggo 13,946
9 Kota Blitar 5,011
Sumber : Divisi Penyaluran, Perum BULOG Divre Jawa Timur (2017)
Kota Malang merupakan salah satu kota di Provinsi Jawa Timur yang
telah merealisasikan Program Bantuan Pangan Non Tunai. Pelaksanaan Program
Bantuan Pangan Non Tunai kota Malang dilaksanakan oleh Perum BULOG
Subdivre Malang. Subdivre Malang merupakan salah satu dari sembilan subdivre
di Jawa Timur yang paling siap untuk melaksanakan progam tersebut sehingga
peluncuran Program Bantuan Pangan Non Tunai dilaksanakan di Kota Malang.
Dalam penyediaan bahan pangan Subdivre Kota malang membawai tiga kota dan
dua kabupaten antara lain Kota Malang, Batu, Pasuruan, Kabupaten Malang dan
Kabupaten Pasuruan. Perum BULOG Subdivre Malang inilah yang bertanggung
jawab terhadap pelaksanaan Program Bantuan Pangan non Tunai di Kota Malang.
8
Program tersebut terealisasikan pada lima kecamatan di Kota Malang yaitu
di Kecamatan Blimbing, Kecamatan Klojen, Kecamatan Kedungkandang,
Kecamatan Lowokwaru dan Kecamatan Sukun. Kecamatan Lowokwaru
merupakan salah satu kecamatan di Kota Malang yang telah merealisasikan
program bantuan pangan non tunai. Program tersebut telah berjalan di 10
kelurahan di Kecamatan Lowokwaru yaitu:
Tabel 2. Jumlah Penerima Bantuan Pangan Non Tunai
Kecamatan Lowokwaru Kota Malang
No Kelurahan Keluarga Penerima Manfaat
(KPM)
1 Dinoyo 155
2 Jatimulyo 371
3 Ketawanggede 45
4 Lowokwaru 355
5 Merjosari 199
6 Mojolangu 357
7 Sumbersari 133
8 Tasik Madu 274
9 Tlogomas 221
10 Tulusrejo 230
11 Tunggulwulung 325
12 Tunjungsekar 408
Sumber : Divisi Komersial dan Pengembangan Bisnis Perum BULOG Subdivre
Malang (2017)
Kelurahan Tunjungsekar merupakan kelurahan yang memiliki jumlah
keluarga penerima manfaat terbanyak di Kecamatan Lowokwaru. Kelurahan
Tunjungsekar merupakan salah satu kelurahan di Kecamatan Lowokwaru yang
ditunjuk secara langsung oleh Dinas Sosial sebagai kelurahan percontohan
penerapan bantuan pangan non tunai di Kota Malang. Penerapan Pogram Bantuan
Pangan Non Tunai dalam bentuk voucher Kartu Pangan merupakan hal yang baru
bagi masyarakat Kelurahan Tunjungsekar. Masyarakat harus dapat membiasakan
9
diri dengan bentuk penyaluran Bantuan Pangan Non Tunai tersebut. Masyarakat
dihadapkan dengan penerimaan bantuan yang berbeda dengan sebelumya yaitu
menerima secara langsung bantuan subsidi pangan menjadi voucher. Berdasarkan
uraian mengenai permasalahan di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti
bentuk inovasi pada Program Bantuan Pangan Non Tunai di Kota Malang.
Sehingga, penulis tertarik untuk melakukan penelitian degan judul “Inovasi
Program Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) Sebagai Upaya Pengentasan
Kemiskinan”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan dengan latar belakang diatas, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini ialah :
1. Bagaimana inovasi pelayanan melalui Program Bantuan Pangan Non
Tunai di Kelurahan Tunjungsekar Kecamatan Lowokwaru Kota Malang ?
2. Bagaimana pelaksanaan Program Bantuan Pangan Non Tunai di
Kelurahan Tunjungsekar Kecamatan Lowokwaru Kota Malang ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan dengan dua rumusan masalah diatas, maka tujuan dari
penelitian ini ialah untuk :
1. Mengetahui dan mendeskripsikan inovasi pelayanan melalui Program
Bantuan Pangan Non Tunai.
10
2. Mengetahui dan mendeskripsikan bagaimana pelaksanaan Program
Bantuan Pangan Non Tunai.
D. Kontribusi Penelitian
Kontribusi atau manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini antara
lain :
1. Secara Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan referensi oleh peneliti
selanjutnya yang berkenaan dengan inovasi pelayanan melalui bantuan
pangan non tunai sebagai upaya pengentasan kemiskinan.
2. Secara Praktis
a. Bagi Pemerintah
Hasil penelitian tentang Program Bantuan Pangan Non Tunai dapat
menjadi bahan pertimbangan dan masukan bagi Pemerintah Kota
Malang dalam memberikan pelayanan yang lebih baik .
b. Bagi Mayarakat
Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi tentang program
Bantuan Pangan Non Tunai sehingga masyarakat Kota Malang dapat
memahami penerapan system bantuan tersebut.
E. Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi ini secara garis besar dapat dilihat dalam
sistematika pembahasan. Sistematika penulisan merupakan susunan
11
keseluruhan skripsi secara singkat, sehingga memudahkan dalam mempelajari
pembahasan skripsi tersebut. Sistematika pembahasan dalam proposal skripsi
ini terdiri dari 3 (tiga) bab, antara lain:
BAB I: PENDAHULUAN
Bab Pendahuluan menguraikan latar belakang yang mengemukakan
permasalahan, rumusan masalah, tujuan yang ingin dicapai dari
penelitian; kontribusi dari penelitian dan sistematika penulisan. Bab
ini merupakan pengantar yang akan memudahkan untuk memahami
bab-bab selanjutnya.
BAB II: TINJAUAN PUSTAKA
Bab kajian pustaka memuat teori-teori tentang Pelayanan Publik,
Inovasi Pelayanan Publik, Implementasi Kebijakan, Teori Kemiskinan
yang berdasarkan dengan konsep atau pendapat para ahli, Ulasan
Program Bantuan Pangan Non Tunai serta Peraturan Perundang-
Undangan yang memiliki keterkaitan dengan penulisan penelitian ini.
BAB III: METODE PENELITIAN
Bab ini membahas tentang metode penelitian yang penulis gunakan
dalam penelitian. Penelitian ini menggunakan metode penelitian
kualitatif, sehingga dalam bab ini mencakup: jenis penelitian, fokus
penelitian, lokasi dan situs penelitian, jenis dan sumber data, teknik
pengumpulan data, instrumen penelitian, analisis data dan keabsahan
data.
12
BAB IV: HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini menguraikan tentang data- data yang berkaitan dengan hasil
penelitian yang berkaitan dengan masalah yang diteliti, berkaitan
dengan tujuan dan sesuai dengan fokus penelitian.
BAB V: PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan dari pembahasan yang telah dilakukan
sebelumnya serta saran yang dapat diberikan oleh penulis yang berkaitan
dengan permasalahan.
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pelayanan Publik
1. Definisi Pelayanan Publik
Pelayanan publik merupakan sebuah aktivitas yang dilakukan oleh
perorangan atau kelompok untuk memenuhi kebutuhan hidup orang lain.
Menurut Sinambela (2016:5) pelayanan publik diartikan sebagai setiap
kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah terhadap sejumlah manusia yang
memiliki sikap kegiatan yang menguntungkan dalam suatu kumpulan atau
kesatuan dan menawarkan kepuasan meskipun hasilnya tidak terikat pada
suatu produk secara fisik. Sedangkan menurut Keputusaan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63 Tahun 2003 Tentang Pedoman
Umum Pelaksanaan Pelayanan Publik paragraf 1 butir C, pelayanan publik
diartikan sebagai segala kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh instansi
pemerintah sebagai upaya pemenuhan kebutuhan orang, masyarakat, instansi
pemerintahan dan badan hukum maupun sebagai pelaksana ketentuan
perundangan. Dengan demikian dapat disimpulkan pengertian pelayanan
publik merupakan suatu bentuk aktivitas pemenuhan kebutuhan orang lain
yang berdasarkan peraturan perundang-undangan. Berdasarkan dengan uraian
mengenai pelayanan publik diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pelayanan
14
publik dalam sektor publik sangat diperlukan untuk memberikan kemudahan
pada masyarakat.
Menurut Keputusan Kementrian Pemberdayagunaan Aparatur Negara
Nomor 63 Tahun 2003 Tentang Pedoman umum pelaksanaan pelayanan
publik, pelayanan publik dapat dikategorikan kedalam tiga kategori utama
yaitu:
1. Pelayanan kebutuhan dasar
Pelayanan kebutuhan dasar merupakan pelayanan yang diberikan kepada
masyarakat dalam upaya pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat seperti
kesehatan, pendidikan dasar, kebutuhan pokok.
2. Pelayanan umum
Pelayanan umum merupakan pelayanan yang diberikan kepada masyarakat
berkaitan dengan pelayanan administrasi dan barang untuk memenuhi
kepentingan masyarakat
3. Pelayanan administrasi
Pelayana administrasi meliputi pembuatan kartu tanda penduduk (KTP),
sertifikat tanah, akta kelahiran, akta kematian, BPKB, STNK, IMB dan
paspor
4. Pelayanan jasa
Pelayanan jasa merupakan pelayanan yang diberikan kepada masyarakat
meliputi pendidikan tinggi dan menengah, pemeliharaan kesehatan,
transportasi jasa pos, sanitasi lingkungan, persampahan, drainase, jalan dan
trotoar, penanggulangan bencana dan pelayanan sosial.
Sesuai dengan tiga kategori pelayanan publik yang dimuat dalam
Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63 Tahun 2003
Tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Pelayanan Publik, bahwa pemberian
pelayanan dibedakan atas tiga bentuk pelayanan. Hal tersebut dimaksudkan
agar pemerintah lebih mudah dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat. Karena pada dasarnya setiap manusia membuthkan pelayanan
bahkan dapat dikatakan pelayanan tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan
manusia.
15
2. Prinsip – Prinsip Pelayanan Publik
Dalam pemberian pelayanan publik terdapat beberapa asas pelayanan
publik yang harus dipenuhi agar dapat memberikan pelayanan yang
maksimal. Perinsip-perinsip pelayanan pulik menurut Keputusan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63 Tahun 2003 Tentang Pedoman
Umum Pelaksanaan Pelayanan Publik antara lain:
1. Kesederhanaan
Dalam hal ini prosedur dalam pemeberian pelayanan publik tidak
berbelit-belit.
2. Kejelasan
Adanya kejelasan mengenai persyaratan teknis dan administratif
pelayanan publik, unit kerja atau pejabat yang berwenang dan
bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan dan penyelesaian
keluhan, persoalan atau dengeketa dalam pelaksanaan pelayanan publik,
rincian biaya pelayanan publik dan tata cara pembayaran.
3. Kepastian waktu
Adanya kepastian waktu mengenai pelaksanaan pelayanan publik dapat
diselesaikan dalam kurun waktu yang ditentukan.
4. Akurasi
Produk pelayanan publik dapat diterima dengan benar, tepat dan sah
5. Keamanan
Proses dan produk pelayanan publik harus memberikan rasa aman dan
kepastian hukum
6. Tanggung jawab
Pimpinan penyelenggara pelayanan publik atau pejabat yang ditunjuk
bertanggung jawab atas penyelenggaraan pelayanan dan penyelesaian
keluhan atau persoalan dalam pelaksanaan pelayanan publik.
7. Kelengkapan sarana dan prasarana
Tersedianya sarana dan prasarana kerja, peralatan kerja, dan pendukung
lainnya yang memadahi termasuk penyediaan saran teknologi
telekomunikasi dan informatika (tematika)
8. Kemudahan akses
Tempat dan lokasi serta sarana pelayanan yang memadahi, mudah
dijangkau oleh masyarakatdan dapat memanfaatkan teknologi
telekomunikasi dan informatika
9. Kedisiplinan, kesopanan dan keramahan
Pemberi pelayanan harus bersikap disiplin, sopan dan santun, ramah serta
memberikan pelayanan dengan ikhlas
16
10. Kenyamanan
Lingkungan pelayanan harus lebih tertib, teratur, disediakan ruang
tunggu yang nyaman, bersih, rapi, lingkungan yang indah dan sehat serta
dilenkapi dengan fasilitas pendukung pelayanan, seperti parkir, toilet
tempat ibadah dan lain-lain.
Prinsip-prinsip pelayanan publik tersebut memiliki keterkaitan antara
perinsip satu dengan perinsip lainnya. Kesepuluh perinsip pelayanan publik
tersebut dapat dijadikan dasar dalam memberikan sebuah pelayanan. Dengan
adanya sepuluh prinsip tersebut diharapkan pelaksanaan pelayanan publik
dapat berjalan dengan baik.
3. Asas-Asas Pelayanan Publik
Dalam upaya memberikan pelayanan publik yang prima kepada
masyarakat, pemerintah harus memperhatikan asas-asas pelaksanaan
pelayanan publik. Menurut Sinambela (2016:6) asas-asas pelayanan publik
anatara lain :
1. Transparansi
Pelayanan yang bersifat terbuka, mudah dan dapatdiakses oleh semua
pihak yang membutukan dan disediakan secara memadahi serta mudah
untuk dimengerti
2. Akuntabilitas
Pelayanan yang dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan
3. Kondisional
Pelayanan yang sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan
penerima layanan dengan tetap berpegang pada perinsip efisiensi dan
efektifitas
4. Partisipatif
Pelayanan yang dapat mendorong peran serta masyarakat dalam
penyelenggaraan pelayanan publik dengan memperhatikan aspirasi,
kebutuhan, dan harapan masyarakat
5. Kesamaan Hak
Pelayanan tidak melakukan diskriminasi dilihat dari aspek apapun
khususnya suku, ras, agama, golongan, status sosial dan lain-lain.
17
6. Keseimbangan hak dan kewajiban
Pelayanan yang mempertimbangkan aspek keadilan antara pemberi dan
penerima pelayanan publik.
Adanya asas-asas pelayanan publik diharapkan oleh pengguna
layanan untuk dapat berjalan dengan baik. Hal tersebut dikarenakan jika
asas-asas dalam pelayanan publik dapat dijalankan dengan baik maka
dapat dipastikan pemberian pelayanan publik tidak akan ada lagi rasa iri
dan kecurigaan antara pemberi layanan dan penerima pelayanan. Dengan
demikian terciptalah pelayanan publik yang baik.
4. Standar Pelayanan Publik
Pelaksanaan pelayanan publik tidaklah dilakukan secara sembarang
melainkan terdapat acuan yang menjadi acuan dalam pelaksanaannya. Acuan
yang digunakan dalam pelaksanaan pelayanan publik ialah standarisasi
pelayanan. Standarisasi pelayanan merupakan hal yang wajib di ikuti oleh
pemberi maupun penerima pelayanan. Menurut Keputusan Menteri Nomor 63
Tahun 2003 Tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Pelayanan Publik, standar
pelayanan antara lain:
1. Prosedur pelayanan
Prosedur pelayanan yang dilakukan bagi pemberi dan penerima layanan
termasuk pengaduan
2. Waktu penyelesaian
Waktu penyelesaian yang diterapkan sejak saat pengajuan permohonan
sampai penyelesaian pelayanan termasuk pengaduan
3. Biaya pelayanan
Biaya pelayanan termasuk rinciannya yang ditetapkan dalam proses
pemberian layanan
4. Produk pelayanan
Hasil pelayanan yang akan diterima sesuai dengan ketentuan yang
ditetapkan
18
5. Sarana dan prasarana
Penyedia sarana dan prasarana yang memadahi oleh penyelenggara
pelayanan publik
6. Kompetisi petugas pemberi layanan
Kompetisi petugas pemberi layanan harus ditetapkan dengan sangat tepat
berdasarkan pengetahuan, keahlian, ketrampilan, sikap dan prilaku yang
dibutuhkan.
Sedangkan standar pelayanan publik menurut Peraturan Daerah Jawa
Timur Nomor 11 Tahun 2015 Pasal 14 Tentang Pelayanan Publik di Provinsi
Jawa Timur Menyatakan:
1. Standar Pelayanan publik disusun sesuai dengan jenis dan karakteristik
pelayanan publik yang meliputi prosedur dan produk pelayanan publik.
2. Penyelenggaraan pelayanan publik wajib menetapkan standar pelayanan
sebagaimana dimaksud pada ayai (1) meliputi penetapan standar
persyaratan, standar biaya dan standar waktu
3. Masing-masing penyelenggara pelayanan publik wajib menginformasikan
standar pelayanan publik kepada masyarakat
Berdasarkan uraian mengenai standar pelayanan publik yang termuat
dalam Keputudan Menteri Pendayagunaan Nomor 63 Tahun 2003 Tentang
Pedoman Umum Pelaksanaan Pelayanan Publik dan Peraturan Pemerintah
Provinsi Jawa Timur pasal 14 tentang Pelaksanaan Pelayanan Publik di
Provinsi Jawa Timur menjelaskan bahwa dalam dalam melakukan proses
pelayanan publik harus memperhatikan standar pelayanan yang telah diatur
dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan standar pelayanan
yang ada masyarakat tidak memihak dan memiliki hak yang sama. Standarisasi
diperlukan dalam pelayanan yang berkaitan dengan pelayanan sektor publik.
19
5. Kualitas Pelayana Publik
Kualitas Pelayanan menggambarkan sejauh mana pelayanan mampu
memenuhi kebutuhan masyarakat. Setyaningrum (2009:!3) mengatakan
definisi konfensional dari kualitas biasanya mengambarkan karakteristik suatu
produk seperti kinerja (performance), keandalan (reliability), mudah dalam
penggunaan (easy to use), estetika (esthetics), dan sebagainya. Jika kesemua
karakteristik produk baik maka produk tersebut dikatakan mampu memenuhi
keinginan dan kebutuhan pengguna layanan. Terdapat lima dimensi kualitas
pelayanan menurut Parasuraman dan Berry (1990) dalam Dwiyanto (2006:145)
yaitu:
a. Tangibles (bukti fisik)
Meliputi fasilitas fisik, perlengkapan, pegawai, dan sarana komunikasi
serta kendaraan operasional. Dengan demikian bukti langsung atau wujud
merupakan suatu indicator yang paling konkrit. Wujudnya berupa segala
fasilitas nyata dapat terlihat.
b. Reliability (kepercayaan)
Merupakan kemampuan memberikan pelayanan yang dijanjikan dengan
segera memuaskan. Menurut Lovelock, realibility to perform the promise
service dependably, this means doing it right, over a period of time.
Artinya, keandalan adalah kemampuan erusahaan untuk menampilkan
pelayanan yang dijanjikan secara tepat dan konsisten. Keandalan dapat
diartikan sebagai mengerjakan dengan benar sampai kurun waktu tertentu.
Pemenuhan janji pelayanan yang tepat dan memuaskan meliputi ketepatan
20
waktu dan kecakapan dalam menanggapi keluhan pelanggan serta
pemberian pelayanan secara wajar dan akurat.
c. Ressponsiveness (daya tanggap)Merupakan sikap tanggap pegawai dalam
memberikan pelyanan yang dibutuhkan dan dapat menyelesaikan dengan
cepat. Kecepatan pelayanan yang diberikan merupakn sikap tanggap dari
petugas dalam pemberian pelayanan yang dibutuhkan. Sikap Tanggap ini
merupakan suatu akibat akal dan pikiran yang ditunjukkan kepada
pelanggan.
d. Assurance (jaminan)
Mencakup pengetahuan, kemampuan, kesopanan dan sifat dan dapat
dipercaya yang memiliki pegawai, bebas dari bahaya, resiko dan keragu-
raguan. Jaminan adalah upaya perlindungan yang disajikan untuk
masyarakat terhadp resiko yang apabila itu terjadi akan dapat
mengakibatkan gangguan dalam struktur kehidupan yang normal
e. Empathy (empati)
Meliputi kemudahan dalam melakukan hubunga, komunikasi yang baik
dan memahami kebutuhan pelnggan. Empati merupakan individualized
attention to customer. Empati adalah perhatian yang dilaksanakan secara
pribadi atau individu terhadap pelanggan dengan menempatkan dirinya
pada situasi pelanggan.
Lima Kualitas pelayanan yang dikemukakan oleh Lupioadi dalam
karmani (2011:92) diatas dapat disimpulkan bahwa untuk dapat memberikan
pelayanan yang baik maka penyedia layanan dituntut harus mampu unuk
21
memberikan pelayanan yang tepat, mudah, dan trasparan yang sesuai dengan
standar pelayanan. Sehingga pelayanan yang diberikan dapat sesuai dengan
apa yang dibutuhkan oleh masyarakat.
B. Inovasi Pelayanan
1. Definisi Inovasi
Inovasi merupakan sebuah perubahan yang diinginkan dari apa yang
telah ada dengan tujuan menjadi lebih baik lagi. Inovasi dalam pelayanan
Publik merupakan penuangan ide kreatif baik teknologi atau cara baru dalam
pelayanan dengan menciptakan trobosan, penyerdehanaan didalam penerapan
pelayanan sehingga pelayanan tersebut memiliki nilai tambah baik dari segi
kualitas maupun kuantitas. Pengertian Inovasi tidak hanya pada pengertian
barang hasil produksi atau benda melainkan juga berupa keputusan atau
kebijakan dari suatu pemerintah. Inovasi memiliki pengertian yang tidak
hanya sekedar membangun dan mempengaruhi namun juga didefinisikan
secara luas, memanfaatkan ide-ide baru untuk menciptakan produk, proses
dan layanan (Susanto, 2010:158). Dalam pandangan mengenai inovasi yang
ada, inovasi merupakan sebuah konsep baru yang digunakan untuk
memecahkan permasalahan yang ada didalam suatu organisasi. Inovasi dalam
Bantuan Pangan Non Tunai merupakan konsep baru dalam proses pelayanan
penyaluran subsidi pangan yang dibuat oleh Kementrian Sosial dan Perum
BULOG sebagai pelaksana sehingga inovasi program tersebut dapat
22
memberikan bantuan subsidi pangan kepada masyarakat dengan lebih efektif
dan efisien.
2. Inovasi Sektor Publik
Inovasi dipandang sebagai faktor utama dalam kelangsungan hidup
organisasi sehingga berkembang dengan pesat, inovasi secara historis
bukanlah faktor utama penentu kelangsungan hidup organisasi. Inovasi
didalam sektor publik pernah dan sedang djalankan oleh beberapa daerah
untuk menyelesaikan berbagai persoalan pelayanan dan pembangunan, baik
itu inovasi yang dibuat oleh pemerintah Daerah maupun pemerintah pusat.
Inovasi adalah kegiatan penelitian, pengembangan, dan atau perekayasaan
yang yang bertujuan mengembangkan penerapan praktis nilai dan konteks
ilmu pengetahuan yang baru, atau cara baru untuk menerapkan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang telah ada kedalam produk atau proses
produksi (Undang-Undang No 18 Tahun 2002:2). Inti dari inovasi ialah
perubahan menuju hal-hal baru (Muluk, 2008:44).
Kajian mengenai inovasi sering berkembang dalam sektor bisnis yaitu
untuk mempertahankan diri (survive). Dengan berinovasi sebuah perusahaan
bisa bertahan hidup dalam persaingan dengan kompatitornya yang
menawarkan barang dan jasa yang sama. Berbeda dengan sektor publik yang
berada dalam iklim non kompetitif sehingga inovasi jarang dilakukan dan
tidak memiliki kekawatiran dalam menjaga kelangsungan hidupnya. Padahal
inovasi tidak dapat berkembang dalam keadaan status quo yang statis,
23
sehingga terdapat atribut-atribut dalam sebuah perkembangan inovasi itu
sendiri. Menurut Rogers sebagaimana dikutip dalam Suwarno (2008) atribut
inovasi antara lain:
a. Relative Advantage atau Keuntungan Relatif
Sebuah Inovasi baru mempunyai keunggulan dan nilai lebih dengan
inovasi sebelumnya. Selalu ada sebuah nilai kebaruan yang ,melekat
dalam inovasi yang menjadi ciri yang membedakannya dengn yang lain.
b. Compability atau kesesuaian
Inovasi juga sebaiknya mempunyai sikap kompatibel atau kesesuaian
dengan inovasi yang digantinya. Hal ini dimaksudkan agar inovasi yang
lama tidak serta merta dibuang begitu saja, selain alasan faktor biaya
yang tidak sedikit , namun juga inovasi yang lama menjadi bagian proses
transisi ke inovasi baru. Selain itu juga dapat memudahkan proses
adaptasi dan proses pembelajaran terhadap inovasi itu secara lebih cepat.
c. Complexity atau Kerumitan
Dengan sifatnya yang baru, maka inovasi mempunyai tingkat kerumitan
yang boleh jadi lebih tinggi dibandingkan dengan inovasi sebelumnya.
Namun, karena sebuah inovasi menawarkan cara yang lebih baru dan
lebih baik, maka tingat kerumitan ini pada umumnya tidak menjadi
masalah penting
d. Triability atau Kemungkinan dicoba
Inovasi hanya bisa diterima apabila teruji dan terbukti mempunyai
keuntungan atau nilai lebih dibandingkan dengan inovasi lama. Sehingga
sebuah produk inovasi harus melewati fase “uji publik”, dimana setiap
orang atau pihak mempunyai kesempatan untuk menguji kualitas sebuah
inovasi.
e. Observability atau Kemudahan Diamati
Sebuah inovasi baru juga dapat diamati, dari segi bagaimana ia bekerja
dan menghasilkan sesuatu yang lebih baik.
Atribut dalam sebuah perkembangan inovasi menjadi hal yang sangat
penting dan menjadi kewajiban bagi pemerintah atau perusahaan yang
memberikan pelayanan terhadap masyarakat. Hal tersebut dikarenakan
berhubungan erat dengan kesuksesan inovasi yang dilakukan. Inovasi harus
memiliki keunggulan ataupun perbedaan tersendiri serta harus bisa diterima
dan dirasakan oleh masyarakat agar inovasi yang dilakukan dapat dikatakan
sebagai inovasi yang berhasil.
24
3. Tipologi Inovasi Sektor Publik
Inovasi dalam metode pelayanan adalah perubahan baru dalam hal
berinteraksi dengan pelanggan atau cara baru dalam memberikan pelayanan.
Inovasi dalam strategi atau kebijakan mengacu pada visi, misi, tujuan, dan
strategi baru beserta alasannya yang berangkat dari realitas yang ada.
Perkembangan baru yang mencakup inovasi dalam hal metode pelayanan
ternyata juga masih berkembang lagi menjadi inovasi strategi atau kebijakan
Baker dalam Muluk (2008:45). Jenis lain yang juga berkembang adalah
inovasi dalam interaksi sistem yang mencangkup perubahan dalam tata kelola
pemerintahan. Terdapat tipologi dari inovasi sektor publik antara lain:
a. Inovasi Produk atau layanan berasal dari perubahan bentuk dan desain
produk atau layanan sementara
b. Inovasi proses berasal dari gerakan pembaruan kualitas yang berkelanjutan
dan mengacu pada kombinasi perubahan organisasi, prosedur, dan
kebijakan yang dibutuhkan untuk berinovasi
c. Inovasi dalam metode pelayanan adalah perubahan baru dalam
memberikan hal berinteraksi dengan pelanggan atau cara baru dalam
memberi pelayanan
d. Inovasi dalam strategi atau kebijakan mengacu pada visi, misi, tujuan dan
strategi baru beserta alasannya yang berangkat dari realitas yang ada
e. Inovasi sistem mencakup cara baru atau yang diperbarui dalam
berinteraksi dengan actor-aktor atau dengan kata lain adanya perubahan
dalam tata kelola pemerintahan (change in governance) (Muluk, 2008:44-
45).
25
Gambar 1. Tipologi Inovasi Sektor Publik
Sumber: Muluk (2008 : 45)
4. Level Inovasi
Dalam Inovasi pelayanan publik terdapat aspek lain yang berkaitan
dengan level inovasi. Level inovasi merupakan aspek dalam inovasi yang
mencerminkan besarnya dampak yang ditimbulkan oleh inovasi tersebut.
Level organisasi menurut Mulgan dan Albury dalam Muluk (2008:46)
terdapat tiga level inovasi. Level inovasi tersebut antara lain:
1. Inovasi inkremental
Inovasi ibkremental merupakan inovasi yang terjadi dengan membawa
perubahan-perubahan kecil terhadap proses atau layanan yang ada.
Umumnya sebagian besar inovasi yang berada didalam level ini jarang
sekali membawa perubahan terhadap struktur organisasi dan hubungan ke
organisasian. Namun inovasi incremental memiliki peranan yang penting
dalam pemaruan sektor publik karena dapat melakukan perubahan kecil
yang dapat diterapkan secara terus menerus dan mendukung rajutan
pelayanan yang responsive terhadap kebutuhan lokal dan perorangan serta
mendukung nilai tambah uang
2. Inovasi radikal
Inovasi Radikal merupakan perubahan mendasar dalam pelayanan publik
atau pengenalan cara-cara yang baru dalam proses pengorganisasian dan
Inovasi Sektor Publik
Inovasi Produk
Layanan
Inovasi Proses
Inovasi Metode
Pelayanan
Inovasi Kebijakan
Inovasi sistem
26
atau pelayanan. Inovasi level ini jarang sekali dilakuka karena
membutuhkan dorongan politik yang besar karena memiliki resiko yang
besar pula. Inovasi radikal diperlukan untuk membawa perbaikan yang
nyata dalam kinerja pelayanan publik dan memenuhi harapan pengguna
layanan lama yang terabaikan.
3. Inovasi transformatif
Inovasi transformatif atau sistem membawa perubahan dalam struktur
angkatan kerja dan keorganisasian yang mentrasformatifkan semua sektor
dan secara dramatis mengubah hubungan keorganisasian. Inovasi
transformative ini membutuhkan waktu yang lebih lama untuk
memperoleh hasil yang diinginkan dan membutuhkan perubahan yang
mendasar dalam susunan social, budaya dan organisasi. Inovasi ini bersifat
lebih mendalam karena mencakup sistemis keorganisasian. Inovasi jenis
ini bisa dengan mudah dijalankann.
5. Kategori Inovasi
Dengan konsep yang berbeda terdapat kategori didalam inovasi
pelayanan. Menurut pendapat Christensen dan Laergreid dalam muluk
(2008:47-48) terdapat dua kategori pelayanan. Kategori tersebut antara lain:
1. Sustaining innovation (inovasi terusan)
Merupakan proses inovasi yang membawa perubahan baru namu tetap
mendasarkan diri pada kondisi pelayanan dan sistem yang sedang berjalan
dan produk yang sudah ada
2. Discontinues innovation (inovasi terputus)
Merupakan proses inovasi yang membawa perubahan yang baru dan sama
sekali tidak mendasar pada kondisi yag sudah ada sebelumnya. Kategori
inovasi jenis kedua ini membawa pelayanan atau produk yang berbeda,
pengguna layanan yang berbeda serta sumberdaya yang berbeda pula.
Tentu dalam hal inovasi yang kedua ini kadarnya jauh lebih tinggi
daripada kategori pertama.
C. Implementasi Program
Implementasi merupakan suatu proses yang sangat penting ketika
berbicara penerapan program baik itu yang bersifat sosial atau dalam dunia
pendidikan. Implementasi program merupakan lakang-langkah pelaksanaan
27
kegiatan dalam upaya mencapai tujuan dari program itu sendiri, menurut Jones
dalam Rohman (2009:101-102) menyebutkan “implemetasi program merupakan
salah satu komponen dalam suatu kebijakan”. Implementasi program merupakan
upaya yang berwenang untuk mencapai tujuan. Selanjutnya menurut Charles O.
Jones dalam Suryana (2009:28) ada tiga pilar aktivitas dalam mengoperasikan
program yaitu:
1) Organisasian
Pembentukan atau penataan kembali sumberdaya atau unit-unit serta metode
untuk menunjang agar program dapat berjalan
2) Interpretasi
Menafsirkan agar program menjadi rencana dan pengarahan yang tepat dan
dapat diterima
3) Aplikasi
Berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan rutin yang meliputi penyediaan
barang dan jasa
Program merupakan unsur pertama yang harus ada demi tercapainya
kegiatan implementasi. Unsur kedua yang harus dipenuhi dalam proses
implementasi program yaitu adanya kelompok masyarakat yang menjadi sasaran
program, sehingga masyarakat dilibatkan dan membawa hasil dari program yang
dijalankan dan adanya perubahan dan peningkatan dalam kehidupannya. Tanpa
memberikan manfaat kepada masyarakat maka dikatakan program tersebut telah
gagal dilaksanakan. Berhasil atau tidaknya suatu program diimplementasikan
tergantung dari unsur pelaksanaannya. Unsur pelaksanaan ini merupakan unsur
ketiga. Pelaksanaan penting artinya karena pelaksanaan baik itu organisasi
maupun perorangan bertanggung jawab dalam pengelolaan maupun pengawasan
dalam proses implementasi.
28
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa implementasi program adalah
tindakan-tindakan yang dilaksanakan oleh individu-individu atau pejabat-pejabat
terhadap suatu objek atau sasaran yang diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan
yang telah ditetapkan sebelumnya melalui adanya organisasi, interpretasi dan
penerapan. Untuk mengoperasionalkan implementasi program agar terciptanya
suatu tujuan serta terpenuhinya misi program diperlukan kemampuan yang tinggi
pada organisasi pelaksanaannya. Salah satu model implementasi program yaitu
model yang diungkapkan oleh David C. Korten. Model ini memakai pendekatan
proses pembelajaran dan lebih dikenal dengan model kesesuaian implementasi
program. Model kesesuaian Korten dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 2. Model Kesesuaian
Sumber: Haedar Akib dan Antonius Tarigan (2000:12)
Berdasarkan gambar di atas, terdapat tiga elemen yang ada dalam
pelaksanaan program menurut David C. Korten yaitu program itu sendiri,
pelaksanaan program dan kelompok sasaran program. Keberhasilan suatu
program didapat jika kesesuaian dari tiga unsur implementasi program tersebut
dapat berjalan semestinya. Pertama, kesesuaian antara program dengan apa yang
29
dibutuhkan oleh kelompok sasaran (pemanfaat). Kedua, kesesuaian antara
program dengan kemampuan organisasi pelaksana. Ketiga, kesesuaian antara
kelompok pemanfaat dengan organisasi pelaksana yaitu kesesuaian antara syarat
yang diputuskan organisasi untuk dapat memperoleh output program dengan apa
yang dapat dilakukan oleh kelompok sasaran program (Akib dan Antonius,
2000:12).
Selanjutnya, dapat dipahami pula dari model implementasi di atas bahwa
kinerja program tidak akan berhasil sesuai dengan yang diharapkan jika tidak
terdapat kesesuaian antara tiga unsur implementasi program. Hal ini disebabkan
apabila output program tidak sesuai dengan kebutuhan kelompok sasaran, jelas
output tidak dapat dimanfaatkan. Jika organisasi pelaksana program tidak
memiliki kemampuan melaksanakan tugas yang disyaratkan oleh program, maka
organisasinya tidak dapat menyampaikan output program dengan tepat maupun
juga syarat yang ditetapkan organisasi pelaksana program tidak dapat dipenuhi
oleh kelompok sasaran, maka kelompok sasaran tidak dapat mendapat output
program. Oleh karena itu, kesesuaian antara tiga unsur implementasi program
wajib diperlukan agar program berjalan sesuai dengan rencana yang telah dibuat.
Ketiga pilar dalam mengoperasikan program menurut Charles O. Jones
dan tiga unsur implementasi program David C. Korten di atas dapat menjadi
pedoman dalam proses pencarian data di Perum BULOG Sub Divisi Regional
Kota Malang dan e-waroeng Kelurahan Tunjungsekar Kota Malang dalam upaya
mendeskripsikan pelaksanaan program Bantuan Pangan Non Tunai. Program
pemerintah yang menjadi fokus kajian penelitian ini yaitu program Bantuan
30
Pangan Non Tunai yang merupakan salah satu program pengentasan kemiskinan
oleh pemerintah Indonesia melalui Kementerian Sosial dan Perum BULOG.
D. Kemiskinan
1. Definisi Kemiskinan
Kemiskinan merupakan keadaan dimana seseorang tidak dapat
memenuhi kebutuhan hidupnya. Menurut Tantoro (2014:14) berpendapat
bahwa bahwa orang miskin adalah orang yang mempunyai standar kehidupan
yang rendah bila dibandingkan dengan standar kehidupan orang lain yang ada
dalam masyarakat yang bersangkutan. Pengertian mengenai kemiskinan
merupakan suatu konsep yang lahir sebagai dampak lanjut dari sebuah
pembangunan. Sedangkan Menurut Salim (1980:41) menjelaskan “kemskinan
sebagai kurangnya pendapatan untuk memenuhi kebutuhan pokok. Mereka
dikatakan berada di bawah garis kemiskinan apabila pendapatan tidak cukup
untuk memenuhi kebutuhan hidup yang paling pokok seperti pangan, pakaian,
tempat berteduh, dll”. Pemahaman yang lazim dan sederhana bahwa
kemiskinan dillukiskan untuk orang dengan pendapatan yang diperolehnya
tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup minimumnya.
Rendahnya taraf hidup sering dijadikan tolak ukur kemiskinan yang
pada hakikatnya merupakan suatu mata rantai. Orang miskin dan fakir miskin
merupakan akibat yang ditimbulkan dari berbagai faktor yang berantai tersebut.
Menurut Maipita (2014:29-30) terdapat lima istilah mengenai kategori
kemiskinan antara lain:
31
1. Kemiskinan struktural
Kemiskinan ini disebabkan oleh tatanan kelembagaan dan sistem yang
diterapkan oleh tataan kelembagaan dan sistem yang diterapkan, seperti
sistem politik, ekonomi, keamanan dan lain-lain.
2. Kemiskinan alamiah
Kemiskinan ini lebih bnyak disebabkan oleh rendahnya kualitas sumberdaya
manusia dan sumberdaya alam
3. Kemiskinan kultural
Kemiskinan yang disebabkan oleh budaya penduduk yang malas, tidak mau
bekerja keras, jadi etos bekerjanya sangat rendah, tidak disiplin dan
sebagainya.
4. Kemiskinan absolut
Kemiskinan yang dipandang dari sisi kemampuan memenuhi kebutuhan
minimum
5. Kemiskinan relatif
Kemiskinan yang diperoleh dengan membandingkan kelompok masyarakat
berpendapatan rendah dengan kelompok masyarakat berpendapaan tinggi.
2. Faktor Penyebab Kemiskinan
Kemiskinan yang terjadi dikarenakan terdapat faktor-faktor yang
melatar belakanginya. Menurut Bank Dunia adapun faktor yang menyebabkan
terjadinya kemiskinan antara lain:
1. Pendidikan
Kemiskinan memiliki kaitan yang sangat erat dengan pendidikan yang
tidak memadahi . Sama Halnya dengan Temuan-temuan dinegara lain
capaian jan jenjang pendidikan yang lebih tinggi berkaitan dengan
konsumsi rumah tangga yang tinggi pula. Selain itu koefisien dan korelasi
parsial pada umunya lebih tinggi didaerah perkotaan dibandingkan dengan
pedesaan, baik kepala rumah tangga maupun anggota keluarga lainnya.
Hal ini menunjukkan bahwa rumah tanga didaerah perkotaan memperoleh
manfaat yang jauh lebih besar dibandingkan dengan rumah tangga
dipedesaan untuk setiap tahun penambahan.
2. Pekerjaan
Bekerja disektor pertanian memiliki korelasi yang kuat dengan
kemiskinan. Kepala rumah tangga yang bekerja disektor pertanian
memiliki tingkat konsumsi yang jauh lebih rendah (dan itu memiliki
kemungkinan lebih besar untuk menjadi miskin) dibandingkan mereka
yang berada disektor lain.
3. Gender
Meskipun tingkat kemiskinan terlihat sedikit lebih rendah pada rumah
tangga dengan kepala rumah tangga perempuan, namun pada
32
kenyataannya tidaklah demikian. Kepala keluarga laki-laki masih jauh
lebih beruntung dibandingkan dengan kepala rumah tanga perempuan
4. Akses Terhadap Pelayanan Infrastuktur Dasar
Kemiskinan jelas memiliki keterkaitan dengan rendahnya akses terhadap
fasilitas dan infrastruktur dasar. Rumah tangga yang berada didaerah
pedesaan memiliki lebih banyak akses kepada pendidikan sekolah
menengah jauh lebih kecil kemungkinannya untuk menjadi miskin.
5. Lokasi Geografis
Dengan adanya ketimpangan antar wilayah tidaklah membenarkan apabila
lokasi geografisnya juga berkorelasi dengan kemiskinan. Disamping
wilayah yang sangat luas yang dimiliki Indonesia memungkinkan untuk
mengonfirmasi ketimpangan ketimpangan tersebut dan memfokuskan
upaya penanggulagan kemiskinan pada tingkat rendah.
3. Ciri-Ciri Kemiskinan
Mengingat begitu luasnya kompleksitas masalah kemiskinan, maka
untuk dapat memahami secara jelas siapa saja yang termasuk kedalam
kelompok miskin, selain perlu menentukan garis kemiskinan kita juga perlu
untuk mengetahui ciri-ciri kemiskinan. Sehingga kita dapat memahami
kelompok-kelompok penduduk yang tergolong miskin. Suyanto (2014:5)
Menjelaskan tentang ciri-ciri kelompok penduduk yang tergolong miskin
antara lain:
1. Mereka yang hidup dibawah garis kemiskinan yang pada umumnya tidak
memiliki faktor produksi sendiri seperti tanah yang cukup, modal dan
keterampilan
2. Mereka pada umumnya tidak mempunyai kemungkinan untuk
memperoleh asset produksi dengan kekuatan sendiri. Merekapun tidak
memiliki syarat untuk terpenuhinya kredit perbankkan
3. Tingkat pendidikan golongan miskin pada umumnya rendah, tidak
sampai tamat sekolah dasar. Waktu mereka umumnya habis untuk
mencari nafkah sehingga tidak ada waktu untuk belajar
4. Banyak diantara mereka tinggal dipedesaan dan tidak mempunyai tanah
garapan atau kalaupunada relative kecil sekali. Pada umunya mereka
menjadi buruh tani atau pekerja kasar diluar pertanian
5. Banyak diantara mereka yang hidup dikota masih berusia muda dan tidak
mempunyai ketrampilan atau skill dan pendidikan. Bahkan
perkembangan teknologi di kota-kota negasra berkembang justru
33
menampik penyerapan tenaga kerja, sehingga penduduk miskin yang
pindah ke kota terdampar dikantong-kantong kemelaratan (slumps).
4. Rentan Miskin
Definisi rentan dalam bahasa Indonesia memiliki arti peka atau rawan
terhadap sesuatu. Dalam hal Kemiskinan rentan miskin merupakan definisi
kemiskinan dimana masyarakat yang termasuk rentan miskin merupakan
penduduk hampir miskin (near poor). Kelompok ini dapat dikategorikan
bebas dari kemiskinan, karena memiliki kehidupan yang relatif lebih baik
ketimbang kelompok destitute maupun miskin. Namun sebenarnya kelompok
yang sering disebut “near poor” (agak miskin) ini masih rentan terhadap
berbagai perubahan sosial di sekitarnya. Mereka seringkali berpindah dari
status “rentan” menjadi “miskin” dan bahkan “destitute” bila terjadi krisis
ekonomi dan tidak mendapat pertolongan sosial.
Masyarakat yang tergolong dalam kemlompok masyarakat miskin ini
dapat dikatakan bebas dari kemiskinan namun masih rentan untuk menjadi
miskin. Hal tersebut dikarenakan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan
sehari – hari memiliki sedikit perbedaan dengan masyarakat miskin.
Kelompok Masyarakat Miskin dapat disebabkan oleh beberapa faktor yakni:
1) Penghasilan yang didapatkan kecil sedangkan harga bahan pangan terus
mengalami peningkatan
2) Terjadinya bencana alam yang menyebabkan masyarakat kehilangan mata
pencaharian
34
3) Terjadinya bencana sosial seperti kerusakan tempat tinggal yang
disebabkan oleh bencana sosial seperti kebakaran
4) Terjadinya wabah penyakit sehingga masyarakat mengalami kenaikan
pengeluaran
5) Terlambatnya bantuan yang diberikan oleh pemerintah seperti Rastra.
6) Kurangnya infrastruktur pada daerah tempat tinggal yang dapat
mempengaruhi tingkat pendapatan yang diperoleh oleh masyarakat
golongan tersebut.
5. Program Bantuan Pangan Non Tunai
Program Bantuan Pangan Non Tunai merupakan Program yang
diluncurkan oleh pemerintah sebagai program yang mengacu pada upaya
pengentasan kemiskinan. Program tersebut merupakan program yang digagas
oleh pemerintah sebagai penganti program Raskin yang telah berjalan selama
ini. Pengantian Program Raskin menjadi Bantuan pangan non tunai ini sesuai
dengan arahan Presiden RI pada Rapat Kabinet Terbatas (Ratas) tentang
Program Penanggulangan Kemiskinan dan Ketimpangan Ekonomi tanggal 16
Maret 2016 memberikan arahan bahwa mulai Tahun Anggaran 2017
penyaluran manfaat Raskin agar dilakukan melalui kupon elektronik (e-
voucher). Inisiatif penyaluran bantuan pangan secara non tunai mulai
dilaksanakan secara bertahap mulai tahun 2017 di beberapa daerah terpilih.
Program tersebut diharapkan lebih tepat sasaran pada keluarga penerima
manfaat serta dapat mendukung perilaku produktif penerima bantuan serta
35
meningkatnya transparansi dan akuntabilitas program bagi kemudahan
mengontrol, memantau, dan mengurangi penyimpangan.
Tujuan dilakukannya pengantian program raskin menjadi bantuan
pangan non tunai ialah :
1. Memberikan pilhan yang luas kepada keluarga penerima manfaat (KPM)
dimana hal tersebut meliputi Jenis, jumlah, dan kualitas bahan pangan sesuai
kebutuhan untuk nutrisi lebih seimbang, Fleksibilitas waktu penarikan,
Lokasi penarikan yang mudah untuk dijangkau oleh keluarga penerima
manfaat.
2. Meningkatkan efektifitas penyaluran bantuan menjadi tepat sasaran,
Transparan dan akuntabel, mendorong manajemen keuangan yang lebih baik,
peningkatan akses terhadap layanan keuangan
3. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah dan rakyat.
Untuk mendukung terlaksannya program tersebut pemerintah
menyediakan rumah pangan kita sebagai sarana penunjang pelaksanaan
program. Rumah pangan kita merupakan tempat yang digunakan oleh
keluarga penerima manfaat untuk melakukan transaksi dengan menggunakan
voucher kartu pangan. Rumah pangan kita terdapat di setiap daerah yang
telah dipilih untuk melaksanakan program bantuan pangan non tunai. Hal
tersebut dilakukan oleh pemerintah untuk menunjang keberhasilan penyaluran
bantuan dengan menyediakan rumah pangan kita yang mudah dijangkau oleh
keluarga penerima manfaat. Saat ini komoditas yang bisa didapatkan oleh
keluarga penerima manfaat ialah 10 kg beras dan 2 kg gula setiap KPM.
36
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Metode penelitian merupakan cara yang digunakan oleh penulis untuk
memperoleh jawaban permasalahan yang diambil. Penelitian tentang inovasi
program bantuan pangan non tunai sebagai upaya pengentasan kemiskinan ini
menggunakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif karena objek dari
penelitian merupakan suatu fenomena atau kenyataan sosial. Selain itu penelitian
deskriptif dimaksudkan untuk memberikan gambaran secara nyata dan
menyeluruh dari kejadian atau fenomena yang terjadi secara aktual.
Menurut Hadari (2005:63) penelitian deskriptif merupakan prosedur
pemecahan masalah dengan meyelidiki masalah yang dituangkan dengan cara
menggambarkan keadaan subjek atau obyek penelitian (manusia, instansi,
masyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang sesuai dengan fakta-fakta pada
kenyataannya. Sedangkan Menurut Sutopo (2002:35) Penelitian deskriptif
merupakan mendeskripsikan secara rinci, detail dan mendalam mengenai
sejumlah kondisi yang sebenarnya terjadi atau sedang terjadi sesuai dengan
kenyataan yang ada dilapangan.
Menurut Kirk dan Miller dalam (Moleong, 2007: 4), metode penelitian
kualitatif merupakan kebiasaan dalam perspektif ilmu sosial yang secara mendasar
bergantung pada pengamatan manusia baik dalam kawasan maupun peristilahnya.
Penelitian kualitatif biasanya menggunakan latar belakang alamiah untuk
37
menggambarkan fenomena yang terjadi dengan menggunakan berbagai teknik
seperti wawancara, pengamatan dan pemanfaatan dokumen. Hal ini dilakukan
untuk menelaah dan memahami sikap, perasaan dan perilaku individu atau
kelompok orang yang diteliti. Berdasarkan uraian mengenai penelitian deskriptif
dengan menggunakan pendekatan kualitatif ini digunakan untuk dapat
menggambarkan dan mendeskripsikan fenomena yang terjadi secara aktual dalam
penerapan inovasi program bantuan pangan non tunai sebagai upaya pengentasan
kemiskinan.
B. Fokus Penelitian
Fokus Penelitian merupakan hal yang sangat penting. Hal tersebut
dikarenakan penentuan fokus penelitian digunakan untuk membatasi masalah
dalam penelitian sehingga objek yang diteliti menjadi lebih spesifik dan tidak
meluas. Dalam penelitian kualitatif, penentuan fokus dalam proposal lebih
didasarkan pada tingkat kebaruan informasi. Kebaruan Informasi itu bisa berupa
upaya untuk memahami secara lebih luas dan mendalam tentang situasi social,
tetapi juga ada keinginan untuk menghasilkan hipotesis atau ilmu baru dari situasi
sosial yang diteliti (Sugiyono, 2015). Berdasarkan uraian diatas, fokus penelitian
yang sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian adalah sebagai
berikut:
1. Bentuk inovasi program bantuan pangan non tunai
a. Tipologi inovasi dalam program bantuan pangan non tunai
b. Level Inovasi dalam program bantuan pangan non tunai
38
c. Kategori inovasi pelayanan bantuan pangan non tunai
2. Pelaksanaan program bantuan pangan non tunai
a. Pengorganisasian program bantuan pangan non tunai
b. Intepretasi program bantuan pangan non tunai
c. Penerapan atau aplikasi program bantuan panga non tunai
C. Lokasi dan Situs Penelitian
Lokasi penelitian merupakan tempat atau wilayah dialakukannya
penelitian terhadap suatu fenomena sedangkan situs penelitian merupakan obyek
yang akan dijadikan bahan untuk diteliti sesuai dengan fenomena yang telah
ditangkap. Penelitian tentang inovasi program bantuan pangan non tunai sebagai
upaya pengentasan kemiskinan ini berlokasi di Kota Malang. Situs penelitiannya
antara lain:
1. Perum Bulog Subdivre Malang
2. Rumah pangan kita Kelurahan Tunjungsekar Kecamatan Lowokwaru Kota
Malang,
3. Kelurahan Tunjungsekar Kecamatan Lowokwaru Kota Malang.
Alasan pemilihan lokasi penelitian tersebut karena Kota Malang
merupakan kota pertama dari sembilan kota di Jawa Timur yang melaksanakan
program bantuan pangan non tunai. Selain itu Subdivre Malang merupakan
Subdivre yang siap untuk melaksanakan program bantuan pangan non tunai.
Subdivre Malang merupakan Subdivre yang membawai kota terbanyak dalam
pelaksanaan program bantuan pangan non tunai antara lain Kota Malang, Kota
39
Batu dan Kota Pasuruan. Selain itu Kelurahan Tunjungsekar merupakan kelurahan
dengan jumlah keluarga penerima manfaat (KPM) terbanyak di Kecamatan
Lowokwaru. Selain itu Kelurahan Tunjungsekar merupakan kelurahan yang
ditunjuk langsung oleh dinas sosial sebagai kelurahan percontohan yang
menerapkan program bantuan pangan non tunai di Kota Malang.
D. Jenis dan Sumber Data
Penelitian mengenai inovasi program bantuan pangan non tunai sebagai
upaya pengentasan kemiskinan ini menggunakan dua jenis data. Susuai dengan
jenisnya data penelitian ini terbagi atas data primer dan data sekunder. Berikut
merupakan penjelasan dari kedua data tersebut :
1. Data Primer
Data Primer merupakan data yang diperoleh secara langsung saat
melaksanakan peneletian dilapangan. Data Primer berasal dari sumber-sumber
yang dipilih untuk memperoleh informasi. Menurut Sugiyono (2014:225), data
primer diperoleh langsung dan memberikan kepada pengumpul data. Sumber data
primer pada penelitian ini berupa data yang diperoleh dari observasi dan
wawancara langsung. Pihak atau informan yang berkaitan dengan penelitian ini
antara lain:
a. Staff divisi Komersial dan Pengembangan Bisnis Perum BULOG Subdivre
Malang
b. Pengelola Rumah Pangan Kita Kelurahan Tunjungsekar Kecamatan
Lowokwaru Kota Malang
40
c. Kepala Kelurahan Tunjungsekar Kecamatan Lowokwaru Kota Malang
d. Keluarga Penerima Manfaat Kelurahan Tunjungsekar
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung
yangdigunakan untuk memperkuat atau mendukung data primer. Data sekuder
berasal dari arsip, dokumen yang berkaitan dengan penelitian. Data sekunder
merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data pada pengumpul data,
misalnya melalui orang ataupun dokumen (Sugiyono, 2014: 225).
Sumber data dalam penelitian ini ialah informan (person), tempat (place)
dan dokumen (paper). Ketiga sumber data ini menentukan informasi yang didapat
dalam penelitian ini. Ketiga sumber data tersebut antara lain:
a. Informan (Person)
Informan merupakan orang yang memiliki pengetahuan atau informasi
yang berkaitan dengan penelitian. Pemilihan informan dalam penelitian ini
menggunakan teknik purposive sampling. Teknik purposive sampling
merupakan teknik yang digunakan untuk menentukan sample dengan
pertimbangan tertentu, yaitu peneliti memilih informan dengan kriteria tertentu
yang dianggap sesuai dengan topic penelitian. Kemudian dalam penelitian ini
akan berkembang menggunakan teknik snowball sehingga data yang
dikumpulkan dianggap memuaskan (Pasolong, 2013:161).
b. Tempat (Place)
Tempat merupakan lokasi dimana sumber data diperoleh berdasarkan
topik penelitian. Tempat yang dijadikan sumber penelitian ini adalah:
41
1. Perum BULOG Subdivre Malang
2. Kelurahan Tunjungsekar Kecamatan Lowokwaru Kota Malang
3. Rumah Pangan Kita Kelurahan Tunjungsekar Kecamatan Lowokwaru Kota
Malang
c. Dokumen (Paper)
Doukumen merupakan arsip atau dokumen yang terkait dengan
penelitian ini. Dokumen yang menjadi sumber data penelitian ini antara lain:
1. Peraturan Presiden Nomor 48 Tahun 2016 tentang Penugasan kepada
Perusahaan Umum (Perum) BULOG dalam Rangka Ketahanan Pangan
Nasional
2. Pedoman umum program bantuan pangan non tunai
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik Pengumpulan data ialah proses kegiatan mencari dan
mengumpulkan data dilapangan. Teknik pengumpulan data merupakan langkah
yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari adanya penelitian
adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui pengumpulan data, maka peneliti
tidak akan memenuhi standar data yang ditetapkan (Sugiyono, 2015:62). Teknik
pengumpulan data dalam penelitian ini antara lain:
a. Observasi
Observasi merupakan kegiatan mengamati dan mencatat fenomena
yang berada dilokasi penelitian. Menurut Marshall dalam Sugiyono (2015:64)
melalui observasi, peneliti belajar tentang prilaku dan makna dari prilaku
42
tersebut. Terdapat beberapa klasifikasi dalam observasi antara lain observasi
partisipasif, observasi terus terang atau tersamar, observasi tak terstruktur dan
observasi terseleksi. Dalam penelitian ini menggunakan observasi terstruktur
atau terus terang. Peneliti berterus terang kepada sumber data bahwa ia sedang
melakukan penelitian.
b. Wawancara
Wawancara merupakan pertemuan dua orang atau lebih untuk bertukar
informasi dan ide melalui Tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna
dalam suatu topic tertentu (Esterberg dalam Sugiyono:2015:72). Tujuan
dilakukannya wawancara ini ialah untuk mendapatkan penjelasan dari
narasumber.
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara mencatat, mengamati, menyalin atau mempelajari dokumen-
dokumen yang berkenaan dengan penelitian. Dokumentasi ini akan membantu
peneliti untuk mendapatkan data sekunder. Menurut Bogdan dalam Sugiyono
(2015:83) hasil penelitian akan semakin kredibel apabila didukung oleh foto-
foto atau karya tulis akademik dan seni yang telah ada.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan oleh peneliti untuk
mendapatkan data atau informasi terkait dengan topik penelitian. Menurut
Sugiyono (2015:59) terdapat dua hal utama yang mempengaruhi kualitas data
43
hasil penelitian yaitu, kualitas instrument penelitian dan kualitas penelitian.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:
1. Peneliti itu sendiri
Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrument atau alat
penelitian ialah peneliti itu sendiri. Peneliti sebagai instrument juga harus
divalidasi seberapa jauh peneliti siap untuk melakukan penelitian. Validasi
terhadap peneliti meliputi pemahaman metode penelitian kualitatif, penguasaan
wawasan terhadap bidang yang diteliti, kesiapan peneliti untuk memasuki
obyek penelitian baik secara akademik maupun logistiknya
(Sugiyono:2015:59)
2. Pedoman wawancara
Pedoman wawancara dalam penelitian digunakan oleh peneliti untuk
mempermudah proses wawancara kepada narasumber. Pedoman wawancara
digunakan sebagai acuan dalam memberikan pertnyaan kepada narasumber
untuk mendapatkan data atau informasi sehingga wawancara dapat berjalan
dengan efektif dan efisien.
3. Perangkat penunjang
Dalam melakukan penelitian dilapangan peneliti menggunakan alat
penunjang agar pelaksanaan penelitian dapat berjalan dengan lancar. Perangkat
penunjang yang digunakan oleh peneliti seperti alat tulis, catatan lapangan,
perekam suara dan kamera yang dapat membantu peneliti untuk mengingat
informasi atau kondisi dilapangan.
44
G. Analisis Data
Analisis data merupakan proses mencari dan menyusun secara sistematis
data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi.
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini ialah analisis data secara
deskriptif yaitu dengan mengambarkan hasil penelitian dalam bentuk kalimat.
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis model
interaktif Miles, Huberman dan Saldana. Analisis model ini terdapat empat alur
kegiatan, antara lain:
1. Pengumpulan Data (Data Collection)
Pengumpulan data ini dilakukan untuk mendapatkan sejumlah data
yang diperlukan peneliti. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan
dengan melakukan observasi pasif pada objek penelitian, melakukan
wawancaran dengan informan serta melakukan studi dokumentasi sebagai data
pendukung.
2. Kondensasi Data (Data Condensation)
Kondensasi data mencakup proses memilih, memfokuskan,
menyederhanakan, mengabstraksikan dan mentransformasikan data yang
mendekati bagian dari catatan-catatan lapangan secara tertulis, transkip
wawancara, dokumen-dokumen serta materi-materi empirisnya. Proses ini
dilakukan setelah peneliti mendapatkan data di lapangan baik dari observasi,
wawancara serta data-data sekunder dalam penelitian.
45
3. Penyajian Data (Data Display)
Penyajian data merupakan pengorganisasian, penyatuan dan informasi
yang memungkinkan penyimpulan dan aksi. Penyajian data membantu
memahami apa yang terjadi dan untuk melakukan sesuatu, termasuk analisis
yang lebih mendalam berdasarkan pemahaman. Penyajian data dilakukan
dengan menyajikan data-data yang didapat dari catatan lapangan, wawancara
serta dokumen pendukung lainnya
4. Penarikan Kesimpulan (Drawing and Verifying Conclusions)
Penarikan kesimpulan dilakukan setelah tiga tahapan, hal ini dilakukan
apabila penyajian data dan analisis data sudah dilakukan dan diidentifikasi
berdasarkan sub fokus yang sudah ditetapkan dan dibandingkan dengan teori
yang digunakan.
Tahapan-tahapan dalam analisis data model interaktif diatas, dapat
digambarkan sebagai berikut:
Gambar 3: Komponen Analisis Data Model Interaktif Sumber: Miles, Huberman & Saldana (2014: 31)
46
H. Keabsahan Data
Temuan atau data dalam penelitian kualitatif dapat dinyatakan valid,
apabila tidak terdapat perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan apa yang
terjadi di lapangan. Menurut Sugiyono (2014: 270), keabsahan data dalam
penelitian kualitatif meliputi uji credibility, transferability, dependability dan
confirmability. Berikut adalah uji keabsahan dalam penelitian ini, antara lain:
1. Uji credibility
Uji credibility merupakan kepercayaan terhadap data hasil penelitian
berupa perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian,
triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negatif dan
membercheck.
2. Uji transferability
Uji transferability merupakan validitas eksternal dalam penelitian
kualitatif. Validitas eksternal menunjukkan derajad ketepatan. Menurut Faisal
dalam (Sugiyono, 2014: 277) bila pembaca laporan penelitian memperoleh
gambaran yang jelas maka laporan tersebut memenuhi standar transferabilitas.
3. Uji dependability
Penelitian dapat dikatakan dependability atau dalam penelitian disebut
realibilitas apabila orang lain dapat mengulangi proses penelitian tersebut.
Menurut Faisal dalam (Sugiyono, 2014: 277), “jika peneliti tak mempunyai dan
tak dapat menunjukkan jejak aktivitas lapangannya, maka dependabilitas
penelitiannya patut diragukan.
47
4. Uji confirmability
Pengujian confirmability dalam penelitian kuantitatif disebut dengan uji
obyektivitas penelitian. Penelitian dikatakan obyektif jika hasil penelitian telah
disepakati banyak orang (Sugiyono, 2s014: 277).
48
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum
1. Gambaran Umum Kota Malang
Kota Malang merupakan salah satu kota di Provinsi Jawa Timur yang
dikenal memiliki hawa dingin hal tersebut dikarenakan kondisi geografis Kota
Malang terletak pada ketinggian 440-667 meter diatas permukaan laut. Selain
itu, suhu udara di kota malang berkisar antara 22,7 oC – 25, 1
o C dan suhu
maksimum mencapai 18,4 oC. Secara astronomis Kota Malang terletakdi
tengah – tengah Kabupaten Malang yaitu 112,06o – 112,07
o Bujur Timur dan
7,06o – 8,02
o Lintang Selatan dengan batas wilayah sebagai berikut:
1. Sebelah Utara : Kecamatan Singosari dan Kecamatan Karanglo Kabupaten
Malang
2. Sebelah Timur : Kecamatan Pakis dan Kecamatan Tumpang Kabupaten
Malang
3. Sebelah Selatan : Kecamatan Tajinan dan Kecamatan Pakisaji Kabupaten
Malang
4. Sebelah Barat : Kecamatan Wagir dan Kecamatan DAU Kabupaten Malang
Selain itu letak Kota Malang dikelilingi oleh gunung – gunung anatara lain
disebelah utara terdapat Gunung Arjuno, Gunung Semeru disebelah Timur,
Gunung Kawi dan Gunung Panderman disebelah barat dan Gunung Kelud
disebelah Selatan. Keadaan geologi tanah di wilayah Kota Malang sendiri di
bagian selatan termasuk dataran tinggi yang subur, cocok untuk penelitian.
49
Bagian timur merupakan dataran tinggi dengan keadaan yang kurang subur dan
bagian barat merupakan dataran tinggi yang cocok untuk daerah pendidikan.
Kota Malang yang memiliki luas keseluruhan 110, 06 km2
terbagi menjadi
57 kelurahan dan 5 kecamatan yang seluruhnya telah menyandang status
swasembada pada tahun 2007. Kelima kecamatan tersebut adalah Kecamatan
Kedungkandang 39,89 km2, Kecamatan Lowokwaru 22,60 km
2, Kecamatan
Sukun 20,97 km2, Kecamatan Blimbing 17,77 km
2, dan Kecamatan Klojen
8,83 km2. Berikut ini disajikan peta administratif Kota Malang:
Gambar 4. Peta Administratif Kota Malang
Sumber: www.google.id
50
a. Demografi Penduduk dan Sosiologi Kota Malang
Kota Malang memiliki luas 110,06 km2. Kota dengan jumlah penduduk di
tahun 2013 sebesar 836,373 jiwa yang terdiri dari 418.100 jiwa penduduk laki-
laki dan penduduk perempuan sebesar 418.273 jiwa. Jumlah ini tersebar di
lima kecamatan yaitu:
Tabel 3. Jumlah Penduduk dilima Kecamatan Kota Malang
No Kecamatan Jumlah Penduduk
1. Klojen 107.212
2. Blimbing 185.187
3. Kedungkandang 191.851
4. Sukun 191.229
5. Lowokwaru 160.896
Sumber : http://malangkota.go.id
Etnik Masyarakat Kota Malang yang religius, dinamis, suka bekerja keras
dan lugas. Masyarakat Kota Malang sebagian besar adalah pemeluk Agama Islam
kemudian Agama Kristen, Agama Katolik dan sebagian kecil Agama Hindu,
Budha, dan Konghucu dengan jumlah penduduk pemeluk Agama Islam sebesar
1.754.009 jiwa, pemeluk Agama Kristen sebesar 51.584, pemeluk Agama
Katholik sebesar 38.475 jiwa, pemeluk Agama Hindu sebesar 17.243 jiwa,
pemeluk agama Budha sebesar 9.621 jiwa, dan pemeluk Agama Konghucu
sebesar 800 jiwa (sumber: jatim.kemenag.go.id). Kekayaan etnik dan budaya yang
dimiliki Kota Malang berpengaruh terhadap kesenian dan kerajinan yang ada,
salah satunya yang terkenal adalah kesenian Tari Topeng dan kerajinan Batik.
Bahasa Jawa Timuran dan Bahasa Madura adalah bahasa sehari-hari Kota
Malang.
51
Sebagian masyarakat Kota Malang adalah para pendatang. Kebanyakan
pendatang adalah pedagang, pekerja dan pelajaran/mahasiswa yang tidak menetap
dan dalam kurun waktu tertetu kembali ke daerah asalnya. Sebagian besar berasal
dari wilayah disekitar Kota Malang untuk golongan pedagang dan pekerja.
Sedangkan untuk golongan pelajar/mahasiswa banyak yang berasal dari luar
daerah.
b. Sejarah Pemerintahan Kota Malang
Kota malang seperti kota-kota lain di Indonesia pada umumnya baru
tumbuh dan berkembang setelah hadirnya pemerintah kolonial Belanda. Fasilitas
umum di rencanakan sedemikian rupa agar memenuhi kebutuhan keluarga
Belanda. Kesan diskriminatif itu masih berbekas hingga sekarang. Misalnya Ijen
Boulevard kawasan sekitarnya. hanya dinikmati oleh keluarga- keluarga Belanda
dan Bangsa Eropa lainnya, sementara penduduk pribumi harus puas bertempat
tinggal di pinggiran kota dengan fasilitas yang kurang memadai. Kawasan
perumahan itu sekarang bagai monumen yang menyimpan misteri dan seringkali
mengundang keluarga-keluarga Belanda yang pernah bermukim disana untuk
bernostalgia.
Pada Tahun 1879, di Kota malang mulai beroperasi kereta api dan sejak
itu Kota Malang berkembang dengan pesatnya. Berbagai kebutuhan
masyarakatpun semakin meningkat terutama akan ruang gerak melakukan
berbagai kegiatan. Akibatnya terjadilah perubahan tata guna tanah, daerah yang
terbangun bermunculan tanpa terkendali. Perubahan fungsi lahan mengalami
52
perubahan sangat pesat, seperti dari fungsi pertanian menjadi perumahan dan
industri.
Sejalan perkembangan tersebut di atas, urbanisasi terus berlangsung dan
kebutuhan masyarakat akan perumahan meningkat di luar kemampuan
pemerintah, sementara tingkat ekonomi urbanis sangat terbatas, yang selanjutnya
akan berakibat timbulnya perumahan-perumahan liar yang pada umumnya
berkembang di sekitar daerah perdagangan, di sepanjang jalur hijau, sekitar
sungai, rel kereta api dan lahan-lahan yang dianggap tidak bertuan. Selang
beberapa lama kemudian daerah itu menjadi perkampungan, dan degradasi
kualitas lingkungan hidup mulai terjadi dengan segala dampak bawaannya.
Gejala-gejala itu cenderung terus meningkat, dan sulit dibayangkan apa yang
terjadi seandainya masalah itu diabaikan.
c. Tri Bina Cita Kota Malang
Kota Malang sebagai kota yang cukup dinamis dan terus berkembang
telah merumuskan cita-cita yang ingin dibangun dalam kehidupan masyarakatnya.
Pokok-Pokok nilai yang dibina dalam masyarakat tersebut meliputi tiga hal yang
disebut “TRI BINA CITA KOTA MALANG”. Tiga hal yang disepakati dalam
salah satu Sidang Paripuna Gotong Royong Kotapraja Malang pada tahun 1962
tersebut menetapkan Kota Malang sebagai:
a. Kota Pendidikan
b. Kota Industri
c. Kota Pariwisata
53
Tiga poin Tri Bina Cita Kota Malang yang telah ditetapkan ini
mengambarkan cita-cita yang ingin dicapai juga prioritas dari pengembangan
Kota Malang. Dari tiga hal ini dapat dilihat bahwa industry merupakan bidang
yang sangat diperhatikan oleh Kota Malang dan di jadikan prioritas dalam
pengembangan kotanya.
2. Gambaran Umum Perum BULOG Subdivre Malang
Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik atau disingkat Perum BULOG
adalah sebuah lembaga pangan di Indonesia yang mengurusi tata niaga beras.
Perum BULOG mempunyai tugas pelaksanaan urusan umum pemerintahan dan
pembangunan di bidang manajemen logistik melalui pengelolaan persediaan,
distribusi dan pengendalian harga beras, serta usaha jasa logistik sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Perum BULOG Subdivre Malang
merupakan Perum Bulog yang berada di bawah Perum BULOG pusat. Perum
BULOG Subdivre Malang merupakan pelaksana tugas Perum BULOG di daerah.
Perum BULOG Subdivre malang memegang tugas dan tanggung jawab penuh
terhadap program yang berjalan di daerah dan melaporkan setiap kegiatan yang
dilaksanakan kepada Perum BULOG yang berada di Pusat.
A. Visi dan Misi Perum BULOG
a. Visi
“Menjadi perusahaan pangan yang unggul dan terpercaya dalam mendukung
terwujudnya kedaulatan pangan”.
54
b. Misi
Misi perum BULOG divre Jawa Timur merupakan penjabaran dari
visi yang telah ditetapkan. Misi perum BULOG divre Jawa Timur adalah
sebagai berikut:
1) Menjalankan usaha logistik pangan pokok dengan mengutamakan
layanan kepada masyarakat
2) Melaksanakan praktik manajemen unggul dengan dukungan sumber
daya manusia yang professional, teknologi yang terdepan dan sistem
yang terintegarasi
3) Menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik serta senantiasa
melakukan perbaikan yang berkelanjutan
4) Menjamin ketersediaan, keterjangkauan, dan stabilitas komoditas
pangan pokok .
B. Tujuan dan Sasaran Yang Hendak Dicapai Sesuai Visi Dan Misi Perum
BULOG
Tujuan merupakan penjabaran misi yang akan dilaksanakan untuk
mewujudkan visi Perum BULOG yang telah ditetapkan. Tujuan yang
hendak dicapai Perum BULOG antara lain melaksanakan penugasan
stabilisasi harga beberapa komoditi melalui:
a. Menjaga stabilitas harga tingkat produsen
b. Menjaga stabilitas harga tingkat konsumen
55
c. Menjaga stok pada jumlah tertentu untuk melakukan intervensi pasar
pada saat dibutuhkan oleh pasar (darurat, stabilisasi harga dan lain-
lain).
Penugasan diberikan kepada Perum BULOG sebagai bagian dari
tugas publik pemerintah dengan tujuan memperkuat posisi pemerintah
dalam tata niaga komoditas yang selama ini sudah terbentuk cukup kuat
(dugaan adanya kartel untuk beberapa komoditi) sehingga dapat menjaga
ketahan pangan. Sasaran yang ingin dicapai oleh Perum BULOG
diantaranya adalah:
a. Adanya stabilitas harga di tingkat produsen
b. Adanya stabilitas harga di tingkat konsumen
c. Adanya stok pada jumlah tertentu pada saat dibutuhkan pasar.
C. Nilai-Nilai Dasar Perum BULOG
a. Kualitas
Perusahaan dengan seluruh jajaran manajemen dan pegawai sepakat untuk
berorientasi pada kualitas produk dan pelayanan pada rakyat (konsumen)
sesuai dengan visi dan misi
b. Integritas
Keutuhan pribadi, manajemen dan organisasi yang mencerminkan
konsistensi antara prinsip dengan perilak
c. Team Work
Seluruh unit kerja dan karyawan bergerak fokus dan total secara terintegrasi
dalam rangka pencapaian visi dan misi perusahaan
56
d. Inovatif
Kemampuan untuk berfikir dan mengembangkan nilai-nilai kreatifitas dan
inovasi dalam bekerja
e. Responsif
Kemampuan perusahaan untuk mengambil keputusan dan melakukan
upaya-upaya preventif maupun kuratif dalam menghadapi setiap perubahan
lingkungan strategis. Pada tingkat invidivu, nilai ini direfleksikan oleh sikap
awareness yang tinggi terhadap setiap kebijakan perusahaan.
3. Gambaran Umum Kecamatan Lowokwaru
Kecamatan Lowokwaru adalah sebuah kecamatan di Kota Malang, Jawa
Timur. Kecamatan ini memiliki batas sebelah utara berbatasan dengan
Kecamatan Karangploso, Sebelah Timut berbatasan dengan Kecamatan Blimbing,
Selatan berbatasan dengan kecamatan Klojen dan disebelah Barat berbatasan
dengan Kecamatan DAU. Daerah ini memiliki suhu minimum 20O C dan
maksimum 28O C dengan curah hujan rata-rata 2.71 mm.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 15 Tahun 1987 tanggal 12 Juli
1987 tentang perubahan batas wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Malang,
maka Pemerintah Kotamadya Daerah Tingkat II Malang yang semula terdiri dari
3 kecamatan antara lain kecamatan Blimbing, Kecamatan Klojen, Kecamatan
Kedungkandang. Pada bulan April 1988, dengan semakin berkembangnya jumlah
penduduk di Kota Malang, maka Kecamatan Lowokwaru terpisah dari Kecamatan
Blimbing dengan membawahi 12 kelurahan yang meliputi:
57
Tabel 4. Nama kelurahan Kecamatan Lowokwaru Kota Malang
NO Nama Jumlah RT Jumlah RW
1 Kelurahan Lowokwaru 104 15
2 Kelurahan Tasikmadu 30 6
3 Kelurahan Tunggulwulung 49 6
4 Kelurahan Tunjungsekar 73 8
5 Kelurahan Dinoyo 50 7
6 Kelurahan Merjosari 82 12
7 Kelurahan Sumbersari 40 7
8 Kelurahan Jatimulyo 74 10
9 Kelurahan Ketawanggede 32 5
10 Kelurahan Tlogomas 49 9
11 Kelurahan Mojolangu 114 19
12 Kelurahan Tulusrejo 74 16
Sumber : http://keclowokwaru.malangkota.go.id
Kecamatan Lowokwaru terletak di posisi barat daya kota Malang yang
merupakan lokasi dataran tinggi, dimana ketinggiannya 460 m dari permukaan
laut. Secara geografis Kota Malang terletak pada koordinat 112o 06’ – 112
o 07’
Bujur Timur dan 7o06’ – 8
o02’ Lintang Selatan. Kota Malang dikelilingi oleh
gunung-gunung yaitu Gunung Arjuno di sebelah utara, Gunung Semeru di sebelah
Timur, gunung Kawi dan Panderman di sebelah Barat serta Gunung Kelud di
sebelah Selatan. Wilayah Kota Malang merupakan daerah perbukitan dan dan
dataran tinggi serta dilewati oleh sungai baik sungai besar maupun sungai kecil.
dilewati oleh sungai baik sungai besar maupun sungai kecil.
4. Gambaran Umum Kelurahan Tunjungsekar
Kelurahan Tunjungsekar merupakan salah satu kelurahan yang berada di
Kecamatan Lowokwaru. Luas wilayah kelurahan Tunjungsekar 1907800 m2,
dimana ketinggiannya 600 m dari permukaan laut, dengan suhu temperatur
58
maksimum 270C dan temperatur minimum 20
0C. Batas wilayah kelurahan
Tunjungsekar sebagai berikut:
a. Disebelah Utara : Kelurahan Polowijen
b. Disebelah Selatan : Kelurahan Mojolangu
c. Disebelah Timur : Kelurahan Purwodadi
d. Disebelah Barat : Kelurahan Tunggulwulung/Tasikmadu
Kelurahan Tunjungsekar ini memiliki jumlah penduduk 16.519 jiwa.
Kelurahan Tunjungsekar mempunyai kondisi penduduk yang prural dengan
industry meubel yang potensi dan kualitasnya telah sangat terkenal. Terdiri dari 8
Rukun Warga (RW) dengan 73 Rukun Tetangga (RT).
a. Sejarah Kelurahan Tunjungsekar
Tunjungsekar berasal dari rangkaian kata tunjung berarti nama pohon
bunga dan sekar yang berarti kembang/bunga,jadi dapat dimaknai Tunjungsekar
adalah kelurahan dengan Ikon/maskotnya berupa Tanaman Bunga Tunjung atau
Tanjung. Filosofinya bahwa Tunjungsekar ini adalah suatu kelurahan yang
penduduknya selalu ceria, mencintai keindahan, kedamaian dan kebahagiaan.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 15 Tahun 1987 tanggal 12 Juli 1987
tentang perubahan batas wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Malang, maka
Pemerintah Kotamadya Daerah Tingkat II Malang yang semula terdiri dari 3
kecamatan Blimbing, Kecamatan Klojen, Kecamatan Kedungkandang.
Pada bulan April 1988, dengan semakin berkembangnya jumlah penduduk
di Kota Malang, maka Kecamatan Lowokwaru terpisah dari Kecamatan Blimbing
59
dengan membawahi 12 kelurahan, meliputi Kelurahan Tunjungsekar, Kelurahan
Lowokwaru, Kelurahan Tasikmadu, Kelurahan Tunggulwulung, Kelurahan
Tlogomas, Kelurahan Merjosari, Kelurahan Dinoyo, Kelurahan Sumbersari,
Kelurahan Ketawanggede, Kelurahan Tulusrejo, Kelurahan Jatimulyo dan
Kelurahan Mojolangu.
Dengan terbitnya Perda Kota Malang Nomor 11 Tahun 2000 tentang
Pembentukan, Kedudukan, TugasPokok, Fungsi Dan Struktur Organisasi
Perangkat Daerah Kecamatan Dan Kelurahan Kota Malang sebagaimana
diperbarui dengan Perda Nomor 8 Tahun 2008 tentang Organisasi Dan Tata Kerja
Kecamatan Dan Kelurahan, maka Kelurahan mengalami perubahan Struktur dan
tugas pokok dan fungsinya.
b. Visi dan Misi Kelurahan Tunjungsekar
Terbitnya Perda Kota Malang Nomor 11 Tahun 2000 tentang
Pembentukan, Kedudukan, TugasPokok, Fungsi Dan Struktur Organisasi
Perangkat Daerah Kecamatan Dan Kelurahan Kota Malang sebagaimana
diperbarui dengan Perda Nomor 8 Tahun 2008 tentang Organisasi Dan Tata Kerja
Kecamatan Dan Kelurahan. Dalam perjalanan pemerintahan kelurahan
Tunjungsekar, Kelurahan Tunjungsekar memiliki visi dan misi yaitu:
a) Visi
“Terwujudnya Penyelenggaraan pemerintahan yang akuntabel,transparan dan
pembangunan yang partisiatif dengan mengutamakan Pelayanan
Publik menuju masyarakat yang mandiri dan makmur”.
60
b) Misi
Untuk terlaksananya visi tersebut di atas maka Kelurahan
Tunjungsekar Kecamatan Lowokwaru Kota Malang menetapkan misi
organisasi sebagai berikut :
1. Mewujudkan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi yang memuaskan dalam
pelayanan masyarakat;
2. Mewujudkan pelayanan masyarakat yang responsif, profesional dan
akuntabel melalui penyelenggaraan pemerintahan yang berkualitas.
3. Mewujudkan pelaksanaan pembangunan yang berdasarkan perencanaan
yang berbasiskan partisipasi masyarakat dan pemerataan.
4. Mewujudkan pemberdayaan kelembagaan masyarakat yang berkualitas.
5. Memberikan ruang gerak terhadap kegiatan sosial kemasyarakatan
berbasis religius – toleran
6. Mewujudkan keamanan yang berkualitas sesuai pelayanan publik
B. Penyajian Data
1. Bentuk Inovasi Dalam Program Bantuan Pangan Non Tunai
1.1 Tipologi Inovasi Program Bantuan Pangan Non Tunai
a. Inovasi Produk
Presiden Republik Indonesia pada Rapat Kabinet Terbatas (Ratas)
tentang program penanggulangan kemiskinan dan ketimpangan ekonomi tahun
2016 telah memberikan arahan bahwa pada anggaran tahun 2017 penyaluran
61
manfaat raskin dilaksanakan melalui kartu elektronik (e-voucher). Melalui
arahan Presiden Republik Indonesia tersebut Kementerian Sosial berkoordinasi
dengan Perum BULOG dan Bank BNI untuk melakukan inovasi pemberian
bantuan kepada keluarga penerima manfaat yaitu dengan mengubah Program
Raskin menjadi Program Bantuan Pangan Non Tunai.
Bentuk Inovasi dalam program Bantuan Pangan Non Tunai ini ialah
berupa voucher. Voucher tersebut bernilai Rp 110.000,00. Voucher yang
diterima oleh keluarga penerima manfaat tersebut dapat digunakan untuk
mencairkan bantuan dari pemerintah berupa 10 kg beras dan 2 kg gula. Selain
untuk menyalurkan bantuan pangan voucher tersebut juga dapat digunakan
oleh masyarakat untuk melakukan traksaksi dengan pihak perbankkan. Hal
tersebut bertujuan untuk mendorong produktifitas masyarakat. Seperti yang
telah disampaikan oleh Bapak Ummas selaku Staff Divisi Komersial dan
Pengembangan Bisnis Perum BULOG Subdivre Malang sebagai berikut:
“.. sebenarnya tujuannya masyarakat tidak hanya melulu menerima
bantuan saja melainkan juga mendorong masyarakat untuk menabung,
makannya sekarang dialaihkan ke BPNT. Kan operatornya selain dari
pihak bulog dan kemensos juga ada dari pihak perbankkan, di Jawa Timur
perbankkan yang paling dominan Bank BNI. Tiga operator ini saling
bersinergi. Harapannya apa setiap orang tidak hanya menerima bantuan
tapi juga bisa menabung inovasinya disitu” (Wawancara pada 8 Mei 2017
pukul 09.00 WIB di Perum BULOG Subdivre Malang)
Pernyataan mengenai hal tersebut juga disampaikan oleh Ibu Endang
Selaku Penerima Manfaat di Kelurahan Tunjungsekar:
“.. Iya mbak untuk bantuannya enakan yang sekarang karena selain kita
terima bantuan bahan pangan yang berupa beras dan gula, kita di voucher
bantuan pangan itu juga bisa dipakai untuk menabung dibank, kita yang
62
nerima bantuan bisa sedikit-sedikit nabung disitu mbak. Jadi lebih efektif
ya bisa dipakai untuk dua hal sekaligus. Kita seneng aja terima bantuan
dalam bentuk yang sekarang.” (Wawancara pada 13 Oktober 2017 pukul
14.00 WIB di Rumah Ibu Endang Jalan Ikan Tombro Timur RT 7 RW 4)
Berdasarkkan dengan penjelasan Bapak Ummas dan Ibu Endang,
Bentuk inovasi produk pada Program Bantuan Pangan Non Tunai ini terletak
pada bentuk bantuan yang diberikan kepada masyarakat. Bantuan yang
diberikan kepada masyarakat tersebut berupa voucher yang digunakan untuk
mencairkan bantuan pangan. Selain untuk mencairkan bantuan pangan
pemerintah, voucher yang di terima oleh masyarakat tersebut dapat digunakan
untuk melakukan transaksi dengan pihak perbankkan. Dengan Program
Bantuan Pangan Non Tunai tersebut masyarakat mendapatkan manfaat yang
lebih yaitu selain menerima bantuan program tersebut juga dapat membuka
akses jasa keuangan.
Gambar 5. Voucher Kartu Pangan (Kartu Keluarga Sejahtera)
Sumber: Dok. Peneliti, 2017
63
b. Inovasi Proses
Program Bantuan Pangan Non Tunai merupakan program yang di
keluarkan oleh pemerintah sebagai pengganti Program Raskin. Pada Program
Bantuan Pangan Non Tunai terdapat perbedaan proses penyaluran dengan
Program Raskin. Perbedaan proses penyaluran tersebut dikarenakan adanya
perubahan cara penyaluran dan keterlibatan pihak lain seperti Bank BNI dan
rumah pangan kita di Kelurahan Tunjungsekar. Seperti yang telah disampaikan
oleh Bapak Ummas selaku Staff Divisi Komersial dan Pengembangan Bisnis
Perum BULOG Subdivre Malang sebagai berikut:
“.. Program bantuan pangan non tunai ini ada perbedaan dalam proses
penyalurannya. Kalau raskinkan dalam penyaluran pemeritah dan perum
bulog yang memiliki banyak peranan mulai dari menerbitkan DO kepada
perum bulog sesuai dengan jumlah penerima, pihak bulog menyiapkan
komoditi terus disalurkan ke masyarakat dan masyarakatnya menerima
bantuan, ambil di kelurahan. Kalau sekarang tidak seperti itu, pemerintah
dinsos yang dikota khususnya, perum bulog melakukan kerjasama dengan
pihak perbankan untuk proses penyaluran bantuan pangan tersebut.
masyarakatnya menerima bantuan dalam bentuk kartu pangan dan
masyarakat akan secara mandiri melakukan transaksi untuk mencairkan
bantuan pangan dari pemerintah di rumah pangan kita. ” (Wawancara pada
8 Mei 2017 pukul 09.00 WIB di Perum BULOG Subdivre Malang)
Proses penyaluran bantuan pangan pada Program Raskin diawali
dengan adanya surat perintah alokasi (SPA) dari Bupati atau Walikota kepada
Perum Bulog. Perum Bulog membuat form DO (delivey order) untuk masing
masing daerah. Sesuai dengan form DO tersebut Satker Raskin yang bertugas
sebagai pelaksana penyaluran bantuan dilapangan melakukan pengecekan
kualitas dan kuantitas beras yang akan disalurkan sampai melakukan
penyaluran ke titik distribusi.
64
Gambar 6. Alur Penyaluran Raskin
Sumber: Perum BULOG Divre Jawa Timur, (Diolah), 2017
Hal tersebut berbeda dengan proses penyaluran Bantuan Pangan Non
Tunai. Pada alur proses penyaluran bantuan pangan tersebut, Berdasrkan data
penerima manfaat yang ditetapkan oleh Kementerian Sosial dan telah
disepakati oleh Pemerintah daerah baik di tingkat Kabupaten atau Kota kepada
Bank BNI. Bank BNI menerbitkan Surat DO (Delivery order) kepada Perum
BULOG Subdivre Malang. Setalah menerima surat DO (Delivery Order)
Perum BULOG melaksanakan persiapan bahan komoditi yang dilakukan oleh
Satker Raskin sebagai pelaksana penyaluran dilapangan hingga melakukan
penyaluran ke setiap rumah pangan kita yang berada di kelurahan. Setelah
barang disalurkan kepda rumah pangan kita, masyarakat dapat melakukan
transaksi pencairan bantuan pangan di rumah pangan kita tersebut. Berikut
merupakan proses pencairan pada Program Bantuan Pangan Non Tunai
Bupati/ Walikota
- Penerbitan SPA sesuai dengan jumlah penerima manfaat
- Data penerima manfaat diproleh dari Dinas Sosial
Perum BULOG Subdivre Malang (Pembuatan SPPB/DO)
- Dilaksanakan oleh Satker Raskin dilapangan
Titik Distribusi
1. Kecamatan
2. Desa
3. Pemerintah setempat/ RT- RW
Masyarakat Penerima Manfaat
65
Gambar 7. Alur Penyaluran BPNT
Sumber: Pedoman Pelaksanaan BPNT 2017, diolah
Keterangan :
: Penginformasian pelaksanaan penyaluran
: Penginformasian kendala dalam pelaksanaan dan ketersediaan
bahan pangan
c. Inovasi Dalam Metode Pelayanan
Sebuah inovasi pada pelayanan diharapkan dapat memberikan
sebuah pembaharuan yang dapat memberikan nilai lebih dan meningkatkan
efektifitas dan efisiensi suatu pelayanan. Hal tersebut jika dikorelasikan
dengan pemberian pelayanan pada Program Bantuan Pangan Non Tunai
kepada masyarakat yang terdaftar sebagai penerima manfaat di Kelurahan
Tunjungsekar merupakan metode pemberian pelayanan yang bersifat baru
yakni dengan menggunakan sistem voucher. Seperti yang diungkapkan oleh
Bapak Ummas sekalu staff Komersial dan Pengembangan Bisnis Perum
BULOG Subdivre Malang:
“..pelayanan yang diberikan untuk keluarga penerima manfaat ini temasuk
baru bagi masyarakat sendiri. Karena apa, karena pelayanan yang
diberikan kali ini lebih simple dan lebih memudahkan masyarakatnya
Bank BNI
(Menerbitkan DO)
Perum BULOG
Subdivre Malang
- Dilaksanakan
Satker Raskin
Rumah Pangan
Kita
(Ditunujuk Dinsos)
Keluarga
Penerima
Manfaat
Menyediakan
Voucher Kartu
Pangan
Memberikan
informasi
pelaksanaan
pencairan
66
sendiri. Pemberian layanan inikan pakai voucher jadi terserah sama
masyarakatnya nanti itu mau dicairkan atau tidak. Tempat pencairan
bantuan pangan sekarang juga lebih dekat disekitar masyarakat.”
(Wawancara pada 8 Mei 2017 pukul 09.00 WIB di Perum BULOG
Subdivre Malang)
Dalam melaksanakan penyaluran bantuan tersebut dibutuhkan
beberapa indikator yang digunakan sebagai pengukur pelaksanaan Program
Bantuan Pangan Non Tunai. Hal tersebut digunakan untuk menilai seberapa
baikkah Program Bantuan Pangan Non Tunai yang dilaksanakan di
Kelurahan Tunjungsekar. Indikator tersebut antara lain:
a. Tangibles
Tangibles atau bukti langsung merupakan kualitas pelayanan publik
yang terdiri dari fasilitas fisik, peralatan pegawai dan fasilitas komunikasi
yang dimiliki oleh penyedia layanan. Dalam pelaksaan Program bantuan
Pangan Non Tunai ini fasilitas merupakan hal yang utama dalam
pelaksanaan program. Pihak Perbankkan dan Perum BULOG Subdivre
Malang selaku pelaksana program dilapangan menyiapkan fasilitas fisik,
peralatan yang dibutuhkan serta pegawai yang akan melayani keluarga
penerima manfaat dalam pencairan bantuan pangan. Fasilitas yang
disediakan antara lain :
1. Distribution Center,
2. Rumah Pangan Kita
3. Voucher kartu pangan
4. Mesin EDC (Electronic Data Capture)
67
Gambar 8. Bukti Fisik Program Bantuan Pangan Non Tunai
Sumber : Dok.Peneliti, 2017
b. Reliability
Reliability merupakan kemampuan untuk memberikan pelayanan yang
dijanjikan secara akurat. Dalam hal Pelaksanaan Program Bantuan Pangan Non
Tunai reliability pemberian pelayanan berhubungan dengan pengetahuan yang
dimiliki oleh pengelola rumah pangan kita untuk memberikan pelayanan
kepada keluarga penerima manfaat. Untuk dapat memberikan pelayanan secara
akurat, pengelola rumah pangan kita sebelum melakukan interaksi dengan
keluarga penerima manfaat terlebih dahulu mendapatkan sosialisasi dan
edukasi mengenai mekanisme penyaluran bantuan, cara melakukan
68
pengawasan komoditas pangan yang dicairkan oleh KPM dan penggunaan
media elektronik yang digunakan dalam pencairan. Sosialisasi dan edukasi
tersebut sesuai dengan pedoman umum pelaksanaan Program Bantuan Pangan
Non Tunai 2017 tentag alur sosialisasi dan edukasi.. Hal tersebut sesuai dengan
yang diungkapkan oleh Bapak Ummas selaku Staff Komersial dan
Pengembangan Bisnis Perum BULOG Subdivre Malang:
“..untuk program bantuan pangan non tunai ini kita ada sosialisasi terlebih
dahulu. Sosialisasinya baerangan sama launching program di kota malang.
Yang menjadi sasaran sosiali semua pelaksana dilapangan seperti
pengelola rumah pangan kita harus benar – benar mengerti karena nantinya
juga dilapagan mengajari keluarga penerima manfaat yang belum
mengerti, terus penerima bantuan pangan juga mendapatkan sosialisasi.”
(Wawancara pada 8 Mei 2017 pukul 09.00 WIB di Perum BULOG
Subdivre Malang)
Hal serupa juga disampaikan oleh Bapak Abdul Aziz selaku pengelola
rumah pangan kita di Jalan Ikan Tombro Kelurahan Tunjungsekar bahwa “..
sebelumnya ada pelatihan mbak. Yang menjadi agen mendapat pelatihan yang
menerima juga ada pelatihan. Agen dilatih sama bank bni Ya saya yang ngejari
cara menggunakannya bagaimana. Jadi rata-rata sudah tau cara melakukan
transaksinya gimana.” (Wawancara pada 10 Mei 2017 pukul 11.00 WIB di
Rumah Pangan Kita Jalan Ikan Tombro Kelurahan Tunjungsekar)
Dari apa yang disampaikan oleh bapak Abdul Aziz mengenai
sosialisasi dan edukasi, hal serupa juga disampakan oleh Bapak Andi selaku
pengelola rumah pangan kita di jalan ikan Hiu Kelurahan Tunjungsekar bahwa
“..untuk sosialisasi iya ada mbak cuman tidak sampai yang terlalu seperti
adapelatihan atau gimana gitu kan bantuannya simple cara menggunakannya
69
simple sebenernya jadi ya ngerti.jadi rata-rata ya kita sudah ngerti gimana
caranya.” (Wawancara pada 10 Mei 2017 pukul 13.00 WIB di Rumah Pangan
Kita Jalan Ikan Hiu Kelurahan Tunjungsekar)
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam pelaksanaan
Program Bantuan Pangan Non Tunai terdapat sosialisasi dan edukasi mengenai
cara melakukan transaksi kepada pengelola rumah pangan kita. Yang
memberikan edukasi dan sosialisasi dari pihak Bank BNI. Hal tersebut
dilakukan agar pengelola rumah pangan kita mampu memberikan pelayanan
yang maksimal kepada keluarga penerima manfaat.
c. Ressponsiveness
Ressponsiveness atau responsivitas merupakan kerelaaan dalam
menolong pengguna layanan dan menyelenggarakan pelayanan secara ikhlas.
Dalam pelaksanaan program bantuan pangan non tunai responsivitas
digambarkan dengan respon dari pihak penyelenggara pelayanan yang terkait
seperti pihak Bank BNI, Perum BULOG, dan Pengelola rumah pangan kita jika
terdapat kendala dalam proses pencairan bantuan pangan. Semua pihak yang
terkait memberikan tanggapan yang cepat jika terdapat kendala di lapangan
saat proses pencairan. Hal tersebut sesuai dengan yang di sampaikan oleh
Bapak Ummas selaku Staff Divisi Komersial dan Pengembangan Bisnis Perum
BULOG Subdivre Malang bahwa “..kalau dilapangan ada kendala atau keluhan
seperti stok kurang atau berasnya jelek kita langsung tangani mbak. Langsung
pada hari itu juga kita menganti atau mengirim stok yang kurang sesuai dengan
70
permintaan tidak sampai menunggu besok besok.” (Wawancara pada 8 Mei
2017 pukul 09.00 WIB di Perum BULOG Subdivre Malang)
Selain itu, hal serupa juga disampaikan oleh Bapak Abdul Aziz Selaku
pengelola rumah pangan kita di Jalan Ikan Tombro Kelurahan Tunjungsekar:
“..kendalanya kalau ada pin yang tersendat itu saya langsung laporan ke
BNI setelah itu langsung ditangani oleh BNI, Kalau ada stok yang kurang
ya sama saya laporan nanti langsung dikirim juga stoknya kurangnya
berapa mbak. Kalau pinya trobel yang merima saya berikan barangnya
dulu kartunya di tinggal disni. Soalnya kan kasihan sudah antri lama-lama
ternyata gak bisa jadi saya kasih barangnya dulu.” (Wawancara pada 10
Mei 2017 pukul 11.00 WIB di Rumah Pangan kita Jalan Ikan Tombro
Kelurahan Tunjungsekar)
Sama halnya dengan apa yang diungkapkan oleh Bapak Andi selaku
Pengelola rumah pangan kita di Jalan Ikan Hiu Kelurahan Tunjungsekar:
“..biasanya kalau ada kendala mbak kita langsung laporan misal kartu
penerima trobel kita laporan ke BNI sama pihak BNInya langsung
ditangani jadi ya tidak sampai mengganggu mbak.langsung ada tindakan
dari sananya. Ada lagi biasanya kalau disini stoknya habis la itu saya
telponkan agen lain jadi gesek katunya disini ambil barangnya disana
mbak. Kalau yang ngambil seperti nenek-nenek kan itu gak ngerti ya kasih
tau gimananya.” (Wawancara pada 10 Mei 2017 pukul 13.00 WIB di
Rumah Pangan kita Jalan Ikan Hiu Kelurahan Tunjungsekar)
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa responsivitas dari
penyelenggara layanan dapat dilihat dari cara menanggapi dalam memberikan
pelayanan kepada penerima manfaat. Penyedia layanan yaitu pihak-pihak yang
terkait langsung ikut bertindak jika terjadi permasalahan dalam pencairan bantuan
dilapangan. Selain itu pengelola rumah pangan kita juga memberikan bantuan
kepada penerima manfaat pada saat pencairan bantuan pangan non tunai tersebut.
71
d. Assurance
Assurance merupakan pengetahuan, kesopanan, dan kemampuan para
petugas penyedia pelayanan dalam memberikan kepercayaan kepada pengguna
layanan. Hal tersebut jika diorelasikan dengan pelaksanaan program bantuan
pangan non tunai, pengetahuan dan kemampuan dalam melaksanakan program
bantuan pangan non tunai dapat dilihat dari cara menjalankan program
tersebut. Program bantuan pangan non tunai ini terdapat buku pedoman
pelaksanaan bantuan pangan non tunai tahun 2017. Buku pedoman ini
digunakan oleh penyedia layanan yaitu Perum BULOG Subdivre Malang,
Bank BNI, dan Pengelola Rumah Pangan Kita sebagai pihak terkait untuk
memberikan pelayanan kepada keluarga penerima manfaat di kelurahan
Tunjungsekar. Tata cara pelaksanaan program secara teknis telah dijelaskan
didalam buku pedoman tersebut. Penyedia layanan yaitu pihak Bank BNI,
Perum BULOG dan Pengelola rumah pangan kita diwajibkan untuk mengerti
mengenai tata cara pelaksanaan program. Hal tersebut sesuai dengan yang
disampaikan oleh Bapak Ummas selaku Staff Komersial dan Pengembangan
Bisnis BULOG Subdivre Malang :
“.. pelaksanaan program bantuan pangan non tunai ini mbak ada buku
pedomannya. Ya tata caranya secara keseluruhan kita ngikuti yang ada di
buku pedoman pelaksanaan. tapi kenyataan dilapangan dalam proses
pelaksanaannya lebih teknis lagi. Secara keseluruhan manut buku
pedoman tapi dilapangan kita juga menerapkan itu tapi lebih pada
prakteknya menyesuaikan dengan keadaan dilapangan.” (Wawancara pada
8 Mei 2017 pukul 09.00 WIB di Perum BULOG Subdivre Malang)
Selain pengetahuan untuk mengelola sesuai dengan buku pedoman,
kesopanan dan keramahan dalam pemberian layanan kepada keluarga penerima
72
manfaat juga diprioritaskan. Kesopanan dan keramahan yang dilakukan oleh
pengelola rumah pangan kita dapat dilihat dari cara melayani dengan baik dan
menyampaikan informasi yang terkait dengan pencairan bantuan pangan non
tunai. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Bapak Aziz selaku pengelola
rumah pangan kita Jalan Ikan Tombro Kelurahan Tunjungsekar:
“..kita waktu melayani ya kita layani sebaik mungkin mbak kalau ada yang
Tanya saya jelaskan pelan-pelan, yang tidak mengerti bagaimana caranya
ya saya kasih tau. Selain itu sebelum ada penyaluran kan kita di kasih tau
dulu sama bni, sehari atau dua hari sebelum. setalah saya mendapatkan
informasi dari pihak bank mbak saya langsung menyampaikan ke
penerima bantuan biar mereka bisa bersiap. Sehari sebelumnya sudah saya
kasih tau. (Wawancara pada 10 Mei 2017 pukul 11.00 WIB di Rumah
Pangan kita Jalan Ikan Tombro Kelurahan Tunjungsekar)
Hal serupa juga disampaikan oleh Bapak Andi selaku pengelola rumah
pangan kita Jalan Ikan Hiu Kelurahan Tunjungsekar:
“..saya kalau sama masyarakat penerima ya gak ada pilih-pilih mbak,
kalau ada yang datang mau mencairkan bantuan pangan ya saya layani
sebaik mungkin itukan sudah jadi kewajiban kita mbak, apalagi kalau yang
mencairkan iu sudah sepuh ya saya bantu nanti saya kasih tau juga kalau
ada apa-apa mbak.” (Wawancara pada 10 Mei 2017 pukul 13.00 WIB di
Rumah Pangan kita Jalan Ikan Hiu Kelurahan Tunjungsekar)
Dengan demikian atas apa yang telah disampaikan oleh Bapak andi dan
Bapak Aziz tersebut pengetahuan, kesopanan, dan kemampuan dalam
memberikan pelayanan memang diperlukan dalam memberikan pelayanan
kepada penerima manfaat. Pemberi pelayanan dituntut untuk memberikan
pelayanan dengan sebaik mungkin sesuai dengan buku pedoman pelaksaan
bantuan pangan yang ada. Selain itu kesopanan dalam memberikan pelayanan
juga diperhitungkan didalam hal ini.
73
e. Empathy
Emphathy merupakan kemampuan memberikan perhatian kepada
pengguna pelayanan secara Individual. Dalam pelaksanaan Program Bantuan
Pangan Non Tunai ini empathy dari penyedia pelayanan ditunjukkan dengan
sikap peduli dari penyedia pelayanan yaitu pengelola rumah pangan kita yang
secara langsung berinteraksi dengan keluarga penerima manfaat. Hal tersebut
ditunjukkan oleh pengelola rumah pangan kita dengan memberikan pelayanan
yang lebih kepada keluarga penerima manfaat terutama penerima bantuan
dengan usia lanjut, Keluarga penerima yang tidak mengerti tentang prosedur
pencairan bantuan sehingga pengelola wajib memberikan pelayanan dan
menjelaskan. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Bapak Aziz selaku
pengelola rumah pangan kita Di Jalan Ikan Tombro Kelurahan Tunjungsekar:
“..saya mbak kalau melayani itu tidak pilih-pilih tidak melihat siapa yang
saya layani. Ada orang datang mau mencairkan bantuan ya saya layani
dengan baik. Ada ibu-ibu yang datang mau mencairkan bantuan tapi tidak
mengerti bagaimana caranya ya saya jelaskan pelan-pelan, ada ibu-ibu
yang sudah sepuh tidak tau sama sekali karena sudah sepuh tadi ya saya
bantu saya beri tau kalau bantuannya sudah diproses vouchernya kalau
sudah digunakan harap disimpan baik-baik begitu mbak.” (Wawancara
pada 10 Mei 2017 pukul 11.00 WIB di Rumah Pangan kita Jalan Ikan
Tombro Kelurahan Tunjungsekar)
Hal terseut juga disampaikan oleh Bapak Andi selaku pengelola rumah
pangan kita di Jalan ikan Hiu Kelurahan Tunjungsekar:
“..kalau ada orang kesini mbak mau mencairkan bantuan pangan ya saya
layani dengan baik. Kalau yang mencairkan bantuan tersebut masih belum
paham atau belum mengerti ya saya jelaskan dulu bagaimana pelan-pelan
sampai orangnya ngerti.” (Wawancara pada 10 Mei 2017 pukul 13.00 WIB
di Rumah Pangan kita Jalan Ikan Hiu Kelurahan Tunjungsekar)
74
Dengan demikian atas apa yang telah disampaikan oleh Bapak Andi
dan Bapak Aziz tersebut, bahwa dalam memberikan pelayanan kepada
keluarga penerima manfaat pengelola rumah pangan kita juga harus bisa
memberikan pelayanan yang lebih kepada setiap individu. Hal tersebut
dilakukan agar penerima manfaat dapat merasa terbantu saatb melakukan
pencairan bantuan pangan.
d. Inovasi Dalam Strategi
Inovasi dalam strategi merupakan bentuk inovasi yang mengacu pada
visi, misi, tujuan dan strategi baru beserta alasannya yang berangkat dari
realitas yang ada. Inovasi dalam strategi jika dikorelasikan dengan program
bantuan pangan non tunai berhubungan dengan tujuan Program Bantuan
Pangan Non Tunai. Tujuan pelaksanaan proram bantuan pangan non tunai
tersebut berawal dari melihat pada tujuan pelaksanaan program raskin yang
hanya berorientasi pada pengurangan beban belanja masyarakat miskin
sehingga perlu dilakukan perbaruan tujuan pada program bantuan pangan non
tunai. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Bapak Ummas selaku Staff
Komersial dan Pengembangan Bisnis Perum BULOG Subdivre Malang:
“...program ini kan ada untuk memperbaiki program sebelumnya yang
dimana dalam pelaksanaannya masih banyak kekurangan disana sini. Dari
kekurangan itu lah kita melakukan inovasi. Tujuan yang dibuat dalam
program ini juga otomatis berubah yakni menjadikan program bantuan
menjadi lebih baik lagi.” (Wawancara pada 8 Mei 2017 pukul 09.00 WIB
di Perum BULOG Subdivre Malang)
Dengan adanya kekurangan pada program raskin dan tujuan dari
program raskin yang perlu untuk diperbaiki tersebut mendorong penyedia
pelayanan untuk melakukan inovasi agar kekurangan pada program raskin
75
dapat diperbaiki dan lebih berorientasi pada kesejahteraan. Dalam
pelaksanaannya program bantuan pangan non tunai memiliki orientasi atau
tujuan yang akan dicapai. Tujuan program terseut lebih mengarah kepada
kesejahteraan keluarga penerima manfaat. Tujuan dari adanya program raskin
menjadi program bantuan pangan non tunai ialah :
1. Mengurangi beban pengeluaran keluarga penerima manfaat melalui
pemenuhan sebagian kebutuhan pangan
2. Memberikan nutrisi yang lebih seimbang kepada keluarga penerima
manfaat
3. Meningkatkan ketepatan sasaran dan waktu penerimaan bantuan bagi
keluarga penerima manfaat
4. Memberikan lebih banyak pilihan dan kendali kepada keluarga penerima
manfaat dalam memenuhi kebutuhan pangan
5. Mendorong pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan (Sustainable
Development Goals/ SDGs)
e. Inovasi Sistem
Inovasi sistem merupakan inovasi yang mencakup cara baru yang
diperbarui dalam berinteraksi dengan aktor-aktor atau dengan kata lain ada
perubahan dalam tata kelola pemerintahan. Dalam program bantuan pangan
non tunai, inovasi sistem ini berkaitan dengan peranan aktor yang terkait
didalam pelaksanaan program. Aktor-aktor yang terkait tersebut antara lain
ialah Kementrian Sosial dan dinas sosial ditingkat kota, Bank BNI, Perum
BULOG Subdivre Malang dan Pengelola rumah pangan kita di Kelurahan
76
Tunjungsekar Kota Malang. Masing-masing aktor tersebut memiliki peranan
yang berbeda – beda. Hal tersebut sesuai dengan yang disampaikan oleh Bapak
Ummas selaku Staff Komersial dan Pengembangan Bisnis Perum BULOG
Subdivre Malang:
“..dalam program inikan kita ada beberapa pihak yang terlibat yang
pertama kemensos kalau didaerah dinsos, pihak bank dan BULOG. La
dalam pelaksanaannya ini tiap actor punya peranannya masing-masing dan
ada porsinya masing-masing. Mereka yang terlibat saling bekerjasama
supaya pelaksanaan program bantuan pangan non tunai ini lebih b”
(Wawancara pada 8 Mei 2017 pukul 09.00 WIB di Perum BULOG
Subdivre Malang)
Berdasarkan dengan apa yag telah disampaikan oleh Bapak Ummas selaku
Staff Divisi Komersial dan Pengembangan Bisnis Perum BULOG Subdivre
Malang dapat disimpulkan bahwa aktor-aktor yang terlibat tersebut memiliki
peranan yang berbeda. Dalam pelaksanaan program Bantuan Pangan Non Tunai
aktor-aktor tersebut saling bersinergi untuk melaksanakan program dengan baik.
Aktor-aktor yang terkait didalam program bantuan pangan tersbut terdapat aktor
baru yaitu Bank BNI dan Pengelola rumah pangan kita. Pada program raskin
kedua aktor tersebut tidak dilibatkan. Pelaksanaan program didominasi oleh
pemerintah dan Perum BULOG Subdivre Malang.
2. Level Inovasi dalam Program Bantuan Pangan Non Tunai
a. Inovasi Inkremental
Inovasi incremental merupakan inovasi yang membawa perubahan
kecil terhadap proses atau layanan. Inovasi Program Bantuan Pangan Non
Tunai ini memiliki perubahan pada proses pemberian bantuan pangan dan
77
media yang digunakan. Perubahan proses pelayanan yang terjadi pada
proses penyaluran bantuan pangan non tunai dimana dalam proses tersebut
terdapat keterlibatan aktor lain seperti Bank BNI dan Pengelola rumah
pangan kita dalam melaksanakan penyaluran bantuan pangan non tunai.
Perubahan pada pelayanan dilihat dari penggunaan media elektronik untuk
melayani pencairan bantuan pangan non tunai. Perubahan tersebut tidak
sampai mempengaruhi struktur organisasi. Media yang digunakan dalam
program bantuan pangan ini ialah voucher dan mesin EDC (Electronic
Data Capture). Selain itu dengan adanya media baru yang digunakan
menjadikan program dapat berjalan lebih efektif dan lebih tepat sasaran. Hal
tersebut sesuai dengan yang telah disampaikan oleh Bapak Aziz selaku
pengelola rumah pangan kita Jalan Ikan Tombro Kelurahan Tunjungsekar
bahwa “..kalau lebih efektif ya efektifan yang ini bak dibandingkan program
raskin soalnya sudah ada kartunya itu. selain itu kualias barangnya juga
lebih bagus yang di BPNT ini dari pada program raskin” (Wawancara pada
10 Mei 2017 pukul 11.00 WIB di Rumah Pangan Kita Jalan Ikan Tombro
Kelurahan Tunjungsekar)
Hal serupa juga disampaikan oleh Bapak Andi selaku pengelola
rumah pangan kita Jalan Ikan Hiu Kelurahan Tunjungsekar:
“..Menurut saya yang BPNT ini lebih efek efektif, lebih tepat sasaran
dan satunya meminimalisir calo barangkali mbak. Soalnya kan yang
program raskin yang dulu kana da iuarannya 1.800,- per kilonya kalau
sekarang kan tidak. Terus barangnya juga lebih bagus jadi ya lebih
membantu penerima manfaat mbak.” (Wawancara pada 10 Mei 2017
pukul 13.00 WIB di Rumah Pangan Kita Kelurahan Tunjungsekar)
78
Hal tersebut juga di dukung oleh pernyataan dari Ibu Endang
selaku penerima manfaat bantuan pangan non tunai di Kelurahan
Tunjungsekar bahwa “..bentuk bantuannya kalau lebih efektif, efektifan
yang sekarang mbak juga lebih enakan yang sekarang soalnya bisa
langsung digunakan seperti it uterus bantuannya juga lebih bagus yang
sekarang” (Wawancara pada 13 Oktober 2017 pukul 14.00 WIB di rumah
Ibu Endang Jalan Ikan Tombro Timur RT 7 RW 4 Tunjungsekar)
Dengan demikian atas apa yang telah disampaikan oleh Bapak
Andi, Bapak Aziz dan Ibu Endang tersebut, bahwa dengan adanya
perubahan pada proses penyaluran tersebut menjadikan pelayanan yang
diberikan kepada keluarga penerima manfaat menjadi lebih simple dan
lebih efektif. Dengan demikan dengan perubahan proses tersebut dapat
lebih membantu keluarga penerima manfaat. Selain itu perubahan tersebut
menjadikan penerima bantuan pangan lebih tepat sasaran jika
dibandingkan dengan program sebelumnya.
3. Kategori Inovasi Program Bantuan Pangan Non Tunai
a. Sustaining Innovation (Inovasi Terusan)
Inovasi pada Program Bantuan Pangan Non Tunai merupakan inovasi
yang dilakukan berdasarkan pada kondisi pada program sebelumnya yakni
Program Raskin. Adanya inovasi pada program raskin tersebut tidak
menyebabkan perubahan yang besar, perubahan yang terjadi hanya pada
produk dan proses pelayanan yang diberikan kepada keluarga penerima
79
manfaat. Adanya inovasi Program Bantuan Pangan Non Tunai tersebut ialah
untuk memperbaiki kekurangan yang terdapat pada program sebelumnya. Hal
tersebut sesuai dengan pernyataan Bapak Ummas selaku Staff Divisi
Komersial dan Pengembangan Bisinis Perum BULOG Subdivre Malang:
“..program bpnt ini memang untuk memprbaiki program yang
sebelumnya ya, mungkin bisa dibuka-buka lagi kekurangan pada
program raskin itu apa hingga munculnya program bpnt ini.
Sebenernya program raskin dan bpnt ini sama tetapi hanya bentuknya
saja yang berubah.” (Wawancara pada 19 Mei 2017 pukul 13.00 WIB
di Perum BULOG Subdivre Malang)
Hal mengenai inovasi pada Program Bantuan Pangan Non Tunai
tersebut juga disampaikan oleh Ibu Lurah Kelurahan Tunjungsekar:
“..sebenarnya programnya sama saja hanya berganti baju saja. Jadi
program raskin menjadi program bpnt. Pemeritah semakin kesini kan
berupaya untuk meningkatkan kesejahteraan terutama pada warga
miskin, hanya saja saat ini kembali lagi pada keterbatasan. Menurut
saya programnya bagus sudah mulai tepat dari program sebelumnya.”
(Wawancara pada 11 Mei 2017 pukul 10.00 WIB di Kantor Kelurahan
Tunjungsekar)
Berdasarkan dengan apa yang telah disampaikan oleh Bapak Ummas
dan Ibu Lurah Tunjungsekar dapat ditarik kesimpulan bahwa Program Bantuan
Pangan Non Tunai ini merupakan program penyaluran bantuan pangan yang
berdasarkan dengan kekurangan pada program sebelumnya. Inovasi Progam
Bantuan Pangan Non Tunai ini dilakukan berdasarkan pada keadaan yang ada
pada Program Raskin sebelumnya dengan melihat kekurangan pada program
tersebut. Pada Program Bantuan Pangan Non Tunai ini tidak terjadi perubahan
yang besar hanya terdapat perubahan pada bentuk bantuan dan proses
pelayanannya saja.
80
4. Implementasi Program Bantuan Pangan Non Tunai
a. Organisasi
Dalam Pelaksanaan Program Bantuan Pangan Non Tunai di Kota
Malang terdapat struktur organisasi dalam melaksanakan Program Bantuan
Pangan Non Tunai. Namun struktur organisasi tersebut belum jelas seperti
struktur organisasi pelaksanaan pada Program Raskin. Pada Program Raskin
struktur organisasi pelaksana program dijelaskan secara jelas didalam Buku
Pedoman Umum Raskin mulai dari tingkat pusat hingga kecamatan atau
kelurahan. Hal tersebut sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Bapak
Ummas selaku Staff Divisi Komersial dan Pengembangan Bisnis Perum
BULOG Subdivre Malang:
“.. struktur pelaksanaan program bantuan pangan non tunai ini ada tapi
belum jelas. Maksudnya belum sejelas dan serinci pada program
raskin. pada program raskin struktur organisasi pada pelaksanaan
program tertata dalam buku pedoman juga dijelaskan secara jelas
siapa pihak yang terkait, yang menjadi penanggung jawab, ketua
kepelaksana dan sebagainya dijelaskan dengan jelas. Sedangkan pada
bpnt sendirikan hanya menyebutkan yang terlibat siapa saja tanpa
mengetahui sebenarnya tupoksinya apa, strukturnya seperti apa juga
belum diketahui. ” (Wawancara pada 19 Mei 2017 pukul 13.00 WIB
di Perum BULOG Subdivre Malang)
Berdasarkan penjelasan dari Bapak Ummas selaku Staff Divisi Komersial
dan Pengembangan Bisnis Perum BULOG Subdivre Malang dapat disimpulkan
bahwa struktur organisasi dalam pelaksanaan Program Bantuan Pangan Non
Tunai di Kota Malang struktur organisasi pelaksanaan program ada namun masih
belum jelas. Didalam buku pedoman pelaksanaan bantuan pangan non tunai juga
tidak menyebutkan struktur pelaksana program hanya menyebutkan saja pihak –
81
pihak yang terkait dan koordinasi yang dilakukan. Hal tersebut berbeda dengan
struktur organisasi pelaksanaan Program Raskin dimana struktur organisasi
pelaksanaan program dijelaskan secara jelas didalam buku pedoman pelaksanaan.
b. Interpretasi
Pelaksanaan Program Bantuan Pangan Non Tunai di lapangan tidak secara
serta merta dilakukan tanpa ada petunjuk pelaksanaan. Untuk mendukung
terlaksananya program dengan baik sebelum program dijalankan terlebih dahulu
diadakan sosialisasi dan edukasi mengenai pelaksanaan program kepada
pelaksana Program Bantuan Pangan Non Tunai dilapangan. Tata cara pelaksanaan
Program Bantuan Pangan Non Tunai tersebut sesuai dengan yang tertera pada
Pedoman Pelaksanaan Program Bantuan Pangan Non Tunai 2017. Hal tersebut
sesuai dengan apa yang telah di sampakan oleh Bapak Ummas selaku Staff Divisi
Komersial dan Pengembangan Bisnis Perum BULOG Subdivre Malang:
“..kita ada sosialisasi tentang program bpnt ini. Sosialisasi dan edukasi
dilaksanakan sekalian pas launching program jadi pas launching kita
juga mengadakan sosialisasi untuk penerimanya, untuk rumah pangan
kita itu sebelumnya sudah kita sosialisasi sudah diajari bagaimana
cara menggunakan medianya, kita beritahu juga tentang
mekanismenya seperti apa. Harapannya dengan adanya sosialisasi dan
edukasi program dapat berjalan dengan baik seperti itu” (Wawancara
pada 19 Mei 2017 pukul 13.00 WIB di Perum BULOG Subdivre
Malang)
Berdasarkan dengan apa yang telah disampaikan oleh Bapak Ummas
selaku Staff Divisi Komersial dan Pengembangan Bisnis Perum BULOG
Subdivre Malang bahwa sebelum Program Bantuan Pangan Non Tunai
dilaksanakan terdapat sosialisasi dan edukasi kepada pelaksana program
dilapangan. Tujuan dari adanya sosialisasi tersebut ialah agar pelaksana mengerti
82
tentang mekanisme pelaksanaan program di lapangan. Sosialisasi tersebut
tentunya sangat diperlukan oleh pihak – pihak yang melaksanakan program
dilapangan. Hal tersebut sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Bapak Abdul
Aziz selaku pengelola Rumah Pangan Kita di Jalan Ikan Tombro Kelurahan
Tunjungsekar:
“..saya mengerti mbak tetang mekanisme pelaksanaannya wong
sebelumya saya diberi sosialisasi kesini diajari bagaimana. Setiap
agen kan ngelatih pelaksana sama penerimanya mbak jadi ada
untungnya juga. Setelah mendapat pelatian secara otomatis saya juga
harus bisa mengajari penerimanya mbak.” (Wawancara pada 10 Mei
2017 pukul 11.00 WIB di Rumah Pangan Kita Jalan ikan Tombro
Kelurahan Tunjungsekar)
Hal tersebut juga disampaikan oleh Bapak Andi selaku pengelola Rumah
Panga Kita di Jalan ikan Hiu Kelurahan Tunjungsekar bahwa “..sebenernya
bantuannya kan simple kan mbak, ya saya ngerti sebelum bantuannya datang itu
ada sosialisasi tapi sosialisasinya gak terlalu seperti pelatihan gitu cuman diberi
tahu caranya.” (Wawancara pada 10 Mei 2017 pukul 13.00 WIB di Rumah
Pangan Kita Jalan Ikan Hiu Kelurahan Tunjungsekar)
Berdasarkan degan apa yang telah disampaikan oleh Bapak Abdul Aziz
dan Bapak Andi Selaku Pengelola Rumah Pangan Kita di Kelurahan
Tunjungsekar bahwa sebagai pelaksana Program Bantuan Pangan Non Tunai
dilapangan mereka mengerti tata cara pelaksanaan. Hal tersebut dikarenakan
sebelum melaksanakan program pengelola rumah pangan kita di kelurahan
tunjungsekar pengelola mendapatkan sosialisasi terlebih dahulu. Dengan adanya
sosialisasi tersebut pengelola rumah pangan kita menjadi lebih memiliki
kemampuan untuk melayani dan menjalankan program dengan lebih baik.
83
c. Aplikasi
Pelaksanaan Program Bantuan Pangan Non Tunai selain memerlukan
adanya struktur organsasi dan sumberdaya yang mampu menjalankan program
sesuai dengan pedoman pelaksanaan juga memerlukan sebuah prosedur kerja agar
Program Bantuan Pangan Non Tunai tersebut dapat berjalan sesuai dengan
semestinya. Prosedur kerja dalam pelaksanaan Program Bantuan Pangan Non
Tunai ini berhubungan dengan pelaksanaan kegiatan yang rutin yang meliputi
penyediaan barang dan jasa. Dalam Buku Pedoman Pelaksanaan Program Bantuan
Pangan Non Tunai pelaksanaan kegiatan penyaluran bantuan pangan tersebut
dilaukan setiap satu bulan sekali. Namun dalam pelaksanaannya dilapangan,
penyaluran bantuan pangan tersebut tidak berjalan dengan semestinya. Penyaluran
bantuan pangan non tunai tersebut tidak dilakukan secara rutin setiap bulannya.
Hal tersebut sesuai dengan yang telah disampaikan oleh Bapak Abdul Aziz selaku
pengelola rumah pangan kita Jalan Ikan Tombro Kelurahan Tunjungsekar bahwa
“..saya kan hanya menyalurkan ya mbak, harusnya memang sebulan sekali tapi
seperti kemarin bulan maret april sama april itu digabung dirangkap jadi dua
paket. Untuk bulan mei ini belum juni juga mungkin digabung jadi dua paket
lagi.” (Wawancara pada 10 Mei 2017 pukul 10.00 WIB di Rumah Pangan Kita
Jalan Ikan Tombro Kelurahan Tunjungsekar)
Hal serupa juga diungkapkan oleh bapak andi selaku pengelola rumah
pangan kita di Jalan Ikan Hiu Kelurahan Tunjungsekar:
“..disini masih dua kali mbak melakukan penyalurannya, waktu uji
coba sama yang bulan april ini, yang bulan mei belum mbak belum
tau juga kapan ada penyalurannya nanti kalau ada konfirmasi dari
84
pihak BNI kita menyiapkan. Yang penyaluran bulan april itu satu jadi
dua di rangkap istlahnya dua bulan sekali.” (Wawancara pada 10 Mei
2017 pukul 13.00 WIB di Rumah Pangan Kita Jalan Ikan Hiu
Kelurahan Tunjungsekar)
Pertyataan tersebut juga didukung oleh Ibu Endang selaku penerima
manfaat bantuan pangan non tunai di Kelurahan Tunjungsekar :
“..bantuannya itu awalnya rutin mbak terus sekarang jadi dua bulan
sekali. Ndak enaknya kalau bantuannya cair setiap dua bulan sekali itu
kita susah mbak. Waktu beras habis terus mau beli juga gak ada uang
jadi kita agak susah ya mbak perbulannya ” (Wawancara pada 13
Oktober 2017 pukul 14.00 WIB di rumah Ibu Endang Jalan Ikan
Tombro Timut RT 7 RW 4 Kelurahan Tunjungsekar).
Berdasarkan dengan apa yang telah disampaikan oleh Pak Abdul Aziz ,
Pak Andi selaku pengelola rumah pangan kita di Kelurahan Tunjungsekar dan Ibu
Endang selaku penerima bantuan pangan non tunai Kelurahan Tunjungsekar
dapat disimpulkan bahwa prosedur kerja dalam pelaksanaan Program Bantuan
Pangan Non Tunai belum tersusun dengan baik. Hal tersebut ditunjukkan dengan
pelaksanaan program yang seharusnya dilaksanakan sekali dalam satu bulan
namun pada kenyataannya dilapagan dilaksanakan setiap dua bulan sekali. Selain
itu jadwal penyaluran bantuan juga tidak terdapat jadwal pasti pelaksanaan
penyaluran.
85
C. Pembahasan
1. Bentuk Inovasi Dalam Program Bantuan Pangan Non Tunai
1.1 Tipologi Inovasi Program Bantuan Pangan Non Tunai
a. Inovasi Produk
Inovasi merupakan upaya yang dilakukan untuk menjadikan sesuatu
yang sudah ada menjadi lebih baik dengan memberikan sebuah terobosan
sehingga hal tersebut memiliki nilai lebih. Menurut Susanto (2010:158)
Inovasi memiliki pengertian yang tidak hanya sekedar membangun dan
mempengaruhi namun juga didefinisikan secara luas, memanfaatkan ide-
ide baru untuk menciptakan produk, proses dan layanan. Sesuai dengan
konsep inovasi tersebut jika dikaitkan dengan pelayanan publik inovasi
yang diberikan kepada masyarakat haruslah memiliki nilai yang lebih
efektif dan efisien. Hal tersebut dikarenakan masyarakat sebagai pihak
yang dilayani berhak mendapatkan pelayanan yang maksimal dari pemberi
layanan. Dengan demikian pemerintah sebagai penyedia layanan dituntut
untuk dapat memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat.
Program Bantuan Pangan Non Tunai merupakan program yang
digagas untuk memberikan pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat.
Program Bantuan Pangan Non Tunai tersebut merupakan program yang
dikeluarkan oleh pemerintah sebagai pembaharuan dan hasil evaluasi dari
jalannya Program Raskin yang telah berjalan sebelumnya yakni melihat
adanya beberapa kekurangan pada program raskin seperti kurang tepatnya
sasaran penerima dan jumlah kuantitas bantuan pangan berupa beras yang
86
diterima oleh penerima manfaat terkadang tidak sesuai dengan jumlah
semestinya. Sehingga pemerintah memutuskan untuk mengubah
penyaluran bantuan dengann menggunakan teknologi elektronik.
Teknologi elektronik yang digunakan dalam Program Bantuan Pangan
Non Tunai ini adalah penggunaan voucher elektronik.
Voucher elektronik tersebut merupakan trobosan yang digunakan
untuk menyalurkan bantuan pangan kepada penerima manfaat. Bentuk
voucher kartu pangan tersebut seperti kartu ATM yang memiliki nomer
rekening. Masyarakat Kota Malang yang terdaftar sebagai keluarga
penerima manfaat akan menerima bantuan pangan berupa voucher
elektronik senilai Rp 110.000,00 yang nantinya dapat dicairkan berupa
bahan pangan. Voucher kartu pangan tersebut setiap bulannya akan secara
otomatis terisi setiap bulannya. Inovasi pemberian bantuan dengan sistem
voucher tersebut menjadikan penyaluran bantuan pangan menjadi lebih
efektif dan efisien serta memiliki nilai yang lebih dari program
sebelumnya. Kelebihan penyaluran bantuan pangan dengan sistem voucher
tersebut antara lain:
1. Bantuan yang disalurkan dalam bentuk voucher lebih tepat sasaran jika
dibandingkan dengan penyaluran pada Program Raskin.
2. Meningkatkan akses keuangan masyarakat miskin dengan pihak
perbankkan.
3. Mendukung prilaku aktif masyarakat untuk menabung
87
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa inovasi yang dilakukan
pada Program Raskin menjadi Program Bantuan Pangan Non Tunai dengan
memanfaatkan teknologi tersebut dapat dikatakan menjadikan Program
Bantuan Pangan Non Tunai menjadi lebih efektif dan efisien. Hal tersebut
sesuai dengan Konsep inovasi yang dikemukakan oleh Muluk (2008:44)
mengenai inovasi yang berarti mengubah sesuatu hal menjadi sesuatu yang
baru. Inovasi yang dilakukan menimbulkan dampak atau hal baru yakni
bentuk produk bantuan yang semula pemberian bantuan diberikan secara
manual dan diganti menjadi voucher kartu pangan menjadikan produk
bantuan tersebut memiliki manfaat yang lebih baik dari yang sebelumnya.
Selain itu dengan adanya inovasi tersebut memberikan dampak yang positif
pada prilaku masyarakat yakni mendorong masyarakat berprilaku aktif.
b. Inovasi Proses
Inovasi pada hakikatnya ialah memperbarui Sesuatu yang sudah ada
sebelumya dan diharapkan memberikan output terhadap suatu pelayanan
menjadi lebih efektif dan efisien. Pentingnya sebuah inovasi juga dapat
dilihat dari inovasi proses yang berjalan pada suatu pelayanan. Menurut
Muluk (2008:44-45) berpendapat bahwa inovasi proses berasal dari
gerakan pembaharuan kualitas yang berkelanjutan dan mengacu pada
kombinasi perubahan organisasi, prosedur dan kebijakan yang digunakan
untuk berinovasi. Inovasi proses dalam Program Bantuan Pangan Non
Tunai ini menitik beratkan pada perubahan prosedur pelayanan dalam
88
peyaluran bantuan pangan. Prosedur penyaluran Bantuan Pangan Non
Tunai memiliki perbedaan dengan Program Raskin sebelumnya.
Pelaksanaan Penyaluran bantuan pada program raskin dilakukan
secara runtut dan bersifat top down. Pada proses penyaluran bantuan
tersebut Pemerintah Daerah dan Perum BULOG Subdivre Malang
memegang peranan penuh dalam proses penyaluran bantuan. Peranan
paling besar dalam proses penyaluran bantuan dipegang oleh Perum
BULOG Subdivre Malang mulai dari persiapan penyaluran hingga laporan
pelaksanaan. Dalam proses penyaluran bantuan pagan tersebut masyarakat
yang terdaftar sebagai penerima manfaat hanya sebagai penerima bantuan
saja. Masyarakat tidak ikut aktif dalam proses penyaluran bantuan. Selain
itu penyaluran yang dilakukan kurang efektif karena harus melalui
tingkatan tingkatan yakni setelah disalurkan ke titik distribusi masyrakat
penerima manfaat tidak bisa langsung menerimanya, masyarakat harus
menunggu batuan sampai pada titik distribusi paling rendah yakni pada
tingkat lingkungan RT/RW. Hal tersebut menyebabkan proses penyaluran
bantuan memiliki kesan yang lama.
Sedangkan pada proses penyaluran Program Bantuan Pangan Non
Tunai terdapat keterlibatan dari pihak lain yakni Bank BNI. Pemerintah
bekerjasama dengan Bank BNI sebagai pihak penyedia voucher kartu
pangan. Selain itu Bank BNI bertugas sebagai penerbit delivery order
(DO) kepada Perum BULOG Subdivre Malang. dan melakukan koordinasi
dengan pengelola rumah pangan kita dalam kegiatan penyaluran bahan
89
pangan. Penyaluran bahan pangan langsung disalurkan oleh Perum
BULOG ke rumah pangan kita. Rumah pangan kita meruapakan titik
distribusi yang terendah dan mudah dijangkau oleh masyarakat. Hal
tersebut dikarenakan letak rumah pangan kita yang berada langsung
dikelurahan dan dikelola oleh masyarakat yang terdaftar sebagai pengelola
rumah pangan kita. Masyarakat yang terdaftar sebagai penerima manfaat
secara individu dapat melakukan pencairan bantuan panga ke rumah
pangan kita.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa didalam proses
penyaluran Bantuan Pangan Non Tunai tersebut dapat dikatakan menjadi
lebih efektif dan efisien. Hal tersebut disebabkan oleh pendistribusian
bantuan pangan yang langsung disalurkan kepada titik distribusi yang
mudah dijangkau oleh masyarakat yakni pada rumah pangan kita yang
berada langsung di setiap kelurahan. Selain itu untuk melakukan proses
penyaluran bantuan tidak lagi dilakukan secara berjenjang seperti pada
program raskin sehingga masyarakat yang terdaftar sebagai penerima
bantuan pangan tersebut bisa langsung menggunakannya. Perum BULOG
tidak lagi memegang peranan yang besar dalam proses penyaluran bantuan
pangan non tunai. Hal tersebut dikarenakan adanya keterlibatan pihak lain
seperti Bank BNI dan Pengelola rumah pangan kita.
c. Inovasi Metode Pelayanan
Pemberian pelayanan prima merupakan hal yang harus diterapkan
oleh semua lembaga atau instansi yang menyediakan pelayanan bagi
90
masyarakat. Menurut Sinambela (2006:5) Pelayanan publik merupakan
suatu kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah terhadap jumlah manusia
yang memiliki setiap kegiatan yang menguntungkan dalam suatu kumpulan
atau kesatuan, menawarkan kepuasan hasilnya tidak terikat pada suatu
produk secara fisik (Sinambela : 2006). Hal tersebut menjelaskan bahwa
peranan pemerintah sangat penting didalam pelayanan. Pemerintah di
tuntut untuk dapat memberikan pelayanan yang baik kepada
masyarakatnya. Oleh karena itu dalam pemberian pelayanan dibutuhkan
adanya sebuah inovasi dalam metode pelayanan. Menurut Muluk (2008:
45) inovasi metode pelayanan merupakan perubahan baru dalam
memberikan hal berinteraksi dengan pelanggan atau cara baru dalam
memberikan pelayanan. Konsep tersebut diterapkan dalam pelaksanaan
Program Bantuan Pangan Non Tunai dalam membuat inovasi dalam
metode pelayanannya.
Inovasi yang diberikan dalam metode pelayanan pada Program
Bantuan Pangan Non Tunai ini ialah metode pemberian bantuan yang
menggunakan sistem voucher. Penggunaan sistem voucher tersebut
dimaksudkan agar pemberian bantuan pangan kepada keluarga penerima
manfaat menjadi lebih efektif dan tepat sasaran. Dalam pelaksanaan
pemberian bantuan dengan sistem voucher tersebut terdapat indikator yang
mengukur seberapa baik Program Bantuan Pangan Non Tunai tersebut
berjalan. Indikator yang digunakan dalam hal ini ialah dengan
mengkorelasikan pelaksanaan program dengan kualitas pelayanan publik.
91
Kualitas pelayanan merupakan gambaran sejauh mana pelayanan
mampu memenuhi kebutuhan yang diperlukan masyarakat. kualitas
pelayanan menujuk pada pengertian melayani setiap saat secara cepat dan
memuaskan, berlaku sopan, ramah dan menolong serta profesional dan
mampu (Triguno dalam setijaningrum, 2012:83). Sesuai dengan konsep
tersebut terdapat lima indicator yang digunakan untuk mengetahui
seberapa baik pelayanan yang telah diberiakan dalam Program Bantuan
Pangan Non Tunai tersebut. Lima dimesi tersebut meliputi bukti fisik
(Tangibles) bukti fisik dalam Program Bantuan Pangan Non Tunai ini
berupa fasilitas fisik yang digunakan untuk memberikan pelayanan kepada
keluarga penerima manfaat. Ketersediaan fasilitas tersebut sangat
dibutukan hal tersebut dikarenakan fasilitas merupakan hal utama yang
wajib ada didalam setiap kegiatan. Fasilitas fisik yang digunakan dalam
Program Bantuan Pangan Non Tunai ini antara lain Distribution center,
rumah pangan kita, mesin EDC (Electronic Data Capture), voucher kartu
pangan. Fasilitas tersebut merupakan fasilitas yang harus dipenuhi agar
pemberian pelayanan dapat berjalan dengan baik. Sebelum program
berjalan fasilitas fisik tersebut sudah diadakan oleh pihak yang terkait
dalam pelaksanaan program.
Selain diperlukannya fasilitas fisik untuk menunjang agar
pelayanan yang diberikan dapat berjalan dengan maksimal, kemampuan
pengelola dalam memberikan pelayanan kepada keluarga penerima manfaat
juga menjadi hal yang penting. Untuk mendukung hal tersebut sebelum
92
melaksanakan program, pelaksana program di lapangan mendapatkan
sosialisasi dan edukasi tentang prosedur pelaksanaan program bantuan
pangan non tunai yang sesuai dengan buku pedoman pelaksanaan program
bantuan pangan non tunai 2017. Sosialisasi dan edukasi tersebut
dilaksanakan oleh Pemerintah yang dilakukan secara berjenjang sesuai
dengan tugas fungsi dan kewenangan, Bank BNI dan Rumah Pangan kita.
Sasaran dari pelaksanaan sosialisasi dan edukasi tersebut antara lain:
1. Kementrian atau Lembaga yang terkait
2. Pemerintah Daerah atau Tikor Rastra daerah dan Tim Koordinasi
Penanggulangan kemiskinan (TKPK) Provinsi dan Kota,
3. Kecamatan dan Kelurahan
4. Tenaga Kesejahteraan sosial kecamatan
5. Ketua atau pengurus RT/RW
6. Rumah Pangan Kita
7. Masyarakat Umum
Sosialisasi dan edukasi yang diberikan tersebut tentu sangat
membantu para pemangku kepentingan terutama pelaksana program
bantuan pangan non tunai, keluarga penerima manfaat memahami
program tersebut. Selain itu sosialisasi dan edukasi tersebut juga
memberikan informasi yang dibutuhkan oleh pelaksana maupun penerima
manfaat seperti cara pengaduan jika terjadi masalah dalam pelaksanaan
program. Adanya sosialisasi dan edukasi terseut tentu memberikan
manfaat yang baik kepada seluruh pemangku kepentingan.
93
Kemampuan pengelola rumah pangan kita dalam memberikan
pelayanan kepada keluarga penerima manfaat mencerminkan bagaimana
pelayanan yang diberikan cukup baik dan memberikan kepuasan kepada
masyarakat yang menerima bantuan tersebut. Disamping harus
memperhatikan kemampuan dari pengelola, prilaku dan daya tanggap
pengelola terhadap penerima manfaat juga harus diperhatikan oleh
pengelola rumah pangan kita. prilaku dan daya tanggap merupakan salah
satu hal yang harus diperhatikan oleh pengelola agar dalam memberikan
pelayanan, penerima manfaat dapat merasa bahwa mereka telah dilayani
dengan baik dan merasa puas dengan pelayanan yang diberikan. Prilaku
dan daya tanggap tersebut dapat dilihat dari cara pengelola rumah pangan
kita melayani penerima manfaat secara individual.
Pengelola rumah pangan kita dikelurahan Tunjungsekar dalam
memberikan pelayanan kepada penerima manfaat, pengelola berupaya
untuk memberikan pelayanan yang baik. Hal tersebut dibuktikan dengan
cara melayani penerima manfaat dengan sopan, penyampaian informasi
kepada penerima manfaat yang diberitahukan dengan ramah oleh pengelola
rumah pangan kita. Hal tersebut dharus dilakukan oleh pengeloa rumah
pangan kita agar penerima manfaat merasa bahwa mereka dilayani dengan
baik dan secara tidak langsung dapat membangun kepercayaan kepada
pengelola rumah pangan kita. Selain itu daya tanggap dari pengelola
rumah pangan kita diperlukan dalam hal ini. Daya tanggap tersebut
dimaksudkan agar pengelola rumah pangan kita dapat memberikan
94
pelayanan yang lebih kepada penerima manfaat seperti dalam hal
memberikan bantuan kepada penerima manfaat secara individual saat
terjadi masalah dalam pencairan bantuan pangan, menolong penerima
manfaat yang termasuk dalam golongan usia lanjut, memberikan penjelasan
sejelas-jelasnya mengenai prosedur pelaksanaan prgram kepada penerima
manfaat yang belum mengerti . Dengan demikian penerima manfaat merasa
terbantu tanpa kawatir akan kesulitan dalam melaksanakan pencairan
bantuan pangan dirumah pangan kita.
d. Inovasi Dalam Strategi
Inovasi strategi merupakan inovasi yang mengacu pada visi, misi,
tujuan baru beserta alasan yang berangkat dari realita yang ada. Pada
pelaksanaan Program Bantuan Pangan Non Tunai inovasi strategi dapat
dilihat dari adanya perubahan tujuan pelaksanaan program tersebut.
Perubahan tujuan program tersebut berdasarkan dengan melihat realita pada
pelaksanaan Program Raskin seperti masih kurang tepatnya sasaran
penerima bantuan pangan, kualitas dan kuantitas beras yang diterima oleh
penerima manfaat kurang sesuai hingga lemahnya pengawasan hingga titik
distribusi paling rendah. Selain dengan melihat realita yang berada
dilapangan pembaharuan tujuan pada Program Bantuan Pangan Non Tunai
berdasarkan dengan tujuan program raskin sebelumnya yakni untuk
mengurangi beban belanja masyarakat penerima manfaat. Tujuan pada
program raskin tersebut kurang berorientasi pada kesejahteraan penerima
manfaat, tujuan tersebut hanya berfokus pada satu sisi saja yakni
95
pengurangan beban sedangkan untuk meningkatkan kesejahteraan dirasa
masih kurang.
Dengan melihat realita dan tujuan pada Programm Rakin tersebut
pemerintah mengeluarkan program bantuan pangan non tunai dengan
tujuan yang lebih tertata dan terarah. Tujuan dari Program Bantuan Pangan
antara lain :
1. Mengurangi beban pengeluaran keluarga penerima manfaat melalui
pemenuhan sebagian kebutuhan pangan
2. Memberikan nutrisi yang lebih seimbang kepada keluarga penerima
manfaat
3. Meningkatkan ketepatan sasaran dan waktu penerimaan bantuan bagi
keluarga penerima manfaat
4. Memberikan lebih banyak pilihan dan kendali kepada keluarga
penerima manfaat dalam memenuhi kebutuhan pangan
5. Mendorong pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan
(Sustainable Development Goals/ SDGs)
Dari kelima tujuan program bantuan pangan tersebut dapat dilihat
bahwa salah satu tujuan yang ingin dicapai dengan adanya inovasi program
tersebut adalah meningkatkan ketepatan sasaran dan waktu penerimaan
bantuan pangan bagi keluarga penerima manfaat. Tujuan tersebut merupakan
bentuk usaha yang ingin dicapai dalam upaya memperbaiki program yang
sebelumnya dan lebih mengarah kepada kesejahteraan keluarga penerima
manfaat. Pembaruan tujuan pada program bantuan pangan non tunai dilakukan
96
agar program yang dilaksanakan lebih terarah dan maksimal didalam
memberikan pelayanan kepada keluarga penerima manfaat.
e. Inovasi Sistem
Inovasi sistem mencakup cara baru atau yang diperbarui dalam
berinteraksi dengan actor-aktor atau dengan kata lain adanya perubahan dalam
tata kelola pemerintahan (change in governance) (Muluk, 2008:44-45). Inovasi
sistem didalam Program Bantuan Pangan Non Tunai dikaitkan dengan peranan
aktor-aktor yang terlibat dalam pelaksanaan program tersebut. Setiap aktor
yang terlibat didalam pelaksanaan program bantuan pangan memiliki peranan
yang berbeda beda. Aktor-aktor yang terlibat tersebut antara lain:
1. Kementrian Sosial atau Dinas Sosial di tingkat kota berperan dalam
penetapan daftar penerima manfaat (DPM) yang kemudian didiskusikan
dengan pemerintah daerah setempat untuk penetapan daftar penerima
manfaat dan disesuaikan dengan data yang ada dilapangan. Selain itu
Kementrian sosial juga melakukan koordinasi dengan pihak perbankkan
terkait pelaksanaan program.
2. Bank BNI berperan dalam pembukaan rekening dan pengadaan voucher
berdasarkan daftar penerima manfaat yang telah ditetapkan oleh
Kementerian Sosial, Pelaksana sosialisasi dan edukasi bagi pengelola
rumah pangan kita, Selain itu pihak perbankkan juga berperan dalam
pengadaan delivery order (DO) kepada Perum BULOG Subdivre Malang.
3. Perum BULOG Subdivre Malang berperan dalam penyediaan bahan
pangan dan menyalurkan bahan pangan ke setiap rumah pangan kita yang
97
berada di daerah khususnya Kota Malang. Perum BULOG menindak
lanjuti surat delivery order (DO) yang dikeluarkan oleh Bank BNI dan
kemudian menyalurkannya ke rumah pangan kita. Selain itu perum bulog
juga memegang peranan jika terjadi kendala dalam pencairan dilapangan.
4. Pengelola rumah pangan kita memiliki peranan yang berkaitan dengan hal
teknis. Hal tersebut dikarenakan pengelola rumah pangan kita merupakaan
pihak yang berinteraksi secara langsung dengan penerima manfaat
dilapangan. Hal teknis yang dilakukan oleh pengelola rumah pangan kita
meliputi melayani keluarga penerima manfaat, melakukan persiapan
sebelum adanya penyaluran, memberikan informasi kepada penerima
manfaat waktu penyaluran.
Aktor-aktor yang terlibat didalam Pelaksanaan Program Bantuan
Pangan Non Tunai ini saling bersinergi dalam melaksanakan program hal
tersebut dilakukan agar program dapat berjalan dengan baik dan berjalan
sesuai dengan tujuan. Keterlibatan aktor baru dalam penyaluran bantuan
pangan non tunai tersebut membuat peranan Perum BULOG Sundivre
Malang menjadi lebih berkurang. Keterlibatan aktor tersebut membawa
dampak yang positif kepada pelaksanaan program dilapangan yakni
membuka kesempatan bagi instansi atau perusahaan lain untuk bekerjasama
dengan pemerintah. Hal tersebut juga dapat membangun persepsi baik di
kalangan masyarakat atau instansi yang ada bahwa dalam pelaksanaan
program pemerintah tidak lagi dilakukan oleh pemerintah sepenuhnya
pemerintah mlai terbuka dengan berbagai instansi untuk melakukan
98
kerjasama. Dengan adanya aktor lain yang terlibat tersebut tidak
menyebabkan perubahan yang signifikan pada tata kelola pemerintahan
hanya tata kelola pelaksanaan program bantuan pangan non tunai yang
berubah.
2. Level Inovasi dalam Program Bantuan Pangan Non Tunai
Level inovasi merupakan gambaran seberapa besar dampak yang
ditimbulkan oleh suatu inovasi yang sedang berlangsung. Inovasi pada
Program Bantuan Pangan Non Tunai ini termasuk kedalam bentuk level
inovasi incremental. Inovasi Inkremental merupakan inovasi yang terjadi
dengan membawa perubahan-perubahan kecil terhadap proses atau layanan
yang ada. Umumnya sebagian besar inovasi yang berada pada level ini jarang
sekali membawa perubahan pada struktur organisasi dan hubungan
keorganisasian (Muluk, 2008:46). Inovasi incremental dalam Program Bantuan
Pangan non tunai menyebabkan perubahan pada proses penyaluran bantuan
dan media yang digunakan dalam menyalurkan bantuan pangan non tunai
kepada keluarga penerima manfaat.
Perubahan pada proses penyaluran tersebut disebabkan oleh adanya
keterlibatan aktor lain yakni Bank BNI dan pengelola rumah pangan kita yang
turut aktif dalam proses penyaluran bantuan pangan kepada keluarga penerima
manfaat. Bank BNI dan pengelola rumah pangan kita berperan sebagai
pelaksana penyaluran bantuan dilapangan yang secara langsung melakukan
interaksi dengan masyarakat penerima manfaat. Hal tersebut berbeda dengan
99
program raskin sebelumnya dimana proses penyaluran bantuan pangan
sepenuhnya dilakukan oleh Perum BULOG Subdivre Malang. Dengan adanya
keterlibatan pihak lain menjadikan peranan Perum BULOG Subdivre malang
berkurang. Denga demikian dapat membangun kerjasama antara aktor dan
lebih meningkatkan partisipasi masyarakat didalam proses penyaluran bantuan
tersebut. Partisipasi masyarakat terlihat dari masyarakat yang ikut serta
menjadi pengelola rumah pangan kita dan masyarakat penerima manfaat juga
turut aktif dengan melakukan transaksi pencairan bantuan secara individu
kerumah pangan kita. Adanya keterlibatan Bank BNI dan Pengelola rumah
pangan kita tersebut tidak menyebabkan perubahan pada organisasi dan
hubungan keorganisasian. Hanya terjadi perubahan didalam pelaksana program
di lapangan saja.
Dalam upaya menyalurkan bantuan media yang digunakan pada
program bantuan pangan non tunai menggunakan media elektronik dari yang
sebelumnya media yang digunakan untuk menyalurkan bantuan dengan cara
yang manual yakni dengan memberikan bantuan secara langsung ke titik
distribusi. Media yang di gunakan ialah dengan menggunakan mesin EDC
(Elektronic Data Capture) dan voucher kartu pangan. Dengan menggunakan
media elektronik tersebut pelayanan yang diberikan kepada penerima manfaat
menjadi lebih efektif dan efisien. Hal tersebut dikarenakan setiap penerima
manfaat akan menerima bantuan pangan berupa voucher kartu pangan secara
individu dan secara otomatis terisi pada setiap bulannya sehingga dapat
meminimalisir ketidak tepat sasaran penyaluran bantuan seperti pengurangan
100
kuantitas jumlah bantuan. Pelayanan yang diberikan menjadi lebih simple dan
memiliki nilai tambah yang baik. Karena selain menerima bantuan pangan
penerima manfaat juga dapat melakukan transaksi akses keuangan dengan
pihak perbannkan.
3. Kategori Inovasi Program Bantuan Pangan Non Tunai
Program Bantuan Pangan Non Tunai yang dilakukan di Kelurahan
Tunjungsekar cenderung mengarah kepada model kategori sustaining innovation
(inovasi terusan). Inovasi terusan merupakan proses inovasi yang membawa
perubahan baru namun tetap mendasarkan diri pada kondisi pelayanan, sistem
yang berjalan dan produk yang sudah ada (Muluk, 2008:47-48). Hal tersebut
dikarenakan program bantuan pangan non tunai merupakan sebuah bentuk inovasi
program yang dikeluarkan dengan berdasarkan pada kondisi program sebelumnya
yakni kurang tepatnya sasaran penerima bantuan, adanya pemotongan kualitas dan
kuantitas bantuan yang akan diterima oleh penerima manfaat di titik distribusi,
kurang efektifnya pelayanan yang diberikan kepada penerima manfaat yakni
penerima manfaat hanya menerima bantuan secara langsung berupa beras dan
lamanya proses penyaluran bantuan yang diadakan. Dengan berbagai kekurangan
tersebut pemerintah memberikan inovasi pada program tersebut yakni dengan
merubah proses penyaluran yang semula dilakukan secara manual diganti dengan
menggunakan media elektronik.
Inovasi yang dilaukan pada Program Raskin menjadi Program Bantuan
Pangan Non Tunai dengan menggunakan media elektronik diharap dapat
101
memberikan dampak baik seperti kurangnya angka kemisknan serta meningkatnya
kesejahteraan masyarakat miskin. Hal tersebut dikarenakan penerapan Program
Raskin di Kelurahan Tunjungsekar belum memberikan dampak yang baik kepada
penurangan angka kemiskinan. Jumlah penduduk miskin dari tahun 2014 hingga
tahun 2016 mengalami stagnasi. Jumlah penduduk miskin tersebut dapat dilihat
dalam table berikut ini :
Tabel 5. Jumlah Penduduk Miskin Kelurahan Tunjungsekar
No Tahun Jumlah Penduduk Miskin
1. 2014 421 Keluarga
2. 2015 421 Keluarga
3. 2016 410 Keluarga
Sumber : Doc. Kelurahan Tunjungsekar (diolah), 2017
Pada tabel tersebut dapat dilihat bahwa Program Raskin yang dijalankan
tidak memberikan dampak terhadap pengurangan masyarakat miskin. Perubahan
pada jumlah penduduk miskin terjadi hanya sebagian kecil saja yang disebabkan
oleh meninggal atau berpindahnya masyarakat. Dengan berdasarkan data tersebut
dapat dikatakan bahwa Program Raskin yang telah berjalan belum mampu untuk
mengurangi permasalahan kemiskinan. Oleh karena itu diperlukan adanya inovasi
pada program tersebut yang diharapkan dapat memberikan dampak yang baik
yakni menurunnya angka kemiskinan di Kelurahan Tunjungsekar. Inovasi
Bantuan Pangan Non Tunai ini merupakan inovasi terusan dari program
sebelumnya. Pelaksanaan Program Bantuan Pangan Non Tunai dalam kurun
waktu 2017 ini memang belum memberikan hasil sepeerti pengurangan angka
102
kemiskinan namun program tersebut dapat menjawab permasalahan mengenai
ketidak tepatan sasaran yang sering terjadi pada Program Raskin. Hal tersebut
seperti yang ungkapkan oleh Ibu Endang selaku penerima bantuan pangan non
tunai bahwa bantuan yang diterima lebih baik dan tepat sasaran dibandingkan
dengan penerimaan Bantuan Pada Program Raskin.
Inovasi yang dilakukan pada program bantuan pangan tunai dengan
menggunakan media elektronik ini hanya membawa perubahan kecil dimana
perubahan tersebut hanya terjadi pada proses pelayanan dan penggunaan media
yang digunakan dalam pelaksanaan program. Perubahan pada proses pelayanan
yaitu pada proses. Proses pelayanan pada program bantuan pangan non tunai
dilakukan dengan melibatkan Bank BNI dan Masyarakat sebagai pengelola rumah
pangan kita sehingga dalam pelaksanaannnya tidak lagi didominasi oleh Perum
BULOG Subdivre Malang. Proses pelayanan pada progam bantuan pagan non
tunai dengan melibatkan aktor lain dinalai lebih efektif jika dibandingkan dengan
pelaksanaan program raskin yang didominasi oleh pemerintah dan Perum
BULOG Subdivre Malang. Hal tersebut dikarenakan pada program raskin untuk
melakukan satu kali penyaluran membutuhkan koordinasi yang cukup panjang
yakni melalui koordinasi tingkat pusat hingga tinggkat terendah. Sedangkan pada
program bantuan pangan non tunai untuk melakukan penyaluran tetap dilakukan
koordinasi di tingkat pusat dan tingkat kota namun bantuan yang disalurkan
menuju kepada penerima manfaat yakni pada rumah pangan kita yang dikelola
oleh masyarakat sendiri. Sehingga penyaluran bantuan lebih mudah untuk
dijangkau oleh masyarakat yang terdaftar sebagai penerima manfaat.
103
Selain dengan adanya perubahan pada proses penyaluran, perubahan juga
terjadi pada media yang diguakan dalam melayani penerima manfaat yakni
dengan menggunakan voucher kartu pangan. Penggunaan voucher kartu pangan
yang didukung oleh mesin EDC (Elektronik Data Capture) menjadikan
penyaluran bantuan menjadi lebih efektif dan efisien. Selain itu dengan sistem
penyaluran bantuan yang menggunakan media elektronik berupa voucher tersebut
menjadikan program bantuan pangan non tunai memiliki nilai lebih yakni selain
untuk menerima bantuan pagan voucher tersebut juga dapat digunakan untuk
melakukan akses keuangan dengan pihak perbankkan.
Selain adanya perubahan pada proses penyeluran bantuan dan media yang
digunakan, dalam Program Bantuan Pangan Non Tunai juga terdapat perubahan
pada Tujuan pelaksanaan program. Tujuan dari pelaksanaan program bantuan
pangan tersebut lebih mengarah kepada peningkatan kesejahteraan keluarga
penerima manfaat dari yang sebelumnya hanya untuk mengurangi beban
pengeluaran rumah tangga sasaran. Tujuan program Bantuan pangan Non Tunai
tersebut antara lain 1.) Mengurangi beban pengeluaran keluarga penerima manfaat
melalui pemenuhan sebagian kebutuhan pangan, 2.) Memberikan nutrisi yang
lebih seimbang kepada keluarga penerima manfaat, 3.) Meningkatkan ketepatan
sasaran dan waktu penerimaan bantuan bagi keluarga penerima manfaat, 4.)
Memberikan lebih banyak pilihan dan kendali kepada keluarga penerima manfaat
dalam memenuhi kebutuhan pangan, 5.) Mendorong pencapaian tujuan
pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goals/ SDGs). Dengan
melihat pada tujuan program bantuan pangan non tunai tersebut dapat diketahui
104
bahwa pelaksanaan program bantuan pangan non tunai tersebut tidak hanya untuk
mengurangi beban belanja rumah tangga penerima saja melainkan lebih mengarah
kepada kesejahteraan masyarakat penerima hal tersebut dapat dilihat dari
peningkatan nutrisi untuk penerima, lebih meningkatkan ketepatan sasaran
penerima sehingga masyarakat tidak perlu lagi meresahkan tidak meratanya
bantuan.
4. Implementasi Program Bantuan Pangan Non Tunai
a. Organisasi
Untuk mengimplementasikan Program Bantuan Pangan Non Tunai
diperlukan adanya struktur organisasi yang jelas sehingga tenaga pelaksana
terbentuk dari sumberdaya yang berkualitas. Pada program Bantuan Pangan
Non Tunai terdapat struktur organisasi dalam pelaksanaan program namun
belum jelas seperti pada Program Raskin. Dalam buku pedoman pelaksanaan
program bantuan pangan non tunai 2017 tidak menjelaskan struktur organisasi
didalam pelaksanaan program, hanya menjelaskan aktor yang terkait
berdasarkan dengan tugas dan fungsinya. Hal tersebut dikarenakan program
bantuan pangan tersebut belum sepenuhnya dijalankan dengan maksimal.
Aktor yang terkait didalam pelaksanaan program bantuan pangan non tunai
antara lain:
1. Kementrian Sosial
2. Kemenko PMK
3. Bappenas
105
4. Kantor Staff Presiden
5. Sekretariat Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan
6. Otorias Jasa Keuangan
7. Bank Indonesia serta kementrian dan lemabaga lain yang terlibat.
Sedangkan pada Program Raskin struktur organisasi dalam
pelaksanaan program dijelaskan secara rinci. Struktur organisasi pelaksana
program mulai tingkat provinsi hingga tingkat paling rendah yakni pemerintah
desa dijelaskan secara rinci kedudukan, tugas dan fungsinya didalam buku
pedoman raskin. Struktur organisasi dalam pelaksanaan program tersebut
meliputi pelindung, pengarah, pelaksana dan sekretariat. Struktur organisasi
dalam pelaksanaan program raskin lebih tersusun rinci sehingga jelas
kedudukan, fungsi dan tugas setiap aktor dapat diketahui dengan jelas.
Kurangnya penegasan pada struktur pelaksana program beserta tugas
pokok dan fungsi pada Program Bantuan Pangan Non Tunai menyebabkan
seringkalinya terjadi permasalahan internal dalam pelaksanaan program.
Kurangnya kejelasan tugas pokok dan fungsi struktur pelaksana program
tersebut dapat memberikan dampak pada menurunnya sinergi antar aktor yang
terkait dalam melaksanakan program degan baik. Hal tersebut dikarenakan
terdapat salah satu pihak yang masih merasa dirugikan dalam pelaksanaan
program. Dengan demikian perlu dilakukannya pengkajian ulang mengenai
struktur pelaksana beserta dengan tugas pokok dan fungsi yang dilakukanoleh
setiap aktor-aktor yang terkait.
106
b. Interpretasi
Pelaksanaan program bantuan pangan non tunai dilapangan tidak
secara serta merta dilaksanakan tanpa adanya petunjuk pelaksanaan program
yang akurat. Dalam pelaksanaan program bantuan pangan tersebut terdapat
buku pedoman pelaksanaan bantuan pangan non tunai yang digunakan sebagai
acuan agar program dapat berjalan dengan baik. Pada buku pedoman tersebut
dijelaskan secara rinci tata cara pelaksanaan program bantuan pangan non
tunai mulai dari persiapan pelaksanaan program hingga pelaksanaan program
dirumah pangan kita. Dengan adanya buku pedoman pelaksaan bantuan
pangan non tunai tersebut pelaksana program diwajibkan untuk mengerti
sehingga mereka mampu memberikan pelayanan yang maksmal kepada
penerima manfaat.
Untuk Mendukung hal tersebut sebelum menjalankan program
dilapangan pelaksana program bantuan pangan non tunai di Kelurahan
Tunjungsekar mendapatkan sosialissi dan edukasi mengenai tata cara
pelaksanaan program sesuai dengan buku pedoman. Pihak yang
menjadisasaran dalam sosialisasi dan edukasi tersebut antara lain Pemerintah
Daerah termasuk Tikor Rastra Daerah, Tim Koordinasi penanggulangan
kemiskinan tingkat provinsi dan kota, kecamatan dan kelurahan, Ketua atau
pengurus RT/RW, Keluarga penerima manfaar dan Masyarakat yang terdaftar
sebagai pengelola rumah pangan kita. Tujuan dilakukannya sosialisasi dan
edukasi tersebut agar pelaksanaan program bantuan pangan dilapangan dapat
berjalan dengan lancer dan sesuai dengan buku pedoman pelaksanaan program
107
bantuan pangan non tunai, selain itu pelaksana program dilapangan mengerti
dan memahami secara jelas bagaimana tata cara dalam proses penyaluran
sehingga hal tersebut mendukung pelaksanan untuk dapat memberikan
pelayanan yang prima kepada penerima manfaat.
c. Aplikasi
Adanya struktur organisasi dalam pelaksanaan program bantuan
pangan non tunai agar program dapat berjalan dengan lancer juga diperlukan
adanya sebuah prosedur kerja. Prosedur kerja dalam program bantuan pangan
non tunai ini berhubungan dengan pelaksanaaan kegiatan yang rutin
dilaksanakan setiap bulannya dengan kata lain terdapat jadwal pelaksanaan
penyaluran bantuan pangan. Dalam buku pedoman pelaksanann program
bantuan pangan non tunai pelaksanaan kegiatan penyaluran bantuan tersebut
dilaksanakan setiap satu bulan sekali. Namun pada realita yang ada
dilapangann penyaluran bantuan pangan non tunai tersebut dilaksanakan dua
bulan sekali. Hal tersebut dikarenakan menyesuaikan dengan kondisi
dilapangan yang kurang memungkinkan untuk dilakukan penyakuran bantuan
pangan seperti penyaluran yang dilakukan rutin pada setiap bulan.
Pada Kondisi lapangan bisa saja penyaluran dilaksanakan menjadi dua
bulan sekali. Hal tersebut dikarenakan jumlah kualitas dan kuantitas beras
yang akan disalurkan tidak mencukupi atau kualitas yang akan disalurkan
kurang baik sehingga hal tersebut mempenngaruhi proses penyaluran. Selain
disebabkan oleh hal tersebut, tunggakan pembayaran bahan pangan pokok
rumah pangan kita kepada Perum BULOG Subdivre Malang juga dapat
108
menjadi kendala dalam penyaluran bantuan pangan di rumah pangan kita.
Permasalahan tersebut merupakan kendala teknis yang berada dilapangan
sehingga penyaluran tidak dapat dilaksanakan sepenuhnya sesuai dengan
petunjuk pelaksanaan program bantuan pangan non tunai melainkan harus
menyesuaikan dengan kondisi yang ada dilapangan.
Selain itu dalam proses penyaluran bantuan pangan non tunai tersebut
tidak terdapat jadwal pasti kapan pelaksanaan penyaluran dilaksanakan pada
setaip bulannya. Pelaksanaan penyaluran setiap bulannya bergantung pada
kondisi dilapangan seperti ketersedian bahan pangan yang siap untuk
disalurkan kepada rumah pangan kita di Kelurahan Tunjungsekar, Sudah
dilakukannya pelunasan bahan pangan yang oleh Bank BNI kepada Perum
BULOG sehingga bantuan bahan pangan dapat disalurkan. Oleh sebab adanya
beberapa kendala dilapangan tersebut, maka pelaksanaan penyaluran tidak
dapat dilaksanakan secara rutin dan terjadwal sehingga harus menyesuaikan
dengan kondisi lapangan yang ada.
109
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan atas penelitian yang dilakukan tersebut dapat ditarik
kesimpulan mengenai Inovasi Program Bantuan Pangan Non Tunai sebagai
berikut :
1. Bentuk Tipologi Inovasi Program Bantuan Pangan Non Tunai
a. Inovasi Produk : Inovasi program bantuan pangan non tunai termasuk
dalam tipologi produk hal tersebut dapat dilihat dari produk dari
program bantuan pangan non tunai ialah penggunaan voucher sebagai
alat untuk menyalurkan bantuan pangan non tunai.
b. Inovasi Proses : Proses Penyaluran bantuan pangan non tunai terdapat
perbedaan dengan proses penyaluran pada program raskin yakni
adanya keterlibatan aktor lain yakni Bank BNI dan Masyarakat yang
terdaftar sebagai pengelola rumah pangan kita. Proses penyaluran yang
pada program bantuan pangan non tunai lebih sederhana.
c. Inovasi Dalam Metode Pelayanan : Metode pelayanan yang digunakan
pada program bantuan pangan non tunai ialah dengann menggunakan
cara baru yakni dengan memanfaatkan media elektronik seperti
voucher dan mesin EDC (Electronic Data Capture) Sehingga
110
pelayanan yang diberikan lebih efektif dan efisien, serta didukung
dengan adanya fasilitas fisik seperti distribution center, Rumah
Pangan Kita agar pelayanan dapat berjalan dengan baik. Selain itu
kemampuan pelaksana penyaluran juga menjadi hal penting.
d. Inovasi Strategi : Pembaruan tujuan pada program bantuan pangan non
tunai menjadikan program bantuan pangan non tunai lebih berfokus
pada manfaat yang akan ditimbulkan dengan adanya program tersebut
seperti ketepatan sasaran penerima bantuan.
e. Inovasi Sistem : Peranan aktor-aktor yang terlibat didalam program
bantuan panga non tunai saling bersinergi dalam pelaksanaan program
agar program dapat berjalan dengan baik.
2. Level Inovasi Program Bantuan Pangan Non Tunai ini termasuk kedalam
level inovasi incremental dimana perubahan yang terjadi hanya perubahan
kecil yang meliputi proses penyaluran bantuan dan media yang digunakan
dalam penyaluran. Dalam hal ini tidak ada perubahan dalam struktur
organisasi hanya struktur pelaksana program saja yang mengalami perubahan
3. Program Bantuan Pangan Non Tunai termasuk dalam kategori sustaining
innovation (inovasi lanjutan) hal tersebut dikarenakan inovasi yang diberikan
berdasarkan dengan kondisi pada program raskin sebelumnya, yakni adanya
berbagai kekurangan seperti kurang tepatnya sasaran, ketidaksesuaian kualitas
dan kuantitas bantuan yang diterima.
111
4. Implementasi Program Bantuan Pangan Non Tunai
a. Organisasi : Struktur pelaksana program bantuan pangan non tunai ada
namun belum dijelaskan secara jelas mengenai struktur, tugas pokok,
serta fungsi dari setiap pelaksana program bantuan pangan non tunai
mulai dari tingkat pusat hingga pelaksana dilapangan.
b. Interpretasi : Pelaksana program bantuan pagan non tunai
dilaksanakan sesuai dengan buku pedoman pelaksanaan bantuan
pangan non tunai. Pelaksana dilapangan sebelum menjalankan proses
penyaluran bantuan pangan tersebut terlebih dahulu mendapatkan
sosialisasi dan edukasi dengan tujuan mereka memahami tata cara
pelaksanaan program.
c. Aplikasi : Pelaksanaan program bantuan pangan dilapangan tidak
terdapat prosedur pelaksanaan yang pasti seperti jadwal penyaluran
bantuan setiap bulannya. Penyaluran dilaksanakan setiap dua bulan
sekali yang seharusnya dilakukan penyaluran setiap bulan
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas dan dari hasil penelitian yang telah
dilakukan. Penulis memberikan saran atau masukan yang dapat dijadikan sebagai
bahan pertimbangan dalam pelaksanaan program Bantuan Pangan Non Tunai
antara lain:
112
1. Dalam Pelaksanaan Program Bantuan pangan non tunai perlu adanya jadwal
penyaluran yang jelas atau ditentukan disetiap bulannya dan dilaksanakan
secara rutin sehingga lebih mempermudah masyarakat penerima manfaat.
2. Perlu adanya pemberian data penerima manfaat Kelurahan Tunjungsekar
kepada pengelola rumah pangan kita untuk mempermudah pengelola rumah
pangan kita dalam menyalurkan bantuan.
3. Perum BULOG Subdivre Malang hendaknya membentuk Kerjasama yang
lebih baik dengan Pengelola rumah pangan kita terkait dengan pengadaan
bahan pangan yang akan disalurkan kepada penerima manfaat.
4. Variasi bahan pangan perlu ditingkatkan atau ditambah sesuai dengan buku
pedoman pelaksanaan bantuan pangan non tunai 2017.
5. Inovasi harus dibarengi dengan penurunan jumlah angka kemiskinan.
113
DAFTAR PUSTAKA
Aisyah, Dewi Nurul. 2011. Implementasi Program Beras Miskin (Raskin) Di
Kelurahan Rowosari Kecamatan Tembalang Kota Semarang. Jurusan
Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Diponegoro.
Ellitan, Lena & Anatan, Lina. 2009. Manajemen Inovasi Transformasi Menuju
Organisasi Kelas Dunia. Bandung : Alfabeta.
Hadari, Nawawi. 2005. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogayakarta: Gajah
Mada Universiy Press.
Haedar, Akib dan Antonius Tarigan. 2000. Artikulasi Konsep Implementasi
Kebijakan. Bandung. Pustaka Setia.
http://www.sdgsindonesia.or.id/ di akses pada 24 Februari 2017 pukul 14:35.
Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No 63 Tahun 2003 Tentang
Pedoman Umum Pelaksanaan Pelayanan Publik.
Maipita, Indra. 2014. Mengukur Kemiskinan dan Distribusi Pendapatan. UPP
Yogyakarta: STIM YKPN.
Miles, Matthew B., Huberman, A., dan Michael, Saldana, Johnny. 2014.
Qualitative Data Analysis: A Methods Sourcebook. SAGE Publication,
Third Edition.
Moleong, Lexy, J. 2007. Metode Penelitian Kuaalitatif. Bandung: Rosda Karya.
Muluk, Khairul. 2008. Knowledge Management : Kunci Sukses Inovasi
Pemerintah Daerah . Malang. FIA UNIBRAW.
No 65 Tahun 2005 Tentang Pedoman Umum Penyusunan dan Penerapan Standar
Pelayanan Minmal.
Pasolong, Harbani. 2013. Metode Penelitian Administrasi Publik. Bandung:
Alfabeta.
Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur No 11 Tahun 2015 Tentang Pelayanan
Publik di Provinsi Jawa Timur.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2005 Pedoman
Penyusunan Dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal.
114
Ramadhayani, Fitria. 2011. Efektivitas Pelaksanaan Program Raskin di Desa
Kubang Jaya Kecamatan Siak Hulu Kabupaten Kampar. Program
Studi Ilmu Administrasi Negara FISIP Universitas Riau.
Rasli, Amran. 2005. Pengurusan Teknologi. Malaysia: Penerbit Universitas
Malaysia.
Rohman, Arief. 2009. Politik Ideologi Pendidikan. Yogyakarta. Mediatama.
Salim, Emil. 1980. Perencanaan Pembangunan dan Pemerataan Pembangunan.
Jakarta: Yayasan Idayu Press.
Saputro, Bayu Adi. 2015. Implementasi Program Beras Untuk Masyarakat Miskin
(Raskin) Dalam Upaya Pengentasan Kemiskinan (Studi Di Desa
Sidoharjo, Kecamatan Jambon, Kabupaten Ponorogo). Program Studi
Ilmu Administrasi Publik Fakultas Ilmu Administrasi Universitas
Brawijaya.
Sinambela, Lijan Poltak. 2016. Reformasi Pelayanan Publik. Jakarta: Bumi
Aksara.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sugiyono. 2015. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Suryana, Siti Erna Latifi, 2009. Implementasi Tentang Kebijakan Pengujian
Kendaraan Bermotor di Kabupaten Aceh. Tamiang. Tesis. Program
Magister Studi Pembangunan: Sekolah Pasca Sarjana Universitas
Sumatera Utara.
Susanto. 2010. 60 Management Gems. Jakarta: Kompas.
Sutopo, H., B. 2002. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Surakarta: UNS Press.
Suwarno, Yogi. 2008. Inovasi di Sektor Publik. Jakarta: STIA LAN Press.
Suyanto, Bagong.. 2014. Anatomi Kemiskinan dan Strategi Penanganannya.
Malang. Intrans Publishing.
Tantaro, Swis. 2014. Pembasmian Kemiskinan: Perspektif Sosiologi-Antropologi.
Yogyakarta. Pustaka Belajar.
Tjiptono, Fandy. 2008. Service Management : mewujudkan pelayanan prima.
Yogyakarta: Andi Yogyakarta.
115
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2002 Tentang Sisten Nasional Penelitian
Pengembangan , dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
Wahab, Solichin Abdul. 1997. Analisis Kebijakan dari Formulasi Kebijaksanaan
ke Implementasi Kebijakan Negara. Jakarta. Bumi Aksara.