INOVASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA...

177
i INOVASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI MADRASAH IBTIDAIYAH KABUPATEN MAGELANG (STUDI MULTI SITUS PADA MI AL-ISLAM TONOBOYO BANDONGAN, MI AL- FALAH KALIANGKRIK DAN MIN KRINCING SECANG TAHUN 2014-2015) Disusun oleh ISLAMIYAH NIM.MI.13.023 Tesis diajukan sebagai pelengkap persyaratan Untuk gelar Magister Pendidikan Islam PROGRAM PASCASARJANA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI (IAIN) SALATIGA 2015

Transcript of INOVASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA...

i

INOVASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

DI MADRASAH IBTIDAIYAH KABUPATEN MAGELANG

(STUDI MULTI SITUS PADA MI AL-ISLAM TONOBOYO

BANDONGAN, MI AL- FALAH KALIANGKRIK DAN MIN

KRINCING SECANG TAHUN 2014-2015)

Disusun oleh

ISLAMIYAH

NIM.MI.13.023

Tesis diajukan sebagai pelengkap persyaratan

Untuk gelar Magister Pendidikan Islam

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI (IAIN) SALATIGA

2015

ii

iii

iv

ABSTRAK

Inovasi Pembelajaran Agama Islam di Madrasah Ibtidaiyah di Kabupaten

Magelang (Studi Multi situs Madrasah Ibtidaiyah Al Islam Tonoboyo Bandongan,

Madrasah Ibtidaiyah Al Falah Kaliangkrik, dan Madrasah Ibtidaiyah Negeri

Secang) tahun ajaran 2014- 2015”

Madrasah Ibtidaiyah didirikan masyarakat sebagai lembaga pendidikan

Islam dipercaya sebagai lembaga pendidikan tafaquhudin. Setelah lahir SKB tiga

menteri tahun 1975 semakin mengokohkan kedudukan madrasah sebagai lembaga

pendidikan tingkat dasar yang secara formal sejajar dengan sekolah dasar. Dengan

muatan kurikulumnya 70% pendidikan umum dan 30% pendidikan agama.

Namun dalam kenyataanya animo masyarakat terhadap madrasah

ibtidaiyah rendah. Mereka lebih suka memasukkan anaknya ke sekolah dasar

dengan alasan pendidikan umumnya lebih maju. Sedangkan di MI serba tanggung,

pendidikan umumnya tidak matang dan pendidikan agamanya tidak matang.

Padahal dalam kenyataanya madrasah ibtidaiyah juga melakukan beberapa

inovasi untuk mempertahankan eksistensinya, terutama inovasi dalam pendidikan

agama Islam. Sehingga peneliti terusik klebih jauh untuk melakukan penelitian

lebih jauh tentang inovasi pembelajaran agama Islam yang dilakukan madrasah

ibtidaiyah.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui cara madrasah ibtidaiyah di

Kabupaten Magelang dalam melakukan inovasi pembelajaran Pendidikan Agama

Islam,mengetahui implementasi inovasi pembelajaran Pendidikan agama Islam

dan implikasinya terhadap lembaga pendidikan madrasah ibtidaiyah di Kabupaten

Magelang pada tahun 2014/2015.

Adapun Pendekatan Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif.Teknik

pengumpulan data yang penulis lakukan adalah teknik wawancara, observasi dan

angket.

Hasil penelitian ini adalah: (1) Madrasah ibtidaiyah di Kabupaten Magelang

(MI Al-Islam Tonoboyo Bandongan, MI Al- Falah Kaliangkrik dan MIN Krincing

Secang) dalam melakukan inovasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam dimulai

dengan melakukan inovasi pada Kurikulum yang digunakan dengan menggunakan

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Berkarakter atau disingkat KTSP

Berkarakter. (2) implementasi inovasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam

yang dilakukan tidak hanya inovasi pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas

tetapi juga pembelajaran pendidikan yang dilakukan diluar kelas. Di samping itu

juga melalui pembiasaan setiap hari,penerapan pelaksanaan ajaran Islam dalam

kehidupan sehari- hari. Hal itu merupakan penerapan inovasi pembelajaran (3)

Sebagai implikasi dari inovasi pembelajaran pendidikan agama Islam yang dilakukan

madrasah ibtidaiyah tersebut adalah semakin kuatnya kepercayaan masyarakat untuk

menitipkan anaknya di madrasah ibtidaiyah.

v

ABSTRACT

Title: The innovation of Islamic Education Learning at Madrasah Ibtidaiyah in

Magelang Rgency (Multi Situs Study at The Al Islam Islamic Elementaary School

in Tonoboyo Bandongan, Al Falah Islamic Elementary School in Kaliangkrik, and

State Islamic Elementary Schol inf Krincing Secang) on 2014- 2015”

The background of the problem is the moslem society prefer enter the

children in the elementary school to enter the children in the Islamic elementary

school. Actually the Islamic elementary school that innovate the Islamic education

learning to defense their excistence.

The aim of this research are to know how the Islamic elementary School in

Magelang Regency innovate Islamic education learning , implementation of

Islamic education learning innovation and the implication to Islamic elementary

school in Magelang Rgency on 2014/2015.

The approach of this research is qualitative approach , qualitative

description method by observe the research object and interview to the

headmaster of islamic elementery school and the teachers. The researcher collect

their data by interview methode, document methode and document methode. So

the analis data methode don’t use statistic but use discriptive analitic.

The conclusion of this research are the islamic elementary schools in

Magelang regency start innovation of curiculum which known by “ Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan Berkarakter”. The implementation of the innovation of

islamic education learning is the learning don’t only in the classroom but also

outside the classroom such as in the mosque or in the school environment.

Besides by aplication Islamic education habits everyday. The impication of the

Islamic education learning is the society more interest and believe to take the

children study in Islamic elementary school in Magelang Regency.

vi

PRAKATA

Segala puji bagi Allah SWT,Yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang

kepada seluruh umat-Nya yang telah melimpahkan taufik serta hidayah-Nya.

Sholawat dan salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada Nabi Muhammad

SAW, yang telah merubah zaman kegelapan (jahiliah) menjadi zaman yang

terang benderang dengan manusia yang berakhlak melalui ajaran agama Islam

yang dibawanya, serta syafaatnya senantiasa kita harapkan di hari kiamat

kemudian.

Atas pancaran ilmu-Nya yang dianugerahkan sehingga penulis dapat

menyelesaikan tesis yang berjudul “Inovasi Pembelajaran Agama Islam di

Madrasah Ibtidaiyah di Kabupaten Magelang (Studi Multi situs Madrasah

Ibtidaiyah Al Islam Tonoboyo Bandongan, Madrasah Ibtidaiyah Al Falah

Kaliangkrik, dan Madrasah Ibtidaiyah Negeri Secang) tahun ajaran 2014-

2015)”, dengan baik, dan lancar. Semua ini tidak lain adalah atas pertolongan

dari Allah SWT.

Selanjutnya pada kesempatan ini penulis ucapkan terimakasih yang

sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Rahmad Haryadi, M.Pd selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Dr. H. Zakiyuddin, M.Ag, selaku Direktur Program Pascasarjana

Institut Agama Islam Negeri Salatiga.

3. Bapak Dr.Imam Sutomo, M.Ag.. selaku pembimbing yang penuh dengan

keihlasan, kesabaran dan kejelian untuk memberikan bimbingan dan

arahan sampai terselesainya penyusunan tesis ini.

vii

4. Seluruh dosen dan karyawan Program Pascasarjana IAIN Salatiga yang

telah memberikan bekal ilmu pengetahuan dan pelayanan kepada penulis.

5. Bpk. Rozib Sulistio, M.Pd.I (Kepala MI Al-Islam dan guru-guru MI Al-

Islam Tonoboyo), Bapak Fadhoil, S.Ag. (Kepala Al-Falah Kaliangkrik

beserta guru ), Bapak Drs. Tahsin, M.Pd.I selaku Kepala MIN Krincing

Secang beserta seluruh dewan guru, karyawan dan peserta didiknya yang

telah memberikan kesempatan dan bantuan demi terselesainya penelitian

kepada penulis.

6. Seluruh pihak yang telah terlibat dalam penyusunan tesis ini.

Penulis meyadari bahwa semua itu adalah kekurangan dari diri pribadi

penulis, dengan ini mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari

seluruh pembaca untuk menjadi yang lebih baik.

Penulis berharap semoga Tesis ini memberikan kemanfaatan dan

kemaslahatan khususnya pada diri pribadi penulis dan pembaca serta dalam

ilmu pendidikan secara umum. Amin ya robbal’alamin.

Salatiga, 19 Agustus 2015

Penulis,

Islamiyah, S.Ag.

NIM M .I 13.023

viii

PERSEMBAHAN

1. Kedua orang tuaku, yang telah membesarkan dan mendidikku hingga aku dewasa;

2. Suami dan buah hatiku yang selalu menyayangi dan memotivasi aku;

3. Rekan- rekan guru madrasah ibtidaiyah di Kabupaten Magelang dan rekan- rekan

guru pada umumnya.

4. Kepada teman-teman PPs IAIN salatiga angkatan 2013 yang saya cintai.

5. Seluruh pembaca yang budiman.

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................. i

HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................... ii

HALAMAN PERNYATAAN .. ................................................................................. iii

ABSTRAK....................................................................................................... ........... iv

KATA PRAKATA ..................................................................................................... vi

MOTTO............................................................................................................ ........... vii

PERSEMBAHAN................................................................................................ viii

DAFTAR ISI .............................................................................................................. ix

DAFTAR TABEL........................................................................................................ xii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 1

A. Latar Balakang Masalah ............................................................ 1

B. Rumusan Masalah. ..................................................................... 6

C. Tujuan dan manfaat penelitian .................................................... 7

D. Kajian Pustaka ............................................................................ 8

E. Metode Penelitian ....................................................................... 12

F. Sistematika Penulisan ................................................................ 22

BAB II KAJIAN TEORI ............................................................................................ 24

A. Pendidikan Agama islam di Madrasah Ibtidaiyah .................. 24

1. Sejarah Madrasah setelah SKB tiga Menteri. .................... 24

2. Pendidikan Agama islam .................................................. 28

B. Inovasi Pembelajaran pendidikan Agama Islam di Madrasah

Ibtidaiyah .............................................................................. 35

1. Pengertian Inovasi ..................................................... 35

2. Inovasi Kurikulum.............. ...................................... 35

3. Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan Berkarakter. 36

4. Kurikulum 2013....................................................... 42

5. Inovasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di MI 43

x

BAB III HASIL PENELITIAN PENELITIAN .............................................

A. Gambaran MI Al-Islam Tonoboyo Bandongan............ ............... . 55

1. Sejarah Berdirinya MI Al- Islam Tonoboyo.............................. 55

2. Visi, Misi dan Tujuan MI Al-Islam Tonoboyo....................... 56

3. Kondisi Obyektif Madrasah....................................................... 59

a. Kondisi Obyektif Bangunan.....................................................59

b. Fasilitas yang Dimiliki..............................................................60

c. Tenaga kependidikan................................................................60

d. Keadaan Siswa.........................................................................61

B. Gambaran obyek MI Al-Islam Tonoboyo

1. Kegiatan Pembelajaran di MI Al-Islam Tonoboyo............. 62

2. Penilaian Pengembangan Diri MI Al-Islam Tonoboyo....... ..67.

a. KKM mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam MI Al-

IslamTonoboyo ........................................................68

b. Kriteria kenaikan Kelas dan.Kelulusan...................................69

C. Gambaran Umum MI Al-Falah Kaliangkrik

1. Sejarah berdirinya MI Al-Falah kaliangkrik...................................71

2. Visi, Misi dan Tujuan MI Al-Falah Kaliangkrik.............................74

3. Kondisi Obyektif Madrasah

a. .Sarana dan Prasarana .............................................................75

b. Keadaan Siswa ................................................................ 76

c. Tenaga kependidikan ....................................................... 76

d. Identitas Madrasah

a. Gambaran Obyek MI Al-Falah

1. Muatan dan Struktur Kurikulum ............................................. 79

2. Kegiatan Pembelajaran PAI di MI Al-Falah ............................ .82

xi

3. Penilaian Pembelajaran PAI di MI Al-Falah ............................ 83

a. KKM Mapel PAI di MI Al-Falah ............................... 84

b. Kriteria Kegiatan Pengembangan Diri ....................... 84

E. Gambaran Umum MIN Krincing

1. Sejarah Berdirinya MIN Krincing Secang ...................... . 84

2. Visi, Misi dan Tujuan Madrasah ...................................... 89

3. Kondisi Obyektif Madrasah

a. Sarana dan Prasarana MIN Krincing .......................... 91

b. Keadaan Siswa .......................................................... 92

F. Gambaran Obyek Penelitia MIN Krincing............................. 93

1. MuatanKurikulum MIN Krincing Secang........................... 93

2. Kegiatan Pembelajaran PAI di MIN Krincing Secang ...... 97

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Inovasi Pembelajaran PAI di MI Kabupaten Magelang ............... 109

B. Implementasi Inovasi Pembelajaran PAI di MI Kabupaten

Magelang ........................................................................................ 129

C. Implikasi Inovasi Pembelajaran PAI di MI Kabupaten Magelang.. 144

BAB V PENUTUP .............................................................................................145

1. Simpulan................................................................................................... 145

2. Saran.........................................................................................................152

DAFTAR PUSTAKA............................................................................ 154

LAMPIRAN.............................................................................................157

BIOGRAFI PENULIS............................................................................ 165

xii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Sarana dan prasarana MI Al-Islam Tonoboyo................................... ....60

1.2 Nama Guru dan Karyawan MI Al-Islam Tonoboyo ...............................61

1.3 Jadwal Kegiatan Pengembangan Diri MI Al-Isla....................................68

1.4 Penilaian Kegiatan Pengembangan Diri MI Al-Islam..............................69

1.5 Kriteria Ketuntasan Minimum Mapel PAI MI Al-Islam ....................... 70

1.6 KKM Mapel PAI MI Al-Islam semester gena ..................................... .71

2.1 Tenaga Kependidikan MI Al-Falah Kaliangkrik... .................................81

2.2 Struktur Kurikulum PAI MI Al-Falah Kaliangkrik... ..............................81

2.3 KKM Mapel PAI MI AL-Falah Kaliangkrik ..........................................90

2.4 Alokasi Waktu Kegiatan Pengembangan Diri MI al-Falah

Kaliangkrik...............................................................................................90

2.5 Alokasi Waktu Kegiatan Pengembangan Diri MI al-Falah

Kaliangkrik...............................................................................................90

3.1 Jadwal Kegiatan Pengembangan Diri di MIN Krincing Secang..... ... 106

3.2 Penilaian Kegiatan Pengembangan Diri MIN Krincing ........................107

3.3 Struktur Kurikulum MIN Krincing Secang ........................................104

3.4 Pengaturan Beban Belajar di MIN Krincing..........................................105

3.5 KKM Mata Pelajaran di MIN Krincing Secang ....................................105

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Lembaga Pendidikan Islam bisa dikategorikan lembaga industri mulia (noble

Industry) karena mengemban misi ganda yaitu profit dan sosial. Profit untuk

mencapai keuntungan, ini dapat dicapai dengan efisiensi dan efektivitas dana

bisa tercapai, sehingga pemasukan (income) lebih besar dari biaya operasional.

Misi sosial untuk mewariskan dan menginternalisasikan nilai-nilai luhur.

Kedua misi ini dapat dicapai secara maksimal apabila lembaga pendidikan

Islam tersebut memiliki modal human-capital dan social capital yang

memadai serta keefektifan efisiensi yang tinggi. Itulah sebabnya mengelola

lembaga pendidikan Islam tidak hanya dibutuhkan profesionalisme yang

tinggi tetapi juga niat yang suci1 termasuk di dalamnya menginovasi

pelaksanaan pembelajaran agama Islam.

Pada dasarnya pendidikan Islam menekankan bimbingan bukan

pengajaran yang mengandung otoritatif pihak pelaksana pendidikan (guru)

dengan bimbingan sesuai ajaran-ajaran Islam. Maka anak didik mempunyai

ruang gerak untuk mengaktualisasikan segala potensi yang dimilikinya. Guru

berfungsi sebagai fasilitator petunjuk jalan ke arah penggalian potensi anak.2

1 Sutiah dkk, Manajemen Pendidikan Aplikasinya dalam Penyusunan Rencana

Pengembangan Sekolah/ Madrasah, Jakarta: Pernada media Group, 2009, 5. 2 Azymardi Azra, Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru,

Jakarta: Wacana Ilmu, 2002, 6- 7.

2

Perkembangan teknologi dan informasi yang cepat dalam berbagai aspek

kehidupan termasuk dalam bidang pendidikan merupakan upaya

menjembatani masa sekarang dan masa yang akan datang dengan

memperkenalkan pembaharuan-pembaharuan yang lebih mengarah pada

efektivitas dan efisiensi. Kebutuhan akan layanan kepada peserta didik dan

perbaikan kesempatan belajar bagi mereka telah menjadi pendorong utama

timbulnya pembaharuan pendidikan. Oleh karena itu lembaga pendidikan

harus mampu mengantisipasi perkembangan tersebut dengan terus menerus

mengupayakan suatu program yang sesuai perkembangan anak,

perkembangan zaman, situasi dan kondisi peserta didik.

Madrasah ibtidaiyah sebagai satu bagian dari lembaga pendidikan Islam

yang merupakan lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia setelah pondok

pesantren yang didirikan oleh para tokoh masyarakat sebagai lembaga

pendidikan untuk memahami agama Islam. Masyarakat pada umumnya

memasukkan anaknya ke lembaga pendidikan madrasah ibtidaiyah dengan

tujuan agar mereka dapat memahami agama, terampil membaca al-Qur’an dan

berakhlak mulia dan menjadi anak yang soleh dan sholehah.

Madrasah ibtidaiyah yang sebelum terbit SKB tiga menteri menerapkan

kurikulum pendidikan agama 70% dan pendidikan umum 30%, maka sejak

turun SKB tiga menteri berubah menjadi 70% pelajaran umum dan 30%

pelajaran agama walaupun secara tersirat diharapkan agar madrasah

3

3ibtidaiyah menerapkan pendidikan agama 100% dan pendidikan umum

100%.

Sehingga dari situlah mulai timbul pro kontra dari para tokoh pendiri

tentang keberadaan madrasah sebagai lembaga tafaquhuddin. Dengan

berubahnya kurikulum pendidikan agama mereka meragukan lembaga

pendidikan Islam sebagai lembaga yang mencetak generasi muda yang

menguasai agama Islam. Kemudian mereka mendirikan madrasah diniyah.

Namun di sisi yang lain sebagian dari mereka lega karena keberadaan

madrasah ibtidaiyah diakui sejajar dengan sekolah dasar sebagai lembaga

pendidikan formal di Indonesia.

Dalam perjalanannya berdasarkan kebijakan pemerintah banyak madrasah

ibtidaiyah swasta yang dijadikan madrasah ibtidaiyah negeri. Namun banyak

pula madrasah ibtidaiyah yang mempertahankan eksistensinya sebagai

madrasah ibtidaiyah swasta di bawah naungan sebuah yayasan. Sehingga

obyek penelitian yang penulis teliti adalah madrasah ibtidaiyah negeri dan

swasta.

Namun, berdasarkan fenomena yang ada banyak orang tua atau

masyarakat yang enggan memasukkan anaknya ke madrasah ibtidaiyah.

Mereka lebih memilih memasukkan anaknya ke sekolah dasar. Madrasah

ibtidaiyah hanya dijadikan alternatif kedua bila anaknya tidak diterima di

sekolah dasar, barulah dimasukkan ke madrasah ibtidaiyah. Hal itu terjadi

3 Marwan Saridjo, Bunga Rampai Pendidikan Agama Islam, Direktorat Jenderal

Pembinaaan Kelembagaan Agama Islam, Jakarta : CV Amisco Jakarta, 1996, 127.

4

karena anggapan masyarakat agar anaknya bisa menguasai pendidikan umum

harus masuk ke sekolah dasar sedangkan di madrasah ibtidaiyah hanya

mengajarkan agama saja.

Padahal sejak tahun 1994 lembaga pendidikan madrasah ibtidaiyah sudah

merupakan sekolah dasar yang bercirikan Islam. Dalam pendikan umum,

kurikulum pendidikan umum sama dengan kurikulum di sekolah dasar,

Sedangkan dalam pendidikan agama Islam lebih banyak dalam materinya

maupun alokasi waktunya. Ketika ada pembaharuan kurikulum dari kurikulum

berbasis kompetensi, kurikulum Tingkat Satuan pendidikan sampai kurikulum

2013 madrasah ibtidiyah juga melakukan hal tersebut baik itu dalam materi

pendidikan umum maupun pendidikan agama Islam.

Ada juga sebagian masyarakat berasumsi bahwa belajar di madrasah

ibtidaiyah serba tanggung. Mata pelajaran umumnya tidak matang, pendidikan

agamanya juga dianggap tidak matang. Padahal berdasarkan fenomena yang

ada, banyak madrasah ibtidaiyah yang melakukan inovasi untuk meningkatkan

mutu pembelajarannya misalnya dengan memberikan jam tambahan di luar

jam pelajaran seperti mengambil guru dari lembaga pendidikan pesantren atau

alumninya untuk meningkatkan pembelajaran agama Islam. Melakukan

kegiatan sholat berjamaah dan rangkaiannya. Melakukan kegiatan peringatan

hari besar Islam seperti Maulid Nabi dan kegiatan Qurban di sekolah.

Untuk meningkatkan kualitas pembelajaranya madrasah ibtidaiyah telah

melakukan beberapa pembaharuan misalnya banyaknya guru yang sudah

5

memenuhi kualisi akademik dalam mengajar seperti berijazah S.1 pendidikan,

banyaknya guru yang mengikuti work shop atau pelatihan untuk

meningkatkan kualitas pembelajarannya dan memenuhi standar nasional

pendidikan dengan nilai akreditasi B mendekati A.

Disamping itu berdasarkan evaluasi yang dilakukan oleh Dinas

Pendidikan Nasional Kabupaten Magelang tahun 2011 peringkat tertinggi

ujian nasional juga diraih siswa Madrasah Ibtidaiyah Al-Huda Donorejo

Mertoyudan. Bahkan ada salah satu siswa Madrasah Ibtidaiyah Al-Huda

Mertoyudan yang memperoleh peringkat 10 tingkat propinsi.4

Untuk itulah penulis ingin mengetahui lebih jauh tentang pembaharuan

atau inovasi yang telah dilakukan lembaga pendidikan madrasah ibtidaiyah

terutama dalam melakukan inovasi dalam pembelajaran agama Islam. Untuk

mengfokuskan permasalahan, madrasah ibtidaiyah yang akan penulis teliti

adalah madrasah ibtidaiyah yang berada di Kabupaten Magelang.

Adapun yang menjadi subyek penelitiannya adalah Madrasah Ibtidaiyah

Al Islam Tonoboyo Kecamatan Bandongan di Kabupaten Magelang,

Madrasah Ibtidaiyah Al Falah di Kecamatan Kaliangkrik dan Madrasah

Ibtidaiyah Negeri Secang. Dengan demikian penulis mengambil judul

penelitian “ Inovasi Pembelajaran Agama Islam di Madrasah Ibtidaiyah di

Kabupaten Magelang ( Studi Situs Madrasah Ibtidaiyah Al Islam Tonoboyo

4 Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Magelang, Evaluasi Ujian Nasional yang

diadakan di kantor Dinas Pendidikan Nasional kabupaten Magelang pada tanggal 12 Juni 2013.

6

Bandongan, Madrasah Ibtidaiyah Al Falah Kaliangkrik, dan Madrasah

Ibtidaiyah Negeri Secang) tahun ajaran 2014- 2015”

B. Rumusan dan Batasan Masalah

1. Batasan Masalah

Dari latar belakang masalah tersebut lembaga pendidikan Islam yaitu

madrasah ibtidaiyah dihadapkan pada berbagai permasalahan seperti animo

masyarakat yang lebih suka memasukkan anaknya ke sekolah dasar, di satu

sisi kita membutuhkan generasi yang mempunyai dan mengamalkan nilai-

nilai luhur berdasarkan ajaran Islam untuk mempersiapkan diri dalam

menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terjadi pada

masa yang akan datang. Lembaga madrasah Ibtidaiyah sebagai sekolah dasar

yang bercirikan Islam harus mampu mengatasi permasalahan di atas. Untuk

itu diperlukan inovasi atau pembaharuan yang dilakukan oleh madrasah

ibtidaiyah terutama dalam pembelajaran agama Islam untuk mengembalikan

kepercayaan masyarakat bahwa madrasah juga mampu memberikan

pendidikan umum kepada peserta didik tetapi juga mampu menanamkan nilai-

nilai luhur agama Islam dengan beberapa inovasi yang dilakukan.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah yang dikemukakan di atas, maka masalah-

masalah itu dapat dirumuskan berupa pertanyaan- pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana cara madrasah ibtidaiyah melakukan inovasi pembelajaran

agama Islam di Kabupaten Magelang.

7

2. Bagaimana cara mengimplementasikan inovasi pembelajaran agama

Islam di Kabupaten Magelang pada tahun 2014/ 2015

3. Apa implikasi dari pelaksanaan inovasi pembelajaran Agama Islam

pada madrasah ibtidaiyah di Kabupaten Magelang.

C. Signifikansi Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun penelitian ini kami lakukan dengan dengan tujuan untuk

1. Mengetahui cara madrasah ibtidaiyah melakukan inovasi pembelajaran

dalam pendidikan agama Islam

2. Mengetahui implementasi inovasi pembelajaran agama Islam di

Kabupaten Magelang pada tahun 2014/ 2015

3. Apa implikasi dari inovasi pembelajaran agama Islam yang telah

dilakukan madrasah ibtidaiyah di kabupaten magelang pada tahun

2014/2015

2. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini dapat dibedakan menjadi

dua yaitu:

a) Manfaat teoritis

Secara teoritis penelitian ini bermanfaat untuk menyempurnakan

penelitian yang telah dilakukan sebelumnya tentang cara madrasah

melakukan inovasi atau pembaharuan. Inovasi itu bisa diterapkan pada

8

lembaga pendidikan yang lain. Terutama dalam melakukan inovasi

pembelajaran agama Islam pada umumnya dan inovasi pembelajaran

agama Islam pada lembaga pendidikan madrasah ibtidaiyah secara

lebih spesifiknya.

b) Manfaat Praktis

Secara praktis penelitian ini bermanfaat untuk

1. Guru-guru dan guru-guru agama Islam pada khususnya untuk

menerapkan inovasi pembelajaran agama Islam yang dilakukan

madrasah ibtidaiyah.

2. Pengelola madrasah ibtidaiyah dan sekolah pada umumnya dapat

menerapkan inovasi pembelajaran Agama Islam ini sehingga

eksistensinya diakui oleh masyarakat.

3. Kepala sekolah sebagai manager sekolah dapat memasukkan

inovasi pembelajara agama Islam ini dalam kurikulum sekolahnya.

D. Kajian Pustaka

Kajian pustaka ini meliputi dua hal yaitu penelitian terdahulu dan

kerangka teori. Sebenarnya telah ada penelitian tentang inovasi pembelajaran

agama Islam, misalnya:

9

Muhammad Ali Sadikin5 dalam tesisnya menyimpulkan bahwa inovasi

guru sangat penting agar peserta didik bisa mengikuti pembelajaran agama

Islam dengan menggunakan metode yang bervariasi.

Kalau dalam tesis di atas hanya menyoroti inovasi yang perlu dilakukan

guru dalam pembelajaran PAI dengan memilih metode yang tepat, maka

penelitian yang akan penulis lakukan lebih dari itu, yaitu inovasi yang

dilakukan oleh sebuah lembaga pendidikan madrasah ibtidaiyah untuk

mempertahankan eksistensi mutu kelembagaannya.

Tesis yang ditulis oleh Hidayad6 dalam penelitiannya yang menggunakan

pendekatan kualiatif dan analisa datanya menggunakan analisa deskriptif

menyimpulkan bahwa kegiatan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di

luar jam pelajaran merupakan kegiatan untuk mengaktualisasikan

pembelajaran Agama Islam di dalam jam pembelajaran Agama Islam dan

sebagai faktor pendukung dan merupakan kurikulum yang tersembunyi.

Berbeda dengan fenomena yang peneliti temui, kegiatan pembelajaran

agama Islam di luar jam pelajaran di madrasah ibtidaiyah yang penulis teliti

merupakan kurikulum yang sudah terstruktur dan terencana di dalam

melakukan inovasi pembelajaran Agama Islam dan sebagai penyempurna

kegiatan Pembelajaran Agama Islam di dalam jam pelajaran.

5 Muhammad Ali Sadikin, Inovasi Guru dalam Penggunaan Metode dan Bahan Ajar

Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar Nasima Semarang, Semarang: Program

Pascasarjana IAIN Walisongo Semarang, 2013, 3- 21. 6 Hidayad, Pembelajaran Agama Islam sebagai Laboratorium Sosial Pendidikan Agama

Islam di SMA Negeri I Jepara Rintisan Sekolah Berstandar Internasional, Semarang: Program

Pascasarjana IAIN Walisongo Semarang, 2011, 2, 24.

10

Akhri Isti’anah7 dalam tesisnya dengan menggunakan pendekatan

kuantitatif dan analisa datanya menggunakan korelasi parsial korelasi bivarian

dengan variabel bebas Peran Tenaga Pendidik dan Desain Pembelajaran PAI

dan variabel terikatnya adalah motivasi masyarakat menyimpulkan bahwa

peran tenaga pendidik dan desain Pembelajaran dan Motivasi Masyarakat di

MIN Sumberejo sangat baik dengan angka 62,5% dan Desain Pembelajaran

PAI 64,9% dan motivasi masyarakat 52,7%. Sedangkan di MIN Mlangen

peran tenaga pendidik 71,1% dan Desain Pembelajaran 50% Motivasi

Masyarakat 55,9%. Hubungan peran tenaga pendidik dan desain pembelajaran

PAI dengan motivasi masyarakat di MIN Sumberejo sangat baik dengan

interval 16 presentasi 52,7%. Sedangkan di MIN Mlangen hubungan peran

tenaga pendidik dan desain pembelajaran PAI dengan motivasi masyarakat

baik dengan interval 16 dan presentasi 55, 9%.

Apabila dengan penelitian kuantitatif saja dapat kita lihat bahwa dengan

guru yang profesional dalam mengembangkan desain pembelajaran

Pendidikan Agama Islam bisa meningkatkan motivasi masyarakat untuk

memasukkan anaknya ke lembaga pendidikan madrasah ibtidaiyah maka

inovasi dalam pembelajaran agama Islam diharapkan bisa meningkatkan

motivasi masyarakat untuk memasukkan anaknya ke madrasah ibtidaiyah.

Oleh karena itu penelitian yang penulis lakukan untuk bisa menyempurnakan

penelitian sebelumnya dengan menggunakan pendekatan kualitatif.

7 Akhri Isti’anah, Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan Motivasi

Masyarakat di MIN Sumberejo Mertoyudan, MIN Mlangen Salaman tahun 2013/2014, Salatiga:

Program Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri Salatiga, 2013, 3- 4.

11

Muchamad Arifin8 dalam dalam tesisnya dengan fokus penelitiannya

mengenai manajemen Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SDIT

Assalamah dan SDI Assalamah dengan subyek penelitiannya kepala sekolah,

wakil kepala sekolah bagian kurikulum dan siswa dengan menggunakan

metode observasi, wawancara dan dokumentasi dalam mengumpulkan datanya

penelitian yang digunakan menggunakan pendekatan kualitatif dan analisa

datanya menggunakan analisa diskriptif menunjukkan hasil bahwa manajemen

pembelajaran agama Islam di SDIT Assalamah dengan SDI Istiqomah berbeda

dalam perencanaan program yang dijalankan.

Dalam struktur kurikulum, perencanaan, dan jumlah jam pertemuan dalam

satu minggu di SDIT Assalamah 35 menit perjam. Pembelajaran PAI di SDIT

Assalamah dimulai kelas 5-6. Kurikulum lokal yang menjadi ciri khas adalah

khitobah, tahsin, tahfidz, dan tilawah. Sedangkan Pendidikan agama Islam di

SDI Istiqomah 105 menit atau tiga jam pertemuan dalam satu minggu mulai

kelas 1-6. Adapun yang menjadi ciri khas keunggulan adalah tartil, tahfidz dan

khot. Dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama Islam di SDIT

Assalamah guru PAI mendapat penghargaan yayasan apabila mereka dapat

memenuhi rapor guru yang telah ditetapkan yayasan secara holistik sedangkan

di SDI Istiqomah guru mendapat penghargaan secara insidentil. Proses

pembelajaran di SDIT Assalamah menggunakan proses pembelajaran model

full day school sedangkan di SDI proses pembelajarannya menggunakan

8 Muchamad Arifin, Manajemen Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Studi

komparasi SDIT Assalamah dengan SD I Istiqomah Kecamatan Tengaran Barat kabupaten

Semarang tahun 2013/2014) , Salatiga, 2014, 3- 4.

12

model sesuai standar yayasan. Dari diskripsi di atas Muchamad Arifin

menyimpulkan bahwa kepala sekolah, guru PAI, wakil kepala sekolah bagian

kurikulum harus bersinergi dalam melakukan manajemen pembelajaran PAI

secara profesional.

Kalau penelitian yang dilakukan Muchamad Arifin adalah manajemen

pembelajaran PAI di sekolah dasar Islam sedangkan yang akan penulis teliti

adalah inovasi yang dilakukan madrasah ibtidaiyah dalam pembelajaran

agama Islam. Antara inovasi pembelajaran pendidikan agama Islam dengan

manajemen pembelajaran agama Islam ini juga saling berkaitan sehingga

diharapkan penelitian yang kami lakukan ini bisa melengkapi penelitian yang

telah dilakukan sebelumnya.

Dari penelitian-penelitian yang telah ada di atas dapat kita lihat penelitian

yang telah dilakukan adalah inovasi dalam metode dan bahan ajarnya.

Sedangkan yang berkaitan dengan pembelajaran pendidikan agama Islam

membahas tentang desain dan manajemen pembelajarannya. Adapun yang

akan penulis teliti adalah tentang inovasi pembelajaran agama Islam. Dengan

demikian antara desain pembelajaran, manajemen pembelajaran ini saling

berhubungan diharapkan penelitian ini bisa melengkapi penelitian yang telah

dilakukan sebelumnya.

E. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

13

Penelitian yang penulis lakukan ini merupakan jenis penelitian

lapangan atau Field Research. Pengumpulan datanya dikumpulkan di

lapangan yaitu di lembaga pendidikan dasar madrasah ibtidaiyah.

Penelitian ini penulis mulai dengan mengadakan observasi di lapangan

untuk mengetahui kegiatan inovasi yang dilakukan madrasah ibtidaiyah di

Madrasah Ibtidaiyah Al Islam Tonoboyo Bandongan, Madrasah Ibtidaiyah

Al- Falah Kaliangkrik dan Madrasah Ibtidaiyah Negeri Krincing Secang.

2. Pendekatan Penelitian

Adapun pendekatan penelitian yang penulis gunakan adalah

menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif adalah prosedur

penelitian yang menghasilkan data diskriptif berupa kata-kata tertulis

atau lesan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.9

Menurut teori penelitian kualitatif, agar penelitiannya dapat betul-

betul berkualitas, data yang dikumpulkan harus lengkap, yaitu data primer

dan data sekunder. Data primer adalah data dalam bentuk verbal atau kata-

kata yang diucapkan secara lesan, gerak-gerik atau atau perilaku yang

dilakukan subjek yang dapat dipercaya, dalam hal ini subjek penelitian

yang berkenaan dengan variabel yang diteliti. Data sekunder adalah data

yang diperoleh dari dokumen-dokumen grafis (tabel, catatan, notulen

9 Lexy, J Moeloeng, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosyada,

1993, 3.

14

rapat, SMS, ) foto-foto, film, rekaman video, atau benda-benda lain yang

dapat memperkaya data primer.10

Karena obyek yang akan penulis teliti tentang inovasi

pembelajaran agama Islam di MI Al-Islam Tonoboyo Bandongan, MI Al-

Falah Kaliangkrik, MIN Secang, maka data primernya penulis peroleh dari

hasil wawancara terhadap kepala madrasah, guru- guru dan siswa serta

pengamatan yang penulis lakukan terhadap kepala madrasah maupun

guru-guru yang ada di MI Al-Islam Tonoboyo bandongan, MI Al-Falah

Kaliangkrik serta MIN Krincing Secang. Adapun data sekundernya bisa

penulis cari lewat KTSP berkarakter yang telah dibuat oleh MI Al- Islam

Tonoboyo, MI Al-Falah Kaliangkrik dan MIN Secang. Selain itu juga

foto-foto tabel atau catatan yang berkaitan dengan inovasi pembelajaran

agama Islam baik yang berada di MI Al Islam Tonoboyo Bandongan, MI

Al-Falah Kaliangkrik dan MIN Krincing Secang.

Dalam aspek pola pikir, penelitian kualitatif menggunakan pola pikir

induktif. Pola pikir induktif adalah menarik kesimpulan dari hal- hal yang

khusus menuju ke hal-hal yang umum. Penelitian kualitatif bertujuan

menyusun konsep berdasarkan hasil analisa data empiris. Penelitian

Kualitatif menggunakan desain tidak lengkap terbuka untuk perubahan.

10 Lexy, J Moeloeng, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosyada,

1993, 3.

15

Dalam aspek strateginya, penelitian kualitatif memahami dan mencari

makna di balik tingkah laku yang nampak pada subjek penelitian.

Penelitian kualitatif menggunakan analisa diskriptif kualitatif. Penelitian

kualitatif fokus penelitiannya pada proses dan makna di balik kejadian.

3. Subyek dan Lokasi Penelitian

Karena permasalahan yang akan teliti tentang inovasi pembelajaran

agama Islam di Kabupaten Magelang maka yang menjadi subyek

penelitiannya adalah guru-guru di MI Al-Islam Tonoboyo Bandongan, MI

Al-Falah Kaliangkrik dan MIN Krincing Secang. Sedangkan lokasi

penelitiannya bukan semua madrasah ibtidaiyah penulis teliti. Akan tetapi

penulis mengambil sampel tiga madrasah yang ada di Magelang. Ketiga

madrasah tersebut telah merupakan salah satu bagian dari madrasah

unggulan yang ditunjuk Kementrian Agama Kabupaten Magelang. Yang

dimaksud madrasah unggulan di sini yaitu madrasah yang menyusun

sendiri Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Berkarakter dari masing-

masing tim madrasah yang disetujui oleh dewan guru, komite sekolah dan

disyahkan oleh Kepala Mapenda Kabupaten Magelang. Madrasah

unggulan tersebut diambil dari setiap kecamatan satu madrasah swasta dan

lima Madrasah Ibtidaiyah Negeri.

MI Al-Islam Tonoboyo yang berada di kecamatan Bandongan mewakili

madrasah yan berdekatan dengan lokasi lembaga pendidikan pesantren.

Dalam pembelajaran agama Islam melibatkan alumni pondok pesantren.

16

Di dekat MI Al Islam Tonoboyo yang hanya berseberangan dengan jalan

raya terdapat Sekolah Dasar Negeri I Tonoboyo.

MI Al-Falah Kaliangkrik yang berdiri sebelum lahir lembaga

pendidikan Pondok Pesantren Damarjati berdiri. Setelah Pondok Pesantren

Damarjati berdiri, maka banyak siswa belajar di madrasah tersebut.

Dalam pembelajaran agama Islam berdiri sendiri tidak melibatkan ustadz

yang ada di pondok pesantren.

MIN Secang merupakan salah satu Madrasah Ibtidaiyah Negeri dari

lima Madrasah Ibtidaiyah Negeri yang ada di Kabupaten Magelang. MIN

Secang di lintas jalan raya propinsi antara Magelang-Semarang. Letaknya

berjauhan dengan Sekolah Dasar Negeri.

Ketiga madrasah ibtidaiyah yang tersebut di atas peneliti anggap bisa

mewakili madrasah ibtidaiyah unggulan yang ada di Kabupaten Magelang

dalam melakukan inovasi pembelajaran agama Islam di Kabupaten

Magelang. Inovasi pembelajaran agama Islam yang termuat di dalam

KTSP Berkarakter itu tidak hanya inovasi pembelajaran agama Islam

dalam kegiatan Pembelajaran yang ada di dalam kelas tetapi juga inovasi

pembelajaran agama Islam yang ada di luar jam pelajaran sebagaimana

yang sudah tertuang dalam KTSP berkarakter. Adapun kurun waktu yang

penulis lakukan yaitu dari proses pembuatan KTSP berkarakter dalam

pembelajaran Agama Islam yang dibuat tahun 2014 dan

diimplementasikan dari tahun 2014 dan pada tahun 2015 dapat kita lihat

17

implikasinya. Oleh karena itu lokasi yang penulis pilih untuk melakukan

penelitian yaitu di Madrasah Ibtidaiyah Al- Islam Tonoboyo Bandongan.

Madrasah Ibtidaiyah Al-Falah Kaliangkrik dan Madrasah Ibtidaiyah

Negeri Krincing Secang. Adapun inovasi pembelajaran agama Islam yan

akan penulis teliti adalah sejak dibuatnya KTSP berkarakter yaitu dari

tahun 2014 sampai dengan tahun 2015.

4. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian kualitatif ini penulis menggunakan berbagai prosedur

pengumpulan data dalam rangka menegaskan wawasan yang sedang

dikembangkan dan menjamin kepercayaan data yang dikumpulkan.

Metode yang tepat bagi penelitian kualitatif adalah campuran berbagai

sumber data dan berbagai metode. Sumber data dapat berupa manusia,

benda, situasi, kejadian, penampilan dan perilaku orang ( atau makhluk

lain seperti hewan), dan berbagai bentuk tulisan,gambar, grafik, serta

bentuk- bentuk grafis lainnya. Maka dalam mengumpulkan data ini penulis

menggunakan sumber data primer dari pelaku inovasi pembelajaran agam

Islam itu sendiri maupun data-data sekunder seperti foto-foto, catatan dan

tabel, hasil rekaman atau dokumen lain yang berkaitan dengan inovasi

pembelajaran Agama Islam.

Metode yang digunakan juga harus bermacam- macam , yaitu angket,

wawancara, pengamatan, pencermatan, dan lain- lain. Dengan

menggunakan berbagai metode memungkinkan pemahaman fenomena

18

yang dikaji semakin jelas. Dalam penelitian apapun sebenarnya prinsip

triangulasi sangat penting. (tri = tiga, angulasi = sudut ). Ada dua cara

yang dilakukan oleh peneliti dalam melakukan triangulasi, yaitu:

1. Triangulasi dengan sumber yang sama tetapi dengan metode yang

berbeda

2. Triangulasi dengan metode yang sama tetapi sumber data berbeda.

Dengan adanya triangulasi diharapkan sekurang- kurangnya ada tiga

langkah yang dilakukan oleh peneliti, yaitu:

1. Mencemati data apa yang masih memerlukan tambahan informasi agar

hasil penelitian yang dilakukan bertambah kualitasnya.

2. Menentukan apakah dalam triangulasi tersebut harus dilakukan dengan

memperbanyak sumber data atau memperbanyak metode.

3. Melakukan pengumpulan data secara lebih hati- hati dan cermat agar

pekerjaannya tidak sia-sia dan hanya menambah waktu saja.

Oleh karena itu dalam mengumpulkan data penulis menggunakan

berbagai metode, diantaranya:

1. Metode Wawancara.

Metode wawancara disebut juga metode interview yaitu pengajuan

pertanyaan secara lesan kepada sumber data dan dilakukan secara

19

sistematis11

dan berlandaskan pada tujuan penelitian. Dalam hal ini

peneliti melakukan interview terpimpin yaitu pewawancara

mempersiapkan questioner yang akan diajukan kepada informan

tetapi penyampaiannya secara bebas.12

Dalam melakukan penelitian

ini penulis melakukan wawancara kepada kepala sekolah, guru, wali

murid siswa atau tokoh masyarakat berkaitan dengan inovasi

pembelajaran agama Islam yang telah dilakukan madrasah ibtidaiyah

negeri maupun swasta.

Adapun instrumen yang peneliti gunakan untuk melakukan

wawancara pedoman wawancara adalah daftar pertanyaan yang sudah

penulis siapkan

2. Metode Observasi

Dalam mengumpulkan data-data penulis berusaha melakukan

pengamatan langsung terhadap kegiatan inovasi pembelajaran agama

Islam baik dalam pelaksanaannya maupun dalam managemen

pengelolaannya.

3. Metode Dokumentasi

Dalam mengumpulkan data-data, penulis juga menggunakan

dokumen-dokumen yang berkaitan berkaitan dengan penelitian yang

11

Winarno Surachmad, Penelitian ilmiah Dasar, Metode dan Tekhnik, Bandung : Tarsito,

1990, 162. 12

Dudung Abdurrohman, Pengantar Metode Penelitian, Yogyakarta: Rineka Cipta, 1992,

202.

20

ada di Madrasah Ibtidaiyah al-Islam Tonoboyo Bandongan, Madrasah

Ibtidaiyah Al- Falah Kaliangkrik maupun yang ada di Madrasah

Ibtidaiyah Negeri Secang. Adapun dokumen- dokumen itu misalnya

tentang foto- foto yang berkaitan dengan inovasi pembelajaran

pendidikan agama Islam, KTSP Berkarakter, Data Emis lembaga,

pendidik maupun siswa.

Di samping itu peneliti juga mengkaji beberapa literatur atau buku

yang berkaitan dengan inovasi pembelajaran Pendidikan Agama

Islam di madrasah ibtidaiyah.

5. Analisis Data

Analisa data memiliki fungsi untuk menjawab permasalahan

penelitian yaitu bagaimana pelaksanaan inovasi pembelajaran

pendidikan agama Islam di madrasah ibtidaiyah sehingga bisa

menambah wawasan bagi para guru agama Islam pada umumnya dan

guru Agama Islam pada madrasah ibtidaiyah pada umumnya.

Mengingat dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif

maka analisa data dimulai dari lapangan dengan menggunakan

analisis deskriptif yaitu mendeskripsikan dan menganalisa data semua

hal yang menjadi fokus penelitian.13

13

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan dan Praktek, Yogyakarta:

Rineka Cipta, 1992, hlm. 202.

21

Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisa

data non statistik, yaitu menganalisa data yang digambarkan dengan

kata-kata, menguraian serta mengadakan penafsiran data-data yang

diperoleh.

Adapun metode berfikir yang peneliti gunakan adalah metode

induktif yaitu berangkat dari faktor-faktor khusus kemudian faktor-

faktor itu ditarik generalisasi yang bersifat umum.

Dalam penelitian ini triangulasi data dilakukan. Triangulasi yang

dimaksud di sini adalah mengamati data hasil wawancara dengan

hasil pengamatan.

a. Reduksi Data

Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan

perhatian pada penyederhanaan pengabstrakan dan transformasi

data-data kasar yang muncul dari catatan-catatan yang tertulis di

lapangan. Reduksi data bukan suatu hal yang terpisah dari analisa

data.

b. Penyajian data

Penyajian data di sini dibatasi sebagai penyajian sekumpulan

informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan

kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dalam penyajian data akan

dianalisis data yang bersifat deskriptif analisis, menguraikan

22

seluruh konsep yang berhubungan dengan pembahasan penelitian.

Oleh karena itu semua data di lapangan yang berupa dokumentasi

hasil wawancara dan dokumen hasil observasi akan dianalisis

sehingga memunculkan deskripsi tentang inovasi pembelajaran

pendidikan agama Islam di madrasah ibtidaiyah

c. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan dari penggambaran yang utuh dari obyek

yang diteliti atau konfigurasi yang utuh dari obyek penelitian.

Proses penarikan kesimpulan berdasarkan pada gabungan

informasi yang tersusun dalam bentuk yang padu pada penyajian

data. Melalui informasi tersebut peneliti mendapat apa yang diteliti

dan menentukan kesimpulan yang benar mengenai obyek

penelitian.

Di samping menggunakan pendekatan kualitatif peneliti juga

menggunakan metode library research yaitu menganalisa data

dengan menggunakan literatur-literatur yang berkaitan dengan

permasalahan di atas.

F. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan tesis ini penulis bagi menjadi lima bab. Bab pertama

tentang pendahuluan yang berisi latar belakang masalah,rumusan masalah,

tujuan masalah, signifikansi penelitian, kajian pustaka yang terdiri dari

23

tinjauan pustaka dan kajian teori penelitian terdahulu serta metode

penelitian.

Bab dua berisi tentang landasan teori yang digunakan untuk

membahas inovasi pembelajaran agama Islam di madrasah ibtidaiyah

Kabupaten Magelang yang berisi tentang inovasi pembelajaran agama

Islam, sejarah madrasah ibtidaiyah, kronologi inovasi kurikulum yang

telah dilakukan madrasah ibtidaiyah

Bab tiga berisi tentang data-data yang telah penulis kumpulkan

yang berisi tentang sejarah berdirinya Madrasah Ibtibaiyah Al-Falah

Kaliangkrik, Madrasah Ibtibaiyah Al-Islam Tonoboyo Magelang,

Madrasah Ibtidaiyah Negeri Secang sebagai sampel penelitian yang

mewakili dari madrasah yang ditunjuk sebagai madrasah unggulan. Profil

dari tiga madrasah tersebut, dan beberapa inovasi pembelajaran agama

Islam yang telah dilakukan madrasah ibtidaiyah tersebut berdasarkan hasil

wawancara dan observasi.

Bab empat berisi tentang analisa data dari data-data yang penulis

kumpulkan sehingga akan diketahui tentang bagaimana pelaksanaan

inovasi pembelajaran pendidikan agama Islam yang telah dilakukan

lembaga pendidikan madrasah ibtidaiyah yang ada di Kabupaten

Magelang.

Bab lima berisi penutup atau kesimpulan dari hasil penelitian yang

penulis lakukan.

24

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pendidikan Agama Islam di Madrasah Ibtidaiyah

1. Sejarah Madrasah Ibtidaiyah setelah SKB Tiga Menteri

Berdasarkan SKB ( Surat Keputusan Bersama) tiga menteri yaitu menteri

Agama, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, dan Menteri Dalam Negeri

nomor16 tahun 1975, Nomor 037/4/1975 dan Nomor 36 tahun 1975 tentang

peningkatan mutu pendidikan pada madrasah ditetapkan bahwa standar

pendidikan madrasah sama dengan sekolah umum, ijazahnya mempunyai nilai

yang sama dengan sekolah umum dan lulusannya dapat melanjutkan ke sekolah

umum setingkat lebih atas dan siswa madrasah dapat berpindah ke sekolah

umum yang setingkat. Lulusan madrasah Aliyah dapat melanjutkan kuliah ke

perguruan tinggi umum dan agama.

Pemerintah orde baru melakukan langkah konkret berupa penyusunan

Undang- Undang Nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Dalam konteks ini definitif tentang madrasah diberikan melalui keputusan-

keputusan yang lebih operasional dan dimasukkan ke dalam kategori

pendidikan sekolah tanpa menghilangkan karakter keagamaannya. Melalui

upaya ini madrasah berkembang secara terpadu di dalam sistem pendidikan

nasional.1

1 Maksum, Madrasah Sejarah dan Perkembangannya, Jakarta: Logos Wacana Ilmu,

1999,130- 131.

25

Pada masa orde baru ini madrasah mulai dapat diterima oleh semua lapisan

masyarakat mulai dari masyarakat kelas rendah sampai masyarakat menengah ke

atas. Sedangkan jenjang pendidikannya secara berturut- turut meliputi:

1) Raudhatul Athfal ( Bustanul Athfal) terdiri dari tiga tingkat yaitu

a. Tingkat A untuk anak umur 3- 4 tahun

b. Tingkat B untuk anak umur 4-5 tahun

c. Tingkat C untuk anak umur 5-6 tahun

2) Madrasah Ibtidaiyah. Madrasah ibtidaiyah adalah lembaga pendidikan

yang memberikan pendidikan dan pengajaran rendah serta menjadikan

mata pelajaran agama Islam sebagai mata pelajaran dasar yang sekurang-

kurangnya 30% di samping mata pelajaran umum.

3) Madrasah Tsanawiyah ialah lembaga pendidikan yang memberikan

pendidikan dan pengajaran tingkat menengah pertama dan menjadikan

mata pelajaran agama Islam sebagai mata pelajaran dasar yang sekurang-

kurangnya 30% di samping mata pelajaran umum.

4) Madrasah Aliyah ialah lembaga pendidikan yang memberikan pendidikan

dan pengajaran tingkat menengah atas dan menjadikan mata pelajaran

agama Islam sebagai mata pelajaran dasar yang sekurang-kurangnya 30%

di samping mata pelajaran umum. Dewasa ini madrasah Aliyah

mempunyai jurusan-jurusan: Ilmu Agama, Fisika, Biologi, Ilmu

Pengetahuan Sosial dan Budaya.

5) Madrasah Diniyah. Madrasah Diniyah ialah lembaga pendidikan dan

pengajaran agama Islam yang berfungsi untuk memenuhi hasrat orangtua

26

agar anak-anaknya lebih banyak mendapatkan pendidikan agama Islam.

Madrasah Diniyah terdiri dari tiga tingkat yaitu:

a) Madrasah Diniyah Awaliyah ialah madrasah Diniyah tingkat

permulaan sampai dengan kelas empat dengan jam belajar sebanyak 18

jam pelajaran dalam satu minggu.

b) Madrasah Diniyah Wustho ialah madrasah diniyah tingkat menengah

pertama dari kelas satu dan dua dengan masa belajar selama dua tahun

dengan jumlah jam pelajaran 18 jam dalam seminggu.

c) Madrasah Diniyah Ula ialah Madrasah Diniyah tingkat menengah atas

dengan masa belajar dua tahun dari kelas satu sampai kelas dua dengan

jumlah jam pelajaran 18 jam perminggu.

Pada masa sekarang, era globalisasi dewasa ini dan masa yang akan

datang akan mempengaruhi perkembangan sosial budaya masyarakat

muslim pada umumnya, atau pendidikan Islam, termasuk pesantren dan

madrasah pada khususnya. Dalam hal ini masyarakat muslim tidak bisa

menghindari proses globalisasi apalagi jika ingin berjaya di tengah

perkembangan dunia yang kian kompetetif di abad 212.

Globalisasi yang berlangsung dan melanda masyarakat muslim

Indonesia sekarang ini menampilkan sumber dan watak yang berbeda.

Proses globalisasi ini tidak bersumber dari Timur Tengah, melainkan dari

Barat, yang terus memegang supremasi dan hegemoni dalam berbagai

2 Nur Ukhbyati, Ilmu Pendidikan Islam, untuk IAIN, STAIN, PTAIS, Bandung: Pustaka

Setia, 1998, 234- 239.

27

lapangan kehidupan masyarakat dunia pada umumnya. Dominasi

hegemoni politik barat dalam segi-segi tertentu mungkin saja telah”

merosot” khususnya sejak berakhirnya perang dunia kedua, dan “perang

dingin” belum lama ini, tetapi hegemoni sains-teknologi barat tetap belum

tergoyahkan. Meski muncul beberapa kekuatan ekonomi baru, seperti

Jepang dan Korea Selatan, tetapi “kultur”hegemoni sains-teknologinya

tetap sarat dengan nilai-nilai Barat.

Melihat begitu derasnya nilai-nilai Barat yang mengarah pada

hegemoni terhadap masyarakat muslim dalam segala aspek

kehidupannya, maka madrasah harus berbenah diri. Madrasah sebagai

institusi pendidikan yang konsen dan inten dalam usaha transformasi nilai-

nilai Islam harus dapat menampilkan perannya sebagai counter terhadap

imperialisme kultural (Culture imperialism) yang sedang gencar-

gencarnya menyerbu dunia timur (masyarakat muslim) khususnya di

Indonesia.

Kehadiran madrasah sebagai lembaga Islam, karena alasan-alasan

berikut:

a. Sebagai manifestasi pembaharuan pendidikan Islam.

b. Penyempurnaan sistem pesantren

c. Keinginan sebagian santri

Namun permasalahan yang dihadapi MI pada khususnya dan guru MI

pada umumnya terhadap penyelenggaraan pendidikan tidak sama dengan

28

guru SD. MI sebagai lembaga pendidikan yang tumbuh, berasal, oleh dan

untuk masyarakat memiliki kondisi yang beragam sesuai dengan

keragaman masyarakatnya. Pada masyarakat yang berada pada lapisan

bawah, maka kondisi MI mencerminkan budaya lapisan bawah dengan

segala keserdehanaan dan kekurangannya. Dan pada lapisan inilah MI

pada umumnya berada khususnya di wilayah pedesaan dan pinggiran.

Dalam kondisi tersebut MI dihadapkan pada dua persoalan yaitu

berkenaan dengan relevansi dan mutu pendidikan serta berkenaan dengan

efektifitas dan efisiensi pendidikan.3

2. Pendidikan Agama Islam

Pendidikan agama Islam tidak dapat dipahami sebatas pengajaran Islam.

Karena keberhasilan pendidikan tidak hanya cukup diukur hanya sejauh

mana anak menguasai hal-hal yang bersifat kognitif atau pengetahuan saja

tetapi yang lebih penting seberapa jauh nilai-nilai keagamaan itu dalam

jiwa mewujud dalam sikap dan tingkah laku.

Pendidikan Islam merupakan proses yang dilakukan untuk

menciptakan manusia-manusia yang seutuhnya beriman kepada Tuhan

serta mampu mewujudkan eksistensinya sebagai kholifah Allah di muka

bumi yang berdasar pada Qur’an dan sunah, maka tujuan dalam konteks

ini terciptanya insan kamil setelah proses pendidikan berakhir.4

3Fuaduddin, Pengembangan Inovasi Pada Muatan Lokal, Dirjen Pembinaan

Kelembagaan Agama Islam Sekolah dasar dan Universitas terbuka, 1998,191-193. 4 Armai Arif, Pengantar Metodologi Islam, Jakarta: Ciputat Pers, 2003,16.

29

Ada beberapa pendapat yang memberikan pengertian tentang pendidikan

agama Islam. Namun sebelum kita mengetahui beberapa pendapat

mengenai pengertian pendidikan agama Islam kita ketahui dahulu tentang

pendidikan.

Menurut Prof. H. Muhammad Daud Ali, SH 5 pendidikan adalah

usaha sadar yang dilakukan manusia untuk mengembangkan potensi

manusia lain, memindahkan nilai-nilai yang dimilikinya kepada orang lain

dalam masyarakat. Pemindahan nilai dapat dilakukan dengan berbagai cara

yaitu

a. Pengajaran yakni pemindahan nilai ilmu pengetahuan dari dari

guru ke siswa atau dari satu generasi ke generasi berikutnya.

b. Pelatihan yakni membiasakan seseorang untuk melakukan

pekerjaan tertentu untuk memperoleh ketrampilan dan

mengerjakan pekerjaan tersebut.

c. Indoktrinasi yakni agar orang meniru atau mengikuti apa saja

yang diajarkan orang lain tanpa mengizinkan penerima

mempertanyakan nilai-nilai yang diajarkan.

Salah satu tugas yang diemban pendidikan adalah mewariskan

nilai-nilai luhur budaya kepada peserta didik dalam rangka pembentukan

kepribadian yang intelek bertanggung jawab melalui melalui jalur

pendidikan. Melalui pendidikan yang diproses secara formal, nilai- nilai

5 Muhammad Daud Ali dan Habiba Daud, Lembaga-lembaga Pendidikan Islam di

Indonesia, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1995, 137.

30

tersebut termasuk nilai-nilai agama akan menjadi bagian dari

kepribadiannya.

Upaya mewariskan nilai-nilai ini sehingga menjadi miliknya

disebut mentranformasikan nilai. Sedangkan upaya memasukkan nilai-

nilai itu ke dalam jiwanya sehingga menjadi miliknya disebut

menginternalisaskan nilai. Kedua upaya ini dalam pendidikan dilakukan

secara bersama-sama dan serempak yang antara lain bisa dengan jalan suri

tauladan, mengajak dan mengamalkan.6

Pendidikan Agama Islam menurut Zakiah Daradjat 7 Al- Tarbiyah

Al Islamiyah adalah usaha bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar

kelak setelah selesai pendidikannya dapat memahami dan mengajarkan

agama Islam serta menjadikannya sebagai pandangan hidup.

Sedangkan menurut Ahmad D Marimba dalam buku Nur

Ukhbiyati8 pendidikan agama Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani

berdasarkan hukum-hukum agama Islam, menuju terciptanya kerpibadian

utama menurut ukuran Islam. Dalam buku Metodologi Pembelajaran

Pendidikan Agama Islam 9 dijelaskan bahwa pendidikan agama Islam

adalah suatu kegiatan yang bertujuan menghasilkan orang-orang

6 Aminuddin Rasyad, Mengenal Dampak Negatif kemajuan Ilmu dan Teknologi Terhadap

Masyarakat dan Peranan Guru Agama, Jakarta: Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan

Departemen Agama RI, 1998, 325. 7 Zakiah Daradjat, Ilmu Pedidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1996, 86.

8 Nur Ukhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam , Bandung: Pustaka Setia, 1998, 9. 9 Zuharaini dan Abdul Ghofir, Metodologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam,

Malang: Universitas Malang, 2004, 1.

31

beragama, dengan demikian pendidikan agama perlu diarahkan ke arah

pertumbuhan moral dan karakter.

Dari beberapa definisi diatas dapat kita simpulkan bahwa

pendidikan agama Islam adalah segala usaha berupa bimbingan terhadap

perkembangan jasmani dan rohani anak, menuju terbinanya kepribadian

utama sesuai dengan ajaran Islam. Suatu usaha untuk mengarahkan dan

mengubah tingkah laku individu untuk mencapai pertumbuhan

kepribadian yang sesuai dengan ajaran Islam dalam proses kependidikan

melalui latihan-latihan akal fikiran (kecerdasan, kejiwaan, keyakinan,

kemauan dan perasaan serta pancaindra) dalam seluruh aspek kehidupan

manusia. Bimbingan secara sadar dan terus menerus yang sesuai dengan

kemampuan dasar (fitrah dan kemampuan ajarannya pengaruh di luar) baik

secara individu maupun kelompok sehingga manusia memahami,

mengahayati dan mengamalkan ajaran Islam secara utuh dan benar. Yang

dimaksud utuh dan benar yaitu meliputi Aqidah (keimanan ), Syari’ah (

ibadah muamalah) dan akhlak ( budi Pekerti).

Tujuan pendidikan Islam identik dengan tujuan hidup. Secara

umum dalam Al-Qur’an surat Adzariyat ayat 56 dinyatakan: “Dan Aku (

Allah ) tidak menjadikan jin dan manusia, melainkan untuk menyembah

Aku “.

32

Menurut M. Natsir10

menyembah Allah itu melengkapi itu semua

ketaatan dan ketundukan kepada semua perintah Ilahi, yang membawa

kepada kebesaran dunia dan kemenangan akhirat, serta menjauhkan diri

dari segala larangan-larangan yang menghalangi tercapainya kemenangan

dunia dan akhirat. Akan menjadi orang yang memperhambakan segenap

rohani dan jasmaninya kepada Allah SWT, untuk kemenangan dirinya

dalam arti seluas-luasnya yang dapat dicapai oleh manusia.

Itulah tujuan hidup manusia di atas dunia. Dan itulah tujuan

didikan yang harus kita berikan kepada anak-anak kita kaum muslimin.

Memperhambakan diri untuk mencapai keridhoan Ilahi itu merupakan

tujuan umum risalah dan itu merupakan tujuan umum yang hendak dicapai

oleh pendidikan dan pengajaran agama Islam.

Tujuan umum itu dapat dijabarkan ke dalam tiga aspek yaitu

menyempurnakan hubungan manusia dengan khaliknya, manusia dengan

sesamanya dan keseimbangan, keselarasan, dan keserasian antara kedua

hubungan itu dan mengaktifkan kedua- duanya sejalan dan berjalan dalam

diri pribadi.

B. Inovasi Pembelajaran Agama Islam di Madrasah Ibtidaiyah

1. Pengertian Inovasi

Kata inovasi secara bahasa artinya pemasukan atau pengenalan hal-hal

yang baru, penemuan baru yang berbeda dari yang sudah ada atau sudah

10

M. Natsir, Capita Selecta, Bandung: N.V. Penerbitan W. Van Hoeve, 1954, 58.

33

dikenal sebelumnya baik berupa gagasan, metode atau alat11

. Sedangkan

dalam bahasa inggris berasal dari kata innovation yang artinya

pembaharuan.

Sedangkan kata inovasi berasal dari bahasa latin, innovation yang

berarti pembaharuan atau perubahan. Kata kerjanya innovo yang artinya

memperbaharui dan mengubah. Inovasi adalah suatu perubahan yang baru

menuju ke arah perbaikan, yang lain atau yang berbeda dengan

sebelumnya yang dilakukan dengan sengaja dan berencana.

Tetapi ada yang menjadikan kata innovation menjadi inovasi.

Terkadang istilah inovasi juga dipakai untuk menyatakan penemuan

karena hal yang baru itu sebuah penemuan. Kata penemuan juga sering

dikaitkan dengan kata discovery dan invention. Dalam bahasa Inggris

penemuan adalah discovery dan invention. Ada juga yang mengaitkan kata

inovasi dengan modernisasi karena keduanya membicarakan masalah

pembaharuan.

Untuk memperluas wawasan maka perlu diperjelas pengertian

discovery, invention dan innovation. Discovery adalah penemuan sesuatu

benda atau hal yang ditemukan itu sudah ada tetapi belum diketahui orang.

Misalnya penemuan Benua Amerika oleh Columbus. Sebenarnya benua

itu sudah ada tetapi belum diketahui oleh orang.

11

Dendy Sugono , Kamus Besar Bahasa Indonesia, jakarta, Pusat Bahasa, departemen

Pendidikan Nasional, 1990, 333.

34

Invention menurut bahasa berarti penciptaan, penemuan, hasil

penemuan. Invention adalah penemuan sesuatu yang benar-benar baru,

artinya hasil kreasi manusia. Sebagai contoh teori belajar, teori pendidikan

dan lain sebagainya. Sedangkan menurut Undang-undang nomor 18 tahun

2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan dan Penerapan

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi12

memberikan definisi invensi adalah

suatu ciptaan atau perancangan baru yang belum ada sebelumnya yang

memperkaya khazanah serta dapat dipergunakan untuk memyempurnakan

atau memperbaharui ilmu pengetahuan yang ada.

Sedangkan innovation atau inovasi adalah suatu ide, barang,

kejadian, metode, yang dirasakan atau diamati sebagai suatu hal yang baru

bagi seseorang atau sekelompok orang atau masyarakat baik berupa

invention atau discovery. Inovasi diadakan untuk mencapai tujuan atau

memecahkan suatu masalah tertentu.

Dalam Undang-undang nomor 18 tahun 2002 tersebut disebutkan

bahwa inovasi adalah kegiatan penelitian, pengembangan, atau

perekayasaan yang bertujuan mengembangkan penerapan praktis nilai dan

konteks ilmu pengetahuan yang baru atau cara baru untuk menerapkan

ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah ada ke dalam produk atau

proses produksi.

12

Udin Saefudin Saud, Inovasi Pendidikan, Bandung: Alfabeta,2008, 3.

35

Inovasi pendidikan dan pengajaran merupakan langkah yang tepat

dalam mengatasi berbagai permasalahan dalam proses pendidikan

umumnya dan proses pembelajaran pada khususnya. Dalam dunia

pendidikan kita mengenal adanya inovasi kurikulum, inovasi

pembelajaran, inovasi desain dan managemen pembelajaran. Maka

sebelum menuju ke pembahasan inovasi pembelajaran kita perlu

mengetahui dahulu tentang inovasi dalam kurikulum.

2. Inovasi Kurikulum

Yang dimaksud inovasi kurikulum adalah suatu pembaharan atau

gagasan yang diharapkan membawa dampak terhadap kurikulum itu

sendiri. Dampak itu bukan hanya pengembangan, melainkan juga terhadap

proses pendidikan sebagai implementasi suatu kurikulum secara

menyeluruh, termasuk terhadap penerapan pendidikan agama di SD.13

Sebagai contoh dari sisi bentuk ada perubahan kurikulum 1968

menjadi kurikulum 1975 dan dari kurikulum 1975 menjadi kurikulum

1975 Yang disempurnakan dan lahirnya Sistem Pendidikan Nasional

tahun 1989 lahir kurikulum 1994. Kurikulum 1994 disempurnakan dengan

Suplemen Kurikulum 1994 dan pada tahun 2004 lahir Kurikulum Berbasis

Kompetensi kemudian diperhaharui lagi menjadi Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan. Di Kementrian Agama ada pembaharuan lagi menjadi

13

Sukama Karya,Inovasi Kurikulum di Sekolah Dasar,Dirjen Pembinaan Kelembagaan

Agama Islam Sekolah dasar dan Universitas terbuka, 1998,35.

36

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Berkarakter dan pada tahun 2013

muncul lagi pembaharuan kurikulum dengan Kurikulum 2013.

3. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Berkarakter

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai

tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman

penyelenggaraan kegiatan pembelajaran. Undang-undang Republik

Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang

Standar Nasional Pendidikan mengamanatkan kurikulum tingkat satuan

pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah disusun oleh

satuan pendidikan dengan mengacu pada SI dan SKL serta berpedoman

pada panduan yang disusun oleh BSNP.14

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan adalah kurikulum

operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan

pendidikan. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan

pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan,

kelender pendidikan, silabus dan rencana program pembelajaran.15

Karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang

yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang

diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir,

14

Tim Penyusun,Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan MI Al- Islam Tonoboyo,

Magelang: MI Al- Islam Tonoboyo, 2010 , 1. 15

Tim Penyusun, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan Berkarakter MIN Krincing Secang,Magelang: MIN Krincing Secang,2014,10

37

bersikap, dan bertindak.16

Adapun berkarakter adalah berkepribadian,

berperilaku, bersifat, bertabiat, dan berwatak”.17

Sedangkan pendidikan

karakter adalah segala sesuatu yang dilakukan guru (madrasah), yang

mampu mempengaruhi karakter peserta didik.

Guru sebagai pelaku pendidikan memiliki peran yang sangat

penting dalam membentuk budaya dan karakter bangsa sebagaimana

amanat UU RI NO.20 tahun 2003 tentang Sisdiknas sebagaimana berikut:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa.18

Karakter tidak cukup hanya diajarkan

akan tetapi perlu ditularkan melalui keteladanan.19

Adapun tujuan KTSP berkarakter di madrasah adalah

Pembentukan budaya madrasah, yaitu nilai nilai yang melandasi perilaku,

tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikkan oleh

semua warga madrasah, dan masyarakat sekitar madrasah. Adapun yang

menjadi kriteria pencapainya adalah terbentuknya budaya madrasah, yaitu

perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang

16

H. Shofi, Penyusunan Perangkat Pembelajaran Berbasis Pendidikan Karakter dan

Budaya Bangsa, Magelang: Kemenag, 12 Juli 2012, 5. 17

Mapenda Kabupaten Magelang, Materi work shop, Penyusunan KTSP Berbasis

Pendidikan Karakter di Madrasah , Magelang: Kemenag, 2012, 12 Juli 2012, 1. 18

H. Shofi, Penyusunan Perangkat Pembelajaran Berbasis Pendidikan Karakter dan

Budaya Bangsa, Magelang: Kemenag, 12 Juli 2012,2. 19

H. Shofi, Penyusunan Perangkat Pembelajaran Berbasis Pendidikan Karakter dan

Budaya Bangsa, Magelang: Kemenag, 12 Juli 2012, 13.

38

dipraktikkan oleh semua warga madrasah dan masyarakat sekitar

madrasah harus berlandaskan nilai-nilai tersebut.20

Sedangkan pengertian KTSP berbasis pendidikan karakter adalah

KTSP yang menginternalisasikan nilai-nilai karakter ke dalam

komponennya. Artinya, berbagai hal yang terkait dengan karakter (nilai-

nilai, norma, iman dan ketaqwaan, dll) diimplementasikan dalam

penyusunan komponen-komponen KTSP yang terkait, seperti visi, misi,

tujuan, muatan kurikulum, struktur kurikulum, muatan lokal, dan

pengembangan diri.21

Dalam menyusun KTSP berkarakter tersebut langkah yang pertama

memilih karakter utama yang akan diprioritaskan dalam sebuah madrasah.

Karakter utama itu meliputi kereligiusan, kejujuran, kedisiplinan,

kecerdasan dan kepedulian.22

Religius adalah Sikap dan perilaku yang patuh dalam

melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan

ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.23

Kereligiusan indikatornya antara lain :

20

Mapenda Kabupaten Magelang, Materi work shop, Penyusunan KTSP Berbasis

Pendidikan Karakter di Madrasah , Magelang: Kemenag, 2012, 12 Juli 2012,4. 21 Mapenda Kabupaten Magelang, Materi work shop, Penyusunan KTSP Berbasis

Pendidikan Karakter di Madrasah , Magelang: Kemenag, 2012, 12 Juli 2012, 7. 22

Mapenda Kabupaten Magelang, Materi work shop, Penyusunan KTSP Berbasis

Pendidikan Karakter di Madrasah , Magelang: Kemenag, 2012, 12 Juli 2012,8. 23

H. Shofi, Penyusunan Perangkat Pembelajaran Berbasis Pendidikan Karakter dan

Budaya Bangsa, Magelang: Kemenag, 12 Juli 2012,10.

39

a) Hafal dan fasih bacaan salat, gerakan salat, dan keserasian

gerakan dan bacaan.

b) Hafal dan fasih do’a setelah salat

c) Hafal dan fasih do’a-doa harian muslim.

d) Tertib menjalankan salat fardhu

e) Tertib menjalankan salat sunah rowatib

f) Memberikan infaq dan shadaqah

g) Mengikuti acara hari besar Islam

h) Mengucapkan salam

i) Mengucapkan kalimah toyibah

j) Memulai dan mengakhiri pelajaran dengan berdoa

k) Membaca al-Qur’an setelah salat

Jujur adalah Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan

dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan,

tindakan, dan pekerjaan.24

Kejujuran indikatornya antara lain:

a) Tidak mencontek dalam mengerjakan ulangan/ujian

b) Menyerahkan barang temuan kepada pemiliknya/pihak madrasah

c) Mengembalikan barang yang dipinjamnya

d) Berkata dengan yang sebenarnya

e) Tidak mengambil barang milik orang lain

f) Menyampaikan amanat kepada yang berhak

24

H. Shofi, Penyusunan Perangkat Pembelajaran Berbasis Pendidikan Karakter dan

Budaya Bangsa, Magelang: Kemenag, 12 Juli 2012,10.

40

Disiplin adalah Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh

pada berbagai ketentuan dan peraturan.25

Disiplin indikatornya adalah:

a) Masuk ke madrasah tepat waktu

b) Pulang dari madrasah tepat waktu

c) Istirahat tepat waktu

d) Mengerjakan tugas tepat waktu

e) Memakai pakaian sesuai aturan madrasah

f) Melaksanakan tata tertib madrasah

g) Menggunakan peralatan madrasah dengan baik

h) Merawat peralatan belajar secara baik

Cerdas adalah indikatornya adalah

a) Unggul dalam perolehan UN

b) Unggul dalam persaingan melanjutkan ke jenjang pendidikan di

atasnya

c) Unggul dalam lomba karya ilmiah remaja

d) Unggul dalam lomba kreativitas

e) Unggul dalam lomba kesenian

f) Unggul dalam lomba olahraga

Peduli Lingkungan adalah Sikap dan tindakan yang selalu berupaya

mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan

25

H. Shofi, Penyusunan Perangkat Pembelajaran Berbasis Pendidikan Karakter dan

Budaya Bangsa, Magelang: Kemenag, 12 Juli 2012,10.

41

mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang

sudah terjadi.26

Indikatornya adalah:

a) Membuang sampah di tempatnya

b) Tidak melakukan corat-coret

c) Tidak merusak taman

d) Menjaga kebersihan lingkungan

e) Memelihara taman

f) Memungut sampah di lingkungan madrasah

Peduli Sosial adalah Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi

bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.27

Indikatornya adalah:

a) Memberikan sebagian uang jajan untuk jumat beramal

b) Memberikan pinjaman alat tulis kepada teman yang membutuhkan

c) Menjenguk orang sakit

d) Berta’ziyah kepada keluarga madrasah yang meninggal

e) Memberikan santunan yatim

f) Memberikan sumbangan Palang Merah

KTSP berkarakter tersebut diimplementasikan dengan menyusun

KTSP Berkarakter,manajemen madrasah, proses pembelajaran dan

26

H. Shofi, Penyusunan Perangkat Pembelajaran Berbasis Pendidikan Karakter dan

Budaya Bangsa, Magelang: Kemenag, 12 Juli 2012 , 10. 27

H. Shofi, Penyusunan Perangkat Pembelajaran Berbasis Pendidikan Karakter dan

Budaya Bangsa, Magelang: Kemenag, 12 Juli 2012 , 10.

42

kegiatan pembinaan Siswa.28

Adapum komponen-komponen dalam KTSP

Berkarakter terdiri dari Visi, misi, tujuan, struktur kurikulum, muatan

kurikulum, muatan lokal, pengembangan diri, kalender Pendidikan,

jadwal pelajaran kriteria ketuntasan minimal. kriteria Kenaikan Kelas,

Kriteria Kelulusan.29

Adapum sebagai penilaian dari pendidikan karakter berupa

a) Mulai tampak

b) Mulai berkembang

c) Membudaya

4. Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 adalah kurikulum baru yang mulai diterapkan

pada tahun pelajaran 2013/2014. Kurikulum ini adalah pengembangan dari

Kurikulum Berbasis Kompetensi dan Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan. Yang menjadi titik tekannya adalah peningkatan dan

keseimbangan soft skill dan hard skill yang meliputi aspek kompetensi

sikap, ketrampilan dan pengetahuan.30

28

Mapenda Kabupaten Magelang, Materi work shop, Penyusunan KTSP Berbasis

Pendidikan Karakter di Madrasah , Magelang: Kemenag, 2012, 12 Juli 2012,6. 29

Mapenda Kabupaten Magelang, Materi work shop, Penyusunan KTSP Berbasis

Pendidikan Karakter di Madrasah , Magelang: Kemenag, 2012, 12 Juli 2012,9. 30

Fadhilah, Implementasi Kurikulum 2013 Dalam Pembelajaran SD/MI, SMP/MTS dan

SMA/MA,Yogyakarta: Ar-Ruz Media, 2014, 6.

43

Untuk proses pembelajaran, standar proses yang semula terfokus

pada eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi dilengkapi dengan mengamati,

menyajikan, menyimpulkan dan mencipta. Belajar tidak hanya terjadi di

ruang kelas, tetapi juga di lingkungan sekolah dan masyarakat. Dalam hal

ini guru bukan satu- satunya sumber belajar. Selain itu sikap tidak hanya

diajarkan secara verbal, tetapi melalui contoh dan teladan. Seorang

pendidik tidak hanya sebagai fasilitator, tetapi juga harus memberikan

keteladanan yang baik terhadap semua peserta didik dalam kehidupan

sehari- hari, baik di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah.31

Kriteria penilaian dalam kurikulum 2013 adalah penilaian berbasis

kompetensi dan terjadi pergeseran dari penilaian melalui tes menuju

penilain otentik ( mengukur semua kompetensi sikap, ketrampilan dan

pengetahuan berdasarkan proses dan hasil ). Penilain tidak hanya pada

level kompetensi dasar tetapi standar kompetensi lulusan.

5. Inovasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di MI

Inovasi pada dasarnya merupakan suatu penerapan suatu gagasan

yang sifatnya praktis yang sifatnya mudah diterapkan, dengan

menggunakan apa yang dimiliki dengan memperhitungkan kendala-

kendala yang ada. Inovasi bisa berupa hal-hal yang sederhana yang oleh

31

Fadhilah, Implementasi Kurikulum 2013 Dalam Pembelajaran SD/MI, SMP/MTS dan

SMA/MA,Yogyakarta: Ar-Ruz Media, 2014, 32- 33.

44

guru diterapkan secara kreatif dalam menghadapi berbagai permasalahan

yang ada di dalam kelas.32

Seperti memanfaatkan masjid, mushola, yang ada di dekat

madrasah dengan segala fasilitasnya untuk ketrampilan pendidikan agama.

Untuk bahasa Arab, membaca Al-Qur’an bisa menggunakan lingkungan

sebagai sumber dan dan alat belajar yang memungkinkan bagi upaya-

upaya inovasi.33

Upaya pengembangan inovasi pada suatu lembaga pendidikan

seperti MI merupakan upaya terobosan yang akan mempengaruhi bukan

saja semakin meningkat terhadap kerja guru, tetapi juga semua perangkat

yang diperlukan untuk pengembangan tersebut. Perangkat atau unsur yang

harus dilibatkan antara lain murid, pendanaan, sarana dan fasilitas

pendidikan.

Agar pengembangan inovasi tersebut lebih terarah dan mencapai

hasil optimal maka dalam pelaksanaannya perlu ditempuh langkah-

langkah yang sistematis mulai dari identifikasi masalah dan kendala,

identifikasi alternatif pemecahan, penyiapan alternatif yang dipilih barulah

sampai pada pelaksanaan inovasi.34

32

Fuaduddin, Pengembangan Inovasi Pada Muatan Lokal, Dirjen Pembinaan

Kelembagaan Agama Islam Sekolah dasar dan Universitas terbuka, 1998,194.

33

Fuaduddin, Pengembangan Inovasi Pada Muatan Lokal, Dirjen Pembinaan

Kelembagaan Agama Islam Sekolah dasar dan Universitas terbuka, 1998, 195. 34

Fuaduddin, Pengembangan Inovasi Pada Muatan Lokal, Dirjen Pembinaan

Kelembagaan Agama Islam Sekolah dasar dan Universitas terbuka, 1998,200.

45

Sebagai pedoman guru dalam melaksanakan pembelajaran guru

melihat kurikulum terlebih dahulu. Kurikulum Pendidikan Agama islam

merupakan rencana mengenai tujuan, isi, bahan, cara pembelajaran yang

digunakan sebagai penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk

mencapai tujuan pendidikan. Ia merupakan studi keislaman yang meliputi

Qur’an Hadits, Aqidah Akhlak, Fiqh, dan Tarikh. Pendidikan Agama

Islam di madrasah dimaksudkan agar peserta didik berkembang sebagai

manusia yang bertaqwa kepada Allah, memiliki pengetahuan luas dan

berakhlakul karimah.

Sebagai kerangka dasarnya adalah Peraturan Menteri Pendidikan

Nasional nomor 22 tahun 2006 bahwa Pendidikan agama masuk kelompok

mata pelajaran agama dan akhlak mulia dimaksudkan untuk membentuk

peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan

Yang Maha Esa serta berakhlak mulia. Kurikulum disusun oleh sekolah/

madrasah dan komite dengan berpedoman standar kompetensi dan

kompetensi dasar dan panduan penyusunan kurikulum disusun oleh BSNP

dengan mengacu pada prinsip pengembangan kurikulum yang telah

dikembangkan di madrasah, dilaksanakan guru pendidikan agama Islam

dengan menggunakan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik.35

Standar Kompetensi dan Kompetensi dasar merupakan arah dan

landasan untuk mengembangkan materi pokok, kegiatan pembelajaran,

35

Rahmat Raharjo, Inovasi Kurikulum Pendidikan Agama Islam, Yogyakarta: Magnum

Pustaka, 2010,35.

46

indikator pencapaian kompetensi, penilaian hasil belajar dalam menyusun

sylabus merupakan standar nasional yang harus dicapai peserta didik

dalam satuan pendidikan.

Oleh karena itu kegiatan pembelajaran dan penilaian hasil belajar

harus dirancang serta kontekstual dengan memperhatikan standar proses,

dan standar penilaian dengan prinsip pembelajaran yang mendidik.

Adapun tujuan yang ingin dicapai Standar Kompetensi PAI adalah peserta

didik menjadi manusia yang beriman danbertaqwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa berakhlak mulia dan berkembangnya kemampuan peserta didik

dalam memahami, mengahayati dan mengamalkan nilai- nilai agama yang

menyerasikan penguasaannya dalam ilmu pengetahuan, teknologi dan

seni.36

Guru dituntut untuk menyempurnakan dan menyesuaikan

kurikulum dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni

sehingga kurikulum yang dikembangkan di sekolah/ madrasah diperlukan

oleh peserta didik sesuai dengan kebutuhan lingkungan, perkembangan

zaman dan beban tugas yang akan dilakukan setelah mengikuti

pembelajaran.37

Kurikulum PAI punya karakteristik yang khas dan unik terutama

dalam bentuk operasional pengembangan dan pelaksanaannya dalam

36

Rahmat Raharjo, Inovasi Kurikulum Pendidikan Agama Islam, Yogyakarta: Magnum

Pustaka, 2010,36. 37

Mulyasa, Kurikulum yang Disempurnakan, Bandung, Remaja Rosdakarya, 200, 7.

47

pembelajaran.38

Karakteristik itu bisa diketahui dengan cara guru PAI

mengoptimalkan kinerja dalam proses pembelajaran, pengelolaan sumber

belajar, profesionalisme tenaga pendidikan dan pelaksanaannya dalam

pembelajaran.

Pengembangan atau inovasi kurikulum di satu sisi, maka akan

memunculkan berbagai macam bentuk pengembangan pendekatan dalam

pembelajaran.39

Dari sisi psikologi lahir inovasi yang berkenaan dengan

pendekatan dalam proses belajar mengajar yang baru seperti ketrampilan

proses40

, CBSA41

(Cara Belajar Siswa Aktif), belajar Tuntas42

, PAIKEM

(Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan.

Dalam perkembangan model-model pembelajaran ternyata terdapat

beberapa model-model pembelajaran yang sebenarnya telah memuat

konsep PAKEM. Ada tiga model pembelajaran yang telah biasa digunakan

para pengajar yang pada dasarnya mendukung PAKEM43

yaitu:

38

Rahmat Raharjo, Inovasi Kurikulum Pendidikan Agama Islam, Yogyakarta: Magnum

Pustaka, 2010, 38. 39

Sukama Karya,Inovasi Kurikulum di Sekolah Dasar,Dirjen Pembinaan Kelembagaan

Agama Islam Sekolah dasar dan Universitas terbuka, 1998,61. 40

Ketrampilan proses adalah suatu strategi kegiatan belajar dalam rangka mengaktifkan

siswa mengembangkan segenap ranah( kognitif, afektif dan psikomotor) dan pribadinya melalui

proses yang relevan. 41 Hakekat CBSA terletak pada peranan murid dalam belajar, peluang berkembangnya

kreatifitas,kekompakan, sikap penerimaan guru akan peran mereka itu dan jumlah waktu yang

diberikan untuk mengatasi persoalan pribadi mereka. 42

Sukama Karya,Inovasi Kurikulum di Sekolah Dasar, Sukama Karya,Inovasi Kurikulum

di Sekolah Dasar,Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Sekolah dasar dan Universitas

terbuka, 1998,35.

43

Rusman, Seri Manajemen Sekolah Bermutu, Model-model Pembelajaran dalam

Mengembangkan Profesionalisme Guru, Edisi dua, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012,329.

48

1. Pembelajaran kuantum. Pembelajaran kuantum ini merupakan bentuk

inovasi dari pengubahan bermacam-macam interaksi yang ada di dalam

dan di sekitar momen belajar. Menurut Bobbi de Porter44

“ Quantum is

interaction that change energy into light”. Maksud dari energi menjadi

cahaya adalah mengubah semua hambatan yang selama ini dipaksakan

menjadi sebuah manfaat bagi siswa sendiri dan bagi orang lain dengan

memaksimalkan kemampuan dan bakat alamiah siswa. Pengubahan

hambatan-hambatan belajar itu bisa dengan menggunakan beberapa cara,

yaitu dengan mulai membiasakan menggunakan lingkungan sekitar

sebagai media belajar, menjadikan sistem komunikasi sebagai perantara

ilmu dari guru ke siswa yang paling efektif, dan memudahkan segala hal

yang diperlukan oleh siswa.45

Kerangka perancangan pembelajaran kuantum kemudian dinamakan

dengan TANDUR46

a) Tumbuhkan yaitu sertakan diri mereka, pikat mereka, puaskan dengan

AMBAK (Apa Manfaatnya Bagi Ku/Siswa.

b) Alami yaitu berikan mereka pengalaman belajar untuk mengalaminya

sendiri.

c) Namai maksudnya berikan data dengan tepat ketika minat memuncak.

44

Bobbi DePorter, Quantum Teaching, Bandung: Kaifa, 2000,5.

45

Rusman, Seri Manajemen Sekolah Bermutu, Model- Model Pembelajaran

Mengembangkan Profesionalisme Guru, Edisi dua, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012,330. 46

Bobbi DePorter, Quantum Teaching, Bandung: Kaifa, 2000, 89.

49

d) Demonstrasikan yaitu berikan kesempatan bagi mereka untuk

mengaitkan pengalaman dengan data baru, sehingga mereka

menghayati, dan membuatnya sebagai pengalaman pribadi.

e) Ulangi yaitu rekatkan gambaran keseluruhanya dengan retensi

f) Rayakan maksudnya perayaan menambatkan belajar dengan asosiasi

pusitif. Berikan penghargaan atas prestasi positif, sehingga terus

diulangi.

2. Pembelajaran berbasis kompetensi. Pembelajaran kompetensi menekankan

pencapaian standar kompetensi yang diuraikan menjadi kemampuan dasar,

kemudian diuraikan lagi menjadi beberapa materi pelajaran yang

cakupannya meliputi beberapa indikator. Prinsip- prinsip pembelajaran

kompetensi bertitik tolak dari pengelolaan kegiatan pembelajaran yang

dapat memberikan suatu kondisi sehingga terjadi proses belajar pada siswa

dengan melibatkan berbagai aspek yang saling mempengaruhi, baik yang

terdapat dalam siswa maupun sesuatu yang berada pada lingkungan

sekitarnya serta peranan guru.

Pembelajaran kompetensi memiliki karakteristik khusus yang

berbeda dengan pembelajaran lainnya mengenai apa yang dipelajari,

bagaimana proses pembelajarannya, waktu belajar, kemajuan siswa secara

individual. Pengelolaan pembelajaran kompetensi harus

mempertimbangkan pengelolaan ruang kelas, pengelolaan siswa,

pengelolaan pembelajaran, serta sarana dan sumber belajar.

50

3. Pembelajaran Kontekstual. Pembelajarn kontekstual lebih dikenal dengan

sebutan CTL (Contekstual Teaching and Learning) merupakan konsep

belajar yang beranggapan bahwa anak akan belajar lebih baik jika

lingkungan secara alamiah, artinya belajar akan lebih bermakna jika anak

belajar dan mengalami sendiri apa yang akan dipelajarinya, bukan sebatas

mengetahui. Pembelajaran tidak sekedar guru menyampaikan materi

pelajaran kepada siswa, tetapi bagaimana siswa dapat memaknai apa yang

dipelajarinya.47

Dari hasil penelitian dan pengalaman para ahli psikologi

berpendapat, bahwa sesungguhnya murid mampu memahami konsep-

konsep yang rumit jika diberi kesempatan mempraktikkan sendiri atau

diberikan contoh, baik berupa peragaan, tiruan atau bagan.48

Dari sisi penyampaian pengajaran, inovasi berupa modul berupa

paket belajar untuk pendidikan luar sekolah, metode SAS (Struktur

Analisis Sintesis) untuk belajar Al-Qur’an49

, metode Iqro dan metode

yanbu’a.

Kenyataan sudah semacam sunatullah, bahwa penemuan baru atau

inovasi baru atau ide yang lebih canggih akan muncul (dikaruniakan

47

Rusman, Seri Manajemen Sekolah Bermutu, Model- Model Pembelajaran

Mengembangkan Profesionalisme Guru, Edisi dua, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012, 332. 48

Sukama Karya, Inovasi dalam Pendekatan Belajar Mengajar, ,Dirjen Pembinaan

Kelembagaan Agama Islam Sekolah dasar dan Universitas terbuka, 1998, 62. 49

Sukama Karya,Inovasi Kurikulum di Sekolah Dasar,Dirjen Pembinaan Kelembagaan

Agama Islam Sekolah dasar dan Universitas terbuka, 1998,35.

51

Tuhan) bagi mereka yang telah sungguh- sungguh mencari, meneliti dan

berusaha memecahkan masalah itu. Firman Allah SWT :

�χÎ) ’ Îû È,ù=yz ÏN≡ uθ≈ yϑ¡¡9$# ÇÚ ö‘ F{$#uρ É#≈ n=ÏF ÷z$#uρ È≅øŠ ©9 $# Í‘$pκ ¨]9$#uρ

;M≈ tƒ Uψ ’ Í<'ρ T[{ É=≈t6 ø9 F{ $# ∩⊇⊃∪ t Ï% ©!$# tβρ ã�ä. õ‹ tƒ ©! $# $Vϑ≈ uŠÏ%

#YŠθ ãè è% uρ 4’n?tãuρ öΝ Îγ Î/θ ãΖã_ tβρ ã�¤6 x� tGtƒ uρ ’ Îû È,ù=yz ÏN≡uθ≈ uΚ¡¡9 $#

ÇÚ ö‘ F{$#uρ $uΖ −/ u‘ $tΒ |M ø)n=yz #x‹≈ yδ WξÏÜ≈ t/ y7oΨ≈ ys ö6 ß™ $oΨÉ)sù

z>#x‹ tã Í‘$̈Ζ9$# ∩⊇⊇∪

190. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya

malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,

191. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau

dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi

(seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia,

Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka.50

Beberapa ahli psikologi mengkritik pelaksanaan pembelajaran yang

berpusat pada guru (Teacher Centered), siswa lebih banyak mendengar,

menurut beberapa penelitian cara belajar seperti di atas memiliki daya

serap rendah51

sehingga muncul ide baru dengan strategi belajar active

50

Kementerian Agama Republik Indonesia, Mushaf Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta,

PT Lentera Optima Pustaka, 2011. 51

Sukama Karya,Inovasi Kurikulum di Sekolah Dasar,Dirjen Pembinaan Kelembagaan

Agama Islam Sekolah dasar dan Universitas terbuka, 1998, 49.

52

learning atau pembelajaran yang berpusat pada siswa (Student Centered

).52

Kata pembelajaran berasal dari kata belajar. Belajar adalah suatu

proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan ketrampilan,

memperbaiki perilaku, sikap dan mengukuhkan kepribadian53

. Pengertian

ini lebih diarahkan kepada perubahan individu, baik menyangkut ilmu

pengetahuan maupun berkaitan dengan sikap dan kepribadian dalam

kehidupan sehari- hari. Melalui pembelajaran, harapannya ilmunya

bertambah, ketrampilan meningkat dan dapat membentuk akhlak mulia.

Sedangkan pembelajaran menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia54

adalah proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup

belajar. Artinya dengan kegiatan pembelajaran seseorang dapat

memperoleh ilmu pengetahuan tentang materi yang dipelajari. Menurut

Kimble dan Garmezy dalam Thobroni dan Arif Mustofa 55

pembelajaran

adalah suatu perubahan perilaku yang relatif tetap dan merupakan hasil

praktik yang diulang- ulang.

Inovasi pembelajaran adalah pembaharuan atau usaha mengadakan

pembaharuan dalam rangka mencapai hasil yang lebih baik terkait dengan

52

Mulyasa, E., Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), Konsep, Karakteristik dan

Implementasi, Bandung, Remaja Rosdakarya, 2004, 20 53

Suyono dan Haryanto, Belajar dan Pembelajaran, Teori dan Konsep Dasar, Bandung:

Remaja Rosdakarya, 2011, 9. 54 Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Gramedia Pustaka, 2008, 23. 55

Thobroni dan Arif Mustafa, Belajar dan Pembelajaran; Pengembangan Wacana dan

Praktik Pembelajaran dalam Pembangunan Nasional, Yogyakarta, Ar- Ruz Media, 2011, 18.

53

persoalam pembelajaran yang merupakan serangkaian kegiatan yang

dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar anak didik.

Udin Saefudin Sa’ud56

dalam bukunya mengatakan bahwa dalam

pembelajaran ini guru bertindak sebagai fasilitator. Pembelajaran

hendaknya lebih ditujukan untuk membelajarkan siswa atau ditujukan

pada usaha agar siswa mempelajari bahan pelajaran sebagai akibat

perlakuan guru dalam mengelola pembelajaran yang menekankan pada

kemampuan dasar yang dimiliki siswa pada tahap pengetahuan,

ketrampilan dan sikap.

Muhaimin57

dalam bukunya yang berjudul Rekonstruksi Pendidikan

Islam berpendapat bahwa sekolah atau lembaga pendidikan perlu

mengembangkan gagasan-gagasan cerdas, kreatif inovatif dalam

mengantisipasi berbagai tantangan terpadu ke arah pemaduan sistem

sekolah dan pesantren untuk mencapai keunggulan pada aspek akademik,

non akademik maupun kepribadian yang kuat, kokoh dan mantab dalam

diri peserta didik merupakan salah satu jawaban alternatif berbagai

tantangan tersebut. Peserta didik di sekolah terpadu diposisikan sebagai

siswa sekaligus santri.

Dari kerangka teori di atas dapat kita uraikan bahwa Inovasi

pembelajaran adalah pembaharuan atau usaha mengadakan pembaharuan

56

Udin Saefudin Sa’ud, Inovasi Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2008, 141- 158. 57

Muhaimin, Rekonstruksi Pendidikan Islam, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2009,

101-107.

54

dalam rangka mencapai hasil yang lebih baik terkait dengan persoalan

pembelajaran yang merupakan serangkaian kegiatan yang dirancang untuk

memungkinkan terjadinya proses belajar anak didik.

Inovasi pembelajaran berpijak pada tiga landasan pokok yaitu

1. Landasan filosofis yaitu landasan yang didasarkan pada tata nilai

masyarakat

2. Landasan psikologis berlandaskan pada kejiwaan perkembangan

peserta didik

3. Landasan sosiologis yaitu asumsi peserta didik dipsersiapkan

berperan aktif dalam kehidupan masyarakat.

Sebagai implikasi bagi inovasi pembelajaran pendidikan agama Islam

di Indonesia yaitu pembelajaran agama Islam harus dirancang,

dikembangkan dan dikelola secara kreatif, dinamis, terpadu dengan

menggunakan pendekatan multi untuk menciptakan suasana dan proses

pembelajaran yang yang kondusif bagi peserta didik.

55

BAB III

HASIL- HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Madrasah Ibtidaiyah Al-Islam Tonoboyo

1. Sejarah MI Al-Islam Tonoboyo

Madrasah Ibtidaiyah Al- Islam Tonoboyo Bandongan Full day

school adalah sebuah MI yang didirikan pada tahun 1957. Dengan

adanya perubahan bahwa madrasah ibtidaiyah berubah menjadi MWB

(Madrasah Wajib Belajar), maka pendidikan agama diselenggarakan

sore hari. Pada awal mulanya MI tersebut sebuah madrasah yang

menyelenggarakan pendidikan sekolah pada pagi harinya dan pada

sore harinya menyelenggarakan Madrasah Diniyah dan kemudian pada

tahun 1967 diubah menjadi MI Al-Islam yang berafiliasi dengan

Yayasan Maarif NU. Dan pada tahun 2011 berubah menjadi Madrasah

Ibtidaiyah Al- Islam Fullday School.1

Secara geografis MI Al-Islam Tonoboyo berada di lingkungan

pedesaan. Jaraknya kurang lebih 10 km dari kota Magelang. Lokasi

madrasah berdekatan dengan masjid, di depannya ada area untuk tenis

meja, dekat dengan balai desa yang di dalamnya juga terdapat

lapangan bulutangkis dan berdekatan dengan rumah penduduk dan

jalan raya. Di seberang jalan juga terdapat Sekolah Dasar Negeri I

1 Wawancara dengan Kepala MI Tonoboyo, bpk Rozib Sulistio, M.Pd.I. tanggal 16 Mei

2015 pukul 12. 30.

56

Tonoboyo. MI Al-Islam Tonoboyo berdampingan dengan RA

Muslimat.

Sejak berdiri sampai sekarang telah terjadi pergantian kepala

madrasah dikarenakan yang bersangkutan pensiun seperti dari bapak

Ishom, Bapak Dahlan, Bapak Marsis, Bapak Qosim dan sekarang

adalah bapak Rozib Sulistio, M.Pd.I. Sejak periode bapak Rozib ini

madrasah mengalami perkembangan yang pesat karena beberapa

inovasi dan beberap perubahan yang telah dilakukan.2

2. Visi, Misi dan tujuan Madrasah MI Al-Islam Tonoboyo

a. Visi Madrasah

Membentuk peserta didik yang unggul dalam mutu, berbudi pekerti

luhur, terampil, beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT serta cinta

tanah air dan bangsa

Indikator Visi :

a. Memiliki KTSP yang memadai.

b. Terpenuhi standar proses

c. Terpenuhi standar kelulusan

d. Terpenuhi standar tenaga kependidikan

e. Terpenuhi standar pengelolaan

f. Terpenuhi fasilitas pendidikan

g. Terpenuhi standar pembiayaan pendidikan

2 Wawancara dengan pengurus komite madrasah, Bapak Anshorullah pada tanggal 27

Mei 2015 pukul 13. 50.

57

h. Terpenuhi standar penilaian

i. Memiliki budaya dan lingkungan Madrasah yang kondusif

b. Misi Madrasah

1) Menyusun dan melaksanakan KTSP

2) Melaksanakan Pembelajaran sesuai standar proses

3) Melaksanakan pembimbingan karakter dan pengembangan

diri.

4) Meningkatkan Kompetensi tenaga pendidik dan tenaga

kependidikan

5) Mewujudkan pendidikan yang bermutu, efisien, dan relevan

serta berdaya saing yang tinggi

6) Mewujudkan sistem pendidikan yang transparan, akuntabel,

partisipatif dan efektif

7) Meningkatkan sarana dan prasarana pendidikan

8) Mewujudkan sumber-sumber pembiayaan non pemerintah serta

mengelola keuangan dengan transparan dan akuntabel

9) Melaksanakan penilaian hasil belajar sesuai standar penilaian

10) Melaksanakan Manajemen Madrasah yang berkarakter.

c. Tujuan Madrasah :

Tujuan MI al Islam Tonoboyo jangka menengah (5 tahun kedepan)

adalah :

1. Tercapainya nilai rata-rata semua mata pelajaran kategori A

2. Meningkatnya nilai KKM pada semua mata pelajaran

58

3. Meningkatnya ketercapaian nilai KKM untuk semua mata

pelajaran

4. Meningkatnya penguasaan komputer dan internet pada setiap siswa

5. Meningkatnya pengamalan agama dalam kehidupan sehari-hari di

Madrasah .3

d. Identitas Madrasah

1. Nama Madrasah : MI Al- Islam Tonoboyo

2. No. Statistik Madrasah

(NSM) : 111 233 080 197

3. Akreditasi Madrasah : B ( Baik )

4. Alamat Lengkap Madrasah : Dusun Krajan I

Desa / Kelurahan : Tonoboyo

Kecamatan : Bandongan

Kab/ Kota : Magelang

Provinsi

: Jawa Tengah

No. Telp. : 085225229998

5. NPWP Madrasah : 00 . 542 . 194 . 6 - 524 . 000

6. Nama Kepala Madrasah :Rozib Sulistio,M.Pd.I

7. No. Telp./ HP Kepala

Madrasah : 081325513431

8. Nama Yayasan : Maarif

9. No.SK Terakhir Madrasah : KW.11.4/4/PP.03.2/623.8.158/2005

3 Rozib Sulistio dan team penyusun, KTSP Berkarakter MI Al- Islam Tonoboyo tahun

2010,MI AL Islam Tonoboyo, 2010, 4-5.

59

10. Tanggal SK : 14 Oktober 2005

11. Kepemilikan Tanah : Milik Yayasan

a. Status Tanah :Wakaf

b. Luas Tanah : 470 m2

12. Status Bangunan : Yayasan

13. Luas Bangunan : 430m2

14. E-mail

3. Kondisi Obyektif Madrasah

a. Kondisi Obyektif Bangunan

Madrasah ini menempati gedung seluas 430 meter2 di atas tanah

seluas 470 meter2 dan kelilingnya 70 meter berlantai dua dengan

perincian sebagaimana yang terdapat dalam tabel 1.1 sebagai berikut

Tabel 1.1 tentang Sarana dan prasarana MI Al-Islam Tonoboyo

Ruang Juml Ukuran

1 Ruang kelas 9 7 x 8

2 R. kepala sekolah 1 2 x 3

3 R. guru 1 3 x 4 4 R. tata usaha - 5 R. laboratorium 1 6 R. BP - 7 R. perpustakaan -

8 R. UKS 1 2 x 3 9 R. koperasi -

10 Masjid - 1 1 R. gudang 1 3 x 4 12 Kamar mandi dan WC 2 1 x 2

2

60

b. Fasilitas MI Al Islam Tonoboyo

Untuk memperlancar kegiatan pembelajaran, sekolah menyediakan

fasilitas mobil antar jemput sebanyak dua unit dengan pengemudinya

sejumlah dua orang. Satu unit mobil mulai ada tahun 2011, tiga unit

mobil ada pada tahun 2012/2013 ada pada tahun 2014/2015

menggunakan dua unit mobil yang berukuran besar.

Sedangkan untuk kegiatan olahraga sekolah memanfaatkan

lapangan olahraga sepakbola yang ada di Kecamatan Bandongan,

tenis meja di depan sekolah, bulutangkis ada di balai desa yang

tempatnya berdekatan serta kegiatan pembelajaran wudhu, shalat dan

rangkainya ada di masjid yang juga berdekatan4 dengan madrasah.

Sedangkan untuk pelaksanaan pembelajaran, madrasah

menyediakan buku pegangan guru untuk semua mata pelajaran, buku

pegangan murid, buku penunjang, software untuk pembelajaran PKn 3

set, software untuk pembelajaran Pendidikan Agama Islam 15 set,

software untuk Pembelajaran Bahasa Indonesia 3 set, IP 3 set,

Matematika 3 set dan untuk muatan lokal 4 set.

c. Tenaga Kependidikan

Berikut ini nama guru dan karyawan di MI Al- Islam

Tonoboyo

Tabel 1.2 tentang nama guru dan karyawan MI Al-Islam Tonoboyo

T

61

No Nama Guru Ijazah Terakhir

1 Rozib Sulistiyo, M.Pd.I S.2/MKPI/PI

2 Lushandiyah, S.Ag S.1PAI

3 Eko Purwanti,S.Pd.I S.1PAI

4 M a l t u f a h MA

5 Maryatul Anisah, S.Pd.I S.1/PAI

6 Fauziah Septiana, S.Kom S.1/ Sistem informatika

7 Roechanal Ma'tufani SMA/ IPA

8 Nisfu Ema Fatimah SMA/ Bahasa

9 Muliatin Ni’mah, S.Pd.I S. 1/ Bahasa Inggris

10 Ahmad Zamzami MTs

11 Islakhuddin SD

12 Akhmad Nursani,S.Pd.I

S.1/ PAI

13 Wakhidun MA

Dari guru-guru yang berlatar belakang ijazah terakhir

SMA/MA ke bawah rata-rata adalah alumni pondok pesantren

yang mempunyai kompetensi di bidang keagamaan.

d. Keadaan Siswa

Jumlah siswa MIT dari tahun ke tahun meningkat yang mulai

tampak dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan5 yaitu

tahun ajaran 2010/2011 ada 65 siswa, tahun 2011/2012 ada 90

siswa, tahun 2012/2013 ada 125 siswa. Berdasarakan Emis6

5 Grafik Jumlah Siswa MIT Al- Islam Tonoboyo

6 Emis MI Al Islam Tonoboyo tahun 2014/2015

62

tahun 2014/ 2015 jumlah siswa tahun ajaran 2013/2014 ada

165 dan tahun 2014/ 2015 ada 225. Dari jumlah tersebut siswa

yang mengikuti UN tahun 2012/ 2013 ada 23 siswa yang lulus

juga 23 siswa. Dari sejumlah siswa yang belajar di MI Al-

Islam Tonoboyo tersebut tidak hanya berasal dari Desa

Tonoboyo saja, akan tetapi berasal dari desa- desa lain yang

berada di wilayah kecamatan Bandongan, bahkan ada yang

berasal dari kecamatan lain seperti Desa Simpar, Desa Beseran,

Desa Balekerto, Desa Sembiran, Desa Junjungan, Desa

Kaliangkrik, Desa Susukan, Desa Banjaran yang berada di

wilayah kecamatan Kaliangkrik bahkan ada siswa yang berasal

dari kota Magelang.

Pada tahun ajaran 2014/ 2015 ini jumlah siswa yang

mengikuti ujian nasional ada 21 siswa dan yang lulus juga 21

siswa. Jika pada tahun 2011/2013 nilai rata- rata baru mencapai

7,47 untuk bidang studi UN ( Bahasa Indonesia, Matematika,

Ipa ) maka pada tahun 2013/2014 sudah ada siswa yang meraih

jumlah 27, 10 atau rata- rata 9,3.7Siswa sejumlah 225 itu dibagi

menjadi sembilan rombongan belajar yaitu: kelas satu ada satu

rombongan belajar, kelas dua ada dua rombangan belajar, kelas

tiga ada dua rombongan, kelas empat ada dua rombongan

7 Emis MI Al- Islam Tonoboyo tahun 2014/2015

63

belajar dan kelas lima dan enam terdiri- dari satu rombongan

belajar.

d. Gambaran Umum Obyek Penelitian

1. Kegiatan Pembelajaran di MI Al-Islam Tonoboyo

Untuk mencapai tujuan madrasah yang tersebut di atas, kegiatan

pembelajaran di MI Al-Islam Tonoboyo menggunakan sistem Full

day School8 yang dibagi menjadi kegiatan akademik dan kegiatan

non akademik yang wajib diikuti oleh semua siswa.

Kegiatan akademik meliputi Masa Orientasi Madrasah (MOM )

untuk siswa baru, Kegiatan Pembelajaran 8 jam per hari yang

diselenggarakan di dalam kelas atau diluar kelas seperti di masjid,

lapangan atau alam terbuka9, kegiatan remedial dan

pengayaan,Ujian tengah dan akhir semester,Ujian Akhir Madrasah

Berstandar Nasional (UAMBN), Ujian Madrasah (UM) dan UN

(Ujian Nasional) untuk kelas Enam. Adapun sebagai penunjang

kegiatan akademis berupa brain storming, evaluasi diri, tahfizul

quran, pembiasaan-pembiasaan.

Sedangkan kegiatan non akademis berupa kegiatan harian,

kegiatan mingguan, kegiatan persemester dan kegiatan tahunan.

Kegiatan harian seperti istirahat bermakna, sholat Dhuha

8 Rozib Sulistio dan Tim Penyusun, KTSP Berkarakter MI Al- Islam Tonoboyo tahun

2010, 9 Wawancara dan hasil observasi tanggal 27 Mei 2015,pukul 13.00.

64

terbimbing, Sholat Dhuhur berjamaah. Kegiatan mingguan dibagi

menjadi kegiatan standar dan kegiatan khusus. Kegiatan standar

seperti pramuka, rebana dan upacara bendera. Sedangkan kegiatan

khusus berupa Vocabulary, Perpustakaan dan Berlin ( Bersih

Lingkungan).

Kegiatan mingguan seperti upacara bendera, tahlilan dan latihan

pramuka. Upacara diadakan setiap hari Senin diikuti oleh seluruh siswa

dengan petugas dari kelas IV-VI, sedangkan Latihan Pramuka diadakan

setiap hari Sabtu Pagi dan juga diikuti oleh seluruh siswa.

Khusus untuk upacara bendera, MI al Islam Tonoboyo sedang

melakukan uji coba untuk menggunakan bahasa Arab-Inggris ke dalam

rangkaian upacara, tetapi terbatas pada penggunaan aba-aba dan

penyampaian sambutan Pembina Upacara.

Sedangkan Kegiatan Khusus seperti Vocabulary bertujuan untuk

meningkatkan kemampuan produktif berbahasa Arab-Inggris merupakan

merupakan komitmen madrasah berupa penambahan kosakata bahasa

Inggris dan bahasa Arab dilakukan di luar kelas dengan menggunakan

berbagai metode.

Adapun kegiatan perpustakaan merupakan kegiatan pengembangan

minat baca siswa. Pada jam yang disediakan secara khusus, siswa diberi

kesempatan untuk membaca buku-buku yang mereka bawa dari rumah,

membahas maupun menceritakan isi bacaannya dengan guru atau teman.

65

Berlin atau Bersih Lingkungan merupakan kegiatan harian yang

digilirkan kepada tiap-tiap kelas. Kelas yang memperoleh giliran/jadwal

berlin bertugas secara bersama-sama membersihkan area madrasah ,

memunguti sampah, menyirami tanaman dan membenahi sarana semampu

mereka dengan bimbingan wali kelasnya. Kegiatan Berlin ini diadakan

semata-mata untuk meningkatkan kesadaran siswa akan lingkungan

mereka, memupuk rasa memiliki dan kebutuhan untuk memelihara

lingkungan.

Senam pada hari Sabtu merupakan Student Time di MI AL

IslamTonoboyo, pada saat itu siswa-siswi MI AL Islam Tonoboyo di

samping senam juga latihan mengenal alam.

Kegiatan akhir semester adalah Field Trip dan Panggung Kecil

(pentas kompetensi siswa). Beriringan dengan pelaksanaan ujian (ujian

tengah dan akhir semester), maka MI Al Islam Tonoboyo juga

mengadakan kegiatan kesiswaan seperti field trip. Kegiatan yang bersifat

jelajah alam dan eksplorasi fisik ini, lebih dimaksudkan sebagai ajang

rekreasi, mengasah aktivitas serta menambah pengalaman siswa.

Sedangkan Panggung Kecil merupakan ajang bagi para siswa

untuk menampilkan kebolehan yang diperolehnya dalam rentang waktu

satu semester terakhir di depan para wali siswa MI al Islam Tonoboyo.10

Sebagai salah satu wujudnya misalnya, santri (sebutan peserta didik) di

ajak mengunjungi Museum Sudirman di Jl. Pahlawan Kota Magelang, Ke

10

Rozib Sulistio, KTSP Berkarakter MI Al- Islam Tonoboyo, 2010

66

Alun- Alun Kota Magelang, Lapangan Akmil yang berdekatan dengan

Gunung Tidar kota Magelang, jalan-jalan di area persawahan desa

Tonoboyo sambil menggenal lingkungan.11

Sedangkan kegiatan tahunan antara lain yaitu: kegiatan MOM

(Masa Orientasi Madrasah) Sebagai sarana mengenalkan Madrasah

kepada para siswa baru yang meliputi perkenalan, puzzle, outbond,

berkebun, makan bersama, dan di hari terakhir ditutup dengan penampilan

siswa lama dalam pentas seni "Panggung Ekspresi" yang menyajikan

tampilan berupa tarian, musik, drama/teater, puisi kolosal dan sebagainya.

Sudah menjadi komitmen MI Al Islam Tonoboyo yang merupakan

Madrasah Islam untuk lebih mendalam menanamkan nilai-nilai tauhid dan

akhlakul karimah kepada para siswanya, di antara kegiatan massal yang

diselenggarakan adalah Pondok Ramadhan dan Iedul Qurban. Dengan

kedua kegiatan itu siswa diarahkan untuk semakin pintar mengurus diri

sendiri serta mandiri dalam mengontrol ibadah hariannya.12

Pondok Ramadhan ini diberlakukan untuk siswa kelas 1-6 dengan

kegiatan mengaji, tadarus al-Qur’an, Shalat wajib berjamaah, Pemutaran

film-film Islam, buka bersama yang dirangkai sholat isya dan tarowih

secara berjamaah.13

Sedangkan kegiatan Idul Qurban dilakukan dengan menyembelih

hewan Qurban yang diperoleh dari sumbangan masyarakat sekitar,

11

Wawancara dengan Kepala Madrasah MI Al- Islam Tonoboyo pada tanggal 27 Mei

pukul 13.130. 12 . Rozib Sulistio, KTSP Berkarakter MI Al- Islam Tonoboyo, 2010 13

Wawancara dengan Kepala MI Al- Islam Tonoboyo pada tanggal 28 Mei 2015 pukul

13.30.

67

pengurus,relawan, Akademi Militer atau iuran bersama antara guru-guru

dan siswa. 14

Kurikulum yang digunakan MI al Islam Tonoboyo adalah

kurikulum SD/MI standar nasional (Standar Isi KTSP) sebagai acuan

minimal, dipadukan dengan muatan lokal dan pengembangan diri yang

diintegrasikan di dalamnya pendidikan keislaman dan life skill dasar.

Kurikulum SD/MI menurut standar nasional memuat 8 mata

pelajaran, muatan lokal, dan pengembangan diri, sedangkan kurikulum MI

al Islam onoboyo memuat 9 mata pelajaran, 4 muatan lokal dan 2

kelompok pengembangan diri.

Muatan lokal di MI al Islam Tonoboyo adalah Bahasa Inggris,

Bahasa Arab, Bahasa Jawa, BTQ dan Ke-NU-an. Sedangkan

Pengembangan Diri di MI al Islam Tonoboyo secara terprogram meliputi:

bimbingan konseling, upacara bendera, mengaji, tartil & tahfizhul Quran-

Hadist, pramuka, sholat dhuha, istighotsah, dan muhadhoroh (latihan

pidato).

Jam pembelajaran untuk setiap mata pelajaran dialokasikan

sebagaimana tertera dalam struktur kurikulum, di mana secara keseluruhan

MI al Islam Tonoboyo menambahkan 20 jam pembelajaran perminggu.15

14

Wawancara dengan Kepala MI Al- Islam Tonoboyo pada tanggal 28 Mei 2015 pukul

13.30 15

Rozib Sulistio, KTSP Berkarakter MI Al- Islam Tonoboyo, 2010

68

Jadwal Kegiatan Pengembangan diri dan alokasi waktunya

sebagaimana tercantum dalam tabel 1.3 sebagai berikut:

Tabel 1.3 tentang jadwal kegiatan pengembangan diri dan alokasi

waktunya

N

O

KEGIATAN HARI WAKTU KETER

1

.

Layanan Bimbingan

Konseling

Senin - Sabtu 07.30 – 13.00 Setiap peserta

didik wajib

mengikuti

kegiatan –

kegiatan

pengembangan

diri tersebut

Kegiatan

Pengembangan

diri ekuivalen

dengan 9 - 16

jam pelajaran (2

x 35 menit)

2

.

Tadarus Al Qur’an Senin - Sabtu 07.00 – 07.15

3

.

Shalat Dhuha, Hajat,

Isighotsah dan

Kultum bersama-saa

(kelas 1-6)

Senin – Jum’at 10.00 – 10.45

4

.

Shalat Dhuhur

berjama’ah

Senin – Kamis 12.45 – 13.30

5

.

Kepramukaan Sabtu 14.00 – 15.45

6

.

Seni Baca AlQur’an

Tartil Alquran

(Mengaji)

Qiroatul kutub

Tiap hari selain

hari jum’at

(Kelas 1-2)

Antara Senin –

Sabtu (Kelas 3 –

4) sesuai jadwal

11.35 – 12.40

11.35 – 12.40

7

.

Seni Rebana Jum’at 14.0 – 15.45

1. Penilaian Kegiatan Pengembangan Diri

69

Penilaian Kegiatan Pengembangan diri dilakukan dengan pendekatan

kulitatif dengan rentang sebagai berikut :

Tabel 1.4 tentang penilaian kegiatan pengembangan diri

Kategori Nilai Kriteria Keterangan

A 86 – 100 Sangat Baik

B 71 – 85 Baik

C 61 – 70 Cukup

D > 60 Kurang

Pendidikan Agama Islam yang dikembangkan di MI al

Islam Tonoboyo meliputi sub mata pelajaran :

1. Al Qur’an Hadits;

2. Aqidah Akhlak

3. Fiqh

4. SKI

a.Kriteria Ketuntasan Minimum Nilai mata pelajaran Pendidikan

Agama Islam

70

Kriteria Ketuntasan Minimum Nilai mata pelajaran Pendidikan

Agama Islam semsester gasal sebagaimana tercantum dalam tabel 1.5

sebagai berikut:

Tabel 1.5 tentang KKM Mapel PAI Semester Gasal

K o m p o n e n

Kelas dan Alokasi Waktu

I II III IV V VI

A. Mata Pelajaran

1. Pendidikan Agama Islam

a. Al Qur’an Hadits 60 60 60 60 60 70

b. Aqidah Akhlaq 60 60 60 60 60 70

c. Fiqh 60 60 60 60 60 70

d. SKI - - 55 55 55 65

Kriteria Ketuntasan Minimum Nilai Mapel Pendidikan Agama

Islam semester Genap yang dapat dilihat dalam tabel 1.6 sebagai

berikut:

Tabel 1.6 tentang KKM nilai Mapel PAI semester Genap

K o m p o n e n Kelas dan Alokasi Waktu

I II III IV V VI

A. Mata Pelajaran

71

1. Pendidikan Agama Islam

a. Al Qur’an Hadits 70 60 70 70 70 70

b. Aqidah Akhlaq 70 60 70 70 70 70

c. Fiqh 70 60 70 70 70 70

d. SKI - - 70 70 70 65

b. Kriteria Kenaikan Kelas dan Kelulusan

Pedoman Penilaian disesuaikan dengan pedoman yang berlaku dan

yang telah diterbitkan oleh Direkotrat Pendidikan Lanjutan Tingkat

Pertama. Teknik penilaian terdiri dari tes dan non tes. Tes terdiri dari

kuis dan tes harian. Teknik nontes terdiri dari observasi, angket,

wawancara, tugas, proyek, portofolio. Sedang pada Pedoman Penilaian

Kelas yang diterbitkan oleh Balitbang Depdiknas sebagai bagian dari

paket Pelayanan Profesional Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan,

ada tujuh macam teknik penilaian, yaitu: penilaian unjuk kerja,

penilaian sikap, penilaian tertulis, penilaian proyek, penilaian produk,

penilaian portofolio, dan penilaian diri.

Prosedur pengembangan instrumen penilaian meliputi beberapa

tahap, yaitu: (1) perumusan perilaku atau kemampuan esesial yang

akan diukur (2) perumusan indicator (3) penulisan instrumen/ soal, (4)

penelaahan instrumen yang mencakup review dan revisi dan (5) uji

coba instrumen sebelum digunakan

72

Teknik dan prosedur penilaian diserahkan kepada masing-masing guru

mata pelajaran dengan rumus sebagai berikut:

NR = (2 x RUH) + (1 x UTS) + (1 x UAS)

4

RUH = UH + R Tugas

1. Kriteria Kenaikan Kelas

a) Kenaikan kelas dilaksanakan setiap akhir tahun pelajaran

b) Kenaikan kelas dipertimbangkan berdasarkan nilai rapor

semester genap pada tahun pelajaran yang telah berjalan

c) Kenaikan kelas ditetapkan dengan rapor dengan format

yang telah ditentukan. Peserta didik dinyatakan naik kelas

apabila:

i. menyelesaikan seluruh program pembelajaran

ii. Tidak memiliki nilai kurang dari atau sama dengan

KKM.

iii. Memiliki nilai kurang/belum tuntas paling banyak

satu mata pelajaran pada semester genap.

iv. Ketidakhadiran kurang dari 25% tanpa keterangan

v. Memiliki nilai kepribadian, akhlak mulia, dan

pengembangan diri minimum baik

2. Kriteria Kelulusan

Peserta didik dinyatakan lulus jika:

73

a) Menyelesaikan seluruh program pembelajaran,

b) Memperoleh nilai minimal 60 (enam puluh ) pada

penilaian akhir untuk seluruh kelompok mata

pelajaran:

a. Agama dan akhlak mulia (Al Quran Hadits,

Aqidah Akhlak, Fiqh dan SKI)

b. Kewarganegaraan dan kepribadian

c. Estetika

d. Jasmani, olahraga, dan kesehatan

c) Lulus Ujian Madrasah untuk kelompok mata pelajaran

ilmu pengetahuan dan teknologi,

d) Lulus Ujian Nasional (KKM UAMBN dan UASBN

akan kemudian).

3. Tindak Lanjut Bagi Peserta Didik yang Tidak Naik

Kelas atau Tidak lulus

Peserta didik yang tidak naik

a. wajib mengulang pada kelas yang sama pada tahun pelajaran

berikutnya.

b. Peserta didik yang mengulang pada kelas yang sama dan tidak naik

tidak boleh mengulang pada tahun pelajaran berikutnya.

Peserta didik yang tidak lulus

a. wajib mengikuti ujian ulang pada mata pelajaran yang tidak lulus.

74

b. Sebelum mengikuti ujian ulang Madrasah melaksanakan

pembimbingan.

c. Peserta didik yang tidak lulus ujian ulang dapat mengulang

mengikuti pembelajaran di kelas 6 pada tahun berikutnya.

E. Gambaran Umum MI Al-Falah Kaliangkrik

1. Sejarah Berdirinya MI Al-Falah Kaliangkrik

MI Al-Falah kaliangkrik yang berdiri pada tahun 194516

juga tidak

lepas dari tokoh masyarakat yang ada di desa tersebut. Sebelumnya

kegiatan pembelajaran berlangsung di rumah mantan kepala desa.

Maka para tokoh masyarakat yang ada di desa Kaliangkri seperti

KH Muhtadi, Kyai Dawam, Bapak Rejo (ayah almarhum) KH Jamari

Mas’udi bermusyawarah untuk mendirikan bangunan madrasah dan

kebetulan pada waktu itu ada dermawan yang mewakafkan tanahnya

untuk mendirikan bangunan madrasah yang bernama bapak Tulung

(ayah bapak Juweni). Bangunan madrasah dibangun oleh masyarakat

Desa Kaliangkrik secara bergotong royong yang terbuat dari papan

kayu.17

Dari tahun ke tahun bangunan madrasah mendapat bantuan rehab

selama lima kali sehingga sekarang menjadi sebuah bangunan yang

16

SK Pendirian MI Al- Falah Kaliangkrik 17

Wawancara dengan ibu Wuryam (istri bapak Muh Sarwani (almarhum)mantan kepala

MI Al- Falah yang pertama pada tanggal 6 Juni 2015 pukul 14.30

75

megah berbentuk leter U yang terdiri dari tiga bangunan yaitu bangunan

sebelah barat, bangunan sebelah utara dan sebelah timur. Bangunan

sebelah barat terdiri dari dua lantai dengan lima ruangan, sebelah utara

lima ruangan dan di belakangnya toilet dan sebelah timur terdiri dari

tiga ruangan di atas tanah seluas 1531.31 m2 persegi dengan luas

bangunan 1231 m2. Sejak berdiri telah mengalami pergantian beberapa

madrasah karena pensiun atau meninggal dunia dari bapak Muh

Sarwani (almarhum), bapak Sihabudin (almarhum), bapak M Qobul,

S.Pd. I (pensiun) dan bapak Fadhoil, S.Ag.

Keberadaan MI al-Falah Kaliangkrik juga tidak bisa lepas dari

adanya lembaga pendidikan pesantren yang bernama Pondok Pesantren

Damarjati Kaliangkrik yang dibangun oleh KH Jamari Mas’udi yang

dibangun pada tahun 1984 dengan santri yang berasal dari berbagai

daerah dan berbagai usia dari tingkat taman kanak-kanak sampai

perguruan tinggi.18

Selain santri tingkat usia sekolah belajar belajar di

MI Al-Falah Kaliangkrik pada pagi harinya, mereka belajar di

Madrasah Diniyah di lingkungan pesantren pada sore harinya (pukul

14.30-17.00)19

.

Secara geografis MI Al-Falah Kaliangkrik yang berada di wilayah

lereng Gunung Sumbing yang sejuk udaranya. Bangunan gedung juga

18

Wawancara dengan bapak Slamet Rodhi (guru MI Al-falah Kaliangkrik yang telah

pensiun) pada tanggal 6 Juni 2015 pukul 15.00 19

Wawancara dengan Abdul Kholiq (pengurus santri Ponpes Damarjati kaliangkrik )

pada tanggal 5 Juni 2015 pukul 10.00

76

strategis karena berdekatan dengan masjid, berdampingan lembaga

pendidikan Raudhotul Athfal, MTs Damarjati dan Madrasah Aliyah

Damarjati Kaliangkrik.

MI Al-Falah Kaliangkrik sejak berdirinya mengalami pembaharuan

seperti madrasah lain pada umumnya. Misalnya dari madrasah

ibtidaiyah yang hanya memberikan materi keagamaan saja pada

perkembangannya juga memberikan materi pelajaran umum.

Ketika ada ide pemerintah untuk mengubah MI menjadi MWB(

Madrasah Wajib Belajar) juga ikut berubah menjadi MWB20

. Ketika ada

pembaharuan kurikulum dari kurikulum 1975, kurikulum 1984, kurikulum

1994, Kurikulum Berbasis Kompetensi tahun 2004 juga ikut melakukan

pembaharuan.

Bahkan pada tahun 2005 mendapat dana BOMM (Bantuan

Operasional Mutu Managemen Pendidikan) untuk menyelenggarakan

work Shop Kurikulum Berbasis Kompetensi tahun 2004 bagi guru-guru

madrasah ibtidaiyah se-Kabupaten Magelang.21

Pada tahun 2007 juga

mengirim guru- gurunya untuk mengikuti Work Shop Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan.22

Dan pada tahun 2012 mendapat tugas dari

Kementrian Agama untuk mengikuti Work Shop Kurikulum Tingkat

20 Wawancara dengan ibu Wuryam pada tanggal 1 Juni 2015 pukul 14.00 21

MI Al- Falah Kaliangkrik,Laporan pertanggungjawaban BOMM MI Al- Falah Kaliangkrik

tahun 2005 22

Wawancara dengan bapak M. Qobul S.Pd.Ipada tanggal 1 Juni 2015

77

Satuan Pendidikan sekaligus menyusun Kurikulum tingkat Satuan

Pendidikan Berkarakter untuk MI Al-Falah Kaliangkrik23

.

Pada tahun 2014 MI Al-Falah Kaliangkrik juga mengirimkan guru-

gurunya untuk mengikuti Work Shop Kurikulum 2013 selama sepuluh

hari di Hotel Borobudur Kota Magelang.24

Dan pada tahun pelajaran

2014/2015 memberlakukan penggunaan kurikulum 2013 untuk kelas

satu dan empat.

2. Visi, Misi dan Tujuan MI Al-Falah kaliangkrik

a. Visi MI Al-Falah Kaliangkrik:

Terwujudnya madrasah yang dapat membentuk generasi relegius,

disiplin dan peduli.

Indikator Visi:

1) Terbentuknya generasi yang relegius dalam kehidupan sehari-

hari

2) Terbentuknya siswa madrasah yang disiplin dalam aspek

akademik maupun non akademik dalam kehidupan pribadi

maupun sosial

3) Terbentuknya siswa madrasah yang peduli terhadap

lingkungannya

23

Work Shop KTSP berkarakter di MIN Sumberejo mertoyuda Magelang tanggal 12- 13

Juli 2012 24

Surat Tugas Work Shop Kurikulum 2013

78

b. Misi MI Al-Falah Kaliangkrik

1) Menciptakan lingkungan belajar yang religius.

2) Menciptakan lingkungan belajar yang disiplin dan terintegrasi.

3) Memberdayakan seluruh potensi peserta didik untuk peduli

terhadap lingkungannya

c. Tujuan Madrasah

1) Terbentuknya generasi yang relegius dalam kehidupan sehari-

hari.

2) Terbentuknya siswa madrasah yang disiplin dalam aspek

akademik maupun non akademik dalam kehidupan pribadi

maupun sosial.

3) Terbentuknya siswa madrasah yang peduli terhadap

lingkungannya

d. Program Madrasah

1) Pembelajaran dan pembiasaan hidup relegius, baik didalam

maupun luar kelas.

2) Pembiasaan hidup disiplin baik akademik maupun non

akademik didalam maupun diluar kelas, dengan optimalisasi tata

tertib madrasah

79

3) Optimalisasi seluruh potensi peserta didik untuk peduli terhadap

lingkungannya 25

.

4. Kondisi Obyektif Madrasah

a. Sarana dan Prasarana

Adapun sarana pendukung proses pembelajaran terdiri dari

sembilan ruang kelas untuk sembilan rombongan belajar untuk kelas I

sampai kelas VI, satu ruang guru, satu ruang perpustakaan kamar toilet

untuk guru,sebelas toilet untuk siswa26

, satu ruang kantin untuk siswa.

27MI Al-Falah Kaliangkrik juga memiliki halaman sekolah yang luas

yang dapat brfungsi untuk melaksanakan upacara bendera setiap hari

Senin untuk siswa- siswi MI al-Falah, MTs Damarjati, MA Maa’rif

Damarjati Kaliangkrik secara bersama- sama, untuk berolahraga

bulutangkis, lompat jauh dan lompat tinggi, sarana tempat bermain

anak-anak ketika istirahat yang dikelilingi penghijauan dan tanaman

hias yang asri.

b. Keadaan Siswa

Adapun siswa yang belajar di MI Al-Falah Kaliangkrik sejak berdirinya

Pondok Pesantren Damarjati berasal dari berbagai daerah. Berdasarkan data

25

KTSP Berkarakter MI Al-Falah Kaliangkrik 2012 26

Emis kelembagaan MI Al- Falah Kaliagkrik tahun ajaran 2014/2015 27

Observasi tanggal 2 Juni 2015

80

Emis28

siswa MI Al-Falah Kaliangkrik tahun 2014/2015 jumlah siswa tahun

ajaran 2013/2014 berjumlah 250 siswa dan tahun ajaran 2014/2015 berjumlah

247 siswa yang tidak hanya berasal dari wilayah Kaliangkrik tetapi juga

berasal dari luar daerah misalnya dari Kabupaten Temanggung, Kabupaten

Semarang, Kabupaten Kendal, Kabupaten Brebes, Kabupaten Boyolali,

Jakarta Pusat, Lampung dan Kalimantan Tengah.

c. Tenaga Kependidikan

Untuk meningkatkan mutu pendidikan, MI Al-Falah Kaliangkrik memiliki

sebelas tenaga kependidikan sebagaimana yang ada dalam tabel 2.1 berikut:

Tabel 2.1 tentang tenaga pendidikan MI Al-Falah Kaliangkrik

No Nama Tempat/tanggal

Lahir

Status

kepegawaian

Jabatan Jenis

kelamin

1 Fadhoil,

S.Ag

Magelang,15 -

11- 1973

PNS Kepala

Madrasa

h

Laki- laki

2 Islamiyah

, S.Ag

Magelang, 19-2-

1972

PNS Guru

Kelas

VI b

Perempuan

3 Efi

Susilowat

i, S.Pd.I

Magelang,

06/03/1980

GTY Guru Perempuan

28

Emis Siswa MI Al- Falah Kaliangkrik tahun 2014/2015

81

Kelas V

b

4 Istiqomah

, S.Pd.I

Magelang,

18/09/1981

GTY Guru

Kelas

VI a

Perempuan

5 Masrifatu

l Amiroh,

S.Pd.I

Magelang,

15/08/1967

GTY Guru

Mata

pelajara

n

Perempuan

6 Itsna

Maulida

Sulistyan

a, S.Pd

Magelang,

21/12/1984

GTY Guru

Kelas II

Perempuan

7 Suciati,

S.Pd.I

Magelang,

13/05/1974

GTY Guru

kelas I

Perempuan

8 Ahmat

Yakup

Magelang,

25/03/1989

GTY Guru

Kelas

Va

Perempuan

9 Muhamad

Syaeful

Mujib,

S.Pd.I

Magelang,

14/11/1973

GTY Guru

Mata

pelajara

n

Laki- laki

10 Khairul

Muna,

S.Pd.I

Magelang,

19/06/1983

GTY Guru

Kelas

IV

Laki- laki

82

11 Lina Dwi

Aryani,

S.Sy

Temanggung,

09/06/1988

GTY Guru

kelas II

Perempuan

Pada tahun 2014 MI Al-Falah Kaliangkrik juga mengirimkan guru-

gurunya untuk mengikuti Work Shop Kurikulm 2013 selama sepuluh hari

di Hotel Borobudur Kota Magelang.29

Dan pada tahun pelajaran

2014/2015 memberlakukan penggunaan kurikulum 2013 untuk kelas satu

dan empat.

d. Identitas Madrasah

1. Nama Madrasah : MI AL FALAH KALIANGKRIK

2. No. Statistik Madrasah

(NSM) : 111233080174

3. Akreditasi Madrasah : B ( Baik )

4. Alamat Lengkap Madrasah : Kauman

Desa / Kelurahan : Kaliangkrik

Kecamatan : Kaliangkrik

Kab/ Kota : Magelang

Provinsi

: Jawa Tengah

No. Telp. : -

5. NPWP Madrasah : 00 542 625 9 524 000

29

Surat Tugas Work Shop Kurikulum 2013

83

6. Nama Kepala Madrasah : Fadhoil, S.Ag

7. No. Telp./ HP Kepala

Madrasah : 081328841779

8. Nama Yayasan : MAARIF

9. Alamat Yayasan : jln Magelang Jogja km 12 Palbapang

Mungkid Magelang 56511

10. No. Telp. Yayasan : 0293 782037

11. No. Akte PendirianYayasan : lk/3.C/1528/Pem.MI/7

12. Kepemilikan Tanah : Milik Yayasan

a. Status Tanah :Wakaf

b. Luas Tanah : 1531.31 M2

13. Status Bangunan : Yayasan

14. Luas Bangunan : 1231 M2

15. E-mail

D. Gambaran obyek Penelitian MI Al-Falah Kaliangkrik

1. Muatan Kurikulum MI Al-Falah Kaliangkrik

Muatan kurikulum atau mata pelajaran yang dikembangkan di MI Al-

Falah Kaliangkrik yang berkaitan dengan pendidikan agama Islam meliputi sub

mata pelajaran Al-Qur’an Hadits, Aqidah Akhlak, SKI dan Fiqh.

a) Al Qur’an Hadist : mata pelajaran Al-Qur’an Hadist di

madrasah bertujuan untuk memberikan kemampuan dasar

kepada peserta didik dalam membaca, menulis, membiasakan

dan menggemari Al Qur’an dan Hadist serta menanamkan

84

pengertian, pemahaman, penghayatan isi kandungan ayat-ayat

Al-Qur’an. Hadist untuk mendorong, membina dan

membimbing akhlak dan perilaku peserta didik agar

berpedoman kepada dan sesuai dengan isi kandungan ayat-ayat

Al –Qur’an dan Hadist.

Ruang lingkup dari mata pelajaran ini meliputi :

1) Pengetahuan dasar membaca dan menulis Al-Qur’an

2) Hafalan surat-surat pendek

3) Pemahaman kandungan surat-surat pendek

4) Hadist-hadist tentang kebersihan, niat, menghormati

orang tua, persaudaraan, silaturahmi, taqwa,

menyayangi anak yatim, sholat berjamaah, ciri

ciri orang munafik dan amal sholeh.

b) Aqidah Akhlaq : mata pelajaran ini bertujuan untuk

menumbuhkan dan meningkatkan keimanan peserta didik yang

diwujudkan dalam akhlaknya yang terpuji, melalui pemberian

dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta

pengalaman peserta didik tentang Aqidah dan Akhlaq Islam.

Ruang lingkup dari mata pelajaran ini meliputi :

a) Aspek Keimanan

b) Aspek Akhlaq

c) Aspek Kisah Keteladanan

85

c) Fiqih : mata pelajaran ini bertujuan untuk membekali peserta

didik agar dapat mengetahui dan memahami pokok-pokok

hukum Islam secara terperinci dan menyeluruh, baik berupa

dalil naqli, serta melaksanakan dan mengamalkan ketentuan

hukum Islam dengan benar.

Ruang lingkup mata pelajaran fiqih meliputi keserasian,

keselarasan dan keseimbangan antara lain :

a) Hubungan manusia dengan Allah swt

b) Hubungan manusia dengan sesama manusia dan

c) Hubungan manusia dengan alam sekitar

d) Sejarah Kebudayaan Islam : mata pelajaran ini bertujuan

membekali peserta didik dengan pengetahuan tentang sejarah

dan kebudayaan Islam, mendorong peserta didik untuk

mengambil ibrah, nilai dan makna yang terdapat dalam sejarah

serta menanamkan penghayatan dan kemauan yang kuat untuk

berakhlak mulia berdasarkan cermatan atas fakta sejarah yang

ada.

Ruang lingkup mata pelajaran ini meliputi :

Di tingkat Madrasah Ibtidaiyah dikaji tentang sejarah arab Pra

Islam, sejarah Rasullah Saw dan Al-Khulafaur Rosyidin.

86

Sedangkan kelompok pengembangan diri yang adalah di MI

Al- Falah Kaliangkrik meliputi

a. Sholat Dhuha dan Dhuhur berjamaah, bertujuan untuk

mengenalkan pelaksanaan ibadah sholat dan menanamkan

kecintaan untuk menjaga sholat fardhu. Ruang lingkupnya

adalah pembiasaan sholat dhuha dan sholat dhuhur secara

berjamaah.

b. Tadarus Al Qur’an, bertujuan untuk menanamkan rasa cinta

terhadap Al Qur’an dan membiasakan siswa agar senantiasa

membaca Al Qur’an. Ruang lingkupnya adalah pembiasaan

membaca Al Qur’an setiap hari

c. Layanan Bimbingan dan Konseling, bertujuan untuk

memberikan layanan konseling kepada peserta didik di

lingkungan madrasah.

Ruang lingkupnya meliputi :

1) Layanan orientasi pengenalan lingkungan madrasah

2) Layanan bimbingan belajar

3) Layanan konseling kesulitan belajar dan masalah pribadi

siswa

Kepramukaan, bertujuan untuk melatih siswa agar terampil dan mandiri,

menanamkan sikap peduli terhadap orang lain, melatih agar mampu

bekerjasama dengan orang lain, menanamkan sikap disiplin, menumbuhkan

rasa percaya diri. Ruang lingkupnya adalah :

1) Ketrampilan Personal

2) Ketrampilan Sosial

87

3) Ketrampilan Vokasional Sederhana

4) Drumband,bertujuan untuk mengasah keterampilan berkesenian dan

memupuk semangat.

Adapun struktur kurikulum Pendidikan Agama Islam di

MI al-Falah Kaliangkrik terdapat dalam tabel 2.2 sebagai berikut:

Tabel 2.2. tentang struktur kurikulum PAI MI Al-Falah Kaliangkrik

Kelas dan Alokasi Waktu

I II III IV V VI

A. Mata Pelajaran

1. Pendidikan Agama Islam

a. Al Qur’an Hadits 2 2 2 2 2 2

b. Aqidah Akhlaq 2 2 2 2 2 2

c. Fiqh 2 2 2 2 2 2

d. SKI - - 2 2 2 2

2. Kegiatan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di MI Al-Falah

Kaliangkrik

Kegiatan pembelajaran pendidikan agama Islam di MI

Al-Falah Kaliangkrik di samping dilaksankan secara formal di dalam

88

kelas, juga dilaksanakan di luar kelas. Kegiatan pembelajaran yang

dilaksanakan di luar kelas adalah kegiatan pembelajaran diri yang

dilaksanakan di luar kelas seperti halafan surat pendek setiap hari

Kamis yang dilaksanakan sebelum kegiatan pembelajaran secara

formal dimulai, yang sudah menjadi rutinitas yang dilaksanakan mulai

pukul 7.00. Kadang-kadang juga juga diselingi parktik sholat jenazah,

praktik sholat tahajud, shalat hajat dan shalat rawatib. Sesekali

diselingi kuliah tujuh menit tentang penerapan ajaran Islam seperti

membuang sampah pada tempatnya, berbuat baik kepada teman, tidak

boleh mengambil milik orang lain dan lain- lain.

Di samping itu kegiatan pengembangan diri diujudkan

dalam kegiatan sholat Dhuha di masjid secara berjamaah setiap hari

Selasa dan Rabu yang dulaksanakan sebelum kegiatan pembelajaran.

Demikian juga setelah kegiatan pelajaran siswa- siswa diajak ke

masjid untuk melaksanakan sholat Dhuhur seacara berjamaah yang

dilakukan oleh siswa kelas empat sampai kelas enam.

Berikut jadwal kegiatan pengembangan diri di MI Al-Falah

Kaliangkrik

Jadwal dan Alokasi Waktu Kegiatan pengembangan diri terdapat

dalam tabel 2.4

Tabel 2.4 tentang alokasi waktu kegiatan pengembangan diri MI Al-

Falah Kaliangkrik

N

O

KEGIATAN HARI WAKTU KETERANGA

N

1. Layanan Bimbingan

Konseling

Senin - Sabtu 07.30 – 13.00 Setiap peserta

didik wajib

mengikuti

kegiatan-

kegiatan 2. Tadarus Al Qur’an Selasa- Kamis 07.00 – 07.15

89

3. Shalat Dhuha Selasa- Rabu 07. 15- 7.30 pengembangan

diri tersebut

4. Shalat Dhuhur

berjama’ah (kelas IV-

VI )

Senin – Kamis 12.30- 13.00

5. Kepramukaan Sabtu 07.00- 08.00

6. Seni Baca AlQur’an

Tiap hari Kamis

15. 30- 16.00

7. Drum Band Rabu 14.00 – 15.45

1. Penilaian Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

a. Kriteria Ketuntasan Minimum Mata Pelajaran Pendidikan Agama

Islam terdapat dalam tabel 2.3 berikut ini:

Tabel 2.3 tentang KKM nilai Mapel PAI MI Al-Falah Kaliangkrik

K o m p o n e n Kelas dan Alokasi Waktu

I II III IV V VI

A. Mata Pelajaran

1. Pendidikan Agama Islam

a. Al Qur’an Hadits 70 70 70 70 70 70

b. Aqidah Akhlaq 70 70 70 70 70 70

c. Fiqh 70 70 70 70 70 70

d. SKI - - 60 60 60 60

e. Kriteria Penilaian Pengembangan Diri

Kriteria Penilaian pengembangan diri terdapat dalam tabel 2.5

berikut ini:

90

Tabel 2. 5 tentang kriteria nilai pengembangan diri

Kategori Nilai Kriteria Keterangan

A 86 – 100 Sangat Baik

B 71 – 85 Baik

C 61 – 70 Cukup

D > 60 Kurang

E. Gambaran MIN Krincing Secang Magelang

1. Sejarah Berdirinya MIN Krincing Secang

Madrasah Ibtidaiyah Negeri ( MIN ) Krincing dalam lintasan sejarah,

madrasah ini bermula dari Madrasah Diniyah dimana program

pendidikan dan metode pembelajaran yang diterapkan metode

tradisional seperti halnya madrasah salaf (Pondok Pesantren). Madrasah

Diniyah ini diprakarsai dan didirikan oleh kyai Muhtarom dan tokoh

masyarakat yang berawal dari usaha dan keprihatinan tokoh masyarakat

setempat khususnya dalam bidang pendidikan.

Usaha tersebut dapat terwujud pada tahun 1949 dengan mendirikan

sebuah Madrasah Diniyyah (Madin) yang dilaksanakan di masjid

setempat dengan jumlah peserta didik berjumlah 10 sampai 15 siswa.

Selang beberapa waktu kegiatan pembelajaran dipindah tempatkan di

rumah Bapak Kyai Muhtarom, dan dalam melaksanakan kegiatan

91

tersebut beliau dibantu oleh seorang warga masyarakat yaitu bapak

Royis.

Setelah berlangsung selama kurang lebih 4 tahun bapak Kyai

Muhtarom pindah tempat tinggal dan pada tahun 1951 dengan terpaksa

Madrasah Diniyyah tersebut dibubarkan, namun demikian rumah beliau

tetap digunakan sebagai tempat ngaji khusus putri yang diasuh oleh

bapak Kyai Chadziq Mahmudi dan Bapak Miftah. Lambat laun santri

yang mengikuti kegiatan tersebut semakin banyak sehingga waktu yang

di butuhkan untuk kegiatan tersebutpun semakin bertambah yaitu

sampai ba’da isyak, kemudian kegiatan tersebut dijadikan Madrasah

Diniyyah kembali dengan nama Madrasah Da’watul Khoiriyyah yang

berorientasi pada pembelajaran agama saja.

Tahun 1959 pemerintah mengeluarkan peraturan bahwa Madrasah

Wajib Belajar dengan kriteria pembelajaran 60% untuk pendidikan

agama, dan 40% untuk pendidikan umum khusus anak putri. Mulai saat

itu madrasah dilaksanakan ba’da dhuhur dengan kriteria pembelajaran

sesuai kriteria yang dicanangkan pemerintah, saat itu pula terbentuk

Madrasah untuk laki-laki yang ditempatkan di Masjid dan dipimpin

oleh Bapak Kyai Al-Faro’i yang diberi nama Madrasah Ibtidaiyah Al-

Islamiyyah. Dengan terbentuknya madrasah tersebut maka, peserta

didiknya semakin berkembang pesat.

92

Madrasah Da’watul Khoriyyah yang mulai menampung anak putra

diresmikan oleh pemerintah pada tahun 1959. Tokoh pendirinya adalah

Bapak Kyai Muhtarom yang berdomosili di Kerten Krincing. Madrasah

tersebut diakui sebagai Madrasah Wajib Belajar dengan surat dari

pemerintah Jakarta dalam bentuk SK (Piagam) tertulis tanggal 1 April

1960 No. J/9/5445, tertanda; H. Oemar Soeryahadibroto, sedangkan SK

propinsi disyahkan Bapak Soerjadi. Kegiatan belajar tersebut hanya

sampai kelas tiga, kelas empatnya dikirim ke SD Krincing.

Setelah terbentuknya 2 madrasah tersebut, maka di kelurahan

Krincing terdapat tiga Madrasah yang telah berdiri yaitu:

1. Madrasah Da’watul Khoiriyah di Dusun Kerten Krincing bertempat

dirumah bapak.Kyai Muhtarom.

2. Madrasah Ibtidaiyah Al-Islamiyah Dusun Kerten bertempat di

Masjid Kerten Krincing.

3. Madrasah Ibtidaiyah Al-Iman di Dusun Bangsren Krincing. (Ikut

yayasan Al-Iman di Magelang)

Ketiga madrasah tersebut setiap tahun mengadakan kegiatan

bersama-sama dalam rangka memperingati maulid nabi Muhammad

SAW.Setelah berjalan beberpa waktu pemerintah memberikan perhatian

kepada 3 madasah tersebut dengan memberikan bantuan kepada setiap

peserta didik setiap anaknya pertahun sebesar Rp.200,00. Pada dasarnya

masing-masing sekolah mendapatkan bantuan, namun yang berlangsung

93

hanya Madrasah Da’watul Khoiriyyah .dikarenkan 2 madrasah yang lain

belum bisa mengurus Administrasinya sehingga keduanya dihentikan

untuk mendapatkan bantuan.

Hal ini berdampak pada pembiayaan proses belajar mengajar,

Madrasah Al-Islamiyyah yang tidak mendapat bantuan akhirnya

bergabung dengan Da’watul Khoiriyyah kemudian atas bantuan dan

swadaya masyarakat madrasah dapat membangun gedung sendiri, di area

tanah milik bapak Kyai Muhtarom, sedangkan Madrasah Al-Iman

didanai oleh yayasannya, karena salah satu pengurusnya adalah seorang

pejabat Penilik Agama Kabupaten Magelang yaitu Ustadz Adnan Harun.

Kegiatan belajar mengajar berjalan dengan baik dan didukung oleh

kondisi keuangan yang lancar.

Pada tahun 1965 Madrasah Da’watul Kroiriyyah sudah bisa

mengadakan ujian sendiri yang sebelumnya yang hanya bergabung

dengan SD Negeri. Dan pada tahun 1960 bapak Kyai Chadziq Mahmudi

mengikuti ujian Guru Agama (UGA) setelah lulus dan diangkat sebagai

guru agama negeri terhitung mulai tanggal 2 Mei 1961 menurut surat

tugas tetapi secara operasional mulai 1 September 1964 beliau pun

ditugaskan mengajar di Madrasah Da’watul Khoiriyyah.

Sejak tahun 1967 Madrasah mendapatkan impres dua kali. Selang 2

tahun yaitu Pada tahun 1969 Madrasah diakui sebagai anggota Yayasan

Ma’arif dan bapak Kyai Chadziq Mahmudi sebagai Kepala Madrasah.

Madrasah pertama kali akreditasi pada tahun 1993 dengan nomor MK

94

145/101/IV/1993. Pada tanggal 28 0ktober 1993 status Madrasah

dinegerikan dengan nomor SK. Menag RI 63/244/1993. Akreditasi yang

kedua tanggal 20 Juni 1999 dengan nomor MK 4/ 24/VI/1999 nomor

statistik 11230247169.

Sejak berdirinya madrasah pada tahun 1959, ada beberapa guru yang

diperbantukan oleh pemerintah. Di bawah ini daftar guru yang pernah

diperbantukan oleh pemerintah yaitu:

1. Bapak Bandung Muhammad Muhdzakir dari desa Saron Paremono

Mungkid Magelang, merupakan seorang guru pindahan dari SDN

Gorontalo Minahasa Manado Sulawesi Utara, beliau alumni PGAN 6

Yogyakarta.

2. Bapak Ali Susiswo dari Tirto Paremono Mungkid sebagai pengganti

saudara Bandung namun beliaupun dipindah ke kota Mungkid

3. Bapak Kyai Chadziq Mahmudi setelah diangkat menjadi Guru

Agama. Mulai 1 September 1971 diperbantukan di kantor PPAI

kecamatan Secang

4. Bapak Munhamir (setelah diangkat di Kab. Temanggung) seorang

guru pindahan dari MI Campursalam Kecamatan Parakan Kabupaten

Temanggung karena lulus ujian Ujian Guru Agama (UGA) tahun

1964.

5. Bapak Miftah dan saudari Machruziah, (pak Miftah kemudian pindah

sebagai pegawai Penerangan Agama dan saudara Machruziah pindah

ke Temanggung sebagai Guru Agama)

95

6. Guru bantu dari pemerintah sebagai Guru Agama yaitu :

a. Bapak Ishaq Al-Badar dari Sempu Secang.

b. Ibu Sudiyah Secang.

c. Bapak Muchrim dari Kabonan Kecamatan Parakan yang diangkat di

Magelang.

d. Bapak Yusuf dari Kupen Pringsurat Temanggung.

e. Bapak Zaenuri dari Kupen Pringsurat Temanggung.

Yang pernah memegang sebagai kepala Madrasah, secara

berurutan adalah sebagai berikut:

1. Bapak Kyai Chadziq Mahmudi

2. Bapak Miftah

3. Bapak Nasihun

4. Bapak Munhamir Sampai dinegerikan (Kepala Definitif)

5. Bapak Anas Aziz, M.M (Kepala Definitif)

6. Bapak Drs.H.Tachsin Anwar, M.M. berlangsung sampai sekarang.

Secara geografis MIN Negeri Krincing Secang mudah dijangkau

berbagai transportasi umum karena terletak di dekat jalan raya propinsi

jurusan Magelang- Semarang. Di samping itu lingkungan desa yang

dinamis memudahkan masyarakat untuk mempercayakan anak mereka

belajar di MIN Krincing karena di samping pembelajaran agama yang

mendalam di MIN Krincing Secang tetapi juga banyaknya kegiatan

96

ekstrakurikuler yang di selenggarakan madrasah30

seperti seni rebana,

karawitan, seni tilawatil Qur’an, drum band dan lain-lain.

2. Visi, Misi, dan Tujuan Madrasah

a. Visi Madrasah:

Terwujudnya generasi Islam yang relegius, disiplin, cerdas dan

terampil

Indikator Visi :

a. Terbentuknya generasi yang relegius dalam kehidupan sehari

hari

b. Terbentuknya siswa madrasah yang disiplin di lingkungan

madrasah dan masyarakat

c. Terbentuknya siswa madrasah yang kompetitif dalam bidang

akademik

d. Terbentuknya siswa madrasah yang kompetitif dalam bidang

non akademik.

b. Misi Madrasah:

1) Menciptakan lingkungan belajar yang relegius

2) Menciptakan lingkungan belajar yang disiplin dan terintegrasi

30

Wawancara dengan Ibu Wakhidah pada tanggal 27 Mei 2015 pukul 15.00

97

3) Memberdayakan seluruh potensi peserta didik dan ragam

kecerdasan

4) Memberdayakan seluruh potensi keterampilan peserta didik

c. Tujuan Pendidikan Madrasah

1) Terbentuknya generasi yang religious dalam kehidupan sehari

hari

2) Terbentuknya siswa madrasah yang disiplin dalam segala

aspek.

3) Terbentuknya siswa madrasah yang cerdas yang berguna bagi

dirinya maupun masyarakat

4) Terbentuknya siswa madrasah yang terampil yang berguna

bagi dirinya maupun masyarakat.

d. Identitas Madrasah

NAMA MADRASAH : MI NEGERI

STATUS SEKOLAH : NEGERI

ALAMAT MADRASAH : KERTEN KRINCING SECANG

MAGELANG

TAHUN BERDIRI : 1993

DABIN :

STATUS DI DABIN : MI INTI

AKREDITASI MADRASAH : A TH 2008

98

NIS : 111.1.33.08.0005.

NSB/NSS : 019261680312001

NPSN : 20331147

NOMOR TELPON : 0293-714465

KODE POS : 56195

LOKASI : PEDESAAN

3. Kondisi Obyektif Madrasah

a. Sarana dan Prasarana yang ada

Untuk mendukung kegiatan pembelajaran MIN Krincing berupa

bangunan gedung berlantai dua ada dua bangunan yang terdiri dari ruang

kelas ada sebelas, ruang guru ada satu, ruang kepala sekolah ada satu,

ruang perpustakaan, ruang peralatan, ruang untuk pembelajaran komputer

beserta perangkatnya dan juga sering digunakan untuk kegiatan KKG,

toilet ada delapan, dan mushola.

Dalam kegiatan pembelajaran MIN Krincing Secang memiliki tenaga

kependidikan sebanyak 18 orang yang terdiri dari satu kepala madrasah,

dua tenaga perpustakaan, satu tenaga administrasi dan empat belas guru.

Dari delapan belas personal tersebut yang berstatus PNS ada duabelas

dan yang guru honorer ada enam. Adapun kualifikasi pendidikan yang

mereka miliki jenjang S.2 ada satu orang, yang jenjang s.1 ada 15 orang

dan SMA ada dua orang.31

31

Emis Personal MIN Krincing Secang Semester ganjil 2014/2015

99

Untuk meningkatkan mutu pembelajaran MIN Krincing Secang selalu

menyelenggarakan kegiatan KKG di sekolahnya. Madrasah mengadakan

kerjasama dengan Universitas Negeri Yogyakarta untuk meningkatkan

pelajaran umum, kerjasama dengan Universitas Negeri Tidar Magelang

untuk pembelajaran mulok Bahasa Inggris, dan kerjasama dengan

Universitas Islam Negeri Yogyakarta untuk pelajaran agama Islam.

Untuk kegiatan karawitan dan tari, madrasah mendatangkan guru dari

Institut Seni Indonesia Solo, Drum band mengundang melatih dari

SMPN I Temanggung, Seni Baca al- Qur’an mengundang pelatih dari

juara MTQ tingkat propinsi. Dan khusus pembelajaran Agama Islam

yang dilaksanakan pada jam ke nol khususnya pembelajaran Baca Tulis

Al-Qur’an mengundang dari alumni Pondok Pesantren Lirboyo untuk

kelas satu sampai tiga dan pembelajaran kitab kuning bagi siswa kelas

empat sampai enam.32

b. Keadaan Siswa

Jumlah siswa MI Negeri Krincing Secang ada ada 310.33

Dari jumlah

tersebut sebagaian besar siswa berasal dari wilayah Desa Krincing

sendiri hanya ada beberapa siswa yang berasal dari luar desa,

misalnya Kalikuto, Payaman.

32

Wawancara dengan Kepala MIN Krincing, Drs. Tachsin Anwar, M.Pd. I tanggal 27 Juli

2015 pukul 14.30 33

Emis siswa MIN Krincing Secang Semester ganjil 2014/2015

100

Dilihat dari pendidikan orangtua sebagian besar mereka

berpendidikan di bawah SLTP tetapi ada sebagian yang

berpendidikan SMA, dan sebagian kecil lagi yang berpendidikan S.1

atau D.2. Dilihat dari pekerjaan orangtua sebagian besar mereka

bekerja sebagai buruh atau pegawai swasta. Ada yang berprofesi

sebagai TNI, guru, wiraswasta, pengusaha, atau guru. Rata-rata

penghasilan orangtua kurang dari satu juta rupiah perbulan.34

Dari sejumlah siswa tersebut pada tahun ajaran 2013/2014 telah

meluluskan 36 siswa dengan nilai UAS/UAM BN tertinggi 27, 90

atau rata- rata 9,30 dan nilai terendah 24,10 atau rata- rata 8,3.35

Dan

pada tahun ini memperoleh peringkat ke 2 tingkat Kabupaten

Magelang dengan jumlah nilai 27 atau rata- rata 90.36

MIN Krincing

Secang yang mempunyai prestasi di bidang akademik juga

mempunyai prestasi di luar bidang akademik, misalnya juara 1

lomba drum band, juara I dan II MTQ tingkat Kabupaten Magelang,

juara I dan juara II lomba pidato Bahasa Arab, juara II axioma sains

MI sekabupaten Magelang dan kejuaraan yang lain.37

F. Gambaran Obyek Penelitian

1. Muatan Kurikulum dan Struktur MIN Krincing Secang

34

Emis siswa MIN Krincing Secang Semester ganjil 2014/2015 35

Emis lulusan MIN Krincing Secang Semester Ganjil tahun 2014/2015 36

Wawancara dengan bapak As’ad Muzaki S. Ag. Pada tanggal 20 Juni pukul 8.00 37

Observasi papan leaflet dan wawancara denga Kepala Madrasah, Bpk Drs. Tachsin

Anwar pada tanggal 20 Juni pukul 8.30

101

Berdasarkan standar isi yang dikembangkan oleh BSNP, kebijakan

Kanwil Departemen Agama Provinsi Jawa Tengah, kebijakan Kandepag

Kabupaten Magelang dan hasil rapat internal Komite Madrasah, mata

pelajaran yang dikembangkan oleh Madrasah Ibtidaiyah Negeri Krincing

dideskripsikan sebagai berikut :

Komponen Mata Pelajaran

a. Pendidikan Agama.Pendidikan Agama Islam yang dikembangkan di

Madrasah Ibtidaiyah Negeri Krincing meliputi sub mata pelajaran Al

Qur’an Hadis,Aqidah Akhlak, Fiqh, Sejarah Kebudayaan Islam.

b. PKn

c. Bahasa Indonesia

d. Bahasa Arab

e. Matematika

f. IPA

g. IPS

h. Seni Budaya dan Ketrampilan

i. Pendidikan Jasmani dan Kesehatan

j. Komponen Muatan Lokal. Kelompok mata pelajaran muatan lokal

yang ada di MIN Krincing Secang meliputi Bahasa Jawa, Bahasa

Inggris dan Baca Tulis Al-Qur’an.

k. Kelompok Pengembangan Diri. Pengembangan Diri adalah kegiatan

yang bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk

mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan,

102

bakat, minat setiap peserta didik sesuai dengan kondisi madrasah.

Bentuk kegiatan pengembangan madrasah ibtidaiyah negeri kerincing

berupa :

1) Sholat Dhuha dan Dhuhur berjamaah, bertujuan untuk

mengenalkan pelaksanaan ibadah sholat dan menanamkan

kecintaan untuk menjaga sholat fardhu. Ruang lingkupnya adalah

pembiasaan sholat dhuha dan sholat dhuhur secara berjamaah

2) Tadarus Al Qur’an, bertujuan untuk menanamkan rasa cinta

terhadap Al Qur’an dan membiasakan siswa agar senantiasa

membaca Al Qur’an. Ruang lingkupnya adalah pembiasaan

membaca Al Qur’an setiap hari

3) Layanan Bimbingan dan Konseling, bertujuan untuk memberikan

layanan konseling kepada peserta didik di lingkungan madrasah.

Ruang lingkupnya meliputi :

a) Layanan orientasi pengenalan lingkungan madrasah

b) Layanan bimbingan belajar

c) Layanan konseling kesulitan belajar dan masalah pribadi siswa

4) Kepramukaan, bertujuan untuk melatih siswa agar terampil dan

mandiri, menanamkan sikap peduli terhadap orang lain, melatih

agar mampu bekerjasama dengan orang lain, menanamkan sikap

disiplin, menumbuhkan rasa percaya diri. Ruang lingkupnya

adalah:

a) Ketrampilan Personal

103

b) Ketrampilan Sosial

c) Ketrampilan Vokasional Sederhana

5) Seni Baca Al Qur’an, bertujuan untuk menumbuhkan apresiasi

(pemghargaan) siswa terhadap seni budaya Islami, memupuk bakat

dan minat siswa di bidang seni baca Al Qur’an, menumbuhkan rasa

percaya diri. Ruang lingkupnya adalah ketrampilan seni membaca

Al Qur’an.

6) Seni Rebana, bertujuan untuk menumbuhkan apresiasi

(penghargaan) siswa terhadap seni budaya Islami, menumbuhkan

rasa percaya diri. Ruang lingkupnya adalah ketrampilan

memainkan musik rebana.

7) Drumband,bertujuan untuk mengasah keterampilan berkesenian

dan memupuk semangat

Struktur Kurikulum MIN Krincing Secang sebagaimana tercantum dalam

tabel 3.3

Tabel 3.3 tentang struktur kurikulum MIN Krincing Secang

Kelas dan alokasi waktu

I II III V dan VI

A. Mata pelajaran

1. Pendidikan agama islam

a. Al-Qur’an Hadits - 2 2 2

104

Pen

gat

ura

n

beb

an

bela

jar

yan

g

dilakukan oleh madrasah ibtidaiyah negeri krincing terdapat dalam tabel 3.4

adalah sebagai berikut :

Kelas Alokasi

Waktu (1jam

Pelajaran)

Jumlah Jam

Pelajaran Per

Hari

Jumlah

Jam

Pelajaran

Per

Minggu

Minggu

Efektif

Dalam

Setahun

Jumlah Jam

Pelajaran

Dalam

Setahun

I 35 menit 6 jam

pelajaran

31 jam 34 – 38 1054 – 1178

II 35 menit 6 jam

pelajaran

32 jam 34 – 38 1188 – 1216

b. Aqidak Akhlak - 2 2 2

c. Fiqih - 2 2 2

d. SKI - - 2 2

2. Pendidikan

Kewarganegaraan

- 2 2 2

3. Bahasa Indonesia - 5 5 5

4. Bahasa Arab - - - 3

5. Matematika - 5 5 5

6. Ilmu Pengetahuan Alam - 4 4 4

7. Ilmu Pengetahuan Sosial - - 2 3

8. Seni Budaya dan

Ketrampilan

- 4 4 4

9. Pendidikan Jasmani,

Olahraga dan Kesehatan

- 4 4 4

B. Muatan Lokal *) -

a. Bahasa Jawa - 2 2 2

b. Bahasa Inggris

c. BTQ

- 2

2

2

2

2

2

C. Pengembangan diri **) - 2

- 36 40 46

105

III 35 menit 8 jam

pelajaran

33 jam 34 – 38 1122 – 1254

IV 35 menit 8 jam

pelajaran

39 jam 34 – 38 1326 – 1482

V 35 menit 8 jam

pelajaran

39 jam 34 – 38 1326 – 1482

VI 35 menit 8 jam

pelajaran

39 jam 34 – 38 1326 – 1482

Catatan :

a. Hari jum’at hanya sampai jam ke – 6

b. Hari sabtu hanya sampai jam ke 7

2. Kegiatan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di MIN Krincing

Secang

Di samping kegiatan pembelajaran dilaksanakan secara formal di

dalam kelas, kegiatan pembelajaran di MIN Krincing Secang juga di

laksanakan dalam kegiatan pengembangan diri dengan jadwal sebagai

berikut:

Berikut jadwal kegiatan pengembangan diri MIN Krincing secang

sebagaimana terdapat dalam tabel 3.1 berikut:

Tabel 3.1 tentang jadwal kegiatan pengembangan diri MIN Krincing

106

3. Penilaian Kegiatan Pengembangan Diri

Penilaian kegiatan pengembangan diri dilakukan dengan pendekatan

kulitatif dengan rentang sebagaimana terdapat dalam tabel 3.2 berikut

ini:

No Kegiatan Hari Waktu Ket

1 Layanan

Bimbingan

Konseling

Senin –

sabtu

07.30 – 13.00 Ekuivalen

dengan 2 jam

pelajaran (2 X

35 menit) 2 Tadarus Al

Qur’an

Senin –

sabtu

06.30 – 07.00

3 Sholat Dhuha

Berjamaah

Senin –

sabtu

08.45 – 09.00

4 Sholat

Dhuhur

Berjamaah

Senin –

sabtu

11.45 – 12.15

5 Kepramukaan Sabtu 14.00 - 16.00

6 Dokter Kecil

/ UKS

Senin –

sabtu

15.15 – 16.45

7 Seni Baca Al

Qur’an

Kamis 14.00 – 16.00

8 Seni Rebana Jum’at –

sabtu

13.30- 16.00

9 Drumband Kamis 13.30– 16.00

107

Kategori nilai Keterangan

A Sangat baik

B Baik

C Cukup

D Kurang

a. Kriteria Kenaikan Kelas

Peserta didik Madrasah Ibtidaiyah Negeri Krincing dinyatakan naik kelas

apabila memenuhi kriteria sebagai berikut :

a. Menyelesaikan seluruh program pembelajaran pada dua semester di

kelas yang diikuti.

b. Nilai mata pelajaran di bawah kriteria ketuntasan minimal tidak lebih

dari 3 mata pelajaran

c. Memperoleh nilai minimal 7.00 untuk mata pelajaran Alquran/hadits

d. Memperoleh nilai minimal 80 pada penilaian 1) Praktek Keagamaan, 2)

Akhlaqul Karimah

e. Untuk kelas V nilai IPA, Bahasa Indonesia dan Matematika serta Al

Qur’an hadits tidak boleh kurang dari KKM.

f. Ketentuan dari huruf ( a ,b,c,d,e ) ini tidak berlaku untuk kelas I dan IV

tahun ajaran 2014/2015.

b. Kriteria Kelulusan

Berdasarkan PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

dan hasil rapat komite Madrasah Ibtidaiyah Negeri Krincing apabila telah

memenuhi persyaratan sebagai berikut :

a. Telah menyelesaikan seluruh program pembelajaran

108

b. Memperoleh nilai baik pada penilaian akhir untuk seluruh mata

pelajaran, kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia,

kewarganegaraan dan kepribadian, estetika dan kelompok mata

pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan

c. Lulus ujian sekolah / madrasah untuk kelompok mata pelajaran

ilmu pengetahuan dan tehnologi

d. Lulus ujian Madrasah

109

BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Inovasi Pembelajaran pendidikan Agama Islam di MI Al-Islam

Tonoboyo, MI Al-Falah Kaliangkrik dan MIN Krincing Secang di

Kabupaten Magelang

Kenyataan sudah semacam sunatullah, bahwa penemuan baru atau inovasi

baru atau ide yang lebih canggih akan muncul (dikaruniakan Tuhan) bagi

mereka yang telah sungguh- sungguh mencari, meneliti dan berusaha

memecahkan masalah itu. Firman Allah SWT dalam al-Qur’an1 surat Ali

Imran ayat 190- 191 yang berbunyi sebagai berikut:

�χÎ) ’Îû È,ù=yz ÏN≡uθ≈ yϑ¡¡9$# ÇÚ ö‘F{ $#uρ É#≈ n=ÏF ÷z$#uρ È≅øŠ©9 $#

Í‘$ pκ ¨]9$#uρ ;M≈ tƒUψ ’ Í< 'ρ T[{ É=≈ t6 ø9F{ $# ∩⊇⊃∪ t Ï% ©!$# tβρ ã�ä. õ‹ tƒ

©!$# $Vϑ≈ uŠÏ% #YŠθ ãè è% uρ 4’ n?tã uρ öΝÎγ Î/θãΖ ã_ tβρ ã�¤6 x�tGtƒ uρ ’ Îû

È,ù=yz ÏN≡uθ≈ uΚ ¡¡9$# ÇÚ ö‘ F{$#uρ $uΖ −/ u‘ $tΒ |M ø) n=yz #x‹≈ yδ

WξÏÜ≈ t/ y7oΨ≈ ys ö6 ß™ $oΨÉ)sù z>#x‹ tã Í‘$̈Ζ9 $# ∩⊇⊇∪

1 Kementerian Agama Republik Indonesia, Mushaf Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta,

PT Lentera Optima Pustaka, 2011.

110

190. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam

dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,

191. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam

keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi

(seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia,

Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka.2

Pendidikan agama Islam tidak dapat dipahami sebatas pengajaran

Islam. Karena keberhasilan pendidikan tidak hanya cukup diukur

hanya sejauh mana anak menguasai hal-hal yang bersifat kognitif atau

pengetahuan saja tetapi yang lebih penting seberapa jauh nilai-nilai

keagamaan itu dalam jiwa mewujud dalam sikap dan tingkah laku.

Salah satu tugas yang diemban pendidikan adalah mewariskan

nilai-nilai luhur budaya kepada peserta didik dalam rangka

pembentukan kepribadian yang intelek bertanggung jawab melalui

melalui jalur pendidikan. Melalui pendidikan yang diproses secara

formal, nilai-nilai tersebut termasuk nilai-nilai agama akan menjadi

bagian dari kepribadiannya.

Upaya mewariskan nilai-nilai ini sehingga menjadi miliknya

disebut mentranformasikan nilai. Sedangkan upaya memasukkan nilai-

nilai itu ke dalam jiwanya sehingga menjadi miliknya disebut

menginternalisaskan nilai. Kedua upaya ini dalam pendidikan

2 Qur’an Surat Ali Imran ayat 190-191

111

dilakukan secara bersama-sama dan serempak yang antara lain bisa

dengan jalan suri tauladan, mengajak dan mengamalkan.3

Pada masa sekarang, era globalisasi dewasa ini dan masa yang

akan datang akan mempengaruhi perkembangan sosial budaya

masyarakat muslim pada umumnya, atau pendidikan Islam, termasuk

pesantren dan madrasah pada khususnya. Dalam hal ini masyarakat

muslim tidak bisa menghindari proses globalisasi apalagi jika ingin

berjaya di tengah perkembangan dunia yang kian kompetetif di abad

214.

Globalisasi yang berlangsung dan melanda masyarakat muslim

Indonesia sekarang ini menampilkan sumber dan watak yang berbeda.

Proses globalisasi ini tidak bersumber dari Timur Tengah, melainkan

dari Barat, yang terus memegang supremasi dan hegemoni dalam

berbagai lapangan kehidupan masyarakat dunia pada umumnya.

Dominasi hegemoni politik barat dalam segi- segi tertentu mungkin

saja telah” merosot” khususnya sejak berakhirnya perang dunia kedua,

dan “perang dingin” belum lama ini, tetapi hegemoni sains-teknologi

barat tetap belum tergoyahkan. Meski muncul beberapa kekuatan

ekonomi baru, seperti Jepang dan Korea Selatan, tetapi

3 Aminuddin Rasyad, Mengenal Dampak Negatif Kemajuan Ilmu dan Teknologi

terhadap Masyarakat dan Peranan Guru Agama, Jakarta: Direktorat Jenderal Pembinaan

Kelembagaan Departemen Agama RI, 1998, 325. 4 Nur Ukhbyati, Ilmu Pendidikan Islam, untuk IAIN, STAIN, PTAIS, Bandung: Pustaka

Setia, 1998, 234- 239.

112

“kultur”hegemoni sains-teknologinya tetap sarat dengan nilai-nilai

Barat.

Melihat begitu derasnya nilai-nilai Barat yang mengarah pada

hegemoni terhadap masyarakat muslim dalam segala aspek

kehidupannya, maka madrasah harus berbenah diri. Madrasah sebagai

institusi pendidikan yang konsen dan inten dalam usaha transformasi

nilai-nilai Islam harus dapat menampilkan perannya sebagai counter

terhadap imperialisme kultural ( Culture imperialism ) yang sedang

gencar-gencarnya menyerbu dunia timur (masyarakat muslim)

khususnya di Indonesia.

Namun permasalahan yang dihadapi MI pada khususnya dan guru

MI pada umumnya terhadap penyelenggaraan pendidikan tidak sama

dengan guru SD. MI sebagai lembaga pendidikan yang tumbuh,

berasal, oleh dan untuk masyarakat memiliki kondisi yang beragam

sesuai dengan keragaman masyarakatnya. Pada masyarakat yang

berada pada lapisan bawah, maka kondisi MI mencerminkan budaya

lapisan bawah dengan segala keserdehanaan dan kekurangannya. Dan

pada lapisan inilah MI pada umumnya berada khususnya di wilayah

pedesaan dan pinggiran. Dalam kondisi tersebut MI dihadapkan pada

113

dua persoalan yaitu berkenaan dengan relevansi dan mutu pendidikan

serta berkenaan dengan efektivitas dan efisiensi pendidikan.5

MI Al-Islam Tonoboyo, sebagai bagian dari lembaga pendidikan

Islam mulai berbenah diri dengan cara melakukan inovasi atau

pembaharuan baik dalam segi kurikulum, pembelajaran, membenahi

sarana dan prasarana yang ada dalam rangka memberikan pelayanan

pendidikan kepada masyarakat.

Sesuai dengan perkembangan zaman bahwa kurikulum pendidikan

agama Islam dan kurikulum mata pelajaran lain selalu mengalami

perubahan dan pembaharuan. Perubahan atau pembaharuan itu

dimaksudkan agar kurikulum sebagai pedoman guru dalam

melaksanakan pembelajaran sesuai dengan perkembangan zaman.

Sebagaimana kita ketahui bahwa kurikulum pendidikan agama

Islam baik di Sekolah Dasar maupun di madrasah pada umumnya dan

di madrasah ibtidaiyah pada khususnya juga telah mengalami

pembaharuan agar sesuai dengan perkembangan zaman. Misalnya dari

kurikulum 1975 mengalami pembaharuan menjadi kurikulum 1984.

Dari kurikulum 1984 mengalami pembaharuan lagi menjadi kurikulum

1994 dan disempurnakan dengan suplemen kurikulum 1999. Pada

tahun 2004 muncul pembaharuan lagi menjadi Kurikulum Berbasis

5 Fuaduddin, Pengembangan Inovasi Pada Muatan Lokal, Dirjen Pembinaan

Kelembagaan Agama Islam Sekolah dasar dan Universitas terbuka, 1998,191-193.

114

Kompetensi dan pada tahun 2006 muncul Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan.

Dengan adanya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang

standarnya dibuat oleh Badan Standar Nasional Pendidikan maka

setiap institusi atau lembaga pendidikan di samping dalam

melaksanakan pelaksanaan pembelajaran berpedoman pada kurikulum

yang dibuat oleh BSNP tersebut tetapi setiap institusi atau lembaga

pendidikan mempunyai kewenangan untuk mengembangkan

kurikulum sesuai dengan kebutuhanya dan wilayah daerahnya.

Langkah inovasi seperti yang tersebut di atas juga dilakukan oleh

MI Al-Islam Tonoboyo dengan mengembangkan Kurikulum yang

sudah dibuat oleh Badan Standar Nasional Pendidikan menjadi

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Berkarakter. Dalam Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan Berkarakter ini, MI Al-Islam Tonoboyo

melakukan pembaharuan terutama yang berkaitan dengan

pembelajaran Agama Islam.

Inovasi itu dapat kita lihat dalam struktur kurikulum yang ada di

MI Al-Islam Tonoboyo dengan menambah jam muatan lokal yang

hanya ada dua jam pelajaran untuk masing- masing mata pelajaran

muatan lokal yang terdiri dari mata pelajaran Bahasa Daerah, Bahasa

Inggris menjadi sembilan jam yang berkaitan dengan pembelajaran

agama Islam misalnya sebelum pembelajaran yang sesuai dengan

115

kurikulum yang dibuat oleh Badan Standar Nasional Pendidikan dibuat

program untuk melakukan kegiatan yang mendukung pembelajaran

agama Islam seperti tadarus Al-Qur’an, hafalan surat-surat pendek atau

hafalan doa-doa harian. Hal ini sesuai dengan karakter religius yang

merupakan salah satu karakter unggulan yang tercantum dalam visi

dan Misi MI Al-Islam Tonoboyo dalam mengembangkan kurikulum

yang ada.

Di samping tambahan jam dilakukan sebelum kegiatan

pembelajaran, jam tambahan juga dilakukan setelah istirahat dengan

mengajak semua siswa untuk melakukan wudhu secara benar dengan

bimbingan guru atau siswa-siswa senior dan melakukan sholat Dhuha.

Setelah selesai kegiatan pembelajaran anak-anak dari kelas satu sampai

kelas enam melakukan kegiatan sholat jamaah, bacaan wirid, dan

hafalan asmaul khusna. Setelah makan siang dilanjutkan kegiatan

Diniyah seperti tadarus Al-Qur’an, belajar Iqro atau praktik membaca

kitab kuning.

Langkah yang dilakukan oleh MI Al-Islam Tonoboyo, seperti di

atas merupakan bentuk inovasi kurikulum sebagai pedoman

pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang akan dilaksanakan di MI

Al-Islam Tonoboyo. Dengan inovasi yang dilakukan tersebut nanti

dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam diharapkan siswa tidak

hanya mempunyai kompetensi dalam pengetahuan agama Islam saja,

116

akan tetapi anak juga mempunyai keterampilan dalam keagamaan serta

memiliki sikap yang mencerminkan pribadi muslim.

Hal itu menunjukkan sejak menyusun kurikulum pembelajaran

Agama Islam telah dilakukan beberapa inovasi atau pembaharuan.

Pembaharuan itu dapat kita lihat bahwa kegiatan pembelajaran Agama

Islam tidak hanya di dalam kelas tetapi juga diluar kelas. Kegiatan

pembelajaran agama Islam tidak hanya sekedar pengetahuan saja tetapi

diaplikasikan dalam kegiatan anak setiap hari dalam sikap dan

perbuatan.

Dengan pengembangan seperti di atas diharapkan siswa bisa

membaca Al-Qur’an dengan benar, melakukan wudhu dan sholat

dengan benar. Sehingga kompetensi yang dimiliki siswa tidak hanya

sebatas pengetahuan saja tetapi mampu dan mau melaksanakan ajaran

Islam dalam kegiatan sehari-hari, yang merupakan ranah psikomotor

dan sikap. Sehingga tujuan pendidikan Agama Islam bisa dicapai

dalam semua ranah baik ranah pengetahuan, ranah sikap dan

ketrampilan.

MI Al-Islam Tonoboyo sebagai bagian dari lembaga pendidikan

Islam dengan segala keterbatasan yang ada mengubah segala hambatan

yang ada, menjadi sesuatu yang bermakna. Mengubah segala hambatan

yang ada menjadi sesuatu yang bermakna adalah merupakan salah satu

bagian konsep pembelajaran PAKEM yaitu model pembelajaran

117

Quantum (Quantum Learning). Dengan murid yang berjumlah 65

orang misalnya pada tahun 2008/2009 menciptakan visi dan misi

sekolah yang berbunyi

Visi: Mendidik Anak Hebat, Andal dan Luar Biasa.

Misi:

1. Aqidah Salimah (keimanan yang lurus). Mengenal Allah

sebagai pencipta, Pemilik, Pemelihara dan Penguasa alam

semesta, serta menjadikan nabi Muhammad sebagai teladan

dalam kehidupan sehari-hari.

2. Aqidah Dzakiyah( Akal yang Cerdas)

3. Akhlakul Karimah ( Perilaku yang Mulia) Santun terhadap

orangtua dan guru, mengasihi sesama teman dan jujur, berani

,disiplin, gigih, ramah, rajin dan cinta kebersihan.

4. Ibadah Shohihah (Ibadah yang benar). Mampu mengamalkan

ibadah wajib dan sunnah dengan baik dan benar.6

5. Amaliyah Sholihah. (Perbuatan yang baik) Mandiri, cakap,

trampil, adil sehat dan kuat.7

Untuk mewujudkan misi di atas, MI Al-Islam Tonoboyo

mengadakan kerjasama dengn guru besar UIN Yogyakarta dan

menambah jam pelajarannya dengan menggunakan model sekolah

Fullday School mulai tahun 2011. Sebelum melaksanakan

6 Kalender MIT Tonoboyo tahun 2013.

7 Kalender MIT Tonoboyo tahun 2013.

118

pembelajaran yang menggunakan model FullDay School sebagai

pedomannya, madrasah menyusun KTSP Berkarakter.

Dalam KTSP Berkarakter tersebut visinya berbunyi” “Membentuk

peserta didik Yang Unggul Dalam Mutu, Berbudi pakerti luhur,

Terampil, Beriman dan Bertaqwa Kepada Allah SWT serta cinta

Tanah Air dan Bangsa”. Membentuk peserta didik yang unggul dalam

mutu masuk kategori karakter cerdas, beriman dan bertaqwa kepada

Allah, berbudi pekerti luhur, bisa dikategorikan ke dalam karakter

religius. Sehingga dapat kita lihat dalam melakukan pembaharuan ada

dua karakter yang diunggulkan di MI Al-Islam Tonoboyo yaitu

karakter religius dan cerdas.

Dari dua karakter itu dapat kita cermati tujuan akhir dari pedoman,

arah dan tujuan yang akan dicapai oleh lembaga pendidikan MI Al-

Islam Tonoboyo tidak hanya cerdas secara akal tetapi juga cerdas

secara spiritual.

Dalam KTSP yang disusun oleh satuan pendidikan MI Al-Islam

Tonoboyo di samping berpedoman pada Standar Nasional Pendidikan

yang dibuat oleh Badan Standar Nasional Pusat, juga memberikan jam

tambahan untuk muatan lokal dan pengembangan diri.

Muatan lokal yang berkaitan dengan pembelajaran Pendidikan

Agama Islam adalah Baca Tulis Al-Qur’an. Sedangkan

pengembangan diri yang diberikan di MI Al-Islam Tonoboyo ada

119

yang berkaitan dengan pendidikan kepribadian seperti kepramukaan,

yang berkaitan dengan seni adalah rebana dan drum band maka

pengembangan diri yang berkaitan dengan pembelajaran agama

Isalam adalah sholat Dhuha, sholat Hajat dan rangkaiannya,

istighotsah, dan kegiatan penyembelihan hewan Qurban di sekolah.

Untuk pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an, pembelajaran membaca

kitab kuning MI al-Islam Tonoboyo mengambil guru yang

berkompeten yaitu dari ustadz atau alumni pondok pesantren.

Dilihat dari inovasi model pembelajaran, pelaksanaan

pembelajaran Agama Islam yang dilakukan di dalam kelas maupun di

luar kelas atau masjid, termasuk bagian model pembelajaran

kontekstual yaitu anak mengalami sendiri kegiatan pembelajaran

seperti praktik wudhu, melaksanakan sholat dhuha, sholat dhuhur

berjamaah dan mewakili kelasnya untuk menyampaikan tausiah.

Sedangkan pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an yang mengambil guru

yang mempunyai kompetensi di bidang tersebut termasuk inovasi

pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kompetensi.

Langkah MI Al-Islam Tonoboyo Bandongan yang mengambil guru

yang mempunyai kompetensi dalam bidangnya merupakan salah satu

inovasi yang menggunakan model pembelajaran berbasis kompetensi.

Pembelajaran berbasis kompetensi ini menekankan pencapaian

kompetensi. Dengan mengambil guru dari alumni pesantren yang

mempunyai kompetensi dalam Baca Tulis Al-Qur’an diharapkan agar

120

output (lulusan) MI Al- Islam Tonoboyo dapat membaca Al-Qur’an

dengan baik dan benar. Di samping itu, dalam pembelajaran Baca

Tulis Al-Qur’an siswa dikelompokkan berdasarkan kemampuannya.

MI Al-Falah Kaliangkrik untuk meningkatkan mutu

pembelajarannya melakukan beberapa pembaharuan dalam

pembelajaran Pendidikan agama Islam. Sebelum melakukan

pembaharuan atau inovasi dalam pembelajaran agama Islam sebagai

pedoman untuk melaksanakan pembelajaran pada umumnya, lembaga

pendidikan ini juga melakukan pembaharuan dalam kurikulum.

Sama seperti lembaga pendidikan lainya kurikulum pendidikan

agama Islam yang digunakan sebagai pedoman juga mengalami

beberapa pembaharuan dari kurikulum 1984, diperbahaharui menjadi

kurikulum 1994 dan disempurnakan dengan menggunakan suplemen

kurikulum tahun 1999. Ketika pemerintah mencanangkan Kurikulum

Berbasis Kompetensi pada tahun 2004. Dua tahun kemudian muncul

pembaharuan lagi menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ini dibuat standar minimalnya

oleh Badan Standar Nasional Pendidikan kemudian dikembangkan

oleh masing-masing satuan pendidikan. Pengembangan kurikulum itu

disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing daerah.

Hal itu juga dilakukan MI Al-Falah Kaliangkrik untuk melakukan

inovasi dalam kurikulum dengan menyusun Kurikulum Tingkat

121

Satuan Pendidikan MI Al-Falah Kaliangkrik. Pada tahun 2012, MI Al-

Falah Kaliangkrik juga melakukan pembaharuan dalam kurikulum

dengan mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan MI

Al-Falah Kaliangkrik menjadi KTSP Berkarakter yang dibuat oleh tim

penyusun MI Al-Falah Kaliangkrik. KTSP Berkarakter ini merupakan

pengembangan KTSP dengan mencantumkan karakter yang

diunggulkan oleh lembaga pendidikan madrasah ibtidaiyah yang dapat

dilihat dari visi dan misinya, pengembangan silabus yang digunakan

serta dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajarannya.

Adapun karakter yang diunggulkan oleh MI Al-Falah Kaliangkrik

dapat dilihat dalam visinya. Dalam visinya MI Al-Falah Kaliangkrik

memilih tiga karakter diunggulkan yaitu religius, disiplin dan peduli.

Masing –masing dari tiga karakter itu mempunyai indikator sendiri-

sendiri.

Karakter religius yang dijadikan indikatornya adalah mengucapkan

Salam, mengucapkan kalimah toyibah, hafal do’a harian, hafal

Asmaul Husna, hafal Juz ‘Amma sesuai adab tajwid dan fasohah, dan

shalat fardlu dan sunat dengan benar, khusyu’ dan mengerti artinya

serta berinfak.

Karakter disiplin sebagai indikatornya adalah masuk dan pulang

madrasah tepat waktu, apel pagi, mengenakan seragam sesuai aturan

madrasah dan mengerjakan tugas tepat waktu.

122

Karakter peduli terbagi menjadi dua yaitu peduli lingkungan dan

peduli sosial. Peduli lingkungan yang dijadikan indikator di MI Al-

Falah Kalingkrik adalah mengambil dan membuang sampah pada

tempat yang telah disediakan, tidak melakukan corat coret dan

memelihara taman.

Salah satu indikator dari karakter religius adalah mengucap salam

merupakan salah satu penerapan dari ajaran Islam tidak hanya sekedar

pengetahuan saja. Hafal surat-surat pendek, asmaul khusna, dapat

melakukan sholat fardhu dan sunat dengan benar adalah merupakan

ketrampilan dalam bidang keagamaan, dan berinfak adalah merupakan

salah satu contoh sikap bagaimana seorang muslim itu agar bisa

berderma atau berinfak demi perjuangan agama Islam.

Demikian juga dengan disiplin masuk dan pulang, merupakan

penerapan bahwa agama Islam mengajarkan agar kita bisa pandai

menghargai waktu. Tidak menunda-nunda pekerjaan yang bisa

dilakukan sekarang tidak boleh ditunda untuk besuk.

Tidak boleh membuat sampah sembarangan, memungut sampah

adalah contoh bagaimana kita menerapkan ajaran Islam tentang

pengamalan hadits tentang kebersihan. Dalam sebuah hadits dikatakan

bahwa kebersihan itu sebagaian dari iman. Jadi hadits itu bukan saja

dihafalkan oleh siswa tetapi juga diterapkan dalam kehidupan sehari-

123

hari. Ajaran Islam tidak hanya disampaikan saja akan tetapi juga

diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.

Demikian juga dengan karakter peduli sosial dengan indikatornya

memberikan sebagian uang jajan untuk jumat beramal, memberikan

pinjaman alat tulis kepada teman yang membutuhkan, menjenguk

orang sakit, berta’ziyah kepada keluarga madrasah yang meninggal,

memberikan santunan yatim, memberikan sumbangan PMI.

Semua indikator dari karakter peduli sosial di atas merupakan salah

satu penerapan ajaran Islam. Memberikan sebagian uang jajan untuk

jumat beramal merupakan penerapan nilai-nilai Islam agar anak suka

berinfak dan bersedekah. Memeberikan pinjaman alat tulis kepada

teman yang membutuhkan merupakan penerapan ajaran Islam agar kita

saling menolong dalam kebaikan. Menjenguk orang sakit merupakan

sikap seorang muslim terhadap orang lain agar memperdulikan

saudaranya, berta’ziyah kepada keluarga madrasah yang meninggal

adalah penerapan ajaran Islam untuk turut berbela sungkawa dan

mendoakan dan menghibur keluarga yang ditinggalkan agar diberi

kesabaran dan ketabahan, memberikan santunan yatim merupakan

penerapan ajaran Islam seperti hadits nabi yang maksudnya saya di

surga bersama dengan orang-orang yang menyantuni anak yatim

sangat dekat.

124

Di samping MI Al-Falah Kaliangkrik melakukan pembaharuan

terhadap kurikulum yang digunakan sebagai pedoman guru dalam

melaksanakan pembelajaran, MI Al-Falah Kaliangkrik juga melakukan

pembaharuan dalam kegiatan pembelajarannya. Kalau kegiatan

pembelajaran di dalam kelas dimulai pukul 7. 30, maka sebelum itu

yaitu juga ada kegiatan pembelajaran yang dilakukan di luar kelas

yang dilaksanakan pukul 07.00.

Kegiatan pembelajaran yang dilakukan siswa yaitu berjabat tangan

kepada bapak/Ibu guru ketika siswa- siswa memasuki gerbang sekolah

yang dilanjutkan dengan berwudhu dan masuk masjid. Ketika masuk

masjid, mereka melakukan adap masuk masjid seperti masuk masjid

dengan kaki kanan dan membaca doa masuk masjid dan melaksanakan

kegiatan sholat Dhuha. Selain kegiatan itu, juga melakukan kegiatan

hafalan surat-surat pendek, atau hafalan doa-doa harian.

Dari uraian itu dapat kita lihat bahwa MI Al-Falah Kaliangkrik

telah melakukan inovasi atau pembaharuan dalam kegiatan

pembelajarannya. Dilihat dari kegiatan yang dilakukan MI Al-Falah

Kaliangkrik telah melaksanakan konsep PAKEM dengan

menggunakan model pembelajaran kontekstual8, yang telah yaitu

konsep belajar yang beranggapan bahwa anak akan belajar dengan

lebih baik jika lingkungan alamiah artinya belajar akan lebih bermakna

8Rusman, Seri Manajemen Sekolah Bermutu, Model- Model Pembelajaran

Mengembangkan Profesionalisme Guru, Edisi dua, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012, 332.

125

jika anak belajar dan mengalami sendiri apa yang dipelajarinya bukan

sebatas mengetahui. Mereka tidak hanya mengetatahui teori tentang

wudhu, shalat atau tentang apa itu al- Qur’an tetapi mereka mengalami

sendiri dengan melaksanakan wudhu, sholat dhuha, shalat berjamaah,

membaca dan menghafalkan al-Qur’an.

Pembelajaran Pendidikan Agama Islam tidak hanya dilaksanakan

di dalam kelas tetapi bisa di luar kelas seperti di masjid. Kegiatan

pembelajarannya pun tidak hanya sekedar teori atau pengetahuan saja

tetapi meliputi sikap dan ketrampilan. Kegiatan pembelajaran dengan

cara demikian akan lebih bermakna pada diri anak karena mereka

melakukan sendiri.

MIN Krincing Secang, sebelum melakukan kegiatan pembelajaran

berpedoman pada kurikulum yang ada. Sebagaimana yang dilakukan

oleh MI Al- Islam Tonoboyo atau MI Al-Falah Kaliangkrik, MIN

Krincing Secang juga telah melakukan pembaharuan dalam kurikilum.

Dari Kurikulum tahun 1984, Kurikulum 1994, Kurikulum Berbasis

Kompetensi tahun 2004 dan pada tahun 2006 menyusun Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan dan pada tahun 2012 disempurnakan

menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan berkarakter MIN

Krincing Secang.

MIN Krincing Secang adalah satu dari lima MIN yang ada di

Kabupaten Magelang. Dengan sarana tempat belajar yang sesuai

126

dengan standar sarana prasarana yang ada dengan memiliki sebelas

ruang kelas, satu ruang guru, satu ruang kepala madrasah, tempat alat-

alat baik, drum band, rebana, satu mushola,satu ruang khusus untuk

KKG guru dan dapat berfungsi dengan laboratorium komputer,

sembilan toilet, tiga toilet baru bantuan dari Belanda, jumlah tenaga

guru yang berjumlah dua belas yang sudah berstatus PNS dan empat

yang masih honorer melakukan beberapa pembaharuan atau inovasi

baik dalam memberikan pelayanan pelajaran umum kepada para

siswanya tetapi juga memberikan pelayanan pendidikan agama yang

cukup banyak.9

Diantara pembaharuan yang dilakukan MIN Krincing Magelang itu

di samping mengadakan kerjasama dengan perguruan tinggi yang

berkompeten dalam bidangnya seperti untuk meningkatkan

pembelajaran mata pelajaran umum bekerjasama dengan Universitas

Negeri Yogyakarta, mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dengan

Universitas Islam Negeri Yogyakarta, dan mata pelajaran bahasa

Inggris dengan Universitas Negeri Tidar Magelang.

Beberapa inovasi yang lain dengan cara mengambil guru dari luar

sekolah untuk memberikan pembelajaran Baca Tulis Al- Qur’an dan

pembelajaran Kitab Kuning dari orang yang kompetensi di bidang itu

yaitu dari alumni pondok pesantren Lirboyo.

9 Video Profil MIN Krincing Secang Magelang yang diciptakan oeh tim kreatif MIN

Krincing Magelang

127

Langkah yang dilakukan oleh MIN Krincing Secang yang

mengambil guru yang mempunyai kompetensi dalam hal pembelajaran

Baca Tulis Al- Qur’an dan kitab kuning merupakan salah satu langkah

inovasi yang mempraktikkan salah satu konsep pembelajaran

PAKEM10

yaitu pembelajaran berbasis kompetensi. Pembelajaran

berbasis kompetesi adalah pembelajaran yang menekankan pencapaian

kompetensi.

Sebagai pedoman guru atau warga madrasah dalam melakukan

pembelajaran, MIN Krincing Secang juga menyusun KTSP

Berkarakter dengan memilih empat karakter unggulan dalam visi dan

misinya. Empat karakter unggulan itu adalah religius, disiplin, cerdas

dan terampil.

Religius indikatornya adalah hafal dan fasih bacaan salat, gerakan

salat, dan keserasian gerakan dan bacaan,hafal dan fasih do’a setelah

salat, hafal dan fasih doa-doa harian muslim, tertib menjalankan salat

fardhu, mengikuti acara hari besar Islam, mengucapkan salam,

.mengucapkan kalimah toyibah, memulai dan mengakhiri pelajaran

dengan berdoa. Semua indikator religius yang ada di atas merupakan

penerapan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari dan juga

10

Rusman, Seri Manajemen Sekolah Bermutu, Model-model Pembelajaran dalam

Mengembangkan Profesionalisme Guru, Edisi dua, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012,329.

128

merupakan bagian ketrampilan keagamaan yang tidak hanya diukur

dari sisi pengetahuan saja.

Disiplin indikatornya adalah Masuk ke madrasah tepat waktu,

pulang dari madrasah tepat waktu, istirahat tepat waktu, mengerjakan

tugas tepat waktu, memakai pakaian sesuai aturan madrasah,

melaksanakan tata tertib madrasah menggunakan peralatan madrasah

dengan baik, merawat peralatan belajar secara baik juga merupakan

salah satu penerapan agama Islam..

Cerdas indikatornya adalah unggul dalam perolehan UN, unggul

dalam persaingan melanjutkan ke jenjang pendidikan di atasnya,

unggul dalam lomba kreativitas, unggul dalam lomba kesenian, unggul

dalam lomba olahraga. Karakter cerdas dan beberapa indikatornya

merupakan penerapan ajaran agama Islam bahwa kita harus berlomba

lomba di muka bumi ini dalam berbuat kebaikan (fastabiqul khoirot).

Dari tiga madrasah di atas, yang berasal dari tiga kecamatan yang

berbeda masing- masing mempunyai karakter unggulan yang berbeda.

MI Al-Islam Tonoboyo Kecamatan Bandongan dua karakter yang

diunggulkan adalah religius dan cerdas. MI Al-Falah Kaliangkrik

Kecamatan Kaliangkrik, karakter yang diunggulkan adalah ada tiga

yaitu religius, disiplin dan peduli dan MIN Krincing Kecamatan

Secang karakter yang diunggulkan adalah religius, cerdas, disiplin dan

terampil.

129

Namun di antara perbedaan karakter yang diunggulkan di atas ada

kesamaan karakter yang diunggulkan yaitu karakter religius yang

menjadi ciri umum madrasah. Madrasah sebagai lembaga pendidikan

formal yang ada di tingkat dasar memiliki ciri khas sendiri yaitu agama

Islam. Madrasah di samping memberikan pelayanan pendidikan yang

sama seperti di sekolah dasar tetapi harus memberikan layanan

pendidikan agama Islam yang melebihi sekolah dasar.

Maka ketika di Kementrian Pendidikan Nasional mencanangkan

pemberlakuan kurikulum 2013, lembaga pendidikan madrasah juga

mengikuti kebijakan tersebut baik itu dalam pendidikan umumnya

maupun dalam pendidikan agamanya. Demi kelancaran pendidikan

agama Islam di madrasah ibtidaiyah dalam melaksanakan Kurikulum

2013 tersebut, madrasah mengirimkan guru-gurunya untuk mengikuti

workshop pelaksanaan kurikulum 2013 khususnya di kabupaten

Magelang, dan termasuk di dalamnya diikuti Madrasah Ibtidaiyah Al-

Islam Tonoboyo Bandongan, Madrasah Ibtidaiyah Al-Falah

Kaliangkrik dan MIN Krincing Secang. Workshop itu tidak hanya

dilakukan di tingkat kabupaten tetapi ditindaklanjuti di tingkat

kecamatan yang diikuti oleh semua guru kecuali guru kelas tiga dan

guru kelas enam.

130

B. Implementasi Pembelajaran Agama Islam di Kabupaten Magelang

Untuk mewujudkan visi dan misi yang telah dirumuskan dalam KTSP

Berkarakter yang disusun oleh MI Al-Islam Tooboyo, maka KTSP

Berkarakter itu diimplementasikan dalam bentuk pengembangan silabus,

penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, dan penetapan bahan

ajar.

Sedangkan dalam pelaksanaan pembelajaran karakter-karakter yang

diunggulkan di atas bisa dilaksanakan dan diintegrasikan dengan model

pembelajaran Quantum, model pembelajaran berbasis kompetensi atau

model pembelajaran kontekstual atau CTL ( Contekstual Teaching

Learning). Untuk evaluasi pembelajarannya bisa dengan penilaian yang

berupa tes atau penilain otentik (Penilaian secara menyeluruh atau hasil).

MI Al-Islam Tonoboyo dalam kaitannya dengan pembelajaran

pendidikan agama Islam telah melakukan beberapa inovasi agar

pembelajaran agama Islam tidak hanya terfokus pada pengetahuannya saja

tetapi ajaran Islam itu bisa tertanam dalam diri peserta didik yang terwujud

dalam sikap dan perbuatannya.

Adapun langkah-langkah yang telah dilakukan MI Al-Islam Tonoboyo

dengan memasukkan pendidikan agama Islam tidak hanya sebagai mata

pelajaran formal yang ada di sekolah, tetapi pendidikan agama Islam itu

dimasukkan dalam bagian muatan lokal dan pengembangan diri.

131

Muatan lokal yang ada kaitannya dengan pembelajaran agama

Islam adalah Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an yang dilaksanakan

pada siang hari. Dalam pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an ini

melihat langkah yang dilakukan oleh MI Al-Islam Tonoboyo dengan

mengambil guru alumni atau santri sebuah pesantren itu yang

mempunyai kompetensi dalam Baca Tulis Al-Qur’an merupakan salah

satu bentuk inovasi yang menggunakan model pembelajaran

kompetensi sehingga diharapkan lulusan MI A-Islam Tonoboyo benar-

benar mampu membaca Al-Qur’an.

Sedangkan pengembangan diri yang berkaitan dengan

pembelajaran agama Islam adalah pembiasaan praktik wudhu dengan

benar yang dilanjutkan dengan kegiatan sholat Dhuha berjamaah,

sholat hajat setiap hari.Untuk melatih rasa percaya diri pada anak-

anak, salah satu wakil dari kelas untuk memimpin sholat berjamaah

atau bertindak sebagai imam. Walaupun sekolah belum mempunyai

tempat ibadah sendiri, sekolah memanfaatkan masjid yang ada di dekat

sekolah yang berjarak 30 meter.

Langkah di atas merupakan langkah yang mengubah hambatan

berupa keterbatasan sarana dan prasarana, menjadi sesuatu yang

bermakna. Masjid yang merupakan tempat ibadah bagi orang Islam

dapat digunakan sebagai laboratorium keagamaan dengan

mempraktikkan kegiatan keagamaan seperti wudhu, sholat, dan

132

membaca al-Qur’an. Anak juga bisa mengenal masjid secara konkret

tidak hanya konsep yang ada dalam pikiran anak.

Implementasi dari inovasi Pembelajaran Pendidikan Agama di atas

dimaksudkan agar siswa tidak hanya menguasai pengetahuan ajaran

agama Islam akan tetapi juga bisa diwujudkan dalam perbuatan dan

sikap peserta didik yang mengamalkan ajaran Islam.

Dan untuk menumbuhkan rasa cinta terhadap Al-Qur’an dilakukan

tadarus al-Qur’an sebelum dimulai kegiatan pembelajaran. Setelah

kegiatan pembelajaran dan istirahat makan siang, anak-anak

melakukan kegiatan solat dhuhur berjamaah, bacan wirid, asmaul

khusna dan doa.

Langkah yang dilakukan di atas merupakan bagian dari model

pembelajaran kontekstual11

karena pembelajaran seperti yang tersebut

di atas adalah pembelajaran yang tidak hanya sekedar teori atau

pembelajaran yang menekankan pembelajaran yang menekankan

pencapaian kompetensi dalam pengetahuan agama Islam saja tetapi

akan lebih bermakna karena siswa mengalami atau melakukan sendiri.

Praktik pembelajaran seperti tersebut di atas akan mudah terserap

dalam diri peserta didik dibandingkan dengan pembelajaran

konvensional yang dilaksanakan di dalam kelas saja.

11

Rusman, Seri Manajemen Sekolah Bermutu, Model-model Pembelajaran

Mengembangkan Profesionalisme Guru, Edisi dua, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012, 332.

133

Setelah mereka selesai dilanjutkan kegiatan pembelajaran Baca

tulis Al- Qur’an yang dimulai pukul 13. 45- 14.45. Dengan kegiatan

tersebut diharapkan siswa mampu membaca al-Qur’an dengan benar

dan kegiatan pembelajaran dilakukan oleh orang yang mempunyai

kompetensi pada bidangnya yaitu ustadz yang ada di pondok pesantren

atau alumni pondok pesantren.

Kegiatan pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an yang mengambil

guru dari alumni pondok pesantren merupakan bagian pembelajaran

yang memuat konsep PAKEM yang salah satu model pembelajarannya

adalah model pembelajaran berbasis kompetensi. Dengan mengambil

guru yang mempunyai kompetetensi dalam bidangnya tersebut dan

menggunakan waktu yang khusus dalam pembelajaran Baca Tulis Al-

Qur’an diharapkan output (lulusan) MI Al-Islam Tonoboyo

mempunyai kompetensi membaca al-Qur’an dengan baik, fasih dan

benar.

Kegiatan pengembangan diri yang ada kaitannya dengan

pembelajaran agama Islam adalah kegiatan penyembelihan hewan

Qurban yang dilakukan setiap tahun sekali. Hewan Qurban itu

biasanya diperoleh dari bantuan simpatisan seperti dari Akademi

Militer, tokoh masyarakat, komite sekolah atau iuran para siswa.

Dengan demikian anak akan mengetahui bahwa penyembelihan hewan

Qurban tidak hanya konsep dalam pikiran saja tetapi mereka

mengetahui cara melaksanakan dan waktu melakukannya.

134

Langkah pelaksanaan penyembelihan Qurban yang di lakukan di

MI Al-Islam Tonoboyo yang merupakan salah satu model

pembelajaran yang menggunakan metode demonstrasi karena anak

tidak hanya mengetahui secara teori saja, tetapi mereka dapat melihat

langsung seperti apa hewan yang bisa digunakan untuk Qurban, dan

mengetahui cara menyembelih hewan Qurban. Ini merupakan langkah

inovasi pembelajaran yang tidak hanya dilakukan di dalam kelas

secara konvensional saja akan tetapi dapat juga dilakukan di luar kelas.

Untuk melatih siswa agar suka berinfak dan sodaqoh, setiap hari

siswa menyisihkan uang sakunya untuk berinfak secara sukarela.

Sehingga anak terbiasa untuk berinfak dan bersedekah.

Langkah ini juga merupakan salah satu bentuk inovasi dalam

kegiatan pembelajaran agama Islam yang tidak hanya sekedar

pengetahuan saja, tetapi dengan kegiatan yang dilakukan di atas di

samping bisa digunakan untuk menanamkan sikap agar siswa

mempunyai sikap sikap berderma dengan menyisihkan apa yang

dimilikinya untuk kegiatan yang bermanfaat. Karena sebagai salah satu

indikator orang yang bertaqwa adalah orang yang beriman kepada

yang ghoib, mau mendirikan sholat dan menafkahkan sebagaian rezeki

yang dimilikinya sebagaimana tercantum dalam Al-Qur’an salah

satunya tercantum dalam surat Al- Baqoroh ayat tiga yang berbunyi:

135

t Ï%©! $# tβθãΖÏΒ÷σ ムÍ= ø‹tó ø9 $$Î/ tβθ ãΚ‹É) ムuρ nο 4θ n=¢Á9 $# $®ÿÊΕ uρ öΝ ßγ≈uΖ ø% y—u‘

tβθà)Ï�Ζ ãƒ ∩⊂∪

3. (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan

menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka.

Adapun untuk evaluasi dari kegiatan pengembangan diri ini

sebagai laporan kepada orangtua atau wali murid sekolah menyediakan

rapor tersendiri yang terpisah dari rapor biasa berupa rapor keagamaan

yang disampaikan kepada wali murid atau orangtua siswa persemester.

Yang dilaporkan dalam buku rapor itu antara lain berupa kompetensi

yang telah dimiliki siswa dalam membaca atau menulis al-Qur’an,

menghafal surat-surat pendek, hafalan ayat-ayat pilihan, dan hadits-

hadits pilihan. Selain itu juga ada kompetensi dalam melakukan sholat

wajib dan sunat, mengucapkan syahadat,melakukan adzan dan iqomah

dan kompetensi keagamaan yang lain. Sedangkan untuk pengembangan

diri yang berupa sholat berjamaah atau sikap yang lain kriteriannya

dengan angka kualitatif yaitu amat baik, baik, cukup dan kurang.

Dalam mewujudkan inovasi pembelajaran pendidikan agama Islam

yang tertuang dalam KTSP berkarakter yang disusun oleh tim

penyusun, MI Al-Falah Kaliangkrik sebagai lembaga pendidikan di

tingkat dasar di samping memberikan pelayanan pendidikan yang

bersifat umum juga tidak lepas dari karekter unggulan yang menjadi ciri

khas madrasah yaitu karakter religius.

136

Karakter religius ini tidak diimplementasikan dalam kegiatan

pembelajaran Mata Pelajaran Agama Islam saja, tetapi juga

diimplementasikan pada mata pelajaran lain. Sebagai contoh ketika

memulai kegiatan pembelajaran mata pelajaran umum maupun agama

selalu dimulai dengan membaca doa atau basmalah. Setiap kegiatan

pertemuan dengan murid dimulai dengan salam. Demikian juga

pembelajaran Agama Islam tidak hanya sebagai mata pelajaran saja

tetapi sebagai bagian aktifitas pembelajaran yang juga dimasukkan

dalam muatan lokal dan kegiatan pengembangan diri.

Kegiatan pengembangan diri itu antara lain pembiasaan melakukan

sholat dhuha dan sholat Dhuhur secara berjamaah. Kegiatan sholat

Dhuha diikuti oleh semua siswa sedangkan kegiatan sholat Dhuhur

berjamaah diikuti siswa kelas empat sampai kelas enam. Kegiatan

shalat berjamaah ini dilaksanakan di masjid yang ada di depan sekolah.

Langkah yang dilakukan di atas merupakan bagian inovasi

pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang tidak sekedar teori saja

akan tetapi juga dipraktikkkan secara langsung oleh siswa. Langkah

inovasi tersebut merupakan langkah inovasi pembelajaran yang

memuat konsep PAKEM yang menggunakan model pembelajaran

kontekstual12

. Anak mengalami sendiri dalam kegiatan pembelajaran

tersebut. Mereka juga dapat mengenal tempat ibadah orang Islam

12

Rusman, Seri Manajemen Sekolah Bermutu, Model-model Pembelajaran

Mengembangkan Profesionalisme Guru, Edisi dua, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012, 332 .

137

secara langsung, dapat melakukan tatacara masuk masjid dalam

keadaan suci, masuk masjid dimulai dengan menggunakan kaki kanan

dan dapat mempraktikkan doa masuk masjid.

Kegiatan pengembangan diri di MI Al-Falah Kaliangkrik juga ada

dilakukan sebagai acara tahunan seperti kegiatan pesantren Ramadhan

yang dilakukan pada bulan Ramadhan, Kegiatan penyembelihan

hewan Qurban dan kegiatan manasik haji yang dilakukan secara

bergantian. Kegiatan pesantren Ramadhon merupakan langkah inovasi

dalam Pendidikan Agama Islam agar siswa belajar memanfaatkan

waktu yang penuh keberkahan itu untuk kegiatan yang bermanfaat.

Siswa tidak hanya mengetahui teori bahwa orang harus memanfaatkan

waktu bulan Ramadhan yang dimilikinya untuk segala sesuatu yang

bermanfaat secara teori tetapi mereka bisa langsung mempraktikan.

Langkah ini merupakan bagian inovasi pembelajaran yang

memuat konsep PAKEM dan bagian model pembelajaran

kontekstual13

dengan anak mengalami sendiri apa yang dialaminya.

Demikian juga kegiatan penyembelihan hewan Qurban pada hari

raya Idul Adha atau hari Tasyrik. Mereka bisa langsung menyaksikan

hewan yang bagaimana yang dapat disembelih untuk Qurban dan

mereka bisa menyaksikan secara langsung bagaimana tatacara cara

menyembelih hewan Qurban yang benar. Langkah ini merupakan

13

Rusman, Seri Manajemen Sekolah Bermutu, Model-model Pembelajaran

Mengembangkan Profesionalisme Guru, Edisi dua, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012, 332.

138

kegiatan pembelajaran yang tidak hanya sekedar teori tetapi siswa

mengetahui secara langsung karena langsung didemonstrasikan.

Kegiatan manasik haji yang dilaksanakan dua tahun sekali secara

bergantian dengan kegiatan penyembelihan Qurban juga merupakan

langkah inovasi dalam kegiatan Pembelajaran Pendidikan Agama

Islam karena anak mengalami sendiri kegiatan manasik haji. Dalam

kegiatan manasik haji itu dipandu oleh guru yang telah melaksanakan

ibadah haji dan anak-anak mengikuti di belakangnya. Anak akan

mengetahui tentang miqot makani ibadah haji orang Indonesia,

mengetahui dan bisa mempraktikkan memakai baju ihrom, dan dapat

melakukan tatacara ibadah haji. Kegiatan pembelajaran ini merupakan

bentuk inovasi pembelajaran yang memuat konsep PAKEM dan

menggunakan model pembelajaran kontekstual14

karena anak

mengalami sendiri apa yang dipelajarinya.

Kegiatan pengembangan diri yang ada kaitannya dengan

pembelajaran agama Islam yang dilakukan seminggu sekali adalah

kegiatan Jumat amal dan Jumat Bersih. Jumat amal dilakukan siswa

dengan menyisihkan sebagaian uang sakunya untuk berinfak atau

beramal sehingga anak akan terbiasa menginfakkan sebagian dari yang

menjadi miliknya.

14

Rusman, Seri Manajemen Sekolah Bermutu, Model-model Pembelajaran

Mengembangkan Profesionalisme Guru, Edisi dua, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012, 332 .

139

Kegiatan ini juga merupakan langkah inovasi Pembelajaran

Pendidikan Agama Islam agar siswa terbiasa menginfakkan sebagian

yang dimilikinya untuk orang lain yang membutuhkan. Kegiatan Jumat

amal ini adalah kegiatan pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang

tidak sekedar teori tetapi anak diharapkan mempunyai sikap mau

mendermakan sebagian yang dimilikinya untuk orang lain. Dilihat dari

model pembelajarannya merupakan model pembelajaran kontekstual

karena anak melakukan sendiri atau mengalami sendiri apa yang

dipelajarinya. Model pembelajaran kontekstual merupakan model

pembelajaran yang sudah memuat konsep PAKEM.

Sedangkan kegiatan Jumat bersih dimaksudkan agar anak terbiasa

membersihkan lingkungannya sebagai manifestasi ajaran Islam bahwa

kebersihan itu sebagaian dari iman. Dalam hal ini langkah yang telah

dimaksudkan agar siswa terbiasa hidup bersih dan mau menjaga

kebersihan lingkungan. Anak tidak hanya hafal hadits yang maksudnya

bahawa kebersihan itu sebagian dari iman tetapi mereka dapat

mempraktikkan dan menerapkan ajaran tersebut.

Langkah ini merupakan inovasi pembelajaran yang menggunakan

model pembelajaran kontekstual, karena anak mengalami sendiri apa

140

yang dilakukannya. Pembelajaran kontekstual ini merupakan salah satu

model pembelajaran yang menggunakan konsep PAKEM15

.

Karakter religius yang ada di MI Al-Falah Kaliangkrik itu juga

diimplementasikan dalam kegiatan pembelajaran berupa pembiasaan-

pembiasaan seperti membiasakan Salam sebelum dan sesudah

pelajaran, pembiasaan kalimah toyibah dalam setiap proses

pembelajaran, membiasakan membaca doa harian di awal dan di akhir

pembelajaran, membiasakan menghafal Asmaul Husna pada awal

pembelajaran, membiasakan menghafal juz ‘amma pada awal masuk

pembelajaran sesuai ketentuan kelas, membiasakan Shalat fardlu dan

sunat dengan benar, khusyu’ dan mengerti artinya dan berinfak.

Sedangkan inovasi pembelajaran Islam yang diimplementasikan

dalam kegiatan madrasah antara lain: pembiasaan senyum, salam, dan

sapa dilingkungan madrasah, pembiasaan mengucapkan kalimah

toyibah dilingkungan madrasah, pembiasaan membaca doa harian

dalam kehidupan sehari-hari, membiasakan membaca Asmaul Husna

dalam kehidupan sehari-hari, pembiasaan membaca juz ‘ama dalam

kehidupan sehari-hari, membiasakan Shalat fardlu dan sunat dengan

benar, khusyu’ dan mengerti artinya dalam kehidupan sehari-hari

membiasakan Infaq dan Jumat bersih setiap hari Jumat.

15

Rusman, Seri Manajemen Sekolah Bermutu, Model-model Pembelajaran

Mengembangkan Profesionalisme Guru, Edisi dua, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012, 332.

141

Hal-hal yang tersebut di atas merupakan bentuk penanaman ajaran

Islam yang tidak hanya sekedar pengajaran saja akan tetapi diterapkan

dalam kehidupan sehari-hari di sekolah.

Langkah-langkah di atas merupakan upaya untuk melaksanakan

tugas yang diemban pendidikan untuk mewariskan nilai-nilai luhur

kepada peserta didik dalam rangka pembentukan kepribadian sehingga

nilai-nilai agama menjadi bagin kepribadianya sebagaimana pendapat

Aminudin Rasyad16

dan Zakiah Daradjat17

bahwa pendidikan agama

Islam usaha bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar kelak

setelah selesai pendidikannya dapat memahami dan mengajarkan

agama Islam serta menjadikannya sebagai pandangan hidup.

Sebagai evaluasi dari kegiatan pembelajaran pendidikan agama

Islam yang masuk pada muatan lokal maupun kegiatan pengembangan

diri disediakan buku laporan hasik kegiatan praktik keagamaan seperti

kemampuan membaca al-Qur’an, menghafal surat-surat pendek, ayat-

ayat pilihan, hadits-hadits piihan disediakan raport tersendiri.

Sedangkan untuk pengembangan diri yang berupa sholat berjamaah

atau sikap yang lain kriterianya dengan angka kualitatif yaitu amat

baik, baik, cukup dan kurang.

16

Aminuddin Rasyad, Mengenal Dampak Negatif kemajuan Ilmu dan Teknologi

Terhadap Masyarakat dan Peranan Guru Agama, Jakarta: Direktorat Jenderal Pembinaan

Kelembagaan Departemen Agama RI, 1998, 325. 17

Zakiah Daradjat, Ilmu Pedidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1996, 86.

142

MIN Krincing Secang sebagai madrasah yang mempunyai sarana

dan prasarana serta tenaga pendidikan yang memadai melakukan

beberapa inovasi atau pembaharuan terutama yang berkaitan dengan

pendidikan agama Islam dengan cara melaksanakan kegiatan

pembelajaran agama Islam yang tidak hanya terfokus pada Mata

Pelajaran agama Islam dengan cara memasukkan pembelajaran

pendidikan agama Islam pada muatan lokal dan kegiatan

pengembangan diri.

Muatan lokal KTSP Berkarakter MIN Krincing Secang berkaitan

dengan pembelajaran agama Islam adalah mata pelajaran Baca Tulis

Al-Qur’an. Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an ini dilaksanakan pada

waktu pagi hari dari pukul 07.00-08.00 yang dilakukan oleh orang

yang mempunyai kompetensi di bidangnya dengan mengambil guru

dari alumni Pondok Pesantren Lirboyo. Dan metode pembelajaran

Baca Tulis Al-Qur’an ini menggunakan metode Yanbu’a yang

merupakan metode terbaru setelah metode Iqro’. Bagi siswa kelas

empat sampai kelas enam sudah mulai dikenalkan dengan membaca

kitab kuning.

Langkah yang dilakukan MIN Krincing Secang merupakan salah

inovasi dalam pembelajaran agama Islam yang menggunakan model

pembelajaran kompetensi yaitu model pembeljaran yang menekankan

pencapaian kompetensi. Model pembelajaran kopmpetensi merupakan

salah satu bentuk inovasi pembelajaran yang memuat konsep PAKEM.

143

Karena untuk pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an, MIN Krincing

secang mengambil guru yang mempunyai kompetensi di bidangnya

Sedangkan kegiatan pengembangan diri yang berkaitan dengan

pembelajaran pendidikan agama Islam adalah sholat dhuha dan sholat

dhuhur berjamaah. Kegiatan ini dilakukan agar anak terbiasa

mengamalkan ajaran Islam dan menerapkannnya dalam kehidupan

sehari. Semua itu dilakukan agar lulusan dari MIN Krincing Secang ini

bisa menjadi anak yang sholih dan sholihah.

Langkah yang dilakukan MIN Krincing Secang yang melakukan

kegiatan pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan melakukan

praktik sholat berjamaah dan sholat Dhuha merupakan salah satu

bentuk inovasi pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran

kontekstual18

karena anak mengalami sendiri apa yang dipelajarinya.

Model pembelajaran ini merupakan salah satu model pembelajaran

yang memuat konsep PAKEM.

Sebagai laporan hasil kegiatan keagamaan di atas anak atau

orangtua/ wali murid akan menerima laporan hasil kegiatan keagmaan

yang dibuat oleh MIN Krincing sendiri. Laporan itu diterima oleh

orangtua siswa setiap selesainya kegiatan pembelajaran pada akhir

semester.

18

Rusman, Seri Manajemen Sekolah Bermutu, Model-model Pembelajaran

Mengembangkan Profesionalisme Guru, Edisi dua, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012, 332.

144

Adapun yang dilaporkan dalam buku laporan hasil evaluasi

pembelajaran agama Islam itu materi yang berkaitan dengan aspek

psikomotor antara lain kompetensi dalam membaca dan menulis Al-

Qur’an, hafalan surat-surat pendek, hafalan ayat-ayat pilihan dan

hadits pilihan. Di samping juga ada kompetensi dalam bersuci,

melakukan shaolat wajib dan sunat, adzan dan iqomah serta

kompetensi-kompetensi lain yang berkaitan dengan kegiatan

keagamaan. Sedangkan untuk sikap dan pembiasaan penilaiannya

menggunakan angka kualitatif seperti amat baik, baik, sedang, cukup

atau kurang.

Dan dalam kriteria kenaikan kelas dijelaskan salah satu kriteria

kenaikan kelas adalah memperoleh nilai minimal 7.00 untuk mata

pelajaran Alquran/hadits dan memperoleh nilai minimal 80 pada

penilaian Praktek Keagamaan dan, Akhlaqul Karimah.

Dengan demikian dapat kita lihat bahwa inovasi pembelajaran

pendidikan agama Islam yang dilakukan madrasah ibtidaiyah di

Kabupaten Magelang dilakukan dengan cara menyusun KTSP

berkarakter dengan karakter religius sebagai salah satu karakter

unggulannya.

Karakter religius itu di implementasikan dalam penyusunan KTSP

Berkarakter dengan tidak hanya memasukkan kegiatan pembelajaran

pendidikan agama Islam sebagai mata pelajaran, tetapi juga

145

dimasukkan dalam muatan lokal dan kegiatan pengembangan diri.

Dalam mengembangkan silabus, membuat rencana pembelajaran dan

dalam kegiatan pembelajaran.

Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran, kegiatan pembelajaran

pendidikan agama Islam tidak hanya dilakukan di dalam kelas tetapi

juga di luar kelas seperti di mushola dan masjid. Dan guru bukan satu-

satunya sumber belajar tetapi bisa memanfaatkan orang lain yang

mempunyai kompetensi di bidangnya. Pelaksanaan pembelajaran

pendidikan agama Islam itu tidak hanya sekedar pengetahuan saja

tetapi anak bisa mengalami atau melakukan sendiri sehingga bisa

bermakna bagi diri anak.

C. Implikasi Inovasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di

Kabupaten Magelang

Sebagai implikasi dari inovasi pembelajaran pendidikan agama Islam dan

implementasi inovasi pembelajaran agama Islam di MI Al- Islam

Tonoboyo Bandongan adalah kompetensi yang dimiliki siswa dalam

pembelajaran agama Islam tidak hanya mereka menguasai pengetahuan

agama Islam tetapi mereka juga mempunyai kompetensi dalam melakukan

ibadah, memiliki sikap taat menjalankan ibadah, mengormati orang yang

lebih tua, menjaga kebersihan sebagai manifestasi pelaksanaaan ajaran

agama Islam. Peserta didik banyak yang sudah bisa membaca al-Qur’an,

146

hafal Al-Qur’an juz 30, hafal ayat-ayat pilihan, hafal hadits-hadits pilihan,

melakukan doa setiap mau melakukan kegiatan, dapat mengerjakan wudhu

dan sholat dengan benar bisa menjadi imam, berani memberikan tauisah di

depan teman-temannya, siswa-siswa ada yang sudah hafal surat Yasin,

mempunyai sikap dan berakhlak mulia.

Dengan beberapa kompetensi yang dimiliki oleh siswa yang

ditampilkan ketika acara akhirusanah atau acara perpisahan kelas enam

menambah kepercayaan orangtua atau walimurid untuk menitipkan

anaknya di lembaga pendidikan MI Al-Islam Tonoboyo.

Langkah yang dilakukan MI Al-Islam Tonoboyo yang selalu

menampilkan kompetensi yang dikuasai siswa setiap akhirussanah

merupakan salah satu bentuk inovasi pembelajaran yang menggunakan

model Quantum Learning. Karena di samping anak mengalami apa

yang dipelajari sendiri, mereka juga merayakan beberapa ketrampilan

keagamaan yang telah dikuasainya.

Implikasi lain dari inovasi-inovasi yang telah dilakukan MI AL-

Islam Tonoboyo semakin diminati orangtua atau. Mereka memilihkan

pendidikan anaknya di MI Al-Islam Tonoboyo. Hal ini bisa dilihat dari

perkembangan siswa yang semakin meningkat setiap tahun. Jumlah

siswa MIT dari tahun ke tahun meningkat yang mulai tampak dari

tahun ke tahun menunjukkan peningkatan19

yaitu tahun ajaran

19

Grafik Jumlah Siswa MIT Al- Islam Tonoboyo

147

2010/2011 ada 65 siswa, tahun 2011/2012 ada 90 siswa, tahun

2012/2013 ada 125 siswa. Berdasarakan Emis20

tahun 2014/ 2015

jumlah siswa tahun ajaran 2013/2014 ada 165 dan tahun 2014/ 2015

ada 225.

Di samping itu madrasah mendapat bantuan rehab dari pemerintah,

juga mendapat bantuan dari wali murid dan masyarakat untuk

menambah lokal dengan membangun gedung lantai dua. Di samping

itu juga mendapat bantuan berupa peralatan drum band untuk kegiatan

ekstra kurikuler drum band dalam rangka mengembangkan bakat dan

seni siswa-siswanya.21

Di samping itu, MI Al Islam Tonoboyo sering dijadikan rujukan

dengan dijadikan tempat studi banding bagi madrasah lain di antaranya

dari MI Pancuran Mas Kota Magelang.

Sebagai implikasi dari inovasi pembelajaran pendidikan agama

Islam dan implementasi inovasi pembelajaran agama Islam di MI Al-

Falah Kaliangkrik adalah kompetensi yang dimiliki siswa dalam

pembelajaran agama Islam tidak hanya mereka menguasai

pengetahuan agama Islam tetapi mereka juga mempunyai kompetensi

dalam melakukan ibadah, memiliki sikap taat menjalankan ibadah,

mengormati orang yang lebih tua, menjaga kebersihan sebagai

manifestasi pelaksanaaan ajaran agama Islam.

20

Emis MI Al Islam Tonoboyo tahun 2014/2015 21

Hasil wawancara dengan komite madrasah tanggal 1 Juli 2015

148

Anak-anak selalu berjabat tangan ketika berpapasan atau bertemu

dengan bapak dan ibu guru walau mereka sudah tidak belajar di MI Al-

Falah. Kompetensi yang mereka miliki adalah hafal asmaul khusna,

hafal surat-surat pendek dari surat An-Nas sampai surat Adhuha, hafal

ayat-ayat pilihan dan hadits pilihan dapat melakukan sholat dhuha,

sholat rowatib, sholat jenazah dan dapat melakukan manasik haji.

Sebagai implikasi lain dari inovasi yang dilakukan MI Al-Falah

Kaliangkrik adalah dengan banyaknya siswa yang belajar di MI Al-

Falah Kaliangkrik sampai tahun ajaran 20142015 ada 245 siswa.

Inovasi pembelajaran Agama Islam di MI Al-Falah Kaliangkrik

juga dikuti oleh madrasah-madrasah lain di Kecamatan Kaliangkrik

walaupun tidak persis sama. Misalnya dengan mengadakan kegiatan

hafalan surat pendek dan asmaul khusna sebelum kegiatan

pembelajaran.

Implikasi dari inovasi pembelajaran pendidikan agama Islam dan

implementasi inovasi pembelajaran agama Islam di MIN Krincing

secang adalah kompetensi yang dimiliki siswa dalam pembelajaran

agama Islam tidak hanya mereka menguasai pengetahuan agama Islam

tetapi mereka juga mempunyai kompetensi dalam melakukan ibadah,

dapat membaca al-Qur’an dengan fasih, santun kepada bapak/ Ibu

Guru dan mereka berakhlak mulia.

149

Kepercayaan masyarakat untuk menyekolahkan anaknya di MIN

Krincing Secang juga besar terbukti dengan banyaknya siswa yang

belajar di MIN Krincing yaitu ada 310.22

Siswa itu berasal dari wilayah

desa Krincing dengan latar belakang pendidikan dan profesi orangtua

yang beragam.

Di samping itu madrasah mempunyai banyak prestasi di bidang

akademik seperti juara lomba mapel tingkat kabupaten ,lomba pidato

Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia dan Bahasa Arab, juara drum band

peringkat ke 2 UN tingkat SD/MI sekabupaten Magelang, dan nilai

UAMBN di atas delapan.

22

Emis siswa MIN Krincing Secang Semester ganjil 2014/2015

149

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Akhirnya, setelah membahas secara menyeluruh dalam bab demi bab

dengan judul " Inovasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di

Kabupaten Magelang (Studi multi situs di MI Al-Islam Tonoboyo

Bandongan, MI Al-Falah Kaliangkrik dan MIN Krincing Secang tahun

ajaran 2014/2015)” dapatlah diambil kesimpulan pembahasan sebagai

berikut ini:

Inovasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang dilakukan di

MI Al- Islam Tonoboyo Bandongan, MI Al-Falah Kalingkrik dan MIN

Krincing Secang Kabupaten Magelang adalah dengan cara

mengembangkan KTSP menjadi KTSP Berkarakter. Di dalam KTSP

Berkarakter itu dalam visi dan misinya ada karakter yang diunggulkan.

Sebagai ciri khas madrasah sebagai lembaga pendidikan formal tingkat

dasar yang setara dengan sekolah dasar adalah karakter religiusnya.

Dari langkah-langkah yang telah dilakukan oleh MI Al-Islam

Tonoboyo, MI Al-Falah Kaliangkrik dan MIN Krincing Magelang

menunjukkan langkah inovasi dalam membuat kurikulum sebagai

pedoman pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam agar dalam

pelaksanaan pembelajarannya tidak hanya terfokus kompetensi siswa pada

150

pengetahuan agama Islam saja akan tetapi bisa tertanam dalam sikap dan

perbuatannya yang mencerminkan pengamalan ajaran Islam.

Sebagai implementasi inovasi pembelajaran pendidikan agama Islam

di MI Al-Islam Tonoboyo Bandongan, MI Al-Falah Kaliangkrik dan MIN

Krincing Secang Kabupaten Magelang diimplementasikan dalam

pengembangan silabus, penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

dengan memasukkan karakter ke dalam unsur-unsur tersebut.

Di samping itu inovasi pembelajaran pendidikan agama Islam yang

dilakukan madrasah-madrasah ibtidaiyah di Kabupaten Magelang dengan

cara melaksanakan pembelajaran pendidikan agama Islam tidak hanya

dalam kegiatan belajar mengajar yang ada di dalam kelas tetapi juga

dimasukkan ke dalam materi pelajaran muatan lokal dan pengembangan

diri yang pelaksanaanya tidak hanya di dalam kelas tetapi juga diluar kelas

seperti wudhu dan sholat jamaah di mushola sekolah atau masjid dekat

sekolah dan kegiatan manasik haji yang dilakukan di halaman masjid atau

halaman sekolah. Guru bukan satu-satu sumber belajar tetapi bisa

memanfaatkan sumber belajar yang mempunyai kompetensi dalam

bidangnya.

Langkah-langkah yang dilakukan tiga madrasah ibtidaiyah yang di atas

merupakan langkah inovasi guru dalam melaksanakan pembelajaran

agama Islam menggunakan inovasi pembelajaran dengan menggunakan

model pembelajaran kuantum dan pembelajaran kompetensi. Pembelajaran

151

Baca Tulis Al-Qur’an yang mengambil guru yang mempunyai keahlian di

bidang tersebut merupakan model pembelajaran kompetensi yang

menekankan pencapaian kompetensi dalam bidang tersebut. Di samping

itu juga menggunakan yang tersendiri.

Sedangkan pembelajaran pendidikan agama Islam berupa pembiasaan

wudhu, sholat dhuha dan sholat jamaah merupakan langkah inovasi yang

dilakukan lembaga pendidikan dasar madrasah ibtidaiyah yang

menggunakan model pembelajaran kontekstual karena dalam

pembelajaran tersebut siswa tidak hanya mengetahui tetapi mengalami

sendiri apa yang dipelajarinya.

Dengan terbatasnya fasilitas yang ada di madrasah ibtidaiyah swasta

tidak menyurutkan semangat lembaga madrasah ibtidaiyah di Kabupaten

Magelang untuk melakukan langkah inovasi dalam kegiatan pembelajaran

Pendidikan Agama Islam. Justru hambatan itu diubah menjadi sesuatu

yang memiliki makna dengan memanfaatkan masjid di dekat madrasah

untuk melaksanakan pembelajaran. Pembelajaran tidak hanya berlangsung

di dalam kelas maupun di luar kelas.

Langkah tersebut merupakan suatu bentuk implementasi inovasi

pembelajaran dalam pendidikan agama Islam yang menggunakan model

pembelajaran kuantum (Quantum learning) yaitu mengubah hambatan

menjadi sesuatu yang bermakna walaupun langkah-langkahnya tidak

152

persis tetapi secara esensi telah melahirkan suatu inovasi dalam

pembelajaran agama Islam.

Dan untuk kegiatan evaluasi dilakukan penilaian tes unjuk kerja seperti

wudhu, sholat, sholat, membaca al-Qur’an, hafalan asmaul khusna, hafalan

surat-surat pendek, hafalan doa-doa harian dan hafalan ayat-ayat pilihan

dan hadist pilihan. Sedangkan untuk aspek sikapnya dilakukan dengan

observasi selama peserta didik ada di dalam kelas. Sebagai laporan kepada

orangtua/ wali murid, madrasah memberikan rapor tersendiri dengan nama

rapor praktek keagamaan.

Sebagai implikasi dari inovasi yang telah dilakukan madrasah-

madrasah ibtidaiyah yang ada di Kabupaten Magelang menjadikan

pendidikan agama Islam merupakan bagian kesehariannya bagi diri siswa.

Implikasi lain dari inovasi pembelajaran pendidikan agama Islam

adalah semakin besar kepercayaan masyarakat untuk menitipkan putra-

putrinya belajar di madrasah ibtidaiyah terbukti dengan besarnya jumlah

peserta didik yang belajar di madrasah ibtidaiyah.

B. Saran-Saran

Setelah meneliti tentang “Inovasi Pembelajaran Pendidikan Agama

Islam di Kabupaten Magelang (Studi multi situs di MI Al-Islam Tonoboyo

Bandongan, MI Al-Falah Kaliangkrik dan MIN Krincing Secang tahun

ajaran 2014/2015)”, dapatlah penulis mengajukan beberapa saran berikut

ini.

153

1. Untuk mempertahankan eksistensinya, lembaga pendidikan madrasah

ibtidaiyah harus melakukan beberapa inovasi pembelajaran pada

umumnya dan inovasi pembelajaran pendidikan agama Islam pada

khususnya agar mendapat kepercayaan masyarakat di era globalisasi

sebagai lembaga tafaquhudin.

2. Agar guru-guru di madrasah ibtidaiyah pada umumnya dan guru-guru

agama Islam pada khususnya agar menjadi contoh yang baik dari

peserta didiknya baik dalam sikap, tingkah laku dan perbuatan

mencerminkan sebagai muslim sejati.

3. Pendidikan agama Islam jangan hanya diajarkan sebagai pengajaran

yang di lakukan di dalam kelas saja tetapi ditanamkan melalui latihan-

latihan dan pembiasaan dan penerapan sehari-hari.

154

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrohman, Dudung. Pengantar Metode Penelitian. Yogyakarta: Rineka Cipta,

1992.

Arif, Armai. Pengantar Metodologi Islam. Jakarta: Ciputat Pers, 2003.

Arifin, Muchamad. Manajemen Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Studi

komparasi SDIT Assalamah dengan SD I Istiqomah Kecamatan

Tengaran Barat kabupaten Semarang tahun 2013/2014). Salatiga,

2014.

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan dan Praktek.

Yogyakarta: Rineka Cipta, 1992.

Azra, Azymardi. Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium

Baru. Jakarta: Wacana Ilmu. 2002.

Daradjat ,Zakiah. Ilmu Pedidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 1996.

Daud Ali, Muhammad dan Habiba Daud. Lembaga-lembaga Pendidikan Islam di

Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 1995.

DePorter, Bobbi. Quantum Teaching. Bandung: Kaifa, 2000.

Depdiknas. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka, 2008.

Fadhilah. Implementasi Kurikulum 2013 Dalam Pembelajaran SD/MI, SMP/MTS

dan SMA/MA. Yogyakarta: Ar-Ruz Media, 2014.

Fuaduddin. Pengembangan Inovasi Pada Muatan Lokal. Dirjen Pembinaan

Kelembagaan Agama Islam Sekolah dasar dan Universitas terbuka,

1998.

Fullan, Michael. The Meaning of Educational Change. / New York: The Ontario

institute of studies in Education. 1982.

Hidayad, Pembelajaran Agama Islam sebagai Laboratorium Sosial Pendidikan

Agama Islam di SMA Negeri I Jepara Rintisan Sekolah Berstandar

Internasional. Semarang: Program Pascasarjana IAIN Walisongo

Semarang, 2011.

Isti’anah, Akhri. Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan

Motivasi Masyarakat di MIN Sumberejo Mertoyudan, MIN Mlangen

Salaman tahun 2013/2014. Salatiga: Program Pascasarjana Institut

Agama Islam Negeri Salatiga, 2013.

155

Karya, Sukama. Inovasi Kurikulum di Sekolah Dasar. Dirjen Pembinaan

Kelembagaan Agama Islam Sekolah dasar dan Universitas terbuka,

1998.

Kementerian Agama Republik Indonesia. Mushaf Al-Qur’an dan Terjemahnya.

Jakarta, PT Lentera Optima Pustaka, 2011.

Maksum, Madrasah Sejarah dan Perkembangannya. Jakarta: Logos Wacana

Ilmu, 1999.

Mapenda Kabupaten Magelang, Materi work shop, Penyusunan KTSP Berbasis

Pendidikan Karakter di Madrasah. Magelang: Kemenag, 2012, 12

Juli 2012.

Moeloeng, Lexy, J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosyada,

1993.

Muhaimin. Rekonstruksi Pendidikan Islam. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada,

2009.

Mulyasa, E. Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), Konsep, Karakteristik dan

Implementasi. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004.

Mulyasa, Kurikulum yang Disempurnakan. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007.

Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya,

2009.

Natsir, M. Capita Selecta. Bandung: N.V. Penerbitan W. Van Hoeve, 1954

Nur Ukhbyati, Ilmu Pendidikan Islam, untuk IAIN, STAIN, PTAIS, Bandung:

Pustaka Setia, 1998.

Raharjo, Rahmat. Inovasi Kurikulum Pendidikan Agama Islam. Yogyakarta:

Magnum Pustaka. 2010.

Rasyad, Aminudin. Mengenal Dampak Negatif kemajuan Ilmu dan Teknologi

Terhadap Masyarakat dan Peranan Guru Agama. Jakarta: Direktorat

Jenderal Pembinaan Kelembagaan Departemen Agama RI, 1998.

Rusman, Seri Manajemen Sekolah Bermutu, Model-Model Pembelajaran Dalam

Mengembangkan Profesionalisme Guru, Edisi dua. Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada, 2012.

Saefudin, Udin, Sa’ud. Inovasi Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2008.

Saridjo, Marwan. Bunga Rampai Pendidikan Agama Islam, Direktorat Jenderal

Pembinaaan Kelembagaan Agama Islam. Jakarta : CV Amisco

Jakarta, 1996

156

Scheerens, Jaap dan Boskers, Roul, J. The Foundations of Educational

Effectiveness. New York: Elsevier Science Ltd, 1992.

Shofi, H. Penyusunan Perangkat Pembelajaran Berbasis Pendidikan Karakter

dan Budaya Bangsa. Magelang: Kemenag, 12 Juli 2012.

Scheerens, Jaap dan Boskers, Roul, J. The Foundations of Educational

Effectiveness. New York: Elsevier Science Ltd, 1997.

Silberman, Mel. Active Learning, 101 Strategi Pembelajaran Aktif. (terjemahan

Sarjuli et al.) Yogyakarta: YAPPENDIS,

Sugono, Dendy. Kamus Besar Bahasa Indonesia. jakarta, Pusat Bahasa,

departemen Pendidikan Nasional. 1990.

Sutiah dkk, Manajemen Pendidikan Aplikasinya dalam Penyusunan Rencana

Pengembangan Sekolah/ Madrasah. Jakarta: Pernada media Group

Suyono dan Haryanto, Belajar dan Pembelajaran. Teori dan Konsep Dasar.

Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011.

Thobroni dan Arif Mustafa, Belajar dan Pembelajaran; Pengembangan Wacana

dan Praktik Pembelajaran dalam Pembangunan Nasional. Yogyakarta,

Ar- Ruz Media, 2011.

Tim Penyusun.Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan MI Al- Islam Tonoboyo.

Magelang: MI Al- Islam Tonoboyo, 2010.

Tim Penyusun. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan Berkarakter MIN Krincing Secang. Magelang: MIN Krincing

Secang, 2014.

Thobroni dan Arif Mustafa, Belajar dan Pembelajaran; Pengembangan Wacana

dan Praktik Pembelajaran dalam Pembangunan Nasional. Yogyakarta,

Ar- Ruz Media, 2011

Tim Penyusun, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan MI Al- Islam Tonoboyo.

Magelang: MI Al- Islam Tonoboyo, 2010.

Tim Penyusun, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan Berkarakter MIN Krincing Secang. Magelang: MIN Krincing

Secang,2014.

Zuharaini dan Abdul Ghofir. Metodologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam.

Malang: Universitas Malang, 2004.

161

FOTO KEGIATAN PEMBELAJARAN PENDIDIDIKAN AGAMA ISLAM DI

MI-AL-ISLAM TONOBOYO YANG DILAKSANAKAN DI DALAM KELAS

157

LAMPIRAN

A. Hasil wawancara dan observasi di MI Al-Islam Tonoboyo Bandongan

1. Wawancara dengan Ibu Lus Handiyah, S.Ag sebagai guru kelas IV dan Wakil

Kepala Madrasah bagian Kurikulum

Dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di MI Al-Islam ini sudah

menggunakan KTSP berkarakter. Hal ini berlangsung sejak tahun 2010. Maka ada

kebijakan dari pemerintah dengan adanya kurikulum 2013 maka sejak tahun ajaran

2014/2015 MI Al-Islam Tonoboyo menggunakan Kurikulum 2013 untuk siswa kelas satu

dan kelas empat. Dan sebagai penunjangnya Kantor Kemenag Kabupaten Magelang

memberikan berupa software pegangan untuk guru dan buku pegangan untuk siswa

untuk membantu kelancaran pembelajaran pendidikan agama Islam. Sebenarnya

madrasah ini sudah mengusulkan tetap menggunakan kurikulum 2013 tapi ada kendala

yaitu nilai akreditasinya masih B. Padahal syaratnya harus A.1

Berdasarkan observasi yang penulis lakukan kegiatan pembelajaran

Pendidikan Agama Islam di MI Al-Islam Tonoboyo Bandongan, untuk

pembelajaran Pendidikan Agama Islam tidak diintegrasikan ke dalam mata

pelajaran yang lain akan tetapi sebagai mata pelajaran yang berdiri sendiri tetapi

tetap menggunakan pendekatan tematik scientifik dan dalam rencana

pembelajarannya juga menggunakan pendekatan tematik scienttifik. Demikian

juga dalam pelaksanaan pembelajarannya tetap menggunakan pendekatan tematik

scientifik dari langkah- langkah awal sampai pada evaluasi pembelajarannya.2

2. Wawancara dengan Ibu Nisfu Ema Fatimah, guru kelas satu tentang Inovasi

pembelajaran Pendidikan Agama Islam di MI Al-Islam Tonoboyo

Setelah waktu istirahat, anak-anak kami bawa ke masjid. Di sana mereka

latihan mempraktikkan wudhu. Mereka saya tuntun dan saya bimbing satu persatu dan

masuk ke masjid untuk melakukan sholat Dhuha bersama- sama. 3Begitu pula untuk

shalat Dhuhur secara berjamaah. Kalau menurut standar Isi pada Kementrian Agama mata

pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam diberikan sejak kelas empat maka di MI Al-Islam ini

sudah mulai diberikan sejak kelas satu. Dengan saya putarkan film-film Islami atau kisah-

kisah nabi dengan harapan mereka bisa mengambila sari tauladan dari kisah-kisah

tersebut.4

1 Wawancara dan observasi dengan ibu Lus Handiyah, S. Ag pada tanggal 1 Juni 2015 pukul 13.00

2 Observasi pelaksaan pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam kelas empat

3 Observasi dan wawancara Pembelajaran wudhu di masjid pada tanggal 1 Juni 2015 pukul 07.00

4 Wawancara dengan ibu Nisfu Ema Fatimah guru kelas 1

158

3. Wawancara dengan Akhmad Zamzani, guru bagian kegiatan keagamaan

Biar anak mempunyai ilmu yang bermanfaat, anak-anak saya latih disiplin,

dengan melakukan shalat dengan tertib, tidak bergurau ketika shalat berjamaah. Ketika

shalat sunat biasanya menunjuk salah satu wakil kelas satu sampai kelas enam untuk

menjadi imam secara bergiliran. Kadang-kadang saya memberikan waktu kepada salah

satu dari mereka untuk mewakili kelasnya memberikan tausyiah kepada teman-temannya.

Untuk kegiatan shalat dhuha sejak tahun 2010 dilaksanakan setelah istirahat pertama.

Sedangkan mulai tahun 2015 ini dimulai pagi hari.5

4. Wawancara dengan bapak Wakhidun, guru Dinniyah MI Al-Islam Tonoboyo

Saya di sini mengajari anak-anak agar bisa membaca al-Quran khususnya

siswa kelas empat dengan model sorogan. Mereka maju satu persatu. Siswa-siswa

dikelompokkan menurut kemampuaanya.6

5. Wawancara dengan Bapak Islakhudin, guru dinniyah MI Al-Islam Tonoboyo

Untuk pelajaran Dinniyah saja mengajari santri untuk bisa membaca al-

Qur’an. Di samping itu mereka saya bekali dengan ilmu tajwid agar mereka bisa

membaca al-Quran secara baik dan benar.7

B. Hasil wawancara dan observasi di MI Al-Falah Kaliangkrik

1. Wawancara dan Observasi dengan Kepala Madrasah

MI Al-Falah Kaliangkrik telah melakukan inovasi dalam pembelajaran Pendidikan

Agama Islam dengan menyusun KTSP Berkarakter tahun 2012 yang diimplementasikan

dalam kegiatan pembelajaran seperti pembiasaan melakukan sholat Dhuhur berjamaah di

masjid, pembiasaan sholat sunat Dhuha di masjid, hafalan surat-surat pendek setiap pagi,

bacaan asmaul khusna sebelum pembelajaran. Sebelum masuk kelas anak-anak dibiasakan

untuk berjabat tangan dengan Kepala madrasah dan guru.8Madrasah juga membiasakan

siswa untuk membuang sampah pada tempatnya dengan kegiatan Jumat Bersih. Madrasah

juga membiasakan siswa untuk melakukan Jumat amal yang diambil dari uang saku siswa

setiap hari.

.

2. Wawancara dengan Ibu Suciati, Guru Kelas I MI Al-Falah Kaliangkrik

Pembelajaran Pendidikan Agama Islam untuk kelas I menggunakan

pendekatan Tematik Scientifik yang terdiri dari Qur’an Hadits, Aqidah Akhlak,dan Fiqh.

Dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran tetap dikembangkan dari Kompetensi Inti dan

Kompetensi dasar. Dan untuk memudahkan siswa belajar di samping ada buku pegangan

guru untuk mata pelajaran tersebut dalam pelaksanaan pembelajaran dan sampai pada

evaluasinya.

5 Wawancara dan observasi dengan Bapak Ahmad Zamzani pada tanggal 1 Juni pukul 7.00- 13.00

6 Wawancara dengan bapak Wakhidun pada tanggal 1 Juni 2015 pukul 14.30

7 Wawancara dengan Bapak Islakhudin pada tanggal 14 Juni 2015 pukul 15.00

8 Observasi dan wawancara denga Kepala Madrasah tangal 27 Mei 2015.

159

C. Hasil wawancara dan observasi di MIN Krincing Secang

1. Wawancara dengan Kepala Madrasah, Drs. Tachsin Anwar tentang Inovasi

Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di MIN Krincing Secang

Di samping MIN Krincing Secang ini memberikan layanan pelajaran umum, juga

memberikan layanan pendidikan agama yang cukup banyak.Kegiatan pembelajaran

dimulai jam 07.00 dan berakhir pukul 14.00. Mislanya pada jam ke nol anak- anak

mendapatkan layanan pembelajaran Baca Tulis Al- Qur’an.

Sebelum Kementrian Agama melakukan pencanangan penyusunan KTSP Berkarakter

pada tahun 2012, MIN Krincing Secang telah merintis Pembelajaran Agama Islam secara

mendalam dengan memberikan jam tambahan atau jam ke nol bagi siswa untuk mengikuti

pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an yang diasuh dari alumni Pondok Pesantren Lirboyo9.

Siswa 310 itu dibagi menjadi sembilan kelompok. Pembelajaran Baca Tulis Al-

Qur’an itu wajib diikuti siswa kelas 1 sampai kelas 3 sedangkan siswa kelas 4 sudah

mulai dikenalkan dengan pembelajaran kitab kuning.10Demikian juga dengan laporan

hasil pembelajarannya dibuat model sendiri dari madrasah.

Adapun kurikulum yang digunakan adalah KTSP Berkarakter yang telah dibuat

sendiri pada tahun 2010/2011.11 Untuk kelas satu dan 4 pada tahun ajaran 2014/2015

pembelajarannya menggunakan kurikulum 2013 sedangkan pada tahun ajaran 2014/

2015kembali ke KTSP lagi sehingga kami menyempurnakan KTSP Berkarakter menjadi

KTSP Berkarakter tahun 2014/2015.

2. Wawancara dengan dengan bapak As’ad Muzaki, S.Ag

Pembelajaran Agama Islam di MIN Krincing ini bertujuan untuk pembiasaan dan

penanaman ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari-hari. Adapun kegiatan

keagamaan di MIN Krincing ini dimulai pukul 07.00 untuk pembelajaran Baca Tulis Al-

Qur’an untuk siswa kelas satu sampai kelas tiga. Bagi kelas empat sampai kelas enam

sudah mulai dikenalkan membaca kitab kuning.

Di MIN Krincing Secang ini juga dilakukan pembiasaan sholat Dhuha dan sholat

Dhuhur berjamaah. Dengan harapan lulusan madrasah MIN Krincing ini bisa menjadi

anak yang sholeh dan sholihah sesuai harapan orangtua dan para tokoh yang mendirikan

9 Wawancara dengan Kepala Madrasah, Drs. Tachsin Anwar, M.Pd.I pada tanggal 27 Mei 2015 pukul

14.40 10

Wawancara dengan Kepala Madrasah,Drs. Tachsin Anwar, M.Pd.I pada tanggal 27 Mei 2015 pukul

14.30 11

Wawancara dengan Kepala Madrasah, Drs. Tachsin Anwar, M.Pd.I pada tanggal 27 Mei 2015 pukul

14.50.

160

madrasah ini sebagai ciri khas madrasah dan melestarikan apa yang dilakukan para tokoh

pada zaman dahulu.12

3. Wawancara dengn ibu Umrotul Mahfudhoh, guru kelas empat

Untuk pembelajaran Pendidikan Agama Islam ini meliputi Al-qur’an Hadits, Aqidah

Akhlak, Fiqh dan SKI. Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran menggunakan

pedoman rencana Pembelajaran yang ada di buku pedoman guru dan untuk kegiatan

siswa, sudah ada buku pedoman untuk siswa yang diterbitkan oleh kementrian agama.13

12

Wawancara dengan bapak As’ad Muzaki, S.Ag. pada tanggal 20 Juni 2015 pukul 8. 15

13

Wawancara dengan Ibu Umrotul Mahfudhoh, S.Ag. pada tanggal 20 Juni 2015 pukul 8. 45.

162

FOTO KEGIATAN PENYEMBELIHAN HEWAN QURBAN DI MI AL-ISLAM

TONOBOYO BANDONGAN

163

FOTO WAWANCARA PENELITI DENGAN KEPALA MI AL-ISLAM

TONOBOYO BANDONGAN

164

BIOGRAFI PENULIS

Penulis lahir di Magelang, 19 Februari 1972 dari pasangan suami istri

yang bernama Muh Sarwani (almarhum) yang bekerja sebaga Guru Agama dan

ibu yang bernama Wuryam sebagai seorang petani.

Pendidikan yang ditempuh dimulai dari RA Muslimat selama dua tahun

kemudian melanjutkan ke MI Al-Falah Kaliangkrik lulus tahun 1984. Tamat dari

MI melanjutkan ke MTsN Kaliangkrik lulus tahun 1987. Dari MTs melanjutkan

ke PGAN Magelang lulus tahun 1990. Dari PGAN masuk IAIN Walisongo

Semarang, Fakultas Ushuludin jurusan Aqidah Filsafat melalui jalur Penelusuran

Minat dan Bakat (PMDK) lulus 25 Februari 1995. Sambil menyelesaikan kuliah

mulai mengajar di MI Al-Falah Kaliangkrik mulai tahun 1994. Tahun 2013

mengikuti program pascasarjana IAIN Salatiga dan lulus pada tanggal 26 Agustus

2015.

Adapun penataran yang pernah diikuti work Shop KBK pada tahun 2005 ,

Work Shop KTSP tahun 2006, Work shop Implementasi Pembelajaran Bahasa

Inggris tahun 2011 Work shop KTSP Berkarakter tahun 2012.

Pengalaman kerjanya adalah Guru di MI Al-Falah Kaliangkrik tahun 1994

sampai 2009,Guru di MI Negeri Jogomulyo Tempuran tahun 2009 sampai 2011

dan pada tahun 2011 kembali lagi menjadi Guru di MI Al-Falah Kaliangkrik.

Pada tanggal 25 Februari 1998 menikah dengan Abdul Mun’im dan

dikaruniai seorang putri yang bernama Arofah Nungki Widiyani.