Inkontinensia Urine Kel 4

31

Transcript of Inkontinensia Urine Kel 4

Page 1: Inkontinensia Urine Kel 4
Page 2: Inkontinensia Urine Kel 4

Inkontinensia Urin

Page 3: Inkontinensia Urine Kel 4

KELOMPOK 4 :

Arisca Dewi SafitriEnggar SusantiGalih Setiyo AdiNur KhasanahRizqa Sabrina

Tia Marina

Page 4: Inkontinensia Urine Kel 4

PENGERTIAN

• Inkontinensia urin adalah pengeluaran urin tanpa disadari dalam jumlah dan frekuensi yang cukup sehingga mengakibatkan masalah gangguan kesehatan dan atau sosial.

• Salah satu manifestasi penyakit yang sering ditemukan pada pasien geriatri.

Page 5: Inkontinensia Urine Kel 4

Patofisiologi

Page 6: Inkontinensia Urine Kel 4

Pembagian Inkontinensia Urin

a. Stress Urinary Incontinence

urine secara tidak terkontrol keluar akibat peningkatan tekanan di dalam perut.

b. Urge Incontinence keadaan otot detrusor yang tidak stabil, dimana otot ini bereaksi secara berlebihan.

Page 7: Inkontinensia Urine Kel 4

c. Total Inkontinensia

kencing mengalir ke luar sepanjang waktu dan pada  segala posisi tubuh

d. Overflow Incontinence / Luapan

Tidak terkendalinya pengeluaran urin dikaitkan dengan distensi kandung kemih yang berlebihan.

Page 8: Inkontinensia Urine Kel 4

Etiologi

a. Komplikasi dari penyakit misal ISK.

b. Perubahan pada anatomi dan fungsi organ kemih : melemahnya otot dasar panggul akibat kehamilan berkali-kali, kebisaan mengejan yang salah tidak bisa menahan kencing.

c. Faktor resiko : jumlah persalinan per vagina dan menopause (pada wanita), pembedahan urogenital, penyakit kronis dan penggunaan berbagai obat.

Page 9: Inkontinensia Urine Kel 4

Manifestasi Klinik

• Perkemihan di luar keinginan atau inkonteninsia sebelum atau selama usaha mencapai toilet.

• Kontraksi kandung kemih yang tidak di hambat.

• Tidak mempunyai kontrol yang tinggi untuk mengeluarkan urin.

• Peningkatan tekanan intra abdomen berhubungan dengan inkonteninsia urine.

• Nokturia lebih dari 2x selama tidur

Page 10: Inkontinensia Urine Kel 4

Penatalaksaaan Medis

a. Terapi non farmakologi• Melakukan latihan menahan kemih• Membiasakan berkemih pada waktu-waktu yang telah ditentukan.

• Promted voiding.• Melakukan latihan otot dasar panggul dengan mengkontraksikan otot dasar panggul secara berulang-ulang.

Page 11: Inkontinensia Urine Kel 4

b. Kateterisasi secara berkala atau menetap Kateterisasi Luar Kateterisasi Intermiten Kateterisasi secara Menetap

c. Terapi pembedahan

Terapi ini dilakukan terhadap tumor, batu, divertikulum, hiperplasia prostat, dan prolaps pelvic

d. Terapi farmakologik

untuk merelaksasikan otot-otot kandung kemih, bersifat anti kolinergik.

Page 12: Inkontinensia Urine Kel 4

PENGKAJIAN

DS :

• Mengalami ketidakmampuan menunda berkemih.

• Ada tidaknya : penggunaan obat-obatan pada klien

• Riwayat ISK.• Obstruksi saluran kemih.• Trauma atau cedera genitourinarius

Page 13: Inkontinensia Urine Kel 4

• Riwayat kebocoran sejumlah kecil urin.• Durasi saat berkemih. • Frekuensi berkemih dan jumlah urine dalam sehari.

• Frekuensi inkontinensia dalam sehari.• Ada tidaknya urine yang menetes di antara waktu miksi, jika ada berapa banyak?

• Ada tidaknya nyeri saat berkemih

Page 14: Inkontinensia Urine Kel 4

DO :

• Intake dan output cairan.• Nokturia lebih dari 2x selama tidur• Kaji banyaknya residu urin setelah berkemih

• Kaji warna urin

Page 15: Inkontinensia Urine Kel 4

Pemeriksaan fisik (fokus)

• Inspeksi– kemerahan, iritasi / lecet dan bengkak pada daerah perineal.

– benjolan atau tumor spinal cord– obesitas atau kurang gerak, edema

• Palpasi– Distensi kandung kemih atau nyeri tekan, teraba benjolan tumor daerah spinal cord

– Kaji turgor kulit, Skibala, Distensi pada vena di leher dan tangan

• Perkusi– suara redup pada daerah kandung kemih.

Page 16: Inkontinensia Urine Kel 4

Pemeriksaan Diagnosa

• Pemeriksaan diagnosis harus mencakup evaluasi faal ginjal.

Dapat dilakukan melalui :– Urinarisasi – Kultur urine– Elektrolit urine.– Urea nitrogen darah– Kreatin serum– Kreatin elearance.

• Pengkajian fungsi otot destrusor.• Radiologi dan pemeriksaan fisik (mengetahui tingkat keparahan / kelainan dasar panggul).

• Cystometrogram dan elektromyogram.

Page 17: Inkontinensia Urine Kel 4

DIAGNOSA KEPERAWATAN yang mungkin muncul :

• Gangguan eliminasi urin (inkontinensia urin) berhubungan dengan tidak adanya sensasi untuk berkemih dan kehilangan kemampuan untuk menghambat kontraksi kandung kemih.

• Gangguan harga diri berhubungan dengan keadaan yang memalukan akibat mengompol di depan orang lain atau takut bau urin.

• Resiko infeksi berhubungan dengan pemasangan kateter dalam waktu yang lama.

• Resiko kerusakan integitas kulit berhubungan dengan irigasi konstan oleh urine.

• Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan.

Page 18: Inkontinensia Urine Kel 4

Gangguan eliminasi urin (inkontinensia urin) berhubungan dengan tidak adanya sensasi untuk berkemih dan kehilangan kemampuan untuk menghambat kontraksi kandung kemih.

Identifikasi pola berkemih dan

kembangkan jadwal berkemih sering

Berkemih yang sering dapat mengurangi

dorongan dari distensi kandung kemih

yang berlebih

Ajarkan untuk membatasi masukan cairan

selama malam hari

Pembatasan cairan pada malam hari dapat

membantu mencegah enuresis.

Ajarkan teknik untuk mencetuskan refleks

berkemih

Teknik mencetuskan refleks melatih dan

membantu pengosongan kandung kemih

Bila masih terjadi inkontinensia,

kurangi waktu antara berkemih pada

jadwal yang telah direncanakan

Kapasitas kandung kemih mungkin tidak

cukup untuk menampung volume urine

sehingga memerlukan untuk lebih sering

berkemih.

Berikan penjelasan tentang pentingnya

hidrasi optimal (sedikitnya 2000 cc per

hari bila tidak ada kontraindikasi)

Hidrasi optimal diperlukan untuk

mencegah infeksi saluran perkemihan dan

batu ginjal

Page 19: Inkontinensia Urine Kel 4

Gangguan harga diri berhubungan dengan keadaan yang memalukan akibat mengompol di depan orang lain atau takut bau urin.

Kaji tingkat pengetahuan tentang

kondisi pengobatan dan ansietas

sehubungan dengan situasi.

Mengidentifikasi luasnya masalah dan

perlunya intervensi.

Diskusikan arti perubahan pada pasien. Beberapa pasien memandang situasi

sebagai tantangan, beberapa sulit

menerima perubahan hidup atau

penampilan peran dan kehilangan

kemampuan kontrol tubuh sendiri.

Tentukan peran pasien dalam keluarga

dan persepsi pasien akan harapan diri

dan orang lain.

Penyakit lama atau permanen dan

ketidakmampuan untuk memenuhi peran

dalam keluarga.

Anjurkan orang terdekat memperlakukan

pasien secara normal dan bukan sebagai

orang sakit.

Menyampaikan harapan bahwa pasien mampu

untuk mempertahankan perasaan.

Bantu melakukan ambulasi sesuai dengan

kebutuhan.

Ambulasi mencegah stasis urine

Page 20: Inkontinensia Urine Kel 4

Resiko infeksi berhubungan dengan inkontinensia, imobilitas dalam waktu yang lama.

Berikan perawatan perineal dengan air

sabun 3 kali sehari.

Perawatan perineal mencegah kontaminasi

pada uretra.

Jika dipasang kateter, berikan perawatan

kateter 2 kali sehari dan setelah buang

air besar.

Kateter memberikan jalan pada bakteri

untuk memasuki kandung kemih dan naik

ke saluran perkemihan.

Ajarkan cuci tangan sebelum dan sesudah

kontak langsung pada pasien dan

keluarga.

Cuci tangan mencegah kontaminasi silang

Bantu melakukan ambulasi sesuai dengan

kebutuhan.

Ambulasi mencegah stasis urine.

Lakukan tindakan kolaborasi untuk

memelihara asam urine, misal: tingkatkan

masukan sari buah beri atau berikan

obat-obat, untuk meningkatkan asam

urine.

Asam urine menghalangi tumbuhnya kuman.

Karena jumlah sari buah berri

diperlukan untuk mencapai dan

memelihara keasaman urine. Peningkatan

masukan cairan sari buah dapat

berpengaruh dalam pengobatan infeksi

saluran kemih.

Page 21: Inkontinensia Urine Kel 4

Resiko kerusakan integitas kulit berhubungan dengan irigasi konstan oleh urine.

Inspeksi kulit terhadap perubahan warna, turgor,

vaskuler, perhatikan kadanya kemerahan.

Menandakan area sirkulasi buruk/ kerusakan yg

dapat menimbulkan pembentukan dekubitus.

Pantau masukan cairan dan hidrasi kulit dan

membran mukosa.

Mendeteksi adanya hidrasi berlebihan yang

mempengaruhi sirkulasi dan integritas jaringan.

Ubah posisi sesering mungkin Menurunkan tekanan pada edema , jaringan dengan

perfusi buruk untuk menurunkan iskemia.

Berikan perawatan kulit Mengurangi pengeringan , robekan kulit

Pertahankan linen kering Menurunkan iritasi dermal dan risiko kerusakan

kulit

Anjurkan pasien menggunakan kompres lembab dan

dingin u/ memberikan tekanan pada area pruritis.

Menghilangkan ketidaknyamanan dan menurunkan

risiko cedera.

Anjurkan memakai pakaian katun longgar. Mencegah iritasi dermal langsung dan

meningkatkan evaporasi lembab pada kulit.

Page 22: Inkontinensia Urine Kel 4

Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan

pengobatan.

Kaji tingkat pengetahuan dan

kesiapan untuk belajar dari klien.

Keinginan untuk belajar tergantung

pada kondisi fisik pasien, tingkat

ansietas dan kesiapan mental.

Ajarkan informasi yang diperlukan :

1)Gunakan kata-kata sesuai tingkat

pengetahuan klien.

2)Pilih waktu kapan klien paling

nyaman dan berminat.

3)Batasi sesi penyuluhan sampai 30

menit atau kurang

Individualisasi rencana penyuluhan

meningkatkan pembelajaran.

Dorong dan berikan kesempatan untuk

bertanya.

Meningkatkan proses belajar,

meningkatkan pengambilan keputusan

dan menurunkan ansietas sehubungan

dengan ketidaktahuan.

Page 23: Inkontinensia Urine Kel 4
Page 24: Inkontinensia Urine Kel 4
Page 25: Inkontinensia Urine Kel 4
Page 26: Inkontinensia Urine Kel 4
Page 27: Inkontinensia Urine Kel 4
Page 28: Inkontinensia Urine Kel 4
Page 29: Inkontinensia Urine Kel 4
Page 30: Inkontinensia Urine Kel 4

Istilah :

• Otot detrusor : lapisan yang ketiga dari dinding kandung kencing.

• Sfingter adalah sebuah cincin serat otot yang terletak di sekitar pembukaan dalam tubuh yang mengatur perjalanan zat.

• Divertikulum adalah kantong atau sakus yang menonjol dari dinding suatu organ berongga atau saluran.

Page 31: Inkontinensia Urine Kel 4

• Prolaps : penurunan; turunnya suatu struktur.

• Stasis : berhentinya gerakan.