Inh

19
Jamu adalah obat tradisional yang disediakan secara tradisional , yang berisi seluruh bahan tanaman yang menjadi penyusun jamu tersebut, higienis (bebas cemaran) serta digunakan secara tradisional. Jamu telah digunakan secara turun-temurun selama berpuluh-puluh tahun bahkan mungkin ratusan tahun, Pada umumnya, jenis ini dibuat dengan mengacu pada resep peninggalan leluhur. Bentuk jamu tidak memerlukan pembuktian ilmiah sampai dengan klinis, tetapi cukup dengan bukti empiris turun temurun. Penandaan pada produk Jamu Tulisan “JAMU” harus jelas dan mudah dibaca, dicetak dengan warna hitam diatas dasar warna putih atau warna lain yang menyolok kontras dengan tulisan “JAMU” catatan : pada produk jamu dilarang mencampurkan atau terkandung bahan kimia obat apapun. jamu adalah tingkat terendah dari strata obat herbal lainnya tingkatan selanjutnya adalah Herbal Terstandar Jamu http://farmatika.blogspot.com/p/jamu.html#ixzz2GnNHx9oG Pengertian Jamu Obat bahan alam merupakan obat yang menggunakan bahan baku berasal dari alam (tumbuhan dan hewan). Obat bahan alam dapat dikelompokkan menjadi 3 jenis yaitu jamu, obat herbal terstandar, dan fitofarmaka. Jamu (Empirical based herbal medicine) adalah obat bahan alam yang disediakan secara tradisional, misalnya dalam bentuk serbuk seduhan, pil, dan cairan yang berisi seluruh bahan tanaman yang menjadi penyusun jamu tersebut dan digunakan secara tradisional. Bentuk jamu tidak memerlukan pembuktian ilmiah sampai dengan klinis, tetapi cukup dengan bukti empiris saja. Obat herbal terstandar (Scientific based herbal medicine) yaitu obat bahan alam yang disajikan dari ekstrak atau penyaringan bahan alam yang dapat berupa

Transcript of Inh

Page 1: Inh

Jamu adalah obat tradisional yang disediakan secara tradisional, yang berisi seluruh

bahan tanaman yang menjadi penyusun jamu tersebut, higienis (bebas cemaran) serta digunakan secara

tradisional. Jamu telah digunakan secara turun-temurun selama berpuluh-puluh tahun bahkan mungkin

ratusan tahun, Pada umumnya, jenis ini dibuat dengan mengacu pada resep peninggalan leluhur.

Bentuk jamu tidak memerlukan pembuktian ilmiah sampai dengan klinis, tetapi cukup dengan

bukti empiris turun temurun. Penandaan pada produk Jamu Tulisan  “JAMU”   harus jelas dan mudah

dibaca, dicetak dengan warna hitam diatas dasar warna putih atau warna lain yang menyolok kontras

dengan tulisan “JAMU” catatan : pada produk jamu dilarang mencampurkan atau terkandung bahan kimia

obat apapun. jamu adalah tingkat terendah dari strata obat herbal lainnya tingkatan selanjutnya

adalah Herbal Terstandar

Jamu http://farmatika.blogspot.com/p/jamu.html#ixzz2GnNHx9oG

Pengertian Jamu

Obat bahan alam merupakan obat yang menggunakan bahan baku berasal dari alam (tumbuhan

dan hewan). Obat bahan alam dapat dikelompokkan menjadi 3 jenis yaitu jamu, obat herbal terstandar,

dan fitofarmaka. Jamu (Empirical based herbal medicine) adalah obat bahan alam yang disediakan secara

tradisional, misalnya dalam bentuk serbuk seduhan, pil, dan cairan yang berisi seluruh bahan tanaman

yang menjadi penyusun jamu tersebut dan digunakan secara tradisional. Bentuk jamu tidak memerlukan

pembuktian ilmiah sampai dengan klinis, tetapi cukup dengan bukti empiris saja. Obat herbal terstandar

(Scientific based herbal medicine) yaitu obat bahan alam yang disajikan dari ekstrak atau penyaringan

bahan alam yang dapat berupa tanaman obat, binatang, maupun mineral. Proses ini membutuhkan

peralatan yang lebih kompleks dan mahal, serta ditunjang dengan pembuktian ilmiah berupa penelitian-

penelitian pra klinik. Fitofarmaka (Clinical based herbal medicine) merupakan bentuk obat bahan alam

yang dapat disejajarkan dengan obat modern karena proses pembuatannya telah terstandar serta ditunjang

oleh bukti ilmiah sampai dengan uji klinik pada manusia. Namun ketiga jenis obat bahan alam tersebut

sering disebut juga sebagai jamu. Jamu adalah sebutan untuk obat tradisional dari Indonasia.

Menurut peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 246 tahun 1992, pengertian

jamu adalah obat tradisional yang bahan bakunya simplisia yang sebagian besar belum mengalami

standarisasi dan belum pernah diteliti, bentuk sediaan masih sederhana berwujud serbuk seduhan,

rajangan untuk seduhan, dan sebagainya. Jamu merupakan obat yang berasal dari bahan tumbuh-

tumbuhan, hewan dan mineral atau sediaan galenik atau campuran dari bahan-bahan tersebut yang

secara tradisional telah digunakan dalam upaya pengobatan berdasarkan pengalaman. Setiap daerah

Page 2: Inh

memiliki ciri khas jamunya tersendiri yang memang bisa memiliki dasar ramuan dan falsafah saling

berbeda. Tetapi pada dasarnya sama yaitu semuanya mengandung ramuan alamiah yang terdiri dari

tumbuh-tumbuhan, mulai dari akar sampai ke bunga tanaman dapat dimanfaatkan. Ciri khas inilah yang

membedakan obat tradisional Indonesia dengan obat tradisional bangsa lain yang mempergunakan bahan

alami hewan atau mineral.

Proses Pembuatan Jamu

Proses produksi yang dilakukan pada industri kecil obat tradisional yang masih menggunakan teknologi

yang relatif sederhana atau tradisional karena produk jamu yang dihasilkan adalah berupa serbuk jamu.

Obat bahan alam termasuk jamu yang diproduksi oleh industri obat bahan alam (IOT) maupun industri

kecil obat bahan alam (IKOT) mempunyai persyaratan yang sama yaitu aman untuk digunakan,

berkhasiat atau bermanfaat dan bermutu baik. Oleh karena itu semua usaha dibidang industri obat bahan

alam harus dapat menerapkan Cara Pembuatan Obat bahan alam yang Baik (CPOTB) agar dapat

menghasilkan obat bahan alam yang memenuhi syarat. Beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam

menerapkan CPOTB adalah : Personalia, Bangunan, Peralatan, Sanitasi dan higiene, Penyiapan bahan

baku.

Pengolahan dan pengemasan, Pengawasan mutu, Inspeksi diri, Dokumentasi, Penanganan terhadap hasil

pemantauan produk di peredaran. Secara umum proses produksi yang dilakukan menurut BPOM,

meliputi tahapan sebagai berikut:

1). Bahan baku datang dari pemasok dalam bentuk kering

2). Pengambilan sample bahan baku, jika kualitasnya cocok maka dibeli

3). Sortasi bahan baku

Sortasi bahan baku dilakukan untuk memisahkan bahan baku yang baik dengan yang tidak baik yang

terlihat secara fisik, misalnya daun yang sudah layu. Sortasi juga dilakukan untuk memisahkan benda

asing yang mungkin terdapat dalam bahan baku tersebut ,misalnya kotoran atau tanah.

4). Pengukuran kadar air

Sebaiknya simplisia kering yang akan digunakan untuk pembuatan jamu memiliki kadar air maksimal 11

persen . Jika ternyata kadar air simplisia tersebut di atas 11 persen maka dilakukan proses pengeringan

atau penjemuran.

5). Penimbangan bahan baku sesuai kebutuhan menggunakan timbangan duduk

Page 3: Inh

6). Penggilingan simplisia menjadi serbuk

Simplisia yang telah ditimbang digiling dengan menggunakan mesin penggiling yang digerakkan oleh

mesin penggerak. Jenis atau ukuran pisau pada mesin penggiling yang digunakan untuk menggiling daun

dan rimpang berbeda. Pisau pada mesin penggiling harus selalu diganti setiap 3 bulan untuk menjamin

hasil gilingan selalu dalam ukuran yang seharusnya.

7). Penyaringan atau pengayakan dengan saringan 120 mesh.

Proses penyaringan dilakukan untuk menghasilkan serbuk dengan ukuran yang halus dan seragam. Dari

proses penyaringan ini, pada umumnya serbuk yang tidak lolos adalah sekitar 15 - 20 persen.

8). Peramuan atau pencampuran sesuai kombinasi yang diinginkan

Serbuk jamu yang telah disaring kemudian diramu dengan jumlah dan komposisi yang disesuaikan

dengan jenis jamu yang akan dihasilkan. Proses peramuan atau pencampuran ini dilakukan secara

manual.

9). Pengukuran kadar air serbuk jamu

Sebelum dikemas, dilakukan pengukuran kadar air serbuk jamu untuk menjamin tingkat kekeringan

serbuk tersebut. Kualitas serbuk yang baik adalah yang memiliki kadar air tidak lebih dari 5 persen.

10). Pengemasan dalam bentuk sachet dan pak

Serbuk jamu dimasukkan dengan ukuran rata-rata 7 - 8 gram ke dalam kemasan sachet kemudian dipres

dengan alat pengepres. Setiap 10 sachet dipak dalam kemasan plastik. Beberapa pak jamu dikemas lagi

dalam plastik bening dengan ukuran besar. Beberapa jenis serbuk jamu tidak dikemas dalam bentuk

sachet, tetapi dikemas secara kiloan dengan kemasan plastik yang lebih besar.

11). Penyimpanan produk jadi sebelum dijual

Jamu yang siap dijual disimpan terlebih dahulu dalam rak-rak besar secara teratur. Gudang penyimpanan

jamu harus kering dan tidak lembab sehingga tidak menurunkan kualitas jamu yang telah dihasilkan. Rak-

rak penyimpanan tidak boleh menempel pada dinding, tetapi harus ada sedikit jarak sehingga jamu

tersebut tidak menjadi lembab.

12). Distribusi produk jadi pada konsumen

Page 4: Inh

Merupakan proses penyampaian jamu dari produsen ke konsumen. Pada tahap ini pun harus diperhatikan

aspek higienis dan pengaturan peletakannya, baik pada saat pengangkutan maupun penyimpanan di kios

atau toko. Kualitas bahan baku atau simplisia akan sangat menentukan kualitas jamu yang dihasilkan.

Oleh karena itu, pemilihan bahan baku yang berkualitas baik sangat penting untuk diperhatikan, dan tidak

hanya semata didasarkan atas harga yang murah. Secara umum, kualitas simplisia yang baik dapat dilihat

dari parameter atau kriteria sebagai berikut : tingkat kebersihan, tingkat kekeringan, warna, tingkat

ketebalan, dan keseragaman ukurannya. Proses pengolahan jamu dalam bentuk serbuk menghasilkan

limbah berupa limbah padat dan gas. Limbah padat adalah ampas jamu yang dihasilkan dari proses

penggilingan simplisia maupun penyaringan serbuk jamu. Sedangkan limbah berupa gas adalah asap yang

dikeluarkan dari mesin penggerak pada saat proses penggilingan dilakukan. Dari proses pengolahan jamu

ini tidak dihasilkan limbah cair karena bahan baku simplisia sudah diterima dalam bentuk kering sehingga

tidak perlu dicuci lagi. Dampak lingkungan lain yang terjadi adalah suara bising (polusi suara) yang

diakibatkan oleh mesin penggerak yang sedang dijalankan. Ampas jamu yang dihasilkan tidak mencemari

lingkungan sekitar karena dimasukkan ke dalam karung. Ampas ini dapat dijual kembali (untuk pakan

ternak atau pemanfaatan lain). Limbah asap dan suara bising yang dihasilkan oleh mesin penggerak dapat

dikurangi dengan membuat pipa cerobong yang tinggi sekitar 5 meter sehingga tidak mengganggu

masyarakat sekitar. Kenyataannya asap yang dihasilkan tidak pekat dan suara yang ditimbulkan pun tidak

terlalu bising. Pada lokasi usaha tercium aroma jamu dari proses penggilingan dan ceceran serbuk jamu

yang senantiasa dibersihkan secara berkala. Secara umum, industri ini tidak memberikan dampak

lingkungan yang mengganggu ataupun berbahaya bagi masyarakat sekitar lokasi usaha. Sebelum

pendirian usaha ini pun pengusaha harus mendapatkan izin HO yang dikeluarkan oleh Pemda setempat

yaitu izin gangguan yang mendapatkan persetujuan dari tetangga kanan, kiri, depan dan belakang.

Dengan demikian usaha jamu tradisional masih baik untuk dilakukan ditinjau dari aspek lingkungan

karena tidak ada dampak lingkungan yang berarti.

Page 5: Inh

ISONIAZID (INH)

Rumus Struktur : N

Rumus molekul : C6H7N3O

Nama kimia : Asam isonikotinat hidrazida [54-85-3]

Berat molekul : 137,14

Pemerian : Hablur putih atau tidak berwarna atau serbuk hablur putih; tidak

berbau, perlahan-lahan dipengaruhi oleh udara dan cahaya.

Kelarutan : Mudah larut dalam air; agak sukar larut dalam etanol; sukar larut

dalam kloroform dan dalam eter (Ditjen POM, 1995).

Farmakologi

Derivat asam isonikotinat ini berkhasiat tuberkulostatis paling kuat terhadap M. tuberkulosae dan bersifat

bakterisid terhadap basil yang sedang tumbuh pesat. Aktif terhadap kuman yang berada intraseluler

dalam makrofag maupun di luar sel (ekstraseluler).

Mekanisme kerjanya berdasarkan terganggunya sintesa mycolic acid, yang diperlukan untukmembangun

dinding bakteri. Isoniazid masih tetap merupakan obat kemoterapi terpenting terhadap berbagai tipe

tuberkulosa dan selalu dalam bentuk multiple terapi dengan rifampisin dan pirazinamid. Resorpsinya dari

usus sangat cepat, difusinya ke dalam jaringan dan cairan tubuh baik sekali, bahkan menembus jaringan

yang sudah mengeras. Penetrasi yang cepat ini sangat penting dalam pengobatan tuberculous meningitis.

Di dalam hati, isoniazid diasetilasi oleh enzim asetiltransferase menjadi metabolit inaktif. Plasma t1/2

nya antara 1 dan 4 jam tergantung pada kecepatan asetilasi. Ekskresinya melalui ginjal (Tjay dan

Rahardja, 2002).

Efek Samping

Gatal-gatal, ikterus, polineuritis, perasaan tidak sehat, letih dan lemah, anoreksia, kadang-kadang terjadi

kerusakan hati dengan hepatitis dan ikterus yang fatal (Tjay dan Rahardja, 2002).

Page 6: Inh

Dosis

Oral/i.m. dewasa dan anak-anak 1 dd 4-8 mg/kg/hari sehari atau 1 dd 300-400 mg, atau sebagai single

dose bersama rifampisin, pagi hari a.c. atau sesudah makan bila terjadi gangguan lambung (Tjay dan

Rahardja, 2002).

Spektrofotometri Ultraviolet

Teori Spektrofotometri Ultraviolet

Spektrofotometri serapan merupakan pengukuran suatu interaksi antara radiasi elektromagnetik dan

molekul atau atom dari suatu zat kimia. Teknik yang sering digunakan dalam analisis farmasi meliputi

spektrofotometri ultraviolet, cahaya tampak, inframerah dan serapan atom. Jangkauan panjang gelombang

untuk daerah ultraviolet adalah 190-380 nm, daerah cahaya tampak 380-780 nm, daerah inframerah dekat

780-3000 nm, dan daerah inframerah 2,5-40 µm atau 4000-250 cm-1(Ditjen POM, 1995).Sinar ultraviolet

dan sinar tampak memberikan energi yang cukup untuk terjadinya transisi elektronik. Transisi-transisi

elektronik akan meningkatkan energi molekuler dari keadaan dasar ke satu atau lebih tingkat energi

tereksitasi. Jika suatu molekul sederhana dikenakan radiasi elektromagnetik maka molekul tersebut akan

menyerap radiasi elektromagnetik yang energinya sesuai. Interaksi antara molekul dengan radiasi

elektromagnetik ini akan meningkatkan energi potensial elektron dari tingkat dasar ke tingkat tereksitasi.

Apabila pada molekul yang sederhana tadi hanya terjadi transisi elektronik pada satu macam gugus yang

terdapat pada molekul, maka hanya akan terjadi satu absorpsi yang merupakan pita spektrum. Terjadinya

dua atau lebih pita spektrum diberikan oleh molekul dengan struktur yang lebih kompleks karena terjadi

beberapa transisi sehingga mempunyai lebih dari satu panjang gelombang (Gandjar dan Rohman, 2007).

Gugus fungsi yang menyerap radiasi di daerah ultraviolet dekat dan daerah tampak disebut gugus

kromofor dan hampir semua gugus ini mempunyai ikatan tak jenuh. Pada kromofor jenis ini transisi

terjadi dari π → π*, yang menyerap pada panjang gelombang maksimum kecil dari 200 nm (tidak

terkonyugasi), misalnya pada >C=C< dan –C ≡ C –. Kromofor ini merupakan tipe transisi dari sistem

yang mengandung elektron π pada orbital molekulnya. Untuk senyawa yang mempunyai sistem

konyugasi, perbedaan energi antara keadaan dasar dan keadaan tereksitasi menjadi lebih kecil sehingga

penyerapan terjadi pada panjang gelombang yang lebih besar (Dachriyanus, 2004).Gugus fungsi seperti –

OH, -O, -NH2, dan –OCH3 yang memberikan transisi n → π* disebut gugus auksokrom. Gugus ini

adalah gugus yang tidak dapat menyerap radiasi ultraviolet-sinar tampak, tetapi apabila gugus ini terikat

pada gugus kromoformengakibatkan pergeseran panjang gelombang ke arah yang lebih besar

(pergeseranbatokromik) (Gandjar dan Rohman, 2007).

Page 7: Inh

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam analisis spektrofotometri ultraviolet:

a. Pemilihan panjang gelombang maksimum

Panjang gelombang yang digunakan untuk analisis kuantitatif adalah panjang gelombang dimana terjadi

serapan maksimum. Untuk memperoleh panjang gelombang maksimum, dilakukan dengan membuat

kurva hubungan antara absorbansi dengan panjang gelombang dari suatu larutan baku pada konsentrasi

tertentu.

b. Pembuatan kurva kalibrasi

Dibuat seri larutan baku dari zat yang akan dianalisis dengan berbagai konsentrasi. Masing-masing

absorbansi larutan dengan berbagai konsentrasi diukur, kemudian dibuat kurva yang merupakan

hubungan antara absorbansi dengan konsentrasi. Bila hukum Lambert-Beer terpenuhi maka kurva

kalibrasi merupakan garis lurus.

c. Pembacaan absorbansi sampel atau cuplikan

Absorbansi yang terbaca pada spektrofotometer hendaknya antara 0,2-0,6. Anjuran ini berdasarkan

anggapan bahwa pada kisaran nilai absorbansi tersebut, kesalahan fotometrik yang terjadi adalah paling

minimal (Gandjar dan Rohman, 2007).

Hukum Lambert-Beer

Menurut Hukum Lambert, serapan berbanding lurus terhadap ketebalan sel yang disinari. Sedangkan

menurut Beer, serapan berbanding lurus dengan konsentrasi, ini berlaku untuk radiasi monokromatis

dalam larutan yang sangat encer. Kedua pernyataan ini dapat dijadikan satu dalam Hukum Lambert-Beer,

sehingga diperoleh bahwa serapan berbanding lurus terhadap konsentrasi dan ketebalan sel, yang dapat

ditulis dengan persamaan :

A= a.b.c (g/liter) atau A= ε. b. c (mol/liter)

Dimana: A = serapan

a = absorptivitas

b = ketebalan sel

c = konsentrasi

ε = absorptivitas molar

Page 8: Inh

Hukum Lambert-Beer menjadi dasar aspek kuantitatif spektrofotometri dimana konsentrasi dapat

dihitung berdasarkan rumus di atas. Absorptivitas merupakan suatu tetapan dan spesifik untuk setiap

molekul pada panjang gelombang dan pelarut tertentu.

Menurut Roth dan Blaschke (1981), absorptivitas spesifik juga sering digunakan untuk menggantikan

absorptivitas. Harga ini, memberikan serapan larutan 1 % (b/v) dengan ketebalan sel 1 cm, sehingga dapat

diperoleh persamaan:

A = A11. b. c

Dimana :A11= absorptivitas spesifik

b = ketebalan sel

c = konsentrasi senyawa terlarut (g/100ml larutan)

Penggunaan Spektofotometri Ultraviolet

Analisis kualitatif

Secara eksperimental, sangat mudah untuk mengukur banyaknya radiasi yang diserap oleh suatu molekul

sebagai fungsi frekuensi radiasi. Suatu grafik yang menghubungkan antara banyaknya sinar yang diserap

dengan frekuensi (atau panjang gelombang) sinar merupakan spektrum absorpsi. Transisi yang

dibolehkan untuk suatu molekul dengan struktur kimia yang berbeda adalah tidak sama sehingga

spektrum absorpsinya juga berbeda. Dengan demikian, spektrum dapat digunakan sebagai bahan

informasi yang bermanfaat untuk analisis kualitatif (Gandjar dan Rohman, 2007).

Analisis kuantitatif

Penggunaan utama spektrofotometri ultraviolet adalah dalam analisis kuantitatif. Apabila dalam alur

spektrofotometer terdapat senyawa yang mengabsorpsi radiasi, akan terjadi pengurangan kekuatan

radiasi yang mencapai detektor. Parameter kekuatan energi radiasi yang diabsorpsi oleh molekul adalah

absorban (A) yang dalam batas konsentrasi tertentu nilainya sebanding dengan banyaknya molekul yang

mengabsorpsi radiasi. Senyawa yang tidak mengabsorpsi radiasi ultraviolet-sinar tampak dapat juga

ditentukan dengan spektrofotometri ultraviolet-sinar tampak, apabila ada reaksi kimia yang dapat

mengubahnya menjadi kromofor atau dapat disambungkan dengan suatu pereaksi kromofor

Page 9: Inh

(Satiadarma,2004).Analisis kuantitatif secara spektrofotometri ultraviolet dapat dilakukan dengan metode

regresi dan pendekatan.

1. Metode Regresi

Analisis kuantitatif dengan metode regresi yaitu dengan menggunakan persamaan regresi yang didasarkan

pada harga serapan dan konsentrasi standar yang dibuat dalam beberapa konsentrasi, paling sedikit

menggunakan 5 rentang konsentrasi yang meningkat yang dapat memberikan serapan yang linier,

kemudian diplot menghasilkan suatu kurva yang disebut dengan kurva kalibrasi. Konsentrasi suatu

sampel dapat dihitung berdasarkan kurva tersebut.

2. Metode Pendekatan

Analisis kuantitatif dengan cara ini dilakukan dengan membandingkan serapan standar yang

konsentrasinya diketahui dengan serapan sampel. Konsentrasi sampel dapat dihitung melalui rumus

perbandingan

C = As. Cb / Ab

dimana As = serapan sampel,

Ab = serapan standar,

Cb = konsentrasi standar, dan

C = konsentrasi sampel (Holme dan Peck, 1983).

Peralatan Untuk Spektrofotometri

Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitans atau serapan suatu sampel sebagai fungsi

panjang gelombang. Spektrofotometer merupakan penggabungan dari dua fungsi alat yang terdiri dari

spektrometer yang menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer

sebagai alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang diabsorpsi (Day dan Underwood,

1981).

Unsur -unsur terpenting suatu spektrofotometer adalah sebagai berikut:

1. Sumber-sumber lampu: lampu deuterium digunakan untuk daerah UV pada panjang gelombang dari

190-350 nm, sementara lampu halogen kuarsa atau lampu tungsten digunakan untuk daerah visibel pada

panjang gelombang antara 350- 900 nm.

Page 10: Inh

2. Monokromotor: digunakan untuk memperoleh sumber sinar yang monokromatis.

Alatnya dapat berupa prisma maupun grating. Untuk mengarahkan sinar monokromatis yang diinginkan

dari hasil penguraian.

3. Kuvet (sel): digunakan sebagai wadah sampel untuk menaruh cairan ke dalam berkas cahaya

spektrofotometer. Kuvet itu haruslah meneruskan energi radiasi dalam daerah spektrum yang diinginkan.

Pada pengukuran di daerah tampak, kuvet kaca atau kuvet kaca corex dapat digunakan, tetapi untuk

pengukuran pada daerah ultraviolet kita harus menggunakan sel kuarsa karena gelas tidak tembus cahaya

pada daerah ini. Kuvet tampak dan ultraviolet yang khas mempunyai ketebalan 1 cm, namun tersedia

kuvet dengan ketebalan yang sangat beraneka, mulai dari ketebalan kurang dari 1 milimeter sampai 10 cm

bahkan lebih.

4. Detektor: Peranan detektor penerima adalah memberikan respon terhadap cahaya pada berbagai

panjang gelombang.

5. Suatu amplifier (penguat) dan rangkaian yang berkaitan yang membuat isyarat listrik itu dapat dibaca.

6. Sistem pembacaan yang memperlihatkan besarnya isyarat listrik (Day and Underwood, 1981).

Validasi

Validasi adalah suatu tindakan terhadap parameter tertentu pada prosedur penetapan yang dipakai untuk

membuktikan bahwa parameter tersebut memenuhi persyaratan untuk penggunaannya (WHO, 1992).

Parameter analisis yang ditentukan pada validasi adalah akurasi, presisi, kespesifikan, limit deteksi, limit

kuantitasi, linieritas dan rentang.Akurasi (kecermatan) adalah ukuran yang menunjukkan derajat

kedekatan hasil analisis dengan kadar analit sebenarnya. Akurasi dinyatakan sebagai persen perolehan

kembali (% recovery) analit yang ditambahkan dan dapat ditentukan melalui dua cara yaitu metode

simulasi (spiked placebo recovery) dan metode penambahan bahan baku (standard addition method).

Dalam kedua metode tersebut, persen perolehan kembali dinyatakan sebagai rasio antara hasil yang

diperoleh dengan hasil yang sebenarnya.

% Perolehan Kembali = x %100 C− BA

Keterangan :

A = konsentrasi sampel yang diperoleh setelah penambahan baku

B = konsentrasi sampel sebelum penambahan baku

Page 11: Inh

C = konsentrasi baku yang ditambahkan

Presisi merupakan ukuran keterulangan metode analisis dan biasanya diekspresikan sebagai relatif standar

deviasi (RSD) dari sejumlah sampel yang berbeda secara signifikan secara statistik.

Batas deteksi (limit of detection) didefinisikan sebagai konsentrasi analit terendah dalam sampel yang

masih dapat terdeteksi. Batas deteksi dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Batas deteksi = Slope 3xSB

Batas kuantitasi (limit of quantitation) didefinisikan sebagai konsentrasi analit terendah dalam sampel

yang dapat ditentukan dengan presisi dan akurasi yang dapat diterima pada kondisi operasional metode

yang digunakan.

Batas Kuantitasi = Slope 10xSB

Kelinieran suatu metode analisis adalah kemampuan untuk menunjukkan bahwa nilai hasil uji langsung

atau setelah diolah secara matematika, proporsional dengan konsentrasi analit dalam sampel dalam batas

rentang konsentrasi tertentu.Rentang suatu metode analisis adalah interval antara batas konsentrasi

tertinggi dan konsentrasi terendah analit yang dapat ditentukan dengan presisi, akurasi dan kelinieran

(Rohman, 2007; Satiadarma, 2004).

 

INH

Sinonim : Isonicotinathidrazid/Isoniazid

Organoleptis : hablur tidak berwarna atau serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa agak pahit,terurai

perlahan-lahan oleh udara dan cahaya.

Kelarutan : Mudah larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol (95%), sukar larut dalam kloroform dan

eter 

Reaksi identifikasi kualitatif :

- Isoniazid + AgNO3= mereduksi

- Isoniazid + Ag ammoniakal = mereduksi

- Reaksi Luf dan Fehling positif (+)

- Isoniazid + vanillin + methanol + HCl = kuning hijau (spesifik)

Page 12: Inh

- Isoniazid + salisilaldehid = kuning muda

- Isoniazid + asam fosfomolibdat + NH4OH = warna biru

- Jika dipijar, menimbulkan bau piridin, meleburkan uapnya kuning muda

- Isonitril = (+)

- Isoniazid + CaOCl3+ CHCl3= lapisannya merah

Identifikasi

A. Spectrum serapan inframerah zat yang dikeringkan dan didispersikan dalam kalium bromide P

menunjukkan maksimum hanya pada panjang gelombang yang sama seperti pada isoniazid BPFI.

B. Masukkan lebih kurang 50 mg ke dalam labu ukur 500ml, tambahkan air sampai batas tanda.

Masukkan 19,0ml larutan ini ke dalam labu ukur 100ml, tambahkan 2,0ml asam klorida 0,1 N,

encerkan dengan air sampai tanda; spectrum serapan ultraviolet larutan menunjukkan maksimum

dan minimum hanya pada panjang gelombang yang sama seperti pada isoniazid BPFI.

Penetapan kadar

Fase gerak

Larutkan 4,4g natrium dokusat P dalam 600ml methanol P, tambahkan 400ml air, atur hingga pH 2,5

dengan asam sulfat 2N. Jika perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian system seperti yang tertera

pada Kromatografi.

Larutan baku

Timbang seksama sejumlah isoniazid BPFI, larutkan dan encerkan dengan fase gerak hingga kadar lebih

kurang 0,32mg/ml.

Larutan uji

Timbang seksama lebih kurang 16mg, masukkan dalam labu tentukur-50ml, larutkan dan encerkan

dengan fase gerak sampai tanda.

Sistem Kromatografi

Lakukan seperti yang tertera pada Kromatografi (931). Kromatografi cair kinerja tinggi dilengkapi

dengan detector 254nm dan kolm 4,6mm x 25cm berisi bahan pengisi L1. Laju aliran lebih kurang 1,5ml

per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam respons puncak seperti yang tertera pada

Page 13: Inh

Prosedur: efisiensi kolom dihitung dari puncak isoniazid tidak kurang daRI 1800 lempeng teoritis, factor

ikutan tidak lebih dari 2,0 dan simpangan bau relative pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.

Prosedur

Suntikkan secara terpisah sejumlah volume sama (lebih kurang 10µl) Larutan baku dan larutan uji ke

dalam kromatograf, ukur respons puncak utama. Hitung jumlah mg, C6H7N3O dengan rumus :

50C (rurs

)

C adalah kadar isoniazid BPFI dalam mg per ml Larutan baku; ru dan rs berturut-turut adalah respons

puncak Larutan uji dan Larutan baku.

Spektro

Sebanyak 100 mg timbang seksama,larutkan 50 ml etanol, masukin labu 100 ambil 0,5 ml masukan kedalam labu 100

Abs 270mm, blank etanol