Infeksi Oportunistik HIV

62
Infeksi Oportunistik

description

Infeksi Oportunistik HIV

Transcript of Infeksi Oportunistik HIV

Page 1: Infeksi Oportunistik HIV

Infeksi Oportunistik

Page 2: Infeksi Oportunistik HIV

Infeksi oportunistik adalah

infeksi yang t imbul akibat penurunan kekebalan tubuh

Infeksi ini dapat timbul karena mikroba (bakteri, jamur, virus) yang berasal dari luar tubuh, maupun yang sudah ada dalam tubuh manusia namun dalam keadaan normal terkendali oleh kekebalan tubuh

Page 3: Infeksi Oportunistik HIV

Alasan IO menjadi alasan morbiditas dan mortalitas pada pasien HIV/AIDS

1. Banyak pasien yang tidak sadar terhadap infeksi HIVnya dan mencari perawatan medis berdasarkan IO yang mereka derita.

2. Pasien pasien tertentu sadar terhadap infeksi HIVnya, namun tidak mengkonsumsi ART karena faktor psikososial atau ekonomi

3. Beberapa pasien diresepkan ART, namun gagal mencapai respon virologi dan imunologi yang tidak adekuat karena faktor faktor terkait kepatuhan, farmakokinetik, atau faktor biologis yang tidak dijelaskan

Meskipun angka rawatan dan kematian telah menurun semenjak adanya ART, IO tetap menjadi penyebab utama dari morbiditas dan mortalitas pasien yang terinfeksi HIV

Page 4: Infeksi Oportunistik HIV
Page 5: Infeksi Oportunistik HIV

Pola Infeksi Oportunistik

IndonesiaPenyakit Frekuensi

Kandidiasis oral 80,8%

Tuberkulosis paru 40,1%

CMV 28,8%

Ensefalitis toksoplasma 17,3%

PCP 13,4%

Herpes simpleks 9,6%

MAC 4,0%

Kriptosporodiosis 2,0%

Histoplasmosis paru 2,0%

Medan (2005)

Penyakit Frekuensi

Kandidiasis oral 72,7%

Pneumonia 45,4%

Tuberkulosis paru 27,3%

Ensefalitis Toksoplasma

9,6%

Page 6: Infeksi Oportunistik HIV

Jumlah CD4 Patogen Manifestasi

200-500 S. pneumoniae, H.Influinzae Community Acquired Pneumoniae

M. Tuberculosis TB paru

C. Albicans Sariawan, candidasis vagina

HSV 1 dan 2 Herpes orolabial, genital, perirectal

Virus Varicella-zooster Ruam pada saraf

Virus Epstein-Barr Oral hairy leukoplakia

Human Hervesvirus B Sarkoma kaposi

100-200 P. carinii Pneumonia

C. parvum Diare kronik

50-100 T. gondii Ensefalitis

C. albocans Ensefalitis

C. neoformans Meningitis

H. capsulatum Penyakit diseminata

Microsporidia Diare kronis

M. tuberculosis TB ekstrapulmoner

HSV 1 dan 2 HSV diseminata

Virus Varicella-Zooster VZV diseminata

Virus Epstein-Barr Limfoma primer SSP

<50 M. Avium complex MAC diseminata

Cytomegalovirus Retinitis, diare, ensefalitis

Page 7: Infeksi Oportunistik HIV

Klasifikasi Stadium HIV

Page 8: Infeksi Oportunistik HIV

Stadium Klinis 1

Asimptomatik

Limfadenopati generalisata persisten

Page 9: Infeksi Oportunistik HIV

Stadium Klinis 2

Berat badan menurun <10% dari BB semula

Infeksi saluran napas berulang (sinusitis, tonsilitis, otitis media, faringitis)

Herpes zoster

Cheilitis angularis

Ulkus oral yang berulang

Papular pruritic eruption

Dermatitis seboroika

Infeksi jamur kuku

Page 10: Infeksi Oportunistik HIV

Stadium Klinis 3 Berat badan menurun >10% dari BB semula Diare kronis yg tdk diketahui penyebabnya berlangsung > 1 bulan Demam persisten tanpa sebab yang jelas yang (intermiten atau

konstan > 37,5oC) > 1 bulan Kandidiasis Oral persisten (thrush) Oral Hairy Leukoplakia TB paru Infeksi bakteri berat (pnemonia, empiema, pyomiositis, infeksi tulang

atau sendi, meningitis atau bakteremia) Stomatitis ulseratif nekrotizing akut, gingivitis atau periodontitis Anemi (< 8g/dL), netropeni (< 0,5x10 9/L) dan/atau trombositopeni

kronis yg tdk dpt diterangkan sebabnya

Page 11: Infeksi Oportunistik HIV

HIV wasting syndrome (BB turun 10% + diare kronik> 1 bln atau demam >1 bln yg tdk disebabkan peny lain)

Pneumonia Pneumocystis (PCP) Pneumonia bakteri berat yg berulang Infeksi herpes simpleks kronis (orolabial, genital atau anorektal

> 1 bulan atau viseral) Kandidiasis esofagus (atau trakea, bronkus, paru) TB ekstra paru Sarkoma Kaposi Infeksi Cytomegalovirus (CMV) (retinitis atau organ lain) Toksoplasmosis SSP Ensefalopati HIV Kriptokokus ektra pulmoner termasuk meningitis

Stadium Klinis 4

Page 12: Infeksi Oportunistik HIV

Berdasarkan hasil pemeriksaan CD4

Fase 1 Infeksi HIV primer (infeksi HIV akut)

Fase II Penurunan imunitas dini (sel CD4>500/ul)

Fase III Penurunan imunitas sedang (sel CD4 500-200/ul)

Fase IV Penurunan imunitas berat (sel CD4<200/ul)

Page 13: Infeksi Oportunistik HIV

Kriteria Diagnosis Presumtif untuk Indikator AIDS

a. Kandidasis esofagus (nyeri retrosternal saat menelan)

b. Retinitis CMV

c. Mikobakteriosis

d. Sarkoma Kaposi

e. PCP

f. Ensefalitis toksoplamosis

Page 14: Infeksi Oportunistik HIV

AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome)

Apabila:

1. Jumlah CD4<200/ul darah atau

2. Limfosit <14%

Berdasarkan Center for Disease Controls and Prevention (CDC)

Page 15: Infeksi Oportunistik HIV

Patogenesis

Page 16: Infeksi Oportunistik HIV
Page 17: Infeksi Oportunistik HIV

Pemeriksaan

Page 18: Infeksi Oportunistik HIV

Infeksi HIV TB paru

ANAMNESIS

• Batuk tidak sembuh 2 bulan• Demam naik-turun kurang lebih 1 bulan• Myalgia dan artralgia• Cepat lelah • Benjolan di leher• Pergaulan bebas dan sering berganti

pacar

VCT !!

• Demam subfebris kurang lebih 2 minggu tanpa sebab

• Keringat malam• Batuk produktif >3 minggu, dapat disertai

darah• BB turun tanpa sebab jelas• Tidak ada nafsu makan, anoreksi• Malaise, lesu• Diare persisten tidak sembuh dengan

pengobatan• Sesak nafas, terdengar mengi• Nyeri dada• Lingkungan tempat tinggal sempit, sanitasi

buruk dan tidak mendapat cukup sinar matahari

PEM.FISIK

• Retraksi m. Interkostalis• Paru yang sakit teringgal• Fremitus suara tidak simetris• Perkusi redup di apex paru, pekak di basal

paru• Suara nafas vesikobronkial, ronki basah,

amforik

Page 19: Infeksi Oportunistik HIV

Gejala Major dan Minor(menurut Komisi Penanggulangan Aids)

Major

• BB turun >10% dalam 1 bulan

• Diare kronis >1 bulan• Demam

berkepanjangan >1 bulan

• penurunan kesadaran dan gangguan neuroloogis

• Demensia/ ensefalopati

Minor•Batuk menetap >1 bulan•Dermatitis generalisata•Herpes zoster•Herpes simplek kronis progresif•Limfadenopati generalisata•Infeksi berulang pada alat genital•Retinitis virus sitomegalo

2 major dan 1 minor HIV

Page 20: Infeksi Oportunistik HIV

Strategi WHOuntuk diagnosis infeksi HIV

I. Menggunakan 1 jenis pemeriksaan yang sensitifitasnya tinggi. Bahan yang reaktif dinilai (+). Hasil tidak boleh digunakan untuk menegakkan diagnosis HIV akibat tranfusi/transplantasi.

II. Menggunakan 2 jenis pemeriksaan.

- pem. 1 = tidak reaktif (-) HIV

- pem. 1 dan 2 = reaktif (+) HIV

- pem. 1 = tidak reaktif, & pem. 2 = reaktif periksa ulang.

Bila hasil tetap sama intermediate

Page 21: Infeksi Oportunistik HIV

III. Menggunakan 3 jenis pemeriksaan.

- pem. 1 = tidak reaktif (-) HIV

- Pem. 1,2, dan 3 = reaktif (+) HIV

- pem. 1 = reaktif, pem. 2 = reaktif, dan pem. 3 = tidak reaktif intermediate

- pem. 1 = reaktif, pem. 2 = tidak reaktif, dan pem. 3 = reaktif intermediate

Page 22: Infeksi Oportunistik HIV

Enzyme Immuno Assay (EIA)

Mempunyai sensitifitas yang tinggi. Mendeteksi antibodi terhadap protein virus HIV.

Bahan: darah, cairan rongga mulut, dan urin.

Bila nilai sampel < nilai cutoff yng didapat non reaktif. Bila nilai sampel > nilai cutoff uji ulang dengan sampel baru.

Iap hasil pemeriksaan EIA harus di konfirmasi dengan pemeriksaan western blot (WB).

Page 23: Infeksi Oportunistik HIV
Page 24: Infeksi Oportunistik HIV

Western Blot Menilai reaksi antara antibodi anti HIV dengan antigen

HIV

Protein dari HIV didenaturasi dan selnjutnya dipisahkan dengan metode elektroforess, lalu dilakukan visualisasi hingga terlihat seperti bentuk pita.

Pita minimal terdapat dua dari antigen: Gag, p24, env, gp41, gp 120. Bila tidak ditemukan (-)

Page 25: Infeksi Oportunistik HIV
Page 26: Infeksi Oportunistik HIV

Rapid Test Mendeteksi antibodi HIV-1 dan HIV-2 secara kualitatif

Mudah dilakukan, mudah dibaca, dan cepat (<30 menit)

Page 27: Infeksi Oportunistik HIV
Page 28: Infeksi Oportunistik HIV
Page 29: Infeksi Oportunistik HIV

Polymerase Chain Reaction

untuk mendeteksi asam nukleat virus

biasanya dilakukan pada bayi yang berusia <18 bulan.

Dengan pengukuran HIV RNA di dalam darah, dapat dinilai besarnya replikasi virus. Tiap virus HIV membawa dua copy RNA.

Page 30: Infeksi Oportunistik HIV

Gambaran Infeksi HIV Dini & Lanjut

INFEKSI DINICD 4 > 200

INFEKSI LANJUTCD 4 < 200

Gambaran Klinis Post Primer Primer

Sputum BTA Sering (+) Sering (-)

TB Ekstra Paru jarang Banyak

Mikobakteriemia (-) (+)

Tuberkulin (+) (-)

Foto Thoraks Reaktivasi TB, kavitas di apeks

Tipikal primer TB milier / interstisial

Adenopati hilus / Mediastinum

(-) (+)

Efusi Pleura (-) (+)

Page 31: Infeksi Oportunistik HIV

Pemeriksaan BTA

Mikroskopis & kultur

Penekanan imunitas meningkat → hasil menurun

Banyak ditemukan pada BAL

TBLB → granuloma

TB extra paru : feses urine darah sumsum tulang

Page 32: Infeksi Oportunistik HIV

Gambaran Radiologik

Pada awal → lokasi apeks lobus atas bawah, kavitas

Gambaran atipik (lanjut) :

- Infiltrat di lobus bawah

- Milier / Infiltrat difus

- Adenopati hilus / mediastinum

- Kavitas : jarang

Kadang2 foto thoraks normal → ada TB ekstra paru

Jarang : Kavitas/jaringan parut → disebabkan sel T menurun

Sering infiltrat milier & Limfadenopati

Page 33: Infeksi Oportunistik HIV

Uji Tuberkulin

Fase awal (+) Fase lanjut (-)

Induksi > 10 mm pada 71 % kasus TB yang terjadi 2 tahun sebelum AIDS & menjadi 33 % setelah AIDS

Hasil (-) tidak menyingkirkan TB

Di Haiti : Tuberkulosis (-) 18 % (HIV - )

43 % (HIV +)

100 % (AIDS)

Page 34: Infeksi Oportunistik HIV

Penatalaksanaan

Page 35: Infeksi Oportunistik HIV

Memulai terapi ARV pada Keadaan IO yang aktif

Jangan memulai terapi ARV bila masih terdapat IO yang aktif, kecuali :

MAC

Kandidosis

Kriptosporidiosis

Page 36: Infeksi Oportunistik HIV

Tatalaksana IO Sebelum Memulai ART

PCP

Terapi PCP

ARV segera setelah terapi PCP lengkap

Infeksi jamur invasif

Kandidasis esofageal

Terapi kandidasis esofageal setelah bisa makan ARV

Meningitis kriptokokal, penisilinosis, histoplasmosis

mulai terapi ARV setelah terapi lengkap

Pneumoni bakterial

Mulai terapi ARV setelah terapi lengkap

Page 37: Infeksi Oportunistik HIV

Memulai ART pada Keadaan IO aktif

Malaria

Mulai terapi ARV setelah terapi malaria selesai

Diare akut

mulai terapi malaria setelah diare mereda atau terkendali

Anemia tidak berat (Hb>8g/dl)

Mulai terapi ARV bila tidak ada penyebab lain dari anemia. Hindari AZT

Kelainan kulit

Mulai terapi ARV (ARV dapat meredakan penyakit)

Diduga MAC, Kripsporidiosis, dan Mikrosporidiosis

Mulai terapi ARV (ARV dapat meredakan penyakit)

Infeksi MCV

Obati bila tersedia obatnya, bila tidak mulai terapi ARV

Page 38: Infeksi Oportunistik HIV

Herpes Zooster

Asiklovir 5x800mg selama 7 hari diberikan dalam 72 jam sejak timbulnya lesi. Famsiklovir dan valasiklovir sebagai alternatif

Onikomikosis (Infeksi jamur kuku)

Itraconazol 200mg/hari selama 6-12 minggu

Terbinafin 250mg/hari selama 6-12 minggu

Kandidasis oral

Tablet Nistatin 100.000IU, dihisap setiap 4 jam selama 7 hari

Suspensi nistatin 3-5 cc dikumur 3 kali sehari selama 7 hari

Kasus berat flukonazole 150-200mg/hari selama 14 hari

Kandidasis Esofagus

Flukonazole 200mg/hari selama 14 hari atau

Itrakonazole 400mg/hari selama14 hari atau

Ketoconazole 200mg/hari selama14 hari

Page 39: Infeksi Oportunistik HIV

Managemen dan terapi Pneumonia Bakteri

Cefotaxime 2 gm IV tiap 6 jam Ceftriaxone 2 gm/hari IV Amoxicillin 750 mg (oral) 3 x sehari Fluoroquinolones:

- Levofloxacin 500 mg po/IV 1 x sehari;- Gatifloxacin 400 mg po/IV 1 x sehari;- Moxifloxacin 400 mg po/hari

Jika Streptokokus tidak resisten terhadap penisilin, berikan 4 - 6 juta U Penisilin Prokain G dalam 2 - 4 x suntikan IM

Pilihan lain: Makrolid, Vancomycin

Catatan:Amoksisilin adalah obat yang paling sering dipergunakan di negara dgn sumber daya terbatas

Page 40: Infeksi Oportunistik HIV

Managemen dan Terapi PCP Kotrimoksasol (TMP 15mg+SMX 75mg/kg/hari ) dibagi dalam

4 dosis atau

Kotrimosasol 480mg, 2 tab.4 x sehari untuk BB< 40kg selama 21 hari

Kotrimoksasol 480mg 3 tab. 4x sehati untuk BB> 40kg selama 21 hari

Terapi Alternatif

:Klindamicin 600mg IV atau 450mg oral 3x/hari +primaquin 15mg oral sekali sehari selama 21 hari bila pasien alergi terhadap sulfa

Untuk pasien yang parah dianjurkan pemberian prednisolon 40mg 2x sehari dengan penurunan dosis secara bertahap selama 7 -10 hari tergantung respon terhadap terapi

Page 41: Infeksi Oportunistik HIV

Managemen dan Terapi Mycobacterium Avium Complex (MAC) Azitromisin 1x500mg atau

Klaritromisin 2x500mg + etambutol 15mg/kg/hr

Bila infeksi berat dapat ditambah obat ketiga Levofloxacin 1x500mg atau

ciprofloxacin 2x500mg

Keadaan akan membaik dengan terapi ARV

Rumatan

Klaritromisin 2x500mg atau

Azitromisin 1x500mg +etambutol 15mg/kg/hr

Page 42: Infeksi Oportunistik HIV

Profilaksis Kotrimoksasol

Efektif untuk mencegah:

- PCP

- Toksoplasmosis

- Salmonela non-typhoid

- Pneumococcus spp

- Isospora belli

- Cyclospora

- Nocardia

- Plasmodim falciparum

Page 43: Infeksi Oportunistik HIV

Terapi ko-infeksi TB-HIV

Status klinis Tidak ada CD4 Ada CD4

Hanya TB paru (tidak ada tanda lain Stad 3 atau 4)

OAT diberikan sampai selesai, baru dilanjutkan dengan ART

Jika CD4 > 350:Mulai dan selesaikan OAT, lalu mulai ART kecuali jika timbul tanda2 Stad 4 non-TB (mulai lebih dini, tergantung penilaian klinis)Jika CD4 200-350:Mulai OAT. Mulai ART setelah fase intensif (mulai lebih cepat jika toleransi baik)Jika CD4 < 200Mulai OAT. Mulai ART segera jika OAT dapat ditoleransi (2 minggu – 2 bulan)

TB paru disertai tanda2 Stad 3 atau 4 lainnya

Mulai OATWaktu pemberian ART tergantung penilaian klinis yg berkaitan dgn tanda2 lain imuno defisiensi

TB ekstra paru Mulai terapi TBMulai ART segera jika OAT dapat ditoleransi (2 minggu – 2 bulan) tanpa melihat jumlah CD4

Page 44: Infeksi Oportunistik HIV

KEADAAN PENYAKIT REKOMENDASI

TB paru CD 4 < 50/mm3TB eksta paru

Mulai terapi ARV dengan salah satu rejimen segera setelah terapi OAT ditoleransi• ZDV / 3TC / ABC• ZDV / 3TC / EFZ• ZDV / 3TC / SQV / r• ZDV / 3TC / NVP

TB Paru CD 4 50 – 200/mm3atau Limfosit total < 1200/mm3

Mulai terapi ARV dengan salah satu rejimen berikut setelah terapi OAT 2 bulan • ZDC / 3TC / ABC• ZDV / 3TC / EFZ•ZDV / 3TC / SQV / r• ZDV / 3TC / NVP

TB Paru CD4 > 200/mm3atau Limfosit > 1200/mm3

Terapi OAT pantau CD 4 mulai terapi sesuai CD 4

Page 45: Infeksi Oportunistik HIV

PROFILAKSIS INH 5 mg/kh BB/hati → max 300 mg 6-

9 bulan

Belum menjadi kebijaksanaan

Page 46: Infeksi Oportunistik HIV

Aspek Medikolegal HIV

Page 47: Infeksi Oportunistik HIV

Kaidah Etik Kedokteran Indonesia dengan Masalah Pencegahan AIDS

Sesuai dengan KODEKI, seorang dokter hendaklah berusaha untuk menjadi pendidik masyarakat yang seharusnya, yaitu dengan memberikan informasi kepasa masyarakat dan kelompok resiko tinggi dan tentang bagaimana pola penyebaran virus AIDS dan langkah langkah pencegahannya

Belum adanya obat atau vaksin yang efektif untuk menanggulangi HIV pencegahan dengan penyuluhan

Harus mengetahui secara pasti penyebaran HIV

Page 48: Infeksi Oportunistik HIV

Kaidah Etik Kedokteran dengan Masalah Pengobatan HIV/AIDS Seorang tenaga kesehatan tidak boleh menolak pasien yang sero +

Pasien tidak boleh didiskriminasikan atas dasar ketakutan

Seorang tenaga kesehatan diharapkan terlibat untuk menyediakan pelayanan medis yang baik dan bertanggung jawab dan menghormati hak hak psien sebagai makhluk insani

Seorang tenaga kesehatan yang tidak menyediakan pelayanan medis harus merujuk kepada tenaga yang lebih ahli atau ke tempat yang memiliki fasilitas lebih baik

Seorang tenaga kesehatan diharuskan menghormati hak pribadi dan kerahasiaan penderita AIDS dan orang orang yang mengidap HIV

Page 49: Infeksi Oportunistik HIV

Apabila tidak ada peraturan/ larangan untuk melaporkan orang orang yang menderita sero + ke lembaga kesehatan yang berwenang, sedangkan tenaga kesehatan tersebut mengetahui orang orang tersebut akan membahayakan masyarakat, tenaga kesehatan itu harus :

Menganjurkan penderita tersebut untuk menjaga diri supaya t idak membahayakan pihak ketiga

Kalau anjuran tersebut t idak dipatuhi, laporkan penderita tersebut ke pihak berwenang

Kalau pihak yang berwenang tidak memberikan tanggapan, laporkan penderita kepada masyarakat yang beresiko tertular

Tenaga kesehatan yang menemukan seseorang yang telah sero +, disarankan pada orang tersebut untuk tidak melibatkan diri pada aktivitas yang mempunyai resiko tinggi terhadap penyebaran HIV/AIDS

Seorang tenaga medis yang menderita HIV/AIDS disarankan untuk tidak melibatkan diri pada aktivitas yang mempunyai resiko tinggi kepada pasiennya

AMA (American Medical Associat ion, 1987) disesuaikan dengan KODEKI

Page 50: Infeksi Oportunistik HIV

Aspek Hukum

Sehubungan dengan telah masuknya infeksi HIV dan penderita AIDS ke Indonesia, terbitlah Instruksi Menteri Kesehatan RI no.72/Menkes/II/1988 tentang kewajiban melaporkan penderita dengan gejala AIDS, ditetapkan pada tanggal 11 Februari 1988

Petunjuk pelaksanaannya diatur melalui Keputusan Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman No.286-1/PP0304

Isi intruksi menteri tersebut ditujukan kepada seluruh petugas kesehatan yang mengetahui dan atau menemukan seorang dengan gejala AIDS

Mereka wajib melaporkannya kepada sarana pelayanan kesehatan yang terdekat dengan segera dan memperhatikan kerahasiaan pribadi penderita. Laporan tentang tersangka penderita AIDS atau penderita dengan sero + harus dijaga kerahasiaanya dan tidak boleh dibaca oleh orang yang tidak berkepentingan

Page 51: Infeksi Oportunistik HIV

Prognosis AIDS

Page 52: Infeksi Oportunistik HIV

Saat ini AIDS belum dapat disembuhkan px hanya dapat bertahan hidup beberapa tahun.

ARV yang tepat memperlambat perkembangan HIV menjadi AIDS, yang juga dipengaruhi oleh adherence, behavior, dan seberapa cepat seseorang mendapatkan pengobatan.

Prognosis akan menjadi lebih buruk bila:

- CD4 <200- VL >100.000- Px usia >50th- Px penasun

Page 53: Infeksi Oportunistik HIV

NAPZA

Page 54: Infeksi Oportunistik HIV

Narkotika ada lah za t a tau oba t yang berasa l dar i tanaman ba ik s in te t i s maupun semis in te t i s yang dapa t menyebabkan penurunan a tau perubahan kesadaran , h i l angnya rasa , mengurang i sampa i mengh i langkan rasa nyer i dan dapa t men imbu lkan ke te rgan tungan,

Narkotika golongan I Hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam ilmu pengobatan serta berpotensi tinggi menimbulkan ketergantungan

-Heroin (putaw)-Kokain-Ganja

Narkotika golongan II Berkhasiat pengobatan, digunakan sebagai pilihan terakhir dalam terapi atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan

-Morfin-Petidin

Narkotika golongan III Berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta memiliki potensi ringan mengakibatkan ketergantungan

-Kodein

Undang-undang RI No.2 tahun 1997

Page 55: Infeksi Oportunistik HIV

Psikotropika ada lah za t a tau oba t , ba ik a lamiah maupun s in te t i s bukan narko t i ka , yang berkhas ia t ps i koak t i f me la lu i pengaruh se lek t i f pada susunan sara f pusa t yang menyebabkan perubahan khas pada ak t i f i t as menta l dan per i l aku

Psikotropika golongan I

Hanya digunakan untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi serta mempunyai potensi sangat kuat mengakibatkan sindrom ketergantungan

-Ekstasi (5-metoksi-3,4metilen-dioksiamfetamin)-Shabu-LSD (lysergic acid diethylamide)

Psikotropika golongan II

Berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi dan atau tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindrom ketergantungan

-Amfetamin-Metilfenidat/Ritalin

Psikotropika golongan III

Berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan atau tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindrom ketergantungan

-Pentobarbital-Flunitrazepam

Psikotropika golongan IV

Berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindrom ketergantungan

-Diazepam-Bromazepam-Fenobarbital-Klonazepam-KlodiazepoidNitrazepam seperti pil KB dan Dum

Undang-undang RI No.2 tahun 1997

Page 56: Infeksi Oportunistik HIV

Zat Adikt if ada lah bahan a tau za t yang berpengaruh ps ikoak t i f d i l ua r yang d i sebu t narko t i ka dan ps iko t rop ika

Minuman beralkohol

Minuman yang mengandung etil alkohol yang berpengaruh menekan susunan saraf pusat dan sering menjadi bagian dari kehidupan manusia sehari hari dalam kebudayaan tertentu. Jika digunakan sebagai campuran dengan narkotika atau psikotropika memperkuat pengaruh obat atau zat itu dalam tubuh manusia

a. Kadar etanol 1-5% (bir)b. Kadar etanol 5-20%

(berbagai minuman anggur)

c. Kadar etanol 20-45% (whisky, Vodca, manson house, Johny Walker)

Inhalasi Inhalasi (gas yang dihirup) dan solven (zat pelarut) mudah menguap berupa senyawa organik, yang terdapat pada berbagai barang keperluan rumah tangga, kantor, dan sebagai pelumas mesin

-Lem-Tiner-Penghapus cat kuku-Bensin

Tembakau Pemakaian tembakau yang mengandung nikotin sangat luas dimasyarakat

Page 57: Infeksi Oportunistik HIV

OPIAT atau Opium (candu)

Merupakan golongan Narkotika alami yang sering digunakan dengan cara dihisap (inhalasi).

Menimbulkan rasa kesibukan (rushing sensation)

Menimbulkan semangat

Merasa waktu berjalan lambat.

Pusing, kehilangan keseimbangan/mabuk.

Merasa rangsang birahi meningkat (hambatan seksual hilang).

Timbul masalah kulit di sekitar mulut dan hidung.

Morfin Merupakan zat aktif (narkotika)

yang diperoleh dari candu melalui pengolahan secara kimia. Umumnya candu mengandung 10% morfin. Cara pemakaiannya disuntik di bawah kulit, ke dalam otot atau pembuluh darah (intravena)

Menimbulkan euforia.

Mual, muntah, sulit buang hajat besar (konstipasi).

Kebingungan (konfusi).

Berkeringat.

Dapat menyebabkan pingsan, jantung berdebar-debar.

Gelisah dan perubahan suasana hati.

Mulut kering dan warna muka berubah.

Page 58: Infeksi Oportunistik HIV

Heroin atau Putau Merupakan golongan narkotika semisintetis

yang dihasilkan atas pengolahan morfi n secara kimiawi melalui 4 tahapan sehingga diperoleh heroin paling murni berkadar 80% hingga 99%. Heroin murni berbentuk bubuk putih sedangkan heroin tidak murni berwarna putih keabuan (street heroin). Zat ini sangat mudah menembus otak sehingga bereaksi lebih kuat dari pada morfi n itu sendiri. Umumnya digunakan dengan cara disuntik atau dihisap.

Denyut nadi melambat.

Tekanan darah menurun.

Otot-otot menjadi lemas/relaks.

Diafragma mata (pupil) mengecil (pin point).

Mengurangi bahkan menghilangkan kepercayaan diri.

Membentuk dunia sendiri (dissosial) : tidak bersahabat.

Penyimpangan perilaku : berbohong, menipu, mencuri, kriminal.

Ketergantungan dapat terjadi dalam beberapa hari.

Efek samping timbul kesulitan dorongan seksual, kesulitan membuang hajat besar, jantung berdebar-debar, kemerahan dan gatal di sekitar hidung, timbul gangguan kebiasaan tidur.

Ganja/ Kanabis Berasal dari tanaman kanabis sativa dan

kanabis indica. Pada tanaman ini terkandung 3 zat utama yaitu tetrahidrokanabinol, kanabinol dan kanabidiol. Cara penggunaannya dihisap dengan cara dipadatkan menyerupai rokok atau dengan menggunakan pipa rokok.

Denyut jantung atau nadi lebih cepat.

Mulut dan tenggorokan kering.

Merasa lebih santai, banyak bicara dan bergembira.

Sulit mengingat sesuatu kejadian.

Kesulitan kinerja yang membutuhkan konsentrasi, reaksi yang cepat dan koordinasi.

Kadang-kadang menjadi agresif bahkan kekerasan.

Bilamana pemakaian dihentikan dapat diikuti dengan sakit kepala, mual yang berkepanjangan, rasa letih/capek.

Gangguan kebiasaan tidur.

Sensitif dan gelisah.

Berkeringat.

Berfantasi.

Selera makan bertambah.

Page 59: Infeksi Oportunistik HIV

LSD atau lysergic acid atau acid, trips, tabs Termasuk sebagai golongan halusinogen

(membuat khayalan) yang biasa diperoleh dalam bentuk kertas berukuran kotak kecil sebesar ¼ perangko dalam banyak warna dan gambar. Ada juga yang berbentuk pil atau kapsul. Cara menggunakannya dengan meletakkan LSD pada permukaan lidah dan bereaksi setelah 30-60 menit kemudian dan berakhir setelah 8-12 jam.

Timbul rasa yang disebut Tripping yaitu seperti halusinasi tempat, warna dan waktu.

Biasanya halusinasi ini digabung menjadi satu hingga timbul obsesi terhadap yang dirasakan dan ingin hanyut di dalamnya.

Menjadi sangat indah atau bahkan menyeramkan dan lama kelamaan membuat perasaan khawatir yang berlebihan (paranoid).

Denyut jantung dan tekanan darah meningkat.

Diafragma mata melebar dan demam.

Disorientasi.

Depresi.

Pusing

Panik dan rasa takut berlebihan.

Flashback (mengingat masa lalu) selama beberapa minggu atau bulan kemudian.

Gangguan persepsi seperti merasa kurus atau kehilangan berat badan.

Kokain Mempunyai 2 bentuk yakni bentuk asam (kokain hidroklorida) dan bentuk basa (free base). Kokain asam berupa kristal putih, rasa sedikit pahit dan lebih mudah larut dibanding bentuk basa bebas yang tidak berbau dan rasanya pahit. Nama jalanan kadang disebut koka, coke, happy dust, snow, charl ie, srepet, sal ju, putih. Disalahgunakan dengan cara menghirup yaitu membagi setumpuk kokain menjadi beberapa bagian berbaris lurus di atas permukaan kaca dan benda yang mempunyai permukaan datar. Kemudian dihirup dengan menggunakan penyedot atau gulungan kertas. Cara lain adalah dibakar bersama tembakau yang sering disebut cocopuff . Menghirup kokain berisiko luka pada sekitar lubang hidung bagian dalam.

Menimbulkan keriangan, kegembiraan yang berlebihan (ecstasy).

Hasutan (agitasi), kegelisahan, kewaspadaan dan dorongan seks.

Penggunaan jangka panjang mengurangi berat badan.

Timbul masalah kulit.

Kejang-kejang, kesul itan bernafas.

Sering mengeluarkan dahak atau lendir.

Merokok kokain merusak paru (emfi sema).

Memperlambat pencernaan dan menutupi selera makan.

Paranoid.

Merasa seperti ada kutu yang merambat di atas kul it (cocaine bugs).

Gangguan penglihatan (snow l ight).

Kebingungan (konfusi).

Bicara seperti menelan (slurred speech)

Page 60: Infeksi Oportunistik HIV

Amfetamin MFETAMINNama generik/ turunan amfetamin

adalah D-pseudo epinefr in yang pertama kal i dis intesis pada tahun 1887 dan dipasarkan tahun 1932 sebagai pengurang sumbatan hidung (dekongestan). Berupa bubuk warna put ih dan keabu-abuan. Ada 2 jenis amfetamin yaitu MDMA (meti l d ioksi metamfetamin) dikenal dengan nama ectacy. Nama la in fantacy pi ls , inex. Metamfetamin bekerja lebih lama dibanding MDMA (dapat mencapai 12 jam) dan efek halusinasinya lebih kuat . Nama la innya shabu, SS, ice. Cara penggunaan dalam bentuk pi l d iminum. Dalam bentuk kr ista l dibakar dengan menggunakan kertas a lumunium fo i l dan asapnya dihisap melalui hidung, atau dibakar dengan memakai boto l kaca yang dirancang khusus (bong). Dalam bentuk kr ista l yang di larutkan dapat juga mela lui sunt ikan ke dalam pembuluh darah ( intravena).

Jantung terasa sangat berdebar-debar (heart thumps).

Suhu badan naik/demam.

Tidak bisa t idur.

Merasa sangat bergembira (eufor ia).

Menimbulkan hasutan (agitasi) .

Banyak bicara (ta lkat iveness).

Menjadi lebih berani/agresif.

Kehi langan nafsu makan.

Mulut ker ing dan merasa haus.

Berkeringat.

Tekanan darah meningkat .

Mual dan merasa sakit .

Sakit kepala, pusing, t remor/gemetar.

Timbul rasa let ih, takut dan depresi dalam beberapa har i .

Gigi rapuh, gusi menyusut karena kekurangan kals ium

SEDATIF-HIPNOTIK (Benzodiazepin/BDZ

edatif (obat penenang) dan hipnotikum (obat tidur). Nama jalanan BDZ antara lain BK, Lexo, MG, Rohip, Dum. Cara pemakaian BDZ dapat diminum, disuntik intravena, dan melalui dubur. Ada yang minum BDZ mencapai lebih dari 30 tablet sekaligus. Dosis mematikan/letal t idak diketahui dengan pasti. Bila BDZ dicampur dengan zat lain seperti alkohol, putauw bisa berakibat fatal karena menekan sistem pusat pernafasan. Umumnya dokter memberi obat ini untuk mengatasi kecemasan atau panik serta pengaruh tidur sebagai efek utamanya, misalnya aprazolam/Xanax/Alviz.

Akan mengurangi pengendalian diri dan pengambilan keputusan.

Menjadi sangat acuh atau tidak peduli dan bila disuntik akan menambah risiko terinfeksi HIV/AIDS dan hepatitis B & C akibat pemakaian jarum bersama.

Obat tidur/hipnotikum terutama golongan barbiturat dapat disalahgunakan misalnya seconal.

Terjadi gangguan konsentrasi dan keterampilan yang berkepanjangan.

Menghilangkan kekhawatiran dan ketegangan (tension).

Perilaku aneh atau menunjukkan tanda kebingungan proses berpikir.

Nampak bahagia dan santai.

Bicara seperti sambil menelan (slurred speech).

Jalan sempoyongan.

Tidak bisa memberi pendapat dengan baik.

Page 61: Infeksi Oportunistik HIV

Alkohol Merupakan suatu zat yang paling sering

disalahgunakan manusia. Alkohol diperoleh atas peragian/fermentasi madu, gula, sari buah atau umbi-umbian. Dari peragian tersebut dapat diperoleh alkohol sampai 15% tetapi dengan proses penyulingan (destilasi) dapat dihasilkan kadar alkohol yang lebih tinggi bahkan mencapai 100%. Kadar alkohol dalam darah maksimum dicapai 30-90 menit. Setelah diserap, alkohol/etanol disebarluaskan ke suluruh jaringan dan cairan tubuh. Dengan peningkatan kadar alkohol dalam darah orang akan menjadi euforia, namun dengan penurunannya orang tersebut menjadi depresi.

Dikenal 3 golongan minuman berakohol yaitu golongan A; kadar etanol 1%-5% (bir), golongan B; kadar etanol 5%-20% (minuman anggur/wine) dan golongan C; kadar etanol 20%-45% (Whiskey, Vodca, TKW, Manson House, Johny Walker, Kamput).

Pada umumnya alkohol :

Akan menghilangkan perasaan yang menghambat atau merintangi.

Merasa lebih tegar berhubungan secara sosial (tidak menemui masalah).

Merasa senang dan banyak tertawa.

Menimbulkan kebingungan.

Tidak mampu berjalan.

INHALANSIA atau SOLVEN A d a l a h u a p b a h a n y a n g m u d a h m e n g u a p y a n g

d i h i r u p . C o n t o h n y a a e r o s o l , a i c a a i b o n , i s i k o r e k a p i g a s , c a i r a n u n t u k d r y c l e a n i n g , t i n n e r , u a p b e n s i n . U m u m n y a d i g u n a k a n o l e h a n a k d i b a w a h u m u r a t a u g o l o n g a n k u r a n g m a m p u / a n a k j a l a n a n . P e n g g u n a a n m e n a h u n t o l u e n y a n g t e r d a p a t p a d a l e m d a p a t m e n i m b u l k a n k e r u s a k a n f u n g s i k e c e r d a s a n o t a k .

Pa d a m u l a n y a m e r a s a s e d i k i t t e r a n g s a n g .

D a p a t m e n g h i l a n g k a n p e n g e n d a l i a n d i r i a t a u f u n g s i h a m b a t a n .

B e r n a f a s m e n j a d i l a m b a t d a n s u l i t .

T i d a k m a m p u m e m b u a t k e p u t u s a n .

Te r l i h a t m a b u k d a n j a l a n s e m p o y o n g a n .

M u a l , b a t u k d a n b e r s i n - b e r s i n .

Ke h i l a n g a n n a f s u m a k a n .

H a l u s i n a s i .

P e r i l a k u m e n j a d i a g r e s i f / b e r a n i a t a u b a h k a n k e k e r a s a n .

B i s a t e r j a d i h e n t i j a n t u n g ( c a r d i a c a r r e s t ) .

P e m a k a i a n y a n g b e r l e b i h a n d a p a t m e n y e b a b k a n k e r u s a k a n s y a r a f o t a k m e n e t a p , k e l e t i h a n o t o t , g a n g g u a n i r a m a j a n t u n g , r a d a n g s e l a p u t m a t a , k e r u s a k a n h a t i d a n g i n j a l d a n g a n g g u a n p a d a d a r a h d a n s u m s u m t u l a n g . Te r j a d i k e m e r a h a n y a n g m e n e t a p d i s e k i t a r h i d u n g d a n t e n g g o r o k a n .

D a p a t t e r j a d i k e c e l a k a a n y a n g m e n y e b a b k a n k e m a t i a n d i a n t a r a n y a k a r e n a j a t u h , k e b a k a r , t e n g g e l a m y a n g u m u m n y a a k i b a t i n t o k s i k a s i / k e r a c u n a n d a n s e r i n g s e n d i r i a n . b a t i n t o k s i k a s i / k e r a c u n a n d a n s e r i n g s e n d i r i a

Page 62: Infeksi Oportunistik HIV