INDUKSI TUNAS TIGA AKSESI Stevia rebaudiana Bertoni PADA...
Transcript of INDUKSI TUNAS TIGA AKSESI Stevia rebaudiana Bertoni PADA...
TUGAS AKHIR (SB 091358)
INDUKSI TUNAS TIGA AKSESI Stevia rebaudiana Bertoni PADA MEDIA MS DENGAN PENAMBAHAN BAP DAN IAA SECARA IN VITRO
Mirza Merindasya NRP. 1509 100 022
Dosen Pembimbing:
Tutik Nurhidayati, S.Si., M.Si. Parnidi, S.Si., M.Si.
Dosen Penguji :
Kristanti Indah Purwani, S.Si., M.Si Dra. Nurlita Abdulgani, M.Si
JURUSAN BIOLOGI Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2013
Latar Belakang
Kebutuhan Pokok Masyarakat Indonesia GULA
60%
40%
Produksi
Impor
Alternatif untuk memenuhi
kebutuhan gula
Latar Belakang
Tebu Alternatif Tanaman Penghasil Gula
Aren Jagung Sorgum
Kelapa Agave Stevia
Stevia
Daun
Di Jepang 5,6 % gula stevia sudah dipasarkan.
Daun stevia mengandung glikosida dengan tingkat kemanisan 200-300 kali lipat daripada gula tebu
Di Indonesia tahun 1977
Alternatif Tanaman Penghasil Gula
Latar Belakang
KENDALA
Budidaya Tanaman
Habitat hidup terbatas
Presentase perkecambahan biji
rendah
(Goettemoeller & Ching, 1999)
Bagaimana cara mengatasinya???
Kultur Jaringan
Latar Belakang
Faktor penting yang mempengaruhi keberhasilan teknik Kutur Jaringan yaitu :
ZPT
asam absisat
giberelin auksin
sitokinin etilen
Latar Belakang •Interaksi sitokinin dan auksin menyebabkan diferensiasi jaringan. •Kombinasi dan konsentrasi sitokinin dan auksin yang berbeda-beda akan memberikan pengaruh yang berbeda pula pada eksplan kultur jaringan sesuai dengan tujuan • Kombinasi menggunakan metode Mohr
Faktor lain yang penentu keberhasilan teknik kultur jaringan adalah Genetik (spesies, varietas, klon , aksesi) (Hendaryono, 1994)
Latar Belakang
Beberapa penelitian pendahuluan induksi tunas stevia :
Peneliti Tahun Kombinasi ZPT Hasil Penelitian
Sivaram dan Mukudan
2003 BA 2 ppm + IAA 1 ppm 11,2 tunas per eksplan
Anbazhaghan 2010 BA 1 ppm + IAA 0,5 ppm 16 tunas per eksplan
Alhady 2011 BAP 2 ppm + kin 0,5 ppm maksimum
Studi Pendahuluan (Penelitian)
2012 BAP 1 ppm + IAA 0,5 ppm terbaik
Belum banyak penelitian tentang respon aksesi terhadap induksi tunas Stevia rebaudiana Bertoni pada beberapa kombinasi media (BAP dan IAA)
Induksi Tunas Tiga Aksesi Stevia rebaudiana
Bertoni Pada Media MS dengan Penambahan BAP dan IAA Secara In
Vitro
Permasalahan
1. Bagaimana respon tiga aksesi Stevia rebaudiana Bertoni pada komposisi media yang berbeda terhadap induksi tunas secara in vitro ?
2. Berapa konsentrasi zat pengatur tumbuh BAP dan IAA yang terbaik dalam menginduksi tunas pada tiga aksesi tanaman Stevia rebaudiana Bertoni secara in vitro ?
Batasan Masalah
1. Tanaman stevia yang digunakan untuk penelitian ini berumur kurang lebih 3 bulan.
2. Karakter tiga aksesi. tanaman eksplan diabaikan, karena belum ada informasi secara molekuler.
3. Zat pengatur tumbuh yang digunakan adalah kombinasi BAP dan IAA.
4. Pengamatan dilakukan selama 30 hari setelah penanaman (inokulasi eksplan).
5. Jumlah tunas sebagai parameter utama pengamatan.
Tujuan
1. Untuk mengetahui respon tiga aksesi Stevia rebaudiana Bertoni pada komposisi media yang berbeda terhadap induksi tunas secara in vitro.
2. Untuk mengetahui konsentrasi zat pengatur tumbuh BAP dan IAA yang terbaik dalam menginduksi tunas pada tiga aksesi tanaman Stevia rebaudiana Bertoni.
Manfaat
Aksesi dan komposisi media yang berbeda dapat memberikan pengaruh yang berbeda terhadap respon induksi tunas Stevia rebaudiana Bertonii secara in vitro sehingga hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi metode kultur jaringan stevia untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas tanaman stevia yang ada di Indonesia.
METODOLOGI
Waktu dan
Tempat
Penelitian
Alat dan
Bahan Cara Kerja
Rancangan
Penelitian
Analisis
Statistik
METODOLOGI
Waktu Bulan Februari - April 2013
Tempat
Laboratorium Kultur Jaringan Pemuliaan Tanaman, Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat (BALITTAS) Karangploso, Malang, Jawa Timur.
Alat dan Bahan Alat
• Masker • Latex • Jas labortorium • Sarung tangan • Laminar Air Flow
Cabinet (LAFC) • Oven • Microwave • Autoklaf • Neraca analitik • Hot plate • Magnetic stirrer • Lemari pendingin • PH indicator • Rak kultur • Gelas beker • Erlenmeyer • Botol duran • Botol kultur • Pipet gondok
• Bulb • Pipet tetes • Pipet mikro • Tip • Plastik • Karet gelang • Gelas ukur • Bunsen • Sprayer • Pinset • Spatula • Skalpel • Pisau kecil • Cutter • Pisau kebun • Kertas aluminium
foil • Keranjang sampah • Tissue • Kamera digital
Bahan
• Tanaman Stevia rebaudiana Bertoni genotipe 1, genotipe 2, dan genotipe 3
• Bahan-bahan dasar untuk membuat media MS (Murashige and Skoog)
• Zat Pengatur Tumbuh BAP (Benzyl Amino Purin) dan IAA (Indol Acetic Acid)
• Akuades steril
• Tween 20
• Larutan sodium hypocloride 1,5 %.
1. Pemilihan Bahan Eksplan (Aksesi Jumbo, Super Kuning, Mini)
Cara Kerja
2. Sterilisasi Alat dan Media • Autoklaf pada suhu 121 ͦC, tekanan 1,5 atm, selama 20 menit
• Flame Sterilisation (Peralatan diseksi)
3. Pembuatan Media • Media dasar kultur jaringan • Stok hormon BAP dan IAA
4. Tahap Induksi Tunas
Sterilisasi eksplan dan inokulasi eksplan
5. Pengamatan 30 HST terhadap: Jumlah tunas, presentase eksplan bertunas,
kecepatan muncul tunas
6. Analisis Data Annova general linear model-Tukey SK 95%
Variabel Pengamatan
Kecepatan muncul tunas diukur dengan mengamati tunas yang pertama kali muncul pada masing-masing eksplan setiap hari selama 30 hari setelah tanam (HST).
Dihitung setelah 30 hari setelah tanam (HST) dengan cara menghitung jumlah tunas yang muncul pada eksplan.
Kecepatan muncul tunas (Hari ke-)
Jumlah tunas
Presentase Eksplan Bertunas
Σ Eksplan yang bertunas
Σ Eksplan yang tersedia pada setiap perlakuan X 100%
Rancangan Penelitian
Faktor pertama:
A1 = Aksesi 1
A2 = Aksesi 2
A3 = Aksesi 3
Faktor kedua
M1 = MS + BAP 0 ppm + IAA 0 ppm (kontrol)
M2 = MS + BAP 1 ppm + IAA 0 ppm
M3 = MS + BAP 2 ppm + IAA 0 ppm
M4 = MS + BAP 0 ppm + IAA 0,5 ppm
M5 = MS + BAP 1 ppm + IAA 0,5 ppm
M6 = MS + BAP 2 ppm + IAA 0,5 ppm
Penelitian ini dilakukan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan pola faktorial dengan jumlah ulangan sebanyak 3 kali.
Pengamatan selama 30 hari
Analisis data dilakukan menggunakan program minitab ANOVA. Apabila terdapat pengaruh yang berbeda nyata maka dilanjutkan dengan uji Tukey dengan taraf kepercayaan 95%.
Analisis Statistik
HASIL DAN PEMBAHASAN
Jumlah
Tunas
Presentase
Eksplan
Bertunas
Kecepatan
Muncul
Tunas
* Nilai yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan baris menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji Tukey selang kepercayaan 95%.
Tabel 1. Pengaruh interaksi aksesi dan media terhadap jumlah tunas Stevia rebaudiana Bertonii secara in vitro.
Jumlah Tunas
Aksesi
(A)
Kombinasi ZPT pada media MS
M1 M2 M3 M4 M5 M6
A1 2,7 a 1,3 a 1,3 a 1,7 a 1,7 a 2,3 a
A2 1,7 a 2,3 a 2,7 a 1,3 a 4,7 a 5 a
A3 2 a 2 a 4,7 a 2 a 2,3 a 3,7 a
Hasil uji Anova menunjukkan bahwa interaksi antara perlakuan aksesi dan media tidak memberikan pengaruh terhadap jumlah tunas. Namun untuk pemberian perlakuan aksesi secara tunggal atau media secara tunggal dapat memberikan pengaruh terhadap jumlah tunas.
* Nilai yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan baris menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji Tukey selang kepercayaan 95%.
Tabel 2. Pengaruh aksesi terhadap jumlah tunas Stevia rebaudiana Bertonii secara in vitro.
MS + BAP 2 mg/l + IAA 0,5 mg/l
(5 tunas per eksplan). Kombinasi sitokinin dan auksin yang digunakan dalam media ini sesuai dengan rasio perbandingan metode Mohr 4:1.
Media
Aksesi Jumlah Tunas
Jumbo 1,8 a
Super Kuning 2,9 a
Mini 2,8 a
* Nilai yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan baris menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji Tukey selang kepercayaan 95%.
Tabel 3. Pengaruh media terhadap jumlah tunas Stevia rebaudiana Bertonii secara in vitro.
Media (M) Jumlah Tunas
1 2,1 ab
2 1,9 ab
3 2,9 ab
4 1,7 b
5 2,9 ab
6 3,7 a
• MS + BAP 0 mg/l + IAA 0,5 mg/l
Kurang optimal dalam menginduksi tunas tanpa adanya penambahan BAP proses pembelahan sel dan morfogenesis kurang optimal, akibatnya jumlah tunas yang dihasilkan sedikit (Campbell et al.,2003).
Media
Aksesi berpengaruh terhadap respon jumlah tunas karena masing-
masing aksesi memiliki sifat (genotipe) yang berbeda dalam pertumbuhan, morfologi, maupun kandungan kimia (Hendaryono & Wijayani, 1994).
Beberapa penelitian pada tanaman lain menunjukkan bahwa setiap genotipe (varietas maupun aksesi) tanaman membutuhkan komposisi media tertentu guna mendukung pertumbuhan eksplan yang optimal (Takumi and Shimada, 1997; Iser et al., 1999; Basri, 2003 dalam Basri, 2008).
Aksesi
Berpengaruh
Jumlah Tunas
Tabel 2. Persentase eksplan bertunas
Presentase Eksplan Bertunas
Aksesi
(A)
Kombinasi ZPT pada media MS
M1 M2 M3 M4 M5 M6
A1 100% 100% 100% 100% 100% 100%
A2 100% 100% 100% 100% 100% 100%
A3 100% 100% 100% 100% 100% 100%
MS+BAP 0 mg/l+IAA 0 mg/l
Hormon endogen dalam tanaman tersebut mampu memacu sel untuk berkembang dan memperbanyak diri.
Pertumbuhan tanaman secara in vitro dikendalikan oleh keseimbangan dan interaksi dari zat pengatur tumbuh yang ada dalam eksplan baik secara endogen maupun eksogen (Gunawan, 1995 dalam Nisak, 2012).
Eksplan tetap tumbuh dengan adanya hormon
endogen
Kecepatan Muncul Tunas
0 2 4 6
M1
M2
M3
M4
M5
M6
Hari Ke-
Mini
Super Kuning
Jumbo
Rata-rata tunas tumbuh pada
hari ke 2,8
Kecepatan Muncul Tunas
Kecepatan dalam menginduksi tunas dipengaruhi oleh sifat dari masing-masing aksesi.
Aksesi Jumbo memiliki ukuran lebih besar dari aksesi Super Kuning aksesi Mini relatif lebih lambat.
Karena tanaman yang memiliki batang dengan diameter yang lebih besar akan cenderung memicu kearah pertumbuhan sekunder untuk memperbesar ukuran batang, sehingga laju pertumbuhan primernya lebih lambat (Campbell et al.,2003)
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan 1. Interaksi antara tiga aksesi tanaman stevia dan enam kombinasi media tidak
memberikan pengaruh terhadap jumlah tunas. Namun pemberian perlakuan aksesi atau media secara tunggal dapat memberikan pengaruh terhadap jumlah tunas..
Super Kuning = 2,9 tunas per eksplan Mini = 2,8 tunas per eksplan Jumbo = 1,8 tunas per eksplan 2. Konsentrasi terbaik = MS + BAP 2 mg/l + IAA 0,5 mg/l.
Saran 1. Penggunaan konsentrasi BAP dan IAA dengan rentangan yang
lebih kecil. 2. Uji lanjutan sampai tahap subkultur untuk menginduksi akar.