Indonesia Commodity Review Vol.1

64
Prediksi 2012 CPO Di Level US$ 1000 per Ton Harga Minyak 2012 Naik Menjadi US$120 CPO - KARET - TEH - KOPI - KAKAO - GULA - TETES Thomas Mielke Prof. DR. Kurtubi Muhammad AlFah 01 COMMODITY PRICE OUTLOOK 2012 Rp 35.000 | November 2011 COMMODITY Price Outlook 2012 SU G A R- M O L L A S S E S - C O C O A - C O F F E E - T E A - R U B B E R -P A L M OIL OIL www.price-outlook.com Analisis Teknikal: Harga Komoditas 2012

description

tentang revie majalah

Transcript of Indonesia Commodity Review Vol.1

Page 1: Indonesia Commodity Review Vol.1

Prediksi 2012CPO Di Level US$ 1000 per Ton

Harga Minyak 2012Naik Menjadi US$120

C P O - K A R E T - T E H - K O P I - K A K A O - G U L A - T E T E S

Thomas Mielke Prof. DR. Kurtubi Muhammad AlFatih

01

COMMODITY PRICEOUTLOOK 2012

Rp 35.000 | November 2011

COMMODITYPrice Outlook 2012

SUGAR-M

OLLASS

ES-C

OCO

A-C

OFF

EE-T

EA-R

UBBER-PALM OIL OIL

www.price-outlook.com

Analisis Teknikal:Harga Komoditas2012

Page 2: Indonesia Commodity Review Vol.1
Page 3: Indonesia Commodity Review Vol.1
Page 4: Indonesia Commodity Review Vol.1

Dari redaksiDewan PembinaDireksi PT. KPB Nusantara (Dirut, DirSDM/Umum, Dirop)

Pemimpin Umum/Penanggung Jawab/Pemimpin RedaksiMI Sobandi Argadipraja

Wakil Pemimpin RedaksiHempi Prajudi

Dewan Redaksi/Editor BRD Uli Simorangkir, Endi Singarimbun, Moedjiwati Sajid, Teguh Rachmanto

KontributorTasinah, TB. Tjandra, M. Alfatih, Mudrajad Kuncoro

Sekretaris RedaksiJonny, M.Yamin

KeuanganEsti Nugroho

Artistik/Desain Grafis/ProduksiBeringin Gantar Nataragga, Hanadi

Iklan/PromosiFazlullah

Distribusi, Pemasaran & UmumYanti, Sugianto, Abdullah Ashari

Alamat RedaksiKantor PT. KPB Nusantara Bagian AIPJl. Taman Cut Mutia No. 11 jakarta 10330Telp : 021 - 3106685 - 3907554Fax : 021 - 39899087E-mail : [email protected] : www.price-outlook.com

PenerbitPT. KPB Nusantara bekerjasama dengan IMQ-LKBN ANTARA

PengelolaIMQ-LKBN ANTARAwww.imq21.com

Puji syukur kepada Yang Kuasa atas terbitnya majalah Indonesia Commodity Review (ICR) sesuai rencana untuk edisi perdananya pada November 2011. Kami para pengasuh majalah Indonesia Commodity Review pada kesempatan ini menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah bekerjasama dalam penyelesaian penerbitannya.

Majalah Indonesia Commodity Review nantinya akan fokus pada analisis dan informasi pasar komoditas perkebunan, utamanya pada aspek perkembangan dan perkiraan harga komoditas minyak sawit, teh, karet, kopi, kakao, gula dan tetes. Hal ini mengingat PT. Kharisma Pemasaran Bersama Nusantara (PT. KPBN), yang memayungi majalah ini merupakan anak perusahaan PT. Perkebunan Nusantara I-XIV dan PT. Rajawali Nusantara Indonesia, yang bertugas memasarkan komoditas tersebut.

Pada edisi Perdana dan Kedua, majalah ini memuat liputan hasil seminar “Commodity Price Outlook 2012”, focus on Palmoil, Rubber, Tea, Coffee, Cocoa, Sugar and Molasses, yang digelar pada 22 September 2011 di Jakarta.

Hasil seminar yang me-review dan memprediksi pertumbuhan ekonomi global, minyak mentah, iklim, minyak sawit dan karet pada 2012 ini dituangkan pada edisi perdana, sedangkan hasil seminar yang me-review dan memprediksi harga teh, kopi, kakao, gula dan tetes pada 2012, dijabarkan pada edisi kedua. Perkembangan situasi atau peristiwa yang terjadi sejak digelarnya seminar pada 22 September 2011 hingga saat terbitnya majalah Indonesia Commodity Review, seperti kondisi makroekonomi global yang diwarnai krisis Eropa, harga minyak bumi yang berfluktuasi cukup tajam, faktor iklim yang menyebabkan banjir di Thailand sebagai sentra produksi karet, potensi hujan lebat akibat faktor La Nina yang akan terjadi di Indonesia dan Malaysia sebagai sentra produksi CPO, serta perlambatan pertumbuhan ekonomi China dan India, tentunya dapat memicu perubahan hasil analisis teknikal harga komoditas yang sebelumnya telah disampaikan oleh para pembicara dalam seminar tersebut.

Berbeda dengan 2010, di mana anomali cuaca sangat dominan pengaruhnya terhadap pergerakan harga, untuk 2011 setelah terjadi Tsunami di Jepang pada Juli 2011, dominasi pergerakan harga dipengaruhi oleh krisis Amerika dan Eropa. Pertanyaan selanjutnya adalah, akankah Amerika melanjutkan program pelonggaran moneter, yang dikenal sebagai Quantitative Easing tahap III (QE3)? Kemudian, akankah hasil pertemuan G20 pada akhir pekan ini menghasilkan solusi terbaik untuk membantu penyelesaian krisis Yunani setelah PM Yunani mengusulkan referendum? Berita-berita terkini akan terus memperkaya wawasan para pembaca Indonesia Commodity Review, yang rencananya akan terbit bulanan.

Akhir kata, diharapkan hasil pemaparan yang dimuat dalam majalah ini dapat membuat kalangan pebisnis komoditas perkebunan tetap optimistis menatap 2012 dalam menjalankan usahanya dan dapat mengambil manfaat serta peluang yang ada demi memacu kinerja.

Kami menyadari bahwa dalam edisi perdana ini masih banyak hal yang perlu dibenahi, untuk itu kami mengharapkan saran dan kritik membangun dari para pembaca demi perbaikan dan peningkatan mutu majalah Indonesia Commodity Review.

Page 5: Indonesia Commodity Review Vol.1

Dampak La Nina Terhadap Produksi Sawit &

Karet 2012

Prediksi 2012, CPO Di Level US$ 1000 per Ton

Mungkinkah Harga CPO US$ 1050 Tahun 2012?

Faktor Yang Pengaruhi Harga Karet dan

Implikasinya 2012

Harga Karet Diprediksi 400-450 Sen Dolar/Kg

Mendorong Industri Hilir Karet Nasional

Analisis Teknikal Harga Komoditas

Akhirnya Yunani Turuti Desakan Prancis Jerman

Kronologi Krisis Zona Euro

Profil KPBN

DAFTAR ISI

Mengintip Celah Peluang Menuju Pentas Dunia

Sentimen Global dan Prospek Ekonomi Indonesia

2012

Harga Minyak 2012 naik Menjadi US$ 120

6

12

16

22

27

32

36

40

44

50

54

58

60

Page 6: Indonesia Commodity Review Vol.1

6 Indonesia Commodity Review | Edisi Khusus Volume 1

I N D O N E S I A C O M M O D I T Y R E V I E W

Edisi Khusus Volume 1 | Indonesia Commodity Review 7

Indonesia adalah produsen dan pemasok utama untuk

beberapa komoditas perkebunan ke pasar dunia, terutama minyak sawit, karet, teh, kopi dan kakao. Sementara itu harga merupakan hal yang penting dalam bisnis komoditas perkebunan, khususnya dalam rangka menyusun rencana kerja 2012.

Itulah mengapa PT Kharisma Pemasaran Bersama Nusantara menyelenggarakan seminar bertajuk “Commodity Price Outlook 2012” pada 22 September lalu. Plt Direktur Utama PT Kharisma

Mengintip Celah Peluang Menuju Pentas Dunia

yang terkait dalam pemasaran komoditas perkebunan Indonesia, khususnya dalam pengembangan informasi dan analisis pasar komoditas perkebunan. Seminar ini juga merupakan wadah yang paling tepat untuk sharing informasi, pengetahuan, skill dan pengalaman dari para pelaku, peminat, pemerhati dan peneliti usaha komoditas perkebunan khususnya minyak sawit, karet, teh, kopi, kakao, gula dan tetes.

“Selain itu, seminar ini selanjut-nya dimaksudkan sebagai upaya untuk meningkatkan daya saing

Pemasaran Bersama Nusantara, Drs. H. Bambang Sudibyo Msc, dalam sambutannya mengatakan seminar ini dimaksudkan untuk mengoptimalkan ketersediaan informasi yang lengkap, akurat dan terkini dan mampu memberikan analisis terkait dengan pertumbuhan ekonomi global dengan prospek harga komoditas pada 2012.

Seminar ini diupayakan dapat menciptakan iklim yang kondusif bagi terjalinnya kerja sama atau sinergi yang maksimal dan berkelanjutan antar pihak

DOK.

IMQ

-AN

TARA

Dirut KPBN Bambang Sudibyo beri sambutan dalam seminar

Page 7: Indonesia Commodity Review Vol.1

6 Indonesia Commodity Review | Edisi Khusus Volume 1 Edisi Khusus Volume 1 | Indonesia Commodity Review 7

I N D O N E S I A C O M M O D I T Y R E V I E W

komoditas perkebunan yang pada gilirannya bermanfaat bagi seluruh pelaku dan produsen komoditas perkebunan Indonesia termasuk para petani, pekebun, perusahaan perkebunan swasta nasional dan BUMN,” jelasnya.

Staf Ahli Menteri BUMN Bidang Sumber Daya Manusia dan Informasi Wahyu Hidayat, yang mewakili Deputi Bidang Usaha Industri Primer Kementerian BUMN Megananda Daryono, menyambut baik dan mengapresiasi penyelenggaraan seminar ini mengingat beberapa pertimbangan.

Pertama, Indonesia merupakan negara produsen dan pemasok utama di dunia untuk beberapa komoditas perkebunan, yang di dalamnya bergantung hidup puluhan juta rakyat, sehingga perlu dijamin keberlanjutannya serta ditingkatkan fungsi dan peranannya.

Kedua, meskipun peran Indonesia sebagai salah satu produsen komoditas perkebunan terkemuka di dunia menonjol, perannya dalam pembentukan harga, posisi Indonesia masih menjadi price taker. Faktor penyebabnya antara lain karena terbatasnya institusi atau perorangan yang dapat

menyediakan informasi dan analisis pasar komoditas perkebunan yang lengkap, terkini dan akurat, serta mudah diakses oleh semua pihak yang terkait dalam pemasaran komoditas perkebunan Indonesia.

Ketiga, penetapan harga merupakan salah satu hal penting dalam bisnis komoditas. Tujuan penetapan harga jual adalah untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal, meraih balik modal dan investasi yang ditanam (return on investment/ROI), mempertahankan pangsa pasar dan kelangsungan hidup perusahaan melalui penetapan harga yang tepat dan kompetitif.

Bagi pelaku usaha, harga komoditas perkebunan akan mempengaruhi keputusan-keputusan yang terkait dengan pelaksanaan kegiatan dan strategi operasi, mulai dari produksi, pengelolahan hingga pemasaran, sedangkan bagi pemerintah, pertimbangan harga akan menentukan target

DOK.

IMQ

-AN

TARA

DOK.

IMQ

-AN

TARA

Wahyu Hidayat berbincang dengan peserta seminar disaksikan BambangSudibyo (kiri)

Wahyu Hidayat memberi paparan Seminar Commodity Price Outlook 2012

Page 8: Indonesia Commodity Review Vol.1

8 Indonesia Commodity Review | Edisi Khusus Volume 1

I N D O N E S I A C O M M O D I T Y R E V I E W

Edisi Khusus Volume 1 | Indonesia Commodity Review 9

pendapatan negara dan kebijakan dalam mengelola sub sektor perkebunan.

Keempat, saat ini kita sedang dihadapkan pada kecenderungan perlambatan laju pertumbuhan ekonomi akibat lambannya pemulihan ekonomi negara-negara maju yang dilanda krisis utang di kawasan Eropa dan AS di satu pihak. Di sisi lain, adanya ancaman pemanasan ekonomi (overheating) di negara-negara berkembang, khususnya negara negara yang selama ini menjadi motor pertumbuhan ekonomi dunia selain Eropa dan AS, yaitu

triliun pada triwulan II-2010, atau tumbuh rata-rata 19,3% per tahun. Berdasarkan harga konstan, nilai PDB perkebunan secara kumulatif juga mengalami peningkatan dari Rp39,81 triliun pada 2005 menjadi Rp36,39 triliun pada 2010, meningkat dengan rata-rata laju pertumbuhan per tahun 3,6%.

Peran sub sektor perkebunan sangat penting dalam suatu perekonomian. Oleh karena itu, pemerintah melalui kementerian terkait telah menyusun sejumlah roadmap pengembangan komoditas yang berdaya saing untuk dapat berperan dan mampu bersaing di pasar dunia sekaligus menjadi tuan rumah di negeri sendiri, mencakup roadmap sawit, industri karet, kopi, kakao dan swasembada gula.

Pemerintah kini tengah mendorong percepatan kapasitas ekonomi dengan kebijakan Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Indonesia (MP3EI) tahun 2011-2025. Masterplan itu diharapkan bisa mencegah terjadinya overheating perekonomian nasional karena kapasitas Indonesia akan lebih besar untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.

Terkait dengan pelaksanaan MP3EI, Kementerian BUMN dan BUMN akan mendukung percepatan dan perluasan pembangunan Indonesia melalui investasi dan belanja modal sebesar Rp836 triliun dalam periode 2011-2014. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) bidang usaha industri primer yang bergerak di sektor perkebunan, pertambangan,

Brasil, Rusia, India dan China.

Wahyu berharap hasil seminar ini selanjutnya dapat digunakan oleh para pelaku usaha agro bisnis sebagai bahan untuk menyusun rencana kerja pada 2012 agar dapat lebih akurat dalam mengambil keputusan.

Sub Sektor Perkebunan Menopang MP3EI

Wahyu Hidayat mengatakan berdasarkan data Dirjen Perkebunan nilai PDB perkebunan secara kumulatif mengalami peningkatan dari Rp56,43 triliun pada 2005 menjadi Rp104,51

DOK.

ANTA

RA

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyadap karet di Muaro Jambi, Jambi

Page 9: Indonesia Commodity Review Vol.1

8 Indonesia Commodity Review | Edisi Khusus Volume 1 Edisi Khusus Volume 1 | Indonesia Commodity Review 9

I N D O N E S I A C O M M O D I T Y R E V I E W

pertanian, kehutanan, perikanan, dan pengairan, selama periode 2011-2014 akan mengembangkan investasi hingga Rp 162,2 triliun, terdiri dari BUMN Perkebunan Rp57,67 triliun, BUMN sektor kehutanan Rp2,94 triliun, sektor pertanian Rp49,15 triliun, perikanan Rp0,51 triliun, sektor pengairan Rp1,28 triliun, dan pertambangan Rp50,58 triliun.

Dengan investasi tersebut diharapkan dapat menyerap tenaga kerja hingga 4,6 juta orang atau 69,6% dari total serapan tenaga kerja sebesar 6,6 juta orang. Investasi tersebut tersebar ke dalam enam koridor ekonomi (KE), yakni Sumatera, Jawa, termasuk Jakarta Metro, Kalimantan, Sulawesi-Maluku Utara, Bali-NTT,

dan Papua-Maluku.

Ada enam sektor bidang usaha yang akan berinvestasi hingga 2014, yaitu sektor perkebunan, pertambangan, kehutanan, pertanian, perikanan, dan pengairan.

Investasi terbesar ditanamkan pada sektor perkebunan, sebesar Rp57,67 triliun untuk pengembangan komoditas sawit, karet, gula, teh, kopi, dan kakao. BUMN perkebunan berkomitmen menggenjot produksi secara signifikan.

Produksi sawit ditargetkan mencapai 3,3 juta ton, karet 263 ribu ton, gula 2,3 juta ton, teh 107 ribu ton, cokelat 13 ribu ton, dan kopi 12 ribu ton. Dengan

target itu, diharapkan laba seluruh perkebunan BUMN bisa meningkat hingga Rp7,29 triliun pada 2014.

BUMN Perkebunan Kunci Sukses di Pasar Dunia

Terkait dengan peran BUMN Perkebunan, Wahyu Hidayat menilai BUMN perkebunan memiliki potensi yang besar dan dapat ditata untuk menjadi perusahaan kelas dunia (world class company) sehingga memiliki struktur modal yang kuat, posisi tawar dan perolehan nilai tambah ekonomis yang tinggi. Luas areal perkebunan yang dikuasai oleh seluruh BUMN perkebunan mencapai 1,5 juta hektar.

Jika seluruh BUMN perbebunan digabung di bawah suatu

Page 10: Indonesia Commodity Review Vol.1

10 Indonesia Commodity Review | Edisi Khusus Volume 1

I N D O N E S I A C O M M O D I T Y R E V I E W

Edisi Khusus Volume 1 | Indonesia Commodity Review 11

perusahaan induk (holding company), niscaya bakal menjelma sebagai perusahaan perkebunan paling besar di dunia. Fungsi perusahaan induk adalah untuk menyusun strategi bisnis, pengembangan sumber daya, pengelolaan keuangan, dan kebijakan investasi. Anak perusahaan melaksanakan fungsi produksi dan pengembangan sumber daya manusia.

Salah satu manfaat besar yang bisa segera diperoleh dari model di atas adalah daya tawarnya akan naik signifikan. Dengan bersatunya sumber pasokan akan lebih punya kekuatan untuk menentukan harga. Selanjutnya perusahaan induk bisa memanfaatkan keekonomian skala (economies of scale) untuk mengembangkan industri hilir.

P e r u s a h a a n induk BUMN Perkebunan bisa jadi lokomotif untuk merangkul kekuatan-kekuatan lain, baik perkebunan swasta maupun perkebunan rakyat. Jika kekuatan-kekuatan yang berserakan dihimpun, niscaya Indonesia bakal bisa unggul di pasar dunia dan sekaligus menyejahterakan jutaan rakyat.

Langkah Antisipatif

Di akhir sambutannya, Wahyu Hidayat menekankan beberapa hal yang dapat dilakukan dalam mengantisipasi kecenderungan

perekonomian global saat ini dan di masa mendatang, sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 18 tahun 2004 tentang Perkebunan, Pasal 30 yang berbunyi “Pelaku usaha perkebunan, asosiasi pemasaran, asosiasi komoditas, kelembagaan lainnya, dan atau masyarakat bekerja sama menyelenggarakan informasi pasar, promosi dan menumbuh-

kembangkan pusat pemasaran baik di dalam maupun di luar negeri”.

Pertama, kita harus dapat memanfaatkan kondisi ekonomi global saat ini sebagai momentum yang tepat untuk mengembangkan sub sektor perkebunan kita. Derasnya aliran dana asing yang akan masuk ke Indonesia harus dapat diarahkan ke sektor rill,

kh u su snya

Page 11: Indonesia Commodity Review Vol.1

10 Indonesia Commodity Review | Edisi Khusus Volume 1 Edisi Khusus Volume 1 | Indonesia Commodity Review 11

I N D O N E S I A C O M M O D I T Y R E V I E W

untuk pengembangan agroindustri. Era eksploitasi sumber daya alam dan mengekspor bahan mentah harus segera diakhiri. Indonesia membutuhkan pemodal yang mengembangkan industri pengolahan karena hanya dengan itu kita akan memperoleh nilai tambah dan penyerapan tenaga kerja yang lebih besar.

Kedua, perlunya senantiasa meningkatkan kualitas produk agar dapat bersaing di pasar global.

Ketiga, perlunya kerjasama semua pihak untuk mencari alternatif pasar ekspor komoditas, khususnya ke negara-negara yang tidak terlalu terpengaruh oleh krisis ekonomi Eropa dan AS. Misalnya ke kawasan emerging markets seperti Timur Tengah dan pasar non-tradisional

lainnya. Kegiatan promosi dengan mengikuti pameran atau roadshow perlu dilakukan secara lebih intensif.

Keempat, perlunya kewaspadaan semua pihak terhadap dampak perkembangan ekonomi global saat ini dengan meningkatkan akses informasi dan analisa pasar yang cepat dan akurat.

Untuk itu dia mengimbau agar semua pihak yang terkait senantiasa saling bekerjasama untuk meningkatkan minat dan upaya dalam mencari, menggali, menguasai dan berbagi informasi pasar yang terkait dengan perkembangan pasar komoditas perkebunan global dan pasar ekspor alternatif, dengan tidak melupakan potensi pasar

domestik.

Selanjutnya, Wahyu sangat menaruh harapan bahwa pengembangan analisis dan informasi pasar melalui seminar seperti ini, akan menjadi salah satu stimulan untuk mempercepat upaya Indonesia menjadi acuan harga komoditas internasional.

”Oleh karena itu, dalam menyikapi krisis ekonomi AS dan Eropa, kita harus bersikap antisipasif dan mengerahkan tenaga serta pikiran agar tidak terkena dampaknya. Negara-negara lain di kawasan Asia juga melakukan hal yang sama, sehingga siapa yang lebih siap, dialah yang akan menang”, ungkap Wahyu.

DOK.

KPBN

Bibit tanaman pohon sawit

Page 12: Indonesia Commodity Review Vol.1

12 Indonesia Commodity Review | Edisi Khusus Volume 1

I N D O N E S I A C O M M O D I T Y R E V I E W

Edisi Khusus Volume 1 | Indonesia Commodity Review 13

Sentimen Global dan Prospek Ekonomi Indonesia 2012 Perekonomian global yang

tengah meredup akibat krisis utang Eropa dan Amerika Serikat, hendaknya segera diantisipasi oleh Indonesia dengan menciptakan iklim investasi yang ramah bagi investor, mempercepat pembangunan infrastruktur dan menyiapkan kebijakan yang memberi kepastian bagi pelaku bisnis. Pasalnya, imbas krisis ekonomi global dikhawatirkan masih terus berlanjut hingga 2012.

Upaya pemulihan ekonomi sebagai dampak krisis 2008, kini berantakan menyusul belitan krisis utang di zona euro dan AS. Negara maju yang saat krisis 2008 lalu terkena dampak terbesar, kini kembali mengalami kesulitan untuk

bangkit seperti saat sebelum krisis. Ini salah satunya terjadi karena tingkat pengangguran yang masih tinggi, seiring dengan investasi riil yang masih rendah, produktivitas ekspor yang belum sepenuhnya bangkit, dan terutama diperparah oleh membengkaknya tingkat utang.

Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis UGM, Prof. Mudrajad Kuncoro, PhD, mengungkapkan krisis Eropa-AS diperkirakan akan mengganggu kinerja ekspor nasi-onal, karena pasar Eropa dan AS masing-masing menyerap 13,3% dan 10% dari total ekspor non-migas selama Januari-Juli 2011.

Meskipun perekonomian Indonesia bertumbuh cukup kuat

pada periode 2008-2010, dan diperkirakan akan tumbuh 6,7% pada 2012, namun dibandingkan China dan India, yang masing-masing diproyeksi 10,3% dan 9,2% pada 2012, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih di bawah dua raksasa Asia itu.

Pola Pertumbuhan

Sejauh ini, Mudrajad melihat bahwa konsumsi masih tetap mendominasi sebagai penggerak perekonomian nasional, diikuti ekspor, impor, dan pembentukan modal tetap bruto. Konsumsi pemerintah meningkat cukup tinggi akibat serangkaian stimulus fiskal, sementara konsumsi swasta masih tumbuh lambat akibat lemahnya daya beli masyarakat

DOK.

IMQ

-AN

TARA

Page 13: Indonesia Commodity Review Vol.1

12 Indonesia Commodity Review | Edisi Khusus Volume 1 Edisi Khusus Volume 1 | Indonesia Commodity Review 13

I N D O N E S I A C O M M O D I T Y R E V I E W

pasca kenaikan harga BBM beberapa waktu lalu. Dengan kata lain, pola pertumbuhan ekonomi Indonesia belum banyak berubah, masih berciri consumption-driven growth, bukan investment-led growth sebagaimana diajarkan dalam teori makro.

Konsumsi rumah tangga merupakan pendorong utama ekonomi Indonesia (57,8% terhadap PDB), disusul oleh pengeluaran pemerintah (7%), investasi (24,6%) dan net export (10,6%). Pertumbuhan Indonesia belum berada pada jalur yang benar (unbalanced growth) karena pembangunan nasional dinikmati oleh 40% dari golongan pendapatan menengah dan 20% oleh golongan pendapatan teratas.

Sementara 40% dari golongan pendapatan terendah menurun selama 2002-2008.

Sementara dari sisi dimensi spasial, Pulau Jawa tetap merupakan penyumbang terbesar dalam pembentukan PDB Indonesia. PDB Pulau Jawa didominasi secara berurutan oleh sektor industri pengolahan, perdagangan-hotel-restoran dan sektor pertanian. Dominasi sebagian besar aktivitas industri manufaktur modern, terutama skala besar dan sedang, terus berlangsung di Pulau Jawa dan Sumatera selama 1976-2010.

Penggerak Ekonomi Indonesia

Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis UGM, Prof. Mudradjad Kuncoro PhD, mencatat pada era

1970-an hingga saat ini, industri manufaktur adalah penggerak utama PDB dan ekspor non-migas Indonesia. Hingga triwulan II-2011, peranan sektor industri manufaktur mencapai 24-28% dari PDB, sementara sektor pertanian hanya menyumbang 14-16%. Ekspor industri manufaktur menyumbang 83-85% ekspor non-migas dan 64-67% dari total ekspor Indonesia selama 1994-2011. Namun sayang, gejala deindustrialisasi mulai menghantui perekonomian Indonesia. Pertumbuhan industri manufaktur sejak krisis 1998 turun drastis. Sejak 2000, industri manufaktur hanya tumbuh rata-rata 5,7% per tahun.

Ada sejumlah faktor yang memicu deindustrialisasi. Pertama,

Peserta seminar menyimak pemaparan dari Mudrajad Kuncoro tentang Prospek Ekonomi Indonesia 2012

DOK.

IMQ

-AN

TARA

Page 14: Indonesia Commodity Review Vol.1

14 Indonesia Commodity Review | Edisi Khusus Volume 1

I N D O N E S I A C O M M O D I T Y R E V I E W

deindustrialisasi terjadi karena banyak perusahaan tutup atau investor asing hengkang ke negara lain. Fenomena ini perlu diantisipasi karena peran industri manufaktur biasanya menurun setelah mencapai 35% dari PDB. Kedua, terjadi pergeseran dari sektor industri yang menopang perekonomian sebelum krisis 1998 ke sektor jasa, terutama perdagangan-hotel-restoran yang kurang menyerap tenaga kerja.

Ketiga, rendahnya dukungan perbankan. Kredit perbankan ke sektor industri secara absolut memang tumbuh, tetapi persentasenya makin rendah. Industri manufaktur hanya memperoleh sekitar 15% dari total kredit perbankan. Keempat, masih lemahnya dukungan universitas dan lembaga riset untuk membantu mengatasi masalah riil yang dihadapi industri, seperti lambatnya alih teknologi, penetrasi pasar ekspor, dan pengembangan produk.

Penghambat Perekonomian RI

Mudrajad menilai selain lambatnya proses alih teknologi, penetrasi pasar ekspor dan pengembangan produk, perekonomian Indonesia juga terhambat oleh sejumlah masalah yang membuat iklim investasi tidak kondusif. Padahal dalam menghadapi tantangan krisis global, perlu mendorong iklim investasi yang ramah dengan investor, salah satunya adalah pemangkasan proses birokrasi yang terkait dengan perizinan.

Lambannya penanganan perizinan di Indonesia selama ini menjadi

Kontribusi Industri terhadap PDB Indonesia 2000-2010

hal yang paling menakutkan bagi para calon investor. Untuk itu perlu melakukan perampingan dan jalan pintas dalam proses perizinan. “Industri dan dunia usaha baru sangat sulit tumbuh, salah satunya karena terhambat oleh penguru-san perizinan yang berbelit-belit,” tambah Mudrajad.

Ia mengatakan untuk mengatasi masalah itu, diperlukan reformasi dan simplifikasi prosedur perizinan satu atap dan yang tak kalah penting adalah transparansi berbagai macam biaya perizinan. “Investasi harus dijadikan agenda utama dalam upaya membangun ekonomi negeri ini. Untuk memacu investasi, dibutuhkan iklim yang kondusif. Investasi adalah kunci bagi pertumbuhan,” tegasnya.

Mudrajad juga menyoroti berbagai perilaku yang berhubungan dengan korupsi, mulai dari gratifikasi, penggelembungan anggaran, pungutan liar, hingga inefisiensi birokrasi, menjadi hambatan utama perekonomian saat ini. Implikasinya memberi dampak negatif bagi ekonomi

dalam negeri karena mengganggu iklim investasi.

Pencegahan dan pemberantasan korupsi harus ditekankan pada sektor pajak, pengadaan barang dan jasa, serta pungutan kepada para investor. Selain korupsi, masih banyak lagi tantangan lainnya yang perlu secepatnya dibenahi, yakni inflasi akibat kenaikan harga pangan dan energi, tingginya angka subsidi dan belanja modal yang belum optimal, kurangnya infrastruktur termasuk listrik, kepastian hukum, serta praktik usaha pertambangan dan kehutanan yang merusak lingkungan.

Pembenahan tidak hanya dilakukan di permukaan, tapi harus menyentuh hingga dasarnya. Pembenahan pertama harus dilakukan di lingkungan penegak hukum. “Kalau tukang sapunya kotor, bagaimana mau membersihkan kotoran lain. Jadi yang utama di kepolisian, kejaksaan, dan pengadilan,” ujar Mudrajad. (Sgt/ANT)

Page 15: Indonesia Commodity Review Vol.1

14 Indonesia Commodity Review | Edisi Khusus Volume 1

SPACE IKLAN

Page 16: Indonesia Commodity Review Vol.1

16 Indonesia Commodity Review | Edisi Khusus Volume 1

I N D O N E S I A C O M M O D I T Y R E V I E W

Edisi Khusus Volume 1 | Indonesia Commodity Review 17

Mi n y a k b a g a i k a n d a r a h

yang mengalir di setiap nadi perekonomian setiap negara.

Siapa yang mampu menguasai minyak, merekalah yang akan

m e n g e n d a l i k a n dunia. Itulah mengapa negara-negara maju, t e r u t a m a

A m e r i k a Serikat

d a n

Eropa, bersaing ketat untuk memperebutkan ladang-ladang minyak di seluruh penjuru dunia demi menopang perekonomian mereka.

Bagaimanapun, harga minyak mentah menjadi barometer bagi pertumbuhan ekonomi dunia. Minyak ibaratnya roh kehidupan yang mempengaruhi laju roda industri dan ekonomi global. Tak pelak, bahwa kebijakan ekonomi dan politik setiap negara tak lepas dari fluktuasi harga minyak dunia. Minyak merupakan komoditas yang sangat penting dan strategis karena langsung mempengaruhi ekonomi dunia melalui kebijakan moneter dan fiskal setiap negara.

Perkembangan harga minyak dunia dipengaruhi beberapa

Harga Minyak 2012 Naik Menjadi US$120

Page 17: Indonesia Commodity Review Vol.1

16 Indonesia Commodity Review | Edisi Khusus Volume 1 Edisi Khusus Volume 1 | Indonesia Commodity Review 17

I N D O N E S I A C O M M O D I T Y R E V I E W

faktor yang membuat prediksi harga seringkali berubah-ubah. Pada 2011 adalah tahun penuh dengan ketidakpastian bagi harga minyak dunia, selain kondisi cuaca ekstrem yang memicu penurunan komoditas pangan dunia. Di awal tahun hingga memasuki akhir September 2011, masih terjadi konflik tak berujung di Timur Tengah dan Afrika Utara, yang merupakan sumber minyak dunia.

Sementara prospek harga komoditas lainnya pada 2012, seperti komoditas energi non- minyak (gas, batubara), komoditas tambang (tembaga, aluminium, nikel), komoditas pangan (gandum, beras, gula, daging) dan komoditas perkebunan (kelapa sawit, karet dan sebagainya) sangat dipengaruhi oleh harga minyak dunia

Dunia kini terus memantau perkembangan di Timur Tengah dan Libya, negara dengan cadangan minyak terbesar di Afrika dan produsen minyak terbesar keempat di dunia. Libya

juga salah satu anggota Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC), yang memproduksi sekitar 40 persen dari pasokan minyak dunia.

Badan Energi Internasional (IEA) menilai konflik Libya telah memangkas suplai minyak sebesar 500.000 hingga 750.000 barel per hari. IEA dalam laporan periode Maret 2011 memperkirakan tingkat konsumsi minyak dunia 2011 mencapai 89,4 juta barel per hari. Angka itu meningkat 1,5 juta barel per hari dibandingkan 2010. Peningkatan permintaan ditopang konsumsi negara-negara non-OECD terutama China, Brasil, dan Timur Tengah. Sementara OPEC dalam laporan Maret 2011 memperkirakan tingkat konsumsi minyak dunia tahun ini mencapai 87,8 juta barel per hari atau meningkat 1,4 juta barel per hari dibanding 2010.

Tren Meningkat

Mencermati situasi yang terjadi belakangan ini, pengamat minyak

dan gas yang juga direktur Center for Petroleum and Energy Ecominics Studies (CPEES), Dr Kurtubi, memprediksi harga minyak mentah dunia menunjukkan tren kenaikan. “Kalau dalam suatu periode tertentu harga minyak stagnan atau turun, maka pasti akan terjadi koreksi pada periode berikutnya, sehingga dalam jangka panjang tren akan terus naik,” katanya dalam paparannya pada Seminar “Commodity Price Outlook 2012” di Jakarta, 22 September.

Dalam presentasinya tentang prospek harga minyak dunia 2011-2012, Kurtubi menyatakan harga minyak mentah yang ‘wajar’ saat ini akan berfluktuasi di kisaran US$110 barel. Seberapa besar harga akan menjauh (ke atas atau ke bawah) dari harga US$110, tergantung pada faktor yang sangat dinamis. Perkiraan pertumbuhan ekonomi dunia yang menurun berdampak pada penurunan proyeksi tambahan konsumsi minyak dunia pada 2012. Namun, perkiraan ini bisa saja berubah dalam dua hingga tiga bulan ke

Sumber : CPEES

Perkiraan Harga Minyak Brent 2011 dan 2012

Page 18: Indonesia Commodity Review Vol.1

18 Indonesia Commodity Review | Edisi Khusus Volume 1

I N D O N E S I A C O M M O D I T Y R E V I E W

Edisi Khusus Volume 1 | Indonesia Commodity Review 19

depan apabila program pemulihan negara-negara zona euro dan AS berjalan baik.

Dengan menurunnya prospek pertumbuhan ekonomi AS dan Eropa akan berdampak pada kenaikan atau penurunan konsumsi minyak dunia, yang semula diperkirakan bertambah sekitar 2,2 juta barel per hari, akan turun menjadi sekitar 1,4 juta barel per hari. Diperkirakan konsumsi minyak dunia pada 2011 sebesar 88,2 juta barel per hari (EIA), 87,99 (OPEC). Sedangkan untuk 2012, total perkiraan konsumsi minyak dunia sebesar 89,60 juta barel per hari (versi EIA) dan 89,26 juta barel per hari (versi OPEC). “Minyak merupakan komoditas yang amat penting dan strategis karena secara langsung mempengaruhi ekonomi dunia melalui kebijakan moneter dan fiskal setiap negara,” ujar Kurtubi.

harga minyak mentah, tambah Kurtubi, sangat mempengaruhi pergerakan harga komoditas lain seperti energi non-minyak (gas, batubara), komoditas tambang (tembaga, aluminium, nikel),

Dalam jangka panjang prospek harga minyak sebagai sumber daya, yang tidak bisa diproduksi kembali, menunjukkan tren harga yang terus naik mengikuti peningkatan tingkat suku bunga. Fluktuasi

Sumber : CPEES

Sumber : EIA

Page 19: Indonesia Commodity Review Vol.1

18 Indonesia Commodity Review | Edisi Khusus Volume 1 Edisi Khusus Volume 1 | Indonesia Commodity Review 19

I N D O N E S I A C O M M O D I T Y R E V I E W

komoditas pangan (gandum, gula), dan komoditas perkebunan (kelapa sawit, karet).

Faktor Pendongkrak Harga

Kurtubi juga mengungkapkan pertumbuhan ekonomi zona euro dan AS sangat mempengaruhi permintaan minyak mentah dunia. Meski diperkirakan akan

melambat akibat krisis utang mereka yang belum usai. Tapi, kebutuhan kedua wilayah tersebut terhadap minyak tetaplah tinggi. Terlebih setelah para pemimpin Eropa bersepakat terkait dengan upaya untuk menyelesaikan krisis utang pada Kamis (27/10), seperti memangkas utang Yunani sebesar 50% dan menambah dana talangan. Kesepakatan yang

terjadi di Eropa itu, plus data ekonomi AS yang positif selama kuartal III-2011, membuat harga minyak menguat hingga US$93,96 per barel. Meski sehari kemudian harga minyak mentah ini turun tipis menjadi US$93,32 per barel setelah menguat dalam lima sesi perdagangan. Namn dalam sepekan hingga Jumat (28/10), harga minyak menguat 6,7%.

Faktor pendorong lain terhadap penguatan harga minyak adalah pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi di China, India, Indonesia, Rusia, Timur Tengah dan Amerika Latin. Ditambah lagi dengan perpecahan di antara Negara-negara anggota OPEC terkait kuota produksi minyak. Arab Saudi dan Kuwait berpihak pada negara Barat yang membutuhkan

permintaan berlimpah agar harga terkendali. Sementara, Iran dan negara Timur Tengah lainnya justru perlu menjaga harga minyak tinggi untuk kepentingan domestik masing-masing.

Untuk itu, Kurtubi memperkirakan dalam jangka panjang harga minyak menunjukkan kenaikan. “Dengan adanya krisis utang di

Eropa dan AS, tampaknya nyaris mustahil harga minyak malah turun kembali ke level US$80 per barel. Justru sebaliknya, harga minyak akan melambung tinggi tahun depan,” terang Kurtubi.

Ia memperkirakan harga minyak dunia berpotensi untuk terus menguat seiring dengan upaya pemulihan di Eropa dan AS,

Indeks Harga Komoditas

Sumber : IMF

Page 20: Indonesia Commodity Review Vol.1

20 Indonesia Commodity Review | Edisi Khusus Volume 1

I N D O N E S I A C O M M O D I T Y R E V I E W

Edisi Khusus Volume 1 | Indonesia Commodity Review 21

“Untuk tahun 2011 dan 2012 perkiraan harga minyak dunia (Brent)

masing-masing sekitar US$110 per barel dan US$120 per barel dengan

probabilitas sebesar 80%.”- Prof. DR. Kurtubi -

yang akan berimbas pada perekonomian negara lain di dunia, yang akan mendongkrak kembali permintaan minyak mentah untuk menggerakkan perekonomian. Pemulihan produksi minyak Libya dan konsistensi OPEC dalam menaati kuota produksi dan tingkat harga terendah yang bisa mereka ‘terima’, sangat bergantung pada tingkat sukubunga, harga emas, dan nilai tukar dolar AS sebagai denominasi dalam transaksi perdagangan minyak.

Sementara komoditas lainnya, seperti komoditas energi non-minyak (gas, batubara), tambang (tembaga, aluminium, nikel, dll), pangan (gandum, gula, daging, dsb), perkebunan (kelapa sawit, karet, dll), sangat dipengaruhi oleh harga minyak dunia. Dalam jangka pendek dan menengah, harga minyak akan berfluktuasi (di atas atau di bawah tren) mengikuti perkembangan dinamis dari pertumbuhan ekonomi, jumlah penduduk, nilai tukar dolar, tingkat produksi non-OPEC dan konsistensi OPEC pada kuota dan sasaran harga. “Untuk tahun 2011 dan 2012 perkiraan harga minyak dunia (Brent) masing-masing sekitar US$110 per barel dan US$120 per barel dengan probabilitas sebesar 80%,” jelas Kurtubi.

Asumsi Makro RAPBN 2012

Sementara itu, pemerintah Indonesia memiliki penilaian lain terhadap harga minyak dunia tahun depan. Hal itu terucap oleh Menteri Keuangan Agus Martowardojo, yang menyatakan bahwa harga minyak dunia ke

depan (future price) cenderung menurun pada 2012. Turunnya perkiraan tersebut seiring dengan pergerakan harga komoditas di pasar dunia yang mengalami penurunan.

Oleh sebab itu, perkiraan harga minyak Indonesia (ICP) akan berada di kisaran US$75-95 per barel pada 2012. Selain itu, turunnya harga turut dipengaruhi oleh rencana kenaikan produksi minyak mentah negara-negara non-OPEC, sekaligus meredanya permasalahan geopolitik di Timur Tengah. “Permintaan minyak dunia relatif stabil pada tahun 2012 yang didukung oleh perkiraan menurunnya pertumbuhan ekonomi China dan India dibandingkan tahun 2011,”

ujar Agus Marto.

Ia memprediksi perekonomian China turun dari 9,6% menjadi 9,5%, sedangkan India turun dari 8,2% menjadi 7,8%. Sementara persediaan dan distribusi minyak dunia diperkirakan akan cenderung stabil diikuti tingginya tingkat kedisiplinan negara anggota OPEC untuk menjaga kapasitas produksi minyak. Sedangkan, perkiraan lifting (minyak mentah siap jual) Indonesia akan berada di kisaran 950.000-970.000 barrel per hari pada 2012.

Menyikapi pandangan dari pemerintah, Kurtubi menilai terlalu naif bila tetap mempertahankan asumsi ICP pada US$80 per barel. Karena tanpa adanya gejolak pun,

DOK.

ANTA

RA

Tanker MT Concertina di perairan Sungai Kapuas, Kalimantan Barat

Page 21: Indonesia Commodity Review Vol.1

20 Indonesia Commodity Review | Edisi Khusus Volume 1 Edisi Khusus Volume 1 | Indonesia Commodity Review 21

I N D O N E S I A C O M M O D I T Y R E V I E W

dia memperkirakan, tren harga minyak akan naik tahun ini. Ada tidaknya konflik, harga minyak dunia untuk 2011 mengalami tren kenaikan. Hal ini disebabkan karena faktor fundamental permintaan pada 2011.

Menurut Kurtubi, permintaan harga minyak tahun ini mencapai 1,1 juta per barel. Bahkan banyak pakar memperkirakan permintaan minyak dunia per harinya dapat mencapai 1,5-1,7 juta barel.

Konflik di Timur tengah seperti Bahrain berpotensi untuk melempar harga minyak lebih tinggi lagi jika kerusuhan itu menjalar ke Arab Saudi. ”Karena letak geografis Bahrain yang berdekatan dengan Arab Saudi. Jika itu terjadi, maka harga minyak dunia akan semakin menggila yaitu berkisar di angka US$200 per barel,” ucapnya.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) masih ragu-ragu dalam mengusulkan asumsi makro RAPBN 2012 tentang harga minyak mentah Indonesia (ICP) dan angka produksi serta lifting minyak nasional. Bukannya memberikan satu angka pasti untuk asumsi makro, malah memberikan kisaran yang cukup lebar, baik untuk harga minyak maupun produksinya.

Kementerian ESDM mengusulkan untuk ICP berada di kisaran US$75 - 95 per barel, sementara produksi minyak di kisaran 950-970 ribu barel per hari. Kementerian ini memilih angka kisaran karena masih tahapan pertama dalam persetujuan asumsi makro. Kisaran dalam ICP diberikan karena proyeksi harga minyak tahun depan masih penuh dengan ketidakpastian.

Sementara untuk produksi, kisaran yang diajukan oleh Kementerian ESDM berbeda dengan perhitungan Badan Pelaksana Hulu Minyak dan Gas Bumi (BPMigas). BP Migas mengajukan kisaran produksi di angka 930-950 ribu barel per hari, itu pun sudah dengan upaya ekstra optimal. Berbeda dengan Kementerian ESDM yang mematok kisaran produksi di angka 950-970 ribu barel per hari.(Sgt/ANT)

DOK.

ANTA

RA

Tanker MT Concertina di perairan Sungai Kapuas, Kalimantan Barat

Seorang petugas mengisi muatan High Speed Diesel (HSD) ke dalam Kapal Tanker MT Serena II

Page 22: Indonesia Commodity Review Vol.1

22 Indonesia Commodity Review | Edisi Khusus Volume 1

I N D O N E S I A C O M M O D I T Y R E V I E W

Edisi Khusus Volume 1 | Indonesia Commodity Review 23

Bagi sektor pertanian khususnya pertanian

berbasis perkebunan, iklim merupakan faktor yang amat penting sebagai acuan untuk memulai musim tanam. Perubahan iklim dan cuaca yang mampu menggeser musim tanam ini tentu merupakan fenomena yang cukup luar biasa dan bisa dimasukkan ke dalam kategori force majeur.

Berdasarkan laporan International Research Institute for Climate and Society (IRI) versi Januari 2011 untuk Daerah Nino 3.4 (Pasifik dan sekitarnya), peluang musim basah (La Nina) masih tinggi (88%) hingga Februari-Maret-April (FMA), bahkan cukup tinggi (67%) sampai Maret-April-Mei (MAM). Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperkirakan

Dampak La Nina Terhadap Produksi

Sawit dan Karet 2012

musim hujan akan berkepanjangan, bahkan sampai musim panen raya nanti. Sulit dibayangkan betapa besar dampaknya jika informasi perubahan iklim itu tidak diterima dan dipahami 17,8 juta rumah tangga petani tanaman pangan.

Drs. Nasrullah Ssi, PLH (Pelaksana Harian) Kepala Pusat Perubahan Iklim dan Kualitas Udara BMKG, memprediksi musim hujan 2011-2012 dimulai pada Oktober-November dengan tingkat curah hujan normal hingga sedikit di atas normal berpeluang terjadi untuk wilayah yang terpengaruh El Nino/La Nina – Southern Oscillation (ENSO), yaitu pola iklim yang terjadi di sepanjang pantai Pasifik setiap lima tahun sekali.

Cuaca yang tidak menentu, curah

hujan tinggi, ombak besar, banjir, dan berbagai bencana alam yang datang silih berganti merupakan ciri perubahan iklim atau dampak dari pemanasan global. Intensitas bencana maupun frekuensinya semakin meningkat dari tahun ke tahun. “Dengan cukupnya curah hujan, diharapkan produksi kelapa sawit dan karet stabil atau bahkan dapat sedikit meningkat,” kata Nasrullah dalam paparannya pada Seminar “Commodity Price Outlook 2012” di Jakarta.

Menurut Nasrullah, perubahan iklim diperkirakan akan semakin parah pada masa mendatang. Di sinilah peran pemerintah dituntut lebih besar, yaitu segera menyusun kebijakan yang adaptif terhadap perubahan iklim.

Page 23: Indonesia Commodity Review Vol.1

22 Indonesia Commodity Review | Edisi Khusus Volume 1 Edisi Khusus Volume 1 | Indonesia Commodity Review 23

I N D O N E S I A C O M M O D I T Y R E V I E W

Ia mencontohkan musim tanam tidak lagi berpatokan pada anggapan dulu, yakni musim hujan setiap Oktober-Maret atau musim kemarau setiap April-September. “Sektor pertanian perlu mendapat perhatian serius karena sangat rentan terhadap perubahan iklim,” imbuh Nasrullah.

Kerentanan ini terutama dari tiga faktor, yakni peningkatan suhu udara, terjadinya iklim ekstrem, dan naiknya permukaan air laut. Peningkatan suhu udara akan berdampak terhadap penurunan produktivitas tanaman, terutama tanaman semusim. Selain itu juga akan meningkatkan populasi beberapa jenis hama penyakit tanaman. Dampaknya, bisa menghadirkan ancaman serius bagi

ketersediaan pangan, keamanan dan kenyamanan hidup makhluk di bumi.

Produktivitas Turun

Nasrullah mengatakan dampak perubahan iklim saat ini sudah mulai dirasakan petani dengan turunnya produktivitas pertanian dan perkebunan, seperti durian, kopi, kakao dan cengkeh.

Penurunan produksi pertanian dan peristiwa gagal panen untuk tanaman pangan hampir merata terjadi di berbagai wilayah di Indonesia dalam periode setahun terakhir. Di Jawa Timur misalnya, hujan yang terjadi sepanjang 2010 telah menekan luas areal panen kedelai. Luas tanam

menurun 4,28% menjadi 2.581 hektar dibandingkan dengan masa normal. Akibatnya bisa ditebak, produksi menurun 8,7%. Begitu juga dengan produktivitas kedelai yang turun dari 1,34 ton per hektar menjadi 1,28 ton per hektar.

Anomali iklim tahun ini diperki-rakan akan menurunkan produksi karet alam sekitar 3% hingga 4% dari target. Data Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) menyebutkan produksi karet alam Indonesia ditargetkan sebesar 2,97 juta ton, atau naik dari produksi 2010 yang sebanyak 2,73 juta ton.

Terlebih tingkat produktivitas tanaman karet di Indonesia masih sangat rendah, yaitu rata-

Page 24: Indonesia Commodity Review Vol.1

24 Indonesia Commodity Review | Edisi Khusus Volume 1

I N D O N E S I A C O M M O D I T Y R E V I E W

Edisi Khusus Volume 1 | Indonesia Commodity Review 25

rata sekitar 880 kg per hektar per tahun. Bandingkan dengan produktivitas tanaman karet di negara lain, seperti Thailand dan India, yang bisa mencapai 1.500 kg per hektar per tahun.

Masalah iklim yang tidak menentu juga mempengaruhi produksi sawit. Proses penyerbukan menjadi tidak sempurna dan akhirnya isi buah dalam tandan berkurang, sehingga produksi minyak sawit akan turun.

Sementara untuk komoditas tebu, iklim yang cenderung basah meningkatkan luas panen tebu 3,96% dan mendongkrak produksi tebu sebesar 13,26%. Namun,

rendemen tanaman tebu justru menurun dari 7,33% menjadi 6,07%.

Dampak Perubahan Iklim

Dampak dari perubahan iklim, menurut Nasrullah, sangat mempengaruhi kehidupan manusia. Salah satu sektor yang paling terpengaruh dengan perubahan iklim adalah sektor pertanian.

Pertama, perubahan iklim akan berdampak pada pergeseran musim, yakni semakin singkatnya musim hujan namun dengan curah hujan yang lebih besar. Akibatnya, pola tanam juga akan mengalami pergeseran. Selain itu, kerusakan

pertanaman terjadi karena intensitas curah hujan yang tinggi yang berdampak pada banjir dan tanah longsor serta angin.

Kedua, fluktuasi suhu dan kelembaban udara yang semakin meningkat, yang mampu menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan organisme pengganggu tanaman.

Ketiga, menurunnya kesejahteraan ekonomi petani, karena dengan semakin susutnya lahan pertanian dan turunnya hasil pertanian, maka akan berimbas pada menurunnya pendapatan petani.

Dampak perubahan iklim, selain mulai mengancam proses

Page 25: Indonesia Commodity Review Vol.1

24 Indonesia Commodity Review | Edisi Khusus Volume 1 Edisi Khusus Volume 1 | Indonesia Commodity Review 25

I N D O N E S I A C O M M O D I T Y R E V I E W

produksi pangan juga membuat kehidupan nelayan terancam. Di beberapa daerah basis nelayan, aktivitas melaut para nelayan mulai berkurang. Para nelayan enggan melaut karena datangnya gelombang dan potensi mendapatkan tangkapan ikan sulit diprediksi.

Perubahan iklim ini juga menggeser masa musim hujan dan musim kemarau. Akibatnya, akan terjadi masalah pada pasokan air bersih, yang diwarnai dengan defisit air di sejumlah wilayah yang rata-rata curah hujannya menurun. Kondisi ini tak hanya berpengaruh langsung pada sektor pertanian, tetapi juga pada sektor energi karena berkurangnya pasokan air untuk pembangkit listrik tenaga air.

Selain berbagai dampak tersebut, pemanasan global juga akan berdampak pada sektor kehutanan, kelautan, keanekaragaman hayati serta dampak sosial-ekologis lainnya. Namun, yang paling

Bukan saja harus meniru perilaku santun dan bijaksana seperti Nabi Yusuf, tapi kita selayaknya juga dapat mencontoh apa yang dilakukan sang utusan Tuhan ini dalam menyikapi alam. Kita dapat belajar dari

kisah bijak Nabi Yusuf saat Mesir dilanda paceklik. Di luar kewajibannya sebagai nabi yang membimbing umat manusia agar selalu berada di jalan Tuhan, ia memiliki visi yang jelas dan tajam untuk mengatur perbendaharaan negara yang tentunya sangat vital bagi keberlangsungan hidup suatu negara beserta rakyatnya. Yusuf mampu “membaca” gejala alam sekitar, dan kemudian ia melakukan langkah untuk mendekati alam, sehingga dengan perlahan ia sanggup membaca perilaku alam. Dengan demikian bencana yang menyengsarakan rakyat tak akan terjadi lagi. Itulah teladan yang harus ditiru oleh semua anak bangsa agar selalu menyusun kebijakan yang pro lingkungan plus pro terhadap penghuninya.

Andai Kita Bisa Meniru Nabi Yusuf

mencemaskan, dampak langsung pada manusia. Laju pemanasan global yang terlalu cepat akan mengancam kehidupan manusia karena manusia akan sulit beradaptasi.

“Kenaikan suhu global pada abad yang lalu mencapai 0,74 derajat Celsius. Jika tak ada usaha mengurangi emisi gas rumah kaca, laju tersebut akan meningkat menjadi 0,2 derajat Celsius per dekade atau tiap sepuluh tahun,” kata Nasrullah.

Bayangkan, estimasi model dari beberapa skenario emisi gas rumah kaca memperlihatkan kenaikan sebesar 1,8º C hingga 4º C pada 2100. Untuk itu, sejumlah negara sepakat meredam laju kenaikan suhu global agar tidak lebih dari 2º C dari suhu rata-rata sebelum era industrialisasi (1860). Salah satu caranya adalah melalui penurunan emisi gas rumah kaca (karbon) sebesar 20-30% pada 2020, serta 60-90% pada 2050.(Sgt/ANT)

DOK.ANTARA

Page 26: Indonesia Commodity Review Vol.1

26 Indonesia Commodity Review | Edisi Khusus Volume 1

I N D O N E S I A C O M M O D I T Y R E V I E W

Edisi Khusus Volume 1 | Indonesia Commodity Review 27

Sebagai penghasil minyak sawit mentah (CPO) terbesar di dunia, Indonesia dituntut untuk dapat memenuhi tingginya

permintaan CPO global. Permintaan CPO dunia bakal mencapai kisaran 62-63 juta ton pada 2015. Kebutuhan ini diproyeksikan kembali naik menjadi 76-77 juta ton lima tahun kemudian.

“Pertumbuhan permintaan atas komoditas ini terus meningkat signifikan sejak beberapa tahun terakhir. Pada tahun 2010-2011, permintaannya hanya sebesar 45,5 juta ton sebelum melonjak jadi 62-63 juta ton pada tahun 2015,” kata Thomas Mielke, Executive Director of International Statistical Agricultural Information, dalam paparannya di seminar “Commodity Price Outlook 2012” yang diselenggarakan oleh PT Kharisma Pemasaran Bersama Nusantara di Jakarta beberapa waktu lalu.

Thomas Mielke

Teleconference Thomas Mielke dengan peserta Seminar Commodity Price Outlook 2012

Page 27: Indonesia Commodity Review Vol.1

26 Indonesia Commodity Review | Edisi Khusus Volume 1 Edisi Khusus Volume 1 | Indonesia Commodity Review 27

I N D O N E S I A C O M M O D I T Y R E V I E W

Prediksi 2012, CPO di Level US$1.000 Per Ton

Bahkan, Mielke yakin dengan tingginya permintaan, harga CPO diprediksi pada level US$1.000 per ton tahun ini hingga 2012 mendatang.

Mielke menuturkan, terus meningkatnya angka permintaan CPO seiring dengan permintaan terhadap komoditas penghasil minyak nabati lainnya, seperti kedelai, jagung, kanola, dan bunga matahari. Selain untuk memenuhi konsumsi makanan, komoditas ini diperlukan sebagai substitusi energi dalam rangka mengurangi ketergantungan energi fosil yang terus bergejolak dan semakin menipis cadangannya.

Dalam hitungan Mielke, tingkat permintaan CPO mencapai dua kali lipat sejak 19 tahun terakhir. Rata-rata volume pertumbuhannya mencapai 5,9 juta ton per tahun sejak 10 tahun terakhir.

Berdasarkan komposisi penggunaannya, komoditas ini digunakan untuk bahan makanan sekitar 74%, energi 12%, sisanya untuk pakan ternak dan bahan baku obat-obatan.

Selain itu, konsumsi minyak nabati juga tidak cukup berimbang. China dan India misalnya membutuhkan minyak nabati untuk pangan sekurangnya 2 juta ton per tahun. Bahkan China harus mengimpor kacang kedelai dalam takaran 60% dari produksi dunia. Padahal tingginya permintaan China menjadi penanda kenaikan harga komoditas tersebut di pasar ekspor.

“Semua kondisi ini merupakan problem global yang harus diselesaikan bersama-sama. Diperlukan ketersediaan dukungan berupa lahan, air, teknologi pemupukan, termasuk kebijakan semua pihak,” sambung Mielke.

Saat ini, tuturnya, ketersediaan komoditas minyak nabati dunia dihadapkan pada persediaan yang cukup rendah, baik untuk kanola, bunga matahari, dan kedelai. Kondisi ini membuat harga komoditas merangsek naik. Sementara penyelesaian produksi membutuhkan cukup banyak waktu.

Selain Indonesia, produsen lain yang diharapkan

“Kebutuhan biofuel yang hanya sebesar 12% dari total kebutuhan dunia tetap berperan memacu pertumbuhan harga, memicu konflik antara kebutuhan makanan dan energi,” katanya.

Tidak Berimbang

Mielke mengungkapkan, pertumbuhan antara produksi dan konsumsi seringkali tidak berimbang, di mana pertumbuhan permintaan kerap lebih cepat dibanding pertumbuhan produksi. Ini mengakibatkan suplai dunia selalu kurang, rasio cadangan tidak men-cukupi, terjadinya konflik antara kebutuhan bahan bakar dan pangan.

dapat menutup kebutuhan minyak nabati tersebut adalah Malaysia. Namun berbeda dengan Indonesia, kontribusi Malaysia diperkirakan hampir dua kali lipat di bawah kapasitas kontribusi Indonesia. Karena itu, sumbangan pasokannya ke pasar global tidak terlalu besar.

Mielke memperkirakan Indonesia sanggup memberikan kontribusi sebanyak 32,60 juta ton untuk menutup kebutuhan konsumsi CPO global pada 2015 yang mencapai 62-63 juta ton. Sedangkan Malaysia, kontribusinya diperkirakan hanya sebesar 20 juta ton.

Begitu juga untuk menutup permintaan CPO pada

DOK.KPBN

Page 28: Indonesia Commodity Review Vol.1

28 Indonesia Commodity Review | Edisi Khusus Volume 1

I N D O N E S I A C O M M O D I T Y R E V I E W

Edisi Khusus Volume 1 | Indonesia Commodity Review 29

2020 yang mencapai 76-77 juta ton, Indonesia diharapkan berkontribusi sebanyak 40 juta ton. Untuk Malaysia hanya mampu menyumbang 23,3 juta ton CPO.

“Ini artinya diperlukan pertumbuhan produksi CPO sebanyak 3,1 juta ton per tahun. Dari jumlah itu, 1,9 juta ton diharapkan terpenuhi dari produksi CPO Indonesia,” paparnya.

“Sangat jelas, kita tengah memasuki daerah baru di mana harga-harga naik dua kali lipat dibanding rata-rata 30 tahun terakhir. CPO misalnya saat ini dan tahun depan diperkirakan pada level US$1.000 per ton,” tuturnya lagi.

Komoditas

Sementara itu, tak menentunya kondisi ekonomi global berpengaruh terhadap kinerja pasar di seluruh dunia, baik pasar saham maupun komoditas. Para investor cenderung meninggalkan instrumen-instrumen berisiko, seperti bursa saham dan komoditas, dan memilih berinvestasi emas sebagai save heaven.

Itulah situasi yang dialami investor di seluruh dunia

saat ini. Mereka tengah menantikan perkembangan dari upaya penyelesaian krisis utang zona euro. Apabila para pemimpin Eropa berhasil menyatukan kata untuk mengatasi dampak krisis utang, maka ada harapan pasar kembali bergairah.

“Bila ada solusi yang jelas dari pemimpin Eropa terkait krisis utang, maka minat terhadap instrumen berisiko akan kembali meningkat dan hasilnya, harga saham akan naik, begitu pula dengan harga komoditas, seperti minyak,” kata Head of Research Monex Investindo Futures, Ariston Tjendra, kepada Indonesia Commodity Review, Rabu (26/10).

Kenaikan harga minyak mentah yang pada penutupan Selasa (25/10) berada di atas level US$90 per barel, akan ikut mendongkrak harga komoditas lainnya. Ia juga menjelaskan bahwa pasar derivatif akan mengi-kuti sentimen global, dan tidak mengikuti supply and demand.

Jika tak terjadi solusi di Eropa, kata Ariston, pasar masih berharap isu yang merebak saat ini, yaitu rencana bank sentral AS, Federal Reserve, meluncurkan kebijakan quantitative easing tahap III (QE3/paket

DOK.

ANTA

RA

Seorang petani mengangkut hasil panen kelapa sawitnya ke mobil pengangkut di Kab Konawe Utara, Sulawesi

Page 29: Indonesia Commodity Review Vol.1

28 Indonesia Commodity Review | Edisi Khusus Volume 1 Edisi Khusus Volume 1 | Indonesia Commodity Review 29

I N D O N E S I A C O M M O D I T Y R E V I E W

Gemerlap Sei Mangke Nan Menggoda

Kawasan industri Sei Mangkei merupakan suatu kawasan industri berbasis kelapa sawit yang dibangun oleh PT Perkebunan Nusantara (PTPN) III. Proyek ini diharapkan menjadi pioner bagi pengembangan industri hilir kelapa sawit dan minyak sawit mentah (CPO).

Pengembangan kawasan industri yang terletak di Kabupaten Simalungun dan Kabupaten Batubara, Sumatera Utara, ini membutuhkan investasi sedikitnya Rp6,8 triliun, yang mencakup industri di dalamnya. Kawasan industri khusus seluas 104 hektar ini secara bertahap akan ditingkatkan menjadi 600 hektar hingga 3.000 hektar.Untuk tahap awal, pembangunan kawasan Sei Mangkei sebagai kawasan industri khusus akan dipakai untuk membangun pabrik refinery dan oleochemicals seluas 104 hektar.Klaster Industri Sei Mangke diharapkan menjadi kawasan industri terintegrasi dari hulu hingga hilir untuk berbagai komoditas di antaranya sawit, karet, kakao, teh dan sebagainya. Klaster Industri Sei Mangke diharapkan menjadi awal dari rencana pembangunan Koridor Ekonomi Sumatera, yang dapat mengakselerasi pembangunan ekonomi di Pulau Sumatera. Selain juga untuk mendukung Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI).Jika sudah beroperasi penuh sekitar 2014 mendatang, diharapkan kawasan industri Sei Mangke dapat menyerap 1.245 orang tenaga kerja.

stimulus) segera terealisasi. “Jika isu itu benar, dan Eropa menemukan solusi seperti yang diharapkan, pasar akan melonjak,” ujarnya. Sebaliknya, pasar akan tertekan tapi tidak terlalu dalam bila tidak terjalin kesepakatan di antara pemimpin zona euro terkait upaya penyelesaian krisis utang, dengan syarat isu The Fed akan merilis QE3 menjadi kenyataan.

Terkait dengan imbas sentimen global terhadap komoditas, terutama minyak sawit mentah (CPO), Ariston mengatakan bahwa harga CPO akan bergerak di level resistance 2.970-3.080-3.160 ringgit per metrik ton, dan di level support 2.880-2.820-2.760 ringgit per metrik ton. “Level ini berlaku hingga sekitar medio November,” katanya.

Sementara data Oilworld menyebutkan harga rata-rata CPO CIF Rotterdam selama triwulan III-2011 tercatat di level US$1.080 per ton, atau turun US$47 per ton dari harga rata-rata selama triwulan sebelumnya. Penurunan harga pada triwulan III itu akibat tekanan aksi ambil untung yang dipicu oleh menguatnya dolar AS terhadap euro, serta akibat melemahnya harga minyak mentah dunia karena khawatir dengan lambannya pertumbuhan ekonomi global.

Faktor-faktor eksternal, terutama krisis utang Eropa, sangat berpengaruh terhadap stok akhir CPO, yang diperkirakan akan meningkat. Permintaan ekspor

selama September turun 6,2% menjadi 1,52 juta ton, dan dalam 10 hari pertama September, ekspor CPO turun 36% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Penurunan ekspor minyak sawit ini bisa lebih parah dari saat krisis 2008 lalu. Dengan demikian, diperkirakan permintaan minyak sawit selama kuartal IV tahun ini akan berat.

Target Produksi 40 Juta Ton

Untuk menutup kebutuhan konsumsi lokal dan pasar ekspor yang terus meningkat, Wakil Menteri Pertanian Bayu Krisnamukti mengungkapkan, Indonesia sendiri telah menetapkan target produksi 40 juta ton CPO pada 2020 mendatang. Angka itu meningkat dua kali lipat dari rata-rata produksi saat ini yang sekitar 20 juta ton per tahun.

Untuk menggenjot produksi, pemerintah melakukan peningkatan produktivitas melalui penanaman benih sawit unggul. “Peningkatan produksi CPO-nya tidak melalui perluasan lahan secara besar-besaran, melainkan melalui peningkatan produktivitas benih sawit yang saat ini sudah waktunya melakukan peremajaan kebun,” kata Bayu.

Sementara Rismansyah Danasaputra, Direktur Tanaman Tahunan Kementerian Pertanian, mengatakan peremajaan tanaman sawit dilakukan pada tanaman sawit yang sudah mencapai batas

Page 30: Indonesia Commodity Review Vol.1

30 Indonesia Commodity Review | Edisi Khusus Volume 1 Edisi Khusus Volume 1 | Indonesia Commodity Review 31

maksimum usia produktif atau sekitar 25 tahun ke atas. Untuk rata-rata usia produktif tanaman sawit berada pada kisaran 15-20 tahun.

Menurut Rismansyah, luas lahan perkebunan sawit yang perlu direvitalisasi tersebar di beberapa kawasan seperti Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi, Papua dan Maluku. Kementerian Pertanian sendiri, sambung Rismanyah, mendorong upaya peremajaan kembali tanaman sawit melalui penggunaan bibit-bibit sawit unggulan dengan potensi produksi di atas 25 ton per hektar per tahun. Nantinya, kata dia, potensi produksi tanaman ini akan ditingkatkan menjadi 35 ton per hektar per tahun dengan menggunakan bibit berkualitas tinggi dan pola tanam yang lebih baik.

Rismansyah mengatakan rata-rata perkebunan kelapa sawit swasta dan negara saat ini memiliki produktivitas paling tinggi 20-25 ton per hektar per tahun. Produktivitas paling rendah dicatatkan

perkebunan sawit rakyat dengan tingkat produktivitas tertinggi 15 ton per hektar per tahun.

Anizar Simanjuntak, Ketua Umum Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia, meminta Kementerian Pertanian memfokuskan program peremajaan tanaman kelapa sawit di perkebunan sawit rakyat. Hal ini karena para petani lebih membutuhkan peremajaan, namun terkendala pendanaan.

Adapun total luas perkebunan sawit rakyat yang membutuhkan peremajaan mencapai 385.000 hektar, kata Anizar. Luas lahan ini memiliki tanaman sawit dengan rata-rata usia di atas 25 tahun.

Wakil Ketua Dewan Minyak Sawit Indonesia, Derom Bangun, dalam seminar “Commodity Price Outlook 2012” di Jakarta, 22 September lalu, menambahkan bahwa peremajaan tanaman sawit di dalam negeri perlu dipercepat. Hal ini dilakukan agar Indonesia mampu menjaga kelangsungan produksinya sebagai produsen terbesar CPO global.

Perkebunan kelapa sawit di wilayah Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Selatan

Page 31: Indonesia Commodity Review Vol.1

30 Indonesia Commodity Review | Edisi Khusus Volume 1 Edisi Khusus Volume 1 | Indonesia Commodity Review 31

Derom menuturkan, hal paling signifikan pada revitalisasi sawit adalah meningkatkan akses terhadap bibit-bibit sawit berkualitas. Sebab, rata-rata produktivitas sawit nasional saat ini paling tinggi hanya 26 ton per hektar per tahun. Dengan bantuan teknologi, tanaman sawit bisa dikembangkan produktivtasnya menjadi 35 ton per hektar per tahun.

Perkuat Penetrasi Pasar

Sementara itu, kendati memiliki kontribusi penerimaan ekspor yang cukup besar, Kementerian Perindustrian mencatat penetrasi ekspor CPO ke beberapa negara tujuan ekspor masih sangat rendah. Rendahnya penetrasi disebabkan sebagian besar komoditas ekspornya masih berupa bahan mentah.

Agus Tjahajana, Direktur Jenderal Kerja Sama Industri Internasional Kementerian Perindustrian, mengatakan ekspor CPO Indonesia mencapai US$17,5 miliar pada periode 2007-2010. Sekitar US$12 miliar di antaranya didapat dari pasar tujuan ekspor, seperti China, Uni Eropa, Malaysia, dan India. Meski meraih porsi ekspor terbesar, namun penetrasi produk Indonesia pada keempat negara itu baru sekitar 0,2%-4,7% karena mayoritas yang diekspor masih berupa bahan mentah.

Akibatnya, sebut Agus, meski Indonesia menjadi produsen CPO terbesar di dunia, Indonesia masih belum bisa mengukuhkan diri sebagai penguasa pasar di negara-negara tujuan ekspornya. Menurut

dia, pemerintah sendiri mendorong swasta dan PTPN untuk mengembangkan industri hilir CPO. Tujuannya agar ekspor yang dilakukan lebih bernilai tambah.

Data Kementerian Perindustrian menyebutkan, pemerintah menyiapkan tiga kawasan sebagai lokasi industri hilir CPO yaitu Kawasan Industri Sei Mangke di Sumatera Utara, Kawasan Industri Dumai di Riau, dan Kawasan Industri Maloy di Kalimantan Timur mulai 2011-2014. Pengembangan kawasan ini dilaku-kan pemerintah untuk mendorong hilirisasi produksi CPO seperti minyak goreng, cocoa butter, oleokimia seperti fatty acids, fatty ester, fatty nitrogen, fatty alcohol, fatty nitrogen compound, glycerine, dan methyl ester, sektor industri margarin, industri min-yak goreng, dan industri metana.

Kementerian Perindustrian sendiri sudah menuntaskan studi kelayakan, detil engineering design, business plan, serta analisis dampak lingkungan bagi pengembangan industri hilir CPO di ketiga kawasan tersebut.

Dalam perkiraan Kementerian Perindustrian, pembangunan industri sawit hilir di tiga kawasan tersebut membutuhkan investasi sekitar Rp80 triliun. Dana investasi ini digunakan untuk pembangunan infrastruktur dasar, seperti jalan, jalur kereta api, pelabuhan, pembangkit listrik, instalasi air, dan penelitian. (Znl/ANT)

Page 32: Indonesia Commodity Review Vol.1

32 Indonesia Commodity Review | Edisi Khusus Volume 1

I N D O N E S I A C O M M O D I T Y R E V I E W

Edisi Khusus Volume 1 | Indonesia Commodity Review 33

Harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO)

diproyeksikan masih berada pada level tinggi sepanjang 2012. Faktor fundamental berupa supply-demand di mana produksi CPO yang masih bergerak di bawah laju permintaan, menjadi penopang masih tingginya harga CPO tahun depan.

Wakil Ketua Dewan Minyak Sawit Indonesia Derom Bangun

memperkirakan rata-rata harga CPO pada 2012 berada pada level US$1.050 per ton di pasar Rotterdam. Angka ini setara dengan 3.100 ringgit Malaysia per ton atau Rp8.400 per kilogram untuk harga pengiriman di Pelabuhan Belawan dan Dumai.

Diakui Derom, angka prediksi tersebut lebih rendah dibanding harga rata-rata CPO di Rotterdam yang selama Januari-Agustus 2011

Mungkinkah Harga CPO US$1.050 Tahun 2012?

Page 33: Indonesia Commodity Review Vol.1

32 Indonesia Commodity Review | Edisi Khusus Volume 1 Edisi Khusus Volume 1 | Indonesia Commodity Review 33

I N D O N E S I A C O M M O D I T Y R E V I E W

sebesar US$1.170 per ton. Khusus untuk harga CPO hingga akhir tahun, Derom memperkirakan harga rata-ratanya masih akan berada di atas rata-rata harga 2010 yang sebesar US$902 per ton. “Namun ini masih perkiraan awal,” tutur Derom.

Sepanjang 2012, Derom memperkirakan produksi minyak delapan komoditas yang mencakup CPO, kedelai, biji kapas, bunga matahari, kanola, kacang tanah, PKO, dan kelapa secara keseluruhan mencapai 149,64 juta ton. Angka ini naik 5,75 juta ton dari realisasi produksi 2011 sebesar 143,89 juta ton. Dari jumlah tersebut, CPO masih jadi kontributor utama sebesar 51,10 juta ton, disusul kedelai 43,72 juta ton dan bunga matahari 13,33 juta ton.

Sementara itu, kontributor utama produksi CPO disumbangkan Indonesia sebesar 25,9 juta ton, disusul Malaysia 18,47 juta ton, dan Thailand 1,6 juta ton. Setelah dikurangi konsumsi di negara produsen, Indonesia 6,28 juta ton dan Malaysia 4,1 juta ton, ditambah kemungkinan besar Thailand menggunakan sendiri seluruh produksi sawitnya, maka total CPO yang bisa diperdagangkan di pasar ekspor hanya 37,97 juta ton atau naik dari 35,7 juta ton pada tahun sebelumnya.

Menurut Derom, dengan tingkat produksi dan konsumsi seperti itu, hampir bisa dipastikan tidak ada selisih produksi yang tersisa atau stabil. Kondisi ini membuat harga komoditas CPO tetap bertahan di level tinggi. Terlebih, rasio

pertumbuhan komoditas minyak non CPO hanya sekitar 3,36%, yang membuat CPO sebagai satu-satunya sumber pemenuhan konsumsi minyak nabati yang paling bisa diandalkan.

Gejolak krisis perlambatan ekonomi AS dan Eropa Barat menyusul turunnya peringkat utang AS dan pembengkakan biaya fiskal di kawasan tersebut, sepertinya tidak akan mampu menahan laju permintaan CPO. Sebab, dibanding China dan India yang memiliki kondisi perekonomian yang stabil, permintaan AS dan Eropa Barat relatif sedikit.

Data Kementerian Pertanian AS memperkirakan, permintaan minyak sawit China dan India tahun depan masing-masing tembus ke angka 7,1 juta ton dan 6,65 juta ton dari sebelumnya 6,75 juta ton dan 5,95 juta ton. Bandingkan dengan konsumsi Eropa Barat dan AS masing-masing 5,6 juta ton dan 998 ribu ton dari 5.100 ton dan 930 ribu ton. Artinya, konsumsi India dan China yang masih tinggi, diharapkan mampu mempertahankan harga CPO

bertahan di level tinggi.

“Kenaikan harga CPO tahun depan diperkirakan Dorab Mistry, Direktur Godrej International Ltd., berpeluang mencapai level harga 4.000 ringgit Malaysia atau US$1.296 per ton pada tahun depan”, ujar Derom.

Pada kesempatan lain Dorab Mistry menyampaikan bahwa tingginya harga CPO didasarkan pada dua kondisi yang berpeluang terjadi sepanjang tahun depan.

Kondisi pertama adalah tingginya permintaan CPO untuk bahan bakar biofuel menyusul perkiraan masih tingginya harga minyak mentah dunia di kisaran US$90-100 per barel. Sementara suplai komoditas kedelai diperkirakan turun akibat kondisi cuaca yang kurang mendukung.

Selain kedelai, CPO merupakan substitusi bahan bakar minyak yang paling diandalkan bila terjadi kenaikan harga minyak mentah dunia. Indonesia saja, pengembangan industri biofuelnya diperkirakan bisa menyerap 700

DOK.

IMQ

-AN

TARA

Derom Bangun (kiri) didampingi moderator seminar Sobandi Argadipraja

Page 34: Indonesia Commodity Review Vol.1

34 Indonesia Commodity Review | Edisi Khusus Volume 1

I N D O N E S I A C O M M O D I T Y R E V I E W

Edisi Khusus Volume 1 | Indonesia Commodity Review 35

ribu ton CPO.

Kondisi kedua yang menyebabkan kenaikan harga CPO adalah adanya peluang (reversal) atas kebijakan moneter di India dan China sebagai dua konsumen CPO terbesar global. Otoritas moneter kedua negara ini menaikkan suku bunga dan melakukan pengetatan suplai uang guna menekan laju inflasi makanan di pasar domestik.

Namun, analisis Dorab, kebijakan pengetatan moneter tidak cukup efektif mengingat permintaan masih tetap tinggi. Dengan kondisi demikian, sebut Dorab, kemungkinan otoritas moneter kedua negara mengambil pendekatan lebih normal dan membiarkan suku bunga turun. Bila opsi tersebut diambil, besar kemungkinan peluang pembelian CPO akan kembali meningkat. Imbasnya, harga CPO di pasar

ekspor ikut terkerek.

Waspadai China

Tetapi, bila mengamati perkembangan yang terjadi di China belakangan ini, sepertinya perkiraan Derom dan Dorab mengenai kemungkinan harga CPO tetap tinggi pada 2012 menyusul besarnya konsumsi di China tak akan menjadi kenyataan. Pasalnya, pertengahan September 2011 lalu, pemerintahan China mendorong implementasi kebijakan fiskal proaktif dan kebijakan moneter yang hati-hati agar perekonomian negeri itu tetap berada dalam kondisi stabil dan laju inflasi terkendali.

Dengan demikian, kita jangan keburu terlalu optimistis dengan perekonomian China, karena meski data yang dirilis Senin (24/10) menunjukkan aktivitas sektor manufaktur yang melebihi

ekspektasi, tapi banyak analis yang melihat ada potensi hard landing untuk perekonomian Negeri Tirai Bambu itu.

“Investor harus bersiap-siap menghadapi kemungkinan hard landing dan juga devaluasi yuan,” kata analis dari Societe Generale, Albert Edwards, yang melihat tanda-tanda dimulainya era perlambatan pertumbuhan China.

Edwards menunjuk pada anjloknya akumulasi cadangan devisa China pada kuartal III ini, sehingga memunculkan indikasi akan ketatnya likuiditas.Pertumbuhan cadangan devisa cenderung inflasioner, kata Edwards, yang akan mendorong China untuk menerapkan kebijakan moneter untuk menggairahkan perekonomian, layaknya quantitative easing (QE) yang dilakukan U.S. Federal Reserve (The Fed) di Amerika Serikat.

China membeli dolar AS dan mata uang asing lainnya dari perbankan komersial di dalam negeri, dan menukarnya dengan yuan yang dicetak oleh bank sentral China, People’s Bank of China (PBOC), untuk kemudian disalurkan ke perekonomian negeri itu agar kembali bergairah. Langkah seperti ini sudah dilakukan The Fed dan Bank of Japan serta beberapa negara lainnya.

Edwards melihat penurunan akumulasi cadangan devisa China sebelumnya, yang bersamaan dengan menguatnya dolar AS, telah membantu memberikan isyarat akan terjadinya kejatuhan harga komoditas dan harga

DOK. Reuters

Port Rotterdam, Belanda

Page 35: Indonesia Commodity Review Vol.1

34 Indonesia Commodity Review | Edisi Khusus Volume 1 Edisi Khusus Volume 1 | Indonesia Commodity Review 35

I N D O N E S I A C O M M O D I T Y R E V I E W

saham di pasar berpertumbuhan cepat (emerging market) selama semester kedua 2008 lalu.

Jika mengamati kejadian pada 2008 lalu itu, Edwards mewanti para investor untuk mewaspadai dan memperhatikan angka-angka yang dirilis PBOC baru-baru ini.

Awal Oktober lalu, PBOC merilis data yang menunjukkan bahwa cadangan devisa tumbuh sebesar US$4,2 miliar pada kuartal III-2011, dibandingkan dengan pertumbuhan rata-rata bulanan sebesar US$58 miliar sepanjang semester pertama tahun ini.

Penurunan itu mencerminkan upaya Beijing untuk mencapai posisi soft landing untuk sektor properti dan gelembung investasi. Tapi ingat, kata Edwards, meski kebijakan itu mungkin dapat membantu meredam kemerosotan dalam jangka pendek, tapi ini bisa mengguncang perekonomian dan pasar dalam jangka waktu yang lebih panjang.

“Sejarah tak memihak mereka,” ujarnya, seraya menyebut China sebagai perekonomian “aneh” dalam hal level investasi yang tinggi dibandingkan dengan ukuran produk domestik brutonya (PDB).

Dengan rasio investasi terhadap PDB China yang 50%, itu dapat disimpulkan negeri ini termasuk dalam jajaran negara yang paling bergejolak di dunia, bukan yang paling stabil.

Ketidakpastian Ekonomi AS dan Eropa

Berbeda dengan proyeksi optimistis

seperti disampaikan Derom Bangun, Malaysian Industrial Development Finance Berhard (MIDF Research), merevisi proyeksi rata-rata harga CPO tahun depan menjadi 2.700 ringgit Malaysia per ton. Angka ini lebih rendah 10% dibanding proyeksi harga CPO riset MIDF sebelumnya.

Penurunan proyeksi juga dilakukan pada harga rata-rata CPO tahun ini. Riset MIDF memperkirakan harga rata-rata CPO pengiriman Malaysia tahun ini bisa jatuh ke level harga 3.200 ringgit Malaysia per ton atau turun 5,8% dibanding proyeksi sebelumnya 3.400 ringgit Malaysia per ton.

Revisi proyeksi rata-rata harga CPO dilakukan MIDF dengan mengacu pada kondisi ketidakpastian global yang bersumbu dari perekonomian negara-negara

Eropa seperti Yunani, Spanyol, dan Italia, serta kondisi perekonomian AS. Ketidakpastian ekonomi dan keuangan yang berlarut-larut dikhawatirkan memangkas daya beli sehingga berpengaruh pada permintaan komoditas pertanian, termasuk CPO.

Selain krisis, potensi penurunan harga CPO juga didasarkan pada kondisi membaiknya produksi CPO pada akhir 2011 setelah produksi 2010 tertekan akibat cuaca yang memburuk. Produksi CPO tahun ini diperkirakan terus naik di musim panen selama Oktober sampai November. Dengan proyeksi harga CPO terbaru, MIDF Research memproyeksikan akan ada potensi tren penurunan harga CPO ke level 2.800 ringgit Malaysia per ton di paruh kedua tahun ini. (Znl/ANT)

DOK. Reuters

Port Rotterdam, Belanda

Seorang pekerja memeriksa lini produksi minyak goreng di Sanhe, China

Page 36: Indonesia Commodity Review Vol.1

36 Indonesia Commodity Review | Edisi Khusus Volume 1

I N D O N E S I A C O M M O D I T Y R E V I E W

Edisi Khusus Volume 1 | Indonesia Commodity Review 37

Peter W .C Tan, Managing Director Goodyear

Orient Company, dalam seminar “Commodity Outlook Price 2012” pada 22 September lalu, mengatakan bahwa ada sejumlah faktor kunci yang dapat mempengaruhi harga karet alam, yaitu produksi dan konsumsi; supply and demand karet secara fisik; dan pasar berjangka.

Untuk faktor produksi dan konsumsi, yang merupakan faktor fundamental, Tan menjabarkan bahwa yang mempengaruhi harga adalah bagaimana karet alam itu diproduksi atau akan diproduksi. Kemudian seberapa besar produk yang terbuat dari karet dibutuhkan oleh konsumen.

Lebih lanjut, dari sisi pasokan dan permintaan (supply and demand), menurut Tan, harga karet bisa terpengaruh oleh seberapa besar cadangan atau stok di sepanjang rantai pasokan. Selain itu, di mana dan siapa yang menguasai cadangan karet alam itu.

“Untuk di pasar berjangka (futures market), biasanya harga karet itu dipengaruhi oleh spekulasi terkait dengan supply and demand. Juga masuknya trader dan fund

Faktor yang Pengaruhi Harga Karet dan Implikasinya 2012

DOK.

IMQ

-AN

TARA

manager di pasar,” katanya seraya menambahkan bahwa untuk saat ini pasar berjangka merupakan faktor dominan untuk mempengaruhi pergerakan harga karet alam dalam jangka pendek.

Masuknya para trader dan fund manager di pasar berjangka ini

menyusul tingginya pertumbuhan permintaan China untuk industri bahan baku di tengah tingginya likuiditas moneter. Selain itu juga karena rendahnya tingkat sukubunga berkat diluncurkannya program stimulus (Quantitative Easing/QE1 dan QE2), yang jelas memiliki dampak besar terhadap

Peter W.C TanPeter W.C Tan

Page 37: Indonesia Commodity Review Vol.1

36 Indonesia Commodity Review | Edisi Khusus Volume 1 Edisi Khusus Volume 1 | Indonesia Commodity Review 37

I N D O N E S I A C O M M O D I T Y R E V I E W

pergerakan harga karet alam.

Produksi dan Konsumsi

Dari sisi produksi karet, Tan menjelaskan lebih detil mengenai faktor-faktor yang mempengaruhinya, seperti jumlah pohon karet yang ditanam, yaitu penanaman pohon baru dan penanaman kembali. Di sini juga masih dipengaruhi oleh usia tanaman, yakni berapa persen tanaman yang masih baru, tanaman yang sudah mencapai puncak produktivitasnya dan berapa persen tanaman yang sudah tua.

Jangan lupa pula bahwa perubahan iklim yang drastis juga amat berpengaruh terhadap produksi tanaman karet, yang pada akhirnya berimbas pada harga, ujar Tan. “Perubahan iklim yang drastis itu

bisa berupa kekeringan, curah hujan yang berlebihan, banjir, dan gempa bumi,” ucapnya.

Selain itu, pengelolaan kebun juga ikut beperan dalam mempengaruhi produksi, misalnya upaya untuk pencegahan penyakit, penyadapan getah yang berlebihan karena tingginya harga, praktik pertanian dan hasil sadapan getah karet serta penggunaan stimulan atau obat untuk meningkatkan hasil sadapan. Faktor lainnya adalah kurangnya tenaga kerja, kata Tan. Bila jumlah tenaga kerja kurang, yang terjadi adalah banyak pohon karet yang tak disadap.

Sementara sejumlah faktor yang mempengaruhi konsumsi, menurut Tan, adalah pertumbuhan ekonomi dan jumlah konsumsi produk karet. Ia menyinggung mengenai tingginya pertumbuhan

ekonomi China dan India, yang tentunya akan membutuhkan karet alam dalam jumlah besar untuk mendukung industri otomotifnya yang berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir. Namun, pemulihan ekonomi global yang tak menentu dan lambannya pertumbuhan ekonomi di negara-negara maju juga ikut mempengaruhi konsumsi karet alam dunia.

Permintaan kendaraan bermotor yang makin meningkat, terutama di negara-negara berpertumbuhan cepat, seperti China dan India, juga ikut mendongkrak kebutuhan ban yang bahan bakunya adalah karet alam. Dalam paparannya, Tan juga menyebutkan adanya pesaing dari karet alam, yakni karet sintetis.(Znl/ANT)

DOK.

Reu

ters

Pengecekan akhir produksi ban di pabrik Beijing Capital Tire, China

Page 38: Indonesia Commodity Review Vol.1

38 Indonesia Commodity Review | Edisi Khusus Volume 1

I N D O N E S I A C O M M O D I T Y R E V I E W

Peter W.C. Tan, Managing Director pada Goodyear Orient Company (Private) Limited, mengungkapkan pertumbuhan PDB China dan India yang cukup spektakuler dalam beberapa tahun terakhir dapat menjadi faktor kunci permintaan atas komoditas bahan baku industri. “Ini termasuk komoditas karet,” sebut Tan

dalam seminar “Commodity Price Outlook 2012” yang digelar PT Kharisma Pemasaran Bersama Nusantara pada 22 September lalu.

Korelasi antara pertumbuhan ekonomi tinggi dan peningkatan permintaan karet di kedua negara adalah tingginya pertumbuhan industri manufaktur masing-masing, terutama di sektor otomotif. Diketahui, kedua negara mencatatkan diri sebagai kawasan ekonomi dengan angka penjualan kendaraaan tertinggi di dunia yang mendorong peningkatan kebutuhan produksi ban setiap tahunnya.

Tingginya kebutuhan karet alam, catat Association of Natural Rubber Producing Countries (ANRPC), mendorong China mengimpor karet alam hingga 3,5-3,6 juta ton sepanjang tahun ini atau naik 6,1% dibanding permintaan tahun sebelumnya. Angka impor sebesar ini mengimbangi perkiraan pertumbuhan angka penjualan kendaraan dari China Association of Automobile Manufacturers sebesar 10%-15% sepanjang tahun ini, setelah sebelumnya naik 32% dari 2009 menjadi 18,06 juta kendaraan.

Demikian juga dengan India, yang mencatatkan angka penjualan mobil kedua terbesar di Asia, sehingga otomatis meningkatkan permintaan ban dengan karet alam sebagai bahan bakunya. Sheela Thomas, Presiden dari All-India Rubber Industries Association, mengatakan kebutuhan karet alam industri manufaktur otomotif India tahun ini saja mencapai 9,77 lakh ton(1 lakh = 100.000). Sementara kapasitas produksinya hanya mencapai 9,02 lakh ton atau naik 4,6% dibanding produksi tahun sebelumnya.

Kondisi demikian, sebut Sheela, menyebabkan defisit pasokan karet alam India sepanjang tahun ini sebesar 75.000 ton karet harus diimpor dari pasar impor seperti Indonesia dan Thailand. Vinod Simon, Presiden All India Rubber Industries Association, menambahkan kekurangan bahan baku karet India bisa meningkat menjadi 840.000 ton pada 2020 searah pertumbuhan industri otomotif negeri tersebut.

Diperkirakan kebutuhan karet alam China tahun ini menjadi 3,6 juta ton atau tumbuh 9% dibanding permintaan tahun sebelumnya. Sedangkan permintaan karet India diproyeksikan mencapai 991 ribu ton atau tumbuh 5,2% dibanding angka permintaan karet tahun sebelumnya.

Dari sisi produksi, Ketua Tim Analis Gabungan Pengusaha Karet Indonesia (Gapkindo) TB. Tjandra dalam seminar yang sama, memperkirakan produksi karet dunia tahun depan berpotensi mencapai 11,5 juta- 11,6 juta ton dengan perkiraan permintaan mencapai 11,45 juta ton atau terdapat sedikit kelebihan pasokan sebesar 100 ribu-150 ribu ton.

Pemenuhan permintaan pasar ekspor karet sendiri diproyeksikan masih akan bergantung pada beberapa negara Asia Tenggara produsen utama karet global seperti Indonesia, Thailand, Malaysia, dan Vietnam. Thailand diperkirakan masih menjadi kontributor utama ekspor karet global mengingat kapasitas produksinya sepanjang tahun ini saja diproyeksikan mencapai 3,2 juta ton, disusul Indonesia sebesar 2,9-3 juta ton, dan Malaysia 1,1-1,3 juta ton.

Supply Versus Demand

Page 39: Indonesia Commodity Review Vol.1

38 Indonesia Commodity Review | Edisi Khusus Volume 1

SPACE IKLAN

Page 40: Indonesia Commodity Review Vol.1

40 Indonesia Commodity Review | Edisi Khusus Volume 1

I N D O N E S I A C O M M O D I T Y R E V I E W

Edisi Khusus Volume 1 | Indonesia Commodity Review 41

Harga Karet Diprediksi 400-450 Sen Dolar/Kg

Harga komoditas karet sepanjang 2012 diperkirakan masih prospektif. Permintaan karet yang masih terus meningkat dari

negara berpertumbuhan cepat (emerging market) seperti China dan India, menjadi modal utama terkereknya harga karet tahun depan.

Ketua Tim Analisis Gabungan Pengusaha Karet Indonesia (Gapkindo) TB Tjandra, dalam seminar “Commodity Price Outlook 2012” di Jakarta, 22 September 2011, memperkirakan harga karet,SIR 20, berpotensimencatatkan harga di level 400-450 sen dolar per kilogram, minimal sepanjang enam bulan pertama 2012.

Optimisme Tjandra bahwa harga karet masih bisa menguat, salah satunya karena didorong oleh terus meningkatnya konsumsi karet di China dan India. Permintaan karet kedua negara yang memiliki basis industri manufaktur ini, terutama sektor otomotif, diasumsikan ekonominya masih tumbuh di kisaran 9% sepanjang tahun depan.

Sebagai gambaran, Tjandra menjelaskan bahwa total permintaan karet alam global yang diproyeksikan tumbuh 3% dari 11,16 juta ton pada 2011 menjadi 11,45 juta ton pada 2012, dengan

DOK.

IMQ

-AN

TARA

T.B Tjandra

Page 41: Indonesia Commodity Review Vol.1

40 Indonesia Commodity Review | Edisi Khusus Volume 1 Edisi Khusus Volume 1 | Indonesia Commodity Review 41

I N D O N E S I A C O M M O D I T Y R E V I E W

sekitar 70% permintaannya masih berasal dari Asia Timur, seperti China. Dengan begitu, kekhawatiran efek perlambatan ekonomi di AS dan Eropa Barat tidak akan terlalu berpengaruh terhadap permintaan karet dunia.

Asosiasi Negara-Negara Produksi Karet Alam Dunia mencatat, sepanjang tahun ini permintaan karet alam di China setelah kuartal I-2011 diperkirakan tumbuh 9% menjadi 3,6 juta ton. Sementara, permintaan karet India bertambah 5,2% menjadi 991 ribu ton. Sementara secara global, permintaan karet dunia diperkirakan mencapai 11,164 juta ton.

Kendati demikian, Tjandra menilai, bisa saja harga karet sedikit terpengaruh kondisi perekonomian AS-Eropa dan kebijakan ekonomi-keuangan di dalam negeri China.

Perekonomian AS dan Eropa Barat dengan mencakup Yunani, Italia, dan Spanyol, diperkirakan terus melambat hingga kuartal IV tahun ini. Hal ini mengakibatkan konsumsi karet global menurun, sehingga harga karet tahun depan ikut terkena dampaknya.

Dari dalam negeri China, pengetatan moneter oleh People’s Bank of China (PBOC) bisa mengakibatkan sektor manufaktur, yang menjadi penyerap utama komoditas karet, terpengaruh. Terlebih China juga sudah mengagendakan transisi kekuasaan politik tahun depan, yang menyimpan potensi perubahan atas laju permintaan karet negeri tersebut.

Stok Karet

Stok karet alam global pada akhir 2010 berjumlah 1.299 juta ton (kurang dari 1,5 bulan tingkat

konsumsi tahun 2010 sebesar 10,7 juta ton; sangat rendah dari stok normal yang aman sebesar 2,5 bulan) memacu pembelian karet alam sehingga di pertengahan Februari harga RSS 3 mencapai 640 sen dolar/kg dan TSR 20 550 sen dolar/kg.

Pengetatan moneter Bank Sentral China mengakibatkan sektor manufaktur melambat namun belum sampai mengecilkan pembelian karet alam China.

India dalam tahun ini memerlukan banyak karet yang tidak mungkin dapat diproduksi sepenuhnya di dalam negeri. Secara global kebutuhan karet alam 2011 akan meningkat menjadi 11.164.000 ton dan produksi 10.930.000 ton.

Walaupun pada kuartal III dan IV- 2011 ada kekhawatiran adanya perlambatan pertumbuhan

DOK.

Reu

ters

T.B Tjandra

Suasana di pabrik Tata Motor, India

Page 42: Indonesia Commodity Review Vol.1

42 Indonesia Commodity Review | Edisi Khusus Volume 1

I N D O N E S I A C O M M O D I T Y R E V I E W

Edisi Khusus Volume 1 | Indonesia Commodity Review 43

Rincian 2008 2009 2010 2011 2012

Produksi (000 ton) 10.128 9.690 10.384 10.930 11.450

Konsumsi(000 ton) 10.175 9329 10.765 11.164 11.550-11.600

Harga (US$/Kg) 109-131 281,5 495 400 400-450

Tabel Realisasi dan Perkiraan Produksi , Konsumsi dan Harga Karet Dunia 2008-2012

Sumber ; Gapkindo, diolah

ekonomi AS dan Eropa Barat yang disebabkan oleh krisis utang AS dan Negara Erozone : Yunani, Italia, Spanyol pemakaian karet alam lebih banyak di Asia Timur yaitu 70% dari konsumsi dunia.

Ada kemungkinan konsumsi ini berkurang sedikit karena pasar ekspor negara Asia Timur terganggu (AS dan Eropa Barat merupakan 30% pasar ekspor) namun ada perkiraan bahwa cuaca di bulan Oktober akan hujan lebat di sentra produksi karet di Thailand Selatan yang berpotensi menurunkan produksi karet di kuartal IV-2011.

Sampai akhir tahun harga diperkirakan akan bertahan di atas 400 sen dolar/kg untuk TSR 20 mengingat defisit pasokan masih ada dan pola gugur daun di belahan Bumi Utara akan mulai di bulan November di utara; Yunan, Hanian (China), Vietnam, Thailand timur laut dan akan beralih ke selatan Thailand dan Malaysia Semenanjung pada bulan Februari.

Pergerakan Harga Karet Tahun 2012

Dengan asumsi bahwa Amerika Utara dan Eropa Barat akan mengalami stagnasi perekonomian mereka. Maka pertumbuham konsumsi karet alam dunia naik 3% menjadi 11.450.000 ton dan diramalkan akan terjadi sedikit kelebihan produksi 11.550.000-11.600.000 ton.

China akan tumbuh di bawah 9%, India sekitar 9% masih akan menjadi pusat konsumsi karet alam dunia yang berarti harga SIR 20 akan bergerak antara 400-450 sen dolar/kg pada semester I tahun 2012.

Pengaruh Krisis Global

Sementara itu, Sutan Asril Amir, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Karet Indonesia, mengatakan perkembangan harga karet sangat bergantung pada kondisi perekonomian global tahun depan. Menurutnya, ada dua skenario harga karet sepanjang

tahun depan berdasarkan asumsi perkembangan ekonomi dunia.

Skenario pertama, harga karet bisa meningkat ke level US$5 per kilogram. Kedua, harga karet bisa melorot ke level US$4 per kilogram.

Skenario pertama didasarkan pada asumsi kondisi perekonomian global yang bersumbu dari krisis finansial AS dan Eropa bergerak menuju pemulihan serta harga minyak mentah masih bertahan di kisaran US$90-100 per barel.

Skenario kedua, harga karet bisa turun di bawah level US$4 per kilogram dengan asumsi perekonomian global masih belum beranjak dari instabilitas sehingga konsumsi karet ikut tertekan.

Diketahui, krisis Eropa Barat diawali dengan terus kegagalan pemerintah beberapa negara seperti Yunani, Italia, dan Spanyol, membayar utang menyusul terus membengkaknya biaya anggaran yang harus dikelurkan. Pun halnya,

Page 43: Indonesia Commodity Review Vol.1

42 Indonesia Commodity Review | Edisi Khusus Volume 1 Edisi Khusus Volume 1 | Indonesia Commodity Review 43

I N D O N E S I A C O M M O D I T Y R E V I E W

AS yang mengalami pembengkakan anggaran dengan defisit yang terus melebar.

Tjandra mengakui, perkembangan harga komoditas seperti karet sangat bergantung pada tiga faktor fundamental. Ketiganya, yaitu keseimbangan antara pasokan (supply) dan permintaan (demand), iklim yang mempengaruhi kinerja produksi komoditas, dan stabilitas perekonomian yang mempengaruhi naik turunnya angka permintaan komoditas. Tjandra berharap langkah antisipasi krisis yang sudah ditempuh otoritas Eropa dan AS tidak sampai menimbulkan gejolak sistem keuangan dan ekonomi kawasan tersebut.

Sementara hingga akhir tahun ini, Tjandra memperkirakan, harga yang bisa dicapai komoditas karet berpotensi bertahan di level 400 sen dolar per kilogram. Harga ini didasarkan asumsi masih adanya defisit yang cukup lebar antara pasokan dan permintaan karet di pasar dunia. Sepanjang tahun ini, konsumsi karet diperkirakan mencapai 11,164 juta ton dari kemampuan produksi karet global 10,930 juta ton, sehingga terdapat defisit pasokan sebesar 232 ribu ton.

Menurut Tjandra, defisit pasokan terutama dikontribusikan oleh pola perubahan iklim mulai awal Oktober 2011 yang melanda sektor produksi karet di sepanjang kawasan Yunan,

Daya Serap China dan India

Khusus China, Bloomberg melaporkan bahwa medio 2011, Negeri Tirai Bambu itu akan mengalami defisit pa-sokan karet paling parah dalam delapan tahun terakhir. Merujuk data monitor Shanghai Futures Exchange, pasokan karet China diperkirakan turun dari 10.291 ton menjadi 3.655 ton, terendah sejak 2003.

Kazuhiko Saito, analis dari Fujitomi Co. di Tokyo, mengungkapkan penurunan cadangan karet China itu diakibatkan oleh berkurangnya pengiriman karet mentah dari negara-negara Asia Tenggara, termasuk Thailand dan Indonesia, menyusul berkurangnya produksi di kawasan tersebut. Situasi ini mendorong munculnya spekulasi bahwa China, konsumen karet terbesar di dunia, akan menaikkan pembeliannya untuk menambah cadangan.

Sementara untuk India, International Rubber Study Group (IRSG) sejak 2008 lalu sudah memprediksi konsumsi karet negeri ini mencapai 1,1 juta ton. Kebutuhan itu tidak akan mampu ditopang oleh produksi dalam negerinya yang hanya sebesar 900 ribu ton per tahun. Menurut IRSG, ini tidak lepas dari perkembangan industri ban dan pengolahan baku karetnya yang terus meningkat.

Bahkan IRSG memperkirakan India akan menjadi konsumen karet terbesar ketiga di dunia dengan kebutuhan sebesar 2,2 juta ton. Sedangkan konsumen terbesar pertama masih dipegang China, dengan 102,22 juta ton dan AS sebanyak 2,32 juta ton. Kondisi ini diyakini memberikan ruang bagi terus meningkatnya harga komoditas karet di pasar global.

Masih tingginya konsumsi karet China dan India memberi kompensasi atas potensi penurunan konsumsi karet oleh pasar ekspor AS dan Eropa. Khusus penurunan konsumsi di dua kawasan terakhir itu didasarkan pada masih bergejolaknya kondisi perekonomian dan keuangan mereka menyusul besarnya utang negara sehingga mendorong pengetatan fiskal dan moneter.

Hainan, Vietnam, Thailand timur, Thailand selatan dan Malaysia. Defisit ini mengkompensasi efek perlambatan ekonomi kawasan Eropa Barat dan AS akibat krisis keuangan dalam pembiayaan fiskalnya. (Znl/ANT)

Page 44: Indonesia Commodity Review Vol.1

44 Indonesia Commodity Review | Edisi Khusus Volume 1

I N D O N E S I A C O M M O D I T Y R E V I E W

Edisi Khusus Volume 1 | Indonesia Commodity Review 45

Mendorong Industri Hilir Karet Nasional

Indonesia sudah sepantasnya mendorong pengembangan industri

hilir pengolahan karet guna mendapatkan nilai tambah (value added) dari komoditas tersebut. Sebagai produsen karet terbesar kedua, Indonesia belum menikmati nilai ekonomis produk-produk hilir karet bernilai tinggi mengingat hampir 80% produksi karetnya diekspor dalam bentuk karet mentah.

Abdul Aziz Pane, Ketua Umum Dewan Karet Indonesia, mengungkapkan dari total realisasi produksi karet nasional yang bisa mencapai 2,9 juta ton per tahun, hanya sekitar 400 ribu ton yang bisa diserap langsung oleh industri dalam negeri. Artinya, sebagian besar produksi karet atau 2,5 juta karet diekspor dalam bentuk komoditas karet mentah ke berbagai negara seperti AS, Eropa, China, dan India. “Ini tidak menguntungkan karena sebagian besar bahan baku karet yang kita ekspor, selanjutnya diimpor lagi ke dalam negeri berupa barang jadi,” sebutnya.

Sebagai gambaran, alih-alih

mengolahnya sebagai bahan jadi, para petani dan produsen karet lokal lebih tertarik melakukan ekspor dalam bentuk bahan baku. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, selama Januari-Juni 2011, realisasi volume ekspor karet nasional mencapai 1,72 juta ton, tumbuh 21,65% dari periode sama tahun 2010. Nilai ekspornya sendiri meroket 74,9% menjadi US$ 7,59 miliar dibanding ekspor karet periode yang sama tahun lalu sebesar US$ 4,3 miliar.

Selain tingginya permintaan dan volume produksi, tingginya harga karet di pasar internasional

menjadi faktor penting tingginya dan nilai ekspor komoditas perkebunan tersebut. sepanjang semester I 2011, harga karet di pasar lokal juga mencapai Rp 44.000 per kilogram (kg), tumbuh 50% dari semester I 2010. Sedang di pasar internasional harganya mencapai US$ 400-450 per ton.

Karet Olahan

Menurut Aziz, komoditas karet akan memberikan nilai tambah lebih besar bila langsung diproses menjadi bahan olahan. Terlebih pangsa pasar karet alam juga semakin prospektif searah

DOK.

IMQ

-AN

TARA

Abdul Azis Pane

Page 45: Indonesia Commodity Review Vol.1

44 Indonesia Commodity Review | Edisi Khusus Volume 1 Edisi Khusus Volume 1 | Indonesia Commodity Review 45

I N D O N E S I A C O M M O D I T Y R E V I E W

perkembangan industri mobil, ban dan industri hilir karet dalam dan luar negeri juga meningkat. Tahun ini misalnya, produksi ban diperkirakan mencapai 1,61 miliar ban, naik dari 1,50 miliar

juta ban tahun 2010 dan 1,32 miliar ban tahun 2009. Sedang angka penjualan kendaraan bermotornya sendiri diperkirakan mencapai 82,09 juta unit dari tahun sebelumnya 75,36 juta unit.

Selain itu, Aziz menambahkan, ketergantungan pada pasar ekspor juga sangat rentan terhadap fluktuasi perekonomian global. Di luar China, beberapa rekanan utama ekspor Indonesia seperti AS, Eropa, dan Jepang sepanjang akhir tahun ini terus mengalami kemerosotan perekonomiannya, sehingga berpotensi mengganggu kinerja ekspor Indonesia. Bahkan China yang relatif bisa diandalkan berpotensi terpengaruh oleh kebijakan pembatasan kepemilikan kendaraan bermotor, inflasi tinggi, dan transisi kepemimpinan politik di negara tersebut pada tahun 2012.

Industri Hilir

Indonesia, sebut Aziz, memiliki sejumlah kekuatan bila ingin mendorong industri hilir karet nasionalnya. Selain memiliki luas

Tiga Sosok Penting Terciptanya Ban

Jika kita ditanya tentang merek ban kendaraan, ada sejumlah nama yang akan muncul di

benak kita, seperti Bridgestone, Pirelli, Goodyear dan Dunlop. Nama yang pertama mungkin saat ini lebih akrab di telinga kebanyakan orang. Padahal, nama terakhir, Dunlop, adalah penemu karet bundar yang menutupi roda kendaraan. Dunlop diambil dari nama penemunya, John Boyd Dunlop. Pada 1887, John Boyd Dunlop mengembangkan ban yang berisi angin yang pertama untuk sepeda roda tiga putranya. Kemudian pada 1889, ia mendirikan pabrik pertama

Dunlop Tyres di Dublin, Irlandia. Pada 1845, Thomson dan Dunlop menciptakan ban, yang disebut ban hidup alias ban berongga udara. Kreasi keduanya membuat mereka disebut Bapak Ban. Dengan perkembangan teknologi, Charles Kingston Welch menemukan ban dalam, yang disusul oleh William Erskine Bartlett yang menemukan ban luar.

John Boyd Dunlop

DOK.

AN

TARA

Pekerja memantau proses produksi ban di PT. Multistrada Arah Sarana, Cikarang

Page 46: Indonesia Commodity Review Vol.1

46 Indonesia Commodity Review | Edisi Khusus Volume 1

I N D O N E S I A C O M M O D I T Y R E V I E W

Edisi Khusus Volume 1 | Indonesia Commodity Review 47

Permintaan Karet Sintetis MeningkatTingginya harga karet memicu para pengguna beralih dari karet alam ke karet sintetis. Itu berdasarkan pernyataan kepala riset LMC International, Robert Simmons.

Meski permintaan lateks alam tengah menurun, namun produksi sarung tangan karet terus meningkat, yang mengindikasikan penggunaan lateks sintetis juga meningkat, kata Simmons.

Sementara itu, permintaan karet alam diperkirakan akan menguat antara 3,5%-4% per tahun hingga 2020.Menurut catatan Simmons, fokus pertumbuhan permintaan karet alam berpindah ke negara-negara berpertumbuhan cepat (emerging market).

areal perkebunan karet terluas di dunia (3,2 juta hektar), luas lahan dimiliki juga masih bisa diperluas, produktivitasnya bisa ditingkatkan, konsumsi karet nasional juga cukup besar, dan adanya tantangan harga minyak bumi yang terus naik. Selain itu, pengembangan industri ini juga didasarkan pada peluang saat ini dimana industri otomotif global terus tumbuh, terus meningkatnya harga komoditas, dan makin mahalnya bahan baku karet sintetis.

Sayangnya, Indonesia masih memiliki banyak kelemahan yang harus diperbaiki. Selain masih rendahnya produktivitas petani karet, pengembangan industri hilir juga terkendala bahan baku penolong, fasilitas infrastruktur, kebijakan yang diterapkan pemerintah juga belum terlalu kondusif. Di saat yang sama, negara-negara lain seperti Laos, kamboja, Vietnam, dan Myanmar mulai ikut mengembangkan perkebunan karet sehingga berpotensi mengambil ceruk Indonesia di pasar karet global.

DOK.

KPB

N

Pohon Karet

Page 47: Indonesia Commodity Review Vol.1

46 Indonesia Commodity Review | Edisi Khusus Volume 1 Edisi Khusus Volume 1 | Indonesia Commodity Review 47

I N D O N E S I A C O M M O D I T Y R E V I E W

Bergaya dengan ‘Si Lentur Bundar’

Jika remaja atau anak-anak zaman dulu sudah akrab dengan gelang karet, demikian juga dengan remaja zaman sekarang. Tapi bedanya, jika dulu gelang karet lebih banyak dipakai untuk

bermain, seperti lompat tali, sekarang fungsi gelang karet sudah berubah sama sekali. Gelang karet saat ini lebih sebagai aksesoris dan identitas bagi suatu kelompok remaja. Bahkan belakangan, g e l a n g karet yang bentuknya lebih tebal dan lebar dengan warna beraneka ragam, sudah menjelma menjadi sebuah alat untuk berpomosi, yaitu dihiasi dengan logo atau tagline sebuah perusahaan.

MS Hidayat, Menteri Perindustrian, mengungkapkan pemerintah akan segera mengimplementasikan pengembangan industri hilir karet

nasional. Untuk pengembangan tersebut, pemerintah akan menerapkan pengenaan tarif bea keluar (BK) ekspor karet. Tujuannya agar produksi karet nasional lebih banyak diolah di dalam negeri sehingga memberikan nilai tambah bagi perekonomian nasional.

Struktur industri karet, sebut Hidayat, nantinya mencaku industri hulu dan hilir karet. Industri hulu nantinya dikembangkan untuk memproduksi karet remah (crumb rubber), sheet, lateks pekat, thin pole crepe, dan brown crepe. Sedang industri hilir dikembangkan untuk memproduksi langsung ban

kendaraan bermotor, barang jadi karet untuk kebutuhan industri dan kemiliteran, alas kaki dan komponen, barang jadi karet untuk alat kesehatan dan dan

laboratorium.

Bahan Baku Melimpah

Pengembangan industri hilir

DOK.

KPB

N

Karet alam di gudang penyimpanan

Page 48: Indonesia Commodity Review Vol.1

48 Indonesia Commodity Review | Edisi Khusus Volume 1

I N D O N E S I A C O M M O D I T Y R E V I E W

Berdiri sejak 1898 ketika Frank Seiberling membangun perusahaan dengan menggunakan uang pinjaman dari seorang iparnya, Goodyear tumbuh menjadi produsen ban yang disegani di dunia.

Mulai dari 13 pekerja yang menghasilkan ban-ban sepeda dan kereta, alas tapak kaki kuda, serta chip untuk bermain poker, bisnis Goodyear terus berkembang hingga akhirnya menjadi perusahaan karet terbesar di dunia pada 1926.

Sejarah Sang Kaki Bersayapkaret nasional dinilai Hidayat sangat potensial. Selain memiliki pangsa pasar dalam negeri dan ekspor, bahan baku karet nasional juga cukup besar. Data Kementerian Perindustrian mencatat, produksi karet alam Indonesia tahun 2010 diestimasi mencapai 2,4 juta ton. pada tahun 2015 dan 2020, produksi karet nasional diperkirakan mencapai 3,65 juta ton dan 4,42 juta ton. Angka perkiraan ini bakal menempatkan Indonesia sebagai produsen utama karet dunia di masa mendatang, mengalahkan Thailand yang saat ini menempati urutan pertama dengan kapasitas produksi 3,2 juta ton per tahun.

Megananda Daryono, Deputi Bidang Usaha Industri Primer kementerian BUMN, mengatakan pengembangan sektor perkebunan dan industri pengolahan karet menjadi salah satu fokus implementasi Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Indonesia 2011-2014 dengan nilai investasi dan belanja modal Rp 836 triliun. Dari jumlah tersebut, investasi industri perkebunan termasuk karet diproyeksikan mencapai Rp 57,67 triliun.

Beberapa Perusahaan Perkebunan dengan basis perkebunan karet seperti PTPN III, PTPN VIII, PTPN V, PTPN VII, PTPN IX, dan PTPN XIII juga dikabarkan berencana mendirikan konsorsium bisnis industri karet hilir. Merujuk data Kementerian Perindustrian tentang Rencana Aksi Pengembangan Klaster Industri Prioritas 2011 disebutkan, lokasi pengembangan industri hilir

karet dilakukan di empat lokasi yaitu Sei Bambang Sumatera Utara, Sarolangun Jambi, Muara Enim Sumatera Selatan, dan Bandung, Subang, Bogor, Jawa Barat. Selain ban roda dua dan vulkanisir ban pesawat, industri ini juga akan dikembangkan untuk memproduksi barang-barang karet untuk industri barang karet, selang karet untuk kompor gas, serta barang-barang karet yang high precission.

Melihat fundamental ekonomi dunia sepanjang 2011-2020, Aziz sendiri menilai, produk-produk industri karet hilir yang perlu dikembangkan di Indonesia adalah water bag, vulkanisir ban pesawat, karpet karet, spare parts pesawat luar angkasa, cemented rubber, apshalt rubber, alat-alat kesehatan, dock vender, dan spare part mobil berteknologi tinggi (hybrid). Selain memiliki harga jual kompetetif, produk-produk ini dibutuhkan konsumen di seluruh pasar ekspor global. (Znl/ANT)

Page 49: Indonesia Commodity Review Vol.1

48 Indonesia Commodity Review | Edisi Khusus Volume 1

SPACE IKLAN

Page 50: Indonesia Commodity Review Vol.1

50 Indonesia Commodity Review | Edisi Khusus Volume 1

I N D O N E S I A C O M M O D I T Y R E V I E W

Edisi Khusus Volume 1 | Indonesia Commodity Review 51

Berdasarkan analisis teknikal yang mengacu pada pergerakan harga komoditas selama

10 tahun terakhir, pergerakan harga CPO, soybean (kedelai) di pasar AS, jagung dan gandum, ternyata memiliki pola pergerakan yang relatif hampir sama, yaitu pergerakan antara komoditas tersebut perbedaannya lebih kurang hanya 10%.

Muhammad Alfatih, CFTe, Vice president, Senior Technical Analyst PT Samuel Sekuritas Indonesia,

Analisis Teknikal Harga Komoditas 2012

mengatakan dalam seminar “Commodity Price Outlook 2012” bahwa berdasarkan pola yang ditemukan selama 37 tahun terhadap sejumlah komoditas, analisis pergerakan minyak kedelai, terlihat pola-pola awal tahun harga cenderung naik dan ketika di tengah tahun melemah. Untuk soybean, pergerakannya hampir sama, hanya ada sedikit variasi di akhir, yaitu terdapat sedikit kenaikan, demikian juga gandum.

Muhammad AlFatih

Page 51: Indonesia Commodity Review Vol.1

50 Indonesia Commodity Review | Edisi Khusus Volume 1 Edisi Khusus Volume 1 | Indonesia Commodity Review 51

I N D O N E S I A C O M M O D I T Y R E V I E W

Analisis Harga Komoditas CPO 2012

Dalam melakukan analisis harga komoditas CPO 2012, terlebih dahulu dilakukan pembandingan dengan komoditas lain yang bersumber dari data Bloomberg, yaitu sebagai berikut:

1. CPO Malaysia (kode: KO3)2. CPO Rotterdam (kode: PALMROTT)3. Soy Bean CBOT (kode: S 1)4. Corn CBOT (kode: C 1)5. Wheat CBOT (kode: W 1)6. Crude Light WTI NYM (kode: CL 1) Pergerakan harga CPO mempunyai keteraturan pola dalam siklus tahunannya, dan sangat terkait (saling mempengaruhi) dengan komoditas-komoditas S1, C1, W1 bahkan CL1: • Trend Pergerakan komoditas CPO dan komoditas lainnya (S1, C1, W1, bahkan CL1) berjalan dengan korelasi searah. • Selisih perubahan harga harian antara CPO terhadap masing-masing komoditas (S1, C1, W1, bahkan CL1) berkisar + 10%, kecuali saat krisis Mortgage 2008, yang sempat mencapai + 20%.• Riset yang dilakukan Dimitri Speck dari Seasonal Chart, terlihat bahwa terdapat siklus pergerakan yang relatif konstan dalam komoditas S1, C1, dan W1 selama 37 tahun terakhir. Pergerakan utama harga komoditas tersebut pada semester I cenderung naik, dan turun di semester II dengan beberapa gerakan minor yang agak berbeda antar komoditas.• Memperhatikan karakteristik pola pergerakan CPO sejak 2002-2011, maka berdasarkan pendekatan seasonality disimpulkan: o Q4-2011 harga CPO cenderung konsolidasi atau naik 0-10% dari Q3-2011 o Q1-2012 harga CPO cenderung melanjutkan kenaikan sekitar 5-10%, bahkan akan mencapai puncak kenaikannya o Q2-2012 harga CPO cenderung berkonsolidasi cenderung melemah sekitar 5-10% o Q3-Q4-2012 harga CPO cenderung melemah terus dan bahkan bisa kembali ke level harga awal 2011• Berdasarkan pendekatan chart pattern, disimpulkan bahwa Level-level harga kritis CPO ada di 3.070-2.500- 2.300 ringgit Malaysia.

Alaftih memperkirakan harga CPO untuk kuartal I-2012 masih membukukan kenaikan, namun di pertengahan 2012 berpotensi menurun, meskipun tahun 2013 diperkirakan harga akan kembali meningkat. Untuk jagung, gandum, kedelai pada kuartal pertama 2011 berhasil membukukan kenaikan, namun 2012-2013 cenderung menurun. Untuk pergerakan karet, pada tahun 2012 diperkirakan terjadi kenaikan dulu sekitar 25%, namun setelahnya akan koreksi sebesar 20%. Diperkirakan untuk 2012, harga karet diperkirakan berada di kisaran US$250-500 per ton, sedangkan CPO di posisi RM 2.650-4.500 per metrik ton.

Pengaruh Krisis

Pada 2012 diperkirakan harga komoditas tertekan namun akan terjadi rebound (penguatan) jika terjadi berita positif. Menurut Alfatih, krisis ekonomi yang kini terjadi di Eropa akan bersifat jangka panjang untuk beberapa kuartal ke depan yang juga akan berpengaruh ke AS, China dan Indonesia secara tidak langsung.

Kondisi bursa komoditas masih akan fluktuatif, dengan fokus pada krisis ekonomi Eropa, khususnya Yunani. Default di Yunani, katanya, bisa menyeret Prancis dan Jerman, kedua negara yang banyak memegang obligasi Yunani, yang selanjutnya bisa

Page 52: Indonesia Commodity Review Vol.1

52 Indonesia Commodity Review | Edisi Khusus Volume 1

I N D O N E S I A C O M M O D I T Y R E V I E W

merembet ke AS. Jika AS terkena imbas, dampaknya akan terasa di China dan Indonesia, karena kedua negara ini banyak mengekspor komoditas ke Negeri Paman Sam itu.

Namun, berdasarkan estimasi, pada 2012 CPO akan menguat di awal tahun untuk selanjutnya melemah. “Penurunan CPO bisa disebabkan dua faktor, yaitu pasokan naik atau kebutuhan menurun. Tampaknya yang terjadi sekarang ini adalah kebutuhan tengah menurun karena lesunya perekonomian,” ucap Alfatih.

Bagi pelaku industri, ia menyarankan untuk berhati-hati dalam melakukan ekspansi. Untuk menyiasati permintaan yang tengah lesu ini, kalangan industri harus pintar menyiasatinya. Dalam hal ini, kebijakan pemerintah mungkin dibutuhkan untuk menggairahkan pasar komoditas.

Analisis Harga Komoditas Karet 2012

Dalam melakukan analisis harga komoditas karet 2012, dilakukan pembandingan dengan komoditas lain yang bersumber dari data Bloomberg:1. Rubber RSS3 TOCOM (kode: JN6)2. Rubber RSS3 SGX (kode: RG1)3. Rubber TSR20 SGX (kode: OR1)4. Crude Light WTI NYM (kode: CL1)

• Pergerakan harga karet RSS3 Tokyo bergerak searah dengan harga RG1, OR1 dan juga CL1• Selisih perubahan harga harian antara Karet RSS3 Tokyo dan harga CL1 berkisar + 10%• Memperhatikan sikus pergerakan harga sejak 2004, terlihat bahwa pola pergerakan harga karet berulang setiap dua tahun sekali• Melalui pendekatan analisa teknikal, melalui chart weekly terlihat bahwa harga karet sudah mulai cenderung melemah dalam jangka menengah• Sedangkan melalui chart monthly, terlihat bahwa harga Karet masih punya kecenderungan naik jangka panjang• Kisaran harga penting buat karet adalah antara Y260-500 atau sekitar US$3-5.• Memperhatikan karakteristik pola pergerakan karet sejak 2000-2011, maka berdasarkan pendekatan seasonality disimpulkan: o Q4-2011 harga karet cenderung konsolidasi atau naik 0-15% dari Q3-2011 o Q1-Q2-2012 harga karet cenderung konsolidasi dan masih bergerak di sekitar harga kuartal sebelumnya o Q2-Q3- 2012 harga karet cenderung melemah dan akhir 2012 harga cenderung berkurang 25-35% dibanding awal 2013• Kisaran harga penting untuk karet adalah antara Y260-500 atau sekitar US$3-5.

Karakteristik pergerakan harga karet

Tren pergerakan komoditas CPO dan komoditas lainnya - 10 tahun

Page 53: Indonesia Commodity Review Vol.1

52 Indonesia Commodity Review | Edisi Khusus Volume 1

SPACE IKLAN

Page 54: Indonesia Commodity Review Vol.1

54 Indonesia Commodity Review | Edisi Khusus Volume 1

I N D O N E S I A C O M M O D I T Y R E V I E W

Edisi Khusus Volume 1 | Indonesia Commodity Review 55

Kemarahan dua raksasa Eropa, Prancis dan

Jerman, terhadap Yunani terkait dengan rencana menggelar referendum untuk menyikapi dana talangan Eropa bagi negeri yang terlilit utang itu akhirnya membuahkan hasil. Setelah mendapat cercaan dan desakan dari berbagai pihak, Perdana Menteri Yunani George Papandreou tak berdaya dan tunduk pada tekanan Uni Eropa.

Di sela pertemuan tingkat tinggi pemimpin negara-negara yang tergabung dalam G20 di Cannes, Prancis, Kamis (3/11), Papandreou memutuskan untuk melupakan rencananya yang controversial dan sempat mengguncang pasar dunia itu.

Sebelumnya, Presiden Prancis Nicolas Sarkozy dan Kanselir Jerman Angela Merkel merasa seperti tertampar setelah Perdana Menteri Yunani George

Akhirnya Yunani TurutiDesakan Prancis-Jerman

Page 55: Indonesia Commodity Review Vol.1

54 Indonesia Commodity Review | Edisi Khusus Volume 1 Edisi Khusus Volume 1 | Indonesia Commodity Review 55

I N D O N E S I A C O M M O D I T Y R E V I E W

Papandreou, Senin (31/11), mengumumkan untuk menggelar referendum terkait dengan dana talangan terbaru dari zona euro. Padahal keduanya sedang bersiap menghadiri pertemuan tingkat tinggi G20 di Cannes, Prancis, yang dimulai Kamis (4/11) waktu setempat. Dalam pertemuan itu, rencananya Sarkozy dan Merkel akan mengajak seluruh anggota G20 untuk bersama-sama mencari jalan keluar terbaik bagi penyelesaian krisis utang Eropa, sebelum akhirnya keluar pernyataan mengejutkan dari Papandreou.

Karena tak ingin masalah krisis utang ini berkepanjangan dan meluluhlantakkan pasar di seluruh dunia, akhirnya Sarkozy dan Merkel pada Rabu malam (2/11) mengatakan kepada Papandreou bahwa dana talangan tahap keenam tidak akan dikucurkan jika Yunani tidak mematuhi proposal yang sudah disepakati para pemimpin zona euro pada pekan terakhir Oktober untuk membantu mengatasi krisis utang. Saat ini Yunani masih mendapatkan dana talangan dari Eropa dan Dana Moneter Internasional (IMF) berdasarkan kesepakatan sebelumnya.

Pernyataan itu muncul di tengah meningkatnya ketegangan di antara anggota zona euro, di mana negara-negara yang terbelit utang berusaha meredam kemarahan rakyatnya terkait langkah penghematan yang dipersyaratkan oleh negara-negara pemberi bantuan agar mereka dapat memenuhi target fiskal yang telah disepakati

bersama.

Bagi Papandreou, situasi yang tengah dihadapinya sungguh sulit. Di satu sisi ia ingin menyelamatkan negerinya dari krisis dengan menyetujui proposal yang disepakati zona euro. Namun di sisi lainnya, ia mendapat tekanan dari rakyatnya yang tak ingin terbebani lagi dengan persyaratan yang diberikan Uni Eropa. Itulah mengapa Papandreou akhirnya mengumumkan untuk menggelar referendum karena ia tak ingin dirinya sendiri yang disalahkan terkait dengan syarat berat yang diberikan Eropa untuk mengatasi krisis di negeri itu.

“Papandreou menjustifikasi keputusannya untuk menggelar referendum dengan mengatakan bahwa langkah itu akan menjadi mandat yang jelas dan pesan yang tegas baik di dalam maupun di luar Yunani terkait dengan persyaratan Uni Eropa dan partisipasinya di dalam zona euro,” kata Blanka Kolenikova, analis dari IHS Global Insight.

Namun, keputusan soal referendum itu memicu “badai” di dalam partai Papandreou sendiri, yaitu Panhellenic Socialist Movement, dan bahkan dapat memicu perpecahan di tubuh partai itu.

Sementara itu, sejumlah laporan media menyebutkan Presiden Sarkozy mengatakan kepada Yunani bahwa jika negeri itu menggelar referendum, itu harus dilakukan sesegera mungkin. Menurut laporan, pemungutan

suara akan dilakukan pada 4-5 Desember, bukan Januari.

Bagaimana dengan sikap pemimpin Jerman Angela Merkel? Wanita ini juga tak mau terus dipermainkan oleh krisis Yunani. Bahkan ia mengatakan bahwa Eropa sudah siap bila Yunani memutuskan untuk keluar dari zona euro. Duet Sarkozy dan Merkel itu berbicara keras setelah melakukan pembicaraan darurat dengan Papandreou di Cannes di tengah persiapan KTT G20.

Keyakinan IMF

Sementara itu, Christine Lagarde, managing director IMF, mengeluarkan sebuah pernyataan yang dirilis Rabu (2/11), tak lama setelah pernyataan dari Sarkozy dan Merkel. “Segera setelah referendum selesai digelar, dan semua ketidakpastian hilang, saya akan membuat rekomendasi kepada dewan eksekutif IMF terkait dengan bailout tahap keenam dari lembaga kami ini untuk mendukung program ekonomi Yunani.”

“Saya masih yakin bahwa kesepakatan yang dicapai oleh para pemimpin zona euro pada pertemuan mereka akhir bulan lalu, yang mencakup pemangkasan utang Yunani 50% dan tambahan dana bantuan bagi Yunani untuk melaksanakan program ekonomi baru, akan sangat bermanfaat bagi Yunani untuk memulihkan pertumbuhan dan menciptakan lapangan kerja,” ujar wanita berkebangsaan Prancis ini.

Page 56: Indonesia Commodity Review Vol.1

56 Indonesia Commodity Review | Edisi Khusus Volume 1

I N D O N E S I A C O M M O D I T Y R E V I E W

Para pemimpin Eropa telah melakukan rapat marathon yang berakhir pada Kamis (27/10), yang menghasilkan proposal yang dirancang untuk mengatasi krisis utang Eropa.

Proposal itu melibatkan sektor swasta untuk ikut menanggung pemangkasan utang Pemerintah Yunani hingga 50%, Yunani harus menurunkan utangnya menjadi 120% dari produk domestik bruto (PDB) hingga 2020 dan menerima program pinjaman baru dari UniEropa/IMF senilai hingga 100 miliar euro (US$140 miliar) hingga akhir 2011.

Beberapa analis pasar mengatakan bahwa detil proposal itu memang belum mencukupi untuk membebaskan Yunani dari jeratan krisis, tapi setidaknya itu sudah cukup untuk mengobati rasa sakit akibat belitan krisis berkepanjangan.

Paket proposal yang disepakati Uni Eropa itu juga mencakup rencana untuk meningkatkan dana talangan yang disebut European Financial Stability Facility (EFSF), sebanyak lima kali lipat atau sekitar €1 triliun. Saat ini dana yang tersedia dalam EFSF antara €250 miliar hingga €275 miliar setelah dipakai untuk menalangi Yunani, Irlandia dan Portugal.

Peningkatan dana talangan, ditambah dengan konsolidasi fiskal, dinilai penting untuk memastikan bahwa krisis utang tidak sampai merembet ke Spanyol dan Italia.

Para pemimpin Eropa akhir Oktober lalu juga menyoroti komitmen Italia untuk mencapai neraca anggaran yang berimbang hingga 2013, dan juga akan menambah usia pensiun bagi warganya menjadi 67 tahun pada 2026. Kabarnya, Pemerintah Italia setuju dengan paket reformasi ekonomi demi menyelamatkan negeri pizza itu tak ikut terjun ke jurang krisis utang.

Sementara itu di Amerika Serikat, saham-saham di Wall Street, Rabu (2/11), menguat cukup tajam untuk pertama kalinya dalam tiga sesi terakhir setelah the Federal Reserve menyatakan ekonomi menguat pada kuartal III, dan laporan industri menyatakan tenaga kerja lebih banyak terserap melebihi perkiraan pada Oktober.

Chairman Federal Reserve Ben Bernanke mengatakan sukubunga akan tetap berada di level sekarang, yakni nol hingga 0,5%, yang berlaku hingga setidaknya medio 2013, dan ada kemungkinan lebih panjang. Itu artinya, bank sentral AS belum akan meluncurkan program quantitative easing tahap ketiga (QE3), yaitu paket stimulus untuk menggairahkan perekonomian. Dalam sebuah konferensi pers, Bernanke menegaskan kembali bahwa the Fed tetap siap untuk mengambil langkah demi memastikan pemulihan ekonomi AS terus berlanjut.

Kabar itu langsung melambungkan indeks Dow Jones Industrial Average 178,08 poin, atau 1,5%, menjadi 11.836,04. Dalam dua sesi sebelumnya,

indeks saham blue-chip ini rontok 573 poin, atau hampir 4,7%. Sementara indeks S&P 500 ditutup menguat 19,62 poin, atau 1,6%, menjadi 1.237,90, dan indeks Nasdaq Composite berakhir dengan kenaikan sebesar 33,02, atau 1,3%, menjadi 2.639,98.

Kemudian, setelah pernyataan Papandreou untuk melupakan referendum direspon positif pasar. Indeks Dow Jones Industrial Average pada perdagangan Kamis (3/11), ditutup menanjak 208,43 poin, atau 1,8%, menjadi 12.044,47, dengan seluruh komponen di indeks ini menguat dan selama tahun ini Dow menguat 4%.

Untuk indeks S&P 500 menguat 23,24 poin, atau 1,9%, menjadi 1.261,14, dengan sektor energi mencatat kenaikan tertinggi, dan indeks selama tahun ini naik 0,3%.

Sementara Indeks Nasdaq ditutup menguat 57,99 poin, atau 2,2%, menjadi 2.697,97, dan sejak akhir 2010 indeks ini naik 1,7%.

Kini pasar menunggu apakah hasil referendum di Yunani nantinya dapat memuaskan semua pihak, baik rakyat dan pemimpin negeri itu, pemimpin zona euro dan yang tak kalah penting adalah pasar global yang terombang-ambing sejak krisis ini mulai timbul pada medio tahun lalu.

Page 57: Indonesia Commodity Review Vol.1

56 Indonesia Commodity Review | Edisi Khusus Volume 1

SPACE IKLAN

Page 58: Indonesia Commodity Review Vol.1

58 Indonesia Commodity Review | Edisi Khusus Volume 1

I N D O N E S I A C O M M O D I T Y R E V I E W

Edisi Khusus Volume 1 | Indonesia Commodity Review 59

Mata uang tunggal Eropa, euro, dibentuk di

Maastricht pada 1992, yang tujuan utamanya untuk mengurangi biaya bisnis di antara negara di Uni Eropa (UE) dan untuk meningkatkan kerjasama antarnegara anggota Uni Eropa. Pakta ini menetapkan kriteria fiskal dan moneter bagi para anggotanya yang ingin bergabung, yakni defisit anggaran pemerintah terhadap PDB tidak lebih dari 3% dan utang pemerintah maksimum terhadap PDB adalah 60%. Euro menjadi mata uang resmi pada 1999 dan dari beberapa negara anggota UE saat itu, Denmark, Swedia dan Inggris memilih tak bergabung, sementara Yunani bergabung pada 2001.

Krisis yang terjadi saat ini bermula sekitar Februari 2010 ketika Yunani mengajukan program penghematan untuk memangkas defisit anggaran 2009 sebesar 12,7% terhadap PDB – angka ini sebelumnya dilaporkan sebesar 3,7%. Bank sentral Eropa (European Central Bank/ECB), mengabaikan laporan bahwa Yunani harus meninggalkan UE, karena utangnya 113% dari PDB. Tak lama kemudian, pasar mulai cemas terhadap negara-negara UE lain yang terlilit utang besar, seperti Portugal,

Irlandia, Italia dan Spanyol. Namun, hingga Maret 2010, baik Yunani dan Spanyol, meraup dana masing-masing €5 miliar dari pasar modal internasional dan Irlandia menyuntikkan miliaran euro ke sektor perbankan yang sempoyongan. Portugal mengumumkan pemotongan anggaran dan Fitch menurunkan peringkat utang negara ini menjadi AA-, sementara Standard & Poor’s tetap memasang peringkat utang Yunani di posisi BBB+.

Pada bulan yang sama, zona euro dan IMF mencapai kesepakatan untuk mengucurkan dana talangan kepada Yunani. Ini diikuti dengan pemberian pinjaman hingga €30 miliar pada April; yield obligasi Yunani naik menjadi 7,1%, Fitch dan Moody’s men-downgrade peringkat utang Yunani menjadi masing-masing BBB- dan A3, sedangkan S&P men-downgrade Yunani menjadi “junk”, Portugal menjadi A- dan Spanyol menjadi AA-. UE mengumumkan bahwa Yunani mengkaji ulang defisit 2009 menjadi 13,6% dan setuju paket bailout senilai €110 miliar pada Mei 2010.

Pada Mei 2010, tiga orang tewas dalam aksi unjukrasa gelombang

pertama yang digalang serikat pekerja di Athena. UE kemudian menyetujui dana talangan €750 miliar untuk membantu sejumlah negara zona euro, sementara Portugal dan Spanyol mengumumkan kebijakan untuk mengurangi defisit anggaran. Fitch men-downgrade peringkat Spanyol menjadi AA+, sedangkan Bank Sentral Spanyol menasionalisasi Bank CajaSur.

Antara Juni dan Juli 2010, Moody’s memangkas peringkat Yunani menjadi sub-investment grade, Portugal menjadi A1 dan Irlandia menjadi Aa2, dan Eropa meluncur-kan stress tests terhadap sektor perbankan, dan dari 91 bank, tujuh tak lolos tes – yitu lima di anta-ranya adalah bank asal Spanyol. Ironisnya Dexia, bank campuran Prancis-Belgia yang butuh bantuan pemerintah ini lolos stress tests.

Pada September 2010, Yunani mengumumkan angka PDB yang mengalami penurunan lebih besar dari perkiraan pada kuartal II. Kemudian Moody’s men-downgrade Spanyol menjadi Aa1, dan Irlandia mengatakan bahwa kolapsnya perbankan di negeri itu berdampak lebih besar dari perkiraan. Defisit Irlandia direvisi

Kronologi Krisis Zona Euro

Page 59: Indonesia Commodity Review Vol.1

58 Indonesia Commodity Review | Edisi Khusus Volume 1 Edisi Khusus Volume 1 | Indonesia Commodity Review 59

I N D O N E S I A C O M M O D I T Y R E V I E W

menjadi 32% dari PDB, defisit terbesar sejak dibentuk euro. Fitch men-downgrade peringkat utang Irlandia menjadi A-.

Pada November, Irlandia mengumumkan kebijakan untuk memangkas defisit anggaran menjadi 9,1% dari PDB untuk 2011 dan Perdana Menteri Brian Cowen mengumumkan percepatan pemilu agar permohonan anggaran sebesar €67 miliar disetujui. Persetujuan diberikan parlemen Irlandia pada akhir bulan.

Para menteri zona euro membentuk European Stability Mechanism, sebuah dana bailout permanen pada Februari 2011. Pada Maret 2011, Moody’s dan S&P memangkas peringkat utang Yunani masing-masing menjadi B1 dan BB-, sedangkan Fitch dan S&P menurunkan peringkat utang Portugal menjadi A- dan BBB-. Perdana Menteri Portugal Jose Socrates mengundurkan diri setelah pemerintahannya jatuh terkait langkah penghematan itu.

Pada April 2011, Fitch merevisi peringkat Portugal menjadi BBB-, sedangkan Moody’s men-downgrade pertama menjadi Baa1, kemudian menjadi Baa3. Portugal meminta dana talangan dari UE dan IMF, dan mendapatkan €78 miliar bulan berikutnya.

Pada Juni 2011, para menteri zona euro meminta Yunani untuk menerapkan langkah penghematan baru guna mendapatkan dana talangan tahap berikutnya, dan untuk menghindari negeri itu mengalami gagal bayar, yang akan berimbas pada keluarnya

negara itu dari euro. Bulan berikutnya, Yunani menerapkan langkah penghematan, dan UE menyetujui pinjaman senilai €12 miliar. Pada akhir Juni, zona euro menyepakati paket bantuan €109 miliar bagi Yunani guna mencegah krisis tak menyebar ke negara lain.

Pada Agustus 2011, investor meminta kenaikan yield untuk obligasi Italia dan Spanyol, yang mendorong European Central Bank membeli obligasi yang diterbitkan kedua negara itu untuk menurunkan kembali biaya pinjaman. Bulan berikutnya, Spanyol meloloskan amendemen terhadap UU yang membatasi defisit anggaran, sementara Italia menyetujui paket penghematan di tengah terjadinya gelombang protes. S&P men-downgrade peringkat Italia menjadi A. Data menunjukkan bahwa sektor swasta terpuruk untuk pertama kalinya dalam dua tahun terakhir.

Pada awal Oktober, para menteri zona euro kembali menunda keputusan untuk memberikan tambahan dana bagi Yunani, yang membuat bursa saham Eropa dan global bertumbangan.

Kemudian pada 27 Oktober, para menteri zona euro sepakat untuk meningkatkan dana talangan bagi Yunani dan memangkas utang Yunani sebesar 50%, yang kemudian direspons pasar dengan menguatnya bursa saham di seluruh dunia, begitu juga dengan harga minyak mentah, komoditas, termasuk emas.

Tapi pada Senin, 1 November 2011, muncul kejutan dari

Yunani. Perdana Menteri George Papandreou mengumumkan rencana referendum untuk menyikapi dana talangan baru Uni Eropa. Pasar berjatuhan karena investor khawatir langkah Yunani ini akan kembali mementahkan apa yang telah disepakati pada akhir Oktober lalu terkait proposal penyelamatan Yunani dari jeratan krisis utang. Sehari kemudian, Papandreou menegaskan untuk menangguhkan rencana referendum menjadi sekitar awal Desember.

Namun, dua tokoh utama zona euro, Presiden Prancis Nicolas Sarkozy dan Kanselir Jerman Angela Merkel melakukan pertemuan darurat di Cannes, Prancis, Rabu (2/11), atau sehari sebelum dibukanya KTT G20. Dalam pertemuan yang juga dihadiri Papandreou itu, Sarkozy mendesak Yunani sesegera mungkin menggelar referendum, sementara Merkel menyatakan bahwa Uni Eropa telah siap kehilangan satu anggotanya jika sampai Yunani mengalami gagal bayar akibat tidak bersedia menerima dana talangan. Tak hanya Uni Eropa yang menunggu sikap Yunani untuk mengucurkan dana talangan tahap keenam, Dana Moneter Internasional juga mengambil sikap yang sama. Pasar lagi-lagi tertekan menyusul merebaknya kembali ketidakpastian mengenai masa depan Eropa, terutama terkait dengan penyelesaian krisis utang. Namun Kamis (3/11) muncul pernyataan mengejutkan dari PM Yunani George Papandreou untuk membatalkan referendum.

Page 60: Indonesia Commodity Review Vol.1

PT Kharisma Pemasaran Bersama Nusantara mempunyaivisi menjadi penyedia solusi bisnis pemasaran komoditi

berbasis teknologi informasi dan komunikasi terbaikdi Indonesia melalui: jenis-jenis produk dan layanan

yang memenuhi kebutuhan pelanggan; titik layan yangtersebar mendekati pelanggan; kompetensi organisasi

yang terus-menerus ditingkatkan dan disesuaikan denganperkembangan teknologi dan keilmuan; serta sistem

manajemen yang handal.

Misi PT Kharisma Pemasaran Bersama Nusantaramerupakan perwujudan atas paradigma dan nilainilai perusahaan, PT Kharisma Pemasaran BersamaNusantara bertekad untuk terus tumbuh dan berkembangmenjadi bagian dari pertumbuhan, perkembangan, dankesejahteraan bangsa Indonesia.

PT. KHARISMA PEMASARAN BERSAMA NUSANTARA

PT Kharisma Pemasaran Bersama NusantaraJalan Taman Cut Mutiah No. 11

Jakarta 10330 INDONESIA

Page 61: Indonesia Commodity Review Vol.1

SPACE IKLAN

Page 62: Indonesia Commodity Review Vol.1

SPACE IKLAN

Page 63: Indonesia Commodity Review Vol.1

SPACE IKLAN

Page 64: Indonesia Commodity Review Vol.1

SPACE IKLAN