Indofood 01

15
Company Visit Report Indofood CBP - Bekasi Indofood CBP - Bekasi A. PENGANTAR B. PROFIL PERUSAHAAN C. TEORI DAN PENERAPAN 1. DASAR TEORI 2. PENERAPAN DAFTAR PUSTAKA DAFTAR ISI Company Visit Report

description

Indofood 01

Transcript of Indofood 01

  • Company Visit Report Indofood CBP - Bekasi

    Indo

    food

    CBP

    - Be

    kasi

    A. PENGANTAR B. PROFIL PERUSAHAAN C. TEORI DAN PENERAPAN 1. DASAR TEORI 2. PENERAPAN DAFTAR PUSTAKA

    DAFTAR ISI

    Com

    pany

    Visi

    t Rep

    ort

  • Company Visit Report Indofood CBP - Bekasi

    gang grosir maupun eceran.Seiring perkembangan zaman, teknologi pangan pun ikut berpengaruh terhadap perkembangan pengolahan bahan makanan sehingga banyak industri-industri yang mengolah bahan makanan dengan menggunakan teknologi canggih. Tak terel-akkan PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. juga merupakan salah satu industri pangan yang men-gandalkan kemajuan teknologi tersebut guna men-unjang kemampuan untuk memproduksi makanan dalam jumlah yang banyak dalam waktu yang sing-kat. Berkaitan dengan hal tersebut, kami maha-siswa MM UGM Jakarta mengunjungi PT. Indo-food CBP Sukses Makmur Tbk di Cibitung Bekasi, guna mengetahui secara langsung proses produksi pembuatan mi instant dan kegiatan operasion-alnya.

    A. PENGANTAR

    Pada awalnya, PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. adalah perusahaan yang bergerak dibidang pengolahan makanan dan minuman yang didiri-kan pada tahun 1971. Pada akhir tahun 1980, PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. mulai bergerak di pasar Internasional dengan mengekspor mi instan ke banyak negara. Sedangkan, di Indonesia sendiri, PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. telah memiliki 15 pabrik yang tersebar di 15 kota di seluruh Indonesia. Sebagai salah satu produsen mi instan terbesar di dunia, Divisi Mi Instan Indofood senantiasa berada di posisi terdepan dalam industri mi instan Indo-nesia, dikenal atas produknya yang berkualitas dan memiliki cita rasa yang tinggi namun memiliki harga terjangkau. Perusahaan ini mencanangkan suatu komitmen untuk menghasilkan produk ma-kanan bermutu, aman, dan halal untuk dikonsum-si. Aspek kesegaran, higienis, kandungan gizi, rasa, praktis, aman, dan halal untuk dikonsumsi senan-tiasa menjadi prioritas perusahaan guna menjamin mutu produk yang selalu prima.Dalam beberapa dekade, PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. (Indofood) telah bertransformasi menjadi sebuah perusahaan Total Food Solutions dengan kegiatan operasional yang mencakup selu-ruh tahapan proses produksi makanan, mulai dari produksi dan pengolahan bahan baku hingga men-jadi produk akhir yang tersedia di rak para peda-

  • Company Visit Report Indofood CBP - Bekasi

    halal dari Johor Malaysia. Pabrik yang didirikan tersebar hampir di seluruh Indonesia bertujuan untuk mengurangi supply chain cost. Khusus un-tuk Indonesia bagian timur tidak didirikan pabrik produksi karena kebutuhan dan permintaan masih dapat dipenuhi oleh pabrik terdekat meskipun be-rada di luar pulau.PT. Indofood CBP Sukses Makmur (ICBP) Cibitung terdiri dari 3 pabrik dengan luas 25,75 ha, karyawan berjumlah 2.640 orang dengan komposisi terdiri dari 60% warga sekitar pabrik dan memiliki turn over yang kecil. Office-hour selama 7 jam termasuk waktu istirahat, dan untuk proses produksi sendiri terbagi dalam 3 shift dalam 24 jam yang bertu-juan memaksimalkan hasil dari proses produksi. Set up line produksi dilakukan untuk sehari sekali saja, misal : hari pertama untuk 1 produk, misal Indomie, dan hari berikutnya diganti untuk produk lainnya, yaitu Sarimi, begitu seterusnya.

    C. TEORI DAN PENERAPAN

    1. DASAR TEORI

    Sebagaimana dinyatakan dalam Heizer dan Ren-der, 2014, bahwa terdapat empat macam strategi proses dalam suatu organisasi atau perusahaan. Strategi proses itu sendiri merupakan suatu cara atau pendekatan dari perusahaan untuk men-gubah sumberdaya yang ada (bahan baku) menjadi produk (barang) dan jasa. Empat pendekatan terse-but adalah :1. Process focus, dimana produksi dioptimalkan

    untuk pembuatan barang yang bersifat low-volume, high-variety atau disebut juga job shops.

    2. Repetitive focus, dimana lebih mengarah pada jalur perakitan yang sebagian besar digunakan pada industri otomotif dan peralatan rumah tangga (bersifat modular).

    3. Product focus (continuous process), dimana lebih mengarah pada produk yang bersifat high-volume, low-variety, disertai fasilitas produksi yang diatur disekitar produk itu sendiri.

    4. Mass customization focus, dimana bersifat rapid, low-cost production untuk memenuhi keinginan dari pelanggan yang sifatnya unik atau berbeda-beda.

    B. PROFIL PERUSAHAAN

    PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. (dahulu PT. Indofood Sukses Makmur Tbk, PT. Gizindo Primanusantara, PT. Indosentra Pelangi, PT. In-dobiskuit Mandiri Makmur, dan PT. Ciptakemas Abadi) (IDX: ICBP) merupakan produsen berbagai jenis makanan dan minuman yang bermarkas di Jakarta, Indonesia. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1990 oleh Sudono Salim dengan nama PT. Panganjaya Intikusuma. Pada tahun 1994 - ber-ganti nama menjadi PT. Indofood Sukses Makmur. Pada tahun 1995 - mengakuisisi pabrik penggilin-gan gandum yaitu Bogasari. Setelah mengakuisisi pabrik penggilingan gandum Bogasari pada tahun 1997 - mengakuisisi 80% saham perusahaan yang bergerak di bidang perkebunan, agribisnis serta distribusi. Tahun 2005 - membentuk perusa-haan patungan dengan Nestl, mengakuisisi peru-sahaan perkebunan di Kalimantan Barat.Pada tahun 2006 - mengakuisisi 55% saham pe-rusahaan perkapalan Pacsari Pte. Ltd. Kemudian pada tahun 2007 - mencatatkan saham Grup Ag-ribisnis di Bursa Efek Singapura dan menempatkan saham baru. Pada tahun2008 - mengakuisisi 100% saham Drayton Pte. Ltd. yang memiliki secara efek-tif 68,57% saham di PT Indolakto, sebuah perusa-haan dairy terkemuka. Kemudian pada tahun 2009 - memulai proses restrukturisasi internal Grup CBP melalui pembentukan PT. Indofood CBP Sukses Makmur (ICBP) dan pemekaran kegiatan usaha mi instan dan bumbu yang diikuti dengan peng-gabungan usaha seluruh anak perusahaan di Grup Produk Konsumen Bermerek (CBP), yang seluruh sahamnya dimiliki oleh Perseroan, ke dalam ICBP. Pada tahun 2010 - menyelesaikan restrukturisasi internal Grup CBP melalui pengalihan kepemilikan saham anak perusahaan di Grup CBP dengan jum-lah kepemilikan kurang dari 100% ke ICBP dan mel-akukan Penawaran Saham Perdana yang dilanjut-kan dengan pencatatan saham ICBP di Bursa Efek Indonesia pada tanggal 7 Oktober 2010.PT. Indofood CBP Sukses Makmur (ICBP) terbagi dalam beberapa divisi berdasarkan jenis produk yang dihasilkan, yaitu : dairy products, snacks, bis-cuits, food seasonings, beverages & nutritions & special foods, dimana termasuk didalamnya ada-lah makanan untuk infants, babies, and expectant & lactating mothers.PT. Indofood CBP Sukses Makmur (ICBP) memiliki 16 pabrik produksi mie instant, dimana 15 pabrik terdapat di Indonesia dan 1 pabrik di Malaysia dan telah mendapat sertifikat halal MUI dan sertifikat

  • Company Visit Report Indofood CBP - Bekasi

    Keempat proses tersebut dapat dilihat pada gambar berikut ini :

    Process focus disebut juga continuous process dikarenakan mereka mempunyai proses produksi yang lama, berkelanjutan terus-menerus. Contoh process focus seperti produksi gelas, kertas, bir dan keripik kentang. Untuk proses ini, sangat dibutuhkan perusahaan yang efektif dalam standarisasi serta kontrol kualitas untuk menghasilkan produk yang high-volume dan low variety.

    Process Focus Repetitive Focus Product Focus Mass CustomizationSmall quantity and large variety of products

    Long runs, a standard-ized product for modules

    Large quantity and small variety of products

    Large quantity and large variety of products

    Broadly skilled operators Moderately trained em-ployees

    Less broadly skilled op-erators

    Flexible operators

    Instructions for each job Few changes in job in-structions

    Standardized job instruc-tions

    Custom orders requiring many job instructions

    High inventory Low inventory Low inventory Low inventory relative to the value of the product

    Finished goods are made to order and not stored

    Finished goods are made to frequent forecasts

    Finished goods are made to a forecast and stored

    Finished goods are build-to-order (BTO)

    Scheduling is complex Scheduling is routine Scheduling is routine Sophisticated scheduling accommodates custom orders

    Fixed costs are low and variable costs high

    Fixed costs are depend-ent on flexibility of the facility

    Fixed costs are high and variable cost low

    Fixed costs tend to be high and variable costs low

    Tabel I. Perbandingan Karakteristik Empat Macam Tipe Proses (diadaptasi dari Heizer dan Render, 2014)

    Berdasarkan sifat diatas, maka dapat kita bandingkan karakteristik dari keempat proses tersebut dalam tabel I dibawah ini :

  • Company Visit Report Indofood CBP - Bekasi

    Tidak kalah pentingnya apabila dibandingkan dengan penentuan proses industri bersangkutan, lokasi juga merupakan salah satu parameter kritis bagi perusahaan. Pemilihan lokasi yang tepat dapat meminimalkan biaya, dimana tujuan akhirnya adalah lokasi yang bisa memberikan keuntungan maksimal dari perusahaan terkait dengan pemilihan lokasi itu sendiri. Beberapa faktor yang biasanya mempengaruhi proses pemilihan lokasi dari sisi Negara, komunitas atau wilayah, dan site seperti dinyatakan dalam Heizer dan Render, 2014 terdapat dalam tabel II dibawah ini:

    Tabel II. Faktor Kunci Pemilihan Lokasi Terkait Negara, Komunitas dan Site (diadaptasi dari Heizer dan Render, 2014)

    Country Decision Region/Community Decision Site DecisionPolitical risks, government rules, attitudes, incentives

    Corporate desires Site size and cost

    Cultural and economic issues Attractiveness of region (culture, taxes, climate, etc.)

    Air, rail, highway, and waterway systems

    Location of markets Labor availability, costs, attitudes toward unions

    Zoning restrictions

    Labor talent, attitudes, productiv-ity, costs

    Cost and availaibility of utilities Proximity of services/supplies needed

    Availability of supplies, communi-cation, energy

    Environmental regulations of state and town

    Environmental impact issues

    Exchange rates and currency risk Government incentives and fiscal policiesProximity to raw materials and customersLand/construction costs

    Setelah perusahaan menentukan proses produksi serta lokasi yang akan digunakan, maka perusa-haan juga harus mempertimbangkan faktor tata letak untuk proses produksi itu sendiri. Tujuan strategi penentuan layout adalah untuk menentu-kan layout yang efektif dan efisien sehingga dapat memenuhi kebutuhan dari perusahaan itu sendiri. Penentuan layout harus mempertimbangkan be-berapa faktor dibawah ini sebagaimana dinyatakan dalam Heizer dan Render, 2014, beserta strategi pendekatan layout yang dapat dilakukan, yaitu se-bagai berikut:1. Higher utilization of space, equipment, and

    people2. Improved flow of information, materials, or

    people3. Improved employee morale and safer working

    conditions4. Improved customer/client satisfaction5. Flexibility (whatever the layout is now, it will

    need to change).

    Beberapa macam pendekatan terkait layout adalah seperti berikut ini :1. Office layout : Positions workers, their equip-

    ment, and spaces/offices to provide for move-ment of information.

    2. Retail layout : Allocates shelf space and re-sponds to customer behavior.

    3. Warehouse layout : Addresses trade-offs be-tween space and material handling.

    4. Fixed-position layout : Addresses the layout requirements of large, bulky projects such as ships and buildings.

    5. Process-oriented layout: Deals with low-vol-ume, high-variety production (also called job shop, or intermitten production).

    6. Work-cell layout: Arranges machinery and equipment to focus on production of a single product or group of related products.

    7. Product-oriented layout: Seeks the best per-sonnel and machine utilization in repetitive or continuous production.

  • Company Visit Report Indofood CBP - Bekasi

    Terkait product-oriented layout, yang dirancang untuk produk produk yang bersifat high-volume dan low-variety, maka layout ini mempunyai keunggulan dan kelemahan seperti dalam tabel III dibawah ini:

    Tabel III. Keunggulan dan Kelemahan Product-oriented Layout (diadaptasi dari Heizer dan Render, 2014)

    Main Advantages Disadvantages The low variable cost per unit usually associated with high-volume, standardized products Low material handling costs Reduced work-in-process inventories Easier training and supervision Rapid throughput

    The high volume required because of the large investment needed to establish the process Work stoppage at any one point ties up the whole

    operation A lack of flexibility when handling a variety of

    products or production rates

    Selain permasalahan pada proses produksi, lokasi, dan layout, manajemen pembelian dan persediaan juga merupakan hal yang sangat kritis dalam peru-sahaan, terutama untuk perusahaan yang sangat mengandalkan bahan baku yang sifatnya cender-ung perishable, seperti tepung terigu dan tepung tapioka. Terkait hal ini, terdapat hasil penelitian yang menunjukkan bahwa rata-rata perusahaan manufaktur akan menghabiskan sekitar 56 sen un-tuk setiap 1 dollar yang dihasilkan (revenue) untuk direct cost pembelian barang bahan baku produk-si, sebagaimana dinyatakan dalam Monczka et al., 2002 dan Handfield, 2002 dalam Wallin et al., 2006. Hal ini masih ditambah dengan biaya untuk menangani persediaan tersebut yang dapat meng-habiskan sekitar 30-35 persen dari nilai pembel-ian barang yang bersangkutan (Chase et al.,2004 dalam Wallin et al., 2006). Karena itu tidak mengh-erankan bila banyak perusahaan manufaktur yang berupaya untuk mengefisienkan manajemen per-sediaan mereka akibat besarnya beban biaya yang harus ditanggung untuk membeli, menangani, dan menyimpan persediaan barang tersebut.

    Kebutuhan diatas memaksa perusahaan manufak-tur untuk mencari manajemen persediaan yang tepat untuk suatu barang tertentu, karena tidak semua barang yang dibutuhkan dalam satu peru-sahaan yang sama akan menggunakan metode manajemen persediaan yang sama pula.

    Berdasarkan Wallin et al., 2006, terdapat empat metode manajemen persediaan yang digunakan secara umum oleh perusahaan, yaitu:

    1. Inventory speculation, dimana dalam pen-dekatan metode ini, perusahaan membeli dan menyimpan barang yang dibutuhkan dalam fasilitas penyimpanan mereka sendiri sebelum kebutuhan barang tersebut dapat diketahui secara pasti dimasa yang akan da-tang.

    2. Inventory postponement, sangat berbeda dengan inventory speculation, metode ini membuat perusahaan untuk tidak membeli dan menyimpan barang sama sekali sampai dengan adanya kebutuhan yang pasti dimasa datang.

    3. Inventory consignment (konsinyasi), untuk metode ini, perusahaan menyimpan barang yang dibutuhkan dalam fasilitas penyim-panan mereka sendiri, tetapi kepemilikan barang masih ditangan vendor/supplier yang bersangkutan. Pembelian kepada supplier an membeli barang tersebut.

    4. Reverse inventory consignment, metode ini jarang digunakan, biasanya berlaku apabila perusahaan telah membeli barang yang dibu-tuhkan, tetapi tetap menyimpannya ditem-pat supplier/vendor sampai barang tersebut dibutuhkan.

  • Company Visit Report Indofood CBP - Bekasi

    Keempat metode diatas dapat digambarkan sebagaimana tabel IV dibawah ini,

    Tabel IV. Pendekatan Manajemen Persediaan (diadaptasi dari Wallin et al., 2006)Inventory Manage-

    ment ApproachWho owns inven-

    tory?Where is inventory

    located?Benefits Risks

    Inventory specula-tion

    Buyer Buyer Inventory on-hand to fill cus-tomer orders

    Protection against future price increases

    Volume dis-counts and reduced in-boundtrans-portation

    Inventory investment op-portunity cost

    Inventory stor-age, handling and trackingex-pense

    Inventory obsolescence expense

    Inventory post-ponement

    Supplier Supplier No inventory obsolescence expense

    No inventory investment op-portunity cost

    No inventory storage, han-dling and track-ingexpense

    Lost sales when inventory is not availablein time to meet cus-tomer demand

    Higher inbound transportation expense

    Subject to future price increases

    Inventory consign-ment

    Supplier Buyer Inventory on-hand to fill cus-tomer orders

    No inventory investment op-portunity cost

    No inventory obsolescence expense

    Lost sales when inventory is not availablein time to meet cus-tomer demand

    Higher inbound transportation expense

    Subject to future price increases

    Reverse inventory consignment

    Buyer Supplier Inventory on-hand at sup-plier location

    Protection against future price increases

    No inventory storage, han-dling and track-ingexpense

    Inventory investment op-portunity cost

    Inventory obsolescence expense

  • Company Visit Report Indofood CBP - Bekasi

    Dari beberapa pendekatan manajemen persediaan diatas, maka dapat kita lihat framework untuk me-milih manajemen persediaan yang tepat bagi suatu perusahaan, Sebagaimana tercantum dalam tabel V dibawah ini,

    Tabel V. Framework untuk Pendekatan Manajemen Persediaan (diadaptasi dari Wallin et al., 2006)

    Decisions Factors and underlying driversCustomer Requirements Nature of the

    Supply LineBargaining Power Inventory Management

    Approach

    CLT < SLT + CT + DTCDifficult to predict cus-tomer demandor usage requirementsStable customer prefer-ences

    Unreliable supply lineUnpredictable deliv-ery and quantityper-formance

    Few suppliers to choose fromSupplier provides a uniqueproduct

    Inventory speculation(Firm owns and holds inventory)

    CLT > SLT + CT + DTCEasy to predict customer demandor usage requirementsRapidly changing cus-tomer preferences

    Reliable supply linePredictable delivery and quantityperformance

    Many suppliers to choose fromSupplier provides a non-uniqueproduct

    Inventory postponement(Supplier owns and hold-sinventory)

    CLT < SLT + CT + DTCDifficult to predict cus-tomer demand orusage requirementsRapidly changing cus-tomer preferences

    Unreliable supply lineUnpredictable delivery and quantityperformance

    Many suppliers to choose fromSupplier provides a non-uniqueproduct

    Inventory consignment(Firm holds but supplier ownsinventory)

    CLT > SLT + CT + DTCEasy to predict customer demand orusage requirementsStable customer prefer-ences

    Reliable supply linePredictable delivery and quantityperformance

    Few suppliers to choose fromSupplier provides a uniqueproduct

    Reverse inventory con-signment(Firm owns but supplier holdsinventory)

    Notes: CLT customer order-to-delivery lead-time; SLT supplier order-to-fulfillment lead-time; CT firms cycle time; DTC delivery-to-customerlead-time

    Pendekatan metode proses produksi, lokasi, layout dan manajemen persediaan yang tepat membuat suatu perusahaan lebih kompetitif, efektif dan efisien dalam proses produksinya untuk dapat memberikan pelay-anan serta hasil produksi yang memenuhi harapan konsumen, serta dapat memberikan keunggulan kom-petitif dibandingkan dengan para pesaingnya.

  • Company Visit Report Indofood CBP - Bekasi

    2. PENERAPAN

    PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. - Pabrik Cibi-tung Bekasi merupakan salah satu pabrik yang didirikan di wilayah Jabodetabek untuk melayani permintaan yang ada di area sekitar perusahaan. Demikian juga area distribusi untuk 15 pabrik lainn-ya juga melayani area di sekitar perusahaan, antara lain : Medan, Pekanbaru, Palembang, Tangerang, Lampung, Pontianak, Manado, Semarang, Sura-baya, Banjarmasin, Makasar, Cibitung, Jakarta, Bandung dan Jambi. Hal ini bertujuan agar produk yang diterima oleh konsumen dalam keadaan segar dan sebagai upaya membantu program pemerin-tah melalui pemerataan tenaga kerja lokal.

    Pabrik mi yang ada, merujuk pada studi kasus PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk adalah menga-nut sistem product process oriented, dikarenakan berproduksi untuk menghasilkan mi instan dengan karakteristik hasil produksi yang bersifat high-vol-ume, low-variety, continuous process, few inputs. Proses produksi mi instan memang menghasilkan beberapa ragam rasa, tetapi rasa yang berbeda-be-da tersebut sudah tersedia dalam bentuk produk jadi (kaldu dalam bentuk sachet) yang siap dimas-ukkan dalam kemasan produk akhir dari mi instan. Sehingga secara proses produksi hanya terdiri atas beberapa macam produk utama. Proses produk-sinya sendiri berlangsung secara continuous ber-dasarkan batch dengan beberapa bahan masukan yang relatif sedikit atau kurang bervariasi, seperti tepung terigu, tepung tapioka dan beberapa bahan kimiawi lainnya (food gradeingredients). Proses penjadwalan produksi berjalan secara rutin dan tidak bersifat mendadak (akan diganti dikarena-kan perubahan selera pasar yang dengan singkat berubah-ubah). Dilihat dari sisi produksinya, jum-lah karyawan juga tidak terlalu banyak karena ban-yak pekerjaan yang sudah dilakukan langsung oleh mesin tanpa melibatkan campur tangan manusia kecuali dibagian packing dan distribusi. Dengan demikian, fixed cost-nya lebih tinggi tetapi variable cost-nya menjadi lebih rendah karena secara fore-cast lebih stabil dan hasil akhirnya dapat disimpan lebih lama.

    Dilihat dari lokasi pabrik yang berada ditengah-tengah pemukiman penduduk saat ini, mungkin dirasakan kurang ideal karena pergerakan barang, terutama material dan hasil produksi menjadi agak terhambat akibat beban jalan yang sudah terlalu padat oleh lalu lintas umum (cenderung sudah ma-

    cet), apalagi jika kita lihat UMK Kota dan Kabupat-en Bekasi yang termasuk tertinggi di Indonesia (no-mor 2 dan nomor 3 setelah Karawang) untuk tahun 2015. Hal ini sepertinya belum terjadi di masa awal pendirian pabrik ini, dikarenakan letaknya sendiri sebenarnya cukup menjauhi pusat kota dan berada di pinggiran kabupaten Bekasi. Beberapa param-eter awal yang menjadi pemilihan lokasi mungkin mengacu pada kemudahan seperti kondisi lahan yang masih luas dan memudahkan untuk ekspansi kedepannya, kemudahan dari sisi penyediaan air bersih dan kelistrikan, serta akses menuju kawasan industri (MM2100 & BFIE) dan jalan raya bebas hambatan (jalan tol), serta ketersediaan tenaga kerja yang mungkin awalnya relatif murah dan ter-sedia dalam jumlah yang cukup besar.

    Jika dilihat dari layout dari pabrik Indofood yang menggunakan pendekatan product process orient-ed, maka layout yang digunakan memang juga sa-ma-sama menggunakan pendekatan product-ori-ented layout, dimana pola pikir utamanya adalah mencari personel terbaik dan penggunaan mesin (utilisasi) yang tinggi dalam repetitive process atau continuous production. Layout tersebut mempun-yai keunggulan seperti variable cost yang biasanya lebih rendah dikarenakan high-volume products, biaya penanganan material yang lebih rendah, minimnya WIP serta kemudahan untuk memberi-kan training kepada karyawan serta keluaran mesin yang tinggi (high throughput).

    Dari sisi manajemen persediaan, Indofood mem-punyai bahan baku yang sifatnya perishable, sep-erti tepung terigu dan tepung tapioka. Hal ini me-nyebabkan pabrik akan menyimpan bahan baku untuk jangka waktu tertentu dan harus segera mel-akukan proses produksi terhadap material terse-but. Berdasarkan dari kondisi dipasaran, Indofood saat ini menguasai pasar mi instan di Indonesia, hal ini menjadikan Indofood lebih mudah untuk mengetahui preferensi pelanggan, akan tetapi tetap membutuhkan kemampuan untuk mempre-diksi permintaan dari pelanggan itu sendiri. Sup-plier untuk bahan baku untuk tepung terigu dan tapioka dipenuhi oleh salah satu perusahaan yang notabene masih satu grup, yaitu PT. Bogasari, se-hingga memudahkan untuk koordinasi, pemesan-an dan kontinuitas produk yang dibutuhkan oleh pabrik-pabrik Indofood. Berdasarkan dari kondisi tersebut, maka dapat dikatakan bahwa Indofood menerapkan Inventory Speculation (firm owns and holds inventory).

  • Company Visit Report Indofood CBP - Bekasi

    2.1 Proses Pembuatan Mie Instan

    2.2.1 Bahan baku (mie)

    a. Tepung teriguTepung terigu merupakan bahan dasar pembua-tan mie. Tepung terigu diperoleh dari biji gandum (Triticum vulgare) yang digiling. Tepung terigu berfungsi membentuk struktur mie, sumber pro-tein dan karbohidrat. Kandungan protein utama tepung terigu yang berperan dalam pembuatan mie adalah gluten. Gluten dapat dibentuk dari gliadin (prolamin dalam gandum) dan glutenin. Protein dalam tepung terigu untuk pembuatan mie harus dalam jumlah yang cukup tinggi supaya mie menjadi elastis dan tahan terhadap penarikan se-waktu proses produksinya. Bahan-bahan lain yang digunakan antara lain air, garam, bahan pengem-bang, zat warna, bumbu dan telur. Tepung terigu diperoleh dari PT. Bogasari.

    b. AirAir berfungsi sebagai media reaksi antara gluten dan karbohidrat, melarutkan garam, dan mem-bentuk sifat kenyal gluten. Pati dan gluten akan mengembang dengan adanya air. Air yang digu-nakan sebaiknya memiliki pH antara 6 9, hal ini disebabkan absorpsi air makin meningkat dengan naiknya pH. Makin banyak air yang diserap, mie menjadi tidak mudah patah. Jumlah air yang opti-mum membentuk pasta yang baik.

    c. GaramGaram berperan dalam memberi rasa, mem-perkuat tekstur mie, meningkatkan fleksibilitas dan elastisitas mie serta mengikat air. Garam dapat menghambat aktivitas enzim protease dan ami-lase sehingga pasta tidak bersifat lengket dan tidak mengembang secara berlebihan.

    d. Putih telurPutih telur akan menghasilkan suatu lapisan yang tipis dan kuat pada permukaan mie. Lapisan terse-but cukup efektif untuk mencegah penyerapan se-waktu digoreng dan kekeruhan saus mie sewaktu pemasakan.

    e. LesitinLesitin pada kuning telur merupakan pengemulsi yang baik, dapat mempercepat hidrasi air pada ter-igu, dan bersifat mengembangkan adonan.

    f. Bahan tambahanBahan tambahan yang digunakan pada bumbu : Garam Gula Penguat Rasa Bubuk Bawang Putih Bawang Merah Ekstrak Ragi Perasa Merica Agen Anti Pengembang

  • Company Visit Report Indofood CBP - Bekasi

    Produksi bumbu beserta kecap dan sambal tidak dilakukan di pabrik Cibitung, namun berasal dari pabrik yang terletak di Cikampek.

    2.2.2 Pemilihan bahan makananPT. Indofood CBP Sukses Makmur TBK bekerja sama dengan beberapa pemasok (supplier) yang ditunjuk untuk pengadaan bahan baku (raw mate-rial) dan bahan pendukung lainnya.

    2.2.3 Penyimpanan bahan makananMie yang telah terbungkus rapi ditransfer ke salah satu bagian pabrik kemudian kardus yang berisi mie ini disusun diatas mesin bermotor pengang-kut barang dengan menggunakan tenaga manusia yang selanjutnya dibawa ke bagian gudang sirkulasi yang teratur. Sistem penyimpanan dan pengeluar-an menggunakan metode First In First Out (FIFO) dimana barang yang terlebih dahulu masuk ke gu-dang penyimpanan yang akan didahulukan untuk dipasarkan.

    2.2.4 Teknik Pengolahan yang digunakanAda tiga tahap penting dalam pengolahan mie in-stan sampai siap dipasarkan. Tahap yang pertama yaitu tahap pendahuluan, tahap pembuatan, dan tahap terakhir adalah penyimpanan.a. Tahap pendahuluanMelakukan quality control yaitu dengan melaku-kan seleksi bahan-bahan agar sesuai standar yang diinginkan, misalnya terigu. Tujuan dari proses ini adalah agar produk yang dihasilkan berkualitas dan tahan lama. Bahan yang tidak memenuhi standar dikembalikan pada pihak produsen bahan.b. Tahap PembuatanTahap kedua dalam proses produksi adalah pem-buatan mie. Tahapan ini terbagi menjadi beberapa proses, yaitu:

    Mixing Proses mixing adalah proses awal pada pengola-han mie. Pada tahap ini tepung terigu yang su-dah berada di alat mixer dicampurkan dengan air dan bahan tambahan (larutan alkali yang sudah dibuat sesuai dengan jenis mie yang akan diprod-uksi) agar menjadi suatu adonan. Air yang dicam-purkan harus sesuai dengan kadar air sebesar 32% sampai dengan 34%, sehingga adonan tidak terlalu lembek atau terlalu keras. Proses pencampuran ini berlangsung kurang lebih selama 15 menit den-gan suhu 35oC. Pada proses ini pemeriksaan yang harus dilakukan adalah pengamatan terhadap ce-maran, jumlah alkali yang ditambahkan, dan jum-

    lah penambahan air serta kadar air pada adonan. Kadar air yang masih terkandung dalam proses mixing sebesar 60%.Tiap 250 kg bahan adonan dapat menghasilkan + 4000 bungkus, sedangkan proses produksi tiap jamnya menghasilkan + 42.000 bungkus.

    PenggilinganProses ini membentuk adonan menjadi tipis. Se-lain adonan menjadi homogen, campuran tersebut masuk ke dalam mesin pengepres adonan. Di dalam mesin pengepres, adonan melalui beberapa roll press. Adonan akan mengalami peregangan pada saat dipress dan terjadi relaksasi pada saat keluar dari roll press. Hal ini terjadi beberapa kali pada saat melalui roll press sehingga terbentuk lembaran yang lembut, homogen, elastik, dan tidak terputus dengan ketebalan tertentu. Penipisan adonan mie terdapat dalam tiga ukuran dengan ketebalan yang berbeda. Penipisan pertama ado-nan digiling dengan cukup tebal, penipisan kedua ukurannya sudah lebih tipis dari yang pertama, dan yang terakhir penggilingan adonan dengan ukuran yang lebih tipis dari penipisan kedua dengan ket-ebalan sekitar 2 milimeter.Apabila terdapat adonan mie yang ukuran dan ket-ebalannya tidak sesuai, maka akan dilakukan reject dan dilakukan penghancuran adonan yang kemu-dian dijual kepada produsen pengolah makanan ternak. Rata-rata defect product dalam sehari-hari sebesar 2-3% (target ideal 0,3%).

    Slicing (pengirisan)Penyisiran dan penggelombangan yaitu adonan mie yang sudah digiling tipis, diiris menjadi 8 ba-gian sesuai ukuran kemudian adonen mie dimasuk-kan ke mesin yang didalamnya terdapat alat seperti sisir yang membelah adonan menjadi bagian-bagi-an yang panjang dan bergelombang. Pengirisan dan penggelombangan adonan mie ketebalannya tidak selalu sama, tergantung pada setiap rasa mie instan yang dihasilkan. PengukusanAdonan mie yang telah berbentuk panjang dan bergelombang digiring ke dalam mesin steambox (pengukusan). Proses pengukusan akan berlang-sung selama dua menit dengan suhu pemanasan 65oC. Tujuannya adalah memasak mie mentah menjadi mie dengan sifat fisik padat. Dalam pros-es streaming ini akan terjadi proses gelatinisasi pati dan koagulasi gluten, yang menyebabkan gelom-bang mie bersifat tetap dan memiliki tekstur lem-but, lunak, elastis, dan terlindungi dari penyerapan

  • Company Visit Report Indofood CBP - Bekasi

    Wrapping dan PackingSetelah dilakukan proses cooling, mie akan diberi bumbu yang telah disediakan kemudian di wrap-ping dan packing. Wrapping merupakan pembung-kusan mie dengan kemasan yang sesuai dengan mie yang telah dibuat dan kemudian diberi kode produksi dan tanggal kadaluarsa. Operator bumbu diwajibkan untuk membersihkan tangan dengan alkohol tiap 2 jam sekali agar bakteri tidak berkem-bang dan berguna untuk mengurangi kejenuhan pegawai.Pada proses packing, mie yang telah terkemas dan diberi kode produksi ditumpuk pada karton ke-masan sesuai jumlah yang telah ditentukan, kemu-dian mie diberi lakban. Tujuan dari pemberian kar-ton kemasan adalah untuk melindungi produk dari kotoran, debu dan penggangu lainnya yang dapat menurunkan kualitas mie. Proses pengemasan dan pengepakan dilakukan se-cara manual guna memenuhi anjuran pemerintah untuk menjalankan program padat karya dengan memberdayakan masyarakat sekitar pabrik.Pada proses wrapping dan packing tiap line terdiri dari 2 operator pengisian bumbu, 1 petugas kon-trol dan 1 checker.

    Secara sistematis alur proses produksi mie instant adalah sebagai berikut :

    minyak yang terlalu banyak pada proses penggore-ngan atau frying.

    Cutting (pemotongan) dan pelipatanMie yang telah dikukus sebelumnya dipotong den-gan ukuran panjang yang telah diatur kemudian mie dilipat dua sehingga berbentuk persegi pan-jang berlapis, selanjutnya mendistribusikannya ke mangkok penggorengan. Mie dipotong dengan menggunakan alat berupa pisau yang berputar.

    Frying (penggorengan)Mie ditransfer ke dalam mesin penggorengan tertu-tup yang berisi minyak goreng merk Bimoli den-gan suhu + 130 derajat celcius. Proses ini meng-hasilkan limbah berupa sisa minyak yang kemudian akan dilakukan tindakan preventive maintenance setiap seminggu sekali untuk menjaga agar kadar lemak jenuh dalam minyak tersebut dapat terkend-ali. Tujuan dari proses penggorengan adalah untuk mengurangi kadar air dalam mie dan pemantapan pati tergelatinisasi. Kadar air setelah penggorengan adalah 4% sehingga mie menjadi matang, kaku dan awet.

    Cooling (pendinginan)Proses dimana mie yang telah digoreng dengan suhu tinggi didinginkan menggunakan mesin pend-ingin. Tujuan proses pendinginan adalah untuk mendinginkan mie panas yang keluar dari proses penggorengan hingga diperoleh suhu 30oC sebe-lum mie dikemas. Dengan diperolehnya suhu mie yang rendah sebelum dikemas maka mie akan lebih awet untuk disimpan dalam etiket selama bebera-pa waktu dan menghindari penguapan air yang ke-mudian menempel pada permukaan bagian dalam etiket yang dapat menyebabkan timbulnya jamur. Lamanya proses pendinginan adalah kurang lebih dua menit. Limbah yang dihasilkan berupa limbah cair hasil proses pendinginan.

  • Company Visit Report Indofood CBP - Bekasi

    terjadi akibat proses pengeringan mie yang menggunakan minyak goreng pada suhu tert-entu.

    Cup kemasan untuk produk Pop Mie meng-gunakan Styrofoam expandable polysterin yang aman digunakan (food grade)

    Saran penyajian seperti yang tertera pada setiap kemasan.

    2.2.5 Proses distribusi PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. merupakan market leader yang memiliki jaringan distribusi mie instant yang terluas di Indonesia dan telah men-embus sampai hampir ke setiap sudut kepulauan. Jumlah titik stok/stock point (gudang) semakin diperbanyak secara agresif sejak tahun 2005, se-hingga mampu melakukan penetrasi pasar yang lebih luas melalui rantai suplai dan penghantaran. Gudang stok ditempatkan pada area-area yang memiliki outlet retail yang banyak, termasuk pasar tradisional, sehingga setiap gudang dapat melayani masing-masing area geografis dalam waktu yang sesingkat mungkin. Strategi dalam menghadapi persaingan industri makanan instant yang sering disebut dengan Stock Point ini bertujuan untuk menghindari terjadinya kekosongan stok di pasaran yang dapat berakibat berpindahnya konsumen ke-pada produk mie instant merk lainnya.Produk yang dihasilkan PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. tidak hanya dipasarkan didalam neg-eri saja tetapi juga diekspor ke luar negeri, antara lain : ke kawasan ASEAN, Timur Tengah, Hongkong, Taiwan, Belanda, Inggris, Jerman, Australia, Ameri-ka dengan kemasan dan komposisi yang disesuai-kan dengan peraturan dan kondisi negara tersebut.

    2.2.6 Catatan Tambahan Kandungan MSG (Mono Sodium Glutamate)

    pada bumbu mie instant + 0,3 mg (standar max/hari = 6 gram), sedangkan pada mie tidak terkandung MSG.

    Tidak terkandung bahan pengawet pada bum-bu, kecap, sambal maupun mie instant. Bahan-bahan tersebut dapat bertahan lama/awet se-lama + 8 bulan karena melalui penyempurnaan pada pada proses produksinya dengan suhu panas tertentu sehingga bakteri sulit berkem-bang.

    Bahan pewarna menggunakan Tartrazine CL 19140 yang aman (food grade).

    Mie tidak mengandung lapisan lilin. Buih putih yang sering muncul pada proses pemasakan terjadi akibat proses pengeringan mie yang

    Gambar 2. Alur proses produksi

    c. Tahap PenyimpananMie yang telah jadi kemudian disimpan dalam gu-dang sebelum dipasarkan. Tinggi tumpukan karton telah ditentukan maksimal 8 karton dan menggu-nakan manajemen hama terpadu dengan alas un-tuk menghindari kelembaban yang dapat merusak mie, bumbu maupun kecap dan sambal.

    2.2.5 Proses distribusi PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. merupakan market leader yang memiliki jaringan distribusi mie instant yang terluas di Indonesia dan telah men-embus sampai hampir ke setiap sudut kepulauan. Jumlah titik stok/stock point (gudang) semakin diperbanyak secara agresif sejak tahun 2005, se-hingga mampu melakukan penetrasi pasar yang lebih luas melalui rantai suplai dan penghantaran. Gudang stok ditempatkan pada area-area yang memiliki outlet retail yang banyak, termasuk pasar tradisional, sehingga setiap gudang dapat melayani masing-masing area geografis dalam waktu yang sesingkat mungkin. Strategi dalam menghadapi persaingan industri makanan instant yang sering disebut dengan Stock Point ini bertujuan untuk menghindari terjadinya kekosongan stok di pasaran yang dapat berakibat berpindahnya konsumen ke-pada produk mie instant merk lainnya.Produk yang dihasilkan PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. tidak hanya dipasarkan didalam neg-eri saja tetapi juga diekspor ke luar negeri, antara lain : ke kawasan ASEAN, Timur Tengah, Hongkong, Taiwan, Belanda, Inggris, Jerman, Australia, Ameri-ka dengan kemasan dan komposisi yang disesuai-kan dengan peraturan dan kondisi negara tersebut.

    2.2.6 Catatan Tambahan Kandungan MSG (Mono Sodium Glutamate)

    pada bumbu mie instant + 0,3 mg (standar max/hari = 6 gram), sedangkan pada mie tidak terkandung MSG.

    Tidak terkandung bahan pengawet pada bum-bu, kecap, sambal maupun mie instant. Bahan-bahan tersebut dapat bertahan lama/awet se-lama + 8 bulan karena melalui penyempurnaan pada pada proses produksinya dengan suhu panas tertentu sehingga bakteri sulit berkem-bang.

    Bahan pewarna menggunakan Tartrazine CL 19140 yang aman (food grade).

    Mie tidak mengandung lapisan lilin. Buih putih yang sering muncul pada proses pemasakan

  • Company Visit Report Indofood CBP - Bekasi

    Saran penyajian seperti yang tertera pada setiap kemasan.

    menggunakan minyak goreng pada suhu tert-entu.

    Cup kemasan untuk produk Pop Mie meng-gunakan Styrofoam expandable polysterin yang aman digunakan (food grade)

    DAFTAR PUSTAKA

    Heizer, Jay. and Render, Barry. 2014. Operations Management Sustainability and Supply Chain Manage-ment, Global Edition, Pearson, England.Wallin, Cynthia., Rungtusanatham, M. Johnny. and Rabinovich, Elliot. What is the right inventory manage-ment approach for a purchased item?,International Journal of Operations and Production Management. Vol. 26, No. 1, pp 50-68.

  • Company Visit Report Indofood CBP - Bekasi