Individu Asli Asuhan Keperawatan Sepsis

15
KEPERAWATAN MATERNITAS BBL (Bayi Baru Lahir) ASUHAN KEPERAWATAN SEPSIS OLEH : David walhafizo NIM. PO.71.20.1.13.029

description

a

Transcript of Individu Asli Asuhan Keperawatan Sepsis

Page 1: Individu Asli Asuhan Keperawatan Sepsis

KEPERAWATAN MATERNITAS

BBL (Bayi Baru Lahir)

ASUHAN KEPERAWATAN SEPSIS

OLEH :

David walhafizo

NIM. PO.71.20.1.13.029

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALEMBANG

JURUSAN KEPERAWATAN PALEMBANG

TAHUN AJARAN 2014 / 2015

Page 2: Individu Asli Asuhan Keperawatan Sepsis

LAPORAN PENDAHULUANA. Definisi

Sepsis adalah suatu sindroma klinik yang terjadi oleh karena adanya respon tubuh yang berlebihan terhadap rangsangan produk mikroorganisme. Ditandai dengan panas, takikardia, takipnea, hipotensi dan disfungsi organ berhubungan dengan gangguan sirkulasi darah.

Sepsis sindroma klinik yang ditandai dengan:

Hyperthermia/hypothermia (>38°C; <35,6°C) Tachypneu (respiratory rate >20/menit) Tachycardia (pulse >100/menit) Leukocytosis >12.000/mm3 – Leukopoenia <4.000/mm3 10% >cell imature Suspected infection

Sepsis merupakan respon tubuh terhadap infeksi yang menyebar melalui darah dan jaringan lain. Sepsis terjadi pada kurang dari 1% bayi baru lahir tetapi merupakan penyebab dari 30% kematian pada bayi baru lahir. Infeksi bakteri 5 kali lebih sering terjadi pada bayi baru lahir yang berat badannya kurang dari 2,75 kg dan 2 kali lebih sering menyerang bayi laki-laki.Pada lebih dari 50% kasus, sepsis mulai timbul dalam waktu 6 jam setelah bayi lahir, tetapi kebanyakan muncul dalam waktu 72 jam setelah lahir sepsis yang baru timbul dalam waktu 4 hari atau lebih kemungkinan disebabkan oleh infeksi nasokomial.

Pembagian Sepsis :1. Sepsis dini –> terjadi 7 hari pertama kehidupan. Karakteristik : sumber organisme pada saluran genital ibu dan atau cairan amnion, biasanya fulminan dengan angka mortalitas tinggi.

2. Sepsis lanjutan/nosokomial –> terjadi setelah minggu pertama kehidupan dan didapat dari lingkungan pasca lahir. Karakteristik : Didapat dari kontak langsung atau tak langsung dengan organisme yang ditemukan dari lingkungan tempat perawatan bayi, sering mengalami komplikasi.

B.EtiologiPenyebab neonatus sepsis/sepsis neonatorum adalah berbagai macam kuman seperti

bakteri, virus, parasit, atau jamur. Sepsis pada bayi hampir selalu disebabkan oleh bakteri.Beberapa komplikasi kehamilan yang dapat meningkatkan risiko terjadinya sepsis pada neonatus antara lain :

• Perdarahan• Demam yang terjadi pada ibu• Infeksi pada uterus atau plasenta• Ketuban pecah dini (sebelum 37 minggu kehamilan)• Ketuban pecah terlalu cepat saat melahirkan (18 jam atau lebih sebelum melahirkan)• Proses kelahiran yang lama dan sulit

Sepsis bisa disebabkan oleh mikroorganisme yang sangat bervariasi, meliputi bakteri aerobik, anareobik, gram positif, gram negatif, jamur, dan virus (Linda D.U, 2006)

Page 3: Individu Asli Asuhan Keperawatan Sepsis

Bakteri gram negative yang sering menyebabkan sepsis adalah E. Coli, Klebsiella Sp. Pseudomonas Sp, Bakteriodes Sp, dan Proteus Sp.

Bakteri gram negative mengandung liposakarida pada dinding selnya yang disebut endotoksin. Apabila dilepaskan dan masuk ke dalam aliran darah, endotoksin dapat menyebabkan bergabagi perubahan biokimia yang merugikan dan mengaktivasi imun dan mediator biologis lainnya yang menunjang timbulnya shock sepsis.

Organisme gram positif yang sering menyebabkan sepsis adalah staphilococus, streptococcus dan pneumococcus. Organime gram positif melepaskan eksotoksin yang berkemampuan menggerakkan mediator imun dengan cara yang sama dengan endotoksin.

C. PatofisiologiMikroorganisme atau kuman penyebab infeksi dapat mencapai neonatus melalui beberapa cara yaitu :

a. Pada masa antenatal atau sebelum lahir pada masa antenatal kuman dari ibu setelah melewati plasenta dan umbilicus masuk kedalam tubuh bayi melalui sirkulasi darah janin. Kuman penyebab infeksi adalah kuman yang dapat menembus plasenta, antara lain virus rubella, herpes, sitomegalo, koksaki, hepatitis, influenza, parotitis. Bakteri yang dapat melalui jalur ini antara lain malaria, sifilis dan toksoplasma.

b. Pada masa intranatal atau saat persalinan infeksi saat persalinan terjadi karena kuman yang ada pada vagina dan serviks naik mencapai kiroin dan amnion akibatnya, terjadi amnionitis dan korionitis, selanjutnya kuman melalui umbilkus masuk ke tubuh bayi. Cara lain, yaitu saat persalinan, cairan amnion yang sudah terinfeksi dapat terinhalasi oleh bayi dan masuk ke traktus digestivus dan traktus respiratorius, kemudian menyebabkan infeksi pada lokasi tersebut. Selain melalui cara tersebut diatas infeksi pada janin dapat terjadi melalui kulit bayi atau “port de entre” lain saat bayi melewati jalan lahir yang terkontaminasi oleh kuman (mis. Herpes genitalis, candida albican dan gonorrea).

c. Infeksi pascanatal atau sesudah persalinan. Infeksi yang terjadi sesudah kelahiran umumnya terjadi akibat infeksi nosokomial dari lingkungan diluar rahim (mis, melalui alat-alat; pengisap lendir, selang endotrakea, infus, selang nasagastrik, botol minuman atau dot). Perawat atau profesi lain yang ikut menangani bayi dapat menyebabkan terjadinya infeksi nasokomial, infeksi juga dapat terjadi melalui luka umbilikus.

D. Manifestasi KlinisGejala infeksi sepsis pada neonatus ditandai dengan:• Bayi tampak lesu• tidak kuat menghisap• denyut jantung lambat dan suhu tubuhnya turun-naik• gangguan pernafasan• kejang• jaundice (sakit kuning)• muntah• diare• perut kembung

Page 4: Individu Asli Asuhan Keperawatan Sepsis

E. Faktor Risiko1. Sepsis Dini• Kolonisasi maternal dalam GBS, infeksi fekal• Malnutrisi pada ibu• Prematuritas, BBLR2. Sepsis Nosokomial• BBLR–>berhubungan dengan pertahanan imun• Nutrisi Parenteral total, pemberian makanan melalui selang• Pemberian antibiotik (superinfeksi dan infeksi organisme resisten)

F. Pencegahan• Pada masa Antenatal –> Perawatan antenatal meliputi pemeriksaan kesehatan ibu secara berkala, imunisasi, pengobatan terhadap penyakit infeksi yang diderita ibu, asupan gizi yang memadai, penanganan segera terhadap keadaan yang dapat menurunkan kesehatan ibu dan janin. Rujuk ke pusat kesehatan bila diperlukan.• Pada masa Persalinan –> Perawatan ibu selama persalinan dilakukan secara aseptik.• Pada masa pasca Persalinan –> Rawat gabung bila bayi normal, pemberian ASI secepatnya, jaga lingkungan dan peralatan tetap bersih, perawatan luka umbilikus secara steril

G. Gambaran Hasil laboratorium

WBC > 12.000/mm3 atau < 4.000/mm3 atau 10% bentuk immature Hiperglikemia > 120 mg/dl Peningkatan Plasma C-reaktif protein Peningkatan plasma procalcitonin. Serum laktat > 1 mMol/L Creatinin > 0,5 mg/dl INR > 1,5 APTT > 60 Trombosit < 100.000/mm3

Total bilirubin > 4 mg/dl Biakan darah, urine, sputum hasil positif.

H. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan sepsis yang optimal mencakup eliminasi patogen penyebab infeksi, mengontrol sumber infeksi dengan tindakan drainase atau bedah bila diperlukan, terapi antimikroba yang sesuai, resusitasi bila terjadi kegagalan organ atau renjatan. Vasopresor dan inotropik,  terapi suportif terhadap kegagalan organ, gangguan koagulasi dan terapi imunologi bila terjadi respons imunmaladaftif host terhadap infeksi.

1. Resusitasi

Mencakup tindakan airway (A), breathing (B), circulation (C) dengan oksigenasi, terapi cairan (kristaloid dan/atau koloid), vasopresor/inotropik, dan transfusi bila diperlukan. Tujuan resusitasi pasien dengan sepsis berat atau yang mengalami hipoperfusi dalam 6 jam pertama adalah CVP 8-12 mmHg, MAP >65 mmHg, urine >0.5 ml/kg/jam dan saturasi oksigen >70%. Bila dalam 6 jam resusitasi, saturasi oksigen tidak mencapai 70% dengan

Page 5: Individu Asli Asuhan Keperawatan Sepsis

resusitasi cairan dengan CVP 8-12 mmHg, maka dilakukan transfusi PRC untuk mencapai hematokrit >30% dan/atau pemberian dobutamin (sampai maksimal 20 μg/kg/menit).     

2. Eliminasi sumber infeksi

Tujuan: menghilangkan patogen penyebab, oleh karena antibiotik pada umumnya tidak mencapai sumber infeksi seperti abses, viskus yang mengalami obstruksi dan implan prostesis yang terinfeksi. Tindakan ini dilakukan secepat mungkin mengikuti resusitasi yang adekuat.

3. Terapi antimikroba

Merupakan modalitas yang sangat penting dalam pengobatan sepsis. Terapi antibiotik intravena sebaiknya dimulai dalam jam pertama sejak diketahui sepsis berat, setelah kultur diambil. Terapi inisial berupa satu atau lebih obat yang memiliki aktivitas melawan patogen bakteri atau jamur dan dapat penetrasi ke tempat yang diduga sumber sepsis. Oleh karena pada sepsis umumnya disebabkan oleh gram negatif, penggunaan antibiotik yang dapat mencegah pelepasan endotoksin seperti karbapenem memiliki keuntungan, terutama pada keadaan dimana terjadi proses inflamasi yang hebat akibat pelepasan endotoksin, misalnya pada sepsis berat dan gagal multi organ

Pemberian antimikrobial dinilai kembali setelah 48-72 jam berdasarkan data mikrobiologi dan klinis. Sekali patogen penyebab teridentifikasi, tidak ada bukti bahwa terapi kombinasi lebih baik daripada monoterapi.

4. Terapi suportif

Oksigenasi

Pada keadaan hipoksemia berat dan gagal napas bila disertai dengan penurunan kesadaran atau kerja ventilasi yang berat, ventilasi mekanik segera dilakukan.

Terapi cairano Hipovolemia harus segera diatasi dengan cairan kristaloid (NaCl 0.9% atau ringer laktat)

maupun koloid.o Pada keadaan albumin rendah (<2 g/dL) disertai tekanan hidrostatik melebihi tekanan

onkotik plasma, koreksi albumin perlu diberikan.o Transfusi PRC diperlukan pada keadaan perdarahan aktif atau bila kadar Hb rendah pada

kondisi tertentu, seperti pada iskemia miokard dan renjatan septik. Kadar Hb yang akan dicapai pada sepsis masih kontroversi antara 8-10 g/dL.

Vasopresor dan inotropik

Sebaiknya diberikan setelah keadaan hipovolemik teratasi dengan pemberian cairan adekuat, akan tetapi pasien masih hipotensi. Vasopresor diberikan mulai dosis rendah dan dinaikkan (titrasi) untuk mencapai MAP 60 mmHg atau tekanan darah sistolik 90mmHg. Dapat dipakai dopamin >8μg/kg.menit,norepinefrin 0.03-1.5μg/kg.menit, phenylepherine 0.5-8μg/kg/menit atau epinefrin 0.1-0.5μg/kg/menit. Inotropik dapat digunakan: dobutamine 2-28 μg/kg/menit, dopamine 3-8 μg/kg/menit,

Page 6: Individu Asli Asuhan Keperawatan Sepsis

epinefrin 0.1-0.5 μg/kg/menit atau fosfodiesterase inhibitor (amrinone dan milrinone).

Bikarbonat

Secara empirik bikarbonat diberikan bila pH <7.2 atau serum bikarbonat <9 mEq/L dengan disertai upaya untuk memperbaiki keadaan hemodinamik.

Disfungsi renal

Akibat gangguan perfusi organ. Bila pasien hipovolemik/hipotensi, segera diperbaiki dengan pemberian cairan adekuat, vasopresor dan inotropik bila diperlukan. Dopamin dosis renal (1-3 μg/kg/menit) seringkali diberikan untuk mengatasi gangguan fungsi ginjal pada sepsis, namun secara evidence based belum terbukti. Sebagai terapi pengganti gagal ginjal akut dapat dilakukan hemodialisis maupun hemofiltrasi kontinu.

Nutrisi

Pada metabolisme glukosa terjadi peningkatan produksi (glikolisis, glukoneogenesis), ambilan dan oksidasinya pada sel, peningkatan produksi dan penumpukan laktat dan kecenderungan hiperglikemia akibat resistensi insulin. Selain itu terjadi lipolisis, hipertrigliseridemia dan proses katabolisme protein. Pada sepsis, kecukupan nutrisi: kalori (asam amino), asam lemak, vitamin dan mineral perlu diberikan sedini mungkin

Kontrol gula darah

Terdapat penelitian pada pasien ICU, menunjukkan terdapat penurunan mortalitas sebesar 10.6-20.2% pada kelompok pasien yang diberikan insulin untuk mencapai kadar gula darah antara 80-110 mg/dL dibandingkan pada kelompok dimana insulin baru diberikan bila kadar gula darah >115 mg/dL. Namun apakah pengontrolan gula darah tersebut dapat diaplikasikan dalam praktek ICU, masih perlu dievaluasi, karena ada risiko hipoglikemia.

Gangguan koagulasi

Proses inflamasi pada sepsis menyebabkan terjadinya gangguan koagulasi dan DIC (konsumsi faktor pembekuan dan pembentukan mikrotrombus di sirkulasi). Pada sepsis berat dan renjatan, terjadi penurunan aktivitas antikoagulan dan supresi proses fibrinolisis sehingga mikrotrombus menumpuk di sirkulasi mengakibatkan kegagalan organ. Terapi antikoagulan, berupa heparin, antitrombin dan substitusi faktor pembekuan bila diperlukan dapat diberikan, tetapi tidak terbukti menurunkan mortalitas.

Kortikosteroid

Hanya diberikan dengan indikasi insufisiensi adrenal. Hidrokortison dengan dosis 50 mg bolus IV 4x/hari selama 7 hari pada pasien dengan renjatan

Page 7: Individu Asli Asuhan Keperawatan Sepsis

septik menunjukkan penurunan mortalitas dibandingkan kontrol. Keadaan tanpa syok, kortikosteroid sebaiknya tidak diberikan dalam terapi sepsis.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN SEPSIS

A. Pengkajian

Selalu menggunakan pendekatan ABCDE.

Airway

yakinkan kepatenan jalan napas berikan alat bantu napas jika perlu (guedel atau nasopharyngeal) jika terjadi penurunan fungsi pernapasan segera kontak ahli anestesi dan bawa segera

mungkin ke ICU

Breathing

kaji jumlah pernasan lebih dari 24 kali per menit merupakan gejala yang signifikan kaji saturasi oksigen periksa gas darah arteri untuk mengkaji status oksigenasi dan kemungkinan asidosis berikan 100% oksigen melalui non re-breath mask auskulasi dada, untuk mengetahui adanya infeksi di dada periksa foto thorak

Circulation

kaji denyut jantung, >100 kali per menit merupakan tanda signifikan monitoring tekanan darah, tekanan darah <> periksa waktu pengisian kapiler pasang infuse dengan menggunakan canul yang besar berikan cairan koloid – gelofusin atau haemaccel pasang kateter lakukan pemeriksaan darah lengkap siapkan untuk pemeriksaan kultur catat temperature, kemungkinan pasien pyreksia atau temperature kurang dari 36oC siapkan pemeriksaan urin dan sputum berikan antibiotic spectrum luas sesuai kebijakan setempat.

DisabilityBingung merupakan salah satu tanda pertama pada pasien sepsis padahal sebelumnya tidak ada masalah (sehat dan baik). Kaji tingkat kesadaran dengan menggunakan AVPU.ExposureJika sumber infeksi tidak diketahui, cari adanya cidera, luka dan tempat suntikan dan tempat sumber infeksi lainnya.

Page 8: Individu Asli Asuhan Keperawatan Sepsis

B. Diagnosa Keperawatan : a. Infeksi berhubungan dengan penularan infeksi pada bayi sebelum, selama dan sesudah kelahiran.b. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan minum sedikit atau intoleran terhadap minuman.c. Gangguan pola pernapasan berhubungan dengan apnea.d. Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan penularan infeksi pada bayi oleh petugas.e. Koping individu efektif berhubungan dengan kesalahan dan kecemasan-kecemasan infeksi pada bayi dan konsekuensi yang serius dari infeksi.

C. Rencana Asuhan Keperawatan

DX 1 : Infeksi berhubungan dengan penularan infeksi pada bayi sebelum, selama dan sesudah kelahiran.

Tujuan : Mengenali secara dini bayi yang mempunyai resiko menderita infeksi.Mencegah dan meminimalkan infeksi dan pengaruhnya intercensi keperawatan.

Kriteria Hasil : penularan infeksi tidak terjadi.

Intervensi :a. Kaji bayi yang memiliki resiko menderita infeksi meliputi :- Kecil untuk masa kehamilan, besar untuk masa kehamilan, prematur.- Nilai apgar dibawah normal- Bayi mengalami tindakan operasi - Epidemi infeksi dibangsal bayi dengan kuman E. coli Streptokokus- Bayi yang megalami prosedur invasif- Kaji riwayat ibu, status sosial ekonomi, flora vagina, ketuban pecah dini, dan infeksi yang diderita ibu.

b. Kaji adanya tanda infeksi meliputi suhu tubuh yang tidak stabil, apnea, ikterus, refleks mengisap kurang, minum sedikit, distensi abdomen, letargi atau iritablitas.

c. Kaji tanda infeksi yang berhubungan dengan sistem organ, apnea, takipena, sianosis, syok, hipotermia, hipertermia, letargi, hipotoni, hipertoni, ikterus, ubun-ubun cembung, muntah diare.

d. Kaji hasil pemeriksaan laboratoriume. Dapatkan sampel untuk pemeriksaaan kultur.

DX 2 :

Page 9: Individu Asli Asuhan Keperawatan Sepsis

Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan minum sedikit atau intoleran terhadap minuman.

Tujuan :Memelihara kebutuhan nutrisi bayi, berat badan bayi tidak tujuan, menunjukkan kenaikan berat badan.

Kriteria hasil :Nutrisi dan cairan adekuat.

Intervensi keperawatan :a. Kaji intoleran terhadap minumanb. Hitung kebutuhan minum bayic. Ukur masukan dan keluarand. Timbang berat badan setiap harie. Catat perilaku makan dan aktivitas secara kuratf. Pantau koordinasi refleks mengisap dan menelang. Ukur berat jenis urineh. Berikan minuman yang adekuat dengan cara pemberian sesuai kondisii. Pantai distensi abdomen (residu lambang)

DX 3 : Gangguan pola pernafasan yang berhubungan dengan apnea.

Tujuan : Mengatur dan membantu usaha bernpaas dan kecukupan oksigen.

Kriteria hasil : Frekuensi pernapasan normal, tidak mengalami apneu.

Intervensi Keperawatan :a. Kaji perubahan pernapasan meliputi takipnea, pernapasan cuping hidung, gunting,sianosis, ronki kasar, periode apnea yang lebih dari 10 detik.b. Pantau denyut jantung secara elektronik untuk mengetahui takikardia atau bradikardia dan perubahan tekanan darah.c. Sediakan oksigen lembap dan hangat dengan kadar T1O2 yang rendah untuk menjaga pengeluaran energi dan panas.d. Sediakan alat bantu pernapasan atau ventilasi mekanike. Isap lendir atau bersihkan jalan napas secara hati-hatif. Amati gas darah yang ada atua pantau tingkat analisis gas darah sesuai kebutuhan.g. Atur perawatan bayi dan cegah penanganan yang berlebihan.

DX 4 : Resiko tinggi terhadap cedera yang berhubungan dengan penularan infeksi pada bayi oleh petugas.Tujuan :Menceghah terjadinya infeksi nasokomial

Kriteria hasil : Cedera pada bayi tidak terjadi.

Page 10: Individu Asli Asuhan Keperawatan Sepsis

Intervensi keperawatan :a. Lakukan tindakan pencegahan umum, taati aturan/kebijakan keberhasilan kamar bayi.b. Isolasi bayi yang datang dari luar ruang perawatan sampai hasil kultur dinyatakan negatif.c. Keluarkan bayi dari ruang perawatan atua ruang isolasi yang ibunya menderita infeksi dan beri tahu tentang penyakitnya.d. Semua personel atau petugas perawatan didalam ruang atau saat merawat bayi tidak menderita demam, penyakit pernapasan atau gastrointestinal, luka terbuka dan penyakit menular lainnya.e. Sterilkan semua peralatan yang dipakai, ganti selang dan air humidifier dengan yang steril setiap hari atau sesuai ketentuan rumah sakit.f. Bersihkan semua tempat tidur bayi dan inkubator berserta peralatannya dengan larutan anti septik tiap minggu atau sesudah digunakan.g. Bersihkan semua tempat tidur bayi dan inkubator beserta peralatannya dengan larutan antiseptik tiap minggu atau sesudah digunakan.h. Laksanakan secara steril semua prosedur tindakan dalam melakukan perawatan.i. Semua perawat atau petugas lain mencuci tangan sesuai ketentuan setiap sebelum dan sesudah merawat atau memegang bayi.j. Ambil sampel untuk kultur dari peralatan bahan persedian dan banyak bahan lain yang terkontaminasi diruang perawatan.k. Jelaskan orang tua dan keluarga, ketentuan yang harus ditaati saat mengunjungi bayi.

DX5 : Koping individu tidak efektif yang berhubungan dengan kesalahan dan kecemasan, penularan infeksi pada bayi dan konsekwensi yang serius dari infeksi.

Tujuan : Meminimalkan kesalahan orang tua dan memberi dukungan koping saat krisis.

Kriteria hasil : Koping individu adekuat.

Intervensi keperawatan :a. Kaji ekspresi verbal dan non verbal, perasaan dan gunakan mekanisme kopingb. Bantu orang tua untuk mengatakan konsepnya tentang penyakit bayi, penyebab infeksi, lama perawatan dan komplikasi yang mungkin terjadi.c. Berikan informasi yang akurat tentang kondisi bayi, kemajuan yang dicapai, perawatan selanjutnya dan komplikasi yang dapat terjadi.d. Berdasarkan perasaan orang tua saat berkunjung, beri kesempatan untuk merawat bayi.

Page 11: Individu Asli Asuhan Keperawatan Sepsis

DAFTAR PUSTAKA Anonim, Sepsis Neonatorum. www.medicastore.com Ditulis,September 2007, Diakses

12 Pebruari 2008, jam 09.15 wib. Manuaba, 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana. EGC,

Jakarta. Mochtar Rustam, 1998. Sinopsis Obstetri. EGC, Jakarta. Nailor, C Scott, 2005. Obstetri Ginekologi. EGC, Jakarta. RSD Kabupaten Madiun, 2007. Prosedur Tetap Perawatan Ketuban Pecah Dini.

Madiun. Saifuddin, 2002. Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.

YBPSP, Jakarta. Siregar, 2002. Statistik Terapan. Grasindo, Jakarta. Wiknjosastro, Saifuddin, Rachim Hadhi, 2005. Ilmu Kebidanan. YB-SP, Jakarta