Imunisasi dalam pandangan

7
Imunisasi dalam pandangan “Dokter muslim” Ilmu kedokteran pada era sekarang ini mengalami perkembangan yang sangat pesat, akan tetapi perkembangan tersebut sering sekali terbentur dengan beberapa kaedah islam yang jika dikaji secara awam akan terlihat salah tetapi apabila dikaji lebih lanjut dengan ilmu keislaman yang lebih dalam maka tidak semua anggapan itu benar karena islam adalah agama rahmat bagi seluruh alam dan ilmu islam luas sehingga jika dikaji lebih mendalam maka akan dapat dirasakan terapan-terapan ilmu kedokteran yang sangat sesuai dengan kaidah islam , sebagaimana dijelaskan dalam alqur’an “Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan.” (Al-Hajj:78). Ilmu kedokteran Islam didefinisikan sebagai ilmu pengobatan yang model dasar, konsep, nilai, dan prosedur- prosedurnya sesuai atau tidak berlawanan dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Prosedur medis atau alat pengobatan yang digunakan tidak spesifik pada tempat atau waktu tertentu. Ilmu kedokteran Islam itu universal, mencakup semua aspek, fleksibel, dan mengizinkan pertumbuhan serta perkembangan berbagai metode investigasi dan pengobatan penyakit. Islam mengajarkan bahwa seorang dokter dalam melakukan tindakan medis harus mengutamakan “pencegahan” sebagaimana dalam kaidah fiqhiyah: “Alwiqoyah khoirun minal i’laj” (pencegahan lebih baik daripada mengobati) dan kaidah fiqhiyah : “ Alman’u ashalu minar rop’i (mencegah itu lebih mudah dari pada

Transcript of Imunisasi dalam pandangan

Page 1: Imunisasi dalam pandangan

Imunisasi dalam pandangan “Dokter muslim”

Ilmu kedokteran pada era sekarang ini mengalami perkembangan yang sangat pesat, akan

tetapi perkembangan tersebut sering sekali terbentur dengan beberapa kaedah islam yang jika

dikaji secara awam akan terlihat salah tetapi apabila dikaji lebih lanjut dengan ilmu keislaman

yang lebih dalam maka tidak semua anggapan itu benar karena islam adalah agama rahmat bagi

seluruh alam dan ilmu islam luas sehingga jika dikaji lebih mendalam maka akan dapat dirasakan

terapan-terapan ilmu kedokteran yang sangat sesuai dengan kaidah islam , sebagaimana

dijelaskan dalam alqur’an “Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu

kesempitan.” (Al-Hajj:78).

Ilmu kedokteran Islam didefinisikan sebagai ilmu pengobatan yang model dasar, konsep,

nilai, dan prosedur- prosedurnya sesuai atau tidak berlawanan dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah.

Prosedur medis atau alat pengobatan yang digunakan tidak spesifik pada tempat atau waktu

tertentu. Ilmu kedokteran Islam itu universal, mencakup semua aspek, fleksibel, dan

mengizinkan pertumbuhan serta perkembangan berbagai metode investigasi dan pengobatan

penyakit.

Islam mengajarkan bahwa seorang dokter dalam melakukan tindakan medis harus

mengutamakan “pencegahan” sebagaimana dalam kaidah fiqhiyah: “Alwiqoyah khoirun minal

i’laj” (pencegahan lebih baik daripada mengobati) dan kaidah fiqhiyah : “ Alman’u ashalu minar

rop’i (mencegah itu lebih mudah dari pada menghilangkan), kaidah fiqhiyah tersebut

menunjukkan bahwa betapa islam sangat mengawasi berjalannya penerapan ilmu kedokteran

sesuai dengan kaidah yang benar yaitu mengutamakan pencegahan berbagai penyakit.

Imunisasi merupakan salah satu cara pencegahan berbagai penyakit yang telah teruji

secara medis, banyak jenis immunisasi yang sangat bermanfaat bagi manusia untuk mencegah

munculnya berbagai penyakit berbahaya di kemudian hari dan juga immunisasi yang ditujukan

memberi kekebalan tubuh bagi manusia yang melakukan immunisasi sehingga tubuh lebih

terjaga dari kontaminasi virus, bakteri ataupun mikroorganisme lainnya yang berbahaya bagi

manusia itu sendiri, bahkan dengan imunisasi akan sangat berdampak pada penekanan angka

kematian karena beberapa penyakit berbahaya tertentu.

Page 2: Imunisasi dalam pandangan

Di indonesia, negara yang merupakan salah satu negara yang mayoritas islam sangat

kritis dalam menerima munculnya imunisasi ada yang berpendapat bahwa imunisasi halal namun

ada juga yang berpendapat haram dengan beberapa alasan tertentu sehingga sangat perlu dikaji

mengenai hukum islam tentang imunisasi agar tidak terjadi perbedaan pendapat yang sesat

ataupun salah kaprah yang justru merugikan umat manusia sendiri.

Status halal-haram imunisasi dan vaksinasi menjadi perdebatan yang sengit dan bahkan

“panas”. Bak di luar negeri maupun di Indonesia, terlebih lagi negara kita mayoritas muslim,

beberapa fakta mengenai hasil kajian para ulama mungkin sangat perlu kita ketahui sebagai

seorang mahasiswa kedokteran di universitas yang juga merupakan universitas islam yang kelak

insyaAllah kita akan menjadi dokter yang diharapkan memiliki pengetahuan islam yang

bermanfaat bagi diri sendiri dalam kehidupan dan profesi juga bermanfaat bagi masyarakat.

Vaksin Haram

Ini yang cukup meresahkan karena Indonesia sebagian besar muslim. Namun mari kita

kaji, kita ambil contoh vaksin polio atau vaksin meningitis dengan produksinya menggunakan

enzim tripsin dari serum babi..

Perubahan Benda Najis atau Haram Menjadi Suci

Istilah “istihalah” yaitu perubahan benda najis atau haram menjadi benda yang suci yang

telah berubah sifat dan namanya. Contohnya adalah kulit bangkai yang najis dan haram jika

disamak menjadi suci atau ataupun khamr jika menjadi cuka maka menjadi suci misalnya dengan

penyulingan. Pada enzim babi vaksin tersebut telah berubah nama dan sifatnya atau bahkan

hanya sebagai katalisator pemisah, maka yang menjadi patokan adalah sifat benda tersebut

sekarang.

Ibnu Qoyyim Al-Jauziyah rahimahullah menjelaskan masalah istihalah,

– ب�ل� – ، ل� ص�� ب�األ� ة� ب�ر� ع� و�ال� ، الط�ي�ب� م�ن� ب�يث� ال�خ� و� ب�يث� ال�خ� م�ن� الط�ي�ب� ر�ج� ي�خ� ت�ع�ال�ى ا�لل�ه� و�

ه� ف� و�و�ص� ه� م� اس� ال� ز� د� و�ق� ب�ث� ال�خ� ك�م� ح� اء� ب�ق� ت�ن�ع� م� ال�م� و�م�ن� ه�، س� ن�ف� ف�ي ء� ي� الش� ،ب�و�ص�ف�

Page 3: Imunisasi dalam pandangan

“dan Allah Ta’ala mengeluarkan benda yang suci dari benda yang najis dan mengeluarkan benda

yang najis dari benda yang suci. Patokan bukan pada benda asalnya, tetapi pada sifatnya yang

terkandung pada benda tersebut (saat itu). Dan tidak boleh menetapkan hukum najis jika telah

hilang sifat dan berganti namanya.” (I’lamul muwaqqin ‘an rabbil ‘alamin)

Percampuran benda najis atau haram dengan benda suci

Kemudian juga ada istilah (استحالك) “istihlak” yaitu bercampurnya benda najis atau haram pada

benda yang suci sehingga mengalahkannya sifat najis baik rasa, warna dan baunya. Misalnya

hanya beberapa tetes khamr pada air yang sangat banyak. Maka tidak membuat haram air

tersebut. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ال� ور9 ط�ه� اء� �ل�م� ا إ�ن�

ء9 ي� ش� ه� س� ي�ن�ج�

“Air itu suci, tidak ada yang menajiskannya sesuatu pun.” (Bulughul Maram, Bab miyah no.2)

– : ي�ن�ج�س� – ل�م� Bظ ل�ف� و�ف�ي ب�ث� �ل�خ� ا م�ل� ي�ح� ل�م� ل�ت�ي�ن� ق� اء� �ل�م� ا ك�ان�

“jika air mencapai dua qullah  tidak mengandung najis –diriwayat yang lain- tidak najis”

(Bulughul Maram, Bab miyah no.5)

Maka enzim babi vaksin yang hanya sekedar katalisator yang sudah hilang melalui proses

pencucian, pemurnian dan penyulingan sudah minimal terkalahkan sifatnya.

Jika Kita Berpendapat Vaksin Adalah Haram

Berdasarkan fatwa MUI bahwa vaksin haram tetapi boleh digunakan jika darurat.

Berobat dengan yang Haram

Jika kita masih berkeyakinan bahwa vaksin haram, mari kita kaji lebih lanjut. Bahwa ada kaidah

fiqhiyah, “Darurat itu membolehkan suatu yang dilarang”

Kaidah ini dengan syarat:

Page 4: Imunisasi dalam pandangan

1. Tidak ada pengganti lainnya yang mubah

2. Digunakan sekadar mancukupi saja untuk memenuhi kebutuhan

Inilah landasan yang digunakan MUI, jika kita kaji sesuai dengan syarat:

1. Saat itu belum ada pengganti vaksin lainnya

Adapun yang berdalil dengan daya tahan tubuh bisa dengan jamu, habbatussauda, madu (bukan

berarti kami merendahkan pengobatan nabi dan tradisional), maka kita jawab itu adalah

pengobatan yang bersifat umum tidak spesifik, sebagaimana jika kita mengobati virus tertentu,

maka secara teori bisa sembuh dengan meningkatkan daya tahan tubuh, akan tetapi bisa sangat

lama dan banyak faktor. Bisa saja ia mati sebelum daya tahan tubuh meningkat. Apalagi untuk

jamaah haji syarat satu-satunya adalah vaksin.

1. Enzim babi pada vaksin hanya sebagai katalisator, sekedar penggunaannya saja.

Jika ada yang berdalil dengan hadist,

”Sesungguhnya Allah menciptakan penyakit dan obatnya. Maka berobatlah, dan jangan berobat

dengan sesuatu yang haram” (HR. Thabrani, hasan)

Maka, pendapat terkuat bahwa pada pada asalnya tidak boleh berobat dengan benda-benda

haram kecuali dalam kondisi darurat, dengan syarat:

1. Penyakit tersebut penyakit yang harus diobati

2. Benar-benar yakin bahwa obat ini sangat bermanfaat pada penyakit tersebut.

3. Tidak ada pengganti lainnya yang mubah

Hal ini berlandaskan pada kaidah fiqhiyah,

أخفهما دفع ضرران تعارض .إذا

” Jika ada dua mudharat (bahaya) saling berhadapan maka di ambil yang paling ringan “

Page 5: Imunisasi dalam pandangan

Dan Maha Benar Allah yang memang menciptakan penyakit pasti ada obatnya, tidak ada obatnya

sekarang karena manusia belum menemukannya . Islam adalah rahmatan lil a’lamin dan kita

umat islam khususnya calon dokter hendaklah terus memperkaya ilmu baik ilmu duniawi

ataupun ilmu-ilmu keislaman agar kita sukses di dunia dan akhirat.