IMPLIKASI TEORI KEBUDAYAAN TERHADAP PENDIDIKAN

13
MAKALAH IMPLIKASI TEORI KEBUDAYAAN TERHADAP PENDIDIKAN Untuk memenuhi Tugas Sosio-Antropologi Pendidikan Oleh : Valentina Ika P. (09416241047) Happy Megas C. (11426241003) Isti Utami (11416241013) Aditya Hermawan (11416241023) Rahimah Rabita (11416241033) Anton Kurniaawan (11416241043) PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

description

IMPLIKASI TEORI KEBUDAYAAN TERHADAP PENDIDIKAN

Transcript of IMPLIKASI TEORI KEBUDAYAAN TERHADAP PENDIDIKAN

Page 1: IMPLIKASI TEORI KEBUDAYAAN TERHADAP PENDIDIKAN

MAKALAH

IMPLIKASI TEORI KEBUDAYAAN TERHADAP PENDIDIKAN

Untuk memenuhi Tugas Sosio-Antropologi Pendidikan

Oleh :

Valentina Ika P. (09416241047)

Happy Megas C. (11426241003)

Isti Utami (11416241013)

Aditya Hermawan (11416241023)

Rahimah Rabita (11416241033)

Anton Kurniaawan (11416241043)

PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2011

Page 2: IMPLIKASI TEORI KEBUDAYAAN TERHADAP PENDIDIKAN

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Betapa pentingnya kebudayaan dalam suatu daerah terhadap pendidikan di suatu

negara. Hal ini menunjukkan bahwa kebudayaan merupakan identitas yang dimiliki suatu

daerah atas keunikan yang khas dengan berbagai macam warna. Kebudayaan merupakan aset

yang dimiliki suatu negara dari berbagai macam suku dan adat istiadat seperti yang dimiliki

negara Indonesia. Begitu banyaknya kebudayaan yang dimiliki sehingga kita sebagai warga

negara yang baik harus menjaga dan merawatnya supaya kebudayaan itu tidak diambil oleh

negara lain. Untuk menjaga dan merawat kebudayaan tersebut banyak hal yang dapat kita

lakukan seperti belajar kesenian, mengenal adat istiadat suatu daerah, memperkenalkan

kebudayaan ke daerah lain dan kepada generasi masa depan.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana teori-teori kebudayaan?

2. Bagaimana pendidikan kebudayaan di Indonesia?

3. Bagaimana implikasi teori kebudayaan terhadap pendidikan di Indonesia?

C. TUJUAN MASALAH

1. Menjelaskan teori-teori kebudayaan.

2. Menjelaskan pendidikan kebudayaan di Indonesia.

3. Menjelaskan implikasi teori kebudayaan terhadap pendidikan di Indonesia.

Page 3: IMPLIKASI TEORI KEBUDAYAAN TERHADAP PENDIDIKAN

BAB II

PEMBAHASAN

A. Teori-teori Kebudayaaan

Menurut ilmu antropologi, “kebudayaan” adalah : keseluruhan sistem gagasan, tindakan

dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri

manusia dengan belajar. Hal ini berarti hampir seluruh tindakan manusia adalah

“kebudayaan” karena semua tindakan manusia dalam kehidupan masyarakat perlu dibiasakan

dengan belajar. Menurut Edward B. Taylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang

kompleks, yang didalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum,

adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat oleh seseorang sebagai anggota

masyarakat. Jadi dapat disimpulkan bahwa kebudayaan merupakan sistem pengetahuan yang

meliputi sistem ide gagasan yang terdapat di dalam pikiran manusia, sehingga dalam

kehidupan sehari-hari kebudayaan itu bersifat abstrak.

Sedangkan teori kebudayaan itu merupakan usaha untuk mengonsepkan makna data

untuk memahami hubungan antara data yang didapat dengan manusia dan kelompok manusia

yang mewujudkan data tersebut. Teori kebudayaan dapat digunakan untuk keperluan praktis,

memperlancar pembangunan masyarakat, membangun manusia yang beradab melalui

pengajaran-pengajaran nilai-nilai budaya, pengkajian dan pembelajaran akan artefak seperti

naskah karya sastra, dan sebagainya. Pentingnya teori budaya adalah membawa dari

modernitas (untuk yang pro-pascamodernitas atau postmodernitas) ke era masa yang

dianggap mampu menyelamatkan kehidupan manusia, sehingga manusia merasa mengalami

masa reborn atau terlahir kembali.

a. Teori evolusi kebudayaan L.H Mogan

Page 4: IMPLIKASI TEORI KEBUDAYAAN TERHADAP PENDIDIKAN

Lewis H. Mogan (1818-1881) mula-mula adalah sorang ahli hukum yang lama tinggal

di suku indian Iroquois di daerah ulu sungai St. Lawrence dan di sebelah selatan sungai-

sungai Ontario dan Erie (New York) sebagai pengaca orang-orang Indian dalam soal-soal

mengeni tanah. Dengan demikian ia mendapat pengetahunan tentang kebudayan orang-orang

Indian. Karangan-karangan nya tentang seorang Iroquis tyerutama terpusat kepada soal-soal

susunan kemasyarakatan dan sistem kekerabatan, dan dalam hal ini Mogan telah

menyumbangkan yang terbesar kepada ilmu antropologi pada umumnya. Dalam

memperhatikan sistem kekerabatan itu, Mogan mendapatkan cara untuk mengupas sistem

kekerabatan dari semua suku bangsa di dunia yang jumlahnya beri-ribu itu, yang masing-

masing sangat berbeda bentuknya. Didasarkan gejala kesejajaran yang seringkali ada di

antara sistem istilah kekerabatan (system of kinshipterminilogi) dan kekerabatan (kiship

system).

Menunjukan banyak banyak individu, yaitu Ayah, semua keluaga ayah, dan dan

semua keluaga ibu. Menunjukan seorang individu saja yaitu ayah. Bahwa ayah dan saudara

ayah dalam sistem Iroquis itu disebut dengan satu istilah disebabkan karena sikap orang, dan

juga mungkin hak-hak dan kewajiban orang tehadap ayah itu sama. Sebaliknya bahwa ayah

dan saudara ayah disebut dengan sebutan yang berlainan, disebabkan karena sikap, hak-hak

dan kewajiban terhadap ayah dan saudara pria itu berbeda pula. Karena hasilnya rupa-

rupanya memuaskan, maka Morgan menyabarkan angket itu di luar Amerika Serikat pada

berbagai suku bangsa lain di dunia melalui lembaga Smithsonian Institute, antara lain karena

ia mempunyai hubungan dan pengaruh yang luas, dan ia berhasil mengumpulkan seratus tiga

pulu sembilan istilah kekerabatan yang berasal dari seluruh dunia.

Menurut Morgan, masyarakat dari semua bangsa di dunia sudah tapi menyelesaikan

proses evolusi melalui delapan tingkat evolusi sebagai berikut :

1. Zaman Liar Tua, yaitu zaman sejak adanya manusia sampai menemukan api, dalam

zaman ini manusia hidup dari meramu, mencari akar-akar dan tumbuhan-tumbuha

liar.

2. Zaman Liar Madia, yaitu zaman sejak menemukan api, sampai ia menemukan senjata

busur panah, dalam zaman ini manusia mulai merobah hidupnya dari meramu menjadi

pencari ikan di sungai-sungai atau menjadi pemburu.

3. Zaman Liar Muda, yaitu zaman sejak manusia mengenal busur panah, mendapat

kepandaian membuat barang-barang tembikar , padan zaman ini mata pencarian nya

masih pemburu.

Page 5: IMPLIKASI TEORI KEBUDAYAAN TERHADAP PENDIDIKAN

4. Zaman Barbar Tua, yaitu zaman sejak manusia menemukan kepandaian membuat

tembikar sampai ia mulai berternak atau bercocok tanam.

5. Zaman Barbar Madya, yaitu zaman sejak manusia berternak dan bercocok tanam

sampai ia pandai membuat benda-benda dari logam.

6. Zaman Barbar Muda, yaitu zaman sejak menemukan kepandaian membuat benda-

benda dari logam, sampai ia mengenal tulisan.

7. Zaman peradapan purba.

8. Zaman Peradapan Masakini.

Teori Morgan dapat acaman yang sangat keras dari para ahli Antropologi dari negara Inggris

dan Amerika Serikat pada awal abd ke-20 ini, dan walaupun demikian ia seorang warga

Amerika yang mempunyai ilmu pengetahuan yang luas mengenai kehidupan masyarakat dan

kebudayaan Indian penduduk pribumi Amerika, ia tidak dianggap sebagai pendekar ilmu

Antropologi Amerika. Teori Morgan menjadi terkenal dikalangan cendikiawan komunis

berkat F. Engels, yang sebagai pengarang yang bergaya lancar, telah befungsi membuat

populer gagasan-gagasan Marx yang sering terlalu ilmiah sifatnya itu.

b. Teori Evolusi Religi E.B. Tylor

Edward B. Tylor (1832-2927) adalah orang Inggris yang mula-mula mendapatkan

pendidikan dalam kesusateraan san nperdapan yunani dan rum klasik, dan baru kemudian

tertarik dengan ilmu arkeologi. Sebagai orang yang dianggap memiliki kemahiran ilmu

arkeologi, dalam tahun 1856 ia turut dengan suatu exspedisi, Inggris untuk menggali benda-

benda arkeologi di mexiko.dari karangan-karangan itu, terutam dari yang tebalnya dua jilid

berjudul Resekches into the Early History of Mankind (1871), tampak pendirianya cara

penganut cara berfikir Evolusionisme. Menurut uraian sendiri, seorang ahli antropologi

bertujuan mempelajari sebanyak mungkin kebudayaan beraneka ragam di dunia, mencari

unsur-unsur yang sama dalam kebudayaan itu, dan kemudian mengklaskannya berdasar

unsur-unsur persaman itu sedemikian rupa, kemudian nampak seajarah evolusi kebudayaan

manusia itu dari satu tinggkat ke tingkat yang lain.

Asal mula religi adalah kesadaran manusia akan adanya jiwa. Kesadaran akan faham

jiwa itu di sebabkan karena dua hal, yaitu :

1. Perbedaan yang tampak terhadap manusia antara hal-hal yang hidup dan hal-hal yang

mati. Artinya hidup, suatu organismae pda satu saat bergerak-gerak, artinya hidup,

tetapi tidak lama kemudian organisme itu tidak bergerak lagi. Artinya mati. Maka

manusia sadar akan kekuatan yang menyababkan gerak itu, yaitu jiwa.

Page 6: IMPLIKASI TEORI KEBUDAYAAN TERHADAP PENDIDIKAN

2. Perisiwa Mimpi. Dalam mimpi manusia melihat dirinya berada di tempat-tempat lain

(bukan ditempat ia sedang tidur). Maka manusia mulai membedakan antara tubuh

jasmaninya yang ada ditempat tidur, dan suatu yang lain pada dirinya yang pergi ke

tempat-tempat lain. Bagian lain itulah.

Sifat abstrak dari jiwa itu menimbulkan keyakinan pada manusia bahwa jiwa tetap

hidup langsung, lepas dari jasmaninya.Alam semesta penuh dengan jiwa-jiwa yang merdeka

itu, yang oleh Tylor tidak disebut soul, atau jiwa lagi, tetapi diserbut spirit9makluk alus atau

roh). Dengan demikian piukiran manusia telah mentranformasikan kesadarannya akan adanya

jiwa menjadi keyakinan kepada mahluk-mahluk hulus. Pada tingkat tertua dalam evolusi

religi, manusia percaya bahwa makluk-makluk halus itu yang menempati alam sekeliling

tempat tinggalnya.

c. Teori J.G. Frazer mengenai ilmu Gaib dan Religi

J.G. Frazer (1854-1941) adalah ahli fulklor Inggris yang juga banyak meggunakan

bahan etnokrafi dalam karya-karyanya, dan yang karena itu dapat kita anggap juga salah

seorang tokohilmu antropologi. Diantara karangannya mengenai fulklor yang tidak terbilang

banyaknya ada dua buah yang penting, yang mengandung asal mula dan evoludi ilmu gaib

dan religi. Yaitu totemism and Exsogami (1910) uang terdiri dari empat jilid, dan karya rasa

yang berjudul The Golden Bough 1911-1913), yang terdiri dari dua belas bab.

Teori Frazer mengenai asal-mula limu gaib dan religi itu dapat diringkas sebagai

berikut : manusia memecahkan soal-soal hidupnya dengan akal dan sistem pengetahuannya,

tetapi akal dan sistem pengetahuan itu ada batasnya. Soal-soal hidap yang tidak dapat di

pecahkan dengan akal dipecahkannya dengan magic, alam gaib. Menurut Frazer, magic

adalah semua tindakan manusia (abstensi dari tindakan ) untuk mencapai suatu maksud

melalui kekuatan yang ada di dalam alam, serta seluruh komplek anggapan yang ada di

belakang nya. Mencari hubungan dengan makluk-makluk halus itu timbulah religi.

Ilmu gaib ialah segala sistem tingkah laku dan sikap manusia untuk mencapai suatu

maksut dengan menguasai dan mempergunakan kekuatan-kekuatan dan kaidah –kaidah gaib

yang ada di dalam alam. Sebaliknya religi adalah segala sistem tingkah laku manusia untuk

mencapai suatu maksud dengan cara menyadarkan diri kepada kemuan dan kekuasan kepada

makluk halus seperti roh-roh, dewa-dewa sebagainya, yang menempati alam.

B. Implikasi Kebudayaan Terhadap Pendidikan

Budaya dicapai manusia melalui proses yang panjang, melalui pendidikan, melalui

sosialisasi sehingga diperoleh internalisasi nilai yang menjadikan sesuatu nilai itu menjadi

Page 7: IMPLIKASI TEORI KEBUDAYAAN TERHADAP PENDIDIKAN

satu dengan dirinya, menjadi miliknya yang diaktualisasikan secara spontan dalam

kehidupan nyata.

Pendidikan pada dasarnya adalah proses budaya (Djohar, 1998:1). Pendidikan secara

praktis tak dapat dipisahkan dengan nilai-nilai budaya. Transfer nilai-nilai budaya dimiliki

paling efektif adalah melalui proses pendidikan. Keduanya sangat erat sekali hubungannya

karena saling melengkapi dan mendukung antara satru sama lainnya.

Menurut UU No. 20 tahun 2003 Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaaan,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan

dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara. Pendidikan juga suatu usaha masyarakat dan

bangsa dalam mempersiapkan generasi mudanya bagi keberlangsungan kehidupan

masyarakat dan bangsa yang lebih baik di masa depan. Keberlangsungan itu ditandai oleh

pewarisan budaya dan karakter yang telah dimiliki masyarakat dan bangsa. Oleh karena itu,

pendidikan adalah proses pewarisan budaya dan karakter bangsa bagi generasi muda dan

juga proses pengembangan budaya dan karakter bangsa untuk peningkatan kualitas

kehidupan masyarakat dan bangsa di masa mendatang. Dalam proses pendidikan budaya dan

karakter bangsa, secara aktif peserta didik mengembangkan potensi dirinya, melakukan

proses internalisasi, dan penghayatan nilai-nilai menjadi kepribadian mereka dalam bergaul

di masyarakat, mengembangkan kehidupan masyarakat yang lebih sejahtera, serta

mengembangkan kehidupan bangsa yang bermartabat.

Pendidikan adalah suatu upaya sadar untuk mengembangkan potensi peserta didik

secara optimal. Usaha sadar itu tidak boleh dilepaskan dari lingkungan peserta didik berada,

terutama dari lingkungan budayanya, karena peserta didik hidup tak terpishkan dalam

lingkungannya dan bertindak sesuai dengan kaidah-kaidah budayanya. Pendidikan yang

tidak dilandasi oleh prinsip itu akan menyebabkan peserta didik tercerabut dari akar

budayanya. Ketika hal ini terjadi, maka mereka tidak akan mengenal budayanya dengan baik

sehingga ia menjadi orang “asing” dalam lingkungan budayanya. Selain menjadi orang

asing, yang lebih mengkhawatirkan adalah dia menjadi orang yang tidak menyukai

budayanya.

Budaya, yang menyebabkan peserta didik tumbuh dan berkembang, dimulai dari

budaya di lingkungan terdekat berkembang ke lingkungan yang lebih luas yaitu budaya

nasional bangsa dan budaya universal yang dianut oleh ummat manusia. Apabila peserta

didik menjadi asing dari budaya terdekat maka dia tidak mengenal dengan baik budaya

Page 8: IMPLIKASI TEORI KEBUDAYAAN TERHADAP PENDIDIKAN

bangsa dan dia tidak mengenal dirinya sebagai anggota budaya bangsa. Dalam situasi

demikian, dia sangat rentan terhadap pengaruh budaya luar dan bahkan cenderung untuk

menerima budaya luar tanpa proses pertimbangan. Kecenderungan itu terjadi karena dia

tidak memiliki norma dan nilai budaya nasionalnya yang dapat digunakan sebagai dasar

untuk melakukan pertimbangan. Oleh karena itu kebudayaan suatu bangsa wajib

dipertahankan dan dikembangkan, sebab berfungsi sebagai filter (counter culture) dan motor

penggerak dalam meningkatkan kreatifitas yang tinggi, ketahanan jati diri, dan kelangsungan

hidup suatu bangsa.

Pendidikan dipandang sebagai proses melaksanakan acculturation and culturation,

artinya pendidikan adalah sebagai sarana pengembangan budaya, ekonomi, teknologi dan

pengetahuan sekaligus pula pendidikan harus dapat mengembangkan sikap hidup, cara

bekerja yang tercermin dalam sistem kemasyarakatan sehingga mampu menghadapi

perkembangan yang ada tanpa membawa akibat destruktif terhadap identitas bangsa sebagai

subjek budaya. Dalam masyarakat modern proses pendidikan tersebut didasarkan pada

program pendidikan secara formal yaitu melalui pendidikan di sekolah. Melalui sekolah,

siswa belajar berbagai macam hal yang nantinya menunjukkan adanya perubahan yang

sifatnya positif sehingga pada tahap akhir akan didapat keterampilan, kecakapan dan

pengetahuan baru.

Salah satu peran kebudayaan dalam pendidikan di sekolah adalah membentuk

kepribadian.

Daftar Pustaka

Djohar. 2006. Pengembangan Pendidikan Nasional Menyongsong Masa Depan. Yogyakarta:

CV. Grafika Indah.

Page 9: IMPLIKASI TEORI KEBUDAYAAN TERHADAP PENDIDIKAN