Implikasi Proses Keperawatan Dalam Pemberian Obat Sistem Perkemihan

32
Implikasi Proses Keperawatan Dalam Pemberian Obat Sistem Perkemihan Kelompok 2

description

Implikasi Proses Keperawatan Dalam Pemberian Obat Sistem Perkemihan

Transcript of Implikasi Proses Keperawatan Dalam Pemberian Obat Sistem Perkemihan

Page 1: Implikasi Proses Keperawatan Dalam Pemberian Obat Sistem Perkemihan

Implikasi Proses Keperawatan Dalam Pemberian Obat Sistem Perkemihan

Kelompok 2

Page 2: Implikasi Proses Keperawatan Dalam Pemberian Obat Sistem Perkemihan

Obat Sistem Perkemihan

Antiseptik Saluran Kemih

Analgesik Saluran Kemih

Perangsang Saluran kemih Antispasmodik Salur

an kemih

Diuretik

Page 3: Implikasi Proses Keperawatan Dalam Pemberian Obat Sistem Perkemihan

Antiseptik Saluran Kemih

Nitrofurantoin

Metenamin

Trimetoprim

Quinolon

Page 4: Implikasi Proses Keperawatan Dalam Pemberian Obat Sistem Perkemihan

Nitrofurantoin

• Obat ini dipakai untuk pengobatan ISK akut dan kronik. Pada fungsi ginjal yang normal, obat akan cepat dieliminasi karena waktu paruhnya yang singkat yaitu 20 menit; tetapi obat ini dapat menumpuk pada serum jika terjadi gangguan saluran kemih.

Page 5: Implikasi Proses Keperawatan Dalam Pemberian Obat Sistem Perkemihan

Farmakokinetik

• Nitrofurantoin diabsorbsi dengan baik setelah ditelan tetapi dengan cepat dimetabolisme dan diekskresikan dengan cepat sehingga tidak memungkinkan kerja antibakteri sistemik. Di dalam ginjal, obat ini di ekskresikan ke dalam urin baik dengan filtrasi glomerulus maupun dengan sekresi tubulus.

Page 6: Implikasi Proses Keperawatan Dalam Pemberian Obat Sistem Perkemihan

Efek Samping

• Toksisitas Langsung : Anoreksia, mual dan muntah merupakan efek samping utama (dan sering) nitrofurantoin. Neuropati dan anemia hemolitik terjadi pada individu dengan defisiensi glukosa-6-fosfat dehidrogenase. Nitrofurantoin mengantagonis efek asam nalidiksat.

• Reaksi Alergi : Berbagai rash pada kulit, infiltrasi ke paru-paru, dan reaksi hipersensitif lain.

Page 7: Implikasi Proses Keperawatan Dalam Pemberian Obat Sistem Perkemihan

Metenamin

• Obat ini dipakai untuk infeksi saluran kemih kronik. Obat ini cepat diabsorpsi melalui saluran gastrointestinal, dan sekitar 90% dari obat ini diekskresi tanpa mengalami perubahan. Metenamin membentuk amonia dan formaldehida dalam urin yang asam; oleh karena itu, urin perlu diasamkan untuk menghasilkan efek bakterisidal. Sari buah cranberry (beberapa gelas ukuran delapan ounce perhari), asam askorbat, dan amonium klorida dapat diapakai untuk menurunkan pH urin.

Page 8: Implikasi Proses Keperawatan Dalam Pemberian Obat Sistem Perkemihan

Farmakokinetik

• Metenamin dan garamnya diabsorbsi secara tepat disaluran cerna setelah pemberian secara oral, dan 10-30% dari dosis yang diberikan dihidrolisis oleh asam lambung sehingga obat ini sebaiknya diberikan dalam bentuk salut enterik.

• Meskipun obat ini didistribusikan ke seluruh cairan tubuh termasuk sel darah merah, cairan serebrospinalis dan sinovial, serta pleura, tetapi obat ini tidak menunjukkan aktivitas antibakteri karena formaldehid tidak terbentuk pada pH fisiologis. Lebih dari 90% obat ini diekskresikan kedalam urin dan lebih dari 20% nya dihirdolisis menjadi formaldehid bebas.

Page 9: Implikasi Proses Keperawatan Dalam Pemberian Obat Sistem Perkemihan

Efek Samping

• gangguan saluran cerna yang meliputi mual, muntah, dan diare terutama bila dosis obat diberikan lebih dari 4x500 mg/hari, meskipun diberikan dalam bentuk salut enterik. Dengan dosis besar juga, mungkin dapat menimbulkan iritasi saluran kemih yang ditandai dengan disuria dan hematuria. Bila keluaran urin menurun, metenamin dapat menimbulkan kristaluria. Selain itu juga terdapat beberapa reaksi alergi terhadap zat warna pada Hiprex.

Page 10: Implikasi Proses Keperawatan Dalam Pemberian Obat Sistem Perkemihan

Trimetoprim

• Trimetoprim dipakai untuk pengobatan dan pencegahan ISK akut dan kronik. Jumlah trimetropim dalam cairan prostat adalah kira-kira dua sampai tiga kali lebih besar dari jumlahnya dalam cairan vaskular. Dalam keadaan normal waktu paruh dari trimetoprim adalah 9-11 jam; waktu paruhrya akan lebih panjang jika terdapat disfungsi ginjal.

Page 11: Implikasi Proses Keperawatan Dalam Pemberian Obat Sistem Perkemihan

Farmakokinetik

• Absorbsi melalui saluran cerna cepat dan lengkap, kadar puncak plasma dicapai dalam waktu 2 jam dan waktu paruh 11 jam. Distribusi cepat ke seluruh jaringan termasuk SSP, saliva dan empedu yang kadarnya cukup tinggi.

Page 12: Implikasi Proses Keperawatan Dalam Pemberian Obat Sistem Perkemihan

Efek Samping

• Efek sampingnya terutama gejala-gejala gastrointestinal, yaitu mual dan muntah; dan masalah kulit, seperti ruam kulit dan pruritus.

Page 13: Implikasi Proses Keperawatan Dalam Pemberian Obat Sistem Perkemihan

Quinolon

• Quinolon merupakan salah satu dan kelompok antiseptik saluran kemih terbaru dan efektif dalam melawan ISK bagian bawah. Asam nalidiksat (NegGram) dikembangkan pada tahun 1964, dan sinoksasin (Cinobac), norfloksasin (Noroxin), dan siprofloksasin hidroklorida (Cipro) dipasarkan pada tahun 1980an. Quinolon terbaru (sinoksasin, norfioksasin, dan siprofloksasin) efektif dalam melawan banyak macam ISK. Dosis obat harus diturunkan jika terdapat disfungsi ginjal. Waktu paruh dari obat-obat iniadalah 2-4 jam tetapi menjadi lebih lama jika terdapat disfungsi ginjal.

Page 14: Implikasi Proses Keperawatan Dalam Pemberian Obat Sistem Perkemihan

Farmakokinetik

• Mula kerja dari kedua obat ini tidah diketahui. Waktu untuk mencapai konsentrasi puncak dari kedua obat ini adalah sama, 1-2 jam. Lama kerja sinoksasin adalah 10-12 jam tetapi untuk norfloksasin tidak diketahui. Antasid mengurangi absorpsi obat- obat ini. Probenesid memperpanjang kerja sinoksasin dan norfloksasin. Obat-Obat ini mempengaruhi hasil dari beberapa pemeriksaan Iaboratorium, mungkin menyebabkan peningkatan BUN, kreatinin serum, alkali fosfatase serum, SGOT dan SGPT serum.

Page 15: Implikasi Proses Keperawatan Dalam Pemberian Obat Sistem Perkemihan

Efek Samping

• Pemakaian asam nalidiksat dapat menimbulkan efek samping berikut: sakit kepala, pusing, sinkope (pingsan), neuritis penifer, gangguan penglihatan, dan ruam kulit. Mual, muntah, diare, sakit kepala, dan gangguan penglihatan dapat terjadi pada pemakaian sinoksasin dan norfloksasin.

Page 16: Implikasi Proses Keperawatan Dalam Pemberian Obat Sistem Perkemihan

Fenazopiridin Hidroklorida

• (Pyridium) Obat ini dipakai untuk meredakan nveri, rasa terbakar, dan sering berkemih serta rasa dorongan berkemih yang merupakan gejala dan ISK bagian bawah. Obat ini dapat menimbulkan gangguan gastrointestinal, anemia hemolitik, nefrotoksisitas, dan hepatotoksisitas. Urin akan berubah warna menjadi jingga kemerahan akibat zat warna, tetapi hal ini tidak membahayakan. Fenazopiridin dapat mengubah pemeriksaan glukosa urin (Clinitest), sehingga pemeriksaan darah perlu dilakukan untuk memantau kadar gula.

Page 17: Implikasi Proses Keperawatan Dalam Pemberian Obat Sistem Perkemihan

Farmakokinetik

• Fenazopiridin diabsorpsi dengan baik melalui saluran gastrointestinal. Persentase pengikatan pada protein dan waktu paruhnya tidak diketahui. Fenazopiridin dimetabolisme oleh hati dan diekskresikan ke dalam urin, yang berwarna jingga kemerahan akibat zat warna dalam obat yang tidak berbahaya.

Page 18: Implikasi Proses Keperawatan Dalam Pemberian Obat Sistem Perkemihan

Efek Samping

• Efek samping yang paling sering adalah gangguan saluran cerna dan pusing. Obat ini membentuk warna urin menjadi oranye atau merah. Dan ada pada beberapa kasus anemia hemoitik, gangguan ginjal dan hati yang timbul, terutama pada pemberian dosis takar lajak.

Page 19: Implikasi Proses Keperawatan Dalam Pemberian Obat Sistem Perkemihan

Perangsang Saluran Kemih

• Jika fungsi kandung kemih menurun atau hilang akibat kandung kemih neurogenik (suatu disfungsi akibat lesi pada sistem saraf) akibat cedera medula spinalis (paraplegia, hemiplegia) atau cedera kepala yang berat, maka dapat dipakai parasimpatomimetik untuk merangsang miksi (berkemih). Obat pilihannya, yaitu betanekol klorida (Urecholine), merupakan suatu perangsang saluran kemih, juga dikenal sebagai parasimpatomimetik yang bekerja langsung (kolinomimetik), dan obat ini bekerja dengan meningkatkan tonus kandung kemih.

Page 20: Implikasi Proses Keperawatan Dalam Pemberian Obat Sistem Perkemihan

Antispasmodik Saluran Kemih

• Spasme saluran kemih akibat infeksi atau cedera dapat diredakan dengan antispasmodik yang bekerja langsung pada otot polos dari saluran kemih. Kelompok obat-obat ini (dimetil sulfoksida juga dikenal dengan DMSOI, oksibutinin, dan flavoksat) merupakan kontraindikasi jika terdapat obstruksi saluran kemih atau gastrointestinal, atau jika orang tersebut menderita glaukoma. Antispasmodik mempunyai efek yang sama dengan antimuskarinik, parasimpatolitik, dan antikolinergik. Efek sampingnya meliputi mulut kering, peningkatan denyut jantung, pusing, distensi usus halus, dan konstipasi.

Page 21: Implikasi Proses Keperawatan Dalam Pemberian Obat Sistem Perkemihan

Diuretik

• Diuretika adalah obat yang bekerja pada ginjal untuk meningkatkan ekskresi air dan natrium klorida. Secara normal, rearbsorbsi garam dan air dikendalikan masing-masing oleh aldosteron dan vasopresin (hormon antidiuretik, ADH). Sebagian besar diuretik bekerja dengan menurunkan rearbsobsi oleh tubulus (atas). Ekskresi elektrolit yang meningkat diikuti oleh peningkatan ekskresi air, yang penting untuk mempertahankan keseimbangan osmotik. Diuretik digunakan untuk mengurangi edema pada gagal jantung kongestif, beberapa penyakit ginjal, dan sirosis hepatis.

Page 22: Implikasi Proses Keperawatan Dalam Pemberian Obat Sistem Perkemihan

IMPLIKASI KEPERAWATAN : ANTISEPTIK SALURAN KEMIH

• Pengkajian• Kaji pasien untuk adanya tanda dan gejala infeksi saluran kemih

(frekuensi, urgensi, nyeri dan rasa terbakar saat berurinasi; demam; urin keruh atau berbau busuk) sebelum dan secara periodik selama terapi.

• Dapatkan spesimen untuk kultur dan sensitivitas sebelum dan selama pemberian obat.

• Pantau perbandingan asupan dan haluaran. Beritahu dokter adanya selisih total yang signifikan.

• Pertimbangan Tes Lab: HSD harus dipantau secara rutin pada pasien yang menjalani terapi jangka panjang.

• Dapat menyebabkan peningkatan glukosa serum, alkaline fosfatase, BUN dan kreatinin.

• Dapat menyebabkan hasil positif palsu pada tes glukosa urin dengan tembaga sulfat (Clinitest ). Gunakan metode tes enzimatik glukosa (Ketodiastix atau Tes-tape) untuk memeriksa glukosa urin.

Page 23: Implikasi Proses Keperawatan Dalam Pemberian Obat Sistem Perkemihan

• Diagnosa Keperawatan Potensial• Resiko tinggi infeksi (indikasi).• Nyeri (indikasi). • Kurang pengetahuan sehubungan dengan

program pengobatan (penyuluhan pasien/keluarga).

Page 24: Implikasi Proses Keperawatan Dalam Pemberian Obat Sistem Perkemihan

• Perencanaan• Tanda-Tanda dan gejala-gejala infeksi saluran

kemih pada klien akan hilang dalam 10 hari.

Page 25: Implikasi Proses Keperawatan Dalam Pemberian Obat Sistem Perkemihan

• Implementasi• PO: Berikan bersama makanan atau susu untuk

meminimalkan iritasi GI, untuk memperlambat dan meningkatkan absorbsi, untuk meningkatkan konsentrasi puncak, dan untuk memperpanjang durasi konsentrasi terapeutik dalam urin.

• Jangan menggerus tablet atau membuka kapsul.• Berikan preparat cair denga alat ukur yang sudah dikalibrasi.

Kocok dengan baik sebelum diberikan. Suspensi oral dapat dibantu dengan air, susu, jus buah atau formula bayi. Kumur dengan air setelah pemberian suspensi oral untuk mencegah perubahan warna gigi.

Page 26: Implikasi Proses Keperawatan Dalam Pemberian Obat Sistem Perkemihan

• Penyuluhan Kepada Klien/Keluarga• Nitrofurantoin• Instruksikan pasien untuk mengkonsumsi obat dalam 24 jam sesuai anjuran. Jika ada

satu dosis yang terlewat, segera konsumsi dan buat jarak sekitar 2-4 jam dengan dosis berikutnya. Jangan melewati atau menggandakan dosis yang terlupa.

• Dapat menyebabkan pusing atau mengantuk. Peringatkan pasien untuk tidak mengendarai kendaraan atau melakukan aktifitas lain yang memerlukan kewaspadaan sampai respons terhadap obat diketahui.

• Beritahu pasien bahwa obat ini dapat menyebabkan urin berwarna kuning-karat sampai cokelat, yang tidak berarti apa-apa.

• Anjurkan pasien untuk memberitahu dokter jika terjadi demam, menggigil, nyeri dada, dispnea, ruam kulit, kebas atau kesemutan pada jari tangan dan kaki, atau ketidaknyamanan GI yang tidak dapat ditoleransi. Laporkan juga tanda-tanda superinfeksi (urin keruh atau berbau busuk; iritasi perineum; disuria).

• Instruksikan pasien untuk berkonsultasi dengan dokter jika tidak ada perbaikan yang terlihat dalam beberapa hari setelah terapi dimulai.

Page 27: Implikasi Proses Keperawatan Dalam Pemberian Obat Sistem Perkemihan

• Metenamin :• Nasehatkan klien untuk meminum sari buah

cranberry atau meminum vitamin C atas persetujuan dokter untuk menjaga agar urin tetap asam. Makanan yang bersifat basa, seperti susu dan beberapa macam sayur-sayuran, dapat rneningkatkan pH urin. pH urin harus kurang dan 5,5 agar antiseptik dapat efektif.

Page 28: Implikasi Proses Keperawatan Dalam Pemberian Obat Sistem Perkemihan

• Quinolon :• Nasehatkan klien untuk menghindari menjalankan mesin

yang berbahaya atau mengemudikan mobil sewaktu memakai obat, terutama jika timbul rasa pusing.

• Nasehatkan klien bahwa fotosensitivitas merupakan efek samping dan hampir Semua obat dalam kelompok ini. Klien harus menggunakan sunblock dan baju pelindun jika terkena sinar matahari.

• Beritahu klien untuk minum sedikitnya enam sampai delapan gelas (gelas ukuran 8 ounce) cairan setiap harinya untuk mencegah pembentukan kristaluria.

Page 29: Implikasi Proses Keperawatan Dalam Pemberian Obat Sistem Perkemihan

• Fenazopiridin :• Nasehatkan klien bahwa urin akan berubah

warna menjadi jingga kemerahan yang tidak berbahaya.

Page 30: Implikasi Proses Keperawatan Dalam Pemberian Obat Sistem Perkemihan

• Betanekol :• Beritahu klien untuk melaporkan jika

mengalami rasa tidak enak pada abdomen, diare, mual, muntah, bertambahnya air liur, rasa dorongan berkemih, kulit wajah kemerahan, atau berkeringat.

Page 31: Implikasi Proses Keperawatan Dalam Pemberian Obat Sistem Perkemihan

• EVALUASI• Efektifitas terapi ditunjukkan dengan:• Hilangnya tanda dan gejala infeksi. Terapi

harus dilanjutkan selama minimal 7 hari dan selama sedikitnya 3 hari setelah urin menjadi steril.

• Berkurangnya frekuensi infeksi pada terapi supersif kronik.

Page 32: Implikasi Proses Keperawatan Dalam Pemberian Obat Sistem Perkemihan