IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …
Transcript of IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI …
IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN
BAGI PENDAMPINGAN ORANG BERKEBUTUHAN KHUSUS
DI SLB BHAKTI LUHUR MADIUN
SKRIPSI SARJANA STRATA I (S-1)
TUBER
NPM: 15. 2862
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
WIDYA YUWANA
MADIUN
2020
IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN
BAGI PENDAMPINGAN ORANG BERKEBUTUHAN KHUSUS
DI SLB BHAKTI LUHUR MADIUN
SKRIPSI
Diajukan kepada
Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Widya Yuwana Madiun
untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ilmu
Pendidikan Teologi
TUBER
NPM: 15. 2862
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
WIDYA YUWANA
MADIUN
2020
iii
SURAT PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Tuber
NPM : 152862
Program Studi : Ilmu Pendidikan Teologi
Jenjang Studi : S-1
Judul Skripsi : Implementasi Spiritualitas Vinsensian Bagi Pendampingan
Orang Berkebutuhan Khusus di SLB Bhakti Luhur Madiun
Dengan ini menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini adalah murni gagasan, rumusan dan penelitian saya sendiri
tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan dosen pembimbing
2. Skripsi ini belum pernah diajukan untuk mendapat gelar akademik apapun,
baik di STKIP Widya Yuwana maupun di perguruan tinggi lain.
3. Dalam skripsi ini, tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau
dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan mencantumkan
sebagai acuan dalam naskah dengan menyebutkan nama pengarang dan
dalam daftar pustaka.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian
hari terbukti pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi
akademik berupa pencabutan gelar yang telah diberikan melalui karya tulis ini,
serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di perguruan tinggi ini.
Madiun, ……………… 2020
Yang menyatakan,
TUBER
NPM: 152862
iv
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi dengan judul “Implementasi Spritualitas Vinsensian Bagi Pendampingan
Orang Berkebutuhan Khusus di SLB Bhakti Luhur Madiun” yang ditulis oleh
Tuber telah diterima dan disetujui untuk diuji pada tanggal……...September 2020.
Oleh :
Pembimbing
Dr. Agustinus Wisnu Dewantara, S.S, M. Hum
v
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi yang berjudu : Implementasi Spiritualitas Vinsensian Bagi Pendampingan
Orang Berkebutuhan Khusus di SLB Bhakti Luhur
Madiun.
Oleh : Tuber
NPM : 15.2862
Telah diuji dan dinyatakan LULUS untuk memenuhi sebagian persyaratan
menyelesaikan Program Studi Ilmu Pendidikan Teologi Sarjana Strata Satu
STKIP Widya Yuwana
Pada : Semester Ganjil Tahun Akademik 2020/2021
Dengan Nilai : ………….
Madiun, ……………………….2020
Ketua Penguji : Agustinus Supriyadi, S.S., M. Hum
Anggota Penguji : Dr. Agustinus Wisnu Dewantara, S.S, M. Hum
Ketua STKIP Widya Yuwana
Dr. Drs. Ola Rongan Wilhemus, M.Sc
vi
HALAMAN MOTTO
SIAPA MENINDAS ORANG YANG LEMAH, MENGHINA
PENCIPTANYA, TETAPI SIAPA MENARUH BELAS KASIHAN
KEPADA ORANG MISKIN, MEMULIAKAN DIA
(AMSAL 14:31)
KEBERHASILAN BUKANLAH TUJUAN, MELAINKAN SUATU
PERJALANAN; ARAH DARI PERJALANAN KITA
(FEBE CHEN)
vii
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi dengan judul “Implementasi Spiritualitas Vinsensian Bagi Pendampingan
Orang Berkebutuhan Khusus di SLB Bhakti Luhur Madiun.” dipersembahkan
kepada :
1. Tuhan Yesus Kristus yang telah membimbing, menyertai, menguatkan,
melindungi dan memberkati.
2. Kedua orang tua yang selalu mendukung, mendoakan, memberikan
semangat dan motivasi, dan telah memberikan kasih sayang dan cinta
yang besar, serta panutan yang baik sehingga saya bisa seperti sekarang
ini.
3. Donatur penulis, Rm. Agus Supriyadi, SS, M. Hum, bapak Alberto, ibu
Anna, bapak Teofilus Banu D.S ; yang selalu memberikan cinta sebagai
orang tua dan donatur, memberikan semangat dalam berbagai macam
bentuk dukungan.
4. Seluruh keluarga besarku; khususnya keluarga yang ada di Meroboi yang
selalu memberi semangat serta doa bagi penulis.
5. Dosen dan Karyawan STKIP Widya Yuwana Madiun; yang telah banyak
membantu penulis terutama selama proses penyelesaian skripsi ini.
6. Semua pihak yang telah berjasa membantu menyelesaikan skripsi ini
viii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas anugerah dan rahmat
melimpah yang telah diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan seluruh
rangkaian proses penyelesaiaan tugas akhir ini. Tugas akhir ini merupakan karya
ilmiah yang dibuat sebagai persyaratan dalam memperoleh gelar Strata Satu pada
Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Widya Yuwana Madiun.
“Implementasi Spiritualitas Vinsensian Bagi Pendampingan Orang
Berkebutuhan Khusus di SLB Bhakti Luhur Madiun.” Merupakan hasil karya
yang penulis hasilkan. Karya ilmiah ini sebagai salah satu syarat untuk meraih
Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Ilmu Pendidikan Teologi di Sekolah Tinggi
Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Widya Yuwana Madiun. Proses
penulisan karya ilmiah ini tidak terlepas dari dukungan, bimbingan, dan motivasi
dari berbagai pihak. Penulis dalam penulisan karya ilmiah ini mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Dr. Drs. Ola Rongan Wilhelmus, M.Sc, selaku ketua STKIP Widya
Yuwana Madiun.
2. Dr. Agustinus Wisnu Dewantara, S.S., M. Hum selaku dosen
pembimbing yang telah mendukung dan membimbing penulis dengan
penuh kesabaran dalam menyelesaikan skripsi.
3. Ayah Jonison selaku orang tua angkat penulis yang selalu memberikan
dukungan dan doa.
ix
4. Suster Regina selaku Pimpinan Yayasan Bhakti Luhur Madiun yang
telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian kepada
pendamping SLB Bhakti Luhur Madiun .
5. Keluarga besar “St. Agustinus” angkatan 2015 tercinta.
6. Seluruh civitas akademika STKIP Widya Yuwana Madiun yang
banyak memberikan pengalaman berharga.
7. Terima kasih juga kepada para responden yang telah bersedia untuk
menjadi narasumber penelitian karya ilmiah ini.
8. Dan semua pihak yang telah membantu penulis baik secara langsung
maupun tidak langsung hingga skripsi ini terselesaikan dengan baik.
Semoga skripsi ini dapat berguna bagi semua orang yang membacanya dan
mohon maaf jika dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan. Saran dan
kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan penulis untuk menjadikan
skripsi ini lebih baik lagi.
Penulis
Tuber
x
DAFTAR ISI
Halaman Sampul Dalam............................................................................... i
Halaman Judul ............................................................................................... ii
Surat Pernyataan Tidak Plagiat ................................................................... iii
Halaman Persetujuan .................................................................................... iv
Halaman Pengesahan ..................................................................................... v
Halaman Persembahan .................................................................................. vi
Halaman Motto............................................................................................... vii
Kata Pengantar............................................................................................... viii
Daftar Isi ......................................................................................................... x
Daftar Tabel .................................................................................................... xvi
Daftar Singkatan ............................................................................................ xvii
Abstrak ............................................................................................................ xviii
Abstract ........................................................................................................... xix
BAB I: PENDAHULUAN.............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang Masalah .................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 6
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................... 6
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................. 6
1.4.1 Bagi Perkembangan Ilmu .............................................................. 7
1.4.2 Bagi Penelitian .............................................................................. 7
1.5 Metodologi Penelitian ........................................................................ 7
xi
1.6 Batasan Istilah .................................................................................... 8
1.6.1 Orang Berkebutuhan Khusus ........................................................ 8
1.6.2 Spiritualitas.................................................................................... 9
BAB II: SPIRITUALITAS VINSENSIUS ................................................... 10
2.1. Riwayat Hidup Santo Vinsensius .............................................................. 10
2.1.1 Riwayat Hidup Keluarga dan Masa Kecil Vinsensius .................. 10
2.1.2 Riwayat Hidup Pendidikan dan Penggilan Vinsensius ................. 11
2.1.3 Karya Pelayanan Vinsensius sebagai Imam .................................. 13
2.2. Spiritualitas ............................................................................................... 14
2.2.1 Pengertian Spiritualitas ................................................................. 14
2.2.2 Cikal Bakal Spiritualitas Vinsensius ............................................. 19
2.3. Keutamaan dalam Spiritualitas Vinsensius ............................................... 25
2.3.1. Paham Keutamaan ............................................................................. 25
2.3.2. Lima Keutamaan Santo Vinsensius ................................................... 29
2.3.2.1. Simplisitas ............................................................................... 30
2.3.2.2. Kerendahan Hati ...................................................................... 34
2.3.2.3. Matiraga .................................................................................. 37
2.3.2.4 . Kelembutan Hati ..................................................................... 40
2.3.2.5 . Penyelamatan Jiwa-Jiwa ......................................................... 43
2.4. Spiritualitas Santo Vinsensius .................................................................. 47
2.5. Spiritualitas Santo Vinsensius terhadap Orang Berkebutuhan Khusus.... 49
2.6. Pengertian Pendampingan ........................................................................ 52
xii
2.6.1. Sikap Dasar Pendampingan………………………………….. 55
2.6.2. Empati……………………………………………………….. 55
2.6.3. Sikap Percaya………………………………………………... 56
2.6.4. Sikap Terbuka……………………………………………….. 56
2.6.5. Sikap Tulus Hati…………………………………………….. 57
2.6.6. Kesabaran…………………………………………………… 58
2.6.7. Sikap Integratif-Holistik…………………………………….. 58
2.7. Pengertian Orang Berkebutuhan Khusus………………………………. 58
2.8. Klasifikasi Orang Berkebutuhan Khusus ................................................. 60
2.9. Pendampingan Terhadap Orang Berkebutuhan Khusus .......................... 61
2.10. Jenis-Jenis Pendampingan terhadap Orang Berkebutuhan Khusus……. 63
2.10.1. Media Gambar………………………………………………. 65
2.10.2. Media Video………………………………………………… 66
2.11. Semangat apa saja yang dibutuhkan dalam pendampingan bagi
Orang Berkebutuhan Khusus………………………………………. 67
2.11.1. Pengorbanan………………………………………………... 68
2.11.2. Pelayanan…………………………………………………... 69
2.11.3. Kesabaran…………………………………………………... 70
2.11.4. Ketekunan………………………………………………….. 71
2.11.5. Kegembiraan……………………………………………….. 71
2.11.6. Cinta Kasih………………………………………………… 72
2.12. Yayasan Bhakti Luhur Madiun .............................................................. 73
2.12.1. Visi dan Misi Yayasan Bhakti Luhur Madiun................................. 74
xiii
2.12.2. SLB Bhakti Luhur Madiun .............................................................. 75
BAB III: METODOLOGI PENELITIAN ................................................... 77
3.1 Pengertian Metodologi Penelitian Kualitatif .................................... 77
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................ 78
3.2.1. Tempat Penelitian .............................................................................. 78
3.2..2 . Waktu Penelitian .............................................................................. 78
3.3. Responden Penelitian dan Teknik Memilih Responden ......................... 79
3.3.1. Responden Penelitian ........................................................................ 79
3.3.2. Teknik Memilih Responden Penelitian ............................................. 79
3.4. Indikator, Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data ............................. 80
3.4.1. Indikator dan Instrumen Penelitian ................................................... 80
3.4.2. Tekni Pengumpulan Data .................................................................. 83
3.5. Metode Analisis Data ............................................................................... 84
3.6. Penulisan Laporan Penelitian ................................................................... 85
BAB IV: PRESENTASI DAN INTERPRETASI DATA ............................ 86
4.1. Gambaran Responden Penelitian ............................................................. 86
4.2. Data Demografi Responden Penelitian .................................................... 87
4.3. Presentasi dan Interpretasi data Penelitian ............................................... 88
4.3.1. Isi Spiritualitas Santo Vinsensius A. Paulo ....................................... 89
4.3.1.1. Menurut Anda siapakah Santo Vinsensius A Paulo……………… 89
4.3.1.2. Apa isi spiritualitas Vinsensius A Paulo? Jelaskan
xiv
menurut sepengatahuan Anda…………………………………… 92
4.3.1.3. Apakah Anda mengetahui 5 keutamaan Santo Vinsensius A
Paulo? Jelaskan……………………………………………………. 94
4.3.2. Makna Pendampingan bagi Orang Berkebutuhan Khusus…………. 98
4.3.2.1. Menurut Anda, siapakah yang dimaksud dengan orang
yang berkebutuhan khusus…………………………………………. 98
4.3.2.2. Bagi Anda, apa arti pendampingan orang berkebutuhan khusus.... 101
4.3.2.3. Jenis-Jenis Pendampingan seperti apa yang diberikan kepada
orang berkebutuhan khusus………………………………………. 103
4.3.2.4. Semangat seperti apa yang diperlukan bagi pendampingan
orang berkebutuhan khusus……………………………………….. 106
4.3.3. Usaha SLB Bhakti Luhur Madiun dalam Menerapkan
Spiritualitas Santo Vinsensius A. Paulo ............................................ 108
4.3.3.1. Menurut Anda, spiritualitas Vinsensius yang mana yang
dapat diterapkan bagi orang berkebutuhan khusus………………. 108
4.3.3.2. Menurut Anda, apa makna spiritualitas Vinsensius A Paulo bagi
orang yang berkebutuhan khusus…………………………………. 111
4.3.3.3. Bagaimana SLB Bhakti Luhur menghayati spiritualitas Vinsensius
A Paulo……………………………………………………………. 113
4.3.3.4. Kesulitan-kesulitan apa yang Anda alami dan ditemukan dalam
menerapkan spiritualitas Vinsensius A Paulo bagi orang
berkebutuhan khusus Bhakti Luhur Madiun……………………… 115
4.3.3.5. Apa upaya yang selama ini dilakukan SLB Bhakti Luhur dalam
xv
mengatasi kesulitan menghayati spiritualitas Vinsensius A Paulo
bagi orang berkebutuhan khusus di SLB Bhakti Luhur……………. 117
4.4. Rangkuman .............................................................................................. 120
BAB V: PENUTUP ........................................................................................ 122
5.1. Kesimpulan .............................................................................................. 122
5.1.1. Pemahaman Spiritualitas Vinsensius A. Paulo .................................. 122
5.1.2. Makna Pendampingan Bagi Orang Berkebutuhan Khusus ............... 125
5.1.3. Implementasi Spiritualitas Vinsensius bagi Orang Berkebutuhan
Khusus di SLB Bhakti Luhur Madiun ............................................... 127
5.2. Usul dan Saran ......................................................................................... 130
5.2.1. Bagi Perkembangan Ilmu .................................................................. 130
5.2.2. Bagi Penelitian Itu Sendiri ................................................................ 131
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 132
LAMPIRAN .................................................................................................... 136
Lampiran Data Responden ...............................................................................
Lampiran Berita Wawancara Penelitian...........................................................
Lampiran Transkrip Wawancara dan Koding ..................................................
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel Indikator dan Instrumen Penelitian .......................................... 81
Tabel 1 Data Demografi Responden ..................................................... 87
Tabel 2 Pribadi Santo Vinsensius A. Paulo ........................................... 89
Tabel 3 Isi Spiritualitas Santo Vinsensius A. Paulo .............................. 92
Tabel 4 lima (5) Keutamaan Santo Vinsensius A. Paulo ...................... 94
Tabel 5 Arti Orang Berkebutuhan Khusus ........................................... 98
Tabel 6 Arti Pendampingan Orang Berkebutuhan Khusus ................... 101
Tabel 7 Jenis-Jenis Pendampingan Bagi Orang Berkebutuhan
Khusus...................................................................................... 103
Tabel 8 Semangat Yang Diperlukan Bagi Pendampingan Orang
Berkebutuhan Khusus ............................................................ 106
Tabel 9 Spiritualitas Vinsensius yang Dapat Diterapkan bagi Orang
Berkebutuhan Khusus………………………………………. 109
Tabel 10 Makna Spiritualitas Santo Vinsensius………………………. 111
Tabel 11 Menghayati Spiritualitas Vinsensius………………………… 113
Tabel 12 Kesulitan menerapkan Spiritualitas Vinsensius bagi
Orang Berkebutuhan Khusus di SLB Bhakti Luhur Madiun ... 115
Tabel 13 Upaya SLB Bhakti Luhur Madiun dalam Mengatasi
Kesulitan Menghayati Spiritualitas Vinsensius ....................... 118
xvii
DAFTAR SINGKATAN
ABK Anak Berkebutuhan Khusus
ADHD Attention deficit hyperactity disoerder
ALMA Asosiasi Lembaga Misionaris Awam
Art Artikel
Bdk Bandingkan
CM Congregatio Misionaris
Dkk Dan kawan-kawan
GE Gravissimum Educationis
KGK Katekismus Gereja Katolik
Luk Lukas (salah satu pengarang Injil)
Mat Matius (salah satu pengarang Injil)
Mrk Markus (salah satu pengarang Injil)
Mzm Mazmur
OBK Orang Berkebutuhan Khusus
PK Puteri Kasih
R Responden
SLB Sekolah Luar Biasa
SSV Serikat Santo Vinsensius
Yoh Yohanes (salah satu pengarang Injil)
xviii
ABSTRAK
Tuber: “Implementasi Spiritualitas Vinsensian bagi Pendampingan
Orang Berkebutuhan Khusus di SLB Bhakti Luhur, Madiun.
Kesadaran tentang pelayanan, peran, dan fungsi bagi orang-orang
berkebutuhan khusus di negara ini memerlukan perhatian yang serius dari
semua pihak. Pelayanan memerlukan dasar semangat yang kokoh supaya
pelayanan memiliki nilai dan arah yang jelas. Spiritualitas Vinsensius adalah
salah satu semangat yang tidak dapat diragukan lagi daya dorongnya bagi
pelayanan kepada sesama khususnya orang berkebutuhan khusus. SLB Bhakti
Luhur Madiun adalah salah satu wadah penghayatan spiritualitas Vinsensius.
Implementasi spiritualitas Vinsensius merupakan tolak ukur pelayanan yang
maksimum. Penelitian ini, menjawabi pertanyaan pokok: Apa yang dimaksud
dengan spiritualitas Vinsensian? Apa makna pendampingan bagi orang
berkebutuhan khusus? Bagaimana implementasi spiritualitas Vincensian bagi
orang berkebutuhan khusus di SLB Bhakti Luhur, Madiun?
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Responden penelitian ini
adalah pendidik di SLB Bhakti Luhur, Madiun. Responden dalam penelitian
ini terdiri dari tujuh (7) pendidik di SLB Bhakti Luhur, Madiun. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis hubungan atau keterkaitan spiritualitas
Vinsensius dengan implementasi spiritualitas Vinsensian bagi pendampingan
orang berkebutuhan khusus di SLB Bhakti Luhur, Madiun.
Berdasarkan hasil penelitian, semua responden mengatakan inti
spiritualitas Vinsensius yakni mencintai dan melayani orang miskin
berdasarkan kasih Allah, yang terungkap dalam kelima keutamaan Vinsensius
sudah diterapkan. Spiritualitas Vinsensius begitu bermakna bagi pendidik dan
bagi anak berkebutuhan khusus. Meskipun demikian, semua responden
mengakui dan mengalami kendala dalam mengimplementasikan spiritualitas
Vinsensius di SLB Bhakti Luhur Madiun. Kendala-kendala harus diatasi
dengan menghayati secara sungguh-sungguh keutamaan Vinsensius.
Kata kunci: Implementasi, Spiritualitas Vinsensian, Orang berkebutuhan
khusus, Pendampingan.
xix
ABSTRACT
Tuber: “The Implementation of Vincentian Spirituality for difable at
SLB Bhakti Luhur,Madiun.
Awareness of services roles, and functions for special people in this
country requires serious attention from parties. Services require a solid spirit
base that has a clear value and direction. Spirituality Vincent is a spirit that
can not be doubted its impetus for others, especially people with difable. SLB
Bhakti Luhur Madiun is one of the means to living Vincentian spirituality,
Vincentian spirituality is a benchmark of service for this research, answering
the main question: what is meant of Vincentian spirituality? What is the
meaning of mentoring for the spirituality of implementation with difable?
How for people with difable in SLB Bhakti Luhur, Madiun?
This study uses a qualitative method. The respondent in this study were
educators at SLB Bhakti Luhur, Madiun. Respondent in this study consisted of
seven educated at SLB Bhakti Luhur, Madiun. This research is to analyze the
relationship or relation of Vincentian spirituality to the implementation of
Vincentian spirituality for the assistance of people with difable in SLB Bhakti
Luhur, Madiun.
Based on the results of the study, all of respondent said that Vincent’s
core spirituality is loving and serving the poor based on God’s love, which is
revealed in the five priorities of Vincent already implemented. Vincent’s
spirituality is so meaningful for educators and for children with difable.
Nevertheles, all of respondents acknowledged and experienced obstacies in
implementing Vincent’s spirituality at SLB Bhakti Luhur Madiun. Constraints
must be overcome by living seriously the priority of Vincent.
Keywords: Implementation, Vincentian Spirituality, People with difable.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kesadaran tentang pelayanan, peran, dan fungsi orang-orang
berkebutuhan khusus di negara ini memerlukan perhatian yang serius dari semua
pihak. Masih banyak anggapan bahwa orang berkebutuhan khusus sebagai pribadi
lemah yang menambah beban bagi banyak orang. Orang berkebutuhan khusus
diartikan sebagai individu-individu lemah yang mempunyai karakteristik yang
berbeda dari individu lainnya yang dipandang normal oleh masyarakat pada
umumnya. Orang-orang berkebutuhan khusus menunjukan karakteristik fisik,
intelektual, dan emosional yang lebih rendah atau lebih tinggi dari orang normal
atau sebayanya, atau berada diluar standar normal yang berlaku di masyarakat.
Orang berkebutuhan khusus memiliki karakter yang berbeda dan
memerlukan pendampingan secara khusus agar mereka mendapatkan hak-haknya
sebagai manusia yang hidup di muka bumi ini. Orang berkebutuhan khusus selalu
menunjukan ketidakmampuan mental, emosi dan juga fisik (Reefani, 2013:15).
Orang berkebutuhan khusus memerlukan pendampingan dan layanan khusus
untuk mengoptimalkan potensi-potensi dalam diri secara sempurna.
Santo Vinsensius adalah seorang imam yang dijuluki sebagai bapak orang
miskin (Ponticelli, 2002:1). Vinsensius adalah orang yang penuh semangat dan
dalam kepercayaan serta tidak mau mendahului penyelenggaraan Ilahi. Berkat
rahmat Tuhan ini, mata hatinya banyak terarah pada sesamanya yang miskin dan
1
2
mendertia, secara khusus memperhatikan orang-orang yang berkebutuhan khusus.
Vinsensius adalah seorang yang memiliki iman yang operasional melalui cinta
kasih (Janssen, 2007:64).
Vinsensius dilahirkan di kota Pouy (Gascogne) di Perancis Selatan tanggal
24 April 1581 (Tondowidjojo, 1984:87). Vinsensius adalah putra ketiga dari lima
bersaudara, semasa hidupnya situasi Perancis ditandai dengan ekonomi yang
buruk (Janssen, 2007:62). Di dalam situasi yang demikian itulah Vinsensius hidup
dan berkarya. Vinsensius kemudian menjadi imam dan berkarya di tengah-tengah
kaum miskin yang membutuhkan pelayanan dalam bidang material dan spiritual.
Vinsensius mencintai kaum miskin, cacat dan menderita (Janssen, 2007:62-63).
Vinsensius tidak pernah merasa lelah menelusuri lorong-lorong sempit di
kota Paris, masuk kegelapan malam untuk menyelamatkan anak-anak kecil yang
dibuang oleh orang tua dan dibiarkan mati karena hawa dingin dan kelaparan
(Tondowidjojo, 1984:91). Vincensius berjanji meneladani Kristus secara tegas
untuk membaktikan seluruh hidupnya bagi pelayanan orang miskin, cacat dan
menderita (Roman, 1993:83-86).
Salah satu keyakinan yang dimiliki Vinsensius yang terdalam ialah bahwa
para murid Kristus harus terarah kepada tindakan untuk mencintai sesama, atau
dengan kata yang lebih tegas, murid Kristus harus menjadi pekerja atau manusia
kerja (Roman, 1993:87). Yesus Kristus memulai hidup-Nya pertama-tama dengan
bekerja, baru kemudian berbicara. Tindakan dipandang juga oleh Vinsensius
sebagai usaha untuk mengejar kesempurnaan. Aturan tindakan ialah penyesuaian
3
diri dengan kehendak Allah. Vinsensius menjelaskan juga sasaran kasih itu: cinta
terhadap Tuhan, sesama, dan orang miskin (Roman, 1993:88-93).
Iman dan cinta kasih yang mendalam kepada Tuhan mendorong semangat
Vincensius menghasilkan suatu pernyataan dalam kata-kata sebagai berikut:“
Evangzelizare Pauperibus Misit Me” (Lukas 4:18), artinya Ia mengutus aku untuk
mewartakan injil kepada kaum miskin. Pernyataan ini adalah satu-satunya yang
diinginkan Vincensius dalam hidupnya, dan ungkapan ini merupakan titik tolak
segala karya kerasulannya dan penjelasan dari semua saja yang dijalankan dalam
pengabdiannya terhadap Gereja Kristus.
Melayani orang miskin merupakan keutamaan yang bisa dilihat pada diri
Vinsensius. Bagi Vinsensius, melayani orang miskin dan menderita terletak pada
sikap mencintai orang yang dihina dan tidak disenangi oleh orang lain. Seperti
yang diteladankan oleh Yesus Kristus kepada para murid-Nya.
“Orang-orang miskin adalah majikan-majikan kita, penguasa
kita. Kita harus menaati mereka karena dalam orang-orang
miskin kita memiliki Tuhan dalam diri kita. Tuhan minta agar
setiap orang secara individual mengabdikan diri pada orang-
orang miskin. Usahakanlah sebaik mungkin agar mereka tidak
mengalami kekurangan, baik material maupun spiritual.
Perlakukanlah mereka dengan hormat seperti kita lakukan
terhadap Tuhan. Tuhan bersabda: Apa yang kau lakukan
terhadap yang terhina dari sesamamu, maka itu kau lakukan
terhadap-Ku. Jadi akhirnya kita mengabdikan diri pada Tuhan
jika kita merawat oarng miskin. Usahakalah melayani orang-
orang miskin dengan keramahan yang tinggi. Ikutilah
menderita bersama mereka dan dengarkanlah jika seorang ibu
mengeluh karena kekurangan, karena orang-orang miskin
memandang kita sebagai ibunya yang mengurusi makanannya,
dan yang diutus oleh Tuhan untuk menolong mereka. Ini adalah
panggilan mereka untuk bisa mendapatkan pengalaman
kebaikan Tuhan. Karena kebaikan Tuhan itu selalu menunjukan
diri kepada mereka yang membutuhkan pertolongan sebagai
penuh cinta kasih dan lembut hati, maka kita juga harus
4
memperlakukan secara sama bagi orang-orang miskin seperti
yang telah kita pelajari dari Tuhan”(Tondowidjojo 2003:7)
Implementasi pelayanan yang didasari dengan cinta kasih kepada orang
berkebutuhan khusus, cacat, miskin dan menderita sekarang ini sangat
dibutuhkan. Tidak mudah untuk menjadi pelayan yang mampu memberikan diri
sepenuhnya untuk melayani orang berkebutuhan khusus, cacat, miskin dan
menderita. Penyerahan diri sepenuhnya untuk melayani Kristus adalah dasar
untuk melayani orang berkebutuhan khusus dan miskin dengan cinta kasih.
Cinta kasih terhadap kaum miskin diwujudkan secara nyata dalam usaha
memperjuangkan keadilan (CA 58). Wilhelmus (2011: 17) mengatakan:
“Keadilan tidak akan tercapai seutuhnya, selama orang miskin yang meminta
bantuan untuk mempertahankan hidupnya masih dianggap sebagai suatu beban,
dan bukannya sebagai kesempatan beramal serta memperkaya keadilan”. Tujuan
mencapai keadilan membutuhkan pendidik dan pelayan orang miskin yang
memiliki pengetahuan, ketrampilan dan spiritualitas yag kreatif, dan
transformatif.
Pelayanan yang diberikan kepada orang berkebutuhan khusus, berarti telah
menghadirkan pelayanan Kristus kepada sesama di dunia dan telah menampakan
rahasia Allah yang terdalam yaitu cinta kasih, sebagaimana diteladankan oleh
Vinsensius. Cinta kasih itu suatu perintah. Ini tidak menyangkut cinta kasih
terhadap Tuhan saja, tetapi juga terhadap sesama demi cinta kasih kepada Tuhan.
Tuhan telah memilih manusia sebagai alat untuk cinta kasih Bapa yang amat luas
itu. Tuhan ingin supaya cinta kasih ini tersebar keseluruh dunia dan berakar
5
dimana-mana, melalui pelayanan kepada orang miskin dan menderita
(Tondowidjojo, 2003: 7)
Sekolah Luar Biasa (SLB) adalah sekolah yang didirikan khusus bagi
orang berkebutuhan khusus, cacat, miskin dan menderita. Sekolah ini mempunyai
kurikulum khusus, yaitu melayani orang berkebutuhan khusus, miskin, cacat dan
menderita yang kebutuhan dasar dan hak azasi manusianya tidak terpenuhi
(Janssen, 2007: 89). Secara khusus, SLB Bhakti Luhur dikelola oleh para suster
Alma yang bersumber dari semangat Vinsensius dalam melayani kaum
berkebutuhan khusus, cacat, miskin dan menderita.
Hal itulah yang melatarbelakangi penulis mengangkat judul
IMPLEMENTASI SPIRITUALITAS VINSENSIAN BAGI
PENDAMPINGAN ORANG BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SLB
BHAKTI LUHUR MADIUN.
6
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan atas latar belakang masalah di atas, penulis dapat
merumuskan beberapa masalah sebagai berikut:
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan spiritualitas Vinsensian?
1.2.2 Apa yang dimaksud dengan pendampingan kepada orang berkebutuhan
khusus?
1.2.3 Bagaimana implementasi spiritualitas Vinsensian bagi pendampingan
orang berkebutuhan khusus di SLB Bhakti Luhur Madiun?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah tersebut di atas, penelitian yang akan
dilakukan mempunyai tujuan sebagai berikut:
1.3.1 Menjelaskan isi spiritualitas Vinsensian.
1.3.2 Menguraikan arti pendampingan bagi orang berkebutuhan khusus.
1.3.3 Mendeskripsikan usaha-usaha pendampingan SLB Bhakti Luhur Madiun
dalam menerapkan spiritualitas Vinsensian.
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian yang berjudul “Implementasi spiritualitas Vinsensian bagi
pendampingan orang berkebutuhan khusus di SLB Bhakti Luhur Madiun”
diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
7
1.4.1. Bagi Perkembangan Ilmu
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk menambah
wawasan dan pengetahuan mengenai implementasi spiritualitas Vinsensian.
Penelitian ini diharapkan juga dapat menjadi sumber referensi untuk mendalami
implementasi spiritualitas Vinsensian untuk perkembangan ilmu atau wawasan
mengenai pendampingan orang berkebutuhan khusus.
1.4.2. Bagi Penelitian
Penelitian ini secara khusus memberi manfaat bagi penelitian guna
memperdalam ilmu tentang implementasi spiritualitas Vinsensian dalam
memberikan pelayanan pastoral bagi orang berkebutuhan khusus, miskin dan
menderita agar berguna bagi umat kristiani dan masyarakat.
Dengan ini, penelitian kedepannya diharapkan mampu menerapkan
spirirtualitas Vinsensian dalam memberikan pelayanan pendampingan kepada
orang berkebutuhan khusus.
1.5. Metodologi Penelitian
Karya tulis ini menggunakan “metode kualitatif” dengan melakukan
penelitian langsung di lapangan. Model analisis data yang dipergunakan dalam
penelitian ini adalah model analisis data interaktif (komuniaksi dua arah).
Sutopo (1998:8) mengatakan bahwa data model ini memerlukan tiga
komponen yaitu reduksi data, sajian data serta penarikan data atau disebut
verifikasi. Model analisis data interaktif (komunikasi dua arah), diusahakan
8
peneliti tetap bergerak diantara ketiga komponen dengan proses pengumpulan
data selama kegiatan pengumpulan data berlangsung. Peneliti memiliki alasan
untuk menggunakan metode kualitatif yaitu karena penelitian kualitatif
memperoleh data langsung dari lapangan (tanpa manipulasi data, riil dan konkrit)
dengan wawancara ataupun interview
1.6. Batasan Istilah
Penulisan dalam skripsi ini memberikan batasan istilah guna membatasi
permasalahan yang akan dibahas sehingga tidak jauh menyimpang dalam konteks
pembahasan. Adapun batasan istilah tersebut antara lain:
1.6.1. Orang Berkebutuhan Khusus
Orang-orang berkebutuhan khusus adalah mereka yang dalam proses
perkembangan mengalami suatu hambatan, sehingga orang berkebutuhan khusus
tidak tumbuh dan berkembang secara optimal. Inilah faktor resiko di mana untuk
mencapai perkembangan yang optimal dibutuhkan pendampingan khusus
(Reefani, 2013:14).
Orang-orang berkebutuhan khusus menunjukan karakteristik fisik,
intelektual, dan emosional yang lebih rendah atau lebih tinggi dari orang normal
atau sebayanya, atau berada diluar standar normal yang berlaku di masyarakat.
Orang berkebutuhan khusus kesulitan dalam meraih sukses baik dari segi sosial,
personal, maupun aktifitas pendidikan (Bachri, 2010).
9
Kekhususan yang mereka miliki menjadikan orang-orang berkebutuhan
khusus memerlukan pendidikan dan layanan khusus untuk mengoptimalkan
potensi dalam diri mereka secara sempurna (Hallan dan Kauffman 1986 dalam
Hadis, 2006). Jadi orang berkebutuhan khusus adalah orang dengan karakteristik
khusus yang berbeda dengan orang normal pada umumnya tanpa selalu
menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik.
1.6.3. Spritualitas
Spiritualitas dalam pengertiannya berasal dari kata latin spiritus yang
berarti semangat. Spiritualitas juga dimengerti sebagai sesuatu yang
melatarbelakangi bentuk atau cara hidup dalam menyadari dan menghayati hidup
yang sesuai dengan cita-cita dan dengan relasi dengan Tuhan. Spiritualitas yang
dimaksud di sini ialah spiritualitas dari Santo Vinsentius. Spiritualitas Vinsensian
yang mengarah kepada perhatian terhadap orang-orang miskin, menderita dan
terlantar baik di bidang finansial, pendidikan, dan berkebutuhan khusus
(Tondowidjojo, 2013:43-44).
10
BAB II
SPIRITUALITAS VINSENSIUS
Riwayat hidup seorang santo atau santa merupakan rujukan utama untuk
mengetahui dan memahami spiritualitas yang dihayatinya (Romàn, 1993: 63).
Cara hidup santo atau santa dipandang baik dan patut menjadi teladan bagi kaum
beriman untuk menjalani hidup yang berkenan dalam Tuhan. Kaum beriman dapat
mengambil semangat para kudus untuk berkarya dan melayani Tuhan di dalam
sesama. Semangat atau roh yang menjiwai seorang santo atau santa dalam
berkarya disebut spiritualitas. Vinsensius adalah salah seorang dari para kudus di
dalam Gereja Katolik Roma, yang spiritualitasnya telah menuntun banyak orang
dalam menjalani hidup secara bijak, bersahaja dan suci di dalam Tuhan,
khususnya dalam melayani Tuhan di dalam diri mereka yang miskin. Vinsensius
terkenal sebagai rasul cinta kasih bagi kaum miskin, cacat, menderita dan
penghibur orang-orang sakit. (Ngarani, 2016: 185).
Berikut akan dibahas riwayat hidup Vinsensius, pengertian spiritualitas dan
keutamaan. Bab ini juga membahas spiritualitas Vinsensius, dan implementasi
spiritualitas Vinsensius terhadap kasih kepada orang berkebutuhan khusus, cacat
dan menderita.
11
2.1. Riwayat Hidup Santo Vinsensius
2.1.1. Riwayat Hidup Keluarga dan Masa Kecil Vinsensius
Vinsensius dilahirkan pada tanggal 24 April 1581 di Pouy sebuah desa
kecil di kota Gascony Perancis Selatan (Tondowidjojo, 1984: 87). Vinsensius
adalah putra ketiga dari enam bersaudara. Ayah Vinsensius bernama Jean de Paul
dan ibunya bernama Bertrande de Moras. Orang tua Vinsensius hidup sebagai
petani miskin (Wahyuningsih, 2007:52). Keluarga Jean de Paul adalah keluarga
yang penuh sopan santun, cinta akan kerja, rendah hati dalam pergaulan serta
bijaksana dalam mengambil tindakan.
Sejak kecil, Vinsensius ikut membantu ayah dan ibunya untuk bekerja keras
sebagai seorang peternak (Riyanto, 2007: 13). Vinsensius hidup di kalangan
keluarga yang sederhana. Kesederhanaan keluarga inilah yang membuat semua
anak-anak Jean de Paul terbiasa bekerja keras. Keluarga Jean de Paul hidup dalam
kekurangan dan keterbatasan, namun selalu taat dalam hidup beriman
(Tondowidjojo, 1984: 90). Kehidupan Katolik keluarga Jean de Paul dapat
dibanggakan, karena meskipun hidup sebagai petani miskin, namun keluarga Jean
de Paul beriman dan saleh (Schneiders, 2003: 475). Jean de Paul dan Bertrande
mendidik anak-anak mereka dalam kerja dan hidup doa sehingga semuanya
berkembang dewasa menjadi orang beriman yang saleh dan disenangi banyak
orang (Schneiders, 2003: 475).
12
2.1.2. Riwayat Hidup Pendidikan dan Panggilan Vinsensius
Vinsensius dikenal sebagai bapak kaum orang miskin, cacat dan orang
berkebutuhan khusus melalui cinta kasih dalam karya dan pelayanan kepada kaum
miskin dan penghibur bagi orang-orang sakit. (Adinuhgra, Jurnal Pastoral
Kateketik. 02.02. 2016:6). Vinsensius telah dididik dengan sangat baik di dalam
keluarga. Keluarga Vinsensius sungguh menjadi pendidik utama dan pertama bagi
anak-anak Jean de Paul dan Bertrande de Moras. Penghayatan tugas orangtua
Vinsensius ini mendahului gagasan dalam Konsili Vatikan kedua tentang
pendidikan kristiani khususnya mengenai penanggungjawab pendidikan yaitu
bahwa orangtua adalah pendidik utama dan pertama (GE., artikel 11). Keluarga
Vinsensius berusaha menanamkan nilai-nilai kristianitas sebagai mana bapak Jean
de Paul dan ibu Bertrende de Moras hayati.
Vinsensius adalah anak yang sangat cerdas, namun karena situasi
orangtuanya yang tidak mampu secara finansial membuat Vinsensius sulit untuk
mengenyam pendidikan. Penyelamatan pendidikan datang bagi Vinsensius ketika
Tuan Comet, seorang dermawan bersedia menyekolahkan Vinsensius (Schneiders,
2003: 475). Vinsensius sungguh dapat mengenyam pendidikan karena hati yang
dermawan dan belaskasihan Tuan Comet, yang pasti akan mempengaruhi tumbuh
dan berkembangnya kasih kepada kaum lemah di dalam hidup Vinsensius ke
depan.
Masa muda merupakan saat dimana arah hidup mulai diarahkan lebih jelas.
Tujuan hidup dipengaruhi oleh banyak faktor, oleh realitas di dalam hidup
seseorang. Romàn (1991: 2) mengatakan bahwa tahap hidup Santo Vinsensius
13
harus dilihat dari hidupnya sebagai manusia biasa yang dipengaruhi oleh faktor-
faktor panggilan, kenyataan yang ada di sekitarnya, serta faktor yang tidak
terduga. Kenyataan-kenyataan hidup di sekitar Santo Vinsensius memengaruhi
keputusan Santo Vinsensius mengenai tujuannya dalam mengenyam pendidikan
dan panggilan selanjutnya. Romàn (1991: 3), menjelaskan cita-cita sebagai
panggilan yang direncanakan masing-masing orang untuk mencapai tujuan hidup
yang diidealkan bagi masa depan. Ideal masa depan yang dicetuskan masing-
masing orang ikut memengaruhi keputusan dan tindakan yang diambil saat
kekinian.
Vinsensius melanjutkan pendidikannya dengan menjadi imam. Jean de Paul
harus menjual lembu kesayangannya untuk mendukung biaya Vinsensius masuk
seminari. Vinsensius memiliki cita-cita sebagaimana umumnya orang
sezamannya. Vinsensius, sebagai seorang muda tentu memiliki cita-cita yang
ideal waktu itu yakni ingin memperbaiki keadaan ekonomi keluarganya yang
miskin dengan mendapatkan kedudukan sosial (Romàn, 1993: 12). Keinginan
Vinsensius mendapat kedudukan sosial tampak dari beberapa peristiwa, misalnya
ingin menguasai paroki Thil, soal warisan yang Vinsensius peroleh di Toulouse
(dari seorang ibu), Janji Montorio, Vinsensius diangkat menjadi Kapelan mantan
Ratu Margaretha de Valois, mendapatkan biara Saint-Leonard de Chaumes
dengan cara membelinya (Romàn, 1993: 12-13).
Vinsensius mencapai impiannya dengan menyelesaikan sarjana muda
Theologia. Vinsensius menerima sub diakon pada tahun 1598, dan selanjutnya
ditahbiskan imam pada tanggal 23 September 1600 (Tondowidjojo, 2003: 57).
14
Vinsensius muda memandang imamat sebagai sarana peningkatan keadaan
ekonomi dan status sosial (Romàn, 1993: 16). Semua impian Vinsensius untuk
memperoleh kedudukan sosial yang mapan mengalami kegagalan (Romàn, 1993:
12-13).
2.1.3. Karya Pelayanan Vinsensius sebagai Imam
Vinsensius menerima tahbisan pada usia 19 tahun 5 bulan (Tondowidjojo,
2003: 57). Tahbisan imamat Vinsensius terbilang sangat muda, yang mengandung
misteri dan mengundang pertanyaan. Pertanyaan dapat dijawab dengan melihat
berbagai peristiwa yang telah dialami oleh Vinsensius. Peristiwa-peristiwa yang
Vinsensius alami memberikan petunjuk tentang tujuan atau cita-cita Vinsensius
berkaitan dengan imamat yang telah diterimanya pada usia muda, walaupun
dalam perjalanan hidup imamatnya diwarnai oleh banyak kesulitan, tantangan dan
kegagalan (Ponticelli, 2002: 3).
Cita-cita menjadi seorang imam bukanlah pertama-tama timbul dari hatinya
untuk mengabdikan diri pada pelayanan umat Allah. Vinsensius ingin menjadi
imam karena dorongan untuk mendapatkan kedudukan terhormat dan mendapat
sejumlah materi bagi keluarganya. Pengharapan dan cita-citanya tidak menjadi
kenyataan karena Tuhan telah memanggil Vinsensius untuk maksud lain.
Pengalaman yang sangat menentukan bagi Vinsensius dalam menjalani
karya pelayanannya bagi kaum miskin adalah pengalaman Folleville dan
pengalaman Chatillon. Pengalaman Folleville merupakan pengalaman yang
rohania dimana melahirkan misi yang tidak hanya misi bersifat manusiawi belaka
15
(Romàn, 991: 21). Pengalaman Folleville inilah sesungguhnya yang melahirkan
misi, dan secara faktual telah berdiri Kongregasi Misi (CM) (Romàn, 991: 41).
Vinsensius juga merintis komunitas Puteri Kasih pada tahun 1633, meskipun
secara formal diakui sebagai kongregasi pada 22 Agustus 1617 di Chatillon
(Romàn, 991: 41). Kedua kongregasi inilah semangat pelayanan kepada orang
miskin dapat tersalurkan sebagaimana dikehendaki Allah. Semangat yang diwarisi
oleh para imam inilah yang disebut spiritualitas Vinsensius dalam melayani umat
Allah. Spiritualitas Vinsensius sungguh bersifat Kristosentris artinya bahwa
Kristus menjadi pusat penghayatan iman. Bagi Vinsensius Kristus bukanlah
misteri yang ditemukan melalui kontemplasi melainkan Kristus berwajah sama
dengan wajah orang kecil, cacat dan miskin yang ditemukan di tengah
masyarakat. (Ngarani, 2016: 189).
2.2. Spiritualitas
2.2.1. Pengertian Spiritualitas
Spiritualitas berasal dari akar kata benda bahasa Latin “spiritus” yang
artinya napas, aliran udara, napas, hawa, napas hidup, nyawa, hidup, roh, jiwa,
sukma, atau hati (Tondowidjojo, 2012: xv). Spiritualitas sebagai kata benda
berarti rohani, batin, kejiwaan. Spiritualitas juga diartikan sebagai kesadaran diri,
kebesaran hati, atau keberanian (Tondowidjojo, 2012: xv). Kata spiritualitas yang
berasal dari bahasa Latin terbentuk dari kata dalam bahasa Perancis I’spirit. Kata
benda I’spirit adalah spiritualite. Kata spiritualitas yang dipakai dalam bahasa
16
Indonesia adalah terjemahan dari bahasa Inggris yang juga mengacu pada kata
I’spirit dan Ia spiritualite (Hardjana, 2005: 64).
Spiritualitas sering diartikan sebagai hidup saleh dan berbakti kepada Allah.
Spiritualitas dimengerti sebagai devosi, hidup batin atau hidup rohani (Hardjana,
2005: 65). Manusia bermaksud membuat diri dan hidupnya dibentuk dengan
semangat dan cita-cita Allah dalam memberikan diri untuk menjadi pelayan Allah
dan sesama melalui penghayatan spiritualitasnya.
Spiritualitas adalah istilah cukup baru untuk menandakan kerohanian atau
hidup rohani. Kata ini menekankan segi kebersamaan, bila dibandingkan dengan
kata yang lebih tua, yaitu kesalehan, yang menandakan hubungan seseorang
dengan Allah. Spiritualitas dapat diterapkan pada aneka bentuk kehidupan rohani,
misalnya spiritualitas modern atau spiritualitas kaum awam, atau semangat kaum
awam untuk menjadi pelayan bagi sesama dan kepada orang miskin dan
menderita.
Spiritualitas mencakup dua segi, yakni askese atau usaha melatih diri secara
teratur supaya terbuka dan peka terhadap sapaan Allah yang memanggil untuk
melayani sesama. Segi lain adalah paham sebagai aneka bentuk dan tahap
pertemuan pribadi manusia dengan Allah. Askese atau usaha menandakan jalan
dan memahami tujuan hidup keagamaan manusia.
Dasar hidup rohani dan semua bentuk spiritualitas sejati adalah Roh, yaitu
semangat Kristus seperti tampak dalam Injil. Orang yang peka kepada sesama
terutama kepada orang miskin dan menderita akan mengalami semangat Kristus
yang hadir dalam hatinya dan tampak dalam semangat pelayanannya bagi orang
17
miskin, menderita dan berkebutuhan khusus (bdk. Rm 8: 16). Spiritualitas
merupakan semangat dalam melayani sesama, semangat hidup rohani dan
semangat dalam menjalani hidup sehari-hari. Spiritualitas memiliki kaitan erat
dengan karya Roh Kudus yang hadir dan tinggal dalam diri setiap murid-murid
Kristus dan tampak dalam tindakan nyata dalam mengasihi dan melayani sesama.
Spiritualitas merupakan daya semangat atau Roh Allah yang tinggal dalam
keseluruhan hidup diri manusia. Roh Allah akan membimbing hidup dan relasi
manusia dengan sesama dan dunianya dalam situasi konkret/nyata. Hidup dalam
Roh akan mengangkat hidup manusia dan dibawa pada sumbernya, yaitu Allah
sendiri. Hidup dalam spiritualitas menjadi manusia spiritual, yaitu manusia yang
menghayati Roh Allah yang tampak dalam hidup nyata sehari-hari sesuai dengan
panggilan dan hidupnya. Manusia menyerap seluruh nilai spiritual dan
mengarahkan diri serta hidupnya berdasarkan nilai-nilai spiritualitas, dan
menciptakan gaya hidup serta perilaku menurut nilai-nilai yang berlaku dalam
melakukan karya pelayanan kepada Allah dan sesama (Heuken, 2002: 12).
Spiritualitas adalah Roh Tuhan yang berfungsi menerangi hati dan pikiran
manusia saat bekerja. Spiritualitas juga dapat diartikan sebagai cara hidup
manusia beriman yang berusaha merencanakan dan menjalankan hidupnya seperti
yang dikehendaki Tuhan. Manusia perlu mempererat hubungan dengan Tuhan
melalui hubungannya kepada sesama dalam hidup sehari-hari di dunia demi
mencapai hidup sesuai dengan kehendak Tuhan. Salah satu cara mempererat
hubungan dengan Allah ialah mendengar, menghayati dan melaksanakan sabda
Tuhan dalam tindakkan hidup (Heuken, 2002: 12).
18
Spiritualitas menempatkan seluruh kehidupan manusia, apa pun acara dan
kegiatan yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari selalu ada pada Allah.
Tuhan hadir dan tampak dalam semangat manusia untuk melayani dan peduli
kepada sesama. Manusia membuka diri terhadap kehadiran Tuhan dalam dirinya.
Allah dibiarkan memimpin manusia untuk semangat melayani, menghayati
seluruh kehidupannya sehari-hari dalam kesatuan dan panggilan untuk menjadi
pelayan kasih Allah kepada orang-orang berkebutuhan khusus, menderita dan
miskin (Martasudjita, 2002: 11-12).
Upaya dan usaha dalam memudahkan pendampingan dan pelayanan kepada
orang berkebutuhan khusus, menderita dan miskin sebagai murid Kristus harus
memiliki semangat yang dijiwai oleh Roh Kudus. Pelayan harus menghadirkan
Tuhan sendiri dalam setiap pelayanan, oleh karena itu, pelayan harus mengenal
secara mendalam karakteristik orang berkebutuhan khusus, menderita dan miskin
yang hendak dilayani (Hamid, 2009: 1-4).
Spiritualitas memberikan penekanan pada pengalaman hidup rohani melalui
karya pelayanan dalam hidup sehari-hari. Pelayanan dilaksanakan dengan baik
karena dipenuhi oleh semangat dan kesetiaan dalam melayani Allah dan semua
orang (Hartono, 1999: 205-206). Spiritualitas hidup yang dimiliki kaum beriman
harus merupakan semangat yang ditunjukkan dalam hidup sehari-hari, terlihat
dalam semangat pelayanan kepada Allah dan kepada sesama yang membutuhkan
seperti orang yang menderita, cacat, miskin dan berkebutuhan khusus.
Spiritualitas yang menjiwai seseorang menjadi nyata dalam tindakkan, maka
spiritualitas yang hanya sebagai wacana saja bukanlah spiritualitas, sebab
19
spiritualitas selalu mendorong seseorang untuk beraksi. Salah satu bukti
spiritualitas yang menggerakkan adalah spiritualitas Vinsensius. Spiritualitas
Vinsensius hanya bisa dipelajari dengan baik bila mengikuti jejak hidup
Vinsensius, karena spiritualitas Vinsensius mewujud dalam laku-tapa Vinsensius
selama berziarah di dunia ini (Hardjana, 2005: 64-65).
Spritualitas yang berpihak kepada orang miskin (dalam arti luas) secara
istimewa hadir dalam diri Vinsensius. Spiritualitas Vinsensius adalah semangat
pelayanan umat Allah, yaitu mengasihi orang miskin, cacat dan menderita.
Vinsensius merasakan rencana agung yang membimbing seluruh kehidupannya,
serta terkait dengan kepedulian, harapan, kebaikan, cinta kepada Allah, sesama
dan semua orang khususnya orang miskin (Hendrawan, 2009: 18-19).
Vinsensius memiliki spiritualitas yang berdasarkan iman, spiritualitas yang
terarah pada tindakan, dan spiritualitas cintakasih. Visi hidup kristiani Vinsensius
adalah usaha untuk meneladani Kristus sebagai pewarta kabar gembira kepada
orang miskin, sehingga dengan visi itulah Vinsensius dituntun kepada suatu
spiritualitas yang terarah pada tindakan (spiritualitas aksi). Vinsensius melihat
tindakan sebagai kewajiban yang tidak dapat dielakkan dalam pelayanan kepada
orang miskin, menderita dan berkebutuhan khusus dan kepada semua orang.
Tindakan yang dimaksud Vinsensius adalah kasih. Vinsensius menjelaskan juga
sasaran kasih yaitu cinta terhadap Tuhan, sesama terutama orang miskin.
Vinsensius memahami bahwa cinta terhadap orang miskin adalah cinta terhadap
Tuhan. Cinta kepada orang miskin tidak menghalangi Vinsensius untuk berbicara
20
tentang kasih terhadap Tuhan itu sendiri, juga tentang kasih kontemplatif
(permenungan), maka kasih merupakan sumber tindakan (Romàn, 1993: 82-94).
2.2.2. Cikal Bakal Spiritualitas Vinsensius
Spiritualitas Vinsensius bersumber pada pengalaman-pengalaman rohaninya
dan juga pengaruh dari luar diri yang dapat membantu untuk semakin berkembang
dalam hidup rohaninya, sumber spiritualitas Vinsensius ialah Yesus Kristus.
Vinsensius terpesona pada satu segi dari kepribadian Kristus yaitu Kristus pewarta
kabar gembira kepada orang miskin, cacat dan menderita. (Adinuhgra, 2016: 186)
Spiritualitas Vinsensian dapat dipahami dari Peraturan Kongregasi Misi,
dari Saint Vincent de Paul, Correspondence, Entretiens, Documents yang disusun
Pierre Costa pada tahun 1920-1925; dari surat-surat dan dari teladan hidupnya
(Romàn, 1993: 62-63). Semua sumber yang dapat menjelaskan spiritualitas
Vinsensius merupakan buah dari pengalaman rohaninya yang mendalam dengan
Allah.
Pengalaman retret menjadi pengalaman esensial dan merupakan titik tolak
perubahan arah baru hidup Vinsensius (Setyanto, 2016: 13). Jauh sebelumnya,
yakni sejak masa kecil bersama dengan keluarga, cikal bakal semangat bagi
pengabdian kepada orang miskin telah tersemaikan oleh tangan yang penuh cinta
kasih yakni orang terdekat maupun Tuan Comet (Setyanto, 2016: 13). Vinsensius
mengalami rasa sebagai orang miskin, dan mengalami bagaimana diperlakukan
dengan penuh belaskasihan oleh Tuan Comet (Komunitas Rumah Retret Domus
Mariae, 1996: 13). Nafkah materi di masa kecil dilengkapi nafkah rohani di masa
21
menjadi imam tahun awal dalam bimbingan pastor Peter Pierre de Berulle
(Romàn,1993: 70). Kebersamaan Vinsensius dengan Pierre de Berulle dalam
bimbingan rohani menjadi salah satu bagian pengaruh lingkungan (Romàn, 1993:
3).
Spiritualitas Vinsensius juga diperkaya oleh peristiwa pahit yang
dialaminya. Vinsensius pernah disergap oleh bajak laut dari Turki ketika
perjalanan pulang dari kota Dax usai studi teologi di Universitas Toulous
( Schneiders, 2003: 475). Bajak laut menjual Vinsensius kepada saudagar di
Afrika Utara. Vinsensius mengalami perlakuan yang kasar dari majikan-
majikannya, namun karena peri hidup yang baik, Vinsensius meluluhkan hati
majikannya dan melarikan diri ke Roma. Vinsensius studi lagi selama dua tahun,
lalu kembali lagi ke Perancis. Romàn (1993: 82) mengatakan bahwa salah satu
faktor yang tidak kalah penting terbentuknya pribadi Vinsensius adalah faktor
tidak terduga. Faktor tidak terduga merupakan peristiwa di luar perhitungan
manusia. Vinsensius mengalami faktor tidak terduga ini ketika mengalami diri
sebagai budak (Romàn, 1993: 3). Vinsensius, sebagai manusia biasa memandang
perbudakan sebagai destruktif, namun sebaliknya, Vinsensius justru berkembang
spiritualitasnya lewat faktor-faktor tidak terduga (Romàn, 1993: 3).
Pastor Peter Pierre de Berulle adalah pembimbing rohani Vinsensius.
Berulle adalah seorang teolog yang terkenal, yang kemudian menjadi Kardinal
(Schneiders, 2003: 475). Berkat bimbingan Pierre de Berulle, Vinsensius
mendapat kontribusi besar bagi pengambilan keputusan penting dan panggilan
22
hidup Vinsesnsius. Vinsensius berhasil menjadi pastor yang disukai oleh umat
berkat bimbingan Pierre de Berulle (Schneiders, 2003: 476).
Vinsensius melaksanakan karya pelayanannya tidak hanya sebagai pengajar
namun juga berkeliling ke desa-desa untuk memberikan bimbingan rohani, dan
mendorong para petani di wilayah pertanian keluarga de Gondi untuk selalu
menerima sakramen terutama Komuni Kudus, serta kembali kepada praktek iman
kristiani yang benar dalam hidup sehari-hari (Wahyuningsih, 2007: 55).
Pelaksanaan tugas mengajar orang sederhana, miskin dan cacat yang dilakukan
oleh Vinsensius memperlihatkan semangatnya untuk menyelamatkan jiwa-jiwa.
Panggilan Vinsensius untuk melayani sesama dimulai dengan pertobatannya
terlebih dahulu. Vinsensius, dari awal sesungguhnya menggunakan segala yang
ada padanya demi mencapai kesejahteraan dirinya dan keluarganya, namun berkat
Pierre de Berulle dan berkat teladan teman-temanya, Vinsensius pelan-pelan
mulai menyadari dan mengerti ketidakberesan yang terjadi pada dirinya.
Vinsensius menyadari bahwa sebagai seorang imam tidak untuk mengejar status
sosial. Seorang imam harus memberikan seluruh hidupnya untuk melayani Tuhan
dan sesama (Ponticelli, 2006: 7). Vinsensius juga mendapatkan pengalaman yang
semakin meneguhkan panggilannya untuk melayani rakyat kecil, mendertia dan
miskin berkat pengalaman kecilnya sebagai orang miskin, belaskasih orang
dermawan, pengalaman menjadi budak dan bimbingan rohani dalam memurnikan
panggilannya (Ponticelli, 2002: 9).
Peristiwa demi peristiwa yang dialami oleh Vinsensius akhirnya bertemu
dengan panggilan Tuhan lewat krisis imannya yang hebat untuk
23
mempersembahkan seluruh hidupnya demi pelayanan kepada orang yang
menderita, berkebutuhan khusus, miskin dan demi pelayanan seutuhnya kepada
Tuhan. Kitab Suci sendiri mengatakan:
“ Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk
menyampaikan kabar-kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia
telah mengutus Aku untuk memberitakan kebebasan kepada orang-
orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk
membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun
rahmat Tuhan telah datang “(Lukas 4: 18-19).”
Vinsensius berkarya dan melayani orang miskin, menderita, dan
berkebutuhan khusus sebagai tanggapan akan Sabda Tuhan yang lebih mendalam
dan konkret. Vinsensius percaya akan penyelenggaraan Ilahi dalam melaksanakan
pelayanan akan Sabda Allah, oleh karena itulah Vinsensius memberikan seluruh
hidupnya untuk menjadi pewarta kabar gembira kepada orang-orang yang miskin
dan menderita dengan penuh cinta, pengharapan dan kegembiraan.
Pengorbanan yang lebih besar dituntut dari orang yang langsung berkarya di
daerah-daerah yang miskin dan menderita. Vinsensius menjadi pelayan Tuhan di
dalam orang yang menderita, miskin, tertindas dan berkebutuhan khsusus.
Vinsensius melihat orang miskin, menderita dan berkebutuhan khusus sebagai
pribadi yang harus dibebaskan melalui cinta kasih dalam pelayanan (Ponticelli,
2002: 22-23). Vinsensius, dalam Komunitas Rumah Retret Domus Mariae,
(1996: 22) mengajarkan, bahwa bila manusia terpaksa meninggalkan doa untuk
melayani orang-orang miskin, menderita dan berkebutuhan khusus, jangan cemas
karena itu berarti meninggalkan Tuhan untuk berjumpa lagi dengan Tuhan dalam
diri orang-orang miskin, menderita dan berkebutuhan khusus.
24
Vinsensius membaktikan seluruh hidupnya bagi orang miskin. Dasar
pembaktian diri Vinsensius berangkat dari Sabda Agung perutusan Yesus (Luk. 4:
18). Ungkapan dari keyakinan Vinsensius terkait sabda perutusan Kristus adalah
“Evangelizare Pauperibus Misit Me” (Tuhan telah mengutus aku untuk
mewartakan kabar gembira kepada kaum miskin). Vinsensius sangat menyadari
panggilan hidupnya, sehingga Vinsensius tidak pernah mundur ketika menghadapi
berbagai masalah dalam mengasihi orang-orang miskin, menderita dan
berkebutuhan khusus, namun kasih Allah selalu tampak dalam dirinya. Vinsensius
melayani orang miskin dengan penuh tanggugjawab sebagai murid Kristus.
Vinsensius menghimbau kepada suster-suster kongregasi Putri Kasih (PK) untuk
menyediakan seluruh diri bagi kaum miskin. Vinsensius mengatakan:
“Biaramu ialah rumah orang-orang sakit, kamar biaramu ialah kamar-
kamar yang kamu sewa, kapelmu ialah Gereja Paroki, lorong biaramu
ialah jalan-jalan kota atau lorong-lorong rumah sakit, klausuramu
ialah ketaatan, kisi-kisimu ialaha rasa takut akan Tuhan, kerudungmu
ialah sikap sopan” (Ponticelli, 2002: 34-35).
Kitab Suci menggambarkan orang berkebutuhan khusus sebagai orang yang
mengalami kecacatan tubuh, keterbatasan fungsi optimal fisi dan psikis. Kecacatan
tubuh dan psikis tersebut yakni, buta (Mrk 10: 46), bisu (Mat 9: 32), lumpuh (Mat
8: 6) dan tuli (Mrk 7: 32). Kitab Suci sebagai kabar gembira dari Allah menerangi
manusia agar dapat meraih tujuan hidupnya dan mengenal jalan yang
membawanya kepada keselamatan. Orang miskin, menderita dan tak berdaya
mendapat perhatian khusus dari Tuhan (Mzm 69: 34). Vinsensius dalam karya dan
pelayanannya juga memperjuangkan orang-orang yang miskin, menderita dan
berkebutuhan khusus. Tindakan Vinsensius selaras dengan Sabda Allah dalam
25
Lukas 4: 18-19. Tugas menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin dan
memberitakan kebebasan kepada orang-orang tawanan dan tertindas adalah tugas
dari Allah.
Vinsensius selalu tanggap terhadap kebutuhan-kebutuhan orang miskin yang
dijumpai dan dilihatnya dengan tuntutan penyelengggaraan Ilahi. Vinsensius
menanggapi kebutuhan rohani orang miskin yang kurang dilayani maupun
terlayani (SSV., 2003: 82). Orang-orang miskin, menderita dan berkebutuhan
khusus selalu menjadi perhatian istimewa dan mulia bagi Vinsensius. Vinsensius
melaksanakan karya pelayanannya secara khusus di kota Paris. Vinsensius dalam
hidupnya ingin berjuang lebih keras untuk melayani orang-orang yang miskin,
menderita dan berkebutuhan khusus di kota Paris sebagai tempat perutusan imamat
Vinsensius (SSV, 2013: 99-100).
Schneiders (200: 478), Menyampaikan bahwa Vinsensius diangkat menjadi
seorang pastor di Paroki Chatillon Les Dombes pada tahun 1617. Pengangkatan
Vinsensius menjadi imam di Paroki Chatillon Les Dombes merubah motivasi
panggilannya, yang pada mulanya berdalih dari hidup mencari penghasilan untuk
diri sendiri kepada hidup untuk mengabdi Tuhan dan orang miskin.
Paroki Chatillon Les Dombes tergolong sulit dan berat, karena umat sudah
tidak lagi hidup sebagai orang kristiani yang baik. Sebagian umat tidak mengakui
iman kristiani. Vinsensius tentu memiliki tugas yang berat dan tidak mudah,
namun dalam perjuangan dan usaha yang gigih akhirnya Allah, melalui Vinsensius
berhasil mempertobatkan banyak umat hanya dalam jangka waktu satu tahun.
26
Vinsensius berhasil merintis sebuah kelompok persaudaraan Cinta Kasih (Nikolas,
2013: 476).
Vinsensius wafat pada tanggal 27 September 1660 (Gaudium in Christo,
2007: 62). Kabar kepergian Vinsensius sebagai bapa kaum miskin ini
menggemparkan seluruh kota Paris dan sekitarnya. Kepergian Vinsensius
menggemparkan kota Paris karena selama hidupnya Vinsensius ingin mencari
perlindungan di tengah-tengah hal kecil, segala-galanya yang berhubungan dengan
Vinsensius disebut kecil, oleh karena itu karya dan pelayanan Vinsensius selama
hidupnya pun menyentuh kehidupan orang-orang kecil, orang-orang yang
menderita, miskin dan berkebutuhan khusus (Ponticelli, 2002: 2). Karya
Vinsensius kemudian dilanjutkan oleh Kongregasi Misi dan Kongregasi Puteri
Kasih. Vinsensius mendapat gelar Santo dari Paus Klemens XII pada tahun 1737
(Wahyuningsih, 2007: 56, 29).
2.3. Keutamaan dalam Spiritualitas Vinsensius
2.3.1. Paham Keutamaan
Kata keutamaan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 1540) berasal
dari kata utama, artinya nomor satu, amat baik, lebih baik dari yang lain-lain. Arti
kedua adalah terpenting atau pokok. Keutamaan adalah keunggulan,
keistimewaan, kebaikan budi pekerti yang diartikan sebagai kebijaksanaan untuk
mengambil langkah dalam melakukan yang terbaik (Departemen Pendidikan
Nasional, 2008:1540) Keutamaan dalam kamus filsafat disebut arete, artinya
27
sempurna, yang awalnya meliputi arti kekuatan, keberanian, dan kesempurnaan,
namun segera muncul arti etis dan tetap sentral (Bagus, 2002: 457).
Sejarah pemikiran Yunani, Plato berbicara soal keutamaan. Plato, dalam
Sudiardja (2006: 1164) mengatakan bahwa ada tiga keutamaan pokok dan satu
keutamaan penyeimbang. Tiga keutamaan pokok adalah pengendalian diri,
keberanian, dan kebijaksanaan, sedangkan yang mengharmonikan tiga keutamaan
pokok adalah keadilan (Sudiardja, 2006: 1164).
KGK 1804-1809 menyatakan dalam keutamaan pokok yang dimaksudkan
Plato masuk dalam keutamaan kardinal yaitu kebijaksanaan, keadilan, keberanian,
dan penguasaan diri. Keutamaan disebut juga kebajikan. Kebajikan diperoleh
manusia melalu pendidikan, latihan, dan ketekunan dalam usaha, dimurnikan dan
diangkat oleh rahmat ilahi (KGK., art. 1810). Manusia juga dianugerahi
kemampuan untuk mengambil bagian dalam kebijaksanaan ilahi yaitu iman,
harapan dan kasih.
Iman adalah kebajikan ilahi, olehnya manusia percaya akan Allah dan
segala sesuatu yang telah Allah sampaikan dan wahyukan kepada manusia dan
apa yang Gereja kudus ajukan supaya dipercayai (KGK. Art. 1814). Kebajikan
ilahi yang kedua adalah harapan, yaitu kebajikan yang olehnya manusia rindu
Kerajaan surga dan kehidupan abadi sebagai kehahagian manusia, dengan
berharap kepada janji-janji Kristus dan tidak mengandalkan kekuatan manusia,
tetapi bantuan rahmat Roh Kudus (KGK., art. 1817). Kebajikan ilahi yang ketiga
adalah kasih, yaitu kebajikan ilahi, dengannya manusia mengasihi Allah di atas
28
segalanya demi diri-Nya sendiri dan karena kasih kepada Allah kita mengasihi
sesama seperti mengasihi diri sendiri (bdk. KGK., art. 1822).
Keutamaan mempunyai keterkaitan yang tidak terpisahkan dengan
spiritualitas. Menurut Sokrates, dalam Driyarkara sebagaimana digagas Sudiardja
(2006: 1140) mengatakan bahwa keutamaan adalah kebijaksanaan untuk
mengarahkan seluruh diri kepada kebahagiaan sejati. Kebajikan sesungguhnya
hanya satu yaitu kebijaksanaan. Keutamaan melahirkan keberanian jika
kebijaksanaan mengatur kemauan, dan jika kebijaksanaan itu mengatur hubungan
antar sesama maka keutamaan itu disebut keadilan (Sudiardja, dkk., 2006: 1140).
Keutamaan bersangkutan dengan etika yaitu bagaimana hidup harus dijalani.
Plato sendiri, dalam Driyarkara sebagaimana dijelaskan Sudiardja (2006:
1163) mengatakan bahwa dasar etika adalah Eros (cinta), sebagai dorongan
kepada kesempurnaan. Cinta yag dimaksud Plato adalah cinta kepada Yang
Mutlak, kepada Yang Indah, kepada Yang Baik. Cinta menuntut apa yang
dicintai, oleh karena itu, manusia harus berusaha mengerti yang mutlak, yang
Indah, yang baik, dan bersamaan dengan itu dia harus melaksanakan kebenaran,
keindahan dan kebaikan pada diri sendiri (Sudiardja, 2006: 1163). Manusia harus
menjadi reproduksi dari yang Mutlak, yang Indah dan Yang Baik (Sudiarja, 2006:
1163).
Keutamaan bukanlah suatu sifat yang muncul dan ada begitu saja dalam
diri seseorang. Keutamaan yang dimiliki seseorang muncul dan menguat karena
adanya latihan setiap hari secara terus-menerus untuk melakukan keutamaan-
keutamaan sampai terinternalisasi dan menjadi milik atau habitus. Tarigan (2015:
29
25-36) mengatakan bahwa keutamaan merupakan kebiasaan yang selalu
mendorong setiap orang untuk melakukan yang benar dan baik secara moral
dalam hidup bersama di tengah masyarakat. Keutamaan atau kebajikan adalah
kecenderungan yang tetap dan teguh untuk melakukan hal-hal yang baik.
Keutamaan adalah sikap baik yang telah menjadi kebiasaan sehari-hari.
Kebiasaan baik bukan hanya menjadikan seseorang melakukan sesuatu hal dengan
baik saja, tetapi dapat melakukan sebaik mungkin sesuai dengan kemampuannya,
itulah sebabnya keutamaan disebut optimalisasi daya-daya terbaik manusia.
Keutamaan harus mengalir dari Allah sebab Allah itu mahabaik sekaligus
Maha Indah dan Benar yang tidak pernah terpisah.
“Keutamaan adalah kebiasaan (habitus) yang secara kuat mendorong
setiap orang untuk melakukan apa yang baik secara moral keutamaan
atau kebajikan adalah kecenderungan yang tetap dan teguh untuk
melakukan yang baik. Ia memungkinkan manusia tidak hanya
melakukan perbuatan baik, melainkan juga untuk menghasilkan yang
terbaik seturut kemampuannya” (Tarigan, 2015: 35-36).
Chang (2002:20-24), menjelaskan keutamaan sebagai suatu bentuk hidup
rohani yang baik, yang dapat menjadikan seseorang hidup dengan baik dan benar
di hadapan Allah dan sesama. Hidup rohani dan keutamaan memiliki hubungan
yang sangat erat dan saling berhubungan atau mengandaikan. Keutamaan
merupakan suatu perwujudan dari hidup rohani yang mendalam. Tujuan hidup
berkeutamaan adalah untuk semakin bersatu dengan Allah, menyelami kasih-Nya
dan memberikan diri sepenuhnya kepada Allah. Hidup berkeutamaan diwujudkan
dengan hadir di dunia baik dalam pelayanan kepada orang yang menderita,
miskin, berkebutuhan khusus maupun kepada semua orang.
30
Sikap yang perlu dibangun agar menjadi pribadi yang memiliki keutamaan
adalah melalui penguasaan diri, bersikap disiplin pada diri sendiri terutama niat
untuk dapat hidup dalam kebenaran melalui setiap tindakan dan perbuatan-
perbuatan hidup setiap hari. Keutamaan seseorang terlihat dalam pikiran,
perkataan, pilihan dan perbuatan. Relasi yang akrab dengan Allah menjadi
kekuatan yang utama untuk menjadi pribadi yang berkeutamaan, sebab di
dalamnya manusia selalu menyadarkan dan mengarahkan seluruh hidupnya pada
kehendak dan perintah Allah.
2.3.2. Lima Keutamaan Santo Vinsensius
Keutamaan seorang santo muncul dari pengalaman konkrit dalam
menghayati hubungan akrab dengan Tuhan, sesama dalam alam ciptaan.
Keutamaan juga merupakan satu cara tersendiri untuk membaca Injil dalam terang
pengalaman religius, dalam terang kebijaksanaan Allah. Pernyataaan ini berlaku
untuk santo mana pun. Vinsensius sendiri berkeutamaan yang menjadi jelas dan
nyata dalam kehidupannya sehari-hari, terutama persatuannya dengan Tuhan, dan
keterlibatannya dalam dunia sosial khususnya bagi mereka yang miskin,
menderita dan berkebutuhan khusus (Roman, 1993: 82). Vinsensius hidup dalam
kesederhanaan, kerendahan hati, kelemah lembutan, matiraga dan semangat untuk
menyelamatkan jiwa-jiwa.
Keutamaan Vinsensius memiliki aspek keterarahan kepada tindakan
(Romàn, 1998: 87). Vinsensius melihat bahwa tindakan adalah kewajiban yang
tidak dapat dielakkan. Vinsensius memandang tindakan sebagai usaha untuk
31
mengejar kesempurnaan (Romàn, 1998: 88). Aturan atau norma tindakan ialah
penyesuaian diri dengan kehendak Allah, dengan kata lain aturan atau norma yang
disusun harus sesuai dengan kehendak Allah (Romàn, 1998: 91-93). Tindakan
Vinsensius ialah ungkapan kasih. Vinsensius berjanji secara tegas bahwa
Vinsensius akan membaktikan seluruh hidupnya untuk pelayanan orang miskin,
menderita demi menghayati, mewujudkan kasih Allah yang tiada batas. Kasih
merupakan sumber tindakan (Romàn, 1993: 82-93).
2.3.2.1. Simplisitas
Keutamaan Vinsensius yang pertama adalah simplisitas. Simplisitas berarti
kesederhanaan. Berdasarkan struktur bahasa, kesederhanaan berasal dari kata
sederhana. Salim (1987: 1813) memberikan pengertian mengenai sikap atau
tindakan sederhana, atau simple, berarti mudah, gampang, sesuatu yang tidak sulit
atau sesuatu yang tidak rumit. Simplisitas berarti hal yang tidak rumit, mudah
dimengerti, dan bebas dari sikap kepura-puraan. Penelitian ini menggunakan kata
simplisitas secara konsisten kecuali dalam kutipan langsung, akan tetapi
menggunakan kata kesederhanaan atau kata lain yang sinonim.
Simplisitas bukan sekadar miskin dan apa adanya, melainkan sikap
melakukan suatu hal tanpa berbelit-belit, tidak rumit. Simplisitas seseorang akan
memudahkan melakukan sesuatu hal dengan cara yang mudah dipahami dan
dimengerti. New Fieldt (1986: 1251) mengaitkan simplisitas dalam pengertian
lebih dalam yaitu melalukan sesuatu dengan ketulusan hati dan kejujuran.
32
Vinsensius menghayati simplisitas ini dengan bersikap jujur dan apa
adanya, artinya Vinsensius hanya mengarahkan setiap kata dan perbuatannya pada
kebenaran sejati, yakni Allah sendiri. Kesederhanaan melihat dan menilai segala
hal dari sudut pandang Kristus bukan dari kebijaksanaan duniawi dan bukan dari
pemikiran manusia sendiri. Vinsensius percaya sungguh bahwa simplisitas
seseorang mengarahkan seluruh cita-citanya dan seluruh dirinya sesuai dengan
kehendak Allah sebagai sumber kebenaran sejati. Simplisitas menuntun seseorang
untuk menemukan kemerdekaan atau kebebasan batin. Keutamaan simplisitas
menghindarkan seseorang dari dikejar-kejar perasaan bersalah akibat
ketidaksesuaian antara kata dan perbuatan yang timbul karena tindakan yang pura-
pura dan tidak jujur di dalam hidup dan dengan diri sendiri.
“Akan tetapi, sebagai keutamaan kodrati, kesederhanaan ini
menekankan pentingnya pengendalian diri, terutama dalam hal nafsu
badani. Kesederhanaan memang merupakan kata yang tepat untuk
menunjuk keutamaan yang mengarah pada pengalaman kebebasan
batin” (Romàin, 2002: 74).
Berdasarkan kutipan di atas, makna keutamaan simplisitas yang dimaksud
adalah keutamaan yang mementingkan pengendalian diri manusia terhadap nafsu
badani. Keutamaan pengendalian diri dapat mengantarkan seseorang pada
kebebasan batin. Keutamaan simplisitas merupakan salah satu keutamaan yang
dihayati dan dihidupi oleh Vinsensius. Keutamaan simplisitas yang dihayati oleh
Vinsensius tampak dalam ajarannya dan (terutama) sikapnya sehari-hari.
Vinsensius adalah seorang teladan dalam simplisitas. Vinsensius mendefinisikan
keutamaan simplisitas dengan sangat jelas, seperti yang dijelaskan oleh Riyanto
(2012: 97) berikut:
33
“Vinsensius tahu persis bahwa simplisitas pada umumnya berkaitan
dengan kebenaran. Artinya, apa yang manusia katakan dan apa yang
manusia lakukan pasti memiliki kecocokan, keterpaduan, dan
keselarasan. Tidak hanya itu, juga intensi dan maksud tindakan
manusia haruslah hanya untuk Allah. Dengan demikian, simplisitas
berkaitan dengan perbuatan serta maksud (intensi) perbuatan tersebut.
Dalam simplisitas, perbuatan dan kata manusia harus jauh dari segala
tipu daya, kemenduaan maksud, dan ketidakjelasan arti. Dalam
simplisitas, kata dan perbuatan harus memiliki kejelasan dan
kecemerlangan” (Konferensi Vincentius 14 Maret 1659).
Vinsensius, dalam ajarannya, menyampaikan bahwa simplisitas dikaitkan
dengan kebenaran (Konferensi Vincentius 14 Maret 1659). Kebenaran pada
umumnya dimengerti sebagai adanya kesesuaian antara perkataan dengan
perbuatan atau tindakan dalam hidup realitas hidup manusia (Lorens, 2002: 412-
413). Bentuk simplisitas Vinsensius tampak melalui ketulusan hatinya yaitu ketika
pertama kali menyatakan pertobatannya pada tahun 1610 (Romàn, 1993: 14).
Abelly, dalam Romàn (1993: 15) memberi kesaksian bahwa godaan besar
terhadap Vinsensius berakhir ketika Vinsensius berjanji akan membaktikan
seluruh hidupnya dalam pelayanan terhadap orang miskin, cacat dan menderita
demi cinta kepada Yesus.
Pertobatan yang dilakukan oleh Vinsensius bukan merupakan pertobatan
yang mengubah Vinsensius yang awalnya adalah seorang yang jahat menjadi suci,
melainkan Vinsensius adalah orang biasa yang berhasil mengarahkan hidupnya
pada Tuhan, orang-orang yang menderita, orang yang miskin, berkebutuhan
khusus dan kepada sesama (Ponticelli, 2002: 6). Vinsensius mengajarkan dengan
tindakan dan laku-tapa hidupnya sehari-hari. Vinsensius memberikan teladan agar
umat saling peduli dan menunjukan cinta kasih yang besar terhadap orang lain.
34
Ajaran keteladanan terkait simplisitas dapat dilihat dalam salah satu terjemahan
surat Vinsensius, yaitu di dalam Ponticelli (996: 138), yang menyatakan,
“Sikapnya pun sudah cukup baik bila dia melakukan keutamaan-keutamaan,
karena dengan jalan ini apa yang dia ajarkan lebih meyakinkan daripada ajaran
saja.”
Vinsensius selalu menjadikan Kristus sebagai pusat dalam setiap karya dan
pelayanannya. Vinsensius selalu mengarahkan dan membaktikan diri sepenuhnya
kepada Kristus. Vinsensius berjanji secara tegas untuk membaktikan seluruh
hidupnya bagi pelayanan orang miskin, menderita dan berkebutuhan khusus demi
cinta-Nya, demi menghormati Yesus Kristus, serta untuk meneladani-Nya secara
lebih sempurna (Romàn, 1993: 83). Pelayanan yang Vinsensius lakukan semata-
mata hanyalah untuk Kristus. Semua karya yang Vinsensius lalukan kepada
semua orang, kepada orang berkebutuhan khusus, miskin dan menderita
merupakan suatu jawaban atas panggilan Kristus terhadap dirinya, yakni menjadi
seperti Kristus sebagai pelayan dan hamba.
Pelayanan yang dilakukan Vinsensius selalu sebagai ungkapan kesetiaannya
juga dalam semangat mencintai Gereja dimana Kristus sebagai kepala yang
menghendaki pelayanan bagi kaum miskin. Simplisitas yang dihayati oleh
Vinsensius dalam hidupnya menjadi salah satu sarana untuk mencintai Gereja dan
memberikan prioritas untuk menjadi pelayan bagi kaum miskin, menderita dan
berkebutuhan khusus (Ponticelli, 2002: 34).
Simplisitas seseorang akan membantu untuk mengalami kekosongan dari
sifat sombong, egois, dan merasa memiliki segalanya. Tuhan memerlukan
35
kekosongan batin seseorang untuk diisi oleh Roh-Nya. Semakin kosong seseorang
dalam kebenaran semakin orang menjadi kecil, semakin orang mengandalkan
Tuhan, dan Tuhan nampak di dalam orang yang demikian. Seseorang yang
dipenuhi hal-hal lain yang di luar Allah, semakin sempitlah tempat untuk Tuhan
diam di dalam jiwa orang itu. Manusia bisa saja sangat dipenuhi dengan keinginan
dan hawa nafsu duniawi untuk mencari gelar, kekuasaan, kekayaan, ijazah, nama,
kedudukan yang membuat semakin sulit bagi Allah untuk berkarya di dalam
pribadi manusia (Gaudium in Christo, 2007: 104).
2.3.2.2. Kerendahan Hati
Kerendahan hati adalah keutamaan yang menggerakkan manusia untuk
mengakui dirinya sebagai ciptaan yang kecil di hadapan Allah yang Mahabesar.
Manusia mengakui keterbatasannya dan memandang Allah sebagai pencipta
semua kebaikan melalui kerendahan hati. Kerendahan hati menggerakan manusia
untuk datang kepada Allah dan bersyukur atas pemberian-Nya, menggunakan
pemberian Allah untuk melayani sesama. Kerendahan hati merupakan sikap yang
membebaskan orang dari kesombongan, merasa mampu mewujudkan keselamatan
dengan kekuatannya sendiri di dunia ini.
Kerendahan hati juga merupakan salah satu sikap yang bercirikan
mengutamakan dan menganggap orang lain lebih penting dan utama daripada
dirinya sendiri. Hans Jonas, dalam Romario (2015) memahami bahwa tugas
manusia pertama-tama untuk memberikan segala-galanya kepada Allah, sebab Dia
tidak berdaya untuk menolong manusia dan justru manusialah yang menolong
36
Allah. Konsep Allah yang mengklaim “manusia merencanakan, Allah menentukan
dan melakukan”, harus dibenahi menuju konsep “Allah hanya mengharapkan dan
memikirkan, manusialah yang menentukan dan melakukan.” Kemahakuasaan
Allah tampil dalam bentuk kerapuhan dan ketakberdayaan.
Sikap kerendahan hati membantu seseorang untuk tidak berusaha dikenal
dan terkenal di hadapan manusia, mencari kepentingan sendiri, dan ingin
mendapatkan pujian yang sebenarnya tidak berarti. Manusia terkadang
bersembunyi atas kerendahan hati demi pemuasan diri sendiri. Tindakan
kerendahan hati diperlihatkan melalui perbuatan baik yang telah dilakukan
sehingga manusia dapat hidup dengan rendah hati, tidak sombong dan merasa
hebat dari orang lain (Martasudjita, 2009: 5).
Gambaran tentang sikap rendah hati adalah bersikap seperti anak kecil yang
polos, yang tidak pernah memikirkan kemegahan diri. Orang yang rendah hati
hanya melakukan segala sesuatunya sesuai dengan kata hati, terutama atas
tuntunan suara Allah. Yesus sendiri mengatakan, “Barangsiapa merendahkan diri
dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam kerajaan sorga”
(Mat 8: 4). Kutipan Matius 8: 4 menggambarkan sikap kerendahan hati yang akan
menuntun seseorang untuk menyadari bahwa manusia bukanlah siapa-siapa di
hadapan Tuhan, sehingga manusia akan bersyukur atas segala pemberian Tuhan,
menggunakan rahmat Allah demi kebaikan orang lain. Kemegahan diri tidak
menghiasi diri manusia, malahan manusia tidak memegahkan diri diatas
kemampuan dan kelebihan yang dimiliki, yang sebenarnya hanyalah pemberian
unik dari Allah.
37
Sikap rendah hati selalu menganggap bahwa segala yang dimiliki dan
didapatkan semata-mata hanya berasal dari Tuhan sang pemberi. Kemampuan atau
anugerah yang melekat pada diri sendiri tidak diperoleh karena kemampuan
sendiri kendati untuk menumbuh kembangkan anugerah itu membutuhkan
kerjasama manusia (Ponticelli, 2006: 135). Manusia yang memiliki sikap rendah
hati selalu mengakui bahwa dirinya adalah pribadi yang lemah yang karena sifat
kemanusiawiannya penuh dengan keterbatasan dan kekurangan yang dimilikinya.
Kesadaran diri sebagai pribadi yang lemah inilah kekuatan Allah sungguh menjadi
andalan dalam berkembang sebagai pribadi yang hebat dalam ukuran Allah.
Kerendahan hati menuntut seseorang untuk menyadari bahwa dirinya
bukanlah apa-apa di hadapan Tuhan sehingga manusia bersyukur atas segala
pemberian Tuhan, menggunakannya demi kebaikan orang lain dan tidak berusaha
untuk memegahkan diri dengan kemampuan dan kelebihan yang di miliki.
“Bagi Vinsensius: rendah hati itu terletak pada sikap mencintai yang
dihina, yang tidak disenangi oleh orang lain, menghendaki
direndahkan dan bila anda dihina bergembiralah demi cinta kepada
Yesus Kristus. Jika Putera Allah sendiri mencintai kerendahan hati,
lalu mengapa kita tidak menelandan-Nya” (Tondowidjojo, 2003: 60).
Vinsensius memperlihatkan bahwa semangat kerendahan hati yang ada dalam diri
akan membuka hati untuk sungguh-sungguh melakukan segala sesuatu sesuai
dengan yang dikehendaki oleh Allah dalam menjalani hidup. Keterbukaan diri
pada kehendak Allah membebaskan manusia cinta terhadap diri sendiri secara
tidak sehat. Manusia yang rendah hati mampu melihat penderitaan yang dimiliki
oleh orang lain, dan berani melakukan tindakan konkrit untuk membantu dan
38
melayani orang yang sangat membutuhkannya, orang yang miskin, berkebutuhan
khusus dan menderita (Setyanto, 2016: 27).
2.3.2.3. Matiraga
Matiraga yang paling banyak dilakukan masyarakat adalah puasa.
Masyarakat umum, khususnya manusia yang menganut kepercayaan dapat
dipastikan mengenal puasa menurut perspektif agama dan kepercayaan masing-
masing, bahkan tidak menutup kemungkinan dengan berlandaskan kemerdekaan
dan kemauan sendiri melaksanakan puasa menurut perspektifnya (Sudiardja, dkk.,
2006: 806). Dalam pengertian yang luas dan praktek yang ketat, sebenarnya puasa
adalah matiraga. Driyarkara, dalam Sudiardja (2006: 805-806) dari awal
menjelaskan bahwa puasa sebagai tindakan menjauhkan diri dari makanan dan
minuman, menjauhkan diri dari hal menyenangkan badan, menjauhkan diri dari
macam-macam hiburan tidak sehat, menjauhkan diri dari kenikmatan duniawi.
Matiraga yang sangat dalam adalah puasa yang bebas dan merdeka, dimana di
dalamnya terjadi distansi atau pengambilan jarak antara diri sendiri dengan alam
jasmani bahkan antara dirinya sendiri dengan kejasmaniannya yang disebut
kecenderungan kodrati (Sudiardja, dkk., 2006: 806). Distansi disebut juga agere
contra (melawan kecenderungan badaniah). Manusia dapat mengadakan distansi
dengan kejasmaniannya, dan persis dalam kemampuan inilah terungkap kebenaran
bahwa manusia tidak ditentukan oleh alam jasmani (Sudiardja, dkk., 2006: 807).
Matiraga seharusnya selalu memiliki dimensi sosial. Kemenangan demi
kemenangan yang diraih dalam matiraga menghasilkan pengalaman sukacita
39
sehingga mendorong untuk membagikan sukacita itu, untuk mengasihi sesama.
Dorongan mengasihi sesama lahir dari perjumpaan kegembiraan sejati yaitu Allah
sendiri yang dialami di dalam upaya matiraga, artinya matiraga harus mengantar
orang berjumpa dengan Tuhan. Perjumpaan dengan Tuhan mendorong dimensi
manusia yang bukan melekatkan diri pada barang jasmani melainkan membagikan
anugerah itu kepada orang lain.
Matiraga adalah tindakan penyangkalan diri mengenai apa saja yang disukai
oleh kodrat manusia (Romàn, 1993: 92-93). Setiap orang harus memiliki semangat
untuk menyangkal diri, meyangkal hawa nafsu duniawi, keinginan daging dan
kenikmatan duniawi sehingga manusia lebih dapat menghayati kesempurnaan
hidup sebagai pengikut Kristus.
Semua orang yang mengikuti Yesus harus menyangkal dirinya dan
memanggul salibnya setiap hari (bdk. Mat. 16: 24). Tradisi kristiani menunjukkan
bahwa hidup matiraga tampak dalam berbagai cara hidup umat beriman. Matiraga
yang paling kentara dalam sejarah kekatolikan adalah hidup para petapa, seperti
yang dihayati Santo Benediktus. Benediktus melawan kuasa jahat dan
menyelamatkan dunia dengan tapa dan doa dalam keheningan agung dan
kesendirian dengan Allah. Penyangkalan diri manusia dari hawa nafsu dan
kenikmatan duniawi adalah sebuah tindakan nyata cinta kepada Allah. Matiraga
mengandung tindakan penyangkalan diri dari segala sesuatu demi kasih Allah.
Kasih akan Allah tampak dalam keputusan bulat yang sesuai dengan keputusan
Allah, dan menyerahkan sepenuhnya kepada kehendak-Nya.
40
Matiraga memiliki peran yang sangat besar dalam kemajuan hidup rohani
semua umat manusia. Matiraga adalah tindakan menolak segala macam
kesenangan diri yang merugikan kehidupan saat ini maupun di masa mendatang.
Hidup matiraga mendekatkan diri pada Kasih Yesus, yang ada dulu, sekarang dan
nanti sampai selama-lamanya. Seseorang dapat berusaha mendekatkan diri kepada
Tuhan, menjauhkan diri dari hawa nafsu yang tidak teratur, dari kenikmatan
duniawi dan keinginan daging melalui latihan matiraga secara ketat dan disiplin.
Seseorang yang melakukan bermatiraga berarti meninggalkan keegoisan diri
sendiri, kelekatan pada diri sendiri, serta keputusan dan kehendak pribadi. Manusia
menjadi pribadi yang senantiasa siap dipakai oleh Tuhan. Semakin seseorang tidak
melekatkan diri pada apapun, semakin Allah akan berkarya dan bertindak sesuai
dengan kehendak-Nya (Ponticelli, 1996: 225). Hidup matiraga adalah salah satu
cara manusia untuk dapat memperoleh kehidupan kekal (Huaken, 2002: 121).
Semangat matiraga Vinsensius tidak perlu diragukan lagi. Laku-tapa
matiraga sudah menjadi suatu kebutuhan Vinsensius yang harus penuhi setiap
harinya dalam kehidupannya. Matiraga merupakan sarana bagi Vinsensius untuk
semakin bersatu dengan Allah. Vinsensius menghubungkan matiraga dengan sikap
lepas bebas dari segala yang mengikat dirinya. Vinsensius jalankan segalanya
hanya untuk mencintai Allah, untuk menyesuaikan keputusan-keputusan yang
diambil Vinsensius.
Vinsensius menyerahkan kehendaknya pada Allah dalam hidup
kesehariannya. Vinsensius selalu berusaha untuk melakukan olah-batin melalui
matiraga yang dilakukan Vinsensius. Bukti konkrit matiraga Vinsensius yang
41
sangat sederhana tetapi rutin dan penuh pemaknaan adalah Vinsensius jarang
menggunakan kasur sebagai alas tidur. Orang melihat bahwa rupanya Vinsensius
menyingkirkan kasur di ranjang karena bisa tidur di tikar sebagai matiraga yang
dilakukannya (Budianto, dkk., 2009: 77).
Vinsensius menghidupi matiraga dengan bernapaskan Sabda Allah sendiri.
Tindakan bermatiraga memampukan seseorang untuk tidak membiarkan diri
diperhamba oleh apapun, tidak membiarkan diri dikuasai oleh keinginan daging,
kenikmatan duniawi serta hawa nafsu yang tidak teratur (bdk. Kor 6: 12).
Vinsensius melakukan bermatiraga supaya semangat yang dihayati dan dihidupi
adalah semangat yang menghasilkan karya yang sesuai kehendak Allah, dimana
keberhasilan dan kegagalan dipercayakan dalam penyelenggarahan Ilahi.
Vinsensius juga menyadari bahwa manusia hidup hanya karena belaskasih Allah
semata, bukan karena pemenuhan naluri kodrati yang tidak teratur (Ponticelli,
1996: 50).
2.3.2.4. Kelembutan Hati
Kelembutan hati merupakan salah satu keutamaan yang dimiliki Vinsensius.
Kelembutan hati merupakan salah satu keutamaan yang diajarkan oleh Kristus
sendiri kepada para murid dan para pengikut-Nya. Ajaran Yesus tentang
kelembutan hati dapat dimengerti dari salah satu perkataan-Nya, “Belajarlah pada-
Ku karena Aku lemah lembut dan rendah hati” (Mat. 11: 29). Kelemahlembutan
tampil dalam sikap ramah, santun, sabar dalam menghadapi setiap peristiwa yang
terjadi dalam hidup, terutama dalam menghadapi peristiwa-peristiwa yang sangat
42
sulit dan menyakitkan. Seseorang dapat menampakkan kasih seperti Kristus
sendiri melalui kelembutan hati, sebab Yesus sendiri adalah pribadi yang lemah
lembut. Kelembutan hati mencegah seseorang dari sikap-sikap yang
mengharapkan keburukan bagi orang lain. Manusia mampu menahan kemarahan
sedemikian rupa.
“Tidak ada orang yang lebih tekun dan kuat dalam kebaikan daripada
mereka yang lembut dan ramah. Sebaliknya, mereka yang
membiarkan diri dikuasai oleh kemurkaan dan oleh nafsu kemarahan,
pada umumnya sangat kurang teguh, karena mereka hanya terdorong
oleh persaan sesaat atau oleh kemarahan” (Kutipan Konferensi
Vinsensius: 1196 : 85).
Vinsensius mengajarkan kelemahlembutan dalam kaitannya dengan
menghadapi orang lain yang berpotensi menyakiti. Pengikut Krisus tetap bersikap
lembut meskipun menghadapi prilaku dan sikap yang memiliki kemungkinan
menyakiti. Sikap lemah lembut seseorang menunjukan kualitas kesabaran dan
ketenangan dalam menghadapi segala sesuatu dalam tuntunan Allah. Vinsensius
bersabar terhadap perasaan hati orang lain yang buruk, terhadap cara bertindak,
dan sikap orang lain yang buruk terhadap dirinya. Seseorang sering menerima
perlakuan yang tidak enak dan menyakitkan dari orang lain. Kelembutan hati
mengajarkan seseorang untuk bersikap lembut terhadap orang lain yang
mengakibatkan segala sesuatu yang mungkin menyakitkan itu.
Vinsensius bukanlah orang yang sabar. Namum Vinsensius menyadari
kelemahannya dan berusaha untuk memperoleh keutamaan kelemah-lembutan
dalam bersikap dan bertindak kepada semua orang dalam hidupnya. Salah satu
43
bentuk sikap kelemah-lembutan Vinsensius nampak dalam sikapnya serta
ucapannya ketika memberikan teguran dan nasihat kepada para imamnya.
“Apabila romo mengamati bahwa seseorang tidak melakukan
kewajibannya dalam tugas atau mengenai peraturan, hendaklah romo
menegur dia, meskipun dia tampaknya tidak akan menerima teguran-
teguran dengan baik. Dan itu perlu romo lakukan meskipun dari
pengalaman tahu dengan pasti bahwa teguran akan ditolak. Kalau
tidak ada teguran, orang itu mungkin mengira dia berbuat baik. Atau
mengira romo menyetujui tingkah lakunya”(Ponticelli, 2006: 214).
Dalam surat ini nampak jelas bagaimana cara Vinsensius memberikan
nasihat kepada imamnya. Vinsensius memberikan nasehat dengan sikap penuh
kelembutan namun tegas. Vinsensius menggunakan pilihan kata yang dapat
diterima dengan penuh sukacita, tanpa adanya sikap yang bersungut-sungut.
Perkataan yang halus dan lemah lembut Vinsensius inilah mampu mengajak para
imamnya untuk dapat melaksanakan tugasnya dengan lebih baik seturut dengan
kehendak Allah didalam melakukan setiap pelayanan sebagai imam.
Sikap yang diharapkan oleh Vinsensius adalah menerima satu-sama lain
dengan penuh cinta dan dengan kelembutan hati, menerima kekurangan maupun
kelebihan masing-masing pribadi dan senantiasa membawa sukacita (Charpy,
1991: 45-72). Kelembutan hati dan sikap bersahabat merupakan perwujudan kasih
yang paling utama. Hukum Allah yang utama dan pertama adalah kasih yang
tampak dalam sikap yang lemah lembut. Yesus menyerukan suatu hukum baru
untuk saling mengasihi (bdk. Yoh. 13: 14). Sikap lembut dan bersahabat inilah
yang selalu diinginkan oleh Vinsensius. Sikap kelemahlembutan membukakan
banyak jalan dan peluang dalam karya dan kasih Vinsensius bagi kemuliaan Allah.
Keutamaan kelembutan hati dipandang oleh Vinsensius sebagai sarana untuk
44
mempermudah menjalin komunikasi dengan berbagai kalangan. Berbahagialah
orang yang lembut hatinya karena mereka memiliki bumi (Mat 5: 5). Vinsensius
sebenarnya bukanlah seorang yang sabar, melainkan pribadi yang memiliki sifat
yang pemarah dan kasar, namun, Vinsensius menyadari kelemahan yang
dimilikinya dan berusaha untuk memperoleh keutamaan kelemahlembutan hati
dalam sikap bertindak terhadap diri dan semua orang.
2.3.2.5. Penyelamatan Jiwa-Jiwa
Keutamaan terakhir yang dimiliki oleh Vinsensius adalah penyelamatan
jiwa-jiwa. Semangat menyelamatkan jiwa-jiwa berarti semangat untuk
menyelamatkan umat manusia yang jauh dari Allah, keluar dari jalan Allah dengan
menarik mereka kembali dalam hubungan yang benar dengan Allah, hidup seturut
kehendak Allah dan mengatar manusia menuju kepada persahabatan sejati dengan
Allah.
Gambaran tentang penyelamatan jiwa-jiwa ini terepresentasi dalam Kitab
Suci yaitu kisah seorang gembala yang mencari dombanya (bdk. Mat. 18: 12-13).
Gembala mencari dombanya yang hilang dari kawanan, menggendongnya dan
membawanya kembali dalam kawanan (bdk. Luk 15:1-7). Gambaran Gembala
yang mencari domba adalah salah satu contoh analogi tindakan nyata
penyelamatan jiwa-jiwa, mencari mereka yang hilang dan keluar dari jalan Allah
dan mengembalikan lagi bersama-sama dalam kawanan.
Surat Vinsensius kepada Fransiska de Chantal (Komunitas Rumah Retret
Domus Mariae, 1996: 79), menyebutkan kegiatan Kongregasi. Kegiatan
45
Kongregasi haruslah mencakup: berkeliling dari desa ke desa untuk mewartakan
kabar gembira; mendengarkan pengakuan dosa; memperdamaikan perselisihan;
memelihara orang sakit secara jasmani dan rohani; memberikan retret kepada
calon imam, dimana terjadi pemberian makanan fisik, mengajarkan teologi praktis,
upacara-upacara Gereja, mempraktekkan doa dan meditasi menurut metode Santo
Fransiskus de Sales. Retret calon imam ada dalam impian agar penyelamatan jiwa-
jiwa dapat lebih berdaya guna melalui kesaksian hidup para imam.
Vinsensius, dalam suratnya kepada salah seorang frater, juga memberikan
sebuah gambaran mengenai karya para imam CM dalam rangka pelayanan dan
penyelamatan jiwa-jiwa.
“Kita bekerja demi keselamatan kita, agar Allah dihormati dan
dilayani di dunia agar sengsara Yesus Kristus bermanfaat secara
penuh bagi jiwa-jiwa yang diciptakan-Nya untuk masuk surga” (SV
VIII, 11-13 dalam surat-surat Santo Vincentius I, hal. 230).
Semangat dan keinginan Vinsensius yang besar untuk menyelamatkan jiwa-
jiwa pertama kali muncul ketika Vinsensius berada di tempat tugas barunya.
Vinsensius melihat adanya kemelaratan jasmani dan rohani yang menggugahnya
untuk menanggapi permasalahan tersebut. Karya penyelamatan jiwa-jiwa yang
dilakukan oleh Vinsensius terjadi melalui dua jalur. Jalur penyelamatan pertama
adalah jalur rohani. Jalur penyelamatan kedua adalah menjawab pada kemelaratan
jasmani (Ponticelli, 2002: 11).
Vinsensius menyadari bahwa menyelamatkan jiwa-jiwa adalah tugas
memperhatikan dan membina umat Allah agar selalu terarah kepada Tuhan. Ranah
penyelamatan jiwa-jiwa terjadi dalam ketekunan pembinaan iman umat yang
46
berkesinambungan, sehingga relasi yang tidak baik dengan Tuhan dan yang terluka
menjadi sembuh secara menyeluruh (rohani dan jasmani) (Ponticelli, 2002: 13-14).
Penyelamatan jiwa-jiwa menjadi tugas utama yang harus dilakukan oleh setiap
manusia. Yesus sendiri telah memanggil kedua belas rasul untuk tugas perutusan-
Nya. Kedua belas Rasul diberi kuasa oleh Yesus sendiri supaya Para Rasul
membantu kebutuhan jasmani dan rohani umat Allah. Amanat agung bagi
semangat penyelamatan jiwa terdapat dalam injil Matius.
“Pergilah dan beritakanlah kerajaan Sorga sudah dekat. Sembuhkanlah
orang sakit..,tahirkanlah orang kusta, usirlah setan. Kamu telah
mendapatkannya dengan cuma-cuma, karena itu berikan pula dengan
cuma-cuma (Mat. 10: 7-8)”
Yesus mengatakan bahwa manusia itu ibarat domba yang hilang (Luk. 15: 1-
7). Setiap domba yang hilang harus dicari oleh Tuannya, meskipun hanya satu
ekor dari sembilan puluh sembilan ekor. Vinsensius memiliki semangat yang
berkobar-kobar dalam penyelamatan jiwa-jiwa. Semangat yang berkobar-kobar
dalam penyelamatan jiwa-jiwa adalah kesediaan untuk diutus kemana saja demi
kerajaan Allah (Riyanto, 2012: 144). Kesediaan untuk diutus kemana saja, berarti
manusia telah memberikan diri sepenuhnya tanpa memikirkan keinginan pribadi,
serta tidak mengikuti apa yang disenangi dan disukai saja.
Semangat yang dimiliki misionaris sejati adalah kehausan untuk
menyelamatkan jiwa-jiwa, membawa orang-orang yang jauh dari Allah dan belum
mengenal Allah menjadi dekat dan semakin mengenal Allah kembali.
“Sekurang-kurangnya inilah kesediaan yang perlu manusia usahakan
apabila manusia belum memilikinya: siap sedia untuk pergi kemana
saja dikehendaki Tuhan, entah ke India, entah ketempat lain; pendek
kata manusia harus melibatkan diri dengan gembira dalam pelayanan
47
kepada sesama, dalam usaha memperluas Kerajaan Kristus dan jiwa-
jiwa. Mengenai Vinsensius sendiri, meskipun sudah tua dan lanjut
usia,Vinsensius juga tidak boleh mengesampingkan kesediaan itu,
yaitu kesediaan untuk pergi kedaerah India guna merebut jiwa-jiwa
bagi Tuhan, meskipun ada kemungkinan bahwa Vinsensius akan mati
dalam perjalanan” (Riyanto 2012: 144).
Semangat pelayanan yang dilakukan oleh Vinsensius menjadi utama yang
paling utama demi membawa orang-orang yang belum mengenal Allah dan
menjadikan orang-orang dekat dengan Allah. Vinsensius menyatakan bahwa
keselamatan rohani orang miskin, menderita dan berkebutuhan khusus adalah
tugas menjadikan hidup orang miskin berkelimpahan. Orang miskin merasa disapa
dan merasakan kasih Allah yang diberikan melalui pelayanan dan pewartaan
(Ponticelli, 2002: 148).
Pelayanan dan pewartaan yang dilakukan Vinsensius ini didasarkan pada
sikap batin dan praktik yang nyata serta tulus bagi orang-orang miskin, menderita
dan berkebutuhan khusus yang dilayaninya. Sikap dan praktik yang dilakukan
Vinsensius secara umum merupakan sikap yang penuh kasih, tulus, adanya
belaskasih kepada orang-orang yang berada dalam kemiskinan, penderitaan, hidup
dalam kesederhanaan. Vinsensius sangat bersikap rendah hati dalam melayani,
melepaskan segala keterikatan dan keinginan pribadi serta semangat yang
berkobar-kobar untuk menyelamatkan jiwa-jiwa.
Penyelamatan jiwa-jiwa yang dilakukan Vinsensius berupa banyak hal yakni
memberikan pelayanan rohani bagi orang-orang yang memiliki hubungan jauh dari
Allah dan membawanya kembali sebagai kesatuan sebagai umat Allah. Vinsensius
mengunjungi orang-orang yang sakit dan menderita dan memberikan pelayanan
48
Ekaristi dan sakramen tobat sebagai sara penyelamatan jiwa yang ampuh.
Keutamaan Vinsensius dalam semangat penyelamatan jiwa-jiwa sangat nampak
dan tercermin jelas dalam ajaran-ajarannya melalui konferensi, surat-surat yang
Vinsensius kirim kepada konfrater, sikap hidup, keutamaan-keutamaan yang
dimilikinya.
2.4. Spiritualitas Santo Vinsensius
Dewantara dan Stefanus (2018: 75), dalam penelitiannya terhadap
penghayatan SSV akan spiritualitas Santo Vinsensius A. Paulo di Wilayan Paroki
Santo Cornelius, menemukan bahwa semua responden (100%) mengetahui sosok
Vinsensius sebagai imam yang peduli terhadap kaum miskin dan tertindas.
Spiritualitas Vinsensius adalah spiritualitas pelayanan yang dijiwai oleh semangat
Roh Kudus.
Banawiratma (1998: 64) mengatakan bahwa spiritualitas dimengerti
sebagai sesuatu yang melatarbelakangi suatu bentuk atau cara hidup. Hidup
disadari dan dihayati sesuai dengan cita-cita luhur. Cita-cita luhur selalu ada
kaitannya dengan Tuhan dan dengan sesama manusia.
Spiritualitas seorang santo bersumber dari hidup rohaninya (Romàn, 1993:
68). Vinsensius adalah seorang yang selalu berusaha untuk menjadi seorang yang
siap sedia menanggapi kehendak Tuhan melalui setiap tindakan dan karya
pelayanan bagi orang berkebutuhan khusus, miskin dan menderita. Spiritualitas
Vinsensius selalu berdasarkan iman. Spiritualitas Vinsensius ialah keterbukaan
terhadap iman sebagai sikap menyerahkan diri seutuhnya kepada pribadi Kristus.
49
Kekhasan yang ditampakkan dalam keseluruhan spiritualitas Vinsensius adalah
adanya suatu dorongan yang sangat kuat untuk melayani dan memberikan
pewartaan Injil kepada kaum miskin, menderita dan berkebutuhan khusus.
Semangat yang dimiliki Vinsensius dalam melayani orang-orang miskin,
menderita dan berkebutuhan khusus merupakan janji untuk menghormati Yesus
Kristus dengan lebih baik dan meneladani-Nya dengan lebih sempurna. Yesus
Kristus sebagai Sabda Ilahi dalam semua sifat-Nya; pun Sabda Ilahi itu dengan
keagungan-Nya yang tak terjangkau terhadap semua manusia harus dihormati
oleh setiap orang Kristen (Romàn, 1993: 84). Menghormati, meneladani, dan
mencintai Kristus menjadi tugas sekaligus sumber motivasi bagi Vinsensius untuk
memutuskan membaktikan diri bagi pelayanan orang miskin, menderita,
berkebutuhan khusus dan pelayanan kepada Allah sendiri (Romàn, 1993: 84).
Kelima keutamaan Vinsensius itulah spiritualitas yang menyemangati,
mengobarkan seluruh hidup Vinsensius dalam melakukan kebaikan secara
konstan dan konsisten (Ponticelli, 2002: 35). Vinsensius didorong oleh Allah
untuk melakukan pelayanan kepada orang yang miskin dan berkebutuhan khusus.
Vinsensius adalah seorang yang memiliki iman yang profesional melalui
cinta kasih. Cinta kasih yang dimiliki oleh Vinsensius tampak dalam sikap
hidupnya mencintai kaum miskin, menderita dan berkebutuhan khusus.
Vinsensius dilahirkan dan hidup dalam suatu abad di mana keadaan Gereja di
Perancis sedang menghadapi tantangan berat dari aliran-aliran yang menyerang
iman kristiani. Penduduk dan masyarakat beriman di daerah pedesaan menjadi
korban kelompok-kelompok elit, mewah dan berkuasa (Gaudium in Christo,
50
2007: 62-63). Imanlah yang mengenal rahasia penderitaan, oleh sebab itulah iman
dapat menelaah dalamnya penderitaan dan menemukan jawabannya seperti apa
yang telah ditunjukan oleh Kristus sendiri (Tondowidjojo, 1984: 92).
Chang (2002: 24) mengungkapkan perwujudan spiritualitas adalah hidup
yang utama yaitu mengambil pilihan baik dan benar dan tindakan sesuai pilihan
yang baik dan benar. Vinsensius adalah orang yang senantiasa mengusahakan
untuk selalu hidup dengan baik dan benar setiap harinya melaui perkataan,
pikiran, dan perbuatannya.
Ponticelli (1996: 34-35). Mengatakan kedekatan hangat dengan Tuhan dan
dengan Bunda Maria inilah yang membuat sumber semangat atau spiritualitasnya
yang utama. Setiap kali Vinsensius selalu memulai dan melakukan atau
melaksanakan suatu tindakan maupun keputusan tertentu dalam tugas dan karya-
karya pelayanannya dengan menyerahkan segalanya dalam penyelenggaraan
Allah dan doa Bunda Maria.
2.5. Spiritualitas Vinsensius terhadap Orang Berkebutuhan Khusus
Mencintai kaum miskin merupakan karya yang paling dicintai oleh
Vinsensius. Kecintaan Vinsensius terhadap orang miskin tampak dalam karya
pelayanan dan pengabdiannya, bagaimana Vinsensius memperlakukan orang
miskin. Setiap orang beriman dapat terinspirasi dari kecintaan Vinsensius
terhadap kaum miskin bagi pelayanan kaum miskin, cacat dan berkebutuhan
khusus. Vinsensius memandang kaum miskin, cacat dan berkebutuhan khusus
sebagai pribadi yang layak mendapat perhatian, cinta dan kasih sayang yang sama
51
dengan manusia pada umumnya (Tondowidjojo, 1996: 536). Semangat pelayanan
kepada orang miskin bersumber dari semangat Kristus sebagai sang pewarta Injil
kepada orang miskin. Kitab Suci mengatakan semangat dan teladan Yesus: “Roh
Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan
kabar baik kepada orang miskin” (Luk. 4: 18).
Vinsensius sungguh-sungguh menghayati spiritualitasnya untuk mencintai
dan memperhatikan orang-orang miskin, cacat dan berkebutuhan khusus,
Vinsensius memberikan seluruh hidupnya untuk berkarya dan melayani orang
miskin demi mewujudkan pertumbuhan kerajaan Allah (Tondowidjojo, 1996:
525). Karya pelayanan Vinsensius bagi orang-orang miskin, cacat dan
berkebutuhan khusus menjadi bukti nyata menyerahkan diri Vinsensius
sepenuhnya kepada kehendak Allah yang mengutusnya untuk mewartakan kabar
gembira kepada kaum miskin. Perhatian kepada kaum miskin menjadi wujud
karya yang mengangkat orang miskin, menderita dan berkebutuhan khusus supaya
mendapat keadilan dan kehidupan yang sama seperti halnya yang diterima oleh
manusia pada umumnya (Tondowidjojo, 1996: 525).
Karya dan pelayanan Vinsensius tidak pernah lepas dari orang miskin, cacat
dan berkebutuhan khusus. Vinsensius memberikan seluruh hidupnya kepada
orang-orang miskin, cacat, dan berkebutuhan khusus dengan merangkul,
mencintai, mengasuh dan melayani mereka. Pelayanan dan kepedulian kepada
kaum miskin, cacat dan berkebutuhan khusus adalah sikap dasar Allah, yang
menggoreskan jejak-jejak misi Ilahi di muka bumi melalui Yesus Kristus. Iman
dan cintakasih yang mendalam pada Tuhan mendorong Vinsensius menghasilkan
52
suatu pernyataan dalam kata-kata berikut: “Evangzelizare Pauperibus Misit Me”
(Lukas 4: 18), artinya Ia mengutus aku untuk mewartakan injil kepada kaum
miskin. Pelayanan bagi orang-orang miskin, cacat dan berkebutuhan khusus
menjadi salah satu bentuk karyanya dalam mewartakan Injil (Tondowidjojo, 1996:
536).
Semangat atau spiritualitas terhadap kaum miskin dapat dilihat awalnya
pada pengalaman pertobatan Vinsensius. Ada dua pengalaman yang sangat kuat
berkaitan semangat pengabdian hidup Vinsensius bagi orang miskin. Pengalaman
Vinsensius tahun 1617, ketika selang waktu di keluarga Gondi (Romàn, 1993:
17). Pertama, pengalaman Vinsensius di Folleville melahirkan dia sebagai seorang
misionaris yang menemukan kebutuhan rohani orang miskin (Romàn, 1993: 17).
Kedua, pengalaman di Chàtillon melahirkan Vinsensius sebagai koordinator karya
cinta kasih. Pengalaman di Chàtillon menjadikan Vinsensius mengerti kebutuhan
jasmani orang miskin. Vinsensius sebagai misionaris bagi orang miskin maupun
sebagai aktor karya cinta kasih merupakan panggilan yang satu (Romàn, 1993:
17). Romàn (1993: 17) merangkum arah panggilan Vinsensius dengan penyataan:
“Rakyat miskin mati kelaparan dan masuk neraka.”
Pengalaman yang sangat menentukan bagi Vinsensius dalam menapaki
panggilannya di tengah orang miskin berangkat dari iman akan Yesus Kristus
yang mendorong dan mengobarkan Vinsensius untuk bertindak. Cinta sebagai
sumber tindakan, yang diarahkan kepada Allah dan sesama, terlebih kepada kaum
miskin dan menderita. Spiritualitas Vinsensius mengarah ada tindakan. Tindakan
Vinsensius terhadap orang miskin adalah tindakan kasih (Romàn, 1993: 93).
53
Kasih kepada orang miskin inilah tindakan untuk lebih menghormati Yesus Kritus
dan meneladani-Nya secara lebih sempurna, itulah sebabnya Vinsensius berjanji
dengan tegas untuk membaktikan seluruh hidupnya untuk melayani orang miskin
(Romàn, 1993: 93). Cinta kepada sesama adalah cinta kepada Tuhan. Cinta
kepada Allah melalui sesama dihayati Vinsensius dalam semangat simplisitas,
kesederhanaan, kelembutan hati, matiraga dan penyelamatan jiwa-jiwa.
Vinsensius sangat mencintai orang miskin dan sikap ini menjadi sikap yang
paling dicintainya dan menonjol dalam semua karya usaha pengabdiannya
(Tondowidjojo, 2003: 59). Kerendahan hati adalah spiritualitas yang sangat
menonjol dalam mengasihi Allah di dalam diri orang miskin, dalam hal ini orang
yang berkebutuhan khusus. Vinsensius memiliki kepasrahan kepada
penyelenggaraan Ilahi. Vinsensius, dalam Tondowidjojo (2003: 61) mengatakan:
“Rendah hati itu terletak pada sikap yang mencintai yang hina, yang
tidak disenangi oleh orang lain, menghendaki direndahkan dan bila
anda dihina, bergembiralah demi cinta kepada Yesus.”
Semangat yang menggelora dan hidup pada diri Vinsensius pada akhirnya
hanya bisa dimengerti karena dalamnya cinta pada Tuhan: Cintailah Tuhanmu
dengan kedua belah tanganmu sampai kecapaian dan dengan butir-butir peluh
yang mengucur dari wajahmu (Tondowidjojo, 2003: 61).
Vinsensius memiliki spiritualitas terhadap orang berkebutuhan khusus
tanpak dalam kerelaannya yang mempersembahkan diri secara total kepada umat
Allah sebagai panggilan hidupnya, baik penyerahan diri sepenuhnya kedalam
persatuannya dengan Kristus maupun persembahan dirinya terhadap pelayanan
bagi orang berkebutuhan khusus, cacat dan miskin. ( Wula, 2019: 74)
54
2.6. Pengertian Pendampingan
Pendampingan merupakan suatu usaha memberi pertolongan kepada orang
lain dengan sentuhan kasih, sehingga dapat menghadapi problematika hidupnya
dengan sabar, tabah, dan penuh iman. Sentuhan (touch) adalah suatu kondisi
dalam pendampingan di mana pendamping secara sungguh-sungguh membangun
relasi yang akrab dengan orang lain atau orang yang didampingi (Mayeroff,
19993:107). Pada hahekatnya pendampingan itu memberikan bantuan kepada
orang lain untuk berkembang. Pendampingan mempunyai satu tujuan dasar:
membantu orang untuk mengenal kasih sebagai suatu hal yang diterima maupun
yang diberikan (Cambell, 1994: 11). Mendampingi berarti menolong orang lain
atau orang berkebutuhan khusus untuk menumbuhkan dan mengaktualisasikan
dirinya secara penuh. Pendampingan bukan sekedar keinginan untuk peduli akan
orang tertentu, melainkan suatu proses perkembangan hubungan antara seorang
dengan yang lain melalui saling percaya, memperdalam dan memperbaharui mutu
hubungan (Mayeroff,1993:5).
Dalam pendampingan ini yang penting ialah kesediaan memasuki realitas
hidup orang lain, dengan pendekatan-pendekatan yang memadai atau sesuai untuk
menangani hal-hal yang menyakitkan maupun yang menyembuhkan, berkenan di
hati atau terlibat secara pribadi, berpartisipasi aktif dan kreatif serta ramah penuh
pengertian terhadap penderitaan orang lain. Berdasarkan beberapa pengertian di
atas dapat disimpulkan bahwa pendampingan adalah suatu usaha untuk
memberikan pertolongan kepada sesama yang menderita dengan sentuhan kasih
55
dalam proses menuju keutuhan pribadi, baik sebagai makhluk ciptaan Tuhan,
maupun sebagai individu/pribadi dan sebagai makhluk sosial.
Seorang pendamping berpengaruh terhadap keberhasilan proses
pendampingan, maka pendamping harus memiliki kualifikasi tertentu, baik
kepribadian, sikap maupun ketrampilan dalam pendampingan. Sikap dan
ketrampilan dasar menjadi modal yang harus terus menerus dikembangkan dalam
pendampingan. Pendampingan kepada orang berkebutuhan khusus berfungsi
untuk menyembuhkan, meneguhkan, mendorong, mendukung, menuntun,
membimbing orang berkebutuhan khusus sehingga semakin berkembang dan
semakin percaya diri dalam perjuangan hidupnya (Clinebell, 1966:43)
2.6.1. Sikap Dasar Pendampingan
Dalam pendampingan, seorang pendamping tidak hanya cukup menguasai
teori dan pendekatan pendampingan, melainkan juga dituntut sikap yang
menunjukkan hubungan antar manusia. Dengan demikian pendamping tidak
hanya mendampingi orang berkebutuhan khusus secara teknik saja, tetapi dengan
seluruh ciri kepribadiannya. Sikap dasar pendamping yang hendaknya
dikembangkan adalah empati, sikap percaya, tulus hati, kesabaran dan intergratif.
2.6.2. Empati
Menurut Boom (1990: 5), secara harafiah empati adalah kemampuan
untuk turut merasakan. Hal ini berarti turut mengalami atau ambil bagian alam
batin orang lain, sehingga dapat memahami perasaan dan masalah yang dialami
56
oleh orang lain. Dengan empati pendamping memiliki kemampuan dan kesediaan
untuk turut merasakan atau mengambil batin orang lain, memahami dan melihat
pengalaman orang lain secara utuh sesuai dengan yang dialami oleh orang
berkebutuhan khusus.
Gunarso (2000:71), menegaskan bahwa dengan berempati dengan orang
lain, seorang bisa benar-benar merasakan dan menghayati sebagai orang lain
termasuk bagaimana seorang mengamati dan menghadapi masalah dan
keadaannya.
2.6.3. Sikap Percaya
Dalam pendampingan terjadi proses komunikasi timbal balik antara
pendamping dan yang didampingi. Agar terjadi komunikasi yang efektif maka
baik pendamping maupun yang didampingi harus membangun sikap saling
percaya. Kepercayaan pendamping kepada yang didampingi akan menumbuhkan
sikap hormat terhadap pribadi yang didampingi dan menjunjung tinggi nilai
kerahasiaan. Disamping saling percaya, seorang pendamping juga percaya pada
proses, seorang pendamping harus percaya bahwa pendampingan itu
membutuhkan proses sesuai dengan irama perkembangan orang berkebutuhan
khusus (bdk. Wiryasaputra, 1995: 23).
2.6.4. Sikap Terbuka
Sikap terbuka ini hendaknya mewarnai seluruh suasana batin seorang
pendamping. Sikap terbuka ini akan menolong seorang pendamping untuk
57
menghilangkan prasangka/ kecurigaan. Pembukaan diri merupakan dasar bagi
hubungan yang sehat antara dua orang. Semakin kita bersikap terbuka kepada
orang lain, semakin orang lain tersebut akan menyukai diri kita. Akibatnya, ia
akan semakin membuka diri kepada kita (Jhonson, 1995:15).
Dengan membuka diri berarti seorang pendamping menaruh perhatiaan
pada perasaanya, bersikap toleran dan menerima berbagai tingkah perbuatan
orang berkebutuhan khusus mulai dari yang negatif sampai yang positif.
2.6.5. Sikap Tulus Hati
Sikap tulus hati sebagai seorang pendamping dimengerti sebagai sikap
yang asli atau jujur terhadap diri sendiri. Dalam pendampingan berusaha melihat
suatu permasalahan secara sungguh-sungguh, melihat orang berkebutuhan khusus
yang didampingi sebagaimana adanya, tidak melihat seperti yang dikehendaki
oleh pendamping. Dengan sikap tulus hati ini akan menolong pendamping
bersikap rendah hati, tidak menyombongkan diri karena merasa diri orang yang
sempurna. Seorang pendamping berani mengakui kekurangan maupun kesalahan
yang diperbuatnya, menyadari bahwa dirinya tidak dapat mengubah kehidupan
orang lain kecuali orang yang didampingi itu sendiri. Sikap dasar ini menurut
Wiryasaputra (1995: 27), akan menolong pendamping untuk bersikap realistis
terhadap diri sendiri.
58
2.6.6. Kesabaran
Seorang pendamping harus mengembangkan sikap sabar. Tanpa kesabaran
ini seorang pendamping tidak akan mampu mendampingi orang berkebutuhan
khusus dengan baik. Menurut Mayeroff (1993:29), sabar bukan berarti menunggu
secara pasif, tetapi semacam partisipasi dengan orang lain (orang yang
didampingi), dimana pendamping memberikan diri secara penuh. Dengan
bersabar ini, seorang pendamping percaya kepada pertumbuhan orang yang
didampingi, memberi kesempatan kepada diri sendiri untuk mempelajari, melihat
diri sendiri dan orang yang didampingi bertumbuh.
2.6.7. Sikap Integratif-Holistik
Sikap integratif-holistik ini memandang manusia secara keseluruhan aspek
kehidupannya. Manusia yang terdiri dari aspek fisik, mental, sosial dan spiritual
ini tidak dapat dipisahkan antara satu dengan lainnya. Saling berhubungan dan
tidak dapat dipisahkan. Sikap integratif-holistik ini menolong pendamping untuk
berpikir secara luas, sehingga mampu menggunakan seluruh potensi yang ada
baik orang berkebutuhan khusus mapun pendamping sendiri (Wiryasaputra,
1995:28).
2.7. Pengertian Orang Berkebutuhan Khusus
Orang berkebutuhan khusus adalah pribadi yang memerlukan pelayanan-
pelayanan yang secara khusus, berbeda dengan orang normal pada umumnya
(Cahya, 2013: 5-6). Orang berkebutuhan khusus mengalami hambatan dalam
59
belajar, hambatan dalam beraktivitas dan perkembangannya atau dengan kata lain
orang dengan masalah belajar (Cahya, 2013: 5-6). Anak unik seringkali dijumpai
disekolah-sekolah umum (Cahya, 2013: 5-6). Orang berkebutuhan khusus adalah
orang yang mempunyai kelainan / penyimpangan dari kondisi rata-rata orang
normal pada umumnya dalam hal fisik, mental maupun karakteristik perilaku
sosialnya. (Nandiyah, 2013: 1).
Desiningrum (2016: 9) memamparkan bahwa orang berkebutuhan khusus
adalah orang yang memerlukan penanganan khusus karena adanya gangguan
perkembangan dan kelainan terhadap diri mereka. Orang berkebutuhan khusus
disebut disability. Keterbatasan orang berkebutuhan khusus terdiri dari
keterbatasan fisik yaitu tunanetra dan tunarungu; keterbatasan psikologis seperti
autis dan gangguan perilaku yang dimulai dari masa kanak-kanak (bahkan) hingga
mempengaruhi masa remaja dan dewasa, attention deficit hyperactivity disorder
(ADHD).
Kategori orang yang berkebutuhan khusus memerlukan pendidikan dan
pengasuhan secara khusus baik dari orang sekitar seperti keluarga, maupun
komunitas tertentu yang mempunyai kepedulian bagi mereka yang berkebutuhan
khusus. Salah satu komunitas yang bersedia mendidik dan mengasuh anak
berkebutuhan khusus agar orang yang berkebutuhan khusus ini mendapatkan
keadilan adalah SLB Bhakti Luhur Madiun. Komunitas menyediakan diri untuk
pendampingan dan bimbingan secara khusus agar keterbatasan yang dimiliki tidak
membuat ia terburuk, tidak berbuat kacau atau kejahatan (Utami, 2006: 6). Usaha
60
komunitas bagi orang berkebutuhan bertujuan agar mereka mendapatkan kasih
yang seharusnya mereka dapatkan sebagai person.
2.8. Klasifikasi Orang Berkebutuhan Khusus
Desiningrum (2016: 7-8) mengatakan bahwa secara umum orang
berkebutuhan khusus dapat dikelompokkan menjadi tiga. Pertama, anak
berkebutuhan khusus yang mengalami gangguan fisik. Kategori pertama ini terdiri
dari tunanetra, tunarungu, dan tuna daksa. Tunanetra adalah anak yang mengalami
keterbatasan indera penglihatannya. Penglihatan tidak berfungsi (blind/low vision)
sebagaimana fungsinya mata yaitu saluran penerima informasi dalam kegiatan
sehari-hari. Tunarungu adalah anak yang kehilangan seluruh atau sebagian daya
pendengarannya sehingga tidak atau kurang mampu berkomunikasi secara verbal.
Keterbatasan ketiga yang masuk dalam kategori gangguan fisik adalah tunadaksa,
yaitu orang yang mengalami kelainan atau cacat yang menetap pada alat gerak
(tulang, sendi dan otot).
Kedua, anak berkebutuhan yang mengalami gangguan emosi dan perilaku
yaitu tunalaras, tunawicara, hiperaktif. Tunalaras adalah anak yang mengalami
mengalami kesulitan dalam penyesuaian diri dan bertingkah laku sebagaiana
orang normal pada umumnya. Tunawicara adalah anak berkebutuhan khusus
karena adanya gangguan komunikasi seperti kelainan suara, artikulasi
(pengucapan) atau kelancaran bicara yang mengakibatkan terjadi penyimpangan
bentuk bahasa, isi bahasa atau fungsi bahasa.Hiperaktif adalah kelompok anak
yang mengalami ganggu tingkah laku yang disebabkan disfungsi neurologis.
61
Gejala utama Hiperaktif adalah ketidakmampuan untuk mengendalikan gerakan
dan memusatkan perhatian.
Kategori anak berkebutuhan khusus yang terakhir (ketiga) adalah gangguan
intelektual, yaitu tunagrahita, slow leaner, anak berbakat, autisme, indigo.
Tunagrahita adalah anak yang sulit belajar hal tertentu yaitu orang yang secara
nyata mengalami hambatan dan keterbelakangan perkembangan mental intelektual
jauh dibawah rata-rata, sehingga mengalami kesulitan dalam tugas-tugas
akademik, komunikasi maupun sosial.Slow leaneradalah kategori orang yang
lamban belajar, yaitu orang yang memiliki intelektual sedikit di bawah normal
tetapi belum termasuk tunagrahita (biasanya memiliki IQ 70-90). Kelompok lain
yang masuk dalam keterbatasan intelektual adalah orang berkesulitan belajar hal
tertentu, seperti membaca, menulis, berhitung. Orang berbakat adalah orang yang
memiliki kecerdasan luar biasa yaitu kecerdasan di atas orang-orang seusianya
sehingga untuk mewujudkan potensinya memerlukan pelayanan pendidikan
khusus. Autisme adalah kategori anak yang mengalami gangguan perkembangan
pada sistem syaraf pusat yang mengakibatkan gangguan dalam interaksi sosial,
komunikasi dan perilaku. Kelompok keterbatasan yang terakhir dari gangguan
intelektual adalah indigo yaitu orang yang mempunyai kelebihan khusus yang
tidak dimiliki manusia pada umumnya.
2.9. Pendampingan terhadap Orang Berkebutuhan Khusus
Terdapat bermacam-macam bentuk pengabdian kepada kehidupan. Salah
satu bentuk pengabdian kepada kehidupan adalah mendidik dan mendampingi
62
orang-orang berkebutuhan khusus. Orang berkebutuhan khusus adalah amanah
Tuhan yang Maha Kuasa yang harus dijaga, dirawat, dan dipenuhi haknya untuk
itu orang tua, keluarga, pendamping dan masyarakat perlu menerima keberadaan
orang berkebutuhan khusus dengan ikhlas dan memberikan perhatian dan
pendampingan kepada mereka (Winarsih, 2013:11).
Pelayanan terhadap orang berkebutuhan khusus, miskin dan menderita
merupakan tugas yang tiada henti, orang berkebutuhan khusus merupakan orang
yang membutuhkan perhatian ekstra dari orang-orang di sekitarnya baik
pendamping, kerabat maupun teman-teman sebayanya. Orang berkebutuhan
khusus mempunyai kebutuhan khusus tidak harus dijauhi atau dihindari
melainkan perlu didekati dan diberikan pendampingan, supaya potensi-potensi
yang ada dalam diri orang berkebutuhan khusus dapat berkembang dengan baik,
bagi orang berkebutuhan khusus suatu pendampingan merupakan hal yang sangat
dibutuhkan. Dalam hal belajarpun orang berkebutuhan khusus harus diberikan
sarana dan prasarana sesuai dengan kebutuhan mereka sesuai dengan kebutuhan
yang dapat menunjang keberhasilan belajar, khususnya untuk membantu
perkembangan fisik maupun mental menjadi lebih baik (Fadlillah, 2019: 158)
Pelayanan atau pendampingan bagi orang berkebutuhan khusus, menderita
dan miskin merupakan suatu panggilan. Panggilan melayani orang miskin
hendaknya diterima dengan penuh syukur. Pelaksananaan panggilan di tengah
orang miskin mencakup pelayanan atau pewarta kabar gembira bagi orang miskin.
Tugas melayani atau mewartakan dalam tindakan kasih terhadap mereka yang
miskin bukan pilihan dan kemauan diri sendiri tetapi karena panggilan Allah
63
untuk bekerja di kebun anggur-Nya (Prasetya, 2007: 64). Sebagai pendamping
orang berkebutuhan khusus, seorang pendamping perlu memiliki pengetahuan
tentang berbagai jenis dan tingkat kelainan orang berkebutuhan khusus,
diantaranya adalah kelainnan fisik, mental, intelektual, sosial dan emosional,
memiliki kemampuan melihat kelainan anak berkebutuhan khusus merupakan hal
penting, sebagai kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh pendampin orang
berkebutuhan khusus agar dapat memberikan pelayanan dan pendampingan
kepada orang berkebutuhan khusus secara penuh dan maksimal (Johnson,
2004:32)
Peran sebagai pendamping orang berkebutuhan khusus, dalam kasus ini
adalah orang berkebutuhan khusus, tentu mengharuskan pendamping untuk
mampu mengelolanya dengan baik, seorang pendamping perlu meningkatkan
kualitas pendampingan bagi anak didiknya yang berkebutuhan khusus, peran
berbagai pihak terkait dibutuhkan demi meningkatkan kualitas pendampingan
terhadapan orang berkebutuhan khusus (Tirtayani, 2018: 27)
2.10. Jenis-Jenis Pendampingan terhadap Orang Berkebutuhan Khusus
Orang berkebutuhan khusus adalah orang yang memerlukan
pendampingan secara khusus, Orang berkebutuhan khusus adalah orang yang
mempunyai kelainan / penyimpangan dari kondisi rata-rata orang normal pada
umumnya dalam hal fisik, mental maupun karakteristik perilaku sosialnya.
(Nandiyah, 2013: 1). Sehingga diperlukan berbagai jenis pendampingan yang
dapat digunakan dalam menangani atau mendampingi orang berkebutuhan
64
khusus. Pengetahuan dan ketrampilan seorang pendamping dalam mendampingi
orang berkebutuhan khusus sangat diperlukan agar dapat memberikan
pendampingan dengan baik dan sesuai dengan kebutuhan orang yang di dampingi.
Jenis pendampingan terhadap orang berkebutuhan khusus yang dapat
dilakukan oleh seorang pendamping adalah memahami kesulitan, keterbatasan
dan hambatan-hambatan yang dialami oleh orang berkebutuhan, berusahalah
untuk tidak membandingkan orang berkebutuhan khusus dengan orang-orang
normal pada umumnya (Lisinus, 2020: 153).
Winarsih ( 2013:10-21), memberikan beberapa jenis pendampingan
terhadap orang berkebutuhan khusus antara lain:
Memberikan pendampingan dengan cinta dan kasih sayang
Membiasakan diri untuk selalu memberikan perhatian kepada
orang berkebutuhan khusus/ berinteraksi
Mengajarkan sesuatu secara bertahap dan berulang-ulang
Harus selalu memberikan contoh sikap dan perilaku yang baik
Memberikan pendampingan maksimal
Membangun suasana emosi positif dalam pendampingan, sehingga
yang didampingi merasa dirinya lebih diterima
Memberi perintah yang efektif dan langsung ke tujuan
Mencari tau kebutuhan orang berkebutuhan khusus sesuai dengan
perkembangannya
Memberikan stimulasi secara konsisten
Menghargai pencapaian hasil belajar mereka
65
Pendampingan lansung
Pendampingan menggunakan media gambar
Pendampingan menggunakan audio visual/ video
Pendampingan dengan aksi nyata
Pendampingan dengan kelapangan langsung
2.10.1. Media Gambar
Media gambar adalah suatu media visual yang hanya bisa dilihat saja, akan
tetapi tidak mempunyai unsur audio atau suara. Media gambar adalah sebuah
gambar yang berkaitan dengan materi pelajaran yang berguna untuk
menyampaikan pesan dari guru kepada siswa (Arief, 2003:21). Media gambar
membantu siswa untuk mengungkapkan informasi yang terkandung dalam
masalah sehingga hubungan antar komponen dalam masalah tersebut bisa terlihat
dengan lebih jelas. Media gambar juga sebagai alat bantudalam kegiatan belajar
yang memberikan pengalaman visual kepada anak guna mendorong motivasi
belajar dan mempermudah konsep yang kompleks dan abstrak menjadi lebih
sederhana, konkret dan mudah dipahami.
Sudjana (2007: 68), pengertian media gambar adalah media visual dalam
bentuk grafis. Media grafis didefinisikan sebagai media yang mengkombinas
ikan fakta dan gagasan secara jelasdan juga kuat melalui suatu kombinasi
pengungkapan kata-kata dan gambar-gambar. Media gambar adalah berbagai
peristiwa atau kejadian, objek yang dituangkan dalam bentuk gambar-gambar,
garis, kata-kata, simbol-simbol maupun gambaran. Media gambar adalah
66
perwujudan lambang dari hasil peniruan-peniruan benda-benda, pemandangan,
curahan pikir atau ide-ide yang divisualisasikan kedalam bentuk dua dimensi.
2.10.2. Media Video
Media video merupakan media pembelajaran yang paling tepat dan akurat
dalam menyampaikan pesan dan akan sangat membantu pemahaman peserta
didik. Dengan adanya media video, peserta didik akan lebih paham dengan materi
yang disampaikan pendidik melalui tayangan sebuah film yang diputarkan. Video
merupakan serangkaian gambar gerak yang disertai suara yang membentuk suatu
kesatuan yang dirangkai menjadi alur, dengan pesan-pesan didalamnya untuk
keercapaian tujuan pembelajaran yang disimpan dengan proses penyimpanan pada
media pita atau disk (Arysad, 2004: 36). Media video adalah gambar gerak yang
terdapat serangkaian alur dan menampilkan pesan dari bagian sebuah gambar
untuk tercapainya tujuan pembelajaran.
Tujuan dari jenis-jenis pendampingan terhadap orang berkebutuhan adalah
meningkatkan pemahaman pendamping agar dapat melaksanakan proses
pendampingan kepada orang berkebutuhan dengan baik dan maksimal, jenis-jenis
pendampingan yang digunakan dalam proses pendampingan akan memberikan
hasil yang maksimal dalam menjawab kebutuhan orang berkebutuhan khusus
yang didampingi.
Pendamping merupakan gembala bagi orang berkebutuhan khusus, cacat
dan menderita, peran dan tanggungjawab seorang pendamping dapat
mengembangkan nilai-nilai kehidupan yang baik didalam diri orang berkebutuhan
67
khusus, cacat dan miskin. Peran pendamping sangat penting bagi orang
berkebutuhan khusus, pendampingan inklusif merupakan pendampingan khusus
bagi orang berkebutuhan khusus. ( Darmono, 2015: 156).
Melalui kebangkitan-Nya Yesus menepati janji-Nya untuk memberikan
pendampingan yang setia kepada para rasul. Janji itu dipenuhi melalui Pentakosta.
Pengalaman dalam peristiwa Pentakosta merupakan awal kebangkitan hidup
persekutuan orang beriman kepada Yesus yang disebut Gereja (Kis 2: 1-13) Yesus
telah memberikan pendampingan kepada manusia melalui bimbingan Roh Kudus
( Soenarto, 2010: 19-20).
2.11. Semangat apa saja yang dibutuhkan dalam pendampingan bagi orang
Berkebutuhan Khusus
Semangat merupakan pedoman dasar hidup manusia. Dengan semangat
spiritual, manusia tidak lagi hidup berdasarkan kebutuhan-kebutuhan fisik,
keamanan, sosial, ego dan realisasi diri. Manusia hidup berdasarkan Roh Allah.
Dengan Roh Allah manusia mendapatkan inspirasi kreatif untuk terus-menerus
menemukan cara-cara baru demi menyempurnakan diri, misi dan peran serta
melaksanakan hidup spiritual dengan penuh semangat dan gairah. Motivasi hidup
manusia menjadi murni dan hanya diarahkan kepada satu tujuan yakni Allah
(Hardjana, 2005:99-100).
Dengan semangat, manusia mendapatkan daya tahan untuk mengatasi
berbagai bentuk kesulitan dan halangan dalam melaksanakan tugas dan karya.
Dengan semangat pula manusia dimampukan untuk menjadi lebih baik dan
68
berkualitas sebagai pribadi dan pemegang peran tertentu. Manusia diarahkan
untuk tidak mudah putus asa dan menyerah pada tantangan karena yang dikejar
adalah hal yang teramat luhur, yaitu kesatuan dengan Allah dan bekerja sama
dengan-Nya dalam melaksanakan tugas pendampingan kepada orang
berkebutuhan khusus. Manusia yang melakukan tugas dengan semangat akan
melaksanakannya dengan ketekunan, tangguh, tegar, tabah, berani, murah dan
besar hati, penuh gairah (Hardjana, 2005:100-101).
Semangat yang diperlukan bagi seorang pendamping yang harus dimiliki.
Pada bagian ini akan diuraikan beberapa hal yang berkaitan dengan semangat
seorang pendamping sebagai berikut:
2.11.1. Pengorbanan
Dalam KKBI (1995:595) dikatakan bahwa pengorbanan berasal dari kata
korban yang berarti persembahan. Pengorbanan berarti pemberian untuk
menyatakan kebaktian. Dengan demikian pengorbanan merupakan tindakan yang
mengandung unsur keikhlasan tanpa mengharapkan suatu imbalan maupun
pamrih dari orang lain. Semangat pengorbanan perlu dimiliki oleh seorang
pendamping orang berkebutuhan, dengan semangat pengorbanan seorang
pendamping dapat memberikan pelayanan dengan maksimal dan dengan penuh
cinta. Pendampingan bagi orang berkebutuhan khusus menjadi bukti nyata
seorang pendamping yang memiliki semangat untuk rela berkorban bagi orang-
orang kecil, miskin dan berkebutuhan khusus. Bentuk pengorbanan yang
dilakukan oleh pendamping orang berkebutuhan khusus adalah dengan
membuktikan diri mampu menjagkau hal-hal yang sulit dijangkau oleh manusia
69
pada umumnya. Hal-hal yang sulit dijangkau manusia pada umumnya adalah
kemampuannya dalam melayani dan mendampingi orang-orang berkebutuhan
khusus. Pada akhirnya orang berkebutuhan khusus memperoleh keadilan dan
kehidupan yang layak seperti manusia pada umumnya (bdk. Tondowidjojo, 1996:
525).
Pengorbanan diri seorang pendamping tidak akan pernah sebanding
dengan bentuk pengorbanan yang diberikan Kristus bagi umat-Nya. Namun
seorang pendamping orang berkebutuhan khusus telah menjadi bukti nyata bahwa
manusia pada dasarnya bisa saling memperhatikan, saling mencintai dan saling
melengkapi satu dengan yang lain antar sesama (bdk. Rumahorbo, 2011: 24-25).
2.11.2. Pelayanan
Thomas P. Rausch (2001) berpendapat “pelayanan adalah kata Yunani
diakonia yang diturunkan dari kata diakonos, “hamba”, “pelayan”. Kata diakonia
diterjemahkan dalam bahasa latin menjadi ministerium. Dari kata itu mendapatkan
kata Inggris “ministry”. Pelayanan adalah tugas demi komunitas Kristiani; seperti
setiap karunia spiritual atau karisma, maksud pelayanan dan pendampingan adalah
untuk pembangunan Gereja.”
Keterarahan dan keberpihakan kepada kaum miskin, orang berkebutuhan
khusus dan orang terlantar adalah sikap dasar Allah. Keterarahan dan
keberpihakan kepada orang berkebutuhan khusus tersebut pula menjadi salah satu
semangat pelayanan seorang pendamping kepada orang berkebutuhan khusus
dalam menghadirkan cinta dan kasih Allah yang mendalam kepada semua orang
di dunia. Pelayanan bagi orang berkebutuhan khusus menjadi salah satu bentuk
70
karya dalam mewartakan injil (bdk. Tondowidjojo, 1996: 536). Tindakan
pelayanan yang diberikan pendamping kepada orang yang berkebutuhan khusus
merupakan bentuk pelayanan cinta kasih yang mendalam dilakukan dengan
ketulusan hati nuraninya dalam melayani sesama yang membutuhkan. Orang
berkebutuhan khusus tidak lagi merasakan hidup tanpa diperhatikan, mereka
diperlakukan secara pantas (bdk. Rumahorbo, 2011: 132-133).
2.11.3. Kesabaran
Seorang pendamping harus mengembangkan sikap sabar. Tanpa kesabaran
ini seorang pendamping tidak akan mampu mendampingi orang berkebutuhan
khusus dengan baik. Menurut Mayeroff (1993:29), sabar bukan berarti menunggu
secara pasif, tetapi semacam partisipasi dengan orang lain (orang yang
didampingi), dimana pendamping memberikan diri secara penuh. Dengan
bersabar ini, seorang pendamping percaya kepada pertumbuhan orang yang
didampingi, memberi kesempatan kepada diri sendiri untuk mempelajari, melihat
diri sendiri dan orang yang didampingi bertumbuh. Kesabaran yang dimiliki oleh
seorang pendamping akan melahirkan cinta dan kasih yang mendalam kepada
orang yang didampingi, sabar untuk mendidik dan merawat orang yang
berkebutuhan khusus merupakan bentuk nyata cinta kasih yang mendalam kepada
orang yang menderita.
71
2.11.4. Ketekunan
Dalam KKBI (2008: 1423) dikatakan bahwa ketekunan berasal dari kata
tekun yang berarti kesungguhan. Ketekunan berarti kesungguhan dengan penuh
semangat dalam melaksanaan tugas dan panggilan sebagai pelayan Tuhan.
Ketekunan merupakan kemampuan seseorang untuk fokus pada pekerjaan yang
digeluti sehingga mampu menghasilkan maha karya monumental yang dapat
dikenang sepanjang zaman.
Ketekunan dapat dimaknai sebagai kegigihan seseorang dalam
menghayati, menekuni, mendalami, menjiwai, menyeriusi suatu pekerjaan hingga
pekerjaan tersebut menghasilkan suatu yang bernilai tinggi, bahkan harganya
tidak dapat lagi dinilai dengan uang. Ketekunan merupakan upaya secara
sungguh-sungguh yang disungguhkan oleh seseorang dalam melaksanakan suatu
pekerjaan hingga melupakan pekerjaan lainnya. Keseriusan dalam melaksanakan
pekerjaan itulah yang dapat dimaknai sebagai ketekunan. Ketekunan merupakan
suatu keadaan psikologis seseorang dalam mengerjakan suatu pekerjaan secara
fokus, totalitas, tanpa mengenal lelah, tanpa mengenal menyerah, tahan banting,
tidak akan pernah berhenti berinovasi hingga mendapatkan hasil yang maksimal,
terkenang sepanjag zaman (Busro, 2018: 125).
2.11.5. Kegembiraan
Dalam KKBI (2008: 1423) dikatakan bahwa kegembiraan berasal dari kata
gembira yang berarti kesenangan hati, bahagia. Bahagia berarti senang,
bersukacita, riang dan bangga. Dengan gembira melakukan tugas pelayanan
72
kepada orang yang berkebutuhan khusus, miskin dan menderita seorang
pendamping akan mengalami sukacita dan kebahagiaan sehingga dapat
melaksanakan tugas pendampingan dengan penuh cinta, dengan penuh kasih
sayang dan dengan penuh semangat dalam memberikan pendampingan yang
maksimal.
Kegembiraan adalah inti kehidupan. Yakni kehidupan jasmani dan rohani.
Kegembiraan merupakan bagian integral seluruh realitas. Kegembiraan
menghadirkan rasa bersyukur dan bahagia atas apa yang telah dilaksanakan,
kegembiraan membuat suasana hati merasa senang dan sukacita terhadap
pelayanan yang diberikan kepada sesama. Membantu orang lain, bergabung
bersama mereka untuk menciptakan kesejahteraan merupakan suatu kegembiraan
dalam tugas dan pelayanan, kegembiraan yang mendalam melihat setiap aspek
kehidupan kita seperti apa adanya sebuah anugrah (Levin, 1970: 169).
2.11.6. Cinta kasih
Cinta kasih adalah rahasia Allah yang terdalam dan sikap Allah yang
terdalam. Cinta kasih itu suatu perintah, ini tidak hanya menyangkut cinta kasih
terhadap Tuhan saja, tetapi juga terhadap sesama demi cinta kasih kepada Tuhan.
Cinta kasih seperti ini adalah hal yang begitu luhur sehingga akal budi manusia
tidak sampai untuk bisa mengertinya. Manusia memerlukan penerangan Ilahi
untuk dapat mengukur ketinggian, kedalaman, keluasan dan keharuman dari cinta
kasih itu. Manusia harus sepenuhnya menyerahkan diri kepada Tuhan untuk
membiarkan kebenaran ini meresap dalam dirinya sehingga seluruh tingkah laku
73
manusia ditentukan olehnya. Tuhan telah memilih kita sebagai alat untuk cinta
kasih Bapa yang amat luas itu. Ia ingin supaya cinta kasih ini tersebar ke seluruh
dunia dan berakar dimana-mana.
Bila orang-orang miskin membutuhkan dari kita sesuatu, maka dapatlah
terjadi bahwa seseorang menjadi tak puas karena kita tidak bisa setiap saat begitu
saja siap. Cinta kasih yang bijaksana dimulai dari diri sendiri, keadilan menuntut
diri kita tidak hanya melayani orang-orang lain, tetapi juga memperhatikan hidup
spiritual kita sendiri. Hendaknya beberapa waktu disediakan untuk orang-orang
miskin dan janganlah tertarik pada percakapan-percakapan orang begitu saja.
Tetapi kerjakanlah apa yang harus dilakukan, kita harus melayani orang-orang
miskin. Hati yang tersentuh oleh cinta kasih yang mengerti apa artinya mencintai
Tuhan, mencintai orang miskin, berkebutuhan khusus dan sesama ( Tondowidjojo,
2003: 7-37).
2.12. Yayasan Bhakti Luhur, Madiun
Yayasan Bhakti Luhur didirikan di Madiun pada tanggal 5 Agustus 1959
oleh romo Paul Janssen, CM untuk menangani serta melayani orang berkebutuhan
khusus, miskin dan terlantar (Gaudium in Christo, 2007: 85-86). Orang-orang
berkebutuhan khusus perlu mendapat perawatan dan pelatihan serta pelayanan
yang serius. Romo Paul Janssen, CM juga mendirikan sebuah sekolah
pembangunan masyarakat dengan tujuan membangun dan melayani masyarakat
dan bukan semata-mata mendapat ijazah (Gaudium in Christo, 2007: 85-86).
Selain sekolah pembangunan masyarakat, juga didirikan Sekolah Luar Biasa
74
(SLB) yang dikelola oleh Yayasan Bhakti Luhur Madiun dan bertujuan untuk
mendidik orang-orang miskin, menderita dan berkebutuhan khusus (Rurit,
2007:89-90).
2.12.1. Visi dan Misi Yayasan Bhakti Luhur Madiun
Visi Yayasan Bhakti Luhur Madiun adalah memanusiakan manusia,
khususnya orang-orang berkebutuhan khusus, orang-orang cacat dan terlantar,
untuk menjadi manusia yang beriman, bertaqwa, dan mandiri dalam hidup
bermasyarakat sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya (Gaudium in Christo,
2007: 125). Demi mewujudkan visi yayasan yang memberi perhatian khusus
terhadap orang-orang berkebutuhan khusus, maka Yayasan Bhakti Luhur Madiun
memiliki lima misi.
Pertama, menampung anak-anak cacat dan terlantar sesuai dengan jenis
kecacatannya. Kedua, mendampingi para penyandang cacat dan terlantar melalui
kegiatan-kegiatan atau latihan-latihan sesuai dengan kebutuhan setiap anak,
seperti membantu diri (mandi, makan, berpakaian, ke toilet. Hal lain yang
berkaitan dengan bagian kedua adalah pekerjaan kerumahtanggaan sederhana
(menyapu, mengepel dan mencuci), dan mengajari ketrampilan khusus (membuat
tempe dan keterampilan lainnya). Ketiga, mendidik anak-anak cacat melalui
pendidikan formal di SLB. Keempat, mengusahakan agar anak-anak terlantar
normal mendapatkan pendidikan lanjut usia sesuai dengan kemampuan anak, dan
panti. Kelima, mendampingi para lansia terlantar dan cacat untuk menemukan
75
kebahagiaan di hari tua, dan mempersiapkan lansia untuk menghadapi hari
kematiannya.
2.12.2. SLB Bhakti Luhur Madiun.
Sekolah Luar Biasa (SLB) Bhakti Luhur Madiun adalah sekolah yang
dikelola oleh Yayasan Bhakti Luhur Madiun dan khusus untuk mendidik orang-
orang yang berkebutuhan khusus. Istilah Bhakti berasal dari kata „Bhaj‟ yang
berarti keterikatan pada Allah (Gaudium in Christo, 2007: 125-126). Menurut
artinya, Bhakti adalah suatu sikap, kegiatan pemberian diri, penyerahan diri
seutuhnya untuk melayani Allah dan sesama, mengasihi untuk mengasihi, artinya
tidak ada tujuan lain, tidak mencari kepuasan untuk diri, tidak mencari
keuntungan, tidak mencari imbalan, selain perbuatan kasih. Hidup bhakti adalah
kasih, mutiara yang untuk mendapatkannya segala sesuatu di jual (Luk. 22: 19).
Bhakti adalah praktek kasih demi mengasihi. Pembhakti menginginkan kasih dan
hanya kasih (Gaudium in Christo, 2007: 125-126). Pemberian diri, penyerahan
diri demi kasih Allah. Allah adalah kasih, kasih abadi, sumber segala kasih,
pemberian diri yang abadi. Untuk pembhakti kasih adalah Tuhannya yang paling
tinggi dan sempurna. Tuhan adalah gerakan abadi cinta kasih (Gaudium in
Christo, 2007: 125-126).
Sekolah Luar Biasa didirikan khusus bagi orang berkebutuhan khusus,
cacat, miskin dan menderita, SLB ini dikelola oleh Yayasan Bhakti Luhur dengan
tenaga pendidiknya adalah para suster yang melayani dengan penuh cinta kasih
dan bersumber dari semangat Vincensius dalam melayani orang-orang yang
76
berkebutuhan khusus, miskin dan menderita. Bhakti Luhur merupakan tempat
untuk menolong orang-orang yang cacat, menderita dan berkebutuhan khusus
paling besar di Indonesia. Cinta kasih, bukan belas kasihan, yang membawa
harapan. Murid Kristus percaya saat kasih diutamakan, pengetahuan dan keahlian
akan datang dengan sendirinya melalui sikap pelayanan yang tulus kepada Allah
dan sesama (Gaudium in Christo, 2007: 113).
77
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Sub bahasan yang dibahas
dalam metodologi penelitian terdiri dari: pengertian metodologi penelitian
kualitatif; tempat dan waktu penelitian; responden penelitian dan teknik memilih
responden; teknik penelitian; indikator penelitian dan pedoman wawancara;
metode analisa data penelitian; dan penulisan laporan hasil penelitian.
3.1. Pengertian Metologi Penelitian Kualitatif
Metodologi penelitian kualitatif adalah salah satu cara untuk mengumpulkan
dan mengolah data di lapangan. Penelitian kualitatif mencoba untuk mengangkat
makna di balik gejala-gejala atau realitas yang hendak diteliti. Penelitian ini
menggunakan instrumen untuk menggali secara mendalam realitas yang ingin
diketahui persoalannya. Instrumen utama dalam penelitian kualitatif adalah
peneliti itu sendiri, sedangkan responden penelitian adalah orang yang dianggap
punya kapasitas memberikan jawaban terkait persoalan yang diteliti. Teknik
pengumpulan dan pengembangan data dilakukan secara triangulasi sumber (bdk.
Sugiyono, 2009: 15-16). Pengumpulan dan pengembangan data secara triangulasi
sumber adalah cara mengumpulkan data dari beragam sumber data yang plural,
sehingga data lebih asli (bdk. Sutopo, 2006: 139).
78
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian
3.2.1. Tempat Penelitian
Penelitian karya ilmiah ini dilakukan di Panti Asuhan Bhakti Luhur yang
beralamat di jalan Ahmad Yani No. 17 Madiun - Jawa Timur. Sesungguhnya
Panti Asuhan Bhakti Luhur sebagai rumah kasih bagi anak-anak berkebutuhan
khusus, yaitu sudah tersebar di Kota di Indonesia. Panti Asuhan Bhakti Luhur –
Madiun merupakan salah satu bukti nyata implementasi spiritualitas Vinsensius
melalui Romo Janssen (Gaudium in Christo, 2007: 84-91). Panti Asuhan Bhakti
Luhur sangat dekat dengan tempat dimana peneliti menjalani pendidikan jenjang
perguruan Tinggi di STKIP Widya Yuwana – Madiun, sehingga secara finansial
sangat efisien dan efektivitas kerja terbuka lebar.
3.2.2. Waktu Penelitian
Waktu pelaksanaan penelitian disesuaikan dengan pengajuan surat
penelitian yakni bulan Juli 2019 dan pertemuan untuk wawancara yang telah
disetujui antara peneliti dengan responden. Pada Kenyataannya penelitian
dilaksanakan pada 16-18 Juli 2019 dan 26 Oktober 2020. Pada saat proses
penelitian ini, peneliti menghabiskan waktu selama kurang lebih satu bulan untuk
berkonsultasi kepada pimpinan Panti Asuhan Bhakti Luhur Madiun, sehingga
peneliti dapat melaksanakan wawancara dengan responden pada tanggal 16-18
Juli 2019 dan 26 Oktober 2020. Peneliti memanfaatkan waktu semaksimal
mungkin, agar tidak terlalu lama untuk melaksanakan penelitian.
79
3.3. Responden Penelitian dan Teknik Memilih Responden
3.3.1. Responden Penelitian
Responden dalam penelitian karya ilmiah ini adalah para pengasuh,
pendamping, dan pendidik yang bertanggungjawab secara moral dan materi di
Panti Asuhan Bhakti Luhur. Para pendamping terdiri dari dua kelompok yaitu
para suster ALMA (Asosiasi Lembaga Misionaris Awam), dan para pengasuh
(perawat). Responden yang bervariatif memberikan gambaran realitas yang lebih
lengkap, memperkaya, menyeluruh dan mendalam. Reponden penelitian adalah
pendamping SLB Bhakti Luhur Madiun yang berada di luar SLB Bhakti Luhur
dan berada di dalam SLB Bhakti Luhur Madiun.
3.3.2. Teknik Memilih Responden
Dalam penelitian ini, peneliti mengambil 7 responden dari pendamping
SLB Bhakti Luhur Madiun. Pada tahap ini peneliti sudah menyiapkan kriteria
yang melatarbelakangi pemilihan responden. Setelah itu peneliti berkonsultasi
dengan dosen pembimbing dan suster pimpinan ALMA mengenai responden yang
akan diteliti dengan kriteria yang telah disiapkan. Dari hasil konsultasi tersebut,
dosen pembimbing merekomendasikan penulis untuk dapat memilih responden
yang dapat memahami spiritualitas Vinsensius.
Setelah mendapat rekomendasi dari pembimbing, penulis kembali
mendatangi pimpinan ALMA untuk konsultasi mengenai responden yang akan
diteliti, penulis juga menyampaikan judul penelitian kepada Suster pimpinan
80
ALMA sebagai bahan pertimbangan bagi Suster pimpinan dalam memilih
responden dan kapan penulis dapat melaksanakan penelitian dan wawancara
kepada responden pada tanggal 16 juli 2019 di SLB Bhakti Luhur Madiun.
Setelah penulis menemui Suster pimpinan ALMA yaitu suster Regina, penulis
diminta untuk menunggu keputusan dari Suster pimpinan ALMA untuk
memberikan data responden yang akan diwawancarai. Pada tanggal 17 Juli 2019
pukul 19.20 WIB, penulis menerima pesan whatsaap dari Zenty salah satu
pendamping di SLB Bhakti Luhur Madiun bahwa penulis boleh melaksanakan
penelitian/ wawancara pada tanggal 16-18 Juli 2019 dan penelitian tambahan
setelah sidang pada tanggal 26 Oktober 2020.
Teknik yang digunakan untuk memilih responden penelitian adalah
purposive sampling. Peneliti menggunakan teknik purpose sampling adalah
teknik memilih responden dengan beberapa alasan mendasar dan atas
pertimbangan kriteria tertentu yang telah disiapkan oleh peneliti, yaitu: 1)
pendamping yang memahami spiritualitas Vinsensius, 2) pendamping yang aktif
dalam pendampingan di SLB Bhakti Luhur Madiun. Alasan peneiliti memilih
teknik Purposive Sampling, karena teknik ini lebih menekankan bahwa responden
yang dipilih harus memahami dan mengerti tentang apa yang diharapkan oleh
peneliti. Informasi yang didapat dalam penelitian ini menjadi tolak ukur sejauh
mana spiritualitas Vinsensius diimplementasikan. Suster dan para pendamping
anak Panti Asuhan Bhakti Luhur telah berpengalaman mengasuh, mendampingi
dan mendidik anak-anak berkebutuhan khusus yang ada sana. Panti Asuhan
Bhakti Luhur sangat mudah dijangkau oleh peneliti karena masih satu kota
81
dengan STKIP Widya Yuwana dimana peneliti kuliah, sehingga lebih ekonomis
tanpa mengurangi kualitas data.
3.4. Indikator, Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data
3.4.1. Indikator dan Instrumen Penelitian
Peneliti adalah instrumen dalam penelitian kualitatif (bdk. Sugiyono, 2009:
305). Instrumen sangat menentukan kualitas hasil penelitian selain kualitas
pengumpulan data, maka, peneliti harus divaliditasi (bdk. Sutopo, 2006: 67).
Validitas instrumen penelitian kualitatif bergantung pada pemahaman peneliti
tentang metode penelitian kualitatif, penguasaan wawasan bidang yang diteliti,
kesiapan peneliti untuk memasuki objek penelitian baik siap secara akademik
maupun logistiknya (pendanaan) (bdk. Sugiyono, 2009: 305). Alat bantu
penelitian kualitatif adalah indikator dan instrumen-instrumen penelitian yang
dipakai untuk mengumpulkan data dengan cara wawancara. Indikator dan
instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ditunjukkan dalam tabel
berikut:
No Indikator Instrumen
1
Isi Spiritualitas
Vinsensius A. Paulo
1.1. Menurut Anda siapakah Santo Vinsensius
A. Paulo?
1.2. Apa isi spiritualitas Vinsensius A Paulo?
Jelaskan menurut sepengetahuan Anda!
1.3. Apakah Anda mengetahui 5 keutamaan St.
Vinsensius? Jelaskan!
82
2
3
Makna
pendampingan bagi
Orang Berkebutuhan
Khusus
2.1. Menurut Anda, siapakah yang dimaksud
dengan orang yang berkebutuhan khusus?
2.2. Bagi Anda, apa arti pendampingan orang
berkebutuhan khusus?
2.3. Jenis-jenis pendampingan seperti apa yang
diberikan kepada orang berkebutuhan
khusus?
2.4. Semangat seperti apa yang diperlukan bagi
pendampingan orang berkebutuhan
khusus?
3
Usaha SLB Bhakti
Luhur Madiun dalam
menerapkan
spiritualitas
Vinsensius A. Paulo
3.1. Menurut Anda, spiritualitas Vinsensius
mana yang dapat diterapkan bagi orang
berkebutuhan khusus?
3.2. Menurut Anda, apa makna spiritualitas
Vinsensius A. Paulo bagi orang
berkebutuhan khusus?
3.3. Bagaimana SLB Bhakti Luhur menghayati
spiritualitas Vinsensius A. Paulo?
3.4. Kesulitan-kesulitan apa yang Anda dialami
dan ditemukan dalam menerapkan
spiritualitas Vinsensius A. Paulo bagi
orang berkebutuhan khusus di SLB Bhakti
Luhur?
83
3.5. Apa upaya yang selama ini dilakukan SLB
Bhakti Luhur dalam mengatasi kesulitan
menghayati spiritualitas Vinsensius A.
Paulo bagi orang berkebutuhan khusus di
SLB Bhakti Luhur?
3.4.2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan cara yang dilakukan peneliti untuk
mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian. Pengumpulan data
menyangkut tempat, subjek dan aktivitas subjek. Tempat penelitian yang dipilih
adalah tempat alamiah yaitu dengan berbagai responden (bdk. Sugiyono, 2009:
308). Sumber data penelitian berasal sumber data primer yakni manusia atau
responden, sedangkan cara memperoleh data dilakukan dengan wawancara (bdk.
Sutopo, 2006: 67)
Esterberg (2002) mendefinisikan wawancara (interview) sebagai
pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab,
sehingga dapat dikonstruksi makna dalam suatu topik tertentu (bdk. Sugiyono.
2009: 317). Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
interaktif yaitu wawancara mendalam, yang bersifat terbuka yakni pertanyaan-
pertanyaan diajukan kepada responden memungkinkan menggali jawaban yang
luas dan mendalam dari padangan subyektif responden tentang banyak hal yang
sangat bermanfaat untuk menjadi dasar bagi penggalian informasinya secara lebih
jauh, lebih lengkap dan mendalam (bdk. Sutopo, 2006: 69).
84
3.5. Metode Analisis Data
Metodologi penelitian kualitatif menggunakan metode analisis data yang
bersifat induktif. Analisis induktif tidak bertujuan untuk membuktikan kebenaran
prediksi teori atau hipotesis penelitian melainkan untuk mencapai simpulan atau
mengembangkan teori yang dibentuk dari semua data yang telah berhasil
ditemukan dan dikumpulkan di lapangan dalam bentuk kata-kata, ungkapan-
ungkapan (bdk. Sutopo, 2006: 105). Peneliti melakukan analisis data sebelum
penelitian (proses analisis terhadap hasil studi pustaka), saat penelitian (proses
dimana peneliti melakukan berbagai refleksi yang mengarah pada usaha
pemantapan simpulan awal dan perluasan serta pendalaman data pada waktu
pengumpulan data), dan setelah penelitian (proses analisis) (bdk Sutopo, 2009:
106-107).
Analisis terakhir yang tidak terpisah dari analisis sebelum dan saat
pengumpulan data penelitian, dilakukan setelah pengumpulan data. Analisis
terakhir ini terdiri dari tiga langkah yaitu: proses seleksi, pemfikusan,
penyerderhanaan dan abstraksi dari catatan lapangan; menyajikan data kalimat
dan bahasa peneliti yang merupakan rakitan kalimat yang disusun secara logis dan
sistematis (Sutopo, 2006: 113-116); penarikan kesimpulan dan verifikasi yang
kredibel. Temuan baru dapat disajikan dalam bentuk deskripsi atau gambaran
suatu objek yang sebelumnya masih remang-remang menjadi jelas, dapat berupa
hubungan interaktif, hipotesis atau teori (Sugiyono, 2009: 345).
85
3.6. Penulisan Laporan Penelitian
Hasil analisis data lapangan selanjutnya disusun dalam bentuk presentasi
hasil penelitian yang sudah melewati proses analisa yang sudah sistematis,
lengkap dalam bab IV. Hasil penelitian yang telah ditemukan hipotesis, teori baru
dituliskan dalam bab V sebagai simpulan dari seluruh usaha penelitian. Bab V
juga menyertakan usul dan saran bagi perkembangan objek yang diteliti.
86
BAB IV
PRESENTASI DAN INTERPRETASI DATA
Data penelitian telah dikumpulkan melalui wawancara terbuka berdasarkan
metodologi penelitian kualitatif. Peneliti telah melakukan wawancara dengan
responden berdasarkan hasil komunikasi dan persetujuan dengan pimpinan
komunitas SLB Bhakti Luhur, Madiun. Pimpinan komunitas Bhakti Luhur
Madiun menunjuk beberapa para pendidik di SLB Bhakti Luhur Madiun yang
masih aktif untuk dapat diwawancarai peneliti. Peneliti selanjutnya menganalisis
data penelitian dan melakukan penulisan laporan atas hasil data penelitian
sebagaimana tertulis dalam bab ini.
4.1. Gambaran Responden Penelitian
Penelitian ini telah memilih responden yang memiliki kapasitas untuk
menjawab persoalan tema penelitian. Peneliti telah memilih responden di SLB
Bhakti Luhur yaitu para pendidik aktif di SLB Bhakti Luhur Madiun, dengan
alasan kesesuaian masalah penelitian.
Para pendidik di SLB Bhakti Luhur Madiun memiliki latar belakang yang
berbeda, memiliki bidang dan tanggungjawabnya sendiri-sendiri. Responden
penelitian berjumlah 7 orang yang terdiri dari satu (1) orang suster dan enam (6)
orang awam. Salah satu dari enam (6) kaum awam yang mendidik di SLB Bhakti
Luhur Madiun, terdapat satu (1) orang PNS.
87
Responden penelitian pada umum mengemban tugas sebagi guru kelas,
artinya dalam satu kelas guru tersebut mengajar berbagai mata pelajaran umum.
Responden pun memiliki asal-usul yang berbeda dari Jawa (Madiun, Ponorogo,
Kulonprogo, Magelang), dan dari Nusa Tenggara Timur (Flores, Maokaro).
Berdasarkan varian latar belakang responden yang ada, peneliti bermaksud
mengerti sejauh mana responden menjelaskan secara tepat tentang masalah
penelitian. Responden-responden yang dipilih diyakini memiliki kriteria untuk
menjawab masalah penelitian.
4.2. Data Demografi Responden Penelitian
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan kriteria responenden yang
diharapkan dalam penelitian, peneliti telah melakukan penjajakan dengan
komunikasi intensif, serta tatap muka langsung dengan pimpinan komunitas SLB
Bhakti Luhur, Madiun. Responden penelitian yang rela hati memberikan
keterangan terkait masalah penelitian ditampilkan dalam tabel satu (1) di bawah
ini.
Tabel 1
Data Demografi Responden
R Nama
Lengkap
Tempat,
tanggal
lahir
Pekerjaan Tugas di
SLB Bhakti
Luhur
Berapa Tahun
Mengabdi di
SLB Bhakti
Luhur
Madiun
R1 Martina
Jatmi
Kulonprogo,
13 Maret
PNS, CNI Guru kelas
SMP SLB
34 Tahun
88
Hayati,
S.Pd.
1962 sejak 1986.
R2 Lilis Tri
Puji
Rahayu,
S.Pd.
Madiun, 8
September
1967
Guru Guru Kelas 23 Tahun
R3 Elisabet
Endang
Sri
Wahyuni
Magelang, 7
Juli 1963
Guru Guru
ketrampilan
(dulu), guru
kelas SMP.
35 Tahun
R4 Lidia Tri
Meni
M.Pd.
Madiun, 20
Mei 1962
Guru Guru kelas
SD
6 Tahun
R5 Vinsensius
Yosep
Tukidjo
Ponorogo,
10 Mei
1956
Pendamping
dan guru
SLB
Guru kelas
XII SMA
SLB
40 Tahun
R6 Sr.
Reneldis
Mimi,
Alma,
A.Md.
Maokaro,
21 Mei
1973
Suster Alma
Bendahara
Sekolah
Mengajar
anak autis
4 Tahun
R7 Frankasius
Bote
Kelen
Flores
Timur, 12
Mei 1961
Guru agama
Katolik
Guru
Agama
Katolik
11 Tahun
4.3. Presentasi dan Interpretasi Data Penelitian
Hasil presentasi dan interpretasi data penelitian diperoleh oleh peneliti lewat
beberapa tahap, yaitu transkrip data hasil wawancara di lapangan,
pengorganisasian data (pengelompokkan data berdasarkan indikator penelitian
89
atau pertanyaan), pengenalan data (peneliti secara teliti mengakumulasi data yang
menjawab pertanyaan penelitian), dan melakukan kodifikasi data (bdk. Patilima,
2013: 95).
Analisis dan interpretasi data berdasarkan pada fokus penelitian, antara lain:
pemahaman responden tentang isi spiritualitas Vinsensius A. Paulo, pemahaman
responden tentang makna spiritualitas Vinsensius A. Paulo bagi 0rang
berkebutuhan khusus, dan sejauh mana usaha SLB Bhakti Luhur Madiun
menerapkan spiritualitas Vinsensian A. Paulo. Data-data yang diperoleh dari
lapangan diklarifikasi, disusun, dan diinterpretasi berdasarkan instrumen berikut:
4.3.1. Spiritualitas Santo Vinsensius A Paulo
4.3.1.1. Menurut Anda siapakah Santo Vinsensius A Paulo?
Tabel 2
Pribadi Santo Vinsensius A Paulo
Kata Kunci Kode Frekuensi Persentase
Tokoh Gereja 1c 3 42,90%
Orang yang berkarya bagi orang miskin 1b 3 42,90%
Pelindung dan teladan berkarya. 1d 2 28,60%
Pelindung Bhakti luhur dan Alma 1a 2 28,60%
Orang yang bergerak dalam bidang
kasih
1e 1 14,30%
Pendiri Kongregasi Misi 1f 1 14,30%
Pembaharu Gereja 1g 1 14,30%
Kesimpulan:
Empat (4) dari tujuh (7) responden melihat pribadi Vinsensius sebagai tokoh
Gereja, dan tiga (3) responden melihat sosok Santo Vinsensius sebagai orang
90
yang mengabdikan hidupnya melayani dan berkarya bagi orang miskin. Dua
(2) responden menggarisbawahi bahwa Vinsensius adalah pelindung dan
teladan berkarya. Vinsensius sebagai pelindung berkarya secara khusus
sebagai pelindung bagi Bhakti Luhur, dan Alma (28,60%). Satu (1)
responden melihat Vinsensius sebagai yang bergerak dalam bidang kasih.
Satu (1) responden mengatakan bahwa Vinsensius adalah pendiri Kongregasi
Misi, dan satu (1) responden melihat Vinsensius sebagai pembaharu Gereja.
Data hasil penelitian tabel 2 di atas menunjukkan bahwa ada tiga (3) atau
42,90% responden yaitu R2, R4, dan R7 memandang Vinsensius sebagai tokoh
Gereja. Pribadi Vinsensius sebagai tokoh Gereja didukung oleh pernyataan satu
(1) atau14,30% responden yaitu: R7 bahwa Vinsensius adalah pembaharu Gereja.
Tiga (3) atau 42,90% responden yaitu: R1, R4, dan R7 menyatakan bahwa
Vinsensius berkarya bagi orang miskin. Pembaharuan yang dilakukan oleh
Vinsensius bagi wajah Gereja adalah mengembalikan arah Gereja yaitu
seharusnya selalu berpihak kepada orang miskin, lemah dan tersingkirkan oleh
sistem sosial yang tidak manusiawi. Satu (1) atau 14,30% responden yaitu: R5
memperteguh pandangan bahwa keberpihakkan Gereja bagi orang miskin
diperlihatkan Vinsensius karena didorongan kasih. Satu (1) atau 14,30%
responden yaitu R5 menambahkan bahwa Vinsensius adalah pendiri Kongregasi
Misi, yaitu misi yang diperuntukkan bagi orang miskin.
Kedua, ada dua (2) atau 28,60% responden yaitu: R3 dan R6 meyakini
bahwa Vinsensius adalah pelindung dan teladan karya-karya karitatif. Dua (2)
atau 28,60% responden yaitu: R1 dan R5 melihat perlindungan Vinsensius secara
91
khusus yaitu bagi Bhakti Luhur dan Alma, dimana kasih terhadap orang miskin
(dalam arti luas) dapat diimplementasikan secara terorganisir.
Pandangan responden terhadap sosok Santo Vinsensius menggambarkan
beberapa yang dilukiskan Romàn (991: 41) terkait pengalaman pengalaman
Folleville. Pengalaman Folleville sesungguhnya yang melahirkan misi, dan secara
faktual telah berdiri Kongregasi Misi (CM). Vinsensius juga merintis komunitas
Puteri Kasih pada tahun 1633, meskipun secara formal diakui sebagai kongregasi
pada 22 Agustus 1617 di Chatillon (Romàn, 991: 41).
Kedua kongregasi yang dibentuk oleh Vinsensius dalam semangat
pelayanan kepada orang miskin dapat tersalurkanlah kehendak Allah. Sosok
Vinsensius sebagai tokoh Gereja sekaligus pembaharu Gereja, yang mengingatkan
panggilan Gereja bagi kaum miskin untuk melakukan pembebasan seluruhnya,
jadi Vinsensius dikenal sebagai tokoh Gereja karena menjadi pengingat akan
panggilan Gereja, pendiri Kongregasi Misi dan Puteri Kasih demi penyokong
panggilan Gereja bagi kaum miskin yang pada saat itu mengalami kekendoran
perhatian terhadap orang miskin, dimana tarekat religius mengurung diri dalam
tembok biara yang nyaman dengan segala kegiatan liturgis di dalamnya.
92
4.3.1.2. Apa isi spiritualitas Vinsensius A Paulo? Jelaskan menurut
sepengatahuan Anda!
Tabel 3
Isi Spiritualitas Santo Vinsensius A Paulo
Kata Kunci Kode Frekuensi Persentase
Mencintai dan melayani ABK, OBK,
menderita, cacat, terlantar, miskin.
2a 7 100%
Kesederhanaan 2b 1 14,30%
Kerendahan hati 2c 1 14,30%
Kelemahlembutan 2d 1 14,30%
Kesimpulan:
Tujuh (7) atau 100% responden mengatakan bahwa isi spiritualitas Santo
Vinsensius adalah mencintai dan melayani ABK, OBK, menderita, cacat,
terlantar dan miskin. Satu (1) responden melihat bahwa isi spiritualitas
Vinsensius adalah kesederhanaan. Satu (1) responden mengatakan bahwa isi
spiritualitas Vinsensius adalah kelemahlembutan. Kelemahlembutan dan
kesederhanaan adalah pendukung pengungkapan kasih dan pelayanan kepada
ABK, OBK, menderita, cacat, terlantar dan miskin, sehingga pelayanan
maksimal.
Data hasil penelitian di atas, terkait isi spiritualitas Santo Vinsensius
menunjukkan tujuh (7) atau 100% responden mengungkapkan bahwa isi
spiritualitas Vinsensius adalah mencintai dan melayani anak berkebutuhan khusus
(ABK), orang berkebutuhan khusus (OBK), menderita, cacat, terlantar dan
miskin. Satu (1) atau 14,30% responden yakni R3 mengungkapkan bahwa isi
spiritualitas Vinsensius adalah kesederhanaan. Satu (1) atau 14,30% responden
yakni R3 mengatakan bahwa isi spiritualitas Vinsensius adalah kerendahan hati.
93
Satu (1) atau 14,30% responden yakni R3 bahwa isi spiritualitas Vinsensius
adalah kelemahlembutan.
Pandangan responden terkait dengan isi spiritualitas Santo Vinsensius di
atas sesuai dengan semangat pelayanan yang dimiliki Vinsensius bagi umat Allah
secara khusus mengasihi orang miskin. Vinsensius merasakan rencana agung yang
membimbing seluruh kehidupannya, serta terkait dengan kepedulian, harapan,
kebaikan, cinta kepada Allah, sesama dan semua orang khususnya orang miskin
(Hendrawan, 2009: 18-19).
Vinsensius memiliki spiritualitas yang berdasarkan iman, spiritualitas yang
terarah pada tindakan, dan spiritualitas cintakasih. Visi hidup kristiani Vinsensius
adalah usaha untuk meneladani Kristus sebagai pewarta kabar gembira kepada
orang miskin, sehingga dengan visi itulah Vinsensius dituntun kepada suatu
spiritualitas yang terarah pada tindakan (spiritualitas aksi). Tindakan kasih
didukung dengan keutamaan Vinsensius yaitu kesederhanaan, kerendahan hati,
dan kelemahlembutan. Vinsensius memahami bahwa cinta terhadap orang miskin
adalah cinta terhadap Tuhan. Kasih merupakan sumber tindakan (Romàn, 1993:
82-94).
94
4.3.1.3. Apakah Anda mengetahui 5 keutamaan Santo Vinsensius A Paulo?
Jelaskan!
Tabel 4
Lima (5) keutamaan Santo Vinsensius A. Paulo
Kata Kunci Kode Frekuensi Persentase
Kesederhanaan 3c 5 71,43%
Kerendahan hati 3b 3 42,90%
Kelembutan hati 3d 2 28,60%
Matiraga 3e 2 28,60%
Penyelamatan jiwa-jiwa 3f 2 28,60%
Menemukan Yesus dalam diri orang
yang dilayani
3g 1 14,30%
Menjauhkan keinginan yang berlebihan 3h 1 14,30%
Semangat melayani dengan total 3i 1 14,30%
Kesimpulan:
Lima (5) dari 7 responden menyebutkan bahwa keutamaan Vinsensius A.
Paulo adalah kerendahan hati. Tiga (3) responden menjawab bahwa
keutamaan Vinsensius adalah kerendahan hati. Dua (2) responden
mengatakan bahwa keutamaan Vinsensius adalah kelembutan hati. Dua (2)
responden mengatakan bahwa keutamaan Vinsensius adalah matiraga.
Pandangan keutamaan matiraga yang dimiliki Vinsenius didukung oleh
satupenyataan responden bahwa keutamaan Vinsensius adalah menjauhkan
keinginan yang berlebihan. Dua (2) responden menyatakn bahwa keutamaan
Vinsensius adalah penyelamatan jiwa-jiwa. Keutamaan penyelamatan jiwa-
jiwa didukung oleh pernyataan satu (1) responden bahwa Vinsensius
memiliki keutamaan semangat melayani dengan total. Satu (1) responden
menyebutkan keutamaan Vinsensius yaitu menemukan Yesus di dalam diri
orang yang dilayani.
95
Lima (5) atau 71,43% responden yakni: R1, R4, R5, R6, dan R7
menyebutkan bahwa keutamaan Vinsensius adalah kesederhanaan. Tiga (3) atau
42,90% responden yakni: R1, R2, dan R7 menyatakan bahwa keutamaan
Vinsensius adalah kerendahan hati. Dua (2) atau 28,60% responden yakni: R2 dan
R4 menyatakan bahwa keutamaan Vinsensius adalah kelembuatan hati. Dua (2)
atau 28,60% responden yakni: R1 dan R4 menyatakan bahwa keutamaan
Vinsensius adalah matiraga. Satu (1) atau 14,30% responden yakni R7
menambahkan suatu yang mendukung praktik keutamaan matiraga yaitu
menjauhkan keinginan yang berlebihan.
Dua (2) atau 28,60% responden yakni: R2 dan R4 mengatakan bahwa
keutamaan Vinsensius adalah penyelamatan jiwa-jiwa. Satu (1) atau 14,30%
responden menyatakan suatu yang mendukung keutamaan penyelamatan jiwa-
jiwa yakni melayani dengan total. Satu (1) atau 14,30% responden menyatakan
bahwa keutamaan Vinsensius adalah menemukan Yesus di dalam diri orang yang
dilayani.
Pernyataan responden terkait dengan keutamaan sudah sesuai keutamaan-
keutamaan yang dimiliki Vinsensius. Vinsensius hidup dalam kesederhanaan,
kerendahan hati, kelemah lembutan, matiraga dan semangat untuk menyelamatkan
jiwa-jiwa.
Keutamaan simplisitas adalah sikap atau tindakan sederhana, atau simple,
berarti mudah, gampang, sesuatu yang tidak sulit atau sesuatu yang tidak rumit
(Salim, 1987: 1813). Simplisitas bukan sekadar miskin dan apa adanya, melainkan
sikap melakukan suatu hal tanpa berbelit-belit, tidak rumit.
96
New Fieldt (1986: 1251) mengaitkan simplisitas dalam pengertian lebih dalam
yaitu melalukan sesuatu dengan ketulusan hati dan kejujuran, artinya Vinsensius
hanya mengarahkan setiap kata dan perbuatannya pada kebenaran sejati, yakni
Allah sendiri.
“Akan tetapi, sebagai keutamaan kodrati, kesederhanaan ini
menekankan pentingnya pengendalian diri, terutama dalam hal nafsu
badani. Kesederhanaan memang merupakan kata yang tepat untuk
menunjuk keutamaan yang mengarah pada pengalaman kebebasan
batin” (Romàn, 2002: 74).
Keutamaan kerendahan hatimenuntut seseorang untuk menyadari bahwa
dirinya bukanlah apa-apa di hadapan Tuhan sehingga manusia bersyukur atas
segala pemberian Tuhan, menggunakannya demi kebaikan orang lain, dan tidak
berusaha untuk memegahkan diri dengan kemampuan dan kelebihan yang dimiliki.
“Bagi Vinsensius: rendah hati itu terletak pada sikap mencintai yang
dihina, yang tidak disenangi oleh orang lain, menghendaki
direndahkan dan bila anda dihina bergembiralah demi cinta kepada
Yesus Kristus. Jika Putera Allah sendiri mencintai kerendahan hati,
lalu mengapa kita tidak menelandan-Nya” (Tondowidjojo,2003: 60).
Vinsensius memperlihatkan bahwa semangat kerendahan hati yang ada
dalam diri akan membuka hati untuk sungguh-sungguh melakukan segala sesuatu
sesuai dengan yang dikehendaki oleh Allah.
Keutamaan Vinsensius yang ketiga adalah matiraga yaitu tindakan
penyangkalan diri mengenai apa saja yang disukai oleh kodrat manusia (Romàn,
1993: 92-93). Matiraga merupakan sarana bagi Vinsensius untuk semakin bersatu
dengan Allah. Vinsensius menghubungkan matiraga dengan sikap lepas bebas
dari segala yang mengikat dirinya, menjauhkan keinginan yang berlebihan.
97
Keutamaan yang keempat adalah kelemahlembutan. Vinsensius
mengatakan:
“Tidak ada orang yang lebih tekun dan kuat dalam kebaikan daripada
mereka yang lembut dan ramah. Sebaliknya, mereka yang
membiarkan diri dikuasai oleh kemurkaan dan oleh nafsu kemarahan,
pada umumnya sangat kurang teguh, karena mereka hanya terdorong
oleh persaan sesaat atau oleh kemarahan” (Kutipan Konferensi
Vinsensius : 1996: 85).
Sikap yang diharapkan oleh Vinsensius adalah menerima satu-sama lain
dengan penuh cinta dan dengan kelembutan hati, menerima kekurangan maupun
kelebihan masing-masing pribadi dan senantiasa membawa sukacita (Charpy,
1991:45-72).
Keutamaan Vinsensius yang kelima adalah semangat penyelamatan jiwa-
jiwa. Surat Vinsensius kepada Fransiska de Chantal (Komunitas Rumah Retret
Domus Mariae,1996: 79), menyebutkan kegiatan Kongregasi yaitu berkeliling dari
desa ke desa untuk mewartakan kabar gembira; mendengarkan pengakuan dosa;
memperdamaikan perselisihan; memelihara orang sakit secara jasmani dan rohani;
memberikan retret kepada calon imam, dimana terjadi pemberian makanan fisik,
mengajarkan teologi praktis, upacara-upacara Gereja, mempraktekkan doa dan
meditasi menurut metode Santo Fransiskus de Sales.
“Kita bekerja demi keselamatan kita, agar Allah dihormati dan
dilayani di dunia agar sengsara Yesus Kristus bermanfaat secara
penuh bagi jiwa-jiwa yang diciptakan-Nya untuk masuk surga” (SV
VIII, 11-13 dalam surat-surat Santo Vincentius I, hal.230).
Karya penyelamatan jiwa-jiwa yang dilakukan oleh Vinsensius terjadi melalui dua
jalur. Jalur penyelamatan pertama adalah jalur rohani. Jalur penyelamatan kedua
adalah menjawab pada kemelaratan jasmani (Ponticelli, 2002: 11).
98
4.3.2. Makna Pendampingan bagi Orang Berkebutuhan Khusus
4.3.2.1. Menurut Anda, siapakah yang dimaksud dengan orang yang
berkebutuhan khusus?
Tabel 5
Arti orang berkebutuhan khusus
Kata Kunci Kode Frekuensi Persentase
Orang yang memiliki kekurangan 4a 4 57,14%
Orang yang membutuhkan uluran tangan 4f 3 42,90%
Orang yang memiliki keterbelakangan
fisik
4d 2 28,60%
Orang yang menderita 4b 1 14,30%
Orang yang kurang beruntung 4c 1 14,30%
Orang yang memiliki cacat mental 4e 1 14,30%
Orang yang mengalami ketunaan: tuna
rungu, tunawicara, tunagrahita,
tunadaksa, autis
4g 1 14,30%
Fakir miskin 4h 1 14,30%
Kesimpulan:
Lima (4) dari tujuh (7) responden mengatakan bahwa orang yang
berkebutuhan khusus adalah orang yang memiliki kekurangan. Tiga (3)
responden mengatakan bahwa orang yang berkebutuhan khusus adalah orang
yang membutuhkan uluran tangan (bantuan). Dua (2) responden mengatakan
bahwa orang berkebutuhan khusus adalah orang yang memiliki
keterbelakangan fisik. Satu (1) responden mengatakan bahwa orang yang
berkebutuhan khusus adalah mereka yang menderita. Satu (1) responden
mengatakan bahwa orang yang berkebutuhan khusus adalah orang yang
kurang beruntung. Satu (1) responnden mengatakan bahwa orang
berkebutuhan khusus adalah manusia yang cacat mental. Satu (1) responden
mendefinisikan orang berkebutuhan khusus sebagai orang yang mengalami
99
ketunaan seperti tuna rungu, tunacicara, tunagrata, tunadaksa, autis. Satu (1)
responden mengatakan bahwa orang yang berkebutuhan khusus adalah fakir
miskin.
Data hasil penelitian di atas terkait dengan definisi orang yang berkebutuhan
khusus menunjukkan empat (4) atau 57,14% responden yakni R1, R2, R6 dan R7
mengatakan bahwa orang yang berkebutuhan khusus adalah orang yang memiliki
kekurangan. Tiga (3) atau 42,90% responden yakni: R3, R5 dan R6 mengatakan
bahwa orang yang berkebutuhan khusus adalah orang yang membutuhkan uluran
tangan (bantuan). Keadaan kekurangan dijawab dengan uluran tangan (bantuan).
Dua (2) atau 28,60% responden yakni: R2 dan R7 mengatakan bahwa orang
berkebutuhan khusus adalah orang yang memiliki keterbelakangan fisik.
Responden lain melihat orang berkebutuhan khusus adalah orang yang menderita,
yang dinyatakan oleh satu (1) atau 14,30% responden yakni R1; orang yang
kurang beruntung seperti dinyatakan oleh satu (1) atau 14,30% responnden yakni:
R1; dan satu (1) atau 14,30% responden yakni R3 menyatakan orang
berkebutuhan khusus adalah manusia yang cacat mental. Satu (1) atau 14,30%
responden yakni R4 mendefinisikan orang berkebutuhan khusus sebagai orang
yang mengalami ketunaan seperti tuna rungu, tunawicara, tunagrahita, tunadaksa,
dan autis. Satu (1) atau 14,30% responden yakni R6 mengatakan bahwa orang
yang berkebutuhan khusus adalah fakir miskin.
Data penelitian di atas menunjukkan suatu realitas keadaan manusia yang
penuh kekurangan, dan oleh karena ada kekurangan maka dibutuhkan bantuan.
100
Kekurangan yang ada dalam diri orang yang berkebutuhan khusus dilengkapi oleh
manusia lain yang rela mengulurkan tangan untuk membantu.
Pemahaman responden terhadap realitas orang berkebutuhan khusus sesuai
dengan pandangan bahwa orang yang berkebutuhan khusus adalah orang memiliki
kekurangan yang membutuhkan uluran tangan. Orang yang berkebutuhan khusus
memerlukan pelayanan-pelayanan yang secara khusus, yang berbeda dengan
pelayanan kepada orang normal pada umumnya (Cahya, 2013: 5-6). Orang
berkebutuhan khusus mengalami hambatan dalam belajar, hambatan dalam
beraktivitas dan perkembangannya (Cahya, 2013: 5-6).
Desiningrum (2016: 9) memamparkan bahwa orang berkebutuhan khusus
adalah orang yang memerlukan penanganan khusus karena adanya gangguan
perkembangan dan kelainan. Keterbatasan orang berkebutuhan khusus terdiri dari
keterbatasan fisik yaitu tunanetra dan tunarungu; keterbatasan psikologis seperti
autis dan gangguan perilaku yang dimulai dari masa kanak-kanak (bahkan) hingga
mempengaruhi masa remaja dan dewasa, attention deficit hyperactivity disorder
(ADHD). Usaha yang dilakukan bagi orang berkebutuhan bertujuan agar orang
berkebutuhan khusus mendapatkan kasih yang seharusnya mereka dapatkan
sebagai person.
Desiningrum (2016: 7-8) mengatakan bahwa secara umum orang
berkebutuhan khusus dapat dikelompokkan menjadi tiga gangguan fisik,
emosional dan gangguan intelektual. Gangguan fisik terdiri dari tunanetra,
tunarungu, dan tuna daksa. Gangguan emosional terdiri dari tunalaras, tunawicara,
101
hiperaktif. Anak berkebutuhan khusus yang terakhir (ketiga) adalah gangguan
intelektual, yaitu tunagrahita, slow leaner, anak berbakat khusus, autisme, indigo.
4.3.2.2. Bagi Anda, apa arti pendampingan orang berkebutuhan khusus??
Tabel 6
Arti pendampingan orang berkebutuhan khusus
Kata Kunci Kode Frekuensi Persentase
Pendampingan orang cacat, miskin dan
menderita
6c 6 85, 71%
Memberikan bimbingan 6d 2 28,60%
Pendampingan secara khusus 6a 2 28,60%
Memberi pertolongan 6b 1 14,30%
Mendidik orang berkebutuhan khusus 6e 1 14,30%
Merawat orang berkebutuhan khusus 6f 1 14,30%
Mencintai kaum miskin 6g 1 14,30%
Kesimpulan:
Enam (6) dari 7 (tujuh) responden berpandangan bahwa arti pendampingan
orang berkebutuhan khusus adalah pendampingan orang cacat, miskin dan
menderita. Dua (2) responden menambahkan memberikan bimbingan. Dua
(2) responden melihat bahwa arti pendampingan orang berkebutuhan khusus
adalah adanya pendampingan secara khusus. Satu (1) responden
menambahkan dengan memberi pertolongan. Satu (1) responden melihat arti
pendampingan orang berkebutuhan khusus adalah mendidik. Satu (1)
responden melihat arti pendampingan adalah merawat orang berkebutuhan
khusus. Satu (1) responden mengatakan mencintai kaum miskin.
Data hasil penelitian di atas terkait dengan definisi arti pendampingan orang
berkebutuhan khusus menunjukkan enam (6) atau 85,71% responden yakni R2,
102
R3, R4, R5, R6 dan R7 mengatakan bahwa arti pendampingan orang
berkebutuhan khusus adalah pendampingan orang cacat, miskin dan menderita.
Dua (2) atau 28, 60% responden yakni: R3 dan R5 mengatakan bahwa arti
pendampingan orang berkebutuhan khusus adalah memberikan bimbingan.
Dua (2) atau 28,60% responden yakni: R1 dan R2 mengatakan bahwa arti
pendampingan orang berkebutuhan khusus adalah pendampingan secara khusus.
Responden lain melihat arti pendampingan orang berkebutuhan khusus adalah
memberi pertolongan, yang dinyatakan oleh satu (1) atau 14,30% responden yakni
R1; mendidik orang berkebutuhan khusus seperti dinyatakan oleh satu (1) atau
14,30% responnden yakni: R4; dan satu (1) atau 14,30% responden yakni R6
menyatakan merawat orang berkebutuhan khusus. Satu (1) atau 14,30%
responden yakni R7 mendefinisikan arti pendampingan orang berkebutuhan
khusus adalah mencintai kaum miskin.
Pemahaman responden terhadap arti pendampingan orang berkebutuhan
khusus sesuai dengan pandangan bahwa arti pendampingan orang yang
berkebutuhan khusus adalah pendampingan orang cacat, miskin dan menderita
yang membutuhkan pendampingan.
Pendampingan merupakan suatu usaha memberi pertolongan kepada orang
lain dengan sentuhan kasih, sehingga dapat menghadapi problematika hidupnya
dengan sabar, tabah, dan penuh iman. Sentuhan (touch) adalah suatu kondisi
dalam pendampingan di mana pendamping secara sungguh-sungguh membangun
relasi yang akrab dengan orang lain atau orang yang didampingi (Mayeroff,
19993:107).
103
Pelayanan atau pendampingan bagi orang berkebutuhan khusus, menderita
dan miskin merupakan suatu panggilan. Panggilan melayani orang miskin
hendaknya diterima dengan penuh syukur. Pelaksananaan panggilan di tengah
orang miskin mencakup pelayanan atau pewarta kabar gembira bagi orang miskin.
Tugas melayani atau mewartakan dalam tindakan kasih terhadap mereka yang
miskin bukan pilihan dan kemauan diri sendiri tetapi karena panggilan Allah
untuk bekerja di kebun anggur-Nya (Prasetya, 2007: 64).
4.3.2.3. Jenis-Jenis Pendampingan seperti apa yang diberikan kepada orang
berkebutuhan khusus?
Tabel 7
Jenis-jenis pendampingan yang dapat diberikan
bagi orang berkebutuhan khusus
Kata Kunci Kode Frekuensi Persentase
Menggunakan alat peraga gambar dan
video
7a 7 100%
Dengan pendampingan maksimal 7b 1 14,30%
Dengan aksi nyata 7c 1 14,30%
Kesimpulan:
Tujuh (7) dari 7 (tujuh) responden berpandangan bahwa jenis pendampingan
yang dapat diberikan bagi orang yang berkebutuhan khusus adalah
pendampingan menggunakan alat peraga gambar dan video. Satu (1)
responden menambahkan pentingnya pendampingan secara maksimal
terhadap anak berkebuhan khusus. Satu (1) responden melihat bahwa dengan
aksi yang nyata sesuai untuk diterapkan dalam pendampingan bagi orang
berkebutuhan khusus.
104
Tujuh (7 atau 100%) responden yakni: R1, R2, R3, R4, R5, R6 dan R7
berpandangan bahwa jenis pendampingan yang dapat diberikan bagi orang yang
berkebutuhan khusus adalah jenis media gambar dan video atau menggunakan alat
peraga gambar dan video. Sabtu (1) atau 14,30% responden yakni: R3
menambahkan pentingnya pendampingan maksimal bagi anak berkebuhan
khusus. Satu (1) atau 14,30% responden yakni: R7 melihat bahwa jenis
pendampingan yang dapat diterapkan adalah adanya aksi nyata dari pendamping
untuk mendampingi orang berkebutuhan khusus sebagai tujuan dari
pendampingan bagi orang yang berkebutuhan khusus.
Pandangan responden terkait dengan jenis pendampingan yang dapat
diberikan bagi orang berkebutuhan khusus ada beberapa hal. Gambar dan video
adalah hal yang utama dan pertama sebagai daya dorong yang mengobarkan
dalam mendampingi anak berkebutuhan khusus. Jenis pendampingan yang kedua,
yang dapat diterapkan adalah pendampingan yang maksimal. Pendampingan yang
maksimal adalah implikasi nyata dari pendampingan bagi orang berkebutuhan
khusus. Pendampingan maksimal tampak dalam pendampingan nyata terhadap
anak yang berkebutuhan khusus.
Responden berpandangan bahwa yang dapat diberikan bagi orang
berkebutuhan khusus adalah jenis pendampingan menggunakan media gambar
dan video, pendampingan maksimal dan aksi nyata, sangat berdaya guna untuk
mendampingi orang berkebutuhan khusus.
Media gambar adalah suatu media visual yang hanya bisa dilihat saja, akan
tetapi tidak mempunyai unsur audio atau suara. Media gambar adalah sebuah
105
gambar yang berkaitan dengan materi pelajaran yang berguna untuk
menyampaikan pesan dari guru kepada siswa (Arief, 2003:21). Media gambar
membantu siswa untuk mengungkapkan informasi yang terkandung dalam
masalah sehingga hubungan antar komponen dalam masalah tersebut bisa terlihat
dengan lebih jelas.
Sudjana (2007: 68), pengertian media gambar adalah media visual dalam
bentuk grafis. Media grafis didefinisikan sebagai media yang mengkombinas
ikan fakta dan gagasan secara jelasdan juga kuat melalui suatu kombinasi
pengungkapan kata-kata dan gambar-gambar. Media gambar adalah berbagai
peristiwa atau kejadian, objek yang dituangkan dalam bentuk gambar-gambar,
garis, kata-kata, simbol-simbol maupun gambaran. Media gambar adalah
perwujudan lambang dari hasil peniruan-peniruan benda-benda, pemandangan,
curahan pikir atau ide-ide yang divisualisasikan kedalam bentuk dua dimensi.
Media video merupakan media pembelajaran yang paling tepat dan akurat
dalam menyampaikan pesan dan akan sangat membantu pemahaman peserta
didik. Dengan adanya media video, peserta didik akan lebih paham dengan materi
yang disampaikan pendidik melalui tayangan sebuah film yang diputarkan. Video
merupakan serangkaian gambar gerak yang disertai suara yang membentuk suatu
kesatuan yang dirangkai menjadi alur, dengan pesan-pesan didalamnya untuk
keercapaian tujuan pembelajaran yang disimpan dengan proses penyimpanan pada
media pita atau disk (Arysad, 2004: 36). Media video adalah gambar gerak yang
terdapat serangkaian alur dan menampilkan pesan dari bagian sebuah gambar
untuk tercapainya tujuan pembelajaran.
106
4.3.2.4. Semangat seperti apa yang diperlukan bagi pendampingan orang
berkebutuhan khusus?
Tabel 8
Semangat yang diperlukan
bagi pendampingan orang berkebutuhan khusus
Kata Kunci Kode Frekuensi Persentase
Semangat pelayanan, pengorbanan,
kesabaran, ketekunan, cinta kasih
8a 6 85,71%
Semangat yang tidak berkseudahan,
terus berlanjut
8b 2 28,60%
Semangat persahabatan, menghargai 8c 1 14,30%
Kesimpulan:
Enam (6) dari 7 (tujuh) responden berpandangan bahwa semangat yang
diperlukan bagi pendampingan orang berkebutuhan khusus adalah Semangat
pelayanan, pengorbanan, kesabaran, ketekunan, kasih. Dua (2) responden
menambahkan pentingnya semangat yang tidak berkesudahan atau terus
berlanjut bagi pendampingan terhadap orang berkebuhan khusus. Satu (1)
responden melihat bahwa semangat persahabatan dan menghargai perlu
untuk diterapkan bagi pendampingan orang berkebutuhan khusus.
Enam (6 atau 85, 71%) responden yakni: R1, R2, R3, R4, R6 dan R7
berpandangan bahwa semangat yang diperlukan bagi pendampingan orang
berkebutuhan khusus adalah semangat pelayanan, pengorbanan, kesabaran,
ketekunan dan cinta kasih. Dua (2) atau 28,60% responden yakni: R4 dan R5
menambahkan pentingnya semangat yang tidak berkseudahan, terus berlanjut bagi
pendampingan orang berkebuhan khusus. Satu (1) atau 14,30% responden yakni:
107
R5 melihat bahwa semangat yang diperlukan adalah semangat persahabatan dan
menghargai.
Pandangan responden terkait dengan semangat yang diperlukan bagi
pendampingan orang berkebutuhan khusus ada beberapa hal. Semangat
pelayanan, pengorbanan, kesabaran, ketekunan, cinta kasih adalah hal yang utama
dan pertama sebagai daya dorong yang mengobarkan dalam melayani anak
berkebutuhan khusus. Semangat yang kedua, yang diperlukan adalah semangat
yang tidak berkseudahan, terus berlanjut. Semangat tidak berkesudahan adalah
implikasi nyata dari pelayanan, pengorbanan, kesabaran, ketekunan dan cinta
kasih. Semangat pelayanan, pengorbanan, kesabaran, ketekunan dan cinta kasih
yang tidak berkseudahan terhadap anak yang berkebutuhan khusus bertujuan pada
kehendak untuk bersahabat dan menghargai orang berkebutuhan khusus.
Responden berpandangan bahwa yang diperlukan bagi orang berkebutuhan
khusus adalah semangat pelayanan, pengorbanan, kesabaran, ketekunan dan cinta
kasih, tidak berkseudahan, persahabatan dan menghargai, sangat berdaya guna
untuk pendampingan orang berkebutuhan khusus.
Semangat pengorbanan perlu dimiliki oleh seorang pendamping orang
berkebutuhan, dengan semangat pengorbanan seorang pendamping dapat
memberikan pelayanan dengan maksimal dan dengan penuh cinta. Pendampingan
bagi orang berkebutuhan khusus menjadi bukti nyata seorang pendamping yang
memiliki semangat untuk rela berkorban bagi orang-orang kecil, miskin dan
berkebutuhan khusus. Bentuk pengorbanan yang dilakukan oleh pendamping
orang berkebutuhan khusus adalah dengan membuktikan diri mampu menjagkau
108
hal-hal yang sulit dijangkau oleh manusia pada umumnya. Hal-hal yang sulit
dijangkau manusia pada umumnya adalah kemampuannya dalam melayani dan
mendampingi orang-orang berkebutuhan khusus. Pada akhirnya orang
berkebutuhan khusus memperoleh keadilan dan kehidupan yang layak seperti
manusia pada umumnya (bdk. Tondowidjojo, 1996: 525).
Keterarahan dan keberpihakan kepada kaum miskin, orang berkebutuhan
khusus dan orang terlantar adalah sikap dasar Allah. Keterarahan dan
keberpihakan kepada orang berkebutuhan khusus tersebut pula menjadi salah satu
semangat pelayanan seorang pendamping kepada orang berkebutuhan khusus
dalam menghadirkan cinta dan kasih Allah yang mendalam kepada semua orang
di dunia. Pelayanan bagi orang berkebutuhan khusus menjadi salah satu bentuk
karya dalam mewartakan injil (bdk. Tondowidjojo, 1996: 536).
4.3.3. Usaha SLB Bhakti Luhur Madiun dalam menerapkan spiritualitas
Vinsensian A Paulo
4.3.3.1. Menurut Anda, spiritualitas Vinsensius yang mana yang dapat
diterapkan bagi orang berkebutuhan khusus?
Tabel 9
Spiritualitas Vinsensius yang dapat diterapkan
bagi orang berkebutuhan khusus
Kata Kunci Kode Frekuensi Persentase
Spiritualitas kasih atau pelayanan kasih 5a 5 71,43%
Spiritualitas kelembutan hati 5b 3 42,90%
Spiritualitas menyelamatkan jiwa-jiwa 5c 2 28,60%
Kesimpulan:
109
Lima (5) dari 7 (tujuh) responden berpandangan bahwa spiritualitas yang
dapat diterapkan bagi orang yang berkebutuhan khusus adalah spiritualitas
kasih atau pelayanan kasih. Tiga (3) responden menambahkan pentingnya
kelembutan hati bagi pelayanan terhadap anak berkebuhan khusus. Dua (2)
responden melihat bahwa spiritualitas yang sesuai untuk diterapkan bagi anak
orang berkebutuhan khusus adalah adanya kehendak dari pendidik untuk
menyelamatkan jiwa-jiwa.
Lima (5 atau 71,43%) responden yakni: R1, R2, R3, R5 dan R7
berpandangan bahwa spiritualiatas yang dapat diterapkan bagi orang yang
berkebutuhan khusus adalah spiritualitas kasih atau pelayanan kasih. Tiga (3) atau
42,90% responden yakni: R4, R5 dan R6 menambahkan pentingnya kelembutan
hati bagi pelayanan terhadap anak berkebuhan khusus. Dua (2) atau 28,60%
responden yakni: R4 dan R6 melihat bahwa spiritualitas yang dapat diterapkan
adalah adanya kehendak dari pendidik untuk menyelamatkan jiwa-jiwa sebagai
tujuan akhir dari pelayanan kasih bagi orang yang berkebutuhan khusus.
Pandangan responden terkait dengan spiritualitas yang dapat diterapkan bagi
orang berkebutuhan khusus ada beberapa hal. Kasih adalah hal yang utama dan
pertama sebagai daya dorong yang mengobarkan dalam melayani anak
berkebutuhan khusus. Spiritualitas yang kedua, yang dapat diterapkan adalah
kelembutan hati. Kelembutan hati adalah implikasi nyata dari pelayanan kasih.
Kasih yang tampak dalam pelayanan yang penuh kelemahlembutan terhadap anak
yang berkebutuhan khusus bertujuan pada kehendak untuk menyelamatkan jiwa-
jiwa.
110
Responden berpandangan bahwa yang dapat diterapkan bagi orang
berkebutuhan khusus adalah spiritualitas kasih, kelembuatan hati dan
penyelamatan jiwa-jiwa, tetapi sesungguhnya tiga keutamaan Vinsensius yang
lain yakni semangat simplisitas, kesederhanaan, matiraga sangat berdaya guna
untuk melayani orang berkebutuhan khusus.
Kasih adalah roh spiritualitas Vinsensius. Spiritualitas Vinsensius mengarah
pada tindakan. Tindakan Vinsensius terhadap orang miskin adalah tindakan kasih
(Romàn, 1993: 93). Vinsensius berjanji dengan tegas untuk membaktikan seluruh
hidupnya untuk melayani orang miskin (Romàn, 1993: 93). Cinta kepada sesama
adalah cinta kepada Tuhan. Vinsensius sangat mencintai orang miskin dan sikap
ini menjadi sikap yang paling dicintainya dan menonjol dalam semua karya usaha
pengabdiannya (Tondowidjojo, 2003: 59).
Semangat pelayanan kepada orang miskin bersumber dari semangat Kristus
sebagai sang pewarta Injil kepada orang miskin.Vinsensius sungguh-sungguh
menghayati spiritualitasnya untuk mencintai dan memperhatikan orang-orang
miskin, cacat dan berkebutuhan khusus, Vinsensius memberikan seluruh hidupnya
untuk berkarya dan melayani orang miskin demi mewujudkan pertumbuhan
kerajaan Allah (Tondowidjojo, 1996: 525).
111
4.3.3.2. Menurut Anda, apa makna spiritualitas Vinsensius A Paulo bagi
orang yang berkebutuhan khusus?
Tabel 10
Makna Spiritualitas Vinsensius bagi orang berkebutuhan khusus
Kata Kunci Kode Frekuensi Persentase
Menyelamatkan jiwa-jiwa 6a 2 28,60%
Memberikan semangat kepada para
pelayan ABK
6d 2 28,60%
Mendidik orang supaya mandiri 6b 1 14,30%
Membantu melayani dengan penuh hati
dan cinta
6c 1 14,30%
ABK mendapat layanan yang lebih
efektif
6e 1 14,30%
Mengajarkan untuk menjadi Kristus
yang sabar, dan semangat melayani
6f 1 14,30%
Kesimpulan:
Dua (2) dari tujuh responden mengatakan bahwa makna spiritualitas
Vinsensius adalah menyelamatkan jiwa-jiwa. Dua (2) responden mengatakan
bahwa makna spiritualitas Vinsensius adalah memberikan semangat kepada
para pelayan ABK. Satu (1) responden meyakini bahwa makna spiritualitas
Vinsensius adalah mendidik anak-anak supaya mandiri. Satu (1) responden
mengatakan bahwa makna spiritualitas Vinsensius adalah membantu
melayani dengan penuh hati dan cinta. Satu (1) responden mengatakan
bahwa makna spiritualitas Vinsensius adalah menjadikan ABK mendapat
layanan yang lebih efektif. Satu (1) responden mengatakan bahwa makna
spiritualitas Vinsensius adalah mengajarkan untuk menjadi kita seperti
Kristus yang sabar, dan semangat melayani dalam melayani.
112
Data hasil penelitian di atas, terkait makna spiritualitas Vinsensius bagi
orang berkebutuhan khusus adalah menunjukkan dua (2) atau 28,60% responden
yakni R1 dan R2 mengatakan bahwa makna spiritualitas Vinsensius adalah
menyelamatkan jiwa-jiwa. Dua (2) atau 28,60% responden yakni R4 dan R5
mengatakan bahwa makna spiritualitas Vinsensius adalah memberikan semangat
kepada para pelayan anak berkebutuhan khusus. Responden yang lain ada
menambahkan bahwa makna spiritualitas Vinsensius adalah mendidik anak-anak
supaya mandiri (R1), membantu melayani dengan penuh hati dan cinta (R3),
menjadikan anak berkebutuhan khusus mendapat layanan yang lebih efektif (R6),
dan mengajarkan untuk menjadi seperti Kristus yang sabar, dan semangat
melayani dalam melayani.
Pemahaman responden terkait dengan makna spiritualitas Vinsensius bagi
orang berkebutuhan khusus sesuai dengan sari makna spiritualitas Vinsensius.
Spiritualitas Vinsensius menyelamatkan jiwa-jiwa dan memberikan dorongan
kepada para penghayat spiritualitas bila dihidupi sungguh-sungguh. Mengambil
dan memelihara orang miskin baik secara rohani dan jasmani merupakan suatu
penerapan spiritualitas Vinsensius (Tondowidjojo, 1984: 49-71). Pelayanan
terhadap orang berkebutuhan khusus, miskin dan menderita merupakan tugas
yang tiada henti (FS. 41).
Kehadiran Yesus ditengah-tengah manusia melalui Sabda dan karya-Nya
membawa kabar baik bagi manusia yang tertindas, miskin dan menderita.
Kehadiran Yesus menyadarkan manusia akan penderitaannya. Yesus mengajak
manusia mengubah sikap dan bertobat untuk keluar dari penderitaan dan menjadi
113
manusia baru yang bebas dalam arti yang sesungguhnya. Semuanya kehendak
mempertobatkan manusia diwujudkan oleh Yesus melalui hidup, sengsara, wafat
dan kebangkitan-Nya (Soenarto, 2010: 18-19).
4.3.3.3. Bagaimana SLB Bhakti Luhur menghayati spiritualitas Vinsensius A
Paulo?
Tabel 11
Menghayati spiritualitas Vinsensius
Kata Kunci Kode Frekuensi Persentase
Melayani dan membimbing anak-anak 7a 4 57,14%
Kesaksian hidup sehari-hari 7d 2 28,60%
Sepenuh hati menghadapi anak-anak 7b 1 14,30%
Spiritualitas dihayati dengan berdoa 7c 1 14,30%
Kesimpulan:
Empat (4) dari tujuh responden mengatakan bahwa cara menghayati
spiritualitas Vinsensius adalah melayani dan membimbing anak-anak. Dua
(2) responden mengatakan bahwa cara menghayati spiritualitas Vinsensius
melalui kesaksian hidup sehari-hari. Satu (1) responden mengatakan bahwa
cara menghayati spiritualitas Vinsensius adalah sepenuh hati menghadapi
anak-anak. Satu (1) responden mengatakan bahwa cara menghayati
spiritualitas Vinsensius adalah berdoa.
Data hasil penelitian terkait cara menghayati spiritualitas Vinsenius
menunjukkan empat (4) atau 57,14% responden yakni: R1, R2, R3, dan R7
mengatakan bahwa cara menghayati spiritualitas Vinsensius adalah melayani dan
membimbing anak-anak. Dua (2) atau 28,60% responden yakni: R5 dan R6
mengatakan bahwa cara menghayati spiritualitas Vinsensius melalui kesaksian
114
hidup sehari-hari. Responden empat (R4) menambahkan bahwa cara menghayati
spiritualitas Vinsensius adalah sepenuh hati menghadapi anak-anak, responden
lima (R5) menambahkan bahwa doa adalah salah satu cara menghayati
spiritualitas Vinsensius. Doa yang dimaksud di sini adalah doa bersama dengan
anak-anak.
Pemahaman responden terkait cara menghayati spiritualitas Vinsensius bagi
orang yang berkebutuhan khusus di SLB Bhakti Luhur mengungkapkan makna
spiritualitas yang dihidupi Vinsensius. Tugas melayani atau mewartakan dalam
tindakan kasih terhadap mereka yang miskin bukan pilihan dan kemauan diri
sendiri tetapi karena panggilan Allah untuk bekerja di kebun anggur-Nya
(Prasetya, 2007: 64). Injil menyatakan kebenaran akan panggilan setiap kaum
beriman untuk menjadi tangan kanan Tuhan bagi karya kasih Allah, yang
terungkap dalam Sabda Yesus: “..bukan kamu yang memilih Aku, tapi Akulah
yang memilih kamu (Yoh. 15:16). Menjadi seorang pelayan atau pewarta berarti
menjadi saksi akan kebaikan dan keselamatan Allah di dunia (Prasetya, 2007: 64).
Tugas menggembalakan domba hanya bisa terwujud dengan baik bila sang
gembala setia merawat, mendampingi, menjaga agar tumbuh dan berkembang
serta terhindar dari malapetaka (Storm, 1967:1-2). Gembala mengurus domba
dengan baik karena mengenal dombanya satu-persatu dengan sangat baik.
Gembala yang baik adalah seorang pemimpin atau panutan bagi domba-domba,
anak-anak, orang-orang yang ada disekitarnya. Seorang gembala bukan hanya
mengajarkan tetapi mengarahkan kawanannya kejalan yang benar serta menjadi
teladan yang baik. Gembala yang baik akan bertanggungjawab terhadap
115
kepemimpinanya, bukan hanya dalam konteks kinerjanyayang bagus bagus,
namun perbuatannya juga.
4.3.3.4. Kesulitan-kesulitan apa yang Anda alami dan ditemukan dalam
menerapkan spiritualitas Vinsensius A Paulo bagi orang
berkebutuhan khusus Bhakti Luhur Madiun?
Tabel 12
Kesulitan menerapkan spiritualitas Vinsensius
bagi orang berkebutuhan khusus di SLB Bhakti Luhur Madiun
Kata Kunci Kode Frekuensi Persentase
Kebutuhan ABK berbeda karena jenis
kecacatan berbeda
8c 3 42,90%
Kesulitan membangun kerja sama dalam
menangani ABK
8d 2 28,60%
Tidak semua pelayan bisa akrab dengan
ABK
8a 1 14,30%
Kekurangan tenaga pendidik 8b 1 14,30%
Kesimpulan:
Tiga (3) dari tujuh (7) responden mengatakan bahwa kesulitan menerapkan
spiritualitas Vinsensius adalah kebutuhan ABK berbeda karena jenis
kecacatan berbeda. Dua (2) responden mengatakan bahwa kesulitan
menerapkan spiritualitas Vinsensius adalah kesulitan membangun kerja sama
dalam menangani ABK. Satu (1) responden mengatakan bahwa kesulitan
menerapkan spiritualitas Vinsensius adalah tidak semua pelayan bisa akrab
dengan ABK. Satu (1) responden mengatakan bahwa kesulitan menerapkan
spiritualitas Vinsensius adalah kekurangan tenaga pendidik.
116
Data hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa tiga (3) atau 42,90%
responden yakni: R3, R6 dan R7 mengatakan bahwa kesulitan menerapkan
spiritualitas Vinsensius adalah kebutuhan anak berkebutuhan khusus berbeda
karena jenis kecacatan berbeda. Dua (2) atau 28,60% responden yakni: R4 dan
R5 mengatakan bahwa kesulitan menerapkan spiritualitas Vinsensius adalah
kesulitan membangun kerja sama dalam menangani anak berkebutuhan khusus.
Satu responden (R1) menambahkan kesulitan menerapkan spiritualitas Vinsensius
adalah tidak semua pelayan bisa akrab dengan anak berkebutuhan khusus. Satu
responden (R2) melihat kesulitan menerapkan spiritualitas Vinsensius ada pada
kekurangan tenaga pendidik.
Kesulitan menghayati spiritualitas Vinsensius yang diungkapkan oleh
responden dapat dikonfrontasikan dengan gambaran gembala yang baik. Gembala
yang baik akan menemukan resiko-resiko yang tidak kecil dan tidak mudah.
Yohanes 10:11menggambarkan gembala yang siap sedia merelakan hidupnya
untuk domba-dombanya. Resiko yang dapat dihadapi adalah realitas domba yang
tidak selalu sama, ada berbagai perbedaan, namun gembala yang baik selalu
memberikan yang terbaik bagidomba-dombanya, memberikan bimbingan dan
arahan ke mana domba-domba seharusnya berjalan sesuai kemampuannya,
malahan yang lemah justru menjadi perhatian utama. Gembala yang baik berarti
gembala yang mengenal domba-dombanya, dalam pengertian bahwa sebagai
pendidik di tengah anak-anak berkebutuhan khusus harus selalu berusaha
mengenal anak berkebutuhan khusus dan memberikan pelayanan kasih yang tepat.
117
Kesulitan yang menonjol kedua adalah kurangnya kerjasama diantara pada
pendidik. Kerjasama yang tidak baik akan merusak tujuan yang telah ditetapkan.
Perusak kerjasama yang utama adalah keangkuhan dan superioritas satu dengan
yang lain, artinya tidak memiliki kerendahan hati. Gembala yang baik harus
memiliki kerendahan hati dan semangat yang tulus. Murid Kristus yang mau
menjadi pelayan harus percaya bahwa saat kasih diutamakan, pengetahuan dan
keahlian akan datang dengan sendirinya melalui sikap pelayanan yang tulus
kepada Allah dan sesama (Gaudium in Christo, 2007:113). Kasih yang tulus akan
dengan sendirinya menjadi daya tarik bagi anak berkebutuhan khusus, menjadi
akrab dengan mereka.
4.3.3.5. Apa upaya yang selama ini dilakukan SLB Bhakti Luhur dalam
mengatasi kesulitan menghayati spiritualitas Vinsensius A Paulo
bagi orang berkebutuhan khusus di SLB Bhakti Luhur?
Tabel 13
Upaya SLB Bhakti Luhur Madiun dalam mengatasi kesulitan
menghayati Spiritualitas Vinsensius
Kata Kunci Kode Frekuensi Persentase
Mencari donatur 9b 3 42,90%
Mengadakan rekoleksi 9a 2 28,60%
Mengadakan pembinaan 9e 1 14,30%
Mencari tenaga sukarela bagi SLB 9c 1 14,30%
Menyesuaikan kebutuhan ABK 9d 1 14,30%
Membangun komunikasi diantara para
pendidik
9f 1 14,30%
Keterbukaan menerima dan memberi 9g 1 14,30%
118
saran
Mencocokkan kurimkulum SLB Bhakti
Luhur dengan Kurikulum Pemerintah
9h 1 14,30%
Kesimpulan:
Tiga (3) dari tujuh (7) responden mengatakan bahwa upaya mengatasi
kesulitan dalam menghayati spiritualitas Vinsensius adalah mencari donatur.
Dua (2) responden mengatakan bahwa upaya mengatasi kesulitan
menghayati spiritualitas Vinsensius adalah mengadakan rekoleksi bagi para
pendidik. Responden empat (R4) menambahkan cara mengatasi kesulitan
dengan mengadakan pembinaan. Responden dua (R2) menyebutkan cara
mengatasi kesulitan dengan mencari tenaga sukarela bagi SLB; responden
tiga (R3) menambahkan cara mengatasi kesulitan dengan menyesuaikan
pelayanan dengan kebutuhan ABK; Responden lima (R5) menambahkan
cara mengatasi kesulitan dengan membangun komunikasi di antara para
pendidik. Responden lima (R5) menambahkan cara mengatasi sesulitan
denganKeterbukaan menerima dan memberi saran. Responden enam (R6)
menambahkan cara mengatasi kesulitan dengan mencocokkan kurimkulum
SLB Bhakti Luhur dengan Kurikulum Pemerintah.
Tiga (3) atau 42,90% responden yakni: R1, R2 dan R4 mengatakan bahwa
upaya mengatasi kesulitan menghayati spiritualitas Vinsensius adalah mencari
donatur. Dua (2) atau 28,60% responden yakni: R1 dan R4 mengatakan bahwa
upaya mengatasi kesulitan menghayati spiritualitas Vinsensius adalah
mengadakan rekoleksi. Responden lain menambahkan cara menambahkan cara
mengatasi kesulitan dengan mengadakan pembinaan (R4); mencari tenaga
sukarela bagi SLB (R2); menyesuaikan pelayanan dengan kebutuhan anak
berkebutuhan khusus (R3), membangun komunikasi diantara para pendidik (R5),
119
keterbukaan menerima dan memberi saran (R5), mencocokkan kurimkulum SLB
Bhakti Luhur dengan Kurikulum Pemerintah (R6).
Data penelitian di atas sesuai dengan visi Yayasan Bhakti Luhur Madiun
adalah memanusiakan manusia, khususnya orang-orang berkebutuhan khusus,
orang-orang cacat dan terlantar, untuk menjadi manusia yang beriman, bertaqwa,
dan mandiri dalam hidup bermasyarakat sesuai dengan kemampuan yang
dimilikinya (Gaudium in Christo, 2007: 125). Demi mewujudkan visi yayasan
yang memberi perhatian khusus terhadap orang-orang berkebutuhan khusus, maka
Yayasan Bhakti Luhur Madiun memiliki lima misi.
Pertama, menampung anak-anak cacat dan terlantar sesuai dengan jenis
kecacatannya. Kedua, mendampingi para penyandang cacat dan terlantar melalui
kegiatan-kegiatan atau latihan-latihan sesuai dengan kebutuhan setiap anak,
seperti membantu diri (mandi, makan, berpakaian, ke toilet. Hal lain yang
berkaitan dengan bagian kedua adalah pekerjaan kerumahtanggaan sederhana
(menyapu, mengepel dan mencuci), dan mengajari ketrampilan khusus (membuat
tempe dan keterampilan lainnya).
Ketiga, mendidik anak-anak cacat melalui pendidikan formal di SLB.
Keempat, mengusahakan agar anak-anak terlantar normal mendapatkan
pendidikan lanjut usia sesuai dengan kemampuan anak, dan panti. Kelima,
mendampingi para lansia terlantar dan cacat untuk menemukan kebahagiaan di
hari tua, dan mempersiapkan lansia untuk menghadapi hari kematiannya.
Visi mulia Bhakti Luhur tidak mungkin dicapai dengan biaya yang sedikit,
tenaga yang kurang dan pelayanan yang setengah-setengah, itulah sebabnya
120
responden ngatakan perlu mencari donatur, pembina harus terus dibekali dengan
pembinaan iman seperti rekoleksi dan sejenisnya, dan pembinaan diri baik
kompetensi sebagai pendidik maupun sebagai penyelamat jiwa-jiwa, sehingga
pelayanan makin sungguh-sungguh berjalan sesuai yang ada dalam visi sebagai
tujuan bersama.
4.4. Rangkuman
Berdasarkan hasil penelitian para responden memahami tentang spiritualitas
Vinsensin. Hal tersebut terlihat dari data yang menunjukan bahwa 100%
memahami secara mendalam tentang isi spiritualitas vinsensian bagi orang
berkebutuhan khusus. Dengan demikian, secara umum responden sangat
memahami dengan baik tentang isi spiritualitas Vinsensian bagi orang
berkebutuhan khusus. Hal tersebut dapat diketahui berdasarkan pernyataan
(jawaban) yang disampaikan oleh responden ketika menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang diajukan oleh peneliti.
Berkaitan dengan pemahaman responden tentang pendampingan bagi orang
berkebutuhan khusus dapat dikatakan bahwa responden cukup memahami, hal
tersebut terlihat dari data yang menunjukan bahwa 85,71% menjawab
pendampingan terhadap orang cacat, miskin dan menderita dan 28,60% kurang
dapat memahami dan menjawab memberi bimbingan kepada orang berkebutuhan
khusus. Dengan demikian dapat terlihat jelas bahwa responden memiliki
tanggapan yang bervariasi. Meskipun terdapat variasi antara satu dengan yang lain
121
namun tetap menunjukan pemahaman yang baik dan benar tentang pemahaman
terhadap pendampingan.
Berkaitan dengan implementasi spiritualitas vinsensian bagi pendampingan
orang berkebutuhan khusus di SLB Bhakti Luhur Madiun, seluruh (100%)
responden menyatakan bahwa spiritualitas vinsensian ada pengaruh bagi
pendampingan orang berkebutuhan khusus. Secara umum, para responden
mengatakan bahwa spiritualitas vinsensian memberikan pengaruh bagi
pendampingan orang berkebutuhan khusus. Pertama, menjadikan pendamping
mampu mencintai, melayani dan mendampingi orang yang berkebutuhan khusus,
cacat, miskin dan menderita. Kedua, pendamping semakin setia meneladani santo
Vinsensius. Ketiga, pendamping terdorong untuk semakin menjadi pribadi yang
sederhana, rendah hati, lemah-lembut, semangat, tulus, mencintai, tidak putus asa.
Keempat, pendamping memperoleh kekuatan, semangat dan inspirasi baru.
122
BAB V
PENUTUP
Bab lima karya ilmiah ini berisi dua pokok pembahasan. Pokok
pemabahasan pertama adalah kesimpulan, yakni berisi hasil penelitian mengenai
spiritualitas Santo Vinsensius A Paulo, uraian tentang makna spiritualitas
Vinsensius bagi orang berkebutuhan khusus, dan deskripsi tentang usaha-usaha
SLB Bhakti Luhur Madiun dalam menerapkan spiritualitas Vinsensius A. Paulo.
Bagian kedua, berisi saran-saran dari hasil penelitian, yakni saran bagi
perkembangan ilmu, dan saran bagi penelitian itu sendiri.
5.1. Kesimpulan
Karya ilmiah pada bagian ini memaparkan kesimpulan hasil seluruh
penelitian sesuai dengan data yang diperoleh dari data-data penelitian.
Kesimpulan penelitian berisikan poin penting yang didapatkan berdasarkan hasil
penelitian tentang implementasi spiritualitas Vinsensius bagi pendampingan orang
berkebutuhan khusus di SLB Bhakti Luhur, Madiun. Ada pun hasil penelitian
sebagai berikut:
5.1.1. Pemahaman Spiritualitas Santo Vincensius A Paulo
Gereja memandang Vinsensius sebagai bapak orang miskin, yang
mengungkapkan gambaran hidup Vinsensius yang dibaktikan bagi orang miskin.
Vinsensius memiliki semangat yang begitu besar untuk melayani orang miskin.
123
Penelitian ini memberikan sumbangan besar kepada para pendidik SLB Bhakti
Luhur bahwa semangat Santo Vinsensius memang perlu diteladani. Inti
spiritualitas Vinsensius adalah kasih kepada orang miskin yang didorong oleh Roh
Allah sendiri, sehingga spiritualitas Vinsensius memiliki dasar iman, dan terarah
kepada tindakan kasih.
Vinsensius mengejawantahkan spiritualitasnya dalam daya-daya terbaik
pribadi Vinsensius yang disebut lima keutamaan. Lima keutamaan Vinsensius
adalah simplisitas, kerendahan hati, matiraga, kelemahlembutan, dan
penyelamatan jiwa-jiwa.
Simplisitas berarti ketidakrumitan, mudah dimengerti, dan bebas dari sikap
kepura-puraan. Simplisitas dalam pengertian lebih dalam berarti melalukan
sesuatu dengan ketulusan hati dan kejujuran. Kerendahan hati adalah keutamaan
yang menggerakkan manusia untuk mengakui dirinya sebagai ciptaan yang kecil
di hadapan Allah yang maha besar. Matiraga adalah puasa yang bebas dan
merdeka, dimana terjadi distansiasi antara diri sendiri dengan alam jasmani, antara
diri sendiri dengan kecenderungan kodratiah manusia itu sendiri. Kemenangan-
kemenangan yang diraih dari usaha distansiasi menghasilkan sukacita yang
kemudian mendorong seseorang untuk membagikan sukacita tersebut kepada
orang lain dengan mengasihi sesama terutama yang miskin, menderita dan
berkebutuhan khusus.
Vinsensius memandang kelembutan hati sebagai sarana yang mempermudah
untuk menjalin komunikasi dengan berbagai kalangan. Sikap lemah lembut
seseorang menunjukkan kualitas kebesaran dan ketenangan hati dalam
124
menghadapi segala persoalan dalam tuntunan Allah. Keutamaan penyelamatan
jiwa-jiwa adalah semangat menyelamatkan umat manusia yang jauh dari Allah
dengan menarik mereka kembali dalam hubungan yang benar denga Allah, hidup
seturut kehendak Allah, dan mengatar manusia kepada persahabatan sejati dan
kekal dengan Allah melalui sentuhan kasih.
Data penelitian menunjukkan bahwa Vinsensius memang dikenal sebagai
tokoh Gereja (42,90%), dan berkarya bagi orang miskin (42,90%), itulah
sebabnya Vinsensius dipandang sebagai pembaharu Gereja pada masanya yaitu
mengembalikan semangat Gereja yang harus hadir bagi orang miskin, kecil dan
tersingkir, spiritualitas dan keutamaan Vinsensius dalam hasil penelitian ini
mendorong semangat para pendidik SLB Bhakti Luhur dalam melayani orang
berkebutuhan khusus dan miskin.
Seratus persen (100%) responden memahami bahwa spiritualitas Vinsensius
adalah mencintai dan melayani anak berkebutuhan khusus, cacat, menderita,
terlantar dan miskin. Data penelitian juga menunjukkan bahwa responden
menyebutkan lima keutamaan Vinsensius yaitu simplisitas, kerendahan hati,
kelemahlembutan, matiraga dan penyelamatan jiwa-jiwa. Data menunjukkan
bahwa poin penting yang digaris bawahi responden yaitu 71,43% adalah tentang
kesederhanaan, dan 42,90% responden menggaris bawahi keutamaan kerendahan
hati.
Hasil penelitian lapangan terkait dengan pemahaman pendidik di SLB
Bhakti Luhur Madiun mununjukkan bahwa responden dapat menyebutkan inti
spiritualitas Vinsensius yaitu kasih kepada orang miskin didorong oleh Roh Allah
125
sendiri. Pendidik SLB Bhakti Luhur Madiun juga mengungkapkan lima
keutamaan Vinsensius, namun responden kurang dapat menjelaskan arti dan
maksud dari lima keutamaan Vinsensius. Responden cenderung langsung
menyebutkan contoh, sehingga secara konseptual simplisitas, kerendahan hati,
kelemahlembutan, matiraga dan penyelamatan jiwa-jiwa tidak dapat dijelaskan
secara eksplisit. Data penelitian lapangan menunjukkan bahwa roh keutamaan dan
spiritualitas secara konseptual belum begitu dipahami dengan jelas oleh
responden. Penelitian ini memberikan semangat dan pelayanan yang lebih
maksimal bagi para pendidik SLB Bhakti Luhur dalam melayani orang
berkebutuhan khusus dan miskin dengan menghayati spiritualitas Vinsensius.
5.1.2. Makna Pendampingan bagi Orang Berkebutuhan Khusus.
Pendampingan merupakan suatu usaha memberi pertolongan kepada orang
lain dengan sentuhan kasih, sehingga dapat menghadapi problematika hidupnya
dengan sabar, tabah, dan penuh iman. Mendampingi berarti menolong orang lain
atau orang berkebutuhan khusus untuk menumbuhkan dan mengaktualisasikan
dirinya secara penuh. Pendampingan bukan sekedar keinginan untuk peduli akan
orang tertentu, melainkan suatu proses perkembangan hubungan antara seorang
dengan yang lain melalui saling percaya, memperdalam dan memperbaharui mutu
hubungan. Pendampingan terhadap orang berkebutuhan khusus, miskin dan
menderita merupakan tugas yang tiada henti, orang berkebutuhan khusus
merupakan orang yang membutuhkan perhatian ekstra dari orang-orang di
sekitarnya baik pendamping, kerabat maupun teman-teman sebayanya. Orang
126
berkebutuhan khusus mempunyai kebutuhan khusus tidak harus dijauhi atau
dihindari melainkan perlu didekati dan diberikan pendampingan, supaya potensi-
potensi yang ada dalam diri orang berkebutuhan khusus dapat berkembang dengan
baik, bagi orang berkebutuhan khusus suatu pendampingan merupakan hal yang
sangat dibutuhkan. Dalam hal belajarpun orang berkebutuhan khusus harus
diberikan sarana dan prasarana sesuai dengan kebutuhan mereka sesuai dengan
kebutuhan yang dapat menunjang keberhasilan belajar, khususnya untuk
membantu perkembangan fisik maupun mental menjadi lebih baik.
Pelayanan atau pendampingan bagi orang berkebutuhan khusus, menderita
dan miskin merupakan suatu panggilan. Panggilan melayani orang miskin
hendaknya diterima dengan penuh syukur. Pelaksananaan panggilan di tengah
orang miskin mencakup pelayanan atau pewarta kabar gembira bagi orang miskin.
Tugas melayani atau mewartakan dalam tindakan kasih terhadap mereka yang
miskin bukan pilihan dan kemauan diri sendiri tetapi karena panggilan Allah
untuk bekerja di kebun anggur-Nya.
Data penelitian terkait dengan makna pendampingan bagi orang
berkebutuhan khusus pertama-tama menunjukkan pemahaman responden tentang
pendampingan orang yang berkebutuhan khusus sebagai subyek sasaran makna
pendampingan bagi orang berkebutuhan khusus. Pendampingan orang
berkebutuhan khusus adalah pendampingan orang cacat, miskin dan menderita
(85,71%) dan memberi bimbingan (28,60%). Data tersebut memberikan gambaran
pendampingan orang berkebutuhan khusus dan kebutuhan yang mereka perlukan.
Realitas orang berkebutuhan khusus adalah “cacat, miskin dan menderita”, yang
127
dibutuhkan adalah “pendampingan”, yang memiliki korelasi terhadap pernyataan
responden tentang jenis pendampingan yang dibutuhkan di SLB Bhakti Luhur,
bahwa jenis pendampingan yang dibutuhkan adalah menggunakan media gambar
dan video (100%), pendampingan maksimal (14,30%), dan dengan aksi nyata
(14,30%).
Data penelitian juga menunjukkan bahwa makna pendampingan bagi orang
berkebutuhan khusus semangat melayani, berkorban, sabar, tekun dan cinta kasih
(85,71%), semangat yang tidak berkesudahan, terus berlanjut (28,60%). Makna
pendampingan bagi orang berkebutuhan khusus yang lain adalah persahabatan
dan menghargai. Data penelitian lapangan menunjukkan bahwa pendampingan
bagi orang berkebutuhan khusus cukup dipahami dengan jelas oleh responden.
5.1.3. Implementasi Spiritualitas Vinsensian bagi Orang Berkebutuhan
Khusus di SLB Bhakti Luhur Madiun
Vinsensius mengimplementasikan dorongan Roh Allah melalui keutamaan-
keutamaan yang dimilikinya sebagai anugerah istimewa Allah. Vinsensius
menghayati simplisitas ini dengan bersikap jujur dan apa adanya, artinya
Vinsensius hanya mengarahkan setiap kata dan perbuatannya pada kebenaran
sejati, yakni Allah sendiri. Keutamaan kerendahan hati diperlihatkan melalui hidup
tidak sombong dan mau mendengarkan orang lain, dengan kata lain menyadari
dirinya bukan apa-apa di hadapan Tuhan sehingga lebih bersyukur atas segala
pemberian Tuhan, menggunakannya demi kebaikan orang lain.
128
Bukti konkrit matiraga Vinsensius yang dihayati Vinsensius secara rutin dan
penuh pemaknaan adalah tidur tidak menggunakan kasur. Vinsensius menghidupi
matiraga dengan bernapaskan Sabda Allah sendiri. Keutamaan kelemahlembutan
Vinsensius dihayati Vinsensius dalam sikap ramah, santun, sabar dalam
menghadapi setiap peristiwa, terutama peristiwa-peristiwa yang sangat sulit dan
menyakitkan. Vinsensius sabar terhadap perasaan hati orang lain yang buruk,
memberikan teguran dan nasihat kepada para imamnya dengan lembut hati,
menerima satusama lain dengan penuh cinta dan menerima kekurangan maupun
kelebihan masing-masing pribadi, dan senantiasa membawa sukacita.
Keutamaan penyelamatan jiwa diimplementasikan Vinsensius melalui dua
jalur yakni jalur rohani dan jalur jasmani yang terungkap dalam kegiatan utama
Kongregasi Misi yakni berkeliling dari desa ke desa untuk mewartakan kabar
gembira; mendengarkan pengakuan dosa; memperdamaikan perselisihan;
memelihara orang sakit secara jasmani dan rohani; memberikan retret kepada
calon imam, dimana terjadi pemberian makanan fisik, mengajarkan teologi praktis,
upacara-upacara Gereja, mempraktekkan doa dan meditasi. Upaya yang dilakukan
oleh Vinsensius dalam melayani orang miskin juga diperlihatkan dari data hasil
penelitian lapangan di SLB Bhakti Luhur, bahwa cara menghayati spiritualitas
Vinsensius adalah melayani dan membimbing anak-anak (57,14%), melalui
kesaksian hidup sehari-hari (28,60%), melayani sepenuh hati, dan didukung oleh
doa. Implementasi spiritualitas Vinsensius di Bhakti Luhur bukan tanpa tantangan.
Tantangan yang dihadapi para pendidik di SLB Bhakti Luhur antara lain:
kebutuhan anak berkebutuhan khusus yang bervariatif (42,90%), kerjasama
129
diantara pendidik yang belum menunjukkan sinergisitas dan kooperatif (28,60%),
belum semua pendidik dapat akrab dengan anak berkebutuhan khusus, serta
kurangnya tenaga pendidik.
Upaya yang telah dilakukan dalam mengatasi persoalan adalah mencari
donatur (42,90%), mengadakan kegiatan rekoleksi untuk para pembina (28,60%),
mencari tenaga pendidik yang melayani dengan sukarela, pembina dapat
menyesuaikan kebutuhan anak berkebutuhan khusus, membangun komunikasi
yang baik diantara para pendidik.
Data hasil penelitian di lapangan menunjukan adanya semangat dalam
menghayati spiritualitas Vinsensius, tetapi masih belum begitu memuaskan,
misalnya adanya kerjasama yang tidak sehat diantara para pendidik, kurangnya
totalitas melayani anak-anak, kurangnya tenaga pendidik. Implementasi
spiritualitas Vinsensius harus juga diungkapkan dalam kerjasama yang baik
diantara para pendidik, artinya harus menyelesaikan persoalan intern supaya ada
kesepakatan dalam menghadapi anak-anak yang menjadi sasaran subyek
penghayatan spiritualitas Vinsensius yang membebaskan. Keterbukaan para
pendidik untuk dapat menerima saran dan kritik, serta kemauan memberi saran
mengandaikan keutamaan kerendahan hati, kelemahlembutan dan keutamaan
Vinsensius lainnya.
Perhatian terhadap implementasi spiritualitas Vinsensius lebih dihayati lagi.
Tugas melayani atau mewartakan dalam tindakan kasih terhadap mereka yang
miskin bukan pilihan dan kemauan diri sendiri tetapi karena panggilan Allah
untuk bekerja di kebun anggur-Nya. Mengambil dan memelihara orang miskin
130
baik memenuhi kebutuhan rohani maupun dan jasmani merupakan suatu
penerapan spiritualitas Vinsensius. Pelayanan terhadap orang berkebutuhan
khusus, miskin dan menderita merupakan tugas yang tiada henti.
5.2 Usul dan Saran
5.2.1. Bagi Perkembangan Ilmu
Penelitian ini menjadi penting untuk diperhitungkan dalam dunia akademik,
sebab tema penelitian ini belum pernah dilakukan penelitian oleh lembaga
maupun mahasiswa sebelumnya. Ilmu pengetahuan akan menjadi tinggi
kedudukannya bila memberikan sumbangan kepada kebaikan hidup bersama.
Tema penelitian ini membahas implementasi suatu spiritualitas yang dapat disebut
sebagai ilmu. Spiritualitas Vinsensius adalah suatu ilmu karena telah menjadi
wacana yang berguna untuk hidup sosial khususnya Gereja, sehingga ilmu-ilmu
harus selalu memperlihatkan keberpihakkannya pada kehidupan manusia.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi
penghayatan spiritualitas Vinsensius secara efektif dan efisien bagi orang
berkebutuhan khusus, serta dapat diimplementasikan pada program pastoral
lingkungan, pastoral stasi dan magang dimana mahasiswa kerapkali menjumpai
orang berkebutuhan khusus. Penelitian dapat dijadikan sebagai salah satu acuan
yang penting untuk meneliti tentang bagaimana pembinaan pendidik yang
sungguh menjawab kebutuhan orang berkebutuhan khusus di SLB Bhakti Luhur,
Madiun.
131
5.2.2. Bagi Penelitian Itu Sendiri
Penelitian ini secara khusus memberi pemahaman bagaimana implementasi
spiritualitas Vinsensius yang selalu kontekstual. Pelayanan-pelayanan pastoral
seharusnya selalu didorong oleh spiritualitas yang mencerminkan kasih Allah
seperti spiritualitas Santo Vinsensius. Penelitian ini memberikan pemahaman
mendalam tentang implementasi semangat Vinsensius, sehingga pendidik di SLB
Bhakti Luhur Madiun mau membaktikan diri bagi orang berkebutuhan khusus
sepenuh hati.
Hasil penelitian ini juga dapat menjadi refrensi bagi pendidik SLB Bhakti
Luhur Madiun, dan bagi penelitian selanjutnya dengan tema yang serupa.
Penelitian yang perlu diperdalam dari tema yang serupa diantaranya adalah
masalah pendampingan pembina Bhakti Luhur, atau dampak sosial masyarakat
atas keberadaan Bhakti Luhur, Madiun.
113
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah Nandiyah. Mengenal Anak Berkebutuhan Khusus: Jurnal 01.25 (2013):
1-10
Banawiratma, J.B, dkk. 1998. Teologi dan Spiritualitas. Yogyakarta: Kanisius.
Budianto, Antonius Sad. 2009. Ia Membuat Segalanya Menjadi Baik, Berjalan
Bersama Santo Vinsensius De Paul. Malang: Lumen Christi.
Boom, C.A. J. 1990. Seri Pastoral 175. Yogyakarta: Pusat Pastoral.
Chang, William. 2002. Menggali Bulir-bulir keutamaan. Yogyakarta: Kanisius.
Charpy, Elisabeth. 1991. Menuju Kesucian Louise De Marillac. Malang: Dioma.
Cahya, Laili S. 2013. Adakah ABK di Kelasku. Yogyakarta: Group Relasi Inti
Media.
Clinebell, Howard. 1966. Basic Types Of Pastoral Care and Counseling.
Abingdon Press
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Edisi Kedua. Jakarta: Balai Pustaka.
______________. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Keempat. Jakarta:
Balai Pustaka.
Desiningrum, Dinie Ratri. 2016. Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus.
Yogyakarta: Psikosain.
Dewantara, dan Stefanus. Penghayatan Serikat Sosial Vinsensius (SSV) akan
Spiritualitas Santo Vinsensius A Paulo di Wilayah Paroki Santo Cornelius
Madiun. 20.10 (2018): 57-79.
Darmo Al. Peran Orang Tua Dalam Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. Di :
Jurnal Study Islam dan Sosial 09.01. (2015) 141-161.
Gaudium in Christo Surabaya. 2007. Alat Pilihan Tuhan: Romo Janssen Bapak
Anak-anak Cacat Bhakti Luhur Indonesia. Malang: Dioma.
Gunarso, Singgih D. 2000. Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: BPK. Gunung
Mulia.
114
Hamid. MN dan Achir Yani. 2009. Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa.
Jakarta : Kedokteran EGC.
Hardjana, Agus M. 2005. Religiositas Agama dan Spiritualitas. Yogyakarta:
Kanisius.
Hartono, Heselaars. 1999. Teologi Praktis. Yogyakarta: Kanisius.
Hendrawan, Sanerya. 2009. Spiritualitas Management. Bandung: PT Mizan
Pustaka.
Huaken, Adolf. 2002. Spiritualitas Kristiani. Jakarta: Yayasan Loka Cakara.
Komunitas Rumah Retret Domus Mariae Sarangan. 1996. Spiritualitas Vinsensius
II. Sarangan: Rumah Retret Domus Mariae Sarangan.
KWI. 2014. Katekismus Gereja Katolik. Flores-NTT: Nusa Indah.
Lembaga Alkitab Indonesia. 2012. Alkitab Deuterokanonik. Jakarta: Lembaga
Alkitab Indonesia.
Lorens, Bagus. 2002. Kamus Filsafat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Levin Michal. 1970. Spiritual Inteligence. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Martasudjita, E. 2002. Spiritualitas Liturgi. Yogyakarta: Kanisius.
Mayeroff, Milton. 1993. Mendampingi Untuk Menumbuhkan. Yogyakarta:
Kanisius
Newfeldt, Victoria (Ed). 1986. Webster’s New Word Dictionary of American
English. New York: Prentice Hall General Reference.
Ngarani, dan Adinughgraha. Sumbangan Spiritualitas Santo Vinsensius A Paulo
Bagi Pelayanan Katekis di Paroki Tamiang Layang : Jurnal Masalah
Pastoral 02.02 (2016): 182-206.
Paulo, A. Vincentius. 1996. Dalam Bimbingan Santo Vinsensius: Surat-surat
Santo Vincentius I. Malang: Dioma.
Ponticelli, S dan Armada Riyanto. 2006. Sahabat-sahabat Tuhan dan Orang
Miskin. Malang: Dioma.
Prasetya, dkk. 2007. Panduan Tim Kerja Paroki. Yogyakarta: Kanisius.
115
Riyanto, Armada. 2012. Menjadi Vincentian. Malang: Dioma.
Romain, Philip. 2002. Menjadi Manusia Baru. Yogyakarta: Kanisius.
Roman, J.M. 1993. Santo Vinsensius De Paul: Hidup Panggilan dan
Spiritualitasnya. Malang: Pustaka Vincentiana.
Romario, Albertus. Allah dan Penderitaan Manusia. FORUM (Jurnal Filsafat dan
Teologi, 44.02 (2015): 13-20.
Rurit, Bernada. 2007. Gaudium In Christo Surabaya: Alat Pilihan Tuhan Romo
Janssen Bapak Anak-Anak CacaT Bhakti Luhur Indonesia. Malang: Dioma.
Salim, Peter. 1987. The Contemporary English-Indonesian Dictionary. Jakarta:
Modern English Press.
Soenarto, Aloysius SW. 2010. Katekese Bagi Calon Krisma. Jakarta: Kanisius.
Storm, Bons. 1967. Apakah Pengembalaan Itu. Yogyakarta: Kanisius.
Sudiarja, dkk. (penyunting). 2006. Driyarkara. Karya Lengkap Driyarkara: Esai-
Esai Filsafat Pemikir yang Terlibat dalam Perjuangan Bangsanya. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama (hlm. 1035-1141).
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatf dan R & D. Bandung:
Alfabeta.
Sutopo, H.B. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif: Dasar Teori dan
Terapannya dalam Penulisan. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Tondowidjojo, Jhon. 1984. Santo Vincentius De Paul Terhadap Kaum Miskin.
Surabaya: Sanggar Bina Tama.
Sudjana. 2007. Media Pengajaran. Jakarta: Sinar Baru Algesindo.
______________. 2003. St. Vincent De Paul: Pengikut Pembawa Kabar Gembira
Kepada Orang Miskin. Surabaya: Yayasan Sanggar Bina Tama.
______________. 2013. Mengenal SSV Melalui Frederic Ozanam. Surabaya:
Sanggar Bina Tama.
Tarigan, Jacobus. 2015. Religiositas dan Gereja Katolik. Yogyakarta: Kanisius.
116
Tjahaja, Liria. Pemahaman Orang Muda Katolik Mengenai Sikap/Pandangan
Gereja terhadap Orang Miskin dan Masalah Kemiskinan (Studi Terhadap
Kelompok Orang Muda Katolik di Keuskupan Agung Jakarta) : Jurnal
Pendidikan Agama Katolik 04.10 (2012): 30-72.
Tirtayani Ayu Luh. Upaya Pendampingan Anak Berkebutuhan Khusus Pada
Lembaga-Lembaga PAUD di Singaraja Bali : Jurnal Psikologi 12. 02.
(2018) 21-34
Wilhelmus. Globalisasi Ekonomi dan Pemiskinan Masyarakat: Bagaimana
Institusi Agama Meresponnya: Jurnal Pendidikan Agama Katolik 03.04
(2019): 1-18.
Wiryasaputra, Totok S. 1995. Pendampingan Pastoral Orang Sakit, Sikap dan
Keterampilan Dasar, Seri Pastoral 245. Yogyakarta: Pusat Pastoral.
Wula Paulina. Peningkatan Standar Mutu Kompetensi Lulusan di SMP St
Aloysius Sleman Yogyakarta. Jurnal Masalah Pastoral 13.13 (2019): 65-77.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
TRANSKRIP WAWANCARA
RESPONDEN I
Nama : Martina Jatmi Hayati
Ttl : Kulonprogo, 13 Maret 1962
Pekerjaan tetap : PNS,CNI
Mata pelajaran yang diampu : Guru Kelas SMP SLB
Lama pengabdian : 34 Tahun
1. Menurut Anda siapakah Santo Vinsensius A. Paulo?
Santo Vinsensius adalah pelindung Bhakti Luhur dan karya alma. Lahir 1581 di
Pouy, Prancis Selatan. Vinsensius anak ke-3 dari 6 bersaudara. Di tahbiskan usia
19 tahun, pada bulan September 1660. Karyanya dikhususkan dengan orang
miskin yang berawal ketika berjumpa dengan seorang wanita yang direndahkan.
Vinsensius marah waktu itu ketika melihat situasi kaum wanita yang direndahkan.
Itulah sebabnya muncul “Perkasih” kemudian Perhimpunan Putri Kasih.
Vinsensius wafat 1666 ketika sedang berdoa.
2. Apa isi spiritualitas Vinsensius A Paulo? Jelaskan menurut sepengetahuan
Anda!
Mencintai dan melayani dengan penuh kasih, terutama ABK dan orang-orang
berkebutuhan khusus, terlantar dan kurang mampu.
3. Apakah Anda mengetahui 5 keutamaan St. Vinsensius A. Paulo? Jelaskan!
Kasih, rendah hati, dan lain-lain.
4. Menurut Anda, siapakah yang dimaksud dengan orang yang berkebutuhan
khusus?
Orang berkebutuhan khusus adalah orang-orang yang mengalami kekurangan,
terlantar, menderita, dan lain-lain. Mereka adalah orang-orang yang kurang
beruntung.
5. Bagi Anda, apa arti pendampingan orang berkebutuhan khusus?
Pendampingan yang diberikan ssecara khusus, memberikan pertolongan, menaruh
perhatian, serta membantu orang berkebutuhan khusus untuk berkembang, ikut
merasakan penderitaan mereka.
6. Jenis-jenis pendampingan seperti yang diberikan kepada orang
berkebutuhan khusus?
Pendampingan langsung, memberikan perhatian maksimal, memberikan sesuatu
secara bertahap dan berulang-ulang, menggunakan alat peraga/ sarana prasarana,
selalu melakukan interaksi
7. Semangat seperti apa yang diperlukan bagi pendampingan orang
berkebutuhan khusus?
Semangat yang diperlukan adalah semangat pelayanan, semangat untuk
menghargai, semangat untuk mencintai, mengasihi, pengorbanan, kesabaran,
ketekunan dan persahabatan
8. Menurut Anda, spiritualitas Vinsensius yang mana yang dapat diterapkan
bagi orang berkebutuhan khusus?
Spiritualitas Vinsensius menurut sepengetahuan saya adalah mengasihi. Jadi Kasih
adalah inti dari spiritualitas Vinsensius.
9. Menurut Anda, apa makna spiritualitas Vinsensius A. Paulo bagi orang yang
berkebutuhan khusus?
Makna spiritualitas Vinsensius adalah menyelamatkan jiwa. Mereka didik menjadi
orang yang mandiri.
10. Bagaimana SLB Bhakti Luhur menghayati spiritualitas Vinsensius A. Paulo?
Cara menghayati spiritualitas Vinsensius itu dengan melayani, membimbing anak-
anak dengan penuh kasih melalui kerohanian.
11. Kesulitan-kesulitan apa yang Anda dialami dan ditemukan dalam
menerapkan spiritualitas Vinsensius A. Paulo bagi orang berkebutuhan
khusus Bhakti Luhur Madiun?
Tidak semua pelayan di sini bisa langsung lengket dan senang dengan ABK. Bisa
ada kejijikan, belum bisa akrab dengan anak berkebutuhan khusus.
12 Apa upaya yang selama ini dilakukan SLB Bhakti Luhur dalam mengatasi
kesulitan menghayati spiritualitas Vinsensius A. Paulo bagi orang
berkebutuhan khusus di SLB Bhakti Luhur?
Kita mengupayakan rekoleksi untuk menyegarkan para guru di sini supaya
melayani anak-anak dengan penuh kasih. Di sekolah, kita mencari donatur yang
peduli dengan anak-anak ini, mencari dana.
TRANSKRIP WAWANCARA
RESPONDEN 2
Nama : Lilis Tri Puji Rahayu
Ttl : Madiun, 8 September 1967
Pekerjaan tetap : Guru
Mata pelajaran yang diampu : Guru Kelas
Lama pengabdian : 23 Tahun
1. Menurut Anda siapakah Santo Vinsensius A. Paulo?
Vinsensius A Paulo itu adalah tokoh Gereja Katolik, bapak orang miskin, bapak
kaum papa, pelindung bakti luhur, juga pelindung Alma. Pendiri STKIP dan
Widya Mandala, pendiri Perkasih.
2. Apa isi spiritualitas Vinsensius A Paulo? Jelaskan menurut sepengetahuan
Anda!
Menurut saya, isi spiritualitas Vinsensius adalah hidup mencintai anak-anak,
mencintai orang tua, secara khusus mencintai orang dan anak berkebutuhan
khusus.
3. Apakah Anda mengetahui 5 keutamaan St. Vinsensius A. Paulo? Jelaskan!
Keutamaan Vinsensius adalah kesederhanaan. Kesederhanaan anak yang tidak bisa
apa-apa. Maka, kita harus melayani anak-anak itu dengan rendah hati. Kedua,
adalah kelembutan hati, itu berarti kita harus melayani anak-anak dengan lembut,
dengan penuh kasih sayang karena mereka anak-anak citra Allah sama seperti kita.
Ketiga, mati raga, yaitu berjuang. Di sini, berjuang tidak kenal lelah membagikan
kasih setiap saat, setiap waktu.Keempat, keutamaan menyelamatkan jiwa anak-
anak.
4. Menurut Anda, siapakah yang dimaksud dengan orang yang berkebutuhan
khusus?
Orang yang berkebutuhan khusus adalah orang yang mengalami kecatatan fisik,
keterbatasan mental, kurang diperhatikan.
5. Bagi Anda, apa arti pendampingan orang berkebutuhan khusus?
Pendampingan secara khusus, pendampingan sesuai dengan kebutuhan siswa
masing-masing, atau sesuai dengan tingkat ketunaannya, pendampingan kepada
orang cacat, miskin dan menderita, ikut merasakan penderitaan mereka, melayani
orang miskin atau cacat.
6. Jenis-jenis pendampingan seperti yang diberikan kepada orang
berkebutuhan khusus?
Jenis pendampingan yang diberikan biasanya adalah jenis pendampingan langsung,
menggunakan alat peraga atau sarana prasarana seperti gambar, bahasa isyarat,
abzad jari, pengulangan, perintah yang langsung pada tujuan, memberikan
pendampingan maksimal, mencintai dan mengasihi, membaca gambar.
7. Semangat seperti apa yang diperlukan bagi pendampingan orang
berkebutuhan khusus?
Semangat yang diperlukan adalah semangat pelayanan sudah pasti, semangat
berjuang, semangat yang berkelanjutan, semangat berkorban, semangat kesabaran,
semangat ketekunan, semangat belajar untuk meningkatkan pengetahuan juga
perlu.
8. Menurut Anda, spiritualitas Vinsensius yang mana yang dapat diterapkan
bagi orang berkebutuhan khusus?
Spiritualitas yang pas untuk diterapkan di Bhakti luur ini adalah pelayanan penuh
cinta kasih.
9. Menurut Anda, apa makna spiritualitas Vinsensius A. Paulo bagi orang yang
berkebutuhan khusus?
Makna spiritualitas Vinsensius di SLB ini untuk menyelamatkan jiwa-jiwa orang
berkebutuhan khusus.
10. Bagaimana SLB Bhakti Luhur menghayati spiritualitas Vinsensius A. Paulo?
Spiritualitas Vinsensius di hayati di sini adalah tetap melayani ABK, OBK, miskin
dengan kasih.
11. Kesulitan-kesulitan apa yang Anda dialami dan ditemukan dalam
menerapkan spiritualitas Vinsensius A. Paulo bagi orang berkebutuhan
khusus Bhakti Luhur Madiun?
Kesulitan yang ditemukan adalah kekurangan tenaga. Banyak orang tidak mau
melayani anak-anak yang berkebutuhan khusus ini.
12 Apa upaya yang selama ini dilakukan SLB Bhakti Luhur dalam mengatasi
kesulitan menghayati spiritualitas Vinsensius A. Paulo bagi orang
berkebutuhan khusus di SLB Bhakti Luhur?
Upaya yang dilakukan SLB adalah mencari tenaga yang mau rela membantu di
SLB, mencari donatur, yang mungkin tersentuh hatinya.
TRANSKRIP WAWANCARA
RESPONDEN 3
Nama : Elisabet Endang Sri Wahyuni
Ttl : Magelang, 7 Juli 1963
Pekerjaan tetap : Guru
Mata pelajaran yang diampu : Guru Kelas
Lama pengabdian : 35 Tahun
1. Menurut Anda siapakah Santo Vinsensius A. Paulo?
Pelindung dan teladan dalam berkarya.
2. Apa isi spiritualitas Vinsensius A Paulo? Jelaskan menurut sepengetahuan
Anda!
Kesederhanaan, kerendahan hati, kasih, kelemah lembutan.
3. Apakah Anda mengetahui 5 keutamaan St. Vinsensius A. Paulo? Jelaskan!
Mendidik, melayani dengan semangat Vinsensius, bisa menemukan Yesus yang
dilayani.
4. Menurut Anda, siapakah yang dimaksud dengan orang yang berkebutuhan
khusus?
Orang yang membutuhkan uluran tangan kita, dan pertolongan, khususnya cacat,
mereka terlantar.
5. Bagi Anda, apa arti pendampingan orang berkebutuhan khusus?
Bagi saya pendampingan kepada mereka yang cacat, miskin dan kekurangan,
pelayanan kepada orang miskin, mengajari, memberikan bimbingan, memberikan
pembinaan agar mereka berkembang dan memiliki hidup yang layak, membantu
mengarahkan mereka secara khusus dan berbeda dengan orang normal pada
umumnya.
6. Jenis-jenis pendampingan seperti yang diberikan kepada orang
berkebutuhan khusus?
Jenis pendampingan yang diberikan adalah mempraktekkan langsung, atau secara
nyata, memberikan suatu ang mesti harus diulang-ulang kalo tidak begitu mereka
pasti lupa lagi, menggunakan media gambar karena mereka cepat nangkap atau
paham dengan tujuan kita, dengan bantuan alat peraga atau sarana prasaran, sering
berinteraksi, dengan kasih dam sayang, pendampingan maksimal.
7. Semangat seperti apa yang diperlukan bagi pendampingan orang
berkebutuhan khusus?
Semangat yang diperlukan oleh eorang pendamping orang berkebutuhan khusus
atau anak berkebutuhan khusus menurut pemahaman saya adalah semangat
pelayanan, karena dengan semangat pelayanan kepada orang berkebutuhan khusus
maka saya akan mencintai mereka dan maksimal dalam tugas saya sebagai
pendamping, semangat kesabaran karena harus sabar dalam menghadapi mereka,
semangat ketekunan kita harus tekun, semangat pengorbanan ini juga sangat
penting, karena tanpa pengorbanan semua tidak akan menjadi lebih baik, misal
dalam belajar mereka cepat capek dan malas kita kasih permen dan kue ini juga
pengorbanan, semangat persahabatan harus menjadi sahabat bagi mereka agar
lebih dekat, semangat cinta kasih, semangat menghargai
8. Menurut Anda, spiritualitas Vinsensius yang mana yang dapat diterapkan
bagi orang berkebutuhan khusus?
Bagi saya spiritualitas Vinsensius itu adalah kasih, pelayanan kasih.
9. Menurut Anda, apa makna spiritualitas Vinsensius A. Paulo bagi orang yang
berkebutuhan khusus?
Spiritualitas Vinsensius membantu melayani dengan penuh hati dan kasih, peduli
dengan keadaan anak-anak.
10. Bagaimana SLB Bhakti Luhur menghayati spiritualitas Vinsensius A. Paulo?
Menghayati untuk siap melayani orang-orang yang menderita, ABK.
11. Kesulitan-kesulitan apa yang Anda dialami dan ditemukan dalam
menerapkan spiritualitas Vinsensius A. Paulo bagi orang berkebutuhan
khusus Bhakti Luhur Madiun?
Kita menghadapi berbagai macam persoalan. Kebutuhan anak-anak berbeda, jenis
kecacatan bermacam-macam.
12 Apa upaya yang selama ini dilakukan SLB Bhakti Luhur dalam mengatasi
kesulitan menghayati spiritualitas Vinsensius A. Paulo bagi orang
berkebutuhan khusus di SLB Bhakti Luhur?
Caranya adalah mendekap kebutuhan mereka, sehingga kesulitan kita menangani
berbagai kebutuhan sedikit teratasi.
TRANSKRIP WAWANCARA
RESPONDEN 4
Nama : Lidia Tri Meni
Ttl : Madiun, 20 Mei 1962
Pekerjaan tetap : Guru
Mata pelajaran yang diampu : Guru Kelas SD
Lama pengabdian : 6 Tahun
1. Menurut Anda siapakah Santo Vinsensius A. Paulo?
Tokoh Gereja di Gereja Prancis, seorang bapak bagi orang miskin.
2. Apa isi spiritualitas Vinsensius A Paulo? Jelaskan menurut sepengetahuan
Anda!
Pelayanan anak-anak ABK, orang-orang yang lansia, orang-orang yang terlantar
dan menderita.
3. Apakah Anda mengetahui 5 keutamaan St. Vinsensius A. Paulo? Jelaskan!
Kerendahan hati, sederhana, lemah lembut, matiraga, menyelamatkan jiwa.
4. Menurut Anda, siapakah yang dimaksud dengan orang yang berkebutuhan
khusus?
Orang-orang yang mengalami ketunaan, seperti tunanetra, rungu, wicara, tuna
greta yaitu lemot berpikir, lemah IQ-nya, tuna daksa, autis, dan semua ABK dan
OBK.
5. Bagi Anda, apa arti pendampingan orang berkebutuhan khusus?
Arti pendampingan orang berkebutuhan khusus adalah mendampingi orang yang
berkebutuhan khusus, cacat, miskin dan menderita, pendamping sebagai guru yang
mengarahkan dan membimbing, mengajarkan orang berkebutuhan khusus sesuai
kondisi mereka, mendidik mereka, mengasihi mereka yang berkebutuhan khusus,
pelayanan kepada orang miskin.
6. Jenis-jenis pendampingan seperti yang diberikan kepada orang
berkebutuhan khusus?
Jenis-jenis pendampingan yang diberikan sesuai dengan hambatan mereka,
misalnya buta jenis pendampingannya adalah meraba. Pendampingan dengan
bahasa isyarat, pendampingan dengan membaca bibir, saat berbicara harus
berhadapan, latihan artikulasi, pengulangan, media gambar, pendampingan lansung
mempraktekkan, berinteraksi, melatih fisik, membimbing perilaku.
7. Semangat seperti apa yang diperlukan bagi pendampingan orang
berkebutuhan khusus?
Semangat yang diperlukan adalah semangat yang tidak berkesudahan atau terus-
menerus, semangat belajar untuk terus menigkatkan pengetahuan, semangat
pelayanan, semangat pengorbanan, semangat kesabaran.
8. Menurut Anda, spiritualitas Vinsensius yang mana yang dapat diterapkan
bagi orang berkebutuhan khusus?
Spiritualitas Vinsensius adalah lemah lembut dan semangat menyelamatkan jiwa-
jiwa.
9. Menurut Anda, apa makna spiritualitas Vinsensius A. Paulo bagi orang yang
berkebutuhan khusus?
Memberikan semangat kepada para tenaga yang melayani di sini supaya lebih giat,
tulus dan lain-lain. Dengan spiritualitas itu, kita tidak menyerah menghadapi ABK.
10. Bagaimana SLB Bhakti Luhur menghayati spiritualitas Vinsensius A. Paulo?
Kita berusaha dengan sepenuh hati menghadapi anak-anak. Melayani mereka.
11. Kesulitan-kesulitan apa yang Anda dialami dan ditemukan dalam
menerapkan spiritualitas Vinsensius A. Paulo bagi orang berkebutuhan
khusus Bhakti Luhur Madiun?
Ada teman yang tidak sependapat dengan kita. Satu sama lain tidak sependapat.
12 Apa upaya yang selama ini dilakukan SLB Bhakti Luhur dalam mengatasi
kesulitan menghayati spiritualitas Vinsensius A. Paulo bagi orang
berkebutuhan khusus di SLB Bhakti Luhur?
Kita mengadakan rekoleksi, pembinaan, mencari donatur, meningkatkan
kesejahteraan pendamping, kan pendamping di sini juga punya keluarga yang
harus dihidupi.
TRANSKRIP WAWANCARA
RESPONDEN 5
Nama : Vinsensius Yosep Tukidjo
Ttl : Ponorogo, 10 Mei 1956
Pekerjaan tetap : Pendamping dan Guru SLB
Mata pelajaran yang diampu : Guru Kelas XII SMA SLB
Lama pengabdian : 40 Tahun
1. Menurut Anda siapakah Santo Vinsensius A. Paulo?
Vinsensius adalah orang yang bergerak di bidang kasih. Dia adalah pelindung
Bhakti Luhur, pendiri Kongregasi Misi.
2. Apa isi spiritualitas Vinsensius A Paulo? Jelaskan menurut sepengetahuan
Anda!
Isinya ajaran Yesus tentang cinta kasih.
3. Apakah Anda mengetahui 5 keutamaan St. Vinsensius A. Paulo? Jelaskan!
Kesederhanaan, kasih, dan lain-lain. Menerapkan keutamaan.
4. Menurut Anda, siapakah yang dimaksud dengan orang yang berkebutuhan
khusus?
Mereka-mereka yang tidak dapat merawat dan membantu diri mereka sendiri.
5. Bagi Anda, apa arti pendampingan orang berkebutuhan khusus?
Arti pendampingan orang berkebutuhan khusus adalah pendampingan yang
diberikan kepada orang berkebutuhan khusus atau cacat, menderita dan miskin
secara langsung, pelayanan kepada orang miskin, pelayanan kepada orang yang
cacat, pelayanan kepada orang yang memiliki kebutuhan khusus, memberikan
pembinaan, membimbing, dan mengarahkan, mengajar mereka secara khusus.
6. Jenis-jenis pendampingan seperti yang diberikan kepada orang
berkebutuhan khusus?
Jenis-jenis pendampingan yang diberikan secara individu, pengulangan materi atau
berlanjut, pendampingan secara maksimal, berinteraksi, penuh kesabaran,
menggunakan alat peraga atau sarana prasarana misalnya menggunakan video,
gambar, dengan cinta dan kasih sayang, menghargai hasil belajar mereka.
7. Semangat seperti apa yang diperlukan bagi pendampingan orang
berkebutuhan khusus?
Semangat yang diperlukan adalah semangat yang tidak berkesudahan, semangat
berjuang, semangat berkorban, semangat pelayanan, semangat kesabaran,
semangat cinta kasih, semangat menghargai, semangat persahabatan.
8. Menurut Anda, spiritualitas Vinsensius yang mana yang dapat diterapkan
bagi orang berkebutuhan khusus?
Spiritualitas Vinsensius menurut saya adalah kelembutan hati dan kasih.
9. Menurut Anda, apa makna spiritualitas Vinsensius A. Paulo bagi orang yang
berkebutuhan khusus?
Memberikan kasih supaya anak-anak itu juga bisa mengasihi temannya yang lain
dalam hidupnya. Yesus juga begitu, Ia memberikan kasih, supaya kita pun saling
mengasihi seperti Dia mengasihi kita. Itu saya kita.
10. Bagaimana SLB Bhakti Luhur menghayati spiritualitas Vinsensius A. Paulo?
Kita menghayatinya dengan berdoa, menghidupi lewat hidup sehari-hari dengan
mengasihi dan melayani.
11. Kesulitan-kesulitan apa yang Anda dialami dan ditemukan dalam
menerapkan spiritualitas Vinsensius A. Paulo bagi orang berkebutuhan
khusus Bhakti Luhur Madiun?
Di sini yang saya lihat berkaitan dengan kerjasama. Kita masih mengalami
kesulitan kerjasama. Kadang kita kurang sepakat, sepaham dalam menangani anak-
anak.
12 Apa upaya yang selama ini dilakukan SLB Bhakti Luhur dalam mengatasi
kesulitan menghayati spiritualitas Vinsensius A. Paulo bagi orang
berkebutuhan khusus di SLB Bhakti Luhur?
Kita harus memperbaiki komunikasi, harus mau menerima saran dan masukkan
dari orang lain sesama pendamping di sini.
TRANSKRIP WAWANCARA
RESPONDEN 6
Nama : Sr. Reneldis Mimi
Ttl : Maokaro, 21 Mei 1973
Pekerjaan tetap : Suster Alma, Bendahara
Mata pelajaran yang diampu : Mengajar anak autis
Lama pengabdian : 4 Tahun
1. Menurut Anda siapakah Santo Vinsensius A. Paulo?
Vinsensius adalah pelindung dan inspirator.
2. Apa isi spiritualitas Vinsensius A Paulo? Jelaskan menurut sepengetahuan
Anda!
Fokus memperhatikan orang berkebutuhan khusus, kecil, disabilitas.
3. Apakah Anda mengetahui 5 keutamaan St. Vinsensius A. Paulo? Jelaskan!
Kesederhanaan, dan lain-lain. Hasil dimiliki dari 5 keutamaan, berjuang, bertekun.
4. Menurut Anda, siapakah yang dimaksud dengan orang yang berkebutuhan
khusus?
Orang berkebutuhan khusus adalah mereka yang membutuhkan perhatian dan
cinta, pakir miskin, dan orang-orang yang terlantar.
5. Bagi Anda, apa arti pendampingan orang berkebutuhan khusus?
Arti pendampingan orang berkebutuhan khusus adalah pelayanan kepada orang
berkebutuhan khusus, cacat dan miskin dan merupakan tugas mulia, mendidik dan
menggali potensi orang berkebutuhan khusus, bukan suatu yang gampang,
sederhana, pendampingan secara khusus ikut merasakan kesulitan mereka,
mengajarkan secara khusus, menjaga, merawat orang berkebutuhan khusus.
6. Jenis-jenis pendampingan seperti yang diberikan kepada orang
berkebutuhan khusus?
Jenis-jenis pendampingan yang diberikan adalah pendampingan langsung secara
maksimal, memberikan contoh sikap dan perilaku yang baik, pendampingan secara
maksimal, dengan cinta dan kasih sayang, sering berinteraksi, tanya jawab,
menonton video, demonstrasi, menggunakan alat peraga atau sarana prasarana,
pendampingan konkret/ nyata, aksi nyata atau tindakkan nyata.
7. Semangat seperti apa yang diperlukan bagi pendampingan orang
berkebutuhan khusus?
Semangat yang diperlukan adalah semangat kegembiraan, semangat pelayanan,
semangat pengorbanan, semangat ketekunan, semangat kesabaran, semangat
bejuang dan memotivasi diri.
8. Menurut Anda, spiritualitas Vinsensius yang mana yang dapat diterapkan
bagi orang berkebutuhan khusus?
Semangat menyelamatkan jiwa-jiwa. Dan juga kelembuatan hati. Sebenarnya
kelima spiritualitas Vinsensius bisa dipakai semua dalam SLB ini.
9. Menurut Anda, apa makna spiritualitas Vinsensius A. Paulo bagi orang yang
berkebutuhan khusus?
Makna spiritualitas Vinsensius adalah ABK mendapat layanan yang lebih efektif.
10. Bagaimana SLB Bhakti Luhur menghayati spiritualitas Vinsensius A. Paulo?
Kita bisa menghayati spiritualitas Vinsensius dengan kesaksian hidup sehari-hari.
11. Kesulitan-kesulitan apa yang Anda dialami dan ditemukan dalam
menerapkan spiritualitas Vinsensius A. Paulo bagi orang berkebutuhan
khusus Bhakti Luhur Madiun?
Kesulitannya di sini kasus kecatatan yang berbeda, sehingga sulit juga memberikan
pelayanan kepada mereka sesuai kebutuhan. Pelayanan tidak maksimal karena kita
menghadapi berbagai kebutuhan anak yang berbeda.
12 Apa upaya yang selama ini dilakukan SLB Bhakti Luhur dalam mengatasi
kesulitan menghayati spiritualitas Vinsensius A. Paulo bagi orang
berkebutuhan khusus di SLB Bhakti Luhur?
Kita mencocokkan kurikulum pemerintah misalnya K13 dengan kurikulum
Yayasan Bhakti Luhur. Kadang standar kurikulum pemerintah terlalu tinggi buat
kita, jadi kita sesuaikan dengan kurikulum kita.
TRANSKRIP WAWANCARA
RESPONDEN 7
Nama : Frankasius Bote Kelen
Ttl : Flores Timur, 12 Mei 1961
Pekerjaan tetap : Guru Agama Katolik
Mata pelajaran yang diampu : Agama Katolik
Lama pengabdian : 11 Tahun
1. Menurut Anda siapakah Santo Vinsensius A. Paulo?
Vinsensius adalah tokoh Gereja. Ia adalah pembawa perubahan, pelayan orang
miskin, orang cacat, dan lain-lain dan pembaharuan Gereja.
2. Apa isi spiritualitas Vinsensius A Paulo? Jelaskan menurut sepengetahuan
Anda!
Isi spiritualitas Vinsensius adalah bayangan kasih, pelayanan kasih, membagikan
kasih terhadap sesama terutama yang menderita, cacat, miskin, terlantar. Ia
memiliki prinsip untuk itu, “meninggalkan Tuhan untuk Tuhan.”
3. Apakah Anda mengetahui 5 keutamaan St. Vinsensius A. Paulo? Jelaskan!
Spiritualitas Vinsensius yang saya tahu adalah sederhana, artinya kalau kita
melayani di sini, kita harus menjadi sederhana. Sikap hidup yang sederhana harus
diperlihatkan guru. Kedua adalah rendah hati. Jadi guru di sini tidak boleh bentak,
kita harus lembut hati. Kita harus menjauhkan apa yang kita inginkan secara
berlebihan. Semangat sepenuh hati melayani, tidak boleh separuh-separuh. Kita
harus sabar.
4. Menurut Anda, siapakah yang dimaksud dengan orang yang berkebutuhan
khusus?
Anak-anak yang memiliki keterbelakangan fisik, orang yang membutuhkan
penanganan khusus. Mereka yang jauh dari bawah normal.
5. Bagi Anda, apa arti pendampingan orang berkebutuhan khusus?
Arti dari pendampingan orang berkebutuhan khusus adalah memberikan
pendampingan atau pelayanan kepada orang berkebutuhan khusus, miskin dan
menderita, merasakan arti ketulusan, membimbing dengan sepenuh hati, mencintai
kaum miskin atau orang berkebutuhan khusus.
6. Jenis-jenis pendampingan seperti apa yang diberikan kepada orang
berkebutuhan khusus?
Jenis-jenis pendampingan yang diberikan adalah mengarahkan atau pendampingan
secara maksimal agar mereka bangga dengan dirinya, memutarkan video,
melakukan pengulangan dalam penyampian materi atau mengulang-ulang,
menggunakan gambar, membiasakan memimpin doa, berinteraksi lansung, aksi
nyata.
7. Semangat seperti apa yang diperlukan bagi pendampingan orang
berkebutuhan khusus?
Semangat yang diperlukan yaitu semangat melayani dengan sepenuh hati,
semangat mencintai, semangat berkorban, semangat kesabaran, semangat
ketekunan.
8. Menurut Anda, spiritualitas Vinsensius yang mana yang dapat diterapkan
bagi orang berkebutuhan khusus?
Spiritualitas Vinsensius yang cocok diterapkan di SLB sini adalah kasih atau
pelayanan kasih. Kasih di atas segala-galanya.
9. Menurut Anda, apa makna spiritualitas Vinsensius A. Paulo bagi orang yang
berkebutuhan khusus?
Bagi saya, spiritualitas Vinsensius mengajarkan kepada kita untuk menjadi seperti
Kristus, membuat sabar, membuat semangat dalam melayani.
10. Bagaimana SLB Bhakti Luhur menghayati spiritualitas Vinsensius A. Paulo?
Kita menghayati spiritualitas Vinsensius dengan penuh semangat, sepenuh hati
menerapkanspiritualitas dengan mengasihi ABK
11. Kesulitan-kesulitan apa yang Anda dialami dan ditemukan dalam
menerapkan spiritualitas Vinsensius A. Paulo bagi orang berkebutuhan
khusus Bhakti Luhur Madiun?
Kelainan OBK berbeda-beda (kecacatan), kebingungan, susah dalam belajar OBK.
12 Apa upaya yang selama ini dilakukan SLB Bhakti Luhur dalam mengatasi
kesulitan menghayati spiritualitas Vinsensius A. Paulo bagi orang
berkebutuhan khusus di SLB Bhakti Luhur?
Usaha yang dilakukan adalah kita mengajari secara individual artinya kita harus
mengajari satu persatu. Karena tadi, mereka memiliki kemampuan atau kesulitan
belajar yang berbeda-beda.
KODING WAWANCARA
1. Data Demografis Responden
Tabel 1
R Nama
Lengkap
Tempat
Tanggal
lahir
Pekerjaan
Tetap
Mata
Pelajaran
yang
diampu di
SLB Bhakti
Luhur
Madiun
Lama
Pengabdian di
SLB Bhakti
Luhur
Madiun
R1 Martina
Jatmi
Hayati,
S.Pd.
Kulonprogo,
13 Maret
1962
PNS, CNI Guru kelas
SMP SLB
sejak 1986.
34 Tahun
R2 Lilis Tri
Puji
Rahayu,
S.Pd.
Madiun, 8
September
1967
Guru Guru Kelas 23 Tahun
R3 Elisabet
Endang
Sri
Wahyuni
Magelang, 7
Juli 1963
Guru Guru
ketrampilan
(dulu), guru
kelas SMP.
35 Tahun
R4 Lidia Tri
Meni
M.Pd.
Madiun, 20
Mei 1962
Guru Guru jelas
SD
6 Tahun
R5 Vinsensius
Yosep
Tukidjo
Ponorogo,
10 Mei
1956
Pendamping
dan guru
SLB
Guru kelas
XII SMA
SLB
40 Tahun
R6 Sr. Maokaro, Suster Alma Mengajar 4 Tahun
Reneldis
Mimi,
Alma,
A.Md.
21 Mei
1973
Bendahara
Sekolah
anak autis
R7 Frankasius
Bote
Kelen
Flores
Timur, 12
Mei 1961
Guru agama
Katolik
Guru
Agama
Katolik
11 Tahun
2. Kodifikasi Data
Tabel 2
Indikator 1: Menurut Anda siapakah Santo Vinsensius A. Paulo?
R Jawaban Responden Kata Kunci Kode
R1 Santo Vinsensius adalah pelindung Bhakti
Luhur dan karya alma. Lahir 1581 di
Pouy, Prancis Selatan. Vinsensius anak
ke-3 dari 6 bersaudara. Di tahbiskan usia
19 tahun, pada bulan September 1660.
Karyanya dikhususkan dengan orang
miskin yang berawal ketika berjumpa
dengan seorang wanita yang direndahkan.
Vinsensius marah waktu itu ketika
melihat situasi kaum wanita yang
direndahkan. Itulah sebabnya muncul
“Perkasih” kemudian Perhimpunan Putri
Kasih. Vinsensius wafat 1666 ketika
sedang berdoa.
Vinsensius adalah
pelindung Bhakti
Luhur dan Alma.
Vinsensius
berkarya bagi
orang miskin.
1a
1b
R2 Vinsensius A Paulo itu adalah tokoh
Gereja Katolik, bapak orang miskin,
bapak kaum papa, pelindung bakti luhur,
Vinsius adalah
tokoh Gereja.
1c
juga pelindung Alma. Pendiri STKIP dan
Widya Mandala, pendiri Perkasih.
R3 Pelindung dan teladan dalam berkarya. Pelindung dan
teladan dalam
karya.
1d
R4 Tokoh Gereja di Gereja Prancis, seorang
bapak bagi orang miskin.
Vinsensiusn adalah
tokoh Gereja.
Vinsensius
berkarya bagi
orang miskin.
1c
1b
R5 Vinsensius adalah orang yang bergerak di
bidang kasih. Dia adalah pelindung
Bhakti Luhur, pendiri Kongregasi Misi.
Vinsensius adalah
orang yang
bergerak di bidang
kasih.
Pelindung Bhakti
Luhur.
Pendiri Kongregasi
Misi.
1e
1a
1f
R6 Vinsensius adalah pelindung dan
inspirator.
Pelindung dan
inspirator.
1d
R7 Vinsensius adalah tokoh Gereja. Ia adalah
pembawa perubahan, pelayan orang
miskin, orang cacat, dan lain-lain dan
pembaharuan Gereja.
Vinsensius adalah
tokoh Gereja.
Pelayan orang
miskin cacat.
Vinsensius adalah
pembaharu Gereja.
1c
1b
1g
Kata Kunci Kode Frekuensi Persentase
Tokoh Gereja 1c 4 57,14%
Orang yang berkarya bagi orang miskin 1b 3 42,90%
Pelindung dan teladan berkarya. 1d 2 28,60%
Pelindung Bhakti luhur dan Alma 1a 2 28,60%
Orang yang bergerak dalam bidang
kasih
1e 1 14,30%
Pendiri Kongregasi misi 1f 1 14,30%
Pembaharu Gereja 1g 1 14,30%
Kesimpulan:
Empat (4) dari tujuh (7) responden melihat pribadi Vinsensius sebagai tokoh
Gereja, dan tiga (3) responden melihat sosok Santo Vinsensius sebagai orang
yang mengabdikan hidupnya melayani dan berkarya bagi orang miskin. Dua
(2) responden menggarisbawahi bahwa Vinsensius adalah pelindung dan
teladan berkarya. Vinsensius sebagai pelindung berkarya secara khusus
sebagai pelindung bagi Bhakti Luhur, dan Alma (28,60%). Satu (1)
responden melihat Vinsensius sebagai yang bergerak dalam bidang kasih.
Tabel 3
Indikator 2: Apa isi spiritualitas Vinsensius A Paulo? Jelaskan menurut
sepengetahuan Anda!
R Jawaban Responden Kata Kunci Kode
R1 Mencintai dan melayani dengan penuh
kasih, terutama ABK dan orang-orang
berkebutuhan khusus, terlantar dan kurang
mampu.
Mencintai dan
melayani ABK,
terlantar, kurang
mampu dengan
sepenuh hati
2a
R2 Menurut saya, isi spiritualitas Vinsensius
adalah hidup mencintai anak-anak,
mencintai orang tua, secara khusus
mencintai orang dan anak berkebutuhan
khusus.
Mencintai anak-
anak, orangtua,
secara khusus
ABK
2a
R3 Kesederhanaan, kerendahan hati, kasih,
kelemah lembutan.
Kesederhanaan
Kerendahan hati
Kasih
Kelemahlembutan
2b
2c
2a
2d
R4 Pelayanan anak-anak ABK, orang-orang
yang lansia, orang-orang yang terlantar
dan menderita.
Pelayanan ABK,
orang lancia, orang
terlantar dan
menderita
2a
R5 Isinya ajaran Yesus tentang cinta kasih. Ajaran Yesus
tentang kasih
2a
R6 Fokus memperhatikan orang
berkebutuhan khusus, kecil, disabilitas.
Memperhatikan
OBK, kecil dan
disabilitas
2a
R7 Isi spiritualitas Vinsensius adalah
bayangan kasih, pelayanan kasih,
membagikan kasih terhadap sesama
terutama yang menderita, cacat, miskin,
terlantar. Ia memiliki prinsip untuk itu,
“meninggalkan Tuhan untuk Tuhan.”
Bayangan kasih,
pelayanan kasih,
membagikan kasih
terutama kepada
yang menderita,
cacat, miskin dan
terlantar
2a
Kata Kunci Kode Frekuensi Persentase
Mencintai dan melayani ABK, OBK,
menderita, cacat, terlantar, miskin.
2a 7 100%
Kesederhanaan 2b 1 14,30%
Kerendahan hati 2c 1 14,30%
Kelemahlembutan 2d 1 14,30%
Kesimpulan:
Tujuh (7) atau 100% responden mengatakan bahwa isi spiritualitas Santo
Vinsensius adalah mencintai dan melayani ABK, OBK, menderita, cacat,
terlantar dan miskin. Satu (1) responden melihat bahwa isi spiritualitas
Vinsensius adalah kesederhanaan. Satu (1) responden mengatakan bahwa isi
spiritualitas Vinsensius adalah kelemahlembutan. Kelemahlembutan dan
kesederhanaan adalah pendukung pengungkapan kasih dan pelayanan kepada
ABK, OBK, menderita, cacat, terlantar dan miskin, sehingga pelayanan
maksimal.
Tabel 4
Indikator 3: Apakah Anda mengetahui 5 keutamaan St. Vinsensius A.
Paulo? Jelaskan!
R Jawaban Responden Kata Kunci Kode
R1 Kasih, rendah hati, dan lain-lain. Kasih
Rendah hati
3a
3b
R2 Keutamaan Vinsensius adalah
kesederhanaan. Kesederhanaan anak yang
tidak bisa apa-apa. Maka, kita harus
melayani anak-anak itu dengan rendah
hati. Kedua, adalah kelembutan hati, itu
berarti kita harus melayani anak-anak
dengan lembut, dengan penuh kasih
sayang karena mereka anak-anak citra
Allah sama seperti kita. Ketiga, mati raga,
yaitu berjuang. Di sini, berjuang tidak
kenal lelah membagikan kasih setiap saat,
setiap waktu.Keempat, keutamaan
menyelamatkan jiwa anak-anak.
Kesederhanaan,
artinya melayani
dengan rendah hati
Kelembuatan hati,
artinya melayani
anak-anak Allah
sebagai citra-Nya
dengan lembut
Matiraga, artinya
berjuang
membagikan kasih
Menyelamatkan
jiwa-jiwa.
3c
3d
3e
3f
R3 Mendidik, melayani dengan semangat
Vinsensius, bisa menemukan Yesus yang
dilayani.
Menemukan Yesus
di dalam orang
yang dilayani
3g
R4 Kerendahan hati, sederhana, lemah
lembut, matiraga, menyelamatkan jiwa.
Kerendahan hati
Sederhana
Lemah lembut
Matiraga
Menyelamatkan
jiwa-jiwa
3b
3c
3d
3e
3f
R5 Kesederhanaan, kasih, dan lain-lain.
Menerapkan keutamaan.
Kesederhanaan
Kasih
3c
3a
R6 Kesederhanaan, dan lain-lain. Hasil
dimiliki dari 5 keutamaan, berjuang,
bertekun.
Kesederhanaan 3c
R7 Spiritualitas Vinsensius yang saya tahu
adalah sederhana, artinya kalau kita
melayani di sini, kita harus menjadi
sederhana. Sikap hidup yang sederhana
harus diperlihatkan guru. Kedua adalah
rendah hati. Jadi guru di sini tidak boleh
bentak, kita harus lembut hati. Kita harus
menjauhkan apa yang kita inginkan
secara berlebihan. Semangat sepenuh hati
melayani, tidak boleh separuh-separuh.
Kita harus sabar.
Sederhanana,
artinya melayani
dengan menjadi
sederhana
Rendah hati, tidak
boleh bentak
mendidik ABK.
Lembut hati
Menjauhkan
keinginan yang
berlebihan
Semangat melayani
dengan total
3c
3b
3h
3i
Kata Kunci Kode Frekuensi Persentase
Kesederhanaan 3c 5 71,43%
Kerendahan hati 3b 3 42,90%
Kelembutan hati 3d 2 28,60%
Matiraga 3e 2 28,60%
Penyelamatan jiwa-jiwa 3f 2 28,60%
Menemukan Yesus dalam diri orang
yang dilayani
3g 1 14,30%
Menjauhkan keinginan yang berlebihan 3h 1 14,30%
Semangat melayani dengan total 3i 1 14,30%
Kesimpulan:
Lima (5) dari 7 responden menyebutkan bahwa keutamaan Vinsensius A.
Paulo adalah kerendahan hati. Tiga (3) responden menjawab bahwa
keutamaan Vinsensius adalah kerendahan hati. Dua (2) responden
mengatakan bahwa keutamaan Vinsensius adalah kelembutan hati. Dua (2)
responden mengatakan bahwa keutamaan Vinsensius adalah matiraga.
Pandangan keutamaan matiraga yang dimiliki Vinsenius didukung oleh satu
penyataan responden bahwa keutamaan Vinsensius adalah menjauhkan
keinginan yang berlebihan. Dua (2) responden menyatakn bahwa keutamaan
Vinsensius adalah penyelamatan jiwa-jiwa. Keutamaan penyelamatan jiwa-
jiwa didukung oleh pernyataan satu (1) responden bahwa Vinsensius
memiliki keutamaan semangat melayani dengan total. Satu (1) responden
menyebukan keutamaan Vinsensius yaitu menemukan Yesus di dalam diri
orang yang dilayani.
Tabel 5
Indikator 4: Menurut Anda, siapakah yang dimaksud dengan orang
yang berkebutuhan khusus?
R Jawaban Responden Kata Kunci Kode
R1 Orang berkebutuhan khusus adalah orang-
orang yang mengalami kekurangan,
terlantar, menderita, dan lain-lain. Mereka
adalah orang-orang yang kurang
beruntung.
Orang-orang yang
mengalami
kekurangan
Orang yang
menderita
4a
4b
Orang yang kurang
beruntung
4c
R2 Orang yang berkebutuhan khusus adalah
orang yang mengalami kecatatan fisik,
keterbatasan mental, kurang diperhatikan.
Orang yang
mengalami
kecacatan fisik
Orang yang cacat
mental
Kurang
diperhatikan
4d
4e
4a
R3 Orang yang membutuhkan uluran tangan
kita, dan pertolongan, khususnya cacat,
mereka terlantar.
Orang yang
membutuhkan
uluran tangan
4f
R4 Orang-orang yang mengalami ketunaan,
seperti tunanetra, rungu, wicara, tuna
greta yaitu lemot berpikir, lemah IQ-nya,
tuna daksa, autis, dan semua ABK dan
OBK.
Orang yang
mengalami
ketunaan: tuna
rungu, tunacicara,
tunagrata,
tunadaksa, autis.
4g
R5 Mereka-mereka yang tidak dapat merawat
dan membantu diri mereka sendiri.
Mereka yang tidak
dapat merawat diri
mereka sendiri
4f
R6 Orang berkebutuhan khusus adalah
mereka yang membutuhkan perhatian dan
cinta, pakir miskin, dan orang-orang yang
terlantar.
Orang yang
membutuhkan
perhatian dan cinta
Pakir miskin
Orang yang
terlantar
4a
4h
4f
R7 Anak-anak yang memiliki
keterbelakangan fisik, orang yang
Anak yang
memiliki
4d
membutuhkan penanganan khusus.
Mereka yang jauh dari bawah normal.
keterbelakangan
fisik
Orang
membutuhkan
penanganan
khusus
4a
Kata Kunci Kode Frekuensi Persentase
Orang yang memiliki kekurangan 4a 5 71,43%
Orang yang membutuhkan uluran
tangan
4e 3 42,90%
Orang yang menderita 4b 1 14,30%
Orang yang kurang beruntung 4c 1 14,30%
Orang yang cacat mental 4d 1 14,30%
Orang yang mengalami ketunaan: tuna
rungu, tunacicara, tunagrata, tunadaksa,
autis
4f 1 14,30%
Mereka yang tidak dapat merawat diri
mereka sendiri
4f 1 14,30%
Pakir miskin 4h 1 14,30%
Kesimpulan:
Lima (4) dari tujuh (7) responden mengatakan bahwa orang yang
berkebutuhan khusus adalah orang yang memiliki kekurangan. Tiga (3)
responden mengatakan bahwa orang yang berkebutuhan khusus adalah orang
yang membutuhkan uluran tangan (bantuan). Dua (2) responden mengatakan
bahwa orang berkebutuhan khusus adalah orang yang memiliki
keterbelakangan fisik. Satu (1) responden mengatakan bahwa orang yang
berkebutuhan khusus adalah mereka yang menderita. Satu (1) responden
mengatakan bahwa orang yang berkebutuhan khusus adalah orang yang
kurang beruntung. Satu (1) responnden mengatakan bahwa orang
berkebutuhan khusus adalah manusia yang cacat mental. Satu (1) responden
mendefinisikan orang berkebutuhan khusus sebagai orang yang mengalami
ketunaan seperti tuna rungu, tunacicara, tunagrata, tunadaksa, autis. Satu (1)
responden mengatakan bahwa orang yang berkebutuhan khusus adalah fakir
miskin.
Tabel 6
Indikator 5: Menurut Anda, spiritualitas Vinsensius yang mana yang
dapat diterapkan bagi orang berkebutuhan khusus?
R Jawaban Responden Kata Kunci Kode
R1 Spiritualitas Vinsensius menurut
sepengetahuan saya adalah mengasihi.
Jadi Kasih adalah inti dari spiritualitas
Vinsensius.
Spiritualitas
mengasihi
5a
R2 Spiritualitas yang pas untuk diterapkan di
Bhakti luur ini adalah pelayanan penuh
cinta kasih.
Pelayanan penuh
kasih
5a
R3 Bagi saya spiritualitas Vinsensius itu
adalah kasih, pelayanan kasih.
Spiritualitas kasih,
pelayanan kasih
5a
R4 Spiritualitas Vinsensius adalah lemah
lembut dan semangat menyelamatkan
jiwa-jiwa.
Spiritualitas lemah
lembut
Spiritualitas
menyelamatkan
jiwa-jiwa
5b
5c
R5 Spiritualitas Vinsensius menurut saya
adalah kelembutan hati dan kasih.
Spiritualitas
kelembutan hati
Spiritualitas kasih
5b
5a
R6 Semangat menyelamatkan jiwa-jiwa. Dan
juga kelembuatan hati. Sebenarnya
Semangat
penyelamatan jiwa-
5c
kelima spiritualitas Vinsensius bisa
dipakai semua dalam SLB ini.
jiwa
Spiritualitas
kelembutan hati
5b
R7 Spiritualitas Vinsensius yang cocok
diterapkan di SLB sini adalah kasih atau
pelayanan kasih. Kasih di atas segala-
galanya.
Spiritualitas kasih
atau pelayann kasih
5a
Kata Kunci Kode Frekuensi Persentase
Spiritualitas kasih atau pelayann kasih 5a 5 71,43%
Spiritualitas kelembutan hati 5b 3 42,90%
Spiritualitas menyelamatkan jiwa-jiwa 5c 2 28,60%
Kesimpulan:
Lima (5) dari 7 (tujuh) responden berpandangan bahwa spiritualitas yang
dapat diterapkan bagi orang yang berkebutuhan khusus adalah spiritualitas
kasih atau pelayanan kasih. Tiga (3) responden menambahkan pentingnya
kelembutan hati bagi pelayanan terhadap anak berkebuhan khusus. Dua (2)
responden melihat bahwa spiritualitas yang sesuai untuk diterapkan bagi
anak orang berkebutuhan khusus adalah adanya kehendak dari pendidik
untuk menyelamatkan jiwa-jiwa.
Tabel 7
Indikator 6: Bagi Anda, apa arti pendampingan orang berkebutuhan
khusus?
R Jawaban Responden Kata Kunci Kode
R1 Pendampingan yang diberikan ssecara
khusus, memberikan pertolongan,
menaruh perhatian, serta membantu orang
berkebutuhan khusus untuk berkembang,
Pendampingan
secara khusus
Memberi
6a
6b
ikut merasakan penderitaan mereka. pertolongan
R2 Pendampingan secara khusus,
pendampingan sesuai dengan kebutuhan
siswa masing-masing, atau sesuai dengan
tingkat ketunaannya, pendampingan
kepada orang cacat, miskin dan
menderita, ikut merasakan penderitaan
mereka, melayani orang miskin atau
cacat.
Pendampingan
secara khusus
Pendampingan
orang cacat, miskin
dan menderita
6a
6c
R3 Bagi saya pendampingan kepada mereka
yang cacat, miskin dan kekurangan,
pelayanan kepada orang miskin,
mengajari, memberikan bimbingan,
memberikan pembinaan agar mereka
berkembang dan memiliki hidup yang
layak, membantu mengarahkan mereka
secara khusus dan berbeda dengan orang
normal pada umumnya.
Pendampingan
orang cacat, miskin
dan menderita
Memberikan
bimbingan
6c
6d
R4 Arti pendampingan orang berkebutuhan
khusus adalah mendampingi orang yang
berkebutuhan khusus, cacat, miskin dan
menderita, pendamping sebagai guru
yang mengarahkan dan membimbing,
mengajarkan orang berkebutuhan khusus
sesuai kondisi mereka, mendidik mereka,
mengasihi mereka yang berkebutuhan
khusus, pelayanan kepada orang miskin.
Pendampingan
orang cacat, miskin
dan menderita
Mendidik orang
berkebutuhan
khusus
6c
6e
R5 Arti pendampingan orang berkebutuhan
khusus adalah pendampingan yang
diberikan kepada orang berkebutuhan
Pendampingan
orang cacat, miskin
dan menderita
6c
khusus atau cacat, menderita dan miskin
secara langsung, pelayanan kepada orang
miskin, pelayanan kepada orang yang
cacat, pelayanan kepada orang yang
memiliki kebutuhan khusus, memberikan
pembinaan, membimbing, dan
mengarahkan, mengajar mereka secara
khusus.
Memberikan
bimbingan
6d
R6 Arti pendampingan orang berkebutuhan
khusus adalah pelayanan kepada orang
berkebutuhan khusus, cacat dan miskin
dan merupakan tugas mulia, mendidik
dan menggali potensi orang berkebutuhan
khusus, bukan suatu yang gampang,
sederhana, pendampingan secara khusus
ikut merasakan kesulitan mereka,
mengajarkan secara khusus, menjaga,
merawat orang berkebutuhan khusus.
Pendampingan
orang cacat, miskin
dan menderita
Merawat orang
berkebutuhan
khusus
6c
6f
R7 Arti dari pendampingan orang
berkebutuhan khusus adalah memberikan
pendampingan atau pelayanan kepada
orang berkebutuhan khusus, miskin dan
menderita, merasakan arti ketulusan,
membimbing dengan sepenuh hati,
mencintai kaum miskin atau orang
berkebutuhan khusus.
Pendampingan
orang cacat, miskin
dan menderita
Mencintai kaum
miskin
6c
6g
Kata Kunci Kode Frekuensi Persentase
Pendampingan orang cacat, miskin dan
menderita
6c 6 85, 71%
Memberikan bimbingan 6d 2 28,60%
Pendampingan secara khusus 6a 2 28,60%
Memberi pertolongan 6b 1 14,30%
Mendidik orang berkebutuhan khusus 6e 1 14,30%
Merawat orang berkebutuhan khusus 6f 1 14,30%
Mencintai kaum miskin 6g 1 14,30%
Kesimpulan:
Enam (6) dari 7 (tujuh) responden berpandangan bahwa arti pendampingan
orang berkebutuhan khusus adalah pendampingan orang cacat, miskin dan
menderita. Dua (2) responden menambahkan memberikan bimbingan. Dua
(2) responden melihat bahwa arti pendampingan orang berkebutuhan khusus
adalah adanya pendampingan secara khusus. Satu (1) responden
menambahkan dengan memberi pertolongan. Satu (1) responden melihat arti
pendampingan orang berkebutuhan khusus adalah mendidik. Satu (1)
responden melihat arti pendampingan adalah merawat orang berkebutuhan
khusus. Satu (1) responden mengatakan mencintai kaum miskin.
Tabel 8
Indikator 7: Jenis-Jenis Pendampingan seperti apa yang diberikan
kepada orang berkebutuhan khusus?
R Jawaban Responden Kata Kunci Kode
R1 Pendampingan langsung, memberikan
perhatian maksimal, memberikan sesuatu
secara bertahap dan berulang-ulang,
menggunakan alat peraga/ sarana
prasarana, selalu melakukan interaksi
Menggunakan alat
peraga
7a
R2 Jenis pendampingan yang diberikan
biasanya adalah jenis pendampingan
langsung, menggunakan alat pera ga atau
Menggunakan
sarana prasarana
7a
sarana prasarana seperti gambar, bahasa
isyarat, abzad jari, pengulangan, perintah
yang langsung pada tujuan, memberikan
pendampingan maksimal, mencintai dan
mengasihi, membaca gambar.
R3 Jenis pendampingan yang diberikan
adalah mempraktekkan langsung, atau
secara nyata, memberikan suatu ang mesti
harus diulang-ulang kalo tidak begitu
mereka pasti lupa lagi, menggunakan
media gambar karena mereka cepat
nangkap atau paham dengan tujuan kita,
dengan bantuan alat peraga atau sarana
prasaran, sering berinteraksi, dengan
kasih dam sayang, pendampingan
maksimal.
Menggunakan
media gambar
Pendampingan
maksimal
7a
7b
R4 Jenis-jenis pendampingan yang diberikan
sesuai dengan hambatan mereka,
misalnya buta jenis pendampingannya
adalah meraba. Pendampingan dengan
bahasa isyarat, pendampingan dengan
membaca bibir, saat berbicara harus
berhadapan, latihan artikulasi,
pengulangan, media gambar,
pendampingan lansung mempraktekkan,
berinteraksi, melatih fisik, membimbing
perilaku.
Menggunakan
media gambar
7a
R5 Jenis-jenis pendampingan yang diberikan
secara individu, pengulangan materi atau
berlanjut, pendampingan secara
Menggunakan alat
peraga atau sarana
prasarana
7a
maksimal, berinteraksi, penuh kesabaran,
menggunakan alat peraga atau sarana
prasarana misalnya menggunakan video,
gambar, dengan cinta dan kasih sayang,
menghargai hasil belajar mereka.
R6 Jenis-jenis pendampingan yang diberikan
adalah pendampingan langsung secara
maksimal, memberikan contoh sikap dan
perilaku yang baik, pendampingan secara
maksimal, dengan cinta dan kasih sayang,
sering berinteraksi, tanya jawab,
menonton video, demonstrasi,
menggunakan alat peraga atau sarana
prasarana, pendampingan konkret/ nyata,
aksi nyata atau tindakkan nyata.
Menonton video,
menggunakan alat
peraga
7a
R7 Jenis-jenis pendampingan yang diberikan
adalah mengarahkan atau pendampingan
secara maksimal agar mereka bangga
dengan dirinya, memutarkan video,
melakukan pengulangan dalam
penyampian materi atau mengulang-
ulang, menggunakan gambar,
membiasakan memimpin doa,
berinteraksi lansung, aksi nyata.
Menggunakan
gambar
Aksi nyata
7a
7c
Kata Kunci Kode Frekuensi Persentase
Menggunakan alat peraga gambar dan
video
7a 7 100%
Dengan pendampingan maksimal 7b 1 14,30%
Dengan aksi nyata 7c 1 14,30%
Kesimpulan:
Tujuh (7) dari 7 (tujuh) responden berpandangan bahwa jenis pendampingan
yang dapat diberikan bagi orang yang berkebutuhan khusus adalah
pendampingan menggunakan alat peraga gambar dan video. Satu (1)
responden menambahkan pentingnya pendampingan secara maksimal
terhadap anak berkebuhan khusus. Satu (1) responden melihat bahwa dengan
aksi yang nyata sesuai untuk diterapkan dalam pendampingan bagi orang
berkebutuhan khusus.
Tabel 9
Indikator 8: Semangat seperti apa yang diperlukan bagi pendampingan
orang berkebutuhan khusus?
R Jawaban Responden Kata Kunci Kode
R1 Semangat yang diperlukan adalah
semangat pelayanan, semangat untuk
menghargai, semangat untuk
mencintai, mengasihi, pengorbanan,
kesabaran, ketekunan dan
persahabatan
Semangat pelayanan,
pengorbanan,kesabaran,
kasih
8a
R2 Semangat yang diperlukan adalah
semangat pelayanan sudah pasti,
semangat berjuang, semangat yang
berkelanjutan, semangat berkorban,
semangat kesabaran, semangat
ketekunan, semangat belajar untuk
meningkatkan pengetahuan juga
perlu.
Semangat pelayanan,
pengorbanan, kesabaran
8a
R3 Semangat yang diperlukan oleh Semangat pelayanan, 8a
seorang pendamping orang
berkebutuhan khusus atau anak
berkebutuhan khusus menurut
pemahaman saya adalah semangat
pelayanan, karena dengan semangat
pelayanan kepada orang
berkebutuhan khusus maka saya akan
mencintai mereka dan maksimal
dalam tugas saya sebagai
pendamping, semangat kesabaran
karena harus sabar dalam
menghadapi mereka, semangat
ketekunan kita harus tekun, semangat
pengorbanan ini juga sangat penting,
karena tanpa pengorbanan semua
tidak akan menjadi lebih baik, misal
dalam belajar mereka cepat capek
dan malas kita kasih permen dan kue
ini juga pengorbanan, semangat
persahabatan harus menjadi sahabat
bagi mereka agar lebih dekat,
semangat cinta kasih, semangat
menghargai
pengorbanan,
kesabaran, ketekunan
R4 Semangat yang diperlukan adalah
semangat yang tidak berkesudahan
atau terus-menerus, semangat belajar
untuk terus menigkatkan
pengetahuan, semangat pelayanan,
semangat pengorbanan, semangat
kesabaran.
Semangat tidak
berkesudahan
Semangat pelayanan,
pengorbanan
8b
8a
R5 Semangat yang diperlukan adalah
semangat yang tidak berkesudahan,
semangat berjuang, semangat
berkorban, semangat pelayanan,
semangat kesabaran, semangat cinta
kasih, semangat menghargai,
semangat persahabatan.
Semangat yang tidak
berkseudahan, terus
berlanjut
Semangat
persahabatan,
menghargai
8b
8c
R6 Semangat yang diperlukan adalah
semangat kegembiraan, semangat
pelayanan, semangat pengorbanan,
semangat ketekunan, semangat
kesabaran, semangat bejuang dan
memotivasi diri.
Semangat kegembiraan,
pelayanan,
pengorbanan,
ketekunan
8a
R7 Semangat yang diperlukan yaitu
semangat melayani dengan sepenuh
hati, semangat mencintai, semangat
berkorban, semangat kesabaran,
semangat ketekunan.
Semangat ketekunan,
kesabaran, berkorban,
kasih
8a
Kata Kunci Kode Frekuensi Persentase
Semangat pelayanan, pengorbanan,
kesabaran, ketekunan, cinta kasih
8a 6 85,71%
Semangat yang tidak berkseudahan,
terus berlanjut
8b 2 28,60%
Semangat persahabatan, menghargai 8c 1 14,30%
Kesimpulan:
Enam (6) dari 7 (tujuh) responden berpandangan bahwa semangat yang
diperlukan bagi pendampingan orang berkebutuhan khusus adalah Semangat
pelayanan, pengorbanan, kesabaran, ketekunan, kasih. Dua (2) responden
menambahkan pentingnya semangat yang tidak berkesudahan atau terus
berlanjut bagi pendampingan terhadap orang berkebuhan khusus. Satu (1)
responden melihat bahwa semangat persahabatan dan menghargai perlu
untuk diterapkan bagi pendampingan orang berkebutuhan khusus.
Tabel 10
Indikator 9: Menurut Anda, apa makna spiritualitas Vinsensius A.
Paulo bagi orang yang berkebutuhan khusus?
R Jawaban Responden Kata Kunci Kode
R1 Makna spiritualitas Vinsensius adalah
menyelamatkan jiwa. Mereka didik
menjadi orang yang mandiri.
Menyelamatkan
jiwa-jiwa
Mendidik orang
supaya mandiri
9a
9b
R2 Makna spiritualitas Vinsensius di SLB ini
untuk menyelamatkan jiwa-jiwa orang
berkebutuhan khusus.
Menyelamatkan
jiwa orang yang
berkebutuhan
khusus
9a
R3 Spiritualitas Vinsensius membantu
melayani dengan penuh hati dan kasih,
peduli dengan keadaan anak-anak.
Membantu
melayani dengan
penuh hati dan
cinta
9c
R4 Memberikan semangat kepada para
tenaga yang melayani di sini supaya lebih
giat, tulus dan lain-lain. Dengan
spiritualitas itu, kita tidak menyerah
menghadapi ABK.
Memberikan
semangat kepada
para pelayan ABK
9d
R5 Memberikan kasih supaya anak-anak itu
juga bisa mengasihi temannya yang lain
dalam hidupnya. Yesus juga begitu, Ia
Inspirasi
memberikan kasih
kepada ABK
9d
memberikan kasih, supaya kita pun saling
mengasihi seperti Dia mengasihi kita. Itu
saya kita.
supaya mereka
juga mengasihi
sesamanya.
R6 Makna spiritualitas Vinsensius adalah
ABK mendapat layanan yang lebih
efektif.
ABK mendapat
layanan yang lebih
efektif
9e
R7 Bagi saya, spiritualitas Vinsensius
mengajarkan kepada kita untuk menjadi
seperti Kristus, membuat sabar, membuat
semangat dalam melayani.
Mengajarkan untuk
menjadi Kristus
yang sabar, dan
semangat melayani
9f
Kata Kunci Kode Frekuensi Persentase
Menyelamatkan jiwa-jiwa 9a 2 28,60%
Memberikan semangat kepada para
pelayan ABK
9d 2 28,60%
Mendidik orang supaya mandiri 9b 1 14,30%
Membantu melayani dengan penuh hati
dan cinta
9c 1 14,30%
ABK mendapat layanan yang lebih
efektif
9e 1 14,30%
Mengajarkan untuk menjadi Kristus
yang sabar, dan semangat melayani
9f 1 14,30%
Kesimpulan:
Dua (2) dari tujuh responden mengatakan bahwa makna spiritualitas
Vinsensius adalah menyelamatkan jiwa-jiwa. Dua (2) responden mengatakan
bahwa makna spiritualitas Vinsensius adalah memberikan semangat kepada
para pelayan ABK. Satu (1) responden meyakini bahwa makna spiritualitas
Vinsensius adalah mendidik anak-anak supaya mandiri. Satu (1) responden
mengatakan bahwa makna spiritualitas Vinsensius adalah membantu
melayani dengan penuh hati dan cinta. Satu (1) responden mengatakan
bahwa makna spiritualitas Vinsensius adalah menjadikan ABK mendapat
layanan yang lebih efektif. Satu (1) responden mengatakan bahwa makna
spiritualitas Vinsensius adalah mengajarkan untuk menjadi kita seperti
Kristus yang sabar, dan semangat melayani dalam melayani.
Tabel 11
Indikator 10 : Bagaimana SLB Bhakti Luhur menghayati spiritualitas
Vinsensius A. Paulo?
R Jawaban Responden Kata Kunci Kode
R1 Cara menghayati spiritualitas Vinsensius
itu dengan melayani, membimbing anak-
anak dengan penuh kasih melalui
kerohanian.
Melayani dan
membimbing anak-
anak dengan penuh
kasih lewat
kerohanian
10a
R2 Spiritualitas Vinsensius di hayati di sini
adalah tetap melayani ABK, OBK, miskin
dengan kasih.
Melayani ABK,
OBK, miskin
dengan kasih
10a
R3 Menghayati untuk siap melayani orang-
orang yang menderita, ABK.
Siap melayani
orang yang
menderita, ABK
10a
R4 Kita berusaha dengan sepenuh hati
menghadapi anak-anak. Melayani mereka.
Sepenuh hati
menghadapi anak-
anak
10b
R5 Kita menghayatinya dengan berdoa,
menghidupi lewat hidup sehari-hari
dengan mengasihi dan melayani.
Spiritualitas
dihayati dengan
berdoa
Lewat hidup
sehari-hari dengan
10c
10d
mengasihi dan
melayani
R6 Kita bisa menghayati spiritualitas
Vinsensius dengan kesaksian hidup
sehari-hari.
Kesaksian hidup
sehari-hari
10d
R7 Kita menghayati spiritualitas Vinsensius
dengan penuh semangat, sepenuh hati
menerapkanspiritualitas dengan
mengasihi ABK
Mengasihi ABK 10a
Kata Kunci Kode Frekuensi Persentase
Melayani dan membimbing anak-anak 10a 4 57,14%
Kesaksian hidup sehari-hari 10d 2 28,60%
Sepenuh hati menghadapi anak-anak 10b 1 14,30%
Spiritualitas dihayati dengan berdoa 10c 1 14,30%
Kesimpulan:
Empat (4) dari tujuh responden mengatakan bahwa cara menghayati
spiritualitas Vinsensius adalah melayani dan membimbing anak-anak. Dua
(2) responden mengatakan bahwa cara menghayati spiritualitas Vinsensius
melalui kesaksian hidup sehari-hari. Satu (1) responden mengatakan bahwa
cara menghayati spiritualitas Vinsensius adalah sepenuh hati menghadapi
anak-anak. Satu (1) responden mengatakan bahwa cara menghayati
spiritualitas Vinsensius adalah berdoa.
Tabel 12
Indikator 11: Kesulitan-kesulitan apa yang Anda dialami dan
ditemukan dalam menerapkan spiritualitas Vinsensius A. Paulo bagi
orang berkebutuhan khusus Bhakti Luhur Madiun?
R Jawaban Responden Kata Kunci Kode
R1 Tidak semua pelayan di sini bisa langsung
lengket dan senang dengan ABK. Bisa
ada kejijikan, belum bisa akrab dengan
anak berkebutuhan khusus.
Tidak semua
pelayan bisa akrab
dengan ABK
11a
R2 Kesulitan yang ditemukan adalah
kekurangan tenaga. Banyak orang tidak
mau melayani anak-anak yang
berkebutuhan khusus ini.
Kekurangan tenaga
pendidik
11b
R3 Kita menghadapi berbagai macam
persoalan. Kebutuhan anak-anak berbeda,
jenis kecacatan bermacam-macam.
Kebutuhan ABK
berbeda karena
jenis kecacatan
berbeda
11c
R4 Ada teman yang tidak sependapat dengan
kita. Satu sama lain tidak sependapat.
Tidak semua
pendidik
sependapat
11d
R5 Di sini yang saya lihat berkaitan dengan
kerjasama. Kita masih mengalami
kesulitan kerjasama. Kadang kita kurang
sepakat, sepaham dalam menangani anak-
anak.
Kesulitan
membangun kerja
sama dalam
menangani ABK
11d
R6 Kesulitannya di sini kasus kecatatan yang
berbeda, sehingga sulit juga memberikan
pelayanan kepada mereka sesuai
kebutuhan. Pelayanan tidak maksimal
karena kita menghadapi berbagai
Kecatatan yang
berbeda sehingga
sulit memberi
pelayanan yang
sesuai
11c
kebutuhan anak yang berbeda.
R7 Kelainan OBK berbeda-beda (kecacatan),
kebingungan, susah dalam belajar OBK.
Kelainan OBK
berneda
11c
Kata Kunci Kode Frekuensi Persentase
Kebutuhan ABK berbeda karena jenis
kecacatan berbeda
11c 3 42,90%
Kesulitan membangun kerja sama
dalam menangani ABK
11d 2 28,60%
Tidak semua pelayan bisa akrab dengan
ABK
11a 1 14,30%
Kekurangan tenaga pendidik 11b 1 14,30%
Kesimpulan:
Tiga (3) dari tujuh (7) responden mengatakan bahwa kesulitan menerapkan
spiritualitas Vinsensius adalah kebutuhan ABK berbeda karena jenis
kecacatan berbeda. Dua (2) responden mengatakan bahwa kesulitan
menerapkan spiritualitas Vinsensius adalah kesulitan membangun kerja
sama dalam menangani ABK. Satu (1) responden mengatakan bahwa
kesulitan menerapkan spiritualitas Vinsensius adalah tidak semua pelayan
bisa akrab dengan ABK. Satu (1) responden mengatakan bahwa kesulitan
menerapkan spiritualitas Vinsensius adalah kekurangan tenaga pendidik.
Tabel 13
Indikator 12: Apa upaya yang selama ini dilakukan SLB Bhakti Luhur
dalam mengatasi kesulitan menghayati spiritualitas
Vinsensius A. Paulo bagi orang berkebutuhan khusus di
SLB Bhakti Luhur?
R Jawaban Responden Kata Kunci Kode
R1 Kita mengupayakan rekoleksi untuk Mengupayakan 12a
menyegarkan para guru di sini supaya
melayani anak-anak dengan penuh kasih.
Di sekolah, kita mencari donatur yang
peduli dengan anak-anak ini, mencari
dana.
rekoleksi
penyegaran
Mencari donatur
12b
R2 Upaya yang dilakukan SLB adalah
mencari tenaga yang mau rela membantu
di SLB, mencari donatur, yang mungkin
tersentuh hatinya.
Mencari tenaga
sukarela bagi SLB
Mencari donatur
12c
12b
R3 Caranya adalah mendekap kebutuhan
mereka, sehingga kesulitan kita
menangani berbagai kebutuhan sedikit
teratasi.
Menyesuaikan
kebutuhan ABK
12d
R4 Kita mengadakan rekoleksi, pembinaan,
mencari donatur, meningkatkan
kesejahteraan pendamping, kan
pendamping di sini juga punya keluarga
yang harus dihidupi.
Mengadakan
rekoleksi
Mengadakan
pembinaan
Mencari donatur
12a
12e
12b
R5 Kita harus memperbaiki komunikasi,
harus mau menerima saran dan masukkan
dari orang lain sesama pendamping di
sini.
Membangun
komunikasi diatara
para pendidik
Keterbukaan
menerima dan
memberi saran
12f
12g
R6 Kita mencocokkan kurikulum pemerintah
misalnya K13 dengan kurikulum Yayasan
Bhakti Luhur. Kadang standar kurikulum
pemerintah terlalu tinggi buat kita, jadi
kita sesuaikan dengan kurikulum kita.
Mencocokkan
kurimkulum SLB
Bhakti Luhur
dengan Kurikulum
Pemerintah
12h
R7 Usaha yang dilakukan adalah kita
mengajari secara individual artinya kita
harus mengajari satu persatu. Karena tadi,
mereka memiliki kemampuan atau
kesulitan belajar yang berbeda-beda.
Mengajari
ABKsatu persatu
12i
Kata Kunci Kode Frekuensi Persentase
Mencari donatur 12b 3 42,90%
Mengadakan rekoleksi 12a
2 28,60%
Mengadakan pembinaan 12e 1 14,30%
Mencari tenaga sukarela bagi SLB 12c 1 14,30%
Menyesuaikan kebutuhan ABK 12d 1 14,30%
Membangun komunikasi diatara para
pendidik
12f 1 14,30%
Keterbukaan menerima dan memberi
saran
12g 1 14,30%
Mencocokkan kurimkulum SLB Bhakti
Luhur dengan Kurikulum Pemerintah
12h 1 14,30%
Kesimpulan:
Tiga (3) dari tujuh (7) responden mengatakan bahwa upaya mengatasi
kesulitan dalam menghayati spiritualitas Vinsensius adalah mencari donatur.
Dua (2) responden mengatakan bahwa upaya mengatasi kesulitan
menghayati spiritualitas Vinsensius adalah mengadakan rekoleksi bagi para
pendidik. Responden empat (R4) menambahkan cara mengatasi kesulitan
dengan mengadakan pembinaan. Responden dua (R2) menyebutkan cara
mengatasi kesulitan dengan mencari tenaga sukarela bagi SLB; responden
tiga (R3) menambahkan cara mengatasi kesulitan dengan menyesuaikan
pelayanan dengan kebutuhan ABK; Responden lima (R5) menambahkan
cara mengatasi sesulitan dengan membangun komunikasi diatara para
pendidik. Responden lima (R5) menambahkan cara mengatasi sesulitan
dengan Keterbukaan menerima dan memberi saran. Responden enam (R6)
menambahkan cara mengatasi kesulitan dengan mencocokkan kurimkulum
SLB Bhakti Luhur dengan Kurikulum Pemerintah.