IMPLEMENTASI SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN …
Transcript of IMPLEMENTASI SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN …
1
IMPLEMENTASI SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) DI PT PERUSAHAAN GAS NEGARA
(PERSERO) TBK PERIODE TAHUN 2015
Mutia Rendrarti dan Muh Azis
Program Sarjana Ekstensi, Program Studi Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia
Email : [email protected]
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tentang Implementasi Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) di PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk (PGN) Periode Tahun 2015. Penelitian ini menggunakan metode penelitian post positivis. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan wawancara mendalam, observasi dan studi kepustakaan. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa implementasi sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3) di PGN pada tahun 2015 sudah sesuai dengan ketentuan OHSAS 18001 yang merupakan standard SMK3 yang digunakan di Indonesia. Hal tersebut dapat terlihat dari PGN telah melaksanakan seluruh indikator yang ada dalam pengimplementasian SMK3 dan mencapai zero accident.
Kata Kunci: Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM); Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3); Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
Abstract The aim of this study is to analyse implementation occupational helath and safety management system in PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk (PGN) the period 2015. This study is uses post positivist method. The technique of data collection is using depth interview, observation and study of literature. The results showed that implementation occupational health and safety management system in PGN on 2015 is in conformity with the provisions of OHSAS 18001 which is the standard of SMK3 used in Indonesia. This could be seen from PGN has been performing all indicators in implementers occupational health and safety management system and reach zero accident.
Keyword: Human Resource Management; Occupational Health and Safety; Occupational Health and Safety Management System Pendahuluan
Tenaga kerja merupakan sumber daya atau aset yang penting bagi perusahaan dalam
menjalankan kegiatan operasional atau produksi disamping faktor pendukung lain yaitu
mesin, material dan lingkungan kerja (Ramli, 2010). Tenaga kerja sebagai sumber daya
manusia yang dimiliki oleh perusahaan harus dikelola dan dijaga dengan baik oleh
perusahaan karena sumber daya manusia adalah faktor penggerak dalam perusahaan
Implementasi Sistem ..., Mutia Rendrarti Noor Mattauch, FISIP UI,2016
2
mencapai tujuannya. Di dalam menjalankan tugasnya, tenaga kerja menginginkan rasa kerja
yang aman dan sehat yang ditimbulkan dari lingkungan pekerjaannya. Oleh sebab itu,
perusahaan harus memperhatikan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) bagi tenaga
kerjanya. Dengan menerapkan K3 diharapkan tenaga kerja dapat melakukan pekerjaan
dengan efektif dan efisien. Untuk menerapkan K3, perusahaan harus memiliki sebuah sistem
manajemen yang mengelola K3 sama seperti dengan aspek lainnya di dalam kegiatan
operasional perusahaan. Dengan diberlakukannya Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (SMK3), diharapkan dapat mengelola risiko K3 untuk melindungi tenaga
kerja dari kejadian yang tidak diinginkan. SMK3 pada dasarnya mencari dan mengungkapkan
kelemahan operasional yang memungkinkan terjadinya kecelakaan kerja atau penyakit akibat
kerja. Mengutip data Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan, hingga
akhir 2015 telah terjadi kecelakaan kerja sebanyak 105.182 kasus. Dirjen Pembinaan
Pengawasan Ketenagakerjaan dan Keselamatan dan Kesehatan kerja (PPK dan K3)
Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) Muji Handaya menyatakan bahwa jumlah
kecelakaan kerja mengalami peningkatan hingga 5% setiap tahunnya
(www.bpjsketenagakerjaan.go.id).
Industri minyak dan gas bumi (migas) merupakan salah satu industri yang sedang
berkembang, namun industri ini sangat rentan terhadap kerugian akibat kecelakaan kerja. Hal
ini disebabkan kegiatan produksi, pengelolaan, dan lingkungan kerja pada industri migas
memiliki potensi yang sangat besar terhadap bahaya ledakan, polusi dan kebakaran yang
mengakibatkan dapat terjadinya kecelakaan fatal maupun kecelakaan ringan, Berdasarkan
data statistik Direktorat Jendral Minyak dan Gas Bumi, kecelakaan kegiatan hulu tersaji
dalam grafik berikut ini:
Grafik 1
Kecelakaan Kegiatan Hulu Migas
Sumber: Laporan statistik kecelakaan kerja hulu Direktorat Jendral Minyak dan Gas Bumi
Implementasi Sistem ..., Mutia Rendrarti Noor Mattauch, FISIP UI,2016
3
Dapat dilihat dari grafik di atas angka kecelakaan kerja yang terjadi sangat dinamis pada
setiap tahunnya. Kejadian yang fatal sudah mulai berkurang namun pada kecelakaan kerja
yang bersifat ringan masih sering terjadi.
Faktor K3 perlu di proses melalui SMK3 dan dijadikan budaya kerja karena sangat
penting bagi perusahaan khususnya yang bergerak dibidang migas, dimana pekerjaan yang
ada di dalam perusahaan migas sangat rentan dengan kecelakaan kerja. Jika bekerja dengan
tidak aman, akan mengakibatkan kerugian besar baik bagi pekerja maupun perusahaan.
Kerugiaan tersebut dapat berupa kehilangan nyawa, kerusakan peralatan, biaya yang harus
dikeluarkan oleh perusahaan untuk memperbaiki kerusakaan dan menurunnya produktivitas
tenaga kerja. Oleh sebab itu, Pemerintah turut mewajibkan bagi perusahaan untuk mengelola
dan menerapkan K3 di perusahaan. Pengelolaan dan penerapan K3 tidak hanya di lakukan di
lingkungan kantor namun juga harus diterapkan di lingkungan lapangan (offtake) yang
memiliki risiko lebih besar terhadap kecelakaan. K3 dikelola dengan harapan mengurangi
potensi terjadinya kecelakaan kerja di lingkungan perusahaan, dan meningkatkan kesadaran
tenaga kerja untuk bekerja dengan selamat.
Menyadari pentingnya implementasi SMK3, PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. PGN
sebagai perusahaan yang bergerak dalam bidang transmisi dan distribusi atau penyaluran gas
alam sebagai bahan bakar, dimana di dalam kegiatan usaha tersebut sangat tinggi akan risiko
kecelakaan mengingat gas bumi yang dihasilkan sangat mudah terbakar, menjadikan
keselamatan dan kesehatan sebagai prioritas utamanya. Implementasi SMK3 menjadi fokus
utama dalam strategi keberlanjutan PGN. Dalam implementasi dan pengelolaan SMK3, PGN
mengacu dengan UU No. 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja, UU No. 13 Tahun 2003
tentang ketenagakerjaan (Pasal 86 Ayat 2 yang menegaskan kewajiban perusahaan untuk
menyelenggrakan upaya keselamatan dan kesehatan kerja bagi karyawannya) dan menyusun
aturan K3 dalam perjanjian kerja bersama (PKB) dengan serikat kerja PGN. PGN dalam
memastikan bahwa keselamatan dan kesehatan karyawan terlindungi di seluruh aktivitas
operasionalnya, PGN membuat dan menetapkan tingkatan pencapaian tujuan keselamatan
dan kesehatan kerja dengan menyusun roadmap keselamatan dan kesehatan untuk
pelaksanaan berkelanjutan dari setiap tahun ke tahunnya dan implementasi keselamatan dan
kesehatan kerja dalam perusahaan. Berikut juga merupakan data kecelakaan kerja milik PT
Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk disajikan dalam grafik sebagai berikut:
Implementasi Sistem ..., Mutia Rendrarti Noor Mattauch, FISIP UI,2016
4
Grafik 2
Kecelakaan kerja PGN
Sumber: laporan keberlanjutan PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk
Menurut data kecelakaan di atas memang masih terjadi kecelakaan kerja di tahun 2014 pada
salah satu wilayah kerja milik PGN. PGN memiliki 6 wilayah kerja, namun hanya satu
wilayah yang mengalami kecelakaan. Hal tersebut tidak berpengaruh terhadap pemberian
penghargaan kepada PGN untuk wilayah kerja yang lainnya yang mencapai zero accident
dalam 3 (tiga) tahun berturut-turut yaitu tahun 2013 hingga 2015 tidak pernah terjadi
kecelakaan kerja (zero incident). Hal ini mengindikasi bahwa perusahaan lain belum
mengimplementasikan SMK3 dengan baik seperti yang diterapkan oleh PGN. Oleh karena itu
memahami implementasi SMK3 di PGN menjadi penting bagi sebuah upaya pembelajaran,
khususnya bagi perusahaan lain. Peneliti memilih untuk meneliti implementasi SMK3 di
tahun 2015, karena pada tahun 2015 PGN dalam masa transformasi menjadi holding, dimana
terjadi banyak perubahan peraturan dan budaya K3 namun dapat tetap mencapai zero
accident.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, permasalahan yang akan dibahas oleh peneliti
adalah Bagaimana implementasi Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(SMK3) di PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk Periode Tahun 2015 ?
Tinjauan Teoritis
Sumber daya manusia (SDM) atau tenaga kerja merupakan unsur perusahaan yang paling
penting karena dengan adanya SDM membuat sumber daya yang lain dalam perusahaan
dapat berfungsi atau dijalankan, disamping itu SDM menciptakan efisiensi, efektifitas dan
produktivitas, oleh sebab itu SDM perlu dikelola dengan professional dengan melakukan
manajemen sumber daya manusia (MSDM) (Rival, 2004:2). Sumber daya manusia MSDM
Implementasi Sistem ..., Mutia Rendrarti Noor Mattauch, FISIP UI,2016
5
mengatur hubungan dan peranan sumber daya atau tenaga kerja yang dimiliki individu secara
efisien dan efektif agar dapat digunakan secara maksimal (Ismail, 2010:5). Menurut Umar
(2013: 20) MSDM memiliki 3 (tiga) fungsi yaitu fungsi manajerial yaitu berupa perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan dan pengendalian, fungsi operasional yaitu berupa pengadaan
pengembangan, kompensasi, pengitergrasian, pemeliharaan dan pemutusan hubungan kerja
dan fungsi ketiga yaitu kedudukan MSDM dakam pencapaian tujuan organisasi perusahaan
terpadu.
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah kebutuhan dari seluruh tenaga kerja di
perusahaan dalam mendapatkan rasa aman dan nyaman pada saat dan setelah bekerja.
Menurut Leon C. Megginson dalam Mangkunegara (2010: 161) Keselamatan kerja
menunjukan kondisi yang aman dari penderitaan, kerusakan atau kerugian ditempat kerja.
Sedangkan kesehatan kerja menunjukan pada kondisi bebas dari gangguan fisik, mental,
emosi atau rasa sakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja. Risiko kesehatan dapat muncul
dalam lingkungan bekerja melebihi periode waktu yang ditentukan dan lingkungan yang
dapat membuat stress emosi atau gangguan fisik. Menurut OHSAS 18001:2007 dalam Ramli
(2010) Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah kondisi atau faktor yang
mempengaruhi atau dapat mempengaruhi kesehatan dan keselamatan pekerja atau pekerja
lain (termasuk pekerja sementara dan kontraktor), pengunjung, atau setiap orang ditempat
kerja. Filosofi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah memandang setiap karyawan
memiliki hak atas perlindungan kehidupan kerja yang nyaman dalam pemenuhan kebutuhan
karyawan. Perusahaan harus memiliki program-program dalam memberikan keselamatan
kerja terhadap pegawainya dalam berbagai bentuk yaitu dengan mempergunakan mesin-
mesin yang dilengkapi dengan alat-alat pengaman (safety device) dan melakukan kegiatan
pencegahan kecelakaan dengan mengendalikan tingkah laku pegawai dari tindakan yang
tidak aman (safety act). Kecelakaan bukan terjadi, tapi disebabkan, oleh kelemahan di sisi
majikan, pekerja, atau keduanya. Akibat yang ditimbulkannya dapat memunculkan trauma
bagi keduanya: bagi pekerja, cedera dapat berpengaruh terhadap pribadi, keluarga dan
kualitas hidupnya, sedangkan bagi majikan, berupa kerugian produksi, waktu terbuang untuk
penyelidikan, dan yang terburuk biaya untuk proses hukum (Ridley, 2006:113).
Dalam kegiatan operasional sebuah perusahaan, khususnya dalam perusahaan yang memiliki
risiko kerja yang tinggi, pegawai memiliki hak untuk mendapatkan perlindungan K3 dalam
melakukan pekerjaannya. Perlindungan tersebut dimulai dari mencegah dan menghindari dari
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja, kecelakaan dapat terjadi akibat karena kondisi
Implementasi Sistem ..., Mutia Rendrarti Noor Mattauch, FISIP UI,2016
6
alat atau material yang kurang baik atau berbahaya, sama halnya dengan penyakit akibat kerja
dapat dipicu oleh kondisi lingkungan kerja yang tidak aman sepeeti ventilasi, penerangan,
kebisingan, atau suhu yang tidak aman (Ramli, 2010:30).
Sistem merupakan kumpulan dari sub sistem atau unsur-unsur yang saling terkait untuk
mencapai suatu tujuan yang sama. Sama halnya dengan Sistem Manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja (SMK3) juga memiliki unsur-unsur K3 yang harus dikelola dengan baik,
seperti manusia, teknologi, finansial, peraturan-peraturan dan lingkungan kerja. Banyaknya
sistem manajemen K3 yang dikembangkan, membuat Pemerintah memberlakukan sistem
standarisasi dengan menggunakan SMK3 yang mengacu kepada OHSAS 18000
(Occuputional Health and Safety Assesment Series). OHSAS 18001 terdiri dari 18001
sebagai standard atau persyaratan SMK3 dan OHSAS 18002 sebagai pedoman penerapan.
Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3) merupakan konsep pengelolaan
keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yang sistematis dan komperhensif dalam suatu
manajemen yang utuh melalui proses perencanaan, penerapan, pengukuran dan pengawasan
(Ramli, 2010: 46). Menurut Ramli (2010) dalam proses SMK3, OHSAS 18001 menggunakan
pendekatan siklus PDCA (plan-do-check-action) yaitu memulai dari perencanaan, penerapan,
pemeriksaan, dan tindak perbaikan yang membuat SMK3 berjalan terus menerus secara
berkelanjutan selama aktivitas organisasi masih berlangsung.
Gambar 1
Siklus SMK3 OHSAS 18001 (Pendekatan PDCA)
Sumber: Ramli, Soehatman. 2010
Elemen implementasi dari SMK3 menurut OHSAS 18001 adalah kebijakan K3, identifikasi
bahaya, penilaian risiko dan pengendaliannya, objektif K3 dan program K3, Sumberdaya,
Implementasi Sistem ..., Mutia Rendrarti Noor Mattauch, FISIP UI,2016
7
peran, tanggung jawab, akuntabilitas dan wewenang, kompetensi, pelatihan dan kepedulian,
komunikasi, partisipasi dan konsultasi, dokumentasi, pengendalian dokumen, tanggap
darurat, pengukuran kinerja dan pemantauan, evaluasi pemenuhan, penyelidikan insiden,
ketidaksesuaian dan langkah koreksi dan pencegahan, pengendalian rekaman, internal audit,
tinjauan manajemen.
Tabel 2.3 Operasionalisasi Konsep
Konsep Variabel Dimensi Indikator Sistem
Manajemen
Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
(SMK3)
Sistem
Manajemen
Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
(SMK3)
Perencanaan
(Plan)
- Identifikasi bahaya, Penilaian
dan Pengendalian risiko di
tempat kerja
- Perundangan dan persyaratan
hukum.
- Tujuan dan Program K3
Implementasi
dan Operasi
(Do)
- Ketersediaan sumber daya dan
penetapan tanggung jawab dan
wewenang
- Standard kompetensi pekerjaan,
pelatihan K3 dan keperdulian
pekerja terhadap perilaku aman
- Komunikasi dan partisipasi K3
- Ketersediaan dokumentasi data
terkait K3
- Prosedur untuk mengendalikan
dokumen dan rekaman K3
- Sistem pengendalian kegiatan
operasi
- Sistem Tanggap darurat Pemeriksaan
(Check)
- Pemantauan proses pelaksanaan
SMK3
- Penyelidikan insiden atau
kecelakaan kerja
- Internal audit Tinjauan
Manajemen
(Act)
- Tinjauan kembali manajemen
terhadap SMK3
Sumber: Ramli, Soehatman. 2010. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja,
OHSAS 18001. Jakarta: Dian Rakyat.
Implementasi Sistem ..., Mutia Rendrarti Noor Mattauch, FISIP UI,2016
8
Metode Penelitian
Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan post positivis. Hal
ini dikarenakan peneliti ingin menganalisis implementasi Sistem Manajemen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (SMK3) di PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk Periode Tahun
2015.
Penelitian ini bersifat deksriptif, karena tujuan penelitian ini adalah untuk tujuan dari
penelitian ini adalah menganalisis atau menggambarkan implementasi Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) di PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk
Periode Tahun 2015. Penelitian deskriptif bertujuan untuk memperoleh informasi-informasi
mengenai keadaan saat ini, dan melihat kaitan antara variable-variabel yang ada. Di dalamnya
terdapat upaya untuk mendeskripsikan, mencatat, analisis dan menginterprestasikan kondisi-
kondisi yang sedang terjadi.
Berdasarkan manfaat, penelitian ini bersifat penelitian murni. Penelitian murni biasanya
ditujukan untuk pemenuhan kebutuhan peneliti. Peneliti memiliki kebebasan untuk
menentukan permasalahan apa yang akan diteliti. Dalam penelitian ini, peneliti berusaha
menjawab pertanyaan yang terkait dengan judul penelitian yaitu Implementasi Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) di PT Perusahaan Gas Negara
(Persero) Tbk Periode Tahun 2015.
Jenis penelitian berdasarkan dimensi waktu yaitu cross sectional karena penelitian ini hanya
dilakukan waktu tertentu dan tidak akan dilakukan penelitian di waktu yang berbeda untuk
diperbandingkan. Penelitian ini berlangsung selama satu periode yaitu September-Desember
2016. Fenomena yang diangkat adalah Implementasi Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (SMK3) di PT Perushaan Gas Negara (Persero) Tbk.
Berdasarkan teknik pengumpulan datanya, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data
dengan teknik kualitatif. Sumber data yang digunakan oleh peneliti adalah data primer dan
data sekunder. Teknik pengumpulan data kualitatif menggunakan metode wawancara
mendalam, observasi, partisipasi, bahan dokumenter, serta teknik atau metode bahan visual
dan penelusuran bahan internet. peneliti menggunakan teknik dengan wawancara mendalam
dan studi kepustakaan.
Setelah data terkumpul, penulis menganalisis data dengan teknik analisis data kualitatif,
dengan tahapan triangulasi data yaitu memeriksa kembali bukti-bukti yang ada dari sumber
Implementasi Sistem ..., Mutia Rendrarti Noor Mattauch, FISIP UI,2016
9
yang berbeda, kemudian reduksi data yang bertujuan membuat fokus peneliti dengan
melakukan wawancara mengacu pada indikator operasionalisasi konsep, sajian data
merupakan narasi yang mendeskripsikan mengenai kondisi yang rinci dan mendalam untuk
menjawab setiap permasalahan yang ada dan penarikan sampul yang perlu diverivikasi agar
benar-benar dapat dipertanggungjawabkan.
Proses penelitian pada tahap awal adalah mengumpulkan data statistik yang ada, mencari
sumber-sumber berita atau artikel yang berhubungan dengan sistem manajemen keselamatan
dan kesehatan kerja (SMK3), kemudian menentukan rumusan masalah, yaitu bagaimana
implementasi SMK3 di PT Perushaan Gas Negara (Persero) Tbk Periode Tahun 2015. Tahap
berikutnya peneliti melakukan tinjauan pustaka sebagai pembanding dan menyusun kerangka
teori yang berhubungan dengan SMK3, selanjutnya peneliti mengumpulkan data dengan
melakukan wawancara mendalam kepada informan di PT Perushaan Gas Negara (Persero)
Tbk yang merupakan tim keselamatan dan kesehatan kerja PT Perusahaan Gas Negara
(Persero) Tbk. Data yang telah diperoleh kemudian dianalisis dan diinterpretasikan ke dalam
laporan penelitian dan dibuatlah kesimpulan dari penelitian yang dilakukan.
Hasil Penelitan
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa implementasi sistem manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja (SMK3) di PGN pada tahun 2015 sudah sesuai dengan ketentuan OHSAS
18001 yang merupakan standard SMK3 yang digunakan di Indonesia.
Pembahasan
Pada penelitian ini, akan dianalisis implementasi sistem manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja, berdasarkan standar implementasi sistem manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja melalui pendekatan P-D-C-A yaitu Plan, Do, Check, Act. Setiap dimensi
terdiri dari beberapa indikator, kemudian dianalisis sesuai dengan data yang diperoleh
melalui wawancara.
1. Dimensi Perencanaan (PLAN)
Perencanaan merupakan bentuk tindak lanjut dan penjabaran setelah kebijakan K3 yang telah
ditetapkan oleh manajemen puncak. Perencanaan dibuat dengan tujuan agar kegiatan yang
selanjutnya yaitu implementasi dapat terarah sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
Dimensi Perencanaan memiliki beberapa indikator yaitu identifikasi bahaya, penilaian dan
Implementasi Sistem ..., Mutia Rendrarti Noor Mattauch, FISIP UI,2016
10
pengendalian risiko ditempat kerja, perundangan dan persyaratan hukum, objektif atau tujuan
K3 dan program K3.
• Identifikasi Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Risiko di Tempat Kerja
PGN menyesuaikan identifikasi bahaya dengan aktivitas kerja atau bisnis proses yang ada,
dengan memiliki pedoman dan prosedur operasi di dalam setiap kegiatan pekerjaannya.
Prosedur operasi tersebut memiliki kekuatan yang dapat dijadikan sebagai acuan atau
petunjuk. Dalam identifikasi bahaya PGN memiliki prosedur operasi Analisa Keselamatan
Kerja (JSA) yang dikeluarkan oleh divisi Health Safety Security Environment (HSSE). Dari
acuan pedoman operasi tersebut PGN mengidentifikasi bahaya dengan membuat metode-
metode dalam menentukan kategori bahaya yang ada di dalam aktivitas pekerjaannya.
Lingkup pekerjaan yang dilakukan oleh PGN tidak hanya ada di ruangan kantor namun juga
ada di lapangan dan offtake yaitu tempat untuk bagian proses pengelolaan gas, dimana
lingkup area pekerjaan yang dimiliki oleh PGN memiliki banyak potensi bahaya yang dapat
terjadi pada masing-masing area kerjanya. PGN membuat metode yang disesuaikan dengan
kegiatan rutin dan non-rutin yang ada dilingkungan kerjanya agar mudah untuk dianalisa.
Metode tersebut mencakup juga dari seluruh aktivitas yang berhubungan dengan pihak luar
seperti tamu yang datang dan mencakup fasilitas yang ada diarea kerja. Dengan pembagian
penggunaan metode yang jelas, pegawai tidak akan sulit dalam menentukan metode apa yang
harus digunakan ketika ingin melaporkan suatu potensi bahaya yang ditemukan. Potensi
bahaya yang ditemukan dapat langsung ditulis di dalam sebuah form dan dapat langsung
dilaporkan kepada bagian Health Safety Security Environment (HSSE).
PGN melakukan penilaian risiko yang ada dalam setiap bahaya yang ditemukan, untuk
menentukan potensi bahaya tersebut. PGN sudah menyesuaikan penilaian risikonya dengan
identifikasi bahaya yang ditemukan untuk menentukan nantinya pengendalian risiko apa yang
harus digunakan. PGN sudah memiliki form identifikasi bahaya dan penilaian risiko, yang
sebelumnya diisi oleh pekerja baik dari low hingga top level yang menemukan bahaya yang
kemudian dilaporkan kepada HSSE dan yang nantinya akan dihitung oleh HSSE apakah
potensi bahaya tersebut harus ditindak lanjuti. PGN mengkelompokan tingkat risiko ke
beberapa tingkat risiko yaitu ringan, sedang, tinggi dan extreame. cara untuk menghitung
tingkat risiko yang dilakukan oleh PGN adalah konsekuensi dikalikan dengan kemungkinan
yang ada kemungkinan tersebut bisa jarang terjadi, sering terjadi atau pasti terjadi sedangkan
tingkat konsekuensi terdiri dari 4 yaitu ada hampir celaka, sedikit berbahaya, berbahaya dan
Implementasi Sistem ..., Mutia Rendrarti Noor Mattauch, FISIP UI,2016
11
menyebabkan kematian. Hasilnya akan menjawab dimana tingkat risiko yang ada di dalam
kegiatan tersebut, masuk ke kategori kecelakaan ringan, sedang, berat atau extreame dan
dilanjutkan dengan menentukan bagaimana bentuk pengendalian risikonya.
PGN dalam menentukan pengendalian risiko, melihat terlebih dahulu dari hasil identifikasi
bahaya dan penilaian risiko, yang nantinya hasil tersebut akan dijadikan sebuah program.
Pengendalian risiko yang dilakukan PGN sudah sesuai dengan pemaham yang digunakan
karena PGN dalam mengkontrol pengendalian risikonya, PGN memiliki form tindak lanjut
pengendalian risiko (form tersebut dilampirkan pada lampiran) yang di dalam form tersebut
sudah ada penentuan sesuai hirarki pengendalian bahaya, yang dilanjutkan dengan
menentukan program apa saja yang akan digunakan dalam mengendalikan risiko yang
ditemukan, berikut merupakan contoh gambar dari salah satu bentuk pengendalian risiko
APD (Alat Pelindung Diri) yang dimiliki oleh PGN.
• Perundangan dan Persyaratan hukum
PGN dalam menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
sudah mengacu kepada UU No. 1 Tahun 1970 dan PP No. 50 Tahun 2012. Tidak hanya itu
karena PGN bergerak pada sektor migas, PGN juga mengacu kepada berbagai Undang-
Undang dan peraturan yang terkait dengan bidang usahanya yaitu migas. PGN tidak hanya
mengidentifikasi peraturan dan persyaratan K3 namun juga mengevaluasi tingkat kepatuhan
penggunaan peraturan atau perundangan tersebut apakah sudah di lakukan atau belum. PGN
memiliki daftar perundangan dan persyaratan serta evaluasi penataan yang mencakup aspek
K3, keamanan, lingkungan dan standard atau persyaratan lainnya. PGN sudah
mengidentifikasi dan menggunakan perundangan dan persyaratan yang berlaku sebagai acuan
seperti yang ditetapkan oleh Kementerian Ketenagakerjaan. Namun dalam sektor migas
belum ada peraturan yang mewajibkan perusahaan migas dalam menerapkan SMK3 di
perusahaannya.
• Tujuan dan Program K3
Pada tahun 2015, PGN masih dalam transformasi menjadi holding dari seluruh anak
perusahaanya, ini menyebabkan target K3 masih di tuliskan secara detail dan tidak global
untuk anak perusahaan. Menurut peneliti dalam penetapan target K3, tidak masalah dituliskan
secara detail atau secara global, karena yang penting dari target K3 tersebut sesuai dengan
kebutuhan yang ada di dalam perusahaan. Dalam target PGN dijelaskan secara terinci
bagaimana target utama di dalam PGN sudah mencakup aspek K3, PGN menargetkan
Implementasi Sistem ..., Mutia Rendrarti Noor Mattauch, FISIP UI,2016
12
pencapaian zero accident ditahun 2015, dan pada kenyatannya PGN berhasil mencapai zero
accident pada tahun 2015 yang membuktikan bahwa PGN telah menerapkan SMK3 yang
baik di perusahaan. Target K3 ini ditujukan kepada seluruh pegawai, agar berpatisipasi dalam
mencapai target K3 yang ditetapkan, dalam usaha perusahaan mencapai taget K3, oleh sebab
itu dibutuhkanlah program K3 sebagai salah satu pendukung agar seluruh pegawai
melaksanakan SMK3.
Setiap divisi memiliki program K3 tersendiri disesuaikan dengan tingkat risiko yang ada di
lingkup pekerjaannya, karena di dalam setiap divisi menyesuaikan dengan kompetensi
pekerjaan yang dilakukan. PGN sudah menyesuaikan program K3 yang dimiliki sesuai
dengan kebutuhan secara keseluruhan perusahaan yang dibuat melalui tanggung jawab divisi
HSSE dan PGN juga memberikan kebebasan bagi setiap divisinya untuk melakukan program
K3 tersendiri yang tetap bertujuan untuk kontribusi dalam melakukan pencapaian tujuan K3.
2. Dimensi Implementasi dan Operasi (DO)
Implementasi dan operasi merupakan tindak lanjut nyata yang dilakukan oleh sebuah
perusahaan setelah membuat perencanaan SMK3 yang baik. Implementasi dan operasi
merupakan kegiatan inti dari SMK3. Dimensi impelementasi dan operasi memiliki beberapa
indikator yaitu, ketersediaan sumber daya dan penetapan tanggung jawab dan wewenang,
standar kompetensi pekerjaan, pelatihan K3 dan keperdulian pekerja terhadap perilaku aman,
komunikasi dan partisipasi K3, ketersediaan dokumentasi data terkait K3, Prosedur untuk
mengendalikan dokumen dan rekaman K3, sistem pengendalian operasi dan sistem tanggap
darurat.
• Ketersediaan Sumber Daya dan Penetapan Tanggung Jawab dan Wewenang
PGN memiliki sumber daya manusia (SDM) yang berkompeten di bidang K3 untuk
menunjang program K3. Selain ketersediaan sumber daya manusia atau ahli K3, PGN juga
sudah memiliki infrastruktur atau teknologi dalam mendukung K3 yang ada diperusahaan.
PGN memiliki teknologi dalam mengantisipasi bahaya seperti sprinkle, smoke detector,
hydrant, apar, dan untuk menanggulangi jika pegawai mengalami cedera atau luka kecil,
PGN meletakkan kotak first aid yang ada di setiap pojok ruangan disetiap lantai dan terdapat
ruangan dokter untuk tindak lanjut jika terjadi kecelakaan yang membutuhkan tindak lanjut
lebih jauh atau jika ingin bertemu dengan psikolog PGN yang akan membantu pegawai
dalam konsultasi. Hal ini mengidinkasikan bahwa PGN sudah memiliki teknologi yang cukup
untuk menunjang K3 di kantor, namun untuk ketersediaan finansial yang dibutuhkan dalam
menunjang pelaksanaan SMK3 merupakan yang paling sulit di perhitungkan, karena sumber
Implementasi Sistem ..., Mutia Rendrarti Noor Mattauch, FISIP UI,2016
13
daya finansial pada PGN diatur pada masing-masing divisi sesuai dengan program K3 yang
mereka jalani. PGN sedang di dalam proses perubahan budaya dan mindset mengenai salah
satunya kemandirian anggran K3 pada masing-masing divisi. Oleh sebab itu, pemahaman
mengenai pentingnya pelaksanaan SMK3 di perusahaan wajib ditekankan kepada seluruh
divisi, agar divisi menganggarkan aspek K3 sama pentingnya dengan aspek lainnya dan
sesuai dengan tingkat risiko kerjanya. Memastikan ketersediaan sumber daya merupakan
salah satu tanggung jawab yang dimiliki oleh perusahaan. Tanggung jawab dan wewenang
dari K3 terletak pada top manajemen, namun dapat diturunkan sampai low level dalam
perusahaan sesuai dengan fungsi dan tugasnya masing-masing, hal tersebut dilakukan agar
seluruh pihak di dalam perusahaan berperan serta dalam implementasi SMK3 di lingkungan
pekerjaanya.
• Standar Kompetensi Pekerjaan, Pelatihan K3 dan Keperdulian Pekerja Terhadap
Perilaku Aman
PGN memiliki komposisi model dalam standar kompetensi pekerjanya dan sudah
menjalankan Peraturan Kementerian BUMN No, PER-03/MBU/02/2015 dalam usaha untuk
meningkatkan jenjang pekerjaanya. Untuk ahli-ahli K3 yang dimiliki oleh PGN juga sudah
berkompeten karena mereka sudah tersertfikasi sebelumnya dan PGN mengikuti pedoman
untuk ahli K3 dengan mengacu kepada Keputusan Direktur Jendral Pembinaan Pengawasan
Ketenagakerjaan dan Keselamatan dan Kesehatan (K3) No.:KEP 69/PPK&K3/XII/2015
Tentang Pedoman Pembinaan Calon Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Umum.
Dalam meningkatkan kompetensi pekerja, terdapat banyak jenis pelatihan yang diberikan
oleh PGN, namun tidak semua pegawai melakukan pelatihan tersebut. Pelatihan K3 ada yang
bersifat wajib bagi pegawai dan ada yang sesuai dengan tingkatan jenjang jabatan atau
tergantung dengan risiko pekerjaan yang dimiliki oleh pegawai. PGN sudah membuat daftar
pelatihan apa saja yang akan dilakukan di dalam tahun 2015 agar lebih terarah dan jelas. PGN
memenuhi pemberian pelatihan K3 bagi karyawannya dalam tujuan untuk memberi
pemahaman K3 yang dimulai dari pelatihan dasar terlebih dahulu yang akan berguna dalam
keadaan –keadaan yang berbahaya dilingkungan kantor.
Selain pentingnya pelatihan kesadaran pegawai dalam bertindak aman juga perlu
diperhatikan, PGN sudah membina pekerjanya dalam membangun rasa keperdulian terhadap
perilaku aman dalam bekerja, Pada saat ini PGN dalam tahap untuk membangun budaya
bekerja yang aman dengan melakukan berbagai cara yaitu selain pelatihan namun juga
memasukan budaya K3 kedalam value yang ada di perusahaan. Proses penanaman budaya K3
Implementasi Sistem ..., Mutia Rendrarti Noor Mattauch, FISIP UI,2016
14
memang tidak semudah yang dibayangkan, Oleh sebab itu PGN selalu melakukan inovasi
baru dalam mendukung seluruh pekerjanya untuk dapat memahami dan menanamkan benar
keperdulian terhadap perilaku aman dalam bekerja.
• Komunikasi dan Partisipasi K3
PGN telah melakukan komunikasi atau sosialisasi mengenai kebijakan K3, program yang
terkait K3 atau isu –isu yang sedang berkembang terkait dengan K3 kepada seluruh pegawai
dari low hingga top level, agar tidak terjadi ketidakjelasan peraturan yang berkembang di
perusahaan dan seluruh pegawai dapat melaksanakan apa program-program K3 yang
dijalankan oleh perusahaan. pegawai di PGN sudah menanamkan partisipasi pegawai
terhadap aspek K3 dengan menjalankan dan melaksanakan kegiatan dengan cara yang aman.
Selain menjalankan kegiatan dengan aman pegawai tersebut sudah pernah melaporkan
insiden kecelakaan yang pernah dialami untuk memberikan masukan mengenai adanya
kondisi bahaya yang ditemukan.
• Ketersediaan Dokumentasi Data Terkait K3
PGN mengkategorikan setiap dokumen terkait K3 berdasarkan hirarki sistem dokumentasi
K3. PGN mengkelompokan level dokumen menjadi 4 level. PGN melakukan
pendokumentasian secara menyeluruh terhadap setiap dokumentasi yang terkait dengan
SMK3. Dokumentasi tersebut juga di share oleh PGN agar memudahkan pegawai dalam
mencari dan melihat dari dokumentasi yang di simpan oleh PGN.
Prosedur Untuk Mengendalikan Dokumen dan Rekaman K3
PGN telah memiliki prosedur dan sistem pengendalian dokumentasi dalam menyimpan
dokumen dan data yang dimiliki. PGN menggunakan sebuah aplikasi atau portal komputer
dimana seluruh pegawai dapat mengaksesnya. PGN sudah mempermudah pegawai dalam
mencari dokumen atau pedoman kerja yang mereka butuhkan namun tetap terjaga
kerahasiannya, karena tidak sembarang pegawai dapat mengedit atau mengeluarkan dokumen
tersebut.
• Sistem Pengendalian Operasi
PGN bergerak dalam industri migas, dimana kegiatan operasional yang ada di PGN memiliki
risiko yang tinggi. PGN dalam mengendalikan kegiatan operasinya sudah menjalankan sesuai
dengan pemahaman yang disampaikan sebelumnya yaitu dengan memulai dari melakukan
identifkasi bahaya terlebih dahulu dan kemudian menentukan bentuk pengendalian apa yang
harus diterapkan. PGN menggunakan prosedur operasi di dalam setiap pekerjaannya, ini
Implementasi Sistem ..., Mutia Rendrarti Noor Mattauch, FISIP UI,2016
15
mengindikasikan bahwa PGN sudah menganalisis apa saja yang ketentuan yang dibutuhkan
disetiap pekerjaanya.
• Sistem Tangga Darurat
PGN memiliki sistem tanggap darurat yaitu memiliki prosedur operasional yang akan
memudahkan pegawainya dalam membaca instruksi-instruksi keadaan darurat. PGN juga
memiliki manajemen representative untuk membantu dalam keadaan darurat. Manajemen
representative tersebut merupakan orang-orang yang sudah dilatih untuk siap membantu
evakuasi dalam keadaan darurat. Orang-orang tersebut biasanya sudah mendapat pelatihan
terlebih dahulu yang diberikan oleh perusahaan.
3. Dimensi Pemeriksaan (Check)
Setelah mengimplementasi dan mengoperasi Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja, perusahaan harus melakukan pemeriksaan terhadap pelaksanaan SMK3 dengan tujuan
mengetahui apakah pelaksanaan SMK3 di perusahaan sudah berjalan sesuai dengan
perencanaan SMK3 yang telah dibuat dan apakah pelaksanaan SMK3 yang dijalankan sudah
efektif. Dimensi pemeriksaan memiliki beberapa indikator yaitu, pemantauan proses
pelaksanaan SMK3, Penyelidikan insiden atau kecelakaan kerja, Pengendalian rekaman K3
dan internal audit.
• Pemantauan Proses Pelaksanaan SMK3
Pemantauan yang dilakukan oleh PGN melibatkan dari seluruh level pekerja yang ada,
dimulai dari Central Safety Commite (CSC) yang dilakukan oleh perdirektorat hingga top
level yaitu Rapat Tinjauan Manajemen (RTM) yang dihadiri direksi. Pemantauan memang
harus dilakukan secara keseluruhan agar semua pihak mengetahui bagaimana isu-isu K3 yang
ada dan bagaimana berjalannya SMK3 yang mereka sudah laksanakan. Dalam memenuhi
pemantauannya PGN juga sudah memiliki kepala teknik dan melaporkan laporan bulanan
kepada Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker) dan Direktorat Jendral Minyak dan Gas
Bumi (Ditjen Migas) sebagai bentuk kepatuhan kepada ketentuan dari UU No. 1 Tahun 1970
Pasal 5 tentang pengawasan.
• Penyelidikan Insiden atau Kecelakaan Kerja
PGN telah memenuhi penyelidikan insiden dengan memiliki prosedur penyelidikan insiden
sebagai alat kontrol dalam menentukan keperluan investigasi insiden. PGN akan menganalisa
pada setiap kejadian insiden yang terjadi atau di laporkan kepada bagian HSSE. PGN pernah
mengalami kecelakaan near miss yaitu kecelakaan pada lift yang ada di kantor PGN.
Penyelidikan pada kecelakaan lift yang dilakukan oleh PGN sudah mencakup analisa dari
Implementasi Sistem ..., Mutia Rendrarti Noor Mattauch, FISIP UI,2016
16
segala faktor yang memungkinkan terjadinya kecelakaan. PGN melakukan investigasi sendiri
terlebih dahulu untuk memastikan apa penyebab dari kecelakaan lift tersebut. Setelah
investigasi dilakukan PGN memberikan sanksi keras terhadap pihak manajemen gedung,
namun PGN pada saat ini sudah berpandangan bahwa hal yang paling penting dalam
kecelakaan kerja adalah dengan memperbaiki secepatnya setelah kecelakaan tersebut terjadi.
• Internal Audit
PGN telah melakukan internal audit sebelum dilakukannya eksternal audit dalam meninjau
pelaksanaan SMK3 yang dijalankan. Untuk mendapatkan sertifikasi SMK3, PGN melakukan
eksternal audit melalui Scufindo yang akan menilai dan memberikan sertifikasi SMK3 dan
dari LRQA yang akan memberikan sertifikasi OHSAS 18001. Hasil dari eksternal audit yang
dilakukan menunjukan PGN telah menjalankan pelaksanaan SMK3 dengan baik yang
dibuktikan dengan dikeluarkannya sertifikasi SMK3 dan OHSAS 18001 milik PGN.
4. Dimensi Tinjauan Manajemen (Act)
Dalam dimensi tinjauan manajemen terdapat indikator yaitu, tinjauan kembali manajemen
terhadap SMK3.
• Tinjauan Kembali Manajemen Terhadap SMK3
PGN melakukan peninjauan kembali yang dilakukan setahun sekali yang bertujuan untuk
membahas hasil audit yang ditemukan dan menentukan program perbaikan untuk tahun
kedepannya. Tinjauan kembali manajemen dilakukan oleh top manajemen PGN hal tersebut
menunjukan bentuk dukungan top manajemen terhadap permasalahan aspek K3 bagi
karyawan dan lingkungan perusahaannya.
Kesimpulan
Berdasarkan analisis data dan pembahasan, maka penulis mengambil kesimpulan bahwa
implementasi Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) di PT
Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk (PGN) pada periode tahun 2015 sudah sesuai dengan
ketentuan OHSAS 18001 yang mengantarkan PGN kepada zero accident. Namun, meskipun
sudah memenuhi ketentuan yang berlaku masih ditemukan kekurangan karena pada saat
tahun 2015 PGN dalam masa transformasi menjadi holding dan dalam masa perubahan
budaya, mindset dan aturan mengenai K3 di perusahaan, dimana dalam masa transisi itu
masih menimbulkan kebingungan dalam penentuan pertanggung jawaban.
Saran
Berdasarkan simpulan dari hasil penelitian yang diberikan saran sebagai masukan dan bahan
pertimbangan perusahaan PGN dapat mengalokasikan dana atau anggaran secara proposional
Implementasi Sistem ..., Mutia Rendrarti Noor Mattauch, FISIP UI,2016
17
oleh masing-masing divisi. Budaya kerja dapat ditanamkan melalui pelatihan K3 dan seminar
sebagai sosialisasi pentingnya menyadari K3 di dalam setiap pekerjaan yang dilakukan.
Daftar Referensi
Buku
Ismail, Iriani. 2010. Manajemen Sumber Daya Manusia,, Malang: Universitas Brawijaya.
Mangkunegara, A. A. Anwar Prabu. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Ramli, Soehatman. 2010. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja OHSAS 18001, Jakarta: Dian Rakyat
Ridley, Jhon. 2006. Ikhtisar Kesehatan dan Keselamatan Kerja (Edisi Ketiga).(Astranto,Penerjemah), Jakarta: Penerbit Erlangga.
Rivai, Veithzal. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan, Jakarta: PT Rajagrafindo Persada
Umar, Husein. 1998. Riset Sumber Daya Manusia, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Peraturan Perundang-undangan
______________. Undang-Undang, Nomor 1 Tahun 1970, Tentang Keselamatan Kerja
Publikasi Lembaga
BPJS Ketenagakerjaan. 2016. Jumlah Kecelakaan Kerja Masih Tinggi. < http://www.bpjsketenagakerjaan.go.id/berita/5769/Jumlah-kecelakaan-kerja-di-Indonesiamasih-tinggi.html > . Diakses pada 2 September 2016.
Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral Direktorat Jendral Minyak dan Gas Bumi. 2016. < http://www.migas.esdm.go.id/post/read/keselamatan-migas-harus-dibudayakan >. Diakses pada 27 Agustus 2016.
Implementasi Sistem ..., Mutia Rendrarti Noor Mattauch, FISIP UI,2016