IMPLEMENTASI RENCANA STRATEGI …repository.fisip-untirta.ac.id/365/1/ANE - IMPLEMENTASI...
Transcript of IMPLEMENTASI RENCANA STRATEGI …repository.fisip-untirta.ac.id/365/1/ANE - IMPLEMENTASI...
IMPLEMENTASI RENCANA STRATEGI
PENGEMBANGAN DAN PELESTARIAN
DESTINASI WISATA CAGAR BUDAYA
BANTEN LAMA DI DINAS KEBUDAYAAN DAN
PARIWISATA PROVINSI BANTEN
SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Ilmu Sosial pada Konsentrasi Manajemen Publik Program
Studi Ilmu Administrasi Negara
Oleh :
FANI MUTIA HANUM
NIM. 6661101182
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
SERANG 2014
Gantungkan azam dan semangatmu Setinggi bintang di langit
Dan rendahkan hatimu serendah mutiara di lautan
You never fail Until you stop trying
(Albert Einstein)
Skripsi ini kupersembahkan
untuk kedua Orang Tuaku
dan untuk orang-orang yang kusayangi
dan untuk mereka yang selalu mendukungku
ABSTRAK
Fani Mutia Hanum. NIM. 6661101182. Skripsi. Implementasi Rencana
Strategis Pengembangan dan Pelestarian Banten Lama di Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata Provinsi Banten. Pembimbing I: Yeni Widyastuti S.sos, M.si
dan Pembimbing II: Arenawati S.sos, M.si
Pariwisata memiliki kontribusi yang cukup tinggi untuk perolehan devisa negara
dan dengan alasan tersebut pemerintah begitu memperhatikan sektor wisata.
Banyak usaha yang dilakukan oleh pemerintah untuk pengembangan sektor
wisata, salah satunya pengembangan dan pelestarian destinasi wisata cagar
budaya Banten Lama yang dilakukan oleh Disbudpar Provinsi Banten, namun
sampai saat ini kondisi Banten Lama belum memiliki infrastruktur, sarana dan
prasarana yang belum memadai. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
implementasi rencana strategis pengembangan dan pelestarian destinasi wisata
Banten Lama di Disbudpar Provinsi Banten. Penelitian ini bertitik tolak pada teori
Aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam perencanaan strategis dari Fred R
David. Metodelogi penelitian yang digunakan adalah metode pendekatan kualitatif
eksploratif dan teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah melalui
observasi, Wawancara, dan Studi Dokumentasi. Keabsahan data diperoleh dengan
cara Triangulasi Data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi rencana
strategis pengembangan dan pelestarian destinasi wisata cagar budaya Banten
Lama belum baik, Disbudpar Provinsi Banten hanya memprioritaskan Banten
Lama dalam renstra dinas 2012-2017, namun dalam pelaksanaannya sejak 2012-
2014 belum ada kegiatan kearah pengembangan Banten Lama karena masalah
kepemimpinan, kewenangan dan masalah anggaran. Pengembangan Banten Lama
oleh Disbudpar Provinsi Banten baru akan dilakukan pada tahun 2015 saja.
Kata Kunci : Pariwisata, Implementasi, rencana strategis, Pengembangan,
pelestarian, Banten Lama, Disbudpar
ABSTRACT
Fani Mutia Hanum. NIM. 101182. The Implementation of Strategic Planning
for The Development and Preservation of Banten Lama in Disbudpar Banten
Province, The Faculty of Social and Political Sciences, University of Sultan
Ageng Tirtayasa, Serang 2014. Advisor Yeni Widyastuti S.sos, M.si. Advisor
Arenawati S.sos, M.si
Tourism has a high enough to foreign exchange revenue country and by the
government so that reason to pay attention to tourism sector. Much effort
undertaken by governments to tourism sector development, one of them is the
development and preservation of cultural heritage tourism destination Banten
Lama conducted by Disbudpar Banten Province, but so far the condition of old
banten not have infrastructure, facility inadequate. The purpose of this research is
to know the strategic plan for the development and preservation of Banten Lama
tourist destinations in the Disbudpar of Banten Province. The research on the
theory of decline dotted aspects to note in strategic planning from Fred R David.
We based the research used a qualitative explanatory approach is the method and
technique of data collection is done through observation and interview study
documentation. The validity of the data obtained by means of triangulation data.
The result showed that the implementation of the strategic plan for the
development and preservation of cultural heritage tourism destination Banten
Lama yet either Disbudpar Banten Province just prioritized Banten Lama in the
2012-2017 renstra, but in its implementation since the 2012-2017 has been no
activities towards the development of Banten Lama due to problems of
leadhership, authority and budget issue. Development of Banten Lama by
Disbudpar Bantten Province recently will be undertaken by just 2015.
Keyword: Tourism, Implementation, Strategic Plan, Development,
Preservation, Banten Lama, Disbudpar
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil’alamin, penulis panjatkan atas kehadirat ALLAH
SWT, karena atas berkat ridho, rahmat, karunia dan kasih sayang-Nya yang
berlimpah akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi dalam rangka memenuhi
salah satu syarat skripsi pada Prodi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang berjudul
“Implementasi Rencana Strategis Pengembangan dan Pelestarian Destinasi
Wisata Cagar Budaya Banten Lama di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Provinsi Banten”.
Selesainya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak yang senantiasa mendukung membimbing penulis. Maka dari itu
penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd, Rektor Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa.
2. Dr. Agus Sjafari, M.Si, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
3. Kandung Sapto Nugroho, S.Sos., M.Si sebagai Wakil Dekan I Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
4. Mia Dwianna M., S.Sos., M.I.Kom sebagai Wakil Dekan II Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
5. Ismanto, S.Sos.,MM sebagai Wakil Dekan III Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
6. Rina Yulianti, S.IP, M.Si, Ketua Prodi Ilmu Administrasi Negara
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa.
7. Anis Fuad, S.Sos, M.Si, Sekretaris Prodi Ilmu Administrasi Negara
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa.
ii
8. Yeni Widyastuti, S.sos, M.Si, Dosen Pembimbing I yang memberikan
semangat dan membimbing peneliti dalam menyusun skripsi ini dengan
teliti dan sabar dari awal hingga akhir
9. Arenawati, S.Sos., M.Si sebagai Pembimbing II yang membantu dan
memberikan masukan bagi peneliti dalam menyusun skripsi ini dari
awal hingga akhir.
10. Titi Stiawati, S.Sos, M.Si, Dosen Pembimbing Akademik yang
memberikan saran dan masukan dalam hal perkuliahan.
11. Dr. Ayuning Budiarti, selaku penguji I seminar skripsi, yang telah
memberikan masukan, saran, dan bimbingannya
12. Semua Dosen dan Staf Jurusan Administrasi Negara Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang
membekali penulis dengan ilmu pengetahuan selama perkuliahan.
13. Ibu dan Bapak yang telah memberikan kesempatan dan kepercayaan
bagi penulis untuk menempuh gelar strata satu. Mohon maaf apabila
selama ini belum bisa memberikan yang terbaik dan belum bisa
membalas segala kebaikan selama ini.
14. Adik-adikku Wahyu dan Miftah yang memberikan semangat dalam
pembuatan skripsi ini.
15. Fityan Ahdiyat, terima kasih telah banyak membantu dan memberikan
semangat dalam menyelesaikan skripsi penelitian ini
16. Sahabat-sahabatku Richa Septiawan, Mutiah Purnama Sari, Sonia
Novita, Dwi Rahayu, Dilla Azizah, Yuanita Rahmi, Haerul Umam,
Muhammad Nurdin, Siska Aulia, terimakasih selalu memberi semangat
dalam menyelesaikan skripsi ini.
17. Kawan-kawan Jurusan Administrasi Negara FISIP UNTIRTA Reguler
kelas B angkatan 2010 yang memberikan canda tawa, masukan dan
nasehat yang bermanfaat.
18. Kawan-kawan Jurusan Administrasi Negara FISIP UNTIRTA Reguler
dan non Reguler angkatan 2010
iii
19. Kawan-kawan Kostan Nur Hp yang telah bersama sejak pertama kali
masuk kuliah dan saling memberikan semangat.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini,
karena keterbatasan penulis, maka dari itu saran dan kritik yang membangun tetap
dinantikan guna perbaikan dimasa yang akan datang. Akhir kata semoga skripsi
ini dapat bermanfaat bagi semua pihak
Serang, Februari 2014
Fani Mutia Hanum
iv
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul
Lembar Persetujuan
Kata Pengantar .............................................................................................. i
Daftar Isi ......................................................................................................... iv
Daftar Gambar ............................................................................................... ix
Daftar Tabel .................................................................................................... x
Daftar Lampiran
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2 Identifikasi Masalah ................................................................................ 19
1.3 Pembatasan Masalah ............................................................................... 19
1.4 Perumusan Masalah ................................................................................ 20
1.5 Tujuan Penelitian .................................................................................... 20
1.6 Manfaat Penelitian .................................................................................. 20
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Teori ............................................................................................. 22
2.2 Konsep Perencanaan Strategis .................................................................. 22
v
2.3 Pengertian Implementasi ........................................................................... 27
2.3.1 Tahapan Implementasi ......................................................................... 28
2.4 Konsep Pariwisata ..................................................................................... 30
2.4.1 Pengertian Pariwisata ............................................................................. 30
2.4.2 Pengertian Wisatawan ............................................................................ 32
2.4.3 Kawasan Wisata ..................................................................................... 33
2.4.4 Pengelolaan Pariwisata .......................................................................... 34
2.4.5 Pengembangan Destinasi Pariwisata ..................................................... 36
2.5 UU No.11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya ........................................ 39
2.5.1 Pengelolaan Cagar Budaya ................................................................... 41
2.5.2 Pengembangan Cagar Budaya ............................................................... 42
2.6 Penelitian Terdahulu ................................................................................. 46
2.7 Kerangka Berpikir ..................................................................................... 48
2.8 Asumsi Dasar ............................................................................................ 51
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian ....................................................................................... 52
3.2 Fokus Penelitian ........................................................................................ 53
vi
3.3 Lokus Penelitian ........................................................................................ 53
3.4 Fenomena yang diamati ............................................................................. 54
3.4.1 Definisi Konsep ....................................................................................... 54
3.4.2 Definisi Operasional................................................................................... 55
3.5 Instrumen Penelitian ................................................................................... 56
3.6 Informan Penelitian .................................................................................... 57
3.7 Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data ........................................... 59
3.7.1 Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 59
3.7.2 Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 66
3.8 Jadwal Penelitian ....................................................................................... 68
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Objek Penelitian ......................................................................... 70
4.1.1 Provil Disbudpar Provinsi Banten ........................................................... 70
4.1.2 Gambaran Umum Banten Lama .............................................................. 72
4.2 Pembahasan ................................................................................................ 80
4.2.1 Perencanaan Strategis Pengembangan dan Pelestarian Destinasi Wisata
Cagar Budaya Banten Lama ............................................................................. 80
vii
4.2.2 Implementasi Rencana Strategis Pengembangan dan Pelestarian Destinasi
Cagar Budaya Banten Lama di Disbudpar Provinsi Banten ........................... 88
4.2.2.1 Visi Misi ............................................................................................... 88
4.2.2.2 Analisis Lingkungan Eksternal ............................................................ 94
4.2.2.3 Analisis Lingkungan Internal ............................................................... 107
4.2.2.4 Tujuan Sasaran Jangka Panjang ........................................................... 114
4.2.2.5 Strategi ................................................................................................. 122
4.2.2.6 Sasaran Tahunan .................................................................................. 129
4.2.2.4 Tujuan Sasaran Jangka Panjang ........................................................... 113
4.2.2.5 Strategi ................................................................................................. 121
4.2.2.6 Sasaran Tahunan .................................................................................. 128
4.2.2.7 Kebijakan ............................................................................................ 134
4.2.3 Implementasi Rencana Strategis Pengembangan dan Pelestarian Destinasi
Wisata Cagar Budaya Banten Lama ................................................................ 149
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ................................................................................................ 169
5.2 Saran .......................................................................................................... 171
viii
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1 Kawasan Mesjid Agung Banten Lama ...................................... 10
Gambar 1.2 Kawasan Jembatan Rantai ......................................................... 11
Gambar 1.3 Kawasan Mesjid Pecinan .......................................................... 13
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir .......................................................... 50
Gambar 3.1 Proses Analisis Data Menurut Irawan ....................................... 68
Gambar 4.1 Bagan Struktur Organisasi Disbudpar Provinsi Banten ............ 72
x
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Kontribusi Pariwisata dalam Perolehan Devisa tahun 2011-2012
(dalam miliar USD) ....................................................................... 1
Tabel 1.2 Jumlah Wisman yang datang ke Indonesia Tahun 2011-2013 ....... 2
Tabel 1.3 Data Cagar Budaya Tidak Bergerak Tahun 2011 ............................ 6
Tabel 1.4 Jumlah Pengunjung Obyek Wisata Menurut Lokasi di Banten ...... 7
Tabel 1.5 Cagar Budaya yang ada di Kawasan Wisata Banten Lama ........... 9
Tabel 1.6 Data Pengunjung Museum 2012 dan 2013 ...................................... 14
Tabel 3.1 Kategori Informan ......................................................................... 58
Tabel 3.2 Pedoman Wawancara .................................................................... 64
Tabel 3.3 Jadwal Penelitian ........................................................................... 71
Tabel 4.1 Perbandingan Visi dan Misi .......................................................... 89
Tabel 4.2 Komposisi dan Jumlah Personil .................................................... 108
Tabel 4.3 Komposisi Pegawai Berdasarkan Kualifikasi Pendidikan ............ 110
Tabel 4.4 Jabaran Tujuan dari Misi Disbudpar Provinsi Banten .................. 115
Tabel 4.5 Jabaran Strategi Berdasarkan Misi ................................................ 123
Tabel 4.6 Rencana Program, Kegiatan, Indikator
Kinerja untuk Cagar Budaya ........................................................................... 129
Tabel 4.7 Jabaran Kebijakan Berdasarkan Misi ........................................... 135
xi
Tabel 4.8 RAB Indikasi Program Zoning I ................................................... 156
Tabel 4.9 Perlindungan yang telah dilakukan untuk Banten Lama ............... 161
Tabel 4.10 Upaya Pengembangan Banten Lama oleh Berbagai Pihak ........... 164
Tabel 4.11 Rekapitulasi Hasil Penelitian ........................................................ 165
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia terkenal akan keragaman budaya dan keindahan alamnya.
Indonesia juga menyediakan tempat-tempat yang sangat menarik untuk di
kunjungi, sekedar berekreasi atau untuk mempelajari tempat yang indah dan
penuh budaya. Dari tempat-tempat yang menarik itu Indonesia mampu menarik
semua wisatawan baik dalam negeri maupun luar negeri untuk datang dan
berwisata. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik pada Tahun 2012 sektor
pariwisata menyumbang devisa bagi Negara sebesar 9.120,89 juta dolar Amerika
Serikat dengan total jumlah wisatawan sebesar 8 juta lebih. Untuk lebih
lengkapnya mengenai Kontribusi sektor Pariwisata dapat dilihat tabel di bawah
ini:
Tabel 1.1
Kontribusi Pariwisata dalam perolehan devisa Tahun 2011-2012
(dalam miliar USD)
No Tahun Jumlah
1 2011 8,554
2 2012 9.120,89
Sumber data: Data Badan Pusat Statistik 2012
Dari data di atas menunjukan bahwa kontribusi pariwisata dalam perolehan
devisa Negara meningkat dengan cukup baik dan juga mengalami kenaikan dari
tahun ketahun. Lalu dibawah ini adalah tabel jumlah wisman tahun 2011-2013.
2
Tabel 1.2
Jumlah Wisman yang datang ke Indonesia Tahun 2011-2013
No Tahun Jumlah
1 2011 7. 649. 731
2 2012 8.044. 462
3 2013 8.802. 129
Sumber data: Data Badan Pusat Statistik 2013
Data di atas memberikan gambaran bahwa setiap tahunnya ada jutaan
wisatawan mancanegara yang berwisata ke Indonesia, dan semakin meningkat
setiap tahunnya. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia memiliki potensi di sektor
pariwisata, bagaimana tidak. Tempat-tempat wisata di Indonesia memiliki daya
tarik yang kuat terhadap wisatawan, baik wisata alam, wisata budaya, maupun
wisata religi. Selain mampu menarik wisatawan, Indonesia juga begitu kaya, ada
ribuan bahkan puluhan ribu objek wisata yang tersedia di Indonesia. Menurut data
dalam Rencana Induk Pengembangan Kepariwisataan Tahun 2010-2025 dari
Kementrian Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif, Indonesia memiliki 222
Kawasan Pengembangan Pariwisata Nasional (KPPN) di 50 Destinasi Pariwisata
Nasional, dan 88 Kawasan Strategis Pariwisata Nasional.
Hal di atas memberikan gambaran bahwa pemerintah begitu
memperhatikan sektor pariwisata. Banyak usaha yang dilakukan oleh pemerintah
untuk pengembangan sektor pariwisata yang mampu menyumbang pertambahan
devisa Negara. Suatu Negara yang mengembangkan pariwisata sebagai suatu
industri di negaranya, maka lalu lintas orang-orang (wisatawan) tersebut ternyata
memberi keuntungan dan memberi hasil yang tidak sedikit dan bahkan
memberikan pendapatan utama, melebihi export, bahan-bahan mentah, hasil
3
tambang yang di hasilkan Negara tersebut. (Muljadi, 2012:110). Usaha yang
dilakukan pemerintah di sektor wisata salah satunya adalah semakin gencarnya
pemerintah mempromosikan pariwisata yang ada di Indonesia atau visit Indonesia
guna menarik wisatawan dan juga semakin gencarnya pemerintah melakukan
pembangunan dan pengembangan kawasan pariwisata.
Pembangunan dan pengembangan kawasan wisata atau destinasi wisata kini
banyak menjadi prioritas pembangunan guna mendatangkan kembali wisatawan
yang telah berkunjung, dan semakin menarik minat wisatawan yang belum
berkunjung, selain itu. Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 50
Tahun 2011 tentang Rencana Induk Pengembangan Kepariwisataan Nasional
Tahun 2010-2025 mengatakan bahwa visi pembangunan kepariwisatan adalah
terwujudnya pariwisata berkelas dunia, berdaya saing, berkelanjutan, mampu
mendorong pembangunan daerah dan kesejahteraan rakyat. Hal ini seperti yang
telah dijelaskan dalam Undang-undang No. 10 Tentang Kepariwisataan dalam
Bab I pasal 3 yang berbunyi kepariwisataan berfungsi memenuhi kebutuhan
jasmani, rohani, dan intelektual setiap wisatawan dengan rekreasi dan perjalanan
serta meningkatkan pendapatan Negara untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat.
pasal 4 juga menyatakan bahwa kepariwisataan bertujuan beberapa hal yaitu
untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan
rakyat dan lain-lain.
Pembangunan kawasan wisata atau destinasi wisata menurut Undang-
undang No. 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan meliputi Industi Pariwisata,
Destinasi Pariwisata, Pemasaran, Kelembagaan Pariwisata. Pembangunan
4
pariwisata dilakukan berdasarkan rencana induk pembangunan pariwisata dan
rencana-rencana strategis yang telah dibuat sebelumnya yaitu Rencana Strategis
Kementrian Pariwisata dan Ekonomi 2010-2014. Melakukan pembangunan
pariwisata tentu tidak semudah membuat teori dan peraturan yang ada, dalam
kenyataannya pembangunan pariwisata memiliki permasalahan baik yang bersifat
eksternal maupun internal. Namun masalah utama kepariwisataan Indonesia yang
tertuang dalam Rencana Strategis 2012-2014 Kementrian Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif RI adalah Pengembangan Industri Kepariwisataan Indonesia belum
optimal, Pengembangan Destinasi Wisata belum optimal, kurangnya perluasan
dan penetrasi Pasar Wisata di dalam dan luar Negeri, lemahnya kelembagaan dan
investasi kepariwisataan dan rendahnya kualitas SDM Pariwisata dan Kesiapan
Masyarakat.
Permasalahan kepariwisataan yang telah disebutkan dalam Renstra
(Rencana Strategis) di atas merupakan masalah yang dihadapi di seluruh destinasi
pariwisata nasional, namun yang terlihat dengan jelas adalah masalah
pengembangan destinasi wisata belum optimal, dengan masalah utama
pemberdayaan masyarakat di daerah destinasi Indonesia belum optimal dan
ketersediaan dan konektivitas infrastruktur destinasi Indonesia. Masalah tersebut
terjadi di daerah-daerah salah satunya di Provinsi Banten. Provinsi Banten
merupakan sebuah provinsi yang mana di provinsi ini terdapat berbagai tempat
wisata dan sangat terkenal dengan wisata religinya dan wisata Cagar Budayanya.
Dalam undang-undang Undang-undang Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Cagar
Budaya adalah Cagar Budaya merupakan kekayaan budaya bangsa sebagai wujud
5
pemikiran dan perilaku kehidupan manusia yang penting artinya sebagai
pemahaman dan pengembangan sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara sehingga perlu
dilestarikan dan dikelola secara tepat melalui upaya perlindungan, pengembangan,
dan pemanfataan dalam rangka memajukan kebudayaan nasional untuk sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat. Cagar Budaya terdiri dari dua jenis yaitu Cagar
Budaya bergerak dan tidak bergerak. Cagar Budaya bergerak adalah cagar budaya
yang dapat berpindah tempat dari satu tempat ke tempat lain contoh seperti alat
upacara keagamaan, mata uang, perhiasan, Sedangkan Cagar Budaya tidak
bergerak adalah cagar budaya yang tidak dapat berpindah tempat contohnya
bangunan dan hunian. (Pratiwi:2013). Dari penjelasan mengenai cagar budaya
baik yang bergerak dan tidak bergerak, di bawah ini disajikan data cagar budaya
yang tidak bergerak tahun 2011 yang dimiliki oleh provinsi Banten.
6
Tabel 1.3
Data Cagar Budaya Tidak Bergerak Tahun 2011
PROPINSI KABUPATEN/KOTA KODE
KLASIFIKASI
JUMLAH SUDAH PENGUSULAN BELUM
BELUM
DIREGISTRASI
Kab. Serang 01 5 2 22 - 29
Kab. Pandeglang 02 5 3 18 11 37
Kab. Lebak 03 3 2 30 10 45
BANTEN Kota Cilegon 04 1 - 8 1 10
Kab. Tangerang 05 - - 11 8 19
Kota Tangerang 06 - 2 7 5 14
Kota Serang 07 10 4 53 67
J u m l a h 24 13 149 35 221
Sumber : BPCB Jabar, Banten, Lampung, DKI Jakarta
Dinas Budaya dan Pariwisata Provinsi Banten 2013
Data di atas menunjukkan betapa kayanya Banten dengan cagar budaya
dengan jumlah total 221 cagar budaya dengan yang sudah ada sekitar 24 cagar
budaya dan terindikasi ada sekitar 149, jumlah tersebut hanya jumlah cagar
budaya yang tidak bergerak, belum termasuk dengan cagar budaya yang bergerak.
Walaupun masih banyak yang belum ditemukan namun ini tetap saja jumlah yang
cukup banyak untuk suatu daerah masih memiliki peninggalan sejarah. Dari data
diatas juga kita dapat simpulkan bahwa daerah di Banten yang paling banyak
memiliki benda cagar budaya adalah Kota Serang dengan total jumlah cagar
budaya sekitar 67, lebih banyak dari yang lainnya, dengan 10 cagar budaya yang
sudah ada 4 dalam pengusulan dan 53 terindikasi. Banyaknya cagar budaya yang
masih hanya terindikasi di karenakan masih kurangnya sumber daya manusia
7
dalam melakukan pendataan cagar budaya dan masih minimnya sumber daya
seperti arkeolog menyebabkan masih banyaknya pula cagar budaya yang sudah
terindikasi namun belum ditemukan, menurut wawancara peneliti dengan Bapak
Tasrif selaku Kepala Seksi Pengelolaan Museum Negeri Banten. (07 Oktober
2013 Pukul 10.00 WIB, Museum Negeri Banten, Kota Serang)
Keanekaragaman Potensi yang dimiliki di Banten tentunya bukan hanya
tentang cagar budaya seperti yang telah disampaikan pada data di atas, namun
keanakaragaman potensi di Banten meliputi potensi cagar budaya, suaka alam,
pantai dan yang lainnya, dari masing-masing kategori lokasi wisata tersebut
menghasilkan jumlah wisatawan sebagai di bawah ini adalah tabel jumlah
pengunjung wisata menurut lokasinya:
Tabel 1.4
Jumlah Pengunjung Obyek Wisata Menurut Lokasi di Banten
Tahun Pantai
Wisata
Tirta
Wisata
Sejarah Suaka Alam
Obyek Wisata
Lainnya
2008 72 84 109 5 95
2009 72 85 109 5 95
2010 85 115 185 7 134
2011 85 138 185 7 155
Sumber : Data Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten 2013
Data di atas memiliki keterkaitan yang erat dengan data sebelumnya yaitu
data pada tabel 1.3. Data ini menunjukkan ada 185 pengunjung atau wisatawan
dengan tujuan wisata sejarah. Hal ini sesuai dengan data pada tabel 1.3 yang
mana data ini menunjukkan bahwa ada sekitar 221 cagar budaya atau
peninggalan sejarah yang ada di Banten. Dari data pada tabel 1.3 dan tabel 1.4
8
ini dapat di simpulkan bahwa daya tarik utama pada provinsi Banten adalah
Cagar Budaya atau peninggalan bersejarah, kedua wisata lainnya, ketiga wisata
kolam renang dan ketiga wisata pantai. Ini menunjukkan betapa Banten sangat
kaya akan tempat-tempat wisata.
Menurut RIPPDA (Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah)
Pariwisata tahun 2006 dalam website resmi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
Provinsi Banten yang tersebar diseluruh wilayah Provinsi Banten. Terdiri dari
84 obyek wisata alam, 34 obyek wisata sejarah dan Budaya, 24 obyek wisata
buatan, 9 obyek wisata Living Culture dan 48 obyek wisata atraksi kesenian.
Menurut sumber data dari website resmi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
Provinsi Banten jumlah Obyek Daya tarik Wisata (ODTW) Banten berdasarkan
data Tahun 2012 telah tercatat sebanyak 526 obyek yang terbagi kedalam
beberapa kategori. Yaitu: Wisata marina, wisata sejarah, suaka alam, dan obyek
wisata lainnya.
Provinsi Banten memiliki 71 Obyek Daya Tarik Wisata (ODTW) atau
(34,8%) merupakan kawasan wisata yang telah berkembang baik dalam skala
nasional maupun Internasional, Sementara itu sekitar 100 Obyek Daya tarik
Wisata atau (49,0%) merupakan obyek wisata yang potensial untuk
dikembangkan. Salah satunya yang paling menarik adalah Kawasan
Peninggalan Perkotaan Lama Zaman Islam terlengkap yaitu Kawasan Wisata
Cagar Budaya Banten Lama. Kawasan ini terdiri dari banyak cagar budaya yang
akan dirinci pada tabel di bawah ini.
9
Tabel 1.5
Cagar Budaya yang ada Di Kawasan Wisata Banten Lama
No Nama Cagar Budaya
1 Masjid Agung Banten Lama
2 Alun-alun Masjid Agung Kesultanan Banten
3 Menara Masjid Agung Banten
4 Tiyamah
5 Keraton Surosowan
6 Jembatan Rantai
7 Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama
8 Benteng Spelwijk
9 Klenteng Avalokitesvara
10 Kherkof
11 Masjid Pecinan
12 Pengindelan Abang
13 Tasikardi
14 Karang Antu
15 Keraton Kaibon
16 Masjid Kenari
17 Komplek Pemakaman Maulana Yusuf
Sumber: Dokumentasi Benda Cagar Budaya dan Kepurbakalaan
Provinsi Banten 2012
kawasan ini menjadi situs berskala nasional. Memang Situs ini telah
ditetapkan menjadi situs Nasional namun bila dilihat secara jelas ataupun kasat
mata situs ini seperti kurang layak untuk dijadikan situs berskala nasional,
karena menurut pengamatan situs ini kurang terawat layaknya situs-situs besar
lainnya seperti Candi Borobudur, Candi Prambanan, dan situs besar lainnya.
10
Situs ini terlihat kurang rapih dalam penataannya, dan terlihat kumuh. Dapat
dilihat pada gambar di bawah ini yang menggambarkan kondisi cagar budaya
yang kondisinya lebih parah dari yang lainnya .
Gambar 1.1
Kawasan Mesjid Agung Banten Lama Sumber: Peneliti 2014(diambil pada tanggal 16-01-2014)
Mesjid Agung Banten dan kawasan Sekitarnya menjadi daya tarik utama
bagi para wisatawan khususnya para peziarah. Di kawasan Mesjid Agung
Banten Lama ini terdiri dari Komplek Pemakaman Kesultanan, Tiyamah,
Menara Mesjid Agung Kasultanan Banten, dan Alun-alun Mesjid Agung
Banten Lama. Walaupun ini merupakan kawasan wisata yang paling sering dan
paling banyak didatangi pengunjung namun tempat ini memiliki sapta pesona
yang kurang baik dapat dilihat digambar bahwa pedagang kaki lima berada di
Zona Inti tempat dimana cagar budaya berada.
11
Undang-undang Cagar Budaya No. 11 Tahun 2010 dijelaskan bahwa
Zona inti adalah area pelindung utama untuk menjaga bagian terpenting cagar
budaya. Ini menunjukkan bahwa seharusnya tidak ada kegiatan pengembangan
potensi cagar budaya di dalam zona inti, melainkan di zona pengembangan,
namun yang terlihat pada gambar pengembangan seperti pedagang kaki lima
berada di zona inti, ini menyebabkan cagar kehilangan sapta pesonanya. Selain
itu kekumuhan semakin terlihat saat hujan datang, kondisinya yang kurang
terawat menyebabkan genangan air hujan terlihat dimana-mana, di tambah lagi
akses jalan yang rusak, semakin membuat tempat ini terlihat memprihatinkan.
Kondisi yang sama juga terjadi di Jembatan Rantai yang tampak pada gambar di
bawah ini.
Gambar 1.2
Kawasan Jembatan Rantai
Sumber: Peneliti 2014(diambil pada tanggal 16-01-2014)
12
Gambar di atas merupakan gambar jembatan rantai letaknya berada di
sebelah Timur Masjid Agung Banten Lama, dahulu jembatan ini digunakan
sebagai “Tol Perpajakan” untuk perahu Asing, namun jembatan ini kehilangan
kejayaannya dan kini terlihat kumuh dipenuhi oleh eceng gondok, dan
masyarakat yang memancing, tidak ada bentuk perawatan sama sekali,
Sebelumnya Jembatan Rantai ini pernah di normalisasi bersih tidak ada eceng
gondok, namun secara tiba-tiba banyak masyarakat yang berdatangan ke tempat
itu dan mendirikan pemukiman ditempat itu, dan tempat itu kembali tidak
terawat dan menjadi seperti itu kondisinya. Bapak Tasrif selaku Kepala Seksi
Pengelolaan Museum Negeri Banten. (03 Februari 2014 Pukul 10.00 WIB,
Museum Negeri Banten, Kota Serang). Selain itu yang lebih mengenaskan lagi
adalah Masjid Pecinan Tinggi yang kondisinya juga terlihat kumuh dan tidak
terawat. Kondisi tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
13
Gambar 1.1
Kawasan Mesjid Pecinan
Sumber: Peneliti 2014(diambil pada tanggal 16-01-2014)
Gambar kawasan Mesjid Pecinan Tinggi menggambarkan bahwa
kawasan ini tidak terawat, dilihat dari papan nama dan papan cagar
budayanyapun sudah terlihat usang, belum lagi bila dilihat dari kondisi
bangunannya yang kumuh kotor seperti tidak terawat, di tambah dengan kondisi
lingkungan yang tidak mendukung, bila hujan kawasan ini digenangi air yang
kotor, selain itu kawasan ini dekat dengan rel kereta api dan tempat
pembuangan sampah warga sekitar, kondisi demikian semakin membuat
kawasan ini semakin kumuh. Selain kekumuhan yang terjadi di Mesjid Pecinan
ini, mesjid ini juga letaknya kurang strategis dan kurangnya sosialisasi sehingga
mesjid ini jarang disambangi oleh wisatawan. Ketiga gambaran tempat di
Kawasan Wisata Cagar Budaya Banten Lama, yang mana 3 dari 17 merupakan
yang terparah namun bukan berarti 14 kawasan lainnya terawat dengan baik, 14
14
kawasan yang tidak digambarkan memiliki kondisi yang hampir sama, kumuh,
dan tidak terawat baik oleh pemerintah maupun masyarakat sekitar, namun
kondisi yang paling parah adalah tiga kawasan yang telah dijabarkan diatas.
Hal demikian sangat disayangkan karena Menurut catatan pengunjung
yang datang ke Kawasan Wisata Banten Lama cukup banyak, ini dilihat dari
tabel jumlah pengunjung di bawah ini yaitu:
Tabel 1.6
Data Pengunjung Museum 2012 dan 2013
No Bulan Tahun
2012 2013
1 Januari 1.751 2.356
2 Februari 2.379 5.991
3 Maret 3.119 5.585
4 April 1.728 4.684
5 Mei 2.060 4.463
6 Juni 1.957 5.329
7 Juli 1.591 2.575
8 Agustus 3.243 7.234
9 September 2.213 2.467
10 Oktober 2.619 1.328
11 November 4.060 -
12 Desember 2.487 -
Total 29.207 42.012
Sumber: Data Museum Kepurbakalaan Banten Lama 2013
15
Data Pengunjung di atas menunjukkan bahwa wisatawan cukup antusias
untuk mengunjungi kawasan wisata cagar budaya di kawasan wisata Banten
Lama karena bila dilihat dari tahun 2012 dengan tahun 2013 perbedaannya
cukup signifikan. Pertumbuhan pengunjung mulai antusias sejak 2010, hingga
sekarang, namun sekarang museum sedang melakukan renovasi gedung
sehingga di bulan November dan Desember sampai Februari 2014 tidak akan
dibuka wawancara dengan Bapak Slamet selaku Pegawai Museum
Kepurbakalaan Banten Lama (08 Oktober 2013 Pukul 10.00 WIB, Museum
Kepurbakalaan Banten Lama). Jumlah data di atas hanya data yang berkunjung
ke museum belum jumlah data yang datang ke Mesjid agung, menurut
Informasi yang diperoleh dari narasumber, bahwa setiap malam jumat atau
kamis malam kawasan ini ramai didatangi oleh peziarah jumlahnya bisa ribuan,
dan dapat menguntungkan dari sisi keuangan, karena memiliki potensi
keuangan yang besar maka terjadilah perebutan kewenangan pengelolaan baik
dari pihak kenadziran, masyarakat, dan pemerintah. Sehingga diperlukan
Manajemen Strategi dalam pengembangan dan penataan kawasan wisata Banten
Lama agar potensi yang ada dapat dinikmati dan di manfaatkan oleh seluruh
pihak.
Pemerintah daerah setempat yaitu Kota Serang, dan pemerintah Provinsi
Banten. Mereka melakukan segala upaya dan memiliki rencana strategis dalam
penataan dan pengembangan kawasan tersebut. Pemerintah Provinsi Banten
memiliki rencana merevitalisasi Kawasan Banten Lama ini tertera dalam
RPJMD (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah). Sesuai dengan
16
pernyataan Gubernur Banten Ratu Atut Chosiah yang dikutip dari “untuk
melakukan revitalisasi Banten Lama harus di lakukan secara bertahap dan
disesuaikan dengan kemampuan anggaran yang ada”, ungkapnya.(Hikmat,
2010)
Pemerintah memang melakukan berbagai cara dan strategi dalam
Pengembangan dan penataan kawasan Wisata Banten Lama, namun dari
pengamatan dan observasi yang dilakukan peneliti sejak bulan Oktober 2013
dan wawancara awal ke beberapa sumber terkait yaitu Pegawai Museum
Kepurbakalaan Banten Lama, Kepala Seksi Pengelola Museum Negeri Banten.
Pengamatan, observasi dan wawancara ditujukan untuk mencari identifikasi
masalah yang sebenarnya terjadi dalam Implementasi Rencana Strategis
Pengembangan dan Pelestarian Destinasi Wisata Cagar Budaya Banten Lama di
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten. maka terdapat masalah
yaitu sebagai berikut:
Pertama, belum optimalnya pengembangan destinasi Kawasan Wisata
Cagar Budaya Banten Lama, hal ini terlihat dari sarana dan prasarana yang
tersedia kurang mendukung, selain itu ketersediaan infrastruktur yang masih
kurang seperti, fasilitas umum yang bersih, pedagang kaki lima yang teratur,
mesjid yang teratur, angkutan wisata keliling yang bersih, masih sulit ditemui,
selain itu sapta pesona yang kurang terawat (sampah berserakan, kios kaki lima
yang tergeletak tidak terurus) dari situs-situs di sana membuat ke indahan dan
nilai sejarah situs tersebut memudar (Sumber: Peneliti 2014).
17
Kedua, lemahnya Kelembagaan kepariwisataan di Provinsi Banten.
lemahnya kelembagaan kepariwisataan di Provinsi Banten seperti BPCB (Balai
Pelestarian Cagar Budaya) serang, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi
Banten dan Dinas Pemuda, Olahraga, Budaya dan Pariwisata Kota Serang,
Museum Negeri Banten, Museum Kepurbakalaan Banten Lama, masing-masing
instansi mengatakan mereka hanya mendukung saja keputusannya ada di
pemerintah pusat. Belum jelasnya siapa yang bertanggung jawab penuh dalam
pengembangan dan penataan Kawasan Wisata Cagar Budaya Banten Lama,
masih dalam tahap penelitian oleh LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia)
wawancara dengan Bapak Juliadi selaku Pegawai Balai Pelestarian Cagar
Budaya Serang bagian Pemugaran (10 Februari 2014 Pukul 13.30 WIB, Balai
Pelestarian Cagar Budaya Serang).
Ketiga, Belum Optimalnya Pemberdayaan masyarakat di destinasi
Kawasan Wisata Cagar Budaya Banten Lama. Dari observasi yang dilakukan
peneliti, peneliti melihat belum adanya kesadaran masyarakat sekitar dalam
menjaga situs-situs cagar budaya yang ada di lingkungannya, hal ini terlihat dari
kurangnya partisipasi masyarakat dalam merawat destinasi yang ada seperti
bermain bola di komplek Benteng Surosowan, membuang sampah
sembarangan, dan lain sebagainya, dan juga eksploitasi berlebihan dari destinasi
tersebut yaitu seperti berdagang di Zona Inti.
Keempat, kurangnya sinergi antara pemerintah atau lembaga
kepariwisataan milik pemerintah dengan pihak terkait seperti pengelola parkir,
18
kenadziran, dan pihak masyarakat, dari tahun 2002 hingga sekarang 2014
instasi pemerintah dan pihak-pihak terkait di Kawasan Wisata Banten Lama
baru satu kali duduk bersama menyatukan visi dan misi untuk mengembangkan
Kawasan Wisata Cagar Budaya Banten Lama, yaitu pada tahun 2010 dengan
tema “Sosialisasi Master Plan Kawasan Banten Lama” setelah itu tidak ada lagi
sosialisasi atau duduk bersama kembali menyatukan tujuan untuk Kawasan
Wisata Cagar Budaya Banten Lama lebih baik.
Kelima, Strategi yang belum berjalan dan kurang tepat dalam
pengembangan dan penataan Kawasan Wisata Cagar Budaya Banten Lama.
Strategi dibangun untuk menghasilkan suatu tujuan yang telah kita tetapkan
sebelumnya, seperti yang telah terjadi di Kawasan Wisata Cagar Budaya Banten
Lama, pada tahun 2010 pedagang kaki lima yang kini ada di zona inti telah
dipindahkan ke bagian belakang, namun karena pemindahan pedagang tidak
mengikuti jalur wisatawan masuk dan keluar sehingga pedagang tidak
mendapatkan untung, sehingga lama kelamaan pedagang kembali masuk ke
zona inti, selain itu tempat parkir yang telah menghabiskan jutaan rupiah di sia-
siakan begitu saja dan menjadi tidak terawat.
Kondisi-kondisi seperti itulah yang melatarbelakangi penelitian dalam
penelitian yang berjudul:
“Implementasi Rencana Strategis Pengembangan dan Pelestarian
Destinasi Wisata Cagar Budaya Banten Lama di Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Provinsi Banten”
19
1.2 Identifikasi Masalah
Dalam bagian ini peneliti akan menuliskan berbagai permasalahan yang
ada pada objek penelitian yang akan diteliti. Seperti yang telah disinggung di
dalam latar belakang masalah yang telah peneliti sampaikan di atas, Peneliti
menyimpulkan ada beberapa masalah dalam Implementasi Rencana Strategi
Pengembangan dan Pelestarian Destinasi Wisata Banten Lama di Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten :
1. Belum Optimalnya Pengembangan Destinasi Kawasan Wisata Cagar
Budaya Banten Lama.
2. Lemahnya Kelembagaan kepariwisataan di Provinsi Banten dalam
menangani Kawasan Wisata Cagar Budaya Banten Lama.
3. Belum Optimalnya Pemberdayaan masyarakat di destinasi Kawasan
Wisata Cagar Budaya Banten Lama.
4. Kurangnya sinergi antara pemerintah atau lembaga kepariwisataan milik
pemerintah dengan pihak terkait dalam pengembangan dan pelestarian
Kawasan Wisata Cagar Budaya Banten Lama.
5. Kurang tepatnya dan belum berjalannya rencana strategis yang telah di
buat oleh pemerintah Provinsi banten
1.3 Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini Peneliti mencoba membatasi ruang lingkup
permasalahan karena keterbatasan peneliti sendiri dan agar penelitian ini tidak
menyimpang dari tujuannya. Maka, penelitian ini fokus pada objek penelitian
yaitu mengenai Implementasi Rencana Strategis Pengembangan dan Pelestarian
20
Destinasi Wisata Banten Lama di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi
Banten
1.4 Perumusan Masalah
Berdasarkan pada pembatasan masalah di atas maka, perumusan
masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Implementasi Rencana
Strategis Pengembangan dan Pelestarian Destinasi Wisata Banten Lama di
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten?”.
1.5 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Implementasi
Rencana Strategis Pengembangan dan Pelestarian Destinasi Wisata Banten
Lama di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten, untuk
meningkatkan dan mengoptimalisasi potensi yang ada di Destinasi tersebut.
1.6 Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Manfaat penelitian untuk kepentingan teoritis dapat menjadi
penambahan pemahaman bagi Peneliti mengenai Implementasi Rencana
Strategis Pengembangan dan Pelestarian Destinasi Wisata Banten Lama di
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten. dan juga dapat menjadi
bahan masukan dalam kajian ilmiah untuk proses Implementasi rencana strategi
yang seharusnya dilakukan untuk mengembangkan dan melestarikan Destinasi
Wisata Banten Lama agar Kawasan Wisata yang layak dapat tercipta di
Kawasan Wisata Banten Lama, sehingga banyak wisatwan tertarik untuk
berkunjung kesana.
21
2. Manfaat Praktis
Manfaat penelitian untuk kepentingan praktis yaitu untuk membantu
pemberian informasi mengenai kondisi Kawasan Wisata Banten Lama, yang
mana kawasan ini sangat berpotensi , terlebih lagi jika di lakukan
pengembangan dan penataan kawasan tersebut. Selain itu juga, kegunaan dari
penelitian ini adalah sebagai bahan evaluasi pengambil kebijakan dalam hal ini
Dinas Pemuda, Olahraga, Pariwisata dan Kebudayaan (Disporparbud) Kota
Serang dan juga Dinas Budaya dan Pariwisata (Disbudpar) Provinsi Banten
dalam Strategi Pengembangan dan Pelestarian Kawasan Wisata Banten Lama.
22
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA dan KERANGKA BERPIKIR
2.1 Deskripsi Teori
Deskripsi teori menjelaskan tentang teori-teori dan atau konsep yang
dipergunakan dalam penelitian yang sifatnya utama di mana tidak tertutup
kemungkinan untuk bertambah seiring dengan pengambilan data di lapangan.
(Fuad dan Nugroho, 2012:56). Deskirpsi teori menjadi pedoman dalam penelitian
ini dan untuk menterjemahkan fenomena-fenomena sosial yang terjadi dalam
penelitian. Teori yang relevan peneliti kaji sesuai dengan masalah-masalah yang
telah diuraikan pada bab sebelumnya.
Penelitian mengenai Implementasi Rencana Strategi Pengembangan dan
Pelestarian Destinasi Wisata Cagar Budaya Banten Lama akan dikaji dengan
beberapa teori dalam ruang lingkup administrasi negara jurusan manajemen
publik, yaitu: Implementasi, Perencanaan Strategis, Konsep Pariwisata, dan UU
No.10 tahun 2010 tentang Cagar Budaya, dan untuk melengkapinya peneliti
lampirkan penelitian terdahulu yang juga menjadi bahan kajian dalam penelitian
ini.
2.2 Konsep Perencanaan Strategis
Rencana atau perencanaan merupakan suatu konsep untuk mencapai
tujuan atau rancangan awal apa-apa saja yang akan dilakukan oleh sebuah
organisasi. Perencanaan dapat membantu kita dalam melakukan evaluasi
sekalipun dalam perjalanannya mengalami kendala, dan hambatan, hal tersebut
sangat membantu sebuah organisasi dalam mencapai tujuan. Sedangkan strategi
23
merupakan cara mencapai tujuan perusahaan atau organisasi yang dapat
mempengaruhi keberlangsungan sebuah perusahaan atau organisasi, strategi
memberikan kekuatan bagi organisasi atau perusahan dalam menghadapi
lingkungan jangka panjang. Dari masing-masing definisi antara rencana,
perencanaan dan strategi, maka secara keseluruhan rencana strategis atau
perencanaan strategis adalah konsep untuk mencapai tujuan baik jangka panjang
maupun jangka pendek.
Allison dan Kaye (2004: 2) disebut rencana bila tidak menegaskan tujuan
utama dan metoda prioritas yang dipilih organisasi, menurutnya perencanaan
strategi itu mencangkup pemilihan prioritas tertentu membuat keputusan tentang
tujuan dan sarana, baik dalam jangka panjang maupun pendek. Sedangkan Bryson
(2007: 24) mengatakan bahwa perencanaan strategis adalah salah satu cara untuk
membantu organisasi dan komunitas mengatasi lingkungan mereka yang telah
berubah, artinya dengan perencanaan strategis odapat membantu organisasi dalam
merumuskan dan memecahkan masalah yang sedang atau akan dihadapi.
Pendefinisian lain mengenai Rencana Strategi dijabarkan dalam Peraturan
Menteri Dalam Negeri No 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan
Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan,
Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah
mengatakan bahwa rencana strategis SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah)
yang disingkat Renstra SKPD adalah dokumen perencanaan SKPD untuk periode
5 (lima) tahun. Lebih jelas dalam BAB VI pasal 85 ayat 1 dan 2 mengatakan
bahwa Renstra SKPD harus memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan,
24
program dan kegiatan dan juga disusun sesuai dengan tugas dan fungsi serta
berpedoman kepada RPJMD Daerah dan bersifat indikatif.
Dalam penyusunannya Renstra SKPD diatur dalam Permendagri No. 54
Tahun 2010 pasal 89 mengatakan bahwa renstra disusun dengan tahapan yaitu:
a. Persiapan Penyusunan Renstra SKPD
b. Penyusunan Rencana Renstra SKPD
c. Penyusunan Rancangan Akhir Renstra SKPD
d. Penetapan Renstra SKPD.
Bila dalam tahapan rencana strategis RKPD di atur dalam permendagri no.
54 tahun 2010 lain halnya dengan prosesnya perencanaan strategis menurut
Allison dan Kaye (2004: 13-18) yang menyatakan tahap-tahap dasar proses
perencanaa strategis yaitu sebagai berikut:
1. Bersiap-siap yaitu untuk menyiapkan sedia bagi perencanaan strategis.
2. Rancangan rumusan misi dan rumusan visi
3. Menilai lingkungan
4. Menyepakati prioritas-prioritas dengan produk strategi umum, strategi
jangka panjang, san sasaran khusus
5. Penulisan Rencana Strategis dengan hasil produk Rencana Strategis
6. Melaksanakan Rencana Strategis
7. Memantau dan mengevaluasi.
Dalam tahapan-tahapan yang disebutkan di atas setiap tahapannya dilakukan
untuk menggodog rencana yang nantinya akan dilaksanakan sampai dievaluasi.
Proses perencanaan yang sukses tentunya akan dapat menopang organisasi dalam
mencapai kesepakatan tentang hasil akhir.
Sedangkan pendapat lain mengenai proses perencanaan strategis di ungkap
kan oleh Bryson (2004: 43) yang memaparkan sepuluh tahapan dalam proses
perencanaan strategis yaitu sebagai berikut:
25
1. memulai dan menyepakati proses perencanaan strategis
2. mengidentifikasi mandat organisasi
3. memperjelas misi organisasi dan nilai-nilai
4. menilai envirinment eksternal dan internal untuk mengidentifikasi
kekuatan, kelemahan, dan ancaman oportunities
5. Mengidentifikasi isu-isu strategis yang dihadapi organisasi
6. merumuskan strategi untuk mengelola isu-isu
7. meninjau dan mengadopsi strategi atau rencana strategis
8. Membentuk visi organisasi yang efektif
9. mengembangkan proses implementasi yang efektif
10. meninjau kembali strategi dan proses perencanaan yang strategis
Dari dua proses rencana strategi yang dituturkan oleh allison dan kaye, juga
yang dituturkan oleh Bryson, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam
tahapan proses rencana strategi harus memperhatikan segala aspek yaitu baik dari
aspek lingkungan, aspek organisasi itu sendiri yang akan membuat rencana dan
melaksanakannya. Intinya dalam tiap tahapan proses perencanaan strategis hasil
bertitik akhir pada hasil yang sesuai dengan kesepakatan awal. Kini banyak sekali
perencanaan strategis yang dibuat dengan begitu matang namun kurang
memperhatikan kondisi yang ada di lapangan sehingga terkadang rencana strategis
tidak sesuai dengan masalah sebenarnya sehingga rencan strategis menjadi sia-sia
atau yang lebih parahnya rencana strategis dipaksakan sehingga menimbulkan
masalah baru.
Proses rencana strategis juga harus memperhatikan kemungkinan,
kemungkinan yang akan terjadi saat implementasi, sehingga saat implementasi
dilakukan para pelaksana sudah siap menghadapinya dengan trik yang telah
direncanakan dalam perencanaan strategi yang dibuat sebelumnya.
26
Selain itu, Vincent Gasperz (2004: 21) mengemukakan bahwa dalam
mencapai sasaran dan tujuan yang ingin dicapai dalam melakukan perencanaan
strategis diperlukan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
a. Di mana kita berada sekarang? (where are we now?)
b. Di mana kita ingin berada di masa datang? (where do we want to be in
the future?)
c. Bagaimana kita mencapai sasaran dan tujuan? (How do we get our
goals?)
d. Bagaimana kita menelusuri kemajuan? (How do we track our progress?)
Pendapat lain mengenai Perencanaan Strategis di jabarkan oleh Fred R.
David (2004: 9-13) menatakan bahwa dalam perecanaan strategis, aspek-aspek
yang perlu dilihat yaitu:
a. Pernyataan Visi dan Misi, di mana pernyataan visi merupakan langkah
pertama dalam perencanaan strategis, Sedangkan misi adalah pertanyaan
tujuan jangka panjang yang membedakan suatu bisnis dari bisnis serupa
lainnya yang mengidentifikasi lingkup operasi-operasi perusahaan
dalam hal produk dan pasar
b. Peluang dan ancaman eksternal, yang merujuk pada peristiwa dan tren
ekonomi, sosial, budaya, demografi, lingkungan, politik, hukum,
pemerintahan, teknologi, dan persaingan yang dapat menguntungkan
atau merugikan suatu organisasi secara berarti di masa depan. Sehingga
dalam hal ini, peluang dan ancaman merupakan hal yang di luar kendali
suatu organisasi.
c. Kekuatan dan Kelemahan Internal, yang merupakan segala kegiatan
dalam kendali organisasi yang bisa dilakukan dengan sangat baik atau
buruk. Kekuatan dan kelemahan tersebut ada dalam kegiatan
manajemen, pemasaran, keuangan/akuntansi, produksi/operasi,
penelitian dan pengembangan, serta sistem informasi manajemen di
setiap perusahaan.
d. Tujuan Jangka Panjang, sebagai hasil tertentu yang perlu dicapai
organisasi dalam memenuhi misi utamanya untuk keberhasilan
organisasi karena tujuan menentukan arah, membantu dalam melakukan
evaluasi, menciptakan sinergi, menunjukkan prioritas, memusatkan
koordinasi, dan menjadi dasar perencanaan, pengorganisasian,
pemotivasian, serta pengendalian kegiatan yang efektif.
e. Strategi, yang merupakan cara untuk mencapai tujuan-tujuan jangka
panjang. Strategi bisnis bisa berupa perluasan geografis, disversifiksi,
27
akuisisi, pengembangan produk, penetrasi pasar, rasionalisasi karyawan,
divestasi, likuidasi dan joint venture.
f. Sasaran Tahunan, yang merupakan tolak ukur jangka pendek yang harus
dicapaiorganisasi untuk mencapai tujuan-tujuan jangka panjangnya.
g. Kebijakan , yang merupakan cara mencapai sasaran tahunan. Dalam hal
ini kebijakan berupa pedoman, aturan-aturan, dan prosedur yang
ditetapkan untuk mendukung usaha-usaha mencapai tujuan-tujuan yang
ditetapkan.
2.3 Pengertian Implementasi
Seperti yang telah dijelaskan dalam konsep rencana strategis. Implementasi
merupakan salah satu tindakan lanjut dari proses perencanaan strategis, bila dalam
proses perencanaan strategis adalah menentukan atau merencanakan segala
sesuatu yang akan dilakukan oleh organisasi, maka dalam implementasi ini
merupakan tindak lanjut atau proses melaksanakan apa yang telah direncanakan.
dalam hal ini implementasi menjadi sangat penting sifatnya karena menurut
Nugroho (2012 : 674) jika kita sudah mempunyai konsep yang baik, 60%
keberhasilan sudah di tangan. Namun, yang 60% itu pun akan hangus jika 40%
implementasi tidak konsisten dengan Konsep. Pendapat yang sama mengenai
pentingnya Implementasi diungkapkan oleh David (2004 : 258) implementasi
strategis secara langsung mempengaruhi hidup manajer pabrik, manajer divisi,
manajer departemen, manajer penjualan, manajer produk, manajer personalia,
manajer staf, supervisor, dan semua karyawan. Hal tersebut mengartikan bahwa
implementasi strategi berefek pada seluruh lapisan manajerial. Dalam
implementasi kebijakan seluruh aktor dalam organisasi maupun di luar organisasi
harus ikut andil dalam implementasi strategi ini karena penentu keberhasilan
28
sebuah strategi adalah di mana aktor yang merumuskan strategi dan aktor
pendukung memainkan peranan masing-masing dengan benar.
Sedangkan pendapat lain dijelaskan oleh Wheelen dan Hunger (2003:17)
mengatakan bahwa implementasi strategi adalah proses di mana manajemen
mewujudkan strategi dan kebijakannya dalam tindakan melalui pengembangan
program, anggaran dan prosedur.
Dari penjabaran mengenai implementasi di atas dapat disimpulkan bahwa
implentasi merupakan suatu proses yang mana proses tersebut terdiri dari tindakan
yang di kemas dalam bentuk program atau kegiatan-kegiatan yang telah
dirumuskan sebelumnya dalam tahapan perumusan kebijakan atau perumusan
strategi. Implementasi merupakan tindakan yang sangat menentukan keberhasilan
sebuah rencana atau misi yang telah dibuat sebelumnya tanpa implementasi
rencana hanya akan jadi angan-angan semu.
2.3.1 Tahapan Implementasi
Bila pengertian atau rumusan mengenai implementasi telah dijabarkan pada
point pengertian implementasi maka pada point ini akan melakukan tinjauan apa-
apa saja yang harus dilakukan dalam atau tahapan apa saja yang harus dilewati
dalam tahapan implementasi. Bryson (2004:50) menjelaskan bahwa dalam
mengembangkan proses implementasi yang efektif dalam rangka merealisasikan
strategi-strategi harus melalui tindakan sebagai berikut:
1. Peranan Implementasi dan tanggungjawab anggota organisasi
2. Sasaran khusus, hasil dan kejadian penting yang diharapkan
3. Langkah penanganan yang relevan
4. Penyusunan jadwal
5. Sumber daya yang diperlukan dan darimana memperolehnya
6. Proses Komunikasi
29
7. Proses review, monitoring dan prosedur koreksi pada pekerjaan yang
berjalan
8. Prosedur pertanggung jawaban
Tahapan lain mengenai implementasi strategi yang diungkapkan oleh
Hunger dan Wheelen (2003: 296) mengatakan bahwa dalam memulai proses
implementasi, manajer strategis harus memperhatikan tiga pertanyaan berikut:
1. Siapa yang akan melaksanakan rencana strategis yang telah disusun?
2. Apa yang harus dilakukan?
3. Bagaimana sumber daya manusia yang bertanggung jawab dalam
implementasi akan melaksanakan berbagai hal yang diperlukan?
Dua pendapat di atas memberikan pendapat yang berbeda dalam tahapan
yang harus dilalui saat implementasi rencana strategi, namun memiliki inti yang
sama yaitu bahwa dalam pelaksanaan rencana strategi harus diketahui siapa?, apa
yang dilakukan? Bagaimana sumber dayanya?. Selanjutnya kedua pakar diatas
memberikan pandangan yang sama dalam implementasi yaitu bahwa kendaraan
atau tindakan implementasi harus melalui pengembangan program, anggaran dan
prosedur. Ketiganya menjadi penting dalam pelaksanaan rencana strategi.
Pelaksanaan implementasi akan berhasil dengan efektif dan memberikan
keuntungan baik bagi lingkungan eksternal maupun bagi lingkungan internal yaitu
organisasi itu sendiri.
Pelaksanaan rencana strategi harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
Bryson (2004:248) Keberhasilan pelaksanaan strategi dan rencana akan
tergantung terutama pada desain dan penggunaan berbagai struktur pelaksanaan
yang mengkoordinasikan dan mengelola kegiatan pelaksanaan, bersama dengan
kelanjutan atau penciptaan koalisi pelaksana berkomitmen, pendukung, dan
30
kelompok-kelompok yang mendukung . Oleh sebab itu dalam pelaksanaan
perencanaan strategis sangat diperlukan kesepakatan bersama baik organisasi
terkait, maupun lingkungan sekitar.
2.4 Konsep Pariwisata
2.4.1 Pengertian Pariwisata
Istilah pariwisata (tourism) baru muncul di masyarakt kira-kira pada abad
ke-18, khususnya sesudah Revolusi Industri di Inggris. Istilah pariwisata berasal
dari dilaksanakannya kegiatan wisata (tour), yaitu suatu aktivitas perubahan
tempat tinggal sementara dari seseorang, di luar tempat tinggal sehari-hari dengan
suatu alasan apa pun selain melakukan kegiatan yang bisa menghasilkan upah atau
gaji (Muljadi, 2012:7). Pariwisata merupakan aktivitas, pelayanan dan produk
hasil industri pariwisata yang mampu menciptakan pengalaman perjalanan bagi
wisatawan (Muljadi, 2012:7).
McIntosh (1995) dalam (Muljadi, 2012:7), menyatakan bahwa pariwisata
adalah “... a composite of activities, services and industries that delivers a
travel experience: transportation, accommodation, eating and dringking
establishment, shops, entertainment, activity, and other hospitality service
available for individuals or group that are away from home”.
WTO dalam (Muljadi A.J 2012:9) mendefinisikan pariwisata sebagai “the
activities of persons travelling to and staying in places outside their usual
environment for not more than one concecutive year for leisure, business
and other purposes”atau berbagai aktivitas yang dilakukan orang-orang
yang mengadakan perjalanan untuk tinggal di luar kebiasaan lingkungannya
dan tidak lebih dari satu tahun berturut-turut untuk kesenangan, bisnis, dan
keperluan lain.
Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai
fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah
dan pemerintah daerah (Undang-undang No. 10 Tahun 2009 tentang
Kepariwisataan Bab I, Pasal I, ayat 3). Sedangkan definisi Kepariwisataan adalah
31
keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan bersifat multidimensi
serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan Negara
serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan,
pemerintah, pemerintah daerah, dan pengusaha (Undang-undang No. 10 Tahun
2009 tentang Kepariwisataan Bab I, Pasal I, ayat 4).
Definisi lain dari pariwisata yaitu menurut Weaver dan Opperman 2003
dalam (Pitana dan Diarta, 2009:45) sebagai berikut:
Tourism is the sum total of the phenomena and relationship arising from the
interaction among tourist, business suppliers, host government, Host
communities, origin governments, universities, community colleges and
non-governmental organizations, in the process of attracting, transporting,
hosting, and managing these tourist and other visitor.
Sedangkan menurut Richardson and Fluker (2004) dalam (Pitana dan
Diarta,2009:46) mengatakan bahwa definisi pariwisata yang dikemukakan
mengandung beberapa unsur pokok yaitu:
1. Adanya unsure travel (perjalanan), yaitu pergerakan manusia dari satu
tempat ke tempat lain.
2. Adanya unsur “tinggal sementara” di tempat yang bukan merupakan
tempat tinggal yang biasanya;dan
3. Tujuan utama dari pergerakan manusia tersebut bukan untuk mencari
penghidupan/pekerjaan di tempat yang dituju.
Dari penjelasan tentang pariwisata di atas dapat disimpulkan bahwa
pariwisata merupakan kegiatan wisata yang didukung dengan segala fasilitas dan
sekaligus kegiatan wisata yang menguntungkan berbagai pihak baik pengunjung
atau wisatawan, warga setempat dan pemerintah. Namun dari beberapa definisi di
atas terlihat bahwa pariwisata akan memberikan keuntungan apabila dikelola
secara maksimal baik oleh pemerintah, pihak swasta, masyarakat, dan wisatawan.
32
Dari definisi yang sudah dijabarkan diatas tentunya tersirat manfaat dari
kepariwisataan tersebut, yaitu sebagai berikut:
1. Kepariwisataan merupakan kegiatan pemakaian jasa yang beraneka ragam
atau kepariwisataan adalah suatu kumpulan dari beraneka ragam
pemakaian jasa, sehingga para wisatawan memerlukan jasa hotel, jasa
makan/minum, jasa angkutan, dan lain-lain.
2. Pada hakikatnya, kepariwisataan dengan sektor-sektor ekonomi yang lain
“saling ketergantungan” dengan gambaran yang jelas seperti beberapa
contoh pertanyaan sebagai berikut.
1) Kenaikan jumlah kedatangan wisatawan, apakah menimbulkan
dampak produksi di segala sektor?
2) Kenaikan jumlah kedatangan wisatawan, apakah berdampak pada
peningkatan jumlah impor?
3) Kenaikan jumlah kedatangan wisatawan, apakah berdampak pada
kesempatan lapangan kerja?
4) Apakah peningkatan dibidang kepariwisataan berpengaruh secara
tidak langsung terhadap pajak?
3. Pengeluaran wisatawan disuatu Negara/wilayah yang dikunjungi
berpengaruh secara signifikan, sebab:
1) Pengeluaran wisatawan dapat digolongkan menjadi tiga golongan,
yaitu:
a. Transportasi;
b. Akomodasi, makan, dan minum
c. Lain-lain.
2) Dampak pengeluaran wisatawan mancanegara menambah devisa
Negara Muljadi (2012:119-120).
Dapat disimpulkan manfaat pariwisata yang dijabarkan Muljadi bahwa
pariwisata akan memiliki manfaat yang akan dirasakan oleh berbagai pihak baik
pihak industry, pemerintah dan masyarakat. Selain itu manfaat pariwisata yang
terpenting adalah menambah devisa negara.
2.4.2 Pengertian Wisatawan
Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau
sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi,
pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang
dikunjungi dalam jangka waktu sementara (Undang-undang No. 10 Tahun 2009
33
tentang Kepariwisataan Bab I, Pasal I, ayat I ). Wisatawan adalah orang yang
melakukan wisata (Undang-undang No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan
Bab I, Pasal I, ayat 2). Dari penjabaran wisata dan wisatawan di atas, dapat pula
wisatawan didefinisikan sebagai orang yang melakukan kegiatan perjalanan baik
sendiri, ataupun dengan kelompoknya untuk tujuan rekreasi, pengembangan
pribadi, atau mempelajari alam sekitar dengan tidak menetap, atau tinggal
sementara waktu. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan yang di katakan
wisatawan adalah orang ,baik dalam Negeri atau Luar Negeri yang berkunjung ke
suatu tempat untuk tujuan rekreasi, berlibur, atau melakukan riset. Sedangkan
kesimpulan yang ditarik dari definisi wisata yaitu wisata adalah perjalanan yang
dilakukan wisatawan ke tempat kawasan wisata.
2.4.3 Kawasan Wisata
Kawasan wisata atau yang dapat disebut juga sebagai destinasi wisata
menurut (Undang-undang No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan Bab I,
Pasal I, ayat 6) adalah kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih
wilayah administrative yang didalamnya terdapat daya tarik wisata, fasilitas
umum, fasilitas pariwisata, aksesibilitas, serta masyarakat yang saling terkait dan
melengkapi terwujudnya kepariwisataan. Kawasan wisata merupakan suatu aset
yang apabila dikembangkan akan menghasilkan keuntungan untuk berbagai pihak,
selain itu kawasan wisata merupakan kebutuhan yang dicari oleh wisatawan.
Kawasan Wisata merupakan tempat dimana wisatawan berkumpul, baik untuk
sekedar berlibur, atau melakukan pengembangan. Daya tarik kawasan wisata
biasanya ditentukan berdasarkan sapta pesona yang dimiliki oleh kawasan
34
tersebut, sapta pesona yang baik dan indah akan menarik wisatawan, sedangkan
kawasan wisata dengan sapta pesona yang rendah memiliki dua kemungkinan.
Pertama kawasan wisata itu ramai karena wisatawan tertarik untuk melihat
kondisinya, kedua kawasan wisata tersebut menjadi sepi peminat karena kondisi
sapta pesonanya yang memprihatinkan.
2.4.4 Pengelolaan Pariwisata
Pengelolaan Pariwisata merupakan bagian penting dalam kegiatan
pariwisata, tanpa pengelolaan pariwisata tentu tidak akan terciptanya sapta pesona
yang akan menarik wisatawan untuk datang berkunjung. Pengelolaan pariwisata
haruslah mengacu pada prinsip-prinsip pengelolaan yang menekankan nilai-nilai
kelestarian lingkungan alam, komunitas, dan nilai sosial yang memungkinkan
wisatawan menikmati kegiatan wisatanya serta bermanfaat bagi kesejahteraan
komunitas lokal. Cox (1985) dalam (Pitana dan Diarta, 2009: 11), pengelolaan
pariwisata harus memperhatikan prinsip-prinsip berikut:
1. Pembangunan dan pengembangan pariwisata haruslah didasarkan pada
kaerifan lokal dan special local sense yang merefleksikan keunikan
peninggalan budaya dan keunikan lingkungan.
2. Preservasi, proteksi, dan peningkatan kualitas sumber daya yang menjadi
basis pengembangan kawasan pariwisata.
3. Pengembangan atraksi wisata tambahan yang mengakar pada khasanah
budaya lokal.
4. Pelayanan kepada wisatawan yang berbasis keunikan budaya dan
lingkungan lokal.
5. Memberikan dukungan dan legitimasi pada pembangunan dan
pengembangan pariwisata jika terbukti memberikan manfaaat positif,
tetapi sebaliknya mengendalikan dan/atau menghentikan aktivitas
pariwisata tersebut jika melampaui ambang batas (carrying capacity)
lingkungan alam atau akseptabilitas sosial walaupun di sisi lain mampu
meningkatkan pendapatan masyarakat.
35
Untuk menyinergikan pengelolaan pariwisata yang memenuhi prinsip-
prinsip pengelolaan yang diurikan sebelumnya, diperlukan suatu metode
pengelolaan yang menjamin keterlibatan semua aspek dan komponen masyarakat.
Metode Pengelolaan pariwisata mencangkup beberapa kegiatan berikut (WTO,
dalam Richardson dan Fluker, 2004) dalam (Pitana dan Diarta, 2009: 88-89):
1. Pengolsutasian dengan semua pemangku kepentingan
Hal ini dapat dilakukan dengan beragam cara, seperti melalui pertemuan
formal dan terstrukutr dengan pelaku industry pariwisata, dewan
pariwisata, konsultasi publik dalam subjek tertentu, penjajakan dan survai,
konsultasi kebijakan dengan beragam kelompok kepentingan, dan melalui
interaksi antara departemen pemerintah terkait dengan berbagai pihak
sesuai subjek yang ditentukan.
2. Pengidentifikasian isu
Isu pariwisata akan semakin beragam seiring dengan meningkatnya skala
kegiatan yang dilakukan.
3. Penyusunan Kebijakan
Kebijakan yang disusun mungkin akan berdampak langsung maupun tidak
langsung dengan pariwisata. Kebijakan ini akan menjadi tuntunan bagi
pelaku pariwisata dalam mewujudkan visi dan misi pembangunan
pariwisata.
4. Pembentukan dan pendanaan agen dengan tugas khusus
Agen ini bertujuan menghasilkan rencana strategi sebagai panduan dalam
pemasaran dan pengembangan fisik di daerah tujuan wisata.
5. Penyediaan fasilitas dan operasi
Pemerintah berperan dalam member modal usaha, pemberian subsidi
kepada fasilitas dam pelayanan yang vital tetapi tidak mampu membiyayai
dirinya sendiri tetapi dalam jangka panjang menjadi penentu keberhasilan
pembangunan pariwisata.
6. Penyediaan Kebijakan fiscal, regulasi, dan lingkungan sosial yang
kondusif.
Hal ini terutama diperlukan sebagai prasyarat bagi organisasi/perusahaan
untuk mencari keuntungan atau target perusahaan yang telah ditetapkan.
7. Penyelesaian konflik kepentingan dalam Masyarakat
Hal ini merupakan peran yang sulit tetapi akan menjadi salah satu peran
yang sangat penting dalam era di mana isu lingkungan dan konservasi
sumber daya menjadi isu penting.
Dari prinsip-prinsip yang telah dijabarkan diatas dapat simpulkan bahwa
dalam pengelolaan pariwisata sangat diperlukan sinergi atau kerja sama yang baik,
36
konsistensi dan komitmen dari seluruh pemangku kepentingan agar pengelolaan
berjalan lancar dan potensi-potensi yang dimiliki dapat di manfaatkan demi
kebaikan bersama. Selain itu juga pengelolaan pariwisata sebaiknya
memperhatikan kondisi lingkungan seperti menjaga kelestarian lingkungan
sekitar, dan mengajak masyarakat untuk berpartisipasi dalam pengelolaannya,
karena tujuan awal dari pembangunan pariwisata adalah untuk kesejahteraan
masyarakat.
2.4.5 Pengembangan Destinasi Pariwisata
Menurut (Andi, 2001:261) mengatakan Pengembangan mengisyaratkan
suatu proses evolusi dengan konotasi positif atau sekurang-kurangnya bermakna
“tidak jalan ditempat”. Atau kata pengembangan dapat dikaitkan dengan dua hal,
yakni: “Proses” dan “tingkat” perkembangan sesuatu.
Selanjutnya menurut (Andi, 2001:261) mengatakan pengembangan
pariwisata merupakan kata yang cukup tinggi penggunaannya di Negara manapun
dan level apapun, tetapi kelihatannnya difahami secara berbeda-beda.
Pengembangan pariwisata pada mulanya dikembangkan karena mempunyai
landasan filosofis. (Muljadi,2012:24) mengatakan pariwisata sangat
mengandalkan adanya keunikan, kekhasan, kelokalan, dan keaslian alam dan
budaya yang tumbuh dalam masyarakat.
Terdapat empat misi dalam kepariwisataan Indonesia menurut Muljadi
(2012:26). Empat misi tersebut berangkat dari sebuah konsepsi bahawa
kepariwisataan memiliku tuntutan untuk mengendalikan diri, yang mengutamakan
manusia sebagai subjek sentral. Kepariwisataan berorientasi dari rakyat, oleh
rakyat, dan untuk rakyat, sehingga kekuatan inti pariwisata Indonesia berada di
37
tangan rakyat atau disebut pembangunan kepariwisataan berbasis masyarakat
(community Based Tourism Development). Di bawah ini adalah empat misi
Kepariwisataan Indonesia:
1. Pemberdayaan dan peningkatan peran serta masyarakat dalam
pengembangan kepariwisataan.
2. Pemanfaatan kebudayaan untuk kepariwisataan guna kepentingan agama,
pendidikan, ilmu pengetahuan, ekonomi, persatuan dan kesatuan, serta
persahabatan antar bangsa.
3. Pengembangan produk kepariwisataan yang berwawasan lingkungan
bertumpu pada budaya daerah, pesona alam, pelayanan prima, dan berdaya
saing global.
4. Pengembangan SDM Kepariwisataan yang sehat, berakhlak mulia dan
professional yang mampu berkiprah di arena International.
Untuk dapat melakukan pengembangan yang sebaik-baiknya, maka kata
kunci pengembangan pariwisata menurut Menurut (Andi, 2001:263) yaitu sebagai
berikut:
1. Perencanaan
Pada umumnya semua pihak menyadari, bahwa pariwisata harus
dikembangkan dan dikelola secara terkendali, terintegrasi dan
berkesinambungan berdasarkan rencana yang matang. Dengan caraini
maka pariwisata dapat member manfaat ekonomi yang berarti begi suatu
Negara/daerah tanpa menimbulkan masalah lingkungan dan sosial yang
serius. Merencanakan pengembangan pariwisata pada semua tingkat
(nasional, regional, dan lokal) sangatlah penting untuk mencapai
keberhasilan dalam pembangunan dan pengelolaan pariwisata. Salah satu
cara untuk mewujudkan pengembangan yang berkesinambungan adalah
melalui pendekatan perencanaan pelestarian lingkungan. Perencanaan
yang berorientasi pada pelestarian lingkungan mempersyaratkan, bahwa
segala sesuatu yang termasuk elemen lingkungan haruslah dengan teliti
disurvey, dianalisa dan dipertimbangkan sebelum menentukan tipe
tempat yang paling sesuai untuk dikembangkan.
2. Pelaksanaan
Setelah ada perencanaan tentunya rencana itu harus dilaksanakan,
pelaksanaan suatu rencana melibatkan semua pihak (pemerintah dan
swasta).Keterlibatan semua pihak itu lebih diperlukan untuk pelaksanaan
rencana pengembangan pariwisata, karenakarakter pariwisata yang lintas
sektoral dan lintas disiplin ilmu pengetahuan.Dalam kaitan ini semakin
luas dipraktekkan pembuatan pedoman pelaksanaan (implementation
manual), yang dijadikan sebagai pegangan bagi aparatur pemerintahan
38
mengenai prosedur dan cara-cara pelaksanaan suatu rencana. Adapun
unsur-unsur pokok pelaksanaan suatu rencana pengembangan pariwisata
meliputi : Pengesahan rencana, pentahapan program, penerapan zonasi
(Zoning), dan penerapan standar pengembangan.Untuk melaksanakan
suatu rencana dengan efektif, diperlukan tekad dan dukungan politik
yang kuat terhadap pengembangan pariwisata berdasarkan rencana yang
telah disahkan disertai kepemimpinan yang berwibawa pada jajaran
pemerintahan dan pihak swasta. Dalam kaitan ini penting sekali adanya
kejelasan mengenai peran yang harus dimainkan oleh jajaran
pemerintahan, pihak swasta dan badan usaha milik Negara/daerah.
3. Pengendalian
Pengendalian yang didalamnnya tercakup pengertian pemantauan dan
pengawasan haruslah merupakan bagian integral dari rencana dan
pelaksanaan pengembangan pariwisata.Dalam melakukan pengendalian
itu berbagai hal perlu dipantau misalnya perkembangan pelaksanaan
program, khususnya program kerja atau target tahunan, harus dipantau
secara berkesinambungan.Jumlah kedatangan dan karakteristik
wisatawan perlu dicatat untuk mengetahui apakah sasaran-sasaran
(jumlah dan sumber wisatawan) dapat dicapai atau perlu diadakan
revisi/penyesuaian.Bila diperlukan, survey khusus harus dilakukan untuk
mengetahui tingkat kepuasan dan persepsi wisatawan terhadap produk-
produk pariwisata yang dijual.Pengendalian yang efektif sangat
diperlukan untuk pembangunan jangka panjang dan menjamin
pengelolaan pariwisata yang berkesinambungan sepanjang masa.
Pengembangan pariwisata seperti yang telah dijelaskan di atas
menyampaikan bahwa setiap pengembangan pariwisata tentunya memiliki
landasan filosofis sehingga pariwisata tersebut memiliki ciri khas yang
membedakan dengan pariwisata lain. Selain itu membangun konsep mengenai
pengembangan pariwisata tentu tidak semudah membalikan telapak tangan dan
tidak hanya mementingkan keuntungan besar yang akan diperoleh saja, tapi
Konsep pengembangan pariwisata dibuat didasarkan untuk kepentingan
masyarakat, dan tentunya konsep ini harus matang baik dari segi perencanaan,
pelaksanaan, dan pengendaliaanya. Selain itu kesimpulan dari pengembangan
pariwisata di atas, begitu ditekankan mengenai pengembangan pariwisata berbasis
39
pelestarian lingkungan, dengan memanfaatkan kekhasan, atau keunikan budaya
lokal.
2.5 UU No. 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya
Dalam undang-undang Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya
mendifinisikan Kawasan Cagar Budaya adalah Satuan Ruang geografis yang
memiliki dua situs Cagar Budaya atau lebih yang letaknya berdekatan dan/atau
memperlihatkan ciri tata ruang yang khas. Dalam undang-undang yang sama pada
pasal 13 Kawasan Cagar Budaya hanya dapat dimiliki dan/atau dikuasai oleh
Negara, kecuali yang secara turun-temurun dimiliki oleh masyarakat hukum adat.
Sedankan definisi Cagar Budaya menurut Undang-undang Nomor 11 Tahun 2010
Tentang Cagar Budaya adalah Cagar Budaya merupakan kekayaan budaya bangsa
sebagai wujud pemikiran dan perilaku kehidupan manusia yang penting artinya
sebagai pemahaman dan pengembangan sejarah, ilmu pengetahuan, dan
kebudayaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara sehingga
perlu dilestarikan dan dikelola secara tepat melalui upaya perlindungan,
pengembangan, dan pemanfataan dalam rangka memajukan kebudayaan nasional
untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Dari penjelasan tentang Kawasan Cagar Budaya dan Cagar Budaya yang
dijabarkan dalam UU No. 11 Tahun 2010 menjelaskan bahwa sebuah cagar
budaya di masukan kedalam kawasan cagar budaya karena terdapat lebih dari satu
cagar budaya disuatu tempat dan jaraknya berdekatan sehingga ditetapkan
menjadi kawasan wisata cagar budaya misalnya seperti Candi Prambanan di
40
Yogyakarta, atau seperti di Kawasan Wisata Banten Lama yang didalamnya
kondisi cagar budayanya berdekatan satu sama lain. Pada pasal selanjutnya
dipertegas bahwa cagar budaya tidak dapat dimiliki oleh perseorangan hanya
dapat dimiliki oleh negara atau keturunana, atau kaum adat setempat. Hal ini
dilakukan mengingat cagar budaya begitu menarik perhatian wisatawan sehingga
siapapun yang memilikinya akan merasa beruntung dan mendapatkan keuntungan,
sehingga pasal 13 ini menjadi bermanfaat agar tidak sembarang orang
memanfaatkan dan memperoleh keuntungan yang tidak seharusnya, pasal 13 ini
juga memberikan perlindungan kepada cagar budaya itu sendiri agar tidak salah
kelola. Lebih lanjut di bawah ini dijelaskan mengenai criteria Cagar Budaya
dalam UU No.11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya .
Dalam Undang-undang Nomor. 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya
dijelaskan mengenai Kriteria Cagar Budaya pada BAB III pasal 5,6,7yaitu sebagai
berikut:
1. Benda, Bangunan, Struktur
1) Berusia 50 tahun atau lebih;
2) Mewakili masa gaya paling singkat berusia 50 tahun;
3) Memiliki arti khusus bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama,
dan/atau kebudayaan;dan
4) Memiliki nilai budaya bagi penguatan kepribadian bangsa;
2. Situs
1) Lokasi mengandung benda cagar budaya, bangunan cagar budaya, dan/atau
struktur cagar budaya;dan
41
2) Menyimpan informasi kegiatan manusia pada masa lalu.
3. Kawasan
1) Mengandung dua situs cagar budaya atau lebih yang letaknya berdekatan;
2) Berupa lanskap budaya hasil bentukan manusia berusia minimal 50 tahun;
3) Memiliki pola yang memperlihatkan fungsi ruang masa lalu, berusia paling
sedikit 50 tahun;
4) Memperlihatkan bukti pembentukan lanskap budaya;dan
5) Memiliki lapisan tanah terbenam yang mengandung bukti kegiatan manusia
atau endapan fosil.
Dari penjelasan di atas bahwa undang-undang telah memberikan kriteria
mengenai cagar budaya dengan lengkap dan terinci dengan catatan usia yaitu 50
tahun atau setengah abad. sehingga pengakuan-pengakuan bahwa suatu barang
atau bangunan merupakan cagar budaya tidak sembarang dilakukan oleh pihak
yang tidak bertanggung jawab. Tidak hanya sekedar pengertian, larangan, dan
kriteria, dalam undang-undang inipun dijelaskan mengenai pengelolaan cagar
budaya yang akan dijelaskan dibawah ini.
2.5.1 Pengelolaan Cagar Budaya
Pengelolaan cagar budaya dalam undang-undang Nomor 11 Tahun 2010
tentang Cagar Budaya adalah upaya terpadu untuk melindungi, mengembangkanm
dan memanfaatkan Cagar Budaya melalui kebijakan pengaturan perencanaan,
pelaksanaan, dan pengawasan untuk sebesar-besarnya kesejahteraan rakyat. Pada
pasal 97 dijelaskan mengenai pengelolaan cagar budaya yaitu sebagai berikut:
42
1. Pemerintah dan Pemerintah Daerah memfasilitasi pengelolaan Kawasan
Cagar Budaya
2. Pengelolaan Kawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan tidak
bertentangan dengan kepentingan masyarakat terhadap Cagar Budaya dan
kehidupan sosial.
3. Pengelolaan Kawasan Cagar Budaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan oleh badan pengelola yang dibentuk oleh pemerintah, pemerintah
daerah, dan/atau masyarakat hukum adat.
4. Badan pengelola sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat terdiri atas
unsur pemerintah dan/atau pemerintah daerah, dunia usaha, dan masyarakat.
5. Ketentuan lebih lanjut mengenai pengelolaan Cagar Budaya diatur dalam
Peraturan Pemerintah.
Penjelasan pengelolaan di atas dijelaskan dengan sangat jelas tertera bahwa
pemerintah dan pemerintah daerah membentuk, memfasilitasi pengelolaan
kawasan wisata dengan tidak bertentangan dengan kepentingan masyarakat.
Dalam hal ini pengelolaan kawasan wisata dilakukan oleh pemerintah untuk
kepentingan masyarakat bukan untuk kepentingan keuntungan pribadi. Dan dalam
hal pengelolaan tidak juga bertentangan dalam kehidupan sosial. Selain itu
pengelolaan kawasan cagar buday juga hal memperhatikan nilai sejarah sehingga
perlu kehati-hatian dalam pengelolaannya.
2.5.2 Pengembangan Cagar Budaya
Dalam Undang-undang Nomor. 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya juga
dijelaskan tata cara pengembangan yang mana pengembangan adalah peningkatan
43
potensi nilai, Informasi, dan promosi cagar Budaya serta pemanfaatanya melalui
penelitian, revitalisai dan Adaptasi secara berkelanjutan serta tidak bertentangan
dengan tujuan pelestarian.
Penelitian
Dalam Undang-undang Nomor.11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya pada
pasal 79 djelaskan mengenai pengembangan cagar budaya dengan cara penelitian.
Penelitian adalah kegiatan yang dilakukan menurut kaidah dan metode yang
sistematis untuk memperoleh informasi, data dan keterangan bagi kepentingan
pelestarian Cagar Budaya, ilmu pengetahuan,dan pengembangan kebudayaan.Dan
di bawah ini penjabaran tentang pasal 79.
1. Penelitian dilakukan pada setiap rencana pengembangan Cagar Budaya
untuk menghimpun Informasi serta mengungkap, memperdalam, dan
menjelaskan nilai-nilai budaya.
2. Penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan terhadap Cagar
Budaya melalui:
a. Penelitian dasar untuk pengembangan ilmu pengetahuan; dan
b. Penelitian terapan untuk pengembangan teknologi atau tujuan praktis
yang bersifat aplikatif.
3. Penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan sebagai
bagian dari analisis mengenai dampak lingkungan atau berdiri sendiri.
4. Proses dan hasil penelitian cagar budaya sebagaimana di maksud pada ayat
(2) dilakukan untuk kepentingan meningkatkan informasi dan promosi
Cagar Budaya.
44
5. Pemerintah atau pemerintah daerah, atau penyelenggara penelitian
menginformasikan dan mempublikasikan hasil penelitian kepada
masyarakat.
Revitalisasi
Undang-undang Nomor. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya
mendifinisikan revitalisasi adalah kegiatan pengembangan yang ditujukan untuk
menumbuhkan kembali nilai-nilai penting Cagar Budaya dengan penyesuaian
fungsi ruang baru yang tidak bertentangan dengan prinsip pelestarian dan nilai
budaya masyarakat. Lebih jelasnya ada di pasal 80, 81, 82 yang dirinci sebagai
berikut:
1. Revitalisasi potensi situs Cagar Budaya atau Kawasan Cagar Budaya
memperhatikan tata ruang, tata letak, fungsi sosial, dan/atau lanskap budaya
asli berdasarkan kajian(Pasal 80).
2. Revitalisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan menata
kembali fungsi ruang, nilai budaya, dan penguatan Informasi tentang Cagar
Budaya (Pasal 80).
3. Setiap orang dilarang mengubah fungsi ruang situs Cagar Budaya dan/atau
Kawasan Cagar Budaya peringkat nasional, peringkat provinsi, atau
peringkat kabupaten/kota, baik seluruh maupun bagian-bagiannya, kecuali
dengan izin menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan
tingkattannya (Pasal 81).
4. Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian izin sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diatur dalam peraturan pemerintah (Pasal 81).
45
5. Revitalisasi Cagar Budaya harus member manfaat untuk meningkatkan
kualitas hidup masyarakat dan mempertahankan cirri budaya lokal (pasal
82).
Adaptasi
Adaptasi adalah upaya pengembangan cagar budaya untuk kegiatan yang
lebih sesuai dengan kebutuhan masa kini dengan melakukan perubahan terbatas
yang tidak akan mengakibatkan kemerosotan nilai pentingnya atau kerusakan
pada bagian yang mempunyai nilai penting. Pengertian diatas merupakan
pengertian adaptasi dalam Undang-undang Nomor.11 Tahun 2010 tentang cagar
budaya. Selanjutnya dibawah ini adalah penjelasan perpasal mengenai adaptasi:
1. Bangunan Cagar Budaya atau Struktur Cagar Budaya dapat dilakukan
adaptasi untuk memenuhi kebutuhan masa kini dengan tetap
mempertahankan:
a. Ciri asli dan/atau muka bangunan Cagar Budaya atau Struktur Cagar
Budaya; dan/atau.
b. Ciri asli Lanskap budaya dan/atau permukaan tanah situs Cagar Budaya
atau kawasan cagar budaya sebelum dilakukan adaptasi (Pasal 83 ayat
1).
2. Adaptasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan:
a. Mempertahankan nilai-nili yang melekat pada cagar budaya;
b. Menambah fasilitas sesuai dengan kebutuhan;
c. Mengubah Susunan ruang secara terbatas; dan/atau
46
d. Mempertahankan gaya arsitektur, konstruksi asli, dan keharmonisan
estetika lingkungan di sekitarnya (Pasal 83 ayat 2).
2.6 Penelitian Terdahulu
Untuk bahan pertimbangan dalam penelitian ini, dicantumkan hasil
penelitian terdahulu yang pernah penulis baca. Penelitian terdahulu ini bermanfaat
dalam mengolah atau memecahkan masalah yang timbul dalam implementasi
rencana strategis pengembangan dan pelestarian destinasi wisata cagar budaya
Banten Lama. Walaupun lokusnya dan masalahnya tidak sama persis tapi sangat
membantu peneliti menemukan sumber-sumber pemecahan masalah yang ada di
Kawasan Wisata Banten Lama. Di bawah ini adalah hasil penelitian yang peneliti
baca:
Penelitian yang pertama yaitu penelitian yang dilakukan oleh P Bagus
Baruna, Universitas Diponegoro, 2012 dengan judul implementasi kebijakan
pengembangan kawasan kota lama sebagai tujuan wisata Kota Semarang dalam
penelitiannya peneliti menjelaskan program-program untuk Kawasan Kota lama
yang disediakan oleh Kota Semarang.
Penelitian yang selanjutnya yaitu penelitian yang dilakukan oleh
Baharuddin, Syavir Laief dan Syamsul Fajar, Universitas Hasanuddin, 2012
dengan judul Pengembangan Kawasan Wisata Taman Purbakala Batu Pake
Gojeng Kabupaten Sinjai (Upaya Menunjang Pengembangan Pariwisata Daerah)
dalam penelitiannya peneliti menjelaskan skenario pengembangan Kawasan
Taman Purbakala Batu Pake Gojeng dengan melihat usur-unsur 1) Daya Tarik
47
Objek dan Strategi Pengembangan; 2) Pengembangan obyek Wisata berbasis
Masyarakat; 3) Konsep Zonasi.
Penelitian selanjutnya adalah dari Sriyanti, M. Ruslin Anwar, dan Antariksa
tahun 2012 dengan judul Pengembangan Kawasan Wisata Balekambang
Kabupaten Malang. Dalam penelitiannya peneliti menggunakan konsep
pengembangan Rapid Growth strategy dengan prioritas pengembangan pada
penambahan jenis atraksi budaya, meningkatkan partisipasi masyarakat dalam
menjaga kualitas lingkungan, meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana
prasarana pendukung pariwisata, memanfaatkan jaringan jalan JLS (Jalur Lintas
Selatan) dan letak kawasan wisata balekambang yang berdekatan dengan objek
wisata lain serta pendidikan dan pelatihan SDM.
Penelitian lain yaitu oleh Dea Martha, Tri Yuniningsih, Titik Djumiarti
2012 dengan judul Strategi Pengembangan Situs Purbakala Patiayam Sebagai
Aset Pariwisata Kabupaten Kudus, penelitian ini menggunakan analisis
lingkungan dengan mencari faktor eksternal dan internal yang berkaitan dengan
situs pati ayam lalu dari analisis tersebut ditemukan faktor penghambat dan
pendukung dalam pengembangan situs patiayam. Lalu dengan mengidentifikasi
isu strategis lalu mengevaluasinya mereka mendapatkan dua isu yang paling
strategis dalam pengembangan situ patiayam yaitu kerjasama dengan pihak
investor dan peningkatan kualitas dan variasi fasilitas pada objek wisata, dari isu
tersebut di buat program-program strategi.
Penelitian yang hampir mirip dengan penilitian yang dilakukan peneliti
yaitu penelitian oleh Romahita Saragih tahun 2011 dengan judul Pengembangan
48
Destinasi Wisata Kawasan Banten Lama, Penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan metode kualitatif dan menganalisis dengan teori Tourism
Opportunity Spectrum menurut Pitana dan Diarta 2009.
Adapun penelitian-penelitian di atas dengan penelitian yang dilakukan oleh
peneliti tidak jauh berbeda dengan penelitan sebelumnya yaitu untuk mengetahui
proses implementasi rencana strategi dalam pengembangan destinasi pariwisata
khususnya Kawasan Wisata Cagar Budaya Banten Lama. Penelitian ini
menggunakan metode kualitatif, dengan berfokus pada proses implementasi
strategi dalam pengembangan dan pelestarian destinasi wisata cagar budaya
Banten Lama. Dan menganalisisnya menggunakan teori implementasi menurut
Fred R David (2004)
2.7 Kerangka Berpikir
Pengembangan Kawasan Wisata khususnya dalam hal ini kawasan Cagar
Budaya sangat penting, karena pada dasarnya dalam Undang-undang Nomor 11
Tahun 2010 tentang Cagar Budaya mengatakan bahwa kawasan cagar budaya
dikembangkan untuk kemakmuran dan kesejahteraan mayarakat disekitrnya.
Selain itu dilihat dari antusias masyarakat baik Domestik maupun mancanegara
yang tertarik akan kawasan budaya, menjadikan kawasan cagar budaya menjadi
objek wisata yang memiliki potensi meningkatkan pendapatan daerah.
Salah satu contohnya adalah Kawasan Cagar Budaya di Kawasan Wisata
Banten Lama yang terdiri dari Benteng Surosowan, Benteng Spelwijk, Keraton
Kaibon, Tasikardi, Klenteng dan lain-lain yang mana kawasan wisata Banten lama
menurut Informasi yang diperoleh merupakan kawasan kota lama bekas Pusat
49
Kerajaan Islam Banten terlengkap di Indonesia yang mana bila dikembangkan dan
dikelola dengan baik tentu akan banyak menguntungkan berbagai pihak.
Namun Kenyataannya dilapangan Kawasan Wisata Cagar Budaya Banten
Lama, belum optimal dalam pengembangan destinasi selain itu juga masalah
lainya yaitu lemahnya Kelembagaan kepariwisataan di Provinsi Banten. lemahnya
kelembagaan kepariwisataan di Provinsi Banten seperti BPCB (Balai Pelestarian
Cagar Budaya) serang, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten dan
Dinas Pemuda, Olahraga, Budaya dan Pariwisata Kota Serang, Museum Negeri
Banten, Museum Kepurbakalaan Banten Lama terlihat dari cara mereka
berkoordinasi, Belum Optimalnya Pemberdayaan masyarakat di destinasi
Kawasan Wisata Cagar Budaya Banten Lama, kurangnya sinergi antara
pemerintah atau lembaga kepariwisataan milik pemerintah dengan pihak terkait
seperti pengelola parkir, kenadziran,dan pihak masyarakat, Strategi yang belum
berjalan dan kurang tepat dalam pengembangan dan penataan Kawasan Wisata
Cagar Budaya Banten Lama. Oleh karena itu Implementasi Rencana Strategis
Pengembangan dan Pelestarian Destinasi Wisata Cagar Budaya di Kawasan
Wisata Banten Lama sebaiknya memperhatikan apek-aspek yang perlu
diperhatikan dalam Perencanaan Strategis menurut Fred R David 2004 yaitu
Visi/misi, analisis eksternal, analisis internal, tujuan sasaran jangka panjang,
strategi, sasaran tahunan, kebijakan.
Dengan memperhatikan aspek tersebut dan memperhatikan prinsip
pengelolaan dan pengembangan pariwisata maka di harapkan akan terciptanya
pelaksanaan rencana strategis dalam pengembangan dan pelestarian destinasi
50
wisata cagar budaya di Kawasan Wisata Banten Lama khususnya oleh Pemerintah
Daerah Provinsi Banten.
Gambar 2.1
Bagan Kerangka Berpikir
Aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam perencanaan strategis
menurut Fred R David (2004: 9-13)
1. Visi/Misi
2. Analisis Eksternal
3. Analisis Internal
4. Tujuan Sasaran Jangka Panjang
5. Strategi
6. Sasaran Tahunan
7. Kebijakan
Masalah yang terjadi:
1. Belum optimalnya pengembangan destinasi Kawasan Wisata
Cagar Budaya Banten Lama
2. Lemahnya Kelembagaan kepariwisataan di Provinsi Banten.
3. Belum Optimalnya Pemberdayaan masyarakat di destinasi
Kawasan Wisata Cagar Budaya Banten Lama.
4. Kurangnya sinergi antara pemerintah atau lembaga
kepariwisataan milik pemerintah dengan pihak terkait seperti
pengelola parkir, kenadziran,dan pihak masyarakat
5. Kurang tepatnya dan belum berjalannya rencana strategis yang
telah di buat oleh pemerintah Provinsi banten
(Sumber: Peneliti 2014)
Terlaksananya rencana strategi dalam pengembangan dan
pelestarian Destinasi Wisata Cagar Budaya Banten Lama secara
maksimal
51
2.8 Asumsi Dasar
Asumsi dasar merupakan sebuah persepsi awal peneliti terhadap objek
yang diteliti. Asumsi yang disimpulkan didasarkan pada pengamatan peneliti di
lapangan yang menunjukkan bahwa ketersedian sarana dan prasarana yang
memprihatinkan, dan lemahnya partisipasi masyarakat dalam pengembangan
destinasi wisata tersebut. Selain menarik asumsi berdasarkan pengamatan
dilapangan, peneliti juga menarik asumsi berdasarkan informasi yang diperoleh
dari sumber dengan cara wawancara sementara, dan menemukan masalah bahwa
dalam pengembangan dan penataan Kawasan Wisata Banten Lama yaitu
lemahnya kelembagaan pariwisata di Provinsi Banten hal ini ditunjukan dengan
saling melempar tanggung jawab dalam pengembangan dan penataan Kawasan
Wisata Banten Lama, selain itu kurangnya sinergi antara pemerintah atau lembaga
kepariwisataan milik pemerintah dengan pihak terkait seperti pengelola parkir,
kenadziran dan pihak masyarakat, sosialisasi pernah dilakukan sekitar tahun 2002,
setelah itu belum lagi ada duduk bersama menyamakan kepentingan wawancara
dengan Bapak Tasrif selaku Kepala Seksi Pengelola Museum Negeri Banten, (03
Februari 2014 Pukul 10.00 WIB, Museum Negeri Banten).
Berdasarkan masalah-masalah di atas maka asumsi dasar dalam penelitian
ini adalah Implementasi Rencana Strategis Pengembangan dan Pelestarian
Destinasi Wisata Cagar Budaya Banten Lama di Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Provinsi Banten belum dilaksanakan dengan baik.
52
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Dalam penelitian Implementasi Rencana Strategi Pengembangan dan
Pelestarian Destinasi Wisata Banten Lama di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Provinsi Banten, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif, yang mana
Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk
meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah
eksperimen) (Sugiyono, 2012:1).
Metode Penelitian kualitatif ini sering disebut metode penelitian
naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural
setting); disebut juga sebagai metode etnographi, karena pada awalnya metode
ini lebih banyak digunakan untuk penelitian bidang antropologi budaya; disebut
sebagai metode kualitatif karena data yang terkumpul dan analisisnya bersifat
kualitatif (Sugiyono, 2012;1).
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif eksploratif karena
penelitian ini berkaitan tentang kebudayaan yang mana penelitian kualitatif
bersifat eksploratif yang artinya peneliti mencoba memahami fenomena secara
garis besar tanpa mengabaikan kemungkinan pilihan focus tertentu secara
khusus (Maryaeni, 2005:7). Dalam penelitian ini peneliti sebagai instrument
53
kunci, teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi, studi
dokumentasi, studi pustaka. Sedangkan untuk analisis data menggunakan teknik
analisis data menurut Prasetya Irawan, dan hasil penelitian kualitatif lebih
menekankan makna dari pada generalisasi .
3.2 Fokus Penelitian
Penelitian ini berjudul Implementasi Rencana Strategis Pengembangan
dan Pelestarian Destinasi Wisata Cagar Budaya Banten Lama dengan focus
penelitian pada implementasi Rencana Strategis dari proses pengembangan dan
pelestarian Destinasi Cagar Budaya Banten Lama, dengan lokus penelitian di
Banten Lama Kota Serang
3.3 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Destinasi Wisata Cagar Budaya banten Lama
dengan lokasi penelitian beberapa situs dan peninggalan besar yang ada di
Kawasan Wisata Cagar Budaya Banten Lama, seperti: Keraton kaibon, Keraton
Surosowan, Masjid dan Menara Agung Banten Lama, Jembatan Rantai, Mesjid
Pecinan, Pengindelan Abang, Danau Tasikardi, Benteng Spelwijk, Wihara
Avalokitesvara, Pelabuhan Perikanan Karangantu dan dinas yang menaunginya
yaitu Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten.
54
3.4 Fenomena yang diamati
3.4.1 Definisi Konsep
Untuk memecahkan permasalahan dalam penelitiaan ini mengenai
Implementasi Rencana Strategis Pengembangan dan Pelestarian Destinasi
Wisata Cagar Budaya Banten Lama maka teori yang di gunakan adalah aspek-
aspek yang harus diperjatikan dalam perencanaan strategis David (2004: 9-11 )
yaitu meliputi:
1. Visi/ misi yaitu Visi merupakan langkah pertama dalam perencanaan
strategis. Sedangkan misi adalah pernyataan jangka panjang mengenai
tujuan yang membedakan suatu bisnis dari bisnis serupa lainnya yang
serupa. Pernyataan misi menjawab pertanyaan mendasar yang dihadapi
oleh semua ahli strategi.
2. Analisis Eksternal, yang merujuk pada peristiwa dan tren ekonomi, sosial,
budaya, demografi, lingkungan, politik, hukum, pemerintahan, teknologi,
dan persaingan yang dapat menguntungkan atau merugikan suatu
organisasi secara berarti di masa depan.
3. Analisis Internal merupakan segala kegiatan dalam kendali organisasi
yang bisa dilakukan dengan sangat baik atau buruk.
4. Tujuan Sasaran Jangka Panjang, sebagai hasil tertentu yang perlu dicapai
organisasi dalam memebuhi misi utamanya untuk keberhasilan organisasi.
55
5. Strategi, merupakan cara untuk mencapai tujuan-tujuan jangka panjang.
6. Sasaran Tahunan merupakan tolak ukur jangka pendek yang harus dicapai
organisasi untuk mencapai tujuan-tujuan jangka panjangnya.
7. Kebijakan merupakan cara mencapai sasaran tahunan.
3.4.2 Definisi Operasional
Mengacu dari definisi konsep serta teori yang dipakai sebagai pisau
penelitian ini yaitu berdasarkan aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam
perencanaan strategis. Dengan indikator sebagai berikut:
1. Visi/misi meiputi:
a. Kejelasan Visi
b. Kejelasan Misi
c. Keterkaitan antara visi dan misi
2. Analisis Eksternal
a. Peluang
b. Ancaman (Tantangan)
3. Analisis Internal
a. Sumber Daya
b. Kemampuan
4. Tujuan jangka Panjang
a. Prioritas
56
5. Strategi
a. Strategi yang digunakan
6. Sasaran Tahunan
a. Terintegrasi dan terkoordinasi
7. Kebijakan
a. Peraturan
3.5 Instrumen Penelitian
Dalam Penelitian kualitatif, yang menjadi instrument atau alat penelitian
adalah peneliti itu sendiri. Oleh karena itu peneliti sebagai Instrumen juga harus
“divalidasi” seberapa jauh peneliti kualitatif siap melakukan penelitian yang
selanjutnya terjun kelapangan (Sugiyono,2012;59).
Selanjutnya Nasution (1988) dalam Sugiyono (2012;60) menyatakan:
“Dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain daripada menjadikan
manusia sebagai instrument penelitian utama. Alasannya ialah bahwa,
segala sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti. Masalah, Fokus
penelitian, Prosedur penelitian, hipotesis yang digunakan, bahkan hasil
yang diharapkan itu semua tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas
sebelumnya. Segala sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang
penelitian itu. Dalam keadaan yang serba tidak pasti dan tidak jelas itu,
tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti itu sendiri sebagai alat satu-
satunya yang dapat mencapainya”.
Berdasarkan dua pernyataan dari para ahli tersebut peneliti menarik
garis besar bahwa instrument penelitian ini adalah peneliti sendiri.
57
Menurut Nasution (1988) dalam Sugiyono (2012;61) peneliti sebagai
instrument penelitian serasi untuk penelitian serupa karena memiliki ciri-ciri
sebagai berikut:
1. Peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala stimulus
dari lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna atau tidak bagi
penelitian.
2. Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek
keadaan dan dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus.
3. Tiap Situasi merupakan keseluruhan. Tidak ada suatu instrument berupa
test atau angket yang dapat menangkap keseluruhan situasi, kecuali
manusia.
4. Suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia, tidak dapat difahami
dengan pengetahuan semata. Untuk memahaminya kita perlu sering
merasakannya, menyelaminya berdasarkan pengetahuan kita.
5. Peneliti sebagai instrument dapat segera menganalisis data yang
diperoleh.
6. Hanya manusia sebagai instrument dapat mengambil kesimpulan
berdasarkan data yang dikumpulkan pada suatu saat dan menggunakan
segera sebagai balikan untuk memperoleh penegasan, perubahan,
perbaikan atau pelaksana
3.6 Informan Penelitian
Dalam penelitian ini yang akan menjadi informan peneliti adalah Kepala
Dinas pemuda olahraga pariwisata Kota Serang, Kepala Bidang Pariwisata
Dinas Pemuda Olahraga Pariwisata Kota Serang, Kepala Bidang Balai Budaya
Dinas Kebudayaan dan pariwisata Provinsi Banten Kepala Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata Provinsi Banten, Kepala Bidang Pengembangan Destinasi
Pariwisata, Kepala Balai Pelestarian Cagar Budaya Serang, Kepala Museum
Kepurbakalaan Banten Lama, Kepala Kenadziran Banten Lama, Kepala Dinas
58
Budaya dan pariwisata Kabupaten Serang, Kepala Bidang Sumber Daya air dan
Pemukiman, Kepala Tata Ruang Kota Serang, Wisatawan dan Masyarakat
yang mana beberapa dari mereka merupakan key informan.dan adapula yang
menjadi Secondary informan.
Untuk memudahkan dalam pembacaan hasil penelitian, maka berikut ini
akan diuraikan daftar informan yang berkaitan dengan penelitian ini, yaitu:
Tabel 3.1
Kategori Informan
No. Kategori Informan Kode
Informan
Keterangan
I Instansi
a. Kepala Bidang Program di
Dibudpar Provinsi
b. Kepala Seksi Pengelola
Museum Negeri
c. Kepala Bagian Pemugaran
Balai Pelestarian Cagar
Budaya Serang
d. Kepala Bidang kebudayaan
Dinas porabudpar Kota
Serang
e. Kepala Dinas Sumber daya
Air dan Pemukiman
f. Kepala Kenadziran Banten
Lama
g. Kepala Museum
Kepurbakalaan Banten Lama
h. Kepala Tata Ruang Kota
Serang
i. Kepala BAPPEDA Provinsi
Banten
j. Kepala BAPPEDA Kota
Serang
k. Dinas Pendidikan dan
I1-1
I1-2
I1-3
I1-4
I1-5
I1-6
I1-7
I1-8
I1-9
I1-10
I1-11
Key Informan
Key Informan
Key Informan
Key Informan
Key Informan
Secondary Informan
Key Informan
Key Informan
Secondary Informan
Secondary Informan
59
Kebudayaan Kab. Serang
l. Sekertaris Kecamatan
Kasemen
m. Pengelola Klenteng
Avalokitesvara
n. Penjaga Situs Keraton
Kaibon
I1-12
I1-13
I1-14
Secondary Informan
Secondary Informan
Secondary Informan
Secondary Informan
II Masyarakat
a. Masyarakat sekitar
b. Wisatawan
I2-1
I2-2
Key Informan
Key Informan
Sumber: Peneliti, 2014
3.7 Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data
3.7.1 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis
dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data.
Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka penelitian tidak akan
mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Dalam
penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang merupakan
kombinasi dari beberapa teknik yaitu:
Sumber Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya dan
masih bersifat mentah karena belum diolah. Data ini diperoleh melalui:
1. Pengamatan/Observasi
60
Observasi biasa diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan dengan
sistematis terhadap fenomena-fenomena yang diteliti. Dalam penelitian ini
peneliti langsung terjun ke lokasi penelitian dan melakukan pengamatan
langsung terhadap objek-objek yang diteliti, kemudian dari pengamatan
tersebut melakukan pencatatan data-data yang diperoleh yang berkaitan dengan
aktivitas penelitian.
Selain itu observasi merupakan kegiatan yang meliputi pencatatan
secara sistematik kejadian-kejadian perilaku, objek-objek yang dilihat dan hal-
hal lain yang diperlukan dalam mendukung penelitian yang sedang dilakukan.
Konsep yang dikemukakan oleh Faisal dalam Sugiyono (2009:226) yang
mengklasifikasikan observasi sebagai berikut:
a. Observasi berpartisipasi (participant observation)
b. Observasi yang secara terang-terangan dan tersamar (overt observation
and convert observation), dan
c. Observasi yang tidak terstuktur (unstructured observation)
Jadi berdasarkan pengklasifikasian observasi di atas, observasi yang
dilakukan peneliti dalam penelitian ini adalah observasi terang-terangan,
dimana peneliti dalam melakukan pengumpulan data menyatakan terus terang
kepada sumber data, bahwa peneliti sedang melakukan penelitian. Sehingga
pihak-pihak yang diteliti mengetahui sejak awal sampai akhir tentang aktivitas
peneliti. Dan juga peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari yang menjadi
sumber data penelitian. Sehingga diperlukan data yang akurat, lengkap, tajam
61
dan terpercaya. Selain itu peneliti juga melakukan observasi secara tersamar
dimana pihak-pihak yang diteliti belum mengetahui bahwa peneliti sedang
melakukan aktivitas meneliti.
2. Wawancara
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin
melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus di
teliti, tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang
lebih mendalam. Teknik pengumpulan data ini mendasarkan diri pada laporan
tentang diri sendiri atau self-report atau setidak-tidaknya pada pengetahuan dan
atau keyakinan pribadi (Sugiyono,2012;72).
Wawancara mendalam adalah teknik pengolahan data yang
pengumpulan data didasarkan pada percakapan secara intensif dengan suatu
tujuan tertentu untuk mencari informasi sebanyak-banyaknya. Wawancara
dilakukan dengan cara mendapat berabagai informasi menyangkut masalah
yang diajukan dalam penelitian. Wawancara dilakukan pada informan yang
dianggap menguasai penelitian. Adapun wawancara yang digunakan dalam
penelitian ini adalah wawancara terstruktur yang pewawancaranya menetapkan
sendiri masalah dan pertanyaan yang akan diajukan oleh peneliti.
Wawancara dilakukan dengan cara mempersiapkan terlebih dahulu
berbagai keperluan yang dibutuhkan yaitu sampel informan, kriteria informan,
62
dan pedoman wawancara yang disusun dengan rapih dan terlebih dahulu
dipahami peneliti, sebelum melakukan wawancara peneliti terlebih dahulu
melakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Menerangkan kegunaan serta tujuan dari penelitian
b. Menjelaskan alasan mengapa informan terpilih untuk diwawancarai
c. Menentukan strategi dan taktik wawancara
d. Mempersiapkan pencatat data wawancara
Hal-hal tersebut bertujuan untuk memberikan motivasi kepada informan
untuk melakukan wawancara dengan menghindari keasingan serta rasa curiga
informan untuk memberikan keterangan dengan jujur. Selanjutnya, peneliti
mencatat keterangan-keterangan yang diperoleh dengan cara pendekatan kata-
kata dan merangkainya kembali dalam bentuk kalimat.
Wawancara perlu dilakukan lebih dari dua kali karena dua alasan utama.
Pertama adalah pendekatan pengetahuan temporal. Istilah temporal maksudnya
adalah istilah filosofis yang mendefinisikan bagaimana situasi dan pengetahuan
orang saat itu dipengaruhi oleh pengalamannya dan bagaimana situasi saat itu
akan menentukan masa depannya. Alasan kedua melakukan wawancara lebih
dari satu kali adalah untuk memenuhi criteria rigor (ketepatan/ketelitian).
Selain itu juga memungkinkan peneliti mengkonfirmasi atau mengklasifikasi
informasi yang ditentukan pada wawancara pertama. Melalui pertemuan ini
63
hubungan saling percaya dengan informan semakin meningkat sehingga
memungkinkan peneliti menyingkap pengalaman atau perasaan informan yang
lebih pribadi.
Jadi, dapat disimpulkan wawancara terdiri dari tiga tahap. Tahap
pertama meliputi perkenalan, memberikan gambaran singkat proses wawancara
dan membangun hubungan saling percaya. Tahap kedua merupakan tahap
terpenting dengan diperolehnya data yang berguna. Tahap terakhir adalah
ikhtisar dari respon informan dan memungkinkan konfirmasi atau adanya
informasi tambahan.
a. Pedoman Wawancara
Dalam penelitian mengenai Implementasi Rencana Strategi dalam
Pengembangan dan Penataan Kawasan Wisata Cagar Budaya Banten Lama
,mengacu pada teori implementasi menurut G. Shabbir Cheema dan Dennis A.
Rondinelli (1983) dalam (Subarsono, 2012: 101) dengan 4 variabel yaitu:
kondisi lingkungan, hubungan antar organisasi, sumber daya organisasi untuk
implementasi program, karakteristik dan kemampuan agen pelaksana.
64
Tabel 3.2
Pedoman Wawancara
No Dimensi Indikator Pertanyaan Kode
Informan
1 Visi dan Misi
Keterkaitan antara Visi
dan Misi
1. Apa visi dinas ini?
2. Apa Misi dinas ini?
3. Bagaimana Keterkaitan
antara Visi dengan Misi?
11-1 – 11-12
2 Analisis Eksternal 1. Peluang
2. Hambatan/tantangan
1. Peluang dalam
pengembangan?
1. Ancaman-ancaman
yang terjadi di
lapangan?
11-1 – 11-12
12-1 – 12-2
11-1 – 11-12
3 Analisis Internal 1. Sumber Daya
2. Kemampuan
1. Sumber daya apa saja
yang diperlukan?
1. Kemampuan petugas
pelaksanaan?
11-1 – 11-12
11-1 – 11-12
4 Tujuan Jangka
Panjang
Prioritas
Prioritas dalam renstra?
11-1 – 11-12
5 Strategi Strategi yang
digunakan
Strategi yang digunakan
untuk Banten Lama?
11-1 – 11-12
12-1
6 Sasaran Tahunan Terintegrasi dan
terkoordinasi
Bagaimana koordinasi
sasaran tiap tahun dengan
dinas terkait?
11-1 – 11-12
12-1
7 Kebijakan Peraturan
Bagaimana peraturan dalam
pelaksanaan?
11-1 – 11-12
Sumber : Peneliti 2014
65
Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder ini merupakan sumber data yang diperoleh
melalui kegiatan studi literatur atau studi kepustakaan dan dokumentasi
mengenai data yang diteliti.
1. Studi kepustakaan
Pengumpulan data ini diperoleh dari berbagai referensi yang relevan dengan
penelitian yang dijalankan dan teknik ini berdasarkan text books maupun
jurnal ilmiah.
2. Studi dokumentasi
Studi dokumentasi, yakni pengumpulan data yang bersumber dari dokumen
yang resmi dan relevan dengan permasalahan yang akan diteliti.
Selanjutnya sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini terbagi
atas data primer dan data sekunder. Data primer diambil langsung dari informan
penelitian. Dalam hal ini data primer diambil melalui wawancara (interview).
Sedangkan data sekunder adalah data yang tidak langsung berasal dari
informan. Oleh karena itu, dalam penelitian ini data sekunder diperoleh melalui
data-data dan dokomen-dokumen yang relevan mengenai masalah yang diteliti.
Data-data tersebut merupakan data yang diperlukan dalam menyelesaikan
masalah yang dibahas dalam penelitian ini.
66
3.7.2 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
mengikuti teknik analisis data kualitatif mengikuti konsep yang dikemukakan
Irawan dalam bukunya Metodelogi Penelitian Administrasi (2005:27) yang
terdiri dari langkah-langkah yang sistematis dimulai dari pengumpulan data
mentah, transkip data, pembuatan koding, kategorisasi data, penyimpulan
sementara, triangulasi dan yang terakhir yaitu penyimpulan akhir.
Jadi, dalam analisis data pada penelitian kualitatif bersifat induktif
(grounded) dapat diartikan bahwa kesimpulannya penelitian adalah dengan cara
mangabstaraksikan data-data empiris yang dikumpulkan dari lapangan dan
mencari pola-pola yang terdapat di dalam data-data tersebut. Karena itu analisis
data dalam penelitian kualitatif tidak perlu menunggu sampai seluruh proses
pengumpulan data selesai dilaksanakan. Analisis itu dilaksanakan secara paralel
pada saat pengumpulan data dan dianggap selesai manakala peneliti merasa
telah memiliki data sampai tingkat “titik jenuh” atau reliable (data yang didapat
telah seragam dan telah menemukan pola aturan yang peneliti cari). Maka, tidak
heran bila dalam penelitian kualitatif dapat berlangsung berbulan-bulan.
Maksud dari analisis data adalah untuk penyederhanaan data ke dalam
formula yang sederhana dan mudah dibaca serta mudah diinterpretasikan.
Maksudnya analisis data di sisni tidak saja memberikan kemudahan interpretasi
67
tetapi mampu memberikan kejelasan makna dari setiap fenomena yang diamati
sehingga implikasi yang lebih luas dari hasil penelitian dapat dijadikan sebagai
bahan simpulan akhir penelitian.
Adapun langkah dalam melakukan teknik analisis data yang digunakan
menurut Irawan (2005: 5) adalah sebagai berikut:
1. Pengumpulan Data Mentah
Pada tahap ini peneliti melakukan kegiatan mengumpulkan data
dengan teknik pengumpulan data seperti wawancara terhadap
informan yang telah ditetapkan (purposive) dan informan sekunder,
melakukan observasi di lokasi penelitian serta studi dokumentasi guna
memperkuat data yang didapat. Yang peneliti catat hanya data apa
adanya (verbatim). Jangan dicampurkan dengan pemikiran peneliti,
komentar peneliti maupun sikap peneliti.
2. Transkrip data
Pada tahap ini, peneliti mencoba catatan ke dalam bentuk tertulis
dengan kata-kata apa adanya.
3. Pembuatan Koding
Pada tahap ini, peneliti membaca ulang seluruh data yang sudah di
transkrip. Perlu ketelitian dalam membaca transkrip, pada bagian-
bagian tertentu dari transkrip itu peneliti akan menemukan hal-hal
penting yang perlu peneliti catat untuk proses berikutnya. Dari hal-hal
penting ini dapat diambil kata kuncinya dan diberikan kode.
4. Kategorisasi Data
Pada tahap ini, peneliti mulai menyederhanakan data dengan cara
mengikat kata-kata kunci dalam suatu kategorisasi.
5. Penyimpulan Sementara
Pada tahap ini, peneliti mengambil kesimpulan yang bersifat
sementara dan harus berdasarkan data sehingga kesimpulan ini tidak
dapat dicampur adukan dengan pemikiran dan penafsiran peneliti.
Adapun jika peneliti ingin memberikan penafsiran dari pemikiran
peneliti sendiri (observers comment), maka peneliti dapat
Menuliskannya pada bagian akhir kesimpulan sementara.
6. Triangulasi
Pada tahap ini, peneliti melakukan proses check and recheck antara
satu sumber data dengan sumber data lainnya.
68
7. Penyimpulan Akhir
Pada tahap ini, setelah data dianggap cukup dan dianggap telah
sampai pada titik jenuh atau telah memperoleh kesesuaian, maka
kegiatan selanjutnya adalah peneliti membuat kesimpulan akhir dan
mengakhiri penelitian.
Langkah-langkah teknik analisis data menurut Prasetya Irawan tersebut
dapat ditunjukkan pada gambar berikut:
Gambar 3.1
Proses Analisis Data Menurut Irawan
Sumber: Irawan (2005:5)
Analisis data dimulai sejak pengumpulan data dan dilakukan lebih
intensif lagi setelah kembali dari lapangan. Seluruh data yang tersedia, ditelaah
dan direduksi sehingga terbentuk suatu informasi. Satuan informasi inilah yang
ditafsirkan dan diolah dalam bentuk hasil penelitian sampai pada tahap
kesimpulan akhir.
3.8 Jadwal Penelitian
Jadwal penelitian berisi aktivitas yang dilakukan dan kapan akan
dilakukan proses penelitian (Sugiyono, 2009:286). Berikut ini merupakan
Pengumpulan
Data mentah
Transkrip
Data
Pembuatan
Koding
Kategorisasi
Data
Penyimpulan
Akhir
Triangulasi Penyimpulan
Sementara
69
jadwal penelitian Implementasi Rencana Strategi Pengembangan dan
Pelestarian Destinasi Wisata Banten Lama di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Provinsi Banten.
Tabel 3.3
Jadwal Penelitian
Sumber: Peneliti 2014
No.
Kegiatan
Waktu
2013-2014
Sept
2013
okto
2013
Nov
2013
Des
2013
Jan
2014
Feb
2014
Mar
2014
Apr
2014
Mei
2014
Jun
2014
Juli
2014 Agust
2014
Sept
2014
1 Pengajuan
judul
2 Perizinan
dan
observasi
awal
3 Penyusunan
proposal
skripsi
4 Seminar
proposal
skripsi
5 Proses
pencarian
data di
lapangan
6 Pengolahan
data
7 Penyusunan
laporan
hasil
penelitian
8 Sidang
laporan
Skripsi
9 Revisi
laporan
Skripsi
aaaaa aaaaa aaaaa aaaaa aaaaa aaaaa aaaaa aaaaa aaaaa aaaaa aaaaa aaaaaa aaaaaa
70
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Objek Penelitian
4.1.1 Profil Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten dibentuk berdasarkan
Peraturan daerah provinsi Banten Nomor 24 Tahun 2002, mengalami reorganisasi
menjadi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten berdasarkan peraturan
Daerah Provinsi Banten Nomor 3 Tahun 2012 menjadi Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Provinsi Banten.
Kedudukan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten sebagai
unsur pelaksana otonomi daerah dibidang budaya dan pariwisata yang
melaksanakan urusan pemerintahan daerah berdasarkan asas otonomi daerah dan
tugas pembantuan dibidang budaya dan pariwisata.
Visi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten Tahun 2012-2017
“Mewujudkan Kebudayaan dan Pariwisata Banten yang Berdaya Saing
dan Berkelanjutan”.
Makna yang terkandung dalam visi tersebut adalah bahwa dalam lima tahun
ke depan diharapkan pembangunan Kebudayaan dan Pariwisata Banten
memperhatikan dan menjamin keberlangsungan usaha-usaha ekonomi, kehidupan
sosial-budaya, pelestarian lingkungan hidup dan pelestarian kebudayaan daerah
serta memberikan ruang kepada masyarakat lokal untuk menggali potensi dan
71
kreativitas guna menghasilkan produk-produk yang berdaya Saing dalam
peningkatan kesejahteraan secara berkelanjutan.
Seiring dengan upaya mendukung pencapaian misi daerah serta dalam
rangka mewujudkan Visi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten
Tahun 2012-2017, maka Misi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten
sebagai berikut:
1. Melestarikan nilai, keragaman dan kekayaan Budaya
2. Mengembangkan destinasi pariwisata yang berdaya saing
3. Meningkatkan Sumberdaya manusia dan kelembagaan kebudayaan dan
pariwisata yang professional.
4. Mengembangkan pemasaran kebudayaan dan pariwisata.
5. Meningkatkan kapasitas kelembagaan dinas budaya dan pariwisata.
Struktur Organisasi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten
digambarkan pada bagan di bawah ini:
72
Gambar 4.1
Bagan Struktur Organisasi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten
Sumber: Rencana Strategis 2012-2017 Disbudpar Provinsi Banten
4.1.2 Gambaran Umum Banten Lama
Banten Lama merupakan sebuah keputusan kepurbakalaan yang menjadi
salah satu objek wisata budaya unggulan di Kota Serang. Jaraknya Sekitar 10 Km
dari Ibu Kota Provinsi Banten. Pada tahun 1526 pusat kerajaan dipindahkan dari
Banten Girang ke Banten Lama, tepatnya tanggal 8 Oktober tahun 1526. Tanggal
ini kemudian ditetapkan sebagai hari jadi Kabupaten Serang, sebelum Kota
Serang terbentuk. Dari bukti-bukti sejarah yang ditinggalkan, terungkap bahwa
daerah Banten Lama yang perkembangannya kini terasa lambat, ternyata dahulu
pernah dijadikan kota pelabuhan internasional dari sebuah kerajaan Islam yang
makmur dan ramai dikunjungi pedagang-pedagang asing dari berbagai negara.
Untuk lebih detailnya akan dijabarkan pada bagian sejarah Banten Lama.
Kepala Dinas Budaya dan Pariwisata
Sekretaris Jabatan Fungsional
Bidang
Pembinaan
Kebudayaan
Daerah
Bidang
Pengembangan
Destinasi
Pariwisata
Bidang Pemasaran
Produk Kebudayaan
dan pariwisata
Bidang
Pengembangan
Destinasi
Pariwisata
UPT Balai
Pengelola
Taman Budaya
73
Banten, pada awalnya merupakan bagian dari kerajaan Hindu
Tarumanagara dan sejak abad ke lima, dan sejak abad ke sembilan sudah menjadi
daerah destinasi perdagangan karena letak pelabuhannya yang cukup strategis
bagi pedagang-pedagang yang berasal dari Cina, Indonesia, dan India. Pada Tahun
1527, melalui bantuan dari anaknya Hasanuddin, Falatehan menyerang Banten
(Banten Lama) yang saat itu masih dikuasai oleh kerajaan Hindu-Budha. Prabu
Pucuk Umum dan Sunda Kelapa, salah satu pelabuhan yang cukup maju di
sebelah timur Banten, kemudian memindahkan pusat kekuasaan ke Banten
(Banten Lama) arah utara dari Banten Girang, daerah Pesisir yang memang sudah
cukup lama menjadi pusat perdagangan Banten Girang. Tujuannya tak lain adalah
untuk memonopoli pelabuhan di Banten ini dan mencegah agar bangsa Portugis
tidak dapat masuk. Saat itu Portugis telah cukup lama melakukan aktivitas
perdagangan di Pulau Jawa.
Pada masa kekuasaan Faletehan, ia membangun masjid pertama di Banten
Lama yang dikenal dengan nama Pecinan Tinggi, di sebelah barat sungai
Cibanten, dekat dengan daerah Pecinan. Kemudian ia juga membentuk pusat
Kota di delta sungai Cibanten, sehingga letaknya diapit oleh dua sungai di timur
dan barat, serta dikelilingi pula oleh anak sungai di sebelah utara dan selatan.
Sungai pengapit yang berada disebelah timur dan barat Banten Lama ini yang
merupakan pecahan dari sungai utama Cibanten kemudian dikembangkan
menjadi pelabuhan internasional di sebelah barat, dan pelabuhan lokal di sebelah
timur dikenal dengan nama Karangantu. Kota Banten ini terbagi menjadi empat
oleh dua buah jalan utama, yang terbentang dari utara-selatan dan timur-barat,
74
pada bagian tengahnya terdapat alun-alun, ruang publik yang terbuka luas yang
digunakan untuk melakukan acara kerajaan atau untuk mengadakan turnamen.
Istana Kerajaan, yang diberi nama Surosowan, terletak di sebelah selatan dari
alun-alun dan dikelilingi oleh permukiman para petinggi kerajaan.
Tahun 1552, tahta kerajaan diserahkan kepada Hasanuddin. Salah satu
bangunan penting yang dibangunnya adalah Masjid Agung di sebelah barat dari
alun-alun pada tahun 1556, dan masih berdiri hingga sekarang. Tahun 1570-
1580an, ia membangun tembok yang menutupi pusat kota, namun kawasan
pelabuhan Karangantu dan pusat perdagangan berada di luar tembok kota, hal ini
untuk mengatasi pertumbuhan penduduk dan ekonomi yang sangat tinggi.
Kemudian sekitar tahun 1580-1595an, dibangunlah danau buatan Tasikardi di
sebelah selatan kota untuk menyuplai air bersih dan irigasi.
Tahun 1685 dibangunlah Benteng Speelwijk di sebelah barat laut dari
pusat kota, yang digunakan sebagai gerbang masuk di pelabuhan internasional
Banten. Benteng ini menunjukkan betapa kuatnya politik Belanda atas Banten.
Benteng yang melindungi kota Banten kemudian dihancurkan, dan dilakukan
pembenahan ulang pada kanal-kanal yang masuk ke dalam pusat kota. Beberapa
kanal pun dibuat di sekitar Benteng Surosowan dan Benteng Speelwijk, Kota
Banten pun sudah tak di lingkari dengan tembok pelindung. Masa-masa Banten
yang dulu terkenal sebagai pusat perdagangan di pulau Jawa pun berakhir sekitar
tahun 1800, karena menurunnya aktivitas perdagangan di pelabuhan Karangantu,
salah satu faktor utamanya adalah terjadinya sedimentasi, dan juga karena
berkembangnya Batavia sebagai pusat ekonomi dan politik yang baru. Tahun
75
1747 dibangun vihara baru dan berkembang hingga hari ini melalui beberapa
proses restorasi.
Penjabaran mengenai sejarah Banten Lama bahwa pada masa lalu oleh
para pendiri Banten Lama atau para petinggi, dan para raja membangun fasilitas-
fasilitas baik untuk kesejahteraan masyarakat seperti Mesjid Agung, Danau buatan
Tasikardi, Alun-alun, Benteng, dan Mesjid Pecinaan. Selain itu fasilitas untuk
keluarga kerajaan seperti Keraton Surosowan, dan Keraton Kaibon dan fasilitas
yang lainnya. Antara lain situs-situs peninggalan di Banten Lama yaitu sebagai
berikut:
Keraton Surosowan keraton ini dibangun oleh Maulana Hasanuddin Sultan
Banten pertama antara tahun 1522 sampai sekitar tahun 1570, sedangkan benteng
dan gerbangnya yang terbuat dari bata dan batu karang dibangun pada masa
Maulana Yusuf Sultan Banten kedua antara tahun 1570 sampai sekitar tahun
1580. Keraton ini disebut juga Gedong Kedaton Pakuwan, ini berbentuk persegi
panjang dengan ukuran dinding sekitar dua meter dan lebar sekitar lima meter.
Panjang dinding sisi timur dan sisi barat 300 meter, sedangkan dinding sisi utara
dan sisi selatan 100 meter, jadi luas secara keseluruhan sekitar tiga hektar.
Keraton ini sekarang sudah hancur, yang tersisa saat ini adalah tembok benteng
yang mengelilingi dengan sisa-sisa bangunannya, berupa pondasi dan tembok-
tembok dinding yang sudah hancur, sisa bekas bangunan pemandian dan sebuah
kolam taman dengan bangunan bale kambangnya.
76
Masjid dan Menara Agung Banten Lama. Masjid Agung terletak di bagian
barat alun-alun kota, di atas lahan seluas 0,13 hektar, didirikan pada masa
pemerintahan Maulana Hasanuddin, masjid ini memiliki rancangan bangunan
tradisional. Sedangkan Menara Masjid Agung Banten terletak di halaman depan
komplek masjid. Tinggi bangunan ini secara keseluruhan adalah 23, 155 m.
Menara Masjid Agung Banten Lama didirikan antara tahun 1560-1570.
Jembatan Rantai dibangun di atas sungai atau kanal kota lama Banten yang
terletak 300 meter sebelah utara Keraton Surosowan. Jembatan ini berfungsi
sebagai “tol perpajakan” bagi setiap kapal kecil atau perahu pengangkut barang
dagangan pedagang asing yang memasuki kota kerajaan. Jembatan rantai
dibangun dari bata dan karang, serta diduga memakai tiang besi dan papan untuk
fungsi penyebrangan, dan „kerekan rantai‟ yang berfungsi ganda bila ada lalu
lalang kapal kecil, jembatan bisa dibuka, dan bila tidak ada kapal masuk, jembatan
ditutup sehingga berfungsi sebagai sarana penyebrangan orang dan kendaraan
darat. Jembatan Rantai saat ini sudah tidak dipergunakan lagi, bagian tengahnya
sudah hancur, sungai yang mengalir di bawahnya pun kini sudah dijadikan
sebagai kebun sayuran dan banyak berserakan sampah. Yang tersisa kini hanyalah
bagian pondasinya yang masih menempel pada tepian sungai.
Komplek Keraton Kaibon yang terletak di Kampung Kroya merupakan
tempat kediaman Ibu Ratu Asyiah, ibunda Sultan Syafiuddin. Pada tahun 1832
keraton ini dibongkar oleh pemerintah Hindia Belanda, yang tersisa sekarang
hanya pondasi dan tembok-tebok serta gapuranya saja. Keraton ini mempunyai
sebuah pintu besar yang dinamai Pintu Dalem. Di pintu gerbang sebelah barat
77
menuju masjid Kaibon terdapat tembok yang dipayungi sebuah pohon beringin.
Pada tembok tersebut terdapat lima pintu bergaya Jawa dan Bali (Paduraksa dan
Bentar). Apabila dibandingkan dengan keraton Surosuwan, Keraton Kaibon lebih
archaic, terutama bila dilihat dari rancang bangun pintu-pintu dan tembok
keraton.
Kejatuhan Malaka terjadi ketangan portugis pada tahun 1511 menyebabkan
para pedagang enggan untuk melalui selat malaka. Para pedagang yang berasal
dari Arab, Persia, dan Gujarat mengalihkan jalur perdagangan ke Selat Sunda,
sehingga mereka pun singgah di Karangantu, sejak itu perlahan tapi pasti,
Karangantu menjadi pusat perdagangan Internasional yang banyak disinggahi oleh
para pedagang dari Benua Asia, Afrika dan Eropa. Karangantu pada saat ini hanya
sebuah pelabuhan kecil yang sama sekali tidak menunjukkan bukti-bukti
kebesarannya di masa lalu, sebaliknya pelabuhan yang pernah dijuluki Singapore-
nya Banten ini sekarang lebih terkesan kumuh. Sampai sekarang pelabuhan ini
masih dimanfaatkan untuk pelabuhan dan pusat perdagangan ikan. Pada tahun
1991 pelabuhan ini pernah dikeruk agar kapal-kapal yang bertonase besar dapat
masuk.
Benteng Speelwijk terletak di Kampung Pamarican dekat Bandar Pabean,
Sekitar 600 meter di sebelah barat laut Keraton Surosowan, berdenah persegi
panjang tidak simetris, dan pada setiap sudutnya terdapat bastion. Tembok
benteng ini masih utuh tetapi sebagian sudah mengalami kerusakan. Benteng ini
didirikan pada tahun 1585 oleh belanda di atas reruntuhan sisi utara tembok
keliling kota Banten. Nama yang diberikan pada benteng Belanda ini adalah nama
78
untuk menghormati gubernur Jenderal Cornellis Janszzon Speelman yang
bertugas antara tahun 1681 sampai dengan tahun 1684. Di bagian luar benteng
terdapat parit buatan yang mengelilinginya. Di bagian dalam Benteng Spelwijk
terdiri dari beberapa ruangan, hanya sebagian saja dari ruangan-ruangan ini yang
masih tersisa, selebihnya hanya sisa-sisa pondasi yang tersusun atas batu bata. Di
bagian kiri depan ruangan ini terdapat satu ruangan lagi berukuran 1 x 2 m,
ruangan ini diduga semacam hal khusus.
Kelenteng Avalokitesvara ini terletak di sebelah barat Benteng Speelwijk.
Semula kelenteng ini terletak di Dermayon, dibangun oleh masyarakat Cina yang
ada di Banten. Menurut tradisi kelenteng ini dibangun pada sekitar tahun 1652
atau pada masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa. Di halaman depan
kelenteng terdapat gedung utama yang biasa digunakan sebagai tempat upacara.
Di kiri dan kanan gedung utama terdapat beberapa altar sekunder untuk
melakukan ritual ibadah. Di bagian belakang yang berhalaman luas terdapat
bangunan penunjang berupa kamar-kamar.
Masjid Pecinaan Tinggi terdapat di Kampung Pecinaan. Bentuk menara
Masjid Pecinan Tinggi memiliki kesamaan bentuk dengan menara Masjid
Kasunyatan. Menurut Stutterheim dipengaruhi oleh gaya Portugis. Masjid pecinan
ini disebut Masjid Pecinan Tinggi karena dahulu banyak orang Cina berdagang
dan bertempat tinggal di sekitar masjid yang terletak di Desa Pecinan. Masjid ini
merupakan masjid pertama yang dibangun oleh Syarif Hidayatullah dan
dilanjutkan oleh Sultan Maulana Hasanudin. Bangunan tersebut kini tinggal puing
reruntuhan.
79
Sekitar dua km ke arah tenggara Keraton Surosuwan terdapat sebuah danau
buatan yang semula dibangun untuk ibunda Sultan Maulana Yusuf untuk
bertafakur di pulau buatan yang terletak di tengah danau. Tasikardi memiliki luas
sekitar lima hektar, sementara airnya hanya memenuhi empat hektar dengan
kedalaman lebih dari satu meter. Dahulu danau buatan ini berfungsi memasok air
bersih bagi Kota Surosowan, termasuk untuk mengairi persawahan. Air dialirkan
melalui penyaringan atau dikenal dengan istilah pengindelan. Pulau ini berbentuk
segiempat dan diberi tembok keliling disetiap sisinya. Di sebelah utara terdapat
tangga untuk naik di sisi sebelah utara. Yang tersisa saat ini hanyalah pondasi
bangunan yang terdiri dari batu bata. Sebuah kolam pemandian terletak di sebelah
timur dengan beberapa terap anak tangga untuk menuju ke bawah. Danau ini
pernah dipugar pada tahun 1980-1981. Sekarang Tasikardi dimanfaatkan sebagai
objek rekreasi wisata air yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas penunjang.
Pengindelan Abang merupakan bangunan penyaring pertama yang
menyalurkan air dari Danau Tasikardi. Bangunan ini terbuat dari batu bata.
Terdapat rongga di dalamnya dengan bentuk lengkung sempurna, ditopang oleh
dua pilar kokoh yang menopang atap. Ukuran panjang bangunan ini sekitar 18
meter dan lebar sekitar enam meter, terdapat satu pintu masuk berbentuk lengkung
dengan tinggi sekitar 1,5 meter. Saat ini di dalam pengindelan abang masih
terdapat air yang menggenang bercampur dengan sampah.
80
4.2 Pembahasan
4.2.1 Perencanaan Strategis Pengembangan dan Pelestarian Destinasi Wisata
Cagar Budaya Banten Lama
Destinasi cagar budaya Banten Lama merupakan salah satu aset
pemerintah, destinasi tersebut merupakan aset milik bersama yaitu pemerintah
Pusat atau pemerintah Republik Indonesia, pemerintah Provinsi Banten,
pemerintah Kota Serang dan pemerintah Kabupaten Serang. Karena posisinya
sebagai aset bangsa, tentunya cagar budaya Banten Lama mendapat perhatian dari
berbagai pihak dengan membuat perencanaan-perencaan untuk mengembangkan
dan melestarikan Banten Lama. Macam-macam perencanaan tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Mengacu kepada peraturan Presiden No.50 tentang Rencana Induk
Pembangunan Kepariwisataan Nasional tahun 2010-2025, Pengembangan
Destinasi Kepariwisataan Provinsi Banten di arahkan kepada:
a. Kawasan Pengembangan Pariwisataan Nasional (KPPN)
1. KPPN Carita dan sekitarnya
2. KPPN Ujung Kulon dan sekitarnya
3. KPPN Serang- Banten Lama dan sekitarnya
b. Destinasi Pariwisata Nasional (DPN): DPN Krakatau- Ujung Kulon dan
sekitarnya
c. Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN): KSPN Ujung Kulon-
Tanjung Lesung dan sekitarnya
81
2. Ruang Lingkup Provinsi mengacu kepada Peraturan Daerah No. 2 tahun
2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Banten Tahun 2010-
2030 dan Peraturan Daerah Provinsi Banten No. 4 tahun 2012 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi
Banten tahun 2012-2017 di arahkan kepada:
a. Tata Ruang Wilayah
1. Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung
2. Kawasan Situs Banten Lama
3. Kawasan Masyarakat Adat Baduy
4. Kawasan Taman Nasional Ujung Kulon
b. RPJMD Provinsi Banten Tahun 2012-2017
1. Kawasan Pariwisata Terpadu Padarincang;
2. Kawasan Pantai Wisata Anyer dan Pulau Tunda beserta Pulau
Shanghiyang;
3. Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung dan Kawasan
Pariwisata Pulau Umang;
4. Kawasan Pantai Carita dan Kawasan Wisata Alam serta Wisata
Religi;
5. Daerah Penyangga Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) dan
pemberdayaan masyarakat sekitarnya;
6. Kawasan Wisata Pantai Sawarna dan Badegur
7. Kawasan Wisata Alam Arung Jeram Ciberang serta Wisata Religi;
8. Pelestarian Situs Benda Purbakala dan Masjid Banten Lama.
82
c. Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Provinsi
Banten
1. Kawasan Wisata Kota Tangerang
2. Kawasan Tangerang Selatan
3. Kawasan Tiga Raksa
4. Kawasan Banten Utara Kepulauan
5. Kawasan Tangerang Utara
6. Kawasan Serang Utara
7. Kawasan Kota Serang
8. Kawasan Kota Pandeglang
9. Kawasan Rangkas Bitung
10. Kawasan Pantai Barat Serang-Cilegon
11. Kawasan Ciomas
12. Kawasan Pantai Barat Pandeglang
13. Kawasan Ujung Kulon
14. Kawasan Pantai Sumur
15. Kawasan Bojong-Leuwidamar
16. Kawasan Cipanas
17. Kawasan Cibaliung-Malimping
18. Kawasan Sawarna
d. Prioritas Pengembangan Kepariwisataan di Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Provinsi Banten dalam Rencana Strategis tahun 2012-2017
adalah sebagai berikut:
83
1. Kawasan Pariwisata Terpadu Padarincang/ Ciomas;
2. Kawasan Pantai Wisata Anyer dan Pulau Tunda beserta Pulau
Shanghiyang/ Kawasan Pantai Barat Serang- Cilegon;
3. Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung dan Kawasan
Pariwisata Pulau Umang/ Kawasan Pantai Sumur;
4. Kawasan Pantai Carita dan Kawasan Wisata Alam serta Wisata
Religi/ Kawasan Pantai Barat Pandeglang;
5. Daerah Penyangga Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) dan
pemberdayaan masyarakat sekitarnya
6. Kawasan Wisata Pantai Sawarna dan Badegur
7. Kawasan Wisata Alam Arung Jeram Ciberang serta Wisata Religi/
Kawasan Cipanas;
8. Pelestarian Situs Benda Purbakala dan Masjid Banten Lama/ Kawasan
Serang Utara.
e. MasterPlan Penataan Kawasan dan Lingkungan Banten Lama dengan
sasaran dan ruang lingkup pekerjaan sebagai berikut:
a. Sasaran
1. Menciptakan Kawasan Banten Lama yang sanggup menjadi icon,
potensi Kota Serang khususnya dan Provinsi Banten pada umumnya.
2. Menciptakan Kawasan Pariwisata dan Kawasan Sejarah yang
berwawasan lingkungan.
b. Ruang Lingkup Pekerjaan
Ruang Lingkup pekerjan antara lain :
84
1. Identifikasi atas kondisi fisik Kawasan Banten Lama meliputi faktor-
faktor eksternal dan internal yang berpengaruh pada kawasan serta
review terhadap kebijakan dan strategi fungsi Kawasan Banten Lama.
2. Menganalisis Aspek Fisik dan Lingkungan Kawasan Banten Lama.
3. Merumuskan potensi dan kendala di Kawasan Banten Lama.
4. Penyusunan Rencana Induk dengan menghitung dan merinci
kebutuhan biaya dalam upaya revitalisasi.
5. Membuat jadwal program implementasi di Kawasan tersebut
(barchart) berdasarkan waktu pelaksanaan dan prioritas jangka waktu
(1, 5 dan 10 tahun). Atau rehabilitasi infrastruktur fisik utama, seperti:
1. Mesjid Agung
2. Makam Sultan Maulana Yusuf
3. Vihara avalokitesvara
4. Tasik Kardi
5. Jembatan rante
6. Pangindelan
7. Pelabuhan Karangantu
8. Keraton Surosowan
9. Keraton Kaibon
10. Benteng Speelwijk
85
Dan pengembangan pembangunan infrastruktur pendukung seperti:
a. Jalan Lingkungan
b. Penataan Permukiman dan Tata Bangunan
c. Drainase
d. Pedestrian
e. Areal Parkir
f. Shelter
6. Upaya pengembangan serta implementasi skenario penyusunan
program dan pentahapan pembangunannya.
7. Penyusunan skenario kemungkinan kerjasama pembangunan dengan
sektor swasta (Public – Private Partnership).
3. Ruang Lingkup Kota Serang
a. Rencana Tata Ruang Tata Wilayah Kota Serang yang di dalamnya
terdapat Rencana Pemanfaatan Ruang Kawasan Pariwisata dan
Rekreasi meliputi di dalamnya tersebut Cagar alam dan bangunan tua:
1. Mengarahkan Desa Banten Kecamatan Kasemen sebagai
Kawasan Wisata Cagar Budaya dan Cagar Alam serta Kawasan
Konservasi.
2. Mengarahkan Desa Banten, Desa Kasunyatan, Desa Margalayu
Kecamatan Kasemen sebagai Kawasan Konservasi bangunan
dengan melestarikan bangunan tua dan bersejarah.
86
3. Program Pengembangan dan Pembangunan Pelabuhan yang
salah satu indikator programnya adalah: Pelabuhan
Penyebrangan Karangantu
4. Program Perwujudan Pola Ruang dengan indikator program
sebagai yaitu, perwujudan kawasan lindung dan rehabilitasi
Kawasan Banten Lama dan Karangantu
5. Program utama Pengembangan Kawasan Pariwisata dengan
indikator program yaitu, penataan Kawasan Cagar Budaya
Banten Lama dan pelabuhan Karangantu
6. Penataan pola dan struktur kawasan strategis Kota Serang
dengan indikator program bepenyusunan Rencana Tata Ruang
(RTR) Kawasan Banten Lama dan Karangantu
7. Pembangunan Sarana dan Prasarana Penunjang Kawasan
dengan indikator program adalah revitalisasi dan penataan
Kawasan Banten Lama dan Karangantu
b. Pointer RAPERDA tentang Rencana Induk Pembangunan
Kepariwisataan Kota Serang
4. Ruang Lingkup Kabupaten Serang
a. Perda Kabupaten Serang No. 9 Tahun 1990 yang memuat penetapan
Kawasan Peninggalan Sejarah dan Purbakala Banten Lama sebagai
Taman Wisata Budaya;
b. RUTR Kawasan Banten Lama pada Tahun 1994;
c. Masterplan Banten Lama;
87
d. Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Banten Lama dan Karangantu
2006 – 2011;
Beberapa penjabaran mengenai rencana-rencana yang dikhususkan untuk
Banten Lama, Sekilas tentunya kita akan mengira bahwa berbagai pihak baik
pemerintah pusat sampai pemerintah Kabupaten/Kota memberikan perhatian lebih
untuk pengembangan dan pelestarian Banten Lama, namun tentunya jika diamati
lebih dalam dan melihat kondisi di lapangan seperti tidak ada yang berubah,
bahkan dapat dikatakan Banten Lama semakin memprihatinkan dari kondisi
sebelumnya, lalu untuk apa macam-macam rencana atau penetapan-penetapan
yang dibuat sebelumnya. Dalam hal ini tentunya terkait dengan implementasi
perencanaan strategis tersebut yang akan dibahas pada point di bawah ini, namun
sebelumnya point di bawah ini lebih mengkhususkan pada Implementasi
Perencanaan Strategis Pengembangan dan Pelestarian Destinasi Cagar Budaya
Banten Lama di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten, hal ini di
karenakan keterbatasan peneliti untuk menganalisis implementasi secara
keseluruhan, namun secara garis besar akan diberikan gambaran tentang
bagaimana implementasi rencana pengembangan dan pelestarian Kawasan Wisata
Cagar Budaya banten Lama, terkait dengan rencana-rencana yang telah dijabarkan
di atas.
88
4.2.2 Implementasi Perencanaan Strategis Pengembangan dan Pelestarian
Destinasi Cagar Budaya Banten Lama di Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Provinsi Banten
4.2.2.1 Visi dan Misi
Visi Dinas kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten yaitu
“Mewujudkan Kebudayaan dan Pariwisata Banten yang Berdaya Saing dan
Berkelanjutan”. Visi ini tentunya mengacu pada, RPJMN (Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional) tahun 2010-2014, Pembangunan Kepariwisataan
Nasional tahun 2010-2025, seperti yang telah dijelaskan dalam buku Rencana
Strategis 2012-2017 Provinsi Banten pada halaman (73-84). Di bawah ini
dijabarkan antara visi dan misi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten
dengan organisasi di atasnya.
89
Tabel 4.1
Perbandingan Visi dan Misi Keterangan RPJMN 2010-2014 Pembangunan
Kepariwisataan Nasional
tahun 2010-2025
Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Provinsi Banten
Visi Terwujudnya Indonesia
yang sejahtera,
demokratis dan
berkeadilan
Terwujudnya Indonesia
Sebagai Negara Tujuan
Pariwisata Berkelas Dunia,
Berdaya Saing, Berkelanjutan,
Mampu Mendorong
Pembangunan Daerah dan
Kesejahteraan Rakyat
Mewujudkan Kebudayaan dan
Pariwisata Banten yang
Berdaya Saing dan
Berkelanjutan
Misi 1. Melanjutkan
Pembangunan
Menuju Indonesia
yang Sejahtera.
2. Memperkuat Pilar-
pilar Demokrasi.
3. Memperkuat
Dimensi Keadilan di
Semua Bidang
1. Pengembangan destinasi
Pariwisata yang aman,
nyaman, menarik, mudah
dicapai, berwawasan
lingkungan, meningkatkan
pendapatan nasional
daerah dan masyrakat
2. PengembanganpPemasara
n pariwisata yang sinergi,
unggul dan
bertanggungjawab untuk
meningkatkan kunjungan
wisatawan nusantara dan
mancanegara.
3. Pengembangan industri
pariwisata yang berdaya
saing, kredibel,
menggerakkan kemitraan
usaha, dan bertanggung
jawab terhadap
lingkungan alam dan
sosial budaya.
4. Pengembangan Organisasi
pemerintah, pemerintah
daerah, swasta dan
masyarakat, sumberdaya
manusia, regulasi, dan
mekanismeoperasional
yang efektif dan efisien
dalam rangka mendorong
terwujudnya
pembangunan
kepariwisataan yang
berkelanjutan.
a. Melestarikan nilai,
keragaman dan kekayaan
budaya
b. Mengembangkan destinasi
pariwisata yang berdaya
saing
c. Meningkatkan
sumberdaya manusia dan
kelembagaan kebudayaan
dan pariwisata yang
professional
d. Mengembangkan
Pemasaran Kebudayaan
dan Pariwisata
e. Meningkatkan kapasitas
kelembagaan dinas budaya
dan pariwisata
Sumber: Buku Rencana Strategis Tahun 2012-2017 DisBudPar Provinsi Banten
Perbandingan visi dan misi yang dijabarkan dan dibandingkan dalam tabel
4.1 dapat ditarik kesimpulan bahwa visi dan misi Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Provinsi Banten lebih mirip dengan visi dan misi Pembangunan
90
Kepariwisataan Nasional 2010-2025, ini dikarenakan bahwa Dinas Daerah
khususnya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata di daerah tentunya harus mengacu
kepada visi dan misi tersebut sehingga kegiatan pembangunan kepariwisataan
dapat terlaksana sampai ke daerah-daerah. Pernyataan tersebut didukung oleh
pendapat menurut bapak Tasrief sebagai berikut:
“Visi itu merupakan sebuah mimpi, mimpi yang akan dicapai, mau visi
Provinsi, atau SKPD itu punya masing-masing sesuai dengan
kewenangannya, visi itu mimpi yang akan dicapai ditargetkan selama lima
tahun, visi itu masih sangat abstrak dan harus dijabarkan kembali ke dalam
yang namanya misi, misi lebih operasional, dan misi itu langkah-langkah
dalam mencapai misi dan itu merupakan satu keterkaitan yang akan di
breakdown lagi kedalam masing-masing bidang”(Wawancara dengan
Bapak Tasrief, Selaku Kepala Pengelolaan Museum Negeri Banten, pada
tanggal 05 Juni 2014 pukul 09.00 WIB)
Menurut Solihin (2012: 21) pernyataan visi menunjukkan arah strategis
perusahaan untuk mencapai berbagai hasil di masa mendatang sehingga akan
menuntut pengarahan sumber daya perusahaan bagi pencapaian berbagai tujuan
tersebut. Visi yang jelas akan menjadi landasan bagi pengembangan arah
perusahaan yang komperhensif. Jika dilihat dengan menggunakan pendapat
solihin (2012: 21) bahwa visi harus jelas karena menggambarkan arah sebuah
organisasi, maka visi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten dalam
hal ini sudah sangat jelas di mana tujuannya adalah menjadikan kebudayaan dan
pariwisata yang berdaya saing dan berkelanjutan, selanjutnya visi dijabarkan
dengan kegiatan-kegiatan dan program-program yang mana secara garis besar
disimpulkan dalam Misi.
Pernyataan misi menurut Fred R David (2004: 9-13) mengatakan bahwa
misi adalah pertanyaan tujuan jangka panjang yang membedakan suatu bisnis dari
91
bisnis serupa lainnya yang mengidentifikasi lingkup operasi-operasi perusahaan
dalam hal produk dan pasar. Pernyataan ini didukung oleh Siagian (2008: 31)
mengatakan misi sangat penting karena misi itu bukan hanya sangat mendasar
sifatnya, akan tetapi membuat organisasi memiliki jati diri yang khas. Misi harus
jelas terlihat produk andalan apa yang akan dihasilkan, pasaran konsumen
bagaimana yang akan direbut, cara pemanfaatan teknologi yang akan digunakan
menggambarkan sistem nilai dan skala prioritas yang dianut oleh para pengambil
keputusan strategis dalam organisasi.
Konsep di atas memberikan gambaran bahwa misi dari Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata Provinsi Banten sudah jelas, dalam misinya telah telihat apa saja
yang akan dicapainya yaitu: pelestarian, pengembangan dan peningkatan kualitas,
maupun kapasitas, selain itu sasaran mereka adalah keragaman dan kekayaan
budaya, destinasi wisata, sumberdaya manusia dan kelembagaan Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata di Provinsi Banten. Jika dilihat dari visi dan misi
tersebut yang telah dijabarkan di atas tentunya yang harus dilihat adalah
keterkaitan antara visi dan misi, karena terkadang banyak visi atau misi yang tidak
memiliki keterkaitan, sehingga tidak jelas apa yang akan menjadi tujuan dan
kegiatan apa yang akan dilakukan kedepannya. Dalam hal keterkaitan visi dan
misi, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten memiliki keterkaitan
yang lengkap di mana visinya mengatakan bahwa visi mereka adalah
“Mewujudkan Kebudayaan dan Pariwisata Banten yang berdaya saing dan
Berkelanjutan”, dan didukung dengan misi yang menggambarkan pelestarian,
92
peningkatan kualitas, peningkatan kapsitas dan pengembangan yang mana
tujuannya adalah menjadikan pariwisata yang berdaya saing dan berkualitas.
Kaitannya dengan Pengembangan dan Pelestarian Destinasi Kawasan
Wisata Cagar Budaya Banten Lama visi dan misi sebuah dinas kebudayaan
pariwisata sangat penting karena visi dan misi menggambarkan seberapa besar
perhatian pemerintah atau dinas terkait terhadap situs-situs atau peninggalan
bersejarah. Bila dilihat visi dan misi Disbudpar Provinsi Banten tentunya ada dua
hal yaitu pelestarian pariwisata dan pengembangan destinasi, namun tentunya ini
dijabarkan kembali dalam program dan kegiatan, yaitu secara garis besar di dalam
rencana strategis 2012-2017 Disbudpar Provinsi Banten dengan nama Program
Pengelolaan dan Pengembangan Keragaman, Kekayaan dan Nilai Budaya, dan
Program Pengelolaan dan Pengembangan Pariwisata, yang akan dibahas satu
persatu di bawah ini:
1. Program Pengelolaan dan Pengembangan Keragaman, Kekayaan dan Nilai
Budaya di implementasikan dengan 5 kegiatan yaitu:
1) Kegiatan Pembinaan Kesenian Daerah
2) Kegiatan Fasilitasi dan Pagelaran Seni
3) Kegiatan Fasilitasi dan Pengembangan Nilai Budaya Daerah
4) Kegiatan Pelestarian Cagar Budaya, Museum Kesejarahan
5) Kegiatan Pengelolaan dan Pemeliharaan Cagar Budaya, museum dan
Kesejarahan.
2. Program Pengelolaan dan Pengembangan pariwisata di implementasikan
dengan 6 kegiatan yaitu:
93
1) Kegiatan Pengelolaan Destinasi Wisata
2) Kegiatan Pengembangan Usaha Jasa Pariwisata dan ekonomi kreatif
3) Kegiatan Pengembangan Standarisasi Pariwisata
4) Kegiatan Analisa Pasar Pariwisata
5) Kegiatan Promosi Pariwisata dan Budaya banten
6) Kegiatan Penyiapan Sarana dan Prasarana Promosi.
Program-program di atas yang telah dibuat oleh Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Provinsi Banten sangat menarik dan bagus karena keseluruhan program
dan kegiatan di tujukan untuk mencapai visi dan misi yang telah ditetapkan, yang
sangat disayangkan adalah di mana saat Icon Banten yaitu Kawasan Wisata Cagar
Budaya Banten Lama membutuhkan perhatian lebih karena kondisinya dan
potensinya yang besar dan peluangnya yang akan memberikan kesejahteraan dan
meningkatkan pendapatan daerah dan masyarakat setempat. keterkaitan antara visi
dan misi memberikan gambaran manis atau harapan manis untuk Kawasan Wisata
Banten Lama, namun dalam kegiatannya atau programnya belum tentu berjalan
sesuai dengan keinginan. Hal ini tentunya didasari atas banyak faktor yang
mempengaruhinya.
Pengembangan dan pelestarian destinasi wisata cagar budaya Banten Lama,
perlu mendapatkan perhatian khusus. Komitmen yang jelas dan tegas juga sangat
diperlukan dari mulai penjabaran visi dan misi sampai program, kegiatan, dan
indikator sasaran program, memang banyak sekali cagar budaya yang harus juga
diperhatikan selain Banten Lama, namun yang menjadikan Prioritas Banten Lama
menurut saya penting karena Banten Lama begitu fenomenal baik pada masa lalu
94
yang terkenal akan kerajaan Islamnya dan fenomenal saat ini pada masa
kejayaannya, sehingga sebaiknya dinas-dinas terkait yang telah atau belum
melakukan perencanaan dan melaksanakan perencanaan tersebut segera
melakukan tindakan dalam pengembangan Banten Lama, sehingga pandangan
buruk masyarakat yang menjudge pemerintah tidak melakukan apa-apa untuk
Banten Lama atau lebih tepatnya pemerintah dianggap lemah dalam menangani
destinasi wisata cagar budaya Banten Lama. dapat terbantahkan dan pihak
pemerintah tentunya akan mendapatkan banyak keuntungan yaitu, citra baik di
mata masyarakat, dan Kesejahteraan masyarakat setempat yang merupakan tujuan
akhir dari pemerintah.
4.2.2.2 Analisis Lingkungan Eksternal
Menurut Solihin (2012: 128) analisis lingkungan eksternal perusahaan
terutama bertujuan untuk mengidentifikasi sejumlah peluang dan ancaman yang
berada di lingkungan eksternal perusahaan. Sehingga dalam perencanaan strategis
dan dalam tahap pelaksanaan implementasi strategis analisis lingkungan eksternal
sangat diperlukan untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan dan
memberikan gambaran terhadap apa-apa saja terkait peluang yang dapat digali
untuk menghasilkan suatu keuntungan, dalam hal Implementasi Rencana Strategis
Pengembangan dan Pelestarian Destinasi Wisata Cagar Budaya Banten Lama di
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten, tentunya sebelum melakukan
implementasi dan melakukan perencanaan yang pertama dilakukan setelah
menentukan visi dan misi adalah menentukan atau menganalisis lingkungan
eksternal. Dalam buku Rencana Strategis Tahun 2012-2017 Dinas Kebudayaan
95
dan Pariwisata Provinsi Banten menjelaskan bahwa ada peluang dan tantangan
dalam Pengembangan Pelayanan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi
Banten adalah sebagai berikut:
Peluang yang dihadapi dalam 5 (lima) tahun pembangunan kebudayaan dan
pariwisata, meliputi:
1. Potensi keanekaragaman dan kekayaan kebudayaan dan pariwisata yang
dimiliki
2. Posisi strategis kewilayahan
3. Terbukanya peluang kerjasama dan kemitraan dengan berbagai pihak
dalam pembangunan kebudayaan dan pariwisata
4. Perkembangan trend pasar wisatawan
5. Peningkatan investasi pariwisata melalui pengembangan Kawasan
Ekonomi Khusus (KEK) pariwisata
Sementara itu tantangan yang harus dihadapi dalam pembangunan
kebudayaan dan pariwisata berupa:
1. Meningkatkan daya saing pertumbuhan kepariwisataan daerah lain
2. Investasi belum berorientasi pada pemberdayaan sumberdaya lokal
3. Masuknya pengaruh negatif kebudayaan asing yang berkembang di
masyarakat
4. Infrastruktur dan fasilitas wisata kurang mendukung
5. Belum optimalnya dukungan masyarakat, organisasi profesi, pelaku
kebudayaan dan pariwisata serta dunia usaha dalam pembangunan
budpar.
96
6. Kecenderungan terhadap berkembangnya isu keamanan, kesehatan,
lingkungan, ekonomi, sosial, budaya dan bencana alam
7. Kesenjangan pembangunan antara kawasan pariwisata
8. Belum optimalnya sinergitas eksekutif dan legislatif dalam pelaksanaan
kebijakan pembangunan budpar.
Sedangkan di bawah ini merupakan pendapat dari dinas-dinas terkait
mengenai hambatan dalam pengembangan Banten Lama yaitu sebagai berikut:
“Hambatannya itu yang pertama koordinasi antar kabupaten kota, BPCB,
dan kenadziran koordinasi sering, namun sebatas di atas meja, pembinaan
masyarakat, khususnya pedagang untuk membantu tugas pemerintah,
hambatan selanjutnya adalah kewenangan dan anggaran”. (Wawancara
dengan Bapak Elda selaku Kepala bidang Program di Disbudpar Provinsi
Banten, pada Senin, 16 Juni 2014, pukul 10.00 WIB di Disbudpar Provinsi
Banten.)
Hambatan yang hampir serupa mengenai anggaran dan pembinaan
masyarakat juga diungkapkan oleh Bapak Tb. Ismetullah selaku pihak Kenadziran
yaitu sebagai berikut:
“Kendala disini yaitu masalah anggaran, jika di Jawa Barat itu ada
anggaran 1 keraton itu 8 Milyar, kalo disini ga ada sama sekali, anggaran
semua dari sumbangan-sumbangan para peziarah yang dari kotak amal itu,
kendala kedua adalah masyarakat, masyarakatnya kadang bandel”.
Wawancara dengan Bapak Tb. Ismatullah Ismet selaku Ketua Kenadziran
Banten Lama, pada Kamis 06 Maret 2014, pukul 10.00 WIB di Kediaman
Bapak Ismet.
Sama halnya dengan Bapak Ismet dan Bapak Elda, Bapak Juhaeri juga
memandang bahwa kurangnya kesadaran masyarakat setempat menjadi kendala,
dengan ungkapan seperti tertulis di bawah ini;
“Kurang sadarnya penduduk setempat, yaitu dengan pedagang belum bisa
ditertibkan, dan belum adanya juru pengendalian”. Wawancara dengan
Bapak Juhaeri selaku Kepala Seksi Pengembangan nilai-nilai tradisional di
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Serang, pada Selasa, 17 Juni
97
2014, pukul 11.00 WIB di Dinas pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten
Serang.
Pernyataan mengenai kendala yang dihadapi dalam pengembangan dan
pelestarian Banten Lama yaitu karena kurangnya kesadaran masyarakat juga
diungkapkan oleh ibu Elly selaku Kasubag TU di BPCB Serang yaitu sebagai
berikut:
“Kendalanya masyarakat, tingkat kesadarannya masih rendah” Wawancara
dengan Ibu Elly selaku Kasubag TU di BPCB Serang, pada 02 Juli 2014,
pukul 13.00 WIB di Kantor BPCB Serang.
Hambatan lain mengenai pengembangan Banten Lama selain masalah
koordinasi, masyarakat dan anggaran juga terdapat hambatan dalam tarik menarik
kepentingan seperti yang diungkapkan oleh Ibu Rina sebagai berikut:
“Untuk sarana dan prasarana susah menatanya karena di sana terdapat
tarik menarik kepentingan”. Wawancara dengan Ibu Rina selaku Kepala
Seksi Perencanaan Ruang Dinas Tata Ruang Kota Serang, pada Selasa, 10
Juni 2014 pukul 09.00 WIB di Dinas Tata Ruang Kota Serang
Ibu Rina menjabarkan bahwa hambatan dalam pengembangan Banten
Lama dikarenakan banyak terdapatnya kepentingan di dalamnya. Di bawah ini
Bapak Irfan menyebutkan salah salah satu kepentingan yang disiratkan oleh ibu
Rina yaitu sebagai berikut:
“Hambatannya itu di dalam Banten Lama ada yang namanya kenadziran,
nah kenadzirn adalah keturunan sultan sehingga kebijakan tergantung pada
kenadziran, sehingga sulit dalam mengintervensi”. Wawancara dengan
Bapak Irfan selaku staff Bagian Perencanaan Ruang di Bappeda Provinsi,
pada Senin 16 Juni 2014, pukul 11.00 WIB di Bappeda Provinsi.
Peneliti lebih jauh meminta gambaran apa yang sebenarnya dihadapi dalam
pengembangan Banten Lama khususnya oleh pihak Bappeda Kota Serang, yaitu
sebagai berikut:
98
“Sebernarnya masalah kewenangankan milik provinsi, kemudiankan
saluran air, sungai, itu kewenangannnya SDA, kalo kita mau bangun apa-
apa di Banten Lama terbentur undang-undang cagar budaya oleh BPCB,
organisasi masalah kenadziran, kurang bekerjasama, yaitu si seharusnya
ditingkat pimpinan yang seharusnya merundingkan, cumankan sampai saat
ini belum ada pembenahan” Wawancara dengan Bapak Sigit Julian sebagai
Staff Bappeda Kota Serang, pada Rabu, 11 Juni 2014 pukul 10.00 WIB di
Bappeda Kota Serang.
Hambatan-hambatan di atas apabila disimpulkan secara keseluruhan maka
hambatan-hambatan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Anggaran, hambatan anggaran ini diungkapkan oleh berbagai pihak
bahwa hambatan masalah anggaran menghambat pembangunan, karena
tanpa anggaran tentunya tidak akan berjalan
2. Koordinasi, hambatan berikutnya adalah koordinasi di mana hambatan
ini mengakibatkan tumpang tindih kegiatan, dan tidak diketahuinya apa-
apa saja yang telah di lakukan untuk Banten Lama, sehingga harus
dilakukan inventarisasi ulang tentang apa yang akan dilakukan untuk
Banten Lama
3. Banyaknya kepentingan yang terdapat di Banten Lama, kepentingan
terebut yaitu, pedagang yang menginginkan ramai dikunjungi
pengunjung yang datang, kenadziran pengelola Banten Lama, BPCB
sebagai lembaga yang pelestarian Cagar Budaya, serta masyarakat
sekitar.
4. Kewenangan, masalah kewenangan menjadi seperti masalah terbesar,
karena apabila melakukan sesuatu yang bukan kewenangannya maka
99
tentunya akan menjadi masalah besar, sehingga dalam pengembangan
dan pelestarian Banten Lama, harus dibagi secara jelas apa-apa saja
kewenangan baik pihak provinsi, Kabupaten Serang dan Kota Serang.
Menurut Solihin (2012: 128) mengatakan bahwa peluang (opportunities)
merupakan tren positif yang berada di lingkungan eksternal perusahaan dan
apabila peluang tersebut dieksploitasi oleh perusahaan maka peluang usaha
tersebut berpotensi untuk menghasilkan laba bagi perusahaan secara
berkelanjutan. Sedangkan ancaman (threats) adalah berbagai tren negatif yang
terdapat di lingkungan eksternal perusahaan dan apabila ancaman ini tidak dapat
diantisipasi dengan baik oleh perusahaan maka ancaman tersebut berpotensi
menimbulkan kerugian bagi perusahaan. Dalam hal organisasi pemerintah
tentunya bukan ancaman yang dihadapi melainkan tantangan karena dalam sistem
organisasi pemerintah tidak akan mendapat ancaman kerugian seperti yang
dialami dalam organisasi perusahaan, sehingga dalam organisasi pemerintahan
ancaman lebih dikenal dengan tantangan.
Penjabaran mengenai peluang dan tantangan pembangunan kebudayaan dan
pariwisata dan kaitannya dengan teori yang dijabarkan baik dalam BAB II dan
yang ditambahkan di atas maka peluang dan tantangan tersebut sangat
menggambarkan apa yang ada di lapangan, yang mana lingkungan dan
masyarakat menjadi lingkungan eksternal terutama dalam kaitannya dengan
pengembangan dan pelestarian Destinasi Cagar Budaya Banten Lama oleh Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata, namun untuk lebih spesifiknya bila dilihat dari sisi
lingkungan eksternal dalam pengembangan dan pelestarian destinasi wisata cagar
100
budaya Banten Lama maka faktor-faktor eksternal baik dari segi peluang dari
sudut pandang para dinas Kota maupun Provinsi sebagai berikut:
“Peluangnya sangat banyak ya yang mana bila dikembangkan dan di tata
maka akan menghasilkan potensi yang luar biasa sehingga dapat
mensejahterakan masyarakat sekitarnya” Wawancara dengan pak Sigit
selaku staff Bappeda Kota Serang, pada Rabu, 11 Juni 2014, pukul 10.00
WIB di Bappeda Kota Serang
Pendapat mengenai banyaknya peluang di Banten Lama juga diungkapkan
oleh Bapak Tasrief yaitu sebagai berikut:
“sangat banyak peluang atau potensinya yang mana akan memberikan nilai
positif atau keuntungan yang sangat besar bagi masyarakat” Wawancara
dengan Bapak Tasrief, Selaku Kepala Pengelolaan Museum Negeri Banten,
pada tanggal 05 Juni 2014 pukul 09.00 WIB
Dua Pendapat di atas menjelaskan potensi secara keseluruhan, di bawah ini
pendapat dari Bapak Irfan menjelaskan alasan mengapa Banten Lama begitu
berpotensi yaitu sebagai berikut:
“Potensi Banten Lama adalah wisata Ziarah di mana tempat demikian
merupakan tempat sejarah perkembangan islam pertama sehingga memiliki
potensi yang besar” Wawancara dengan Bapak Irfan selaku staf bagian
Perencanaan Tata Ruang di Bappeda Provinsi Banten, Pada tanggal 16 Juni
2014, Pada Pukul 11.30 WIB di Bappeda Provinsi Banten
Lebih jelas selaku Sekertaris Kecamatan Bapak Subagiyo mengatakan apa
saja yang akan di peroleh apabila Banten Lama dikelola dengan baik yaitu sebagai
berikut:
“Banten Lama merupakan salah satu wisata ziarah, dan banyak orang dari
luar daerah berziarah, bahkan dari seluruh Indonesia, sehingga jika
dikelola dengan dengan baik, akan memiliki manfaat dalam peningkatan
PAD dan membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar”
Wawancara dengan Bapak Subagiyo selaku Sekertaris Kecamatan Kasemen,
Pada tanggal 26 Juni 2014, pada pukul 09.30 WIB di Kecamatan Kasemen.
101
Selain pendapat dari Dinas di bawah ini merupakan pandangan dari
wisatawan dan juga masyarakat dalam melihat potensi Banten Lama yaitu sebagai
berikut:
“Potensinya sangat besar jika dikelola dengan baik, soalnya disini mah ga
perlu lari ngejar-ngejar wisatawan juga pada datang sendiri” Wawancara
dengan I2-1, pada tanggal 27 Juni 2014, pukul 11.30 WIB di Warung milik
I2-1.
Potensi yang besar terhadap Banten Lama juga diungkapkan oleh wisatawan
yang rutin berkunjung ke Banten Lama setiap malam jumat yaitu sebagai berikut:
“Potensinya besar pihak kenadziran itu sehari bisa dapat seratus juta, tapi
omzetnya itu ga tau larinya untuk apa”. Wawancara dengan I2-2, pada
tanggal 10 Juli 2014, pukul 19.30 WIB di Warung pinggir jalan.
Rahadjo dkk (2011: 112-113) mengatakan bahwa Kawasan Banten Lama
memiliki potensi sebagai salah satu tujuan “wisata ziarah” atau “wisata spiritual”
di Provinsi Banten, karena di kawasan ini terdapat sejumlah makam keramat yang
dikeramatkan. Kegiatan wisata ziarah berpotensi meningkatkan pendapatan dan
ekonomi masyarakat sekitarnya. Penjelasan mengenai potensi dan peluang di atas
sebagai gambaran mengenai apa saja yang akan didapatkan apabila Banten Lama
dikembangkan dan di lestarikan, namun tentunya banyaknya peluang pastinya
akan memicu konflik yang menjadi hambatan dalm pengembangan dan
pelestarian Banten Lama konflik-konflik yang ada dalam pengelolaan Banten
Lama. Beberapa konflik masih terjadi sampai saat ini, di mana terdapat konflik
atau hambatan yang dirasakan antara pemerintah dan pengusaha, dalam konteks
saat ini bukan lagi antara pemerintah dan pengusaha dalam pengelolaan Tasikardi,
102
namun juga dengan para pengusaha yang diharapkan menanamkan investasinya di
Banten Lama untuk kesejahteraan Banten Lama.
Konflik antara pemerintah dengan kenadziran adalah dimana masih sama
seperti yang di jabarkan pada konflik tahun tersebut, yang mana BP3 Serang
menginginkan monument ditampilkan secara orisinil sedangkan pihak kenadziran
menginginkan tampilan yang megah, hal ini terlihat dari sumber di lihat di Koran
yang mengatakan bahwa pihak kenadziran atau ismatullah merencanakan untuk
membangun replika 2 keraton yang ada di Banten, dan replika ini di tempatkan di
tempat lain dan biarlah peninggalan menjadi saksi dan pelajaran bagi anak cucu,
selain sumber Koran, saat di wawancarai Bapak Ismatullah juga menyampaikan
hal yang sama yaitu sebagai berikut:
“Rencananya saya mau bangun replika 2 keraton tempatnya nanti di
belakang dekat dengan Tasik Ardi, tapi saya juga meminta bantuan dari
pihak pemerintah” Wawancara dengan Bapak Tb. Ismatullah ismat selaku
ketua Kenadziran Banten Lama, pada tanggal 06 Maret 2014 pukul 10.00
WIB, di kediaman Bapak Ismatullah Ismet
Selain konflik kemegahan dan orisinal antara BP3 dan pihak kenadziran,
konflik antara pihak pemerintah dan kenadziran adalah masalah ego pribadi antara
pemerintah dan pihak kenadziran, ego pribadi dalam hal ini adalah pemerintah
kurang berkoordinasi dengan kenadziran, dan pihak kenadziran juga kurang
berkoordiniasi dengan pihak pemerintah, mereka merasa siapa yang butuh siapa
yang harus datang ke siapa sehingga ego demikian menjadi daftar masalah yang
ada, hal ini di benarkan oleh bapak Ismatullah ismet sebagai berikut:
“ego masing-masing neng siapa butuh siapa, kalo lu butuh gw ya paranin
sini, kalo lu ga butuh gw ya udah, tapi itu pikiran atau sifat masa lalu, saat
103
ini saya rela mengalah untuk kemajuan Banten Lama, saya jemput bola
sekarang saya datangi Disbudpar Provinsi, dan Walikota untuk
membicarakan ini”. Wawancara dengan Bapak Tb. Ismatullah ismat selaku
ketua Kenadziran Banten Lama, pada tanggal 06 Maret 2014 pukul 10.00
WIB, di kediaman Bapak Ismatullah Ismet
Pendapat di atas menunjukkan bahwa pihak kenandziran begitu berupaya
demi memajukan Banten Lama, pihak pemerintah tentunya senang apabila pihak
kenadziran sudah mau dan bahkan datang sendiri untuk bekerja sama hal ini di
cantumkan dalam wawancara dengan bapak Tasrief.
“Kemarin pihak kenadziran kesini dia mau kerja sama sama kita, tapi yang
penting dia di naungin sama kita biar kuat, bagus si tapi juga harus di lihat
apa yang nau dia buat ga bisa sembarangan” Wawancara dengan Bapak
Tasrief, Selaku Kepala Pengelolaan Museum Negeri Banten, pada tanggal
26 Februari 2014 pukul 09.00 WIB
Kehadiran kenadziran tentunya perlu mendapat sambutan positif karena
bukankah ini yang ditunggu-tunggu dan tidak perlu harus mensosialisasikan
kepada tokoh masyarakat setempat dan malah tokoh masyarakat setempat yang
datang ini harus diberi apresiasi baik dengan mendengarkan apa maksudnya, dan
menyetujui apa yang direncanakannya tentunya dengan mempertimbangkan hal-
hal lain.
Konflik terakhir adalah konflik antara pemerintah dan Warga pada masa lalu
tahun 2011 konflik yang terjadi adalah seperti yang telah dijelaskan yaitu
sengketa tanah, penataan pedagang di kawasan wisata, dan pemanfaatan lahan
situs untuk berbagai kepentingan warga yang dapat mengancam kelestarian dan
kenyamanan situs. Lain dahulu lain sekarang saat ini masalah sengketa tanah
sudah dapat teratasi namun mungkin dapat timbul kembali apabila pemerintah
benar-benar melakukan rencana entah itu master plan Banten Lama, atau
104
melaksanakan Banten Waterfront city dan rencana-rencana lain yang memerlukan
penggusuran lahan yang di harapkan tanpa ganti rugi. Masalah yang saat ini
terjadi antara pihak pemerintah dan pihak warga adalah penataan pedagang di
kawasan wisata dan pemanfaatan lahan situs untuk kepentingan warga, dan
kegiatan sehari-hari seperti bermain bola, atau menggembala kambing, bahkan
untuk tempat-tempat berbuat negatif.
Masalah pemanfaatan lahan situs untuk kepentingan warga yang mana
masih kurangnya masyarakat setempat memiliki kesadaran akan pelestarian cagar
budaya di wilayahnya, pemanfaatan ini seperti membangun kios-kios
sembarangan dan beberapa kios tidak di tempati, tempat bermain bola bahkan
menurut salah satu sumber pedagang sekitar di Benteng Speelwijk sering di
adakan tournament sepak bola, yang mana seharusnya hal ini dilarang keras,
selain itu masyarakat masih membuang sampah sembarangan sehingga walaupun
sudah ada petugas kebersihan hal ini menjadi sia-sia karena warga setempat belum
berpartisipasi banyak dalam pelestarian kawasan wisata cagar budaya Banten
Lama. Untuk lebih dalam masalah konflik di Banten Lama akan dijelaskan lebih
dalam di bawah ini adalah macam-macam konflik yang ada di Banten Lama,
Rahardjo,dkk (2011: 146-151) Sebagai berikut;
1. Konflik Internal di antara lembaga pemerintah
2. Konflik antar lembaga pemerintah dan pengusaha
3. Konflik antar lembaga pemerintah dengan kenadziran
4. Konflik antar lembaga pemerintah dengan Warga
5. Konflik antar pengusaha dan warga
6. Konflik internal pimpinan Kenadziran
7. Konflik antara kenadziran dan Warga
8. Konflik antara warga setempat dan warga pendatang
9. Konflik antara Warga dan peneliti
105
Konflik-konflik di atas tentunya yang menjadi masalah atau analisis
lingkungan eksternal adalah sebagai berikut:
1. Konflik antar lembaga pemerintah dan pengusaha
Konflik ini terutama terpusat di sektor Tasik Ardi dalam kasus perizinan
usaha, Pengembangan kawasan untuk sarana wisata, dan kewajiban
membayar pajak usaha. Pengusaha mengeluhkan banyaknya prosedur
yang harus dilakukan untuk menjalankan usahanya, sedangkan
pemerintah menjalankan kewajiban sesuai dengan kewenangannya.
2. Konflik antar lembaga pemerintah dan kenadziran
Sumber utama konflik adalah pada penafsiran yang berbeda tentang
bagaimana monument-monumen harus ditampilkan di depan publik,
Lembaga pemerintah, khususnya BP3, menginginkan agar monument
tampil secara orisinal, sedangkan kenadziran menghendaki tampilan
yang lebih bagus dan sedapat mungkin megah.
3. Konflik antar lembaga pemerintah dan Warga
Dalam kasus Banten Lama, Konflik muncul dalam tiga kasus utama,
yaitu sengketa tanah, penataan pedagang di kawasan wisata, dan
pemanfaatan lahan situs untuk berbagai kepentingan warga yang dapat
mengancam kelestarian dan kenyamanan situs. Dalam kasus pertama
dan kedua, pihak BP3 dan pemda di satu pihak berhadapan dengan
warga di pihak lain, sedangkan dalam kasus ketiga BP3 berhadapan
sendirian dengan warga
Tiga hambatan yang di cantumkan dalam buku Rahardjo,dkk (2011)
tersebut memang sudah terjadi dalam waktu yang lama yaitu konflik yang terjadi
di tahun 2011, namun
Konflik-konflik di atas terjadi tentunya bukan tanpa sebab, dalam
Rahardjo,dkk (2011: 153) dijelaskan bahwa terdapat beberapa faktor yang
memicu konflik tersebut yaitu sebagai berikut:
1) Aspirasi yang tersumbat, tersumbatnya aspirasi juga tercermin dalam
kasus konflik antara pemda dan BP3S, khususnya dalam kegiatan
proyek pembangunan fisik sarana pariwisata di atas lahan situs.
2) Ego Sektoral/kurangnya sinergi antara pemangku kepentingan. Ego
sektoral tercemin dalam hamper semua proyek yang ditujukan untuk
pemanfaatan situs Banten Lama merupakan proyek-proyek sektoral
yang hanya mengakomodasi kepentingan sektoral masing-masing.
106
Selain itu masih terasa kuatnya bahwa para pemangku kepentingan
melihat kawasan Banten Lama semata-mata untuk kepentingan sendiri-
sendiri.
3) Sikap pemerintah yang kurang yang kurang tegas dan kurang cepat
bertindak. Hal ini tercermin dari pembiaran para pedagang yang kini
menduduki kawasan situs dan membangun warung-warung
semipermanen di tepian jalan dekat kanal.
4) Kepemimpinan yang kurang memahami kultur setempat. Bagi para
pengelola situs yang tidak memahami karakter orang Banten akan
menilai bahwa mereka sulit diatur tetapi bagi mereka yang
memahaminya akan melihat tidak terlalu sulit. Uka Tjandrasasmita,
yang selalu disebut tokoh masyarakat setempat sebagai panutan,
member saran kepada siapa pun yang menangani Banten Lama untuk
bisa bersikap tegas tetapi tidak harus keras dan sekali-kali agak luwes.
Jika terlalu keras akan sering terjadi konflik dan jika terlalu lemah akan
disepelekan
5) Perencanaan yang tidak matang dan kurang konsisten, Pemerintah
daerah telah memiliki sejumlah rencana semacam masterplan untuk
pengembangan situs Banten Lama sebagai tempat wisata sejarah, namu
belum sempat diterapkan sudah mengalami perubahan-perubahan
sehingga tidak ada satupun yang diterapkan secara konsekuen.
6) Sosialisasi yang kurang intensif dan berkala
7) SOP yang tidak transparan. Dalam kasus pelaksanaan proyek
pembangunan sarana fisik di atas Banten Lama masing-masing instansi
menerapkan prosedur sendiri tanpa mempertimbangkan prosedur pihak
lain
8) Dukungan aspek legal yang kurang kuat. Pengelola situs Banten Lama
sebagai keseluruhan sesungguhnya memerlukan landasan hukum yang
lebih jelas.
Kesimpulan dalam penjabaran mengenai faktor pemicu konflik, peneliti
akui masih terjadi hingga saat ini dari point satu sampai dengan point delapan.
Bahkan hingga saat ini belum diketahui dengan jelas siapa yang memiliki
kemampuan untuk menjadi leader dalam pengembangan dan pelestarian Banten
Lama. Menurut peneliti yang paling cocok untuk menjadi leader dalam hal
pengembangan dan pelestarian Banten Lama yaitu pihak BPCB, karena secara
background BPCB sangat memahami apa-apa saja yang harus dilakukan dalam
hal pengembangan dan pelestarian Banten Lama.
107
Faktor eksternal memiliki pengaruh yang sangat besar, karena faktor
eksternal memberikan gambaran seperti apa sebenarnya masalah yang terjadi di
lapangan, selain itu faktor eksternal memberikan gambaran apa saja yang harus
dihadapi dalam pelaksanaan implementasi sehingga sebelum tahapan
implementasi di lakukan sudah disiapkan upaya penanganan hambatan yang
terjadi yang mana hambatan tersebut tertuang di dalam analisis lingkungan
eksternal, sehingga saat dilakukan implementasi semua masalah yang
menghadang dapat diatasi dengan baik.
4.2.2.3 Analisis Lingkungan Internal
Anilisis lingkungan internal menurut Solihin (2012: 147) analisis terhadap
lingkungan internal perusahaan bertujuan untuk mengidentifikasi sejumlah
kekuatan dan kelemahan yang terdapat pada sumber daya dan proses bisnis
internal yang dimiliki perusahaan. Sumber daya dan proses bisnis internal
dikatakan memiliki kekuatan apabila sumber daya dan proses bisnis internal
tersebut memiliki kemampuan (capability) yang akan menciptakan distinctive
competencies sehingga perusahaan akan memperoleh keunggulan kompetitif.
Sedangkan bila sumber daya dan proses bisnis internal perusahaan tidak mampu
menciptakan distinctive competencies sehingga perusahaan kalah bersaing dengan
perusahaan pesaing. Dalam konteks penelitian ini tentunya mengacu pada
bagaimana menganalisis lingkungan internal organisasi khususnya yang menjadi
lokus penelitian ini yaitu Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banten Lama dan
tentunya kawasan wisata cagar budaya Banten Lama. Rahardjo,dkk (2011: 130-
131) menjelaskan bahwa menurut hierarki pemerintahan, tiga lembaga yang
108
memiliki kepentingan terhadap keberadaan Situs Banten Lama adalah pemerintah
pusat, pemerintah daerah Provinsi Banten, pemerintah Kota Serang dan
pemerintah Kabupaten Serang, dalam kasus ini lembaga pemerintah daerah yang
selama ini paling banyak terlibat adalah Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Provinsi Banten kemudian disusul oleh pemerintah Kota Serang dan pemerintah
Kabupaten Serang. Sehingga dalam hal ini perlunya analisis internal dari Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten.
Sumber Daya Manusia di Disbudpar Provinsi Banten tentunya sangat
mencukupi, mencukupi untuk melakukan pengembangan dan pelestarian di
Destinasi Wisata Cagar Budaya Banten Lama. Sampai dengan tahun 2012, jumlah
pegawai Negeri Sipil dengan dukungan tenaga Pramubakti Administrasi dan
Satuan Pengaman sebanyak 108 orang. Di bawah ini akan digambarkan jumlah
pegawai yang ada di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten.
Tabel 4.2
Komposisi dan Jumlah Personil
No Uraian Jumlah
1 Pegawai Negeri Sipil 80
2 Pramubakti 17
3 Satuan Pengaman 12
Sumber: Disbudpar Provinsi Banten 2012
Data di atas menunjukkan bahwa di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Provinsi Banten memiliki jumlah pegawai negeri sipil yang cukup banyak yaitu
sebanyak 80 orang, dengan komposisi pramubakti atau sukarelawan yang cukup
atau tidak melebihi jumlah pegawai negeri sipil, dan juga jumlah tenaga
pengaman yang ada di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten
sebanyak 12 orang, menurut peneliti jumlah ini terlalu banyak apabila sekedar
109
melakukan pengamanan di kantor dinas, hal ini tentunya berbeda jauh dengan
keberadaan satuan pengamanan yang berada di kawasan situs yang ada di Banten
Lama, yang mana situs-situ yang perlu dijaga ternyata memiliki pengamanan yang
kurang, misalnya pak Mulangkara yang menjaga Situs Kaibon sekaligus situs-
situs lainnya.
Perbedaan mengenai pengamanan situs oleh satuan pengamanan di nyatakan
oleh bapak Mulangkara disela-sela wawancara sebagai berikut:
“SDM kita kekurangan. Kalau di Jawa situs sebesar ini minimal tiga orang
di sip jaganya, Borobudur itu satu sip 12 3 sip jadi total 36 orang, trus
Prambanan kalau tidak salah 2 orang satpam 3 sip juga jadi enam”
Wawancara dengan Bapak Mulangkara selaku Juru Situs pada tanggal
Kamis, 24 April 2014, pukul 16.00 WIB di Keraton Kaibon.
Pernyataan di atas memberikan gambaran walaupun situs-situs di Banten
Lama tidak seluas dan sebesar Borobudur atau Prambanan, namun sangat
diperlukan satuan pengamanan untuk sekedar menjaga atau mengontrol
pengunjung atau masyarakat yang menggunakan situs untuk hal-hal yang tidak
seharusnya, karena saat ini situs banyak sekali gugunakan untuk hal-hal yang
tidak seharusnya. Sehingga menurut peneliti alangkah lebih baiknya pihak Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata mengalokasikan beberapa satuan pengamannya untuk
membantu pihak BPCB dalam melakukan pengamanan untuk Banten Lama.
Lebih jauh peneliti menjabarkan komposisi jabatan pegawai berdasarkan
Golongan Ruang Lingkup Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten,
sampai dengan tahun 2012 terdata sebagai berikut:
110
Tabel 4.3
Kompisisi Pegawai Berdasarkan Kualifikasi Pendidikan
No Jabatan Kualifikasi Pendidikan
Jumlah S3 S2 S1 D3 D2 SLTA
1 Kepala Dinas 1 - - - - - 1
2 Sekretaris - 1 - - - - 1
3 Kepala Bidang - 4 - - - - 4
4 Kepala Seksi/kasubag - 9 6 - - - 15
5 Staf/pelaksana - 2 29 15 1 11 60
6 Pramubakti - - 1 - - 16 17
Total 1 16 36 15 1 27 100
% terhadap Jumlah Pegawai 1.0 16.7 37.5 15.6 1.0 28.1
Sumber: Disbudpar Provinsi Banten 2012
Tabel di atas menunjukkan bahwa tentunya dalam Sumber Daya Manusia
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata sangat mumpuni, namun yang menjadi kendala
adalah kemampuan dari sumber daya ini adalah dimana sumber daya manusia
belum mengerti atau belum bekerja sesuai dengan tupoksinya atau dengan kata
lain mereka belum memahami tupoksi mereka sehingga terkadang mereka bekerja
bukan sesuai tupoksinya, hal ini di sampaikan oleh Bapak Tasrief melalui
pernyataan sebagai berikut:
“Kalo sumber daya itu cukup bahkan banyak, namun mereka kadang
kurang paham apa yang harus mereka kerjakan dan apa tupoksi mereka,
kalo untuk mengembangkan Banten Lama saya ga butuh orang banyak-
banyak, sedikit asal mereka mau bekerja keras dan memahami tupoksi
mereka saya pikir itu cukup” Wawancara dengan Bapak Tasrief selaku
Kepala Seksi Museum Negeri Banten, pada
Pendapat lain mengenai kondisi sumber daya dan kemampuan dinas dalam
pengembangan Banten Lama di ungkapkan oleh Bapak Sigit selaku staff Bappeda
Kota Serang sebagai berikut
“Sebenernya yang tadi itu si, tinggal kalau mau konsentrasi tinggal
difokuskan semua pembenahan infrastruktur disana, jadi trus promosi
pariwisatanya, pembenahan pklnya, cuman orang sana susah juga
diaturnya pkl-pkl itu” Wawancara dengan Bapak Sigit selaku staff Bappeda
111
Kota Serang pada Rabu, 11 Juni 2014, pukul 10.00 WIB di Bappeda Kota
Serang.
Dari pernyataan tersebut peneliti belum mendapatkan gambaran jelas
mengenai jawaban tersebut, namun dalam pertanyaan selanjutnya mengenai
kemampuan dinas-dinas terkait dalam pengembangan dan pelestarian Banten
Lama sebagai berikut:
“Kalau dari kemampuan pasti bisa kalau ada danannya pasti bisa,
misalkan untuk perbaikan jalan dananya ada, tinggal benahi, kalau dari
SDM ya kita insyaallah ya ada si”. Wawancara dengan Bapak Sigit selaku
staff Bappeda Kota Serang pada Rabu, 11 Juni 2014, pukul 10.00 WIB di
Bappeda Kota Serang.
Wawancara lain dengan Bapak Sigit secara tersirat beliau mengatakan
bahwa Bappeda Kota Serang kekurangan tenaga atau sumber daya manusia,
apalagi dalam hal pembenahan dan pelestarian Banten Lama. Dari dua pendapat
narasumber di atas dapat disimpulkan bahwa dalam pengembangan dan
pelestariaan Banten Lama, masalah internal yang mereka hadapi yaitu mengenai
sumber daya dan kemampuan mereka, dapat dibilang mereka belum maksimal di
karenakan sumber daya manusia yang diperlukan dalam baik tahap pelaksanaan
maupun tahap perencanaan dan pengawasan masih kekurangan dalam hal
jumlahnya sumber daya manusia, selain itu dalam hal sumber daya anggaran
mereka menyiratkan bahwa anggaran minim, dinas-dinas lain pun mengatakan
bahwa sumber daya anggaran minim sehingga kinerja mereka terganggu.
selain itu dalam Hal Kemampuan dinas-dinas mereka menyiratkan bahwa
kemampuan dinas maupun orang atau sumber daya manusia dalam hal ini
tentunya pengembangan dan Pelestarian Banten Lama mereka sebenarnya
112
memiliki kemampuan lebih seperti misalnya dalam penyusunan rencana,
masterplan mereka membuatnya dengan apik walaupun masterplan yang dibuat
belum bersifat komperhensif.
Kemampuan dalam perencanaan memang tidak sama dalam kemampuan
pelaksanaan, karena kemampuan pelaksanaan tentu terdapat faktor-faktor yang
entah itu menghambat atau mempercepat pelaksanaan. Menurut peneliti
kemampuan atau ketersediaan sumber daya manusia maupun sumber daya
anggaran seharusnya menjadi kekuatan yang dimiliki karena kemapuan sumber
daya untuk menghasilkan sesuatu tergantung pengelolaanya, semuanya tergantung
pada seberapa pintar dan cermatnya dinas dalam melakukan pengelolaan entah itu
sumber daya manusia dan sumber daya anggaran, selain itu adanya diklat-diklat
tentunya menjadi nilai lebih dalam menjadikan suatu sumber daya manusia
memiliki kemampuan yang lebih. Hal ini seperti yang di katakan oleh Cox (1985)
dalam dalam (Pitana dan Diarta, 2009: 11), pengelolaan pariwisata harus
memperhatikan prinsip-prinsip yang salah satunya adalah preservasi, proteksi dan
peningkatan kualitas sumber daya yang menjadi basis pengembangan kawasan
pariwisata.
Ungkapan di atas tentunya semakin menguatkan pendapat peneliti bahwa
sumber daya yang ada bagaimanapun kondisinya harus menjadi suatu kekuatan
dalam hal pengembangan pariwisata khususnya pengembangan dan pelestarian
destinasi cagar budaya Banten Lama, sumber daya yang ada harus di tingkatkan
kualitasnya, agar dapat memberikan sumbangsih bagi pengelolaan Banten Lama.
Dan jangan lupa sumber daya manusia dalam pengembangan Banten Lama oleh
113
dinas bukan sekedar tenaga kerja yang ada di dinas, namun sumber daya terbesar
dinas dalam melakukan pengembangan Banten Lama adalah masyarakat
khususnya masyarakat sekitar Banten Lama. Karena bukankan pembangunan
masyarakat pada masa ini di mana masyarakat di berdayakan untuk melakukan
pembangunan ditempat tinggalnya, dan pemerintah hanya sebagai fasilitator.
Karena Banten Lama merupakan sebuah sumber daya yang dapat diberdayakan
oleh masyarakat sekitar sehingga yang dilakukan pemerintah seharusnya adalah
bagaimana meningkatkan kualitas pemberdayaan masyarakat sekitar untuk
melakukan pengembangan dan pelestarian Banten Lama.
Kualitas kesadaran masyarakat dalam pelestarian atau perlindungan Banten
Lama sangat penting untuk ditingkatkan, karena akan terasa percuma. Apapun
yang akan dibangun pemerintah tanpa memperhatikan atau meningkatkan kualitas
sumber daya manusia atau masyarakat sekitar akan sia-sia mereka akan
membuang sampah lagi, mendekati zona inti untuk hal-hal yang tidak seharusnya
dilakukan di Zona Inti, sehingga sumber daya yang harus ditingkatkan kualitasnya
adalah masyarakat sekitar, karena menurut peneliti, masyarakat sekitar adalah
sumber daya yang menjadi basis pengembangan kawasan pariwisata. Atau dengan
kata lain sebelum kita membangun apa untuk Banten Lama, maka sebaiknya kita
mempersiapkan masyarakat untuk ikut serta dalam pengembangan dan pelestarian
Banten Lama agar kondisinya menjadi lebih baik dari saat ini.
114
4.2.2.4 Tujuan Sasaran Jangka Panjang
Tujuan merupakan penjabaran atau implementasi dari pernyataan Misi
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten, yaitu apa yang akan
dihasilkan dalam jangka waktu lima tahun kedepan. Selain itu tujuan dapat
dijadikan sebagai tolak ukur dalam evaluasi pelaksanaan suatu program atau
kegiatan. Tujuan dapat diibaratkan sebuah mimpi yang akan dicapai dan harus
dicapai sehingga tentunya tujuan amat penting dirumuskan dan disepakati di awal
agar dalam pelaksanaan program dan kegiatan dapat lebih terarah.
Tujuan yang akan dicapai oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi
Banten Tahun 2012-2017 berdasarkan rumusan Misi dalam Rencana Strategis
2012-2017 adalah sebagai berikut:
115
Tabel 4.4
Jabaran Tujuan dari masing-masing Misi Disbudpar Provinsi Banten
Tujuan Misi Ke-1
1. Meningkatkan kualitas
perlindungan, pengembangan dan
pemanfaatan bidang kesenian
2. Meningkatkan pelestarian nilai-nilai
tradisi
3. Meningkatkan kualitas pelestarian
Warisan Budaya
Tujuan Misi Ke-2
1. Mengembangkan destinasi wisata
yang berdaya saing
2. Meningkatkan kualitas usaha
pariwisata berbasis ekonomi kreatif
Tujuan Misi Ke-3
1. Meningkatkan kerja sama dan
kemitraan
2. Meningkatkan penguatan
kelembagaan
3. Meningkatkan daya saing sumber
daya manusia
Tujuan Misi Ke-4
Meningkatkan pemasaran kebudayaan,
pariwisata dan ekonomi kreatif
Tujuan Misi Ke-5
1. Meningkatkan kualitas SDM Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi
Banten yang professional dalam
pelaksanaan tugas pokok dan fungsi.
2. Terwujudnya rencana program dan
penganggaran serta evaluasi dan
pelaporan yang berkualitas.
3. Terwujudnya organisasi dan
tatalaksana yang sesuai dengan
kebutuhan tugas pokok dan fungsi
4. Meningkatkan ketersediaan data dan
informasi pembangunan yang akurat
Sumber: Rencana Strategis Disbudpar Provinsi Banten tahun 2012-2017
Melihat tujuan jangka panjang tentunya dilihat dari hasil evaluasi kinerja
secara keseluruhan, namun tentunya terdapat sasaran dan indikator sasaran dari
116
masing-masing tujuan yang telah dijabarkan di atas. Sasaran dan indikator sasaran
membantu pengukuran seberapa tercapainya tujuan dengan melalui program-
program atau prioritas yang mana dalam bagian visi misi telah dijabarkan apa-apa
saja yang menjadi prioritas Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten,
yang salah satunya adalah mengarah kepada pengembangan dan pelestarian
Banten Lama. Selain itu visi dinas adalah Mewujudkan kebudayaan dan
pariwisata Banten yang berdaya saing dan berkelanjutan.
Pengembangan dan pelestarian destinasi cagar budaya Banten Lama,
tentunya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten akan
mengembangkan berbagai Destinasi pariwisata termasuk salah satunya Destinasi
Cagar Budaya Banten Lama. Pengembangan ini tentunya tidak dilakukan hanya
saat ini saja, namun di tahun sebelumnya sekitar tahun 2006-2007 melakukan
kegiatan pemagaran masjid, alun-alun dan relokasi pedagang tentunya dengan
tujuan utama pengembangan dan pelestarian Banten Lama.
Berdasarkan narasumber pembangunan pagar masjid dan alun-alun
bertujuan untuk mengontrol para peziarah yang akan berziarah dan mengontrol
para pengemis yang berada di Banten Lama, namun ternyata tujuan yang
diharapkan tidak tercapai karena pengemis kembali masuk dan pemagaran
tersebut melanggar aturan mengenai cagar budaya. Selain itu relokasi pedagang
dan pembangunan kios memiliki tujuan agar pedagang tidak menutupi area alun-
alun dan menutupi kemegahan Masjid Agung Banten Lama, namun yang terjadi
adalah pedagang kembali ketempatnya semula bahkan semakin menjalar, dan
menimbulkan kekumuhan. Kaitannya dalam hal ini semua tujuan yang diharapkan
117
pemerintah dalam pengembangan dan pelestarian Destinasi Cagar Budaya Banten
Lama, terkadang mereka hanya sekedar menggugurkan kewajiban melakukan
pembangunan, namun dalam hal tercapai atau tidaknya tujuan yang diharapkan
semulanya.
“Banyak sekali program tidak maksimal dalam implementasi misalnya
pemagaran, itu niatnya mengontrol para peziarah dengan pengemis
ternyata setelah di bangun pengemis tetap saja banyak, atau relokasi
pedagang yang kini tidak terpakai, sehingga pemerintah seperti hanya
menggugurkan kewajiban namun tidak ada tindaklanjutnya” Wawancara
dengan Bapak Subagiyo selaku Sekertariat Kecamatan Kasemen, Pada
tanggal 26 Juni 2014, pada pukul 09.30 WIB di Kecamatan Kasemen
Pernyataan yang menyatakan bahwa di Banten Lama terutama saat
melakukan Ziarah di Mesjid Agung itu pedagang dan pengemis, hal ini di
sampaikan oleh wisatawan yang diwawancarai mengenai kondisi di banten Lama
mengatakan sebagai berikut:
“Kondisinya sudah mendingan tapi masih parah, tapi kalo mesjid udah
tertata rapihlah. Cuman banyak pengemisnya parah banget, udah gitu yang
jualan minyak wangi maksa banget” Wawancara dengan I2-2, pada 08 Juli
2014 Pukul 13.00 WIB di Warung di pinggir jalan
Pernyataan yang sama diungkapkan oleh wisatawan lain yang
mengungkapkan sebagai berikut:
“Kondisinya kurang nyaman, karena banyaknya pengemis dan para
pedagang yang tidak beraturan” Wawancara dengan I2-2, pada 10 Juli 2014
pukul 19.30 WIB di Warung di pinggir jalan.
Berdasarkan pernyataan di atas tentunya hal ini sangat disayangkan karena
tujuan yang telah ditetapkan sudah sangat jelas, bahkan memiliki sasaran dan
indikator program, namun perlu konsistensi dalam mengembangkan dan
pelestarian Banten Lama, pembangunan-pembangunan yang telah berjalan harus
118
berkelanjutan dan konsisten. Hal ini dimaksudkan agar Banten Lama menjadi
tujuan wisata yang diminati banyak kalangan. Untuk saat ini peneliti mencoba
menelusuri apa prioritas dinas terkait untuk Banten Lama, dan dalam hasil
wawancara didapatkan prioritas apa yang akan dilakukan untuk pengembangan
dan pelestarian Destinasi Cagar Budaya Banten Lama di Disbudpar Provinsi
Banten di mana penataan pedagang menjadi sorotan kegiatan pengembangan
Banten Lama yang akan di lakukan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Provinsi Banten di tahun 2015 hal ini seperti di sampaikan oleh:
“prioritas kita nanti penataan pedagang” Wawancara dengan Bapak
Tasrief selaku Kepala Seksi Pengelolaan Museum Negeri Banten, pada
tanggal 26 Februari 2014, pada pukul 10.00 WIB di Museum Negeri Banten
Hal ini diperjelas oleh pernyataan bapak Sapta Gumelar selaku kepala
bagian pengembangan destinasi wisata sebagai berikut:
“Adapun perencanaan untuk Banten Lama pada tahun 2015 itu lebih
kepada penataan pedagang setempat”(Wawancara dengan Pak Sapta,
Bagian Pengembangan Destinasi, Pada Tanggal 10 Juni 2014, pukul 10.00
WIB di Disbudpar Provinsi Banten)
Lebih jelas mengenai kegiatan yang akan dilakukan untuk Banten Lama
pada tahun 2015 melalui pernyataannya sebagai berikut:
“Tahun 2015 kita telah siap kantong anggaran dengan yang akan ditangani
oleh provinsi adalah Revitalisasi kios pedagang, Perkerasan lahan dan
fasilitas umum, serta relokasi pedagang dari Keraton Surosowan dan Alun-
alun Masjid Banten Lama” Wawancara dengan Bapak Elda selaku staff
Bidang Evaluasi dan Pelaporan Program, pada tanggal 16 Juni 2014, pada
pukul 10.00 WIB di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten.
Penataan Pedagang memang menjadi sorotan utama, bagaimana tidak
berkumpulnya para pedagang baik di alun-alun maupun di dalam komplek Masjid
Agung Banten Lama menjadi menutupi kemegahan dari bangunan tersebut, selain
119
itu terkadang mereka meniggalkan begitu saja lapak mereka tanpa diurus sehingga
menimbulkan kekumuhan, selain itu pedagang di alun-alun dan di dalam masjid
memang harus ditata karena alun-alun bukan tempat untuk berdagang dan itu
melanggar undang-undang Cagar Budaya. Di bawah ini adalah pernyataan Ibu
Mimi selaku Kepala Pokja Museum Kepurbakalaan Banten Lama sebagai berikut:
“Secara pribadi saya kurang setuju, karena mereka mendirikan warung di
Zona inti, jadi saya katakana itu tidak benar, tetapi itu bukan menjadi
tanggung jawab pokja Museum situs kepurbakalaan Banten Lama, namun
menjadi tanggung jawab pemda”. Wawancara dengan Ibu Mimi selaku
Kepala Pokja Museum Kepurbakalaan Banten Lama, pada Jumat, 27 Juni
2014 pukul 10.30 WIB di Museum Kepurbakalaan Banten Lama
sehingga penataan yang paling utama adalah penataan pedagang di mana
pedagang disiapkan tempat yang layak selain itu disediakan ketermapilan atau
dagangan yang menarik minat masyarakat sehingga dapat memberikan
keuntungan bagi mereka.
Namun tentunya melakukan penataan pedagang tidak semudah
membalikkan telapak tangan tentunya pasti akan mendapat penolakan, karena
pada masa lalu juga dilakukan hal yang sama di buatkan kios namun kembali lagi
ketempat asal karena jalur pengunjung tidak sesuai dengan jalur kios sehingga
dagangan mereka tidak laku, dan mereka kembali ketempat asal, kini kios-kios
tersebut di biarkan tidak terpakai. Hal ini diungkapkan oleh Bapak Tasrief
“nanti kita bangun dulu kiosnya yang bener, kita atur dulu jalur
pengunjung, yang melewati pedagang, dan juga tentunya kita sosialisasi,
intens kepada para pedagang agar mereka mau direlokasi” Wawancara
dengan Bapak Tasrief selaku Kepala Seksi Pengelolaan Museum Negeri
Banten, pada tanggal 26 Februari 2014, pada pukul 10.00 WIB di Museum
Negeri Banten
120
Melakukan penataan pedagang tanpa menimbulkan masalah baru itu harus
dilakukan oleh pemerintah, penataan pedagang dan sosialisasi relokasi harus
memboyong turut serta para tokoh masyarakat yang dihormati, dan disegani
warga atau pedagang setempat agar mereka tergerak untuk direlokasi, dan
tentunya perencanaan baik dari segi kios dan jalur pengunjung yang melewati
kios-kios pedagang perlu diatur hal ini sesuai dengan pernyataan salah satu
pedagang yang peneliti wawancara sebagai berikut:
“Kita mau aja direlokasi atau dipindah asalkan disediakan tempat yang
layak dan dilewati pengunjung, jangan seperti itu yang lama, kalau yang
lama itu kekecilan cuman 2 x 2 kalau segitumah ga muat neng apalagi jual
baso kaya gini buat naroh meja juga sempit, ya minimal 3 x 3 lah sedeng”
Wawancara pedagang pada tanggal 27 Juni 2014 pukul 11.00 WIB.
Pernyataan di atas terkait prioritas apa yang akan dilakukan dinas
kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten, sedangkan di bawah ini akan
disampaikan mengenai prioritas apa yang harus didahulukan untuk pengembangan
dan pelestarian Banten Lama oleh Bapak Sigit sebagai berikut pernyataannya:
“Infrastruktur dulu dibenahi jalan, trus drainase, air bersih, penataan
kawasan permukiman di sana. Baru penataan PKL”. Wawancara dengan
Bapak Sigit selaku staff Bappeda Kota Serang, Pada Rabu, 11 Juni 2014,
pukul 10.00WIB di Bappeda Kota Serang.
Melihat pendapat mengenai prioritas apa saja yang harus dilakukan untuk
pengembangan dan pelestarian cagar budaya Banten Lama, mereka memiliki
pandangan yang berbeda-beda, namun satu yang terlewat oleh mereka adalah
bahwa seharusnya yang menjadi prioritas adalah pemberdayaan masyarakat
pengembangan infrastruktur, penataan Kawasan, dan penataan PKL. Prioritas ini
121
memang dilakukan untuk menciptakan sapta pesona yang indah karena saat ini
sapta pesona tersebut rusak karena kurang terawatnya fasilitas dan sarana
prasarana yang ada, namun lagi-lagi memang peneliti menekankan bahwa
pemberdayaan masyarakat sangat penting untuk terlebih dahulu dilakukan, karena
tujuan akhir dari pengembangan pariwisata adalah kesejahteraan masyarakat
seperti yang tercantum dalam Undang-undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang
Cagar Budaya menyebutkan bahwa pengelolaan Cagar Budaya adalah upaya
terpadu untuk melindungi, mengembangkan, dan memanfaatkan Cagar Budaya
melalui kebijakan pengaturan perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan untuk
sebesar-besarnya kesejahteraan rakyat, selain itu dalam undang-undang yang sama
menyebutkan bahwa pengembangan adalah peningkatan potensi nilai, revitalisasi
dan adaptasi secara berkelanjutan serta tidak bertentangan dengan tujuan
pelestarian.
Misi kepariwisataan yang disampaikan oleh Muljadi (2012:26) yang
pertama adalah pemberdayaan dan peningkatan peran serta masyarakat dalam
pengembangan kepariwisataan dan yang terakhir adalah pengembangan SDM
kepariwisataan yang sehat, berakhlak mulia dan professional yang mampiu
berkiprah di arena internasional, hal inilah yang menyebabkan mengapa peneliti
begitu menekankan bahwa pemberdayaan masyarakat sangat penting karena
pariwisata yang baik adalah dari rakyat dan untuk rakyat, sehingga dinas
kebudayaan dan pariwisata sebaiknya memprioritaskan pemberdayaan masyarakat
terkebih dahulu tentunya dengan bekerja sama dengan pihak terkait, hal ini sama
saja menyiapkan masyarakat yang siap menerima, menjaga, melindungi, dan
122
memelihara peninggalan bersejarah yang ada di tempatnya sehingga tujuan jangka
panjang yaitu peningkatan kesejahteraan masyarakat dapat tercapai. Menurut
peneliti tujuan utama atau kepentingan utama pemerintah daerah adalah
meningkatkan pendapatan asli daerah dan menciptakan lapangan kerja
diwilayahnya sehingga optimalisasi pemanfaatan kawasan merupakan perhatian
utama dari pemerintah daerah.
4.2.2.5 Strategi
Strategi adalah cara pencapaian tujuan perusahaan atau organisasi yang
dapat mempengaruhi keberlangsungan sebuah perusahaan atau organisasi, strategi
memberikan kekuatan bagi organisasi atau perusahaan dalam menghadapi
lingkungan jangka panjang. Dalam kaitannya dengan pengembangan dan
pelestarian destinasi cagar budaya Banten Lama, strategi tentunya sangat
diperlukan, ibaratnya strategi itu merupakan suatu cara atau siasat yang akan
dilakukan untuk pengembangan dan pelestarian Banten Lama. Menjalankan
strategi diperlukan konsistensi yang tinggi sehingga tujuan yang diharapkan dapat
tercapai hal ini seperti pada masa dilakukan pemugaran Keraton Surosowan, yang
mengharuskan penggusuran pemukiman ke dekat wilayah Benten Speelwijk
dengan sosialisasi yang terus menerus. Sehingga saat ini strategi yang ada pun
harus dilakukan dengan konsistensi yang tinggi.
Rencana strategis 2012-2017 Disbudpar Provinsi Banten tidak menyebutkan
secara khusus, strategi apa yang dilakukan untuk Banten Lama, namun
menjabarkannnya secara umum melalui penjabaran strategi berdasarkan masing-
masing misinya, seperti yang akan disajikan pada tabel berikut ini:
123
Tabel 4.5
Jabaran Strategi berdasarkan Misi Strategi Misi Ke-1
1. Peningkatan kualitas perlindungan,
pengembangan, dan pemanfaatan kesenian
2. Peningkatan pelestarian dan pengembangan
nilai-nilai tradisi dan kearifan lokal
3. Peningkatan kualitas pengelolaan cagar budaya
dan kesejarahan
Strategi Misi Ke-2
1. Pengembangan daya tarik wisata yang berbasis
lingkungan
2. Peningkatan keterpaduan pembangunan pariwisata
3. Penguatan usaha pariwisata dan usaha ekonomi
kreatif
4. Penerapan standar kompetensi dan standart
pariwisata
Strategi Misi Ke-3
1. Penguatan dan pengembangan kemitraan antar
pemerintah daerah, pelaku usaha pariwisata dan
swasta
2. Penguatan kelembagaan dan kebudayaan
pariwisata
3. Peningkatan kemampuan sumber daya manusia
kebudayaan dan pariwisata
Strategi Misi Ke-4
1. Peningkatan promosi kebudayaan, pariwisata dan
ekonomi kreatif melalui pemasaran yang kreatif
dan efektif
2. Peningkatan ketersediaan rekomendasi strategi
pelaksanaan pemasaran pariwisata melalui
pengembangan analisis pasar dan market
intelligence kepariwisataan
3. Peningkatan kuantitas dan kualitas bahan
promosi
Srategi Misi Ke-5
1. Peningkatan kualitas pelayanan aparatur
2. Peningkatan dukungan manajemen sumberdaya
aparatur
3. Peningkatan kualitas data dan informasi
Sumber: Rencana Strategis 2012-2017 Disbudpar Provinsi Banten
Terkait masalah prioritas, perencanaan dan pelaksanaan yang akan
dilakukan, tentunya dilakukan berdasarkan strategi yang telah ditetapkan
sebelumnya, namun dalam hal pengembangan dan pelestarian Kawasan Wisata
Cagar Budaya Banten Lama, peneliti mendapatkan informasi bahwa strategi yang
digunakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banten Lama untuk Banten
124
Lama adalah Pariwisata Budaya, hal ini diungkapkan oleh Bapak Tasrief saat
diwawancarai sebagai berikut:
“Strategi yang digunakan adalah strategi pariwisata budaya, karena secara
keseluruhan Banten Lama itu menggambarkan budaya baik masa lalu atau
masa kini”. Wawancara dengan Bapak Tasrief Selaku Kepala Seksi
Pengelolaan Museum Negeri Banten, pada tanggal 05 Juni 2014, pada pukul
10.00 WIB di Museum Negeri Banten
Strategi apapun yang digunakan atau strategi yang dipilih harus mampu
mengembangkan dan melestarikan Banten Lama, karena kondisi Banten Lama
atau situs-situsnya seperti Keraton Surosowan, Benteng Speelwijk, Mesjid
Pecinan, pengindelan abang itu dalam kondisi kritis atau tingkat keterancamannya
sangat tinggi sehingga bila memang ada strategi untuk Banten Lama sebaiknya
secepatnya di kembangkan melalui tahap perencanaan, lalu pelaksanaan dan yang
terakhir adalah pengendalian. Seperti yang diungkapkan oleh (Andi, 2001:263)
bahwa kunci pengembangan pariwisata yaitu perencanaan, pelaksanaan dan
pengendalian. Sudah banyak sekali rencana-rencana untuk Banten Lama, dan
sudah banyak pula tumpukan masterplan atau rencana pengembangan dan
pelestarian Banten Lama, dari yang secara keseluruhan, sampai yang hanya
masterplan berfokus pada infrastruktur, namun terhenti sampai pada tahap
perencanaan.
Strategi lain datang dari pihak kenadziran di mana kenadziran merupakan
salah satu keturunan kesultanan yang ditunjuk langsung untuk menangani masalah
Banten Lama, khususnya seputaran masjid, melalui wawancara yang dilakukan
dengan Bapak Tb. Ismatullah Ismet sebagai ketua Kenadziran Banten Lama,
menjelaskan apa strategi beliau untuk Banten lama sebagai berikut:
125
“saya ingin membangun replika pembangunan keraton itu pengennya deket
Tasikardi” Wawancara dengan Bapak Ismet selaku ketua kenadziran Banten
Lama, pada 06 Maret 2014, pukul 10.00 WIB di kediaman Bapak Ismet
Pertanyaan lebih lanjut mengenai strategi yang digagasnya peneliti mencoba
menanyakan apakah beliau sudah memiliki draft dalam bentuk rencana atau
strategi berdasarkan gagasan maka di bawah ini adalah pernyataan beliau sebagai
berikut:
“Belum, itu strategi saya jalan dengan gagasan saya, berkomunikasi
dengan duriyah kasultanan, ibu kepala dinas juga akan melakukan. Selain
itu melakukan relokasi pedagang dan jalan. Pokoknya bagaimana
menggagas kunci untuk Banten Lama menjadi Indah, pusat kuliner
nusantara, saya harapkan pengunjung tidak cepat pulang”. Wawancara
dengan Bapak Ismet selaku ketua kenadziran Banten Lama, pada 06 Maret
2014, pukul 10.00 WIB di kediaman Bapak Ismet
Gagasan yang disampaikan oleh Bapak Ismet kepada peneliti tentunya tidak
hanya disampaikan kepada peneliti, tetapi juga sudah disampaikan kepada Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten, dan juga Walikota Kota Serang dan
tentunya ini mendapat sambutan positif baik dari Dibudpar Provinsi Banten
maupun dari walikota kota Serang karena ini merupakan hal yang baru karena
biasanya segala rencana terhambat karena kenadziran, namun saat ini adalah pihak
kenadziran dengan inisiatif datang sendiri mengajukan gagasan dan meminta
dukungan dari pihak pemerintah.
Banyak sekali strategi yang dilakukan untuk pengembangan dan pelestarian
Banten Lama, baik itu untuk saat ini maupun pada masa lalu. Pada masa lalu
strategi pengembangan dilakukan melalui revitalisasi yaitu tahun 2009, tahun
2006-2007, lalu lebih dalam dari tahun sebelumnya strategi yang digunakan untuk
126
pengembangan Banten Lama ada pembentukan Badan otorita, namun semuanya
seperti tidak memunculkan hasil yang signifikan sebagus rencana atau struktur
yang mereka buat, begitupun dengan yang dilakukan Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata. Dalam hal pengembangan Banten Lama memang menjadi perhatian
mereka, usaha-usaha atau strategi yang mereka lakukan seperti menguap begitu
saja tanpa menimbulkan bekas atau perubahan yang signifikan.
Strategi lain juga banyak diajukan oleh para peneliti Rahardjo,dkk (2011:
169) melalui keinginan mengelola situs Banten Lama sebagai satu kesatuan yang
integral. Usulan pertama diajukan pada tahun 1989 oleh para ahli arkeologi yang
berkecimpung di dunia penelitian dan pelestarian yaitu Hasan Muarif Ambry dkk
tahun 1989. Gagasan baru muncul pada tahun 2002 yaitu gagasan untuk
membentuk Badan Pengelola Pelestarian dan Pengembangan Banten Lama,
pengagasnnya yaitu Najib. Pada awal tahun 2000 manajemen akan diserahkan
kepada pihak ketiga. Dua tahun kemudian usulan baru dikemukakan ketika
pemerintah Provinsi Banten terbentuk. Secara keseluruhan usulan atau gagasan
mengenai pengembangan dan pelestarian Banten Lama tersebut belum mencapai
titik pelaksanaan, hanya sebatas wacana atau rencana.
Beberapa orang dari dinas-dinas berpendapat bahwa dalam pengembangan
Banten Lama diperlukan konsistensi dan pembangunan dan pengembangannyapun
secara berkelanjutan hal ini diungkapkan oleh ibu Rina disela-sela wawancara,
yang mengatakan bahwa sangat diperlukan konsistensi yang tinggi dalam
pengembangan Banten Lama, selai itu Bapak Sigit pun mengatakan bahwa
pelaksanaan pembangunan Banten Lama dilakukan di tahun anggaran sehingga
127
terkesan terburu-buru dan pembangunan itu dilakukan hanya anggaran mereka
terserap. Persepsi mengenai pembangunan ini yang salah. Pembangunan
dilakukan dalam jangka panjang dan dilaksakan secara bertahap dari tahun
ketahun dan dilakukan sampai menunjukkan hasil bahwa strategi yang dibuat
telah dianggap berhasil, dengan pengawasan dan evaluasi. Sedanagkan di bawah
ini adalah pendapat atau pandangan pribadi dari dua narasumber yang harus
dilakukan untuk Banten Lama sebagai berikut:
“seharusnya ada yang makronya dahulu secara keseluruhan apakah itu
dari Bappeda, yang bisa memayungi semuanya, nanti kita tinggal membagi-
bagi, nanti rencana teknis bangunan lingkungan APBN bisa bantu ada
Satkernya, Satker Penataan Bangunan Gedung Lingkungan itu udah
beberapa kali mengalokasikan dana disitu di Banten Lama, atau bisa dari
dana APBD jadi Resourches banyak jangan ketergantungan di APBD aja
APBN juga disitu mau care, seperti Ke PUan ada dari pariwisata dulu itu,
termasuk dia itu bantu bikin pager itu dari pariwisata, nah itu harusnya
bisa dipayungi terlebih dahulu keseluruhan sama Bappeda ini saran saya,
nanti Bappeda memayungi trus nanti di bagi-bagi misalnya ini yang
tanggungjawabnya SDAP bangun gedung dengan misalnya saluran,
drainase, lalu perumahan sekitarnya, ini pariwisata non fisik misalnya
pemberdayaan masyarakat sekitar terus pedagang, misal dinas purbakala ,
jadi sebetulnya juga perlu diketahui siapa yang paling bisa jadi leadingnya
disitu terus semua bisa ngikut disitu, kalo kitakan dinas operasional,
disuruh bangun itu bangun”. Wawancara dengan Bapak Isfan selaku
Kepala Seksi program di SDAP, pada Rabu 26 Februari 2014, pukul 09.00
WIB di SDAP Provinsi Banten
Ungkapan yang sama juga diungkapkan oleh Bapak Sabidin yaitu sebagai
berikut:
“Bappeda seharusnya memayungi secara keseluruhan, nanti leadernya
harusnya kepurbakalaan atau BPCB” Wawancara dengan Bapak Sabidin
selaku Staff bagian tata ruang di Dinas Bina Marga Tata Ruang Provinsi
Banten.
Dua pendapat di atas menuntut peran Bappeda Provinsi Banten dan juga
BPCB selaku dinas kepurbakalaan untuk saling bersinergi satu sama lain untuk
128
melakukan pengembangan Banten Lama dan mensinergikannya kembali kepada
pihak-pihak terkait dalam pengembangan Banten Lama, namun sinergi atau
koordniasi hanya sekedar menjadi wacana saja, karena ego otonomi yang mereka
hanya mengurusi kewenangan masing-masing. Padahal Banten Lama dapat
dibangun seperti Borobudur seperti yang disampaikan oleh Hakim (2006: 122)
yang mengatakan bahwa sebenarnya banten Lama bisa dibangun seperti
Borobudur dengan bantuan dana Unesco. Asalkan semua pihak mendukung dan
memperjuangkan sampai ke tingkat pusat dan tingkat internasional.
Rahardjo dkk (2011 : 116-117) juga mengatakan bahwa situs Banten Lama
akan berhasil menjadi objek wisata yang handal dan berarti bagi peningkatan
sumber pendapatan daerah bagi Provinsi Banten pada umumnya dan Kota Serang
khususnya jika yaitu sebagai berikut:
1. keberadaan situs-situsnya sebagai tujuan dan objek wisata terpelihara
dengan baik, bersih dari polusi udara dan polusi pendesakan
manusia, dalam hal ini kios-kios yang menghalangi pandangan ke
arah objeknya.
2. Kebersihan tempat objek yang dikunjungi harus terjamin dari
berbagai jenis pengotoran sampah baik yang organik maupun
unorganik
3. Diperlukan juga guidebook yang memuat keterangan singkat tentang
nilai historis dan arkeologis setiap situs di kawasan Banten Lama.
4. Para pemandu wisata pun harus menguasai objek-objek wisata di
kawasan Banten Lama dan mampu menyampaikan informasi
berkenaan dengan objek-objek tersebut kepada pengunjung dengan
baik dan benar dalam bahasa Indonesia ataupun bahasa asing
5. Image promotion, perlu dilakukan melalui berbagai media, seperti
televise, koran, dan brosur.
6. Melibatkan partisipasi masyarakat dengan:
1) Masyarakat sekitar situs diberikan fasilitas tempat dagang tetapi
diatur agar tidak menimbulkan polusi terhadap objek wisatanya.
2) Penempatan pedagang berdekatan dengan area parkir tidak
boleh terlalu dekat dengan situs
3) Para Seniman diberikan kesempatan mengisi acara kesenian
tradisional, misalnya debus atau atraksi wisata
129
4.2.2.6 Sasaran Tahunan
Sasaran tahunan merupakan tolak ukuran jangka pendek yang harus dicapai
organisasi untuk mencapai tujuan-tujuan jangka panjangnya. Dalam setiap
kegiatan yang bersifat multi years atau tidak bisa dikerjakan hanya dengan
beberapa tahun, maka sangat diperlukan sasaran tahunan agar tujuan dapat
tercapai secara perlahan tapi pasti. Sasaran tahunan yang harus di capai oleh Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten dalam rencana strategis 2012-2017
terkait dengan cagar budaya yaitu sebagai berikut:
Tabel 4.6
Rencana Program, Kegiatan, Indikator Kinerja untuk Cagar Budaya
Kegiatan atau
Program
Outcome/output Indikator Target Kinerja Program
2013 2014 2015 2016 2017
pengelolaan dan
pengembangan
keragaman,
kekayaan dan
nilai budaya
meningkatnya
pelestarian dan
perlindungan cagar
budaya, museum
dan kesejarahan
cagar budaya dan
bangunan
bersejarah yang
direvitalisasi
16,13%, 19,35%, 22,58% 19,35% 22,58%
pelestarian
cagar budaya,
museum
kesejarahan
meningkatnya data
kesejarahan
dengan indikator
jumlah
inventarisasi
Jumlah
inventarisasi,
kajian dan
penelitian cagar
budaya
2 kali 1 kali 2 kali 1 kali 2 kali
Kegiatan
pengelolaan dan
pemeliharaan
cagar budaya
museum dan
kesejarahan
Meningkatnya
cagar budaya dan
bangunan
bersejarah yang
direvitalisasi
Jumlah
revitalisasi cagar
budaya dan
bangunan
bersejarah
1 kali 1 kali 1 kali 1 kali 1 kali
Kegiatan
pengelolaan
Destinasi wisata
Meningkatnya
obyek wisata yang
berdaya saing
Jumlah penataan
dan
pengembangan
obyek wisata
4 objek 6 objek 8 objek 9 objek 11
objek
Sumber: Rencana Strategis 2012-2014 disbudpar Provinsi Banten
Tabel di atas menunjukkan sasaran tahun dalam bentuk target dari tahun ke
tahun, jika dilihat pada point indikator jumlah revitalisasi cagar budaya dan
bangunan bersejarah dari tahun ketahun hanya dilakukan 1 kali sehingga dalam 5
130
tahun revitalisasi dilakukan sebanyak 5 kali, dan dalam kegiatan pengelolaan
destinasi wisata sasaran tiap tahunnya semakin meningkat dari 4 objek, 6 objek, 8
objek, 9 objek dan 11 objek. Namun disayangkan peneliti tidak memperoleh
secara jelas apa-apa saja objek yang akan dikelola, maupun direvitalisasi setiap
tahunnya, peneliti hanya mendapatkan informasi mengenai bahwa di tahun 2015
akan ada pengembangan dan revitalisasi Banten Lama, sehingga dalam sasaran
tahun 2015 pastinya mengenai Banten Lama. Dalam program pengelolaan dan
pengembangan keragaman, kekayaan dan nilai budaya memiliki target capaian
kinerja mengalami penurunan pada tahun 2015. Saat dikonfirmasi mengenai ini
staff bagian evaluasi dan pelaporan program Disbudpar Provinsi Banten yaitu
Bapak Elda mengatakan sebagai berikut:
“Penurunan ini bukan menjadi suatu masalah, karena di periode akhir
target kita yaitu capaian 2017 yaitu 100%. Memang ada beberapa indikator
yang ditunda dahulu, nanti dilanjutkan lagi tahun 2017 namun secara
anggaran, dia tetap walaupun di tahun 2015 ada kenaikan dan 2016 tetap
kembali” Wawancara dengan Bapak Elda selaku staff bagian evaluasi dan
pelaporan program Disbudpar Provinsi Banten, pada Senin 07 Juli 2014,
pukul 11.30 WIB di Disbudpar Provinsi Banten.
Ambry dkk (1988 : 20) membahas secara detail kronologi Banten Lama dari
analisis peta-peta kuno dalam berdasarkan dari tahun ketahun yaitu sebagai
berikut:
1. 1527 – 1570
Menurut kronik-kronik masa itu, sejak Oktober 1526 kota dipindahkan
dari Banten Girang ke Banten Lor (13 km ke arah selatan) pada masa
pemerintahan ayah Maulana Hasanuddin, yaitu Syarif Hidayatullah (Sunan
Gunung Jati). Bangunan pertama didirikan oleh Sultan Maulana Jusuf
yang memimpin pembangunan kota dan dinding-dindingnya (dengan bata
dan batu). Konfigurasi klasik dari mesjid, Keraton, lapangan, pasar, dan
131
pelabuhan telah diwujudkan. Telaga Tasikardi telah dibangun oleh
Maulana Jusuf.
2. 1570 – 1596
Banten telah dikelilingi dinding batu dan bagian dalamnya terbagi dalam
kampung-kampung berpagar. Telah dibuat sebuah kanal untuk
mengalirkan air sungai Banten ke dalam kota. Selama periode ini,
pertumbuhan kota masih terus berlanjut. Menurut Cornelis de Houtman
(tiba di Banten pada tanggal 23 Juni 1596), kota tersebut besarnya seperti
Kota Amsterdam.
3. 1596-1659
Kota Banten bertumbuh terus dan memerlukan perluasan kanal-kanal dan
tembok-tembok keliling. Dinding Kota menghadap ke arah laut dan telah
diperkuat dengan bastion-bastion serta kubu pertahanan. Lokasi pasar
Karangantu terletak (masih diluar dinding kota) disebelah timur muara
sungai Banten dan telah diberi tembok keliling. Disebelah barat didirikan
perkampungan bertembok keliling yang diperuntukkan bagi orang-orang
asing.Menurut Cortemunde, di sebelah barat kota terdapat penginapan
orang-orang Eropa dan kompleks orang-orang Cina; beberapa kanal
dinding kota dan jalan dipindahkan.
4. 1659-1725
Setelah dua abad pertumbuhan kota masih terus berlanjut. Sekarang kanal-
kanal telah ditambah salah satu yang tertua diantaranya digunakan untuk
perkampungan orang-orang asing (Kota Baru) dan di sebelah timurnya
terdapat pasar yang juga berkembang. Perbentengan keliling sekarang
telah disempurnakan. Meskipun tidak digambarkan di dalam peta
Valentijn, Belanda telah mendirikan perbentengan yang kuat (Speelwijk) di
sudut utara berhadapan dengan laut.Tembok-tembok kota dank anal
dipindahkan.
5. 1725-1759
Perluasan jalan dan sistem kanal telah dibuat dengan membuat parit-parit
di sekeliling Keraton Surosowan dan perbentengan Belanda. Kanal yang
dilintasi Jembatan Rante telah diluruskan kea rah timur sampai ke bagian
selatan pasar Karangantu. Dari peta Heydt terdapat gambar proses
perpindahan dan perubahan rencana kota yang meliputi aspek arsitektur,
kanal-kanal, jalan-jalan dan tembok-tembok kota. Dengan menganalisis
peta-peta kuno dan penginderaan jauh, kita dapat menelusuri perpindahan
dan penafsiran kota lama Banten. Pada tahun 1750 terjadi pemberontakan
terbesar di Banten. Di dalam perluasan bangunan-bangunan belanda,
menurut sejarah tahun 1751 revolusi dapat ditindas. Situasi ini telah
memperkokoh kedudukan kompeni Bekanda dan menjadikan Banten
semakin lemah.
6. 1759 – 1902
Setelah kunjungan Stravorinus 1769, tidak terdapat sumber-sumber lain
mencatat perkembangan kota ini. Menurut Breughel, yang menulis catatan
tentang Banten tahun 1787, terdapat beberapa gudang dan penjara, juga
132
sebuah pendopo dengan sebuah platform setinggi 10-12 kaki memenuhi
permukaan alun-alun. Bagian-bagian permukiman penduduk asli kota itu
tampak tidak terlalu banyak berubah, hanya beberapa rumah yang beratap
genteng pada masa itu. Pada tahun 1795 cacah jiwa distrik Banten
diperkirakan sebanyak 90.000, du luar cacah jiwa seluruh jawa yaitu 3,5
juta orang. Di sana masih terdapat Kampung Arab yang terletak di antara
keraton Surosowan dan Karangantu, tetapi dikatakan pada waktu itu
bahwa 4/5 rumah-rumah Cina sedang kosong (tidak dihuni). Kekuatan
ekonomi Batavia terlalu kuat, Banten menurut statusnya menjadi
permukiman provinsi (daerah). Peristiwa-peristiwa politik dan militer
dalam perang Napoleon, pendudukan oleh Inggris, sertta kembalinya
penduduk ke Belanda, menyebabkan permukiman Banten perlahan-lahan
menurun dan kedudukannya menjadi desa dan kemudian terbakar pada
tahun 1808-1809. Kota lenyap untuk selama-lamanya, hanya tercatat
bahwa Kaibon sebagai keraton (didirikan pada tahun 1815) untuk ibu dari
Sultan Rafiudin, dan kerajaannya digunakan sebagai sebuah boneka
pemerintahan Belanda.
7. 1902-1977
Situs sekarang dikenal sebagai Banten Lama (10 km sebelah utara Serang).
Banten kini tersisa sebagai runtuhan. Hanya sistem kanal, tembok-tembok
keraton, Keraton Kaibon, Speelwijk serta beberapa sarana pelabuhan yang
miskin yang masih ada. Menurut Serruirer, sebuah peta Banten Lama
diterbitkan pada tahun 1902 itu tlah dibuat sekitar tahun 1879, Serrurier,
seorang curator koleksi etnografi BG memperoleh peta tersebut dari
residen Banten pada tahun 1893 telah membuat gembira dirinya selama
mengunjungi Banten. Peta ini membagi Banten menjadi 33 kampung, dan
terdapat tanda-tanda lahan lainnya. Peneliti Belanda (Brandes)
menemukan peta yang “tidak dapat dipercaya”, tetapi menyetujui bahwa
pemberian nama bagi beberapa kelompok pemukiman sangat berguna
sebagai petunjuk kelompok-kelompok yang pernah menghuni berbagai
perkampungan di Banten. Banten dipugar dari tahun 1915 sampai 1930
oleh pemerintah Belanda, tetapi tidak mencatat setiap peralihan secara
kronologis, khususnya kanal-kanal dan tembok-tembok kota. Restorasi
dan pemeliharaan Banten Lama dilanjutkan oleh pemeritah Indonesia dari
tahun 1945 sampai sekarang. Masalah utama ialah bahwa beberpa
runtuhan dan situs rusak berhamburan. Tetapi kita mencoba
menyelesaikan dan merancang untuk mengembangkan situs ini sebagai
“Taman Arkeologi Banten Lama”.
8. 1977 1987
Suatu masterplan (Rencana Induk) taman arkeologi Banten dibuat dan
dilakukan restorasi, perumusan hipotetik tata kota dari berbagai periode,
mencari kesejajaran di berbagai kota lainnya memperbaikinya sebagai
suatu informasi baru menjadi memungkinkan. Rencana ini dapat
membantu mengidentifikasi area-area yang harus terpelihara secara
terbuka. Situs ini, secara umum masih tetap terpelihara dan beberapa dari
sisa-sisa fondasi bangunan, masih terpendam dalam tanah. Untuk eksavasi
133
berjangka panjang, dan beberapa area yang memiliki desa-desa khusus
dapat dihuni terus (dengan ijin dari direktorat Perlindungan dan
Pembinaan Peninggalan Sejarah dan Purbakala).
Penjabaran mengenai kronologi Banten Lama dari masa ke masa dapat
digunakan sebagai gambaran baik pengembangan Banten Lama saat ini atau
sekedar memberikan gambaran apa saja yang harus dilakukan dalam
pengembangan Banten Lama, karena beberapa waktu belakangan ini Banten
Lama mengalami penurunan dalam kualitas kesejahteraan, baik kesejahteraan
situs, maupun kesejahteraan masyarakat sekitarnya. Selin itu kronologi di atas
dapat digunakan untuk membuat masterplan yang secara komperhensif dengan
melihat background masa lalu dari Banten Lama itu sendiri, yang mana
masterplan nantinya akan dilaksanakan dengan acuan sasaran dari tahun ketahun,
karena dalam pembangunan atau pengembangan situs tentunya tidak dapat
dilakukan secara sekaligus namun berlangsung secara multiyears. Seperti halnya
Banten Lama, Kota Lama di Serang pun memiliki kriteria yang hamper sama
dengan Banten Lama, namun kawasan Kota Lama di Semarang masih
mendapatka perhatian yang lebih dari Pemerintah Setempat yang mana dalam
penelitian yang dilakukan oleh Baruna Bagus P (2012) menggambarkan bahwa
stiap tahunnya Kota Semarang mengalokasikan anggaran APBD untuk
pengembangan Kawasan Kota Lama, yang mana hal ini belum dilakukan oleh
Kota Serang.
134
4.2.2.7 Kebijakan
Kebijakan merupakan cara mencapai sasaran tahunan. Dalam hal ini
kebijakan berupa pedoman, aturan-aturan dan prosedur yang ditetapkan untuk
mendukung usaha-usaha mencapai tujuan yang ditetapkan, dengan kata lain
kebijakan dapat dikatakan sebagai apa yang telah dilakukan untuk pengembangan
Banten Lama secara nyata. Hal ini tentunya berbeda dengan strategi, jika strategi
masih berupa rencana dan dalam pelaksanaan, namun kebijakan adalah sebuah
hasil atau tindakan baik sebelum pelaksanaan atau dalam pelaksanaan yang
sifatnya mendukung strategi yang telah ditetapkan.
Situs dan peninggalan arkeologi di Banten Lama sudah sejak lama menjadi
perhatian pemerintah daerah untuk ditumbuh kembangkan sebagai objek wisata.
Kebijaksanaan pembangunan daerah yang dirumuskan dalam pola dasar
pebangunan daerah Kabupaten DT II Serang pada Pelita IV, V dan VI, kawasan
Banten Lama berada dalam wilayah pembangunan Serang utara dan ditetapkan
sebagai kawasan pengembangan dan pelestarian yang ditunjang pula oleh
penetapan pengembangan Pelabuhan Karangantu dengan tidak menghilangkan
sistem tata ruang sesuai dengan kajian arkeologis. Dalam Rahardjo dkk (2011 :
109-110).
Point strategi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Bante terdapat
pada tabel strategi berdasarkan misi maka di bawah ini juga akan disajikan
kebijakan berdasarkan Misi yang di ambil dari Rencana Strategis 2012-2017
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten yaitu sebagai berikut:
135
Tabel 4.7
Jabaran Kebijakan berdasarkan Misi Ke-1
Kebijakan Misi Ke-1 Peningkatan pelestarian kebudayaan
daerah
Kebijikan Misi ke-2 Pengembangan destinasi yang
berdaya saing dan peningkatan
industry pariwisata yang
berkelanjutan
Kebijakan Misi Ke-3 Peningkatan kerjasama dan
koordinasi strategis lintas sektor
Kebijakan Misi Ke-4 Pengembangan pemasaran yang
berorientasi kepada peningkatan
ekonomi daerah, masyarakat, dan
usaha pariwisata
Kebijakan Misi Ke-5 Penyelenggaraan tata pemerintahan
yang baik
Sumber: Rencana Strategis 2012-2017 Disbudpar Provinsi Banten
Tabel di atas apabila dipilah kebijakan mana yang terkait masalah
pengembangan dan pelestarian destinasi cagar budaya Banten Lama, maka yang
tepat ada pada kebijakan misi Ke-1 dan pada kebijakan misi Ke-2. Yang mana
kebijakan tersebut diturunkan dalam bentuk salah satunya adalah perda atau
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata di Dinas Kebudayaan, dari Rencana
IndukPengembangan Pariwisata tersebut dari pihak Kota dan Kabupaten sebagai
pemilik wilayah melanjutkan entah dalam hal yang sama yaitu membuat Rencana
Induk Pengembangan Pariwisata dalam tingkat Kota atau yang lainnya.
Pemerintah terkait di Provinsi Banten pun tidak tinggal diam Bappeda provinsi
Banten telah menjadikan Banten Lama sebagai Kawasan Strategis Sosial Budaya.
Kebijakan-kebijakan terkait tentu dilakukan dalam tindakan seperti
misalnya relokasi pedagang, penetapan cagar budaya, pembangunan kios-kios,
relokasi tempat parkir, pasar dan terminal namun yang disayangkan adalah Dinas
136
Kebudayaan dan Pariwisata provinsi Banten, walaupun pada perjalanannya saat
ini kebijakan tersebut seperti gagal, misalnya pedagang yang sudah direlokasi
kembali ketempat semula, Rahardjo dkk (2011: 153) Penataan kawasan para
pedagang kaki lima dianggap tidak memenuhi tuntutan para pedagang yang
semula sudah disetujui dinas Budpar. Sehingga mereka kembali ke tempat-tempat
strategis yang dilalui peziarah.
Terkait masalah kebijakan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi
Banten dalam hal tentunya juga mengeluarkan prosedur dalam pelaksanaan
namun yang terjadi di lapangan adalah SOP yang tidak transparan seperti yang
telah disebutkan dalam faktor-faktor pemicu Konflik. Hal ini di kemukakan dalam
Rahardjo dkk (2011 : 160) bahwa Standard Operational Procedures (SOP) dalam
kasus pelaksanaan proyek pembangunan sarana fisik di Banten Lama masing-
masing instansi menerapkan prosedur sendiri tanpa mempertimbangkan prosedur
pihak lain, bagi BP3, misalnya uji kelayakan dan studi teknis arkeologi adalah
prosedur yang harus dilakukan bagi setiap upaya pembangunan fisik di atas lahan
situs. Namun prosedur ini tidak dianggap perlu bagi pihak yang memiliki proyek
yaitu Disbudpar sehingga muncul penilaian bahwa BP3 mempersulit pekerjaan
mereka. Sehingga ini akhirnya menjadi konflik yang menghambat pengembangan
dan pelestarian Destinasi Wisata Cagar Budaya Banten Lama.
Terkait kebijakan lain dalam pemeliharaan dan pelestarian Banten Lama,
pihak Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banten Lama belum mengeluarkan
kebijakan terkait pengendaliaan pemanfaatan situs-situs dan belum melakukan
kebijakan terkait menghadapi kurangnya kesadaran masyarakat akan pelestarian
137
lingkungan sekitar dan pelestarian Cagar budaya Banten Lama, seperti bermain
bolanya masyarakat sekitar di dalam situs atau memancing di zona inti dan
berdagang di Zona Inti. Sangat sekali diperlukan kebijakan terkait penanganan
kurangnya kesadaran masyarakat dengan tujuan mengajak masyarakat untuk turut
serta dalam pelestarian Banten Lama.
Pemerintah terkait Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten Lama
memang belum memiliki kebijakan dalam hal pengendalian masyarakat, namun
bukan berarti pemerintah di luar Disbudpar Provinsi Banten, tidak melakukan
pengendalian masyarakat, pemerintah di luar Disbudpar Provinsi Banten yaitu,
BPCB dengan Undang-undang Cagar Budaya Banten Lama No.11 tahun 2010 di
dalamnya tertera sanksi yang ditetapkan bagi pelanggar namun sepertinya hal ini
juga belum dilakukan dengan tegas walaupun pada awalnya terdapat larangan
untuk bermain bola seperti yang disampaikan oleh penjaga keraton kaibon sebagai
berikut:
“Sudah dilarang untuk main bola neng bahkan saya pernah mencabut tiang
gawangnya agar tidak bisa main lagi, tapi main lagi-main lagi, sampe
pernah saya mau dipukulin warga sini gara-gara melarang, ya gitu susah”
Wawancara dengan Bapak Mulangkara, pada 24 April 2014, pukul 16.00
WIB di Keraton Kaibon
Pedagang di sisi Benteng Speelwijk yang mengatakan sebagai berikut:
“Main bola udah biasa neng, tiap sore disini juga latihan bola neng buat
turnamen,kan mereka udah ijin dulu ke ihak BPCB jadi ya gapapa ga
pernah dilarang neng”.Wawancara dengan I2-1 pada 03 Juni 2014, pukul
12.30 WIB di sisi Kanan Benteng Speelwijk
138
Masalah ini tentunya didapatkan dua gambaran yaitu, pihak BPCB atau BP3
Serang dianggap lemah dalam memberikan sanksi, dan masyarakat dianggap sulit
untuk di atur, sehingga menimbulkan konflik dan menjelekkan citra masing-
masing pihak, sehingga dalam hal ini tentunya perlu ada ketegasan dari kedua
pihak yaitu ketegasan dari pihak BP3 Serang untuk melarang bermain bola dan
aktivitas lain, dan warga pun harus memiliki kesadaran bahwa cagar budaya
bukan tempat bermain bola apalagi turnamen, tentunya yang harus dilakukan
terlebih dahulu adalah sosialisasi intensif bahwa bermain bola di cagar budaya itu
dilarang dan sanksi yang tegas dari pihak BP3 Serang, selain itu perlunya
dukungan dari pihak tokoh masyarakat seperti Kecamatan Kasemen, Kelurahan
Banten, tokoh masyarakat seperti Kenadziran, Ketua RW atau Ketua RT setempat
dalam melarang kegiatan tersebut tentunya akan sangat membantu karena
biasanya mereka akan lebih mendengarkan tokoh masyarakat setempat sehingga,
para stakeholder itu sangat diharapkan untuk mengawasi warganya dalam
pemanfaatan situs lahan untuk kegiatan sehari-hari.
Menurut peneliti keberadaan juru situs sangat di perlukan dalam hal ini
pertama untuk merawat situs dan menjaga apabila situs dimanfaatkan dengan
tidak benar, misalnya seperti Keraton Kaibon, walaupun kondisinya juga dapat
dikatakan memprihatinkan, namun situs ini dapat dikatakan paling baik
kondisinya jika dibandingkan dengan Speelwijk dan Keraton Surosowan terlebih
lagi jika dibandingkan dengan Masjid Pecinan. Keberadaan juru situs sangat
penting karena dianggap cukup efektif dalam kebersihan situs, atau misalnya
seperti Klenteng Avalokitesvara dengan keberadaan juru situs atau pengelolaanya
139
kondisinya terawat. Sehingga peneliti sangat menganjurkan untuk disediakan juru
situs untuk keberlangsungan situs, namun tentunya untuk penanganan situs
Keraton Surosowan dan Speelwijk perlu dibuatkan pagar lalu di siapkan rumah
untuk juru situs tentunya tanpa merusak kondisi situs. Namun dalam wawancara
dengan Ibu Elly mengatakan sebagai berikut:
“Dulu pemeliharaan itu dilakukan oleh juru pelihara, namun dengan
adanya juru pelihara tersebut tidak mengurangi kekumuhan yang ada
sehingga pemeliharaan dilakukan oleh pihak ketiga,dan terlihat hasilnya”.
Wawancara dengan Ibu Ely selaku Kasubag TU di BPCB atau BP3S, pada
Selasa, 01 Juli 2014 pukul 13.30 WIB di BPCB Serang
Seperti yang telah dijelaskan bahwa satuan pengaman atau juru situs tetap
diperlukan agar setidaknya situs lebih terjaga karena destinasi cagar budaya
Banten Lama merupakan salah satu aset Provinsi Banten, yang mana aset ini
menimbulkan berbagai dampak bila dikelola dan dimanfaatkan dengan baik atau
dengan kata lain dimaksimalkan potensinya, salah satu dampaknya adalah
kawasan atau destinasi cagar budaya ini menjadi tempat wisata yang menarik
karena di kawasan ini terdapat cagar budaya berupa peninggalan sejarah, makam-
makam para pejuang pada masa lalu dan kawasan pelabuhan yang berdekatan
dengan pantai. Untuk menunjang kegiatan pariwisata tentunya dibutuhkan sarana
dan prasarana serta infrastruktur pendukung pariwisata seperti toilet, penginapan,
kios-kios souvenir, tempat ibadah, akses jalan yang mudah dan akses kendaraan
yang mudah. Selama ini perawatan fisik bangunan sarana dan prasarana serta
infrastruktur dan aset atau cagar budaya daerah di rasa kurang maksimal.
Pembangunan dan perawatan sarana dan prasarana, infrastruktur, dan cagar
budaya oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten dalam Rencana
140
Strategis 2012-2017 tidak ada kegiatan untuk melaksanakan pembangunan dan
perawatan baik sarana dan prasarana, infrastruktur dan cagar budaya Banten Lama
hal ini di sampaikan oleh:
“Kalo untuk tahun-tahun 2012, 2013 dan tahun ini kita belum ada buat
Banten Lama, tapi ada rencana tahun depan tahun 2015, pernah dilakukan
tapi tahun 2006-2007 tapi dokumennya sudah tidak ada” (Wawancara
dengan, Pak Elda ,staff Bagian evaluasi dan pelaporan program di
Disbudpar Provinsi Banten, pada tanggal 16 Mei 2014, pukul 13.00 WIB di
Disbudpar Provinsi Banten)
Hal Senada di ungkapkan oleh Pak Sapta selaku Kepala Bidang
Pengembangan Destinasi Wisata yang menyatakan sebagai berikut:
“Tahun ini kita dan tahun sebelumnya kita belum ada fokus ke Banten
Lama, adapun fokus untuk ke Banten Lama tahun depan tahun 2015, dan
rencananya kita akan melakukaan penataan pedagang” (Wawancara
dengan Pak Sapta, Bagian Pengembangan Destinasi, Pada Tanggal 10 Juni
2014, pukul 10.00 WIB di Disbudpar Provinsi Banten.
Tidak berbeda jauh dengan dua pernyataan di atas dikatakan bahwa memang
belum ada pengembangan ke arah Banten Lama diungkapkan pula oleh Bapak
Tasrief sebagai berikut:
“Tahun ini belum ada pengembangan Banten Lama, rencananya tahun
2015, adapun pengembangan Banten Lama di lakukan tahun 2006-2007
itupun dokumennya sudah hilang” (Wawancara dengan Bapak tasrief,
selaku Kepala Pengelola Museum Negeri Banten, Pada tanggal 05 Juni
2014, pukul 09.00 WIB di Museum Negeri Banten)
Telaahan dari berbagai sumber melalui wawancara, untuk melihat apa yang
telah dibuat terkait sarana dan prasarana, serta infrastruktur dan cagar budaya di
Banten Lama digunakan Laporan Evaluasi Kinerja Tahun 2013, yang
141
menunjukkan bahwa tidak ada kegiatan kearah pengembangan dan Pelestarian
destinasi cagar budaya Banten Lama. Sementara itu dalam Rencana Strategis
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten Tahun 2012-2013 pada BAB 5
Rencana Program dan Kegiatan, Indikator Kinerja dan Pendanaan Indikatif
beberapa program memberikan sasaran dan indikator program terkait Banten
Lama yaitu sebagai berikut:
Sasaran dan indikator Program Pengelolaan dan Pengembangan
Keragaman, Kekayaan dan Nilai Budaya adalah sebagai berikut:
1. Meningkatnya kualitas Perlindungan, Pengembangan dan Pemanfaatan
Kebudayaan melalui:
a. Meningkatnya kajian seni daerah, difokuskan kepada HaKI bidang
kesenian; pelaksanaan forum rembug kesenian; dan pendokumentasian
seni budaya daerah
b. Meningkatnya fasilitas seni daerah, difokuskan kepada penyediaann
sarana prasarana berkesenian, dan fasilitas pentas seni.
c. Meningkatnya Gelar Seni Daerah, difokuskan kepada pelaksanaan
festival seni, lomba seni serta pameran seni.
d. Meningkatnya misi kesenian, difokuskan kepada fasilitasi pentas seni
skala nasional
2. Meningkatnya pelestarian nilai-nilai tradisi
1) Meningkatnya tradisi masyarakat adat, melalui: meningkatnya fasilitas
bagi masyarakat adat, difokuskan kepada fasilitasi event masyarakat
adat Cisungsang, Cisitu, Citorek dan Baduy.
142
2) Meningkatnya data tradisi dan kearifan lokal, difokuskan kepada
pelaksanaan inventarisasi tradisi dan kearifan lokal
3) Meningkatnya Pemahaman masyarakat tentang nilai-nilai budaya
daerah, difokuskan kepada Sarasehan/dialog nilai-nilai budaya
4) Ketersediaan kebijakan pelestarian kebudayaan daerah, difokuskan
kepada kebijakan perlindungan, pengembangan dan pemanfaatan
kebudayaan daerah serta kebijakan teknis lainnya bidang kebudayaan.
3. Meningkatkan kualitas pelestarian warisan budaya
1) Meningkatnya pelestarian dan perlindungan cagar budaya museum dan
kesejarahan melalui:
a. Meningkatnya data kesejarahan, difokuskan kepada inventarisasi
arsip dan naskah kuno, serta kajian dan penelitian cagar budaya
b. Meningkatnya cagar budaya dan bangunan bersejarah yang
direvitalisasi, difokuskan kepada revitalisasi cagar budaya dan
bangunan bersejarah di Kawasan Situs Benda Purbakala dan
Masjid Banten Lama; dan cagar budaya lainnya yang menjadi
kewenangan pemeliharaan tingkat provinsi
c. Meningkatnya pengadaan dan pemeliharaan koleksi Museum,
difokuskan kepada pengadaan dan pemeliharaan koleksi museum
negeri Provinsi Banten
d. Meningkatnya penyebarluasan informasi Museum, difokuskan
kepada pameran koleksi Museum Provinsi Banten
143
Sasaran dan indikator program Pengelolaan dan pengembangan pariwisata
dapat diukur dengan:
1. Mengembangkan destinasi pariwisata yang berdaya saing
1. Meningkatkan pengembangan daya tarik wisata, melalui:
a. Peningkatan sarana objek wisata yang berdaya saing, difokuskan
kepada penataan dan pengembangan objek wisata di:
i. Kawasan Pariwisata terpadu Padarincang
ii. Kawasan Pantai Wisata Anyer dan pulau Tunda beserta
pulau shangiang
iii. Kawasan Ekonomi khusus pariwisata Tanjung Lesung
iv. Kawasan Pariwisata Pulau Umang;
v. Kawasan wisata pantai carita, dan kawasan wisata alam
serta wisata religi;
vi. Daerah penyangga Taman Nasional Ujung Kulon
(TNUK) dan pemberdayaan masyarakat sekitarnya;
vii. Kawasan Wisata Pantai Sawarna dan Bagedur,
viii. Kawasan Wisata Alam Arum Jeram Ciberang, serta
wisata Religi;
2. Meningkatnya Kualitas Pengelolaan Destinasi Wisata, melalui:
a. Meningkatkan pengembangan desa wisata,difokuskan kepada
peningkatan sarana dan manajerial pengelolaan desa wisata
b. Meningkatnya investasi bidang pariwisata, difokuskan kepada
ketersediaan data investasi pariwisata
144
c. Meningkatnya ketersediaan dokumen perencanaan
pengembangan pariwisata, difokuskan kepada dokumen
perencanaan pembangunan pariwisata.
Dari penjabaran mengenai sasaran dan indikator program di atas beberapa
diantaranya menyebutkan Banten Lama, namun ada keganjilan yaitu pada
Peningkatan sarana objek wisata yang berdaya saing, difokuskan kepada penataan
dan pengembangan objek wisata yang mana di dalamnya Kawasan Cagar Budaya
Banten Lama tidak tersebut di dalamnya, sedangkan dengan sangat jelas di dalam
berbagai perencanaan yang telah dijabarkan di atas, Kawasan banten Lama
menjadi prioritas. Di bawah ini adalah pernyataan bapak Elda selaku Kepala
Bidang Program dan bapak Tasrief selaku Kepala Pengelola Museum Negeri
Banten, mengenai mengapa dalam beberapa tahun antara tahun 2010-2014 belum
ada arah kegiatan dalam pengembangan Banten Lama.
“Tahun-tahun sebelumnya dan tahun ini belum ada arahan pengembangan
ke Banten Lama, karena dari kita belum ada anggarannya, karena tahun ini
saja 80% anggaran untuk belanja pegawai, tapi tahun 2015 kita rencana
fokus ke banten Lama dengan rencana penataan pedagang” hasil
wawancara dengan Bapak Tasrief, selaku Kepala Seksi Pengelolaan
Museum Negeri Banten, pada Tanggal 26 Februari 2014, pukul 09.00 WIB,
di Museum Negeri Banten)
Pernyataan di atas memberikan jawaban mengenai alasan mengapa antara
tahun 2010-2014 Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten yaitu
masalah anggaran, namun untuk lebih mengetahui apa saja yang menyebabkan
antara tahun tersebut belum ada pengembangan dan pelestarian untuk Banten
Lama yaitu sebagai berikut pernytaan dari Bapak Elda
145
“Banten Lama memang PR untuk Provinsi dan Kota dahulu sudah
dilakukan dengan APBD dan APBN dengan revitalisasi sekitar alun-alun,
sebenarnya jika menangani Banten Lama itu kita terbentur masalah klasik,
yaitu masalah banyaknya kepentingan yang terdapat di sana yaitu seperti:
BPCB, Kenadziran dan kabupaten Kota, tapi di tahun 2015 kita sudah
menyiapkan rencana kantong anggaran untuk revitalisasi Banten Lama”
hasil Wawancara dengan Bapak Elda, selaku staff Bidang Evaluasi dan
Pelaporan Program di Disbudpar Provinsi Banten, Pada tanggal 16 Juni
2014, pukul 10.00 WIB di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi
Banten”
Dari pendapat kepala bidang dan kepala seksi di atas maka dapat di
simpulkan bahwa tidak adanya kegiatan pengembangan dan pelestarian Banten
Lama antara tahun 2012-2014, sedangkan dalam prioritasnya di rencana strategis
tahun 2012-2017 disebutkan bahwa prioritas pembangunan pariwisata salah
satunya adalah Kawasan Wisata Cagar Budaya Banten Lama, Selain itu dalam
kutipan wawancara yang dijabarkan di atas tersirat alasan mengapa antara 2012-
2014 belum diadakan kegiatan dan peneliti menyimpulkan hal tersebut di
karenakan oleh hal-hal sebagai berikut:
1. Masalah Anggaran;
2. Masalah Koordinasi antar berbagai pihak yang memiliki kepentingan di
Banten Lama.
Masalah anggaran tentunya menjadi salah satu kendala yang cukup berat,
karena terkadang manusia merencanakan namun modal menentukan. Hal ini
seperti yang diungkapkan oleh Bapak Juhaeri selaku Kasi Pengembangan nilai-
nilai tradisional di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Serang saat di
146
wawancarai mengapa beberapa perencanaan yang telah di buat belum berjalan
secara maksimal sebagai berikut pernyataannya:
“Manusia perencana, modal menentukan, keterbatasan dana sehingga kita
mengerjakan yang kecil-kecil dahulu” Wawancara dengan Bapak Juhaeri
selaku Kasi Pengembangan nilai-nilai tradisional di Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan Kabupaten Serang, pada tanggal 17 Juni 2014, pukul 11.00
WIB di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Serang.
Selain itu peneliti memperoleh informasi bahwa BPCB atau BP3S Serang
dalam melakukan pemeliharaan dilakukan selama 2 bulan sekali seperti
pembersihan sampah, dan pemotongan rumput liar, namun sejak akhir tahun 2013
sampai Juni 2014 belum dilakukan pembersihan rumput liar tersebut, penjaga
keraton kaibon mengatakan sebagai berikut:
“Tiap tahun ada dana untuk melakukan pemeliharaan dan pelestarian,
namun saat ini dananya tersedat, mungkin beberapa bulan lagi dana turun
untuk melakukan pemeliharaan” Wawancara dengan Bapak Mulangkara
selaku Juru Situs Keraton Kaibon, pada 24 Juni 2014, pukul 16.00 WIB di
Keraton Kaibon.
Dari pernyataan tersebut terlihat sepertinya pihak BPCB atau BP3S
kesulitan dalam hal pendanaan pemeliharaan dan pelestarian, apalagi terkait
banyaknya cangkupan kewenangannya yaitu Lampung, Banten, DKI Jakarta dan
Jawa Barat, sehingga tentunya dalam hal ini BPCB tidak bisa memperlakukan
Banten Lama secara khusus sehingga perlu bantuan dari pihak lain yaitu termasuk
pemerintah setempat, saat di konfirmasi kepada pihak Bappeda Kota Serang
terkait masalah kesulitan anggaran dalam hal pelestarian mengatakan sebagai
berikut:
147
“Kita bisa melakukan kerja sama dalam pelestarian, terutama dalam
pendanaan, namun itu tentunya lewat kerja sama atau perundingan atau
duduk bersama”Wawancara dengan Bapak Sigit selaku staff Bappeda, pada
11 Juni 2014 pukul 10.00 WIB di Bappeda Kota Serang
Dari pernyataan di atas dapat terlihat bahwa koordinasi antara pihak BPCB
dan pemerintah setempat kurang diperhatikan, selain itu perhatian yang diberikan
oleh pemrintah terkait masih minim dan hal tersebut akan dibahas lebih jauh
dalam masalah koordinasi pada paragraph di bawah ini.
Masalah koordinasi antar berbagai pihak yang memiliki kepentingan di
Banten Lama juga merupakan masalah yang menjadi hambatan terbesar,
kurangnya koordinasi antara berbagai pihak, dan yang lebih menyulitkan lagi
adalah banyaknya kepentingan yang terdapat di dalamnya baik kepentingan dari
sisi masyarakat dan kepentingan dari sisi pemilik kewenangan dan kekuasaan. Hal
ini berdasarkan kesimpulan dari beberapa wawancara peneliti dengan narasumber
yaitu sebagai berikut:
“Dalam Pengembangan Banten Lama ada aturan mengenai cagar budaya,
yang memiliki aturan apa-apa saja yang boleh yang tidak boleh dilakukan
terkait Banten Lama, sehingga kita kesulitan dalam mengintervensi secara
langsung, selain itu Banyaknya kepentingan yang terdapat disana juga
membuat kita kesulitan melakukan intervensi, sehingga koordinasi harus
lebih intens” Wawancara dengan Bapak Irfan staf bagian Tataruang, pada
tanggal 16 Juni 2014, Pada Pukul 11.00 WIB di Bappeda Provinsi Banten
Peneliti melihat bahwa sudah banyak yang dilakukan pemerintah untuk
Banten Lama termasuk berkoordinasi dengan pihak lain atau dinas terkait, namun
belum berkoordinasi dengan pemilik kepentingan di Banten Lama sehingga yang
terjadi adalah miss komunikasi. Pemerintah melakukan rapat-rapat terkait
148
membahas apa saja yang dilakukan untuk Banten Lama, namun dalam hal ini
pemerintah tidak melibatkan masyarakat didalamnya, misal seperti Sosialisasi
Undang-undang No.10 tentang Cagar Budaya Banten Lama yang di adakan di
Hotel Mahadria. Sosialisasi ini seharusnya dilakukan ditengah masyarakat Banten
Lama, tentunya juga memanggil dinas terkait dari berbagai daerah,sehingga
sosialisasi undang-undang ini tersampaikan dan setidaknya sedikit demi sedikit
masyarakat sekitar sadar bahwa terdapat aturan yang mengatur tentang cagar
Budaya sehingga mereka mengurangi pemanfaatan yang berlebihan terhadap
Banten Lama dan ikut melestarikan Destinasi Cagar Budaya ini.
Kurangnya koordinasi terlihat dalam pembuatan masterplan kota serang.
Kota Serang meminta bantuan pihak provinsi untuk dibuatkan masterplan, namun
yang mengejutkan adalah sejak masterplan itu selesai dibuat oleh Dinas Sumber
Daya Air dan Pemukiman Provinsi Banten, bahkan Bappeda Kota Serang dan
Bappeda Provinsi belum menerima draft tersebut, hal ini berdasarkan pernyataan
narasumber sebagai berikut:
“terkait Masterplan kita meminta bantuan pihak provinsi, karena
keterbatasan Dana. Akhirnya yang menangani pihak SDAP, tapi belum
ngasihin tuh kekita Masterplannya, sampai saat ini” Wawancara dengan
Bapak Sigit selaku staff Bappeda Kota Serang, pada 11 Juni 2014 pukul
10.00 WIB di Bappeda Kota Serang
Pernyataan yang sama terkait belum diserahkannya draft masterplan juga
disampaikan oleh Bapak Irfan, selaku staff tata ruang di Bappeda Provinsi Banten
sebagai berikut:
149
“Masterplan yang dibuat SDAP belum masuk kesini, adanya masterplan
yang tahun 2009 tapi saya lupa naruhnya dimana” Wawancara dengan
Bapak Irfant selaku staff bagian Perencanaan Ruang Bappeda Provinsi
Banten, pada 16 Juni 2014 pukul 10.00 WIB di Bappeda Provinsi Banten
Namun dalam hal ini Dinas Kebudayaan dan Pariwisata tentunya memiliki
masterplan tersebut dan dijadikan acuan sebagai kegiatan revitalisasi Banten
Lama pada Tahun 2015. Memang dalam implemantasi perencanaan strategis
pengembangan dan pelestarian Banten Lama jenjang tahun 2012-2017 baru akan
dilaksanakan kegiatan pada tahun 2015, hal demikian tentunya sangat
disayangkan, namun pelaksanaan di tahun 2015 tentunya bukan tanpa alasan,
alasan-alasan terkait anggaran, kepemimpinan, koordinasi, dan kondisi dilapangan
tentunya menjadi latarbelakang mengapa pelaksanaan rencana strategis
pengembangan dan pelestarian baru dilakukan pada tahun 2015 nanti. Di
Harapkan dalam pelaksanaannya dan hasil pelaksanaannya tidak mengecewakan
atau mensia-siakan uang rakyat. Apapun yang disampaikan oleh peneliti di atas
hanya sekedar memberikan gambaran peneliti mengenai apa yang harus
dilaksanakan tentu tidak memiliki maksud untuk menggurui atau sok tahu apalagi
mengkritik. Selanjutnya di bawah ini peneliti mencoba sedikit menganalisis
bagaimana implementasi perencanaan strategis pengembangan dan pelestarian
Destinasi wisata Cagar Budaya Banten Lama.
4.2.3 Implementasi Rencana Strategis Pengembangan dan Pelestarian
Destinasi Wisata Cagar Budaya Banten Lama
Pembahasan mengenai implementasi Perencanaan Strategis dan Pelestarian
Destinasi Wisata Cagar Budaya Banten Lama akan di jabarkan mengenai
150
implementasi dari rencana yang paling terdahulu yaitu Perda Kabupaten Serang
No.9 Tahun 1990 pada pasal 5 ayat 1, perencanaan ini tidak ada tindak lanjut
konkret bahkan hingga tahun 2000, informasi ini di dapat dalam buku Kota
Banten Lama Mengelola Warisan Untuk Masa Depan oleh Rahardjo dkk (2011:
170), Perencanaan perda No.9 tahun 1990 digunakan sebagai dasar pembentukan
RUTR Kawasan Banten Lama Pada Tahun 1994, yang kemudian disusul dengan
masterplan beserta gambar perencanaan serta maket bangunannya sekaligus.
Rahadjo dkk (2011: 170) mengatakan bahwa dokumen RUTR dan gambar-
gambar perencanaan dengan jelas menggambarkan adanya upaya pengelolaan
situs yang disatukan dengan penataan kawasan Pantai, namun sayangnya
perencanaan yang tampaknya sudah matang tidak berjalan sebagaimana mestinya.
Selanjutnya perencanaan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Banten Lama dan
Karangantu 2006 – 2011, perencanaan ini juga dapat dikatakan salah satu
perencanaan yang matang yang dibuat oleh Kabupaten Serang, namun lagi-lagi
dalam pelaksanaan atau implementasinya tidak berjalan sama sekali, selain itu
terbentur terbentuknya Kota Serang pada tahun 2007, sehingga Banten Lama pun
bukan lagi menjadi kewenangan Kabupaten Serang melainkan kewenangan Kota
Serang, yang masuk ke dalam kewenangan Kabupaten Serang adalah Danau
Tasikardi, Pengindelan dan Masjid Pecinan sisanya masuk wilayah kewenangan
Kota Serang. Belum ada alasan pasti kenapa rencana-rencana dari Kabupaten
Serang ini tidak dilaksanakan.
151
Perencanaan selanjutnya yang dibahas adalah perencanaan yang di buat oleh
Provinsi Banten yaitu Banten Waterfront City tahun 2009 dan Arahan Revitalisasi
Banten Lama Tahun 2009 dengan skenario pengembangan sebagai berikut yaitu:
a) Pengembangan pelabuhan dan Tempat Pelabuhan Ikan Kawasan
Karangantu.
b) Lahan Potensial pengembangan perikanan kawasan Karangantu
c) Pelestarian objek wisata kelautan seperti mercusuar dan kampung
nelayan di Kawasan Karangantu
d) Pengembangan objek wisata baru berupa wisata kuliner dan wisata air
e) Peningkatan upaya penyebaran informasi dan paket wisata Kawasan
Karangantu
f) Peningkatan kualitas lingkungan Benteng Speelwijk (Rekonstruksi
kembali bangunan benteng)
g) Pengembangan wisata ziaraah sebagai wisata unggulan skala regional
Kabupaten Serang
h) Revitalisasi kios menjadi pusat informasi dan souvenir
i) Keraton Surosowan merupakan mega situs purbakala dengan luasan
yang cukup besar
Sekenario pengembangan di atas terlihat menyeluruh dari segala potensi
yang ada, selain itu berdasarkan observasi hasil dalam skenario pengembangan
tersebut belum menunjukkan hasil yang maksimal misalnya jalan di kawasan
pelabuhan Karangantu atau tepatnya di syahbandar umum jalan itu dapat
dikatakan rusak parah bahkan saat peneliti berkunjung ke sana tahun 2011 saat ini
152
kondisinya semakin parah, perbaikan yang dilakukan hanya sekedar menambal
dengan baju atau pasir. Kondisi jalan yang rusak juga terdapat di sisi kiri Keraton
Surosowan belum di perbaiki sampai sekarang. Saat ditelusuri apa yang
menyebabkan demikian di bawah ini merupakan pernyataan Bapak Sabidin selaku
staff bagian tata ruang di Dinas Marga Tata Ruang Provinsi Banten sebagai
berikut:
”Kalau Karangantu belum sampai dilaksanakan karena kota belum siap
pembebasan lahannya”.Wawancara dengan Bapak Sabidin selaku Staff
bagian tata ruang di Dinas Marga Tata Ruang Provinsi Banten, pada Selasa,
02 Juni 2014, pukul 10.30 WIB di Dinas Marga Tata Ruang Provinsi
Banten.
Saat diwawancarai lebih jauh mengenai apa yang dilakukan untuk Banten
Lama sendiri pernyataan beliau yaitu sebagai berikut:
Banten Lama itu saat ini ingin dijadikan sebagai kawasan Kota Pusaka tapi
perdanya belum ada masih dalam tahap pembuatan. Selain itu kita ga
ngutak-atik Banten Lama karena BPCB belum punya gambaran utuh, jadi
ga bisa diutak-atik. Gambaran utuhnya itu ada di Belanda”.Wawancara
dengan Bapak Sabidin selaku Staff bagian tata ruang di Dinas Marga Tata
Ruang Provinsi Banten, pada Selasa, 02 Juni 2014, pukul 10.30 WIB di
Dinas Marga Tata Ruang Provinsi Banten.
Pernyataan menurut Bapak Sabidin di atas dapat disimpulkan bahwa
perencanaan mengenai Banten Waterfront City tersebut belum dilakukan dengan
maksimal, pernyataan mengenai kurang maksimalnya penangan di Banten Lama
di ungkapkan oleh Bapak Dodi selaku Pemborong proyek Banten Lama yaitu
sebagai berikut:
”Masalah Banten Lama itu masalah klasik neng, tapi masalahnya juga
aneh, masalahnya itu ga masuk di akal, mereka melarang ini itu dengan
alasan yang ga masuk akal” Pernyataan Bapak Dodi pada Senin, 16 Juni
2014, pukul 10.00 WIB di Disbudpar Provinsi Banten.
153
Pernyataan di atas memang tidak menggambarkan dengan jelas apa maksud
dari masalah yang tidak masuk akal tersebut, namun dapat memberikan gambaran
bahwa permasalahan dalam pengembangan Banten Lama sangat kompleks
sehingga terasa sulit bahkan mustahil untuk mengembangkan Banten Lama seperti
Borobudur. Selanjutnya yang terbaru adalah masterplan Penataan Kawasan dan
Lingkungan Banten Lama tahun 2011, Perencanaan ini lebih terlihat
pelaksanaannya di bandingkan dengan perencanaan sebelumnya, seperti Banten
Waterfront City Tahun 2009 di laksanakan dengan melakukan normalisasi
terhadap kanal-kanal seperti kanal di Jembatan Rantai, dan kanal lainnya,
selanjutnya arahan revitalisasi Banten Lama tahun 2009 melakukan revitalisasi
pada pemagaran Masjid Agung Banten Lama, relokasi pedagang, pembuatan kios-
kios pedagang dan lebih kepada penataan mesjid.
Rencana itu memang terlaksana dengan anggaran total 28 Milyar melalui
APBN dan dilaksanakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten.
perencanaan dengan niat tulus tersebut menormalkan Banten Lama dalam
Beberapa saat tidak lama dari itu membawa masalah baru dalam pengembangan
Banten Lama, masalah tersebut adalah:
1. Pemagaran Masjid Agung Banten Lama dan Alun-alun Kota Banten
Lama di indikasi melanggar undang-undang Cagar Budaya.
2. Kios-kios yang telah di bangun ditinggalkan kembali oleh para
pedagang, dan Pedagang kembali ketempat semula, dan kios tersebut
kini tidak ditempati dan menjadi kumuh.
154
3. Normalisasi kanal-kanalpun tidak berhasil, lagi-lagi kanal ditumbuhi
eceng gondok dan tanaman lain dan masyarakat menggunakan kanal
tersebut untuk memancing.
Hal tersebut di dapatkan melalui observasi dan wawancara, wawancara
dengan Bapak tasrief yang mengatakan:
“Pembangunan pagar tertutup tersebut sebenarnya menyalahi aturan
undang-undang karena alun-alun adalah fungsinya tempat berkumpul, dan
dalam undang-undang dijelaskan bahwa cagar budaya harus dapat diakses
dan lihat, kalo dipager gitukan jadi ga bisa dilihat, kalo mau revitalisasi
lagi yam au ga mau ya bongkar walaupun sakit” Hasil Wawancara dengan
Bapak Tasrief selaku Kepala Seksi Pengelola Museum Negeri Banten, Pada
tanggal 26 Februari 2014, pukul 10.00 WIB, di Museum Negeri Banten
Setelah di konfirmasi kepada Dinas Pekerjaan Umum yaitu Ibu Nurma di
Bagian Cipta Karya mengatakan sebagai berikut:
“Pembangunan pagar, dan Museum Kepurbakalaan Banten Lama
sebenarnya menyalahi aturan undang-undang Cagar Budaya, karena
sebenarnya pagar itu menghalangi alun-alun, dan zona inti tidak boleh ada
aktivitas seperti museum jadi itu melanggar” Hasil wawancara dengan Ibu
Nurma selaku Pegawai di Bagian Cipta Karya, pada tanggal 05 Mei 2014,
pukul 10.00 WIB, di Dinas Pekerjaan Umum Kota Serang
Pernyataan lain mengenai pembangunan pagar tersebut menyalahi aturan di
sampaikan oleh Bapak Mulangkara sebagai berikut:
Kesalahannya telek itu sampai pak alam itu dicopot dari jabatannya, karena
anggaran pusat itu melalui anggaran pariwisatanya Banten dulu itu, karena
ga sesuai dengan juklak, jadi begitu dana turun karena memang kenadziran
menerima uang jalurnya melalui dinas-dinas, kebetulan waktu itu ga
melalui dinas balai kami ya langsung ke Provinsi, Ya karena memang kalau
kita tinjau dari fungsi ruang publik aja dulu alun-alun sebagai fungsi ruang
publik, ini aja ga tertutup pagarnya bisa diakses dari luar, atau alun-alun
Serang, Istana Negara ditutup ga, enggakan? Jadi kalaupun orang ga
masuk ke alun-alun, karena itu ruang publik, jadi itu bisa lihat ada kegiatan
apa dalam alun-alun, ya kalau begitumah fungsi ruang publiknya sudah
hilang satu itu kesalahan yang fatal, kedua membuat pintu gerbang yang
155
dekat menara, itu bangunan baru mendominasi bangunan lama, Ketiga
membuat replika Jembatan Rantai lebih besar daripada yang aslinya, itu
replika yang dibuat zamannya Tusfatul, namanya buat replika itu ada
aturannya ga sembarangan, ga boleh melebihi atau menyamai dengan yang
aslinya itu, inimah malah ngelebihin yang asli, itu yang sangat fatal itu tiga
kalau menurut saya si. Ya bahasannya waktu itukan dana anggaran APBN
yang melalui dinas pariwisata provinsi waktu itukan untuk revitalisasi
Kawasan Mesjid Agung Banten, ya cuman dalam benak Fatul waktu itu
sebagai ketua nadzir ga tau yang namanya revitalisasi. Wawancara dengan
Bapak Mulangkara selaku Juru Situs, pada Kamis, 24 April, pukul 16.00
WIB, di Keraton Kaibon.
Perencanaan yang di harapkan akan membawa pengembangan bagi Banten
Lama justru menciptakan masalah baru, hal ini tentunya di tanyakan dengan
kesimpulan jawaban sebagai berikut:
1. Kurang tepatnya pengaturan arus pengunjung untuk melewati pedagang
sehingga pedagang merasa tidak dilewati dan tidak laku, sehingga kembali
ketempat semula.
2. Kurang tegasnya pemerintah dalam segala perencanaan yang dibuatnya
3. Kurangnya perawatan setelah revitalisasi dilaksanakan.
Perencanaan selanjutnya adalah MasterPlan Penataan Kawasan dan
Lingkungan Banten Lama tahun 2011. Perencanaan ini bukan perencanaan yang
sifatnya komperhensif atau menyeluruh.
“Masterplan banten Lama itu bukan masterplan komperhensif, sedangkan
yang dibutuhkan adalah masterplan yang komperhensif yang menyeluruh
termasuk faktor-faktor sosial” hasil Wawancara dengan Bapak Tasrief
selaku Kepala Seksi Pengelola Museum Negeri Banten, Pada tanggal 26
Februari 2014, pukul 10.00 WIB, di Museum Negeri Banten.
156
Pernyataan lain dari pihak Sumber Daya Air dan Pemukiman mengatakan
sebagai berikut:
“Masterplan ini dikhususkan untuk infrastruktur, sarana dan prasarana
untuk Banten Lama, tidak terkait masalah Cagar Budaya Banten Lama
didalamnya” Hasil wawancara dengan Bapak Isfan Pada tanggal 22 April
2014, pukul 10.00 di Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman.
Walaupun masterplan ini bukan masterplan yang sifatnya komperhensif
seperti yang diungkapkan di atas, namun setidaknya perencanaan ini sudah
berjalan sebesar 30%, hal ini di ungkapkan oleh Bapak Isfan sebagai berikut:
“Masterplan sudah berjalan, sudah berjalan sebanyak 30% dari 100% ,
kan ada targetnya tiap tahun apa aja yang harus selesai” Hasil wawancara
dengan Bapak Isfan Pada tanggal 22 April 2014, pukul 10.00 di Dinas
Sumber Daya Air dan Pemukiman.
Kroscek yang dilakukan peneliti yaitu melalui RAB indikasi Program yang
peneliti lihat hanya beberapa kegiatan yang sudah dilaksanakan yaitu :
Tabel 4.8
RAB Indikasi Program Zoning 1 Infra Struktur Utama Mesjid
Agung
Pembangunan Jembatan m2 216
1.900.926 410.600.000 DED Finish
Pekerjaan Kanal/Talud Kanal lb
= 20 m, t = 3 m m
2.000
6.005.500 12.011.000.000 DED Finish
Gedung Persistirahatan & Toilet m2 448
3.991.071 1.788.000.000 Sdg dikerjakan
Gedung Maktab Banten 4 lt m2 974
3.991.071 3.887.000.000 Dok ada
Perluasan Atap Kesultanan
Banten m
2
1.042
827.543 862.300.000 DED Finish
Gedung Musafir m2 166
3.991.071 663.400.000 DED Finish
Alun - alun Banten m2 445
2.011.236 895.000.000 DED Finish
Gedung Diklat 2 lt m2 505
3.991.071 2.016.000.000 DED Finish
Renovasi Tempat Wudhu m2 100
763.000 76.300.000 Sdh dikerjakan
Sumber: Dokumen laporan Final Masterplan Banten
157
Tabel menunjukkan di atas bahwa yang sudah dikerjakan itu renovasi
tempat wudhu, namun ada pula yang masih atau sedang dikerjakan yaitu Gedung
peristirahatan dan toilet, dan pembuatan DED, sedangkan yang lainnya masih
bertuliskan rencana. Selain Zoning 1 masih terdapat Zoning 2, Zoning 3, Zoning 4
dan Zoning 5, namun hanya zoning 1 yang sudah ada gambaran apa yang sudah
dikerjaan, yang sedang dikerjakan dan DED, sedangkan di zoning 2-5 semuanya
masih bertuliskan rencana, padahal bila dilihat dari Skedul Indikasi Program,
banyak sekali kegiatan yang harus dilaksanakan antara tahun 2011-2014, namun
selain pada tabel 4.4 semuanya masih dalam tahap rencana. Selain itu Masterplan
ini di buat untuk ditujukan untuk Kota Serang, namun saat diwawancarai pihak
dinas tata ruang kota dan Bappeda kota serang mereka mengaku bahwa belum ada
penyerahan draft dari pihak SDAP kepada pihak mereka, selain itu pihak Bappeda
Provinsi Banten pun mengaku belum menerima draft Masterplan tersebut. Hal ini
tentunya lagi-lagi menunjukkan kurangnya koordinasi atau kerjasama antar
masing-masing pihak terkait.
Perencanaan selanjutnya yang akan dibahas adalah perencanaan ruang
lingkup Kabupaten Serang Perda Kabupaten Serang No. 9 Tahun 1990 yang
memuat penetapan Kawasan Peninggalan Sejarah dan Purbakala Banten Lama
sebagai Taman Wisata Budaya menurut Rahardjo dkk (2011: 170) mengatakan
bahwa bentuk pengelolaan sebagaimana yang diusulkan dalam dokumen itu juga
dimuat dalam perda No.9 Tahun 1990 (Pasal 5 ayat 1). Hingga memasuki tahun
2000 ternyata tidak ada tindak lanjut konkret untuk meneruskan rencana
pengelolaan tersebut. Dan sayangnya perencanaan yang tampaknya sudah matang
158
tidak berjalan sebagaimana mestinya. Asumsinya bentuk pengelolaan tidak
mendapatkan tindak lanjut karena gagasan sebelumnya kurang menampung
keterlibatan berbagai kelompok kepentingan. Untuk lebih detailnya peneliti
mendapatkan kebijaksanaan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah
(RIPPDA) Kabupaten Serang dari laporan akhir Arahan Revitalisasi Kawasan
Banten Lama dan Karangantu sebagai berikut:
1. Potensi dan daya tarik wisata
a) Wisata Budaya, yaitu:
i. Wisata Budaya sejarah berupa Masjid Agung Banten, Kraton
Surosowan, Kraton Kaibon, Makam Sultan Maulana Yusuf, Masjid
Kenari, Benteng Speelwijk, Klenteng Cina/Vihara Budha, Tasikardi,
Watu Gilang, Pelabuhan Karangantu, Meriam ki Amuk dan
Mercusuar Anyer Kidul
ii. Wisata budaya pendidikan, berupa Museum Situs kepurbakalaan
Banten
iii. Kesenian Debus, Patingtung, Ubrug, Syaman Beluk, Terbang Gede,
Wawacan, Mawalan (Qasidah) dan Rudat
b) Obyek wisata minat khusus, berupa wisata ziarah, olahraga pantai dan
kenadziran.
2. Rencana Pengembangan Pariwisata
a) Setiap Satuan Kawasan Wisata (SKW) terbentuk oleh 3 (tiga) elemen
dasar, yaitu:
159
i. Nucleus (inti), merupakan elemen utama yang menjadi inti dari jenis
obyek wisata dan daya tarik wisata.
ii. Inviolate belt, merupakan jalur pelindung juga merupakan gerbang
yang berfungsi memberikan kesan menarik pada saat wisatawan
masuk ke zona inti
iii. Zone of closure, merupakan wilayah luar yang masih terpengaruh
oleh aktivitas wisatawan
b) Berdasarkan pendekatan tersebut diatas telah disebutkan sebelumnya,
maka pembagian SKW menurut Rencana Induk Pengembangan
Pariwisata Daerah (RIPPDA) Kabupaten Serang, terbagi kedalam
tujuh wilayah, yaitu: SKW Banten Lama, meliputi Pulau Dua, Taman
Rekreasi Wulandira, Situs Kepurbakalaan Banten Lama (Museum
Banten, Masjid Agung Banten, Kaibon, Keraton Surosowan, Benteng
Speelwijk, Vihara dan Tasikardi.
Perencanaan selanjutnya adalah RUTR Kawasan Banten Lama pada Tahun
1994, perencanaan ini merupakan tindak lanjut dari Perda Kabupaten Serang No.9
tahun 1990, namun dalam RUTR ini peneliti tidak menemukan dokumen aslinya
atau dokumen secara fisik karena saat ini dinas pariwisata dan kebudayaan
memisahkan diri sehingga dokumen yang adapun tercecer, selain itu juga melihat
waktu RUTR yaitu tahun 1994 dan saat ini tahun 2014 sudah 20 tahun lebih
sehingga keberadaan dokumennya pun sudah entah di mana, sealnjutnya saat
diwawancarai bagaimana pelaksanaannya tidak ada yang mengetahui tentang itu,
baik Dinas Pendidikan dan Kebudayaan atau Dinas Pariwisata Kota Serang. Hal
160
demikian juga terjadi pada masterplan Banten Lama yang juga dibuat berdasarkan
RUTR tahun 1994, keberadaannya entah di mana sekarang dan bagaimana
pelaksanaanyapun tidak diketahui.
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Banten Lama dan Karangantu 2006 –
2011, rencana strategis tersebut merupakan rencana yang dibuat oleh pihak
Kabupaten Serang. tindak lanjut dan pengembangan materi rencana struktur ruang
dari Rencana Umum Tata Ruang (RUTR) Kawasan Banten Lama dan
Karangantu, agar dapat bersifat operasional dalam pengendalian dan pengawasan
pelaksanaan pembangunan fisik kota. Rencana struktur tata ruang dalam kawasan
perencanaan merupakan pengarahan lokasi dari berbagai kegiatan yang
mempunyai kesamaan fungsi maupun lingkungan permukiman dengan
karakteristik tertentu. Rencana ini juga memiliki detail yang lengkap namun saat
ditanyakan kepada pihak kabupaten bagaimana mengenai perencanaan ini, tidak
ada yang mengetahui hanya pernyataan bapak juhaeri di bawah ini:
“Tahun 2007 saya melakukan pembangunan gerbang keraton surosowan,
pintu besi dan papan informasi, papan petunjuk, Kalo bagian Destinasi di
Dinas Pariwisata itu pembuatan pasar tahun 2006, dan pemagaran
Pengindelan Abang” Wawancara dengan Bapak Juhaeri selaku Kepala Selsi
Pengembangan nilai-nilai tradisional di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
Kabupaten Serang, pada Selasa, 17 Juni 2014, pukul 11.00 WIB, di Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Serang.
Perencanaan ini tentunya terbentur dengan pembentukan Kota Serang pada
tahun 2007, sehingga peneliti tidak mendapatkan keterangan yang jelas apa saja
yang dilakukan terkait rencana tersebut dan bagaimana pelaksanaannya. Saat
diwawancarai mengenai itu narasumber mengatakan tidak mengetahui karena
161
pada saat itu bukan tugasnya, melainkan tugas temannya yang sudah pensiun.
Adapun pada tahun 2006 oleh Kabupaten Serang, keluar SK atau Keputusan
Bupati Serang No. 430/Kep.459-Huk/2006 tentang Penetapan Situs dan Benda
Cagar Budaya sebagai Aset Daerah Kabupaten Serang yang di dalamnya
dijabarkan mengenai bentuk-bentuk perlindungan apa saja yang sudah dilakukan
untuk Banten Lama yaitu sebagai berikut:
Tabel 4.9
Perlindungan yang telah dilakukan untuk Banten Lama No Nama Situs Bentuk Perlindungan Tahun Dilakukan Oleh
1 Keraton Surosowan - Pemugaran Kolam Loro Denok
Penataan Lingkungan
- Pemugaran Pintu Gerbang Benteng
sebelah timur
- Perbaikan pagar dan pembuatan pintu
pagar Benteng
- Pemasangan Pintu Besi
- Perbaikan Pagar perbaikan Pintu Besi
1992/1993
1993/1994
1994/1995
1995/1996
1999/2000
Suaka PSP Serang
2 Keraton Kaibon - - -
3 Benteng Speelwijk - Pergantian kawat, pembuatan pintu
besi
- Rehabilitasi bangunan pos jaga
1996/1997
1999/2000
Suaka PSP Serang
Suaka PSP Serang
4 Pelabuhan Karangantu - - -
5 Masjid Agung Banten - - -
6 Menara Masjid Agung
Banten
- - -
7 Masjid Pecinan Tinggi Rehabilitasi 1992/2000 Suaka PSP Serang
8 Masjid Kenari - - -
9 Pengindelan Abang - - -
10 Pengindelan Mas - - -
11 Pengindelan Putih - - -
12 Gedung Ijo - - -
13 Jembatan Rante - - -
14 Tasikardi - - -
15 Watu Gilang - - -
16 Meriam Ki Amuk Konservasi 1999 Suaka PSP Serang
17 Koja Pemagaran 1991/1992 Suaka PSP Serang
18 Klenteng
Avalokitesvara
- - -
19
Sumber: Keputusan Bupati Serang No. 430/Kep.459-Huk/2006 tentang Penetapan
Situs dan Benda Cagar Budaya sebagai Aset Daerah Kabupaten Serang
162
Tabel di atas menunjukkan apa saja yang telah dilakukan untuk Banten
Lama, namun apabila dilihat lebih seksama tabel di atas menunjukkan bahwa
perlindungan lebih sering dilakukan oleh Suaka PSP Serang atau yang sekarang
menjadi Balai Pelestarian Cagar Budaya atau BP3 Serang diBandingkan oleh
pihak Kabupaten Serang sendiri. Memang sejauh ini pemerintah kabupaten serang
ataupun Kota Serang belum melakukan Banyak hal untuk Banten Lama walaupun
dengan pembentukan perda dan pembuatan SK serta bukan berarti mereka lepas
tangan terhadap Banten Lama, tentunya ada sesuatu yang mereka lakukan untuk
Banten Lama entah itu pembuatan pagar atau yang lainnya. Saat diwawancarai
mengenai pengelolaan selanjutnya apa yang akan dilakukan adalah pemeliharaan
selain itu peneliti meminta kepada pihak Kabupaten Serang untuk lebih
memperhatikan kondisi Pengindelan Abang dan Mesjid Pecinan karena
kondisinya yang lebih memprihatinkan dibandingkan dengan yang lainnya.
Sumber lain yaitu Hakim (2006 :119) mengatakan pemda Serang dalam
menggalakkan pariwisata telah menetapkan kompleks purbakala Banten Lama
menjadi proyek otorita Banten Lama. Proyek pariwisata yang mencangkup areal
seluas 600 ha menurut rencana akan membangun berbagai sarana pariwisata. PT
Duta Surosowan telah ditunjuk sebagai pihak pengusaha yang akan membangun
berbagai prasarana di lingkungan bekas kerajaan Islam di Banten. Sebagai
langkah awal dipilih Tasikardi sebagai proyek pertama untuk dijadikan obyek
wisata ideal.Sebelum dilakukan pekerjaan mengeruk lumpur secara besar-besaran
dengan menggunakan tenaga mekanis (alat-alat berat) manusia. Ini dilakukan agar
163
tidak sampai merusak nilai-nilai historis dan benda peninggalan sejarah yang
terdapat di sana. Menurut Rencana, proyek ini tahun 1991 selesai dikerjakan.
Namun saat peneliti mencoba menelusuri bagaimana pelaksanaannya peneliti
tidak mendapat titik terang, namun memang pariwisata Tasikardi dapat dikatakan
lebih baik pengelolaannya di bandingkan dengan situs lainnya, karena memang
sebelumnya situs ini dikelola oleh pihak swasta.
Penjelasan berikutnya adalah apa yang telah dilakukan oleh pemerintah
Kota Serang dalam melakukan pengembangan dan Pelestarian Destinasi Wisata
Cagar Budaya Banten Lama, sama seperti sebelumnya tentunya mereka
melakukan sesuatu untuk Banten Lama, tapi menurut peneliti, Kota Serang dalam
melakukan pengembangan dan pelestarian Banten Lama masih dikatakan minim
kegiatan untuk ke arah tersebut karena terbatasnya masalah anggaran dan sumber
daya manusia, selain itu baru terbentuknya Kota Serang menjadi alasan lain yang
cukup mempengaruhi di mana pemindahan aset dan kewenangan menjadikan
Kota Serang seperti tidak mampu berbuat apapun untuk Banten Lama. Adapun di
bawah ini akan dijabarkan mengenai apa saja yang sudah dilakukan untuk Banten
Lama oleh berbagai pihak yaitu sebagai berikut:
164
Tabel 4.10
Upaya Pengembangan Banten Lama oleh berbagai pihak No Kegiatan Tahun Pelaksana Pendanaan Rencana terkait Sumber data
1
Pemugaran Masjid
Agung Banten
Lama
1968 -
Bhaktyi
Siliwangi
Korem
Maulana
- Rahardjo dkk
(2011 :106)
2
Pemugaran Serambi
Masjid Agung
Banten Lama
1969 - Yayasan Al
Quran -
Rahardjo dkk
(2011 : 106)
3
Pemugaran Masjid
Agung Banten
Lama
Pemugaran Keraton
Surosowan
Pemugaran Keraton
Kaibon
Pemugaran Benteng
Speelwijk
1977 Ditlinbinjarah
APBN
1.012.136 M
Bank Dunia
17 Milyar
(konon)
Penelitian oleh
Puslitarkenas
Hakim (2006
: 115)
4
Pemindahan rumah-
rumah di sekitar
Benteng Keraton
kedekat Benteng
Speelwijk
1979/1980 Depdikbud - -
5 Pemugaran Situs
Purbakala
Kabupaten Serang
dan Provinsi Banten 3 Milyar
Menghidupkan
kembali suasana
abad 17
Hakim (2006
: 122)
6 Pembebasan lahan 2002 Kabupaten Serang 1,3 Milyar Pembangunan
terminal dan parkir
Hakim (2006
: 122)
7
Penataan
lingkungan bekas
jantung Kota
Banten abad 16
2002 Pemerintah Pusat APBN, 1,5 M - Hakim (2006
: 123)
8
Pembentangan
tanah yang
dibebaskan pemda
Serang
2002 Provinsi Bantem APBD 800
Juta -
Hakim (2006
: 123)
9
Pemagaran Benteng
dan Keraton
Surosowan
2002 Kabupaten Serang - - Hakim (2006
: 124)
10 Pembangunan Kios
Pedagang 2009 Provinsi Banten
Disbudpar
Provinsi
Banten
Banten Waterfront
City
Observasi dan
Wawancara
11
Pembangunan
Konblok di Keraton
Kaibon
2013 Pemerintah Pusat BPCB - Observasi dan
Wawancara
12
Revitalisasi
Museum Situs
Purbakala Banten
Lama
2013 Pemerintah Pusat BPCB - Observasi dan
Wawancara
Sumber: Peneliti 2014
Tabel di atas menunjukkan telah banyak upaya yang dilakukan untuk
pengembangan Banten Lama walaupun saat ini kondisi Banten Lama belum
menunjukkan kondisi yang layak sebagai situs berskala intenasional. Rahadjo dkk
165
(2011: 115-116) mengatakan dalam rangka mengembangkan kawasan Banten
Lama sebagai tujuan wisata, pemerintah daerah telah melakukan langkah-langkah
antisipasi meskipun belum maksimal. Pemerintah daerah, melalui instansi terkait
telah membangun berbagai sarana penunjang meskipun pemanfaatannya belum
maksimal. Dari penjelasan-penjelasan di atas mengenai perencanaan untuk Banten
Lama, implementasi rencana strategis pengembangan dan pelestarian destinasi
wisata cagar budaya Banten Lama di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi
Banten dan implementasi rencana strategis pengembangan dan pelestarian, maka
peneliti aka meringkas hasil penelitian dengan tabel di bawah ini yaitu sebagai
berikut:
Tabel 4.11
Rekapitulasi Hasil Penelitian Indikator Hasil Penelitian Kesimpulan
Visi Misi
Keterkaitan antara Visi dan
Misi
1. Visi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Provinsi Banten Mewujudkan Kebudayaan
dan Pariwisata Banten yang Berdaya Saing
dan Berkelanjutan
2. Misi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Provinsi Banten yaitu:
a. Melestarikan nilai, keragaman dan
kekayaan budaya
b. Mengembangkan destinasi pariwisata
yang berdaya saing
c. Meningkatkan sumberdaya manusia
dan kelembagaan kebudayaan dan
pariwisata yang professional
d. Mengembangkan Pemasaran
Kebudayaan dan Pariwisata
e. Meningkatkan kapasitas
kelembagaan dinas budaya dan
pariwisata
3. “Visi dan Misi yang ada berkesesuaian
dengan visi dan misi Kepariwisataan
nasional 2010-2025
4. Visi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Provinsi Banten telah dijabarkan dalam
Misi, program, kegiatan dan di jabarkan
melalui sasaran dan indikator program
Sudah memiliki
keterkaitan dan dilakukan
dengan baik
Analisis Eksternal
166
1. Peluang/Potensi
2. Hambatan atau tantangan
1. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banten
Lama telah merumuskan peluang yang
dihadapi dalam lima tahun pembangunan
kebudayaan dan pariwisata.
2. Belum adanya analisis peluang secara
mendalam terkait dalam pengembangan
dan Pelestarian Banten Lama , karena
antara tahun 2012-2014 Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata Provinsi Banten belum
melakukan kegiatan kearah pengembangan
dan pelestarian Banten Lama
1. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi
Banten Lama telah merumuskan peluang
yang dihadapi dalam lima tahun
pembangunan kebudayaan dan pariwisata
2. Belum adanya analisis peluang secara
mendalam terkait dalam pengembangan
dan Pelestarian Banten Lama , karena
antara tahun 2012-2014 Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata Provinsi Banten belum
melakukan kegiatan kearah pengembangan
dan pelestarian Banten Lama
3. Hambatan yang dihadapi dalam
pengembangan Banten Lama berdasarkan
wawancara dan pernyataan beberapa pihak
yaitu:
a. Anggaran
b. Koordinasi
c. Banyaknya kepentingan
d. Kewenangan
Sudah dilakukan namun
masih secara keseluruhan
Sudah dilakukan namun
masih secara keseluruhan
Analisis Lingkungan Internal
1. Sumber Daya
2. Kemampuan
1. Sumber Daya Manusia di Disbudpar
Provinsi Banten tentunya sangat
mencukupi, mencukupi untuk melakukan
pengembangan dan pelestarian di Destinasi
Wisata Cagar Budaya Banten Lama.
Sampai dengan tahun 2012, jumlah
pegawai Negeri Sipil dengan dukungan
tenaga Pramubakti Administrasi dan
Satuan Pengaman sebanyak 108 orang
2. Satuan Pengaman di Dibudpar Provinsi
Banten sebanyak 12 orang, namun secara
khusus satuan pengaman untuk situs belum
disediakan, hanya masih satuan pengaman
dari BPCB
1. Terkait kemampuan sumber daya manusia
kemampuan Disbudpar Provinsi Banten,
dapat dikatakan mampu namun masing-
masing pihak kurang memahami
tupoksinya masing-masing
2. Terkait kemampuan anggaran, anggaran
yang ada minim bila digunakan untuk
pengembangan dan pelestarian Banten
Sudah mencukupi
Kemampuan yang ada
belum memadai
167
Lama, karena atau khususnya di Disbudpar
Provinsi Banten 80% anggaran untuk
belanja pegawai
Tujuan Jangka Panjang
Prioritas
1. Disbudpar Provinsi Banten telah
menjabarkan tujuan dari masing-masing
misinya.
2. Disbudpar Provinsi Banten antara tahun
2012-2014 belum memprioritaskan Banten
Lama ke dalam pengembangan dan
pelestarian destinasi wisata, karena
berbagai alasan entah itu masalah
kepemimpinan, anggaran, dan lain-lain.
Baru akan dilakukan pada 2015
3. Prioritas Tahun 2015 adalah
pengembangan dan pelestarian Banten
Lama melalui revitalisasi pada tiga point
yaitu:
a. Revitalisasi kios pedagang
b. Perkerasan lahan dan fasilitas umum
c. Relokasi pedagang dari Keraton
Surosowan dan Alun-alun
Sudah memiliki tujuan
jangka panjang namun
masih secara keseluruhan,
belum spesifik pada
pengembangan dan
pelestarian Banten Lama
Strategi
Strategi yang digunakan
1. Disbudpar Provinsi Banten telah
menjabarkan strategi dari masing-masing
misinya.
2. Belum ada Strategi secara khusus dalam
Pengembangan dan Pelestarian Banten
Lama, karena memang belum ada kegiatan
kesana
3. Disbudpar Provinsi Banten telah
menyiapkan strategi pengembangan dan
pelestarian Banten Lama untuk tahun
2015 yaitu strategi “Pariwisata dan
Kebudayaan”. Rencana tahun depan
adalah Revitalisasi yang telah dijabarkan
pada point tujuan jangka panjang
Strategi masih dijabarkan
secara keseluruhan untuk
strategi secara khusus
pengembangan dan
pelestarian Banten Lama
belum dimiliki oleh
Disbudpar Provinsi Banten
Sasaran Tahunan
Terintegrasi dan terkoordinasi
1. Dalam rencana strategis 2012-2017
Disbudpar Provinsi Banten mejabarkan
sasaran tahunan yang akan dicapainya.
Sasaran tahunannya dijabarkan secara
rinci dengan target rencana capaian
2. Disbudpar Provinsi Banten secara khusus
belum memiliki sasaran tahunan mengenai
pengembangan dan pelestarian Banten
Lama. Adapun selama ini menggunakan
masterplan yang di buatkan oleh Dinas
Bina Marga Tata Ruang Provinsi Banten
dan Sumber Daya Air dan Pemukiman
Provinsi Banten
Sasaran tahunan sudah di
buat secara rinci namun
untuk sasaran tahunan
dalam pengembangan dan
pelestarian Banten Lama
belum dimiliki oleh
Disbudpar Provinsi Banten
Kebijakan
Peraturan
1. Disbudpar Provinsi Banten telah memiliki
RIPP yang ditujukan menjadi perda
dengan point salah satu prioritaasnya
adalah Kawasan Banten Lama. Namun
Sudah ada namun belum
secara spesifik.
168
Sumber: Peneliti 2014
peraturan tersebut belum ditindak lanjut
menjadi masterplan. Seperti yang
dilakukan Kabupaten Serang antara tahun
1990-1994
2. Disbudpar Provinsi Banten belum
memiliki peraturan mengenai
pengendalian dan pemanfaatan mengenai
Banten Lama untuk menguatkan undang-
undang mengenai cagar budaya
169
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Implementasi rencana strategis pengembangan dan pelestarian destinasi
wisata cagar budaya Banten Lama di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi
Banten belum dilakukan dengan maksimal. Hal ini dapat dilihat dari:
1. Kaitannya dengan aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam perencanaan
strategis, implementasi rencana strategis pengembangan dan pelestarian destinasi
Banten Lama di Disbudpar Provinsi Banten, khususnya dalam visi dan misi,
sudah memiliki keterkaitan satu dengan yang lainnya dan dijabarkan dengan baik
melalui kegiatan program, sasaran dan indikator program.
2. Dalam pengembangan dan pelestarian destinasi wisata cagar budaya Banten lama
di Disbudpar Provinsi Banten, dinas terkait belum melakukan analisis lingkungan
eksternal lebih mendalam, analisis lingkungan eksternal yang ada masih
menggambarkan kondisi secara khusus, namun analisis lingkungan eksternal
khusus untuk Banten Lama belum ada.
3. Analisis lingkungan internal di Disbudpar Provinsi Banten terkait dengan sumber
daya baik anggaran dan sumber daya manusia sudah mencukupi namun dalam
kemampuan sumber daya tersebut masih belum memadai seperti kemampuan
sumber daya manusia memahami tupoksinya, kemampuan anggaran dalam
170
khusus untuk Banten Lama secara komperhensif di perlukan anggaran yang besar
dan rutin setiap tahun. Sedangkan urusan Disbudpar Provinsi Banten bukan
sekedar pengembangan Banten Lama
4. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten sejak tahun 2012-2014
belum memprioritaskan kegiatan atau program kearah pengembangan dan
pelestarian destinasi, sedangkan dalam RIPP disebutkan bahwa Banten Lama
menjadi prioritas, namun dalam pelaksanaannya Banten Lama baru akan
diprioritaskan pada Tahun 2015. Strategi khusus untuk pengembangan dan
pelestarian Banten Lama belum dimiliki oleh Disbudpar Banten Lama, strategi
5. Belum adanya kegiatan yang dilakukan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Banten Lama untuk pengembangan dan pelestarian Banten Lama, belum adanya
kegiatan disebabkan oleh beberapa hal yaitu masalah kepemimpinan, anggaran
dan masalah tarik menarik kepentingan yang ada di Banten Lama. Adapun
kegiatan pengembangan dan pelestarian Banten Lama pada tahun sebelumnya
dilakukan mengandalkan dari masterplan yang dibuat oleh dinas lain. Saat ini
belum ada masterplan yang secara khusus dibuat oleh Disbudpar Provinsi
Banten. Dan strategi secara khusus untuk Banten Lama pun belum ada. Adapun
strategi yang ada masih secara keseluruhan yaitu strategi dari misi Disbudpar
Provinsi Banten., sedangkan strategi yang telah dilakukan pada masa lalu
dikatakan tidak berhasil bahkan menambah masalah baru.
6. Sasaran tahunan sudah di buat secara rinci namun untuk sasaran tahunan dalam
pengembangan dan pelestarian Banten Lama belum dimiliki oleh Disbudpar
171
Provinsi Banten. Adapun sasaran tahunan dalam pengembangan dan pelestarian
Banten Lama hanya ada di masterplan yang dibuat dinas lain dan dalam
pelaksanaannya pun belum tercapai sesuai rencana.
7. Dalam hal penetapan kebijaksanaan Dibudpar Provinsi Banten terkait
pengembangan dan pelestarian Banten Lama sudah banyak yang dilakukan
untuk Banten Lama namun kebijakan yang ada belum memiliki pengaruh yang
besar dalam pengembangan dan pelestarian destinasi wisata cagar budaya Banten
Lama. Bahkan kebijakan yang diatur oleh BPCB pun belum ditegakkan secara
tegas di Banten Lama
5.2 Saran
1. Disbudpar Provinsi Banten terlebih dahulu membuat masterplan secara
komperhensif dari segi sisi sosial maupun segi infrastruktur agar dalam
pelaksanaan pengembangan dan pelestarian Banten Lama hanya mengacu
pada satu masterplan tersebut.
2. Banten Lama perlu dijadikan prioritas utama oleh Disbudpar Provinsi Banten
karena potensinya yang besar, minimal, di prioritaskan selama lima tahun agar
terlihat hasil yang memuaskan.
3. Disbudpar Provinsi Banten perlu melakukan analisis lingkungan eksternal
terkait pada pedagang, dan masyarakat sekitar untuk mengetahui dan
memahami apa yang diinginkan oleh mereka.
172
4. Disbudpar Provinsi Banten juga perlu melakukan sosialisasi kepada
masyarakat dan pedagang untuk ikut serta dalam pengembangan dan
pelestarian Banten Lama, bukan memanfaatkannya tanpa memperhatikan
kondisi situs.
5. Pemberdayaan masyarakat sangat perlu dilakukan oleh Disbudpar Provinsi
Banten dibantu pihak terkait agar masyarakat dapat memaksimalkan potensi
yang ada untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat tentunya melalui
pelatihan-pelatihan keterampilan.
6. Dalam pelaksanaan misalnya revitalisasi sebaiknya dilakukan secara
berkelanjutan, bukan sekedar menggugurkan kewajiban, karena Banten Lama
memerlukan perhatian khusus dan berkelanjutan.
7. Konsistensi dalam pelaksanaan sangat diperlukan, misalnya dalam
pengawasan atau pantauan kelapangan agar kesalahan yang lalu seperti
pedagang kembali lagi tidak terjadi.
8. Kebijakan-kebijakan yang ada serta peraturan yang ada baik dari Disbudpar
Provinsi Banten dan BPCB harus mendukung satu sama lain, dan menguatkan
satu sama lain yaitu dengan penguatan Undang-undang Nomor 11 Tahun
2010 tentang Cagar Budaya baik oleh BPCB maupun oleh Dinas Kebudayaan
Provinsi Banten dan juga oleh Disporabudpar Kota Serang sehingga kebijakan
yang akan dilakukan menjadi jelas
9. Masing-masing pihak harus mulai menjalin sinergi yang baik dalam
pengembangan dan pelestarian destinasi Wisata Cagar Budaya Banten Lama
173
dalam bentuk saling mengirimkan informasi terkait Banten Lama dan
tindakan yang akan dilakukan, dan melakukan pembagian kewenangan yang
jelas sehingga tidak ada lagi tumpang tindih kegiatan di masing-masing pihak
10. Pihak Disbudpar Provinsi Banten dapat melakukan kerjasama dengan
pemuda-pemuda Banten atau komunitas-komunitas yang ada dalam hal
promosi atau kegiatan sosial yang dapat meningkatkan kesadaran masyarakat
sekitar untuk melestarikan dan menjaga Banten Lama
Daftar Pustaka
Allison, Michael; Kaye, Jude. 2004. Perencanaan Strategis Bagi Organisasi
Nirlaba. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
Andi, Mappi, Sammeng. 2001. Cakrawala Pariwisata. Jakarta: Balai Pustaka.
Ambry, M, Hasan, dkk. 1988. Katalogus Koleksi Data Arkeologi Banten. Jakarta:
Direktorat Perlindungan dan Pembinaan Peninggalan Sejarah dan Purbakala
Bryson, Jhon. 2007. Perencanaan Strategis Bagi Organisasi Sosial. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
. 2004. Strategic Planning For Public And NonProfit
Organizations. United States of Amerika: Jossey-Bass
David,R, Fred. 2004. Srtategic Manajemen. Jakarta: Salemba Empat.
Fuad dan Nugroho. 2012. Panduan Praktis Penelitian Kualitatif. Serang: Fisip
Untirta Press.
Gasperz, Vincent. 2004. Perencanaan Strategik untuk Peningkatan Kinerja Sektor
Publik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Hakim, Lukman. 2006. Banten dalam Perjalanan Jurnalistik. Pandeglang: Banten
Heritage.
Irawan, Prasetya. 2005. Materi Pokok Penelitian Adminstrasi. Jakarta: Universitas
Terbuka.
Ismail, Solihin. 2012. Manajemen Strategik. Jakarta: Erlangga.
J.A. Muljadi. 2012. Pariwisata dan Perjalanan. Jakarta: PT Raja Grafindo.
J. David Hunger & Thomas L. Wheelen. 2003. Manajemen Strategi. Yogyakarta:
Andi.
Moleong, Lexy. 2006. Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Nugroho, Riant. 2012. Public Policy(Dinamika Kebijakan, Analisis Kebijakan,
Manajemen Kebijakan. Jakarta: Elex Media Komputindo.
Pitana dan Diarta. 2009. Pengantar Ilmu Pariwisata. Yogyakarta: Andi.
Rahardjo, dkk. 2011. Kota Banten Lama Mengelola Warisan Untuk Masa Depan.
Jakarta: Wedatama Widya Sastra
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung:
Alfabeta.
Sumber Lain
Andayani, Sriyanti. Dkk. 2012. Pengembangan Kawasan Wisata balekambang
Kabupaten Malang. Malang: Universitas Brawijaya Malang.
P, Bagus, Baruna. 2012. Implementasi Kebijakan Pengembangan Kawasan Kota
Lama Sebagai Tujuan Wisata Kota Semarang. Semarang: Universitas
Diponegoro
Koddeng, Baharuddin. Dkk. 2012. Pengembangan Kawasan Wisata Taman
Purbakala Batu Pake Gojeng Kabupaten Sinjai. Makassar: UNHAS.
Martha, Dea. Dkk. 2012. Strategi Pengembangan Situs Purbakala Patiayam
Sebagai Ast Pariwisata Kabupaten Kudus. Semarang: UNDIP.
Nur, MHD. 2009. Manajemen Pengelolaan Warisan Sejarah di Sumatra Barat.
Padang: Universitas Andalas.
Saragih, Romahita. 2011. Pengembangan Destinasi Wisata Kawasan Banten
Lama. Serang: UNTIRTA
http://bantencul turetourism. com/ diunduh pada tanggal 01 oktober 2013 pada
pukul 6:35
http://lokal.polaris 104fm.com/2010/ 10/revitalisasi-kawasan-banten-lama-butuh-
20-m/. di Unduh pada tanggal 29 September 2013 pukul: 6:02
Dokumen
Dokumentasi Benda Cagar Budaya dan Kepurbakalaan Provinsi Banten 2007
Ragam Pusaka Budaya Banten 2005
Rencana Strategis Tahun 2012-2014 Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
Rencana Induk Pengembangan Kepariwisataan Nasional Tahun 2010-2025
Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.50 Tahun 2011 tentang Rencana
Strategis Tahun 2012-2014 Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
Undang-undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan
Undang-undang Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya
Undang-undang Permendagri No.54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan
Pemerintah No.8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, dan
Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah
Tabel Informan Wawancara
No Nama Koding Jabatan Waktu dan Tempat
Wawancara
1 Bapak Elda I1-1
Staff Evaluasi dan
Pelaporan Program di
Dinas Kebudayaan dan
pariwisata Provinsi
Banten
Senin, 16 Juni 2014,
pukul 10.00 WIB di
Disbudpar Provinsi
Banten
2 Bapak Tasrief I1-2
Kepala Seksi Museum
Negeri Banten
Rabu, 26 Februari
2014, pukul 09.00
WIB, dan 05 Juni
2014 pukul
09.00WIB di
Museum Negeri
Banten
3 Ibu Elly I1-3 Kasubag TU BPCB
Serang
Selasa, 02 Juli 2014,
pukul 13.00 WIB di
BPCB Serang
4 Ibu Maya Rani Wulan I1-4
Kepala Bidang
Kebudayaan di
Disporaparbud Kota
Serang
Rabu, 18 Juni 2014,
pukul 11.30 WIB di
Disporaparbud Kota
Serang
5 Bapak Isvan I1-3 Kepala Bidang Program
SDAP Provinsi Banten
Rabu, 26 Februari
2014, pukul 09.00
WIB, di Kantor
SDAP Provinsi
Banten
6 Bapak Tb. Ismatullah
Ismet I1-6
Ketua Kenadziran Banten
Lama
Kamis, 06 Maret
2014, pukul 10.00
WIB di Kediaman
Bapak Ismet
7 Ibu Mimi I1-7
Kepala Seksi Museum
Kepurbakalaan Banten
Lama
Jumat, 27 Juni 2014
pukul 10.30, di
Museum
Kepurbakalaan
Banten Lama
8 Ibu Rina I1-8
Kepala Seksi Perencanaan
Ruang Dinas Tata Ruang
Kota Serang
Senin, 06 Juni 2014,
pukul 10.00 WIB di
Dinas Tata Ruang
Kota Serang
9 Bapak Irfan I1-9
Staff Perencanaan Ruang
di Bappeda Provinsi
Banten
Senin, 16 Juni 2014,
pukul 10.00 WIB di
Bappeda Provinsi
Banten
10 Bapak Sigit Julian I1-10 Staff Bappeda Kota
Serang
Rabu, 11 Juni 2014,
pukul 10.00 WIB di
Bappeda Kota
Serang
11 Bapak Juhaeri I1-11
Kepala Seksi
Pengembangan nilai-nilai
tradisional di Disdikbud
Kabupaten Serang
Selasa, 17 Juni 2014,
pukul 11.00 WIB di
Disdikbud
Kabupaten Serang
12 Bapak Subagyo I1-12 Sekertaris Kecamatan
kasemen
Kamis, 24 Juni 2014,
pukul 09.00 WIB di
Kecamatan Kasemen
13 Bapak Asaji I1-13 Kepala Humas Klenteng
Avalokitesvara
Rabu, 04 Juni 2014,
pukul 09.00 WIB di
Klenteng
Avalokitesvara
14 Bapak Mulangkara I1-14 Juru Situs Keraton
Kaibon
Kamis, 24 April
2014, pukul 16.00
WIB di Keraton
Kaibon
15 Pedagang I2-1 Di Warung pedagang
Jumat, 27 Juni 2014
pukul 11.30 di
Warung
16 Muhammad Nurdin I2-2 Wisatawan
Selasa, 08 Juli 2014
pukul 13.00 WIB di
Warung dipinggir
jalan
17 Didi Darmawan I2-2 wisatawan
Kamis, 10 Juli 2014
pukul 19.00 WIB di
Warung di pinggir
jalan
18 Eka I2-2 Wisatawan
Selasa, 15 Juli 2014
pukul 15.30 WIB di
UNTIRTA
19 Adit I2-2 Wisatawan
Selasa, 15 Juli 2014
pukul 15.30 WIB di
UNTIRTA
Member Check
Transkip Wawancara
Narasumber : Bapak TasriefI1-2
Jabatan : Kepala Seksi Museum Negeri Banten
Hari/Waktu : Rabu, 26 Februari 2014, pukul 09.00 WIB
Fani : Pertama-tama saya ingin bertanya siapa yang bertanggungjawab
mengenai pengelolaan Banten Lama pak, apa benar belum
jelasnya siapa yang bertanggung jawab atas Banten Lama, oleh
karena itu LIPI melakukan penelitian untuk mencari siapa yang
benar-benar bertanggung jawab untuk Banten Lama?
Pak Tasrief : Dalam hal ini yang bertanggung jawab itu ada BPCB bagian
pelestarian, Pemda Kota Serang dan Kabupaten memiliki wilayah
atau perwilayahan, namun sebenarnya yang bertanggungjawab itu
Kota dan Kabupaten, dan selain itu pemerintah daerah supporting
itu pemerintah daerah, kalau masalah LIPI saya belum dengar.
Fani : Apakah Ada peraturan yang mengenai penetapan Banten Lama
sebagai cagar Budaya?
Pak Tasrief : PP belum keluar, dan penetapan tersebut didasarkan melalui
pengkajian atau (rekomendasi dari tim ahli, namun sekarang
belum ada tim ahlinya.
Fani : Lalu Bagaimana bisa Banten Lama ditetapkan sebagai potensi
skala nasional pak, apakah Banten Lama sudah memenuhi potensi
skala nasional?
Pak Tasrief : Tentu Banten Lama sudah memenuhi skala Nasional, karena situs
tersebut komplit dan memenuhi syarat penetapan Cagar Budaya
sebagai potensi skala nasional sesuai undang-undang cagar
budaya No.10 tahun 2011 tentang Cagar Budaya, terdapat 23
Cagar Budaya yang telah ditetapkan oleh mentri pada masa
jerowacik
Fani : Mengapa pihak Kota Serang sebagai pemilik Wilayah seperti
tidak melakukan apapun pak, saat saya minta masterplan mereka
bilang tidak punya ?
Pak Tasrief : Mereka terhalang anggaran, anggaran mereka minim dan tidak
ada anggaran untuk pembuatan masterplan, sehingga provinsi
membantu pihak Kota dalam pembuatan masterplan, masterplan
Banten Lama yang sudah adapun bukan masterplan yang
komperhensif, sedangkan yang diperlukan adalah masterplan
yang menyeluruh termasuk faktor-faktor sosial.
Fani : Pernahkah ada sosialisasi mengenai masterplan Banten Lama
tersebut pak:
Pak Tasrief : Ada sosialisasi, judulnya sosialisasi Masterplan Banten Lama
kalau ga salah itu tahun 2010
Fani : Apa saja yang sudah dilakukan oleh Pemerintah untuk Banten
Lama pak?
Pak Tasrief : Pembangunan Pagar, dan kios, kalau Pagar itu anggarannya dari
APBN, dan proyek itu proyek bareng-bareng anggaran budpar 28
milyar.
Fani : Bagaimana Pengembangan Banten Lama yang seharusnya pak?
Pak Tasrief : Pengelolaannya harus komperhesif, pedagang dipindahkan
terlebih dahulu, dan untuk berhasil pengembangan ini harus multi
years dan berani out of the box, artinya kita harus bisa memotong
jalur-jalur normative yang ada.
Fani : Kira-kira berapa lama pak untuk melakukan pengembangan
Banten Lama, samapi menjadi layak seperti yang lainnya
misalnya seperti Borobudur atau Prambanan?
Pak Tasrief : Kalau kita konsen paling cepet itu 2-3 tahun paling lama 5 tahun
Fani : Bagaimana menghadapi isu terkait kenadziran yang terdapat
konflik bahwa mereka adalah keturunan sultan dan merasa
berkuasa atas Banten Lama:
Pak Tasrief : kalau masalah konflik itu sudah clear, kenadziran sudah berani
datang kemari untuk bekerja sama, memang kenadziran
merupakan keturunan sultan, namun mereka sebenarnya
keturunan selir-selir yang memang diamanatkan secara langsung
untuk memelihara, namun pemeliharaan khusus mesjid
Member Check
Transkip Wawancara
Narasumber : Bapak Tb. Ismatullah IsmetI1-6
Jabatan : Ketua Kenadziran Banten Lama
Hari/Waktu : Kamis, 06 Maret 2014, pukul 10.00 WIB
Fani : Pertama saya mau tanya kendala dalam pengembangan Banten
Lama yang di hadapi oleh pihak kenadziran pak?
Pak Ismet : Kendala disini yaitu masalah anggaran, jika di Jawa Barat itu ada
anggaran 1 keraton itu 8 Milyar, kalo disini ga ada sama sekali,
anggaran semua dari sumbangan-sumbangan para peziarah yang
dari kotak amal itu, kendala kedua adalah masyarakat,
masyarakatnya kadang bandel
Fani : Apakah selama ini ada kerja sama dengan pihak pemerintah baik
pemerintah Kota Serang, Kabupaten Serang maupun Provinsi
Banten?
Pak Ismet : Ada, tapi baru-baru ini aja itupun saya jemput bola karena saya
ingin melihat Banten Lama ini maju sehingga saya menyisihka
ego untuk jemput bola mengkomunikasikan dan
mengkoordinasikan apa yang harus dilakukan untuk Banten
Lama, kemarin juga Kepala Dinas kesini, media juga kesini.
Pihak disporparbud itu paling males, pernah kesini sekali
memberi anggaran 200 juta setelah itu tidak ada lagi, tapi kita
mengajukan secara berkesinambungan, tapi saya tidak jemput
bola ke dinas tersebut, saya langsung kepada walikota, dan
walikota menyambut baik niat itu, Kalau Kabupaten juga sama
saja mereka hanya bicara soal proyek. Kadang tuh yah Banten
Lama tuh jadi ejekan pejabat, padahal yang bagus itu ngolok tapi
juga ngopeni.
Fani : Bagaimana pengelolaan Banten Lama oleh pihak Kenadziran pak?
Pak Ismet : Pengelolaan beda-beda, nadzir itu hanya mengelola komplek
mesjid Agung banten Lama, pengelolaannya itu harus keturunan
langsung sultan, kalau sebelumnya itu paman saya, kalo sekarang
5 Tahun sekali, saya baru 2 tahun 6 bulan
Fani : Apakah BPCB pernah melakukan sosialisasi mengenai cagar
budaya kepada masyarakat?
Pak Ismet : BPCB sosialisasi disini tidak pernah, mungkin kalo diluar pernah
tapi palingan itu hanya PNS PNS saja, kalo ke masyarakat belum
Fani : Bagaimana sanksi dari pihak BPCB dalam menangani masyarakat
yang mincing, atau bermain bola di dalam situs?
Pak Ismet : Sanksi dari BCB kurang tegas, yang dulu tidak ada bangunan
sekarang ada, selain itu memang kendala masyarakat yang
bandel,dan sanksi yang tidak tegas
Fani : apakah ada Strategi dari bapak untuk pengembangan Banten
Lama?
Pak Ismet : saya ingin membangun replika pembangunan keraton itu
pengennya deket Tasikardi
Fani : Apakah bapak sudah membuat pola perencanaan atau
masterplannya?
Pak Ismet : Belum, itu strategi saya jalan dengan gagasan saya,
berkomunikasi dengan duriyah kasultanan, ibu kepala dinas juga
akan melakukan. Selain itu melakukan relokasi pedagang dan
jalan.Pokonya bagaimana menggagas kunci untuk Banten Lama
menjadi Indah, pusat kuliner nusantara, saya harapkan
pengunjung tidak cepat pulang.
Fani : Apakah sudah disampaikan keinginan Bapak ini kepada pihak-
pihak terkait seperti provinsi, Kota serang dan BPCB?
Pak Ismet : Ke BPCB belum saya baru ke disbudpar provinsi, ibu kepala
dinas akan melakukan pengembangan pada 2015, ibu kepala dinas
itu suaminya sahabat saya sehingga saya berharap banyak pada
beliau, saya juga sudah audience ke walikota 2 bulan yang lalu
bersama tim.
Member Check
Transkip Wawancara
Narasumber : Bapak EldaI1-1
Jabatan : Kepala Bidang Program di Disbudpar Provinsi Banten
Hari/Waktu : Senin, 16 Juni 2014, pukul 10.00 WIB
Fani : Kegiatan apa saja yang sudah dilakukan oleh disbudpar provinsi
untuk pengembangan Banten Lama?
Pak Elda : untuk tahun 2012-2014 ini belum ada kegiatan kearah Banten
Lama, baru ada nanti tahun 2015, sekarang masih perencanaan
untuk tahun 2015 itu.
Fani : Kenapa belum ada arah pengembangan ke Banten
Lamasedangkan dalam prioritas disebutkan Banten Lama menjadi
prioritas pak?
Pak Elda : Banten Lama memang PR, provinsi dan kota, dulu sudah
dilakukan dengan APBD dan APBN yaitu disekitar alun-alun,
maslahnya klasik ya banyak kepentingan disana pertama BPCB
menangani situs, kedua kenadziran memiliki klaim wilayah tapi
hanya sebatas masjid, kabupaten atau kota yang memiliki
kewenangan penuh, namun tidak mampu, sehingga meminta
bantuan ke provinsi
Fani : Apa saja yang akan dilakukan untuk pengembangan Banten Lama
pada tahun 2015 pak?
Pak Elda : Rencana kantong anggran yaitu revitalisasi Banten Lama yang
akan ditangani provinsi yaitu, Revitalisasi Kios pedagang,
perkerasan lahan dan fasilitas umu, yang terakhir adalah relokasi
pedagang dari keraton surosowan dan alun-alun masjid
Fani : Pada tahun 2009 terdapat masterplan Banten Waterfront city
bagaimana pelaksanaannya pak?
Pak Elda : Iah benar pada tahun 2009 melakukan revitalisasi melalui dana
APBN yaitu penataan di masjid tahun 2009, itu kegiatan dari
dinas kebudayaan dan pariwisata provinsi Banten
Fani : Apa hambatan yang dihadapi pemerintah provinsi dalam
pengembangan dan pelestarian Banten Lama?
Pak Elda : Hambatannya itu yang pertama koordinasi antar kabupaten kota,
BPCB, dan kenadziran koordinasi sering, namun sebatas di atas
meja, pembinaan masyarakat, khususnya pedagang untuk
membantu tugas pemerintah, hambatan selanjutnya adalah
kewenangan dan anggaran.
Fani : Apa solusi menurut bapak yang dapat menyelesaikan masalah
dalam pengembangan dan pelestarian Banten Lama?
Pak Elda : solusinya adalah FGD (Forum Discusion Grup) untuk
menyelesaikan masalah, nanti dibagi kewenangannya, selama ini
belum pernah ada FGD
Member Check
Transkip Wawancara
Narasumber : Bapak Juhaeri
Koding : I1-11
Jabatan : Kepala Seksi Pengembangan nilai-nilai tradisional di Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Serang
Hari/Waktu : Selasa, 17 Juni 2014, pukul 11.00 WIB
Fani : Potensi apa yang terdapat di Banten Lama?
Pak Juhaeri : Potensi yang menonjol yaitu bangunan sejarah, bangunan lama,
yang dijadikan sebagai wisata budaya yang bisa dikembangkan,
selain itu Banten lama juga menjadi wisata Ziarah yang ramai
oleh peziarah
Fani : Apa saja yang telah dilakukan oleh pihak Kabupaten Serang untuk
Banten Lama saat Banten Lama masih menjadi aset milik
Kabupaten Serang?
Pak Juhaeri : Tahun 2007 saya melakukan pembangunan gerbang keraton
surosowan, pintu besi dan papan informasi, papan petunjuk, Kalo
bagian Destinasi di Dinas Pariwisata itu pembuatan pasar tahun
2006, dan pemagaran Pengindelan Abang.
Fani : Siapa saja yang menangani Banten Lama ketika Kota Serang
belum terbentuk?
Pak Juhaeri : kalau dahulu di tangani oleh Kabupaten, pemerintah pusat dalam
hal ini BPCB (Balai Pelestarian Cagar Budaya) dan pemerintah
Provinsi, kalau sekarang di tangani oleh pemerintah Kota Serang,
provinsi dan pusat (BPCB)
Fani : Saat Kota Serang sudah terbentuk situs-situs mana saja yang
masih masuk kebagian Kab Serang?
Pak Juhaeri : yang masuk kabupaten itu Pecinan, Pengindelan Abang,
Tasikardi, dalam tahun ini 2014 akan dilakukan pendataan ulang
untuk semua cagar budaya yang ada di Kabupaten Serang.
Fani : Bagaimana pengelolaan dan pemeliharaan tiga situs tersebut?
Pak Juhaeri : Pecinan, Tasikardi, dan Pengindelan Abang pengelolaannya dan
perawatannya oleh dinas pariwisata, baru akan dilakukan
pemeliharaan tahun ini (2014), dulu Tasikardi dikelola oleh
swasta, namun sekarang sudah diambil alih lagi oleh pariwisata
Kabupaten bagian destinasi, dulu waktu sama-sama agak terawatt,
seharusnya memang tiap-tiap situs ada pengurusnya.
Fani : Apakah ada kerjasama antara pihak provinsi dan Kabupaten
Serang dan Kota Serang dalam Pengembangan Banten Lama
Pak Juhaeri : Ada sebuah kerjasama untuk menangani masalah Budaya di
Banten Lama yaitu: pembuatan pagar watu gilang, papan
larangan, jembatan dan masalah perawatan atau pemeliharaan
Banten Lama.
Fani : Hambatan apa saja yang di hadapi dalam pengembangan dan
pelestarian Banten Lama?
Pak Juhaeri : Perlu adanya pembinaan terhadap penduduk setempat, yaitu
dengan penertiban para pedagang belum bisa ditertibkan, dan
belum adanya juru pengendalian
Fani : Saat ini sudah banyak sekali perencanaan atau masterplan yang
dibuat untuk Banten Lama, namun sepertinya belum terlihat ada
tanda-tanda pelaksanaan, menurut bapak mengapa terjadi
demikian?
Pak Juhaeri : Manusia itu perencana Tuhan yang menentukan, namun kali ini
manusia perencana, tapi modal menentukan, karena keterbatasan
anggaran sehingga yang dikerjakan yang kecil-kecil saja,
padahalmah seharusnya dicicil.
Member Check
Transkip Wawancara
Narasumber : Ibu MayaI1-4
Jabatan : Kepala Bidang Bagian Kebudayaan di Disporabudpar Kota
Serang
Hari/Waktu : Rabu, 18 Juni 2014, pukul 11.30 WIB
Fani : Bagaimana potensi Banten Lama menurut pandangan ibu?
Ibu Maya : Potensi tinggi, baik dalam sejarah wisata budaya, wisata ziarah
sehingga tanpa promosipun banyak yang berkunjung kesana,
tinggal bagaimana sapta pesonanya diatur agar semakin menarik
Fani : Apakah Disporabudpar Kota Serang selaku pemilik wilayah
memiliki SK penetapan cagar budaya?
Ibu Maya : Khusus SK Cagar Budaya Kota Serang Belum ada, Adapun SK
Cagar Budaya yaitu milik BPCB, Nahkita mengacu pada BCPB
Fani : Apa Saja yang sudah dilakukan Disporabudpar Kota Serang
dalam pengembangan dan Pelestariaan Banten Lama?
Ibu Maya : Kalau kegiatan sering tapi kita sifatnya kita koordinasi, karena
neng yang namanya kewenangan. Kita tidak boleh melakukan
sebuah tindakan yang bukan jadi kewenangan kita.Nah kalau
pengembangannya seperti apa, nah ibu baru mewakili rapat besok
untuk rencana pengembangan tahun 2015.
Fani : Bagaimana menurut pendapat ibu untuk mengembangkan Banten
Lama?
Ibu Maya : Kalo semua mau duduk bersama semua maslah pasti dapat
dipecahkan.
Member Check
Transkip Wawancara
Narasumber : Bapak IrfanI1-9
Jabatan : Staff Bagian Perencanaan Ruang di Bappeda Provinsi
Hari/Waktu : Senin 16 Juni 2014 pukul 11.00 WIB
Fani : Apa saja potensi yang ada di Banten Lama pak?
Pak Irfan : Di Banten Lama itu terdapat wisata ziarah, selain itu Banten
Lama juga menjadi tempat bersejarah yaitu sejarah perkembangan
islam pertama di Banten, sehingga tentunya sangat berpotensi,
terutama wisata ziarah selalu ramai pada saat-saat perayaan dan
hari-hari tertentu
Fani : Hambatan apa yang dihadapi dalam pengembangan Banten
Lama?
Pak irfan : Hambatannya itu didalam Banten Lama ada yang namanya
kenadziran, nah kenadzirn adalah keturunan sultan sehingga
kebijakan tergantung pada kenadziran, sehingga sulit dalam
mengintervensi.
Fani : Apakah Bappeda Provinsi membuat perencanaan untuk Banten
Lama?
Pak Irfan : untuk saat ini secara khusus perencanaan belum ada, adanya
perencanaan yang sifatnya umum atau rencana umum, tapi dalam
perencanaan tersebut kita telah menetapkan Banten Lama sebagai
Kawasan Strategis Sosial, budaya.
Fani : Apa saja yang sudah dilakukan pemprov untuk pengembangan
Banten Lama pak?
Pak Irfan : Pemprov sudah mulai ada perhatian dan kerjasama dengan
kenadziran, dulu juga pernah, namun yang disayangkan adalah
belum banyak dilakukan secara implementasi
Fani : Pada tahun 2009 ada masterplan Banten Waterfront city, dan pada
saat ini ada masterplan yang dibuat oleh SDAP apa pihak
Bappeda memiliki draf masterplan tersebut pak?
Pak Irfan : SDAP ga ada, belum ada laporan kesini yang saya tau hanya
masterplan yang dibuat oleh BMTR yang tahun 2009 yang
tentang Banten Waterfront City itu
Fani : Bagaimana menurut bapak dalam melakukan pengembangan
Banten Lama?
Pak Irfan : Dalam pengembangannya ada aturan mengenai cagar budaya
sehingga kita tidak bisa intervensi secara langsung, kalau bisa
pengemis dibina, karena itu mengganggu dan menjadi keluhan
pengunjung, selain itu pkl ditertibkan.Karena banyaknya
kepentingan disana sehingga koordinasi lebih intensif.
Member Check
Transkip Wawancara
Narasumber : Ibu RinaI1-8
Jabatan :Kepala Seksi Perencanaan Ruang dinas tata ruang Kota
Serang
Hari/Waktu : 2014, pukul 10.00 WIB
Fani : Bagaimana Potensi yang ada di Banten Lama menurut ibu?
Ibu Rina : Potensinya sangat besar dimana di sana lebih sering orang wisata
ziarah, apalagi wisata ziarah itukan selalu ramai walau tanpa
promosi
Fani : Hambatan apa yang di hadapi dalam pengembangan Banten
Lama?
Ibu Rina : untuk sarana dan prasarana susah menatanya karena di sana
terdapat tarik menarik kepentingan
Fani : Apa saja yang sudah dilakukan dinas tataruang Kota Serang
dalam penataan Banten Lama?
Ibu Rina : Untuk Saat ini kita belum melakukan apa-apa ya, soalnya kita
baru pidah dari Bappeda jadi dinas tata ruang Kota Serang, paling
tahun ini atau tahun depan kita sedang menyusun RTR untuk
Banten Lama. Yang banyak melakukan kegiatan itu pihak
provinsi, kita saat ini masih menginventarisasi apa saja yang
sudah dilakukan untuk Banten Lama, dan eksionplan untuk
kedepannya.
Fani : Apakah dalam perencanaan atau rapat-rapat mengenai
pengembangan Banten Lama, dinas tata ruang Kota Serang juga
dilibatkan?
Ibu Rina : di undang rapat.
Fani : Apa saja yang sudah dilakukan pihak provinsi untuk
pengembangan dan pelestarian Banten Lama?
Ibu Rina : Provinsi sudah membangun kios namun tetep tidak digunakan
oleh pedagang, bahkan rencananya pihak gubernur mengusulkan
Banten Lama sebagai tuan rumah FFI tahun 2015 sehingga sarana
dan prasarananya harus disiapkan
Fani : Apa yang perlu dilakukan untuk Pengembangan Banten Lama?
Ibu Rina : dibutuhkan ketegasan apabila telah membangun, dan memperkuat
koordinasi antar pihak terkait.membangun itu mudah, yang sulit
itu merubah pola pikir masyarakat sekitar, seperti sampah, dari
dinas kebersihan sudah kesana walaupun tidak sering karena
keterbatasn mobil pengangkut sampah , namun lagi-lagi
masyarakat buang sampah sembarangan, buang sampah di sungai
Member Check
Transkip Wawancara
Narasumber : Bapak Sigit JulianI1-10
Jabatan : Staff Bappeda Kota Serang
Hari/Waktu : Rabu, 11 Juni 2014, pukul 10.00
Fani : Terkait Banten Lama, apa saja pak peluang dan potensi yang ada
di Banten Lama?
Pak Sigit : Sebenarnyakan kalo dari segi pariwisatakan besar ya, Cuma ada
dua jenis wisatawan ada memang wisatawan yang hanya untuk
berkunjung untuk ziarah itukan lebih banyak, Cuma itukan kelas
menengah ke bawah, trus ada juga yang kalangan menengah
keatas itu yang liat-liat penelitian segala macem dari situ
potensinya sangat besar untuk dikembangkan jadi kawasan kota
tua di luar negeri, cuman dari segi infrastruktur dan penataan
kawasan itukan jelek, jadi kalo orang yang kalangan atas ngeliat
kesana jelek, ya ga mau ke sana lagi, padahalkan bisa saja mereka
membawa investor atau segala macem, istilahnya mereka
membawa yang punya uang, sedangkan yang kalangan bawah itu
tujuannya sebatas ziarah aja, jadi kalau dikembangkan dari segi
infrastruktur dulu, penataan kawasan, penataan PKL. Potensi si
sangat besar
Fani : Prioritas apa yang lebih utama untuk mengembangkan Banten
Lama?
Pak Sigit : Infrastruktur dulu dibenahi jalan, trus drainase, air bersih,
penataan kawasan permukiman di sana.
Fani : Sejauh ini apa saja yang sudah dilakukan pemerintah Kota Serang
untuk Banten Lama?
Pak Sigit : Sebenernya kita kalo pemerintah Kota Serang cumin sebatas
jalan-jalan lingkungan, pavingblok itukan dari hasil PNPM, trus
jalan yang kecil-kecil, trus drainase juga kita benahi, cumin
masalah jalan dari lopang kesanakan masih sempit itu milik
provinsi, jadi kita kesulitan kalo mau bangun kesitu, selain itu kita
dananya terbatas, tapi provinsi memang rencannya memperlebar
sampai ke Banten Lama sana, trus sampai dengan jembatan
Karangantukan sempit, itu sudah diajukan semua ke provinsi.
Fani : Kapan itu pak pengajuaannya?
Pak Sigit : Sudah lama sebenernya sudah diajukan Cuma realisasikan
provinsikan punya prioritas, jadi ga bisa langsung harus nunggu
giliran.
Fani : Hambatan apa yang dihadapi pak?
Pak Sigit : Kalau dari mereka si hambatan masalah keuangan, jadi dari
provinsikan ada prioritas penannganan infrastruktur, jalan mana
dulu yang dibenahi.
Fani : Kalau Hambatan yang di hadapi oleh pemerintah Kota Serang
dalam pengembangan Banten Lama apa pak?
Pak Sigit : Sebernernya masalah kewenangankan milik provinsi,
kemudiankan saluran air, sungai, itu kewenangannnya SDA, kalo
kita mau bangun apa-apa di Banten Lama terbentur undang-
undang cagar budaya oleh BPCB, organisasi masalah kenadziran,
kurang bekerjasama, yaitu si seharusnya ditingkat pimpinan yang
seharusnya merundingkan, cumankan sampai saat ini belum ada
pembenahan
Fani : Sumber daya apa saja yang diperlukan untuk membangun Banten
Lama?
Pak Sigit : Sebenernya yang tadi itu si, tinggal kalau mau konsentrasi tinggal
difokuskan semua pembenahan infrastruktur disana, jadi trus
promosi pariwisatanya, pembenahan pklnya, cuman orang sana
susah juga diaturnya pkl-pkl itu
Fani : Sudah pernah ada pengatur PKL di sana pak?
Pak Sigit : Waktu jaman kabupaten kalo ga salah, sudah ada kios-kioskan di
sana, sebelah barat, cuman setelah mereka pindah kesitu ga ada
yang dateng, jadi mereka pindah lagi ke jalan utama, kemesjid itu
, salah sistem juga sistem sirkulasi pengunjugnnya ga diatur
Fani : Misalkan sudah ada rencana untuk pengembangan Banten Lama,
menurut bapak bagaimana kemampuan para pelaksana?
Pak Sigit : Kalau dari kemampuan pasti bisa kalau ada danannya pasti bisa,
misalkan untuk perbaikan jalan dananya ada, tinggal benahi,
kalau dari SDM ya kita insyaallah ya ada si.
Fani : Kalau dari Bappeda Kota Serang rencana untuk Banten Lama apa
saja pak?
Pak Sigit : Paling kita itu dari segi tata ruang baru tersusun RTRW, itu untuk
satu kota, RUTR, RDTR itu bawaain dari kabupaten, khusus
untuk Banten Lama seperti masterplan dan DED itu provinsi yang
nyusunkan, dulu udah banyak itu cuman dokumennya kita ga
terima
Fani : Apakah selama ini ada kegiatan kearah Banten Lama?
Pak Sigit : ga ada kalau kita paling dinas tata kota sama PU ya paling jalan-
jalan lingkungan aja, perbaikan jalan yang jadi wewenang
mereka, khususnya di kecamatan kasemen, kegiatannya tersebar.
Fani : Adakah sosialisasi dari Bappeda ke masyarakat untuk ikut serta
melestarikan Banten Lama
Pak Sigit : Belum, kita belum ada, jadikan wewenangnnya disinikan belum
jelas yah, bappedakan hanya sekedar merencanakan, masalah
sosialisasi itukan ada dinas pariwisata, disporabudpar, ada BP3S,
cuman dari bappeda belum pernah sosiallisasi tentang benda
cagar budaya
Fani : Sebenarnya siapa yang paling bertanggung jawab untuk Banten
Lama?
Pak Sigit : Semuanya sebenernya, cumakan kita seharusnya mengacu pada
masterplan, dari masterplan itukan ada indikasi program, indikasi
program itu sudah jelas, program ini yang melaksanakan siapa itu
mendukung ke Banten Lama semua, karena masterplan itu belum
tersusun ya belum ada juga, masih masing-masing, Bappeda dari
awal ga merencanakan apa-apa untuk Banten Lama, tapi mungkin
di didporaparbud ada, di dinas tata kota ada, di dinas pu ada
Fani : Bisakah nanti dalam satu kegiatan Banten Lama Bappeda yang
memayunginya?
Pak Sigit : Memang seperti itu seharusnya, itu fungsi koordinasi namanya,
cuman kitakan terhambat masalah tenaga, kalau di Bappedakan
cuman segini orangnya terus masalah berat disana, jadi kita juga
dibilang harus diselesaikan, memang harus diselesaikan,
cumannkan kalo ga ada orang kan repot kita.
Fani : RUTR Banten Lama apakah baru sebatas rencana atau sudah
dilaksanakan?
Pak Sigit : itu sudah dilaksankan, itu udah kelewat juga si dari tahun berapa
sampai tahun berapa?, udah waktu jaman kabupaten itu direvisi
dengan RTRW kita.
Fani : Berarti itu yang laksanakan pihak kabupaten ya pak?
Pak Sigit : Iah dulu waktu kabupaten.
Member Check
Transkip Wawancara
Narasumber : Ibu MimiI1-7
Jabatan : Kepala Seksi Museum Kepurbakalaan Banten Lama
Hari/Waktu : Jumat, 27 Juni 2014 pukul 10.30 WIB
Fani : Menurut pandangan ibu, peluang dan potensi yang ada di Banten
Lama seperti apa?
Ibu Mimi : Kalau peluang saya pikir untuk destinasi pariwisata, saya pikir ini
semua sangat potensial, museum sendiri juga sangat potensial
karena ini tempat representative untuk bisa dikunjungi oleh
pengunjung selain mesjid.
Fani : Apa saja yang telah dilakukan pihak museum untuk melestarikan
Banten Lama?
Ibu Mimi : Kalau untuk melestarikan kami sudah pernah melestarikan
perlindungan dengan cara eksavasi pemugaran, khususnya di
istana surosowan, terus di Spelwijk, trus yang untuk cagar budaya
bergeraknya sudah melakukan konservasi terhadap senjata, mata
uang terus sudah melakukan registrasi keramik.
Fani : Eksavasi keraton tahun berapa bu?
Ibu Mimi : Itu mulai penelitian mulai tahun 75 mba, terus itu beberapa
lembaga.
Fani : Kalau pembersihan sampah atau rumput-rumput dilakukan oleh
siapa?
Ibu Mimi : Pemeliharaan dilakukan oleh kantor kami, di Pokja Pemeliharaan
Fani : Kalau untuk pemeliharaan berapa tahun sekali?
Mas yanuar : Kalau untuk pembersihan setiap hari, kalau untuk pemeliharaan
setahun sekali
Fani : Kegiatan apa dalam pengembangan khususnya museum ini?
Ibu Mimi : pengembangan dengan revitalisasi museum, meliputi penataan
koleksi diruang pamer tetap, penataan halaman dan kemudian
diluar revitalisasi adalah penataan diruang temporer
Fani : Sebagai Kepala Museum melihat kondisi pedagang di depan
seperti apa?
Ibu Mimi : Secara pribadi saya kurang setuju, karena mereka mendirikan
warung di Zona inti, jadi saya katakana itu tidak benar, tetapi itu
bukan menjadi tanggung jawab pokja Museum situs
kepurbakalaan Banten Lama, namun menjadi tanggung jawab
pemda.
Fani : Misalkan nanti dari pihak provinsi ada revitalisasi terkait relokasi
pedagang, dan lainnya, apakah ibu mendukung?
Ibu Mimi : Sangat mendukung, dulu sudah, tapi mereka kembali lagi, jadi
jalur itu dibuat satu tapi melingkar jadi kelewatan semua, kalau
sekarangkan banyak jalan, jadi pengunjung ah mau lewat sni aja
yang deket yang sni ga kelewatan gitu, jadi mereka ga laku alasan
jadi ga kembali lagi.
Fani : Apakah pemagaran masjid melanggar undang-undang cagar
budaya?
Ibu Mimi : Sangat melanggar, keadaannya sekarang tentu saja sangat tidak
sesuai dengan keberadaan situs atau cagar budaya itu dizona inti.
Fani : Jika ingin revitalisasi pagar itu harus dirubuhkan atau tidak bu?
Ibu Mimi : Mungkin, karena sebelum jita merubuhkan atau tidak itukan ada
kegiatan zoning, jadi akan ketahuan, apabila pagar itu memang di
zona inti maka pagar itu mungkin dilepas.
Fani : Sebelum jika pemerintah provinsi atau, Kota Serang mengadakan
rapat untuk Banten Lama apakah Museum juga di ajak?
Ibu Mimi : Sometimes, sometimes di sini juga, tapi tidak selalu
Fani : Kan banyak ya bu masterplan-plan untuk Banten Lama, nah itu
pelaksanaannya gemana sepandangan ibu seperti apa?
Ibu Mimi : Sepertinya belum terlaksana atau belum dilaksanakan, saya si
belum melihat keseluruhan cuma kita pernah merencanakan kota
ini seperti kota air atau waterfront city, itu kota di kelilingi kanal
itu sebenarnya ingin diwujudkan kembali, sudah lama, cuman
belum ada pelaksanaan, baru rapat-rapat doing, dari dulu rapat
terus.
Fani : Sanksi dari pihak Museum apabila ada yang bermain boa tau dan
lain-lain bagaimana?
Ibu Mimi : Itu harusnya tidak boleh, terlaranglah situs itu untuk kegiatan
yang bisa merusak situs, kalau keinjek-injek itu nanti lama
kelamaan akan aus.
Fani : Sosialisasi terhadap benda cagar budaya apakah sudah dilakukan?
Ibu Mimi : Sering, kita sering sosialisa dalam bentuk uu no. 10 tahun 2011,
ada juga sosialisasi guru-guru sekecamatan kasemen
Fani : Sosialisasi ke masyarakat langsung pernah ada tidak bu?
Ibu Mimi : Belum, tetapi kalau di BPCB sering banget sosialisasi baik
terhadap anak-anak sekolahan, sering sekali, tetapi kalo langsung
disini belum, kalau dulu pemprov pernah sosialisasi ke pedagang
Member Check
Transkip Wawancara
Narasumber : Bapak Asaji
Jabatan : Kepala Humas Klenteng Avalokitesvara
Hari/Waktu : 04 Juni 2014, pukul 09.00 WIB
Fani : Sejarah singkat berdirinya vihara ini?
Pak Asaji : Wihara ini didirikan pada abad 16 tepatnya tahun 1652 itu suatu
ketika kedatangan putri tiongkok yang membawa pasukan begitu
banyak sekali, putri tiongkok bernama ong tien niok, tujuan
sebenarnya ingin kesurabaya, namun samapi diteluk sini mereka
kehabisan perbekalan, merapatlah didepan kali ini, kali kemiri
namanya, setelah merapat ternyata di sini ada kesultanan Banten
yang sangat ramai sekali, pada saat putri tiongkok tadi meminta
pas jalan bertemulah dengan penguasa pada saat itu, itu ketika itu
penguasanya Syarif Hidayatullah, belum bergelar Sunan Gunung
Jati, singkat cerita menikah, setelah menikah rombongan tadi
terpecah dua, sebagian tadi yang loyal dengan putri tiongkok tadi
memeluk agama islam, sebagaian lagi bertahan pada agama
budha, yang beragama islam dibuatkan oleh putri ong tien niok,
tadi itu masjid pacinan tinggi sebelah rel, dan yang beragama
budha di buatkan vihara ini, namun awalnya bukan disini, itu di
desa Dermayon, kurang lebih 500 meter arah mesjid agung,
pindah dari desa dermayon ke sini ke kampung pamarican pada
tahun 1774 sampai sekarang.
Fani : Itu mesjid pecinannya memang dari dahulu bentuk mesjidnya
seperti itu pak?
Pak Asaji : Sekarang inikan hanya tinggal mimbar dan menaranya cuman itu
aja, dulu sebuah masjid biasa, normalnya masjid, sekarang inikan
hanya tinggal mimbar dan menaranya saja. Itu karena tidak
diketahui apakah dibom sama Belanda atau gemana, karena tidak
dijelaskan itu.
Fani : Kalau sekarang bagaimana pengelolaan vihara ini
Pak Asaji : Ya itukan Masuk Situs ya masuk purbakala ya gitu aja
kondisinya, seharusnya sebagai sebuah aset harusnya dipelihara,
itu harusnya wewenang kepurbakalaan, kalau vihara ini
pemeliharaan full swadaya.
Fani : Pernah ga pak pemerintah Kota Serang atau Provinsi rembukan
bapak jadiin ini cagar budaya dan dikelola bersama-sama?
Pak Asaji : Begini seperti undang-undang yang setiap bangunan melebihi 100
tahun masuk situs, pengelolaan kembali pada masing-masing
cuman dikatakan situs, atau masuk kategori situs.
Fani : Kendala pengelolaan sekarang apa pak?
Pak Asaji : Ga ada masalah semuanya aman-aman, kalau memang kita
kelolanya dengan baik ga ada masalah lah.
Fani : Bagaimana menurut bapak bila nanti ada revitalisasi besar-
besaran?
Pak Asaji : Ya sepanjang tidak ini, ya kita ok-ok saja dan tidak mungkin ya
cagar budaya diperlakukan tidak layak, pasti dilindungilah.
Fani : Vihara sudah berapa kali perombakan pak:
Pak Asaji : Kurang lebih 4 kali ya
Fani : Ini perawatannya rutin sekali ya pak?
Pak Asaji : Iahlah dengan area yang kurang lebih 2 hektar, tentunya perlu
tenaga yang cukup.
Fani : Ada berapa orang tenaga di sini pak?
Pak Asaji : 22 orang
Fani : Bagaimana perasaan bapak melihat situs-situs debagai aset kita,
tergeletak gitu aja bagaimana pak?
Pak Asaji : Ya sebagai warga merasa prihatin, kalau dikelola dengan baik
banyak orang yang datang ke sini, inikan merupakan sebuah aset,
sebagai warga serang saya lebih setuju kalau aset-aset itu dikelola
dengan baik, dibina dengan baik, sebab sebagai warga serang juga
seneng kalau daerahnya itu maju.
Fani : Kalau menurut bapak kalau ada revitalisasi didukung ga sama
warga sekitar sini?
Pak Asaji : Ya Pastilah, karena itu sebuah kebanggaan kalau Banten ini hebat,
tapi kemaren ini saya mengikuti penataran, denger-denger si ada
banyak situs yang akan dikelola dengan baik, karena nanti ada
wisata religi, ya saya mendukung sajalah.
Member Check
Transkip Wawancara
Narasumber : Bapak Isfan I1-5
Jabatan : Kepala Seksi Program diSDAP
Hari/Waktu : Rabu, 26 Februari 2014, pukul 09.00 WIB
Fani : Sejak Tahun Kapan terdapat Masterplan Banten Lama?
Pak Isfan : Dari Tahun 2010 di susun masterplan dari sisi tupoksi dinas
SDAP terutama ke sumberdayaan dan pemukiman, 2011
detailnya karena ada beberapa bangunan gedung yang minta di
bangunkan, 2013 ada fisik.
Fani : Apakah Masterplan tersebut sudah berjalan?
Pak Isfan : Sudah Berjalan
Fani : Apa saja Kendala dalam pelaksanaannya?
Pak Isfan : Kalau secara fisik sebetulnya tidak terdapat kendala
Fani : Apakah Masterplan tersebut disosialisasikan?
Pak Isfan : Di sosialisasikan itu secara tidak langsung, setiap pembahasan
waktu kita nyusun itu selalu ngundang semua stakeholder terkait,
pihak pariwisata, pihak Kenadziran, purbakala, termasuk Kota
Serang karena dia yang punya wilayah.
Fani : Kapan Pembuatan Masterplannya?
Pak Isfan : 2010
Fani : Kapan dilakukan sosialisasinya?
Pak Isfan : Sewaktu proses perencanaan dan awal pelaksanaan fisik
Fani : Bagaimana apabila pihak Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
meminta kerjasama untuk membuat Masterplan Banten Lama?
: Ya siap aja kita,mah ada, nah ini masalahnya seharusnya ada yang
makronya dahulu secara keseluruhan apakah itu dari Bappeda,
yang bisa memayungi semuanya, nanti kita tinggal membagi-
bagi, nanti rencana teknis bangunan lingkungan APBN bisa bantu
ada Satkernya, Satker Penataan Bangunan Gedung Lingkungan
itu udah beberapa kali mengalokasikan dana disitu di Banten
Lama, atau bisa dari dana APBD jadi Resourches banyak jangan
ketergantungan di APBD aja APBN juga disitu mau care, seperti
Ke PUan ada dari pariwisata dulu itu, termasuk dia itu bantu bikin
pager itu dari pariwisata, nah itu harusnya bisa dipayungi terlebih
dahulu keseluruhan sama Bappeda ini saran saya, nanti Bappeda
memayungi trus nanti di bagi-bagi misalnya ini yang
tanggungjawabnya SDAP bangun gedung dengan misalnya
saluran, drainase, lalu perumahan sekitarnya, ini pariwisata non
fisik misalnya pemberdayaan masyarakat sekitar terus pedagang,
misal dinas purbakala , jadi sebetulnya juga perlu diketahui siapa
yang paling bisa jadi leadingnya disitu terus semua bisa ngikut
disitu, kalo kitakan dinas operasional, disuruh bangun itu bangun.
Fani : Berarti belum ada rencana keseluruhan dari Bappeda ya pak?
Pak Isfan : Dulu si katanya ada, tapi sampai sekarang di cari dokumennya itu
yang pernah disusun sama JICA tapi secara pribadi saya belum
pernah liat, dulu pernah katanya sama JICA bantuan Japan
International Coorporation Agency, nyusun secara keseluruhan
untuk Banten Lama, tadinya mau meriview itu, jadi, tapi
kenyataannya ga ada saya cari barangnya itu.
Fani : Kalau Masterplan yang kemarin itu sudah berapa persen pak
pelaksanaannya?
Pak Isfan : Sudah 30%nan lah berjalan, dari 100% itu menyelesaikan
keseluruhan Bangunan
Fani : Target penyelesaian Masterplen sampai tahun kapan pak?
Pak Isfan : Itu ada timeline di masterplannya, tapi jangka menengahnya itu
lima tahun menyelesaikan apa saja atau lima tahun itu ga
keseluruhan, nanti dia 20 tahun paling lama, dari keseluruhan-
keseluruhan, karenakan memang disusun ada timeline.
Fani : Apa prioritas penyelesaian dari masterplan tersebut?
Pak Isfan : Lebih banyak fasilitas bangunan gedung usulan dari kenadziran.
Fani : Apakah semua lembaga terkait mendukung masterplan tersebut?
Pak Isfan : Kalau pembangunan pasti mendukung.
Member Check
Transkip Wawancara
Narasumber : Bapak Mulangkara
Jabatan : Juru Situs
Hari/Waktu : Kamis, 24 April 2014, pukul 16.00 WIB
Fani : Ini Sudah berapa kali perombakan pak situs ini?
Pak Mulangkara : Kalau perombakan, ga ada perombakan sebetulnya, dalam
istilah purbakala tidak mengenal renovasi yang ada restorasi
atau pemugaran, cumankan ini dilindungi undang-undang
no.11 tahun 2010 diantaranya tidak merubah bentuk,
mewarnai, dan sebagainya selama itu belum ditemukan
gambar atau background aslinya seperti apa ya dipertahankan
seperti ini, dilestarikan.
Fani : Tapi penambahan-penambahan lain ada pak?
Pak Mulangkara : Penambahan-penambahan lain seperti infrastruktur seperti
pagar, tadinya belum ada, pagar ini mulai tahun 1997 terus
jalan setapak ini mulai kemarin September 2013, termasuk
lapangan parkir pavingbloknyakan baru supaya pengunjung
lebih nyaman.
Fani : Kalau dari pemerintah Provinsi Banten ada ga pak
sumbangan ke sini?
Pak Mulangkara : Belum ada kelihatan kontribusinya, untuk membantu
infrastruktur atau apa belum, ini mengandalkan dana APBN,
baik untuk infrastruktur maupun pemeliharaan situs, bahkan
APBN pun tersendat awal tahun, biasa penyakit langganan,
dari Januari untuk pemeliharaan sampai sekarang belum ada
actionnya
Fani : Biasanya berapa budgetnya pak?
Pak Mulangkara : Waduh kurang tahu kalau budgeting itu cuman pimpinan
yang tahu, karena di pihak ketigakan pekerjaannya.
Fani : Pihak ketiga itu Siapa yang pak?
Pak Mulangkara : Pihak ketiga itu selalu berganti-ganti tergantung yang
memenagkan tendernya.
Fani : Apa tiap tahun berganti-ganti pak?
Pak Mulangkara : Kadang engga tapi yang pasti engga selalu CV A
Fani : Tapi situs ini lebih terawat ya pak dari pada situs lainnya?
Pak Mulangkara : Ya seperti yang saya katakan tadi dari Januari sampai April
ini belum ada sama sekali dari dana APBN itu belum turun
sama sekali, nah kebetulankan saya tinggal di sini ya, saya
anggap ini halaman rumah saya, ya ada dana pengunjung
sedikit-sedikit di sabtu minggu saya sisihkan untuk memabat
rumput kadang kalau tidak tertangani, kalau rejekinya rada
lumayan kalau hari minggu saya nyuruh anak-anak suruh
mangkas.
Fani : Sampah-sampah di sini lebih terkendali ya pak?
Pak Mulangkara : Ya karena memang tiap hari, saya upayakan pagi hari
minimal 1 jam saya ambilin dulu keliling, karena memang
tenaga yang dari pihak ketiga sampai sekarang belum turun
karena memang dari dana APBN belum turun kan itu juga
melalui tender segala macem juga prosesnya.
Fani : Kalau disini buka jam berapa pak?
Pak Mulangkara : Kalau di sini belum ada aturan jam kerjanya, kadang ada
tamu tengah malem juga kalau mereka datang, dan saya
sudah kenal dan ada dirumah saya bukakan saja, karenakan
tamu yang datang kesituskan dari berbagai macam
kepentingan ada yang untuk penelitian, ada yang sifatnya
kebudayaan, ada yang ritual segala macem.
Fani : Itu dahulu rumah-rumah yang ada di bantarin kali apa
memang sudah ada sejak dahulu pak?
Pak Mulangkara : Tahun 1998 belum ada, baru mulai ada itu satu-satu, sampai
banyak ada itu, kalau dahulu mah ini pohon pete semua
Fani : Apa tanggapan pemerintah terkait adanya rumah didekat
Zona inti ?
Pak Mulangkara : Pemerintah ini dalam arti pemda provinsi maupun
kabupaten/kota sama sekali belum ada actionnya belum ada
kontribusinya untuk dalam hal pemeliharaan ataupun dalam
hal apa, khusus untuk dikaibon ini.
Fani : Apa pihak pemda pemerintah pernah memberikan gagasan
atau ide-ide?
Pak Mulangkara : Kalau ide mah ada kadang, cuman ya sebatas gitu aja ga ada
actionnya
Fani : Kapan ide itu diungkapkan?
Pak Mulangkara : Pernah juga kedatangan gubernur waktu jamannya gubernur
bu atut waktu menjabat pertama, pernah ada ungkapan ni
mau di tata mau dibikin dikasih perahu di tanemun ikan
segala macem, tapikan beliau bicara itu sudah di akhir masa
jabatannya dang a mencalonkan lagi. Tapi ya Alhamdulillah
walaupun basa-basi ya ada perhatiannya lah, setidaknya
mereka pernah berkunjung, karena gubernurnyapun belum
pernah ke sini adapun walikota dan bupati ke sini bukan
untuk kepentingan situs namun untuk kepentingan prewed
anaknya, kalau walikota itu bansos banjir di sini
Fani : Saya ingin tahu bagaimana masterplan berjalan pak?
Pak Mulangkara : Ya kalo masterplan mah dari dulu juga ada, sudah ada
wadahnya diprovinsi kabupaten kota ada, kalau dijawa itu
sudah ada kesinambungan, pemda itu di jawa perhatiannya
sudah lumayan besar untuk situs Cagar Budaya Banten Lama,
karena sebetulnya itukan aset, kalo mau dieksplore situs-situs
di sini tidak kalah menarik dengan situs di Jawa.
Fani : Kalau situs-situs di jawa mendapat perhatian lebih bahkan
pemda menyiapkan 8 millyar setiap tahunnya?
Pak Mulangkara : Yakan skalanya beda, kalau situs-situs di jawakan skalanya
besar skalanya international, sedangkan di sini masih skala
nasional, sebenarnya situs banten tahun 1994 mau masuk
skala international, kumuh lagi, itu sudah ditinjau sama badan
dunia dari PBB itu, itu urung dinaikkan peringkatnya karena
tahun 1997 terjadi demo-demo akhirnya kumuh lagi.
Fani : Apa yang harus dilakukan oleh pemerintah Kota dan
Kabupaten untuk Banten Lama?
Pak Mulangkara : Ya harusnya ada kontribusi, turut ikut serta, ini sebenarnya
aset pemda aset pemerintah kabupaten dan kota cuman
kewenangannya kewenangan pusat, kalau bicara kepemilikan
itu punya daerah cagar budaya itu, jadi cuman kementrian
kebudayaan dan pariwisata dalam hal ini UPT BPCB hanya
mengelola sebetulnya, sebetulnya yang harus lebih greget
mereka.
Fani : Dahulukan pernah dipegang sama kabupaten ya pak, kalau
waktu sama kabupaten atau Kota mending yang mana pak?
Pak Mulangkara : Sama aja ga ada gregetnya, padahal wadah-wadahnya ada,
karena ada subdin, cuman itu cuman wadah aja.
Fani : Apa dinas Kota pernah meninjau Banten Lama?
Pak Mulangkara : Kalau sekedar melihat-lihat atau dia ada tamunya kesini mah
sering.
Fani : Bagaimana perhatian Kota Serang untuk Banten Lama/
Pak Mulangkara : Perhatian untuk hal action, setau saya nol besar yah
Fani : Kalau menurut saya keberadaan rumah dipinggiran kali ini
membuat sapta pesona situs kaibon menjadi kurang enak di
lihat pak, bagaimana menurut Bapak?
Pak Mulangkara : Ya, sebetulnya mah mengganggu, apalagi keberadaan mereka
bisa dikatakan masuk kategori bangunan liar ,tahun 1982
karena sering terjadi banjir, ini tanggul ditinggikan oleh PU
provinsi , waktu itu masih Jawa Barat dan ada beberapa
rumah disitu juga sudah dibebaskan oleh PU waktu itu, tapi
begitu 1998 saya kesini masih baru ada beberapa udah tahun
2000an menjamur lagi. Harusnyakan PU provinsi, ini kan
kewenangan PU Provinsi untuk Banten, saya pernah ditegur
pimpinan karena keberadaan gubuk-gubuk ini, waktu itu
pimpinannya dari kepala balainya dari jogja dia itu sukses di
prambanan dan Borobudur, begitu datang ke Banten ke sini,
ngeliat keberadaan rumah-rumah itu, saya dipanggil untuk
menghadap.
Fani : Apakah pimpinan yang berhasil di jogja masih menjabat
hingga sekarang pak?
Pak Mulangkara : Nah justru itu karena dia, sebetulnya dia itu orang yang pinter
lobby pak trihadmaji, pinter banget lobby terus dia
gagasannya luar biasa brilliant, untuk mengembalikan Banten
ini, udah punya program yang luar biasa kalo menurut saya,
Cuma karena ga dapet dukungan dari orang banten itu
sendiri.
Fani : Orang Bantennya dalam arti dinas atau orang Banten sini?
Pak Mulangkara : Kebanyakan ya tokoh-tokoh masyarakat setempat, padahal
dia sudah mengajukan program waktu itu besar-besaran
untuk revitalisasi situs Banten Lama, paling engga
dihidupkanlah, tapi karena dijegal oleh orang tertentu, ya
diantara tokoh-tokoh terus mungkin dinas juga sebagian yang
tidak setuju dengan program itu atau apalah alasannya saya
juga kurang mengerti, akhirnya pak tri dia mengajukan
kepusat saya pindah lagi ke jawa saya jadi staf juga
gapapa,kalau tidak diijinkan oleh kementrian dia akan
mengajukan pension, karena dia energy sudah ibaratnya
orang udah mau deal, tapi itukan gagal, itu yang akhirnya pak
tri sendiri nyerah untuk mengelola Banten Lama, ya karena
memang lingkungan sendiri yang tidak mendukung dan tidak
siap ya ujung-ujungnya yang jadi permasalahaan adalah
masalah berkat.
Fani : Kalau pimpinan yag sekarang Bagaimana pak?
Pak Mulangkara : Kalau pak Yudi ini lebih disibukkan urusan luar, karena dia
punya keahlian penelitian di bidang bawah air, dia sering ikut
penelitian kemana-mana bahkan sampai keluar negeri, setiap
dari kementrian ada atau dari kementrian lain ada beliau itu
dilibatkan soalnya dia itu penyelam terbaik, jadi rumah
tangga sendiri agak kurang diperhatikan, karena lebih banyak
diurusan eksternal, kalau pengelihatan saya orangnya
lumayan, cerdas orangnya, masih muda
Fani : Kalau BPCB ini untuk menggusur pemukiman-pemukiman
ini ga mungkin ya pak, soalnya batas wilayahnya Cuma
sampe yang dipager aja?
Pak Mulangkara : Iah batas wilayah situsnya yaitu sampai pager, kalau di luar
sana itu punya PU, makanya kewenangan, kita dalam hal
BPCB sangat terbatas, sebetulnya tidak ada yang tidak
mungkin, yang penting koordinasi aja dengan pihak-pihak
terkait
Fani : Berarti koordinasi dengan pihak tekait masih kurang ya pak?
Pak Mulangkara : Tidak ada malahan, tidak ada koordinasi karena memang
kewenangannya bukan kewenangan saya, saya cuman
menyampaikan kepemimpinan, karena levelnya sudah level
perwira, kalau saya nonggol ke PU mau ngapain ya kopralah
ibaratnya, ga bakal diladenin.
Fani : Kalau Kenadziran suka ikut campur ga pak masalah disini?
Pak Mulangkara : Kalau dalam pengelolaan engga, karena dengan urusan
dengan mesjid aja udah lumayan terbengkalai, dan
kekumuhan yang terjadi.Dari pergantian-pergantian nadzir
memang ada perubahan-perubahan yang memang tidak
seharusnya, seperti alun-alun dipagar tembok begitu, istana
negara aja ga begitu, itu yang sudah telek kesalahannya itu.
Fani : Owh itu kesalahaan yang fatal pak pembuatan pagar itu?
Pak Mulangkara : Kesalahannya telek itu sampai pak alam itu dicopot dari
jabatannya, karena anggaran pusat itu melalui anggaran
pariwisatanya Banten dulu itu, karena ga sesuai dengan
juklak, jadi begitu dana turun karena memang kenadziran
menerima uang jalurnya melalui dinas-dinas, kebetulan
waktu itu ga melalui dinas balai kami ya langsung ke
Provinsi.
Fani : Saat saya ke Provinsi juga mengatakan pembangunan pagar
itu kesalahan yang fatal pak
Pak Mulangkara : Ya karena memang kalau kita tinjau dari fungsi ruang publik
aja dulu alun-alun sebagai fungsi ruang publik, ini aja ga
tertutup pagarnya bisa diakses dari luar, atau alun-alun
Serang, Istana Negara ditutup ga, enggakan? Jadi kalaupun
orang ga masuk ke alun-alun, karena itu ruang publik, jadi itu
bisa lihat ada kegiatan apa dalam alun-alun, ya kalau
begitumah fungsi ruang publiknya sudah hilang satu itu
kesalahan yang fatal, kedua membuat pintu gerbang yang
dekat menara, itu bangunan baru mendominasi bangunan
lama, Ketiga membuat replika Jembatan Rantai lebih besar
daripada yang aslinya, itu replika yang dibuat zamannya
Tusfatul, namanya buat replika itu ada aturannya ga
sembarangan, ga boleh melebihi atau menyamai dengan yang
aslinya itu, inimah malah ngelebihin yang asli, itu yang
sangat fatal itu tiga kalau menurut saya si. Ya bahasannya
waktu itukan dana anggaran APBN yang melalui dinas
pariwisata provinsi waktu itukan untuk revitalisasi Kawasan
Mesjid Agung Banten, ya cuman dalam benak Fatul waktu
itu sebagai ketua nadzir ga tau yang namanya revitalisasi.
Fani : Bagaimana menurut bapak yang saat ini juga kenadziran
memiliki rencana untuk membuat replika?
Pak Mulangkara : Ya gapapa si replika itu yang pentingkan harus
mendatangkan tenaga ahli dalam hal ini yang ngerti dengan
cagar budaya itu sendiri, ya misalnya dari pemdanya ada, dari
dinas-dinas terkait BPCB itu yang paling utama.
Fani : Lebih baik mana pak jaman Tifatul atau Pak Ismet?
Pak Mulangkara : Ya sebetulnya juga namanya sistem yah, semua juga ada
kelemahannya semua juga, ya dengan pak Ismet ini juga
kekumuhan semakin meraja lela, karena pa Ismet juga lebih
banyak ngurusin urusan lain, sementara urusan kenadziran
yang saya dengar banyak diurusin sama istri sama anak-
anaknya dan itu juga terjadi gontok-gontokan didalam antara
adik-adiknya, karena merasa tidak dikasih porsi yang sesuai.
Trus jamannya Tusfatul yaitu.Tusfatul itu arogansinya luar
biasa, sampai dia pernah dapat mobil dari majelis dzikirnya
SBY waktu itu, itu dijual, itu mobil bukan untuk Fathul,
untuk kenadziran, tapi di jual dia anggepannya ya mobil,
mobil saya, jadi terserah saya mau jual
Fani : Apakah mereka memberikan pengaruh yang besar pada
masyarakat sekitar?
Pak Mulangkara : Sangat
Fani : Apakah Bapak Sudah Melarang apabila ada yang bermain
bola di dalam situs?
Pak Mulangkara : Kita sudah berupaya untuk melarang mereka, ya
sebetulnyakan banyak yang jebol-jebol itukan ulahnya orang-
orang, yak arena sering tiap hari orang loncat lewat pagar
lama-lama turun sedikit-sedikit, jebol, patah. Saya bahkan
pernah dikroyok orang sekampung, tahun 2000, sampai
urusan sama polisi waktu itu.
Fani : Dalam undang-undang cagar budaya terdapat aturan sanksi
untuk pemanfaatan seperti bermain bola/
Pak Mulangkara : Iah betul tapi dalam undang-undang diundangkan namun
dalam realisasi sulit. Belum ada contoh si, harusnya mah
dikasih contoh dulu sebelum ada efek jera.Misalkan coba
seseorang melanggar merusak, coba jajal dipenjarakan, jadi
yang lainnya supaya jera.Sampai sekerangkan belum ya SDM
kita kekurangan. Kalau di Jawa situs sebesar ini minimal tiga
orang di sip jaganya, Borobudur itu satu sip 12 3 sip jadi total
36 orang, trus Prambanan kalau tidak salah 2 orang satpam 3
sip juga jadi enam.
Fani : Kalau di Surosowankan ga ada yang jaga pak,kalau ada yang
main Bola pak, nah itu yang melarang siapa pak?
Pak Mulangkara : Ya saya juga termasuk, saya jugakan di sana, temen-temen
security di sini dan di situ punya kewenangan melarang, tapi
ya gemana, di sini aja pernah masuk kompas, lalu saya
dipanggil sama pimpinan. Gara-garanya satu orang bikin
tiang gawang, masuk kompas, saya dipanggil digebrakin
korannya itu, saya sering kena damprat.Sorenya saya ngamuk
langsung saya buangin saya kumpulin di sini, tapi ya
Alhamdulillah masang lagi.Mereka rajin masang saya rajin
motongin. Akhirnya bosen juga kan, ini lebih kacau
sebetulnya kalau engga berusaha tegas, ya lebih parahlah,
sampai saya kasih tau orang tuanya tolonglah siapapu saya
libas, saya kena damprat ini tadi pagi.
Member Check
Transkip Wawancara
Narasumber : Bapak TasriefI1-2
Jabatan : Kepala Seksi Museum Negeri Banten
Hari/Waktu : 05Juni 2014, pukul 09.00 WIB
Fani : Keterkaitan visi misi dinas ?
Pak Tasrief : Kalau visi itu pengertiannya sebuah mimpi, mimpi yang akan
dicapai kalau visi itu mau visi provinsi atau skpd masing-maing
mempunyai visi yang berbeda sesuai dengan kewenangannya, nah
visi itu adalah mimpi yang diupayakan untuk mencapai targetnya
selama lima tahun, nah untuk, coba deh baca dari uraian visi misi
biasaya seperti mimpi, visi itu menjadikan banten sebagai
destinasi yang berdaya saing dan berkelanjutan, itu kan sangat
abstrak nah itu harus diberdayakan lagi kedalam misi, misi itu
udah lebih oprasional dari pada visi, nah itu langkah-langkah
yang harus ditempuh untuk mencapai misi itu nah itu harus
diselasikan dalam lima tahun jadi suatu keterkaitan dan akan
diberi lagi ke tupoksi masing-masing bidang
Fani : menurut bapak visi misi itu apakah sudah perhatian kepada cagar
budaya atau belum ?
Pak Tasrief : Kalau kita bicara visi dan misi disbudpar artinya dia gak berbicara
hanya masalah cagar budaya, artinya kita masih ada dalam
koridor pariwisata kebudayaan, tapi ketika menyusu visi dan misi
itu kita harus melihat, semuanya harus menyatu di visi itu,
pariwisatanya harus berdaya saing dan berkelanjutan,
kebudayaannya juga harus berdaya saing dan berkelanjutan juga,
misalnya kita lihat Borobudur bagaimana Borobudur itu menjasi
destinasi utama di pulau jawa atau bahkan di Indonesia, orang
dari luar pun kesana, kalau Borobudur tidak seperti sekarang dia
tidak akan menarik, sekarang lihat Borobudur udah di tata ada
tamannya bagaimana mobil dengan jarak 1 km gak boleh masuk
kesana, penataan seperti itu yang berdaya saing dibandingkan
banten lama mana ada turos asing yang mau kesana, orang-orang
datangpun untuk kepentingan ziarah, kalau itu ditata semua cagar
budaya yang ada di banten ini dipromosikan itu akan memiliki
daya saing dibandingkan daerah-daerah perbatasan seperti yang
ada dibogor atau jawa barat orang akan berkunjung kesini karna
lebih menarik, artinya kalau ditata dan dikelola dengan baik dia
mempunyai daya saing dan berkelanjutan untuk cagar budaya.
Fani : Menurut bapak peluang dan potensi apa aja yang ada di Banten
Lama ?
Pak Tasrief : Sangat banyak, yang sudah jelas terlihat adalah sebagai tempat
wisata ziarah, itu sangat berpotensi kalau dikelola dengan benar
bukan hanya untk PAD kota serang tapi itu untuk kesejahteraan
masyarakat sekitar kawasan banten lama tersebut. Itu kalau
pemerintah dan masyarakat memanfaatkannya dengan baik itu
akan berguna untuk peningkatan ekonomi, seperti klenteng itu
yang datang buka orang-orang yang gak punya duit.
Fani : Terkait visi misi tersebut didalam renstra ini disebutkan isunya
mengacu pada salah sataunya adalah banten lama, tapi dalam
kegiatan dan programnya belum ada yang mengarah kesitu,
menurut bapak itu kenapa ?
Pak Tasrief : Secara ekspisit mungkin tidak dibunyikan banten lama, tapi
semua program dan kegiatan itu bisa diarahkan kesana. Tapi tidak
semua mengarah kepada banten lama sedangkan cagar budaya
lainya dinomor duakan. Misalnya pelestarian cagar budaya nah itu
pelestarian cagar budaya, itu kan cagar budaya di banten itu
banyak,misalnya data kesejarahan difokuskan kepada arsip kuno
serta kajian dan penelitian cagar budaya, artinya kita gak bicara
gak ada cagar budaya yang diistimewakan sama kita pada tataran
konsep perencanaan ini, ini bisa kemana aja gitu, itu akan lebih
tergambar ketika itu dituangkan kedalam pelaksanaan kegiatan
yang namanya dokumen pelaksanaan angaran DPA,bukan hanya
kegiatan nah itu kan program, kegiatan itupun masih dalam
tataran yang masih abstrak nah nanti kalau misalkan dibawahnya
ada lagi namanya tolak ukur jadi ada satu kegiatan ada beberpa
tolak ukur itu misalnya penatan banten lama itu aka nada
disebuah tolak ukur, tapi kalau disini tolak ukur gak ada tapi
cantelan itu ada disini. Misalnya peningkatan infomasi museum
kalau seperti ini sudah jelas dan spesifik, tapi kalau bicara kajian
cagar budaya nah artinya dia bisa mengakait kemana aja gitu mau
cagar budaya banten lama mau yang ada diselatan.
Fani : Pikir saya bener-bener gak ada kegiatannya gitu pak ?
Pak Tasrief : Engga, kita di 2015 mau mengadakan kajian tapi kalau
dibunyikan disitu kita akan terkunci disana gitu karena disitu ad
target pencapaian kinerja direnstra itu. Jadi yang spesifik tidak
dituangkan disana yang spesifik itu ditatanan oprasional yang
paling bwah itu tolak ukur.Tolak ukur artinya bidang DPA, itu
kita bisa buat disana beberapa tapi arahnya kesana gitu dan setiap
SKPDpun kegiatan dibanten lama SDAP juga ada penataan
kawasan, pembuatan MCK penataan lingkungan. Jadi semua
SKPD yang terkait jadi pasti gak akan bunyi mengenai banten
lama tapi di tolak ukurnya pasti akan bunyi sperti itu semua pasti
punya kementrian pusatpun pasti punya dinas sosial untuk
masalah sosial disanapun mereka pasti punya jadi gak semua
dilimpahkan ke disbudpar. Disbudpar itu paling maslah budaya
dan pariwisatanya.
Fani : Selama ini dari tahun 2012 sampai 2014 kegiatan apa pak yang
sudah dilakukan disana ?
Pak Tasrief : Ada kegiatan dibidang destinasi disitu dia ada pemasangan plang
yang kalau lagi dijalan keliatan tuh, terus ada juga sosialisasi
bidang sumber daya, nah jadi kalau untuk fisiknya dari 2012 kita
belum melakukan lagi. Jauh sebelum itu dari 2004 ada revitalisasi
kawasan cagar budaya banten lama yang penataan kanal terus
pedestrian, kalau budpar belum nah itu tergantung dari kebijakan
pimpinan gitu, nah sekarang ini pimpinan minta sebagian
kegiatan diarahkannya kesana
Fani : Kemarin juga saya dari bagian program, dia bilang nanti baru
tahun 2015 ada focus kebanten lama
Pak Tasrief : Iah tapi nanti mau dimulai dulu dari perubahan anggaran ini.
Fani : Terus kira-kira nih pak nanti tahun 2015 mau ada arahan fokus
pengembangan ke banten lama, itu kira-kira menurut bapak
tantangan yang paling awal dihadapi itu apa pak ?
Pak Tasrief : Kalau untuk provinsi banten kemungkinan besar gak akan jadi
masalah, tapi yang menjadi persoalan utama adalah masalah
sosial yang harus diselasikan terlebih dahulu, ada konflk
kepentingan disana kaya kenadiran, masyarakat dengan adanya
kembali dipasang plang-plang tanah ini milik masyarakat banten
lama nah itu harus disesaikan terlebih dahulu harus disepakti
dulu, sebenarnya itu lahan itu udah jadi milik pemerintah hanay
provakatornya aja itu menjadi sperti itu lagi. Itu udah ditetapkan
dengan keputusan pengadilan, jadi sebearnya kita jangan bicara
fisik dulu, selesaikan masalah sosialnya dulu.Misalnya
pemindahan pedagang ketika saya kuliah dulu gak ada tuh
pedangan-pedagang disana bersih semuanya bersih gak ada
pedagang disitu.Jadi ketika saya masuk dari belokan surosowan
itu udah kelihatan kemegahan masjid agung banten sekarang
boro-boro.
Fani : Kalau sumber daya manusianya sendiri gmna pak didinas ini ?
Pak Tasrief : Sumber daya manusianya kalau saya mah jujur masih kurang
orangnya banyak tapi kemampuan dan kapasitasnya yang harus di
upgrade dan pemahaman terhadap tupoksi dia gitu. Jadi orang
dipemerintah itu seperti itu jadi pemerinthan itu banyak
mengeluarkan belanja pegawai itu separohnya gak kerja jadi dia
gak mau memaksimalkan pemikiran dia gitu untuk berpikir keras,
SDM nya segitu banyak 90 lebih kalau gak salah, coba kalau liat
diswasta sedkit tapi bekerjanya banyak greget saya ngeliat orang
kerja ogah-ogahan gitu, SDM nya banyak tapi banyak juga yang
gak paham dengan tupuksi mereka gitu.
Fani : Kalau sumber daya yang diperlukan untuk pengembangan dan
pelestarian banten lama kira-kira gimana pak ?
Pak Tasrief : Sebenarnya kalau kita disini hanya fasilisitator,makanya kenapa
saya bilang gak perlu banyak, karena yang akan memanfaatkan
itu adalah orang-orang sekitar situ juga sekitar kawasan banten
lama, mereka harus diberdayakan dari pamong praja itu PNS
pegwai pemerintah itu itu tugasnya memberdayakan masyarakat,
fasilisator member fasilitas kan missal dibangunkan apa
dtempatkan dimana. Dilatih misalnya mereka gimana membuat
cindramata yang benar gitu kan, pelatihan-pelatihan SDM disana
untuk membangun kios-kios disana dan dsetinasi, itu selebihnya
akan dikembalikan kebadan masyarakat jadi yang namanya
otonomi daerahitu yang dikatakan berhasil itu adalah campur
tangan pemerintah itu udah sedikit, ini kan engga campur tangan
pemerintah yangbanayak, ketika campur tangan pemerintah udah
sedikit masyarakat itu berdaya, itu yang dinamakan otonomi
daerah itu berhasil itu namanya nah ini mah engga, semuanya
meminta pada pemerintah padahal pemerintah juga gebleg juga
kan seperti membuat sesuatu gak direncanakan dulu gitu. Jadi
SDM yang harus diberdayakan itu SDM yang berada disekitar
kawasan buka SDM disini ketika itu tugasnya udah selesai udah
diserahkan kepada masyarakat, makanya kenapa saya bilang,
segitu banyak gak penting bagi saya cukup dia memahami
tupoksinya dan mau kerja keras gitu aja bukan kita kok yang
mengelola sampai kiamat itu banten lama pasti akan dilepaskan
kepada masyarakat, pemerintah tuh Cuma sebagai fasilisator dan
regulator juga ketika itu dibutuhkan untukmengatur.
Fani : Misalnya ada kegiatan atau rencana pengembangan dan
pelestarian banten lama, itu prioritas paling utama itu apa pak ?
Pak Tasrief : Kemarin saya sudah bicara dengan kadin, kalau saya yang
pertama saya inginkan adalah pemindahan pedagang semuanya
bersih disitu harus bersih semuanya dari pedagang, dipindahkan
ke kioas yang ada disebelah selatan daerah sukadiri, yang udah
bangunannya nah sekarang udah gak karuhan tuh, itu kaya kios
tahu buat apa orang kesana kan tujuannya bukan untuk ke kios
tapi untuk mencari kebutuhan yang dijual oleh pedangan untuk
konsumen, kan ini gak tujuan meraka ziarah nah ini bagaimana
mempola kios itu menjadi kios pariwisata, nah sekarang kelihatan
tuh mereka udah mulai sadar kaya yang di alun-alun. Nah
makanya kemaren tuh proposal udah saya bikin mudah-udahan
sih dapet anggaranya dari kementrian kalau ngarepin dari APBD
semua yang lain gak kebagian gitu. Makanya kita minta kemana-
mana mengajukan proposal. Sebelum pemindahan pedagang itu
harus ada sosialisasinya terlebih dahulu supaya mereka gak syok
disampaikan pemahaman kepada mereka, kios dan lahan parker
itu harus ditata dulu, kemarin saya minta gak dirombak total itu
dana untuk membangun kios itu lebih dari 2 M sekarang
kondisinya begitu kan gak kepake dan itu dulu ada di budpar tuh
saya tahu itu yang membangun dan tidak terpakai sekarang, kalau
itu mau dirubah pola kiosnya saya udah bilang jangan hancurkan
semuanya, akan lebih wah lagi biayanya, dirubah polanya yang
gak sesuai dengan pola, makanya harus ada konsultan, nah mana
kios yang harus dipertahan mana yang harus dihancurkan. Tetapi
kalau orang berbicara proyek itu harus diratakan dulu baru
dibangun baru, saya tidak mau seperti itu. Saya berpikir bahwa
pagar alun-alun yang sekarang itu yang setengah-setengah itu
juga harus dibongkar, dimana-mana juga alun-alun gak ada yang
dipagar, itu kan salah perencanan harus dibongkar itu walaupun
sakit gitu, itu bukan uang yang sedikit, bangun kios 2 M emang
sedikit duit 2 M banyak itu
Fani : waktu itu saya baca koran katanya pihak kenadiran juga punya
rencana tentang pengembangan banten lama, gimana tuh menurut
bapak ?
Pak Tasrief : yang jadi pertanyaan saya itu kenadiran sebagai apa disitu ? gak
bisa, mereka itu udah terlalu lama buat ini buat itu tapi gak
terkonsep dengan benar gitu, namanya kawasan banten lama itu
kan kawasan heritage undang-undangnya ada juga, gak
sembarang orang walaupun dia tinggal disana dia gak boleh
seenaknya aja bikin ini bikin itu karena apa karena itu kan zona
inti itu ada undang-undangnya walaupun pp nya belum keluar-
keluar itu, kalau mau itu harus terintegrasi dengan masukan dari
pemerintah dengan perencanaan pemerintah silahkan gak masalah
gitu tapi kalau dia mau jalan sendiri gak bisa itu, selama ini kan
mereka udah dibiarkan jalan sendiri tuh mana ada mereka bangun
pagar-pagar setinggi itu, dia udah kaya bikin kerajaan disitu terus
bikin tempat pertemuan disebelah selatan dari masjid agung itu
kan gak dibenarkan itu zona inti gitu harus ada peraturan-
peraturan mainnya yang harus di ikuti dan taati itu disana
Fani : kalau prioritas pelestarian kawasan cagar budaya banten lama,
yang paling butuh perhatian tuh cagar budaya yang mana pak ?
Pak Tasrief : kalau kita bicara prioritas karena kita bicara kawasan sekarang
kita bicara cagar budaya itu bukan benda tapi kawasan sama
lingkungan, artinya kalau kita mau melakukan penataan atau
revitalisasi kita harus bicara keseluruhan, kalau mau itudibagi
kluster-kluster atau dibuat zona-zona untuk penangan yang
prioritas yang mana gitu, kalau bicara seperti prioritas yang mana
ya seumur hidup semua itu prioritas kanitu cagar budaya kecuali
nanti pada action nya nanti, nah itu harus dikaji dulu mana yang
menjadi prioritas tapi kalau bicara penataan prioritasnya itu,
pedagang pindahin dulu, itu gak bisa ditawar karena ibaratnya
akar lagi tumbuh kalu udah tumbuh dia akan menjalar kemana-
mana itu, liat aja sekarang makin lama makin dbiarin aja tuh.
Fani : Kalau kira-kira waktu yang dibutuhkan untuk pengembangan
dan pelestarian itu berapa lama pak sampe bener-bener ?
Pak Tasrief : Harus dibagi beberapa tahapan, tergantung jangka pendeknya apa
jangka panjangnya apa harus dibuat pendapat seperti itu kalau gak
seperti itu mh gak akan seperti itu, harus selesaikan dulu ini
tahapan awal apa.
Fani : Kalau misalkan tahapan awal itupemindahan pedagang itu kira-
kira berapa lama pak ?
Pak Tasrief : Itu sekitar kalau benar-benar bersih yah antara kios yang akan
ditempati itu sambil berjalan sambil sosialisai itu pedagang hrus
disampaikan, jadi dia harus sama waktunya, yaa kalau perkiran
saya sambil berjalannya ini sekitar 6 bulan, terus masalah siapa
yang akan ditempati disana gitu harus direncanakan dengan benar
gitu, kalau asumsi saya ya sekitar 6 bulan tapi dengan syarat
pemerintah dan masyarakat harus komit.
Fani : Kan ada tuh pak strategi yang sebelumnya revitalisasi
pembangunan, pagar-pagar alun-alun dan kios itu, berarti itu
strateginya kurang berhasil dongpak ?
Pak Tasrief : Bukan strateginya gak berhasil karena pemerinah itu kalau
pemerintah bikin proyek udah disitu aja gak bertindak lanjut
kedepannya gimna, siapa bertanggung jawab nanti terhadap apa
yang sudah dibangun gitu kan, makanya kenapa saya bilang
masyarakat disana itu harus dilibatkan misalnya mereka menjadi
apa gitu disana, nah kalau gak gitu pemerintah gak bakal
selamanya ngurusin pagar, gak bakal selamanya ngurusin kios
gitu kan, harus dibentuk perkumpulan mreka sendiri yang
bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup mereka gitu
Fani : Setiap kegiatan itu kan harus ada konsistensi sasaran setiap
tahunnya kan pak, itu kalau menurut bapak yang dulu revitalisasi
gimana pak dari sasaran-sasaranya itu pak ?
Pak Tasrief : Kalau yang dulu saya gak tau karna ada dibidang destinasi yah,
kalau saya pikir siapa yang melakukan apa itu gak terintegrasi
gitu disana, kemaren juga udah dibuat oleh SDAP master plan
kawasan banten lama tapi mereka ya bicara hanya fisik doing
untuk jalan bangunan tapi hal-hal lain kan gak, bagaimna
mengintegrasikan kegiatan budpar, dinsos jangan fisik dengan
SDAP misalkan, nah jadi kita duduk bareng, nah setelah ini lo
bikin apa gitu kan, jangan ini bikin ini itu bikin itu kan gak
seiramnaya nanti gitu, misalnya anggaran tahun ini kita Cuma
bisa buat ini nah kedepannya kita bikin itu kelanjutan dari si ini
gitu
Fani : Menurut bapak disana kan masih kental dengan tokoh masyarakat
yah, menurut bapak tokoh masyarakat yang paling bisa ngatur
mereka itu siapa pak ?
Pak Tasrief : Ya tokoh-tokoh masyarakat yang mempunyai yang dihormati oleh
masyarakat itu kan, tau sendiri kan orang-orang sana kaya
kenadiran yang dihormati dan mereka tidak berpikir masalah
keuntungan gitu kan, tapi bagaimana mereka berpikir untuk
membangun banten lama kdepan gitu kan, seperti itu.
Fani : Kalau misalkan nanti ada pengembangan banten lama, itu
anggarannya dari mana aja pak ?
Pak Tasrief : Ya bisa dari APBD, APBN atau bantuan dari luar negeri pun bisa
gitu kan, asalkan persyaratanya dipenuhi gitu kan.
Fani : Biasanya kalau persyaratan dari luar negeri apa aja pak ?
Pak Tasrief : Biasanya bantuan-bantuan dari luar neger gitu apa lagi organisasi-
organisasi gitu di dunia gitu , dia gak mau ada persoalan di lain
hari gitu, artinya pemerintah yang bertanggung jawab dan
menyelesaikan itu kan sampe benar-benar tuntas gitu
kan,miaslnya Borobudur yah, itu rumah-rumah sekitar Borobudur
itu dihancurkan semua itu dipindahin gak boleh gitu dalam radius
sekian meter itu harus menjadi sebuah taman gitu kan, gak boleh
ada tempat tinggal gitu kan, gak boleh ada keramaian gak boleh
ada aktifitas masyarakat gitu kan
Fani : Kemaren saya wawancara dengan pedagang kecil disana,samping
benteng spelwijk disitu kan tengahnya lapangan luas pak ? itu
dijadikan lapangan bola dan sering ada kompetisi bola disitu tapi
gak pernah ada larangan dari BPCB, menurut bapak gimana tuh
pak ?
Pak Tasrief : Gak boleh itu apa lagi buat main bola lagi kan, bola kan pasti
kemana-kemana kan yang ada akan merusak itu kan cuma
persoalannya pemerintah kan bisa berbuat apa-apa disitu kan,
harusnya mah itu dipagar total tapi gak mungkin juga karena
ruang terbuka kan yang menjadi tempat mereka bermain kan,
harusnya mh gak boleh
Fani : Oh ya pak kata bapak kan kalau diborobudur itu rumah-rumah
direlokasi sekianmeter pak, nah kalau dibanten lama sendiri kira-
kira menurut bapak itu gimana kalau rumah-rumah itu harus
direlokasi ?
Pak Tasrief : Iah makanya itu harus disampaikan seperti nanti para pedagang
itu kan, status tanah yang mereka tempati itu kan bukan milik
mereka itu milik sultan otomatis ketika itu ada pemerintah harus
dipegang pemerintah kan, tapi karena mereka menempati turun
menurun kan itu mereka anggap tanah mereka kan, berani gak
gitu pemerintah untuk memindah itu kan dengan segala
konsekuensinya kan.
Fani : Kalau menurut bapak partisipasi masyarakat dalam pelestarian
cagar budaya banten lama itu sendiri gimana pak ?
Pak Tasrief : Mereka udah banyak yang tahu benda-benda cagar budaya itu
mahal makanya didaerah klenteng itu banyak pengalian-
penggalian illegal yang mereka mengangkat keramik kemudian
dijual, jadi kesadaran mereka itu masih kurang, kaya tadi main
bola itu kan disana, harusnya mh ada polisi itu yang menghalau
mereka itu, makanya saya bilang ini undang-undang banci,
undang-undang 1992 juga itu banci banget itu, gak tau nih
undang-undang tahun 2010 sanksi-sanksinya hrusnya mh lebih
berat gitu kan
Fani : Untuk pelestarian ini biasanya kan BPCB ini membersihkan
rumput-rumput atau sampah-sampah tapi untuk beberapa bulan
belakangan ini tidak dilakukan pak terutama yang di spelwijk,
yang di pecinan juga ?
Pak Tasrief : Kan itu butuh biaya, dari kita sendiripun gak ada campur tangan,
karena itu kan statusnya cagar budaya tingkat nasional sementara
itu wilayahnya ada di kota serang, kota serangpun kan
anggarannya terbtas kan, nah itu juga secara bertahap akan
dibantu oleh provinsi, nanti dengan ada revitalisasi banten lama
kita kan melakukan itu bertahap gitu kan, mana dulu yang harus
kita tata gitu kan, mana dulu yang hrus kita perbaiki gitu kan.
Fani : Oh iya pak itu tasikkardi dikelola oleh pemerintah apa memang
ada yang punya pak ?
Pak Tasrief : Itu milik pemerintah tapi diberikan kuasa pengelolaannya pada
swasta tapi itu setau saya ada di kabupaten serang itu, itu saya gak
tau ini nya gimna, sekarang dengan swastanya gitu kan apakah
masih berlanjut apa engga gitu.
Fani : Jadi kemaren saya ke tasikkardi untuk wawancara dan mereka
bilang sendiri kalau pejaga disini dari penduduk sekitar sini pak
Fani : Kalau wilayah kabupaten selain tasik kardi apa aja pak :
Pak Tasrief : Dari tasikkardi ke mesjid pecinan itu udah masuk wilayah
kabupaten
Fani : Draf perencanaa untuk banten lama itu udah ada apa belum pak ?
Pak Tasrief : Belum ada, makanya ini kan kita mau actionya 2015, kajiannya
kita mau mulai ditahun ini untuk merubah anggaran kan
Fani : Kira-kira kapan tuh pak jadinya ?
Pak Tasrief : Mudah-mudahan 2 bulan ini mau dikaji terlebih dahulu mana aja
yang dirubah untuk banten lama gitu kan, yang pertama itu ya
seperti pemindahan pedagang gitu kann sama penempatan lahan
parkir disana
Fani : Itu kisi-kisinya udah ada pak ?
Pak Tasrief : Engga itu mh kisi-kisinya dari kita sendiri yang buat naskahnya
kan, itu juga harus bertahap kan gakbisa selasai sebulan 2 bulan
itu kan, itu 6 bulan bisa aja lebih kan, itu kan hrus dicatat
semuanya kaya lahan parker, mck , tempat ibadahnya, terus
pedestriannya bikin
Fani : Itu kan jalan rusak yah pak, itu kewenangan siapa yah pak yang
disamping benteng itu ?
Pak Tasrief : Itu jadi tanggung jawab kota serang, makanya nanti kalau udah
ada kesepakatan tinggal dibagi aja siapa yang berbuat apa, kota
berbuat apa provinsi berbuat apa gitu kan.
Fani : Kelenteng itu bagus ya pak berbeda jauh dengan yang ada
disekitarnya
Pak Tasrief : Iah bagus kan gede itu anggaranya, dananya besar gitu dari orang-
orang cina Jakarta kan dan juga mereka berpikirnya beda, itu kan
klentang baru dibangun lagi setelah kebakaran tahun 2010 kan,
kalau mereka mah besar kan dari donator-donatur orang-orang
cina kan
Member Check
Transkip Wawancara
Narasumber : Bapak Subagyo
Jabatan : Sekertaris Kecamatan Kasemen
Hari/Waktu : Kamis, 24 April 2014, pukul 09.00 WIB
Fani : Apa Saja potensi yang ada di Banten Lama menurut bapak?
Pak Subagyo : Banten Lama merupakan salah satu wisata ziarah, dan banyak
orang dari luar daerah berziarah, bahkan dari seluruh
Indonesia, sehingga jika dikelola dengan dengan baik, akan
memiliki manfaat dalam peningkatan PAD dan membantu
meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar.
Fani : Bagaimana Pengembangan dan Pelestarian Banten Lama
pak?
Pak Subagyo : Kalau pengembangan belum seluruhnya pemda, tapi
pengelolaan juga ditangani oleh pihak kenadziran, terkait
pengembangan sudah banyak program yang dilakukan untuk
Banten Lama namun kebanyakan tidak maksimal dalam
implementasinya misalnya pemagaran, pemagaran itu niatnya
untuk mengatur arus peziarah, namun karena kurang
koordinasi antara kenadziran, pedagang, masyarakat,
sehingga yang ada malah pagar tersebut menghalangi akses
pengunjung, selain itu juga pedagang yang sudah dibuatkan
kios kembali ketempat semula, ya sebenernya tinggal
pengaturannya saja seperti apa agar program tersebut berjalan
maksimal, contoh lain penataan pasar yak arena kurang
koordinasi sehingga banyak keluhan jalan rusak dan lain-lain
Fani : Pernahkah ada Focus Discussion Group (FGD) sebelumnya
untuk membahas masalah Banten Lama?
Pak Subagyo : Belum ada, tapi kalo ada kegiatan kita diundang tapi kurang
terwakili.
Fani : Apa saja yang sudah dilakukan dinas Provinsi Banten atau
dinas-dinas terkait di kota Serang?
Pak Subagyo : Banyak sekali, khususnya peran dari dinas pariwisata
provinsi, soalnyakan mereka ada anggarannya, dari dinas
sosial juga ada dulu pengemis-pengemis itu di data trus
dikasih uang orang tuanya supaya ga minta-minta lagi,
namun usaha tersebut tidak berjalan, ibaratnya apa yang
dilakukan tidak berkelanjutan, hanya sekedar untuk
menggugurkan kewajiban saja.
Fani : Terkait masalah masyarakat sekitar yang misalnya bermain
bola di sana atau melakukan pemanfaatan lainnya apakah dari
pihak kecamatan ada kegiatan untuk melarang atau
memberikan himbauan?
Pak Subagyo : Dulu waktu itu kita pernah mengelola selama setahun, ya saat
itu kita bener-bener mengelola, tapi sekarangkan kewenangan
ada di mereka kalau kawasan situs ya kewenangan museum,
kalau kawasan benteng Speelwijk itu ada pengelolanya, nah
kenadziran itu di sini ada tiga yaitu Kenadziran Kenari,
Kenadziran Maulana Hasanuddin, dan Kenadziran Masjid
Agung, paling ya kalau sekarang cuman paling kerja sama
penertiban aja.
Fani : Apakah dalam pelaksanaan dari perencanaan-perencanaan
pihak kecamatan juga dilibatkan karena pihak kecamatan
sebagai pemilik wilayah?
Pak Subagyo : pihak kecamatan tidak banyak berkaitan, kita hanya
membantu K3 secara khusus, paling kita diajak rapat, dan
diminta masukan dari segi sosialnya
Fani : Menurut bapak strategi apa yang cocok dilakukan untuk
pengembangan dan pelestarian Banten Lama?
Pak Subagyo : harusnya ya semua pengelolaan di ambil alih oleh pemerintah
Fani : Bagaimana pelaksanaan Banten Waterfront City tahun 2009
itu pak?
Pak Subagyo : Waterfront City itu sebatas masterplan saja, minapolitan juga
belum ada pelaksanaannya, dan tidak ada tindak lanjutnya
Fani : Saat ini ada masterplan yang di buat oleh Dinas Pemukiman
dan Sumber Daya Air Pemukiman Provinsi Banten apakah
sudah ada sosialisasi ke pihak Kecamatan Kasemen?
Pak Subagyo : Kita ga tau malah kalau masterplan tersebut sudah jadi.
Member Check
Transkip Wawancara
Narasumber : Ibu Elly
Jabatan : Kasubag TU BP3 Serang
Hari/Waktu : Selasa, 02 Juli 2014, pukul 13.00 WIB
Fani : Bagaimana pemeliharaan yang dilakukan oleh pihak BP3
Serang untuk Banten Lama?
Ibu Elly : Pemeliharaan terkait potong rumput dll itu dilakukan dengan
pihak ketiga, melalui lelang
Fani : Namun sekarang mengapa belum ada pemeliharaan terkait
pemeliharaan Benteng Speelwijk?
Ibu Elly : Pemeliharaan tersebut terhambat masalah lelang, tapi sekarang
udah beres ko
Fani : Apakah pihak Provinsi Banten pernah melakukan rapat
koordinasi dengan BPCB?
Ibu Elly : Kita pernah dulu rapat koordinasi, tapi kita sendiri ga tau apa
aja yang sudah dilakukan mereka. Kalau kitakan sekedar
penanganan masalah di Banten Lama, dengan provinsi kitakan
apa-apa mengusulkan
Fani : Menurut ibu apa yang menjadi kendala dalam pengembangan,
pelestarian dan pemeliharaan Banten Lama?
Ibu Elly : Kendala masyarakat, tingkat kesadaran masyarakat masih
kurang
Fani : Apa yang dilakukan oleh pihak BPCB terkait pemanfaatan
situs untuk main bola dan kegiatan yang lainnya?
Ibu Elly : Kita sudah memberikan pengarahan dan teguran serta
pemberitahuan
Fani : Menurut ibu bagaimana bila dimasing-masing situs disediakan
juru situs atau juru pelihara?
Ibu Elly : Juru pelihara ada, tapi kondisinya tetap kumuh dan tidak ada
perkembangan sehingga kita lakukan dengan pihak ke tiga saja
Fani : Apa saja yang sudah dilakukan oleh BPCB untuk Banten
Lama?
Ibu Elly : Pemugaran, penggalian dari tahun 70-an
Member Check
Transkip Wawancara
Narasumber : Muhammad Nurdin
Koding : I2-2
Jabatan : Wisatawan
Hari/Waktu : Selasa, 08 Juli 2014, pukul 13.00 WIB
Fani : Untuk tujuan apa anda datang ke Banten Lama dan dengan
siapa?
Nurdin : Dengan rombongan pengajian dalam rangka ziarah, sama liat
situs disitu
Fani : Bagaimana menurut anda kondisi di Banten Lama?
Nurdin : Kondisinya si sudah mendingan tapi masih parah, udah
mendingan udah tertata di Mesjid Agung mah. Kalo situsnya
terawat yang terawatt situs mesjid, sama makam sultan
hasanudin, banyak pengemisnya parah banget sama yang
jualan minyak wangi
Fani : Bagaimana perasaan anda saat melihat kondisi Banten Lama
yang demikian?
Nurdin : Sebenernya seneng kesininya mah, cuman pengemisnya, sama
penataan jalannya ituloh muter-muter jadi tambah jauh, udah
gitu pedagangnya maksa
Fani : sudah berapa kali anda ke sini dan apakah berniat untuk
kembali lagi?
Nurdin : Sudah 2 kali sama ini, mau balik lagi tapi kalo udah rapih,
kalau belum mah males lah. Banyak bayarnya juga di sini.
Fani : Bagaimana menurut anda partisipasi masyarakat dalam
pelestarian Banten Lama?
Nurdin : Masyarakat ga ada ikut merawat, kurang, cuman manfaatin
dagang sama ngemis aja.
Fani : Menurut anda apa yang harus dilakukan oleh pemerintah untuk
Banten Lama?
Nurdin : Pemerintah harus turun tangan, kalo kaya gitu terus bisa hancur
Fani : Bagaimana sikap penjaga masjid terhadap wisatawan?
Nurdin : Sikapnya tegas, cuman yang nakal mah ada aja, nakalnya tuh
bilang minta uang buat ngerawat mesjid cuman mintanya
maksa
Fani : Bagaimana Sarana dan Prasarana di Banten Lama?
Nurdin : Sarana dan Prasarana masih kurang memadai, tempat-tempat
kotor dan mesjid juga masih belum bisa menampung semua
peziarah yang datang, jadi harus gentian
Fani : Bagaimana kondisi Infrastrukturnya?
Nurdin : infrastruktur parah jalannya rusak
Fani :
Matriks Wawancara
Q1
I Potensi apa yang ada di Banten Lama?
I1-4
Potensi tinggi, baik dalam sejarah budaya, wisata ziarah sehingga tanpa
promosipun banyak yang berkunjung kesana, tinggal bagaimana sapta
pesonanya diatur agar semakin menarik
I1-7
Kalau peluang saya pikir untuk destinasi pariwisata, saya pikir ini semua
sangat potensial, museum sendiri juga sangat potensial karena ini tempat
representative untuk bisa dikunjungi oleh pengunjung selain mesjid
I1-8 Potensinya sangat besar dimana di sana lebih sering orang wisata ziarah,
apalagi wisata ziarah itukan selalu ramai walau tanpa promosi
I1-9
Di Banten Lama itu terdapat wisata ziarah, selain itu Banten Lama juga
menjadi tempat bersejarah yaitu sejarah perkembangan islam pertama di
Banten, sehingga tentunya sangat berpotensi, terutama wisata ziarah selalu
ramai pada saat-saat perayaan dan hari-hari tertentu
I1-10
Sebenarnyakan kalo dari segi pariwisatakan besar ya, Cuma ada dua jenis
wisatawan ada memang wisatawan yang hanya untuk berkunjung untuk
ziarah itukan lebih banyak, Cuma itukan kelas menengah ke bawah, trus
ada juga yang kalangan menengah keatas itu yang liat-liat penelitian segala
macem dari situ potensinya sangat besar untuk dikembangkan jadi
kawasan kota tua di luar negeri, cumin dari segi infrastruktur dan penataan
kawasan itukan jelek, jadi kalo orang yang kalangan atas sana ngeliat
kesana jelek, ya ga mau ke sana lagi, padahalkan bisa saja mereka
membawa investor atau segala macem, istilahnya mereka membawa yang
punya uang, sedangkan yang kalangan bawah itu tujuannya sebatas ziarah
aja, jadi kalau dikembangkan dari segi infrastruktur dulu, penataan
kawasan, penataan PKL. Potensi si sangat besar
I1-11
Potensi yang menonjol yaitu bangunan sejarah, bangunan lama, yang
dijadikan sebagai wisata budaya yang bisa dikembangkan, selain itu
Banten lama juga menjadi wisata Ziarah yang ramai oleh peziarah
I2-1 Potensinya sangat besar jika dikelola dengan baik, soalnya disini mah ga
perlu lari ngejar-ngejar wisatawan juga pada datang sendiri.
I2-2 Potensinya besar pihak kenadziran itu sehari bisa dapat seratus juta, tapi
omzetnya itu ga tau larinya untuk apa
Q2
I
Bagaimana keterkaitan visi dan misi? (Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Provinsi Banten)
I1-1
Visi itu merupakan sebuah mimpi, mimpi yang akan dicapai, mau visi
Provinsi, atau SKPD itu punya masing-masing sesuai dengan
kewenangannya, visi itu mimipi yang akan dicapai ditargetkan selama lima
tahun, visi itu masih sangat abstrak dan harus dijabarkan kembali ke dalam
yang namanya misi, misi lebih operasional, dan misi itu langkah-langkah
dalam mencapai misi dan itu merupakan satu keterkaitan yang akan di
breakdown lagi kedalam masing-masing bidang
Q3
I
Apa saja kendala yang di hadapi dalam pengembangan Banten Lama?
(Dinas)
I1-1
Hambatannya itu yang pertama koordinasi antar kabupaten kota, BPCB,
dan kenadziran koordinasi sering, namun sebatas di atas meja, pembinaan
masyarakat, khususnya pedagang untuk membantu tugas pemerintah,
hambatan selanjutnya adalah kewenangan dan anggaran.
I1-3 Kendalanya masyarakat, tingkat kesadarannya masih kurang
I1-5
Kalau kendala secara fisik sebetulnya tidak terdapat kendala, tetapi
masalah di luar penyediaan sarana dan prasarana, pengelola Banten Lama
yang terdapat dualism kepemimpinan
I1-6
Kendala disini yaitu masalah anggaran, jika di Jawa Barat itu ada anggaran
1 keraton itu 8 Milyar, kalo disini ga ada sama sekali, anggaran semua dari
sumbangan-sumbangan para peziarah yang dari kotak amal itu, kendala
kedua adalah masyarakat, masyarakatnya kadang bandel
I1-8 untuk sarana dan prasarana susah menatanya karena di sana terdapat tarik
menarik kepentingan
I1-9 Hambatannya itu didalam Banten Lama ada yang namanya kenadziran, nah
kenadzirn adalah keturunan sultan sehingga kebijakan tergantung pada
kenadziran, sehingga sulit dalam mengintervensi.
I1-10
Sebernernya masalah kewenangankan milik provinsi, kemudiankan saluran
air, sungai, itu kewenangannnya SDA, kalo kita mau bangun apa-apa di
Banten Lama terbentur undang-undang cagar budaya oleh BPCB,
organisasi masalah kenadziran, kurang bekerjasama, yaitu si seharusnya
ditingkat pimpinan yang seharusnya merundingkan, cumankan sampai saat
ini belum ada pembenahan
I1-11 Kurang sadarnya penduduk setempat, yaitu denga pedagang belum bisa
ditertibkan, dan belum adanya juru pengendalian
I1-14 Ga ada masalah semuanya aman-aman, kalau memang kita kelolanya
dengan baik ga ada masalah lah
Q4
I
Sumber Daya apa saja yang diperlukan dalam pengembangan Banten
Lama?
I1-2
Kalo sumber daya itu cukup bahkan banyak, namun mereka kadang kurang
paham apa yang harus mereka kerjakan dan apa tupoksi mereka, kalo
untuk mengembangkan Banten Lama saya ga butuh orang banyak-banyak,
sedikit asal mereka mau bekerja keras dan memahami tupoksi mereka saya
pikir itu cukup
I1-10
Sebenernya yang tadi itu si, tinggal kalau mau konsentrasi tinggal
difokuskan semua pembenahan infrastruktur disana, jadi trus promosi
pariwisatanya, pembenahan pklnya, cuman orang sana susah juga
diaturnya pkl-pkl itu
Q5
I Bagaimana Kemampuan petugas dalam pelaksanaan? (Dinas)
I1-10
Kalau dari kemampuan pasti bisa kalau ada danannya pasti bisa, misalkan
untuk perbaikan jalan dananya ada, tinggal benahi, kalau dari SDM ya kita
insyaallah ya ada si.
Kemampuan dan kapasitasnya masih harus di upgrade soalnya rata-rata dia
ga mau memaksimalkan pemikiran dia untuk bekerja keras, tapi kerjanya
ga greget, SDM banyak tapi banyak juga yang gak paham sama tupoksinya
I1-14
SDM kita kekurangan. Kalau di Jawa situs sebesar ini minimal tiga orang
di sip jaganya, Borobudur itu satu sip 12 3 sip jadi total 36 orang, trus
Prambanan kalau tidak salah 2 orang satpam 3 sip juga jadi enam
Q6
I
Apa prioritas dalam pengembangan Banten Lama?
I1-1
Tahun 2015 kita telah siap kantong anggaran dengan yang akan ditangani
oleh provinsi adalah Revitalisasi kios pedagang, Perkerasan lahan dan
fasilitas umum, serta relokasi pedagang dari Keraton Surosowan dan Alun-
alun Masjid Banten Lama
Adapun perencanaan untuk banten lama pada tahun 2015 itu lebih kepada
penataan pedagang setempat
I1-2
Kalau saya yang pertama saya inginkan adalah pemindahan pedagang
semuanya, supaya bersih, soalnya itu ibarat akar lagi tumbuh kalau udah
tumbuh dia akan menjalar kemana-mana, itu liat aja sekarang makin lama
makin banyak, udah dibiarin aja lagi
I1-10 Infrastruktur dulu dibenahi jalan, trus drainase, air bersih, penataan
kawasan permukiman di sana. Baru penataan PKL
Q7
I
Strategi apa yang akan dilakukan untuk Banten Lama?
I1-2
Strategi yang digunakan adalah strategi pariwisata budaya, karena secara
keseluruhan Banten Lama itu menggambarkan budaya baik masa lalu atau
masa kini
I1-5
seharusnya ada yang makronya dahulu secara keseluruhan apakah itu dari
Bappeda, yang bisa memayungi semuanya, nanti kita tinggal membagi-
bagi, nanti rencana teknis bangunan lingkungan APBN bisa bantu ada
Satkernya, Satker Penataan Bangunan Gedung Lingkungan itu udah
beberapa kali mengalokasikan dana disitu di Banten Lama, atau bisa dari
dana APBD jadi Resourches banyak jangan ketergantungan di APBD aja
APBN juga disitu mau care, seperti Ke PUan ada dari pariwisata dulu itu,
termasuk dia itu bantu bikin pager itu dari pariwisata, nah itu harusnya bisa
dipayungi terlebih dahulu keseluruhan sama Bappeda ini saran saya, nanti
Bappeda memayungi trus nanti di bagi-bagi misalnya ini yang
tanggungjawabnya SDAP bangun gedung dengan misalnya saluran,
drainase, lalu perumahan sekitarnya, ini pariwisata non fisik misalnya
pemberdayaan masyarakat sekitar terus pedagang, misal dinas purbakala ,
jadi sebetulnya juga perlu diketahui siapa yang paling bisa jadi leadingnya
disitu terus semua bisa ngikut disitu, kalo kitakan dinas operasional,
disuruh bangun itu bangun
I1-6
saya ingin membangun replika pembangunan keraton itu pengennya deket
Tasikardi. Belum, itu strategi saya jalan dengan gagasan saya,
berkomunikasi dengan duriyah kasultanan, ibu kepala dinas juga akan
melakukan. Selain itu melakukan relokasi pedagang dan jalan. Pokoknya
bagaimana menggagas kunci untuk Banten Lama menjadi Indah, pusat
kuliner nusantara, saya harapkan pengunjung tidak cepat pulang
Bappeda seharusnya memayungi secara keseluruhan, nanti leadernya
harusnya kepurbakalaan atau BPCB
Q8
I
Apa saja kebijakan atau apa saja yang telah dilakukan untuk Banten Lama
khususnya dalam pelestarian, terutama kebijakan yang dilakukan
menghadapi masyarakat yang memanfaatkan situs untuk tempat yang tidak
seharusnya?
I1-3 Kita Sudah memberikan pengarahan, teguran dan pemberitahuan
I1-6
Sudah dilarang untuk main bola neng bahkan saya pernah mencabut tiang
gawangnya agar tidak bisa main lagi, tapi main lagi-main lagi, sampe
pernah saya mau dipukulin warga sini gara-gara melarang, ya gitu susah
Q9
I Bagaimana pemeliharaan dan pelestarian situs-situs di Banten Lama?
I1-3
Dulu pemeliharaan itu dilakukan oleh juru pelihara, namun dengan adanya
juru pelihara tersebut tidak mengurangi kekumuhan yang ada sehingga
pemeliharaan dilakukan oleh pihak ketiga,dan terlihat hasilnya
I1-7
Kalau melestarikan kami sudah pernah melestarikan perlindungan dengan
cara eksavasi pemugaran, khususnya di Istana Surosowan, di Benteng
Speelwijk, terus yang untuk cagar budaya bergerak sudah melakukan
konservasi terhadap senjata, mata uang dan registrasi keramik. Kalau
pemeliharaan dilakukan oleh kantor kami di pokja pemeliharaan
I1-14 Pemeliharaan dilakukan oleh pihak ke tiga dengan cara lelang
Q10
I
Apa saja yang telah dilakukan Disbudpar Provinsi Banten untuk
pengembangan Banten Lama?
I1-1
Kalo untuk tahun-tahun 2012, 2013 dan tahun ini kita belum ada buat
Banten Lama, tapi ada rencana tahun depan tahun 2015, pernah dilakukan
tapi tahun 2006-2007 tapi dokumennya sudah tidak ada. Banten Lama
memang PR untuk Provinsi dan Kota dahulu sudah dilakukan dengan
APBD dan APBN dengan revitalisasi sekitar alun-alun, sebenarnya jika
menangani Banten Lama itu kita terbentur masalah klasik, yaitu masalah
banyaknya kepentingan yang terdapat di sana yaitu seperti: BPCB,
Kenadziran dan kabupaten Kota, tapi di tahun 2015 kita sudah menyiapkan
rencana kantong anggaran untuk revitalisasi Banten Lama
Tahun ini kita dan tahun sebelumnya kita belum ada fokus ke Banten
Lama, adapun fokus untuk ke Banten Lama tahun depan tahun 2015, dan
rencananya kita akan melakukaan penataan pedagang
I1-2
Tahun ini belum ada pengembangan Banten Lama, rencananya tahun 2015,
adapun pengembangan Banten Lama di lakukan tahun 2006-2007 itupun
dokumennya sudah hilang. Tahun-tahun sebelumnya dan tahun ini belum
ada arahan pengembangan ke Banten Lama, karena dari kita belum ada
anggarannya, karena tahun ini saja 80% anggaran untuk belanja pegawai,
tapi tahun 2015 kita rencana fokus ke banten Lama dengan rencana
penataan pedagang
Q11
I
Mengapa sampai saat sepertinya semua perencanaan belum berjalan
dengan baik?
I1-9
Dalam Pengembangan Banten Lama ada aturan mengenai cagar budaya,
yang memiliki aturan apa-apa saja yang boleh yang tidak boleh dilakukan
terkait Banten Lama, sehingga kita kesulitan dalam mengintervensi secara
langsung, selain itu Banyaknya kepentingan yang terdapat disana juga
membuat kita kesulitan melakukan intervensi, sehingga koordinasi harus
lebih inten
I1-11 Manusia perencana, modal menentukan, keterbatasan dana sehingga kita
mengerjakan yang kecil-kecil dahulu
Masalah Banten Lama itu masalah klasik neng, tapi masalahnya juga aneh,
masalahnya itu ga masuk di akal, mereka melarang ini itu dengan alasan
yang ga masuk akal
RIWAYAT HIDUP
IDENTITAS PRIBADI
Nama : Fani Mutia Hanum
NIM : 6661101182
Tempat, Tanggal Lahir : Tangerang, 26 Januari 1993
Agama : Islam
Kegemaran (Hobi) : Traveling
Suku : Jawa
Alamat : JL. Pembangunan 1 No. 80 Rt/Rw 03/03 Batu Jaya
Utara Batu Ceper Kota Tangerang
Telepon : 083813149684
Email : [email protected]
DATA PRIBADI
Tempat Tanggal Lahir : Tangerang, 26 Januari 1993
Jenis Kelamin : Perempuan
Status : Belum Menikah
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
IDENTITAS ORANG TUA
Nama Ayah : M Nasir
Nama Ibu : Hadmini
Pekerjaan Ayah : Pegawai Swasta
Pekerjaan Ibu : Guru
PENDIDIKAN
1997-2004 : SD Negeri Batu Ceper 1
2004-2007 : SMP Negeri 5 Kota Tangerang
2007-2010 : SMA Negeri 7 Kota Tangerang
2010-s/d Sekarang : Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Program Strata-1
Administrasi Negara