IMPLEMENTASI PROGRAM PELAYANAN KESEHATAN KERJA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit...
Transcript of IMPLEMENTASI PROGRAM PELAYANAN KESEHATAN KERJA …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit...
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IMPLEMENTASIKERJA SEBAGAI
KESEHATANKARYAMITRA
PROGRAM DIPLOMA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
i
LAPORAN TUGAS AKHIR
IMPLEMENTASI PROGRAM PELAYANAN KESEHATAN SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN DERAJAT KESEHATAN TENAGA KERJA DI PT
KARYAMITRA BUDISENTOSA PANDAAN JAWA TIMUR
Meris Dwi Jayanti R.0009064
IPLOMA III HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJAFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
Surakarta 2012
PELAYANAN KESEHATAN ENINGKATAN DERAJAT
PT.
KESELAMATAN KERJA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PENGESAHAN TUGAS AKHIR
Tugas Akhir dengan judul : Implementasi Program Pelayanan Kesehatan Kerja Sebagai Upaya Peningkatan Derajat Kesehatan Tenaga Kerja
di PT. Karyamitra Budisentosa Pandaan Jawa Timur
Meris Dwi Jayanti, NIM : R.0009064, Tahun : 2012
Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan Tim Penguji Tugas Akhir Program D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Pada Hari …........... Tanggal …...........................
Pembimbing I
Yeremia Rante Ada’, S.Sos., M.Kes NIP.19790115 201012 2 002 ………………………….
Pembimbing II
Hardjanto, dr. MS, Sp.Ok …………………………..
Penguji
Reni Wijayanti, dr., M.Sc NIP. 19720822 201012 2 001 ………………………….
Surakarta, ……….………………….
Ketua Prodi Tim Tugas Akhir D.III Hiperkes & KK
Cr. Siti Utari, Dra., M.Kes Sumardiyono, SKM., M.Kes NIP. 19540505 198503 2 001 NIP. 19650706 198803 1 002
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PENGESAHAN PERUSAHAAN
TugasAkhir dengan judul: Implementasi Program Pelayanan Kesehatan
Kerja Sebagai Upaya Peningkatan Derajat Kesehatan Tenaga Kerja di PT. Karyamitra Budisentosa Pandaan JawaTimur
MerisDwiJayanti, NIM : R.0009064, Tahun : 2012
Telah disetujui dan disahkan oleh : Pembimbing Perusahaan
PadaHari …......... Tanggal ..............20 .............
Pembimbing I Pembimbing II
Enny Fathonah Heny
Mengetahui :
HRD & General Affair
Safioddin
HRD & GA Manager
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
ABSTRAK
IMPLEMENTASI PROGRAM PELAYANAN KESEHATAN KERJA SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN DERAJAT KESEHATAN
TENAGA KERJA DI PT. KARYAMITRA BUDISENTOSA PANDAAN JAWA TIMUR
Meris Dwi Jayanti*), Yeremia Rante Ada*), Hardjanto *)
Tujuan: Tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk mengetahui upaya – upaya yang dilakukanoleh PT. Karyamitra Budisentosa dalam meningkatkan derajat kesehatan melalui program pelayanan kesehatan kerja. Metode: Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode deskriptif yang memberikan gambaran tentang pelaksanaan program pelayanan kesehatan kerja. Pengambilan data mengenai pelayanan kesehatan kerja dilakukan melalui observasi langsung kelapangan, wawancara kepada karyawan sertastu dikepustakaan. Hasil: Pelayanankesehatan yang diselenggarakan PT. Karyamitra Budisentosa meliputi program promotif yang meliputi penyuluhan umum mengenai pembinaan kesehatan, pelatihan P3K, pengadaan poster – poster kesehatan, safety talk, program preventif yang meliputi : medical check up, pengukuran factor bahaya, program kuratif meliputi : pembiayaan tenaga kerja berobat jalan maupun rawat inap, dan program rehabilitatif yang meliputi : pembiayaan tenaga kerja selama masa pemulihan setelah sakit. Data yang diperoleh kemudian dibahas dan dibandingkan dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerjadan Transmigrasi RI No. PER-03/MEN/1982 tentang Pelayanan Kesehatan Kerja. Simpulan: Perusahaan telah melaksanakan program pelayanan kesehatan kerja sehingga dapat mencegah terjadinya penyakit akibat kerja maupun kecelakaan akibat kerja di seluruh wilayah perusahaan sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. PER-03/MEN/1982 tentang Pelayanan Kesehatan Kerja. Akan tetapi saran yang diberikan sebaiknya perlu disediakan kantin atau ruang makan yang dipantau sanitasinya agar kebutuhan gizi tenaga kerja dapat dipantau dengan baik dan memenuhi nilai indeks kalori yang dianjurkan, serta perlunya peningkatan kualitas tenaga medis dengan mengikutsertakan dokter dan seluruh tenaga paramedic untuk pelatihan Higene Perusahaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Kata Kunci :PelayananKesehatanKerja.
*) Program Studi D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahiim Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh Puja serta puji syukur tak henti-hentinya penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkah, rahmat, karunia, kesehatan, kekuatan dan kemudahan dalam pelaksanaan magang serta penyusunan laporan Tugas Akhir dengan judul : ”Implementasi Program Pelayanan Kesehatan Sebagai Upaya Peningkatan Derajat Kesehatan Tenaga Kerja di PT. Karyamitra Budisentosa Pandaan Jawa Timur “ Laporan ini disusun sebagai syarat untuk menyelesaikan studi di Program D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja, Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta. Disamping itu kegiatan magang ini dilaksanankan untuk menambah wawasan guna mengenal, mengetahui dan memahami mekanisme serta mencoba mengaplikasikan pengetahuan penulis dengan mengamati permasalahan dan hambatan yang ada mengenai ”Implementasi Program Pelayanan Kesehatan Sebagai Upaya Peningkatan Derajat Kesehatan Tenaga Kerja di PT. Karyamitra Budisentosa Pandaan Jawa Timur “ Dalam pelaksanaan magang dan penyusunan laporan ini penulis telah dibantu dan dibimbing oleh berbagai pihak. Oleh karena itu, dari lubuk hati yang paling dalam dan penuh kerendahan hati, perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada : 1. Bapak Prof. Dr. H. Zainal Arifin Adnan, dr. Sp.PD-KR-FINASIM, selaku
Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Bapak Sumardiyono, SKM., M.Kes selaku Ketua Program Studi Diploma III
Hiperkes dan Keselamatan Kerja Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ibu Yeremia Rante Ada’, S.Sos, M.Kes selaku Pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan dan saran dalam menyusun laporan ini. 4. Bapak Hardjanto, dr. MS, Sp.Ok selaku Pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan dan saran dalam menyusun laporan ini. 5. Ibu Reni Wijayanti, dr., M.Sc selaku penguji, terima kasih atas nasehat dan
masukan serta kerjasamanya. 6. Seluruh staff Dosen Pengajar dan Asisten atas segala ilmu dan motivasinya
kepada penulis selama menempuh perkuliahan. 7. Bapak Safioddin, selaku HRD dan GA Manager yang telah memberikan ijin
Praktek Kerja Lapangan di PT. Karyamitra Budisentosa Pandaan, Pasuruan. 8. Ibu Enny Fathonah dan ibu Heny selaku pembimbing perusahaan yang telah
memberikan bimbingan dan masukan serta nasehat-nasehatnya selama Praktek Kerja Lapangan di PT. Karyamitra Budisentosa.
9. Ibu Nanik Juliarti, dr, dan Bapak I.C Hardjanto, dr, selaku dokter Perusahaan PT Karyamitra Budisentosa serta seluruh tim paramedis poliklinik PT Karyamitra Budisentosa (mbak Trie Tingting, mbak Khusnul, mbak Butet, mbak Titik, mbak Nur Faida, ibu Djamia) yang telah memberikan bantuan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
10. informasi, dukungan, motivasi, pertemanan, dan kasih sayangnya kepada penulis.
11. Seluruh staff dan karyawan PT. Karyamitra Budisentosa Pandaan yang telah memberikan bantuan, informasi, dukungan dan pertemanannya kepada penulis sehingga pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan ini berjalan dengan baik.
12. Keluargaku tercinta ibu, bapak dan kakak yang selalu memberikan doa, kasih sayang, dukungan moril, materiil dan sepiritual kepada penulis.
13. Semua keluarga baru di kos kepler (Trie, mbak Atik, mbak Galuh, Dian, Umi Likha, mbak Olie) dan di pandaan (mbak Ella imut, mbak Nain, mbak Dewi, mbak Sita, mbak Isti, , si kembar mbak Ana – Ani) terimakasih atas kebersamaan, kasih sayang dan bimbingannya serta doanya kepada penulis selama melaksanakan magang serta penyelesaian laporan.
14. Sahabat – sahabat tercinta (emak Ajeng, bebeh Gilang, emak Sischa, tante Vitri, tante Tutik, tante Evi) terimakasih atas persahabatan, kebersamaan, rasa kekeluargaan, cinta dan kasih sayangnya selama ini, dan terimakasih juga atas doa, semangat dan supportnya.
15. Teman-teman seperjuangan, senasib dan sepenanggungan D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja angkatan 2009, terimakasih atas persahabatan dan kebersamaannya selama ini, semangat dan sukses untuk kita semua, pokoknya Hiperkes 2009 tetap Joss.
16. Kakak – kakak alumni yang banyak membantu dalam penyelesaian laporan ini, terimakasih atas kerjasama dan dukungannya.
17. Semua teman-temanku dan semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terima kasih atas semua bantuan dan dukungannya dalam menyelesaikan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa dalam menyusun laporan ini masih banyak kekurangan, sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan dan kesempurnaan laporan ini. Akhirnya kepada Allah SWT penulis mengharapkan ridho dan ampunan. semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan. Amin. Wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Surakarta, Juni 2012 Penulis,
Meris Dwi Jayanti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN PERUSAHAAN .............................................. iii ABSTRAK ...................................................................................................... iv KATA PENGANTAR ..................................................................................... v DAFTAR ISI .................................................................................................... vii DAFTAR TABEL ............................................................................................ viii DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... ix DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... x BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................... 1
A. LatarBelakangMasalah ............................................................... 1 B. RumusanMasalah ....................................................................... 3 C. TujuanPenelitian ........................................................................ 4 D. ManfaatPenelitian ...................................................................... 4
BAB II. LANDASAN TEORI ...................................................................... 6 A. TinjauanPustaka ................................................................................ 6 B. KerangkaPemikiran ..................................................................... 45 BAB III. METODE PENELITIAN ................................................................ 46
A. MetodePenelitian........................................................................ 46 B. LokasiPenelitian ......................................................................... 46 C. ObjekdanRuangLingkupPenelitian ............................................ 46 D. Sumber Data ............................................................................... 47 E. TeknikPengumpulan Data .......................................................... 47 F. Pelaksanaan ................................................................................ 48 G. Analisis Data .............................................................................. 48
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 49
A. HasilPenelitian ........................................................................... 49 B. Pembahasan ............................................................................... 71
BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ...................................... 101
A. Simpulan ................................................................................... 101 B. Implikasi ................................................................................... 106 C. Saran ......................................................................................... 107
DAFTAR PUSTAKA. ..................................................................................... 109 LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Daftar Isi Kotak P3K ......................................................................... 61
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka Pemikiran ...................................................................... 45
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.Struktur Organisai PT. Karyamitra Budisentosa
Lampiran 2. Kebijakan Mutu
Lampiran 3. Surat Pengantar Pemeriksaan Kesehatan dan Hasil Pemeriksaan
Lampiran 4. Data Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja Baru
Lampiran 5. Kartu Konsultasi Medis
Lampiran 6. Surat Keterangan Dokter
Lampiran 7. Surat Rujukan
Lampiran 8. Surat Permohonan Cuti Hamil & Melahirkan
Lampiran 9. Data Tenaga Kerja Istirahat di poliklinik
Lampiran 10. Daftar Penerima Extra Fooding
Lampiran 11. Alur Penanganan Gawat Darurat
Lampiran 12. Berita Acara Kecelakaan Kerja
Lampiran 13. Laporan Jenis Penyakit
Lampiran 14. Laporan Pemakaian Obat Tenaga Kerja
Lampiran 15. Laporan Pemakaian Obat Tiap Hari di Poloklinik
Lampiran 16. Laporan Persediaan Obat &Exp.Date
Lampiran 17. Data Karyawan Berobat
Lampiran 18. Rincian Biaya Pengobatan (Laporan Uang Kas P3K)
Lampiran 19. Surat Keterangan Magang
Lampiran 20. Jadwal Magang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Semakin banyak industri sekarang ini yang seiring dengan pemanfaatan
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), mengandung berbagai risiko
bahaya bagi para tenaga kerja. Oleh karena itu tenaga kerja sebagai pelaku
produksi, secara potensial terpapar dengan faktor – faktor yang membahayakan
kesehatannya. Selain itu juga dipengaruhi oleh sifat dan jenis pekerjaan di
perusahaan seperti penyelesaian pekerjaan tertentu dengan tenaga laser, serta
penggunaan bahan – bahan kimia di perusahaan juga dapat menimbulkan
gangguan kesehatan berupa penyakit umum, penyakit akibat kerja, atau
kecelakaan akibat kerja (Syukri Sahab, 1997).
Di tempat industri tenaga kerja secara tidak langsung maupun secara
langsung akan kontak dengan alat – alat produksi, yang secara potensial
terpapar dengan faktor – faktor yang membahayakan kesehatannya. Praktek
kesehatan kerja bertujuan agar tenaga kerja atau masyarakat tenaga kerja
memperoleh derajat kesehatan yang setinggi – tingginya baik melalui fisik,
atau mental, maupun sosial, dengan usaha – usaha preventif maupun kuratif
terhadap penyakit – penyakit atau gangguan kesehatan yang diakibatkan faktor
– faktor pekerjaan dan lingkungan kerja, serta terhadap penyakit – penyakit
umum lainnya (Suma’mur, 2009).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
John Ridley (2008) menyatakan bahwa kesehatan merupakan unsur penting
agar dapat menikmati hidup yang berkualitas, baik dirumah maupun dalam
pekerjaan. Kesehatan juga menjadi faktor penting dalam menjaga
kelangsungan hidup sebuah organisasi. Beberapa situasi dan kondisi pekerjaan,
baik tata letak tempat kerja atau material yang digunakan, menghadirkan risiko
yang lebih tinggi dari pada normal, terhadap kesehatan. Dengan memahami
karakteristik material-material yang digunakan dan kemungkinan reaksi tubuh
terhadapnya, dapat diminimalkan risikonya bagi kesehatan.
Pentingnya kesehatan para tenaga kerja yang akan meningkatkan
produktivitas kerja secara optimal, maka perlu diadakan upaya perlindungan
tenaga kerja berupa penyelenggaraan pelayanan kesehatan di perusahaan
(Suma'mur, 2009). Dimana pelayanan kesehatan kesehatan tersebut sesuai
dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI
No.03/MEN/1982 bertujuan untuk memberikan bantuan kepada tenaga kerja
dalam penyesuaian diri baik fisik maupun mental, melindungi tenaga kerja
terhadap gangguan kesehatan yang timbul dari pekerjaan, meningkatkan
kesehatan badan, kondisi mental dan kemampuan fisik tenaga kerja,
pengobatan dan perawatan serta rehabilitasi bagi tenaga kerja yang menderita
sakit (Pungky W, 2002).
PT. Karyamitra Budisentosa yang merupakan perusahaan bidang
manufaktur khususnya dalam pembuatan sepatu wanita yang berorientasi
ekspor, yang dalam proses produksinya terdapat faktor maupun potensi bahaya
yang dapat menimbulkan penyakit ataupun kecelakaan akibat kerja serta dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
mengancam kesehatan dan keselamatan tenaga kerja, mempunyai kepedulian
yang tinggi terhadap pelayanan kesehatan di tempat kerja. hal ini diwujudkan
untuk melindungi tenaga kerja dari berbagai gangguan kesehatan yang timbul
dari pekerjaannya atau dari lingkungan kerjanya serta kemampuan fisik tenaga
kerja. Keberhasilan pelayanan kesehatan sangat tergantung dari dukungan dan
peran serta pihak pemimpin, pelaksana (dokter dan paramedis), dan peran serta
tenaga kerja sendiri yang harus mempunyai kesedaran tinggi untuk
memeriksakan kesehatannya bila mengalami gangguan kesehatan, sehingga
angka sakit atau hilangnya waktu kerja dapat diturunkan seminimal mungkin
untuk mencapai derajat kesehatan yang setinggi – tingginya.
Berdasarkan uraian diatas, mengingat pentingnya kesehatan tenaga kerja
maka penulis mencoba mengulas mengenai pelayanan kesehatan di PT.
Karyamitra Budisentosa yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan
tenaga kerja secara optimal sehingga produktivitas yang dihasilkan dapat
semaksimal mungkin, dan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) di
perusahaan meningkat. Sehingga dengan berlatar belakang dari hal tersebut
maka penulis mengambil judul laporan tugas akhir “Implementasi Program
Pelayanan Kesehatan Kerja Sebagai Upaya Meningkatkan Derajat Kesehatan
Tenaga Kerja di PT Karyamitra Budisentosa”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah dari
penelitian ini adalah : ”Bagaimana implementasi program pelayanan kesehatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
kerja sebagai upaya peningkatan derajat kesehatan tenaga kerja yang
diselenggarakan di PT. Karyamitra Budisentosa?”.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui implementasi program pelayanan kesehatan kerja yang
diselenggarakan oleh PT. Karyamitra Budisentosa.
2. Mengetahui bentuk pelayanan kesehatan kerja yang diberikan sebagai
upaya memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan tenaga kerja di PT.
Karyamitra Budisentosa.
D. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian yang dilaksanakan di PT. Karyamitra Budisentosa
dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, yaitu :
1. Perusahaan
a. Sebagai bahan kajian untuk perusahaan tentang penerapan pelayanan
kesehatan kerja di perusahaan.
b. Sebagai bahan evaluasi dan masukan untuk perusahaan dalam hal
penerapan program pelayanan kesehatan tenaga kerja agar sehat dan
selamat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
2. Program D III Hiperkes dan KK
a. Sebagai sarana pemantapan keilmuan bagi mahasiswa untuk memahami
dan mengenal tentang implementasi program pelayanan kesehatan kerja
di perusahaan.
b. Sebagai sarana pengembangan keilmuan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3) bagi mahasiswa melalui tambahan referensi kepustakaan yang
bermanfaat khususnya tentang pelayanan kesehatan tenaga kerja, guna
meningkatkan kualitas mahasiswa dalam penerapan ilmu K3 di
perusahaan.
3. Mahasiswa
a. Dapat menerapkan keilmuan K3 yang diperoleh dibangku kuliah
khususnya mengenai pelayanan kesehatan kerja pada kondisi kerja yang
sebenarnya.
b. Dapat membandingkan ilmu yang di dapatkan di bangku kuliah dengan
penerapannya di perusahaan khususnya tentang pelayanan kesehatan
kerja.
c. Sebagai sarana untuk memperdalam dan menambah pengetahuan dan
wawasan yang berhubungan dengan program pelayanan kesehatan kerja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. KesehatanKerja
a. Pengertian
Suma’mur (2009) menyatakan bahwa kesehatan kerja adalah spesialisasi
dalam ilmu kesehatan atau kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan
agar tenaga kerja atau masyarakat tenaga kerja memperoleh derajat
kesehatan yang setinggi – tingginya, baik fisik atau mental maupun
sosial, dengan upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif
terhadap penyakit atau gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh
pekerjaan dan atau lingkunagn kerja, serta terhadap penyakit pada
umumnya.
Kesehatan kerja adalah bagian dari ilmu kesehatan masyarakat yang
mempunyai ruang lingkup tenaga kerja, yang bertujuan untuk
mendapatkan derajat kesehatan bagi tenaga kerja seoptimal mungkin baik
fisik, mental, maupun sosial dan produktif (Depnakertrans, 2007)
Darmanto Djojodibroto (1999) menyatakan bahwa kesehatan kerja
adalah suatu usaha untuk menilai, mempertahankan, dan meningkatkan
derajat kesehatan tenaga kerja dengan menempatkan prinsip preventif
medic, emergency medical care, rehabilitasi dan kesehatan lingkungan
(environmental medic) meningkatkan produktivitas dengan cara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
menerapkan prinsip-prinsip human behavior atau memberikan perhatian
kepada kebutuhan sosial, ekonomi, administrasi, baik individual tenega
kerja maupun kelompok mesyarakat tenaga kerja dan melakukan
tindakan keselamatan dan kesehatan kerja yaitu dokter, industrial
hygienis, perawat, safety personal, dan lain-lain.
Kesehatan kerja meliputi segala upaya untuk mencegah penyakit
akibat kerja dan penyakit lainnya pada tenaga kerja. Tujuannya adalah
agar tenaga kerja di tempatkan pada pekerjaan yang sesuai dengan
kemampuan fisik dan mentalnya sehingga setiap tenaga kerja berada
dalam keadaan sehat dan sejahtera pada saat ia mulai bekerja sampai
selesai masabaktinya. Kesehatan kerja dilaksanakan pada komunitas
tenaga kerja melalui upayakesehatan kerja yang meliputi upaya
pengobatan, upaya pencegahan penyakit umum maupun penyakit akibat
kerja, pengobatan kepada tenaga kerja yang sakitserta rehabilitasi tenaga
kerja yang cacat akibat kecelakaan maupun penyakit akibat kerja.
Kecelakaan dan penyakit akibat kerja terjadi karena adanya sumber-
sumber bahaya di lingkungan kerja. Sumber bahaya menurut Syukri
Sahab (1997)berasal dari :
1) Bangunan, peralatan dan instalasi.
2) Bahan.
3) Proses.
4) Cara kerja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
5) Lingkungan kerja yang terdiri atas faktor lingkungan fisik, kimia,
biologi, faal kerja/ergonomi dan psikologi.
(Syukri Sahab, 1997).
b. Tujuan
Tujuan utama kesehatan kerja adalah pencegahan dan
pemberantasan penyakit-penyakit dan kecelakaan akibat kerja,
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan dan gizi tenaga kerja,
perawatan dan mempertinggi efisiensi dan daya produktivitas tenaga
manusia, pemberantasan kelelahan kerja dan menambah semangat serta
kenikmatan kerja, perlindungan bagi masyarakat sekitar suatu
perusahaan agar terhindari bahaya-bahaya pengotoran oleh bahan-bahan
dari perusahaan yang bersangkutan dan perlindungan masyarakat luas
dari bahaya-bahaya yang mungkin ditimbulkan oleh produk-produk
industri (Suma’mur,2009).
Melalui upaya kesehatan kerja akan terwujud tenaga kerja yang sehat
dan produktif sehingga mampu meningkatkan kesejahteraannya dan
keluarganya serta masyarakat luas. Tenaga kerja tidak saja diharapkan
sehat dan produktif selamamasa kerjanya tapi juga sesudah masa kerja
berakhir, sehingga ia dapat menjalanimasapensiun dan hari tuanya
tanpa diganggu oleh berbagai penyakit dan gangguan kesehatan yang
diakibatkan oleh tenaga kerjaan maupun lingkungan kerja pada waktu
masih aktif bekerja (Syukri Shahab, 1997).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
Kesehatan kerja yang merupakan bagian yang spesifik dari segi
kesehatan umumnya lebih memfokuskan lingkup kegiatannya pada
peningkatan kualitas hidup tenaga kerja melalui penerapan upaya
kesehatan. Tujuan kesehatan kerja menurut Suma’mur (2009), adalah :
1) Agar masyarakat bekerja (tenaga kerja perusahaan, pegawai negeri,
petani, pelayan, tenaga kerja bebas dan sebagainya) dapat mencapai
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, baik fisik, mental maupun
sosial.
2) Agar efisiensi kerja dan produktivitas tenaga kerja meningkat
sehingga akan meningkatkan pula produktivitas perusahaan.
c. Ruang Lingkup
Ruang lingkup kesehatan kerja meliputi kegiatan bersifat komprehensif
berupa promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
1) Promotif
Meningkatkan kegairahan kerja, mempertinggi efisiensi dan
efektifitas kerja.
2) Preventif
Mencegah tenaga kerja mengalami gangguan kesehatan atau
penyakit. Sebagai perlindungan tenaga kerja sebelum adanya proses
gangguan kerja.
3) Kuratif
Menekan seminimal mungkin angka absen karena sakit, serta
memperpendek lamanya sakit, dengan memperhatikan gangguan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
kesehatan atau gejala dini, mengobati penyakit dan mencegah
penularan terhadap keluarga atau teman sekerja.
4) Rehabilitatif
Pengamanan bahaya oleh karena proses produksi yang mungkin
berakibat pada tenaga kerja maupun masyarakat luas.
5) Penanganan bahaya oleh karena proses produksi yang mungkin
berakibat bagi tenaga kerja ataupun masyarakat sekitar.
6) Penyesuaian antara tenaga kerja dengan pekerjaannya dan efisiensi
kerja
(Depnakertrans, 2007)
Ruang lingkup kesehatan kerja menurut (Suma’mur, 2009) yaitu :
1) Mempelajari berbagai masalah kesehatan yang timbul karena
pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga kerja.
2) Mempelajari kemungkinan buruk akibat hubungan interaktif 3
komponen (beban kerja, kapasitas kerja dan lingkungan kerja) yang
dipengaruhi kesehatan dan kinerja.
Adapun bentuk nyata kesehatan kerja adalah :
1) Identifikasi dan monitoring faktor bahaya di lingkungan kerja.
2) Pemeriksaan Kesehatan Awal, Berkala dan Khusus dan Biological
Monitoring.
3) Pelayanan Kesehatan kerja.
4) Penanganan, pencegahan dan penanggulangan gawat darurat dalam
industri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
5) Pengendalian lingkungan.
6) Konsultasi dan komunikasi.
7) Pelatihan-pelatihan.
2. Tempat Kerja
Dalam Undang – undang Nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa tempat kerja ialah tiap
ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, dimana
tenaga kerja bekerja, atau yang sering dimasuki kerja untuk keperluan suatu
usaha dan dimana terdapat sumber – sumber bahaya. Yang termasuk tempat
kerja ialah ruangan, lapangan, halaman dan sekelilingnya yang merupakan
bagian-bagian atau yang berhubungan dengan tempat kerja tersebut
(Depnakertrans, 2007)
Tempat kerja adalah tempat dilakukannya pekerjaan bagi sesuatu usaha
dimana terdapat tenaga kerja yang bekerja dengan kemungkinan adanya
bahaya kerja di tempat tersebut. Tempat kerja mencakup semua kegiatan
usaha baik yang bersifat ekonomis maupun sosial, seperti :
a. Bengkel tempat kerja pelajaran praktek
b. Tempat rekreasi
c. Rumah sakit
d. Tempat ibadah
e. Tempat berbelanja
f. Pusat hiburan
(Bannet Silalahi dan Rumondang Silalahi, 1995)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Setiap tempat kerja selalu mempunyai risiko kemungkinan terjadinya
kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Kecelakaan dan penyakit akibat kerja
sangat mengganggu operasi perusahaan apabila tidak mengambil langkah
pengendalianyang memadai. Bagi tenaga kerja, kecelakaan dan sakit akibat
kerja sangat merugikandan dapat menimbulkan penderitaan, tidak hanya
bagi tenaga kerja itu sendiri tapi jugabagi keluarganya terutama jika
kecelakaan atau penyakit akibat kerja tersebut sampai mengakibatkan cacat
tetap atau kematian (Syukri Sahab, 1997).
Untuk mengendalikan risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja, perlu
diidentifikasi sumber bahaya yang ada di tempat kerja dan dievaluasi tingkat
risikonya serta dilakukan pengendalian yang memadai. Bahaya dari
lingkungan kerja dapat digolongkan atas berbagai jenis bahaya yang dapat
mengakibatkan berbagai gangguan kesehatan dan penyakit akibat kerja
(Syukri Sahab, 1997).
Bahaya-bahaya tersebut berasal dari:
a. Pekerjaan di lingkungan bising.
b. Pekerjaan dengan atau lingkungan kerja mengandung radiasi.
c. Pekerjaan dengan atau lingkungan kerja mengandung gelombang
elektromagnetik.
d. Pekerjaan di lingkungan suhu tinggi.
e. Pekerjaan di lingkungan suhu rendah.
f. Pekerjaan di lingkungan dengan tekanan tinggi atau pekerjaan di bawah
air.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
g. Pekerjaan dengan ketinggian.
h. Pekerjaan menggunakan atau di lingkungan dengan penerangan tinggi.
i. Pekerjaan menggunakan atau di lingkungan dengan getaran tinggi.
j. Pekerjaan menggunakan atau di lingkungan debu.
k. Pekerjaan menggunakan bahan baku antara lain logam berat (Pb, Hg,
Mn, Cd, Ni, Cn, Zn,Al).
l. Pekerjaan menggunakan gas atau lingkungan yang mengandung gas,
fume.
m. Pekerjaan di lingkungan kadar oksigen rendah.
n. Pekerjaan menggunakan solvent (pelarut organik).
o. Pekerjaan menggunakan bahan berbahaya dan beracun (B3).
3. GangguanKesehatan
Suma’mur (2009) menyatakan bahwa agar seorang tenaga kerja ada
dalam keserasian sebaik – baiknya yang berarti dapat terjamin keadaan
kesehatan dan produktivitas kerja setinggi – tingginya maka perlu ada
keseimbangan yang menguntungkan dari faktor – faktor, yaitu:
a. Beban kerja
Suma’mur (2009) menyatakan bahwa tenaga kerja memiliki kesamaan
yang berlaku umum yaitu mereka memiliki keterbatasan hanya mampu
untuk memikul beban sampai suatu tingkat tertentu. Prinsip ini yang
mendasari maksud penempatan seorang tenaga kerja yang tepat pada
pekerjaan yang tepat pula. Atau dengan lebih tegas pemilihan tenaga
kerja tersehat untuk pekerjaan yang tersehat pula. Derajat tepat suatu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
penempatan meliputi kecocokan pengalaman, pengetahuan, keahlian,
keterampilan, motivasi, sikap kerja dan lain-lain sebagainya.
Setiap pekerjaan merupakan beban bagi pelakunya. Beban kerja bisa
berupa beban fisik, mental, atau sosial baik ringan, sedang atau berat
tergantung jenis pekerjaan. Menurut Syukri Sahab (1997), beban kerja
dapat menyebabkan kelelahan. Kelelahan yang terjadi bisa kelelahan
fisik maupun kelelahan mental yang berlebihan, maka beban kerja pada
seorang tenaga kerja disesuaikan dengan kemampuannya.
b. Beban Tambahan Akibat Lingkungan Kerja
Suatu pekerjaan biasanya dilakukan dalam suatu lingkungan atau situasi
yang menyebabkan beban tambahan pada jasmani dan rohani tenaga
kerja. Beban ini akan menambah beban kerja yang dapat langsung dari
pekerjaan yang sebenarnya. Faktor – faktor penyebab beban tambahan
ada lima menurut Suma’mur (2009) yaitu:
1) Faktor fisik, yaitu penerangan, suhu udara, kelembaban, getaran,
radiasi, tekanan udara.
2) Faktor kimia, yaitu gas, uap, debu kabut, fume, asap, awan, cairan dan
benda padat.
3) Faktor fisiologis, yaitu konstruksi mesin, sikap dan cara kerja.
4) Faktor biologi, yaitu virus, bakteri, jamur.
5) Faktor mental psikologis, yaitu suasana kerja, hubungan antar tenaga
kerja, hubungan antara tenaga kerja dengan atasan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
c. Kapasitas kerja
Kapasitas kerja adalah kemampuan seorang tenaga kerja dalam
melakukanpekerjaannya. Kemampuan kerja sangat tergantung pada
ketrampilan, keserasian, keadaan gizi, jenis kelamin, usia dan ukuran-
ukuran tubuh (Suma’mur, 2009).
4. PenyakitAkibatKerja (PAK)
Dalam melaksanakan tugasnya di perusahaan, seseorang atau sekelompok
tenaga kerja berisiko mendapat kecelakaan maupun penyakit akibat kerja.
Penyakit akibat kerja merupakan penyakit yang timbul akibat hubungan
kerja atau yang disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja (Darmanto
Djojodibroto, 1999).
Dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. PER
02/MEN/1981 (Pungky W, 2002), yang dimaksud dengan penyakit akibat
kerja adalah setiap penyakit yang disebabkan olehpekerjaan atau lingkungan
kerja. sedangkan dalam Keputusan Presiden No. 22 tahun 1993 tentang
Penyakit yang Timbul Akibat Hubungan Kerja pada pasal 1 dan 2
disebutkan bahwa penyakit yang timbul karena hubungan kerja berhak
mendapat jaminan kecelakaan kerja baik pada saat masalah dalam hubungan
kerja ataupun setelah hubungan kerja berakhir.
Dalam Perturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. PER
01/MEN/1981 tentang Kewajiban Melapor Penyakit Akibat Kerja bahwa
penyakit akibat kerja adalah setiap penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan
atau lingkungan kerja. Penyakit akibat kerja (occupational disease)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
ditetapkan berdasarkan karakteristik penyebab dan proses terjadinya lambat
(kronis). Bila proses terjadinya cepat atau mendadak (akut) disebut
kecelakaan (Tarwaka, 2008)
Bennett dan Rumondang Silalahi (1995) menyatakan bahwa faktor – faktor
penyebab beberapa penyakit akibat kerja adalah :
a. Golongan fisik : bunyi dan getaran, suhu ruang kerja, radiasi sinar
radioaktif, tekanan udara, penerangan, dll.
b. Golongan kimia : debu, uap, gas, dan cairan beracun.
c. Golongan Biologis : tumbuhan dan hewan.
d. Golongan Fisiologis : konstruksi mesin atau peralatan, sikap kerja, dan
cara kerja.
e. Golongan Psikologis : proses kerja, hubungan kerja dan sarana kerja
yang kurang memadai.
Suma’mur (2009) juga menyatakan bahwa dalam ruang atau di tempat kerja
biasanya terdapat faktor-faktor yang menjadi sebab penyakit akibat kerja
sebagai berikut :
a. Faktor Fisik
1) Suara, yang bisa menyebabkan pekak atau tuli.
2) Radiasi sinar – sinarrontgen atau sinar-sinar radioaktif, yang
menyebabkan antara lain penyakit susunan darah dan kelainan –
kelainan kulit. Radiasi sinar inframerah bisa mengakibatkan katarak
kepada lensa mata sedangkan sinar ultraviolet menjadi sebab
conjunctivitisphotoelectrica.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
3) Suhu yang terlalu tinggi menyebabkan heatstroke, heatcramps atau
hyperpyrexia sedangkan suhu-suhu yang rendah antara lain
menimbulkan frostbite.
4) Tekanan yang tinggi menyebabkan caissondisease.
5) Penerangan lampu yang kurang baik misalnya menyebabkan kelainan
kepada indera penglihatan atau kesilauan yang memudahkan
terjadinya kecelakaan.
b. Faktor Kimiawi
1) Debu yang menyebabkan pneumoconiosis, diantaranya : silicosis,
asbestosis dan lain-lain.
2) Uap yang diantaranya menyebabkan metal fume fever, dermatitis dan
keracunan.
3) Gas, misalnya keracunan oleh CO, H2S dan lain-lain.
4) Larutan, yang misalnya menyebabkan dermatitis.
5) Awan atau kabut, misalnya racun serangga (insecticida), racun jamur
dan lain-lain yang menimbulkan keracunan.
c. Faktor biologis, misalnya oleh bibit penyakit anthraxatau brucellapada
tenaga kerja-tenaga kerja penyamak kulit.
d. Golongan fisiologis / ergonomis yang disebabkan oleh kesalahan-
kesalahan konstruksi mesin, sikap badan tidak benar melakukan
pekerjaan dan lain-lain yang kesemuanya menyebabkan kelelahan fisik
dan gangguan kesehatan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
e. Golongan mental psikologis, hal ini terlihat misalnya pada hubungan
kerja atau industrial yang tidak baik, dengan akibat timbulnya misalnya
depresi atau penyakit psikosomatis.
Diagnosis PAK adalah landasan terpenting bagi manajemen penyakit
tersebut, yaitu meliputi tindakan promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif. Diagnosis PAK juga merupakan penentu bagi dimiliki atau
tidak dimilikinya hak atas manfaat jaminan penyakit akibat kerja yang
tercakup dalam program jaminan kecelakaan kerja. Sebagaimana berlaku
bagi semua penyakit pada umumnya, hanya dokter yang berkompeten
membuat diagnosa penyakit akibat kerja (Suma’mur, 2009).
Dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. KEP 333/MEN/1989 tentang
Diagnosis dan Pelaporan Penyakit Akibat Kerja, bahwa diagnosis penyakit
akibat kerja ditegakkan melalui serangkaian pemeriksaan klinis dan
pemeriksaan kondisi pekerjaan serta lingkungannya untuk membuktikan
adanya hubungan sebab akibat antara penyakit dan pekerjaannya.
Syukri Sahab (1997) menyatakan bahwa kecelakaan dan penyakit akibat
kerja terjadi karena adanya sumber-sumber bahaya di lingkungan kerja.
Sumber-sumber bahaya ini biasanya berasal dari :
a. Bangunan, peralatan dan instalasi
Konstruksi bangunan harus kokoh dan memenuhi syarat. Desain ruangan
dan tempat kerja harus menjamin keselamatan dan kesehatan tenaga
kerja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
b. Bahan
Bahaya dari bahan meliputi berbagai risiko sesuai dengan sifat bahan,
antara lain:
1) Mudah terbakar,
2) Mudah meledak,
3) Menimbulkan alergi,
4) Menimbulkan kerusakan pada kulit dan jaringan tubuh,
5) Menyebabkan kanker,
6) Mengakibatkan kelainan pada janin,
7) Bersifat racun,
8) Radioaktif.
c. Proses
Bahaya dari proses sangat bervariasi tergantung teknologi yang
digunakan. Proses yang digunakan di industri ada yang sederhana tetapi
ada proses yang rumit. Hal ini dapat mengakibat kecelakaan dan penyakit
akibat kerja.
d. Cara kerja
Bahaya dari cara kerja dapat membahayakan tenaga kerja itu sendiri dan
orang lain di sekitarnya. Cara yang demikian antara lain :
1) Cara kerja mengangkat dan mengangkut, apabila dilakukan dengan
cara yang salah dapat mengakibatkan cidera dan yang paling sering
adalah cidera pada tulang punggung.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
2) Cara kerja yang mengakibatkan hamburan debu dan serbuk logam,
percikan api serta tumpahan bahan berbahaya.
3) Memakai alat pelindung diri yang tidak semestinya dan cara yang
salah.
e. Lingkungan kerja
Bahaya dari lingkungan kerja yang dapat mengakibatkan berbagai
gangguan kesehatan dan penyakit akibat kerja serta penurunan
produktivitas dan efisiensi kerja adalah bahaya yang bersifat fisik, kimia,
biologis, gangguan jiwa dan gangguan yang bersifat faal.
Dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.1 tahun
1981 (Pungky W, 2002), kewajiban pengusaha dalam menghadapi
penyakit akibat kerja adalah:
1) Pengurus wajib dengan segera melakukan tindakan-tindakan preventif
agar penyakit akibat kerja yang sama tidak terulang kembali diderita
oleh tenaga kerja yang berada di bawah pimpinannya.
2) Apabila terdapat keraguan terhadap hasil pemeriksaan yang telah
dilakukan oleh dokter perusahaan, pengurus dapat meminta bantuan
Depnakertrans untuk menegakkan diagnosa penyakit akibat kerja.
3) Pengurus wajib menyediakan secara cuma – cuma semua alat
perlindungan diri yang diwajibkan penggunaannya oleh tenaga kerja.
Dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.1 tahun
1981 (Pungky W, 2002), kewajiban dan hak tenaga kerja dalam
menghadapi penyakitakibat kerja antara lain:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
a. Tenaga kerja harus memberikan keterangan-keterangan yang
diperlukan bila diperiksa oleh dokter atau pengawas keselamatan dan
kesehatan kerja.
b. Tenaga kerja harus memakai alat-alat perlindungan diri yang
diwajibkan untuk pencegahan penyakit akibat kerja.
c. Tenaga kerja harus memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat untuk
pencegahan penyakit akibat kerja.
d. Tenaga kerja berhak meminta pada pengurus agar dilaksanakan semua
syarat – syarat pencegahan penyakit akibat kerja.
e. Tenaga kerja berhak menyatakan keberatan untuk melakukan
pekerjaan pada pekerjaan yang diragukan keadaan pencegahannya
terhadap penyakit akibat kerja.
5. Kecelakan Kerja
Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak diinginkan, datangnya
dengan tiba – tiba dan sudah terduga yang bisa menyebabkan kerugian pada
manusia, perusahaan, masyarakat, maupun lingkungan. Kecelakaan
diakibatkan antara kontak dengan sumber energi (kimia, mekanik,
elektrikal, dan lain – lain) yang melebihi ambang batas tubuh (Suma’mur,
2009)
Kecelakaan kerja selain menimbulkan kerugian secara ekonomi juga
menimbulkan kerugian non ekonomi yang sulit dinilai. Kerugian ekonomi
antara lain kerusakan mesin dan bahan, hari kerja yang hilang, produksi
yang hilang, dan biaya kecelakaan. Kerugian non ekonomis sulit dinilai,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
seperti halnya penderita korban kecelakaan yang anggota tubuhnya hilang
atau anggota keluarganya yang meninggal akibat kecelakaan. Oleh karena
itu manajemen berkewajiban agar selalu meningkatkan pelaksanaan
keselamatan dan kesehatan kerja yang dipimpinnya(Syukri Sahab, 1997).
Pada dasarnya kecelakaan disebabkan oleh dua hal yaitu tindakan
manusia yang tidak aman (unsafe act) dan keadaan lingkungan yang tidak
aman (unsafe condition). Karena penyebab utama kecelakaan adalah dari
faktor manusia misalnya konsentrasi berkurang, kurang disiplin, kerja
sambil bergurau dan coba – coba ambil cara pendek atau mudahnya, serta
sifat tergesa – gesa, oleh karena itu sumber daya manusia dalam hal ini
memegang peranan penting dalam penciptaan keselamatan dan kesehatan
kerja. Tenaga kerja yang mau membiasakan dirinya dalam keadaan yang
aman akan sangat membantu dalam memperkecil angka kecelakaan kerja
(Suma’mur, 2009)
Suma’mur (1996) menyatakan bahwa setiap kecelakaan atau penyakit
akibat kerja yang terjadi merupakan serangkaian proses sebab akibat.
Dengan cara memutuskan mata rantai tersebut, peristiwa kecelakaan dan
penyakit akibat kerja dapat dicegah. Biaya yang dikeluarkan untuk usaha
pencegahan jauh lebih kecil dibandingkan dengan biaya – biaya kecelakaan
atau penyakit akibat kerja.
Penyebab dasar kecelakaan adalah :
a. Faktor pekerjaan
1) Supervise(pengawasan) yang kurang memadai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
2) Rekayasa yang kurang memadai
3) Pengadaan kurang memadai
4) Peralatan dan perkakas kurang memadai
5) Standar kerja kurang memadai
6) Keausan dan salah pakai serta perlakuan yang keliru
b. Faktor individu
1) Pengetahuan kurang
2) Keterampilan kurang
3) Stres dan tegang
4) Motivasi kurang
Kerugian – kerugian yang disebabkan oleh kecelakaan akibat kerja, adalah :
a. Kerusakan
b. Kekacauan organisasi
c. Keluhan dan kesedihan
d. Kelainan dan cacat
e. Kematian
(Suma’mur, 1993)
Tenaga kerja yang mengalami risiko ini berhak mendapat jaminan dari
perusahaan. Kecelakaan kerja berakibat cidera dan kehilangan hari kerja
dilaporkan ke Depnaker dan Jamsostek. Lapor ke Jamsostek guna
membayar santunan yang menjadi hak tenaga kerja sebagai akibat
kecelakaan, misal diantaranya yaitu biaya perawatan, santunan cacat,
kematian dan sebagainya. Sedangkan laporan ke Depnaker ada 2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
manfaatnya ialah untuk mengawasi dan memastikan bahwa tenaga kerja
yang telah memperoleh haknya dan mengumpulkan data untuk dianalisis
guna kebijakan untuk mencegah kecelakaan kerja (Syukri Sahab, 1997).
6. Upaya Pencegahan
Gangguan-gangguan pada kesehatan dan daya kerja akibat berbagai faktor
dalam pekerjaan bisa dihindari, asal saja tenaga kerja dan pimpinan
perusahaan ada kemauan baik untuk mencegahnya. Tentu perundang-
undangan tidak akan ada faedahnya, apabila pimpinan perusahaan tidak
melaksanakan ketetapan – ketetapan perundang – undangan itu, juga apabila
para tenaga kerja tidak mengambil peranan penting dalam menghindarkan
gangguan-gangguan kesehatan tersebut (Suma’mur, 2009).
Pengurus perusahaan harus selalu mewaspadai adanya ancaman penyakit
akibat kerja terhadap pekerjaannya (Darmanto Djojodibroto, 1999). Adapun
kewaspadaan tersebut berupa :
a. Melaksanakan pencegahan timbulnya penyakit.
b. Melaksanakan deteksi dini gangguan, yaitu deteksi gangguan mekanisme
homeostatik dan kompensasi pada saat dimana perubahan-perubahan
biokimia, morfologis, dan fungsional masih dapat pulih.
c. Melindungi tenaga kerja dengan mengikuti program Jamsostek.
Cara pencegahan PAK agak berlainan dari pada diagnosa penyakit
umum. Adapun langkah yang perlu diambil untuk menegakkan suatu
diagnosa PAK, antara lain :
a. Riwayat penyakit da riwayat pekerjaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
b. Pemeriksaan klinis
c. Pemeriksaan laboratorium
d. Pemeriksaan rontgen
e. Pemeriksaan tempat kerja dan ruangan
f. Hubungan antara bekerja dan tidak bekerja dengan gejala penyakit.
Bennet dan Rumondang Silalahi (1995) menyatakan bahwa langkah-
langkah kearah pencegahan penyakit akibat kerja terdiri dari kesadaran
manajemen untuk mencegah penyakit akibat kerja dan mengatur tata cara
pencegahan. Manajemen harus sadar bahwa peningkatan produktivitas kerja
sangat erat kaitannya dengan efisiensi dan prestasi kerja. Kedua hal tersebut
tidak terlepas dari tenaga kerja yang sehat, selamat dan sejahtera. Jadi
peningkatan kesejahteraan dan keselamatan kerja harus didukung oleh
lingkungan yang sehat. Sedangkan tata cara pencegahan tersebut adalah
sebagai berikut :
a. Substitusi
Bahan – bahan berbahaya atau terbukti dapat menyebabkan penyakit
secara cepat atau lambat harus ditukar dengan yang lebih aman
b. Isolasi
Mengisolasi proses yang bising atau pencampuran bahan atau larutan
yang menimbulkan gas berbahaya.
c. Ventilasi penyedotan
Kipas penghisap atau exhaust fan pada tempat – tempat tertentu dipasang
agar gas yang berbahaya terhisap keluar dan ditukar denga udara bersih.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
d. Ventilasi umum
Tempat – tempat bekerja bagi tenaga kerja seperti tempat pengemasan
atau dapur produksi harus dilengkapi dengan ventilasi umum untuk
memudahkan peredaran udara.
e. Alat pelindung
Alat – alat yang melindungi tubuh atau sebagian dari tubuh wajib dipakai
oleh tenaga kerja, misalnua topi pengaman, masker, respirator (alat
bantu pernafasan), kacamata, sarung tangan, pakaian kerja, sepatu dan
sebagainya
f. Pemeriksaan kesehatan pra karya
Setiap tenaga kerja harus terlebih dahulu melalui pemeriksaan kesehatan
umum dan khusus untuk menginderakan kelemahan masing – masing.
g. Pemeriksaan kesehatan berkala
Pemeriksaan ini perlu pengindera sedini mungkin apakah faktor – faktor
penyebab penyakit sudah menimbulkan gangguan dan kelainan.
h. Pemeriksaan kesehatan khusus
Tenaga kerja yang menunjukkan gejala yang dicurigai ada kaitannya
dengan lingkungan kerjanya harus dikirim ke poliklinik spesialis untuk
menjalani pemeriksaan khusus. Langkah seperti ini sangat membantu
tenaga kerja itu sendiri ataupun manajemen.
i. Penerangan prakarya.
Sebelum tenaga kerja bekerja, terlebih dahulu harus menjalani induksi
atau perkenalan pada lingkungan pekerjaan dan semua peraturan tentang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
keselamatan dan kesehatan kerja. langkah seperti ini biasanya
menimbulkan rasa berhati –hati dan meningkatkan kewaspadaan.
j. Pendidikan keselamatan dan kesehatan kerja
Pendidikan ini dijalankan oleh setiap mandor (foreman), penyedia
anggota Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan ahlinya.
Kemudian mereka mendidik tenaga kerja dalam praktek manufaktur yang
baik dan kesehatan kerja.
Pemeriksaan kesehatan kerja ditetapkan dalam Peraturan Menteri Tenaga
Kerja dan Transmigrasi No. Per 02/MEN/1980 (Depnakertrans, 2007)
tentang pemeriksaan kesehatan tenaga kerja dalam penyelenggaraan
keselamatan kerja yang meliputi :
1) Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja
Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja ditujukan agar tenaga kerja yang
diterima untuk melakukan pekerjaan, antara lain:
a) Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja ditujukan agar tenaga kerja
yang diterima berada dalam kondisi kesehatan yang setinggi-
tingginya, tidak mempunyai penyakit menular yang akan mengenai
tenaga kerja lainnya dan cocok untuk pekerjaan yang akan dilakukan
sehingga keselamatan dan kesehatan tenaga kerja yang bersangkutan
dan tenaga kerja lainnya dapat terjamin.
b) Semua perusahaan sebagaimana tersebut dalam Undang-undang No. 1
tahun 1970, harus mengadakan pemeriksaan kesehatan sebelun kerja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
c) Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja meliputi pemeriksaan kesehatan
fisik lengkap, kesegaran jasmani, rontgen paru-paru (bila mungkin)
dan laboratorium rutin serta pemeriksaan lain yang dianggap perlu.
d) Untuk pekerjaan-pekerjaan tertentu perlu dilakukan pemeriksaan yang
sesuai dengan kebutuhan guna mencegah bahaya yang diperkirakan
timbul.
e) Pengusaha atau pengurus dan dokter wajib menyusun pedoman
pemeriksaan kesehatan sebelum kerja yang menjamin penempatan
tenaga kerja sesuai dengan kesehatan dan pekerjaan yang akan
dilakukannya dan pedoman tersebut mendapatkan persetujuan terlebih
dahulu oleh direktur.
f) Pedoman pemeriksaan kesehatan sebelum kerja dibina dan
dikembangkan mengikuti kemampuan perusahaan dan kemajuan
kedokteran dalam keselamatan kerja.
g) Jika 3 (tiga) bulan sebelumnya telah dilakukan pemeriksaan kesehatan
oleh dokter, tidak ada keraguan-raguan maka perlu dilakukan
pemeriksaan kesehatan sebelum kerja.
2) Pemeriksaan kesehatan berkala
Pemeriksaan kesehatan berkala adalah pemeriksaan kesehatan pada
waktu-waktu tertentu terhadap tenaga kerja yang dilakukan oleh dokter.
a) Pemeriksaan kesehatan berkala dimaksudkan untuk mempertahankan
derajat kesehatan tenaga kerja sesudah berada dalam pekerjaannya
serta menilai kemungkinan adanya pengaruh-pengaruh dari pekerjaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
sedini mungkin yang perlu dikendalikan dengan usaha-usaha
pencegahan.
b) Semua perusahaan harus melakukan pemeriksaan kesehatan berkala
bagi tenaga kerja sekurang-kurangnya 1 tahun sekali, kecuali
ditentukan lain oleh Direktur Jenderal Pembinaan dan Perlindungan
Tenaga Kerja.
c) Pemeriksaan Kesehatan Berkala meliputi pemeriksaan fisik lengkap,
kesegaranjasmani, rontgen paru-paru (bilamana mungkin) dan
laboratorium rutin serta pemeriksaan lain yang dianggap perlu.
d) Pengusaha atau pengurus dan dokter wajib menyusun pedoman
pemeriksaan kesehatan berkala sesuai dengan kebutuhan menurut
jenis-jenis tenaga kerjaan yang ada.
e) Pedoman pemeriksaan kesehatan dikembangkan mengikuti
kemampuan perusahaan dan kemajuan kedokteran dan keselamatan
kerja.
f) Dalam hal ditemukan kelainan atau gangguan kesehatan pada tenaga
kerja pada pemeriksaan berkala, pengurus wajib mengadakan tindak
lanjut untuk memperbaiki kelainan-kelainan tersebut dan sebab-
sebabnya untuk menjamin terselenggaranya keselamatan dan
kesehatan kerja.
g) Agar pemeriksaan kesehatan berkala mencapai sasaran yang luas,
maka pelayanan kesehatan di luar perusahaan dapat dimanfaatkan oleh
pengurus menurut keperluan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
h) Dalam melaksanakan kewajiban pemeriksaan kesehatan berkala,
Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Perburuhan dan Perlindungan
Tenaga Kerja dapat menunjuk satu atau beberapa Badan sebagai
penyelenggara yang akan membantu perusahaan yang tidak mampu
melakukan sendiri pemeriksaan kesehatan berkala.
3) Pemeriksaan kesehatan khusus
Pemeriksaan kesehatan khusus adalah pemeriksaan kesehatan yang
dilakukan oleh dokter secara khusus terhadap tenaga kerja tertentu,
meliputi:
a) Pemeriksaan kesehatan khusus dimaksudkan untuk menilai adanya
pengaruh-pengaruh dari pekerjaan tertentu terhadap tenaga kerja atau
golongan – golongan tenaga kerja tertentu.
b) Pemeriksaan kesehatan khusus dilakukan pula terhadap:
(1) Tenaga kerja yang telah mengalami kecelakaan atau penyakit yang
memerlukan perawatan lebih dari 2 (dua) minggu.
(2) Tenaga kerja yang berusia di atas 40 tahun atau tenaga kerja wanita
dan tenaga kerja cacat, serta tenaga kerja muda yang melakukan
pekerjaan tertentu.
(3) Tenaga kerja yang terdapat dugaan – dugaan tertentu mengenai
gangguan-gangguan kesehatannya perlu dilakukan pemeriksaan
khusus sesuai dengan kebutuhan.
c) Pemeriksan kesehatan khusus diadakan pula apabila terdapat keluhan
– keluhan diantara tenaga kerja, atau atas pengamatan Pegawai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Pengawas Keselamatan dan Kesehatan Kerja, atau atas penilaian Pusat
Bina Hiperkes dan Balai – balainya atau atas pendapat umum
masyarakat.
d) Pemeriksaan kesehatan terhadap kelalaian/gangguan yang disebabkan
akibat pekerjaan dan ditemukan pada pemeriksaan khusus ini berlaku
ketentuan asuransi sosial tenaga kerja sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
Tindakan-tindakan yang dilakukan dalam pengendalian penyakit akibat
kerja menurut (Depnakertrans RI, 2007) adalah :
a. Memberikan penerangan, bimbingan dan penyuluhan kepada tenaga
kerja pada waktu mulai masuk bekerja maupun secara periodik
mengenai:
1) Cara-cara bekerja yang benar dalam mengutamakan kesehatan dan
keselamatan kerja.
2) Selalu menjaga kebersihan diri sendiri dengan cara memakai
pakaian kerja yang bersih pada waktu bekerja, mencuci tangan,
muka maupun mulut sebelum makan, minum ataupun merokok.
Sehabis bekerja harus mandi memakai sabun khusus pelarut logam
dan menggunakan pakaian kerja dengan pakaiannya sendiri yang
bersih.
3) Menyediakan sarana-sarana dan peralatan yang berkaitan dengan
pengendalian penyakit akibat kerja (PAK) seperti:
a) Pakaian kerja,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
b) Tempat mandi,
c) Tempat mencuci tangan, muka, mulut, yang dekat ruang kerja.
d) Tempat mencuci pakaian kerja,
e) Alat pelindung diri (APD),
f) Memasang papan-papan peringatan,
g) Jika perlu, memberikan sanksi bagi yang melanggar ketentuan.
h) Menyediakan makan siang yang cukup nilai gizinya.
7. Pelayanan Kesehatan Kerja
Pelayanan kesehatan kerjameupakan upaya yang diselenggarakan oleh
organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, dan mencegah
dan menyembuhkan penyakit, memulihkan kesehatan tenaga kerja.
Pengurus perusahaan harus selalu mewaspadai adanya ancaman penyakit
akibat kerja terhadap tenaga kerjaannya (Darmanto Djojodibroto, 1999).
Adapun kewaspadaan tersebut berupa :
a. Melaksanakan pencegahan timbulnya penyakit.
b. Melaksanakan deteksi dini gangguan, yaitu deteksi gangguan mekanisme
homeostatic dan kompensasi pada saat dimana perubahan – perubahan
biokimia, morfologis, dan fungsional masih dapat pulih.
c. Melindungi tenaga kerja dengan mengikuti program Jamsostek.
Pemeriksaan kesehatan para tenaga kerja sering mengungkapkan adanya
bahaya kesehatan di tempat kerja, sehingga memerlukan evakuasi dan
perawatan lingkungan lebih lanjut. Pemeriksaan seperti itu mempunyai arti
epidemiologis yang penting dalam evakuasi tersebut (Joko Suyono, 1993).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.03/MEN/1982
(Depnakertrans RI, 2007) tentang pelayanan kesehatan kerja. Pelayanan
kesehatan kerja adalah suatu usaha kesehatan yang dilaksanakan dengan
tujuan:
a. Memberikan bantuan kepada tenaga kerja dalam penyesuaian diri baik
fisik maupun mental, terutama pekerjaan dengan tenaga kerja.
b. Melindungi tenaga kerja terhadap setiap gangguan kesehatan yang timbul
dari pekerjaan atau lingkungan kerja.
c. Meningkatkan kesehatan badan, kondisi mental (rohani) dan kemampuan
fisik tenaga kerja.
d. Memberikan pengobatan dan perawatan serta rehabilitasi bagi tenaga
kerja yang menderita sakit.
Sedangkan tugas pokok pelayanan kesehatan kerja menurut Peraturan
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.03/MEN/1982, meliputi:
1) Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja, pemeriksaan berkala dan
pemeriksaan khusus.
2) Pembinaan dan pengawasan atas penyesuaian pekerjaan terhadap tenaga
kerja.
3) Pembinaan dan pengawasan terhadap lingkungan kerja.
4) Pembinaan dan pengawasan perlengkapan sanitasi air.
5) Pembinaan dan pengawasan perlengkapan untuk kesehatan tenaga kerja.
6) Pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit umum dan penyakit
akibat kerja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
7) Pertolongan pertama pada kecelakaan.
8) Pendidikan kesehatan untuk tenaga kerja dan latihan untuk petugas
pertolongan pertama pada kecelakaan.
9) Memberikan nasehat mengenai perencanaan dan pembuatan tempat
kerja, pemilihan alat pelindung diri yang diperlukan dan gizi serta
penyelenggaraan makanan di tempat kerja.
10) Membantu usaha rehabilitasi akibat kecelakaan atau penyakit akibat
kerja.
11) Pembinaan dan pengawasan terhadap tenaga kerja yang mempunyai
kelainan tertentu dalam kesehatannya.
12) Memberikan laporan berkala tentang pelayanan kesehatan kerja kepada
pengurus.
Suma’mur (2009) menyatakan bahwa fasilitas pelayanan kesehatan
kerjatergantung pada jumlah tenaga kerja.
Hubungan antara pekerjaan dan kemungkinan terjadinya gangguan
kesehatan ataupenyakit pada pekerjaan telah lama diketahui. Penyakit akibat
kerja sering dianggap sebagai “the silent killer” , tidak saja merugikan tenaga
kerja yang tanpa sadar telah mengidap penyakit akibat kerja atau lingkungan
kerja, melainkan juga mengakibatkan kerugian sosial dan ekonomi serta
menurunkan produktivitas kerja (Syukri Sahab, 1997).
Pelayanan kesehatan kerja diperusahaan dikenal juga sebagai pelayanan
kesehatan kerja, diselenggarakan untuk melindungi tenaga kerja dari
kemungkinan mengalami gangguan kesehatan yang disebabkan oleh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
pekerjaan dan lingkungan kerja serta sekaligus mengupayakan peningkatan
kemampuan fisik tenaga kerja, meningkatkan kesehatan, mencegah dan
menyembuhkan penyakit, memulihkan kesehatan perorangan dan keluarga.
Program pelayanan kesehatan kerja yang dianjurkan adalah program
pelayanan kesehatan yang terdiri dari pelayanan promotif, pelayanan
preventif, pelayanan kuratif dan pelayanan rehabilitatif (Depkes, 2003)
a. PelayananPromotif
Pelayanan ini diberikan kepada tenaga kerja yang sehat dengan tujuan
meningkatkan kegairahan kerja, mempertinggi efisiensi dan efektifitas
kerja, kegiatannya meliputi :
1) Penyuluhan
2) Pelatihan / training
3) Pendidikan / pembinaan kesehatan
b. PelayananPreventif
Pelayanan ini diberikan kepada tenaga kerja sebagai perlindungan
tenaga kerja sebelum adanya proses gangguan kerja, kegiatannya meliputi:
1) Pemeriksaan kesehatan tenaga kerja sebelum kerja, berkala, dan
khusus
2) Kesehatan lingkungan kerja
3) Perlindungan dari bahaya kebakaran
4) Penyerasian tenaga kerja, mesin, dan alat-alat kerja
5) Pengendalian bahaya lingkungan kerja agar berada dalam keadaan
aman
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
c. PeayananKuratif
Pelayanan ini diberikan kepada tenaga kerja yang sudah
memperhatikan gangguan kesehatan atau gejala dini, mengobati penyakit
dan mencegah penularan terhadap keluarga atau teman sekerja,
kegiatannya meliputi :
1) Pengobatan terhadap penyakit umum
2) Pengobatan terhadap penyakit yang disebabkan oleh kecelakaan akibat
kerja.
d. PelayananRehabilitatif
Pelayanan ini diberikan kepada tenaga kerja yang terkena penyakit
atau atau kecelakaan yang telah menimbulakan cacat sehingga
menyebabkan ketidakmampuan bekerja secara permanen, kegiatannya
meliputi :
1) Pemulihan kesehatan dengan terapi / rehabilitasi medik
2) Latihan, penyuluhan, dan pendidikan tenaga kerja untuk dapat
menggunakan kembali kemampuannya yang masih ada secara
maksimal.
3) Penempatan kembali tenaga kerja cacat secara selektif sesuai dengan
kemampuannya.
Adanya dokter perusahaan sangat bermanfaat untuk kesehatan tenaga kerja
perusahaan. Dokter dalam perusahaan membantu pengusaha dalam seleksi
tenaga kerja untuk tenaga kerjaan tertentu, meninggikan keadaan kesehatan
tenaga kerja, penempatan yang tepat dari seorang tenaga kerja sesuai dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
kesehatan jasmani dan rohaninya, P3K, pengobatan dan perawatan terhadap
penyakit-penyakit mendadak, meninggikan kesehatan lingkungan di tempat
kerja dan masyarakat pada umumnya (Suma’mur, 2009).
Dokter perusahaan berbeda dengan dokter praktek umum yang hanya
memeriksa orang sakit dan mengobatinya. Selain itu dokter perusahaan
harus mengadakan pencegahan penyakit umum, penyakit – penyakit akibat
kerja dan kecelakaan, harus menjalankan kedokteran konstruktif, juga harus
menjalankan usaha-usaha preventif untuk masyarakat tertutup antara lain
dengan imunisasi. Untuk itu, dokter perusahaan harus mengetahui proses
produksi dan unit-unit operasinya dalam perusahaan, jenis pekerjaan dan
bahan-bahan yang digunakandalam perusahaan (Suma’mur, 2009).
Dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. PER
02/MEN/1980 tentang Pemeriksaan Tenaga kerja dalam Penyelenggraan
Keselamatan kerja disebutkan bahwa yang dimaksud dokter adalah dokter
yang ditunjuk oleh pengusaha dan telah memenuhi syarat sesuai dengan
Peraturan Menteri Tenaga Kerja Transmigrasi dan Koperasi No. PER
01/MEN/1976 dan syarat lain yang dibenarkan oleh Direktur Jendral
pembinaan hubungan perburuhan dan perlindungan tenaga kerja.
Fungsi seorang dokter perusahaan dalam rangka menuju sasaran yaitu
kesehatan dan produktivitas kerja yang setinggi-tingginya adalah sebagai
berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
a. Melindungi para tenaga kerja terhadap suatu bahaya pada kesehatan dan
efek buruk pada efisiensi dan produktivitas kerja yang mungkin timbul
dari pekerjaan atau kondisi-kondisi tempat kerja di lingkungan kerja
b. Membantu kearah penyesuaian fisik dan mental para tenaga kerja,
khususnya penyesuaian pekerjaan kepada para tenaga kerja dan
penempatan mereka yang cocok pada pekerjaannya, sehingga para tenaga
kerja sehat dan produktif.
c. Membantu tercapainya dan terpeliharanya derajat kesehatan fisik dan
mental serta efisiensi dan produktivitas para tenaga kerja setinggi-
tingginya.
(Suma’mur, 2009).
Adapun ruang lingkup kegiatan seorang dokter perusahaan meliputi:
a. Penyelenggaraan usaha-usaha kuratif yang menjamin keadaan penyakit-
penyakit umum dalam tingkat serendah mungkin dan menjamin
persyaratan kesehatan dan efisiensi kerja yang maksimal.
b. Pencegahan yang ditujukan pada penyakit – penyakit umum melalui
berbagai usaha seperti imunisasi dan vaksinasi, pendidikan kesehatan dan
lain-lain.
c. Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja, berkala dan khusus dan bila perlu
pemeriksaan-pemeriksaan biologis dan radiologis.
d. Pemberian nasehat kepada pimpinan perusahaan dan tenaga kerja yang
menjamin efisiensi dan produktivitas setinggi-tingginya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
e. Pengamatan penyesuaian para tenaga kerja, khususnya mereka yang
cacat sesuai dengan kemampuan fisik, ikut serta dalam rehabilitasi serta
memberikan nasehat-nasehat yang diperlukan agar tenaga kerja yang
cacat tetap sehat dan produktif secara maksimal.
f. Pemberian pandangan dan ikut serta dalam penyelenggaraan analisis
jabatan dengan tinjauan-tinjauan pada keadaan higiene, fisiologis dan
psikologis yang memungkinkan tenaga kerja sehat dan produktif dalam
pekerjaannya.
g. Pengenalan semua faktor dalam perusahaan yang mungkin
mempengaruhi kesehatan dan efisiensi kerja serta pemberian nasehat
tentang hal itu pada pimpinan perusahaan.
h. Ikut serta dengan bagian atau badan lain dalam perusahaan dalam
pencegahan kecelakaan, penyakit akibat kerja serta gangguan efisiensi
dan produktivitas kerja, serta pengawasan APD dan penggunaannya, dan
memberikan nasehat kepada pimpinan perusahaan dan tenaga kerja
tentang hal itu.
i. Pemberian nasehat kepada tenaga kerja secara perorangan atas
permintaan mereka mengenai suatu penyakit atau gangguan kesehatan
dan efisiensi kerja yang mungkin terjadi atau bertambah buruk dalam
mengerjakan pekerjaan.
j. Latihan P3K kepada para tenaga kerja, pengawasan dan pemeliharaan
alat – alat P3K dengan kerjasama dengan bagian lain di perusahaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
k. Pemberian nasehat tentang fasilitas-fasilitas yang dimaksudkan untuk
kesejahteraan tenaga kerja seperti dapur, kantin, rumah-rumah,
perusahaan dan bila perlu tentang pemberian makanan kepada para
tenaga kerja.
l. Penyelenggaraan perbaikan gizi para tenaga kerja melalui pendidikan
serta pembinaan nasehat tentang gizi kepada pimpinan perusahaan atau
tenaga kerja.
m. Ikut serta dan pemberian pandangan dalam kegiatan-kegiatan keluarga
berencana, rekreasi, higene mental dan lain-lain.
n. Pengumpulan dan penilaian secara periodik statistik-statistik tentang
kesehatan perusahaan.
o. Penelitian-penelitian dalam higene perusahaan dan kesehatan kerja atau
bekerja sama dalam riset dengan badan-badan lain.
(Suma’mur, 2009),
Yang dimaksud tenaga paramedis dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja
dan Transmigrasi No. 01/MEN/1979 tentang kewajiban latihan hiperkes dan
keselamatan kerja bagi tenaga paramedis perusahaan adalah tenaga
paramedik yang ditunjuk atau ditugaskan untuk melaksanakan atau
membantu penyelenggaraan tugas-tugas higiene perusahaan, kesehatan dan
keselamtan kerja di perusahaan atas petunjuk dan bimbingan perusahaan
(Pungky. W, 2002).
Dalam penanganan kecelakaan, dokter perusahaan, tenaga paramedis,
dan safety seharusnya membicarakan dengan pimpinan untuk merencanakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
tentang penanganan keadaan darurat pada suatu kecelakaan kerja yang
serius yang dapat berupa kerusakan seperti peledakan, kebakaran, dan
kejadian lainnya. Adapun prosedur penanganan kecelakaan meliputi :
a. seleksi, pelatihan dan penempatan perawat untuk membantu pengawasan
dan pengadaan personil lainnya.
b. Pengangkutan korban
c. Pemindahan korban yang luka berat ke rumah sakit
d. Koordinasi kegiatan dengan departemen safety, penjaga, bagian
pemadam kebakaran dan kelompok atau tim lain yang bersangkutan.
e. Rumah sakit rujukan.
Bentuk pelayanan lain yang dapat menunjang seorang tenaga kerja untuk
memberikan pengobatan agar tetap dalam keadaan sehat yaitu dengan
adanya rumah sakit rujukan, karena tidak semua kecelakaan ataupun
sakit dapat ditangani dengan adanya P3K dan poliklinik.
Darmanto Djojodibroto (1999) menyatakan bahwa suatu pelayanan
kesehatan diperusahaan dapat dikatakan baik apabila memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
a. Tersedia (availabele)
Perusahaan harus menyediakan pelayanan kesehatan untuk
pegawainya dengan cara mempunyai poliklinik atau rumah sakit, bila
tidak menyerahkannya pada poihak ketiga.
b. Wajar (propriate)
Pelayan harus sesuai kebutuhan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
c. Berkesinambungan (continue)
Pelayanan kesehatan yang memerlukan kelanjutan harus diberikan
berkesinambungan. Pemeriksaan kesehatan berkala harus dilakukan
secara periodic sehingga keadaan kesehatan pegawai bisa dipantau
secara terus menerus.
d. Dapat diterima (acceptable)
Suatu perusahaan besar dengan laba besar tentu saja tidak layak bila
memberikan fasilitas kesehatan yang minimal.
e. Dapat dicapai (accessible)
Pelayanan kesehatan yang diupayakan harus mudah dicapai.
f. Terjangkau (affordable)
Perusahaan bisa memilih pelayanan kesehatan yang sesuai standar
dan harganya terjangkau oleh perusahaan.
Perusahaan melakukan upaya kesehatan kerja agar kesejahteraan
tenaga kerjanya terjamin. Kesejahteraan tenaga kerja yang baik akan
membuahkan tenaga kerja kerja yang produktif, dengan demikina
perusahaan akan bertambah maju.
8. Poliklinik
Poliklinik perusahaan dapat menjadi salah satu sub sistem dari
manajemen K3 di perusahaan sehingga dua aspek yaitu pelayanan kesehatan
tenaga kerja dan pengelolaan lingkungan kerja dapat dilakukan bersama.
Berbeda dengan sistem pelayanan kesehatan tenaga kerja khususnya segi
kuratifnya. Sesuai undang-undang yang berlaku Peraturan Menteri Tenaga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Kerja dan Transmigrasi No.03/MEN/1982 tentang pelayanan kesehatan
kerja, poliklinik perusahaan sebagai salah satu bentuk pelayanan kesehatan
kerja harus di bawah tanggung jawab seorang dokter yang telah memenuhi
persyaratan yang antara lain telah mengikuti pelatihan Hiperkes bagi dokter
perusahaan. Demikian juga paramedik di poliklinik perusahaan diwajibkan
mengikuti pelatihan Hiperkes bagi paramedik perusahaan. Hal ini
dimaksudkan agar poliklinik perusahaan dapat melakukan pencegahan dan
pengobatan penyakit umum dan penyakit akibat kerja (Depnakertrans RI,
2007).y
9. Laporan Medis
Dalam upaya pelayanan kesehatan kerja digarapkan dapat menjadikan
tenaga kerja yang sehat dan produktif dengan upaya – upaya secara
promotif, preventif, kuratif, maupun rehabilitatif. Upaya pelayanan
kesehatan akan tampak keberhasilannya bila dilihat dari laporan yang
dilakukan rutin setiap satu bulan sekali. Untuk itu dalam Peraturan Menteri
Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. PER 03/MEN/1982 tentang Pelayanan
Kesehatan pasal 2 poin 1 disebutkan bahwa tugas pokok pelayanan
kesehatan adalah memberikan laporan berkala tentang pelayanan kesehatan
kerja kepada pengurus.
Upaya pencegahan kecelakaan agar efektif, harus didasari pengetahuan
penyebabnya secara lengkap dan tepat. Pengumpulan dan pencatatan data
kecelakaan dimaksudkan untuk mendapatkan informasi yang lengkap guna
upaya pencegahan kecelakaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Pengumpulan dan pencatatan data kecelakaan kerja dimulai dari laporan
klinik atau pos Pertolongan Pada Kecelakaan (P3K). Perawat atau petugas
P3K selesai memberi pertolongan harus mengisi suatu daftar isian untuk
setiap kasus. Laporan ini dikirim ke bagian keselamatan dan kesehatan
kerja, P2K3, bagian personalia atau atasan tenaga kerja yang bersangkutan
(Syukri Sahab, 1997).
Apabila dalam pemeriksaan kesehatan berkala dan khusus sebagaimana
ditetapkan dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. PER-02/MEN/1980
ditemukan penyakit akibat kerja yang diderita oleh tenaga kerja, pengurus
atau badan yang ditunjuk wajib melaporkan secara tertulis kepada Kantor
Direktorat Jenderal Pembinaan Hubungan Perburuhan dan Perlindungan
Tenaga Kerja Setempat (Pungky W, 2002).
Mengenai pelaporannya dilakukan paling lambat 2x24 jam setelah penyakit
tersebut dibuat diagnosanya sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.Per-01/MEN/1981 tentang
kewajiban melapor penyakit akibat kerja (Syukri Sahab, 1997).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
B. Kerangka Pemikiran
Tempat Kerja
Faktor dan Potensi Bahaya
Gangguan Kesehatan
Pelayanan Kesehatan
Pelaporan
PAK, Penyakit Umum, PAHK,
KAK
Program Promotif dan Preventif
Program Kuratif dan Rehabilitatif
Tenaga Kerja Sehat dan Selamat
Tak Terkendali Terkendali
Upaya Pencegahan
Produktivitas Tinggi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi
yang bersifat deskriptif, yaitu penelitian yang hanya terbatas pada
pengumpulan, pengkajian dan analisis data dalam bentuk narasi. Tujuan
penelitian ini adalah untuk memberi gambaran secara jelas dan dapat
mengenai objek penulisan dan data yang diperoleh dipergunakan sebagai
bahan penulisan laporan tugas akhir tentang gambaran pelayana kesehatan di
PT. Karyamitra Budisentosa.
B. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah
Nama : PT. Karyamitra Budisentosa
Alamat : Jl. Gunung Gangsir No. 1A, Pandaan, Pasuruan, Jawa Timur
Bagian : Poliklinik PT. KMBS
C. Objek dan Ruang Lingkup Penelitian
Objek penelitian ini adalah program pelayanan kesehatan kerja di PT.
Karyamitra Budisentoa, dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan tenaga
kerja dengan tenaga kerja di PT. Karyamitra Budisentosa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
D. Sumber Data
Data yang diperoleh dan dikumpulkan dalam penelitian ini yaitu data
primer dan data sekunder
1. Data Primer
Data yang diperoleh secara langsung yaitu dengan mengadakan
observasi langsung ke lapangan dan wawancara dengan pihak terkait yang
dirasa berkompeten.
2. Data Sekunder
Data yang diperoleh secara tidak langsung yaitu dari dokumen
perusahaan mengenai pelayanan kesehatan di PT. Karyamitra Budisentosa
dalam peningkatan derajat kesehatan tenaga kerja dan literatur-literatur dari
perpustakaan.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis antara lain
diperoleh dari :
1. Data Primer
a. Observasi
Penulis memperoleh data dari pengamatan terhadap aktivitas
pelayanan kesehatan dalam penanganan masalah kesehatan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
b. Wawancara
Penulis memperoleh data dengan melakukan interview /
wawancara dengan pihak-pihak yang berhubungan dengan masalah
pelayanan kesehatan.
2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari dokumentasi perusahaan yang
berhubungan dengan masalah pelayanan kesehatan kerja.
F. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dalam suatu rangkaian kegiatan magang yang
dilaksanakan di PT. Karyamitra Budisentosa dari tanggal 1 Februari 2012
sampai dengan 29 Februari 2012.
G. Analisis Data
Data yang diperoleh kemudian dibahas dan dibandingkan dengan
peraturan yang berlaku khususnya yang terkait dengan pelayanan kesehatan
kerja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL PENELITIAN
PT. Karyamitra Budisentosa merupakan salah satu perusahaan yang
bergerak di bidang manufaktur khususnya yang bergerak dalam pembuatan
sepatu yang berorientasi ekspor. Dalam proses produksinya terjadi interaksi
antara tenaga kerja dengan peralatan kerja yang sangat berpotensi
menimbulkan PAK (Penyakit Akibat Kerja), penyakit umum, maupun KAK
(Kecelakaan Akibat Kerja).
Gangguan kesehatan dapat terjadi kapanpun dan dimanapun. Gangguan
kesehatan ini dapat disebabkan kerena penyakit umum maupun penyakit akibat
kerja. Gangguan kesehatan mempunyai pengaruh terhadap kegiatan proses
produksi dalam suatu perusahaan.
Kesehatan tenaga kerja merupakan faktor penting untuk mencapai hasil
kerja yang optimal. Karena mengingat bahwa tenaga kerja merupakan aset
penting perusahaan diharuskan bagi perusahaan disamping mencari
keuntungan yang besar juga wajib untuk memberikan perlindungan bagi tenaga
kerjanya khususnya dalam hal kesehatan kerja. Hal itulah yang mendorong PT.
Karyamitra Budisentosa untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan kerja,
agar derajat kesehatan tenaga kerja menjadi setinggi – tingginya sehingga
efisiensi dan produktivitasnya optimal, yaitu dengan menyediakan Balai
Pengobatan di lingkungan perusahaan, memberikan bantuan pemeliharaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
kesehatan serta perawatan dan pengobatan di Rumah Sakit. Pelayanan
kesehatan kerja berada dibawah departemen General Affair.
Pelayanan kesehatan kerja tersebut berfungsi sebagai sarana perlindungan
yang khususnya bagi tenaga kerja terhadap berbagai gangguan kesehatan yang
disebabkan oleh adanya faktor bahaya dan potensi bahaya yang ada. Faktor
bahaya bisa menyebabkan adanya penyakit akibat kerja, sedangkan potensi
bahaya menyebabkan terjadinya Kecelakaan Kerja. Kecelakaan yang terjadi di
PT. Karyamitra Budisentosa antara lain tangan terjepit pada mesin, jari terkena
mesin seset, jari telunjuk terkena staples. Kecelakaan yang terjadi termasuk
kecelakaan jenis ringan.
Dari hasil penelitian diperoleh data-data tentang penyelenggaraan
pelayanan kesehatan di PT. Karyamitra Budisentosa sebagai berikut :
1. Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Kerja
Demi menjaga kesehatan tenaga kerja, PT. Karyamitra Budisentosa
menyelenggarakan program pelayanan kesehatan. Tujuan dari pelayanan
kesehatan kerja yang diselenggarakan di PT. Karyamitra Budisentosa adalah
memberikan pelayanan kesehatan kerja secara optimal pada tenaga kerja
dalam meningkatkan derajat kesehatan dan produktivitas tenaga kerja
sehingga produktivitas perusahaan juga akan meningkat, serta melaksanakan
kegiatan kesehatan kerja yang dilaksanakan sesuai dengan sarana dan
fasilitas yang ada.
Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kerja di PT. Karyamitra
Budisentosa dilakukan oleh bagian poliklinik yang berada di bawah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
departemen General Affair, yang telah memiliki ijin penyelenggaraan. Ijin
penyelenggaraan poliklinik dibuktikan dengan adanya sertifikasi ISO 9001
serta serta sertifikat lainnya yang mendukung. Dokter perusahaan sebagai
penanggung jawab poliklinik. Selain dokter, sebagai pelaksanaan hariannya
dibantu oleh beberapa tenaga paramedis.
PT. Karyamitra Budisentosa menyelenggarakan usaha pelayanan
kesehatan kerja untuk mencapai kesehatan kerja yang optimal, perlu adanya
program yang mencakup 12 tugas pokok pelayanan kesehatan kerja meliputi
4 program pelayanan yaitu promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.
a. Program Promotif, meliputi:
1) Penyuluhan umum
(a) Safety Talk
PT. Karyamitra Budisentosa melaksanakan safety talk kepada
tenaga kerja setiap pagi sebelum pekerjaan dimulai, yang
disampaikan oleh tim safety. Hal tersebut bertujuan untuk
meningkatkan kesadaran tenaga kerja akan adanya faktor dan
potensi bahaya yang ada di lingkungan kerja.
(b) Penyebaran Informasi Kesehatan
Penyebarluasan informasi kesehatan yang telah dilakukan di
PT. Karyamitra Budisentosa dapat dirasakan manfaatnya seperti
bertambahnya wawasan tenaga kerja tentang kesehatan serta
meningkatkan kerjasama antara tenaga kerja dengan tenaga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
pelayanan kesehatan unuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan.
2) Pembinaan Kesehatan Kerja
Pembinaan kesehatan tenaga kerja dilakukan oleh tim Hiperkes.
Tim Hiperkes PT. Karyamitra Budisentosa melayani tenaga kerja
yang ingin berkonsultasi dan sharing tentang masalah kesehatan setiap
saat. Pemasangan poster-poster tentang kesehatan atau artikel
kesehatan di papan pengumuman di depan klinik yang sering dilalui
tenaga kerja bertujuan untuk meningkatkan perhatian tenaga kerja
tentang kesehatan.
3) Pelatihan / Pendidikan P3K
Pendidikan dan pelatihan P3K ini dilakukan terhadap tenaga kerja
yang ditunjuk dari perwakilan setiap departemen. Tujuannya agar
tenaga kerja dapat melakukan pertolongan pertama pada kecelakaan
sebelum dokter datang atau korban dirujuk ke rumah sakit.
Pendidikan dan pelatihan P3K dilaksanakan PT. Karyamitra
Budisentosa setiap tahun. Setiap satuan kerja harus memberikan
perwakilan untuk mengikuti pelatihan ini. Peserta pelatihan ini
diperuntukkan bagi tenaga kerja yang pernah mengikuti pelatihan dan
yang sudah pernah mendapatkan pelatihan sebelumnya. Dengan
dilaksanakan training P3K setiap tahun diharapkan tenaga kerja dapat
siap untuk menghadapi bahaya kebakaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
Sebagai penguji keberhasilan pelatihan P3K setiap tahun juga
diadakan drill test yaitu semacam simulasi bahaya kebakaran yang
memadukan kerjasama antara tim tanggap darurat, tim P3K, dan tim
keamanan dari PT. Karyamitra Budisentosa.
b. Program Preventif, meliputi:
1) Peningkatan gizi tenaga kerja
Dalam menjamin kebutuhan gizi tenaga kerja, PT. Keryamitra
Budisentosa memberikan makanan tambahan (extra fooding) berupa
susu kepada tenaga kerja yang bekerja berhubungan dengan bahan
kimia. Hal ini juga bertujuan agar tenaga kerja tidak terkontaminasi
dengan bahan kimia yang ada karena tenaga kerja setiap hari
berhubungan dengan bahan kimia. Di perusahaan tidak disediakan
kantin ruang tempat makan tersendiri sehingga pemantauan gizi belum
bisa dilakukan, hal ini karena tenaga kerja lebih memilih akan adanya
uang makan.
2) Pengukuran faktor bahaya (hazard factor)
Pengukuran faktor bahaya (hazard factor) di PT. Karyamitra
Budisentosa dilakukan dengan bekerja sama dengan beberapa pihak.
Untuk pengukuran faktor fisik (kebisingan, penerangan, dan iklim
kerja) dan faktor kimia (B3 dan Debu) dilakukan oleh Balai Hiperkes
Surabaya. Hasil pengukuran disampaikan kepada pihak perusahaan,
jika terdapat penyimpangan dari hasil pengukuran akan diberikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
rekomendasi dan dilakukan evaluasi tindak lanjut terhadap
rekomendasi yang telah disampaikan.
3) Pemeriksaan kesehatan tenaga kerja
Pemeriksaan kesehatan tenaga kerja yang dilakukan di PT.
Karyamitra Budisentosa meliputi :
a) Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Kerja
Pelayanan yang di berikan di poliklinik meliputi rawat jalan
tingkat pertama yang meliputi pertolongan pertama pada
kecelakaan kerja, konsultasi kesehatan, pelayanan obat, pengobatan
terhadap penyakit akibat umum maupun penyakit akibat kerja
dengan tindakan medis sederhana, serta pemberian rujukan berupa
surat jaminan oleh perawat maupun dokter untuk keperluan
perawatan atau pengobatan di rumah sakit, rawat laboratorium, dan
lain-lain.
b) Pemeriksaan Kesehatan Berkala
Medical Check Up (MCU) dilakukan setiap tahun bagi semua
tenaga kerja untuk mengetahui ada tidaknya gangguan kesehatan
tenaga kerja yang disebabkan oleh faktor pekerjaan selama bekerja
di perusahaan.
c) Pemeriksaan Kesehatan Khusus
Dilakukan berdasarkan data hasil medical check up bagi tenaga
kerja yang menderita kelainan khusus agar tenaga kerja
mendapatkan follow up medical check up untuk selanjutnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
diproses di HRD agar memperoleh surat pengantar untuk
mendapatkan pengobatan yang maksimal. Tujuannya untuk
mengetahui secara dini jenis penyakit yang diderita oleh tenaga
kerja.
4) Penyediaan alat pelindung diri.
Pemberian Alat Pelindung Diri disesuaikan dengan jenis pekerjaan
dan potensi bahaya yang ada di lingkungan kerja, Alat Pelindung Diri
yang wajib dipakai saat memasuki area produksi dan diberikan kepada
tenaga kerja secara gratis yaitu alat pelindung pernafasan berupa
masker. Alat pelindung diri lain hanya digunakan jika memasuki area
tertentu atau melakukan pekerjaan tertentu, antara lain yaitu:
a) Safety Shoes
b) Safety Helmet
c) Welder Helmet (Topi Las)
d) Safety Glove (Sarung Tangan)
e) Alat Pelindung Pernapasan
f) Kacamata Pengaman
g) Face Sheild (Pelindung Muka)
h) Apron
i) Pelindung Telinga
j) Sabuk Pengaman (Safety Belt)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
5) Pencegahan Penyakit Menular
Melakukan isolasi sementara untuk tenaga kerja yang mengalami
gangguan penyakit menular, untuk dilakukan pengobatan sampai
benar-benar sembuh. Upaya isolasi tersebut misalnya dengan
pemberian libur / cuti selama masa penyembuhan.
c. Program Kuratif, yaitu penyembuhan atau pengobatan yang diberikan
kepada tenaga kerja PT. Karyamitra Budisentosa dengan menggunakan
pelayanan kesehatan rumah sakit. Dalam hal ini PT. Karyamitra
Budisentosa bekerja sama dengan beberapa rumah sakit daerah setempat
(diantaranya : RSUD Saiful Anwar Malang, RSUD Pasuruan, RSUD
Bangil, RSUD Sidoharjo, dan RSUD Mitra Sehat Medika Pandaan)
d. Program Rehabilitatif, yaitu pemulihan kesehatan dengan fisioterapi
rehabilitasi medik, dan rekomendasi medik yang diberikan kepada tenaga
kerja PT. Karyamitra Budisentosa selama masa pemulihan setelah sakit.
2. Tugas Pokok Pelayanan Kesehatan Kerja
Tugas pokok pelayanan kesehatan kerja yang dilakukan oleh tenaga
medis di PT. Karyamita Budisentosa meliputi :
a. Melakukan pemeriksaan kesehatan sebelum kerja, berkala, dan khusus.
b. Melakukan pengawasan terhadap lingkungan kerja.
c. Melakukan usaha pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit akibat
kerja maupun kecelakaan akibat kerja,
d. Memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan.
e. Melakukan pencatatan dan pelaporan mengenai PAK maupun KAK
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
f. Mengawasi perlengkapan untuk kesehatan tenaga kerja.
g. Memberikan pendidikan dan latihan untuk petugas pertolongan pertama
pada kecelakaan.
h. Memberikan pembinaan terhadap tenaga kerja yang mempunyai kelainan
tertentu dalam kesehatannya.
i. Membantu usaha rehabiltasi tenaga kerja akibat kecelakaan kerja.
j. Memberikan laporan kepada pengurus tentang kegiatan pelayanan
kesehatan yang telah dilaksanakan.
3. Sarana dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Kerja
Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kerja di PT. Karyamitra
Budisentosa didukung dengan beberapa sarana dan fasilitas yang digunakan
untuk menunjang kegiatan pelayanan kesehatan agar berjalan lancar, antara
lain yaitu:
a. Poliklinik
Sarana kesehatan yang diberikan oleh PT. Karyamitra Budisentosa
untuk menyelenggarakan upaya kesehatan kerja yaitu dengan
mengadakan poliklinik. Poliklinik yang ada di PT. Karyamitra
Budisentosa berada di bawah departemen General Affair (GA).
Pelayanan yang dilakukan di poliklinik adalah pelayanan pengobatan dan
perawatan serta pelayanan konsultasi kesehatan.
Poliklinik PT. Karyamitra Budisentosa terdiri dari sebuah ruang
dokter merangkap ruang administrasi, sebuah ruang preventif untuk
paramedis yang merangkap sebagai ruang administrasi. Di ruang dokter
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
terdapat sebuah bed pemeriksaan dan meja kursi yang lengkap untuk
konsultasi antara dokter dengan pasien, dan ruang preventif yang
dilengkapi dengan 6 buah bed pemerikasaan, meja kursi untuk konsultasi
yang dilengkapi dengan peralatan medis lainnya (2 buah stetoscop, alat
pengukur tekanan darah / tensi), 1 buah computer, 1 buah tabung
oksigen, alat pembaca hasil photo rongen, 1 buah almari penyimpanan
obat dan peralatan medis, 1 buah almari untuk menyimpan dokumen-
dokumen yang berupa laporan kegiatan dan pelayanan poliklinik, yang
kemudian dilaporkan ke General Affair (GA) tepatnya Departemen
Medical Care, satu buah almari penyimpanan susu dan masker, locker
untuk menyimpan kebutuhan paramedis, 1 buah tabung oksigen, alat
pembaca hasil photo rongen. Keadaan ruang poliklinik selalu dijaga
kebersihannya dan untuk mencegah penyakit yang diakibatkan oleh
faktor biologis disediakan 3 buah washtafel yang terbagi menjadi 1 buah
washtafel steril (khusus untuk mencuci peralatan medis) dan 2 buah
washtafel pencuci tangan biasa, dan untuk setiap pasien yang masuk ke
ruang poliklinik wajib melepas alas kaki.
Poliklinik buka pelayanan setiap hari Senin sampai Sabtu 24 jam.
Untuk hari minggu atau hari libur bila ada tenaga kerja yang lembur
maka polilklinik tetap buka.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
b. Tenaga Kesehatan.
1) Dokter Perusahaan
Pelayanan kesehatan kerja di PT. Karyamitra Budisentosa
diselenggarakan oleh 2 orang dokter. Dokter perusahaan hanya datang
setiap hari Senin, Selasa, Kamis dan Jumat pukul 11.00 – 13.00 WIB.
Tugas dari dokter perusahaan sebagai penyelenggara kesehatan kerja
di perusahaan yaitu :
a) Memberikan pengobatan dan perawatan terhadap penyakit akibat
kerja maupun kecelakaan kerja dan penyakit umum.
b) Melakukan diagnosis penyakit umum dan penyakit akibat kerja
maupun penyakit akibat hubungan kerja.
c) Melakukan evaluasi tentang kemungkinan, penyebab, pencegahan
terhadap penyakit akibat kerja dan tindakan yang harus dilakukan
jika terjadi penyakit akibat kerja.
d) Menjadi penasehat tentang masalah kesehatan kepada tenaga kerja.
e) Memberikan penyuluhan / pendidikan kesehatan kepada tenaga
kerja sesuai dengan kebutuhan.
f) Melakukan pemeriksaan kesehatan bagi tenaga kerja yang berupa
pemeriksaan kesehatan berkala dan pemeriksaan kesehatan khusus.
g) Memberikan izin istirahat kerja (cuti) bagi tenaga kerja yang
mengalami gangguan kesehatan.
h) Memberikan rujukan pengobatan bagi tenaga kerja ke poliklinik /
rumah sakit rujukan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
i) Melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan program kesehatan kerja
yang telah dilakukan perusahaan dan rekomendasi program
kesehatan kerja yang akan dilakukan.
2) Tenaga Paramedis
Tugas dokter tersebut dibantu oleh 7 tenaga paramedis yang selalu
stand by setiap jam kerja di klinik. Adapun tugas dari tenaga medis
sebagai petugas harian dipoliklinik mempunyai tugas dan tanggung
jawab sebagai berikut :
a) Membantu pekerjaan dokter dalam pemeriksaan kesehatan sewaktu
ada maupun sedang tidak berada di tempat.
b) Melakukan pemeriksaan dan evaluasi hasil medical check up
(pemeriksaan kesehatan berkala).
c) Sebagai konsultan medis.
d) Melakukan evaluasi dan rekomendasi terhadap hasil pemeriksaan
lingkungan kerja / higiene perusahaan berkaitan dengan
persyaratan kesehatan kerja.
e) Melakukan diagnosis penyakit umum dan penyakit akibat kerja
maupun penyakit akibat hubungan kerja.
f) Memelihara peralatan medis dan obat – obatan termasuk
kelengkapannya.
g) Memeriksa persediaan obat-obatan serta segera mengajukan
permintaan pembelian sebelum persediaan obat poliklinik habis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
h) Membuat surat jaminan atau surat rujukan ke rumah sakit jika
pasien memerlukan perawatan di rumah sakit
i) Memberi masukan atau rekomendasi tentang usulan cuti sakit /
beban kerja / penempatan tugas pekerjaan karyawan berdasarkan
kondisi kesehatan dan lingkungan kerjanya.
j) Memberikan penyuluhan pendidikan kesehatan kepada tenaga kerja
k) Melaksanakan administrasi kesehatan kerja di poliklinik yang
meliputi pendataan / pencatatan setiap laporan yang masuk atau
diterima klinik, pencatatan kunjungan pasien dan pengeluaran obat
serta penyusunan laporan mingguan dan bulanan pelayanan
kesehatan yang dilaporkan ke pihak manajemen.
c. Kotak P3K
Kotak P3K terletak menyebar di seluruh unit kerja, yang
ditempatkan pada tempat-tempat yang dirasa strategis agar tenaga kerja
yang membutuhkan sewaktu-waktu dapat langsung mengambil. Isi kotak
P3K dipantau minimal setiap minggu.
Table 1. Daftar isi kotak P3K No. Perlengkapan Jumlah 1. Kasa steril terbungkus 1 gulung 2. Hansaplas 10 biji 3. Betadine 1 botol 4. Minyak Kayu Putih 1 botol 5. Obat – obatan : a. Obat Flu (Demacolin) 20 biji b. Obat Maag (Decamag) 20 biji c. Obat Pusing (Grafadon) 20 biji d. Obat Diare (Diatab) 20 biji
6. Buku catatan pemakaian 1 Sumber : Data Sekunder 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
d. Tandu P3K
Perusahaan menyediakan tandu P3K korban pada tiap unit kerja
untuk memberikan pertolongan gawat darurat jika terjadi kecelakaan
yang nantinya akan diberikan pengobatan di poliklinik atau rumah sakit.
e. Sarana Transportasi
Perusahaan menyediakan 1 unit mobil ambulance sebagai sarana
transportasi untuk evakuasi tenaga kerja yang mengalami masalah
kesehatan atau kecelakaan akibat kerja menuju poliklinik atau rumah
sakit rujukan, dan juga sebagai sarana untuk mengantar tenaga kerja yang
yang dipulangkan karena sakit, dan tidak mampu melanjutkan
pekerjaannya. Ambulance dengan peralatan medis seperti tabung oksigen,
APAR, kotak P3K dan tandu evakuasi.
f. Pengadaan Obat –obatan
Pengadaan obat – obatan ini dilakukan oleh bagian poliklinik. Tenaga
paramedis bertugas untuk melakukan pencatatan setiap obat – obatan
yang digunakan.
g. Kegiatan Pelayanan Kesehatan
Kegiatan pelayanan kesehatan dilakukan untuk meningkatkan derajat
kesehatan tenaga kerja sehingga produktivitas kerja meningkat. Kegiatan
pelayanan kesehatan meliputi :
1) Pelayanan Kesehatan di Poliklinik
Pelayanan yang di berikan di poliklinik meliputi rawat jalan
tingkat pertama yang meliputi pertolongan pertama pada kecelakaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
kerja, konsultasi kesehatan, pelayanan obat, pengobatan terhadap
penyakit akibat umum maupun penyakit akibat kerja dengan tindakan
medis sederhana, serta pemberian rujukan berupa surat jaminan oleh
perawat maupun dokter untuk keperluan perawatan atau pengobatan di
rumah sakit, rawat laboratorium, dan lain-lain.
Untuk tenaga kerja yang menderita sakit atau mempunyai keluhan
yang bersifat ringan atau berat biasanya ditangani langsung oleh
dokter, kecuali dokter tidak ada ditangani oleh paramedis yang
sedang bertugas. Setiap kunjungan pasien di poliklinik dicatat untuk
kemudian dibuat laporan setiap minggu, hingga laporan bulanan yang
nantinya akan dilaporkan ke HRD yang selanjutnya dilaporkan ke
Depnaker. Laporan ini bersifat intern bagi perusahaan. Pelayanan
poliklinik dapat dinikmati oleh seluruh tenaga kerja karena poliklinik
buka 24 jam (selama ada proses kerja yang dilakukan oleh tenaga
kerja).
2) Upaya Perlindungan Bagi Tenaga Kerja
Upaya perlindungan bagi tenaga kerja yang dilaksanakan oleh PT.
Karyamitra Budisentosa antara lain :
a) Monitoring dan Evaluasi Lingkungan Kerja
Sebagai upaya perlindungan terhadap tenaga kerja di PT.
KAryamitra Budisentosa, dilakukan dengan cara monitoring secara
berkala dan evaluasi hasil pemeriksaan lingkungan kerja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
Pemeriksaan lingkungan kerja dapat dibedakan menjadi dua antara
lain :
(1) Monitoring Lingkungan
Monitoring lingkungan kerja berupa monitoring kebersihan,
penerangan serta perlengkapan sarana dan prasarana seperti
penyediaan air munum, air bersih, serta saluran air. Untuk
fasilitas seperti washtafel, kondisi fisik lingkungan beserta
kebersihannya. Monitoring ini dilakukan oleh Hiperkes PT.
Karyamitra Budisentosa sebulan sekali dan hasilnya akan segera
dilaporkan untuk mendapatkan perbaikan.
(2) Pengukuran Faktor Bahaya (Hazard Factor)
Pengukuran faktor bahaya (hazard factor) di PT. Karyamitra
Budisentosa dilakukan dengan bekerja sama dengan beberapa
pihak. Untuk pengukuran faktor fisik (kebisingan, penerangan,
dan iklim kerja) dan faktor kimia (B3 dan Debu) dilakukan oleh
Balai Hiperkes Surabaya. Hasil pengukuran disampaikan kepada
pihak perusahaan, jika terdapat penyimpangan dari hasil
pengukuran akan diberikan rekomendasi dan dilakukan evaluasi
tindak lanjut terhadap rekomendasi yang telah disampaikan.
b) Penyediaan Alat Pelindung Diri
Pemberian Alat Pelindung Diri disesuaikan dengan jenis
pekerjaan dan potensi bahaya yang ada di lingkungan kerja, Alat
Pelindung Diri yang wajib dipakai saat memasuki area produksi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
dan diberikan kepada tenaga kerja secara gratis yaitu alat pelindung
pernafasan berupa masker. Alat pelindung diri lain hanya
digunakan jika memasuki area tertentu atau melakukan pekerjaan
tertentu, antara lain yaitu :
a) Safety Shoes
Safety shoes dipakai untuk melindungi kaki dari bahaya
kejatuhan benda-benda berat, kepercikan larutan asam dan
basa yang korosif atau cairan yang panas, menginjak benda-
benda tajam, dan benda – benda asing lainnya.
b) Safety Helmet
Safety shoes dipakai untuk melindungi kepala dari bahaya
kejatuhan benda-benda berat, atau benda – benda asing lainnya
yang membahayakan kepala.
c) Welder Helmet (Topi Las)
Welder helmet ini dipakai oleh tukang las. Fungsi dari
welder helmet ini adalah melindungi mata atau kepala dari
sinar las.
d) Safety Glove (Sarung Tangan)
Fungsi dari safety glove ini adalah untuk melindungi jari-
jari atau tangan dari benda-benda keras, tajam, panas, atau
bahan kimia. Safety glove ini terbuat dari bahan karet. Di
Laboratorium dan di daerah kerja yang memiliki bahaya bahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
kimia diberikan sarung tangan karet panjang yang tahan bahan
kimia.
e) Alat Pelindung Pernapasan
Fungsi dari alat pelindung pernapasan adalah melindungi
hidung / pernapasan dari debu dan gas atau bahan kimia.
Untuk tempat berdebu dipakai jenis RM. 706 sedangkan untuk
tempat yang mengandung gas berbahaya dipakai RQ. 100.
f) Kacamata Pengaman
Fungsi dari kacamata pengaman adalah melindungi mata
dari percikan benda halus, debu, panas, cahaya menyilaukan
dan bahan kimia.ntuk melindungi mata terhadap debu, uap,
dan cahaya yang menyilaukan. Kacamata pengaman ini dibagi
dua, yaitu warna bening dan warna gelap. Kacamata warna
bening digunakan untuk tukang bubut, gerinda, cetak logam,
cutting dies. Sedangkan, kacamata warna gelap digunakan oleh
petugas las.
g) Face Sheild (Pelindung Muka)
Fungsi dari pelindung muka ini adalah melindungi muka /
mata dari panas atau percikan timah. Face shield ini digunakan
pada waktu tapping dan pengelasan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
h) Apron
Fungsi dari apron adalah melindungi badan dari panas,
bahan kimia, atau percikan api. Apron ini digunakan untuk
pekerjaan tapping, rabbling, cutting dies, pengelasan
i) Pelindung Telinga
Melindungi telinga terhadap kebisingan dimana bila alat
tersebut tidak dipergunakan dapat menurunkan daya
pendengaran dan ketulian yang bersifat tetap. Pelindung
telinga yang diberikan adalah ear plug yang dapat mereduksi
bising sampai 25 dB(A) dan ear muff yang dapat mereduksi
bising sampai 45 dB(A).
j) Sabuk Pengaman (Safety Belt)
Sabuk pengaman diberikan pada tenaga kerja yang
melakukan tenaga kerjaan di atas ketinggian untuk mencegah
terjadinya bahaya terjatuh.
4. Penanganan Penyakit Akibat Kerja dan Kecelakaan Akibat Kerja
a. Penanganan Penyakit Akibat Kerja
Sejauh ini belum ditemukan adanya penyakit akibat kerja yang
terdapat di PT. Karyamitra Budisentosa. Penyakit yang biasanya diderita
tenaga kerja adalah penyakit umum. Apabila terjadi penyakit akibat kerja
maka biaya pengobatan menjadi tanggung jawab perusahaan.
Adapun 10 besar penyakit yang sering dikeluhkan atau diderita oleh
tenaga kerja menurut hasil laporan kunjungan ke poliklinik periode tahun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
2011 antara lain yaitu, flue, pharingitis, demam, diare, disentri, alergi,
ispa, gastritis, sakit gigi, dan gusi bengkak.
b. Penanganan Kecelakaan Akibat Kerja
Kecelakaan yang terjadi di PT. Karyamitra Budisentosa tergolong ke
dalam kecelakaan ringan sampai berat. Setiap kecelakaan harus segera
dilaporkan ke tim Hiperkes untuk mendapatkan perawatan dan
pengobatan biaya pengobatan terjadi kecelakaan akibat kerja seluruh
biaya perawatan ditanggung oleh Jamsostek.
5. Sistem Rujukan
a. Sistem Rujukan Terhadap Penyakit
Apabila dalam pemeriksaan ditemukan kelainan / gangguan
kesehatan pada tenaga kerja yang diduga sebagai akibat dari penyakit
akibat kerja maupun penyakit umum / menular, maka dokter akan
melakukan rujukan pemeriksaan ke rumah sakit. Hal ini dilakukan untuk
lebih memperjelas diagnosa penyakit secara dini agar dapat dilakukan
pengobatan kepada tenaga kerja yang bersangkutan.
Selama ini belum pernah terjadi penyakit yang serius pada tenaga
kerja. Pada umumnya tenaga kerja hanya mengeluhkan sakit kepala,
mual, flu, gastritis, dan disminore. Keluhan tersebut dapat sembuh
setelah diberikan obat oleh tenaga medis poliklinik. Adapun 10 besar
golongan penyakit umum yang sering dikeluhkan atau diderita oleh
tenaga kerja yaitu, flue, pharingitis, demam, diare, disentri, alergi, ispa,
gastritis, sakit gigi, gusi bengkak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
b. Sistem Rujukan Kecelakaan Kerja
Bila terjadi kecelakaan kerja, korban dibawa langsung ke poliklinik
untuk mendapatkan perawatan dari dokter perusahaann atau tenaga
paramedis. Apabila dokter atau tenaga peramedis tidak dapat
memberikan pertolongan maka korban akan langsung dibawa puskesmas
terdekat atau rumah sakit rujukan yang telah ditentukan oleh perusahaan.
Untuk merujuk sebelumnya melihat tingkat keparahan pasien, agar
penanganannya lebih maksimal. Adapun rumah sakit yang menjadi
rujukan antara lain yaitu : RSUD Saiful Anwar Malang, RSUD Pasuruan,
RSUD Bangil, RSUD Sidoharjo, dan RSUD Mitra Sehat Medika
Pandaan.
6. Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK)
Dalam rangka memberikan jaminan kesejahteraan serta ketenangan
kerja kepada tenaga kerja dan keluarganya yang diharapkan dapat
meningkatkan disiplin dan produktivitas tenaga kerja, PT. Karyamitra
Budisentosa telah mengikutsertakan semua tenaga kerja dalam program
wajib Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK) yang meliputi Jaminan
Kecelakaan Kerja (JKK) termasuk penyakit akibat hubungan kerja, Jaminan
Hari Tua (JHT) dan Jaminan Kematian (JKM). Sedangkan untuk program
Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) telah diselenggarakan sendiri oleh
perusahaan. Di samping program asuransi tersebut, perusahaan juga
mengasuransikan semua tenaga kerja, yang meliputi asuransi kematian
karena kecelakaan, asuransi kematian bukan karena kecelakaan, dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
asuransi ganti rugi atas akibat terjadinya kecelakaan yang mengakibatkan
cacat tubuh tenaga kerja.
Iuran untuk keikutsertaan tenaga kerja dalam program Jamsostek
menjadi tanggungan perusahaan, kecuali iuran untuk program Jaminan Hari
Tua (JHT) ditanggung bersama perusahaan dan tenaga kerja sesuai dengan
peraturan perundangan yang berlaku.
7. Biaya Medis
a. Biaya Pengobatan Rawat Jalan
Pengobatan rawat jalan tenaga kerja ditanggung oleh perusahaan.
Biaya pengobatan tenaga kerja yang berobat jalan di klinik adalah gratis
karena langsung berhubungan dengan pihak perusahaan. Untuk tenaga
kerja yang berobat jalan ke tempat lain atau rujukan, biaya akan diganti
oleh perusahaan berdasarkan standar obat generik yang tentunya melalui
beberapa proses.
Untuk mendapatkan penggantian biaya pengobatan, tenaga kerja
harus membawa kuitansi pembayaran berobat di tempat rujukan atau
tempat lain ke bagian poliklinik perusahaan, yang kemudian diserahkan
ke departemen HRD. Yang mana sebelumnya dilakukan koreksi terlabih
dahulu untuk seluruh kuitansi pembayaran tersebut oleh pihak / bagian
yang telah ditujuk perusahaan, berdasarkan standar obat generik. Yang
kemudian dikeluarkan surat penggantian pengobatan yang diserahkan ke
bagian administrasi PT. Karyamitra Budisentosa untuk mendapat
penggantian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
b. Biaya Pengobatan Rawat Inap
Biaya pengobatan rawat inap yang diberikan kepada tenaga kerja
disesuaikan berdasarkan golongannya.
8. Laporan Pelayanan Kesehatan Kerja
Laporan pelayanan kesehatan kerja di PT. Karyamitra Budisentosa yang
telah dibuat di poliklinik meliputi :
a. Laporan kunjungan pasien setiap hari serta laporan kecelakaan
(kecelakaan akibat kerja ataupun tidak)
b. Laporan harian akan dikumpulkan menjadi laporan mingguan.
c. Kemudian laporan mingguan akan dikumpulkan menjadi laporan
bulanan.
d. Laporan persediaan obat yang meliputi jenis obat dan jumlah obat yang
keluar serta sisa obat. Laporan ini digunakan sebagai dasar untuk
pembuatan permintaan pembelian obat untuk bulan berikutnya.
Laporan pelayanan kesehatan tenaga kerja tersebut disampaikan
kepada HRD, tepatnya departemen Medical Care.
B. PEMBAHASAN
Kesehatan kerja merupakan masalah terpenting dalam mencapai
produktivitas yang tinggi. Oleh karena itu PT. Karyamitra Budisentosa
memberikan upaya pelayanan kesehatan bagi tenaga kerja, sehingga sesuai
dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. PER-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
03/MEN/1982 tentang Pelayanan Kesehatan kerja dengan melaksanakan
program promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
1. Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Kerja
Pelayanan kesehatan kerja di PT. Karyamitra Budisentosa berfungsi
sebagai sarana perlindungan yang khususnya bagi tenaga kerja terhadap
berbagai gangguan kesehatan yang disebabkan oleh adanya faktor bahaya
dan potensi bahaya yang ada. Faktor bahaya bisa menyebabkan adanya
Penyakit Akibat Kerja (PAK), sedangkan Potensi Bahaya menyebabkan
terjadinya Kecelakaan
Pelayanan kesehatan kerja merupakan kewajiban perusahaan untuk
menyelenggarakannya. Yang mana penyelenggaraan pelayanan kesehatan
ini merupakan salah satu syarat keselamatan kerja yang diatur dalam
Undang – undang Nomor 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja serta
pasal 3 ayat 1 huruf (l) yang menyatakan bahwa syarat – syarat keselamatan
kerja yaitu untuk “memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban”,
dimana dalam pelaksanaannya diperlukan pengawasan khusus dari pihak
pengurus (perusahaan) seperti yang disebutkan dalam pasal 8 ayat 1, 2 dan 3
Undang – undang Nomor 1 tahun 1970. Serta untuk peraturan lebih lanjut
diatur oleh Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor
PER-03/MEN/1982 Tentang Pelayanan Kesehatan Kerja.
Kesehatan tenaga kerja merupakan sumber utama untuk mencapai
produktivitas yang tinggi. Dengan derajat kesehatan tenaga kerja yang tinggi
tersebut maka produktivitas perusahaan menjadi meningkat. Oleh karena itu,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
perusahaan perlu menyelenggarakan pelayanan kesehatan kerja bagi tenaga
kerja seperti tercantum dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi RI No. Per. 03/MEN/1982 tentang Pelayanan Kesehatan Kerja
pasal 3 ayat 2 yaitu bahwa pengurus wajib memberikan Pelayanan
Kesehatan Kerja sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan tehnologi.
Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. PER
03/MEN/1982 tentang Pelayanan Kesehatan Kerja tujuan pelayanan
kesehatan ada 4 yaitu memberikan bantuan kepada tenaga kerja dalam
penyesuaian diri baik fisik maupun mental terutama dalam penyesuaian
pekerjaan dengan tenaga kerja, melindungi tenaga kerja terhadap setiap
gangguan kesehatan yang timbul dari pekerjaan atau lingkungan kerja,
meningkatkan kesehatan badan, kondisi mental (rohani) dan kemampuan
fisik tenaga kerja serta memberikan pengobatan dan perawatan serta
rehabilitasi bagi tenaga kerja yang menderita sakit. Sehingga dapat
dikatakan bahwa tujuan pelayanan kesehatan di PT. Karyamitra Budisentosa
telah sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI
No. PER 03/MEN/1982.
Sesuai dengan peraturan tersebut PT. Karyamitra Budisentosa telah
menyelenggarakan pelayanan kesehatan kerja, dimana pengurus
mengadakan ikatan dengan dokter perusahaan. Salah satu wujud pelayanan
yang diberikan yaitu dengan menyelenggarakan poliklinik di lingkungan
perusahaan serta pengadaan sarana-sarana kesehatan yang diperlukan.
Selain itu dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan yang setinggi-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
tingginya yang sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi No.03/MEN/1982 pasal 2 (j) yang berbunyi “Membantu usaha
rehabilitasi akibat kecelakaan atau penyakit akibat kerja”, maka telah
diselenggarakan juga berbagai program kegiatan pelayanan kesehatan bagi
tenaga kerja yang tercakup dalam 12 tugas pokok pelayanan kesehatan
kerja, yang meliputi usaha-usaha promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif dengan cara pemberian informasi serta pemasangan poster-
poster mengenai kesehatan di semua unit kerja PT. Karyamitra Budisentosa.
a. Program Promotif, meliputi:
1) Penyuluhan umum
a) Safety Talk
PT. Karyamitra Budisentosa melaksanakan safety talk kepada
tenaga kerja setiap pagi sebelum pekerjaan dimulai, yang
disampaikan oleh tim safety. Hal tersebut bertujuan untuk
meningkatkan kesadaran tenaga kerja akan adanya faktor dan
potensi bahaya yang ada di lingkungan kerja.
b) Penyebaran informasi kesehatan
Tujuan dari penyebarluasan informasi kesehatan yang
dilakukan PT. Karyamitra Budisentosa adalah untuk
meningkatkan perhatian tenaga kerja tentang kesehatan.
Penyebarluasan informasi kesehatan melalui berbagai media
seperti, mading tentang wawasan kesehatan, spanduk – spanduk
kesehatan, poster serta buletin yang terbit setiap 1 bulan sekali.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
2) Pembinaan kesehatan kerja untuk tenaga kerja
Pembinaan kesehatan tenaga kerja yang dilakukan di PT.
Karyamitra Budisentosa dilakukan oleh tim poliklinik perusahaan.
Poliklinik melayani tenaga kerja yang berkonsultasi terhadap
kesehatannya setiap saat. Pemasangan poster dan artikel tentang
kesehatan di lingkungan kantor dan papan pengumuman sekitar area
produksi, serta di depan klinik yang sering dilalui tenaga kerja
bertujuan untuk meningkatkan perhatian tenaga kerja mengenai
kesehatan.
Konsultasi mengenai masalah kesehatan yang dilakukan setiap
saat ini diharapkan dapat membantu tenaga kerja dalam penyesuaian
diri terhadap risiko kesehatan yang mungkin dialami ketika
melakukan tenaga kerjaan. Hal ini sesuai dengan Permenaker
No.03/MEN1982 tentang Pelayanan Kesehatan Kerja Pasal 2 (e)
bahwa salah satu tugas pelayanan kesehatan adalah pembinaan dan
pengawasan kelengkapan untuk kesehatan tenaga kerja.
3) Pelatihan dan Pendidikan P3K
Pendidikan dan pelatihan P3K dilaksanakan PT. Karyamitra
Budisentosa setiap tahun. Setiap satuan kerja harus memberikan
perwakilan untuk mengikuti pelatihan ini. Peserta pelatihan ini
diperuntukkan bagi tenaga kerja yang pernah mengikuti pelatihan dan
yang sudah pernah mendapatkan pelatihan sebelumnya. Dengan
dilaksanakan training P3K setiap tahun, diharapkan tenaga kerja dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
siap untuk menghadapi bahaya kebakaran. Sebagai penguji
keberhasilan pelatihan P3K setiap tahun juga diadakan drill test yaitu
semacam simulasi bahaya kebakaran yang memadukan kerjasama
antara tim tanggap darurat, tim P3K, dan tim keamanan dari PT.
Karyamitra Budisentosa. Hal tersebut sudah sesuai dengan Peraturan
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. Per-03/MEN/1982
pasal 2 sub h yang menyatakan bahwa “Tugas pokok pelayanan
kesehatan kerja memberikan pendidikan Kesehatan untuk tenaga kerja
dan latihan untuk petugas Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan”.
b. Program Preventif, meliputi:
1) Peningkatan gizi tenaga kerja
a) Kantin
PT. Karyamitra Budisentosa belum menyediakan kantin
perusahaan yang menyediakan makanan untuk tenaga kerja,
karena tenaga kerja lebih menghendaki uang makan yang
digunakan untuk membeli makanan sendiri di luar perusahaan,
maka kantin ditutup. Tidak semua membeli diluar, tapi ada juga
tenaga kerja yang membawa bekal makanan sendiri dari rumah.
Maka dari itu tidak dapat dilakukan pengawasan khusus untuk
pemenuhan kebutuhan gizi tenaga kerja. Selain itu adapun
kelemahan dari pemberian uang makan tersebut yaitu
menimbulkan masalah baru berupa berupa gangguan kesehatan
khususnya pencernaan. Tenaga kerja banyak mengeluhkan sakit
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
diare, hal ini diakibatkan karena tenaga kerja beli makanan
diluar yang kebersihan makanannya tidak diperhatikan oleh
tenaga kerja. Serta pemenuhan tingkat kebutuhan kalori tenaga
kerja tiap harinya tidak dapat terpantau dengan baik.
Maka dari itu berdasarkan uraian diatas, mengenai
pemenuhan gizi kerja dengan pengadaan kantin belum sesuai
dengan SE Menteri Tenaga Kerja Transmigrasi dan Koperasi
No. SE. 01/MEN/1997 tentang Pengadaan Kantin Dan Ruang
Atau Tempat Makan. Akan tetapi tenaga kerja setiap satu
minggu sekali diberikan extra fooding berupa susu sebagai
upaya pemenuhan gizi kerja pada tenaga kerja.
b) Koperasi
Pengadaan koperasi di PT. Karyamitra Budisentosa telah
sesuai dengan Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan pasal 101 ayat 1 yaitu untuk meningkatkan
kesejahteraan tenaga kerja / buruh dibentuk koperasi tenaga
kerja / buruh dan usaha-usaha produktif di perusahaan.
2) Pengukuran faktor bahaya (hazard factor)
Penyelenggaraan pengukuran faktor bahaya di lingkungan
kerja yang dilakukan di PT. Karyamitra Budisentosa dilaksanakan
oleh Balai Hiperkes Surabaya untuk pengukuran kualitas
lingkungan kerja. Nilai ambang batas dari pengukuran faktor fisik
yang dilakukan telah disesuaikan dengan Peraturan Menteri Tenaga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
Kerja dan Transmigrasi No. PER-13/MEN/X/2011 tentang Nilai
Ambang Batas Faktor Fisik dan Faktor Kimia di Tempat Kerja.
3) Pemeriksaan kesehatan tenaga kerja
Sebagai pengurus diwajibkan melakukan pengawasan dalam
setiap kegiatan, yang berdasarkan Undang – undang Nomor 1
tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 8 ayat 1 yang
menyebutkan bahwa “pengurus diwajibkan memeriksakan
kesehatan badan, kondisi mental dan kemampuan fisik dari tenaga
kerja yang akan diterimanya maupun akan dipindahkan sesuai
dengan sifat – sifat pekerjaan yang diberikan padanya”.
Adapun macam pemeriksaan kesehatan tenaga kerja tersebut
telah tercantum dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrsi Nomor Per-02/MEN/1980 pasal 2 tentang tugas pokok
pelayanan kesehatan meliputi pemeriksaan kesehatan tenaga kerja
dalam penyelenggaraan keselamatan kerja yaitu meliputi
pemeriksaan kesehatan tenaga kerja sebelum bekerja, pemeriksaan
kesehatan berkala, dan pemeriksaan khusus. Di PT. Karyamitra
Budisentosa telah melakukan pemeriksaan kesehatan tenaga kerja
yang meliputi pemeriksaan kesehatan sebelum kerja, pemeriksaan
berkala, dan pemeriksaan khusus dengan biaya ditanggung oleh
perusahaan. Perusahaan juga melakukan pengobatan kecelakaan
kerja bagi tenaga kerja yang mengalami kecelakaan baik di internal
maupun eksternal perusahaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
a) Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Kerja
Pemeriksaan ini dilakukan terhadap semua calon tenaga
kerja yang akan diterima di PT. Karyamitra Budisentosa dengan
tujuan untuk mendapatkan tenaga kerja yang sehat baik jasmani
maupun rohani serta tidak menderita penyakit menular yang
dapat mengenai tenaga kerja lain. Pemeriksaan kesehatan awal
dilakukan oleh pihak poliklinik perusahaan.
Dengan adanya pemeriksaan kesehatan awal berarti PT.
Karyamitra Budisentosa telah memenuhi ketentuan yang
terdapat dalam Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja, yang tercantum dalam BAB IV Pasal 8 ayat
(1) yang menyatakan bahwa “Pengurus diwajibkan
memeriksakan kesehatan badan, kondisi mental dan kemampuan
fisik dari tenaga kerja yang akan diterimanya maupun akan
dipindahkan sesuai dengan sifat–sifat pekerjaan yang diberikan
padanya”.
Pelaksanaan pemeriksaan kesehatan sebelum kerja di PT.
Karyamitra Budisentosa juga telah sesuai dengan Peraturan
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER-
02/MEN/1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja
Dalam Penyelenggaraan Keselamatan Kerja pasal 2 ayat 1 yang
mana pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja ditujukan agar
tenaga kerja yang diterima dalam kondisi kesehatan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
setingi-tingginya, tidak mempunyai penyakit menular yang akan
mengenai tenaga kerja lainnya, dan cocok untuk pekerjaan yang
dilakukan sehingga keselamatan dan kesehatan tenaga kerja
yang bersangkutan dan tenaga kerja lain-lainnya yang dapat
dijamin.
b) Pemeriksaan Kesehatan Berkala
Pemeriksaaan kesehatan berkala menurut Peraturan Menteri
Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor Per-02/MEN/1980
tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja Dalam
Penyelenggaraan Keselamatan Kerja adalah pemeriksaan
kesehatan pada waktu – waktu tertentu terhadap tenaga kerja
yang dilakukan oleh dokter.
Pemeriksaan kerja berkala di PT. Karyamitra Budisentosa
dilakukan secara rutin setiap 1 tahun sekali oleh dokter
perusahaan. Permeriksaan tersebut bertujuan untuk
mempertahankan derajat kesehatan tenaga kerja dan untuk
mengetahui apakah tenaga kerja mempunyai penyakit menular
atau penyakit lain yang disebabkan oleh bahan kimia maupun
tidak. Dalam program ini perusahaan juga bekerja sama dengan
beberapa rumah sakit daerah setempat yang ditunjuk. Hasil
pemeriksaan ini disampaikan pada dokter perusahaan untuk
dianalisa, dan bila ada tenaga kerja yang diketahui mengidap
suatu penyakit atau ditemukan kelainan – kelainan terhadap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
kesehatan tenaga kerja maka akan dilakukan penanganan lebih
lanjut.
Adanya pemeriksaan berkala ini, maka perusahaan dapat
mengetahui sejauh mana pengaruh pekerjaan dan lingkungan
kerja terhadap kesehatan tenaga kerja. Dengan demikian
perusahaan dapat mengambil suatu tindakan atau kebijaksanaan
terhadap tenaga kerja yang mengalami gangguan kesehatan,
untuk dipindah ke bagian lain yang tidak membahayakan atau
dapat memperburuk kondisi kesehatannya.
Hal ini telah sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja
dan Transmigrasi Nomor PER-02/MEN/1980 tentang
Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja Dalam Penyelenggaraan
Keselamatan Kerja pasal 3 ayat 2 yaitu “semua perusahaan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat 2 tersebut diatas
harus melakukan pemeriksaan kesehatan berkala bagi tenaga
kerja sekurang – kurangnya 1 tahun sekali kecuali ditetapkan
oleh Direktur Jendral Pembinaan Hubungan Perburuhan dan
Perlindungan Tenaga Kerja.” Selain itu juga telah memenuhi
ketentuan pemerintah dalam Undang-undang No.1 Tahun 1970
tentang Keselamatan Kerja pasal 8 ayat (2) yang menyebutkan
bahwa “Pengurus diwajibkan memeriksakan semua tenaga kerja
yang berada dibawah pimpinannya, secara berkala pada dokter
yang ditunjuk oleh pengusaha dan dibenarkan oleh direktur”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
c) Pemeriksaan Kesehatan Khusus
Pemeriksaan ini ditujukan bagi tenaga kerja yang diketahui
atau diduga menderita penyakit tertentu dimana data yang
diperoleh diketahui melaui hasil Medical Check Up (MCU)
setiap 1 tahun sekali atau tenaga kerja yang mengalami
kecelakaan kerja. Pemeriksaan ini dilakukan oleh dokter
perusahaan di poliklinik dan untuk pemeriksaan lebih lanjut
pasien dirujuk ke rumah sakit atau ke dokter spesialis. Hal ini
dilakukan dengan tujuan supaya tenaga kerja sehat kembali
sehingga dapat bekerja kembali dan produktivitas meningkat.
Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan tenaga kerja
yang setinggi – tingginya supaya produktivitas tenaga kerja
menjadi optimal maka perusahaan juga melaksanakan berbagai
usaha – usaha kesehatan yang tidak hanya ditujukan untuk
pemeliharaan kesehatan fisik tetapi juga kesehatan mental dan
sosial. Hal ini terbukti dengan adanya kegiatan penyuluhan
kesehatan pada tenaga kerja, evaluasi lingkungan kerja,
perlindungan tenaga kerja dari bahaya dengan penyediaan APD
sesuai potensi bahaya yang ada, serta penyediaan tempat ibadah.
Untuk pemeriksaan kesehatan khusus yang dilakukan PT.
Karyamitra Budisentosa belum sepenuhnya sesuai dengan
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER-
02/MEN/1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
Dalam Penyelenggaraan Keselamatan Kerja pasal 5 ayat 2, yang
mana yaitu Pemeriksaan Kesehatan Khusus dilakukan pula
terhadap :
(1) Tenaga kerja yang telah mengalami kecelakaan atau
penyakit yang memerlukan perawatan yang lebih dari 2
(dua) minggu.
(2) Tenaga kerja yang berusia diatas 40 (empat puluh) tahun
atau tenaga kerja wanita dan tenaga kerja cacat, serta
tenaga kerja muda yang melakukan tenaga kerjaan
tertentu.
(3) Tenaga kerja yang terdapat dugaan – dugaan tertentu
mengenai gangguan – gangguan kesehatannya perlu
dilakuakan pemeriksaan khusus sesuai kebutuhan.
4) Penyediaan alat pelindung diri.
PT. Karyamitra budisentosa menyediakan APD secara gratis
kepada tenaga kerja sudah sesuai dengan syarat keselamatan kerja
dalam Undang – undang Nomor 1 tahun 1970 Bab III pasal 3 ayat
1 huruf (f) yang menyebutkan bahwa syarat – syarat keselamatan
kerja yaitu “memberi alat pelindung diri pada para pekerja”. Selain
itu juga sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi No. 01/MEN/1981 pasal 4 ayat 3 yaitu “Pengurus
wajib menyediakan secara cuma-cuma semua Alat Pelindung Diri
(APD) yang diwajibkan penggunaannya oleh tenaga kerja yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
berada di bawah pimpinannya untuk mencegah PAK (Penyakit
Akibat Kerja)". Akan tetapi petugas pelayanan kesehatan belum
sepenuhnya ikut serta dalam pemilihan APD yang sesuai untuk
tenaga kerja, sehingga belum sesuai dengan Peraturan Menteri
Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. Per-03/MEN/1982 pasal 2
sub i menyatakan bahwa “Tugas pokok pelayanan kesehatan kerja
memberikan nasehat mengenai pemilihan alat pelindung diri di
tempat kerja”.
Untuk pengadaan APD ini sesuai dengan Peraturan Menteri
Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. PER-08/MEN/VII/2010
tentang Alat Pelindung Diri. Namun dalam hal ini penyediaan Alat
Pelindung Diri (APD) bagi tenaga kerja yang berada di PT.
Karyamitra Budisentosa kurang lengkap, jadi masih ditemukan
tenaga kerja yang tidak mau memakai APD
5) Pencegahan Penyakit Menular
Melakukan isolasi sementara untuk tenaga kerja yang
mengalami gangguan penyakit menular, untuk dilakukan
pengobatan sampai benar-benar sembuh. Upaya isolasi tersebut
misalnya dengan pemberian libur / cuti selama masa penyembuhan.
b. Program Kuratif, yaitu penyembuhan atau pengobatan yang diberikan
kepada tenaga kerja PT. Karyamitra Budisentosa dengan
menggunakan pelayanan kesehatan rumah sakit. Dalam hal ini PT.
Karyamitra Budisentosa bekerja sama dengan beberapa rumah sakit
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
daerah setempat (diantaranya : RSUD Saiful Anwar Malang, RSUD
Pasuruan, RSUD Bangil, RSUD Sidoharjo, dan RSUD Mitra Sehat
Medika Pandaan).
c. Program Rehabilitatif, yaitu pemulihan kesehatan dengan fisioterapi
rehabilitasi medik, dan rekomendasi medik yang diberikan kepada
tenaga kerja PT. Karyamitra Budisentosa selama masa pemulihan
setelah sakit.
2. Tugas Pokok Pelayanan Kesehatan Kerja
Tugas – tugas pokok pelayanan kesehatan kerja ini dilakukan untuk
meningkatkan derajat kesehatan tenaga kerja, serta untuk mencegah
terjadinya kecelakaan kerja maupun penyakit akibat kerja serta penyakit
umum. Tugas – tugas pokok pelayanan kesehatan yang dilakukan PT.
Karyamitra Budisentosa belum sepenuhnya sesuai dengan Peraturan
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. PER-03/MEN/1982 tentang
Pelayanan Kesehatan Kerja pasal 2 (i), yaitu “Memberikan nasehat
mengenai perencanaan dan pembuatan tempat kerja, pemilihan alat
pelindung diri yang diperlukan dan gizi serta penyelenggaraan makanan di
tempat kerja”. karena ada beberapa tugas pokok pelayanan kesehatan kerja
yang belum dilaksanakan oleh pihak penyelenggara pelayanan kesehatan
yaitu poliklinik, antara lain :
a. Belum melakukan pembinaan dan pengawasan atas penyesuaian tenaga
kerjaan terhadap tenaga kerja
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
b. Belum memberikan nasehat mengenai perencanaan dan pembuatan
tempat kerja.
c. belum ikut serta sepenuhnya dalam penentuan atau pemilihan alat
pelindung diri yang digunakan di tempat kerja.
3. Sarana dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan
a. Poliklinik
PT. Karyamitra Budisentosa telah memiliki sebuah klinik yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan kerja selama 24 jam, serta
mengadakan kerjasama dengan klinik dan rumah sakit rujukan bagi
tenaga kerja dan keluarganya, sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga
Kerja dan Transmigrasi No 03/MEN/1982 tentang Pelayanan Kesehatan
Kerja pasal 3 ayat 2 yang berbunyi “Pengurus wajib memberikan
Pelayanan Kesehatan sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan
tehnologi”. Yang dilakukan perusahaan telah sesuai dengan Peraturan
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.03/MEN/1982 tentang
Pelayanan Kesehatan Kerja yaitu pasal 3 ayat 2. Penyediaan Poliklinik
di PT. Karyamitra Budisentosa sudah sesuai dengan Peraturan Menteri
Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. PER-03/MEN/1982 tentang
Pelayanan Kesehatan Tenaga Kerja pasal 2 sub e berisi “Pembinaan dan
pengawasan perlengkapan untuk kesehatan kerja”.
b. Tenaga Medis
Pelayanan kesehatan kerja di PT. Karyamitra Budisentosa
diselenggarakan oleh 2 orang dokter. Dokter perusahaan hanya datang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
setiap hari Senin, Selasa, Kamis dan Jumat pukul 11.00 – 13.00 WIB.
Tugas dokter tersebut dibantu oleh 7 tenaga paramedis yang selalu stand
by setiap jam kerja di klinik.
1) Dokter Perusahaan
Pelayanan kesehatan kerja diselenggarakan oleh dokter
perusahaan, hal ini telah sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga
Kerja dan Transmigrasi No. PER-03/MEN/1982 tentang Pelayanan
Kesehatan Kerja pasal 5 yaitu “penyelenggaraan pelayanan kesehatan
kerja dipimpin dan dijalankan oleh seorang dokter yang disetujui oleh
direktur.”
Dokter perusahaan di PT. Karyamitra Budisentosa sudah
mengikuti pelatihan Hiperkes, sehingga hal ini sesuai dengan
persyaratan yang tercantum dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja
dan Transmigrasi No. PER-01/MEN/1976 tentang Wajib Latihan
Hiperkes Bagi Dokter Perusahaan, pada pasal 1 yang berisi “Setiap
perusahaan diwajibkan untuk mengirimkan setiap dokter
perusahaannya untuk mendapatkan latihan dalam bidang higiene
perusahaan, kesehatan, dan keselamatan kerja”.
Tugas dokter perusahaan tidak hanya memeriksa dan mengobati
tenaga kerja yang sakit saja, tetapi juga melakukan promosi kesehatan,
melakukan upaya pencegahan penyakit akibat kerja dan kecelakaan
kerja, membantu pelatihan dan pendidikan P3K kepada tenaga kerja
dan menjadi penasehat tentang masalah kesehatan kepada tenaga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
kerja. Sehingga dengan tugas – tugasnya tersebut diharapkan
kesehatan tenaga kerja dapat meningkat.
2) Tenaga paramedis
Yang dimaksud tenaga paramedis menurut Peraturan Menteri
Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. PER-01/MEN/1979 tentang
Kewajiban Latihan Hiperkes dan Keselamatan Kerja Bagi Tenaga
Paramedis Perusahan adalah tenaga paramedis yang ditunjuk atau
ditugaskan untuk melaksanakan atau membantu penyelenggaraan
tugas – tugas Hiperkes dan Keselamatan Kerja di perusahaan atau
petunjuk dan bimbingan dokter perusahaan.
Tenaga paramedis di PT. Karyamitra Budisentosa belum semua
mendapatkan pelatihan Hiperkes dan Keselamatan Kerja, sehingga
belum sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi No. PER-01/MEN/1979 tentang Kewajiban Latihan
Hiperkes dan Keselamatan Kerja Bagi Tenaga Paramedis perusahaan.
Tenaga paramedis mempunyai tugas membantu dokter dalam hal
pemeriksaan kesehatan tenaga kerja, upaya pencegahan dan
pengendalian penyakit akibat kerja dan kecelakaan akibat kerja,
pelatihan dan pendidikan P3K dan memberikan pengobatan dan
perawatan serta memelihara dan menjaga peralatan, obat – obatan dan
fasilitas kesehatan dan juga membuat laporan untuk evaluasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
c. Kotak P3K
Kotak P3K di PT. Karyamitra Budisentosa terletak menyebar di
seluruh unit kerja, yang ditempatkan pada tempat-tempat yang dirasa
strategis agar tenaga kerja yang membutuhkan sewaktu-waktu dapat
langsung mengambil. Isi kotak P3K dipantau minimal setiap minggu.
Sebelum satu minggu apabila tenaga kerja melapor bahwa ada item dari
isi kotak P3K habis, maka akan segera dipenuhi. Akan tetapi, isi dari
pada kotak P3K tersebut tidak memenuhi sesuai dengan Lampiran II
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia
No: Per-15/MEN/VIII/2008 Tentang Pertolongan Pertama Pada
Kecelakaan. Ada beberapa item yang tidak ada seperti gunting, kantong
plastik bersih, senter dan pinset.
d. Tandu P3K
PT. Karyamitra Budisentosa menyediakan tandu P3K korban pada
tiap unit kerja untuk memberikan pertolongan gawat darurat jika terjadi
kecelakaan yang nantinya akan diberikan pengobatan di poliklinik atau
rumah sakit. Untuk penyediaan tandu P3K ini juga sudah sesuai dengan
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. Per-
03/MEN/1982 Pasal 2 sub e yang menyatakan bahwa “Tugas pokok
pelayanan kesehatan memberikan pembinaan dan pengawasan
perlengkapan untuk kesehatan tenaga kerja”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
e. Sarana Transportasi
Perusahaan menyediakan 1 unit mobil ambulance sebagai sarana
transportasi untuk evakuasi tenaga kerja yang mengalami masalah
kesehatan atau kecelakaan akibat kerja menuju poliklinik atau rumah
sakit rujukan, dan juga sebagai sarana untuk mengantar tenaga kerja yang
yang dipulangkan karena sakit, dan tidak mampu melanjutkan tenaga
kerjaannya.
Pengadaan mobil ambulance ini telah sesuai dengan Peraturan
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia No: Per-
15/MEN/VIII/2008 Tentang Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan di
Tempat Kerja pasal 11 sub b yang berisi “ alat evakuasi dan transportasi
yeng meliputi mobil ambulance atau kendaraan yang dapat digunakan
untuk pengangkutan korban” dan adanya tandu di dalam ambulance
memenuhi pasal 11 sub a yang berisi “alat evakuasi dan transportasi
meliputi tandu atau alat lain untuk memindahkan korban ke tempat yang
aman atau rujukan”.
f. Pengadaan Obat
Pengadaan obat – obatan di PT. Karyamitra Budisentosa dilakukan
oleh pelayanan kesehatan untuk menunjang pelaksanaan pengobatan
terhadap kecelakaan kerja maupun penyakit akibat kerja atau penyakit
umum. Penggunaan obat setiap hari selalu dicatat agar tidak terjadi
penyalahgunaan obat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
g. Kegiatan Pelayanan Kesehatan Kerja
1) Pelayanan Kesehatan Poliklinik
Pelayanan yang di berikan di poliklinik meliputi rawat jalan
tingkat pertama yang meliputi pertolongan pertama pada kecelakaan
kerja, konsultasi kesehatan, pelayanan obat, pengobatan terhadap
penyakit akibat umum maupun penyakit akibat kerja dengan tindakan
medis sederhana, serta pemberian rujukan berupa surat jaminan oleh
perawat maupun dokter untuk keperluan perawatan atau pengobatan di
rumah sakit, rawat laboratorium, dan lain-lain.
Untuk tenaga kerja yang menderita sakit atau mempunyai keluhan
yang bersifat ringan atau berat biasanya ditangani langsung oleh
dokter, kecuali dokter tidak ada ditangani oleh paramedis yang sedang
bertugas. Setiap kunjungan pasien di poliklinik dicatat untuk
kemudian dibuat laporan setiap minggu, hingga laporan bulanan yang
nantinya akan dilaporkan ke HRD yang selanjutnya dilaporkan ke
Depnaker. Laporan ini bersifat intern bagi perusahaan. Pelayanan
poliklinik dapat dinikmati oleh seluruh tenaga kerja karena poliklinik
buka 24 jam (selama ada proses kerja yang dilakukan oleh tenaga
kerja).
2) Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan
Tenaga kerja yang mengalami kecekaan kerja akan diberikan
pertolongan pertama agar kecelakaan atau luka yang diderita tidak
bertambah parah. Selain itu P3K juga berfungsi untuk menyelamatkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
jiwa korban, dan mempertahankan daya tahan sampai pertolongan
lebih lanjut apabila kecelakaan yang terjadi sangat parah. Petugas P3K
adalah petugas poliklinik dan juga dibantu oleh bagian security. Hal
tersebut telah sesuai dengan syarat keselamatan kerja yang tercantum
dalam Undang – undang Nomor 1 tahun 1970 pasal 3 ayat I huruf (e)
yang menyebutkan bahwa “syarat – syarat keselamatan kerja adalah
untuk memberi pertolongan pada kecelakaan”. Setiap petugas security
PT. Karyamitra Budisentosa diberikan training agar bisa melakukan
pertolongan pertama pada kecelakaan.
Adapun petugas pelaksanaan P3K di PT. Karyamitra Budisentosa
telah sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Republik Indonesia No: Per-15/MEN/VIII/2008 Tentang Pertolongan
Pertama Pada Kecelakaan pasal 1 poin 2 yang berbunyi “Petugas P3K
di tempat kerja adalah pekerja / buruh yang ditunjuk oleh pengurus /
pengusaha dan diserahi tugas tambahan untuk melaksanakan P3K di
tempat kerja”. pelayanan P3K ini juga sudah sesuai dengan Peraturan
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. Per-03/MEN/1982
Pasal 2 sub g yang menyatakan bahwa “Tugas pokok pelayanan
kesehatan kerja memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan”.
3) Upaya Perlindungan Bagi Tenaga Kerja
a) Monitoring dan Evaluasi Lingkungan Kerja
Monitoring lingkungan kerja yang dilakukan oleh PT.
Karyamitra Budisentosa yang meliputi faktor fisik, faktor kimia,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
faktor biologi, faktor psikologis sebagai upaya perlindungan tenaga
kerja terhadap faktor bahaya di lingkungan kerja yang dilakukan
secara periodik setiap 6 bulan sekali, serta monitoring lingkungan
kerja berupa monitoring kebersihan, penerangan serta perlengkapan
sarana dan prasarana seperti penyediaan air minum, air bersih, serta
saluran air. Untuk fasilitas seperti washtafel, kamar mandi, tempat
ibadah (mushola), kondisi fisik lingkungan beserta kebersihannya
yang dilakukan perusahaan sebulan sekali. Dan kemudian hasilnya
akan segera dilaporkan untuk segera dilakukan perbaikan. Hal ini
sudah sesuai dengan Peraturan Menteri Perburuhan No. 7 tahun
1964 tentang syarat-syarat kesehatan, kebersihan serta penerangan
serta Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per-
03/MEN/1982 tentang Pelayanan Kesehatan Pasal 2 (c) yang
menyatakan bahwa “Tugas pokok pelayanan kesehatan kerja
melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap lingkungan
kerja”. serta pasal 2 (d) bahwa tugas pelayanan kesehatan salah
satunya adalah “pembinaan dan pengawasan perlengkapan saniter”.
Penyelenggaraan pengukuran faktor bahaya di lingkungan
kerja yang dilakukan di PT. Karyamitra Budisentosa dilaksanakan
oleh Balai Hiperkes Surabaya untuk pengukuran kualitas
lingkungan kerja. Nilai ambang batas dari pengukuran faktor fisik
yang dilakukan telah disesuaikan dengan Peraturan Menteri Tenaga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
Kerja dan Transmigrasi No. PER-13/MEN/X/2011 tentang Nilai
Ambang Batas Faktor Fisik dan Faktor Kimia di Tempat Kerja.
4. Penanganan Penyakit Akibat Kerja dan Kecelakaan Akibat Kerja
a. Penanganan Penyakit Akibat Kerja
Dari laporan kunjungan klinik perusahaan menunjukkan angka yang
tertinggi pada penyakit flue, pharingitis, demam, diare, disentri, alergi,
ispa, gastritis, sakit gigi, gusi bengkak, dan penyakit lainnya. Namun,
hingga saaat ini pihak perusahaan belum memastikan apakah ini penyakit
akibat kerja atau bukan. Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi No.03/MEN/1982 tentang Pelayanan Kesehatan pasal 2 (f)
yang menyatakan bahwa salah satu tugas pokok pelayanan kesehatan
adalah “Pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit umum dan
penyakit akibat kerja”.
Penyakit akibat kerja disebabkan oleh faktor bahaya di lingkungan
kerja. Di PT. Karyamitra Budisentosa, terdapat banyak faktor bahaya
lingkungan yang kemungkinan dapat mengganggu kesehatan tenaga
kerja.
Iklim kerja / Suhu yang terlalu tinggi terutama pada bagian produksi
dapat menyebabkan heat stoke (pukulan panas), heat cramps (kejang
panas). Penerangan lampu yang buruk dapat menyebabkan kelainan pada
indera penglihatan atau kesilauan yang memudahkan terjadinya
kecelakaan. Kebisingan dapat menyebabkan tuli akibat kerja. Ketulian
dapat bersifat permanen maupun sementara. Sementara, debu dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
menyebabkan penyakit pneumoconiosis. Bahan kimia juga dapat
menyebabkan dermatosis pada kulit.
Sebagai upaya perlindungan terhadap tenaga kerja, selain pengukuran
lingkungan, pemeriksaan kesehatan tenaga kerja dan diagnosis penyakit
akibat kerja juga penting. Untuk mengetahui terjadi penyakit akibat kerja
ataukah tidak, diperlukan pemeriksaan kesehatan sesuai dengan
kebutuhan, seperti pemeriksaan rontgen paru untuk penyakit
pneumoconiosis dan pemeriksaan pendengaran untuk mengetahui
penyakit ketulian.
b. Penanganan Kecelakaan Akibat Kerja
Di PT. Karyamitra Budisentosa, pertolongan pertama pada
kecelakaan biasanya diberikan oleh tenaga paramedis atau orang yang
telah memiliki kecakapan untuk melaksanakan kegiatan Pertolongan
Pertama Pada Kecelakaan (P3K). Selain memberikan pertolongan
pertama pada kecelakaan, tenaga paramedis juga mengadakan training
setiap tahun yang diikuti oleh perwakilan setiap satuan kerja. Hal ini
berarti telah sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi No 03/MEN/1982 tentang Pelayanan Kesehatan pasal 2
(g) maka dapat diketahui bahwa salah satu tugas pelayanan kesehatan
adalah memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan kepada
tenaga kerja yang mengalami kecelakaan.
PT. Karyamitra Budisentosa memberikan pertolongan pertama pada
kecelakaan, perawatan dan pemberian pengobatan serta memberi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
rujukan ke rumah sakit luar jika dibutuhkan. Hal ini telah sesuai dengan
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.03/MEN/1982
tentang Pelayanan Kesehatan Kerja pasal 2 (j) bahwa tugas pelayanan
kesehatan adalah melakukan usaha rehabilitasi akibat kecelakaan atau
penyakit akibat kerja.
PT. Karyamitra Budisentosa telah melaksanakan pelaporan kepada
Depnaker jika terjadi kecelakaan kerja, sesuai dengan Peraturan
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.Per 03/MEN/1998 tentang
Tata Cara Pelaporan dan Pemeriksaan Kecelakaan, seperti tercantum
pada pasal 2 ayat 1 yang berbunyi “Pengurus atau pengusaha wajib
melaporkan tiap kecelakaan yang terjadi di tempat kerja yang
dipimpinnya”. Di pasal 4 ayat 1 juga menerangkan bahwa laporan ke
pihak Depnaker dilaksanakan maksimal 2X24 jam setelah terjadi
kecelakaan.
5. Sistem Rujukan
Dengan bekerja sama dengan klinik serta rumah sakit luar maka PT.
Karyamitra Budisentosa telah memperhatikan tenaga kerja dan keluarganya
jika memang suatu saat mengalami sakit yang mungkin membutuhkan
perawatan yang lebih intensif.
a) Sistem Rujukan Terhadap Penyakit Akibat Kerja
Pelayanan kesehatan kerja telah mempunyai sistem rujukan terhadap
penyakit, baik penyakit umum maupun penyakit akibat kerja yang
bertujuan untuk memperjelas diagnosa penyakit secara cepat dan tepat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
sedini mungkin sehingga kesehatan tenaga kerja akan cepat menjadi lebih
baik. Hal ini sesuai dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. KEP-
333/MEN/1989 tentang Diagnosis dan Pelaporan Penyakit Akibat Kerja
pasal 3 ayat 1 yaitu “diagnosis penyakit akibat kerja ditegagkan melalui
serangkaian pemeriksaan klinis dan pemeriksaaan kondisi pekerjaan serta
lingkungannya untuk membuktikan adanya hubungan sebab akibat antara
penyakit dan pekerjaannya”.
b) Sistem Rujukan Terhadap Kecelakaan Kerja
PT. Karyamitra Budisentosa telah mempunyai suatu prosedur untuk
menghadapi suatu kecelakaan. Apabila terjadi kecelakaan maka bagian
poliklinik akan memberikan pertolongan kepada korban. Hal ini telah
sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.
PER-03/MEN/1982 tentang Pelayanan Kesehatan Kerja pasal 2
mengenai tugas pokok pelayanan kesehatan kerja huruf (g) yaitu
pertolongan pertama pada kecelakaan. Selain itu, pelayanan kesehatan
kerja telah mempunyai sistem rujukan agar korban kecelakaan segera
mendapat pengobatan dan perawatan yang lebih baik di rumah sakit
rujukan dengan fasilitas yang lebih baik.
6. Jamsostek
Jaminan Sosial Tenaga Kerja merupakan program publik yang
memberikan perlindungan bagi tenaga kerja untuk mengatasi risiko sosial
ekonomi tertentu yang penyelenggaraannya menggunakan asuransi sosial.
Jamsostek dilandasi dengan filosofi kemandirian dan harga diri manusia
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
untuk mengatasi risiko sosial ekonomi. Kemandirian berarti tidak
tergantung orang lain dalam membiayai perawatan pada waktu sakit,
kehidupan di hari tua maupun keluarganya, bila meninggal dunia. Harga diri
berarti jaminan tersebut diperoleh sebagai hak dan bukan belas kasihan
orang lain, karena jaminan sosial merupakan hak tenaga kerja.
PT. Karyamitra Budisentosa telah mengikuti program Jamsostek dengan
mendaftarkan perusahaan sebagai peserta Jamsostek dan mendaftarkan
tenaga kerja dalam program Jamsostek berupa Jaminan Kecelakaan Kerja,
Jaminan Hari Tua dan Jaminan Kematian. Hal ini sesuai dengan Peraturan
Pemerintah No. 14 Tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Program
Jamsostek dalam pasal 2 ayat (3) yang menyebutkan bahwa perusahaan
wajib megikutsertakan tenaga kerja dalam program Jamsostek jika
mempekerjakan sedikitnya 10 orang dan membayar gaji tenaga kerja
sebesar Rp. 1.000.000,-/bulan dan dalam pasal 5 ayat (1) yang menyebutkan
tentang Kewajiban mendaftarkan tenaga kerja dan perusahaan dalam
Jamsostek.
Selain itu PT. Karyamitra Budisentosa juga telah memenuhi amanat
yang tercantum dalam Deklarasi Universal HAM PBB Tahun 1948 Pasal
25 yang menyebutkan bahwa setiap orang berhak mendapat perlindungan
akan hari tua, sakit, cacat, menganggur dan meninggal dunia serta dalam
Konvensi International Labour Organization (ILO) No. 102 Tahun 1952
tentang Standart minimum jaminan sosial yaitu tunjangan hari tua, sakit,
cacat, kematian, pengangguran dan pelayanan medis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
Berkaitan dengan program ini tanggung jawab perusahaan adalah
membayar iuran jaminan setiap bulan, memberikan data-data
ketenagakerjaan ke PT Jamsostek, mengurus hak-hak tenaga kerja, yang
sesuai dengan Undang-undang No.3 Tahun 1992 tentang Penyelenggaraan
Program Jamsostek. Sedangkan untuk penentuan besarnya jaminan dan
pembayarannya merupakan tanggung jawab dari PT. Jamsostek (Persero)
sebagai badan penyelenggara.
Dalam Undang-undang dan Peraturan Pemerintah tersebut juga
disebutkan bahwa untuk Program Jaminan Kesehatan sifatnya wajib, bagi
perusahaan yang telah memberikan jaminan kesehatan yang lebih baik maka
tidak perlu lagi mengikuti program JPK dari badan penyelenggara. Dengan
adanya hal tersebut maka penyelenggaraan Jaminan Pemeliharaan
Kesehatan telah dikelola sendiri oleh perusahaan.
Pemberian jaminan pemeliharaan kesehatan yang dilaksanakan PT.
Karyamitra Budisentosa telah sesuai standar yang ditentukan dalam
Peraturan Pemerintah tersebut. Jaminan yang diberikan meliputi
penggantian biaya untuk rawat jalan, paket rawat inap dan rawat khusus.
Besarnya jaminan yang diberikan ditentukan berdasarkan kelas tenaga kerja.
7. Biaya medis
Perusahaan telah memberikan berbagai fasilitas pembiayaan yang
berkenaan dengan biaya kesehatan, baik itu rawat jalan atau pengobatan
biasa, rawat inap serta biaya pengobatan khusus.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
8. Laporan Pelayanan Kesehatan Kerja
Dalam Peraturan Menteri Tenaga kerja dan Transmigrasi
No.3/MEN/1982 pada petunjuk pelaksanaan pelayanan kesehatan kerja
disebutkan bahwa perusahaan yang telah menyelenggarakan pelayanan
kesehatan kerja harus membuat laporan 1 bulan sekali kepada HRD, yang
meliputi kunjungan pasien (baru dan ulangan), diagnosis penyakit, penyakit
akibat kerja, dan kecelakaan kerja (Depnaker RI, 2001).
Berkaitan dengan hal tersebut, PT. Karyamitra Budisentosa telah
memenuhi ketentuan yang ditetapkan, terbukti dengan dibuatnya laporan
bulanan pelayanan kesehatan serta laporan kecelakaan yang setiap bulannya
oleh petugas poliklinik.
Dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per.
01/MEN/1981 tentang Kewajiban Melaporkan Penyakit Akibat Kerja
ditentukan bahwa pengurus wajib melaporkan secara tertulis setiap penyakit
akibat kerja yang ditemukan pada saat pemeriksaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan
Dari hasil penelitian yang dilaksanakan di PT. Karyamitra Budisentosa
maka dapat disimpulkan, antara lain sebagai berikut:
1. Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Kerja sesuai dengan Peraturan
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI. No. Per 03/MEN/1982 tentang
Pelayanan Kesehatan Kerja di PT. Karyamitra Budisentosa meliputi
program promotif, prefentif, kuratif, dan rehabilitatif.
a. Program Promotif, yaitu dengan pengadaan penyuluhan umum berupa
safety talk yang diadakan setiap pagi sebelum kerja dimulai mengenai
faktor dan potensi bahaya yang ada di lingkungan kerja, serta
penyebaran informasi kesehatan dengan pengadaan mading tentang
kesehatan, poster serta buletin kesehatan yang terbit setiap 1 bulan
sekali, pembinaan kesehatan yang dilakukan tim poliklinik, serta
pelatihan dan pendidikan P3K berupa training yang dilaksanakan setiap
1 tahun sekali.
b. Program Preventif, yaitu dengan peningkatan gizi tenaga kerja dengan
pemberian extrafooding berupa susu setiap 1 minggu sekali, akan tetapi
karena tidak adanya kantin maka pemantauan kecukupan gizi tenaga
kerja belum bisa dilakukan. Melakukan pengukuran faktor bahaya
(hazard factor) bekerjasama dengan pihak ketiga (Balai Hiperkes
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
Surabaya), pemeriksaan kesehatan kerja yang meliputi pemeriksaan
kesehatan kerja sebelum kerja, berkala dan khusus, penyediaan APD
serta pencegahan penyakit menular.
c. Program Kuratif : pemberian pengobatan kepada tenaga kerja yang
bekerjasama dengan rumah sakit umum daerah setempat dalam
pengobatan tenaga kerja..
d. Program Rehabilitatif : penyembuhan / pemulihan kesehatan tenaga
kerja dengan rehabilitasi medik dan rekomendasi medik yang
bekerjasama dengan rumah sakit umum daerah setempat selama
pemulihan tenaga kerja setelah sakit.
2. Pelaksanaan tugas pokok pelayanan kesehatan kerja PT. Karyamitra
Budisentosa ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan tenaga kerja,
sesuai dengan Permenker No. PER-03/MEN/1980 tentang Pelayanan
Kesehatan Kerja pasal 2. Akan tetapi belum sesuai dengan pasal 2 huruf i
karena belum dilakukan pembinaan dan pengawasan atas penyesuaian
pekerjaan terhadap tenaga kerja, belum memberikan nasehat mengenai
perencanaan dan pembuatan tempat kerja, dan belum ikut serta sepenuhnya
dalam penentuan atau pemilihan alat pelindung diri yang digunakan di
tempat kerja.
3. Sarana dan fasilitas yang mendukung penyelenggaraan pelayanan kesehatan
kerja di PT. Karyamitra Budisentosa berjalan lancar antara lain yaitu
a. Poliklinik yang buka pelayanan selama 24 jam setiap hari Senin sampai
Sabtu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
b. Tenaga kesehatan terdiri dari 2 dokter dan 7 tenaga paramedis. Dokter
perusahaan telah mengikuti pelatihan Hiperkes sesuai persyaratan dalam
Permenaker No. PER-01/MEN/1976 tentang Wajib Latihan Hiperkes
Bagi Dokter Perusahaan. Belum semua tenaga paramedisnya mendapat
pelatihan Hiperkes, sehingga belum sesuai persyaratan dalam
Permnakertrans No. PER-01/MEN/1979 tentang Wajib Latihan Hiperkes
dan Keselamatan Kerja Bagi Tenaga Paramedis perusahaan.
c. Kotak P3K diletakkan menyebar di seluruh unit kerja yang ditempatkan
pada area yang strategis dan isinya dipantau minimal 1 minggu sekali.
Penyediaan kotak P3K sesuai dengan Permenakertrans RI No. Per-
15/MEN/VIII/2008 tentang Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan, untuk
pengisian kelengkapan kotak P3K belum sesuai dengan yang tercantum
dalam lampiran II Permenakertrans RI No. Per-15/MEN/VIII/2008
karena tidak adanya beberapa item antara lain, seperti gunting, kantong
plastik bersih, senter dan pinset.
d. Tandu P3K yang digunakan sebagai sarana evakuasi / pemindahan
korban serta alat transportasi dengan pengadaan ambulance di PT.
Karyamitra Budisentosa sesuai dengan Permenakertrans RI No. Per-
15/MEN/VIII/2008 tentang Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan pasal
11 sub a dan b, karena adanya alat evakuasi dan transportasi meliputi
tandu atau alat lain serta ambulance atau kendaraan lain yang dapat
digunakan untuk memindahkan atau mengangkut korban ke tempat yang
aman atau rujukan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
e. Pengadaan obat dilakukan oleh tim pelayanan kesehatan poliklinik, yang
mana setiap penggunaan / pengeluaran obat selalu dicatat untuk dibuat
laporan bulanan agar tidak terjadi penyalahgunaan obat.
f. Kegiatan pelayanan kesehatan kerja.
1) Pelayanan kesehatan kerja poliklinik, meliputi rawat jalan tingkat
pertama yang meliputi pertolongan pertama pada kecelakaan kerja,
konsultasi kesehatan, pelayanan obat, pengobatan terhadap penyakit
umum maupun penyakit akibat kerja dengan tindakan medis
sederhana, serta pemberian rujukan untuk keperluan perawatan /
pengobatan di rumah sakit, atau rawat laboratorium.
2) Sesuai dengan undang-undang nomor 1 tahun 1970 pasal 3 ayat 1 (e)
yang menyebutkan bahwa syarat-syarat keselamatan kerja untuk
memberi pertolongan pada kecelakaan. P3K, ditujukan pada tenaga
kerja yang mengalami kecelakaan kerja ataupun sakit untuk
menyelamatkan jiwa korban dan mempertahankan sampai adanya
pertolongan lebih lanjut. P3K dilakukan oleh petugas P3K yang terdiri
dari petugas poliklinik yang dibantu oleh petugas security.
3) Upaya perlindungan bagi tenaga kerja, sudah sesuai dengan Menteri
Perburuhan No. 7 tahun 1964 tentang syarat-syarat kesehatan,
kebersihan serta penerangan serta Permenaker No.03/MEN/1982
tentang Pelayanan Kesehatan Pasal 2 (c) yang menyatakan bahwa
salah satu tugas pokok pelayanan kesehatan adalah melakukan
“pembinaan dan pengawasan terhadap lingkungan kerja”, yakni
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
dengan melakukan monitoring dan evaluasi lingkungan kerja yang
dilakukan pihak perusahaan secara periodik di lingkungan kerja
4. Penanganan PAK dan KAK
a. Untuk penanganan terhadap penyakit akibat kerja PT. Karyamitra
Budisentosa telah sesuai dengan Permenakertrans No.03/MEN/1982
tentang Pelayanan Kesehatan pasal 2 (f) yang menyatakan bahwa salah
satu tugas pokok pelayanan kesehatan adalah “Pencegahan dan
pengobatan terhadap penyakit umum dan penyakit akibat kerja”, yakni
dengan melakukan upaya perlindungan berupa monitoring lingkungan,
pemeriksaan kesehatan tenaga kerja dan diagnosis penyakit.
b. Untuk penanganan terhadap Kecelakaan akibat kerja PT. Karyamitra
Budisentosa juga telah sesuai dengan Permenakertrans No 03/MEN/1982
tentang Pelayanan Kesehatan pasal 2 (g), yakni dengan memberikan
P3K, perawatan dan pemberian pengobatan serta memberi rujukan ke
rumah sakit daerah setempat.
5. Sistem rujukan berupa sistem rujukan terhadap penyakit akibat kerja dan
sistem rujukan terhadap kecelakaan kerja. Rujukan ditujukan untuk
memperjelas diagnosa penyakit lebih lanjut, sesuai dengan Kepmenaker
No. KEP-333/MEN/1989 tentang Diagnosis penyakit akibat kerja pasal 3
ayat 1, yakni dengan melakukan pemeriksaan klinis dan pemeriksaan
kondisi pekerjaan serta lingkungannya untuk menentukan hubungan sebab
akibat antara penyakit dan pekerjaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
6. Jamsostek
PT. Karyamitra Budisentosa telah mengikuti program Jamsostek dengan
mendaftarkan perusahaan sebagai peserta Jamsostek dan mendaftarkan
tenaga kerja dalam program Jamsostek berupa jaminan kecelakaan kerja,
jaminan hari tua dan jaminan kematian. Hal ini sesuai dengan Peraturan
Pemerintah No. 14 Tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Programn
Jamsostek
7. Keringanan biaya medis telah diberikan kepada tenaga kerja berupa biaya
pengobatan biasa atau biaya rawat jalan serta biaya rawat inap.
8. Laporan yang dibuat setiap bulan oleh poliklinik PT. Karyamitra
Budisentosa sesuai dengan Permenakertrans No. PER-01/Men/1981
tentang Kewajiban Melaporkan Penyakit Akibat Kerja ditentukan bahwa
pengurus wajib melaporkan secara tertulis setiap penyakit akibat kerja
yang ditemukan pada saat pemeriksaan. Untuk pelaporan ini juga sesuai
dengan Permenakertrans No. PER-03/MEN/1982 tentang Pelayanan
Kesehatan pasal 7 ayat 1.
B. Implikasi
Secara umum pelayanan kesehatan kerja sebagai upaya untuk
meningkatkan derajat kesehatan tenaga kerja di PT. Karyamitra Budisentosa
telah terprogram dan berjalan dengan baik. Tetapi belum sepenuhnya sesuai
tujuan dalam Permenaker No. PER-03/MEN/1982 tentang Pelayanan
Kesehatan Kerja. Berbagai kegiatan telah dilakukan untuk meningkatkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
derajat kesehatan tenaga kerja diantaranya : pendidikan dan pelatihan P3K,
penyebarluasan informasi kesehatan, peningkatan gizi tenaga kerja,
pemeriksaan kesehatan tenaga kerja, pemberian alat pelindung diri,
pengawasan terhadap lingkungan kerja dan pengobatan terhadap penyakit
maupun kecelakaan kerja yang ditunjang dengan sarana dan fasilitas kesehatan
kerja, catatan pelayanan kesehatan kerja, sistem rujukan serta penyelenggaraan
Jamsostek. Adanya program – program kesehatan serta sarana dan fasilitas
tersebut akan menimbulkan dampak positif yaitu meningkatkan derajat
kesehatan dan produktivitas tenaga kerja. Begitu juga sebaliknya, jika
pelayanan kesehatan yang diberikan oleh perusahaan bagi tenaga kerja kurang
memadai maka akan berakibat menurunnya derajat kesehatan tenaga kerja dan
pada akhirnya akan menurunkan produktivitas tenaga kerja tersebu.t
C. Saran
Berdasarkan hasil pembahasan, simpulan dan implikasi yang disebutkan di
atas maka saran yang dapat penulis sampaikan antara lain :
1. Untuk pemantauan kecukupan gizi tenaga kerja sebaiknya PT. Karyamitra
Budisentosa mendirikan kantin untuk tenaga kerja agar kecukupan gizi
dapat dipantau dan ditingkatkan sehingga derajat kesehatan tenaga kerja
juga meningkat. Serta dilakukan pengukuran pemenuhan kebutuhan kalori
terhadap tenaga kerja setiap harinya.
2. Perlunya peningkatan kualitas tenaga medis dengan mengikutsertakan
seluruh tenaga paramedis untuk mengikuti pelatihan Hiperkes sesuai yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
dipersyaratkan dalam dalam Permnakertrans No. PER-01/MEN/1979
tentang Kewajiban Latihan Hiperkes dan Keselamatan Kerja Bagi Tenaga
Paramedis perusahaan.
3. Sebaiknya Dokter perusahaan melakukan diagnosis penyakit akibat kerja
untuk mengetahui hubungan antara penyakit tenaga kerja dengan pekerjaan
yang dilakukan di tempat kerja
4. Sebaiknya dilakukan kelengkapan dalam isi kotak P3K sesuai dengan yang
dipersyaratkan dalam lampiran II Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi RI No. Per-15/MEN/VIII/2008 tentang Pertolongan Pertama
Pada Kecelakaan.
5. Untuk program – program kesehatan kerja PT. Karyamitra Budisentosa
seperti pengadaan seminar ataupun training kepada tenaga kerja lebih
ditingkatkan dengan cara mengintensifkan pelaksanaannya secara rutin dan
terjadwal.