IMPLEMENTASI PROGRAM DINAMIKA KELOMPOK TERHADA...
Transcript of IMPLEMENTASI PROGRAM DINAMIKA KELOMPOK TERHADA...
IMPLEMENTASI PROGRAM DINAMIKAKELOMPOK TERHADA LANJUT USIA DI PANTI
SOSIAL TRESNA WERDHA (PSTW) BUDI MULIA 1CIPAYUNG JAKARTA TIMUR
SkripsiDiajukan kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan MemperolehGelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
ISNANIYAH
1110054100011
PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H / 2014 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk
memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli
saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya
bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Ciputat,10 Oktober 2014
Isnaniyah
i
ABSTRAKIsnaniyah
Implementasi Program Dinamika Kelompok Terhadap Lanjut Usia di PantiSosial Tresna Werdha Budi Mulia 1 Cipayung Jakarta Timur
Ketika seseorang sudah mencapai usia tua dan mengalami beragamperubahan seperti adanya penurunan kapasitas mental, perubahan peran, sertafungsi-fungsi tubuhnya yang tidak dapat lagi berfungsi dengan baik, makalanjut usia (lansia) memerlukan perhatian dari semua pihak. Keberadaan lanjutusia yang terus menerus meningkat juga dapat menimbulkan permasalahanyang akan mempengaruhi orang lain. Sehingga membuat mereka sulitberinteraksi satu dengan yang lainnya. Sejalan dengan usianya yang sudah tuakemampuan organ tubuh pun cenderung menurun, salah paham, cemburusosial, mudah tersinggung dan tidak nyaman dengan kondisinya saat inimerupakan permasalahan yang sering di alami lanjut usia khususnya di PantiSosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 1 Cipayung Jakarta Timur. Dalammengatasi permasalahan lansia PSTW Budi Mulia 1 memiliki suatu programkegiatan yang disebut dengan dinamika kelompok. Dinamika kelompokdiberikan untuk membantu perkembangan lansia, agar lansia mampumengembangkan potensi diri secara berkelompok, dapat mengenal danberinteraksi satu sama lain dalam kerangka kerjasama, serta memiliki inisiatifkepemimpinan melalui media permainan dalam kelompok.
Penelitian ini merumuskan beberapa masalah yaitu Bagaimanaimplementasi program dinamika kelompok terhadap lansia di Panti SosialTresna Werdha Budi Mulia 1 Cipayung Jakarta Timur? Dan perubahan apa sajayang dirasakan oleh lanjut usia dari program dinamika kelompok yang telahdiberikan oleh Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia dilihat dariaspek biologis, psikologis, sosial dan spiritual. Pada penelitian ini penelitimenggunakan pendekaan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Teknikpengumpulan data dilakukan dengan serangkaian observasi, wawancara dandokumentasi. Prosedur pemilihan informan ini adalah purposive sampling,adapun informan dalam penelitian ini berjumlah 13 orang yaitu 1 pekerjasosial, 2 psikolog dan 4 orang warga binaan sosial (WBS) di Panti SosialTresna Werdha Budi Mulia 1 Cipayung Jakarta Timur.
Dari hasil penelitian ditemukan bahwa program kegitan dinamikakelompok, sehubungan dengan pengembangan diri yang diberikan untuk lansiadi Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 1 sejak setahun terakhir inimenunjukan perkembangan yang sangat baik. Dalam program dinamikakeompok ini juga dapat membuat para WBS memiliki tambahan aktivitas,adanya interaksi dan mau bersosialisasi dengan teman-temannya.
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Alhamdulillah, Segala puja dan puji senantiasa penulis panjatkan atas
segala karunia Allah SWT, yang telah menciptakan makhluk-Nya dengan penuh
cinta dan kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi
ini. Sholawat serta salam semoga tercurahkan kepada junjungan besar kita yakni
Nabi Muhammad SAW, para keluarga yang suci, para sahabatnya yang mulia
serta para umatnya yang isnya Allah hingga kini terus mencintainya.
Dalam penulisan skipsi ini penulis masih merasa banyak kekurangan-
kekurangan baik pada teknik penulisan maupun materi, mengingat akan
kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak
sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan skripsi ini.
Dalam penulisan skripsi ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih
banyak kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan skripsi ini,
khususnya kepada:
1. Bapak Dr. H. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi. Bapak Dr. Suparto, M.Ed Ps.D, MA selaku Pudek I,
Bapak Dr. Jumroni, M.Si, MA selaku pudek II, dan Bapak Dr. H.
Sunandar, MA selaku Pudek III. Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi.
2. Ibu Siti Napsiyah, MSW, selaku Ketua Program Studi Kesejahteraan
Sosial sekaligus sebagai Dosen Pembimbing skripsi yang telah
meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk membimbing dan
mengarahkan penulis dalam rangka menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
3. Bapak Ahmad Zaky, M. Si, selaku Sekretaris Program Studi Kesejahteraan
Sosial dan juga selaku Pembimbing Akademik angkatan 2010 yang telah
meluangkan dan mengorbankan waktunya untuk memberi perhatian,
iii
bimbingan, arahan, kritik dan saran yang bermanfaat serta motivasi yang
sangat besar kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Para dosen Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, khususnya kepada Bapak/Ibu Dosen Program Studi
Kesejahteraan Sosial yang telah memberikan sumbangan wawasan
keilmuan dan membimbing penulis selama melaksanakan perkuliahan di
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Bapak Akmal Towe M. Si, selaku ketua PSTW Budi Mulia 1 yang telah
memberikan izin untuk melakukan penelitian skripsi dan telah banyak
membantu dalam proses penelitian.
6. Ibu Siti Fatonah S. Sos, selaku Pekerja Sosial di PSTW Budi Mulia 1
yang telah banyak membantu penulis dalam mencari informasi dan data-
data saat melakukan penelitian mengenai judul yang terkait dengan skripsi
penulis.
7. Ibu Siti Masitoh, M. Psi. dan Ibu Rika Fitriyana, M. Psi. selaku psikolog di
Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1 yang telah membantu penulis
dalam mencari data terkait dengan skripsi penulis.
8. Terimakasih kepada Staff-Staff dan Tenaga Pelayanan Sosial (TPS) yang
turut membatu penulis dalam mencari informasi dan selalu memberikan
doa serta dukungannya.
9. Terimakasih kepada kedua orangtuaku tercinta, Bapak Akhyar dan Ibu Siti
Aisyah, yang penuh kasih sayang serta perhatiannya untuk memberikan
dorongan moril dan materil, serta doa yang senantiasa dipanjatkan demi
kesuksesan dan tercapainya cita-cita putrinya. Semoga kelak penulis dapat
membahagiakan kalian.. Amiin
10. Untuk kakak dan adikku, Nur Fajriyah, S. Pdi dan Arief Rachman,
terimakasih karena selalu mendoakan dan memberikan semangat kepada
penulis.
iv
11. Robby Sanjaya, seseorang yang selalu setia dan sabar menemani penulis
dimanapun dan kapanpun dalam penelitianku. Terimakasih atas do’a dan
dukungan serta selalu memberikan semangat yang luar biasa hingga saat
ini.
12. Teman-Teman terbaiku, Fifi Nurmaghfirah Ika Nurjayanti, Siti Jumartina,
Pipit Febriyanti, Putera Mahesa, Dysa Restiani, Bani Fauziyyah Jehan,
Ulfah Andriani dan Shabrina Dwi Pitarini Putri, Terimakasih atas doa,
motivasi, semangat, serta saran yang tidak henti-hentinya mereka berikan
untuk penulis, terimakasih karena kalian selalu ikhlas menemani penulis
disaat mulai mengalami kebingungan dan kegalauan dalam menyelesaikan
skripsi.
13. Teman-teman Praktikum 1, Prapti Anggorowati, Noviani Muslikhah, Lusi
Melani dan Hafidz yang juga selalu memberikan dukungan dan motivasi
untuk penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
14. Serta teman-teman senasib dan seperjuangan di Jurusan Kesejahteraan
Sosial Angkatan 2010 yang lain, atas dukungan, semangat dan juga
kesempatan menjadi rekan seperjuangan sejak awal masa perkuliahan
hingga akhir masa penulisan skripsi ini. Kalian Luar Biasa..
15. Sahabat-sahabat terbaiku.. Endah Purnamasari, Presia Angelika, Ristha
Indah Angelawati, Sabila Paramadina, Fitri Widiantari, dan Siti Sarah
terimakasih kalian telah hadir dalam hidupku, kalian adalah Inspirasi
bagiku mengingatkanku disaat aku lupa, selalu memberikan semangat
buatku, dan yang selalu mendo’akanku.
16. Teman-teman KPI dan Jurnalistik 2010, Aridiyat Ningrum, Noor Aisyah,
Eva Damayanti, Amanda, Alvionita Jayyusarah, Isye Naysila dan teman-
teman seperjuangan di FIDKOM tidak bisa saya sebutkan satu persatu.
v
Penulis tidak mempu memberikan balasan apa-apa atas segala jasa yang
diberikan, dan hanya mampu menyampaikan terima kasih yang setulus-tulusnya
dengan iringan do’a semoga segala pengorbanan dan bantuan dari semua pihak
dapat dicatat sebagai amal ibadah di sisi Allah SWT. Penulis berharap semoga
karya ini mampu memberikan manfaat, baik bagi penulis, mahasiswa
kesejahteraan sosial juga pembaca lainya.
Jakarta , 10 Oktober 2014
Penulis
Isnaniyah
vi
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii
DAFTAR ISI...................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL……………………………………………………………. ix
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1
B. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah ........................ 8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................ 8
D. Metodelogi Penelitian ............................................................... 10
E. Tinjauan Pustaka ...................................................................... 17
F. Sistematika Penulisan ............................................................... 19
BAB II : LANDASAN TEORI
A. Pengertian Implementasi Program ............................................ 21
B. Dinamika Kelompok
1. Pengertian Dinamika........................................................... 22
2. Pengertian Kelompok.......................................................... 22
3. Jenis-Jenis Kelompok ......................................................... 30
C. Pengertian Dinamika Kelompok
1. Pengertian Dinamika Kelompok......................................... 32
2. Manfaat Dinamika Kelompok............................................. 34
3. Proses Dinamika Kelompok………………………………. 36
vii
4. Peran Pekerja Sosial…………………………………….. .. 42
5. Prinsip-prinsip Praktek Pekerja Sosial
dengan Orang Tua…………………………………………. 43
D. Lanjut Usia
1. Pengertian Lanjut Usia…………………..……………….. 43
2. Kebutuhan Lanjut Usia…………………..………………. 45
BAB III : PROFIL LEMBAGA
A. Latar Belakang Berdirinya PSTW Budi Mulia 1 ...................... 47
B. Visi, Misi dan Tujan.................................................................. 48
C. Falsafah Lembaga…………………………………………….. 49
D. Struktur Organisasi…………………………………………… 50
E. Jagkauan Layanan……………………………………………... 51
F. Sarana dan Prasarana Lembaga………………………………. 52
G. Kemitraan dengan Pihak Luar………………………………… 54
H. Sumber Daya Manusia………………………………………… 55
I. Program………………………………………………………. 57
BAB VI : TEMUAN DAN ANALISA
A. Implementasi Program Dinamika Kelompok Terhadap Lansia
di PSTW Budi Mulia 1 Cipayung……………………………. . 59
B. Perubahan yang didapatkan lanjut usia dari implementasi dinamika
kelompok yang telah diberikan oleh Panti Sosial Tresna Werdha
(PSTW) Budi Mulia di lihat dari aspek biologis, psikologis, sosial,
dan spiritual…………................................................................. 77
viii
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................... 97
B. Saran.......................................................................................... 98
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 100
LAMPIRAN-LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Rancangan Informan……………………………………........... 13
Tabel 2. Struktur Organisasi Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW)
Budi Mulia 1……………………………………………......... 50
Tabel 3. Staff Yang Terlibat Dalam Pelaksanaan Dinamika Kelompok
di PSTW Budi Mulia 1………………………………………. 61
Tabel 4. WBS yang Mengikuti Kegiatan Dinamika Kelompok……….. 77
Tabel 5. Perubahan Aspek Biosikososial Spiritual…..………………. 92
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Lanjut usia (lansia) merupakan suatu fase normal dari tahap-tahap
perkembangan manusia. Sesungguhnya lansia merupakan proses dan
perjalanan hidup secara alami. Semua orang akan mengalami proses menjadi
tua. Selain itu lanjut usia juga memiliki masalah terhadap kesehatan,
kehilangan pengalaman antar pribadi, kehilangan status dan peranan sosial.
Proses menjadi tua menghadapkan orang pada salah satu tugas kehidupan
yang paling sulit dalam perkembangan hidup manusia. Oleh sebab itu lanjut
usia sering kali dihadapkan berbagai masalah yang kompleks yang
memerlukan pertolongan dan pelayanan sosial yang memadai.1 Menjadi tua
umumnya dipandang sebagai proses penurunan total. Kemampuan
pemahaman pada lanjut usia tidak lagi dapat mengembangkan potensi dalam
dirinya sampai ke taraf yang dibutuhkan untuk menghadapi tuntutan sosial
secara memadai.
Menurut seorang ahli psikologi dari Universitas Washington yakni
Jack Botwinick, lanjut usia mengalami penurunan kemampuan dalam
beberapa hal, misalnya menurunnya kecepatan di mana hilangnya sel-sel pada
sumsum tulang belakang yang memperlambat gerak refleks. Seseorang yang
berusia 80 tahun berjalan lebih lambat dibandingkan masa mudanya.
Penurunan yang kedua terjadi ialah melambatnya proses berfikir. Orang tua
1Kementerian Sosial RI, “Modul Diklat Dasar Pekerjaan Sosial Dengan Lanjut Usia”(Badan Pendidikan dan Penelitian Kesejahteraan Sosial Balai Besar Pendidikan dan PelatihanKesejahteraan Sosial (BBPPKS): Bandung) h. 42.
2
yang sehat tidak akan kehilangan kemampuan memberikan pertimbangan dan
berfikir abstrak.2
Elizabeth B. Hurlock menggambarkan secara umum kondisi lanjut usia
yaitu keadaan fisik lemah dan tak berdaya sehingga harus tergantung pada
orang lain, status ekonominya juga sangat terancam sehingga harus melakukan
perubahan besar dalam pola hidupnya untuk menentukan kondisi hidup yang
sesuai dengan perubahan status ekonomi dan fisik, lanjut usia juga
mengembangkan kegiatan baru untuk mengisi waktu luang yang semakin
bertambah, belajar untuk memperlakukan anak yang sudah besar sebagai
orang dewasa. Dan merasakan kebahagian dari aktivitas yang sesuai dengan
lanjut usia menganti aktivitas yang lama dengan yang cocok.3 Para lanjut usia
seharusnya mendapatkan tempat di mata masyarakat, dihormati dan
dibahagiakan. Namun pada kenyataannya, para lanjut usia tidak semuanya
dapat tinggal di lingkungan keluarganya dan beberapa lanjut usia ada yang
terlantar.
Dalam ajaran Islam juga sudah dijelaskan bahwa setiap manusia akan
mengalami perubahan hidup, dari keadaan yang lemah menjadi kuat, setelah
kuat akan kembali menjadi lemah. Sebagaimana yang tercantum dalam Q.S
Ar-Rum 30 ayat 54:
2 Dedy Kurniawan Halim, Psikologi Lingkungan Perkotaan, (Jakarta: PT Bumi Aksara,2008) h. 155.
3 Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan (Jakarta: Erlangga, 1984) h. 387.
3
Artinya :
“Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudianDia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat,kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) danberuban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah YangMaha Mengetahui lagi Maha Kuasa.” (Q.S Ar-Rum 30 ayat 54)
Dalam ayat ini menjelaskan setiap manusia akan mengalami proses
kehidupan, dari masa bayi, masa awal anak-anak, masa akhir anak-anak, masa
remaja, masa dewasa, hingga masa lanjut usia. Agama Islam memperlakukan
dengan baik para lanjut usia dan mengajarkan metode supaya keberadaan
mereka tidak dianggap sia-sia dan tak bernilai oleh masyarakat. “Dukungan
terhadap para lansia dan penghormatan terhadap mereka adalah hal yang
ditekankan dalam Islam. Nabi Muhammad Saw bersabda, penghormatan
terhadap para lansia muslim adalah ketundukan kepada Tuhan Yang Maha
Esa. Beliau mengegaskan, berkah dan kebaikan abadi bersama para lanjut usia
kalian.”4
Berdasarkan laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa 2011, pada tahun
2000-2005 Usia Harapan Hidup (UHH) adalah 66,4 tahun (dengan persentase
populasi lansia tahun 2000 adalah 7,74%), angka ini di perkirakan akan
meningkat pada tahun 2045-2050 yang diperkirakan UHH menjadi 77,6 tahun
(dengan persentase populasi lansia tahun 2045 adalah 28,68%). Begitu pula
dengan laporan Badan Pusat Statistik (BPS) terjadi peningkatan UHH. Pada
tahun 2000 UHH di Indonesia adalah 64,5 tahun (dengan persentase populasi
lansia adalah 7,18%). Angka ini meningkat menjadi 69,43 tahun pada tahun
2010 (dengan persentase populasi lansia adalah 7,56%) dan pada tahun 2011
4 Al-Qur’an Online, “Q.S Ar-Rum ayat 54 beserta terjemahannya”, artikel ini di aksespada 31 Januari 2014 pada pukul 12.20 WIB dari http://www.tafsir.web.id/2013/03/tafsir-ar-ruum-ayat-46-60.html
4
menjadi 69,65 tahun (dengan persentase populasi lansia adalah 7,58%).
Meningkatnya populasi lanjut usia ini membuat pemerintah perlu merumuskan
kebijakan dan program yang ditujukan kepada kelompok penduduk lanjut usia
sehingga dapat berperan dalam pembangunan dan tidak menjadi beban bagi
masyarakat.5
Di Indonesia sendiri sudah terdapat Undang-Undang mengenai
Kesejahteraan Lanjut Usia yakni UU Nomor 13 Tahun 1998 Pasal 1 ayat 1:
Kesejahteraan adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial, baik
material maupun spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan, dan
ketentraman lahir batin yang memungkinkan bagi setiap warga negara untuk
mengadakan pemenuhan kebutuhan jasmani, rohani, dan sosial yang sebaik-
baiknya bagi diri, keluarga, serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak
dan kewajiban asasi manusia sesuai dengan pancasila. Sedangkan pada ayat 2
disebutkan, lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke
atas. Dan mereka dibagi kepada dua kategori potensial (ayat 3) dan lanjut usia
yang tidak potensial (ayat 4). Lanjut usia potensial adalah lanjut usia yang
masih mampu melakukan pekerjaan atau kegiatan yang dapat menghasilkan
barang atau jasa. Sedangkan lanjut usia tidak potensial adalah lanjut usia yang
tidak berdaya mencari nafkah sehingga hidupnya bergantung pada bantuan
orang lain.
Bagi lanjut usia tidak potensial (ayat 7) pemerintah dan masyarakat
mengupayakan perlindungan sosial sebagai kemudahan pelayanan agar lansia
dapat mewujudkan dan menikmati taraf hidup yang wajar. Selanjutnya pada
5Kementerian Kesehatan RI, Gambaran Kesehatan Lanjut Usia di Indonesia, artikel inidi akses pada 6 Februari 2014 dari http://www.depkes.go.id/downloads/Buletin%20Lansia.pdf
5
ayat 9 disebutkan bahwa pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial adalah upaya
perlindungan dan pelayanan yang bersifat terus-menerus agar lanjut usia dapat
mewujudkan dan menikmati taraf hidup yang wajar.6
Ketika seseorang sudah mencapai usia tua akan mengalami beragam
perubahan seperti adanya penurunan kapasitas mental, perubahan peran, serta
fungsi-fungsi tubuhnya yang tidak dapat lagi berfungsi dengan baik, maka
lanjut usia memerlukan perhatian dari semua pihak, mengingat bahwa
keberadaan lanjut usia yang terus menerus meningkat akan menimbulkan
permasalahan yang akan mempengaruhi orang lain dikarenakan adanya
penurunan kemampuan penyesuaian diri dengan lingkungan dan penurunan
untuk melakukan interaksi sosial serta penurunan fisik dan psikis juga akan
membawa pengaruh kepada keluarga, lingkungan dan masyarakat.
Pada umumnya masyarakat berpendapat bahwa lansia tidak
membutuhkan terlalu banyak aktivitas karena kondisi fisik lansia yang mudah
lelah, mudah sakit dan juga adanya desakan dari keluarga yang tidak
menghendaki lanjut usia untuk berinteraksi di luar rumah. Namun pada
kenyataannya lansia sebenarnya masih memerlukan aktivitas rutin yang dapat
dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari seperti kebutuhan
bio/fisik, psikologi, sosial dan spiritual. Untuk pemenuhan kebutuhan bio/fisik
dapat membuat tubuh lansia menjadi lebih bugar dan tidak mudah jatuh sakit.
Untuk pemenuhan psikologis lansia dapat mengisi waktu luangnya seperti
bersosialiasi dengan teman sebaya ataupun dengan orang-orang terdekatnya.
Untuk pemenuhan sosial lansia dapat berinterkasi dengan baik. Dan untuk
6 Undang-Undang Republik Indonesia Tentang Kesejahteraan Lansia UU Nomer 13Tahun 1998
6
pemenuhan spiritual ini merupakan penunjang yang paling penting untuk para
lanjut usia, karena di usia mereka yang sudah memasuki fase penutup dalam
rentang hidup seseorang maka mereka dapat mengisi waktu luangnya dengan
mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Apabila pemenuhan kebutuhan bio/fisik, psikologis, sosial dan spiritual
lansia tidak dapat terpenuhi maka akan menimbulkan beragam permasalahan
terjadi pada kehidupannya sehingga membuat mereka sulit berinteraksi satu
dengan yang lainnya. Sejalan dengan usianya yang sudah tua kemampuan
organ tubuh pun cenderung menurun, salah paham, cemburu sosial, mudah
tersinggung dan tidak nyaman dengan kondisinya saat ini. Adapun lembaga-
lembaga yang peduli terhadap keberadaan lansia dalam peningkatan
kesejahteraan sosialnya ini dilakukan oleh Panti Sosial Tresna Werdha
(PSTW) Budi Mulia 1 Cipayung, Jakarta Timur.
Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 1 Cipayung, Jakarta
Timur memiliki suatu program kegiatan yang dapat menunjang peningkatan
aktivitas lansia yaitu dinamika. Dinamika kelompok ini terbentuk dari
beberapa lanjut usia yang memiliki latar belakang sosial yang sama, namun
memiliki kepribadian yang bertolak belakang, sehingga dapat menimbulkan
tingkat emosional yang tinggi. Hal ini sangat bermanfaat bagi kepercayaan diri
dan kepuasan hidup lanjut usia di panti. Dinamika kelompok diberikan untuk
membantu perkembangan lansia, agar lansia mampu mengembangkan potensi
diri secara berkelompok, mengenal dan berinteraksi satu sama lain dalam
kerangka kerjasama serta inisiatif memiliki kepemimpinan melalui media
7
permainan dalam kelompok.7 Dengan adanya program dinamika kelompok,
mereka mampu menerima dirinya selama berada di dalam panti dan dapat
menemukan makna hidupnya serta dapat menjalani aktivitas di masa tuanya
dengan penuh makna. Hal tersebut dikarenakan agar para lansia mampu
memperpanjang usia harapan hidup dan masa produktif, serta mewujudkan
kemandirian dan kesejahteraannya, memelihara sistem nilai budaya dan
kekerabatan serta lebih mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa.8
Seperti yang telah di uraikan sebelumnya tentang lansia beserta dengan
permasalahan dan kebutuhannya yang ditinjau dari berbagai aspek.
Penanganan lanjut usia ini bukan hanya tanggung jawab pemerintah dalam
menyediakan sarana dan prasarana yang memungkinkan terpeliharanya
kualitas hidup lanjut usia, tetapi juga masyarakat dan keluarga mempunyai
peran penting serta dukungan bagi kehidupan lansia. Hal ini yang membuat
penulis tertarik untuk mengetahui bagaimana implementasi program dinamika
kelompok terhadap lanjut usia di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi
Mulia 1 Cipayung Jakarta Timur. Penelitian tersebut akan di tuangkan dalam
skripsi berjudul “Implementasi Program Dinamika Kelompok Terhadap
Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 1
Cipayung Jakarta Timur”
7 Kementerian Sosial RI, “Modul Diklat Dasar Pekerjaan Sosial Dengan Lanjut Usia”, h.102.
8 Tony Setiabudhi dan Hardywinoto, Panduan Gerontologi Tinjauan dari BerbagaiAspek, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1999), h. 39.
8
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Pada penelitian ini, penulis memberikan batasan permasalahan
yang akan dipaparkan dengan tujuan agar terhindar dari perluasan materi
yang akan dibahas serta mengingat keterbatasan penulis dalam hal ilmu
pengetahuan, waktu, dana dan tenaga. Maka peneliti membatasi
permasalahan yang akan di kaji dalam penelitian ini adalah Implementasi
Program Dinamika Kelompok Terhadap Lanjut Usia di Panti Sosial
Tresna Werdha Budi Mulia 1 Cipayung, Jakarta Timur.
2. Perumusan Masalah
Sebagaimana dalam pembatasan masalah diatas, maka penulis
merumuskan masalah sebagai berikut:
a. Bagaimana implementasi program dinamika kelompok terhadap lansia
di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1 Cipayung Jakarta Timur?
b. Perubahan apa saja yang dirasakan oleh lanjut usia dari program
dinamika kelompok yang telah diberikan oleh Panti Sosial Tresna
Werdha (PSTW) Budi Mulia dilihat dari aspek biologis, psikologis,
sosial dan spiritual?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan pembatasan dan perumusan masalah di atas maka
tujuan dari penelitian ini adalah:
9
a. Untuk mengetahui implementasi program dinamika kelompok
terhadap lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1 Cipayung
Jakarta Timur.
b. Untuk mengetahui perubahan yang dirasakan oleh lansia dari kegiatan
dinamika kelompok yang diberikan oleh Panti Sosial Tresna Werdha
(PSTW) di lihat dari aspek biologi, psikologi, sosial dan spiritual.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Akademis
1) Menambah informasi bagi pengembangan ilmu kesejahteraan
sosial khususnya pada permasalahan lansia.
2) Bermanfaat menjadi dokumen perguruan tinggi, untuk dijadikan
rujukan bagi mahasiswa yang berkonsentrasi pada studi sosial yang
berfokus pada kesejahteraan lansia.
3) Menjadi bahan pijakan untuk penelitian selanjutnya.
b. Manfaat Praktis
1) Diharapkan dapat menambah informasi bagi para pembaca,
mengenai program bimbingan sosial yang di berikan oleh Panti
Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1 Cipayung Jakarta Timur.
2) Merupakan masukan untuk penelitian lebih lanjut khusunya
penelitian terapan yang berkaitan dengan bimbingan sosial
terhadap lansia.
3) Memberikan sumbangan pemikiran bagi pembuat kebijakan
kesejahteraan sosial khususnya yang terfokus pada kesejahteraan
lansia.
10
D. Metodologi Penelitian
Metode penelitian merupakan suatu proses yang harus dilalui dalam
suatu penelitian agar hasil yang diinginkan dapat tercapai. Metode penelitian
ini kemudian dibagi menjadi:
1. Pendekatan Penelitian
Pada penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif, yaitu metode
penelitian yang dihasilkan dari data-data yang dikumpulkan dan berupa
kata-kata dan merupakan suatu penelitian alamiah. Sebagaimana yang
ungkapkan oleh Bogdad dan Taylor yang dikutip oleh Lexy J. Moleong
mendefinisikan metode kualitatif adalah prosedur penelitian yang
mensghasilkan data deskriptif berupa kata-kata yang tertulis atau lisan dari
prilaku orang-orang yang diamati.9
Penelitian kualitatif dieksplorasi dan diperdalam dari fenomena
sosial atau lingkungan sosial yang terdiri atas pelaku, kejadian, tempat,
dan waktu. Latar sosial tersebut digambarkan sedemikian rupa sehingga
dalam melakukan penelitian kualitatif mengembangkan pertanyaan
dasar.10
Penelitian kualitatif secara garis besar dibedakan menjadi
penelitian kualitatif interaktif yaitu merupakan studi yang mendalam
dengan mengunakan teknik pengumpulan data langsung dari subjek dalam
lingkungan alamiahnya. Peneliti interaktif mendeskripsikan konteks dari
studi, mengilustrasikan pandangan yang berbeda dari fenomena, dan
9 Lexi. J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2007) h. 4.
10 M. Djunaidi Ghony dan Fauzan Almansur, Metodologi Penelitian Kualitatif,(Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), h. 25.
11
secara berkelanjutan merevisi pertanyaan berdasarkan pengalaman di
lokasi penelitian. Dan penelitian non-interaktif disebut juga penelitian
analitis, penelitian non-interaktif menganalisisi dokumen. Peneliti
menghimpun, mengidentifikasi, menganalisis dan mengadakan sintesis
data untuk kemudian memberikan interpretasi terhadap konsep, kebijakan
dan peristiwa yang secara langsung ataupun tidak langsung dapat
diamati.11
Dengan menggunakan pendekatan kualitatif, peneliti memberikan
kesempatan pada informan untuk menyampaikan informasi yang
sebanyak-banyaknya dan tidak terbatas pada suatu bentuk kuesioner
tertutup, melainkan dengan menggunakan wawancara mendalam sesuai
dengan metode pengumpulan data yang seringkali digunakan dalam
penelitian kualitatif.12
2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah metode deskriptif
yaitu data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-
angka, hal ini disebabkan oleh adanya penerapan metode kualitatif. Selain
itu, semua yang dikumpulkan mungkin menjadi kunci apa yang telah
diteliti. Dengan demikian, laporan hasil penelitian akan berisi kutipan-
kutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut. Data
tersebut berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, foto, video tape,
dokumen pribadi, catatan atau memo, dan dokumen resmi lainnya. Pada
11 Ghony dan Almansur, Metodologi Penelitian Kualitatif, h. 65.12 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: CV. Alfabeta, 2009), h. 1.
12
penulisan laporan, peneliti menganalisis data yang sangat kaya dan sejauh
mungkin dalam bentuk aslinya.13
3. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Panti Sosial Tresna Werdha Budi
Mulia 1 Cipayung, Jakarta Timur yang berlokasi di Jalan Bina Marga No.
58 Cipayung, Jakarta Timur. Penelitian ini berlangsung dari bulan Maret
2014 sampai Agustus 2014.
4. Teknik Pemilihan Informan
Teknik yang digunakan untuk pemilihan informan dalam
pengertian ini adalah teknik purposive sampling (tujuan) dimana informan
dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu dan dianggap sebagai orang-
orang yang tepat dalam memberikan informasi yang sesuai dengan
kebutuhan penelitian. Konsep sample dalam penelitian kualitatif berkaitan
erat dengan bagaimana memilih informan, misalnya orang tersebut
dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan atau mungkin dia
sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi objek
atau situasi sosial yang diteliti.14
Penelitian ini menggali data seluas-luasnya dari pihak-pihak yang
terlibat dalam pelaksanaan dinamika kelompok di PSTW Budi Mulia 1,
pihak-pihak tersebut antara lain: Pekerja Sosial, Psikolog serta Warga
Binaan Sosial (WBS).
13 Jalaludin Rakhmat, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,2006), h. 25.
14 Septiawan Santana, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Yayasan Obor, 2007), h.27.
13
Tabel 1
Rancangan Informan
Informan Data Yang dicari Jumlah
Pekerja Sosial Pelayanan, penggalian dan pemecahanmasalah melalui program dinamikakelompok, serta tahapan pelaksanaandinamika kelompok terhadap lansia.
1 orang
Psikolog Pemhaman tentang perilaku individuataupun kelompok yang menjadisasaran layanan WBS
2 orang
Warga Binaan Sosial(WBS) / Lansia
Dalam hal ini penulis mencari databerdasarkan beberapa kategori,diantaranya ialah: gender, usia, suku,dan lain sebagainya. Agar penulisdapat mengetahui manfaat, sertaperubahan perilaku dari pelaksanaandinamika kelompok, serta menggaliinformasi mengenai implementasiprogram dinamika kelompok terhadaplanjut usia di Panti Sosial TresnaWerdha (PSTW) Budi Mulia 1.
4 orang
5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data diperlukan untuk mendapatkan data dan
informasi yang diperlukan serta dapat menjelaskan dan menjawab
permasalahan ini. Teknik pengumpulan data ini dilakukan dengan:
a. Observasi
Obeservasi atau pengamatan merupakan sebuah teknik
pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data
penelitian melalui pengamatan dan penginderaan terhadap apa
yang dilakukan dan dikatakan atau diperbincangkan para
responden dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. 15 Dalam
penelitian ini peneliti melakukan observasi, atau pengamatan,
15 Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Kencana, 2010), h. 115.
14
secara langsung kegiatan pembinaan keterampilan. Dalam
observasi peneliti melakukan pencatatan apa yang bias dilihat oleh
mata, didengar oleh telinga, diraba oleh tangan kemudian peneliti
tuangkan dalam penulisan skripsi sesuai dengan yang dibutuhkan.
b. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu untuk
memperoleh keterangan dengan tujuan penelitian. Percakapan itu
dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan
pertanyaan (interviewer) dan terwawancara (interviewee) yang
memberikan jawaban atas pertanyaan yang dilakukannya sambil
bertatap muka dengan atau tanpa menggunakan pedoman
wawancara, dimana pewawancara dan informan terlibat dalam
kehidupan sosial yang relatif lama. 16 Dalam penelitian yang
dilakukan, teknik wawancara ini merupakan teknik yang terpenting
karena dalam penelitiannya peneliti melakukan wawancara dengan
Pekerja Sosial, Psikolog dan Warga Binaan Sosial (WBS) PSTW
Budi Mulia 1, guna memperoleh data yang diperlukan.
c. Teknik dokumentasi
Teknik dokumentasi adalah cara mengumpulkan data melalui
peninggalan tertulis, terutama berupa arsip-arsip dan termasuk juga
buku-buku yang berkaitan mengenai pendapat, teori, maupun
hukum dan lain-lain. Oleh sebab itu dalam setiap penelitian tidak
dapat dilepaskan dari literatur-literatur ilmiah, sehingga kegiatan
16 Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, h. 186.
15
kepustakaan ini menjadi sangat penting. 17 Penerapan teknik
dokumentasi dalam penelitian ini adalah peneliti mengkaji
dokumen-dokumen yang berkaitan dengan permasalahan guna
dijadikan sebagai sumber penelitian.
6. Sumber Data
Jika dilihat dari sumbernya, teknik pengumpulan data terbagi
menjadi dua bagian, yaitu:
a. Data primer
Data primer yaitu data yang langsung diperoleh dari para informan
yang ada di panti pada waktu penelitian. Data primer ini diperoleh
melalui pengamatan, dan wawancara. Informan dalam data primer ini
adalah Pekerja Sosial, Psikolog, dan Warga Binaan Sosial (WBS di
PSTW Budi Mulia 1.
b. Data sekunder
Data sekunder dalam penelitian ini adalah sumber-sumber
pendukung yang berupa catatan atau dokumen yang diambil dari
berbagai literatur, buku-buku, internet, tulisan yang berhubungan
dengan masalah yang diteliti, seperti brosur, arsip, dan lain-lain.
7. Analisis Data
Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan
data kedalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat
ditemukan tema dan dapat merumuskan hipotesis kerja seperti yang
17 Nawawi Hadari, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Pustaka Belajar,2007), h. 133.
16
disarankan oleh data. 18 Metode analisa yang digunakan adalah metode
deskripsi analisis yakni dengan cara mengumpulkan data dan kemudian
diusun, disajikan, baru kemudian dianalisis untuk mengungkapkan arti dari
data tersebut.
Cara penafsiran dalam penelitian adalah menelaah seluruh data
yang tersedia. Data yang terkumpul tersedia dari berbagai sumber dan
terdiri dari wawancara, catatan lapangan dan tanggapa peneliti, gambar,
foto, dokumen berupa laporan, biografi, artikel dan sebagainya yang
didapatkan di tempat penelitian lalu hasil penelitian serta analisisnya
diuraikan dalam suatu tulisan ilmiah yang berbentuk narasi, kemudian dari
analisis yang telah dilakukan diambil dari suatu kesimpulan.
8. Keabsahan Data
Teknik keabsahan data dalam penelitian ini memiliki kriteria sebagai
berikut:
a. Kriteria Kredibilitas (derajat kepercayaan), yaitu kriterium ini dapat
menggunakan teknik pemeriksaan keabsahan data dengan
memanfaatkan sesuatu yang lain. Diluar data tersebut untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu (triangulasi),
hal ini dicapai dengan jalan (a) membandingkan dokumen dari Panti
Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1 dengan hasil wawancara dengan
Warga Binaan Sosial (WBS). (b) membandingkan antara jawaban
yang diberikan Pekerja Sosial dengan jawaban warga binaan sosial
mengenai program dinamika kelompok.
18 Moleong, Metedologi Penelitian Kualitatif, h. 280.
17
b. Kriteria Kepastian, menurut Scriven, yaitu masih ada unsur “kualitas”
yang melekat pada objektivitas. Hal itu digali dari pengertian bahwa
jika sesuatu itu objektif, berarti dapat dipercaya, faktual, dan dapat
dipastikan.19 Dalam penelitian ini, peneliti dapat membuktikan data-
data ini terpercaya yaitu dengan data-data yang didapat dari hasil
wawancara terhadap subyek penelitian. Adapun dari segi faktual
adalah melihat pada implementasi program dinamika kelompok
terhadap lansia di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 1
Cipayung Jakarta Timur. Dalam hal ini peneliti dapat memastikan,
bahwa Implementasi Program Dinamika Kelompok terhadap Lansia di
Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1 Cipayung Jakarta Timur
melalui hasil wawancara terhadap subyek penelitian.
9. Pedoman Penulisan Skripsi
Penulisan dalam penelitian ini mengacu pada buku “Pedoman
Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi)” karya Hamid Nasuhi
yang diterbitkan oleh CeQDA (Center for Quality Development and
Assurance) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun
2008.
E. Tinjauan Pustaka
Setelah penulis melakukan studi kepustakaan telah banyak buku-buku
yang berhubungan dengan lansia. Penulis juga melakukan studi kepustakaan
terhadap beberapa skripsi terdahulu yang berkaitan, terutama yang melakukan
penelitian di Panti Sosial Tresna Werdha:
19 Moloeng, Metode Penelitian Kualitatif, h. 326.
18
1. Dinamika Kelompok Lanjut Usia di Panti Werdha (kasus : Panti Sosial
Tresna Werdha Sukma Raharja, Kel Paledang, Kec Bogor Tengah, Kota
Bogor, Provinsi Jawa Barat), oleh: Selfia Kusumawati pada Program Studi
Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Pertanian, ITB.
Dalam skripsi ini lebih ditekankan mengenai bagaimana konsep diri yang
dapat berdampak terhadap dinamika kelompok, berbeda dengan penelitian
penulis yang mengkaji mengenai implementasi program dinamika
kelompok dalam meningkatkan aktivitas lanjut usia.
2. Pengembangan Keterampilan Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi
Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan, oleh : Siti Barkah pada Program Studi
Kesejahteraan Sosial, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsi ini
mengkaji mengenai pengembangan keterampilan terhadap lansia,
perbedaannya terletak pada subjek penelitiannya.
Inti dari perbedaan skripsi yang penulis buat dengan beberapa skripsi
diatas adalah terletak pada subyek dan obyek penelitiannya, dimana penulis
melakukan penelitian dengan subyeknya Implementasi program dinamika
kelompok, dan obyeknya adalah Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi
Mulia 1.
19
F. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan pembahasan masalah dalam penelitian ini, penulis
berusaha membuat sistematika khusus dengan jalan mengelompokkan
berdasarkan kesamaan dan hubungan masalah yang ada. Sistematika penulisan
ini terdiri dari lima bab dan masing-masing bab akan di bagi lagi menjadi sub-
bab, yaitu sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan yang terdiri dari: Latar Belakang Masalah,
Pembatasan Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian,
Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian, Tinjauan Pustaka
dan Sistematika Penulisan.
BAB II Tinjauan Teoritis yang terdiri dari: Pengertian Implementasi
Program, Pengertian Dinamika kelompok: Pengertian
Dinamika, Pengertian Kelompok, serta Pengertian Dinamika
kelompok, Pengertian Lanjut Usia dan kebutuhannya.
BAB III Dalam bab ini yang akan dipaparkan adalah mengenai profil
lembaga Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1 Cipayung,
Jakarta Timur, yang mencakup: Sejarah Berdirinya Panti, Visi
dan Misi, Struktur Organisasi, Proses Pelayanan dan
Pengasramaan Panti, Program-Program Bimbingan
Keterampilan PSTW Budi Mulia 1, serta Kerjasama PSTW
Budi Mulia 1
BAB IV Hasil analisa dari Implementasi Program Dinamika Kelompok
Terhadap Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi
Mulia 1 Cipayung, Jakarta Timur.
20
BAB V PENUTUP
Yang terdiri dari kesimpulan dan sarah terhadap hasil
penelitian pada bab-bab sebelumnya, guna menghasilkan
masukan terhadap program lembaga.
21
21
BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. Pengertian Implementasi Program
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, definisi kata implementasi
adalah pelaksanaan atau terapan. Sedangkan definisi kata program adalah
rancangan mengenai asas serta usaha (dalam ketatanegaraan, perekonomian,
dan sebagainya) yang akan dijalankan.1 Program adalah sederetan rencana
kegiatan yang akan dilaksanakan oleh seseorang atau kelompok organisasi,
lembaga, bahkan negara. Suharismi Arikunto mengungkapkan bahwa program
adalah sederetan rencana kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai
kegiatan tertentu.2 Program merupakan aktivitas atau kegiatan yang
ditunjukan untuk mencapai suatu perubahan terhadap kelompok sasaran
tertentu.3
Berdasarkan definisi diatas, maka implementasi program adalah
pelaksanaan atau penerapan dari rancangan mengenai usaha yang telah dibuat
sebelumnya. Atau dengan kata lain implementasi program adalah pelaksanaan
atau perencanaan dari rancangan atau program yang telah disusun atau
disepakati bersama.
1 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa IndonesiaEdisi Ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007),h. 427.
2Suharsimi Arikunto, Penilaian Program Pendidikan, (Jogjakarta: Bina Aksara. 1998),h.33.
3 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, (Bandung: PT RefikaAditama, 2006), h.120.
22
B. Dinamika Kelompok
1. Pengertian Dinamika
Secara harfiah dinamika merupakan bagian dari ilmu fisika tetang
benda-benda yang bergerak dan tenaga yang menggerakannya. Dinamika
berasal dari istilah dinamis yang berarti sifat atau tabiat yang bertenaga
atau berkemampuan, serta selalu bergerak dan berubah-ubah. Dinamika
menurut Munir adalah suatu sistem ikatan yang saling berhubungan dan
saling mempengaruhi antara unsur satu dengan unsur lainnya karena
adanya penelitian langsung di antara unsur-unsur tersebut. Jika salah satu
unsur sistem mengalami perubahan maka akan membawa pula pada
unsur-unsur lainnya.Dinamika adalah sesuatu yang mengandung arti
tenaga kekuatan, selalu bergerak, berkembang dan dapat menyesuaikan
diri secara memadai terhadap keadaan.Dinamika juga berarti adanya
interaksi dan interdependensi antara anggota kelompok dengan kelompok
secara keseluruhan.4
2. Pengertian Kelompok
Kelompok merupakan suatu unit yang terdapat beberapa
individu, yang mempunyai kemampuan untuk berbuat dengan
kesatuannya dengan cara dan atas dasar kesatuan persepsi. Dengan
demikian kelompok menunjukan pada adanya kesatuan sosial yang
terdiri dari dua atau lebih individu yang berinteraksi secara intensif dan
teratur, sehingga dalam kelompok tersebutterjadi pembagian tugas,
4Wildan Zulkarnain, Dinamika Kelompok,(Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013), h.25.
23
struktur dan norma tertentu, serta diikat perasaan hangat pada anggota-
anggotanya.5
Secara umum kelompok dapat diartikan sebagai kumpulan dari
dua orang atau lebih yang membentuk kesepakatan untuk mencapai
tujuan tertentu. Hartford mendefinisikan kelompok sebagai kumpulan
yang terdiri dari dua orang atau lebih yang bersatu dikarenakan
memiliki tujuan yang sama yang kemudian bersepakat untuk
merumuskan norma sebagai basis bagi mereka dalam beraktivitas,
mencapai tujuan bersama, dan dalam membentuk perasaan
kebersamaan.6
Selain itu pula kelompok dapat diartikan sebagai sesuatu yang
alami, karena manusia merupakan makhluk sosial yang akan
berinteraksi satu dengan yang lain sehingga membentuk kelompok-
kelompok tertentu. Terdapat banyak definisi dari kelompok.Banyak
ahli dari disiplin ilmu yang membahas tentang kelompok namun bila
dilihat dari sudut kebenaran, semua definisi tersebut benar karena
melihat dari sudut pandang dan penekanan yang berbeda. Berkaitan hal
tersebut, Johnson Menjabarkan tujuh definisi yang paling umum
tentang kelompok yaitu:
a. Tujuan
Kelompok dapat diartikan sebagai sejumlah orang yang
berkumpul bersama untuk mencapai suatu tujuan.Kelompok
5Kementerian Sosial RI, “Modul Diklat Dasar Pekerjaan Sosial Dengan LanjutUsia”(Badan Pendidikan dan Penelitian Kesejahteraan Sosial Balai Besar Pendidikan danPelatihan Kesejahteraan Sosial (BBPPKS): Bandung), h.104.
6 Edi Suharto, Pekerjaan Sosial Industri (Memperkuat Corporate Sosial Responsibility)(Bandung: Alfabeta Bandung, 2009), h.38.
24
tersebut ada karena untuk suatu alasan. Orang membentuk
kelompok untuk mencapai tujuan yang tidak dapat mereka capai
sendiri. Yang menjadi pertanyaan apakah kelompok tetap ada tanpa
adanya tujuan yang menguntungkan yang berusaha dicapai oleh
para anggotanya? Freeman, pada awal tahun 1936, mengatakan
bahwa orang-orang membentuk kelompok untuk mencapai tujuan
umum.
b. Ketergantungan
Kelompok dapat diartikan sebagai kumpulan orang-orang
yang bergantung dalam beberapa hal. Setiap kelompok indvidu
bukanlah kelompok sebelum ada sebuah pristiwa yang
mempengaruhi mereka satu sama lain. Zanden menyatakan
kelompok adalah sekumpulan individu yang memiliki perasaan
senasib, sehingga perasaan yang satu dapat dirasakan oleh anggota
lain. Ketergantungan ini memang berbeda antara satu anggota
dengan anggota yang lainnya, walaupun diakui bahwa keeratan
keanggotaan kelompok tergantung dari tingkat ketergantungan
anggota satu dengan anggota yang lainnya.
c. Interaksi antar Individu
Kelompok dapat diartikan sebagai sejumlah individu yang
berinteraksi satu sama lain, sehingga kelompok tidak ada sebelum
adanya interaksi. Homans menyatakan kelompok adalah sejumlah
individu yang melakukan komunikasi selama jangka waktu tertentu
secara langsung tanpa melalui perantara. Definisi ini
25
mendeskripsikan pengertian kelompok berdasarkan yang dilihat
oleh teori ketergantungan. Bedanya teori ketergantungan dilihat dari
sudut vertikal, sedangkan teori interaksi Homans melihat dari sudut
horizontal yang menitik beratkan pada jaringan-jaringan sosial yang
sekaligus berfungsi sebagai media interaksi dan perekat kelompok.
d. Persepsi Keanggotaan
Kelompok dapat diartikan sebagai suatu kesatuan sosial yang
terdiri dari dua orang atau lebih yang menganggap diri mereka
berada dalam suatu kelompok. Para anggota kelompok masuk ke
dalam kelompok kerena memiliki persepsi sendiri tentang kelompok
itu. Interaksi di dalam kelompok, terutama tatap muka, akan
menimbulkan makna tersendiri. Makna tadi ditangkap melalui indra
yang berproses melalui persepsi. Menangkap impresi-impresi
melalui persepsi akan dapat melahirkan prilaku kelompok oleh
individu sebagai anggota kelompok.
e. Hubungan Terstruktur
Kelompok diartikan sebagai sekumpulan individu yang
interaksinya tersusun oleh serangkaian peran dan norma-norma. Hal
ini sesuai dengan para ahli sosiologi yang memandang kelompok
sama dengan organisasi. Sehingga para ahli tersebut beranggapan
bahwa sesuatu itu dapat dikatakan sebagai kelompok (Soekanto)
apabila:
1) Setiap anggota harus sadar bahwa dia merupakan bagian dari
kelompok.
26
2) Ada hubungan timbal balik antara anggota yang satu dengan
yang lain.
3) Minimal harus terdapat sesuatu faktor yang merupakan milik
bersama, sehingga mempererat hubungan antar anggota.
4) Memiliki sistem dan berproses.
f. Motivasi
Kelompok dapat diartikan sebagai sekelompok individu yang
mencoba untuk memuaskan beberapa kebutuhan pribadi melalui
kebersamaan mereka. Berdasarkan definisi ini, sekelompok orang
bukanlah kelompok sebelum mereka terdorong oleh alas an pribadi
untuk bergabung dalam sebuah kelompok. Orang-orang menjadi
anggota kelompok untuk mendapatkan penghargaan atau untuk
memuaskan keanggotaan mereka.
Homans, menyatakan bahwa kelompok akan tetap kompak
apabila dalam pertimbangannya selalu memiliki unsur
pertimbangan keuntungan dan kerugian. Jika anggota kelompok
merasa mendapat keuntungan maka kelompok itu akan tetap utuh.
Sebaliknya apabila tidak, maka kelompok tersebut kemungkinan
akan bubar. Agar kelompok tetap utuh dan anggotanya merasa
mendapatkan keuntungan, maka diperlukan pemimpin.Fungsi
pemimpin menjaga keselarasan dan mendistribusikan keuntungan
pada seluruh anggota. Keberhasilan pemimpin menjadikan anggota
termotivasi untuk bertahan dalam kelompoknya. Sehingga kehendak
anggota mendominasi secara kuat terhadap semua gerak kelompok.
27
g. Pengaruh yang Meguntungkan
Kelompok diartikan sebagai sekelompok orang yang
mempengaruhi satu sama lain. Sekelompok orang bukanlah suatu
kelompok, sebelum mereka mempengaruhi dan dipengaruhi satu
sama lain dan karakter dasar yang menjelaskan suatu kelompok
adalah pengaruh antar pribadi. Selanjutnya Suprihanto dkk,
menyatakan kelompok sebagai kumpulan dua orang atau lebih yang
saling berinteraksi dengan cara-cara tertentu sehingga perilaku dan
atau prestasi seseorang mempengaruhi perilaku dan atau prestasi
orang lain. Secara tegas Shaw menyimpulkan kelompok adalah dua
orang atau lebih yang saling berinteraksi dalam hal-hal tertentu
sehingga setiap orang akan mempengaruhi dan dipengaruhi oleh
orang lain. Definisi tersebut mencoba mencari kompromi untuk
memadukan penekanan pada berbagai macam definisi. Walaupun
Shaw tidak menjelaskan interaksi itu sendiri dalam bentuk yang
bagaimana. Sebab orang berkelahipun disebut berinteraksi satu
dengan lainnya. Hal ini merupakan suatu kelemahan yang perlu
diperhatikan.
Akhirnya upaya yang dapat dilakukan ialah sekedar
mengindentifikasi aspek-aspek yang ditonjolkan oleh masing-
masing definisi, kemudian dalam penggunaan tinggal mengadakan
penyesuaian dengan apa yang menjadi sasaran. Adapun idetifikasi
tersebut menurut Sudjarwo ialah:
28
1) Sesuatu dapat disebut sebagai kelompok apabila memiliki
anggota minimal dua orang atau lebih.
2) Setiap anggota memiliki peluang yang sama untuk berinteraksi
dan tidak menutup kemungkinan adanya bentuk pola
ketergantungan.
3) Kelompok mempunyai tujuan dan semua kegiatan diarahkan
pada pencapaian tujuan tersebut.
4) Tujuan kelompok ditetapkan sebagai manifestasi tujuan
anggota.
5) Pola interaksi antar anggota kelompok cenderung stabil dan
terpelihara serta terbuka terhadap penambahan anggota baru.
Pendapat senada dikemukakan Sahertian bahwa kelompok
terdiri atas sejumlah individu setidaknya dua atau lebih yang
berinteraksi sosial untuk mencapai tujuan yang sama dan bertindak
dengan pola yang terorganisir. Berdasarkan pendapat para ahli
maka penulis dapat menyimpulkan bahwa kelompok merupakan
suatu perkumpulan antara beberapa individu yang saling bekerja
sama dan saling berinteraksi dan memiliki satu tujuan yang sama
agar dapat memenuhi kebutuhan pribadi melalui kebersamaan
mereka dan dapat mempengaruhi satu dengan yang lainnya.
Selain itu ada pula teori pembentukan kelompok salah satu
diantaranya ialah teori Activity Interaction-Sentiment Theory, teori
ini sering disebut juga dengan teori AIS dari Homans dengan
konsepsi dasar yang berpijak pada dasar pemikiran sebagai berikut:
29
a. Semakin banyak seseorang melakukan aktivitas bersama
dengan orang lain, maka semakin banyak interaksi yang dapat
menumbuhkan rasa kebersamaan.
b. Semakin sering seseorang melakukan interaksi, maka semakin
sering seseorang tersebut membagi perasaan dengan orang lain.
c. Semakin seseorang memahami perasaan orang lain maka akan
semakin tinggi frekuensi interaksi dilakukan, berarti juga
semakin sering aktivitas dilakukan.7
Teori ini tampaknya akan mencoba mengembangkan
alternarif baru yang mungkin dapat dikembangkan dari aktivitas
yang dilakukan, interaksi yang dikembangkan, serta perasaan yang
ditimbulkan.
Salah satu metode pekerjaan sosial yang menggunakan
kelompok sebagai media dalam proses pertolongan professional
ialah dengan menggunakan terapi kelompok. Terapi kelompok
ditunjukan untuk memfasilitasi individu agar dapat beradaptasi
baik secara sosial, tingkah laku, dan emosional melalui proses
kelompok. Biasanya, anggota kelompok dari terapi kelompok
adalah mereka yang mengalami kesulitan emosional, kesulitan
prilaku maupun interaksi dengan orang lain.8
7 Zulkarnain, Dinamika Kelompok,h. 18.8Siti Napsiyah dan Lisma Diawati Fuaida, Belajar Teori Pekerjaan Sosial, (Jakarta:
Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011) h.18.
30
3. Jenis-Jenis Kelompok
Adapun beberapa jenis kelompok diantaranya ialah:9
1. Kelompok primer dan sekunder
Kelompok primer memiliki ciri-ciri antara lain bahwa
setiap anggota melakukan kontak dengan anggota lainnya
secara akrab dan berkelanjutan seperti dalam keluarga dan
kelompok bermain anak-anak. Sedangkan kelompok sekunder
dibentuk atas dasar minat yang sama, misalnya satuan kelas di
sekolah dan pencinta alam.
2. Sociogroup dan Psychogroup
Kelompok Sociogroup tekanannya pada hal-hal yang
harus dikerjakan bersama.Pada kelompok Psychogroup
tekanannya pada hubungannya antar pribadi.Namun tekanan itu
dapat digeser sehingga kelompok sociogroup menjadi
psychogroup dan sebaliknya.Misalnya dalam kelompok yang
dibentuk untuk kepentingan kegiatan bimbingan, perbedaan
antar kedua macam kelompo itu tidak begitu tajam, karena
disamping mengusahakan seuatu bersama, pembinaan
hubungan antar pribadi juga harus diperhatikan.
3. Kelompok yang terorganisir dan kelompok yang tidak
terorganisir.
Kelompok yang terorganisir terdapat diferensiasi yang
membedakan antara peranan-peranan yang diperoleh anggota
9Kementerian Sosial RI, “Modul Diklat Dasar Pekerjaan Sosial Dengan Lanjut Usia”, h.104-105.
31
sehingga dapat suatu struktur, misalnya salah seorang berperan
sebagai pemimpin atau ketua.Struktur itu dapat bersifat sangat
formal dan kompleks.
4. In group dan out group
Dalam kelompok ingroup para anggotanya merasa terikat
satu sama lain dan menunjukan loyalitas satu sama lainnya.
Dalam kelompok out group anggota berasal dari yang bukan
anggota kelompok tertentu sehingga diantara mereka tidak
terdapat loyalitas, rasa simpati dan rasa keterikatan, bahkan
mungkin terdapat rasa antipasti dan rasa benci.Kelompok untuk
kepentingan kegiatan bimbingan tidak pernah mengikuti pola
perbedaan ini karena kelompok atau gabungan itu tidak pernah
menghasilkan perbedaan tajam, antar anggota kelompok.
5. Kelompok yang keanggotaannya bebas serta atas dasar
sukarela dan kelompok yang keanggotaannya diwajibkan.
Diantara kelompok/group yang dibentuk untuk kegiatan
bimbingan ada yang dibentuk atas dasar sukarela, dan ada
yang dibentuk atas dasar kewajiban sebagai siswa yang
bersekolah/mahasiswa yang kuliah di institut tertentu.
6. Kelompok Tertutup dan Kelompok Yang Terbuka.
Kelompok tertutup terdiri dari mereka yang mengikuti
kegiatan kelompok sejak permulaan dan tidak menerima
anggota baru sampai kegiatan kelompok berhenti. Sedangkan
kelompok terbuka memungkinkan ada orang lain masuk selama
32
kelompok berlangsung. Kelompok atau grup kecil yang
dibentuk dengan tujuan khusus cenderung bersifat tertutup,
misalnya kelompok konseling, sedangkan kelompok atau grup
besar lebih bersifat terbuka, misalnya satuan kelas bila ada
siswa baru masuk.
C. Pengertian Dinamika Kelompok
1. Pengertian Dinamika Kelompok
Dalam Kamus Manajemen, dinamika kelompok diartikan sebagai
penilaian prilaku kelompok dan perorangan serta interaksi perilaku anggota
kelompok; penilaian tersebut di gunakan untuk meningkatkan efektivitas
kelompok.10 Pengertian dinamika dan pengertian kelompok apabila
digabungkan akan menjadi pengertian dinamika kelompok. Dinamika
kelompok merupakan suatu kelompok yang teratur dari dua individu atau
lebih yang mempunyai hubungan psikologis secara jelas antara anggota
satu dengan lainnya dimana hubungan psikologis tersebut berlangsung
dalam situasi yang dialami secara bersama-sama. Dinamika kelompok
menggambarkan proses kelompok yang selalu bergerak dan dapat
menyesuaikan diri dengan keadaan yang selalu berubah.11
Johnson mendefinisikan dinamika kelompok sebagai suatu lingkup
pengetahuan sosial yang berkosentrasi pada pengetahuan tentang hakikat
kehidupan kelompok.dinamika kelompok adalah studi ilmiah tentang
perilaku dalam kelompok untuk mengembangkan pengetahuan tentang
haikat kelompok, pengembangan kelompok, hubungan kelompok dengan
10B.N. Marbun, SH., Kamus Manajeman, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2005) h. 65.11Kementerian Sosial RI, “Modul Diklat Dasar Pekerjaan Sosial Dengan Lanjut Usia”,
h. 104.
33
anggotanya, dan hubungan dengan kelompok lain atau kelompok yang
lebih besar. Pengertian dinamika kelompok memiliki beberapa unsur,
diantaranya ialah:
a. Adanya kumpulan dua orang atau lebih.
b. Melakukan interaksi.
c. Anggota saling memperngaruhi satu dengan yang lainnya.
d. Keadaan kelompok dari waktu ke waktu sering berubah-
ubah/bergerak.
Berdasarkan pokok pengertian dinamika kelompok dapat ditarik
berbagai persoalan yang menjadi objek studi dinamika kelompok.
Persoalan dinamika kelompok ialah semua gejala kejiwaan yang
disebabkan oleh kehidupan bersama dalam kelompok, yang di uraikan
Benedict dalam Santosa sebagai berikut:
a) Persatuan; hal ini berkaitan dengan tingkah laku anggota kelompok
seperti proses pengelompokam, intensitas anggota, arah pilihan, nilai
manfaat kelompok.
b) Dorongan; yaitu persoalan minat anggota terhadap kehidupan
berkelompok
c) Stuktur; yakni persoalan pada bentuk pengelompokan dan bentuk
hubungan, perbedaan kedudukan antar anggota, pembagian tugas,
keterlibatan kerja.
d) Pemimpin; yakni persoalanpada bentuk, tugas, system kepemimpinan
dan sebagainya.
34
e) Perkembangan kelompok; persoalannya menentukan kehidupan
kelompok yang terlibat pada perubahan dalam kelompok, ketentraman
anggota dalam kelompok, perpcahan kelompok dan lain sebagainya.
Kurt Lewin sebagai perintis ilmu dinamika kelompok menyatakan
bahwa dinamika kelompok sebagai cabang suatu ilmu yang mempelajari
tenaga-tenaga yang bekerja dalam kelompok, penyebab terjadinya tenaga
tersebut, kondisi yang bisa mengubah tenaga tersebut, serta akibatnya
tehadap individu dan kelompok.12
Dari beberapa pengertian tersebut, maka dapat penulis simpulkan
bahwa dinamika kelompok merupakan suatu pengetahuan sosial yang
menganalisa aktivitas berkelompok dalam hubungan antar anggota
kelompok, saling berinteraksi, dan saling mempengaruhi dalam situasi
sosial dan kelompok agar mampu bergerak, berkembang dan
menyesuaikan diri membangun kelompok dalam satu tujuan.
2. Manfaat Dinamika Kelompok
Beberapa pihak menyadari betapa pentingnya mempelajari
dinamika kelompok karena beberapa alasan, yaitu individu tidak mungkin
hidup sendiri didalam masyarakat, individu tidak dapat bekerja sendiri
dalam memenuhi kehidupannya, dan perlu adanya pembagaian kedalam
masyarakat yang besar agar pekerjaan dapat terlaksana dengan baik.
Fungsi dinamika kelompok menurut Sunarto ialah:13
12Wildan Zulkarnai, Dinamika Kelompok, h.25.13Wildan Zulkarnai, Dinamika Kelompok, h.28.
35
a. Individu satu dengan yang lainnya terjadi kerjasama saling
membutuhkan sebab individu tidak dapat hidup sendiri di
dalam masyarakat.
b. Melalui dinamika kelompok, segala pekerjaan yang
membutuhkan pemecahan masalah dapat teratasi, mengurangi
beban pekerjaan yang besar, sehingga waktu untuk
menyelesaikan pekerjaan dapat diatur secara tepat, efektif dan
efisien. Sebab dalam dinamika kelompok, pekerjaan besar akan
di bagi-bagi sesuai dengan bagian kelompoknya masing-
masing.
c. Meningkatkan masyarakat yang demokratis, sebab individu
satu dengan yang lainnya akan dapat memberikan masukan
atau berinteraksi dengan lainnya dan memiliki peran yang sama
dalam masyarakat.
Sedangkan tujuan dinamika kelompok antara lain sebagai berikut:
a. Membangkitkan kepekaan diri seseorang anggota kelompok
terhadap anggota kelompok lain, sehingga dapat menimbulkan
rasa saling menghargai.
b. Menimbulkan rasa solidaritas anggota sehingga dapat saling
menghormati dan menghargai pendapat orang lain.
c. Menciptakan komunikasi yang terbuka terhadap sesama
anggota kelompok.
d. Menimbukan adanya itikad yang baik di antara sesama anggota
kelompok.
36
Sehingga manfaat atau faedah mempelajari dinamika kelompok adalah:
a. Manfaat bagi perorangan, individu akan memperoleh gambaran
tentang partisipasi dari peserta lain, serta dapat menarik
pelajaran dan pengalaman berbagai aktifiras yang telah
dilakukan dan diceritakan oleh peserta lain.
b. Manfaat bagi kelompok, dapat mengetahui cara memecahkan
masalah bersama, cara merencanakan bersama, cara
menentukan norma bersama, pencapaian konsensus bersama,
kerjasama, mengatasi konflik dan cara mengambil keputusan
bersama.
c. Manfaat bagi organisasi, dapat belajar tentang kerjasama dalam
kelompok dan antar kelompok, serta kesatuan bahasa dan
komunikasi dalam memecahkan masalah antar kelompok.
d. Manfaat bagi pemimpin, dapat menyerasikan antara
kepentingan lembaga dan kepentingan anggota organisasi.
3. Proses Dinamika Kelompok
Semua kelompok pada hakikatnya memang proses atau dinamika
yang dilampaui seseorang dakam rangka menjadi anggota dalam suatu
kelompok merupakan hal yang bersifat sangat individual, artinya setiap
orang akan berbeda. Semua kelompok pada hakikatnya tumbuh dan
berkembang dari waktu ke waktu melalui beberapa
tingkatan/tahapan/fase namun bila dilihat secara minimal maka terdapat
sejumlah tahapan minimal sebagai berikut:
37
a. Tahap perkenalan. Individu mengadakan orientasi tau
perpajakan melalui prilaku yang di tampilkan dan respon-
respon apa yang diterima. Sedangkan jika kelompok itu baru
dibentuk, maka diadakan kesepakatan bersama tentang aturan-
aturan main yang harus di taati oleh semua anggota.
b. Tahap mencari pola. Kelompok masuk ke dalam proses
pancaroba, dimana sering terjadi benturan-benturan dalam
mencari pola. Sehingga apabila aturan permainan tidak jelas,
maka kelompok tersebut akan bubar atau individu yang baru
masuk akan vacuum dan kemudian akan keluar.
c. Tahap pemantapan norma. Kelompok masuk ke dalam tahap
pengakuan akan norma. Benturan-benturan dalam kelompok
akan melahirkan norma yang bersifat mengatur atau menata
jalannya interaksi dalam kelompok tersebut, serta mengatur
peran dan status yang ada.
d. Tahap berprestasi. Maksudnya setelah kelompok betul-betul
solid maka para anggota mencoba mengembangkan dirinya
masing-masing maupun secara bersama-sama, guna mencapai
suatu prestasi tertentu sesuai dengan tujuan kelompok
tersebut.14
Kondisi fisik lanjut usia sangat berbeda dengan kondisi
sebelumnya, keadaaan lanjut usia akan mengalami penurunan baik dari
fisik maupun mentalnya. Untuk menumbuhkan semangat hidup lanjut
14Wildan Zulkarnai, Dinamika Kelompok, h.29.
38
usia, maka diperlukan kegiatan pendamping untuk dapat memilih
aktivitas yang sesuai dengan kemampuan dan potensi lanjut usia.
Biasanya kegiatan-kegiatan seperti ini diarahkan pada kegiatan-kegiatan
yang bersifat rekreatif.
Teori aktivitas dikembangkan oleh Palmor dan Lemon et al. yang
menyatakan bahwa penuaan yang sukses tergantung dari bagaimana
seorang lansia merasakan kepuasan dalam melakukan aktivitas serta
mempertahankan aktivitas tersebut lebih penting dibandingkan kuantitas
dan aktivitas yang dilakukan. Dari satu sisi aktivitas lansia dapat menurun,
akan tetapi dilain sisi dapat dikembangkan.
Dari pihak lansia sendiri terdapat anggapan bahwa proses penuaan
merupakan suatu perjuangan untuk tetap muda dan berusaha prilaku
mereka semasa mudanya.Pokok-pokok teori aktivitas adalah:
a. Moral dan kepuasan berkaitan dengan interaksi sosial dan keterlibatan
sepenuhnya dari lansia di masyarakat.
b. Kehilangan peran akan menghilangkan kepuasan seorang lansia.
Penerapan teori aktivitas ini sangat positif dalam menyusun
kebijakan terhadap lansia, karena memungkinkan para lansia untuk
berinteraksi sepenuhnya dimasyarakat.15 Perubahan peran dan fungsi
sosial memperlihatkan bahwa lanjut usia akan merasakan kepuasan dalam
melakukan aktivitas sehari-hari menjadi jauh lebih penting, daripada
kuantitas dalam aktivitas yang dilakukan. Keberhasilan lanjut usia dapat
dilihat dari aktivitas kesehariannya dan akan terus menunjukan
15Siti Mariam, Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya, (Jakarta: Salemba Medika,2008), h.50-51.
39
peningkatan apabila lanjut usia melakukan peningkatan mutu dalam
aktivitas keseharian dilakukan oleh para lanjut usia. Ketika lansia memiliki
aktivitas sehari-hari yang tinggi, maka akan di ikuti dengan meningkatnya
keberhasilan di masa tuanya. Begitu pula sebaliknya, apabila aktivitas
sehari-harinya rendah maka akan diikuti dengan menurunnya tingkat
keberhasilan lansia.
Menghadapi kenyataan ini maka seorang pekerja sosial harus
mengetahui dan memberikan pelayanan yang memadai agar kegiatan
sehari-hari mereka tidak mengalami hambatan. Adapun seorang pekerja
sosial mampu menjalankan fungsinya dengan baik. Pekerja sosial juga
menggunakan pendekatan-pendekatan sistematis berdasarkan sejumlah
pengetahuan dan penelitian. Pendekatan biopsikososial spiritual pekerjaan
sosial menawarkan suatu perspektif yang luas dalam prilaku
manusia.pendekatan ini digunakan untuk mengakses berbagai situasi
dalam konteks komunitas, keluarga, dan lingkungan sosial yang lebih luas.
Situasi ini dipahami sebagai gabungan antara faktor-faktor fisik, psikologi,
sosial, dan spiritual. Dengan kata lain kebutuhan manusia dan sumber-
sumber untuk memenuhi kebutuhan tersebut di pandang sebagai kesatuan
yang saling terkait.16 Ada beberapa teori yang berkaitan dengan proses
penuaan, yaitu teori biologi, teori psikologis, teori sosial dan teori
spiritual. 17
16 Albert R. Roberts dan Gilbert J. Greene, Buku Pintar Pekerja Sosial, (Jakarta: PT. BPKGunung Mulia, 2009), h.13-15.
17 Siti Maryam, Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya, h.46-54.
40
a) Teori Biologis/Fisik
Pada teoribiologidikenal dengan istilah “pemakaian dan
perusakan” (wear and tear) yang terjadi karena kelebihan usaha dan
stress yang menyebabkam sel-sel tubuhn menjadi lelah.Pada teori ini
juga didapatkan terjadinya peningkatan jumlah kolagen dalam tubuh
lansia, tidak ada perlindungan terhadap radiasi, penyakit dan
kekurangan gizi.Pelayanan aspek fisik bertujuan untuk memelihara
kondisi fisik dan mempertahankan kebugaran lansia.
b) Teori Psikologi
Pada lanjut usia, proses penuaan terjadi secara alamiah seiring
dengan penambahan usia. Perubahan psikologis yang terjadi dapat
dihubungkan pula dengan keakuratan mental dan keadaan fungsional
yang efektif.Kepribadian individu yang terdiri atas motovasi dan
itelegensi dapat menjadi karakteristik konsep diri yang positif dapat
menjadikan seseorang lansia mampu berinteraksi dengan mudah
terhadap nilai-nilai yang ditunjang dengan status sosialnya.Adanya
penurunan intelektualitas yang meliputi presepsi, kemampuan kognitif,
memori, dan belajar pada usia lanjut menyebabkan mereka sulit untuk
dipahami dan berinteraksi. Persepsi merupakan kemampuan
interprestasi pada lingkungan. Dengan adanya penurunan fungsi sistem
sensorik, maka akan terjadi pula penurunan kemampuan untuk
menerima, memproses, dan merespon stimulus sehingga terkadang
akan muncul aksi/reaksi yang berbeda dari stimulus yang
ada.Kemampuan kognitif dapat dikaitkan dengan penurunan fisiologis
41
organ otak.Selain keadaan fungsional organ otak, kurangnya motivasi
pada lansia juga berperan. Motivasi akan semakin menurun dengan
menganggap bahwa lansia itu sendiri merupakan beban bagi orang
lain.
c) Apek Sosial
Ada beberapa teori sosial yang berkaitan dengan proses
penuaan diantaranya yaitu teori interaksi sosial, teori penarikan diri,
teori aktivitas, teori kesinambungan, teori perkembangan, dan teori
stratifikasi usia.Simmons, mengemukakan bahwa kemampuan lansia
akan terus menerus menjalin interaksi sosial merupakan kunci untuk
mempertahankan status sosialnya.
d) Aspek Spiritual
Komponen spiritual merujuk pada pengertian hubungan
individu dengan alam semesta dan persepsi individu tentang arti
kehidupan.James Fowler meyakini bahwa kepercayaan/ dimensia
spiritual adalah suatu kekuatan yang memberi arti kehidupan bagi
seseorang.Fowler menggunakan istilah kepercayaan sebagai suatu
bentuk pengetahuan dan cara berhubungan dengan kehidupan akhir.
Menurutnya, kepercayaan adalah suatu fenomena timbal balik, yaitu
suatu hubungan aktif antara seseorang dengan orang lain dalam
menanamkan suatu keyakinan, cinta kasih dan harapan.
42
4. Peran Pekerja Sosial
Adapun peran pekerja sosial dalam pelaksanaan dinamika
kelompok selain menjadi fasilitator ialah sebagai berikut18:
a) Fasilitator
Melihat bahwa banyak waktu yang digunakan oleh community
worker dihabiskan dalam kelompok-kelompok yang ada di
masyarakat. Karena itu keefektifan kerja dari community worker
juga akan sangat terkait dengan keterampilannya untuk berinteraksi
dengan kelompok.
b) Pemercepat Perubahan (Enabler)
Sebagai enabler seorang community worker membantu masyarakat
agar dapat mengartikulasikan kebutuhan mereka,
mengidentifikasikan masalah mereka, dan mengembangkan
kapasitas mereka agar dapat menangani masalah yang mereka
hadapi secara lebih efektif.Peran sebagan enabler ini adalah peran
klasik dari seorang pekerja sosial. Dasar filosofis dari peran ini
adalah “help people to help themselves”
c) Perencana Sosial (Sosial Planner)
Seseorang perencana sosial mengumpulkan data mengenai masalah
sosial yang terdapat pada komunitas, menganalisisnya dan
menyajikan alternative tindakan yang rasional untuk menangani
permasalahan tersebut.Setelah itu perencanaan sosial
mengembangkan program, mencoba mencari alternatif sumber
18Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan IntervensiKomunitas (Pengantar Pada Pemikiran dan Pendekatan Praktis), (Jakarta: Lembaga PenerbitFakultas Ekonomi UI, 2001) h. 62-65.
43
pendanaan, dan mengembangkan berbagai minat ataupun
kepentingan.
5. Prinsip-Prisip Praktek Pekerja Sosial Dengan Orang Tua
Menurut Abraham Monk praktek pekerja sosial harus sesuai pada
kerangka konseptual sesuai dengan nilai-nilai profesi, prinsip dan tujuan
praktek pekerjaan sosial dengan orang yang lebih tua. Adapun prinsip-
prinsip praktek pekerja sosial dengan orang tua ialah sebagai berikut:19
a. Membantu seseorang dalam memperluas kompetensi mereka dan
meningkatkan kemampuan untuk memecahkan permasalahan
mereka.
b. Membantu seseorang dalam memperoleh pelayanan.
c. Membuat organisasi responsive terhadap orang-orang dan
pengaruh antara organisasi dengan lembaga.
d. Memfasilitasi interaksi lansia dan orang lain dalam lingkungan
mereka.
e. Mempengaruhi kebijakan sosial dan lingkungan.
D. Lanjut Usia
1. Pengertian Lanjut Usia (Lansia)
Memasuki masa lanjut usia merupakan periode akhir didalam rentan
kehidupan manusia di dunia ini. Banyak hal penting yang perlu
diperhatikan guna mempersiapkan masa lanjut usia dengan sebaik-baiknya.
Kisaran usia yang ada pada periode ini adalah 60 tahun keatas. Perubahan
fisik kearah penurunan fungsi-fungsi organ merupakan indicator utama
19Diana M. Dinnito and C. Arron McNeece, Social Work Issue and Opportunities in AChallenging Profession, (United States of America: A Viacom Company, 1997), p. 203-204.
44
yang tampak jelas, guna membedakan periode ini dengan periode-periode
sebelumnya.
Sebagaimana halnya tugas dan perkembangan yang ada dan harus
dijalani pada periode-periode sebelumnya, individu-individu yang berada
pada periode lanjut usia juga memiliki tugas perkembangan yang harus
dilalui dengan sebaik-baiknya. Diantara tugas perkembangan yang
hendaknya di lalui oleh para lanjut usia adalah:
a. Menyesuaikan diri dengan menurunnya kekuatan fisikdan kesehatan.
b. Menyesuaikan diri dengan masa pensiun dan berkurangnya income
(penghasilan) keluarga.
c. Menyesuaikan diri dengan kematian pasangan hidup.
d. Menjalin hubungn degan orang-orang seusianya.
e. Membentuk pengaturan kehidupan fisik yang memuaskan.
f. Menyesuaikan diri dengan peran sosial secara luwes dan harmonis.20
Lanjut usia dikategorikan sebagai kelompok lemah atau tidak
berdaya, yang dimana sesuai dengan apa yang telah dikatakan Edi Suharto,
yang terdapat dalam kelompok-kelompok lemah, yaitu:
a. Kelompok lemah secara structural, baik lemah secara kelas, gender,
maupun etnis.
b. Kelompok lemah secara khusus, seperti manula, anak-anak, dan
remaja penyandang cacat, gay, lesban dan masyarakat terasing.
c. Kelompok lemah secara personal, yakni mereka yang mengalami
masalah pribadi atau keluarga.21
20Dra. Zahrotun, M.Si, Dkk.,Psikologi Perkembangan Tinjauan Psikologi Barat danPsikologi Islam, ( Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), h. 126.
45
2. Kebutuhan Lanjut Usia
Lanjut usia sebagai manusia memiliki kebutuhan-kebutuhan
sebagaimana pada umumnya, yaitu kebutuhan makan, perlindungan,
perawatan, kesehatan dan kebutuhan-kebutuhan sosial dalam mengadakan
hubungan dengan orang lain. Akibat adanya kurangnya kemampua secara
fisik, psikologi, sosial dan ekonomi karena proses ketuaan yang dialami
serta perubahan-perubahan peranannya sehingga terjadi kontradiksi, yakni
di satu sisi adanya peningkatan kebutuhan, namun di sisi lain beberapa
kebutuhan lanjut usia tertentu tidak dapat terpenuhi secara memadai.
a. Kebutuhan-kebutuhan utama (primer) lanjut usia meliputi:
1) Kebutuhan biologis/fisik: yang meliputi kebutuhan makanan yang
bergizi, pakaian, dan papan (tempat berteduh).
2) Kebutuhan ekonomi: berupa penghasilan yang memadai yang
dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan dasar lansia.
3) Kebutuhan kesehatan: berupa kesehan fisik, mental, perawatan dan
kenyamanan.
4) Kebutuhan psikologis: meliputi kasih sayang, adanya tanggapan
dari orang lain, ketentraman, merasa berguna, memiliki jati diri
serta status yang jelas.
5) Kebutuhan sosial: berupa peranan-peranan dalam hubungan
dengan orang lain, hubungan antar pribadi dalam keluarga, teman-
teman sebaya dan hubungan dengan organisasi-organisasi sosial.
b. Kebutuhan-kebutuhan kedua (seknder) lanjut usia antara lain meliputi:
21Edi Suhatro, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, (Jakarta: PT RefikaAditama, 2005), h.60.
46
1) Kebutuhan dalam melakukan aktivitas.
2) Kebutuhan dalam pengisian waktu luang.
3) Kebutuhan yang bersifat kebudayaan, seperti informasi dan
pengetahuan, keindahan dan lain-lain.
4) Kebutuhan yang bersifat politis, yaitu meliputi status, perlindungan
hukum, partisipasi dan keterlibatannya didalam kegiatan
kemasyarakatan dan negara atau pemerintah.
Kebutuhan yang bersifat keagamaan/spiritual seperti memahami
akan makna kehadiran dirinya di dunia dan memahami hal-hal yang tidak
diketahui atau diluar dari kehidupan termasuk kematian.22
22Kementerian Sosial RI, Pedoman Pelayanan Sosial Lanjut Usia dalam Situasi Darurat,(Jakarta : Direktorat RESOS dan Direktorat Pelayanan Sosial Lanjut Usia, 2013), h.10-12.
47
BAB III
PROFIL LEMBAGA
A. Latar Belakang Berdirinya Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi
Mulia 1 Cipayung Jakarta Timur
Keberhasilan pembangunan meningkatkan derajat kesehatan dan
gizi masyarakat berpengaruh terhadap meningkatnya usia harapan hidup dan
jumlah lanjut usia. Semakin meningkatnya tuntutan kehidupan kebutuhan
ekonomi, khususnya di kota-kota besar, menyebabkan terjadinya pergeseran
nilai dalam keluarga. Kondisi ini mengarah kepada semakin berkurangnya
perhatian keluarga terhadap lanjut usia karena keterbatasan waktu yang
tersedia. Akibatnya banyak lanjut usia terlantar dan harus hidup sendiri tanpa
perhatian dan pendampingan keluarga serta tidak dapat melakukan aktifitas
yang bermakna dalam mengisi hari tuanya, selanjutnya keberadaan lanjut usia
menjadi beban bagi keluarga. Kondisi ini menuntut Pemerintah Daerah
(PEMDA) untuk memberikan pelayanan sosial kepada lanjut usia sehingga
dapat menghindarkan mereka dari keterlantaran dari berbagai aspek.
PSTW Budi Mulia 1 merupakan salah satu Unit Pelaksanaan
Teknis (UPT) Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta dalam melaksanakan
kegiatan pelayanan kesejahteraan sosial lanjut usia terlantar. Panti Sosial
Tresna Werdha Budi Mulia 1 yaitu dibangun pada tahun 1968 di atas lahan
seluas 9.999 m2 yang dikukuhkan menjadi PANTI WERDHA 1 CIPAYUNG
melalui SK Gubernur DKI Jakarta No. CA11/29/1/1972. Selanjutnya
mengalami pergantian nama menjadi PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA
48
(PSTW) Budi Mulia 1 Cipayung melalui SK Gubernur Provinsi DKI Jakarta
No. 736 Tahun 1996.
Dengan berlakunya Perda No. 3 Tahun 2001 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Perangkat Daerah dan Sekretaris DPRD, SK Gubernur DKI
Jakarta No. 41 Tahun 2002 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Kerja
Dinas Bina Mental Spiritual dan Kesejahteraan Sosial Provinsi DKI Jakarta,
Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1 Cipayung, dikukuhkan kembali
nerdasarkan SK Gubernur DKI Jakarta No. 163 Tahun 2002 tentang
Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di lingkungan
Dinas Bintal dan Kessos Provinsi DKI Jakarta, dan Peraturan Gubernur No.
57 Tahun 2010 tentang Organisasi Tata Kerja PSTW Budi Mulia 1.
B. Visi, Misi, dan Tujuan
1. VISI PSTW BM I:
“Mengangkat Harkat dan Martabat Lansia Terlantar menuju Kehidupan
Layak, Sehat Normatif dan Manusiawi”
2. MISI PSTW BM I:
1. Menyelenggarakan penampungan lansia terlantar dalam rangka
perlindungan social.
2. Menyelenggarakan pelayanan sosial, psikologis, perawatan medis,
bimbingan fisik, mental spiritual dan bimbingan pemanfaatan waktu
luang.
3. Menyelenggarakan penyaluran bina lanjut dan pemulasaran jenazah.
4. Menjalin keterpaduan dan kerjasama lintas sosial.
5. Menggalang peran serta sosial masyarakat dan dunia usaha.
49
3. TUJUAN
Meningkatkan taraf kesejahteraan, kualitas hidup dan
keberfungsian sosial lanjut usia terlantar, sehingga dapat membuat hari
tuanya dengan mengikuti ketenteraman lahir dan batin.
C. Falsafah Lembaga
Adapun dasar-dasar hukum yang dipakai di PSTW BM I, diantaranya:
1. UU no. 13 th 1998 tentang Kesejahteraan Lansia.
2. UU no. 32 th 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
3. UU no. 11 th 2009 tentang Pokok-pokok Kesejahteraan Sosial.
4. Peraturan Pemerintah no. 25 th 2000 tentang Kewenangan Pemeintah
dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom.
5. Peraturan Gubernur no. 104 th 2009 tentang Organisasi dan Kerja
Dinas Sosial Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
6. Peraturan Gubernur no. 57 th 2010 tentang Organisasi dan Kerja Panti
Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1.
50
D. Struktur Organisasi Lembaga
Adapun struktur kepengurusan Panti, yakni:
Tabel 2
Struktur Organisasi Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi
Mulia1
a. Pembagian Tugas
Adapun Job desc yang dilakukan oleh pengurus di PSTW BM I, yaitu:
1. Ketua Panti bertugas memonitoring segala pekerjaan setiap divisi/seksi.
Di samping itu, Kepala Panti juga melaksanakan tugas manajerial dan
teknis operasional pelayanan dan rehabilitasi sosial sesuai dengan
Peraturan Perundang undang undangan yang berlaku.
2. Tata Usaha berperan dalam melakukan urusan surat menyurat,
kepegawaian, menyusun laporan keuangan, menginput data-data
Ketua Panti
Bpk. Akmal Towe, M.Si
KA.SUBAG Tata Usaha
Dra. Susiana, M.Si
KA. Sie Bimbingan Penyaluran
Asep Syahrial, S.Sos
KA. Sie Perawatan
Dra. Hj. Tantri Retno
Utari
Pekerja Sosial
Siti Fatonah, S.Sos
51
keuangan, transparansi dana, perlengkapan, serta sarana dan prasarana
Panti.
3. Sie. Perawatan merupakan divisi yang membantu pekerja sosial untuk
melakukan seleksi tehadap calon WBS berdasarkan segi moralitas dan
kesehatannya. Seksi perawatan juga berfungsi sebagai bagian yang
mengatur masalah sandang, pangan, kebersihan lingkungan, kerapihan
wisma dan WBS, obat-obatan bagi WBS yang sakit, serta pemberian
vitamin untuk seluruh WBS.
4. Sie. Bimbingan Penyaluran merupakan divisi yang mengawasi jalannya
program yang telah disepakati oleh Dinas dan pihak panti seperti
bimbingan rohani, senam, kerajinan tangan dan kesenian, layanan
konseling dan case conference.
5. Pekerja Sosial merupakan divisi yang melakukan indentifikasi,
registrasi, seleksi dan penerimaan serta penjelasan program kepada
WBS.
b. Pengambilan Keputusan
Dalam hal pengambilan keputusan, PSTW Budi Mulia 1
mengambil keputusan dengan sistem non-direktif (secara tidak langsung)
karena pengambilan keputusan dilakukan secara bermusyawarah antara
ketua panti dengan para staff panti.1
E. Jangkauan Layanan
Adapun target layanan PSTW Budi Mulia 1, diantaranya:
1. Lanjut usia terlantar usia 60 tahun keatas
1 Wawancara Pribadi dengan Ibu Siti Fatonah sebagai Pekerja Sosial (Jakarta, 13 Juli2014)
52
2. Penduduk DKI Jakarta
3. Lanjut usia terlantar
4. Ada surat pengantar dari RT/RW dan Kelurahan
5. Rekomendasi dari suku Dinas Sosial wilayah
F. Sarana dan Prasarana Lembaga
PSTW BM1 merupakan salah satu UPT Dinas Sosial Provisnsi DKI
Jakarta dalam melaksanakan kegiatan pelayanan kesejahteraan sosial lanjut
usia terlantar. Dibangun pada tahun 1968 di atas lahan milik pemerintah seluas
9.999 m2. Sarana dan prasaran yang ada di PSTW BM 1, terdiri dari :
1. Gedung kantor utama, didalam gedung kantor utama yang berfungsi
sebagai ruang kantor dan tempat dilaksanakannya case conference,
maupun rapat-rapat untuk para staf.
2. Wisma WBS, wisma WBS terdiri dari :
a. Wisma Asoka: dalam wisma Asoka diperuntukkan untuk WBS
wanita yang masih sangat mandiri dan potensial.
b. Wisma Bougenville: dalam wisma Bougenville diperuntukkan WBS
wanita yang masih mandiri dan beberapa potensial.
c. Wisma Cempaka: dalam wisma Cempaka diperuntukkan untuk WBS
wanita yang setengah renta dan setengah mandiri, tetapi lebih
mengarah ke renta.
d. Wisma Dahlia: dalam wisma Dahlia diperuntukkan untuk WBS
wanita yang sudah renta.
e. Wisma Edelweis: dalam wisma Edelweis diperuntukkan untuk WBS
pria yang sudah renta.
53
f. Wisma Flamboyan: dalam wisma Flamboyan diperuntukkan untuk
WBS yang tidak potensial.
g. Wisma Catiliya: wisma ini diperuntukan bagi kakek yang masih
potensial
3. Poliklinik : poliklinik ini berfungsi memeriksa kesehatan para WBS yang
dilakukan oleh dokter, bidan dan psikiatri (untuk kejiwaan). Poliklinik ini
juga dijadikan sebagai posyandu lansia Melati Putih.
4. Aula, aula sebagai tempat berkumpul melakukan kegiatan panti dan
tempat penerimaan tamu atau menyelenggarakan kegiatan kunjungan.
5. Ruang konsultasi, ruang ini dijadikan untuk melakukan konseling dengan
psikolog maupun dengan pekerja sosial.
6. Ruang taman bacaan
7. Ruang pemulasaran jenazah, ruang ini diperuntukkan untuk mengurus
jenazah WBS, dari mulai dimandikan hingga dikafankan.
8. Ruang keterampilan, ruang ini dijadikan tempat melakukan kegiatan
keterampilan.
9. Dapur
10. Mushollah
11. Asrama TPS (Tenaga Pelayanan Sosial), ruang ini digunakan untuk tempat
istirahat sementara bagi para TPS.
12. Rumah dinas, rumah ini diperuntukkan untuk pegawai PSTW BM 1 yang
harus selalu stand by disekitar panti, misalkan perawat yang tiba-tiba
dibutuhkan WBS.
54
13. Lapangan, lapangan ini digunakan untuk melakukan kegiatan panti seperti
senam, sekaligus dijadikan lahan parkir untuk para tamu atau staf.
G. Kemitraan dengan Pihak Luar
a. Hubungan Lembaga dengan Masyarakat
Hubungan Lembaga dengan masyarakat sekitar dapat dikatakan
cukup baik, terbukti dengan adanya PHLU (Pelayanan Harian Lanjut Usia)
yang dimana di Panti terdapat Posyandu Lansia yang dapat digunakan oleh
warga sekitar Panti khususnya Lansia di RT. 007 karena di daerah sekitar
belum memiliki layanan Posyandu Lansia. Maka dari itu, Panti dengan
warga sekitar RT 007/06 bekerja sama dalam hal Posyandu. Begitu juga
bila ada kegiatan seperti Senam, maka warga sekitar dapat mengikuti
senam bersama-sama.
b. Kerjasama dengan Jaringan Lembaga
Kerjasama yang telah dilakukan oleh PSTW Budi Mulia 1
Cipayung, dalam rangka pelayanan dan rehabilitasi sosial kepada lansia,
yaitu :
1. Dinas sosial, Satpol PP dalam pengiriman calon WBS (lansia terlantar)
dan menindaklanjuti hasil razia yang dilaksanakan.
2. RSKD Duren Sawit dan RSKD Satelit dalam bantuan tenaga medis
untuk melakukan pemeriksaan kejiwaan terhadap WBS Panti.
3. RSUD Budi Asih dan RSUD Pasar Rebo dalam hal memberikan
pelayanan kesehatan pada lansia.
4. Kecamatan Cipayung dalam program Posyandu Lansia yang ditangani
oleh Dokter Puskesmas setempat untuk memberikan pelayanan
55
kesehatan pada PHLU (Pelayanan Harian Lanjut Usia), seperti
pemeriksaan tinggi badan, berat badan, tensi darah, dsb.
5. PUM (Panti Usada Mulia) dalam bentuk perawatan untuk lansia yang
sakit.
6. Dinas Pemakaman, dalam bentuk memberikan fasilitas pemakaman
bagi para WBS yang meninggal di Panti.
7. PSBI (Panti Sosial Bina Insan) 2 Cengkareng, dalam bentuk
memberikan fasilitas yang sesuai bagi para WBS Panti (khusus lansia)
yang mengalami gangguan psikotik.
H. Sumber Daya Manusia (SDM)
Pembagian kerja setiap kepala seksi sebagian besar tidak berdasarkan
kompetensi, melainkan berdasarkan pengabdian dan pengalaman. Misalnya,
staf pada bagian keperawatan yang bertugas sebagai pendamping wisma tidak
harus berlatar belakang pendidikan perawatan. Tetapi pengabdian dan
pengalaman yang dibutuhkan untuk menjadi pendamping wisma. Meskipun
seperti itu, ada beberapa posisi yang menghariuskan memiliki latar belakang
sesuai dengan bidang yang bersangkutan, seperti untuk mengsisi posisi
pekerja sosial di panti harus berlatar belakang kesejahteraan sosial dan
memiliki SK (Surat Keputusan).
Rasio pekerja sosial yang ada di panti dengan WBS (Warga Binaan
Sosial) adalah 3 : 210 yang sudah tersertifikasi dan sudah memiliki Surat
Keputusan (SK) ) untuk menjadi peksos. Pekerjaannya pun menjadi jabatan
fungsional, seperti assessment, intervensi klien dan lain-lain. Artinya, pekerja
56
sosial di PSTW BM 1 hanya berjumlah 3 orang, sedangkan pekerja sosial
tersebut harus menangani kurang lebih 210 WBS yang ada di panti.
Pengembangan kompetensi, dalam hal pelatihan untuk para Staff
ataupun Tenaga Pelayanan Sosial (TPS) yang ada di PSTW BM 1
diselenggarakan oleh Kementerian Sosial (Kemensos) dan Dinas Sosial
(Dinsos) dengan waktu yang tidak menentu tetapi rutin dilaksanakan. Tempat
pelaksanaan di BPPKS (Balai Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial)
yang terletak di Lembang, Jawa Barat. Untuk biaya pelatihan, jika Kemensos
yang menyelenggarakan bebas biaya, tetapi diluar Kemensos seperti Dinas
Sosial dikenakan biaya pelatihan. Selain itu untuk menunjang Pengembangan
profesi para staff tidak hanya pelatihan tertapi juga ditunjang dengan seminar-
seminar atau Diklat-diklat dari Universitas atau Institusi lain yang
mengadakan.
Penilaian kinerja dilakukan setiap bulan, setiap orang ada laporannya,
dan yang menilai adalah kepala seksi. Sedangkan kepala panti yang menilai
adalah kepala dinas. Apabila kinerjanya bagus, maka akan ada reward berupa
TKD (Tunjangan Kinerja Daerah).
Sistem Monitoring dan Evaluasi dilaksanakan melalui supervisi setiap
seksi. Kepala panti selaku supersivor melakukan supervisi kepada
bawahannya yakni Kabag TU dan pekerja sosial. Kabag TU melakukan
supervise kepada Kasie Bimlur dan Kasie Perawatan. Kasie Bimlur
melakukan supervise kepada staf yang bertugas dalam hal bimbingan dan
penyaluran seperti kerajinan tangan dan kesenian. Kasie Perawatan melakukan
57
supervisi kepada staf yang bertugas sebagai penanggung jawab keperawatan di
setiap wisma.
I. Program
Adapun program-program yang terdapat di PSTW Budi Mulia 1, yaitu:
1. Pelatihan-pelatihan seperti keterampilan menjahit, membuat keset dan
meronce bunga dari sedotan khusus bagi para lansia yang masih
potensial. Hal tersebut berfungsi untuk dapat mengembangkan
kreatifitas para lansia yang masih ingin bekerja dan berkarya.
2. Kegiatan bermain Angklung sebagai terapi pemulihan para lansia yang
memiliki riwayat penyakit stroke. Disisi lain bermain Angklung juga
dapat membantu menggabungkan fungsi otak kiri (lewat syair lagu)
dan otak kanan (tangga nada), sehingga dapat menjadi jembatan otak
untuk menjadi aktif dan tidak mudah lupa (membantu meningkatkan
memori).
3. Kegiatan Bimbingan Rohani seminggu 2 kali setiap hari Senin dan
Kamis, baik rohani agama Islam (Pengajian) maupun Kristen
(Kebaktian dan Ke Gereja).
4. Kegiatan Panggung Gembira. Disini para lansia dituntut untuk bebas
berekspresi, tidak peduli suaranya merdu atau tidak, tujuannya dapat
melatih rasa kepercayaan diri lansia untuk mau berjoget dan riang
gembira bersama.
5. Pelatihan rebana untuk para lansia kakung dan perempuan (hari
berbeda), membantu untuk melatih gerakan otot tangan dan sebagai
salah satu tujuan untuk memperkenalkan salah satu alat musik
Indonesia.
58
6. Kegiatan Senam yang dilakukan seminggu 2 kali, tujuannya agar dapat
memberfungsikan syaraf dan motorik para lansia, terutama bagi
mereka yang merupakan penderita jantung, stroke dan diabetes.
7. Program Dinamika Kelompok.
Program ini dilaksanakan satu kali dalam seminggu dan kegiatan
dinamka kelompok ini dilaksanakan pada hari Rabu ataupun Jum’at.
Waktu dalam kegiatan ini tidak ditentukan, karena melihat dari kondisi
WBS yang sudah tua dan sudah tidak bisa melakukan aktivitas terlalu
lama. Program ini dimaksudkan agar adanya pengembangan diri
lansia, adanya interaksi, sosialisasi mereka lebih baik, ada kepercayaan
diri mereka dan WBS dapat merasa terhibur.
Dinamika kelompok ini menjadi suatu program di PSTW karena
adanya pengajuan dari Seksi Bimbingan dan Penyaluran (Bimlur) ke
Dinas Sosial. Permintaan program ini sudah di rencanakan sejak tahun
2013 namun dapat terlaksana di tahun 2014. Kegiatan ini sudah
berjalan selama 1 tahun. Pada pelaksanaan kegiatan ini WBS
didampingi dengan Pekerja Sosial dan Tenaga Pelayanan Sosial (TPS)
untuk mengikuti dinamika kelompok. Yang menjadi fasilitator dalam
kegiatan ini ialah psikolog. Jumlah peserta tidak di tentukan biasanya
Peksos dan psikolog melibatkan WBS yang masih potensial dan mau
ikut dalam pelaksanaan kegiatan ini. Dinamika kelompok di PSTW.
59
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISA
A. Implementasi Program Dinamika Kelompok Terhadap Lanjut Usia
di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1
Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 1 memberikan
pelayanan terhadap lanjut usia atau Warga Binaan Sosial (WBS) dengan
adanya program dinamika kelompok. Dalam implementasi program dinamika
kelompok di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 1, metode dan
proses pelaksanaan dinamika kelompok berusaha menumbuhkan dan
membangun kelompok dari kumpulan individu-individu yang belum saling
mengenal satu sama lain, menjadi satu kesatuan kelompok dengan satu tujuan
dan suatu cara pencapaian berusaha yang disepakati bersama. Dinamika
kelompok membuat setiap anggota kelompok semakin menyadari siapa
dirinya dan siapa orang lain yang hadir bersamaan dalam suatu kelompok,
dengan segala kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Hal ini perlu
diciptakan karena kelompok akan menjadi efektif apabila memiliki satu
tujuan, satu cara tertentu untuk mencapai tujuan tersebut, yang diciptakan dan
disepakati bersama dengan melibatkan semua anggota kelompok. Sesuai
dengan apa yang di ucapkan oleh Ibu Siti Fatonah selaku Pekerja Sosial
sebagai berikut:
“Dalam pelaksanaan dinamika kelompok kami membuatperjanjian dengan WBS sesuai dengan yang telah disepakati bersama,tentu saja dengan memberikan beberapa pilihan materi permainanagar pelaksanaannya terarah dan memiliki satu tujuan”1
1 Wawancara Pribadi dengan Ibu Siti Fatonah, S.sos sebagai Pekerja Sosial (Jakarta, 13Agustus 2014)
60
Implementasi program dinamika kelompok merupakan kegiatan yang
bertujuan untuk membantu mengatasi permasalahan lansia secara
berkelompok dan dapat membantu mengembangkan potensi lansia secara
optimal sesuai dengan kemampuannya. Setelah mengikuti program dinamika
kelompok ini diharapkan adanya interaksi dengan para lanisa yang lain,
adanya rasa saling menghargai satu dengan yang lain dan timbul rasa
solidaritas terhadap sesama WBS sehingga dapat saling menghormati dan
saling menghargai pendapat orang lain. Sebagaimana yang diungkapkan oleh
Ibu Siti Masitoh, M.Psi sebagai Psikolog:
“Tujuan dilaksanakannya dinamika kelompok ini pada dasarnyaagar adanya interkasi bersama, bisa having fun, terus setiap kegiatanmemang dirancang khusus sesuai dengan kebutuhan WBS. Misalnyasesuai dengam motorik halus, jadi nanti kegiatannya berhubungandengan itu seperti, mengestafet buku. Mereka kan dibentuk kelompokseperti itu agar ada interaksinya dengan yang lain dan dapatmembangun perasaan positive dengan teman-teman.”2
Dalam memberikan materi saat pelaksanaan program dinamika
kelompok ialah staff yang memiliki latar belakang pendidikan dan
pengalaman yang menyatakan kesesuaian antara kemampuan dan pendidikan
yang dimiliki dengan program yang dijalankan. Staff yang berhubungan
langsung dengan pelaksanaan program dinamika kelompok terdiri dari 3 orang
yakni dengan 2 Psikolog dan 1 Pekerja Sosial.
2 Wawancara Pribadi dengan Ibu Siti Masitoh, M. Psi sebagai Psikolog, (Jakarta, 20Agustus 2014)
61
Tabel 3
Staff yang terlibat dalam pelaksanaan dinamika kelompok
No Nama Jabatan Pendidikan Terakhir
1 Siti Fatonah, S.sos Pekerja Sosial Sarjana Sosial Widuri
2 Rika Fitriyana, M. Psi Psikolog Magister Psikologi YAI
3 Siti Masitoh, M. Psi Psikolog Magister Psikologi YAI
Sumber: Hasil Wawancara Pribadi
Pengetahuan dalam melakukan kegiatan dinamika kelompok dimiliki
oleh kedua Psikolog yang ada di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) BM 1.
Karena ilmu yang mereka miliki diperoleh dari teori yang didapatkan di
bangku kuliah, sedangkan keahlian didapatkan dari pengaplikasian teori serta
pengalaman kerja mereka. Sehingga dapat menunjang perbaikan pada diri
setiap WBS dengan diberikan kegiatan bagi lanjut usia berupa permainan.
Pada pelaksanaan dinamika kelompok ini psikolog dan pekerja sosial berperan
sebagai fasilitator. Dalam melaksanakan dinamika kelompok ini psikolog
harus berorientasi pada keadaan saat itu atau sekarang. Seperti yang
diungkapkan oleh Ibu Rika Fitriyana, M. Psi sebagai Psikolog sebagai berikut:
“Kita dapet informasinya selain kita orientasi langsung kita jugadiskusi dengan Ibu Siti kemudian juga dengan petugas yang lain.Kalau sekiranya ada info-info yang kita perlukan kemudian kitatanyakan kepada perawat juga. Jadi kita banyak diskusi, jadi kita tidaksemata-mata hanya temuan kita aja. Kita kroscek lagi dengan petugasdisini yang sehari hari bersama dengan kakek nenek.”3
Kemudian hal serupa juga di ungkapkan oleh Ibu Siti Fatonah, S. Sos
sebagai pekerja sosial:
3 Wawancara Pribadi dengan Ibu Rika Fitriyana, M. Psi. sebagai Psikolog (Jakarta, 13Agustus 2014)
62
“Dalam pelaksanaannya memang di latih oleh orang-orang yangprofessional yaitu dengan Mba Messi atau Mba Rika, namun tentunyakita berunding terlebih dahulu apa sih materi yang ingin diberikan.Ada koordinasi antara pekerja sosial dengan psikolog. Kita salingberdampingan karena kedua komponen ini tidak dapat terpisahkan.”4
Seperti yang sudah dijelaskan pada Bab II halaman 43-44 dijelaskan
mengenai peran pekerja sosial dalam program dinamika kelompok, yakni
sebagai fasilitator, sebagai pemercepat perubahan (enabler), perantara
(broker), perencana sosial (social planner). Pekerja sosial dalam melakukan
peran sebagai fasilitator diharapkan mampu mengajak WBS untuk ikut serta
berperan aktif dalam menghadapi permasalahan yang dihadapinya. Dan
memfasilitasi WBS dengan suatu program, dapat memberikan manfaat serta
menghibur mereka. Salah satunya dengan menggunakan program dinamika
kelompok.
Selain itu pekerja sosial juga menggunakan peran sebagai pemercepat
perubahan (enabler), pekerja sosial diharapkan membantu para WBS agar
dapat mengartikulasikan kebutuhan mereka, mengidentifikasikan masalah
mereka, dan mengembangkan kemampuan yang WBS miliki agar dapat
menangani masalah yang mereka hadapi secara lebih efektif. Salah satunya
dengan melakukan program dinamika kelompok. Dalam pelaksanaan
dinamika kelompok, pekerja sosial mampu mengidentifikasikan kebutuhan
para WBS dengan adanya berbagai macam permainan.
Kemudian pekerja sosial juga berperan sebagai perencana sosial
(social planner) yakni pekerja sosial merupakan bertugas untuk
mengumpulkan data mengenai masalah sosial yang terdapat di dalam
4 Wawancara Pribadi dengan Ibu Siti Fatonah, S.sos sebagai Pekerja Sosial. (Jakarta, 13Agustus 2014)
63
lembaga, pekerja sosial menganalisis data tersebut dan menyajikan rencana
pemecahan masalah untuk menangani permasalahan WBS. Setelah itu
perencanaan sosial mengembangkan program kegiatan serta mengembangkan
minat yang dimiliki WBS.
Merujuk pada BAB II halaman 43 menurut Abraham Monk prinsip-
prinsip pada pekerja sosial dengan orang tua (lansia), ialah sebagai berikut:
a. Membantu seseorang dalam memperluas kompetensi mereka dan
meningkatkan kemampuan untuk memecahkan permasalahan mereka.
Dalam hal ini pekerja sosial di PSTW Budi Mulia 1 memberikan
pelayanan sosial terhadap lanjut usia agar para WBS dapat mengeksplorasi
kemampuan mereka dengan adanya beberapa program. Salah satunya ialah
Support group yang ada di dalam program dinamika kelompok.
b. Membantu seseorang dalam memperoleh pelayanan. Dalam hal ini pekerja
sosial melakukan segala kemungkinan untuk membantu WBS memperoleh
pelayanan dengan menjaga harkat dan martabat para WBS serta menerima
WBS apa adanya. Kemudian memanfaatkan keterampilan manajeman
kasus untuk memastikan bahwa para WBS menerima semua layanan yang
di perlukan dengan cara yang paling efektif dan efisien dengan cara
membantu masalah WBS dengan tulus ikhlas dan sungguh-sungguh
menyelesaikan masalah. Untuk itulah PSTW Budi Mulia 1 memberikan
suatu program dinamika kelompok. Sesuai dengan yang Ibu Siti Fatonah,
S.sos ungkapkan sebagai berikut:
“Dengan adanya dinamika kelompok bertahap akanmelihat perubahan prilaku lansia yang awalnya hanya diam sajamulai ada interaksi dengan temannya. Mulai mampu menceritakan
64
hal-hal yang dialami beliau dan intinya dapat membantu oranglain, ada rasa empati dengan teman-temannya”5
c. Membuat organisasi responsive terhadap orang-orang dan pengaruh antara
organisasi dengan lembaga. Dalam hal ini PSTW BM 1 mengalami
peningkatan jumlah WBS untuk itulah pekerja sosial harus bertanggung
jawab lebih untuk meyakinkan bahwa pelayanan di lembaga dirancang
untuk mengatasi permasalahan mereka. Pelayanan sangat membantu lansia
jika di rancang untuk mengurang perasaan jenuh atau tidak berdaya.
Dengan adanya Program dinamika kelompok inilah dapat membuat para
WBS merasa terhibur. Sebagaimana yang Ibu Siti Fatonah, S. sos
ungkapkan sebagai berikut:
“Karena dengan dinamika kelompok sedikit banyakmengurangi rasa kejenuhan lansia yang ada di panti dan untukmeningkatkan aktivitas lansia itu sendiri.”6
d. Memfasilitasi interaksi lansia dan orang lain dalam lingkungan mereka.
Pekerja sosial harus terampil dalam membantu WBS bersosialisasi sebagai
sarana untuk mengatasi kehilangan, karena mereka yang tinggal di PSTW
BM 1 Cipayung memang lansia yang sudah tidak memiliki keluarga.
Untuk itulah pekerja sosial harus memfasilitasi interaksi yang saling
menguntungkan antar anggota. Sesuai dengan yang Ibu Siti Fatonah, S.sos
ungkapkan sebagai berikut:
“Dinamika kelompok itu sangat banyak manfaatnya,tentunya ada interaksi, sosialisasi dengan wbs yang lain,pengembangan diri, dimana dinamika kelompok bertahap akanmelihat perubahan prilaku lansia yang awalnya hanya diam saja
5 Wawancara Pribadi dengan Ibu Siti Fatonah, S.sos sebagai Pekerja Sosial. (Jakarta, 13Agustus 2014)
6 Wawancara Pribadi dengan Ibu Siti Fatonah, S.sos sebagai Pekerja Sosial. (Jakarta, 13Agustus 2014)
65
mulai ada interaksi dengan temannya. Mulai mampu menceritakanhal-hal yang dialami beliau dan intinya dapat membantu oranglain, ada rasa empati dengan teman-temannya.7
e. Mempengaruhi kebijakan sosial dan lingkungan. Dalam hal ini pekerja
sosial harus memberikan suatu program atau pelayanan yang terbaik untuk
lansia. Setiap program harus kritis di periksa untuk memastikan bahwa
semua program di PSTW BM 1 mencerminkan maksud yang ingin
disampaikan, dan pekerja sosial bertanggung jawab untuk menilai kembali
permasalahan atau kebutuhan WBS. Sesuai dengan yang Ibu Siti Fatonah,
S.sos ungkapkan sebagai berikut:
“Untuk program dinamika kelompok ini kita sudahberjalan 1 tahun. Program ini dapat terlaksana tentu denganadanya pengajuan dari divisi Bimbingan dan Penyaluran(BIMLUR) ke dinas sosial. Meskipun kita pernah melaksanakan,namun secara administrasi harus di konsep dulu nak. Dilihat darimanfaat untuk lansia bermacam-macam seperti dapatmeningkatkan kepercayaan diri, sosialisasinya baik, jadi saya rasasangat perlu dengan adanya dinamika kelompok ada di semuapanti”
Pemberian materi dalam dinamika kelompok merupakan hal yang
penting dalam proses pelaksanaan program. Adapun materi yang diberikan
oleh Psikolog dan Pekerja Sosial ialah berupa suatu permainan. Seperti yang
di ungkapkan Ibu Siti Fatonah, S. Sos:
“Materi yang kami berikan berbentuk permainan,mengenai pola fikir, motorik kasar atau motorik halus, ataumelatih memori. Kita sesuaikan dengan kondisi lansianya intinyayang mudah di tangkap beliau dan menerima apa yang kitasampaikan. Mediasi ini dilakukan pertama, untuk program Panti.Yang kedua melatih diri lansia untuk menjadi mandiri. Dan artimandiri disini ialah adanya kepercayaan diri. Karena dengandinamika kelompok sedikit banyak mengurangi rasa kejenuhanlansia yang ada di Panti dan untuk meningkatkan aktivitas lansia
7 Wawancara Pribadi dengan Ibu Siti Fatonah, S.sos sebagai Pekerja Sosial. (Jakarta, 13Agustus 2014)
66
itu sendiri. Fungsi dinamika kelompok itu sangat banyak, tentunyaada interaksi, sosialisasi dengan wbs yang lain, pengembangandiri, dimana dinamika kelompok bertahap akan melihat perubahanprilaku lansia yang awalnya hanya diam saja mulai ada interaksidengan temannya. Mulai mampu menceritakan hal-hal yangdialami beliau dan intinya dapat membantu orang lain, ada rasaempati dengan teman-temannya.”8
Berikut program dinamika kelompok yang di berikan Panti Sosial
Tresna Werdha terhadap lanjut usia diantaranya ialah:
1. Dukungan kelompok (Support group)
Dalam pelaksanaan support group ini WBS diberikan
kesempatan untuk menceritakan pengalaman hidupnya yang sampai
saat ini masih terasa sangat berkesan, baik itu sedih ataupun senang.
Pada pelaksanaan ini fasilitator mempersilahkan para WBS yang hadir
untuk bercerita mengenai pengalaman hidupnya yang masih berkesan
sampai saat ini. Kemudian WBS yang hadir dalam support group ini
dapat memberikan komentar yang memberi semangat, motivasi
ataupun dukungan, dan tidak boleh memberikan kritik yang
menjatuhkan, menilai serta menyalahkan.9
Adapun tujuan dari kegiatan ini ialah sebagai berikut:
a. Memberikan wadah bagi WBS untuk lebih membuka diri.
b. Memberikan wadah bagi WBS untuk melepaskan beban
pikirannya.
c. Menumbuhkan rasa saling mendukung.
8 Wawancara Pribadi dengan Ibu Siti Fatonah, S. Sos. sebagai Pekerja Sosial (Jakarta, 20Agustus 2014)
9 Observasi kegiatan Support Group di PSTW BM 1, pada tanggal 29 Agutus 2014.
67
d. Membuat satu sama lain saling mengenal dan dapat
memahami perasaan serta mengetahui latar belakang
kehidupan teman-temannya,
Hasil yang dicapai dari kegiatan ini ialah sebagai berikut:
a. WBS yang mengikuti kegiatan ini sangat antusias.
b. Peserta lebih mengenal dan memahami orang lain dalam
suatu kelompok.
c. WBS yang bercerita mendapatkan perasaan yang lebih
positif, lebih lega dan merasa mendapat dukungan dari
teman-temannya.
2. Permainan Kelompok
Permainan dalam dinamika kelompok menggunakan 2 metode
permainan yaitu berdasarkan memori ataupun motorik lansia. Dalam
metode permainan memori biasanya psikolog ataupun pekerja sosial
memberikan permainan yang berpengaruh terhadap daya ingat seperti
cerdas cermat atau diskusi/sharing. Sedangkan pada motorik lansia
biasanya menggunakan berbagai macam media yang dapat dijadikan
permainan diantaranya ialah: bola, kertas origami, kelereng, biji-bijian
dan lain sebagainya.10
Sedangkan metode permainan motorik terbagi lagi menjadi 2
bagian yaitu:
10 Wawancara Pribadi dengan Ibu Siti Fatonah, S. Sos. sebagai Pekerja Sosial (Jakarta, 20Agustus 2014)
68
a. Motorik halus:
Permainan yang digunakan dalam motorik halus yakni sebuah
permainan kompetisi. Fasilitator memberikan alat bantu berupa
gelas plastik kosong, mangkuk, sendok dan kacang merah. Media
ini digunakan untuk suatu permainan mengisi gelas kosong dengan
kacang secara estafet. Fasilitator membagi peserta menjadi 2
kelompok, kemudian setelah itu fasilitator memberikan instruksi
mengenai cara bermain dan aturan bermainnya. Pada permainan ini
tugas kelompok adalah memindahkan kacang secara estafet
menggunakan sendok dan dimasukan ke gelas kosong.
Adapun tujuan dari kegiatan ini ialah sebagai berikut:
1) Mengakrabkan antar WBS.
2) Melatih konsentrasi.
3) Melatih kerjasama.
4) Melatih motorik halus.
5) Menambah semangat untuk berkegiatan
Hasil yang dicapai dari kegiatan ini ialah sebagai berikut:
1) WBS yang mengikuti kegiatan ini sangat antusias, senang dan
gembira.
2) Muncul semangat karena suasana kompetisi.
3) Semua WBS yang hadir dapat ikut terlibat, bahkan WBS yang
sehari-harinya diam dan pemalu, tidak dapat berjalan, kurang
lancar berkomunikasi, dapat ikut serta secara aktif dalam
permainan.
69
4) Dari permainan ini, dapat terlihat WBS yang bersemangat
ataupun yang kurang bersemangat, dapat didiagnosa juga WBS
yang kemampuan dan motorik halusnya baik ataupun kurang
baik.
5) Petugas yang berinteraksi sehari-hari dengan WBS, dapat
melihat beberapa WBS ada yang mengalami peningkatan dan
ada juga yang mengalami penurunan sehingga dapat menjadi
perhatian mengenai pendekatan yang akan dilakukan
kemudian.
6) Dalam permainan ini interaksi keseharian akan nampak,
misalnya yang suka marah-marah, berbicara kasar, mudah
patah semangat ataupun kurang sabar.11
b. Motorik kasar
Permainan yang dilakukan dalam melatih motorik kasar ini
ialah dengan senam otak. Dalam melakukan senam otak, fasilitator
mengajarkan sebuah lagu yang akan digunakan dalam kegiatan
senam otak. Kemudian fasilitator memandu peserta untuk
menyanyikan lagu senam otak bersama-sama. Lalu mempraktekan
gerakan senam otak sederhana kepada seluruh peserta. Setelah itu
peserta bersama-sama menyanyikan lagu dan melakukan gerakan
senam otak secara bersamaan. Adapun tujuan dalam kegiatan ini
ialah sebagai berikut:
1) Meningkatkan konsentrasi.
11 Observasi kegiatan Permainan Motorik Halus di PSTW BM 1, pada tanggal 18 Juni2014
70
2) Melatih koordinasi motorik kasar.
3) Meningkatkan motorik kasar.
Hasil yang dicapai dari kegiatan ini ialah sebagai berikut:
1) WBS cukup antusias mengikuti kegiatan ini dan berpartisipasi
secara aktif.
2) Saat fasilitator memberikan intruksi sebagian WBS ada yang
langsung mengikuti dan yang lainnya bersikap pasif.
3) Pembelajaran yang didapat dari kegiatan ini ialah: daya ingat,
konsentrasi, dan koordinasi motorik halus.12
Dari kedua materi yang diberikan oleh psikolog ataupun
pekerja sosial memang tidak banyak karena disesuaikan pada
implementasinya di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi
Mulia 1. Seperti apa yang telah diungkapkan oleh Ibu Rika
Fitriyana, M. Psi sebagai berikut:
“Sejauh ini sih kita pake itu aja. Dan itu aja udah cukupbanyak yah untuk lansia. Karena kita gak perlu cukup banyakteknik menyampaikannya. Yang penting kita konsisten.Menyampaikannya juga kita dengan bahasa yang ringan saja. Yangmudah dimengerti. Kalau dianya belum mau cerita masih blockingjangan dipaksa, karena mereka akan narik diri. Karena dalamkapasitas intelegensy itu kan dibawah rata rata kemudian latarbelakang pendidikan itu juga mempengaruhi. Bagaimana merekamenyerap informasi mengelola informasi”13
Dinamika kelompok ini dilaksanakan 1 kali dalam seminggu. Yakni
pada hari Rabu ataupun Jum’at. Waktu dalam melakukan kegiatan ini tidak di
tentukan karena melihat dari kondisi fisik lansia yang sudah melemah.
12 Observasi kegiatan Support Group di PSTW BM 1,pada tanggal 25 Juni 2014.13 Wawancara pribadi dengan Ibu Rika Fitriyana, M. Psi. sebagai Psikolog (Jakarta, 29
Agustus 2014)
71
Pelaksanaannya dinamika kelompok ini dilakukan di dalam wisma, di taman,
ataupun di aula. Tergantung dari jenis kegiatan yang akan dilakukan.
Selain itu pula, dalam pelaksanaan dinamika kelompok ini. Lansia
yang berada di dalam Panti juga dapat mengembangkan diri mereka melalui
aktivitas kelompok. Sehingga mereka dapat beradaptasi baik secara sosial,
tingkah laku, dan emosional melalui proses kelompok. Selain itu pula
dinamika kelompok merupakan suatu kegiatan yang dapat menunjang
aktivitas lansia di Panti menjadi bertambah dan dengan adanya pelaksanaan
dinamika kelompok, lansia mampu mengembangkan potensi yang mereka
miliki.
Adapun teori yang di gunakan dalam pelaksanaan dinamika kelompok
yaitu teori pembentukan kelompok dari Homans pada BAB II halaman 28-
29 yakni teori Activity-Interaction-Sentiment Theory. Dalam teori ini
menjelaskan mengenai suatu interaksi dalam kelompok dengan konsepsi
dasar yang berpijak pada dasar pemikiran sebagai berikut:
a) Semakin banyak seseorang melakukan aktivitas bersama dengan orang
lain, maka semakin banyak interaksi yang dapat menumbuhkan rasa
kebersamaan.
b) Semakin sering seseorang melakukan interaksi, maka semakin sering
seseorang tersebut membagi perasaan dengan orang lain.
c) Semakin seseorang memahami perasaan orang lain maka semakin
tinggi interkasi yang dilakukan, berarti juga semakin sering aktivitas
dilakukan.
72
Seperti yang telah peneliti paparkan diatas semakin banyak WBS
melakukan aktivitas bersama orang lain, maka semakin banyak pula interaksi
yang dapat menumbuhkan kebersamaan. Untuk itulah kegiatan seperti
dinamika kelompok sangat dibutuhkan, karena dengan adanya kegiatan ini
membuat satu sama lain saling mengenal lebih dalam mengenai perasaan dan
latar belakang orang lain, serta dapat menumbuhkan rasa saling mendukung.
Selain itu pula telah di jelaskan pada BAB II halaman 38 mengenai
teori aktivitas menurut Palmor dan Lemon et al. menyatakan bahwa penuaan
yang sukses tergantung dari bagaimana seorang lansia merasakan kepuasan
dalam melakukan aktivitas serta mempertahankan aktivitas tersebut lebih
penting dibandingkan kuantitas dan aktivitas yang dilakukan. Dari satu sisi
aktivitas lansia dapat menurun, akan tetapi di sisi lain dapat dikembangkan.
Selanjutnya peneliti akan memaparkan temuan yang peneliti temukan
pada saat peneliti mencoba menganalisis dengan teori tahapan dinamika
kelompok, adapun tahapan dinamika kelompok diantaranya ialah:
1) Tahap perkenalan
Jika kelompok itu baru dibentuk, maka diadakan kesepakatan
bersama tentang aturan-aturan main yang harus di taati oleh semua
anggota. Pada tahapan ini pekerja sosial dengan psikolog, melakukan
perkenalan awal dengan WBS. Sebelum kegiatan di mulai WBS diberikan
penjelasan serta arahan terlebih dahulu mengenai permainan yang akan di
lakukan. Kemudian pekerja sosial dengan psikolog melakukan
kesepakatan secara bersama sama tentang aturan-aturan main yang harus
73
di taati oleh semua anggota. Hal ini dilakukan agar WBS dapat mengerti
setiap permainan yang akan di laksanakan.
Berdasarkan pengamatan peneliti, pada tahapan perkenalan ini
psikolog didampingi oleh pekerja sosial sebagai fasilitator, melakukan
perkenalan dengan para WBS. Kemudian dilanjutkan dengan perkenalan
para WBS yang hadir mengikuti kegiatan. Setelah selesai melakukan
perkenalan. Psikolog memberikan penjelasan mengenai permainan yang
akan dilakukan serta aturan-aturan saat permainan berlangsung.14
2) Tahap mencari pola
Kelompok masuk ke dalam proses dimana sering terjadi benturan-
benturan dalam mencari pola. Sehingga apabila aturan permainan tidak
jelas, maka kelompok tersebut akan bubar atau individu yang baru masuk
akan vacuum dan kemudian akan keluar.
Tahap mencari pola merupakan suatu aturan dalam sebuah
pelaksanaan dinamika kelompok, maksudnya ialah apabila aturan mainnya
tidak jelas dan tidak dapat dimengerti WBS, maka kelompok tersebut akan
bubar. Sebisa mungkin pekerja sosial tidak akan memberikan suatu
program dinamika kelompok yang membuat para WBS menjadi bingung
dan merasa tidak nyaman. Sebagaimana yang telah di katakan oleh Ibu Siti
Fatonah sebagai berikut:
“Dalam tahapan mencari pola di PSTW ini merupakansuatu bentuk model dalam pelaksanaan dinamika kelompok yangdilakukan sesuai perjanjian dengan keinginan WBS, misal WBSingin menceritkan masa lalu kita membuat pola permainan denganmengenang masa lalu mereka. Agar mereka merasa nyaman danberani untuk tampil didepan orang banyak. Jadi apa yang kami
14 Observasi Kegiatan Cerdas Cermat di PSTW BM 1, pada tanggal 20 Agustus 2014
74
lakukan dibuat senyaman mungkin agar mereka tidak merasajenuh dan dapat terhibur”15
Dalam tahap mencari pola, pada saat pelaksanaan senam otak di
wisma dahlia, wisma yang di khususkan untuk lansia yang sudah tidak
potensial, peneliti mengamati beberapa WBS yang mengikuti kegiatan ini
mereka pergi meninggalkan tempat sebelum kegiatan ini berakhir setelah
peneliti mencari tahu penyebabnya rupanya mereka tidak mengerti aturan
dari permainan tersebut. Namun dikarenakan usia mereka yang sudah
melemah pekerja sosial, psikolog ataupun petugas panti tidak dapat
memaksakan mereka untuk selalu ikut dalam berbagai kegiatan.16
3) Tahap Pemantapan Norma
Kelompok masuk ke dalam tahap pengakuan akan norma.
Benturan-benturan dalam kelompok akan melahirkan peraturan yang
bersifat mengatur atau menata jalannya interaksi dalam kelompok tersebut,
serta mengatur peran dan status yang ada. Selain itu cakupan tugas
tanggung jawab kelompok mulai jelas dan telah disepakati oleh anggota
setelah mereka berargumentasi secara sengit dalam tahapan sebelumnya.
Seperti yang telah Ibu Siti Fatonah, S. Sos katakan sebagai berikut:
“Pemantapan Norma merupakan suatu Kerangkapermainan, apabila kerangka permainannya tidak jelas, sulit untukkakek dan nenek dapet mengerti maksud yang ingin kitasampaikan. misalnya dalam melakukan permainan rantai berbisikini merupkan sutau permainan yang menggunakan kerjasamaantar kelompok. Mau mulai dari mana dulu. apakah dari sebelahkanan atau dari sebelah kiri dulu. Kalau permainan menggenggambola ada aturannya. Ketika musik berhenti berarti ia yang berhakmeceritakan masa lalu atau bernyanyi, sesuai dengan perjanjian
15 Wawancara Pribadi dengan Ibu Siti Fatonah, S.sos sebagai Pekerja Sosial (Jakarta, 13Agustus 2014)
16 Observasi kegiatan Support Group di PSTW BM 1,pada tanggal 25 Juni 2014
75
awal di dalam mencari pola. Moment apa dulu itu dibentuk,misalnya kita mau menggambar, atau bermain bola ataubernyanyi. Adanya komitmen dan sesuai kesepakatan.”17
Pada tahap pemantapan norma peneliti mengamati anggota
mulai fokus pada proses pelaksanaannya dinamika kelompok. Apabila
dalam suatu permainan ada yang tidak sesuai dengan keinginan WBS
maka mereka dapat mengungkapkannya dan pada pemantapan norma ini
para WBS yang mengikuti kegiatan mulai berusaha secara maksimal
dalam menyelesaikan permainan18.
4) Tahap berprestasi
Maksudnya setelah kelompok betul-betul solid maka para anggota
mencoba mengembangkan dirinya masing-masing maupun secara
bersama-sama, guna mencapai suatu prestasi tertentu sesuai dengan tujuan
kelompok tersebut. Dalam tahapan ini WBS diberikan kesempatan untuk
mengembangkan kemampuan dirinya dalam melakukan permainan yang
telah ditentukan. Yang kemudian dapat membentuk kelompok tersebut
menjadi lebih solid sehingga dapat mencapai suatu tertentu sesuai dengan
tujuan kelompok.
“Dalam tahap ini ketika memberikan permainan denganWBS adanya kekompakan yang terjadi didalam kelompok, adakahsalah satu diantara mereka yang dapat mengembangkan diri,artinya mengembangkan diri disini yakni yang bisa menggantikanposisi kami, yang berani untuk tampil didepan, memproyeksikanapa yang kita tampilkan tadi. Itu artinya suatu pengembangan diri.Sehingga apa yang diberikan moderator bisa dipahami WBS. Dandapat diterapkan didalam kesehariannya”19
17 Wawancara Pribadi dengan Ibu Siti Fatonah, S.sos sebagai Pekerja Sosial (Jakarta, 13Agustus 2014)
18 Observasi kegiatan Permainan Motorik Halus di PSTW BM 1, pada tanggal 18 Juni2014
19 Wawancara Pribadi dengan Ibu Siti Fatonah, S.sos sebagai Pekerja Sosial (Jakarta, 13Agustus 2014)
76
Dalam tahapan pelaksanaan dinamika kelompok, peneliti
mengamati bahwa adanya dua macam interaksi saat program dinamika
kelompok berlangsung. Dua macam interaksi tersebut adalah interaksi
inter dan interaksi antar. Interaksi inter yakni antara fasilitator dengan
WBS sudah cukup baik karena ada hubungan timbal balik, WBS bertanya
kepada fasilitator jika ada sesuatu hal yang ingin ditanyakan, begitu halnya
dengan fasilitator bertanya keadaan WBS setiap bertemu sebelum
melakukan kegiatan. Sedangkan untuk interaksi antar yakni antara WBS
dengan WBS dan fasilitator dengan fasilitator, dalam hal ini WBS dengan
WBS dapat berinteraksi dengan baik di sela-sela waktu dan untuk interaksi
fasilitator dengan fasilitator berjalan dengan baik karena mereka saling
berinteraksi membicarakan mengenai perkembangan WBS.20
20 Observasi Kegiatan Senam Otak di PSTW BM 1, 11 September 2014
77
B. Perubahan yang didapatkan lanjut usia dari implementasi dinamika
kelompok yang telah diberikan oleh Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW)
Budi Mulia di lihat dari aspek biologis, psikologis, sosial, dan spiritual.
Keberhasilan dalam program kegiatan dinamika kelompok dapat dilihat
dari kemajuan dan perubahan yang di capai dibandingkan dengan kondisi
WBS sebelumnya, serta manfaat yang dirasakan oleh mereka setelah
mengikuti program kegiatan dinamika kelompok. Terkait dengan program
kegitan dinamika kelompok, sehubungan dengan pengembangan diri yang
diberikan untuk lansia di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 1
sejak setahun terakhir ini menunjukan perkembangan yang sangat baik.
Dengan adanya program kegiatan dinamika kelompok, para WBS dapat
mengisi waktu luang mereka untuk ikut serta dalam program ini dan mereka
dapat berinteraksi dengan teman-temannya sekaligus dengan petugas Panti.
Tabel 4
WBS yang mengikuti program dinamika kelompok
No Nama Klien Nama Wisma Gender Usia Suku1 Sri Wisma Asoka P 63 thn Jawa2 Masnun Wisma Asoka P 89 thn Betawi3 Sumarni Wisma Asoka P 62 thn Betawi4 Maria Wisma Dahlia P 83 thn Batak5 Farida Wisma Cempaka P 61 thn Jawa6 Buyung Wisma Catiliya L 84 thn Betawi
7 Lumanow Wisma Catiliya L 70 thn Batak8 Thamrin Wisma Catiliya L 69 thn Kalimantan9 Wandi Wisma Flamboyan L 65 thn Sunda10 Dasni Wisma Flamboyan L 61 thn Padang
Sumber: Hasil Wawancara Pribadi
Berdasarkan dari tabel di atas merupakan WBS yang menerima
program kegiatan dinamika kelompok. Mereka merupakan sebagian dari
jumlah WBS yang tinggal di panti yakni sebanyak 210 orang. Dari kesepuluh
78
WBS yang peneliti amati mereka memiliki latar belakang, kondisi fisik, suku,
dan usia yang berbeda-beda namun disatukan dalam suatu kondisi yang sama
yaitu sama-sama tinggal dan menjalani kehidupan sehari-harinya di dalam
Panti. Perbedaan yang terjadi juga dapat menimbulkan suatu permasalahan
pada WBS. Perbedaan gender, perbedaan usia, perbedaan bahasa serta
berbedaan suku ini dapat menimbulkan kesalahpahaman antar WBS. Misalnya
suku Jawa yang memiliki karakter lemah lembut dalam bertutur bahasa
bertemu dengan suku Batak yang memiliki karakter yang keras dari nada
suaranya ini sering menimbulkan kesalahpahaman yang dapat mengakibatkan
perselisihan. Dengan adanya program dinamika kelompok inilah para WBS
mengikuti suatu permainan yang dapat membuat mereka lebih akrab, dapat
menjalin kebersamaan, dan berbagi pengalaman dengan WBS yang lain
sehingga mereka dapat memahami setiap karakter WBS yang tinggal di
PSTW BM 1. Selain itu pula yang tinggal di anti merupakan suatu kelompok
yang terbentuk secara tidak sengaja, mereka hidup berkelompok dalam suatu
panti karena disatukan oleh sebuah nasib.
Adapun perubahan yang terjadi pada WBS di PSTW setelah mengikuti
program dinamika kelompok berdasarkan aspek Biopsikososial dan spiritual
yang peneliti lakukan adalah sebagai berikut:
1) Aspek Biologis/fisik
Dari segi fisik lansia memang memiliki berbagai macam
keterbatasan dalam melakukan segala hal. Perubahan-perubahan fisik yang
terjadi pada lansia diantaranya ialah penglihatannya yang sudah mulai
berkurang, pendengarannya juga mulai melemah dan pada kesehatan juga
79
menurun. Konsekuensi dari penurunan tersebut menjadikan faktor
kesehatan sebagai permsalahan utama bagi lansia. Hal ini juga terjadi pada
WBS di PSTW BM 1, kondisi seperti ini membuat para WBS yang berada
di Panti menjadi malas dalam mengikuti kegiatan yang ada di PSTW,
mereka merasa minder, tidak percaya diri dan malu akan kondisi hidupnya
saat ini.
Seperti yang terjadi pada Nenek Masnun (89 tahun) yang tinggal di
Wisma Asoka beliau mengalami penurunan terhadap penglihatannya dan
memiliki darah tinggi membuat beliau jarang mengikuti berbagai kegiatan
yang ada di Panti. Seperti yang beliau ungkapkan sebagai berikut:
“Udah males ikut kegiatan, udah tua. Waktu itu pernah ikutkegiatan itu. Cuma sekarang nenek udah rada males. Badannyaudah gampang capek. Paling nenek ngejait aja. Itu juga kalo lagigak males. Kalo lagi males seminggu baru nenek jait. Mau mainangklung matanya udah ga ngeliat. Ya paling kegiatannya ya gitu-gitu aja. Iyah soalnya matanya udah ngga enak gini.. entar dehkalo udah tua ngerasain deh.”21
Hal serupa juga dialami oleh Nenek Maria (83 tahun) dari wisma
dahlia, beliau merupakan WBS yang memiliki kecacatan pada bagian kaki
sehingga mengharuskan beliau untuk menggunakan tongkat. Sebagaimana
yang beliau ungkapkan:
“Nenek jarang ikut kegiatan, ribet kalau memakai tongkatseperti ini. Mungkin kalau kegiatannya yang ringan-ringan nenekmasih bisa ikut. Tapi kalau yang berat-berat nenek sudah tidakbisa ikut”
Namun berbeda halnya dengan Nenek Sri (63 tahun) yang juga
tinggal di Wisma Asoka walaupun beliau mengalami pengapuran pada
tulang, penglihatan juga sudah mulai melemah karena memiliki katarak.
21 Wawancara pribadi dengan Nenek Masnun, sebagai Warga Binaan Sosial (WBS)(Jakarta, 14 Agustus 2014)
80
namun beliau masih sering mengikuti setiap kegiatan yang ada di Panti.
Menurutnya setelah mengikuti program kegiatan dinamika kelompok
dapat menghibur beliau dan juga para WBS yang ada di Panti. Seperti
yang beliau ungkapkan sebagai berikut:
“Iya, saya semua ikut kegiatan, tapi yang saya mampu, yangsaya bisa. Kalo rebana kan memang bukan rombongan saya. Darigereja semua saya ikuti. Dari semua kegiatan dari gereja sepertikebaktian belum pernah saya absen. Saya selalu ikut. Tapi kalosekiranya kegiatannya berat ya saya tidak bisa berdiri lama-lama.Karena sering terasa nyeri pada punggung. saya ikut senam kansambil duduk. jadi saya ikut kegiatan yang memang tidak terlaluberat. Kayak angklung, meronce bunga, senam semua saya ikut.Daripada saya cuma bengang-bengong aja duduk di sini (terasdepan Wisma Asoka), ya saya senang kalau ada kegiatan sepertidinamika kelompok. Waktu itu saya ngikut yang rantai berbisik, itukita ketawa terus. Ada gembiranya lah pokoknya”22
Dengan adanya program dinamika kelompok ini fasilitator selalu
memberikan semangat dan selalu memberikan dukungan kepada setiap
WBS dengan memberikan materi terkait dengan kebutuhan WBS.
Sehingga dengan adanya program ini dapat membangkitkan semangat
para WBS yang sudah mulai berkurang .
2) Aspek Psikologi
Pada aspek psikologi kepribadian lansia dan perubahan secara
biologi dapat mempengaruhi sikap mentalnya yang akan mempengaruhi
orang lain selain itu pula banyak WBS yang merasa kesepian, depresi,
merasakan kecemasan akan kematian, rasa tidak berdaya, mudah marah
karena tidak ada pengakuan dari keluarga ataupun masyarakat, muncul
perubahan minat dan terjadi perubahan mental seperti suka lupa, ingatan
yang tidak lagi berfungsi dengan baik dan pengetahuan mulai lemah. Hal
22 Wawancara pribadi dengan Nenek Sri, sebagai Warga Binaan Sosial (WBS) (Jakarta,13 Agustus 2014)
81
ini juga dialami oleh Kakek Lumanow (70 tahun), beliau merupakan
WBS yang mengalami masalah kejiwaan atau yang sering disebut dengan
ODMK (Orang Dengan Masalah Kejiwaan). Sebelum Kakek Lumanow
tinggal di PSTW Budi Mulia 1, beliau tinggal di Panti Sosial Bina Laras
(PSBL) Harapan Sentosa 3 yakni panti yang khusus untuk ODMK.
Setelah beliau mengikuti kegiatan yang ada di panti kondisinya saat ini
sudah mulai stabil dan perubahan kondisinya juga sudah mencapai
hampir 90%. Sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Ibu Siti Fatonah,
S. Sos sebagai berikut:
“Kakek Lumanow ini merupakan pribadi yang care terhadapteman-temannya. Suka bantu-bantu petugas di dapur buat ambilnasi. Dia juga rajin bersihin kamar mandi. Nah mungkin karenadia juga lama di PSBL jadi setiap kegiatan yang ada di sini beliaujuga selalu ikut. Perubahan yang di alamai saat ini juga sudahmembaik, sudah jarang marah-marah. Ya namanya mantan sikotikya terkadang beliau gak mau diatur”23
Melihat kondisi Kakek Lumanow yang memiliki masalah dengan
kejiwaan, beliau tidak bisa di atur-atur dalam melakukan sesuatu karena
beliau akan merasa tertekan. Namun, karena beliau sudah terbiasa
mengikuti semua kegiatan yang ada di Panti, sehingga membuat beliau
sangat antusisas dengan adanya kegiatan dinamika kelompok, sesuai
dengan apa yang beliau sampaikan sebagai berikut:
“Ya, Kakek senang ikut kegiatan yang ada di sini. Jadi tidakmerasa jenuh. Waktu acara lomba 17an saya juga ikut. Kalau adarame-rame juga saya ikut. Saya juara 3 dapet duit 20.”24
23 Wawancara pribadi dengan Ibu Siti Fatonah, S.sos sebagai pekerja sosial (Jakarta, 22Agustus 2014)
24 Wawancara Pribadi dengan Kakek Lumanow, sebagai Warga Binaan Sosial (WBS)(Jakarta, 22 Agustus 2014)
82
Selain itu hal yang serupa juga terjadi pada Kakek Wandi (65
tahun) yang mengalami psikotik ringan. Beliau sudah 4 bulan tinggal di
PSTW. Awalnya beliau tidak mau berbicara sama sekali, namun setelah
mengikuti program dinamika kelompok akhirnya beliau mau untuk
berbicara. Seperti pada pengamatan peneliti saat kegiatan support group
dan menceritakan tentang pengalaman masa lalunya. Beliau pun menangis
tersedu-sedu dan mengatakan bahwa beliau rindu dengan anaknya.25
Dinamika kelompok memang sangat di perlukan karena dengan
adanya program ini membuat para WBS dapat lebih membuka diri untuk
berinteraksi dengan orang lain. Tidak seperti dulu WBS terkesan lebih
menyendiri dan susah diajak berinteraksi dengan orang lain.
3) Aspek Sosial
Secara sosial, usia tua akan memngalami perubahan dalam peran
sosial di masyarakat. Hal ini menyebabkan lanisa rentan mengalami
tindakan diskriminasi dan isolasi oleh lingkungan sekitar, baik di tingkat
keluarga, masyarakat maupun Negara. Salah satu faktor utamanya adalah
adanya stigma di kalangan masyarakat bahwa lansia sebagai kelompok
yang harus tinggal di rumah. Pada aspek sosial pendapat mengenai lanjut
usia merupakan seseorang dengan keadaan fisik dan mentalnya lemah,
pikun, jalannya membungkuk dan sulit hidup bersama siapapun ini pada
akhirnya dapat mempengaruhi sikap sosial para lansia, sehingga membuat
lanjut usia menjadi lebih individualis, suka menyendiri, jarang berinterkasi
dengan teman-temannya dan tidak ada komunikasi antara satu dengan
25 Observasi kegiatan Support Group di PSTW BM 1, pada tanggal 19 September 2014
83
yang lain. Hal ini juga dapat berpengaruh dan dapat mengalami penurunan
kepada aspek-aspek yang lain seperti aspek biologis dan aspek psikologis.
Namun untuk menghindari hal-hal tersebut PSTW BM 1 membuat
suatu program dinamika kelompok guna meningkatan aktivitas WBS yang
tinggal di panti dan mereka dapat berinteraksi serta berkomunikasi dengan
baik kepada teman-teman sewismanya.
Hal ini juga dirasakan oleh beberapa WBS, setelah mengikuti
kegiatan dinamika kelompok seperti yang di ungkapkan oleh Kakek
Tamrin (69 tahun) dari Wisma Catilliya sebagai berikut:
“Senang, saya juga mengikuti kegiatan seperti angklung, danolah raga. Waktu itu juga saya ikut Terapi Aktivitas Kelompok(TAK) yang di berikan perawat. Saya senang dengan kegiatan-kegiatan seperti ini. Karena dapat mengurangi rasa jenuh sayaselama berada disini. Saya baru 6 bulan disini. Dengan adanyaTAK saya mempunyai banyak teman”26
Hal serupa juga di ungkapkan oleh Nenek Sumarni (62 tahun) dari
Wisma Asoka, sebagai berikut:
“Seneng, karena ada hiburan. Biasanya kita main bola,lempar bola. Terus dapet hadiah. Hadiahnya dapet mangkok,dapet uang. Jadinya kan kite semangat. Kita biasanya main dibelakang, di aula. Ye bareng sama nenek-nenek yang lain.”27
Selain itu hal yang sama juga di katakana oleh Nenek Farida (61tahun) dari wisma cempaka sebagai berikut:
“Iya, jadi kegiatannya gak cuma itu-itu aja. Lama-lama kanjuga saya bosen. Tapi kalo ada permainan kelompok kayak gini yasaya seneng. Bisa cerita ngobrol bareng sama temen-temen”
26 Wawancara Pribadi dengan Kakek Tamrin, sebagai Warga Binaan Sosial (WBS)(Jakarta, 22 Agustus 2014)
27 Wawancara Pribadi dengan Nenek Sumarni, sebagai Warga Binaan Sosial (WBS)(Jakarta, 22 Agustus 2014)
84
4) Aspek Spiritual
Peranan agama merupakan suatu hal yang penting dalam
kehidupan. Pada aspek spiritualisme merujuk pada pengertian hubungan
individu dengan alam semesta dan persepsi individu tentang arti
kehidupan. Hal ini lah yang menyebabkan setiap WBS yang ada di PSTW
BM 1 wajib mengikuti semua kegiatan keagamaan yang ada seperti
pengajian, sholat berjama’ah ataupun kebaktian. Hal ini di maksudkan
agar mereka mampu meningkatkan kualitas ibadah mereka dan timbulnya
kesadaran dalam diri para lansia untuk menaati perintah Allah SWT dan
menjauhi larangannya.
Pada pengamatan peneliti saat kegiatan support group
menceritakan tentang pengalaman masa lalu. Kakek Dasni (70 tahun) saat
mendengar Adzan Ashar beliau langsung mengangkat tangan dan
meminta izin kepada Psikolog maupun Pekerja Sosial untuk melaksanakan
ibadah sholat Ashar terlebih dahulu. Dan meminta kegiatan tersebut di
lanjutkan setelah melaksanakan sholat ashar berjama’ah. Seperti yang
beliau ungkapkan sebagai berikut:
“Bu.. sudah Adzan Ashar, saya mau sholat terlebih dahulu.Kalau saya sudah selesai sholat. Nanti saya akan kembali lagikesini”28
Dengan keterbatasan fisik beliau yang mengalami struk, pelafalan
saat beliau berbicara pun sudah tidak terlalu jelas dan memiliki penyakit
alzaimar, beliau masih semangat dalam menjalankan setiap aktivitas yang
ada di Panti salah satunya dengan mengikuti kegiatan keagamaan.
28 Observasi kegiatan Support Group di PSTW BM 1, pada tanggal 19 September 2014
85
Dari keempat aspek yang sudah peneliti paparkan di atas, para WBS
mengalami perubahan cukup baik setelah mengikuti program dinamika
kelompok. Namun apabila dilihat berdasarkan usia, pada usia 83-89 tahun dari
aspek biologi/fisik mereka sudah mengalami penurunan, membuat mereka
menjadi jarang mengikuti program-program yang ada di PSTW BM 1.
Berbeda pada usia 60-70 tahun mereka masih memerlukan program-program
yang dapat meningkatkan aktivitas dan dapat mengisi waktu luangnya,
sehigga mereka mampu berinteraksi serta bersosialisasi dengan baik kepada
teman-temannya. Perubahan yang terjadi pada WBS juga bukan merupakan
suatu tuntutan yang di haruskan dari pihak panti. Namun dengan adanya
program ini diharapkan para WBS dapat merasakan manfaatnya. Seperti yang
di ungkapkan oleh Ibu Siti Fatonah, S. Sos sebagai berikut:
“Untuk perubahan itu kan kita bertahap yah, kan disini bukantuntutan mutlak harus bagus. Untuk perubahan itu sendiri kalau dipersentasikan kira-kira hampir 60 sampai dengan 70%. Artinyakeberhasilan itu tidak menonjol banget. Tapi paling tidak Beliausenang dengan adanya dinamika kelompok. bisa menerima kehadirankita dan poin yang paling penting disini ialah interaksi beliau lebihbagus. Dan beliau dapat merasakan manfaat yang kita berikan.Pokoknya beliau dapat menerima manfaatnya. Dan sebagai fasilitatorkita juga harus terbuka juga dengan mereka. Fungsi kita juga hanyasebagai fasilitator. Jd kita gak bisa memaksakan beliau. Yang pentingimplementasinya”29
Sesuai dengan apa yang telah disampaikan oleh Ibu Siti Fatonah, S.Sos
interaksi sangatlah di perlukan khususnya di dalam sebuah panti sosial, karena
dengan adanya interaksi dan sosialisasi, antar WBS dapat menumbuhkan rasa
saling mendukung, saling memberi semangat dan dapat menumbuhkan
keakraban sehingga dapat mengurangi ketergantungan di masa tuanya. Selain itu
29 Wawancara pribadi dengan Ibu Siti Fatonah, S.Sos sebagai Pekerja Sosial (Jakarta, 22Agustus 2014)
86
pula dengan adanya program dinamika kelompok di PSTW BM 1 ini dapat
meminimalisir adanya ketergantungan fisik atau mental, yaitu merujuk pada
ketidakmampuan seorang lansia dalam menjalankan aktivitasnya sehari-hari.
Seperti halnya pada lansia yang tidak potensial (mengalami disability) walaupun
perubahan tidak begitu terlihat dikarenakan berdasarkan kondisi beliau sudah
renta, namun sebagian dari mereka dapat melakukan aktivitasnya sendiri tanpa
di bantu dengan petugas seperti merapihkan tempat tidur, mandi, ataupun
mengambil makanan. Sedangkan pada WBS yang masih potensial dapat
melakukan kegiatan yang ada di PSTW BM 1 dengan mandiri contohnya ialah
membantu petugas dalam menyiapkan makanan, membantu petugas
membersihkan halaman dan lain sebagainya.
77
B. Perubahan yang didapatkan lanjut usia dari implementasi dinamika
kelompok yang telah diberikan oleh Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW)
Budi Mulia di lihat dari aspek biologis, psikologis, sosial, dan spiritual.
Dalam melakukan penelitian keberhasilan dalam program kegiatan
dinamika kelompok dapat dilihat dari kemajuan dan perubahan yang di capai
dibandingkan dengan kondisi WBS sebelumnya, serta manfaat yang dirasakan
oleh mereka setelah mengikuti program kegiatan dinamika kelompok seperti
adanya interaksi dengan WBS yang lain dan timbul rasa solidaritas terhadap
sesama WBS sehingga dapat saling menghargai dan menghormati pendapat
orang lain. Terkait dengan program kegitan dinamika kelompok, sehubungan
dengan pengembangan diri yang diberikan untuk lansia di Panti Sosial Tresna
Werdha (PSTW) Budi Mulia 1 sejak setahun terakhir ini menunjukan
perkembangan yang sangat baik. Dengan adanya program kegiatan dinamika
kelompok, para WBS dapat mengisi waktu luang mereka untuk ikut serta
dalam program ini dan mereka dapat berinteraksi dengan teman-temannya
sekaligus dengan petugas panti. Adapun beberapa WBS yang mengikuti
kegiatan dinamika kelompok diantaranya ialah sebagai berikut:
Tabel 4
WBS yang mengikuti program dinamika kelompok
No Nama Klien Nama Wisma Gender Usia Suku
1 Masnun Wisma Asoka P 89 thn Betawi
2 Sumarni Wisma Asoka P 62 thn Betawi
3 Lumanow Wisma Catiliya L 70 thn Batak
78
4 Thamrin Wisma Catiliya L 69 thn Kalimantan
Sumber: Hasil Wawancara Pribadi
Berdasarkan dari tabel di atas merupakan WBS yang menerima
program kegiatan dinamika kelompok. Mereka merupakan sebagian dari
jumlah WBS yang tinggal di panti yakni sebanyak 210 orang. Dari keempat
WBS yang peneliti amati mereka memiliki latar belakang, kondisi fisik, suku,
dan usia yang berbeda-beda namun disatukan dalam suatu kondisi yang sama
yaitu sama-sama tinggal dan menjalani kehidupan sehari-harinya di dalam
Panti. Perbedaan yang terjadi juga dapat menimbulkan suatu permasalahan
pada WBS. Perbedaan gender, perbedaan usia, perbedaan bahasa serta
berbedaan suku ini dapat menimbulkan kesalahpahaman antar WBS. Misalnya
suku Jawa yang memiliki karakter lemah lembut dalam bertutur bahasa
bertemu dengan suku Batak yang memiliki karakter yang keras dari nada
suaranya ini sering menimbulkan kesalahpahaman yang dapat mengakibatkan
perselisihan. Dengan adanya program dinamika kelompok inilah para WBS
mengikuti suatu permainan yang dapat membuat mereka lebih akrab, dapat
menjalin kebersamaan, dan berbagi pengalaman dengan WBS yang lain
sehingga mereka dapat memahami setiap karakter WBS yang tinggal di
PSTW BM 1. Selain itu pula yang tinggal di panti merupakan suatu kelompok
yang terbentuk secara tidak sengaja, mereka hidup berkelompok dalam suatu
panti karena disatukan oleh sebuah nasib.
Adapun perubahan yang terjadi pada WBS di PSTW setelah mengikuti
program dinamika kelompok berdasarkan aspek Biopsikososial dan spiritual
yang peneliti lakukan adalah sebagai berikut:
79
1) Aspek Biologis/fisik
Dari segi fisik lansia memang memiliki berbagai macam
keterbatasan dalam melakukan segala hal. Perubahan-perubahan fisik yang
terjadi pada lansia diantaranya ialah penglihatannya yang sudah mulai
berkurang, pendengarannya juga mulai melemah dan pada kesehatan juga
menurun. Konsekuensi dari penurunan tersebut menjadikan faktor
kesehatan sebagai permsalahan utama bagi lansia. Hal ini juga terjadi pada
WBS di PSTW BM 1, kondisi seperti ini membuat para WBS yang berada
di Panti menjadi malas dalam mengikuti kegiatan yang ada di PSTW,
mereka merasa minder, tidak percaya diri dan malu akan kondisi hidupnya
saat ini.
a. Nenek Masnun
Nenek Masnun merupakan WBS yang berusia 89 tahun, dari
segi usia umur beliau sudah cukup lanjut. Beliau tinggal di wisma
asoka. Beliau berasal dari Jakarta (Betawi). Beliau memiliki kulit
tubuh sawo matang, dengan rambut yang sudah mulai beruban. Tinggi
badan beliau juga mencapai 165 cm. Nenek Masnun juga
menggunakan kacamata untuk menujang beliau dalam melakukan
aktivitas.21 Kondisi beliau saat ini juga sudah banyak mengalami
penurunan seperti penglihatan yang sudah mulai melemah, beliau juga
memiliki darah tinggi dan kebiasaan beliau merokok sembunyi-
sembunyi juga sulit dihilangkan hal ini juga dapat menyebabkan beliau
mudah sakit sehingga membuat beliau jarang mengikuti berbagai
21 Observasi Nenek Masnun sebagai Warga Binaan Sosial (WBS) di PSTW BM 1,(Jakarta, 22 Agustus 2014)
80
kegiatan yang ada di panti. Seperti yang beliau ungkapkan sebagai
berikut:
“Udah males ikut kegiatan, udah tua. Waktu itu pernah ikutkegiatan itu. Cuma sekarang nenek udah rada males. Badannyaudah gampang capek. Paling nenek ngejait aja. Itu juga kalo lagigak males. Kalo lagi males seminggu baru nenek jait. Mau mainangklung matanya udah ga ngeliat. Ya paling kegiatannya ya gitu-gitu aja. Iyah soalnya matanya udah ngga enak gini.. entar dehkalo udah tua ngerasain deh.”22
b. Nenek Sumarni
Nenek Sumarni saat ini berusia 62 tahun. Nenek Sumarni
juga berasal dari Jakarta (Betawi). Beliau memiliki tinggi badan
±168 cm dengan tubuh yang kurus. Kulit tubuhnya berwarna sawo
matang dan selalu mengenakan tutup kepala.23 Beliau merupakan
WBS yang rajin mengikuti setiap kegiatan yang ada di panti karena
kondisi beliau yang masih potensial dan masih mampu melakukan
aktivitas secara mandiri tanpa bantuan orang lain. Beliau juga tidak
mengalami kekurangan fisik, hanya saja beliau memiliki darah
rendah, selain itu daya ingat beliau terkadang melemah dan beliau
juga sering jatuh sakit akibat daya tahan tubuhnya yang menurun,
seperti flu, demam atau yang lain sebagainya.
c. Kakek Lumanow
Pada Kakek Lomanow yang berusia 70 tahun. Beliau
berasal dari Medan (Batak) kondisi fisik beliau masih normal,
dengan tinggi badan mencapai ±170 cm tubuhnya juga terlihat
kurus dan rambut yang sudah beruban. Beliau merupakan perokok
22Wawancara pribadi dengan Nenek Masnun, sebagai WBS (Jakarta, 14 Agustus 2014)23 Observasi Nenek Sumarni sebagai Sosial WBS di PSTW BM 1, (Jakarta, 22 Agustus
2014)
81
aktif hal ini dapat memperngaruhi kondisi fisik beliau mengingat
usia beliau yang sudah tidak muda lagi. Beliau adalah pribadi yang
rajin, terutama dalam menjaga kebersihan diri maupun kebersihan
lingkungan dan beliau juga selalu mengikuti kegiatan senam pagi
sehingga beliau selalu terlihat bugar.24
d. Kakek Thamrin
Sedangkan untuk Kakek Thamrin yang berusia 69 tahun
beliau berasal dari Kalimantan, beliau memiliki tinggi badan
sekitar 150 cm dengan berat badan berkisar 45 s/d 50 kg. Kondisi
fisiknya sudah mulai melemah beliau memiliki penyakit reumatik
hal ini terjadi dikarenakan beliau berjualan koran di daerah
Matraman, tidak jarang beliau terkadang kehujanan sampai
kedinginan karena tidak adanya tempat untuk berteduh. Karena
sakitnya inilah yang mengakibatkan beliau sering kambuh dan
beliau tidak dapat mengikuti kegiatan yang ada di panti.
Dengan adanya program dinamika kelompok ini fasilitator selalu
memberikan semangat dan selalu memberikan dukungan kepada setiap
WBS dengan memberikan materi terkait dengan kebutuhan WBS.
Sehingga dengan adanya program ini dapat membangkitkan semangat para
WBS yang sudah mulai berkurang .
2) Aspek Psikologi
Pada aspek psikologi kepribadian lansia dan perubahan secara
biologi dapat mempengaruhi sikap mentalnya yang akan mempengaruhi
24 Observasi Kakek Lumanow sebagai WBS di PSTW BM 1, (Jakarta, 22 Agustus 2014)
82
orang lain selain itu pula banyak WBS yang merasa kesepian, depresi,
merasakan kecemasan akan kematian, rasa tidak berdaya, mudah marah
karena tidak ada pengakuan dari keluarga ataupun masyarakat, muncul
perubahan minat dan terjadi perubahan mental seperti suka lupa, ingatan
yang tidak lagi berfungsi dengan baik dan pengetahuan mulai lemah.
a. Nenek Masnun
Dalam aspek ini Nenek Masnun merupakan pribadi yang
ceria dan ramah. Emosi beliau juga stabil dan tidak pernah marah-
marah, namun terkadang beliau sering merasa kesepian karena
sudah tidak memiliki keluarga dan memasrahkan hidupnya untuk
tinggal di panti, tetapi beliau selalu dapat membuat orang
tersenyum sehingga membuat orang lain merasa nyaman di dekat
beliau. Dari segi psikologis beliau tidak terlalu memiliki banyak
permasalahan.
b. Nenek Sumarni
Nenek Sumarni merupakan pribadi yang ramah, namun
beberapa tahun yang lalu beliau pernah mengikuti konseling
dengan psikiater karena saat itu kondisi beliau sering marah-marah
dan sempat mengalami depresi ringan. Hal itu dikarenakan beliau
tidak di terima dilingkungan keluarganya. Beliau tidak memiliki
suami dan tidak memiliki anak. Beliau hanya memiliki sanak
saudara namun keluarga beliau tidak mau menerimanya untuk
tinggal bersama karena itulah yang membuat beliau lebih nyaman
untuk tinggal di panti. Nenek Sumarni juga memiliki rasa ingin
83
tahu yang berlebihan yang membuat para WBS yang lain merasa
tidak nyaman. Dalam hal ini peneliti dapat menyimpulkan bahwa
beliau membutuhkan teman untuk berbagi cerita, bertukar pikiran,
membutuhkan perhatian dan perlindungan dari orang lain, melihat
dari latar belakang beliau yang tidak memiliki keluarga.
Namun setelah beliau mengikuti berbagai macam
pelayanan yang ada kondisi psikologis beliau semakin membaik.
Beliau tidak mudah marah, beliau juga dapat menerima kondisi
beliau untuk tinggal di panti. Beliau juga sering mengikuti kegiatan
seperti senam pagi, angklung dan lain sebagainya yang dapat
mempengaruhi perubahan psikologis menjadi lebih baik lagi.
c. Kakek Lumanow
Kakek Lumanow merupakan WBS yang mengalami
masalah kejiwaan atau yang sering disebut dengan ODMK (Orang
Dengan Masalah Kejiwaan). Sebelum Kakek Lumanow tinggal di
PSTW Budi Mulia 1, beliau tinggal di Panti Sosial Bina Laras
(PSBL) Harapan Sentosa 3 yakni panti yang khusus untuk ODMK.
Setelah beliau mengikuti kegiatan yang ada di panti kondisinya
saat ini sudah mulai stabil (tidak mengganggu, tidak agresif dan
sudah tenang) dan perubahan kondisinya juga sudah mencapai
hampir 90%. Melihat kondisi Kakek Lumanow yang memiliki
masalah dengan kejiwaan, beliau tidak bisa di atur-atur dalam
melakukan sesuatu karena beliau akan merasa tertekan. Namun,
karena beliau sudah terbiasa mengikuti semua kegiatan yang ada di
84
panti. Sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Ibu Siti Fatonah,
S. Sos sebagai berikut:
“Kakek Lumanow ini merupakan pribadi yang care terhadapteman-temannya. Suka bantu-bantu petugas di dapur buat ambilnasi. Dia juga rajin bersihin kamar mandi. Nah mungkin karenadia juga lama di PSBL jadi setiap kegiatan yang ada di sini beliaujuga selalu ikut. Perubahan yang di alamai saat ini juga sudahmembaik, sudah jarang marah-marah. Ya namanya mantan sikotikya terkadang beliau gak mau diatur”25
d. Kakek Thamrin
Kakek Thamrin merupakan pribadi yang ramah, cara
bicaranya juga sangat lembut hanya saja beliau sangat pendiam dan
individualis mungkin karena beliau belum terlalu lama tinggal di
panti. Beliau berada di panti kurang lebih 6 bulan. Kondisi
psikologis beliau juga sangat baik, beliau tidak mengalami
gangguan kejiwaan, depresi ataupun dimensia. Beliau WBS yang
masih produktif.
Dalam aspek ini dinamika kelompok memang sangat di perlukan
karena dengan adanya program ini membuat para WBS dapat lebih
membuka diri untuk berinteraksi dengan orang lain. Tidak seperti dulu
WBS terkesan lebih menyendiri dan susah diajak berinteraksi dengan
orang lain.
3) Aspek Sosial
Secara sosial, usia tua akan memngalami perubahan dalam peran
sosial di masyarakat. Hal ini menyebabkan lanisa rentan mengalami
tindakan diskriminasi dan isolasi oleh lingkungan sekitar, baik di tingkat
25 Wawancara pribadi dengan Ibu Siti Fatonah, S.sos sebagai pekerja sosial (Jakarta, 22Agustus 2014)
85
keluarga, masyarakat maupun Negara. Salah satu faktor utamanya adalah
adanya stigma di kalangan masyarakat bahwa lansia sebagai kelompok
yang harus tinggal di rumah. Pada aspek sosial pendapat mengenai lanjut
usia merupakan seseorang dengan keadaan fisik dan mentalnya lemah,
pikun, jalannya membungkuk dan sulit hidup bersama siapapun ini pada
akhirnya dapat mempengaruhi sikap sosial para lansia, sehingga membuat
lanjut usia menjadi lebih individualis, suka menyendiri, jarang berinterkasi
dengan teman-temannya dan tidak ada komunikasi antara satu dengan
yang lain. Hal ini juga dapat berpengaruh dan dapat mengalami penurunan
kepada aspek-aspek yang lain seperti aspek biologis dan aspek psikologis.
Namun untuk menghindari hal-hal tersebut PSTW BM 1 membuat
suatu program dinamika kelompok guna meningkatan aktivitas WBS yang
tinggal di panti dan mereka dapat berinteraksi serta berkomunikasi dengan
baik kepada teman-teman sewismanya.
a. Nenek Masnun
Nenek Masnun merupakan WBS yang menjalin relasi
dengan WBS yang lainnya dengan cukup baik. Interaksi beliau
juga sangat bagus, baik kepada teman sesama wisma ataupun
dengan petugas panti. Beliau juga tidak pernah memiliki
permasalahan yang dengan teman sewismanya selama beliau
tinggal di panti. Nenek Masnun merupakan pribadi yang ramah,
ceria dan mudah berinteraksi dengan orang baru. Namun
dikarenakan usia beliau yang sudah lanjut dan sudah mengalami
berbagai macam penurunan. Beliau sudah jarang mengikuti
86
kegiatan yang ada di panti salah satunya program dinamika
kelompok.
b. Nenek Sumarni
Dalam aspek ini Nenek Sumarni sempat mengalami dilema,
karena kondisinya dahulu yang mengalami depresi ringan, mudah
marah dan mempunyai rasa ingin tahu yang berlebihan membuat
beberapa WBS tidak nyaman berada di dekat beliau. Namun
setelah beliau mengikuti beragam kegiatan yang ada di panti.
interaksi serta sosialisasi beliau menjadi lebih baik. Beliau juga
sering mengikuti program dinamika kelompok, karena menurutnya
kegiatan seperti ini merupakan suatu permainan yang
menyenangkan dan dapat menjalin interaksi dengan WBS yang
lain. Seperti yang beliau ungkapkan sebagai berikut:
“Seneng, karena ada hiburan. Biasanya kita main bola, lemparbola. Terus dapet hadiah. Hadiahnya dapet mangkok, dapetuang. Jadinya kan kite semangat. Kita biasanya main dibelakang, di aula. Ye bareng sama nenek-nenek yang lain.”26
c. Kakek Lumanow
Kakek Lumanow adalah WBS yang memiliki interaksi
dengan WBS yang lainnya dengan cukup baik, beliau juga
memiliki kepedulian yang tinggi kepada teman-temannya. Dengan
ikhlas beliau membantu teman-temannya yang tidak dapat
melakukan aktivitas dengan baik (tidak potensial) atau teman-
temannya yang sedang sakit dengan membantu mengambilkan
makanan maupun minuman. Selain itu pula beliau juga rajin
26 Wawancara Pribadi dengan Nenek Sumarni, sebagai WBS (Jakarta, 22 Agustus 2014)
87
membantu para petugas panti untuk mengambil makanan didapur,
menyapu teras atau halaman panti serta membersihkan kamar
mandi. Walaupun mengalami gangguan kejiwaan ringan tetapi
beliau dapat melakukan aktivitasnya sendiri tanpa bantuan
pendamping. Dan dari segi memori, memori beliau cukup baik.
Terlihat pada kegiatan cerdas cermat saat pelaksanaan program
dinamika kelompok beliau lebih dominan di bandingkan dengan
WBS yang kondisinya masih normal. Beliau juga rajin mengikuti
setiap kegiatan yang ada di panti sehingga membuat beliau sangat
antusisas dengan adanya kegiatan dinamika kelompok, sesuai
dengan apa yang beliau sampaikan sebagai berikut:
“Ya, Kakek senang ikut kegiatan yang ada di sini. Jadi tidakmerasa jenuh. Waktu acara lomba 17an saya juga ikut. Kalauada rame-rame juga saya ikut. Saya juara 3 dapet duit 20.”27
d. Kakek Thamrin
Kakek Thamrin merupakan pribadi yang pendiam dan agak
minder serta sulit untuk melakukan interaksi dengan orang lain.
Beliau cenderung individualis. Beliau juga jarang banyak bicara
hal ini dikarenakan beliau yang tidak dapat membuka pembicaraan
dalam artian jika tidak di ajak berbicara terlebih dahulu beliau sulit
untuk berbicara. Namun setelah mendapat pendampingan dari
petugas panti interaksi beliau saat ini sudah cukup baik, beliau juga
sangat care dengan teman-teman sewismanya. Selain itu beliau
juga selalu membantu petugas untuk mengambil nasi didapur dan
27 Wawancara Pribadi dengan Kakek Lumanow, sebagai WBS (Jakarta, 22 Agustus 2014)
88
dibagikan kepada teman-teman di wismanya. Kakek Thamrin juga
rajin mengikuti setiap kegiatan yang ada di panti semua kegiatan
beliau ikuti seperti bermain catur, bermain angklung dan lain
sebagainya. seperti yang beliau ungkapkan sebagai berikut:
“Senang, saya juga mengikuti kegiatan seperti angklung, danolah raga. Waktu itu juga saya ikut Terapi Aktivitas Kelompok(TAK) yang di berikan perawat. Saya senang dengan kegiatan-kegiatan seperti ini. Karena dapat mengurangi rasa jenuh sayaselama berada disini. Saya baru 6 bulan disini. Denganadanya TAK saya mempunyai banyak teman”28
4) Aspek Spiritual
Peranan agama merupakan suatu hal yang penting dalam
kehidupan. Pada aspek spiritualisme merujuk pada pengertian hubungan
individu dengan alam semesta dan persepsi individu tentang arti
kehidupan. Hal ini lah yang menyebabkan setiap WBS yang ada di PSTW
BM 1 wajib mengikuti semua kegiatan keagamaan yang ada seperti
pengajian, sholat berjama’ah ataupun kebaktian. Hal ini di maksudkan
agar mereka mampu meningkatkan kualitas ibadah mereka dan timbulnya
kesadaran dalam diri para lansia untuk menaati perintah Allah SWT dan
menjauhi larangannya.
a. Nenek Masnun
Kesadaran diri untuk beribadah Nenek Masnun masih
kurang. Beliau belum terfikirkan kearah sana. Walaupun beliau
sudah sering di berikan bimbingan rohani islam namun beliau
masih malas untuk melaksanakan sholat 5 waktu dan dari petugas
28 Wawancara Pribadi dengan Kakek Tamrin, sebagai Warga Binaan Sosial (WBS)(Jakarta, 22 Agustus 2014)
89
panti pun sudah banyak yang mengingatkan beliau untuk
mengikuti setiap kegiatan keagamaan dari dirinya belum ada
kemauan untuk melaksanakan ibadah.
b. Nenek Sumarni
Nenek Sumarni merupakan WBS yang memiliki kesadaran
diri untuk beribadahnya tinggi. Beliau merupakan WBS yang rajin
beribadah, beliau selalu mengikuti sholat berjama’ah di masjid
bersama dengan beberapa WBS yang lain. Nenek Sumarni juga
sering mengikuti pengajian mingguan dan bimbingan rohani islam
hal ini terlihat dari kebiasaan beliau yang selalu datang kemasjid
lebih awal untuk melaksanakan sholat berjam’ah.29
c. Kakek Lumanow
Kakek Lumanow adalah WBS yang rajin mengikuti
kegiatan rohani Kristen. Beliau juga selalu beribadah setiap hari
minggu. Kesadaran diri beliau untuk beribadah juga sangat baik,
terlihat pada kebiasaan beliau yang selalu berdoa sebelum makan.
d. Kakek Thamrin
Pada Kakek Thamrin, awalnya beliau tidak pernah
melaksanakan ibadah sholat. Setiap petugas mengajak beliau
untuk sholat berjama’ah di masjid beliau beralasan bahwa kakinya
sakit. Namun sekarang setelah dari Mahasiswa beliau mau
menjalankan ibadah sholat meskipun dilakukan dalam posisi
29 Observasi Nenek Sumarni sebagai Sosial WBS di PSTW BM 1, (Jakarta, 22 Agustus2014)
90
duduk. Sehingga sampai saat ini beliau menjadi rajin untuk
melakukan ibadah sholat 5 waktu.
Dari keempat aspek yang sudah peneliti paparkan di atas, para WBS
mengalami perubahan cukup baik setelah mengikuti program dinamika
kelompok. Namun apabila dilihat berdasarkan usia, pada usia 83-89 tahun dari
aspek biologi/fisik mereka sudah mengalami penurunan, membuat mereka
menjadi jarang mengikuti program-program yang ada di PSTW BM 1.
Berbeda pada usia 60-70 tahun mereka masih memerlukan program-program
yang dapat meningkatkan aktivitas dan dapat mengisi waktu luangnya,
sehigga mereka mampu berinteraksi serta bersosialisasi dengan baik kepada
teman-temannya. Perubahan yang terjadi pada WBS juga bukan merupakan
suatu tuntutan yang di haruskan dari pihak panti. Namun dengan adanya
program ini diharapkan para WBS dapat merasakan manfaatnya. Seperti yang
di ungkapkan oleh Ibu Siti Fatonah, S. Sos sebagai berikut:
“Untuk perubahan itu kan kita bertahap yah, kan disini bukantuntutan mutlak harus bagus. Untuk perubahan itu sendiri kalau dipersentasikan kira-kira hampir 60 sampai dengan 70%. Artinyakeberhasilan itu tidak menonjol banget. Tapi paling tidak Beliausenang dengan adanya dinamika kelompok. bisa menerima kehadirankita dan poin yang paling penting disini ialah interaksi beliau lebihbagus. Dan beliau dapat merasakan manfaat yang kita berikan.Pokoknya beliau dapat menerima manfaatnya. Dan sebagai fasilitatorkita juga harus terbuka juga dengan mereka. Fungsi kita juga hanyasebagai fasilitator. Jd kita gak bisa memaksakan beliau. Yang pentingimplementasinya”30
Sesuai dengan apa yang telah disampaikan oleh Ibu Siti Fatonah, S.Sos
interaksi sangatlah di perlukan khususnya di dalam sebuah panti sosial, karena
dengan adanya interaksi dan sosialisasi, antar WBS dapat menumbuhkan rasa
30 Wawancara pribadi dengan Ibu Siti Fatonah, S.Sos sebagai Pekerja Sosial (Jakarta, 22Agustus 2014)
91
saling mendukung, saling memberi semangat dan dapat menumbuhkan
keakraban sehingga dapat mengurangi ketergantungan di masa tuanya. Selain
itu pula dengan adanya program dinamika kelompok di PSTW BM 1 ini dapat
meminimalisir adanya ketergantungan fisik atau mental, yaitu merujuk pada
ketidakmampuan seorang lansia dalam menjalankan aktivitasnya sehari-hari.
Seperti halnya pada lansia yang tidak potensial (mengalami disability)
walaupun perubahan tidak begitu terlihat dikarenakan berdasarkan kondisi
beliau sudah renta, namun sebagian dari mereka dapat melakukan aktivitasnya
sendiri tanpa di bantu dengan petugas seperti merapihkan tempat tidur, mandi,
ataupun mengambil makanan.
Sedangkan pada WBS yang masih potensial dapat melakukan kegiatan
yang ada di PSTW BM 1 dengan mandiri contohnya ialah membantu petugas
dalam menyiapkan makanan, membantu petugas membersihkan halaman dan
lain sebagainya.
92
Tabel 5
Perubahan dari Aspek Biosikososial Spiritual
NamaWBS
Aspek Biologis Aspek Psikologi Aspek Sosial Aspek Spiritual
NenekMasnun
Sebelum :Pada aspek ini Nenek Masnunmerupakan seseorang yang rajinmengikuti kegiatan. Beliaumengikuti setiap kegiatan yangada di panti. seperti menjahit,bermain angklung, senampagi.dan lain sebagainya. Namunsaat ini penglihatan beliau jugasudah mulai melemah.
Sesudah :Perubahan yang terjadi sejalanusianya yang sudah lanjut danmengalami beragam penurunan,Nenek Masnun pun menjadisukar untuk melakukan setiapkegiatan yang ada di panti.beliau hanya mengisi waktuluangnya dengan menjahit.
Sebelum:Pada aspek psikologisNenek Masnun merupakanpribadi yang ramah danceria. Beliau juga tidakmengalami permasalahanpada kondisi psikologisnya.
Sesudah:Perubahan psikologis yangterjadi pada Nenek Masnunjuga tidak begitu terlihat.Hal ini dikarenakanmemang kondisi psikologisbeliau yang masih baik.
Sebelum:Pada aspek sosial Nenek Masnuncukup baik. Beliau mudahberinteraksi dengan orang lainbeliau juga tidak pernahmemiliki permasalahan denganteman-temannya.
Sesudah:Dalam aspek ini tidak terjadiperubahan pada Nenek Masnun.Karena memang pembawaan diribeliau yang cukup baik.
Sebelum:Aspek Spiritual NenekMasnun kurang begitubaik. Kesadaran diri beliauuntuk beribadah jugasangat kurang. Walaupunsesekali beliau mengitubimbingan rohani islamataupun pengajian beliautetap jarang untukmenjalakan ibadah Sholat 5waktu.
Sesudah:Perubahan pada NenekMasnun juga tidak terlihatpada aspek spiritualnya.Beliau masih jarangmelaksanakan sholat 5waktu.
93
Neneksumarni
Sebelum:Pada aspek ini sebelum beliaumengikuti kegiatan dinamikakelompok beliau tidak memilikiriwayat kesehatan yangberbahaya. Kondisi fisik beliaujuga sangat baik. Beliau jugatidak mengalami kekuranganfisik, hanya saja beliau memilikidarah rendah,
Sesudah:Perubahan yang terjadi padaaspek ini ialah beliaumendapatkan pelayanankesehatan dari panti beliausering di berikan vitamin untukmenjaga daya tahan tubuhnya.dan perubahan yang terjadisetelah beliau mengikutikegiatan dinamika kelompokialah dapat melatih mentalbeliau.
Sebelum:namun beberapa tahun yanglalu beliau pernah mengikutikonseling dengan psikiaterkarena saat itu kondisibeliau sering marah-marahdan sempat mengalamidepresi ringan. Hal itudikarenakan beliau tidak diterima dilingkungankeluarganya.
Sesudah:Namun setelah mengikutiberagam program kegiatandinamika kelompok yangada di panti perubahan punmulai dirasakan oleh NenekSumarni. Kondisi psikologisbeliau semakin membaik.Beliau tidak mudah marah,beliau juga dapat menerimakondisi beliau untuk tinggaldi panti. Beliau juga seringmengikuti kegiatan sepertisenam pagi, angklung danlain sebagainya yang dapatmempengaruhi perubahan
Sebelum:Nenek Sumarni sempatmengalami dilema, karenakondisinya dahulu yangmengalami depresi ringan,mudah marah dan mempunyairasa ingin tahu yang berlebihanmembuat beberapa WBS tidaknyaman berada di dekat beliau.
Sesudah:Tetapi dengan adanya programdinamika kelompok perubahanyang terjadi pada NenekSumarni ialah interaksi sertasosialisasi beliau menjadi lebihbaik dan adanya penambahanaktivitas untuknya.
Sebelum:Beliau merupakan WBSyang rajin beribadah,beliau selalu mengikutisholat berjama’ah di masjidbersama dengan beberapaWBS yang lain. NenekSumarni juga seringmengikuti pengajianmingguan dan bimbinganrohani islam.
Sesudah:Dan pada aspek ini tidakada perubahan yang terjadipada Nenek Sumarnikarena beliau memilikikesadaran diri untukberibadah yang tinggi.
94
psikologis menjadi lebihbaik lagi
KakekLumanow
Sebelum :Pada aspek ini sebelum kakekLumanow mengikuti kegiatandinamika kelompok beliaumemiliki kondisi fisik yang baik,beliau juga merupakan pribadiyang rajin dan bersih. Beliaujuga tidak memiliki riwayatpenyakit yang berbahaya. Hanyasaja kebiasaan merokok beliautidak dapat dihilangkan.
Sesudah :Perubahan yang terjadi padaaspek ini setelah KakekLumanow mengikuti kegiatandinamika kelompok tidak terlaluada perubahan yang signifikan.Karena beliau memangseseorang yang selalu menjagakebersihan.
Sebelum:Pada aspek psikologisKakek Lumanow adalahseseorang yang mengalamigangguan kejiwaan.Emosinya juga labil dantidak bisa mendapat tekanandari orang lain.
Sesudah:Perubahan yang terjadi padaaspek ini setelah KakekLumanow mengikutikegiatan dinamikakelompok beliau menjadilebih tenang, tidak agresifdan tidak menggangguorang lain. Dalam kegiatandinamika kelompok jugaterdapat beberapapermainan yang dapatmelatih kesabaran para
Sebelum:Pada aspek sosial sebelum beliaumengikuti kegiatan dinamikakelompok beliau merupakanseseorang yang memilikiinteraksi yang sangat baikdengan orang lain. Beliau jugatidak pernah memilikipermasalahan kepada teman-teman sewismanya atau denganWBS yang lain.
Sesudah :Perubahan yang terjadi setelah
mengikuti kegiatan dinamikakelompok pada Kakek Lumanowialah solidaritas beliau terhadapsesama WBS yang lain semakinsolid. Kemudian interaksinyajuga semakin lebih baik tidakhanya kepada para petugas pantinamun kepada sesama WBSyang lain juga,
Sebelum:Pada aspek ini KakekLumanow merupakanWBS yang rajin beribadah.Baik sebelum ataupunsesudah kegiatan dinamikakelompok. Beliau rajinmengikuti kebakitian danpebekalan rohani Kristen
Sesudah:Pada aspek ini tidak adaperubahan yang signifikan.Beliau memang pribadiyang rajin beribadah.
95
WBS.KakekThamrin
Sebelum:kondisi fisiknya sudah mulaimelemah beliau memilikipenyakit reumatik. Karenasakitnya inilah yangmengakibatkan beliau seringkambuh dan beliau tidak dapatmengikuti kegiatan yang ada dipanti.
Sesudah:Perubahan yang terjadi padaKakek Thamrin setelah beliaumendapatkan pelayanan. Beliaurajin memeriksakan penyakitnyadi klinik PSTW. Selain itu pulabanyak perawat yangmemberikan obat sehinggakondisinya membaik.
Sebelum:Beliau sangat pendiam danindividualis mungkin karenabeliau belum terlalu lamatinggal di panti. Beliauberada di panti kurang lebih6 bulan. Kondisi psikologisbeliau juga sangat baik,beliau tidak mengalamigangguan kejiwaan, depresiataupun dimensia. BeliauWBS yang masih produktif.
Sesudah:Namun dengan adanyadinamika kelompokperubahan yang terjadi padabeliau ialah beliau mau diajak berinteraksi denganorang lain.
Sebelum:Kakek Thamrin merupakanpribadi yang pendiam dan agakminder serta sulit untukmelakukan interaksi denganorang lain. Beliau cenderungindividualis. Beliau juga jarangbanyak bicara.
Sesudah:Namun setelah mendapatpendampingan dari petugas pantidan dengan adanya programdinamika kelompok dapatmembuat interaksi beliau saat inisudah cukup baik, beliau jugasangat care dengan teman-temansewismanya. Kakek Thamrinjuga rajin mengikuti setiapkegiatan yang ada di panti semuakegiatan beliau ikuti sepertibermain catur, bermain
Sebelum:awalnya beliau tidakpernah melaksanakanibadah sholat. Setiappetugas mengajak beliauuntuk sholat berjama’ah dimasjid beliau beralasanbahwa kakinya sakit.Kesadaran diri untukberibadahnya juga masihkurang
Sesudah:Namun sekarang setelahdari Mahasiswa beliau maumenjalankan ibadah sholatmeskipun dilakukan dalamposisi duduk. Sehinggasampai saat ini beliaumenjadi rajin untukmelakukan ibadah sholat 5waktu.
96
angklung. Sehingga membuatinteraksi beliau dnegan oranglain menjadi lebih baik lagi.
97
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan penjelasan yang telah penulis uraikan pada bab-bab
sebelumnya dan telah penulis analisis maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Implementasi program dinamika kelompok merupakan kegiatan yang
bertujuan untuk membantu mengatasi permasalahan terhadap WBS secara
berkelompok dan dapat membantu mengembangkan potensi lanjut usia
secara optimal sesuai dengan kemampuannya. Dimana setelah mengikuti
kegiatan dinamika kelompok ini diharapkan adanya rasa saling
menghargai satu dengan yang lain, timbul rasa solidaritas terhadap teman
sesama WBS sehingga dapat saling menghormati dan saling menghargai
pendapat orang lain.
2. Dalam implementasi program dinamika kelompok ini lansia yang berada
di dalam panti juga dapat mengembangkan diri mereka melalui aktivitas
kelompok. Sehingga dapat beradaptasi baik secara sosial, tingkah laku,
dan emosional melalui proses kelompok. Selain itu pula dinamika
kelompok merupakan suatu kegiatan yang dapat menunjang aktivitas
lansia di panti menjadi bertambah dan dengan adanya pelaksanaan
dinamika kelompok, lansia mampu mengembangkan potensi yang mereka
miliki.
3. Dalam implementasi dinamika kelompok, metode dan proses pelaksanaan
dinamika kelompok dapat menumbuhkan dan membangun kelompok dari
semula kumpulan individu-individu yang belum saling mengenal satu
98
sama lain, menjadi satu kesatuan kelompok dengan satu tujuan, suatu
norma, dan suatu cara pencapaian berusaha yang disepakati bersama.
4. Keberhasilan dalam program kegiatan dinamika kelompok dapat dilihat
dari kemajuan dan perubahan yang di capai dibandingkan dengan kondisi
kakek dan nenek sebelumnya, serta manfaat yang dirasakan oleh mereka
setelah mengikuti program kegiatan dinamika kelompok. Terkait dengan
program kegitan dinamika kelompok, sehubungan dengan pengembangan
diri yang diberikan untuk lansia di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW)
Budi Mulia 1 sejak setahun terakhir ini menunjukan perkembangan yang
sangat baik.
B. SARAN
Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 1 Cipayung memang
telah memberikan suatu program atau pelayanan yang optimal kepada para Warga
Biaan Sosial (WBS) dalam hal ini ialah lanjut usia. Oleh karena itu, tanpa
mengurang rasa hormat atas kerja keras yang telah dilakukan oleh PSTW Budi
Mulia 1, sehingga peneliti mencoba untuk memberikan saran yang mudah-
mudahan dapat memberi masukan untuk PSTW, dan secara khusus dapat lebih
bermanfaat untuk para WBS. Saran tersebut antara lain:
1. Sebaiknya pelaksanaan program kegiatan dinamika kelompok seperti ini
lebih sering di lakukan, karena dengan adanya kegiatan seperti ini, lanjut
usia yang berada di panti merasa terhibur dan mengurangi kejenuhan lansia
selama berada dipanti.
2. Dalam pelaksanaan dinamika kelompok di PSTW Budi Mulia 1 dari segi
kualitas sebaiknya menggunakan berbagai media yang lebih beragam agar
99
tidak membosankan. Disamping itu dari segi kuantitas dalam pelaksanaan
dinamika kelompok di PSTW Budi Mulia 1 juga perlu untuk diperhatikan
waktunya.
3. Pada pelaksanaan dinamika kelompok di PSTW Budi Mulia 1 ini,
Sebaiknya SDMnya juga ditambahkan, karena dari jumlah WBS mencapai
210 orang dengan 2 orang Psikolog dan 3 orang pekerja sosial dirasa masih
kurang dalam memberikan pelayanan yang maksimal untuk para WBS di
PSTW Budi Mulia 1 ini.
100
LAMPIRAN-LAMPIRAN
100
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku-Buku
Adi, Isbandi Rukminto, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat danIntervensi Komunitas (Pengantar Pada Pemikiran dan PendekatanPraktis), Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI, 2001
Arikunto, Suharsimi. Penilaian Program Pendidikan, Jogjakarta: BinaAksara. 1998
Bungin, Burhan, Penelitian Kualitatif, Jakarta: Kencana, 2010
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, Jakarta: BalaiPustaka, 2007
Dinitto, M. Diana and McNeec, C Aaron. Social Work Issue andOpportunities In A Challenging Profession, United States ofAmerica: A Viacom Company, 1997
Ghony, M. Djunaidi dan Almansur, Fauzan. Metodologi Penelitian Kualitatif,Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012
Hadari, Nawawi, Metodologi Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: PustakaBelajar, 2007
Halim, Kurniawan, Dedy. Psikologi Lingkungan Perkotaan, Jakarta: PTBumi Aksara, 2008
Hurlock, Elizabeth B, Psikologi Perkembangan, Jakarta: Erlangga, 1984
Kementerian Sosial RI, “Modul Diklat Dasar Pekerjaan Sosial DenganLanjut Usia”, (Badan Pendidikan dan Penelitian KesejahteraanSosial Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial(BBPPKS): Bandung)
Kusmana, Bunga Rampai Islam dan Kesejahteraan Sosial, Jakarta: IAIN:Indonesia Social Equity Project, 2006
Mariam, Siti. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya, Jakarta: SalembaMedika, 2008
Moleong, Lexi, J. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT RemajaRosdakarya, 2007
Napsiyah, Siti. dan Fuaida, Diawati, Lisma. Belajar Teori Pekerjaan Sosial,Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011
101
Rakhmat, Jalaludin. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. RemajaRosdakarya, 2006
Roberts, Albert R. dan Greene, Gilbert J. Buku Pintar Pekerja Sosial,(Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia, 2009)
Santana, Septiawan. Metode Penelitian Kualitatif, Jakarta: Yayasan Obor,2007
Setiabudhi, Tony dan Hardywinoto. Panduan Gerontologi Tinjauan dariBerbagai Aspek, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1999
Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: CV. Alfabeta, 2009
Suharto, Edi. Pekerjaan Sosial Industri (Memperkuat Corporate SosialResponsibility), Bandung: Alfabeta Bandung, 2009
Suharto, Edi. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, Bandung:PT Refika Aditama, 2006
Undang-Undang Republik Indonesia Tentang Kesejahteraan Lansia UUNomer 13 Tahun 1998
Zahrotun, Dkk. Psikologi Perkembangan Tinjauan Psikologi Barat danPsikologi Islam, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006
Zulkarnain, Wildan. Dinamika Kelompok, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013
B. Website
Al-Qur’an Online, “Q.S Ar-Rum ayat 54 beserta terjemahannya”, artikel ini
di akses pada 31 Januari 2014 pada pukul 12.20 WIB dari
http://www.tafsir.web.id/2013/03/tafsir-ar-ruum-ayat-46-60.html
Kementerian Kesehatan RI, Gambaran Kesehatan Lanjut Usia di Indonesia,
artikel ini di akses pada 6 Februari 2014 pada pukul 19.47 WIB dari
http://www.depkes.go.id/downloads/Buletin%20Lansia.pdf
HASIL OBSERVASI
Tanggal Hasil Obsevasi
18 Juni 2014
Pukul : 13.00
WIB
Tempat : Aula
Saya datang ke PSTW BM 1 untuk menemui Ibu Siti Fatonah,
kemudian setelah saya bertemu dengan Ibu Siti saya di ajak
beliau untuk mengikuti program dinamika kelompok untuk
lansia dengan didampingi oleh Ibu Messi selaku Psikolog di
PSTW BM 1. Pada hari ini Ibu Messi akan memberikan suatu
permainan kelompok yang berkaitan dengan motorik halus.
Media yang beliau gunakan diantaranya ialah gelas aqua
kosong, mangkuk, sendok dan kacang merah. Setelah Ibu Mesi
memperkenalkan diri. Beliau kemudian memberikan arahan
kepada semua peserta mengenai permainan yang akan
dilakukan. Peserta yang hadir berjumlah 40 orang. Dengan
dibantu pekerja sosial dan tenaga pelayanan sosial (TPS)
peserta di bagi menjadi dua kelompok, setelah terbagi menjadi
2 kelompok Ibu Mesi memberikan intruksi mengenai cara
bermain dan aturan permainannya. Masing-masing peserta di
berikan 1 buah sendok. Kemudian ke dua kelompok tersebut
berbaris dan saling berhadapan. Pada masing-masing
kelompok di berikan sebuah gelas kosong dan mangkuk
kosong. Tugas kelompok adalah memindahkan kacang secara
estafet dengan menggunakan sendok, dan di masukan ke
dalam gelas kosong. Dalam pelaksanaannya peneliti
mengamati anggota mulai fokus pada permainan. Apabila
dalam suatu permainan ada yang tidak sesuai dengan
keinginan WBS maka mereka dapat mengungkapkannya dan
bagi WBS yang mengikuti kegiatan mulai ini berusaha secara
maksimal dalam menyelesaikan permainan. Adapun tujuan
yang ingin di capai pada kegiatan ini ialah: mengakrabkan
WBS, Melatih Konsentrasi, Melatih kerjasama, Melatih
motorik halus dan menambah semangat untuk berkegiatan.
25 Juni 2014
Pukul : 13.00
WIB
Tempat : Aula
Pada hari ini peneliti mengikuti program dinamika kelompok.
Materi yang disampaikan oleh Ibu Rika yakni dengan
melakukan senam otak. Hal ini bertujuan untuk melatih
motorik kasar lansia. Seluruh peserta yang hadir di atur untuk
duduk mebentuk lingkaran. Kemudian Ibu Rika mengajarkan
lagu yang akan di gunakan dalam kegiatan senam otak. Setelah
peserta memahami lagu tersebut, Ibu Rika mempraktekan
gerakan senam otak sederhana kepada seluruh peserta yang
kemudian diikuti oleh semua peserta yang hadir. Setelah itu
Ibu Rika dan peserta bersama-sama menyanyikan lagu dan
melakukan gerakan senam otak secara bersamaan. Namun
pada saat pelaksanaan senam otak di wisma dahlia, wisma
yang di khususkan untuk lansia yang sudah tidak potensial,
peneliti mengamati beberapa WBS yang hadir pada kegiatan
ini mereka pergi meninggalkan tempat sebelum kegiatan ini
berakhir setelah peneliti mencari tahu penyebabnya rupanya
mereka tidak mengerti aturan dari permainan tersebut.
Adapun tujuan yang dilakukan dalam kegiatan ini ialah untu
meningkatkan konsentrasi, melatih motoric kasar dan dapat
meningkatkan semangat serta kesehatan peserta. Pada saat
kegiatan ini berlangsung, peneliti melihat saat Ibu Rika
memberikan intruksi ada peserta yang langsung mengikuti dan
ada juga yang bersikap pasif.
20 Agustus 2014
Pukul : 13.15
Tempat : Di
depan wisma
edelwise
Pada siang ini peneliti mengikuti program dinamika kelompok
bersama kakek di depan wisma edelwaise. Kegiatan yang akan
dilakukan ialah cerdas cermat. Ibu Mesi bersama dengan Ibu
Siti, Ibu Tanti dan Ibu dian mengajak beberapa kakek untuk
ikut kegiatan ini. Setelah peserta berkumpul. Saya bersama
dengan Ibu Tanti mengatur kakek agar duduk berbaris. Peserta
yang hadir ada 10 orang. Setelah semua berkumpul, Ibu Mesi
melakukan perkenalan dengan peserta yang hadir. Kemudian
dilanjutkan dengan perkenalan peserta yang hadir mengikuti
kegiatan. Lalu, Ibu Mesi memberikan penjelasan mengenai
permainan yang akan dilakukan serta aturan-aturan saat
permainan berlangsung. Contohnya apabila Ibu Mesi
memberikan pertanyaan kakek diwajibkan mengangkat tangan
terlebih dahulu baru menjawab pertanyaan dan begitu
seterusnya.
22 Agustus 2014
Pukul: 10.00-
15.00 WIB
Tempat: Wisma
Asoka dan
Wisma
Flamboyan
Peneliti melakukan pengamatan dan melakukan wawancara
kepada beberapa WBS yang di jadikan informan diantaranya
ialah : Nenek Masnun, Nenek Sumarni. Kakek Lumanow dan
Kakek Thamrin. Peneliti juga mengamati kegiatan beliau hari
itu.
29 Agustus 2014
Pukul: 14.00
Tempat: di
wisma asoka
Pada hari ini praktikan mengikti kegiatan dinamika kelompok
bersama dengan Ibu Siti dan Ibu Rika. Tema kali ini ialah
support group dimana para WBS di beri kesempatan untuk
menceritakan mengenai pengalaman hidupnya yang masi
berkesan sampai saat ini. Dalam pelaksanaannya tidak jarang
ada beberapa WBS yang pasif dan juga ada yang mendominan.
Untuk itulah psikolog beserta dengan pekerja sosial harus peka
terhadap sikap klien. Sehingga mereka mampu
mengungkapkan perasaannya dan para staf professional ini
mampu mengidentifikasikan permasalahannya.
11 September
2014
Pukul : 13.30
Tempat : Wisma
Bugenvile
Pada hari ini pelaksanaan program dinamika kelompok di
lakukan di Wisma Bugenvile. Materi yang di berikan yakni
senam otak. Sebelum Ibu Rika melakukan senam otak, Ibu
Rika melakukan Checking feeling. Beliau menanyakan seputar
perasaan peserta yang hadir. Dalam melakukan checking
feeling penulis mengamati ada dua macam interaksi yakni
interaksi antar dan interaksi inter. Dalam interaksi inter,
interaksi Ibu Rika dan peserta sudah cukup baik adanya
hubungan timbal balik dimana peserta bertanya kepada
fasilitator jika ada sesuatu hal yang ingin ditanyakan begitu
pula sebaliknya. Sedangkan untuk interaksi antar yakni antara
peserta dengan peserta juga sudah cukup baik adanya interaksi
yang baik di sela-sela waktu kegiatan. Setelah Ibu Rika
melakukan cheking feeling kemudian dilanjutkan dengan
melakukan senam otak.
19 September
2014
Pukul: 13.00
Tempat:
Halaman
belakang PSTW
Pada hari ini peneliti mengikuti kegiatan support group
bersama pekerja sosial dan psikolog, WBS yang hadir yakni
para kakek. Namun kali ini yang hadir hanya 3 WBS. Karena
psikolog dan pekerja sosial tidak dapat memaksakan WBS
untuk ikut kegiatan tersebut. Maka pelaksanaan dinamika
kelompok tetap berjalan sebagaimana mestinya. Saat psikolog
memperkenalkan diri dan memberikan kesempatan untuk
mengungkapkan perasaan WBS yang hadir. Tiba-tiba kakek
Wandi 65 tahun menangis tersedu-sedu. Kemudian psikolog
menanyakan mengapa beliau menangis. Beliaupun
mengungkapkan bahwa beliau rindu degan anaknya. Beliau
merupakan seseorang yang mengalami psikotk ringan. Namun
setelah eliau tinggal di PSTW kurang lebih 4 bulan.perubahan-
perubahan pun mulai dirasakan. Pada awalnya saat pertama
kali beliau masuk di PSTW BM 1 beliau tidak mau berbicara
sama sekali. Tetapi karena pekeja sosial dan psikolog selalu
memberikan motivasi serta dukungan kepada beliau dengan
cara sering melakukan konseling dan mengikuti beragam
kegiatan maka beliau sudah mau berbicara dan sudah dapat
berinteraksi dengan WBS yang lain. Saat kegiatan berlangsung
adzan ashar pun terdengar, saat psikolog masih menenangkan
perasaan mendadak kakek Dasni mengangkat tangan dan izin
untuk melakukan sholat ashar berjamaah. Kemudian beliau
juga mengajak kakek Wandi untuk ikut sholat ashar berjam’ah
agar hatinya menjadi lebih tenang. Hal inilah yan membuat Ibu
Rika selaku Psikolog merasa bangga.
PEDOMAN WAWANCARA
Implementasi Program Dinamika Kelompok Terhadap Lanjut Usia di Panti Sosial
Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 1 Cipayung Jakarta Timur
A. Identitas
1. Nama :
2. Jenis Kelamin :
3. Usia :
4. Asal :
5. Tanggal Wawancara :
6. Tempat Wawancara :
7. Pukul :
B. Wawancara Klien
1) Bagaimana menurut Kakek/Nenek dengan program Dinamika kelompok?
2) Bagaimana perasaan kakek/nenek saat mengikuti program dinamika
kelompok?
3) Apakah dengan mengikuti program dinamika kelompok ini kawan
kakek/nenek menjadi bertambah?
4) Siapa yang mengisi materi saat pelaksanan program dinamika kelompok?
5) Berapa lama waktu dalam pelaksanaan program dinamika kelompok?
6) Apa pesan dan kesan kakek/nenek dalam program dinamika kelompok
ini?
7) Apa harapan Kakek/Nenek inginkan selama berada di Panti?
PEDOMAN WAWANCARA
Implementasi Program Dinamika Kelompok Terhadap Lanjut Usia di Panti Sosial
Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 1 Cipayung Jakarta Timur
A. Identitas
1. Nama :
2. Jenis Kelamin :
3. Tanggal Wawancara :
4. Tempat Wawancara :
5. Pukul :
B. Wawancara Pekerja Sosial
1) Apa yang dimaksud dengan dinamika kelompok?
2) Apa tujuan yang ingin di capai dari pelaksanaan dinamika kelompok?
3) Materi seperti apa yang di berikan Ibu dalam pelaksanaan dinamika
kelompok?
4) Mengapa materi tersebut Ibu gunakan dalam pelaksanaan dinamika kelompok
di PSTW?
5) Bagaimana tahapan pelaksanaan dinamika kelompok di PSTW Budi Mulia 1?
6) Apa manfaat dari dari program dinamika kelompok kepada para WBS?
7) Siapa saja yang memberikan materi dalam pelaksanaan dinamika kelompok?
8) Apakah ada hambatan dari program dinamika kelompok ini?
PEDOMAN WAWANCARA
Implementasi Program Dinamika Kelompok Terhadap Lanjut Usia di Panti Sosial
Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 1 Cipayung Jakarta Timur
A. Identitas
1. Nama :
2. Jenis Kelamin :
3. Tanggal Wawancara :
4. Tempat Wawancara :
5. Pukul :
B. Wawancara Psikolog
1) Apa yang dimaksud dengan dinamika kelompok?
2) Apa saja manfaat dari kegiatan dinamika kelompok yang Ibu berikan di Panti
Sosial Tresna Werdha?
3) Bagaimana tahapan pelaksanaan program dinamika kelompok di PSTW BM
1?
4) Metode seperti apa yang di gunakan Ibu dalam pelaksanaan dinamika
kelompok?
5) Materi seperti apa yang Ibu berikan dalam pelaksanaan dinamika kelompok?
6) Biasanya membutuhkan berapa lama waktu pelaksanaan dinamika kelompok?
7) Seberapa besar pengaruh program kegiatan dinamika kelompok ini terhadap
kondisi WBS di PSTW BM 1?
8) Apakah ada hambatan dari pelaksanaan dinamika kelompok?
TRANSKIP WAWANCARA
Implementasi Program Dinamika Kelompok Terhadap Lanjut Usia di Panti Sosial
Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 1 Cipayung Jakarta Timur
1. Nama : Rika Fitriyana, M. Psi
2. Jabatan : Psikolog
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Tanggal Wawancara : Jum’at, 29 Agustus 2014
5. Tempat Wawancara : Ruang Konseling
6. Pukul : 14:30-15.00 WIB
No. Pertanyaan Jawaban
1. Apa tujuan dari programdinamika kelompok?
dimana kalau kita sudah memasuki lanjutusia biasanya kan ada penurunan memangsecara umum pastinya akan terjadipenurunan-penurunan fungsi. Baik itu darisegi fisik maupun dari proses berfikir ataumentalnya ada penurunan. Nah Denganmelalui berbagai permainan itu kita bisamempertahankan kemampuan mereka yangsudah ada. Tujuannya sih lebih kesitu, agarmereka bisa tetap berfungsi sebagaimanula.
2. Apa saja manfaat darikegiatan dinamika kelompokyang Ibu berikan di PantiSosial Tresna Werdha?
Kalo manfaatnya sih yang pertama itu,sebetulnya kalo support group itu ajanguntuk mengenal diri sendiri, kemudianmengenal orang lain. Kenapa sih stepawalnya check feeling karena sebetulnya ituuntuk dirinya sendiri, karena banyak orangyang ketika menghadapi masalah jadibingung. Karena mereka tidak mengenalidirinya sendiri. Sebetulnya kita itu maumemasukan tentang pengenalan diri.Melalui support group ini. Kemudian selainitu kita juga mau menumbuhkan keakraban,kedekatan satu sama lain sehingga merekabisa saling support. Itu sebetulnya ingin
membuat suatu support system.
3. Bagaimana tahapanpelaksanaan programdinamika kelompok diPSTW BM 1?
Kalau secara garis besar sih, kita tahapanpertamanya Membina rapot dulu yah,bagaimana menciptakan suasana yang baik,satu sama lain, antara sesama peserta danantara peserta dengan fasilitator, yakan.. itudulu. Setelah itu baru tahapan berikutnyakita menyampaikan pesan-pesan yang kitainginkan. Yang mana dulu nih goalsnyaapakah kepercayaan dirinya dulu, ataupengenalan dirinya dulu atau misalnya yanglebih urgent itu kerjasamanya dulu satusama lain. Itu disesuaikan kebutuhan dulusih. Biasanya kita lihat dilapangan ituseperti apa. Setiap wisma itu kankemampuannya berbeda beda. Jadi kitasesuaikan perwisma. Karena sebelummelakukan dinamika kelompok saya danMba Mesi berorientasi dulu ke setiapwisma jd kita bisa memetakanpermasalahannya itu apa? Seperti di asokadan bugenvile itu kita bisa lebih fokuskepada soft skill itu seperti pengenalan diri,penerimaan diri, kepercayaan diri, tp kalodiwisma cepaka dan dahlia itu kita lebihfokus kepada motorik mereka. Karenakanmereka banyak neneknya yang sudah sepuhdan butuh bantuan maksimal gitu kan. Jdkita lebih ke yang sifatnya motorik ataumemori. Kemudian kalau yg dikakek kitalebih ke tim building. Biar satu sama lainitu gak terlalu acuh. Jd mereka juga punyateman untuk berbagi, temen ngobrol dangak hanya menghabiskan waktu denganduduk santai saja. Jd kalau misalnya sudahtercipta perasaan sebagai satu kelompok.Itu kan nanti akan lebih hidup kayak gitu.Kita dapet informasinya selain kita orientasilangsung, kita juga diskusi dengan Ibu Sitikemudian juga dengan petugas yang lain.Kalau sekiranya ada info-info yang kitaperlukan kemudian kita tanyakan kepadaperawat juga. Jd kita banyak diskusi jd kitatidak semata-mata hanya temuan kita aja.
Kita kroscek lagi dengan petugas disiniyang sehari hari bersama dengan kakeknenek.
4. Metode seperti apa yang digunakan Ibu dalampelaksanaan dinamikakelompok?
Untuk kegiatan cerdas cermat itusebetulnya sebuah games, kita melatihmemori, ada kalanya kita melatih motorik.Ada motorik kasar kah, atau motorik halus.Seperti senam itu sebetulnya melatihmotorik kasarnya. Kalau motorik halusnyabiasanya kita pakai alat bantu untukmenggerakan otot mereka. Waktu itu kitamenggunakan kacang merah kecil samasendok. Jadi mereka memindahkan satuorang ke orang yang lain menggnakansendok. Itu sebetulnya kan untuk melatihmotorik halusnya mereka insensoryintegrasi mereka, mengintegrasikanperintah dari otak dengan gerakanmotoriknya. Kemudian disitu kita jugamenggunakan soft skillnya itu adalah bagaimana meningkatkan kepercayaan dirimereka, atau namanya self evikasi yaknikeyakinan diri bahwa mereka itu masihberdaya, dimana kalau kita sudahmemasuki lanjut usia biasanya kana dapenurunan memang secara umum pastinyaakan terjadi penurunan-penurunan fungsi.Baik itu dari segi fisik maupun darii prosesberfikir atau mentalnya ada penurunan. NahDengan melalui berbagai permainan itu kitabisa mempertahankan kemampuan merekayang sudah ada. Tujuannya sih lebih kesitu,agar mereka bisa tetap berfungsi sebagaimanula
5. Materi seperti apa yang Ibuberikan dalam pelaksanaandinamika kelompok?
Support group kemudian ice braking(hanya sekedar mencairkan suasana) kalausimulasi itu udah agak lebih dalampesannya. Sejauh ini sih kita pake itu aja.Dan itu aja udah cukup banyak yah untuklansia. Karena kita gak perlu cukup banyakteknik menyampaikannya. Yang pentingkita konsisten. Menyampaikannya juga kitadengan bahasa yang ringan saja. Yangmduah dimengerti . Kalau dianya belummau cerita msih blocking jangan dipaksa,karena mereka akan narik diri.karena dalam
kapasitas intelegensy itu kan dibawah ratarata kemudian latar belakang pendidikan itujuga mempengaruhi. Bagaimana merekamenyerap informasi mengelola informasigitu. Jd metode yang kita berikan yangringan ringan saja.
6. Biasanya membutuhkanberapa lama waktupelaksanaan dinamikakelompok?
Karena untuk pelaksanaan dinamikakelompok itu normalnya 2 jam (minimal) tpkan tidak memungkinkan untuk kakek dannenek dipaksakan untuk 2 jam. Karenasebetulnya kalau mau digali kan panjang,kan kita liat juga jumlahnya, situasinya.Sebagai fasilitator kita harus peka kalausudah liat ada yang terlalu mendominan.Berarti kita harus alihkan. Jd apa yang maukita masukin pesannya itu tidak hilang.Karena bisa jadi apabila pesannya itudatangnya dari si orang yang mendominasibelum tentu si orang lain bisamemenerima.gitu.. kalo fasilitator kansifatnya netral. Jd gimana kitamenyampaikan suatu pesan yang semuanyabisa terima.jd kita harus kreatifnya kalaudilapangan.
7. Seberapa besar pengaruhprogram kegiatan dinamikakelompok ini terhadapkondisi WBS di PSTW BM1?
Sangat berpengaruh, dengan catatan bahwapada saat pelaksanaan dinamika kelomokmereka ikut terlibat didalamnya.Makannya kan setiap kali setelahmenyelesaikan satu simulasi/ satupermainan. Kita bahas apa sih yang didapat.Apasih tujuannya begitu, mereka tidakhanya mainnya aja tetapi juga maksud daripermainan itu apa, tujuannya apa. Jadi kalomereka memahami itu nah sebetulnyamereka dapat mempraktekannya dalamkehidupannya sehari hari jadi dapatmeningkatkan kepercayaan dirinya,bagaimana cara berkomunikasi, interaksisosialnya itu kepake karena kalau saatmelaksanakan dinamika kelompok, itu kantanpa mereka sadari mereka sebetulnyamenjalakan suatu dinamika, interaksikemudian komunikasi seperti itu tapidengan catatan ini harus berkesinambunganpelaksanaannya. Jadi gak putus gitu aja.Bisa jadi nanti lupa, yang namanya skil itu
kan kalo gak diasah bisa menurun kan danlama-lama akan hilang.
8. Apakah ada hambatan daripelaksanaan dinamikakelompok?
Hambatan sih pasti ada yah, 1 dari segiketerbatasan waktu kemudian juga kondisikakek dan nenek tidak seperti dahulu,terkadang kita suduh menyusun permainansesederhana mungkin tetapi ternyatasimulasi yg kita buat itu membuat kakekdan nenek lebih mudah lelah, nah jadi kitafleksibel. Meskipun kita sudah menyusun,kita udh buat perencanaannya kita fleksibildengan kondisi dilapangan itu seperti apa.Nanti kalau terlalu bosen, pesan yang maukita sampaikan itu gak sampe. Karenafokusnya itu sudah hilang.
TRANSKIP WAWANCARA
Implementasi Program Dinamika Kelompok Terhadap Lanjut Usia di Panti Sosial
Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 1 Cipayung Jakarta Timur
1. Nama : Siti Masitoh, M. Psi
2. Jabatan : Psikolog
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Tanggal Wawancara : Rabu, 20 Agustus 2014
5. Tempat Wawancara : Teras Wisma Catiliya
6. Pukul : 14:00 - 15.00 WIB
No. Pertanyaan Jawaban
1. Apa tujuan dari programdinamika kelompok ?
Kan ini kegiatan kelompok yah, padadasarnya agar mereka melakukan kegiatanbersama. Ada interaksinya, interaksibersama, having fun.. terus setiap kegiatanitu kan memang dirancang untuk apa nih.Misalnya hari ini kita Motorik halus, jadinanti sasarannya motorik halus. Jd nantikegiatannya yang berhubungan dengan itumisalnya main-main, atau memindahkanapa, mengestafet buku, misalnya gitu yah.mereka di buat group-group itu kan memangdimaksudkan agar ada interaksi kerja samasatu sama lain. Jadi menumbuhkan perasaanpositive dengan teman-teman, kalau haribiasa kan tuh liat saja, mereka kan sendiri-sendiri aja. Jd interaksinya dibangunHubungan sosialnya dibangun.
2. Apa saja manfaat darikegiatan dinamikakelompok yang Ibu berikandi Panti Sosial TresnaWerdha?
Dengan adanya kegiatan ini kan perasaansenang itukan membawa dampak positive.Agar mereka keterusan individualis. Kalonanti sendiri-sendiri kan jadi pikun.Memang sebenernya bagus lansia-lansia inimemorinya dan lain sebagainya ini distimulasi lagi jd ngga cepet pikun.
2. Materi seperti apa yang Ibuberikan dalam pelaksanaan
Selain permainan, terus sharing, akunyebutnya checking feeling yah. Kemarin-
dinamika kelompok? kemarin ada apa, ada pristiwa apa, ada yangmau cerita atau engga. Kalau ada yang maucerita, jadi yang lain pada tau gitu kan, jadiya itu tadi, dinamika kelompok inimerupakan salah satu bentuk untukmengkoneksikan mereka satu sama lain, jdgak cuek satu sama lain, jadi tahu ooo..bahwa teman saya kemarin lagi kesal.. oooyang ini gak suka di giniin, ya walaupuntidak seperti anak muda yah. Padahal denganmereka duduk melingkar bersama saja itusudah ada interaksi, jadi membangunperasaan bersama.
3. Seberapa besar pengaruhprogram kegiatan dinamikakelompok ini terhadapkondisi WBS di PSTW BM1?
Kalau di wisma yang kakek & neneknyalebih sehat mereka lebih akrab yaah..meskipun mereka sehari- hari merekatinggal bersama tetapi interaksi yamgmembuat mereka senang bersama-sama itukan gak begitu sering dilakukan. Jd denganadanya permainan seperti dinamikakelompok, misalnya mereka harusberkelompok ber 6, berkompetisi dengankelompok lain itu akan menimbulkankeakraban.
4. Apakah ada hambatan daripelaksanaan dinamikakelompok?
Nenek & Kakek yang gak mau ikut, kadangkita khawatir itu bisa menular ke yang lainyang sudah ikut. Kita memang mengajakmereka main atau berkegiatan sebisamungkin rileks, santai dan mereka bisaseneng. Besok tetap mau beraktivitas. Itupunkadang2 ada orang yg memang capean, gakmau, gak usah di paksa yang kaya gitu.
5. Biasanya membutuhkanberapa lama waktupelaksanaan dinamikakelompok?
Melihat dari kondisi kakek dan nenek yangfisiknya mulai lemah, Kalau berjadwal jugatakutnya kakek nenek jd bosen yaaah. Jdkalau kita lihat suasana lagi sedang loyo apaitu bisa dilakukan. Jadi kita tentative ajatergantung suasana. Kan memang sudahterjadwalkan kalau tiap minggu.
6. Bagaimana sikap merekasaat pelaksanaan dinamikakelompok berlangsung?
Sikap seneng sih, sejauh ini merekasemangat. Karena ya itu td permainan2nyakan permainan jaman dahulu waktu merekamasih kecil. Merasa kerinduan dimasa keciltuh keluar lagi. Kayak misalnya kanmemindahkan kelereng pakai sendok itumereka seneng gitu. Mereka ketawa-ketawa
sambil konsentrasi di oper ke temennya.Waktu itu kita bikin panjang bangeet sampai10 orang jaraknya 30 sampai 40 cm.kegiatan di buat sehappy mungkin.
TRANSKIP WAWANCARA
Implementasi Program Dinamika Kelompok Terhadap Lanjut Usia di Panti Sosial
Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 1 Cipayung Jakarta Timur
1. Nama : Siti Fatonah, S. Sos
2. Jabatan : Pekerja Sosial
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Tanggal Wawancara : Jum’at, 29 Agustus 2014
5. Tempat Wawancara : Ruang Konseling
6. Pukul : 14:30-15.00 WIB
No. Pertanyaan Jawaban
1. Menurut ibu, apa yangdimaksud dengan dinamikakelompok di PSTW BM 1
Sejenis permainan yang menyatukan lebihdari satu atau dua orang, untuk mecapaisuatu tujuan yang sama.
2. Apa tujuan yang ingin dicapai dari pelaksanaandinamika kelompok
Dinamika kelompok itu tujuannya sangatbanyak, tentunya ada interaksi, sosialisasidengan wbs yang lain, pengembangan diri,dimana dinamika kelompok bertahap akanmelihat perubahan prilaku lansia yangawalnya hanya diam saja mulai adainteraksi dengan temannya. Mulai mampumenceritakan hal-hal yang dialami beliaudan intinya dapat membantu orang lain, adarasa empati dengan teman-temannya.
3. Sejak kapan proses kegiatandinamika kelompok inimulai?
Untuk program dinamika kelompok ini kitasudah berjalan 1 tahun. Program ini dapatterlaksana tentu dengan adanya pengajuandari divisi Bimbingan dan Penyaluran(BIMLUR) ke dinas sosial. Meskipun kitapernah melaksanakan, namun secaraadministrasi harus di konsep dulu nak.Dilihat dari manfaatnya untuk lansiabermacam-macam seperti dapatmeningkatkan kepercayaan diri,sosialisasinya baik jadi saya rasa sangatperlu dengan adanya dinamika kelompokada di semua panti
4. Materi seperti apa yang diberikan Ibu dalampelaksanaan dinamikakelompok?
Berbentuk permainan, mengenai pola fikir,motorik kasar atau motorik halus, ataumelatih memori.
5. Mengapa materi tersebut Ibugunakan dalam pelaksnaandinamika kelompok diPSTW?
Karena kita sesuaikan dengan kondisilansianya intinya yang mudah di tangkapbeliau dan menerima apa yang kitasampaikan. Mediasi ini dilakukan pertamauntuk program panti yang kedua melatihdiri lansia untuk menjadi mandiri. Dan artimandiri disini ialah adanya kepercayaandiri. Karena dengan dinamika kelompoksedikit banyak mengurangi rasa kejenuhanlansia yang ada di panti dan untukmeningkatkan aktivitas lansia itu sendiri.
6. Bagaimana tahapanpelaksanaan dinamikakelompok di PSTW BudiMulia 1
Tahap pertama yaitu perkenalan. Kalautahap perkenalan itu seperti biasa yah. Kitamemperkenalkan diri kita kepada para wbsyang hadir. Kemudian tahap kedua itu tahapmencari pola. Dalam tahapan mencari poladi PSTW ini merupakan suatu bentuk modeldalam pelaksanaan dinamika kelompokyang dilakukan sesuai perjanjian dengankeinginan WBS, Misal WBS inginmenceritkan masa lalu kita membuat polapermainan dengan mengenang masa lalumereka. Agar mereka merasa nyaman danberani untuk tampil didepan orang banyak.Jadi apa yang kami lakukan dibuatsenyaman mungkin agar mereka tidakmerasa jenuh dan dapat terhibur. Terustahapan berikutnya yaitu tahap pemantapannorma. Pemantapan Norma merupakansuatu Kerangka permainan, apabilakerangka permainannya tidak jelas, sulituntuk kakek dan nenek dapet mengertimaksud yang ingin kita sampaikan.misalnya dalam melakukan permainanrantai berbisik ini merupkan suaupermainan yang menggunakan kerjasamaantar kelompok. Mau mulai dari mana dulu.apakah dari sebelah kanan atau dari sebelahkiri dulu. Kalau permainan menggenggambola ada aturannya. Ketika musik berhenti
berarti ia yang berhak meceritakan masalalu atau bernyanyi, sesuai denganperjanjian awal di dalam mencari pola.Moment apa dulu itu dibentuk, misalnyakita mau menggambar, atau bermain bolaatau bernyanyi. Adanya komitmen dansesuai kesepakatan kemudia yang terakhirtahap berprestasi Dalam tahap ini ketikamemberikan permainan dengan WBSadanya kekompakan yang terjadi didalamkelompok, adakah salah satu diantaramereka yang dapat mengembangkan diri,artinya mengembangkan diri disini yakniyang bisa menggantikan posisi kami, yangberani untuk tampil didepan,memproyeksikan apa yang kita tampilkantadi. Itu artinya suatu pengembangan diri.Sehingga apa yang diberikan moderator bisadipahami WBS. Dan dapat diterapkandidalam kesehariannya
7. Apakah ada perubahan bagikakek dan nenek setelahmengikuti program dinamikakelomok?
Untuk perubahan itu kan kita bertahap yah,kan disini bukan tuntutan mutlak harusbagus. Untuk perubahan itu sendiri kalau dipersentasikan kira-kira hampir 60 sampaidengan 70%. Artinya keberhasilan itu tidakmenonjol banget. Tapi paling tidak Beliausenang dengan adanya dinamika kelompok.bisa menerima kehadiran kita dan poin yangpaling penting disini ialah interaksi beliaulebih bagus. Dan beliau dapat merasakanmanfaat yang kita berikan. Pokoknya beliaudapat menerima manfaatnya. Dan sebagaifasilitator kita juga harus terbuka jugadengan mereka. Fungsi kita juga hanyasebagai fasilitator. Jd kita gak bisamemaksakan beliau. Yang pentingimplementasinya
8. Apa manfaat dari dariprogram dinamika kelompokkepada para WBS?
Untuk pengembangan diri lansia, untukmelatih interaksi sosial menjadi lebih baik,sosialisasi menjadi lebih baik, ada rasakepercayaan diri juga, terus intinya jugabeliau merasa terhibur dan tidak merasakesepian dengan kondisi seperti ini.
9. Siapa saja yang memberikanmateri dalam programdinamika kelompok?
Dinamika kelompok memang di latih olehyang professional yaitu dengan Mba Messiatau Mba Rika, namun tentunya kita
berunding terlebih dahulu apa sih materiyang ingin diberikan. Ada koordinasi antarapekerja sosial dengan psikolog. Kita salingberdampingak karena kedua komponen initidak dapat terpisahkan.
10. Apakah ada hambatan dariprogram dinamika kelompokini?
Kalau untuk hambatan itu dari jumlah WBSnya yah dari 210 WBS banyak yangmengalami gangguan kejiwaan dandimensia. Selain itu kita juga kekuranganpekerja sosial, hanya 3 orang peksos untukmenangani 210 klien.
TRANSKIP WAWANCARA
Implementasi Program Dinamika Kelompok Terhadap Lanjut Usia di Panti Sosial
Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 1 Cipayung Jakarta Timur
1. Nama : Lumanow
2. Jenis Kelamin : Laki-Laki
3. Usia : 70 tahun
4. Asal : Medan
5. Agama : Kristen Protestan
6. Tanggal Wawancara : 22 Agustus 2014
7. Tempat Wawancara : Wisma Catilliya
8. Pukul : 11.00 WIB – 11.30 WIB
No. Pertanyaan Jawaban
1. Selamat siang Kakek, inidengan Kakek Lumanow ?
Iya.
2. Kakek sudah berapa lamatingga di Panti?
12 bulan
2. Kalau boleh tau kenapakakek bisa tinggal di pantiini?
Ohh.. saya kan pernah sakit jiwa. Nah terusdibawa pulang. Tapi sering bolak-balikdibawa lagi, di bawa lagi. Kan kalo nakaldirumah suka ngelayab malem. Terus darisana saya dibawa kesini
3. Kakek senang tinggaldisini?
Iya, saya senang disini baik-baik semua.
4. Selama berada di PSTWini, apakah kakek rutinmengikuti programkegiatan yang ada disini?
Yang rame-rame saya ikut. Olah raga ikut,kebaktian, lomba-lomba saya ikut.
5. Dengan adanya kegiatantersebut apa yang kakekrasakan?
Ya, saya senang ikut kegiatan yang ada disini. Jadi tidak merasa jenuh. Waktu acaralomba 17an saya juga ikut. Kalau ada rame-rame juga saya ikut. Saya juara 3 dapet duit20
6. Apakah dengan mengikutikegiatan tersebut kawankakek menjadi bertambah?
Iya, bisa kenal temen-temen dari kamar yanglain.
7. Bagaimana menurut kakekdengan program kegiatandinamika kelompok?
Apa itu dinamika kelompok?
8. Dinamika kelompok itukegiatan yang baru sajakakek lakukan kemarindengan teman-teman kakekdi halaman belakang,permainan cerdas cermatkakek masih ingat?Bagaimana menurut kakekdengan adanya permainantersebut?
Ooohh, iya saya tau tentang pengetahuansejarah. Kemarin saya yang menang.
9. Apakah ada harapan yangkakek inginkan selamaberada di panti?
Saya mau pulang.
TRANSKIP WAWANCARA
Implementasi Program Dinamika Kelompok Terhadap Lanjut Usia di Panti Sosial
Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 1 Cipayung Jakarta Timur
1. Nama : Tamrin
2. Jenis Kelamin : Laki-Laki
3. Usia : 69 tahun
4. Asal : Kalimantan
5. Agama : Islam
6. Tanggal Wawancara : 22 Agustus 2014
7. Tempat Wawancara : Wisma Catilliya
8. Pukul : 13.00 WIB – 13.30 WIB
No. Pertanyaan Jawaban
1. Assalamu’alaikum Kakek,ini dengan Kakek Tamrin ?
Iya.
2. Kakek sudah berapa lamatingga di Panti?
6 bulan, Ibu dari mana?
3. Saya dari UIN kek. Kakekkalau boleh tau kenapasiapa yang mengantarKakek kesini?
Engga saya lagi dagang di tangkap SatpolPP.
4. Oh Kakek berdagang.Kakek berjualan apa?
Saya dagang Koran di daerah Matraman.
5. Saat kakek berdagang,kakek tinggal bersamasiapa?
Sendiri, ngontrak di Matraman
6. Kakek senang tinggaldisini?
Engga. Gerah. Di tekan gak bebas keluar
7. Selama berada di PSTWini, apakah kakek rutinmengikuti program
Ya olah raga, semua kegiatan saya ikut
kegiatan yang ada disini?
8. Dengan beragam kegiatanyang berada di sini, apakakek masih merasa tidaknyaman berada disini?
Jenuh, gak ada pendapatan
9. Lalu setelah kakek beradadi sini, setelahmendapatkan pelayanan apayang kakek rasakan?
Senang, saya juga mengikuti kegiatanseperti angklung, dan olah raga. Waktu itujuga saya ikut Terapi Aktivitas Kelompok(TAK) yang di berikan perawat. Sayasenang dengan kegiatan-kegiatan seperti ini.Karena dapat mengurangi rasa jenuh sayaselama berada disini. Saya baru 6 bulandisini. Dengan adanya TAK sayamempunyai banyak teman.
10. Apa harapan kakek selamatinggal disini?
Mau keluar, disini gak ada pendapatan
TRANSKIP WAWANCARA
Implementasi Program Dinamika Kelompok Terhadap Lanjut Usia di Panti Sosial
Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 1 Cipayung Jakarta Timur
1. Nama : Sumarni
2. Jenis Kelamin : Perempuan
3. Usia : 62 tahun
4. Asal : Betawi
5. Agama : Islam
6. Tanggal Wawancara : 22 Agustus 2014
7. Tempat Wawancara : Wisma Asoka
8. Pukul : 14.00 WIB – 14.30 WIB
No. Pertanyaan Jawaban
1. Nenek apa kabar ? Bae2. Kalau boleh tau nenek
namanya siapa?Nenek Sumarni
3. Nenek tau kegiatandinamika kelompok?
Iya tau. Yang kaya karet di ambil pake lidi
3. Kapan pelaksanaandinamika kelompokdilakukan nek?
Ye pokonye tiap minggu aje. Gak tiap hari
4. Biasanya yang memberikanmateri siape nek?
Mba Rika. Psikolog
5. Kemarin apakah nenekmengikuti kegiatantersebut?
Iyah ikut, main bola.
6. Bagaimana perasaan neneksaat mengikuti programdinamika kelompoktersebut?
Seneng, karena ada hiburan. Biasanya kitamain bola, lempar bola. Terus dapet hadiah.Hadiahnya dapet mangkok, dapet uang.Jadinya kan kite semangat. Kita biasanyamain di belakang, di aula. Ye bareng sama
nenek-nenek yang lain.7. Manfaat yang nenek
rasakan setelah mengikutikegiatan tersebut?
Seneng aje nenek mah.
8. Tempat saat pelaksanaandinamika kelompokbiasanya dimana nek?Apakah pesertanyadibatasi?
Kadang di halaman belakang. Terus disini.Kalo peserta mah siapa aje yang mau ikut.
9. Untuk pelaksanaan programdinamika kelompok itu jamberapa nek?
Jam 9, kadang-kadang jam 10.
10. Apa harapan yang nenekinginkan selama nenektinggal di PSTW ini?
Lebih sering-sering diadain lagi, biar adahiburan.
TRANSKIP WAWANCARA
Implementasi Program Dinamika Kelompok Terhadap Lanjut Usia di Panti Sosial
Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 1 Cipayung Jakarta Timur
1. Nama : Masnun
2. Jenis Kelamin : Perempuan
3. Usia : 89 tahun
4. Asal : Betawi
5. Agama : Islam
6. Tanggal Wawancara : 14 Agustus 2014
7. Tempat Wawancara : Wisma Asoka
8. Pukul : 14.00 WIB – 14.30 WIB
No. Pertanyaan Jawaban
1. Assalamu’alaikum nenek?Nenek sedang apa?
Lagi ngga ngapa-ngapain
2. Kalau boleh tau neneknamanya siapa?
Masnun
3. Nenek sudah berapa lamatinggal disini ?
Nenek mah udah 4 tahun di sini
3. Usia nenek saat ini berapatahun ?
89 tahun
4. Kalau boleh tau, siapa yangmembawa nenek ke sini?
Nenek disaranin sama Pak RT, Pak RT yanggurusin surat-suratnya.
5. Apa nenek nyaman tinggaldi sini?
Ya nyaman-nyaman ajalah. Mau pulang, yapulang kemana gak punya rumah. Anakudah gak ada. Suami meninggal.
6. Apakah nenek mengikutisetiap kegiatan yang adadisini?
Ya nenek ikut kaya senam, ngaji. Waktu itupernah ikut main angklung tapi sekarangmata nenek udah gak bisa liat angkanya.Tapi dulu mah rajin. Waktu belum sakit.Kan mata nenek abis di oprasi. Kenakatarak. Jadi udah ngga terlalu jelas kalo
ngeliat.7. Apakah nenek pernah
mengikuti kegiatandinamika kelompok?
Dinamika kelompok apaan tuh?
8. Suatu kegiatan yang didamping oleh Ibu Rika, IbuMessi atau Ibu Siti. Apanenek pernah mengikutikegiatan tersebut?
Nenek gak pernah ikut.
9. Apa nenek tidak merasajenuh atau bosan karenatidak mengikuti kegiatanyang berada disini?
Engga, pan ngejait. Terus kalo ada lomba-lomba juga kadang nenek ikut. Jadi nggabosen-bosen banget. Nenek mah udah malesikut kegiatan, udah tua. Waktu itu pernahikut kegiatan itu. Cuma sekarang nenek udahrada males. Badannya udah gampang capek.Paling nenek ngejait aja. Itu juga kalo lagigak males. Kalo lagi males seminggu barunenek jait. Mau main angklung matanyaudah ga ngeliat. Ya paling kegiatannya yagitu-gitu aja. Iyah soalnya matanya udahngga enak gini.. entar deh kalo udah tuangerasain deh
10. Apa harapan yang nenekinginkan selama nenektinggal di PSTW ini?
Ya apa yah. Ya gini gini aja deh nenek mah.
Lampiran-Lampiran
DOKUMENTASI SAAT PENULIS MELAKUKAN PENELITIAN
(Gambar 1.1: Ibu Rika melakukan Checking Feeling di Wisma Bugenvile)
(Gambar 1.2: Ibu Rika bersama dengan Ibu Siti melakukan senam otak diWisma Bugenvile)
(Gambar 1.3: Ibu Mesi dan Ibu Rika beserta dengan peneliti melakukanSupport Group di Wisma Cempaka)
(Gambar 1.4)
(Gambar 1.5)
Pada gambar 1.4 dan 1.5 yakni program dinamika kelompok berupa permainancerdas cermat. Hal ini berguna untuk melatih memori. Karena beberapapertanyaan yang diberikan berupa pertanyaan mengenai kemerdekaan.
(Gambar 1.6: peneliti melakukan wawancara dengan Ibu Rika Fitriyana, M.Psi)
(Gambar 1.7: peneliti melakukan wawancara dengan Ibu Siti Masitoh, M.Psi)