IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW ...
Transcript of IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW ...
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW
UNTUK MENINGKATKAN BELAJAR MANDIRI
SISWA DAN HASIL BELAJAR IPS
(Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 1 Buluspesantren Kabupaten Kebumen )
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister
Program Studi Teknologi Pendidikan
Oleh:
BUDI HARTONO
NIM. S810908505
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW
UNTUK MENINGKATKAN BELAJAR MANDIRI
SISWA DAN HASIL BELAJAR IPS
(Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 1 Buluspesantren Kabupaten Kebumen )
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister
Program Studi Teknologi Pendidikan
Disusun Oleh :
BUDI HARTONO
NIM. S810908505
Telah disetujui oleh Tim Pembimbing
Dewan Pembimbing
Jabatan
Nama
Tanda Tangan
Tanggal
Pembimbing I Prof. Dr. H. Mulyoto, M.Pd
Pembimbing II Prof. Dr. Sri Anitah, M.Pd
Mengetahui
Ketua Program Studi Teknologi Pendidikan
Prof. Dr.H. Mulyoto, M.Pd
NIP. 194307121973011001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW
UNTUK MENINGKATKAN BELAJAR MANDIRI
SISWA DAN HASIL BELAJAR IPS
(Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 1 Buluspesantren Kabupaten Kebumen )
Disusun Oleh :
Budi Hartono
NIM. S810908505
Telah disetujui dan disahkan oleh Tim Penguji
Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal
Ketua Prof. Dr. Samsi Haryanto, M. Pd …………….. .………..
Sekretaris Dr. Nunuk Suryani, M.Pd. …………….. …………
Anggota Penguji : I Prof. Dr. H. Mulyoto, M. Pd. …………….. ………...
II Prof. Dr. Sri Anitah, M.Pd …………….. ...………
Mengetahui
Ketua Program Studi Prof. Dr. H. Mulyoto, M.Pd …………….. ..………..
Teknologi Pendidikan NIP. 194307121973011001
Direktur Program Prof. Drs. Suranto, M.Sc. Ph.D ……………. .………...
Pascasarjana NIP. 195708201985031004
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama : Budi Hartono
NIM : S810908505
Program Studi : Teknologi Pendidikan Program PascasarjanaUniversitas
Sebelas Maret Surakarta
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul Implementasi
Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw Untuk Meningkatkan Belajar Mandiri
Siswa dan Hasil Belajar IPS (Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 1
Buluspesantren, Kabupaten Kebumen) adalah benar-benar karya sendiri. Hal-hal
yang bukan karya saya, dalam tesis tersebut diberi tanda cilasi dan ditunjukkan
dalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia
menerima sangsi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh
dari tesis tersebut.
Surakarta, Januari 2010
Yang membuat pernyataan
Budi Hartono
NIM. S81090850
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
1. Kehidupan ibarat sebuah barisan, siapa yang berangkat lebih awal akan
sampai dahulu dan yang berangkat lebih belakang akan sampai lebih
kemudian.
2. Sesungguhnya disamping kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila engkau
sudah selesai (mengerjakan suatu pekerjaan), kerjakan pekerjaan lain.
Dan hanya kepada Tuhanmu (saja) kamu berharap (QS. Alam Nasrah : 5-8)
PERSEMBAHAN :
Tesis dipersembahkan untuk :
1. Isteri tercinta, Winarti
2. Putra-putriku tersayang, Rio dan Nadia
3. Bapak, ibu, kakakku terkasih
4. Keponakan-keponakanku
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi robbil ‘alamin, penulis bersyukur kehadirat Allah SWT,
yang telah menganugrahkan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat
menyelesaikan tesis ini.
Dalam penyusunan tesis ini, penulis telah banyak mendapatkan bantuan,
bimbingan, arahan serta petunjuk dari berbagai pihak. Oleh karena itu
perkenankanlah dalam kesempatan ini penulis mengucap terima kasih kepada :
1. Rektor Universitas Negeri Sebelas Maret beserta seluruh staf dan jajarannya
yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menempuh
pendidikan program Pasca Sarjana di Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Prof. Drs. Suranto Tjiptowibisono, M.Sc.Ph.D sebagai Direktur Program
Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan
motivasi dan kemudahan yang sangat berharga bagi penulis untuk mengikuti
studi pada proses penyusunan tesis sehingga dapat selesai.
3. Prof. Dr. H. Mulyoto, M.Pd, sebagai ketua Program Studi Teknologi
Pendidikan UNS dan Pembimbing I yang telah banyak memberikan motivasi,
wawasan , bimbingan dengan penuh kesabaran kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan studi dan tesis ini.
4. Prof. Dr. Sri Anitah, M.Pd, sebagai pembimbing II yang dengan penuh
kesabaran membimbing dan memberikan motivasi sehingga penyusunan tesis
dapat selesai.
5. Para Dosen dan Guru Besar Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret
Surakarta yang telah membagikan ilmunya kepada penulis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
6. Staf Tata Usaha dan karyawan-karyawati Program Pasca Sarjana Universitas
Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan pelayanan administrasi
kepada peneliti selama studi di Program Pasca Sarjana.
7. Suradi,S.Pd, Kepala Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Buluspesantren
yang telah membantu terselesaikannya tesis ini.
8. Sri Handarti, S.Pd yang telah membantu pelaksanaan penelitian.
9. Winarti, Rio dan Nadia, istri tercinta dan anak-anak tersayang yang selalu
menyejukkan hati dan memberikan motivasi sehingga peneliti memiliki
kekuatan untuk menempuh studi pasca sarjana sampai dengan penyusunan
laporan tesis.
10. Teman-teman seperjuangan yang selalu bersama-sama dalam suka dan duka
selama pendidkan pasca sarjana.
11. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu yang secara
langsung maupun tidak langsung memberikan bantuan dan dorongan kepada
peneliti selama menempuh studi sampai dengan terselesaikannya laporan tesis.
Semoga Alloh SWT melimpahkan karunia dan membalas dengan imbalan
yang setimpal serta dicatat sebagai amal sholeh atas segala perbuatannya. Amin.
Tesis ini telah kami susun dengan usaha yang maksimal, namun karena
keterbatasan kemampuan kami, maka kritik dan saran yang bersifat membangun
sangat diharapkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
Akhirnya peneliti berharap semoga yang tertuang dalam tesis ini
bermanfaat bagi kemajuan dunia pendidikan.
Surakarta, Januari 2010
Peneliti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR ISI
halaman
HALAMAN JUDUL……………………………………………… . i
HALAMAN PERSETUJUAN…………………………………….. ii
PENGESAHAN PEMBIMBING……………………………………. iii
PERNYATAAN……………………………………………………… iv
MOTO DAN PERSEMBAHAN…………………………………….. v
KATA PENGANTAR……………………………………………….. vi
DAFTAR ISI………………………………………………………… ix
ABSTRAK…………………………………………………………… xiii
ABSTRACT………………………………………………………….. xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah……………………………… 1
B. Rumusan Masalah……………………………………. 3
C. Tujuan Penelitian…………………………………….. 4
D. Manfaat Penelitian…………………………………… 5
BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN
HIPOTESIS TINDAKAN
A. Kajian Teori………………………………….……….. 6
1. Pembelajaran Kooperatif ….…………..….……….. 6
a. Teori-Teori Belajar………...………………..……… 6
1) Teori Ausubel……………………………….……… 6
2) Teori Piaget………………………………….……... 7
3) Teori Vygotsky…………………………………...... 7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
b. Tujuan Pembelajaran Kooperatif……….…………... 7
c. Model-Model Pembelajaran Kooperatif……………. 8
2. Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw…………… 8
3. Belajar Mandiri Siswa……………………………... 10
4. Hasil Belajar IPS…………………………………… 11
a. Hasil Belajar……………………………………….. 11
b. Hakekat IPS……………………………………..… 11
B. Penelitian yang Relevan……………………….………. 12
C. Kerangka Berpikir……………….…………….……… 13
1. Implementasi Pembelajarn Koopeoratif Model Jigsaw untuk
Meningkatkan Belajar Mandiri Siswa………………. 13
2. Implementasi Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw untuk
Meningkatkan Hasil Belajar IPS………………… 14
D. Hipotesis Tindakan.............................................................. 14
1. Implementasi Pembelajaran Koopeoratif Model Jigsaw
dapat Meningkatkan Belajar Mandiri Siswa ……… 14
2..Implementasi Pembelajaran Koopeoratif Model Jigsaw
dapat Meningkatkan Hasil Belajar…………...… 15
BAB III METODOLOGI PENELITIAN………………….. ….. 17
A. Subyek Penelitian………………………………… 17
B. Waktu dan Tempat Penelitian…………………… 17
1.Waktu Penelitian……………………………… 17
2.Tempat Penelitian……………………………… 18
C. Sumber Data Penelitian Penelitian……………… 19
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
D. Jenis Instrumen………………………….….…… 19
E. Cara Pengamatan………………………………… 20
F. Tehnik Pengambilan Data……………… ……….. 20
G. Analisis Data dan Refleksi…………… ………… 21
H. Indikator Kinerja…………………… …………… 21
I. Rencana Pelaksanaan Tindakan…… ……………. 22
1.Siklus I………………………… ……………… 23
2.Siklus II……………………….……………...… 24
3.Siklus III…………………….…………………. 25
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN….
A. Seting Penelitian…………………………………… 26
1. Lokasi Sekolah…………………………………….. 26
2. Keadaan Siswa…………………………………….. 27
3. Keadaan Guru……………………………………… 29
4. Kondisi Awal Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran... 29
B. Hasil Penelitian dan Pembahasan…………………… 31
1. Hasil Penelitian …………………………………….. 31
a. Imlementasi Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw
dalam Pembelajaran IPS untuk Meningkatkan Belajar
Mandiri Siswa………………………………………. 31
b. Implementasi Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw
dalam Pembelajaran IPS untuk Meningkatkan
Hasil Belajar IPS…………………………………….. 32
2. Pembahasan…………………………………………. 33
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
C. Keterbatasan Penelitian……………………………… 34
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN……………… 36
A. Simpulan……………………………………………... 36
B. Implikasi……………………………………………… 37
C. Saran…………………………………………………. 38
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………… 39
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
ABSTRAK
Budi Hartono - S810908505. Implementasi Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw Untuk Meningkatkan Kemandirian Belajar Siswa dan Hasil Belajar IPS: Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 1 Buluspesantren Kabupaten Kebumen. Tesis. Surakarta. Program Studi Teknologi Pendidikan. Pascasarjana. Universitas Sebelas Maret. Desember 2009. Tujuan dari peneliti adalah untuk mengetahui bagaimanakah implementasi pembelajaran kooperatif model jigsaw untuk meningkatkan kemandirian belajar siswa dan hasil belajar IPS pada siswa kelas VII A SMP Negeri 1 Buluspesantren pada semester 1 tahun pelajaran 2009/2010. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dari hasil penelitian tindakan kelas (PTK) berupa perlakuan (treatment) khusus dengan pembelajaran kooperatif model jigsaw. Subyek penelitian adalah siswa kelas VII A SMP N 1 Buluspesantren, Kabupaten Kebumen, pada semester 1 tahun pelajaran 2009/2010 berjumlah 40 siswa yang terdiri dari 20 siswa laki-laki dan 20 siswa perempuan. Data penelitian diperoleh dari peristiwa selama pembelajaran berlangsung, informan dari siswa, guru, kepala sekolah dan warga sekolah lainnya, pengamatan, dokumen arsip dan foto kegiatan. Melalui tahapan planning, acting, observing dan reflecting, penelitian ini dilaksanakan dalam tiga siklus dengan langkah-langkah pembelajaran kooperatif model jigsaw yang terdiri dari membaca, diskusi kelompok ahli, laporan kelompok dan kuis/tes. Untuk memperlancar pembelajaran kooperatif model jigsaw dirancang skenario pembelajaran, media pendukung, alat dan bahan yang diperlukan dan instrumen penelitian tindakan. Setelah pemberian perlakuan (treatment) selama tiga siklus peningkatan yang dicapai antara lain kemandirian belajar siswa, peningkatn yang dicapai adalah siswa yang berminat terhadap IPS sebesar 85,00%, memiliki motivasi 82,50%, dapat mengatasi masalah 52,50%, memiliki rasa ingin tahu yang tinggi 72,50% dan mengetahui makna belajar 35,00%. Peningkatan hasil belajar siswa dapat dilihat dari rata-rata nilai ulangan harian siswa meningkat menjadi 76,95% dan ketuntasan belajar klasikal menjadi sebesar 90,00%. Kata Kunci : Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw, Kemandirian Belajar, Hasil Belajar IPS.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
ABSTRACT
Budi Hartono - S810908505. The Implementation of Cooperative Learning of Jigsaw Models for Improving Student Learning Independence Ability and Learning Result in Social Science. A Classroom Action Research at State Junior Secondary School 1 of Buluspesantren, Kebumen Regency. Thesis. The Graduate Program in Educational Technology, Postgraduate Program, Sebelas Maret University, Surakarta, Desember 2009. This research is aimed at finding out how the implementation of cooperative learning of jigsaw models for improving student learning independence ability and learning result in Social Science of the student in grade at State Junior Secondary School 1 of Buluspesantren, Kebumen Regency. In semester 1 in the Academic Year of 2009/2010. This Research used descriptive qualitative method of the result of classroom action research, which used special treatment of the cooperative learning of jigsaw models. The subjects of the research were 40 student in grade VII A at State Junior Secondary 1 of Buluspesantren, Kebumen Regency in Semester 1 in the Academic Year of 2009/2010. The Subject consisted of 20 male studens and 20 female studens. Data of the research were obtained from the events during the instruction, the informans consisting of the students, teachers, school principal, and other school communities, the observation, the archival documents, and the photos of the class activities. Through the phases of planning, acting, observing and reflecting, this research was conducted in three cycles with such cooperative learning of jigsaw models phases as reading, discussion expert teams, group reports and quiz/test. In order to carry out the cooperative learning of jigsaw models smoothly, the supporting instructional media, the recuired instructional materials and tools and the instruments for the classroom action research were designed. The result of the classroom action research following the treatment shows that the student learning independence ability improves, the student interested in Social Science, having learning motivation, having problem-solving ability, having high learning-curiosity, and recognizing the meaning of learning were respectively 85,00%, 82,50%, 57,50%, 72,50% and 35,00%. The improvement in the result of learning is indicated by the improvement in the students’ daily quiz score average ( 76,95%), and the classical learning completeness (90,00%). Keywords : Cooperative learning of jigsaw models, learning independence ability, and learning result in Social Science.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) memiliki tujuan utama yaitu
agar setiap peserta didik menjadi warga negara yang baik, melatih peserta didik
memiliki kemampuan berpikir matang untuk menghadapi dan memecahkan
masalah sosial, dan agar peserta didik dapat mewarisi dan melanjutkan budaya
bangsanya.
Awal Mutakin (dalam Depdiknas : 2004, Buku 2 : 34) lebih lanjut
menjelaskan bahwa tujuan pembelajaran IPS dapat dirinci sebagai berikut:
1. Memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau lingkungannya,
melalui pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah dan kebudayaan masyarakat.
2. Mengetahui dan memahami konsep dasar dan mampu menggunakan metode
yang diadaptasi dari ilmu-ilmu sosial yang kemudian dapat digunakan untuk
memecahkan masalah-masalah sosial.
3. Mampu menggunakan simbol-simbol dan proses berpikir serta membuat
keputusan untuk menyelesaikan isu dan masalah yang berkembang di
masyarakat.
4. Mampu menggunakan model-model dan proses berpikir serta membuat
keputusan untuk menyelesaikan isu dan masalah yang berkembang di
masyarakat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
5. Menaruh perhatian terhadap isu-isu dan masalah sosial, serta mampu
membuat analisis yang kritis, kemudian mampu mengambil tindakan yang
tepat.
6. Mampu mengembangkan berbagai potensi sehingga mampu membangun citra
diri sendiri agar survive yang kemudian bertanggungjawab membangun
masyarakat.
Berdasarkan tujuan diatas, maka pembelajaran IPS harus mampu
mempersiapkan, membina dan membentuk kemampuan peserta didik yang
menguasai pengetahuan, sikap, nilai dan kecakapan dasar yang diperlukan bagi
kehidupan masyarakat. Untuk mencapai tujuan IPS tersebut harus didukung oleh
iklim pembelajaran yang kondusif. Iklim yang dikembangkan oleh guru
mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap keberhasilan dan kegairahan
belajar. Kualitas dan keberhasilan pembelajaran sangat dipengaruhi oleh
kemampuan dan ketepatan guru dalam memilih dan menggunakan model
pembelajaran yang paling sesuai.
Hasil wawancara dengan siswa diperoleh jawaban bahwa sebagian besar
siswa menganggap IPS merupakan mata pelajaran yang sulit. Kesulitan yang
dialami siswa ini disebabkan tidak adanya kesadaran dari diri siswa itu sendiri
untuk belajar mandiri, mengingat mata pelajaran IPS materinya sangat banyak dan
berkaitan dengan kehidupan sehari-hari sehingga siswa harus banyak membaca
buku ajar, buku referensi, majalah, surat kabar dan jika perlu siswa menggunakan
media lain seperti internet. Hal ini dimaksudkan agar wawasan siswa bertambah
luas dan siswa mampu mengkaitkan pengetahuan yang telah dimiliki dengan
pelajaran yang dimiliki oleh guru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Berdasarkan pengamatan dokumen nilai IPS di kelas VII A, diperoleh data
sebagai berikut: 1) Rata-rata nilai ulangan harian (UH) siswa pada mata pelajaran
IPS rendah yaitu hanya mencapai 58,95%. 2) Siswa yang mencapai ketuntasan
belajar diatas 68 hanya 19 orang atau 47,50%.
Rendahnya hasil belajar IPS pada siswa disebabkan oleh beberapa faktor
dari guru itu sendiri seperti : 1) guru kurang menguasai materi pelajaran 2) guru
kurang tepat menentukan model pembelajaran yang sesuai dengan materi, 3) guru
kurang bervariasi dalam menerapkan metode pembelajaran, 4) guru kurang
terampil memilih alat peraga yang tepat dan sesuai dengan kompetensi dasar yang
akan disajikan, 5) guru kurang dapat memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif
dalam pembelajaran, dan 6) guru kurang mendorong siswa untuk belajar mandiri.
Beberapa siswa mengaku jika keesokan harinya ada pelajaran IPS, dia
kadang-kadang belajar dan kadang-kadang tidak belajar, bahkan tugas di rumah
pun banyak dikerjakan disekolah sebelum guru masuk kelas. Sebagian siswa juga
merasakan bahwa pelajaran IPS membosankan dan banyak hapalan.
Permasalahan rendahnya kemandirian belajar dan hasil belajar IPS pada
siswa jika tidak diatasi akan menyebabkan rendahnya kemampuan menyelesaikan
soal, rendahnya penguasaan kompetensi mata pelajaran IPS, sehingga nilai
ulangan harian IPS rendah, akibatnya hasil belajar IPS secara umum rendah. Salah
satu cara untuk mengatasi permasalahan tersebut guru dapat melakukan penelitian
tindakan kelas (PTK). Hopkins ( 1993 : 44) menjelaskan,
“Actions research combines as substantive act with a research procedure, it is
action disciplined by enquiry a personel attempt at understanding while
engaged in process of improvement and reform”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
(Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang mengkombinasikan prosedur
penelitian degan tindakan substantif, sebagai tindakan yang dilakukan secara
inkuiri, merupakan usaha seseorang untuk memahami apa yang sedang terjadi,
sambil terlibat dalam sebuah proses perbaikan dan pembahasan).
Pembelajaran kooperatif model jigsaw merupakan salah satu alternatif
dalam upaya meningkatkan kemandirian belajar siswa dan hasil belajar IPS.
Melalui model pembelajaran ini diharapkan siswa mampu bertanggung jawab atas
belajar mereka sendiri dan berusaha menemukan informasi untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang dihadapkan pada mereka.. Di dalam pembelajaran
kooperatif model jigsaw ini prinsip belajar aktif diterapkan.
Konsep belajar aktif sudah dikembangkan oleh Confucius pada tahun 2400
SM, yang dikutip oleh Melvin Silberman (1996 : 1) “Apa yang saya dengar saya
lupa, apa yang saya lihat saya ingat apa yang saya kerjakan saya paham.”
Kata-kata bijak Confusius kemudian dimodifikasi dan diperluas oleh
Melvin. L. Siberman (1992 : 2) yang selanjutnya disebut Paham Belajar Aktif
adalah sebagai berikut :
Apa yang saya dengar, saya lupa. Apa yang saya dengar dan lihat, sedikit ingat. Apa yang saya dengar, lihat dan tanyakan atau diskusikan dengan orang lain saya mulai paham. Apa yang saya dengar, lihat, diskusikan dan terapkan, saya mendapat pengetahuan dan ketrampilan. Apa yang saya ajarkan kepada orang lain saya kuasai .
Keaktifan siswa dapat dilihat dari kemampuan menerima informasi dan
memproses informasi secara efektif. Belajar secara aktif siswa dituntut mencari
sesuatu sehingga dalam pembelajaran seluruh potensi siswa akan terlibat secara
optimal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
Pembelajaran kooperatif model jigsaw diharapkan mampu membuat siswa
aktif dan membangun sendiri apa yang harus dikuasainya, siswa juga membangun
aspek sosialisasi karena metode ini merupakan kerja kelompok. Dalam proses
pembelajaran ini siswa dibiasakan untuk memecahkan masalah, bertanya,
menyampaikan gagasan atau ide-idenya. Siswa juga dibiasakan untuk bertanggung
jawab terhadap apa yang disampaikan pada orang lain sehingga dalam berbicara
harus menggunakan dasar yang jelas, serta berani mempertahankan
argumentasinya di depan orang banyak.
Belajar mandiri merupakan sikap atau perbuatan yang dilakukan oleh
individu yang tumbuh dari dalam diri berupa tumbuhnya kesadaran akan
pentingnya belajar. Dalam belajar mandiri seorang memiliki keyakinan apa yang
dipelajari akan bermanfaat bagi kehidupannya. Pembelajaran yang demokratis dan
menghargai perubahan sekecil apapun yang akan dicapai akan membuat anak
percaya diri. Rasa percaya diri akan memunculkan motivasi untuk selalu ingin
tahu, dan berusaha mencari makna dari hal-hal yang dipelajari.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang diuraikan diatas, dan agar
hasil penelitian ini lebih terfokus maka dapat dirumuskan permasalahan
penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimana implementasi pembelajaran kooperatif model jigsaw untuk
meningkatkan belajar mandiri siswa ?
2. Bagaimana imlementasi pembelajaran kooperatif model jigsaw untuk
meningkatkan hasil belajar IPS ?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
C. Tujuan Penelitian
Tujuan Penelitian Tindakan Kelas ini ada dua yaitu tujuan umum dan
tujuan khusus.
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian tindakan kelas ini adalah :
a. Mengimplementasikan pembelajaran kooperatif model jigsaw untuk
meningkatkan belajar mandiri siswa.
b. Mengimplementasikan pembelajaran kooperatif model jigsaw untuk
meningkatkan hasil belajar IPS
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus penelitian tindakan kelas ini adalah :
a. Mendiskripsikan dan menjelaskan implementasi pembelajaran
koperatif model jigsaw untuk meningkatkan belajar mandiri siswa
dan hasil belajar IPS.
b. Mendeskripsikan dan menjelaskan peningkatan belajar mandiri siswa
melalui pembelajaran kooperatif model jigsaw bagi siswa kelas
VII A di SMP Negeri 1 Buluspesantren pada semester 1 tahun
pelajaran 2009/2010
c. Mendeskripsikan dan menjelaskan peningkatan hasil belajar IPS
melalui pembelajaran kooperatif model jigsaw bagi siswa kelas VII A
di SMP Negeri 1 Buluspesantren semester 1 tahun pelajaran
2009/2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
a. Sebagai bahan pengembangan teori pembelajaran dalam meningkatkan
belajar mandiri siswa
b. Sebagai bahan pengembangan teori pembelajaran dalam meningkatkan hasil
belajar IPS.
c. Digunakan sebagai bahan referensi bagi peneliti lain dalam upaya melakukan
penelitian lebih lanjut.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi siswa, pembelajaran kooperatif model jigsaw sangat bermanfaat karena
siswa akan mampu bertanggung jawab atas belajar mereka sendiri dan
berusaha menemukan informasi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
dihadapkan pada mereka. Siswa akan membangun sendiri pengetahuannya,
siswa akan mampu mengkaitkan konsep-konsep tertentu dengan kehidupan
nyata, siswa akan belajar menjadi pemikir-pemikir, sehingga belajar akan
lebih bermakna.
Apa yang dipelajari akan mudah dimengerti dan lebih lama tersimpan
dalam memori siswa, selanjutnya siswa tahu manfaat apa yang diperoleh dari
sesuatu yang dipelajari. Hal ini akan mendorong siswa untuk ingin selalu
belajar, ingin selalu mengetahui sesuatu, ia akan selalu aktif mencari
pengetahuan. Itu berarti siswa telah menyadari untuk apa ia belajar atau dapat
dikatakan mampu belajar mandiri, aktif, dan kritis . efek lebih lanjut dari
kesadaran belajar mandiri, aktif dan kritis adalah hasil belajar siswa
meningkat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
b. Bagi guru, hasil penelitian ini akan digunakan sebagai acuan dalam
melaksanakan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Guru akan berusaha
menerapkan strategi dan pendekatan yang sesuai untuk pembelajaran di era
yang menuntut siswa yang mandiri, aktif dan cerdas.
Disamping itu guru dapat merefleksi diri, guna mengetahui apa yang telah
dilakukan terhadap siswanya. Dari hasil refleksi tersebut guru dapat
melakukan perbaikan, kemudian guru akan lebih aktif mengikuti
perkembangan dalam pendidikan, kreatif dan inovatif terhadap hal-hal baru
yang bermanfaat bagi peningkatan berbagai kemampuan siswa baik kognitif,
afektif maupun psikomotor.
c. Bagi penentu kebijakan baik sekolah maupun dinas terkait, penelitian ini
dapat menjadi masukan dalam upaya peningkatan perbaikan pembelajaran
IPS di Sekolah Menengah Pertama (SMP). Dengan hasil penelitian ini yang
berwenang dapat memilih dan menentukan pendekatan yang sesuai dengan
tuntutan jaman, sehingga pembelajaran akan lebih bermutu, sesuai tuntutan
kebutuhan pasar yaitu masyarakat yang akan menilai dan merasakan hasil
atau output dari pendidikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
BAB II
KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN
HIPOTESIS TINDAKAN
A. Kajian Teori
Dalam bab ini akan didiskripsikan konsep-konsep yang berkaitan dengan
judul dalam penelitian ini yaitu : implementasi pembelajaran kooperatif model
jigsaw untuk meningkatkan belajar mandiri siswa dan hasil belajar IPS.
Diskripsi tersebut akan digunakan sebagai landasan bagi pemahaman
konsep yang digunakan dalam penelitian ini:
1. Pembelajaran Kooperatif
a. Teori Teori Belajar
1) Teori Ausubel
Menurut Ausubel (Isjoni,2009: 35) bahan pelajaran yang dipelajari
haruslah bermakna. Pembelajaran bermakna merupakan proses mengkaitkan
informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur
kognitif seseorang. Belajar seharusnya menerapkan apa yang disebut asimilasi
bermakna. Materi yang dipelajari diasimilasikan dan dihubungkan dengan
pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Untuk itu menurut. Relly &
Lewis ( dalam Toeti Sukamto, 1996: 25) diperlukan dua persyaratan yaitu : (a)
materi yang secara potensial dan bermakna dan dipilih dan diatur oleh dosen
dan harus sesuai dengan tingkat perkembangan serta pengalaman masa lalu
mahasiswa, (b) suatu situasi belajar yang bermakna. Faktor motivasional
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
memegang peranan yang sangat penting sebab mahasiswa tidak akan
mengasimilasikan materi baru tersebut apabila mereka tidak mempunyai
keinginan dan pengetahuan bagaimana melakukannya. Hal ini juga diatur oleh
dosen sehingga materi tidak dipelajari secara hafalan. Suparno (dalam
Isjoni,2009: 35) mengatakan pembelajaran bermakna adalah suatu proses
pembelajaran dimana informasi baru dihubungkan dengan struktur pengertian
yang sudah dipunyai seseorang yang sedang dalam proses pembelajaran.
Pembelajaran bermakna terjadi apabila pelajar mencoba menghubungkan
fenomena baru ke dalam struktur pengetahuan mereka. Artinya bahan pelajaran
itu harus cocok dengan kemampuan pelajar dan harus relevan dengan struktur
kognitif yang dimiliki pelajar. Oleh karena itu, pelajaran harus dikaitkan
dengan konsep-konsep yang telah dimiliki oleh siswa, sehingga konsep-konsep
baru tersebut benar-benar terserap olehnya. Dengan demikian, faktor-faktor
intelektual emosional siswa terlibat dalam kegiatan pembelajaran.
Belajar dapat dikelompokkan dalam dua dimensi, menurut Ausubel
(dalam Dahar, 1989 : 110) Dimensi pertama berhubungan dengan cara
informasi atau materi pelajaran disajikan kepada siswa melalui penerimaan atau
penemuan. Dimensi kedua, menyangkut cara bagaimana siswa dapat
mengkaitkan informasi tersebut pada struktur kognitif yang telah ada.
Pada tingkat pertama, belajar penerimaan (reception learning) menyangkut
materi dalam bentuk final, sedangkan belajar penemuan (discovery learning)
yang mengharuskan siswa untuk menemukan sendiri sebagian atau seluruh
materi yang dipelajari.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Pada tingkat kedua siswa menghubungkan atau mengkaitkan informasi
tersebut pada konsep-konsep dalam struktur kognitifnya, dalam hal ini “belajar
bermakna (meaningful learning) “. Tetapi siswa mungkin saja tidak
mengkaitkan informasi tersebut pada konsep-konsep yang ada dalam struktur
kognitifnya, siswa hanya terbatas menghafal informasi baru tersebut: dalam hal
ini terjadi “belajar hafalan ( rote learning)”.
Dengan demikian, cooperative learning akan dapat mengusir rasa jenuh
dan bosan. Menurut Ausubel, pemecahan masalah yang cocok dan lebih
bermanfaat bagi siswa dan merupakan strategi yang efisien dalam
pembelajaran. Kekuatan dan kebermaknaan proses pemecahan masalah dalam
pembelajaran IPS terletak pada kemampuan pelajar dalam mengambil peran
pada kelompoknya. Untuk memperlancar proses tersebut diperlukan bimbingan
langsung dari guru baik lisan maupun dengan contoh tindakan. Sedangkan
siswa diberi kebebasan untuk membangun pengetahuannya sendiri.
2) Teori Piaget
Teori belajar kognitif yang terkenal adalah teori Piaget. Menurut Piaget
(dalam Suparno P, 1997:34), setiap individu mengalami tingkat-tingkat
perkembangan intelektual sebagai berikut: (1) sensori motor (0-2 tahun), (2) pra
operasional (2-7 tahun), (3) operasional konkret (7-11 tahun), operasional
formal (11 tahun ketas). Bila merujuk pada teori Piaget, maka pelajar yang
berada pada jenjang SMP (usia berkisar 12-14/15 tahun), termasuk dalam
kategori tingkat operasional formal. Pada periode ini anak dapat menggunakan
operasi-operasi konkretnya untuk membentuk operasi-operasi yang lebih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
kompleks. Kemajuan utama pada anak selama periode ini ialah ia tidak perlu
berpikir dengan pertolongan benda-benda atau peristiwa-peristiwa konkret. Ia
mempunyai kemampuan untuk berpikir abstrak Dahar (dalam Isjoni,2009:37)
Oleh karena itu cooperative learning dapat dilaksanakan pada jenjang SMP.
Menurut Piaget (dalam Dahar,1988:181), perkembangan intelektual
didasarkan pada dua fungsi, yaitu organisasi dan adaptasi. Organisasi
memberikan organisasi kemampuan untuk mensistematikan atau
mengorganisasi proses-proses fisik atau proses-proses psikologi menjadi sistem
yang teratur dan berhubungan dengan struktur-struktur.
Adaptasi merupakan organisasi yang cenderung untuk menyesuaikan diri
atau beradaptasi dengan lingkungannya. Adaptasi terhadap lingkungan
dilakukan melalui dua proses yaitu asimilasi dan akomodasi. Dalam proses
asimilasi, seseorang menggunakan struktur atau kemampuan yang sudah ada
dalam pikirannya untuk mengadakan respon terhadap tantangan lingkungan.
Dalam proses akomodasi seseorang memerlukan modifikasi schemata yang ada
dalam mengadakan adaptasi maka akan terjadi proses ketidakseimbangan
(disequilibrium), yaitu ketidaksesuaian atau ketidakcocokkan antara
pemahaman saat ini dengan pengalaman baru, yang mengakibatkan akomodasi.
Perkembangan intelektual merupakan proses yang terus menerus tentang
keadaan ketidakseimbangan dan keadaan seimbang (disequilibrium-
equilibrium).Tetapi bila terjadi kembali keseimbangan maka individu itu berada
pada tingkat intelektual yang lebih tinggi dari pada tingkat sebelumnya
(Dahar,1998:182).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Teori Piaget tentang perkembangan intelektual ini menggambarkan tentang
konstruktivisme. Pandangan tersebut mengambarkan bahwa perkembangan
intelektual adalah suatu proses dimana anak secara aktif membangun
pemahamannya dari hasil pengalamannya dan interaksi dengan lingkungannya.
Anak secara aktif membangun pengetahuan dengan terus menerus melakukan
akomodasi dan asimilasi terhadap informasi-informasi baru yang diterimanya.
Implikasi dari teori Piaget dalam pembelajaran (Slavin,1994:5) sebagai
berikut:
1) Memusatkan perhatian pada proses berpikir anak, bukan sekedar hasilnya.
2) Menekankan pada pentingnya peran siswa berinisiatif sendiri dan
keterlibatannya secara aktif dalam pembelajaran, Dalam pembelajaran di
kelas pengetahuan tidak mendapat penekanan melainkan anak didorong
menemukan sendiri melalui interaksi lingkungannya,
3) Memaklumi adanya perbedaan individual dalam hal kemajuan
perkembangan.Guru harus melakukan upaya khusus untuk mengatur
kegiatan kelas dalam bentuk individu-individu atau kelompok-kelompok
kecil.
Berdasarkan teori Piaget, pembelajaran kooperatif sangat cocok
dalam kegiatan pebelajaran IPS. Karena pembelajaran kooperatif
memfokuskan pada proses berpikir siswa, bukan sekedar pada hasil. Selain
itu pada pembelajaran ini mengutamakan peran siswa berinisiatif untuk
menemukan jawaban dari soal yang diberikan guru dengan caranya sendiri
dan siswa didorong untuk terlibat secara aktif dalam kegiatan
pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
3) Teori Vygotsky
Selain Piaget, tokoh teori belajar kognitif lainnya adalah Vygotsky.
Vygotsky (dalam Slavin,1994:49) menekankan pada hakekat sosio cultural
pembelajaran, yaitu siswa belajar melalui interaksi dengan orang dewasa dan
teman sebaya. Lebih lanjut Vygotsky yakin bahwa fungsi mental yang lebih
tinggi umumnya muncul dalam percakapan atau kerjasama antara individu
(interaksi dengan orang dewasa dan teman sebaya) sebelum fungsi mental yang
lebih tinggi itu terserap kedalam individu tersebut.
Ide lain yang dapat diambil dari Teori Vygotsky adalah scaffolding yaitu
pemberian sejumlah besar bantuan kepada peserta didik selama tahap awal
pembelajaran dan kemudian peserta didik tersebut mengambil alih tanggung
jawab yang semakin besar segera setelah ia dapat melakukannya. Bantuan
tersebut dapat berupa petunjuk, peringatan atau dorongan yang memungkinkan
peserta didik tumbuh sendiri.
Implikasi Teori Vygotsky dalam pembelajarn sebagai berikut:
(1) Dikehendaki tatanan kelas berbentuk pembelajaran kooperatif antar siswa,
sehingga siswa dapat berinteraksi disekitar tugas-tugas yang sulit dan saling
memunculkan Zone of Proximal Development mereka, yaitu tingkat
perkembangan sedikit diatas tingkat perkembangan seorang siswa saat ini.
(2) Pendekatan Vygotsky dalam pembelajaran menekankan scaffolding yang
berarti pemberian sejumlah besar bantuan kepada siswa selama tahap-tahap
awal dan kemudian siswa mengambil alih tangung jawab yang semakin
besar segera setelah ia dapat melakukannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Teori Vygotsky ini sejalan dengan salah satu karakteristik dari
pembelajaran IPS kooperatif yang menekankan perlunya interaksi yang terus
menerus antara siswa yang satu dengan siswa yang lain, juga antar siswa
dengan pembimbing (guru) dan siswa dengan perangkat pembelajaran sehingga
setiap siswa mendapatkan manfaat positif dari interaksi tersebut. Hal ini terlihat
di dalam kelompok (masing-masing kelompok 4-6 siswa) yang dirancang
dalam proses pembelajaran. Selain itu dalam pembelajaran IPS kooperatif
bantuan yang diberikan guru hanya sebatas pada pertanyaan-pertanyaan awal
pemecahan persoalan yang diberikan oleh guru, dengan memberikan petunjuk
atau saran sampai siswa mengerti maksud soal.
Vygotsky (dalam Isjoni,2009: 39) mengemukakan pembelajaran
merupakan suatu perkembangan pengertian. Ia membedakan adanya dua
pengertian yang spontan dan yang ilmiah. Pengertian spontan ialah pengertian
yang didapatkan dan pengalaman anak sehari-hari. Pengertian ilmiah adalah
pengertian yang didapat dari ruang kelas, atau diproleh dari pelajaran di
sekolah. Sedangkan Suparno (dalam Isjoni,2009 : 39) mengatakan kedua
konsep itu saling berhubungan terus menerus. Apa yang dipelajari siswa di
sekolah mempengaruhi perkembangan konsep yang diperoleh dalam kehidupan
sehari-hari dan sebaliknya.
Dalam Teory Vygotsky dijelaskan ada hubungan langsung antara
domain kognitif dengan sosial budaya. Kualitas berpikir siswa dibangun di
dalam ruang kelas sedangkan aktivitas sosialnya dkembangkan dalam bentuk
kerjasama antara pelajar dengan pelajar lainnya yang lebih mampu di bawah
bimbingan orang dewasa dalam hal ini guru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
b. Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai tiga tujuan
pembelajaran yaitu prestasi akademik, penerimaan dan ketrampilan sosial
(Arend, 1997:111).
1) Prestasi Akademik
Pembelajaran kooperatif selain mencakup berbagai tujuan sosial, juga
dapat digunakan untuk mengkaitkan prestasi akademik. Pembelajaran
kooperatif dapat bermanfaat bagi siswa yang berprestasi rendah maupun
berprestasi tinggi yang bersama-sama pada tugas akademik. Siswa yang
berprestasi tinggi membantu siswa yang berprestasi rendah.
2) Penerimaan
Pengaruh penting model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan yang
lebih luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, tingkat
sosial dan kemampuan. Belajar kooperatif menyajikan peluang bagi siswa
dengan berbagai latar belakang yang beragam untuk bekerja saling
bergantung terhadap tugas-tugas.
3) Pengembangan ketrampilan sosial
Tujuan terpenting pembelajaran kooperatif adalah mengajarkan kepada
siswa ketrampilan-ketrampilan kerjasama dan kolaborasi. Hal ini sangat
penting mengingat siswa berasal dari masyarakat yang heterogen. Banyak
anak-anak dan orang dewasa yang tidak mempunyai ketrampilan
kooperatif yang dibuktikan dengan ketidakharmonisan antar individu. Hal
ini akan menyebabkan rasa tidak puas apabila diminta bekerjasama dalam
situasi yang kooperatif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
c. Model-Model Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran menurut Joice dan Weil (dalam Isjoni,2009:50)
adalah Suatu pola atau rencana yang sudah direncanakan sedemikian rupa dan
digunakan untuk menyusun kurikulum, mengatur materi pelajaran, dan
memberi petunjuk kepada pengajar di kelasnya. Dalam penerapannya model
pembelajaran ini harus sesuai dengan kebutuhan siswa.
Untuk memilih model yang tepat maka perlu diperhatikan relevansinya
dengan pencapaian tujuan pengajaran. Dalam prakteknya semua model
pembelajaran bisa dikatakan baik jika memenuhi prinsip-prinsip sebagai
berikut: (1) semakin kecil upaya yang dilakukan guru dan semakin besar
aktivitas belajar siswa maka hal itu semakin baik, (2) semakin sedikit waktu
yang diperlukan guru untuk mengaktifkan siswa belajar juga semakin baik, (3)
sesuai dengan cara belajar siswa yang dilakukan, (4) dapat dilaksanakan
dengan baik oleh guru, (5) tidak ada satu metode yang paling sesuai untuk
segala tujuan, jenis materi dan proses belajar yang ada. Hasan (dalam
Isjoni,2009:50).
Dalam pembelajaran kooperatif terdapat beberapa variasi model yang
dapat diterapkan diantaranya model STAD, model Jigsaw, model Group
Investigation, model Rotating Trio Ekchange dan model Group Resume
(Isjoni,2009: 51-60)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
1) Student Team Achievement Division (STAD)
Model ini dikembangkan oleh Slavin, dan merupakan salah satu
model kooperatif yang menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi
diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu menguasai
materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal. Model STAD
dalam proses pembelajarannya melalui lima tahapan yang meliputi : (1)
tahap penyajian materi, (2) tahap kegiatan kelompok, (3) tahap tes
individual, (4) tahap penghitungan skor individu dan (5) tahap pemberian
penghargaan Slavin (dalam Isjoni, 2009:51)
2) Jigsaw
Pembelajaran kooperatif model jigsaw merupakan salah satu model
pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling membantu
dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal.
Dalam model pembelajaran ini terdapat tahap-tahap dalam
penyelenggaraannya. Tahap pertama siswa dikelompokkan dalam bentuk
kelompok-kelompok kecil. Pembentukkan kelompok-kelompok siswa
tersebut dapat dilakukan guru berdasarkan pertimbangan tertentu.
Untuk mengoptimalkan manfaat belajar kelompok, keanggotaan
kelompok seyogyanya heterogen baik dari segi kemampuannya maupun
karakteristik lainnya. Dalam jigsaw ini setiap anggota kelompok ditugaskan
untuk mempelajari materi tertentu. Kemudian masing-masing siswa atau
perwakilan dari kelompoknya masing-masing bertemu dengan anggota-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
anggota dari kelompok lain yang mempelajari materi yang sama.
Selanjutnya materi tersebut didiskusikan mempelajari serta memahami
setiap masalah yang dijumpai sehingga perwakilan tersebut dapat
memahami dan menguasai materi tersebut. Langkah berikutnya setelah
masing-masing perwakilan tersebut dapat menguasai materi yang
ditugaskannya. Kemudian masing-masing perwakilan tersebut kembali ke
kelompok asalnya. Selanjutnya masing-masing anggota tersebut saling
menjelaskan kepada teman satu kelompoknya dapat memahami materi yang
diberikan oleh guru. Pada tahap selanjutnya siswa diberi kuis/tes untuk
mengetahui apakah siswa sudah dapat memahami suatu materi.
3) Group Investigation (GI)
Pada model ini siswa dalam kelompok yang beranggotakan 4-5
orang. Kelompok dapat dibentuk berdasarkan perkawanan atau berdasarkan
pada keterkaitan akan sebuah materi tanpa melanggar cirri-ciri
pembelajaran koopratif. Pada model ini siswa memilih sub topik yang ingin
mereka pelajari dan topik tersebut biasanya sudah ditentukan oleh guru,
selanjutnya siswa dan guru merencanakan tujuan, langkah-langkah belajar
berdasarkan sub topik dan materi yang dipilih. Kemudian siswa mulai
belajar dengan berbagai sumber belajar baik di dalam atau di luar sekolah,
setelah proses pelaksanaan belajar selesai mereka menganalisis,
menyimpulkan dan membuat kesimpulan untuk mempresentasikan hasil
belajar mereka di depan kelas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
4) Rotating Trio Exchange
Pada model ini kelas dibagi ke dalam beberapa kelompok yang
terdiri dari 3 orang . kelas ditata sehingga setiap kelompok dapat melihat
kelompok lainnya di kiri dan kanannya, berikan pada setiap trio tersebut
pertanyaan yang sama untuk didiskusikan. Setelah selesai berilah nomor
untuk setiap anggota trio tersebut. Contohnya nomor 0,1 dan 2 Kemudian
perintahkan nomor 1 berpindah searah jam dan nomor 2 sebaliknya,
berlawanan jarum jam. Sedangkan nomor 0 tetap berada di tempat. Ini akan
mengakibatkan timbulnya trio baru. Berikan kepada setiap trio baru terseut
pertanyaan yang baru untuk didiskusikan, tambahkanlah sedikit tingkat
kesulitan. Rotasikan kembali siswa sesuai setiap pertanyaan yang telah
disiapkan.
5) Group Resume
Model ini akan menjadikan interaksi antar siswa lebih baik, kelas
dibagi ke dalam kelompok-kelompok, setiap kelompok terdiri dari 3-6
orang siswa. Berikan penekanan mereka adalah kelompok yang bagus, baik
bakat atau kemampuannya di kelas. Biarlah kelompok-kelompok tersebut
membuat kesimpulan yang di dalamnya terdapat data-data latar belakang
pendidikan, pengetahuan akan isi kelas, pengalaman kerja, kedudukan yang
dipegang sekarang, ketrampilan, hobi, bakat dan lain-lain Kemudian setiap
kelompok diminta untuk mempresentasikan kesimpulan kelompok mereka.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
2. Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw
Panits (dalam Suprijono,2009:54) menyebutkan ada beberapa istilah
pembelajaran sosial yaitu pembelajaran kooperatif (cooperative learning) dan
pembelajaran kolaboratif. Pembelajaran kolaboratif didefinisikan sebagai falsafah
mengenai tanggung jawab pribadi dan sikap menghormati sesama. Peserta didik
bertanggung jawab atas belajar mereka sendiri dan berusaha menemukan
informasi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dihadapkan pada dia.
Guru bertindak sebagai fasilitator, memberikan dukungan tetapi tidak
mengarahkan kelompok kearah hasil yang sudah disiapkan sebelumnya. Bentuk-
bentuk assessment oleh sesama peserta didik digunakan untuk melihat hasil
prosesnya.
Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua
jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau
diarahkan oleh guru. Secara umum pembelajaran kooperatif dianggap lebih
diarahkan oleh guru, dimana guru menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaan
serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang dirancang untuk membantu
peserta didik menyelesaikan masalah yang dimaksud. Guru biasanya menetapkan
bentuk ujian tertentu pada akhir tugas.
Dalam pembelajaran kooperatif model jigsaw, siswa belajar dalam
kelompok heterogen yang beranggotakan 4 sampai 6 orang yang disebut
kelompok asal. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas penguasaan
bagian dari materi belajar yang ditugaskan kepadanya, kemudian mengajarkan
bagian tersebut kepada anggota kelompok lain. Masing-masing anggota kelompok
yang mendapat tugas penguasaan bagian materi itu disebut ahli. Keahlian tersebut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
dapat diperoleh dari menawarkan bagian materi kepada anggota kelompok
menurut kemampuan mereka, atau ditunjuk oleh guru sesuai dengan kemampuan
mereka. Anggota dari kelompok yang berbeda dengan topik yang sama (ahli)
bertemu untuk berdiskusi antar ahli. Mereka dapat membantu satu sama lain
dengan topik yang ditugaskan, serta mendiskusikannya. Setelah itu siswa kembali
pada kelompoknya masing-masing untuk menjelaskan materi tersebut kepada
anggota kelompok lainnya tentang apa yang dibahas dalam kelompok ahli. Arend
R.I menggambarkan hubungan kelompok ahli dan kelompok asal sebagai berikut :
Kelompok Ahli
Kelompok Asal
Dari bagan diatas a,b,c dan d anggota kelompok asal yang mempunyai
tugas berbeda dalam menguasai materi IPS Sosiologi. Setelah menerima tugas
masing-masing, maka kelompok ahli yang bertemu dan berdiskusi tentang tugas
yang harus dikuasai. Selesai diskusi masing-masing kembali ke kelompok asal dan
tiap anggota kelompok asal menerangkan kepada anggota yang lain. Demikian
seterusnya sehingga setiap anggota kelompok asal menguasai materi.
a b c d
a b c d
a b c d
a b c d
a b c d
a b c d
a b c d
a b c d
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
Masing-masing anggota kelompok asal bertemu dalam diskusi kelompok
ahli untuk membahas bagian materi yang ditugaskan. Setelah selesai berdiskusi
dalam kelompok ahli, kembali pada kelompok asal untuk menjelaskan kepada
teman sekelompoknya. Jigsaw didesain tidak hanya untuk rasa tanggung jawab
secara mandiri tetapi juga dituntut untuk saling ketergantungan dalam arti positif
terhadap teman sekelompoknya.
Adapun rencana pelaksanaan pembelajaran kooperatif model jigsaw
menurut Arend R.I. diatur secara instruksional sebagai berikut:
1) Membaca
Siswa mendapat topik-topik, ahli kemudian membaca dan mempelajari
kelompok materi tersebut untuk mendapat informasi.
2) Diskusi kelompok ahli
Siswa dengan topik ahli yang sama bertemu dalam kelompok ahli untuk
mendiskusikan topik tersebut.
3) Laporan kelompok
Masing-masing ahli kembali kekelompok asalnya untuk menjelaskan topik
pada kelompoknya.
4) Kuis/tes
3. Belajar Mandiri Siswa
Winkel (1996 : 53) mengemukakan belajar merupakan aktivitas mental
atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dalam lingkungan yang
menghasilkan perubahan-perubahan. Perubahan tersebut dapat berupa
pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan nilai hidup. Perubahan yang terjadi
bersifat permanen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
Belajar mandiri merupakan pembelajaran yang diarahkan, dengan cara
memunculkan gaya belajar siswa sendiri. Siswa dimotivasi melalui penyajian
topik yang berfokus penyelidikan yang menarik. Difinisi belajar mandiri (George
M. Piskurich, 1993 : 1-6) adalah sebagai berikut :
“Self Directed Learning (SDL) is a training design in wich trainees master
packages of predetermined material, at their own pace, whihtout the aid of
an instructor.”
(Belajar mandiri adalah suatu pelatihan yang didesain agar siswa
menentukan sendiri paket materi dan langkah tanpa bantuan dari
instruktur).
Disini guru harus mengubah pola pembelajaran konvensional menjadi
pembelajaran yang penuh makna (meaningfull). Dengan pembelajaran yang penuh
makna tadi maka akan mendorong atau memotivasi siswa untuk membangun
kesadaran haus terhadap suatu pengetahuan. Bentuk-bentuk belajar mandiri
menurut Harjanto (2006 : 146) adalah a) Self instruction (semacam modul), b)
Independent Study, c) Individualized prescribed innstuction (IPI) dan d) Self
paced learning.
Untuk tujuan untuk meningkatkan kemampuan kognitif dan psikomotor,
lebih banyak ditempuh dengan belajar mandiri. Tetapi bila siswa akan
mempelajari hal-hal yang abstrak seperti filsafat siswa tidak belajar mandiri, tetapi
belajar kelompok kecil untuk dibicarakan bersama. (Harjanto, 2006:147)
Prosedur belajar mandiri sebaiknya mengikuti hal-hal sebagai berikut :
a) Pengajar tidak mencampuri (mempengaruhi) siswa kecuali bila memang
diminta oleh siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
b) Pokok bahasan tidak terlalu kompleks.
c) Pokok bahasan sudah diatur sedemikian rupa sehingga urutan dan langkah-
langkah yang ditempuh sistematis dan memudahkan belajar siswa.
d) Penguasaan yang sudah didapat oleh siswa hendaknya dapat dibuktikan pada
kunci jawaban sehingga siswa yakin untuk mengerjakan langkah selanjutnya.
e) Siswa langsung memperoleh informasi dari apa yang sedang dipelajarinya. Ia
selalu memperoleh umpan balik.
f) Bila siswa mendapat kesulitan siswa mudah mendapat bantuan dari pengajar.
Jadi dalam belajar mandiri siswa selalu terangsang (continually
challenged) dapat memperoleh hasil belajar dari pengalamannya sendiri
(experience success), dan siswa langsung belajar dari usaha yang baru saja
didapatnya (learns the result of effort immediately).
Belajar mandiri adalah belajar aktif, yang didorong oleh niat atau motif
untuk mengetahui suatu kompetensi guna mengatasi suatu masalah, dan dibangun
dengan bekal pengetahuan atau kompetensi yang telah dimiliki. Bila motif yang
mendorong kegiatan belajarnya adalah motif untuk menguasai sesuatu kompetensi
yang ia inginkan, maka ia sedang melakukan belajar mandiri. Belajar mandiri
jenis ini dapat disebut sebagai self motivated learning (Haris Mujiman, 2007:7-8).
Berkaitan dengan konsep belajar mandiri diatas, seorang guru hendaknya mampu
menumbuhkan kemampuan siswa untuk belajar mandiri.
Seorang siswa dikatakan memiliki kemampuan belajar mandiri apabila
aktif, memiliki niat atau motif untuk menguasai sesuatu kompetensi guna
mengatasi suatu masalah, dan haus terhadap suatu pengetahuan. Jika disimpulkan
\
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
indikator siswa mampu belajar mandiri apabila dia memiliki cirri-ciri:
(1) Ketertarikan terhadap pelajaran
(2) Memiliki keiinginan belajar
(3) Mampu mengatasi masalah
(4) Memiliki rasa ingin tahu yang tinggi
(5) Mengetahui makna belajar
4. Hasil Belajar IPS
a. Hasil Belajar
Untuk mengetahui apakah hasil belajar benar-benar telah dicapai
diperlukan tes dan evaluasi. Muhibbin Syah (1995 : 14) menjelaskan evaluasi
atau tes adalah penilaian terhadap tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan
yang telah ditetapkan dalam sebuah program. Nana Sujana (1995 : 3)
mengemukakan tes dapat diartikan penilaian yaitu proses memberikan atau
menentukan nilai kepada obyek tertentu berdasarkan suatu criteria tertentu.
Hal yang mengisyaratkan bahwa obyek tertentu yang dinilai adalah perubahan
tingkah laku sebagai hasil belajar yang mencakup kognitif, afektif dan
psikomotor.
Hasil belajar adalah beragam kemampuan yang dimiliki siswa yang
diperoleh setelah proses belajar. Bloom (1977 : 201-207) membagi hasil
belajar ke dalam tiga kawasan yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Kawasan
kognitif berkaitan dengan ingatan atau pengetahuan. Pengembangan
intelektual dan ketrampilan. Kawasan afektif berkaitan dengan sikap, minat
atau nilai, pengembangan pengertian serta kemampuan untuk menyesuaikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
diri. Kawasan psikomotorik merupakan hal yang berkaitan dengan koordinasi
gerak tubuh. Gagne & Briggs (1979 : 49-55) menerangkan hasil belajar
berkaitan dengan lima kapabilitas yaitu :
(1) Keterampilan intelektual, atau pengetahuan prosedural yang mencakup
belajar diskriminasi, konsep konkret, prinsip dan kaidah yang kesemuanya
diperoleh melalui materi yang disajikan di sekolah.
(2) Strategi kognitif, yaitu kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah
baru dengan jalan mengatur proses internal masing-masing individu dalam
memperhatikan, belajar, mengingat dan berpikir.
(3) Kemampuan verbal, yaitu kemampuan untuk mendeskripsikan sesuatu
dengan kata-kata dengan jalan mengatur informasi-informasi yang relevan.
(4) Ketrampilan motorik, yaitu kemampuan untuk melaksanakan dan
mengkoordinasikan gerakan-gerakan yang berhubungan dengan otot.
(5) Sikap, yaitu suatu kemampuan internal yang mempengaruhi tingkah laku
seseorang, dan didasari oleh emosi, kepercayaan-kepercayaan serta faktor
intelektual.
Dari beberapa ahli tentang hasil belajar dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar adalah kecakapan yang diperoleh siswa setelah melakukan aktivitas
belajar, Hasil belajar dapat diketahui dari adanya perubahan tingkah laku yang
mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Perubahan yang diperoleh
siswa dari hasil belajar bersifat kontinyu, positif, permanen dan terarah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
b. Hakekat IPS
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah mata pelajaran yang mempelajari
kehidupan sosial yang didasarkan pada bahan kajian geografi, ekonomi,
sejarah, antropologi, sosiologi atau tata negara.Khusus di Sekolah Menengah
Pertama (SMP) program pengajaran IPS hanya mencakup bahan kajian
geografi, ekonomi, sejarah dan sosiologi (Depdiknas : 2004: buku 1 PS : 15-16)
Dalam rangka membangun manusia pancasila atau warga negara yang
baik, perilakunya dibentuk atas dasar kaidah yang rasional dan kesepakatan
bersama. Karena itu pengetahuan dan kemampuan berpikir perlu dijadikan
pegangan bagi para peserta didik. Untuk itu perlu dikembangkan materi
program Pengetahuan Sosial (PS) yang lebih komprehensip. Depdiknas (2004 :
buku 1 PS : 30) menjelaskan ada beberapa prinsip pengembangan program
pembelajaran Pengetahuan Sosial yang perlu diperhatikan. Prinsip-prinsip
tersebut adalah :
(1) Program PS hendaknya disesuaikan dengan usia, kematangan dan
kebutuhan peserta didik.
(2) Program PS hendaknya menyangkut hal-hal yang terkait dengan kehidupan
masyarakat secara nyata dan dapat dikonkretkan.
(3) Program PS hendaknya berdasarkan pengetahuan masa kini yang dapat
mewakili pengalaman, budaya, kepercayaan umat manusia.
(4) Rumusan tujuan pembelajaran PS hendaknya dirumuskan secara jelas di
dalam program pembelajaran.
(5) Program PS hendaknya dapat mengaktifkan peserta didik secara langsung
dalam proses pmbelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
(6) Strategi pembelajaran IPS hendaknya bertumpu pada keanekaragaman
sumber dan media pembelajaran.
(7) Program PS hendaknya dapat membantu subjek didik mengembangkan
pengalaman belajar baik dalam kegiatan kelompok besar, kelompok kecil
maupun secara individu.
(8) Program PS hendaknya mendukung program sekolah dan program
pencapaian tujuan pendidikan nasional.
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian tentang pendekatan, strategi, model atau metode pembelajaran
sudah pernah dilakukan oleh beberapa peneliti. Adapun hasilnya adalah sebagai
berikut:
1. Penelitian Arsiti
Dari hasil penelitiannya menunjukkan bahwa setelah pemberian perlakuan,
peningkatan yang dicapai antara lain adalah kreativitas siswa meningkat ditinjau
dari kualitas maupun kuantitas. Artinya kemampuan memunculkan ide,
bertanya, berpendapat, keberanian presentasi, sikap pantang menyerah, sikap
humor, rasa percaya diri siswa meningkat dari tingkat sederhana ke tingkat
tinggi. Dalam kemampuan belajar mandiri, peningkatan yang dicapai adalah
siswa berminat terhadap pelajaran IPS , motivasi, dapat mengatasi masalah,
memiliki rasa ingin tahu dan mengetahui makna belajar.
2. Penelitian Sunarto
Dari hasil penelitiannya berjudul Pengaruh Pendekatan Pakem dan
Konvensional terhadap Kemandirian Belajar Siswa Ditinjau dari Motivasi belajar,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
menunjukkan bahwa kemandirian belajar siswa dapat ditingkatkan melalui proses
pembelajaran di sekolah dengan menerapkan pendekatan PAKEM dengan
memperhatikan karakteristik dan motivasi belajar siswa.
C. Kerangka Berpikir
1. Implementasi Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw untuk
Meningkatkan Belajar Mandiri Siswa
Komponen kegiatan belajar mengajar meliputi kurikulum dengan materi
yang terkandung di dalamnya, pendekatan dan strategi pembelajaran, metode dan
media pembelajaran, siswa sebagai subyek didik, dan guru sebagai pendidik.
Kegiatan belajar merupakan kegiatan aktif siswa untuk membangun makna
atau pemahaman terhadap suatu konsep atau suatu peristiwa. Sedangkan kegiatan
mengajar merupakan upaya mendorong minat, motivasi, dan tanggung jawab pada
siswa untuk selalu menggali seluruh potensi diri dalam membangun gagasan dan
menerapkan dalam kehidupan nyata. Agar siswa mampu belajar mandiri guru
harus mampu menciptakan strategi tertentu yang bervariasi yang disesuaikan
dengan kondisi siswa, sarana prasarana dan sosial budaya sekitar siswa.
Pembelajaran kolaboratif model jigsaw merupakan salah satu tipe
pembelajaran kooperatif yang mendorong aktif dan saling membantu dalam
menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi maksimal. Pembelajaran
kooperatif model jigsaw dapat digunakan secara efektif ditiap level dimana tiap
siswa telah mendapatkan ketrampilan pemahaman, membaca maupun ketrampilan
kelompok untuk belajar bersama, jenis materi yang paling mudah digunakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
dalam model pembelajaran ini adalah bentuk naratif seperti ditemukan dalam
literatur, penelitian sosial, membaca dan ilmu pengetahuan. Materi pengetahuan
harus mengembangkan konsep dari pada mengembangkan ketrampilan sebagai
tujuan umum. Pembelajaran kooperatif model jigsaw yang diterapkan pada
pembelajaran diharapkan dapat mendorong minat, motivasi, haus pengetahuan,
peka terhadap perubahan yang terjadi, selalu mengikuti trend isu dari media masa,
mengetahui peristiwa lokal, nasional dan internasional, serta mampu mengatasi
masalah pada dirinya. Kemandirian belajar siswa juga dapat dipantau melalui hasil
pekerjaan siswa selama proses belajar dan tugas rumah. Apabila tugas-tugas
tersebut mampu dikerjakan sesuai target waktu yang ditentukan dan hasilnya
maksimal maka dapat dikatakan siswa telah mampu belajar mandiri.
2. Implementasi Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw untuk
Meningkatkan Hasil Belajar IPS
Pembelajaran kooperatif model jigsaw menggabungkan konsep
pembelajaran pada teman sekelompok dalam usaha membantu belajar dengan
pembelajarannya sendiri, untuk meningkatkan rasa tanggung jawab pada dirinya
sendiri dan pembelajaran pada orang lain.
Dengan demikian apa yang telah dipelajari akan tersimpan baik dalam
memorinya. Sewaktu-waktu konsep tertentu yang telah dipelajarinya ditanyakan
maka siswa dengan mudah membuka kembali memorinya. Indikator sukses atau
tidaknya proses pembelajaran akan diketahui dari hasil belajar siswa. Hasil belajar
dapat diukur melalui kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor, yang dapat
diamati saat proses pembelajaran, unjuk kerja, produk laporan pengamatan, dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
dari data hasil tes siswa secara tertulis. Seorang siswa dikatakan telah mencapai
hasil belajar tuntas apabila memperoleh nilai 75.
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir, peneliti dapat merumuskan
hipotesis tindakan sebagai berikut :
1. Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw dalamPembelajaran IPS
dapat Meningkatkan Belajar Mandiri Siswa
Komponen belajar mandiri meliputi ketertarikan terhadap pelajaran, keinginan
untuk belajar, mengatasi masalah, rasa ingin tahu dan mengetahui makna belajar.
Untuk meningkatkan belajar mandiri siswa dapat ditempuh dengan langkah-
langkah sebagai berikut :
1) Untuk meningkatkan ketertarikan siswa pembelajaran dilaksanakan dengan
metode bervariasi agar siswa senang dan bersemangat mengikuti pelajaran.
2) Untuk meningkatkan keinginan belajar, pembelajaran didesain dengan
merangsang siswa untuk selalu belajar dengan pemberian penghargaan bagi
siswa yang aktif dan peringatan bagi siswa yang pasif.
3) Untuk meningkatkan kemampuan mengatasi masalah ditempuh dengan
memberi tugas-tugas yang jawabannya harus mencari sendiri dalam buku
paket, referensi atau sumber media cetak dan elektronik.
4) Untuk meningkatkan rasa ingin tahu siswa ditempuh dengan cara memberikan
pertanyaan-pertanyaan tingkat tinggi dan tugas penerapan dari materi
pelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
5) Untuk meningkatkan aspek mengetahui makna belajar ditempuh dengan
menerapkan pengalaman belajarnya dalam sikap kritis siswa dalam
menanggapi permasalahan sehari-hari
2. Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw dalam Pembelajaran IPS
dapat Meningkatkan Hasil Belajar
Hasil belajar adalah beragam kemampuan yang dimiliki seseorang setelah
melakukan aktivitas belajar. Pembelajaran dengan pola tradisional dan klasikal
yang diterapkan selama ini menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa. Mata
pelajaran IPS materinya bersifat kompleks, dinamis dan aplikatif. Agar materi
pelajaran mudah dipahami guru harus kreatif dalam memilih pendekatan
pembelajaran. Pendekatan pembelajaran IPS yang harus banyak melibatkan siswa
untuk aktif melakukan pengalaman belajar. Langkah-langkah yang ditempuh
untuk meningkatkan hasil belajar siswa adalah sebagai berikut;
1) Melakukan penilaian selama proses pembelajaran berlangsung dengan cara
pengamatan dan pencatatan kognitif, afektif, psikomotor dan performance
siswa.
2) Melakukan penilaian hasil belajar yang berupa penguasaan konsep melalui
evaluasi yang dilakukan setiap siklus.
3) Melakukan penilaian terhadap penerapan dalam praktek unjuk kerja penilaian
tugas-tugas kelompok maupun tugas individual
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) berasal dari istilah Classroom Action
Research (CAR), yaitu sebuah penelitian yang dilakukan di kelas. Sesuai dengan
tiga kata yang membentuk maka ada tiga pengertian yaitu:
Penelitian adalah suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan
menggunakan cara atau aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau
informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang menarik
minat dan penting bagi peneliti. Tindakan merupakan suatu gerak kegiatan yang
sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian berbentuk rangakaian
siklus kegiatan untuk siswa. Kelas tidak selamanya terikat pada pengertian ruang
kelas, tetapi dalam pengertian yang lebih spesifik. Yang dimaksud dengan istilah
kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran
yang sama dari guru yang sama pula. Kelas bukan wujud ruangan tetapi
sekelompok peserta didik yang sedang belajar. Peristiwanya dapat terjadi di
laboratorium, di perpustakaan, di lapangan olah raga, di tempat kunjungan, atau
dimana saja siswa sedang berkerumun belajar tentang hal yang sama dari guru
atau fasilitator yang sama. Ciri dari anak belajar adalah otaknya aktif berpikir,
mencerna bahan yang sedang dipelajari. (Suharsimi, Suharjono dan Supardi,
2007 : 2-3).
Berdasarkan hal tersebut penelitian ini berusaha untuk meningkatkan atau
mengembangkan belajar mandiri siswa dan hasil belajar IPS pada kelas 7 (tujuh)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Sekolah Menengah Pertama yang berada di wilayah Kecamatan Buluspesantren
Kabupaten Kebumen.
Pada bab ini akan dibahas tentang: (A) subjek penelitian, (B) waktu dan
tempat penelitian, (C) sumber data penelitian, (D) jenis instrumen, (E) cara
pengamatan, (F) tehnik pengambilan data, (G) analisis data dan refleksi, (H)
indikator kinerja dan (I) rencana pelaksanaan tindakan.
A. Subjek Penelitian
Subjek penelitian PTK yaitu siswa-siswi VII A Sekolah Menengah Pertama
Negeri 1 Buluspesantren Kabupaten Kebumen. Kelas VII A berjumlah 40 orang
yang terdiri dari siswa laki-laki berjumlah 20 orang dan siswa perempuan
berjumlah 20 Orang.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
1. Waktu Penelitian
Penelitian tindakan ini akan dilaksnakan pada semester ganjil atau semester 1
(satu) tahun pelajaran 2009/2010. Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan oleh
1 (satu) orang peneliti dan 1 (satu) orang guru IPS di Sekolah Menengah Pertama
Negeri 1 Buluspesantren Kabupaten Kebumen.
Penelitian akan berlangsung selama 5 (lima) bulan, dimulai pada bulan Juli 2009
dan berakhir bulan Nopember 2009. Adapun jadwal kegiatan yang akan
dilaksanakan dalam penelitian dapat diamati pada tabel berikut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
Tabel 1. Jadwal Kegiatan Penelitian
NO
Kegiatan Minggu ke
Juli Agustus September Oktober Nopember Desember 1 2 3 4 1 1 2 3 4 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Survei x
2 Penyempurnaan Proposal
x
x
3 Perizinan x
4 Siklus I
x
x
x
x
5 Siklus II x
x
x
x
6 Siklus III x
x
x
x
7 Penyusunan Laporan
x
x
x
x
Ujian dan revisi
x
x
x
x
2. Tempat Penelitian
Pelaksanaan penelitian di kelas VII A SMP Negeri 1 Buluspesantren
Kabupaten Kebumen, Propinsi Jawa Tengah. Pemilihan mata pelajaran IPS karena
peneliti mengajar IPS dan nilai mata pelajaran IPS relatif lebih rendah dibanding
mata pelajaran lain seperti Matematika, IPA dan Bahasa Inggris. Alasan pemilihan
kelas VII A karena berdasarkan observasi kondisi awal siswa di kelas VII A
memiliki nilai rata-rata ulangan harian paling rendah dibanding kelas VII B, C, D,
E, F dan G.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
C. Sumber Data Penelitian
Data penelitian yang akan dikumpulkan berupa peristiwa atau informasi
tentang proses pembelajaran IPS, pendekatan dan strategi yang diterapkan oleh
guru, media yang digunakan untuk mendukung proses pembelajaran, dan prosedur
serta teknik evaluasi yang dilaksanakan oleh guru berdasarkan pembelajaran
kooperatif model jigsaw. Guru juga akan merekam perkembangan kemandirian
belajar siswa dan hasil belajar IPS berkaitan dengan perlakuan (treatment) yang
diberikan selama penelitian tindakan kelas berlangsung.
Sumber data dapat digali dari informan (narasumber), peristiwa atau
aktivitas, tempat atau lokasi, dokumen dan arsip (Sutopo, 1996: 45-51). Moleong
(1998:112) menjelasakn bahwa jenis data dibagi menjadi kata-kata tindakan,
sumber data tertulis, foto dan statistik. Data dalam penelitian ini akan
dikumpulkan dari berbagai sumber yang meliputi:
a. Informan, antara lain siswa kelas VII A, guru BK kelas VII A, Kepala
Sekolah, Urusan Kurikulum dan Wali Kelas VII A SMP Negeri 1
Buluspesantren.
b. Peristiwa, yaitu berlangsungnya aktivitas pembelajaran kooperatif model
jigsaw di kelas VII A.
c. Tempat berlangsungnya pembelajaran, yaitu di kelas VII A dan di lingkungan
sekolah.
d. Dokumen dan arsip, berupa kurikulum yang berlaku, silabus, rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang dibuat oleh guru, hasil kerja siswa, dan
buku penilaian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
e. Foto, yaitu foto suasana pembelajaran dikelas sebelum dan sesudah tindakan
dan selama tindakan berlangsung.
D. Jenis Instrumen
Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini
diantaranya :
1. Pedoman observasi belajar mandiri dan pensekorannya
2. Tes hasil belajar yang meliputi :
a. Tes pra siklus
b. Tes tiap akhir siklus
c. Tes setelah tindakan
E. Cara Pengamatan
Data penelitian yang dilakukan peneliti meliputi pengamatan proses
pembelajaran di kelas, pengamatan proses pembelajaran di lingkungan sekolah,
pengamatan terhadap hasil evaluasi pembelajaran. Pengamatan proses
pembelajaran dilakukan sendiri oleh peneliti dan juga oleh kolabor yaitu Ibu SH
terhadap perilaku siswa selama mengikuti kegiatan belajar mengajar. Pengamatan
pada pembelajaran di lingkungan sekolah dilakukan sendiri oleh peneliti pada
saat guru membimbing siswa melaksanakan pengamatan di lapangan. Aspek yang
harus diperhatikan adalah proses sosialisasi siswa. Pengamatan dokumen
diperoleh dari data-data yang ada di sekolah diperoleh peneliti selama wawancara,
pengamatan dokumen tertulis yang dimiliki sekolah dan hasil belajar seperti nilai
siswa, hasil pekerjaan dan foto kegiatan pembelajaran. Data hasil evaluasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
pembelajaran meliputi perkembangan kemampuan siswa baik secara kognitif,
afektif maupun psikomotor.
F. Teknik Pengambilan Data
Data penelitian yang akan dikumpulkan berupa peristiwa atau informasi
tentang proses pembelajaran IPS melalui wawancara dengan siswa dan kolabor,
pendekatan dan strategi yang diterapkan oleh guru, media yang digunakan untuk
mendukung proses pembelajaran, dan prosedur serta teknik evaluasi yang
dilaksanakan oleh guru dengan pembelajaran kooperatif model jigsaw. Selain itu
guru juga akan merekam perkembangan kemandirian belajar siswa, dan hasil
belajar IPS berkaitan denagn perlakuan (treatment) yang diberikan selama
penelitian tindakan kelas berlangsung.
Adapun tehnik pengambilan data dalam penelilitian ini dilaksanakan
dengan cara sebagai berikut:
1. Wawancara antara lain dengan siswa kelas VII A, guru BK Kelas VII A, Wali
Kelas VII A, Kepala Sekolah, Urusan Kurikulum SMP Negeri 1
Buluspesantren.
2. Observasi antara lain peristiwa berlangsungnya aktivitas pembelajaran
kooperatif model jigsaw di kelas VII A.
3. Analisa dokumen dan arsip berupa kurikulum yang berlaku, silabus, rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang dibuat oleh guru, hasil kerja siswa, dan
buku penilaian.
4. Tes. Antara lain meliputi tes pra siklus, ulangan harian setiap akhir siklus dan
tes akhir tindakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
G. Analisis Data dan Refleksi
Analisi data yang digunakan adalah kritis dan analisis komparatif, dan
deskriptif kualitatif.
1. Analisis kritis mencakup kegiatan untuk mengungkap kelebihan dan
kelemahan siswa dan guru dalam proses belajar mengajar berdasarkan kriteria
yang telah dirumuskan dalam hipotesis tindakan. Hasil analisis dijadikan dasar
dalam penyusunan perencanaan tindakan untuk tahap berikutnya sesuai
dengan siklus yang ada. Berkaitan dengan peningkatan kemampuan belajar
mandiri, motivasi dan hasil belajar IPS terlebih dahulu telah dilakukan pra
survei untuk melakukan kondisi awal. Setelah kondisi awal diketahui,
selanjutnya direncanakan siklus tindakan untuk menangani masalah. Setiap
siklus berakhir dianalisis kekurangan dan kelebihan sehingga dapat diketahui
peningkatan kemandirian belajar siswa, dan hasil belajarnya. Analisis kritis
terhadap kemandirian belajar siswa dan hasil belajar mencakup indikator yang
telah ditentukan dalam setiap rencana pembelajaran
2. Analisis deskriptif yaitu membandingkan nilai hasil belajar antar siklus
dibanding dengan sebelum pelaksanaan tindakan berpatokan pada indikator
hasil belajar yang telah ditetapkan
3. Hasil observasi dan wawancara dianalisis secara deskriptif kualitatif
berdasarkan hasil refleksi tiap siklus.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
I. INDIKATOR KINERJA
1. Sekurang-kurangnya 50% siswa memiliki kemandirian belajar dalam
pembelajaran IPS.
2. Nilai ulangan harian dan nilai tugas rata-rata mencapai 75
3. Ketuntasan belajar klasikal nilai ulangan harian dan nilai tugas mencapai 75%.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
H. Rencana Pelaksanaan Tindakan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) akan dilaksanakan melalui siklus demi
siklus dengan mengacu desain model Kemmis dan MC Taggart yang terdiri dari 4
tahapan kegiatan pembelajaran siswa yaitu rencana tindakan, pelaksanaan
tindakan, observasi dan refleksi seperti terlihat pada bagan di bawah ini
Gambar 1. Tahapan Tiap Siklus
Refleksi
Pelaksanaan Tindakan
Rencana Tindakan
Observasi
Rencana Tindakan (Revisi)
Pelaksanaan Tindakan
Observasi
Refleksi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
1. Siklus 1
a. Perencanaan Tindakan (Planning)
(1) Menentukan kelas sebagai subyek penelitian yaitu kelas VII A
(2) Studi pendahuluan
(3) Menentukan materi pembelajaran
(4) Menentukan alokasi
(5) Menentukan pendekatan pembelajaran
(6) Menentukan media dan alat
b. Pelaksanaan (Acting)
Adapun rencana pelaksanaan pembelajaran kolaboratif model jigsaw diatur
secara instruksional sebagai berikut:
1) Membaca
Siswa mendapat topik-topik, ahli kemudian membaca dan mempelajari
kelompok materi tersebut untuk mendapat informasi.
2) Diskusi kelompok ahli
Siswa dengan topik ahli yang sama bertemu dalam kelompok ahli untuk
mendiskusikan topik tersebut.
3) Laporan kelompok
Masing-masing ahli kembali kekelompok asalnya untuk menjelaskan topik
pada kelompoknya.
4) Kuis/tes
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
c. Tahap Observasi (Observing)
Dilakukan oleh observer dibantu kolabor. Instrumen yang digunakan lembar
pengamatan, pedoman wawancara dan dokumen.
d. Refleksi (Reflecting)
Semua data yang terkumpul akan diolah dengan beberapa langkah yaitu:
(1) Reduksi data, apabila terdapat data yang tidak diperlukan.
(2) Penyederhanaan data.
(3) Tabulasi data.
(4) Penyimpulan data.
Selanjutnya hasil analisis akan digunakan sebagai bahan refleksi. Refleksi
dilakukan oleh peneliti dengan melibatkan kolabor. Proses ini dilakukan
dengan melihat keberhasilan maupun kelemahan pembelajaran pada siklus I.
Refleksi dapat dilakukan setelah selesai melakukan observasi atau setelah
menganalisis hasil wawancara. Dengan melihat perkembangan pada siklus I,
hal-hal yang baik akan dimantapkan pada siklus II. Demikian pula jika
terdapat kekurangan pada siklus I maka akan diperbaiki pada siklus II.
2. Siklus II
a. Perencanaan Tindakan (Planning)
b. Pelaksanaan (Acting)
c. Observasi (Observing)
Hasil observasi pada siklus II digunakan sebagai dasar untuk menyusun
rencana tindakan pada siklus berikutnya. Apabila pada siklus II ini hasil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
penguasaan kompetensi siswa belum sesuai dengan harapan maka akan
dilanjutkan pada siklus III.
d. Refleksi (Reflecting)
Data yang diperoleh peneliti dan kolabor pada siklus II, selanjutnya
digunakan sebagai bahan refleksi. Jika pada siklus II semua indikator kinerja
sudah tercapai maka penelitian tindakan kelas akan diakhiri, tetapi jika belum
tercapai maka penelitian tindakan akan terus dilanjutkan ke siklus III.
I. Siklus III
Siklus III akan dilaksanakan dengan langkah-langkah:
a. Perencanaan Tindakan (Planning)
b. Pelaksanaan (Acting)
c. Observasi (Observing)
d. Refleksi (Reflecting)
Data yang diperoleh peneliti dan kolabor pada siklus III, selanjutnya
digunakan sebagai bahan refleksi. Jika pada siklus III semua indikator kinerja
sudah tercapai maka penelitian tindakan kelas akan diakhiri, tetapi jika belum
tercapai maka penelitian tindakan akan terus dilanjutkan ke siklus IV.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Setting Penelitian
1. Lokasi Sekolah
SMP N 1 Buluspesantren terletak di desa Bocor, Kecamatan Buluspesantren,
Kabupaten Kebumen, diresmikan tanggal 14 Juni tahun 1981 dengan nomor
NSS 201030506054. SMP Negeri 1 Buluspesantren. SMP ini dikategorikan
Sekolah Standar Nasional atau tipe A, ,Siswanya berasal dari 21 desa di
Kecamatan Buluspesantren. Siswanya didominasi oleh siswa yang berasal dari
desa di sekitar desa Bocor yaitu Ambalkumolo, Rantewringin, Tambakrejo,
Bocor, Waluyo, Maduretno, Setrojenar dan Brecong dan ada juga yang berasal
dari desa-desa lain tetapi jumlahnya hanya sedikit karena di Kecamatan
Buluspesantren sebelah timur telah dibangun SMP Negeri 2 Buluspesantren. (CL
001).
Lokasi SMP N 1 Buluspesantren didirikan di atas tanah seluas 10066 m2
dan luas tanah terbangun 34436 m2, jumlah bangunan relatif lengkap, terdiri
dari 21 ruang kelas, 1 ruang guru, 1 ruang TU, 1 ruang Kepala Sekolah, 1 ruang
Wakil Kepala Sekolah, 1 ruang BK, 1 ruang UKS, 1 ruang laboratorium IPA, 1
ruang perpustakaan, 1 ruang ketrampilan, 1 ruang kesenian, 1 ruang multimedia,
1 laboratorium computer, 1 ruang OSIS (CL 002).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
2. Keadaan Siswa
SMP Negeri 1 Buluspesantren memiliki siswa sebanyak 836 (data per
Oktober 2009) terdiri dari 409 siswa laki-laki dan 427 siswa perempuan yang
tersebar dalam 21 rombongan belajar. Secara rinci dapat di lihat pada tabel berikut
(CP 02)
Tabel 2. Jumlah Siswa SMP N 1 Buluspesantren
Tahun Pelajaran 2009/2010
Kelas L P Jumlah VIIA 20 20 40
B 20 19 39 C 20 20 40 D 20 20 40 E 20 20 40 F 20 20 40 G 19 21 40
VIIIA 20 20 40 B 20 20 40 C 20 20 40 D 19 21 40 E 20 20 40 F 19 20 39 G 20 20 40
IXA 20 20 40 B 18 20 38 C 20 20 40 D 18 22 40 E 18 22 40 F 18 22 40 G 18 22 40
Jumlah 409 427 836
Karakteristik siswa. SMP Negeri 1 Buluspesantren dapat diuraikan sebagai
berikut :
a. Sebagian siswa dari keluarga tidak mampu, artinya penghasilan orang tua siswa
rata-rata rendah. Mata pencaharian mereka adalah buruh tani, pedagang kecil,
buruh pabrik, pembantu rumah tangga, buruh bangunan, pamong desa, pegawai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
golongan rendah. Sebagian siswa dari keluarga tidak mampu, penghasilan orang
tua rata-rata rendah Data yang berhasil peneliti peroleh dari informasi guru BK
bahwa pada tahun 2009/2010 jumlah siswa seluruhnya 836 orang, sebanyak 736
orang tua siswa atau 88% bekerja sebagai petani, 41 orang atau 5% Pegawai
Negeri Sipil, 17 orang atau 2% swasta, 17 orang atau 2% pedagang, 17 orang
atau 2% Perangkat Desa dan 8 orang atau 1% TNI/Polri (CL 008).
b. Sebagian besar siswa, memiliki tingkat kecerdasan cerdas
Dari data Tes Potensial Akademik yang diujikan pada siswa bekerjasama dengan
Yayasan Jasa Psikologi Bina Asih, Yogyakarta dapat diamati pada, tabel berikut:
Tabel 3. Tingkat Kecerdasan Siswa SMPN 1 Buluspesantren Tahun 2009
No Kelas/Tahun Jumlah
Siswa
Intelegensi
Cerdas Rata-rata Sedang
1 VII/2006 281 47 84 150
2 VII/2007 280 191 71 18
3 VII/2008 280 192 64 24
4 VII/2009 275 157 72 46
Dari analisis tabel hasil tes intelegensi siswa kelas VII SMP N 1 Buluspesantren
selama empat tahun terakhir dapat disimpulkan bahwa : 1) 52,60 % siswa
kategori cerdas, 2) 21,33 % siswa kategori sedang dan 3) 26,08 % siswa kategori
kecerdasan rata-rata (CP 03).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
c. Kesadaran orang tua terhadap pendidikan masih rendah. Orang tua kurang peduli
dan kurang memberikan motivasi pada anak untuk belajar. Masih ada siswa
perempuan yang terpaksa harus keluar dari sekolah karena alasan klasik, yaitu
dipaksa menikah oleh orang tua, dengan alasan sudah ada yang melamar. (CL
009).
Kurikulum yang digunakan di SMP Negeri 1 Buluspesantren adalah
Kurikulum tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dengan beban belajar siswa kelas VII
perminggu adalah 37 jam pelajaran, kelas VIII dan kelas IX 39 jam pelajaran.
Kegiatan pembelajaran berlangsung dari pukul 07.00 WIB sampai dengan pukul 12.
50 WIB, dan 1 jam pelajaran lamanya 40 menit. Umumnya para siswa memiliki
kedisiplinan yang cukup baik, sehingga selama pembelajaran berlangsung, tidak ada
permasalahan yang berarti. Sarana kegiatan pembelajaran relatif cukup, jika
dibandingkan dengan sekolah yang satu tipe (CL 003).
3. Keadaan Guru
SMP Negeri 1 Buluspesantren memiliki tenaga guru 38 orang, tenaga TU
berjumlah 7 orang, pembantu pelaksana/pesuruh 3 orang, penjaga malam 3 orang,
laboran 2 orang dan pustakawan 3 orang. Sumber daya manusia tenaga pendidik di
SMP ini termasuk tinggi. Hal ini dapat diamati dari tingkat pendidikannya dalam
tabel berikut ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
Tabel 4. Tingkat Pendidikan Guru/Karyawan
SMP Negeri 1 Buluspesantren Tahun Pelajaran 2009/2010
No Tingkat Pendidikan Jumlah Keterangan
1 SD - -
2 SMP/MTs - Penjaga malam
3 SMA/SMK 14 Pesuruh/TU
4 Diploma 11 Guru/TU
5 Sarjana 28 26 Guru, 2 TU
6 Pascasarjana 3 2 orang dalam proses pendidikan
Jumlah 57
Dari hasil pengamatan peneliti dan wawancara dengan Kepala Sekolah, guru SMP
Negeri 1 Buluspesantren memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi dan selalu
berusaha untuk meningkatkan pengetahuan. Beberapa guru juga aktif dalam
organisasi Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) sebagai pengurus tingkat
Komda (Sub Rayon) maupun tingkat Kabupaten, dan menjadi penyusun buku ajar
yang diterbitkan oleh MGMP. Selain itu beberapa, guru juga aktif mengikuti
kegiatan karya ilmiah guru tingkat kabupaten, (CL O04).
4. Kondisi Awal Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran
Data yang dikumpulkan untuk menyusun laporan penelitian diperoleh dari
wawancara dengan kepala sekolah, urusan kurikulum, guru IPS, wali kelas dan guru
BK. Pembicaraan antara peneliti dengan informan dimulai dengan Kegiatan Belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Mengajar (KBM) secara umum, kemudian memfokus pada pembelajaran IPS.
Kurikulum yang dilaksanakan di SMP N 1 Buluspesantren adalah Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Pembelajaran IPS pada kurikulum KTSP berjumlah 5 jam pelajaran
perminggu Pada kurikulum 1994 pelajaran IPS berjumlah 6 jam pelajaran per
minggu dan terdiri dari Geografi 2 jam, IPS Sejarah 2 jam dan IPS Ekonomi 2 jam,
yang diajarkan seorang guru walaupun pada rapor nilainya menjadi satu yaitu nilai
IPS. KTSP mata pelajaran IPS terdiri dari Geografi, Ekonomi, Sejarah, Sosiologi
dan Antropologi yang diajarkan secara terintegrasi pada setiap jenjang kelas tertuang
dalam silabus mata pelajaran IPS (CL 011).
Agar pelaksanaan pembelajaran dan penilaian lebih efektif seharusnya
pembelajaran IPS dilakukan oleh satu guru yang menguasai keempat rumpun mata
pelajaran IPS. Kendala yang dihadapi adalah guru IPS berasal dari salah satu
rumpun mata pelajaran IPS tertentu yaitu jurusan pendidikan IPS tertentu jurusan
IPS Ekonomi dan jurusan IPS Sejarah. Untuk mengatasi kendala tersebut, dalam
KTSP guru IPS mengajar satu rumpun IPS terentu, guru IPS semuanya berjumlah
6 orang, 1 orang merupakan pengurus kabupaten, 1 orang pengurus Komda (Sub
rayon), dan sering mendapat kesempatan mengikuti pelatihan ditingkat rayon
maupun tingkat sub rayon. (CL 005).
Sistem penilaian mata pelajaran IPS pada KTSP ada dua aspek yaitu
penguasaan konsep dan penerapan. Nilai penguasaan konsep diperoleh dari tingkat
pemahaman siswa berkaitan dengan kemampuan kognitif, yang diukur dengan tes
tertulis pada ulangan harian, tengah semester, ulangan akhir semester dan ulangan
kenaikan kelas. Nilai penerapan diperoleh dari tingkat penguasaan siswa pada ranah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
afektif dan psikomotor, yang diukur dengan penilaian proses belajar penilain unjuk
kerja dan penilaian tugas-tugas siswa atau portofolio (CL 007). Dalam KTSP
ketuntasan belajar yang diharapkan secara nasional adalah 75 % tetapi guru dapat
menyusun Kriteria Ketuntasan Maksimal (KKM) sesuai dengan kondisi sekolah.
KKM disusun berdasarkan 3 komponen yaitu kompleksitas, tingkat akademik siswa,
dan daya dukung. KKM ditentukan oleh guru mata pelajaran untuk satu tahun dan
disusun pada awal tahun pelajaran. KKM IPS di SMP Negeri 1 Buluspesantren kelas
VII tahun 2009/2010 adalah 68 (CL 006).
Pembelajaran IPS di kelas VII A SMP N 1 Buluspesantren dirasa masih
belum optimal. Hal ini disebabkan ada beberapa faktor yaitu materi IPS sangat luas
dan dinamis, artinya materi berubah sesuai dengan kejadian yang ada di alam
maupun perkembangan masyarakat yang relatif cepat. Selain itu input siswa
memiliki karakteristik khusus yaitu dari golongan masyarakat marginal dengan
kesejahteraan yang rendah. Kondisi keluarga siswa akan berpengaruh terhadap
minat, motivasi, dan prestasi belajar siswa (CL 010).
Sarana dan parasana pembelajaran di SMP N 1 Buluspesantren masih belum
memadai, karena belum sebanding dengan jumlah siswa. Dibawah ini akan disajkan
tabel sarana dan prasarana yag ada
Tabel 5. Alat dan Sumber Pembelajaran IPS
No Nama Alat/Sumber Pembelajaran
Jumlah (buah/unit/set)
Keterangan
1 Peta dinding 12 peta umum dan peta khusus 2 Atlas 53 satu siswa satu atlas 3 Globe 4 bergantian dengan mapel IPA 4 Termometer dinding 6 Sda 5 Kompas 22 Sda 6 Barometer 1 Sda 7 Rol meter 2 bergantian dengan mapel OR
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
8 Contoh batuan 1 bergantian dengan mapel IPA 9 Buku paket IPS kelas VII,
VIII dan IX
200 buku BSE
10 Komputer 31 bergantian dengan mapel lain 11 LCD 3 Sda 12 Laptop 3 Sda 13 Mengenal Negara Asean 2 Sda 14 Televisi 5 Sda 15 OHP 1 Sda 16 Tape Recorder 4 Sda
Dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa meskipun alat dan sumber
pembelajaran ada tetapi jumlahnya masih sangat terbatas (CP 04). Hal ini akan
menghambat proses belajar mengajar di kelas. Oleh karena itu peneliti akan
mengelola alat dan sumber pembelajaran yang minim tersebut dengan melakukan
pembelajaran kooperatif model jigsaw. Guru mengaplikasikan dan mengadaptasikan
apa yang ada di lingkungan siswa untuk sumber belajar.
Pembelajaran IPS di kelas VII A yang selama ini diamati oleh peneliti
kurang optimal. Hal ini disebabkan sebagaian besar siswa dengan kreativitas yang
rendah, siswa yang mau bertanya dan mengemukakan pendapat jumlahnya kurang
dari 5 orang. Jika disuruh maju presentasi siswa kurang berani, dan jika ada yang
mau maju suaranya tidak lantang dan sikapnya menunduk tidak berani menatap ke
seluruh kelas (CP 06). Hasil belajar IPS juga masih tergolong rendah, siswa yang
tuntas belajar hanya 19 orang dengan nilai rata-rata ulangan harian hanya mencapai
58,95 dan ketuntasan belajar sebesar 47,50% sehingga belum mencapai 75 % (lihat
lampiran 12.1).
Kemampuan belajar mandiri yang masih rendah. Jika ulangan dilakukan
mendadak tanpa diberitahu sebelumnya siswa menolak dengan alasan belum
belajar, dan jika dipaksakan dilaksanakan nilai siswa kurang dari ketuntasan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
B. Pelaksanaan Siklus
1. Siklus I
Siklus I dilaksanakan selama 3 minggu ( 6 x pertemuan)
a. Materi : Pengertian dan tujuan sosialisasi, Faktor yang mempengaruhi
sosialisasi, Fungsi sosialisasi dalam pembentukan kepribadian
b. Media yang dipergunakan dalam penelitian tindakan adalah :
1). Buku paket IPS untuk SMP Kelas VII, karangan Wahjudi Djaja, dkk. Tahun
2007, Penerbit Intan Pariwara, Klaten.
2). Buku Paket IPS untuk SMP KelasVII karangan Hasan Budi Sulistiyo, dkk.
Tahun 2006, Penerbit, Erlangga. Jakarta.
3) Buku Wawasan Sosial 1 untuk SMP Kelas VII karangan Iwan
Setiawan,dkk. Tahun 2008, Penerbit CV. Pelajar Pantai Utara.
4) Buku Referensi, Pengetahuan Geografi, Glorier : Jakarta tahun 2005.
5) Buku Pembelajaran IPS Terpadu dan Kontekstual untuk SMP kelas VII
karangan Kuswardoyo-Anisa Tahun 2007, Penerbit Mediatama Surakarta.
6). Buku LKS Pakar untuk SMP kelas VII karangan Safitri Rohmadiyah Tahun
2009, Penerbit Aviva Klaten
7) Lembar Kegiatan Siswa (LKS).
8) Hand Out.
c. Beberapa alat yang dipergunakan dalam penelitian tindakan adalah :
1) Papan tulis/white board, digunakan untuk membantu guru dan siswa menulis
hal-hal penting ketika proses belajar mengajar berlangsung.
2) Lembar kegiatan diskusi untuk mengerjakan soal/tugas yang didiskusikan
3) Kartu soal yang berisi soal/tugas yang hendak didiskusikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
4) Lintingan untuk undian dalam pemberian tugas diskusi kelompok
d. Pelaksanaan siklus kegiatannya meliputi:
1) Perencanaan Tindakan (Planning)
Perencanaan dalam kegiatan PTK ini antara lain :
(1) Menentukan kelas sebagai subyek penelitian dipilih kelas VII A.
(2) Studi pendahuluan sebelum tindakan dilakukan berupa wawancara
dengan dan kolabor, melihat dokumen nilai siswa dan tes tertulis (tes
kemampuan awal).
(3) Menentukan sub konsep pembelajaran yang terdiri dari pengertian dan
tujuan sosialisasi, faktor yang mempengaruhi sosialisasi, fungsi
sosialisasi dalam pembentukan kepribadian
(4) Menentukan alokasi waktu penelitian.
(5) Pendekatan pembelajaran yang digunakan adalah pembelajaran
kooperatif model jigsaw dan metode lain sebagai pendukung
pembelajaran.
(6) Menentukan media pembelajaran sebagai alat bantu dalam pembelajaran
2) Pelaksanaan (Acting)
a) Pendahuluan
Guru mengecek mengecek kehadiran siswa dan membimbing siswa dalam
kegiatan apersepsi dan motivasi.
b) Kegiatan Inti
Dalam kegiatan inti pembelajaran dilakukan dengan tindakan khusus yaitu
pembelajaran kooperatif model jigsaw. Metode ini terdiri dari 4 tahap
yaitu :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
(1) Membaca
Siswa dibagi dalam 8 kelompok asal dengan anggota 4-5 orang dan
kelompok ahli dengan anggota 7-8 orang. Daftar pertanyaan yang harus
dijawab kelompok asal adalah sebagai berikut: 1) menjelaskan
pengertian kepribadian, 2) menyebutkan faktor yang mempengaruhi
kepribadian, 3) menjelaskan peran sosialisasi dalam pembentukan
kepribadian 4) menyebutkan media sosialisasi dalam pembentukan
kepribadian, 5) Menjelaskan tahapan pembentukan kepribadian Setiap
kelompok mengambil lintingan yang sudah disiapkan oleh guru untuk
ditukar dengan tugas yang harus dikerjakan. Siswa mendapat topik-
topik, tim ahli kemudian membaca dan mempelajari materi tersebut
untuk mendapat informasi.
(2) Diskusi kelompok ahli
Siswa melaksanakan diskusi dalam kelompok ahli sesuai tugasnya.
Guru memotivasi siswa untuk dapat mencari jawaban dengan
pengamatan dan telaah buku sumber.
(3) Laporan kelompok
Masing-masing ahli kembali kekelompok asalnya untuk menjelaskan
dan untuk mengungkapkan ide yang telah dihasilkan dari diskusi
kelompok ahli. Tiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi di
depan kelas.
(4) Kuis / tes
(5) Guru memberikan pertanyaan-pertanyaan atau kuis kepada siswa
secara lisan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
c) Penutup
Pada kegiatan ini penekanannya adalah pada evaluasi. Guru mengajukan
pertanyaan yang bersifat konseptual untuk menguji apakah siswa telah
benar -benar memahami kompetensi dasar yang diinginkan. Guru juga
menambahkan informasi yang bersifat kekinian yang mendukung
kompetensi yang sedang di kaji saat itu. Jenis evaluasi yang dilakukan guru
antara lain :
(1) Penilaian aspek kognitif berupa post test, yaitu menguji materi yang
telah dibahas untuk mengetahui penguasaan siswa. Selain post test
dapat juga dilaksanakan ulangan harian, guna mengetahui tercapai
tidaknya tujuan pembelajaran yang telah dilakukan.
(2) Penilaian aspek psikomotor, dilakukan pada saat siswa mempraktekkan
sosialisasi di sekolah, kelas, keluarga dan masyarakat.
(3) Penilaian afektif dilakukan terhadap sikap atau perilaku siswa
(4) Penilaian performen, ini dilakukan melalui sikap kerjasama dalam
kelompok, tanggung jawab, kepemimpinan, adil, menghargai teman,
berani, santun, mau bertanya, berpendapat dan kerapihan catatan siswa.
(5) Penilaian portopolio, yaitu penilaian yang berupa sekumpulan tugas-
tugas yang dibebankan pada siswa untuk kurun waktu tertentu,
misalnya satu semester.
3) Tahap Observasi (Observing)
Observasi dilakukan oleh observer terhadap aktivitas pembelajaran
siswa ketika proses belajar mengajar sedang berlangsung. Observasi
dilakukan dengan menggunakan lembar observasi kemadirian, dan alat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
evaluasi soal-soal setiap akhir pembelajaran untuk setiap siklus dan dilakukan
tertulis. Guna mendukung hasil observasi dilakukan penjaringan data,
wawancara dan learning logs siswa.
4) Refleksi ( Reflecting)
Semua data yang terkumpul akan diolah dengan beberapa langkah yaitu:
a) Reduksi data, apabila terdapat data yang tidak diperlukan.
b) Penyederhanaan data.
c) Tabulasi data.
d) Penyimpulan data.
Selanjutnya hasil analisis digunakan sebagai bahan refleksi. Refleksi
dilakukan oleh peneliti dengan melibatkan kolabor. Proses ini dilakukan
dengan melihat keberhasilan maupun kelemahan pembelajaran pada siklus I.
Refleksi dapat dilakukan setelah selesai melakukan observasi atau setelah
menganalisis hasil wawancara. Dengan melihat perkembangan pada siklus I,
hal-hal yang baik dimantapkan pada siklus II. Demikian pula jika terdapat
kekurangan pada siklus I dperbaiki pada siklus II. Pada siklus I kemandirian
belajar 30,50 %. Aspek yang paling tinggi peningkatannya pada motivasi
sebesar 52,50%, sedangkan aspek yang paling rendah pada mengetahui
makna belajar hanya 15,00% ( lihat lampiran 9,1 ). Pada siklus I ini
ketuntasan klasikal baru mencapai 74,25. Karena pada siklus I kemandirian
belajar siswa dan hasil belajar IPS belum mencapai indikator yang telah
ditetapkan maka peneliti melanjutkan tindakan pada siklus II.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
2. Siklus II
Siklus II dilaksanakan selama 2 minggu ( 2 x pertemuan).
a. Materi yang dibahas adalah : proses terjadinya interaksi sosial, syarat terjadinya
interaksi sosial dan faktor-faktor interaksi sosial
b. Media yang dipergunakan dalam penelitian tindakan adalah :
1). Buku paket IPS untuk SMP Kelas VII, karangan Wahjudi Djaja, dkk. Tahun
2007, Penerbit Intan Pariwara, Klaten.
2). Buku Paket IPS untuk SMP KelasVII karangan Hasan Budi Sulistiyo, dkk.
Tahun 2006, Penerbit, Erlangga. Jakarta.
3) Buku Wawasan Sosial 1 untuk SMP Kelas VII karangan Iwan Setiawan,
dkk. Tahun 2008, Penerbit CV. Pelajar Pantai Utara.
4) Buku Referensi, Pengetahuan Geografi, Glorier : Jakarta tahun 2005.
5) Buku Pembelajaran IPS Terpadu dan Kontekstual untuk SMP kelas VII
karangan Kuswardoyo-anisa Tahun 2007, Penerbit Mediatama Surakarta.
6). Buku LKS Pakar untuk SMP kelas VII karangan Safitri Rohmadiyah
Tahun 2009, Penerbit Aviva Klaten
7) Lembar Kegiatan Siswa (LKS)
8) Hand Out.
c. Beberapa alat yang dipergunakan dalam penelitian tindakan adalah :
5) Papan tulis/white board, digunakan untuk membantu guru dan siswa menulis
hal-hal penting ketika proses belajar mengajar berlangsung.
6) Lembar kegiatan diskusi untuk mengerjakan soal/tugas yang didiskusikan
7) Kartu soal yang berisi soal/tugas yang hendak didiskusikan
8) Lintingan untuk undian dalam pemberian tugas diskusi kelompok
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
d. Pelaksanaan siklus kegiatannya meliputi:
1) Perencanaan Tindakan (Planning)
Perencanaan dalam kegiatan PTK ini antara lain :
Kegiatan perencanaan mengacu pada siklus I, dengan lembar
kegiatan yang disesuaikan dengan topik siklus II
2) Pelaksanaan (Acting)
Pelaksanaan pembelajaran pada prinsipnya sama dengan siklus I pada
beberapa hal yang pendekatannya lebih intensif .Pada siklus II perbaikan
terutama pada kegiatan inti, yaitu pada pembentukan kelompok tidak
berdasarkan tempat duduk lagi melainkan berdasarkan pada kemampuan
siswa yang diamati dari hasil ulangan harian siklus I. Pada siklus II ini tahap
presentasi, semua anggota kelompok maju untuk menjawab masalah yang
telah didiskusikan dalam kelompoknya.
3) Observasi (Observing)
Pada tahap ini observasi dilakukan oleh guru. Hal yang diobservasi
terutama aktivitas siswa dalam pembelajaran. Penilaian unjuk kerja produk
dilakukan terhadap hasil kerja kelompok. Hasil observasi pada siklus II
digunakan sebagai dasar untuk menyusun rencana tindakan pada siklus III.
Karena pada siklus II ini hasil penguasaan kompetensi siswa belum sesuai
dengan harapan maka dilanjutkan pada siklus III.
4) Refleksi (Reflecting)
Data yang diperoleh peneliti dan kolabor pada siklus II, selanjutnya
digunakan sebagai bahan refleksi. Dengan melihat kondisi pada siklus II,
hal-hal yang baik dimantapkan pada siklus III, dan semua kekurangan pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
siklus II akan diperbaiki pada siklus III. Pada siklus II tingkat kemandirian
menjadi 56,50%. Aspek yang paling tinggi peningkatannya adalah pada
aspek motivasi yaitu 70,00% sedangkan aspek yang paling rendah pada
mengetahui makna belajar yang tadinya 15,00% menjadi 25,00% (CP 18 dan
lampiran 9.2). Walaupun pada siklus II kemandirian belajar siswa telah
mencapai indikator yang telah ditetapkan, peneliti tetap melanjutkan ke
siklus III karena indikator ketuntasan belajar klasikal nilai ulangan harian
dan nilai tugas belum mencapai hasi sesuai yang diharapkan yaitu 75.
3. Siklus III
Siklus III dilaksanakan selama 2 minggu ( 2 x pertemuan ).
a. Materi yang dibahas pada siklus III adalah K.D. 2.4. Mengidentifikasi bentuk-
bentuk interaksi sosial. Indikator yang ingin dicapai siswa dapat
mengidentifikasi dan memberi contoh proses sosial asosiatif dan proses sosial
disosiatif.
b. Media yang dipergunakan dalam penelitian tindakan adalah :
1). Buku paket IPS untuk SMP Kelas VII, karangan Wahjudi Djaja, dkk. Tahun
2007, Penerbit Intan Pariwara, Klaten.
2). Buku Paket IPS untuk SMP KelasVII karangan Hasan Budi Sulistiyo, dkk.
Tahun 2006, Penerbit, Erlangga. Jakarta.
3) Buku Wawasan Sosial 1 untuk SMP Kelas VII karangan Iwan Setiawan,
dkk. Tahun 2008, Penerbit CV. Pelajar Pantai Utara.
4) Buku Referensi, Pengetahuan Geografi, Glorier : Jakarta tahun 2005.
5) Buku Pembelajaran IPS Terpadu dan Kontekstual untuk SMP kelas VII
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
karangan Kuswardoyo-anisa Tahun 2007, Penerbit Mediatama Surakarta.
6). Buku LKS Pakar untuk SMP kelas VII karangan Safitri Rohmadiyah Tahun
2009, Penerbit Aviva Klaten
7) Lembar Kegiatan Siswa (LKS)
8) Hand Out.
c. Beberapa alat yang dipergunakan dalam penelitian tindakan adalah :
1) Papan tulis/white board, digunakan untuk membantu guru dan siswa menulis
hal-hal penting ketika proses belajar mengajar berlangsung.
2) Lembar kegiatan diskusi untuk mengerjakan soal/tugas yang didiskusikan
3) Kartu soal yang berisi soal/tugas yang hendak didiskusikan
4) Lintingan untuk undian dalam pemberian tugas diskusi kelompok
d. Pelaksanaan siklus kegiatannya meliputi:
1) Planning Tindakan (Planning)
Kegiatan perencanaan mengacu pada siklus II, tentunya dengan
mengubah skenario pembelajaran dengan memperkecil jumlah anggota
kelompok diskusi menjadi (4-5) orang . Lembar kegiatan disesuaikan dengan
topik pembelajaran siklus III.
2) Pelaksanaan (Acting)
Pelaksanaan pembelajaran pada prinsipnya sama dengan siklus II
walaupun ada beberapa hal yang pendekatannya lebih intensif. Pada siklus
III ini pada kegiatan inti diharapkan siswa lebih aktif membangun
pengalaman belajar sendiri. Strategi yang diubah yaitu pembentukan
kelompok berdasarkan tempat duduk siswa dan kelompok diperkecil dengan
anggota 7-8 orang siswa sebagai kelompok asal dan 4-5 orang siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
kelompok ahli dengan metode pengamatan lingkungan masyarakat.
Kemudian pada tahap presentasi, semua anggota kelompok maju untuk
menjawab masalah yang telah didiskusikan dalam kelompoknya. secara
bergiliran menjelaskan hasil diskusi kelompok.
3) Observasi (Observating)
Pada tahap ini observasi dilakukan oleh peneliti. Hal yang
diobservasi terutama aktivitas siswa dalam pembelajaran. Hasil observasi
pada siklus ini digunakan sebagai dasar untuk menyusun rencana tindakan
pada siklus berikutnya. Pada siklus III ini hasil penguasaan kompetensi siswa
terhadap materi telah tercapai, maka penelitian dianggap telah berhasil dan
tidak dilanjutkan ke siklus IV.
4) Refleksi (Reflecting)
Data yang diperoleh peneliti pada siklus III, selanjutnya digunakan
sebagai bahan refleksi. Pada siklus III tingkat kemandirian siswa sebesar
65,50%, aspek yang paling tinggi peningkatannya adalah aspek minat yaitu
85,00%, motivasi 82,50%, aspek mengatasi masalah 57,50% dan rasa ingin
tahu 72,50. Sedangkan aspek yang paling rendah pada aspek mengetahui
makna belajar sebesar 35,00% (CP 19 dan lamp. 9.3).
Nilai rata-rata 76,95 dan ketuntasan belajar klasikal mencapai 90,00
(lihat lampiran 12.4). Jika dilihat pada KKM sebesar 68 maka hasil nilai
ulangan harian ketiga peningkatannya sangat baik dan sudah mencapai
indikator yang ditetapkan. Dalam ketuntasan belajar mengalami peningkatan
dari 72,50 menjadi 90,00 dan sudah melampaui indikator yang ditetapkan
(lampiran 12.4). Nilai tes akhir tindakan tertinggi 95 dan terendah 40, rata-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
rata nilai sebesar 72,50 (lihat lampiran 12.5). Nilai tugas siklus III tertinggi
90 dan nilai terendah 60, rata-rata sebesar 76,63, mengalami peningkatan
maksimal dibanding sebelum tindakan dan telah melampaui indikator (lihat
lampiran 13.3 dan lampiran 12.4)
Karena kemandirian belajar dan hasil belajar IPS pada siklus III telah
mancapai bahkan melampaui indikator yang telah ditetapkan maka siklus III
tidak diperpanjang lagi dan penelitian diakhiri.
Penelitian tindakan kelas ini oleh peneliti hanya dibatasi sampai
siklus III. Hal ini dilakukan karena pada siklus III hasil siswa dalam
kemandirian belajar siswa dan hasil belajar telah mengalami peningkatan
bahkan telah melampaui indikator kinerja.
C. Hasil Penelitian dan Pembahasan
1. Hasil Penelitian
Berdasarkan pengamatan pada proses pembelajaran yang dilakukan oleh
peneliti, hasil wawancara dengan siswa kelas VII A dan pengamatan dokumen,
dipergunakan peneliti untuk mengambil tindakan. Pelaksanaan pembelajaran
meliputi tahap yaitu : (1) perencanaan (planning), (2) tindakan (acting), (3)
pengamatan (observing) dan (4) refleksi (reflecting). Pelaksanaan tindakan tertuang
dalam siklus, untuk permasalahan yang belum dapat diatasi dilakukan tindakan
selanjutnya pada siklus berikutnya sampai permasalahan dapat diatasi. Dalam
memperoleh data dengan validitas yang baik, diterapkan tindakan dalam tiga siklus.
Sebelum menerapkan tindakan pada siklus I peneliti terlebih dahulu melakukan
tindakan pra siklus. Tindakan pra siklus tersebut antara lain adalah:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Untuk mengawali pembelajaran, dilaksanakan tes pra siklus bagi siswa kelas
VII A. Instrumen yang digunakan adalah soal tes tertulis bentuk pilihan ganda
berjumlah 40 nomor. Siswa diberi waktu mengerjakan 40 menit. Setelah seluruh
siswa selesai mengerjakan soal dilanjutkan dengan koreksi bersama, jawaban siswa
ditukar dengan jawaban siswa lain. Adapun penskorannya untuk jawaban benar
diberi skor 1 dan jawaban salah dberi skor 0. Nilai diperoleh dari hasil jawaban
benar dibagi 4. Selanjutnya guru memanggil siswa satu persatu, dan nilai siswa
ditulis pada instrumen penilaian. Hasil yang diperoleh dari nilai pra-siklus
digunakan untuk mengetahui salah satu perkembangan hasil belajar siswa (CP 05).
Kepada Urusan Kurikulum, Urusan Kesiswaan dan guru BK peneliti
menginformasikan tentang pelaksanaan PTK di kelas VII A, dan mohon dukungan
agar pembelajaran di kelas VII A berjalan lancar. Peneliti juga menyampaikan
secara lisan pendekatan, metode dan teknik pembelajaran yang dilaksanakan, alat
dan bahan pendukung pembelajaran serta sistem penilaian pada kegiatan PTK (CL
012).
Dalam setiap pertemuan kegiatan pembelajaran dimulai dengan kegiatan
pembiasaan dan pendahuluan, kegiatan inti dan penutup. Kegiatan pembiasaan yang
dilakukan yaitu berbaris, berdoa, mengucap salam. Kegiatan pendahuluan yang
dilakukan guru adalah mengabsen siswa, apersepsi dan motivasi. Selanjutnya guna
menjelaskan tujuan pembelajaran dan metode yang diterapkan serta aturan
permainan atau tahapan dalam metode tersebut. Kegiatan inti disesuaikan dengan
strategi dan metode yang telah direncanakan dalam rencana pelaksanaan tindakan
tiap siklus. Pada akhir pertemuan dilakukan kegiatan penutup yang berupa post tes,
kesimpulan dan salam (CP 07).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
Setelah pelaksanaan tindakan yang berlangsung dalam tiga siklus hasil
penelitian tindakan kelas dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Implementasi Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw dalam Pembelajaran
IPS untuk Meningkatkan Belajar Mandiri Siswa
Pembelajaran kooperatif model jigsaw dilaksanakan dengan empat tahap
yaitu membaca, diskusi kelompok ahli, laporan kelompok dan kuis/test (CP 08).
Pelaksanaan pembelajaran kooperatif model jigsaw dimodifikasi dengan berbagai
metode, teknik, dan sumber belajar yang tersedia disekolah. Semua komponen
kemandirian belajar yang terdiri dari minat, motivasi, mengatasi masalah, rasa ingin
tahu dan mengetahui makna diupayakan meningkat dengan berbagai strategi yang
telah dirancang pada tiap siklus. Penerapan masyarakat belajar (learning community)
diimplementasikan dalam pembentukan kelompok secara bertahap dari jumlah besar
dan setiap pertemuan jumlahnya semakin berkurang tetapi selalu berprinsip
heterogenitas dalam jenis kelamin, tingkat akademik dan pasangan yang berbeda.
Untuk meningkatkan minat siswa, pembelajaran kooperatif model jigsaw
dilaksanakan dengan metode yang bervariasi dan berbeda tiap pertemuan, dengan
prinsip edukatif menyenangkan, mendorong semangat mengikuti pelajaran dan
membuat siswa merasa senang terhadap pelajaran IPS serta mengubah image yang
telah melekat pada diri siswa bahwa IPS adalah pelajaran yang banyak hafalan.
Komponen kemandirian yang berupa keinginan belajar pada siswa
dimunculkan dengan membiasakan siswa untuk selalu belajar IPS baik ada atau
tidak ada ulangan. Selain itu pemberian penghargaan pada siswa yang aktif berupa
tambahan nilai dan memberikan peringatan bagi siswa yang pasif merupakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
langkah yang dilakukan guru dan hasilnya terjadi peningkatan.
Pemberian tugas pada lembar diskusi yang jawabannya harus dicari sendiri
oleh kelompok dengan melihat buku paket, buku referensi atau dari sumber media
cetak dan elektronik serta lingkungan masyarakat dapat meningkatkan kemandirian
dalam aspek mengatasi masalah. Dalam pembelajaran guru selalu berusaha
membangkitkan rasa ingin tahu siswa dengan cara memberikan pertanyaan dari
tingkat sederhana sampai tingkat tinggi. Pemberian tugas yang berupa penerapan
seperti peragaan sosialisasi baik di sekolah, di kelas, di lingkungan masyarakat, dan
lingkungan keluarga mendorong siswa belajar mengamati permasalahan sehari-hari
yang terjadi di lingkungan sekitar siswa. Pembelajaran dengan melontarkan
permasalahan dan penerapan pengalaman belajar yang dipraktekkan menghasilkan
sikap siswa yang kritis dalam menanggapi permasalahan sehari-hari sehingga siswa
tahu makna dari apa yang dipelajari selama ini. Peningkatan belajar mandiri siswa
dari tiap siklus dapat dilihat pada uraian berikut :
a) Aspek ketertarikan kepada pelajaran, siswa merasa senang pada pelajaran IPS
yang menerapkan metode diskusi dan merasa pelajaran IPS tidak sulit dan tidak
membosankan karena dikerjakan bersama-sama dengan kelompoknya. (CL 018).
b) Aspek keinginan belajar diperoleh dari pengakuan siswa belajar jika esok hari
ada pelajaran IPS (CL 019).
c) Aspek mengatasi masalah tampak pada usaha mencari jawaban yang menjadi
tugas kelompok (CL 020)
d) Aspek rasa ingin tahu dapat diamati dari siswa mau mencoba mengamati
lingkungan sekitar siswa dan baru bertanya jika sudah berusaha mencari sendiri
jawaban tetapi tidak berhasil (CP 21).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
e) Aspek mengetahui makna belajar diamati dari siswa mengungkapkan tanggapan
atau membuat kesimpulan dengan bahasa sendiri (CP 22).
Pada materi faktor-faktor yang mempengaruhi sosialisasi peneliti menerapkan
metode demonstrasi, siswa mendemonstrasikan cara sosialisasi di kelas, di sekolah,
di lingkungan keluarga, maupun dilingkungan masyarakat. Berdasarkan pengamatan
dan wawancara dengan siswa peningkatan kemandirian siswa dapat diuraikan
sebagai berikut :
a) Aspek ketertarikan kepada pelajaran, siswa mengaku senang belajar IPS karena
tiap pertemuan cara pembelajarannya berbeda dan bertukar pasangan tiap kali
diskusi menambah keakraban dan menambah semangat belajar. (CL 021)
b) Aspek keinginan belajar, siswa senang mengerjakan tugas rumah, dan selesai
pada waktunya, semua kelompok mengumpulkan pada hari yang telah disepakati
bersama, jika esok pagi ada pelajaran IPS malam hari siswa belajar (CL 022).
c) Aspek mengatasi masalah, siswa berusaha mengamati lingkungan sekitar siswa
dan berusaha untuk menyusun tek/naskah sosialisasi yang akan diperagakan di
depan kelas (CL 023)
d) Aspek rasa ingin tahu, siswa berusaha memahami cara sosialisasi agar mudah
diterima dan dimengerti dan menanyakan bagaimana cara sosialisasi yang baik
(CL. 024)
e) Aspek mengetahui makna belajar, siswa mengetahui kelebihan dan kekurangan
cara sosialisasi yang telah diperagkaan dan dapat menyimpulkan manfaat
sosialisasi yang baik (CL.025)
Pada materi bentuk-bentuk interaksi sosial, pembelajaran kooperatif model
jigsaw menerapkan metode pengamatan lingkungan masyarakat dengan kelompok
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
kecil dan ternyata mampu meningkatkan kemandirian siswa seperti yang tersaji
pada uraian berikut :
a. Aspek ketertarikan kepada pelajaran, siswa semakin senang dengan pelajaran
IPS karena pembelajaran dilakukan dengan melakukan pengamatan secara
langsung terhadap lingkungan masyarakat, siswa semakin merasa senang bahwa
IPS bukan pelajaran yang membosankan. (CL 026).
b. Aspek keinginan belajar, tampak pada pengakuan siswa yang belajar pada
malam hari sebelum besoknya ada pelajaran IPS, siswa telah menyiapkan
peralatan dan mempelajari materi bentuk-bentuk interaksi sosial dengan senang
hati (CL 027)
c. Aspek mengatasi masalah, terlihat siswa yang pada malam hari belum belajar
berusaha membaca buku pelajaran IPS sebelum guru masuk kelas, karena jumlah
kelompok diperkecil dengan angggota 4-5 orang harus melakukan pembagian
tugas dan kompak (CL 028).
d. Aspek rasa ingin tahu dapat diamati dari usaha siswa menanyakan pada teman
atau pada guru istilah proses sosial asosiatif atau positif dan proses sosial
disosiatif atau negatif ( CL 029).
e. Aspek mengetahui makna belajar tampak pada aktivitas siswa melakukan
pengamatan lingkungan, memberi contoh nyata proses sosial yang asosiatif
maupun disosiatif yang terjadi di masyarakat (CL 030).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
Peningkatan kemampuan belajar mandiri dari tiap siklus dapat diamati pada
tabel berikut:
Tabel 7. Peningkatan Belajar Mandiri Siswa
No Aspek
Pra-Siklus
(%)
Siklus I
(%)
Siklus II
(%)
Siklus III
(%)
1 Ketertarikan kepada
Pelajaran
25,93 40,00 70,00 85,00
2 Kinginan Belajar 35,19 52,50 77,50 82,50
3 Mengatasi Masalah 12,96 20,00 57,50 57,50
4 Rasa Ingin Tahu 16,66 25,00 52,50 72,50
5 Mengetahui Makna
Belajar
9,26 15,00 25,00 35,00
Rata-rata 20,00 30,50 56,50 66,50
Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa sikap kemandirian belajar siswa
mengalami peningkatan dibanding sebelum tindakan.Pada Pra-Siklus kemandirian
belajar 20,00% aspek yang paling tinggi keinginan belajar sebesar 35,19% dan aspek
yang paling rendah pada aspek mengetahui makna belajar hanya 9,26%. (lihat
lampiran 9.1). Pada siklus I kemandirian belajar 30,50 %. Aspek yang paling tinggi
peningkatannya pada aspek keinginan belajar sebesar 52,50%, sedangkan aspek
yang paling rendah pada aspek mengetahui makna belajar hanya 15,00% ( lihat
lampiran 9,2 ). Karena pada siklus I kemandirian belajar siswa belum mencapai
indikator yang telah ditetapkan maka peneliti melanjutkan tindakan pada siklus II.
Pada siklus II tingkat kemandirian menjadi 56,50%. Aspek yang paling tinggi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
peningkatannya adalah pada aspek keinginan belajar yaitu 70,00% sedangkan aspek
yang paling rendah pada aspek mengetahui makna belajar yang tadinya 15,00%
menjadi 25,00% (CP 18 dan lampiran 9.3). Walaupun pada siklus II kemandirian
belajar siswa telah mencapai indikator yang telah ditetapkan, peneliti tetap
melanjutkan ke siklus III karena indikator ketuntasan belajar klasikal nilai ulangan
harian dan nilai tugas belum mencapai hasil sesuai yang diharapkan yaitu 75%.
Pada siklus III tingkat kemandirian siswa sebesar 66,50%,aspek yang paling tinggi
peningkatannya adalah aspek ketertarikan kepada pelajaran yaitu 85,00%, keinginan
belajar 82,50%, aspek mengatasi masalah 57,50% dan rasa ingin tahu 72,50.
Sedangkan aspek yang paling rendah pada aspek mengetahui makna belajar sebesar
35,00% (CP 19 dan lamp. 9.4). Karena kemandirian belajar pada siklus III telah
mancapai bahkan melampaui indikator yang telah ditetapkan maka siklus III tidak
diperpanjang lagi dan penelitian diakhiri.
b. Implementasi Pembelajaran kooperatif Model Jigsaw dalam Pembelajaran
IPS untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Dalam pembelajaran kooperatif model jigsaw penilaian dilakukan secara
`intensif dan menyeluruh. Komponen penilaian dilaksanakan pada semua aspek
dengan pencatatan secara otentik (authentic assessment) selama proses
pembelajaran, dalam bentuk kemampuan siswa dalam bentuk berpendapat, bertanya,
menjawab pertanyaan guru, menyelesaikan tugas diskusi, memperagakan, tampil di
muka umum, mempertahankan argumentasi di depan publik, penampilan atau
performen ternyata mendorong siswa untuk aktif dan berusaha memperoleh nilai
yang baik. Memberikan informasi tentang sistem penilaian dan waktunya yaitu pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
setiap akhir siklus berupa ulangan harian dan penilaiannya dilakukan sendiri oleh
siswa pada saat koreksi menyebabkan siswa bersemangat dan bersaing secara sehat
dengan temannya. Penilaian juga dilakukan terhadap hasil kerja kelompok dan
penilaian tugas yang merupakan komponen evaluasi yang berfungsi sebagai
penilaian portofolio yang memiliki bobot 40% dari nilai siswa. Dengan pemberian
tugas yang dibatasi waktunya siswa akan merasa harus mengerjakan tugas jika ingin
nilainya baik. Setelah menerapkan pembelajaran kooperatif model jigsaw dalam tiga
siklus hasil belajar siswa mengalami peningkatan sebagai berikut :
Hasil ulangan harian Pra-Siklus menunjukkan nilai tertinggi 75 dan nilai
terendah 30 dan rata-rata kelas sebesar 58,95 dengan ketuntasan 47,50% (lihat
lampiran 12.1). Pada ulangan harian pertama nilai tertinggi mencapai 85 ( siswa
AS), nilai terendah 30 (siswa FA) dan rata-rata nilai kelas 72,50%. Dengan
ketuntasan 57,50% (lihat lampiran 12.2). Nilai tersebut belum mencapai nilai
minimal yang telah ditentukan dalam KKM yaitu 68 dan belum mencapai indikator
yang ditentukan dalam PTK yaitu nilai rata-rata mencapai 75 dan ketuntasan klasikal
sebesar 75%. Pada siklus I ini ketuntasan klasikal baru mencapai 74,25. Pada nilai
tugas tertinggi 80 dan nilai terendah 70, rata-ratanya 74,25, juga belum mencapai
indikator yang telah ditetapkan yaitu nilai rata-rata tugas sebesar 75 dan ketuntasan
nilai tugas sebesar 75% (lihat lampiran 13.1).
Pada ulangan harian kedua nilai siswa kelas VII A yang tertinggi 95 (siswa
FK) dan terendah 30 (siswa RC) Nilai rata-rata 70,125 dan ketuntasan belajar
klasikal mencapai 72,50 (lihat lampiran 12.3). Jika dilihat pada KKM sebesar 68
maka hasil nilai siklus kedua peningkatannya cukup baik namun belum mencapai
ketuntasan klasikal dan belum mencapai nilai rata-rata sebesar 75. Nilai tugas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
berkisar antara 70 sampai 80 dan rata-ratanya sebesar 74,75% sehingga sudah
mencapai KKM, tetapi belum mencapai indikator penilaian yang ditetapkan dalam
PTK (lihat lampiran 13.2).
Pada ulangan harian ketiga siswa kelas VII A nilai yang tertinggi 100 (siswa
AS) dan yang terendah 50 (siswa RC). Nilai rata-rata 76,95 dan ketuntasan belajar
klasikal mencapai 90,00 (lihat lampiran 12.4). Jika dilihat pada KKM sebesar 69
maka hasil nilai ulangan harian ketiga peningkatannya sangat baik dan sudah
mencapai indikator yang ditetapkan. Dalam ketuntasan belajar mengalami
peningkatan dari 72,50 menjadi 90,00 dan sudah melampaui indikator yang
ditetapkan (lampiran 12.4). Nilai tes akhir tindakan tertinggi 95 dan terendah 40,
rata-rata nilai sebesar 72,50 (lihat lampiran 12.5). Nilai tugas siklus III tertinggi 90
dan nilai terendah 60, rata-rata sebesar 76,63, mengalami peningkatan sangat
maksimal dibanding sebelum tindakan dan telah melampaui indikator (lihat lampiran
13.3 dan lampiran 12.4)
Peningkatan hasil belajar dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 8. Peningkatan Nilai Ulangan Harian
No Nilai Pra-Siklus
(%)
Siklus I
(%)
Siklus II
(%)
Siklus III
(%)
1 Tertinggi 75 85 95 100
2 Terendah 30 30 30 50
3 Rata-rata 58,95 72,50 70,125 76,95
4 Ketuntasan 47,50 57,50 72,50 90,00
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
Tabel 9. Peningkatan Nilai Tugas Selama Tindakan
No Nilai Siklus I
(%)
Siklus II
(%)
Siklus III
(%)
1 Tertinggi 80 80 90
2 Terendah 70 70 60
3 Rata-rata 74,25 74,75 76,63
2. Pembahasan
Pendekatan Vygotsky dalam pembelajaran menekankan scaffolding yang
berarti pemberian sejumlah besar bantuan kepada siswa selama tahap-tahap awal
dan kemudian siswa mengambil alih tangung jawab yang semakin besar segera
setelah ia dapat melakukannya.
Teori Vygotsky ini sejalan dengan salah satu karakteristik dari pembelajaran
IPS kooperatif yang menekankan perlunya interaksi yang terus menerus antara siswa
yang satu dengan siswa yang lain, juga antar siswa dengan pembimbing (guru) dan
siswa dengan perangkat pembelajaran sehingga setiap siswa mendapatkan manfaat
positif dari interaksi tersebut. Hal ini terlihat di dalam kelompok (masing-masing
kelompok 4-6 siswa) yang dirancang dalam proses pembelajaran. Selain itu dalam
pembelajaran IPS kooperatif bantuan yang diberikan guru hanya sebatas pada
pertanyaan-pertanyaan awal pemecahan persoalan yang diberikan oleh guru, dengan
memberikan petunjuk atau saran sampai siswa mengerti maksud soal.
Pembelajaran kooperatif model jigsaw dengan menerapkan metode yang
bervariasi dan belajar dari lingkungan sekitar serta selalu berpusat pada siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
(student centered) meningkatkan belajar mandiri siswa. Metode pengamatan
lingkungan sangat efektif dalam menumbuhkan rasa ingin tahu, ketertarikan kepada
pelajaran dan keinginan belajar yang merupakan komponen kemandirian siswa
dalam belajar.
Dari sajian hasil penelitian berupa tabel diatas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran kooperatif model jigsaw yang dilakukan selama tindakan pada tiap
siklus dapat memacu hasil belajar siswa meningkat. Dengan sistem penilaian yang
bersifat otentik (authentic assessment) perkembangan siswa selalu dicatat dan
diamati. Penilaian tidak hanya dilakukan pada akhir pembelajaran tetapi selama
proses pembelajaran, terhadap produk hasil diskusi siswa, performen atau
penampilan siswa dalam diskusi, presentasi serta perilaku siswa selama di sekolah.
Pada tiap akhir pembelajaran selalu dilakukan refleksi (reflection) yang bermanfaat
bagi siswa untuk merenungkan kembali kegiatan yang telah dilakukan dan hasil
yang diperoleh. Hasil refleksi tersebut diharapkan akan menumbuhkan ketertarikan
kepada pelajaran , keinginan belajar serta semangat berkompetisi.
D. Keterbatasan Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini masih terdapat beberapa kekurangan karena
keterbatasan peneliti dalam berbagai hal diantaranya keterbatasan kemampuan dan
keterbatasan yang bersifat prosedural pelaksanaan di lapangan seperti :
1. Penelitian tindakan kelas (PTK) ini merupakan penelitian kualitatif yang
memfokuskan pada proses tindakan dalam pembelajaran. Jadi instrumen hanya
berupa pedoman wawancara, lembar observasi atau pengamatan selama proses
pembelajaran, pedoman penilaian dan instrumen tes. Hasil pengamatan tersebut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
digunakan untuk mengukur keberhasilan indikator yang sudah dirumuskan
dalam rencana tindakan.
2. Penelitian tindakan kelas (PTK) idealnya pada setiap siklus pelaksanaannya
dalam waktu yang relatif lama, agar peneliti benar-benar dapat mengetahui
kelemahan dan kelebihan dari semua perlakuan (treatment) yang dilakukan.
Karena kondisi tertentu baik dari peneliti maupun faktor lain, maka peneliti
melaksanakan penelitian ini kurang lebih selama dua minggu setiap siklusnya.
Walaupun waktunya relatif singkat peneliti dapat mengetahui perkembangan
kemandirian belajar dan hasil belajar siswa.
3. Pengamatan yang peneliti lakukan dalam pelaksanaan pembelajaran masih
kurang efektif, karena perhatian peneliti terkadang kurang terfokus. Hal ini
disebabkan peneliti adalah guru mata pelajaran IPS di kelas VII A, sehingga
peneliti harus mengajar dan melakukan pengamatan.
4. Laporan penelitian yang disusun oleh peneliti masih banyak kekurangan, baik
penggunaan kata maupun susunan kalimatnya. Semua itu dikarenakan
keterbatasan kemampuan peneliti.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan
Penelitian tindakan kelas yang menerapkan pembelajaran kooperatif model
jigsaw dalam pembelajaran IPS untuk meningkatkan kemandirian belajar siswa dan
hasil belajar IPS telah selesai dilaksanakan dalam tiga siklus. Dalam setiap siklusnya
ada empat tahapan yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi.
Ketidakberhasilan dalam siklus akan diperbaiki pada siklus berikutnya. Adapaun
hasil penelitian selama tindakan dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw dalam Pembelajaran
IPS dapat Meningkatkan Belajar Mandiri Siswa
Kemampuan belajar mandiri siswa mengalami peningkatan dalam setiap
siklus. Komponen belajar mandiri terdiri dari minat, motivasi, mengatasi masalah,
rasa ingin tahu dan mengetahui makna belajar. Selama penelitian tindakan dari
siklus pertama sampai siklus ke III keberhasilan belajar mandiri siswa terlihat
nyata. Setelah melaksanakan PTK siswa lebih senang pada pelajaran IPS, IPS bukan
pelajaran yang sulit dan membosankan, siswa selalu belajar jika besok pagi ada
pelajaran IPS dan selalu mengerjakan tugas di rumah baik secara individu maupun
kelompok.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
2. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw dalam Pembelajaran
IPS dapat Meningkatkan Hasil Belajar
Pembelajaran kooperatif model jigsaw yang di desain dengan metode yang
bervariasi mampu meingkatkan hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa diperoleh
dari penilaian otentik (authentic assessment) selama proses pembelajaran, penilaian
tugas dan penilaian hasil belajar pada tiap selesai siklus. Ketrampilan guru dalam
memilih pendekatan, strategi, metode dan teknik pembelajaran akan meningkatkan
minat, motivasi dan semangat belajar siswa. Dengan semangat belajar yang tinggi
iklim belajar menjadi lebih kondusif dan hasil belajar meningkat. Setelah melakukan
tindakan dalam tiga siklus rata-rata ulangan harian IPS siswa mencapai 72,50 dan
ketuntasan klasikal sebesar 85%
B. Implikasi
Berdasarkan hasil temuan dan hasil penelitian tindakan kelas dengan
penerapan pembelajaran kooperatif model jigsaw untuk meningkatkan belajar
mandiri siswa dan hasil belajar IPS kelas VII A SMP Negeri 1 Buluspesantren dapat
diimplikasikan sebagai berikut :
1. Pelaksanan pembelajaran kooperatif model jigsaw berhasil meningkatkan belajar
mandiri siswa jika dilakukan dengan langkah yang tepat seperti menyajikan
topik yang menarik, siswa menentukan sendiri paket materi yang akan dipelajari
dan modifikasi bahan-bahan tertentu disusun secara obyektif untuk membantu
siswa dalam belajar. Belajar mandiri amat cocok untuk meningkatkan aspek
kognitif dan psikomotor, dengan fungsi gurunya sebagai fasilitator. Kemandirian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
siswa dalam belajar mengalami peningkatan apabila siswa memiliki ketertarikan
terhadap mata pelajaran, memiliki keinginan belajar, memiliki rasa ingin tahu
yang tinggi, dan mengetahui makna belajar.
2. Pembelajaran kooperatif model jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa
jika dilaksanakan dengan penilaian otentik (authentic assessment). Prinsip pokok
penilaian otentik adalah penilaian merupakan bagian tak terpisahkan dalam
proses pembelajaran, mencerminkan masalah dunia nyata, menggunakan
berbagai ukuran, metode, dan kriteria yang sesuai dengan esensi pengalaman
belajar dan bersifat holistik atau menyeluruh pada setiap komponen evaluasi
sehingga dapat mengukur berbagai kemampuan siswa. Hasil belajar dapat
diketahui dari perubahan tingkah laku yang mencakup aspek kognitif, afektif dan
psikomotorik yang bersifat kontinyu, positif permanen dan terarah.
3. Pembelajaran kooperatif model jigsaw kurang berhasil meningkatkan
kemandirian dan hasil belajar IPS pada siswa yang memiliki kecerdasan dibawah
rata-rata. Dalam PTK di kelas VII A ada 2 orang siswa RC dan PS Yang tetap
kurang maksimal dalam kemandirian maupun hasil belajar. Dua orang siswa
memiliki kemampuan akademik rendah dan tidak memiliki ketrampilan.
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, simpulan dan implikasi yang telah diuraikan
diatas dapat disampaikan saran sebagai berikut :
1. Seorang guru hendaknya kreatif dan lihai didalam memilih pembelajaran yang
tepat guna menumbuhkan kemandirian siswa dalam pembelajaran. Guru dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
memilih alternatif pembelajaran kooperatif model jigsaw guna meningkatkan
kemandirian dan hasil belajar siswa.
2. Guru dapat menerapkan pembelajaran kooperatif model jigsaw dengan
dimodifikasi berbagai metode dan teknik tertentu dengan tetap berprinsip pada
siswa sebagai subyek belajar (student oriented), masyarakat belajar (learning
community), permodelan (modelling), berbasis lingkungan (learning
environment) guna memperkaya pengalaman belajar siswa.
3. Guru hendaknya menerapkan penilaian otentik (authentic assessment), agar
mengetahui perkembangan hasil belajar siswa secara menyeluruh yang
mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.
4. Guru hendaknya berusaha melakukan perbaikan pembelajaran melalui penelitian
tindakan kelas, untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, sehingga
kemandirian dan hasil belajar meningkat.
5. Guru hendaknya sabar dan memberi perhatian lebih pada siswa yang memiliki
kecerdasan dibawah rata-rata karena daya nalar siswa lebih lambat dibanding
teman-temannya, sehingga sering minder dan tidak dapat memunculkan
kemampuannya.
6. Kepala sekolah hendaknya memberi kebebasan kepada guru untuk
mengembangkan profesi dengan banyak aktif di organisasi seperti MGMP dan
forum ilmiah guru serta memberi kesempatan kepada guru untuk mengikuti
pelatihan agar tidak ketinggalan informasi tentang kurikulum.
7. Kepala sekolah bersama komite hendaknya menyediakan sarana dan prasarana
serta sumber pembelajaran selaras dengan perkembangan kurikulum dan
perkembangan IPTEK.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
8. Peneliti lain dapat menerapkan penelitian sejenis untuk mengatasi pembelajaran
di kelas.
9. Peneliti lain dapat melakukan penelitian lebih lanjut guna menyempurnakan
kekurangan pada penelitian ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
DAFTAR PUSTAKA
Agus Suprijono, 2009. Cooperative Learning. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Arend Ricard I, 1997. Classroom Instruction and Management. Central Conecticut State University : The McGrow-Hill Compenies. Co
Ashar Arsyad, 2003. Media Pembelajaran. Jakarta : radja Grafindo Perkasa.
Bloom, Benjamin S et al,1977. Taxonomy of educational Objectives the Clasifications of Educational Goals, Hand Book I Cognitive Domain,New York : Longman
Dahar, R. IN.1989. Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga
Depdiknas, 2004. Panduan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.
Dimyati dan Mujiono, 2002. Belajar dan Pembelajaran, Jakarta : Rineka Cipta
Haris Mudjiman, 2007. Belajar Mandiri (Self-motivated Learning).Surakarta : LPP dan LPT Universitas Sebelas Maret
Gagne, Robert M, Leslie J. Briggs 1979. Principle of Instructional Design. NewYork: Holt, Rinehart and Winton.
Harjanto, 2006. Perencanaan Pengajaran. Bandung : Remaja Rosdakarya
H. Isjoni , 2009. Cooperative Learning. Bandung : Alfabeta
Hopkins, David.1993, A Teacher’Guide to Classroom Research. Buckingham: Open University Press.
Joyce, Bruce & Marsha Weil. 2003. Models of Teaching. Fifth Edition. New Delhi : Prentioce-Hall Of India Private Limited.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
Medsker, Karren L. & Kristina M Holdsworth. 2001. Models and Strategies for Training Design. New York : A Publication of the International Society for Perfomance Improfment.
Moleong, Lexy J. 1998. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Muhibin Syah, 1995. Psikologi Pendidikan Suatu pendekatan Baru. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Paul Suparno, 1997. Filsafat Konstruktivisme. Jakarta : Kanisius.
Piskurich. George M, 1993. Self-Directed Learning : A Partial Guide to Design, Development and Implemetation. Maryland : College Park.
Siberman, Melvin L, 1996. Active Learning 101 Strategies to Teach Any Subject. Boston : Allyn and Bacon.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta.
Slavin, 1995. Cooperative Learning Theory anp Practice. Second Edition. Boston. Allyn and Bacon Publisher.
Suharsimi Arikunto, Suharjono dan Supardi. 2007. Penelitian Tindakan Kelas Cetakan Keempat. Jakarta : Bumi Aksara.
Toeti Sukamto dan Udin saripudin Winatapura. 1996. Teori Belajar dan Model-Model Pembelajaran. Jakarta: Depdikbud.
Winkel, WS. 1983. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta : Gramedia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84