IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN BERBASIS NILAI · PDF fileMenurut H.D Iriyanto dalam bukunya...
Transcript of IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN BERBASIS NILAI · PDF fileMenurut H.D Iriyanto dalam bukunya...
1
IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN BERBASIS NILAI-NILAI
KARAKTER SEBAGAI SEBUAH UPAYA UNTUK MENINGKATKAN
KUALITAS PENDIDIKAN DI SEKOLAH SERTA SALAH SATU
INDIKATOR KEBERHASILAN GURU DALAM MENGAJAR
Oleh : IRMA
(Guru Biologi SMA Avicenna Jagakarsa)
ABSTRAK
Belajar adalah proses yang terjadi secara terus menerus pada diri seseorang sejak
dilahirkan. Proses pembelajaran yang berlangsung di sekolah harus dilengkapi dan
disinergiskan dengan proses pendidikan yakni sebuah proses transfer of values, dimana
dalam proses pendidikan ini seorang guru akan menuntun para siswa agar mereka tumbuh
menjadi manusia yang memiliki nilai-nilai karakter yang baik yang akan membawa siswa
kepada kebaikan di dunia dan akhirat. Saat ini kehidupan sosial remaja di masyarakat telah
mengalami pergeseran nilai, dimana prilaku dan tindakan seorang pelajar seringkali
melanggar norma dan nilai sosial yang ada. Berbagai kasus bullying di sekolah dan
tawuran dikalangan pelajar seringkali kita dengar mewarnai dunia pendidikan kita. ada
beberapa pendekatan dalam proses pengalihan nilai (transfer of values) dari pendidik
dalam hal ini guru, kepada peserta didik, yakni yang pertama melalui pendekatan
emosional, kedua dengan membina prilaku positif siswa yang dilakukan secara berulang-
ulang, dan yang ketiga adalah transformasi dan penanaman nilai-nilai disampaikan kepada
para siswa secara pasti, berkelanjutan, perlahan-lahan dalam nuansa kebersamaan dan
kekeluargaan. Adapun nilai-nilai karakter yang dapat diimplementasikan dalam
pembelajaran disekolah diantaranya adalah, nilai spritualitas atau ketakwaan, nilai
kejujuran, nilai kepedulian, nilai kepercayaan diri, nilai kedisplinan dan keberanian serta
nilai cinta tanah air. Jika nilai-nilai tersebut diimplementasikan secara baik dan simultan
serta berkelanjutan maka tujuan pendidikan nasional akan tercapai dan menjadi salah satu
bentuk keberhasilan bagi seorang guru.
Keyword: Pengajaran, Pendidikan, Nilai, Karakater,
2
A. PENDAHULUAN
Belajar adalah sebuah proses yang dialami seorang manusia sepanjang
hidupnya. Sejak dilahirkan seorang bayi senantiasa belajar banyak hal terutama dari
kedua orang tuanya. Ketika seorang bayi memasuki masa kanak-kanak biasanya para
orang tua mulai memperkenalkan pendidikan formal yakni sekolah, dimana melalui
pendidikan formal tersebutlah seorang anak akan terus belajar hingga dewasa sampai
akhirnya mereka akan terjun ke masyarakat dan mengabdikan hidupnya dan terus
belajar kepada lingkungannya dan kelak akan menjadi generasi yang meneruskan dan
menjalankan cita-cita bangsa.
Dalam proses pembelajaran di sekolah guru tentunya menjadi mitra orang tua
dalam mengajar dan mendidik anak-anak. Pembelajaran yang diberikan kepada siswa
di sekolah pada dasarnya haruslah menjadi paket pembelajaran yang lengkap.
Pembelajaran tidak hanya selalu mengedepankan aspek kognitif saja tetapi juga harus
menyeimbangkan dengan ranah afektif dan psikomotorik.
Menurut H.D Iriyanto dalam bukunya Learning Metamorfosis, Sekolah yang
hanya mengedepankan aspek kognitif saja, sesungguhnya mengingkari jati dirinya
sebagai lembaga pendidikan. Ki Hajar Dewantara membedakan antara pengajaran dan
pendidikan. Pengajaran dapat diartikan sebagai sebuah proses transfer of knowledge,
dimana dalam proses pengajaran seorang guru harus menyampaikan materi
pengetahuan yang dikuasai nya kepada siswa dan tentunya evaluasi dari proses
pengajaran adalah bertambahnya pengetahuan yang dimiliki oleh siswa dan hal tersebut
dapat terukur melalui deretan angka yang tertuang dalam laporan hasil belajar siswa.
Proses pengajaran disekolah tentunya harus dilengkapi dan disinergiskan
dengan proses pendidikan yakni sebuah proses transfer of values, dimana dalam proses
pendidikan ini seorang guru akan menuntun para siswa agar mereka tumbuh menjadi
manusia yang memiliki nilai-nilai karakter yang baik yang akan membawa siswa
kepada kebaikan di dunia dan di akhirat.
Pengajaran dan pendidikan harus berjalan dengan seimbang. Hal yang terjadi
saat ini dibanyak sekolah adalah lebih dikedepankannya aspek kognitif dan hasil belajar
siswa yang berupa deretan angka-angka dalam rangkaian ujian, dan menjadi tolak ukur
3
prestasi siswa, padahal ketika terjun dalam masyarakat, kecakapan hidup seseorang
serta karakter yang baik justru dinilai lebih utama.
Mungkin masih jelas dalam ingatan kita seorang mahasiswa dari sebuah
perguruan tinggi terkemuka yang bernama Ignatius Ryan Tumiwa yang mengajukan
judicial review dan membuat permohonan kepada mahkamah konstitusi agar
melegalkan haknya untuk bunuh diri. Hal tersebut didasari pada kesulitannya dalam
mencari pekerjaan padahal ia sudah menyelasaikan studi S2 nya dan mendapatkan IPK
yang sangat baik. Inilah mengapa proses penanaman nilai-nilai karakter itu penting dan
harus senantiasa diberikan melalui pembelajaran di sekolah mulai dari tingkat dasar
hingga menengah atas. Dan tentunya para guru memegang peran penting dalam setiap
pembelajaran yang dilakukannya. Para siswa tidak hanya kita didik untuk pandai dan
mendapatkan nilai yang baik, tidak hanya pandai menghafal dan kemudian
memindahkan tulisan-tulisan dari buku teks ke sebuah lembar jawaban dan
mendapatkan poin atau angka yang besar, tetapi para siswa harus kita bekali dengan
berbagai pengalaman yang dapat membangkitkan nilai-nilai karakter seperti kejujuran,
kemandirian, kedisiplinan, empati dan nilai-nilai lainnya yang kelak berguna bagi
kehidupan mereka di masyarakat serta membekali mereka kelak agar mampu
menyelesaikan berbagai masalah yang dihadapi, dan menjadi bagian dari solusi atas
sebuah permasalahan.
Banyak hal yang bisa dilakukan oleh guru di sekolah guna menghasilkan
pembelajaran yang efektif yang tidak hanya menuntut sisi kognitif siswa tapi juga
memberikan pengalaman baik dan membangun nilai-nilai karakter dalam diri siswa
yang kelak menjadi bekal dalam kehidupannya. Mengkreasikan pembelajaran dengan
menanamkan nilai-nilai kepedulian, kemandirian, kedisiplinan, empati, dan lain
sebagainya dapat dilakukan oleh para guru di sekolah baik secara perorangan di dalam
kelas ataupun bersinergis dengan civitas akademisi lainnya di sekolah, sehingga
pembelajaran yang dijalankan menjadi bermakna dan memiliki hasil yang positif bagi
perkembangan jiwa siswa.
4
B. PEMBAHASAN
1. Pentingnya Pendidikan Nilai-Nilai Karakter di Sekolah
Kepuasan bagi seorang guru dalam proses pembelajaran dapat dilihat dari
berbagai aspek. Pada umumnya seorang guru akan merasa puas dan menilai proses
pembelajaran yang dilakukannya berhasil jika seluruh siswanya mencapai nilai diatas
KKM (kriteria ketuntasan minimal) saat ulangan ataupun lulus dengan nilai yang baik
saat Ujian Nasional. Saat ini kehidupan sosial remaja dimasyarakat telah mengalami
pergeseran nilai, dimana prilaku dan tindakan seorang pelajar seringkali melanggar
norma dan nilai sosial yang ada. Berbagai kasus bullying di sekolah dan tawuran
dikalangan pelajar seringkali kita dengar mewarnai dunia pendidikan kita, belum lagi
penyalahgunaan obat-obatan terlarang atau narkoba, minuman keras, dan yang paling
membuat para guru miris adalah ketika ujian nasional berlangsung ditemukannya siswa
- siswa yang mencari dan menggunakan bocoran kunci jawaban demi sebuah kelulusan
dan sebuah angka yang fantastis diselembar kertas bertuliskan SKHUN (Surat
Keterangan Hasil Ujian Nasional).
Jika berbagai fenomena negatif yang terjadi dikalangan pelajar ini terus
dibiarkan, dimana nilai-nilai karakter semakin berkurang maka bangsa kita akan
menjadi bangsa yang lemah yang kalah dalam persaingan global serta menjadi bangsa
yang terpuruk. Sudah saatnya para guru di sekolah dan orang tua bersinergi untuk
menciptakan generasi yang baik. Sebagai guru yang berkecimpung dalam dunia
pendidikan sudah saatnya kita merubah pola pikir kita untuk tidak hanya sekedar
mengajar tetapi lebih mengedepankan proses mendidik, tidak hanya mencetak generasi
yang baik secara akademik tapi juga mencetak generasi yang unggul dalam nilai-nilai
karakter. Sudah saatnya para siswa kita ajak untuk belajar dengan “berpikir” bukan
sekedar “menghafal”. Menurut Rhenald Kasali dalam bukunya “Self Drinving” bahwa
proses pendidikan yang dijalani harus dimulai dari memperbaiki cara berpikir dan cara
menjalani kehidupan yang menantang. Saat ini banyak diantara siswa yang menempuh
pendidikan dan menjadi sarjana, tetapi tidak “belajar” karena umumnya mereka hanya
“menghafal” karena tanpa disadari terkadang para guru merasa sudah puas dengan
5
mengajarkan cara memindahkan isi buku ke kepala siswa sebagai bekal mempersiapkan
serangkaian ujian. Untuk itu perlu adanya perubahan dalam pola pembelajaran di
sekolah, sehingga tidak hanya mengajarkan hal-hal yang mengaktifkan aspek kognitif
siswa tapi juga aspek afektif sehingga siswa memiliki kecakapan hidup dan pengalaman
baik yang bisa menuntunnya menjadi pribadi yang baik.
Menurut Hj. Qiqi Yuliati dan H.A Rusdiana dalam bukunya “Pendidikan
Nilai”, ada beberapa pendekatan dalam proses pengalihan nilai (transfer of values) dari
pendidik dalam hal ini guru, kepada peserta didik, antara lain sebagai berikut:
a. Melalui pendekatan emosional; para guru berusaha mengaktifkan ranah afektif
siswa karena setiap anak yang lahir kedunia pada hakikatnya membawa sifat positif.
Setelah ranah afektif siswa aktif, para guru hendaknya menyampaikan ajaran moral.
Dalam kondisi ini peserta didik siap mencerna materi dan akan berbekas pada
jiwanya.
b. Membina prilaku positif siswa yang dilakukan secara berulang-ulang. Prilaku yang
diulang-ulang (repetition), semakin lama akan semakin tertanam secara dalam,
menjadi sebuah kebiasaan, sifat/karakter, dan pada akhirnya dapat menjadi bagian
dari kepribadian, dan kiranya dapat menghasilkan perubahan karakter yang luar
biasa.
c. Transformasi dan penanaman nilai-nilai disampaikan kepada para siswa secara
pasti, berkelanjutan, perlahan-lahan dalam nuansa kebersamaan dan kekeluargaan.
Transformasi nilai tersebut akan membentuk sifat, kebiasaan dan kepribadian.
Mengacu pada tiga point diatas maka sudah selayak nya para guru disekolah
mengimplementasikannya dalam pendidikan di sekolah, dan tentunya diperlukan
kreativitas, kesungguhan dan kerjasama yang baik dari setiap elemen yang ada di
sekolah. Pendidikan nilai harus menjadi core (intisari) dari pendidikan itu sendiri,
bahkan Philips Combs menyatakan bahwa value education or not all, tidak perlu ada
pendidikan jika tidak ada pendidikan nilai. Dengan pendidikan nilai diharapkan lahir
SDM dari para peserta didik yang berkualitas, yaitu manusia yang berakhlak mulia,
yang memiliki ketajaman hati nurani, yang hidupnya dikendalikan oleh kekuatan hati
nurani dalam mengendalikan unsur mental/pikiran, emosional dan fisikalnya.
Pendidikan yang mengedepankan nilai-nilai nurani (values of being), sebagai upaya
pembinaan terhadap nilai yang ada pada diri manusia, berkembang menjadi prilaku dan
cara kita memperlakukan orang lain.
6
2. Nilai-Nilai Karakter
Dalam kehidupan sehari-hari begitu banyak tantangan yang di hadapi oleh
setiap manusia dan untuk itu diperlukan keterampilan dan kecerdasan dalam mengatasi
berbagai persoalan yang ada. Dalam buku Multiple Intelegences dikatakan bahwa
kecerdasan emosional dan sosial diperlukan 80% sementara kecerdasan intelektual
hanyalah 20% saja. Untuk itulah perlunya penanaman nilai-nilai karakter dalam
pembelajaran di sekolah agar kelak kehidupan yang ada di masyrakat menjadi beradab.
Adapun nilai – nilai karakter tersebut yang harus dikembangkan dalam kegiatan
pembelajaran disekolah diantaranya adalah :
a. Nilai Ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa tertanam dalam
diri
b. Nilai Kejujuran dalam tiap tindakan
c. Nilai Kepedulian dan rasa empati baik terhadap lingkungan maupun masyarakat
d. Nilai Percaya diri dan memiliki kemandirian serta kematangan dalam berpikir
e. Nilai Kerja keras, berani dan memiliki daya juang yang tinggi
f. Nilai Kedisiplinan terhadap terhadap diri sendiri dan aturan yang ada di lingkungan
g. Nilai Cinta tanah air dan bangsa
3. Bentuk Implementasi Nilai-Nilai Karakter di Sekolah
Nilai – nilai karakter diatas pada dasarnya harus diimplementasikan dalam
proses pendidikan disekolah dan juga menjadi tolak ukur bagi kualitas pendidikan serta
keberhasilan guru dalam mengajar. Berbagai bentuk implementasi dari penanaman
nilai-nilai dapat dilakukan seperti diuraikan berikut:
a. Nilai Ketakwaan terhadap Tuhan YME
Nilai ketakwaan atau spiritualitas adalah nilai utama yang harus ditanamkan
dalam diri seorang siswa. Seorang guru harus dapat menumbuhkan dan terus
mengembangkan nilai spiritualitas dalam diri siswanya, sehingga dalam kehidupan
bermasyarakat para siswa memiliki benteng diri terhadap tingginya arus globalisasi
yang berdampak negatif. Dalam pembelajaran di kelas ada baiknya tiap guru senantiasa
7
mengawalinya dengan berdoa bersama, dimana segala sesuatu yang dimulai dengan doa
yang baik pasti akan mencapai hasil yang baik.
Kegiatan tadarus bersama juga dapat dilakukan diawal kegiatan pembelajaran
seperti di lima belas menit awal, begitu juga dengan sholat berjamaah di waktu-waktu
tertentu saat siswa berada disekolah seperti sholat dzuhur berjamaah. Jika hal ini
dilakukan secara berulang-ulang dengan terus memperhitungkan kualitasnya maka ini
akan menjadi sebuah pembiasaan dan kelak akan menjadi karakter yang baik bagi
siswa, sehingga beribadah dan selalu mengingat ke Esaan Tuhan bukan lagi menjadi
sebuah kewajiban yang harus terpaksa dijalankan tetapi dapat menjadi sebuah
kebutuhan yang akan selalu di cari oleh para siswa.
Selain membangun nilai ketakwaan hal ini juga dapat membangun kedekatan
emosinal antara guru dan siswa, dan sebagai guru tentunya memiliki siswa-siswa yang
bertakwa dan senantiasa menjalankan perintah agama dengan baik adalah sebuah
kepuasan dan keberhasilan karena tentunya masyarakat madani akan tercipta dari insan-
insan yang bertakwa.
Gambar 1. Kegiatan Khataman Quran di akhir tahun ajaran
b. Nilai Kejujuran
Kejujuran adalah hal yang sangat penting bagi setiap manusia. Menanamkan
kejujuran harus dimulai dari sejak dini, maraknya pemberitaan di media terkait
prilaku-prilaku negatif karena unsur ketidakjujuran dikhawatirkan dapat menjadi
contoh prilaku bagi para siswa. Untuk itu penanaman nilai kejujuran sangatlah utama.
8
Para siswa harus dididik menjadi pribadi yang jujur dalam setiap tindakan dan
perbuatannya.
Sebagai contoh pelaksanaan Ujian Nasional yang digulirkan oleh pemerintah,
seringkali dinodai oleh ketidakjujuran dari para peserta dimana ada diantara para
peserta UN yang mencoba mencari berbagai cara untuk mendapatkan nilai yang baik,
mencontek dan menggunakan kunci jawaban seringkali di lakukan oleh para peserta.
Ironisnya dibeberapa tempat bahkan pihak guru ikut terlibat dalam hal ketidakjujuran,
ini tentunya sangatlah tidak mendidik. Melalui ujian yang berskala nasional ini
pemerintah bertujuan mendapatkan pemetaan mengenai kualitas pendidikan serta
pemerataan pendidikan, tapi hingga kesekian tahun UN berjalan tujuan ini belum
optimal tercapai karena banyaknya ketidakjujuran.
Sebagai seorang guru, tentunya ini menjadi pekerjaan rumah yang harus terus
diselesaikan, membangun karakter kejujuran melalui pembiasan-pembiasaan setiap
harinya dan selalu memberikan motivasi kepada siswa agar para siswa dapat percaya
diri. Menjelang Ujian Nasional untuk memantapkan kepercayaan dirinya ada baiknya
sekolah mengadakan program Motivation Training, menghadirkan para tokoh yang
sukses melalui kerja keras dan kejujuran kelak dapat membuat siswa semakin
termotivasi untuk memberikan yang terbaik dan tentunya menjadikan UN tidak hanya
sebuah bentuk evaluasi yang terukur melalui angka-angka tetapi juga menjadi sebuah
test case kejujuran. Sehingga keberhasilan UN pada sebuah sekolah bukan lagi pada
tingginya nilai rata-rata yang diperoleh tetapi pada kejujuran yang terpatri dalam diri
para peserta didik sepanjang masa.
Gambar 2. Pelaksanaan UN sebagai sebuah test case kejujuran bagi siswa
9
c. Nilai Kepedulian
Ada pepatah yang mengatakan “bahwa sebaik-baiknya manusia adalah dia yang
paling bermanfaat bagi sekelilingnya”. Memiliki rasa empati dan kepedulian terhadap
lingkungan adalah nilai yang harus dicapai oleh seorang peserta didik. Mengajarkan
dan menanamkan rasa kepedulian dalam diri siswa adalah tugas dan tanggung jawab
seorang guru. Untuk membangun rasa kepedulian ini, banyak hal yang bisa
diimplementasikan melalui proses pembelajaran. Sebagai contoh dalam pembelajaran
biologi, tidak selamanya pembelajaran mengenai lingkungan hidup kita ajarkan di
dalam ruang kelas, tapi kita juga bisa mengajak siswa untuk peduli terhadap
lingkungan hidup karena pada hakikatnya manusia adalah bagian dari sebuah
ekosistem yang ada, bagian dari sebuah rantai makanan dan sudah selayaknya kita
ikut ambil bagian dalam menjaga keseimbangan ekosistem tersebut. Kegiatan
penanaman pohon dapat dilakukan di sekolah ataupun dilingkungan sekitar, tidak
hanya menanam tapi juga merawatnya, jika hal ini terus digiatkan dan dijadikan
sebuah pembiasaan maka rasa peduli terhadap lingkungan dapat tercipta dan menjadi
sebuah karakter dalam diri siswa. Kegiatan peduli lingkungan juga dapat dilakukan
dengan mengajak siswa untuk terlibat langsung dalam kegiatan kemasyarakatan
seperti halnya membuat lubang resapan biopori bersama-sama warga dilingkungan.
Rasa kepedulian dan empati terhadap sesama juga harus senantiasa
dikembangkan, agar kelak para siswa di waktu dewasa kelak menjadi bagian terbaik
dari sebuah masyarakat. Interaksi sosial tidak harus selalu diajarkan dalam pelajaran
sosiologi di ruang kelas tetapi juga dapat mengajak siswa turun langsung melihat
fenomena sosial dimasyrakat dan ikut berpartisipasi serta membantu masyarakat,
pemberian bakti sosial terhadap korban banjir, bakti sosial di kalangan masyarakat
pedesaan yang tertinggal, terlibat dalam kegiatan posyandu di masyrakat juga dapat
dijadikan praktek pembelajaran langsung bagi siswa dan tentunya ini jauh lebih
bermakna dan bernilai.
10
Gambar 3. Kegiatan Peduli Lingkungan “Save Our Mangrove”
d. Nilai Kepercayaan diri
Di sekolah terkadang kita menemui anak-anak yang tidak memiliki rasa percaya
diri, mendapati siswa – siswa seperti ini tentulah menjadi sebuah tantangan bagi
seorang guru, karena rasa percaya diri harus di bangun dan menjadi sebuah karakter
positif yang berkembang dalam diri siswa. Menumbuhkan rasa percaya diri tentunya
harus dilakukan melalui proses pembelajaran. Kadangkala sebagai seorang guru
seringkali kita mengambil alih hak siswa terutama hak siswa dalam menyelesaikan
sebuah masalah. Seringkali para guru terlalu tergesa-gesa membantu siswa untuk
meyelesaikan masalah, hal ini tentunya akan berdampak negatif dan membuat siswa
menjadi tergantung dan tidak percaya diri.
Kreativitas seorang guru dalam merancang program – program pembelajaran di
sekolah sangatlah diperlukan, kerjasama dari berbagai guru bidang studi haruslah
dilakukan untuk membuat program yang baik untuk siswa. Salah satu kegiatan yang
bisa melatih percaya diri siswa adalah program Karya Tulis Siswa. Melalui kegiatan
ini siswa dilatih untuk mengemukakan ide – idenya kemudian mengembangkannya
menjadi sebuah karya inovatif lalu menuliskan dalam sebuah tulisan sederhana yang
dapat dipertanggung jawabkan. Ini salah satu bentuk mengasah kepercayan diri siswa
karena pada prinsipnya ia telah mengembangkan potensinya dan ketika guru
menghargai proses tersebut maka rasa percaya diri pada siswa akan tumbuh.
11
Gambar 4. Sidang Karya Tulis Siswa sebagai sarana membangkitkan kepercayaan diri
e. Nilai Keberanian dan mau bekerja keras
Dalam masyrakat terkadang kita menemukan berbagai permasalahan sosial,
tingginya angka pengangguran dalam masyrakat hendaknya menjadi sebuah
kekhawatiran bagi para guru, sehingga para siswa di sekolah sejak dini selalu kita ajak
untuk melihat fenomena ini, karena suatu saat anak-anak harus lulus dari bangku
sekolah dan menghadapi persaingan kerja di masyarakat. Sekolah sebagai sarana
belajar formal sudah sepatutnya mempersiapkan para siswa nya untuk menjadi
pribadi-pribadi yang memiliki keberanian yang tingi untuk terjun ke masyarakat
kelak, mau bekerja keras dan memiliki daya juang yang tinggi. Karena persaingan
dalam mendapatkan pekerjaan tidak hanya terlihat dari lembaran ijasah-ijasah yang
dimiliki serta angka-angka dalam ijasah tersebut tapi yang lebih penting adalah
keterampilan dan keberanian serta semangat untuk berkarya. Minimnya lapangan
pekerjaan hendaknya menjadi dasar bagi sekolah untuk melatih dan mempersiapkan
para siswa untuk menjadi seorang entrepreneurship.
12
Salah satu bentuk program atau implementasi pembelajaran yang dapat melatih
keberanian siswa, serta semangat bekerja keras adalah kegiatan kewirausahaan atau
“Free Market” , sebagai praktikum pada pembelajaran ekonomi yang juga
mengerahkan aspek afektif pada diri siswa. Melalui kegiatan ini siswa dilatih untuk
berani menentukan pilihan dan juga berani mengambil resiko dari kegiatan wirausaha
yang dilakukan. Jika hal ini dirutinkan menjadi dan menjadi sebuah program unggulan
di sekolah maka jiwa entrepreneurship akan muncul dalam diri siswa dan kelak para
siswa memiliki modal keberanian dan kemampuan untuk diterapkan dan terus di asah
ketika ia terjun dalam masyarakat.
Gambar 5. Kegiatan Free Market
f. Nilai Kedisiplinan
Ketika berada di jalan raya ibukota yang cukup ramai tentunya seringkali kita
melihat ketidakdisplinan dalam berlalu lintas, adanya rambu-rambu dan marka jalan
seringkali diabaikan oleh para pengguna jalan raya. Ketidakdisiplinan ini tentunya
membawa dampak negatif yakni tingginya angka kecelakaan di jalan raya.
Ketidakdisiplinan pada sebagian orang ternyata sudah menjadi karakter yang sulit
dirubah, dan hal ini seringkali merusak citra dari sebuah organisasi. Karakter dan
penanaman nilai-nilai kedisiplinan siswa menjadi salah satu tanggung jawab bagi
13
seorang guru, tentunya ini didukung oleh berbagai stakeholder lainnya. Tata tertib
yang ada di sekolah haruslah menjadi panduan bagi setiap warga sekolah dalam
bertindak, tidak hanya siswa tapi guru maupun warga sekolah lainnya. Dalam
penerapan tata tertib di sekolah tentunya peran guru sangatlah diperlukan dalam hal
ini guru haruslah berperan sebagai pihak yang senantiasa terus mengingatkan siswa.
Ketika siswa melanggar tata tertib yang ada, maka sudah sewajarnya hukuman
atau punishment itu diberikan hal ini dapat menjadi sebuah efek jera dan pembelajaran
bagi siswa untuk tidak mengulanginya lagi. Jika ada punishment tentunya haruslah
ada rewards karena ini merupakan dua hal yang melekat dalam dunia pendidikan.
Ketika di satu sisi siswa diberikan hukuman atas pelanggarannya tentunya harus
ada penghargaan yang baik bagi siswa yang senantiasa mematuhi aturan yang ada, hal
ini bertujuan memotivasi siswa agar terus disiplin.
Gambar 6. Latihan Kedisiplinan dan Kepemimpinan Siswa
14
g. Nilai Cinta Tanah Air
Semangat kebangsaan dan cinta tanah air adalah sebuah nilai positif yang harus
dikembangkan di sekolah. Saat ini banyak pemuda yang terjerumus dalam alur
globalisasi yang negatif, mereka lebih mencintai hal-hal yang bernuansa kebarat-
baratan. Ini menjadi sesuatu yang harus di waspadai karena pada hakikatnya generasi
muda yang ada saat ini kelak suatu saat nanti yang akan mewarisi cita-cita bangsa dan
yang akan menjadi pemimpin-pemimpin bangsa kita. Kecintaan terhadap tanah air
harus selalu dibangkitkan dalam diri siswa, dan tentunya mengobarkan semangat cinta
tanah air bukan saja menjadi tugas dan tanggung jawab bagi guru PPKn ataupun guru
Sejarah tapi menjadi tanggung jawab semua guru.
Implementasi ataupun praktik penanaman nilai-nilai kebangsaan dapat
dilakukan melalui banyak cara, diantaranya peringatan hari-hari besar nasional,
dimana dalam kegiatan tersebut siswa dilibatkan dengan tujuan memahami makna
cita-cita luhur bangsa dan semakin memiliki kecintaan terhadap bangsa. Bentuk lain
dari implementasi penanaman nilai cinta tanah air dapat juga dilakukan melalui
kegiatan perenungan bersama para tokoh-tokoh pejuang di malam perayaan 17
Agustus, melalui cerita dari tokoh pejuang tersebut diharapkan para siswa dapat
merasakan semangat perjuangan dan kelak menjadi manusia yang senantiasa
menghargai jasa para pahlawannya, karena bangsa yang besar adalah bangsa yang
menghargai jasa pahlawannya.
Seminar kebangsaan juga dapat dilakukan sekali waktu di tingkat sekolah.
Bekerja sama dengan instansi atau lembaga pemerintahan secara langsung juga dapat
mengembangkan semangat kebangsaan. Melalui kegiatan ini siswa menjadi tahu hal-
hal apa saja yang sekiranya boleh dilakukan sebagai warga negara yang baik ataupun
yang tidak boleh dilakukan. Sehingga semakin banyak pengalaman yang dimiliki
siswa maka semangat cinta tanah air akan semakin melekat dalam diri siswa hingga
besar nanti, dan tentunya ini adalah sebuah keberhasilan bagi seorang guru pada
khususnya dan bagi dunia pendidikan pada umumnya.
15
Gambar 7. Kegiatan Malam Renungan Kemerdekaan
Gambar 8. Upacara bendera sebagai sebuah upaya penanaman nilai-nilai kebangsaan
16
Begitu banyak hal yang bisa dilakukan dan dikembangkan untuk mengasah
ketajaman nilai-nilai karakter pada siswa-siswa. Implementasi dan aplikasi di kelas-
kelas pada tiap-tiap bidang studi ataupun secara menyeluruh dan utuh melalui
rangkaian program sekolah. Jika hal ini terus digiatkan dan kelak melkat dan terpatri
dalam diri siswa tentunya kualitas pendidikan di Indonesia menjadi jauh lebih baik.
Para guru tidak hanya mengajarkan rangkaian materi yang dikuasai tetapi
nemposisikan diri sebagai guru kehidupan bagi para siswa. Keberhasilan bagi seorang
guru bukan lagi diukur dari tingginya nilai ujian yang diperoleh siswa tetapi lebih
kepada seberapa banyak seorang guru mengembangkan cara mendidik yang berbasis
nilai-nilai karakter dan mampu mencetak anak-anak yang berkarakter yang dapat
diandalkan dalam kehidupan bermasyarakat.
17
C. PENUTUP
a. Kesimpulan
Pendidikan bukanlah hanya sebuah proses transfer of knowledge tetapi
pendidikan juga mengedepankan kegiatan transfer of values. Proses pendidikan
disekolah harus menyeimbangkan aspek kognitif dengan aspek afektif dan aspek
psikomotorik. Keberhasilan seorang guru dalam mengajar bukan hanya ditandai oleh
tingginya nilai-nilai dalam ujian tetapi keberhasilan terbesar bagi seorang guru dalam
proses pendidikan adalah ketika mampu mengimplementasikan nilai-nilai karakter
dalam kegiatan pembelajaran di sekolah. Adapun nilai-nilai yang harus senantiasa di
tanamankan dalam diri siswa diantaranya adalah nilai ketakwaan, kejujuran,
kepedulian, keberanian, kepercayaan diri serta nilai cinta tanah air.
b. Saran
Belajar adalah proses yang berlangsung secara terus menerus dalam diri
seseorang sejak dilahirkan. Sebagai instansi formal yang bergerak di bidang pendidikan
sudah saatnya sekolah memfasilitasi siswa untuk menjadi pribadi yang baik tidak hanya
secara akademik tapi juga berkarakter baik, untuk itu perlu adanya sinergis yang baik
antara para guru di sekolah dengan stakeholder lain disekolah agar dapat
mengupayakan program-program pembelajaran yang juga mengedepankan aspek
pendidikan nilai dan pemberian penglaman baik bagi siswa yang akan digunakan untuk
masa depannya. Berbagai program pembelajaran dan kegiatan – kegiatan di sekolah
perlu di rancang dengan baik agar sekolah dapat mencetak siswa siswi yang unggul dan
berkarakter baik, dan tentunya ini akan menjadi sebuah kebanggan dan keberhasilan
bagi guru sebagai penggelut dunia pendidikan.
18
D. DAFTAR PUSTAKA
H.D Iriyanto. 2012. Learning Metamorphosis Hebat Gurunya Dahsyat Muridnya.
Jakarta: Esensi
J.S. Khairen. 2014. 30 Paspor Di Kelas Sang Profesor. Jakarta: Mizan
Qiqi Yuliati Zakiyah dan H. A Rusdiana. 2014. Pendidikan Nilai Kajian Teori dan
Praktek Di Sekolah. Bandung: Pustaka Setia
Rhenald Kasali. 2014. Self Driving.Jakarta: Mizan
Sardiman. A.M. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo
Persada