IMPLEMENTASI METODE SOROGAN DALAM PEMBELAJARAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/188/1/Laila...
Transcript of IMPLEMENTASI METODE SOROGAN DALAM PEMBELAJARAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/188/1/Laila...
IMPLEMENTASI METODE SOROGAN DALAM
PEMBELAJARAN KITAB FATHUL QARIB
DI PONDOK PESANTREN SALAFIYAH
ANNIBROS AL-HASYIMREKSOSARI
SURUH KABUPATEN SEMARANG
SKRIPSI
DiajukanUntukMemperolehGelarSarjanaPendidikan Islam
(S.Pd.I)
Oleh:
LAILA AROFATUH MUFIDAH
NIM: 111111225
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2015
MOTTO
Segala sesuatu membutuhkan proses
Dan Segala sesuatu membutuhkan usaha dan doa.
Selanjutnya kita serahkan pada Allah SWT
Yakinlah tidak ada usaha yang sia-sia.
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan untuk:
1. Kedua orang tua tercinta yaitu bapak Mufid Saifudin dan ibuUmi Sa’adah,
yang senantiasa selalu mencurahkan kasih sayang, mendidik dan
membimbingku, dan do’a restunya yang tak pernah putus serta nasihat-
nasihatnya yang selalu kurindukan.
2. Ketiga adikku tercinta Nur Aini Zulfa, Muhammad Safik Sodiq, dan Ahmad
Asiqur Rahmanyang senantiasa selalu membuatku semangat dalam belajar
dan membuatku lebih bertanggungjawab dalam segala hal.
3. Tunanganku yang sedang bertugas di Makassar yang selalu memberiku
semangat untuk menyelasaikan skripsi ini Andi Agustian.
4. Keluarga besarku yang tak henti- hentinya memberi semangat dan
bimbingan kepadaku.
5. Kepada beliau IbuDra. Ulfah Susilowati, M.SI selaku pembimbing skripsi
yang senantiasa selalu mengarahkan dan membimbingku dengan penuh
ketulusan dan kesabaran.
6. Dan untuk semua teman angkatan 2011 dan sahabatku Faizatul Ummah
yang selalu ada saat aku sedih maupun bahagia.
KATA PENGANTAR
الره حيم بسم الله حمن الره
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan yang
Maha Rahman dan Rahim yang dengan rahmat, taufik, serta hidayah- Nya skripsi
dengan judul Implementasi Metode Sorogan dalam Pembelajaran Kitab Fathul
Qarib di Pondok Pesantren Salafiyah Annibros Al-Hasyim Reksosari Suruh Kab.
Semarang Tahun 2015 bisa diselesaikan. Sholawat dan salam penulis haturkan
kepada bagindan Nabi Agung, Nabi Muhammad SAW, serta kepada para sahabat,
keluarga, dan orang yang senantiasa mengikuti dan mengamalkan ajaran- ajaran
Beliau.
Penulis mengakui dan sadar bahwa skripsi ini tidak akan selesai tanpa
motivasi, dukungan, bantuan, dan bimbingan dari berbagai pihak terkait. Sungguh
menjadi kebahagiaan yang tiada tara penulis rasakan setelah skripsi ini selesai.
Oleh karena itu penulis ucapkan terima kasih dengan setulusnya kepada:
1. Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Suwardi, M.Pd. selaku Dekan FTIK IAIN Salatiga.
3. Dra. Ulfah Susilawati, M. SI. selaku pembimbing yang telah mengarahkan,
membimbing, dan meluangkan waktunya dalam penulisan skripsi ini.
4. Teman- teman mahasiswa jurusan PAI angkatan 2011yang telah bersedia
meluangkan waktunya membantu penulis dalam pengambilan data skripsi ini.
5. Sahabat- sahabatku tercinta yang telah memberikan bekal baik material
maupun spiritual.
6. Seluruh pihak yang terkait dalam penulisan skripsi ini yang tidak dapat
penulis sebutkan satu- persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kata sempurna, banyak
kekurangan yang perlu diperbaiki baik dalam isi maupun metodologi. Untuk itu
penulis selalu mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari berbagai
pihak guna kebaikan penulisan di masa yang akan datang. Semoga skripsi ini
bermanfaat untuk penulis sendiri khususnya dan bagi para pembaca pada
umumnya.
Salatiga, 25 September 2015
Laila Arofatul Mufidah
NIM. 11111225
ABSTRAK
Mufidah, Laila Arofatul. 2015. Implementasi Metode Sorogan dalam Pembelajaran Kitab
Fathul Qarib di Pondok Pesantren Salafiyah Annibros Al-Hasyim Reksosari Suruh
Kab. Semarang Tahun 2015. Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas
Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing
Dra. Ulfah Susilawati, M.Si.
Kata Kunci: Internet, Perpustakaan, kitabdan Hasil Belajar
Metode sorogan adalah metode yang dilaksanakan dengan cara santri satu persatu
mendatangi kyai yang akan membacakan beberapa baris kitab bahasa Arab dan
mengartikannya kedalam bahasa tertentu, kemudian santri mengulangi dan
menerjemahkan seperti yang dilakukan kyai. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui:(1) Bagaimanakah Proses Pelaksanaan Metode Sorogan dalam Pembelajaran
Kitab Fathul Qarib di Pondok Pesantren Salafiyah Annibros Al-Hasyim Reksosari Suruh
Kab. Semarang Tahun 2015, (2) apa faktor pendukung dan faktor penghambat dalam
prose pelaksanaan Metode Sorogan dalam Pembelajaran Kitab Fathul Qarib di Pondok
Pesantren Salafiyah Annibros Al-Hasyim Reksosari Suruh Kab. Semarang Tahun 2015.
Untuk menjawab pertanyaan diatas, penelitian menggunakan pendekatan kualitatif.
Metode yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah metode observasi, metode
wawancara dan metode dokumentasi. Objek peneliti adalah pengasuh, pengurus, dan
sebagian santri di pondok pesantren Salafiyah Annibros Al-Hasyim Reksosari Suruh.
Temuan peneliti adalah (a) Proses Pelaksanaan Metode Sorogan dalam
Pembelajaran Kitab Fathul Qarib di Pondok Pesantren Salafiyah Annibros Al-Hasyim
Reksosari Suruh Semarang. Proses pelaksanaan pembelajaran di pondok pesantren
Salafiyah Annibros AlHasyim sudah berjalan dengan baik dan lancar, hal ini dibuktikan
dengan rencana pembelajaran yang tertuang dalam bentuk jadwal. Metode sorogan
dilaksanakan dengan santri satu persatu menyodorkan kita bnya kepada kyai, kemudian
kyai membacakan beberapa bagian dari kitab itu, dan santri mengulang bacaannya
dibawah tuntutan kyai sampai santri benar-benar dapat membacanya dengan baik. Bagi
santri yang sudah menguasai materi pelajaranya, maka akan ditambahkan materi baru.
Proses evaluasi dalam metode sorogan dilaksanakan secara langsung oleh kyai, apabila
ada santri yang salah, kyai langsung membenarkan kesalahan santri.(b)Faktor Pendukung
dan Faktor Penghambat dalam Metode Sorogan dalam Pembelajaran Kitab Fathul Qarib
di Pondok Pesantren Salafiyah Annibros Al-Hasyim Reksosari Suruh Semarang. Faktor
pendukungnya yaitukyai lebih bisa mengawasi dan membimbing santri secara langsung,
santri akan lebih mudah menguasai isi kitab, terjalinya hubungan yang harmonis antara
kyai dengan santri, kesalahan santri dalam membaca kitab dapat langsung diluruskan dan
dibenarkan oleh kyai, bertambahnya kemampuan gramatika (nahwu shorof) dan
pembendaharaan kosa kata bahasa Arab santri, dan kesempatan untuk lebih berkembang
bagi santri yang aktif dan memiliki kemampuan lebih dalam menerima materi dari santri
lainya. Sedangkan faktor penghambatnya yaitu minimnya pengajar, menghabiskan
banyak waktu, karena waktu untuk istirahat bagi santri dan kyai berkurang, metode
sorogan dianggap kurang efisien karena kyai hanya menangani satu santri, dan dalam
pembelajaran ini membuat santri mudah bosan.
DAFTAR ISI
SAMPUL ............................................................................................................. i
LEMBAR BERLOGO ......................................................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................................................... iii
PENGESAHAN KELULUSAN .......................................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ............................................................ v
MOTTO ............................................................................................................... vi
PERSEMBAHAN ................................................................................................. vii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... viii
ABSTRAK ............................................................................................................ x
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1
B. Fokus Penelitian .................................................................................. 6
C. TujuanPenelitian ................................................................................. 6
D. Kegunaan Penelitian............................................................................ 7
E. Penegasan Istilah ................................................................................. 8
F. Metode Penelitian................................................................................ 10
G. Sistematika Penulisan Skripsi ............................................................. 16
BAB II KAJIAN PUSTAKA ................................................................................ 19
A. Pembelajaran di Pondok Pesantren ..................................................... 19
1. Pengertian Pembelajaran ............................................................... 19
2. Pengertian Pondok Pesantren ........................................................ 20
3. Unsur-unsur Pondok Pesantren ..................................................... 21
4. Metode Pembelajaran di Pondok Pesantren .................................. 21
5. Tujuan Pembelajaran di Pondok Pesantren ................................... 28
B. Metode Sorogan .................................................................................. 29
1. Pengertian Metode Sorogan .......................................................... 29
2. Penerapan Metode Sorogan........................................................... 31
3. Kelebihan dan Kekurangan Metode Sorogan ............................... 32
C. Kitab Fathul Qarib............................................................................... 33
1. Pengertian Kitab Fathul Qarib ...................................................... 33
2. Ruang Lingkup Pembahasan Kitab Fathul Qarib ......................... 33
3. Isi Kitab Fathul Qarib.................................................................... 33
4. Tujuan Mempelajari Kitab Fathul Qarib ....................................... 36
BAB III PAPARAN DATA .................................................................................. 37
A. Gambaran Umum Pondok Pesantren Salafiyah Annibros Al-Hasyim
Reksosari Suruh Semarang ................................................................. 37
1. Sejarah Singkat berdirinya ............................................................ 37
2. Letak Geografis ............................................................................. 39
3. Visi dan Misi ................................................................................ 40
4. Struktur Korganisasi Kepeguruan ................................................. 42
5. Keadaan Ustadz ............................................................................. 44
6. Keadaan Sarana dan Prasarana.................................................... . 47
7. Tahun Ajaran dan Penerimaan Santri........................................... 49
8. Jenjang Pendidikan dan Jumalh Santri......................................... 50
9. Kurikulum Pendidikan Pondok Pesantren................................... 53
B. Metode Sorogan dalam Pembelajaran Kitab Fathul Qarib di pondok
Pesantren Salafiyah Annibros Al-Hasyim .......................................... 56
1. Kegiatan di pondok pesantren...................................................... 56
2. Pelaksanaan pembelajaran di pondok pesantren .......................... 57
3. Metode yang digunakan dalam pembelajaran kitab kuning di
pondok pesantren......................................................................... 57
4. Proses pembelajaran menggunakan metode sorogan.................... 58
5. Tujuan pembelajaran menggunakan metode sorogan................... 59
6. Kitab yang digunakan dalam metode sorogan.............................. 60
C. Faktor yang Mempengaruhi Metode Sorogan dalam Pembelajaran
Kitab Fathul Qarib di pondok Pesantren Salafiyah Annibros
Al-Hasyim........................................................................................... 61
1. Faktor Pendukung......................................................................... 61
2. Faktor Penghambat....................................................................... 62
3. Solusi untuk mengatasi hambatan................................................. 63
BAB IV ANALISIS DATA................................................................................. 65
A. Analisis Metode Sorogan dalam Pembelajaran Kitab Fathul Qarib
di Pondok Pesantren Salafiyah Annibros Al-Hasyim..........................65
B. Faktor yang mempengaruhi Metode Sorogan
dalam Pembelajaran Kitab Fathul Qarib di Pondok Pesantren
Salafiyah Annibros Al-Hasyim .......................................................... 67
BAB V PENUTUP ................................................................................................ 72
A. Kesimpulan......................................................................................... 72
B. Saran .................................................................................................. 73
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DAFTAR TABEL
1. Struktur Organisasi Kepengurusan........................................ 37
2. Tabel Keadaan Ustadz Pondok Pesantren.............................. 39
3. Tabel Rekapitulasi Santri Putra............................................. 45
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia adalah salah satu negara muslim terbesar di dunia, dimana
penduduk Indonesia mayoritas adalah muslim. Oleh sebab itu maka lembaga
yang berkembang di Indonesia banyak di warnai dengan pola pendidikan
Islam.Pendididkan Islam di Indonesia, jika kita melihat dari sejarahnya dan
perkembanganya hingga saat ini banyak mengalami kemajuan dalam berbagai
hal diantaranya adalah dalam pelaksanaanya, terdapat berbagai jenjang dan
jalur pendidikan. Berbagai jenjang dan jalur yang dapat di tempuh dalam
proses pendidikan adalah melalui berbagai jalur pendidikan. Di antaranya
jalur tersebut adalah pendidikan informal, jalur pendidikan formal, dan jalur
pendidikan non-formal.
Jalur pendidikan informal adalah jalur pendidikan yang dilaksanakan
melalui pendidikan keluarga, dengan menentukan dan melibatkan anggota
keluarga sebagai pendidik kodrati (Nawawi, 1993:185). Melalui jalur ini
peran utama yang dilibatkan dalam proses pendidikan adalah keluarga,
terutama ayah dan ibu.
Jalur pendidikan formal di sebut juga jalur sekolah, dari jenjang
terendah sampai jenjang tertinggi, termasuk juga madrasah dan sekolah.
Sekolah atau sejenisnya merupakan lembaga formal, karena kegiatanya
dilakukan secara sengaja, berencana dan sistematis, dalam rangka membantu
anak-anak mengembangkan potensinya, agar mampu menjalankan tugasnya
sebagai khalifah di muka bumi (Nawawi, 1993:194). Melalui jalur sekolah
seorang siswa akan berkembang dan akan menambah wawasan untuk dirinya.
Jalur pendidikan non-formal di sebut pendidikan luar sekolah, yang
berpengaruh langsung atau tidak atau tidak langsung pada perkembangan
anak-anak. Di dalam jalur ini terdapat kegiatan kursus-kursus, baik di bidang
umum maupun khusus di bidang keagamaan misalnya di pondok pesantren
(Nawawi, 1993:204).
Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan Islam yang dipimpin
oleh seseorang ulama atau kyai yang di dalamnya terdapat berbagai macam
kegiatan yang melibatkan para santri dan kyai (Dhofier, 1994:44).Melalui
jalur pesantren seorang santri akan di didik mandiri yaitu dengan tinggal
sementara di pondok pesantren. Dan di pesantren mereka akan dituntut untuk
mengikuti kegiatan yang ada di pondok pesantren yaitu mengikuti pelajaran
tentang agama Islam dan menerpakanya dalam kehidupan sehari-hari baik
untuk dirinya sendiri dan untuk lingkungan sekitar.
Dari segi historis pesantren tidak hanya identik dengan makna
keislaman, tetapi juga mengandung makna keaslian Indonesia. Sebab, lembaga
yang serupa pesantren ini sebenarnya sudah ada sejak pada masa kekuasaan
Hindhu-Budha (Nurcholish, 1997:3). Model pendidikan pesantren tentu
sedikit banyak juga terpengaruh oleh model pendidikan pola ritual Hindhu-
Budha.
Hal ini terbukti dari sistem pengajaran yang diterapkan di pesantren.
Terdapat kemiripan dengan tata laksana pengajaran dalam ritual keagamaan
Hindhu, dimana terdapat penghormatan yang besar oleh murid (santri) kepada
gurunya (kyai).
Kyai adalah sebuah elemen dari beberapa elemen dasar sebuah
pesantren. Begitu pentingnya keberadaan seorang kyai dalam lingkungan
sebuah pondok pesantren, hingga dapat diibaratkan jantung bagi kehidupan
manusia. Kyai dapat juga dikatakan tokoh non formal yang ucapan-ucapan
dan seluruh perilakunya akan di contoh oleh komunitas di sekitarnya. Kyai
berfungsi sebagai sosok model atau teladan yang baik (uswah hasanah) tidak
saja bagi para santri tetapi juga bagi seluruh komunitas di sekitar pesantren
(Nurcholish, 1997:3).
Dalam pembelajaran di pesantren diterapkan berbagai metode serta
model. Model dan metode tersebut diterapkan dengan melihat situasi kondiri
dan kepentingan dari masing-masing pesantren. Berbagai metode tersebut
diantaranya adalah metode sorogan, dan metode wetonan atau bandongan.
Sebagaimana yang di ungkapkan oleh Saerozi (2013:31) metode
sorogan diterapkan pada santri tingkat rendah. Mereka, seorang demi seorang
dengan membawa kitabnya, maju menghadap guru masing-masing. Guru
membacakan salah satu kalimat dalam Bahasa Arab, kemudian santri harus
menerjemahkan dan menerangkan maksud kalimat tersebut. Aktivitas santri
dalam metode tersebut adalah menyimak kitab dan memberikan tanda-
tandakhusus secara langsung pada teksnya. Keterampilan memberi tanda itu
disebut ngesahi.
Para santri yang sudah mampu mengikuti pelajaran dari seorang kyai
akan duduk berkumpul mengitari kyai. Ketika kyai tersebut membaca kitab,
santri memberikan tanda pada kitabnya. Inilah yang disebut dengan metode
wetonan. Di Sumatra dikenal dengan metode halaqoh.
Dalam proses pembelajaran wetonan, kyai memberikan pelajaran
terus-menerus. Setiap kali tatap muka, kyai selalu memberikan pelajaran baru.
Namun ia jarang mengevaluasi tingkat pemahaman santrinya. Para santri pun
pada umumnya sangat jarang melakukan tanya jawab dengan kyai. Tanya
jawab dengan kyai hanya di lakukan oleh santri yang penguasaan pelajaranya
sudah benar-benar tinggi. Sedangkan santri yang biasa-biasa saja mearsa
cukup bertanya pada guru bantu. Dari sinilah di ketahui bahwa hubungan
antara santri dengan kyai dan guru bantu pada umumnya bercorak ketaatan
tanpa batas. Ketaatan seperti ini sangat kondusif bagi tumbuhnya sikap taqlid
(Saerozi, 2013:31-32).
Salah satu upaya untuk mempersiapkan para santri sebagai penerus
ulama’ adalah mampu menguasai kitab kuning. Antara lain dengan
mengajarkan kepada mereka bagaimana mereka dapat membaca kitab kuning
dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah nahwu dan shorof. Kemudian
dapat memahami isinya dengan baik agar nantinya mereka memiliki
pengetahuan agama Islam yang mampu serta dapat menjawab setiap
permasalahan yang muncul.
Kendala yang muncul dalam mempelajari dan memahami kitab
kuning, bagi para santri antara lain, bahwa para santri belum memahami ilmu
nahwu dan shorof yang dijadikan alat atau kunci utama untuk membaca kitab
kuning. Sehingga, dalam pembelajaran mereka sangat lambat. Dengan
demikian, mereka tidak bisa memahami kitab kuning secara baik sebab
bahasanya saja tidak menguasai. Sehingga hasilpembelajaran kitab
kuningtidak maksimal, termasuk pondok pesantren Salafiyah Annibros Al-
Hasyim. Menjadi suatu kebanggaan tersendiri bagi penulis sebagai santri di
pondok tersebut ketika mengamati masih ada generasi muda di era moderen,
yang mau menyempatkan waktu untuk mempelajari dan mendalami
kitabkuning. Meskipun kesibukan atau aktifitas para santri banyak yang
padat. mayoritas santri di pondok pesantren Salafiyah AnnibrosAl-Hasyim
bukan hanya belajar khusus mempelajari kitab kuning. Akan tetapi, mereka
para santri juga belajar di sekolah umum. Disisi lain kebanyakan para santri
juga berasal dari luar daerah, ada juga yang berasal dari luar Jawa, diantaranya
berasal dari daerah Sumatra.
Kitab kuning yang di pelajari di pesantren dan yang dalam
pembelajarannya menggunakan metode sorogan salah satunya adalah kitab
Fathul Qarib. Kitab Fathul Qarib karangan Syech Muhammad bin Qasim as-
Syafi’i RA adalah termasuk kitab kuning. Pembahasan kitab ini mengenai
ruang lingkup fiqih.
Kitab ini diajarkan dibanyak pesantren sebagai kitab fiqih dasar,
disamping mempelajari kitab ushul fiqh, kitab fiqih mazhab Syafi’i ini ditulis
ulang dalam format blog dan rujukan terjemahan karya KH. Imron Abu Amar
terbitan Menara Kudus (kitab terjemahan Fathul Qarib).
Bertolak dari paparan diatas penulis tertarik untuk mengadakan
penelitian di pondok pesantren Salafiyah Annibros Al-Hasyim Reksosari,
kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang ini, dengan mengambil judul “
Implementasi Metode Sorogan Dalam Pembelajaran Ktab Fathul Qarib
di Pondok Pesantren Salafiyah Annibros Al-Hasyim Reksosari,
kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang tahun 2015”.
B. Fokus Penelitian
1. Bagaimana proses pelaksanaan metode sorogan dalam pembelajaran
kitab Fathul Qarib di pondok Pesantren Salafiyah Annibros Al-Hasyim
Reksosari, kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang?
2. Apa faktor pendukung dan faktor penghambat penerapan metode
sorogan dalam pembelajaran kitab Fathul Qarib di pondok Pesantren
Salafiyah Annibros Al-Hasyim Reksosari, kecamatan Suruh, Kabupaten
Semarang?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui proses pelaksanaan metode sorogan dalam
pembelajaran kitab Fathul Qarib di pondok Pesantren Salafiyah
Annibros Al-Hasyim Reksosari, kecamatan Suruh, Kabupaten
Semarang.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor pendukung dan penghambat penerapan
metode sorogan dalam pembelajaran kitab Fathul Qarib di pondok
Pesantren Salafiyah Annibros Al-Hasyim Reksosari, kecamatan Suruh,
Kabupaten Semarang.
D. kegunaan Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat berguna baik yang bersifat
teoritis maupun praktis, antara lain adalah:
1. Teoritis
Dapat menambahkan wawasan dan ilmu pengetahuan
tentang metode sorogan dalam pembelajaran kitab Fathul Qarib di
pondok Pesantren Salafiyah Annibros Al-Hasyim Reksosari,
kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang.
2. Praktis
a. Sebagai bahan pertimbangan pelaksanaan metode sorogan
dalam pembelajaran kitab Fathul Qarib di pondok pesantren
Salafiyah Annibros Al-Hasyim Reksosari, kecamatan
Suruh, Kabupaten Semarang.
b. Dapat dijadikan sebagai masukan pembelajaran kitab
kuning dengan menggunakan metode sorogan di pondok
pesantren Salafiyah Annibros Al-Hasyim Reksosari,
kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang.
E. Penegasan Istilah
1. Implementasi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Implementasi berarti
pelaksanaan atau penerapan. Susilo mengatakan bahwa implementasi
merupakan suatu penerapan, ide, konsep, kebijaksanaan, inovasi,
dalam suatu tindahan praktis sehingga memberikan dampak baik
berupa peruubahan pengetahuan, ketrampilan maupun nilai dan sikap
(2007:174).
Dalam penelitian ini implementasi diartikan sebagai pelaksana atau
penerapan dari metode sorogan.
2. Metode
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa
“metode” adalah “cara kerja yang bersistem untuk memudahkan
pelaksana kegiatan guna mencapai kegiatan yang telah ditentukan”.
Dari definisi tersebut dapat dikatakan bahwa metode mengandung arti
adanya urutan kerja yang terencana, sistematis, dan merupakan hasil
eksperimen ilmiah guna mencapai tujuan yang telah direncanakan
(Arief, 2002: 87).
3. Sorogan
Sorogan berasal dari bahasa jawa “sorog” artinya sodor. Jadi
sorogan mempunyai arti “sodoran”. Sorogan adalah pengajian yang
merupakan permintaan dari sesorang atau beberapa orang santri kepada
kyainya untuk di ajarkan kitab (Yasmadi, 2002:67).
4. Pembelajaran
Pembelajaran adalah suatu proses atau kegiatan yang sistematis
dan sistematik, yang bersifat interaktif dan komunikatif antara
pendidik (guru) dengan peserta didik, sumber belajar dan lingkungan
untuk menciptakan suatu kondisi yang memungkinkan terjadinya
tindakan belajar peserta didik, baik di kelas maupun diluar kelas (Azra,
1999:111).
Pembelajaran ialah suatu proses atau kegiatan yang sistematis
dan sistematik, yang bersifat interaktif dan komunikatif antara
pendidik (guru) dengan peserta didik, sumber belajar dan lingkungan
untuk menciptakan suatu kondisi yang memungkinkan terjadinya
tindakan belajar peserta didik, baik di kelas maupun di luar kelas
(Arifin, 2011:10).
5. Fathul Qarib
Kitab Fathul Qarib adalah kitab fiqih karangan Syech
Muhammad bin Qasim as-Syafi’i RA. Kitab ini diajarkan dibanyak
pesantren sebagai kitab fiqih dasar, disamping mempelajari kitab
ushul fiqh, kitab fiqih mazhab Syafi’i ini ditulis ulang dalam format
blog dan rujukan terjemahan katya KH. Imron Abu Amar terbitan
Menara Kudus (kitab terjemahan Fathul Qarib).
F. Metode Penelitian
1. Jenis dan pendekatan penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian lapangan. Di sini penulis
mengumpulkan data dari lapangan dengan mengadakan penyelidikan
secara langsung di lapangan untuk mencari berbagai masalah yang ada
relevansinya dengan penelitian ini (Muhadjir, 2002:38).
Dalam melaksanakan penelitian ini penulis menggunakan
penelitian kualitatif yaitu penelitian dengan melakukan penyelidikan
yang hati-hati, sistematika dan terus menerus terhadap suatu masalah
dengan tujuan dapat digumakan dengan segera untuk keperluan
tertentu (Nazir, 1993:30).
2. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitianya adalah Pondok Pesantren Salafiyah
Annibros Al-Hasyim Reksosari, kecamatan Suruh, Kabupaten
Semarang
3. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian kualitatif yang menjadi intrumen atau alat
penelitian adalah peneliti itu sendiri. Peneliti kualitatif sebagai human
instrument, berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan
sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas
data, analisis data, menafsirkan data dan membuat membuat
kesimpulan atas temuanya (Sugiyono, 2009:222). Begitu pula yang
dikatakan oleh Moleong yaitu, peneliti sebagai intrumen karena ia
merupakan peneliti sekaligus pelaksanaan, pelaksanaan pengumpulan
data analisis dan penafsiran data dan akhirnya menjadi pelopor-pelopor
hasil penelitianya. Pengertian intrumen atau alat penelitian di sini tepat
karena ia menjadi segalanya dari seluruh proses penelitian (2009:121).
4. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah:
a. Data Primer
Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan
data kepada pengumpul data (Sugiyono, 2009:225). Adapun
sumber data langsung peneliti dapatkan dari pengasuh, pengurus,
dan santri.
b. Data Sekunder
Sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung
memberikan data kepada pengumpul data (Sugiyono, 2009:225).
Dokumen yang digunakan meliputi lokasi pondok pesantren, profil
pondok pesantren, sejarah pondok pesantren, visi-misi pondok
pesantren. Peneliti menggunakan data sekunder ini untuk
memperkuat penemuan dan melengkapi informasi yang telah
ditemukan.
5. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data tentang metode sorogan dalam
pembelajaran kitab kuning yang di laksanakan dalam dunia pendidikan
di pondok pesantren Salafiyah Annibros Al-Hasyim penulis
menggunakan metode sebagai berikut:
a. Metode Pengamatan (Observasi)
Metode observasi adalah suatu metode penelitian yang di
gunakan dengan jalan pengamatan suatu objek dengan seluruh
indra, jadi observasi dapat dilakukan melalui penglihatan,
pendengaran, peraba, dan pengecap (Arikunto, 1999:146). Lebih
fokus lagi metode yang digunakan adalah pendekatan pengamatan
peserta yaitu, pendekatan yang bercirikan suatu periode interaksi
sosial yang intensif antara penelitian dengan subyeknya, di dalam
lingkungan subyek itu (Furchan, 1992:23).
Metode ini digunakan penulis sebagai metode utama dalam
mengumpulkan sebuah data yang dibutuhkan dalam penulisan
skripsi ini. Jalan yang dilakukan penulis yaitu dengan cara
pengamatan secara langsung terhadap pondok pesantren Salafiyah
Annibros Al-Hasyim Reksosari, Suruh, Kabupaten Semarang.
Dalam pengamatan ini yang diamati secara umum adalah,
semua kegiatan yang ada dalam pesantren. Akan tetapi, yang lebih
fokus adalah metode sorogan dalam pembelajaran kitab fathul qarib
yang dilakukan oleh pesantren ini.
b. Metode Wawancara/interview
Interview adalah kegiatan pengumpulan data dengan cara
bertanya langsung kepada responden (Arikunto, 1999:146). Antara
lain kiai atau pengasuh, para ustadz dan para santri dengan maksud
di wawancarai mengenai orang, kejadian, kegiatan, organisasi,
perasaan, motivasi, dan kepedulian (Moleong, 2002:135).
Metode ini di gunakan penulis sebagai metode bantu dalam
melakukan observasi yaitu, selain melakukan pengamatan, penulis
juga langsung bertanya terhadap responden apabila terdapat sesuatu
yang ingin di ketahui.
c. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi kami pergunakan untuk mencari data
mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, bahan yang
tertulis atau film. Namun dalam penelitian kualitatif ini
menggunakan pendekatan pribadi yaitu tempat orang
mengungkapkan dengan kata-kata sendiri, pandangan mereka
tentang seluruh kehidupan mereka atau beberapa aspek tentang diri
mereka sendiri (Furchan,1992:25).
6. Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara
sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan,
dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam
kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa,
menyusun dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan
dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh
diri sendiri maupun orang lain (Sugiyono, 2009:244).
Adapun langkah-langkah yang peneliti lakukan dilapangan
adalah sebagai berikut:
a. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan peneliti dengan menggunakan
metode wawancara, observasi, dan dokumentasi
b. Reduksi Data
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang
pokok, mengfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan
polanya (Muhadjir, 2002:6).
c. Penyajian Data
Penyajian data disini dibatasi sebagai sekumpulan
informasi yang memberi kemungkinan adanya penarikan
kesimpulan dan penarikan tindakan (Miles, 1992:16). Penyajian
data ini dilakukan supaya data dapat terorganisasikan dan mudah
dipahami.
d. Penarikan Kesimpulan
Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah merupakan
temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada (Sugiyono,
2009:253).
7. Pengecekan Keabsahan Data
Dalam memperoleh keabsahan data, maka peneliti menggunakan
teknik trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain (Moleong, 2009:331). Ada dua
macam trianggulasi yang digunakan, yaitu:
a. Trianggulasi sumber data
Trianggulasi sumber berarti, untuk mendapatkan data dari
sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama (Sugiyono,
2011:241).
b. Trianggulasi metode
Trianggulasi metode dilakukan dengan cara mengecek
derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik
penggumpulan dan pengecekan derajat kepercayaan beberapa
sumber data dengan metode yang sama (Moleong, 2011:331).
8. Tahap-tahap penelitian
Menurut Moloeng (2009:127-128) tahap-tahap penelitian kualitatif
harus memuat:
a. Tahap Pra Lapangan
Tahap pra lapangan yaitu memperhatikan segala macam
persoalan dan segala macam persiapan sebelum peneliti terjun
kedalam kegiatan penelitian berupa: menyusun rancangan
penelitian, mengurus perizinan kepada pihak pondok pesantren
Salafiyah Annibros Al-Hasyim, menjajaki dan menilai keadaan,
memilih dan memanfaatkan informasi, serta menyiapkan
perlengkapan penelitian.
b. Tahap Pekerjaan Lapangan
Pada tahap ini peneliti harus bersungguh-sungguh dalam
memahami latar penelitian dan mempersiapkan diri dengan segala
daya dan upayanya, memasuki lapangan dengan berperan serta
sambil mengumpulkan data.
c. Tahap Analisis Data
Pada tahap ini dianalisiskan konsep analisis data juga
dipersoalkan bahwa analisis data itu dibimbing oleh usaha untuk
menemukan data dan kesimpulan.
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi merupakan garis besar penyusunan
skripsi untuk mempermudah jalan pikiran dalam memahami secara
keseluruhan isi skripsi, maka penulis perlu merumuskan skripsi ini. Yang
meliputi tiga bagian.
1. Bagian Muka
Pada bagian muka ini yang meliputi: halaman judul, skripsi,
halaman nota persetujuan pembimbing, halaman pengesahan, halaman
motto, halaman persembahan, halaman kata pengantar, halaman daftar
isi tabel dan halaman daftar lampiran.
2. Bagian Isi
Bagian isi terdiri dari beberapa bagian bab, yaitu:
BAB I:PENDAHULUAN
Berisi latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, metode penulisan,
serta sistematika penulisan.
BAB II:LANDASAN TEORI
Meliputi:Pengertian pembelajaran, Pengertian pondok
pesantren, Macam-macam pondok pesantren, Berbagai metode yang
ada di pondok pesantren, Pengertian metode sorogan, Penerapan
metode sorogan, Kekurangan dan kelebihan metode sorogan, pengertian
kitab fathul qarib, ruang lingkup pembahasan kitab fathul qarib, Isi
kitab fathul qarib.
BAB III:PAPARAN DATA
Meliputi: Gambaran umum pondok pesantren Salafiyah
Annibros Al-Hasyim, Metode sorogan dalam pembelajaran Kitab
Fathul Qarib di pondok pesantren Salafiyah Annibros Al-Hasyim dan
faktor pendukung dan faktor penghambat metode sorogan dalam
pembelajaran kitab Fathul Qarib di pondok pesantren Salafiyah
Annibros Al-Hasyim.
BAB IV:PEMBAHASAN
Meliputi:proses pelaksanaan metode sorogan dalam
pembelajaran kitab Fathul Qarib di pondok pesantren Salafiyah
Annibros Al-Hasyim, faktor pendukung dan faktor penghambat metode
sorogan dalam pembelajaran kitab Fathul Qarib di pondok pesantren
Salafiyah Annibros Al-Hasyim, solusi yang di tempuh dalam mengatasi
faktor penghambat.
BAB V:PENUTUP
Dalam bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran.
3. Bagian Akhir
Pada bagian akhir, akan dilampirkan daftar pustaka, daftar
riwayat hidup dan lampiran-lampiran yang relevan dengan penelitian.
BAB III
PAPARAN DATA
A. Gambaran Umum Pondok Pesantren Salafiyah Annibros Al-Hasyim
Reksosari, Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang
1. Sejarah Singkat Berdirinya Pondok Pesantren Salafiyah Annibros Al-
Hasyim Reksosari, Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang.
Pondok Pesantren Salafiyah Annibros Al-Hasyim berdiri pada
tahun 1940. Pendirinya adalah KH. Hasyim bersama istri beliau yang
bernama H. Nyai Siti Khoiriyah. Pondok pesantren tersebut berdiri di atas
tanah milik pribadi yang mendapat dorongan dari masyarakat sekitar. KH.
Hasyim pada mulanya pertama kali menerima dan menampung para santri
putra dari lingkungan sekitar dan beberapa lama kemudian diikuti oleh
santri putra dari daerah lainya. Adapun santri putri waktu itu dikelola oleh
Kyai Abdul Syukur yang sekarang sudah berdiri sendiri pondok pesantren
putri dan pondok pesantren tersebut bernama pondok Pesantren Darul
Ulum Reksosari Suruh, yang sekarang dipimpin oleh Kyai Khalim.
Seiring dengan perkembangan zaman pondok pesantren Salafiyah
Annibros Al-Hasyim dituntut pula untuk menampung aspirasi masyarakat
yang membutuhkan pendidikan lebih mapan lagi. Untuk itu pada tahun
1950 KH. Hasyim bersama para tokok ulama’ sekitar mendirikan
Madrasah Diniyah dengan materi pelajaran khusus pelajaran agama saja.
Adapun lama belajar adalah 5 tahun pendidikan ini diwajibkan bagi santri
putra maupun putri.
Melihat keadaan santri pondok Salafiyah Annibros Al-Hasyim
kebanyakan membantu orang tua dan bekerja di lingkungan masyarakat
sekitar pondok maka pengajian Madrasah Diniyah dimulai ba’do Ashar
(15.30 RIB) kemudian dilanjutkan ba’da Magrib sampai ba’da Isya’ ( jam
21.00 WIB). Setelah itu istirahat dan dilanjutkan lagi ba’da Subuh sampai
jam 06.00 pagi. Proses pendidikan madrasah ini hanya dapat berjalan
sampai tahun 1961. Sebab KH. Hasyim wafat dan pada waktu itu belum
ada yang siap menggantikan kedudukanya.
Pondok pesantren Salafiyah Annibros Al-Hasyim mengalami
kekosongan pengasuh sampai pada tahun 1967, selama itu santri morat
maret tidak bisa menetap di pondok. Pada tahun 1967, cucu dari KH.
Hasyim pulang dari pesantren Klasem dan langsung diminta oleh para
kyai sekitar untuk menempati kedudukan KH. Hasyim yakni sebagai
pengasuh pondok pesantren Salafiyah Annibros Al-Hasyim.
Adapun nama cucu KH. Hasyim itu adalah K. M. Nur Salim
Mawardi dengan istrinya Nyai Mudrikah dan enam putra, setiap hari
secara tidak langsung beliau selalu memberikan contoh kepada santri-
santrinya untuk bercocok tanam atau bertani di sawah. Kiai Mawardi
menduduki sebagai pengasuh pondok pesantren selama 33 tahun sampai
tahun 1999. Karena sakit dan akhirnya meninggal dunia, kemudian
diganti putra beliau yang pertama yaitu K.M. Nur Salim Mawardi pada
tahun 2000.
Selang lima tahun K. M. Nur Salim Mawardi memimpin yang
tepatnya pada tahun 2005 beliau mengaktifkan kembali kegiatan-kegiatan
yang ada baik Madrasah Diniyah maupun pengajian pondok, selain itu
beliau juga membekali santrinya ketrampilan yang berupa kegiatan extra
pesantren antara lain: khitobiyah, qiroatul Qur’an, kaligrafi dan lainya.
Meskipun pondok ini merupakan pondok salafy atau tradisional
akan tetapi untuk ketrampilan lebih ditekankan bahkan dijadikan
kurikulum tambahan yang wajib di ikuti oleh semua santri terutama
ketrampilan pertanian yaitu bercocok tanam dan permebelan.
2. Letak Geografis
Berdasarkan observasi yang dilakukan ternyata pondok pesantren
Salafiyah Annibros Al-Hasyim di tengah-tengah desa Reksosari
Kelurahan Reksosari, Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang. Lokasi ini
terletak kurang lebih 1 km di tengah-tengah desa yang cukup padat
penduduknya, sehingga dari arah Barat dan Timur lokasi dibatasi oleh
rumah-rumah penduduk, sedang dari arah Utara dibatasi persawahan.
Sementara dari arah selatan dibatasi dengan jalan alternatif Gemolong-
Tingkir.
Pondok pesantren ini mempunyai luas 4000 m lahan praktik atau
persawahan yang terletak disebelah Utara pondok dengan keadaan tanah
yang subur serta cuaca yang sejuk dan nyaman. Hal ini sangat mendukung
proses penanaman padi, sayur-sayuran serta tanaman lainya (Hasil
wawancara tanggal 12 juni 2015).
3. Visi da Misi
Visi dan misi pendiikan dari sistem pendidikan yang ada di seluruh
pondok pesantren berbeda-beda belum ada keseragaman antara pondok
pesantren yang satu dengan pondok pesantren yang lainya. Secara umum
dapat dikatakan bahwa cita-cita dari Ulama dalam mendirikan pondok
pesantren adalah untuk mencetak insan-insan muslim yang tafaqquh fi al-
ddin, insan-insan muslim yang mendukung ajaran Allah secara utuh
(kaffah).
Adapun yang menjadi visi pondok pesantren Salafiyah Annibros
Al-Hasyim ini adalah: mempertahankan sifat wirai yang telah lama
dipegang oleh para ulama’ Salafy.
Sikap wirai (menjaga kehormatan dan kewibawaan diri sendiri)
tersebut antara lain:
a. Keikhlasan
Keikhlasan disini mempunyai arti kebersihan hati dari segala
perbuatan yang tidak baik, sehingga akan terciptalah hidup gotong
royong dan saling membantu satu sama lainnya, serta persatuan di
kalangan para santri dalam menegakkan ajaran Islam seperti yang di
perintahkan dalam Al-Qur’an dan Hadist.
b. Kesederhanaan
Hidup sederhana dan hemat benar-benar diterapkan dalam
kehidupan pesantren dan demikian juga dalam semangat tolong
menolong amat terasa di kalangan para santri di pondok ini yaitu
mereka mencuci pakaian sendiri, membersihkan kamar tidurnya
sendiri, menyetrika baju sendiri, mencuci piring sendiri, mandi rela
antri dan bahkan tidak sedikit dari mereka yang memasak sendiri.
c. Mewujudkan Lembaga Sosial Pendidikan yang Islami Bermutu Tinggi
dan Amanah
Misi pendidikan pondok pesantren Salafiyah Annibros Al-
Hasyim, secara umum yaitu membina para santri agar berkepribadian
muslim sesuai dengan ajaran-ajaran Islam serta menanamkan rasa
keagamaan tersebut di berbagai segi kehidupan, sehingga menjadi
orang yang berguna bagi masyarakat, bangsa dan negara.
Sedangkan misi pendidikan pondok pesantren Salafiyah Annibros
Al-Hasyim secara khusus dapat disebutkan sebagai berikut:
a. Mendidik para santri untuk menjadi Insan muslim yang bertaqwa
kepada Allah SWT, berakhlaq mulia, memiliki kecerdasan ketrampilan
serta sehat lahir batin.
b. Mendidik para santri untuk menjadikan manusia muslim selaku kader-
kader ulama dan muballigh berjiwa ikhlas, tangguh serta berjuang
menegakkan kebenaran Islam.
c. Mendidik para santri untuk menjadi yang dapat membangun dirinya
sendiri dan masyarakatnya untuk membangun, meningkatkan
kesejahteraan sosial masyarakat lingkunganya dalam rangka
membangun masyarakat bangsanya (Hasil wawancara dengan
pengurus pondok tanggal 13 juni 2015).
4. Struktur Organisasi Keperguruan Pondok Pesantren Salafiyah Annibros
Al-Hasyim Reksosari, Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang
Lembaga pondok pesantren dan lembaga madrasah diniyah yang
ada di Dukuh Reksosari di bawah naungan pondok pesantren Salafiyah
Annibros Al-Hasyim yang di ketahui oleh Bapak Kyai Nur Salim
Mawardi (pengasuh pondok).
Adapun struktur organisasi kepengguruan pondok pesantren ini
terdiri dari pengasuh atau pelindung yang membawahi secara langsung
pengurus harian. Pengurus harian ini bertugas melaksanakan kebijakan
yang digariskan pengasuhnya tentang pengelolaan pondok baik masalah
pendidikan maupun masalah rumah tangganya.
Persoalan pengurus dipilih melalui rapat tahunan oleh wakil-wakil
santri untuk kemudian diminta persetujuan dan pengesahan dari pengasuh
atau pelindung. Pengurus tersebut terdiri dari ketua umum, sekretaris,
bendahara dan wakil-wakil ketua pembantu umum serta dilengkapi
dengan departemen-departemen. Wilayah pondok pesantren ini dibagi
menjadi beberapa kompleks (unit bangunan asrama) yang setiap
kompleksnya dipimpin oleh seorang Rois Khos (ketua kompleks).
Adapun struktur kepengguruan pondok pesantren Salafiyah
Annibros Al-Hasyim susunanya sebagai berikut
SKEMA
STRUKTUR ORGANISASI KEPENGURUSAN
PONDOK PESANTREN AN NIBROS, AL HASYIM, AS SALAFY
PERIODE 2015
Pengurus
Ketua 1
Bendahara Ketertiban Sekretaris
Seksi-seksi
Perangan Pendidikan Perairan
kesehatan Kebersihan pembangunan
Keterangan:
1. Pengasuh : K.M Nur Salim Mawardi
2. Ketua : M. Yasin
3. Bendahara : Zakaria
4. Ketertiban : 1. Khoirun N
2. Ma’rufidin
5. Sekretaris : M. Sururi
6. Seksi Penerangan : Syaifullah
7. Seksi Pendidikan : 1. M. Yasin
2. M. Samudi
8. Seksi Perairan : 1. Mustofa
2. N. Aziz
9. Seksi Kesehatan : N. Aziz
10. Seksi Kebersihan : 1. Kirno
2. Heru W
11. Seksi Pembangunan : 1. S. Muslih
2. A. Sholeh
5. Keadaan Ustadz Pondok Pesantren Salafiyah Annibros Al-Hasyim
Reksosari, Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang.
Ustadz yang mengajar di pondok pesantren Salafiyah Annibros Al-
Hasyim dari lingkungan atau dari masyarakat sekitar pondok para ustadz
kebanyakan dari ustadz lulusan dari pondok pesantren dari Jawa Timur.
Ustadz yang mengajar di pesantren ini dibagi menjadi dua golongan yaitu
Ustadz yang berada di pesantren dan Ustadz part time atau guru tidak
tetap. Ustadz yang berada di pesantren merupakan ustadz yang bertempat
tinggal di pesantren tersebut yaitu bersama-sama bertempat tinggal
dengan para santri di asrama atau kompleks. Sedangkan ustadz part time
atau guru tidak tetap adalah ustadz-ustadz yang mengajar di pesantren
tetapi tidak tinggal di pondok (asrama). Akan tetapi beliau-beliau ini
berasal dari daerah di sekitar pesantren sehingga beliau-beliau datang ke
pesantren bila ada jam mengajar saja (hasil wawancara dengan ustadz
Mashudi tanggal 14 juni 2015)
Adapun ustadz-ustadz yang mengajar di pondok pesantren
Salafiyah Annibros Al-Hasyim dan Madrasah Diniyah tercantum dalam
tabel berikut ini:
TABEL 1
KEADAAN USTADZ PONDOK PESANTREN
AN NIBROS, AL HASYIM, AS SALAFY
No Nama Pendidikan Mata Pelajaran
1 K.Nur
Salim
Pondok Pesantren Ringin
Agung Jawa Timur
1. Risalatul Qurro
2. Ta’limul Muta’alim
3. Shorof
4. Alfiyah Ibnu Malik
2 Ustadz
Anwar
PondokPesantren
Tegalrejo Magelang
1. Maqsud
2. Fatkhul Muin
3. Taqrib Watarghib
4. Al Imrithi
3 Ustadz
Khoirul
Umam
Pondok Pesantren Al
Falah Ploso Jawa Timur
1. Al Jurumiyah
2. Amsilatut
Tasrifiyah
4 Ustadz
Hisyam
Pondok Pesantren Al
Fatah Jawa Timur
1. Tarikh
2. Sulam Taufiq
3. Abdurrorul
Badriyyah
5 Ustadz
Nuttaqin
Pondok Pesantren Ringin
Agung Jawa Timur
1. Mabadi’ Fiqih
2. Safinatunnajjah
6 Ustadz
Khazim
Pondok Pesantren Al
Falah Ploso Jawa Timur
1. Arba’in Nawawi
2. Tawahirud Bukhori
7 Ustadz
Khalim
Pondok Pesantren Al
Falah Ploso Jawa Timur
1. Shoheh Bukhori
2. Tafsir Jalalain
8 Ustadz
Mashudi
pondok Pesantren
Salafiyah Annibros Al-
Hasyim Reksosari, Suruh
1. Riyadhussolikhin
2. Qowaidul I’rof
9 Ustadz
Yaasin
Pondok Pesantren
Salafiyah Annibros Al-
Hasyim Reksosari, Suruh
1. Durotun Nasikhin
2. A’qidatul A’wam
10 Ustadz
Labib
Pondok Pesantren
Salafiyah Annibros Al-
Hasyim Reksosari, Suruh
Ketrampilan
permebelan
11 Ustadz Pondok Pesantren Ketrampilan pertanian
Rukamha
di
Salafiyah Annibros Al-
Hasyim Reksosari, Suruh
12 Ustadz
Ali
Shodiqin
Pondok Pesantren
Salafiyah Annibros Al-
Hasyim Reksosari, Suruh
Ketrampilan
peternakan
6. Keadaan Sarana dan Prasarana Pondok Pesantren Salafiyah Annibros Al-
Hasyim Reksosari, Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang.
Sarana dan prasarana merupakan salah satu unsur pendukung
pelaksanaan proses belajar mengajar serta mendukung pembelajaran
ketrampilan di pesantren ini. Dalam pengadaan sarana dan prasarana ini
sangat erat kaitanya dengan perolehan sumber dana ataupun lahan
praktek. Setelah pengadaan penelitian di pesantren Salafiyah Annibros
Al-Hasyim di ketahui bahwa sumber dana atau penyiapan lahan praktik
berasal dari satu orang saja, yaitu pendiri pesantren (KH. Hasyim
Almarhum). Hal ini senada dengan pendapat salah satu cucu KH. Hasyim
Almarhum:“Beliau (KH. Hasyim Almarhum) sebagai pendiri tunggal
sekaligus yang mengfasilitasi pesantren ini, terutama lahan pondok dan
areal sawah yang selama ini di kelola oleh para santri”.
Selain itu sebagai sumber dana tambahan berasal dari para santri
guna membeli peralatan pertanian dan peralatan mebel. Adapun sumber
dana yang lain yaitu berasal dari hasil penjualan padi, sayur-sayuran serta
hasil mebel yang semuanya itu di jual keluar daerah (Karanggede,
Wonosegoro, Suruh dan lainya).
Sementara untuk sarana dan prasarana yang ada di pondok
pesantren Salafiyah Annibros Al-Hasyim adalah:
a. Mushola dengan luas bangunan 12x7 m : 2 Mushola
b. Asrama kompleks A dengan luas bangunan 4x10 m : 5 Ruang
c. Asrama kompleks B dengan luas bangunan 7x12 m : 10 Ruang
d. Asrama kompleks C dengan luas bangunan 7x20 m : 7 Ruang
e. Asrama kompleks D dengan luas bangunan 6x15 m : 5 Ruang
f. Gedung madrasah lantai I seluas 9x20 m : 3 Lokal
g. Gedung madrasah lantai II seluas 9x20 m : 3 Lokal
h. Ruang teori dengan luas 7x10 m : 2 Lokal
i. Ruang tata usaha : 2 Ruang
j. WC : 8 Ruang
k. Kamar mandi : 3 Lokal
l. Lapangan volly : 1 Lokal
m. Alat transportasi : 2 Buah
n. Papan pengumuman : 1 Buah
o. Sumur dan tempat suci : 1 Lokal
p. Areal jemuran : 1 Lokal
q. Dapur : 2 Lokal
r. Papan tulis : 4 Buah
s. Meja belajar : 45 Buah
t. Kursi belajar : 100 Buah
u. Meja ustadz : 7 Buah
v. Kursi ustadz : 7 Buah
7. Tahun Ajaran dan Penerimaan Santri Pondok Pesantren Salafiyah
Annibros Al-Hasyim Reksosari, Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang.
Seperti lazimnya pendidikan-pendidikan yang dikelola oleh
Dinas Pendidikan Nasional (DIKNAS), maka pondok pesantren Salafiyah
Annibros Al-Hasyim memaknai sistem semester untuk mengadakan
evaluasi pembelajaran. Sementara untuk memualai ajaran baru,
perpindahan jenjang kelas maupun kelulusan santri dilakukan pertahun
dan sudah terbiasa dimulai pada tanggal 15 Syawal tahun Hijriyah.
Adapun penerimaan santri dalam pondok ini tidak mengacu pada
kebijakan Dinas Pendidikan Nasional (DIKNAS) akan tetapi mengacu
pada pengasuh atau pimpinan pondok itu sendiri yaitu menerima seluruh
santri dengan catatan dari pihak orang tua santri atau yang mewakili
memberikan kepercayaan kepada pimpinan pondok (pasrah) untuk
memberikan pendidikan kepada anak atau calon santri baru.
Dalam pondok Salafiyah Annibros Al-Hasyim, terdapat
madrasah diniyah Darul Ulum Reksosari Suruh yang setiap tahun sudah
terbiasa menerima murid baru dan meluluskan murid yang sudah
melewati jenjang kelasnya masing-masing. Adapun sistem penerimaan
murid di madrasah diniyah Darul Ulum Reksosari Suruh ini
menggunakan sistem pretest dan ambang lulus sekolah dasar untuk
mengetahui kelayakan atau kecakapan dan kecenderungan calon murid.
Adapun pretes untuk madrasah diniyah di pesantren ini meliputi bidang:
a. Ujian tulis (imla’ atau menulis Arab)
b. Ujian lisan (membaca Al-Qur’an, hafalan Juz Amma)
c. Ujian praktik (Wudhu, adhan, iqomah, shalat wajib, doa harian).
8. Jenjang Pendidikan dan Jumlah Santri Pondok Pesantren Salafiyah
Annibros Al-Hasyim Reksosari, Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang.
Pondok pesantren Salafiyah Annibros Al-Hasyim untuk
mencapai tujuan pendidikan yang telah dirumuskan menggunakan sistem
pendidikan yang sangat operasional baik itu materi pendidikan dan
pengajaran yang diajarkan di dalam kelas (pendidikan formal) maupun
yang diajarkan di luar kelas (pendidikan non-formal).
Adapun jenjang pendidikan yang diajarkan di dalam kelas
(formal) adalah sebagai berikut:
a. Tingkat Dasar 1 Ula
Diberikan kepada santri awal sebagai dasar dalam mempelajari
agama di pondok pesantren (madrasah diniyah)
b. Kelas II Ula
Setelah menamatkan tingkat dasar maka para santri melanjutkan ke
tingkat II yakni II Ula
c. Kelas III Ula
Setelah menamatkan tingkat II maka para santri melanjutkan ke
tingkat setelahnya yaitu III Ula
d. Kelas I Wustho
Setelah menamatkan III Ula maka santri melanjutkan ke jenjang lebih
tinggi yaitu I Wustho
e. Kelas II Wustho
Lanjutan dari kelas I Wustho adalah II Wustho.
Keterangan:
Dari tingkat I Ula sampai II Wustho tersebut dilaksanakan pada
waktu yang bersamaan yaitu pada:
1) Ba’da Dzuhur mulai pukul : 14.00-16.00 WIB
2) Ba’da Isya’ mulai pukul : 19.15-20.30 WIB
3) Ba’da Subuh mulai pukul : 05.00-06.00 WIB
Masa waktu pembelajaranya sampai lulus selama lima tahun.
f. Keterampilan yang dibekali kepada para santri dan merupakan
keterampilan wajib yaitu:
1) Pertanian atau bercocok tanam
2) Peternakan
3) Permebelan
Keterangan:
Waktu pembelajaran keterampilan ini adalah mulai pukul 08.00-
13.00 WIB.
Sedang pendidikan yang diajarkan di luar kelas (non formal)
adalah sebagai berikut:
1) Pengajian wetonan/bandongan
2) Pengajian sorogan
Sementara untuk tahun ini jumlah santri pondok pesantren
Salafiyah Annibros Al-Hasyim berjumlah 162 santri yang berasal
dari berbagai daerah di Indonesia baik itu dari provinsi jawa,
sumatra, kalimantan dan lain-lain. Berikut ini rekapitulasi
keadaan santri di pondok pesantrenSalafiyah Annibros Al-
Hasyim secara lengkap.
TABEL II
REKAPITULASI SANTRI PUTRA
TAHUN AJARAN 1431 HIJRIYAH
No Asal Daerah Jumlah
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Semarang
Gunung Pati
Kalimantan
Sumatra
Purwodadi
Magelang
Banyuwangi
Aceh
Boyolali
45 santri
20 santri
1 santri
10 santri
3 santri
27 santri
22 santri
1 santri
27 santri
10
11
12
Jakarta
Pekalongan
Riau
3 santri
1 santri
2 santri
Jumlah Keseluruhan 162
9. Kerikulum Pendidikan Pondok Pesantren Salafiyah Annibros Al-Hasyim,
Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang
Keberadaan pondok pesantren Salafiyah Annibros Al-Hasyim di
tengah-tengah masyarakat semakin di dukung oleh lingkungan desa
Reksosari. Kenyataan ini mendorong untuk berupaya melayani seluruh
lapisan masyarakat dari berbagai kebutuhan dari masalah sosial,
keagamaan/kemasyarakatan, pendidikan dan lain sebagainya.
Upaya-upaya yang telah dilakukan diantaranya Madrasah
Diniyah pondok pesantren, dan lama pendidikan yang di tempuh adalah
lima tahun. Pendidikan Diniyah tersebut wajib di ikuti oleh semua santri
tanpa terkecuali. Di samping itu juga di wajibkan mengikuti kegiatan
pengajian di luan madrasah.
Adapun kurikulum madrasah diniyah dalam pondok pesantren
ini adalah sebagai berikut:
a. Tingkat Dasar I Ula
Pada tahap awal materi yang di ajarkan antara lain:
1) Hidayatus Sibyan
2) Risalatul Qura’
3) Fasholatan
4) Al Qur’an
5) Mabadil Fiqih
6) Tuhfatul Atfal
7) Aq’datul Awam
8) Alala (Ta’lim Muta’alim)
b. Kelas II Ula
Adapun materi yang diajarkan di tingkat II Ula antara lain:
1) Ta’lim Muta’alim
2) Madharijul Su’ud
3) Safinatun Najjah
4) Risalatul Makhid
5) Al-Qur’an
c. Kelas III Ula
Adapun materi yang diajarkan di kelas III Ula antara lain:
1) Al Jurumiyah
2) Amsilatut Tasrifiyah
3) Sulam Taufiq
4) Sulam Munajat
5) Addurarul Bahiyah
6) Hadist Arba’in Nawawi
d. Kelas I Wustho
Setelah menamatkan kelas III Ula, maka santri melanjutkan ke
jenjang yang lebih tinggi yaitu I Wustho. Adapun pelajaran yang di
terima santri di I Wustho adalah sebagai berikut:
1) Al Imprithi
2) Matnul Ghoyah
3) Qowaidul I’rab
e. Kelas II Wustho
Lanjutan setelah I Wustho adalah II Wustho, adapun pelajarannya
antara lain:
1) Alfiyah
2) Fathul Mu’in
3) Jawahirul Bukhari
Keterangan:
Dari tingkat I Ula sampai II Wustho tersebut dilaksanakan pada
waktu yang bersamaan yaitu pada:
1) Ba’da dhuhur pukul : 14.00-16.00 WIB
2) Ba’da Isya’ pukul : 19.15-20.30 WIB
3) Ba’da Subuh : 05.00-06.00 WIB
B. Penerapan Metode Sorogan dalam Pembelajaran Kitab Fathul Qarib di
Pondok Pesantren Salafiyah Annibros Al-Hasyim Reksosari, Kecamatan
Suruh, Kabupaten Semarang
1. Kegiatan di Pondok Pesantren
Berdasarkan hasil penelitian mengenai kegiatan di pondok
pesantren dapat dilihat dari wawancara berikut:
“Kegiatan yang ada di pondok pesantren Salafiyah Annibros Al-
Hasyim menekankan pada mengaji al-Qur’an dan kitab kuning. Pengajian
Al-Qur’an dilaksanakan setelah Magrib dengan menggunakan metode
sorogan, karena santri menyodorkan Al-Quur’an kepada kyai, sedangkan
pembelajaran kitab kuning setelah sholat subuh, setelah ashar, dan setelah
isya’ dengan menggunakan metode sorogan dan wetonan”. (wawancara
dengan kyai Nur Salim tangga 22 Agustus 2015 di kediaman).
Sumber lain menyebutkan:
“kegiatan di pondok pensantren ada banyak yaitu shalat jama’ah,
membersihkan lingkungan pondok pesantren, menjaga pondok pesantren
(jadwal pos kampling), gotong royong, dan musyawarah bersama untuk
memecahkan masalah yang sedang dihadapi pondok pesantren” (hasil
wawancara dengan ustadz Muhammad Wahyudi tanggal 22 Agustus 2015
diruang kepengurusan).
Dari keterangan di atas dapat diketahui bahwa kegiatan yang ada di
pondok pesantren adalah lebih menekankan pada mengaji Al-Qur’an,
pembelajaran kitab kuning sholat berjama’ah dan kebersamaan semua
santri.
2. Pelaksanaan pembelajaran di pondok pesantren
Mengenai pelaksanaan pembelajaran di pondok pesantren dapat
dilihat dari hasil wawancara sebagai berikut:
“Sejak awal berdirinya pada Tahun 1940 pelaksanaan
pembelajaran di Pondok pesantren Salafiyah Annibros Al-Hasyim dibuka
yaitu dengan memadukan pembelajaran kitab kuning dan Al-Qur’an
(hasil wawancara dengan ustadz sururi tanggal 22 Agustus 2915 diruang
pengurus)
Sumber lain menyebutkan:
“Bahwa pelaksanaan pembelajaran di pesantren ini dimulai dari
setelah sholat subuh sampai malam sekitar jam 11, pelajanya kitab dan
al-Qur’an (hasil wawancara dengan ustadz Yasin tanggal 22 Agustus
2015 diruang kepengurusan).
“pembelajaran di pondok pesantren ini terdiri atas kyai, pengurus
dan santri. Dan yang menjadi tautadan yang harus dianut oleh semua
santri yang ada di pondok pesantren ini” (hasil wawancara dengan ustadz
Sururi tanggal 22 Agustus diruang kepengurusan).
3. Metode yang di gunakan dalam pembelajaran kitab kuning di pondok
pesantren
Menurut hasil wawancara mengenai metode pembelajaran yang
digunakan adalah sebagai berikut:
“Metode yang dipakai secara global kyai/pengurus membacakan
dan santri membaca satu-persatu, dan yang sedang kita giatkan adalah
kelompok individu, jadi santri langsung setor kepada kyai, menghafal,
menyampaikan materi dan diskusi” (hasil wawancara dengan kyai Nur
Salim tanggal 22 Agustus 2015 dirumah beliau).
“Metode yang digunakan adalah metode sorogan, wetonan atau
bandongan dan metode diskusi atau musyawarah. Metode sorogan yaitu
santri menyodorkan kitab kepada kyai. Metode bandongan yaitu kyai
membacakan kitab dan santri ngesahi atau memberi arti. Sedangkan
metode diskusi digunakan untuk memecahkan masalah yang belum
terselesaikan yaitu mencari jawaban dari masalah itu” (hasil wawancara
dengan ustadz Mahfudz tanggal 22 Agustus 2015 diruang kepengurusan).
Dari wawancara tersebut maka dapat diketahui metode
pembelajaran kitab kuning yang digunakan di pondok pesantren Salafiyah
Annibros Al-Hasyim adalah metode sorogan, metode wetonan atau
bandongan, dan metode musyawarah atau diskusi yang digunakan untuk
membahas masalah tertentu, biasanya masalah-masalah fiqih yang terjadi
dalam kehidupan masyarakat sehari-hari.
4. Proses pembelajaran menggunakan Metode sorogan
Hasil wawancara mengenai proses pembelajaran menggunakan
metode sorogan adalah sebagai berikut:
“pembelajaran menggunakan metode sorogan sangatlah
membantu santri dalam hal menghafal, memahami nahwu sorof, cepat
dalam memahami isi dari kitab dan kyai lebih dekat dengan santri” (hasil
wawancara dengan kyai Nur Salim tanggal 22 Agustus 2015 di rumah
beliau).
Metode sorogan ini sangat membantu karena lebih kena kepada
santri, terjalinya hubungan yang harmonis antara kyai dengan santri,
menambah kosa kata bahasa Arab, dan membuat santri lebih aktif” (hasil
wawancara dengan ustadz sururi tanggal 22 Agustus 2015 di
kepengurusan).
Dari wawancara tersebut maka dapat diketahui bahwa
pembelajaran menggunakan metode sorogan sangallah efektik dan sangat
membantu santri dalam hal menghafal dan memahami isi dari kitab
tersebut.
5. Tujuan pembelajaran menggunakan metode sorogan
Hasil wawancara mengenai tujuan pembelajaran menggunakan
metode sorogan adalah sebagai berikut:
“lebih kena terhadap sasaran (santri), lebih mantap, karena
santri akan lebih cepat paham materi atau isi dalam kitab tersebut” (hasil
wawancara dengan kyai Nur Salim tanggal 22 Agustus 2015 dirumah
beliau).
“antara Kyai dan santri lebih dekat dan santri lebih cepat
paham dengan pembelajaran menggunakan metode sorogan ini,
memperlancar untuk belajar, lebih bisa mengawasi santri” (hasil
wawancara dengan ustadz Muhammad Wahyudi tanggal 22 Agustus 2015
diruang kepengurusan).
“Untuk melatih ketrampilan santri dalam menerapkan nahwu
sorof yang dipelajari, memperdalam kitab yang di pelajari, menambah
kosa kata bahasa Arab” (hasil wawancara dengan ustadz Muhammad
Sururi tanggal 22 Agustus 2015 diruang kepengurusan).
Dari wawancara tersebut maka dapat diketahui bahwa tujuan
pembelajaran menggunakan metode sorogan adalah agar terjalin
hubungan yang harmonis antara kyai dengan santri, agar santri lebih cepat
paham, menambah kosa kata bahasa Arab, untuk melatih santri dalam
menerapkan nahwu sorof, dan lebih bisa mengawasi santri.
6. Kitab yang digunakan dalam metode sorogan
Adapun kitab-kitab yang dalam pembelajarannya menggunakan
metode sorogan sebagaimana hasil wawancara dengan kyai Nur Salim
tanggal 22 Agustus 2015 di rumah beliau sebagai tersebut:
“kitab –kitab yang memakai metode sorogan diantaranya kitab
safinatun najjah, tijan dhurori, jurumiyah, sulam taufiq, tijan, fathul
Qarib. Dan kitab yang sekarang juga masih meggunakan metode
sorogan adalah kitab Fathul Qarib” (hasil wawancara dengan).
C. Faktor yang mempengaruhi Metode Sorogan dalam Pembelajaran Kitab
Fathul Qarib di Pondok Pesantren Salafiyah Annibros Al-Hasyim
Reksosari, Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang
1. Faktor pendukung penerapan metode sorogan dalam pembelajaran kitab
Fathul Qarib
Hasil wawancara mengenai faktor pendukung pembelajaran
menggunakan metode sorogan adalah sebagai berikut:
“lebih kena kepada santri karena kiyai dan santri bertatapan
langsung, untuk melatih ketrampilan para santri dalam menerapkan nahwu
sharaf yang dipelajari, antara guru dan murid lebih dekat dan murid lebih
paham” (hasil wawancara dengan kyai Nur Salim tanggal 22 Agustus 2015
di rumah beliau)
“memperlancar untuk belajar kitab kuning, kiai lebih bisa
mengawasi santri, kesabaran para ustadz/kyai dalam membimbing para
murid/santri, ketekunan dan keuletan para santri dalam mengikuti sorogan,
santri lebih aktif, banyak menguasai kosa kata bahasa Arab, santri akan
lebih cepat paham dan cepat dalam menguasai materi yang ada dalam
kitab tersebut” (hasil wawancara dengan ustadz Muhammad Sururi tanggal
22 Agustus 2015 diruang kepengurusan).
“menjadikan santri lebih aktif untuk belajar, dan cepat paham
karena para santri menggunakan metode menghafal dan menambah kosa
kata bahasa Arab” (hasil wawancara dengan santri bernana Muhammad
Bilal pada tanggal 22 Agustus 2015 di aula pondok pesantren).
Dari hasil wawancara tersebut dapat diketahui manfaat
pembelajaran menggunakan metode sorogan yaitu agar menjadikan santri
lebih aktif, menambah kosa kata bahasa Arab, terjalin hubungan yang
harmonis antara kyai dengan santri, memperlancar untuk belajar kitab
kuning, santri dapat menerapkan nahwu sorof, santri cepat paham dalam
menguasai materi yang ada dalam isi kitab tersebut.
2. Faktor penghambat metode sorogan dalam pembelajaran kitab Fathul Qarib
Hasil wawancara mengenai faktor penghambat dalam
pembelajaran menggunakan metode sorogan, adalah sebagai berikut:
“pembelajaran menggunakan metode sorogan ini sebenarnya
kurang efektik karena santri yang maju membawa kitabnya itu satu persatu
sehingga membutuhkan waktu yang sangat lama jadi kendalanya pada
waktu dan energi Karena kegiatan pondok itu dari sebelum subuh santri
harus sudah bangun dan pengasuh maupun pengurus harus siap-siap untuk
sholat jama’ah di aula, dan setelah itu ada pembelajaran kitab kuning dan
pembelajaran kitab kuning itu mulai jam 9 malam sampai selesai, dan
kadang selesai sampai jam 12 malam” (hasil wawancara dengan kyai Nur
Salim tanggal 22 Agustus 2015 diruang kepengurusan).
“Karena kita mengajar di pesantren itu dari subuh sampai
malam, jadi hambatannya ya waktunya kurang buat istirahat dan banyak
energi yang terkuras,harus banyak sabar dan masih banyak santri yang
kesulitan dalam membaca kitab kuning” (hasil wawancara dengan ustadz
Yasin tanggal 22 Agustus 2015 diruang kepengurusan).
“kurangnya keaktifan ustadz atau kiai dan santri dalam
mengikuti sorogan dan selalu datang tidak tepat waktu, santri pagi sekolah
pagi, selesai sekolah sore, dan setelah itu mengikuti kegiatan pondok yaitu
dari mulai jamaah sampai ngaji al-Qur’an dan ngaji kitab, itupun selesai
sampai sangat malam” (hasil wawancara dengan santri bernama
Muhammad Sodiq tanggal 22 Agustus 2015 di aula pondok pesantren
putra).
Dari hasil wawancara tersebut kendala yang sangat di hadapi
adalah dalam hal waktu dan energi.
3. Solusi yang ditempuh untuk mengatasi hambatan pembelajaran
menggunakan metode sorogan
Dari wawancara mengenai solusi yang ditempuh untuk
mengatasi hambatan pembelajaran menggunakan metode sorogan,
solusinya adalah sebagai berikut:
“Cara mengatasi hambatanya yaitu dengan menambah guru
bantu agar kiyai ada yang membantu dan selesainya tidak membutuhkan
waktu yang lama, dan kyai maupun santri bisa mempunyai waktu istirahat
yang cukup, memberi sanksi kepada santri yang tidak ikut sorogan agar
dia jera, mengingatkan santri untuk aktif dalam setiap kegiatan yang ada
di pondok pesantren, menambah jam atau hari untuk proses belajar
menggunakan metode sorogan” (hasil wawancara dari kyai, pengurus, dan
santri tanggal 12 Agustus 2015 dilingkangan pondok pesantre).
Dari hasil wawancara diatas maka dapat diketahui solusi untuk
mengatasi hambatan pembelajaran menggunakan metode sorogan adalah
dengan menambah guru pengajar, mengingatkan santri untuk lebih aktif,
menambah jam atau hari agar jadwal tidak terlalu padat.
BAB IV
ANALISIS DATA
A. Metode Sorogan dalam Pembelajaran Kitab Fathul Qarib di Pondok
Pesantren Salafiyah Annibros Al-Hasyim Reksosari Suruh
Kab.Semarang.
Kegiatan pembelajaran yang ada di pondok pesantren Salafiyah
Annibros Al-Hasyim sudah terjadwal secara rinci. Sholat jama’ah setiap hari
dari sholat subuh, sholat dhuhur, sholat ashar, sholat magrib, dan sholat isya’.
Dan semua santri diwajibkan untuk mengikuti jadwal tersebut. Sedangkan
pembelajaran kitab kuning setelah sholat subuh, dan setelah sholat ashar.
Sedangkan untuk jadwal mengaji Al-Quran yaitu setelah sholat magrib.
Pembelajaran di pondok pesantren ini terdiri atas kyai, pengurus, dan
santri. Kyai mempunyai peranan penting dalam proses pengajaran di
lingkungan pondok pesantren, karena kyai diibaratkan sebagai jantung
kehidupan bagi semua manusia. Karena jumlah santri yang semakin banyak
maka kyai menambah guru bantu yaitu pengurus pondok yang dianggapnya
sudah mampu untuk menjadi guru bantu dan sudah menguasai isi dalam kitab
yang akan diajarkanya. Metode yang digunakan dalam pembelajaran kitab
kuning di pondok pesantren Salafiyah Annibros Al-Hasyim adalah melalui
metode sorogan, metode bandongan atau wetonan dan metode musyawarah
atau diskusi.
Metode sorogan merupakan salah satu metode konversional yang
dilakukan dipesantren dalam mengkaji kitab kuning, kegiatan ini biasanya
dilakukan dengan cara santri maju satu persatu untuk membaca dan
menguraikan isi kitab. Zamakshsyari Dhofier menyebutkan metode sorogan
ialah seorang murid mendatangi guru yang akan membacakan beberapa baris
Al-Qur’an dan kitab-kitab bahasa Arab dan menerjemahkan kata demi kata ke
dalam bahasa tertentu yang pada giliranya murid mengulangi dan
menerjemahkan kata perkata seperti yang dilakukan gurunya (1994:28).
Dalam pembelajaran kitab kuning di pondok pesantren Salafiyah Annibros Al-
Hasyim juga menggunakan metode tersebut, yaitu kyai menyuruh santrinya
untuk membaca kitabnya dengan tmenerjemahkan seperti yang dilakukan
kyainya.
Pembelajaran menggunakan metode sorogan perencanaannya atau
penyeluruhanya sangatlah efektif dan membantu dalam proses belajar
mengajar selain memudahkan santri dalam menguasai isi kitab, juga
membantu kyai dalam mengawasi santri. Karena proses pembelajaranya hanya
satu santri yang maju secara bergantian dengan membawa kitabnya.
Pendapat dari kyai Nur Salim tentang proses pembelajaran
menggunakan metode sorogan di pondok pesantren Salafiyah Annibros Al-
Hasyim:
“pembelajaran menggunakan metode sorogan sangatlah membantu
santri dalam hal menghafal, memahami nahwu sorof, cepat dalam memahami
isi dari kitab dan kyai lebih dekat dengan santri”.
Jadi proses pembelajaran menggunakan metode sorogan di anggap
efektik selain memudahkan kyai untuk bisa mengawasi santri, juga dapat
menjadikan santri lebih mudah untuk memahami isi kitab yang di sorogankan
dan akan lebih cepat untuk menambah kosa kata bahasa Arab.
Tujuan pembelajaran menggunakan metode sorogan yaitu agar terjalin
hubungan yang harmonis antara kyai dengan santri, agar santri lebih cepat
menghafal arti kitab dan dapat menambah kosa kata bahasa Arab, kyai lebih
bisa mengawasi santri karena proses pembelajaranya santri langsung bertatap
muka dengan kyai, agar menjadikan santri lebih aktif dalam menghafal dan
memahami isi kitab, dapat melatih santri dalam menerapkan nahwu srorofnya
dan kyai dapat mengawasi secara langsung proses belajar santri yaitu kyai
dapat mengetahui mana santri yang sudah paham dan mana santri yang belum
paham. Kitab yang digunakan dalam metode sorogan di pondok pesantren
Salafiyah Annibros Al-Hasyim untuk saat ini adalah kitab Fathul Qarib.
Dipilihnya kitab fathul qarib adalah karena isi kitab tersebut mempelajari
tentang ruang lingkup fiqih.
B. Faktor yang mempengaruhi Metode Sorogan dalam Pembelajaran Kitab
Fathul Qarib di Pondok Pesantren Salafiyah Annibros Al-Hasyim
Reksosari, Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang
1. Faktor pendukung
Faktor pendukung penerapan metode sorogan dalam
pembelajaran kitab Fathul Qarib. Menurut Arief (2002:152) ada beberapa
faktor pendukung penerapan metode sorogan dalam pembelajaran kitab
Fathul Qarib, antara lain adalah:
a. Terjadi hubungan yang erat dan harmonis anatar guru dengan murid
b. Memungkinkan bagi seorang guru untuk mengawasi, menilai dan
membimbing secara maksimal kemampuan seorang murid dalam
menguasai bahasa arab.
c. Murid mendapatkan penjelasan yang pasti tanpa harus mereka-reka
interpretasi suatu kitab karena berhadapan dengan guru secara
langsung yang memungkinkan terjadinya tanya jawab
d. Guru dapat mengetahui secara pasti kualitas yang telah dicapai
muridnya
e. Santri yang IQ-nya tinggi akan cepat menyelesaikan pelajaran (kitab),
sedangkan yang IQ-nya rendah ia membutuhkan waktu yang cukup
lama (Arief, 2002:152).
Sedangkan kelebihan pembelajaran kitab kuning menggunakan
metode sorogan menurut kyai Nur Salim Mawardi sebagai pengasuh
pondok pesantren Salafiyah Annibros Al-Hasyim adalah:
“lebih kena kepada santri, karena bertatapan langsung kepada
para santri, dan lebih bisa mengawasi santri, santri bisa memperdalam
tentang nahwu shorof dan bahasa Arab”.
Sedangkan kelebihan pembelajaran menggunakan sistem sorogan
menurut Ustadz Muhammad Sururi sebagai pengurus pondok pesantren
Salafiyah Annibros Al-Hasyim adalah:
“untuk melatih ketrampilan para santri dalam menerapkan
nahwu sharaf yang dipelajari, antara guru dan murid lebih dekat dan
murid lebih paham, memperlancar untuk belajara kitab kuning,
menambah kesabaran bagi para pengajar, santri lebih aktif, banyak
menguasai kosa kata bahasa Arab, santri akan lebih cepat paham dan
cepat dalam menguasai materi yang ada dalam kitab tersebut”.
Sedangkan pembelajaran menggunakan sistem sorogan menurut
Muhammad Bilal sebagai santri di pondok pesantren Salafiyah Annibros
Al-Hasyim adalah:
“lebih cepat paham isi kitab dan menjadikan kita aktif untuk
bertanya apbila tidak tau arti, menambah kosa kata bahasa Arab”.
Kesimpulan faktor pendukung proses pelaksanaan metode
sorogan adalah antusias para pengasuh, pengurus, dan santri. Dan
dukungan dari masyarakat sekitar, yang selalu ikut mengawasi kegiatan
pembelajaran yang ada di pondok pesantren Salafiyah Annibros Al-
Hasyim.
2. Faktor penghambat
Faktor penghambat metode sorogan dalam pembelajaran kitab
Fathul Qarib. Menurut Arief (2002:152) faktor penghambat metode
sorogan dalam pembelajaran kitab Fathul Qarib di pondok pesantren
Salafiyah Annibros Al-Hasyim adalah sebagai berikut:
a. Tidak efisien karena hanya menghadapi beberapa murid (tidak
lebihdari 5 orang), sehingga kalau menghadapi murid yang banyak
metode ini kurang begitu tepat
b. Membuat murid cepat bosan karena metode ini menuntut kesabaran,
kerajinan, ketaatan, dan disiplin pribadi
c. Murid kadang hanya menangkap kesan verbalisme semata terutama
mereka yang tidak mengerti terjemahan dari bahasa tertentu.
Kelemahan pembelajaran menggunakan metode sorogan menurut kiai
Nur Salim Mawardi sebagai pengasuh di pondok pesantren Salafiyah
Annibros Al-Hasyim adalah:
“waktu dan energi, karena membutuhkan waktu yang lama dan
menguras banyak energi. Karena sorogan dimulai dari jam 9 sampai selesai
dan selesainya sampai tengah malam”.
Kelemahan pembelajaran menggunakan metode sorogan menurut
ustadz Yasin sebagai pengurus di pondok pesantren Salafiyah Annibros Al-
Hasyim adalah:
“waktu, energi, kelelahan, istiqomah (rutin), karena kita mengajar
dan kegiatan terlalu padat, jadi kurang istirahat”.
Kelemahan pembelajaran menggunakan metode sorogan menurut
Muhammad Sodiq sebagai santri di pondok pesantren Salafiyah Annibros Al-
Hasyim adalah:
“menguras banyak otak karena kita belajar dari pagi sampai malam,
kurang istirahat karena jadwal yang terlalu padat”.
Kesimpulan kesulitan sistem pelaksanaan metode sorogan terletak
pada penguasaan ilmu bahasa Arab, khususnya pada ilmu nahwu dan
sorofnya.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Metode Sorogan dalam Pembelajaran di Pondok Pesantren Salafiyah
Annibros Al-Hasyim Reksosari Suruh Kabupaten Semarang
Proses pelaksanaan pembelajaran dipondok pesantren Salafiyah
Annibros Al-Hasyim sudah berjalan dengan baik dan lancar, hal ini
dibuktikan dengan rencana pembelajaran yang tertuang dalam bentuk
jadwal. Metode sorogan dilaksanakan dengan santri satu persatu
menyodorkan kitabnya kepada kyai, kemudian kyai membacakan
beberapa bagian dari kitab itu, dan santri mengulang bacaannya dibawah
tuntutan kyai sampai santri benar-benar dapat membacanya dengan baik.
Bagi santri yang sudah menguasai materi pelajaranya, maka akan
ditambahkan materi baru, sedangkan santri yang belum menguasai materi
harus mengulangi lagi. Proses evaluasi dalam metode sorogan
dilaksanakan secara langsung oleh kyai, apabila ada santri yang salah dan
kyai langsung membenarkan kesalahan santri.
2. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Metode Sorogan dalam
Pembelajaran Kitab Fathul Qarib di Pondok Pesantren Salafiyah
Annibros Al-Hasyim Reksosari Suruh Kabupaten Semarang
Faktor pendukung dalam proses pembelajaran menggunakan
metode sorogan yaitu kyai lebih bisa mengawasi dan membimbing santri
secara langsung, santri akan lebih mudah menguasai isi kitab, terjalinya
hubungan yang harmonis antara kyai dengan santri, kesalahan santri
dalam membaca kitab dapat langsung diluruskan dan dibenarkan oleh
kyai, bertambahnya kemampuan gramatika (nahwu shorof) dan
pembendaharaan kosa kata bahasa Arab santri, dan kesempatan untuk
lebih berkembang bagi santri yang aktif dan memiliki kemampuan lebih
dalam menerima materi dari santri lainya.
Adapun faktor penghambat dalam pembelajaran menggunakan
metode sorogan yaitu minimnya pengajar, menghabiskan banyak waktu,
karena waktu untuk istirahat bagi santri dan kyai berkurang, metode
sorogan dianggap kurang efisien karena kyai hanya menangani satu
santri, dan dalam pembelajaran ini membuat santri mudah bosan.
B. Saran
Berdasarkan hasil yang telah diperoleh selama melakukan penelitian,
sebagai tindak lanjut dari hasil penelitian ini, maka penulis kemudian
memberikan saran kepada kyai, pengurus, dan santri yang ada di pondok
pesantren untuk mengatasi kendala yang di hadapi dalam pembelajaran
menggunakan metode sorogan sebagai berikut:
1. Menambah pengajar, yaitu pengurus yang di anggap mampu dan sudah
memahami isi yang ada di dalam kitab tersebut
2. Membagi jadwal lagi, yang harusnya satu malam untuk seluruh santri,
maka akan di jadikan dua hari dan santri di bagi menjadi dua yaitu hari
pertama dan hari kedua
3. Selalu mengingatkan santri agar aktif dalam mengikuti sorogan
4. Memberikan sanksi kepada santri yang tidak mengikuti sorogan agar
santri mengikuti proses pembelajaran menggunakan metode sorogan
5. Kyai harus lebih memahami santri yaitu jangan terlalu banyak memberi
materi agar santri tidak banyak beban
6. Harus terjadi hubungan yang baik antara kyai dengan santri agar
memudahkan dalam proses belajar yang baik
7. Kegiatan yang tidak penting bisa ditinggalkan agar santri dapat belajar
dan dapat memahami apa yang akan di sorogan kepada kyai
8. Menyusun kembali waktu yang tepat dalam penerapan sorogan ini yang
sekiranya semua santri dapat mengikuti semuanya.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Muhammad. 2000. Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Ruhana.
Arief, Armai. 2002. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta:
Ciputat Press.
Arifin, Zaenal. 2011. Evaluasi Pembelajaran, Prinsip, Teknik, Prosedur.
Bandung: Remaja Rosdaknya.
Azizy A Qodri, Faiqoh, dan Mahmud. 2003. Pola Pengembangan Pondok
Pesantren. Jakarta: Ditpekapontren Ditjen Kelembagaan Agama Islam
Departemen Agama.
Azra, Azyumardi. 1999. Pendidikan Islam: Tradisi dan Modernisasi Menuju
Milenium Baru. Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu.
Daradjat, Zakiyah. 1994. Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah.CV
Ruhana.
Dhofier, Zamakhsari. 1994. Tradisi Pesantren. Jakarta:LP3IS.
Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama RI. 2003.
Pondok Pesantren dan Madrasah Diniyah. Jakarta: Direktorat Jendral
Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama RI.
Madjid, Nurcholish. 1997. Bilik-bilik Pesantren, Sebuah Potret Perjalanan.
Jakarta: Paramadina.
Masyhud, Sulton, M. 2003. Manajemen Pondok Pesantren. Jakarta: Diva Pustaka.
Moh, Roqib. 2009. Ilmu Pendidikan Islam Pengembangan Pendidikan Integratif
di Sekolah, Keluarga, dan Masyarakat. Yogyakarta: PT. LKS Printing
Cemerlang.
Moleong. Lexy. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda
Karya.
Muhammad, Asy-Syekh dan Ghazaly al-Qasim. 1991. Terjemahan Fathul Qarib.
Surabaya: Al-Hidayah.
Nawawi, Hadari. 1993. Pendidikan dalam Islam. Surabaya: Al-Iklas.
Nugroho, Riant. 2008. Kebijakan Pendidikan yang Unggul. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
N. K. Roestiyah. 1986. Masalah-masalah Keguruan. Jakarta: PT. Bima Aksara.
Rosyad, Aminudin. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Unhamka
Press.
Saerozi, Moh. 2013. Pembaharuan Pendidikan Islam, Studi Historis Indonesia
dan Malaysia 1900-1942. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Shabir, Muslih. 2010. Kajian Kitab Fiqih di Pondok Pesantren Salaf di Jawa
Tengah, Jawa Timur dan Daerah Istimewa Yogyakarka. Semarang: Balai
Penelitian dan Pengembangan Agama Semarang.
Sugiyono. 2009. Cetakan VIII. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan
R&G. Bandung: Alfabeta.
Susilo, Muhammad Joko. 2007. Manajemen Pelaksanaan & Kesiapan Sekolah
Menyongsongnya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Yasmadi. 2002. Modernisasi Pesantren Kritik Nurcholish Madjid Terhadap
Pendidikan Islam Tradisional. Jakarta: Ciputat Press.
Yunus, Mahmud. 1962. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: Mutiara
Sumber Widya.
Uniarso, dan Makmur, Haris Fathoni. 2010. Pendidikan Islam dan Krisis
Moralisme Masyarakat Modern. Jogjakarka: Ircisod.
PEDOMAN WAWANCARA I
Nama :
Usia :
Jabatan :
Pendidikan Terakhir :
Tempat Wawancara :
Wawancara hari/tanggal :
Waktu :
1. Kegiatan di pondok pesantren
a. Apa saja kegiatan yang ada di pondok pesantren?
b. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran di pondok pesantren?
2. Metode pembelajaran kitab kuning yang digunakan di pondok pesantren
a. Metode apa saja yang digunakan di pondok pesantren?
b. Bagaimana dengan proses pembelajaran menggunakan metode
sorogan?
c. Apa saja tujuan menggunakan metode sorogan?
d. Kitab apa yang di gunakan dalam metode sorogan tersebut?
3. Hamabatan dan faktor pendukung
a. Apa saja faktor pendukung proses pembelajaran menggunakan metode
sorogan?
b. Apa saja hambatan proses pembelajaran menggunakan metode
sorogan?
4. Solusi apa yang ditempuh untuk mengatasi hambatan atau probem yang
dihadapi
a. Bagaimana solusi yang di tempuh untuk mengatasi hambatan atau
problem yang dihadapi tersebut?
PEDOMAN WAWANCARA II
Nama :
Usia :
1. Kegiatan di Pondok Pesantren
a. Apa saja kegiatan yang ada di pondok pesantren?
b. Apakah anda selalu mengikuti kegiatan tersebut?
c. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran di pondok pesantren?
2. Metode pembelajaran di pondok pesantren?
a. Apa saja metode yang digunakan
b. Apa manfaat menggunakan metode sorogan?
c. Kitab apa saja yang diguanakan dalam metode sorogan?
d. Baimana penerapan metode sorogan menggunakan kitab fathul qarib
3. Faktor pendukung dan faktor penghambat
a. Apa saja faktor pendukung metode sorogan dalam pembelajaran kitab
fathul qarib?
b. Apa saja faktor penghambat metode sorogan dalam pembelajaran kitab
fathul qarib?
Dokumentasi wawancara dengan pengasuh, pengurus dan sebagian santri
Struktur organisasi pondok pesantren Salfiyah Annibros Al-Hasyim
Pelaksanaan sholat berjama’ah di pondok pesantren Salafiyah Annibros Al-
Hasyim
Pondok Pesantren Salafiyah Annibros Al-Hasyim
Kitab yang digunakan dalam proses pembelajaran menggunakan metode sorogan
Proses pelaksanaan pembelajaran menggunakan metode sorogan
Pelaksanaan pembelajaran menggunakan metode sorogan