IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DALAM …

16
MADRASCIENCE: Jurnal Pendidikan Islam, Sains, Sosial, dan Budaya p-ISSN: 2685-0397 Volume 1, Nomor 1, Juni 2019 (1-16) e-ISSN: 2685-6387 http://www.madrascience.com/index.php/ms Implementasi Layanan Konseling Kelompok dalam 1 Upaya Meningkatkan Konsentrasi Belajar Siswa IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DALAM UPAYA MENINGKATKAN KONSENTRASI BELAJAR SISWA Tita Astria MTs Negeri 1 Pangandaran, Jawa Barat, Indonesia [email protected] [email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan konsentrasi belajar siswa, hasil pengamatan menunjukan bahwa banyak siswa MTs Negeri 1 Pangandaran yang bermasalah dalam konsentrasi belajar yang berdampak pada kurangnya prestasi belajar siswa. Untuk mengatasi masalah tersebut perlu diberikan layanan yang bisa mengakomodir kepentingan sejumlah siswa tersebut secara bersama-sama seperti layanan konseling kelompok. Dengan implementasi layanan konseling kelompok diharapkan konsentrasi belajar siswa semakin meningkat untuk berprestasi yang terbebas dari kecemasan belajar. Impementasi layanan konseling kelompok yang digunakan disini yaitu suatu aktivitas penerapan pemberian bantuan dengan suasana kelompok dengan topik atau masalah yang bersifat pribadi dan rahasia dalam kelompok yang bertujuan untuk pengembangan pribadi, pembahasan dan pemecahan masalah pribadi yang dialami oleh masing-masing anggota kelompok. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilakukan dalam 2 siklus pada siswa kelas IX-A tahun pelajaran 2017/2018 yang berjumlah 35 siswa. Hasil penelitian (1) melalui implementasi layanan konseling kelompok dapat meningkatkan konsentrasi belajar untuk berprestasi yang bebas dari kecemasan, kondisi awal tingkat kecemasan tinggi 57.1% ke kondisi siklus I tingkat kecemasan tinggi 34.5% pada siswa kelas IX-A. MTs Negeri 1 Pangandaran. Jadi dengan adanya layanan konseling kelompok ini, tingkat kecemasan siswa menurun sehingga konsentrasi belajar siswa dapat meningkat. (2) melalui layanan konseling kelompok dapat meningkatkan konsentrasi belajar untuk berprestasi yang bebas dari kecemasan pada siswa kelas IX-A. MTs Negeri 1 Pangandaran Tahun pelajaran 2017/2018. Kata Kunci: Kecemasan Belajar, Konsentrasi Belajar, Konseling Kelompok ABSTRACT This study discusses increasing student learning, the results of observations show that many students of MTs Negeri 1 Pangandaran have problems in learning that increase student learning. To overcome this problem, it is necessary to provide services that can accommodate the interests of a number of these students together such as group counseling services. By implementing group counseling services, it is expected to increase students' learning for achievement that is free from improvement. Adding group counseling services used here is an activity of giving assistance with groups or problems related to personal and confidential in groups intended for personal development, discussion and solving personal problems needed by each group member. This research is a classroom action research conducted in 2

Transcript of IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DALAM …

Page 1: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DALAM …

MADRASCIENCE: Jurnal Pendidikan Islam, Sains, Sosial, dan Budaya p-ISSN: 2685-0397 Volume 1, Nomor 1, Juni 2019 (1-16) e-ISSN: 2685-6387 http://www.madrascience.com/index.php/ms

Implementasi Layanan Konseling Kelompok dalam 1 Upaya Meningkatkan Konsentrasi Belajar Siswa

IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DALAM UPAYA MENINGKATKAN KONSENTRASI BELAJAR SISWA

Tita Astria

MTs Negeri 1 Pangandaran, Jawa Barat, Indonesia [email protected]

[email protected]

ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan konsentrasi belajar siswa, hasil pengamatan menunjukan bahwa banyak siswa MTs Negeri 1 Pangandaran yang bermasalah dalam konsentrasi belajar yang berdampak pada kurangnya prestasi belajar siswa. Untuk mengatasi masalah tersebut perlu diberikan layanan yang bisa mengakomodir kepentingan sejumlah siswa tersebut secara bersama-sama seperti layanan konseling kelompok. Dengan implementasi layanan konseling kelompok diharapkan konsentrasi belajar siswa semakin meningkat untuk berprestasi yang terbebas dari kecemasan belajar. Impementasi layanan konseling kelompok yang digunakan disini yaitu suatu aktivitas penerapan pemberian bantuan dengan suasana kelompok dengan topik atau masalah yang bersifat pribadi dan rahasia dalam kelompok yang bertujuan untuk pengembangan pribadi, pembahasan dan pemecahan masalah pribadi yang dialami oleh masing-masing anggota kelompok. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilakukan dalam 2 siklus pada siswa kelas IX-A tahun pelajaran 2017/2018 yang berjumlah 35 siswa. Hasil penelitian (1) melalui implementasi layanan konseling kelompok dapat meningkatkan konsentrasi belajar untuk berprestasi yang bebas dari kecemasan, kondisi awal tingkat kecemasan tinggi 57.1% ke kondisi siklus I tingkat kecemasan tinggi 34.5% pada siswa kelas IX-A. MTs Negeri 1 Pangandaran. Jadi dengan adanya layanan konseling kelompok ini, tingkat kecemasan siswa menurun sehingga konsentrasi belajar siswa dapat meningkat. (2) melalui layanan konseling kelompok dapat meningkatkan konsentrasi belajar untuk berprestasi yang bebas dari kecemasan pada siswa kelas IX-A. MTs Negeri 1 Pangandaran Tahun pelajaran 2017/2018. Kata Kunci: Kecemasan Belajar, Konsentrasi Belajar, Konseling Kelompok

ABSTRACT This study discusses increasing student learning, the results of observations show that many students of MTs Negeri 1 Pangandaran have problems in learning that increase student learning. To overcome this problem, it is necessary to provide services that can accommodate the interests of a number of these students together such as group counseling services. By implementing group counseling services, it is expected to increase students' learning for achievement that is free from improvement. Adding group counseling services used here is an activity of giving assistance with groups or problems related to personal and confidential in groups intended for personal development, discussion and solving personal problems needed by each group member. This research is a classroom action research conducted in 2

Page 2: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DALAM …

MADRASCIENCE: Jurnal Pendidikan Islam, Sains, Sosial, dan Budaya p-ISSN: 2685-0397 Volume 1, Nomor 1, Juni 2019 (1-16) e-ISSN: 2685-6387 http://www.madrascience.com/index.php/ms

Implementasi Layanan Konseling Kelompok dalam 2 Upaya Meningkatkan Konsentrasi Belajar Siswa

cycles in students of class IX-A in the year of 2017/2018 which tests 35 students. The results of the study (1) through the implementation of group counseling services can improve learning for achievement that is free from the initial conditions 57.1% into the education cycle level of 34.5% in class IX students. A. MTs Negeri 1 Pangandaran. So with this group counseling service, the rate of increase in students is increasing. (2) through learning groups improve learning efficiency for achievement which frees from understanding in class IX students. A. MTs 1 Pangandaran Academic Year 2017/2018. Keywords: Group Counseling, Learning Anxiety, Learning Concentration

PENDAHULUAN Proses pembelajaran yang terjadi di sekolah merupakan suatu proses

interaksi antara guru dengan siswa. Guru adalah individu yang bertanggung jawab untuk mendidik, mengajar, dan mengarahkan siswa agar mampu menguasai suatu kompetensi tertentu. Sebagai seorang pendidik, guru dituntut untuk memiliki berbagai kompetensi. Pada Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 pasal 10 tentang Guru dan Dosen disebutkan bahwa kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kopetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional (Siswoyo,2007). Kompetensi-kompetensi tersebut menjadi penuntun bagi guru dalam mendidik serta mengajar siswa.

Setiap siswa mempunyai keterampilan yanng berbeda-beda dalam hal belajar, seperti keterampilan membaca, mendengar, dan menulis yang mereka peroleh dari pengalaman belajarnya yang sudah pasti akan berpengaruh dengan prestasi belajar. Dengan prestasi belajar yang tinggi berarti suatu tujuan dari kegiatan belajar mengajar tercapai dengan baik. Setiap guru tentunya berusaha semaksimal mungkin memberi materi pembelajaran sesuai kebutuhan siswa agar mereka mencapai prestasi belajar secara optimal, namun usaha guru juga belum tentu akan berhasil secara maksimal. Untuk mencapai prestasi yang optimal, diperlukan adanya usaha yang optimal. Dibutuhkan suatu konsentrasi dari siswa agar proses belajar mengajar sesuai dengan tujuannya. Dari hasil pengamatan di lapangan dimana peneliti bertugas banyak ditemukan siswa MTs Negeri 1 Pangandaran yang bermasalah dalam konsentrasi belajar, hal ini bisa dilihat dari banyaknya siswa yang mencontek, melamun, kurangnya fokus pandang, kurangnya perhatian, kemampuan menjawab yang rendah, kurangnya keinginan untuk bertanya, mengantuk pada saat pembelajaran berlangsung, suka ramai di kelas, mudah tersinggung, lesu atau malas belajar yang pada akhirnya berdampak pada nilai ulangan harian yang rendah atau prestasinya kurang.

Konsentrasi belajar merupakan faktor penentu keberhasilan siswa dalam rangka melakukan perubahan tingkah laku yang lebih baik. Konsentrasi belajar menurut Femi Olivia (2008) adalah pemusatan pikiran, atau terpusatnya perhatian terhadap informasi yang diperoleh seorang siswa selama periode belajar. Konsentrasi belajar dapat ditunjukan oleh beberapa hal diantaranya fokus pandang, adanya perhatian, kemampuan menjawab, bertanya, dan sambutan psikomotorik yang baik. Siswa yang mampu berkonsentrasi selama pelajaran akan memiliki daya ingat yang lebih tinggi serta mudah memahami apa yang dipelajari,

Page 3: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DALAM …

MADRASCIENCE: Jurnal Pendidikan Islam, Sains, Sosial, dan Budaya p-ISSN: 2685-0397 Volume 1, Nomor 1, Juni 2019 (1-16) e-ISSN: 2685-6387 http://www.madrascience.com/index.php/ms

Implementasi Layanan Konseling Kelompok dalam 3 Upaya Meningkatkan Konsentrasi Belajar Siswa

namun banyak siswa yang kehilangan konsentrasi belajar ketika proses pembelajaran berlangsung.

Siswa hendaknya mampu berkonsentrasi saat proses belajar mengajar berlangsung, seperti yang diungkapkan oleh Slameto (2010), menurutnya konsentrasi belajar memiliki pengaruh yang besar terhadap proses belajar. Jika siswa mengalami kesulitan berkonsentrasi, jelas berpengaruh terhadap proses belajarnya. Siswa yang dapat belajar dengan baik adalah siswa yang mampu berkonsentrasi, dengan kata lain siswa harus memiliki kebiasaan untuk memusatkan pikiran hal ini mutlak perlu dimiliki oleh setiap siswa yang belajar. Dalam kenyataan yang terjadi di lapangan siswa sering mengalami kesulitan untuk berkonsentrasi, hal ini disebabkan karena kurang berminat terhadap mata pelajaran yang dipelajari, terganggu oleh keadaan lingkungan (bising, keadaan yang semrawut, cuaca buruk dan lain-lain), pikiran yang kacau dengan banyak uurusan/masalah kesehatan (jiwa dan raga) yang terganggu (badan lemah), bosan terhadap mata pelajaran/sekolah, kecemasan dan lain-lain.

Keadaan lingkungan yang tidak kondusif akan menghambat siswa dalam memperhatikan pelajaran di kelas. Menurut dimyati dan Mudjiono (2009), perhatian mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan belajar. Dari kajian teori belajar pengolahan informasi terungkap bahwa tanpa adanya perhatian tak mungkin terjadi belajar.

Perhatian terhadap belajar akan timbul pada siswa apabila bahan pelajaran sesuai dengan kebutuhannya. Apabila bahan pelajaran itu dirasakan sebagai sesuatu yang dibutuhkan, diperlukan untuk belajar lebih lanjut atau diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, akan membangkitkan motivasi untuk mempelajarinya. Apabila perhatian alami ini tidak ada maka siswa perlu dibangkitkan perhatiannya agar siswa dapat menghadapi dan menjalani kegiatan belajar dengan baik.

Siswa yang dapat menghadapi dan menjalani proses belajar dengan baik dapat dikatakan sebagai siswa yang mampu berkonsentrasi dalam belajarnya. Belajar dalam arti luas dapat diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku yang dinyatakan dalam bentuk penguasaan, penggunaan, dan penilaian terhadap atau mengenai sikap dan nilai-nilai, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai bidang studi atau, lebih luas lagi, dalam berbagai aspek kehidupan atau pengalaman yang terorganisasi. Belajar merupakan perubahan individu yang disebabkan oleh pengalaman (Rifa’i dan Anni, 2009).

Perubahan perilaku tersebut tidak dengan mudahnya dapat berubah dengan baik, artinya ada faktor yang menghambat seseorang untuk mencapai perubahan dalam proses belajarnya. Masalah pembiasaan konsentrasi pada saat belajar banyak dialami oleh para pelajar terutama didalam mempelajari mata pelajaran yang mempunyai tingkat kesulitan cukup tinggi, misalnya pelajaran yang berkaitan dengan ilmu pasti, atau mata pelajaran yang termasuk kelompok ilmu sosial. Konsentrasi belajar semakin bertambah berat jika seorang pelajar terpaksa mempelajari pelajaran yang tidak disukainya.

Pentingnya konsentrasi belajar pada siswa sangat menentukan prestasi belajarnya, konsentrasi belajarnya tersebut dapat dilihat dari fokusnya siswa ketika

Page 4: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DALAM …

MADRASCIENCE: Jurnal Pendidikan Islam, Sains, Sosial, dan Budaya p-ISSN: 2685-0397 Volume 1, Nomor 1, Juni 2019 (1-16) e-ISSN: 2685-6387 http://www.madrascience.com/index.php/ms

Implementasi Layanan Konseling Kelompok dalam 4 Upaya Meningkatkan Konsentrasi Belajar Siswa

belajar. Agar dapat berkonsentrasi dengan baik (untuk mengembangkan kemampuan konsentrasi lebih baik) perlu diusahakan beberapa hal misalnya, pelajar hendaknya berminat atau punya motivasi yang tinggi, ada tempat belajar tertentu dengan meja belajar yang bersih dan rapi, mencegah timbulnya kejemuan/ kebosanan, menjaga kesehatan dan memperhatikan kelelahan, menyelesaikan soal/ masalah-masalah yang mengganggu dan bertekad untuk mencapai tujuan/hasil setiap kali belajar.

Siswa yang mampu berkonsentrasi saat proses belajar mengajar berlangsung ialah siswa yang berada dalam keadaan sedang memperhatikan. Artinya siswa tersebut dapat mengarahkan indra atau sistem presepsinya untuk menerima informasi tentang sesuatu yang sedang diterimanya, namun tidak semua siswa melakukan hal itu dengan baik. Sering munculnya off task behavior didalam kelas sangat menghambat kegiatan belajar siswa, yaitu perilaku yang muncul selama mengikuti proses pembelajaran tetapi tidak mendukung kegiatan belajar. Seperti tidak semangat mengerjakan tugas, bicara sendiri selama mengikuti pelajaran, menulis atau menggambar yang tidak relevan dengan kajian bidang studi yang sedang diikuti, menyontek, melamun ketika mengikuti pembelajaran, dan lain-lain (Sunawan, 2009: 6).

Salah satu penyebab siswa tidak mampu berkonsentrasi adalah munculnya kecemasan pada diri siswa. Kecemasan yang dialami siswa di sekolah bisa berbentuk kecemasan realistik, neurotik atau kecemasan moral. Di sekolah, banyak faktor pemicu timbulnya kecemasan pada diri siswa, yakni:

1) Faktor penyebab timbulnya kecemasan yang berasal dari kurikulum; 2) Kecemasan pada siswa yang bersumber dari faktor guru; 3) Kecemasan pada siswa yang bersumber dari faktor manajemen sekolah.

Sumber kecemasan yang paling menonjol yang paling banyak dialami siswa di sekolah selain hubungan dengan guru adalah kekhawatiran akan mengalami kegagalan dalam ujian atau tes. Berdasarkan hasil analisis kebutuhan melalui program check list pada awal tahun pelajaran untuk acuan pembuatan program BK diketahui bahwa di MTs Negeri 1 Pangandaran, masalah yang banyak dialami siswa yang berkaitan dengan konsentrasi belajar adalah kecemasan. Dan presentase paling tinggi adalah kecemasan dalam menghadapi tes atau ujian.

Mengingat kecemasan berdampak negatif terhadap pencapaian prestasi belajar dan kesehatan fisik atau mental siswa, maka perlu ada upaya-upaya tertentu untuk mencegah dan mengurangi kecemasan siswa di sekolah. Sekolah perlu mengimplementasikan layanan konseling bagi siswa yang mengalami kecemasan mengikuti tes atau ujian di sekolah yang berdampak pada konsentrasi belajar nya.

Berdasarkan data empiris hasil observasi awal, kecemasan dan menurunnya prestasi belajar dialami siswa kelas IX-A. Hasil observasi kondisi awal menunjukan bahwa dari 35 siswa kelas IX-A, hanya 5 siswa atau 14,3 % yang menunjukan indikator tidak cemas atau kecemasan ringan, 10 siswa menunjukan indikator kecemasan sedang, dan 20 siswa atau 57,1 % menunjukan indikator kecemasan berat.

Indikator kecemasan dalam penelitian ini ada 2 yaitu gejala psikologis dan gejala fisik.

Page 5: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DALAM …

MADRASCIENCE: Jurnal Pendidikan Islam, Sains, Sosial, dan Budaya p-ISSN: 2685-0397 Volume 1, Nomor 1, Juni 2019 (1-16) e-ISSN: 2685-6387 http://www.madrascience.com/index.php/ms

Implementasi Layanan Konseling Kelompok dalam 5 Upaya Meningkatkan Konsentrasi Belajar Siswa

Gejala psikologis antara lain: 1) Cemas dan mudah tersinggung; 2) Tegang, gelisah; 3) Lesu dan kurang semangat; 4) Sulit berkonsentrasi pada pelajaran; 5) Mengalami gangguan susah tidur;

Gejala fisik yang diteliti adalah: 1) Sering sakit kepala; 2) Muka pucat dan merasa lemah; 3) Mudah sakit dan mudah lelah; 4) Mudah berkeringat dan muka merah; 5) Prestasi belajar menurun;

Upaya mengatasi permasalahan tersebut peneliti akan mengimplementasikan layanan konseling kelompok. Implementasi layanan kelompok menurut Nurfitasari (2014) adalah suatu aktifitas penerapan pemberian bantuan dengan suasana kelompok dengan topik atau masalah yang bersifat pribadi yang bertujuan untuk pengembangan pribadi,pembahasan dan pemecahan masalah pribadi yang dialami oleh masing-masing anggota kelompok. Prayitno (2004:69) menjelaskan konseling kelompok adalah kegiatan kelompok yang mengandung unsur utama kehidupan kelompok, yaitu tujuan kelompok, anggota kelompok, pemimpin kelompok, dan aturan kelompok untuk mengembangkan pribadi semua peserta dan peralihan-peralihan lainnya melalui perubahan dalam masalah pribadi..

Sukardi (2002: 48) menjelaskan bahwa : Layanan konseling kelompok adalah layanan yang memungkinkan sejumlah siswa secara bersama-sama memperoleh bahan dari narasumber tertentu (terutama guru pembimbing atau konselor) yang berguna untuk menunjang kehidupan sehari-hari baik individu sebagai pelajar, anggota keluarga, dan masyarakat serta untuk mempertimbangkan dalam pengambilan keputusan.

Dengan demikian konseling kelompok adalah proses pemberian informasi dan bantuan yang diberikan oleh seorang yang ahli (guru pembimbing) pada sekelompok orang dengan memanfaatkan dinamika kelompok guna mencapai suatu tujuan tertentu, tujuan dalam penelitian ini adalah membentuk konsep diri positif. Tujuan Layanan Konseling Kelompok

Kesuksesan layanan konseling kelompok sangat dipengaruhi sejauh mana tujuan yang akan dicapai dalam layanan konseling kelompok yang diselenggarakan. Tujuan konseling kelompok yang dikemukakan oleh Prayitno (2004: 2-3) adalah sebagai berikut :

1. Tujuan Umum Tujuan umum dari layanan konseling kelompok adalah

berkembangnya sosialisasi siswa, khususnya kemampuan komunikasi anggota kelompok. Melalui layanan konseling kelompok hal-hal yang menganggu atau menghimpit perasaan yang diungkapkan, diringankan melalui berbagai cara

Page 6: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DALAM …

MADRASCIENCE: Jurnal Pendidikan Islam, Sains, Sosial, dan Budaya p-ISSN: 2685-0397 Volume 1, Nomor 1, Juni 2019 (1-16) e-ISSN: 2685-6387 http://www.madrascience.com/index.php/ms

Implementasi Layanan Konseling Kelompok dalam 6 Upaya Meningkatkan Konsentrasi Belajar Siswa

dan dinamika melalui berbagai masukan dan tanggapan baru. Selain bertujuan sebagimana konseling kelompok, juga bermaksud mengentaskan masalah klien dengan memanfaatkan dinamika kelompok.

2. Tujuan Khusus Konseling kelompok bermaksud membahas topik-topik tertentu. Melalui

dinamika kelompok yang intensif, pembahasan topik-topik itu mendorong pengembangan perasaan, pikiran, persepsi, wawasan dan sikap yang menunjang diwujudkannya tingkah laku yang lebih efektif. Dalam hal ini kemampuan berkomunikasi verbal maupun non verbal ditingkatkan.

Menurut Prayitno (2004: 61) bahwa” Konseling kelompok memanfaatkan dinamika untuk mencapai tujuan-tujuan bimbingan dan konseling, konseling kelompok lebih menekankan suatu upaya konseling kepada individu melalui kelompok”. Dengan demikian konseling kelompok adalah proses pemberian informasi dan bantuan yang diberikan oleh seorang yang ahli (guru pembimbing) pada sekelompok orang dengan memanfaatkan dinamika kelompok guna mencapai suatu tujuan tertentu, tujuan dalam penelitian ini adalah meningkatkan konsentrasi belajar.

Dengan implementasi layanan konseling kelompok diharapkan: 1) Konsentrasi belajar untuk berprestasi yang terbebas dari kecemasan pada siswa

kelas IX-A MTs Negeri 1 Pangandaran meningkat dari kondisi awal ke kondisi akhir penelitian;

2) Minimal 80% siswa kelas IX-A MTs Negeri 1 Pangandaran mencapai tingkat kecemasan ringan atau tidak ada gejala cemas sama sekali dan memiliki konsentrasi belajar dengan baik;

METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas. Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas IX-A MTs Negeri 1 Pangandaran tahun pelajaran 2017/2018. Jumlah total siswa adalah 35 orang siswa. Penelitian ini dilaksanakan sebanyak dua siklus, masing-masing siklus terdiri dari atas empat tahapan yaitu, perencanaan tindakan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer dan data sekunder, data primer dalam penelitian ini adalah data gejala kecemasan siswa yang berdampak pada konsentrasi belajar yang diperoleh dari pengisian kuesioner memuat indikator kecemasan dalam penelitian yaitu gejala psikologis antara lain :cemas dan mudah tersinggung, tegang, gelisah, lesu dan kurang bersemangat, sulit berkonsentrasi pada pelajaran dan mengalami gangguan tidur. Sedangkan gejala fisik yaitu sering sakit kepala, muka pucat dan merasa lemah, mudah sakit dan mudah Lelah, mudah berkeringat dan muka merah, serta prestasi belajar menurun. Data sekunder yang dipakai dalam penelitian ini adalah profil sekolah, dokumentasi pembelajaran dll. Tenik pengumpulan data: 1. Data kondisi gejala kecemasan siswa pada kondisi awal sebelum pelaksanaann

PTK dikumpulkan dengan teknik observasi dan dokumentasi. 2. Data kondisi gejala kecemasan siswa pada siklus I setelah pelaksanaan PTK

dikumpulkan dengan teknik observasi dan dokumentasi.

Page 7: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DALAM …

MADRASCIENCE: Jurnal Pendidikan Islam, Sains, Sosial, dan Budaya p-ISSN: 2685-0397 Volume 1, Nomor 1, Juni 2019 (1-16) e-ISSN: 2685-6387 http://www.madrascience.com/index.php/ms

Implementasi Layanan Konseling Kelompok dalam 7 Upaya Meningkatkan Konsentrasi Belajar Siswa

3. Data kondisi gejala kecemasan siswa pada siklus II setelah pelaksanaan PTK dikumpulkan dengan teknik observasi dan dokumentasi.

Metode Analisis Data : Analisis data yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini

memakai metode deskriptif-komperatif yaitu metode analisis data yang dilakukan dengan membandingkan data hasil siklus I dan data hasil siklus II selama penelitian tindakan kelas dilakukan. Melalui komparasi atau pembandingan ini, secara teoritis haruslah dapat dinyatakan bahwa kondisi sebelum dilakukan siklus I, setelah dilakukan siklus I dan setelah dilaksanakan siklus II menunjukan perubahan kearah tercapainya target penelitian yang sudah ditetapkan sebelumnya.

HASIL PENELITIAN Kondisi awal dalam kaitannya dengan konsentrasi belajar untuk

berprestasi yang bebas dari kecemasan dalam penelitian ini diketahui dari hasil observasi kuesioner. Sebelum pelaksanaan penelitian tindakan, peneliti memberikan kuesioner tentang kecemasan yang terdiri dari pengamatan indikator gejala psikologis dan gejala fisik.

Gejala psikologis antara lain: 1) Cemas dan mudah tersinggung 2) Tegang, gelisah 3) Lesu dan kurang semangat 4) Sulit berkonsentrasi pada pelajaran 5) Mengalami gangguan sesudah tidur.

Gejala fisik yang diteliti adalah: 1) Sering sakit kepala 2) Muka pucat dan merasa lemah 3) Mudah sakit dan mudah lelah 4) Mudah berkeringat dan muka merah 5) Prestasi belajar menurun

Berdasarkan hasil observasi dan evaluasi awal, sebagian besar siswa kelas IX-A menunjukan gejala kecemasan dalam tingkat yang berat. Untuk lebih jelas dapat dilihat dari tabel dibawah ini.

Tabel 4.1 Gejala Kecemasan Siswa pada Kondisi Awal

No Tingkat Jumlah

Prontase Evaluasi Siswa

1 Rendah (R) 5 14.3 %

2 Sedang (S) 10 28.6 %

3 Tinggi (T) 20 57.1 %

Gambar 4.1 Grafik Gejala Kecemasan Siswa pada Kondisi Awal

Page 8: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DALAM …

MADRASCIENCE: Jurnal Pendidikan Islam, Sains, Sosial, dan Budaya p-ISSN: 2685-0397 Volume 1, Nomor 1, Juni 2019 (1-16) e-ISSN: 2685-6387 http://www.madrascience.com/index.php/ms

Implementasi Layanan Konseling Kelompok dalam 8 Upaya Meningkatkan Konsentrasi Belajar Siswa

Berdasarkan hasil observasi dan evaluasi kondisi awal, siswa dengan

tingkat kecemasan Rendah (R) adalah 5 siswa atau 14.3 %, siswa dengan tingkat kecemasan Sedang (S) 10 siswa atau 28.6% dan siswa dengan tingkat kecemasan Tinggi (T) 20 siswa atau 57.1 % pada siswa kelas IX-A. Pada kondisi awal ini belum diimplementasikan layanan konseling kelompok bagi siswa kelas IX-A. Siklus I

Berdasarkan atas evaluasi hasil pada siklus di atas, maka perlu dilakukan upaya untuk membantu siswa untuk meningkatkan konsentrasi belajar untuk berprestasi yang bebas dari kecemasan dengan layanan konseling kelompok. Pelaksanaan layanan konseling kelompok pada siklus I dilaksanakan dengan teknik diskusi kelompok. Pelaksanaan layanan konseling kelompok ini secara lengkap adalah sebagai berikut: 1. Tindakan perencanaan.

Perencanaan dalam penelitian meliputi: 1) Menetapkan subjek atau peserta layanan. 2) Menetapkan proses dan langkah-langkah layanan. 3) Menetapkan dan menyiapkan fasilitas layanan. 4) Menyiapkan kelengkapan administrasi yaitu ceklis pengamatan gejala

kecemasan. 2. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan siklus I dilakukan pada kurun waktu minggu kedua Juli sampai minggu kedua Agustus 2017. Tindakan dilaksanakan dengan 4 tahapan, yaitu tahap pembuka, tahap peralihan, tahap pembentukan, dan tahap penutupan. Tindakan pada siklus I dilaksanakan penerapan layanan konseling kelompok dengan teknik diskusi kelompok.

a. Tahap Pembentukan a) Menerima secara terbuka dan mengucapkan terima kasih b) Berdo’a c) Menjelaskan bimbingan kelompok d) Menjelaskan tujuan bimbingan kelompok e) Menjelaskan cara pelaksanaan bimbingan kelompok f) Menjelaskan asas-asas bimbingan kelompok g) Perkenalan dilanjutkan dengan permainan (rangkaian nama)

b. Tahap Peralihan.

Rendah (R) Sedang (S) Tinggi (T)

5

10

20Kondisi Awal

Page 9: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DALAM …

MADRASCIENCE: Jurnal Pendidikan Islam, Sains, Sosial, dan Budaya p-ISSN: 2685-0397 Volume 1, Nomor 1, Juni 2019 (1-16) e-ISSN: 2685-6387 http://www.madrascience.com/index.php/ms

Implementasi Layanan Konseling Kelompok dalam 9 Upaya Meningkatkan Konsentrasi Belajar Siswa

a) Menjelaskan kembali kegiatan kelompok b) Tanya jawab tentang kesiapan anggota untuk kegiatan lebih lanjut c) Mengenali suasana apabila anggota secara keseluruhan/sebagian

belum siap untuk memasuki tahap berikutnya dan mengatasi suasana tersebut.

d) Memberi contoh topok bahasan yang dikemukakan dan dibahas dalam kelompok.

c. Tahap Kegiatan a) Pemimpin kelompok mengumumkan topik bahasan yang telah

dipersiapakan b) Menjelaskan pentingnya topik tersebut dibahas dalam kelompok c) Tanya jawab tentang topik yang dikemukakan pemimpin kelompok d) Pembahasan topik tersebut secara tuntas e) Selingan f) Menegaskan komitmen para anggota kelompok (apa yang segera

dilakukan berkenaan dengan topik yang telah dibahas) d. Tahap Pengakhiran.

a) Menjelaskan bahwa kegiatan konseling kelompok akan diakhiri b) Anggota kelompok mengemukakan kesan dan menilai kemajuan yang

dicapai masing-masing c) Pembahasan kegiatan lanjutan d) Pesan serta tanggapan anggota kelompok e) Ucapan terima kasih f) Berdo’a g) Perpisahan

Kegiatan akhir siklus I ditutup dengan evaluasi akhir siklus I. Siswa diminta untuk mengisi ceklis kuesioner indikator kecemasan. 3. Observasi

Pada observasi, peneliti menganalisis hasil ceklis kuesioner kecemasan yang diisi oleh siswa kelas IX-A. Secara umum , indikasi konsentrasi belajar siswa meningkat dengan ditunjukan menurunnya gejala kecemasan oleh siswa baik secara psikologis maupun fisik.

Tabel 4.2 Gejala Kecemasan Siswa pada Siklus I

No Tingkat Evaluasi Jumlah Siswa Prontase

1 Rendah (R) 13 37.9 %

2 Sedang (S) 10 27.6 %

3 Tinggi (T) 12 34.5 %

Gambar 4.2 Grafik Gejala Kecemasan Siswa pada Kondisi Siklus 1

Page 10: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DALAM …

MADRASCIENCE: Jurnal Pendidikan Islam, Sains, Sosial, dan Budaya p-ISSN: 2685-0397 Volume 1, Nomor 1, Juni 2019 (1-16) e-ISSN: 2685-6387 http://www.madrascience.com/index.php/ms

Implementasi Layanan Konseling Kelompok dalam 10 Upaya Meningkatkan Konsentrasi Belajar Siswa

Berdasarkan hasil observasi dan evaluasi siklus I, siswa dengan tingkat kecemasa rendah (R) adalah 13 siswa atau 37.9%, siswa dengan tingkat kecemasan sedang (S) 10 siswa atau 27.6 % dan siswa dengan tingkat kecemasan Tinggi (T)12 siswa atau 34.5% pada siswa kelas IX.A. Pada kondisi awal ini sudah diterapkan layanan konseling kelompok bagi siswa kelas IX-A. 4. Refleksi

Perbandingan gejala kecemasan kondisi awal dan siklus I terlihat pada tabel dan gambar berikut:

No Deskripsi Kondisi Awal Siklus I

1 Rendah (R) 5 siswa (14.3 %) 13 siswa (37.9 %)

2 Sedang (S) 10 siswa (28.6 %) 10 siswa (27.6 %)

3 Tinggi (T) 20 siswa (57.1 %) 12 siswa (34.5 %)

Gambar 4.3 Grafik Perbandingan Kondisi Awal dan Siklus I

Melalui layanan konseling kelompok dapat meningkatkan konsentrasi

belajar untuk berprestasi yang bebas dari kecemasan. Pada kondisi awal, siswa dengan tingkat kecemasan Rendah (R) adalah 5 siswa atau 14.3 %, siswa dengan

Rendah (R) Sedang (S) Tinggi (T)

13

10

12

SIKLUS I

20

12

Kondisi Awal Siklus I

Perbandingan Kecemasan Siswa

Kondisi Awal dan Siklus I

Kecemasan…

Page 11: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DALAM …

MADRASCIENCE: Jurnal Pendidikan Islam, Sains, Sosial, dan Budaya p-ISSN: 2685-0397 Volume 1, Nomor 1, Juni 2019 (1-16) e-ISSN: 2685-6387 http://www.madrascience.com/index.php/ms

Implementasi Layanan Konseling Kelompok dalam 11 Upaya Meningkatkan Konsentrasi Belajar Siswa

tingkat kecemasan Sedang (S) 10 siswa atau 28.6 % dan siswa dengan tingkat kecemasan Tinggi (T) 20 siswa atau 57.1% pada siswa kelas IX-A.

Pada siklus I, siswa dengan tingkat kecemasan Rendah (R) adalah 13 siswa atau 37.9 %, siswa dengan tingkat kecemasan Sedang (S) 10 siswa atau 27.6 % dan siswa dengan tingkat kecemasan Tinggi (T) 12 siswa atau 34.5% pada siswa kelas IX-A.

Jadi, melalui layanan konseling kelompok dapat meningkatkan konsentrasi belajar untuk berprestasi yang bebas dari kecemasan dari kondisi awal tingkat kecemasan tinggi 57.1% ke kondisi siklus I tingkat kecemasan tinggi 34.5% pada siswa kelas IX-A. MTs Negeri 1 Pangandaran. Jadi dengan adanya layanan konseling kelompok ini, tingkat kecemasan siswa menurun sehingga konsentrasi belajar siswa dapat meningkat.

Akan tetapi karena pada siklus I ini target yang diharapkan belum tercapai, siswa yang mencapai tingkat kecemasan ringan atau tidak ada gejala cemas sama sekali yang ditentukan dalam pengamatan belum mencapai 80%. Maka peneliti melanjutkan pelaksanaan bimbingan dan konseling dengan melaksanakan siklus II. Siklus II ini sekaligus sebagai upaya untuk melengkapi kekurangan selama pelaksanaan siklus I. Siklus II

Pelaksanaan siklus II dilakukan dengan 4 kegiatan yaitu tindakan perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Secara sistematis-kronologis pelaksanaan siklus II diuraikan sebagai berikut: 1. Perencanaan.

a. Melaksanakan evaluasi siklus I b. Menetapkan subjek atau peserta layanan. c. Menetapkan proses dan langkah-langkah layanan. d. Menetapkan dan menyiapkan fasilitas layanan. e. Menyiapkan kelengkapan administrasi yaitu ceklis pengamatan gejala

kecemasan. 2. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan siklus II dilakukan pada kurun waktu minggu ketiga September sampai minggu kedua Oktober 2017. Tindakan dilaksanakan dengan 4 tahapan, yaitu tahap pembuka, tahap peralihan, tahap pembentukan, dan tahap penutupan. Tindakan pada siklus II dilaksanakan penerapan layanan konseling kelompok dengan teknik remidial teaching. 1. Tahap Pembentukan

a. Menerima secara terbuka dan mengucapkan terima kasih b. Berdo’a c. Menjelaskan konseling kelompok d. Menjelaskan tujuan konseling kelompok e. Menjelaskan cara pelaksanaan konseling kelompok f. Menjelaskan asas-asas konseling kelompok g. Perkenalan dilanjutkan dengan permainan (rangkaian nama)

2. Tahap Peralihan. a. Menjelaskan kembali kegiatan kelompok

Page 12: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DALAM …

MADRASCIENCE: Jurnal Pendidikan Islam, Sains, Sosial, dan Budaya p-ISSN: 2685-0397 Volume 1, Nomor 1, Juni 2019 (1-16) e-ISSN: 2685-6387 http://www.madrascience.com/index.php/ms

Implementasi Layanan Konseling Kelompok dalam 12 Upaya Meningkatkan Konsentrasi Belajar Siswa

b. Tanya jawab tentang kesiapan anggota untuk kegiatan lebih lanjut c. Mengenali suasana apabila anggota secara keseluruhan/sebagian

belum siap untuk memasuki tahap berikutnya dan mengatasi suasana tersebut.

d. Memberi contoh topok bahasan yang dikemukakan dan dibahas dalam kelompok.

3. Tahap Kegiatan a. Pemimpin kelompok mengumumkan topik bahasan materi yang telah

dipersiapakan untuk remidial teaching. b. Tiap anggota mengemukakan masalah yang dihadapi terkait pelajaran. c. Guru membuat jadwal remidial teaching bagi siswa dengan kesulitan

belajar. d. Pelaksanaan remidial teaching bagi siswa dengan kesulitan belajar dan

kegiatan pengayaan bagi siswa yang sudah mencapai ketuntasan (KKM)

e. Selingan 4. Tahap Pengakhiran.

a. Menjelaskan bahwa kegiatan bimbingan kelompok akan diakhiri b. Anggota kelompok mengemukakan kesan dan menilai kemajuan yang

dicapai masing-masing c. Pembahasan kegiatan lanjutan d. Pesan serta tanggapan anggota kelompok e. Ucapan terima kasih f. Berdo’a g. Perpisahan.

3. Observasi Pada observasi siklus II, peneliti menganalisis hasil ceklis kuesioner

kecemasan yang diisi oleh siswa kelas IX-A. Secara umum, indikasi konsentrasi belajar siswa meningkat dengan ditunjukan menurunnya gejala kecemasan oleh siswa baik secara psikologis maupun fisik.

Tabel 4.4 Gejala Kecemasan Siswa pada Siklus II

No Tingkat Evaluasi Jumlah Siswa Prosentase

1 Rendah (R) 32 91.4 %

2 Sedang (S) 3 8.6 %

3 Tinggi (T) - -

Gambar 4.4 Grafik Gejala Kecemasan Siswa pada Siklus 1I

Page 13: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DALAM …

MADRASCIENCE: Jurnal Pendidikan Islam, Sains, Sosial, dan Budaya p-ISSN: 2685-0397 Volume 1, Nomor 1, Juni 2019 (1-16) e-ISSN: 2685-6387 http://www.madrascience.com/index.php/ms

Implementasi Layanan Konseling Kelompok dalam 13 Upaya Meningkatkan Konsentrasi Belajar Siswa

Berdasarkan hasil observasi dan evaluasi siklus II, siswa dengan tingkat kecemasa rendah (R) adalah 32 siswa atau 91.4 %, siswa dengan tingkat kecemasan Sedang (S) 3 siswa atau 8.6 % dan tidak ada siswa dengan tingkat kecemasan Tinggi (T)pada siswa kelas IX.A. Pada kondisi awal ini sudah diterapkan layanan bimbingan kelompok bagi siswa kelas IX-A. 4. Refleksi

Perbandingan gejala kecemasan kondisi awal dann siklus I terlihat pada tabel dan gambar berikut:

No Deskripsi Kondisi Awal Siklus I

1 Rendah (R) 13 siswa (37.9 %) 32 siswa (91.4 %)

2 Sedang (S) 10 siswa 27.6 %) 3 siswa (8.6 %)

3 Tinggi (T) 12 siswa (34.5 %) -

Gambar 4.5 Grafik Perbandingan Siklus I dan Siklus II

Rendah (R) Sedang (S) Tinggi (T)

Siklus II

Siklus II

12

0

Perbandingan Kecemasan SiswaSiklus I dan Siklus II

Siklus II

Page 14: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DALAM …

MADRASCIENCE: Jurnal Pendidikan Islam, Sains, Sosial, dan Budaya p-ISSN: 2685-0397 Volume 1, Nomor 1, Juni 2019 (1-16) e-ISSN: 2685-6387 http://www.madrascience.com/index.php/ms

Implementasi Layanan Konseling Kelompok dalam 14 Upaya Meningkatkan Konsentrasi Belajar Siswa

Melalui layanan konseling kelompok dapat meningkatkan konsentrasi belajar untuk berprestasi yang bebas dari kecemasan.

Pada siklus I, siswa dengan tingkat kecemasan Rendah (R) adalah 13 siswa atau 37.9 %, siswa dengan tingkat kecemasan Sedang (S) 10 siswa atau 27.6 % dan siswa dengan tingkat kecemasan Tinggi (T) 12 siswa atau 34.5 % pada siswa kelas IX-A.

Pada siklus II, siswa dengan tingkat kecemasan Rendah (R) adalah 32 siswa atau 91.4 %, siswa dengan tingkat kecemasan Sedang (S) 3 siswa atau 8.6 % dan tidak ada siswa dengan tingkat kecemasan Tinggi (T) pada siswa kelas IX-A.

Jadi, melalui layanan konseling kelompok dapat meningkatkan konsentrasi belajar untuk berprestasi yang bebas dari kecemasan dari kondisi siklus I tingkat kecemasan tinggi 34.5% ke kondisi siklus II tingkat kecemasan tinggi 0% pada siswa kelas IX-A. MTs Negeri 1 Pangandaran Tahun pelajaran 2017/2018. Jadi dengan adanya layanan konseling kelompok ini, tingkat kecemasan siswa menurun dan/ tidak ada kecemasan sehingga konsentrasi belajar siswa dapat meningkat.

Karena pada siklus II ini target yang diharapkan sudah tercapai, yaitu siswa yang mencapai tingkat kecemasan ringan atau tidak ada gejala cemas sama sekali yang ditentukan dalam pengamatan mencapai 80%, maka peneliti menghentikan pelaksanaan layanan konseling kelompok pada siklus II. PEMBAHASAN

Upaya yang dilakukan untuk mengimplementasikan layanan konseling kelompok bagi siswa kelas IX-A MTs Negeri 1 Pangandaran ternyata dapat dinyatakan berhasil dan dapat meningkatkan konsentrasi belajar untuk berprestasi yang bebas dari kecemasan hal ini dapat terlihat dari kondisi awal penelitian serta hasil penelitian siklus I dan siklus II. Berdasarkan hasil penelitian implementasi layanan konseling kelompok yang dilakukan pada kondisi awal serta pada siklus I dan siklus II dapat diketahui beberapa hal sebagai berikut : 1. Pada kondisi awal, siswa dengan tingkat kecemasan Rendah (R) adalah 5 siswa

atau 14.3%, siswa dengan tingkat kecemasan Sedang (S) 10 siswa atau 28.6 % dan siswa dengan tingkat kecemasan Tinggi (T) 20 siswa atau 57.1% pada siswa kelas IX-A.

2. Pada siklus I, siswa dengan tingkat kecemasan Rendah (R) adalah 13 siswa atau 37.9 %, siswa dengan tingkat kecemasan Sedang (S) 10 siswa atau 27.6 % dan siswa dengan tingkat kecemasan Tinggi (T) 12 siswa atau 34.5% pada siswa kelas IX-A.

3. Pada siklus II, siswa dengan tingkat kecemasan Rendah (R) adalah 32 siswa atau 91.4 %, siswa dengan tingkat kecemasan Sedang (S) 3 siswa atau 8.6 % dan tidak ada siswa dengan tingkat kecemasan Tinggi (T) pada siswa kelas IX-A.

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa implementasi layanan konseling kelompok dapat meningkatkan konsentrasi konsentrasi belajar untuk berprestasi yang bebas dari kecemasan, dari kondisi awal tingkat kecemasan tinggi 57.1% ke kondisi akhir siklus II tingkat kecemasan tinggi 0% pada siswa kelas IX-A. MTs Negeri 1 Pangandaran Tahun pelajaran 2017/2018. Dengan adanya layanan bimbingan kelompok ini, tingkat kecemasan siswa

Page 15: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DALAM …

MADRASCIENCE: Jurnal Pendidikan Islam, Sains, Sosial, dan Budaya p-ISSN: 2685-0397 Volume 1, Nomor 1, Juni 2019 (1-16) e-ISSN: 2685-6387 http://www.madrascience.com/index.php/ms

Implementasi Layanan Konseling Kelompok dalam 15 Upaya Meningkatkan Konsentrasi Belajar Siswa

menurun dan/ tidak ada kecemasan sehingga konsentrasi belajar siswa dapat meningkat.

SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa setelah

mengimplementasikan layanan konseling kelompok dapat meningkatkan konsentrasi belajar siswa untuk berprestasi yang bebas dari kecemasan pada siswa kelas IX.A MTs Negeri 1 Pangandaran tahun pelajaran 2017/2018. Peningkatan konsentrasi belajar untuk berprestasi yang bebas dari kecemasan ini dapat dilihat dari kondisi awal tingkat kecemasan tinggi 57.1% ke kondisi akhir siklus II tingkat kecemasan tinggi 0% pada siswa kelas IX-A. MTs Negeri 1 Pangandaran Tahun pelajaran 2017/2018. Dengan implementasi layanan konseling kelompok ini tingkat kecemasan siswa menurun dan tidak ada kecemasan sehingga konsentrasi belajar siswa dapat meningkat.

Oleh karena itu, agar konsentrasi belajar siswa untuk berprestasi yang bebas dari kecemasan lebih meningkat maka disampaikan saran sebagai berikut 1) guru bimbingan konseling atau konselor sebaiknya lebih mengimplementasikan kembali layanan konseling kelompok dengan baik kepada siswa. 2) untuk lebih mengaktifkan siswa dalam proses layanan konseling kelompok maka guru bimbingan konseling atau konselor harus lebih melibatkan siswa serta memberikan rasa nyaman untuk siswa agar lebih aktif dalam proses layanan konseling kelompok. 3) guru bimbingan konseling atau konselor dalam memberikan layanan konseling kelompok dapat menggunakan media layanan konseling yang menarik bagi siswa. 4) perlu adanya penelitian lebih lanjut agar konsentrasi belajar siswa untuk berprestasi yang bebas dari kecemasan lebih meningkat dengan baik. 5) untuk penelitian yang serupa hendaknya dilakukan perbaikan-perbaikan agar diperoleh hasil yang lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA Achmad Rifa’i dan Catharina Tri Anni. 2009. Psikologi Penndidikann. Semarang:

UNNNES Press. Astria, Tita. 2008. Penggunaan Games Psikologi Untuk Menciptakan Suasana

Menyenangkan dalam Konseling Kelompok. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran, Vol. 2 No. 3 Oktober, hlm. 34-40.

Djamarah, S.B. 2008. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta. Femi Olivia. 2008. Membantu Anak Punya Ingatan Super. Jakarta: PT Elex Media

Komputindo Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Nurfitasari. 2014. Implementasi Layanan Konseling Kelompok di SMPN Se-Kabupaten

Pati. Semarang: UNES Prayitno. 2004. Layanan Bimbingan dan Konseling (1.1.L.9). Padang: Universitas

Negeri Padang. Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka

Cipta.

Page 16: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DALAM …

MADRASCIENCE: Jurnal Pendidikan Islam, Sains, Sosial, dan Budaya p-ISSN: 2685-0397 Volume 1, Nomor 1, Juni 2019 (1-16) e-ISSN: 2685-6387 http://www.madrascience.com/index.php/ms

Implementasi Layanan Konseling Kelompok dalam 16 Upaya Meningkatkan Konsentrasi Belajar Siswa

Sukardi, D. 2002. Pengantar Pelaksanaan Proggram Bimbingan dan Konnseling. Jakarta: Rineka Cipta.

Sunawan. 2009. Diagnosa Kesulitan Belajar (Handout). Semarang: UNNES.