IMPLEMENTASI ENTERPRISE RESOURCE PLANNING TERHADAP KINERJA KARYAWAN (2).doc
-
Upload
muchamadabdel -
Category
Documents
-
view
219 -
download
2
Transcript of IMPLEMENTASI ENTERPRISE RESOURCE PLANNING TERHADAP KINERJA KARYAWAN (2).doc
IMPLEMENTASI ENTERPRISE RESOURCE PLANNING TERHADAP
KINERJA KARYAWAN
(Survei ke PT. AR)
Skripsi
diajukan untuk melengkapi
persyaratan mencapai
gelar kesarjanaan
NAMA : Muchamad Abdel
NPM : 201214500174
PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI
UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI
2015
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ............................................................................................ i
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1
A. Latar Belakang ....................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................... 3
C. Pembatasan Masalah .............................................................. 3
D. Perumusan Masalah ............................................................... 4
E. Tujuan Penelitian ................................................................... 4
F. Kegunaan Penelitian ............................................................... 4
G. Sistematika Penulisan ............................................................. 5
BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR ............. 7
A. Landasan Teori ....................................................................... 7
B. Penelitian yang Relevan ........................................................ 52
C. Kerangka Berpikir .................................................................. 54
D. Hipotesis Penelitian ................................................................ 56
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................ 57
A. Waktu dan Tempat Penelitian ................................................ 57
B. Metode Penelitian ................................................................... 57
C. Populasi dan Sampel ............................................................... 60
D. Metode Pengumpulan Data..................................................... 63
E. Instrumen Penelitian ............................................................... 65
F. Teknik Analisis Data .............................................................. 66
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses bisnis suatu perusahaan sangat dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu
faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal perusahaan merupakan faktor
yang muncul didalam perusahaan itu sendiri seperti kegiatan operasional
perusahaan, karyawan dan sebagainya. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor
yang berasal dari luar perusahaan dan merupakan faktor yang dapat
mempengaruhi langsung terhadap proses bisnis perusahaan seperti persaingan,
perkembangan teknologi dan sebagainya. Kedua faktor tersebut harus selalu
diperhatikan oleh pihak manajemen perusahaan karena berpengaruh terhadap
proses bisnis perusahaan.
Sekarang ini kita hidup di empat zaman sekaligus, yakni zaman globalisasi
ekonomi, zaman teknologi informasi, zaman manajemen berkualitas, dan zaman
revolusi manajemen. Dari keempat zaman tersebut, zaman teknologi informasi
paling cepat berkembang dan paling cepat memberikan dampak pada proses bisnis
perusahaan. Selain itu perkembangan teknologi informasi saat ini telah membuat
persaingan bisnis didunia menjadi kompleks, dimana perusahaan-perusahaan
dituntut semakin maju dalam hal teknologi dengan harapan perusahaan dapat
bertahan dan memenangkan persaingan bisnis yang semakin ketat dan sulit untuk
diprediksi.
Menurut Mulyadi (2007: 29), jika di masa lalu orang mengenal bahwa
perubahan di dunia ini terjadi secara konstan, namun berbeda dengan zaman
1
sekarang ini. Di zaman globalisasi ekonomi ini perubahan menjadi konstan, pesat,
radikal, serentak, dan pervasive. Perubahan tersebut menuntut perusahaan untuk
melengkapi dirinya dengan senjata yang canggih untuk menghadapi perang
persaingan dengan pesaing bisnis lainnya. Perusahaan yang mampu menghadapi
dunia bisnis yang kompetitif ini adalah perusahaan yang mampu menggunakan
dan mendayagunakan teknologi dengan baik dalam melakukan aktifitas operasi
perusahaan. Salah satu cara perusahaan dalam penggunaan teknologi adalah
pengintegrasian sistem informasi, dan peningkatan efisiensi dari suatu sistem
informasi untuk menghasilkan manajemen yang efisien dalam proses bisnis.
Ketika perusahaan menjadi lebih efisien akan meningkatkan daya saingnya di
pasar bisnis (Suprijanto, 2006). Pengintegrasian sistem informasi mulai banyak
dilakukan oleh perusahaan dengan mengimplementasikan salah satu sistem
informasi yaitu Enterprise Resource Planning (ERP).
Menurut O’Brien (2006, p320), Enterprise Resources Planning (ERP) adalah
suatu tulang punggung lintas fungsi perusahaan yang mengintegrasikan dan
mengotomatisasi banyak proses internal dan sistem informasi dalam hal fungsi
produksi, logistic, distribusi, akuntansi, keuangan dan sumber daya manusia
perusahaan. Fungsi-fungsi tersebut memiliki sistem informasi yang terpisah antara
satu dengan yang lainnya. Sistem informasi yang berdiri sendiri, terpisah dan
tidak terintegrasi satu dengan yang lainnya, tidak akan memberikan informasi
yang maksimal dalam pengambilan keputusan pada suatu perusahaan. Untuk
mengatasi masalah tersebut diperlukan suatu sistem yang dapat mengintegrasikan
sistem informasi dari seluruh fungsi utama perusahaan ke pusat penyimpanan data
2
agar data yang dibutuhkan oleh masing-masing fungsi perusahaan dapat diakses
dengan mudah.
Jika perusahaan menggunakan pendekatan tradisional, pihak manajemen
tidak mampu melihat keadaan suatu perusahaan sebagai suatu kesatuan, informasi
yang didapat juga hanya sebatas departemen per departemen atau fungsi per
fungsi. Informasi yang didapat seringkali membutuhkan waktu yang cukup lama
sehingga informasi yang didapat tidak berguna lagi dalam pengambilan keputusan
yang cepat dan akurat. Apalagi jika perusahaan merupakan perusahaan yang besar
dan memiliki banyak cabang. Dengan lambatnya aliran informasi tersebut
berakibat pada efektifitas dan efisiensi kerja perusahaan. Selain itu pengawasan
dan pengendalian manajemen menjadi kurang efektif jika menggunakan
pendekatan tradisional.
Enterprise Resource Planning (ERP) memiliki banyak manfaat bagi
keberlangsungan aktifitas operasi perusahaan. Sistem ERP ini juga merupakan
sarana pembelajaran para karyawan untuk meninggalkan cara kerja lama dan
upaya untuk meningkatkan kinerja karyawan . Maksudnya cara kerja lama yaitu
dimana tidak adanya tanggung jawab saat terjadi kesalahan dalam pekerjaan
bahkan sampai melempar kesalahan ke karyawan lainnya yang membuat proses
kerja menjadi terhambat. Seharusnya para karyawan melakukan solusi atas
kesalahan yang sudah terlanjur terjadi sehingga proses kerja kembali lancar.
Kelancaran dalam proses kerja merupakan suatu harapan stakeholder pada
penerapan teknologi sistem ERP ini untuk meningkatkan kinerja para
karyawannya.
3
Menurut Prabu Mangkunegara (2009:9) kinerja adalah hasil kerja secara
kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan
tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Selain
kualitas dan kuantitas kerja, penilaian kerja juga dilakukan dengan beberapa
aspek/indikator lainnya seperti efisiensi kerja, ketepatan waktu dan tanggung
jawab dalam menyelesaikan pekerjaan yang diberikan.
Implementasian sistem ERP ini baru diterapkan oleh PT. AR pada tahun
2014. PT AR adalah perusahaan yang bergerak dibidang penyediaan barang dan
jasa angkutan roda tiga bahan bakar gas. Kegiatan PT. AR melakukan pelayanan
kepada pemilik kendaraan roda tiga bahan bakar bensin yang ingin diremajakan
menjadi kendaraan roda tiga bahan bakar gas, sesuai Undang-undang No. 22
Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dan sekarang sudah
diregulasi baru dengan Peraturan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang No. 73
Tahun 2014 tentang peremajaan kendaraan bermotor. Hampir setiap harinya PT
AR ini ramai di datangi pemilik kendaraan roda tiga untuk mendaftarkan
kendaraannya agar segera diremajakan. Banyaknya pemilik yang mendaftar,
banyak pula pekerjaan yang harus diselesaikan oleh karyawan PT. AR.
Sebelumnya PT. AR menggunakan pendekatan tradisional dalam
menyelesaikan kegiatan pekerjaannya, namun banyak keluhan dari manajemen ke
karyawan dan sebaliknya dari karyawan ke manajemen. Hal itu disebabkan oleh
banyak pekerjaan yang terpending karena kurangnya tanggung jawab masing-
masing fungsi perusahaan terhadap pekerjaannya sehingga berdampak pada
efektifitas dan efisiensi kinerja karyawan lainnya. Menanggapi hal tersebut
4
manajemen PT. AR menerapkan sistem ERP ini di tahun 2014, dengan harapan
dapat meningkatkan kompetensi perusahaan dan mengintegrasikan fungsi-fungsi
manajemen yang ada didalamnya (keuangan, pemasaran, sumber daya manusia,
produksi, logistik, dll) serta meningkatkan kinerja karyawan PT.AR.
Beberapa faktor keberhasilan implementasi ERP, antara lain :
1. Bagaimana rencana bisnis perusahaan dalam menerapkan ERP?
Rencana bisnis dalam ERP harus menghitung sumberdaya, biaya,
resiko, dan jadwal rentang waktu pelaksanaan.
2. Seberapa besar komposisi dan kompensasi fungsi perusahaan dalam
menerapkan ERP?
Pemanfaatan sistem ERP pasti melibatkan seluruh lini perusahaan.
Perlu dibangun kepercayaan, di mana masing-masing bagian diberi
tanggung jawab untuk menyukseskan implementasi sistem baru ini.
Kepercayaan tidak hanya antar karyawan namun juga antara karyawan
dengan konsultan. Penentuan komposisi dan pemberian kompensasi
yang tepat akan menjamin keberlangsungan implementasi ERP ini
dengan baik
3. Adakah peningkatan efektifitas dan efisiensi kinerja karyawan dengan
mengimplementasikan sistem erp?
ERP diharapkan dapat memudahkan fungsi-fungsi perusahaan dalam
melaksanakan pekerjaan dan mendapatkan data, sehingga efektifitas
dan efisiensi kinerja karyawan dapat meningkat.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengadakan
penelitian dengan judul : PENGARUH IMPLEMENTASI SISTEM 5
ENTERPRISE RESOURCE PLANNING (ERP) TERHADAP KINERJA
KARYAWAN. Studi Kasus pada PT. Abdi Raharja Jakarta
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan Uraian Latar Belakang yang ada, maka penulis merumuskan
masalah yang dibahas adalah:
1. Bagaimana rencana bisnis perusahaan dalam menerapkan ERP?
2. Seberapa besar komposisi dan kompensasi fungsi perusahaan dalam
menerapkan ERP?
3. Adakah peningkatan efektifitas dan efisiensi kinerja karyawan dengan
mengimplementasikan sistem erp?
C. Pembatasan Masalah
Penelitian ini menggunakan sampel karyawan internal PT. AR yang secara
langsung atau tidak langsung terlibat dalam pengimplementasian sistem ERP.
Penelitian ini hanya berfokus pada tahapan awal dalam
mengimplementasikan sistem ERP di PT. AR yang baru menerapkan sistem ERP
pada Tahun 2014.
6
2
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan Uraian Latar Belakang Masalah, Identifikasi Masalah, dan
Pembatasan Masalah, maka penulis merumuskan pokok perumusan masalah
bagaimana pengaruh implementasi sistem ERP terhadap kinerja karyawan di PT.
AR ?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah
tujuan verifikatif (tujuan pengujian) yaitu untuk mengetahui kebenaran apakah
implementasi sistem ERP memang memiliki pengaruh terhadap kinerja karyawan
di PT. AR.
F. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak
sebagai berikut:
1. Bagi manajemen, penelitian ini dapat memberikan bukti empiris tentang
manfaat yang dapat diambil oleh perusahaan yang menggunakan ERP dan
memberikan keyakinan kepada perusahaan untuk mengimplementasikan sistem
ERP dalam upaya meningkatkan kinerja karyawan .
2. Bagi manajemen yang belum atau ingin mengimplementasikan ERP, penelitian
ini dapat memberikan informasi mengenai dampak implementasi aplikasi
sistem ERP terhadap kinerja karyawan.
2
3. Bagi kalangan akademisi dan pihak-pihak yang tertarik untuk melakukan
penelitian sejenis, hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan kajian teoritis dan
referensi untuk penelitian selanjutnya.
4. Bagi penyusun, penelitian ini diharapkan menambah wawasan dan
pengetahuan tentang sistem ERP, implementasi ERP dan pengaruhnya
terhadap kinerja karyawan.
G. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah pengertian dan pembahasan dalam penelitian ini, maka
disusun sistematika penulisan sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini penulis menguraikan tentang latar belakang masalah,
rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Dalam bab ini penulis mengemukakan teori-teori pendukung penelitian
yang berkaitan dengan landasan yang digunakan dalam penelitian.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Dalam bab ini penulis menguraikan tentang objek penelitian, populasi
dan sampel penelitian, metode pengumpulan data, variabel penelitian
dan pengukuran variabel, dan alat analisis yang digunakan.
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini penulis akan menjelaskan setelah diadakan penelitian.
Hal ini mencakup deskripsi objek penelitian, statistik deskriptif,
3
pengujian asumsi dasar, pengujian asumsi klasik, regresi linear
berganda, dan pembahasan.
BAB V PENUTUP
Dalam bab ini penulis memberikan simpulan dari hasil yang diperoleh
setelah dilakukan penelitian. Kemudian disajikan keterbatasan serta
saran yang dapat menjadi pertimbangan bagi penelitian.
4
BAB II
LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS
A. Landasan Teori
1. Konsisten Pegawai/Karyawan
a. Pengertian Kinerja
Pada dasarnya seorang pegawai dalam melaksanakan tugas yang
dibebankan kepadanya diharapkan dapat menunjukkan suatu performance
yang terbaik dari pegawai tersebut, selain itu performance yang ditunjukan
oleh seorang pegawai tentu saja dipengaruhi oleh berbagai faktor yang
penting, artinya bagi peningkatan hasil kerja yang menjadi tujuan dari
organisasi atau instansi dimana pegawai tersebut bekerja.
Performance atau kinerja ini perlu diukur oleh pimpinan agar dapat
diketahui sampai sejauh mana perkembangan kinerja dari seorang pegawai
pada khususnya dan organisasi pada umumnya.
Pengertian kinerja pegawai yang dikemukakan oleh Mangkunegara
dalam bukunya yang berjudul Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan
(2004:67), yang menyatakan bahwa :
“Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai
oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung
jawab yang diberikan.”
5
Irawan ( 2000:588 ) menyatakan bahwa :
“Kinerja (performance )adalah hasil kerja yang konkrit, dapat diamati,
dan dapat diukur”. Sehingga kinerja merupakan hasil kerja yang dicapai oleh
pegawai dalam pelaksanaan tugas yang berdasarkan ukuran dan waktu
yang telah ditentukan.”
Dari pengertian-pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kinerja
merupakan suatu hasil kerja dari seseorang atau kelompok yang berada dalam
suatu organisasi dalam menyelesaikan tugas yang sudah ditargetkan dan
dinilai sesuai waktu dan ukuran yang telah ditentukan untuk mencapai tujuan
yang sudah ditentukan bersama.
b. Pengukuran Kinerja Pegawai
Ada beberapa pengukuran kinerja pegawai menurut Gomes (2003 : 134)
adalah sebagai berikut :
Indikator-indikator kinerja pegawai, sebagai berikut :
1. Quantity of work : Jumlah kerja yang dilakukan dalam suatu periode
waktu yang ditentukan.
2. Quality of work : kualitas kerja yang dicapai berdasarkan syarat-syarat
kesesuaian dan kesiapannya.
3. Job Knowledge : Luasnya pengetahuan mengenai pekerjaan dan
keterampilannya.
4. Creativeness : Keaslian gagasan-gagasan yang dimunculkan dari tindakan-
tindakan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang timbul.
6
5. Cooperation : kesediaan untuk bekerja sama dengan orang lain (sesama
anggota organisasi).
6. Dependability : Kesadaran dan dapat dipercaya dalam hal kehadiran dan
penyelesaian kerja tepat pada waktunya.
7. Initiative : Semangat untuk melaksanakan tugas-tugas baru dan dalam
memperbesar tanggung jawabnya.
8. Personal Qualities : Menyangkut kepribadian, kepemimpinan, keramah-
tamahan, dan integritas pribadi.
Menurut Keban(2004:109) dalam Pasolong (2010:184) pengukuran kinerja
pegawai penting dilakukan oleh instansi pelayanan publik. Dengan
mengetahui kelemahan dan kelebihan, hambatan dan dorongan, atau berbagai
faktor sukses bagi kinerja pegawai serta institusi maka terbukalah jalan
menuju profesionalisasi, yaitu memperbaiki kesalahan-kesalahan yang
dilakukan selama ini. Terdapat berbagai teori mengenai indikator kinerja
pegawai. Salah satunya indikator kinerja pegawai Fadel (2009:195)
mengemukakan beberapa indikator yang digunakan
untuk mengukur kinerja pegawai yaitu :
a) Pemahaman atas tupoksi
Dalam menjalankan tupoksi, bawahan harus terlebih dahulu paham tentang
tugas pokok dan fungsi masing-masing serta mengerjakan tugas sesuai
dengan apa yang menjadi tanggung jawabnya.
b) Inovasi
7
Memiliki inovasi yang positif dan menyampaikan pada atasan serta
mendiskusikanya pada rekan kerja tentang pekerjaan.
c) Kecepatan kerja
Dalam menjalankan tugas kecepatan kerja harus diperhatikan dengan
menggunakan mengikuti metode kerja yang ada.
d) Keakuratan kerja
Tidak hanya cepat, namun dalam menyelesaikan tugas karyawan juga harus
disiplin dalam mengerjakan tugas dengan teliti dalam bekerja dan melakukan
pengecekan ulang.
e) Kerjasama
Kemampuan dalam bekerjasama dengan rekan kerja lainya seperti bisa
menerima dan menghargai pendapat orang lain.
Selain pendapat para ahli, pemerintah memiliki indikator kinerja pegawai
yaitu dalam Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang penilaian
pelaksanaan pekerjaan PNS. Indikator tersebut adalah :
a. Kesetiaan, yaitu tekat dan kesanggupan untuk menaati, melaksanakan, dan
mengamalkan sesuatu yang ditaati dengan penuh kesabaran dan
tanggungjawab.
b. Prestasi kerja, yaitu hasil kerja yang dicapai pegawai dalam melaksanakan
tugas yang diberikan kepadanya.
8
c. Tanggungjawab, yaitu kesanggupan pegawai dalam melakukan pekerjaan
yang diserahkan kepadanya dengan sebaik-baiknya dan tepat waktu, serta
berani menanggung resiko atas keputusan yang telah diambil.
d. Ketaatan, yaitu kesanggupan pegawai untuk menaati segala peraturan
perundang-undangan dan peraturan kedinasan yang berlaku.
e. Kejujuran, yaitu ketulusan hati pegawai dalam melaksanakan dan
kemampuanuntuk tidak menyalahgunakan wewenang yang diembannya.
f. Kerjasama, yaitu kemampuan pegawai untuk bekerjasama dengan orang
lain dalam melakukan tugasnya.
g. Prakarsa, yaitu kemampuan pegawai untuk mengambil keputusan langkah-
langkah atau melaksanakan semua tindakan yang diperlukan dalam
melaksanakan tugas pokok tanpa menunggu perintah dari atasan.
h. Kepemimpinan, yaitu kemampuan untuk mempengaruhi orang lain
sehingga dapat diarahkan secara maksimal untuk melaksanakan tugas
Menurut T.R. Michel dalam Rizky (2001:15) indikator kinerja meliputi :
a) Kualitas pelayanan (Quality of work), yaitu kualitas pekerjaan yang
dihasilkan dapat memuaskan bagi penggunanya atau tidak, sehingga hal ini
dijadikan sebagai standar kerja.
b) Komunikasi (Communication), yaitu kemampuan pegawai dalam
berkomunikasi dengan baik kepada konsumen.
c) Kecepatan (Promptness), yaitu kecepatan bekerja yang diukur oleh tingkat
waktu, sehingga pegawai dituntut untuk bekerja cepat dalam mencapai
kepuasan dan peningkatan kerja.
9
d) Kemampuan (Capability), yaitu kemampuan dalam melakukan pekerjaan
semaksimal mungkin.
e) Inisiatif (Intiative), yaitu setiap pegawai mampu menyelesaikan masalah
pekerjaannya sendiri agar tidak terjadi kemandulan dalam pekerjaan.
Kalau ukuran pencapaian kinerja sudah ditetapkan, maka langkah berikutnya
dalam mengukur kinerja adalah mengumpulkan informasi yang berhubungan
dengan hal tersebut dari seseorang selama periode tertentu. Dengan
membandingkan hasil ini dengan standar yang dibuat oleh periode waktu
yang bersangkutan, akan didapatkan tingkat kinerja dari seorang pegawai.
Secara ringkasnya dapatlah dikatakan bahwa pengukuran tentang kinerja
pegawai tergantung kepada jenis pekerjaanya dan tujuan dari organisasi yang
bersangkutan.
c. Faktor – faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan
Faktor-faktor penentu pencapaian prestasi kerja atau kinerja individu dalam
organisasi menurut A.A. Anwar Prabu Mangkunegara (2005:16-17) adalah
sebagai berikut:
1. Faktor Individu
Secara psikologis, individu yang normal adalah individu yang memiliki
integritas yang tinggi antara fungsi psikis (rohani) dan fisiknya (jasmaniah).
Dengan adanya integritas yang tinggi antara fungsi psikis dan fisik, maka
individu tersebut memiliki konsentrasi diri yang baik. Konsentrasi yang baik
ini merupakanmodal utama individu manusia untu mampu mengelola dan
10
mendayagunakan potensi dirinya secara optimal dalam melaksanakan
kegiatan atau aktivitas kerja sehari-hari dalam mencapai tujuan organisasi.
2. Faktor Lingkungan Organisasi
Faktor lingkungan kerja organisasi sangat menunjang bagi individu dalam
mencapai prestasi kerja. Faktor lingkungan organisasi yang dimaksud antara
lain uraian jabatan yang jelas, autoritas yang memadai, target kerja yang
menantang, pola komunikasi kerja efektif, hubungan kerja harmonis, iklim
kerja respek dan dinamis, peluang berkarier dan fasilitas kerja yang relatif
memadai.
Selain itu, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja suatu
karyawan tersebut. Diantaranya :
a. Faktor kemampuan. Dimana secara psikologis kemampuan (ability)
pegawi terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan realita
(Pendidikan). Oleh karena itu pegawai perlu ditempatkan pada pekerjaan
yang sesuai dengan keahliannya
b. Faktor motivasi. Dimanan motivasi terbentuk dari sikap (attitude) seorang
pegawai dalam menghadapi situasi kerja. Motivasi merupakan kondisi yang
menggerakkan diri pegawai terarah untuk mencapai tujuan kerja.
c. Lingkungan kerja. Dari lingkungan kerja menunjuk pada hal yang berada
di sekeliling dan mencakup karyawan di kantor. Kondisi lingkungan kerja
lebih banyak tergantung dan diciptakan oleh pimpinan perusahaan/organisasi
tersebut, sehingga suasana kerja yang tercipta tergantung pada pola yang
diciptakan pimpinan.
11
Disamping dari beberapa faktor tersebut diatas, suatu perusahaan juga perlu
melakukan peningkatan kinerja karyawannya dengan cara melakukan
pemekaran pekerjaan dan pemerkayaan pekerjaan. Pemekaran pekerjaan
merupakan pemberian tugas kepada pegawai dengan tingkat kesulitan dan
resiko yang tinggi dan biasanya tidak begitu banyak tugas yang dibebankan
kepada karyawan tersebut. Semua itu disesuaikan dengan tingkat kemampuan
suatu karyawan.
Dalam sebuah perusahaan haruslah sering mengevaluasi kinerjanya, karena
dengan melakukan evaluasi kinerja suatu perusahaan akan menjadi baik dan
agar tetap tumbuh dan dapat bersaing. Perbaikan ini akan dilaksanakan secara
terus menerus, sehingga kinerja perusahaan tersebut akan makin baik dan
dapat terus unggul.
Salah satu cara untuk memperbaiki dan memaksimalkan kinerja pegawai
adalah dengan cara restrukturisasi. Kita mungking pernah mendengar kata
tersebut. Restrukturisasi sering disebut dengan downsing atau delayering,
melibatkan pengurangan perusahaan di bidang tenaga kerja atau unit satuan
kerja. Pada setiap perusahaan yang melakukan perbaikan, entah dalam skala
kecil atau besar, tujuannya untuk memperbaiki kinerja perusahaan tersebut.
Menurut Timpe (1993) faktor - faktor yang mempengaruhi kinerja, yaitu :
1. Kinerja baik dipengaruhi oleh dua faktor :
a. Internal (pribadi)
a) Kemampuan tinggi
b) Kerja keras
12
b. Eksternal (lingkungan)
a) Pekerjaan mudah
b) Nasib baik
c) Bantuan dari rekan - rekan
d) Pemimpin yang baik
2. Kinerja jelek dipengaruhi dua faktor :
a. Internal (pribadi)
a) Kemampuan rendah
b) Upaya sedikit
b. Eksternal (lingkungan)
a) Pekerjaan sulit
b) Nasib buruk
c) Rekan - rekan kerja tidak produktif
d) Pemimpin yang tidak simpatik
Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan, meliputi :
a. Faktor Finansial, yaitu terpenuhinya keinginan karyawan terhadap
kebutuhan finansial yang diterimanya untuk memenuhi kebutuhan mereka
sehari-hari sehingga kepuasan kerja bagi karyawan dapat terpenuhi. Hal ini
meliputi; system dan besarnya gaji, jaminan sosial, macam-macam tunjangan,
fasilitas yang diberikan serta promosi (Moh. As’ad,1987: 118).
13
b. Faktor Fisik, yaitu faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik
lingkungan kerja dan kondisi fisik karyawan. Hal ini meliputi; jenis
pekerjaan, pengaturan waktu kerja dan istirahat, perlengkapan kerja, keadaan
ruangan/suhu, penerangan, pertukaran udara, kondisi kesehatan karyawan dan
umur (Moh. As'ad,1987:117).
c. Faktor Sosial, yaitu faktor yang berhubungan dengan
interaksi sosial baik antara sesama karyawan, dengan atasannya maupun
karyawan yang berbeda jenis pekerjaannya. Hal ini meliputi; rekan kerja yang
kompak, pimpinan yang adil dan bijaksana, serta pengarahan dan perintah
yang wajar (Drs.Heidjrachman dan Drs. Suad Husnan.1986: 194-195).
d. Faktor Psikologi, yaitu faktor yang berhubungan dengan kejiwaan
karyawan. Hal ini meliputi; minat, ketentraman dalam bekerja, sikap
terhadap kerja, bakat dan keterampilan (Moh.As'ad,1987: 11.7).
d. Tujuan dari adanya kinerja karyawan
Tujuan diadakannya penilaian kinerja bagi para karyawan dapat kita ketahui
dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Tujuan evaluasi
Seorang manajer menilai kinerja dari masalalu seorang karyawan dengan
menggunakan ratings deskriptif untuk menilai kinerja dan dengan data
tersebut berguna dalam keputusan-keputusan promosi. demosi, terminasi dan
kompensasi.
2. Tujuan pengembangan
14
Seorang manajer mencoba untuk meningkatkan kinerja seorang
karyawan dimasa yang akan datang.
Sedangkan tujuan pokok dari sistem penilaian kinerja karyawan adalah:
sesuatu yang menghasilkan informasi yang akurat dan valid berkenaan
dengan prilaku dan kinerja anggota organisasi atau perusahaan.
e. Solusi meningkatkan kinerja karyawan
Berdasarkan pernyataan menurut Timpe (1993) cara - cara untuk
meningkatkan kinerja karyawan, antara lain :
1. Diagnosis
Suatu diagnosis yang berguna dapat dilakukan secara informal oleh setiap
individu yang tertarik untuk meningkatkan kemampuannya dalam
mengevaluasi dan memperbaiki kinerja. Teknik - tekniknya : refleksi,
mengobservasi kinerja, mendengarkan komentar - komentar orang lain
tentang mengapa segala sesuatu terjadi, mengevaluasi kembali dasar - dasar
keputusan masa lalu, dan mencatat atau menyimpan catatan harian kerja yang
dapat membantu memperluas pencarian manajer penyebab - penyebab
kinerja.
2. Pelatihan
Setelah gaya atribusional dikenali dan dipahami, pelatihan dapat membantu
manajemen bahwa pengetahuan ini digunakan dengan tepat.
3. Tindakan
15
Tidak ada program dan pelatihan yang dapat mencapai hasil sepenuhnya
tanpa dorongan untuk menggunakannya. Analisa atribusi kausal harus
dilakukan secara rutin sebagai bagian dari tahap - tahap penilaian kinerja
formal.
f. Manfaat dari kinerja karyawan
Pada umumnya bagi para pimpinan perusahaan tentunya sependapat bahwa
penilaian ini merupakan bagian penting dari seluruh proses kekaryaan
karyawan yang bersangkutan. Hal ini penting juga bagi perusahaan dimana
karyawan tersebut bekerja. Bagi karyawan, penilaian tersebut berperan
sebagai umpan balik tentang berbagai hal seperti kemampuan, kelebihan,
kekurangan, dan potensi yang pada gilirannya bermanfaat untuk menentukan
tujuan, jalur, rencana dan pengembangan karir.
Dan bagi organisasi atau perusahaan sendiri, hasil penilaian tersebut sangat
penting artinya dan peranannya dalam pengambilan keputusan tentang
berbagai hal, seperti identifikasi kebutuhan program pendidikan dan
pelatihan, rekruitment, seleksi, program pengenalan, penempatan, promosi,
sistem imbalan dan berbagai aspek lain dari proses dari manajemen sumber
daya manusia secara efektif.
Disini manfaat dari penilaian suatu kinerja pegawai terdapat kontribusi hasil-
hasil penilaian merupakan suatu yang sangat bermanfaat bagi perencanaan
kebijakan organisasi adapun secara terperinci penilaian kinerja bagi
organisasi adalah :
a. Penyesuaian-penyesuaian kompensasi.
16
b. Perbaikan kinerja.
c. Kebutuhan latihan dan pengembangan.
d. Pengambilan keputusan dalam hal penempatan promosi, mutasi,
pemecatan, pemberhentian dan perencanaan tenaga kerja.
e. Untuk kepentingan penelitian pegawai. Membantu diagnosis terhadap
kesalahan desain pegawai.
2. Konsep Implementasi
Pengertian implementasi seperti yang dikemukakan oleh Budi Winarno
(2002), yang mengatakan bahwa implementasi kebijakan dibatasi sebagai
menjangkau tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu-individu
pemerintah dan individu-individu swasta (kelompok-kelompok) yang
diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam
keputusan-keputusan kebijaksanaan sebelumnya.
Adapun makna implementasi menurut Daniel A. Mazmanian dan Paul
Sabatier (1979) sebagaiamana dikutip dalam buku Solihin Abdul Wahab
(2008: 65), mengatakan bahwa, yaitu,
“Implementasi adalah memahami apa yang senyatanya terjadi sesudah suatu
program dinyatakan berlaku atau dirumuskan merupakan fokus perhatian
implementasi kebijaksanaan yakni kejadian-kejadian dan kegiatan-kegiatan
yang timbul sesudah disahkannya pedoman-pedoman kebijaksanaan Negara
yang mencakup baik usaha-usaha untuk mengadministrasikannya maupun
untuk menimbulkan akibat/dampak nyata pada masyarakat atau kejadian-
kejadian”.
17
Dari pandangan kedua ahli diatas dapat dikatakan bahwa suatu proses
implementasi kebijaksanaan itu sesungguhnya tidak hanya menyangkut
perilaku badan-badan adminstratif yang bertanggung jawab untuk
melaksanakan suatu program yang telah ditetapkan serta menimbulkan
ketaatan pada diri kelompok sasaran, melainkan pula menyangkut jaringan
kekuatan-kekuatan poltik, ekonomi, dan social yang secara langsung maupun
tidak langsung dapat mempengaruhi segala pihak yang terlibat, sekalipun
dalam hal ini dampak yang diharapkan ataupun yang tidak diharapakan.
Van Meter dan Van Horn (Budi Winarno, 2002;102) membatasi
implementasi kebijakan sebagai tindakan-tindakan yang dilakukan individu-
individu (kelompok-kelompok) pemerintah maupun swasta yang diarahkan
untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam keputusan-
keputusan sebelumnya.
Micahel Howlet dan M. Ramesh (1995;11) dalam buku Subarsono (2006;13),
bahwa:
“implementasi kebijakan adalah proses untuk melakukan kebijakan supaya
mencapai hasil.”
Dari defenisi diatas dapat diketahui bahwa implementasi kebijakan terdiri dari
tujuan atau sasaran kebijakan, aktivitas, atau kegiatan pencapaian tujuan, dari
hasil kegiatan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa implementasi merupakan
suatu proses yang dinamis, dimana pelaksana kebijakan melakukan suatu
aktivitas atau kegiatan, sehingga pada akhirnya akan mendapatkan suatu hasil
18
yang sesuai dengan tujuan atau sasaran kebijakan itu sendiri. Keberhasilan
suatu implementasi kebijakan dapat diukur atau dilihat dari proses dan
pencapaian tujuan hasil akhir (output), yaitu : tercapai atau tidaknya tujuan-
tujuan yang ingin diraih.
Van Meter dan Van Horn (Budi Winarno, 2002;102) membatasi
implementasi kebijakan sebagai tindakan-tindakan yang dilakukan individu-
individu (kelompok-kelompok) pemerintah maupun swasta yang diarahkan
untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam keputusan-
keputusan sebelumnya.
Meter dan Horn (subarsono;2006;99) mengemukakan bahwa terdapat enam
variabel yang mempengaruhi kinerja implementasi, yakni;
1) Standar dan sasaran kebijakan, di mana standar dan sasaran kebijakan
harus jelas dan terukur sehingga dapat direalisir apabila standar dan sasaran
kebijakan kabur,
2) Sumberdaya, dimana implementasi kebijakan perlu dukungan sumberdaya,
baik sumber daya manusia maupun sumber daya non manusia.
3) Hubungan antar organisasi, yaitu dalam benyak program, implementor
sebuah program perlu dukungan dan koordinasi dengan instansi lain,
sehingga diperlukan koordinasi dan kerja sama antar instansi bagi
keberhasilan suatu program.
4) Karakteristik agen pelaksana yaitu mencakup stuktur birokrasi, norma-
norma dan pola-pola hubungan yang terjadi dalam birokrasi yang semuanya
itu akan mempengaruhi implementasi suatu program.
19
5) Kondisi sosial, politik, dan ekonomi. Variable ini mencakup sumberdaya
ekonomi lingkungan yang dapat mendukung keberhasilan implementasi
kebijakan, sejauh mana kelompok-kelompok kepentingan memberikan
dukungan bagi implementasi kebijakan, karakteristik para partisipan, yakni
mendukung atau menolak, bagaimana sifat opini public yang ada di
lingkungan, serta apakah elite politik mendukung implementasi kebijakan.
6) Disposisi implementor yang mencakup tiga hal yang penting, yaitu respon
implementor terhadap kebijakan, yang akan mempengaruhi kemauannya
untuk melaksanakan kebijakan, kognisi yaitu pemahaman terhadap kebijakan,
intensitas disposisi implementor, yaitu preferensi nilai yang dimiliki oleh
implementor.
Dari defenisi diatas dapat diketahui bahwa implementasi kebijakan terdiri dari
tujuan atau sasaran kebijakan, aktivitas, atau kegiatan pencapaian tujuan, dari
hasil kegiatan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa implementasi merupakan
suatu proses yang dinamis, dimana pelaksana kebijakan melakukan suatu
aktivitas atau kegiatan, sehingga pada akhirnya akan mendapatkan suatu hasil
yang sesuai dengan tujuan atau sasaran kebijakan itu sendiri. Keberhasilan
suatu implementasi kebijakan dapat diukur atau dilihat dari proses dan
pencapaian tujuan hasil akhir (output), yaitu : tercapai atau tidaknya tujuan-
tujuan yang ingin diraih.
3 Teori-Teori Implementasi
Impelentasi adalah suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah rencana yang
sudah disusun secara matang dan terperinci. Implementasi biasanya dilakukan
20
setelah perencanaaan sudah dianggap fix. Berikut disini ada sedikit info
tentang pengertian implentasi menurut para ahli.
Secara sederhana implementasi bisa diartikan pelaksanaan atau penerapan.
Majone dan Wildavsky (dalam Nurdin dan Usman, 2002), mengemukakan
implementasi sebagai evaluasi. Browne dan Wildavsky (dalam Nurdin dan
Usman, 2004:70) mengemukakan bahwa ”implementasi adalah perluasan
aktivitas yang saling menyesuaikan”. Pengertian implementasi sebagai
aktivitas yang saling menyesuaikan juga dikemukakan oleh Mclaughin
(dalam Nurdin dan Usman, 2004). Adapun Schubert (dalam Nurdin dan
Usman, 2002:70) mengemukakan bahwa ”implementasi adalah sistem
rekayasa.”
Subarsono (2008;89), mengemukakan beberapa teori dari beberapa ahli
mengenai implementasi kebijakan, yaitu:
A. Teori George C. Edward
dalam pandangan Edward III, implementasi kebijakan dipengaruhi oleh
empat variable, yaitu :
a).Komunikasi, yaitu keberhasilan implementasi kebijakan mensyaratkan agar
implementor mengetahui apa yang harus dilakukan, dimana yang menjadi
tujuan dan sasaran kebijakan harus ditransmisikan kepada kelompok sasaran
(target group), sehingga akan mengurangi distorsi imlpementasi.
b).Sumberdaya, dimana meskipun isi kebijakan telah dikomunikasikan secara
jelas dan konsisten, tetapi apabila implementor kekurangan sumberdaya untuk
melaksanakan, maka implementasi tidak akan berjalan efektif. Sumber daya
21
tersebut dapat berwujud sumber daya manusia, misalnya kompetensi
implementor dan sumber daya financial.
c).Disposisi, adalah watak dan karakteristik yang dimiliki oleh implementor.
Apabila implementor memiliki disposisi yang baik, maka implementor
tersebut dapat menjalankan kebijakan dengan baik seperti apa yang
diinginkan oleh pembuat kebijakan. Edward III (1980;98) menyatakan bahwa
sikap dari pelaksana kadangkala menyebabkan masalah apabila sikap atau
cara pandangnya berbeda dengan pembuat kebijakan. Oleh karena itu, untuk
mengantisipasi dapat mempertimbangkan atau memperhatikan aspek
penempatan pegawai (pelaksana) dan insentif
d).Struktur Birokrasi, merupakan susunan komponen (unit-unit) kerja dalam
organisasi yang menunjukkan adanya pembagian kerja serta adanya kejelasan
bagaimana fungsi-fungsi atau kegiatan yang berbeda-beda diintegrasikan atau
dikoordinasikan, selain itu struktur organisasi juga menunjukkan spesialisasi
pekerjaan, saluran perintah dan penyampaian laporan (Edward III, 1980;125)
Struktur organisasi yang terlalu panjang akan cenderung melemahkan
pengawasan dan menimbulkan red-tape, yakni prosedur birokrasi yang rumit
dan kompleks, yang menjadikan aktivitas organisasi tidak fleksibel. Aspek
dari stuktur organisasi adalah Standard Operating Procedure (SOP) dan
fragmentasi.
B. Teori Daniel A. Mazmanian dan Paul A. Sabatlier
Teori ini berpendapat bahwa terdapat tiga kelompok variable yang
mempengaruhi keberhasilan implementasi, yaitu:
22
Karakteristik masalah (tractability of the problems)
a. Tingkat kesulitan teknis dari masalah yang bersangkutan dimana di satu
pihak terdapat beberapa masalah social yang secara teknis mudah dipecahkan,
seperti kekurangan persediaan air bersih bagi penduduk.
b. Tingkat kemajemukan dari kelompok sasaran. Hal ini berarti bahwa suatu
program akan relative mudah diimplementasikan apabila kelompok
sasarannya adalah homogen, karena tingkat pemahaman kelompok sasaran
relative sama.
c. Proporsi kelompok sasaran terhadap total populasi, dimana sebuah
program akan relative sulit diimplementasikan apabila sasarannya mencakup
semua populasi dan sebaliknya sebuah program relatif mudah
diimplementasikan apabila jumlah kelompok sasarannya tidak terlalu besar.
d. Cakupan perubahan perilaku yang diharapkan dimana sebuah program
yang bertujuan memberikan pengetahuan atau bersifat kognitif akan relative
mudah diimplementasikan dibanding program yang bertujuan untuk
mengubah sikap dan perilaku masyarakat.
Karakteristik kebijakan (ability of statue to structure implementation),
yaitu :
a. Kejelasan isi kebijakan, yaitu, karena semakin jelas dan rinci isi sebuah
kebijakan, maka akan lebih mudah di implementasikan, karena implementor
mudah memahami dan menerjemahkan dalam tindakan nyata.
b. Seberapa jauh kebijakan tersebut memiliki dukungan teoritis, di mana
kebijakan yang memiliki dasar teoritis memiliki sifat lebih mantap karena
23
sudah teruji, meskipun untuk beberapa lingkungan tertentu perlu ada
modifikasi.
c. Besarnya alokasi sumber daya financial terhadap kebijakan tersebut, di
mana sumber daya keuangan adalah factor krusial untuk setiap program
social, setiap program juga memerlukan dukungan staf untuk melakukan
pekerjaan-pekerjaan administrasi dan teknis, serta memonitor program yang
semuanya memerlukan biaya.
d. Seberapa besar adanya ketertarikan dan dukungan antar berbagai institusi
pelaksana, di mana kegagalan kerja sering disebabkan oleh kurangnya
koordinasi vertical dan horizontal antar instansi yang terlibat dalam
implementasi program.
e. Kejelasan dan konsistensi aturan yang ada pada badan pelaksana.
f. Tingkat komitmen aparat, terhadap tujuan kebijakan. Kasus korupsi yang
terjadi di Negara-negara dunia ke tiga, khususnya Indonesia salah satu
sebabnya adalah rendahnya tingkat komitmen aparat untuk melaksanakan
tugas dan pekerjaan atau program-program.
g. Seberapa luas akses kelompok-kelompok luar untuk berpastisipasi dalam
implementasi kebijakan, di mana suatu program yang memberikan peluang
luas bagi masyarakat untuk terlibat akan relative mendapat dukungan di
banding program yang tidak melibatkan masyarakat.
Lingkungan kebijakan (nonstatutory variable effecting implementation),
yaitu :
24
a. Kondisi social ekonomi masyarakat dan tingkat kemajuan teknologi
dimana masyarakat yang sudah terbuka dan terdidik akan relative mudah
menerima program pembaharuan dibanding dengan masyarakat yang masih
tertutup dan tradisional.
b. Dukungan publik sebuah kebijakan, dimana kebijakan yang memberikan
insentif biasanya mudah mendapatkan dukungan public, sebaliknya kebijakan
yang bersifat dis-intensif, misalnya kenaikan harga BBM akan kurang
mendapatkan dukungan public.
c. Sikap dari kelompok pemilih (constituency goups), dimana kelompok
pemilih yang ada dalam masyarakat dapat mempengaruhi implementasi
kebijakan melalui berbagai cara, yaitu kelompok dapat melakuakn intervensi
terhadap keputusan yang dibuat badan-badan pelaksana melalui berbagai
komentar dengan maksud untuk mengubah keputusan, dan kelempok pemilih
dapat memiliki kemampuan untuk mempengaruhi badan-badan pelaksana
secara tidak langsung melalui kritik yang dipubliksikan terhadap badan-badan
pelaksana.
d. Tingkat komitmen dan keterampilan dari aparat dan implementor .pada
akhirnya, komitmen aparat pelaksana untuk merealisasikan tujuan yang telah
tertuang dalam kebijakan adalah variabel yang paling krusial, sehingga aparat
pelaksana harus memiliki keterampilan dalam membuat prioritas tujuan dan
selanjutnya marealisasikan prioritas tujuan tersebut.
C. Teori Donald S.Van Meter dan Carl E. Van Horn
25
Meter dan Horn (subarsono;2006;99) mengemukakan bahwa terdapat lima
variabel yang mempengaruhi kinerja implementasi, yakni;
a. Standar dan sasaran kebijakan, di mana standar dan sasaran kebijakan
harus jelas dan terukur sehingga dapat direalisir.apabila standar dan sasaran
kebijakan kabur.
b. Sumberdaya, dimana implementasi kebijakan perlu dukungan sumberdaya,
baik sumber daya manusia maupun sumber daya non manusia.
c. Hubungan antar organisasi, yaitu dalam benyak program, implementor
sebuah program perlu dukungan dan koordinasi dengan instansi lain,
sehingga diperlukan koordinasi dan kerja sama antar instansi bagi
keberhasilan suatu program.
d. Karakteristik agen pelaksana yaitu mencakup stuktur birokrasi, norma-
norma dan pola-pola hubungan yang terjadi dalam birokrasi yang semuanya
itu akan mempengaruhi implementasi suatu program.
e. Kondisi sosial, politik, dan ekonomi. Variable ini mencakup sumberdaya
ekonomi lingkungan yang dapat mendukung keberhasilan implementasi
kebijakan, sejauh mana kelompok-kelompok kepentingan memberikan
dukungan bagi implementasi kebijakan, karakteristik para partisipan, yakni
mendukung atau menolak, bagaimana sifat opini public yang ada di
lingkungan, serta apakah elite politik mendukung implementasi kebijakan.
f. Disposisi implementor yang mencakup tiga hal yang penting, yaitu respon
implementor terhadap kebijakan, yang akan mempengaruhi kemauannya
untuk melaksanakan kebijakan, kognisi yaitu pemahaman terhadap kebijakan,
26
intensitas disposisi implementor, yaitu preferensi nilai yang dimiliki oleh
implementor.
D. Teori G. Shabbir Cheema dan Dennis A. Rondinelli
Teori ini berpendapat bahwa terdapat empat kelompok variable yang dapat
mempengaruhi kinerja dan dampak suatu program, yakni; kondisi
lingkungan; hubungan antar organisasi; sumberdaya organisasi untuk
implementasi program; karakteristik dan kemampuan agen pelaksana.
E. Teori David L. Wimer dan Aidan R.Vining
Welmer dan Vining (Subarsono, 2006;103) mengemukakan bahwa terdapat
tiga kelompok variable besar yang dapat mempengaruhi keberhasilan
implementasi suatu program, yaitu:
1. Logika kebijakan. Dimana hal ini dimaksudkan agar suatu kebijakan yang
ditetapkan masuk akal (reasonable) dan mendapatkan dukungan teoritis.
2. Lingkungan tempat kebijakan dioprasikan akan mempengaruhi
keberhasilan implementasi suatu kebijakan, dimana yang dimaksud
lingkungan dalam hal ini encakup lingkungan social, politik, ekonomi,
hankam, dan fisik, atau geografis. Suatu kebijakan yang berhasil pada suatau
daerah, bias saja gagal diimplementasikan pada daerah lain yang berbeda.
Kemampuan implementor kebijakan. Tingkat kompetensi implementor
mempengaruhi keberhasilan implementasi suatu kebijakan
4 Pengertian Sistem
Berikut adalah pendapat yang dikemukakan para ahli mengenai pengertian
sistem:
27
Menurut O’Brien (2007, p. 4), Sistem adalah satu set komponen yang saling
berhubungan dengan batasan yang jelas, bekerja sama untuk mencapai
serangkaian tujuan.
Menurut Satzinger et al (2005, p. 6), Sistem adalah kumpulan dari beberapa
komponen yang saling berhubungan dan bekerja sama untuk mencapai suatu
hasil.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan pengertian sistem adalah suatu
kumpulan dari beberapa komponen yang berhubungan, berketerkaitan, dan
bekerja sama dalam mencapai tujuan yang sudah ditetapkan.
5 Pengertian Informasi
Berikut adalah pendapat yang dikemukakan para ahli mengenai pengertian
informasi:
Menurut Satzinger et al (2005, p. 6), Informasi merupakan data yang telah
diubah atau dimanipulasi menjadi konteks yang berarti dan berguna bagi
pemakai pemakainya.
6. Pengertian Sistem Informasi
Berikut adalah beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli mengenai
pengertian Sistem Informasi :
Menurut Satzinger et al (2005, p. 7), Sistem Informasi adalah kumpulan dari
beberapa komponen yang saling berhubungan yang berfungsi untuk
mengumpulkan, memproses, menyimpan, dan menghasilkan output informasi
yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas bisnis. Sedangkan menurut
28
Satzinger et al (2005, p. 7-8), Sistem informasi terdiri dari komponen-
komponen penting, antara lain sebagai berikut :
1. Hardware (perangkat keras)
Adalah sekumpulan perangkat keras yang digunakan untuk menerima data
dan informasi, memprosesnya, dan menampilkannya kembali.
2. Software (perangkat lunak)
Adalah koleksi atau sekumpulan program yang dapat memerintah hardware-
hardware yang ada untuk memproses data.
3. Database (basis data)
Adalah basis data yang berisikan dari sekumpulan file atau table yang
berkaitan dan berhubungan antara satu sama lain, dan di dalam file atau table
tersebut berisikan data.
4. Network (jaringan computer)
Adalah sebuah sistem jembatan perhubungan, baik menggunakan kabel
(wireline) maupun tanpa menggunakan kabel (wireless) yang memiliki
peranan penting dalam menghubungkan beberapa computer yang berbeda
untuk berbagi sumber daya yang mereka miliki.
5. Procedures (prosedur)
Adalah sebuah instruksi, aturan, dan prosedur yang berisikan cara bagaimana
menggabungkan komponen-komponen diatas dalam rangka memproses
informasi dan menghasilkan apa yang diinginkan.
6. People (orang)
29
Adalah sumber daya manusia yang akan mengoperasikan hardware dan
software, berhubungan dengan mereka dan menggunakan hasil dari
pemrosesan tersebut.
Menurut O’Brien (2007, p. 4), Sistem informasi dapat berupa penggabungan
terorganisasi dari manusia, hardware, software, jaringan komputer, dan
sumber data yang mengumpulkan, mentransformasikan, dan menyebarkan
informasi di dalam suatu organisasi.
Menurut O’Brien (2007, p. 26), Sistem yang menerima sumber daya (data)
sebagai sebuah masukan, memprosesnya kemudian menghasilkan sebuah
produk (informasi).
7. Pengertian Proses Bisnis
Menurut Jones dan Rama (2006, p. 18), Proses bisnis adalah tindakan yang
dilakukan oleh bisnis untuk memperoleh, memproduksi, dan menjual barang
dan jasa. Terdapat cycle yang umumnya terdapat di suatu perusahaan, cycle
tersebut yaitu:
a. Acquisition, mengacu kepada proses dari membeli barang dan jasa.
b. Conversion, mengacu kepada proses mengubah sumber daya yang ada
menjadi barang dan jasa.
c. Revenue, mengacu kepada proses menyediakan barang dan jasa kepada
customer.
Dapat disimpulkan bahwa proses bisnis merupakan satu set aktivitas atau
tindakan yang mengubah input, mengubahnya, lalu menghasilkan output
30
berupa jasa dan barang, dan juga nilai bagi perusahaan, partner bisnis dan
atau customer.
8. Pengertian Enterprise Resource Planning (ERP)
Menurut Wawan (2007, p. 2), ERP singkatan dari 3 elemen kata yaitu
Enterprise (perusahaan/ organisasi), Resource (sumber daya), dan
Planning (perencanaan). Tiga kata ini mencerminkan sebuah konsep yang
berujung kepada kata kerja, yaitu “planning” yang berarti bahwa ERP
menekankan pada aspek perencanaan.
Menurut Brady (2005, p. 2), ERP adalah program perangkat lunak berada di
ujung tombak teknologi sistem informasi. Program ERP membantu untuk
mengelola proses bisnis perusahaan secara luas, menggunakan database yang
umum dan alat manajemen bersama pelaporan. ERP mendukung operasi
yang efisien proses bisnis dengan mengintegrasikan kegiatan usaha, termasuk
penjualan, pemasaran, akuntansi manufaktur, dan staf.
Menurut Azhar Susanto (2008:20) mengemukakan pengertian Enterprise
Resource Planning adalah :
“ERP adalah paket software terintegrasi yang dirancang untuk memberikan
integrasi yang menyeluruh terhadap seluruh data yang terkait dengan sistem
informasi perusahaan.”
Menurut James A. Hall (2002;114) mengemukakan pengertian Enterprise
Resource Planning adalah :
“ERP sistem adalah paket perangkat lunak modul berganda yang
berkembang terutama dari sistem perencanaan manufaktur tradisional
31
(manufacturing resource planning-MRP II).”
Menurut Jay Heizer dan Barry Rander yang dialih bahasakan oleh
Dwianoegrahwati Setyoningsih dan Indra Almahdi (2008;186)
mengemukakan pengertian Enterprise Resource Planning adalah :
“ERP adalah Software yang memungkinkan perusahaan untuk:
mengotomasi dan mengintegrasikan banyak proses bisnis mereka,
berbagi database dan praktik bisnis yang umum diseluruh perusahaan, dan
menghasilkan informasi dalam waktu terkini.”
Menurut James A. O’brien yang dialihbahasakan oleh Dewi Fitriasary dan
Deny Arnos Kwary (2005;320) mengemukakan pengertian Enterprise
Resource Planning adalah :
“ERP adalah tulang pungggung teknologi dari e-business, sebuah kerangka
kerja transaksi keseluruhan perusahaan dengan berbagai hubungan ke
pemrosesan pesanan penjualan, manajemen dan pengendalian persediaan,
perencanaan produksi dan distribusi, serta keuangan.”
Menurut Ronald L. Thompson dan William L. Cats-Baril (2008;354)
mengemukakan pengertian Enterprise Resource Planning adalah :
“Enterprise Resource Planning (ERP) system were designed to replace a
compani’s older, legacy information system with a group of highly
integrated software modules.”
Menurut definisi diatas ERP adalah sistem yang didesain untuk
menggantikan perangkat perusahaan terdahulu, dengan kumpulan modul-
32
modul software canggih yang terintegrasi dalam menghasilkan sistem
informasi .
Menurut Philp Smith dalam ERP Software Solution (2008) yang dikutip
melalui www.google.com mengemukakan pengertian Enterprise Resource
Planning adalah :
“ERP adalah software aplikasi berskala perusahaan yang dapat
menyediakan penyimpaanan informasi yang tersentralisasi bagi detail
transaksi dalam jumlah besar yang terjadi setiap harinya. ERP
mengintegrasikan inti proses bisnis dari perencanaan sampai produksi,
distribusi dan penjualan.”
Software ERP yang berupa kumpulan modul-modul diterapkan di seluruh
perusahaan dan menghubungkan seluruh bagian perusahaan melalui tranmisi
logikal dan berbagai data yang sama. Karena cakupanya yang luas, sistem
ERP dibagi atas beberapa modul dan setiap modul dibagi lagi menjadi sub-
sub modul yang lebih kecil. Semua modul dalam sistem ERP saling
melengkapi dan merupakan satu kesatuan. Setiap modul bisa terdiri dari
ribuan proses bisnis, dimana masing-masing proses bisnis ini didapatkan
dari praktek-praktek bisnis terbaik (best Practices). Pengelompokan modul
biasanya dilakukan berdasarkan pertimbangan fungsional. Konfigurasi ERP
memungkinkan 8000 tabel yang mengatur jenjang-jenjang dalam perusahaan
merangkum semuanya dalam struktur organisasi sampai diskon harga.
Bahkan menajer dapat memperoleh informasi keuangan perusahaan hanya
dengan beberapa ketukan di keyboard komputer (dikenal dengan istilah
33
Informaton in your Fingertips). Software ini mengubah data transaksi menjadi
informasi yang berguna dan menyusunnya supaya dapat dianalisa lebih lanjut.
Dengan cara ini, semua data transaksi yang terkumpul berubah menjadi
informasi yang dibutuhkan oleh perusahaan
9. Ciri-ciri Enterprise Resource Planning (ERP)
Menurut Mulia Hartono dalam 7 langkah mudah membangun sistem
informasi ERP (2008;4) yang dikutip melalui www.intacsindo.com sebuah
ERP sistem memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Sistem Tunggal
Sistem ERP dibangun dalam sistem tunggal sehingga informasi dapat
diperoleh dengan mudah dan cepat karena memiliki data yang terintegrasi.
Sistem lain yang non-ERP umumnya dibangun tidak dalam mesin tunggal
misal ada data dalam SQL server, sementara data lainya dalam FozPro, hal ini
menyebabkan sulitnya memperoleh informasi dengan cepat.
2. Modul Lengkap
Sistem ERP memiliki modul yang lengkap dan saling terintegrasi
yang menjangkau semua bagian dan fungsi perusahaan karena mempunyai
konsep yang jelas.
3. Fleksibel
Sistem ERP sangat fleksibel dan dapat diimplementasikan di semua anak
perusahaan atau pabrik manapun dalam suatu perusahan karena dapat
disesuaikan (dikonfigurasi) sesuai dengan kebutuhan.
4. Laporan
34
sistem ERP memiliki data seluruh sumber daya perusahaan dan dapat
memberikan laporan apa saja yang diperlukan termasuk fungsi-fungsi statistik
untuk menganalisis laporan.
10. Unsur-unsur Enterprise Resource Planning (ERP)
Menurut Michael Uram dalam Journal Enterprise Solution (2008;2)
mengemukakan bahwa ada seperangkat komputer atau disebut infrastruktur
ERP yang diperlukan untuk proses ERP terdiri dari :
1. Physical Component (server, network, storage, client)
2. People ( Business staff, operation staff, development staff)
3. Organizational Process (program and project management, change
management, support service).
Dibawah ini akan dijelaskan lebih rinci mengenai 3 komponen penting
didalam proses sistem Enterprise Resource Planning (ERP) :
1. Physical Component (Komponen Fisik)
a.Server-Client yang terdiri dari komputer server dan beberapa komputer
client. Server menjadi pusat sistem informasi, sedangkan client merupakan
komputer yang digunakan untuk melakukan tugas-tugas penanganan data.
b. Network (Jaringan), merupakan suatu unit komunikasi yang
membantu didalam penyebaran informasi.
c.Storage (Penyimpanan), merupakan tempat penyimpanan yang digunakan
untuk menyimpan data yang diolah oleh komputer.
2. People (Sumber Daya Manusia)
35
Sumber daya manusia yang mempunyai peranan penting untuk
pengembangan dan implementasi sistem adalah :
a.Staf Bisnis (Business Staff)
Staf bisnis merupakan orang yang bertugas menganalisa workflow (urutan
proses) sistem manajemen yang sedang berjalan (workflow as-is) dan
mendesain workflow baru yang lebih efisien (Workflow should-be). Staf
bisnis haruslah orang yang menguasai ilmu yang berhubungan dengan proses
bisnis yang dianalisa, misalnya membuat analisa di departemen accounting
maka staf bisnis harus menguasai siklus akuntansi.
b. Staf Operasi (Operation Staff)
Staf operasi merupakan staf yang bertanggung jawab pada kegiatan
operasional sehari-hari, misalnya backup data.
c.Staf Pengembangan (Development Staff)
Staf pengembangan bertugas untuk mengembangkan sistem dengan
mendisain program-program yang diperlukan.
3. Organization Process (Proses Organisasi)
a.Program dan proyek manajemen (Program and Project Management)
Penerapan sistem ERP biasanya merupakan
bagian dari program dan proyekmanajemen, yang dilakukan berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan manajemen.
Berikut ini alasan mengapa perusahaan melakukan perubahan :
1. Perubahan kebutuhan pemakai atau bisnis
36
Peningkatan pesaing, pertumbuhan bisnis atau konsolidasi, merger dan
divestasi, peraturan baru, atau perubahan dalam hubungan regional serta
global dapat mengubah struktur dan tujuan organisasi. Agar tetap responsif
atas kebutuhan perusahaan, maka sistem juga harus berubah.
2. Perubahan Teknologi
Sejalan dengan makin maju dan murahnya teknologi, perusahaan dapat
memanfaatkan berbagai kemampuan baru atau lama.
3. Peningkatan Proses Bisnis
Banyaknya perusahaan memiliki proses bisnis yang tidak efisien sehingga
membutuhkan pembaruan untuk memuaskan pelanggan.
4. Keunggulan Kompetitif
Peningkatan kualitas, kuantias dan kecepatan informasi dapat
meningkatkan produk atau layanan serta dapat membantu mengurangi biaya.
5. Perolehan Produktivitas
Komputer akan mengotomatisasi pekerjaan administrasi secara rutin serta
signfikan didalam mengurangi waktu untuk melakukan tugas-tugas lainya.
6. Pertumbuhan
Perusahaan berkembang lebih basar dari sistemnya sehingga harus
meningkatkan atau melakukan perubahan terhadap sistemnya secara
keseluruhan.
7. Penciutan
Perusahaan seringkali berpindah dari mainframe terpusat ke jaringan PC
atau sistem berbasis internet untuk mamanfaatkan rasio harga/kinerja mereka.
37
Hal ini menempatkan pengambilan keputusan dan informasi yang terkait
sampai ke bagan organisasi.
b. Perubahan Proses Kerja (Change Manajement)
Penerapan sistem ERP berpengaruh terhadap budaya perusahaan,
sehingga diperlukan perubahan proses kerja (Change Manajement) pada masa
penyesuaian atau yang sering disebut proses implementasi. Jika pada proses
implementasi tersebut diperlukan perubahan proses kerja yang cukup
mendasar, maka perusahan harus melakukan rekayasa ulang proses bisnis
atau Business Process Reengineering (BPR) yaitu analisis menyeluruh dan
mendesain ulang yang lengkap atau proses bisnis dan sistem informasi untuk
mencapai peningkatan kualitas yang dramatis. Walaupun memerlukan waktu
yang cukup lama beberapa keuntungan dari proses BPR yaitu :
Untuk menyederhanakan sistem
Untuk membuatnya lebih efektif
Untuk meningkatkan kualitas serta layanan perusahaan
c.Layanan dan Dukungan dari IT Departemen (Support Service)
Untuk mengatasi masalah yang terjadi pada sistem dan mendukung
pelaksanaan dari sistem ERP agar dapat berjalan dengan baik dan mencapai
tujuan, diperlukan adanya layanan dan dukungan dari IT departemen atau
vendor software. Dengan begitu para pengguna (Users) akan mampu
memahami sistem secara cepat, dan user akan puas dengan sistem yang ada
karena sistem tersebut dapat membantu kerja mereka dan tidak merumitkan.
38
Pengimplementasian sistem ERP bukan merupakan kejadian yang muncul
kemudian berakhir. Skala sistem yang sangat luas menyebabkan manajer
menyadari yang terjadi tidak akan pernah lengkap terselesaikan.
Organisasi-organisasi akan terus berubah dan berkembang dan sistem yang
ada harus ikut berubah dan berkembang bersama.
11. Modul-Modul Enterprise Resource Planning (ERP)
ERP memiliki cakupan fungsi yang sangat luas, di dalam fungsi-fungsi
tersebut terdapat komponen-komponen yang sering disebut dengan istilah
modul. Secara modular, software ERP biasanya terbagi atas modul utama
yakni Operasi serta modul pendukung yakni Finansial dan Akuntansi serta
Sumber Daya Manusia.
Menurut Wikipedia Indonesia dalam Perencanaan Sumber Daya
Perusahaan (2009) dijelaskan modul-modul ERP adalah sebagai berikut :
Modul Operasi adalah : Modul yang berhubungan dengan pengontrolan
produksi. Sub Modulnya terdiri dari: General Logistics, Sales and
Distribution, Materials Management, Logistics Execution, Quality
Management, Plant Maintenance, Customer Service, Production Planning and
Control, Project System, Environment Management
Modul Finansial dan Akuntansi adalah : Modul yang berhubungan dengan
masalah keuangan dan akuntansi. Sub Modulnya terdiri dari : General
Accounting, Financial Accounting, Controlling, Investment Management,
Treasury, Enterprise Controlling.
39
Modul Sumber Daya Manusia adalah : Modul yang berhubungan dengan
sumber daya manusia. Sub Modulnya terdiri dari : Personnel
Management, Personnel Time Management, Payroll, Training and Event
Management, Organizational Management, Travel Management.
12. Fungsi Enterprise Resource Planning (ERP) atau Enterprise System
Menurut Gelinas, Hunton and Sutton (2005 ; 52) dijelaskan mengenai fungsi
atau kegunaan dari Enterprise System secara umum diantaranya :
1. Enterprise Support for Organizational Process
Capturing data during, business process
Enterprise System facilitate functioning of of the organization’s
business
Enterprise System record that business events have accured
Enterprise System store data for decision making
2. Enterprise System Support for Major Business Events Process
Order to cash
Purchase to pay
Dibawah ini akan dijelaskan mengenai definisi fungsi atau kegunaan dari
enterprise system menurut ani dalam Gelinas, Hunton and Sutton (2005 ; 52)
adalah sebagai berikut:
1. Dapat mendukung proses organisasi
Pengolahan data, proses bisnis
Menjadi fasilitas bagi fungsi organisasi bisnis
Merekam proses bisnis dengan lebih teliti
40
Menyimpan data untuk pengambilan keputusan.
2. Dapat mendukung dalam proses bisnis yang utama.
Pembayaran pesanan
Pembayaran pembelian
Sedangkan menurut Wikipedia Indonesia dalam Perencanaan Sumber Daya
Perusahaan (2009) dijelaskan mengenai fungsi atau kegunaan dari sistem
Enterprise resource Planning (ERP) adalah sebagai berikut :
1. Integrasi data keuangan, yaitu : Untuk mengintegrasikan data keuangan
sehingga Top Management bisa melihat dan mengontrol kinerja keuangan
perusahaan dengan lebih baik.
2. Standarisasi proses operasi berfungsi menstandarkan proses operasi
melalui Implementasi Best Practice sehingga terjadi peningkatan
produktivitas. Penurunan inefisiensi dan peningkatan kualitas produk.
3. Standarisasi data dan Informasi berfungsi menstandarkan data dan
informasi melalui keseragaman pelaporan, terutama untuk perusahan besar
yang biasanya terdiri dari banyak business unit dengan jumlah dan jenis
bisnis yang berbeda-beda.
13. Keuntungan dan Kerugian Enterprise Resource Planning (ERP)
Menurut Wikipedia Indonesia dalam Perencanaan Sumber Daya
Perusahaan (2009) yang dikutip melalui www.wikipedia.com dijelaskan
mengenai keuntungan yang bisa diukur dengan menggunakan sistem
Enterprise Resource Planning (ERP) :
41
Penurunan inventori
Penurunan tenaga kerja secara total
Peningkatan service level
Peningkatan kontrol keuangan
Penurunan waktu yang di butuhkan untuk mendapatkan informasi
Sedangkan Kelemahan Enterprise Resource Planning (ERP) :
Disamping banyak keuntungan yang diperoleh dari sistem ERP, beberapa
kelemahan ERP perlu diperhatikan. Kelemahan ERP adalah sebagai berikut :
1. Implementasi ERP sangat sulit karena penerapanya yang terintegrasi dan
organisasi harus merubah cara mereka berbisnis. Kesulitan penerapan ERP
ditambah dengan adanya resistance to change dari personil yang terkena
imbasnya akibat perubahan proses dari bisnis.
2. Biaya implementasi ERP yang sangat mahal.
3. Organisasi hanya memikirkan manfaat yang besar di penerapan ERP tetapi
tidak mempersiapkan personilnya untuk berubah.
4. Permasalahan lainya dalah pada personil yang tiba-tiba dibebani dengan
tanggung jawab yang lebih besar dengan kesiapan yang kurang baik
mental maupun keahlianya.
14. Implementasi Enterprise Resource Planning (ERP)
1. Sekilas Mengenai Vendor dan Produk SAP R/3
SAP AG atau yang sering disebut SAP merupakan perusahaan Jerman
yang didirikan sejak tahun 1972 dan telah berkembang menjadi salah satu
perusahaan perangkat lunak terdepan di dunia. SAP beroperasi di seluruh dunia
42
dengan 28 anak perusahaan dan 6 rekanan perusahaan di lebih dari 40 negara.
SAP merupakan nama dari perusahaan juga merupakan nama paket sistem
ERP. Sistem SAP terdiri dari berbagai modul yang secara penuh telah
terintegrasi dan tercakup didalamnya keseluruhan aspek manajemen bisnis.
Sistem ini telah dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan yang semakin
meningkat dari organisasi-organisasi komersil yang selalu berusaha meraih
efisiensi dan efektifitas. Sistem ini menawarkn sistem yang unik yang
mendukung sebagian besar area bisnis dalam skala global.
Sistem tersebut telah terintegrasi dan menawarkan kesesuaian pada
keseluruhan fungsi bisnis. Sistem SAP yang terbaru dikenal dengan nama SAP
R/3, dimana sistem ini dirancang untuk dioperasikan dalam konfigurasi 3
tingkatan server/client, yang dapat dilihat pada gambar berikut dibawah ini :
Gambar 2.1 Triple Client Server Configuration
(Sumber : Jonathan Blaint, Using SAP R/3. (Indiana Polis, IN:Que,1996))
Pusat atau inti sistem ini merupakan kumpulan server-server jaringan
database berkecepatan tinggi. server-server database ini merupakan kumpulan
komputer-komputer dengan spesifikasi tertentu yang dirancang untuk secara
R/3 Fornt End Server
R/3 Application Server R/3 Database Server
43
efisien menangani berbagai kumpulan informasi. Kemudian diluarnya terdapat
aplikasi-aplikasi yang terdiri dari modul-modul yang dapat dioperasikan
melalui komputer yang terpisah.
Aplikasi-aplikasi tersebut dihubungkan melalui jaringan di sekeliling
kumpulan database dan mempunyai akses terhadap database tersebut secara
independent. Sedangkan para pengguna mengoperasikan aplikasi-aplikasi
tersebut melaalui front-end-server, yang merupakan personal komputer yang
dijalankan dengan Microsoft Windows NT.
Sistem SAP R/3 ini telah seutuhnya terintegrasi sehingga data yang ada
dapat digunakan bersama pada seluruh aplikasi yang ada. Contohnya bila
seorang pegawai memasukan transaksi pengiriman pada modul sales and
distribution, maka transaksi tersebut segera dapat dilihat pada aakun utang
dagang dalam modul financial accounting dan dapat dilihat juga pada
pengaturan persediaan yang terdapat dalam modul material manajemen.
2. Pemilihan Vendor
Pemilihan vendor (penjual) ERP sangat penting dalam
mengimplementasikan software ERP. Konsep yang mendasari proses bisnis
dalam software yang dimiliki oleh vendor menjadi faktor penting dalam
pemilihan vendor. Semakin besar pebedaan-perbedaan yang terjadi antara
proses yang ada pada perusahaan, akan menghasilkan kesulitan yang besar pula
dalam penerapan ERP. Proses yang baru, harus dapat diterima oleh para
pengguna dan hampir sama dengan proses yang sudah ada, supaya penerapan
berlangsung tanpa adanya masalah yang signifikan.Beberapa vendor ERP
44
yaitu SAP (dengan nama paket sistem SAP R/3), baan (dengan nama paket
sistem SSA), Oracle, Peoplesoft, J.D Edwards.
3. Pemberian Pelatihan
Kompleksnya didalam penerapan sistem ERP, menjadikan pelatihan
merupakan faktor yang tidak kalah pentingnya dalam implementasi sistem
ERP. Pelatihan dilaksanakan sebelum, pada saat, dan sesudah penerapan
sistem. Pelatihan yang berhubungan dengan penerapan software ERP dapat
dilihat pada table berikut :
Pelatihan Yang Berhubungan Dengan Penerapan Software ERP
Tipe Pelatihan Waktu Pelaksanan Pelatihan
Mempelajari vendor software Sebelum sistem ERP direncanakan
Pelatihan oleh vendor ERP (atau oleh
perusahaan yang berspesialisasi dalam
pemberian pelatihan ERP)
Pada saat perancangan dan
pengimplementasian sistem. Dan
sesudah penerapan sistem.
Pelatihan peer-to-peer atau saling
membandingkan, seperti seminar.
Akan sangat membantu setelah
penerapan sistem ERP
Sumber : Raymond McLeod dan George Schell yang dialihbahasakan oleh
Hendra Teguh (2001 ; 311)
Menurut Intacs Business Solution Official Site (IBSOS) (2008;1)
dijelaskan bahwa banyak perusahaan yang ingin mengimplementasikan ERP
hanya mendengar hal-hal positif dari vendor, tetapi tidak memahami kesulitan-
kesulitan yang terjadi serta biaya yang dibutuhkan untuk implementasi selain
biaya software sehingga sering underestimated. Organisasi perlu mengetahui
45
perubahan-perubahan yang akan terjadi jika implementasi ERP akan dilakukan,
diantaranya :
1. Banyak pekerjaan yang akan diotomasi sesudah implementasi sehingga
mengurangi fleksibilitas dalam mengoperasikan sebuah bisnis.
2. Kata ”Enterprise” dalam ERP mengandung makna apa yang terjadi di satu area
akan memiliki efek beriak pada area lain.
3. Sistem ERP cenderung menggantikan sistem lama baik pada level taktis
maupun manajemen. Segala sesuatu harus dijalankan secara konsisten yang
berarti cara yang diterapkan dalam menjalankan sesuatu harus sama untuk
semua area. Disamping itu perlakuan khusus yang akan dilakukan pada satu
area tidak akan terwujud tanpa merubah konfigurasi sistem.
Hal-hal inilah yang sering tidak dimengerti oleh sebuah perusahaan dan
selanjutnya terjebak pada saat mengimplementasikan.
Menurut Intacs Business Solution Official Site (IBSOS) (2008;1) terdapat 4
faktor kunci kesuksesan implementasi ERP yaitu :
1. bisnis proses yang matang,
2. manajemen perubahan yang baik,
3. komitmen manajemen mulai dari level manajemen sampai user sistem,
4. perubahan budaya organisasi.
4. Penyebab kegagalan implementasi ERP adalah :
Menurut Jay Heizer dan Barry Rander yang dalih bahasakan oleh
Dwianoegrahwati Setyoningsih dan Indra almahdi dalam buku Operations
46
management (2006) mengemukakan bahwa ada beberapa penyebab kegagalan
implementasi ERP diantaranya:
1. Manajemen perubahan dan training. Biasanya kesulitan terbesar terletak pada
perubahan praktek pekerjaan yang harus dilakukan. Disamping itu training
yang melibatkan banyak modul seharusnya dilaksanakan seawal mungkin.
2. To BPR or not to BPR. Perusahaan harus memilih antara merubah bisnis
proses untuk menyesuaikan sistem atau sebaliknya, dengan implikasi berupa
biaya dan waktu untuk merubah sistem.
3. Perencanaan yang buruk. Perencanaan harus mencakup beberapa area seperti
hal-hal bisnis dan ketersediaan user untuk membuat keputusan pada
konfigurasi sistem.
4. Meremehkan keahlian IT. Implementasi ERP membutuhkan keahlian staff
ditingkatkan dengan baik.
5. Manajemen proyek yang buruk. Hanya sedikit organisasi yang
mengimplementasi ERP tanpa melibatkan konsultan. Namun sering kali
konsultan melakukan perbuatan yang merugikan kliennya dengan tidak
membagi tanggung jawab.
6. Percobaan-percobaan teknologi. Usaha-usaha untuk membangun interface,
merubah laporan-laporan, menyesuaikan software dan merubah data biasanya
diremehkan.
7. Rendahnya keterlibatan Eksekutif. Implementasi membutuhkan keterlibatan
eksekutif senior untuk memastikan adaya partisipasi yang terdiri dari bisnis dan
IT dan membantu penyelesaian konflik-konflik.
47
8. Meremehkan sumber daya. Sebagian besar budget melebihi target terutama
untuk manajemen perubahan dan training user, pengujian integrasi, proses-
proses pengerjaan ulang, kustomisasi laporan dan biaya konsultan.
9. Evaluasi software yang tidak mencukupi. Organisasi biasanya tidak cukup
memahami apa dan bagaimana software ERP bekerja sampai mereka sepakat
untuk membeli.
Untuk mengatasi tersebut ada dua cara yang disarankan oleh Turbit (2005;2)
yaitu melakukan perubahan budaya dan manajemen perubahan yang baik.
Beberapa perubahan budaya yang harus dilakukan organisasi diantaranya :
1. Karyawan / user harus merubah fokus dari pekerjaan milik saya menjadi
pekerjaan keseluruhan organisasi.
2. Perubahan budaya biasanya memerlukan waktu beberapa hari.
3. Perubahan dari sistem lama yang mempunyai fleksibilitas tinggi (misal dalam
pengambilan keputusan) dan tidak menaruh perhatian pada konsistensi menjadi
sistem baru yang menaruh perhatian pada konsistensi.
5. Kendala-Kendala dalam Implementasi ERP
Menurut Jay Heizer dan Barry Rander yang dialih bahasakan oleh
Dwianoegrahwati Setyoningsih dan Indra Almahdi dalam buku Operations
Manangement (2006) mengemukakan bahwa kendala yang dihadapi dalam
implementasi dikategorikan menjadi 3 aspek :
1. Teknis, Diantaranya masalah bahasa dan perubahan dari model hard copy
menjadi model display.
48
2. Budaya, Implementasi ERP yang berbasis penggunaan teknologi menuntut
perubahan-perubahan yang harus dilakukan karyawan diantaranya harus
peduli terhadap penggunaan software tersebut (sebagai contoh selalu update
data).
3. Politik, Kendala yang menghambat implementasi berasal dari dalam tubuh
departemen IT sendiri dan dari luar departemen.
Sebagian besar karyawan IT merasa pekerjaannya akan hilang karena
digantikan oleh sistem tersebut. Hal ini dikarenakan sebelum penerapan sistem
ERP, bagian IT inilah yang bertanggung jawab untuk membuat aplikasi-
aplikasi sesuai dengan kebutuhan user disemua departemen. Beberapa
karyawan di luar departemen IT juga merasa terancam dengan berkurangnya
kekuasaan karena sebagian pekerjaan akan dilakukan oleh software ERP.
Dengan alasan politis tertentu, beberapa unit kerja yang sebenarnya bisa
dihapus tidak dapat dilakukan.
Keengganan user atau karyawan departemen lain pada saat diimplementasikan
software karena adanya unsur ”ketidakpercayaan” terhadap departemen IT.
Ketidakpercayaan tersebut timbul karena ketakutan bahwa data-data atau
laporan-laporan rahasia mereka akan diketahui oleh bagian IT selaku
administrator.
6. Usaha-Usaha Mengatasi Kendala Implementasi
Menurut Jay Heizer dan Barry Rander yang dialih bahasakan oleh
Dwianoegrahwati Setyoningsih dan Indra Alhmadi dalam buku Operations
49
Management (2006) mengemukakan bahwa ada beberapa usaha untuk
mengatasi kendala dalam implementasi diantaranya:
1. Implementasi Change Acceleration Project (CAP) untuk mengelola
perubahan-perubahan yang terjadi dalam implementasi ERP.
2. Pendekatan dengan user sebelum penerapan sistem ERP melalui presentasi-
presentasi untuk menunjukkan kelebihan-kelebihan implementasi sistem
tersebut.
3. Pengembangan Sistem Recovery dalam Implementasi ERP.
7. Hasil-Hasil Setelah Implementasi ERP
Dengan implementasi yang telah dilaksanakan ada beberapa perbaikan
yang diperoleh diantaranya :
Mempercepat proses order dari distributor sehingga membantu meningkatkan
penjualan
Mempercepat waktu pembuatan laporan keuangan, dari sebelumnya per
tanggal lima belas menjadi tanggal lima sudah tercetak semua laporan.
Meningkatkan keakuratan informasi.
B. Penelitian Relevan (TABEL PERBANDINGAN) 3
Penelitian yang relevan dengan penelitian pengembangan ini adalah
penelitian terdahulu yang dilakukan oleh :
JUDUL
MASAL
AH TUJUAN
HIPOTES
IS
ANALIS
IS HASIL
REKOM
ENDASI
Pengaru
h
Faktor
apa saja
Untuk
menyelidik
Nilai sig
Sebesar
Analisis
Deskripti
Efektivitas
sistem ERP
Dapat
memperl
50
Efektivit
as ERP
Terhada
p
Kinerja
Karyaw
an.
(Studi
Kasus
PT.
Bank
Maluku
yang
mempeng
aruhi ERP
pada PT.
Bank
Maluku?
i faktor-
faktor
yang
mempenga
ruhi
perilaku
karyawan
terhadap
penggunaa
n sistem
ERP pada
PT. Bank
Maluku
0,00 < 0,05
, Maka Ha
Diterima
yakni ada
hubungan
antara
kedua
variabel
korelasi
tersebut,
Signifikan
pada 0,01.
f. 32,1 %
cukup
mempengar
uhi kinerja
karyawan
dan sisanya
67,9%
dipengaruhi
hal-hal lain
yang juga
turut
berperan
serta dalam
kinerja user
atau
karyawan.
uas
variabel
lain yang
tidak
disebutka
n dalam
penelitian
ini yang
juga
berpenga
ruh
dalam
efektivita
s ERP.
Pengaru
h
Kepuasa
n
Penggun
a Sistem
Informa
faktor-
faktor
yang
mempeng
aruhi
kepuasan
pengguna
untuk
menguji
faktor-
faktor
yang
mempenga
ruhi
H1:
Kualitas
layanan
berpengaru
h positif
terhadap
kepuasan
Model
Pengukur
an dan
Model
Struktura
l.
Kualitas
layanan
terbukti
secara
signifikan
berpengaru
h positif
Penelitia
n
selanjutn
ya dapat
dilakukan
dengan
memperb
51
si
Terhada
p
Kinerja
Individu
.
akhir
paket
program
sistem
informasi
akuntansi
kepuasan
pengguna
akhir paket
program
sistem
informasi
akuntansi
pengguna terhadap
kepuasan
pengguna
sistem
informasi.
anyak
data dan
dilakukan
pengujian
dengan
metode
WLS
JUDUL MASAL
AH
TUJUA
N
HIPOT
ESIS
ANA
LISIS
HASIL REKOME
NDASI
Analisis
Kinerja
Operasi
Perusaha
an Yang
Menerap
kan
Sistem
ERP
Apakah
terdapat
perbedaa
n kinerja
operasi
yang
diukur
dengan
(gross
profit
margin,
operatin
g profit
Kinerja
operasi
yang
diukur
dengan
(gross
profit
margin,
operatin
g profit
margin ,
pretax
profit
Hasil uji
normalit
as
seperti
tersaji di
atas
menunju
kkan
bahwa
nilai
asymp
sig untuk
semua
Deskr
ipsi
statist
ik
Implikasi
penerapan
sistem ERP atas
kinerja operasi
perusahaan
berbeda di
antara
perusahaan
sehat dan
perusahaan
tidak sehat.
Simpulan ini
didasarkan pada
Penelitian
berikutnya
dapat
menggunak
an ukuran
kinerja
perusahaan
lain, seperti
tingkat
pengembali
an
investasi,
rasio
52
margin ,
pretax
profit
margin,
dan net
profit
margin),
antara
perusaha
an yang
menerap
kan
sistem
ERP
yang
sehat
dan yang
tidak
sehat?
margin,
dan net
profit
margin),
yang
menerap
kan
sistem
ERP
oleh
perusaha
an sehat
dan
perusaha
an tidak
sehat.
proksi
kinerja
operasi
yang
digunaka
n dalam
penelitia
n ini
baik
pada t0,
t1, t2, t3,
maupun
t4 lebih
besar
dari
0,05,
sehingga
dapat
dinyatak
an
bahwa
distribusi
untuk
hasil GPM,
perusahaan
tidak sehat.
Atas dasar hasil
penelitian ini
maka dapat
OPM, dan PPM
serta NPM di
antara
perusahaan
sehat dan
perbedaan yang
signifikan atas
kinerja operasi
yang dinyatakan
dengan
penelitian
bahwa terdapat
dinyatakan
bahwa H1a,
H1b, H1c, dan
H1d didukung
aktivitas
seperti asset
turnover,
inventory
turnover
diperoleh
hasil dan
bukti
penelitian
yang lebih
menggamba
rkan dan
lain
sebagainya,
sehingga
dapat
diperoleh
hasil dan
bukti
penelitian
yang lebih
menggamba
rkan kinerja
53
keseluru
han data
di atas
adalah
normal.
pt\
erusahaan
Dari uraian diatas, maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bukti
empiris mengenai bagaimana penerapan sistem ERP terhadap kinerja
karyawan di PT. AR yang mana pada perbandingan penelitian diatas
mendapatkan hasil bahwa sistem ERP memiliki pengaruh terhadap kinerja
karyawan. Oleh karena itu, penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian
sebelumnya.
D. Kerangka Berfikir
Seiring dengan perubahan bisnis global, kebutuhan untuk meningkatkan daya
saing juga semakin tinggi. Dengan tuntutan dan tekanan tersebut, para
eksekutif perusahan memusatkan penelitiannya untuk dapat memenangkan
persaingan, meningkatkan pengawasan operasional, menyederhanakan proses
administrasi untuk menekan biaya overhead, meningkatkan pelayanan kepada
pelanggan, mengembangkan produk dan layanan baru.
Kemampuan pegambilan keputusan yang akurat dan tepat waktu, untuk
menghadapi pesaing memang selalu menjadi impian para eksekutif. Untuk
itu bukan hanya dibutuhkan informasi yang relevan, seperti target pasar,
kebutuhan akan produk atau jasa dan tingkat kepuasan pelanggan. Tetapi
54
yang lebih penting adalah tingkat akurasi informasi dapat dihasilkan, serta
pada waktu yang tepat.
Beberapa perusahaan sekarang ini merasakan bahwa informasi yang
disediakan tidak lagi memenuhi kebutuhan manajemen. Ketersediaan
informasi yang mencakup semua aspek konsumen merencanakan dan
melakukan transaksi pembelian, proses pengadaan, lokasi penyimpanan,
pengiriman barang sampai proses pembayaran dan kondisi keuangan, menjadi
prasyaratan untuk meningkatkan kinerja fungsi manjemen perusahaan secara
keseluruhan. Dengan perkembangan teknologi sedemikian pesat, Kini
tersedia pilihan yang cukup banyak untuk aplikasi komputer terpadu yang
mengintegrasikan proses-proses bisnis. Aplikasi-aplikasi tersebut
dikembangkan berdasarkan konsep Enterprise Resource Planning (ERP).
Namun perlu diingat pengimplementasian ERP bukan hanya semata-mata
peningkatan dan pengembangan teknologi saja. Yang harus diingat dengan
peningkatan dan pengembangan teknologi disini adalah untuk mendukung
manajemen perusahaan dalam menghasilkaan informasi yang berkualitas
khususnya informasi dalam pengambilan keputusan.
Berdasarkan uraian-uraian diatas yang telah dijelaskan pada pembahasan
sebelumnya, terlihat bahwa Implementasi Enterprise Resource Planning
(ERP) berpengaruh dalam menghasilkan informasi-informasi yang ada di
dalam perusahaan.
ERP merupakan sistem yang mempunyai kaitan erat dengan fungsi
manajemen seperti : keuangan, pemasaran, sumber daya manusia, produksi,
55
logistik, karena ERP merupakan suatu sistem yang mengintegrasikan seluruh
aspek aktivitas organisasi ke dalam suatu sistem informasi. Dengan
mengimplementasi ERP diharapkan dapat menghasilkan informasi-informasi
yang berkualitas yaitu informasi yang tepat waktu, relevan,akurat (dapat
dipercaya), dan lengkap secara keseluruhan informasi akuntansi tersebut
mengandung arti dan berguna untuk memenuhi kebutuhan perusahaan.
Gambar 2.3. Kerangka Berpikir Penelitian
E. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan uraian teori serta penelitian yang relevan di
atas, maka penulis mengemukakan hipotesis secara parsial dan simulatan
sebagai berikut:
1. Diduga adanya pengaruh Sistem ERP terhadap Kinerja Karyawan.
ERP
keuangan,
pemasaran,
sumber daya manusia,
produksi,
logistik
PEGAWAI/ KARYAWAN
(X) (Y)
56
(Ha ≠ 0 artinya bahwa Implementasi Enterprise Resource Planning
(ERP) mempengaruhi Kinerja Karyawan).
8
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Dalam penelitian ini penulis ingin membuktikan data empiris dan
mengetahui seberapa besar pengaruh Implementasi Enterprise Resource
Plaanning (ERP) terhadap Kinerja Karyawan pada PT. AR Jalan Panjang
Raya No.11, Kebon Jeruk, Kota Jakarta Barat.
Dilaksanakan selama 2 bulan.
B. Metode Penelitian
Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Untuk mencapai
tujuan tersebut diperlukan suatu metode yang relevan dengan tujuan yang
ingin dicapai.
Menurut Sugiyono (2009:2) pengertian metode penelitian adalah sebagai
berikut :
”Metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan
dan kegunaan tertentu.”
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif dan verifikatif
dengan pendekatan survey, karena adanya variabel-variabel yang akan
ditelaah hubungannya serta tujuannya untuk menyajikan gambaran secara
terstruktur, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta serta hubungan antar
variabel yang diteliti.
57
58
Menurut Moh. Nasir (2009:54), yang dimaksud dengan metode deskriptif
adalah :
“Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok
manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu
peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah
untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual
dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena
yang diselidiki”.
Adapun variabel yang akan diteliti yaitu variabel bebas dan terikat.
Variabel merupakan sesuatu hal yang berbentuk apa saja yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal
tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Menurut Sugiyono (2009:58)
mendefinisikan pengertian variabel sebagai berikut :
“Variabel adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau
kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari atau ditarik kesimpulannya”.
Sesuai dengan judul skripsi, yaitu Implementasi Enterprise Resource
Planning Terhadap Kinerja Karyawan, maka penulis melakukan penelitian
dan dapat diidentifikasikan sebagai berikut :
1. Variabel Bebas (Independent Variable)
Menurut Sugiyono (2009:59) variabel bebas (independent variable)
adalah :
59
“Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi
sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat (Variable dependent).”
Maka dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas (independent
variable) adalah Implementasi Enterprise Resource Planning.
2. Variabel Terikat (Dependent Variable)
Menurut Sugiyono (2009:59) variabel terikat (dependent variable)
adalah :
“Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi
akibat karena adanya variabel bebas.”
Sesuai dengan masalah yang akan diteliti maka yang akan menjadi
variabel terikat (dependent variable) adalah Kinerja Karyawan.
Sesuai dengan judul skripsi yang diteliti yaitu “Implementasi Enterprise
Resource Planning Terhadap Kinerja Karyawan” maka terdapat dua variabel
penelitian yaitu:
1. Implementasi Enterprise Resource Planning sebagai variabel bebas (X1)
2. Kinerja Karyawan sebagai variabel terikat (Y)
. Selanjutnya menurut Mashuri (2009:45) pengertian metode deskriptif
verifikatif adalah sebagai berikut:
“Metode verifikatif yaitu memeriksa benar tidaknya apabila dijelaskan untuk
menguji suatu cara dengan atau tanpa perbaikan yang telah dilaksanakan di
tempat lain dengan mengatasi masalah yang serupa dengan kehidupan”.
Tujuan dari penelitian deskriptif verifikatif adalah untuk menjelaskan,
meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi, atau berbagai variabel yang
60
timbul dimasyarakat yang menjadi objek penelitian itu berdasarkan apa yang
terjadi. Kemudian mengangkat ke permukaan karakter atau gambaran tentang
kondisi, situasi, ataupun variabel tersebut dan melihat Implementasi
enterprise reseource planning terhadap kinerja Karyawan. Ada dua instrumen
dalam metode survei, yaitu kuesioner (pertanyaan tertulis) dan wawancara
(pertanyaan lisan). Kuisioner dapat langsung dikomunikasikan dan
dikumpulkan dari responden (secara perorangan) atau dapat juga
dikomunikasikan dan dikumpulkan melalui pos. Wawancara dapat dilakukan
dengan komunikasi tatap muka atau telepon.
Data yang diperoleh kemudian diolah, dianalisis dan diproses lebih
lanjut dengan dasar-dasar teori yang telah dipelajari. Sedangkan analisis
dilakukan melalui pendekatan kuantitatif dengan menggunakan statistik yang
relevan untuk menguji hipotesis.
C. Populasi dan Sampel
Populasi penelitian merupakan sekumpulan objek yang ditentukan
melalui suatu kriteria tertentu yang akan dikategorikan ke dalam objek
tersebut bisa termasuk orang, dokumen atau catatan yang dipandang sebagai
objek penelitian.
Menurut Sugiyono (2009:115) mendefinisikan pengertian populasi
sebagai berikut :
“Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.
61
Dari pengertian diatas, maka jelaslah bahwa populasi bukan sekedar
jumlah yang ada pada objek atau subyek yang dipelajari, tetapi meliputi
seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki oleh subjek atau objek tersebut.
Berdasarkan penjelasan di atas, yang menjadi populasi penelitian dalam
penyusunan skripsi ini adalah bagian yang terkait dengan Implementasi
Enterprise Resource Planning terhadap Kinerja Karyawan yaitu Seluruh
karyawan PT. AR yang berjumlah 50 0rang
Sedangkan pengertian sampel menurut Sugiyono (2009:116) adalah
sebagai berikut :
“Sampel adalah bagian dari jumlah dan kareakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut.”
Pengukuran sampel merupakan langkah untuk menentukan sampel yang
diambil untuk melaksanakan penelitian. Sampel dalam penelitian ini adalah
orang-orang yang terlibat dalam Implementasi Enterprise Resource Planning
terhadap Kinerja Karyawan ini populasinya berjumlah 50 orang. Alasan
penulis melakukan populasi pada bagian-bagian tersebut adalah dapat
memberikan data-data dan informasi yang dibutuhkan untuk penelitian ini.
Dengan berpedoman pada pendapat dari Suharsimi Arikunto (2002:112)
menyatakan bahwa :
“Apabila populasi kurang dari 100 orang, lebih baik diambil populasi untuk
dijadikan sampel sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi.
Selanjutnya jika populasinya besar diatas 100 orang maka diambil 10% - 15%
atau 15%- 20% atau lebih dari itu.”
62
Berdasarkan uraian di atas maka penulis menggunakan sampel sebesar
10%, karena jumlah populasinya berjumlah 50 orang.
Dengan berpedoman pada rumus Husein Umar (2003:78) rumusan
perhitungan slovin yaitu sebagai berikut:
n= N
1+ Ne²
Dimana :
n :Ukuran sampel
N : Ukuran Populasi
E : Persentase kelonggaran ketidaktelitian kesalahan pengambilan sampel
yang masih dapat ditolelir atau diingiinkan (menurut pendapat Gay yang
dikutip oleh Husein Umar dalam bukunya riset akuntansi menyatakan
bahwa ukuran minimal sampel yang dapat 57 diterima berdasarkan desain
deskriptif dengan jumlah populasi kecil sebesar 10% dari populasi)
Dengan menggunakan rumus tersebut diatas, maka ukuran sampel dapat
dilihat sebagai berikut ;
n = 50
1+ 50 (0,10)²
= 50
1,5
63
= 33,33
n= 33
Berdasarkan hasil perhitungan maka sampel minimal yang dapat diterapkan
dalam penelitian berjumlah 72 orang
D. Metode Pengumpulan Data
Dalam penyusunan skripsi ini, peniliti memperoleh data dari dua
sumber yaitu :
1. Data Primer
Untuk data primer, penulis melakukan studi lapangan, yaitu mengumpulkan
data secara langsung dari sumbernya yang bersifat lisan maupun tulisan.
2. Data sekunder
Untuk data sekunder, penulis memperoleh dari studi kepustakaan yaitu
pengumpulan data dari literature yang berhubungan dengan masalah yang
diteliti.
Untuk mendukung keperluan penganalisaan data penelitian ini, penulis
memerlukan sejumlah data pendukung yang berasal dari dalam maupun luar
perusahaan. Adapun cara-cara untuk memperoleh data dan informasi dalam
skripsi ini, penulis memerlukan pengumpulan data dan melengkapi oleh
berbagai keterangan melalui :
1. Penelitian Lapangan (Field Reseach)
64
Untuk memperoleh hasil penelitian yang diharapkan, maka diperlukan data
dan informasi yang akan mendukung penelitian ini. Maka sarana untuk
memperoleh data dan informasi tersebut adalah:
a. Wawancara (Interview)
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001) menyatakan bahwa:
“Wawancara yaitu teknik pengumpulan data dengan mengadakan tanya jawab
atau wawancara langsung dengan para pegawai yang bewenang dilingkungan
perusahaan untuk mengumpulkan data mengenai objek yang diteliti.”
b. Pengamatan Langsung (Observation)
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001) menyatakan bahwa:
“Pengamatan langsung merupakan teknik pengumpulan data dengan cara
melakukan pengamatan langsung pada objek penelitian untuk memperoleh
data yang diperlukan.”
c. Kuesioner
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001) menyatakan bahwa:
“Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data dengan cara menggunakan
daftar pertanyaan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan masalah yang
diteliti.”
d. Dokumentasi
Merupakan teknik penelitian dimana peneliti mengumpulkan data-data yang
diperlukan sehubungan dengan penelitian berupa surat keputusan dan
formulir yang digunakan organisasi.
2. Penelitian Kepustakaan (Library Reseach)
65
Dalam melaksanakan studi kepustakaan, dimaksudkan untuk memperoleh
data sekunder dalam menunjang data primer yang diperoleh dari penelitian
lapangan. Data sekunder merupakan bahan informasi yang dikemukakan oleh
para ahli dalam bidangnya, sehingga relevan dengan pembahasan penelitian.
Dalam melakukan studi kepustakaan ini, penulis mengumpulkan data dengan
membaca literatur dan buku-buku yang berhubungan dengan masalah yang
diteliti.
3. Riset Internet (Online Research)
Pengumpulan data berasal dari situs-situs yang berhubungan dengan
berbagai informasi yang dibutuhkan dalam penelitian.
E. Instrumen Penelitian
1. Variabel Bebas (X1)
a. Definisi Konseptual
ERP adalah suatu sistem informasi yang digunakan untuk
menyederhanakan, memudahkan dalam proses bisnis.
b. Definisi Operasional
ERP dalam penelitian ini adalah sistem informasi yang ada pada
suatu perusahaan dan berfungsi untuk meningkatkan efisien pekerjaan.
Adapun indikator dari ERP adalah kemudahan, kecepatan, terjangkau,
kejelasan, implementasi yang fleksibel.
c. Kisi-kisi
Variabel Indikator Skala
66
Implementasi
Enterprise Resource
Planning
Kemudahan
Kecepatan
Terjangkau
Kejelasan
Implementasi fleksibel
Ordinal
2. Variabel Terikat (Y1)
a. Definisi Konseptual
Kinerja karyawan adalah penilaian atas pekerjaan yang telah dicapai
oleh seorang karyawan dalam menyelesaikan tugasnya, dan juga dapat
menjadi tolak ukur seorang karyawan untuk mengembangkan dirinya
lebih maju lagi.
b. Definisi Operasional
Kinerja karyawan mempunyai indikator yaitu efektivitas,
efisiensi,tanggung jawab, integritas, kepatuhan, tepat waktu.
c. Kisi-kisi
Variabel Indikator Skala
Kinerja Karyawan Efektivitas
Efisiensi
Tanggungjawab
Integritas
Ordinal
67
Kepatuhan
Tepat waktu
F. Teknik Analisis Data
Analis data merupakan proses penyederhanaan data kedalam bentuk
yang mudah dibaca dipahami dan diinterupsikan. Data yang akan dianalisis
merupakan data hasil pendekatan survey penelitian dari penelitian lapangan
dan penelitian kepustakaan, kemudian dilakukan analisa untuk menarik
kesimpulan. Langkah-langkah yang diusulkan adalah sebagai berikut:
a. Penulis melakukan pengumpulan data dengan cara menyebarkan kuesioner,
dimana yang diteliti adalah sampel yang telah di tentukan sebelumnya.
b. Setelah metode pengumpulan data kemudian ditentukan alat untuk
memperoleh data dari elemen-elemen yang akan diselidiki, alat yang
digunakan dalam penelitian ini adalah daftar penyusunan pertanyaan atau
kuesioner.
c. Daftar kuesioner kemudian disebar ke bagian-bagian yang telah ditetapkan.
Setiap item dari kuesioner tersebut yang merupakan pertanyaan positif yang
memiliki lima jawaban dengan masing- masing nilai berbeda yaitu:
Jawaban “Selalu”, memiliki nilai = 5
Jawaban “Sering”, memiliki nilai = 4
Jawaban “Kadang-Kadang”, memiliki nilai = 3
Jawaban “Jarang”, memiliki nilai = 2
Jawaban “Tidak Pernah”, memiliki nilai = 1
68
d. Apabila data terkumpul, kemudian dilakukan pengolahan data, disajikan dan
dianalis. Dalam penelitian ini penulis menggunakan uji statistik. Untuk
menilai variabel X dan variabel Y, maka analis yang digunakan berdasarkan
rata-rata dari masing-masing variabel. Nilai rata-rata ini didapat dengan
menjumlahkan data keseluruhan dalam setiap variabel, kemudian dibagi
dengan jumpah respon.
Untuk menilai X dan Y, maka analisis yang digunakan berdasarkan
rata-rata (mean) dari masing-masing variabel. Nilai rata-rata ini didapat
dengan menjumlahkan data keseluruhan dalam setiap variabel, kemudian
dibagi dengan jumlah responden. Rumus Mean (rata-rata) yang dikutip dari
Sugiyono (2006:43) adalah :
Dimana: X = Rata-rata X
Y = Rata-rata Y
= Sigma (Jumlah)
Yi = Nilai Y ke I sampai ke n
Xi = Nilai X ke i sampai ke n
n = Jumlah individu
Mean merupakan teknik penjelasan kelompok yang didasarkan atas
nilai rata-rata dari kelompok tersebut. Rata-rata (Mean) ini didapat dengan
Untuk variabel X
=
Untuk varabel Y
=
69
menjumlahkan data seluruh individu dalam kelompok itu, kemudian dibagi
dengan jumlah individu yang ada pada kelompok tersebut.
Persamaan rata-rata (mean) di atas merupakan teknik penjelasan
kelompok didasarkan atas nilai rata-rata dari kelompok tersebut. Rata-rata ini
didapat dengan menjumlahkan data seluruh individu dalam kelompok itu,
kemudian dibagi dengan jumlah individu yang ada pada kelompok tersebut.
Setelah didapat rata-rata dari masing-masing variabel kemudian
dibandingkan dengan kriteria yang peneliti tentukan berdasarkan nilai
terendah dan nilai tertinggi dari hasil kuesoiner. Nilai terendah dari nilai
tertinggi itu masing-masing peneliti ambil dari banyaknya pertanyaan dalam
kuesioner dikalikan dengan nilai terendah (1) dan nilai teringgi (5) yang telah
peneliti terapkan.
Pengujian Validitas dan Reliabilitas Instrumen
1. Pengujian Validitas
Pengujian validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya
suatu kuisoner. Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk
mendapatkan data itu valid. Valid berarti instrument tersebut dapat digunakan
untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. menurut Sugiyono (2009:179)
yang harus dipenuhi yaitu harus memiliki kriteria sebagai berikut :
a. Jika r ≥ 0,30 maka item-item pertanyaan dari kuesioner adalah valid
b. Jika r ≤ 0,30 maka item-item pertanyaan dari kuesioner adalah tidak valid
Uji validitas instrumen dapat menggunakan rumus korelasi. Rumus
korelasi berdasarkan Pearson Product Moment adalah sebagai berikut :
70
Keterangan :
r = Koefisien korelasi
∑xy = Jumlah perkalian variabel x dan y
∑x = Jumlah nilai vaiabel x
∑ y = Jumlah nilai varibel y
∑x2 = Jumlah pangkat dua nilai variabel x
∑y2 = Jumlah pangkat dua nilai variabel y
n = Banyaknya sampel
2. Pengujian Reabilitas
Untuk melakukan uji reliabilitas alat ukur yang akan digunakan adalah
menggunakan Cronbach Alfa (α). Statistik ini berguna untuk mengetahui
apakah pengukuran yang kita buat reliabel.Sebelum dilakukan reliabilitas
terlebih dahulu dicari nilai korelasi Product Moment. Selain nilai koefisien
korelasi telah diketahui, maka selanjutnya uji reliabilitas dengan
menggunakan rumus Spearman Brown dimana persamaannya sebagai berikut
: r = 2rb
1+rb
Dimana :
rxy =
71
r = Reliabilitas internal seluruh instrument
rb = Koefisien korelasi antara kedua belah pihak (ganjil dan genap)
Rancangan Analisis dan Uji Hipotesis
Rencana uji hipotesis untuk mengetahui korelasi dari dua variabel
yang diteliti. Dalam lingkup penelitian ini yang diteliti adalah mplementasi
Enterprise Resource Planning terhadap Kinerja Karyawan dengan
menggunakan perhitungan statistik.
Hipotesis merupakan pernyatan-pernyatan yang menggambarkan
suatu hubungan antara dua variabel yang berkaitan dengan suatu kasus
tertentu dan merupakan anggapan sementara yang perlu diuji benar atau tidak
benar tentang dugaan dalam suatu penelitian serta memiliki manfaat bagi
proses penelitian agar efektif dan efisien. Hipotesis merupakan asumsi atau
dugaan mengenai suatu hal yang dibuat untuk menjelaskan hal tersebut dan
dituntut untuk melakukan pengecekannya. Jika asumsi atau dugaan tersebut
khususkan mengenai populasi, umumnya mengenai parameter populasi, maka
populasi itu disebut dengan hipotesis statistik.
Sugiyono (2009:70) berpendapat bahwa populasi adalah:
“Jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan
masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan,
dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan didasarkan pada teori
yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang di peroleh
melalui pengumpulan data”.
72
Langkah-langkah dalam pengujian hipotesis ini dimulai dengan
menetapkan hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (Ha), pemilihan tes
statistik dan perhitungan nilai statistik, penetapan tingkat signifikasi dan
penetapan kriteria pengujian.
Hipotesis penelitian diuji dengan menggunakan analisis regresi linear
berganda dengan meggunakan uji F, uji T dan koefisien determinan. Metode
analisis regresi linear berganda berfungsi untuk mengetahui pengaruh dari
variabel bebas dan dan variabel terikat.
Uji T (Signifikan Parsial)
Uji satistik t disebut juga sebagai uji signifikasi individual. Uji ini
menunjukan seberapa jauh pengaruh vaiabel independen secara parsial
terhadap variabel dependen. Hipotesis yang diajukan sebagai berikut :
a. Variabel X1 (Enterprise Resource Planning )
- H0 : ≤ 0, Enterprise Resource Planning tidak berpengaruh terhadap
Kinerja Karyawan
- Ha : > 0, Enterprise Resource Planning berpengaruh terhadap Kinerja
Karyawan
Sebelum melakuakan uji t maka dihitung terlebih dahulu korelasi antara variable
X dengan variable Y. Untuk menetukan korelasi, ditentukan dengan
membandingkan antara angka korelasi product moment pearson dengan r table
pada level signifikasi 0,05 nilainya kritisnya.
Rumus yang dapat digunakan untuk menghitung korelasi yaitu :
73
r =
Keterangan :
R = koefisien korelasi product moment
xy = jumlah perkalian item dengan total item
x = jumlah skor untuk indikator x
y = jumlah skor untuk indikator y
n = banyaknya responden (sampel) dari variabel x,y dari hasil kuesioner
Kriteria untuk pengambilan keputusan :
1) Jika r hitung > r tabel (degree of freedom) maka terdapat hubungan yang
sangat signifikan antara X dan Y
2) Jika r hitung < r tabel (degree of freedom) maka tidak terdapat hubungan
yang signifikan antara X dan Y
Selanjutnya untuk menguji pengaruh variabel bebas secara parsial terhadap
variabel terikat, digunakan penguji koefisien regresi secara parsial (uji t), yaitu
dengan membandingkan ttabel dan thitung yang dirumuskan sebagai berikut :
t = rxi
74
Masing-masing t hasil perhitungan ini kemudian di bandingkan dengan t tabel yang
diperoleh dengan menggunakan tarif nyata atau significance level 0,05 dengan
ketentuan sebagai berikut :
Kriteria pengambilan keputusan :
Jika thitung < ttabel A = 5% maka Ho diterima dan Ha ditolak
Jika thitung > ttabel A = 5% maka Ho ditolak dan Ha diterima
Uji-F (Uji Simultan)
Uji F digunakan untuk melihat apakah variabel independen secara bersama-sama
(serentak) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.
Bentuk pengujiannya adalah :
H0 : : Implementasi Enterprise Resource Planning Berpengaruh Terhadap
terhadap Kinerja Karyawan.
Ha : : Implementasi Enterprise Resource Planning Berpengaruh Terhadap
Kinerja Karyawan.
Hipotesis kemudian diuji untuk mengetahui diterima atau ditolak hipotesisnya.
Pengujian hipotesis ditunjukan untuk menguji ada tidaknya pengaruh dari variabel
bebas secara keseluruhan terhadap variabel dependen. Pengujian hipotesis
denngan menggunakan Uji F atau yang biasa disebut dengan Analysis of varian
(Anova).
75
Untuk menguji model regresi yang menjelaskan bentuk hubungan dan pengaruh
antara variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen,
digunakan uji F yang dapat dirumuskan sebagai berikut :
Dimana: R2 = Koefisien Determinasi
n = Ukuran sampel
k = Banyaknya variabel bebas
Pengujian Anova atau Uji F bisa dilakukan dengan dua cara yaitu melihat tingkat
signifikasi atau dengan membandingkan Fhitung dengan Ftabel - pengujian dengan
tingkat signifikasi pada tabel Anova < = 0,05 maka H0 ditolak (berpengaruh),
sementara sebaliknya apabila tingkat signifikasi pada tabel Anova > = 0.05,
maka Ha diterima (tidak berpengaruh).
Pengujian dengan membandingkan Fhitung dengan Ftabel dilakukan dengan ketentuan
yaitu:
a. Apabila Fhitung > Ftabel pada = 5% maka H0 ditolak (berpengaruh).
b. Jika Fhitung < Ftabel pada = 5% maka H0 diterima (tidak berpengaruh).
Adapun Ftabel dicari dengan memperhatikan tingkat kepercayaan dan derajat
bebas.
Analisis Koefisien Determinasi
F =
76
Setelah koefisien korelasi diketahui, maka selanjutnya adalah menghitung
koefisien determinasi, yaitu untuk mengetahui seberapa besar Pengaruh X1
(Enterprise Resource Planning) Terhadap Kinerja Karyawan (Y). Adapun rumus
koefisien determinasi adalah sebagai berikut:
Keterangan :
Kd = Koefisien determinasi atau seberapa jauh perubahan variabel terikat
(Kinerja Perusahaan)
Rs = Korelasi rank spearman.
Kriteria untuk analisis koefisien determinasi adalah :
a. Jika Kd mendekati nol (0), maka pengaruh variabel independent terhadap
variabel dependent lemah.
b. Jika kd mendekati satu (1), berarti pengaruh variabel independent terhadap
variabel dependent kuat.
Adapun pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi atau seberapa
besar pengaruh variabel-variabel bebas (Independent) terhadap variabel terikat
(Dependent), digunakan pedoman yang dikemukakan oleh Sugiyono (2009:214)
sebagai berikut :
Tabel 3.4
Koefisien Korelasi dan Taksirannya
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
Kd = Rs2.100%
77
0,00-0,199 Sangat Rendah
0,20-0,399 Rendah
0,40-0,599 Sedang
0,60-0,799 Kuat
0,80-1,000 Sangat Kuat
Sumber : (Sugiyono, 2009:214)
Rancangan Kuesioner
Menurut Suharsimi Arikunto (2002:128) mengemukakan bahwa :
“Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau
hal-hal lain yang ia ketahui.”
Peneliti menggunakan jenis kuesioner tertutup yaitu kuesioner yang dibagikan
sudah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih. Kuesioner
dibagikan kepada seluruh karyawan PT. AR
Kuesioner terdiri dari 50 (Lima puluh) pertanyaan yaitu 25 (dua puluh lima)
pertanyaan untuk variabel X1 (Enterprise Resource Planning), (dua puluh lima)
pertanyaan untuk variabel Y (Kinerja Karyawan).