IMPLEMENTASI EKSTRAKURIKULER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM …repository.uinsu.ac.id/9890/1/TESIS...
Transcript of IMPLEMENTASI EKSTRAKURIKULER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM …repository.uinsu.ac.id/9890/1/TESIS...
-
1
IMPLEMENTASI EKSTRAKURIKULER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER PESERTA DIDIK
DI MTS EX PGA UNIVA MEDAN
TESIS
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat untuk
Memperoleh Gelar Sarjana Magister Pendidikan (M. Pd)
Program Studi Pendidikan Agama Islam
Disusun Oleh:
SITI FATIMAH SIREGAR
NIM: 0331183063
PROGRAM MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUMATERA UTARA
2020
-
2
-
3
-
4
-
5
Implementasi Ekstrakurikuler Pendidikan Agama Islam dalam
Pembentukan Karakter Peserta Didik di MTs EX PGA UNIVA Medan
Oleh:
Siti Fatimah Siregar
0331183063
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi pelaksanaan ekstrakurikuler
Pendidikan Agama Islam dalam pembentukan karakter peserta didik dan
nkarakter-karakter yang terbentuk melalui pelaksanaan ekstrakurikuler Pendidikan
Agama Islam. Metode penelitian ini adalah Kualitatif dengan jenis penelitian
deskriptif, yaitu jenis penelitian yang mengkaji data yang dapat menggambarkan
realita sosial yang kompleks dan konkrit. Penelitian ini menggunakan teknik
pengumpulan data berupa observasi, wawancara, metode kepustakaan dan
pemanfaatan dokumentasi. Analisis dalam penelitian ini menggunakan analisa
data interaktif dengan tahap pra lapangan, tahap pelaksanaan, tahap analisa data,
tahap kesimpulan dan tahap pelaporan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1.Pelaksanaan ekstrakurikuler
Pendidikan Agama Islam di MTs EX PGA UNIVA Medan terdapat 13
ekstrakurikuler Pendidikan Agama Islam. Kegiatan tersebut terbagi atas tiga jenis,
a. Kegiatan tiap minggu seperti Pidato (Ceramah) 3 Bahasa, Tilawah Al-Quran.
Kedua, b. Kegiatan yang dilakukan setahun satu dan dua kali yaitu LKD (Latihan
Kader Dasar) Al Wasliyah, Manasik Haji, Pesantren Kilat, MABIT (Malam Bina
Iman dan Takwa), Wisata Rohani, Tata Cara Fardhu Kifayah, Tata Cara
Menyembelih Hewan. Kemudian yang, c. Kegiatan yang dilakukan setiap hari
yaitu Tahfidz Quran dan Qiraat Quran, Shalat Dhuha berjamaah, Shalat Dzuhur
berjamaah. 2. Kegiatan ekstrakurikuler yang ada di MTs EX PGA UNIVA Medan
pada hakikatnya kegiatannya banyak. Akan tetapi dalam pembahasan ini, hanya
diambil kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler PAI yang sekiranya memiliki andil
dalam pembentukan karakter siswa, misalnya jenis kegiatan ekstrakurikuler PAI
yaitu pengenalan kitab suci, ibadah, kegiatan sosial, pembiasaan akhlak mulia dan
penanaman nilai sejarah keagamaan. Melalui kegiatan ini siswa dapat belajar
mengembangkan kemampuan berkomunikasi, berkerja sama dengan orang lain,
disiplin dan karakter-karakter lainnya.
Kata Kunci: Ekstrakurikuler PAI, Karakter Peserta Didik.
-
6
Implementation of Islamic Extracurricular Activities in Shaping the
Character of Learners in MTs EX PGA UNIVA Medan
Siti Fatimah Siregar
0331183063
ABSTRACT
The purpose of this study is to identify the implementation of Islamic
Religious Education extracurricular activities in shaping the character of students
and the characters formed through the implementation of Islamic Religious
Education extracurricular activities. This research method is qualitative with the
type of descriptive research, namely the type of research that examines data that
can describe complex and concrete social realities. This study uses data collection
techniques such as observation, interviews, library methods and the use of
documentation. The analysis in this study uses interactive data analysis with the
pre-field stage, the implementation phase, the data analysis stage, the conclusion
stage and the reporting stage.
The results showed that 1.The implementation of Islamic Religious
Education extracurricular activities in MTs EX PGA UNIVA Medan there were
13 Islamic Education Education extracurricular activities. The activity is divided
into three types, a. Activities every week such as Speech (Lecture) 3 Languages,
Recitations of the Koran. Second, b. The activities carried out once and twice a
year are LKD (Basic Cadre Training) Al Wasliyah, Hajj Manasik, Pesantren Kilat,
MABIT (Bina Iman and Takwa Night), Spiritual Tourism, Fardhu Kifayah
Procedures, Animal Slaughtering Procedures. Then who, c. The activities carried
out every day are Quran Tahfidz and Quran Qiraat, Dhuha Prayers in
congregation, Dzuhur Prayers in congregation. 2. Extracurricular activities in
MTs EX PGA UNIVA Medan are essentially many activities. However, in this
discussion, only PAI extracurricular activities were taken which presumably had a
stake in the formation of student character, for example the types of PAI
extracurricular activities, namely the introduction of scriptures, worship, social
activities, habituation of noble character and the inculcation of religious historical
values. Through this activity students can learn to develop communication skills,
collaborate with others, discipline and other characters.
Keywords: Extracurricular PAI, Student Character.
-
7
KATA PENGANTAR
الرَِّحْيمِِ الرَّْْحَنِِ اِهللاِ ِبْسمِِ Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan kesehatan dan kekuatan kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Kemudian shalawat dan salam kepada
Nabi Muhammad SAW dengan ucapan: حممد و علي ال سيدان حممداللهم صلي علي سيدان
Berkat rahmat Allah SWT akhirnya penulis dapat sehingga penulis dapat
menyelesaikan tesis yang berjudul “Implementasi Ekstrakurikuler Pendidikan
Agama Islam dalam Pembentukan Karakter Peserta Didik di MTs EX PGA
UNIVA Medan” Tesis ini ditulis dalam rangka memenuhi sebagaian persyaratan
untuk memperoleh gelar sarjana Magister Pendidikan di Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan UIN-SU Medan.
Penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada semua
pihak yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan tesis ini, teristimewa
kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Syaidurrahman, M.A selaku Rektor UIN-SU Medan.
2. Bapak Dr.Amiruddin Siahaan, M.Pd selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan UIN-SU Medan.
3. Bapak Dr. Ali Imran Sinaga, M.Ag. Selaku Ketua Jurusan Pendidikan
Agama Islam Program Magister UIN Sumatera Utara yang telah banyak
memberikan bimbingan dan arahan sehingga tesis ini dapat terselesaikan.
4. Bapak Dr. Rusydi Ananda, M.Pd. Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama
Islam Program Magister UIN Sumatera Utara yang telah banyak
memberikan bimbingan dan arahan sehingga tesis ini dapat terselesaikan.
5. Bapak Dr.Mardianto, M.Pd selaku pembimbing tesis I dan Bapak
Dr.Akmal Walad Ahkas,M.A selaku pembimbing tesis II yang telah
meluangkan waktu untuk membimbing dan memberi kemudahan bagi
penulis dalam penyempurnaan dan menyelesaikan tesis ini. Semoga
kebaikan beliau dibalas oleh Allah dengan imbalan yang lebih baik.
-
8
6. Bapak Dr. Ali Imran Sinaga, M.Ag, Bapak Dr. Rusydi Ananda, M.Pd,
Bapak Dr.Zaini Dahlan, M.Pd, Dr.Mardianto, M.Pd, Dr.Akmal Walad
Ahkas,M.A selaku penguji tesis yang telah banyak memberikan bimbingan
dan arahan sehingga tesis ini dapat terselesaikan.
7. Seluruh Dosen yang telah membimbing dan mendidik saya selama
mengikuti program perkuliahan di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Kuguruan
UIN-SU Medan.
8. Teristimewa untuk Kedua Orang Tua yaitu Ramlan Siregar, S.Pd.I dan
Ibunda tercinta Rosmawati Nasution yang telah melahirkan, mengasuh,
membesarkan dan mendidik saya dengan penuh kasih dan sayang. Berkat
doa, pengorbanan dan motivasi dari keduanyalah sehingga saya dapat
menyelesaikan pendidikan pada program sarjana Magister Pendidikan di
UIN-SU. Oleh karena itu, saya selalu berdoa kepada Allah semoga
keduanya selalu mendapat lindungan dan ridho dari Allah serta bahagia
dunia akhirat.
9. Abangda saya Halfian Siregar, S.H.I dan istri Sarifah Hanum
Lubis,Am.Keb beserta keponakan tercinta Naura Alfina Siregar. Kakanda
saya Nur Aisyah Siregar, S.Pd.I, M.Pd, serta keluarga besar yang telah
banyak memberikan kebersamaan dan kebahagiaan dalam perjuangan
hidup dan motivasi untuk menyelesaikan tesis ini.
10. Kepala Sekolah MTs. EX PGA UNIVA Medan Bapak Drs. Ahmad Johan
dan Guru PAI dan Pembina Esktrakurikuler Pendidikan Agama Islam serta
staf TU yang telah membantu dan memberikan masukan, arahan kepada
penulis dalam melakukan penelitian sehingga penulisan ini dapat
diselesaikan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
11. Sahabat-sahabat Peneliti semua yang berasal dari Keluarga Besar S2 PAI
Non Reguler 2018, Sebagai Kawan-kawan seperjuangan yang sangat luar
biasa.
Kemudian, penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan tesis ini
masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran
-
9
yang sifatnya membangun isi skripsi ini agar lebih baik lagi, sehingga dapat
bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya.
Medan, 11 Mei 2020
(Siti Fatimah Siregar)
-
10
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK
LEMBAR PERNYATAAN
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI.................................................................................................... i
DAFTAR TABEL .......................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1
B. Fokus Penelitian............................................................................... 6
C. Rumusan Masalah .......................................................................... 6
D. Tujuan Penelitian ........................................................................... 7
E. Manfaat Penelitian.......................................................................... 7
BAB II KAJIAN TEORI
A. Landasan Teoritis ............................................................................ 8
1. Pengertian Ekstrakulikuler Pendidikan Agama Islam... ...... .... 8
2. Tujuan dan Fungsi Kegiatan Ekstrakulikuler… ................ ….. 10
3. Prinsip dan Jenis Kegiatan Ekstrakulikuler ................................ 13
4. Ekstrakurikuler dan Pengembangan Diri.................................. 14
5. Pengertian Pendidikan Karakter ....................................... …….. 17
6. Manajemen Sekolah dan Pendidikan Karakter ................ …….. 22
7. Ekstrakulikuler dan Pembentukan Karakter .................... …….. 27
B. Kajian Terdahulu……………….................................................... 44
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 47
A. Tempat Dan Waktu Penelitian ....................................................... 47
B. Latar Penelitian .............................................................................. 47
C. Metode Dan Prosedur Penelitian.................................................... 47
i
-
11
D. Data Dan Sumber Data………........................................................ 49
E. Instrumen Dan Prosedur Pengumpulan Data.................................... 50
F. Prosedur Analisis Data………......................................................... 52
G. Pemeriksaan Keabsahan Data…..................................................... 54
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................ .... 58
A. Temuan Umum Penelitian ............................................................. ... 58
B. Temuan Khusus Penelitian ..................................................... ........... 71
C. Pembahasan Hasil Penelitian................................................. ........... 115
BAB V PENUTUP ................................................................................. .......... 127
A. Kesimpulan ............................................................................ .......... 124
B. Rekomendasi ......................................................................... ........... 125
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ .......... 130
LAMPIRAN
ii
-
12
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1Nilai-Nilai yang Dikembangkan di Sekolah............................ 23
Tabel 4.1 Visi dan Misi MTs EX PGA Proyek UNIVA Medan............. 61
Tabel 4.2 Pelaksanaan Kurikulum......................................................... 63
Tabel 4.3 Dokumen yang berkaitan dengan Kurikulum......................... 63
Tabel 4.4 Jumlah Siswa dan Jumlah Rombongan Belajar Tahun 2019-
2020....................................................................................... 64
Tabel 4.5 Daftar Nama Guru dan Tugas Guru...................................... 65
Tabel 4.6 Sumber belajar...................................................................... 67
Tabel 4.7 Jenis Bahan Ajar................................................................... 68
Tabel 4.8 Sarana / ruang penunjang..................................................... 69
Tabel 4.9 Prasarana.............................................................................. 70
Tabel 4.10 Rekapitulasi Karakter Yang Terbentuk dari kegiatan
ekstrakurikuler Pendidikan Agama Islam............................................ 113
iii
-
13
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Integrasi Intrakulikuler, kokulikuler dan
ekstrakurikuler................................................................................. 15
Gambar 2.2 Peran Guru Masa Kini ............................................... 32
iv
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah upaya mengembangkan kemampuan potensi
individu sehingga memiliki kemampuan hidup optimal baik sebagai
pribadi maupun sebagai anggota masyarakat serta memiliki nilai-nilai
moral religius dan sosial sebagai pedoman hidup melalui proses
pembelajaran (Syafaruddin,14:2008). Melalui proses pembelajaran kita
dapat mengadakan perubahan (perbaikan) dalam berbagai hal yang
menyangkut pribadi kita. Oleh sebab itu, belajar dalam hidup dan
kehidupan mempunyai tempat yang sangat penting untuk mengarahkan,
meluruskan, bahkan menentukan arah kehidupan seseorang (Mardianto,
36:2009).
Sebuah konsep yang ditawarkan oleh pemerintah bahwa pendidikan
tidak hanya dilaksanakan pada pendidikan formal maupun informal,
namun ada kriteria dan cakupan atau intervensi pemerintah terhadap
perkembangan dunia pendidikan, ada upaya yang terprogram untuk
menyesuaikan kebutuhan pendidikan saat sekarang, korelasi antara
pendidikan yang dibutuhkan dan kurang dibutuhkan harus ditata secara
mandiri dan profesional. Sekilas dapat dipikirkan bahwa tujuan
penyelenggaraan pendidikan tersebut harus dapat menjamin akan
kebutuhan yang akan datang, sebagai contoh peserta didik yang telah
menyelesaikan pendidikan tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA)/
sederajat dengan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)/sederajat/
Madrasah Aliyah (MA) /sederajat mempunyai arah lulusan yang berbeda
meskipun kenyataan di lapangan berbeda.
Untuk mencapai tujuan tersebut dibutuhkan proses transformasi
belajar bukan hanya memberikan pengetahuan kepada peserta didik,
dalam kurikulum 2013 secara jelas menyatakan bahwa guru
mengintegrasikan ke-4 Kompetensi Inti (KI) dalam pengembangan
1
-
2
proses pembelajaran yaitu Kompetensi Inti-Sikap Spritual (KI-1),
Kompetensi Inti- Sikap Sosial (KI-2), Kompetensi Inti-Pengetahuann
(KI-3) dan Kompetensi Inti- Keterampilan (KI-4). Dimana setiap
kompetensi memiliki tujuan tersendiri namun harus di kolaborasikan
pada proses pembelajaran.
Hal ini sangat jelas bahwa proses pembelajaran bukan hanya
memberikan pengetahuan tetapi juga memberikan pembelajaran budi
pekerti atau peserta didik menunjukkan sikap dan perilaku yang
mencerminkan nilai-nilai moralitas, nilai-nilai ibadah, nilai sosial,
kesemuanya merupakan pengintegrasian dalam pendidikan karakter
peserta didik. Pendidikan juga dilakukan di dalam dan luar kelas, sebagai
bukti bahwa proses transfer pengetahuan dapat dilakukan dimana saja
dan kapan saja.
Oleh karena itu, sebuah satuan pendidikan memiliki orientasi yang
sama yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa, merubah pola pikir yang
lebih bermutu dan bermakna sehingga kelak nanti dapat melahirkan
pemikir-pemikir yang handal. Sebuah ilustrasi bahwa tanaman yang
ditanam akan tumbuh bila dipelihara baik itu disiram, dipupuk atau
dibersihkan dari gulma-gulma yang dapat menghambat proses tumbuh
dan berkembangnya. Muncul berbagai alternatif pembentukan akhlak
tersebut sebagaimana pada umumnya dilakukan dirumah atau disekolah,
pendidikan memang pada dasarnya harus berorientasi pada hal tersebut
karena pengetahuan tanpa akhlak hanya akan sia-sia sehingga pendidikan
anak sangat dibutuhkan demi melahirkan anak-anak yang cerdas.
Pendidikan tidak hanya mendidik peserta didik menjadi manusia
yang cerdas, tetapi juga mendidik karakternya agar berakhlak mulia.
Dewasa ini pendidikan di Indonesia khususnya masih dinilai oleh banyak
kalangan tidak bermasalah dengan peran pendidikan, terutama dalam
ruang lingkup kurikulum yang misinya adalah mencerdaskan anak
Indonesia. Melihat realita yang ada di lapangan bahwa karakter peserta
didik tidak mencerminkan perilaku yang baik. Pembentukan karakter
-
3
melalui kurikulum tersembunyi dipandang sebagai kebutuhan yang
penting sebagai pelengkap dari kurikulum formal.
Sebuah lembaga pendidikan, termasuk yang bernuansa Islami, tentu
memiliki tujuan ke arah tersebut. Ia mengharapkan agar peserta didik-
peserta didiknya menjadi orang-orang yang beriman dan bertakwa
dengan memiliki keunggulan-keunggulan kompetitif dan komparatif.
Mereka diharapkan memiliki keseimbangan antara kekuatan jasmani dan
rohani serta kepekaan yang tinggi atau dengan kata lain selain diharapkan
menjadi peserta didik dan sisiwi yang cerdas secara kognitif mereka juga
harus memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi serta berakhlakul
karimah baik terhadap orang tua, guru dan sesamanya.
Peserta didik diajarkan karakter setiap belajar dan berkegiatan,
namun mengetahui karakter saja tidak cukup. Peserta didik perlu contoh
nyata tentang pendidikan karakter yang mewujudkan dalam sikap dan
perilaku pendidik dan tenaga pendidikan serta lingkungan sekolahnya.
Karakter itu dicontohkan atau dilakukan bukan dituliskan atau diajarkan.
Sekolah perlu berubah ke arah yang lebih baik, sebagai bukti komitmen
pada pendidikan karakter, integrasi karakter ke dalam silabus RPP,
manajemen sekolah, dan kegiatan ekstrakulikuler sudah benar. Hanya
saja internalisasi karakter dalam empat hal tersebut baru menyentuh pada
aspek kognitif. Yang perlu dikerjakan adalah bagaimana karakter itu
tercermin dalam budaya sekolah. Untuk mencapai tujuan tersebut,
beberapa sekolah membuat kurikulum yang tidak dimiliki oleh sekolah
pada umumnya, mungkin lebih tepat disebut kurikulum tersembunyi
yaitu kurikulum tambahan yang tidak terdapat didalam kurikulum
formal, yang keberadaaanya merupakan perpanjangan dari kurikulum
yang terdapat di dalam kurikulum formal.
Pendidikan di sekolah, perlu diberi perhatian pada pengembangan
perilaku yang baik dalam diri subjek didik. Pendidikan moral merupakan
bagian integral dan pendidikan, lebih-lebih pendidikan keluarga dan
pendidikan di sekolah, diharapkan tidak hanya mengembangkan
-
4
kecerdasan otak dan keterampilan subjek didik, tetapi menumbuhkan
kecerdasan moral dan menjadi anak yang berakhlak mulia. Kualitas
hidup seseorang ditentukan oleh nilai-nilai moral yang dihayati sebagai
pemandu penentu sikap, perilakunya, baik dalam hubungan dengan diri
sendiri, orang lain, alam sekitar atau hubungan dengan sang pencipta
(Tuhan).
Berbagai hal yang dapat dilakukan untuk membentuk sikap dan
perilaku peserta didik, baik intrakulikuler maupun ekstrakurikuler.
Intrakurikuler terintegrasi dengan materi pelajaran sedangkan
ekstrakulikuler merupakan wadah pengembangan diri peserta didik, baik
yang berhubungan dengan materi pelajaran maupun semata-mata
pengembangan diri untuk meningkatkan pemehaman peserta didik yang
akan menjadi skill ketika berada ditengah-tengah masyarakat. Dengan
sendirinya pembentukan sikap peserta didik dapat dilakukan secara
terprogram dan berkesinambungan.
Sebagaimana yang dijelaskan dalam penelitian Dahliyana Dahliyana
(2017: 10) bahwa pembentukan sikap dan perilaku sekolah harus
mendukung serta tujuan harus jelas. Di sekolah banyak memiliki
kegiatan ekstrakurikuler sekolah sekolah seperti Organisasi Siswa Intra
Sekolah (OSIS), Palang Merah Remaja (PMR), Paskibra, Pramuka,
Rohani Keagamaan, dan lain-lain. Pengembangan ekstrakulikuler ini
harus diintegrasikan dengan karakter, ada nilai-nilai karakter yang harus
ditanamkan pada peserta didik, dimana sikap dan perilaku sehari-harinya
mencerminkan perilaku terpuji. Sehingga dimana pun berada sikap yang
dimiliki mencerminkan sikap terpuji dan menghindari sikap tercela.
Sementara di era IPTEK dengan percepatan informasi, teknologi
menuntut keberadaan lembaga pendidikan dapat melahirkan manusia-
manusia yang bukan hanya mengusai ilmu pengetahuan secara utuh,
kecerdasan, dengan skil professional tetapi bagaimana nilai-nilai positif
yang terkandung dalam agama (Islam) tertanam kuat dalam setiap
langkah gerak kehidupan. Keislaman seharusnya menjadi brand utama
-
5
yang ditunjukkan lembaga pendidikan, baik secara kultur, tradisi,
perilaku civitas akademika, kurikulum, maupun dalam kegiatan
pembelajaran.
Pendidikan di Indonesia dalam dekade terakhir banyak menuai
problem yang diantaranya adalah lemahnya karakter generasi muda
dimana keberhasilan suatu bangsa dapat dilihat dari karakter yang
dimiliki oleh generasi muda. Melihat permasalahan tersebut perlu adanya
beberapa terobosan yang salah satunya dapat dilakukan melalui
penanaman karakter yang diterapkan di sekolah baik melalui
pembelajaran di kelas maupun kegiatan lain seperti ekstrakurikuler.
Kegiatan ekstrakurikuler dinilai tepat sebagai wadah implementasi
pendidikan karakter peserta didik, dimana mereka senang berkumpul dan
membentuk unit organisasi, terutama ekstrakurikuler Pendidikan Agama
Islam memiliki peranan penting sebagai wadah peserta didik membentuk
karakter yang mencerminkan generasi muslim. Pendidikan Agama Islam
dan Budi Pekerti dalam kurikulum 2013 sebagai pembelajaran
intrakulikuler memiliki alokasi waktu yang kurang sehingga dibutuhkan
ekstrakurikuler untuk mengembagkan siswa agar memiliki karakter yang
baik.
Pada tanggal 29 Oktober 2019 peneliti melakukan observasi di MTs
EX PGA UNIVA Medan, kepala madrasah memberikan penjelasan
terkait dengan ekstrakulikuler dalam membentuk karakter siswa. Hal ini
didasari oleh perilaku peserta didik pada zaman sekarang telah berubah
ke degradasi moral yang sangat memprihatinkan. Nilai-nilai budaya yang
telah diwariskan oleh guru sebagaimana yang diajarkan, kini semakin
lama semakin luntur. Peserta didik lebih cendrung berkarakter angkuh,
sombong, mementingkan diri sendiri, berat tangan, tidak mengahargai,
tidak percaya diri, tidak sopan santun, melawan perkataan orang tua,
semuanya itu merupakan bagian karakter yang telah mengalami
perubahan pada zaman sekarang.
Memperhatikan penyimpangan-penyimpangan yang terjadi pada
-
6
kasus di atas, maka seharusnya sebagai orang yang bertanggung jawab,
baik pemerintah, lembaga pendidikan, keluarga, masyarakat, tokoh-
tokoh agama, tokoh-tokoh pemuda sudah saatnya bergerak untuk
membangun karakter bangsa ini. Mau dibawa kemana bangsa ini kalau
peserta didiknya sudah tidak memiliki nilai-nilai karakter yang sesuai
dengan bangsa Indonesia. Masa depan bangsa Indonesia bisa hancur
dalam degradasi moral, kecerdasan bangsa sebagai norma yang dicita-
citakan dalam komitmen nasional menjadi khayalan semata. Untuk dapat
berfungsi dengan baik, sebagai alat untuk memudahkan anak
menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya dan juga dalam
membentuk karakter anak, maka ekstrakulikuler yang berisikan sejumlah
pengalaman-pengalaman peserta didik yang menjadi faktor pembentuk
karakter.
Berdasarkan kenyataan itulah, penulis tertarik untuk mengadakan
riset berjudul: Implementasi Ekstrakurikuler Pendidikan Agama Islam
dalam Pembentukan Karakter Peserta Didik di MTs EX PGA UNIVA
Medan.
B. Fokus Penelitian
Adapun fokus penelitian yang ada di dalam penelitian ini sesuai
dengan latar belakang masalah pada judul tesis yang peneliti angkat
yaitu:
1. Pelaksanaan ekstrakurikuler Pendidikan Agama Islam dalam
pembentukan karakter peserta didik di MTs EX PGA UNIVA
Medan.
2. Karakter-karakter yang terbentuk melalui pelaksanaan
ekstrakurikuler Pendidikan Agama Islam di MTs EX PGA UNIVA
Medan.
-
7
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan, Adapun
pertanyaan penelitian yang ada di dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana pelaksanaan ekstrakurikuler pendidikan agama islam
dalam pembentukan karakter peserta didik di MTs EX PGA UNIVA
Medan?
2. Karakter-karakter apakah yang terbentuk melalui pelaksanaan
ekstrakurikuler Pendidikan Agama Islam di MTs EX PGA UNIVA
Medan?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada pertanyaan penelitian yang telah dipaparkan di
atas, Selanjutnya tujuan penelitian ini adalah untuk:
1. Mengidentifikasi pelaksanaan ekstrakurikuler Pendidikan Agama
Islam dalam pembentukan karakter peserta didik.
2. Mengidentifikasi karakter-karakter yang terbentuk melalui
pelaksanaan ekstrakurikuler Pendidikan Agama Islam.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat bagi penulis, satuan
pendidikan terkait, dan lainnya baik secara teori maupun praktis. Secara
teori, penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan dan
wawasan khususnya di bidang akademik tentang implementasi
ekstrakurikuler pendidikan agama Islam dalam pembentukan karakter
peserta didik bagi sekolah, para peneliti, mahasiswa, serta memberikan
sumbangsih terhadap perkembangan ilmu pendidikan terutama berkaitan
dengan tentang implementasi ekstrakurikuler Pendidikan Agama Islam
dalam pembentukan karakter peserta didik.
Penelitian ini juga tentunya mampu menjadi gambaran bagi peneliti
-
8
lainnya untuk melakukan penelitian selanjutnya yang lebih baik lagi.
Secara praktis, penelitian ini diharapkan sebagai masukan bagi lembaga
untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah dan menjadi alternatif
dalam mengimplementasikan ekstarkurikuler Pendidikan Agama Islam
dalam pendidikan karakter yang unggul bagi lembaga pendidikan Islam.
-
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Konseptual
1. Pengertian Ekstrakurikuler Pendidikan Agama Islam.
Kata Ekstrakurikuler terdiri dari kata ekstra dan kurikuler. Ekstra
artinya tambahan sesuatu di luar yang seharusnya dikerjakan, sedangkan
kurikuler berkaitan dengan kurikulum, yaitu program yang disiapkan
suatu lembaga pendidikan untuk mencapai tujuan tertentu pada lembaga
pendidikan (Subryosubroto, 2009: 291). Program tersebut berisi rumusan
rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, bahan pelajaran dan cara
yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk pendidikan tertentu (Syarifuddin, 2018: 75) .
Menurut (Muliono, 2008:187) ekstrakurikuler adalah kegiatan diluar
kelas dan diluar jam pelajaran untuk menumbuhkembangkan potensi
sumber daya manusia yang dimiliki peserta didik baik berkaitan dengan
aplikasi ilmu pengetahuan yang didapatkannya maupun dalam
mengembangkan potensi dan bakat yang ada dalam dirinya melalui
kegiatan-kegiatan yang wajib maupun pilihan.
Menurut (KBBI, 2008: 186), ekstrakurikuler adalah kegiatan
pendidikan yang dilakukan peserta didik diluar jam belajar kurikulum
standar sebagai perluasan dari kegiatan kurikulum dan dilakukan di
bawah bimbingan sekolah dengan tujuan untuk mengembangkan
kepribadian, bakat, minat, dan kemampuan peserta didik yang lebih luasa
atau di luar minat yang dikembangkan oleh kurikulum.
Sedangkan menurut Kusuma dan Amir (1988:123) ekstrakurikuler
adalah kegiatan di luar jam pelajaran biasa yang dilakukan dengan tujuan
untuk memperluas pengetahuan siswa mengenai hubungan antara
berbagai mata pelajaran, menyalurkan bakat dan minat serta dalam upaya
melengkapi pembinaan manusia Indonesia seutuhnya.
9
-
10
Menurut peneliti ekstrakurikuler adalah kegiatan yang dilakukan di
luar jam belajar yang terintegrasi dengan materi pelajaran dan sebagai
wadah untuk meningkatkan kemampuan melalui bakat, minat dan
menyalurkan potensi-potensi peserta didik yang dikemas dalam bentuk
sebuah kegiatan ekstrakurikuler tersusun, terprogram dan terarah.
Lingkup dunia persekolahan di dalamnya terdapat program
ekstrakurikuler menjadi bagian penting dari suatu sekolah. Bahkan dapat
menjadi ciri khas sekolah dan dapat dijadikan daya tarik untuk meraih
calon peserta didik baru. Disebut ciri khas karena pada umumnya peserta
didik akan lebih menonjolkan ketika bakatnya tersalurkan dibandingkan
dengan belajarnya, meskipun prestasi akademik merupakan prestasi luar
biasa yang hanya diraih oleh peserta didik tertentu, karena kemampuan
akademik yang dimilikinya.
Menumbuhkembangkan semangat kreativitas peserta didik
diperlukan adanya sarana dan prasarana atau media yang dapat
memberikan ruang berkreasi peserta didik dan di zaman pendidikan
modren biasanya setiap sekolahan selalu memiliki media tersebut, yaitu
dengan adanya kegiatan ekstrakurikuler yang ada di sekolah tersebut.
Kegiatan ekstrakurikuler merupakan pengembangan kepribadian peserta
didik di luar kelas. Pengembangan kepribadian kegiatan ekstrakurikuler
tentunya dalam tahap-tahap kemampuan peserta didik.
Kegiatan ekstrakurikuler nantinya peserta didik diharapkan bisa
melatih dirinya dalam kehidupan sosial. Tujuan kegiatan ekstrakurikuler
ini adalah membentuk daya kreativitas peserta didik agar suasana belajar
teoritis dapat terimbangi, seorang pendidik harus lebih mengetahui
tentang bakat dan minat peserta didik agar dapat tersalurkan. Sekolah
gencar memberikan pengetahuan tentang ekstrakurikuler yang ada di
sekolah tersebut. Hal ini disampaikan ketika masa Pengenalan
Lingkungan Sekolah bagi peserta didik baru, pembekalan menekankan
kembali fungsi kegiatan ekstrakurikuler sekolah, adapun tujuan juga
-
11
menjadi prioritas utama agar peserta didik secara terstruktur dapat
menyalurkan bakat dan minatnya.
Ekstrakurikuler PAI berupa tujuan Pendidikan Agama Islam yang
mengacu pada standar isi dan standar kompetensi lulusan kelompok mata
pelajaran agama dan akhlak mulia pada sekolah/madrasah (Badruddin,
2014:147). Oleh karena itu Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar
dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal,
memahami, menghayati, hingga mengimani, bertakwa dan berakhlak
mulia dalam mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya
yaitu Al-Qur’an dan Hadis melalui kegiatan bimbingan, pengajaran,
latihan serta penggunaan pengalaman (Majid, 2014:11). Disertai dengan
tuntunan untuk menghormati penganut agama laindalam hubungannya
dengan kerukunan antarumat beragama dalam masyarakat hingga
terwujud kesatuan dan persatuan bangsa (Ali, 2004: 251).
Menurut peneliti ekstrakurikuler Pendidikan Agama Islam adalah
suatu kegiatan keagamaan Islam yang diselenggarakan di luar jam
sekolah yang terintegrasi dengan nilai-nilai Pendidikan Agama Islam
sebagai penguatan dan pengamalan dari materi yang dipelajari. Sehingga
dapat digambarkan bahwa kegiatan ekstrakurikuler merupakan
pembelajaran langsung dan tidak langsung.
2. Tujuan dan Fungsi Kegiatan Ekstrakurikuler
Peserta didik mengikuti kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler,
diharapkan dapat membentuk perubahan tingkah laku pada diri peserta
didik maksudnya agar peserta didik nantinya terampil dan terbiasa
dengan suatu kegiatan, di sini terdapat nilai kerja keras ataupun kreatif.
Oleh karena itu, kegiatan ekstrakurikuler harus dapat menciptakan
kegiatan inovatif agar lebih meyakinkan peserta didik.
Kegiatan ekstrakurikuler menurut (Kementerian Pendidikan
Nasional, 2010:56) bertujuan untuk:
a. Memanfaatkan usaha pendidikan di sekolah yang materi
pembinaannya belum terampung dalam kurikulum
-
12
b. Meningkatkan dan memantapkan pengetahuan peserta didik
c. Mengembangkan bakat, minat, kemampuan dan keterampilan peserta
didik dalam upaya pembinaan pribadi
d. Memperluas wawasan peserta didik
e. Membiasakan keterampilan dan perilaku tertentu
f. Melatih kemandirian, kepemimpinan dan rasa kesetiakawanan sosial
g. Memupuk rasa kebangsaan dan cinta tanah air.
Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tetang Sistem Pendidikan
Nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik dan
pasal 4 ayat 4 bahwa pendidikan diselenggarakan dengan memberi
teladan, membangun kemauan dan mengembangkan kreativitas
peserta didik dalam proses pembelajaran. Kegiatan ekstrakulikuler
merupakan kegiatan pembelajaran dan pengejaran di luar kelas yang
menurut pendapat (Depag RI, 2005:910) memiliki fungsi antara lain:
a. Meningkatkan pemahaman terhadap agama sehingga mampu
mengembangkan dirinya sejalan dengan norma-norma agama dan
mampu mengamalkan dalam perkembangan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan budaya.
b. Meningkatkan kemampuan peserta didik sebagai anggota
masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan
lingkungan sosial, budaya dan alam semesta.
c. Menyalurkan dan mengembangkan potensi dan bakat peserta
didik agar dapat menjadi manusia yang berkreativitas tinggi dan
penuh karya.
d. Melatih sikap disiplin, kejujuran, kepercayaan dan tanggung
jawab dalam menjalankan tugas.
e. Menumbuhkan akhlak Islami yang mengintegrasikan hubungan
denngan Allah, Rasul, manusia, alam semesta bahkan diri sendiri.
f. Mengembangkan sensasifitas peserta didik dalam melihat
persoalan-persoalan sosial keagamaan sehingga menjadi insan
yang proaktif terhadap permasalahan sosial dan dakwah.
-
13
g. Memberikan bimbingan dan arahan serta pelatihan kepada peserta
didik agar memiliki fisik sehat, bugar, kuat, cekatan dan
keterampilan.
h. Memberi peluang kepada peserta didik agar memiliki
kemampuan untuk komunikasi dengan baik secara verbal dan non
verbal.
i. Melatih kemampuan peserta didik untuk kerja dengan sebaik-
baiknya secara mandiri maupun dalam kelompok.
j. Menumbuhkembangkan kemampuan peserta didik untuk
memecahkan masalah sehari-hari.
Menurut peneliti proses pembelajaran dan pengajaran Pendidikan
Agama Islam (PAI) tidak bisa hanya bertumpu pada kegiatan kurikuler
dan intrakurikuler saja, tetapi juga harus didukung oleh kegiatan-kegiatan
pengembangan di luar kelas dan mengarah pada pembentukan watak dan
kepribadian siswa yang matang, berkaitan dengan aspek-aspek
rasionalitas, intelektualitas, emosi dan spiritualitas dalam dirinya. Di
sinilah tujuan dan fungsi dari kegiatan ekstrakurikuler yang seharusnya
menjadi media pelatihan dan pengimplementasian seluruh pengetahuan
dan kemampuan akademiknya, sehingga kompetensi-kompetensi dasar
yang menjadi tujuan pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) dapat
tercapai.
Melalui kegiatan ekstrakurikuler, nantinya siswa diharapkan bisa
melatih dirinya agar benar-benar mampu memerankan dirinya dalam
kehidupan sosial, sesuai dengan kapasitasnya sebagai insan terpelajar,
dan jika benar-benar digalakkan sesuai esensinya, semua jenis kegiatan
ekstrakurikuler mengarah pada apresiasi berbagai pengetahuan yang
diserap siswa. Dalam hal ini, pendidikan di sekolah dan luar sekolah,
serta pendidikan dalam keluarga maupun luar keluarga harus bersinergi.
Di samping itu, melalui kegiatan ekstrakurikuler siswa akan mempunyai
ruang yang lebih luas untuk memberdayakan dan mengembangkan
potensi, minat serta bakat yang dimilikinya.
-
14
3. Prinsip dan Jenis Kegiatan Ekstrakurikuler
Berikut ini prinsip kegiatan ekstrakurikuler menurut Syarifuddin
(2018: 78) yaitu:
1. Individual yaitu prinsip kegiatan ekstrakurikuler yang sesuai dengan
potensi, bakat dan minat peserta didik masing-masing.
2. Pilihan yaitu prinsip kegiatan ekstrakurikuler yang sesuai dengan
keinginan dan diikuti secara sukarela peserta didik.
3. Keterlibatan aktif yaitu prinsip kegiatan ekstrakurikuler yang
menuntut keikutsertaan peserta didik secara penuh.
4. Menyenangkan yaitu prinsip kegiatan ekstrakurikuler dalam suasana
yang disukai dan menggembirakan peserta didik.
5. Etos kerja yaitu prinsip kegiatan ekstrakurikuler yang membangun
semangat peserta didik untuk bekerja denganh baik dan berhasil.
6. Kemanfaatan sosial yaitu prinsip kegiatan ekstrakurikuler yang
dilaksanakan untuk kepentingan masyarakat.
(Rohinah,2012:77) mengemukakan pendapat mengenai beberapa
jenis kegiatan ekstrakurikuler dalam beberapa bentuk yaitu:
a. Krida, meliputi Kepramukaan, Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa
(LKDS), Palang Merah Remaja (PMR), Pasukan Pengibar Bendera
Pusaka (Paskibraka).
b. Karya Ilmiah, meliputi Kegiatan Ilmiah Remaja (KIR), kegiatan
penguasaan keilmuan dan kemampuan akademik dari penelitian.
c. Latihan/ lomba keberbakatan/prestasi, meliputi pengembangan bakat
olahraga, seni dan budaya, cinta alam, jurnalistik, teater dan
keagamaan.
d. Keagamaan, meliputi Rohani Islam (Rohis), Tilawah/seni baca
Qur’an, Nasyid, Shalawatan, Marawis, Pembiasaan Akhlak mulia
(Keteladanana), Pekan Keterampilan dan Seni Pendidikan Agama
Islam (Pentas PAI), Pesantren Kilat, Ibadah Ramadhan, Tuntas Baca
-
15
Tulis Al-Qur’an, Wisata Rohani, Peringatan Hari Besar Islam dan
Kemah Rohani Nusantara.
e. Seminar, lokakarya, dan pameran/ bazar dengan substansi antara
karier, pendidikan, kesehatan, perlindungan HAM, keagamaan dan
seni budaya.
f. Olahraga, yang meliputi beberapa cabang olahraga yang diminati
tergantung sekolah tersebut misalnya basket, karate, taekwondo, silat,
softball, dan lain sebagainya.
Menurut peneliti dari begitu banyak prinsip dan jenis kegiatan
ekstrakulikuler di sekolah untuk menunjang tercapainya tujuan
pendidikan itu sendiri. Hal ini akan terwujud, manakala pengelolaan
kegiatan ekstrakulikuler dilaksanakan dengan sebaik-baiknya khususnya
dalam hal pengaturan siswa, peningkatan disiplin siswa dan semua
petugas . biasanya mengatur siswa di luar jam-jam pelajaran itu lebih
sulit daripada mengatur siswa yang berda di dalam kelas. Oleh kerena itu,
pelaksanaan kegiatan ekstrakulikuler melibatkan banyak pihak,
memerlukan peningkatan administrasi yang lebih tinggi. Dalam beberapa
kegiatan ekstrakulikuler biasanya guru terlibat langsung dalam
pelaksanaannya. Keterlibatan ini dimaksudkan untuk memberikan
pengarahan dan pembinaan , juga agar kegiatan tersebut tidak
mengganggu atau merugikan aktifitas akademis sehingga, kegiatan
ekstrakulikuler ini bisa berjalan secara maksimal dan teratur. Yang
dimaksud Pembina Ekstrakulikuler adalah guru atau petugas khusus yang
ditunjuk oleh kepala sekolah untuk membina kegiatan ekstrakulikuler.
4. Ekstrakurikuler dan Pengembangan Diri
Kegiatan ko kurikuler maupun ekstrakurikuler, mempunyai
kontribusi berarti bagi kesuksesan peserta didik disekolah. Dalam
kegiatan ini, peserta didik dapat berlatih aneka macam keterampilan,
menyalurkan minat dan hobi, berlatih berorganisasi, mengembangkan
kemampuan lain dan menyalurkan minat rekreasi dan memupuk
-
16
kesegaran jasmani mereka. dalam kegiatan ini juga peserta didik dapat
melatih keterampilan social dan personalnya, diluar tugas penguasaan
akademik sehari-hari, sebagaimana tuntutan intra kurikulernya. Bahkan
peserta didik dapat melati kepekaan sosialnya, dan berlatih berbagai jenis
kompetensi yang tidak dapat diakomodasi oleh kegiatan yang bersifat
akademik (Rohinah, 2012: 109). Untuk lebih jelasnya akan digambarkan
melalui gambar yang menjelaskan integrasi Intrakulikuler,kokulikuler
dan ekstrakurikuler menurut (Kemendikbud, 2016):
Gambar 2.1
Integrasi Intrakulikuler,kokulikuler dan ekstrakurikuler
menurut Kemendikbud
Menurut Gordon (2005: 154-155) ada beberapa kontribusi
kegiatan ekstra kelas, sebagai berikut:
a. Kontribusi kegiatan kelas terhadap peserta didik:
1) Memberikan peluang kepada peserta didik untuk menentukan
minat dan mengembangkan minat baru
2) Mendidik peserta didik untuk bertanggung jawab sebagai
warga negara melalui pengalaman dan pemikiran, dengan
penekanan pada kepemimpinan, partisipasi, kerjasama dan
aksi independen.
-
17
3) Mengembangkan siprit dan moral
4) Memberi peluang kepada peserta didik dan remaja untuk
memperoleh kepuasan kerja dalam kelompok
5) Meningkatkan moral dan pengembangan spiritual
6) Memperkuat kesehatan mental dan fisik peserta didik
7) Member peluang kepada peserta didik mengenal lingkungan
dengan lebih baik
8) Memperluas pergaulan peserta didik
9) Memberikan peluang kepada siswa untuk berlatih
mengembangkan kreativitas dan kemampuannya dengan lebih
penuh
b. Kontribusi kegiatan ekstra kelas terhadap perbaikan kurikulum:
1) Melengkapi dan memperkaya pengalaman kelas peserta didik
2) Mengeksplorasi pengalaman belajar baru yang dapat
dipadukan dengan lebih tepat didalam kurikulum
3) Memberikan peluang kepada peserta didik untuk
memanfaatkan bimbingan individual dan kelompok
4) Memotivasi pengajaran dikelas
c. Kontribusi kegiatan ekstra kelas terhadap keefektifan administrasi
sekolah:
1) Menigkatkan keefektifan kerja sama antar para siswa, guru
staf administrasi dan supervise
2) Untuk lebih mempersatukan berbagai bagian dalam sekolah
3) Untuk memberikan sedikit pengetahuan dalam rangkan
membantu para remaja dalam menggunakan waktu
senggangnya
4) Memberi peluang yang lebih baik kepada guru agar lebih
mengerti kekuatan yang dapat memotivasi para siswa dalam
memberikan respons terhadap berbagai situasi problematic
yang mereka hadapi.
-
18
d. Kontribusi kegiatan ekstra kelas terhadap masyarakat:
1) Meningkatkan hubungan antara sekolah dengan masyarakat
dengan cara yang lebih baik
2) Mendorong masyarakat agar memberikan perhatian yang
lebih besar guna membantu sekolah.
Menurut peneliti, kegiatan ko kurikuler maupun ekstrakurikuler,
mempunyai kontribusi keberhasilan peserta didik di sekolah. Peserta
didik dapat berlatih berbagai keterampilan, menyalurkan minat, bakat
dan hobi, berlatih berorganisasi, mengembangkan kemampuan lain dan
menyalurkan minat dan bakat mereka. Kegiatan ekstrakurikuler dapat
melatih keterampilan sosial dan personalnya, diluar tugas penguasaan
akademik sehari-hari.
5. Pengertian Pendidikan Karakter
Karakter berasal dari bahasa Yunani, kharakter yang berakar dari
diksi “kharassein” yang berarti memahat atau mengukir (to inscrible/to
engrave). Sedangkan dalam bahasa latin, karakter bermakna
membedakan tanda (Narwanti,2011:1). Karakter adalah ciri khas
seseorang sehingga menyebabkan ia berbeda dari orang lain secara
keseluruhan. Karakter juga dapat diartikan sebagai fill, budi pekerti,
tabiat yaitu suatu kualitas atau sifat yang tetap terus-menerus dan kekal
sehingga dijadikan ciri untuk mengidenfikasi seseorang.
Menurut Bennet W.J. (1991: 149) character education is the
deliberate effort to help people understand, care about, and
act upon core ethical values. Whwn we think about the kind
of character we want for our children, it is clear that we want
them to be able to judge what is right, care deeply about what
is right, and them do what they belive to be right, even in the
face of pressure from without and temptation from within.
-
19
Pendapat Bennet W.J dapat dimaknai bahwa pendidikan karakter
adalah segala sesuatu yang dilakukan guru, yang mampu mempengaruhi
peserta didik. Guru membantu membentuk watak peserta didik. Hal ini
mencakup keteladanan bagaimana perilaku guru, cara guru berbicara atau
menyampaikan materi, bagaimana guru bertoleransi dan berbagai hal
terkait lainnya.
Karakter mempunyai kualitas positif seperti peduli, adil, jujur,
hormat terhadap sesama, rela memaaafkan, sadar akan hidup
berkomunikasi, dan sebagainya. Disebut semua ini adalah ciri atau
karakter. Karakter ini lebih banyak menyangkut nilai-nilai moral. Dalam
kaitan ini, bahwa karakter adalah nilai-nilai yang melandasi perilaku
manusia berdasarkan norma-norma agama, kebudayaan,
hukum/konstitusi, adat istiadat dan estetika (Amiruddin, 2016: 1).
Karakter merupakan ciri khas seseorang atau sekelompok orang yang
mengandung nilai, kemampuan, kapasitas moral dan ketegaran dalam
menghadapi kesulitan dan tantangan. Dalam hubungannya dengan
pendidikan, pendidikan karakter dapat dimaknai sebagi pendidikan nilai,
pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak, yang
bertujuan mengembangkan kemampuan siswa untuk memberikan
keputusan baik-buruk, memelihara kebaikan, mewujudkan dan menebar
kebaikan dalam kehidupan sehari-hari (Salahuddin, 2013: 42).
Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai
karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan,
kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai
tersebut. Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen
(pemangku pendidikan) harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen
pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan
penilaian, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan
sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan kokulikuler, pemberdayaan
sarana prasarana, pembiyaan, dan etos kerja seluruh warga sekolah. Di
-
20
samping itu, pendidikan karakter dimaknai sebagai suatu perilaku warga
sekolah yang dalam menyelenggarakan pendidikan harus berkarakter.
Salah satu landasan dalam membentuk karakter adalah takwa.
Mengingat betapa banyak perintah-perintah Allah kepada hamba-Nya
supaya berkarakter terpuji. Di samping itu, tak sedikit larangan-larangan
Allah kepada hamba-Nya supaya menjauhi karakter tercela. Adapun
hadits yang dijadikan sebagai dalil bahwa takwa adalah landasan karakter
yaitu hadits Rasulullah yang sahih (Nashiruddin,2007:276) yang
berbunyi:
ثَ َنا ثَ َناحَِ َبشَّارِِ ْبنِح ُمحَمَّدِح َحدَّ ثَ َنا َمْهِدي ِ ْبنِح الرَّْْحَنِِ َعْبدِح دَّ َعنِْ سحْفَيانِح َحدَّ قَالَِ : قَالَِ َذر ِ َأِبِْ َعنِْ َشِبْيبِ َأِبِْ ْبنِِ َمْيمحونِِ َعنِْ ََثِبتِ َأِبِْ ْبنِِ َحِبْيبِِ
ِ هللاِِ َرسحْولِح ِلِ ثحَما اتَِّقهللاِِ َوَسلَّمِْ َعَلْيهِِ َصلَّىىهللاح السَّيِ َئةِِ َوأَْتِبعِْ كحْنتِح َحي ْ هحَريْ َرةَِ َأِبِ َعنِْ اْلَبب َوِفِ قَالَِ َحَسنِ ِبحلحقِ النَّاسَِ َوَخاِلقِِ ََتْححَها اْلََْسَنةَِ
ثَ َنا َصِحْيحِ َحَسنِ َحِدْيثِ َهَذا ِعيَسى أَبحو قَالَِ َغْيََلنَِ ْبنِح َُمْمحودِح َحدَّثَ َنا ْسَنادِِ ِِبََذا َحِبْيبِ َعنِْ سحْفَيانَِ َعنِْ ن حَعْيمِ أبحو وَِ أْْحَدَِ أبحِو َحدَّ ََنَْوهِح اْْلِ
ثَ َنا َُمْمحودِ قَالَِ َمْيمحونِِ َعنِْ ََثِبثِ َأِبِ ْبنِِ َحِبْيبِِ َعنِْ سحْفَيانَِ َعنِْ وَِكيعِ َحدَِّ النَِّب ِِ َعنِْ َجَبلِ محَعاِذْبنِِ َعنِْ َشِبْيبِ أِبِ ْبنِِ قَالَِ َوَسلَّمِْ َعَلْيهِِ َصلَّىىهللاح أَبِيَذر ِ َحِدْيثِح َوالصَِّحْيحِح محودِ ُمَِْ
Artinya: Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin
Basysyar], telah menceritakan kepada kami [Abdurrahman bin Mahdi],
telah menceritakakan kepada kami [Sufyan] dari [Habib bin Abu
Tsabit] dari [Maimun bin Abu Syabib] dari [Abu Dzar] ia berkata;
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah bersabda kepadaku:
"Bertakwalah kamu kepada Allah dimana saja kamu berada dan ikutilah
setiap keburukan dengan kebaikan yang dapat menghapuskannya, serta
pergauilah manusia dengan akhlak yang baik." Hadits semakna juga
diriwayatkan oleh Abu Hurairah. Abu Isa berkata; Ini adalah hadits
hasan shahih. Telah menceritakan kepada kami [Mahmud bin Ghailan]
Telah menceritakan kepada kami [Abu Ahmad] dan [Abu Nu'aim] dari
-
21
[Sufyan] dari [Habib] dengan isnad ini semisalnya. Telah menceritakan
kepada kami [Waki'] dari [Sufyan] dari [Habib bin Tsabit] dari
[Maimun bin Abu Syabib] dari [Mu'adz bin Jabal] dari Nabi shallallahu
'alaihi wasallam semisalnya. Mahmud berkata; Yang shahih adalah
haditsnya Abu Dzar.(HR.Tarmidzi No:1910)
Aspek yang menarik dari hadits ini adalah di awali dengan perintah
ketakwaan dengan sabdanya“Takutlah engkau kepada Allah kemudian
diakhiri dengan perintah “kewatakan” yaitu sabda beliau “dan
pergaulilah manusia dengan karakter yang baik”. Maka watak yang mulia
itu tidaklah dapat diraih melainkan melalui pintu gerbang takwa. Atau
dengan kata lain bahwa tidaklah seseorang memperoleh akhiran berupa
karakter yang mulia sebelum ia melewati awalannya yaitu berupa takwa.
Jadi, sangatlah jelas jika seseorang ingin memiliki karakter terpuji maka
ia harus memilki sifat takwa kepada Allah.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa pendidikan karakter adalah segala
sesuatu yang dilakukan guru, yang mampu mempengaruhi karakter
peserta didik. Guru membantu membentuk watak peserta didik. Guru
membantu keteladanan bagaimana perilaku guru, cara guru berbicara
atau menyampaikan materi, bagaimana guru bertoleransi dan berbagai
hal terkait lainnya. Pendidikan karakter berpijak dari karakter dasar
manusia, yang bersumber dari nilai moral universal yang bersumber dari
agama. Pendidikan karakter memiliki tujuan yang pasti, apabila berpijak
dari nilai-nilai karakter dasar tersebut. Seorang guru yang pantas
diteladani adalah guru yang meneladani Rasulullah Saw. sebagaimana
firman Allah Swt (Q.S. Al-Qalam:4).
ِ﴾٤ِ﴿ َعِظْيمِ خحلحقِ َلَعَلىِ نَّكَِ َوإِِ Artinya: Sesungguhnya engkau (Muhammad) memiliki budi pekerti
yang luhur (Departemen Agama RI,2012:960).
Menurut tafsir Jalalain (Jalaluddin,1997:353), Kata ٰ ى لَ عَ َ la/ل
ala merupakan frase yang tersusun dari dua kata,
yaitu lam dan ala, yang kemudian dapat berarti benar-benar
-
22
atas. Hal yang sangat urgen dalam frase ini adalah
kata lam yang dalam gramatikal bahasa Arab disebut lam
tawkid berfungsi memperkuat informasi. Bahwasanya Nabi
Muhammad saw merupakan sosok utusan Allah yang
kepribadiannya dihias dengan budi pekerti yang baik/mulia.
Menurut tafsir ibnu katsir (Ahmad, 2017:302), (Dan
sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung) yakni
kamu memiliki akhlak yang Allah perintahkan dalam al-Qur’an.
Disebutkan dalam hadits shahih dari Aisyah bahwa ia pernah ditanya
tentang akhlak Rasulullah, maka ia menjawab akhlaknya adalah akhlak
al-Qur’an.
Dari beberapa tafsir diatas dapat pahami bahwa sifat-sifat
Rasulullah yang mulia serta ayat-ayat lainnya yang mendorong untuk
berakhlak mulia. Oleh karena itu, Beliau memiliki akhlak yang paling
sempurna dan paling agung, dimana tidak ada satu pun akhlak mulia
kecuali Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam menduduki peringkat
tertinggi. Oleh karena itu, Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam orangnya
mudah dekat dengan manusia, memenuhi undangan orang yang
mengundangnya, memenuhi kebutuhan orang yang butuh, memberi
orang yang meminta-minta dan tidak mengecewakannya. Apabila para
sahabatnya menginginkan suatu perkara dari Beliau, maka Beliau
menyetujui mereka serta mengikuti mereka jika tidak ada larangannya,
dan jika ingin melakukan suatu langkah, maka Beliau mengajak para
sahabatnya bermusyawarah terhadapnya.
Beliau menerima orang yang berbuat ihsan dan memaafkan orang
yang bersalah dan tidaklah ada orang yang duduk dengan Beliau kecuali
Beliau bersikap dengan sikap yang sebaik-baiknya untuk Beliau. Oleh
karena itu, Beliau tidak bermuka masam, tidak keras ucapannya, tidak
menyembunyikan kegembiraannya, menjaga lisannya dari ucapan yang
tidak berguna, tidak membalas orang yang bertindak kasar terhadap diri
-
23
Beliau, Beliau tidak marah jika diri Beliau disakiti, tetapi marah jika
syariat Allah Subhaanahu wa Ta'aala dilanggar.
Menurut para ahli psikologi, beberapa nilai karakter dasar tersebut
adalah: cinta kepada Allah dan ciptaannya (alam dan isinya), tanggung
jawab, jujur, hormat dan santun, kasih sayang, peduli, kerja sama,
percaya diri, kreatif, kerja keras, dan pantang menyerah, keadilan dan
kepemimpinan baik dan rendah hati, toleransi, cinta damai, dan cinta
persatuan. Pendapat lain mengatakan bahwa karakter dasar manusia
terdiri dari: dapat dipercaya, rasa hormat dan perhatian, peduli, jujur,
tanggung jawab; kewarganegaraan, ketulusan, berani, tekun, disiplin,
visioner, adil dan punya integritas. Penyelenggaraan pendidikan karakter
di sekolah harus berpijak kepada nilai-nilai karakter dasar, yang
selanjutnya dikembangkan menjadi nilai-nilai yang lebih banyak atau
lebih tinggi (yang bersifat tidak absolut atau bersifat relatif) sesuai
dengan kebutuhan, kondisi, dan lingkungan sekolah itu sendiri
(Rohinah,2012: 57-58).
Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa
pendidikan karakter adalah upaya-upaya yang dirancang dan
dilaksanakan secara sistematis untuk membantu peserta didik memahami
nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Allah, diri sendiri,
sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam
fikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-
norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat. Nilai-nilai
yang ditanamkan dalam proses pendidikan karakter meliputi lingkup
yang sangat luas, baik yang berhubungan dengan Tuhan, maupun yang
berhubungan dengan manusia. Hal itu ditujukan agar perkembangan
peserta didik dapat berkembang secara komporehensif dan integral.
6. Manajemen Sekolah dan Pendidikan Karakter
Pendidikan saat ini hanya mengedepankan penguasaan aspek
keilmuan dan kecerdasan anak. Jika anak sudah mencapai nilai atau lulus
dengan nilai akademik memadai/ diatas KKM (Kriteria Ketuntasan
-
24
Minimal) maka pendidikan dianggap sudah berhasil. Adapun
pembentukan karakter dan nilai-nilai budaya bangsa dalam diri siswa
semakin terpinggirkan. Banyak kebijakan dalam pendidikan yang justru
kontraproduktif terhadap pengembangan karakter siswa. Misalnya
kebijakan ujian nasional yang dipercaya dapat meningkatkan motivasi
siswa untuk belajar supaaya lulus UN (Rohinah, 2012: 65).
Kebijakan tersebut justru mengarah pada praksis. Jika diamati
tataran pelaksanaan UN di lapangan, begitu banyak praktik
penyelewengan dan kecurangan yang bertentangan dengan prinsip
pendidikan itu sendiri. Hal itu justru akan merusak karakter anak didik
yang sudah sekian lama diusahakan, dibangun dalam lingkungan sekolah.
Hilangnya nilai-nilai kejujuran, integritas, dan dapat dipercaya adalah
harga yang harus dibayar dalam praksis pendidikan yang menegasikan
karakter positif anak didik. Pada implementasinya, pendidikan karakter
dapat diintegrasikan dalam pembelajaran pada setiap mata pelajaran.
Materi pembelajaran yang berkaitan dengan norma atau nilai-nilai pada
setiap mata pelajaran perlu dikembangkan, dieksplisitkan, dan dikaitkan
dengan konteks kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, pembelajaran
nilai-nilai karakter tidak hanya pada tataran kognitif, tetapi juag
menyentuh pada internalisasi, dan pengamalan nyata dalam kehidupan
peserta didik sehari-hari di masyarakat (Musfah, 2015:251).
Menurut (Syarifuddin, 2018:49-50) terdapat nilai-nilai yang
dikembangkan di sekolah:
Tabel 2.1
Nilai-Nilai yang Dikembangkan di Sekolah
No Nilai Karakter yang
dikembangkan
Deskripsi Perilaku
1 2 3
1 Nilai karakter dalam
hubungannya denga
Tuhan Yang Maha
Esa
Berkaitan dengan nilai inti, pikiran, perkataan, dan
tindakan seseorang yang diupayakan selalu
berdasarkan pada nilai-nilai ketuhanan atau ajaran
agamanya seperti berdisiplin, beriman, bertakwa,
-
25
berfikir jauh ke depan, bersyukur, jujur, mawas
diri, pemaaf, pemurah, pengabdian.
2. Sikap dan perilaku hubungannya dengan diri sendiri yang meliputi:
Jujur Merupakan perilaku yang didasarkan pada upaya
menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat
dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan
pekerjaan, baik terhadap diri dan orang lain.
3 Bertanggung Jawab Merupakan sikap dan perilaku seseorang untuk
melaksanakan tugas dan kewajibannya
sebagaimana yang seharusnya di lakukan, terhadap
diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam,sosial
dan budaya), negara, Tuhan Yang Maha Esa.
Bergaya Hidup
Sehat
Segala upaya untuk menerapkan kebiasaan baik
dalam menciptakan hidup yang sehat dan
menghindarkan kebiasaan buruk yang dapat
mengganggu kesehatan.
Disiplin Merupakan suatu tindakan yang menunjukkan
perilakku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan
dan peraturan.
Kerja Keras Merupakan suatu perilaku yang menunjukan upaya
yang sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai
hambatan guna menyelesaikan tugas
(belajar/pekerjaan) dengan sebaik-baiknya.
Percaya Diri Merupakan sikap yakin akan kemampuan diri
sendiri terhadap pemenuhan tercapainya setiap
keinginan dan harapannya.
Berjiwa Wirausaha Sikap dan perilaku yang mandiri dan pandai atau
berbakat mengenali produk baru, menentukan cara
produksi baru, menyusun operasi untuk pengadaan
produk baru dan memasarkannya, serta mengatur
modal operasinya.
Berfikir logis, kritis,
kreatif dan inovatif
Berfikir dan melakukan sesuatu secara kenyataan
atau logika untuk menghasilkan cara atau hasil
baru dan kemutakhir dari apa yang dimiliki.
Mandiri Suatu sikap dan perilaku yang tidak mudah
bergantung pada orang lain dalam menyelesaikan
tugas-tugas.
-
26
1 2 3
Ingin tahu Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk
mengetahui lebih mendalam dan meluas dari apa
yang dipelajarinya, dilihat dan didengar.
Cinta Ilmu Cara berfikir, bersikap dan berbuat yang
menunjukkan kesetiaan, kepedullian dan
penghargaan yang tinggi terhadap pengetahuan.
3. Nilai Karakter dalam Hubungannya dengan Sesama
Sadar akan hak dan
kewajiban dari orang
lain
Sikap tahu dan mengerti serta melaksanakan apa
yang menajdi milik/hak diri sendiri dan orang lain
serta tugas/ kewajiban diri sendiri serta orang lain.
Patuh pada aturan-
aturan sosial
Sikap menurut dan taat terhadap aturan-aturan
berkenaan dengan masyarakat, dan mengakui dan
menghormati keberhasilan orang lain.
Menghargai karya
dan prestasi orang
lain
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk
menghasilkan sesuatu yang berguna bagi
masyarakat, dan mengakui dan menghormati
keberhasilan orang lain.
Santun Sifat yang halus dan baik dari sudut pandang tata
bahasa maupun tata perilakunya kesemua orang.
Demokratis Cara berfikir, bersikap dan bertindak yang menilai
sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
4 Nilai Karakter dalam
Hubungannya
dengan Lingkungan
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah
kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan
mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki
kerusakan alam yang sudah terjadi dan selalu ingin
memberi bantuan bagi orang lain dan masyarakat
yang membutuhkan.
5.
Nilai Kebangsaan
Cara berfikir, bertindak dan wawasan yang
menempatkan kepentingan bangsa dan negara di
atas kepentingan diri dan kelompoknya.
Nasionalis Cara berfikir, bersikap dan berbuat yang
menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan
penghargaan yang tinggi terhadap bahasa,
lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi dan,
politik bangsanya.
-
27
1 2 3
Menghargai
keberagamaan
Sikap memberikan respek/hormat terhadap
berbagai macam hal baik yang berbentuk fisik,
adat, budaya, suku dan agama.
Sumber: Syarifuddin, 2018:49-50
Individu berkarakter baik atau unggul adalah berusaha melakukan
hal-hal terbaik terhadap Tuhan, dirinya, sesama, lingkungan, bangsa dan
negara serta dunia internasional pada umumnya dengan mengoptimalkan
potensi (pengetahuan) dirinya dan disertai dengan kesadaran, emosi dan
motivasinya (perasaan). Sekolah sebagi institusi formal yamg memiliki
tugas penting bukan hanya untuk meningkatkan penguasaan informasi
dan teknologi dari peserta didik, tetapi juga bertugas dalam pembentukan
kapasitas bertanggung jawab dan kapasitas pengambilan keputusan yang
bijak dalam kehidupan.
Pendidikan karakter di sekolah juga sangat terkai dengan
manajemen atau pengelolaan sekolah. Pengeloaan yang dimaksud adalah
bagaimana pendidikan karakter direncanakan, dilaksanakan, dan
dikendalikan dalam kegiatan-kegiatan pendidikan di sekolah secara
memadai. Pengelolaan tersebut antara lain meliputi nilai-nilai yang perlu
ditanamkan, muatan kurikulum, pembelajaran, penilaian, pendidik dan
tenaga kependidika, dan komponen terkait lainnya. Dengan kata lain,
manajemen sekolah merupakan salah satu media yang efektif dalam
pendidikan karakter di sekolah.
Berikut ini strategi pembentukan karakter antara lain:
a. Keteladanan, memiliki integritas tinggi serta memiliki kompetensi
pedagogik, kepribadian, sosial dan profesional.
b. Pembiasaan.
c. Penanaman kedisiplinan.
d. Menciptakan suasana yang kondusif.
e. Integrasi dan internalisasi.
-
28
f. Meletakkan landasan karakter yang kuat melalui internalisasi nilai
dalam pendidikan jasmani.
g. Membangun landasan kepribadian yang kuat, sikap cintai damai,
sikap sosial dan toleransi dalam konteks kemajemukan budaya, etnis
dan agama.
h. Menumbuhkan kemampuan berfikir kritis melalui pelaksanaan tugas-
tugas ajar dalam pendidikan.
i. Mengembangkan keterampilan.
j. Menumbuhkan kecerdasan emosi dan penghargaan terhadap hak asasi
orang lain, dan lain sebagainya (Rohinah, 2012: 68-69).
Pola pembinaan kepribadian dan karakter harus dilakukan secara
sistematis dan berkelanjutan dengan melibatkan aspek pengetahuan,
perasaan, dan tindakan. Pendidikan karakter juga bisa ditanamkan, baik
di lingkungan keluarga, masyarakat, maupun persekolahan. Landasan
paling ideal dalam pendidikan karakter adalah nilai-nilai iman dan takwa.
Dengan begitu, diharapkan siswa menjadi sosok yang mampu
mengembangkan kepribadian dan memiliki karakter yang tangguh,
mandiri, memahami hak dan kewajiban, bertanggung jawab, disiplin, dan
kuat dalam menghadapi tantangan zaman ke masa depan (Musfah,
2015:253).
Dengan demikian, bangsa Indonesia akan mampu menjadi bangsa
yang mandiri, bermartabat, dan demokratis. Arah pengembangan ajar
berbasis karakter harus terintegrasi secara menyeluruh dalam kegiatan
ekstrakulikuler dan manajemen sekolah. Nilai-nilai karakter
dikembangkan melalui kegiatan ekstrakulikuler seperti kegiatan
pengembangan diri, organisasi intra sekolah, kepramukaan, dan berbagai
kegiatan lain yang menunjang ekstrakulikuler. Begitu pula dengan
berbagai aturan yang berlaku di sekolah diarahkan untuk
mengembangkan berbagai nilai karakter sehingga pendidikan berbasis
karakter betul-betul terwujud di dalam ruang kelas.
-
29
7. Ekstrakulikuler dan Pembentukan Karakter
Dalam pendidikan karakter penting sekali dikembangkan nilai-nilai
etika inti seperti kepedulian, kejujuran, keadilan, tanggung jawab, dan
rasa hormat terhadap diri dan orang lain. Tak lupa pula nilai-nilai kinerja
pendukungnya seperti ketekunan, etos kerja yang tinggi, dan kegigihan
sebagai basis karakter yang baik. Sekolah harus berkomitmen untuk
mengembangkan karakter siswa berdasarkan nilai-nilai yang dimaksud,
mendefinisikannya dalam bentuk perilaku yang dapat diamati dalam
kehidupan sehari-hari, mencontohkan nilai-nilai itu, mengkaji dan
mendiskusikannya, menggunakannya sebagai dasar hubungan dengan
manusa dan mengapresiasi manifestasi terpenting, semua komponen
sekolah harus bertanggung jawab terhadap standar-standar perilaku yang
konsisten sesuai dengan nilai-nilai (Muslich, 2015:83).
Karakter yang baik mencakup pengertian, kepedulian, dan tindakan
mencakup pengertian, kepedulian, dan tindakan berdasarkan nilai-nilai
etika inti. Kakenanya, pendekatan holistik dalam pendidikan karakter
berupaya untuk mengembangkan keseluruhan aspek kognitif, emosional,
dan perilaku dari kehidupan moral. Siswa memahami nilai-nilai inti
dengan mempelajari dan mendiskusikannya, mengamati perilaku model,
dan memperaktikkan pemecahhan masalah yang melibatkan nilai-nilai.
Siswa belajar peduli terhadap nilai-nilai inti dengan mengembangkan
keterampilan empati, membentuk hubungan yang penuh perhatian,
membantu menciptakan komunitas bermoral, mendengar cerita ilustratif
dan inspiratif dan merefleksikan pengalaman hidup (E.Mulyasa,
2018:10).
Terdapat sebelas prinsip agar pendidikan karakter dapat berjalan
efektif:
a. Kembangkan nilai-nilai etika inti dan nilai-nilai kinerja
pendukungnya sebagi fondasi karakter yang baik
b. Definisikan karakter secara komprehensif yang mencakup pikiran,
perasaan, dan perilaku
-
30
c. Gunakan pendekatan yang komprehensif, disengaja, dan proaktif
dalam pengembangan karakter
d. Ciptakan komunitas sekolah yang penuh perhatian
e. Beri siswa kesempatan untuk melakukan tindakan moral
f. Buat kurikulum akademik yang bermakna dan menantang yang
menghormati semua peserta didik, mengembangkan karakter dan
membantu siswa untuk berhasil
g. Usahakan mendorong motivasi diri siswa
h. Libatkan staf sekolah sebagai komunitas pembelajaran dan moral
yang berbagi tanggung jawab dalam pendidikan karakter dan upaya
untuk mematuhi nilai-nilai inti yang sama untuk membimbing
pendidikan siswa
i. Tumbuhkan kebersamaan dalam kepemimpinan moral dan dukungan
jangka panjang bagi inisiatif pendidikan karakter
j. Libatkan keluarga dan anggota masyarakat sebagi mitra dalam upaya
pembangunan karakter
k. Evaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai pendidik
karakter dan sejauh mana siswa memanifestasikan karakter yang baik
(Rohinah, 2012: 116).
Sekolah yang telah berkomitmen untuk mengembangkan karakter
melihat diri mereka sendiri melalui lensa moral, untuk menilai apakah
segala yang berlangsung di sekolah mempengaruhi perkembangan
karakter siswa. Pendekatan yang komprehensif menggunakan semua
aspek persekolahan sebagai peluang untuk pengembangan karakter.
Content curriculum sebagai dokumen yang tertulis sangatlah
diperhatikan. Sayangnya sosok guru dalam proses pembelajaran sebagai
profil subjek dan objek dari kurikulum yang secara nyata menjadi telah
bagi siswa, sering terlupakan oleh guru. Ke depan, apabila proses
pembelajaran masih tetap seperti ini maka nasib bangsa akan sulit diatasi
dengan baik. Oleh karena itu, paradigma revolusioner pembelajaran
-
31
harus segera diwujudkan, melalui pendekatan moral dengan
mengimplementasi kan ekstrakulikuler.
Ketika seorang guru menyarankan berpakaian rapi kepada siswanya,
harus dimulai dari guru itu sendiri dengan berpakaian rapi. Ketika guru
menganjurkan para siswa agar suka membaca dan belajar, harus dimulai
oleh guru dengan membaca dan belajar di perpustakaan sekolah secara
rutin. Artinya sesuatu yang menjadi ide guru harus ditindaklanjuti dengan
sikap reflektif. Ketika guru menyarankan agar siswa suka membaca dan
belajar, tentu ironis menakala guru jarang masuk perpustakaan untuk
membaca dan belajar (Zubaedi, 2013: 162). Sebagaimana firman Allah
(Q.S. as-Saff ayat 3):
ِِ﴾٣﴿ تَ ْفَعلحونَِ َماَلِ لحواِْ تَ قحو َأنِْ اهللاِِـ ِعْندَِ َمْقًتا َكبحَِ Artinya: Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu
mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan. (Departemen Agama
RI,2012:928).
Menurut tafsir jalalain (Jalaluddin,1997:256) ayat diatas bermakna
(Amat besar) yakni besar sekali (kebencian) lafal maqtan berfungsi
menjadi tamyiz (di sisi Allah bahwa kalian mengatakan) lafal an
taquuluu menjadi fa'il dari lafal kabura (apa-apa yang tiada kalian
kerjakan).
Sedangkan menurut tafsir Ibnu Katsir (Ahmad, 2017:302), Ini
merupakan pengingkaran Allah terhadap orang yang membuat janji atau
mengatakan sesuatu dan tidak melaksanakannya, Oleh karena itu diantara
ulama salaf ada yang menjadikan ayat ini sebagai dalil bahwa memenuhi
janji itu wajib secara mutlak, baik janji tersebut mengakibatkan hukuman
bagi yang berjanji, ataupun tidak. Mereka juga beralasan dengan hadits
yang tercatat dalam ash-Shahiihain, dimana Rasulullah SAW telah
bersabda, "Tanda-tanda orang munafik itu tiga: bila berjanji dia ingkar,
bila berkata dia dusta, dan bila dipercaya dia khianat".
-
32
Berdasarkan penjelasan beberapa tafsir diatas, banyak guru
menyuruh yang ma'ruf maupun meninggalkan yang munkar kepada
siswanya, namun mereka sendiri tidak melaksanakan apa yang mereka
perintahkan/anjurkan. Disinilah pentingnya keteladanan seorang guru
sebagai pembawa pesan moral dan sosial. Teladan merupakan kata yang
tidak pernah lekang sepanjang zaman terutama jika diartikan dengan
pembinaan dan pendidikan, baik pendidikan keluarga, sekolah, maupun
masyarakat secara luas. Keteladanan memiliki kekuatan dahsyat untuk
mengubah perilaku seseorang. Indikasi adanya keteladanan dalam
pendidikan adalah terdapat model peran dalam diri insan pendidik baik
itu guru, staf, karyawan, kepala sekolah, direktur, pengurus perpustakaan
dan lain-lain.
Agar bisa menjadi tenaga pendidik yang profesonal, terdapat empat
kompetensi yang harus dimiliki oleh tenaga pendidik, yaitu:
a. Kompetensi pedagogik (kompetensi mengelola pembelajaran peserta
didik)
b. Kompetensi kepribadian (berkejiwaan mantap, berakhlak mulia, arif,
berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik
c. Kompetensi profesional (penguasaan materi pelajaran secara luas dan
mendalam)
d. Kompetensi sosial (mampu berkomunikasi dan berinteraksi dengan
sesama manusia sekitarnya) (Musfah, 2015: 126).
Keempat kompetensi kepribadian ini dimiliki oleh tenaga pendidik,
terutama kompetensi kepribadian dan sosial, maka peserta didik secara
tidak langsung sudah memperoleh pendidikan karakter. Guru juga harus
menunjukkan profesionalitasnya. Diantara pronsip profesionalisme
adalah sebagai berikut:
a. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme
b. Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan,
keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia
-
33
c. Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan yang
sesuai dengan bidang tugas
d. Memiliki kompetensi yng diperlukan sesuai dengan bidang tugas
e. Memiliki tangggung jawab atas pelaksanaan yang ditentukan sesuai
dengan prestasi kerja
f. Memiliki kesempatan untuki mengembangkan keprofesionalan secara
berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat
g. Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas
profesinal
h. Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur
hal-hak yang berkaitn dengan tugas keprofesinalan guru
(Rohinah,2012:123). Berikut ini peran guru masa kini:
Gambar 2.2
Peran Guru Masa Kini menurut (Kemendikbud, 2016)
Begitu banyak peranan guru sebagai seorang pendidik dalam kerangka
peningkatan kualitas pendidikan yang tentunya sangat ditentukan oleh
kualitas guru itu sendiri (Yusuf,2011:139). Berikut adalah peranan guru
menurut Mulyasa (2007:37-64)
-
34
a. Guru Sebagai Pendidik
Sebagai pendidikan guru merupakan teladan, panutan, dan tokoh
yang akan diidentifikasikan oleh peserta didik. Kedudukan sebagai
pendidik menuntut guru untuk membekali diri dengan pribadi yang
berkualitas berupa tanggung jawab, keiwibawaan, kemandirian, dan
kedisiplinan (Supardi,2013:92).
Guru adalah pendidik yang menjadi tokoh, panutan dan identifikasi
bagi peserta didik dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus
memiliki standar kualitas pribadi tertentu yang mencakup tanggung
jawab, wibawa, mandiri dan disiplin (Ananda,2018:30).
b. Guru Sebagai Pengajar
Peran guru sebagai pengajar, seiring dengan kemajuan
perkembangan keamjuan ilmu pengetahuan dan teknologi lebih menuntut
guru berperan sebagai fasilitator dan mediator pembelajaran yang
menuntut guru merancang kegiatan pembelajran yang mengarahkan
peserta didik melakukan kegiatan pembelajaran dan memperoleh
pengalaman belajarnya sendiri dengan memanfaatkan berbagai sumber
belajar yang tersedia tanpa menajdikan guru sebagai sumber belajar yang
utama (Suprihatiningrum, 2013:34).
Beberapa hal dapat dilakukan guru dalam menjalankan perannya
sebagai pengajar dalam kegiatan pembelajaran yang meliputi: membuat
ilustrasi, membuat defenisi, melakukan sintesis, melakukan analisis,
mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa, memberikan respon
terhadap kegiatan siswa dalam kegiatan pembelajaran, mendengarkan
secara aktif apa yang disampaikan siswa, membangun kepercayaan diri
siswa, memberikan berbagai macam pandangan secara bervariasi,
menyediakan media yang sesuai dengan tuntutan kompetensi mata
pelajaran, serta membuat pembelajaran aktif, kreatif, edukatif, dan
menyenangkan (Ananda,2018:30).
-
35
c. Guru Sebagai Pembimbing
Sebagai pembimbing guru mendampingi dan memberikan arahan
kepada siswa berkaiatan dengan pertumbuhan dan perkembangan pada
diri siswa baik meliputi aspek kognitif, afektif, maupun psokomotorik
serta pemberian kecakapan hidup kepada siswa baik akademik,
vokasional, sosial maupun spiritual.
Sebagai pembimbing perjalanan belajar siswa, guru dituntut untuk
melaksanakan hal-hal sebagai berikut: Pertama guru harus membuat
perencanaan pembelajran sesuai dengan tujuan dan kompetensi yang
hendak dicapai; kedua guru harus melibatkan siswa secara aktif dalam
kegiatan pembelajaran baik aspek fisik maupun mental secara bermakna
dengan melakukan berbagai kegiatan dan pengalaman belajar; ketiga
guru harus melakukan kegiatan belajar secara bermakna kepada siswa
yaitu bahwa kegiatan yang dilakukan dan dilaksanakan oleh siswa
memiliki makna bagi dirinya maupun bagi oranglain di masa kini, esok
maupun di masa yang akan datang; dan keempat guru harus melakukan
kegiatan penilaian secara terus-menerus dan bukan parsial dalam rangka
mengetahui tingkat pencapaian kompetensi peserta didik perindikator
pembelajran, perkompetnsi dasar standar kompetensi mata pelajaran,
standar komoetensi lulusan, sampai kepada standar kompetensi satuan
pendidikan (Yusuf, 2011:140).
d. Guru Sebagai Pelatih
Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, terdapat
beberapa kompetensi dasar yang harus dicapai dan dikuasai siswa yang
membutuhkan pemberian latihan secara berulang-ulang oleh guru. Dalam
memberikan pelatihan guru harus memperhatikan kometensi dasar yang
hendak dicapai, materi pembelajaran, perbedaan individual, latar
belakang budaya, dan lingkungan tempat siswa tinggal. Namun
demikian, dalam pemberian latihan kepada siswa tetap harus ditekankan
bahwa siswa harus dapat melakukan dan menemukan, serta dapat
-
36
meguasai secara mandiri keterampilan-keterampilan yang dilatihkan
(Susanto,2013:23).
e. Guru Sebagai Penasihat
Peran guru sebagai penasihat tidak hanya terbatas terhadap siswa
tetapi juga terhadap orangtua. Dalam menjalankan perannya sebagai
penasihat guru harus dapat memberikan konseling sesuai dengan apa
yang dibutuhkan siswa, dan memberikan solusi terhadap masalah-
masalah yang dihadapi.
Nasihat guru sangat dibutuhkan ketika siswa dihadapkan kepada
berbagai permasalahan baik yang menyangkut dengan diri, keluarga,
sekolah, masyarakat maupun lingkungan pergaulan siswa. Nasihat
dibutuhkan siswa dalam bentuk pandangan-pandangan terhadap
permasalahan yang dihadapi serta alternatif-alternatif keputusan yang
bisa diambil walaupun pada dasarnya keputusan terakhir untuk
mengambil suatu alternative keputusan tetap berada di tangan siswa
(Supardi,2010:54).
Agar dapat menjadi seorang penasihat guru harus dapat
menumbuhkan kepercayaan siswa terhadap dirinya. Karenanya guru
harus bertindak arif dengan merahasiakan segala apa yang sedang
dihadapi siswa-siswinya khususnya yang sifatnya pribadi yang dibawa
siswa kepadanya. Untuk itu guru harus membekali diri dengan
pengetahuan psikologi secara umum, maupun psikolgi perkembangan
serta ilmu kesehatan mental. Ketika memberikan nasihat kepada siswa
guru bertindak sebagai orang dewasa bukan malah justru kekanak-
kanakan, karena tujuan pemeberian nasihat kepada siswa untuk
menjadikan siswa semakin dewasa yang dapat memutuskan sendiri apa
yang harus dilakukan terhadap permasalahan yang sedang dihadapinya
(Susanto,2013:25).
-
37
f. Guru Sebagai Model dan Teladan
Guru sebagai model dan teladan bagi peserta didik. Dengan
keteladanan yang diberikan orang-orang menempatkan ia sebagai figur
yang dijadikan teladan. Sifat-sifat positif yang ada pada guru merupakan
modal yang dapat dijadikan sebagai teladan, seperti: tekun bekerja, rajin
belajar bertanggung jawab, dan sebagainya. Sebaliknya sifat-sifat
negative yang ada pada guru khususnya dikelas rendah Sekolah Dasar
juga akan dijadikan model atau teladan di kalangan siswa. Guru harus
meminimalisir sifat-sifat dan perilaku negative yang ada didalam dirinya
(Ananda,2018:33).
g. Guru Sebagai Korektor
Guru sebagai korektor dimana guru harus membedakan mana nilai
yang baik dan mana nilai yang buruk. Kedua nilai yang berbeda ini harus
betul-betul dipahami dalam kehidupan di masyarakat. Kedua nilai ini
mungkin telah anak didik miliki dan mungkin pula telah
memengaruhinya sebelum anak didik masuk sekolah. Latar belakang
kehidupan anak didik yang berbeda-beda sesuai dengan sosio-kultural
masyarakat di mana anak didik tinggal akan mewarnai kehidupannya.
Semua nilai yang baik harus guru pertahankan dan semua nilai yang
buruk harus disingkirkan dari jiwa dan watak anak didik. Bila guru
membiarkannya, berarti guru telah mengabaikan perananya sebagai
korektor, yang menilai dan mengoreksi semua sikap, tingkah laku, dan
perbuatan anak didik. Jadi, Koreksi yang harus guru lakukan terhadap
sikap dan sifat anak didik tidak hanya di sekolah, tetapi diluar sekolah
pun harus dilakukan. Sebab tidak jarang pelanggaran terhadap norma-
norma susila, moral, sosial, dan agama yang hidup di masyarakat, lepas
dari pengawasan. Kurangnya pengertian anak didik terhadap perbedaan
nilai kehidupan meyebabkan anak didik mudah larut di dalamnya
(Kunandar,2006:63).
-
38
h. Guru Sebagai Organisator
Guru sebagai organisator adalah sisi lain dari peranan yang
doperlukan dari guru. Dalam bidang ini guru memiliki kegiatan
pengelolaan akademik, membuat dan melaksanakan program
pembelajaran, menyusun tata tertib sekolah, menyusun kalender
akademik, dan sebagainya. Semuanya diorganisasikan, sehingga
mencapai efektivitas dan efesiensi dalam belajar pada diri anak didik
(Yusuf, 2011:142).
i. Guru Sebagai Motivator
Guru sebagai motivator hendaknya dapat mendorong anak didik agar
bergairah dan aktif belajar. Dalam upaya memberikan motivasi, guru
dapat menganilis motif-motif yang melatarbelakangi anak didik malas
belajar dan menurun prestasinya di sekolah. Setiap saat guru menjadi
motivator, karena dalam interaksi edukatif tidak mustahil ditemukan anak
didik yang malas belajar dan masalah belajar lainnya. Motivasi dapat
efektif bila dilakukan dengan memerhatikan kebutuhan anak didik.
Keanekaragaman cara belajar memeberikan penguatan dan sebagainya,
juga dapat memberikan motivasi pada anak didik untuk lebih bergairah
dalam belajar. Peranan guru sebagai motivator sangat penting dalam
interaksi edukatif, karena menyangkut esensi pekerjaan pendidik yang
membutuhkan kemahiran sosial. Menyangkut performance dalam
personalisasi dan sosialisasi diri.
Peran guru sebagai motivator penting art