Imobilisasi Pada Usia Lanjut

7
Imobilisasi Pada Usia Lanjut Definisi Imobilisasi didefinisikan sebagai keadaan tidak bergerak/tirah baring selama 3 hari atau lebih, dengan gerak anatomic tubuh menghilang akibat perubahan fungsi fisiologik. Didalam praktik medic, istilah imobilisasi digunakan untuk menggambarkan sebuah sindrom degernerasi fisiologis yang merupakan akibat menurunnya aktivitas atau deconditioning. Epidemiologi Imobilisasi merupakan salah satu masalah kesehatan yang cukup besar di bidang geriatric yang timbul sebagai akibat penyakit atau masalah psikososial yang diderita. Di ruang rawat inap geriatric RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta tahun 200 didapatkan prevalensi imobilisasi sebesar 33,6% dan pada tahun 2001 sebesar 31,5%. Gejala dan Penyebab 1. Rasa Lemah, seringkali disebabkan oleh: Malnutrisi, gangguan elektrolit, tidak digunakannya otot, anemia, gangguan neurologis, atau miopati. 2. Rasa Kaku disebabkan oleh :

description

imobilisasi

Transcript of Imobilisasi Pada Usia Lanjut

Page 1: Imobilisasi Pada Usia Lanjut

Imobilisasi Pada Usia Lanjut

Definisi

Imobilisasi didefinisikan sebagai keadaan tidak bergerak/tirah baring selama 3 hari

atau lebih, dengan gerak anatomic tubuh menghilang akibat perubahan fungsi

fisiologik. Didalam praktik medic, istilah imobilisasi digunakan untuk

menggambarkan sebuah sindrom degernerasi fisiologis yang merupakan akibat

menurunnya aktivitas atau deconditioning.

Epidemiologi

Imobilisasi merupakan salah satu masalah kesehatan yang cukup besar di bidang

geriatric yang timbul sebagai akibat penyakit atau masalah psikososial yang diderita.

Di ruang rawat inap geriatric RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta tahun 200

didapatkan prevalensi imobilisasi sebesar 33,6% dan pada tahun 2001 sebesar 31,5%.

Gejala dan Penyebab

1. Rasa Lemah, seringkali disebabkan oleh:

Malnutrisi, gangguan elektrolit, tidak digunakannya otot, anemia, gangguan

neurologis, atau miopati.

2. Rasa Kaku disebabkan oleh :

Osteoarthritis, penyakit Parkinson, artritis reumathoid, gout, dan obat obatan

anti psikotik.

3. Rasa Nyeri disebabkan oleh :

Kelainan tulang (Osteoporosis, osteomalacia, Paget’s disease,

metastase kanker tulang, trauma)

Kelainan sendi ( Osteoartritis , Arthritis rheumatoid, gout)

Kelainan Otot ( Polimialgia, pseudoclaudication)

4. Ketidakseimbangan disebabkan oleh:

Kelemahan,

faktor neurologis ( Stroke, kehilangan reflek tubuh, neuropati karena

DM, malnutrisi, gangguan vestibular)

Page 2: Imobilisasi Pada Usia Lanjut

Hipotensi orthostatic

Obat obatan ( Diuretik, Anti hipertensi, Neuroleptik, antidepresan)

5. Gangguan fungsi kognitif

Komplikasi Imobilisasi

1. Trombosis: salah satu gangguan vaskular perifer yang penyebabnya bersifat

multifactorial. Kondisi imobilisasi akan menyebabkan terjadinya akumulasi leukosit

teraktivasi dan akumulasi Trombosit yang teraktivasi. Kondisi tersebut menyebabkan

gangguan pada sel-sel endotel dan juga memudahkan terjadinya trombosis.

2. Kelemahan otot: imobilisasi lama akan mengakibatkan atrofi otot dengan

penurunan ukuran dan kekuatan otot. Penurunan kekuatan otot diperkirakan 1-2

persen sehari. Kelemahan otot pada pasien dengan imobilisasi seringkali terjadi dan

berkaitan dengan penurunan fungsional, kelemahan, dan jatuh.

3. Kontraktur otot dan sendi: pasien yang mengalami tirah baring lama beresiko

mengalami kontraktur karena sendi-sendi tidak digerakkan. Akibatnya timbul rasa

nyeri yang menyebabkan seseorang semakin tidak mau menggerakkan sendi yang

kontraktur tersebut.

4. Osteoporosis: timbul sebagai akibat tidak keseimbangan antara resorpsi tulang dan

pembentukan tulang.

5. Ulkus dekubitus: pasien imobilisasi tidak bergerak pada malam hari karena tidak

adanya gerakan pasif maupun aktif. Faktor resiko timbulnya ulkus dekubitus ialah

semua jenis penyakit dan kodisi yang menyebabkan seseorang terbatas aktivitasnya.

6. Infeksi saluran kemih: aliran urin juga terganggu akibat tirah baring yang kemudian

menyebabkan infeksi saluran kemih lebih mudah terjadi. Inkontinensia urin juga

sering terjadi pada usia lanjut yang mengalami imobilisasi.

7. Gangguan nutrisi: imobilisasi akan mempengaruhi sistem metabolic dan endokrin

yang akibatnya akan terjadi perubahan terhadap metabilosme zat gizi.

Page 3: Imobilisasi Pada Usia Lanjut

8. Konstipasi dan skibala merupakan masalah utama pada usia lanjut dengan

imobilisasi, karena akan menurunkan waktu tinggal feses di kolon.

Upaya pencegahan komplikasi

Pencegahan timbulnya komplikasi dapat dilakukan dengan memberikan

penatalaksanaan yang tepat terhadap imobilisasi. Penatalaksanaan yang dapat

dilakukan meliputi penatalaksanaan farmakologik dan Non farmakologik

1. Non Farmakologis

Penatalaksanaan non farmakologis memegang peran penting dalam

mencegah terjadinya komplikasi akibat imobilisasi. Berbagai upaya yang

dapat dilakukan adalah dengan beberapa terapi fisik dan latihan jasmani

secara teratur. Pada pasien yang mengalami tirah baring total, perubahan

posisi secara teratur dan latihan di tempat tidur dapat mencegah terjadinya

kelemahan dan kontraktur otot serta kontraktur sendi. Selain itu mobilisasi

dini berupa turun dari tempat tidur, berpindah dari tempat tidur ke kursi

dan latian fungsional dapat dilakukan secara bertahap. Latihan isometric

secara teratur 10-20% dari tekanan maksimal selama beberapa kali dalam

sehari dapat dilakukan untuk mempertahankan kekuatan isometric. Untuk

mencegah terjadinya kontraktur otot dapat dilakukan latihan gerakan pasif

sebanyak satu atau dua kali sehari selama 20 menit.

Untuk mencegah terjadinya decubitus, hala yang harus dilakukan

adalah menghilangkan penyebab terjadinya ulkus yaitu bekas tekanan pada

kulit. Untuk itu dapat dilakukan perubahan posisi lateral 30 derajat,

penggunaan kasur anti decubitus atau menggunakan bantal berongga. Pada

pasien dengan kursi roda dapat dilakuakan reposisi setiap jam atau

diistirahatkan dari duduk. Melatih pergerakan dengan memiringkan pasien

ke kiri dan ke kanan serta mencegah terjadinya gesekan juga mencegah

decubitus. Pemberian minyk setelah mandi atau mengompol dapt

dilakukan untuk mencegah maserasi.

Page 4: Imobilisasi Pada Usia Lanjut

Program latihan jasmani yang dilakukan harus disesuaikan dengan

kondisi pasien, berdasarkan ada tidaknya penyakit, status iobilisasinya,

tingkat aktivitas, dan latihannya. Pasien yang baru sembuh dari penyakit

akut tetapi masih belum banyak bergerak harus menghindari latihan

jasmani yang berat secara tiba tiba.

Kontrol tekanan darah secara teratur dan pengguanan obat obatan yang

menyebabkan penurunan tekanan darah serta mobilisasi dini perlu

dilakukan untuk mencegah hipotensi. Latihan kekuatan otot serta kontraksi

abdomen dan otot pada kaki menyebabkan aliran darah balik vena lebih

efisien. Khusus untuk mencegah terjadinya thrombosis, dapat dilakukan

kompresi intermitten pada tungkai bawah Teknik tersebut meingkatkan

aliran darah dari vena kaki dan menstimulasi aktivitas fibrinolitik.

Kompresi intermitten bebas dari efek samping tapi merupakan kontra

indikasi pada pasien dengan vascular perifer.

Monitor asupan cairan dan makanan yang mengandung serat, perlu

untuk mencegah terjadinya konstipasi dan malnutrisi pada pasien

imobilisasi. Pemberian vitamin dan mineral penting untuk pasien yang

mengalami hipokinesis.

2. Farmakologis

Penatalaksanaan farmakologis yang diberikan sebagai salah satu upaya

pencegahan komplikasi akibat imobilisasi, terutama pencegahan terhadap

terjadinya thrombosis. Pemberian antikoagulan dapat diberi pada pasien

geriatric dengan imobilisasi. Low dose heparin merupakan profilaksis

yang aman untuk pasien geriatric dengan imobilisasi dan resiko

thrombosis non pembedahan terutama stroke. Namun pemberian

antikoagulan pada pasien geriatric perlu dilakukan dengan penuh

pertimbangan. Penurunan faal organ ginjaldan hati serta adanya interaksi

obat terutama antara warfarin dengan beberapa obat analgetik atau NSAID

merupakan hal yang harus amat diperhatikan.