IMKG SCL Glass Ionomer Cement

39
Glass Ionomer Cement (GIC) sebagai Material Restorasi Gigi Anak Dosen Pembimbing : Dr. Elly Munadziroh, drg.,MS Kelompok A3: Sergio Santoso 021211131033 Annete Juwita Y. 021211131041 Anggreta Galuh A. 021211131034 Ledy Ana Z. 021211131042 Sheila Filia S. 02121113103 Firsta Maulidya Y. 021211131043 Elva Puspita R. 021211131036 Nisrina Hasna N. 021211131044 Fara Maulida R. 021211131037 Amelia Kristanti R. 021211131045 1

description

Glass Ionomer Cement

Transcript of IMKG SCL Glass Ionomer Cement

Page 1: IMKG SCL Glass Ionomer Cement

Glass Ionomer Cement (GIC) sebagai Material Restorasi Gigi

Anak

Dosen Pembimbing : Dr. Elly Munadziroh, drg.,MS

Kelompok A3:

Sergio Santoso 021211131033 Annete Juwita Y. 021211131041

Anggreta Galuh A. 021211131034 Ledy Ana Z. 021211131042

Sheila Filia S. 02121113103 Firsta Maulidya Y. 021211131043

Elva Puspita R. 021211131036 Nisrina Hasna N. 021211131044

Fara Maulida R. 021211131037 Amelia Kristanti R. 021211131045

Agustina Restu N. 021211131038 Dita Rana 021211131046

Dania Anggana D. 021211131039 Wilda Safira 021211131047

Willy Wijaya 021211131040 Masha Andina 021211131048

Departemen Material Kedokteran Gigi

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS AIRLANGGA

2013

1

Page 2: IMKG SCL Glass Ionomer Cement

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena

atas berkat dan rahmat Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada

waktunya. Makalah yang berjudul “Glass Ionomer Cement (GIC) sebagai

Material Restorasi Gigi Anak” ini kami buat untuk mengetahui jenis restorasi gigi

yang tepat untuk anak serta apa saja yang perlu diperhatikan dalam pemilihan

bahan restorasi untuk anak. Atas bantuan dosen pembimbing kami, Dr. Elly

Munadziroh, drg., MS, kami dapat menyelesaikan makalah ini. Untuk itu, tidak

lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu

penulis dalam pembuatan makalah ini.     

Kami menyadari bahwa makalah ini masih tidak sempurna dan masih

banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan adanya kritik dan saran

yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini. Kami berharap

mudah-mudahan makalah ini bisa bermanfaat.

2

Page 3: IMKG SCL Glass Ionomer Cement

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................. 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................ 3

2.1. Syarat Tumpatan yang Baik ............................................ 3

2.2. Jenis Tumpatan ................................................................ 3

2.3 Kadar Komposisi Glass Ionomer Cement........................ 4

2.4 Sifat Fisik dan Mekanik GIC .......................................... 5

2.5 Jenis-jenis GIC ................................................................ 7

2.6 Manipulasi ....................................................................... 9

2.7 Reaksi Pengerasan .......................................................... 11

2.8 Kelebihan dan Kekurangan ............................................. 13

BAB III KERANGKA KONSEP ....................................................... 15

BAB IV PEMBAHASAN ................................................................... 16

BAB V KESIMPULAN ..................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 21

3

Page 4: IMKG SCL Glass Ionomer Cement

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Karies merupakan suatu proses demineralisasi struktur gigi yang bisa

terjadi pada semua permukaan gigi. Karies gigi berawal dari plak pada

permukaan gigi yang dibiarkan dalam waktu yang cukup lama dan tidak

didukung dengan kebersihan rongga mulut yang bagus. Plak merupakan

sekumpulan bakteri yang melekat pada permukaan gigi, sebenarnya plak

merupakan hal yang wajar, tetapi jika plak dibiarkan terus menerus maka akan

menyebabkan karies.

Karies merupakan proses demineralisasi struktur gigi, dari enamel dan

dentin. Beberapa kasus karies yang parah dapat menyebabkan peradangan

pada pulpa dan akar. Demineralisasi enamel merupakan tahap awal terjadinya

karies, pada saat terjadi demineralisasi pada enamel, kita tidak merasakan

adanya kerusakan pada gigi kita. Tetapi jika karies sudah mencapai dentin,

maka gigi yang karies ini menjadi lebih sensitif terhadap stimulus panas,

dingin serta manis. Stimulus ini menyebabkan rasa nyeri pada gigi yang

terkena karies dentin.

Pada anak-anak yang mengalami karies, dibutuhkan bahan restorasi

yang mudah diaplikasikan serta cukup kuat. Bahan restorasi tersebut juga

sebaiknya dapat memperkuat gigi anak dengan mencegah terbentuknya karies

baru. GIC atau glass ionomer cement merupakan suatu bahan restorasi yang

mengandung fluor, dimana fluor ini dapat berguna untuk mencegah terjadinya

karies baru, serta memperkuat struktur gigi.

GIC mempuyai masih banyak lagi kelebihan, seperti kekuatannya

menahan beban pengunyahan, estetik yang baik, dan tahan terhadap kelarutan

saliva. GIC banyak digunakan untuk restorasi gigi sulung, dikarenakan

kelebihan-kelebihan yang dimiliki GIC serta aplikasi yang mudah untuk

restorasi gigi anak.

4

Page 5: IMKG SCL Glass Ionomer Cement

1.2 Masalah

Masalah yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu:

1. Bahan restorasi apakah yang cocok untuk restorasi gigi sulung

2. Mengapa dipilih GIC sebagai bahan restorasi pada gigi sulung

1.3 Tujuan

Tujuan dibuatnya makalah ini yaitu:

1. Untuk mengetahui proses terjadinya karies

2. Untuk mengetahui bahan restorasi untuk gigi sulung

3. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan GIC untuk restorasi gigi

sulung

5

Page 6: IMKG SCL Glass Ionomer Cement

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Syarat Tumpatan yang Baik

Syarat bahan tumpatan sementara yang baik antara lain harus secara

hermetic (kedap terhadap air, udara, mikroba) menutup kavitas pada bagian

periferal, yaitu tidak dapat ditembus oleh bakteri dan cairan mulut, harus

menjadi keras dalam beberapa menit setelah dimasukkan ke dalam kavitas.

Selain itu tumpatan setelah mengeras harus dapat menahan tekanan

pengunyahan. Tumpatan harus dapat digunakan dengan mudah, dapat

dikeluarkan dengan mudah, serta harus serasi dengan warna struktur gigi.

(Grossman, 1995)

2.2 Jenis Tumpatan

Menurut ADA, jenis restorasi dibagi menjadi dua yaitu direct

restoration dan indirect restoration. Direct restoration terdiri dari:

a. Amalgam

Dental amalgam adalah kombinasi merkuri dengan logam lain dan

telah digunakan selama lebih dari 150 tahun untuk perawatan gigi

berlubang karena sangat kuat dan tahan lama. Amalgam juga cukup lunak

untuk beradaptasi dengan ukuran dan bentuk rongga pada gigi namun

dapat mengeras cukup cepat. Amalgam masih dianggap sebagai material

pilihan untuk beberapa tambalan pada gigi posterior. Dalam beberapa

tahun terakhir ini penggunaan amalgam menurun karena tidak berwarna

seperti gigi dan tidak beradesi dengan permukaan gigi.

b. Resin komposit

Komposit adalah campuran acrylyc resin dan powder glass seperti

partikel yang menghasilkan tumpatan dengan warna yang sama seperti

gigi. Material jenis ini dapat mengalami self-hardening atau mungkin

mengeras dengan menggunakan paparan cahaya biru (blue light).

Komposit digunakan untuk tumpatan, inlay dan veener. Kadang-kadang

6

Page 7: IMKG SCL Glass Ionomer Cement

juga digunakan untuk menggantikan bagian dari patahan atau gigi yang

terkelupas.

c. Resin ionomer

Resin ionomer terdiri dari glass filler dengan asam akrilik dan resin

akrilik. Resin ionomer mengeras dengan paparan sinar biru (blue light).

Resin ionomer sering digunakan untuk tumpatan pada permukaan gigi

yang tidak digunakan untuk mengunyah dan tumpatan pada gigi sulung.

d. Glass ionomer

Glass ionomer adalah bahan material kedokteran gigi yang terdiri

dari campuran acryliyc acid dengan glass powder yang digunakan untuk

mengisi kavitas, khususnya pada permukaan akar gigi. Glass ionomer

digunakan untuk tambalan kecil di area yang tidak perlu menahan

pengunyahan makanan yang berat. Glass ionomer juga digunakan untuk

semen mahkota gigi.

Indirect restoration terdiri dari:

a. Porcelain (ceramic)

Ceramic, porcelain dan crown termasuk dalam material porcelain

(ceramic). Mereka digunakan untuk inlay, onlay, crown, dan veener.

b. Gold Alloy

Gold alloy berisi emas, tembaga, dan logam lainnya yang

digunakan untuk inlay, onlay, crown dan fixed bridges.

2.3 Komposisi Glass Ionomer Cement

Bubuk glass ionomer adalah calcium fluoroaliminosilicate glass yang

larut dalam asam. Bahan baku akan menyatu menjadi kaca yang seragam

dengan memanaskannya pada suhu 1100o C sampai 1500o C. Penambahan

Lanthanum, Strontium, Barium, atau Zinc Oxide akan memberikan

radiopacity. Awalnya, cairan untuk GIC adalah larutan asam poliakrilat

dalam konsentrasi sekitar 40% sampai 50%. Cairan itu cukup kental dan

cenderung berubah menjadi gel dari waktu ke waktu. Dalam sebagian besar

semen saat ini, komposisi asam dalam bentuk kopolimer dengan itaconic,

maleat atau asam trikarboksilat. Asam-asam ini cenderung meningkatkan

7

Page 8: IMKG SCL Glass Ionomer Cement

reaktivitas cairan, menurunkan viskositas, dan mengurangi kecenderungan

untuk gelasi. Tartaric acid juga terdapat dalam cairan untuk meningkatkan

working time, tetapi mempersingkat setting time. (Anusavice, 2003)

2.4 Sifat Fisik dan Mekanik Glass Ionomer Cement

2.4.1 Sifat Fisik

Sifat fisik GIC yaitu adhesif kepermukaan enamel dan dentin,

melepaskan fluorida ke jaringan gigi. Biokompatibel pada jaringan

pulpa dan termal ekspansi sama dengan gigi sehingga bahan ini banyak

digunakan. Selain itu, menurut Sidharta (2001) GIC melepaskan ion

fluorida dalam jangka waktu yang cukup lama sehingga dapat

menghilangkan sensitivitas dan mencegah terjadinya karies.

Kekuatan tekan GIC sebanding dengan seng fosfat, dan kekuatan

diametralnya sedikit lebih tinggi. Modulus elastisitasnya hanya sekitar

satu setengah dari semen seng fosfat. Dengan demikian GIC kurang

kaku dan lebih rentan terhadap deformasi elastis. Dalam hal ini, GIC

tidak digunakan seperti semen seng fosfat untuk membuat mahkota, hal

ini dikarenakan adanya perbedaan tegangan tarik. Sebagai contoh,

dalam sebuah studi, beban kegagalan rata-rata untuk feldspathic

porselen mahkota meningkat dari 963 N menjadi 2800 N (Anusavice,

2003: 475).

2.4.2 SIFAT MEKANIK

2.4.2.1 Compressive Strength

8

Page 9: IMKG SCL Glass Ionomer Cement

Kekuatan kompresi GIC berkisar antara 90-230

Mpa. Nilai kekuatan tariknya hampir sama dengan semen

seng fosfat yaitu sebesar 4,2-5,3 MPa. GIC bersifat lebih

brittle. Modulus elastisitasnya sebesar 3,5-6,4 GPa

sehingga GIC tidak terlalu kaku dan lebih  peka

terhadap perubahan bentuk, lebih elastis dibandingkan seng

fosfat. Kekuatan kompresi dari GIC naik secara cepat apabila

semen diisolasi dari kelembaban saat awal pembentukan.

Pengisolasian dari lingkungan yang lembab bertujuan untuk

memberikan perlindungan pada permukaan restorasi dari saliva

dengan menggunakan larutan varnish atau light-curing

bonding agent. (William A, 2001:121)

2.4.2.2 Bond Strength

Kekuatan GIC untuk berikatan adalah sebesar

1-3 Mpa. GIC dapat berikatan dengan baik dengan enamel,

stainless steel, tin oxide-plated platinum, dan gold alloy. Bond

strength dapat dinaikkan dengan pemberian

conditioner berupa asam dan larutan FeCl 3 pada

dentin.

2.4.2.3 Kekerasan

Semen memiliki sifat kekerasan yang baik, namun jauh

inferior dibanding kekerasan bahan resin. Kemampuan adhesi

melibatkan proses gelasi dari gugus karboksil dari poliasam

dengan kalsium di kristal apatit enamel dan dentin. Semen ini

memiliki sifat anti karies karena kemampuannya melepaskan

fluorida. Dalam proses pengerasan harus dihindarkan dari

saliva karena mudah larut dalam cairan dan menurunkan

kemampuan adhesi. Ikatan fisikokimiawi antara bahan dan

permukaan gigi sangat baik sehingga mengurangi kebocoran

tepi tumpatan (Anusavice, 2003: 425).

2.4.3 Sifat Biologi

9

Page 10: IMKG SCL Glass Ionomer Cement

Glass ionomer menghasilkan fluorida dalam jumlah yang

sebanding dengan fluorida yang dihasilkan semen silikat dan proses ini

terus berlanjut selama periode yang panjang. Jumlah minimal pelepasan

fluorida dan serapan oleh enamel bisa digunakan untuk menghambat

karies. Beberapa studi klinis terkontrol tentang glass ionomer

digunakan untuk restorasi atau fissure sealant, menunjukkan bahwa

jumlah lesi karies sekunder yang dikembangkan berkisar dari nol

sampai nomor yang tinggi, hal ini terkait dengan restorasi komposit.

Pada survei penelitian yang sama oleh dokter gigi menunjukkan bahwa

frekuensi karies sekunder di gigi dengan restorasi glass ionomer

dibandingkan dengan gigi dengan komposit posterior itu lebih rendah

untuk satu kelompok dokter gigi tetapi lebih tinggi untuk kelompok lain

dokter gigi. Namun, banyak penelitian telah menunjukkan bahwa ion

fluorida yang dilepaskan dari GIC menghambat perkembangan karies

sekunder (Anusavice, 2003, pp : 475).

Kebanyakan studi histological mengindikasikan bahwa glass

ionomer cukup biokompatibel. Glass ionomer menghasilkan reaksi

pulpa yang lebih besar dari ZOE dan umumnya kurang dari semen

fosfat seng. Glass ionomer digunakan sebagai luting agent yang

memiliki rasio bubuk dan cairan yang rendah dapat menimbulkan

bahaya yang lebih besar dari restorasi glass ionomer karena semen

dengan rasio bubuk dan cairan yang rendah dapat menyebabkan

keadaan pH rendah dalam waktu yang lama. Bagaimanapun, GIC

membutuhkan lapisan tipis sebagai pelindung, seperti Ca(OH)2, dengan

kedalaman 0,5 mm dari ruang pulpa pada preparasi. (Anusavice, 2003)

2.5 Jenis-jenis Glass Ionomer Cement

Ada tiga jenis semen ionomer kaca berdasarkan aplikasi klinisnya,

formulanya dan potensi penggunaannya. Tipe I untuk bahan perekat, Tipe II

untuk bahan restorasi, dan tipe III untuk basis. Juga ada semen ionomer kaca

yang pengerasannya dilakukan oleh sinar. Jenis ini juga disebut sebagai

10

Page 11: IMKG SCL Glass Ionomer Cement

semen ionomer kaca modifikasi resin sebab melibatkan resin yang dikeraskan

sinar dalam formulanya. (Anusavice, 2003)

Tipe I  : luting cements, berguna untuk merekatkan gigi mahkota atau

jembatan, tumpatan tuang, dan alat-alat ortodonsi cekat. Semen

perekat ini mencegah kebocoran tepi restorasi dan lapisan semen

harus dibuat setipis mungkin agar tidak terlarutkan oleh cairan

mulut.

Tipe II  : restorative cement, sebagai tumpatan estetik yang sewarna

dengan gigi.

Tipe III : lining dan base cement (Mount, 2005)

Sedangkan menurut sifat fisik dan kimianya, glass ionomer cement 

diklasifikasikan menjadi empat tipe, yaitu: (Quiec, 2011)

1. Glass ionomer cement  konvensional

Glass ionomer konvensional terdiri dari fluoroaluminosilicate glass,

biasanya dalam garam stronsium atau kalsium dan cairan asam

polialkenoat, sebagai contoh poliakrilik, maleat, itakonik dan asam

trikarbalilik. Bahan konvensional dibuat dengan reaksi unsur asam antara

cairan asam dan bubuk dasar. Baru-baru ini, untuk memperbaiki sifat fisik

dan mengurangi sensitivitas air dan bahan konvensional, dikembangkanlah

resin-modified glass ionomer cements. Bahan ini mengandung resin yang

dapat berpolimerisasi, biasanya hydroxyethylmethacrylate (HEMA), dan

memiliki reaksi pengerasan tambahan dari polimerisasi resin yang dapat

berupa self-cure atau light-cure.

2. Resin-modified glass ionomer cement 

Modified glass ionomer merupakan bahan hybrid yang terdiri dari

80% semen ionomer kaca konvensional dan 20% resin komposit

fotopolimerisasi. Ciri utama resin-modified glass  ionomer cement adalah

ketika  bubuk dan cairan dicampur akan terjadi reaksi pengerasan

dengan bantuan sinar (light cure) Tahap-tahap reaksinya:

1. Reaksi pengerasan

2. Reaksi polimerisasi

3. Reaksi antara garam logam poliakrilat  dengan resin

11

Page 12: IMKG SCL Glass Ionomer Cement

4. Reaksi asam-basa dan polimerisasi penyinaran pada resin-modified

glass ionomer cement

3. Hybrid ionomers

Kekuatan tarik dari ionomer kaca hibrid lebih tinggi dari ionomer kaca konvensional.

Peningkatan ini di akibatkan oleh modulus elastisitasnya yang lebih rendah dan deformasi

plastis yang lebih banyak yang dapat di tahan sebelum terjadinya fraktur.

4.  Tri-cure glass ionomer cement 

5. Metal-reinforced glass ionomer cements

Metal-reinforced glass ionomer cements pertama kali diperkenalkan

pada tahun 1977. Penambahan bubuk campuran perak-amalgam pada

bahan konvensional meningkatkan kekuatan fisik semen dan memberikan

radiopasitas.Selanjutnya, partikel perak dilelehkan menjadi serpihan-

serpihan seperti  kaca,  dan sejumlah produk kemudian muncul kandungan

kandungan campuran amalgam telah ditetapkan untuk memperbaiki

keluhan sampai sampai tingkat yang dikatakan menghasilkan sifat mekanis

optimum untuk metal-reinforced glass ionomer cements. Digunakan untuk

area yang memiliki stress tinggi, ketebalannya lebih dari 45 µm.

(Nagaraja, 2005)

2.6 Manipulasi Glass Ionomer Cement

Glass ionomer yang dikemas dalam botol dan kapsul dilakukan

pencampuran secara mekanik dengan amalgamator. Dalam dispenser, bubuk

dan cair ditakar dalam jumlah yang tepat pada paper pad, dan setengah bubuk

yang tercampur digunakan untuk menghasilkan konsistensi milky yang

homogen. Sisa bubuk ditambahkan, dan total pencampuran diperlukan waktu

30 sampai 40 detik (Craig, 2002). Seperti semua semen lain, sifat semen glass

ionomer tipe I sangat dipengaruhi oleh faktor manipulasi. Rasio bubuk yang

dianjurkan tergantung merknya, tetapi umumnya berkisar antara 1,25-1,5

gram bubuk per 1 ml cairan.

Penyemenan harus dilakukan sebelum semen kehilangan kilapnya.

Seperti seng fosfat, ionomer kaca menjadi rapuh (mudah patah) begitu

mengeras. Setelah mengeras, kelebihan semen dapat dibuang dengan cara

12

Page 13: IMKG SCL Glass Ionomer Cement

mencungkil atau mematahkan semen menjauh dari tepi restorasi. Kelebihan

semen perlu dijaga agar tidak melekat ke permukaan gigi atau protesa. Semen

ini sangat peka terhadap kontaminasi air selama pengerasan. Oleh karena itu,

tepi restorasi harus dilapisi untuk melindungi semen dari kontak yang terlalu

dini dengan cairan.

Dalam manipulasi GIC, hal lain yang perlu diperhatikan (Anusavice,

2003) adalah perbandingan powder/liquid, biasanya berkisar 1,3-1,35 : 1,

pencampuran harus cepat, gigi sebaiknya diisolasi dahulu agar tidak lembab,

untuk proteksi pulpa sebaiknya menggunakan calcium hydroxide bila

ketebalan dentin <0,5 mm, kemudian varnish digunakan untuk melindungi

semen dari keadaan yang lembab setelah semen selesai diaplikasikan.

Untuk tercapainya restorasi yang tahan lama dan protesa tetap kuat,

kondisi dari glass ionomer harus dipenuhi, yaitu permukaan gigi harus bersih

dan kering, konsistensi semen harus memungkinkan melapisi permukaan

yang ireguler, semen yang berlebih harus dikeluarkan pada waktu yang tepat,

permukaan harus diselesaikan tanpa pengeringan yang berlebihan, dan

perlindungan terhadap permukaan restorasi harus diperhatikan untuk

mencegah retak atau disolusi. Kondisi ini serupa dengan aplikasi luting,

kecuali tidak diperlukan finishing permukaan (Anusavice, 2003).

Setting time dapat diperpanjang dengan cara menggunakan cold glass

slab pada saat mencampur bubuk dan cairan. Akan tetapi hal ini akan

menyebabkan compressive strength dari GIC menurun (Van Noort, 2007).

Mekanisme perekatan antara GIC dan dentin atau enamel melibatkan ion

polyacrylate dari GIC dengan struktur apatit pengganti kalsium dan ion

phospat sehingga menghasilkan intermediate layer dari pilyacrylate, ion

fosfat dan kalsium atau dapat langsung melekat pada kalsium dari struktur

apatit gigi (Van Noort, 2007).

VARNISH SEBAGAI BATAS

Bahan tambal glass ionomer sangat mudah diaplikasikan sehingga

direkomendasikan untuk digunakan dalam metoda ART (Atraumatic

Restirative Treatment), akan tetapi bahan tambal ini sangat peka terhadap

13

Page 14: IMKG SCL Glass Ionomer Cement

kontak dini dengan saliva yang terdapat pada rongga mulut. Untuk mengatasi

hal tersebut, glass ionomer harus dilindungi agar tidak berkontak dengan

yaitu dengan cara memasang cotton roll, saliva suction, rubber atau dapat

pula teknik pelapisan bahan tambal menggunakan bahan pelapis seperti

varnish atau cocoa butter (Sutrisna 2000).

Penggunaan varnish pada permukaan glass ionomer bukan saja

bermaksud menghindari kontak dengan saliva tetapi juga untuk mencegah

dehidrasi saat tambalan tersebut masih dalam proses pengerasan (Saleh &

Khaill 2006). Varnish kadang-kadang juga digunakan sebagai bahan

pembatas antara glass ionomer dengan jaringan gigi terutama pulpa karena

pada beberapa kasus semen tersebut dapat menimbulkan iritasi terhadapa

pulpa (Craig, 2002).

Pada umumnya, penggunaan varnish bertujuan untuk melindungi pulpa

dari iritasi kimia bahan-bahan yang berkontak dengannya untuk keperluan ini

varnish berada diantara dentin dan bahan restorasi (Anusavice 2003). Varnish

tidak larut dalam cairan mulut dan air,tahan terhadap cairan mulut serta

bertahan di permukaan gigi untuk waktu yang lama. Sifat menempelnya

varnish terhadap bahan lain secara fisika bukan kimiawi sehingga mudah

terabrasi (Ferracane 2001).

Varnish mengandung satu atau lebih resin yaitu gum natural dan resin

sintetik atau rosin. Bahan-bahan tersebut terlarut dalam larutan organic

seperti kloroform, alkohol, aseton, benzene, toluene, etil asetat (Craig 2002).

Varnish sebaiknya digunakan lebih dari satu olesan karena sering kali

menghasilkan pinholes (porositas) pada pengolesan pertama. Dengan

pengolesan kedua dan seterusnya, porus yang terjadi dapat terisi.

2.7 Reaksi Pengerasan

Ketika mencampur bubuk dan cairan atau bubuk dengan air, asam

perlahan-lahan mendegradasi lapisan terluar dari partikel kaca dan

melepaskan ion Ca2+ dan Al3+. selama tahap awal masa setting, Ca2+

dilepaskan lebih cepat dan bertanggung jawab untuk bereaksi dengan

polyacid untuk membentuk produk reaksi akin. Al3+ dilepaskan lebih lama

14

Page 15: IMKG SCL Glass Ionomer Cement

dan mempengaruhi setting pada tahap berikutnya, yang sering disebut sebagai

secondary reaction stage. Material ini terdiri dari glass cores embedded in

matrix of cross-linked polyacid yang tidak bereaksi. Bagian matrix terdiri

dari reaksi produk garam. tahap kedua dari reaksi setting terlibat dalam

jumlah aluminum dalam struktur matrix yang signifikan dan hasilnya pada

mark maturation dari physical properties material. Dalam tahap ini, material

sangat lemah dan mudah larut. Untuk memastikan proses reaaksi sampai

hingga tahap full maturity, sangat penting bahwa semen yang seting

terlindungi dari moisture contamination yang terlalu banyak karena adanya

kuantitas air yang tidak proporsional pada tahap ini dapat menghambat

pembentukan garam. Adanya asam tartar sangat berpengaruh dalam

mengontrol karateristik setting material. Asam tartar membantu memecah

lapisan terluar dari glass particles, cepat dalam membebaskan ion aluminium

yang mana mengalami complex formation. Karenanya, ion aluminium tidak

segera tersedia untuk reaksi dengan polyacid sehingga working time semen

dapat terjaga. Intial setting dapat lanjut dihambat oleh asam tartar

menghindari unwinding andionization dari polyacid chains. Ketika

konsentrasi dari aluminium yang larut mencapai level tertentu, tahap kedua

reaksi setting langsung diproses dengan cepat. Pembentukan asam tartar yang

kompleks antara polyacid dan trivalent aluminium ions dengan cara

mengatasi masalah steric hindrance yang mana dapat terjadi ketika ion

aluminium berusaha membentuk garam dengan 3 asam karboksilat.

karenanya banyak tautan aluminium garam terdiri dari ion aluminium yang

terikat sampai dua grup karboksilat dan satu grup asam tartar. Mekanisme ini

didukung oleh fakta bahwa sangat sedikit asam tartar yang tidak terikan

dalam semen. pelepasan ion fluoride dari hasil glass particle dalam fase

matrix dalam material menjadi reservoir untuk fluoride. setelah setting

matriks bisa melepaskan fluoride ini ke lingkungan sekitarnya atau untuk

mengabsorbsi fluoride dari sekitarnya ketika konsentrasi ambient fluoride

sedang tinggi. sebagai tambahan untuk efek terapi yang potensial, adanya

fluoride juga dipikirkan membantu dalam mengoptimalkan karakteristik

15

Page 16: IMKG SCL Glass Ionomer Cement

setting dengan cara menjaga workability untuk waktu yang lebih lama diikuti

oleh peningkatan kekentalan. (McCabe, 2008)

2.8 Kelebihan dan Kekurangan

2.8.1 Kelebihan GIC

GIC dapat berikatan langsung dengan dentin dan enamel. Ikatan

pada dentin adalah ikatan hidrogen (Van noort, 2002). Kekuatan untuk

berikatan dengan enamel selalu lebih tinggi dari dentin karena semakin

besarnya kandungan anorganik dari enamel dan homogenitas yang lebih

besar. GIC mempunyai biokompatibilitas yang tinggi. Banyak

penelitian telah menunjukkan bahwa ion fluorida yang dilepaskan dari

GIC dapat menghambat perkembangan karies sekunder (Anusavice,

2003)

Glass Ionomer Cement menghasilkan fluor sehingga

diindikasikan untuk pasien yang rentan terhadap karies, selain itu juga

memiliki kekuatan yang besar dan dapat menahan beban saat oklusi.

Sampai saat ini, dalam study klinis selama tiga tahun bahkan lebih, GIC

merupakan material yang mengahasilkan tingkat retensi sebesar 100%

di karies kelas V tanpa retensi mekanik atau etsa enamel.

GIC merupakan material yang dapat menghambat perlekatan

bahan-bahan kimia dalam permukaan gigi. GIC bersifat translucent

sehingga cocok digunakan untuk fungsi estetik. Kekuatan kompresif

dari GIC lebih besar daripada zinc phosphate cement. Modulus

elastisitas GIC lebih besar daripada zinc polyacrilate cement, serta GIC

memiliki ikatan yang baik dengan enamel, stainless steel, timah oksida-

dilapisi platinum, dan gold alloy. (Craig, 2002)

2.8.2 Kekurangan GIC

Selain memiliki kelebihan, glass ionomer cement juga memiliki

beberapa kekurangan. Kekurangan tersebut diantaranya adalah

ketahanan terhadap fraktur dan jangka pemakaian rendah apabila

dibandingkan dengan komposit atau amalgam, GIC tradisional untuk

16

Page 17: IMKG SCL Glass Ionomer Cement

penggunaan preparasi perbaikan oklusal memiliki kekuatan yang

rendah pada bagian dengan GIC yang tipis, hal ini dapat mengakibatkan

marginal chipping (Garg and Garg, 2013). GIC tradisional cenderung

lebih opaque dibandingkan dengan RMGIC (Resin modified glass

ionomer cement). Umumnya pada GIC tradisional dapat muncul noda

yang berasal dari eksogen. (Noble, 2012)

GIC lebih rapuh dan juga rentan terhadap elastic deformation.

GIC memiliki initial setting yang lambat dan dapat menyebabkan iritasi

pulpa, untuk itu perlu diberi varnish terlebih dahulu (Koudi and Patil,

2007). Ketika ion dari logam berat digunakan, hasil akhir dari material

GIC akan tampak radiopaque jika dilihat dengan sinar-x. Permukaan

glass ionomer cement sensitif terhadap kelembaban. (Craig, 2002)

GIC memiliki kekurangan mudah larut / solubility (Poor abrasion

resistance). Dengan kelarutan yang tinggi, mengalami banyak

kehilangan material dalam mulut. Kehilangan banyak material dai GIC

ini dapat diklasifikasikan pada 3 kategori utama (Van Noort, 2002):

a. Pelarutan dari immature cement

Terjadi sebelum material seting sepenuhnya. Perlindungan

sementara pada lapisan nitro-cellulase, methyl methacrylate

bertindak sebagai varnish yang dapat meminimalisir efek ini.

Perlindungan ini bertahan paling tidak 1 jam, sehingga GIC

mempunyai waktu yang panjang untuk mendekati sifatnya yang

akan dicapai ketika meterial telah setting sepenuhnya.

b. Erosi jangka panjang

Dapat terjadi dikarenakan acid attack atau abrasi mekanis. Pada

saat pembentukan asam terjadi akumulasi plak dan mulut menjadi

sangat asam.

c. Abrasi

Ketahanan terhadap abrasi jelek sehingga hanya dapat digunakan

pada kondisi yang low stress dan tidak dapat digunakan sebagai

material restorasi gigi posterior yang permanen.

17

Page 18: IMKG SCL Glass Ionomer Cement

Anak Usia 5 Tahun

Gigi Berlubang dan Ngilu

Diberi Basis

Tumpatan Anak

Glass Ionomer Cement

Kekurangan

ManipulasiSifat

Biologi

Fisik

Mekanik

Komposisi

Kelebihan

Macam Jenis

Tipe 1

Tipe 2

Tipe 3

BAB 3

KONSEP MAPPING

18

Page 19: IMKG SCL Glass Ionomer Cement

BAB 4

PEMBAHASAN

Pada issue didapatkan kasus seorang anak perempuan berumur 5 tahun

dengan keluhan gigi berlubang dan ngilu apabila digunakan makan. Anak

perempuan tersebut mempunyai gigi geraham kanan rahang bawah yang

berlubang.

Gigi berlubang (karies) dan rasa ngilu memiliki keterkaitan yang erat.

Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi, yaitu email, dentin, dan

sementum, yang disebabkan oleh aktivitas suatu jasad renik dalam suatu

karbohidrat yang dapat diragikan. Tandanya adalah adanya demineralisasi

jaringan keras gigi yang kemudian diikuti oleh kerusakan bahan organiknya.

Akibatnya terjadi invasi bakteri dan kematian pulpa serta penyebaran infeksi

sampai ke jaringan periapikal yang dapat menyebabkan nyeri (Riyanti, 2005).

Dengan demikian, maka kemungkinan pasien anak tersebut mengalami karies

yang telah cukup dalam sehingga telah menyerang jaringan periapekalnya. Hal ini

diperkuat juga dengan didapatkannya fakta bahwa si anak tidak pernah

memeriksakan ke dokter gigi, sehingga penanganan karies dalam tahap awal besar

kemungkinan tidak terdeteksi.

Apabila karies telah yang telah mencapai jaringan periapikal, maka rasa

nyeri akan terus menerus ada. Maka, dibutuhkan penanganan perlindungan

terhadap jaringan periapikal sehingga tidak menimbulkan rasa nyeri lagi. Oleh

karena itu, penanganan restorasi berupa tumpatan sangat dibutuhkan. Dan dari

kasus penanganan karies yang dialami anak, kami menyimpulkan bahwa bahan

tumpatan yang paling tepat untuk digunakan adalah mengggunakan Glass

Ionomer Cement (GIC). Bahan ini memiliki keunggulan dalam hal sensitivitas

terhadap kelembaban dan keunggulan kekuatan perlekatan.Selain itu peningkatan

estetis , kemudahan peletakan dan polimerisasi light cured membuat bahan ini

menjadi alternatif yang baik untuk digunakan pada pasien anak-anak (Vaikuntam,

2003). Selain itu, kami memilih GIC dengan pertimbangan karena GIC memiliki

kelebihan sebagai berikut :

1. GIC mengandung fluor sehingga mampu melepaskan bahan fluor

untuk mencegah karies lebih lanjut (Fauziah, dkk, 2008). Untuk

19

Page 20: IMKG SCL Glass Ionomer Cement

gigi sulung dan gigi tetap muda bahan yang sering digunakan

adalah Glass Ionomer Cement dan Compomer (Kompomer). Glass

Ionomer Cement mempunyai komposisi bahan bubuk acid soluable

calcium fluoraluminosilicate glass dan cairan aqueous solution of

polyacrilyc acid yang mengandung fluoride. Prevalensi karies gigi

sulung lebih tinggi dibandingkan gigi tetap, hal ini disebabkan

proses kerusakannya kronis dan asimptomatis. Disamping banyak

faktor yang mempengaruhi terjadinya karies pada gigi sulung,

struktur enamelnya kurang padat karena banyak mengandung air

dan pemeliharaan gigi tidak teratur. Banyak penelitian telah

menunjukkan bahwa ion fluoride yang dilepaskan dari GIC dapat

menghambat perkembangan karies sekunder (anusavice, 2003)

Oleh karena itu, dengan menggunakan GIC, hal ini menjadi salah

satu solusi mengurangi kemungkinan karies pada anak, mengingat

golongan anak-anak adalah penderita karies terbesar.

2. Glass Ionomer Cement (GIC/SIK) perlekatan ionik permanent

terhadap struktur gigi, berikatan langsung dengan dentine dan

enamel. Ikatan pada dentin adalah ikatan hidrogen (Van noort,

2002). Kekuatan untuk berikatan dengan enamel selalu lebih tinggi

dari dentin karena semakin besarnya kandungan anorganik dari

enamel dan homogenitas yang lebih besar (Anusavice, 2003)

3. GIC memiliki biokompabilitas yang baik terhadap jaringan gigi,

solubilitas rendah, antikariogenik, perubahan deimensi kecil dan

tahan terhadap fraktur.

4. Manipulasi sealant semen ionomer kaca lebih mudah, dan tidak

diperlukan tahapan pengetsaan pada permukaan gigi

(Subramaniam, 2008). Sulitnya kontrol terhadap kondisi lembab

pada gigi yang belum erupsi sempurna, dan sulitnya manajemen

pasien anak adalah beberapa kesulitan aplikasi bahan tumpatan

pada anak. Aplikasi yang mudah sangat mengurangi waktu

tindakan. Dengan pertimbangan pasien adalah anak berumur 5

tahun yang tidak memungkinkan untuk melakukan pengerjaan

20

Page 21: IMKG SCL Glass Ionomer Cement

yang lama karena sifat anak-anak yang lebih susah diatur, maka

menggunakan semen ionomer kaca/GIC adalah pilihan yang tepat.

5. Pembuangan jaringan gigi yang sehat sangat minimal bahkan

terkadang tidak diperlukan pengeburan pada gigi. 

6. Sangat jarang menimbulkan reaksi alergi.

7. Estetika lebih baik dibandingkan dengan amalgam. GIC memiliki

warna yang lebih sewarna dengan gigi, walaupun tidak sebaik

komposit dalam hal estetika.

Walaupun GIC memiliki kelebihan-kelebihan tersebut, namun GIC juga

mempunyai kekurangan berupa ketahanan terhadap fraktur dan tekanan yang tidak

lebih baik dari komposit dan amalgam. Namun, kekurangan ini bisa teratasi

karena GIC lebih banyak digunakan pada pasien anak, dimana daya kunyahnya

masih rendah, tidak sekuat orang dewasa sehingga tekanan yang diterima oleh

tumpatan GIC tidak begitu besar, sehingga fraktur atau kerusakan pada tumpatan

lebih bisa lebih minimal terjadi. Oleh karena hal itu, maka GIC lebih sering

digunakan untuk anak-anak dan lebih jarang digunakan untuk tumpatan pada

orang dewasa.

Bahan tambal GIC sangat peka terhadap kontak dini dengan saliva yang

terdapat pada rongga mulut.. Selama proses pengerasan dimana dalam periode 24

jam, SIK sensitif terhadap cairan saliva sehingga perlu dilakukan perlindungan

agar tidak terkontaminasi. Kontaminasi dengan saliva akan menyebabkan SIK

mengalami pelarutan dan daya adhesinya terhadap gigi akan menurun. SIK juga

rentan terhadap kehilangan air beberapa waktu setelah penumpatan. Jika tidak

dilindungi dan terekspos oleh udara, maka permukaannya akan retak akibat

desikasi. Baik desikasi maupun kontaminasi air dapat merubah struktur SIK

selama beberapa minggu setelah penumpatan. Untuk mengatasi hal tersebut dan

untuk memperoleh hasil yang maksimal, maka selama proses pengerasan SIK

perlu dilakukan perlindungan agar tidak terjadi kontaminasi dengan saliva dan

udara, yaitu dengan cara mengunakan bahan isolasi yang efektif dan kedap air .

glass ionomer cement harus dilindungi agar tidak berkontak dengan saliva, yaitu

dengan cara memasang cotton roll, saliva suction, rubber dam, tetapi cara ini

21

Page 22: IMKG SCL Glass Ionomer Cement

sangat sulit diterapkan pada pasien anak karena pasien dituntut untuk tidak banyak

bergerak.

Cara lain yang direkomendasikan yaitu dapat pula dengan teknik pelapisan

bahan tambal menggunakan bahan pelapis seperti varnish atau cocoa butter

(Sutrisna 2000). varnis terbuat dari isopropil asetat, aseton, kopolimer dari vinil

klorida, dan vinil asetat yang akan larut dengan mudah dalam beberapa jam atau

pada proses pengunyahan. Penggunaan varnish pada permukaan glass ionomer

cement bukan saja bertujuan untuk menghindari kontak dengan saliva, tetapi juga

untuk mencegah dehidrasi saat tambalan tersebut masih dalam proses pengerasan

(Saleh & Khaill 2006). Varnish sebaiknya digunakan lebih dari satu olesan karena

sering kali menghasilkan pinholes (porositas) pada pengolesan pertama. Dengan

pengolesan kedua dan seterusnya, porus yang terjadi dapat terisi.

Dengan demikian, penggunaan GIC dalam tumpatan untuk anak-anak

sangat direkomendasikan, tentunya dengan menggunakan prosedur yang baik dan

sesuai ketentuan sehingga keluhan yang ada seperti karies dapat tertanggulangi

dengan maksimal.

22

Page 23: IMKG SCL Glass Ionomer Cement

BAB 5

KESIMPULAN

Dilihat dari kondisi anak yang giginya berlubang hingga anak tersebut

merasakan nyeri saat makan dan minum, karies tersebut sudah cukup dalam. Oleh

karena itu dibutuhkan tumpatan yang sesuai bagi anak tersebut dan dari kasus

penanganan karies yang dialami anak, kami menyimpulkan bahwa bahan

tumpatan yang paling tepat untuk digunakan adalah mengggunakan Glass

Ionomer Cement (GIC). Dipilihnya GIC karena GIC memiliki beberapa

keunggulan sebagai bahan tumpatan untuk anak, yaitu GIC melepaskan fluorida

yang dapat menghambat pembentukan karies sekunder. Aplikasi GIC mudah

sehingga mengurangi waktu tindakan mengingat anak kecil yang sering tidak

betah pada saat dokter gigi melakukan perawatan. Glass Ionomer Cement

(GIC/SIK) memiliki perlekatan ionik permanen terhadap struktur gigi, berikatan

langsung dengan dentine dan enamel, biokompatibilitas tinggi, pembuangan

jaringan gigi yang sehat sangat minimal bahkan terkadang tidak diperlukan

pengeburan pada gigi, jarang menimbulkan reaksi alergi, dan estetika baik.

23

Page 24: IMKG SCL Glass Ionomer Cement

DAFTAR PUSTAKA

Anusavice, Kenneth J. 2003. Phillip’s Science of Dental Material, USA: W.B.

Saunders Company. p. 476, 459, 471 – 2.

Craig, Robert George, Powers, John M., & Wataha, John C. 2002. Dental

Materials: Restorative Dental Material. 11th edition. Mosby, Michigan. p

214, 152 – 3 , 205, 622 – 3.

Van Noort R. 2007. Introduction to Dental Materials. 3rd ed. Philadelphia: Mosby

Elsevier.

McCabe J.F and Walls W.G. 2008. Applied Dental Material. 9th ed. United

Kingdom : Blackwell Munksgaard.

Noble S. 2012. Clinical Textbook of Dental Hygiene and Therapy. Oxford.

Wiley-Blackwell

Koudi and Patil. 2007. Dental Materials: Prep Manual for Undergraduates. New

Delhi. Elsevier.

Garg N and Garg A. 2013. Textbook of Operative Dentistry. New Delhi. Jaypee

Brothers Medical Publishers.

Sutrisna, D. Glass Ionomer ART Sebagai Bahan Tumpatan. Makalah Seminar &

Workshop ART Terobosan Baru Dalam Pemeliharaan Kesehatan Gigi.

Bandung 23 Agustus 2000.p.1-4.

Saleh, L.A , Kaiil, M.F. The effect of different protective coatings on the surface

hardness of glass ionomer cements . The Saudi Dental Journal, 2006, dapat

diakses di www.sdsjournal.org/1994/volume6-number-1/1994-6-1-3-7-

full.html. (diakses 25 November 2013).

Ferracane, J.L. 2001 . Materials in Dentistry, Principles & Applications .

Philadelphia : Lippincot William and Wilkins . 60 – 2

Grossman, Louis I. Seymour Oliet. Carlos E. Del Rio. 1995. Ilmu Endodontik

Dalam Praktek. Jakarta: EGC.

Fauziah E., Suwelo I.S., Soenawan H. Kandungan Unsur Fluorida pada Email

Gigi Tetap Muda yang Ditumpat dengan Tumpatan Semen Ionomer Kaca

dan Kompomer. Indonesian Journal of Dentistry, 2008 ; 15 (3): 205-211

24

Page 25: IMKG SCL Glass Ionomer Cement

Riyanti, Eriska. 2005. Hubungan Pendidikan Penyikatan Gigi Dengan Tingkat

Kebersihan Gigi Dan Mulut Siswa-Siswi Sekolah Dasar Islam Terpadu

(SDIT) Imam Bukhari. Skripsi Universitas Padjadjaran Bandung. Tidak

dipublikasikan

Sutrisna, D. Glass Ionomer ART Sebagai Bahan Tumpatan. Makalah Seminar &

Workshop ART Terobosan Baru Dalam Pemeliharaan Kesehatan Gigi.

Bandung 23 Agustus 2000.p.1-4.

Saleh, L.A , Kaiil, M.F. The effect of different protective coatings on the surface

hardness of glass ionomer cements . The Saudi Dental Journal, 2006, dapat

diakses di www.sdsjournal.org/1994/volume6-number-1/1994-6-1-3-7-

full.html. (diakses 25 November 2013)

Vaikuntam J. Resin-modified Glass Ionomer Cements (RM GICS): Implications

for Use in PediatricDentistry. J Dent Child , 2003:131-4.

Subramaniam P. 2008. Retention of Resin Based Sealant and Glass Ionomer used

as a Fissure Sealant: a Comparative Study. Jurnal Indian Soc. Pedodontics

Prevent Departemen diakses dari

http://www.jisppd.com/temp/JIndianSocPedodPrevDent263114-

3280171_090641.pdf pada 23 November 2013

25