Iman Kristen Dan Tantangan Zaman

7
IMAN KRISTEN DAN TANTANGAN ZAMAN (kuliah ke-15) I. SEKULARISME adalah sebuah ideologi yang menyatakan bahwa sebuah institusi atau harus berdiri terpisah dari agama atau kepercayaan. Sekularisme dapat menunjang kebebasan beragama dan kebebasan dari pemaksaan kepercayaan dengan menyediakan sebuah rangka yang netral dalam masalah kepercayaan serta tidak menganakemaskan sebuah agama tertentu. Jika dilihat dari definisinya, sebagai negara Pancasila kita tentu dapat melihat sekularisme secara positif. Karena hukum yang berlaku di negara kita bukanlah hukum agama (salah satu agama saja yang biasanya mayoritas). Atas nama penghargaan terhadap kemajemukan. Tentu saja hal ini harus diperjuangkan. Pendukung sekularisme menyatakan bahwa meningkatnya pengaruh sekularisme dan menurunnya pengaruh agama di dalam negara tersekularisasi adalah hasil yang tak terelakkan dari Pencerahan yang karenanya orang-orang mulai beralih kepada ilmu pengetahuan dan rasionalisme dan menjauh dari agama dan takhayul. Penentang sekularisme melihat pandangan di atas sebagai arogan, mereka membantah bahwa pemerintaan sekuler menciptakan lebih banyak masalah dari pada menyelesaikannya, dan bahwa pemerintahan dengan etos keagamaan adalah lebih baik. Penentang dari golongan Kristiani juga menunjukkan bahwa negara Kristen dapat memberi lebih banyak kebebasan beragama daripada yang sekuler. Seperti contohnya, mereka menukil Norwegia, Islandia, Finlandia, dan Denmark, yang kesemuanya mempunyai hubungan konstitusional antara gereja dengan negara namun mereka juga dikenal lebih progresif dan liberal dibandingkan negara tanpa hubungan seperti itu. Seperti contohnya, Islandia adalah

description

materi wooooooi

Transcript of Iman Kristen Dan Tantangan Zaman

Page 1: Iman Kristen Dan Tantangan Zaman

IMAN KRISTEN DAN TANTANGAN ZAMAN (kuliah ke-15)

I. SEKULARISME

adalah sebuah ideologi yang menyatakan bahwa sebuah institusi atau harus berdiri terpisah dari agama atau

kepercayaan. Sekularisme dapat menunjang kebebasan beragama dan kebebasan dari pemaksaan

kepercayaan dengan menyediakan sebuah rangka yang netral dalam masalah kepercayaan serta tidak

menganakemaskan sebuah agama tertentu.

Jika dilihat dari definisinya, sebagai negara Pancasila kita tentu dapat melihat sekularisme secara positif. Karena

hukum yang berlaku di negara kita bukanlah hukum agama (salah satu agama saja yang biasanya mayoritas).

Atas nama penghargaan terhadap kemajemukan. Tentu saja hal ini harus diperjuangkan.

Pendukung sekularisme menyatakan bahwa meningkatnya pengaruh sekularisme dan menurunnya pengaruh

agama di dalam negara tersekularisasi adalah hasil yang tak terelakkan dari Pencerahan yang karenanya orang-

orang mulai beralih kepada ilmu pengetahuan dan rasionalisme dan menjauh dari agama dan takhayul.

Penentang sekularisme melihat pandangan di atas sebagai arogan, mereka membantah bahwa pemerintaan

sekuler menciptakan lebih banyak masalah dari pada menyelesaikannya, dan bahwa pemerintahan dengan etos

keagamaan adalah lebih baik. Penentang dari golongan Kristiani juga menunjukkan bahwa negara Kristen dapat

memberi lebih banyak kebebasan beragama daripada yang sekuler. Seperti contohnya, mereka menukil

Norwegia, Islandia, Finlandia, dan Denmark, yang kesemuanya mempunyai hubungan konstitusional antara

gereja dengan negara namun mereka juga dikenal lebih progresif dan liberal dibandingkan negara tanpa

hubungan seperti itu. Seperti contohnya, Islandia adalah termasuk dari negara-negara pertama yang melegal

kan aborsi, dan pemerintahan Finlandia menyediakan dana untuk pembangunan masjid.

Namun pendukung dari sekularisme juga menunjukkan bahwa negara-negara Skandinavia terlepas dari

hubungan pemerintahannya dengan agama, secara sosial adalah termasuk negara yang palng sekuler di dunia,

ditunjukkan dengan rendahnya persentase mereka yang menjunjung kepercayaan beragama.

Komentator modern mengkritik sekularisme dengan mengacaukannya sebagai sebuah ideologi antiagama, ateis,

atau bahkan satanis.

UNSUR-UNSUR SEKULARISME

1.RASIONALISME

Rasionalisme atau gerakan rasionalis adalah doktrin filsafat yang menyatakan bahwa kebenaran haruslah

ditentukan melalui pembuktian, logika, dan analisis yang berdasarkan fakta, daripada melalui iman, dogma, atau

ajaran agama. Rasionalisme mempunyai kemiripan dari segi ideologi dan tujuan dengan humanisme dan

atheisme, dalam hal bahwa mereka bertujuan untuk menyediakan sebuah wahana bagi diskursus sosial dan

filsafat di luar kepercayaan keagamaan atau takhayul. Meskipun begitu, ada perbedaan dengan kedua bentuk

tersebut:

Page 2: Iman Kristen Dan Tantangan Zaman

Humanisme dipusatkan pada masyarakat manusia dan keberhasilannya. Rasionalisme tidak mengklaim

bahwa manusia lebih penting daripada hewan atau elemen alamiah lainnya. Ada rasionalis-rasionalis

yang dengan tegas menentang filosofi humanisme yang antroposentrik.

Atheisme adalah suatu keadaan tanpa kepercayaan akan adanya Tuhan atau dewa-dewa; rasionalisme

tidak menyatakan pernyataan apapun mengenai adanya dewa-dewi meski ia menolak kepercayaan

apapun yang hanya berdasarkan iman. Meski ada pengaruh atheisme yang kuat dalam rasionalisme

modern, tidak seluruh rasionalis adalah atheis.

II. HUMANISME

Humanisme adalah istilah umum untuk berbagai jalan pikiran yang berbeda yang memfokuskan dirinya ke jalan

keluar umum dalam masalah-masalah atau isu-isu yang berhubungan dengan manusia. Humanisme telah

menjadi sejenis doktrin beretika yang cakupannya diperluas hingga mencapai seluruh etnisitas manusia,

berlawanan dengan sistem-sistem beretika tradisonal yang hanya berlaku bagi kelompok-kelompok etnis

tertentu.

Humanisme modern dibagi kepada dua aliran. Humanisme keagamaan/religi berakar dari tradisi Renaisans-

Pencerahan dan diikuti banyak seniman, umat Kristen garis tengah, dan para cendekiawan dalam kesenian

bebas. Pandangan mereka biasanya terfokus pada martabat dan kebudiluhuran dari keberhasilan serta

kemungkinan yang dihasilkan umat manusia.

Humanisme sekular mencerminkan bangkitnya globalisme, teknologi, dan jatuhnya kekuasaan agama.

Humanisme sekular juga percaya pada martabat dan nilai seseorang dan kemampuan untuk memperoleh

kesadaran diri melalui logika. Orang-orang yang masuk dalam kategori ini menganggap bahwa mereka

merupakan jawaban atas perlunya sebuah filsafat umum yang tidak dibatasi perbedaan kebudayaan yang

diakibatkan adat-istiadat dan agama setempat.

III. HEDONISME

Hedonisme adalah pandangan hidup yang menganggap bahwa orang akan menjadi bahagia dengan mencari

kebahagiaan sebanyak mungkin dan sedapat mungkin menghindari perasaan-perasaan yang menyakitkan. [1]

Hedonisme merupakan ajaran atau pandangan bahwa kesenangan atau kenikmatan merupakan tujuan hidup

dan tindakan manusia.

Hedonisme muncul pada awal sejarah filsafat sekitar tahun 433 SM. [4] Hedonisme ingin menjawab pertanyaan

filsafat "apa yang menjadi hal terbaik bagi manusia?" [4] Hal ini diawali dengan Sokrates yang menanyakan

tentang apa yang sebenarnya menjadi tujuan akhir manusia. [4] Lalu Aristippos dari Kyrene (433-355 SM)

menjawab bahwa yang menjadi hal terbaik bagi manusia adalah kesenangan. [4] Aristippos memaparkan bahwa

manusia sejak masa kecilnya selalu mencari kesenangan dan bila tidak mencapainya, manusia itu akan mencari

sesuatu yang lain lagi. Pandangan tentang 'kesenangan' (hedonisme) ini kemudian dilanjutkan seorang filsuf

Page 3: Iman Kristen Dan Tantangan Zaman

Yunani lain bernama Epikuros (341-270 SM).[4] Menurutnya, tindakan manusia yang mencari kesenangan adalah

kodrat alamiah. [4] Meskipun demikian, hedonisme Epikurean lebih luas karena tidak hanya mencakup

kesenangan badani saja --seperti Kaum Aristippos--, melainkan kesenangan rohani juga, seperti terbebasnya

jiwa dari keresahan. [4]

IV. IPTEK (ILMU PENGETAHUAN DAN TEKHNOLOGI)

IPTEK ialah sebuah sumber informasi yang dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan seseorang

dibidang teknologi. Dengan kata lain, IPTEK merupakan segala sesuatu yang berhubungan dengan teknologi,

baik itu penemuan terbaru tentang teknologi ataupun perkembangan dibidang teknologi. IPTEK saat ini telah

berkembangan sangat pesat, hal itu terlihat dari banyaknya bermunculan teknologi

teknologi canggih yang dapat membantu kehidupan manusia. Namun, semakin berkembangannya IPTEK itu

sendiri, malah menimbulkan efek negatif kepada manusia. Adapun dampak negatif IPTEK antara lain

- IPTEK bisa merusak moral, dimana Internet menjadi media IPTEK yang dapat mempengaruhi moral

seseorang. Misalnya, konten porno, kekerasan, game online, dan lain-lainnya.

- IPTEK membuat orang semakin malas, IPTEK mempunyai tujuan mempermudah/memanjakan manusia. Jadi

manusia kini semakin malas karena sudah ada teknologi yang dapat menggantikan dirinya bekerja.

- IPTEK menimbulkan polusi. Perkembangan IPTEK memang semakin maju dan banyak dimanfaatkan. Namun

disamping itu banyak sekali polusi pencemaran yang dihasilkan dari perkembangan IPTEK tersebut.

- IPTEK menimbulkan perpecahan dan peperangan. Perkembangan IPTEK di dunia pertahanan dan keamanan

telah menciptakan mesin pembunuh yang sangat mematikan.

Selain sisi negatif, IPTEK juga mempunyai sisi positif, diantaranya adalah sebagai berikut.

- IPTEK mampu meringankan masalah yang dihadapi manusia.

- IPTEK mengurangi pemakaian bahan – bahan alami yang semakin langka.

- IPTEK membuat segala sesuatunya menjadi lebih cepat

- IPTEK membawa manusia kearah lebih modern.

SIKAP IMAN KRISTEN

Tidak dapat dipungkiri bahwa kekristenan harus membuka mata terhadap perkembangan zaman yang dikuasai

oleh berbagai paham-paham sekularisme juga perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

1. Iman Kristen setuju jika sekularisme itu bertujuan untuk memperjuangkan kebebasan beragama sebagai hak

manusia yang paling asasi, negara justru harus melindungi warganya dalam menjalankan kebebasan

Page 4: Iman Kristen Dan Tantangan Zaman

beragamanya. Ini berarti berlaku ketika kita menjadi minoritas maupun mayoritas. Fokusnya adalah

memperjuangkan kebebasan beragama bagi semua manusia. Sebaliknya iman Kristen menolak sekularisme

yang sampai kepada ateisme.

2. Iman Kristen tidak anti dengan rasionalisme. Sebab rasio sendiri adalah anugerah Allah. Iman sebenarnya

tidak selalu bertentangan dengan rasio. Yang ditolak oleh iman Kristen hanyalah ketika dengan rasionya

sendiri, manusia merasa tidak butuh Allah (mengarah pada ateisme)

3. Sepanjang humanisme merupakan sebuah pergerakan yang semakin memanusiakan sesama: laki-laki dan

perempuan itu sederajat; anak itu tidak hanya laki-laki; manusia dihargai bukan karena etnisnya. Kita sangat

setuju, karena kedatangan Yesus pun sesungguhnya kerap digambarkan meruntuhkan sekat-sekat dalam

kehidupan manusia. Humanisme yang kita tolak adalah ketika berkembang menjadi sebuah anthroposentris,

atau manusia sebagai pusat dan mengabaikan alam, binatang, tumbuhan sebagai makhluk hidup yang lain.

Eksplorasi alam jelas berdampak kepada rusaknya alam, sadisme terhadap binatang, memusnahkan jenis

binatang atau tumbuhan tertentu akan merusak ekosistem dan ini bertentang dengan perintah Tuhan untuk

berkuasa terhadap bumi dalam arti mengelolanya.

4. Iman Kristen tidak anti terhadap kesenangan dan mengidealkan perilaku askese. Yang salah adalah

manakala kesenangan maupun askese tadi menjadi tujuan utama kehidupan. Hidup kristen adalah hidup

yang seimbang antara kesenangan dan penyangkalan diri. Ex: Kita makan untuk hidup bukan hidup untuk

makan. Tujuan hidup bukan kesenangan atau menyenangkan diri sendiri saja. Kesenangan atau

menyenangkan diri sendiri hanyalah sebuah cara untuk hidup yang lebih seimbang, demikian juga perilaku

asekse, tidak makan, tidak minum, menyendiri (retreat) hanyalah sebuah kegiatan untuk membuat hidup ini

seimbang. Baik kesenangan maupun askese membawa manusia dalam hidup nyata yang terdiri dari

keduanya.Kesenangan maupun askese seharusnya juga membawa manusia semakin menyadari kehadiran

Tuhan.

5. Iman Kristen tidak anti terhadap ilmu pengetahuan dan tekhnologi, bahkan tidak hendak mempertentangkan

pemahaman di dalam iman dan iptek. Semuanya punya porsi sendiri-sendiri dan punya tujuan sendiri-

sendiri. Iptek hanya kita tolak manakala membuat manusia merasa tidak butuh Tuhan.